pengujian identifikasi kondisi

54
1 PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI FISIK ARSIP BURGERLIJKE OPENBARE WERKEN (TAHUN 1914-1942) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arsip kertas atau arsip konvensional merupakan arsip yang berbahan dasar kertas sebagai media rekam informasinya. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) sebagai penyelenggara kearsipan secara nasional mempunyai tanggungjawab untuk melestarikan arsip sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 mengenai tujuan penyelenggaraan kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dan untuk menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang sah serta untuk mempertinggi penyelenggaraan kearsipan yang sesuai dengan prinsip, kaidah dan standar kearsipan, ANRI melakukan penelitian dan pengujian. ANRI merupakan lembaga yang menyimpan banyak khasanah arsip kertas dengan rentang periode yang cukup panjang yaitu arsip-arsip bermasa periode Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC), Hindia Belanda hingga masa Republik Indonesia sekarang. Khasanah arsip kertas yang tersimpan mempunyai peran yang sangat penting bagi kepentingan publik baik untuk kepentingan penelitian maupun untuk pengambilan keputusan atau dalam rangka penyusunan suatu kebijakan tertentu. Ruang penyimpanan khasanah arsip kertas di ANRI berada di depo arsip gedung G lantai 2-8, dan khusus untuk arsip peta tersimpan di gedung depo arsip gedung E.

Upload: vukien

Post on 12-Jan-2017

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

1

PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI FISIK

ARSIP BURGERLIJKE OPENBARE WERKEN

(TAHUN 1914-1942)

I . P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Arsip kertas atau arsip konvensional merupakan arsip yang berbahan

dasar kertas sebagai media rekam informasinya. Arsip Nasional

Republik Indonesia (ANRI) sebagai penyelenggara kearsipan secara nasional

mempunyai tanggungjawab untuk melestarikan arsip sesuai dengan amanat

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 mengenai tujuan

penyelenggaraan kearsipan adalah untuk menjamin keselamatan dan keamanan

arsip sebagai bukti pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Dan untuk menjamin ketersediaan arsip yang autentik

dan terpercaya sebagai alat bukti yang sah serta untuk mempertinggi

penyelenggaraan kearsipan yang sesuai dengan prinsip, kaidah dan standar

kearsipan, ANRI melakukan penelitian dan pengujian.

ANRI merupakan lembaga yang menyimpan banyak khasanah arsip kertas

dengan rentang periode yang cukup panjang yaitu arsip-arsip bermasa periode

Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC), Hindia Belanda hingga masa Republik

Indonesia sekarang. Khasanah arsip kertas yang tersimpan mempunyai peran yang

sangat penting bagi kepentingan publik baik untuk kepentingan penelitian

maupun untuk pengambilan keputusan atau dalam rangka penyusunan suatu

kebijakan tertentu.

Ruang penyimpanan khasanah arsip kertas di ANRI berada di depo arsip

gedung G lantai 2-8, dan khusus untuk arsip peta tersimpan di gedung depo arsip

gedung E.

Page 2: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

2

Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan preservasi arsip kertas

khususnya kegiatan pengujian laboratorium yang berkaitan dengan pemeliharaan

dan perawatan arsip kertas, maka dilakukan pengujian identifikasi kondisi fisik

terhadap khasanah arsip yang tersimpan. Identifikasi ini penting dilakukan karena

dengan melakukan identifikasi terhadap kondisi fisik serta kondisi kerusakan, kita

dapat mengetahui karakteristik khusus yang dimiliki oleh khasanah arsip tertentu

sesuai dengan tahun arsip tersebut diciptakan. Selain itu, dapat diketahui pula

apakah kondisi ruang penyimpanan memenuhi standar penyimpanan sehingga

arsip dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama karena memiliki nilai guna

sekunder. Dengan pengujian tersebut, maka akan memudahkan kita dalam

menentukan langkah-langkah yang perlu diambil dalam rangka melakukan

perbaikan dan penyelamatan terhadap arsip tersebut pada umumnya dan

informasi yang terkandung didalamnya secara khusus.

Pada tahun anggaran 2011, Subdit Instalasi Laboratorium melakukan

kegiatan pengujian identifikasi kondisi fisik arsip Burgerlijke Openbare Werken

(BOW). Identifikasi dilakukan menggunakan Archives Damage Atlas A Tool for

Assessing Damage, Nationaal Archief, 2010 sebagai sebuah pedoman dalam

penentuan tingkat jenis kerusakan. Archives Damage Atlas ini sangat membantu

dalam mengidentifikasi jenis kerusakan dan penyebab kerusakan sehingga

diharapkan kerusakan arsip diketahui sedini mungkin dan dapat ditangani dengan

segera.

B. Dasar Pelaksanaan

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang

Kearsipan.

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2004 tentang

Pengelolaan Arsip Statis.

3. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2006

tentang Organisasi dan Tata Kerja Arsip Nasional Republik Indonesia

Page 3: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

3

sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Peraturan Kepala Arsip

Nasional Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2010.

4. Surat Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Nasional Nomor:

HK.01.02/54/2011 tentang Tim Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip

Burgerlijke Openbare Werken (BOW) Koleksi Arsip Nasional Republik

Indonesia .

C. Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya pengujian ini adalah untuk mengidentifikasikan

kondisi arsip Burgerlijke Openbare Werken (BOW) yang tersimpan di Arsip

Nasional Republik Indonesia, sedangkan tujuannya adalah:

1. Mengetahui sifat karakteristik fisik arsip Burgerlijke Openbare Werken

(BOW) sehingga bisa dijadikan salah satu penentuan autentifikasi arsip

statis berdasarkan ciri fisiknya.

2. Mengetahui jenis kerusakan dan tingkat kerusakan yang terjadi pada arsip

BOW sehingga dapat dipakai sebagai acuan untuk menentukan perlu

tidaknya dilakukan restorasi dan reproduksi arsip serta metode yang akan

diambil pada saat melakukan restorasi/reproduksi terhadap arsip tersebut.

3. Dapat memberikan masukan dan saran pada unit–unit di lingkungan

Direktorat Preservasi agar pelaksanaan preservasi arsip BOW pada

khususnya dapat berjalan optimal.

4. Arsip dapat diselamatkan sehingga dapat dipergunakan sebesar-besarnya

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Page 4: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

4

D. Ruang Lingkup

1. Waktu dan tempat

Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama 6 bulan dari bulan Februari sampai

dengan Juli 2011. Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Burgerlijke Openbare

Werken (BOW) dilakukan di tempat penyimpanan arsip BOW lantai 6 dan 7

gedung depo G, Arsip Nasional Republik Indonesia .

2. Pelaksana

Pelaksana tim kerja Pengujian Identifikasi Kondisi Arsip Burgerlijke

Openbare Werken (BOW) berdasarkan Keputusan Kepala Arsip Nasional

Republik Indonesia Nomor: HK.01.02/54/2011 tanggal 11 Maret 2011

adalah:

- Gina M Husni : Pengarah

- Mustari Irawan : Pengarah

- Koewato : Penanggung Jawab

- Yanah Suryanah : Peneliti Pertama

- Euis Shariasih : Peneliti

- Sari Hasanah : Peneliti

- Wiwi Diana Sari : Peneliti

- Supriadi : Pembantu Peneliti

- Aris Widodo : Pembantu Peneliti

- Roby Syafurjaya : Pembantu Peneliti

- Fitra Yeni : Pembantu Peneliti

3. Lingkup kegiatan

Lingkup kegiatan ini meliputi: rapat koordinasi, pengambilan sampling/

pengumpulan contoh, pengujian laboratorium, pengolahan data hasil

pengujian dan pelaporan hasil pengujian. Pembiayaan berasal dari APBN

Arsip Nasional Republik Indonesia tahun anggaran 2011, seperti yang

tercantum dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia

Nomor 02 A Tahun 2011 tentang Rencana Kinerja Tahunan Arsip Nasional

Republik Indonesia tahun 2011.

Page 5: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

5

I I . T I N J A U A N P U S T A K A

A. Arsip Kertas

Arsip kertas dapat mengalami kerusakan karena berbagai faktor, sehingga

kondisi fisik arsip kertas yang disimpan dapat menurun kualitasnya terutama

kualitas fisik arsip yang dapat menyebabkan hilangnya informasi. Kertas dapat

rusak karena faktor yang berasal dari dalam kertas itu sendiri maupun karena

faktor yang berasal dari luar. Kertas dapat mengalami penurunan kualitas karena

bahan-bahan yang dipakai pada saat pembuatannya, sehingga kertas dapat

mengalami perusakan dengan sendirinya karena proses kimia yang berlangsung di

dalam kertas. Selain itu terdapat faktor yang dapat mempercepat proses

kerusakan diantaranya suhu dan kelembaban, polutan dari udara serta ancaman

kerusakan yang berasal dari api, cahaya, jamur, serangga, binatang pengerat

termasuk juga perlakuan, baik pada saat proses penyimpanan, pengolahan

maupun pada saat dilayankan kepada para pengguna arsip di ruang layanan arsip.

Kerusakan yang terjadi pada arsip kertas dapat dikelompokkan menjadi 5

jenis kerusakan yaitu 1:

1. Kerusakan yang terjadi pada jilidan untuk arsip yang berbentuk jilidan

(banden).

Merupakan suatu bentuk kerusakan yang terjadi pada permukaan dan

jilidan dari arsip yang terjilid, punggung dan juga jahitan dari jilidan. Jenis

kerusakan yang terjadi diantaranya pelengkungan, lepasnya jahitan,

terkelupasnya punggung jilidan, longgarnya jilidan, lepasnya lembaran

arsip, dan rusaknya permukaan jilidan.

2. Kerusakan yang diakibatkan oleh proses kimia.

Kerusakan ini dapat disebabkan baik oleh faktor internal maupun eksternal.

Faktor internal dapat berupa bahan-bahan yang dipakai selama proses

1Archives Damage Atlas A Tool for Assessing Damage, Nationaal Archief, 2010.

Page 6: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

6

pembuatan kertas, sementara faktor dari luar dapat berasal dari lingkungan

tempat penyimpanan dan material yang ada pada kertas seperti tinta,

selotape, paper klip logam dll. Jenis kerusakan yang terjadi adalah

kerusakan akibat api, foxing2, korosi tinta, korosi tembaga, tape dan stiker,

karat, asidifikasi, dan perbaikan sebelumnya.

3. Kerusakan yang diakibatkan oleh perlakuan (mekanik).

Kerusakan ini disebabkan oleh penggunaan yang salah, penanganan

terhadap arsip yang salah, penyimpanan dan kekerasan akibat perang. Jenis

kerusakan yang terjadi diantaranya adalah kerutan pada halaman, lipatan

pada sudut halaman, sobekan kecil di sepanjang tepi arsip, kertas patah

akibat lipatan, dan lubang pada kertas akibat vandalisme.

4. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama.

