pengolahan dan jenis mutu teh
TRANSCRIPT
1. PENGOLAHAN DAN JENIS MUTU TEH
Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman the (Camellia sinensis L)
dari familia Theaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan
Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik
Rakyat Cina, India, dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik
dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun.
Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m tinggi. Di perkebunan-
perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi dengan
pemengkaan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun
dan agar diperoleh tunas-tunas dau teh yang cukup banyak.
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus
setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat
memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh
karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur, bebas
serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik,
memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah
tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas.
Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan ketinggian 200-
2.000 m di atas permukaan laut. Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman
teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi. Tanaman teh menghendaki
tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman tidak tahan terhadap
kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200 mm yang merata
sepanjang tahun.
Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik sekali
dengan selang 7 sampai 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman di masing-
masing daerah. Cara pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga
sangat menentukan mutu teh yang dihasilkannya. Dibedakan cara pemetikan halus
(fine plucking) dan cara pewmetikan kasar (coarse plucking). Pemetikan daun
hingga kini masih dilakukan oleh tenaga manusia, bahkan sebagian besar oleh
tenaga-tenaga wanita. Untuk menghasilkan teh mutu baik perlu dilakukan
pemetikan halus, yaitu: hanya memetik daun pucuk dan dua daun di bawahnya.
Ada pula yang melakukan pemetikan medium, dengan juga memetik bagian halus
dari daun ketiga di bawah daun pucuk. Pemetikan kasar sering pula dilakukan
bebewrapa perkebunan (rakyat), yaitu: pemetikan daun pucuk dengan tiga atau
lebih banyak daun di bawahnya, termasuk batangnya.
Perkebunan teh terpusat di dataran menengah dan tinggi di Pulau Jawa,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan. Pada tahun 1990
luas perkebunan teh di Indonesia 129.500 ha. Produksi teh pada tahun 1998
mencapai 136.109 ton. Klasifikasi botani tanaman teh adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatopyta
Sub : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Transtroemiaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis L.
Varietas utama adalah varietas China, Asam dan Cambodia. Klon anjuran
Balai Penelitian Perkebunan Gambung tahun 1878-1988 adalah Seri Gambung:
Gmb 1, Gmb 2, Gmb 3 dan Gmb 4. Varitas lain berasal dari Jepang yang ditanam
di perkebunan rakyat seperti di Kebun Teh hijau Jepang di Garut.
1. MANFAAT TANAMAN
Daun teh adalah bahan pembuat minuman teh yang populer di seluruh
penjuru dunia. Air teh yang kita minum mengandung kafein, teofilin, vitamin A,
B, C, zat yang tidak larut dalam air seperti serat, protein dan pati serta zat yang
larut di dalam air seperti gula, asam amino dan mineral. Jadi selain sebagai
minuman, teh juga mempunyai nilai gizi. Disamping itu teh juga bisa dijadikan
obat yaitu sebagai antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan
alkaloida.
Daun teh barbau khan aromatik , rasanya agak sepet . Mengenai uraian
makroskopiknya yaitu sebagai berikut:
1. Helai daun dapat dikatakan cukup tebal, kaku berbentuk sudip melebar sampai
sudip memanjang, panjangnya tidak lebih dari 5 cm, bertangkai panjang
2. Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda permukaan
bawahnya berambut sedang telah tua menjadi licin
3. Tepi daun bergerigi, agak tergulung ke bawah, berkelenjar yang khas dan
terbenam
Kandungan zat pada daunnya 1%-4% kofeine, 7%-15% tanin dan sedikit minyak
atsiri. Dalam penggunaan sebagai obat antidotum pada keracunan oleh logam-
logam berat dan alkaloida, petiklah kuncup daun berikut 2-3 helai dau
dibawahnya, digulung dan difermentasikan untuk kemudian diberikan pada
penderita.
4. SYARAT PERTUMBUHAN
1. Iklim
1. urah hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000 mm/tahun.
2. Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Tanaman teh tidak tahan
kekeringan.
3. Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25 derajat C.
4. Kelembaban udara kurang dari 70%.
2. Media Tanaman
1. Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan Latosol.
Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley
Humik, Litosol dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang
tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, gembur.
2. Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.
3. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2
daerh yaitu:(1) dataran rendah: sampai 800 m dpl; (2) dataran sedang: 800-
1.200 m dpl; dan (3) dataran tinggi: lebih dari 1.200 meter dpl. Perbedaan
ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.
3. Ketinggian Tempat
Tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m dpl sampai
di ketinggian lebih dari 1.000 m dpl.
5. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1. Pembibitan
Tanaman diperbanyak dengan biji atau stek daun. Dari segi produksi,
sebaiknya tanaman diperbanyak dengan stek daun.
Persyaratan Benih/Bibit
a. Persyaratan benih
Diambil dari kebun biji, berupa biji jatuhan, tidak terserang kepik biji dan
besar. Biji disimpan di dalam kaleng yang ditutup rapat dengan kelembaban 35-
38% dan segera disemaikan setelah dipungut.
1. Perkecambahan dalam badengan
1. Pasir setebal biji teh dihamparkan pada kotak papan 1 x 2 m.
2. Taburkan benih di atas hamparan pasir.
3. Hamparkan kembali pasir di atas benih.
4. Lakukan kembali langkah b dan c sampai didapat tumpukan pasir-
benih sebanyak 3 tumpuk.
5. Tutup bagian atas tumpukan dengan karung goni basah.
6. Naungi bedengan dengan daun kering.
7. Setelah 1 minggu, biji yang retak atau berkecambah ditanamkan
pada bedengan atau polibag.
c. Penanaman
1. Di Bedengan: tanah untuk persemaian di bedengan harus gembur dan
subur, jarak tanam kecambah teh 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm, kecambah
dibenamkan, ditimbun tanah dengan ketebalam 0,5-1 cm (setebal benih)
dan ditutupi dengan potongan daun guatemala, atau alang-alang. Bedengan
dinaungi dengan naungan individu.
2. Di polibag dengan ukuran 12 x 25 cm dengan media dan cara penanaman
yang sama. Setelah itu polibag berisi kecambah diletakkan di dalam
bedengan yang dinaungi.
3. Pemeliharaan meliputi penyemprotan fungisida Dithane M-45 0,2% dan
insektisida Demicron 0,2%. Penyiraman teratur agar tidak kekeringan,
pemupukan 2-3 bulan setelah tanam dengan pupuk daun Bayfolan 15
cc/10 liter.
4. Bibit di polibag dipindahtanamkan pada umur 10-12 bulan, bibit di
bedengan dipindahkan ke kebun pada umur 1 tahun (puteran) dan 2-3
tahun (stump).
Pembibitan Stek Daun
Stek ditanam di dalam polibag berisi media tanah. Polibag ini disusun di dalam
bedengan yang terletak di dalam naungan pembibitan.
- Bahan tanaman
1. Ranting stek diambil berumur 4-5 bulan setelah pangkas, mulai berkayu
dan berwarna coklat. Posisi ranting stek (stekres) tegak lurus (vertikal).
2. Stekres berasal dari induk yang ditanam di kebun induk (Multiplication
plant, MP).
3. Panjang tangkai stek 3-4 cm dipotong miring 45o ke arah luar dan
memiliki 1 helai daun.
4. Jumlah stek dari stekres antara 2-5 stek/stekres diambil dari batas pangkal
ranting yang berwarna coklat sampai daun ke tiga dari peko (pucuk/tunas
yang sedang tumbuh aktif).
5. Stek direndam di dalam larutan Dithane M-45 15-25 gram/liter selama 1-2
menit.
- Media stek
1. Struktur tanah gembur, sedikit berliat, pH 4,5-5,5, bebas nematoda dan
sisa akar/tanaman.
2. Diperlukan dua macam tanah: 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil)
untuk mengisi bagian bawah polibag ukuran 12×25 cm; 1/4-1/3 bagian
lapisan tanah bawah (sub soil) untuk mengisi bagian atas polibag.
Sebelumnya tanah disaring dengan saringan 1-2 cm.
3. Tanah difumigasi Dithane M-45 dengan dosis 300-400 gram/m3 tanah.
Dithane dicampur merata pada tanah saat dimasukkan ke polibag.
4. Jika pH tanah terlalu tinggi, keasaman ditingkatkan dengan tawa sebanyak
1/2-1 kg/m3 tanah bersama dengan pemberian Dithane M-45.
