pengolahan pellet bijih besi menjadi wrought steel di pt. krakatau steel
DESCRIPTION
besiTRANSCRIPT
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Baja dan Besi sampai saat ini menduduki peringkat pertama logam yang
paling banyak penggunaanya, penggunaan besi dan baja dewasa ini sangat luas
mulai dari perlatan seperti jarum, peniti sampai dengan alat – alat dan mesin berat.
Hingga ini hampir 90% aplikasi logam dunia adalah besi dan baja (logam
ferrous). Mulai dari keperluan rumah tangga hingga industri berat sekalipun,
setiap tahunnya kebutuhan masyarakat dunia akan baja terus meningkat. Namun
produksi baja dunia saat ini belumlah cukup untuk menjawab semua tantangan
tersebut.
Di Indonesia, pemenuhan akan baja masih jauh dari cukup. Faktor utama
dari hal tersebut yaitu masih minimnya pabrik pengolahan baja yang ada di
Indonesia saat ini. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia,
seharusnya negara ini sudah mampu menghasilkan kapasitas produksi pertahun
yang lebih banyak. Karena dari umur pembangunan baja tahap awal bisa
dikatakan cukup tua, namun dari segi teknologi yang digunakan jauh ketinggalan.
Semakin berkembangnya perekonomian bangsa, maka semakin tinggi pula
tingkat kebutuhan akan baja nasional. Perusahaan-perusahaan baru bermunculan
diiringi kebutuhan material akan pembangunannya, semisal untuk konstruksi
pabrik. Hampir semua industri manufaktur menggunakan baja sebagai konstruksi
bangunan maupun bahan baku. Tidak hanya itu, gedung-gedung pencakar langit
yang ada saat ini sebagian besar menggunakan baja sebagai bahan dasar
konstruksi bangunan, dan masih banyak lagi dalam kehidupan masyarakat modern
saat ini menggunakan baja sebagai kebutuhan tak terelakkan.
Industri baja nasional seperti PT. Krakatau steel sebagai ujung tombak
produksi baja telah memulai produksinya sejak tahun 1970. PT. Krakatau Steel
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
2
didirikan pada tanggal 31 Agustus 1970, bertepatan dengan dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 1970 Tentang Penyertaan Modal Negara
Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Krakatau
Steel. Pembangunan industri baja ini dimulai dengan memanfaatkan sisa peralatan
proyek baja Trikora , yakni untuk pabrik kawat baja, pabrik baja tulangan dan
pabrik baja profil. Pada tahun 1979 dilangsungkan persemian fasilitas-fasilitas
produksi seperti pabrik besi spons dengan kapasitas 1,5 juta ton/tahun, pabrik
bileet baja dengan kapasitas 500.000 ton/tahun, pabrik batang kawat dengan
kapasitas 220.000 ton/tahun.
Dengan produksi saat ini sebanyak 5 juta ton slab pertahun, ke depan
produksi baja diperkirakan meningkat sejalan dengan peningkatan permintaan.
Baik dalam kebutuhan dalam negeri maupun eksport. Namun Demikian, hingga
kini bahan baku bijih besi untuk industri baja ini masi diimport dalam berbentuk
pelet dari beberapa negara seperti Brazilia, Peru, Swedia, dan Cina, sehingga
ketergantungan besi baja nasional akan bijih besi dari luar negeri sangat tinggi.
Pengusahaan bijih besi juga sudah mulai digalakkan sejak dahulu untuk
memenuhi kebutuhan baja dalam negeri. Namun demikian, ternyata produksi bijih
besi nasional tidak cukup besar untuk memasok bahan baku untuk pemenuhan
produksi baja dalam negeri. Apabila melihat potensi bijih besi nasional,
sebenarnya cadangan bijih besi di dalam negeri tidaklah kecil dengan kadar besi
(Fe) yang bervariasi. Hanya saja kenyataan yang dijumpai hingga saat ini adalah
bahwa keberadaan sumber bahan tambang besi ini tersebar di beberapa tempat
dalam jumlah yang relatif kecil. Disepanjang pantai Selatan Pulau Jawa dan
Sumatra dengan mineral jenis titanomagnetite, kemudian tersedia juga bijih besi
lateritik hasil pelapukan batuan ultra basa yang terdapat di Kalimantan dan
Sulawesi, dan juga keberadaan bijih besi hematite dan magnetite di Ketapang,
Belitung, Lampung dan Sumatera Barat.
Sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan bijih dan pasir besi
dalam jumlah besar dan juga untuk menyongsong negara berbasis industri,
Indonesia harus memiliki pasokan bahan baku baja mandiri. Indonesia tidak boleh
tergantung kepada negara lain yang labil karena diperebutkan oleh negara-negara
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
3
yang lebih maju dengan konsumsi yang jauh lebih besar. Harga bahan baku baja
akan mudah disetir dan sangat merugikan. Program penyelamatan industri baja
nasional melalui pengolahan bijih besi mandiri harus segera digulirkan kalau tidak
ingin menemui kebangkrutan. Untuk mewujudkan program tersebut, Pemerintah
harus dapat membuat kebijakan yang mengatur dan mengontrol terlaksananya
program pengolahan bijih besi mandiri. Dana-dana harus diprioritaskan untuk
tujuan tersebut di samping harus selalu mendorong elemen lain untuk bekerja
keras mensukseskan program tersebut. Nilai ekonomi pasokan baja nasional (5-6
juta ton) melebihi 30 trilyun pertahun dan akan semakin meningkat seiring dengan
kemajuan industri. Sementara itu, dana yang berkaitan dengan riset untuk
pengembangan teknologi pengolahan bijih besi mandiri sangat sedikit bahkan
cenderung tidak ada. Para peneliti di pusat-pusat penelitian harus bersaing untuk
mendapatkan dana riset yang tersedia untuk pengembangan teknologi pengolahan
bijih besi lokal karena tidak adanya prioritas yang mendukung program tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Baja adalah material yang sangat strategis dimana masih perlunya
penanganan yang lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan baja pada sektor
industri yang ada diseluruh Indonesia. Dalam proses pembuatan baja ada beberapa
hal yang sangat perlu diperhatikan, baik dari segi ekonomi, bahan baku dan
tekhnologi yang akan digunakan.
Perumusan pada makalah ini adalah:
1. Bahan baku apakah yang diperlukan dalam pembuatan baja.
2. Bagaimanakah proses dalam pembuatan baja
3. Baja jenis apakah yang dihasilkan.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada makalah ini adalah:.
1. Bahan baku dalam pembuatan baja.
2. Proses dalam pembuatan baja.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
4
3. Baja yang dihasilkan.
1.4 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bahan baku yang digunakan.
2. Mengetahui dan memahami proses pembuatan baja. .
3. Mengetahui baja yang dihasilkan.
1.5 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dalam penulisan ini adalah sebagai langkah awal untuk
memahami dan mengenal tentang proses pembuatan baja.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Penemuan Baja
Teknik peleburan logam telah ada sejak zaman Mesir kuno pada tahun
3000 SM. Bahkan pembuatan perhiasan dari besi telah ada pada zaman
sebelumnya. Proses pengerasan pada besi dengan heat treatment mulai
diperkenalkan untuk pembuatan senjata pada zaman Yunani 1000 SM.
Proses pemaduan yang dibuat mulai ada sejak abad 14 yang
diklasifikasikan sebagai besi tempa. Proses ini dilakukan dengan pemanasan
sejumlah besar bijih besi dan charchoal dalam tungku atau furnance. Dengan
proses ini bijih besi mengalami reduksi menjadi besi sponge metalik yang terisi
oleh slag yang merupakan campuran dari pengotor metalik dan abu charcoal.
Spone iron ini dipindahkan dari furnance pada saat masih bercahaya dan
diselimuti oleh slag yang tebal lalu slagnya dihilangkan untuk memperkuat besi.
Pembuatan besi meggunakan metode ini menghasilkan kandungan slag sekiar 3
persen dan 0,1 persen pengotor lain. Kadang kala hasil produksi dengan metode
ini menghasilkan baja bukannya besi tempa. Para pembuat besi belajar untuk
membuat baja dengan memanaskan besi tempa dan charcoal pada boks yang
terbuat dar tanah liat selama beberapa hari. Dengan proses ini besi akan menyerap
cukup karbon untuk menjadi baja sebenarnya.
Setelah abad ke 14 tungku atau furnance yang digunakan mulai mengalami
peningkatan ukuran dan draft yang digunakan untuk pembakaran gas melewati
“charge,” pada pencampuran material mentah. Pada tungku yang lebih besar ini,
bijih besi pada bagian bagian atas furnance akan direduksi pertama kali direduksi
menjadi besi metalik dan menghasilkan banyak karbon sebagai hasil dari serangan
gas yang dilewatinya. Hasil dari furnance ini adalah pig iron, yaitu paduan yang
meleleh pada temperatur rendah. Pig iron akan diproses lebih lanjut untuk
membuat baja.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
6
Pembuatan baja modern menggunakan blast furnance yang juga
digunakan untuk memurniakan besi oleh pembuat besi yang lampau. Proses
pemurnian besi cair dengan peledakan udara diakui oleh penemu Inggris Sir
Henry Bessemer yang mengembangkan Bessemer furnance, atau pengkonversi,
pada tahun 1855. Sejak tahun 1960 telah diproduksi baja dari besi bekas secara
kecil-kecilan pada furnance elektrik, sehingga dinamakan mini mills. Mini mills
adalah komponen yang sangat sangat penting bagi produksi baja Amerika. Mills
yang lebih besar digunakan pada produksi baja dari bijih besi.
2.2 Klasifikasi Bijih Besi
Bijih besi (iron ore) adalah bahan galian hasil tambang yang banyak
mengandung unsur besi (Fe) dan bersenyawa atau terikat dengan unsur-unsur lain,
terutama Oksigen, Karbonat dan sifat-sifat yang mengandung Sulfida (ke-3 nya
disebut mineral-mineral). Oleh karena itu, pembagian macam dan jenis bijih besi
didasarkan kepada kandungan mineralnya :
a. Besi Oksida
Ferri Oksida (Fe2O3) atau disebut: “hematit”.
Kandungan Besinya = 69,94 %
Oksigennya = 30,06 %
Warnanya: merah dan tidak mengandung air
Ferro Oksida (Fe3O4) atau disebut: “magnetit”
Kandungan Besinya = 72,4 %
Oksigennya = 27,6 %
Warnanya abu-abu sampai dengan ke cokelat-cokelat an.
Mempunyai sifat kemagnitan.
FeO(OH)Fe2O3 disebut juga: “limanit”
Limanit ini disebut juga Ferro Oksida yang ada mengandung air.
Kandungan Besinya = (60 65) %
Oksigennya = (8 20) %
Sisanya = air (H2O)
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
7
Warna: cokelat
HFeO2 disebut juga: “goethite”
Kandungan Besinya = 62,9 %
Oksigennya = 27, 0 %
Sisanya = air
Bentuknya kristal atau seperti jarum.
Warna: kuning, merah atau cokelat.
FeO(OH) disebut juga: “lepidoerosite”
Bijih besi ini merupakan bentuk lain atau variasi dari goethite.
FeO2(OH)2 disebut juga: “turgite”
Bijih besi ini merupakan bentuk lain atau variasi dari limanite
b. Besi Karbonat
FeCO3 disebut juga: “sederit”
Kandungan Besinya = 48,2 %
Karbonatnya = 50,8 %
Bentuknya seperti kristal dan berlumpur.
