pengobatan industrial dan rehabilitasi muskuloskeletal akut
DESCRIPTION
jurnal rehabilitasi medikTRANSCRIPT
PENGOBATAN INDUSTRIAL DAN REHABILITASI MUSKULOSKELETAL
AKUT
Pengobatan Industrial dan Rehabilitasi Muskuloskeletal Akut. 3. Kondisi
Muskuloskeletal Berkaitan Dengan Pekerjaan: Aturan Untuk Terapi Fisik,
Terapi Okupasional, Bebat, dan Modalitas Lain
Patrick M. Foye, MD, William J. Sullivan, MD, Aaron W. Sable, MD, Andre
Panagos, MD, Joseph P. Zuhosky, MD, Robert W. Irwin, MD
ABSTRACT. Foye PM, Sullivan WJ, Sable AW, Panagos A, Zuhosky JP,
Irwin RW. Pengobatan Industrial dan Rehabilitasi Muskuloskeletal Akut. 3.
Kondisi Muskuloskeletal Berkaitan Dengan Pekerjaan: Aturan Untuk Terapi
Fisik, Terapi Okupasional, Bebat, dan Modalitas Lain. Arch Phys Med Rehabil
2007; 88(3 Suppl 1):S14-7.
Bab ini membahas tentang penggunaan beberapa modalitas, latihan
pengobatan dan alat orthotik pada pengobatan epikondilitis lateral, sindrom
terowongan karpal, fascitis plantaris, nyeri leher, dan nyeri punggung bawah.
Bagian ini merupakan suatu panduan pembelajaran pengobatan industrial dan
rehabilitasi muskuloskeletal akut dalam program pendidikan fisik mandiri untuk
praktisi dan pelatih pada pengobatan fisik dan rehabilitasi.
Tujuan artikel secara keseluruhan: Meninjau ulang literatur medis yang
akan membantu klinisi dalam memilih modalitas, latihan pengobatan, dan alat
orthotik untuk mengobati penyakit pada ekstremitas atas dan bawah yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Kata Kunci: Sindrom terowongan karpal; Terapi latihan; Nyeri punggung
bawah; Alat Orthotik; Teknik terapi fisik; Rehabilitasi; Epikondilitis lateral.
© 2007 by the American Academy of Physical Medicine and Rehabilitation
1
2
3.1. Aktivitas Klinis: Menilai efektifitas dari modalitas dan bebat sebagai
panduan pengobatan untuk pekerja gudang yang berumur 40 tahun dengan
nyeri tumit plantar
Tinjauan yang dilakukan oleh COCHRANE1 pada tahun 2003 meneliti tentang
efektifitas berbagai macam pengobatan untuk nyeri tumit plantar. Sembilan belas
penelitian uji coba secara acak yang melibatkan 1626 sampel memenuhi kriteria
inklusi untuk dianalisis. Secara umum kualitas penelitian masih buruk dan data
yang dikumpulkan dari berbagai macam penelitian itu tidak bisa dikumpulkan.
Seluruh penelitian mengukur nyeri pada tumit sebagai hasil utamanya. Peninjau
menemukan bukti terbatas bahwa latihan peregangan dan pemakain alas tumit
mempunyai efek yang lebih baik dari penggunaan alat orthotik secara khusus
untuk orang yang berdiri selama bahkan lebih dari 8 jam sehari. Ada beberapa
bukti yang menyatakan bahwa alat orthotik tidak seefektif injeksi kortikosteroid.
Bukti alin menyatakan efektifitas kortikosteroid yang dimasukan secara
iontophoresis masih terbatas. Sementara itu, bukti yang menyatakan efektifitas
extra corporeal shock wave therapy (ECWST) energi rendah untuk mengurangi
nyeri jangka pendek (6-12 minggu) masih belum jelas. Lalu, Tidak ada bukti yang
mendukung tentang efektifitas dari ultrasound, terapi laser intensitas rendah, atau
penggunaan sol yang dilapisi magnet. Namun, ada bukti terbatas yang
menyatakan dorsofleksi kaki menggunakan bebat saat malam hari dapat
mengurangi rasa nyeri pada orang yang mengalami nyeri plantar kronik (>6
bulan). Secara keseluruhan, peninjauan menyimpulkan bahwa masih dibutuhkan
penelitian yang lebih lanjut, dengan desain penelitian lebih baik, dan uji coba
acak.
