pengertian kesehatan dan keselamatan kerja

23
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya risiko kecelakaan di lingkungan kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok- pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami

Upload: muhammad-akbar-nugraha

Post on 15-Apr-2016

18 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

lp

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya yang

bertujuan, agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,

atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-

penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya

untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada

khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat

makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan

dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit

akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi

baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka

menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula

meningkatnya risiko kecelakaan di lingkungan kerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam

mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya.

Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka

disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang

selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.

Keselamatan kerja sama dengan Hygiene Perusahaan. Kesehatan kerja memiliki sifat

sebagai berikut :

1. Sasarannya adalah manusia.

2. Bersifat medis.

Sedangkan keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :

1. Sasarannya adalah lingkungan kerja.

2. Bersifat teknik

B. Ruang Lingkup K3

Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya

melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang

dikerjakan.

Page 2: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :

a. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian

b. Peralatan dan bahan yang dipergunakan

c. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial

d. Proses produksi

e. Karakteristik dan sifat pekerjaan

f. Teknologi dan metodologi kerja

c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan

hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.

d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/ perusahaan ikut bertanggung jawab

atas keberhasilan usaha hyperkes.

C. Bahaya di Tempat Kerja

a. Bahaya fisik dan mekanik

Bahaya fisik adalah sumber utama dari kecelakaan di banyak industri.Bahaya

tersebut mungkin tidak bisa dihindari dalam banyak industri

seperti konstruksi dan pertambangan, namun seiring berjalannya waktu, manusia

mengembangkan metode dan prosedur keamanan untuk mengatur risiko

tersebut. Buruh anak menghadapi masalah yang lebi spesifik dibandingkan pekerja

dewasa. Jatuh adalah kecelakaan kerja dan penyebab kematian di tempat kerja yang

paling utama, terutama di konstruksi, ekstraksi, transportasi, dan perawatan bangunan.

Permesinan adalah komponen utama di berbagai industri

seperti manufaktur, pertambangan,konstruksi, dan pertanian, dan bisa membahayakan

pekerja. Banyak permesinan yang melibatkan pemindahan komponen dengan

kecepatan tinggi, memiliki ujung yang tajam, permukaan yang panas, dan bahaya

lainnya yang berpotensi meremukkan, membakar, memotong, menusuk, dan

memberikan benturan dan melukai pekerja jika tidak digunakan dengan aman.

b. Bahaya kimiawi dan biologis

i. Bahaya biologis

1) Bakteri

2) Virus

Page 3: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

3) Fungi

4) Patogen bawaan darah

5) Tuberculosis

ii. Chemical hazards

1) Asam

2) Basa

3) Logam berat

4) Pelarut

5) Partikulat

6) Asap

7) Bahan kimia reaktif

8) Api, bahan yang mudah terbakar

c. Masalah psikologis dan sosial

a. Stres akibat jam kerja terlalu tinggi atau tidak sesuai waktunya

b. Kekerasan di dalam organisasi

c. Bullying

d. Pelecehan seksual

e. Keberadaan bahan candu yang tidak menyenangkan dalam lingkungan kerja,

seperti rokok dan alkohol

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

a. Kapasitas Kerja

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum

memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30– 40%

masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%

kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan

bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat

lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi

oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan,

sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala

terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.

Page 4: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

b. Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis

beroperasi 8 – 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada

laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja

yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya

perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban

kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif

rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara

berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres.

c. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi

kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident),

Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational Disease &

Work Related Diseases).

E. Penyebab Kecelakaan Kerja

a. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:

a. Peralatan / Media Elektronik, Bahan dan lain-lain

b. Lingkungan kerja

c. Proses kerja

d. Sifat pekerjaan

e. Cara kerja

b. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat

terjadi antara lain karena:

a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana

b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)

c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.

d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

c. Takdir/nasib

F. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya berkaitan dengan

faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia

(pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat

Page 5: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara

mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada

kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan

pasien, gawat darurat, karantina dll.)