Mengandung unsur-unsur lain, seperti: Mg, Mn, Ca, Co
c. Besi Sulfida
Magnetik pyrite
Kandungan Besinya = 69,4 %
Sulfurnya = 30,6 %
Marcasite, atau disebut bijih besi bersifat putih
Kandungan Besinya = 46,6 %
Sulfurnya = 39,4 %
Macam bijih besi ini, biasanya merupakan hasil sampingan dari
penambangan:
Zn, Cu, Ni, Au perak atau sulfur (belerang).
“Pyrite lythos”
Kandungan Besinya = 46,6 %
Sulfurnya = 53,4 % , warnanya: kuning
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
8
2.3 Pembuatan Pellet Bijih Besi
Pembuatan pellet bijih besi secara garis besar ada tiga tahapan, yaitu
sebagai berikut :
1. Kominusi
2. Konsentrasi
3. Dewatering
4. Aglomeration
1. Kominusi
a. Pemecahan (Crushing)
Bijih besi hasil tambang, biasanya masih berbentuk bonglahan-bongkahan
besar, yakni antara 300 400 2mm untuk keperluan “tanur tinggi”di
perlukan ukuran bijih besi antara 10 30 s/d 50 mm2, oleh sebab itu
bongkahan-bongkahan tadi perlu di pecah-pecah sehingga mempunyai
ukuran yang kecil dan seragam. Mesinnya: Jaw Crusher dan atau
Gyratory Crusher. Agar ukuran nya seragam, maka digunakan ayakan
(saringan).
b. Penghalusan (Grinding)
Adakalanya, bijih besi magnetit masih mengandung tanah, ada yang basah
ada pula yang kering dan sedikit bercampur dengan kotoran-kotoran
lainnya. Guna memisahkan antara bijih besi dan kotoran-kotoran tersebut,
digunakan mesin : Ball mill dan atau Rod mil
2. Konsentrasi
a. Gaya berat (Gravity method)
Dengan memanfaatkan beda berat jenis dari bahan-bahan hasil tambang,
maka akan dapat diperoleh bijih besi yang bersih, peralatan-peralatan yang
sering dipakai adalah:
jigging; untuk bijih besi dengan ukuran 0,5 25 mm
hampherey spiral; untuk bijih besi dengan ukuran 0,1 0,5 mm
shaking tabel; untuk bijih besi dengan ukuran 0,1 1,5 mm
cyclone; untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang sangat halus.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
9
b. Pemisahan secara magnetik (Magnetic separation)
Mineral-mineral dengan kemagnitan yang besar (contoh: bijih besi
magnetit), dapat dipisahkan dengan “mineral non-magnetic separation”.
Untuk kemagnitan yang lemah, digunakan “high density dry magnetic
separation”
c. Pembuihan dan pengapungan (Froth floatation)
Untuk bijih-bijih besi yang kemagnitan nya sangat lemah/rendah, dapat
menggunakan cara pengapungan, pH dari bahan yang di apungkan dapat
diperlemah/diperkecil dengan cara menambahkan asam atau alkali
(tergantung dari bahan yang di apungkan).
d. Pemisahan secara elektrostatik ber tegangan tinggi (Electrostatic/high
tension separation)
Elektrostatik atau pemisahan dengan tegangan tinggi dipakai untuk
meningkatkan mutu dari konsentrat-konsentrat yang halus juga untuk
memisahkan bahan-bahan yang tidak di inginkan.
3. Dewatering
Menghilangkan zat cair dan dikeringkan (Dewatering and drying). Bijih
besi yang butiran-butiran nya sangat halus di dalam suatu konsentrat, di
beri air, kemudian dimampatkan kedalam mesin pemampat dan kemudian
dikeringkan.
4. Aglomeration
Mengubah ukuran butiran bijih/ konsentrat menjadi gumpalan yang relatif
besar agar tidak menyumbat lubang-lubang pada tanur yang digunakan
untuk lewat gas-gas.Yang mana pada kali ini menggunakan jenis peletisasi
(peletizing).
2.4 Proses Pembuatan Baja
Besi dan baja mempunyai atom induk yang sama, yaitu Fe secara kimia,
keduanya dibedakan oleh kadar karbon (C) yang dikandungnya. Besi mengandung
karbon lebih besar dari 2,14% sedangkan baja mengandung karbon kurang dari
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
10
2,14%. Secara fisik/mekanis, besi dan baja mempunyai perbedaan sifat yang
sangat besar (tabel 2.1).
Tabel 2.1. Perbedaan sifat fisik dan mekanis antara besi dan baja Baja Besi
Dipukul Bunyinya nyaring
(berdenting)
Bunyinya tidak nyaring
Ditarik Sebelum patah akan
berubah bentuk, tambah
panjang dan ramping
Langsung patah tanpa
berubah bentuk yang
berarti
Ditempa Bisa Tidak bisa
Sifat Getas, Keras, Lebih
mudah terkorosi
Kenyal, lebih sukar
terkorosi
Baja tidak dapat dibuat secara langsung dari bijih besi yang terdapat di
alam, melainkan harus melalui tahapan permunian bijih besi terlebih dahulu. Bijih
besi yang telah dimurnikan kemudian dileburkan untuk memperoleh besi mentah,
baik besi mentah cair (pig iron) maupun besi mentah padat (sponge iron). Pig iron
maupun sponge iron masih mengandung beberapa unsur pengotor seperti C, Si,
Mn, P, S dan lain-lain.
Pada mulanya sebagian besar baja diproduksi dari pig iron. Tetapi, pada
saat ini lebih banyak digunakan sponge iron sebagai bahan bakunya dicampur
dengan besi tua/bekas (scrap), dengan perbandinga tertentu tergantung dari mutu
scrap yang digunakan.
Secara teoritis proses pembuatan baja merupakan pengurangan kadar
karbon dari besi yang berkadar karbon lebih besar dari 2,14% menjadi kurang dari
2,14%, dimana kadar karbon untuk baja teknik adalah 0,03%-1,00%.
Ada beberapa proses pembuatan baja, antara lain:
1. Proses converter
a. Proses Bassemer/proses Asam
b. Proses Thomas/proses Basa
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
11
2. Proses Siemens-Martin (Open Heart Process)
3. Proses dapur listrik
a. Dapur listrik induksi
b. Dapur listrik busur
2.4.1 Proses Converter
Converter merupakan bejana yang didinginkan dilapisi batu tahan api dan
mempunyai lubang-lubnag dibagian bawahnya. Pada proses ini, bahan baku yang
berupa besi mentah cair (pig iron) dimasukkan kedalam converter dengan cara
memutar converter ke posisi horizontal. Selanjutnya converter diputar kembali ke
posisi semula disertai dengan penghembusan udara.
Proses converter merupakan proses eksotern. Unsur-unsur yang
terkandung dalam pig iron akan menghasilkan panas jika terbakar. Hal ini dapat
diketahui dengan naiknnya temperature pig iron dari 1350oC (saaat dimasukkan
kedalam converter) menjadi 1600oC (saat akhir proses). Besar panas yang
dihasilkan beberapa unsur yang terdapat dalam pig iron dapat dilihat pada tabel
2.2.
Tabel 2.2 Jumlah panas yang dihasilkan dari pembakaran setiap unsur yang terdapat dalam pig iron.
Unsur (tiap 0,01%)
Panas yang dihasilkan (oC) Hasil
Fe 0,5 FeO Si 3,1 SiO2
Mn 0,7 MnO C 1,2 CO C 3,8 CO2 P 2,3 P2O5
Batu tahan api adalah jenis batuan mineral yang mengandung oksida-
oksida yang tahan terhadap temperatur tinggi dimana melebihi titik cair besi/baja,
sehingga tidak mengalami perubahan bentuk selama peleburan. Pada proses
converter, batu tahan api dapat berfungsi sebagai isolasi panas dan sebagai wadah
yang tidak bereaksi dengan besi/baja cair. Batu tahan api dapat dibedakan menjadi
:
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
12
a. Batu tahan api asam : Kadar SiO2 dominan
b. Batu tahan api basa : Kadar MgO, Ca2O3 dominan
c. Batu tahan api netral : Kadar Al2O3 dominan.
Pada pembuatan baja menggunakan converter dikenal 2 (dua) macam
proses yaitu proses asam dan proses basa. Disebut proses asam jika bahan baku
yang digunakan pig iron (bersifat asam). Dan disebut proses basa jika pig iron
bersifat basa. Pada proses asam, terak/slag yang dihasilkan bersifat asam. Jika pig
iron yang digunakan bersifat asam, maka batu tahan api yang digunakan harus
bersifat asam, dan juga demikian untuk proses basa.
Secara umum proses kerja converter adalah sebagai berikut :
1. Dipanaskan dengan kokas sampai suhu 1500oC.
2. Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja (1/8 dari volume
converter).
3. Converter ditegakkan kembali.
4. Dihembuskan udara dengan tekanan1,5 - 2 atm dengan kompresor.
5. Setelah 20 – 25 menit converter dijungkirkan untuk mengeluarkan
hasilnya.
Keuntungan dengan menggunakan proses converter, antara lain :
1. Proses cepat
2. Biaya produksi rendah
3. Perawatan mudah
Kerugian dengan menggunakan proses converter, antara lain :
1. Bahan baku cair (besi mentah cair/pig iron) harus tersdia didekat converter
(dapur).
2. Kualitas baja yang dihasilkan rendah, karena mengandung nitrogen (N)
yang tinggi (0,01%)
3. Baja yang dihasilkan berkadar karbon (C) rendah (0,03%)
Converter dengan penghembus udara dari samping (side-blown converter)
biasa disebut Tropenas terdapat di PT. Barata , Surabaya.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
13
a. Proses Bessemer (Proses Asam)
Proses ini ditemukan oleh Sir Hnery Bessemer pada tahun 1856. Proses ini
biasa disebut sebagai proses asam Karen pig iron yang digunakan mengandung p
kurang dari 0,05%.
Kriteria proses Bessemer :
Bahan : Besi mentah cair/pig iron (1350oC), berkadar :
- C : 3,5% - 4,0%
- Si : 2,0% - 2,5%
- Mn : 0,75% - 1,0%
- P : 0,05% max
- S : 0,05% max
- Dapat ditambhakan scrap : 8% max
Gambar 2.1. Converter Bessemer
Udara penghembus bertekanan 60 – 70 cmHg
Untuk memperbaiki sifat baja yang dihasilkan, perlu ditambahkan unsur
pengikat O2 (reduktor), sperti Si, Mn, atau Al dalam bentuk Fe alloys.
Tipe terak yang dihasilkan : FeO-MnO-SiO2.
Cara kerja prose Bessemer :
1. Putar converter sampai posisi horizontal, kemudian bahan diisikan
kedalam dapur converter sebanyak 1/5 volume dapur converter.
2. Putar udara keposisi semula disertai dengan penghembusan udara
(blowing).
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
14
3. Sampai 4 menit dari blowing, Si dan Mn terbakar. Ditandai dengan
nyala api pendek, berwarna coklat/kuning.
4. Setelah 4 menit dari blowing, C terbakar. Ditandai dengan nyala api
panjang, berwarna keputih-putihan (terang).
5. Selanjutya, nyala api berwarna kuning emas/agak kemerah-merahan,
pendek dan hampir mati, Karen C semakin kecil dan mendekati habis.
6. Blowing dihentikan. Dengan memiringkan converter, baja cair dituangkan
kedalam leadle, dan kemudian dituangkan kedalam cetakan.
b. Proses Thomas (Proses Basa)
Ditemukan oleh Thomas pada tahun 1878. Proses Thomas merupakan
modifikasi dari proses Bessemer, sehingga prose Thomas sangat mirip dengan
proses Bessemer. Pembuatan baja dengan proses Thomas dikenal sebagai proses
basa, karena pig iron yang digunakan mengandung 1,5%.
