penggunaan emoji dalam komunikasi …
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN EMOJI DALAM KOMUNIKASI PEMBELAJARAN
DARING MELALUI MEDIA WHATSAPP
(Studi Deskriptif pada Mahasiswa Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo Angkatan Tahun 2018)
SKRIPSI
Oleh :
Dewi Hidayatul Maulidina
NIM : 211017017
Pembimbing :
Galih Akbar Prabowo, M.A.
NIDN : 2021038802
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2021
ABSTRAK
Maulidina, Dewi Hidayatul. 2021. Penggunaan emoji dalam komunikasi
pembelajaran daring melalui media whatsapp (Studi Deskriptif pada
Mahasiswa Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Institut Agama Islam
Negeri Ponorogo Angkatan Tahun 2018). Skripsi. Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.
Pembimbing Galih Akbar Prabowo, M.A.
Kata Kunci : Emoji pada Komunikasi Pembelajaran Daring.
Pembelajaran daring merupakan proses pembelajaran jarak jauh yang
dilakukan karena adanya pandemi covid-19. Proses pembelajaran tersebut berjalan
dengan memanfaatkan beberapa media komunikasi, salah satunya yakni
menggunakan media whatsapp. Dengan media whatsapp khususnya melalui chat
tentunya pesan yang disampaikan dalam proses komunikasi tersebut tidak dapat
diekspresikan ataupun diintonasikan secara langsung. Padahal perlu adanya
komunikasi nonverbal agar pesan dapat tersampaikan dengan baik sehingga tidak
terjadi miss komunikasi. Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi menggunakan emoji
sebagai komunikasi nonverbal ketika berkomunikasi dengan mahasiswanya dalam
pembelajaran daring. Penggunaan emoji tersebut memiliki tujuan sehingga proses
komunikasi dapat diarahkan dan dapat dirancang demi mencapai tujuan yang
diharapkan. Sehingga dampak dari penggunaan emoji menjadi penting, karena di
sanalah nanti akan diketahui apakah tujuan tersebut tercapai atau tidak.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) menjelaskan tujuan penggunaan
emoji pada proses komunikasi pembelajaran daring mata kuliah Keterampilan
Komunikasi Konseling oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi melalui media whastapp.
2) menjelaskan bagaimana dampak penggunaan emoji pada proses komunikasi
pembelajaran daring mata kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling oleh
Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi melalui media whastapp.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Dalam pengumpulan data digunakan metode wawancara dan
dokumentasi. Adapun analisis data, penulis menggunakan analisis data interaktif
dengan cara deskriptif data dikumpulkan yang kemudian disajikan dalam bentuk
kata-kata deskriptif dan gambar. Laporan penelitian memuat kutipan-kutipan data
sebagai ilustrasi dan dukungan fakta pada penyajian.
Penelitian ini menyimpulkan bahwasannya, 1) tujuan penggunaan emoji
dalam proses komunikasi pembelajaran daring oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi
M.Psi melalui media whastapp adalah untuk memberikan informasi,
mengekspresikan emosi, mengatur alur percakapan forum perkuliahan,
memberikan sifat, melengkapi, menentang, menggantikan dan mengembangkan
pesan verbal tertulis yang dikirimkan, mengendalikan atau memengaruhi
mahasiswanya agar aktif. 2) penggunaan emoji dalam proses komunikasi
pembelajaran daring oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi melalui media
whastapp berdampak secara kognitif yakni pengetahuan, berdampak afektif yakni
rasa atau perasaan dan berdampak secara behavior berupa respon mahasiswa.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya pandemi covid-19 menyebabkan lumpuhnya berbagai
aktifitas, salah satunya yakni dalam sistem pembelajaran. Pemerintah
menetapkan aturan untuk melaksanakan pembelajaran secara daring
sebagai salah satu kebijakan akibat dampak pandemi yang berlaku baik
untuk tingkat sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi.
Pendidikan yang semulanya dilaksanakan secara tatap muka beralih
menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring, hal tersebut wajib
diterapkan sebagai upaya untuk mencegah resiko penularan virus corona
(covid-19).1
Proses komunikasi pembelajaran daring dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai macam media komunikasi. Berkat adanya
teknologi informasi sekarang ini, dosen ataupun guru dapat memberikan
layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan peserta didik.2 Seperti
yang diterapkan oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi merupakan salah satu
dosen Institut Agama Islam Negeri Ponorogo yang menggunakan media
whatsapp sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan mahasiswanya pada
1 Meda Yuliani, dkk. Pembelajaran Daring untuk Pendidikan: Teori dan Penerapan,
(Medan: Yayasa Kita Menulis, 2020), 21-22. 2 Sri Gusty, dkk, Belajar Mandiri: Pembelajaran Daring Di Tengah Covid-19,
(Medan:Yayasan Kita Menulis, 2020), 17.
2
pembelajaran daring mata kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling
dengan melakukan pengiriman pesan atau chat.
Melalui chat tentunya pesan yang disampaikan adalah pesan
secara tertulis yang tidak dapat diekspresikan melalui intonasi, ekspresi
wajah, maupun gerak tubuh, sehingga rawan terjadinya kesalahfahaman
dalam proses penafsiran pesan oleh komunikan. Seperti salah satu kasus
yang dikutip dari TribunJatim.com memberitakan tentang adanya tindakan
aniaya yang disebabkan karena salah penafsiran pesan whatsapp. Hal
tersebut terjadi ketika pelaku mengirim pesan “P” lalu oleh korban dibalas
dengan “OPO” yang dikira menentang pelaku padahal korban tidak
memiliki maksud tersebut.3 Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa
pesan yang diterima pelaku tidak memiliki kesamaan makna dengan
maksud yang dikirimkan oleh korban sehingga berujung kesalahfahaman
yang bahkan dapat berlanjut pada tindakan aniaya.
Komunikasi yang terjadi dengan baik dan berjalan secara efisien
merupakan hal yang sangat penting di dalam proses komunikasi
pembelajaran daring. Karena adanya kesalahan dalam proses komunikasi
dapat menyebabkan berbagai hal yang fatal, seperti terjadinya miss
komunikasi, kesalahfahaman antara komunikan terhadap komunikator,
3 TribunJatim.com, “ Sikap 2 Pemuda Surabaya Diadili Gegara Keroyok Teman, Sakah
Paham Isi Chat WA “Opo” berujung Aniaya” (Diakses pada Rabu, 14 Oktober 2020 jam 06.27
WIB, di laman https://jatim.tribunnews.com/2020/03/02/sikap-2-pemuda-surabaya-diadili-gegara-
keroyok-teman-salah-paham-isi-chat-wa-opo-berujung-aniaya).
3
adanya perbedaan persepsi pesan, ataupun kesalahan dalam penafsiran
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.4
Untuk mencapai pemahaman pesan yang dikirim oleh
komunikator kepada komunikan, komunikasi dapat dilakukan baik secara
verbal, nonverbal, maupun dengan mengkolaborasikan di antara keduanya.
Komunikasi verbal (verbal communication) merupakan komunikasi yang
dapat dilakukan dengan lisan (oral) dan tulisan (written). Komunikasi
verbal di sini menempati porsi yang besar karena pesan atau informasi
dapat lebih mudah untuk disampaikan.
Sedangkan komunikasi nonverbal merupakan suatu bentuk
komunikasi yang disampaikan melalui sandi, simbol-simbol, ekspresi,
intonasi, dan lain-lain. Komunikasi nonverbal di sini menempati porsi
penting di mana banyak dari komunikasi verbal tidak dapat berjalan
dengan efektif karena tidak menggunakan komunikasi nonverbal di saat
yang bersamaan. Melalui komunikasi nonverbal, komunikan dapat
menarik kesimpulan tentang bagaimana perasaan komunikator dalam
menyampaikan pesannya.5
Tujuan dalam penggunaan komunikasi nonverbal khususnya
emoji di sini menjadi penting karena pada dasarnya tidak semua orang
secara intens menggunakan komunikasi nonverbal ketika berkomunikasi
dalam pesan tertulis maupun chat. Perlu diketahui bahwasannya
4 Arie Cahyono, Menciptakan Sebuah Kekuatan Komunikasi Efektif Unggul
Berkomunikasi, (Pulung: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), 94. 5 Desiani Natalina, dan Gilar Gandana, Komunikasi Dalam PAUD, (Tasikmalaya: Ksatria
Siliwangi, 2017), 2.
4
komunikasi merupakan sebuah proses yakni sebuah aktifitas yang
dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dari komunikasi itu sendiri.
Dengan demikian, proses komunikasi bukanlah sebuah kebetulan,
akantetapi proses komunikasi tersebut diarahkan dan dirancang demi
mencapai sebuah tujuan.6 Komunikasi akan dapat berjalan dengan sukses
apabila komunikator dapat menetukan tujuan secara tepat dan jelas.7
Komunikasi dapat dipastikan bahwasannya merupakan sebuah
aktifitas yang pasti juga memiliki efek atau dampak, karena komunikasi
merupakan sebuah pola yang terdiri atas unsur atau komponen serta
memiliki dampak-dampak tertentu.8 Begitu pula pada proses komunikasi
pembelajaran daring yang menggunakan emoji sebagai bentuk komunikasi
nonverbal, dengan mengetahui dampak apa yang dirasakan oleh
komunikan, maka nantinya akan di ketahui apakah tujuan dari adanya
komunikasi tersebut dapat tercapai atau tidak dan sampai pada tingkatan
apakah komunikasi tersebut berdampak terhadap komunikan.
Pesan chat di dalam proses komunikasi pembelajaran daring yang
dilakukan oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi pada mata kuliah Keterampilan
Komunikasi Konseling ini, bukan hanya menggunakan tanda baca sebagai
komunikasi nonverbal akan tetapi juga menggunakan emoji dalam proses
komunikasi yang ia lakukan. Dia secara konsisten menggunakan emoji
6 Husniyatus Salamah Zainiyati, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT,
(Jakarta: Kencana, 2017), 40. 7 Gandana, Komunikasi Dalam PAUD,208.
8 Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Managemen Komunikasi, (Jakarta: Medpress,
2009), 12.
5
baik ketika menyapa, ketika melakukan komunikasi di tengah-tengah
percakapan, maupun diskusi dalam forum perkuliahan.
Mayrina Eka Prasetyo Budi lebih intens dan konsisten serta
menggunakan bentuk emoji whatsapp yang beragam dalam proses
komunikasi pembelajaran yang dilakukan dibandingkan dengan
penggunaan emoji yang dilakukan oleh dosen lain.
Gambar 1.1: Penggunaan emoji dosen lain dalam komunikasi
pembelajaran daring.9
9 Dokumentasi hasil Screenshoot aplikasi whatsapp oleh Arma’ruf Hidayah dan Yufelia
Cahya Indrawan
6
Gambar 1.2: Penggunaan emoji Mayrina Eka Prasetyo Budi
dalam komunikasi pembelajaran daring.10
Mayrina Eka Prasetyo Budi menggunakan emoji mulai dari awal
perkuliahan hingga akhir perkuliahan dalam proses komunikasi mata
kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling mahasiswa Bimbingan
Penyuluhan Islam semester 5 angkatan tahun 2018 yang pada dasarnya
sudah pernah diampu olehnya baik secara langsung melalui tatap muka
maupun secara daring, sehingga diharapkan mereka akan dapat lebih jelas
merasakan dampak dari penggunaan emoji pada proses komunikasi
pembelajaran daring yang dilakukan oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi.
Mayrina Eka Prasetyo Budi tidak secara dominan menggunakan
pesan suara serta tidak menggunakan fasilitas telepon maupun video call
sehingga komunikasi yang ia lakukan dengan mahasiswanya lebih banyak
10
Dokumentasi hasil Screenshoot aplikasi whatsapp oleh Arma’ruf Hidayah
7
melalui chat dengan menggunakan emoji sebagai komunikasi nonverbal
dan di sana belum ditemukan adanya kasus kesalahfahaman dalam pesan
yang dikirimkan.
Mengingat pentingnya tujuan dan dampak penggunaan emoji
dalam komunikasi pada pembelajaran daring melalui media whtasapp,
peneliti termotivasi untuk meneliti lebih lanjut tentang tujuan Mayrina Eka
Prasetyo Budi dalam penggunaan emoji pada pesan yang dikirimkan serta
dampak apa yang dirasakan terhadap penggunaan emoji tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti mengambil judul penelitian yaitu “Penggunaan Emoji Dalam
Komunikasi Pembelajaran Daring Melalui Media Whatsapp (Studi
Deskriptif pada Mahasiswa Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo Angkatan Tahun 2018)”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus di dalam
penelitian ini adalah tujuan dan dampak penggunaan emoji pada proses
komunikasi pembelajaran daring oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi melalui
media whatsapp.
C. Populasi dan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan teori
populasi dan sampel oleh Gay dan Diehl yang berpendapat bahwasannya
8
ukuran sampel yang diterima bergantung kepada penelitiannya. Apabila
sebuah penelitian bersifat deskriptif, maka sampel minimum yang dapat
digunakan adalah 10 persen dari populasi yang diteliti.11
Populasi dalam penelitian adalah mahasiswa Bimbingan
Penyuluhan Islam semester lima angkatan 2018 yang diajar dalam mata
kuliah Keterampilan Konseling oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi. Jumlah
populasi mahasiswa tersebut adalah 63 orang mahasiswa. Peneliti
mengambil sampel dengan jumlah 7 orang mahasiswa untuk melakukan
wawancara tentang dampak dari penggunaan emoji dalam komunikasi
pembelajaran daring.
D. Rumusan Masalah
Agar pembahasan ini tersusun secara sistematis, maka dirasa
perlu dirumuskan permasalahan. Berdasarkan kronologi permasalahan
yang disampaikan dalam latar belakang di atas, maka dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tujuan penggunaan emoji pada proses komunikasi
pembelajaran daring mata kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling
oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi melalui media whatsapp?
2. Bagaimana dampak penggunaan emoji pada proses komunikasi
pembelajaran daring mata kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling
oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi melalui media whatsapp?
11
Mamik, Metodologi Kualitatif, (Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015), 60.
9
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tujuan penggunaan emoji pada proses komunikasi
pembelajaran daring mata kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling
oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi melalui media whatsapp.
2. Untuk mengetahui dampak penggunaan emoji pada proses komunikasi
pembelajaran daring mata kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling
oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi melalui media whatsapp.
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi
pengembangan suatu ilmu. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara tetoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Sebagai bahan pembelajaran serta referensi tambahan bagi
praktisi akademis dalam bidang yang sama, yakni dalam bidang
komunikasi.
b. Sebagai rujukan bagi tenaga pengajar dalam menjalankan
tugasnya. Khususnya dalam proses komunikasi pembelajaran
secara daring.
10
c. Bagi IAIN Ponorogo, hasil penelitian ini dapat berguna dalam
melengkapi kepustakaan tentang tujuan dan dampak komunikasi
dengan menggunakan emoji yang dilakukan oleh pengajar dalam
pembelajaran daring melalui media whatsapp.
d. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi serta memperkaya
penelitian tentang komunikasi nonverbal khususnya dalam tujuan
dan dampak penggunaan emoji dalam proses komunikasi
pembelajaran daring melalui media whatsapp.
e. Bagi peneliti lainnya, adanya penelitian ini diharapkan dapat
menjadi dasar bahan kajian lebih lanjut oleh akademisi lainnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak
yang membutuhkan, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Bagi pengajar, dapat dijadikan pertimbangan untuk dapat
menetapkan tujuan ketika berkomunikasi dengan peserta didiknya
agar dapat mengarahkan proses komunikasi yang efektif sehingga
dapat terjadi efektifitas dalam penyampaian pesan.
b. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai acuan untuk melaksanakan
komunikasi secara baik dengan menggunakan emoji meskipun
dalam bentuk komunikasi verbal tertulis yang tidak dapat
menggunakan komunikasi nonverbal secara langsung.
c. Bagi pengguna whatsapp, dapat dijadikan acuan dalam
melakukan komunikasi via chat whatsapp sehingga tidak ada lagi
11
kasus kesalahfahaman pesan yang dapat memicu pada tindakan
kriminal.
G. Telaah Pustaka
Telaah pustaka di sini menjadi landasan dalam menentukan posisi
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Terdapat penelitian yang
memiliki kaitan dengan proses komunikasi akan tetapi peneliti belum
menemukan penelitian yang memiliki pembahasan spesifik mengenai
tujuan penggunaan emoji dalam proses komunikasi pembelajaran daring
melalui media whatsapp.
Berikut beberapa penelitian yang yang dijadikan rujukan bagi
penulis:
Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Eko Kuntarto dengan
judul “Keefektifan Model Pembelajaran Daring dalam Perkuliahan Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi”. Di dalam penelitian tersebut, Eko
membahas tentang keefektifan model pembelajaran daring yang mencakup
beberapa aspek seperti: jenis model pembelajaran, komponen sistem
pembelajaran, komponen perangkat pembelajaran, platform media sosial
yang dipilih, kemudian besaran media atau volume data yang diunggah ke
dalam media sosial.12
Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang
penulis miliki adalah sama-sama membahas tentang pembelajaran daring.
