penghargaan subroto bidang efisiensi energi tahun 2019

19
FORMULIR APLIKASI Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019 Kompetisi Gedung Hemat Energi KATEGORI : GEDUNG TROPIS

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

FORMULIR APLIKASI

Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

Kompetisi Gedung Hemat Energi

KATEGORI : GEDUNG TROPIS

Page 2: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

SERTIFIKASI DAN SURAT PENGANTAR DARI KONSULTAN

Grha Wiksa Praniti menempati area seluas sekitar 10.000 meter persegi dan diselesaikan pada tahun 2012. Bangunan ini

memiliki 2 lantai dengan total area lantai kotor adalah 3.200 meter persegi.

Detail klien dan konsultan proyek (sesuai yang dibutuhkan) adalah: Klien : Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman Arsitek : Yuri Hermawan Prasetyo, ST, MT

Insinyur M&E : Edi Supendi, BE

Insinyur C&S : Sutadji Yuwasdiki

Manajer Proyek : Internal Puslitbang Perumahan dan Permukiman

I T E M

D A T A KESESUAIAN

(BERI CENTANG)

Persyaratan Pengajuan

- Sertifikasi dan Surat dari Konsultan 1 halaman 🗸

- Sampul Laporan 1 halaman 🗸

- Rancangan Bangunan secara Keseluruhan Maks 2 halaman 🗸

- Rancangan Aktif Maks 2 halaman 🗸

- Rancangan Pasif Maks 4 halaman 🗸

- Pemeliharaan dan Manajemen Maks 1 halaman 🗸

- Dampak Lingkungan Maks 1 halaman 🗸

- Informasi Bangunan Maks 2 halaman 🗸

- Gambar Maks 4 halaman 🗸

Pra-Kualifikasi Data

- Indeks Efisiensi Energi: (150 kWh/m2/yr berdasarkan GFA) 27.156 kWh/m2/thn

- Pendingin udara hinga 50 persen total area lantai kotor (GFA) 0 %

- Suhu dan Pengaturan Lain: Tidak kurang dari 21o C tapi tidak lebih dari 26o C 24,47°C - 25°C

- Beban pencahayaan (Kantor – maks 12 W/m2 dari GFA); (Lain-lain – maks 20 W/m2 dari GFA)

4.79 W/m2 (GFA)

- Jam operasi/tahun.: Berdasarkan pada 2,000 jam/tauhn 2.210 Jam/Tahun

- Setidaknya 1 tahun penuh operasi sebelum nominasi dalam kompetisi nasional 7 tahun

Jenis Font: Times Roman 12

Grha Wiksa Praniti dengan ini bersedia mengizinkan Dewan Juri untuk mengunjungi bangunan dan memastikan kebenaran

data. Namun, diperlukan pembeeritahuan dua minggu sebelumnya untuk memungkinkan pengaturan yang diperlukan.

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa informasi yang diberikan adalah benar dan akurat dan disiapkan

dengan persetujuan pihak/pihak-pihak yang terlibat.

Prof. Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES

Kepala Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Jl. Turangga No.5 - 7, Kec. Lengkong, Kota Bandung,

Jawa Barat

(022) 7798393

h a l a m a n 1

Page 3: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

GRHA WIKSA PRANITI

JLTuranggaNo.5-7. Kec. Lengkong,

Kota Bandung,

Jawa Barat

Page 4: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019
Page 5: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 3

RANCANGAN BANGUNAN SECARA KESELURUHAN

Grha Wiksa Praniti (GWP) adalah bangunan gedung yang dijadikan sebagai model Green

Building/ bangunan hijau Puslitbang Perumahan dan Permukiman dan sekaligus berfungsi

untuk pengaplikasian hasil teknologi perumahan dan permukiman, serta untuk obyek kajian

bangunan gedung atau lebih tepatnya disebut sebagai labotarorium hidup Puslitbangkim.

