makalah bahasa baku dan non baku yes

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional. Bahasa adalah salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaannya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata nonbaku. Salah satu penyebab hal ini terjadi adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibatkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek di daerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya sama-sama bahasa Indonesia. Saat kita menggunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan waktunya. Misalnya kita menggunakan ragam bahasa baku apabila pada situasi resmi dan ilmiah. Tetapi ragam bahasa nonbaku digunakan pada situasi santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Ragam bahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan. Bahasa tutur mempunyai sifat yang khas yaitu bentuk kalimatnya sederhana, singkat, 1

Upload: siti-hawa-dzakiyun

Post on 10-Nov-2015

63 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

hghghhgg

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang MasalahBahasa Indonesia merupakan bahasa nasional. Bahasa adalah salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaannya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata nonbaku. Salah satu penyebab hal ini terjadi adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibatkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek di daerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya sama-sama bahasa Indonesia. Saat kita menggunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan waktunya. Misalnya kita menggunakan ragam bahasa baku apabila pada situasi resmi dan ilmiah. Tetapi ragam bahasa nonbaku digunakan pada situasi santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Ragam bahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan. Bahasa tutur mempunyai sifat yang khas yaitu bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung serta menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin. Didalam bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur. Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak orang yang menyamakan pengertian bahasa baku dengan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang dipergunakan dalam situasi tidak resmi pun dianggap sebagai bahasa baku. Makna baku sendiri tampaknya tidak dipahami secara benar, apalagi makna bahasa baku. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang ciri-ciri dan pemakaian bahasa Indonesia baku dan nonbaku.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :1. Bagaimana ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan nonbaku ?2. Kapankah pemakaian bahasa Indonesia baku dan nonbaku dilakukan dengan baik dan benar ?1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :1. Untuk mengetahui ciri-ciri dan pemakaian bahasa Indonesia baku dan nonbaku.2. Untuk menambah wawasan para pembaca.3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Bahasa Indonesia Baku dan NonbakuRagam bahasa Indonesia mempunyai aturan baku dalam pemakaiannya, namun dalam praktek sehari-hari sering terjadi penyimpangan dalam penggunaan bahasa yang baku. Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930, B. Havranek dan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan ketetapannya telah ditentukan oleh negara. Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Bahasa baku atau standar itu harus diterima dan berterima bagi masyarakat bahasa.Bahasa nonbaku adalah ragam bahasa yang berkode berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Ragam bahasa nonbaku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, di pasar, dan tulisan pribadi buku harian. Ragam bahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan.Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas.Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.2.2 Tumbuhnya Bahasa Indonesia BakuKetika bahasa Indonesia diterima dan diresmikan sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara Republik Indonesia tidak ada yang meramalkan bahwa akan tumbuhnya keanekaragaman dalam bahasa itu. Demikian juga, tidak ada yang memikirkan bahwa bahasa Indonesia itu akan mempunyai dialek dan ragam bahasa. Tidak ada yang menyangka kecuali beberapa pakar yang memiliki alasan sosiolinguistik bahwa bahasa Indonesia seragam hanyalah merupakan semboyan kosong ( Barus, S.2014).Bahasa Indonesia baku mempunyai empat fungsi, yaitu1. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai pemersatu. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mangatasi batas-batas kedaerahan.2. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian. Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita. 3. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penambah wibawa. Pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku. 4. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan. Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku itu menjadi tolok ukur pemakaian bahasa Indonesia baku secara benar. 2.3 Ciri-Ciri Bahasa Indonesia Baku.Ciri-ciri bahasa indonesia yang baku (standar) adalah :(1) Pelafalan sebagai bagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek. Misalnya, kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / ketrampilan.(2) Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.Misalnya: Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu. Kuliah sudah berjalan dengan baik.(3) Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.Misalnya: Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya penipu.(4) Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.Misalnya:Bacalah buku itu sampai selesai!Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.(5) Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.Misalnya:Saya bertemu dengan adiknya kemarin. Ia benci sekali kepada orang itu.(6) Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.Misalnya : Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.(7) Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat.Misalnya:Saya anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.Aku engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.Saya Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.(8) Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.Misalnya:Surat Anda sudah saya baca.Kiriman buku sudah dia terima.(9) Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.Misalnya: saudaranya, dikomentari, mengotori, harganya(10) Fungsi gramatikal (subyek, predikat, obyek sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.Misalnya:Kepala Kantor pergi keluar negeri.Rumah orang itu bagus.(11) Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku di dalam kalimat.Misalnya:Mereka sedang mengikuti perkuliahan Dasar-Dasar Akuntansi I.Sebelum analisis data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.(12) Kosakata sebagai bahagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.Misalnya:Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silakan.(13) Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.(14) Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Ciri-ciri lain bahasa baku adalah:a. tidak terpengaruh bahasa daerah;b. tidak dipengaruhi bahasa asing;c.bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari;d.pemakaian imbuhannya secara eksplisit;e.pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat;f. tidak terkontaminasi dan tidak rancu.2.4 Ciri-Ciri Bahasa Tidak BakuBahasa non baku juga memiliki ciri khas yaitu:1. Walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku, tetapi memiliki arti yang sama.2.Dapat terpengaruh oleh perkembangan zaman.3.Dapat terpengaruh oleh bahasa asing.4.Digunakan pada situasi santai/tidak resmi.2.5 Variasi Bahasa dan Pembakuan Bahasa Indonesia Pada kenyataannya bahasa adalah sesuatu yang kaya raya dengan ragam-ragam (variasi) aktualisasinya. Meskipun penutur memakai macam-macam bentuk yang berbeda, tapi bentuk-bentuk itu merupakan satu bahasa yang sama, misalnya idolek, dialek, sosialek, register atau style. Dalam proses komunikasi yang sebenarnya, setiap penutur tidak pernah setia pada satu ragam atau dialek tertentu saja. Sekali waktu ia berbicara pada atasan, bawahan, sesama teman dan sebagainya. Demikian pula dengan dialek regionalnya, ia tidak bisa tetap berpegang pada dialek tertentu. Sewaktu seseorang terlibat dalam pembicaraan santai dengan orang-orang Jakarta, mau tak mau dia terbawa arus dialek Jakarta. Perpindahan dari satu dialek ke dialek lainnya ini dalam sosiolinguistik lazim disebut dialect switching atau code switching (Alwasilah, 1985: 66). Pada hakekatnya standarisasi (pembakuan) bahasa itu bukan kekayaan bahasa itu sendiri, tapi lebih merupakan suatu penyikapan istimewa masyarakat penutur bahasa terhadap bahasa yang pada akhirnya bermuara pada pelembagaan sosial (kebanggaan atau pemerlain sosial) (Alwasilah, 1985: 76-77).

BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Perbedaan Ciri-Ciri Bahasa Indonesia Baku dan NonbakuAntara bahasa baku dan nonbaku agak sulit untuk dibedakan. Untuk itu perlu kita ketahui bersama apa yang menjadi ciri dari bahasa Indonesia baku dan non baku. Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa ini lazim digunakan dalam :1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.2. Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karangan ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.3. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya.Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan. Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:3.1.1 Penggunaan Kaidah Tata Bahasa Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten. Misalnya:1. Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten. Misalnya:Bahasa baku- Gubernur meninjau daerah kebakaran.- Pintu pelintasan kereta itu bekerja secara otomatis.- Anaknya bersekolah di Bandung.Bahasa Tidak Baku- Gubernur tinjau daerah kebakaran.- Pintu pelintasan kereta itu kerja secara otomatis.- Anaknya sekolah di Bandung.2. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit. Misalnya:Bahasa Baku- Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos.- Ibu guru marah kepada Sudin karena ia sering bolos.Bahasa Tidak Baku- Ia tidak tahu anaknya sering bolos.- Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos.3. Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek + pelaku + kata kerja secarakonsisten. Misalnya:Bahasa Baku- Surat Anda sudah saya terima.- Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan.- Rencana itu sedang kami garap.Bahasa Tidak Baku- Surat Anda saya sudah terima.- Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan.- Rencana itu kami sedang garap.4. Pemakaian konstruksi sintensis. Misalnya:Bahasa BakuBahasa Tidak Baku- anaknya - dia punya anak- membersihkan - bikin bersih- memberitahukan - kasih tahu- mereka - dia orang5. Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsur gramatikal bahasa daerah. Misalnya:Bahasa Baku- Dia mengontrak rumah di Kebayoran Lama.- Mobil paman saya baru.Bahasa Tidak Baku- Dia ngontrak rumah di Kebayoran Lama.- Paman saya mobilnya baru.3.1.2 Penggunaan Kata-Kata BakuMasuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan - pertimbangan khusus. Misalnya:Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku- cantik sekali - cantik banget- lurus saja - lempeng saja- masih kacau - masih sembraut- uang - duit- tidak mudah - enggak gampang- diikat dengan kawat - diikat sama kawat- bagaimana kabarnya - gimana kabarnya3.1.3 Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam TulisanEjaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (disingkat EYD). EYD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. Misalnya:Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku- bersama-sama - bersama2- melipatgandakan - melipat-gandakan- pergi ke pasar - pergi kepasar- ekspres - ekspres, espres- sistem - sistim3.1.4 Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam LisanHingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal daerah. Misalnya:Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku- atap - atep- menggunakan - menggunaken- pendidikan - pendidian- kalau - kalo,kalo- habis - abis- dengan - dengen- subuh - subueh- senin - senen- mantap - mantep- pergi - pigi- hilang - ilang- dalam - dalem3.1.5 Penggunaan Kalimat Secara EfektifMaksudnya, kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan dengan pembicaraan atau tulisan kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang di maksud pembicara atau penulis. Keefektifan kalimat ini dapat dicapai antara lain dengan:1. Susunan kalimat menurut aturan tata bahasan yang benar, misalnya:Bahasa Baku- Pulau Buton banyak menghasilkan aspal.- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya merasa tidak aman.Bahasa Tidak Baku- Di pulau Buton banyak menghasilkan aspal.- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya.2. Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis didalam kalimat. Misalnya:Bahasa Baku- Dia datang ketika kami sedang makan.- Loket belum dibuka walaupun hari sudah siang.Bahasa Tidak Baku- Ketika kami sedang makan dan dia datang.- Loket belum dibuka walaupun hari tidak hujan.3. Penggunaan kata secara tepat dan efesien. Misalnya:Bahasa Baku- Korban kecelakaan lalu lintas bulan ini bertambah.- Panen yang gagal memaksa kita mengimpor beras.- Nama gadis yang berbaju merah itu Siti Aminah.- Bayarlah dengan uang pas.Bahasa Tidak Baku- Korban kecelakaan lalu lintas bulan ini naik.- Panen yang gagal memungkinkan kita mengimpor beras.- Nama gadis yang mengenakan baju merah itu Siti Aminah.- Kepada para penumpang diharap supaya membayar dengan uang pas.4. Penggunaan pariasi kalimat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat yang ingin ditonjolkan. Misalnya:Kalimat Biasa- Dia pergi dengan diam-diam.- Dengan pisau dikupasnya mangga itu.- Karena dia tidak datang kami segera berangkat.Kalimat Bertekanan- Pergilah dia dengan diam-diam.- Dengan pisaulah dikupasnya mangga itu.- Karena dia tidak datang kami pun segera berangkat.3.2 Pemakaian Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku Kita sering mendengar dan membaca semboyan Pergunakanlah Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Makna semboyan itu sering pula diartikan bahwa kita harus berbahasa baku atau kita harus menghindarkan pemakaian bahasa nonbaku. Bahasa baku sama maknanya dengan bahasa yang baik dan benar. Hal ini terjadi karena konsep di dalam semboyan itu sangat kabur. Konsep yang benar atau semboyan yang benar adalah Pergunakanlah Bahasa Indonesia Baku dengan Baik dan Benar, Pergunakanlah Bahasa Nonbaku dengan Baik dan Benar. Pergunakanlah Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku dengan Baik dan Benar.Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku mempunyai kode atau ciri bahasa dan fungsi pemakaian yang berbeda. Kode atau ciri dan fungsi setiap ragam bahasa itu saling berkait. Bahasa Indonesia baku berciri seragam, sedangkan ciri bahasa Indonesia nonbaku beragam.Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang dianggap baku adalah pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal bahasa baku. Sebaliknya pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal baku, melainkan kaidah gramatikal nonbaku. Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik adalah pemakaian bahasa Indonesia yang mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa baku. Pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan baik adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa Indonesia nonbaku. Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia baku. Pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi pemakaian dan ciri bahasa Indonesia nonbaku.Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia baik baku maupun nonbaku saling mendukung saling berkait. Tidaklah logis ada pemakaian bahasa Indonesia yang baik, tetapi tidak benar. Atau tidaklah logis ada pemakaian bahasa yang benar tetapi tidak baik. Oleh karena itu, konsep yang benar adalah pemakaian bahasa yang baik harus juga merupakan pemakaian bahasa yang benar. Atau sebaliknya. Harimurti Kridalaksana memperjelas bahwa adanya bahasa baku atau bahasa standar dan bahasa nonbaku atau bahasa nonstandar bukan berarti bahwa bahasa baku atau bahasa standar lebih baik, lebih benar atau lebih betul daripada bahasa non baku atau bahasa nonstandar. Bukan disitu permasalahannya. Kita memakai bahasa secara betul atau baik bila kita menggunakan bahasa baku sesuai dengan fungsinya. Demikian juga, kita mempergunakan bahasa secara betul atau baik bila kita mempergunakan bahasa nonbaku atau bahasa nonstandar sesuai dengan fungsinya. Kita menggunakan bahasa secara salah atau tidak benar bila kita