Sejak tahun 2003 semenjak tinjauan Cochrane, ada penelitian terbaru,
prospektif, dan acak2 yang menilai tentang efektifitas antara 2 program
peregangan yang berbeda tipenya pada 101 pasien dengan fascitis plantaris kronik
(setidaknya 10 bulan). Penelitian ini membandingkan program latihan peregangan
tanpa beban khusus untuk plantar fascia dengan program latihan peregangan
dengan beban untuk tendon Achilles. Mereka menyimpulkan program peregangan
tanpa beban mempunyai hasil yang lebih baik dari segi penghilang nyeri,
3
fleksibilitas, dan kepuasan pasien. Peneliti juga menyatakan seluruh pasien yang
menggunakan alas kaki yang lembut dan mengonsumsi obat anti inflamasi non
steroid (AINS) jika dikombinasi dengan program peregangan tanpa beban
merupakan pengobatan tanpa pembedahan yang sangat membantu untuk
menghilangkan rasa nyeri pada pasien-pasien dengan nyeri kronik.2
3.2. Aktivitas klinis: Mengevaluasi penggunaan orthotik servikal (“collars”)
dan modalitas lain pada pekerja departemen transportasi dengan nyeri leher
akibat kecelakaan mobil.
Alat orthotik servikal yang lembut sering diresepkan untuk pasien dengan
salah urat pada leher, namun beberapa penelitan terbaru mempertanyakan
tindakan ini. Crawford dkk3 melakukan penelitian prospektif dengan sampelnya
adalah 108 pasien yang mengalami cedera jaringan lunak servikal akibat
kecelakaan mobil. Pasien dipilih secara acak untuk masuk ke program mobilisasi
dini menggunakan panduan latihan atau menggunakan alat orthotik servikal yang
lembut selama 3 minggu dan diikuti dengan program mobilisasi yang sama. Dari
uji coba tersebut tidak didapatkan perbedaan hasil dari kedua kelompok tersebut
dari segi menghilangkan rasa sakit, keleluasaan gerakan, dan aktivitas sehari-hari
pada waktu pemeriksaan yang sama (3, 12, dan 52 minggu). Pasien yang
menggunakan collar mempunyai waktu yang lebih lama untuk bekerja dari pasien
yang hanya menggunakan metode mobilisasi dini (34 hari berbanding 17 harim
P<,05). Secara keseluruhan, penggunan collar tidak menguntungkan dan
menyebabkan waktu pemulihan yang lama.3 Penelitian ini sejalan dengan yang
dilakukan Gennis dkk4 yang menyatakan bahwa collar tidak mengubah durasi
ataupun derajat nyeri yang persisten.
Pada tahun 2001, panel Philadelphia yang mengevaluasi bukti berdasarkan
panduan praktis klinis intervensi rehabilitasi yang terpilih untuk nyeri leher5
menganalisa uji coba acak terkontrol dan penelitan observasional yang berkaitan
dengan nyeri leher. Panel ini menggunakan metode yang sama dengan Cochrane
yaitu, pencarian literatur dengan pendekatan sistematis, menyeleksi penelitian,
menyimpulkan dan memadukan data. Panel ini menyatakan bahwa latihan
4
pengobatan termasuk latihan pengobatan tradisional dan propioseptik merupakan
intervensi yang memberikan keuntungan yaitu, hilangnya nyeri, meningkatnya
fungsi tubuh, dan kondisi pasien secara keseluruhan dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Sementara itu, masih sedikit bukti tentang efektifitas terapi
panas, pijat, elektromiografi, traksi servikal, ultrasound, stimulasi listrik, dan
kombinasi intervensi rehabilitasi untuk nyeri leher yang akut maupun kronik.5
3.3. Aktifitas Klinis: Untuk meninjau ulang penggunaan bebat counterforce
(tali pengikat lengan bawah), modalitas-modalitas dan latihan pada kasus
seorang sekretaris dengan epikondilitis lateral.