Gedung GWP yang dibangun dengan konsep bioklimatik dirancang mampu beradaptasi

dengan iklim sekitarnya melalui strategi pasif. Diharapkan melalui penerapan laboratorium

gedung GWP dapat dihasilkan produk-produk teknologi permukiman berupa NSPM atau

model yang aplikatif untuk bangunan hijau di Indonesia.

Penerapan teknologi hasil penelitian dan pengembangan Puslitbang Perumahan dan

Permukiman pada gedung Grha Wiksa Praniti merupakan bagian dari perwujudan kontribusi

khusus bagi penerapan model bangunan hijau yang dapat direplikasi aspek prinsip desainnya

maupun teknologi yang digunakan. Kategori penerapan rancangan bangunan hijau Gedung

GWP dapat dibagi menjadi pengolahan site, orientasi bangunan, desain passive cooling pada

fasad, dan prasarana bangunan. Keistimewaan bangunan ini terletak pada kemampuan

kenyamanan bangunan termal adaptif hanya dengan menggunakan ventilasi alami tanpa

menggunakan sistem penghawaan aktif.

Prinsip Perencanaan Grha Wiksa Praniti

Teknologi Drainase

Permukiman Ramah

Lingkungan dengan

Subreservoir Air Hujan

Teknologi Instalasi

Pengolahan Air

Minum Air Hujan

(IPAMAH)

Teknologi

Sensor Otomatis

dan Eco flush

pada fitur air

Teknologi Potable

Water Tap

(bagian dari IPAMAH)

Teknologi Lampu

Solar Cell

Plafond

Bersegmen

sebagai insulasi

dan akustik ruang

Page 6: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 4

RANCANGAN BANGUNAN SECARA KESELURUHAN Mengembalikan limpasan air hujan ke dalam tanah (zero run off). Run Off/genangan air

hujan yang dihalaman diresapkan kembali ke dalam tanah melalui perkerasan paving block

dan grass block serta sumur resapan, sehingga limpasannya tidak mengalir ke drainase kota

atau keluar dari site bangunan (zero run off).

Subreservoir Air Hujan

Penataan Lansekap dan Penghijauan

Penataan lansekap dimaksudkan untuk memberikan dampak yang kecil terhadap kerusakan

lingkungan dari mulai bangunan itu didirikan maupun pada saat bangunan itu dioperasikan.

Kelestarian lingkungan yang paling nampak adalah perbandingan atara softspace dengan

hardspace. Koefisien dasar Bangunan pada site gedung GWP adalah sekitar 30% sedangkan

ketentuan maksimal sebesar 60%, sehingga site mampu menyediakan ruang terbuka setengah

lebih luas dari persyaratan peraturan di kota Bandung. Untuk area dasar hujau (softspace)

dialokasikan lahan sebesar 20% yang berfungsi untuk menyerap radiasi matahari sehingga

dapat menurunkan suhu lingkungan. Sedangkan untuk perkerasan hardspace yang digunakan

untuk jalan, plaza menempati area seluas 28%. Perkerasan (hardspace) yang digunakan

adalah paving block dan grassblock yang mana masih memungkinkan untuk mengembalikan

air hujan ke dalam tanah.

Pada gedung GWP juga diaplikasikan green fasade dan green wall sebagai upaya menambah

luas area hijau secara vertikal. Penanaman green fasade dan green wall diletakan pada bidang

bidang bukaan di tangga dan di lobby serta dinding masif.

Penerapan Green Fasade dan Green Wall

Page 7: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 5

RANCANGAN AKTIF

Konservasi Air Upaya efisiensi air dilakukan dengan pengembangan sistem plambing

hemat air, pemanfaatan air hujan, retensi air hujan, pengisian air tanah serta daur ulang air

limbah. Lansekap kawasan GWP dioptimalkan sebagai bagian dari sarana pengolahan air

limbah dengan pendekatan bio-phiytofiltration dan sarana penampungan /resapan air hujan

dengan pendekatan zero run off.

