etika sains

21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia, baik sebagai individu atau masyarakat, menyimpan segudang dilema yang sangat menarik jika diperbincangkan. Banyak dimensi yang cukup sulit untuk dipecahkan dalam misteri dari individu bernama manusia. Dilema-dilema itu antara lain terkait masalah ketuhanan, jiwa/roh, kebebasan, dan lain sebagainya. Dalam menghadapi dilema-dilema tersebut, manusia akan berusaha mencari jalan keluarnya. Dan dalam mencari jalan keluarnya, manusia harus mematuhi berbagai norma, nilai, atau etika. Agar pemecahan tersebut tidak mengalami kontroversi. Begitu juga dalam hal penelitian ilmu pengetahuan, atau sains. Ada etika-etika tertentu yang harus kita patuhi, agar ilmu yang kita teliti sesuai dengan batas- batas yang telah ditentukan, serta dapat diterima orang lain. Kegiatan-kegiatan bioteknologi modern telah banyak memberikan manfaat bagi kemanusiaan. Satu contoh lagi di bidang kedokteran adalah: dengan teknik biologi molekuler, telah dikembangkan analisis genetik untuk mendeteksi dini penyakit-penyakit kelainan gen, sehingga dapat dilakukan pengobatan lebih awal; ini merupakan perkembangan yang menjanjikan di bidang

Upload: hifni

Post on 13-Jul-2016

27 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: ETIKA SAINS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia, baik sebagai individu atau masyarakat, menyimpan segudang

dilema yang sangat menarik jika diperbincangkan. Banyak dimensi yang cukup

sulit untuk dipecahkan dalam misteri dari individu bernama manusia. Dilema-

dilema itu antara lain terkait masalah ketuhanan, jiwa/roh, kebebasan, dan lain

sebagainya.

Dalam menghadapi dilema-dilema tersebut, manusia akan berusaha

mencari jalan keluarnya. Dan dalam mencari jalan keluarnya, manusia harus

mematuhi berbagai norma, nilai, atau etika. Agar pemecahan tersebut tidak

mengalami kontroversi.

Begitu juga dalam hal penelitian ilmu pengetahuan, atau sains. Ada etika-

etika tertentu yang harus kita patuhi, agar ilmu yang kita teliti sesuai dengan

batas-batas yang telah ditentukan, serta dapat diterima orang lain.

Kegiatan-kegiatan bioteknologi modern telah banyak memberikan manfaat

bagi kemanusiaan.  Satu contoh lagi di bidang kedokteran adalah: dengan teknik

biologi molekuler, telah dikembangkan analisis genetik untuk mendeteksi dini

penyakit-penyakit kelainan gen, sehingga dapat dilakukan pengobatan lebih awal;

ini merupakan perkembangan yang menjanjikan di bidang kedokteran/kesehatan.

Kemajuan ilmu pengetahuan menuntut diadakan eksperimen-eksperimen baru.

Tetapi apakah batas-batas etis untuk eksperimen semacam itu? Sampai di mana

hak-hak manusia yang terlibat dalam eksperimen harus dilindungi? Bagaimana

pun ilmu pengetahuan sebagai ciptaan manusia yang tidak akan lepas dari

tanggung jawab manusia itu sendiri ,Samsi Jacobalis (dalam I Made, 2013)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian etika?

2. Apakah yang dimaksud Bioetika?

3. Bagaimana aplikasi etika dalam pengembangan ilmu dan teknolgi?

4. Bagaimana netralitas ilmu dan teknologi?

1

Page 2: ETIKA SAINS

2

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian etika

2. Untuk mengetahui yang dimaksud Bioetika

3. Untuk mengetahui aplikasi etika dalam pengembangan ilmu dan teknolgi

4. Untuk mengetahui netralitas ilmu dan teknologi

Page 3: ETIKA SAINS

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian etika

Kata etika tidak hanya terdengar dalam ruang kuliah saja tetapi kalangan

intelektual pun sering disinggung tentang etika. Istilah “etika” pun berasal dari

bahasa Yunani kuno. Kata Yunani “ethos” dalam bentuk tunggal mempunyai

banyak arti: kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap cara berpikir. Dalam bentuk

jamak “ta etha” artinya: adat kebiasaan. Istilah etika yang oleh filsuf Yunani

besar Aristoteles 9384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral,

maka etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat

kebiasaan, K.Bertens, (dalam I Made, 2013)

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta,

sejak 1953) “etika” dijelaskan sebagai: “ilmu pengetahuan tentang asas-asas

akhlak (moral). Jadi, kamus lama hanya mengenal satu arti yaitu etika sebagai

ilmu. Dalam Kamus Besar Bahasa yang baru (KBBI,edisi ke -1,1988, etika

dijelaskan dengan mendedakan tiga arti: “1) ilmu tentang apa yang baik dan apa

yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); 2) kumpulan asas atau

nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3) nilai mengenai benar dan salah yang

dianut suatu golongan atau masyarakat” K.Bertens, (dalam I Made, 2013).