Kriteria proses Thomas :
Bahan : Besi mentah cair/pig iron (1350oC), berkadar :
- C : 3,4% - 4,0%
- Si : 0,5% - 1,0%
- Mn : 1,0% - 3,0%
- P : 1,5% min
- S : 0,08% max (sebaiknya, 0,05%)
- Dapat dtambhakan scrap : 12% max
Perlu penambahan kapur bakar (CaO) sebagai pengikat terak.
Udara penghembus bertekanan 60 – 7- cmHg
Untuk memperbaiki sifat baja yang dihasilkan, perlu ditambahkan unsur
pengikat O2 (reduktor), seperti Si, Mn, atau Al dalam bentuk Fe alloys.
Tipe terka yang dihasilkan : FeO-CaO-P2O5.
Cara kerja proses Thomas :
1. Putar converter sampai dengan posisi horizontal, kemudian bahan-bahan
diisikan kedalam dapur converter sebanyak 1/5 dari volume converter.
2. Putra converter ke posisi semula disertai dengan penghembusan udara
(blowing).
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
15
3. Sampai 4 menit dari blowing, Si dan Mn terbakar, temperature naik
dengan perlahan-lahan. C terbakar sedikit, sedangkan P hampir tidak
terbakar. Ditandai dengan nyala api pendek, berwarna coklat/kuning.
4. Setelah 4 menit sampai 14 menit dari blowing, C banyak terbakar.
Ditandai dengan nyala api panjang, berwarna keputih-putihan (terang).
5. Selanjutnya, nyala api berwarna kuning emas/agak kemerahan, pendek dan
hamper mati, Karen C semakin kecil dan mendekati habis.
6. Setelah C habis, P mulai terbakar, nyala api tetap kecil/hamper mati.
(jika kadar P yang diinginkan sangat kecil, maka sebagian Fe akan ikut
terbakar)
7. Blowing dihentikan. Dengan memiringkan converter, baja cair dituangkan
ke dalam ladle. Dan kemudian dituangkan kedalam cetakan.
2.4.2 Proses Siemens-Martin (Open Hearth Furnace)
Gambar 2.2. Open Hearth Furnace
Proses ini ditemukan pada tahun 1861 oleh siemens bersaudara (Williams
Siemens dan Frederick Siemens, Jerman) dan Pieter Mertin (Prancis).
Kriteria proses Siemens-Martin :
Bahan : Dapat berupa :
1. Baja tua/scrap (100%).
2. Pig iron (60%) dan srap (40%).
3. Besi mentah cair (50%) dan scrap (50%).
4. Bijih besi dan scrap.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
16
5. Besi mentah cair dan bijih besi.
6. Besi mentah cair (100%)
Diperlukan bahan pengikat terak/slag (CaO, CaF, atau CaMg(CO3)2)
Diperlukan pengikat O2 berupa Al, Si atau Mn dalam bentuk ferro alloy.
Batu tahan api yang digunakan sesuai dengan jenis proses.
Bahan bakar dengan kadar S rendah atau gas alam.
Proses pembakaran jika burner I dihidupkan, gas hasil pembakaran akan
mengalir ke regerator I dan regenerator II. Burner I dimatikan, jika batu tahan api
yang terdapat di regenerator I telah panas (berwarna merah). Kemudian burner II
dihidupkan, gas hasil pembakaran akan mengalir ke regenerator II dan regenerator
II. Jika batu tahan api yang terdapat di regenerator II telah panas (berwarna
merah), burner II dimatikan dan burner I dihidupkan kembali. Demikian sterusnya
hingga proses selesai.
Cara kerja Proses Siemens-Martin terjadi atas 4 tahap, yaitu :
1. Tahap pengisian (charging).
2. Tahap peleburan.
3. Tahap pengaturan kompisisi (refining).
4. Tahap penuangan (pouring).
Tahap refining (pengaturan komposisi), dapat berupa pengurangan kadar
karbon atau peningkatan kadar karbon. Penignkatan kadar karbon yang terbaik
dilakukan dengan menambahkan pig iron yang berkadar C lebih besar dari 4,2%.
Penambahan kokas dapat juga dilakukan utuk meningkatkan kadar karbon, tetapi
cara ini kurang efektif. Sedangkan untuk menurunkan kadar dapat dilakukan
dengan menambahkan O2 murni.
Dibandingkan dengan proses converter, baja yang dihasilkan dari proses
open hesrth furnace mempunyai kualitas yang lebih baik. Tetapi biaya operasi
yang cukup mahal (konsumsi minyak tinggi) dan perawatan cukup tinggi. Di
Indonesia, open hearth furnace digunakan oleh PT. BUSI DHARMA, Jakarta.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
17
2.4.3 Proses Dapur Listrik
a. Dapur Listrik Induksi (Induction Furnace)
Gambar 2.3. Skema Induction furnace
Induction Furnace pertama kali ditemukan oleh Ferranti, Italia (1877).
Dapur induksi ini terdiri atas sebuah mangkok khusus (crucible) sebagai tempat
peleburan. Pemanasan yang diperoleh dari kumparan listrik akan memanasi
mangkok khusus sehingga bahan yang diisikan akan mencair.
Jenis atau komposisi bahan baku yang digunakan biasanya merupakan
bahan baku pilihan, sehingga hasil yang diperoleh akan mempunyai komposisi
yang tidak jauh berbeda dengan bahan bakunya. Oleh karena itu, Induction
Furnace biasanya hanya untuk meleburkan kembali bahan baku yang diisikan.
Induction Furnace banyak digunakan untuk membuat baja yang
berkualitas tinggi yang sangat peka terhadap kontaminasi. Karena proses ini
logam cair yang diproses tidak bersentuhan dengan bahan bakar atau unsur lain
yang dapat menyebabkan logam cair terkontaminasi. Pada proses ini, pengisian
bahan baku dilakukan secara bertahap, tidak sekaligus. Pengisian kedua dilakukan
setelah bahan yang diisikan pertama kali telah mencair.
b. Dapur Listrik Busur (Electric Arc Furnace)
Electric Arc Furnace adalah dapur yang dilengkapi dengan elekrode
(biasanya 3 buah) dan merupakan salah salah satu alat pembuat baja yang paling
praktis. Proses ini dapat berlangsung cepat dan dapat menghasilkan baja yang
berkutlitas sangat tinggi, tetapi perlu tenaga listrik yang cukup banyak.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
18
Gambar 2.4. Electric Arc Furnace
Bahan baku yang digunakan pada proses ini adalah scrap (100%). Batu
kapur (CaCO3), kapur bakar (CaO) atau fluorspar (CaF2) perlu ditambahkan
sebagai pengikat O2.
Electric Arc Furnace bekerja dengan prinsip yang hampri sama dengan las
listrik, dimana panas yang dihasilkan adalah akibat adanya pertemuan antara
kutub positif (elektroda) dan kutub negative (scrap).
2.5 Klasifikasi Baja
Baja dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, yaitu :
1. Berdasarkan metode pembuatan (sudah tidak lazim).
- Bessemer Steel
- Open-hearth steel
- Electric-furnace steel
- Crucible Steel
2. Berdasarkan tujuan penggunaan.
- Machine Steel
- Spring Steel
- Boiler Steel
- Structural Steel
- Tool Steel
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
19
3. Berdasarkan komposisi kimia.
Metode yang paling popular dalam penggolongan baja adalah berdasarkan
komposisi kimia. Metode tersebut menunjukkan kandungan unsur penting
() dalam baja menggunakan system penomoran dengan empat atau lima
angka contohnya standar AISI dan SAE. Angka pertama menunjukkan tipe
baja, misalnya: 1 berarti baja karbon, 2 berarti baja karbon, 3 berarti baja
nikel-kromium dan sebagainya. Dalam baja paduan sederhana, angka kedua
menunjukkan unsur utama dalam paduan. Dua atau tiga angka terkahir
umumnya menunjukkan kadar karbon rata-rata dibagi dengan 100. Sebagai
contoh, symbol 2520 berarti baja nikel dengan kadar nikelnya 5% dan
kadar karbon 0,20%. Beberapa spesifikasi baja paduan dapat dilihat pada
tabel 2.3.
4. Berdasarkan kadar karbon.
a. Baja karbon rendah (low karbon steel/mild steel)
Kadar karbon maksimal 0,25%. Banyak digunakan untuk kawat, baja
profil, skrup. Ulir dan baut.
b. Baja karbon sedang (medium carbon steel)
Kadar karbon antara 0,25%-0,55%. Banyak digunakan untukrel kereta api,
as, roda gigi, suku cadang yang berkekuatan tinggi atau dengan kekerasan
sedang sampai tinggi.
c. Baja karbon tinggi (high carbon steel).
Kadar karbon minimal 0,55%. Banyak dugunakan untuk perkakas potong,
pisau, tap dan bagian-bagian yang harus tahan gesekan.
5. Berdasarkan unsur khusus dalam paduan.
a. Baja paduan rendah (low-alloy steel)
Jumlah unsur khusus dalam paduan kurang dari 5%
b. Baja paduan sedang (medium-alloy steel)
Jumlah unsur khusus dalam paduan antara 5%-10%
c. Baja paduan tinggi (high-alloy steel)
Jumlah unsur khusus dalam paduan lebih dari 10%.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
20
Selain itu baja paduan dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran
khusus (special alloy steel) dan high speed steel.