Bebat counterforce sering diresepkan untuk pasien dengan epikondilitis
lateral. Bebat ini adalah suatu tali pengikat yang tidak elastis yang melengkung
untuk menyangga bentuk kerucut dari lengan bawah. Orthosis ini menurunkan
tegangan pada otot-otot intrinsik pada area sensitif seperti origo dari otot extensor
pergelangan tangan pada epikondilus lateral. Nirschl6 menunjukkan perbaikan dari
ekstensi pergelangan tangan dan kekuatan genggaman dengan bebat counterforce.
Tetapi, beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada keuntungan yang
didapat dari penggunaan alat bebat tersebut. Wuori dkk7 membandingkan 50
pasien yang menggunakan dua jenis bebat yang tersedia secara bebas versus
sebuah tali pengikat plasebo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam mengurangi nyeri pada saat menggenggam.
Suatu jaringan kedokteran kerja nasional yang menaungi sekitar 7% pekerja di
US baru-baru ini melakukan suatu penelitian retrospektif yang menilai efektifitas
penggunaan bebat untuk epikondilitis. Dari 4000 pasien, ternyata pasien yang
menggunakan bebat mengalami tingkat keterbatasan kerja yang lebih tinggi,
kunjungan dokter yang lebih sering, biaya yang lebih besar dan durasi pengobatan
yang lebih lama dibandingkan pasien yang tidak diterapi dengan bebat. Regresi
logistik digunakan untuk meminimalkan variabel perancu apakah kasus yang
lebih parah cenderung menggunakan bebat. Keterbatasan penelitian ini ialah tidak
adanya standar mengenai sisi untuk penggunaan bebat (lengan bawah vs
5
pergelangan tangan), tipe bebat yang digunakan ataupun jenis epikondilitis yang
terjadi (medial vs lateral).8
Svernlov dan Adolfson9 meneliti 38 pasien dengan epikondilitis lateral yang
secara acak dibagi menjadi dua kelompok pengobatan: suatu kelompok dengan
program peregangan relaksasi dan kelompok lainnya dengan program latihan
gerakan eksentrik isotonis. Berkurangnya rasa nyeri dan meningkatnya kekuatan
genggaman terlihat lebih banyak pada kelompok yang menjalani latihan gerakan
eksentrik (71%) dibandingkan dengan kelompok latihan peregangan (39%)
dengan nilai p = 0,09. Program latihan gerakan eksentrik terlihat lebih efektif
untuk mengurangi gejala-gejala pada mayoritas pasien, dengan mengabaikan
lamanya gejala dan unggulnya latihan peregangan konvensional.9
Suatu tinjauan sistematik dan meta analisis yang dilakukan oleh Bisset dkk10
meneliti 76 uji acak klinis mengenai modalitas-modalitas fisik untuk
epikondilalgia lateral. Mereka menemukan kurangnya bukti mengenai keuntungan
jangka panjang dari intervensi fisik pada umumnya. Bukti menunjukkan bahwa
ECSWT tidak bermanfaat. Sementara itu, sebuah tinjauan Cochrane mengenai
percobaan ECSWT menujukkan hasil yang masih membingungkan.11
Haahr dan Andersen12 melakukan sebuah penelitian kohort terhadap 266 kasus
epikondilitis lateral dan menemukan setelah diikuti selama 1 tahun bahwa 83%
kasus menunjukkan perbaikan yang bermakna. Kasus yang tidak mengalami
perbaikan dikaitkan dengan ketenagakerjaan pada pekerjaan manual, tingginya
regangan fisik saat bekerja dan tingginya ambang nyeri. Penelitian lain13,14
memiliki temuan yang sama bahwa prognosis yang buruk diberikan pada pasien
dengan gejala-gejala neuropati, keyboarding atau tingginya pengulangan kerja
yang monoton. Temuan-temuan ini mengartikan bahwa seorang physiatris harus
lebih fokus mengenai modifikasi-modifikasi tempat kerja agar mengurangi
kebutuhan fisik selama fase penyembuhan dari epikondilitis lateral.
6
3.4 Aktifitas Klinis: Untuk meninjau ulang penggunaan bebat, modalitas-
modalitas, dan latihan pada seorang pekerja manufaktur dengan sindrom
terowongan karpal.
