pengertian nikah

7
Pengertian nikah Menurut bahasa nikah berarti adh- dhammu wattadaakhul (bertindih dan memasukkan) Dalam kitab lain kata nikah diartikan dengan adh-dhammu waljam’u (bertindih dan berkumpul) Menurut istilah ilmu fiqih nikah berarti suatu akad (perjanjian) yang mengandung kebolehan melakukan hubungan seksual dengan memakai kata-kata (lafadz) nikah atau tazwij. Menurut ulama mutaakhirin nikah adalah suatu akad yang menyebabkan kebolehan bergaul antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dan saling menolong diantara keduanya serta menentukan batas hak dan kewajiban diantara keduanya Menurut KHI pasal 1 perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa Menurut KHI pasal 2 perkawinan menurut Islam adalah pernikahan, yaitu suatu akad yang sangat kuat atau mitsaqaan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah" Dasar hukum perkawinan Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik- baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah (an- Nahl: 72) dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda bagi kaum yang berfikir. (ar-rum: 21) dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.(an-nur: 32) Hukum nikah Melakukan perkawinan hukumnya wajib Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk kawin dikhawatirkan akan tergelincirnya pada perbuatan zina seandainya ia tidak kawin, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah wajib Melakukan perkawinan hukumnya sunnah Orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melangsungkan perkawinan, tetapi kalau tidak kawin tidak dikhawatirkan akan berbuat zina, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah sunnah Melakukan perkawinan hukumnya haram. Bagi orang yang tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban- kewajiban dalam rumah tangga, sehingga apabila melangsungkan perkawinan akan terlantarkan dirinya dan istrinya, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah haram Melakukan perkawinan hukum makruh Jika seseorang yang dipandang sudut pertumbuhan jasmaniyahnya telah wajar untuk kawin walaupun belum sangat mendesak. Tetapi belum ada biaya untuk hidup sehingga kalau dia kawin hanya 1

Upload: m-irwan-badrus-alfani

Post on 11-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hjbhjbjkb

TRANSCRIPT

Pengertian nikah Menurut bahasa nikah berarti adh-dhammu wattadaakhul (bertindih dan memasukkan) Dalam kitab lain kata nikah diartikan dengan adh-dhammu waljamu (bertindih dan berkumpul) Menurut istilah ilmu fiqih nikah berarti suatu akad (perjanjian) yang mengandung kebolehan melakukan hubungan seksual dengan memakai kata-kata (lafadz) nikah atau tazwij. Menurut ulama mutaakhirin nikah adalah suatu akad yang menyebabkan kebolehan bergaul antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dan saling menolong diantara keduanya serta menentukan batas hak dan kewajiban diantara keduanya Menurut KHI pasal 1 perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa Menurut KHI pasal 2 perkawinan menurut Islam adalah pernikahan, yaitu suatu akad yang sangat kuat atau mitsaqaan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah"

Dasar hukum perkawinan Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah (an-Nahl: 72) dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (ar-rum: 21) dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.(an-nur: 32)

Hukum nikah Melakukan perkawinan hukumnya wajibBagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk kawin dikhawatirkan akan tergelincirnya pada perbuatan zina seandainya ia tidak kawin, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah wajib

Melakukan perkawinan hukumnya sunnah Orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melangsungkan perkawinan, tetapi kalau tidak kawin tidak dikhawatirkan akan berbuat zina, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah sunnah

Melakukan perkawinan hukumnya haram.Bagi orang yang tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban- kewajiban dalam rumah tangga, sehingga apabila melangsungkan perkawinan akan terlantarkan dirinya dan istrinya, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah haram

Melakukan perkawinan hukum makruh Jika seseorang yang dipandang sudut pertumbuhan jasmaniyahnya telah wajar untuk kawin walaupun belum sangat mendesak. Tetapi belum ada biaya untuk hidup sehingga kalau dia kawin hanya akan membawa kesengsaraan hidup bagi isteri dan anak-anaknya, maka makruh baginya untuk kawin

Melakukan perkawinan hukumnya mubah Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya, tetapi apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan berbuat zina dan apabila melakukannya juga tidak akan menelantarkan istri.