G. Konsep Perawat sebagai Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan, baik berupa pendidikan gelar-D3, S1, S2 dan S3-; pendidikan non gelar;

sampai dengan pelatihan khusus kejuruan khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria, dsb.,

dan keahlian. Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya

mereka yang mempunyai pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh melakukan

pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia, serta lingkungannya.

Dalam hal ini,perawat memegang peranan yang cukup besar dalam upaya

pelaksanaan dan peningkatan K3. Sedangkan dalam pelaksanaannya, perawat tidak dapat

bekerja secara individual. Perawat perlu untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak lintas

profesi maupun lintas sektor.

H. Peran Perawat dalam Meningkatkan K3

Fungsi seorang perawat hyperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan

perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah tenaga

kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan.

Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry, beberapa

fungsi spesifik dari perawat hyperkes adalah :

1. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan atau industri dalam membuat

program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana bertujuan memberikan

pemeliharaan atau perawatan kesehatan yang sebaik mungkin kepada tenaga kerja.

2. Memberikan atau menyediakan primary nursing care untuk penyakit-penyakit atau

korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja bedasarkan

petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.

3. Mengawasi pengangkutan pekerja yang sakit korban kecelakaan ke rumah sakit,

klinik atau ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan atau pengobatan lebih

lanjut.

Page 6: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

4. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan follow up

dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada.

5. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan

keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan.

6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan.

7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan data-data

keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan. Lakukan referral yang

tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang positif.

8. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj perantara

untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional maupun personal.

9. Mengajar karyawan praktik kesehatan keselamatan kerja yang baik, dan memberikan

motivasi untuk memperbaiki praktik-praktik kesehatan.

10. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif dan

menetapkan program Health Promotion, Maintenance and Restoration.

11. Kerjasama dengan tim hyperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan bagaimana

untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan pengawasan kesehatan

yang terus menerus terhadap karyawan yang terpapar dengan bahan-bahan yang dapat

membahayakan kesehatannya.

12. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan kerja yang

ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan pengobatan dalam bidang

hiperkes ini.

13. Secara periodik untuk meninjau kembali program-program perawatan dan aktifitas

perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan serta efisiensi.

14. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan paramedic

hiperkes, dan sebagainya.

15. Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan penting adalah

mengikuti kemajuan dan perkembangan professional (continues education).

Secara sistimatis, tugas-tugas paramedis hiperkes sebagai berikut :

1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan.

Perawatan dan pengobatan penyakit umum, meliputi:

i. Menurut petunjuk dokter perusahaan

ii. Menurut pedoman tertulis (standing orders)

iii. Rujukan pasien ke rumah sakit

Page 7: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

iv. Mengawasi pasien sakit hingga sembuh

v. Menyelenggarakan rehabilitasi

2. Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit jabatan

3. Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll)

4. Pemeriksaan kesehatan:

a. Sebelum bekerja (pre-employment)

b. Berkala

c. Pemeriksaan khusus

5. Tugas administratif mengenai dinas kesehatan perusahaan

a. Memelihara administrasi (dinas kesehatan)

b. Mendidik dan mengamati pekerjaan bawahannya

c. Memelihara catatan-catatan dan membuat

Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang lingkup

pekerjaan perawat hiperkes adalah :

1. Health promotion / Protection

Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja akan

paparan zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor life style dan perilaku yang

berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan.

2. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance

Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis pekerjaannya.

3. Workplace Surveillance and Hazard Detection

Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan tenaga

kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam penilaian dan pengawasan

terhadap bahaya.

4. Primary Care

Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan kecelakaan pada

tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, rujukan dan perawatan

emergensi.

5. Konseling

Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya dan membantu

untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.

6. Management and Administration

Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab pada progran

perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan manajemen.

Page 8: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

7. Research

Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, mengenali faktor

– faktor yang berperanan untuk mengadakan perbaikan.

8. Legal-Ethical Monitoring

Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan kesehatan

pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga kerahasiaan dokumen

kesehatan tenaga kerja.

9. Community Organization

Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga kerja.

Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan perawatan tenaga kerja

haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari dokter perusahaan atau dokter yang

ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-dasar pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur

untuk merawat orang sakit dan korban kecelakaan adalah merupakan pegangan yang

utama dalam proses perawatan yang berdasarkan nursing assessment, nursing

diagnosis, nursing intervention dan nursing evaluation adalah mempertinggi efisiensi

pemeliharaan dan pemberian perawatan selanjutnya. Perawat hiperkes mempunyai

kesempatan yang besar untuk menerapkan praktek-praktek standar perawatan secara

leluasa. Seorang perawat hiperkes, melalui program pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan hendaknya selalu membantu karyawan / tenaga kerja untuk mencapai

tingkat kesehatan yang optimal.

I. Fungsi dan Tugas Perawat dalam Usaha K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Fungsi dan tugas perawat dalam usaha K3 di Industri adalah sebagai berikut (Effendy,

Nasrul, 1998) :

1. Fungsi

a. Mengkaji masalah kesehatan

b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja

c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja

d. Penilaian

2. Tugas

a. Pengawasan terhadap lingkungan pekerja

b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan

c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja

d. Membantu dalam penilaian keadaan kesehatan pekerja

Page 9: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah

kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah

f. Ikut menyelenggarakan pendidikan K3 terhadap pekerja

g. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja

h. Pendidikan kesehatan mengenai keluarga berencana terhadap pekerja dan

keluarga pekerja.

i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja

j. Mengkordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

J. Kebijakan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Era Global

a. Dalam bidang pengorganisasian

Di Indonesia K3 ditangani oleh 2 departemen; departemen Kesehatan dan departemen

Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Pada Depnakertrans ditangani oleh Dirjen (direktorat jendral) Pembinaan dan

Pengawasan Ketenagakerjaan, dimana ada 4 Direktur :

a. Direktur Pengawasan Ketenagakerjaan

b. Direktur Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak

c. Direktur Pengawasan Keselamatan Kerja, yang terdiri dari Kasubdit:

1) Kasubdit mekanik, pesawat uap dan bejana tekan.

2) Kasubdit konstruksi bangunan, instalasi listrik dan penangkal petir

3) Kasubdit Bina kelembagaan dan keahlian keselamatan ketenagakerjaan

d. Direktur Pengawasan Kesehatan Kerja, yang terdiri dari kasubdit:

1) Kasubdit Kesehatan tenaga kerja

2) Kasubdit Pengendalian Lingkungan Kerja

3) Kasubdit Bina kelembagaan dan keahlian kesehatan kerja.

Pada Departemen Kesehatan sendiri ditangani oleh Pusat Kesehatan Kerja Depkes.

Dalam upaya pokok Puskesmas terdapat Upaya Kesehatan Kerja (UKK) yang

kiprahnya lebih pada sasaran sektor Informal (Petani, Nelayan, Pengrajin, dll).

b. Dalam bidang regulasi

Regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah sudah banyak, diantaranya :

i. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

ii. UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Page 10: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

iii. KepMenKes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

iv. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit

Akibat Kerja.

v. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes

Bagi Dokter Perusahaan.

vi. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene

Perusahaan K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.

vii. Keputusan Menaker No Kep 79/MEN/2003 tentang Pedoman Diagnosis dan

Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.

c. Dalam bidang pendidikan

Pemerintah telah membentuk dan menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan

tenaga Ahli K3 pada berbagai jenjang Pendidikan, misalnya :

i. Diploma 3 Hiperkes di Universitas Sebelas Maret

ii. Strata 1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya peminatan K3 di Unair,

Undip, dll dan jurusan K3 FKM UI.

iii. Starta 2 pada Program Pasca Sarjana khusus Program Studi K3, misalnya di

UGM, UNDIP, UI, Unair.

iv. Pada beberapa Diploma kesehatan semacam Kesehatan Lingkungan dan

Keperawatan juga ada beberapa SKS dan Sub pokok bahasan dalam sebuah mata

kuliah yang khusus mempelajari K3

K. Pelaksanaan K3 dan Jamsostek di Indonesia

Dalam praktik di lapangan, pelaksanaan program Jamsostek belum berjalan

sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya tuntutan dan protes yang

datang dari kalangan serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat (LSM), anggota lembaga

legislatif, serta elemen masyarakat lainnya yang dialamatkan kepada pengusaha, PT

Jamsostek, maupun instansi pemerintah di bidang ketenagakerjaan. Secara luas, berita-berita

mengenai fakta tersebut dapat dengan mudah diakses melalui media cetak dan media

elektronik, baik nasional maupun daerah, namun nampaknya belum juga ada perubahan

signifikan yang menjadikan penyelenggaraan Jamsostek lebih baik.

