pengolahan lindi (leachate) dilakukan dengan aerator atau...

39
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 42 SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO • Pengolahan lindi (leachate) dilakukan dengan aerator atau oxidation pond Efluennya harus dialirkan ke pipa sewerage yang menuju instalasi pengolahan air limbah (IPAL) 23 23 Diakses dari http://www.kompasiana.com/alifianahr/manajemen-sampah-di-perkotaan-studi- kasus-masalah-sampah-di-surabaya. pada 5 September 2015 pukul 11.00

Upload: trancong

Post on 03-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 42

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

• Pengolahan lindi (leachate) dilakukan dengan aerator atau

oxidation pond Efluennya harus dialirkan ke pipa sewerage

yang menuju instalasi pengolahan air limbah (IPAL)23

23

Diakses dari http://www.kompasiana.com/alifianahr/manajemen-sampah-di-perkotaan-studi-

kasus-masalah-sampah-di-surabaya. pada 5 September 2015 pukul 11.00

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 43

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

BAB III

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI

TERJADINYA KONFLIK

Bab ini merupakan deskripsi data yang berisi penjelasan atas faktor-

faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik yang terjadi di TPA

Benowo. Hasil dari temuan-temuan data akan dibagi dalam beberapa

kajian sehingga, mampu memberikan penjelasan mengenai sebab-sebab

yang bisa melatarbelakangi konflik. Uraian tentang kondisi tersebut lebih

difokuskan pada fenomena konfliktual, faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya perseteruan di mana telah terjadi 2 kejadian konflik antara

pemulung, pengepul, preman dan warga TPA Benowo. Kejadian pertama

terjadi pada September 2012 dan kejadian selanjutnya yaitu yang kedua

terjadi pada Desember 2012.

3.1 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Konflik September 2012

Pada bab I telah dijelaskan tentang pengetahuan didapat dari dunia

pengalaman yang notabene sebagai informasi subjek. Informasi-informasi

tentang kehidupan sehari-hari para subyek penelitian yang selama ini

sering diabaikan ternyata merupakan realitas penting, teratur dan terpola.

Uraian-uraian tentang kehidupan sehari-hari sebagaimana dialami,

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 44

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

didengar atau dipahami oleh subyek inilah yang disebut eksternalisasi

atau first order understanding24

.

Konflik yang terjadi pada bulan September 2012 melibatkan pemulung

dengan tim pengamanan TPA Benowo. Konflik tersebut disebabkan oleh

kebakaran besar yang menimpa TPA sehingga memaksa para pemulung

untuk pulang ke daerah asal. Selang beberapa minggu para pemulung

tersebut kembali dari kampungnya masing-masing dan ke TPA untuk

mengambil barang bekas atau sampah yang menjadi pemiliknya untuk

dijual ke pengepul sampah, Namun karena TPA belum steril sehingga tim

pengamanan seperti satpam, security dan preman tidak memperbolehkan

mereka untuk masuk ke TPA karena dikhawatirkan akan terjadi kebakaran

lagi sehingga munculah konflik antara kedua belah pihak.

Konflik di TPA Benowo pada bulan September sangat dinamis karena

tidak hanya terjadi konflik pemulung dengan tim pengamanan TPA

Benowo, namun konflik selanjutnya juga telah terjadi antara pemulung

dengan pengepul sampah yang disebabkan oleh ketidakcocokan harga jual

beli sampah yang disebabkan antara kedua belah pihak. Oleh karena itu

diperlukan pemaparan untuk faktor-faktor yang melatarbelakangi

terjadinya konflik di TPA Benowo yang menjadi lokasi penelitian. Hal ini

ditujukan agar dapat memahami setting sosial yang membingkai faktor-

faktor konflik di TPA Benowo.

24

(Margaret M. Poloma. 1984:305-306).

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 45

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

3.1.1 Hilangnya Sumber Nafkah Bagi Pemulung

Pada bulan September tahun 2012 terjadi insiden kebakaran besar yang

memusnahkan hampir semua sampah, alat-alat berat, hewan dan semua

bagian yang ada di TPA Benowo. Kebakaran tersebut dipaparkan oleh

sejumlah kalangan yang mengatakan bahwa kebakaran disebabkan oleh

panas matahari yang terik yang kemudian membakar sampah-sampah yang

berserakan di TPA Benowo. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu

PNS DKP:

“Karena waktu kebakaran itu terjadi pada waktu musim

kemarau dimana di dalam timbunan sampah itu kan ada gas jadi

kemudian terjadi letupan sehingga membakar sampah yang kering

sedangkan penanganannya Pemkot, DKP, kecamatan dan PMK itu

terlibat jadi itu memang tidak ada unsur kesengajaan” (Ipung,

2015)

Dari pernyataan di atas dapat disumpulkan bahwa percikan api berasal

dan bermula-mula dari gas yang ada di timbunan sampah lalu terjadilah

letupan besar yang kemudian membakar semua sampah yang kering.

Belum lagi pada saat itu juga waktu musim kemarau, cuaca panas yang

terik bisa membakar dengan mudah sampah-sampah yang kering namun

tidak lama kemudian dapat ditangani oleh pihak-pihak yang bertanggung

jawab atas insiden tersebut seperti Pemerintah Kota Surabaya, Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, pihak Kecamatan yang

kemudian memanggil PMK untuk memadamkan api tersebut. Tidak ada

unsur kesengajaan dalam kejadian tersebut.

"Sebab kalau benda seperti puntung rokok, rasanya sulit.

Sebab setiap pemulung yang ke sana sudah kami ingatkan agar

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 46

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

tidak menyalakan rokok. Di lapangan yaitu di area tersebut kita

mempunyai petugas untuk mengawasi pemulung," (Amin, 2015)

Argumentasi yang diberikan oleh pihak DKP menyangkal bahwa

kejadian tersebut karena adanya unsur kesengajaan. Hal itu dapat dilihat

bahwa membawa rokok di area TPA oleh pemulung tidak diperbolehkan

karena ada pihak yang mengawasi.

Kalo masalah kebakaran itu dari korek korek bensol itu

mungkin siangnya kena matahari terus lama kelamaan kan meletus

jadi ya kebakaran. Kalo untuk pemulung sendiri saya rasa jadi

tidak mungkin kalo membakar soalnya kan dia lambat kerjanya

juga (Ardi, 2015)

Masalah kebakaran tersebut juga disebabkan oleh faktor lain yaitu

korek bensol yang digunakan untuk menyalakan rokok karena pemulung

yang datang jauh-jauh dari Banyuwangi, Situbondo dan Lamongan

mempunyai kebiasaan mengais sampah sambil merokok, namun karena

pada saat itu juga terjadi terik matahari yang panas menyengat area TPA

kemudian terjadilah letusan sehingga terjadi kebakaran yang diakibatkan

oleh korek bensol dan bukan puntung rokok dari pemulung yang kemudian

menyebabkan kebakaran. Korek bensol tersebut meledak lalu api menjalar

ke sampah-sampah sehingga terjadilah kebakaran yang diakibatkan oleh

kelalaian pemulung. Bahkan dalam beberapa hari selanjutnya api belum

bisa dipadamkan.

Di permukaan memang sudah tidak mengeluarkan asap,

akan tetapi ternyata api memang belum padam karena mungkin

begitu banyaknya volume sampah yang terbakar sehingga sulit

untuk mengatasinya dan memang kejadian tersebut memang

kejadian tak terduga sebelumnya (Ipung, 2015)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 47

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Ini mungkin karena kemarin sampah ini terbakar lagi tapi

tidak dilaporkan oleh pihak-pihak yang ada di area TPA seperti

sopir truk sampah, pemulung, pengepul dan lain-lain sehingga api

masih membara di dalam tumpukan sampah (Ardi, 2015)

Pernyataan di atas tersebut mengungkapkan bahwa api masih belum

padam dan walaupun dalam permukaan tidak mengeluarkan asap namun

api masih membara dan menyala dalam tumpukan sampah. Karena hal

tersebut memaksa harus mencari sumber yang menyebabkan terjadi

kebakaran dan mengurai bagian dalamnya dengan eskavator. untuk

mendapatkan air PMK harus mengambil jauh dari sungai lamong yang

jaraknya 10 menit PP ditambah interval waktu pengisian air tangki PMK.

