pengertian sains

57
Pengertian Sains: Apa itu Sains? | Kata sains berasal dari bahasa Latin scientia yang berarti "pengetahuan" atau "mengetahui". Dari kata ini terbentuk katascience (Inggris). Sains dalampengertian sebenarnya adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai fenomena alam sehingga rahasia yang dikandungnya dapat diungkap dan dipahami. Dalam usaha mengungkap rahasia alam tersebut, sains melakukannya dengan menggunakan metode ilmiah. Sains memiliki ciri-ciri tertentu. Beberapa ciri sains tersebut adalah sebagai berikut: Objek kajiannya sains berupa benda-benda konkret: Benda konkret adalah benda-benda yang dapat ditangkap oleh alat-alat indra, dapat berupa benda padat, cair, atau gas. Jika benda-benda tersebut tidak dapat ditangkap oleh indra kita, maka digunakan alat bantu. Contohnya, pengamatan terhadap virus dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektron dan bakteri dengan bantuan mikroskop cahaya. Sains mengembangkan pengalaman-pengalaman empiris: Hal berarti pemecahan masalah dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dapat dirasakan oleh semua orang (pengalaman nyata). Pengertian Sains: Apa itu Sains? Sains menggunakan langkah-langkah sistematis: Artinya, dalam proses pemecahan masalah, sains menggunakan langkah-langkah yang teratur (sistematis) sesuai dengan aturan-aturan yang sudah dibakukan. Langkah- langkah sistematis tersebut berlaku untuk setiap bidang kajian sains dengan hasil yang sama jika dilakukan pada situasi yang sama. Hasil/produk sains bersifat objektif: Artinya, temuan tersebut tidak dipengaruhi oleh subjektivitas pelaku eksperimen atau atas hasil pemesanan dari pihak lain yang sifatnya memihak. Sains hanya memihak kepada kebenaran yang bersifat ilmiah. Sains menggunakan cara berpikir logis: Cara berpikir yang menggunakan logika akan mengikuti kontinuitas dalam berpikir.

Upload: nisamuthiafina

Post on 19-Feb-2016

246 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pengertian sains

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Sains

Pengertian Sains: Apa itu Sains? | Kata sains berasal dari bahasa Latin scientia yang berarti "pengetahuan" atau "mengetahui". Dari kata ini terbentuk katascience (Inggris). Sains dalampengertian sebenarnya adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai fenomena alam sehingga rahasia yang dikandungnya dapat diungkap dan dipahami. Dalam usaha mengungkap rahasia alam tersebut, sains melakukannya dengan menggunakan metode ilmiah. Sains memiliki ciri-ciri tertentu. Beberapa ciri sains tersebut adalah sebagai berikut:

Objek kajiannya sains berupa benda-benda konkret: Benda konkret adalah benda-benda yang dapat ditangkap oleh alat-alat indra, dapat berupa benda padat, cair, atau gas. Jika benda-benda tersebut tidak dapat ditangkap oleh indra kita, maka digunakan alat bantu. Contohnya, pengamatan terhadap virus dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektron dan bakteri dengan bantuan mikroskop cahaya.

Sains mengembangkan pengalaman-pengalaman empiris: Hal berarti pemecahan masalah dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dapat dirasakan oleh semua orang (pengalaman nyata). 

Pengertian Sains: Apa itu Sains?

Sains menggunakan langkah-langkah sistematis: Artinya, dalam proses pemecahan masalah, sains menggunakan langkah-langkah yang teratur (sistematis) sesuai dengan aturan-aturan yang sudah dibakukan. Langkah-langkah sistematis tersebut berlaku untuk setiap bidang kajian sains dengan hasil yang sama jika dilakukan pada situasi yang sama.

Hasil/produk sains bersifat objektif: Artinya, temuan tersebut tidak dipengaruhi oleh subjektivitas pelaku eksperimen atau atas hasil pemesanan dari pihak lain yang sifatnya memihak. Sains hanya memihak kepada kebenaran yang bersifat ilmiah.

Sains menggunakan cara berpikir logis: Cara berpikir yang menggunakan logika akan mengikuti kontinuitas dalam berpikir.

Page 2: Pengertian Sains

Hukum-hukum yang dihasilkan sains bersifat universal: Artinya dilakukan di mana saja, oleh siapa saja, serta kapan saja, pada dasarnya akan mendapatkan hasil yang sama.

Sekian uraian tentang Pengertian Sains: Apa itu Sains?, http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-sains-apa-itu-sains.html

Minggu, 28 Agustus 2011 -

Sains tidak dapat membuktikan segalanya. Proses sains, ketika digunakan dengan benar, sesungguhnya berusaha menyanggah gagasan (hipotesis) dengan pengujian atau penantangan hipotesis lewat pengamatan (data) yang dikumpulkan dari eksperimen yang dirancang dengan hati-hati. Bila gagasannya bertahan terhadap pengujian, maka ia menjadi lebih kuat, dan lebih mungkin merupakan penjelasan yang akurat. Sains adalah sebuah proses yang hanya dapat menghasilkan penjelasan yang “mungkin” atau “sangat mungkin” untuk fenomena alam; tidak pernah ada kepastian. Dengan informasi, alat, atau pendekatan baru, penemuan sebelumnya dapat digantikan oleh penemuan baru.

Sains tidak dapat memecahkan semua masalah atau menjawab semua pertanyaan

Relung sains terbatas pada pemecahan masalah mengenai dunia fisik, sebuah dunia yang dapat kita amati dengan indera kita. Sains tidak memiliki perangkat yang baik untuk mengatasi relung supernatural, tidak pula relung nilai dan etika, relung yang tidak dapat diamati oleh indera kita. Penjelasan ilmiah harus dapat dibuktikan salah secara potensial. Penjelasan berdasarkan kekuatan supernatural, nilai-nilai atau etika tidak dapat dibuktikan salah dan karenanya tidak masuk dalam wilayah sains.

Tidak semua studi yang dilakukan hati-hati dan berdasarkan pengamatan bisa digolongkan sebagai sains

Sains harus mengikuti aturan-aturan tertentu; jika tidak, ia bukan sains (sama halnya sepakbola tidak dapat disebut sepakbola bila aturannya tidak diikuti). Aturan sains ditujukan untk membuat prosesnya se-objektif mungkin, dan karenanya menghasilkan derajat pemahaman yang sedekat mungkin dengan realitas. Penjelasan ilmiah harus beradasarkan pada pengamatan yang hati-hati dan pengujian hipotesis.

Sesuatu dikatakan objektif bila tidak dipengaruhi oleh perasaan, keinginan, dan prasangka. Lawan dari objektif adalah subjektif yaitu sesuatu yang dipengaruhi perasaan, keinginan, dan prasangka.

Page 3: Pengertian Sains

Sains dapat dilaksanakan dengan buruk. Tidak semua yang dilakukan secara ilmiah itu akurat dan handal.

Sains dapat dilaksanakan dengan buruk, sama seperti setiap perbuatan manusia lainnya. Kita semua bisa salah, sebagian dari kita membuat lebih sedikit kesalahan dari yang lain, sebagian mengamati lebih teliti dari yang lain, namun kita masih tetap subjektif juga pada akhirnya. Mekanisme koreksi diri dalam sains meningkatkan kehandalan hasilnya.

Berbagai ilmuwan dapat memperoleh solusi yang berbeda pada masalah yang sama. Sains dapat dipengaruhi oleh ras, gender, kebangsaan, agama, politik, atau minat ekonomi ilmuwan.

Sumber bias yang disengaja atau tidak disengaja yang masuk dalam sebuah studi dapat menghasilkan berbagai solusi atas masalah yang sama. Para ilmuwan adalah manusia, dan walaupun mereka mengikuti aturan tertentu dan mencoba seobjektif mungkin, baik dalam pengamatan maupun penafsiran, bias mereka tetap ada. Bias rasial tak sadar, bias gender, status sosial, sumber pendanaan, atau topangan politik dapat dan memang mempengaruhi persepsi dan penafsiran seseorang. Sayangnya, sains terlalu sering disalah gunakan. Karena ia bekerja terlalu baik, ada orang-orang yang mencoba menggunakan nama sains untuk “membuktikan” keyakinan favoritnya, bahkan walaupun aturan sains tidak diterapkan. Kasus demikian disebut “pseudosains”. Selain itu, sebagian ilmuwan juga telah diketahui melakukan penipuan, untuk mendukung gagasan mereka. Karya demikian biasanya terekspos cepat atau lambat, karena sistem tinjau sejawat dan penelitian ilmuwan lainnya.

Pengetahuan mengenai apa itu sains, apa yang dapat dan tidak dapat ia lakukan, dan bagaimana ia bekerja, penting bagi semua orang

Orang mesti mampu mengevaluasi informasi ilmiah dan membuat keputusan mengenai informasi tersebut. Informasi ilmiah digunakan untuk mendukung argumen politik, mengiklankan produk, dan memberi tahu orang mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mereka. Penting bagi semua orang untuk melek secara ilmiah agar mampu berpikir kritis mengenai apa yang harus dipilih, apa yang harus dibeli, dan bagaimana melindungi kesehatan mereka.

Sumber

Rodriguez, A.M. 2002. What Is Science.

ww.faktailmiah.com/2011/08/28/apa-itu-sains.html

Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan

Page 4: Pengertian Sains

Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus. S. 2003: 11)

Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni.

Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk mengenali "ilmu" sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(biasa disingkat IPA).

Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti.[1]

Di samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini istilah "ilmu alam" kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari. Dari sudut ini, "ilmu alam" dapat menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang mendasari alam semesta). https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_alam

Sains adalah suatu cara untuk mempelajari aspek -aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sistematik dan melalui metode-metode saintifik yang terbakukan. ruang lingkup sains terbatas pada pada hal - hal yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan dan pengecapan).

http://cafe-biolgi.blogspot.co.id/

sains adalah salah satu cara untuk mempelajari aspek-aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sistematik dan melalui metode-metode saintifik yang terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada hal-hal yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan, dan pengecapan)

Pengertian sains secara singkat dan jelas – Sains adalah berasal dari bahasa latin yaitu “scientia” yang artinya pengetahuan. Jadi definisi sains ialah suatu cara untuk mempelajari berbagai aspek-aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sistematik & melalui berbagai metode saintifik yang

Page 5: Pengertian Sains

terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada berbagai hal yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan & pengecapan) atau dapat dibilang sains itu pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian.

Definisi sains seperti tadi diatas seringkali dikenal atau disebut dengan sains murni, untuk dapat membedakannya dengan sains terapan, yang merupakan aplikasi dari sains yang ditujukan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Ilmu sains pada diklasifikasikan menjadi 2 (dua), diantaranya yaitu :

Natural sains / ilmu pengetahuan Alam. Sosial sains / ilmu pengetahuan sosial.

Inilah tujuan dari sains

Apakah tujuan sains? Mungkin gambaran paling umum, bahwa tujuan dari sains yaitu untuk menghasilkan model yang dapat berguna tentang realitas. Pada umumnya penyelidikan ilmiah menggunakan beberapa bentuk metode ilmiah. Secara umum metode yang dipakai, yaitu:

Observasi Hipotesis Prediksi Penelitian Kesimpulan

apakah itu sains?

