pengertian pelestarian

20
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting bagi generasi selanjutnya. Namun demikian tindakan pelestarian makin menjadi kompleks jika dihadapkan pada kenyataan sebenarnya. Tindakan pelestarian yang dimaksudkan guna menjaga karya seni sebagai kesaksian sejarah, kerap kali berbenturan dengan kepentingan lain, khususnya dalam kegiatan pembangunan. James Mastron (1982) mengungkapkan bahwa hal ini menggambarkan begitu kompleksnya masalah yang ada dalam aktivitas pelestarian. Lewat kajian historis terhadap peristiwa-peristiwa penting di masa lampau, kita yang hidup sekarang bisa mempelajari pola tingkah laku (behavioral patterns) manusia dan menganalisisnya demi kepentingan hidup kita sekarang dan masa-masa selanjutnya. Sejarah eksistensi sebuah peradaban tidak hanya dapat ditelusuri lewat historiografi ataupun catatan aktivitas pejuangan masyarakatnya. Selain misalnya memerinci kajian geologis, masih banyak saksi bisu lainnya yang bisa menceritakan 12

Upload: sunu-maung

Post on 01-Dec-2015

2.908 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

jawa

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Pelestarian

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Pelestarian

Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk

melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti

penting bagi generasi selanjutnya. Namun demikian tindakan pelestarian makin

menjadi kompleks jika dihadapkan pada kenyataan sebenarnya. Tindakan pelestarian

yang dimaksudkan guna menjaga karya seni sebagai kesaksian sejarah, kerap kali

berbenturan dengan kepentingan lain, khususnya dalam kegiatan pembangunan.

James Mastron (1982) mengungkapkan bahwa hal ini menggambarkan begitu

kompleksnya masalah yang ada dalam aktivitas pelestarian.

Lewat kajian historis terhadap peristiwa-peristiwa penting di masa lampau,

kita yang hidup sekarang bisa mempelajari pola tingkah laku (behavioral patterns)

manusia dan menganalisisnya demi kepentingan hidup kita sekarang dan masa-masa

selanjutnya. Sejarah eksistensi sebuah peradaban tidak hanya dapat ditelusuri lewat

historiografi ataupun catatan aktivitas pejuangan masyarakatnya. Selain misalnya

memerinci kajian geologis, masih banyak saksi bisu lainnya yang bisa menceritakan

perjalanan masa lalu sebuah kota, terutama ketika kota tersebut mengalami masa

kejayaan. Salah satu dari saksi bisu itu adalah bangunan-bangunan tua, yang banyak

di antaranya menyimpan catatan sejarah autentik.

Pelestarian secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan

untuk merawat, melindungi dan mengembangkan objek pelestarian yang memiliki

nilai guna untuk dilestarikan. Namun sejauh ini belum terdapat pengertian yang baku

yang disepakati bersama. Berbagai pengertian dan istilah pelestarian coba

diungkapkan oleh para ahli perkotaan dalam melihat permasalahan yang timbul

berdasarkan konsep dan persepsi tersendiri. Berikut pernyataan para ahli :

12

Page 2: Pengertian Pelestarian

1. Nia Kurmasih Pontoh (1992:36), mengemukakan bahwa konsep awal

pelestarian adalah konservasi, yaitu upaya melestarikan dan melindungi

sekaligus memanfaatkan sumber daya suatu tempat dengan adaptasi terhadap

fungsi baru, tanpa menghilangkan makna kehidupan budaya.

2. Eko budihardjo (1994:22), upaya preservasi mengandung arti

mempertahankan peninggalan arsitektur dan lingkungan tradisional/kuno

persis seperti keadaan asli semula. Karena sifat prservasi yang stastis, upaya

pelestarian memerlukan pula pendekatan konservasi yang dinamis, tidak hanya

mencakup bangunannya saja tetapi juga lingkungannya (conservation areas)

dan bahkan kota bersejarah (histories towns). Dengan pendekatan konservasi,

berbagai kegiatan dapat dilakukan, menilai dari inventarisasi bangunan

bersejarah kolonial maupun tradisional, upaya pemugaran (restorasi),

rehabilitasi, rekonstruksi, sampai dengan revitalisasi yaitu memberikan nafas

kehidupan baru.

3. Dalam Piagam Burra Tahun 1981 (Sumargo, 1990), disepakati istilah

konservasi sebagai istilah bagi semua kegiatan pelestarian, yaitu segenap

proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultral yang dikandungnya

terpelihara dengan baik. Konservasi dapat meliputi segala kegiatan

pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dapat pula

mencakup preservasi, restorasi, rekontruksi, adaptasi dan revitalisasi.