Rukun dan syarat pernikahanAdanya calon mempelai pria maupun calon mempelai wanita

Adapun syarat-syarat yang harus terpenuhi adalah sebagai berikut : Calon mempelai pria: Beragama Islam Laki-laki Jelas orangnya Dapat memberikan persetujuan Tidak terdapat halangan perkawinan

Calon mempelai wanita: Beragama Islam Perempuan Jelas orangnya Dapat dimintai persetujuannya Tidak terdapat halangan perkawinan Wali nikah Syaratnya: Muslim Berakal Baligh Dua orang saksi Syaratnya: Muslim Adil Berakal Tidak terganggu ingatan

Ijab dan QabulYang dimaksud dengan ijab dan qabul adalah pengukuhan janji perkawinan sebagai suatu ikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan secara sah yang diucapkan dengan jelas, meyakinkan dan tidak meragukan. Ijab qabul ini juga disebut dengan akad nikah. Akad nikah itu dilaksanakan dalam suasana hening dengan pihak wali menyatakan (ijab) dan dijawab oleh calon suami secara tegas dan jelas dengan menerima (qabul). Ijab qabul itu sifatnya langsung (tidak ditunda-tunda) dan tidak meragukan para saksi

Tujuan pernikahan dalam islam meliputi multi aspekAspek personal1. Penyaluran kebutuhan biologi2. Reproduksi generasiAspek sosial1. Rumah tangga yang baik sebagai fondasi yang baik2. Membuat manusia kreatifAspek ritualAspek moral dan kultural

Hikmah nikah Menyambung silaturrahim Memalingkan pandangan yang liar Menghindari diri dari perzinaan Estafeta amal manusia Menjaga kemurnian nasab

IDDAHSecara bahasa kata iddah diambil dari kata adad yang berarti bilangan karena waktu iddah merupakan bilangan yang telah ditentukan. Secara istilah iddah berarti masa menunggu selama masa waktu tertentu bagi istri yang telah terpisah dengan suaminya.

Dasar hukum dari firman allah SWTa. Surat al Baqarah ayat 228 Artinya: Perempuan-perempuan yang ditalaq hendaklah menunggu tiga kali quru.

b. Surat al Baqarah ayat 234 Artinya : Dan orang-orang yang meninggal di antara kamu dengan meninggalkan istri-istrinya (hendaklah para istri itu) beridah empat bulan sepuluh hari.

c. Surat at talaq ayat 4 Artinya : Dan Permpuan-perempuan yang putus haid dari istri-istrimu, jika kamu ragu-ragu tentang masa iddahnya, maka iddah mereka adalah tiga bulan, begitu pula perempuan-perempuan yang tidak haid, dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka adalah sampai melahirkan kandungannya

Macam-macam iddah1. Iddah masa kehamilan 2. Iddah karna perceraian 3. Iddahnya perempuan yang tidak terkena haidh 4. Iddahnya perempuan yang ditinggal mati suaminya

Hak dan kewajiban suami-istri dalam massa iddah1. Tidak boleh di pinang oleh laki-laki lain2. Dilarang keluar rumah apabila tidak ada keperluan mendesak 3. Berhak untuk tetap tinggal dirumah suaminya selama masa iddah 4. Wanita yang berada dalam talaq raji,apalgi yang sedang hamil berhak mendapatkan nafkah lahir dari suaminya 5. iddah wanita yang ditinggal mati suaminya yaitu tidak mempergunakan alat-alat kosmetik untuk mempercantik diri selama empt bulan sepuluh hari.6. Wanita yang berada dalam iddah talak raji ia berhak mendapatkan harta waris dari suaminya yang wafat

Hikmah disyariatkannya iddah1. Untuk mengetahui bersihnya rahim seorang perempuan, sehingga tidak tercampur antara keturunan seseorang dengan yang lain2. Memberikan kesempatan kepada suami istri yang berpisah untuk berfikir kembali, apakah untuk rujuk kembali kepada istrinya ataukah akan meneruskan cerai tersebut jika hal tersebut dianggap lebih baik.3. kebaikan perkawinan tidak dapat terwujud sebelum kedua suami istri sama-sama hidup lama dalam ikatan aqadnya.