Dan inilah contoh dari pembagian bidang sains 

Lalu di bagian bawah ini ialah beberapa contoh dari sekian banyak pembagian berbagai bidang sains, khususnya IPA atau natural sains, misalnya seperti:

Biologi (Biology) = Anatomi, biofisika, Fisiologi, genetika, Ekologi, taksonomi, virulogi, zoologi dan lain-lain.

Page 6: Pengertian Sains

Kimia (Chemistry) = Kimia Analitik, Elektrokimia, Kimia organik, kimia anorganik, ilmu material, kimia polimer, thermokimia dan lain-lain.

Fisika (Physics) = Astronomi, kinetika, fisika nuklir, dinamika, fisika material, mekanika quantum, thermodinamika, optik dan lain-lain.

Ilmu Bumi (Earth Science) = Ilmu lingkungan, geologi, geodesi, hydrologi, paleontologi, meteorologi, oceanografi dan lain-lain.

http://www.pengertianku.net/2015/01/pengertian-sains-secara-singkat-dan-jelas.html

Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:

1. Karakterisasi  (pengamatan dan pengukuran)2. Hipotesis  (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan

dan pengukuran)3. Prediksi  (deduksi logis dari hipotesis)4. Eksperimen  (pengujian atas semua hal di atas)

Karakteristik Metode IlmiahMenurut sumber ada beberapa karakteristik metode ilmiah:Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah danmenentukan metode untuk pemecahan masalah.Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersediaBersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.Langkah – Langkah Metode Ilmiah

Page 7: Pengertian Sains

Menyusun Rumusan Masalah Menyusun Kerangka Teori Merumuskan Teori Melakukan Eksperimen Mengolah dan Menganalisis Data Menarik Kesimpulan Mempublikasikan Hasil

Menyusun Rumusan MasalahHal-hal yang harus diperhatikan:

Masalah menyatakan adanya keterkaitan antara beberapa variabel atau lebih. Masalah tersebut merupakan masalah yang dapat diuji dan dapat dipecahkan. Masalah disusun dalam bentuk pertanyaan yang singkat, padat dan jelas.

Menyusun Kerangka TeoriMengumpulkan keterangan-keterangan dan informasi, baik secara teori maupun data-data fakta di lapangan.Dari keterangan-keterangan dan informasi tersebut diperoleh penjelasan sementara terhadap permasalahan yang terjadi.Penarikan HipotesisHipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan. Penyusunan hipotesis dapat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Dalam penelitian, setiap orang berhak menyusun Hipotesis. Pengujian HipotesisPengujian hipotesis dilakukan dengan cara menganalisis data. Data dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat bukti-bukti yang mendukung hipotesis.Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiahhttp://bunyamingunadarma.wordpress.com/2012/04/23/metode-ilmiah-karakteristik-dan-tahapan/http://nista-maja.blogspot.com/2011/03/langkah-langkah-metode-ilmiah.htmlhttps://hadi27.wordpress.com/metode-ilmiah-dan-langkah-langkahnya/

Pengertian metode dan langkah langkah metode ilmiah - Kali ini, akan dijelaskan tentang apa itu metode ilmiah dan bagaimana langkah langkah metode ilmiah.  Secara sederhana, pengertian metode ilmiah adalah langkah kerja yang dilakukan oleh para peneliti dalam menjawab masalah yang ada.

Page 8: Pengertian Sains

Dalam buku Schaum outline dijelaskan bahwa pengertian metode ilmiah atau metode saintifik adalah langkah langkah kerja rutin dari saintis saintis aktif seiring dibimbingnya mereka oleh keingintahuan untuk mempelajari keteraturan dan hubungan di antara fenomena fenomena yang mereka pelajari.Penerapan memikiran sehat setepat-tepatnya dalam penelitian  dan analisis data juga merupakan pengertian metode ilmiah atau metode saintifik. Dalam pengertian metode ilmiah yang terbaharui, dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626) bahwa pengertian metode ilmiah adalah serangkaian langkah langkah berupa melakukan identifikasi masalah, mengumpulkan data dalam cakupan masalah yang ada, memilah data untuk mencari hubungan, merumuskan hipotesis atau dugaan ilmiah sementara, menguji hipotesis secara tepat dan mengonfirmasi hipotesis/dugaan ilmiah apabila terdapat temuan temuan baru dalam eksperimen yang dilakukan. Langkah langkah ilmiah tersebut dilakukan secara sistematis dan berurut.Diterangkan dalam wikipedia, pengertian metode ilmiah atau proses ilmiah (scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Scientis atau para peneliti/ilmuwan melaksanakan  pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya sehingga dapat menjelaskan fenomena alam. Prediksi atau hipotesis yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Apabila hipotesis tersebut lolos uji melalui eksperimen berkali-kali baik oleh satu peneliti ataupun oleh peneliti lain, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah. Saintis atau para peneliti mungkin tertarik pada aspek aspek yang berbeda dari alam, tetapi mereka semua menggunakan pendekatan intelektual yang serupa untuk mengarahkan penyelidikan penyelidikannya yaitu metode ilmiah.Dari sumber lain dijelaskan bahwa pengertian metode ilmiah atau method of scientific adalah suatu cara mencari dan mengungkapkan kebenaran dengan ciri obyektivitas. Disini kebenaran yang diperoleh secara konsepsional atau deduktif saja tidak cukup; harus diuji secara empiris.Terakhir, pengertian metode ilmiah menurut sumber luar bahwa metode ilmiah adalah proses dimana para ilmuwan, secara kolektif dan dari waktu ke waktu, berusaha untuk membangun sebuah representasi dunia atau jawaban dari fenomena fenomena yang ada secara akurat (dapat diandalkan, konsisten dan sangat obyektif). The scientific method is the process by which scientists, collectively and over time, endeavor to construct an accurate (that is, reliable, consistent and non-arbitrary) representation of the world.

Langkah Langkah Metode Ilmiah

Langkah pertama yang harus dilakukan para peneliti adalah merumuskan masalah yang dapat dicari jawabannya. Ini merupakan langkah pertama metode ilmiah. Jawaban dari rumusan masalah umumnya mencakup penjelasan yang berhubungan dengan tatanan atau proses di alam. Banyak peneliti lebih tertarik terhadap mekanisme kerja alam dibandingkan pertanyaan pertanyaan mengenai tujuan akhir.Setelah sebuah pertanyaan diajukan dalam bentuk rumusan masalah, langkah metode ilmiah yang selanjutnya  adalah mencari jawaban dengan jalan mengumpulkan data yang relevan dengan masalah tersebut. Langkah metode ilmiah ini sangat menentukan metode ilmiah selanjutnya. Data

Page 9: Pengertian Sains

tersebut dapat diperoleh dari pengamatan, pengukuran, perhitungan, dan pengulasan data data ataupun catatan lama, yang disortir/dipilah dengan penuh kesadaran sehingga ditemukan keteraturan dan hubungan dari apa yang kita rumuskan.Langkah metode ilmiah yang selanjutnya adalah pengajuan dugaan ilmiah atau kerennya disebut tebakan ilmiah dan lebih populer lagi dengan kata "hipotesis". Dengan adanya hipotesis, suatu penelitian akan berada dalam kerangka kerja yang konseptual. Hipotesis akan menjadi kerangka dimana pemahaman ilmiah menjadi terstruktur. Pada umumnya, hipotesis merupakan generalisasi yang mendeskripsikan keadaan keadaaan lama dalam ruang lingkup penyelidikan. Perumusan hipotesis yang berhasil merupakan ciri dari imajinasi ilmiah yang kreatif. Dalam metode ilmiah, membuat suatu hipotesis menggunakan logika induktif. Dengan kata lain, membuat suatu hipotesis itu dengan mengambil hal hal tertentu yang sifatnya khusus, spesifik dan kemudian membuatnya menjadi hal umum yang kemudian akan diuji di eksperimen. Oleh karena itu metode ilmiah sering disebut dengan metode induksi.Harus diingat bahwa saintis jarang mengikuti langkah langkah yang telah dijabarkan sebelumnya secara kaku. Hipotesis bisa saja mendahului akumulasi data yang sesungguhnya, ata data bisa saja diakumulasi dan dianalisis bersamaan dengan dikembangkannya hipotesis ketimbang melakukan semua itu secara berurutan. Selain itu, walaupun para peneliti kreatif dan sekaligus sangat penasaran dengan proses pemikiran mereka, keingintahuan bisa jadi dibatasi oleh pandangan pandangan sebelumnya yang telah diterima. Oleh karena itu, perubahan teori teori yang telah ada jarang terjadi.Contoh Langkah langkah metode ilmiah

1. Melakukan identifikasi masalah2. Mengumpulkan data dalam cakupan masalah 3. Memilah data untuk mencari korelasi, hubungan yang bermakna dan keteraturan4. Merumuskan hipotesis (suatu generalisasi) yang merupakan tebakan ilmiah yang

menjelaskan data data yang ada dan menyarankan langkah langkah berikutnya yang harus dilakukan untuk penelitian yang lebih lanjut

5. Menguji hipotesis secara setepat mungkin dengan cara mengumpulkan data data baru6. Melakukan konfirmasi, modifikasi ataupun menolak hipotesis apabila memperoleh temuan

temuan baru.

Bagi kalian yang masih belajar, berikut langkah langkah metode ilmiah yang umum digunakan dalam laboratorium dan percobaanLangkah langkah Metode Ilmiah

1. Merumuskan masalah: Langkah pertama dalam melakukan suatu penelitian adalah merumuskan masalah. Hal ini bertujuan untuk memperjelas masalah yang akan dipecahkan. Perumusan masalah dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan

2. Menyusun perencanaan penelitian: langkah langkah dalam membuat suatu rancangan penelitian adalah menyusun tujuan penelitian, menyusun hipotesis, menetapkan variabel,

Page 10: Pengertian Sains

memilih alat dan bahan yang akan digunakan, menentukan langkah kerja, menentukan populasi dan sampel serta menetapkan cara pengambilan data dan menganalisis data.

3. Melakukan penelitian: Penelitian diawali dengan kegiatan pengamatan. Pengamatan dapat dilakukan secara langsung (observasi kualitatif) dan pengamatan tidak langsung (observasi kuantitatif). Untuk menguji hipotesis yang telah dibuat, kita perlu melakukan penelitian melalui percobaan yang sesuai dengan rancangan percobaan yang disusun sebelumnya. Berlatih menggunakan peralatan percobaan merupakan cara belajar yang efektif untuk mengurangi kesalahan kerja.

4. Menyusun kesimpulan penelitian : Setelah mengolah dan menganalisis data, selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan tersebut harus berdasarkan pada hasil penelitian dan tetap berpedoman pada pandangan yang objektif.

5. Melakukan penelitian perbaikan : Suatu penelitian akan menjadi menjadi valid secara ilmiah apabila penelitian tersebut dapat diuji ulang baik oleh peneliti yang lain. Oleh karena itu, seluruh teori yang ada pasti terdapat banyak peneliti yang menjadi kontributor.

