pengilmuan islam

Upload: syarif-almubarak

Post on 10-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Pengilmuan Islam

    1/5

    "Pengilmuan Islam", "Paradigma Islam", dan "Islam sebagai ilmu" adalah tiga istilah yang menjadi

    trademarkpemikiran-pemikiran Kuntowijoyo mengenai perkembangan pengetahuan dan sains

    kontemporer. Sementara "Pengilmuan Islam" adalah proses dan "Paradigma Islam" sebagai hasil, maka

    "Islam sebagai ilmu" adalah proses dan hasil sekaligus. Buku ini menyempurnakan karya-karya

    Kuntowijoyo sebelumnya mengenai dua tema pertama dengan meramunya dalam elaborasi yang lebih

    padu "Islam sebagai ilmu".

    "Pengilmuan Islam" merupakan ikhtisar metodologis untuk mengganti kecenderungan sejumlah

    intelektual dan akademisi yang menggunakan semboyan "Islamisasi pengetahuan". Ini penting untuk

    menghindari bias setiap pihak dari sikap-sikap reaktif menjadi proaktif terhadap perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi. Kuntowijoyo juga bermaksud mengangkat kesempitan istilah pengetahuan

    dalam dunia Islam yang hanya dibagi menjadi qauliyah dan kauniyah. Karena itu, buku ini membahas

    lebih jauh soal-soal dasar pengetahuan (epistemologi), cara menerjemahkan agam yang normatif ke

    dalam ilmu yang teoretis (metodologi), dan hubungan antara Islam sebagai ilmu dan realtias (etika),

    yang menurutnya masih remang-remang hingga kini.

    Judul: Islam Sebagai Ilmu

    Pengarang : Kuntowijoyo

    Tebal: xii+136 halaman

    Tahun Terbit:2006

    Penerbit: Tiara Wacana

    Peresensi: Muhammad Farid Salman Alfarisi RM

    Sinopsis

    Kuntowijoyo menceritakan bahwa Islamisasi pengetahuan adalah gerakan intelektual yangpertama kali dimunculkan oleh Ismail Raji Al-Faruqi pada sebelum tahun 1980-an. IslamisasiPengetahuan mengupayakan agar umat Islam tidak begitu saja meniru metode-metode dari luar

    dengan mengembalikan [pengetahuan pada pusatnya yaitu tauhid. Konsep ini Islamisasi

    Pengetahuan merumuskan tiga macam kesatuan yang merupakan penjabaran dari tauhid yaitu

    kesatuan pengetahuan,kesatauan kehidupan dan kesatuan sejarah. Kesatuan pengetahuan ialahbahwa pengetahuan harus menuju kepada kebenaran yang satu.Kesatuan hidup artinya hilangnya

    perbedaan antara ilmu yang sarat nilai dan dan ilmu yang bebas nilai.Sedangkan kesatuan sejarah

    artinya pengetahuan artinya harus mengabdi kepada umat.Islamisasi pengetahuan artinyamengembalikan pengetahuan kepada tauhid atau konteks kepada teks supaya ada koherensi

    dalam artian pengetahuan yang tidak terlepas dari iman

  • 7/22/2019 Pengilmuan Islam

    2/5

    Didalam buku ini Kuntowijoyo mengkritisi konsep ini (islamisasi pengetahuan) karena ada

    persoalan objektifitas pengetahuan yang menurutnya Islam sendiri mengakuinya. Sehingga ia

    menganggap perlu Islamisasi pada sebagian pengetahuan dan menyatakan ketidak bergunaanpada sebagian yang lain. Kemudian Kuntowijoyo mengeluarkan gagasan baru yang disebutnya

    pengilmuan Islam sebagai demistifikasi Islam. Karena menurutnya dengan demistifikasi maka

    umat akan mengenal lingkungan secara lebih baik,baik lingkungan fisik,lingkungansosial,lingkungan simbolis maupun lingkungan sejarah. Dalam langkah selanjutnya Kuntowijoyomencoba menetapkan paradigma Alquran sebagai rumusan teori yang memiliki arti suatu

    konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita untuk memahami realitas sebagaimana Al-

    Quran memahaminya. Sederhananya ini dimaksudkan supaya kita memiliki hikmah yang atasdasar itu dapat dibentuk perilaku yang sesuai dengan nilai nilai normatif Al Quran baik pada

    level moral maupun sosial. Ia mencoba merumuskan desain besar sistem Islam yang didalamnya

    termasuk konstruksi ilmu pengetahuan. Kuntowijoyo melakukan sebuah pendekatan yang

    dikatakannya sintetik analitik sebagai upaya menganalisis teks-teks suci Alquran sehinggamenghasilkan analisa yang objektif dan nantinya diharapkan bisa menjadi bahan elaborasi

    terhadap konstruk-konstruk Al-Quran.

