bab iii tradisi minjam gadis pra nikah a. pengertian
TRANSCRIPT
35
35
BAB III
TRADISI MINJAM GADIS PRA NIKAH
A. Pengertian Tradisi Minjam Gadis Minjam Pra Nikah
Secara definisi istilah “tradisi” dipahami sebagai segala sesuatu yang
turun-temurun dari nenek moyang.1 Tradisi dalam kamus Antropologi sama
dengan adata istiadat yakni kebiasaan yang bersifat magis, religius dari kehidupan
suatu penduduk asli yang meliputi nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan
aturan-aturan yang saling berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem atau
peraturan yang sudah mantap serta mencakip segala konsepsi sistem budaya dari
suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam
kehidupan sosial.2 Sedangkan dalam kamus sosiologi diartikan sebagai
kepercayaan dengan cara turun-temurun yang dapat dipelihara.3
Tradisi juga dapat dikatakan sebagai suatu kebiasaan yang turun-temurun
dalam sebuah masyarakt, dengan sifatnya yang luas tradisi bisa meliputi segala
kompleks kehidupan, sehingga tidak mudah disisihkan dengan perincian yang
tepat dan pasti, terutama sulit diperlakukan serupa atau mirip, karena tradisi bukan
objek yang mati, melainkan alat yang hidup untuk melayani manusia yang hidup
pula.4
1 W.J.S. Kamus Umum Bahasa, Indonesia, Jakarta, PN Balai Pustaka, 1984, hlm.1088
2 Ariyono dan Aminuddin Siregar, Kamus Antropologi, Jakarta, Akademikak Pressindo,
1985, hm.4 3 Soekanto, Kamus Sosiologi, Jakarta, PT Raja Gravindo Persada, 1993, hlm.459
4 Rendra, Mempertimbangkan Tradisi, Jakarta, PT Gramedia, 1983, hlm.3
36
35
Tradisi Islam merupakan hasil dari proses dinamika perkembangan agama
tersebut dalam ikut serta mengatur pemeluknya dan dalam melakukan kehidupan
sehari-hari. Tradisi Islam lebih dominan mengarah pada peraturan yang sangat
ringan terhadap pemeluknya dan selalu tidak memaksa terhadap ketidakmampuan
pemeluknya. Beda halnya dengan tradisi lokal yang awalnya bukan berasal dari
Islam walaupun pada tarafnya perjalanan mengalami asimilasi dengan Islam itu
sendiri.
Menurut Hanafi, tradisi lahir dan dipengaruhi oleh masyarakat, kemudian
masyarakat muncul dan dipengaruhi oleh tradisi. Tradisi pada mulanya
merupakan musabab, namun akhirnya menjadi konklusi dan premis, isi dan
bentuk, efek dan aksi pengaruh dan mempengaruhi.5 Dalam memahami tradisi ini
tentu kita mungkin banyak melihat betapa banyaknya tradisi yang dikemas dengan
nuansa islami yang memberikan kesusahan dan tekanan terhadap masyarakat,
walaupun masyarakat saat sekarang sudah tidak sadar akan tekanan yang telah
diberlakukan tradisi tersebut. Namun tidak bisa dipungkiri tradisi sebenarnya juga
memberikan manfaat yang bagus demi berlangsungnya tatanan dan nilai ritual
yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Tradisi yang telah membudaya akan menjadi sumber dalam berakhlak dan
budi pekerti seseorang manusia daam perbuat akan melihat realitas yang ada di
lingkungan sekitar sebagai upaya dari sebuah adaptasi walaupun sebenarnya orang
tersebut telah mempunyai motivasi berperilaku pada diri sendiri.6 Menurut
5 Hasan Hanafi, Oposisi Pasca Tradisi, Yogyakarta, Sarikat, 2003, hlm.2
6 Bey Arifin, Hidup Setelah Mati, Jakarta, PT Dunia Pustaka, 1984, hlm.80
37
35
Nurcholish Majid kebudayaan bahwa termasuk kebudayaan Islam, tidak mungkin
berkembang tanpa adanya tradisi yang kokoh dan mantap, serta memberi ruang
yang luas sehingga pembaharuan pemikiran. Kebudayaan itu berkembang dalam
masyarakatnya terbentuk sebagai dampak dari kehadiran agama Hindu, Budha
dan Islam. Tradisi sebenarnya itu merupakan hasil ittihad dari para ulama,
cendikiawan, budayawan dan sekalian orang-orang Islam yang termasuk ke dalam
ulil albab.7
Dalam hukum Islam tradisi dikenal dengan kata urf yaitu secara etimologi
berarti sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat, al-urf (adat
istiadat) yaitu sesuatu yang sudah diyakini mayoritas orang, baik berupa ucapan
atau perbuatan yang sudah berulang-ulang sehingga tertanam dalam jiwa dan
diterima oleh akal mereka.8 Secara terminologi menurut Abdul Karim Zaidan,
Istilah urf berarti sesuatu yang tidak asing lagi bagi satu masyarakat karena telah
menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan
atau perkataan.9 Menurut ulama usuliyyin urf adalah apa yang bisa dimengerti
oleh manusia (sekelompok manusia) dan mereka jalankan, baik berupa perbuatan
atau perkataan, atau meninggalkan.10
Al-urf adalah apa yang dikenal oleh manusia
dan menjadi tradisinya baik ucapan, perbuatan atau pantangan-pantangan dan
7 Ahmad Syafie Ma’rif, Menembus Batas Tradisi Menuju Masa Depan Yang
Membebaskan Refleksi Atas Pemikiran Nurcholish Majid, Jakarta, Buku Kompas, 2006, hlm.99 8 Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasryi, Jakarta, Grafindo Persada, 2009, hlm.90
9 Satria Efendi, dkk, Ushul Fiqh, Surabaya, CV Smart, 2008, hlm.153
10 Masykur Anhari, Ushul Fiqh, Surabaya, CV Smart, 2008, hlm.110
38
35
disebut juga adat, menurut istilah ahli syara’, tidak ada perbedaan antara al-urf
dan adat istiadat.11
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Adat harus terbentuk dari sebuah perbuatan yang sering dilakukan orang
banyak (masyarakat) dengan berbagai latar belakang dan golongan secara
terus-menerus, dan dengan kebiasaan ini, ia menjadi sebuah tradisi dan
diterima oleh akal pikiran mereka. Dengan kata lain, kebiasaan tersebut
merupakan adat kolektif dan lebih khusus dari hanya sekedar adat biasa
karena adat dapat berupa adat individu dan adat kolektif.
