pengertian kesehatan dan keselatan kerja

22

Click here to load reader

Upload: widhyatmika-r-saputra

Post on 01-Jul-2015

394 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja

adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan

baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada

umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian

usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para

karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi

keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja

yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,

dan kondisi pekerja .

Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah

merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap

cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi

umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6),

mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam

pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun

bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan

Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga

kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan

kerja adalah:

a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:

1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang

diperhitungkan keamanannya.

2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak

Page 2: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

b) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:

1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan

penerangan.

Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja :

Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat

diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa

keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat

didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat

mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah

keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi

kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau

mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)

Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan

mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu

kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.

Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan

kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-

baiknya selektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

gizi pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

Page 3: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

lingkungan atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang

memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari

bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang

wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan

menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh

dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap

sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah

pada masa yang akan datang.

Bagaimana K3 dalam perspektif hukum? Ada tiga aspek utama hukum K3

yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja, dan kerja nyata. Norma keselamatan

kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang

tidak diduga yang disebabkan oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak

kondusif. Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga

mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah

terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah

pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.Norma

kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan

memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.

K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja,

misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan lain-lain

yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan pernapasan,

kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar ultraviolet,

kanker kulit, kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja berkaitan dengan manajemen

perusahaan. K3 dalam konteks ini berkaitan dengan masalah pengaturan jam kerja,

Page 4: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

shift, kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan jam lembur, analisis dan

pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal-hal tersebut mempunyai korelasi

yang erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja.

Eksistensi K3 sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di

Eropa, terutama Inggris, Jerman dan Prancis serta revolusi industri di Amerika

Serikat. Era ini ditandai adanya pergeseran besar-besaran dalam penggunaan

mesin-mesin produksi menggantikan tenaga kerja manusia. Pekerja hanya berperan

sebagai operator. Penggunaan mesin-mesin menghasilkan barang-barang dalam

jumlah berlipat ganda dibandingkan dengan yang dikerjakan pekerja sebelumnya.

Revolusi IndustriNamun, dampak penggunaan mesin-mesin adalah pengangguran

serta risiko kecelakaan dalam lingkungan kerja. Ini dapat menyebabkan cacat fisik

dan kematian bagi pekerja. Juga dapat menimbulkan kerugian material yang besar

bagi perusahaan. Revolusi industri juga ditandai oleh semakin banyak ditemukan

senyawa-senyawa kimia yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan

fisik dan jiwa pekerja (occupational accident) serta masyarakat dan lingkungan

hidup.

Pada awal revolusi industri, K3 belum menjadi bagian integral dalam

perusahaan. Pada era in kecelakaan kerja hanya dianggap sebagai kecelakaan atau

resiko kerja (personal risk), bukan tanggung jawab perusahaan. Pandangan ini

diperkuat dengan konsep common law defence (CLD) yang terdiri atas contributing

negligence (kontribusi kelalaian), fellow servant rule (ketentuan kepegawaian), dan

risk assumption (asumsi resiko) (Tono, Muhammad: 2002). Kemudian konsep ini

berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab

pengusaha, buruh/pekerja, dan masyarakat umum yang berada di luar lingkungan

kerja.Dalam konteks bangsa Indonesia, kesadaran K3 sebenarnya sudah ada sejak

pemerintahan kolonial Belanda. Misalnya, pada 1908 parlemen Belanda mendesak

Pemerintah Belanda memberlakukan K3 di Hindia Belanda yang ditandai dengan

penerbitan Veiligheids Reglement, Staatsblad No. 406 Tahun 1910. Selanjutnya,

pemerintah kolonial Belanda menerbitkan beberapa produk hukum yang

memberikan perlindungan bagi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur secara

Page 5: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

terpisah berdasarkan masing-masing sektor ekonomi. Beberapa di antaranya yang

menyangkut sektor perhubungan yang mengatur lalu lintas perketaapian seperti

tertuang dalam Algemene Regelen Betreffende de Aanleg en de Exploitate van

Spoor en Tramwegen Bestmend voor Algemene Verkeer in Indonesia (Peraturan

umum tentang pendirian dan perusahaan Kereta Api dan Trem untuk lalu lintas

umum Indonesia) dan Staatblad 1926 No. 334, Schepelingen Ongevallen Regeling

1940 (Ordonansi Kecelakaan Pelaut), Staatsblad 1930 No. 225, Veiligheids

Reglement (Peraturan Keamanan Kerja di Pabrik dan Tempat Kerja), dan

sebagainya. Kepedulian Tinggi Pada awal zaman kemerdekaan, aspek K3 belum

menjadi isu strategis dan menjadi bagian dari masalah kemanusiaan dan keadilan.

