pengolahan tanah
TRANSCRIPT
ACARA 1PENGOLAHAN TANAH
A. PENDAHULUAN
A.1 Latar Belakang
Tanah merupakan elemen penting dalam sektor pertanian. Oleh karena itu
perlu dilakukan perlakuan-perlakuan khusus pada tanah agar bisa menjadi media
tanam yang bagus. Hal itu bisa dilakukan dengan cara mengolah tanah.
Pengolahan tanah bisa dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain :
1. Pengolahan tanah dengan sistem glebagan/ buruhan.
2. Sistem parit.
3. Sistem sawah.
4. Sistem reynoso.
Untuk mendapatkan hasil pengolahan yang maksimal, perlu memilih
sistem pengolahan yang tepat sesuai dengan keadaan tanah yang akan diolah.
Karena pentingnya tanah dalam sektor pertanian, maka perlu benar-benar
diperhatikan cara pengolahannya agar bisa mendapatkan hasil olahan yang
maksimal. Tanah yang subur sangat bagus untuk dilakukan pananaman, karena
banyak mengandung unsur hara yang diperlukan bagi tananaman. Sehingga hasil
tanam akan didapatkan maksimal. Dengan pengolahan ini tentunya petani akan
dapat memperoleh keuntungan, karena tanamannya dapat tumbuh dengan baik.
A.2 Tujuan
Dapat memahami dan melakukan pengolahan tanah dengan baik.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bercocok tanam, tanah merupakan salah satu faktor yang
menentukan pertumbuhan tanaman, karena tanah memiliki peranan penting antara
lain :
1. Sebagai tempat tumbuh dan tempat perkembangan akar.
2. Menyediakan unsur hara dan air bagi tanaman.
3. Menyediakan air bagi tanaman.
4. Merupakan media bagi pertumbuhan flora dan fauna,khususnya mikroflora
dan mikrofauna yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Sifat fisik dan kimia tanah sangat erat hubunganya dengan jenis dan
kondisi tanah serta iklim setempat, dimana langsung atau tidak langsung sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sifat tanah yang baik selain
dipengaruhi oleh bahan induk dan proses pembentukannya juga oleh tindakan
pengolahan tanah. Struktur, tekstur dan solum tanah mempengaruhi aerasi tanah,
perkembangan atau dalamnya perakaran dan perkembangan faktor biotis. Dari hal
tersebut diatas maka dalam budidaya tanaman masalah pengolahan tanah perlu
mendapat perhatian.
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk memecahkan gumpalan tanah
menjadi gembur dan mengatur kesuburan tanah sehingga sesuai untuk ditanami.
Pengolahan tanah bertujuan untuk :
1. Menciptakan struktur yang ideal bagi tanaman sehingga pertumbuhan
tanaman menjadi baik.
2. Membersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman.
3. Memperbaiki aerasi dan drainase.
Untuk mencapai tujuan tersebut biasanya pengolahan tanah dilakukan beberapa
kali. Cara dan saat pengolahan tanah disesuaikan dengan kondisi lingkungan
antara lain :
1. Pengolahan tanah dengan tenaga manusia.
2. Pengolahan tanah dengan tenaga hewan.(ternak)
3. Pengolahan tanah dengan tenaga mesin.(mesin)
Menurut intensitasnya, pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu :
1. No tillage (tanpa olah tanah)
2. Minimum tillage (pengolahan tanah minimal, hanya pada bagian yang
ditanami)
3. Maximum tillage (pengolahan intensif pada seluruh lahan yang akan
ditanami)
Fungsi tanah yang primer menurut Haryadi (1988) adalah :
1. Memberikan unsur-unsur mineral, melayani baik sebagai medium
pertukaran maupun sebagai tempat persediaan.
2. Memberikan air dan melayaninya sebagai perubahan.
3. Melayani tanaman sebagai tempat berpegang dan bertumpu untuk tegak.
Untuk mendapatkan tanah yang bagus, maka pengolahan tanah
disesuaikan dengan kondisi lingkungan antara lain ; iklim, keadaan tanah, jenis
tanaman dan saat tanam.
C. ALAT dan BAHAN
1. Alat :
a. Meteran.
b. Tali rafia.
c. Bambu (ajir).
d. Sabit.
e. Slondom.
f. Cangkul.
2. Bahan :
a. Sebidang tanah.
D. PROSEDUR KERJA
1. Membuat 3 bedengan untuk penanaman dan 2 untuk penyemaian, caranya :
a. Mengukur tanah dengan rol meter dan membatasinya dengan tali rafia dan
patok.
b. Ukuran bedengan untuk penanaman masing-masing 3m x 3m.
c. Ukuran bedengan untuk penyemaian masing-masing 1m x 1m.
d. Jarak antar bedengan 50 cm (untuk parit) dan dalamnya ± 30 cm.