Kerusakan ini terbagi dalam dua kategori yaitu kerusakan yang diakibatkan

oleh serangga termasuk didalamnya karena kutu buku, rayap, kumbang dan

silverfish, kemudian kerusakan yang disebabkan oleh binatang pengerat

seperti tikus. Di negara tropis, rayap dapat menyebabkan kerusakan serius

pada arsip. Jenis kerusakan yang terjadi diantaranya adalah adanya kotoran

serangga, kertas berlubang akibat digigit serangga, dan sobeknya kertas.

5. Kerusakan yang diakibatkan oleh air.

Air yang terdapat di dalam kertas setelah melalui proses pembuatan kertas

berkisar antara 6%3 atau disebut sebagai kadar air dalam kertas. Ini

merupakan persentase kelembaban yang baik bagi kertas. Dalam

penyimpanan tertentu, kertas dapat mengalami kelembaban yang lebih

tinggi dari 6%. Meningkatnya kandungan air dapat menyebabkan

2 Flek/noda kecil biasanya berwarna coklat muda hingga hitam, tersebar pada seluruh lembaran

manuskrip atau halaman buku. Ibid hal 143

3 Ibid hal 118

Page 7: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

7

kerusakan pada kertas. Jenis kerusakan yang terjadi diantaranya adalah

perubahan warna pada kertas, timbulnya noda, dan kertas menjadi rapuh.

Tingkat kerusakan pada arsip kertas dikelompokkan menjadi tiga kategori

yaitu:

1. Kerusakan ringan

Kerusakan pada arsip kertas dimana kertas tersebut tidak akan

bertambah rusak ketika sedang dipakai contohnya ketika dipindahkan,

atau ketika membalik halaman.

2. Kerusakan sedang

Kerusakan pada arsip kertas dimana kerusakan tersebut tidak akan

bertambah jika penanganan dilakukan dengan halus dan hati-hati.

Namun, jika arsip kertas diperlakukan atau dikerjakan agak terlalu

kasar maka akan berpeluang menambah kerusakan.

3. Kerusakan berat

Kerusakan pada arsip kertas dimana kerusakan tersebut akan

bertambah walaupun telah dilakukan penanganan secara halus dan

hati-hati. Selain itu kerusakan dikategorikan berat jika ada

kecenderungan akan hilangnya informasi. Bahkan jika hanya sebagian

dari sebuah lembaran arsip mengalami kerusakan berat, seluruh arsip

dianggap rusak berat sehingga tidak dapat diakses.

B. Arsip Burgerlijke Openbare Werken (BOW)

Arsip BOW merupakan arsip yang diserahkan oleh Departemen Pekerjaan

Umum (PU) yang memiliki arsip periode Hindia Belanda yaitu tahun 1914 – 1942.

Jumlah arsip sekitar 1600 meter linier meliputi arsip jalan masuk (toegangen)

yang berjumlah 78 meter linier selebihnya sistem Verbaal dan Agenda. Arsip ini

berasal dari Gedung Sate Bandung Jawa Barat. Departemen ini pada awal didirikan

Page 8: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

8

tahun 1819 merupakan sebuah lembaga Civiele Gebouwen (Bangunan Sipil) yang

kemudian digabung dengan Hoofdinspectie Waterstaat (Inspektorat Pengairan)

menjadi Administratie van den Waterstaat en der Civiele Gebouwen (Administrasi

Pengairan dan Bangunan Sipil) pada tahun 1828.

Pada tahun 1864 BOW menangani pengelolaan, pengawasan pengairan

dan pekerjaan umum di Hindia Belanda (pembangunan sipil seperti jalan,

jembatan dan bangunan publik lainnya), pengelolaan pertambangan dan mesin

uap. Lebih lanjut, departemen ini menangani bidang komunikasi (pos, telegraf, dan

sambungan telepon), sarana perhubungan (perkeretaapian dan pelabuhan),

administrasi pergudangan, layanan tabungan kantor pos, hingga pengerukan

sungai. Dalam perkembangan organisasinya, pada tahun 1934, departemen ini

bergabung dengan Departement van Gouvernementsbedrijven (Departemen Urusan

BUMN) menjadi Departement van Verkeer en Waterstaat (Departemen

Perhubungan dan Pengairan.4

Penataan arsip BOW dilakukan berdasarkan kurun waktu yang

menunjukkan bahwa organisasi ini menggunakan dua jenis sistem arsip yang

berbeda. Adapun sistem kearsipan yang digunakan dalam penataan arsip BOW

pada saat dinamisnya (periode 1800-an sampai 1924) adalah sistem Verbaal dan

Kaulbach berdasarkan nomor registrasi dalam kartu agenda (kurun waktu 1925-

1942).5

Sistem Verbaal6 berasal dari kegiatan yang dilakukan dalam Staten-

Generaal (Lembaga Perwakilan Rakyat Kerajaan Belanda) pada abad 17-18 ketika

pejabat tertentu meyampaikan laporan termasuk didalamnya korespondensi.7

Secara kearsipan, Verbaal dapat diartikan sebagai kesatuan dokumen yang

merujuk pada sebuah keputusan8 dan ditata bukan berdasarkan subyek melainkan

4Subdit Pengolahan Arsip Konvensional Sebelum Tahun 1945, Inventaris Arsip Departement Burgelijke Openbare Werken, Arsip Nasional RI, 2010. 5Ibid Hal 3 6Ibid hal 3 7 F.J.M. Otten, Gids voor de Archieven van de Ministeries en de Hoge Colleges van Staat 1813-1940 (Den Haag: Instituut voor Nederlandse Geschiedenis, 2004), 46 8 W. R. Hugenholtz, An East Indian Serial: Mailrapporten (1869-1940), Itinerario 4:2 (1980) : 73

Page 9: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

9

secara kronologis sesuai tanggal keputusan. Sistem ini sebenarnya telah

dipraktekkan sekitar tahun 1800-an dimana kesamaan bentuk redaksi menjadi

dasar pengelompokan dokumen, namun baru diresmikan tahun 1823 dengan

keluarnya Keputusan Raja (Koninklijk Besluit) tanggal 4 September 1823 nomor 7.

Sistem Verbaal adalah suatu sistem yang terdiri dari seri Verbaal yaitu

keputusan kepala organisasi yang tertulis dalam lembaran ganda atau kertas dobel

folio, yang didalamnya disertakan surat/dokumen masuk yang berkaitan dan

konsep surat keluar yang telah disetujui (kadang juga disertai dokumen

pendukung lain seperti memo, nota dinas, atau advis dari instansi lain). Dalam

sistem ini, untuk membaca atau menemukan arsip yang dimaksud, dikenal 4

(empat) jalan masuk atau dikenal dengan istilah Toegangen.

Toegangen atau jalan masuk terdiri dari agenda, index, dan klapper dan

autoriteiten. Sistem Verbaal digunakan di BOW pada tahun 1914 – 1924, namun

jalan masuknya tidak lengkap. Belum ditemukan agenda sama sekali. Baru

ditemukan sebuah klapper tahun 1922, dan dua buah autoriteiten tahun 1921 dan

1924. Agenda, adalah suatu daftar yang berisi informasi tentang keluar masuknya

surat yang disusun berdasarkan urut nomor. Keberadaan agenda ini diketahui dari

kode ‘Ag. No.’ (nomor agenda) yang terdapat dalam Verbaal. Index merupakan

jalan masuk utama dalam arsip menurut sistem Verbaal. Index adalah suatu daftar,

dimana pada lajur bagian atas pada halaman atau folio tertentu ditulis mengenai

rubrik atau subyek yang telah ditentukan. Oleh karena itu index juga disebut index

folio.

Klapper pada umumnya adalah daftar nama atau tempat atau kata tangkap

yang terdapat dalam index. Dalam arsip BOW, klapper adalah index nama sehingga

sering disebut namensklapper (klapper nama) untuk mempertegas perbedaan

dengan klapper yang lain. Klapper disusun sesuai abjad (alfabetis) dan memuat

nama-nama orang yang terdapat atau tercantum di dalam surat yang diterima atau

dikirimkan. Autoriteiten adalah suatu daftar atau catatan yang memuat dari

instansi mana suatu surat itu dikirim, termasuk keterangan mengenai tanggal dan

Page 10: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

10

nomor surat. Jalan masuk ini berfungsi terutama ketika arsip tersebut masih aktif,

yakni untuk memudahkan penemuan kembali arsip atau menggabungkan kembali

arsip apabila suatu instansi menulis surat dengan menunjuk surat yang pernah

dikirimnya hanya dengan tanggal dan nomor suratnya saja.

Sistem Kaulbach9 diperkenalkan di Hindia Belanda oleh seorang pegawai

bernama Kaulbach yang mempelajari sistem arsip pada waktu ia di Belanda dalam

organisasi Staatshollandspoor (Jawatan Kereta Api Belanda) sehingga sering

disebut juga Sistem Kaulbach. Dalam sistem ini, arsip dikelompokkan berdasarkan

subyek dengan kumpulan keputusan/Verbaal sebagai seri utama. Sistem Kaulbach

menggunakan jalan masuk yang terdiri dari hoofdenlijst, agenda, klapper,

autoriteiten, dan controle boeken.

Hoofdenlijst disusun berdasarkan afdeling (bagian atau divisi dalam

departemen). Bentuk jalan masuk ini sama dengan hoofdenlijst yang terdapat pada

sistem Verbaal namun pada sistem kartu, hoofdenlijst dibuat terpisah dalam

bentuk buku. Agenda di sini berbeda dengan agenda yang terdapat dalam sistem

Verbaal. Tidak semata-mata untuk mencatat surat masuk dan surat keluar, agenda

ini menjadi jalan masuk utama sistem Kaulbach karena juga merujuk pada tanggal

dan nomor Verbaal. Agenda ini memiliki bentuk asli kartu yang kemudian

dibundel/dijilid. Pembagian agenda ini berdasarkan divisi/afdeling yang ada.

Agenda terbagi menjadi agenda biasa dan agenda geheim (rahasia). Klapper dalam

sistem ini memiliki bentuk yang sama dengan yang ada dalam sistem Verbaal,

namun klapper dalam sistem ini merujuk pada autoriteiten. Autoriteiten dalam

sistem ini sama dengan yang terdapat dalam sistem Verbaal, namun kadang

memiliki nama yang berbeda seperti autoriteiten register dan register van

ingekomen stukken. Jalan masuk ini tidak dapat digunakan untuk mengakses arsip.

Controle boek adalah buku yang berfungsi untuk mengecek status pengiriman

surat keluar. Buku ini hanya digunakan pada saat arsip dinamis sehingga tidak

dapat digunakan untuk mengakses arsip.

9Subdit Pengolahan Arsip Konvensional Sebelum Tahun 1945. Inventaris Arsip Departement

Burgerlijke Openbare Werken”, Arsip Nasional RI, 2010

Page 11: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

11

I I I . P E L A K S A N A A N

A. Jenis-jenis Pengujian

1. Pemeriksaan Kondisi Ruang Penyimpanan,

Pemeriksaan kondisi ruang penyimpanan arsip BOW meliputi:

a. Suhu (0C), Suhu adalah ukuran kuantitatif terhadap temperatur;

b. Kelembaban (%RH), Kelembaban adalah konsentrasi uap air di

udara;

c. Intensitas cahaya (lux), Intensitas cahaya adalah besaran pokok

fisika untuk mengukur daya yang dipancarkan oleh suatu sumber

cahaya pada arah tertentu per satuan sudut;

d. Intensitas UV (µW/M), Intensitas UV adalah intensitas radiasi

elektromagnetis terhadap panjang gelombang yang lebih pendek dari

daerah dengan sinar tampak, namun lebih panjang dari sinar-X yang

kecil.