2. Adat berbeda dengan ijma’, adat kebiasaan lahir dari sebuah kebiasaan
yang sering dilakukan oleh orang yang terdiri dari berbagai status social,
sedangkan ijma’ harus lahir dari kesepakatan para ulama mujtahid secara
khusus dan bukan orang awam, dikarenakan adat istiadat berbeda dengna
ijma, maka legalitas adat terbatas pada orang-orang yang memang sudah
terbiasa dengan hal itu dan tidak menyebar kepada orang lain yang tidak
pernah melakukan hal tersebut, baik yang hidup satu zaman dengan
mereka atau tidak, adapun ijma menjadi hujjah kepada semua orang
dengan berbagai golongan yang ada pada zaman itu atau sesudahnya
sampai hari ini.
11
Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah Hukum Islam Ilmu Ushulul Fiqh, Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 1993, hlm.133
39
35
3. Adat terbagi menjadi dua kategori, ucapan dan perbuatan, adat berupa
ucapan misalnya adalah penggunaan kata walad hanya untuk anak laki-
laki, padahal secara bahasa mencakup anak laki-laki dan perempuan dan
inilah bahasa yang digunakan al-Qur’an, Allah mensyari’atkan bagimu
tentang anak-anakmu, yaitu “Bagian seorang anak lelaki sama dengan
bagian dua orang anak perempuan” (QS. an-Nisa’:11), sedangkan adat
berupa perbuatan adalah setiap perbuatan yang sudah biasa dilakukan
Porang, seperti dalam hal jual beli, mereka cukup dengan cara mu’athah
(mendapat dan memberi) tanpa ada ucapan, juga kebiasaan orang
mendahulukan sebagaian mahar dan menunda sisanya sampai waktu yang
disepakati.12
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi sama halnya dengan
adat istiadat yang berlaku yaitu adat adalah aturan (perbuatan dan sebagainya)
yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala. Sehingga adat ini atau tradisi
masih berlaku sampai hari ini dan mengikat masyarakat untuk melaksanakannya
jika tidak melaksankannya maka kualat atau laknat akan menimpanya. Sedangkan
budaya adalah hasil cipta manusia dengan kekuatan jiwa dan raganya yang
menyatakan diri dalam berbagai kehidupan dan penghidupan manusia sebagai
jawaban atas segala tantangan, tuntutan dan dorongan dari interen manusia,
menuju arah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan manusia.
Sedangkan minjam, dalam masyarakat desa Tanjung Bali memiliki
pengertian tersendiri yakni proses peminangan, dimana proses meminang ini
12
Rasyad, Tarikh Tasryi, hlm.168
40
35
berbeda dengan proses lamaran pada umumnya, dalam masyarakat desa Tanjung
Bali apabila ada seorang pria yang ingin meminang wanita, maka ia harus datang
kerumah pihak wanita dengan membawa beberapa orang pria dan wanita yang
sudah berkeluarga (sudah dianggap tua) dengan dibawa oleh juru bicara, setelah
sampai di rumah pihak wanita (calon pengantin wanita) para rombongan tersebut
diterima oleh penerima tamu yang terdiri dari anggota kerabat wanita. Serta
membawa “pintean” (barang atau harta yang diminta oleh calon mempelai
wanita), Setelah acara melamar selesai, maka adanya adat meminjam gadis pra
nikah, yakni calon mempelai wanita dibawa ke tempat calon mempelai pria tanpa
ditemani mahramnya, kemudian tinggal di sana selama kurang lebih satu minggu
atau tergantung kesepakatan pihak pria.13
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi minjam
gadis pra nikah ini sudah sejak lama ada di masyarakat Desa Tanjung Bali dan ini
merupakan warisan nenek moyang mereka secara turun-temurun, adapun yang
dimaksud minjam gadis pra nikah yaitu calon mempelai wanita dibawa ke tempat
calon mempelai pria tanpa ditemani mahramnya, kemudian tinggal di sana selama
kurang lebih satu minggu atau tergantung kesepakatan pihak pria, dengan tujuan
untuk mempererat hubungan dengan calon keluarga pihak laki-laki.