Tabel 2.3. Spesifikasi baja paduan
No. AISI % C % Mn % Ni % Cr % Mo % V No. SAE TIPE
1330 0,28-0,33 1,60-1,90 - - - - 1.330 Baja 1340 0,38-0,43 1,60-1,90 - - - - 1340 Mn 2317 0,15-0,20 0,40-0,60 3,25-3,75 - - - 2315 Baja 2330 0,280,33 0,60-080 3,25-3,75 - - - 2330 Ni 3%
E2512* 0,09-014 0,45-060 4,75-5,25 - - - - Baja 2515 0,12-0,17 0,40-0,60 4,75-5,25 - - - 2515 Ni 5% 3115 0,13-0,18 0,40-0,60 1,10-1,40 0,55-0,75 - - 3115 3130 0,28-0,33 0,60-0,80 1,10-1,40 0,55-0,75 - - 3130 Baja 3140 0,38-0,43 0,70-0,90 1,10-1,40 0,55-0,75 - - 3140 Ni-Cr
E3310 0,08-0,13 0,45-0,60 3,65-3,75 1,40-1,75 - - 3310 4023 0,20-0,25 0,70-0,90 - - 0,20-0,30 - 4023 Baja 4037 0,35-0,40 0,70-0,90 - - 0,20-0,30 - 4037 Mo 4419 0,18-0,23 0,45-0,65 - - 0,45-0,60 - 4419 4118 0,19-0,23 0,70-0,90 - 0,40-0,60 0,08-0,15 - 4118 4130 0,28-0,33 0,40-0,60 - 0,80-0,10 0,15-0,25 - 4130 Baja 4140 0,38-0,43 0,75-1,00 - 0,80-0,10 0,15-0,25 - 4140 Cr-Mo 4150 0,48-0,53 0,75-1,00 - 0,80-0,10 0,15-0,25 - 4150 4320 0,17-0,22 0,45-0,60 1,65-2,00 0,40-0,60 0,20-0,30 - 4320 Baja 4320 0,38-0,43 0,60-0,80 1,65-2,00 0,70-0,90 0,20-0,30 - 4340 Ni-Cr-Mo 4720 0,17-0,22 0,50-0,70 0,90-1,20 0,35-0,55 0,15-0,25 - 4720 4620 0,17-0,22 0,45-0,60 1,65-2,00 - 0,20-0,30 - 4620 Baja 4626 0,24-0,29 0,45-0,65 0,70-1,00 - 0,15-0,25 - 4626 Ni-Mo 4820 0,18-0,23 0,50-0,70 3,25-3,75 - 0,20-0,30 - 4820 5120 0,17-0,22 0,70-0,90 - 0,70-0,90 - - 5120 5130 0,28-0,33 0,70-0,90 - 0,80-1,10 - - 5130 Baja 5140 0,38-0,43 0,70-0,90 - 0,70-0,90 - - 5140 Cr 5150 0,48-0,53 0,70-0,90 - 0,70-0,90 - - 5140
E52100* 0,95-1,10 0,25-0,45 - 1,30-1,60 - - 52100 6118 0,16-0,21 0,50-0,70 - 0,50-0,70 - 0,12 6118 Baja 6160 0,48-0,53 0,70-0,90 - 0,80-1,10 - 0,15 6150 Cr-V 8620 0,18-0,23 0,70-0,90 0,40-0,70 0,40-0,60 0,15-0,25 - 8620 8630 0,28-0,33 0,70-0,90 0,40-0,70 0,40-0,60 0,15-0,25 - 8630
8640 0,38-0,43 0,75-1,00 0,40-0,70 0,40-0,60 0,15-0,25 - 8640 Baja Ni-Cr-Mo
8720 0,18-0,23 0,70-0,90 0,40-0,70 0,40-0,60 0,20-0,30 - 8720 Rendah 8740 0,38-0,43 0,75-1,00 0,40-0,70 0,40-0,60 0,20-0,30 - 8740 8822 0,20-0,25 0,75-1,00 0,40-0,70 0,40-0,60 0,20-0,30 - 8822
9260 0,56-0,64 0,75-1,00 1,80-2,20 (% Si) - - - 9260 Baja
Si E9310* 0,08-0,13 0,45-0,65 3,00-3,50 1,00-1,40 0,08-0,15 - 9310 Baja 9840 0,38-0,43 0,70-0,90 0,85-1,15 0,70-0,90 0,20-0,30 - 9840 Ni-Cr-Mo 9850 0,48-0,53 0,70-0,90 0,85-1,15 0,70-0,90 0,20-0,30 - 9850 Lebih Tinggi
94B30 0,48-0,53 0,70-0,90 0,85-1,15 0,70-0,90 0,20-0,30 - 94B30 Baja Boron
*E = Proses dengan electric-furnace AISI = American Iron and Steel Institute SAE = Society of Automotive Engineers
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
21
Baja Paduan Khusus (special alloy steel)
Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel,
chromium, manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan
menambahkan logam tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut
akan merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih
keras, kuat dan ulet bila dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel).
High Speed Steel (HSS)/Self Hardening Steel
Kandungan karbon : 0,70 % – 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat
potong seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling
cutters. Disebut High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan
material tersebut dapat dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding
dengan carbon steel. Sedangkan harga dari HSS besarnya dua sampai
empat kali daripada carbon steel.
Baja paduan mempunyai kegunaan khusus yang lebih banyak dibanding baja
karbon. Sifat-sifat baja paduan antara lain:
Keuletan tinggi tanpa pengurangan kekuatan tarik
Kemampukerasan sewaktu dicelup dalam minyak atau udara baik, sehigga
kemungkinan retak kurang.
Tahan terhadap korosi dah kehausan, tergantung pada jenis paduam.
Tahap terhadap perubahan suhu, ini berarti sifat fisisnya tidak banyak
berubah.
Memiliki kelebihan dalam sifat-sifat metalurgi, seperti butir yang halus.
2.5.1 Baja Perkakas (Tool Steel)
Baja perkakas digolongkan berdasarkan atas :
1. Media celup (quenching).
Dibedakan menjadi :
- Water-hardening steel
- Oil-hardening steel
- Air-hardening steel
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
22
2. Unsur Paduan.
Dibedakan menjadi :
- Carbon tool steel
- Low-alloy toll steel
- Medium-alloy tool steel
3. Penggunaanya (aplikasi).
Dibedakan menjadi :
- Hot-work steel
- Shock-resisting steel
- High-speed steel
- Cold-work steel
AISI ( American Iron and Steel Institute), menggolongkan baja perkakas
menjadi tujuh kelompok (group) besar tabel 2.4.
Table 2.4. penggolongan baja perkakas menurut AISI Gorup Simbol dan Tipe
Water-hardening Steels W Shock-resisting Steel S
Cold-work steel O= Oil-hardening A = Medium-alloy air-hardening D = High-carbon high-cromium
Hot-work steel H (H1-H190, meliputi Cr-base (H20-H39), meliputi W-base (H40-H59), meliputi Mo-base
High-speed steels T = Tunsten (wolfram)- base M = Molibdenum (Mo)- base
Mold steel P = Mold steels (P1-P19), meliputi low carbon (P20-P39), tipe lainnya
Special-purpose steels L = Low-alloy F = Carbon-tungsten
Sifat-sifat yang perlu diperhatikan dalam pemilihan baja perkakas, antara lain
:
Ketahanan terhadap deformasi (non deforming properties)
Deep of hardening
Ketangguhan (toughness)
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
23
Ketahanan aus (wear resistance)
Kekerasan pada temperature tinggi (red hardness)
Kemampukerasan (hardenability)
Ketahanan rekarburisasi (resistance to recarburisation)
2.5.2 Baja Konstruksi (Structure Steel)
Baja konstruksi (structure steel) mencakup sekitar 90% dari seluruh
produksi baja. Penggunaan baja konstruksi antara lain untuk :
Pembuatan baja batangan.
Baja profil untuk segala jenis konstruksi (jembatan, menara, bangunan
tinggi, pesawat angkat).
Konstruksi mesin.
Plat-plat, pipa, kawat, dan lain-lain.
Tabel 2.5. Penggolongan baja bukan paduan menurut JIS*
Jenis Kekuatan Tarik (Kg/mm2)
Regangan (%)
Kadar C (%)
St 00 Tidak bersyarat - 0,10 St 34 34 - 42 25 0,10 St 37 37 - 45 20 0,12 St 42 42 - 50 20 0,25 St 50 50 – 60 18 0,35 St 60 60 – 70 14 0,45 St 70 70 – 85 10 0,60 C 10 42 – 52 19 0,06 - 0,12 C 15 50 – 65 16 0,12 - 0,18 C 22 55 – 65 22 0,18 – 0,25 C 35 65 – 80 18 0,32 – 0,40 C 45 75 - 90 16 0,42 – 0,50
Baja konstruksi tidak termasuk dalam jenis baja paduan. Baja konstruksi
distandarisasikan menurut kekuatan tarik terkecilnya. Misalnya baja jenis St 42,
berarti baja konstruksi dengan kekuatan tarik minimal 42 Kg/mm2. Peningkatan
kadar karbon ( C ) pada baja konstruksi akan meningkatkan kekuatan tarik, tetapi
meurunkan regangan, keuletan dan mampu las. Jenis-jenis baja konstruksi dapat
dilihat pada tabel 2.5.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
24
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Latar Belakang dan Sejarah PT. Krakatau Steel
PT. Krakatau Steel yang berlokasi di Cilegon merupakan industri
pengolah baja terbesar di Indonesia. Pabrik ini merupakan permulaan proyek baja
dari pemerintah yang mulai berdiri pada bulan Mei 1962. Pada mulanya proyek
tersebut dikenal dengan nama proyek pabrik baja “ TRIKORA “ yang mendapat
bantuan dari pemerintah Rusia.
Akibat adanya pemberontakan G30S PKI, proyek pembangunan dari tahun
1966 sampai sekitar tahun 1972 dapat dikatakan terhenti sama sekali, kesulitan
utamanya adalah pembiayaan pembangunan pabrik. Akhirnya, berdasarkan
Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 1970 proyek pabrik baja ” TRIKORA “
menjadi PT. Krakatau Steel yang disahkan dengan ditanda tangani akte notaris
No. 35 pada tanggal 23 Oktober 1971. Pembangunan proyek PT. Krakatau Steel
pada akhir tahun 1976, yaitu pabrik Besi Beton telah dapat diselesaikan dan dapat
mulai dioperasikan secara komersil sejak tahun 1977.
Pabrik Besi Siku yang berada di dalam satu gedung dengan pabrik Besi
Beton, selesai pembangunannya pada bulan Juli 1977. Dengan selesainya
pabrik besi siku tersebut, maka seluruh pembangunan pabrik baja yang mulanya
merupakan proyek bantuan Rusia sudah dapat diselesaikan.
Selanjutnya PT. Krakatau Steel melaksanakan pembangunan pabrik-
pabrik baru sebagai perluasan usaha. Sebagai tujuan pendirian PT. Krakatau Steel,
maka pabrik-pabrik yang dibangun adalah yang terpadu yaitu dapat mengolah
biji besi sampai dengan produk-produk jadi dari baja.
Dasar penentuan lokasi pendirian pabrik besi baja, antara lain :
Adanya cikal bakal industri baja ( Trikora ).
Letak geografis ( pinggir laut ).
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
25
Tersedianya tanah yang cukup luas.
Tersedianya air yang cukup banyak.
Kondisi sosial budaya daerah.
Daerah tandus ( bukan agraris ).
Tersedianya tenaga kerja
3.2 Pembagian Plant PT. Krakatau Steel
Sumber : Brosur, produksi PT.Krakatau Steel
Gambar 3.1 Produksi Baja di PT. Krakatau Steel
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
26
Sumber : Brosur, Produksi PT Krakatau Steel
Gambar 3.2 Struktur Produksi PT. Krakatau Steel
Untuk melakukan sebuah produksi PT. Krakatau Steel dibagi dalam
beberapa plant, yaitu :
a. Pabrik pengolahan besi dan baja
b. Pabrik peleburan besi dan baja.
c. Pabrik pengerolan besi dan baja.
a. Pabrik Pengolahan besi dan baja, antara lain :
1. Pabrik Besi Spons HYL I
2. Pabrik Besi Spons HYL III
3. Rotary Kiln (RK)
Pabrik Besi Spons HYL III ini merupakan sebuah pabrik (chemical plant)
yang menangani proses pengolahan biji besi (pellet) menjadi besi spons.
b. Pabrik peleburan besi dan baja, antara lain :
1. SSP I (Slab Steel Plant I)
Bagian pabrik yang memproduksi baja lembaran (slab).
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
27
2. SSP II (Slab Steel Plant II)
Bagian pabrik yang memproduksi baja lembaran (slab).
3. BSP (Billet Steel Plant)
c. Pabrik pengerolan besi dan baja, antara lain :
1. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas (HSM).
2. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin (CRM).
3. Pabrik Batang Kawat (WRM).
3.3 Pembuatan Besi Spons
3.3.1 Bahan Baku
Gambar 3.3 Pellet Bijih Besi
Dalam proses pembuatan besi spons, pellet yang digunakan adalah dari
bijih besi Fe2O3 (hematite) dengan kadar Fe 60%-80% dengan ukuran 6-18 mm
yang berasal dari beberapa negara seperti Brasil, Bahrain, Belgia, dan Chili.