Pengujian suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan intensitas UV

dilakukan di ruang penyimpanan arsip BOW lantai 6 dan 7 gedung depo G.

Pengujian suhu dan kelembaban dilakukan dengan menggunakan

thermohygrometer digital SWEMA AIR 300, sedangkan pengujian intensitas

cahaya (lux), dan intensitas UV dilakukan dengan menggunakan alat Elsec

UV Monitor. Pengujian suhu dan kelembaban dilakukan pada 3 titik ruangan

dalam kondisi lampu nyala. Sedangkan pengujian intensitas cahaya dan UV

dilakukan pada kondisi lampu mati, lampu nyala dan dekat jendela.. Masing-

masing pengujian dilakukan pada pagi hari sebelum identifikasi kondisi

kerusakan pada arsip BOW.

2. Identifikasi Kondisi Kerusakan

Identifikasi terhadap kondisi kerusakan arsip BOW diperoleh dengan

melakukan pengamatan terhadap jenis kerusakan dan tingkat kerusakan

yang terjadi pada arsip BOW berdasarkan Damage Atlas meliputi:

Page 12: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

12

a. Pengujian terhadap kerusakan jilidan;

b. Pengujian terhadap kerusakan akibat kimia;

c. Pengujian terhadap kerusakan akibat mekanik;

d. Pengujian terhadap kerusakan akibat serangga dan binatang pengerat;

e. Pengujian terhadap kerusakan akibat air.

3. Identifikasi Ciri Fisik

a. Ketebalan lembaran kertas. Tebal kertas adalah jarak tegak lurus

antara dua permukaan kertas pada kondisi standar10. Pengujian

ketebalan dilakukan terhadap lembaran kertas arsip dan banden arsip

secara keseluruhan.

b. Ketebalan banden arsip secara keseluruhan. Tebal banden adalah

jarak tegak lurus antara dua permukaan banden pada kondisi standar.

Pengujian ketebalan dilakukan terhadap banden arsip secara

keseluruhan.

c. Bobot banden arsip. Bobot adalah berat bundel/jilidan arsip diukur

dengan satuan gram.

d. Ukuran kertas. Ukuran kertas adalah standar atau norma untuk

mengukur panjang dan lebar yang dinyatakan dalam cm.

e. Watermark. Pengamatan dilakukan terhadap watermark/tanda air

yang terdapat pada lembaran arsip

4. Pengujian pH Permukaan

Pengujian pH atau derajat keasaman pada arsip kertas BOW dilakukan

dengan metode pH permukaan11 dengan menggunakan pH meter HORIBA.

Pengujian pH dilakukan pada sampel yang diambil secara acak pada

permukaan kertas di bagian depan, tengah dan belakang pada jilidan atau

bundel arsip.

10 SNI 14-0435-1998. - Cara uji tebal lembaran pulp, kertas dan karton 11 SNI 14-4735-1998 - Cara uji pH permukaan kertas

Page 13: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

13

B. Cara Pengambilan Sampel Uji/Pengujian

Penataan arsip BOW dilakukan berdasarkan periodesasi yang

menunjukkan bahwa organisasi ini menggunakan dua jenis sistem penataan arsip

yang berbeda, arsip BOW terdiri dari arsip toegangen tahun 1914-1942, arsip yang

disusun dengan sistem Verbaal (Verbaal BOW) dan sistem Agenda (Agenda BOW).

Jumlah seluruh arsip BOW berdasarkan penghitungan yang dilakukan oleh staf

Subdit Instalasi Laboratorium adalah 13.797 boks yang berisi arsip yang tidak

berbentuk jilidan (diasumsikan 1 boks berukuran 10 cm berisi 1 sampul arsip atau

1 nomor) dan sebanyak 503 boks yang khusus berisi arsip Toegangen (jalan

masuk) dalam bentuk jilidan dan memakai boks dari Belanda dalam berbagai

ukuran.

Dari jumlah 14.300 boks (13.797 + 503) kemudian diambil sampel, karena

jumlah populasinya berada di antara 10.000 – 15.000 boks maka menurut tabel

Krajcie dan Morgan (1970)12 sampel yang diambil yaitu berkisar antara 370 – 375

boks. Penghitungan terhadap interval sampel dilakukan dengan cara membagi

seluruh jumlah boks dengan perkiraan jumlah sampel yang diambil maka akan

diperoleh nilai 40 (14.300/370), maka dilakukan pengambilan sampel untuk

Toegangen mulai dari no 40, 80, 120, dst., begitu juga dengan arsip dengan sistem

Verbaal, sementara untuk arsip dengan sistem Agenda yang berkurun waktu

antara tahun 1925-1942, karena belum memiliki nomor definitif, dilakukan

pengambilan sampel berdasarkan tahun arsip sampai semua tahun terambil secara

acak dimana arsip-arsip tersebut sudah memiliki nomor sementara. Untuk arsip

yang belum memiliki nomor sementara tidak dilakukan pengujian karena masih

dalam proses pengolahan yang dilakukan oleh Subdit Pengolahan Arsip

Konvensional Sebelum Tahun 1945. Karena itu sampel yang semula akan diuji

370-375 sampel, hanya dapat diuji sebanyak 297 sampel dari arsip BOW yang

sudah memiliki identitas nomor, baik nomor sementara maupun nomor definitif.

12

Gempur, Santoso. Fundamendal Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Prestasi Pustaka

Publisher. Cetakan Kedua, Jakarta 2007 : 59

Page 14: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

14

Lihat lampiran 1 Matrik Data Hasil Pengujian Kerusakan Arsip BOW dan lampiran

2 Matrik Data Hasil Pengujian Ciri Fisik dan Kondisi Keasaman (pH) Arsip BOW.

Nomor sampel/formulir uji masing-masing arsip BOW sebagai berikut : Toegangen

sampel uji nomor 1-35, Sistem Verbal sampel uji nomor 36-142 dan Sistem

Agenda sampel uji nomor 143- 297.

Untuk pengujian derajat keasaman (pH), sampling dilakukan terhadap

lembaran kertas yang ada pada bagian awal, tengah dan akhir arsip tiap bundelnya

kemudian dibuat nilai kisarannya, demikian pula untuk ketebalan kertas, ukuran,

dan watermark. Untuk jenis dan tingkat kerusakan arsip dilihat dari keseluruhan

tampilan arsip mulai dari lembaran paling awal sampai lembaran paling akhir.

C. Hasil Pengujian dan Pembahasan

1. Pemeriksaan Kondisi Ruang Penyimpanan

Selama pengujian berlangsung, parameter kondisi lingkungan yang

diamati di ruang penyimpanan arsip Burgerlijke Openbare Werken (BOW) lantai

6 dan 7 depo G adalah suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan UV. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi ruangan sesuai dengan kondisi

ruang penyimpanan arsip yang dipersyaratkan. Adapun hasil pengamatan,

dapat dilihat dalam tabel berikut:

Page 15: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

15

Tabel 1. Kondisi ruang penyimpanan arsip Burgerlijke Openbare Werken

(BOW) lantai 6 dan 7 depo G

No Parameter uji* Kondisi Ruang Penyimpanan

Keterangan Standar Lantai 6 Lantai 7

1. Suhu (0C) 18 – 22* 21,6 – 22,5 21,9 – 23,7 Pengukuran ***: 04 Feb, 04 Maret, 08 April, 06 Mei 2011

2. Kelembaban (% RH) 45 – 55* 42,1– 45,2 44,1 – 47,7

3. Cahaya (lux) maks 55 (terang)**

38,2 30,8

4. UV (µW/M) maks 75 (terang)**

0 1,3

Keterangan :

* Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2000 tentang Standar Penyimpanan Fisik Arsip

** Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta, 1992

*** Pengukuran intensitas cahaya, UV, suhu dan kelembaban ruang pada tiga titik yang mewakili dengan kondisi beberapa lampu tidak menyala. Pengukuran dilakukan pada pagi hari. AC berfungsi baik, sedangkan dehumidifier dalam keadaan mati.

Hasil pengamatan kondisi suhu dan kelembaban relatif lantai 6 dan 7

ruang depo G yang ditunjukan pada tabel di atas, dapat kita lihat bahwa suhu

masih belum sesuai, sedangkan kondisi kelembaban relatif sudah memenuhi

standar yang dipersyaratkan untuk ruang depo arsip.

Suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi kondisi fisik arsip kertas

yang disimpan karena jika terjadi perubahan suhu yang cukup tinggi akan

menyebabkan terjadi perubahan pada volume dan ketegangan. Jika perubahan

itu terjadi terus-menerus, akan dapat menyebabkan kertas menjadi lemah

karena putusnya rantai ikatan kimia pada polimer selulosa. Jika suhu udara

naik, maka kelembaban udara akan turun dan air yang terkandung di dalam

kertas akan dilepas, sehingga kertas menjadi kering dan menyusut, bila ini

terjadi maka serat selulosa yang menyusun lembaran kertas akan saling tarik

menarik. Namun sebaliknya bila suhu turun, maka kelembaban udara akan naik

dan kertas akan menyerap air sehingga kandungan air dalam kertas akan

bertambah sehingga volume kertas akan bertambah, disamping itu dengan

Page 16: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

16

bertambahnya kandungan air dalam kertas akan memberi peluang bagi jamur

untuk tumbuh dan berkembang biak.13 Untuk itulah penting untuk tetap

menjaga agar suhu dan kelembaban relatif tetap stabil.

Selain suhu dan kelembaban relatif ada hal lain yang dapat

mempengaruhi kondisi arsip yaitu cahaya, baik yang berasal dari alam maupun

buatan, yang dapat membuat material dalam hal ini kertas menjadi lemah, serta

mengubah warna dari kertas menjadi pudar atau lebih gelap. Kerusakan yang

diakibatkan oleh cahaya bersifat irreversible atau tidak dapat dikembalikan

seperti keadaan semula, dan seiring berjalannya waktu efeknya akan terus

terakumulasi. Cahaya matahari mengandung sinar-sinar yang berbahaya seperti

sinar inframerah dan ultra violet. Karena itu penting untuk melindungi arsip

dari paparan langsung sinar matahari.14

Sinar-sinar yang terdapat dalam cahaya dapat dibagi dalam tiga

kelompok menurut panjang gelombangnya, yaitu sinar ultra violet dengan

panjang gelombang antara 300-400 milimikron, sinar cahaya tampak dengan

panjang gelombang antara 400-700 milimikron dan sinar infra merah dengan

panjang gelombang lebih besar dari 760 milimikron, dimana semakin kecil

panjang gelombang dari suatu sinar maka makin besar energi yang dihasilkan

sehingga sinar ultra violet merupakan sinar dengan kekuatan merusak yang

paling besar karena memiliki panjang gelombang paling kecil. Sinar ultra violet

dapat mengakibatkan perubahan terhadap warna tulisan dimana tulisan

menjadi pudar dan lama kelamaan akan mengakibatkan kertas menjadi rapuh

dan kehilangan kekuatan. 15

Dari hasil pengukuran terhadap cahaya matahari pada lantai 6 dan 7

gedung G tempat arsip BOW disimpan banyaknya cahaya yang masuk ke ruang

penyimpanan dan sinar UV seluruh hasilnya di bawah batas maksimal dari yang

13 Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip,

Jakarta, 1992, hlm. 16. 14 Rene Teygeler, Preservation of Archives in Tropical Climates, ICA/ARA/ANRI, 2001, hlm

93-94. 15Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, op. cit., hlm 12-13.

