pengetahuan bahan bagian 5

8
BAB V AIR DAN BAHAN PANGAN Setelah menyelesaikan bab ini dan ditunjang dengan sesi tanya jawab Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui tipe-tipe air dan pengaruhnya terhadap bahan pertanian maupun bahan pangan, sehingga dapat mengetahui penanganan yang tepat pada bahan pertanian dan bahan pangan tersebut. Keberhasilan saudara dalam menguasai bab ini adalah dapat diukur dengan keriteria sebagai berikut : - Mengetahui dan dapat menjelaskan kembali tipe-tipe air - Mampu menjelaskan peranan air dalam bahan pangan - Mengetahui pengaruh air dalam lingkungan dan pengaruhnya terhadap bahan pertanian maupun bahan pangan. - Mampu menjelaskan kembali manfaat mempelajari sifat air dalam bahan pangan Buku Utama: Muchtadi, T.R., Sugiyono, dan Ayustaningwarna. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Penerbit AlfaBeta, Bandung. Syarif dan Anis, 1999. Teknologi Proses pengolahan Pangan. PAU pangan dan Gizi IPB, Bogor. Syah, D. 2012. Pengantar Teknologi Pangan. IPB Press, Bogor. Hasil Pembelajaran Kriteria Penilaian Sumber Pustaka

Upload: adha-panca-wardanu

Post on 17-Nov-2015

2 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pengolahan bahan pangan

TRANSCRIPT

  • BAB V

    AIR DAN BAHAN PANGAN

    Setelah menyelesaikan bab ini dan ditunjang dengan sesi tanya jawab

    Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui tipe-tipe air dan pengaruhnya terhadap

    bahan pertanian maupun bahan pangan, sehingga dapat mengetahui penanganan

    yang tepat pada bahan pertanian dan bahan pangan tersebut.

    Keberhasilan saudara dalam menguasai bab ini adalah dapat diukur

    dengan keriteria sebagai berikut :

    - Mengetahui dan dapat menjelaskan kembali tipe-tipe air

    - Mampu menjelaskan peranan air dalam bahan pangan

    - Mengetahui pengaruh air dalam lingkungan dan pengaruhnya terhadap bahan

    pertanian maupun bahan pangan.

    - Mampu menjelaskan kembali manfaat mempelajari sifat air dalam bahan

    pangan

    Buku Utama:

    Muchtadi, T.R., Sugiyono, dan Ayustaningwarna. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan

    Pangan. Penerbit AlfaBeta, Bandung.

    Syarif dan Anis, 1999. Teknologi Proses pengolahan Pangan. PAU pangan dan

    Gizi IPB, Bogor.

    Syah, D. 2012. Pengantar Teknologi Pangan. IPB Press, Bogor.

    Hasil Pembelajaran

    Kriteria Penilaian

    Sumber Pustaka

  • Buku Penunjang:

    Syarief R. dan Halid H. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan.

    Kerja sama dengan PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

    Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.

    Pantastico, 1986. Fisiologi Pascapanen. Gadjah Mada University Press,

    Yogyakarta.

    Secara umum jaringan tanaman dan hewan merupakan suatu sistem air

    dari karbohidrat, protein, dan lemak, dengan jumlah air terbesar. Sebagian besar

    bahan pangan segar memiliki kadar air 70% atau lebih. Air penting sebagai alat

    transportasi dalam tubuh, reaktan maupun sebagai media reaksi, stabilisasi, dan

    fasilitator bagi enzim. Kerusakan bahan pangan pada umumnya merupakan

    kerusakan kimiawi, enzimatis, mikrobiologis, atau kombinasi antara ketiganya.

    Semua jenis kerusakan ini memerlukan air selama prosesnya, oleh karena itu

    banyaknya air dalam bahan pangan ikut menentukan kecepatan tingkat kerusakan.

    Mempelajari pengetahuan tentang air dalam bahan pangan adalah mempelajari air

    dan pengaruhnya terhadap sifat kimia, fisik, maupun mikrobiologi bahan tersebut.

    A. Tipe-Tipe Air

    Berdasarkan interaksi antara molekul air dan komponen bahan, air dalam

    bahan pangan dibedakan menjadi 2 tipe yaitu air terikat dan air bebas. Air terikat

    memiliki energi yang kuat antar ikatan air dengan komponen bahan pangan,

    sedangkan air bebas memiliki energi ikatan yang lebih lemah, sehingga air bebas

    dengan mudah hilang apabila dilakukan penguapan atau pengeringan.

