pengujian ekstrak daun asam jawa (tamarindus …repository.utu.ac.id/760/1/bab i_v.pdfcfr = 0,3%....
TRANSCRIPT
i
PENGUJIAN EKSTRAK DAUN ASAM JAWA (Tamarindus
indica) TERHADAP GIGITAN NYAMUK DI KOMPLEK
PERUMAHAN DESA PERSIAPAN PEUNAGA
BARO KECAMATAN MEUREUBO
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
IRFAN ASWANDI
10C10104113
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara global daerah tropis dapat menimbulkan berbagai macam penyakit
tropis yang salah satunya dapat disebabkan oleh nyamuk seperti malaria, Demam
Berdarah Dengue (DBD), filariasis, dan chikungunya. Penyakit-penyakit tersebut
menyebar secara luas di daerah tropis termasuk Argentina utara, bagian utara
Australia, seluruh Bangladesh, Barbador, Bolivia, Belize, Brazil, Kamboja, Costa
Rica, Republik Dominika, El salvador, Guatemala, Guyana, Honduras, India,
Jamaika, Laos, Malaysia, Meksiko, Mikronesia, Panama, Paraguay, Filipina,
Puerto Riko, Samoa, Singapure, Sri langka, Suriname, Taiwan, Thailand,
Trinidad, Venezuela, Vietnam, Cina selatan, dan Indonesia. WHO mengatakan
sekitar 2,5 miliar orang atau dua per lima dari populasi dunia, kini menghadapi
resiko dari dengue dan memperkirakan bahwa mungkin akan menjadi 50 juta
kasus infeksi dengue di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyakit ini sekarang telah
menjadi endemik dilebih dari 100 negara (Anggraeni, 2010).
Nyamuk merupakan salah satu serangga yang memiliki peran sebagai vector
dari agen penyakit. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih merupakan
masalah kesehatan bagi masyarakat (islamiah, dkk. 2013).
Indonesia merupakan salah satu negara terbesar yang memiliki iklim
tropis. Penyakit-penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk masih sering
1
2
terjadi di masyarakat sehingga menimbulkan epidemi yang berlangsung secara
luas dan cepat. Penyebab utama munculnya epidemi berbagai penyakit tropis
disebabkan karena penyebaran nyamuk sebagai vektor yang tidak terkendali.
Penyakit tropis di Indonesia sangat sulit diberantas karena laju perkembangbiakan
nyamuk yang menularkan penyakit tersebut cukup cepat, selain itu juga kepadatan
penduduk juga memacu perkembangbiakan jentik nyamuk (Anggraini dkk, 2013).
Di musim hujan hampir tidak ada daerah di Indonesia yang terbebas dari serangan
penyakit akibat nyamuk (Satari dan Meiliasari, 2008). Tingginya angka kesakitan
dan kematian akibat nyamuk menjadi masalah kesehatan di Indonesia. World
Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan
kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Soepardi, 2010).
Pada tahun 2012 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 90.245
kasus dengan kematian 816 orang (Incidence Rate / Angka Kesakitan = 37,11 per
100.000 penduduk dan CFR = 0,90%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada
tahun 2012 dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 65.725 kasus dengan IR =
27,67. Begitu pula dengan kasus klinis filariasis yang meningkat dari tahun ke
tahun, namun pada 2012 kasus klinis filariasis ada penurunan dan penyakit
malaria pada tahun 2012 juga terjadi penurunan kasus malaria positif menjadi
417.819 kasus (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).
Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sering terjadi
penyakit-penyakit akibat nyamuk seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
malaria. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) provinsi Aceh adalah
3
2.269 jiwa dengan kematian berjumlah 7 jiwa. IR (Insidens Rate) kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) di provinsi Aceh pada tahun 2012 IR = 48/100.000 dan
CFR = 0,3%. Kasus malaria klinis (demam tinggi disertai menggigil) tanpa
pemeriksaan sediaan darah yang berjumlah 21.993. Malaria positif adalah
berjumlah 1.068. Jumlah API (Annual parasite index) di provinsi Aceh tahun
2012 berjumlah 0,2% (Profil Kesehatan Provinsi Aceh, 2012).
Provinsi Aceh terdiri dari 23 kabupaten, salah satunya adalah Aceh Barat.
Aceh Barat juga memiliki masalah-masalah kesehatan akibat nyamuk yang masih
memerlukan perhatian. Pada tahun 2012 terdapat 6 kasus DBD di Aceh Barat dan
175 kasus malaria (Profil Dinkes Aceh Barat Data 2013). Di Desa Persiapan
Peunaga Baro Kecamtan Merurebo Kabupaten Aceh barat tahun 2012 terdapat 1
kasus malaria dan 2 kasus DBD (laporan puskesmas meurebo tahun 2012). Tahun
2013 terdapat 2 kasus malaria (laporan puskesmas meurebo tahun 2013). Tahun
2014 terdapat 1 kasus malaria dan 3 DBD. (laporan bulanan puskesmas meurebo
2014). Meskipun angka kasus gigitan nymuk masih sedikit, namun di komplek
Perumahan Desa Persiapan Peunaga Baro diduga desa yang paling padat populasi
nyamuk di seluruh desa yang ada di kecamatan meurebo, nyamuk yang paling
banyak terdapat di Komplek Perumahan Peunaga Baro adalah nyamuk Aedes
aegypti dan Cullex. sp (laporan puskesmas meureubo tahun 2014), hal ini
dikarenakan lingkungan yang masih kumuh, tidak adanya tempat penampuangan
sampah perumahan, parit yang ada disetiap rumah masyarakat juga tersumbat,
sehingga menyebabkan nyamuk suka berada dilingkungan desa peunaga baro.
4
Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan dalam mengendalikan vektor
nyamuk, salah satunya dengan penggunaan insektisida kimia yang dianggap lebih
efektif dalam menanggulangi vektor. Namun penggunaan insektisida kimia yang
terus menerus dalam jangka waktu lama akan menimbulkan resistensi terhadap
serangga target. Hal ini terkait karena kemampuan vektor mengembangkan sistem
kekebalan tubuhnya terhadap insektisida yang sering digunakan dalam
pengendalian nyamuk (Nusa. dkk, dalam Kiswanto, 2012).
Ada beberapa tanaman yang memiliki bau yang khas dan yang aromanya
tidak disukai oleh nyamuk. Tanaman-tanaman tersebut mengandung insektisida
alami dari berbagai senyawa metabolik sekunder yang dihasilkannya, sehingga
mengeluarkan bau yang khas dan tidak disukai oleh nyamuk. Tanaman ini terbagi
dalam dua jenis, yaitu tanaman yang secara langsung dapat mengusir nyamuk
karena aroma yang dikeluarkan tanaman tersebut, seperti geranium, selasih, zodia
dan suren dan tanaman yang dapat menghasilkan zat pengusir nyamuk yang
sebelumnya harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu, seperti lavender,
kayu putih, serai wangi, akar wangi, cengkeh dan nimba (Pradani. dalam
Kiswanto, 2012).