Page 17: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

17

ditetapkan oleh standar, sehingga dapat dikatakan bahwa ruang penyimpanan

dalam kondisi baik.

2. Identifikasi Kondisi Fisik

Arsip BOW merupakan arsip media kertas yang dapat rusak karena

berbagai sebab sehingga memperlihatkan beragam jenis dan tingkat kerusakan.

Jenis dan tingkat kerusakan pada arsip ditentukan berdasarkan buku Archive

Damage Atlas, buku ini digunakan untuk mengenali jenis dan tingkat kerusakan

yang terjadi pada arsip serta penyebab dari kerusakan.

Hasil pengujian identifikasi kondisi fisik arsip BOW (matrik Hasil

Pengujian Kondisi Kerusakan Arsip BOW pada lampiran 1) ditunjukkan pada

diagram berikut :

Gambar 1. Diagram Persentase Kondisi Fisik Arsip BOW

Baik 71%

Rusak Ringan 37%

Rusak Sedang 55%

Rusak Berat 8%

Rusak, 29%

Persentase Kondisi Fisik Arsip BOW

Baik

Rusak Ringan

Rusak Sedang

Rusak Berat

Page 18: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

18

Dari hasil uji dan gambar diagram di atas diperoleh hasil kondisi fisik

arsip BOW 71% berada dalam kondisi baik/tidak mengalami kerusakan,

sementara 29% dalam kondisi rusak, baik ringan, sedang maupun berat.

Pada persentase kondisi arsip yang rusak tersebut, tingkat kerusakan

terbesar adalah pada tingkat kerusakan sedang sebesar 55%, kemudian

kerusakan ringan 37% dan kerusakan berat sebesar 8%. Hasil ini menunjukkan

bahwa kondisi arsip BOW secara keseluruhan umumnya masih dalam kondisi

baik, dengan penampakan yang masih baik. Tingkat kerusakan yang terjadi

pada umumnya hanya pada tingkat kerusakan sedang dan ringan. Kerusakan

berat yang teridentifikasi sebesar 8% dari populasi arsip rusak.

Data persentase tingkat dan jenis kerusakan Arsip BOW ditunjukkan

pada diagram berikut ini:

Gambar 2. Diagram Persentase Jenis Kerusakan Arsip BOW

Dari gambar 2 di atas menunjukkan bahwa jumlah persentase jenis

kerusakan yang terjadi pada arsip BOW yaitu kerusakan akibat faktor kimia >

akibat faktor mekanik > pada jilidan > akibat faktor air > akibat hama.

persentase terbesar adalah jenis kerusakan karena faktor kimia sebesar 64%.

Jilidan 7%

Kimia 64%

Mekanik 21%

Hama 3%

air 5%

Persentase Jenis Kerusakan Arsip BOW

jilidan(khusus toegangen)

kimia

mekanik

hama

air

Page 19: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

19

Persentase tingkat kerusakan pada masing-masing jenis kerusakan baik

rusak ringan, sedang atau berat ditunjukkan pada gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Diagram Persentase Tingkat Kerusakan Arsip BOW

Keterangan : Pada arsip BOW hanya Toegangen yang memiliki jenis kerusakan pada jilidan karena berbentuk banden/jilidan, sedangkan arsip BOW sistem Verbaal dan Agenda berbentuk bundel tanpa dijilid.

Berdasarkan gambar 3 di atas menunjukkan bahwa kerusakan yang

terjadi pada arsip BOW, umumnya berada pada tingkat kerusakan ringan dan

sedang. Kerusakan berat mempunyai persentase yang lebih kecil dibandingkan

dengan kerusakan ringan dan sedang.

Persentase kerusakan berat paling tinggi ditunjukkan oleh kerusakan

pada jillidan untuk toegangen sebesar 20,8%. Jenis kerusakan ini

diidentifikasikan dengan adanya pelengkungan, lepasnya jahitan, terkelupasnya

punggung jilidan, longgarnya jilidan, lepasnya lembaran arsip, dan rusaknya

permukaan jilidan. Sementara tingkat kerusakan berat dengan persentase besar

lainnya adalah kerusakan akibat faktor mekanik sebesar 13,0% yang

64,1%

67,4%

39,6%

31,2%

45,8%

23,4%

27,9%

47,4%

64,1%

33,3%

12,5%

4,7%

13,0%

4,6%

20,8%

kerusakan akibatfaktor air

kerusakan akibatfaktor biologi

kerusakan akibatfaktor mekanik

kerusakan akibatfaktor kimia

kerusakan pada jilidan(khusus BOWToegangen)

Persentase Tingkat Kerusakan Arsip BOW

rusak ringan rusak sedang rusak berat

Page 20: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

20

diakibatkan oleh penggunaan dan kekerasan. Jenis kerusakan ini

diidentifikasikan dengan adanya kerutan pada sudut halaman, sobekan kecil di

sepanjang tepi arsip, kertas patah akibat lipatan, dan lubang pada kertas akibat

vandalisme, dll.

Data hasil pengujian berdasarkan jenis arsip BOW diuraikan sebagai

berikut:

a. Kerusakan Pada Toegangen

Hasil pengujian identifikasi kondisi Toegangen ditunjukkan pada

gambar berikut ini:

Gambar 4. Diagram Persentase Kondisi Fisik Toegangen

Berdasarkan gambar diagram di atas diperoleh hasil kondisi Toegangen

63% berada dalam kondisi baik/tidak mengalami kerusakan, sementara 37%

nya dalam kondisi rusak, baik ringan, sedang maupun berat. Persentase

kerusakan terbesar adalah pada kerusakan ringan sebesar 21%, kemudian

kerusakan sedang 13% dan kerusakan berat sebesar 3%. Hasil ini menunjukkan

bahwa kondisi Toegangen umumnya masih dalam kondisi baik, dengan

penampakan yang masih baik. Kerusakan yang terjadi pada umumnya hanya

pada lembaran tertentu saja dan tidak mencakup keseluruhan bundel arsip.

Baik 63%

rusak ringan 21%

rusak sedang 13%

rusak berat 3%

Persentase Kondisi Fisik Toegangen

Baik

rusak ringan

rusak sedang

rusak berat

Page 21: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

21

Data persentase tingkat kerusakan toegangen berdasarkan jenis

kerusakan ditunjukkan pada tabel dan diagram berikut ini:

Tabel 2. Persentase Tingkat dan Jenis Kerusakan Toegangen

No. Parameter Kerusakan

Persentase Tingkat Kerusakan

Rusak ringan

Rusak sedang

Rusak Berat

1 Jilidan 1. Melengkung 7.3 4.2 0

2. Punggung 5.2 11.5 6.3

3. Jahitan 5.2 15.6 14.6

4. Permukaan 28.1 2.1 0

Jumlah 48.5 33.4 20.9

2 Kimia 5. Api 0 0 0

6. Foxing 10.8 36.5 0

7. Korosi Tinta 17.6 18.9 0

8. Korosi Tembaga 0 0 0

9. Selotape 0 0 0

10. Karat 0 0 0

11. Perbaikan sebelumnya 14.9 1.4 0

Jumlah 43.3 56.0 0

3 Mekanik 12. Penggunaan 80.6 12.9 6.5

13. kekerasan 0 0 0

Jumlah 80.6 12.9 6.5

4 Biologi 14. Serangga 68.8 31.3 0

15. Tikus 0 0 0

Jumlah 68.8 31.3 0

5 Air 16. Noda 93.3 6.7 0

17. Rapuh 0 0 0

18. Jamur 0 0 0

19. lengket 0 0 0

Jumlah 93.3 6.7 0

Page 22: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

22

Gambar 5. Diagram Persentase Tingkat Kerusakan Toegangen

Pada arsip BOW hanya arsip toegangen yang berbentuk jilidan. Dari

hasil pengujian dan gambar di atas (tabel: 2, gambar: 5) menunjukkan bahwa

kerusakan yang terjadi pada arsip BOW toegangen, umumnya berada pada

tingkat kerusakan ringan dan sedang. Kerusakan berat hanya ditunjukkan pada

kerusakan jilidan dan kerusakan akibat faktor mekanik.

Kerusakan berat pada jilidan yang dialami oleh arsip BOW toegangen

adalah kerusakan yang diakibatkan oleh rusaknya punggung jilidan dan

kerusakan pada jahitan sehingga lembaran arsip lepas dari jilidannya. Kondisi

kerusakan dapat kita lihat pada gambar 6 di bawah ini.

45,8%

43,2%

80,6%

68,8%

93,3%

33,3%

56,8%

12,9%

31,3%

6,7%

20,8%

6,5%

kerusakan pada jilidan

kerusakan akibat faktorkimia

kerusakan akibat faktormekanik

kerusakan akibat faktorbiologi

kerusakan akibat faktorair

Persentase Tingkat Kerusakan Toegangen

rusak ringan rusak sedang rusak berat

Page 23: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

23

Gambar 6. Contoh Kerusakan Jilidan Pada Toegangen

Kerusakan pada punggung jilidan (BOW Toegangen No. 78)

Kerusakan akibat lepasnya lembaran kertas dari jilidan

(BOW Toegangen No. 78)

Pada gambar 6 terlihat bagian punggung jilidan (yang biasanya memuat

tulisan judul berkas) hilang. Bila kerusakan ini tidak ditangani dengan segera

maka lama kelamaan bukan hanya punggung buku tetapi jahitan pada jilidan

akan putus dan memperbesar kemungkinan lepasnya lembaran arsip sehingga

informasi yang terkandung di dalamnya akan hilang, oleh karena itu untuk

jilidan yang lepas harus segera dijilid ulang. Kerusakan berat lainnya adalah

kerusakan akibat dari penggunaan (sebab mekanik) yang umumnya ditandai

dengan adanya lipatan, sobek dan lekukan pada kertas. Hal tersebut diakibatkan

kekurang hati-hatian dari pengelola maupun pengguna arsip pada saat

melakukan penanganan terhadap arsip tersebut. Perbaikan yang dapat

dilakukan dengan kondisi seperti di atas adalah perbaikan dengan mesin

leafcasting.

Hal lain yang menjadi perhatian adalah tingginya persentase kerusakan

sedang yang diakibatkan oleh faktor kimia yaitu foxing dan korosi tinta.