menggunakan bahasa standar untuk fungsi bahasa nonstandar. Oleh karena itu, memakai bahasa baku tidak dengan sendirinya berarti memakai bahasa yang baik dan benar. Bahasa baku tidak sama dengan bahasa yang baik dan benar (1981 : 19).3.3 Analisis Ragam Bahasa Baku Dan Nonbaku Dalam Bahasa Indonesiaa. Saudara ketua, para hadirin yang terhormat,Kalimat tersebut jelas salah, karena mengandung makna jamak. Kata para sudah menyatakan jamak, begitu juga kata hadirin, sudah mengandung makna semua orang yang hadir. Oleh karena itu tidak perlu dijamakkan lagi dengan menempatkan kata para. Kalimat yang benar adalah: Saudara ketua, hadirin yang terhormat,....b. Waktu kami menginjak klinik di bulan September.... Kalimat diatas jelas salah, kata menginjak tidak tepat dipakai seharusnya memasuki, kata perangkai di tidak boleh ditempatkan didepan kata tidak menunjukkan kata tempat sehingga diganti dengan kata pada. Kalimat yang benar adalah: Waktu kami memasuki klinik pada bulan September...c. Berhubung berjangkitnya penyakit cacar perlu diambil tindakan....Kalimat diatas salah, kata penghubung yang harus selalu diikuti oleh, dengan, dan dibelakang kata cacar lebih baik dibubuhi tanda koma. Jadi kalimat yang benar adalah: Berhubung dengan berjangkitnya penyakit cacar, perlu diambil tindakan....d. Atas perhatian saudara dihaturkan banyak terima kasih. Kalimat diatas salah karena kata dihaturkan tidak ada dalam bahasa Indonesia, yang ada kata diucapkan selanjutnya kata banyak juga tidak dipakai, karena tidak lazim. Jadi kalimat yang benar adalah: Atas perhatian saudara diucapkan terima kasih..e. Seluruh sekolah-sekolah yang ada dikota ini tidak menyenangi sistim ujian itu. Kalimat diatas salah. Kata seluruh sudah menunjukkan jamak. Jadi tidak perlu kata yang didepannya diulang, cukup seluruh sekolah. Selanjutnya kata depan di harus dipisahkan. Penulisan kata sistim seharusnya sistem. Jadi kalimat yang benar adalah Seluruh sekolah yang ada dikota ini tidak menyenangi sistem ujian itu.f. Seluruh anggota perkumpulan itu harus hadir pada jam 14.00 siang. Kalimat diatas salah. Untuk menunjukkan waktu dipakai kata yang tepat adalah pukul.Jadi kalimat yang benar adalah: Seluruh anggota perkumpulan itu harus hadir pukul 14.00.g. Sejak mulai dari hari Senen yang lalu sangat sedikit sekali perhatiannya dipelajaran itu. Kalimat diatas salah. I. Kata sejak dan mulai mencakup pengertian yang sama. Jadi pilih salah satu.II. Kata Senen adalah non baku, yang baku adalah Senin.III. Kata sangat dan sekali mencakup pengertian yang sama.IV. Kata depan di pada kata dipelajaran tidak tepat, seharusnya pada pelajaran. Jadi kalimat yang benar adalah: Sejak Senin yang lalu sangat sedikit perhatiannya pada pelajaran. Sejak Senin yang lalu sangat sedikit perhatiannya pada pelajaran itu.h. Saya sudah umumkan supaya setiap mahasiswa-mahasiswa datang besok hari Sabtu yang akan datang.Kalimat diatas salah.I. Saya sudah umumkan, bahasa yang non baku, tidak memakai pola frase verba.II. Kata setiap sudah menunjukkan jamak tidak perlu kata yang di depannya diulang.III. Kata besok tidak perlu, sebab membingungkan.Kalimat yang benar:Sudah saya umumkan supaya setiap mahasiswa datang hari Sabtu yang akan datang.i. Adalah sudah merupakan suatu kenyataan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan kesatuan resmi negara.Kalimat di atas salah. Ungkapan adalah sudah merupakan suatu kenyataan bahwa adalah ungkapan mubazir, tanpa ungkapan itu makna sudah jelas pembaca sudah memahaminya.Kalimat benar adalah:Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan bahasa resmi negara.j. Sebagaimana telah ditetapkan pekerjaan itu biasanya dilakukan tiga kali seminggu.Kalimat diatas adalah salah.Penggunaan kata biasanya tidak perlu, karena makna kata itu sudah tersirat dalam ungkapan sebagaimana telah ditetapkan. Kalimat yang benar adalah Sebagaimana telah ditetapkan pekerjaan itudilakukan tiga kali seminggu.