2. Setelah pengukuran dan pemasangan patok selesai baru dilakukan pembuatan
parit dengan lebar 50 cm, panjang sesuai bedengan dan dalamnya kira-kira 30
cm.
3. Kemudian bedengan dicangkuli baik untuk penyemaian maupun untuk
penanaman. Sambil mencangkuli kita juga harus menyiangi gulma yang ada
di bedengan tersebut, karena adanya gulma akan mengganggu pertumbuhan
tanaman, yang perlu diperhatikan disini adalah cara mencangkulnya dengan
sistem buruhan dangkal (maximum tillage) dengan cara :
a. Menggali parit sedalam 20 cm.
b. Menggali parit yang lain untuk menutupi parit sebelumnya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyiangan gulma :
Gulma harus dicabut sampai akar-akarnya karena jika tidak, maka gulma
tersebut bisa tumbuh lagi.
4. Jika tanah sudah terasa gembur, selanjutnya tinggal meratakan tanah masing-
masing bedengan.
5. Kemudian bedengan disirami.
Keterangan gambar :
E. HASIL PENGAMATAN
E.1 Keadaan Tanah Sebelum Diolah
1. Sangat kering dan keras (pejal).
2. Strukturnya rapat.
3. Terdapat banyak gulma yang menutupi sebagian besar tanah.
4. Bentuknya tidak teratur.
PENANAMAN
3m
3m
PENYEMAIAN Parit 50cm
1m 50cm
1m Parit 50cm Bahan : Sebidang tanah Alat : - MeteranTali rafiaBambu (ajir)SabitSlondomCangkul
TanamanJagung
Bedengan
TanamanKangkung
Bedengan
Tumpang SariJagung&Kangkung
Bedengan
E.2 Keadaan Tanah Setelah Pengolahan
Tanah menjadi gembur dan bersih dari gulma. Selain itu tanahnya
menjadi tidak keras, remah dan tidak menggumpal
F. PEMBAHASAN
Agar tanah dapat ditanami, maka haruslah memiliki unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh tanaman. Tanah yang tidak subur harus diolah terlebih dahulu
agar menjadi gembur dan dapat ditanami. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk
memecahkan gumpalan tanah menjadi gembur dan mengatur permukaan tanah
sehingga sesuai untuk ditanami. Dari pengamatan, tanah yang sebelum diolah
keadaannya sangat kering dan pejal. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan yang
mempunyai aerasi dan drainase yang buruk.
Dengan keadaan yang seperti itu, maka tanah harus diolah dengan baik.
Dalam praktikum kali ini, pengolahan tanah dilakukan dengan sistem buruhan
dangkal yaitu dengan menggali parit sedalam kurang lebih 20 cm. Kemudian
menggali parit yang lainnya untuk menutup parit sebelumnya. Tanah ini ternyata
relatif sulit untuk untuk digali dan diolah, karena kondisinya yang sangat kering
dan pejal. Sebagai pengolahan dasar maka tanah harus dicangkul kurang lebih
sedalam 20 cm dan kemudian disisir. Untuk dapat mengolah tanah dengan mudah
kita harus menungu tanah tersebut menjadi lembab. Kelembaban tanah bisa
karena air hujan maupun dengan sengaja diairi sekedar lembab saja. Sesudah
tanah menjadi lembab kemudian dilakukan hal sebagai berikut :
Membajak atau mencangkul.
Menyisir.
Membuat bedengan.
Bedengan dibuat sebanyak 5 buah, 3 bedengan ukuran 3m x 3m untuk penanaman
dan 2 bedengan ukuran 1m x 1m untuk penyemaian. Agar didapatkan pengolahan
tanah yang maksimal, maka perlu diperhatikan faktor-faktor antara lain ;
kedalaman tanah, kemiringan lahan atau kelerengan dan tenaga kerja.
Tanah yang diolah, maka sifat-sifat fisik tanah akan terjadi perubahan
yang mana sebelumnya sifat tersebut berkurang karena sudah digunakan untuk
bertanam ataupun belum dipergunakan. Gulma yang ada dibuang atau dicabut
hingga keakar-akarnya agar tidak tumbuh lagi, karena gulma akan sangat
menganggu pertumbuhan tanaman.
Proses pengolahan tanah pada dasarnya terjadi dari empat jenis
pengolahan yaitu ; pembajakan, pembajakan semu, cara-cara tambahan untuk
persiapan tanah, pengolahan untuk pemeliharaan tanah.
Pembajakan
Pembajakan adalah pengolahan tanah dengan mempergunakan bajak atau
cangkul dengan maksud agar tanah dapat membalik. Tujuan pembajakan adalah
untuk meningkatkan peredaran air dan udara dalam tanah, dan akibatnya volume
tanah akan menjadi lebih besar karena tanah yang tadinya padat akan menjadi
lebih longgar sehingga pori-pori juga menjadi lebih besar. Ketersediaan O2 di
alam pada dasarnya cukup dapat diserap oleh tanah. O2 biasanya berpengaruh
pada kehidupan bakteri dan tanaman. Pengolahan tanah dapat meningkatkan
penyerapan O2 dari udara sehingga ketersediaan O2 dalam tanah cukup tersedia.