12
Eko Kuntarto, “Keefektifan Model Pembelajaran Daring Dalam Perkuliahan Bahasa
Indonesia Di Perguruan Tinggi,” Journal Indonesian Language Education and Literature Vol. 3,
No. 1, Desember 2017.
12
perbedaannya penelitian tersebut terfokuskan pada aspek-aspek yang
memengaruhi efektifitas pembelajaran daring sedangkan di dalam
penelitian ini, pembahasan tidak pada sistem atau model pembelajaran
daring yang dilakukan akan tetapi lebih terfokuskan kepada proses
komunikasi yang terjalin di dalam proses pembelajaran daring tersebut
yakni berkaitan dengan tujuan serta dampak dari penggunaan emoji dalam
proses komunikasi.
Kedua, penelitian dalam bentuk tesis yang dilakukan oleh Siti
Aisyah dengan judul “Implementasi Komunikasi Verbal dan Nonverbal
dalam Kegiatan Public Speaking Santri Di Pondok Pesantren Darul Falah
Amtsilati Putri Bangsri Jepara”. Penelitian tersebut membahas tentang
penggunaan komunikasi verbal lisan yakni public speaking dan nonverbal
yakni berupa intonasi, ekspresi, maupun gerak tubuh yang dilakukan
secara bersamaan.13
Penelitian tersebut memiliki kesamaan yakni dalam pembahasan
tetang penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal dalam waktu yang
bersamaan akan tetapi perbedaannya terletak pada jenis komunikasinya
yakni komunikasi yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
komunikasi verbal jenis oral atau lisan sehingga berbeda dengan
pembahasan di dalam penelitian ini yang menggunakan komunikasi verbal
berjenis teks atau tulisan (written) sehingga tidak dapat diintonasikan
maupun diekspresikan dengan gerak tubuh secara langsung sebagai bentuk
13
Siti Aisyah, “Implementasi Komunikasi Verbal dan Nonverbal Dalam Kegiatan Public
Speaking Santri Di Pondok Darul Falah Amtsilati Putri Bangsari Jepara”, (Tesis, Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2018).
13
komunikasi nonverbal melainkan menggunakan emoji yang biasa
digunakan untuk mengiringi pesan tertulis tersebut.
Pembahasan dalam penelitian ini pun juga terfokuskan pada
tujuan dan dampak dari penggunaan emoji sebagai komunikasi nonverbal
pada proses komunikasi pembelajaran daring berbeda dengan penelitian
tersebut yang membahas tentang implementasi komunikasi verbal dan
nonverbal dalam kegiatan public speaking.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Dian Patrian Alan Huda
dengan judul “Motivasi Penggunaan Emoji Pada Whatsapp Dan Kepuasan
Dalam Penyampaian Pesan”. Pembahasan dalam penelitian tersebut
terfokus pada tingkat motivasi dan tingkat kepuasan dalam penggunaan
emoji ketika menyampaikan pesan di dalam media whatsapp melalui data
kuantitatif, dan sejauh mana tingkat kepuasan tersebut dapat
memengaruhi motivasi seseorang untuk menggunakan emoji. 14
Penelitian ini tidak membahas seberapa besar motivasi atau
tingkatan motivasi seseorang dalam menggunakan emoji pada proses
komunikasi, melainkan deskripsi tentang tujuan seorang komunikator yang
memilih menggunakan emoji sebagai bentuk komunikasi nonverbal serta
dampak yang dirasakan pada penggunaan emoji dalam proses komunikasi
pembelajaran daring melalui media whatsapp.
14
Dian Patrian Alan Huda, “Motivasi Penggunaan Emoji pada Whatsapp dan Kepuasan
dalam Penyampaian Pesan” Jurnal Universitas Sebelas Maret, 2017.
14
Kemudian, skripsi tersebut menggunakan penelitian kuantitatif
yakni dalam mengukur tingkat motivasi dan tingkat kepuasan penggunaan
emoji, sedangkan penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang
tujuan dan dampak penggunaan emoji sebagai pengiring pesan verbal
secara tekstual atau tertulis melalui media whatsapp.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbedaan
dengan penelitian yang hendak dilakukan oleh penulis pada saat ini, baik
dalam segi penggunaan metodologi penelitian, perbedaan dalam acuan
teori, fokus pembahasan, serta lokasi penelitian. Dengan adanya
perbandingan dari hasil penelitian terdahulu, diharapkan penelitian ini
dapat mengisi kekosongan, melengkapi, mengembangkan, dan
memperkaya hasil penelitian tentang tujuan dan dampak penggunaan
emoji sebagai bentuk komunikasi nonverbal di dalam proses komunikasi.
H. Metode Penelitian
1. Metode dan Jenis Pendekatan
Pada penelitian ini, penulis menggunakan jenis metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian
deskriptif merupakan sebuah bentuk penelitian dengan berusaha
mendeskripsikan suatu peristiwa, gejala, kejadian, yang terjadi pada
saat ini. Melalui metode penelitian deskriptif, peneliti berusaha
mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian
15
dengan tidak memberikan perlakuan khusus terhadap kejadian
tersebut.15
Sedangkan pendekatan kualitiatif memiliki tujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang bersifat umum terhadap suatu
fonomena kenyataan sosial dari sudut pandang partisipan. Pemahaman
tersebut tidak secara langsung ditentukan, akan tetapi perlu dilakukan
analisis dahulu terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus
penelitian. Berdasarkan analisis tersebut, nantinya akan ditarik
kesimpulan berupa pemahaman secara umum.16
Penulis ingin mendeskripsikan hasil penelitian yang
diperoleh dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif melalui
metode wawancara yang kemudian dianalisis dan dicari kesimpulan
secara umum. Pada penelitian ini, penulis mendeskripsikan tentang
tujuan dan dampak dari penggunaan emoji pada proses komunikasi
pembelajaran daring mata kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling
oleh Mayrina Eka Preasetyo Budi melalui media whatsapp.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi di dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi
penelitian di Insitut Agama Islam Negeri Ponorogo lebih spesifiknya
berada di kelas Bimbingan Penyuluhan Islam yang tepatnya berlokasi
di Jalan Pramuka No. 156, Ronowijayan, Ponorogo untuk kampus satu
dan di Jalan Puspita Jaya, Desa Pintu, Jenangan, Ponorogo akan tetapi
15
Salim dan Haidir, Penelitian dan Pendidikan Metode, Pendekatan, dan Jenis, (Jakarta:
Kencana, 2019), 49. 16
Albi Anggito dan Johan Setawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi: CV
Jejak, 2018), 16.
16
perlu digaris bawahi bahwasannya proses pembelajaran tersebut
berlangsung secara daring (dalam jaringan) sehingga penelitian tidak
secara langsung dapat dilakukan di lokasi tersebut.
Lokasi tersebut dipilih dengan alasan bahwasannya untuk
mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam semester lima merupakan
mahasiswa yang diampu oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi dalam mata
kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling yang memiliki arti bahwa
kelas tersebut melakukan pembelajaran daring dengan menggunakan
emoji sebagai bentuk komunikasi nonverbal dalam komunikasinya
selama satu semester.
Selain itu, mahasiswa tersebut sudah pernah diampu oleh
Mayrina Eka Prasetyo Budi baik secara langsung melalui tatap muka
maupun secara daring sehingga diharapkan mereka akan dapat lebih
jelas merasakan dampak dari penggunaan emoji pada proses
komunikasi pembelajaran daring tersebut.
3. Data dan Sumber Data Penelitian
Data merupakan suatu fakta mentah yang merupakan hasil
pengamatan yang diperoleh dari lapangan dalam bentuk huruf, angka,
gambar, grafik, dan sebagainya yang kemudian dapat diolah lebih
lanjut sehingga memperoleh hasil tertentu.17
Sumber data di dalam penelitian kualitatif adalah sebagai
berikut:
17
Ibid, 213.
17
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang baru, atau data yang
pertama kali digunakan serta merupakan data asli yang diperoleh
langsung oleh peneliti melalui sumbernya. Peneliti mencari
berbagai data sebagai bukti fakta yang terjadi di lapangan. 18
Penelitian ini, di dalamnya terdapat beberapa data yang
akan dijadikan sumber data primer oleh peneliti diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Data berupa tujuan dan alasan yang melatarbelakangi Mayrina
Eka Prasetyo Budi dalam penggunaan emoji pada proses
komunikasi pembelajaran daring.
2) Data berupa bagaimana pendapat mahasiswa tentang dampak
penggunaan emoji yang dirasakan oleh mahasiswa sebagai
komunikan pada proses komunikasi pembelajaran daring.
3) Data berupa dokumentasi screenshoot history percakapan
whatsapp dan google classroom forum grup mata kuliah
Keterampilan Komunikasi Konseling.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui
sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.
Data sekunder di sini diklasifikasikan menjadi dua yakni internal
data (data yang tertulis pada sumber data sekunder) dan ekternal
18
Nikolaus Duli,Metodologi Penelitian Kualitatif : Beberapa Konsep Dasar Untuk
Penulisan Skripsi & Analisis Data Dengan SPSS, (Yogyakarta: Depublish, 2019), 84.
18
data (data yang diperoleh melalui sumber luar yang masih
relevan).19
Data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Profil IAIN Ponorogo sebagai lokasi penelitian.
2) Profil Subjek Penelitian
3) Data jumlah mahasiswa yang diampu oleh Mayrina Eka
Prasetyo Budi pada mata kuliah Keterampilan Komunikasi
Konseling.
4) Proses pembelajaran daring, media yang digunakan, dan
mekanisme perkuliahan pembelajaran daring mata kuliah
Keterampilan Komunikasi Konseling.
5) Data dosen yang menggunakan emoji dalam komunikasi
pembelajaran daring.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian
kualitatif ini antara lain sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah proses percakapan yang
dilakukan oleh interviewer dan interviewee dengan tujuan tertentu,
dengan pedoman, dan bisa bertatap muka maupun melalui alat
komunikasi tertentu.20
Wawancara dapat dilakukan secara
19
Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), 132. 20
Fandi Rosi Sarwo Edi, Teori Wawancara Psikodignostik, (Yogyakarta: PT Leutika
Nouvalitera, 2016), 3.
19
tersembunyi maupun terbuka, di mana informan mengetahui bahwa
ia sedang diwawancarai.21
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara secara
terbuka kepada Mayrina Eka Prasetyo Budi dan kepada 7
perwakilan mahasiswa yang diampu dalam mata kuliah
Keterampilan Komunikasi Konseling yakni dengan cara bertemu
secara langsung dan melakukan wawancara melalui telfon serta
videocall media whatsapp..
Teknik wawancara digunakan peneliti untuk menggali
data tentang tujuan Mayrina Eka Prasetyo Budi dalam penggunaan
emoji pada proses komunikasi pembelajaran daring melalui media
whatsapp, deskripsi proses pembelajaran, mekanisme dan proses
komunikasi pembelajaran daring tersebut berlangsung.
Teknik wawancara di sini juga digunakan untuk menggali
data tentang dampak yang dirasakan oleh Mayrina Eka Prasetyo
Budi sebagai komunikator serta dampak yang dirasakan oleh
mahasiswa sebagai komunikan dalam penggunaan emoji pada
proses komunikasi pembelajaran daring pada mata kuliah
Keterampilan Komunikasi Konseling.
b. Dokumentasi
Dokumen merupakan kumpulan atau jumlah signifikan
dari bahan tertulis ataupun film (berbeda dari catatan), berupa data
21
Nur Sayidah, Metodologi Penelitian Disertai Dengan Contoh Penerapannya Dalam
Penelitian, (Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2018), 146.
20
yang akan ditulis, dilihat, disimpan, dan digulirkan dalam
penelitian, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan
seorang peneliti yang rinci dan mencakup segala keperluan data
yang diteliti, mudah diakses.
Dokumen merujuk pada materi seperti foto, video, film,
memo, surat, catatan harian, catatan kasus klinis, dan memorabilia
segala macam yang bisa digunakan sebagai informasi tambahan
sebagai bagian dari studi kasus yang sumber data utamanya adalah
observasi atau wawancara partisipan.22
Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini berupa
screenshoot atau tangkapan layar history percakapan whatsapp
group serta google clasroom yang merupakan ruang kelas atau
forum perkuliahan aktif yang digunakan oleh Mayrina Eka
Prasetyo Budi dan mahasiwanya dalam melaksanakan komunikasi
pembelajaran daring selama satu semester.
5. Analisis Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan model analisis data
interaktif yang dicetuskan oleh Miles dan Huberman di mana analisis
data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus
sampai tuntas.
Terdapat 3 aktifitas dalam analisis data yang penjelasannya
adalah sebagai berikut:
22
Anggito, dkk, Metodologi Penelitian Kualitatif, 146.
21
a. Reduksi Data
Mereduksi data memiliki arti merangkum, memilih inti
atau hal-hal yang pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang
penting, serta mencari tema beserta dengan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan
data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan.23
Data yang didapatkan melalui hasil wawancara akan
peneliti rangkum dan difokuskan pada pembahasan tentang tujuan
dan dampak dari penggunaan emoji pada komunikasi
pembelajaran daring melalui media whatsapp.
b. Display Data (Penyajian Data)
Setelah data direduksi maka akan dilakukan penyajian
data, di sini peneliti akan menyajikan data berbentuk uraian
singkat atau teks berbentuk naratif.24
Kemudian data tersebut
disusun secara sistematis sehingga pembaca akan lebih mudah
dalam memahami konsep.25
Data yang telah didapatkan dalam
penelitian ini akan peneliti sajikan ke dalam bentuk teks deskripsi
dan gambar.
23
Umarti dan Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Teori Konsep Dalam Penelitian
Pendidikan, (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2020), 88. 24
Ibid.,89. 25
Helaluddin, dan Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitattif : Sebuah Tinjauan Teori dan
Praktik, (Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019), 124
22
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Peneliti melakukan penarikan kesimpulan yang diperoleh
berdasarkan hasil analisis data. Kesimpulan pada penelitian
disesuaikan dengan hasil konfirmasi antara kesimpulan hasil
reduksi data dengan kesimpulan hasil analisis untuk data lanjutan.
Sehingga kesimpulan hasil reduksi data sesuai dengan hasil
analisis untuk data lanjutan, maka kesimpulan penelitian sesuai
dengan kesimpulan hasil reduksi data. 26
Simpulan merupakan sebuah intisari atau intipokok dari
sebuah temuan penelitian yang menggambarkan pendapat terakhir
berdasarkan dengan uraian-uraian sebelumnya. Kesimpulan harus
relevan dengan fokus penelitian serta temuan penelitian yang
sudah dibahas sebelumnya.27
Data yang telah dianalisis berdasarkan teori kemudian
disimpulkan oleh peneliti yang terfokus pada pembahasan tentang
tujuan dan dampak dari penggunaan emoji oleh Mayrina Eka
Prasetyo Budi pada komunikasi pembelajaran daring melalui
media whatsapp.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Cara yang digunakan peneliti dalam pengecekan keabsahan
data adalah melalui proses triangulasi sumber yakni dengan
26
Vigih Hery Kristanto, Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah,
(Yogyakarta: Deepublish, 2018), 99. 27
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif ,
(Surabaya, Unesa University Press, 2007), 32.
23
membandingkan dan mengecek ulang derajat kepercayaan informasi
melalui sumber yang berbeda.28
Data yang di dalam penelitian ini diperoleh melalui delapan
sumber yakni dari pengajar/dosen dan tujuh mahasiswa yang
diampunya dalam pembelajaran daring mata kuliah Keterampilan
Komunikasi Konseling. Rincian dari narasumber tersebut adalah
sebagai berikut:
Sumber 1 : Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi selaku pengajar atau
dosen
Sumber 2 : Harisa Matsna Nur Hamidah selaku mahasiswa
Sumber 3 : Octavia Ammar Rodiana selaku mahasiswa
Sumber 4 : Arma’ruf Hidayah selaku mahasiswa
Sumber 5 : Fatimah Burujim Musyayadah selaku mahasiswa
Sumber 6 : Karimatus Sholihah selaku mahasiswa
Sumber 7 : Catur Langgeng Pribadi selaku mahasiswa
Sumber 8 : Muhammad Isnaini Muttaqim selaku mahasiswa
I. Sistematika Pembahasan
Penulis di dalam penelitian ini, membagi sistematika pembahasan
menjadi lima bab yang memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Isi dari
masing-masing bab memiliki gambaran sebagai berikut:
28
Bachtiar S. Bachri, “Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif”, Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 10, April 2010, 48.
