pengujian efektivitas bahan pengawet

9
PENGUJIAN EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET Diposkan oleh Media Ananda di 00:30 PENGUJIAN EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET (NIPAGIN) BAB I PENDAHULUAN Prinsip Percobaan Berdasarkan Angka Lempeng Total dan metode Pelat. Tujuan Percobaan Agar mahasiswa mengetahui efektivitas bahan pengawet terhadap pertumbuhan mikroorganisme. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bahan pengawet adalah bahan tambahan yang sering digunakan pada obat, makanan, kosmetika dan bahan alam. dengan tujuan untuk memperpanjang masa sampannya tetapi tidak untuk tujuan menutupi keburukan sediaan tersebut. Bahan pengawet yang dipakai dapat berupa bahan alam atau bahan sintesis/kimia. beberapa contoh bahan pengawet alam adalah kunyit, jahe, laja. sedangkan bahan pengawet

Upload: aqmar-sajidah-luthfiana-soebaredja

Post on 06-Aug-2015

326 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengujian Efektivitas Bahan Pengawet

PENGUJIAN EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET

Diposkan oleh Media Ananda di 00:30 PENGUJIAN EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET

(NIPAGIN)

BAB IPENDAHULUAN

Prinsip PercobaanBerdasarkan Angka Lempeng Total dan metode Pelat.

Tujuan PercobaanAgar mahasiswa mengetahui efektivitas bahan pengawet terhadap pertumbuhan mikroorganisme.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Bahan pengawet adalah bahan tambahan yang sering digunakan pada obat, makanan, kosmetika dan bahan alam. dengan tujuan untuk memperpanjang masa sampannya tetapi tidak untuk tujuan menutupi keburukan sediaan tersebut.

Bahan pengawet yang dipakai dapat berupa bahan alam atau bahan sintesis/kimia. beberapa contoh bahan pengawet alam adalah kunyit, jahe, laja. sedangkan bahan pengawet sintesis yaitu : senyawa benzoat, sorbat, nipagin, dan masih banyak yang lain.

Pemilihan bahyan sebagai pengawet sangat tergantung dari sifat fisika dan kimia sediaan yang akan di awetkan dan tujuan penggunaan pengawet tersebut, sehingga jenis dan jumlah yang digunakan dapat bervariasi. misalnya penggunaan benzoat untuk minuman ringan, yang diijinkan adalah tidak boleh lebih dari 500mg/kg.  semua ini diatur oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, melalui PerMenKes RI.

Page 2: Pengujian Efektivitas Bahan Pengawet

No.722/MenKes/Per/88 yang telah direvisi pada tahun 2001. Diharapkan melalui cara ini penggunaan bahan pengawet pada semua sediaan dapat diawasi dengan ketat.

Untuk dapat mengefektifkan penggunaannya, Farmakope Indonesia Edisi IV telah memuat metode uji mikrobiologinya. cara ini diharapkan dapat membantu menentukan jenis dan jumlah bahan pengawet yang tepat untuk di gunakan pada sediaan uji.

BAB IIIMETODELOGI PERCOBAAN

III.1.  Alat dan Bahan Percobaan1. Tabung reaksi2. pipet media3. Pipet volume4. Cawan petri5. botol sirup6. Bahan pengawet nipagin 10 %7. Cairan laktose broth8. suspensi isolat bakteri9. suspensi isolat kapang10. sirup

III.2. Prosedur Percobaan

Pengenalan beberapa jenis pengawet.1. Disiapkan 80 mL media Lactose broth, 10 mL larutan nipagin stok 10%, 1 isolat suspensi bakteri, 1 isolat suspensi kapang, 10 tabung reaksi.2. Suspensi bakteri dan khamir di ukur kekeruhannya setara dengan T= 25% pada 258 nm dan kapang dengan T=10% pada panjang gelombang radiasi yang sama.3. isikan 8mL LB ke tabung reaksi no. 1,2,3,4. 10 mL LB ke tabung reaksi no.6, 6. 9mL LB  ke tabung reaksi no. 7,8.4. buat larutan nipagin 5% sebanyak 3ml ditambah dengan 3 ml air steril pada tabung reaksi no.9.5. tambahkan 1 mL pengawet nipagin 5% pada tabung reaksi no. 1 dan 2, serta 1 mL nipagin 10% pada tabung reaksi no. 3 dan 4.6. tambahkan 1 mL susupensi bakteri pada tabung reaksi no. 1,3, dan 7.7. Tambahkan 1 mL susupensi kapang pada tabung reaksi no. 2,4, dan 8.8. Tabung reaksi no. 5 dan 6 menjadi larutan blangko untuk bakteri dan kapang dalam pembandingan.9. Inkubasikan. untuk bakteri di inkubasi 24 jam dan untuk kapang di inkubasi selama 4 hari.   Pengujian efektivitas bahan pengawet pada sirup 1. disiapkan sediaan uji 20mL larutan gula 1015 yang mengandung bahan pengawet nipagin.2. suspensikan bakteri dan kapang memiliki kekeruhan dengan T=25% pada 258 nm dan kapang dengan T=10% pada panjang gelombang radiasi yang sama.3. isikan 20mL sediaan uji pada dua botol.