Salah satu tanaman yang mudah di dapat dan bermanfaat bagi manusia
adalah tanaman daun asam jawa (Tamarindus indica) di Indonesia banyak sekali
tanaman asam jawa yang tumbuh hampir di sepanjang jalan begitu juga di
Propinsi lainnya termasuk Aceh terdapat sangat banyak sekali tumbuhan tersebut
yang tumbuh di sepanjang jalan dan juga dibudidaya oleh masyarakat. Namun
5
anehnya setiap lokasi yang terdapat banyak di tumbuhi tanaman asam jawa ini
tidak terdapat nyamuk yang berkeliaran disekitar dedaunan tanaman tersebut.
Menurut hasil dari penelitian Young (2012), dalam Program Kreativitas
Mahasiswa - Penelitian (PKM-P) yaitu Ekstrak Daun Asam Jawa Terhadap
Nyamuk Ae. aegypti yang diteliti pada laboratorium parasitologi fakultas
kedokteran hewan unsyiah, ada pengaruh pengolesan repelen alamai ekstrak daun
asam jawa terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti, untuk pengujian kepada jenis
nyamuk lainnya belum ada hasil penelitian laboratorium, namun secara
pengamatan awal yang dilakukan oleh Young (2012) dan penulis sendiri dengan
mengoleskan daun asam jawa dibagian tubuh diwaktu siang dan malam hari maka
terlihat pengaruh terhadap gigitan nyamuk malam dan siang. Young (2012),
mengatakan bahwa ada beberapa tanaman yang mengandung insektisida alami
dari berbagai senyawa metabolik sekunder yang dihasilkannya, sehingga
mengeluarkan bau yang khas dan tidak disukai oleh nyamuk.
Berdasarkan hasil dari penelitian dan pengamatan tersebut menimbulkan
perhatian penulis untuk melakukan penelitian Ekstrak Daun Asam Jawa
(Tamarindus indica) Sebagai Repelen Alami Terhadap Gigitan Nyamuk yang
akan di ujikan langsung dilapangan kepada masyarakat Komplek Perumahan
Desa Persiapan Peunaga Baro Kecamatan Mereubo Kabuapten Aceh Barat.
6
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah daya tolak daun Asam Jawa (Tamarindus indica) terhadap
gigitan nyamuk ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk membuktikan potensi ekstrak daun Asam Jawa (Tamarindus indica)
sebagai repelen alami terhadap gigitan nyamuk di Desa Peunaga Baro.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Pengaruh daya tolak ekstrak daun Asam Jawa
(Tamarindus indica) terhadap gigitan nyamuk untuk pengujian pada masyarakat
luas.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi masyarakat dapat menggunakan daun asam jawa (Tamarindus
indica) sebagai repelen alami terhadap gigitan nyamuk dengan mudah, aman
dan ramah lingkungan serta dapat dibuat sendiri oleh masyarakat.
2. Manfaat bagi institusi kesehatan khususnya pemegang program penyakit
tular vektor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi
pemegang program penyakit tular vektor dalam pencegahan terhadap gigitan
nyamuk penyebab penyakit didalam lingkungan masyarakat dengan
7
menggunakan peptisida nabati yaitu daun asam jawa (Tamarindus indica)
sebagai repelen alami.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1. Pengembangan penelitian mengenai repelen alami terhadap gigitan nyamuk.
2. Menambah informasi peluang pengembangan repelen alami khususnya
ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica) sebagai repelan alami terhadap
gigitan nyamuk.
3. Diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian selanjutnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyamuk
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam orde Diptera; genera termasuk
Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia,
Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang
merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang
langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali
melebihi 15 mm (Gunasegaran, 2012).
Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai Mosquito, berasal dari
sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil.
Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583. Di Britania Raya nyamuk
dikenal sebagai gnats (Gunasegaran, 2012).
Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk
menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan
amfibi untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk
pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah,
yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap
darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda
dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap
darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah
8
9
menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik
nyamuk yang lain (Gunasegaran, 2012).
2.2 Klasifikasi Ilmiah
Gunasegaran. 2012, mengatakan, klasifikasi ilmiah Nyamuk adalah sebagai
berikut.
Alam : Hewan
Filum : Arthropoda
Kelas : Serangga (Insecta)
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae.
2.3 Nyamuk dan Penyakit
Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia
dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus (Chandra, 2012). Penyakit yang
ditularkan oleh nyamuk masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat,
baik di perkotaan maupun di pedesaan, seperti : Deman Berdarah Dengue (DBD),
Malaria, Filariasis (kaki gajah), Chikungunya, dan Encephalitis (Islamiah dkk,
2013).
2.3.1 Demam Berdarah Denggue (DBD)
Demam Berdarah Dengaue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dari famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus ini mempunyai
10
empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Keempat serotipe ini menimbulkan gejala yang berbeda-beda jika menyerang
manusia. Serotipe yang menyebabkan infeksi paling berat di Indonesia, yaitu
DEN-3. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan
melalui nyamuk Aedes aegypti atau Ae. albopictus (Satari dan Meiliasari, 2004).
2.3.2 Malaria
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik,
disebabkan oleh Protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia,
dan splenomegali. Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies,
yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale. Malaria juga melibatkan hospes perantara, yaitu manusia
maupun vertebra lainnya, dan hospes definitif, yaitu nyamuk anopheles
(Mansjoer, 2001).
2.3.3 Filariasis
Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria bancrofti
dan Brugia malayi. Jumlah spesies Anopheles, Aedes, Culex, dan Mansonia cukup
banyak, tetapi kebanyakan dari spesies tersebut tidak penting sebagai vektor
alami. Di daerah tropis dan subtropis, Culex quinquefasciatus (fatigans), nyamuk
penggigit di lingkungan perumahan dan perkotaan, yang berkembang biak dalam
air setengah kotor sekitar tempat tinggal manusia, merupakan vektor umum
penyakit filariasis bancrofti yang mempunyai periodisitas noktural. Aedes
polynesiensis adalah vektor umum filariasis bancrofti nonperiodesitas di beberapa
11
kepulauan Pasifik Selatan. Nyamuk ini hidup di luar kota di semak-semak (tidak
pernah dalam rumah) dan berkembang biak di dalam tempurung kelapa dan
lubang pohon. Walau menghisap darah dari binatang peliharaan mamalia dan
unggas, nyamuk ini lebih menyukai darah manusia (Chandra, 2012).
2.3.4 Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit mirip demam dengue yang disebabkan oleh
virus chikungunya dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
africanus. Virus chikungunya adalah virus yang termasuk dalam genus virus alfa
dari famili Togaviridae. Masa inkubasinya chikungunya adalah 1-6 hari. Gejala
penyakit diawali dengan demam mendadak, kemudian diikuti munculnya raum
kulit dan limfadenopati, artralgia, mialgia, atau artritis yang merupakan tanda dan
gejala khas chikungunya. chikungunya tergolong arthropod-borne disease, yaitu
penyakit yang disebarkan oleh artropoda (Widoyono, 2011).
2.3.5 Encephalitis
Encephalitis salah satu jenis penyakit. Encephalitis adalah Japenese
encephalitis (JE). Encephalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan
syaraf pusat yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk genus Culex
sp (Muammar H.B, 2013).