B. Sejarah Tradisi Minjam Gadis Minjam Pra Nikah
Adat dapat dipahami sebagai tradisi lokal yang mengatur interaksi
masyarakat. Dalam ensiklopedi disebutkan bahwa adat adalah “kebiasaan” atau
13
Wawancara, Bapak Subroto, Ketua Adat Desa Tanjung Bali, Tanggal 29 Maret 2018.
41
35
“tradisi” masyarakat yang telah dilakukan berulang kali secara turun-temurun.
Kata “adat” di sini lazim dipakai tanpa membedakan mana yang mempunyai
sanksi seperti “hukum adat” dan mana yang tidak mempunyai sanksi seperti
disebut adat saja.14
Dalam masyarakat tradisional pola kehidupan biasanya diatur oleh norma-
norma yang berlaku sejak zaman nenek moyang serta dengan sendirinya berlaku
secara turun-temurun, tradisi yang telah berlaku di dalam masyarakat menjadi
sangat mapan sehingga dapat memperkuat keseimbangan hubungan-hubungan
sosial yang dapat menimbulkan rasa aman dan ketentraman dengan segala sesuatu
kepastian yang dihadapi oleh setiap anggota masyarakat.
Kepatuhan terhadap tradisi juga terjadi di kalangan pemuda dan gadis-
gadis dari golongan masyarakat kebanyakan mereka selalu mengikuti apa yang
telah menjadi ketetapan dari tradisi yang berlangsung sejak lama, apabila mereka
melanggar tradisi tersebut berarti mereka melanggar peraturan dan mereka harus
mendapatkan balasan yang setimpal dengan apa yang telah mereka langgar itu.
Begitu juga dengan tradisi melamar yang ada di Desa Tanjung Bali,
Tradisi minjam gadis pra nikah ini berasal dari Desa Pinggap Pengaturan, yang di
bawakan oleh orang-orang yang terdahulu, yang berpindah dari Desa Pinggap
Pengaturan ke Desa Tanjung Bali, jadi sangat jelas bahwa tradisi minjam ini
berasal dari Desa Pinggap Pengaturan dan tradisi ini melekat pada masyarakat
Desa Tanjung Bali sampai sekarang. Sebenarnya tradisi minjam ini juga ada di
14
Ensiklopedia Islam, Jilid I, Cet.3, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoven, 1999, hlm.21
42
35
Desa Pinggap Pengaturan, tetapi lama-kelamaan seiring berjalannya waktu tradisi
ini ditinggalkan oleh masyarakat dan menghilang.
masyarakat Tanjung Bali tetap patuh dan menjalankan tradisi tersebut.
Adapun tradisi melamar atau meminang di Desa Tanjung Bali mereka
menyebutnya dengan istilah minjam. Secara umum istilah minjam dalam tradisi
masyarakat Desa Tanjung Bali adalah dimulai dengan acara lamaran dengan
berkumpulnya ke dua belah pihak (pihak laki-laki dan pihak perempuan) di rumah
perempuan dengan maksud kedatangan pihak laki-laki untuk melamar atau
meminang perempuan tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan meminjamkan
calon mempelai perempuan oleh calon mempelai laki-laki selama sekitar satu
minggu atau lebih (tergantung kesepakatan kedua belah pihak) dan akan
dikembalikan setelah proses minjam tersebut selesai. Selain dari istilah minjam,
dalam tradisi masyarakat Desa Tanjung Bali, ada juga istilah ngantatke gades
yang bermakna ngantatke artinya menghantarkan, sedangkan gades bermakna
mempelai perempuan. Jadi ngantatke gades adalah menghantarkan calon
mempelai perempuan kerumah calon mempelai laki-laki, setelah mendapatkan
izin dari orang tua perempuan dan pemerintah setempat. Kemudian ada juga
istilah lain dalam tradisi minjam yaitu ngantatke pinte’an yang berarti
menghantarkan barang-barang atau harta yang diminta oleh pihak mempelai
perempuan.15
Tradisi minjam yang terjadi yang terjadi di Desa Tanjung Bali mempunyai
sejarah dan latar belakang menurut. Menurut Bapak Subroto, sejarah timbulnya
15
Wawancara Bapak Indra, Kades Desa Tanjung Bali, tanggal 19 Januari, 2019
43
35
tradisi minjam adalah diperkirakan sekitar tahun 1960-an yang pada waktu itu
penduduk Desa Tanjung Bali sudah mulai banyak, namun mereka belum begitu
memahami ajaran agama Islam termasuk yang berkaitan dengan lamaran atau
meminang. Dalam proses lamaran pada masa itu masyarakat desa Tanjung Bali
sering terjadi tumpang tindih dalam melamar perempuan, maksudnya adalah
perempuan yang sudah dilamar oleh seorang pemuda kemudian dilamar lagi oleh
pemuda lain sehingga terjadinya keributan di kedua belah pihak. Untuk
mengatasi masalah tersebut, maka setelah acara melamar selesai perempuan
langsung (dibawa) dipinjam ke rumah mempelai laki-laki yang melamarnya dan
disaksikan oleh tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemerintah setempat.16
Sedangkan menurut penuturan Bapak Lepen, walaupun di antara kedua
calon mempelai dalam satu rumah, tetapi mereka menjaga perasaan masing-
masing karena mereka sangat malu untuk bertemu. Kemudian pada saat calon
mempelai perempuan dipinjam, perempuan tersebut tidak sendirian tetapi
ditemani adik perempuannya atau teman akrabnya sampai acara pengembalian
calon mempelai perempuan nanti.17
Namun pada kenyataan sekarang, calon mempelai perempuan setelah
diantar ke rumah calon mempelai laki-laki ditinggal sendirian di rumah calon
mempelai laki-laki tanpa ditemani adik atau teman dekatnya. Dengan kata lain
calon mempelai laki-laki dan perempuan tetap bertemu dan berkumpul dalam satu
rumah, selama proses minjam tersebut berlangsung.