Hal ini dapat dipahami karena Pemerintahan Indonesia masih dalam masa transisi

penataan kehidupan politik dan keamanan nasional. Sementara itu, pergerakan

roda ekonomi nasional baru mulai dirintis oleh pemerintah dan swasta nasional.

K3 baru menjadi perhatian utama pada tahun 70-an searah dengan semakin

ramainya investasi modal dan pengadopsian teknologi industri nasional

(manufaktur). Perkembangan tersebut mendorong pemerintah melakukan regulasi

dalam bidang ketenagakerjaan, termasuk pengaturan masalah K3. Hal ini tertuang

dalam UU No. 1 Tahun 1070 tentang Keselamatan Kerja, sedangkan peraturan

perundang-undangan ketenagakerjaan sebelumnya seperti UU Nomor 12 Tahun

1948 tentang Kerja, UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Mengenai Tenaga Kerja tidak menyatakan secara eksplisit konsep K3 yang

dikelompokkan sebagai norma kerja.Setiap tempat kerja atau perusahaan harus

melaksanakan program K3. Tempat kerja dimaksud berdimensi sangat luas

mencakup segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan tanah,

dalam air, di udara maupun di ruang angkasa.

Pengaturan hukum K3 dalam konteks di atas adalah sesuai dengan

sektor/bidang usaha. Misalnya, UU No. 13 Tahun 1992 tentang Perkerataapian, UU

No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), UU No. 15 Tahun

1992 tentang Penerbangan beserta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya.

Selain sekor perhubungan di atas, regulasi yang berkaitan dengan K3 juga dijumpai

Page 6: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

dalam sektor-sektor lain seperti pertambangan, konstruksi, pertanian, industri

manufaktur (pabrik), perikanan, dan lain-lain.Di era globalisasi saat ini,

pembangunan nasional sangat erat dengan perkembangan isu-isu global seperti

hak-hak asasi manusia (HAM), lingkungan hidup, kemiskinan, dan buruh. Persaingan

global tidak hanya sebatas kualitas barang tetapi juga mencakup kualitas pelayanan

dan jasa. Banyak perusahaan multinasional hanya mau berinvestasi di suatu negara

jika negara bersangkutan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan

hidup. Juga kepekaan terhadap kaum pekerja dan masyarakat miskin. Karena itu

bukan mustahil jika ada perusahaan yang peduli terhadap K3, menempatkan ini

pada urutan pertama sebagai syarat investasi.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Perkantoran

PENDAHULUAN

Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu

mengem-bangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan

serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan

kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi.

Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan

tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko

bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan

sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya.

Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505 tenaga

kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal (16%) di

mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang punggung dan

pinggang. Dan dilaporkan juga pada 5.057 perawat wanita di 18 Rumah Sakit

didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan kausal antara pemajanan gas

Page 7: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

anestesi dengan gejala neoropsikologi antara lain berupa mual, kelelahan,

kesemutan, keram pada lengan dan tangan.

Di perkantoran, sebuah studi mengenai bangunan kantor modern di

Singapura dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami gejala Sick

Building Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat lelah 45%, hidung

mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%, tenggorokan kering 43%,

iritasi mata 37%, lemah 31%.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23

mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diseleng-

garakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko

bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa

membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh

produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga

kerja.

HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN PELAKSANAAN K3 PERKANTORAN

Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan

dengan pelaksanaan K3 perkantoran, yang pada dasarnya harus memperhatikan 2

(dua) hal yaitu indoor dan outdoor, yang kalau diurai seperti dibawah ini :

a. Konstruksi gedung beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya

terhadap bahaya kebakaran serta kode pelaksanaannya.

b. jaringan elektrik dan komunikasi.

c. kualitas udara.

d. kualitas pencahayaan.

e. Kebisingan.

f. Display unit (tata ruang dan alat).

g. Hygiene dan sanitasi.

h. Psikososial.

i. Pemeliharaan dan Penggunaan Komputer.

Page 8: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI

Konstruksi gedung :

Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap perencanaan).

Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang membahayakan seperti

asbes dll.

Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya penggunaan

warna yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode khusus untuk objek penting

seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran, tangga, pintu darurat dll. (peta

petunjuk pada setiap ruangan/unit kerja/tempat yang strategis misalnya dekat lift

dll, lampu darurat menuju exit door).

Kualitas Udara :

Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer ruangan.

Kontrol terhadap polusi

a. Pemasangan "Exhaust Fan" (perlindungan terhadap kelembaban udara).

b. Pemasangan stiker, poster "dilarang merokok".

c. Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara

masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan secara

berkala filter AC) minimal setahun sekali, kontrol mikrobiologi serta

distribusi udara untuk pencegahan penyakit "Legionairre Diseases ".

Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor).

Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas yang

menimbulkan debu, bau dll.