Karena kalau dipadamkan menggunakan air lindi,

berbahaya untuk petugas karena mengandung zat yang bahaya

bagi tubuh. Sementara kalau mengambil air dari tambak akan

diprotes petani tambak karena bisa berdampak kepada ikan-ikan

atau garam yang ada di tambak (Ipung, 2015)

Dengan kondisi tersebut memaksa PMK bekerja keras untuk

memadamkan api dan membutuhkan banyak waktu karena harus

mengambil air ke tempat yang agak jauh. Pernyataan-pernyataan diatas

berbanding terbalik dari pengakuan salah satu pemulung:

Yo iyo dek ajange dicekel PT iku diobong TPA ne kan iku

gak oleh sama pemulung iku dicekel PT iku gak oleh yo gak kakean

ngomong dadi langsung diobong cuma e lanang podo lanang podo

kendel kendel e makane iku kan lak wong wedok wedok enggak

cuma e pemulung seng lanang seng kendhel iku seng ngobong opo

iku sapi yo kobong 3 moro-moro mlayu mlayu langsung kejegor

jurang iku sapi seng dikek‟I pemerintah (Mukayati, 2015).

Dari pernyataan yang dibeberkan oleh pemulung diatas menjelaskan

bahwa ada ketakutan dari pihak pemulung dengan kepemilikan TPA yang

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 48

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

baru sehingga membuat pemulung laki-laki mempunyai inisiatif untuk

membakar TPA lalu terjadilah kebakaran hebat di area TPA yang juga

menyebabkan 3 sapi hadiah kompensasi dari Pemerintah Kota Surabaya

mati.

Sebelumnya pada awal pembangunan TPA, Pemerintah Kota Surabaya

memberikan banyak kompensasi contohnya sapi, pembangunan Masjid,

pembangunan Sekolah dan air PDAM masuk ke desa Benowo. Akan tetapi

karena masyarakat sekitar yang memiliki hak untuk memelihara hewan

ternak seperti sapi sehingga para pemulung sangat acuh tak acuh walaupun

sapi itu mati agar hak asasinya didengarkan:

Yo Cuma‟e gak eruh pemulung iku Cuma‟e mbakar tapi

gak eruh siji sijine yo meneng gak eruh terus pemerintah e gak

ngerti yo diem diem yo mungguhno onok seng kecekel yo paleng

lame hukumane lah terus pemerintah kate nyekel sopo yo ra eruh

wong sakmunu akeh‟e yo gak eruh siji-sijine gak eruh wong kupul

kumpul ndok kunu kabeh yo gak eruh to wek‟e pemulung pemulung

yo katut kabeh yo gak ngurus (Mukayati, 2015)

Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa pemerintah belum bisa

mengetahui bahwa faktor sebenarnya yang menyebabkan kebakaran hebat

adalah para pemulung itu sendiri namun karena dalam tempat kejadian

perkara ada banyak pemulung sehingga sulit untuk menemukan siapa

pelakunya walaupun nantinya apabila pelakunya dapat ditemukan

hukumannya sangat besar sekali.

Kondisi seperti itu membuat para pemulung kehilangan pekerjaannya,

para pemulung putus asa karena salah satu tempat yang dapat

menghasilkan rezeki demi menyambung hidupnya harus rela tempat

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 49

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

tersebut terbakar dan akan memakan waktu yang cukup lama sehingga

memaksa untuk pemulung-pemulung tersebut pulang ke daerah asalnya

masing-masing. Untuk menjelaskan kembalinya pemulung ke daerah asal

akan dijelaskan dalam subbab.

3.1.2 Kembalinya Pemulung ke Daerah Asal

Ratusan pemulung yang mengais sampah di TPA terbesar di Surabaya

yaitu TPA Benowo, hampir semua dari luar kota Surabaya. Ada yang dari

Lamongan, Situbondo dan Banyuwangi. Mereka telah jauh-jauh merantau

ke Surabaya hanya untuk menyambung hidupnya dan menghidupi

keluarganya namun cobaan tetap ada untuk mereka:

Itu parah sampai ditutup ini parah kok kemaren itu sampai

pemulung nggak bisa makan sama nggak bisa beli apap-apa untuk

kebutuhan itu pulang semua, sampai pemulung kelaparan terus

pulang kampung saya sendiri kecewa (Sugianto, 2015)

Argumentasi yang diberikan oleh salah satu pemulung tersebut

menjelaskan bahwa akibat terjadi kebakaran tersebut telah menimbulkan

bencana besar bagi semua pemulung seperti banyak yang kelaparan, tidak

bisa makan, tidak ada yang bisa untuk mencukupi keluarga sehingga rasa

kekecewaan menghampiri mereka yang akhirnya tidak bisa berbuat apa-

apa dan memaksa mereka untuk pulang kampung.

Pas kobongan iku dek, wes gak onok seng isok dilakokno

maneh, aku dewe mulih nang desoku dewe nang situbondo

daripada nang kene ngenteni mati genine, iyo lek sedino

kobangane mari lek pirang-pirang dino rugi laan dadi pas iku wes

mikir-mikir nggolek kerjoan liyo nang ndeso iku (Asmanianingsih,

2015)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 50

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Dari pernyataan diatas dijelaskan bahwa tidak ada hal yang bisa

dilakukan lagi di TPA Benowo setelah terjadi kebakaran. Kebakaran yang

menghanguskan semua alat-alat di TPA Benowo butuh waktu yang

panjang untuk meredakan api-api tersebut sehingga pemulung sudah mulai

memikirkan untuk mencari pekerjaan lain di daerah asal.

Aku dewe yo mulih kampung nang daerahku asal yo iku

nang Lamongan dik lah ke‟opo maneh wes gak anok sek isok

digawe nggolek duwik maneh gak duwe duwik gawe tuku opo-opo

yowes mulih iku nggawe duwik-duwik sisa (Mukayati, 2015)

Memang diakui bahwa kondisi tersebut telah membuat pemulung

putus asa dan tidak bersemangat lagi hingga akhirnya memaksa mereka

untuk pulang walaupun dengan uang-uang sisa namun yang terpenting

sampai daerah asal. Faktor selanjutnya yaitu kembalinya pemulung dari

daerah asal ke TPA Benowo yang akan dijelaskan dalam subbab.

3.1.3 Kembalinya Pemulung dari Daerah Asal ke TPA Benowo

Selang beberapa hari setelah para pemulung pulang ke kampung

daerah masing-masing, mereka berniat untuk kembali ke ladang pekerjaan

utamanya yaitu TPA Benowo namun mereka menemui banyak rintangan

dan halangan untuk bisa mengambil haknya yaitu mencari barang-barang

bekas untuk bisa dijual kembali setelah sudah lama meninggalkan area

TPA karena terjadi kebakaran:

Iku sebab‟e pemulung iku dek yo ngongkon buka kan

oleh‟e barang‟e iku cari-cari plastik koyok sandal ngene iki kan

akeh kan pirang-pirang minggu berapa hari kan ditaruh sana dek

didalam sampah kono terus maringono ditutup gak oleh masuk

sama satpam dadi pemulung kabeh kan nyerbu kongkon buka nek

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 51

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

montor‟e yo terus buak yo bego‟ne terus begone yo terus jalan

(Mukayati, 2015)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa berminggu-minggu

para pemulung menaruh barang-barang bekas atau sampah seperti plastik,

sandal, botol air mineral bekas, sendok dan garpu bekas, namun karena

terjadi kebakaran sehingga tim pengamanan TPA tidak memperbolehkan,

padahal barang tersebut adalah barang yang sudah menjadi miliknya atau

haknya:

Cuma‟e gak onok pemulung ngapek ngunu lo dek, nek gak

oleh masuk pemulung‟e mek isok ngomong “gak oleh masuk

yowes, aku mau jual barang saya,” yo ngunu terus pemulung‟e

nyerbu, sajane ditutup sampah‟e gak masalah, gak oleh dipe‟I gak

masalah Cuma oleh‟e barang‟e iku mau dijual, gawe bon-bon‟an

toko (Mukayati, 2015)

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa mereka tetap memaksa untuk

masuk ke area TPA bahwa mereka mempunyai alasan untuk bisa

mengambil barang-barang bekas yang menjadi miliknya sampai-sampai

mereka rela tidak boleh mengais sampah asalkan mereka boleh mengambil

sampah yang mau dijual yang telah menjadi miliknya.

Satpam karo wong-wong seng koyok preman iku akeh, iku

kabeh njogo nang ngarepe gerbang TPA Benowo jogo-jogo lek

onok pemulung seng mekso mlebu terus pemulung kabeh iku wedi

lek diserang soale preman-preman iku awak.e gedhe-gedhe

(Asmanianingsih, 2015).

Argumentasi yang diberikan oleh salah satu pemulung yang

mengalami langsung kejadian tersebut sampai-sampai takut untuk masuk

ke area TPA karena telah dihadang oleh satpam dan sejumlah preman

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 52

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

yang diduga dari pemerintah untuk menakut-nakuti para pemulung agar

tidak masuk dulu karena TPA belum aman.

Lah soale awak dewe iku para pemulung iku yo pengen

oleh duwik gawe mangan gawe kebutuhan liyo iku akhire yo mekso

ae mlebu nang TPA lah satpam karo preman iku langsung ae

nyantapi pemulung seng mekso mlebu kene yo sajane wedi tapi

ke‟opo maneh kene yo butuh sampah iku (Mukayati, 2015).