4. Mundardjito (2002) : Terbentuknya suatu kota dalam banyak sisi dapat

dilihat sebagai suatu produk dari perkembangan kebudayaan di dalamnya

terdapat perwujudan ideologi sosial serta perkembangan teknologi yang

membantu mengkonstruksikan suatu daerah menjadi kota yang kita kenal kini.

Artinya, terbentuknya kota sedikit banyak berdasarkan atas pengetahuan,

norma, kepercayaan dan nilai-nilai budaya dari masyarakatnya di masa lalu.

13

Page 3: Pengertian Pelestarian

2.2 Manfaat Pelestarian

Sebagaimana telah digariskan dalam Undang Undang Republik Indonesia No.

5 Tahun 1992, perlindungan terhadap benda cagar budaya dan situs, bertujuan

melestarikan dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan nasional

Indonesia, mengingat bahwa benda cagar budaya memiliki arti penting bagi

pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Pelestarian bangunan bersejarah juga merupakan suatu pendekatan yang strategis

dalam pembangunan kota, karena pelestarian menjamin kesinambungan nilai-nilai

kehidupan dalam proses pembangunan yang dilakukan manusia. Manfaat pelestarian

juga dikemukakan oleh beberapa ahli di bidang pelestarian di antaranya :

a. Menurut Budihardjo dalam Thamrin (1988 : 11), terdapat beberapa manfaat

yang dapat diperoleh dari pelestarian bangunan dan kawasan bersejarah di

antaranya :

1. Pelestarian memperkaya pengalaman visual, menyalurkan hasrat untuk

kontinuitas, memberi kaitan yang berarti dengan masa lalu, serta memberi

pilihan untuk tinggal dan bekerja di samping lingkungan modern.

2. Pada saat perubahan dan pertumbuhan terjadi secara cepat seperti sekarang,

kelestarian lingkungan lama memberi suasana permanen yang menyegarkan.

3. Pelestarian memberi keamanan psikologis bagi seseorang untuk dapat melihat

menyentuh dan merasakan bukti-bukti fisik sejarah.

4. Kelestarian mewariskan arsitektur, menyediakan catatan historis tentang masa

lalu dan melambangkan keterbatasan masa hidup manusia.

5. Kelestarian lingkungan lama adalah salah satu aset komersial dalam kegiatan

wisata internasional.

6. Dengan dilestarikannya warisan yang berharga dalam keadaan baik maka

generasi yang akan datang dapat belajar dari warisan-warisan tersebut dan

menghargainya sebagaimana yang dilakukan pendahulunya.

b. Menurut Shirvani (1985:44-45) terdapat beberapa manfaat yang dapat

diperoleh dari pelestarian bangunan dan kawasan bersejarah di antaranya :

1. Manfaat kebudayaan yaitu sumber-sumber sejarah yang dilestarikan dapat

menjadi sumber pendidikan dan memperkaya estetika.

14

Page 4: Pengertian Pelestarian

2. Manfaat ekonomi yaitu adanya peningkatan nilai property, peningkatan pada

penjualan ritel dan sewa komersil, penanggulangan biaya-biaya relokasi dan

peningkatan pada penerima pajak serta pendapatan dari sektor pariwisata.

3. Manfaat sosial dan perencanaan, karena upaya pelestarian dapat menjadi

kekuatan yang tepat dalam memulihkan kepercayaan masyarakat.

c. Menurut (Gufron, 1994:21), manfaat pelestarian diantaranya :

1. Warisan sejarah yang mengganbarkan kebesaran atau peristiwa yang terjadi di

zamannya.

2. Memperkaya seni budaya setempat dan nasional, yang dapat menggambarkan

jati diri bangsa.

3. Sebagai bukti kelengkapan sejarah perkembangan arsitektur di kota tersebut.

4. Merupakan hasil prestasi sejarah arsitektur di kota tersebut.

5. Sebagai bahan kajian yang sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, terutama

yang menyangkut masalah perkotaan.

6. Merupakan bukti hasil prestasi sejarah penataan kota di kota tersebut.

7. Adanya bangunan bersejarah dengan bentuk arsitektur yang unik dan menarik

dapat dijadikan studi perbandingan oleh para arsitek dan perencana kota dalam

mendesain bangunan dan menata lingkungannya.