6. Menulis laporan ilmiah: Suatu penelitian dapat bernilai ilmiah apabila hasil penelitian dipublikasikan agar hasil diperoleh dalam penelitian tersebut dapat diketahui orang lain. Kerangka tulisan atau outline dari suatu laporan ilmiah disusun secara berurut dari judul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, daftar pustaka, dan juga lampiran.

metode ilmiah

Baca juga artikel tentang manfaat belajar biologi dan cabang cabang ilmu biologiSumber Artikel pengertian metode ilmiah dan langkah langkah metode ilmiahSchaum's Outlines: Biologi edisi kedua oleh George H. Fried (2005), diterjemahkan oleh Damaring Tyas. Diterbitkan oleh Penerbit Erlangga What is scientific methodBiologi Interaktif untuk SMA/MA Kelas X (2007) oleh Tetty Setiowati dan Deswaty Furqonita diterbitkan oleh Azka Press di Jakartahttp://www.apapengertianahli.com/2015/08/pengertian-metode-ilmiah--langkah-metode-ilmiah.html#

Keterampilan Proses SainsEureka Pendidikan. Keterampilan proses merupakan konsep besar dan didefenisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan. Keterampilan proses sains (IPA) dapat diartikan sebagai keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan IPA dalam memperoleh pengetahuan, dan mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan tersebut berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, serta perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan demikian, keterampilan proses meliputi kemampuan olah pikir dan kemampuan olah perbuatan.

Page 11: Pengertian Sains

Rincian Keterampilan Proses Sainsa. Keterampilan Proses Sains Menurut Abruscato

Abruscato (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 32) mengklasifikasikan keterampilan proses sains menjadi dua bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan keterampilan proses terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan proses dasar terdiri dari : (1) Pengamatan, (2)Penggunaan bilangan, (3)Pengklasifikasian, (4) Pengukuran, (5) Pengkomunikasian, (6) Peramalan, (7) Penginferensial. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari : (1) Pengontrolan variabel, (2) Penggunaan bilangan,  (3) Perumusan hipotesis, (4) Pendefenisian secara operasional, (5) Melakukan eksperimen. Agar siswa-siswa memiliki keterampilan tersebut, maka harus dilatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehubungan dengan keterampilan itu .

b. Keterampilan Proses Sains Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran sains sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam KBK antara lain :

1. Mengamati2. Mengklasifikasi3. Mengukur4. Menggunakan alat5. Mengkomunikasikan6. Menafsirkan7. Memprediksi8. Melakukan eksperimen

Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dalam KBK antara lain :

Page 12: Pengertian Sains

1. Mengamati2. Menggolongkan atau Mengkelaskan3. Mengukur4. Menggunakan alat5. Mengkomunikasikan hasil 6. Menafsirkan7. Memprediksi8. Menganalisis9. Mensintesis10. Melakukan percobaan

Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah Aliyah (MA) dalam KBK antara lain :

1. Mengamati2. Mengukur3. Menggolongkan4. Mengajukan Pertanyaan5. Menyusun Hipotesis6. Merencanakan percobaan7. Mengidentifikasi variabel8. Menentukan langkah kerja9. Melakukan eksperimen10. Membuat dan Menafsirkan Informasi / grafik11. Menerapkan konsep12. Menyimpulkan13. 1Mengkomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal

(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 31).

3. Keterampilan-Keterampilan Proses Sains

Keterampilan-keterampilan Proses Sains adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa pada saat mereka melakukan inquiri ilmiah. Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan ilmiah, mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses sains dikembangkan bersama-sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip sains. Menurut Nur (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 34) keterampilan proses tersebut adalah pengamatan (observasi), pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian, pengukuran,

Page 13: Pengertian Sains

penggunaan bilangan, penginterpretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, dan pendefenisian secara operasional.

1. Pengamatan Pengamatan adalah penggunaan indera-indera seseorang. Seseorang mengamati dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah: (a) penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan; (b) pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu; (c) pengidentifikasian banyak sifat; (d) pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek; (e) melakukan pengamatan kuantitatif, contohnya: “5 kilogram” bukan “massa” (f) melakukan pengamatan kualitatif, contohnya: “baunya seperti susu asam” bukan “berbau”

Pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera tanpa mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari mencacah termasuk pengamatan kuantitatif.

Pengamatan kualitatif didefenisikan sebagai pengamatan yang dilakukan dengan beberapa atau seluruh indera, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang dirasa, apa yang dibau, apa yang didengar, apa yang dicicipi dari obyek yang diamati. Pengamatan yang hanya menggunakan satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang obyek yang diamati (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 35).

Melalui pengamatan, siswa akan mempelajari dunia sekelilingnya. Mereka mengamati obyek-obyek dan fenomena alam melalui panca inderanya. Informasi dan data yang diperolehnya mendorong kesungguhan belajar, menimbulkan pertanyaan, menumbuhkan kecakapan interpretasi atau pemahaman lingkungan, serta memotivasi untuk melakukan penelitian berikutnya. Keterampilan mengamati merupakan keterampilan proses yang paling dasar dalam pembelajaran IPA dan sangat penting bagi pengembangan keterampilan proses lainnya, seperti keterampilan menyimpulkan, keterampilan komunikasi, keterampilan pengukuran dan keterampilan klasifikasi (Suderajat Hari, 2004 : 76).

Carin (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 36)  mengemukakan bahwa terdapat tujuh komponen untuk melakukan pengamatan ilmiah yang baik, yaitu :

1. Rencana (plan). Buatlah rencana untuk penuntun pengamatan supaya tidak terlewati hal-hal yang penting atau supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.

2. Indera (senses). Pergunakanlah semua indera yang tepat kalau perlu memakai alat untuk membantu indera dalam mengumpulkan informasi yang jelas.

3. Pertanyaan (question). Tetaplah mempunyai rasa ingin tahu selama mengamati, waspadalah terhadap perbedaan-perbedaan dan pertanyakanlah segala sesuatu untuk mendapatkan informasi baru dan pengamatan baru.

4. Pengukuran (measurement). Buatlah pengukuran-pengukuran variabel yang penting untuk melengkapi pengamatan kualitatif.

5. Persamaan dan perbedaan (similarities and differences). Identifikasilah persamaan dan perbedaan antara obyek pengamatan dengan obyek-obyek lain yang dapat dibandingkan.

Page 14: Pengertian Sains

6. Perubahan (changes). Amati perubahan-perubahan alami yang terjadi pada obyek atau sistem yang sedang diteliti. Bila perlu buatlah perubahan-perubahan dan amati perubahan yang terjadi sebagai akibat.

7. komunikasi (communication). Laporkan hasil pengamatan anda dengan jelas mempergunakan uraian, diagram-diagram, gambar-gambar dan metode-metode lain yang tepat.

2. Penggunaan bilanganPenggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat menggunakan bilangan adalah : (a) penghitungan; (b) pengurutan;  (c) penyusunan bilangan dalam pola-pola yang benar; (d) penggunaan keterampilan matematika yang sesuai. 

3. PengklasifikasianPengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengidentifikasian suatu sifat umum, contohnya : mineral menyerupai logam dan mineral yang tidak menyerupai logam; (b) memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih, contohnya : yang memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral tanpa celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 36).Keterampilan mengklasifikasi tergantung pada keterampilan penelitian. Melalui penelitian siswa belajar untuk mengenali persamaan dan perbedaan benda-benda disekitar kita (Suderajat Hari, 2004 : 79).

4. PengukuranPengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah suatu obyek, berapa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan satu satuan pengukuran, misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku centimeter. Proses ini digunakan untuk melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai; (b) memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 37). Keterampilan siswa dalam melakukan pengukuran merupakan salah satu keterampilan praktis dan bersifat manipulatif dalam keterampilan proses penguasaan ilmu pengetahuan (Suderajat Hari, 2004 : 82).  

5. PengkomunikasianPengkomunikasian adalah mengatakan apa yang Anda ketahui dengan ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Jadi adalah penting menyatakan sesuatu atau menulis data sejelas-jelasnya. Guru dapat membantu siswa dengan jalan memberi kesempatan sebanyak-banyaknya berlatih berkomunikasi dan membantu mereka mengevaluasi apa yang mereka katakan atau tulis. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi adalah : (a) pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai; (b) pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan peragaan data; (c) perancangan poster atau diagram untuk menyajikan  pengamatan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 37). Kemampuan seseorang berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar dari apa yang orang tersebut kerjakan. Komunikasi yang efektif haruslah jelas, presisi dan tidak kabur (Nur M, 1998 : 81).

6. PeramalanPeramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan interferensi-interferensi sebelumnya. Ramalan merupakan

Page 15: Pengertian Sains

suatu pernyataan tentang pengamatan atas apa yang mungkin dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa adalah : (a) penggunaan data dan pengamatan yang sesuai; (b) penafsiran generalisasi tentang pola-pola; (c) pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai. 

7. PenginferensialPenginferensial adalah penggunaan apa yang Anda amati untuk menjelaskan sesuatu yang telah terjadi. Penginferensial berlangsung, melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang telah diamati. Sebagai contoh : Anda melihat suatu petak rumput mati. Suatu inferensi yang mungkin diajukan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang menyebabkan rumput itu mati. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu; (b) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 38).

8. Identifikasi dan Pengontrolan VariabelVariabel adalah suatu besaran yang dapar bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang penting, yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel yang secara sengaja diubah disebut variabel manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian variabel manipulasi disebut variabel respon. Andaikan dilakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan bahwa  “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup”. Variabel-variabel yang di teliti dalam percobaan itu adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada percobaan ini secara sengaja telah diubah banyaknya lampu, yakni mula-mula hanya ada satu lampu kemudian ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh karena itu banyak lampu merupakan variabel manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu merupakan variabel respon, karena nyala lampu berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi. 

Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, dapat dikatakan bahwa variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa faktor lain yang dapat memberikan suatu pengaruh dikontrol untuk tidak memberikan pengaruh. Dengan demikian variabel ini disebut variabel kontrol. Eksperimen yang dilakukan dengan pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut prosedur eksperimen yang benar. Jadi mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan adalah tetap sama kecuali satu faktor. Misalkan pada saat dilakukan eksperimen untuk menguji hipotesis “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup”. Kita mula-mula membuat rangkaian sederhana satu baterai yang dibebani satu lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kita menambah satu lampu lagi secara seri dengan pertama, ternyata lampu menjadi redup. Pada saat kita menambah satu lampu tersebut, kita tidak mengubah empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel penghubung, jenis soket baterai, dan jenis soket lampu. Dalam percobaan ini kita telah menjaga empat variabel itu agar tidak mempengaruhi hasil percobaan tersebut. Empat variabel itu disebut variabel kontrol. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap redupnya nyala lampu itu (variabel respon) karena ada tambahan satu lampu secara seri (variabel manipulasi).                Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah : (a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 40). 

9. Penafsiran Data

Page 16: Pengertian Sains

Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan.                      10. Perumusan HipotesisPerumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan sebagai pernyataan jika dan maka. Contohnya : “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil”. Dari rumusan ini dapat dikatakan bahwa hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan variabel manipulasi terhadap variabel respon. Oleh karena itu di dalam rumusan hipotesis lazim terdapat variabel manipulasi dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan.