Didalam pembajakan rumput-rumput liar dan sisa-sisa panen akan ikut terpendam
dan sekaligus pupuk P dan K dapat disebarkan. Pengolahan tanah harus
disesuaikan dengan iklim. Pembajakan harus memenuhi syarat-syarat antara lain ;
dalamnya pembajakan harus merata, pembalikan tanah harus teratur.
Untuk menghindari sebab-sebab kemerosotan struktur tanah dapat dilakukan hal-
hal sebagai berikut :
1. Usahakan agar tanah jangan sampai terlalu lama tergenang air ; hal ini
dapat diusahakan selokan drainase sebaik-baiknya menurut teknis.
2. Jangan sampai menggunakan pupuk yang mengandung Na pada tanah
yang mudah pecah.
3. Pada tanah yang telalu basah, jangan sampai pengolahannya
menggunakan mesin-mesin yang berat.
4. Jangan sampai membiarkan tanah menjadi gundul, lebih-lebih pada
musim penghujan, usahakan tanaman penutup tanah.
5. Pada tanah yang bersifat asam, pakailah pupuk yang mengandung Ca,
karena Ca dapat menetralisir keasaman tanah.
6. Pergunakanlah bahan organik sebanyak mungkin, seperti pupuk kandang,
sisa tanaman, jerami dan pupuk hijau yang lain.
Pembajakan semu
Pembajakan semu adalah pembajakan dimana tanah tidak terbalik hanya
merupakan bongkahan-bongkahan besar. Bagian tanah yang halus akan masuk ke
bawah lewat atau masuk disela-sela bongkahan. Pembajakan ini adalah
pembajakan pendahuluan sebelum pembajakan sesungguhnya, dimana pupuk
organik P dan K serta obat-obatan dapat disebarkan.
Cara-cara tambahan untuk persiapan tanah
Pengolahan ini mempersiapkan tanah lebih lanjut sehingga makroporositas
yang terlalu besar akibat pembajakan dapat ditingkatkan, untuk ini tanah digaru
dan dirol sekaligus.
Pengolahan untuk pemeliharaan tanah
Maksudnya adalah agar permukaan tanah tetap lembab, peredaran air dan
udara didalam tanah tetap baik dan sekaligus memberantas rumput. Hal-hal yang
dilakukan antara lain :
a. Penggemburan
Penggemburan dilakukan agar drainase dan aerasi tanah menjadi baik
sehingga baik untuk ditanami tanaman budidaya.
b. Pembuatan parit
Pembuatan parit bertujuan agar tidak terjadi genangan air pada tanah
olahan. Sehingga kelembaban tanah tetap terjaga.
c. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mengganti unsur-unsur hara makro. Unsur
hara makro yang sering diperlukan tanaman adalah N, P dan K. Pada
pemberian pupuk SP36 bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar,
selain itu juga untuk mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman
dewasa pada umumnya serta untuk meningkatkan biji-bijian dan
memperkuat tubuh tanaman. Sedangkan tujuan dari pemberian pupuk
KCL adalah untuk meningkatkan kualitas biji serta untuk meningkatkan
resistensi tanaman terhadap penyakit.
G. KESIMPULAN
1. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk memecahkan gumpalan tanah menjadi
gembur dan mengatur permukaan tanah sehingga sesuai untuk ditanami.
2. Tanah yang baik adalah yang banyak mengandung unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman.
3. Pembajakan harus memenuhi syarat-syarat antara lain ; dalamnya pembajakan
harus merata, pembalikan tanah harus teratur.
4. Pada pemberian pupuk SP36 bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar,
selain itu juga untuk mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman
dewasa pada umumnya serta untuk meningkatkan biji-bijian dan memperkuat
tubuh tanaman. Sedangkan tujuan dari pemberian pupuk KCL adalah untuk
meningkatkan kualitas biji serta untuk meningkatkan resistensi tanaman
terhadap penyakit.
5. Untuk mendapatkan hasil pengolahan yang maksimal, perlu memilih sistem
pengolahan yang tepat sesuai dengan keadaan tanah yang akan diolah.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Nurhajati, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Haryadi, M.M. Sri Setyati. 1988. Pengantar Agronomi. PT Gramedia, Jakarta.
Sosroatmodjo, P.L.A. 1980. Pembukaan Lahan dan Pengolahan Tanah. Penunjang Pembangunan Nasional, Jakarta.
Suteja Mul mulyani, A.G. Kartasapoetra Rui. 1987. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka cipta, Jakarta.
Sanchez, Pedro A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Penerbit
ITB, Bandung.