5. Pemupukan dasar
Hanya diberikan pada tanah lapisan atas: SP-36 dan KCl masing-
masing sebanyak 500 gram/m3 tanah.
1. Setengah bagian bawah polibag 12 x 25 cm diberi 5-6 lubang
dengan diameter 0,5-1 cm.
2. 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil) mengisi bagian bawah
polibag, 1/2-1/3 bagian lapisan tanah bawah (sub soil) mengisi
bagian atas. Tanah dalam kondisi kering angin.
3. Polibag disusun di dalam bedengan (1 m bedengan untuk 156-168
polibag).
4. Satu hari sebelum tanam, bedengan disiram air.
5. Buat lubang tanah 2-3 cm.
6. Tanamkan stek di lubang tanam dengan posisi daun tegak, searah
dan tidak saling tindih. Padatkan tanah di sekitar stek.
7. Siram bedengan dan tutupi dengan selimut plastik, ujungnya
ditimbun tanah sehingga membentuk parit.
8. Pelihara 3 bulan dalam kelembaban 90%.
6. Pengisian tanah ke polybag
7. Penanaman stek
8. Pembuatan naungan pembibitan
Ukuran naungan pembibitan adalah 3 x 2,5 m atau 4,5-2,5 m
dengan tinggi 2 m. Setengah bedengan terbuat dari bilik dan bagian
atasnya ditutup jarang dengan wide. Pasang reng bambu di bagian atas
bangunan ini dan tutup dengan rerumputan sehingga cahaya matahari yang
masuk sekitar 25% pada 3-4 bulan pertama. Lebar bedengan 90-100 cm,
tinggi 15 cm dan panjang sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan. Rangka
sungkup terbuat plastik dengan tinggi lengkungan 60-70 cm.
Pemeliharaan Pembibitan
1. Pengaturan intensitas matahari
2. 0-3 bulan: 25-30%, naungan tertutup seluruhnya.
3. 4-5 bulan: 30-40%, atap diperjarang.
4. 6-7 bulan: 50-75%, atap lebih diper jarang lagi.
5. 7-12 bulan: 90-100%, atap diperjarang.
6. > 1 tahun: 90-100%, atap terbuka sampai dibuka
7. Penyiraman dilakukan bila perlu.
1. Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan dengan pupuk
daun Bayfolan 15 cc/15 liter air atau larutan urea 10-20 gram/liter, 1-2
minggu sekali.
2. Pengendalian hama penyakit: Menutup sungkup segera bila ada serangan,
menyemprot Dihane M-45 atau Cobox pada dosis 0,1-0,2%.
3. Seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan.
2. Pengolahan Media Tanam
Persiapan
1. Persiapan lahan
Karena lahan baru merupakan konversi dari hutan, semak atau
lahan pertanian lain, maka perlu dilakukan survey dan pemetaan tanah
yang datanya akan menunjang pembuatan peta kebun dan
perlengkapannya, pembuatan fasilitas air dan juga jalan.
- Pembongkaran pohon dan tanggul
Pohon dibongkar sampai akarnya dengan menggunakan takel
berkekuatan 3-5 ton, atau dimatikan dulu dengan arborisida sebelum
dibongkar.
- Pembersihan lahan (babad) di musim kemarau
Dilakukan setelah pembongkaran selesai, sampah dibuang ke
tempat yang tidak ditanami teh dan jangan dibakar.
- Pembersihan gulma (nyasap) di musim kemarau
Tanah diolah dengan cangkul sedalam 5-10 cm untuk
membersihkan gulma.
2. Pengolahan tanah
1. Tanah dicangkul sedalam 60 cm sampai gembur dan biarkan 2-3
minggu.
2. Olah kembali sedalam 40 cm.
3. Lakukan pengukuran dan pematokan sehingga terbentuk petakan
20 x 20 m.
3. Pembuatan jalan
Lebar jalan kebun cukup 1 meter.
4. Pembuatan selokan drainase menurut kemiringan dan letak jalan kebun.
Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan terdiri atas lahan tempat tumbuh tanaman teh tua yang
populasinya masih cukup banyak 30-50%.