Hipotesis dapat dirumuskan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil pengamatan atau dirumuskan dengan penalaran deduktif berdasarkan teori. Penalaran induktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan data atau kasus menuju ke suatu pernyataan kesimpulan umum yang dapat berbentuk hipotesis atau teori sementara. Penalaran deduktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan teori menuju pernyataan kesimpulan sementara yang bersifat spesifik. Beberapa perilaku siswa yang dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a) perumusan hipotesis berdasarkan pengamatan dan inferensi; (b) merancang cara-cara untuk menguji hipotesis; (c) merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 41). 

11. Pendefenisian Variabel Secara Operasional (PVSO)PVSO adalah perumusan suatu defenisi yang berdasarkan pada apa yang dilakukan atau apa yang diamati. Suatu defenisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu.

Mendefenisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan tindakan apa yang dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat. Contohnya, dari hipotesis “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil”. Untuk variabel manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah menuangkan air ke dalam gelas kimia sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml; sedangkan pengamatan yang dicatat adalah volume air PDAM, yaitu 20 ml, 40 ml, dan 60 ml.  untuk variabel respon, tindakan yang dilakukan adalah menyalakan lilin, sedangkan pengamatan yang dicatat adalah suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap peneliti dapat membuat defenisi operasional  variabel sendiri-sendiri, artinya variabel yang sama defenisi operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang ditetapkan masing-masing peneliti.

Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan pengumpulan data telah terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel kontrol. Beberapa perilaku siswa saat mendefenisikan variabel secara operasional adalah; (a) memaparkan pengalaman-pengalaman dengan menggunakan obyek-obyek konkrit, (b) mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek tersebut, (c) memaparkan perubahan-perubahan atau pengukuran-pengukuran selama suatu kejadian. 

12. Melakukan eksperimenMelakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam suatu eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi. Dengan kata lain, eksperimen atau percobaan dapat didefenisikan sebagai usaha sistematik yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis. Apabila cara bagaimana suatu variabel akan dimanipulasi dan

Page 17: Pengertian Sains

jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam bentuk defenisi operasional. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa saat melakukan eksperimen adalah : (a) merumuskan dan menguji prediksi tentang kejadian-kejadian, (b) mengajukan dan menguji hipotesis, (c) mengidentifikasi dan mengontrol variabel, (d) mengevaluasi prediksi dan hipotesis berdasarkan pada hasil-hasil percobaan (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 42).

4. Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Kemampuan-kemampuan fisik dan mental tersebut pada dasarnya telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu diransang agar menunjukkan jati dirinya. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. 

Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa dengan keterampilan proses siswa berupaya menemukan dan mengembangkan konsep dalam materi ajaran. Konsep-konsep yang telah dikembangkan itu berguna untuk menunjang pengembangan kemampuan selanjutnya. Interaksi antara kemampuan dan konsep melalui proses belajar mengajar selanjutnya mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa, misalnya kreativitas, kritis, ketelitian, dan kemampuan memecahkan masalah (Hamalik Oemar, 2003 : 149)

Menurut Nur proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses adalah proses belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan dan atau pengalaman-pengalaman “ilmiah” tak berbeda dengan apa yang dialami oleh saintis. (Nur M, 1998 : 3)

Pendekatan proses dalam pengajaran sains didasarkan pada pengkajian terhadap apa yang dilakukan ilmuwan. Proses-proses itu dijabarkan dari pengkajian terhadap apa yang dilakukan ilmuwan dan disebut keterampilan proses sains. Beberapa yang termasuk dalam keterampilan proses itu adalah : pengamatan, pengukuran, inferensi, pemanipulasian variabel, merumuskan hipotesis, pendefenisian secara operasional dan melakukan eksperimen.  

Untuk mengajarkan keterampilan proses itu kepada siswa, perlu siswa itu benar-benar melakukan pengamatan, pengukuran, pemanipulasian variabel dan sebagainya. Ringkasnya, ia bertindak sebagai ilmuwan. Oleh karena itu pendekatan ini lebih banyak melibatkan siswa dengan obyek-obyek konkrit, yaitu siswa aktif berbuat. Pendekatan proses memberi siswa pemahaman yang valid tentang hakikat sains. Siswa dapat menghayati keasyikan sains dan dapat lebih baik memahami fakta-fakta dan konsep-konsep.

Hal yang unik dari pengajaran sains melalui pendekatan proses adalah bahwa pendekatan ini memberikan siswa suatu “sentuhan rasa” tentang sains. Misalnya, mudah untuk mengatakan kepada siswa bahwa air mendidih pada 100oC atau membeku pada 0 oC, tetapi alangkah akan lebih bermanfaat bila mengajarkan siswa itu bagaimana mengukur suhu yang merupakan salah satu keterampilan proses sains. Siswa itu akan dapat “menemukan” sendiri titik didih dan titik beku air. Dia akan mendapatkan suatu “perasaan” tentang sains.

Pengembangan keterampilan proses sains pada siswa merupakan  usaha yang bermanfaat. Keterampilan proses sains dapat ditransfer ke topik dan bidang studi lain serta tidak mudah dilupakan. Keterampilan proses sains membuat siswa merasakan hakikat sains dan memungkinkan siswa “berbuat” sains. Dan dengan

Page 18: Pengertian Sains

“berbuat” sains, siswa belajar fakta-fakta dan konsep-konsep sains. Jadi, dengan menggunakan keterampilan proses dalam mengajarkan sains, siswa belajar “proses” dan “produk” sains. (Nur M, 1998 : 21)

Sumber: Jurnal Universitas Negeri Makassarhttp://www.eurekapendidikan.com/2014/10/keterampilan-proses-sains.html

Keterampilan Poses Sains (KPS)

Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian.

Menurut Rustaman (2003), keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar. Melalui pengalaman langsung, seseorang dapat labih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan.

Keterampilan proses sains (KPS) adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses pembelajaran. Menurut Dahar (1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Page 19: Pengertian Sains

Menurut Dimyati (2009), kelebihan KPS adalah:

1. KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik.

2. Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih aktif.

3. KPS membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.KPS terdiri dari sejumlah keterampilan tertentu. Klasifikasi KPS adalah sebagai berikut:

1.         Mengamati

Mengamati adalah proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan inderanya. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan sebanyak mungkin inderanya, yakni melihat, mendengar, merasakan, mencium dan mencicipi. Dengan demikian dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai.

2.         Mengelompokkan/Klasifikasi

Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan.

3.         Menafsirkan

Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya.  Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan.

4.         Meramalkan

Meramalkan adalah memperkirakan berdasarkan pada data hasil pengamatan yang reliabel (Firman, 2000). Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa tersebut telah mempunyai kemampuan proses meramalkan.

Page 20: Pengertian Sains

5.         Mengajukan pertanyaan

Keterampilan proses mengajukan pertanyaan dapat diperoleh siswa dengan mengajukan pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, pertanyaan untuk meminta penjelasan atau pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis.

6.         Merumusakan hipotesis

Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu.

7.         Merencanakan percobaan

Agar siswa dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka siswa tersebut harus dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Selanjutnya, siswa harus dapat menentukan variabel-variabel, menentukan variabel yang harus dibuat tetap, dan variabel mana yang berubah. Demikian pula siswa perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah-langkah kerja. Selanjutnya siswa dapat pula menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan.

8.         Menggunakan alat dan bahan

Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman langsung. Selain itu, siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan.

9.         Menerapkan konsep

Keterampilan menerapkan konsep dikuasai siswa apabila siswa dapat menggunakan konsep yang telah dipelajarinya dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman-pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.

10.     Berkomunikasi

Keterampilan ini meliputi keterampilan membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk

Page 21: Pengertian Sains

berkomunikasi. Menurut Firman (2000), keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan menyampaikan gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.

Cara Mengukur Keterampilan Proses Sains

1. Karakteristik Pokok Uji Keterampilan Proses Sains

a. Karakteristik umum, yaitu:

Pokok uji keterampilan proses tidk boleh dibebani konsep. Hal ini diupayakan agar poko uji tidak rnacu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun pokok uji sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa.

Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah responden atau siswa. Informasinya dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya.

Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misalnya interpretasi.

b. Karakteristik khusus, yaitu:

Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya Interpretasi harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan, atau

diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk

Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan atau ramalan

Berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.

Berhipotesis dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan

Merencanakan percobaan atau penyelidikan harus memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah, mengendalikan peubah

Menerapkan konsep atau prinsip harus membuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.

Mengajukan pertanyaan harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak biasa atau kontraktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.

2. Penyusunan Pokok Uji Keterampilan Proses sains

Page 22: Pengertian Sains

Penyusunan pokok uji KPS sebaiknya memilih satu konsep tertentu lalu menyajikan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu menentukan bentuk jawaban yang diminta misalnya tanda silang, tanda cek, atau menuliskan jawaban singkat 3 buah lalu menyiapkan pertanyaan untuk memperoleh jawaban yang diharapkan. Misalnya uji keterampilan observasi tentang bagian-bagian bunga. Mengajukan pertanyaan mengenai jumlah kelopak, jumlah dan keadaan daun mahkota bunga, bentuk kepala sari, keadaan kepala putik, dan ciri bunga tersebut. Respon diminta dalam bentuk jawaban singkat lima buah berurutan ke bawah dari a sampai e (Rustaman, 2003).

3. Pemberian Skor Pokok Uji Keterampilan Proses Sains

Pokok uji keterampilan proses memerlukan skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu, umpamanya masing-masing 1 untuk pokok uji observasi di atas yang berarti jumlah skornya 5. Untuk respon yang lebih kompleks, misalnya membuat pertanyaan, dapat diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Misalnya pertanyaan berlatar belakang hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan yang meminta penjelasan diberi skor 1 (Rustaman, 2003).

Sumber:Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPIRustaman, N.Y., dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

https://wytr33.wordpress.com/2013/01/07/keterampilan-proses-sains/

Keterampilan Proses SainsA. Pengertian

Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun pemahaman konsep sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses untuk mendapatkan konsep tersebut juga sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa.

Page 23: Pengertian Sains

Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam menemukan konsep sains. Siswa dapat membangun gagasan baru sewaktu mereka berinteraksi dengan suatu gejala. Pembentukan gagasan dan pengetahuan siswa ini tidak hanya bergantung pada karakteristik objek, tetapi juga bergantung pada bagaimana siswa memahami objek atau memproses informasi sehingga diperoleh dan dibangun suatu gagasan baru.

Ada tiga dimensi ilmiah yang sangat penting dalam mengajarkan sains. Yang pertama adalah isi dari sains yaitu konsep dasar dan pengetahuan ilmiah. Dimensi ilmiah yang pertama ini adalah yang kebanyakan dipikirkan orang. Dua dimensiilmiah penting lain di samping pengetahuan ilmiah adalah proses ilmiah dan sikap ilmiah. Proses ilmiah adalah bagaimana ilmuwan melakukan proses dalam mendapatkan sains, sedangkan sikap ilmiah adalah bagaimana para ilmuwan bersikap ketika melakukan proses dalam mendapatkan sains tersebut. Sains adalah upaya untuk mempelajari, merumuskan permasalahan, dan menemukanjawaban tentang berbagai gejala alam. Oleh karena itu, maka keterampilanproses yang sama seperti yang dimiliki ilmuwan harus kita miliki dalammemecahkan berbagai permasalahan kehidupan sehari-hari. Ketika kita mengajar siswa untuk menggunakan keterampilan proses dalam memahami sains, kita juga mengajarkan pada mereka keterampilan yang akan mereka gunakan dalam masa depan di setiap area kehidupan mereka.