Konflik antara pemulung dengan satpam dan preman akhirnya terjadi

pada saat pemulung yang tidak diperbolehkan masuk ke area TPA namun

memaksa untuk masuk karena ingin mengambil barang bekas sampahnya.

Hal ini wajar bagi pemulung sebagai pihak yang menuntut haknya yang

kemudian terjadi konflik realistis.

Coser menegaskan bahwa konflik realistis yaitu konflik yang berasal

dari kekecewaan terhadap tuntutan runtutan khusus yang terjadi dalam

hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan,

yang di tujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Di dalam

kasus TPA Benowo tersebut pengelola TPA sebagai pihak yang

mengecewakan karena mempunyai tuntutan khusus yaitu tidak

memperbolehkan para pemulung masuk karena dikhawatirkan terjadi

kebakaran besar lagi namun hal tersebut sangat tidak menguntungkan bagi

para pemulung karena mereka juga butuh barang bekas sampah tersebut

untuk dijual demi mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga saat para

pemulung memaksa masuk ke area TPA Benowo mereka sudah

menganggap pihak TPA sebagai obyek yang mengecewakan sehingga

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 53

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

layak untuk dituntut untuk memperjuangkan haknya yaitu mengambil

barang bekas sampah untuk dijual.

Pemulung nang kene iku nang TPA Benowo iku mek isok

nggolek duwik karo njupuk‟I barang –barang bekas sampah koyok

ngene iki onok sandal bekas yo dijupuk onok botol bekas yo

dijupuk onok sendok garpu yo dijupuk iku ngkok didol gawe tuku

kebutuhan gawe mangan gawe nyekolahno anak‟e tapi yo nemen

sampek satpam karo preman iku nggepuk‟I pemulung saole sakno

pemulung iku (Asmanianingsih, 2015).

Memang diakui bahwa pemulung tersebut hanya mengandalkan

sampah-sampah di TPA Benowo yang kemudian dijual ke pengepul untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari jadi, ketika tim pengamanan TPA tidak

memperkenankan para pemulung untuk masuk, mereka sangat marah

sekali sehingga terjadilah konflik realistis seperti yang diungkapkan oleh

Coser. Bagi Coser, konflik realistis merupakan satu alat untuk suatu tujuan

tertentu, yang kalau tujuan itu tercapai akan menghilangkan sebab-sebab

dasar dari konflik itu. Dalam kasus tersebut pengelola TPA sebagai obyek

yang telah mengecewakan para pemulung karena telah melarang mereka

masuk ke dalam TPA untuk mengambil barang bekas sampah yang

merupakan haknya sehingga terjadilah konflik realistis yang bermula dari

pemulung yaitu subyek awal yang memakai konflik tersebut sebagai satu

alat untuk suatu tujuan tertentu agar tujuan bisa tercapai yaitu pemulung

mendapatkan haknya dan dapat menghilangkan sebab-sebab dasar konflik

tersebut yaitu pengusiran pemulung dari TPA Benowo.

Coser juga mengungkapkan bahwa konflik realistis sering merupakan

rangsangan utama untuk perubahan sosial. Artinya konflik realistis

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 54

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

memuat didalamnya kepentingan-kepentingan, individu-individu serta

kepentingan kelompok tertentu, namun apabila kepentingan itu sudah

tercapai, maka konflik akan terus terjadi, namun tanpa penyebab awal

yakni kepentingan individu-individu serta kepentingan kelompok. Dalam

kasus TPA Benowo perubahan sosial yang dimaksud ialah kebijakan baru

dari pengelola TPA Benowo lewat peraturan-peraturan yang dapat

menyejahterakan pemulung. Kebijakan baru lewat peraturan-peraturan

dapat mengahasilkan kepekaan terhadap kebutuhan pribadi anggota sistem

yaitu pemulung dan membantu perubahan dalam masyarakat. Menurut

Coser perubahan tersebut dapat menguntungkan sistem dengan

memberikannya kebebasan untuk mengatasi dengan lebih efektif

perubahan-perubahan dalam lingkungannya. Dalam kasus di TPA Benowo

pengelola TPA perlu memberikan kebebasan kepada pemulung untuk

beradaptasi dari peraturan-peraturan baru dalam lingkungannya.

Damaine yo pemulung ngalah gak mek wes prei pirang

ulan paleng sak ulanan prei sak ulanan terus maringono yo dibuka

buka dewe iku yo mek dewe mulai kerjo pemulung iku akeh seng

mulih mulih nang negara‟ne kono koyok aku ngene iki mulih nang

lamongan (Mukayati, 2015)

Menurut Coser konflik realistis adalah konflik yang memiliki tujuan

dan kepentingan yang stabil. Stabil dalam konteks ini artinya konflik

tersebut tetap sarat dengan kepentingan. Dalam kasus di TPA Benowo,

pemulung mempunyai tujuan dan kepentingan yaitu masuk ke TPA

Benowo untuk mengambil barang bekas sampah yang menjadi haknya

untuk dijual ke pengepul. Konflik realistis juga konflik yang mempunyai

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 55

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

objek yang jelas sejak dimulainya konflik hingga berakhirnya konflik.

Dalam kasus yang terjadi di TPA Benowo, pemulung mengarahkan ke

obyek yang jelas sejak dimulainya konflik hingga berakhirnya konflik

yaitu tim pengamanan TPA Benowo. Coser berpendapat bahwa stabil juga

berarti dari awal hingga berakhirnya konflik tidak ada pembelokan

terhadap obyek25

. Untuk faktor selanjutnya yaitu permasalahan transaksi

jual beli sampah akan dijelaskan dalam subbab.

3.1.4 Permasalahan Transaksi Jual Beli Sampah

Permasalahan lain yang timbul di TPA bukan hanya terjadi antara

pemulung dengan orang-orang yang berjaga-jaga di area TPA Benowo

namun terjadi konflik lain antara pengepul sampah dengan pemulung yang

telah lama menjalin transaksi jual beli barang bekas namun karena terjadi

kesalahpahaman dari kedua pihak, timbulah konflik antara pemulung dan

pengepul sampah terkait masalah transaksi harga barang bekas atau

sampah.

Lah pas nyoba mekso mlebu TPA Benowo nduk kunu yo

onok akeh para pengepul sampah, pengepul-pengepul iku seng

duwe masalah karo pemulung yo arep e nyantapi pemulung e wes

ketok teko raine lek kethok ngamuk kabeh (Sugianto, 2015)

Pernyataan di atas menyimpulkan bahwa terjadi konflik antara pihak

pemulung dan pengepul sampah yang terjadi di depan area TPA pada saat

pemulung mencoba masuk ke TPA untuk mengambil barang bekasnya

namun sudah dulu dihadang oleh pengepul sampah.

25

Susan,Novri.2010.Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik

Kontemporer.Jakarta:Kencana (Hal 60)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 56

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Pengepul-pengepul sampah iku yo arep e demo nang

pemulung masalah rego sampah seng njaluk mudun padahal

pemulung yo isok ngedol nang pengepul liyo seng isok ngekek I

harga gedhe yo kene yo ngeyel lek pengen tuku pemulung kene yo

kudu gawe rego pas ojo mudun (Mukayati, 2015)

Argumentasi yang diberikan oleh pemulung di atas menjelaskan bahwa

hal yang menjadi pemicu terjadinya konflik antara kedua belah pihak

yaitu masalah harga barang bekas. Transaksi sebelumnya terjalin baik

namun terjadi satu hal yaitu pengepul sampah meminta harga barang bekas

sampah yang dijual oleh pemulung ke mereka untuk turun harga, namun

karena tidak terjadi kesepakatan antara kedua pihak maka terjadilah

konflik. Pemulung-pemulung yang merasa bisa menjual sampahnya ke

pengepul lain sangat percaya diri untuk tetap menolak menjalin transkasi

dengan pengepul-pengepul yang telah menghadang mereka di area TPA

tersebut.

Setelah terjadi konflik antara pengepul sampah dengan pemulung,

tidak lama kemudian datanglah anggota DPRD yang merupakan teman

dekat dari salah satu pengepul sampah yang juga bisa dikatakan tangan

kanan dari anggota DPRD yang ikut campur tangan masalah tersebut.

Salah satu anggota DPRD datang ke TPA Benowo beserta bodyguard-

bodyguardnya untuk melawan pemulung karena salah satu pengepul

sampah miliknya mempunyai masalah dengan pemulung.

Dadi demo e unjuk rasa e yo mek pisan iku ambek DPR iku

mau, kan wong sugih yo dek, yo kalah pemulung‟e sajane yo podo.