    Sebagai langkah dalam menerapkan teks Al-Quran dalam realitas masa kini tanpa mengubah

    strukturnya Kuntowijoyo mengenalkan metode yang dinamakannya strukturalismetransedental.Hal ini mendasarkan metode penerapan realitas mesti mendekati citra ideal atauformulasi penerapannya sesuai dengan nilai-nilai ruhaniyah. Hal itu dilakukan karean

    Kuntowijoyo menganggap bahwa Islam mampu untuk mengubah diri sendiri (transformasi)

    tanpa kehilangan keutuhannya sebagai sebuah struktur yang jelas.

    Didalam proses pengilmuan Islam ada dua metodologi yang digunakan Kuntowijoyo. Yang

    pertama adalah pengintegrasian ilmu-ilmu manusia pada wahyu-wahyu illahi. Ini merupakankonsep yang lebih ideal daripada ilmu-ilmu sekuler tanpa integrasi.Dapat dikatakan ilmu-ilmu

    sekuler itu hampa. Karena merupakan produk manusia secara keseluruhan.Sedangkan ilmu

    manusia yang terintegrasi dikatakan produk bersama seluruh manusia beriman. Jika alur

    pertumbuhan ilmu sekuler dimulai dari filsafat lalu berpusat pada manusia(antrosentrisme) yangmembedakan antara agama dengan ilmu(diferensiasi) kemudian baru menghasilkan ilmu

    sekuler,maka ilmu yang terintegrasi beralur mulai dari agama kemudian berpusat pada manusia

    yang beragama (teoantroposentrisme) dengan tidak adanya pembedaan agama denganilmu(dediferensiasi) barulah lahir ilmu yang integralistik. Metodologi yang kedua adalah

    Objektifikasi yang mengharapkan pengilmuan Islam sebagai rahmat bagi semua orang(rahmatan

    lil aalamiin).Objektifikasi ini dimulai dari internalisasi nilai-nilai objektif kemudian barulahdilakukan eksternalisasi dari nilai-nilai yang sudah dianut tadi.

    Selanjutnya yang menjadi gagasan dari Kuntowijoyo adalah mengenai ilmu sosial profetik. Yaitu

    penerapan ilmu sosial berdasarkan tugas umat Islam sebagai umat terbaik yang diturunkan Allah.

    Ilmu Sosial Profetik mempunyai tiga pilar yaitu humanisasi sebagai ontologi, liberasi sebagai

    epistemologi dan transendensi sebagai aksiologi. Humanisasi artinya memanusiakan manusia,menghilangkan kebendaan, ketergantungan, kekerasan dan kebencian dari manusia.

    Humanisasi tentu sesuai dengan semangat liberalisme Barat. Hanya saja perlu segera

    ditambahkan, jika peradaban Barat lahir dan bertumpu pada humanisme antroposentris, konsep

  • 7/22/2019 Pengilmuan Islam

    3/5

    humanisme yang menjadi gagasan Kuntowijoyo bersandar pada humanisme teosentris.

    Karenanya, humanisasi tidak dapat dipahami secara utuh tanpa memahami konsep transendensi

    yang menjadi dasarnya.

    Humanisme Barat lahir dari pemberontakan terhadap kekuasaan Gereja yang bersifat dogmatis

    dan mencengkeram pada abad Pertengahan. Pandangan antroposentris beranggapan bahwakehidupan tidak berpusat pada Tuhan tapi pada manusia. Etosnya adalah semangat menghargai

    nilai-nilai yang dibangun oleh manusia sendiri. Antroposentrisme menganggap manusia sebagai

    pusat dunia, karenanya merasa cukup dengan dirinya sendiri. Manusia antroposentris merasamenjadi penguasa bagi dirinya sendiri. Tidak hanya itu, ia pun bertindak lebih jauh, ia ingin

    menjadi penguasa bagi yang lain.