Page 3: Pengujian Efektivitas Bahan Pengawet

4. pada botol-1 diinokulasikan 1 mL suspensi bakteri, pada botol-2 diinokulasikan 1 mL suspensi kapang. kemudian disimpan selama 30 ment pada suhu kamar. 5. pipet @ 1mL sediaan uji dari setiap botol, dan dimasukkan ke dalam empat cawan petri dan homogenkan. 6. dua cawan petri diisi 15 mL media NA dan 2 cawan petri lainnya diisi 15 mL media SDA.7. di inkubasi. pada bakteri di inkubasi 24 jam dan untuk kapang di inkubasi selama 4 hari.8. lakukan pengamatan yang sama setelah penyimpanan sirup selama 7 hari.

BAB IVHASIL PERCOBAAN

BAB VPEMBAHASAN

  Uji efektivitas bahan pengawet dilakukan untuk menetukan jenis dan jumlah

bahan pengawet yang tepat digunakan pada sediaan uji. Uji efektivitas bahan

pengawet dilakukan secara mikrobiologi dengan menggunakan media cair Lactose

Broth (LB), Nutrient Agar (NA) dan Sabouraud Dextrose Agar (SDA).

a. Pengenalan beberapa jenis pengawet.

Pada praktikum ini, pengenalan jenis pengawet menggunakan isolat yang

terlebih dahulu dilakukan suspensi dan telah diukur kekeruhannya pada masing-

masing isolat untuk bakteri dan kapang/khamir. Isolat bakteri kami masukkan ke

dalam tabung reaksi no. 1, 3 dan 7. Tujuannya untuk mengetahui apakah sediaan yang

diberi bahan pengawet dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau tidak. Sedangkan

isolate kapang/khamir kami masukkan ke dalam tabung reaksi no. 2, 4 dan 8.

Tujuannya untuk mengetahui apakah sediaan yang diberi bahan pengawet dapat

menghambat pertumbuhan kapang dan khamir atau tidak. Masing-masing tabung

reaksi tersebut sebelumnya telah di beri cairan Laktose Broth (LB). 

Larutan blangko merupakan larutan yang digunakan sebagai pembanding.

Pada praktikum ini, larutan blangko yang kami buat yaitu dari cairan Laktose Broth 

(LB) pada tabung reaksi no. 5 dan 6. Sehingga parameter yang dapat dilihat adalah

Page 4: Pengujian Efektivitas Bahan Pengawet

kekeruhan yang dihasilkan pada setiap tabung reaksi yang dibandingkan dengan

larutan blangko. Jika tabung reaksi yang telah diberi pengawet menghasilkan

kekeruhan maka bahan pengawet yang kami gunakan tidak efektif sedangkan jika

tabung reaksi tidak mengalami kekeruhan dan warnanya sama seperti pada larutan

blangko maka bahan pengawet yang kami gunakan efektif dalam menghambat

pertumbuhan mikroorganisme. 

Nipagin merupakan bahan pengawet obat-obatan. Kami menambahkan 

nipagin 5% pada tabung reaksi no. 1 dan 2. Sedangkan nipagin 10% ditambahkan

pada tabung reaksi no. 3 dan 4. Perbedaan kadar nipagin pada praktikum ini bertujuan

untuk mengetahui seberapa banyak jumlah pengawet yang tepatdigunakan pada

sediaan uji.

Hasil dari praktikum ini yaitu, pada tabung reaksi no. 1,3 dan 7 setelah

dilakukan inkubasi selama 24-48jam menghasilkan larutan yang keruh. Hal ini dapat

dibandingkan dengan larutan blangko yang jernih. Warna keruh yang dihasilkan pada

ketiga tabung reaksi tersebut sama berkisar 25%. Adanya kekeruhan tersebut, maka

sediaan yang telah diberi bahan pengawet 5% dan 10% tetap menghasilkan bakteri

sehingga pengawet nipagin 5% dan 10% tidak efektif menghambat pertumbuhan

bakteri. 