Satpam karo bodyguard-bodyguard‟e iku sak truk dek dadi yo

takut pemulung yo nek diserang(Mukayati, 2015)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 57

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Pernyataan di atas menyimpulkan bahwa unjuk rasa tersebut persis

pada saat akan terjadi pilkada yaitu akhir tahun 2012. Para pemulung

berseteru dengan salah satu anggota DPRD yang merupakan teman dekat

pengepul karena permasalahan transaksi jual beli sampah, Namun

pemulung merasa takut dan menganggap anggota DPRD tersebut adalah

golongan orang kaya yang bisa memanggil bodyguard-bodyguard untuk

melawan mereka.

Pas memaksa masuk itu juga ada pengepul-pengepul

sampah yang sampai melibatkan anggota DPRD soale ada orang e

yang jadi pengepul sampah akhirnya ya terjadi pukul-pukulan

antar pemulung dengan pengepul sampah soale juga ada latar

belakang lain yaitu pengepul atau yang juga disebut juragan

sampah tersebut meminta harga barang bekas yang akan dibeli itu

turun tapi pemulung nggak mau karena masih bisa diharga I tinggi

sampah atau barang bekas tersebut di pengepul lain jadi setelah

itu wes terjadi pukul-pukulan diantara mereka (Amin, 2015)

Argumentasi yang diberikan oleh salah satu pegawai Dinas Kebersihan

dan Pertamanan Kota Surabaya menjelaskan bahwa telah terjadi baku

hantam antara pemulung dan pengepul sampah yang juga sampai

melibatkan anggota DPRD karena tangan kanannya tersebut mempunyai

masalah dengan pemulung terkait kesepakatan harga barang bekas

sampah, namun karena tidak terjadi kesepakatan antara kedua pihak

sehingga terjadilah konflik.

Tahu itu anu mas soalnya pengepul kan barang dari TPA

itu pokoknya nggak keluar wilayah sekitarnya sendiri maksudnya

nggak boleh dijual ke luar area.sampai anggota komisi c DPRD

sapa itu namanya pak Syaifudin Zuhri juga sempat mukul

pemulung gara-gara orang e ya pengepul iku dikecewakno (Ardy,

2015)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 58

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Ada latar belakang lain yang disimpulkan dalam pernyataan di atas

bahwa para pengepul sampah juga khawatir bila pemulung menjualnya ke

pengepul lain di luar area TPA Benowo dengan alasan harga yang tidak

cocok antara kedua belah pihak sampai-sampai salah satu anggota DPRD

melakukan pemukulan pada pemulung karena tangan kanan nya yaitu

pengepul sampah dirugikan. Setelah terjadi konflik, warga sekitar yang

mengetahui kejadian tersebut berniat untuk menghentikan unjuk rasa dan

konflik tersebut.

Aku dulu juga pernah jadi pengepul mas sebelum kerja di

PT SO, dulu memang pada saat itu harga barang bekas di pasar

loak memang sedang naik jadi para pengepul minta ke pemulung

harganya turun jadi minta harga murah tapi pemulung nolak

akhirnya ya timbul konflik di area TPA Benowo itu mas (Mataji,

2015).

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pihak ketiga yaitu

pasar loak mengubah kebijakan dengan mematok harga tinggi namun

pengepul sampah meminta pada pemulung barang bekas sampah tersebut

turun harga. Dalam kasus tersebut konflik yang terjadi adalah konflik non

realistis karena pengepul sampah menunjukkan prasangka terhadap

pemulung melalui permasalahan transaksi barang bekas sampah. Tetapi,

yang sebenarnya terjadi ialah kenaikan harga barang bekas sampah

berawal dari penjual di pasar loak yang ingin barang dagangannya laku

dan mendapatkan untung yang banyak dari konsumen. Oleh karena tidak

mampu bermusuhan dengan pihak penjual di pasar loak sebagai obyek

kemarahan menentang sistem jual beli sampah. Dalam konflik non

realistis, hubungan antar kelompok, pengkambinghitaman digunakan

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 59

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

untuk menggambarkan keadaan dimana seseorang tidak melepaskan

prasangka (Prejudice) mereka melawan kelompok yang benar-benar

merupakan lawan, dan dengan demikian menggunakan kelompok

pengganti sebagai obyek prasangka. Dalam kasus TPA Benowo, konflik

telah membelok dari obyek sebenarnya artinya obyek yang telah

mengecewakan pengepul sampah ialah penjual di pasar loak yang

menaikkan harga barang bekas sampah namun pengepul sampah

menunjukkan prasangka (Prejudice) kepada pemulung oleh karena tidak

mampu menentang sistem kebijakan transaksi barang bekas sampah.

Coser juga berpendapat bahwa ketika non realistis, konflik cenderung

akan menjadi kekerasan. Non realistis tersebut sangat mungkin terjadi

ketika konflik adalah tentang nilai-nilai inti, yang emosional serta

memobilisasi peserta dan membuat mereka tidak mau berkompromi.

Apalagi jika konflik bertahan untuk jangka waktu yang panjang, maka

konflik menjadi semakin non realistis dan sebagai pihak yang terlibat

secara emosional, musuh digambarkan dalam bentuk yang semakin

negatif26

. Dalam kasus di TPA Benowo, konflik yang terjadi antara

anggota DPRD dengan tangan kanannya pengepul sampah melawan

pemulung menimbulkan kekerasan karena terjadi pemukulan kepada

pemulung oleh anggota DPRD. Pengepul sampah dan anggota DPRD

mempunyai kepentingan menyangkut nilai-nilai inti yaitu tentang masalah

harga beli barang bekas sampah kemudian kelompok tersebut

26

Poloma,Margaret.2013.Sosiologi Kontemporer.Jakarta:Rajawali Pers (Hal 111)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 60

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

memobilisasi peserta yaitu bodyguard-bodyguardnya dan tidak membuat

kompromi dulu dengan pemulung sehingga berujung konflik.

Penyelesaiannya ya para pengepul sama para pemulung

sama salah satu anggota DPR itu diajak bicara bareng supaya

konflik yang ada di TPA Benowo itu cepat terselesaikan dan TPA

Benowo bisa bekerja kembali dan nggak ada pukul-pukulan lagi

yang merugikan banyak pihak (Ardy, 2015)

Dari argumentasi diatas dijelaskan bahwa konflik yang terjadi di TPA

Benowo tersebut sangat merugikan banyak pihak dan kerugian yang

sangat jelas sekali bahwa TPA tidak bisa beroperasi dengan baik sehingga

dibutuhkan alat untuk mencapai tujuan yaitu katup penyelamat untuk

meredakan ketegangan.

Semua akhirnya sepakat damai, yang pemulung itu

nantinya tetap menjual sampahnya ke pengepul di sekitar TPA

karena sama-sama membantu kan pemulung ini kan juga kerja di

area TPA dan masalah harga itu ada jalan keluar yaitu harganya

tetap seperti dulu (Mataji, 2015)

Katup penyelamat atau safety valve sangat dibutuhkan untuk

meredakan konflik. Bagi Coser, katup penyelamat berfungsi sebagai jalan

ke luar yang meredakan permusuhan, yang tanpa itu hubungan- hubungan

di antara pihak-pihak yang bertentangan akan semakin menajam. Dalam

konflik yang melibatkan anggota DPRD, pengepul sampah dan pemulung

telah melakukan pembicaraan dan mencari jalan keluar nya yaitu masalah

harga yang menimbulkan pertengkaran dicari solusi yang terbaik dan

hasilnya transaksi jual beli barang bekas bekas sampah akan kembali

berjalan seperti semula antara pemulung dan pengepul sampah. Katup

penyelamat ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 61

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial. Katup

penyelamat juga merupakan sebuah lembaga pengungkapan rasa tidak

puas atas sebuah sistem atau struktur. Sebagaimana yang dinyatakan oleh

Coser; lewat katup penyelamat itu, permusuhan dihambat agar tidak

berpaling melawan obyek aslinya.

3.2 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Konflik Desember 2012

Pada subbab ini akan menjelaskan tentang konflik yang berawal dari

aksi demo atau unjuk rasa yang diprakarsai oleh massa Forkom di area

TPA Benowo, aksi tersebut ditujukan kepada Pemerintah Kota Surabaya

yang pada waktu itu masih belum bisa mengolah secara modern dan

professional. Konflik di TPA Benowo pada bulan Desember 2012 sangat

dinamis karena tidak hanya terjadi konflik antara massa Forkom dengan

pengelola TPA, namun terjadi konflik selanjutnya antara massa Forkom

yang notabene adalah massa yang menentang keberadaan TPA Benowo

dengan kelompok pengepul sampah yang sangat pro terhadap keberadaan

TPA Benowo. Uraian di bawah ini akan menjelaskan faktor-faktor latar

belakang terjadinya konflik.