24
BAB I Memuat tentang pendahuluan sebagai pengantar skripsi
yang akan ditulis mulai dari latar belakang, fokus
penelitian, populasi dan sampel, rumusan masalah, tujuan,
kegunaan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II Memuat tentang landasan secara teoritik tentang
pengertian, unsur, proses, tujuan, dan dampak
komunikasi, pembahasan tentang pengertian komunikasi
nonverbal, bentuk, tujuan, dan fungsinya, penjelasan
tentang pengertian emoji dan jenis emoji pada aplikasi
whatsapp, pengertian dan media pembelajaran daring,
whtasapp sebagai media pembelajaran daring.
BAB III Memuat tentang temuan penelitian yakni pembahasan data
tentang deskripsi subjek, deskripsi objek, dan profil dan
sejarah sngkat IAIN Ponorogo, visi dan misi dan tujuan
IAIN Ponorogo, kemudian proses pembelajaran, media
pembelajaran, dan proses komunikasi pembelajaran daring
di dalam mata kuliah Keterampilan Komunikasi
Konseling. Serta paparan data tentang tujuan Mayrina Eka
Prasetyo Budi dalam penggunaan emoji pada proses
komunikasi pembelajaran daring serta data tentang
dampak penggunaan emoji yang dirasakan oleh Mayrina
Eka Prasetyo Budi sebagai komunikator dan dampak yang
25
dirasakan oleh mahasiswa sebagai komunikan.
BAB IV Memuat hasil analisa data yang telah ditemukan yakni
berisi analisa tentang tujuan Mayrina Eka Prasetyo Budi
dalam penggunaan emoji pada proses komunikasi
pembelajaran daring mata kuliah Keterampilan
Komunikasi Konseling melalui media whatsapp, dan
analisa data tentang dampak penggunaan emoji yang
dirasakan oleh mahasiswa.
BAB V Merupakan penutup, bab ini memiliki bertujuan untuk
mempermudah para pembaca dalam mengambil intisari
hasil penelitian. Bab ini memuat tentang kesimpulan hasil
penelitian dan saran penulis.
26
BAB II
KOMUNIKASI, EMOJI, DAN PEMBELAJARAN DARING
A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Kata komunikasi atau yang dalam bahasa Inggrisnya adalah
communication merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa latin
yakni communis yang bermakna “sama”, communico, communicatio,
atau communicare yang memiliki arti “membuat sama” (to make
common). Communico merupakan kata yang paling sering disebut
sebagai asal dari kata komunikasi, yang merupakan akar atau dasar
dari kata-kata latin yang lain.1
Komunikasi atau communicate sebagai verb (kata kerja) di
dalam bahasa Inggris memiliki arti sebagai berikut:
a. Untuk bertukar fikiran, perasaan, dan informasi.
b. Untuk membuat sama.
c. Untuk menjadikan seseorang faham atau tahu.
d. Untuk memiliki hubungan yang simpatik.
Sedangkan sebagai noun (kata benda), communication
memiliki arti:
a. Ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi.
1 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarta, 2013), 46.
27
b. Seni mengekspresikan ide/gagasan.
c. Proses pertukaran antar individu dengan menggunakan simbol
yang sama.
d. Pertukaran pesan, simbol, dan informasi.
Komunikasi secara garis besar dapat diartikan sebagai usaha
dalam menyampaikan pesan antar manusia.2 Ada pendapat yang
menyebutkan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses
penyampaian pesan oleh komunikator (pengirim) kepada komunikan
(penerima) dengan menggunakan saluran tertentu. Ada pula yang
menyebutkan bahwasannya komunikasi merupakan suatu proses
penyampaian pesan (baik berupa suara, gambar, lambang, dan lain-
lain) dari suatu sumber kepada audience atau sasaran dengan
menggunakan saluran tertentu.
Orang yang berbicara merupakan sumber atau source dari
komunikasi atau juga bisa disebut dengan komunikator, sedangkan
orang yang mendengarkan atau menerima disebut dengan
komunikan. Hal atau informasi yang disampaikan oleh komunikator
disebut sebagai pesan, sementara perantaranya disebut dengan
saluran atau channel.3
2 Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012), 55-
56. 3 Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006),
3-4.
28
2. Unsur-Unsur Komunikasi
Terdapat perbedaan pendapat tentang unsur atau elemen
yang menjadi pendukung proses komunikasi. Ada yang menilai
bahwa komunikasi terjadi cukup dengan hanya tiga unsur
(komunikator, pesan, dan komunikan) akan tetapi ada juga yang
menambahkan umpan balik atau feedback, dan saluran.4
a. Sumber
Sumber merupakan pengirim atau pembuat informasi.
Sumber biasa disebut dengan komunikator, pengirim, atau di
dalam bahasa Inggrisnya disebut sender, source, atau encoder.
Sumber bisa terdiri dari individu maupun kelompok.5 Seorang
komunikator bisa jadi mengetahui maupun tidak mengetahui siapa
yang akan menjadi penerima pesannya.6
Ketika seseorang ingin menjadi komunikator yang
efektif, maka ia harus berusaha untuk melakukan komunikasi baik
secara verbal maupun nonverbal dengan memahami budaya orang
lain. Akan tetapi kita juga harus mengantisipasi bahwasannya,
orang lain bisa saja tidak sengaja dalam melakukan komunikasi
yang sesuai dengan budaya kita baik secara verbal maupun
nonverbal.7
4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 22.
5 Ibid, 24.
6 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa,(Jakarta: Kencana, 2013), 17.
7 Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya, (Bandug: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), 5.
29
b. Pesan
Pesan di dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan
message, content, atau information. Pesan merupakan sesuatu
yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima baik secara
langsung maupun dengan melalui media tertentu. Pesan, dapat
berisi tentang suatu informasi, ilmu pengetahuan, nasihat,
hiburan, dan lain sebagainya.8 Pesan dapat diterima atau
dirasakan oleh indra yang dapat ditujukan oleh banyak orang
ataupun hanya satu orang saja. 9
c. Media
Media yang dimaksudkan di sini adalah sebuah alat yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber ke penerima.
Saluran atau media komunikasi memiliki bermacam-macam
bentuk seperti halnya ketika terjadi komunikasi antar pribadi
pancaindralah yang sebagai media dalam penyampaian
komunikasi.
Selain indra manusia, terdapat juga saluran komunikasi
yakni seperti telepon, telegram, surat, yang dijadikan media
komunikasi.10
Akan tetapi, terkadang pesan juga membutuhkan
lebih dari satu saluran agar dapat mencapai sasarannya.11
8 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 24.
9 Morissan, Teori Komunikasi Individu, 19-20.
10 Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 26.
11 Morissan, Teori Komunikasi Individu,20.
30
d. Penerima
Penerima merupakan seseorang atau pihak yang menjadi
sasaran dari pesan yang disampaikan oleh komunikator atau
sumber. Penerima juga bisa terdiri dari satu orang ataupun
kelompok. Penerima memiliki istilah lain seperti sasaran,
komunikan, atau di dalam bahasa Inggris disebut dengan reciver
atau audience. Adanya penerima merupakan akibat dari
keberadaannya sumber, tidak akan ada penerima jika tidak ada
sumber.
Penerima merupakan elemen penting dalam komunikasi,
pasalnya dialah sasaran dari komunikasi atau pesan yang
tersampaikan tadi. Jika suatu pesan tidak dapat diterima oleh
seorang komunikan (penerima), maka akan muncul berbagai
masalah yang menjadi akar perubahan baik pada pesan, sumber,
maupun saluran atau media.12
Penerima dan sumber dapat secara
langsung berhubungan dalam suatu situasi, akan tetapi dalam
kesempatan yang lain penerima pesan dan sumber dapat
dipisahkan oleh ruang dan waktu.13
12
Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 26. 13
Morissan, Teori Komunikasi Individu,20.
31
e. Tanggapan balik atau feedback
Feedback merupakan sebuah bentuk pengaruh yang
berasal dari komunikan. Akan tetapi saluran atau media dan pesan
juga dapat menjadi asal dari feedback tersebut.14
Feedback atau umpan balik terdiri dari dua jenis, yakni
umpan balik yang bersifat negatif dan umpan balik yang bersifat
positif. Umpan balik negatif akan mengubah sebuah proses
komunikasi atau bahkan dapat mengakhiri proses komunikasi itu
sendiri. Sedangkan umpan balik positif akan dapat mendorong
proses komunikasi tersebut lebih jauh.15
3. Proses Komunikasi
Proses komunikasi merupakan langkah mulai dari
menciptakan informasi sampai kepada pemahaman komunikan
terhadap informasi tersebut. Esensi di dalam proses komunikasi
adalah agar memperoleh kesamaan dalam pemahaman makna di
antara orang-orang yang terlibat di dalamnya.
14
Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, 27. 15
Morissan, Teori Komunikasi Individu, 24.
32
Langkah dalam proses komunikasi, pada aplikasinya
dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Langkah pertama, yakni merupakan ide atau gagasan yang
dibuat oleh sumber atau komunikator.
b. Langkah kedua, proses encoding.
Encoding adalah proses merubah ide atau gagasan
tersebut oleh komunikator menjadi berbagai lambang atau
simbol komunikasi yang memiliki arti atau makna dan dapat
dikirimkan atau disampaikan.16
Dalam proses komunikasi,
16
Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Managemen Komunikasi, (Yogyakarta:
MedPress, 2009), 8.
IDE
ENCODING
PENGIRIM
DECODING
BALIKAN
33
encoding dapat berlangsung sekali ataupun juga dapat terjadi
berkali-kali.
Seseorang ketika mengobrol secara tatap muka, maka
di sana terjadi proses encoding yang berlangsung sekali ketika
komunikator melakukannya terhadap fikirannya ke dalam
kata-kata. Berbeda ketika seseorang berkomunikasi melalui
telepon, proses encoding terjadi dua kali yakni ketika
komunikator melakukan encoding terhadap fikirannya
kemudian ketika pesawat telepon melakukan encoding pada
gelombang suara yang yang diucapkan oleh komunikator.17
c. Langkah ketiga, pesan yang telah melalui proses encoding
tersebut kemudian dikirim atau disampaikan melalui media
yang sesuai dengan lambang atau simbol komunikasi,
kemudian ditujukan kepada komunikannya.
d. Langkah keempat, proses decoding
Decoding merupakan proses penafsiran pesan yang
telah diterima oleh komunikan sesuai dengan persepsinya
untuk mengartikan pesan tersebut.18
Decoding adalah kegiatan
untuk menerjemahkan pesan-pesan fisik menjadi sebuah
bentuk sehingga memiliki arti bagi penerima.
Decoding dapat berlangsung sekali maupun berkali-
kali. Ketika seseorang membaca buku, maka ia melakukan satu
17
Morissan, Teori Komunikasi Individu, 18. 18
Suprapto, Pengantar Teori dan Managemen, 8.
34
kali decoding terhadap pesan yang ada dalam buku tersebut,
akan tetapi ketika ia membaca buku sambil mendengarkan
radio, maka ia sedang melakukan dua decoding secara
bersamaan yakni visual dan audio.19
e. Langkah kelima, ketika pesan telah berhasil didecoding, maka
akan terdapat feedback dari komunikan dengan mengirim
kembali pesan tersebut kepada komunikator.20
4. Tujuan Komunikasi
Setidaknya, terdapat lima tujuan di dalam komunikasi
manusia, yakni sebagai berikut:
1) Untuk memengaruhi orang lain
2) Untuk mengelola atau membangun sebuah relasi
3) Menemukan berbagai perbedaan dalam jenis pengetahuan
4) Untuk membantu orang lain.
5) Untuk bermain atau bergurau
Komunikasi dapat berkembang melalui motivasi untuk
menghasilkan sesuatu yang diharapkan oleh komunikan.
Maknanya, tujuan tersebut perlu memperhatikan rencana
komunikasi dalam berinteraksi.
19
Morissan, Teori Komunikasi Individu, 22. 20
Suprapto, Pengantar Teori dan Managemen, 8.
35
Kategori lain menyebutkan bahwa, manusia menjalani
komunikasi dengan tujuan sebagai berikut:
a. Tujuan utama : Mengirimkan pesan, menerima pesan,
menginterpretasi pesan, merespon pesan secara tepat dan jelas,
bertukar informasi.21
b. Tujuan pendukung : untuk meneliti atau mengoreksi sebuah
informasi, memberikan kepuasan dan kesenangan berdasarkan
informasi atau pesan. 22
5. Dampak Komunikasi
Aktifitas komunikasi, dapat dipastikan semuanya memiliki
dampak atau efek. Pada konsep komunikasi paradigmatik
menyebutkan bahwasannya komunikasi adalah sebuah pola yang
terdiri dari komponen atau unsur serta memiliki dampak-dampak
tertentu. Pola-pola komunikasi yang memiliki dampak diantaranya
adalah penerangan, penyuluhan, kampanye, propaganda,
pendidikan, pemutaran film/ video, acara radio/ televisi, dan
diplomasi.23
21
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011),128. 22
Ibid., 129. 23
Suprapto, Pengantar Teori dan Managemen Komunikasi, 12.
36
Terdapat tiga dampak dalam proses komunikasi,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Dampak Kognitif
Dampak kognitif adalah ketika seorang komunikan
menjadi tau atau meningkat secara intelektualnya. Tujuan
komunikator hanya berkisar untuk mengubah pikiran dari
komunikan. Pesan yang disampaikan di sini, ditujukan pada
pikiran komunikan.
b. Dampak Afektif
Dampak afektif di sini memiliki kadar yang lebih
tinggi dibandingkan dengan dampak kognitif, yakni tujuannya
bukan hanya agar seorang komunikan tahu, akan tetapi juga
dapat tergerak hatinya sehingga akan timbul perasaan sedih,
gembira, iba, terharu, marah, dan lain sebagainya.
c. Dampak Behavioral
Merupakan dampak yang timbul pada komunikan
dalam bentuk tindakan, kegiatan, atau perilaku. Dampak
behavioral memiliki kadar yang paling tinggi di antara dampak
lainnya. 24
24
Henny Kustini, Communication Skill, (Sleman: CV Budi Utama, 2017) 12-13.
37
6. Komunikasi Nonverbal
a. Pengertian
Komunikasi nonverbal merupakan sebuah bentuk
komunikasi yang dalam penyampaiannya tidak menggunakan
kata-kata.25
Cakupan dari komunikasi nonverbal adalah semua
isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan
Richard E. Porter dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktik oleh Marhaeni Fajar mengungkapkan bahwasannya
komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali
rangsangan verbal) dalam suatu komunikasi, yang dihasilkan
oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, serta
memiliki nilai pesan potensial bagi penerima maupun
pengirim.26
Studi yang dilakukan oleh Albert Mehrabian di dalam
buku Komunikasi Dalam PAUD oleh Desiani Natalina dan
Gilar Gandana mengungkapkan bahwa, tingkat kepercayaan
dari sebuah pembicaraan seseorang hanya 7% bersal dari
komunikasi verbal, 38% berasal dari vokal suara, dan 55% dari
ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa, ketika terdapat
sebuah pertentangan antara apa yang diucapkan dengan
25
Desiani Natalina, dan Gilar Gandana, Komunikasi Dalam PAUD, (Tasikmalaya: Ksatria
Siliwangi, 2017),, 66. 26
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik,(Yogyakarta: Garaha Ilmu, 2009),
52.
38
perilakukanya, maka seseorang akan cenderung lebih
membercayai hal-hal yang bersifat nonverbal. 27
b. Bentuk Komunikasi Nonverbal
Berikut ini merupakan bentuk-bentuk dari komunikasi
nonverbal :
1) Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh dapat berupa raut wajah, tatapan
mata, gerak tangan, gerak kepala, gerak gerik pada tubuh
dapat mengungkapkan isi hati, perasaan, kehendak, isi
pikiran, dan sikap seseorang.
2) Tanda
Tanda dalam komunikasi non verbal menjadi
pengganti dari kata-kata. Seperti rambu-rambu, aba-aba
dalam olah raga, bendera, dan lain-lain.
3) Tindakan/perbuatan
Tindakan di sini tidak sertamerta digunakan
untuk menggantikan kata-kata, akantetapi juga
menghantarkan makna. Misalkan menutup pintu dengan
keras, menggebrak meja dalam percakapan.
4) Objek
Merupakan bentuk komunikasi yang tidak
menggantikan kata-kata akan tetapi dapat menghantarkan
27
Gandana, Komunikasi Dalam PAUD, 69.
39
makna. Misalkan aksesoris, berdandan, kendaraan,
hadiah.28
5) Vokalik
Vokalik merupakan bentuk komunikasi nonverbal
berupa suara yang bukan dalam bentuk kata-kata akan
tetapi diciptakan dalam proses pengucapan pesan selain
kata-kata. Istilah lainnya adalah “vokalika” atau
“parabahasa”.29
Vokalik dapat berupa kecepatan berbicara,
tertawa, batuk, sengau, tinggi rendahnya suara, irama,
berhenti, bahkan keheningan.