Sedangkan dalam membantu proses reduksi langsung digunakan gas alam yang
berasal dari PERTAMINA sebagai reduktor, dimana dengan komposisi gas
sebagai berikut :
H2 = 70 – 73 %
CO = 15 – 17 %
CH4 = 2 – 4 %
CO2 = 7 – 9 %
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
28
3.3.2 Proses Utama
Pabrik Besi Spons PT. Krakatau Steel memproduksi besi spons dari pellet
dan lump ore (10%) sebagai bahan baku utama dengan menggunakan metode
reduksi langsung gas H2 dan CO.
Proses reduksi bijih besi di Pabrik Besi Spons PT. Krakatau Steel
menggunakan proses Hoyalat Y Lamina (HYL) yang berasal dari Meksiko. Dalam
pembuatan besi spons ada dua proses yang paling dominan yaitu proses reformasi
dan reduksi.
Dalam pabrik besi spons HYL – III, pellet direduksi dengan menggunakan
gas H2 dan CO. Proses utama ini terjadi dalam reaktor HYL – III. Fe2O3 akan
direduksi menjadi Fe. Unit ini mempunyai kapasitas produksi 1,35 juta ton besi
spons per tahun. Dengan teknologi proses kontinyu 170 ton spons atau hour
(1993). Tingkat pencapaian metalisasi 91-92%.
Sedangkan proses penting lainya adalah proses reformasi. Proses reformasi
bertujuan untuk memproduksi gas pereduksi H2 dan CO dari gas alam yang
berasal dari PERTAMINA. Dalam proses reformasi ini gas alam direaksikan
dengan steam dalam suatu unggun katalis Ni pada suhu yang sangat tinggi.
Tabel 3.1 Fasilitas Utama Pabrik Besi Spons Nama Perusahaan Fasilitas Utama
HYL-I
Reformer Kapasitas 1.000.000 mtpy Cooling System OP. Rate 500.000 mtpy Primery Reduction Teknologi Hylsa (Meksiko) Secondary Reduntion Ferrostaal (Germany) Reactor
HYL-III
Reformer (Rekondisi ex. HYL-I)
Kapasitas Desain 1.500,000 mtpy Heat Recuparator Teknologi Hylsa (Meksiko) Gas Heater Ferrostaal (Germany) Reactor
Sistem penunjang pada proses HYL-III adalah :
1. CO2 absorption system. 2. Proses Cooling Water System. 3. Equipment Cooling Water System. 4. Steam System
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
29
5. Inert Gas System 6. Intrument Air System 7. Hydroulic System 8. Sulfur Injection System. 9. Iron Ore Pellet Handling System 10. Sponges Handling System 11. Emergency Generator System
1. Proses Reformasi
Proses reformasi memiliki tujuan untuk menghasilkan gas pereduksi yaitu
H2 dan CO. Dalam proses reformasi ini gas alam dari PERTAMINA akan diolah
menjadi gas reduksi. Proses konversi gas alam menjadi gas pereduksi ini
berlangsung dalam beberapa tahap yaitu proses pretreatment, diantaranya
penghilangan fraksi berat, penghilangan kandungan merkuri, pengurangan
kandungan sulfur, kemudian ke tahap pembuatan gas pereduksi dan pendinginan
gas proses.
Sumber : Brosur, produksi PT.Krakatau Steel
Gambar 3.4 Proses produksi pabrik besi spons
Komposisi gas pereduksi yang masih diijinkan masuk ke dalam reaktor
adalah :
H2 = 70 – 73 %
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
30
CO = 15 – 17 %
CH4 = 2 – 4 %
CO2 = 7 – 9 %
a. Proses Pretreatment Gas Alam :
Proses Penghilangan Fraksi Berat
Bahan baku gas alam yang berasal dari PERTAMINA masih meiliki
kandungan berbagai kontaminan yang berupa hidrokarbon fraksi berat,
partikel cair, sulfur, dan mercury yang dapat menimbulkan gangguan pada
proses selanjutnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan perlakuan awal
terhadap gas alam.
Pada kondisi normal saat kedua reaktor bekerja dengan baik dan pasokan
dari PERTAMINA lancar, sebuah reformer biasanya mengkonsumsi gas
alam sebanyak 20.000 Standart Cubic Metric Hour (SCMH), dengan
tekanan 13 Kg/cm3, dan temperatur sekitar 30 °C. Sebelum masuk ke
reformer mula – mula gas alam dialirkan ke KO Drum untuk
menghilangkan hidrokarbon fraksi berat dan partikel cair yang terkandung
dalam gas alam. Di dalam tangki KO Drum terdapat saringan yang terbuat
dari kawat baja yang berfungsi untuk menyaring fase cair dan padatan,
sementara itu gas akan melewati lubang saringan dan keluar melalui
bagian atas tangki. Fasa cair dan padatan ini akan dibuang melalui bagian
bawah tangki.
Proses Penghilangan Kandungan Merkuri (Demercurizer)
Setelah keluar dari KO Drum, gas akan dialirkan ke dalam demercurizer
untuk menghilangkan kandungan merkuri (Hg). Merkuri harus dihilangkan
karena merupakan pengotor gas proses yang dapat mengganggu proses
selanjutnya.
Penghilangan mercury ini dilakukan dengan cara melewatkan gas alam
melalui tangki yang bagian dalamnya terdapat material karbon aktif dan
saringan serta deflector bagian atasnya, carbon aktif untuk menyerap
mercury, saringan untuk menyaring kotoran gas dan deflector untuk
mencegah adanya turbulensi dari aliran gas alam. Saluran purge di bagian
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
31
bawah untuk mengeluarkan kotoran. Gas alam keluar dari demercurizer
melalui saringan untuk menyaring gas dari karbon aktif yang terbawa.
Reaksi yang terjadi adalah :
Hg + C HgC
HgC + S HgS + C
Proses Penghilangan Kandungan Sulfur (Desulfurizer)
Dari demercurizer gas dengan tekanan 13 Kg/cm2 dan temperatur 30 °C
dialirkan ke dalam desulfurizer untuk menghilangkan kandungan sulfur
pada gas alam. Kandungan sulfur dapat mengganggu fungsi katalis pada
pembentukan gas proses atau gas pereduksi di reformer sehingga konversi
reaksi di reformer menurun serta dapat pula menyebabkan korosif pada
tangki yang lama kelamaan akan membuat reaktor berlubang.
Pengurangan kadar sulfur dilakukan dengan cara melewatkan aliran gas
alam melalui bagian atas tangki yang terbuat dari pelat besi karbon.
Dimana pada bagian dalam tangki berisi ZnO yang berfungsi menangkap
sulfur dari 8 – 10 ppm sedangkan kandungan sulfur untuk proses reformasi
pada gas alam harus tres. Reaksi yang terjadi adalah :
H2S + ZnO ZnS + H2O
b. Konversi Gas Alam menjadi Gas Proses :
Pembuatan Gas Proses
Gas alam dengan tekanan 10 Kg/cm2 dan temperatur 30 °C selanjutnya
dicampur dengan steam yang memiliki tekanan 17,5 kg/cm2 dan
temperatur 273 °C di dalam mix point dan diteruskan ke convection section
reformer untuk pemanasan awal sampai temperatur 400 °C, dengan tujuan
untuk mengurangi beban pemanasan yang diberikan pada radiant section,
pada radiant section gas dengan tekanan 10,5 kg/cm2 dan 510 °C
didistribusikan ke dalam pipa – pipa yang berisi katalis nikel yang
berbentuk raschig ring yang memiliki tujuan untuk mempercepat reaksi
pembentukan gas proses (CO dan H2O).
Radiant section terdiri dari 6 baris pipa, masing – masing baris terdiri dari
54 buah pipa sehingga jumlah pipa keseluruhan adalah 324 buah pipa. Di
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
32
bagian luar pipa dilengkapi dengan 7 baris burner, masing – masing baris
terdiri dari 20 burner sehingga jumlah total burner adalah 140 buah
burner. Temperatur di radiant section berkisar antara 900 – 1000 °C dan
temperatur gas proses yang keluar radiant section adalah 830 °C dengan
tekanan 7 kg/cm2. Sisa gas pembakaran dari radiant section digunakan
sebagai pemanas awal koil – koil yang berada di bagian atas convection
section, sisa gas pembakaran ini kemudian dibuang ke atmosfer melalui
cerobong.
Reaksi – reaksi yang terjadi antara gas alam dengan steam :
CnHm + nH2O ↔ nCO + (n +m/2) H2
CH4 + H2O ↔ CO + 3H2
CO + H2O ↔ CO2 + H2
CO + 3H2 ↔ CH4 + H20
Pendinginan Gas Proses
Proses pendinginan ini diperlukan karena gas proses masih tercampur
dengan H2O sisa. Gas proses yang terbentuk di reformer ditampung di
dalam effluent chamber lalu gas proses ini didinginkan ke dalam Waste
Heated Boiler (WHB) sampai temperaturnya 230 °C dengan air yang
berasal dari steam drum, panas yang diambil dari gas proses sekaligus
digunakan sebagai pemanas air pada steam drum. Dari WHB gas proses
didinginkan lagi di quench orifice dimana terjadi kontak langsung antara
gas proses dengan cooling water dengan cara dispraykan sampai
temperatur gas proses 65 °C.
Setelah itu gas proses didinginkan lagi di quench tower (QT) yang
dilengkapi dengan packing keramik dan spray air dimana QT tersebut
bertujuan untuk memisahkan gas proses dengan air sehingga didapatkan
gas proses yang kering dengan temperatur 38 °C. Komposisi gas proses
yang dihasilkan dari proses reformasi adalah :
CO2 = 7 – 9 %
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
33
CH4 = 2 – 4 %
H2 = 70 – 73 %
CO = 15 – 17 %
2. Proses Reduksi
Pengolahan pellet menjadi spons melalui suatu reaksi reduksi langsung
antara pereduksi H2 dan CO dari hasil reformasi dengan pellet. Adapun pellet
yang digunakan adalah Fe2O3 (hematite) yang berasal dari beberapa negara seperti
Brasil, Bahrain, Belgia, dan Chili.
Reaktor yang digunakan dalam proses reduksi langsung berupa Moving
Bed. Iron Ore Pellet (IOP) dimasukkan di bagian atas dan mengalir secara
counter – current terhadap gas pereduksi yang didistribusikan secara seragam di
sekeliling reaktor. Gas pereduksi yang digunakan adalah CO dan H2. Produk dari
proses reduksi langsung berupa padatan dimana O2 yang terkandung secara
langsung direduksikan dari iron ore pellet tanpa peleburan. Produk dari proses
pereduksi langsung disebut Direct Reduction Iron (DRI). DRI memiliki ukuran
yang sama dengan iron ore pellet. O2 yang terkandung dalam besi membentuk
besi oksida direduksi dengan H2 dan CO. O2 yang dihilangkan dari iron ore pellet
karena reaksi dengan gas pereduksi akan meninggalkan ruang kosong pada DRI.
Selama proses, karbon yang tersimpan dalam DRI sebagai karbon bebas 20 %
total karbon yang terikat dan dalam bentuk sementit (Fe3C).
Proses reduksi langsung adalah suatu proses reduksi oksida besi di bawah
titik leburnya dengan kandungan gas utamanya atau gas yang jumlahnya lebih
banyak H2 dan CO, dikatakan lebih banyak karena ada beberapa gas yang masih
terikut dalam gas hasil reformasi. Metode reduksi langsung diterapkan karena
dalam proses pelelehan timbul kesulitan dalam hal pencapaian temperatur tinggi,
sehingga dengan reduksi langsung dapat bekerja di bawah temperatur pelelehan
besi.