 B. Enam Dasar Keterampilan Proses Sains

Ada enam dasar keterampilan proses sains.

1. Pengamatan (Observation)2. Komunikasi (Communication)3. Pengelompokan (Classification)4. Pengukuran (Measurement)5. Kesimpulan (Inference)6. Ramalan (Prediction)Keterampilan dasar tersebut terintegrasi serentak ketika ilmuwan merancang dan melaksanakan eksperimen atau dalam kehidupan sehari-hari ketika kita semua melakukan tes percobaan. Enam keterampilan dasar tersebut sangat penting baik secara individu maupun ketika berkelompok. Enam keterampilan dasar dapatdigunakan dalam urutan peningkatan kemampuan, meskipun mungkin siswa termuda akan menggunakan semua keterampilan secara bersama di berbagai waktu. Dalam tahap awal siswa akan menghabiskan lebih besar waktunyamenggunakan keterampilan seperti observasi dan komunikasi. Denganbertambahnya usia mereka akan mulai menghabiskan lebih banyak waktunyamenggunakan keterampilan inferensi dan prediksi. Klasifikasi dan pengukuran cenderung digunakan di seluruh tingkatan kelas secara lebih merata. Klasifikasi dan pengukuran perlu diperkenalkan kepada anak-anak secara bertahap dari waktu ke waktu, karena ada perbedaan dalam melakukan pengelompokan, kompleksitasnya, metode dan sistem pengukurannya. Mengembangkan kemampuan untuk merancang semakin ditekankan seiring bertambahnya tingkat kelas. Mengintegrasikan dasar keterampilan proses secara bersama meliputi:menciptakan hipotesis, mengidentifikasi dan memanipulasi variabel dalam percobaan sederhana, dilatihkan kepada siswa secara bertahap Pada tingkat ini, para siswa mulai untuk benar-

Page 24: Pengertian Sains

benar bertanya dan menjawab pertanyaan ilmiahmereka sendiri. Selanjutnya merancang percobaan dan menganalisis dataeksperimen akan fokus pada penggunaan keterampilan proses sains terpadudalam merancang eksperimen dan mencapai kesimpulan.

C. Sains dimulai dari pengamatan

Mengamati adalah keterampilan proses sains yang paling awal. Kita mengamatibenda-benda dan peristiwa menggunakan semua panca indera kita, yang berartikita belajar tentang dunia di sekitar kita. Kemampuan untuk membuat pengamatan yang baik sangat penting untuk perkembangan keterampilan prosessains lainnya, yaitu: berkomunikasi, mengklasifikasi, mengukur, menyimpulkan,dan memprediksi. Pengamatan sederhana dibuat hanya menggunakan indera,yang biasanya menghasilkan pengamatan kualitatif (misalnya: daun berwarna hijau, nula lilin lemah,dll). Pengamatan yang melibatkan angka atau kuantitasadalah pengamatan kuantitatif misalnya: massa satu daun adalah lima gram, jumlah daun bergerombol dalam kelompok adalah lima). Pengamatan kuantitatif memberikan informasi yang lebih tepat dibandingkan informasi dari indera kita saja. Tidak mengherankan, jika siswa terutama yang masih kecil, membutuhkan bantuan untuk membuat pengamatan yang baik.

Pengamatan baik jika hasil pengamatan rinci dan akurat. Siswa harus diminta untuk mendeskripsikan pengamatan berupa tulisan atau gambar selengkap mungkin. Informasi hasil pengamatan siswa harus dibuat dengan penuh rinciankarena akan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep yang sedang dipelajari. Jika siswa mengamati dengan panca indera mereka atau dengan instrumen, kita dapat membimbing mereka agar membuat deskripsi lebih baik dan lebih rinci. Kita dapat melakukan ini dengan mendengarkan pengamatan awal siswa dan kemudian mendorong mereka untuk menjelaskan. Misalnya, jika seorang siswa menjelaskan apa yang dia lihat, mereka mungkinhanya menggambarkan warna suatu objek tetapi tidak ukuran atau bentuknya. Seorang siswa mungkin menggambarkan volume suara namun tidak pitch atau iramanya. Kita dapat mendorong siswa untuk menambahkan rincian deskripsi mereka dan tidak hanya dari lima indera yang mereka gunakan.

D. Pengamatan, Komunikasi, dan Pengukuran

Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang ke dua, bergandengan dengan pengamatan. Siswa harus berkomunikasi dalam rangka membagikan hasil pengamatan kepada orang lain, dan komunikasi harus jelas dan efektif agarorang lain dapat memahami informasi tersebut. Salah satu kunci untuk berkomunikasi efektif adalah dengan menggunakan rujukan (referensi).Kita mungkin mengatakan langit biru, rumput hijau, atau lemon kuning untuk menggambarkan nuansa biru, hijau, atau kuning. Idenya adalah untuk berkomunikasi menggunakan deskripsi kata-kata yang baik untuk berbagipemahaman dengan orang-orang pada umumnya. Tanpa rujukan, kita telahmembuka pintu kesalahpahaman. Jika kita hanya mengatakan panas atau kasar, mungkin pendengar mempunyai gagasan yang berbeda tentang bagaimana panas atau kasar. Jika siswa mencoba untuk menjelaskan ukuran diameter kelerengmereka mungkin menggunakan ukuran

Page 25: Pengertian Sains

sepatunya sebagai suatu rujukan.Diameter kelereng bisa lebih besar atau lebih kecil dari sepatu siswa tersebut.

Proses tambahan keterampilan mengukur menjadi kasus khusus dari mengamatidan berkomunikasi. Ketika kita mengukur beberapa benda, kita membandingkanbenda tersebut untuk didefinisikan dengan rujukan yang disebut satuan. Sebuahinformasi hasil pengukuran berisi dua bagian yaitu angka untuk memberitahu berapa banyak, dan nama satuan untuk memberitahu kita berapa banyak dengan rujukan apa. Siswa dapat mengkomunikasikan hasil pengamatan mereka secara lisan, secara tertulis, atau dengan gambar. menggambar. Metode lain untukmengkomunikasikan hasil pengamatan yang sering digunakan adalah grafik, diagram, peta, dan demonstrasi visual.

E. Pengelompokan

Siswa di kelas-kelas awal diharapkan dapat memilah benda-benda atau fenomena ke dalam kelompok berdasarkan pengamatan mereka. Pengelompokan obyek atau peristiwa adalah cara memilah objek berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan langkah penting menuju pemahamanyang lebih baik tentang objek yang berbeda dari gejala alam.

Ada beberapa metode yang berbeda dalam melakukan klasifikasi. Metode yang paling sederhana adalah klasifikasi serial. Objek ditempatkan dalam urutan peringkat didasarkan pada beberapa persyaratan, misalnya siswa dikelompokkan berdasarkan tingginya. Dua metode lainnya adalah klasifikasi biner dan klasifikasi bertingkat. Dalam sistem klasifikasi biner, satu set objek yang sederhana dibagi menjadi dua himpunan bagian. Hal ini biasanya dilakukan atas dasar apakah setiap objek memiliki atau tidak memiliki syarat tertentu. Misalnya, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu hewandengan tulang punggung dan hewan dengan tanpa tulang punggung. Sebuah klasifikasi biner juga dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu persyaratan. Objek dalam satu kelompok harus memiliki semua sifat-sifat yang diperlukan, jika tidak mereka akan menjadi milik kelompok lain.

F. Kesimpulan dan Ramalan

Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di sekitar obyek,kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika kita mampu membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar kita, kita memiliki apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan di sekitar kita. Para ilmuwan mengemukakanhipotesis tentang mengapa suatu peristiwa dapat terjadi, didasarkan padakesimpulannya tentang hasil penyelidikan (investigasi). Siswa perlu diajarkanbagaimana membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alamantara pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan ataukesimpulan.Kita dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulumendorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci.Kemudian, dengan member pertanyaan-

Page 26: Pengertian Sains

pertanyaan siswa tentang pengamatan mereka kita dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang makna dari pengamatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara ini mengingatkan kita untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yangsudah diketahui dari pengalaman sebelumnya. Kita menggunakan pengalaman masa lalu untuk membantu menafsirkan hasil pengamatan.Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang sama. Kesimpulan kita juga bisa berubah seiring dengan hasil pengamatan tambahan. Pada umumnya kita lebih percaya diri tentang kesimpulan kita ketikapengamatan yang diperoleh cocok dengan pengalaman masa lalu. Kita juga lebih percaya diri tentang kesimpulan saat mengumpulkan lebih banyak bukti pendukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya diri dalam mengambil kesimpulan kesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan tambahan akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadanginformasi tambahan akan menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpulan sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak berdasarkan pengamatan baru.

Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara logis tentang hasil dari kejadian masa depan. Kemampuan untuk membuat ramalan tentang kejadian di masa depan memungkinkan kita untuk berhasil berinteraksi denganlingkungan sekitar kita. Ramalan ini didasarkan pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian yang diamati. Seperti kesimpulan,ramalan didasarkan pada apa yang kita amati dan masa lalu kita sehinggamengalami model mental yang terbangun dari pengalaman-pengalaman. Jadimeramal tidak hanya sekedar menebak, tetapi harus berdasarkan kesimpulan kita atau hipotesis tentang peristiwa yang memberi kita cara untuk menguji kesimpulan atau hipotesis. Jika ramalan tersebut ternyata benar, maka kita memiliki keyakinan lebih besar pada inferensi /hipotesis. Ini adalah dasar dariproses ilmiah yang digunakan oleh para ilmuwan yang bertanya dan menjawab pertanyaan dengan mengintegrasikan bersama-sama enam keterampilan ilmu dasar proses.

Singkatnya, keberhasilan dalam mengintegrasikan keterampilan proses sains dalam pelajaran di kelas dan penyelidikan (investigasi) lapangan akan membuat pembelajaran memberikan pengalaman yang lebih kaya dan lebih bermakna bagisiswa. Siswa akan belajar keterampilan sains serta isi sains, dan secara aktif terlibat dengan sains yang mereka pelajari , dan dengan demikian dapatmencapai pemahaman yang lebih dalam. Akhirnya, keterlibatan aktif dengan sains kemungkinan akan menyebabkan siswa menjadi lebih tertarik dan memiliki sikap lebih positif terhadap sains. Diposkan oleh Rudy Unesa di 21.19 

http://rudy-unesa.blogspot.co.id/2011/10/keterampilan-proses-sains.html

Keterampilan Proses SainsKeterampilan-Keterampilan Proses Sains 

Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya terdiri dari fakta, konsep, dan teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum diterangkan. Secara garis besar

Page 27: Pengertian Sains

sains dapat didefenisikan atas tiga komponen, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan (3) produk ilmiah. Jadi proses atau keterampilan proses atau metode ilmiah merupakan bagian studi sains, termasuk materi bidang studi yang harus dipelajari siswa. Mengajarkan bidang studi sains (IPA) berupa produk atau fakta, konsep dan teori saja belum lengkap, karena baru mengajarkan salah satu komponennya. 