16
Wawancara Bapak Subroto, Tokoh Adat, Desa Tanjung Bali, tanggal 19 Januari, 2019 17
Wawancara Bapak Lepen, Tokoh Agama, Desa Tanjung Bali, tanggal 19 Januari, 2019
44
35
Sedangkan menurut Bapak In, ia menambahkan, sedikit susah untuk
mengajak masyarakat meninggalkan tradisi ini karena sudah mendarah daging
bagi masyarakat dan sudah sangat lama diturunkan oleh nenek moyang mereka,
sehingga sangat sulit untuk ditinggalkan, kecuali saat sang calon mempelai
perempuan berada di rumah calon mempelai laki-laki hendaknya dijaga dengan
baik dalam segala hal.
Tradisi minjam ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengenalkan
perempuan tersebut kepada pihak keluarga laki-laki dan juga masyarakat di
sekitarnya, bahwa wanita tersebut sudah dilamar, sehingga tidak ada laki-laki lain
yang akan menggodanya. Selain itu memberikan pendidikan pra nikah agar
nantinya setelah menikah, pasangan tersebut tidak merasa canggung untuk
melaksanakan aktifitasnya sehari-hari di rumah mertuanya.18
Berdasarkan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa tradisi minjam
dalam masyarakat Desa Tanjung Bali mulai ada setelah masuknya agama Islam ke
desa tersebut, dengan kata lain bahwa adanya tradisi minjam ini berasal dari
agama Islam kemudian ditambah dengan pemikiran tokoh adat dan tokoh agama
pada zaman dahulu yang mengambil tata cara melamar dalam Islam namun
ditambah oleh mereka, penambahan ini dikarenakan sering terjadinya tumpang
tindah dalam lamaran terhadap perempuan yang sudah dilamar. Walaupun kondisi
dan pergaulan generasi muda sekarang berbeda degan zaman dahulu, namun
sekarang tradisi tersebut tetap dilestarikan karena sudah mengakar di masyarakat
18
Wawancara, Rogaya, Orang Tertua Sekaligus Sesepuh Desa Tanjung Bali, Tanggal 18
Januari, 2019
45
35
dan juga mereka beralasan bahwa tradisi tersebut mempunyai tujuan sebagai
pemberitahuan kepada masyarakat luas dan pelajaran pra nikah bagi calon
mempelai perempuan.
Selain hal di atas, ada beberapa faktor lain menyebabkan tradisi tersebut
tetap dipakai dan eksis sampai sekarang di antaranya yaitu: kurangnya
pemahaman ajaran agama bagi masyarakat Desa Tanjung Bali dan rendahnya
tingkat pendidikan masyarakat Desa Tanjung Bali terutama tingkat perguruan
tinggi. Dengan kurangnya pemahaman agama dan rendahnya tingkat pendidikan
sehingga menyebabkan mereka susah membedakan mana tradisi dan mana ajaran
agama. Kemudian juga mata pencaharian masyarakat Desa Tanjung Bali yang
mayoritas petani sehingga keseharian mereka lebih banyak di kebun, dan jarang
berinteraksi dengan daerah lain. Selain itu jauhnya jarak desa dengan Kecamatan
Batang Hari Leko, yang menyebabkan kurangmya perhatian pemerintah
(Departemen Agama) untuk mensosialisasikan ajaran agama.
Selain itu, tradisi minjam ini berlaku bagi masyarakat Desa Tanjung Bali
yang menikah sesama warganya dan juga berlaku bagi masyarakat di luar Desa
Tanjung Bali, seandainya salah satu pihak laki-laki yang ingin meminang calon
mempelai wanita dari daerah lain, maka tradisi minjam ini diperbolehkan akan
tetapi tergantung dengan kesepakatan bersama antara kedua belah pihak (pihak
laki-laki dan perempuan).