1. Pembongkaran pohon pelindung Pohon dibongkar bersama akarnya.
2. Pembongkaran tanaman teh tua
Untuk lahan yang landai dapat dilakukan dengan pencabutan dengan tekel,
tetapi jika kemiringan > 30% perdu dimatikan dengan bahan kimia
arborisida
3. Sanitasi lahan
Untuk menghindari penyakit cendawan akar yang berasal dari tanaman tua
dilakukan penanaman rumput Guatemala selama 2 tahun atau Fumigasi
dengan metil bromil sebanyak 0,25 kg/10 m2 lahan. Tutup lahan dengan
lembaran plastik dan alirkan fumigan, biarkan 2 minggu. Lahan
dikeringanginkan 2 minggu.
4. Pengolahan tanah
Untuk lahan yang perdu tehnya dicabut, lahan diolah dengan cara seperti
3.2.1., tetapi jika digunakan arborisda untuk mematikan perdu, tanah tidak
perlu diolah cukup diratakan.
3. Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanam
Sebelum dibuat lubang tanam, lahan diajir sesuai dengan jarak tanam yang
akan dipakai.
1. Datar s/d 15%: jarak tanam 120 x 90 cm; jumlah 9.260 pohon; penanaman
baris tunggal lurus
2. 15-30%: jarak tanam 120 x 75 cm; jumlah 11.110 pohon; penanaman baris
tunggal lurus
3. > 30%: jarak tanam 120 x 60 cm; jumlah 13.888 pohon; penanaman sesuai
kontur
4. Batas tertentu: jarak tanam 120 x 60 x 60 cm; jumlah 18.500 pohon;
penanaman baris berganda
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x40 cm untuk bibit asal stump biji
dan 20 x20 x20 cm untuk bibit asal stek
Cara Penanaman
1) Masukkan pupuk dasar ke dalam lubang yaitu 11 gram urea, 5 gram TSP dan
kg KCl.
2) Jika pH tanah > 6, masukkan belerang murni 10-15 gram.
3) Jika bibit berasal dari stump biji:
1) Bibit berumur 2 tahun, panjang akar 30 cm, tinggi batang 20 cm.
2) Stump ditanam tegak lurus, padatkan tanah di sekitar batang.
3) Ratakan tanah, jangan sampai terjadi cekungan di sekitar batang.
4) Jika bibit berasal dari stek:
1) Sobek polibag bagian bawah dan bagian sisi.
2) Tarik ujung polibag bawah ke bagian atas sehingga tanaman terbuka.
3) Masukkan ke dalam lubang tanam, timbun dan padatkan tanah di
sekeliling batang.
4) Polybag ditarik hati-hati melalui tajuk tanaman.
5) Ratakan tanah, jangan sampai terjadi cekungan di sekitar batang.
Tanaman pelindung sementara dan tetap sangat diperlukan jika teh
ditanam di dataran rendah. Tanaman pelindung sementara adalah Crotalaria
sp.dan Tephrosis sp. yang ditanam di antara 2 barisan tanaman teh. Penanaman
dilakukan dengan biji setelah teh ditanam.
Tanaman pelindung tetap ditanam jika pelindung sementara sudah tidak
bisa dipertahankan (2-3 tahun). Tanaman pelindung tetap ditanam 1 tahun
sebelum teh ditanam berupa Albizia falcata, A. sumatrana, A. procera, A.
chinensis, Leucaena glabrata, L. glauca, Erythrina subumbrans, Gliricida
maculata, Acacia decurens.
4. Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman mati diganti tanaman baru dengan bibit yang sama, penyulaman
dimulai dua minggu setelah tanam sampai dua bulan menjelang kemarau. Bibit
sulaman yang diperlukan pada tahun pertama adalah 10% dan tahun kedua 5%.
Pada tahun ke tiga, tanaman teh mulai menghasilkan (Tanaman
Menghasilkan/TM).
Pembubunan
Pohon pelindung berfungsi sebagai sumber pupuk hijau, pangkasan daunnya
dihamparkan di antara tanaman teh. Mulsa diberikan pula melalui penanaman
rumput Guatemala. Tanaman pelindung sementara dipertahankan sampai tanaman
teh berumur 2 tahun.
Hama
1. Helopeltis antonii
Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan ranting muda.