Outdoor: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat

kesehatan dan keselamatan, dll.

Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati.

Pemasangan fan di dalam lift.

Kualitas Pencahayaan (penting mengenali jenis cahaya) :

Page 9: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan

untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. (secara

berkala diukur dengan Luxs Meter)

Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll.

Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan

kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).

Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.

Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna

yang digunakan.

Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap tangga.

Jaringan elektrik dan komunikasi (penting agar bahaya dapat dikenali) :

a. Internal

b. Over voltage

c. Hubungan pendek

d. Induksi

e. Arus berlebih

f. Korosif kabel

g. Kebocoran instalasi

h. Campuran gas eksplosif

i. Eksternal

j. Faktor mekanik.

k. Faktor fisik dan kimia.

l. Angin dan pencahayaan (cuaca)

m. Binatang pengerat bisa menyebabkan kerusakan sehingga terjadi hubungan

pendek.

Manusia yang lengah terhadap risiko dan SOP.

n. Bencana alam atau buatan manusia.

Page 10: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

Rekomendasi

Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under voltage.

Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak berlebihan)

hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek dan kelebihan beban.

Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang sesuai

dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja.

Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung.

Kontrol terhadap kebisingan :

a. Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara.

b. Di depan pintu ruang rapat diberi tanda " harap tenang, ada rapat ".

c. Dinding isolator khusus untuk ruang genset.

d. Hak-hal lainnya sudah termasuk dalam perencanaan konstruksi gedung dan

tata ruang.

Display unit (tata ruang dan letak) :

Petunjuk disain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit, luas untuk

perubahan posisi, pemeliharaan dan adaptasi. Konsep disain dan dan letak furniture

(1 orang/2 m²). Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap perencanaan.

Perhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang elektromagnetik. Ergonomik

aspek antara manusia dengan lingkungan kerjanya. Tempat untuk istirahat dan

shalat. Pantry dilengkapi dengan lemari dapur. Ruang tempat penampungan arsip

sementara. Workshop station (bengkel kerja).

Hygiene dan Sanitasi :

Ruang kerja

a. Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang

kerja.

b. Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up grade.

Page 11: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

Toilet/Kamar mandi

a. Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.

b. Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk, larangan

berupa gambar dll.

b. Penyediaan bak sampah yang tertutup.

c. Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.

Kantin

a. Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji (penggunaan tutup kepala,

celemek, sarung tangan dll).

b. Penyediaan air mengalir dan sabun cair.

c. Lantai tetap terpelihara.

d. Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang. Pengolahannya tidak

menggunakan minyak goreng secara berulang.

e. Penyediaan bak sampah yang tertutup.

f. Secara umum di setiap unit kerja dibuat poster yang berhubungan dengan

pemeliharaan kebersihan lingkungan kerja.

Psikososial

a. Petugas keamanan ditiap lantai.

b. Reporting system (komunikasi) ke satuan pengamanan.

c. Mencegah budaya kekerasan ditempat kerja yang disebabkan oleh :

d. Budaya nrimo.

e. Sistem pelaporan macet.

f. Ketakutan melaporkan.

g. Tidak tertarik/cuek dengan lingkungan sekitar.

h. Semua hal diatas dapat diatasi melalui pembinaan mental dan spiritual

secara berkala minimal sebulan sekali.

i. Penegakan disiplin ditempat kerja.

j. Olah raga di tempat kerja, sebelum memulai kerja.

k. Menggalakkan olah raga setiap jumat.

Page 12: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

Pemeliharaan

Melakukan walk through survey tiap bulan/triwulan atau semester, dengan

memperhitungkan risiko berdasarkan faktor-faktor konsekuensi, pajanan dan

kemungkinan terjadinya.

Melakukan corrective action apabila ada hal-hal yang tidak sesuai dengan

ketentuan.

Pelatihan tanggap darurat secara periodik bagi pegawai.

Pelatihan investigasi terhadap kemungkinan bahaya

bom/kebakaran/demostrasi/ bencana alam serta Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan (P3K) bagi satuan pengaman.

Aspek K3 perkantoran (tentang penggunaan komputer)

Pergunakan komputer secara sehat, benar dan nyaman :

Hal-hal yang harus diperhatikan :

a. Memanfaatkan kesepuluh jari.

b. Istirahatkan mata dengan melihat kejauhan setiap 15-20 menit.

c. Istirahat 5-10 menit tiap satu jam kerja.

d. Lakukan peregangan.

e. Sudut lampu 45º.

f. Hindari cahaya yang menyilaukan, cahaya datang harus dari belakang.

g. Sudut pandang 15º, jarak layar dengan mata 30 – 50 cm.

h. Kursi ergonomis (adjusted chair).

i. jarak meja dengan paha 20 cm

j. Senam waktu istirahat.