Etika adalah cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode pada

tugas manusia untuk menemukan nilai-nilai moral atau menerjemahkan nilai-nilai

itu ke dalam norma-norma (etika dasar) dan menerapkan nya pada situasi

kehidupan konkret Guido Maertens, (dalam I Made, 2013)

Etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi

pengangan untuk seseorang dalam mengatur tingkah laku. Moral hampir sama

dengan etika, sekalipun asalnya berbeda. Etika menjadi nilai dan norma

pengangan seseorang untuk mengatur tingkah lakunya, misalnya bahwa perbuatan

seseorang tidak bermoral dapat dimaksudkan bahwa kita menganggap perbuatan

orang itu melanggar nilai-nilai dan norma etis yang berlaku dalam masyarakat.

3

Page 4: ETIKA SAINS

4

Untuk melengkapi pengertian tentang etika, perlu juga ditambahkan

tentang apa yang menurut Peter Singer (dalam I Made, 2013) sebenarnya bukan

etika

1. Etika bukan seperangkat larangan khusus yang hanya berhubungan dengan

perilaku seksual.

2. Etika bukan sistem yang ideal, luhur, dan baik dalam teori, namun tidak ada

gunanya dalam praktik.

3. Etika bukan suatu yang hanya dapat dimengerti dalam konteks agama. Ini

tentulah pemikiran sesular. Menurut ajaran agama, sesuatu yang secara

moral’baik’ adalah sesuatu yang disetujui dan disenangi Tuhan. Sedangkan

Singer berpendapat suatu perbuatan manusia adalah baik karena itu disetujui

Tuhan, bukan sebaliknya karena disetujui Tuhan perbuatan itu menjadi baik.

4. Etika bukan sesuatu yang relative atau subyektif,

B. Bioetika

Menurut M.de Wachter (dalam I Made, 2013)Berbicara mengenai bioetika

sungguh melebihi pembicaraan tradisional tentang perilaku dokter yang baik

terhadap orang sakit. Bahkan etika klinis tidak mencakup seluruh bioetika baru,

karena bioetika tidak hanya menyangkut pasien dan dokter, melainkan masyarakat

secara keseluruhan, khususnya mereka yang bertanggung jawab atas perencanaan

dan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

Bioetik berasal dari bahasa Yunani; bios berarti hidup atau kehidupan, dan

ethike berarti ilmu atau studi tentang isu-isu etik yang timbul dalam praktek ilmu

biologi. Terdapat dua metode pengambilan keputusan etis yang sering dipakai

dalam bioetika. Yang pertama dikenal dengan nama “etika deontologis” yang

merupakan pengambilan keputusan dengan memulai pertanyaan” Apa yang harus

saya lakukan? Pendekatan kedua disebut “konsekuensialisme” yaitu baik

buruknya suatu perbuatan tidak ditetapkan atas dasar prinsip-prinsip, tetapi

dengan menyelidiki konsekuensi perbuatan. Etika situasi menjadi popular karena

karya Joseph Fletcher pertengahan 1960-an, minta agar kita memperhatikan

dengan serius implikasi-implikasi praktis dari pandangan etis kita.

Konsekuensialisme tidak cukuplah kita melakukan yang baik; mestinya kita tahu

Page 5: ETIKA SAINS

5

juga perbuatan paling baik di antara semua perbuatan baik yang mungkin, Sajid

Darmadipura (dalam I Made, 2013)

Dr Abel memberikan defenisi bioetika adalah studi interdisipliner tentang

masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan

ilmu kedokteran, baik pada skala mikro maupun makro, serta tentang dampak atas

masyarakat luas dan sistem nilainya, kini dan di masa yang akan datang.