BAB IVPENUTUP4.1 Kesimpulan1. Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas.2. Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.3. Bahasa Indonesia baku berciri seragam, pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah gramatikal baku sedangkan ciri bahasa Indonesia nonbaku beragam dan tidak mengikuti kaidah gramatikal baku.4. Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri antara lain penggunaan kaidah tata bahasa normatif, penggunaan kata-kata baku, penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis, penggunaan lafal baku dalam ragam lisan dan penggunaan kalimat secara efektif.5. Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia baku. Sedangkan pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi pemakaian dan ciri bahasa Indonesia nonbaku.

DAFTAR PUSTAKAAlwasiah, A. Ch. 1985. Beberapa Madhjab Dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung : AngkasaAlwi, H, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.Badudu, J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia I. Jakarta : GramediaBarus, S. 2014. Pendidikan Bahasa Indonesia. Medan : Unimed PressChaer, A. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka CiptaSalliyanti. 2003. Analisis Bahasa Baku Dan Non Baku Dalam Bahasa Indonesia. Medan : FBS USUhttp://anaksastra.blogspot.com/2009/03/analisis-bahasa-baku-dan-non-baku-dalam.html diakses 10 Februari 2015.https://www.academia.edu/5782653/Makalah_Analisis_Kesalahan_Berbahasa.html diakses 10 Februari 2015

11