Penggunaan isyarat ini pada bahasa tertulis dapat
dilakukan pada tampilan visual dari materi tertulis. Seperti
penggunaan huruf capital dapat diartikan dengan berteriak,
tanda-tanda emosi (emotikon dan emoji) juga sangat
berguna dalam pesan tertulis. Isyarat ini dapat
memengaruhi cara berfikir terhadap seseorang dan
berhubungan dengan penulis.30
c. Tujuan Komunikasi Nonverbal
Meskipun berdiri sendiri, akan tetapi komunikasi
verbal sering memiliki kaitan dengan komunikasi nonverbal.
28
Ibid., 67. 29
Nofrion, Komunikasi Pendidikan Penerapan Teori Dan Konsep Komunikasi Dalam
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2016 ), 96. 30
Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart terj. Ibnu Hamad, Komunikasi Dan Perilaku
Manusia, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 117.
40
Komunikasi verbal dan nonverbal berkaitan karena seringnya
penggabungan di antara keduanya dalam suatu situasi.
Berikut ini merupakan enam tujuan dari penggunaan
komunikasi nonverbal yang diungkapkan oleh Thil dan Bovee
dalam Excellent in Business Communication :
a. Memberikan atau menyediakan informasi.
b. Mengatur alur percakapan.
c. Mengekspresikan emosi.
d. Memberi sifat, menentang, melengkapi, atau
mengembangkan pesan-pesan verbal.
e. Mempersuasi, atau mengendalikan orang lain.
f. Mempermudah tugas-tugas khusus, semisal memberikan
contoh dengan cara mengayunkan tongkat golf yang baik
dan benar.31
d. Fungsi Komunikasi Nonverbal
Kecuali dari hakikatnya dapat menyampaikan makna,
komunikasi nonverbal memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Melengkapi komunikasi verbal
Misalkan, ketika kita menyapa teman kita yang
datang dengan berkata “selamat datang” sembari
memberikan senyuman kemudian menepuk pundaknya.32
31
Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, (Jakarta: Erlangga, 2006), 10. 32
Agus M. Hardjana, Komunikasi Interpersonal Dan Intrapersonal,(Yogyakarta:
Penerbit Kansius, 2003), 27.
41
2) Menekan komunikasi verbal
Misalkan, ketika kita tidak setuju dengan pendapat
rekan kita ketika sedang melakukan diskusi dengan berkata
“saja tidak setuju” sembari menggebrak meja.
3) Membesar-besarkan komunikasi verbal
Misalkan, setelah melihat pameran pesawat
terbang, kita bercerita tentang ukurannya yang super besar
dan superpersonik kecepatan terbangnya dengan berkata
“kapal terbang itu ukurannya sangat besar sekali, dan
cepaaaaat sekali” sembari dengan melebarkan tangan dan
menukik nukikkan ke atas dan ke bawah.
4) Melawan komunikasi verbal
Misalkan, ketika teman kita sedang marah
kemudian kita bertanya kepadanya “kamu marah ya?”
kemudian ia menjawab “aku tidak marah” dengan
memberikan ekspresi wajah masam dan telinga yang merah
membara.
5) Meniadakan komunikasi verbal
Misalkan, ketika kita dimintai uang secara paksa.
Kemudian kita mengeluarkannya dari saku dengan berkata
“ini uangnya!” sembari memasukkan kembali uang tersebut
kedalam saku.33
33
Ibid, 28.
42
B. Emoji
1. Pengertian Emoji
Emoji menurut editor Oxford Dictionary merupakan sebuah
ikon digital atau gambar kecil uang dipergunakan untuk
mengekspresikan emosi atau ide di dalam komunikasi elektronik.
Secara etimologis, istilah emoji merupakan pinjaman kata dari bahasa
Jepang yakni berasal dari kata e yang bermakna “gambar” dan moji
yang bermakna “huruf, katakter”. Kemiripan dengan kata emotikon
yang berasal dari bahasa Inggris membuat pengguna lebih mudah
untuk mengingatnya. Meskipun terdapat perbedaan yakni emotikon
berasal dari kata emotion dan icon yang memiliki definisi ekspresi
wajah yang terdiri dari karakter papan ketik.34
Simbol emoji berbeda dengan emotikon di mana emoji dibuat
sekitar tahun 1998 oleh pekerja perusahaan telekomunikasi Jepang
yang bernama Shigetaka Kurita dengan mengadaptasi gaya manga
yang menarik secara visual untuk menggantikan gaya emotikon yang
lebih grafis.35
Emoji semakin populer digunakan karena menjadi
pengantar ekpresi atau emosi dari penggunanya. 36
Berdasarkan pemaparan di atas menyebutkan bahwa
penggunaan emoji dapat menggantikan ekspresi dari penggunanya
34
Fathur Rokhman dan Surahmat, Linguistik Disruptif Pendekatan Kekinian Memahami
Perkembangan Bahasa. (Jakarta: Bumi Aksara, 2019) 128. 35
Marcel Danesi, The Semiotic Of Emoji : The Rise Of Visual Language In The Age Of
Internet, (London: Bloomsbury,2016), 2. 36
Norwati Mohd Zain dan Hishamudin Isam, “Emoji dan Ekspresi Emosi Di Kalangan
Komuniti Siber”, PENDETA Journal Of Malay Language, Education And Literature,Vol. 10,
2019, 22.
43
yang merupakan bentuk komunikasi nonverbal. Sehingga bisa
dikatakan emoji juga merupakan suatu pesan nonverbal yang biasa
mengiringi pesan teks dalam komunikasi.
2. Jenis-Jenis Emoji Dalam Media Whatsapp
Terdapat berbagai jenis emoji di dalam media whatsapp yang
dapat dipergunakan oleh penggunanya. Jenis-Jenis emoji yang terdapat
di dalam media whatsapp adalah sebagai berikut:
a. Emoji smiley dan orang (smileys and people)
44
Gambar 2.1 Emoji Smileys and People.
37
b. Emoji hewan dan alam (animals and nature)
37
Screenshoot aplikasi whatsapp.
45
Gambar 2.2 Emoji animals and nature.
38
c. Emoji makanan dan minuman (food and drink)
Gambar 2.3 Emoji food and drink.
39
d. Emoji aktifitas (activity)
38
Ibid. 39
Ibid.
46
Gambar 2.4 Emoji activity.40
e. Emoji perjalanan dan tempat (travel and places)
Gambar 2.5 Emoji travel and places.
41
f. Emoji objek (objects)
40
Ibid. 41
Ibid.
47
Gambar 2.6 Emoji objects.
42
g. Emoji simbol (symbols)
42
Ibid.
48
Gambar 2.7 Emoji symbols.43
h. Emoji bendera (flags)
Gambar 2.8 Emoji flags.
44
43
Ibid. 44
Ibid.
49
C. Pembelajaran Daring
1. Pengertian Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring sangat dikenal oleh masyarakat dengan
istilah pembelajaran online (digital learning) atau juga sangat umum
disebut dengan istilah pembelajaran jauh (learning distance).
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang antara pengajar
dengan yang diajar tidak melakukan tatap muka secara langsung
melainkan sebuah pembelajaran yang dilakukan di dalam jaringan.
Isman di dalam buku Konsep Pembelajaran Daring Berbasis
Pendekatan Ilmiah oleh Anggota IKAPI menyatakan bahwasannya,
pembelajaran daring merupakan sebuah proses pembelajaran yang
memanfaatkan jaringan internet di dalamnya.45
Sedangkan menurut
Meidawati, dkk, pembelajaran daring dapat didefinisikan sebagai
sebuah pendidikan formal yang peserta didik dengan guru
(instrukturnya) berada di lokasi yang berbeda sehingga membutuhkan
sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya
serta sumberdaya yang diperlukan di dalamnya sehingga pembelajaran
daring dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja bergantung
kepada alat pendukung yang dipergunakan.46
45
Anggota IKAPI, Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan Ilmiah,
(Purwodadi: CV Sarnu Untung, 2020) 2. 46
Ibid., 2-3.
50
2. Whatsapp sebagai Media Pembelajaran Daring
Whatsapp adalah sebuah media sosial yang dapat diakses
melalui smartphone yang merupakan salah satu aplikasi chatting.
Whatsapp adalah aplikasi pesan instan yang memiliki fungsi untuk
mengirim dan menerima pesan. Berbeda dengan sms dan telepon
selular, whatsapp tidak menggunakan biaya pulsa melainkan
menggunakan paket data internet baik jaringan dengan koneksi 3G,
4G, maupun menggunakan wifi.47
Sejak kemunculannya, media whatsapp ini menjadikan
penggunanya seperti berkomunikasi dalam dunia nyata. Beberapa
komunikasi yang dapat dilakukan melalui media whatssapp adalah
sebagai berikut:
a. Chatting merupakan komunikasi yang dilakukan dengan saling
mengirimkan pesan dalam teks atau tulisan.
b. Voice Note merupakan sebuah pesan dalam bentuk suara. Pengguna
hanya perlu merekam suara mereka kemudian dikirimkan.
c. Calling merupakan panggilan atau percakapan seperti ketika
seseorang sedang melakukan telepon.
d. Video call komunikasi seperti telepon yang memungkinkan
pengguna untuk berkomunikasi dengan melihat lawan bicaranya.
e. Status merupakan vitur yang memungkinkan penggunanya untuk
membuat status baik dalam bentuk tulisan, gambar, video, maupun
47
A Andjani, IA Ratnamulyani, AA Kusumadinata, “Penggunaan Media Komunikasi
Whatsapp Terhadap Efektifitas Kinerja Karyawan”, Jurnal Komunikatio, Vol, 4, No. 1, April
2018, 43.
51
suara. Status pada media whatsapp ini bersifat sementara yakni
karena hanya dapat dilihat selama 24 jam.48
48
Afina Amna, “Whatsapp Dan Konsep Jarak Sosial Baru di Masyarakat”, Jurnal Ilmu
Komunikasi, Vol. 1, No. 2, November 2018, 138.
52
BAB III
PAPARAN DATA
TUJUAN DAN DAMPAK PENGGUNAAN EMOJI DALAM
KOMUNIKASI PEMBELAJARAN DARING
A. Deskripsi Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
a. Informan 1
Nama : Mayrina Eka Prasetyo Budi, S.Psi.,
M.Psi., Psi.
Tempat, Tanggal Lahir : Magetan, 11 April 1983.
Profesi : Dosen dan Psikolog.
Status di IAIN Ponorogo : Dosen PNS.
Riwayat Pendidikan :S1 Psikologi Universitas Negeri
Malang S2 Magister Profesi
Psikolog UNPAD Bandung.
Sebagai dosen pengampu mata kuliah keterampilan komunikasi
konseling jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), semester
lima, tahun ajar 2020/2021. 1
b. Informan 2
Nama : Harisa Matsna Nur Hamidah.
Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 25 September 2000.
1 Hasil Wawancara Mayrina Eka Prasetyo Budi, pada Sabtu, 3 Januari 2021.
53
Jurusan-Kelas :Bimbingan Penyuluhan Islam -
Kelas “B”.
Angkatan : 2018.
Sebagai mahasiswa penerima mata kuliah keterampilan
komunikasi konseling jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI), semester lima, tahun ajar 2020/2021.2
c. Informan 3
Nama : Octavia Ammar Rodiana.
Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 8 Oktober 2000 .
Jurusan-Kelas : Bimbingan Penyuluhan Islam -
Kelas “A”.
Angkatan : 2018.
Sebagai mahasiswa penerima mata kuliah keterampilan
komunikasi konseling jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI), semester lima, tahun ajar 2020/2021.3
d. Informan 4
Nama : Arma’ruf Hidayah.
Tempat, Tanggal Lahir : Pemalang, 16 Mei 1998.
Jurusan-Kelas : Bimbingan Penyuluhan Islam -
Kelas “B”.
Angkatan : 2018.
2 Hasil Wawancara Harisa Matsna Nur Hamidah, pada Sabtu, 12 Desember 2020.
3 Hasil Wawancara Octavia Ammar Rodiana, pada Sabtu, 12 Desember 2020.
54
Sebagai mahasiswa penerima mata kuliah keterampilan
komunikasi konseling jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI), semester lima, tahun ajar 2020/2021.4
e. Informan 5
Nama : Fatimah Burujim Musyayadah
Tempat, Tanggal Lahir : Ponorogo, 9 Januari 2000
Jurusan-Kelas :Bimbingan Penyuluhan Islam - Kelas
“B”.
Angkatan : 2018.
Sebagai mahasiswa penerima mata kuliah keterampilan
komunikasi konseling jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI), semester lima, tahun ajar 2020/2021.5
f. Informan 6
Nama : Karimatus Sholihah
Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 15 Februari 2000
Jurusan-Kelas :Bimbingan Penyuluhan Islam - Kelas
“B”.
Angkatan : 2018.
Sebagai mahasiswa penerima mata kuliah keterampilan
komunikasi konseling jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI), semester lima, tahun ajar 2020/2021.6
4 Hasil Wawancara Arma’ruf Hidayah, pada Jum’at, 25 Desember 2020..
5 Hasil Wawancara Fatimah Burujim Musyayadah, pada Senin, 15 Februari 2021.
6 Hasil Wawancara Karimatus Sholihah, pada Senin, 15 Februari 2021.
55
g. Informan 7
Nama : Catur Langgeng Pribadi
Tempat, Tanggal Lahir : Ngawi, 02 April 2000
Jurusan-Kelas :Bimbingan Penyuluhan Islam - Kelas
“B”.
Angkatan : 2018.
Sebagai mahasiswa penerima mata kuliah keterampilan
komunikasi konseling jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI), semester lima, tahun ajar 2020/2021.7
h. Informan 8
Nama : Muhammad Isnaini Muttaqim
Tempat, Tanggal Lahir : Magetan, 6 Maret 2020
Jurusan-Kelas :Bimbingan Penyuluhan Islam - Kelas
“B”.
Angkatan : 2018.
Sebagai mahasiswa penerima mata kuliah keterampilan
komunikasi konseling jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
(BPI), semester lima, tahun ajar 2020/2021.8
7 Hasil Wawancara Catur Langgeng Pribadi, pada Minggu, 14 Februari 2021.
8 Hasil Wawancara Muhammad Isnaini Muttaqim, pada Minggu, 14 Februari 2021.
56
2. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah tentang apasaja yang menjadi
tujuan dari Mayrina Eka Prasetyo Budi dalam penggunaan emoji
sebagai bentuk komunikasi nonverbal pada proses komunikasi
pembelajaran daring mata kuliah keterampilan komunikasi konseling
melalui media whatsapp. Selain itu juga dampak apa saja yang yang
dirasakan oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi sebagai komunikator dan
dampak apa saja yang dirasakan oleh mahasiswa sebagai komunikan
dalam penggunaan emoji pada proses komunikasi pembelajaran
daring mata kuliah keterampilan komunikasi konseling.
3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Profil dan Sejarah Singkat Berdirinya IAIN Ponorogo
Penelitian ini berlokasi di Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo yang beralamatkan di Jalan Pramuka No. 156,
Ronowijayan, Kabupaten Ponorogo untuk kampus satu dan Jalan
Puspitajaya, Desa Pintu, Kecamatan Jenangan, Kabupaten
Ponorogo untuk kampus 2.
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo berdiri tidak
terlepas dari didirikannya Akademi Syari’ah Abdul Wahhab (ASA)
pada tanggal 1 Februari tahun 1968 atas ide KH. Chozin Dawoedy.
Kemudian, akademi ini dinegerikan pada tanggal 12 Mei 1970
yang semulanya Akademi Syari’ah Abdul Wahhab (ASA) menjadi
Fakultas Syari’ah Ponorogo IAIN Sunan Ampel. Setelah itu, pada
57
tahun 1997 berubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) dan pada tahun 2016 menjadi Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) dengan predikat akreditasi B.9
b. Visi IAIN Ponorogo
Visi Institut Agama Islam Negeri Ponorogo adalah
“Sebagai Pusat Kajian Dan Pengembangan Ilmu Keislaman Yang
Unggul Dalam Rangka Mewujudkan Masyarakat Madani”
c. Misi IAIN Ponorogo
1) Menghasilkan sarjana di bidang ilmu-ilmu keislaman yang
unggul dalam kajian materi dan penelitian.
2) Menghasilkan sarjana yang mampu mewujudkan civil society.
3) Menghasilkan sarjana yang berkarakter dan toleran.
d. Tujuan IAIN Ponorogo
1) Memberikan akses pendidikan tinggi keislaman kepada
masyarakat dengan tata kelola yang baik.
2) Menyiapkan human resources yang terdidik.
3) Menghasilkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
yang berkualitas.10
9 https://iainponorogo.ac.id/sejarah-singkat/, diakses pada Jumat, 8 Januari 2021 pada
pukul 12..00 WIB. 10
https://iainponorogo.ac.id/tentang-kami/visi-dan-misi/, diakses pada Jumat, 8 Januari
2021 pada pukul 12..00 WIB.
58
B. Deskripsi Data Umum
1. Proses Pembelajaran Daring Mata Kuliah Keterampilan
Komunikasi Konseling Oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi.
Mata kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling merupakan
sebuah mata kuliah yang memiliki bobot 3 SKS. Mata kuliah ini
disampaikan oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi secara daring selama
satu semester kepada mahasiswa semester lima jurusan Bimbingan
Penyuluhan Islam (BPI) pada tahun 2020 yang berjumlah 63
mahasiswa yakni terdiri dari dua kelas yaitu BPI “A” dengan jumlah
32 orang mahasiswa dan BPI “B” dengan jumlah 31orang
mahasiswa.
Mata kuliah tersebut terjadwal di hari yang sama yakni
seminggu sekali pada hari Selasa, hanya saja terdapat perbedaan jam
masuk perkuliahan yaitu pukul 08.40-10.20 untuk kelas BPI “A” dan
pada pukul 07.00-08.40 untuk kelas BPI “B”. Seperti yang dijelaskan
oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi sebagai berikut :
Jadi, untuk keterampilan komunikasi konseling ini ada 3 SKS
dan diberikan kepada mahasiswa BPI (Bimbingan
Penyuluhan Islam) di semester lima dan untuk harinya di hari
yang sama hari Selasa, hanya beda jam yang kelas BPI “B” di
jam 07.00-08.40, kalau untuk kelas satunya BPI “A” di hari
Selasa juga di jam 08.40 sampai jam 10.20.11
Mekanisme perkuliahan yang dilaksanakan dalam mata
kuliah keterampilan komunikasi konseling ini tidak lepas dari proses
kesepakatan antara dosen dengan mahasiswanya. Terdapat beberapa
11
Hasil Wawancara Mayrina Eka Prasetyo Budi, pada Sabtu, 3 Januari 2021.
59
poin penting yang memang harus dipatuhi dan diterapkan di dalam
perkuliahan ini, yakni sebagai berikut:
a. Absensi dilakukan 15 menit sebelum perkuliahan dimulai, apabila
terlambat maka mahasiswa diharuskan untuk melaksanakan
absensi di akhir perkuliahan agar tidak mengganggu proses
diskusi atau presentasi yang sedang berlangsung. Absensi
dilakukan dengan mengisi list presensi atau daftar hadir yang
telah dikirimkan oleh dosen.
b. Tugas yang wajib dikerjakan oleh mahasiswa yakni membuat
makalah yang dengan tema yang telah dibagikan serta harus
dijelaskan atau dipresentasikan kepada teman satu kelasnya dalam
forum grup perkuliahan yakni melalui media whatsapp. Presentasi
tersebut dilaksanakan sesuai dengan jadwal penugasan yang telah
ditentukan
c. Aspek penilaian pada mata kuliah keterampilan komunikasi
konseling ini berupa presensi atau kehadiran mahasiswa dalam
perkuliahan, kedisiplinan, pengumpulan tugas, melaksanakan atau
mengerjakan UTS, dan UAS.
Mayrina Eka Prasetyo Budi memberikan penjelasan
sebagaimana berikut ini:
Untuk proses kuliah yang berjalan mekanisme terkait dengan
kesepakatan dengan mahasiswa. Jadi meskipun secara online
atau daring tetap terkait dengan beberapa poin penting di sana
saya sepakati juga dengan mahasiswa. Termasuk mereka
60
masuk jam berapa dengan toleransi keterlambatan berapa
menit, itu pun juga saya berlakukan artinya ketika mereka
presensi sebelum mereka nantinya membahas satu topik
bahasan maka mereka pun presensi secara tertulis artinya
mereka mencatatkan nama mereka di list presensi itu lima
belas menit sebelum perkuliahan dimulai dan lebih dari jam
itu maka mereka nanti kalau hadir bisa presensi di akhir
perkuliahan supaya tidak mengganggu proses diskusi yang
berjalan di kelas begitu. Termasuk penilaiannya apa saja baik
kehadiran, kedisiplinan, kemudian juga berkaitan dengan
tugas yang harus dikerjakan dan saya tidak memberikan
banyak tugas. Jadi untuk satu semester hanya satu tugas yang
saya berikan yakni membuat makalah kemudian mahasiswa
menjelaskan isi dari makalah mereka, dan makalah mereka
itu berkaitan dengan mikro konseling yakni keterampilan
yang harus dimiliki dalam melakukan proses konseling. Jadi
masing-masing kelompok dapat satu teknik mikro konseling
yang mereka harus lakukan adalah membuat makalah
kemudian menjelaskan kepada temen-temennya sampai
memberikan contoh bagaimana teknik itu mereka lakukan.
Jadi itu terkait dengan tugas untuk mahasiswa, ada presentasi,
UTS, kemudian juga ada UAS.12
2. Media Pembelajaran Daring Mata Kuliah Keterampilan
Komunikasi Konseling Oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi.
Mayrina Eka Prasetyo Budi dan mahasiswanya menggunakan
google classroom dan aplikasi whatsapp sebagai media untuk
melaksanakan pembelajaran maupun berkomunikasi selama
melakukan proses pembelajaran daring mata kuliah Keterampilan
Komunikasi Konseling. Seperti yang dijelaskan oleh Mayrina Eka
Prasetyo Budi sebagai berikut:
Berkaitan dengan pilihan, akhirnya menggunakan google
classroom dan whatsapp itu berdasarkan melihat kondisi kita
semua, melihat kondisi mahasiswa yang memang kita tidak
bisa memaksa karena memang kita menginginkan semuanya
bisa hadir dan bisa mengikuti perkuliahan.13
12 Ibid.
13 Ibid.
61
Pernyataan tersebut juga diungkapkan oleh Harisa Matsna
Nur Hamidah yang merupakan salah satu mahasiswa BPI kelas “A”
yang ia ampu dalam mata kuliah tersebut : “Menggunakan whatsapp
dan google classroom kalau google classroom itu hanya untuk
mengirimkan tugas, UTS, dan UAS”.14
Media whastapp dan google classroom digunakan karena
dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Seperti yang di jelaskan oleh
Mayrina Eka Prasetyo Budi: “Jadi untuk perkuliahan kita selama
pandemi ini memang tidak seperti biasanya. Jadi aktifitas yang
biasanya tatap muka secara langsung secara offline berganti aktifitas
secara online”.15
Mayrina Eka Prasetyo Budi juga menambahkan bahwasannya
terdapat beberapa media yang hendak dipakai seperti penggunaan e-
learning yang diharapkan oleh kampus, akan tetapi karena banyak
yang memakai atau memanfaatkan sehingga mengakibatkan servernya
down dan tidak dapat dipergunakan. Selain itu mahasiswa juga tidak
menghendaki pemakaian aplikasi zoom karena beberapa hal.
Media apa saja yang di gunakan sebagai sarana pembelajaran
di sini, Mayrina Eka Prasetyo Budi mempertimbangkan berbagai
kondisi yang dihadapi oleh mahasiswanya seperti adanya kendala
sinyal maupun kuota data karena memang mahasiswa telah kembali
ke tempatnya masing-masing. Sehingga pemilihan media whatsapp
14
Hasil Wawancara Harisa Matsna Nur Hamidah, pada Sabtu, 12 Desember 2020. 15
Hasil Wawancara Mayrina Eka Prasetyo Budi, pada Sabtu, 3 Januari 2021.
62
dan google classroom merupakan kesepakatan antara mahasiswa
dengan dosen.
Pernyataan tersebut di paparkan oleh penjelasan Mayrina Eka
Prasetyo Budi sebagai berikut:
Untuk memastikan perkuliahannya bisa berjalan memang
saya sendiri dengan melihat kondisi mahasiswa ya, artinya
kondisi mahasiswa yang sudah kembali ke tempat masing-
masing, ada yang di daerah yang bagus secara sinyal
mungkin di kota, ada juga di plosok desa yang jauh hingga
kesulitas sinyal ataupun kuota dan sebagainya. Akhirnya
memang mahasiswa sendiri yang meminta untuk
menggunakan aplikasi yang memang mudah bagi mereka
yang bisa mengikuti perkuliahan, dan pilihannya google
classroom kemudian juga whatsapp begitu. Kalau zoom
mahasiswa sudah menolak sejak awal, artinya mereka sudah
tidak mau dalam tanda petik mereka tidak secara langsung
mengatakan tidak mau tapi mengatakan kalau zoom itu
begini, begini, dan begini.16
Hal tersebut juga diperkuat oleh penjelasan Harisa Matsna
Nur Hamidah sebagai berikut: “Kan teman-teman ku itu banyak yang
di gunung dan tidak ada sinyal jadi kalau pakai zoom atau google
clasroom, itu jarang ada yang mau jadi, kesepakatan awal kuliah itu
pakai whatsapp”.17
Berikut merupakan media yang digunakan oleh Mayrina Eka
Prasetyo Budi dan mahasiswanya selama melakukan pembelajaran
daring.
16
Ibid. 17
Hasil Wawancara Harisa Matsna Nur Hamidah, pada Sabtu, 12 Desember 2020.
63
Gambar 3.1 Media whatsapp dan googleclasroom yang digunakan
dalam pembelajaran daring.18
3. Proses Komunikasi Pembelajaran Daring Mata Kuliah
Keterampilan Komunikasi Konseling Oleh Mayrina Eka Prasetyo
Budi M.Psi.
Komunikasi yang dilakukan dalam pembelajaran daring
mata kuliah keterampilan komunikasi konseling adalah dengan
melakukan komunikasi secara tertulis melalui chat media whatsapp
dengan menambahkan emoji-emoji di dalamnya serta menggunakan
voice note untuk penyampaian beberapa contoh dari materi tertentu.
Mayrina Eka Prasetyo Budi tidak dapat melakukan komunikasi secara
18
Dokumentasi Hasil Screenshoot aplikasi whatsapp dan google classroom oleh
Arma’ruf Hidayah.
64
tatap muka baik secara langsung maupun virtual karena sebab-sebab
yang sudah dijelaskan di dalam poin sebelumnya. Hal tersebut di
jelaskan oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi sebagai berikut:
Proses komunikasi dilakukan dengan memakai whatsapp jadi
menggunakan bahasa tulis meskipun saya juga menggunakan
voicenote kita lebih banyak bahasa tulis. Memang pada
akhirnya pilihannya adalah tidak haya sebatas bahasa tulis ya,
karena kalau bahasa tulis itu kan sifatnya netral dalam artian
tidak cukup bisa untuk mengekspresikan apa yang ingin kita
ekspresikan begitu, sehingga pada akhirnya saya
menggunakan emoji itu salah satu cara untuk mensuasanakan
beberapa hal yang ingin saya suasanakan di kelas sehingga
akhirnya ini yang sering saya pakai.19
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Harisa Matsna Nur
Hamidah sebagai berikut: ”Salah satunya kan biasanya kalau presensi
kan ada bunga-bunga terus ada senyum”.20
19
Hasil Wawancara Mayrina Eka Prasetyo Budi, pada Sabtu, 3 Januari 2021. 20
Hasil Wawancara Harisa Matsna Nur Hamidah, pada Sabtu, 12 Desember 2020.
65
Contoh dari proses komunikasi yang di lakukan oleh Mayrina
Eka Prasetyo Budi adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2 Proses komunikasi pembelajaran daring menggunakan
emoji.21
C. Deskripsi Data Khusus
1. Tujuan Penggunaan Emoji Pada Proses Komunikasi
Pembelajaran Daring Mata Kuliah Keterampilan Komunikasi
Konseling Oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi Melalui Media
Whatsapp.
Terdapat beberapa tujuan yang menjadikan Mayrina Eka
Prasetyo Budi menggunakan emoji pada proses komunikasi
pembelajaran daring mata kuliah keterampilan komunikasi konseling
yang di lakukan.
21
Dokumentasi hasil Screenshoot aplikasi whatsapp oleh Arma’ruf Hidayah.
66
Mayrina Eka Prasetyo Budi menjelaskan bahwasannya emoji
di sini dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mentransfer
energi positif kepada mahasiswanya.22
Seperti yang dipaparkan oleh
Mayrina Eka Prasetyo Budi berikut ini:
Untuk bisa mensuasanakan perkuliahan dengan suasana yang
menyenangkan suasana yang mereka pun juga memiliki
sebuah transfer energi positif, salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah dengan memberikan nuansa-nuansa tidak
hanya secara tertulis tapi dengan menggunakan emoji.23
Mayrina Eka Prasetyo Budi juga menambahkan bahwa selain
untuk menjadikan suasana perkuliahan yang menyenangkan, emoji di
sini digunakan untuk menjadikan suasana perkuliahan yang lebih
santai sehingga proses komunikasi dan proses pembelajaran tersebut
dapat berjalan lebih enak. Seperti yang dijelaskan oleh Mayrina Eka
Prasetyo Budi sebagai berikut:
Sejatinya emoji itu kan bentuk gambar yang mewakili
ekspresi wajah, macam-macam, buah-buahan dan hewan, dan
itu lebih bisa untuk mewakili, dan lebih bisa mensuasanakan
santai. Misalkan ketika saya Tanya karena kuliah jam tuju
ya, apakah ada yang belum makan pagi, ada yang belum
sarapan lha itu kan saya bisa menggunakan emoji disitu, dan
juga nuansanya lebih nyaman ya lebih enak untuk proses itu
berjalan, jadi tidak terlampau serius meski saya agak serius
orangnya. Sehingga menjadikan mereka senang dan hadir di
dalam perkuliahan.24
22
Hasil Wawancara Mayrina Eka Prasetyo Budi, pada Sabtu, 3 Januari 2021. 23
Ibid. 24
Ibid.
67
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan riwayat history chat
dalam forum grup kelas aplikasi whatsapp sebagai berikut:
Gambar 3.3 Emoji pengiring
pesan tulis menjadikan suasana
kelas lebih menyenangkan.25
Perkuliahan yang diharapkan oleh Mayrina Eka Prasetyo
Budi dengan adanya emoji dalam proses komunikasi yang ia lakukan
adalah perkuliahan yang menyenangkan, sehingga dapat menjadikan
mahasiswanya semangat dalam mengikuti perkuliahan tersebut. Hal
tersebut dijelaskan oleh Mayrina Eka Prasetyo sebagai berikut:
Untuk mensuasanakan agar perkuliahan bisa menyenangkan
bagi mahasiswa. Karena jika menyenangkan itu tidak ada
maka, mahasiswa tidak akan semangat untuk hadir dalam
perkuliahan. Salah satu cara agar menyenangkan adalah
25
Dokumentasi hasil Screenshoot aplikasi whatsapp oleh Arma’ruf Hidayah.
68
dengan menggunakan komunikasi yang dibantu dengan
menggunakan emoji begitu.26
Mayrina Eka Prasetyo Budi menjelaskan bahwasannya ia
ingin menjadikan mahasiswanya merasa dirinya menyenangkan
melalui komunikasi dengan menggunakan emoji, sehingga dari sana
nanti dapat timbul kedekatan meski tidak dapat bertemu secara
langsung.27
Hal tersebut dinyatakan oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi
sebagaimana berikut ini:
Sehingga sebetulnya lebih kesana dorongannya ya,
bagaimana menjadikan mahasiswa itu merasakan bahwa saya
itu orang yang menyenangkan dalam artian mereka bisa
merasa dekat meskipun tidak bertemu secara langsung.
apalagi untuk beberapa kelas adalah kelas yang belum pernah
saya masuki belum pernah saya ajar.28
Mayrina Eka Prasetyo Budi menginginkan mahasiswanya
mengetahui ekspresi yang ingin ia tunjukkan melalui emoji. Pasalnya,
Mayrina Eka Prasetyo Budi merasa bahwasannya komunikasi verbal
secara tertulis saja tidak cukup bisa untuk mengekspresikan apa yang
ingin ia ekspresikan. Seperti yang diungkapkan oleh Mayrina Eka
Prasetyo Budi sebagai berikut:
Memang pada akhirnya memang pilihannya adalah tidak
hanya sebatas bahasa tulis ya, karena kalau bahasa tulis itu
kan sifatnya netral dalam artian tidak cukup bisa untuk
mengekspresikan apa yang ingin kita ekspresikan begitu,
sehingga pada akhirnya saya menggunakan emoji itu.29
26
Hasil Wawancara Mayrina Eka Prasetyo Budi, pada Sabtu, 3 Januari 2021. 27
Ibid. 28
Ibid. 29
Ibid.