Komponen sikap ilmiah yang perlu ditumbuhkan antara lain adalah tanggung jawab, keinginan hendak tahu, jujur, terbuka, obyektif, kreatif, toleransi, kecermatan bekerja, percaya diri sendiri, konsep diri positif, mengenal hubungan antara masyarakat dan sains,perhatian terhadap sesama mahluk hidup, menyadari bahwa kemajuan ilmiah diperoleh dari sudut usaha bersama, dan menginterpretasikan gejala alam dari sudut prinsip-prinsip ilmiah. Dengan kata lain pendidikan sains juga bertujuan mengembangkan kepribadian siswa. 

Proses dapat didefenisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Proses atau metode ilmiah itu merupakan konsep besar yang dapat dirinci menjadi sejumlah komponen yang harus dikuasai apabila orang itu hendak melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidangnya. Sainstis mengembangkan teori antara melalui keterampilan proses. 

A. Keterampilan Proses Sains Menurut Abruscato 

Abruscato (1992), mengklasifikasikan keterampilan proses sains menjadi dua bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan keterampilan proses terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan proses dasar terdiri atas: 1. Pengamatan 2. Penggunaan bilangan 3. Pengklasifikasian 4. Pengukuran 5. Pengkomunikasian 6. Peramalan 7. Penginferensial 

Sedangkan keterampilan proses terintegrasi terdiri atas: 1. Pengontrolan variabel 2. Penafsiran data 3. Perumusan hipotesis 4. Pendefinisian secara operasional 5. Melakukan eksperimen. 

Agar siswa memiliki keterampilan-keterampilan tersebut, maka harus dilatih untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehubungan dengan keterampilan itu. 

B. Keterampilan Proses Sains Menurut Kurikulum 2006 

Pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran sains sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. 

Page 28: Pengertian Sains

Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam Standar Isi antara lain: 

1. Mengamati 2. Mengklasifikasi 3. Mengukur 4. Menggunakan alat 5. Mengkomunikasikan 6. Menafsirkan 7. Memprediksi 8. Melakukan eksperimen 

Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dalam Standar Isi antara lain: 1. Mengamati 2. Menggolongkan atau Mengkelaskan 3. Mengukur 4. Menggunakan alat 5. Mengkomunikasikan hasil 6. Menafsirkan 7. Memprediksi 8. Menganalisis 9. Mensintesis 10. Melakukan percobaan 

Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah Aliyah (MA) dalam Standar Isi antara lain: 1. Mengamati 2. Mengukur 3. Menggolongkan 4. Mengajuakn Pertanyaan 5. Menyusun Hipotesis 6. Merencanakan percobaan 7. Mengidentifikasi variabel 8. Menentukan langkah kerja 9. Melakukan eksperimen 10. Membuat dan Menafsirkan informasi/grafik 11. Menerapkan konsep 12. Menyimpulkan 13. Mengkomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal. 

Keterampilan-keterampilan Proses Sains adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa pada saat mereka melakukan inquiri ilmiah. Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan ilmiah, mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses sains dikembangkan bersama-

Page 29: Pengertian Sains

sama dengan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip sains. 

Menurut Nur (2003) keterampilan proses tersebut adalah pengamatan, pengklasifikasian, penginferensian, peramalan, pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan bilangan,penginterpretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, dan pendefinisian secara operasional.

1. Pengamatan 

Pengamatan adalah penggunaan indera-indera seseorang. Seorang mengamati dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah: (a) penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan; (b) pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu; (c)pengidentifikasian banyak sifat; (d) pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek; (e) melakukan pengamatan kuantitatif, contohnya: “5 kilogram” bukan “massa” (f)melakukan pengamatan kualitatif, contohnya: “baunya seperti susu asam” bukan “berbau”. 

Pengamatan yang dilakukan hanya dengan menggunakan indera tanpa mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari mencacah termasuk pengamatan kuantitaif. 

Pengamatan kualitatif didefenisikan sebagai pengamatan yang dilakukan dengan beberapa atau seluruh indera, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang dirasa, apa yang dibau, apa yang didengar, apa yang dicicipi dari obyek yang diamati. 

Pengamatan yang hanya menggunakan satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang obyek yang diamati. Carin (1993) mengemukakan bahwa terdapat tujuh komponen untuk melakukan pengamatan ilmiah yang baik, yaitu: 

1. Rencana (plan). Buatlah rencana untuk penuntun pengamatan supaya tidak terlewati  hal-hal yang penting atau supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu. 2. Indera (Senses). Pergunakanlah semua indera yang tepat kalau perlu memakai alat untuk membantu indera dalam mengumpulkan informasi yang jelas. 3. Pertanyaan (Question). Tetaplah mepunyai rasa ingin tahu selama mengamati, waspadalah terhadap perbedaan-perbedaan dan pertanyakanlah segala sesuatu untuk mendapatkan informasi baru dan pengamatan baru. 4. Pengukuran (Measurement). Buatlah pengukuran-pengukuran variabel yang penting untuk melengkapi pengamatan kualitatif. 5. Persamaan dan perbedaan (Similarities and Differences). Identifikasikanlah persamaan dan perbedaan antara obyek pengamatan dengan obyek-obyek lain yang dapat dibandingkan. 6. Perubahan (Changes). Amati perubahan-perubahan alami yang terjadi pada obyek atau sistem yang sedang diteliti. Bila perlu buatlah perubahan-perubahan dan amati perubahan yang terjadi sebagai akibat. 7. Komunikasi (Communication). Laporkan hasil pengamatan anda dengan jells

Page 30: Pengertian Sains

mempergunakan uraian, diagram-diagram, gambar-gambar dan metode-metode lain yang tepat. 

2. Penggunaan bilangan 

Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat menggunakan bilangan adalah: (a) penghitungan; (b) pengurutan; (c) penyusunan bilangan dalam pola-pola yang benar; (d) pengunaan keterampilan matematika yang sesuai. 

3. Pengklasifikasian 

Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) pengidentifikasian suatu sifat umum, contohnya:mineral menyerupai logam dan mineral yang tidak menyerupai logam; (b) memilah-milahkan dengan menggunakan dua sifat atau lebih, contohnya: yang memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral tanpa celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas. 

4. Pengukuran 

Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah suatu obyek,berapa banyak ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan suatu satuan pengukuran, misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku sentimeter. Proses ini digunakan untuk melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai; (b) memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut. 

5. Pengkomunikasian 

Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang diketahui seseorang dengan ucapan kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Jadi penting menyatakan sesuatu atau menulis data sejelas-jelasnya. Guru dapat membantu siswa dengan jalan memberi kesempatan sebanyak-banyaknya berlatih berkomunikasi dan membantu mereka mengevaluasi apa yang mereka katakan atau tulis. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi adalah: (a) pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai; (b) pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan peragaan data; (c) perancangan poster atau diagram untuk menyajikan orang lain. 

6. Peramalan 

Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan inferensi-inferensi sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan apa yang mungkin dijumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa adalah: (a) penggunaan data dan pengamatan yang sesuai; (b) penafsiran generalisasi tentang pola-pola; (c) pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai. 

Page 31: Pengertian Sains

7. Penginferensial 

Penginferensial adalah penggunaan seseorang apa yang diamati untuk menjelaskan sesuatu yang telah terjadi. Penginferensial berlangsung, melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang telah diamati. Sebagai contoh: Seorang melihat suatu petak rumput mati. Suatu inferensi yang mungkin diajukaan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang menyebabkan rumput itu mati. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) mengkaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu; (b) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan. 

 8. Identifikasi dan Pengontrolan Variabel 

Variabel adalah suatu besaran yang dapat bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu. Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang penting, yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel yang secara sengaja diubah disebut variabel manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian variabel manipulasi disebut variabel respon. Andaikan kamu telah melakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan bahwa “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup.” variabel-variabel yang kamu teliti dalam percobaan itu adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada percobaan itu kamu sengaja telah mengubah banyak lampu, yaitu mula-mula hanya ada satu lampu kemudian ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh karena itu banyak lampu merupakan variabel manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu merupakan variabel respon, karena nyala lampu berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi. Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, kita ingin dapat mengatakan bahwa variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena itu, harus yakin bahwa faktor lain yang dapat memiliki suatu pengaruh dicegah untuk memberikan pengaruh. Variabel yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi dijaga agar tidak memberikan pengaruh disebut variabel kontrol. Eksperimen yang dilakukan dengan pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut prosedur eksperimen yang benar. Jadi mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan adalah tetap sama kecuali satu faktor. Misalkan pada saat melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis “Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup.” Kamu mula-mula membuat rangkaian sederhana satu baterai yang dibebani satu lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kamu menambah satu lampu lagi secara seri dengan pertama, ternyata lampu menjadi redup. Pada saat kamu menambah satu lampu tersebut, kamu tidak mengubah empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel penghubung, jenis soket baterai, dan jenis soket lampu. Dalam percobaan ini kamu telah menjaga empat variabel itu agar tidak mempengaruhi hasil percobaan tersebut. Empat variabel kontrol itu disebut variabel kontrol. Dengan demikian kamu dapat mengatakan bahwa satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap redupnya nyala lampu itu (variabel respon) karena ada tambahan satu lampu secar seri (variabel manipulasi). Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah: (a) pengidentifikasian variabel yang

Page 32: Pengertian Sains

mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan. 

9. Penafsiran Data 

Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan.Beberapa perilaku siswa adalah: (a) penyusunan data; (b) pengenalan pola-pola atau hubungan-hubungan; (c) merumuskan inferensi yang sesuai dengan menggunakan data; (d) pengikhtisaran secara benar. 

10. Perumusan Hipotesis 

Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan sebagai pernyataan jika dan maka. Contohnya: “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil.” Dari rumusan ini dapat dikatakan bahwa hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan variabel manipulasi terhadap variabel respon. Oleh karena itu, di dalam rumusan hipotesis lazim terdapat variabel manipulasi dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan. Hipotesis dapat dirumuskan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil pengamatan atau dirumuskan dengan penalaran deduktif berdasarkan teori. Penalaran induktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan data atau kasus menuju ke suatu pernyataan kesimpulan umum yang dapat berbentuk hipotesis atau teori sementara. Penalaran deduktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan teori menuju pernyataan kesimpulan sementara yang bersifat spesifik. Beberapa perilaku siswa yang dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a) perumusan hipotesis berdasarkan pengamatan dan inferensi, (b) merancang cara-cara untuk menguji hipotesis, (c) merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut. 