Sejak tahun 1970, bioetika mempelajari tingkah laku manusia dalam

lingkup ilmu pengetahuan yang terkait erat dengan kehidupan manusia. Salah

seorang yang menggunakan istilah bioetika dalam publikasi adalah peneliti kanker

Van Rensellaer Potter dalam bukunya “Bioethics, Bridge to the Future” yang

diterbitkan pada tahun 1971. Setelah buku tersebut terpublikasi banyak yang

menyusul publikasi tentang bioetika. Telah berdiri juga beberapa lembaga

pengkajian bioetika yang terkemuka di Amerika, Eropa, Jepang, dan tempat-

tempat lain. Hasting Center adalah institute di Hastings-on Hudson, Negara

bagian New York, yang untuk pertama kali meneliti masalah-masalah bioetika.

Juga di Indonesia sudah ada Komisi Bioetika Nasional sejak 17 September 2004.

Pada 1977 filsuf Amerika, Samuel Gorovitz, mendefenisikan bioetika adalah

penyelidikan kritis tentang dimensi-dimensi moral dari pengambilan keputusan

dalam konteks berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks yang melibatkan

ilmu-ilmu biologis, Sajid Darmadipura, (dalam I Made, 2013).

Bioetik dimengerti secara lebih luas dan tidak dipahami hanya sekedar

bioteknologi saja. Dan definisi ini berkisar secara kuat kepada pengertian dan isi

dari “martabat manusia“. Tema-tema yang dibahas oleh bioetika menjadi sangat

beragam. Beberapa di antaranya adalah: asistensi kesehatan, aborsi, teknologi

prokreasi, kloning, eutanasia, bunuh diri, hukuman mati, studi klinis manusia,

transplantasi organ, manipulasi gen manusia, AIDS, obat-obatan terlarang dan

ekologi. Dari masing-masing bidang ini, masih ada beberapa kajian khusus seperti

pengawetan sperma dan ovum serta embrio, Koesnandar, dkk (dalam I Made,

2013).

Institusi-institusi telah membahas masalah bioetika seperti transpalasi

organ tubuh, pembuahan in vitro, jantung buatan, abortus, penguasaan kelahiran,

alokasi sumber daya, rekayasa genetik, pengubahan perilaku, dan problem-

Page 6: ETIKA SAINS

6

problem yang berkaitan dengan kematian. Karena bioetika menyelidiki dimensi

etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi, sejauh

diterapkan pada kehidupan, maka mau tidak mau cakupannya luas sekali (Thomas

Shannon, 1995:1). Ada sekurangnya tiga cara melihat bioetika:

1. Bioetika deskriptif ialah pengamatan dan penafsiran deskriptif cara orang

memandang kehidupan, interaksi moral dan tanggungjawab dengan

organisme hidup dalam kehidupan mereka.

2. Bioetika preskriptif memberitahu atau berusaha mengatakan pada orang lain

apa yang baik atau jelek secara etika, dan apa prinsip-pinsip yang paling

penting dalam membuat keputusan-keputusan seperti itu. Ini dapat juga

dikatakan bahwa seseorang atau sesuatu mempunyai hak, dan orang lain

mempunyai kewajiban terhadap hak ini.

3. Bioetika interaktif ialah diskusi dan debat mengenai butir 1 dan 2 di atas

antara orang, kelompok dalam masyarakat, dan komunitas.

Bioetika merupakan kajian tentang dimensi moral dari pengambilan

keputusan yang berkaitan dengan kesehatan dan biologi (Samuel Garovitz, 1977).

F.J.E. Basterra (1994) menyatakan bioetika bukan hanya berurusan dengan

hubungan dokter-pasien dari sudut pandangan moral, tetapi juga ikut peduli

dengan profesi terkait, seperti kesehatan mental. Bioetika mencakup perhatian

pada riset biomedis dan riset tentang perilaku manusia, baik berhubungan dengan

Tujuan terapi maupun tidak. Studi bioetika mencakup secara luas isu-isu sosial

seperti kesehatan masyarakat, lingkungan kerja, dan demografi. International

Association of Bioethics: Bioetika adalah studi tentang isu-isu etis, social, hokum,

dan isu-isu lain yang timbul dalam pelayanan kesehatan dan ilmu-ilmu biologi

(Samsi Jacobalis, 2005:186).