Bagian yang diserang berbercak coklat kehitaman dan mengering. Serangan pada
ranting dapat menyebabkan kanker cabang. Pengendalian: pemetikan dengan daur
petik 7 hari, pemupukan berimbang, sanitasi, mekanis, predator Hierodula dan
Tenodera, Insektisida nthio 330 EC, Carbavin 85 WP, Mitac 200 EC.
2. Ulat jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria)
Ulat berwarna hitam atau coklat bergaris putih, menyerang daun muda, pucuk dan
daun tua, serangan dapat di kebun atau persemaian. Daun yang diserang
bergigi/berlubang. Pengendalian: membersihkan serasah dan gulma, pemupukan
berimbang dan insektisida Lannate 35 WP, Lannate L.
3. Ulat penggulung daun (Homona aoffearia)
Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan tua. Daun tergulung dan
terlipat. Pengendalian: cara mekanis, melepas musuh hayati seperti Macrocentrus
homonae, Elasmus homonae, insektisida Ripcord 5 EC.
4. Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma)
Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk teh. Pengendalian: cara
mekanis, hayati dengan melepas musuh alami Apanteles dan insektisida Bayrusil
250 EC, Dicarbam 85 S, Sevin 85S.
5. Ulat api (Setora nitens, Parasa lepida, Thosea)
Ulat berbulu menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi berlubang.
Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas parasit dan insektisida
Ripcord 5 EC dan Lannate L.
6. Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis)
Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh tua di bagian permukaan
bawah. Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau membentuk koloni di
pangkal daun, Lalu serangan menuju ujung daun, daun mengering dan rontok.
Pengendalian: (1) cara mekanis, pengendalian gulma, pemupukan berimbang,
predator Amblyseius, (2) insektisda Dicofan 460 EC, Gusadrin 150 WSC,
Kelthane 200 EC, Omite 570 EC.
Penyakit
1. Cacar teh
Penyebab: jamurExobasidium vexans. Menyerang daun dan ranting muda. Gejala:
bintik-bintik kecil tembus cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut
pusat bercak menjadi coklat dan terlepas sehingga daun bolong. Pengendalian:
mengurangi pohon pelindung, pemangkasan sejajar permukaan tanah, pemetikan
dengan daur pendek (9 hari), penanaman klon tanah cacar PS 1, RB 1, Gmb1,
Gmb 2, Gmb 3, Gmb 4, Gmb 5, fungisida.
2. Busuk daun
Penyebab: jamur Cylindrocladum scoparium. Gejala: daun induk berbercak coklat
dimulai dari ujung/ketiak daun, daun rontok, setek akan mati. Pengendalian:
mencelupkan stek ke dalam fungisida. Jika persemaian terserang semprotkan
benomyl 0,2%.
3. Mati ujung pada bidang petik
Penyebab: jamurPestalotia tehae. Sering menyerang klon TRI 2024. Gejala: bekas
petikan berbercak coklat dan meluas ke bawah dan mengering, pucuk baru tidak
terbentuk. Pengendalian: pemupukan tepat waktu, pemetikan tidak terlalu berat,
fungisida yang mengandung tembaga.
1. Penyakit akar merah anggur
Di dataran rendah 900 meter dpl terutama tanah Latosol. Penularan melalui
kontak akar. Penyebab: jamur Ganoderma pseudoferreum. Gejala: tanaman
menguning, layu, mati. Pengendalian: membongkar dan membakar teh yang sakit,
menggali selokan sedalam 60-100 cm di sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil
bromida atau Vapam.
1. Penyakit akar merah bata
Penyebab: jamur Proria hypolatertia.
Di dataran tinggi 1.000-1.500 meter dpl. Ditularkan melalui kontak akar, Gejala:
sama dengan penyakit akar merah anggur. Pengendalian: sama dengan penyakit
akar merah anggur.
1. Penyakit akar hitam
Penyebab: jamur Rosellinia arcuata di daerah 1.500 meter dpl dan R. bunodes di
daerah 1.000 meter dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan tanaman mati,
terdapat benang hitam di bagian akar, di permukaan kayu akar terdapat benang
putih (R. arcuata) atau hitam (R. bunodes). Pengendalian: sama dengan penyakit
akar umumnya.
1. Jamur akar coklat jamur kanker belah, jamur leher akar, jamur busuk akar ,
jamur akar hitam. Menyerang akar, pengendalian: sama dengan penyakit
akar umumnya.