69
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil screenshoot history
percakapan whatsapp sebagai berikut:
Gambar 3.4 emoji untuk mengekspresikan emosi
30
Mayrina Eka Prasetyo Budi menggunakan emoji dengan
tujuan agar mahasiswanya dapat memahami isi pesan yang di
sampaikan, terutama ketika ia ingin berhati-hati pada saat menegur
mahasiswanya agar tidak merasa tersinggung, sehingga dapat tercapai
persepsi yang sama antara Mayrina Eka Prasetyo Budi dengan
mahasiswanya. Seperti penjelasan yang dipaparkan oleh Mayrina Eka
Prasetyo Budi sebagai berikut:
Seperti ketika menegur, kan kalau kita salah dalam sebuah
kalimat dan sebagainya kan juga tidak bagus ya dampaknya
bagi mahasiswa sehingga biasanya saya sertakan juga emoji.
30
Dokumentasi hasil Screenshoot aplikasi whatsapp oleh Arma’ruf Hidayah
70
Jadi di mana saya menebali tulisan dengan tinta tebal tapi
tetap di sertai dengan emoji, entah dengan entah dengan
bunga, emoji tersenyum atau kepala berputar-putar dan
sebagainya itu yang saya coba untuk lakukan dan
harapannya adalah mahasiswa bisa faham dengan apa yang
saya sampaikan dan tidak merasa tersinggung, karena mau
tidak mau namanya komunikasi apalagi dengan banyak orang
pasti akan ada saat-saat dimana apa yang kita harapkan
mereka faham tidak bisa mereka fahami karena beda
persepsi begitu.31
Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan riwayat
percakapan yakni sebagai berikut:
Gambar 3.5: Contoh penggunaan emoji oleh Mayrina Eka Prasetyo
Budi ketika menegur.32
31
Hasil Wawancara Mayrina Eka Prasetyo Budi, pada Sabtu, 3 Januari 2021. 32
Dokumentasi hasil Screenshoot aplikasi whatsapp oleh Arma’ruf Hidayah.
71
2. Dampak Penggunaan Emoji Pada Proses Komunikasi
Pembelajaran Daring Mata Kuliah Keterampilan Komunikasi
Konseling Oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi melalui media
Whatsapp.
Penggunaan emoji yang dilakukan oleh Mayrina Eka
Prasetyo Budi pada proses komunikasi pembelajaran daring mata
kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling tentunya berdampak
kepada mahasiswa yang diampu yang secara otomatis menjadi
komunikan dari proses komunikasi yang dilakukan.
Mahasiswa sebagai komunikan menjadi tahu bagaimana
emosi dan ekspresi apa yang diberikan oleh Mayrina Eka Prasetyo
Budi sebagai komunikator dalam penyampaian pesan. Seperti
penjelasan yang diberikan oleh Harisa Matsna Nur Hamidah sebagai
berikut: “Jadi, kita bisa mengetahui dosen ini lagi senyum, lagi senang
perasaannya”.33
Harisa Matsna Nur Hamidah juga menambahkan sebagai
berikut:
Karena komunikasi yang dilakukan melalui chatting jadi kan
tidak tatap muka, sehingga kita tidak bisa menerima apakah
pesan tersebut perintah, atau itukan perasaannya tidak ada,
kan cuman tulisan, jadi kita tidak tahu ekspresinya.
Menurutku kalau emoji bisa membantu kita.34
33
Hasil Wawancara Harisa Matsna Nur Hamidah, pada Sabtu, 12 Desember 2020. 34
Ibid.
72
Fatimah Burujim Musyayadah juga menjelaskan sebagai
berikut:
Kalau aku sih lebih semangat dan menarik perhatian ketika
membaca pesannya, biar tidak garing. Ketika dikasih emoji
itu seakan-akan membayangkan begini lo ekspresinya bu
Mayrina ketika berkomunikasi saat menghadapi mahasiswa
saat menyampaikan pesannya. Dibandingkan dengan pesan
yang tidak ada apa-apanya itu seakan-akan juenuh begitu
membacanya. Jadi seakan-akan membayangkan ekspresinya
bu Mayrina itu bagaimana begitu.35
Karimatus Sholihah juga menambahkan penjelasan
sebagaimana berikut:
Kalau seumpama membaca chatnya bu Mayrina itu lebih bisa
mengekspresikan, kalau bu Mayrina itu bicaranya seperti ini
begitu. Kayak seperti dikelas begitu lo mbak, jadi kan kadang
kalau tidak ada emojinya membacanya kan beda-beda
intonasinya. Jadi kalau ada emoji kita bisa tahu bagaimana
ekspresinya. Lalu juga pernah bu Mayrina menggunakan
emoji pada pesan chat. Akantetapi emojinya tidak sesuai
dengan pesannya. Seperti ketika jawaban dari teman-teman
tidak sesuai dengan pertanyaannya, lalu bu Mayrina
mengirim pesan yang diiringi emoji tersenyum. Pesannya itu
ketika tidak sesuai dengan emojinya. Kan itu kayak bermakna
jengkel begitu pesannya jadi kayak beda gitulo antara pesan
chat sama emoji yang digunakannya.36
Catur Langgeng Pribadi memberikan penjelasan sebagai
berikut:
Dampak yang saya rasakan, lebih ekspresif ketika bu
Mayrina mengirimkan pesan dengan emoji, jadi sebagai
mahasiswa jadi tahu, ekspresi apa yang dikeluarkan oleh
dosen itu sendiri.37
35
Hasil Wawancara Fatimah Burujim Musyayadah, pada Senin 15 Februari 2021. 36
Hasil Wawancara Karimatus Sholihah, pada Senin, 15 Februari 2021. 37
Hasil Wawancara Catur Langgeng Pribadi, pada Minggu, 14 Februari 2021
73
Dampak tersebut juga dirasakan oleh Muhammad Isnaini
Muttaqim yang memberikan penjelasan sebagai berikut :
Dengan memakai emoji itu perkuliahan lebih terasa kayak
hidup, jadi dengan adanya emoji kan kita menjadi bisa
membayangkan bagaimana ekspresinya bu Mayrina juga bisa
membayangkan bagaimana suara nada bicara yang bu
Mayrina berikan ketika chat. Jadinya terkesan seperti kita
berdiskusi.38
Emoji yang hadir sebagai komunikasi nonverbal berdampak
pada respon yang diberikan oleh mahasiswa. Dampak tersebut
ditandai dengan bagaimana mahasiswa merespon dan aktifitas respon
yang diberikan. Seperti yang dijelaskan oleh Harisa Matsna Nur
Hamidah sebagai berikut: “Ibu May itu paling sering memakai emoji
dan pesan bu May itu paling sering dibalas sama anak-anak”.39
Dampak tersebut juga dirasakan oleh Arma’ruf Hidayah
dengan pernyataannya sebagai berikut
Terutama dengan emoji-emoji sedikit menggambarkan
bagaimana dosennya. Jadi, mahasiswa lebih merasa
disayangi, menambah kedekatan, sehingga ketika ingin
berpendapatpun lebih lepas. Lebih asik, karena berbeda dosen
yang menanggapi tanpa emoji, berpengaruh sekali dengan
proses komunikasi ketika pembelajaran.40
Fatimah Burujim Musyayadah juga menjelaskan sebagai
berikut:
Kalau aku sih lebih semangat dan menarik perhatian ketika
membaca pesannya, biar tidak garing. Ketika dikasih emoji
itu seakan akan membayangkan begini lo ekspresinya bu
mayrina ketika berkomunikasi ketika menghadapi mahasiswa
38
Hasil Wawancara Muhammad Isnaini Muttaqim, pada Minggu 14 Februari 2021 39
Hasil Wawancara Harisa Matsna Nur Hamidah, pada Sabtu, 12 Desember 2020. 40
Hasil Wawancara Arma’ruf Hidayah, pada Jum’at, 25 Desember 2020.
74
kalau pesannya. Dibandingkan dengan pesan yang tidak ada
apa-apanya itu seakan-akan juenuh begitu membacanya. Jadi
seakan-akan membayangkan ekspresinya bu Mayrina itu
bagaimana begitu.41
Karimatus Sholihah juga memberikan penjelasan
sebagaimana berikut:
Kalau untuk responnya sama aja, tapi kadang lebih banyak
yang pakai emoji sih mbak. Karena kalau ndak ada emojinya
kadang kan malas baca ya mbak karena tulisan semua.
Meskipun hanya menjawab salamnya saja jadi banyak.42
Respon dari mahasiswa dapat dilihat dalam riwayat chat
dalam forum grup perkuliahan berikut ini:
Gambar 3.6 Respon mahasiswa terhadap pesan yang menggunakan
emoji.43
41
Hasil Wawancara Fatimah Burujim Musyayadah, pada Senin, 15 Februari 2021. 42
Hasil Wawancara Karimatus Sholihah, pada Senin, 15 Februari 2021 43
Dokumentasi hasil Screenshoot aplikasi whatsapp oleh Arma’ruf Hidayah dan Octavia
Ammar Rodiana.
75
Emoji dapat menambah kedekatan karena dapat
menimbulkan perasaan nyaman ketika berkomunikasi. Seperti yang
diungkapkan oleh Octavia Ammar Rodiana sebagai berikut:
“Komunikasinya menjadi kayak lebih hangat begitu, tidak terlalu
kaku”.44
Arma’ruf Hidayah juga menambahkan bahwasannya dengan
adanya emoji dapat menambah kedekatan antara dosen dengan
mahasiswa, merasa lebih disayangi. Secara tidak langsung, mahasiswa
yang semulanya pendiam melihat dosen yang sangat humble
menyebabkan mereka lebih lepas untuk berpendapat.45
Secara tidak langsung, mahasiswa yang semulanya pendiam,
melihat dosen yang humble banget dengan mahasiswa.
Terutama dengan emoji-emoji sedikit menggambarkan
bagaimana dosennya. Jadi, mahasiswa lebih merasa
disayangi, menambah kedekatan, sehingga ketika ingin
berpendapatpun lebih lepas.Lebih asik, karena berbeda dosen
yang menanggapi tanpa emoji, berpengaruh sekali dengan
proses komunikasi ketika pembelajaran.46
Haritsa Matsna Nur Hamidah juga menyatakan bahwasannya:
“Apalagi memang dalam pembelajaran daring ini kita tidak bisa
seratus persen nyaman, dan dengan adanya emoji sedikit membantu
untuk lebih nyaman dalam berkomunikasi”.47
44
Hasil Wawancara Octavia Ammar Rodiana, pada Sabtu, 12 Desember 2020. 45
Hasil Wawancara Arma’ruf Hidayah, pada Jum’at, 25 Desember 2020. 46
Ibid. 47
Hasil Wawancara Harisa Matsna Nur Hamidah, pada Sabtu, 12 Desember 2020.
76
Fatimah Burujim Musyayadah menjelaskan bahwasannya:
“Kalau aku sih lebih semangat dan menarik perhatian ketika membaca
pesannya, biar tidak garing”.48
Muhammad Isnaini Muttaqim menjelaskan sebagaimana
berikut:
Dan karena penggunaan emoji itu, kita seperti berdiskusi
dengan teman sendiri, jadi boleh sekali kalau dosen lainnya
mau menerapkan. Karena nanti akan terjalin keakraban dan
rasa nyaman dalam proses pekuliahan di masa sekarang ini.49
Catur Langgeng Pribadi juga menjelaskan bahwasannya:
“Emoji itu sendiri juga bisa memecahkan kekakuan-kekakuan dalam
perkuliahan”.50
Emoji dapat memengaruhi cara baca komunikan terhadap
pesan verbal tulis. Emoji memberikan dampak nada baca pada pesan
verbal tulis yang ada sebelumnya, emoji seperti menjadi pengganti
nada saat seseorang berbicara. Seperti yang diungkapkan oleh Octavia
Ammar Rodiana yakni sebagai berikut:
Dan lebih enakan pakai emoji. Karena kayak memengaruhi
cara kita baca, kayak memengaruhi perasaan. Seperti
pengganti nada. Kayak misal kalau tanpa emoji itu kesannya
kaku, kayak lagi marah. Tapi kalau pakai emoji kayak
ngomong biasa gini, tidak terlalu kaku begitu.51
48
Hasil Wawancara Fatimah Burujim Musyayadah, pada Senin, 15 Februari 2021 49
Hasil Wawancara Muhammad Isnaini Muttaqim, pada Minggu, 14 Februari 2021 50
Hasil Wawancara Catur Langgeng Pribadi, pada Minggu, 14 Februari 2021 51
Hasil Wawancara Octavia Ammar Rodiana, pada Sabtu, 12 Desember 2020.
77
Karimatus Sholihah juga menambahkan penjelasan
sebagaimana berikut:
Emojinya itu juga bisa mempengaruhi banget cara kita
bacanya mbak. Misalkan ketika assalamualaikum itu kalau
pakai emoji tersenyum bisa dibaca assalamualaikum (dengan
nada ceria), kalau ndak ada emotnya ya biasa kayak
assalamualaikum (dengan nada datar).52
Muhammad Isnaini Muttaqim juga menjelaskan
bahwasannya:
Dengan memakai emoji itu perkuliahan lebih terasa kayak
hidup, jadi dengan adanya emoji kan kita menjadi bisa
membayangkan bagaimana ekspresinya bu Mayrina juga bisa
membayangkan bagaimana suara nada bicara yang bu
Mayrina berikan ketika chat. Jadinya terkesan seperti kita
berdiskusi. 53
Dampak dari penggunan emoji tidak hanya dirasakan oleh
mahasiswa selaku komunikan, akan tetapi penggunaan emoji juga
berdampak kepada Mayrina Eka Prasetyo Budi sebagai komunikator.
Dampak penggunaan emoji dalam komunikasi pembelajaran daring
mata kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling yang dirasakan oleh
Mayrina Eka Prasetyo Budi selaku komunikator adalah sebagai
berikut:
Mayrina Eka Prasetyo Budi merasa bahwasannya dengan
menggunakan emoji maka pesannya akan lebih bisa tersampaikan
kepada mahasiswanya. Seperti yang dijelaskan oleh Mayrina Eka
Prasetyo Budi sebagai berikut: “Pesan yang ingin saya sampaikan
lebih tersampaikan, baik untuk memberikan energi positif dan
52 Hasil Wawancara Karimatus Sholihah, pada Senin, 15 Februari 2021
53 Hasil Wawancara Muhammad Isnaini Muttaqim, pada Minggu, 14 Februari 2021
78
bagaimana bisa mengikuti perkuliahan dengan maksimal. Poin poin
penting tersampaikan”.54
Mayrina Eka Prasetyo Buda juga menjelaskan dengan adanya
emoji dapat meminimalisir miss komunikasi sehingga tidak ada
kendala yang berarti selama proses komunikasi pembelajaran tersebut
berlangsung. Seperti yang ungkapkan oleh Mayrina Eka Prasetyo
Budi sebagai berikut:
Jadi tidak ada miss komunikasi yang cukup menjadi kendala
tidak ya, artinya bisa tersampaikan dari apa yang ingin
mereka fahami kecuali ada beberapa mahasiswa yang
ketinggalan info ya, seperti telat masuk grup. Kalau berkaitan
dengan komunikasi sejauh ini bisa berjalan, kalau ada
beberapa catatan tadi, ada yang tidak tau ada grup itu kan
berarti kurang mencari informasi ya.55
Mayrina Eka Prasetyo Budi merasa bahwa dengan adanya
emoji dapat menjadikan suasana perkuliahan ketika berkomunikasi
lebih cair, sehingga menjadikan mahasiswa lebih leluasa untuk
merespon dengan ekspresi yang ingin mereka sampaikan. Seperti yang
diungkapkan oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi :
Dengan emoji itu bisa mendekatkan komunikasi agar lebih
cair ya, agar lebih nyaman untuk kemudian mahasiswa juga
tidak merasa jauh hubungan dengan dosen. Bukti lebih dekat
ini apa, saya mencoba melihat mahasiswa yang bisa
mengekspresikan apa yang mereka ingin ekspresikan. Tapi
yang saya lihat mereka bisa mengekspresikan apa yang ingin
mereka ekspresikan dengan leluasa dengan tetap faham
memperhatikan apa yang harus diperhatikan dalam
komunikasi, mereka bercanda di dalam proses kuliah itu
adalah hal yang biasa ya, dan biasa merespon temannya yang
bercanda begitu.56
54
Hasil Wawancara Mayrina Eka Prasetyo Budi, pada Sabtu, 3 Januari 2021. 55
Ibid. 56
Ibid.