Reaksi – reaksi yang terjadi dalam pengolahan bijih pellet menjadi besi
spons adalah :
Untuk gas reduktor CO :
3Fe2O3 + CO ↔2Fe3O4 + CO2
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
34
Fe3O4 + CO ↔3FeO + CO2
FeO + CO ↔Fe + CO2
Untuk gas reduktor H2 :
3Fe2O3 + H2 ↔ 2Fe3O4 + H2O
Fe3O4 + H2 ↔ 3FeO + H2O
FeO + H2 ↔ Fe + H2O
Besi spons yang memiliki kandungan Fe yang lebih besar dibandingkan
dengan pellet dihasilkan dari proses reformasi dan proses reduksi. Spons inilah
yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk proses peleburan menjadi produk-
produk baja.
Tabel 3.2 Komposisi Besi Spons No. Komposisi Jumlah (%)
1. Fe total 88 – 91
2. Fe metallic 76 – 82
3. Metalisasi 86 – 92
4. Karbon total 1,8 – 2,5
5. FeO 6 -15
6. SiO2 1,25 – 2,5
7. Al2O3 0,6 – 1,3
8. CaO 1,5 – 2,8
9. MgO 0,31 – 1,25
10. Fosfor 0,014 – 0,41
Sumber : manual book Machine Continous Casting Machine PT.Krakatau Steel
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
35
3.4 Proses Pembuatan Baja Slab
Sumber : Brosur, PT. Krakatau Steel
Gambar 3.5 Proses Produksi Pabrik Baja Slab II
Sumber : Brosur, produksi PT.Krakatau Steel
Gambar 3.6 Proses Produksi Slab Steel Plant
3.4.1 Bahan Baku
Dalam proses peleburan tidak lepas dari bahan baku, baik bahan
utama maupun bahan tambahan (additive), yaitu :
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
36
1. Bahan baku utama :
a. Scrap (besi tua)
Sumber : Pabrik Slab baja PT.Krakatau Steel
Gambar 3.7 Scrab Hasil Pemilihan dan Pemotongan
Bahan baku scrap pada PT. Krakatau Steel diperoleh dari 3 sumber
yaitu :
Home Scrap : besi bekas yang berasal dari sisa produksi PT.
Krakatau Steel.
Import Scrap : scrap yang berasal dari import luar negeri.
Local Scrap : scrap yang berasal dari luar pabrik tetapi masih
dalam wilayah indonesia.
Tabel 3.3 Kategori Scrap
Kategori Scrap Deskripsi
Bulk Density Scrap Ratio (%)
Srap Volume
(M3)
Scrap Weight (Ton)
Range (Ton/m3)
Perata (Ton/m3)
Ex. Heavy Scrap
Home Scrap (slab, tundish) HBL & CBL Pig Iron
>= 2.0 2.00 30 7.52 15.04
Heavy Scrap
Home Scrap (plate, spill & D) Ex. Heavy Equipment
1.5 – 1.9 1.50 10 3.34 5.01
Medium Scrap
Home Scrap HMS Bonus Structure & Plate
1.2 – 1.4 1.25 20 8.02 10.02
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
37
Lanjutan Tabel 3.3 Kategori Scrap….
Medium - Lighty
Sparating Shreeded, Shear & Balling HMS 1 Plus
0.9 – 1.1 1.00 35 17.54 17.54
Light HMS 1 HMS ½ Merchant & Scrap
<= 0.8 0.70 5 3.59 2.51
KOMBINASI 1.25 100 40 50.12 Sumber : manual book Machine Continous Casting Machine PT.Krakatau Steel
b. Direct Reduction Iron (DRI) atau Besi Spons
Besi spons adalah material hasil olahan dari pellet (bijih besi) yang
direduksi dengan H2 dan CO. Komposisi besi spons yang dihasilkan oleh PT
Krakatau Steel sebagai berikut :
Tabel 3.4 Komposisi Besi Spons No. Komposisi Jumlah (%)
1. Fe total 88 – 91
2. Fe metallic 76 – 82
3. Metalisasi 86 – 92
4. Karbon total 1,8 – 2,5
5. FeO 6 -15
6. SiO2 1,25 – 2,5
7. Al2O3 0,6 – 1,3
8. CaO 1,5 – 2,8
9. MgO 0,31 – 1,25
10. Fosfor 0,014 – 0,41
Sumber : manual book Machine Continous Casting Machine PT.Krakatau Steel
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
38
Gambar 3.8 Sponge Iron
Kelebihan Besi Spons antara lain :
a. Komposisi homogen dan dapat diketahui secara pasti.
b. Mudah membentuk leburan dengan scrap.
c. Kandungan fosfor dan sulfur.
d. Mudah diangkut dan murah.
Secara umum scrap mempunyai sifat yang cenderung keras,
sementara besi spons lebih lunak.
c. Lime Stone (batu kapur)
CaCO3 ↔ CaO + CO2
CaO berfungsi sebagai fluks pembentuk slag (pengotor) dan mengikat
unsur-unsur pengotor seperti SiO2, MnO, S, dan P. Lapisan fluks (slag) ini juga
melindungi baja cair dari oksidasi langsung dengan udara. Penambahan lime
stone dapat di lakukan bersamaan dengan bahan baku logam. Batu kapur yang
ideal memiliki kandungan CaCO3 sebesar 95% dengan kandungan S<0,10%,
porositas 1 ~ 5 dan ukuran 12,5 cm.
d. Grafit
Grafit digunakan sebagai pengatur kadar karbon dan sebagai agen foamy
slag agent proces untuk meningkatkan perolehan baja cair. Pada pengaturan
komposisi Karbon dalam baja, di gunakan Coke Breze dan pada potongan
elektroda yang larut. Cara lain adalah dengan injeksi grafit melalui mesin
Blomat injector.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
39
2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah material-material yang ditambahkan dengan
maksud untuk mengikat unsur pengotor dan pengganggu yang kemudian
membentuk suatu sistem oksida yang akan keluar dalam bentuk terak (slag).
1) Ferro Alloy
Ferro Alloy adalah unsur-unsur campuran yang mempengaruhi sifat
dimana penggunaan harus dibatasi. Unsur-unsur tambahan logam tersebut antara
lain :
a. Silikon (Si) :
Fungsi logam ini adalah agen utama dalam proses peleburan dimana
silikon yang bersifat sebagai deoksidizer untuk baja killed atau semi killed
digunakan untuk menambah kekuatan dan kekerasan juga sifat
listriknya, penggunaan khusus untuk baja transformator.
b. Mangan (Mg) :
Fungsi logam ini adalah sebagai deoksidizer, lebih lemah dibandingkan
Si, mangan ditambahkan untuk kekuatan dan kekerasan, biasanya baja
yang digunakan untuk konstruksi.
c. Vanadium (Va) :
Fungsi logam ini sebagai deoksidizer kuat. Kegunaan vanadium ini
menambah kekutan plastis dan tahan terhadap gaya tekan untuk
pembuatan baja struktur tool dan spring.
d. Alumunium (Al) :
Deoksidizer yang sangat efektif digunakan untuk baja killed.
e. Nikel (Ni) :
Sebagai tambahan pembuatan baja stainless.
f. Molibdenum (Mo) :
Digunakan untuk memperbaiki sifat mekanis, digunakan untuk gear dan
rool.
g. Tembaga (Cu) :
Ditambahkan untuk menahan korosi.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
40
h. Karbon (Ca) :
Untuk mereduksi slag dan sebagai deoksidizer dibawah kondisis vakum.
i. Titanium (Ti) :
Ditambahkan pada komposisi baja biasa akan menghasilkan baja
dengan kekerasan yang lebih tinggi.
2) Fluks
Digunakan untuk mendapatkan baja yang lebih bersih. Senyawa fluks
antara lain:
a. Cacl CaCO : Membentuk slag yang mengikat segala kotoran, abu sisa
pembakaran serta menahan busur listrik yang berada
didapur agar tidak merusak batu tahan api (refractory).
b. CaF2 : digunakan sebagai mengencerkan slag.
c. CaSi : digunakan sebagai deoksidizer.
3) Non Ferro Alloy
Bahan campuran yang tidak mengandung besi dan karbon, sebagai unsur
dasarnya adalah grafit.
3.4.2 Proses Utama
1. Proses Peleburan Dalam EAF (Electric Arc Furnace)
Electric Arc Furnace adalah jenis dapur yang sumber panasnya didapat
dari busur listrik yang dihasilkan oleh elektroda listrik yang terbuat dari karbon.
Dalam dapur ini terjadi pengikatan mineral - mineral pengotor dengan injeksi
O2 dan penambahan karbon. Selain untuk peleburan, EAF juga dipakai untuk
mengatur komposisi karbon, nikel dan tembaga.
Pada Slab Steel Plant terdapat 6 unit EAF. Pada SSP I terdapat 4 unit dan
2 unit pada SSP II. Masing-masing EAF memiliki daya 50 MW dengan
kapasitas 135 ton.
Adapun spesifikasi dari Electric Arc Furnace ialah :
Diameter keseluruhan : 7.040 mm
Diameter sheel : 6.100 mm
Tinggi dapur : 4.120 mm
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
41
Tinggi efektif : 1.585 mm
Tebal lapisan (dengan magnesite) : dinding : 350 mm
dasar : 600 mm
Tebal plat : 30 mm
Diameter elektroda : 550 mm
Kapasitas trafo : 93,5 MVA
Diameter pitch elektroda : 1.450 mm
Mekanisme operasi elektroda : dijalankan dengan motor listrik
Konsumsi daya elektroda : 680 KW/ton
Volume total cooling water : 1.360 m3/jam
(temperatur inlet 35 ºC dan temperatur outlet 50 º C)
Tekanan cooling water : 4,5 bar
Laju aliran peniupan oksigen : 20 Nm3/ton
Roof lift dan mekanisme swing : system hidrolik
Mekanisme tilt : hidrolik
Level shell : 2.100 mm
(jarak antara bagian atas shell dan bagian atas dinding shell)
Mekanisme operasi pintu : motor listrik
Bagian-bagian Electric Arc Furnace ialah :
a. Roof, ialah bagian tutup dari EAF dimana terdapat lima lubang, yaitu 3
lubang elektroda, 1 lubang penguapan, dan 1 lubang sistem penangkap
debu (dedusting).
b. Pencekam elektroda, ialah alat untuk mencekam/memegang elektroda.
c. Tapping spout, ialah saluran tempat keluarnya baja cair hasil peleburan
dari EAF ke ladle.
d. Slag door, ialah tempat pengeluaran terak yang kemudian
ditampung dalam slag spout yang terdapat di bagian bawah dapur. Dalam
hal ini terak akan terpisah dari baja cair karena perbedaan massa
jenis.
e. Furnace tilting platform, ialah alat yang dapat menggerakkan
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
42
atau mendorong furnace sehingga kedudukannya miring pada saat
penuangan. Menggunakan sistem hidrolik sehingga dapat mencapai
kemiringan hingga 45º.
f. Rocker and rail, ialah landasan penahan furnace pada saat penuangan.
Memonitor kerja furnace pada saat penuangan, terdapat ruang kontrol
dimana dapat dilakukan pengendalian terhadap energi listrik, kedudukan
elektroda, dan kecepatan penuangan. Alat penunjang proses peleburan ialah :
a. Sistem pengangkut bahan baku dari gudang sampai ke dapur dengan belt
conveyor.
b. Bucket charging, tempat bahan baku saat pengisian awal.
c. Crane, alat bantu pengangkat bucket charging.
d. Rincing table, sebagai tempat penambahan bahan-bahan tambahan.
e. Scrap preheater, alat untuk memberi pemanasan mula pada scrap sebelum
dimasukkan ke dalam EAF.