Gulma
1. Pengendalian gulma di areal TBM:
1. Cara mekanis, dengan mencabut gulma, memotong gulma di
permukaan dan di bawah tanah.
2. Cara kimia, menggunakan herbisida pra tumbuh Goal 2E (1-2
L/ha), Caragard 70 WP (2-3 kg/ha), Simazine (2-3 kg/ha), Sencor
70 WP (0,5-1,0 kg/ha).
3. Pengendalian gulma di areal TM:
1. Melaksanakan kultur teknis dengan tepat, pemetikan rata
agar tajuk menutup tanah, penyulaman intensif dan
pemulsaan.
2. Cara mekanis.
3. Cara kimia dengan herbisida pra tumbuh seperti Karmex 70
WP (1-1,5 kg/ha), Nitrox 70 WP (1-1,5 kg/ha), Caragard 80
WP (2-3 kg/ha) atau Goal 2E (1-2 L/ha).
5. Panen
Ciri dan Umur Panen
Pada tanaman teh, panen berarti memetik pucuk/daun teh muda yang berkualitas
dalam jumlah sebesar-besarnya dengan memperhatikan kestabilan produksi dan
kesehatan tanaman. Tanaman memasuki saat dipetik setelah berumur 3
tahun. Daun yang dipetik adalah:
1. Peko: Pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif
2. Burung: Pucuk/tunas yang sedang istirahat
3. Kepel: Daun kecil yang terletak di ketiak daun tempat ranting tumbuh.
Cara Panen
Terdapat tiga macam petikan teh, yaitu:
1. Petikan jendangan, petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk
bidang petik agar datar dan rata.
2. Petikan produksi, dilakukan setelah petikan jendangan:
1. Semua tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus
petik harus diambil, tunas yang melewati bidang petik tetapi belum
memenuhi rumus petik dibiarkan.
2. Tunas yang terlalu muda harus diambil.
3. Semua pucuk burung diambil.
4. Tunas cabang yang menyamping dan tingginya tidak lebih dari
bidang pangkas dibiarkan.
5. Petikan gandesan, dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan
cara memetik semua pucuk tanpa melihat rumus petik.
Periode Panen
Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan
pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh
dipetik dengan periode antar 6-12 hari. Teh hijau Jepang dipanen dengan
frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali.
Prakiraan Produksi
Produksi diharapkan mencapai 200 kg berat kering/ha/tahun.
f. Pascapanen
Waktu memetik teh, jangan menggenggam pucuk terlalu banyak. Pucuk hasil
petikan ditempatkan di dalam keranjang 10 kg yang digendong di atas punggung.
Waring (keranjang bambu) digunakan untuk menampung hasil petikan dengan
ukuran minimal 150 x 160 cm dengan daya muat 20 kg (maksimal 25 kg).
Tempatkan waring dalam keadaan terbuka dan tidak ditumpuk di tempat teduh (di
los).
IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya teh pada lahan datar s/d 15 derajat dengan penanaman
baris tunggal lurus selama masa tanam 6 tahun dengan luas lahan 1 hektar di
daerah Jawa Barat tahun 1999.
Gambaran Peluang Agribisnis
Teh adalah minuman yang diminati oleh hampir setiap bangsa di dunia. Industri
perkebunan teh di Indonesia telah menghasilkan teh yang berkualitas ekspor.
Untuk lebih meningkatkan nilai tambah produk pertanian strategis ini, sebaiknya
industri teh didiversifikasi ke arah pembuatan produk teh.
Selama ini Indonesia hanya mengekpor teh saja, pengolahan teh untuk
mendapatkan citarasa tertentu dan pengemasannya dilakukan di luar negeri.
Dengan demikian, konsumen di luar negeri tidak mengetahui bahwa teh yang
mereka minum ditanam di Indonsia, Pendirian industri pengemasan teh siap
konsumsi merupakan alternatif yang menarik dalam agribisnis teh.
V. STANDAR PRODUKSI
5.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini: meliputi syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji,
penandaan.dan pengemasan.
5.2. Diskripsi
Teh adalah pucuk dan daun muda kering dari tanaman thea sinensis (L) sims yang
telah diolah. Standar mutu teh di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional
Indonesia SNI 01-3836-1995.