8. Tetap terjaganya keutuhan elemen pembentuk citra dan estetika kota tersebut.

9. Sebagai orientasi lokasi yang jelas bagi masyarakat sehingga mereka

mengetahui di bagian mana mereka berada.

10. Pelestarian bangunan dan kawasan bersejarah dapat dijadikan paket wisata

bagi turis asing dan lokal yang ingin mengenang peristiwa masa lalu.

Pelaksanaan upaya pelestarian bangunan bersejarah di beberapa negara telah

menunjukan hasil yang tidak terlalu mengecewakan. Banyak negara-negara Eropa

yang merasakan keuntungan dari upaya pelestarian dengan mendapat tambahan

pendapatan dari sektor pariwisata disamping terjaganya kesinambungan peninggalan

sejarah elemen-elemen pembentuk citra dan estetika kota-kotanya.

2.3 Masalah Pelestarian

15

Page 5: Pengertian Pelestarian

Dalam pelaksanaan pelestarian bangunan dan kawasan bersejarah, selain

terdapat manfaatnya ada juga berbagai masalah yang di hadapi. Beberapa masalah

diantaranya:

:Pelestarian sering dianggap penghambat perubahan dan kemajuan baik dari

segi material maupun imajinasi.

Di Inggris pelestarian dianggap menimbulkan destorsi terhadap situasi pasar

sehingga mengurangi probabilitas kepentingan umum.

Para developer dan ekonom memandang pelestarian sebagai suatu yang

menghambat pertumbuhan alam dan perubahan dari suatu daerah kehidupan

modern.

Menurut Iskandar dalam tulisannya “Problem Pelestarian Warisan Budaya“

(Konstruksi, Mei 1996) mengemukakan beberapa masalah dalam pelestarian warisan

budaya yang dapat diidentifikasi diantaranya :

1. Masalah Historis

Secara historis, upaya pelestarian bangunan hanya dianggap sebagai pekerjaan

arkeolog dan tidak berkontribusi bagi pembangunan masa depan. Dalam kultur

modern yang beriorentasi ke masa depan, maka memelihara warisan sejarah

hanya dianggap pemborosan. Padahal, warisan arsitektur lama adalah sumber

ilham bagi ilmu pengetahuan untuk kini dan masa depan yang berkarakter dan

jati diri yang khas serta selaras dengan lingkungan kultural maupun fisiknya.

2. Masalah Sosial dan Budaya

Cara berpikir tentang pelestarian bangunan yang sempit dan naïf, kadang-

kadang diakibatkan oleh prasangka negatif dalam aspek sosial budaya atau

bahkan religi. Sebagai contoh, konservasi bangunan kolonial dinilai

merendahkan martabat bangsa karena mengingat bahwa kita pernah dijajah.

3. Masalah Ekonomi

Pelestarian bangunan bersejarah dianggap tidak efektif terhadap anggaran

yang dikeluarkaan dan terlihat mewah, sejarah dianggap masa lalu yang tidak

memiliki makna apa-apa.

4. Masalah Teknologi dan Sumber Daya

16

Page 6: Pengertian Pelestarian

Pelestarian bangunan khususnya untuk bangunan-bangunan monumental yang

sudah tua membutuhkan anggaran dan teknologi yang tinggi. Upaya

pelestarian bangunan bersejarah seolah berbenturan dengan orientasi mencari

keuntungan ekonomi.

5. Masalah Hukum dan Peraturan Pemerintah

Meskipun sudah ada peraturan menyangkut pelestarian lingkungan dan

bangunan bersejarah, namun masih terdapat kelemahan pada faktor lingkup,

sanksi, pengawasan dan evaluasinya. Banyaknya pelanggaran terjadi dan

peraturan serta sanksinya tidak memadai atau tidak dilaksanakan sebagaimana

mestinya untuk menangani pelanggaran itu.

2.4 Kriteria Pelestarian

Dalam menentukan apakah suatu bangunan, artefak, situs, kawasan, dan benda

bersejarah lainnya termasuk dalam obyek yang perlu dilestarikan, digunakan kriteria-

kriteria pelestarian. Berikut terdapat kriteria-kriteria pelestarian diantaranya :

2.4.1 Kriteria Umum

1. Estetika Bangunan

Istilah estetika dapat digunakan untuk mengganti pengertian indah, bagus ,

menarik atau mempesona (Lubis, 1990 : 96). Penilaian estetika suatu bangunan sangat

tergantung dari perasaan, pikiran, pengaruh lingkugan dan norma yang bekerja pada

diri pengamat. Estetika suatu bangunan sangat terkait erat dengan penampilan

bangunan, wajah bangunan dan tampak bangunan yang kita lihat dengan mata

sebelum dirasakan kesan estetisnya dalam perasaan. Dalam menilai estetika suatu

bangunan.