2.4 Morfologi Nyamuk Secara Umum
Ukuran nyamuk ini kecil sekali dan halus 4-13 mm. Pada kepala terdapat
probosis halus dan panjang yang melebihi panjang kepala. Pada nyamuk betina
12
probosis dipakai pada alat tusuk dan pengisap darah, sedang pada yang jantan
dipakai pada pengisap cairan tumbuh-tumbuhan,buah-buahan dan keringat. Dikiri
dan kanan probosis terdapat palpus yang terdiri dari 5 ruas dan sepasang antena
yang terdiri dari 15 segmen. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat disebut
plumose dan pada betina rambutnya jarang disebut pilose.
Bagian thoraks yang kelihatan yaitu mesonotum sebagian besar ditutup
dengan bulu halus. Bulu ini mungkin berwarna putih atau kuning dan membentuk
gambaran yang khas untuk masing-masing feses (Muammar H.B, 2013).
Bagian posterior dari mesonotum terdapat skutelum yang berbentuk pada
Anophelini, melengkung (rounded) dan Culicini, mempunyai 3 lengkungan
(trilobus) (Muammar H.B, 2013).
Nyamuk mempunyai sayap yang panjang dan langsing mempunyai vena
yang permukaannya ditutupi dengan sisik sayap (wing scales) yang terletak
mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat deretan rambut yang disebut fringe.
Abdomen berbentuk silinder yang terdiri dari 10 segmen. Dua segmen terakhir
berubah menjadi alat kelamin (Muammar H.B, 2013).
2.5 Siklus Hidup Nyamuk
Nyamuk memiliki metamorfosis lengkap. Siklus hidup mereka terdiri dari
empat tahap: telur, larva, pupa dan dewasa. Mereka meletakkan telur di rakit yang
berada di atas air, di sisi wadah di mana air akan segera menutupi, atau pada tanah
lembab di mana mereka dapat menetas dengan air hujan atau air pasang surut.
13
Tidak peduli apa jenis nyamuk, air sangat penting untuk berkembangbiak. Elemen
penting larva adalah air dan habitat larva nyamuk banyak dan beragam. Larva
nyamuk lebih suka air pada tempat air yang tenang dan dapat ditemukan dalam
kontainer air, lubang pohon, selokan pinggir jalan, daerah dataran rendah, rawa
dan rawa-rawa garam pasang surut. Nyamuk tidak ditemukan dalam sungai
bergerak atau di daerah sasaran aksi gelombang berat (Gunasegaran, 2012)
Berikut gambar siklus kehidupan nyamuk.
Gambar 2.1 Siklus Kehidupan Nyamuk
Nyamuk
Dewasa
larva
Telur Pupa
14
2.5.1 Telur Nyamuk
Telur nyamuk biasanya memanjang dan berukuran sekitar satu milimeter.
Seekor nyamuk dapat menghasilkan 50 sampai 300 telur. Nyamuk menghisap
darah untuk menghasilkan telur. Telur dapat menetas dalam 1-3 hari jika
diletakkan di air. Telur nyamuk tidak menetas seluruhnya, tetapi menetas
bertahap. Sekitar 80% dari telur menetas selama barisan pertama dengan
penetasan 5% menyusul seterusnya. Banyak spesies telur yang tetap dorman
dalam tanah selama bertahun-tahun sebelum menetas. Adaptasi ini menjamin
kelangsungan hidup nyamuk meskipun kondisi cuaca yang tidak menguntungkan
atau usaha manusia untuk membasmi mereka (Gunasegaran, 2012).
2.5.2 Larva Nyamuk
Perkembangan stadium larva bertingkatan pula, antara tingkatan yang satu
dengan tingkatan lainnya bentuk dasarnya sama. Sepanjang stadium larva dikenal
empat tingkatan yang tingkatan masing - masing dinamakan instar. Untuk larva
nyamuk instar pertama, kedua, ketiga dan keempat bulu - bulu sudah lengkap
sehingga untuk identifikasi larva diambil larva instar keempat. Stadium larva
memerlukan waktu kurang lebih satu minggu. Pertumbuhan dan perkembangan
larva dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur, cukup tidaknya
bahan makanan, ada tidaknya pemangsa dalam air dan lain sebagainya
(Gunasegaran, 2012).
15
2.5.3 Pupa Nyamuk
Pupa adalah stadium akhir dari nyamuk yang berada di dalam air. Stadium
pupa tidak memerlukan makanan dan merupakan stadium dalam keadaan inaktif.
Pada stadium ini terjadi pembentukan sayap sehingga setelah cukup waktunya
nyamuk yang keluar dari pupa dapat terbang. Meskipun stadium pupa dalam
keadaan inaktif, bukan berarti tidak ada proses kehidupan. Pupa tetap memerlukan
oksigen, oksigen masuk ke dalam tubuh melalui corong nafas. Stadium ini
mengambil waktu 12 hari (Gunasegaran, 2012).
2.5.4 Nyamuk Dewasa
Nyamuk dapat dibedakan antara nyamuk jantan dan betina. Nyamuk jantan
keluar dari pupa terlebih dahulu sebelum nyamuk betina. Setelah nyamuk jantan
keluar, maka jantan tersebut tetap tinggal di dekat sarang. Kemudian setelah jenis
betina keluar, maka jantan kemudian akan kawin dengan betina sebelum betina
tersebut mencari darah. Betina yang telah kawin akan beristirahat untuk sementara
waktu (1-2 hari) kemudian baru mencari darah. Setelah perut dipenuhi oleh darah,
betina akan beristirahat lagi untuk menunggu proses pematangan dan
pertumbuhan telurnya. Selama hidupnya nyamuk betina hanya kawin sekali.
Nyamuk betina menghisap darah untuk memenuhi kebutuhan zat bagi telur.
Waktu proses perkembangan telurnya berbeda - beda tergantung pada temperatur
dan kelembapan serta spesies nyamuk (Gunasegaran, 2012).
16
2.6 Pencegahan Gigitan Nyamuk dengan Menggunakan Tanaman
Ginanjar G (2008), mengatakan, Upaya untuk menekan laju penularan
penyakit DBD di masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
tanaman yang berperan sebagai penolak atau penghalau nyamuk. Tanaman
tersebut dapat disimpan di dalam atau ditanam di halaman rumah.
Beberapa tanaman yang dapat digunakan untuk pengusir nyamuk antara
lain: Zodia (Evodia suaveolens), serai wangi (Cymbopogon nardus), Lavender
(Lavandula latifolia), Geranium (Geranium homeanum), Selasih dan Suren.
2.7 Asam Jawa (Tamarindus indica)
Asam Jawa merupakan pohon dengan tinggi batang mencapai 25 m,
berdaun rindang, daun berserip genap, bertangkai panjang, panjang daun 17 cm,
bungan berwarna kuning kemerahan, buah berbentuk polong, berwarna cokelat,
berasa khas asam, memiliki kulit yang membungkus daging buah, dan mempunyai
biji sebanyak 2-5. Bentuk biji pipih dan berwarna cokelat agak kehitaman
(Agromedia, 2008).
2.8 Nama Lokal
Arisandi. dkk, dalam Khasiat Tanaman Obat, 2008, mengatakan, bahwa
Tanaman Asam Jawa (Tamaridus indica) mempunyai nama-nama sebagai berikut.