Isu-isu yang berkembang dalam dunia kesehatan secara luas dan studi tentang

sosial, etika dan isu-isu yang timbul dalam ilmu–ilmu biologi. Isu-isu yang

bersangkutan dalam bidang bioetika diantaranya:

1. Teknologi

Hampir tak satu pun kehidupan kita yang tidak tersetentuh teknologi, tidak semua

teknologi mempunyai akibat-akibat baik ada juga akibat-akibat buruk. Teknologi

Page 7: ETIKA SAINS

7

membawa manfaat untuk manusia, misalnya; computer telah menyajikan

kemampuan luar biasa untuk menghitung dan mengolah informasi, teknologi

kedokteran meningkatkan kemampuan mengadakan diagnosis yang tepat.

Teknologi yang bersifat negatif misalnya; senjata-senjata nuklir membawa kita

dekat dengan kehancuran.

2. Abortus

Kasus yang paling tajam menunjukkan masalah-masalah moral adalah

penggunaan abortus sebagai jalan keluar untuk kegagalan kontrasepsi. Abortus

dikaitkan dengan penghentian kehamilan secara sengaja, tidak secara langsung

berkaitan dengan perkembangan bioteknologi modern.

3. Transplantasi Organ

Transpalasi organ adalah wilayah dalam ilmu kedokteran modern, di mana telah

terjadi paling banyak perubahan radial dan perkembangan yang mengemparkan.

Yang menjadi beberapa masalah etis diantaranya Bagaimana transpalasi dapat

dibenarkan? Bagaimana memperoleh organ? Seleksi organ kehidupan itu berapa

harganya? Jantung buatan. Orang yang masih hidup memberikan organnya

kepada orang lain.

4. Rekayasa genetik

Rekayasa genetik dinaksudkan sejumlah besar kemungkinan yang kita miliki

untuk mencampuri kehidupan manusia-di samping aspek-aspek alam lainnya dan

mengubah menurut rencana dan keinginan kita. Hal tersebut menimbulkan banyak

masalah-masalah etis.

5. Euthanasia

Eutanasia dapat juga didefinisikan sebagai tindakan mengakhiri hidup seorang

individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan

sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang akan

mengakhiri hidupnya (Parikesit, 2007). Pada saat ini banyak sekali

pertentangan terhadap praktek eutanasia. Ada pihak-pihak yang kontra

terutama dari kalangan pemuka agama yang menganggap bahwa tindakan

eutanasia merupakan upaya pembunuhan baik yang dilakukan secara terencana

Page 8: ETIKA SAINS

8

ataupun tidak dan juga dipandang menyalahi aturan agama karena

mendahului kehendak Allah SWT. Tetapi tidak sedikit juga yang menjadi

kelompok yang pro akan tindakan eutanasia ini yang umumnya di anut

terutama oleh kebanyakan pasien atau orang yang memiliki penyakit atau

penderitaan yang tak berkesudahan dan kesempatan untuk sembuhnya tipis.

6. Hak pasien

Berkembangnya etika pelayanan kesehatan sebagai suatu bidang khusus dan

pencarian berbagai hak melalui pengadilan telah membantu untuk menetapkan

banyak hak dalam konteks pelayanan kesehatan. Hak-hak pasien diantaranya; hak

atas informasi, hak untuk menolak pengobatan, hak atas privasi, catatan medis di

Rumah Sakit dan lain-lain.

C. Aplikasi etika dalam pengembangan ilmu dan teknologi

Aplikasi etika dalam pengembangan ilmu dan teknologi sangat erat

kaitannya dengan kaidah-kaidah dasar bioetika, untuk membentengi diri agar

tidak gila teknologi.

1. Tindakan berbuat baik

Prinsip berbuat baik merupakan segi positif dari prinsip “tidak merugikan.

Kewajiban berbuat baik menuntut bahwa kita harus membantu orang lain dalam

memajukan kepentingan mereka, jika kita melakukannya tanpa resiko bagi diri

kita sendiri. Berbuat baik adalah cara untuk menjamin sikap timbale balik dalam

hubungan kita satu sama lain dan menyampaikan kepada orang lain apa yang kita

terima di masa lampau.

Proses dalam berbuat baik ada empat langkah. Pertama, orang yang harus

kita bantu mengalami bahaya besar atau resiko kehilangan sesuatu yang penting.