Sumber air baku untuk air minum dan kegiatan umum gedung, memanfaatkan kombinasi

sumber air hujan dan air tanah. Pemanfaatan air hujan dari atap dan drainase, resapan air

hujan dapat berkontribusi pada retensi air

hujan sekitar 80%, pengisian air tanah

sekitar 20% sehingga mengurangi genangan

dan erosi di perkotaan. Adapun sumber air

tanah di kawasan GWP umumnya memiliki

kandungan kesadahan dan besi tinggi,

sedangkan air hujan memiliki kandungan

pencemar udara. Sehingga dilakukan

pengolahan dengan sistem sistem filtrasi

multi media granular dan membran rendah

tekanan. Air olahan dari sistem filtrasi multi

media granular digunakan ke sistem

plambing gedung, sedangkan air olahan dari

sistem membran tekanan rendah dan

desinfeksi UV, digunakan ke unit air minum

atau tap water disetiap lantai gedung.

Pemeliharaan sistem konservasi air

dilakukan secara rutin dan dilakukan

pemeriksaan kualitas air meliputi parameter

fisik, kimia dan biologi.

Tabel Efisiensi Air

Pengelolaan Sampah Konsep 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) Di

lingkungan GWP disediakan sarana pemilahan dan pewadahan

sampah. Fasilitas tersebut dilakukan melalui kegiatan pengelompokan

sampah menjadi paling sedikit 3 (tiga) jenis sampah. Jenis sampah

tersebut, adalah: (1) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan

beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), (2) Sampah

yang mudah terurai (Basah), (3) Sampah yang dapat didaur ulang

(Kering). Sarana pemilahan dan pewadahan (a) diberi label atau tanda

(b) dibedakan warna wadah Hijau (Organik) Kuning (Anorganik)

Merah (B3); dan (c) menggunakan wadah yang tertutup. Diterapkan

juga pengelolaan sampah organik. Bahan yang digunakan berupa sisa-

sisa makan rapat dimasukkan ke dalam wadah komposter dan

dibiarkan terdegradasi. Telah tersedia 2 buah komposter yang dioperasikan secara bergantian.

Page 8: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 6

RANCANGAN AKTIF

Sistem Pencahayaan memanfaatkan optimalisasi pencahayaan alami (cahaya langit dari

beberapa orientasi).

Optimasi Pencahayaan Alami

Penerangan ruang pada siang

hari menggunakan

penerangan alami, namun

apabila penerangan alami

tidak optimal sesuai dengan

standar lux maka ditambah

dengan penerangan buatan,

sedangkan untuk malam hari

penerangan buatan digunakan

pada saat bangunan

difungsikan untuk pertemuan

atau pameran. Pada saat

bangunan tidak digunakan

untuk acara maka penerangan

mengggunakan energi yang

diperoleh dari solar cell atau

proses photovoltaic yang

Tingkat Pencahayaan di Dalam Ruangan

Berdasarkan data survei, diketahui pencahayaan alami ruang sisi barat-timur >300 lux

(potensi glare). Sedangkan pencahayaan alami di ruang tengah (R. pameran & pertemuan)

<200 lux sehingga memerlukan penerangan buatan. Penerangan buatan dalam bangunan

sebagian menggunakan jenis lampu LED yang di klaim mengkomsumsi energi listrik lebih

sedikit. Penggunaan lampu LED secara jangka panjang

lebih hemat energi sehingga hemat biaya. Menurut

beberapa data perbandingan, penghematan penggunaan

lampu LED dibanding TL sangat signifikan yaitu sebesar

48% dan umur lampu lebih panjang sehingga menurunkan

biaya pemeliharaan.

khususnya digunakan untuk

menerangi fasad/ selubung

bangunan dan koridor.