Indonesia : Asam Jawa
Inggris : Tamarind
17
Perancis : Tamarinier
Sunda : Celangi, Tangkal asem
Jawa : Asem
2.9 Klasifikasi
Arisandi. dkk, dalam Khasiat Tanaman Obat, 2008, mengatakan, klasifikasi
Tanaman Asam Jawa (Tamaridus indica) sebagai berikut.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Unpafamili : Caesalpinioideae
Bangsa : Detarieae
Genus : Tamarindus
Spesies : T. indica
2.10 Kandungan Daun Asam Jawa (Tamarindus indica)
Ada beberapa kandungan senyawa kimia dalam daun asam jawa yang
berguna sebagai peluruh lemak adalah Flavonoid, kandungan quercetin pada daun
asam jawa yang merupakan jenis flavanoid dipercaya dapat melindungi tubuh dari
beberapa jenis penyakit degeneratif dengan cara mencegah terjadinya proses
18
peroksidasi lemak. Quercetin juga memperlihatkan kemampuan mencegah proses
oksidasi dari LDL dengan menangkap radikal bebas dan melepaskan ion transisi
yang dapat ditemui dalam golongan B dalam tabel susunan periodik kimia. Selain
itu juga mengandung Tannin yang merupakan sejenis senyawa flavanoid yang
berguna sebagai pengikat logam berat serta ekstraktor protein dan lemak.
Kolesterol LDL merupakan senyawa lemak yang tersusun dari protein, sehingga
kandungan tannin dalam daun asam jawa juga dapat digunakan untuk meluruhkan
LDL yang terdapat dalam dinding arteri darah. Namun demikian konsumsi tannin
berlebih justru akan menyebabkan tubuh mengalami anemia, karena zat besi
dalam hemoglobin darah bisa diikat oleh senyawa tannin (Agromedia, 2008).
2.11 Penyakit yang dapat diobati
Penyakit yang dapat diobati dari buah dan daun asam jawa diantaranya
adalah penyakit asma, batuk, demam, sakit panas, reumatik, sakit perut, sariawan,
luka baru, luka borok, eksim, bisul, bengkak disengat lipan/lebah, gigitan ular
bisa, rambut rontok dan penyakit-penyakit lainnya (Arisandi. dkk, dalam Khasiat
Tanaman Obat, 2008).
Selain bisa digunakan sebagai penyembuh dari berbagai macam penyakit,
daun asam jawa (Tamaridus indica) juga bisa digunakan sebagai repelen alami
dari gigitan nyamuk (Young, 2012).
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian True Experimental Design
(Notoatmodjo, 2010). Eksperimen yang dilakukan yaitu menguji ekstrak daun
asam jawa (Tamarindus indica) sebagai repelen alami terhadap gigitan nyamuk.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan Rancangan Post Test Only Control
Group Design (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan kepada kelompok
eksperimen (diberi perlakuan ekstrak daun asam jawa) dan kelompok kontrol
(tidak diberikan perlakuan ekstrak daun asam jawa). Pengujian ini dilakukan pada
malam hari selama 2 jam waktu pengamatan dimulai dari pukul 18.30 wib dengan
3 x perlakuan (selama 3 malam) dan 3 x observasi setelah waktu pengujian.
Diagram rancangan penelitian pada tahap ini disajikan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Diagram Rancangan Penelitian
19
P S
00 P0
01 P1
K (-)
K (+)
20
Keterangan :
P : Populasi
S : Sampel
0 : Observasi
P0 : Tanpa Perlakuan ekstrak daun asam jawa.
P1 : Perlakuan ekstrak daun asam jawa (yang diberikan perlakukan ekstrak)
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini di lakukan pada tanggal 27-29 Agustus 2014 di Komplek
Perumahan Desa Persiapan Peunaga Baro Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh
Barat.
3.4 Bahan dan Alat
3.4.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air putih 100 ml dan
daun asam jawa (Tamarindus indica) 4 ons.
3.4.2 Alat
Alat yang digunakan adalah Ember Kecil, Blender, 1 Botol Aqua, Gelas
Ukur, Tabung Labu (Labu erlenmeyer), Pipa Kapiler dan Botol Parfum Spray 20
ml (untuk mengisi cairan ekstrak daun asam jawa).
21
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah masyarakat Komplek Perumahan Peunaga
Baro. Sampel diambil adalah sebagian dari masyarakat Komplek Perumahan
Peunaga Baro. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang dengan 30
orang sebagai kolompok eksperimen (yang akan diberikan perlakukan ekstrak
daun asam jawa) dan 30 orang kelompok kontrol (yang tidak diberikan perlakuan
ekstrak daun asam jawa).
3.6 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan purposive sampling.
3.7 Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah pengaruh ekstrak daun asam jawa
(Tamarindus indica) terhadap gigitan nyamuk.
3.8 Prosedur Penelitian
Daun asam jawa (Tamarindus indica) diperoleh dari lingkungan desa
masyarakat sampel yaitu Komplek Perumahan Desa Persiapan Peunaga Baro
Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Daun asam jawa (Tamarindus
indica) kemudian dipilih yang masih hijau pekat (dengan membuang daun yang
tua dan layu) untuk mendapatkan daun yang seragam. Selanjutnya setelah 15
menit waktu pengambilan daun asam jawa (Tamarindus indica) langsung
22
dilakukan proses ekstrak agar mendapatkan hasil ekstrak yang bagus dari daun
yang masih segar.
3.9 Cara Pembuatan Ekstrak Daun Asam Jawa (Tamarindus indica)
Daun asam jawa (Tamarindus indica) diambil sebanyak 4 ons, kemudian
dibersihkan dengan air mengalir sampai bersih, daun dimasukan kedalam blender
(proses ekstrak), dengan dicampurkan air 100 ml pada ekstrak yang pertama,
untuk ekstrak selanjutnya dicampur dengan air larutan dari hasil ekstrak pertama,
dan seterusnya, cairan tersebut kemudian di saring dan di diamkan selama
beberapa jam sampai pemisahan antara larutan dan ampas halus dari sisa daun
asam jawa terlihat, ampas halus dari proses ekstrak daun asam jawa dibuang dan
diambil cairan bersih dengan warna hijau kecoklatan, dari 4 ons daun asam jawa
dan dicampurkan air sebanyak 100 ml menghasilkan larutan sampai 600 ml
dengan 100 ml air dan 500 ml larutan murni ekstrak daun asma jawa. Larutan
tersebut siap digunakan untuk dibagi kedalam masing-masing botol parfum spray
berukuran 20 ml sebanyak 30 botol.
3.10 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat larutan
penguji diantaranya Ember Kecil, Blender, 1 buah Botol Aqua, Gelas Ukur,
Pipa Kapiler dan Botol Parfum Spray 20 ml untuk mengisi cairan ekstrak
daun asam jawa sebanyak 30 botol.
23
3. Disiapkan larutan uji ekstrak daun asam jawa yang sudah dibuat sebanyak
600 ml, kemudian dimasukan kedalam tabung labu (labu erlenmeyer) untuk
penampungan sebagai pengganti wadah. Larutan tersebut dimasukan ke
dalam 30 buah botol parfum spray ukuran 20 ml dengan menggunakan gelas
ukur.