Walaupun tingkatan kerusakannya masih berada dalam kategori sedang namun

sangat berpotensi menjadi kerusakan berat apabila tidak segera ditangani.

Korosi tinta dan foxing apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan

hilangnya informasi pada arsip (Gambar 7).

Page 24: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

24

Gambar 7. Contoh Kerusakan Faktor Kimia Akibat Korosi Tinta

Kerusakan Akibat Korosi Tinta

(BOW Toegangen No. 118)

Korosi tinta pada kategori kerusakan sedang seperti gambar di atas

menunjukkan tulisan pada bagian belakang kertas arsip menembus hingga

berbayang pada permukaan bagian depan, sehingga menyebabkan

berkurangnya kualitas pembacaan tulisan pada arsip. Hal ini apabila lebih lanjut

tidak segera ditangani akan menyebabkan korosi bertambah parah dan bagian

tulisan akan rapuh dan akhirnya akan berlubang. Penanganan kondisi suhu dan

kelembaban yang stabil dapat menghambat percepatan korosi tinta.

b. Kerusakan Pada Arsip BOW Sistem Verbaal

Hasil pengujian identifikasi kondisi arsip BOW sistem Verbaal

ditunjukkan pada diagram berikut ini:

Page 25: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

25

Gambar 8. Diagram Persentase Kondisi Fisik Sistem Verbaal

Berdasarkan gambar diagram di atas diperoleh hasil kondisi arsip BOW

sistem Verbaal 72% berada dalam kondisi baik/tidak mengalami kerusakan,

sementara 28%-nya dalam kondisi rusak, baik ringan sedang maupun berat.

Persentase kerusakan terbesar adalah pada kerusakan sedang sebesar 15%,

kemudian kerusakan ringan 11% dan kerusakan berat sebesar 2%. Hasil ini

menunjukkan bahwa kondisi arsip BOW sistem Verbaal umumnya masih dalam

kondisi baik, dengan penampakan fisik yang masih baik. Kerusakan yang terjadi

pada umumnya hanya pada lembaran tertentu saja dan tidak mencakup

keseluruhan bundel arsip.

Sedangkan data persentase tingkat dan jenis kerusakan arsip sistem

Verbaal yang rusak (28%) ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini:

Baik 72%

rusak ringan 11%

rusak sedang 15%

rusak berat 2%

Identifikasi Kondisi Fisik Sistem Verbaal

Baik

rusak ringan

rusak sedang

rusak berat

Page 26: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

26

Tabel 3. Persentase Tingkat dan Jenis Kerusakan Sistem Verbaal

No. Parameter Kerusakan

Persentase Tingkat Kerusakan

Rusak

ringan

Rusak

sedang

Rusak

berat

1 Kimia 1. Api 0.3 0 0

2. Foxing 15.5 17.4 0.9

3. Korosi Tinta 6.3 26.9 0.3

4. Korosi Tembaga 0.6 0.3 0

5. Selotape 0.6 0.3 0

6. Karat 10.1 14.9 1.6

7. Perbaikan sebelumnya 3.5 0 0.3

Jumlah 37.0 59.8 3.2

2 Mekanik 8. Penggunaan 42.9 40.0 12.4

9. Kekerasan 1.9 1.0 1.9

Jumlah 44.8 41.0 14.3

3 Biologi 10. Serangga 50.0 12.5 0.0

11. Tikus 12.5 0.0 25.0

Jumlah 62.5 12.5 25.0

4 Air 12. Noda 21.7 13.0 8.7

13. Rapuh 8.7 8.7 13.0

14. Jamur 4.3 8.7 13.0

15. Lengket 0 0 0

Jumlah 34.8 30.4 34.8

Keterangan : Pada jenis arsip ini tidak dilakukan pengujian pada jilidan karena berupa

lembaran lepas yang dibungkus menjadi satu dengan memakai kertas

pembungkus.

Data persentase tingkat kerusakan arsip sistem Verbaal ditunjukkan

pada gambar 9 berikut ini:

Page 27: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

27

Gambar 9. Diagram Persentase Tingkat Kerusakan sistem Verbaal

Berdasarkan tabel 3 dan gambar 9 di atas menunjukkan bahwa

kerusakan terjadi pada berbagai tingkat kerusakan yaitu ringan, sedang hingga

berat. Kerusakan berat yang terjadi diakibatkan oleh semua faktor penyebab

baik faktor kimia, biologi, mekanik dan air.

Persentase kerusakan berat terbesar yang terjadi adalah akibat air

dengan persentase sebesar 34,8%. Kerusakan akibat air ditandai oleh adanya

noda, rapuh dan pertumbuhan jamur. Adanya pertumbuhan jamur pada

lembaran kertas dapat menyebabkan kertas arsip menjadi rusak. Tumbuhnya

benang mycelium jamur menembus permukaan kertas dan mengeluarkan enzim

yang dapat memecah rantai selulosa pada kertas, sehingga pada akhirnya kertas

akan menjadi hancur dan kehilangan informasi yang ada. Pertumbuhan

mycelium ini juga dapat mengotori permukaan kertas. Kerusakan lain yang

diakibatkan oleh air adalah noda pada permukaan arsip yang menyebabkan

menurunnya kualitas fisik kertas, lebih lanjut dapat mengakibatkan rapuhnya

bagian kertas yang terkena air, terutama pada bagian tepi kertas (gambar 10).

Agar kerusakan tidak meluas pengaturan suhu dan kelembaban harus stabil.

37,0%

44,8%

62,5%

34,8%

59,8%

41,0%

12,5%

30,4%

3,2%

14,3%

25,0%

34,8%

kerusakan akibatfaktor kimia

kerusakan akibatfaktor mekanik

kerusakan akibatfaktor biologi

kerusakan akibatfaktor air

Persentase Tingkat Kerusakan Sistem Verbaal

rusak ringan rusak sedang rusak berat

Page 28: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

28

Gambar 10. Contoh Kerusakan Akibat Faktor Air pada Sistem Verbaal

Kerusakan akibat jamur

(BOW- Verbaal No 120)

Kerusakan akibat noda air

(BOW- Verbaal No 3000)

Kerusakan akibat noda air yang menyebabkan arsip menjadi rapuh

pada bagian tepi lembaran

(BOW- Verbaal No 120 dan 3000)

Page 29: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

29

c. Kerusakan pada Sistem Agenda

Hasil pengujian identifikasi kondisi sistem Agenda ditunjukkan pada

diagram berikut ini:

Gambar 11. Diagram Persentase Kondisi Fisik Sistem Agenda

Dari gambar diagram di atas diperoleh hasil kondisi arsip BOW sistem

Agenda 72% berada dalam kondisi baik/tidak mengalami kerusakan, sementara

28%-nya dalam kondisi rusak, baik ringan sedang maupun berat. Persentase

kerusakan terbesar adalah pada kerusakan pada tingkat sedang sebesar 18%,

kemudian kerusakan ringan 8% dan kerusakan berat sebesar 2%. Hasil ini

menunjukkan bahwa kondisi arsip BOW sistem Agenda umumnya masih dalam

kondisi baik, dengan penampakan fisik yang masih baik. Kerusakan yang terjadi

pada umumnya hanya pada lembaran tertentu saja dan tidak mencakup

keseluruhan bundel arsip.

Data persentase tingkat dan jenis kerusakan pada sistem Agenda yang

rusak (28%) ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Baik 72%

rusak ringan 8%

rusak sedang 18%

rusak berat 2%

Identifikasi Kondisi Fisik Sistem Agenda

Baik

rusak ringan

rusak sedang

rusak berat

Page 30: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

30

Tabel 4. Persentase Tingkat dan Jenis Kerusakan Sistem Agenda

No. Parameter Kerusakan

Persentase Tingkat Kerusakan

Rusak

ringan

Rusak

sedang

Rusak

berat

1 Kimia 1. Api 0.2 0 0

2. Foxing 11.3 19.3 1.5

3. Korosi Tinta 4.2 26.8 0.8

4. Korosi Tembaga 0 0.2 0

5. Selotape 0.2 0 0

6. Karat 7.6 21.4 3.6

7. Perbaikan sebelumnya 1.9 0.4 0.4

Jumlah 25.5 68.2 6.4

2 Mekanik 8. Penggunaan 27.5 59.1 12.7

9. Kekerasan 0 0 0.7

Jumlah 27.5 59.1 13.4

3 Biologi 10. Serangga 33.3 0 0

11. Tikus 33.3 33.3 0

Jumlah 66.7 33.3 0

4 Air 12. Noda 53.8 19.2 0

13. Rapuh 7.7 7.7 0

14. Jamur 7.7 0 0

15. Lengket 3.8 0 0

Jumlah 73.1 26.9 0

Keterangan: Pada jenis arsip ini tidak dilakukan pengujian pada jilidan karena berupa

lembaran lepas yang dibungkus menjadi satu dengan memakai kertas

pembungkus.

Data persentase tingkat kerusakan sistem Agenda berdasarkan jenis

kerusakannya ditunjukkan pula pada diagram batang (gambar 12) berikut ini:

Page 31: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

31

Gambar 12. Diagram Persentase Tingkat Kerusakan Sistem Agenda

Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa kerusakan yang

terjadi pada arsip BOW Sistem Agenda, umumnya berada pada tingkat

kerusakan ringan dan sedang. Kerusakan berat hanya ditunjukkan pada

kerusakan akibat faktor mekanik dan faktor kimia.

Persentase kerusakan berat paling tinggi ditunjukkan oleh kerusakan

akibat faktor mekanik sebesar 13,4% yang diakibatkan oleh penggunaan dan

kekerasan, sementara tingkat kerusakan berat lainnya adalah akibat faktor

kimia sebanyak 6,4% yang diakibatkan oleh noda, korosi tinta, karat dan

perbaikan sebelumnya.

Kerusakan akibat faktor mekanik khususnya kekerasan ditemukan

pada beberapa nomor arsip. Kerusakan berat ini diidentifikasikan dengan

ditemukannya robekan atau lubang pada bagian sudut arsip (gambar 13)

sehingga mengakibatkan hilangnya sebagian informasi arsip. Hal ini mungkin

sudah ada sebelum diakuisisi ke Arsip Nasional RI. Demikian juga untuk

kerusakan yang disebabkan akibat penggunaan pada masa inaktifnya.

25,5%

27,5%

66,7%

73,1%

68,2%

59,1%

33,3%

26,9%

6,4%

13,4%

kerusakan akibatfaktor kimia

kerusakan akibatfaktor mekanik

kerusakan akibatfaktor biologi

kerusakan akibatfaktor air

Persentase Tingkat Kerusakan Sistem Agenda

rusak ringan rusak sedang rusak berat

Page 32: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

32

Gambar 13. Contoh Kerusakan Akibat Faktor Mekanik (Penggunaan dan

Kekerasan) pada Arsip BOW Sistem Agenda

Kerusakan Akibat Lipatan

(BOW- Agenda No. 10579)

Kerusakan Akibat Penggunaan (sobek)

(BOW- Agenda No. 10557)

Kerusakan Akibat Lipatan

(BOW- Agenda No. 10579)

Pada jenis kerusakan akibat faktor kimia yang terjadi pada sistem

Agenda akibat korosi tinta memiliki persentasi paling tinggi dengan tingkat

kerusakan sedang, kemudian karat dan noda memiliki nilai cukup tinggi. Karat

disebabkan karena penggunaan paperklip yang terbuat dari logam.