Tabel Efisiensi Listrik

Page 9: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 7

RANCANGAN PASIF

Energi : 60% untuk AC (Survei Ikatan Ahi Fisika 2000) Ventilasi Alami

Sistem Penghawaan Gedung GWP tidak menggunakan Air Conditioner/ pengkondisian

udara aktif, namun memanfaatkan sirkulasi alami angin/ wind flow untuk pendinginan atau

perpindahan kalor dari dalam

bangunan ke luar bangunan melalui

proses konveksi. Kondisi ini

menciptakan kenyamanan termal

dengan memanfaatkan sirkulasi

alami yang dilewatkan melalui

lubang ventilasi jendela.

Bukaan ventilasi dirancang untuk

memperoleh kenyamanan termal

terkait dengan upaya efisiensi energi

dengan tidak menggunakan

pengkondisian udara aktif di dalam

bangunan. Lubang ventilasi yang Pola Sirkulasi Ventilasi Alami

terdapat di fasade sebelah barat dan timur berupa dua jalusi yang diletakan di atas lantai

setinggi 60 cm dan diatas dengan ketinggian 240 cm dari lantai. Dengan terdapatnya dua

lubang ventilasi atas dan bawah jendela menyebabkan aliran udara dapat menyilang dengan

baik (cross ventilation).

Kecepatan Angin Hasil Pengukuran Lapangan (2013)

Kecepatan angin di dalam ruang masih memungkinkan terjadinya pergantian udara, dengan

kecepatan rata-rata kurang dari 0,5 m/detik. Hasil tersebut didapat dengan kondisi bukaan

jendela tertutup sehingga ventilasi udara hanya melewati jalusi ventilasi. Untuk mencapai

kenyamanan maka pada saat temperatur tinggi bukaan jendela masih dapat dioperasionalkan

untuk menambah kecepatan pergerakan angin.

Potensi pemanfaatan kecepatan angin ruang luar berkisar 0,5-2,75 m/detik dan didominasi

arah angin barat-timur. Melalui strategi pasif tersebut maka energi untuk pengkondisian udara

dapat ditiadakan atau dikurangi.

Page 10: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 8

RANCANGAN PASIF

Kenyamanan Termal

Nyaman sejuk Te 20.5 – 22,8 º C

Nyaman optimal Te 22.8 – 26 º C

Nyaman hangat Te 26 – 27,1 º C

NOMOGRAM TE

(Koenigsberger,1974)

Kondisi Termal di Dalam Ruangan Hasil Pengukuran Lapangan

(Maret 2013)

• Rata-rata kondisi termal antara nyaman optimal s/d nyaman hangat

• Kecepatan angin berkisar 0,5 - 2,75 m/detik

• Kelembaban 51 ~ 66 % (standar 50 sd 70)

• Kecepatan angin dalam ruang rata-rata dibawah 0,5 m/detik

• Temperatur atap pada siang hari 42.4ºC

• Penggunaan Green Wall dapat mengurangi suhu hingga 5ºC

Tanaman Passiflora

Atap adalah komponen struktur bangunan yang berfungsi untuk melindungi bangunan dari

iklim (pengaruh hujan dan panas). Gedung GWP mempunyai bentuk atap kombinasi pelana

dan limasan yang mempunyai kemiringan 40º, hampir menutupi semua bangunan disamping

terdapat atap plat beton di sekelilingnya. Kemiringan atap dimaksudkan untuk kemudahan

aliran air hujan yang jatuh di atap dan diperoeleh volume ruang yang besar yang mendukung

fungsi ruang dibawahnya yaitu sebagai ruang pertemuan. Atap berfungsi melindungi panas

atau insulasi panas yang dipancarkan dari radasi matahari langsung yang mengenai bidang

atap. Rambatan panas yang masuk melaui material atap tertahan oleh insulasi plafon. Bentuk

plafon yang bersegmen berfungsi selain sebagai insulasi panas juga sebagai akustik ruang.

Fungsi Atap dan Plafon Sebagai Insulasi dan Ventilasi

Page 11: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 9

RANCANGAN PASIF

Pemilihan tekstur dan warna pada dinding luar dapat berpegaruh terhadap kondisi termal di

dalam bangunan. Fasad Gedung GWP memiliki warna cerah yaitu putih dengan aksen warna

hijau sehingga tidak menyerap panas.