4. Larutan ekstrak yang sudah di isikan kedalam 30 botol parfum spray ukuran
20 ml dibagikan kepada masyarakat kelompok eksperimen untuk dioleskan
pada bagian tubuh yang umum (bagian tangan, kaki dan leher) yang akan di
ujikan pada malam hari dimulai pukul 18.30 wib selama 2 jam lamanya
waktu pengujian dengan 3 x perlakuan (3 malam waktu perlakuan pengujian
ekstrak daun asam jawa, yaitu perlakuan pertama = malam pertama,
perlakuan kedua = malam ke dua, perlakuan ketiga = malam ketiga),
kemudian diamati pengaruhnya langsung oleh masyarakat kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan prosedur yang telah penulis
tentukan, selanjutnya dilakukan 3 x observasi setelah waktu pengujian.
5. Kemudian akan di lihat apakah ada pengaruh antara kelompok yang diberi
perlakuan dangan kelompok kontrol negatif terhadap gigitan nyamuk pada
masyarakat luas.
3.11 Pengujian Ekstrak Daun Asam Jawa (Tamarindus indica)
Pengujian ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica) dilakukan kepada
masyarakat sampel dari kelompok eksperimen yang ada di Komplek Perumahan
24
Desa Persiapan Peunaga Baro Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
Pengujian dilakukan kepada semua kalangan usia yaitu anak-anak dan orang
dewasa, sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti sudah menanyakan kesiapan
dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk dijadikan sampel
penelitian selama 3 malam agar penelitian ini bisa berjalan sebagaimana mestinya
dan mendapatkan hasil yang baik. Pengujian ini dibeikan pada kelompok
eksperimen untuk dilakukan perlakuan ekstrak larutan repelen daun asam jawa
pada pukul 18.30 wib, dengan lama a waktu pengujian selama 2 jam dengan 3 x
perlakuan (3 malam waktu perlakuan pengujian ekstrak daun asam jawa, yaitu
perlakuan pertama = malam pertama, perlakuan kedua = malam ke dua, perlakuan
ketiga = malam ketiga), pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan ekstrak
daun asam jawa, karena untuk melihat perbedaan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Selanjutnya akan diamati pengaruh dari olesan repelen
ekstrak daun asam jawa terhadap gigitan nyamuk pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
25
3.12 Skema Alur Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan Daun
Asam Jawa
Persiapan Alat dan
Bahan
Ekstrak
Larutan ekstrak (Tamarindus indica)
Uji kepada kelompok
masyarakat sasaran
Persiapan larutan
ekstrak yang di isi
dalam botol
perlakuan (Treatment) repelen larutan ekstrak daun asam jawa kepada
masyarakat kelompok eksperimen (diberikan perlakuan ekstrak daun asam
jawa) dan 0% ekstrak daun asam jawa kepada masyarakat kelompok
kontrol (tidak diberikan perlakuan ekstrak daun asam jawa) yang dioleskan
pada bagian tubuh yang umum (tangan, kaki dan leher) selama 3 malam di
mulai pada pukul 18.30 wib dengan 3 x perlakuan selama 2 jam waktu
pengujian dengan 3 x observasi pada setiap perlakuan.
Hasil uji lapangan + analisis
data
Dengan cara di
Blender
Dibagikan kepada 30
sampel
Blender. dll
26
3.13 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer meliputi
pengujian larutan ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica) terhadap gigitan
nyamuk pada masyarakat Komplek Perumahan Desa Persiapan Peunaga Baro.
Data yang diperoleh disusun dalam bentuk tabel, kemudian dihitung dengan
menggunakan rumus hitung persen untuk melihat berapa persen tingkat
keberhasilan pengujian repelen larutan ekstrak asam jawa terhadap gigitan
nyamuk pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada 3 x perlakuan
(perlakuan pertama = X1, perlakuan kedua = X2, perlakuan ketiga = X3).
3.14 Analisis Data
Data di analisis dengan menghitung jawaban responden yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dalam bentuk tabel persentase, dengan
menggunakan rumus persentasi dari Arikunto (2010).
P = x 100%
Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi data
N : Jumlah sampel yang diolah
f
N
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Persiapan Peunaga Baro adalah desa pecahan dari Desa Peunaga
Paya pada tahun 2013 yang terletak di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh
Barat, batas desa Persiapan Peunaga Baro bagian utara berbatasaan langsung
dengan Desa Gunong Kleng, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ranto
Panyang Timur, sebelah timur berbatasan dengan Desa Gunong Kleng dan
sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Peunaga Paya. Jumlah KK Desa
Perusiapan Peunaga Baro adalah 1020 KK dengan jumlah penduduk 4072 jiwa
tahun 2013, jumlah blok Perumahan Peunaga Baro adalah 25 blok dengan 1 blok
terdiri dari 36 rumah.
Desa Persiapan Peunaga Baro Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh
Barat pada awalnya adalah Komplek Perumahan Buda Tsuci yang didirikan pada
tahun 2006 sebagai komplek rumah masyarakat pasca tsunami 2004, pada
awalnya bergabung dengan Desa Peunaga Paya kemudian di pecah menjadi satu
desa mandiri yang merupakan pecahan dari Desa Paya Peunaga yang diberi nama
Desa Peunaga Baro. Masyarakat Desa Persiapan Peunaga Baro 25% PNS, 20%
nelayan, 25% tukang becak, 5% petani dan 25% kuli bangunan.
Menurut laporan Puskesmas Meurebo tahun 2014, Komplek Perumahan
Desa Persiapan Peunaga Baro adalah komplek perumahan yang di kenal paling
27
28
padat populasi nyamuk di bandingkan desa lainnya yang ada di Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh Barat. dikarenakan saluran pembuangan air parit pada
setiap rumah masyarakat masih tersumbat akibat pembuangan sampah yang tidak
terkendali, hal inilah yang menyebabkan Komplek Perumahan Desa Persiapan
Peunaga Baro terdapat banyak populasi nyamuk.
4.2 Pengujian Ekstrak Daun Asam Jawa (Tamarindus indica) Terhadap
Gigitan Nyamuk
Penelitian Pengujian daun asam jawa (Tamarindus indica) terhadap gigitan
nyamuk dilakukan dengan menggunakan perlakuan larutan ekstrak daun asam
jawa (Tamarindus indica) kepada masyarakat Komplek Perumahan Desa
Persiapan Peunaga Baro yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, dimana kelompok eksperimen diberikan perlakuan ekstrak daun asam
jawa (Tamarindus indica) sebagai repelen anti nyamuk dan kelompok kontrol
tidak diberikan ekstrak daun asam jawa. Pada penelitian ini dilakukan 3 x
perlakuan (3 malam waktu perlakuan pengujian ekstrak daun asam jawa, yaitu
perlakuan pertama = malam pertama, perlakuan kedua = malam ke dua, perlakuan
ketiga = malam ketiga), dimulai pada pukul 18.30 wib selama 2 jam waktu
pengujian dan 3 x observasi pada setiap perlakuan.