2. Contoh dari gaya/langgam arsitekutur tertentu (kejamakan)

Kejamakan suatu bangunan dinilai dari seberapa jauh karya arsitetur tersebut

mewakili suatu ragam atau jenis khusus yang spesifik, mewakili kurun waktu

sekurang-kurangnya 50 tahun. Dalam hal ini ragam/lagam yang spesifik yang pada

arsitektur bangunan-bangunan bersejarah (Ellisa, 1996) :

17

Page 7: Pengertian Pelestarian

Langgam arsitektur Klasik/Kolonial (Neoklasik/ Art Deco/ Gothic/

Renaisans/ Romanik.

Langgam arsitektur Kolonial tropis (langgam arsitektur Klasik yang telah

diadaptasi dengan iklim tropis di Indonesia).

Langgam arsitektur Eklektik/Indisch Style (langgam arsitektur

Klasik/Kolonial tropis yang mengandung unsur tradisional Melayu atau

daerah lainnya di Indonesia).

Langgam arsitektur campuran (Klasik/Kolonial dengan Cina, Islam, atau

India, atau campuran diantaranya)

3. Kelangkaan

Kriteria kelangkaan menyangkut jumlah dari jenis bangunan peninggalan

sejarah dari langgam tertentu. Tolak ukur kelangkaan yang digunakan adalah

bangunan dengan langgam arsitektur yang masih asli sesuai dengan asalnya. Yang

termasuk kategori langgam arsitektur yang masih asli (Ellisa, 1996) :

1. Langgam arsitektur Klasik/Kolonial (Neoklasik/ Art Deco/ Gothic/

Renaisans/Romanik.

2. Langgam arsitektur Cina

3. Langgam arsitektur melayu

4. Langgam arsitektur India

5. Langgam arsitektur Malaka (Melayu-Cina)

6. Langgam arsitektur Islam

4. Keistimewaan/Keluarbiasaan

Tolak ukur yang digunakan untuk menilai keitimewaan/keluarbiasaan suatu

bangunan adalah bangunan yang memiliki sifat keistimewaan tertentu sehingga

memberikan kesan monumental, atau merupakan bangunan yang pertama didirikan

untuk fungsi tertentu (misalnya Mesjid pertama, Gereja pertama, Sekolah pertama,

dll).

Kesan monumental suatu bangunan dinilai dari skala monumental yang

dimiliki bangunan tersebut. Pengertian skala dalam arsitektur adalah suatu kualitas

yang menghubungkan banguna atau ruang dengan kemampuan manusia dalam

memahami bangunan atau ruang tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan skala

18

Page 8: Pengertian Pelestarian

menumental adalah suatu skala ruang yang besar dengan suatu obyeknya yang

mempunyai nilai tertentu, sehingga manusia akan merasakan keagungan dalam

ruangan. Dengan melihat bangunan yang memiliki skala menumental diharapkan

pengamat akan merasa terkesan (impressed) dan kagum, tetapi bukannya merasa takut

karena merasa kecil dan rapuh.

5 Peranan sejarah

Tolak ukur yang digunakan untuk menilai bangunan yang memilki peranan

sejarah adalah :

Bangunan atau lokasi yang berhubungan dengan masa lalu kota dan bangsa,

merupakan suatu peristiwa sejarah, baik sejarah Kota Bandung, sejarah

Nasional, maupun sejarah perkembangan kota .

Bangunan atau lokasi yang berhubungan dengan orang terkenal atau tokoh

penting.

Bangunan hasil pekerjaan seorang arsitek tertentu, dalam hal ini arsitek yang

berperan dalam perkembangan arsitektur di Indonesia pada masa Kolonial.

6. Penguat kawasan disekitarnya

Tolak ukur yang digunakan adalah bangunan yang menjadi landmark bagi

lingkungannya, dimana kehadiran bangunan tersebut dapat meningkatkan

mutu/kualitas dan citra lingkungan sekitarnya. Beberapa keadaan yang dapat

memudahkan pengenalan terhadap suatu bangunan sehingga dapat menjadi ciri dari

suatu landmark antara lain adalah (lynch, 1992 : 79-83) :

Bangunan yang terletak disuatu tempat yang strategis dari segi visual, yaitu di

persimpangan jalan utama atau pada posisi “tusuk sate” dari suatu pertigaan

jalan.