Fasad Gedung Grha Wiksa Praniti

Ruang Terbuka Sebagai Pendukung Kenyamanan Termal Bangunan

Page 12: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 10

PEMELIHARAAN DAN MANAJEMEN

Sebagai gedung dengan pemanfaatan desain pasif dan tanpa menggunakan sistem bangunan

aktif, Gedung Grha Wiksa Praniti tidak dilengkapi dengan Building Automation System

(BAS).

Manajemen pemeliharaan Gedung Grha Wiksa Praniti meliputi penyediaan personil dan

Standard Operating Procedure (SOP) terkait perawatan teknologi dan/atau komponen pada

bangunan. Operasional bangunan dalam hari-hari kerja pemeliharaanya dilaksanakan oleh 5

personil yang bekerjasama dengan kontraktor pemeliharaan PT Wira Dharma Buana dan

terdapat lingkup pemeriksaan seperti pada sistem konservasi air di lingkungan GWP.

Diagram Alir Sistem Konservasi Air

Plambing

Hemat air

9

8

Tap water

Unit membran

dan desinfeksi

10

Unit sub

reservoar

Air Hujan

3

Unit Ground 6

Reservoar

Unit

filtrasi

kasar

2 1 Tangkapan

air hujan

Sumur Resapan 4

Lahan Resapan

air hujan

5

7 Unit Filtrasi

Multimedia

13 12

Unit

Taman Sanita

Unit

anaerobik biofilter

Unit

Ekualisasi Air Limbah

11

Landscape,

resapan air

Page 13: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 11

11AMPAK LINGKUNGAN

Cement Bonded Particle

Material Ramah Lingkungan (Renewable

Materials) Material yang dapat diperbarui yang

digunakan untuk gedung GWP adalah material

organik yang berasal dari vegetasi yang dapat

ditumbuhkan.

• Material LVL (laminate vineer lumber)

Materian ini digunakan untuk daun pintu.

Material plywood atau kayu lapis juga

digunakan untuk lapisan penutup atap, plafon

dan alas penutup atap bitumen. Material ini

secara karateristik bisa menjadi insulasi panas

karena mempunyai nilai konduktivitas

rendah.

• Bonded Particle yang merupakan komposisi

antara semen dan kayu chip. Dengan berat

yang ringan material ini tidak membebani

struktur sehingga dapat menghemat material

komponen struktural lainnya. Karena

komposisi nya terdapat material semen maka

papan partikel semen ini bisa untuk bahan

eksterior atau berhubungan langsung dengan

lingkungan luar.

HPL (High Pressure Laminate) dan

Asphalt Shingles (Bitumen)

• Material Ekolabel Produk ekolabel adalah produk material bangunan yang dalam daur

hidupnya mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, pendistribusian, penggunaan,

dan pembuangan setelah penggunaan, memberi dampak lingkungan relatif lebih kecil

dibandingkan produk lain yang sejenis. Material ekolabel yang digunakan untuk

komponen di dalam gedung GWP adalah atap dan pelapis dinding interior.

Pengelolaan Air Limbah Penerapan sistem plambing hemat air, menghasilkan pemakaian

air di gedung GWP sekitar 20

L/orang/hari. Sistem plambing air

hemat air menerapkan kloset < 6 LPF,

urinoar < 3,8 LPF, kran untuk wudhu

< 2 L/orang. Kapasitas maksimum

gedung sekitar 200 orang, dan volume

air limbah yang dihasilkan sekitar 16

L/orang/hari. Kapasitas pengolahan air

limbah telah memperhitungkan faktor

puncak dan unit IPAL yang terdiri dari

unit ekualisasi, unit biofilter anaerobik

dan lahan basah buatan aliran dibawah

media (Taman Sanita). Air olahan unit

IPAL telah memenuhi bakumutu

KLHK no 68/2016 dan baku mutu air

daur ulang untuk penyiraman tanaman,

kebersihan gedung, atau kolam ikan.