79
Harisa Matsna Nur Hamidah juga mengungkapkan
bahwasannya: “Iya mbak, ketika dosennya menggunakan emoji, saya
membalasnya juga selalu menggunakan emoji, kata-kata terus tak
kasihkan emoji”.57
Respon mahasiswa yang juga menggunakan emoji dalam
mengirim pesan dapat dilihat melalui salah satu dari mereka ketika
meminta maaf di forum kelas dengan menggunakan emoji. Respon
dengan menggunakan emoji sebagai bentuk ekspresi mereka dalam
forum kelas dapat dilihat sebagaimana berikut ini:
Gambar 3.7 Respon mahasiswa
yang mengekspresikan pesan
melalui emoji58
57
Hasil Wawancara Harisa Matsna Nur Hamidah, pada Sabtu, 12 Desember 2020. 58
Dokumentasi hasil Screenshoot aplikasi whatsapp oleh Arma’ruf Hidayah.
80
BAB IV
ANALISIS DATA
TUJUAN DAN DAMPAK PENGGUNAAN EMOJI DALAM
KOMUNIKASI PEMBELAJARAN DARING MELALUI MEDIA
A. Analisis Data Tentang Tujuan Penggunaan Emoji Pada Proses
Komunikasi Pembelajaran Daring Mata Kuliah Keterampilan
Komunikasi Konseling Oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi
Melalui Media Whatsapp
Komunikasi merupakan sebuah proses yakni sebuah aktifitas
yang lakukan untuk mencapai sebuah tujuan dari komunikasi itu sendiri.
Dengan demikian, proses komunikasi bukanlah sebuah kebetulan,
akantetapi proses komunikasi tersebut diarahkan dan dirancang demi
mencapai sebuah tujuan.1 Komunikasi akan dapat berjalan dengan sukses
apabila komunikator dapat menetukan tujuan secara tepat dan jelas.2
Berdasarkan teori tujuan komunikasi nonverbal yang
dikemukakan oleh Thill dan Bovee tujuan Mayrina Eka Prasetyo Budi
dalam penggunaan emoji pada proses komunikasi pembelajaran daring
pada mata kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling dapat analisis dan
diklasifikasikan sebagaimana berikut ini:
1 Husniyatus Salamah Zainiyati, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT,
(Jakarta: Kencana, 2017), 40. 2 Desiani Natalina, dan Gilar Gandana, Komunikasi Dalam PAUD, (Tasikmalaya: Ksatria
Siliwangi, 2017), 208.
81
1. Komunikasi nonverbal digunakan dengan tujuan untuk
memberikan informasi.
Mayrina Eka Prasetyo Budi menggunakan emoji sebagai
bentuk komunikasi nonverbal agar pesan yang ia sampaikan dapat
terjadi secara efektif sehingga informasi akan pesan yang
dikirimkan memiliki kesamaan pemahaman dengan informasi atas
pesan yang diterima oleh mahasiswanya. Hal tersebut sesuai
dengan teori yang diungkapkan oleh Thill dan Bovee
bahwasannya komunikasi nonverbal digunakan dengan tujuan
untuk memberikan informasi oleh komunikator kepada
komunikan.3
Agar hal tersebut dapat terjadi, maka Mayrina Eka
Prasetyo Budi menggunakan emoji supaya antara dia sebagai
komunikator dengan mahasiswanya selaku komunikan memiliki
persepsi dan pemahaman yang sama dalam memaknai pesan atau
informasi yang disampaikan.
Dalam proses komunikasi, komunikasi nonverbal sangat
menentukan arti atau makna pesan yang disampaikan. Seseorang
dapat menyampaikan pikiran dan gagasan dengan menggunakan
komunikasi nonverbal. Terdapat berbagai situasi yang dapat
menyebabkan seseorang tidak dapat mengungkapkan emosi atau
3 Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, (Jakarta: Erlangga, 2006), 10.
82
gagasan secara langsung, maka penggunaan komunikasi
nonverbal dapat dijadikan sebagai sarana tersebut.4
Seperti ketika Mayrina Eka Praseyo Budi menegur
mahasiswanya, agar mahasiswanya tidak merasa tersinggung,
faham, serta memiliki persepsi yang sama terhadap isi pesan yang
ingin disampaikan, ia menggunakan berbagai macam bentuk
emoji yang sekiranya dapat menggambarkan maksud dari isi
pesan tersebut.5
Mayrina Eka Prasetyo Budi menjelaskan bahwasannya
informasi akan dapat tersampaikan dengan baik apabila
mahasiswanya dapat memahami secara penuh melalui proses
komunikasi yang dilakukan. Dan di sini, salah satu cara yang
digunakan agar penyampaian informasi dan penangkapan makna
tersebut dapat berjalan dengan baik, maka Mayrina Eka Prasetyo
Budi menggunakan emoji sebagai bentuk dari komunikasi
nonverbal.
Komunikasi nonverbal digunakan untuk memastikan
makna yang sebenarnya dari komunikasi verbal sehingga dapat
difahamai atau bahkan tidak dapat difahami. Komunikasi verbal
dan nonverbal saling membutuhkan agar komunikasi dapat terjadi
4 Tri Indah Kusumawati, “Komunikasi Verbal dan Nonverbal”, Al-Irsyad: Jurnal
Pendidikan dan Konseling Vol.6, No. 2, Juli 2016, 94-95. 5 Hasil Wawancara Mayrina Eka Prasetyo Budi, pada Sabtu, 3 Januari 2021.
83
secara efektif, keduanya akan sulit untuk beroperasi secara
terpisah.6
2. Emoji digunakan dengan tujuan untuk mengekspresikan emosi.
Mayrina Eka Prasetyo Budi ingin tergambarkan
bagaimana ekspresinya ketika berkomunikasi inilah merupakan
emosi yang ingin disampaikan kepada mahasiswanya melalui
emoji. Dengan menambahkan emoji di dalamnya ia ingin
memberikan penekanan dalam pesan tulis yang ia kirimkan,
sehingga dapat terbaca bagaimana ekspresi atau emosi yang ingin
ia sampaikan kepada mahasiswanya. Hal tersebut juga sesuai
dengan teori tujuan komunikasi yang menjelaskan bahwasannya
komunikasi nonverbal dapat digunakan dengan tujuan untuk
mengekspresikan emosi.7
Penggunaan emoji dilakukan karena dapat membantu
mengekspresikan pesan tulis melalui chat yang pada dasarnya
Mayrina Eka Prasetyo Budi merasa bahwasannya pesan verbal
tulis tersebut bersifat netral dalam artian pesan tulis saja tidak
cukup bisa untuk mengekspresikan apa yang ingin ia ekspresikan.
Pesan verbal hanya dapat mengkomunikasikan tentang konsep
dan gagasan yang bersifat abstrak sementara bahasa nonverbal
6 Natalina, Komunikasi Dalam PAUD, 75-76.
7 Purwanto, Komunikasi Bisnis, 10.
84
mengkomunikasikan perasaan dan emosi yang dimiliki oleh
komunikator.8
Emoji menjadi salah satu cara yang dapat digunakan oleh
Mayrina Eka Prasetyo Budi agar keinginannya untuk
mengekspresikan emosi dapat tercapai baik itu emosi bahagia,
tegas, dan yang lainnya. Sehingga, mahasiswanya dapat
mengetahui bagaimana ekspresi yang ia tunjukkan ketika
mengirimkan pesan meskipun tidak dapat secara langsung
bertemu. Komunikasi nonverbal lebih dapat memberikan efek
emosional dibandingkan dengan komunikasi verbal.9
Editor Oxford Dictionnary dalam buku Linguistik
Disruptif Pendekatan Kekinian Memahami Perkembangan Bahasa oleh
Fathur Rokhman dan Surahmat menjelaskan bahwasannya emoji
merupakan sebuah ikon atau gambar yang digunakan untuk
mengekspresikan emosi dan ide dalam komunikasi elektronik.10
3. Penggunaan emoji bertujuan untuk mengatur alur suatu
percakapan.
Sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwasannya
Mayrina Eka Prasetyo Budi ingin mengarahkan proses
komunikasi dalam perkuliahan yang menyenangkan. Oleh karena
itu, ia menggunakan emoji sebagai salah satu cara berkomunikasi
8Yasir, Pengantar Ilmu Komunikasi: Sebuah Pendekatan Kritis dan
Komperhensif,(Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020), 112. 9 Natalina, Komunikasi Dalam PAUD, 74.
10 Fathur Rokhman dan Surahmat, Linguistik Disruptif Pendekatan Kekinian Memahami
Perkembangan Bahasa. (Jakarta: Bumi Aksara, 2019) 128.
85
untuk mentransfer energi positif kepada mahasiswanya sehingga
tujuannya tersebut dapat tercapai.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Barnuld yang
menyatakan bahwasannya tindakan nonverbal baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat memberikan petunjuk
mengenai percakapan yang sedang berlangsung sehingga
komunikasi nonverbal dapat mengarahkan suatu pembicaraan.11
Mayrina Eka Prasetyo Budi juga mencoba untuk
mengarahkan alur komunikasi yang nyaman sehingga mahasiswa
dapat secara aktif masuk dan ikut dalam forum perkuliahan yang
sedang berlangsung dengan menggunakan emoji.
Mayrina Eka Prasetyo Budi merasa dengan
menggunakan emoji, bisa menjadikan mahasiswanya bahagia
meskipun bisa jadi mereka sedang tidak dalam kondisi yang
bahagia, selain itu komunikasi dengan menggunakan emoji juga
dapat menambah suasana kelas menjadi lebih menyenangkan.12
Keinginan Mayrina Eka Prasetyo Budi yang ingin
mengatur suasana berjalannya komunikasi dalam forum
perkuliahan sehingga terasa menyenangkan dan nyaman tersebut
sesuai dengan teori tujuan komunikasi Thil dan Bovee yakni
11
Yasir, Pengantar Ilmu Komunikasi, 112. 12
Hasil Wawancara Mayrina Eka Prasetyo Budi, pada Sabtu, 3 Januari 2021.
86
komunikasi nonverbal digunakan dengan tujuan untuk mengatur
alur suatu percakapan.13
4. Untuk memberi sifat, melengkapi, menentang, mengganti dan
mengembangkan pesan-pesan verbal.
Tujuan tersebut sesuai dengan pendapat Ekman dan
Friesen yang menyatakan bahwasannya komunikasi nonverbal
dapat memengaruhi komunikasi verbal.14
Mayrina Eka Prasetyo
Budi di sini memberikan emoji pada komunikasi verbal tulis yang
ia lakukan baik ketika menyapa, memberikan salam, maupun
ketika bercengkrama dengan mahasiswanya melalui chat media
whatasapp. Selain itu tujuan ketika ia menggunakan emoji salah
satunya adalah untuk menentang komunikasi verbal yang ia
kirimkan yakni ketika menegur mahasiswanya, ia ingin
menghilangkan makna galak pada pesan verbal tulis yang ia
kirimkan.
Pesan ketika ia menegur tersebut akan terbaca ketus
apabila hanya dikirim melalui pesan verbal secara tertulis maka,
ia mencoba untuk menghilangkan kesan ketus dan galak tersebut
agar tidak dipersepsikan secara demikian oleh mahasiswanya
melalui emoji. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwasannya komunikasi nonverbal dapat digunakan untuk
13
Purwanto, Komunikasi Bisnis, 10. 14
Rolyana Ferinia, dkk, Komunikasi Bisnis, (Medan:Yayasan Kita Menulis, 2020), 65.
87
menunjukkan kontradiksi dari pesan verbal serta menekankan
bagaimana perasaan komunikator yang sebenarnya.15
Emoji-emoji yang digunakan ketika memberikan salam,
dan menyapa mahasiswanya di awal perkuliahan juga bertujuan
untuk memberikan energi positif. Selain itu dalam history
percakapan whastapp Mayrina Eka Prasetyo Budi juga
menambahkan emoji sign pada pesan whatsapp yang ia kirimkan.
Emoji tersebut merupakan emoji yang ia gunakan untuk
melengkapi pesannya yang merupakan list daftar mahasiswa yang
tidak hadir. Komunikasi nonverbal di sini digunakan untuk
memberikan sifat pesan verbal juga sebagai pelengkap
komunikasi verbal tulis.16
5. Untuk mengendalikan atau memengaruhi orang lain.
Thill dan Bovee menyebutkan bahwasannya tujuan dari
penggunaan komunikasi nonverbal adalah untuk mengendalikan
atau memengaruhi orang lain.17
Mayrina Eka Prasetyo Budi
menggunakan emoji dengan harapan agar terjalin kedekatan
dengan mahasiswanya selain itu ia juga menginginkan
mahasiswanya memiliki semangat dan merasa nyaman ketika
mengikuti perkuliahan.
Hickson dan Stacks menegaskan bahwasannya
komunikasi nonverbal digunakan untuk pengendalian terhadap
15
Ibid. 16
Purwanto, Komunikasi Bisnis, 10. 17
Ibid.
88
percakapan selain itu juga untuk mengontrol orang lain.18
Secara
tidak langsung Mayrina Eka Prasetyo Budi mencoba untuk
memengaruhi mahasiswanya agar bersemangat hadir dalam forum
kelas dengan menjadikan perkuliahan menyenangkan melalui
penggunaan emoji. Komunikasi nonverbal digunakan dengan
tujuan untuk mengendalikan komunikan melalui sebuah
ketertarikan atau kesenangan.19
Mayrina Eka Prasetyo Budi juga menggunakan emoji
agar komunikasinya dapat mengarah pada komunikasi yang
menjadikan mahasiswanya merasa dekat dengannya meskipun
pada kenyataannya mereka tidak dapat bertemu secara langsung.
B. Analisis Data Tentang Dampak Penggunaan Emoji Pada Proses
Komunikasi Pembelajaran Daring Mata Kuliah Keterampilan
Komunikasi Konseling Oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi M.Psi
Melalui Media Whatsapp
Dampak penggunaan emoji pada proses komunikasi pembelajaran
daring mata kuliah Keterampilan Komunikasi Konseling yang dirasakan
oleh mahasiswa di sini dapat dianalisis melalui teori dampak komunikasi
yakni sebagaimana sebagai berikut:
18
Natalina, Komunikasi Dalam PAUD, 75 19
Ibid.
89
a. Emoji memberikan dampak kognitif kepada mahasiswa.
Dengan adanya penggunaan emoji pada pesan yang
dikirimkan oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi menjadikan mahasiswa
dapat mengetahui dan mengerti maksud dari pesan yang disampaikan
tersebut, apakah pesan tersebut sebuah perintah, ataupun teguran.
Mahasiswa juga dapat mengetahui bagaimana perasaan bagaimana
ekspresi Mayrina Eka Prasetyo Budi sebagai dosen ketika
mengirimkan pesan.
Emoji juga dapat membantu mereka untuk mengetahui nada
bicara apa yang digunakan dosen ketika berkomunikasi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwasannya emoji di sini menjadikan mahasiswa
mengetahui dan memiliki gambaran pemikiran tentang ekspresi dan
pesan apa yang sebenarnya ingin di sampaikan oleh Mayrina Eka
Prasetyo Budi. Hal tersebut sesuai dengan teori dampak komunikasi
yang menjelaskan bahwasannya dampak kognitif merupakan dampak
yang terjadi apabila komunikan menjadi mengerti, mengetahui,
informasi dan meningkat secara intelektualnya.20
Dampak tersebut berhubungan dengan tujuan Mayrina Eka
Prasetyo Budi sebagai komunikator yang memang menginginkan
mahasiswanya mengerti dan memiliki pemahaman terhadap pesan
yang di kirimkan. Selain itu, Mayrina Eka Prasetyo Budi juga
menginginkan mahasiswanya mengerti serta mengetahui ekspresi apa
20
Henny Kustini, Communication Skill, (Sleman: CV Budi Utama, 2017). 12-13.
90
yang ingin di sampaikan.Tujuan komunikator pada dampak ini
berkisar untuk mengubah fikiran komunikan, jadi pesan yang
disampaikan di sini ditunjukkan pada fikiran dari komunikan.21
b. Emoji memberikan dampak afektif pada mahasiswa.
Teori dampak komunikasi menjelaskan bahwasannya dampak
akfektif di sini memiliki kadar yang lebih tinggi daripada dampak
kognitif, yakni komunikan bukan hanya sekedar mengetahui akan
tetapi juga dapat tergerak hatinya sehingga dapat menimbulkan
perasaan-perasaan seperti sedih, senang, gembira, iba, terharu, marah,
dan lain sebagainya.22
Penggunaan emoji pada pesan yang dikirimkan oleh Mayrina
Eka Prasetyo Budi menjadikan mahasiswa tergerak hatinya. Terbukti
dengan perasaan yang mereka miliki seperti perasaan nyaman ketika
berkomunikasi dalam forum perkuliahan, timbulnya rasa semangat
dalam diri mahasiswa untuk aktif dalam forum kelas, sehingga juga
muncul kedekatan antara mereka dengan Mayrina Eka Prsetyo Budi.