Bentuknya istimewa karena besarnya, panjangnya, keindahannya,

ketinggiannya, atau karena keunikan bentuk.

Jenis penggunaannya, semakin banyak orang yang menggunakannya maka

akan semakin mudah pula pengenalan terhadapnya.

Sejarah perkembangannya yaitu semakin besar peristiwa sejarah yang terkait

terhadapnya maka semakin mudah pula pengenalan terhadapnya.

19

Page 9: Pengertian Pelestarian

2.4.2 Kriteria Menurut Para Ahli

1. Menurut Catanese (dalam Pontoh, 1992 : 36), kriteria yang perlu

diperhatikan dalam menentukan obyek pelestarian mencakup :

1. Estetika : berkaitan dengan nilai arsitektural, meliputi bentuk, gaya, struktur,

tata kota, mewakili prestasi khusus atau gaya sejarah tertentu.

2. Kejamakan : obyek yang akan dilestarikan mewakili kelas dan jenis khusus.

Tolak ukur kejamakan ditentukan oleh bentuk suatu ragam atau jenis khusus

yang spesifik.

3. Kelangkaan : kelangkaan suatu jenis karya yang merupakan sisa warisan

peninggalan terahir dari gaya tertentu yang mewakili jamannya dan tidak

dimiliki daerah lain.

4. Keluarbiasaan : suatu obyek konservasi yang memiliki bentuk menonjol,

tinggi dan besar. Keistimewan memberi tanda atau ciri kawasan tertentu.

5. Peranan sejarah : lingkungan kota atau bangunan yang memiliki nilai sejarah,

suatu peristiwa yang mencatat peran ikatan simbolis suatu rangkaian sejarah,

dan babak perkembangan suatu kota.

6. Memperkuat kawasan : kehadiran suatu obyek atau karya akan mempengaruhi

kawasan-kawasan sekitarnya dan bermakna untuk meningkatkan mutu dan

citra lingkungannya.

2. Menurut Haryoto Kunto dalam buku "Wajah Bandoeng Tempo Doloe"

1. Sesuai dengan "Monumenten Ondonantie" tahun 1931, yaitu bangunan yang

sudah berumur 50 tahun atau lebih, yang "kekunoannya" (antiquity) dan

"keasliannya" telah teruji.

2. Ditinjau dari segi estetika dan seni bangunan, memiliki "mutu" cukup tinggi

(master piece) dan mewakili gaya corak-bentuk seni arsitektur yang langka.

3. Bangunan atau monumen, yang representetif mewakili jamannya.

4. Monumen/Bangunan mempunyai anti dan kaitan sejarah dengan Kota

Bandung, maupun peristiwa nasional/internasional.

3. Snyder dan Catanese (1979)

20

Page 10: Pengertian Pelestarian

Sebagai pengkajian suatu kawasan/bangunan kuno/bersejarah guna

dikonservasi memiliki 6 (enam) tolak ukur yaitu dilihat dari segi :

1. Kelangkaan (karya sangat langka, tidak memiliki oleh daerah lain).

2. Kesejarahan (lokasi Peristiwa bersejarah yang penting), Estetika (memiliki

keindahan bentuk, struktur, atau ornament).

3. Superlativitas (tertua, tertinggi, terpanjang), Kejamakan (karya yang tipikal,

mewakili suatu jenis atau ragam bangunan tertentu).

4. Kualitas Pengaruh (keberadaannya akan meningkatkan citra lingkungan

sekitarnya).

4. Pontoh (1992 :37)

Kriteria dalam memperimbangkan obyek yang akan dikonservasi dapat pula

dikategorikan sebagai berikut

1. Nilai (value) dari obyek, mencakup nilai estetik yang didasarkan

pada kualitas bentuk maupun detilnya. Suatu obyek yang unik dan karya yang

mewakili gaya zaman tertentu, dapat digunkan sebagai contoh suatu obyek

konservasi.

2. Fungsi obyek dalam lingkungan kota, berkaitan dengan kualitas

lingkungan secara menyeluruh, obyek merupakan bagian dari kawasan

bersejarah dan sangat berharga bagi kota. Obyek juga merupakan tengeran

(landmark) yang memperkuat karakter kota yang memiliki keterkaitan

emosional dengan warga setempat.

3. Fungsi lingkungan dan budaya : penetapan kriteria konservasi tidak

terlepas dari keunikan pola hidup suatu lingkungan social tertentu yang

memiliki tradisi kuat. Sesuatu obyek akan berkaitan erat dengan fase

perkembangan wujud budaya tersebut.