    Berdasarkan keterikatannya, air digolongkan ke dalam beberapa kelompok

    seperti pada tabel 5.1. Tipe I merupakan molekul air yang terikat secara kimia

    dengan molekul lainnya melalui ikatan hidrogen, tipe II merupakan molekul air

    yang terikat secara kimia membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air lainnya,

    tipe III yaitu molekul air yang terikat secara fisik dalam jaringan-jaringan matriks

    bahan, dan tipe IV merupakan air murni yang tidak terikat dalam jarigan suatu

    bahan.

  • Tabel 5.1. Derajat Keterikatan Air Dalam Bahan Pangan Tipe Air/

    Keterikatan

    Deskripsi Kandungan Air

    (g H2O/g BK)

    Titik Beku Kapasitas

    Sebagai

    Pelarut

    Mobilitas

    Tipe IV

    (aktivitas

    penuh)

    Air murni Tidak ada Normal Normal Normal

    Tipe III

    (aktivitas

    sedikit

    menurun)

    Air terperangkap

    dalam jaringan

    matriks oleh

    membran atau

    makrokapiler

    Minumum 0,14

    0,33

    Berkurang Berkurang

    sedikit

    Berkurang

    sedikit

    Tipe II

    (aktivitas air

    berkurang dan

    energi terikat

    bertambah)

    Ikatan H air-

    solute/ ikatan H

    air-air; air dalam

    makrokapiler;

    sifat larut berbeda

    dengan larut

    aslinya

    Minimum 0,07

    Maksimum 0,14-

    0,33

    Berkurang

    tidak dapat

    beku

    Berkurang Berkurang

    sedikit

    Tipe I

    (aktivitas

    berkurang

    sekali dan

    energi terikat

    bertambah

    besar

    Air terikat secara

    kimiawi pada

    salah satu

    ujungnya; ikatan

    air-hidrogen

    0,0 0,7 Tidak dapat

    beku

    Berkurang

    besar atau

    hilang sama

    sekali

    Berkurang

    besar

    Sumber: Syah (2012)

    B. Peranan Air Terhadap Bahan Pangan

    Jumlah air yang berada di dalam bahan pangan biasa disebut kadar air.

    Nilai ini menunjukkan persentase keseluruhan air yang dikandung oleh bahan.

    Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan

    lingkungannya. Kadar air pada pada bahan pangan akan mengalami

    kesetimbangan dengan kandungan air pada udara di sekitarnya. Kandungan air

    atau jumlah uap air di udara pada suhu tertentu disebut sebagai kelembaban relatif

    (RH). Seperti contoh bila kadar air bahan rendah sedangkan RH di sekitarnya

    tinggi, akan terjadi penyerapan uap air dari udara, sehingga bahan menjadi lembab

    atau kadar air meningkat. Bila suhu bahan lebih rendah (dingin) daripada

    sekitarnyta, akan terjadi kondensasi uap air udara pada permukaaan bahan dan

    dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan kapang atau perkembangbiakan

    bakteri.

    Kadar air hanya sedikit berhubungan dengan sifat-sifat air yang berada

    dalam bahan pangan, sehingga keberadaaan air dalam bahan pangan lebih tepat

    dinyatakan sebagai aktivitas air (Aw) . Aktivitas air (Aw) merupakan parameter

    untuk menunjukkan hubungan air dengan aktivitas kimiawi, enzimatis, dan

  • mikroorganisme dalam bahan pangan. Reaksi kimiawi, enzimatis, dan

    mikroorganisme ini dipengaruhi oleh jumlah air bebas yang terkandung pada

    bahan pangan.

    Selain itu, Aw juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara

    tekanan uap air larutan/bahan pangan (P) dengan tekanan uap air murni (Po) pada

    suhu yang sama yang ditunjukkan dengan persamaan (1), sedangkan hubungan

    antara kelembaban relatif kesetimbangan (RH) dengan Aw pada tekanan tertentu

    dinyatakan pada persamaan (2), sehingga pada keadaan kesetimbangan, Aw akan

    seimbang dengan RH atau Aw sama dengan RH/100.