Pembuatan larutan daun asam jawa (Tamarindus indica) dibuat oleh penulis
dirumah kemudian dimasukkan kedalam botol aqua dengan ukuran 600 ml dan
dibawa ke laboratorium penelitian Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas
29
Teuku Umar untuk kemudian dimasukan kedalam tabung labu sebagai pengganti
botol aqua dan kemudian dilakukan pengisian kedalam masing-masing botol
sebanyak 30 botol parfum spray ukuran 20 ml dengan menggunakan gelas ukur.
Kegiatan pengisian larutan daun asam jawa (Tamarindus indica) kedalam 30 botol
ukuran 20 ml dilakukan pada tanggal 27 agustus 2014 pukul 14.00 wib, kemudian
larutan yang sudah di isi kedalam botol dibagikan kepada masyarakat Komplek
Perumahan Desa Persiapan Peunaga Baro pada pukul 15.00 – 17.30 wib kepada
30 sampel kelompok eksperimen dan 30 sampel kelompok kontrol tidak diberikan
larutan asam jawa untuk perlakuan. Untuk pengolesan repelen ekstrak daun asam
jawa (Tamarindus indica) dimulai pada pukul 18.30 wib selama 2 jam waktu
pengolesan yaitu waktu pengamatan yang diamati langsung oleh kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol yaitu pengaruh ekstrak daun asam jawa
(Tamarindus indica) terhadap gigitan nyamuk di Komplek Perumahan Desa
Persiapan Peunaga Baro dengan mengikuti prosedur yang sudah di tetapkan oleh
peneliti.
30
Tabel 4.1 : Waktu pengamatan perlakuan ekstrak daun asam jawa
(Tamarindus indica).
Larutan Kelompok sampel
Perlakuan Hari dan Jam pengujian
ekstrak daun asam jawa
daun asam jawa
(Tamarindus
indica)
Kelompok
Eksperimen
X1 Kamis pukul 18 : 30 WIB
X2 Jumat pukul 18 : 30 WIB
X3 Sabtu pukul 18 : 30 WIB
Kelompok control
X1 Kamis pukul 18 : 30 WIB
X2 Jumat pukul 18 : 30 WIB
X3 Sabtu pukul 18 : 30 WIB
Keterangan:
Kelompok Kontrol : Kelompok masyarakat yang tidak diberikan perlakuan
olesan repelen alami dari ekstrak daun asam jawa
(Tamarindus indica)
Kelompok Eksperimen : Kelompok masyarakat yang diberikan perlakuan olesan
repelen alami dari ekstrak daun asam jawa (Tamarindus
indica)
X1 : Perlakuan pertama
X2 : Perlakuan kedua
X3 : Perlakuan ketiga
31
4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tabel 4.2 : Hasil penelitian pada kelompok kontrol setelah 2 jam waktu
pengamatan.
No Nama Jenis
Kelamin
Gigitan nyamuk
X1 X2 X3
Y T Y T Y T
1 Mehram P Y - Y - Y -
2 Irfandi L Y - Y - Y -
3 Khairul Hilmi L Y - Y - Y -
4 Syifa Sumalia P Y - Y - Y -
5 Yuliana P Y - Y - Y -
6 Jasmin L Y - Y - Y -
7 Bejo L Y - Y - Y -
8 Marina P Y - Y - Y -
9 Katijah P Y - Y - Y -
10 Samsia P Y - Y - Y -
11 Rahmad Wahyudi L Y - Y - Y -
12 Heri Saputra L Y - Y - Y -
13 Marpia P Y - Y - Y -
14 Nurul P Y - Y - Y -
15 Santi P Y - Y - Y -
16 Eva sri W P Y - Y - Y -
32
17 Samsul Bahri L Y - Y - Y -
18 Khalid L Y - Y - Y -
19 M. Jamal L Y - Y - Y -
20 Nurmala P Y - Y - Y -
21 Rini Widari P Y - Y - Y -
22 Suriani P Y - Y - Y -
23 Desi P Y - Y - Y -
24 Dedi Saputra L Y - Y - Y -
25 Syaril L Y - Y - Y -
26 Nelvi P Y - Y - Y -
27 Siti Aisyah P Y - Y - Y -
28 David Noprizal L Y - Y - Y -
29 Andi L Y - Y - Y -
30 Isra Wahida P Y - Y - Y -
Total Persentase 100
%
0% 100% 0% 100% 0%
Keterangan:
Y : Ya (digigit nyamuk)
T : Tidak (tidak digigit nyamuk)
Pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan ekstrak larutan
repelen daun asam jawa (Tamarindus indica) dengan jumlah 30 orang (jumlah
sampel kelompok kontrol) dengan 3 x perlakuan (3 malam waktu perlakuan
33
pengujian ekstrak daun asam jawa, yaitu perlakuan pertama = malam pertama,
perlakuan kedua = malam ke dua, perlakuan ketiga = malam ketiga) dalam waktu
selama 2 jam waktu pengamatan. Pada perlakuan pertama (X1) jumlah sampel
yang digigit nyamuk dari 30 sampel kelompok kontrol sebanyak 30 orang (100%)
digigit nyamuk dan 0 orang yang tidak digigit (0%). Pada perlakuan kedua (X2)
jumlah sampel yang digigit nyamuk dari 30 sampel kelompok kontrol sebanyak
30 orang (100%) digigit nyamuk dan 0 orang yang tidak digigit (0%). Pada
perlakuan ketiga (X3) jumlah sampel yang digigit nyamuk dari 30 sampel
kelompok kontrol sebanyak 30 orang (100%) tidak digigit nyamuk dan 0 orang
yang tidak digigit (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok yang
tidak diberikan perlakuan ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica) dengan 3
x perlakuan positif digigit oleh nyamuk, terdapat perbedaan yang sangat
signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan ekstrak larutan
repelen daun asam jawa (Tamarindus indica) dengan jumlah 30 orang (jumlah
sampel kelompok kontrol) dengan 3 x perlakuan dalam waktu selama 2 jam waktu
pengamatan. Pada perlakuan pertama (X1) jumlah sampel yang digigit nyamuk
dari 30 sampel kelompok kontrol sebanyak 30 orang (100%) digigit nyamuk dan 0
orang yang tidak digigit (0%). Pada perlakuan kedua (X2) jumlah sampel yang
digigit nyamuk dari 30 sampel kelompok kontrol sebanyak 30 orang (100%)
digigit nyamuk dan 0 orang yang tidak digigit (0%), dan pada perlakuan ketiga
34
(X3) kelompok kontrol sebanyak 30 orang (100%) digigit nyamuk dan 0 orang
yang tidak digigit (0%).
Tabel 4.3 : Pengujian Ekstrak Daun Asam Jawa (Tamarindus indica)
Terhadap Gigitan Nyamuk setelah 2 jam waktu perlakuan pada
kelompok eksperimen.