Untuk skala yang lebih luas, yaitu bagian kota atau wilayah, kriteria yang

dapat digunakan untuk menentukan obyek pelestarian adalah (Pontoh, 1992 : 37) :

1. Kriteria Arsitektural : suatu kota atau kawasan yang akan dipreservasikan atau

konservasikan memiliki kriteria kualitas arsitektur yang tinggi, disamping

21

Page 11: Pengertian Pelestarian

memiliki proses pembentukan waktu yang lama atau keteraturan dan

kebanggaan (elegance).

2. Kriteria Historis : kawasan yang dikonservasikan memiliki nilai historis dan

kelangkaan yang memberikan inspirasi dan referensi bagi kehadiran bangunan

baru, meningkatkan vitalitas bahkan menghidupkan kembali keberadaannya

yang memudar.

3. Kriteria Simbolis : kawasan yang memiliki makna simbolis paling efektif bagi

pembentukan citra suatu kota.

5. Attoe (dalam Catanese & Snyder 1992 : 423-424)

Perbedaan kualitas dan tingkat pentingnya dalam menentukan obyek

pelestarian didasarkan pada lima pertimbangan sebagai berikut :

1. Karena dianggap yang pertama : bangunan yang dianggap sebagai bangunan

yang pertama dibangun, misalnya gereja pertama, bangunan bertingkat

pertama, dan lain-lain.

2. Karena menurut sejarah patut diperhatikan : bangunan yang memiliki kaitan

dengan peristiwa atau tokoh sejarah tertentu.

3. Karena patut dicontoh : bangunan yang merupakan hasil karya besar dengan

prestasi khusus untuk golongannya dan karena keistimewaannya ini patut

dicontoh.

4. Karena tipikal : bangunan yang melambangkan tradisi kebudayaan, yaitu

mencerminkan kedaan sebenarnya, cara kehidupan dan cara melakukan

sesuatu pada sesuatu tempat dan suatu waktu tertentu.

5. Karena langka : bangunan yang unik dan langka dan merupakan warisan

terahir dari suau tipe bangunan.

2.5 Lingkup Kegiatan Pelestarian

Lingkup kegiatan pelestarian mencakup objek-objek yang dianggap sesuatu

yang patut dijaga karena terdapat nilai-nilai ilmu pengetahuan dan manfaat lain bagi

22

Page 12: Pengertian Pelestarian

kehidupan umat manusia sehingga ditetapkan sebagai objek pelestarian. Berikut

lingkup kegiatan pelestarian diantara :

1. Lingkungan alami (Natural Area) ; daerah pesisir, daerah pertanian hutan,

daerah archeologis dan lain-lain.

2. Kota dan Desa (Town and Villages) seperti Williamsburg, Deerfield, dan

Nantucket di USA atau west Wycmbe dan Lacock di Inggris.

3. Garis cakrawala dan koridor pandang (Skylines and View Corridor) seperti

pengendalian terhadap ketinggian bangunan dan pengarahan pandangan

terhadap ‘view’ dan ‘vista’ yang baik.

4. Kawasan (Districts) seperti kawasan yang mewakili gaya tradisi tertentu yang

dilindungi terhadap kehancuran dan penambahan figure-figur baru.

5. Wajah jalan (Street-Scapes) seperti pelestarian fasade bangunan-bangunan dan

perlengkapan jalan.

6. Bangunan (Buildings) merupakan obyek pelestarian yang paling tua dan paling

lazim.

7. Benda dan penggalan seperti puing-puing akibat ledakan, bagian tembok kota,

fasade bangunan, trem listrik, kereta kabel, dan sebagainya.

Attoe (1986), mengklasifikasikan objek pelestarian secara lebih bervariasi.

Lingkup pelestarian tidak hanya terbatas pada bangunan, melainkan mencakup :

1. Lingkungan alami seperti kawasan pesisir, kehutanan, kawasan

arkeologi dan sebagainya.

2. Kota dan desa

3. Garis langit (sky line) dan koridor pandang (view corridor).

4. Kawasan yang mewakili gaya tradisi tertentu dan patut dilindungi.

5. Wajah jalan (streetscape) seperti pelestarian fasade bangunan dan

kelengkapan jalan.

6. Bangunan tua yang memenuhi kriteria untuk dilestarikan.

7. Benda seperti puing sejarah, trem listrik, kereta kabel dan sebagainya

yang memiliki arti penting.

23