    .................................................. (1)

    ....................(2)

    C. Isotermis Sorpsi Air

    Isotermis sorpsi air merupakan hubungan antara kadar air pada bahan

    pangan dengan kelembaban relatif ruang tempat penyimpanan (RH) atau aktivitas

    air (Aw) pada suhu tertentu. Kurva isotermis sorpsi air berbentuk sigmoid

    ditunjukkan pada gambar 5.1. Kurva isotermis sorpsi air dapat bermanfaat untuk

    merancang dan optimasi proses seperti pengeringan, pengemasan, kondisi

    penyimpanan, serta mengetahui perubahan kadar air selama proses pengeringan

    pada bahan pangan, sehingga dapat diketahui kondisi optimal pada setiap proses

    pengolahan. Selain itu, dapat mengetahui kadar air maupun aktivitas air yang

    tepat pada suatu bahan pangan, sehingga dapat memprediksi umur simpan bahan

    pangan tersebut.

  • Gambar 5.1. Hubungan kadar air dengan aktivitas air

    Pada gambar 5.1 kurva isotermis sorpsi air dibagi menjadi tiga

    zona I, II, dan III. Masing-masing zona menggambarkan reaksi kimiawi,

    enzimatis, maupun mikrobiologis pada bahan pangan dan pengaruhnya

    terhadap jumlah air bebas, kondisi ini dapat dilihat juga pada gambar 5.2.

    Pada zona I (Aw 0 0,2) air terikat sangat kuat pada bahan. Reaksi

    kimiawi yang terjadi pada zona I adalah oksidasi lipid. Terjadinya oksidasi

    lipid disebabkan komponen asam lemak tak jenuh yang terkandung pada

    bahan memiliki mobilitas molekul tinggi, sehingga reaksi oksidasi pada

    bahan masih dapat terjadi dan menghasikan bau yang tengik. Contoh

    bahan pangan yang memiliki Aw pada kisaran zona I seperti kerupuk.

    Kerusakan kerupuk didominan oleh munculnya bau tengik akibat oksidasi

    lipid.

    I III II

  • Gambar 5.2. Kurva Pengaruh Aw Terhadap Laju Reaksi Kimia,

    Enzimatis dan Mikrobiologi Pada Bahan Pangan

    Pada zona II (0,2 0,6) reaksi oksidasi lipid masih terjadi dan

    mengalami kenaikan kembali seiring dengan peningkatan nilai Aw. Selain

    itu terjadi pula reaksi enzimatis maupun reaksi pencoklatan non-enzimatis.

    Hal ini disebabkan karena pada zona II menyediakan air yang cukup untuk

    mobilitas reaksi, sehingga meningkatkan interaksi antara senyawa-

    senyawa tertentu. Bahan pangan yang memiliki kisaran Aw pada zona II

    akan mengalami oksidasi lipid, reaksi enzimatis maupun non enzimatis.

    Pada zona III (Aw > 0,6) sifat air berupa air bebas yang terikat

    pada rongga kosong maupun kapiler pada bahan pangan, sehingga

    menyediakan air yang cukup untuk pertumbuhan mikroorganisme.

    Pertumbuhan kapang atau jamur dimulai pada kisaran Aw > 0,7, khamir

    atau yeast pada kisaran Aw>0,8, sedangkan bakteri pada kisaran Aw > 0,9.

  • (a) (b) (c)

    Gambar 5.3 (a) Kapang (b) Khamir (c) Bakteri

    Air dan bahan pangan memiliki peranan penting dalam menentukan

    mutu serta memprediksi umur simpan bahan pangan. Kandungan air dalam

    bahan pangan disebut sebagai kadar air, tetapi kadar air kurang tepat

    menyatakan sifat air dalam bahan pangan. Sifat air dalam bahan pangan lebih

    tepat dinyatakan sebagai aktivitas air. Aktivitas air merupakan jumlah air

    bebas yang terdapat dalam bahan yang dapat menentukan reaksi kimiawi,

    enzimatis, dan mikroorganisme yang terjadi pada bahan tesebut. Pada

    keadaaan kesetimbangan aw dengan RH akan memiliki nilai yang sama.

    Hubungan antara kadar air dengan kelembaban relatif (RH) atau aktivitas air

    (Aw) pada suhu tertentu disebut isotermis sorpsi air. Isotermis sorpsi air

    memiliki banyak manfaat untuk dipelajari.

    1. Sebutkan dan jelaskan 4 tipe air?

    2. Apa perbedaan antara air terikat dan air bebas?

    3. Suatu bahan pangan memiliki nilai Aw 0,7. Prediksi kerusakan apa yang

    akan terjadi pada bahan tersebut?

    Latihan Soal

    Rangkuman

  • 4. Pada gambar dibawah ini dapatkah saudara menentukan tingkat

    kerusakannya? Jelaskan!

    (a) Kerupuk (b) Bolu gulung (c) Kue kering