C. Pelaksanaan Tradisi Minjam Gadis Pra Nikah Pada Masyarakat Desa
Tanjung Bali
46
35
1. Proses Pencarian Jodoh dalam Masyarakat Desa Tanjung Bali
Proses pencarian jodoh yang terjadi pada masyarakat Desa Tanjung Bali
melalui proses yang sangat panjang, untuk kalangan menengah ke atas yang
mempunyai anak laki-laki dan perempuan seorang diri (anak tunggal) biasanya
orang tua lebih berpengaruh dalam menentukan pasangan hidup anaknya, karena
mereka takut anaknya nanti mendapatkan jodoh yang tidak sepadan
(sekufu/setara), baik dari segi ekonomi, pendidikan, maupun kedudukan harus
sepadan dengan keluarganya.
Dari hasil wawancara dengan Bapak Subroto, ia mengatakan bahwa
kehormatan seorang bujang dan seorang gadis yang sudah sepakat untuk berumah
tangga, diperlukan proses yang sangat panjang dan lama dan juga harus dilalui
oleh kedua belah pihak baik dipihak keluarga perempuan maupun keluarga laki-
laki. Seperti dilakukannya penyelidikan terhadap perempuan untuk melihat
keturunan dari keluarga nya apakah benar dari keturunan baik-baik atau
sebaliknya.19
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Sinar Si, bagi orang tua juga
ingin mengetahui apakah calon menantu mereka nantinya mempunyai kepribadian
yang baik budi pekertinya, serta kelakuannya apakah baik akhlaknya atau tidak.
Jika kedua orang tua kedua belah pihak serta si bujang dan si gadis mengetahui
keadaan keluarga mereka masing-masing, keduanya memiliki kecocokan dan
19
Wawancara, Bapak Subroto, Tokoh Adat Desa Tanjung Bali, Tanggal 19 Januari 2019.
47
35
kesederajatan maka keduanya akan mendapatkan do’a dan restu dari kedua orang
tua mereka untuk melangsungkan pernikahan.
Kemudian ia menambahkan apabila kedua orang tua belah pihak serta si
bujang dan si gadis itu sendiri melihat latar belakang keluarganya tidak baik dan
tidak cocok atau tidak jelas akan asal usul keluarganya biasanya hubungan mereka
hanya sebatas pertemanan saja atau berganti menjadi ikatan silaturrahmi sebagai
keluarga.20
Namun secara umum proses pencarian jodoh dalam masyarakat Desa
Tanjung Bali, hampir sama dengan daerah di Sumatera Selatan lainnya, misalnya
seorang bujang dan gadis yang mempunyai keinginan untuk menikah ada dua cara
yang biasa mereka pilih, yang pertama disebut rasan anak dituakan, yang kedua
disebut dengan rasan tue. Rasan anak dituakan adalah keinginan (perasaan) sang
anak yang dibawa ke hadapan orang tua, sedangkan rasan tueu adalah kesepakatan
rasa diantara orang tua kedua belah pihak.
Proses rasan anak dituakan yaitu kesepakatan kedua anak muda yang
diharapkan untuk dilanjutkan melalui orang tua, biasanya ini diawali dengan
pertemuan muda-mudi dalam acara pernikahan atau acara tradisi di desa Tanjung
Bali tersebut, misalnya dalam acara pembentukan panitia perkawinan, acara
lamaran, di sini mereka bisa untuk saling bertemu sambil bergurau dan saling
kenal. Dari pertemuan itu menimbulkan rasa suka di antara keduanya sehingga
20
Wawancara, Ibu Sinar Si, Tokoh Masyarakat Desa Tanjung Bali, Tanggal 19 Januari
2019.
48
35
mereka semakin akrab dan akhirnya Bekule21
, jika keduanya sudah bekule, setiap
malam minggu mereka bertemu dirumah perempuan sambil bercenda gurau
dengan keluarga pihak perempuan. Proses ini biasanya sampai burbulan-bula
bahkan bertahun-tahun. Kalau kedua belah pihak setuju sudah meresa cocok baru
diadakannya lamaran melalui orang tua masing-masing untuk menuju ke
pernikahan.
Kemudian pencarian jodoh pada “rasan tua”, hal ini biasanya dilakukan
oleh bujang atau gadis yang secara usia sudah dewasa atau juga pemuda yang
kurang bergaul. Prosesnya sangat rumit, mula-mula orang tua atau kerabat
dekatnya menanyakan apakah sudah siap untuk menikah, kemudian pihak laki-
laki atau pihak perempuan melakukan “penyelidikan” yang dikerjakan oleh orang
tua yang sudah berpengalaman. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas anak
gadis atau bujang yang akan menikah. Pencarian jodoh dengan cara ini kurang
diminati oleh anak muda Desa Tanjung Bali, mereka merasa sangat malu karena
dijodohkan oleh kedua orang tua dan dianggap tidak bisa mencari jodoh sendiri
atau tidak laku, sehingga jika mereka tidak laku sering ada sebutan gadis tue dan
bujang tue.22
Setelah kedua orang tua masing-masing sudah saling mengetahui, barulah
si laki-laki ditemani keluarganya untuk mendatangi orang tua perempuan dengan
membawa barang-barang makanan seperti gendum, gula, kopi, roti, susu kaleng
dan buah-buahan sebagai tanda penghormatan terhadap calon mertua dan
21
Bekule adalah Bahasa Desa Tanjung Bali yang mempunyai arti berpacaran. 22
Wawancara Bapak Subroto, Tokoh Adat Desa Tanjung Bali, tanggal 19 januari 2019.