MEMILIH PASANGAN DAN MEMINANG1. Beragama Islam dengan baik. Hal paling pertama yang harus diperhatikan dari calon pasangannya adalah agama Islam. Mengapa, Karena, lagi-lagi pernikahan bukan semata untuk kehidupan dunia, pernikahan bukan semata melampiaskan nafsu, pernikahan juga bukan semata rutinitas yang harus dijalani. Pernikahan dalam Islam, mempunyai tujuan yang jelas.

Di antaranya untuk menuju keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah di dunia dan akhirat. Seandainya pasangan kita adalah non muslim bagaimana tujuan tersebut dapat tercapai. Boleh jadi, kebahagiaan dunia dapat diraih, akan tetapi bagaimana dengan kehidupan akhirat kelak. Untuk itu, dalam al-Qur'an, Allah mewanti-wanti agar memperhatikan agama calon pasangannya. Bahkan seandainya dihadapkan kepada pilihan antara kecantikan, kaya akan tetapi tidak beragama Islam dengan tidak terlalu cantik dan tidak kaya namun beragama Islam, maka tentu yang beragama Islam itulah yang harus didahulukan.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: "Dinikahinya perempuan itu karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Dahulukanlah agamanya niscaya kamu bahagia"

2. Apabila di samping beragama dengan baik juga cakep, kaya dan keturunan baik itu tentu lebih Setelah sisi agama terpenuhi, maka tidak mengapa seseorang mencari pasangan yang juga cakep, kaya dan berasal dari keturunan yang baik. Namun, sekali lagi, semua itu harus berada di bawah sisi agama sebagaimana telah disebutkan di atas.

Mengapa sisi kecakepan, kekayaan dan keturunan perlu juga diperhatikan. Karena memang umumnya manusia mempunyai fitrah untuk memilih yang cakep, kaya dan dari keturunan baik. Karena ketiga hal tersebut merupakan fitrah manusia, maka Islam mencoba mengakomodirnya dengan dasar bahwa ketiga hal itu juga merupakan di antara factor harmonis dan langgengnya sebuah rumah tangga. Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: "Dinikahinya perempuan itu karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Dahulukanlah agamanya niscaya kamu bahagia"

3. Utamakan gadis atau perjaka Dalam mencari pasangan hidup utamakan juga gadis atau perjaka. Mengapa, Karena dalam ilmu psikologi, cinta gadis dan perjaka akan tulus dan penuh. Bahkan, rasa cemburunya akan lebih dari pada seorang janda. Dan rasa cemburu ini adalah tanda sebuah cinta yang dalam. Untuk lebih jelasnya mengapa harus diutamakan gadis atau perjaka, sebagaimana hadits yang artinya: Siti Aisyah berkata: "Wahai Rasulullah saw, bagaimana menurut anda wahai Rasulullah, seandainya anda turun ke sebuah lembah yang di dalamnya ada sebatang pohon yang sebagiannya telah dimakan, dan ada pohon lain yang belum dimakan sama sekali. Di dekat pohon yang mana anda akan menyimpan unta anda" Rasulullah saw menjawab: "Pada pohon yang belum dimakan sedikitpun". Siti Aisyah berkata kembali: "Demikianlah dengan saya (seperti pohon yang belum dimakan sama sekali)"

4. Perhatikan keturunan dan lingkungannya Keturunan dan gen jauh sangat kuat dalam membentuk kepribadian seorang anak. Oleh karena itu, sebelum menentukan calon pasangan, perhatikan dan lihatlah keluarga dan keturunannya. Karena hal ini demi kebaikan calon pasangan juga demi kebaikan tabiat dan sifat putra yang kelak dilahirkan. Mengenai pentingya melihat keluarga dan keturunan ini, sebagaimana riwayat dari Amr bin al-Ula yang artinya: "Seorang laki-laki berkata: "Saya tidak akan menikahi seorang wanita sehingga say amelihat anak saya yang bakal lahir darinya kelak". Lalu ditanyakan kepadanya: "Bagaimana hal demikian dapat diketahui?" Laki-laki itu menjawab: "Lihatlah kepada bapak dan ibu wanita tersebut. Karena wanita tersebut akan mengikuti sifat dan tabi'at salah satunya.