    Kuntowijoyo lalu mengusulkan teoantroposentris sebagai ganti antroposentris untuk

    mengangkat kembali martabat manusia. Dengan konsep ini, manusia harus memusatkan diri

    pada Tuhan, tapi tujuannya adalah untuk kepentingan manusia (kemanusiaan) sendiri.

    Perkembangan peradaban manusia tidak lagi diukur dengan rasionalitas tapi transendensi.

    Humanisasi diperlukan karena masyarakat sedang berada dalam tiga keadaan akut yaitudehumanisasi (obyektivitas teknologi, ekonomi, budaya dan negara), agresivitas (agresivitas

    kolektif dan kriminalisasi) dan loneliness (privatisasi dan individualisasi).

    Sedang paradigma liberasi dalam Ilmu Sosial Profetik disesuaikan dengan prinsip sosialisme

    (marxisme, komunisme, teori ketergantungan, teologi pembebasan). Hanya saja Ilmu SosialProfetik tidak berke hendak menjadikan liberasinya sebagai ideologi sebagaimana komunisme.

    Liberasi Ilmu Sosial Profetik adalah ilmu yang didasari nilai-nilai luhur transendental. Jika nilai-

    nilai liberatif dalam teologi pembebasan dipahami dalam konteks ajaran teologis, maka nilai-

    nilai liberatif dalam Ilmu Sosial Profetik dipahami dan didudukkan dalam konteks ilmu yangmemiliki tanggung jawab profetik untuk membebaskan manusia dari kekejaman kemiskinan,

    penindasan dan sebagainya. Lebih jauh, jika marxisme dengan semangat liberatifnya jutrumenolak agama yang dipandangnya konservatif, Ilmu Sosial Profetik justru bersandar padanilai-nilai transedental yang memang ideal.

    Bidikan liberasi ada pada realitas empiris, sehingga liberasi sangat peka dengan persoalanpenindasan dan dominasi. Fenomena kemiskinan yang lahir dari ketimpangan ekonomi adalah

    bagian penting dari proyek liberasi. Makanya liberasi menempatkan diri pada realitas

    kemanusiaan empiris, bersifat kongkrit.

    Selanjutnya, Kuntowijoyo menggariskan empat sasaran liberasi, yaitu sistem pengetahuan,

    sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem politik yang membelenggu manusia sehingga tidakdapat mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang merdeka dan mulia.

    Sedangkan paradigma transendensi dalam Ilmu Sosial Politik merupakan dasar dari duaunsurnya yang lain. Transendensi hendak menjadikan nilai-nilai transendental (keimanan)

    sebagai bagian penting dari proses membangun peradaban. Transendensi menempatkan agama

    (nilai-nilai Islam) pada kedudukan yang sangat sentral dalam Ilmu Sosial Profetik.

  • 7/22/2019 Pengilmuan Islam

    4/5

    Ekses-ekses negatif yang ditimbulkan oleh modernisasi mendorong terjadinya gairah untuk

    menangkap kembali alternatif-alternatif yang ditawarkan oleh agama untuk menyelesaikan

    persoalan-persoalan kemanusiaan. Manusia produk renaissance (kebangkitan kembali) adalahmanusia antroposentris yang merasa menjadi pusat dunia, cukup dengan dirinya sendiri. Melalui

    proyek rasionalisasi, manusia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa diri dan alam raya.

    Rasio mengajari cara berpikir bukan cara hidup. Sehingga hidup seakan akan tidak bermakna.

    Di sinilah transendensi dapat berperan penting dalam memberikan makna yang akan

    mengarahkan tujuan hidup manusia. Islam dapat membawakan kepada dunia yang sekarat, bukankarena kurang alat atau teknik, akan tetapi karena kekurangan maksud, motif dan arti dari

    masyarakat yang ingin merealisir rencana Tuhan. Nilai-nilai transendental ketuhanan inilah yang

    akan membimbing manusia menuju nilai-nilai luhur kemanusiaan.