11. Pendefinisian Variabel Secara Operasional (PVSO) 

PVSO adalah perumusan suatu definisi yang berdasarkan pada apa yang mereka lakukan atau apa yang mereka amati. Suatu definisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu. Mendefenisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan tindakan apa yang dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat. Contohnya, dari hipotesis “Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil.” Untuk variabel manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah menuangkan air ke dalam gelas kimia sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml; sedangkan pengamatan yang dicatat adalah volume air PDAM, yaitu 20 ml, 40 ml, dan 60 ml. Untuk variabel respon, tindakan yang dilakukan adalah menyalakan lilin, sedangkan pengamatan yang dicatat adalah suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap peneliti dapat membuat definisi operasional veriabel sendiri-sendiri, artinya variabel yang sama definisi operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang ditetapkan masing-masing peneliti. Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan pengumpulan data telah terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel kontrol. Beberapa perilaku siswa saat mendefinisikan variabel secara operasional adalah; (a) memaparkan pengalaman-pengalaman dengan menggunakan obyek-obyek kongkrit, (b) mengatakan apa yang diperbuat

Page 33: Pengertian Sains

obyek-obyek tersebut, (c) memaparkan perubahan-perubahan atau pengukuran-pengukuran selama suatu kejadian. 

12. Melakukan eksperimen 

Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam suatu eksperimen, seluruh variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi. Dengan kata lain, eksperimen atau percobaan dapat didefenisikan sebagai usaha sistematik yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis. Apabila suatu variabel akan dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam bentuk definisi operasional. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa saat melakukan eksperimen adalah: (a) merumuskan dan menguji prediksi tentang kejadian-kejadian, (b) mengajukan dan menguji hipotesis, (c) mengidentifikasi dan mengontrol variabel, (d) mengevalusai prediksi dan hipotesis berdasarkan pada hasil-hasil percobaan.

Diposkan oleh Sri Hendrawati, M.Pd   di 16.17.00   

http://srihendrawati.blogspot.co.id/2012/02/keteampilan-proses-sains.html

https://rismaeka.wordpress.com/2012/11/12/sikap-ilmiah/

Sikap Ilmiah 3 Komentar

Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap yang seharusnya dimilikioleh seorang peneliti. Untuk dapat melalui proses penelitian yang baikdan hasil yang baik pula, penelitiharus memiliki sifat-sifat berikut ini.

1)Mampu Membedakan Fakta dan Opini

Fakta adalah suatu kenyataan yang disertai bukti-bukti ilmiah dandapatdipertanggungjawabkan kebenarannya, sedangkan opini adalahpendapat pribadi dariseseorang yang tidak dapat dibuktikankebenarannya sehingga di dalam melakukan studikepustakaan, seorangpeneliti hendaknya mampu membedakan antara fakta dan opiniagarhasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkankebenarannya.

2)Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan Argumentasi

Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketikaberada dalam satu ruangdengan orang lain. Begitu juga pada saatbertanya, berargumentasi, atau mempertahankan hasil penelitiannya akansenantiasa menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari p

Page 34: Pengertian Sains

erdebatansecara emosi. Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani mempertahankankebenaranyang diyakininya karena yakin bahwa pendapatnya sudahdilengkapi dengan fakta yang jelassumbernya.

3)Mengembangkan Keingintahuan

Peneliti yang baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia selalu berusahamemperluas pengetahuandan wawasannya, tidak ingin ketinggalaninformasi di segala bidang, dan selalu berusahamengikuti perkembanganilmu pengetahuan yang semakin hari semakin canggih dan modern.

4)Kepedulian terhadap Lingkungan

Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduliterhadap lingkungannya danselalu berusaha agar penelitian yangdilakukannya membawa dampak yang positif bagi lingkungan dan bukansebaliknya, yaitu justru merusak lingkungan. Semua usaha dilakukan untuk melestarikan lingkungan agar bermanfaat bagi generasi selanjutnya.

5)Berpendapat secara Ilmiah dan Kritis

Pendapat seorang peneliti yang baik selalu bersifat ilmiah dan tidakmengada-ada tanpa buktiyang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Di samping itu, peneliti juga harus kritisterhadap permasalahan yang terjadi dan berkembang di sekitarnya.

6)Berani Mengusulkan Perbaikan atas Suatu Kondisi dan Bertanggung Jawabterhadap Usulannya

Peneliti yang baik senantiasa berani dan bertanggung jawabterhadap konsekuensi yangharus dihadapinya jika sudah mengusulkansesuatu. Usulan tersebut selalu diembannyadengan baik dandilaksanakan semaksimal mungkin, kemudian diwujudkannyadalambentuk nyata sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh orang lain.

7)Bekerja Sama

Page 35: Pengertian Sains

Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik mampu bekerjasama dengan orang lain dan tidak individualis atau mementingkan dirisendiri. Ia meyakini bahwa dirinya tidak dapat hidup tanpa bantuanorang lain sehingga keberadaannya senantiasa diharapkan oleh orang lain.

8)Jujur terhadap Fakta

Peneliti yang baik harus jujur terhadap fakta dan tidak bolehmemanipulasi fakta demikepentingan penelitiannya karena penelitianyang baik harus berlandaskan pada studikepustakaan yang benar agarkelak jika orang lain melakukan penelitian yang sama,didapatkan hasilyang sama pula. Apa pun fakta yang diperolehnya, ia harus yakin bahwaitulah yang sebenarnya.

9)Tekun

Sebuah penelitian kadang kala memerlukan waktu yang pendekuntuk menghasilkan sebuahteori, tetapi kadang kala memerlukan waktuyang sangat lama, bahkan bertahun-tahun.Seorang peneliti yang baikharus tekun dalam penelitian yang dilakukannya, tidak bolehmalas,mudah jenuh, dan ceroboh, juga harus rajin, bersemangat, serta tidakmudah putus asa.Dengan demikian, ia akan mendapatkan hasil yang memuaskan. (Ari Sulistyorini)

Pendapat Para Ahli Tentang Sikap IlmiahA.Pengertian

• Menurut Reid

(Gokhale dkk: 2009) sikap adalah “a positive or negativesentiment or mental state, that is learned and organized through experience onthe affective and conative responses of an individual toward some other individual, object, or event”. Menurut pandangan Gokhale, dkk (2009) , sikap adalah keadaan mental positif atau negatif yang dipelajari dan disusun melalui tanggapan afektif dari seseorang terhadap orang lain, atau terhadap benda, atau terhadap kejadian.

• Menurut Carin dan Sund

Page 36: Pengertian Sains

(1980: 3) sikap ilmiah mencakup sikap :

1)ingin tahu

2)kerendahan hati

3)ragu terhadap sesuatu

4)tekad untuk maju, dan

5)berpikir terbuka.

• Menurut Kobala & Crawley

(Morrell dan Lederman: 76) bahwa“students’ attitudes toward science may have an effect on students’ motivation,interest, and achievement in the sciences”. Selanjutnya, Glick (Morrell danLederman: 76) mengatakan “students’ attitudes toward science appear to beshape by same factor: teachers, learning environment, self-concept, peers, and parental influence”. Dari pandangan-pandangan di atas, maka sikap pesertadidik terhadap sains dapat berpengaruh pada motivasi, minat, dan keberhasilan peserta didik itu sendiri. Sikap terhadap sains adalah kcenderungan pada rasasenang dan tidak senang terhadap sains, misalnya menganggap sains sukar dipelajari, kurang menarik, membosankan, dan sebagainya. Sikap peserta didik terhadap sains dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a.Pendidik

b.lingkungan belajar

c.konsep diri

d.teman, dan

e.orang tua.

• Menurut Martin, dkk

Page 37: Pengertian Sains

(2005: 17) sikap-sikap ilmiah mencakup :

1) keinginan untuk mengetahui dan memahami

2) bertanya segala sesuatu

3) mengumpulkan data dan memberi arti berdasarkan data tersebut

4) menuntut verifikasi

5) berpikir logis, dan

6) mempertimbangkan gagasan-gagasan

Afektif yang dikembangkan dalam IPA adalah sikap ilmiah yang lazim disebut scientific attitude. Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak.

• Menurut White

(1998), wilayah sikap mencakup juga wilayahkognitif. Sikap dapat membatasi atau mempermudah peserta didik untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai. Peserta didik tidak akan berusaha untuk memahami suatu konsep jika dia tidak memilikikemauan untuk itu. Karena itu, sikap seseorang terhadap mata pelajaran sangat berpengaruh pada keberhasilan kegiatan pembelajarannya.

B.Aspek-aspek Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah mengandung dua makna (Harlen, 1989), yaitu attitude towardscience dan attitude of science. Sikap yang pertama mengacu pada sikap terhadap sains sedangkan sikap yang kedua mengacu pada sikap yang melekat setelah mempelajari sains. Jika seseorang memiliki sikap tertentu, orang itu cenderung berperilaku secara konsisten pada setiap keadaan.

Dari pandangan Harlen di atas, sikap ilmiah dikelompokkan menjadi dua yaitu;

Page 38: Pengertian Sains

1) seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu terhadap sainssebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi pengembangan karir di masa datang

2) seperangkat sikap yang jika diikuti akan membantu proses pemecahanmasalah.

Gega (Patta Bundu, 2006: 140) mengatakan aspek-aspek sikap ilmiah mencakup:

1)sikap ingin tahu

2)sikap penemuan

3)sikap berpikir kritis, dan

4)sikap teguh pendirian.

Harlen (Patta Bundu, 2006: 140) mengatakan aspek-aspek sikap ilmiah mencakup:

1)sikap ingin tahu

2)sikap respek terhadap data

3)sikap refleksi kritis

4)sikap ketekunan

5)sikap kreatif dan penemuan

6)sikap berpikiran terbuka

7)sikap bekerja sama dengan orang lain

8)sikap keinginan untuk menerima ketidak pastian

9)sikap sensitif terhadap lingkungan.

Page 39: Pengertian Sains

American Association for Advancement of Science (Patta Bundu, 2006: 140) memberikan penekanan pada empat sikap ilmiah yaitu:

1)sikap jujur

2)sikap ingin tahu

3)berpikir terbuka, dan

4)sikap keragu-raguan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah adalah sikap yang melekat dalam diri seseorang setelah mempelajari sains yang mencakup:

1)sikap ingin tahu

2)sikap respek terhadap data/fakta

3)sikap berpikir kritis

4)sikap penemuan dan kreativitas

5)sikap berpikiran terbuka dan kerjasama

6)sikap ketekunan, dan

7)sikap peka terhadap lingkungan sekitar.

Sikap ingin tahu mendorong akan penemuan sesuatu yang baru yang dengan berpikir kritis akan meneguhkan pendirian dan berani untuk berbeda pendapat. Aspek-aspek sikap ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran sains disekolah adalah:

a)Sikap ingin tahu

Page 40: Pengertian Sains

Aspek sikap ingin tahu meliputi antusias mencari jawaban, perhatian pada objek yang diamati, antusias pada proses sains, dan menanyakan setiap langkahkegiatan.

b)Sikap respek terhadap data/fakta

Aspek sikap respek terhadap data/fakta meliputi objektif/jujur, tidak purbasangka,mengambil keputusan sesuai fakta, dan tidak mencampur fakta dan pendapat.

c)Sikap berpikir kritis

Aspek sikap berpikir kritis meliputi meragukan temuan orang lain, menanyakansetiap perubahan atau hal baru, mengulangi kegiatan yang dilakukan, dan tidak mengabaikan data meskipun kecil.

d)Sikap penemuan dan kreativitas

Aspek sikap penemuan dan kreativitas meliputi menggunakan fakta-fakta untuk dasar kesimpulan, menunjukkan laporan berbeda dengan orang lain, merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta, menyarankan percobaan-percobaan baru, dan menguraikan kesimpulan baru hasil pengamatan.

e)Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama

Aspek sikap berpikiran terbuka dan kerjasama meliputi menghargai pendapattemuan orang lain, mau merubah pendapat jika data kurang, menerima saran dariorang lain, tidak merasa selalu benar, menganggap setiap kesimpulan adalahtentatif, dan berpartisipasi aktif dalam kelompok.

f)Sikap ketekunan

Aspek sikap ketekunan meliputi melanjutkan kebiasaan meneliti, mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan, dan melanjutkan satu kegiatanmeskipun orang lain selesai lebih awal.