3.2.1 Pergantian Kepengelolaan TPA Benowo

TPA Benowo yang dibangun tahun 2000 namun baru beroperasi tahun

2001 yang juga sebelumnya dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kota Surabaya mulai mempunyai wacana untuk mencari pihak yang

bekerja sama untuk mengelola TPA. Proses untuk melelang TPA Benowo

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 62

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

sesuai dengan rekomendasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Surabaya:

Sebelumnya kita tahu bahwa selama berpuluh tahun

sampah yang tidak diurai akan memunculkan banyak bahaya

sehingga Pemkot mempunyai rencana untuk lelang investasi TPA

Benowo (Amin, 2015)

Dari pernyataan di atas mengartikan bahwa pihak Pemerintah Kota

Surabaya mempunyai rencana untuk melelang investasi pengelolaan

sampah di TPA Benowo dengan sistem BOT (Built Operate Transfer)

dengan anggaran dana yang harus dikeluarkan Pemerintah Kota Surabaya

selama 20 tahun mencapai 362 miliar. Pegawai Negeri Sipil dari Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya tersebut juga berkomentar:

Pada tahun 2009 sebenarnya Pemkot telah membuka

lelang investasi namun tidak ada pihak yang tertarik sehingga

pada tahun 2011 lelang investasi pengelolaan sampah dibuka lagi

dengan memunculkan 4 calon 4 calon tersebut datang dari

bermacam-macam negara bukan hanya dari Indonesia (Amin,

2015)

Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pada tahun sebelumnya yaitu

pada tahun 2009 Pemerintah Kota Surabaya telah mencari pihak yang bisa

diajak bekerja sama dalam proses mengurai sampah yang juga bisa diajak

kerja sama untuk mengelola TPA benowo dalam waktu yang lama. Pada

tahun selanjutnya yaitu pada tahun 2011 ada 4 calon yang mendaftar untuk

bisa menjadi mitra dalam pengelolaan sampah TPA Benowo. 4 calon yang

akan diajak kerja sama bukan hanya dari Indonesia namun dari

mancanegara dan 4 calon tersebut ialah PT Phoniex dari Singapura, PT

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 63

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Sumber Organik dari Indonesia, PT Imantata dari Prancis dan terakhir

yaitu PT Medco dari Malaysia. PNS tersebut berujar lagi:

Namun pihak Pemkot mempunyai kualifikasi untuk

menentukan pemenang dan siapa yang berhak diajak kerja sama

dalam pembangunan TPA Benowo Dari 4 calon tersebut akhirnya

diputuskan kalau pemenangnya adalah PT Sumber Organik dari

Indonesia dengan pengajuan investasi Rp 314 miliar dengan

tipping fee Rp 119 per kg sampah (Amin, 2015)

Dari pernyataan di atas pihak Pemerintah Kota Surabaya mempunyai

putusan-putusan tersendiri untuk menentukan siapa calon investor yang

berhak menjadi mitra mengelola TPA Benowo dan syarat tersebut ialah

investor yang dapat memberikan „sharing profit‟ terbesar serta biaya

„tipping fee‟ terkecil. PT Sumber Organik dari Indonesia mengajukan

investasi Rp 314 miliar dengan tipping fee RP 119 kg namun investasi

tersebut berbeda dengan kandidat lainnya yaitu PT Medco dari Malaysia

yang mengajukan investasi Rp 640 miliar dengan tipping fee Rp 110 per

kg sampah, PT Imantata dari Prancis yang mengajukan investasi 284

miliar dengan tipping fee Rp 110 per kg sampah, dan terakhir PT Phoniex

dari Singapura yang mengajukan investasi sebesar Rp 360 miliar dengan

tipping fee sebesar Rp 112 per kg sampah.

Pihak Pemkot mempunyai kualifikasi dan pertimbangan

yang berat sehingga sulit mencari yang pas namun yang menjadi

pemenang adalah yang mempunyai potensi untuk memajukan TPA

Benowo ke arah lebih baik walaupun ada kandidat yang

mempunyai tipping fee terkecil namun itu tidak mengubah

keputusan Pemkot (Ipung, 2015)

Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa keputusan Pemerintah

Kota Surabaya yang memenangkan PT Sumber Organik dari Indonesia

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 64

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

karena mempunyai rencana kerja untuk mengolah sampah menjadi gas dan

listrik dan itu sesuai dengan kehendak pihak Pemerintah Kota Surabaya

sendiri karena rencana itu bisa membawa TPA Benowo menjadi TPA yang

bermanfaat selain itu mereka juga dari negara sendiri yaitu Indonesia.

Setelah terjadi pergantian pengelola TPA Benowo lalu memutuskan bahwa

yang resmi menjadi pengelola TPA Benowo yang baru adalah PT Sumber

Organik sehingga pada bulan November 2012 adalah waktu yang bersejarah bagi

TPA Benowo. Pergantian pengelolaan juga berimbas pada sistem kerja.

Dengan dikelola pihak swasta kan mereka menggunakan

teknologi tinggi itu nanti sampah kan dimanfaatkan dan dibuatkan

pabrik hingga sampah dapat dikonvensi menjadi energi listrik

yang akan dibuat ke PLN lalu didistribusikan ke masyarakat

(Amin, 2015)

Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa system waste to energy

adalah sistem kerja yang menggunakan teknologi tinggi jadi sampah yang

masuk dimanfaatkan pabrik hingga dapat dikonvensi menjadi energi listrik

lalu didistribusikan ke masyarakat namun sebelumnya dikelola oleh PLN

energi listrik tersebut.

Untuk pengelolaan sampah disana kan lebih bagus

mungkin karena dipegang swasta kan punya sistem kedepannya

jadi mau dibikin sebuah perusahaan sebuah pengelolaan sampah

maupun sampah organic maupun energy listrik jadi mau ditata

rapi sampah yang dulunya tidak ada tutup imbra sekarang ada

tutup imbra (Mataji, 2015)

Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sisitem kerja di TPA

Benowo setelah diambil oleh pihak swasta telah mengalami kemajuan

yang pesat bahwa dulu tidak ada tutup imbra untuk mengubah sampah

menjadi energi listrik namun sekarang telah ada sistem kerja baru tersebut.

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 65

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Untuk struktur supaya TPA Benowo maju kita dari Dinas

Kebersihan dan Pertamanan dari bekerja sama dengan tim ahli

dari ITS akademisi untuk mengawasi perkembangan TPA dan

sejak diambil oleh pihak swasta masih menggunakan tim ahli

tersebut (Ipung, 2015)

Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa untuk kemajuan dan

perkembangan TPA, pihak swasta yaitu PT Sumber Organik bekerja sama

dengan Akademisi dari ITS selaku tim ahli untuk mengawasi TPA.

Di daur ulang untuk sementara ini belum ada dan PT

sendiri ke depan mau ada program itu jadi belum ada realisasi ya

daur ulang itu ya merupakan kerja pemulung jadi daur ulang

diluar perusahaan jadi pemulung mengais barang-barang

rongsokan itu yang dijual di tengkulak-tengkulak kemudian dikirim

perusahaan jadi untuk PT sendiri ya punya program jadi untuk

sementara ini belum ada realisasi (Mataji, 2015)

Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa proses daur ulang di TPA

yang saat ini masih dikelola oleh pihak swasta masih belum ada. Program

ke depannya yaitu PT Sumber Organik akan punya program tersendiri

yang belum terealisasi namun bagi pemulung, proses daur ulang terjadi

diluar perusahaan jadi barang-barang rongsokan yang dijual oleh

pemulung ke tengkulak atau pengepul sampah akan di daur ulang sendiri.

Di rencana itu ada jadi kita nanti proses composting nya

jadi disana nanti juga ada rumah kompos kemudian nanti juga ada

proses pemilahannya seperti sampah plastic nanti ada

pemilahannya dulu sebelum akhirnya dibawa (Andini, 2015)

Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa rencana daur ulang

TPA Benowo yang baru ialah proses Composting jadi di TPA tersebut

akan dibangun rumah kompos yang nanti juga ada proses pemilahannya

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 66

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

untuk sampah plastik. Faktor selanjutnya yaitu tidak adanya sosialisasi

kerja TPA Benowo yang akan dijelaskan dalam subbab.

3.2.2 Tidak Adanya Sosialisasi Kerja TPA Benowo

Setelah TPA Benowo memasuki era baru per bulan November 2012,

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya mempunyai mitra baru

untuk bersama-sama dalam pengelolahan TPA Benowo yakni PT Sumber

Organik dari Indonesia yang notabene adalah perusahaan swasta yang

mempunyai sistem kerja mengubah gas menjadi listrik, namun karena

tidak adanya sosialisasi kerja dari pengelola TPA Benowo untuk warga

sekitar tentang pergantian kepengelolaan TPA lalu munculah massa

Forkom yang berdemo:

Massa Forkom itu terdiri dari orang kampung Pakal dan

Benowo dan berisikan orang-orang pemilik tambak, petani tambak

dan warga, pada saat itu mereka demo untuk meminta TPA

dipindah karena kurang jelasnya sosialisasi dan tiba-tiba kok

pindah kepemilikan (Ardi, 2015)

Argumentasi di atas dapat disimpulkan bahwa warga, petani tambak

ikan dan garam serta pemilik tambak ikan dan garam yang menamai diri

mereka dengan nama massa Forkom melakukan unjuk rasa untuk meminta

TPA benowo dipindahkan karena dari pemegang sebelumnya yaitu Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya yang mempunyai izin

mengelola TPA dengan waktu 6 tahun yaitu pada tahun 2001 sampai 2007

namun tanpa pemberitahuan muncul kontrak 25 tahun mengelola TPA dari

pihak DKP dan PT Sumber Organik.