Sebuah tinjauan yang dilakukan oleh Cochrane15 mengenai intervensi
nonbedah untuk sindrom terowongan karpal menunjukkan bukti yang cukup
mengenai keuntungan jangka pendek dari penggunaan streroid oral; bukti yang
terbatas dari keuntungan jangka pendek bebat, ultrasound, yoga dan mobilisasi
tulang karpal; dan tidak ada bukti yang jelas mengenai pengobatan nonbedah
lainnya. Dari hal-hal ini, steroid oral adalah jenis pengobatan yang sederhana,
tidak mahal tetapi efek samping yang ditimbulkan harus diperhatikan secara
serius.
Werner dkk16 menemukan bahwa pekerja dengan gejala-gejala sindrom
terowongan karpal yang menetap mengalami perbaikan dengan penggunaan bebat
pada malam hari selama 6 minggu dan setelah dilakukan pemantauan selama 1
tahun, perbaikan tersebut masih terus terbukti. Ketidaknyamanan pada tangan
yang dialami oleh kelompok yang menggunakan bebat mengalami perbaikan
terlepas dari tingkat kerusakan saraf medianusnya, sedangkan kelompok kontrol
menunjukkan perbaikan hanya pada subjek-subjek yang dengan fungsi saraf
medianus normal. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan bebat pada malam hari
dalam jangka waktu singkat dapat mengurangi ketidaknyamanan pada
pergelangan tangan, tangan dan jari-jari tangan pada pekerja aktif dengan gejala-
gejala sindrom terowongan karpal.16
Walker dkk17 menemukan bahwa pasien dengan sindrom terowongan karpal
yang diinstruksikan untuk menggunakan bebat netral sepanjang hari mengalami
perbaikan dari sistem sensoris distal dan sistem motorik superior yang lebih
signifikan dibandingkan pasien yang menggunakan bebat pada malam hari saja.
Fungsi dan tingkat keparahan gejala juga mengalami perbaikan. Walker17
menyimpulkan bahwa bebat netral pada pergelangan tangan lebih efektif untuk
pasien dengan sindrom terowongan karpal terutama ketika dipakai sesering
mungkin.
7
3.5 Aktifitas Klinis: Untuk mengedukasi seorang perawat mengenai
penggunaan penyangga lumbosakral dan latihan dasar untuk seorang
pekerja dengan nyeri punggung bawah.
Suatu tinjauan yang dilakukan oleh Cochrane18 baru-baru ini secara sistematis
menguji 5 uji pencegahan acak, 2 uji pencegahan nonacak, dan 6 uji pengobatan
acak. Hanya 4 dari 13 uji yang berkualitas baik. Terdapat bukti yang cukup bahwa
penggunaan penyangga lumbosakral tidak efektif sebagai pencegahan primer dari
nyeri punggung bawah. Tidak ada bukti yang mendukung bahwa penggunaan
penyangga lumbosakral ini bermanfaat sebagai pencegahan sekunder dari nyeri
punggung bawah. Terdapat bukti yang terbatas bahwa penggunaan penyangga
lumbosakral lebih efektif dibandingkan dengan tanpa adanya pengobatan, tetapi
masih belum jelas apakah penyangga lumbosakral ini lebih efektif dibandingkan
dengan pengobatan nyeri punggung bawah lainnya. Oleh karena itu, terdapat
suatu hal esensial yang perlu dibahas pada suatu uji di masa depan mengenai
penggunaan alat penyangga lumbosakral.18
Petersen dkk19 melakukan sebuh uji acak klinis dengan periode pemantauan
selama 8 bulan pada 260 pasien dengan nyeri punggung bawah yang telah diderita
selama 8 minggu. Suatu subgrup diterapi dengan metode McKenzie dan subgrup
lainnya diterapi dengan latihan penguatan intensif dinamis. Periode pengobatan
tersebut berlangsung selama 8 minggu, diikuti dengan latihan sendiri di rumah
selama 2 bulan. Petersen menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam hal pengurangan nyeri dan disabilitas. Petersen19 menyimpulkan bahwa
metode McKenzie dan latihan penguatan intensif dinamis merupakan pengobatan
yang sama efektifnya untuk mengobati nyeri punggung bawah subakut ataupun
kronik.