49
35
sekaligus minta izin untuk mengungkapkan maksud bahwa mereka selama ini
sudah saling mengenal satu sama lain dan kemudian menyampaikan bahwa sekitar
beberapa hari lagi orang tuanya akan datang untuk mengetahui dan memastikan
bahwa ia memang sungguh-sungguh ingin menikahi perempuan tersebut. Tahapan
ini dalam masyarakat Desa Tanjung Bali disebut Merasan.
Apabila selesai merasan dilaksanakan, kemudian orang tua laki-laki
tersebut datang kerumah pihak keluarga perempuan, dengan ditemani kerabat
dekatnya, untuk menindaklanjuti dair perkataan anak laki-lakinya terhadap orang
tua perempuan yang akan dilamar. Dalam hal ini membahasa seputar keinginan
anak mereka yang sudah mempunyai niat untuk berumah tangga. Jika orang tua
perempuan menyetujui bahwa anaknya akan dilamar, barulah mereka menentukan
kapan acara minjam dilaksanakan dan juga membahas beberapa Pintean23
, seperti
wajik, bolu, dodol, agar, karma masak, karma matah.24
2. Tahapan-tahapan dalam tradisi Minjam
a. Tahapan Pra Minjam
1) Persiapan
Dalam acara persiapan ini, apabila maksud kedatangan pihak
keluarga laki-laki disetujui maksud dan kehendak mereka, maka akan
diadakanlah persiapan dari pihak laki-laki. Menurut Ibu Ris, biasanya
terlebih dahulu pihak keluarga laki-laki satu hari sebelum acara
23
Pintean adalah permintaan dari pihak perempuan baik berupa kue, bolu dan lain-lain. 24
Karma Masak adalah barang-barang makanan yang sudah dimasak seperti kue, bolu,
agar, wajik dll, sedangkan Karma Matah adalah barang-barang makanan mentah seperti telur,
beras, minyak dan lain-lain.
50
35
Minjam, mereka memepersiapkan semua keperluan mulai dari masak-
masak seperti bolu, wajik, dodol, lauk pauk, serta mempersiapakn
pentean, dari keluarga pihak perempuan, serta mengundang sanak
dulur dan tetangga dekat rumah.
Selain dari permintaan di atas, pihak keluarga laki-laki juga
memasak nasi dan lauk pauk untuk dibawa ke rumah calon mempelai
perempuan yang nantinya akan mereka makan bersama-sama. Begitu
juga dengan keluarga pihak keluarga perempuan mengadakan masak-
masak untuk menyambut kedatangna pihak laki-laki. Proses ini
memakan biaya sekitar Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah)25
2) Hari Pelaksanaan
Menurut Ibu Yanti, hari pelaksanaan dilakukan pada hari atau
jadwal yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak, biasanya
dilakukan pada hari-hari libur (Minggu), karena pada hari
sebelumnya, masyarakat Tanjung Bali sudah menjual hasil karetnya
untuk keperluan biaya tersebut. Serta semua sanak keluarga dapat
menghadiri acara keluarga serta bersama-sama dalam berbagai
kegembiraan telah mendapatkan seorang caln menantu, dan dapat
mengenalkannya kepada seluruh sanak keluarga, biasanya juga untuk
terkait pelaksanaan tradisi minjam ini ada dua yaitu minjam balek ari
(pihak keluarga laki-laki meminjam calon mempelai perempuan
sampai malam, kemudian malam harinya calon mempelai perempuan
25
Wawancara Bapak Subroto, Tokoh Adat Desa Tanjung Bali, Tanggal 18 Januari 2019.
51
35
pulang kerumahnya), minjam (pihak keluarga laki-laki meminjam
calon mempelai perempuan untuk tinggal dirumah pihak laki-laki
selama kurang lebih 14 hari atau tergantung kesepakatan). Tradisi
minjam ini biasanya dilakukan 1 bulan setelah merasan.26
3) Waktu Pelaksanaan dan Jalannya Tradisi
Waktu pelaksanaan acara tradisi minjam calon mempelai
perempuan oleh calon mempelai laki-laki biasanya dilakukan setelah
sholat dzuhur, atau berkisar jam 13:00 siang. Sebelum waktu sholat
dzuhur seluruh pihak keluarga mempelai laki-laki bersiap-siap untuk
berangkat ke rumah mempelai perempuan, tidak lupa diundang
parangkat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemangku
adat. Mereka berkumpul di rumah calon mempelai laki-laki untuk
berangkat bersama-sama ke tempat calon mempelai perempuan.
Setelah berkumpul mereka dijamu dan disambut dengan makanan
seadanya berupa kue, air teh, kopi sambil membahas dan menentukan
siapa yang akan menjadi juru bicara perwakilan dari pihak laki-laki.
Sedangkan pihak keluarga calon mempelai perempuan juga sudah
menunggu di rumahnya untuk menyambut kedatangan calon
mempelai laki-laki beserta rombongan keluarganya.
Sesampai mereka di rumah calon mempelai perempuan maka pihak
keluarga perempuan mempersilakan pihak laki-laki untuk memasuki
26
Wawancara Ibu Yanti, Tokoh Masyarakat Desa Tanjung Bali, Tanggal 19 Januari
2019.
52
35
rumah dan tempat yang telah disediakan dengan menikmati beberapa
makanan yang telah disiapkan oleh pihak keluarga mempelai
perempuan. Sedangkan permintaan berupa, wajik, karma matah,
karma masak27
, dodol, rantang dan nasi yang telah disiapkan dan
dikumpulkan menjadi satu ditengah ruangan. Ada juga sebagian
masyarakat Desa Tanjung Bali yang secara ekonomi dan status
sosialnya menengah ke atas, biasanya memberikan permintaan kepada
perempuan sebelum acara minjam atau 3 hari sebelum acara minjam,
agar pada saat siang harinya tidak menganggu acara tersebut.28
Sedangkan mengenai posisi duduk calon mempelai laki-laki yang
penulis ketahui dari hasil observasi, yaitu ia duduk dibagian penting
yaitu paling depan rombongan diapit oleh kedua orang tuanya,
biasanya di sebelah kanannya bapak mempelai laki-laki dan di sebelah
kirinya Ibu mempelai laki-laki, sedangkan di depannya terdapat benda
permintaan pihak mempelai perempuan, serta dibelakangnya pihak
keluarga yang ikut membantu mengantarka pintaan tesebut.
Acara jalannya tradisi ini dipimpin oleh seorang moderator, di sini
yang bertugas sebagai moderator adalah pemangku adat dengan
susunan acara:
Pembukaan
27
Karma Matah adalah barang-barang makanan mentah seperti telur, beras, minyak dan
lain-lain. Sedangkan Karma Masak adalah barang-barang makanan yang sudah dimasak seperti
kue, bolu, agar, wajik dan lain-lain, 28
Wawancara Ibu Rogaya, Tokoh Adat Desa Tanjung Bali, tanggal 19 januari 2019.
53
35
Kata sambutan yang disampaikan oleh perwakilan kedua keluarga
secara bergantian, sekaligus penyerahan pintean pihak perempuan
Nasehat-nasehat pra nikah
Do’a
Makan bersama
Setelah acara dibuka oleh moderator, kemudian moderator
memberikan kesempatan baik pihak laki-laki maupun dari pihak
perempuan untuk menyatakan maksud dan tujuan kedatangannya.
Biasanya perwakilan dari pihak laki-laki mulai membuka
pembicaraan tersebut dilakukan oleh perwakilan yang telah
ditunjuk oleh pihak laki-laki. Adapun isi pembicaraan tersebut
ialah menanyakan maksud dan tujuan atas permintaan dari pihak
calon mempelai laki-laki dengan disertai pula penyerahan segala
permintaan dari pihak perempuan baik berupa wajik, bolu, agar,
karma matah, karma masak dan lain-lain.
Setelah perwakilan dari pihak calon mempelai laki-laki itu
selesai bicara, maka perwakilan dari pihak perempuan langsung
menjawab dan menerima segala pemberian dari pihak laki-laki.
Adapun isi perbincangan tersebut biasanya ialah “melalui
penyerahan antar-antaran ini maka kami datang memberikan
kepastian atas nama calon mempelai laki-laki bahwa ia telah
sanggup dan siap utuk melaksanakan pernikahan”. Kemudian
perwakilan dari pihak perempuan menyambut perkataan tersebut
54
35
sambil memberikan pertanyaan kepada kedua calon mempelai
apakah sudah siap untuk menikah dan apakah memang keinginan
mereka berdua tanpa adanya paksaan, dan kedua calon mempelai
tersebut menjawab “ya”
Setelah kedua pasangan calon mempelai selesai ditanya,
selanjutnya perwakilan dari pihak laki-laki bertanya lagi kepada
orang tua perempuan bahwa apakah mereka mengizinkan anaknya
untuk dipinjam selama 14 hari, biasanya orang tua perempuan
menjawab ya. Setelah acara penyerahan dan tanya jawab selesai
kemudian diberikan sedikit nasehat, setelah selesai dinasehati
kemudian acara terakhir yaitu membaca doa, biasanya dipimpin
oleh tokoh agama, setelah do’a barulah dilanjutkan dengan acara
makan bersama.
b. Tahapan Minjam
Pada tahapan ini dilakukan setelah prosesi lamaran selesai,
undangan dan kedua orang tua calon pengantin siap-siap berangkat ke
rumah pihak laki-laki, untuk mengantar calon mempelai perempuan.