    Transendensi adalah dasar dari humanisasi dan liberasi. Transendensi memberi arah kemana dan

    untuk tujuan apa humanisasi dan liberasi itu dilakukan. Transendensi dalam Ilmu Sosial Profetik

    di samping berfungsi sebagai dasar nilai bagi praksis humanisasi dan liberasi, juga berfungsi

    sebagai kritik. Dengan kritik transendensi, kemajuan teknik dapat diarahkan untuk mengabdipada perkembangan manusia dan kemanusiaan, bukan pada kehancurannya. Melalui kritik

    transendensi, masyarakat akan dibebaskan dari kesadaran materialistik di mana posisi ekonomiseseorang menentukan kesadarannya menuju kesadaran transendental. Transendensi akan

    menjadi tolok ukur kemajuan dan kemunduran manusia.

    ANALISA KRITIS

    Mengenai Strukturalisme Transendental yang menghendaki penerapan ajaran sosial Islamterhadap masalah transformasi sosial umat Islam.Karena dipahami bahwa metode penafsiran

    selama ini (hermeneutik) hanya berkutat pada persoalan pemahaman saja.Sedangkan mengenai

    masalah-masalah yang krusial bagi umat Islamtidak begitu mendalam. Dalam pandangannyaKutnowijoyo menyatakan bahwa Strukturalisme transedental merupakan epistemologiParadigma Islam yang memberikan gambaran aksiologis umat Islam untuk merekayasa

    transformasi sosial. Maka dalam hal ini Kuntowijoyo menghindari bisa-bisa historis dari

    pemahaman klasik,agar mendapatkan model pemahaman baru terhadap Al-Quran.Namun upayamenghindari bias-bias historis itu sendirilah yang dilanggar oleh Kuntowijoyo.Ia menawarkan

    pendekatan sintetik analitik yang tentu saja masih memerlukan kajian ulang terhadap konsep

    yang ada dalam Al-Quran, seperti yang dipahami oleh masyarakat dimana dan kapan Al-Quranditurunkan. Disini ada sedikit ketidak konsistenan Kuntowijoyo, karena ia sendiri menyatakan

    bahwa akan kesulitan menerapkan ajaran agama ketika tidak belajar konteks sejarah saat konsep

    agama itu turun, masa lalu dan tentu saja masa kini.

    Kemudian dari segi konsep integralisasi keilmuannya seharusnya Kuntowijoyo juga

    menceritakan konsep klasifikasi ilmu menurut tokoh-tokoh Islam terdahulu. Seperti Al Ghazali

    yang memisahkan antara ilmu religius yang dipandang lebih mulia dari pada ilmu nuqilan yangberdasarkan pencapaian akal manusia belaka. Lebih lanjut Al Ghazali mendefinisikan ilmu

    religius itu adalah ilmu-ilmu yang diperoleh para nabi dan tidak hadir pada mereka melalui

    akal,seperti aritmetika atau melalui percobaan,seperti pengobatan atau dengan mendengar sepertibahasa(lihat di Osman BakarHierarki Ilmu membangun rangka-pikir Islamisasi

  • 7/22/2019 Pengilmuan Islam

    5/5

    Ilmu,Mizan,1993). Hal ini semestinya dilakukan, karena pada dasarnya Kuntowijoyo

    memberikan sebuah konsep mengenai keIslaman. Sehingga seyogyanya Kuntowijoyo

    memberikan pandangan dari tokoh klasik sebagai pembanding konsep yang dibawanya.

    Terakhir, kalau dibandingkan dengan realitas kemungkinan besar penerapannya akan sama.

    Karena sama-sama menggunakan konsep knowledge based on religion. Inti Islamisasipengetahuan dengan Pengilmuan Islam adalah bagaimana praktik pengetahuan didasarkan pada

    ajaran agama Islam.Perbedaannya yang terlihat adalah pada Pengilmuan Islam konsep penerapan

    Islam pada realitas telah dipahami diawal sebelum realitas muncul dan pada Islamisasipengetahuan sebuah pengetahuan hadir dulu abru diIslamkan. Tetapi meskipun begitu cita-cita

    ilmu sosial profetik merupakan ciri khas dari buku Kuntowijoyo ini.Ini merupakan cita-cita yang

    sangat mantap. Dengan konsep ini maka akan terciptanya masyarakat madani yanga adil aman

    dan tenteram.Karena umat telah termanusiakan kemudian terbebaskan dan telah menjiwai nilai-nilai ruhiyah.