Daun Pintu Laminate Vineer Lumber

Page 14: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 12

INFORMASI BANGUNAN

A. Informasi Umum

1. Nama bangunan: Grha Wiksa Praniti

2. Nama pemilik dan perusahaan pengelola: Pusat Litbang Perumahan dan

Permukiman, Kementerian PUPR

3. Alamat : Jl. Turangga No.5 - 7, Kec. Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat

4. No.Tel. / No.Fax /Alamat e-mail: (022) 7798393

B. Informasi Fisik Bangunan

5. Latar belakang bangunan fisik

- Sejarah singkat:

Gedung Grha Wiksa Praniti merupakan model bangunan hijau untuk

mengaplikasikan hasil teknologi permukiman dan laboratorium hidup

Puslitbang Perumahan dan Permukiman.

- Penggunaan untuk satu fungsi atau campuran fungsi:

Berfungsi sebagai gedung pertemuan, rapat, dan pameran.

6. Umur bangunan: 7 tahun

7. Pernah dilakukan retrofit ? Kapan? Apa?: Tidak pernah dilakukan retrofit

8. Total jumlah lantai: 2 lantai

9. Total jumlah lantai dasar: 1 lantai

10. Jumlah lantai tempat parkir mobil: 1 lantai

11. Total area lantai kotor: ±3200 m2

12. Area permukaan selubung termasuk rasio atap terhadap area lantai kotor:

4.556 m2 (rasio 3.029/3.200 = 0.94)

13. Area parkir mobil: 2.700 m2

14. Total kotor area yang disewakan: 0 m2

15. Area berpendingin udara: 0 m2

16. Area tidak berpendingin udara: ±3200 m2

17. Rasio plot (total GFA / area tanah): 0.16

C. Rancangan bangunan dan informasi Praktek

18. Tanaman dan rancangan bentang alam/angin dan ventilasi alami / fitur air /

pencahayaan / dll.:

Tatanan lansekap Grha Wiksa Praniti (GWP) memiliki komposisi softspace

untuk menyerap radiasi matahari dan hardspace yang memungkinkan agar

mengembalikan air hujan ke bawah tanah. Iklim makro juga berupaya

dikendalikan dengan adanya Green Façade dan Green Wall, efisiensi energi

dengan photovoltaic (solar cell), ground reservoir sebagai upaya zero run

off, serta pengolahan air limbah melalui kolam sanita.

19. Rancangan fasad dan peneduh:

- Jenis fasad: Elemen fasad dilengkapi dengan bukaan ventilasi atas dan bawah yang terlindungi oleh naungan. Bentuk atap dimaksudkan agar dapat menjadi insulasi panas berkat kemiringan 40° dan plafon bersegmen.

Page 15: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 13

INFORMASI BANGUNAN

- Warna fasad: Fasad gedung memiliki warna cerah yaitu putih dengan aksen warna hijau sehingga tidak menyerap panas.

- Penggunaan perangkat peneduh: Memanfaatkan cahaya langit seoptimal mungkin untuk pencahayaan alami dengan bukaan bukaan jendela kaca dan minimalkan cahaya matahari langsung ke dalam bangunan dengan membuat shading/ pembayangan berupa plat leuvel dan koridor.

20. Lokasi pusat layanan: Lobby Utama.

21. Bentuk bangunan: Berupa hall utama yang dikelilingi sayap bangunan yang

berfungsi sebagai koridor dan ruang rapat.