Emoji dapat berdampak demikian karena, emoji di sini dapat
menjadikan pesan yang dikirimkan menjadi lebih hangat dan tidak
terlalu kaku.23
Penggunaan emoji juga dapat memengaruhi perasaan
mahasiswa, karena dosen lebih terbuka dengan ekspresi-ekspresi yang
ia kirimkan. Hal tersebutlah yang menjadikan mereka merasa lebih
21
Ibid. 22
Kustini, Communication Skill, 12. 23
Hasil Wawancara Octavia Ammar Rodiana, pada Sabtu, 12 Desember 2020.
91
disayangi oleh dosen pengajar karena dengan adanya emoji, dapat
menggambarkan ekspresi dan karakteristik dosen yang humble
sehingga dapat timbul perasaan dekat antara komunikan dengan
komunikator.24
Dampak tersebut memiliki hubungan dengan tujuan Mayrina
Eka Prasetyo Budi dalam penggunaan emoji pada proses komunikasi
yang di lakukan yang memang ingin memberikan kenyamanan dan
perasaan senang kepada mahasiswanya. Dia juga menginginkan
mahasiswanya memiliki perasaan semangat dan merasa dekat
dengannya meskipun pada dasarnya mereka tidak dapat bertemu
secara langsung dalam perkuliahan.
c. Emoji dapat memberikan dampak behavioral kepada mahasiswa.
Dampak Behavioral merupakan dampak yang memiliki kadar
paling tinggi di antara dampak yang lainnya. Dampak behavioral akan
muncul dalam diri komunikan dalam bentuk tindakan, kegiatan,
ataupun perilaku.25
Semangat dan perasaan nyaman yang timbul karena
penggunaan emoji dalam pesan yang dikirimkan, berdampak pada
perilaku mahasiswa dengan melihat respon yang diberikan.
Mahasiswa dapat secara aktif merespon komunikasi yang dilakukan
oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi. Bahkan, mahasiswa yang terkesan
24
Hasil Wawancara Arma’ruf Hidayah, pada Jumat, 25 Desember 2020. 25
Kustini, Communication Skill, 13.
92
pendiam dapat lebih lepas untuk berpendapat di forum perkuliahan.26
Mahasiswa lebih banyak melakukan respon terhadap pesan yang
dikirimkan oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi meskipun hanya berupa
salam.27
Mahasiswa juga memberikan respon dengan mengirim pesan
menggunakan emoji untuk megekspresikan perasaannya. Respon
tersebut dapat berupa sebuah respon sapaan, ataupun respon terhadap
salam yang diberikan oleh Mayrina Eka Prsetyo Budi.
Dampak tersebut berkaitan dengan tujuan Mayrina Eka
Prasetyo Budi dalam penggunaan emoji yang berkeinginan agar
mahasiswanya semangat dalam mengikuti perkuliahan sehingga aktif
dan dapat selalu hadir. Dengan menggunakan emoji pada pesan yang
ia kirimkan, ia mengharapkan mahasiswa juga dapat mengekspresikan
apa yang mereka rasakan melalui respon yang mereka berikan.
Berdasarkan dampak yang dirasakan oleh Mayrina Eka Prasetyo
Budi dan mahasiswanya maka, dapat diketahui bahwa emoji di sini
menjalankan fungsi sebagai komunikasi nonverbal. Di antara fungsi-fungsi
tersebut dapat dianalisis menggunakan teori fungsi komunikasi nonverbal
sebagai berikut:
26
Hasil Wawancara Harisa Matsna Nur Hamidah, pada Sabtu, 12 Desember 2020 27
Hasil Wawancara Karimatus Sholihah, pada Senin, 15 Februari 2021.
93
1. Emoji di sini berfungsi sebagai pelengkap komunikasi verbal.
Seperti ketika Mayrina Eka Prasetyo Budi menggunakan
emoji pada saat menyapa mahasiswanya, setelah ia menggunakan
pesan tertulis ia memberikan emoji seperti emoji smiley, emoji hati,
dan emoji gerakan tangan. Misalkan juga, ketika ia mengirimkan
pesan berupa pertanyaan tentang apakah mahasiswanya sudah makan
atau belum dengan diiringi emoji berbagai jenis makanan.
Komunikasi verbal yang efektif dapat melengkapi dan menguatkan
pesan-pesan yang dikirim atau disampaikan dengan komunikasi
nonverbal.28
Pesan tertulis tersebut merupakan pesan verbal kemudian
dikuatkan kembali dengan emoji yang merupakan pesan nonverbal.
Sehingga, emoji di sini berfungsi sebagai pesan nonverbal yang
menjadi pelengkap atau menjadi pengiringi pesan verbal tulis yang ia
kirimkan. Sesuai dengan pendapat Mark L. Knapp menyatakan
bahwasannya komunikasi nonverbal dapat berfungsi sebagai
komplemen, yaitu memperkaya dan melengkapi makna dari
komunikasi verbal.29
28
Enie Novieastari, dkk, Dasar-Dasar Keperawatan Edisi 9, (Singapura: Elsevier,2017),
299. 29
Tri Indah Kusumawati, “Komunikasi Verbal dan Nonverbal”, Al-Irsyad: Jurnal
Pendidikan dan Konseling, Vol. 6 No. 2, Desember 2016, 94.
94
2. Emoji di sini berfungsi sebagai penekanan terhadap komunikasi
verbal.
Komunikasi nonverbal juga berfungsi untuk memberikan
pengulangan, penekanan, melengkapi bahkan menggantikan
komunikasi verbal.30
Mahasiswa ketika meminta maaf di dalam forum
perkuliahan, di antara mereka terdapat mahasiswa yang menambahkan
emoji tangan setelah memberikan pesan verbal tulis “mohon maaf”.
Emoji tangan tersebut memberikan penekanan terhadap pesan verbal
tulis tersebut. Dengan kalimat tertulis “mohon maaf” sebenarnya
sudah mewakili pesan yang ingin ia sampaikan yakni meminta atau
memohon maaf, akan tetapi di sini mahasiswa menekan pesan tersebut
dengan menggunakan emoji sebagai pesan nonverbal.
3. Emoji berfungsi untuk melawan komunikasi verbal.
Bab sebelumnya telah menjelaskan bahwasannya ketika
Mayrina Eka Prasetyo Budi menegur mahasiswanya ia menggunakan
emoji tersenyum. Hal tersebut ia lakukan untuk meniadakan kesan
ketus dan galak yang ada pada pesan verbal dengan memberikan
emoji tersebut, sehingga mahasiswanya tidak berpersepsi demikian.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mark. L Knapp yang
menjelaskan bahwasannya salah satu dari fungsi komunikasi
nonverbal adalah kontradiksi yakni menolak komunikasi verbal.31
30
Nofrion, Komuniaksi Pendidikan, Penerapan, Teori, dan Konsep Komunikasi Dalam
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2016), 91. 31
Kusumawati, “Komunikasi Verbal dan Nonverbal”, 94.
95
Emoji tersenyum tersebut melawan komunikasi verbal yang
memiliki kesan ketus dan galak yang disampaikan sebelumnya.
Sehingga pesan dapat terbaca sesuai dengan apa yang diinginkan
Mayrina Eka Prasetyo Budi sebagai pengirim pesan atau komunikator.
Mahasiswa juga merasakan bahwasannya pesan verbal tertulis akan
terkesan kaku yakni seperti marah ketika disampaikan tanpa
menggunakan emoji akan tetapi ketika menggunakan emoji pesan
tersebut lebih terasa hangat.32
32
Hasil Wawancara Octavia Ammar Rodiana, pada Sabtu, 12 Desember 2020.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang peneliti lakukan
akhirnya peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tujuan penggunaan emoji sebagai bentuk komunikasi nonverbal pada
proses komunikasi pembelajaran daring mata kuliah Keterampilan
Komunikasi Konseling oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi adalah untuk
memberikan informasi berupa pesan yang ingin disampaikan,
kemudian emoji digunakan dengan tujuan untuk mengekspresikan
emosi ketika menyampaikan pesan kepada mahasiswanya.
Emoji digunakan dengan tujuan untuk mengatur alur
percakapan dalam forum perkuliahan yang diampu agar sampai pada
alur yang diinginkan, emoji digunakan dengan tujuan untuk
melengkapi, menentang, mengganti, maupun mengembangkan pesan-
pesan verbal tertulis yang di gunakan, emoji digunakan dengan tujuan
untuk mempersuasi dan mengendalikan mahasiswanya secara tidak
langsung agar mereka memiliki semangat sehingga hadir dalam forum
perkuliahan.
2. Penggunaan emoji oleh Mayrina Eka Prasetyo Budi pada proses
komunikasi pembelajaran daring melalui media whatsapp berdampak
secara kognitif, afektif, dan behavior terhadap sebagian besar
mahasiswanya.
97
Dampak kognitif ditandai dengan mahasiswa menjadi
mengerti dan mengetahui apa makna pesan yang disampaikan oleh
Mayrina Eka Prasetyo Budi seperti mengetahui ekspresinya, dan
mengetahui maksud atau isi pesan yang di sampaikan. Dampak afektif
ditandai dengan rasa atau perasaan yang dimiliki oleh mahasiswa.
Seperti perasaan senang, nyaman, dan semangat ketika mengikuti
perkuliahan. Dampak behavior ditandai dengan adanya respon dari
mahasiswa yang biasanya cenderung pendiam dalam forum
perkuliahan serta dapat dilihat juga melalui bagaimana respon yang
diberikan oleh mahasiswa lainnya.
B. Saran
Pada pembahasan yang terakhir ini, peneliti memberikan saran-
saran kepada guru atau pengajar, pengguna media sosial whatsapp, dan
peneliti lainnya. Saran-saran tersebut meliputi:
1. Kepada guru atau pengajar hendaknya menggunakan komunikasi
nonverbal dalam melaksanakan proses komunikasi pembelajaran
daring yang disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan agar mahasiswa
menjadi lebih mengetahui dan memahami makna pesan yang
disampaikan sehingga dapat tercapai efektifitas dalam proses
komunikasi tersebut.
2. Kepada pengguna whatsapp disaran untuk menggunakan emoji sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan dari dikirimkannya pesan tersebut. Hal
98
itu sangat penting agar dapat terhindar dari kesalahfahaman dalam
penafsiran pesan oleh komunikan.
3. Bagi peneliti yang berniat dalam bidang yang sama, dengan segala
kekurangan dan keterbatasan, hasil penelitian ini merupakam
informasi yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
Oleh karena itu diharapkan sekiranya peneliti menguji aspek yang lain
sehingga dapat melengkapi keilmuan di bidang yang sama.
99
DAFTAR PUSTAKA
Amna, Afina. “Whatsapp Dan Konsep Jarak Sosial Baru di Masyarakat”. dalam
Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 1, No. 2, November 2018: 134-144.
Andjani,A, IA Ratnamulyani, AA Kusumadinata. “Penggunaan Media
Komunikasi Whatsapp Terhadap Efektifitas Kinerja Karyawan”. dalam
Jurnal Komunikatio. Vol. 4, No. 1. April 2018: 41-50.
Anggito, Albi dan Johan Setawan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi:
CV Jejak, 2018.
Anggota IKAPI. Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan Ilmiah.
Purwodadi: CV Sarnu Untung, 2020.
Asiyah, Siti. Implementasi Komunikasi Verbal dan Nonverbal dalam Kegiatan
Public Speaking Santri Di Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati Putri
Bangsri Jepara. Universitas Islam Negri Walisongo Semarang, 2018.
Az-Zahrani, Musafir bin Said, terj. Sari Narulita, dan Miftahul Jannah. Konseling
Terapi. Depok: Gema Isnani, 2005.
Bachri, Bachtiar S. “Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada
Penelitian Kualitatif”. dalam Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 10, No. 1.
April 2010: 46-62.
Bugin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2005.
Cahyono, Arie. Menciptakan Sebuah Kekuatan Komunikasi Efektif Unggul
Berkomunikasi. Pulung: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Danesi, Marcel. The Semiotic Of Emoji. London: Bloomsbury, 2016.
Duli, Nikolaus. Metodologi Penelitian Kualitatif : Beberapa Konsep Dasar Untuk
Penulisan Skripsi & Analisis Data Dengan SPS. Yogyakarta: Depublish,
2019.
Edi, Fandi Rosi Sarwo. Teori Wawancara Psikodignostik. Yogyakarta: PT
Leutika Nouvalitera, 2016.
Fajar, Marhaeni. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik. Yogyakarta: Garaha Ilmu,
2009.
Ferinia, Rolyana. dkk. Komunikasi Bisnis. Medan:Yayasan Kita Menulis, 2020.
100
Gusty, Sri. dkk. Belajar Mandiri: Pembelajaran Daring Di Tengah Covid-19.
Medan:Yayasan Kita Menulis, 2020.
Hardjana, Agus M. Komunikasi Interpersonal Dan Intrapersonal. Yogyakarta:
Penerbit Kansius, 2003.
Helaluddin dan Hengki Wijaya. Analisis Data Kualitattif : Sebuah Tinjauan Teori
dan Praktik. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2019.
https://iainponorogo.ac.id/sejarah-singkat/. diakses pada Jumat, 8 Januari 2021
pada pukul 12.00 WIB.
https://iainponorogo.ac.id/tentang-kami/visi-dan-misi/. diakses pada Jumat, 8
Januari 2021 pada pukul 12.00 WIB.
Huda, Dian Patrian Alan. “Motivasi Penggunaan Emoji pada Whatsapp dan
Kepuasan dalam Penyampaian Pesan”. dalam Jurnal Universitas Sebelas
Maret 2017: 1-19.
Husniyatus Salamah Zainiyati. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis
ICT. Jakarta: Kencana, 2017.
Kristanto, Vigih Hery. Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah. Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Kuntarto, Eko. “Keefektifan Model Pembelajaran Daring Dalam Perkuliahan
Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi”. dalam Journal Indonesian
Language Educatiaon and Literature. Vol. 3, No. 1. Desember 2017: 99-
110.
Kustini, Henny. Communication Skill. Sleman: CV Budi Utama, 2017.
Kusumawati, Tri Indah. “Komunikasi Verbal dan Nonverbal”. Al-Irsyad: Jurnal
Pendidikan dan Konseling Vol.6, No. 2. Juli 2016.
Liliweri, Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana, 2011.
Mamik. Metodologi Kualitatif. Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015.
Morissan. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana, 2013.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarta, 2013.
_________. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008.
101
Natalina, Desiani dan Gilar Gandana. Komunikasi Dalam PAUD. Tasikmalaya:
Ksatria Siliwangi, 2017.
Nofrion. Komunikasi Pendidikan Penerapan Teori dan Konsep dalam
Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2016.
Novieastari,Enie dkk. Dasar-Dasar Keperawatan Edisi 9. Singapura: Elsevier.
2017.
Purwanti, Joko. Komunikasi Bisnis, Jakarta: Erlangga, 2006.
Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif,
Surabaya: Unesa University Press, 2007.
Rokhman, Fathur dan Surahmat. Linguistik Disruptif Pendekatan Kekinian
Memahami Perkembangan Bahasa. Jakarta: Bumi Aksara, 2019.
Ruben, Brent D. dan Lea P. Stewart terj. Ibnu Hamad. Komunikasi Dan Perilaku
Manusia. Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Salim dan Haidir. Penelitian dan Pendidikan Metode, Pendekatan, dan Jenis.
Jakarta: Kencana, 2019.
Sayidah, Nur. Metodologi Penelitian Disertai Dengan Contoh Penerapannya
Dalam Penelitian. Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2018.
Soyomukti, Nurani. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012.
Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo,
2006.
_________. Pengantar Teori dan Managemen Komunikasi. Yogyakarta:
MedPress, 2009.
TribunJatim.com, “Sikap 2 Pemuda Surabaya Diadili Gegara Keroyok Teman,
Sakah Paham Isi Chat WA “Opo” berujung Aniaya” (Diakses pada Rabu,
14 Oktober 2020 jam 06.27 WIB, di laman
https://jatim.tribunnews.com/2020/03/02/sikap-2-pemuda-surabaya-
diadili-gegara-keroyok-teman-salah-paham-isi-chat-wa-opo-berujung-
aniaya).
Tubbs, Stewart L. dan Sylvia Moss. terj. Deddy Mulyana. Human Communication
Prinsip-Prinsip Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Umarti dan Hengki Wijaya. Analisis Data Kualitatif Teori Konsep Dalam
Penelitian Pendidikan, Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray,
2020.
102
Yasir. Pengantar Ilmu Komunikasi: Sebuah Pendekatan Kritis dan Komperhensif.
Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020.
Yuliani, Meda, dkk. Pembelajaran Daring untuk Pendidikan: Teori dan
Penerapan. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020.
Zain, Norwati Mohd dan Hishamudin Isam. “Emoji dan Ekspresi Emosi Di
Kalangan Komuniti Siber”. dalam PENDETA Journal Of Malay
Language, Education And Literature. Vol. 10, 2019: 13-23.
Zainiyati, Husniatus Salamah. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT.
Jakarta: Kencana, 2017.