Hal lain yang menjadi perhatian adalah tingginya persentase kerusakan

sedang yang diakibatkan oleh faktor kimia yaitu sebesar 68.2% akibat noda dan

korosi tinta, walaupun tingkatan kerusakannya masih berada dalam kategori

Page 33: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

33

sedang namun sangat berpotensi menjadi kerusakan berat apabila tidak segera

ditangani. Korosi tinta biasanya disebabkan oleh penggunaan tinta yang bersifat

asam, yaitu digunakannya tinta iron gall ink . Selain itu juga disebabkan karena

kelembaban, asam dan oksidasi yang mendegradasi kertas. Korosi tinta dan noda

apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan hilangnya informasi pada

arsip (gambar 14). Pencegahannya adalah dengan menjaga lingkungan tempat

penyimpanan harus bersih serta suhu dan kelembaban yang stabil.

Gambar 14. Contoh Kerusakan Akibat Faktor Kimia pada Sistem Agenda

Kerusakan Akibat Noda (BOW Sistem Agenda No. 10253)

Kerusakan Akibat Korosi Tinta (BOW Sistem Agenda No. 10579)

Kerusakan Akibat Karat (BOW Sistem Agenda No. 11531)

Paperklip Menimbulkan Noda Karat (BOW Sistem Agenda No. 11557)

Berdasarkan matriks Hasil Pengujian Identifikasi Kerusakan pada Arsip

BOW (lampiran 1) diketahui bahwa arsip BOW khususnya Arsip Toegangen

pada umumnya tidak mengalami kerusakan akibat api, korosi tembaga, selotape,

Page 34: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

34

dan tikus. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan tempat penyimpanan arsip

bebas dari kebakaran dan hama perusak arsip terutama tikus.

Tidak adanya kerusakan arsip karena korosi tembaga menunjukkan

bahwa tulisan pada arsip menggunakan tinta yang bebas dari tembaga.

Penggunaan tinta yang mengandung logam tembaga biasanya terdapat pada

arsip peta dan lukisan yang menggunakan tinta warna.

Tidak adanya kerusakan arsip karena penggunaan selotape pada masa

periode arsip tersebut belum dikenal penggunaannya terutama untuk

menyambung kertas. Selotape baru diciptakan pada tahun 1932 untuk

keperluan pengecatan mobil oleh perusahaan 3M, sedangkan selotape

transparan (tranparant tape atau scoth tape) yang biasa digunakan sekarang

untuk keperluan alat tulis kantor baru ditemukan pada tahun 1961 16.

3. Identifikasi Ciri Fisik

Identifikasi dilakukan dengan melakukan pengujian ciri fisik yang dapat

diukur yaitu: ketebalan lembaran kertas maupun ketebalan jilidan untuk arsip

yang berbentuk jilidan, bobot arsip, dan ukuran arsip. Pengujian ciri fisik

lainnya adalah watermark.

Rekapitulasi hasil pengujian identifikasi ciri fisik Arsip BOW (matrik

lengkap pada lampiran 2. Matrik Data Hasil Pengujian Ciri Fisik dan Kondisi

Keasaman (pH) Arsip BOW) ditunjukkan pada tabel berikut.

16 (http://inventors.about.com).

Page 35: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

35

Tabel 5. Hasil Pengujian Ciri Fisik Arsip BOW

No. Parameter Pengujian

Arsip BOW

Satuan Toegangen Sistem Verbaal

Sistem Agenda

1 Bobot Lembaran * *

bundel/jilidan 294 – 4582 41 – 4516 466 – 3886 gram

2 Ketebalan lembaran 74 – 50,7 49 – 149 32 – 143 µm

bundel/jilidan 0,5 – 9,5 0,1 – 6,4 0,8 – 10 cm

3 Ukuran Lembaran (27 x 23,3) s.d (46,5 x 28,5)

(21,5 x 34,5) s.d (35 x 23)

21 x 15,5) s.d (35,5 x 23)

cm

bundel/jilidan **

Catatan : * Tidak dilakukan pengujian bobot lembaran dikarenakan belum punya timbangan dengan ketelitian yang sesuai

** Tidak dilakukan pengujian ukuran bundel/jilidan.

a. Bobot banden arsip

Bobot banden/bundel/jilidan Toegangen berdasarkan pengujian

diperoleh hasil berkisar antara 294 – 4582 gram. BOW sistem Verbaal berkisar

antara 41,34 – 4516 gram. Sedangkan Arsip BOW sistem Agenda berkisar antara

644 – 3886 gram. Untuk bobot lembaran kertas tidak dilakukan pengujian

karena kurangnya sensitivitas alat ukur (timbangan). Hasil pengukuran bobot

bundel/jilidan arsip BOW ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 15. Diagram Hasil Rentang Bobot Banden Arsip BOW

3886

4516

4582

644

41,34

294

0 1000 2000 3000 4000 5000

SistemAgenda

SistemVerbaal

Toegangen

gram

Bobot Banden Arsip BOW

Page 36: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

36

Dari gambar 15 rentang bobot banden Toegangen > sistem Verbaal >

sistem Agenda. Rentang bobot arsip BOW tergantung dari banyaknya kegiatan

administrasi dalam satu tahun.

Bobot banden arsip dapat digunakan untuk memperkirakan pemilihan

jenis dan jumlah boks arsip. Dengan memperkirakan rata-rata bobot banden

maksimal maka kita bisa mengupayakan jenis kertas tertentu yang memiliki

daya tahan untuk menampung berat arsip tertentu.

b. Ketebalan

1). Ketebalan lembaran kertas

Berdasarkan hasil pengujian, ketebalan lembaran kertas Toegangen

adalah 74 – 507 mikrometer (µm), sistem Verbaal 49 – 149 µm, dan sistem

Agenda 32 – 143 µm. Hasil pengukuran ketebalan lembaran kertas arsip BOW

ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 16. Diagram Hasil Rentang Ketebalan Lembaran Arsip BOW

143

149

507

32

49

74

0 100 200 300 400 500 600

SistemAgenda

SistemVerbaal

Toegangen

mikrometer

Rentang Ketebalan Lembaran Arsip BOW

Page 37: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

37

Dari ketiga jenis arsip yang telah diuji, Toegangen memiliki rentang

ketebalan lembaran kertas yang sangat besar yaitu antara 74 sampai 507 µm,

sementara sistem Verbaal dan sistem Agenda cenderung lebih seragam.

Mengingat pengujian gramatur pada lembaran arsip tidak dapat

dilakukan, maka sebagai pembanding dilakukan pula pengujian ketebalan pada

beberapa jenis kertas dengan gramatur yang berbeda. Hasil pengujian

ditunjukan pada tabel 6 berikut:

Tabel 6. Hasil Pengujian Ketebalan dan Gramatur Beberapa Jenis Kertas

No Jenis Kertas Ketebalan (µm) Gramatur (g/m2)

1 Kertas doorslag * 33 – 40 15.9 - 18.1

2 Kertas doorslag* 58 – 65 25.0 – 28.6

3 Kertas 60 g (continous paper) 75 – 78 59.2 – 61.4

4 HVS 70 g (Paperone Copier) 94 – 99 70.9 – 72.1

5 HVS 80 g (Paperone all purpose) 115 – 116 81.7 – 83.2

6 HVS 80 g (Bola Dunia) 105 – 110 81.0 – 83.0

7 HVS 70 g (SinarDunia) 105 – 111 81.4 – 83.8

8 HVS 100 g 117 – 120 100

9 Conqueror 100 g 149 – 154 100

10 Kertas manila jilid /Kertas Karton 237 – 272 193 – 200

11 Karton board (0,5 mm) 607 – 620 408

Keterangan : *merupakan sampel uji kertas yang mempunyai gramatur kurang dari 60 g/m2

Berdasarkan hasil pengujian ketebalan lembaran kertas (gambar 16)

dan pembanding (tabel 6), menunjukkan bahwa beragamnya nilai ketebalan

arsip BOW menunjukkan pula adanya perbedaan gramatur dan jenis kertas

yang digunakan. Kertas arsip yang umum digunakan untuk arsip BOW

berdasarkan ketebalan yang terukur dan hasil pengamatan di lapangan adalah

bahwa kertas Toegangen (74–507 µm) diperkirakan memakai kertas yang

mempunyai gramatur 60 - 400 g/m2, berupa kertas HVS (folio bergaris, kertas

buku bergaris), dan kertas karton (berupa formulir). Kertas sistem Verbaal

Page 38: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

38

(49–149 µm) dan Agenda (32–143 µm) diperkirakan menggunakan kertas

dengan gramatur 17 - 100 g/m2, berupa kertas doorslag, kertas roti, kertas

buram, kertas bond dan HVS.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap ketebalan dan gramatur kertas

adalah kerapatan atau densitas kertas. Hasil pengujian pembanding walaupun

tidak memberikan relevansi mutlak antara ketebalan dan gramatur, dilakukan

untuk memberikan gambaran lebih mengenai keberagaman dan perkiraan nilai

gramatur kertas yang terdapat pada khasanah arsip BOW.

2). Ketebalan banden arsip secara keseluruhan

Berdasarkan hasil pengujian, ketebalan banden Toegangen adalah

0,5 – 9,5 cm, sistem Verbaal 0,1 – 6,4 cm dan sistem Agenda 0,8 – 10 cm. Hasil

pengukuran ketebalan banden arsip BOW ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gambar 17. Diagram Hasil Rentang Ketebalan banden Arsip BOW

Perbedaan ketebalan arsip Toegangen, Verbaal dan Agenda tidak

ditentukan oleh pemakaian terhadap suatu jenis lembaran kertas, karena

ketiganya tidak menggunakan jenis kertas yang sama. Ketebalan lebih

10,0

6,4

9,5

0,8

0,1

0,5

0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0

SistemAgenda

SistemVerbaal

Toegangen

cm

Ketebalan Banden Arsip BOW

Page 39: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

39

diperkirakan karena sedikit atau banyaknya kegiatan administrasi yang

berlangsung dalam 1 tahun.

Ketebalan banden arsip dapat digunakan untuk pemilihan boks arsip.