22. Perpindahan panas keseluruhan melalui selubung bangunan :

Dinding 35.03 W/m2

23. Perlengkapan pencahayaan: Lampu LED, lampu photovoltaic (solar cell)

24. Muatan pencahayaan*: 4.79 W/m2 (area lantai kotor)

25. Sistem dan peralatan pendingin udara bangunan

Tingkat perpindahan udara segar: - m3/jam/orang

- m3/jam/m2

- m3/jam

Efisiensi energi pendingin udara: 0 kW/ton

(Gedung GWP tidak menggunakan sistem pendingin udara)

26. Muatan pendingin: 0 W/m2 (area berpendingin udara)

D. Informasi Operasi

27. Tingkat pemakaian (tahun 2019): Minimal 50 % area total 28. Total jumlah pemakaian (occupancy): 200 orang 29. Kepemilikan bangunan (ditempati oleh pemilik, penyewa, dll.): ditempati oleh

pemilik 30. Jadwal operasi bangunan

- Hari kerja dari 08:00 sampai 16:30 - Sabtu dari - sampai - - Minggu dari - sampai - - Jam operasi/ tahun: 2210 Jam/Tahun

31. Lingkungan dalam ruangan bangunan: pengaturan kualitas udara di dalam ruangan: suhu 24,47°C - 25°C dan RH 51-66%

E. Informasi Konsumsi Energi

32. Puncak beban atau kebutuhan (bulanan):

20000 15000 10000

5000 0

Pemakaian Listrik (VA)

Page 16: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 14

INFORMASI BANGUNAN

33. Energi yang digunakan (bulanan): 2.263 kWh/bulan/m2

34. Kurva beban biasa (hari kerja, akhir pekan): hari kerja stabil, sabtu-minggu mengalami penurunan karena tidak operasional

35. Indeks efisiensi energi*: area berpendingin udara: 0 kWh/m2/thn (berdasarkan 2,000 jam operasional/jam)

36. Konsumsi energi: Listrik 27.156 kWh/m2/thn (berdasarkan 2,000 jam operasi/thn) - Bahan bakar: 0 Liter/thn (bukan untuk pembangkitan listrik)

F. Informasi Manajemen Energi

37. Sistem manajemen energi bangunan yang terhubung dengan titik fisik (jumlah): 0

38. Penghematan energi: Program jadwal 0 kWh/thn Program siklus kerja 0 kWh/thn Program awal /penghentian optimal 0 kWh/thn Program permintaan daya 0 kW (rata-rata)

G. Informasi Pemeliharaan

39. Program pemeliharaan - Tenaga kerja: 5 orang-jam/thn - Kontraktor pemeliharaan: tidak tersedia - Ketersediaan staf teknis dalam manajemen energi: 0 - Pelatihan pegawai pemeliharaan: 0 jam kumulatif/thn.

H. Environmental Impacts 40. Dampak limbah:

Pengelolaan air limbah di Gedung GWP menggunakan pengolahan limbah tangki biofil yang ramah lingkungan. Limpasan dari tangki biofil dibuang ke kolam sanita. Keberadaan kolam sanita selain digunakan untuk pengolahan limbah juga berfungsi sebagai unsur estetika di taman terbuka antar masa bangunan. Air limpasan dari kolam sanita dibuang ke sumur resapan yang kemudian diresapkan ke dalam tanah dalam kondisi air yang tidak tercemar.

41. Dampak polusi (udara, suara, visual, asap, dll.): Kualitas udara dalam ruang cukup baik karena desain pasif yang dilakukan tidak diperlukan alat pendingin udara dan udara segar masih dapat mengalir. Sementara untuk pelarangan merokok sudah ada namun belum disedikan lokasi khusus merokok. Menciptakan kenyamanan termal dengan memanfaatkan sirkulasi alami yang dilewatkan melalui lubang ventilasi jendela. Lubang jalusi untuk ventilasi jendela diletakan pada bagian atas dan bawah. Orientasi lubang inlet dan outlet diposisikan pada arah barat dan timur untuk optimasi pergerakan angin

Page 17: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 15

GAMBAR

Rencana Atap

Site Plan Kawasan Turangga

GWP

Page 18: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 16

GAMBAR

Denah Lantai Dasar

Denah Lantai Atas

Page 19: Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi Tahun 2019

h a l a m a n 17

GAMBAR

Potongan Bangunan

Potongan Bangunan