Page 41: Pengertian Sains

g)Sikap peka terhadap lingkungan sekitar

Aspek sikap peka terhadap lingkungan sekitar meliputi perhatian terhadap peristiwa sekitar, partisipasi pada kegiatan sosial, menjaga kebersihan dankelestarian lingkungan.

Sikap Ilmiah

Sikap Ilmiah dalam Sains

1) Pengertian

Salah satu aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran sains di sekolah adalah aspek

sikap. Menurut Reid (Gokhale dkk: 2009) sikap adalah “a positive or negative sentiment or mental state,

that is learned and organized through experience on the affective and conative responses of an

individual toward some other individual, object, or event”. Menurut pandangan ini, sikap adalah keadaan

mental positif atau negatif yang dipelajari dan disusun melalui tanggapan afektif dari seseorang

terhadap orang lain, atau terhadap benda, atau terhadap kejadian. Sikap yang dikembangkan dalam

pembelajaran sains adalah sikap terhadap sains (attitudes toward science) dan sikap ilmiah (scientific

attitude).

Menurut Kobala & Crawley (Morrell dan Lederman, 1998: 76) bahwa “students’ attitudes toward

science may have an effect on students’ motivation, interest, and achievement in the sciences”.

Selanjutnya, Glick (Morrell dan Lederman, 1998: 76) mengatakan “students’ attitudes toward science

appear to be shape by same factor: teachers, learning environment, self-concept, peers, and parental

influence”. Dari pandangan-pandangan di atas, maka sikap peserta didik terhadap sains dapat

berpengaruh pada motivasi, minat, dan keberhasilan peserta didik itu sendiri. Sikap terhadap sains

adalah kcenderungan pada rasa senang dan tidak senang terhadap sains, misalnya menganggap sains

sukar dipelajari, kurang menarik, membosankan, dan sebagainya. Sikap peserta didik terhadap sains

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidik, lingkungan belajar, konsep diri, teman, dan orang tua.

Menurut Carin dan Sund (1980: 3) sikap ilmiah mencakup sikap ingin tahu, kerendahan hati, ragu

terhadap sesuatu, tekad untuk maju, dan berpikir terbuka.Menurut Martin, dkk (2005: 17) sikap-sikap

ilmiah mencakup (1) keinginan untuk mengetahui dan memahami, (2) bertanya segala sesuatu, (3)

Page 42: Pengertian Sains

mengumpulkan data dan memberi arti berdasarkan data tersebut, (4) menuntut verifikasi, (5) berpikir

logis, dan (6) mempertimbangkan gagasan-gagasan.

Sikap yang dikembangkan dalam sains adalah sikap ilmiah yang lazim disebutscientific attitude.

Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak. Sikap dapat membatasi atau mempermudah peserta

didik untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai. Peserta didik tidak akan

berusaha untuk memahami suatu konsep jika dia tidak memiliki kemauan untuk itu. Karena itu, sikap

seseorang terhadap mata pelajaran sangat berpengaruh pada keberhasilan kegiatan pembelajarannya.

2) Aspek-aspek Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah mengandung dua makna (Harlen, 1989), yaitu attitude toward science dan attitude of

science. Sikap yang pertama mengacu pada sikap terhadap sains sedangkan sikap yang kedua mengacu

pada sikap yang melekat setelah mempelajari sains. Jika seseorang memiliki sikap tertentu, orang itu

cenderung berperilaku secara konsisten pada setiap keadaan. Dari pandangan Harlen di atas, sikap

ilmiah dikelompokkan menjadi dua yaitu; (1) seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu

terhadap sains sebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi pengembangan karir di

masa datang, dan (2) seperangkat sikap yang jika diikuti akan membantu proses pemecahan masalah.

Gega (Patta Bundu, 2006: 140) mengatakan aspek-aspek sikap ilmiah mencakup sikap ingin tahu,

sikap penemuan, sikap berpikir kritis, dan sikap teguh pendirian. Harlen (Patta Bundu, 2006: 140)

mengatakan aspek-aspek sikap ilmiah mencakup sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data, sikap

refleksi kritis, sikap ketekunan, sikap kreatif dan penemuan, sikap berpikiran terbuka, sikap bekerja sama

dengan orang lain, sikap keinginan untuk menerima ketidak pastian, sikap sensitif terhadap

lingkungan.American Association for Advancement of Science (Patta Bundu, 2006: 140) memberikan

penekanan pada empat sikap ilmiah yaitu sikap jujur, sikap ingin tahu, berpikir terbuka, dan sikap

keragu-raguan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah adalah sikap yang melekat

dalam diri seseorang setelah mempelajari sains yang mencakup sikap ingin tahu, sikap respek terhadap

data/fakta, sikap berpikir kritis, sikap penemuan dan kreativitas, sikap berpikiran terbuka dan kerjasama,

sikap ketekunan, dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar. Sikap ingin tahu mendorong akan

Page 43: Pengertian Sains

penemuan sesuatu yang baru yang dengan berpikir kritis akan meneguhkan pendirian dan berani untuk

berbeda pendapat.

Aspek-aspek sikap ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran sains di sekolah adalah:

a) Sikap ingin tahu

Aspek sikap ingin tahu meliputi antusias mencari jawaban, perhatian pada objek yang diamati,

antusias pada proses sains, dan menanyakan setiap langkah kegiatan.

b) Sikap respek terhadap data/fakta

Aspek sikap respek terhadap data/fakta meliputi objektif/jujur, tidak purbasangka, mengambil

keputusan sesuai fakta, dan tidak mencampur fakta dan pendapat.

c) Sikap berpikir kritis

Aspek sikap berpikir kritis meliputi meragukan temuan orang lain, menanyakan setiap perubahan

atau hal baru, mengulangi kegiatan yang dilakukan, dan tidak mengabaikan data meskipun kecil.

d) Sikap penemuan dan kreativitas

Aspek sikap penemuan dan kreativitas meliputi menggunakan fakta-fakta untuk dasar kesimpulan,

menunjukkan laporan berbeda dengan orang lain, merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta,

menyarankan percobaan-percobaan baru, dan menguraikan kesimpulan baru hasil pengamatan.

e) Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama

Aspek sikap berpikiran terbuka dan kerjasama meliputi menghargai pendapat temuan orang lain,

mau merubah pendapat jika data kurang, menerima saran dari orang lain, tidak merasa selalu benar,

menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif, dan berpartisipasi aktif dalam kelompok.

f) Sikap ketekunan

Page 44: Pengertian Sains

Aspek sikap ketekunan meliputi melanjutkan kebiasaan meneliti, mengulangi percobaan meskipun

berakibat kegagalan, dan melanjutkan satu kegiatan meskipun orang lain selesai lebih awal.

g) Sikap peka terhadap lingkungan sekitar

Aspek sikap peka terhadap lingkungan sekitar meliputi perhatian terhadap peristiwa sekitar,

partisipasi pada kegiatan sosial, menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.

3) Pengembangan Sikap ilmiah dalam Pembelajaran

Salah satu tujuan pengembangan sikap ilmiah adalah untuk menghindari munculnya sikap negatif

dari peserta didik. Harlen (Patta Bundu, 2006: 45) mengemukakan empat peranan utama pendidik

dalam mengembangkan sikap ilmiah yaitu:

a) Memberikan contoh sikap ilmiah seperti memperlihatkan minat yang tinggi pada sesuatu yang baru,

membantu peserta didik untuk menemukan sesuatu yang baru, menerima semua temuan peserta didik,

dan menanamkan pengertian bahwa apa yang ditemukan peserta didik dapat mengubah ide/pendapat

sebelumnya;

b) Memberi penguatan positif kepada peserta didik seperti memberi penguatan, penghargaan, dan pujian

yang tulus;

c) Menyediakan kesempatan mengembangkan sikap ilmiah; dan

d) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk merefleksikan perilaku dan motivasinya pada bidang

sains.

4) Cara Mengukur Sikap Ilmiah

Untuk mengukur minat terhadap sains dan sikap terhadap sains peserta didik dapat menggunakan

metode observasi, wawancara, dan angket. Instrumen yang sering digunakan adalah berupa skala Likert,

skala Thurstone, skala Guttman, dan skala diferensial semantik. Skala sikap menurut skala Likert adalah

sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Page 45: Pengertian Sains

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja ilmiah dalam bidang sains yaitu

keterampilan dan sikap yang melekat dalam diri peserta didik melalui cara berpikir dan cara melakukan

investigasi terhadap peristiwa atau kejadian di alam. Keterampilan sains mencakup keterampilan

akuisitif, keterampilan organisasional, keterampilan kreatif, keterampilan manipulatif, dan keterampilan

komunikatif. Sikap ilmiah merupakan kecenderungan untuk bertindak yang dapat membatasi atau

mempermudah seseorang untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai

dalam bidang sains. Sikap ilmiah tersebut mencakup sikap ingin tahu, respek terhadap data/fakta, sikap

berpikir kritis, sikap berpikiran terbuka dan kerjasama, sikap ketekunan, dan sikap peka terhadap

lingkungan sekitar.

Sumber

Carin, A.A & Sund, R.B. (1980). Teaching modern science. Ohio: A Bell & Howell Company

Freedman, M. P. (1997). Relationship among laboratory instruction, attitude toward science, and achievement in

science knowledge. Journal of Research in Science Teaching, 34(4); 343-357.

Gokhale A., Brauchle P., and Machina, K. (2009) Development and validation of a scale to measure attitudes toward

science and technology. Journal of College Science Teaching

Martin R., Sexton, C., Franklin, T. & Gerlovich, J. (2005). Teaching science for all children, inquiry methods for

constructing undestanding. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Morell, D. P. & Lederman, N. L. (1998). Students’ attitudes towards school and classroom science: are they

independent phenomena? Journal of School Science and Matemathics.

Patta Bundu. (2006). Penilaian keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam pembelajaran

sains

http://wwwpojokfisikauniflor.blogspot.co.id/2011/02/sikap-ilmiah.html

Page 46: Pengertian Sains

Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh   ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1996/1997: 11).Sikap-sikap ilmiah meliputi:

a. Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatutidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya 0,005m3.

b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu.Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.c. Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri.d. Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.Contoh: Tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm, yang di pot B umur lima hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah pada pot A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat bukan fakta.e. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.f. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki.Contoh: Orang menganggap hal yang biasa ketika melihat benda-benda jatuh, tetapi tidak biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu. Beliau berpikir keras mengapa buah apel jatuh ketika dia sedang duduk istirahat di bawah pohon tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan menyelidiki selama bertahun-tahun sehingga akhirnya ditemukannya hukum Gravitasi.http://hikmahyoso.blogspot.co.id/2012/09/sikap-ilmiah.html