Kedua, saya sanggup melakukan sesuatu yang secara langsung menyumbang

untuk mencegah terjadinya kerugian atau kehilangan sesuatu. Ketiga, perbuatan

agaknya mencegah terjadinya kerugian. Keempat, manfaat yang diterima orang

sebagai akibat perbuatan. Sikap yang dapat dilakukan dalam berbuat baik, Agus

Purwadianto (dalam I Made, 2013):

Page 9: ETIKA SAINS

9

a) Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk

kepentingan orang lain)

b) Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan

dokter

c) Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya

misalnya: Kewajiban menolong pasien gawat darurat, Menghargai hak-hak

pasien secara keseluruhan, Tidak menarik honorarium di luar kewajaran,

Memberikan obat berkhasiat namun murah

2. Tidak merugikan

Tidak merugikan merupakan suatu cara teknis untuk menyatakan bahwa

kita berkewajiban tidak mencelakakan orang lain, salah satu prinsip paling

tradisional dari etika kedokteran. Kewajiban untuk tidak merugikan seseorang

dengan sengaja atau secara langsung. Kewajiban untuk tidak merugikan akan

melarang mengebut di jalan ( Ibid:97). Sikap yang dapat dilakukan dalam tidak

merugikan, Agus Purwadianto (dalam I Made, 2013):

Menolong pasien emergensi :

a) Mengobati pasien yang luka

b) Tidak membunuh pasien ( euthanasia )

c) Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien

d) Tidak membahayakan pasien karena kelalaian

e) Memberikan semangat hidup

f) Melindungi pasien dari serangan

3. Keadilan

Keadilan adalah pembagian manfaat dan beban, serta pembagian barang

dan jasa menurut standar yang adil. Akan tetapi, menentukan standar adil itu telah

merepotkan dan membingungkan orang sepanjang masa (Ibid:169). Keadilan non-

komparatif menentukan pembagian barang atau sumber dengan memakai standar

yang tak tergantung dari tuntutan orang lain. Disini terdapat suatu prinsip

pembagian atau perlakuan, bukan evaluasi terhadap keadaan khusus sebuah kasus

atau kebutuhan individu. Prinsip formal keadilan bersifat non-komparatif, sejauh

iya menetapkan suatu aturan untuk mengukur pembagian. Prinsip material

Page 10: ETIKA SAINS

10

keadilan memfokuskan suatu cirri yang relevan atau suatu criteria yang bisa

menjadi dasar untuk mengadakan pembagian. Dengan demikian prinsip material

keadilan bersifat komparatif, sejauh menyangkut kebutuhan khusus dan atas dasar

itu menentukan apa yang harus dilakukan Thomas.S (dalam I Made, 2013).

Sikap yang dapat dilakukan dalam keadilan menurut Agus Purwadianto, (dalam I

Made, 2013) :

a) Memberlakukan sesuatu secara universal

b) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

c) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama

d) Menghargai hak seseorang

e) Tidak melakukan penyalahgunaan

f) Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban,

sanksi) secara adil

g) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan

kompeten

h) Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah

i) Tidak membedakan atas status sosial

4. Otonomi

Otonomi adalah suatu bentuk kebebasan bertindak, dimana seseorang

mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang ditentukannya sendiri. Yang

pertama adalah kemampuan untuk mengambil keputusan tentang suatu rencana

bertindak. Orang harus mampu memeriksa alternative-alternatif yang ada dan

yang membedakannya. Kedua, orang harus mampu mewujudkan rencananya

menjadi kenyataan Thomas S (dalam I Made, 2013).

Walaupun otonomi itu penting dan memengang peranan kusial dalam

bioetika, kita harus tetap mengerti otonomi dalam konteks komunitas dan juga

tanggung jawab moral lain yang mungkin kita punya

Sikap yang dapat dilakukan dalam otonomi Agus Purwadianto (dalam I

Made, 2013)

a) Berterus terang

Page 11: ETIKA SAINS

11

b) Menghargai privasi

c) Menjaga rahasia

d) Membiarkan seorang dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

e) Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non

emergensi

f) Tidak berbohong meskipun demi kebaikan pasien

g) Menjaga hubungan (kontrak)

D. Netralitas Ilmu Dan Teknologi

Wacana masalah netralisasi ilmu memang masih dalam perdebatan di

kalangan masyarakat. Tetapi pada hakikatnya ilmu itu mempunyai nilai Netral

(nol), dengan ilmu itu netral maka perkembangan ilmu pengetahuan bisa

berkembang. Sehingga tidak tercampuri dengan suatu hal yang dapat menjadikan

ilmu atau itu sendiri menjadi terhambat dalam perkembangannya.