5. Utamakan pasangan tersebut subur, dapat melahirkan Hal lain yang harus diperhatikan ketika memilih pasangan hidup adalah kesuburannya untuk memperoleh keturunan. Karena, salah satu dari tujuan menikah juga untuk mendapatkan keturunan. Semakin subur untuk memperoleh banyak keturunan, tentu lebih baik dan utama. Mengenai pentingnya kesuburan ini, sebagaiamana hadits-hadits Rasulullah Saw berikut ini yang artinya: Anas bin Malik berkata: "Rasulullah saw menyuruh menikah dan melarang untuk membujang dengan larangan yang sangat. Beliau bersabda: "Nikahilah oleh kalian wanita-wanita yang penyayang dan subur, karena sesungguhnya aku kelak pada hari Kiamat adalah Nabi yang mempunyai ummat paling banyak"

KHITBAH ATAU PEMINANGANPengertian Peminangan (khitbah) Dalam fiqih Islam kata peminangan sering dipakai secara popular dalam bahasanya secara istilah khitbah yang berarti peminangan atau permintaan. Di dalam buku ensiklopedi hukum Islam terdapat pengertian bahwa al khitbah atau peminangan adalah langkah pendahuluan untuk melangsungkan suatu perkawinan. Ulama fiqh mendefinisikan dengan menyatakan keinginan laki- laki kepada pihak wanita tertentu untuk mengawininya, dan pihak wanita menyebar luaskan berita tunangannya ini. Menurut Wahbah Az-Zuhaily yang dimaksud Khithbah adalah menampakan keinginan menikah terhadap seorang perempuan tertentu dengan memberitahu perempuan yang dimaksud atau keluarganya (walinya).

Pengertian pinanganKHI Pasal 1Yang dimaksud dengan :a. Peminangan ialah kegiatan kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita.

Dasar Dan Hukum Pinangan (khitbah) Al-Quran Artinya: Dan tidak ada dosa bagimu untuk meminang wanita-wanita ini dengan sindiran yang baik atau kamu menyembunyikanya(keinginan mengawini mereka)dalam hatimu, Allah akan mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka secara rahasia(Qs. 2:235)

Hadits : : , , Artinya: Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Janganlah seseorang di antara kamu melamar seseorang yang sedang dilamar saudaranya, hingga pelamar pertama meninggalkan atau mengizinkannya."

Atas dasar firman Allah dan hadis tersebut di atas, maka jumhur ulama berpendapat bahwa peminangan yang dilakukan sebagai langkah awal dari nikah hukumnya adalah boleh (mubah) selama tidak ada larangan syara untuk meminang wanita tersebut, seperti wanita itu sudah menjadi isteri orang lain atau telah dipinang orang lain. Karena tujuan peminangan adalah sekedar meninjau kerelaan yang dipinang untuk dijadikan isteri, sekaligus sebagai janji untuk menikahinya.

Akibat hukum dari peminangan itu sendiri tidak berkaitan dengan hak dan kewajiban serta tidak menimbulkan keterkaitan apa pun antara keduanya. Oleh karena itu para ahli fiqh mengatakan bahwa peminangan tersebut boleh saja batalkan salah satu pihak tanpa persetujuan pihak lain. Oleh karena itu sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 235 yang telah disebutkan dapat diketahui bahwa hukum khitbah atau atau peminangan adalah mubah

Akibat hukum pinangan disebutkan dalam KHIPasal 13(1) Pinangan belum menimbulkan akibat hukum dan para pihak bebas memutuskan hubungan peminangan.(2) Kebebasan memutuskan hubungan peminangan dilakukan dengan tata cara yang baik sesuai dengan tuntunan agar dan kebiasaan setempat, sehingga tetap terbina kerukunan dan saling menghargai.

Pihak yang melakukan peminangan dalam KHIPasal 11 Peminangan dapat langsung dilakukan oleh orang yang berkehendak mencari pasangan jodoh, tapi dapat pula dilakukan oleh perentara yang dapat dipercaya.