No Nama Jenis
Kelamin
Gigitan nyamuk
X1 X2 X3
Y T Y T Y T
1 Yusnidar P - T - T - T
2 Rosmanidar P - T - T - T
3 Riswanto L - T Y - - T
4 Anjar L - T - T - T
5 Indra Zulfikar L - T - T - T
6 Dewi Makfirah P - T Y - - T
7 Suriani P - T - T - T
8 Rita P - T - T Y -
9 Nurul Aflah P Y - - T - T
10 Saiful L - T - T - T
11 Buyung L - T - T - T
12 Yusmalidar P - T - T - T
13 Sumini P - T - T - T
14 Agus Suriani P Y - - T - T
35
15 Amran L - T - T - T
16 Susilawati P - T - T Y -
17 Ita P - T - T - T
18 Mahmudin L - T - T - T
19 Riski L - T - T - T
20 Riskan P Y - - T - T
21 Atun P - T - T - T
22 Mawardi L - T - T Y T
23 Iwan L - T - T - T
24 Intan P - T - T - T
25 Rusli L - T - T - T
26 Pogam L - T - T - T
27 Adi L - T - T - T
28 Usman L - T - T - T
29 Hasrah P - T - T - T
30 Jun Ariadi L - T - T - T
Total Persentase 10
%
90% 7% 93% 10% 90%
Keterangan:
Y : Ya (digigit nyamuk)
T : Tidak (tidak digigit nyamuk)
36
Perlakuan larutan ekstrak daun asam jawa pada kelompok perlakuan yaitu
kelompok yang diberikan larutan repelan daun asam jawa (Tamarindus indica)
dengan jumlah sampel 60 orang, 30 orang yang diberikan perlakuan (sebagai
kelompok eksperimen) dan 30 orang (sebagai kelompol kontrol) telah mampu
mengusir dari gigitan nyamuk pada 3 x perlakuan. Pada perlakuan pertama (X1)
jumlah sampel yang tidak digigit nyamuk dari 30 sampel kelompok eksperimen
sebanyak 27 orang (90%) tidak digigit nyamuk dan 3 orang yang digigit (10%).
Pada perlakuan kedua (X2) jumlah sampel yang tidak digigit nyamuk sebanyak 28
orang (93%) tidak digigit nyamuk dan 2 orang yang digigit (7%). Pada perlakuan
yang ketiga (X3) jumlah sampel yang tidak digigit nyamuk sebanyak 27 orang
(90%) dan 3 orang yang digigit nyamuk (10%). Hal tersebut menunjukkan bahwa
pada perlakuan ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica) pada setiap
perlakuan mampu mengusir dari gigitan nyamuk secara efektif.
Tabel 4.4 : Perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
setelah 2 jam waktu pengamatan.
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Perlakuan
F % F %
Y T Y T Y T Y T
X1 30 0 100 0 3 27 10 90
X2 30 0 100 0 2 28 7 93
X3 30 0 100 0 3 27 10 90
37
Pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan ekstrak larutan
repelen daun asam jawa (Tamarindus indica) dengan jumlah 30 orang (jumlah
sampel kelompok kontrol) dengan 3 x perlakuan dalam waktu selama 2 jam waktu
pengamatan. Pada perlakuan pertama (X1) jumlah sampel yang digigit nyamuk
dari 30 sampel kelompok kontrol sebanyak 30 orang (100%) digigit nyamuk dan 0
orang yang tidak digigit (0%), sedangkan pada kelompok ekperimen, pada
perlakuan pertama (X1) dengan jumlah sampel 30 orang yang diberikan pengujian
ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica) terdapat 27 orang yang tidak digigit
oleh nyamuk (90%). Ada perbedaan yang sangat signifikan antara kelompok yang
diberikan perlakuan dengan kelompok yang tidak diberikan perlakuan. Pada
waktu perlakuan kedua (X2) kelompok kontrol dengan jumlah sampel 30 orang,
jumlah yang digigit nyamuk dari 30 sampel kelompok kontrol sebanyak 30 orang
(100%) positif digigit nyamuk dan 0 orang yang tidak digigit (0%), sedangkan
pada kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan ekstrak daun asam jawa
(Tamarindus indica) pada waktu perlakuan kedua (X2) terdapat 28 orang yang
tidak digigit nyamuk (93%) dan 2 orang yang digigit nyamuk (7%) pada
kelompok eksperimen. Pada kelompok kontrol dengan waktu perlakuan yang
ketiga (X3) jumlah sampel yang digigit nyamuk dari 30 sampel pada kelompok
kontrol adalah sebanyak 30 orang (100%) yang digigit nyamuk dan 0 orang yang
tidak digigit sama sekali oleh nyamuk (0%). Sedangkan pada kelompok
eksperimen pada waktu perlakuan yang ketiga (X3) dengan jumlah sampel 30
orang jumlah sampel yang tidak digigit nyamuk adalah 27 orang (90%) dan yang
digigit nyamuk adalah 3 orang sampel (10%).
38
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan ekstrak daun asam jawa
(Tamarindus indica) pada perlakuan pertama, kedua dan ketiga mampu mengusir
dari gigitan nyamuk secara efektif, kecuali pada waktu perlakuan yang ketiga (X3)
terdapat kesamaan jumlah sampel yang digigit nyamuk dengan waktu perlakuan
yang pertama yaitu sebanyak 27 orang yang tidak digigit nyamuk (90%) dan 3
orang yang digigit nyamuk (10%) dari jumlah 30 sampel masyarakat komplek
perumahan desa peunaga baro, hal ini dikarenakan 1 orang sampel setelah
mengoleskan repelen alami dari ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica)
keluar rumah karena ada kepentingan yang bersifat pribadi, sedangkan 2 orang
lagi dari sampel kelompok eksperimen mencuci tangan sehingga repelan ekstrak
daun asam jawa (Tamarindus indica) hilang bersama bilasan air, sehingga sampel
kelompok eksperimen 3 orang tergigit oleh nyamuk pada pengamatan waktu
perlakuan ketiga (X3).
Menurut Young (2012), dalam Penelitian Program Kreativitas Mahasiswa
yaitu Ekstrak Daun Asam Jawa (Tamarindus indica) Terhadap Nyamuk Ae.
aegypti yang diteliti pada Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan
Unsyiah, ada pengaruh pengolesan repelen alami ekstrak daun asam jawa terhadap
gigitan nyamuk Aedes aegypti pada berbagai konsentrasi, pada konsentrasi 25%
ekstrak daun asam jawa mampu mengusir nyamuk dengan jumlah sampel 75 ekor
nyamuk yang dimasukan kedalam kandang pengujian, mampu untuk pengujian
mengusir 80% dari gigitan nyamuk, pada konsentrasi 50% ekstrak daun asam
jawa mampu mengusir nyamuk 93% dari gigitan nyamuk, pada konsentrasi 100%
ekstrak daun asam jawa mampu mengusir 100% dari gigitan nyamuk.
39
Untuk jenis nyamuk lainnya belum ada hasil penelitian laboratorium,
namun secara pengamatan awal yang dilakukan oleh Young (2012) juga terdapat
pengaruh pengolesan ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica) terhadap
nyamuk yang berkeliaran pada malam hari, hal ini diduga karena kandungan
senyawa metabolic sekunder yang dihasilkan oleh daun asam jawa (Tamarindus
indica) yang mirip dengan daun pengusir nyamuk lainnya membuat daun asam
jawa (Tamarindus indica) berpotensi dapat mengusir nyamuk.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan kepada masyarakat
Komplek Perumahan Desa Persiapan Peunaga Baro dengan pengolesan ekstrak
daun asam jawa (Tamarindus indica) terhadap gigitan nyamuk dengan 3 x
perlakuan (3 malam waktu perlakuan pengujian ekstrak daun asam jawa, yaitu
perlakuan pertama = malam pertama, perlakuan kedua = malam ke dua, perlakuan
ketiga = malam ketiga) setelah 2 jam waktu pengamatan, memberikan hasil yang
sangat efektif dalam mengusir nyamuk dengan menggunakan bahan alami yaitu
ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica) dengan daya proteksi yang tinggi.