Dalam suatu studi mengenai latihan spesifik untuk pasien nyeri punggung
bawah, 312 pasien mengalami penilaian mekanik terstandarisasi yang
mengelompokkan mereka berdasarkan respon nyeri, yang secara spesifik
menimbulkan “directional preference”. Directional preference pasien
diidentifikasi dan kemudian didefinisikan sebagai suatu perbaikan nyeri yang
terjadi secara segera dan berlangsung lama melalui pengulangan tes fleksi dan
8
ekstensi lumbal serta tes rotasi dan gerakan yang luas. Pasien diacak ke dalam 10
macam latihan langsung yang cocok dengan directional preference mereka,
bertolak belakang ataupun nondireksional terhadap directional preference mereka.
Hasil yang diukur meliputi intensitas nyeri, lokasi, disabilitas, penggunaan
pengobatan, tingkat penyembuhan, depresi dan gangguan kerja.
Hasil menunjukkan bahwa sebuah directional preference ini timbul pada 74%
pasien (230 subjek). Sepertiga dari pasien diobati dengan latihan yang berlawanan
dan sepertiga subjek diobati dengan latihan tidak langsung dalam 2 minggu
karena tidak ada perbaikan ataupun perburukan gejala. Tidak ada subjek yang
mana latihannya cocok dengan directional preference mereka. Perbaikan yang
signifikan terjadi pada subjek yang melakukan latihan yang cocok dengan
directional preference nya. dibandingkan dengan kedua grup pengobatan lainnya
terkait setiap hasil yang diukur (P <0,01), termasuk penurunan 3 kali lipat dari
penggunaan obat-obatan. Mereka menyimpulkan bahwa penilaian mekanis
terstandarisasi mengidentifikasi sebuah subgrup besar pada pasien nyeri punggung
bawah dengan directional preference. Tanpa memperhatikan directional
preference tiap subjek , latihan yang cocok dengan directional preference mereka
secara signifikan dan secara cepat dapat menurunkan nyeri dan penggunaan obat-
obatan serta perbaikan dari segala aspek hasil yang diukur. Hasil menunjukkan
bahwa latihan pengobatan yang secara spesifik lebih efektif dibandingkan dengan
latihan yang nonspesifik. Hal ini menjelaskan bahwa kurangnya laporan
sebelumnya mengenai efisiensi latihan dan terapi fisik untuk pengobatan nyeri
punggung bawah.
3.6 Aktivitas Edukasi: Mengkritisi literatur yang berkaitan dengan
modalitas dan latihan yang digunakan sebagai pengobatan untuk tendinosis
Achilles pada pekerja pemotong kayu yang berusia 45 tahun.
Peninjauan Cochrane menemukan 9 penelitian uji coba untuk tendinosis
Achilles (N=697) yang memenuhi kriteria inklusi.21 Mereka menemukan bukti
yang lemah mengenai keuntungan penggunaan AINS dan kerugian dari pemakain
alas kaki, terapi laser topikal, injeksi heparin, atau injeksi steroid peritendinosus.
9
Menariknya, terapi panas, dingin, dan ultrasound adalah terapi yang
menguntungkan untuk tendinosis Achilles¸ tapi mereka menggunakan desain
penelitian yang sangat jarang dilakukan.
Latihan angkat beban secara eksentris untuk tendon Achilles melalui latihan
otot betis merupakan pengobatan yang paling didukung untuk tendinosis Achilles
karena dapat mereduksi ketebalan tendon Achilles yang abnormal, mengurangi
nyeri, mengembalikan bentuk tendon yang normal,22 dan mengurangi
neovaskularisasi yang abnormal dari tendon.23 Penelitian prospektif dari 15 pasien
yang mengalami tendinosis Achilles kronis yang menggunakan terapi ini
menunjukkan kesembuhan total sampai ke level fungsi tubuh sebelum terjadi
cedera, termasuk kemampuan berlari, hal ini berbanding terbalik dengan
kelompok kontrol yang mengalami nyeri persisten dan menjalani operasi.24
10
Daftar Pustaka
1. *Crawford F, Thomson C. Interventions for treating plantar heel pain.
Cochrane Database Syst Rev 2003;(3):CD000416.
2. DiGiovanni BF, Nawoczenski DA, Lintal ME, et al. Tissuespecific plantar
fascia-stretching exercise enhances outcomes in patients with chronic heel
pain: a prospective, randomized study. J Bone Joint Surg Am
2003;85:1270-7.