Dengan mengukur ketebalan dan ukuran bundel maka kita dapat memilih boks

arsip yang sesuai. Arsip BOW hasil pengolahan Subdit Pengolahan Arsip

Konvensional Sebelum tahun 1945 disimpan dalam boks khusus (boks dari

Belanda) sesuai dengan ukuran masing-masing banden.

c. Ukuran kertas

Berdasarkan pengujian diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Pengujian Ukuran Kertas pada Arsip BOW

No Arsip BOW Ukuran Kertas

1. Toegangen (27 x 23,3) cm – (46,5 x 28,5) cm

2. Sistem Verbaal (21,5 x 34,5) cm – (35 x 23) cm

3. Sistem Agenda (21 x 15,5) cm – (35,5 x 23) cm

Untuk mengetahui jenis ukuran kertas Arsip BOW digunakan

pembanding ukuran kertas yang tersedia di pasaran pada tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8. Ukuran Jenis Kertas Pembanding Yang Tersedia Di Pasaran

No Jenis Kertas Ukuran Kertas

1. Letter (21.5 X 27.9) cm

2. Ledger atau Tabloid (27.9 x 43.2) cm

3. A5 (21,0 x 14,8) cm

4. Folio (21,5 x 33) cm

Jika dibandingkan dengan penggunaan kertas sekarang pada tabel

diatas, ukuran kertas yang digunakan pada Toegangen termasuk ukuran letter

hingga ledger atau tabloid. Sistem Verbaal dan Agenda menggunakan jenis

Page 40: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

40

kertas ukuran A5 dan Folio serta ukuran lain yang pada periode tersebut belum

ada ketentuan ukuran untuk membuat sebuah surat, atau mungkin dibuat

dengan ukuran kertas yang tersedia pada waktu itu.

d. Watermark

Pada lembaran arsip Toegangen tidak ditemukan watermark, namun

untuk sistem Verbaal dan Agenda ditemukan watermark yang dipakai pada

beberapa tahun penciptaan arsip.

Dari hasil pengujian terhadap sampel uji diperoleh penggunaan

watermark sebanyak 40 jenis yaitu:

Tabel 9. Watermark pada Sistem Verbaal dan Agenda

No Tahun Watermark *

1 1914 Schoeller Bausch Neu Kalis (1) 2 1915 Schoeller Bausch Neu Kalis (1) 3 1916 Schoeller Bausch Neu Kalis (1) 4 1917 Schoeller Bausch Neu Kalis (1), Javashce Boekhandel (2), Batavia

Landsdrukkerij (3), Normaal 2 A (4). 5 1919 Schoeller Bausch Neu Kalis (1) 6 1922 Batavia Landsdrukkerij (3) 7 1923 Batavia Landsdrukkerij (3) Normaal 1 A KNP (5), Maastricht Normaal 12 A

(6), Nederlandsch Indie (7). 8 1924 Norm 1A VGZ Amsterdam (8) 9 1928 Normaal Bank (9), Normaal VGZ (10), Alpamy Perfection (11), Abermill Bond

made in GT Britain (12), Batavia Landsdrukkerij (3), Canas Bond (13), Mosa Bank 2283 (14), Van Dorp (15), Amstelbank GHB (16), Golon Bond made in Norwa (17), Nederlandsch Indie (7).

10 1928 Batavia Landsdrukkerij (3), Archipel Bank Padalarang (18), Amstelbank GHB (16), Normaal Bank (9), Van Dorp (15), Ella Bond (19), Hammermill Bond made in USA (20), Kosmos (21), Mosa Bank 5563 (22).

11 1930 Batavia Landsdrukkerij (3), Van Dorp (15), Normaal Bank (9), Archipel Bank Padalarang (18), Luna Bond made in USA GHB (23), Lobarnoghc(24), Alpamy Perfection (11), Hammermill Bond made in USA (20), Amstelbank GHB (16), GHB Unicum (25), Howard Bond made in USA (26), Maastricht Normaal 1a K.N.P (27), R.HV. Sorbostyle (28), A. Gesteteterei’o Rotary (29), Batavia L.2.v.H EN P (30).

12 1931 Exchange Bond (31), Van Gelder Zonen (32), Luna Bond (23), Archipel Bank Padalarang (18), Batavia Landsdrukkerij (3), Bank Post Ideal (33), Locarno GHC (34), Normaal Bank (9), Batavia Landsdrukkerij (3), Howard Bond (26), Alpamy Perfection (11), Mossa Bank 583 (35) ,Ankerbank eco (36), Ick Vaer Ende Comp (37).

13 1932 Luna Bond (23), Spendid Cyclostile (38). 14 1936 AmstelBank Padalarang (39), ABC Bond (40), Nederlandsch Indie (7)

Keterangan : * Watermark dapat berupa tulisan, gambar atau kombinasi keduanya

Page 41: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

41

Berdasarkan tabel 9, dapat dibaca bahwa tulisan watermark yang

terdapat pada kertas arsip sistem Verbaal dan Agenda berupa merk atau nama

perusahaan dalam bahasa asing yaitu bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman.

Diduga semua kertas arsip yang diciptakan dengan watermark tersebut

merupakan produksi dari negeri Belanda (contoh: Van Dorp), Amerika (contoh:

Howard Bond made in USA), Jerman, Inggris (contoh: Abermill Bond made in GT

Britain) dan Indonesia. Contoh kertas yang diproduksi di Indonesia adalah

kertas yang mempunyai watermark Batavia Landsdrukkerij dan Archipel Bank

Padalarang, diketahui pabrik Kertas Padalarang berdiri tahun 1922 di mana

pada masa itu merupakan milik pemerintah Belanda.

Penyajian contoh watermark pada sistem Verbaal dan sistem Agenda

tidak seluruhnya dapat ditampilkan karena tulisan dan gambar pada watermark

tidak terlihat jelas. Beberapa contoh watermark yang dapat ditampilkan adalah

sebagai berikut (untuk lebih jelas lihat lampiran):

Page 42: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

42

Gambar 18. Contoh Watermark Pada Arsip BOW Sistem Verbaal

Archipel Bank Padalarang

(Arsip No. 14078 Tahun 1930) Luna Bond made in USA

( Arsip No. 14152 Tahun 1930)

Hammermill Bond made in USA (Arsip No. 14078 Tahun 1930)

Abermill Bond made in GT Britain ( Arsip No. 14563 Tahun 1928)

Alpamy Perfection

(Arsip No. 14078 Tahun 1930) Splendid cyclocycle

(Arsip No. 13519 Tahun 1932)

Page 43: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

43

Gambar 19. Contoh Watermark Pada Arsip BOW Sistem Agenda

Normaal 1 A KNP ( Arsip No. 4280 Tahun 1924)

Maastricht Normaal 12 A (Arsip No. 3000 Tahun 1922)

Batavia Landsdrukkerij (Arsip No. 14540 Tahun 1928)

Watermark dapat dijadikan sebagai salah satu ciri dari suatu arsip yang

dikeluarkan oleh sebuah lembaga pada masa tertentu. Namun bisa saja setiap

instansi akan memakai kertas yang memiliki watermark sama atau berbeda dari

periode yang sama sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan lembaga tersebut.

4. Identifikasi Tingkat Keasaman (pH)

Pengukuran kondisi keasaman pada arsip kertas dilakukan untuk

menentukan tingkat kerusakan arsip kertas secara kimia. Tingkat keasaman

(pH) merupakan salah satu parameter yang menunjukkan degradasi atau

penurunan kualitas kertas. Kerusakan pada kertas arsip BOW selain jenis

Page 44: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

44

kerusakan yang nampak secara visual yang dibahas di atas, juga dapat

ditentukan dengan pengukuran tingkat keasaman (pH).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua kertas arsip BOW dalam

kondisi asam dengan nilai pH di bawah 7 (lampiran 2, Matrik Data Hasil

Pengujian Ciri Fisik dan Kondisi Keasaman (pH) Arsip BOW). Hasil ini

menunjukkan bahwa walaupun koleksi arsip BOW berdasarkan pengamatan

visual pada umumnya masih dalam kondisi baik akan tetapi berdasarkan nilai

keasamannya menunjukkan gejala kerusakan parah dengan kondisi nilai pH

pada umumnya di bawah 5.

Rentang tingkat keasaman (pH) arsip BOW ditunjukkan pada diagram

berikut:

Gambar 20. Diagram Hasil Rentang Tingkat Keasaman (pH) Arsip BOW

Catatan: Pengujian tingkat keasaman (pH) pada arsip BOW Sistem Verbaal dan Agenda dilakukan pada sampel arsip dan lembar tunjuk silang.

Dari gambar di atas terlihat nilai pH arsip BOW Toegangen berada pada

rentang 2,76-4,81; arsip BOW sistem Agenda, 3,05-4,58; dan arsip BOW sistem

Verbaal 2,74-5,11. Hal ini menunjukkan bahwa semua jenis arsip BOW dalam

keadaan asam. Standar Nilai keasaman (pH) untuk arsip kertas menurut

4,58

5,11

4,81

3,05

2,74

2,76

0 2 4 6 8 10 12 14

SistemAgenda

SistemVerbaal

Toegangen

pH

Hasil Rentang Tingkat Keasaman (pH) Arsip BOW

Page 45: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

45

Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2000

tentang Pedoman Penggunaan Kertas Untuk Arsip Bernilaiguna Tinggi adalah 7

(netral) atau sedikit alkalis/basa.

Berdasarkan hasil pengujian pH tersebut menunjukkan bahwa kondisi

arsip BOW sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan dan perlu segera

mendapatkan penanganan dengan cara deasidifikasi. Deasidifikasi penting

dilakukan untuk menetralkan asam dalam kertas dan memberi bahan penahan

(buffer) untuk melindungi kertas dari pengaruh asam yang berasal dari luar.

Kandungan asam yang terdapat di dalam kertas dapat mempercepat

terjadinya kerusakan pada kertas karena terjadi reaksi hidrolisa. Oleh karena

itu asam merupakan zat yang sangat berbahaya bagi kertas dan harus

dihilangkan. Asam yang terbentuk di dalam kertas dapat terjadi karena

berbagai macam sumber dan cara, baik dari dalam kertas itu sendiri maupun

dari faktor luar. Keasaman dari dalam kertas disebabkan oleh senyawa kimia

penyusun kertas yang lambat laun akan teroksidasi dan terhidrolisa. Keasaman

dari faktor luar berasal dari gas-gas polutan yang terdapat di udara, seperti

sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan gas-gas lain yang juga berbahaya.

Pengamatan Tambahan: Elemen-elemen Yang Terdapat pada Arsip BOW

Selain pengujian terhadap kondisi ruang, fisik dan kerusakan yang

terjadi pada arsip, secara singkat dilakukan pula pengamatan terhadap format

dari naskah dinas arsip BOW yang dibuat pada masa itu.

Unsur atau elemen yang terdapat pada Toegangen antara lain: perihal,

subyek, rubrik, afdeling/bagian, nomor kartu, tanggal surat masuk dan keluar

dan isi ringkas. Lihat gambar di bawah ini.

Page 46: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

46

Gambar 21. Contoh Toegangen Jenis Agenda

(Arsip BOW No. 1200 Tahun 1931)

Unsur atau elemen yang terdapat pada naskah dinas sistem Verbaal dan

Agenda antara lain: nomor Verbaal, tanggal, kop, pengirim dan penerima,

subyek, perihal, isi dan penutup surat. Lihat gambar di bawah ini.