Rekomendasi

a. Perlu membuat leaflet/poster yang berhubungan dengan penggunaan

komputer disetiap unit kerja.

b. Mengusulkan pada Pusat Promosi Kesehatan untuk membuat poster/leaflet.

Page 13: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

c. komputer yang bebas radiasi (Liquor Crystal Display).

PENUTUP

Dalam pelaksanaan K3 perkantoran perlu memperhatikan 2(dua) hal penting

yakni indoor dan outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung beserta

perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta kode

pelaksanannya maupun terhadap jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas udara,

kualitas pencahayaan, kebisingan, display unit (tata ruang dan alat), hygiene dan

sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain mengenai penggunaan

komputer.

Hal diatas tidak hanya meningkatkan dari sisi kesehatan maupun sisi

keselamatan karyawan/pekerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerjanya.

Harapannya rekomendasi ini dapat dijadikan sebagai acuan ataupun

perbandingan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan K3 khususnya di

perkantoran

HSE

HSE (Health, Safety, Environment,) atau di beberapa perusahaan juga

disebut EHS, ES, SHE, K3LL (Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lindung

Lingkungan) dan SSHE (Security, Safety, Health, Environment). Semua itu adalah

suatu Departemen atau bagian dari Struktur Organisasi Perusahaan yang

mempunyai fungsi pokok terhadap implementasi Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai dari Perencanaan, Pengorganisasian, Penerapan

dan Pengawasan serta Pelaporannya. Sementara, di Perusahaan yang

mengeksploitasi Sumber Daya Alam ditambah dengan peran terhadap Lingkungan

(Lindungan Lingkungan).

Membicarakan HSE bukan sekedar mengetengahkan Issue seputar Hak dan

Kewajiban, tetapi juga berdasarkan Output, yaitu korelasinya terhadap Produktivitas

Keryawan. Belum lagi antisipasi kecelakaan kerja apabila terjadi Kasus karena

kesalahan prosedur ataupun kesalahan pekerja itu sendiri (naas).

Page 14: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

Dasar Hukum

Ada minimal 53 dasar hukum tentang K3 dan puluhan dasar hukum tentang

Lingkungan yang ada di Indonesia. Tetapi, ada 4 dasar hukum yang sering menjadi

acuan mengenai K3 yaitu:

Pertama, dalam Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang

Keselamatan Kerja, disana terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat

Keselamatan Kerja, Pengawasan, Pembinaan, Panitia Pembina K-3, Tentang

Kecelakaan, Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat Kerja,

Kewajiban Pengurus dan Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana). Inti dari UU ini

adalah, Ruang lingkup pelaksanaan K-3 ditentukan oleh 3 unsur:

a. Adanya Tempat Kerja untuk keperluan suatu usaha,

b. Adanya Tenaga Kerja yang bekerja di sana

c. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

Dalam Penjelasan UU No. 1 tahun 1970 pasal 1 Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 2918, tidak hanya bidang Usaha bermotif Ekonomi tetapi

Usaha yang bermotif sosial pun (usaha Rekreasi, Rumah Sakit, dll) yang

menggunakan Instalasi Listrik dan atau Mekanik, juga terdapat bahaya (potensi

bahaya tersetrum, korsleting dan kebakaran dari Listrik dan peralatan Mesin

lainnya).

Kedua, UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81

Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (yang mana disahkan 19

Juli 1947). Saat ini, telah 137 negara (lebih dari 70%) Anggota ILO meratifikasi

(menyetujui dan memberikan sanksi formal) ke dalam Undang-Undang, termasuk

Indonesia (sumber: www.ILO.org). Ada 4 alasan Indonesia meratifikasi ILO

Convention No. 81 ini, salah satunya adalah point 3 yaitu baik UU No. 3 Tahun 1951

dan UU No. 1 Tahun 1970 keduanya secara eksplisit belum mengatur Kemandirian

profesi Pengawas Ketenagakerjaan serta Supervisi tingkat pusat (yang diatur dalam

pasal 4 dan pasal 6 Konvensi tersebut) – sumber dari Tambahan Lembaran Negara

RI No. 4309.

Page 15: Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja

Ketiga, UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf

5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat

1berbunyi: “Setiap Pekerja/ Buruh mempunyai Hak untuk memperoleh

perlindungan atas (a) Keselamatan dan Kesehatan Kerja.”

Aspek Ekonominya adalah Pasal 86 ayat 2: ”Untuk melindungi keselamatan

Pekerja/ Buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan

upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.”

Sedangkan Kewajiban penerapannya ada dalam pasal 87: “Setiap

Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.”

Keempat, Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang

Sistem Manajemen K3. Dalam Permenakertrans yang terdiri dari 10 bab dan 12

pasal ini, berfungsi sebagai Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K-3 (SMK3),

mirip OHSAS 18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris.