pengolahan dan jenis mutu teh

25
1. PENGOLAHAN DAN JENIS MUTU TEH Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman the (Camellia sinensis L) dari familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India, dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m tinggi. Di perkebunan-perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi dengan pemengkaan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas- tunas dau teh yang cukup banyak. Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik, memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan ketinggian 200-2.000 m di atas permukaan laut. Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi. Tanaman teh

Upload: selviwulandari

Post on 04-Aug-2015

91 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

1. PENGOLAHAN DAN JENIS MUTU TEH

Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman the (Camellia sinensis L)

dari familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan

Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik

Rakyat Cina, India, dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik

dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun.

Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m tinggi. Di perkebunan-

perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi dengan

pemengkaan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun

dan agar diperoleh tunas-tunas dau teh yang cukup banyak.

Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus

setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat

memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh

karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur, bebas

serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik,

memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah

tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas.

Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan ketinggian 200-

2.000 m di atas permukaan laut. Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman

teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi. Tanaman teh menghendaki

tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman tidak tahan terhadap

kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200 mm yang merata

sepanjang tahun.

Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik sekali

dengan selang 7 sampai 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman di masing-

masing daerah. Cara pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga

sangat menentukan mutu teh yang dihasilkannya. Dibedakan cara pemetikan halus

(fine plucking) dan cara pewmetikan kasar (coarse plucking). Pemetikan daun

hingga kini masih dilakukan oleh tenaga manusia, bahkan sebagian besar oleh

tenaga-tenaga wanita. Untuk menghasilkan teh mutu baik perlu dilakukan

pemetikan halus, yaitu: hanya memetik daun pucuk dan dua daun di bawahnya.

Ada pula yang melakukan pemetikan medium, dengan juga memetik bagian halus

Page 2: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

dari daun ketiga di bawah daun pucuk. Pemetikan kasar sering pula dilakukan

bebewrapa perkebunan (rakyat), yaitu: pemetikan daun pucuk dengan tiga atau

lebih banyak daun di bawahnya, termasuk batangnya.

Perkebunan teh terpusat di dataran menengah dan tinggi di Pulau Jawa,

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan. Pada tahun 1990

luas perkebunan teh di Indonesia 129.500 ha. Produksi teh pada tahun 1998

mencapai 136.109 ton. Klasifikasi botani tanaman teh adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatopyta

Sub : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Keluarga : Transtroemiaceae

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis L.

Varietas utama adalah varietas China, Asam dan Cambodia. Klon anjuran

Balai Penelitian Perkebunan Gambung tahun 1878-1988 adalah Seri Gambung:

Gmb 1, Gmb 2, Gmb 3 dan Gmb 4. Varitas lain berasal dari Jepang yang ditanam

di perkebunan rakyat seperti di Kebun Teh hijau Jepang di Garut.

1. MANFAAT TANAMAN

Daun teh adalah bahan pembuat minuman teh yang populer di seluruh

penjuru dunia. Air teh yang kita minum mengandung kafein, teofilin, vitamin A,

B, C, zat yang tidak larut dalam air seperti serat, protein dan pati serta zat yang

larut di dalam air seperti gula, asam amino dan mineral. Jadi selain sebagai

minuman, teh juga mempunyai nilai gizi. Disamping itu teh juga bisa dijadikan

obat yaitu sebagai antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan

alkaloida.

Daun teh barbau khan aromatik , rasanya agak sepet . Mengenai uraian

makroskopiknya yaitu sebagai berikut:

1. Helai daun dapat dikatakan cukup tebal, kaku berbentuk sudip melebar sampai

sudip memanjang, panjangnya tidak lebih dari 5 cm, bertangkai panjang

2. Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda permukaan

bawahnya berambut sedang telah tua menjadi licin

Page 3: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

3. Tepi daun bergerigi, agak tergulung ke bawah, berkelenjar yang khas dan

terbenam

Kandungan zat pada daunnya 1%-4% kofeine, 7%-15% tanin dan sedikit minyak

atsiri. Dalam penggunaan sebagai obat antidotum pada keracunan oleh logam-

logam berat dan alkaloida, petiklah kuncup daun berikut 2-3 helai dau

dibawahnya, digulung dan difermentasikan untuk kemudian diberikan pada

penderita.

4. SYARAT PERTUMBUHAN

1. Iklim

1. urah hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000 mm/tahun.

2. Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Tanaman teh tidak tahan

kekeringan.

3. Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25 derajat C.

4. Kelembaban udara kurang dari 70%.

2. Media Tanaman

1. Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan Latosol.

Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley

Humik, Litosol dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang

tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, gembur.

2. Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.

3. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2

daerh yaitu:(1) dataran rendah: sampai 800 m dpl; (2) dataran sedang: 800-

1.200 m dpl; dan (3) dataran tinggi: lebih dari 1.200 meter dpl. Perbedaan

ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.

3. Ketinggian Tempat

Tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m dpl sampai

di ketinggian lebih dari 1.000 m dpl.

5. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

1. Pembibitan

Tanaman diperbanyak dengan biji atau stek daun. Dari segi produksi,

sebaiknya tanaman diperbanyak dengan stek daun.

Page 4: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

Persyaratan Benih/Bibit

a. Persyaratan benih

Diambil dari kebun biji, berupa biji jatuhan, tidak terserang kepik biji dan

besar. Biji disimpan di dalam kaleng yang ditutup rapat dengan kelembaban 35-

38% dan segera disemaikan setelah dipungut.

1. Perkecambahan dalam badengan

1. Pasir setebal biji teh dihamparkan pada kotak papan 1 x 2 m.

2. Taburkan benih di atas hamparan pasir.

3. Hamparkan kembali pasir di atas benih.

4. Lakukan kembali langkah b dan c sampai didapat tumpukan pasir-

benih sebanyak 3 tumpuk.

5. Tutup bagian atas tumpukan dengan karung goni basah.

6. Naungi bedengan dengan daun kering.

7. Setelah 1 minggu, biji yang retak atau berkecambah ditanamkan

pada bedengan atau polibag.

c. Penanaman

1. Di Bedengan: tanah untuk persemaian di bedengan harus gembur dan

subur, jarak tanam kecambah teh 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm, kecambah

dibenamkan, ditimbun tanah dengan ketebalam 0,5-1 cm (setebal benih)

dan ditutupi dengan potongan daun guatemala, atau alang-alang. Bedengan

dinaungi dengan naungan individu.

2. Di polibag dengan ukuran 12 x 25 cm dengan media dan cara penanaman

yang sama. Setelah itu polibag berisi kecambah diletakkan di dalam

bedengan yang dinaungi.

3. Pemeliharaan meliputi penyemprotan fungisida Dithane M-45 0,2% dan

insektisida Demicron 0,2%. Penyiraman teratur agar tidak kekeringan,

pemupukan 2-3 bulan setelah tanam dengan pupuk daun Bayfolan 15

cc/10 liter.

4. Bibit di polibag dipindahtanamkan pada umur 10-12 bulan, bibit di

bedengan dipindahkan ke kebun pada umur 1 tahun (puteran) dan 2-3

tahun (stump).

Pembibitan Stek Daun

Page 5: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

Stek ditanam di dalam polibag berisi media tanah. Polibag ini disusun di dalam

bedengan yang terletak di dalam naungan pembibitan.

- Bahan tanaman

1. Ranting stek diambil berumur 4-5 bulan setelah pangkas, mulai berkayu

dan berwarna coklat. Posisi ranting stek (stekres) tegak lurus (vertikal).

2. Stekres berasal dari induk yang ditanam di kebun induk (Multiplication

plant, MP).

3. Panjang tangkai stek 3-4 cm dipotong miring 45o ke arah luar dan

memiliki 1 helai daun.

4. Jumlah stek dari stekres antara 2-5 stek/stekres diambil dari batas pangkal

ranting yang berwarna coklat sampai daun ke tiga dari peko (pucuk/tunas

yang sedang tumbuh aktif).

5. Stek direndam di dalam larutan Dithane M-45 15-25 gram/liter selama 1-2

menit.

- Media stek

1. Struktur tanah gembur, sedikit berliat, pH 4,5-5,5, bebas nematoda dan

sisa akar/tanaman.

2. Diperlukan dua macam tanah: 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil)

untuk mengisi bagian bawah polibag ukuran 12×25 cm; 1/4-1/3 bagian

lapisan tanah bawah (sub soil) untuk mengisi bagian atas polibag.

Sebelumnya tanah disaring dengan saringan 1-2 cm.

3. Tanah difumigasi Dithane M-45 dengan dosis 300-400 gram/m3 tanah.

Dithane dicampur merata pada tanah saat dimasukkan ke polibag.

4. Jika pH tanah terlalu tinggi, keasaman ditingkatkan dengan tawa sebanyak

1/2-1 kg/m3 tanah bersama dengan pemberian Dithane M-45.

5. Pemupukan dasar

Hanya diberikan pada tanah lapisan atas: SP-36 dan KCl masing-

masing sebanyak 500 gram/m3 tanah.

1. Setengah bagian bawah polibag 12 x 25 cm diberi 5-6 lubang

dengan diameter 0,5-1 cm.

Page 6: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

2. 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil) mengisi bagian bawah

polibag, 1/2-1/3 bagian lapisan tanah bawah (sub soil) mengisi

bagian atas. Tanah dalam kondisi kering angin.

3. Polibag disusun di dalam bedengan (1 m bedengan untuk 156-168

polibag).

4. Satu hari sebelum tanam, bedengan disiram air.

5. Buat lubang tanah 2-3 cm.

6. Tanamkan stek di lubang tanam dengan posisi daun tegak, searah

dan tidak saling tindih. Padatkan tanah di sekitar stek.

7. Siram bedengan dan tutupi dengan selimut plastik, ujungnya

ditimbun tanah sehingga membentuk parit.

8. Pelihara 3 bulan dalam kelembaban 90%.

6. Pengisian tanah ke polybag

7. Penanaman stek

8. Pembuatan naungan pembibitan

Ukuran naungan pembibitan adalah 3 x 2,5 m atau 4,5-2,5 m

dengan tinggi 2 m. Setengah bedengan terbuat dari bilik dan bagian

atasnya ditutup jarang dengan wide. Pasang reng bambu di bagian atas

bangunan ini dan tutup dengan rerumputan sehingga cahaya matahari yang

masuk sekitar 25%  pada 3-4 bulan pertama. Lebar bedengan 90-100 cm,

tinggi 15 cm dan panjang sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan. Rangka

sungkup terbuat plastik dengan tinggi lengkungan 60-70 cm.

Pemeliharaan Pembibitan

1. Pengaturan intensitas matahari

2. 0-3 bulan: 25-30%, naungan tertutup seluruhnya.

3. 4-5 bulan: 30-40%, atap diperjarang.

4. 6-7 bulan: 50-75%, atap lebih diper jarang lagi.

5. 7-12 bulan: 90-100%, atap diperjarang.

6. > 1 tahun: 90-100%, atap terbuka sampai dibuka

7. Penyiraman dilakukan bila perlu.

Page 7: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

1. Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan dengan pupuk

daun Bayfolan 15 cc/15 liter air atau larutan urea 10-20 gram/liter, 1-2

minggu sekali.

2. Pengendalian hama penyakit: Menutup sungkup segera bila ada serangan,

menyemprot Dihane M-45 atau Cobox pada dosis 0,1-0,2%.

3. Seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan.

2. Pengolahan Media Tanam

Persiapan

1. Persiapan lahan

Karena lahan baru merupakan konversi dari hutan, semak atau

lahan pertanian lain, maka perlu dilakukan survey dan pemetaan tanah

yang datanya akan menunjang pembuatan peta kebun dan

perlengkapannya, pembuatan fasilitas air dan juga jalan.

- Pembongkaran pohon dan tanggul

Pohon dibongkar sampai akarnya dengan menggunakan takel

berkekuatan 3-5 ton, atau dimatikan dulu dengan arborisida sebelum

dibongkar.

- Pembersihan lahan (babad) di musim kemarau

Dilakukan setelah pembongkaran selesai, sampah dibuang ke

tempat yang tidak ditanami teh dan jangan dibakar.

- Pembersihan gulma (nyasap)  di musim kemarau

Tanah diolah dengan cangkul sedalam 5-10 cm untuk

membersihkan gulma.

2. Pengolahan tanah

1. Tanah dicangkul sedalam 60 cm sampai gembur dan biarkan 2-3

minggu.

2. Olah kembali sedalam 40 cm.

3. Lakukan pengukuran dan pematokan sehingga terbentuk petakan

20 x 20 m.

3. Pembuatan jalan

Lebar jalan kebun cukup 1 meter.

Page 8: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

4. Pembuatan selokan drainase menurut kemiringan dan letak jalan kebun.

Pembukaan Lahan

Lahan yang digunakan terdiri atas lahan tempat tumbuh tanaman teh tua yang

populasinya masih cukup banyak 30-50%.

1. Pembongkaran  pohon pelindung Pohon dibongkar bersama akarnya.

2. Pembongkaran tanaman teh tua

Untuk lahan yang landai dapat dilakukan dengan pencabutan dengan tekel,

tetapi jika kemiringan > 30% perdu dimatikan dengan bahan kimia

arborisida

3. Sanitasi lahan

Untuk menghindari penyakit cendawan akar yang berasal dari tanaman tua

dilakukan penanaman rumput Guatemala selama 2 tahun atau Fumigasi

dengan metil bromil sebanyak 0,25 kg/10 m2 lahan. Tutup lahan dengan

lembaran plastik dan alirkan fumigan, biarkan 2 minggu. Lahan

dikeringanginkan 2 minggu.

4. Pengolahan tanah

Untuk lahan yang perdu tehnya dicabut, lahan diolah dengan cara seperti

3.2.1., tetapi jika digunakan arborisda untuk mematikan perdu, tanah tidak

perlu diolah cukup diratakan.

3. Teknik Penanaman

Penentuan Pola Tanam

Sebelum dibuat lubang tanam, lahan diajir sesuai dengan jarak tanam yang

akan dipakai.

1. Datar s/d 15%: jarak tanam 120 x 90 cm; jumlah 9.260 pohon; penanaman

baris tunggal lurus

2. 15-30%: jarak tanam 120 x 75 cm; jumlah 11.110 pohon; penanaman baris

tunggal lurus

3. > 30%: jarak tanam 120 x 60 cm; jumlah 13.888 pohon; penanaman sesuai

kontur

Page 9: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

4. Batas tertentu: jarak tanam 120 x 60 x 60 cm; jumlah 18.500 pohon;

penanaman baris berganda

Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x40 cm untuk bibit asal stump biji

dan 20 x20 x20 cm untuk bibit asal stek

Cara Penanaman

1) Masukkan pupuk dasar ke dalam lubang yaitu 11 gram urea, 5 gram TSP dan

kg KCl.

2) Jika pH tanah > 6, masukkan belerang murni 10-15 gram.

3) Jika bibit berasal dari stump biji:

1)      Bibit berumur 2 tahun, panjang akar 30 cm, tinggi batang 20 cm.

2)      Stump ditanam tegak lurus, padatkan tanah di sekitar batang.

3)      Ratakan tanah, jangan sampai terjadi cekungan di sekitar batang.

4) Jika bibit berasal dari stek:

1)      Sobek polibag bagian bawah dan bagian sisi.

2)      Tarik ujung polibag bawah ke bagian atas sehingga tanaman terbuka.

3)      Masukkan ke dalam lubang tanam, timbun dan padatkan tanah di

sekeliling batang.

4)      Polybag ditarik hati-hati melalui tajuk tanaman.

5)      Ratakan tanah, jangan sampai terjadi cekungan di sekitar batang.

Tanaman pelindung sementara dan tetap sangat diperlukan jika teh

ditanam di dataran rendah. Tanaman pelindung sementara adalah Crotalaria

sp.dan Tephrosis sp. yang ditanam di antara 2 barisan tanaman teh. Penanaman

dilakukan dengan biji setelah teh ditanam.

Tanaman pelindung tetap ditanam jika pelindung sementara sudah tidak

bisa dipertahankan (2-3 tahun). Tanaman pelindung tetap ditanam 1 tahun

sebelum teh ditanam berupa Albizia falcata, A. sumatrana, A. procera, A.

chinensis, Leucaena glabrata, L. glauca, Erythrina subumbrans, Gliricida

maculata, Acacia decurens.

Page 10: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

4. Pemeliharaan Tanaman

Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman mati diganti tanaman baru dengan bibit yang sama, penyulaman

dimulai dua minggu setelah tanam sampai dua bulan menjelang kemarau. Bibit

sulaman yang diperlukan pada tahun pertama adalah 10% dan tahun kedua 5%.

Pada tahun ke tiga, tanaman teh mulai menghasilkan (Tanaman

Menghasilkan/TM).

Pembubunan

Pohon pelindung berfungsi sebagai sumber pupuk hijau, pangkasan daunnya

dihamparkan di antara tanaman teh. Mulsa diberikan pula melalui penanaman

rumput Guatemala. Tanaman pelindung sementara dipertahankan sampai tanaman

teh berumur 2 tahun.

Hama

1. Helopeltis antonii

Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan ranting muda.

Bagian yang diserang berbercak coklat kehitaman dan mengering. Serangan pada

ranting dapat menyebabkan kanker cabang. Pengendalian: pemetikan dengan daur

petik 7 hari, pemupukan berimbang, sanitasi, mekanis, predator Hierodula dan

Tenodera, Insektisida nthio 330 EC, Carbavin 85 WP, Mitac 200 EC.

2. Ulat jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria)

Ulat berwarna hitam atau coklat bergaris putih, menyerang daun muda, pucuk dan

daun tua, serangan dapat di kebun atau persemaian. Daun yang diserang

bergigi/berlubang. Pengendalian: membersihkan serasah dan gulma, pemupukan

berimbang dan insektisida Lannate 35 WP, Lannate L.

3. Ulat penggulung daun (Homona aoffearia)

Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan tua. Daun tergulung dan

terlipat. Pengendalian: cara mekanis, melepas musuh hayati seperti Macrocentrus

homonae, Elasmus homonae, insektisida Ripcord 5 EC.

4. Ulat         penggulung       pucuk   (Cydia  leucostoma)

Page 11: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk teh. Pengendalian: cara

mekanis, hayati dengan melepas musuh alami Apanteles dan insektisida Bayrusil

250 EC, Dicarbam 85 S, Sevin 85S.

5. Ulat         api        (Setora nitens,   Parasa  lepida,  Thosea)

Ulat berbulu menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi berlubang.

Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas parasit dan insektisida

Ripcord 5 EC dan Lannate L.

6. Tungau    jingga   (Brevipalpus     phoenicis)

Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh tua di bagian permukaan

bawah. Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau membentuk koloni di

pangkal daun, Lalu serangan menuju ujung daun, daun mengering dan rontok.

Pengendalian: (1) cara mekanis, pengendalian gulma, pemupukan berimbang,

predator Amblyseius, (2) insektisda Dicofan 460 EC, Gusadrin 150 WSC,

Kelthane 200 EC, Omite 570 EC.

Penyakit

1. Cacar teh

Penyebab: jamurExobasidium vexans. Menyerang daun dan ranting muda. Gejala:

bintik-bintik kecil tembus cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut

pusat bercak menjadi coklat dan terlepas sehingga daun bolong. Pengendalian:

mengurangi pohon pelindung, pemangkasan sejajar permukaan tanah, pemetikan

dengan daur pendek (9 hari), penanaman klon tanah cacar PS 1, RB 1, Gmb1,

Gmb 2, Gmb 3, Gmb 4, Gmb 5, fungisida.

2. Busuk daun

Penyebab: jamur Cylindrocladum scoparium. Gejala: daun induk berbercak coklat

dimulai dari ujung/ketiak daun, daun rontok, setek akan mati. Pengendalian:

mencelupkan stek ke dalam fungisida. Jika persemaian terserang semprotkan

benomyl 0,2%.

3. Mati ujung     pada bidang           petik

Penyebab: jamurPestalotia tehae. Sering menyerang klon TRI 2024. Gejala: bekas

petikan berbercak coklat dan meluas ke bawah dan mengering, pucuk baru tidak

terbentuk. Pengendalian: pemupukan tepat waktu, pemetikan tidak terlalu berat,

fungisida yang mengandung tembaga.

Page 12: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

1. Penyakit akar merah        anggur

Di dataran rendah 900 meter dpl terutama tanah Latosol. Penularan melalui

kontak akar. Penyebab: jamur Ganoderma pseudoferreum. Gejala: tanaman

menguning, layu, mati. Pengendalian: membongkar dan membakar teh yang sakit,

menggali selokan sedalam 60-100 cm di sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil

bromida atau Vapam.

1. Penyakit akar merah        bata

Penyebab:           jamur                Proria   hypolatertia.

Di dataran tinggi 1.000-1.500 meter dpl. Ditularkan melalui kontak akar, Gejala:

sama dengan penyakit akar merah anggur. Pengendalian: sama dengan penyakit

akar merah anggur.

1. Penyakit akar hitam

Penyebab: jamur Rosellinia arcuata di daerah 1.500 meter dpl dan R. bunodes di

daerah 1.000 meter dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan tanaman mati,

terdapat benang hitam di bagian akar, di permukaan kayu akar terdapat benang

putih (R. arcuata) atau hitam (R. bunodes). Pengendalian: sama dengan penyakit

akar umumnya.

1. Jamur akar coklat jamur kanker belah, jamur leher akar, jamur busuk akar ,

jamur akar hitam. Menyerang akar, pengendalian: sama dengan penyakit

akar umumnya.

Gulma

1. Pengendalian gulma di areal TBM:

1. Cara mekanis, dengan mencabut gulma, memotong gulma di

permukaan dan di bawah tanah.

2. Cara kimia, menggunakan herbisida pra tumbuh Goal 2E (1-2

L/ha), Caragard 70 WP (2-3 kg/ha), Simazine (2-3 kg/ha), Sencor

70 WP (0,5-1,0 kg/ha).

3. Pengendalian gulma di areal TM:

1. Melaksanakan kultur teknis dengan tepat, pemetikan rata

agar tajuk menutup tanah, penyulaman intensif dan

pemulsaan.

2. Cara mekanis.

Page 13: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

3. Cara kimia dengan herbisida pra tumbuh seperti Karmex 70

WP (1-1,5 kg/ha), Nitrox 70 WP (1-1,5 kg/ha), Caragard 80

WP (2-3 kg/ha) atau Goal 2E (1-2 L/ha).

5. Panen

Ciri dan Umur Panen

Pada tanaman teh, panen berarti memetik pucuk/daun teh muda yang berkualitas

dalam jumlah sebesar-besarnya dengan memperhatikan kestabilan produksi dan

kesehatan tanaman. Tanaman memasuki saat dipetik setelah berumur 3        

tahun.   Daun    yang     dipetik  adalah:

1. Peko: Pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif

2. Burung: Pucuk/tunas yang sedang istirahat

3. Kepel: Daun kecil yang terletak di ketiak daun tempat ranting tumbuh.

Cara Panen

Terdapat tiga macam petikan teh, yaitu:

1. Petikan jendangan, petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk

bidang petik agar datar dan rata.

2. Petikan produksi, dilakukan setelah petikan jendangan:

1. Semua tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus

petik harus diambil, tunas yang melewati bidang petik tetapi belum

memenuhi rumus petik dibiarkan.

2. Tunas yang terlalu muda harus diambil.

3. Semua pucuk burung diambil.

4. Tunas cabang yang menyamping dan tingginya tidak lebih dari

bidang pangkas dibiarkan.

5. Petikan gandesan, dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan

cara memetik semua pucuk tanpa melihat rumus petik.

Periode                 Panen

Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan

pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh

dipetik dengan periode antar 6-12 hari. Teh hijau Jepang dipanen dengan

frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali.

Prakiraan             Produksi

Page 14: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

Produksi diharapkan mencapai 200 kg berat kering/ha/tahun.

f. Pascapanen

Waktu memetik teh, jangan menggenggam pucuk terlalu banyak. Pucuk hasil

petikan ditempatkan di dalam keranjang 10 kg yang digendong di atas punggung.

Waring (keranjang bambu) digunakan untuk menampung hasil petikan dengan

ukuran minimal 150 x 160 cm dengan daya muat 20 kg (maksimal 25 kg).

Tempatkan waring dalam keadaan terbuka dan tidak ditumpuk di tempat teduh (di

los).

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

4.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya teh pada lahan datar s/d 15 derajat dengan penanaman

baris tunggal lurus selama masa tanam 6 tahun dengan luas lahan 1 hektar di

daerah Jawa Barat tahun 1999.

Gambaran Peluang Agribisnis

Teh adalah minuman yang diminati oleh hampir setiap bangsa di dunia. Industri

perkebunan teh di Indonesia telah menghasilkan teh yang berkualitas ekspor.

Untuk lebih meningkatkan nilai tambah produk pertanian strategis ini, sebaiknya

industri teh didiversifikasi ke arah pembuatan produk teh.

Selama ini Indonesia hanya mengekpor teh saja, pengolahan teh untuk

mendapatkan citarasa tertentu dan pengemasannya dilakukan di luar negeri.

Dengan demikian, konsumen di luar negeri tidak mengetahui bahwa teh yang

mereka minum ditanam di Indonsia, Pendirian industri pengemasan teh siap

konsumsi merupakan alternatif yang menarik dalam agribisnis teh.

V. STANDAR PRODUKSI

5.1. Ruang Lingkup

Standar produksi ini: meliputi syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji,

penandaan.dan pengemasan.

5.2. Diskripsi

Teh adalah pucuk dan daun muda kering dari tanaman thea sinensis (L) sims yang

telah diolah. Standar mutu teh di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional

Indonesia SNI 01-3836-1995.

5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

Page 15: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

a) Air: maksimum 12%

b) Abu: maksimum 7%

c) Abu dapat larut dalam air: minimum 50% dari kadar abu

d) Ekstrak dalam air: minimum 33%

e) Theina: minimum 5%

f) Logam-logam berbahaya (Pb, Cu, Hg) dan arsen: tidak nyata

g) Bau, rasa, keadaan: normal

Adapun cara uji adalah:

1. Kadar Air

5-10 gram contoh (yang telah digerus dan dihaluskan) ditimbang dalam

sebuah botol timbang. Lalu keringkan pada 105 derajat C, didinginkan dan

timbang hingga bobotnya tetap

Kadar air=(pengurangan bobot bahan / berat gram contoh) x 100%

2. Abu

5-10 gram contoh (yang telah digerus dan dihaluskan) ditimbang dan

dicampurkan dengan air sampai menjadi bubur, tambahkan 1 ml asam

sulfat pekat, kemudian panaskan sampai kelebihan asamnya hilang.

Sesudah itu dipijar lalu didinginkan dan dibasahi lagi dengan 2-3 tetes

asam sulfat pekat dan dipijarkan lagi. Selam dipijar tambahkan beberapa

butir amonium karbonat untuk mempermudah pengabuan, dinginkan dan

timbang hingga bobotnya tetap.

Kadar abu=(bobot abu / berat gram contoh ) x 100%

3. Abu dapat larut dengan air

Abu yang terdapat dalam kadar abu diatas ditambah dengan air dan

dipanaskan diatas pemanas air, kemudian disaring dan dicuci dengan air

panas 2-3 kali. Kertas saring (berikut endapannya) dipijarkan dalam cawan

petri, lalu didinginkan dan ditimbang hingga bobotnya tetap.

Kadar abu larut dalam air=(pengurangan bobot masal abu / berat gram

contoh ) x 100%

4. Kadar kotoran (pasir, tanah, dsb)

5-10 gram contoh (yang telah dihaluskan) diabukan seperti keterangan

diatas tersebut, kemudian abu ditambah/dilarutkan dalam HCl encer (25%)

Page 16: Pengolahan Dan Jenis Mutu Teh

dan dipanaskan kedalam penangas air. Setelah selesai disaring dan dicuci

dengan air panas hingga tak bereaksi asam lagi, sisa saringan dipijar,

dinginkan ditimbang hingga bobotnya tetap.

Kadar abu=( bobot kotoran / berat gram contoh ) x 100%

5. Kadar ekstrak (sari)

Kertas saring bulat dikeringkan pada suhu 105 derajat C. Dinginkan dan

timbang. Masukan 5 gram contoh kedalam piala 1 liter tambahkan 750 ml

air didihkan selama 15 menit, saring dengan kertas saring lalu dinginkan

dan ditimbang. Sisa dalam piala ditambahkan lagi dengan 750 ml air dan

didihkan kemudian saring. Pekerjaan serupa diulangi sampai 4 kali. Pada

saringan terakhir dikumpulkan, kemudian dikeringkan pada suhu 105°,

didinginkan dan ditimbang hingga bobotnya tetap. Pengurangan bobot

bahan asal dikurangi kadar air adalah kadar ekstrak (sari).

5.4. Pengambilan Contoh

Menurut persetujuan pembeli dan penjual, contoh itu mewakili suatu tanding

(pertij). Jumlah tiap-tiap contoh sekurang-kurangnya 250 gram

5.5. Pengemasan

Pasar internasional memerlukan dua macam teh yaitu:

a) Teh hijau yang tidak difermentasi.

b) Teh hitam yang difermentasi.

Kedua jenis teh tersebut diekspor dalam bentuk daun (leaf) atau serbuk teh (dust).

Teh hijau dikemas dalam kemasan 3 kg baik untuk daun maupun serbuk teh.

VI. REFERENSI

6.1. Daftar Pustaka

a) M.Sultoni Arifin, Dr. dkk. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat

Penelitian Perkebunan Gambung. Bandung.

b) Rasjid Sukarja, Ir. 1983. Petunjuk Singkat Pengelolaan Kebun Teh. Badan

Pelaksana Protek Perkebunan Teh Rakyat dan Swasta Nasional. Bandung.

c) Trubus No. 346. 1998. Kebun Teh Jepang di Garut.