3. Crawford JR, Khan RJ, Varley GW. Early management and outcome
following soft tissue injuries of the neck: a randomised controlled trial.
Injury 2004;35:891-5.
4. Gennis P, Miller L, Gallagher EJ, Giglio, Carter W, Nathanson N. The
effect of soft cervical collars on persistent neck pain in patients with
whiplash injury. Acad Emerg Med 1996;3:568-73.
5. *Philadelphia Panel. Evidence-based guidelines on selected rehabilitation
interventions for neck pain. Phys Ther 2001;81: 1701-17.
6. Nirschl RP. Muscle and tendon trauma: tennis elbow. In: Morrey BF,
editor. The elbow and its disorders. 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders;
2000. p 523-35.
7. Wuori JL, Overend TJ, Kramer JF, MacDermind J. Strength and pain
measures with lateral epicondylitis bracing. Arch Phys Med Rehabil
1998;79:832-7.
8. Derebery VJ, Davenport JN, Giang GM, Fogarty WT. The effects of
splinting on outcomes for epicondylitis. Arch Phys Med Rehabil
2005;86:1081-8.
9. Svernlov B, Adolfson L. Non-operative treatment regimen including
eccentric training for lateral humeral epicondylalgia. Scan J Med Sci
Sports 2001;6:328-34.
10. *Bisset L, Paungmali A, Vicenzino B, Beller, E. A systemic review and
meta-analysis of clinical trials on physical interventions for lateral
epicondylalgia. Br J Sports Med 2005;39:411-22.
11
11. Buchbinder R, Green S, White M, Barnsley L, Smidt N, Assendelft WJ.
Shock wave therapy for lateral elbow pain. Cochrane Database Syst Rev
2002;(1):CD003524.
12. Haahr JP, Andersen JH. Prognostic factors in lateral epicondylitis: a
randomized trial with one-year follow-up in 266 new cases treated with
minimal occupational intervention or the usual approach in general
practice. Rheumatology (Oxford) 2003;42: 1216-25.
13. Waugh EJ, Jaglal SB, Davis AM, Tomilson G, Verrier MC. Factors
associated with prognosis of lateral epicondylitis after 8 weeks of physical
therapy. Arch Phys Med Rehabil 2004; 85:308-18.
14. Juul-Kristensen B, Jensen C. Self-reported workplace ergonomic
conditions as prognostic factors for musculoskeletal symptoms: the “BIT”
follow up study for office workers. Occup Environ Med 2005;62:188-94.
15. *O’Connor D, Marshall S, Massy-Westropp N. Non-surgical treatment
(other than steroid injection) for carpal tunnel syndrome. Cochrane
Database Syst Rev 2003;(1):CD003219.
16. Werner RA, Franzblau A, Gell N. Randomized controlled trial of
nocturnal splinting for active workers with symptoms of carpal tunnel
syndrome. Arch Phys Med Rehabil 2005;86:1-7.
17. Walker WC, Metzler M, Cifu DX, Swartz. Neutral wrist splinting in carpal
tunnel syndrome: a comparison of night-only versus full-time wear
instructions. Arch Phys Med Rehabil 2000;81:424-9.
18. Jellema P, van Tulder MW, van Poppel MN, Nachemson AL, Bouter LM.
Lumbar supports for prevention and treatment of low back pain: a
systematic review within the framework of the Cochrane Back Review
Group. Spine 2001;26:377-86.
19. Petersen T, Kryger P, Ekdahl C, Olsen S, Jacobsen S. The effect of
McKenzie therapy as compared with that of intensive strengthening
training for the treatment of patients with subacute or chronic low back
pain: a randomized controlled trial. Spine 2002;27:1702-9.
12
20. *Long A, Donelson R, Fung T. Does it matter which exercise? A
randomized control trial of exercise for low back pain. Spine
2004;29:2593-602.
21. McLauchlan GJ, Handoll HH. Interventions for treating acute and chronic
Achilles tendinitis. Cochrane Database Syst Rev 2001;(2):CD000232.
22. Ohberg L, Lorentzon R, Alfredson H. Eccentric training in patients with
chronic Achilles tendinosis: normalised tendon structure and decreased
thickness at follow up. Br J Sports Med 2004;38:8-11.
Referensi Kunci