Young (2012), mengatakan bahwa ada beberapa tanaman yang mengandung
insektisida alami dari berbagai senyawa metabolik sekunder yang dihasilkannya,
sehingga mengeluarkan bau yang khas dan tidak disukai oleh nyamuk. Daun asam
jawa termasuk ke dalam jenis daun yang menghasilkan senyawa metabolik
sekunder yang mampu mengusir dari gigitan nyamuk.
4.4 Waktu Observasi
Untuk mendapatkan data yang valid maka dilakukan observasi pada setiap
waktu perlakuan, waktu dilakukannya observasi dalam penelitian ini adalah pada
40
setiap perlakuan dengan 3 x waktu perlakuan (3 malam waktu perlakuan
pengujian ekstrak daun asam jawa, yaitu perlakuan pertama = malam pertama,
perlakuan kedua = malam ke dua, perlakuan ketiga = malam ketiga) olesan
repelen ekstrak daun asam jawa yang di mulai pada pukul 18.30 wib dimana saat
nyamuk mulai banyak berkeliaran. Pada setiap perlakuan dilakukan observasi
setelah 2 jam waktu perlakuan dengan mendatangi langsung kepada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Observasi ini juga tahap pengumpulan data
pada setiap waktu diberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan, pengisian data dengan cara
mengisi tabel observasi yang dibagikan kepada masyarakat.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica) terbukti berpotensi mengusir
dari gigitan nyamuk pada pengujian di lingkungan masyarakat luas. Pada
kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan repelen ekstrak daun asam
jawa (Tamarindus indica), pada perlakuan pertama (X1) jumlah sampel yang
tidak digigit nyamuk dari 30 sampel kelompok eksperimen sebanyak 27
orang (90%) tidak digigit nyamuk dan 3 orang yang digigit (10%). Pada saat
perlakuan yang kedua (X2) jumlah sampel yang tidak digigit nyamuk
sebanyak 28 orang (93%) tidak digigit nyamuk dan 2 orang yang digigit
(7%). Pada perlakuan yang ketiga (X3) jumlah sampel yang tidak digigit
nyamuk sebanyak 27 orang (90%) dan 3 orang yang digigit nyamuk (10%).
2. Ekstrak daun Asam Jawa (Tamarindus indica) mempunyai pengaruh daya
tolak terhadap gigitan nyamuk untuk pengujian pada masyarakat luas. Pada
kelompok eksperimen dengan 3 x waktu perlakuan mampu menolak dari
gigitan nyamuk setelah diberikan perlakuan ekstrak daun Asam Jawa
(Tamarindus indica) pada waktu pengamatan. Sementara pada kelompok
kontrol yang tidak diberikan perlakuan ekstrak daun asam jawa (Tamarindus
indica) pada 3 x perlakuan, dengan jumlah sampel kelompok kontrol yang
berjumlah 30 orang, pada saat waktu pengamatan jumlah sampel 30 orang
semua digigit nyamuk (100%) positif digigit nyamuk.
41
42
5.2 Saran
5.2.1 Disarankan bagi masyarakat untuk menggunakan larutan ekstrak daun
asam jawa (Tamarindus indica) sebagai alternatif cepat dan mudah didapat
sebagai repelen alami yang ramah lingkungan untuk mencegah penyakit-
penyakit akibat nyamuk.
5.2.2 Bagi pemerintah, larutan ekstrak daun asam jawa (Tamarindus indica)
dapat digunakan sebagai pengganti repelen kimia untuk mengusir nyamuk
agar kasus-kasus penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk bisa
menurun.
5.2.3 Untuk penggunaan olesan repelen alami ekstrak daun asam jawa
(Tamarindus indica) pada anak-anak dan orang dewasa di sarankan agar
tidak berlebihan dalam pemakaian, karena dikhawatirkan akan
membahayakan bagi kesehatan kulit.
5.2.4 Bagi peneliti lain, diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai penggunaan larutan ekstrak daun asam jawa (Tamarindus
indica) untuk pencegahan dari gigitan nyamuk sebagai repelen alami
dengan campuran zat lainnya yang mampu membuat larutan ekstrak daun
asam jawa (Tamarindus indica) tahan lama. Dan dapat diteliti kembali
efek dari penggunaan yang berlebihan dari pengolesan ekstrak daun asam
jawa terhadap kesehatan kulit.
43
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia, 2008. Buku Pintar Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman Penggempur
Aneka Penyakit. Agromedia : Jakarta.
Anggraini, 2010. Stop! Demam Berdarah Dengue. Bogor Publishing Bogor : Jawa
Barat.
Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Rineka Cipta : Jakarta
Arisandi, Andriani, 2008. Khasiat Tanaman Obat 162 Tanaman Berikut Resep &
Gambar. Pustaka Buku Murah : Jakarta.
Bidang P2PL, 2014. Laporan Kasus dan Kematian Penyakit Demam Berdarah
Dengue. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat : Meulaboh Aceh Barat.
Chandra, 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC : Jakarta.
Ginanjar, 2008. Apa Yang Dokter Anda Tidak Katakan Tentang Demam
Berdarah. Penerbit B-First : Yogyakarta.
Gunasegaran, 2012. Jenis-Jenis Larva Nyamuk di Kelurahan Baru – Ladang
Bambu Kecamatan Medan Tuntungan, Karya Tulis Ilmiah Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan.
Islamiah, Leksono, Gama, 2013. Distribusi dan Komposisi Nyamuk di Wilayah
Mojokerto. Jurnal Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya : Rineka Cipta.
Kartasapoetra, 2006. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. PT RINEKA CIPTA:
Jakarta.
Kiswanto, 2012. J-KEMAS Jurnal fakultas kesehatan masyarakat. LPPM
Universitas Teuku Umar : Meulaboh Aceh Barat.
Laporan Bulanan Puskesmas Meurebo Tahun 2014.
Laporan Tahunan Puskesmas Meureubo Tahun 2012.
Laporan Tahunan Puskesmas Meurebo Tahun 2013.
43
44
Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan, 2001. Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta.
Muammar, 2013. Uji Potensi Ekstrak Bawang Putih (Allium sativa) sebagai
Insektisida Nyamuk Culex.sp dengan Metode Elektrik. Tugas Akhir
Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya : Malang
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2012.
Profil Kesehatan Indonesian Tahun 2012.
Profil Dinkes Aceh Barat Tahun 2013.
Safari, Meiliasari, 2004. Demam Berdarah Perawatan di Rumah & Rumah Sakit
+ Menu. Puspa Swara : Jakarta.
Yong, 2012. Pengaruh Ekstrak Daun Asam Jawa Terhadap Nyamuk Aedes
Aegypti. PKM-P. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar : Meulaboh Aceh Barat.
Widoyono, 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi Penularan & pemberantasan.
Erlangga : Semarang.