Biasanya mengantar calon mempelai perempuan yang dipinjam dilakukan
pada siang hari sesudah acara lamaran selesai, perempuan tersebut
membawa pakaian secukupnya, sesuai dengan berapa lama ia dipinjam
dirumah pihak laki-laki.
Calon mempelai perempuan yang telah dibawa (dipinjam) oleh
keluarga mempelai laki-laki dan seluruh undangan dan orang tua
55
35
perempuan pulang kerumah masing-masing, maka calon mempelai
perempuan tinggal dan satu atap dengan calon mempelai laki-laki. Adapun
mengenai tempat tidur perempuan yang dipinjam, sesuai pengakuan warga
masyarakat setempat, yang sudah mengalami biasanya disediakan kamar
khusus calon pengantin yang sudah disiapkan oleh orang tua laki-laki (ia
sendirian di sana) dan tempat tidur mereka dipisahkan.
Sedangkan kegiatan mempelai perempuan saat berada di rumah
calon mertua hanya menjalankan aktifitas sehari-hari sebagaimana
biasanya hanya saja berbeda tempatnya. Jika biasanya ia melakukan
kegiatan sehari-hari di rumahnya, maka saaat ini ia menjalankan
aktifitasnya di rumah calon suami. Seperti menyapu rumah, memasak, dan
mengerjakan kegiatan rumah tangga lainnya. Kegiatan ini akan ia jalankan
selama peminjaman berlangsung sampai pada saat ia dikembalikan ke
rumahnya nanti.
Selanjutnya mengenai situasi rumah pada saat proses minjam
berlangsung sesuai hasil wawancara penulis dengan pemuka agama desa
Tanjung Bali, ia mengatakan pada malam hari mereka tidur di tempatnya
masing-masing. Sedangkan pada pagi dan siang hari aktifitas orang tua
laki-laki mulai pukul 05:00 WIB mereka berangkat ke kebun dan
pulangnya sore hari pukul 16:30 WIB, sedangkan untuk adik-adik dari
calon laki-laki mereka pergi ke sekolah sampai siang hari baru mereka
pulang. Kemudian berada di rumah hanya calon pengantin laki-laki dan
perempuan saja, tanpa ditemani seorangpun. Ia menambahkan juga bahwa
56
35
kondisi seperti inilah yang memicu terjadinya perbuatan yang dilarang
oleh agama.29
Hal yang sama juga disampaikan oleh pemuda desa, ia mengatakan
seandainya saya dalam posisi seperti itu, besar kemungkinan bisa terjadi
hal-hal yang dilarang oleh agama. Karena sangat sulit sekali bagi pemuda
yang sudah menghitung waktu untuk menikah, ia bisa menahan perbuatan
tersebut.30
Inilah yang terjadi selama bertahun-tahun di Desa Tanjung Bali,
yaitu adanya tradisi minjam gadis pra nikah, selama beberapa hari sesuai
dengan yang ditentukan sampai batas waktu pengembalian nanti.
c. Tahapan Pengembalian Perempuan yang dilamar
Sudah lebih kurang 14 hari perempuan di pinjam, maka tibalah saat
pengembalian, mekanisme pengembalian perempan yang dipinjam tidak
semeriah pada acara minjam. Hanya dilakukan oleh orang tua caln
mempelai laki-laki, dengan diiringi kedua calon mempelai dan beberapa
orang dari kerabat dekat laki-laki. Tidak lupa juga membawa pintean dan
membawa rantang yang berisi wajik, dodol, karma matah dan karma
masak dan lain-lain.
Setelah rombongan sampai dirumah pihak keluarga perempuan,
mereka dipersilahkan untuk masuk dan duduk. Kemudian memulai
29
Wawancara Ibu Ar, Desa Tanjung Bali, tanggal 19 Januari 2019. 30
Wawancara Doni, Penggurus Karang Taruna Desa Tanjung Bali, tanggal 19 Januari
2018
57
35
pembicaraan, dimana pembicaraan dimulai oleh orang tua dari mempelai
pihak laki-laki dengan mengatakan ucapan terima kasih karena telah
disambut dengan sangat hangat dan ramah dan juga ucapan terima kasih
karena anaknya telah dipinjam dan kini telah dikembalikan kepada kedua
orang tuanya, dan juga selanjutnya orang tua pihak mempelai perempuan
juga mengucapkan terima kasih karena telah menerima anaknya dengan
baik dan mendidik anaknya selama di rumah keluarga pihak laki-laki.
Kemudian diakhiri dengan acara makan bersama-sama. Namun acara
pengembalian calon mempelai perempuan ini tidak semeriah seperti
jalannya tradisi minjam, biasanya juga yang mengembalikan seorang
mempelai perempuan ke rumah pihak laki-laki dapat langsung
dipulangkan secara individu (sendiri) tanpa ditemani keluarga.31
31
Wawancara Ibu Ris, Desa Tanjung Bali, tanggal 19 Januari 2019.