Pada tabung reaksi no. 2, 4 dan 8 setelah dilakukan inkubasi selama 4 hari

menghasilkan larutan yang keruh. Hal ini dapat dibandingkan dengan larutan blangko

yang jernih. Pada tabung reaksi no. 2 dan 8 menghasilkan warna keruh yang sama

berkisar 25% sedangkan pada tabung reaksi no. 4 warna lebih keruh berkisar 50% .

Adanya kekeruhan tersebut, maka sediaan yang telah diberi bahan pengawet nipagin

5% dan 10% tetap menghasilkan kapang/khamir sehingga pengawet nipagin 5% dan

10% tidak efektif menghambat pertumbuhan kapang/khamir.

b. Pengujian efektivitas bahan pengawet pada sirup.

Pada praktikum ini, uji efektivitas bahan pengawet menggunakan media sirup.

Sirup ini di uji dengan menggunakan media Nutrient Agar (NA) dan Sabouraud

Page 5: Pengujian Efektivitas Bahan Pengawet

Dextrose Agar (SDA) masing-masing di tambah dengan bahan pengawet nipagin. 

Media Nutrient Agar (NA) digunakan untuk mengidentifikasi hasilnya

mikroba/bakteri. Dan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) digunakan untuk

mengidentifikai  hasilnya kapang dan khamir.

Percobaan ini dilakukan dengan dua kali penyimpanan. Yaitu pada saat sirup

disimpan selama 30 menit dan 7 hari. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas nipagin

dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada sirup. 

Sirup yang sudah ditambahkan dengan nipagin kemudian di bagi menjadi dua.

Yaitu sirup yang ditambahkan isolate bakteri dan sirup yang ditambahkan isolate

kapang/khamir. Setelah di simpan 30 menit kemudian masing-masing sirup itu di

pindahkan ke media NA dan media SDA lalu di inkubasi. 

Hasil dari praktikum ini adalah, pada media Nutrient Agar (NA) pertama

menghasilkan pertumbuhan mikroorganisme berbentuk koloni yang bertumpuk

banyak dan berwarna putih. Sedangkan pada media Nutrient Agar (NA) kedua

menghasilkan pertumbuhan mikroorganisme bakteri berbentuk koloni kecil dan

berwarna putih. Dari hasil tersebut maka bahan pengawet nipagin pada sirup setelah

disimpan selama  30 menit tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara

efektif.

Sedangkan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) setelah di inkubasi

selama 4 hari menghasilkan pertumbuhan khamir. Hal ini terlihat dari media yang

menghasilkaan koloni berlendir berwarna putih.. Dari hasil tersebut maka bahan

pengawet nipagin pada sirup setelah disimpan selama 30 menit tidak dapat

menghambat pertumbuhan khamir tapi dapat menghambat pertumbuhan kapang

secara efektif.

Sirup yang di di simpan selama 7 hari kemudian dipindahkan ke media

Nutrient Agar (NA) dan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) untuk di inkubasi

kembali. Tujuannya untuk mengetahui apakah pengawet nipagin pada sirup yang

telah disimpan selama 7 hari ini menghasilkan aktivitas pertumbuhan bakteri, kapang

dan khamir atau tidak sama sekali. 

Page 6: Pengujian Efektivitas Bahan Pengawet

Pada media Nutrient Agar (NA). pertama menghasilkan pertumbuhan

mikroorganisme berupa koloni-koloni putih. Begitupun pada media NA yang kedua.

Kami menyimpulkan koloni-koloni ini adalah bakteri. Dari hasil tersebut maka bahan

pengawet nipagin pada sirup setelah disimpan selama 7 hari tidak dapat menghambat

pertumbuhan bakteri secara efektif.

Pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) pertama tidak menghasilkan

kapang dan khamir. Begitupun pada media SDA yang kedua. Dari hasil tersebut maka

bahan pengawet nipagin pada sirup setelah disimpan selama 7 hari tersebut dapat

menghambat pertumbuhan kapang dan khamir secara efektif.

BAB VI

KESIMPULAN

            Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Berdasarkan pada metode cairan lactose broth (LB), bahan pengawet Nipagin

5% dan 10% tidak efektif menghambat pertumbuhan mikroorganisme bakteri,

kapang dan khamir.

2. Penambahan Nipagin pada sirup yang di simpan 30 menit dan 7 hari tidak

dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara efektif. sehingga Nipagin

semakin lama aktifitas kerjanya tetap tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

bakteri.

3. Penambahan Nipagin pada sirup yang di simpan selama 30 menit dapat

menghambat pertumbuhan kapang secara efektif tapi menghasilkan

pertumbuhan khamir. Sedangkan penyimpanan pada 7 hari dapat menghambat

pertumbuhan kapang dan khamir secara efektif. sehingga Nipagin semakin

lama aktifitas kerjanya semakin bagus dalam menghambat pertumbuhan

kapang dan khamir.