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 67

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Aku juga kadang-kadang bingung keberadaan sampah

disini itu belum ada sosialisasi jadi ketika ditangani DKP itu

berapa tahun lalu ditangani swasta itu berapa tahun, aku juga

selaku ketua RW ditanyai wargaku sendiri aku tidak tahu Cuma

denger-denger itu 20 tahun semenjak ditangani swasta itu kurang

lebih 20 tahun (Mataji, 2015)

Argumentasi yang diberikan oleh karyawan PT Sumber Organik yang

juga menjabat sebagai Ketua RW desa Benowo menjelaskan bahwa

Pemerintah Kota Surabaya dan mitranya yang baru tersebut kurang

memberikan sosialisasi terkait kontrak keberadaan TPA Benowo dan

ketika ada warganya yang bertanya, beliau tidak bisa menjawab.

Saya sendiri terus terang menyayangkan aksi tersebut

sebenarnya kalau ada TPA itu enak bagi warga sini yang jadi

pengepul bisa buat nyari uang tapi Pemkot dan pihak PT SO

sendiri juga nggak mberi tahu atau sosialisasi TPA Benowo itu

sampai kapan ya demo itu ya gara-gara itu (Mataji, 2015)

Dari pernyataan di atas di atas dapat disimpulkan bahwa keberadaan

TPA Benowo telah menguntungkan bagi warga sekitar desa benowo yang

berprofesi sebagai pengepul sampah karena mereka bisa mencari nafkah

dengan membeli barang bekas sampah dari pemulung untuk dijual kembali

ke pasar loak, namun karena kurangnya sosialisasi kontrak kerja TPA

Benowo maka terjadilah aksi unjuk rasa tersebut.

Ketika dulu mas waktu Tempat Pembuangan Akhir dari

Keputih pindah ke Benowo pertama kali pada tahun 2001, warga

sekitar mendapatkan banyak kompensasi seperti pembangunan

sekolah, pembangunan musholla, pemberian hewan ternak sapi lah

waktu pihak swasta mengambil alih tidak ada sosialisasi dan tidak

ada kompensasi waktu pertama kali mengambil alih (Mataji, 2015)

Dari pernyataan di atas disimpulkan bahwa waktu pertama kali TPA

Benowo dibangun ada banyak kompensasi yang diberikan untuk warga

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 68

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

sekitar dari Pemerintah Kota Surabaya. Kompensasi tersebut antara lain

pembangunan Sekolah, pembangunan Musholla, pemberian hewan ternak,

namun ketika pihak swasta yaitu PT Sumber Organik mengambil alih TPA

Benowo tidak ada sosialisasi yang diberikan untuk warga sekitar terkait

dampak kesehatan dan juga tidak ada warga sekitar yang mendapatkan

kompensasi.

Demo itu diikuti sekitar 700 warga dengan membawa

spanduk banyak yang minta TPA itu pindah, ada yang tulisannya

„harga mati tutup TPA‟ ada lagi „Mau gak mau TPA harus tutup‟

itu parah unjuk rasa e sampai-sampai ketua mereka nama e Asrofi

Musyaf dipukul sama orang tidak dikenal denger-denger se orang

itu yang pro keberadaan TPA (Ardy, 2015)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa yang melakukan aksi

unjuk rasa berjumlah 700 orang dan pada waktu melakukan aksi tersebut

massa Forkom membawa spanduk yang menuntut TPA benowo

dipindahkan atau ditutup, namun tak lama kemudian muncul orang yang

pro keberadaan TPA melakukan pemukulan terhadap ketua mereka yaitu

Asrofi Musyaf.

Dalam kasus tersebut dapat disimpulkan telah terjadi konflik realistis

antara kelompok orang yang kontra keberadaan TPA Benowo melawan

Pemerintah Kota Surabaya. Massa Forkom melakukan demo yaitu aksi

turun ke jalan untuk menuntut kejelasan masa berlaku TPA yang semula 6

tahun namun menjadi bertahun-tahun karena terbukti pada tahun 2015

TPA di daerah tersebut masih berjalan dan masyarakat menuntut

Pemerintah Kota Surabaya untuk membuktikan mengolah sampah secara

profesional, modern dan tidak berdampak terhadap lingkungan. Melalui

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 69

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

perspektif Coser, ia menegaskan bahwa konflik realistis yaitu konflik yang

berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan khusus yang terjadi dalam

hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan,

yang di tujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan.

Bagi Coser, konflik realistis merupakan satu alat untuk suatu tujuan

tertentu, yang kalau tujuan itu tercapai mungkin akan menyelesaikan

konflik tersebut. Dalam kasus di TPA Benowo tersebut pengelola TPA

sebagai obyek yang mengecewakan warga sekitar karena tidak

memberikan sosialisasi kerja terkait pergantian kepengelolaan TPA

benowo dan sosialisasi kontrak keberadaan TPA Benowo. Dalam kasus

tersebut bermula dari subyek awal yaitu warga sekitar yang memakai

konflik realistis lewat aksi unjuk rasa sebagai alat untuk mencapai tujuan

yaitu adanya sosialisasi pergantian kepengelolaan dan kontrak keberadaan

TPA Benowo. Adanya sosialisasi tersebut dapat menyelesaikan konflik

realistis antara warga sekitar dan pengelola TPA.

Coser juga mengungkapkan bahwa konflik realistis sering merupakan

rangsangan utama untuk perubahan sosial. Artinya konflik realistis

memuat didalamnya kepentingan-kepentingan individu-individu serta

kepentingan kelompok tertentu, namun apabila kepentingan itu sudah

tercapai, maka konflik akan terus terjadi, namun tanpa penyebab awal

yakni kepentingan individu-individu serta kepentingan kelompok. Dalam

kasus tersebut perubahan sosial yang dimaksud ialah profesional dan

modernisasi pembangunan TPA Benowo sehingga menjadi tempat yang

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 70

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

bisa mengolah sampah dengan baik dan bermanfaat. Menurut Coser

konflik realistis adalah konflik yang memiliki tujuan dan kepentingan

yang stabil. Konflik realistis juga konflik yang mempunyai objek yang

jelas sejak dimulainya konflik hingga berakhirnya konflik. Dalam kasus

tersebut, warga sekitar mengarahkan ke obyek yang jelas sejak dimulainya

konflik hingga berakhirnya konflik yaitu pengelola TPA Benowo. Coser

berpendapat bahwa stabil juga berarti dari awal hingga berakhirnya

konflik tidak ada pembelokan terhadap obyek.

Akhire ada sosialisasi ke warga mas tentang kontrak TPA

itu 25 tahun dan sosialisasi tersebut juga melibatkan warga, PT

Sumber Organik dan DKP dan ada kompensasi lanjutan yaitu

pembangunan mushola dan pemberian sapi (Mataji, 2015)

Sosialisasi lanjutan mengenai kontrak keberadaan TPA Benowo

akhirnya diberikan oleh pengelola TPA kepada warga sekitar dan

kompensasi berupa uang untuk pemilik tambak ikan dan garam juga

diberikan oleh pengelola TPA. Hal tersebut dilakukan oleh pengelola TPA

Benowo karena tidak ingin ladang pekerjaannya tersebut menuai banyak

kontroversi dan minta TPA itu ditutup. Selain sosialisasi juga ada

kompensasi bagi warga sekitar yaitu pembangunan mushola dan

pemberian sapi untuk membuat warga sekitar lebih sejahtera dan kontrak

untuk keberadaan TPA berlangsung 25 tahun ke depan. Ketika pemerintah

memberikan sosialisasi kepada warga, hal itu sebagai katup penyelamat

untuk meredakan ketegangan. Menurut Coser, Katup penyelamat adalah

pilihan fungsional dalam sebuah konflik dan lewat katup penyelamat itu,

permusuhan dihambat agar tidak berpaling melawan obyek aslinya yaitu

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 71

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

pemerintah memberikan sosialisasi dan kompensasi kepada warga agar

permusuhan reda dan tidak melawan obyek aslinya yaitu TPA Benowo27

.