A B C D E F G H I J K L M N O … Z Model: No :

Perihal : Bangunan untuk Monopoli Candu Kartu No. 1

No Masuk 1931 Isi Ringkas Bagian Keluar Kolom untuk

penunjukan

Tanggal No Dari Tanggal Kepada

Page 47: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

47

Gambar 22. Contoh Arsip BOW Sistem Verbaal Pada Halaman Muka

(Arsip BOW No. 480 Tahun 1916)

Model : No. 4 Diterima oleh bagian …………. Diterima oleh Ekspedisi

………….

Diterima oleh redaktur …………. Dikirim …………. Diselesaikan oleh redaktur ………… Indeks Folio ………… Diringkas oleh Ketua/Kepala ……….. Agenda ……….. Diterima oleh Arsip ………….

Batavia, 30 Maret 1916

DIREKTUR

Bagian A DINAS PEKERJAAN UMUM Agenda No. 8602/16 Membaca surat dari

Dibawa lagi 1 bulan Residen di Kediri

10 Maret 1916

Kembali pada bagian A

Register

Exh :

Perhatikan : VI 3954/16

Perihal : MEMUTUSKAN Gedung Tempat Tinggal Ditulis : Di Kediri Kepada C.W.A Lampiran :

Page 48: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

48

Pada umumnya berkas pada sistem Verbaal, diakhiri dengan draft

Besluit (Keputusan) dengan format tertentu. Hal ini dapat dikatakan salah satu

ciri khas atau karakteristik sistem Verbaal. Draft ini terdiri dari format standar

yaitu nomer Verbaal, pasal: “Gelezen” = membaca, “Gelet op”= memperhatikan

dan “Heeft Besloten”= memutuskan.

Format penulisan naskah dinas antara sistem Verbaal dan Agenda sama,

perbedaannya terletak pada pencatatan arsip pada saat dinamis.

Pada waktu penciptaan arsip BOW belum dikenal cap basah (tinta)

sehingga tidak terdapat penggunaan stempel17.

17 Stempel cap dinas yang digunakan sehingga tanda pengenal yang sah dan berlaku seperti

sekarang.

Page 49: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

49

I V . K E S I M P U L A N D A N S A R A N

A. Kesimpulan

1. Kondisi ruang penyimpanan arsip Burgerlijke Openbare Werken (BOW,

1914-1942) pada lantai 6 dan 7 gedung G selama pengujian berlangsung

memenuhi persyaratan meliputi kelembaban, cahaya dan sinar ultraviolet

tetapi suhu melebihi batas maksimal yang ditentukan.

2. Berdasarkan pengujian identifikasi kondisi fisik arsip BOW diketahui

karakteristik sebagai berikut:

Secara keseluruhan kondisi arsip BOW 71% berada dalam kondisi

baik/tidak mengalami kerusakan, sementara 29%-nya dalam kondisi

rusak, baik rusak ringan, sedang maupun berat. Distribusi tingkat

kerusakan adalah 55% rusak ringan, 37% rusak sedang dan 8%

rusak berat.

Besarnya persentase jenis kerusakan yang terjadi adalah kerusakan

akibat faktor kimia > faktor mekanik > kerusakan pada jilidan >

faktor air > faktor biologi. Persentase kerusakan akibat faktor kimia

adalah 64%, yang umumnya berada pada tingkat kerusakan ringan

dan sedang.

Kondisi kerusakan masing-masing jenis arsip BOW adalah

Toegangen 63% berada dalam kondisi baik, 37%-nya dalam kondisi

rusak, baik rusak ringan, sedang maupun berat. Arsip BOW sistem

Verbaal 72% berada dalam kondisi baik, 28%-nya dalam kondisi

rusak. Arsip BOW sistem Agenda 72% berada dalam kondisi baik,

28%-nya dalam kondisi rusak.

Persentasi tingkat kerusakan masing-masing jenis arsip BOW

dengan kategori rusak berat adalah Toegangen pada kerusakan

jilidan yang diakibatkan oleh rusaknya punggung jilidan dan

kerusakan pada jahitan sehingga lembaran arsip lepas dari

Page 50: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

50

jilidannya. Pada sistem Verbaal adalah akibat air yang ditandai oleh

adanya noda, rapuh dan pertumbuhan jamur. Pada sistem Agenda

adalah akibat faktor mekanik yang diakibatkan oleh penggunaan dan

kekerasan.

3. Ciri fisik pada arsip BOW (bobot, ketebalan, ukuran) sangat bervariasi yang

menunjukkan beragamnya jenis kertas yang digunakan. Penggunaan kertas

tersebut tidak dapat dibandingkan dengan tata naskah yang sudah baku.

Bobot banden Toegangen > sistem Verbaal > sistem Agenda. Rentang

bobot arsip BOW tergantung dari banyaknya kegiatan administrasi

dalam satu tahun.

Adanya perbedaan ketebalan menunjukkan penggunaan jenis kertas

dengan gramatur yang berbeda-beda. Kertas Toegangen

(74–507 µm) diperkirakan memakai kertas yang mempunyai

gramatur 60 - 400 g/m2, berupa kertas HVS (folio bergaris, kertas

buku bergaris), dan kertas karton (berupa formulir). Kertas sistem

Verbaal (49–149 µm) dan Agenda (32–143 µm) diperkirakan

menggunakan kertas dengan gramatur 17 - 100 g/m2, berupa kertas

doorslag, kertas roti, kertas buram, kertas bond dan HVS.

Ukuran kertas arsip Toegangen termasuk ukuran letter hingga ledger

atau tabloid. Sistem Verbaal dan Agenda menggunakan jenis kertas

ukuran A5 dan folio serta ukuran lain.

Pada Arsip BOW Toegangen tidak ditemukan watermark dalam

lembaran kertas penyusunnya, sedangkan pada beberapa tahun

penciptaan untuk arsip sistem Verbaal dan Agenda ditemukan 40

jenis watermark berupa merk atau nama perusahaan dalam bahasa

asing yaitu bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman. Diduga semua

kertas arsip yang diciptakan dengan watermark tersebut merupakan

produksi dari negeri Belanda, Amerika, Jerman, Inggris dan

Indonesia.

Page 51: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

51

4. Seluruh Arsip BOW baik Toegangen, sistem Verbaal maupun Agenda berada

dalam kondisi asam dengan nilai pH di bawah 7. Nilai pH Toegangen berada

pada rentang 2,76-4,81, sistem Verbaal 2,74-5,11 dan sistem Agenda 3,05-

4,58.

B. Saran

1. Kondisi ruang penyimpanan untuk kelembaban, cahaya dan sinar ultra

violet harus dapat dipertahankan sesuai persyaratan. Khusus untuk suhu

yang melebihi maksimal sebaiknya penyetelan AC lebih rendah dari yang

biasa dilakukan serta harus dilakukan pembatasan keluar masuknya

petugas dari dan ke luar depo penyimpanan.

2. Mengingat beragamnya kondisi dan tingkat kerusakan pada arsip BOW

maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Perlu dilakukan restorasi arsip untuk arsip-arsip yang rusak

sebelum dilayankan pada pengguna.

Perlu dilakukan alihmedia arsip kedalam bentuk digital untuk

menyelamatkan informasi arsip khusus untuk arsip yang rusak

berat.

Sebaiknya pada saat akuisisi arsip kertas, semua bahan yang dapat

merusak arsip seperti paperklip, binder klip dan staples dilepas dari

fisik arsip, karena dapat menimbulkan korosi pada kertas.

Perlu dilakukan kontrol kerusakan arsip dengan melakukan uji petik

(karena volume arsip kertas banyak), perfond (khasanah) secara

bertahap atau dengan menelusuri arsip yang dipinjam oleh layanan

sebelum dilayankan pada pengguna.

3. Mengingat beragamnya ciri fisik pada arsip BOW (bobot, ketebalan, ukuran)

maka perlu dipersiapkan sarana penyimpanan seperti boks, portepel,

kertas casing yang sesuai.

Page 52: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

52

4. Perlu segera dilakukan deasidifikasi seluruh koleksi arsip BOW baik

Toegangen, dengan sistem Verbaal maupun sistem Agenda. Khusus arsip

Toegangen perlu segera penjilidan ulang.

5. Perlu dilakukan pengujian identifikasi lanjutan yang lebih menyeluruh

terhadap koleksi arsip BOW khususnya pengujian jenis-jenis watermark,

jenis-jenis serat berdasarkan kurun waktu penciptaan untuk mendukung

otentisitas arsip sebagai database dalam rangka menentukan autentifikasi

arsip; Pengujian kadar air untuk arsip-arsip yang rusak karena faktor air;

dan lain-lain.

Jakarta, 29 Oktober 2011

Tim Peneliti Identifikasi Arsip BOW

- Yanah Suryanah : ( .......................... ) Peneliti Pertama

- Euis Shariasih : ( .......................... ) Peneliti

- Sari Hasanah : ( .......................... ) Peneliti

- Wiwi Diana Sari : ( ........................... ) Peneliti

- Supriadi : ( ........................... ) Pembantu Peneliti

- Aris Widodo : ( ........................... ) Pembantu Peneliti

- Roby Syafurjaya : ( ........................... ) Pembantu Peneliti

- Fitra Yeni : ( ........................... ) Pembantu Peneliti

Page 53: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

53

D A F T A R P U S T A K A

P e r a t u r a n

1. Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2000

tentang Standar Penyimpanan Fisik Arsip.

2. Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2000

Tentang Pedoman Penggunaan Kertas untuk Arsip Bernilai Guna Tinggi.

S t a n d a r

3. SNI 14-4735-1998 - Cara uji pH permukaan kertas.

4. SNI 14-0435-1998. - Cara uji tebal lembaran pulp, kertas dan karton.

B u k u

5. Peter van der Most, Peter Defize, John Havermans. Archives Damage Atlas A

Tool for Assessing Damage. Nationaal Archief, Metamorfoze, The Hague

2010.

6. F.J.M. Otten, Gids voor de Archieven van de Ministeries en de Hoge Colleges van

Staat 1813-1940, Instituut voor Nederlandse Geschiedenis, Den Haag,

2004.

7. W. R. Hugenholtz, An East Indian Serial: Mailrapporten (1869-1940),

Itinerario 4:2 , 1980.

8. Rene Teygeler. Preservation of Archives in Tropical Climates, ICA/ARA/ANRI,

2001.

9. Razak, M., Retno Anggarini. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta,

1992.

10. Subdit Instalasi Laboratorium. Laporan Pengujian Identifikasi Serat Kertas

Pada Arsip Hoge Regering Tahun 1700 s/d 1811. Arsip Nasional

Republik Indonesia, Jakarta, 2008.

Page 54: PENGUJIAN IDENTIFIKASI KONDISI

54

11. Subdit Pengolahan Arsip Konvensional Sebelum Tahun 1945. Inventaris

Arsip Departement Burgelijke Openbare Werken, Arsip Nasional RI,

Jakarta, 2010.

12. Gempur, Santoso. Fundamendal Metodologi Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif. Prestasi Pustaka Publisher. Cetakan Kedua, Jakarta 2007

13. http://www.paperonweb.com/size.htm. 28 Oktober 2011