Reparasi dapur sangat diperlukan dengan tujuan untuk memperpanjang
umur bata dapur (refraktori). Pengontrolan dilakukan setiap selesai 1 heat
untuk mengetahui jika ada kerusakan seperti erosi pada dapur karena adanya
cairan bertemperatur tinggi, percikan busur api listrik, pengaruh terak, dan radiasi
panas. Bagian bata yang sering mengalami kerusakan adalah bagian dinding
dapur, dasar dapur, slag door, elekroda, dan top hole. Reparasi dinding dan dasar
dapur dilakukan dengan menyemprot gunning material (dolomite, peromite,
ferofite) pada bagian yang terkikis. Reparasi top hole dilakukan dengan
permasit gemna dan reparasi slag door dengan dolomite. Selain itu juga
dilakukan pengecekan dan penyetelan elektroda.
Charging ialah pemasukan bahan bakar untuk peleburan ke dalam dapur
listrik. Ada dua tahap yaitu charging awal (konvensional) dan kontinyu. Charging
awal bertujuan untuk melebur bahan baku yang jumlahnya ± 20 % dari muatan
total dimana komposisi besi spons 20 ton, batu kapur 2 ton, dan scrap 20 ton.
Pemuatan awal dilakukan dengan bucket charging dan kemudian besi spons –
scrap – besi spons. Komposisi awal muatan EAF adalah sisa baja cair – besi
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
43
spons – scrap – besi spons. Hal ini untuk menghindari kerusakan dasar dapur
karena scrap. Besi spons diletakkan di bagian atas untuk menghindari loncatan
material kearah dinding dapur.
Pemuatan bahan tambahan dilakukan bersamaan dengan besi spons oleh
bucket charging. Charging kontinyu dilakukan setelah tahap penetrasi. Pada
keadaan ini muatan awal telah melebur ± 40 – 60 %. Yang dimuat adalah besi
spons dan kapur. Idealnya perbandingan antara jumlah besi spons dan srap
adalah 85 : 15. Namun dalam keadaan tertentu, misalnya stok besi spons yang
kurang maka prosentase scrap dapat ditambahkan secara ekonomis mengingat
harga besi spons memang relatif mahal.
Namun penambahan jumlah scrap juga mempunyai kekurangan, yaitu :
Proses charging dapat berlangsung beberapa kali.
Sering timbul suara keras dalam dapur karena ada kontak antara elektroda
dengan scrap.
Setelah tahap charging selesai, dilanjutkan dengan melting operation. Hal
ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu melting, refining, dan pouring.
a. Melting
Tahap ini dimulai dengan proses penetrasi. Hal ini bertujuan untuk
menurunkan muatan awal dimana elektroda diturunkan hingga menembus muatan
sedalam 75 cm. Dengan tingkat energi yang rendah pada tahap awal (tap 12),
dilakukan perlahan-lahan hingga tenaganya diperbesar hingga maksimum (tap
18). Hal ini bertujuan untuk menghindari elektroda patah dan untuk efisiensi
penggunaan energi. Selain itu juga untuk mendapatkan peleburan dari arah bawah
ke atas dan mencegah radiasi panas yang berlebihan pada dinding dapur.
Peleburan dihentikan apabila semua bahan telah melebur dan temperatur serta
komposisi target telah tercapai. Bila temperatur lebur telah tercapai dan terbentuk
slag, dilakukan pengambilan contoh slag. Pengambilan contoh slag dilakukan
pada saat pemuatan kontinyu akan selesai (pada temperatur ± 1.500 ºC) yang
hasilnya lalu dikirim ke laboratorium untuk dianalisa komposisinya. Pengambilan
contoh dilakukan dengan cara memasukkan cetakan yang dipasang pada
ujung suatu batang. Kemudian contoh dikirim dengan menggunakan kapsul yang
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
44
dimasukkan ke dalam pipa dan didorong dengan tekanan udara yang disebut
dengan pneumatic tube pot system.
b. Refining
Proses refining bertujuan untuk mengikat/menghilangkan unsur- unsur
pengotor yang tidak diinginkan dan mencapai kadar karbon sesuai target. Pada
tahap refining, kandungan karbon dalam baja diturunkan dengan melakukan
injeksi oksigen. Oksigen inilah yang nantinya akan mengikat karbon. Proses ini
disebut carbon control. Bertujuan untuk mempersingkat effective melting time dan
meningkatkan hasil dapur sehingga kinerja peleburan lebih baik. Selain itu
injeksi oksigen juga berfungsi untuk mengikat fosfor sehingga dihasilkan baja
dengan kandungan fosfor antara 0,015 % – 0,025 %. Proses pengikatan ini
dilakukan dengan membuat suasana basa dengan penambahan kapur. Reaksi yang
terjadi ialah :
P + O2 → P2O5
FeS + CaO → CaS + FeO
c. Pouring
Pouring adalah tahap penuangan baja cair dari dapur ke ladle. Sebelum
penuangan, ladle harus dipanaskan dulu untuk mencegah terjadinya penurunan
temperatur secara drastis. Nozzle pada ladle disumbat dengan pasir silika dan
campuran oksida lainnya agar pada saat slide guide ladle terbuka, baja cair bisa
langsung keluar. Cara penuangan baja cair adalah dengan memiringkan dapur
ke arah ladle dan sumbat pada top hole dibuka. Untuk dapur pada SSP I, sudut
kemiringan untuk penuangan baja cair sebesar 40º dan untuk pengeluaran slag
sebesar 15º. Sementara untuk dapur pada SSP II, sudut penuangan dan sudut
pengeluaran slag lebih kecil, yaitu 15º dan 12º. Hal ini karena lubang pengeluaran
pada dapur SSP I terletak pada bagian atas, sementara pada dapur SSP II,
lubang pengeluaran terletak pada bagian samping. Agar proses penuangan
berjalan lancar, maka bentuk aliran baja cair tidak boleh pecah dan kecepatan
aliran maksimal 25 ton baja cair/menit. Biasanya tidak semua baja cair dituang ke
ladle, tetapi disisakan sedikit di dalam dapur sebagai sisa untuk mempermudah
proses peleburan selanjutnya.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
45
Untuk melindungi bagian-bagian EAF dari panas yang berlebihan
maka terdapat suatu sistem pendingin air yang terdapat pada bagian:
a. Furnace roof
b. Electrode supporting arm
c. Wall element
d. He – tubes
e. Furnace elbow
f. Electrode spray cooling
g. Hydraulic cooler
h. Transformer cooling
Permasalahan yang sering terjadi pada EAF adalah :
a. Elektroda patah, karena elektroda menyentuh material yang keras, dan
posisi muatan yang kurang baik.
b. Kandungan karbon yang terlalu tinggi, sehingga memerlukan waktu
menurunkannya dengan injeksi oksigen.
Sumber : manual book Machine Continous Casting Machine PT.Krakatau Steel
Gambar 3.9 Electric Arc Furnace
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
46
2. Proses Pemurnian dan Penambahan Unsur Paduan Dalam LF (Ladle
Furnace)
Gambar 3.10 Ladle Furnace
Ladle furnace adalah tempat baja cair mengalami proses pemurnian dan
penambahan unsur paduan agar sesuai dengan grade baja yang diinginkan.
Bagian luar ladle terbuat dari baja, sedangkan bagian dalam dilapisi dengan bata
tahan api sebagai refraktori. Fungsi bata tahan api adalah untuk mencegah
melumernya logam ke dinding ladle dan untuk mencegah hilangnya/turunnya
panas yang terlalu besar. Komposisi kimia bata tahan api adalah silikat,
alumina silikat, magnesite, cromite, dan zircon. Adapun data-data mengenai
ladle adalah :
Kapasitas ladle : 130 ton baja cair
Berat kosong : 62,5 ton
Ukuran ladle : Diameter atas : 3.700 mm
Diameter bawah : 3.500 mm
Tinggi : 3.700 mm
Voltase ladle furnace : 6 MVA
Ladle dilengkapi oleh Ladle shroud, yaitu tempat untuk mengalirnya
baja cair ke tundish.
Slide gate, yaitu alat untuk membuka dan menutup ladle shroud.
Setelah tahap refining selesai, baja cair dituang ke dalam ladle. Sebelum
dituang pada ladle, dituang beberapa material khusus sebagai zat aditif antara
lain AlP, FeMn, CaO. Hal ini bertujuan agar ladle siap menerima baja cair
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
47
yang suhunya rata-rata 1.600 ºC. Kemudian berlanjut ke tahap alloying.
Baja cair ditambahkan beberapa unsur paduan seperti FeMn, Al,
grafit, FeCr, sintetik slag, dan FeP untuk mencapai komposisi baja yang
diinginkan. Unsur-unsur paduan yang ditambahkan tersebut diletakkan dalam
bunker khusus yang isinya dikontrol dengan sensor khusus. Sebelum proses
alloying, dilakukan pengambilan contoh yang hasilnya digunakan sebagai
patokan untuk penambahan unsur paduan. Pada tahap ini juga dilakukan
pengaturan temperatur dan kualitas baja yang dihasilkan. Alloying selalu
disertai dengan proses rinsing (pengadukan) dengan meniupkan gas Argon. Hal
ini bertujuan untuk :
a. Homogenisasi komposisi cairan baja.
b. Homogenisasi temperatur cairan baja.
c. Mengapungkan pengotor yang masih terjebak dalam cairan baja.
d. Untuk mengatur/mengoreksi komposisi dengan penambahan alloy.
e. Mengatur temperatur agar diperoleh temperatur yang sesuai
dengan temperatur casting.
Peniupan gas Argon dapat dilakukan dari bawah maupun atas. Bila
peniupan dari atas digunakan batu tahan api. Bila dilakukan dari bawah melalui
pipa dan porous plug. Gas Argon digunakan untuk proses rinsing karena gas
Argon adalah gas mulia yang stabil dan sulit bereaksi dengan unsur lain. Dapat
juga digunakan gas N2, namun hasilnya seringkali buruk karena timbul cacat.
Untuk mengontrol temperatur dapat dilakukan dengan menambahkan
potongan billet. Sedangkan isolasi dengan abu gosok untuk menghindari radiasi
dan mencegah oksidasi. Di dalam ladle ditambah unsure Al sebagai deoksidator
untuk mengikat O2 yang tersisa dari EAF. Oleh karena itu baja yang dihasilkan
disebut Al - killed steel. Namun penambahan Al yang berlebihan justru akan
menimbulkan inklusi yang dapat menyebabkan cacat pada produk akhir.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
48
3. Proses Pengecoran Dalam CCM (Continuous Casting Machine)
Sumber : manual book Machine Continious Machine PT. Krakatau Steel
Gambar 3.11 Steel Making Process
Continuous Casting adalah proses pengecoran baja cair ke dalam
mould dari ladle sehingga terbentuk slab baja secara kontinu. Dalam proses
casting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya mendapatkan
kualitas bentuk slab sesuai keinginan dengan kualitas permukaan dan
internal yang baik.
Dalam proses pembentukan baja proses continuous casting
merupakan proses lanjutan setelah peleburan di Electric Arc Furnace dan
alloying dan Refining di Ladle Furnace.