Untuk faktor selanjutnya yaitu pencemaran tambak ikan dan garam oleh

limbah sampah akan dijelaskan dalam subbab.

3.2.3 Pencemaran Tambak Ikan dan Garam oleh Limbah Sampah

Keberadaan TPA Benowo sangat berdekatan dengan tambak ikan dan

garam yang berada di sekitarnya dan itu sudah terjadi bertahun-tahun

namun karena belum ada kompensasi untuk pemilik tambak ikan dan

garam hingga akhirnya para petani tambak dan pemilik tambak bergabung

dengan massa Forkom untuk bersama-sama melakukan aksi demo di area

TPA.

Dulu mas para pemilik tambak juga mendapatkan

sosialisasi dari pemerintah dan sosialisasi tersebut tentang

dampak limbah dari sampah itu bisa bahaya bagi ikan-ikan di

tambak dan mempengaruhi proses pembuatan garam namun waktu

dipegang swasta ini tidak ada sosialisasi tersebut (Masduki, 2015)

Pernyataan yang diberikan oleh salah satu pemilik tambak diatas

menyimpulkan bahwa ketika TPA Benowo beroperasi pertama kali pada

tahun 2001 warga sekitar terutama para pemilik tambak mendapatkan

sosialisasi tentang bahaya air limbah bagi ikan-ikan dan garam di tambak.

Ya ikan-ikan yang ada di tambak itu kena penyakit terus air

limbah sampah yang bocor juga merusak pembuatan garam. Cuma

dari orang orang yang punya tambak sendiri itu dari kebocoran

limbah sampah (Ardi, 2015)

27

Poloma.Margaret.2013.Sosiologi Kontemporer.Jakarta:Rajawali Pers (Hal 109)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 72

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Karena tambak nya tercemar maka ikan-ikan yang dipelihara di tempat

tersebut mati dan tambak untuk mengolah garam juga rusak karena

disebabkan oleh air limbah sampah yang bocor dan mencemari area

tambak.

Sebelumnya pada saat masih dipegang oleh pemerintah

yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya itu

sendiri, proses kompensasi atau ganti rugi untuk pemilik tambak

garam atau ikan seperti saya ini, pemerintah tidak pernah telat

(Masduki, 2015)

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika TPA

Benowo masih dipegang oleh pemerintah yaitu Dinas kebersihan dan

Pertamanan Kota Surabaya, proses ganti rugi atau kompensasi bagi

pemilik tambak yang tambaknya mengalami kebocoran sampah, proses

ganti rugi tersebut selalu tepat waktu.

Saya ini pemilik dan ngelola tambak ini sudah lama mas

kalau dulu-dulu itu kompensasi tidak telat, lah pas kemarin itu kok

nggak ada kompensasi ya akhirnya demo dan unjuk rasa seperti itu

(Masduki, 2015)

Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa pengelola TPA Benowo

sebelumnya tidak pernah telat untuk memberikan kompensasi bila ada

warga yang protes karena tambak yang dikelolanya tercemar namun

karena baru berganti sistem pengelolaannya dan dirasa masih dalam tahap

pembangunan maka kompensasi itu telat diberikan kepada warga yang

bersangkutan.

Ganti ruginya itu berupa uang mas dan sesuai dampak

atau kerugian yang dialami, contohnya tambak saya tersebut

pernah mengalami kerugian 1 juta rupiah kemudian ketika saya

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 73

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

protes ke TPA akhirnya permintaan saya dikabulkan dan saya

mendapat ganti rugi uang 1 juta rupiah (Masduki, 2015)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kompensasi atau

ganti rugi yang diterima oleh pemilik tambak karena tambaknya

mengalami dampak kebocoran sampah, uang ganti rugi tersebut diberikan

oleh pengelola TPA Benowo sesuai kerugian yang dialami.

Dalam kasus di TPA Benowo tersebut telah terjadi konflik realistis

antara pemilik tambak dengan Pemerintah Kota Surabaya. Para pemilik

tambak menuntut adanya relokasi TPA Benowo dan ganti rugi atas

kerugian yang diterimanya. Konflik realistis menurut Coser adalah konflik

yang berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan khusus yang terjadi dalam

hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan,

yang di tujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. TPA Benowo

adalah obyek yang mengecewakan menurut pemilik tambak karena telah

menyebabkan kebocoran sampah sehingga tambaknya rugi besar.

Coser juga mengungkapkan bahwa konflik realistis sering merupakan

rangsangan utama untuk perubahan sosial. Artinya konflik realistis

memuat didalamnya kepentingan-kepentingan individu-individu serta

kepentingan kelompok tertentu, namun apabila kepentingan itu sudah

tercapai, maka konflik akan terus terjadi, namun tanpa penyebab awal

yakni kepentingan individu-individu serta kepentingan kelompok. Dalam

kasus tersebut perubahan yang dimaksud ialah modernisasi dan

professional kerja TPA Benowo. Perubahan sosial lewat pembaruan-

pembaruan kerja tersebut dapat dapat mengahasilkan kepekaan terhadap

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 74

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

kebutuhan pribadi anggota sistem yaitu pemilik tambak dan membantu

beradaptasi dari peraturan-peraturan baru dalam lingkungannya.

Bagi Coser, konflik realistis merupakan satu alat untuk suatu tujuan

tertentu, yang kalau tujuan itu tercapai mungkin akan menghilangkan

sebab-sebab dasar dari konflik itu. Dalam kasus tersebut para pemilik

tambak mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu kompensasi ganti rugi

atas pencemaran tambak oleh limbah sampah dan pengolahan sampah

secara modern dan professional. Pemberian kompensasi dan sosialisasi

dampak pencemaran tambak dapat menyelesaikan konflik tersebut.

Konflik realistis adalah konflik yang memiliki tujuan-tujuan dan

kepentingan-kepentingan yang stabil. Stabil dalam konteks ini artinya

konflik itu tetap syarat dengan kepentingan atau konflik yang mempunyai

obyek yang jelas sejak dimulainya konflik tersebut hingga berakhirnya

konflik tersebut. Dalam kasus tersebut, pemilik tambak mengarahkan

konflik ke obyek yang jelas sejak dimulainya konflik dan berakhirnya

konflik yaitu pengelola TPA Benowo. Coser juga berpendapat bahwa

stabil juga berarti dari awal hingga berakhirnya konflik tidak ada

pembelokan terhadap obyek.

Sebelum diberi uang ganti rugi para pemilik tambak seperti

saya ini diundang sama pemerintah untuk rembugan, apa yang

menyebabkan kebocoran sampah dan solusi untuk menanganinya

dan ternyata yang menyebabkan kebocoran adalah usia pipa yang

telah lama tidak diganti lalu diberi uang ganti rugi sesuai

kerugian yang dialami (Masduki, 2015)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep katup

penyelamat juga bisa berarti saat kedua belah pihak duduk bersama untuk

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 75

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

mencari solusi terbaik. Bagi Coser, katup penyelamat berfungsi sebagai

jalan ke luar yang meredakan permusuhan, yang tanpa itu hubungan-

hubungan di antara pihak-pihak yang bertentangan akan semakin

menajam. Solusi yang dihasilkan dari rembugan antar pemerintah dengan

pemilik tambak yaitu pemerintah sebagai penanggung jawab TPA Benowo

menepati janjinya untuk memberikan uang ganti rugi kepada pihak yang

dirugikan yaitu pemilik tambak.

Penyelesaiannya waktu kejadian itu para pemilik tambak

mendapatkan kompensasi dari pemerintah karena kerugian yang

dialami, kerugiannya ya ada yang kecil dan besar tapi tetap

berapapun akan dibayar karena pemerintah ini juga masih

menaungi TPA cuma struktur pengolahannya yang beda (Ipung,

2015)

Penyelesaiannya ya di sosialisasi dengan baik cuma kalo

salah satu yang kena itu langsung diganti bagaimana caranya

untuk ganti rugi kayak kalo tambak tersebut rugi 1 juta ya diganti

1 juta kalo kena banyak ya diganti banyak (Ardi, 2015)

Dalam kasus konflik yang terjadi di TPA Benowo, pemerintah sesuai

janjinya memberikan kompensasi kepada pemilik tambak sesuai kerugian

yang dialami. Disini pemerintah memberikan ganti rugi adalah konsep

katup penyelamat yang dijarkan oleh Lewis Coser yang berarti mekanisme

khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari

kemungkinan konflik sosial. Katup penyelamat membiarkan luapan

permusuhan tersalur tanpa menghancurkan seluruh struktur, konflik

membantu membersihkan suasana dalam kelompok yang sedang kacau28

.

28

Poloma,Margaret.2013.Sosiologi Kontemporer.Jakarta:Rajawali Pers (Hal 108)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 76

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Untuk factor selanjutnya yaitu Pembubaran Demo Warga oleh Pengepul

Sampah akan dijelaskan dalam subbab.