Wanita-Wanita Yang Tidak Boleh Dipinang (Di khitbah) 1. Wanita-wanita yang haram dinikahi baik yang haram dinikahi selamanya maupun yang sementara waktu.Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa meminang itu adalah awal permulaan untuk menikah. Ketika, menikah tersebut dilarang karena wanitanya adalah haram dinikahi maka meminangpun menjadi haram juga.2. Wanita yang sedang dalam masa Iddah Wanita yang sedang dalam masa iddah adalah wanita yang telah dicerai atau ditinggal mati oleh suaminya (meninggal) namun masih dalam waktu-waktu menunggu (apakah suaminya akan rujuk kembali) atau berkabung. Wanita jenis ini sebenarnya masuk pada wanita yang haram dinikahi untuk sementara waktu. 3. Wanita yang sudah dikhitbah oleh laki-laki muslim lainnya.Apabila seorang laki-laki muslim telah meminang seorang wanita, maka tidak boleh bagi laki-laki muslim lainnya untuk meminangnya. Tentu yang dilarang ini apabila pihak wanita telah menyetujui lamaran tersebut. Hal ini di antaranya didasarkan kepada hadits Rasulullah yang artinya: "Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda:"Dan seorang laki-laki tidak boleh meminang pinangan saudaranya sehingga ia menikahi atau meninggalakan (wanita tersebut)"

Tentang perempuan yang boleh dan yang tidak boleh dipinang disebutkan dalam pasal Pasal 12 Peminangan dapat dilakukan terhadap seotrangwanita yang masih perawan atau terhadap janda yang telah habis masa iddahya. Wanita yang ditalak suami yang masih berada dalam masa iddah rajiah, haram dan dilarang untuk dipinang. Dilarang juga meminang seorang wanita yang sedang dipinang pria lain, selama pinangan pria tersebut belum putus atau belaum ada penolakan dan pihak wanita. Putusnya pinangan untuk pria, karena adanya pernyataan tentang putusnya hubungan pinangan atau secara diam-diam. Pria yang meminang telah menjauhi dan meninggalkan wanita yang dipinang.

Tentang perempuan yang boleh dan yang tidak boleh dipinang disebutkan dalam pasal Pasal 12 Peminangan dapat dilakukan terhadap seotrangwanita yang masih perawan atau terhadap janda yang telah habis masa iddahya. Wanita yang ditalak suami yang masih berada dalam masa iddah rajiah, haram dan dilarang untuk dipinang. Dilarang juga meminang seorang wanita yang sedang dipinang pria lain, selama pinangan pria tersebut belum putus atau belaum ada penolakan dan pihak wanita. Putusnya pinangan untuk pria, karena adanya pernyataan tentang putusnya hubungan pinangan atau secara diam-diam. Pria yang meminang telah menjauhi dan meninggalkan wanita yang dipinang.

Melihat Wanita Yang Dipinang Para ulama sepakat bahwa laki-laki yang hendak menikahi seorang wanita, diperbolehkan melihat wanita tersebut. Di antara dalilnya adalah hadits Rasulullah Saw yang artinya:"Abu Hurairah berkata:"Ketika saya berada di samping Rasulullah saw, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang menghabarkan bahwa ia akan menikahi seorang wanita dari golongan Anshar. Rasulullah saw bersabda kepadanya: "Apakah kamu telah melihat wanita tersebut?" Laki- laki itu menjawab: "Tidak", Rasulullah bersabda: "Pergilah dan lihatlah terlebih dahulu karena pada penglihatan-penglihatan orang Anshar itu ada sesuatu(HR. Muslim dan Nasa'i). Juga hadits yang lain yang artinya: Jabir berkata, bahwasannya ia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Apabila seseorang melamar seorang wanita lalu ia dapat melihat sebagian yang dapat menariknya dari wanita itu, maka lakukanlah" (HR. Abu Dawud).

Tujuan Pinangan (khitbah) 1. Memudahkan jalan perkenalan antara peminang dengan yang dipinang serta keluarga kedua belah pihak. Untuk menumbuhkan rasa kasih saying (mawaddah) selama masa pinangan, setiap salah satu dari salah satu pihak akan memanfaatkan momen ini secara maksimal dan penuh kehati-hatian dalam mengenal pihak yang lain, berusaha untuk menghargai dan berinteraksi dengannya. 2. Ketentraman jiwa, karena sudah merasa cocok dengan masing-masing calon pasangannya, maka memunginkan bagi keduanya merasa tentram dan yakin dengan calon pasangan hidupnya 4