Peralatan Utama dalam proses continuous casting dibagi menjadi tiga
bagian yaitu:
a. Casting Floor Equipment
1. Ladle Turret
2. Tundish Car
3. Tundishes
4. Tundish dan Nozzle Preheater
5. Shroud dan Nozzle Manipulator
6. Flux Feeder
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
49
7. Ladle and Tundish flow control
8. Control Box
9. Overhead Crane
b. Casting Machine
1. Mould dan Mould Level Control
2. Mould Oscillator
3. Cooling Grid
4. Casting Bow Segments
5. Straightener Segments
6. Horizontal Strand Guide Segments
7. Cooling System
8. Greasing Equipment
9. Steam Exhaust System
10. Hydraulic System
c. Run Out Equipment
1. Torch Approach Table
2. Dummy Bar Disconnecting Device
3. Torch Cutting Roller Table
4. Torch Cutting Machine
5. Run Out Roller Tables
6. Dummy Bar
7. Dummy Bar Storage
8. Slab Marking Machine
9. Slab Transfer System
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
50
Sumber : manual book Machine Continous Casting Machine PT.Krakatau Steel
Gambar 3.12 Proses Continous Casting
Pada persiapan awal proses pengecoran, tundish kosong akan ditempatkan
di tundish car dan akan diposisikan di preheat station. Disini inner lining dari
tundish, shroud tundish, dan block nozzle tundish akan dipanaskan sampai
temperatur ± 1000 – 1500 oC.
Starter dummy bar akan digerakkan diposisinya sehingga starter dummy
bar head akan berada didalam mould dan setelah itu akan dilakukan packing,
yaitu melapisi dummy bar head dengan tissue gulungan, bubuk besi dan pelat
yang berfungsi untuk mempercepat pendinginan baja dan mencegah lengketnya
baja cair di dummy bar head.
Jika seluruh prekondisi casting sudah terpenuhi semua maka parameter-
parameter continuous casting machine seperti speed, waterflow, oscillation,
cutting length dan lain-lain telah siap maka mesin concast sudah siap
digunakan.
Setelah satu heat baja cair di-tapping dari Electric Arc Furnace, maka
akan dipindahkan ke metallurgical treatment station, disini akan dilakukan
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
51
treatment seperti alloying dan refining serta pengaturan temperatur yang sesuai
untuk proses concast.
Setelah menjalani treatment, baja cair di ladle akan dikirim ke ladle turret
arms dengan menggunakan crane. Setelah ladle berada di ladle turret arms, ladle
ditutup dengan ladle cover untuk mempertahankan temperatur.
Ladle berisi baja cair ini akan diputar 180 oC oleh ladle turret dari posisi
load/unload ke posisi casting. Bersamaan dengan itu preheated tundish akan
dipindahkan dari preheat station ke posisi casting, nantinya tepat dibawah ladle.
Setelah itu Shroud ladle akan dipasang di ladle slide gate. Setelah semuanya
siap, slide gate bisa dibuka dan baja cair akan mengalir dari ladle ke tundish.
Setelah baja cair di tundish mencapai level ketinggian tertentu, slide
gate atau stopper tundish dibuka, hal ini akan menyebabkan baja cair mengalir ke
mould. Setelah level baja di mould mencapai ketinggian tertentu, proses casting
dimulai dengan menekan strand start pushbutton yang berlokasi di panel
operator. Pushbutton ini akan menyalakan osilasi mould, driven roll di mesin
concast dan juga akan menyalakan system control cooling spray water. Pada
saat awal casting ini aliran baja dari tundish ke mould biasanya diatur secara
manual dengan merubah-rubah posisi stopper sehingga didapatkan aliran baja cair
yang diinginkan.
Setelah itu sistem control akan berganti dari operasi manual ke operasi
otomatis. Selama proses casting baja cair akan ditaburi dengan casting powder
yang berguna untuk pelumasan mould, pelindung baja dan menangkap inklusi.
Ladle weighing system akan memonitor banyaknya baja di dalam ladle selama
proses concast. Mould level control system akan mengatur aliran baja cair dari
tundish ke mould untuk mempertahankan level ketinggian baja di mould.
Pada mode operasi otomatis, sistem kontrol akan memberi perintah
operasi:
1. Start / open / close driven roll
2. Menutup lateral strand guide
3. Menaikkan dummy bar disconnecting roll
4. Menaikkan moveable stop pada roller table dummy bar
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
52
5. Menaikkan dummy bar storage
6. Start roller table
7. Inisiasi pengukuran panjang dan pemotongan
Pada saat baja cair di ladle sudah habis dan tinggal slag maka slide gate
ditutup, arm turret akan mengangkat ladle, shroud ladle akan dilepas dan
setelah itu ladle diputar 180oC pada posisi load/unload.
Pada proses Sequence casting, sebelum baja cair di ladle habis harus
ditempatkan ladle baru berisi baja cair penuh di arm turret pada posisi
load/unload. Oleh karena itu pergantian ladle bukan hanya memindahkan ladle
kosong dari posisi casting tapi juga memindahkan ladle baru ke posisi casting.
Tundish tidak selamanya dalam kondisi baik, jika diperlukan pergantian tundish
pada saat casting maka hal ini bisa dilakukan tanpa mengganggu proses casting,
hal ini biasa disebut Flying Tundish.
Setelah proses casting dimulai maka strand panas akan ditarik oleh dummy
bar melalui bender, casting bow, straightener dan horizontal guide.
Dummy bar head akan terlepas dari strand di bagian horizontal guide,
dummy bar akan ditarik keatas menuju dummy bar storage dan berada pada posisi
tunggu dan persiapan untuk proses first casting selanjutnya.
Strand panas akan dipotong sesuai dengan ukuran tertentu dengan
menggunakan Torch cutting machine dan akan dikirim ke ujung akhir dari roller
table. Sebelum mendorong slab ke peralatan cross transfer, slab akan di marking
dengan cara manual (ditulis dengan kapur) atau dengan menggunakan slab
marking machine. Pemotongan sampel dilakukan di area pengambilan sampel
dengan menggunakan torch cutting machine.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
53
Sumber : Brosur, produksi PT.Krakatau Steel
Gambar 3.13 Continuous Casting Machine
Setelah itu slab bisa dipindahkan ke area cooling bed dengan
menggunakan crane. Proses pendinginan dilakukan selama ±30 jam.
Slab yang sudah dingin selanjutnya akan dicek kulitasnya, ada tidaknya
defect pada slab. Pengecekan kualitas bisa dilakukan secara visual atau dengan
bantuan alat. Alat bantu dalam pemerikasaan kualitas slab antara lain Sulfur
Print dan Macro etching (Internal defect), flame scarfing, penetrant, dan
Magnetic Particle Tes (External defect)
Sumber : Mechine Continous Casting, PT. Krakatau Steel
Gambar 3.14 Pemotongan Slab di Continous Casting Machine
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
54
Tabel 3.5 Spesifikasi mesin continuous casting
Equipment CCM 1 CCM 2 CCM 3 Type mesin Curved mould Curved mould Straight
Casting radius (m) 9.8 9.796 8 Slab thickness
200 200 200
Width (mm) 950 – 2080 1500 – 2100 800 # 1400
Length (m) 6 – 12 6 – 12 5 – 12 Metallurgical
19.2 18.84 28.5
Machine speed (m/min)
0.2 – 3 0.2 – 3 Max 2
Actual 1.1 – 1.2 Actual 1.1 – 1.2 Actual 1.6
System roll Single roll Split roll Single Roll
Segment
1 cooling grid 12 segment 3 Foot Rollers
7 segment (5roll dan 4 roll)
Foot roll (1 roll)
15 Roll
Segment 2,3 (5 roll) 14 Roll Straightener 15 pasang roll Segment 4#8 (5roll)
Segment 9,10(5 roll) Segment11,12(5roll)
36 Roll bow
Cooling System Speed Proportional cooling dynamic cooling Speed
Proportional cooling Sumber : manual book Machine Continous Casting Machine PT.Krakatau Steel
3.4.3 Dimensi Baja Slab
Pada PT. Krakatau Steel dibuat baja slab (slab steel) dengan dimensi:
Tebal : 150 - 200 mm
Lebar : 950 - 2.100 mm
Panjang maksimal :
Length group I : 4.500 - 6.000 mm
Length group II : 6.700 - 8.600 mm
Length group III : 8.600 - 10.500 mm
Length group IV : 10.500 - 12.000 mm
Berat maksimal: 30 ton
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
55
3.4.4 Toleransi Baja Slab
Baja slab dibuat dengan toleransi : Tebal ± 15 mm
Lebar ± 30 mm
Panjang ± 100 mm
Chamber 1 % maksimal dari panjang total
Flatness 1,5 % maksimal dari panjang total
Concavity (kecekungan) dan convexity (kecembungan) max 15 mm
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
56
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Proses pengolahan besi PT Krakatau Steel berbeda untuk setiap pabrik
sesuai dengan karakteristik pabrik masing-masing. Pabrik Besi Spons (Direct
Reduction Plant) menerapkan teknologi berbasis gas alam dengan proses reduksi
langsung menggunakan teknologi HYL-III dari Meksiko. Proses utama yang ada
dalam pabrik ini meliputi proses reformaasi dan proses reduksi. Pabrik ini
menghasilkan besi spons (Fe) dari bahan mentahnya berupa pellet bijih besi
(Fe2O3 dan Fe3O4), dengan menggunakan gas alam (CH4) dan air (H2O). Besi
spons (sponge iron) inilah yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku
pembuatan baja.
Pabrik baja slab (Slab Steel Plant) terdiri dari 2 (dua) buah pabrik, yang
pertama adalah SSP-1 yang menerapkan teknologi MAN GHH dari Jerman dan
SSP-2 yang dilengkapi dengan teknologi Voest Alpine dari Austria dengan
kapasitas produksi terpasang sebesar 1.000.000 ton/tahun. Pabrik ini
menggunakan bahan baku berupa sponge iron (besi spons) yang merupakan hasil
pengolahan dari Direct Reduction Plant. Pada prosesnya terdapat tiga proses
utama, yakni proses peleburan dalam EAF (Electric Arc Furnace), proses
pemurnian dan penambahan unsur paduan dalam LF (Ladle Furnace), dan proses
pengecoran dalam CCM (Continuous Casting Machine).
Pabrik baja slab menghasilkan produk dengan ukuran – ukuran sebagai
berikut :
Tebal : 150 - 200 mm
Lebar : 950 - 2.100 mm
Panjang maksimal :
Length group I : 4.500 - 6.000 mm
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
57
Length group II : 6.700 - 8.600 mm
Length group III : 8.600 - 10.500 mm
Length group IV : 10.500 - 12.000 mm
Berat maksimal: 30 ton
4.2 Saran
Perusahaan harus bisa menghasilkan pellet bijih besi sendiri supaya
ketergantungan akan impor pellet bijih besi bisa berkurang.
PENGOLAHAN PELLET BIJIH BESI MENJADI WROUGHT STEEL DI PT. KRAKATAU STEEL OLEH INSAN FADLI
December 10, 2013
58
DAFTAR PUSTAKA Daryanto. (1983). Pengetahuan Tentang Metalurgi. Tarsito. Bandung Dieter, George, E. (1996). Metalurgi Mekanik. Edisi Ketiga. Jilid 1. Erlangga. Jakarta , 2009. Pengolahan Bahan Galian (Bahan Ajar): Program Studi Teknik Pertambangan STTNAS Yogyakarta : , Laporan Kerja Praktek : PT, Krakatau Steel-Divisi Slab Steel Plant (SSP) II
Ratna Kartikasari. (1996). BAHAN PENGAJARAN SATA: ILMU LOGAM I. Yogyakartra
Sobandi, A., 2005. Pemakaian bahan baku lokal pada pembuatan besi di PT.KrakatauSteel, Divisi Riset Pengembangan dan Konservasi Energi, PT. Krakatau Steel.
Wahyu Firmansyah. 2009. Tesis-Telurusan Eksprimental Proses Reduksi Langsung Pellet Pasir Besi Menjadi Ingot Besi: Universitas Indonesia.