3.2.4 Pembubaran Demo Warga oleh Pengepul Sampah

Keberadaan TPA Benowo yang berumur lebih dari 10 tahun telah

menjadi ladang pekerjaan bagi para pengepul sampah yang tinggal di desa

Benowo dan sekitarnya. Para pengepul sampah menjalin transaksi dengan

pemulung yaitu membeli barang bekas sampah yang akan dijual di pasar

loak, namun ketika ada demo warga yang meminta TPA Benowo

dipindahkan, para pengepul sampah menolak aksi tersebut.

Pengepul sampah yang tinggal disini itu mas beramai-

ramai ke area TPA Benowo untuk membubarkan aksi tersebut

karena nggak setuju sama warga masyarakat yang pengen TPA itu

dipindah (Mataji, 2015)

Pengepul sampah yang berjumlah puluhan orang sangat tidak setuju

dengan aksi warga yang meminta Pemerintah Kota Surabaya

memindahkan TPA Benowo, mereka datang ke area TPA Benowo untuk

membubarkan demo warga karena dinilai telah menganggu

kepentingannya dan apabila Pemerintah Kota Surabaya merelokasi TPA

Benowo tersebut akan menyulitkan para pengepul sampah untuk mencari

nafkah karena sudah bertahun-tahun mereka menggantungkan hidupnya

dengan keberadaan TPA Benowo.

Pas unjuk rasa dari warga masyarakat itu mas, pengepul

sampah itu ada yang sampai emosi sampai sampai memukul salah

satu warga yang sedang orasi pidato minta TPA Benowo itu

pindah tapi orang tersebut nggak sampai luka berat, mek ringan

soale dipukul pakai tangan kosong (Mataji, 2015).

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 77

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa aksi demo yang

dilakukan oleh masyarakat sekitar TPA Benowo menimbulkan kekerasan

yang dialami oleh salah satu massa demo. Korban tersebut mengalami

pemukulan yang dilakukan oleh pengepul sampah yang terpancing

emosinya dalam aksi pembubaran demo, namun korban tersebut hanya

mengalami luka ringan.

Pengepul sampah karo pemulung nang kene iku wes koyok

dulur dewe, pemulung e ngedol barang-barang bekas koyok

sendok garpu nang pengepul terus karo pengepul didol maneh

nang pasar loak. Pemulung ngedol barang nang pemulung yo gak

larang-larang kok, siji sendok iku regane rong atus seket gak

larang kok lah pas ngerti onok seng demo njaluk TPA pindah,

pengepul gak setuju soale pro karo TPA (Asmanianingsih, 2015)

Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa pengepul sampah menjalin

transaksi jual beli sampah sejak pertama kali TPA Benowo beroperasi.

Pemulung memperlakukan menjual barang bekas dengan harga murah

pada pengepul sampah. Ketika ada demo dari warga dan pemilik tambak

yang meminta TPA benowo dipindahkan, pengepul sampah sangat tidak

setuju karena mereka adalah kelompok orang yang pro dengan keberadaan

TPA.

Para pengepul sampah seng arep mbubarno demo iku

ngamuk karo kecewa soale TPA iku arep dipindahno, lah

mangkane iku kabeh pengepul teko nang TPA iku gak setuju karo

warga terus seng duwe tambak seng pengen TPA pindah. Yo gara-

gara kesel iku sampek nyantapi seng demo iku (Asmanianingsih,

2015)

Pernyataan diatas yang dibeberkan oleh pemulung yang mengetahui

kejadian tersebut menjelaskan bahwa keberadaan TPA Benowo telah

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 78

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

menguntungkan bagi warga sekitar yang berprofesi sebagai pengepul

sampah karena mereka bisa menjalin transaksi jual beli sampah dengan

pemulung. Ketika mengetahui bahwa ada demo dari warga dan pemilik

tambak yang menginginkan TPA Benowo dipindahkan, para pengepul

sampah sangat tidak setuju sehingga mendatangi area TPA untuk

membubarkan aksi unjuk rasa dari warga dan pemilik tambak. Konflik

yang terjadi di penghujung tahun tepatnya pada bulan desember 2012 juga

menimbulkan kekerasan karena telah terjadi pemukulan yang diterima

oleh demonstran ketika aksi pembubaran unjuk rasa dari pengepul sampah.

Alesan pengepul sampah yang sampai mukul warga itu anu

mas, mereka nanti itu mau dapat uang dari mana kalau TPA

Benowo itu pindah lah pas konflik itu kan pas siang wes panas

nggolek gara-gara ya akhirnya ada pemukulan itu mas (Ardi,

2015)

Demo warga yang berlangsung siang hari telah menyulut amarah para

pengepul sampah yang telah bertahun-tahun mencari nafkah dengan

keberadaan TPA Benowo sehingga pemukulan terjadi untuk

melampiaskan emosi pengepul sampah yang tidak setuju bahwa TPA

Benowo akan direlokasi.

Setelah ada pemukulan ke warga yang demo itu mas, nggak

lama setelah itu datang perwakilan dari Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Surabaya yang menyuruh semua orang yang ada

di area TPA untuk pulang ke rumah masing-masing karena tidak

ingin ada anarki lagi (Mataji, 2015)

Selang beberapa menit setelah kejadian pemukulan oleh pengepul

sampah terhadap warga yang berunjuk rasa, para Pegawai Negeri Sipil

dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya datang ke area TPA

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 79

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Benowo untuk membubarkan aksi demo karena tidak ingin ada kekerasan

lagi dari unjuk rasa tersebut dan meminta massa demo, pengepul sampah

dan semua orang yang ada di TPA Benowo untuk kembali ke rumah

masing-masing.

Menurut Coser, konflik realistis adalah konflik yang berasal dari

kekecewaan terhadap tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan

dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, yang di tujukan

pada obyek yang dianggap mengecewakan. Dalam kasus di TPA Benowo

telah terjadi konflik realistis yang disebabkan oleh unjuk rasa warga dan

pemilik tambak yang meminta TPA benowo dipindahkan sehingga

pengepul sampah menuntut untuk demo tersebut dibubarkan.

Bagi Coser, konflik realistis merupakan satu alat untuk suatu tujuan

tertentu, yang kalau tujuan itu tercapai mungkin akan menghilangkan

sebab-sebab dasar dari konflik tersebut. Dalam kasus di TPA Benowo

pengepul sampah menuntut untuk demo dari warga dan pemilik tambak

tersebut dibubarkan. Unjuk rasa akhirnya berhasil dibubarkan oleh para

Pegawai Negeri Sipil dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota

Surabaya yang datang ke area TPA karena tidak ingin terjadi kekerasan

lagi antara massa yang berdemo dan pengepul sampah. Dalam konflik

yang terjadi Di TPA Benowo, tujuan telah tercapai yaitu pembubaran

demo warga dan pemilik tambak dan apabila tujuan telah tercapai akan

menyelesaikan konflik tersebut. Dalam kasus di TPA Benowo setelah

pembubaran demo oleh Pegawai Negeri Sipil dari Dinas Kebersihan dan

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 80

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Pertamanan Kota Surabaya, massa yang berunjuk rasa dan pengepul

sampah menghentikan konflik lalu kembali ke rumah masing-masing.

Menurut Coser, konflik realistis sering merupakan rangsangan untuk

perubahan sosial. Artinya, konflik realistis memuat di dalamnya

kepentingan-kepentingan, individu-individu serta kepentingan kelompok

tertentu, namun apabila kepentingan itu sudah tercapai atau dengan kata

lain apabila tujuan itu sudah tercapai, maka konflik akan terus terjadi

namun tanpa penyebab awal yakni, kepentingan individu-individu serta

kepentingan kelompok. Dalam kasus di TPA Benowo, perubahan sosial

yang dimaksud ialah adanya inisiatif baru dari massa yang akan

melakukan demo terhadap TPA Benowo untuk melakukan pembicaraan

terlebih dahulu kepada pihak-pihak yang akan dirugikan. Inisiatif baru

lewat pembicaraan yang intensif dapat menghasilkan kepekaan terhadap

kebutuhan pribadi anggota sistem yang akan dirugikan dan membantu

perubahan dalam masyarakat.

Menurut Coser, konflik realistis adalah konflik yang memiliki tujuan-

tujuan dan kepentingan-kepentingan yang stabil. Stabil dalam konteks ini

artinya konflik itu tetap sarat dengan kepentingan. Dalam kasus di TPA

Benowo, pengepul sampah memiliki tujuan dan kepentingan yaitu

menuntut pembubaran unjuk rasa dari warga sekitar TPA dan pemilik

tambak agar TPA Benowo dapat beroperasi kembali, dengan demikian

pengepul sampah dapat kembali melakukan transaksi jual beli barang

bekas sampah dengan pemulung. Konflik realistis juga konflik yang