Sedangkan netral itu sendiri ada berbagai pandangan yang pertama dalam

pandangan Ontologi, yakni masalah atau hakikat netral itu sendiri. Yang

mempunyai ruang lingkup tentang baik buruknya ilmu yang telah ada.

Kemudian dalam pandangan secara Epistimologi yaitu masalah bagaimana

mendapatkan ilmu itu. Dan untuk mendapatkanya apakah sesuai atau malah

menyimpang dari metode ilmiah.

Ketika seorang ahli jantung ingin meneliti tentang jantung manusia. Ada

suatu kendala apabila Dokter ini meneliti jantung selain jantung manusia seperti

jantung simpanse misalnya, tentu hasilnya berbeda apabila dokter itu

menggunakan jantung manusia itu. Tetapi masalahnya ada beberapa yang tidak

menyetujui hal ini, dikarenakan telah keluar dari rasa kemanusiaan. Padahal

tujuan awal agar data yang diperoleh valid dan lengkap, tetapi mereka salah

memandang hal tersebut.

Sedangkan yang terakhir adalah netarisasi dalam pandangan Aksiologi. ini

menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu itu sendiri. Seperti suatu hal yang

Page 12: ETIKA SAINS

12

sangat disesalkan oleh Albert Einsten, karena penemuannya tentang nuklir.

Ternyata manusia sebagai pengkonsumsi dari hasil temuan ilmu itu telah

menyimpang atau menyalahi aturan yang ada. Padahal Einsten meneliti nuklir

bukan karena dia ingin menggunakannya sebagai bom/perusak, tetapi sebaliknya

yaitu untuk kemaslahatan manusia sendiri. Tetapi manusia sendirilah yang telah

salah menggunakan hasil pikiran Einstein itu.

Page 13: ETIKA SAINS

13

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Etika adalah cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode pada

tugas manusia untuk menemukan nilai-nilai moral atau menerjemahkan nilai-nilai

itu ke dalam norma-norma (etika dasar) dan menerapkan nya pada situasi

kehidupan konkret, Prof.Dr.Guido Maertens (dalam I Made, 2013).

Bioetika tidak untuk mencegah perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tetapi menyadarkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai

batas-batas dan tanggung jawab terhadap manusia dan kemanusiaan. Banyak

ilmuwan yang secara ambisius akan mengembangkan teknologi biologi tingkat

tinggi namun tanpa memperhitungkan sebuah perkembangan sosial dan kultural

masyarakat. Teknologi bagaikan pisau bermata dua, karena teknologi berdampak

negatif dan positif.

Ada juga ilmuwan yang mengabaikan baik dan buruk yang menjadi tata

nilai masyarakat, karena mereka merasa bahwa ilmu pengetahuan tidak berada di

domain tersebut, Djati (dalam Lepiyanto, 2011).

B. SARAN

Dalam pengambilan keputusan melakukan percobaan untuk mengadopsi

temuan yang dapat dianggap paling bermanfaat dari beberapa aspek harus

memikirkan dampak negative dan positif disekitarnya. Rekomendasi Etika dan

Bioetika yaitu: Mulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga, saling

mengingatkan, kembangkan etika profesi.

13

Page 14: ETIKA SAINS

14

DAFTAR PUSTAKA

Lepiyanto, Agil. 2011. Bioetika Membuka Wahana Dunia. (online).

https://duniagil.wordpress.com/2011/12/21/bioetika/

Murtopo, Herulono. 2014. Etika Dalam Sains. (online)

http://www.kompasiana.com/heroelonz/etika-adalah-

sains_552bae556ea834cc5f8b4567

Nuada, I Made. 2013. Filsafat dan Bioetika Pembelajaran Biologi. (online)

http://imadenuada.blogspot.co.id/2013/10/bioetika-cinta.html

Sri, Riana. 2013. Peran Etika Dalam Perkembangan Ilmu dan Teknologi. (online).

http://luckymbem.blogspot.co.id/2012/12/bioetika-adalah.html

Aulia, Auffa. 2018. Pentingnya Etika Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan Penerapannya Dalam Kehidupan. (online). https://aufaaulia.wordpress.com/pentingnya-etika-dalam-pengembangan-ilmu-pengetahuan-danpenerapannya-dalam-kehidupan/

14