5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
a) Air: maksimum 12%
b) Abu: maksimum 7%
c) Abu dapat larut dalam air: minimum 50% dari kadar abu
d) Ekstrak dalam air: minimum 33%
e) Theina: minimum 5%
f) Logam-logam berbahaya (Pb, Cu, Hg) dan arsen: tidak nyata
g) Bau, rasa, keadaan: normal
Adapun cara uji adalah:
1. Kadar Air
5-10 gram contoh (yang telah digerus dan dihaluskan) ditimbang dalam
sebuah botol timbang. Lalu keringkan pada 105 derajat C, didinginkan dan
timbang hingga bobotnya tetap
Kadar air=(pengurangan bobot bahan / berat gram contoh) x 100%
2. Abu
5-10 gram contoh (yang telah digerus dan dihaluskan) ditimbang dan
dicampurkan dengan air sampai menjadi bubur, tambahkan 1 ml asam
sulfat pekat, kemudian panaskan sampai kelebihan asamnya hilang.
Sesudah itu dipijar lalu didinginkan dan dibasahi lagi dengan 2-3 tetes
asam sulfat pekat dan dipijarkan lagi. Selam dipijar tambahkan beberapa
butir amonium karbonat untuk mempermudah pengabuan, dinginkan dan
timbang hingga bobotnya tetap.
Kadar abu=(bobot abu / berat gram contoh ) x 100%
3. Abu dapat larut dengan air
Abu yang terdapat dalam kadar abu diatas ditambah dengan air dan
dipanaskan diatas pemanas air, kemudian disaring dan dicuci dengan air
panas 2-3 kali. Kertas saring (berikut endapannya) dipijarkan dalam cawan
petri, lalu didinginkan dan ditimbang hingga bobotnya tetap.
Kadar abu larut dalam air=(pengurangan bobot masal abu / berat gram
contoh ) x 100%
4. Kadar kotoran (pasir, tanah, dsb)
5-10 gram contoh (yang telah dihaluskan) diabukan seperti keterangan
diatas tersebut, kemudian abu ditambah/dilarutkan dalam HCl encer (25%)
dan dipanaskan kedalam penangas air. Setelah selesai disaring dan dicuci
dengan air panas hingga tak bereaksi asam lagi, sisa saringan dipijar,
dinginkan ditimbang hingga bobotnya tetap.
Kadar abu=( bobot kotoran / berat gram contoh ) x 100%
5. Kadar ekstrak (sari)
Kertas saring bulat dikeringkan pada suhu 105 derajat C. Dinginkan dan
timbang. Masukan 5 gram contoh kedalam piala 1 liter tambahkan 750 ml
air didihkan selama 15 menit, saring dengan kertas saring lalu dinginkan
dan ditimbang. Sisa dalam piala ditambahkan lagi dengan 750 ml air dan
didihkan kemudian saring. Pekerjaan serupa diulangi sampai 4 kali. Pada
saringan terakhir dikumpulkan, kemudian dikeringkan pada suhu 105°,
didinginkan dan ditimbang hingga bobotnya tetap. Pengurangan bobot
bahan asal dikurangi kadar air adalah kadar ekstrak (sari).
5.4. Pengambilan Contoh
Menurut persetujuan pembeli dan penjual, contoh itu mewakili suatu tanding
(pertij). Jumlah tiap-tiap contoh sekurang-kurangnya 250 gram
5.5. Pengemasan
Pasar internasional memerlukan dua macam teh yaitu:
a) Teh hijau yang tidak difermentasi.
b) Teh hitam yang difermentasi.
Kedua jenis teh tersebut diekspor dalam bentuk daun (leaf) atau serbuk teh (dust).
Teh hijau dikemas dalam kemasan 3 kg baik untuk daun maupun serbuk teh.
VI. REFERENSI
6.1. Daftar Pustaka
a) M.Sultoni Arifin, Dr. dkk. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat
Penelitian Perkebunan Gambung. Bandung.
b) Rasjid Sukarja, Ir. 1983. Petunjuk Singkat Pengelolaan Kebun Teh. Badan
Pelaksana Protek Perkebunan Teh Rakyat dan Swasta Nasional. Bandung.
c) Trubus No. 346. 1998. Kebun Teh Jepang di Garut.