Page 11: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

L. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Tempat Kerja

PHBS di Tempat Kerja adalah upaya untuk member-dayakan para pekerja agar tahu,

mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

mewujudkan Tempat Kerja Sehat.

Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Kerja:

1. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja

2. Meningkatkan produktivitas kerja.

3. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

4. Menurunkan angka absensi tenaga kerja.

5. Menurunkan   angka   penyakit   akibat   kerja   dan lingkungan kerja.

6. Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat.

Sasaran PHBS Tatanan Tempat Kerja

1. Seluruh karyawan kantor / tempat kerja

2. Seluruh pengunjung

3. Lingkungan yang berada disekitar kantor

Indikator PHBS di tempat kerja

1. Perilaku

a. Menggunakan alat pelindung

Helm

Masker

Scort (baju pelindung)

Apron (baju pelindung radiasi)

Sepatu bot

Kacamata

Sungkup/sumbatan telinga

Sarung tangan dan lain-lain

b. Tidak merokok / ada kebijakan di larang merokok

c. Olahraga teratur

d. Bebas Napza

e. Kebersihan

f. Ada Asuransi kesehatan

2. Lingkungan

a. Ada jamban

b. Ada air bersih

Page 12: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

c. Ada tempat sampah

d. Ada SPAL

e. Ventilasi

f. Pencahayaan

g. Ada k3 ( Kesehatan Keselamatan Kerja )

h. Ada kantin

i. Terbebas dari bahan berbahaya

Manfaat PHBS di tempat kerja

Setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, Produktivitas pekerja

meningkat yang berdampak pada peningkatan penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga,

Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan taraf hidup bukan untuk

biaya pengobatan.

Bagi Masyarakat:

Tetap mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di sekitar tempat kerja, Dapat

mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh tempat kerja setempat.

Bagi   Tempat Kerja :

Meningkatnya produktivitas kerja pekerja yang berdampak positif terhadap pencapaian target

dan tujuan, Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan, Meningkatnya citra tempat

kerja yang positif.

Bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota :

Peningkatan Tempat Kerja Sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota yang baik, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat dialihkan untuk

peningkatan kesehatan bukan untuk menanggulangi masalah kesehatan, Dapat dijadikan

pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga. 

M. ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS PEKERJA

a. Pengkajian

i. Biologis :

1) Karakteristik usia : pekerja rata-rata berusia diatas 21 tahun dan 2 dari jumlah

pekerjanya sudah berusia lanjut.

2) Jenis kelamin : 8 pekerja wanita dan 1 pekerja laki-laki.

3) Masalah kesehatan : tidak ada.

4) Fungsi fisik : pekerja libur di hari Minggu, terkadang libur di hari kerja

(Senin-Sabtu) apabila ada keperluan keluarga.

Page 13: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

ii. Potensial hazard

1) Hazard fisik : Pekerja rentan mengalami gangguan kulit yang disebabkan baik

oleh faktor cuaca panas dan jarak tempat duduk ketika membatik dengan

malam (lilin) yang mudah meleleh.

2) Hazard biologi : lingkungan di sekitar tempat kerja berpotensi mengalami

kerusakan yang parah karena limbah yang dihasilkan.

3) Hazard kimia : Limbah yang dihasilkan mengandung bahan-bahan kimia yang

berbahaya yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.

4) Hazard ergonomi :  perilaku pekerja ketika melakukan pengecapan

(mengecap) berdiri dan pekerja yang membatik melakuan tugasnya dengan

duduk.

5) Hazard psikososial :  -

iii. Gaya hidup

1) Konsumsi makanan : para pekerja tidak mempunyai jatah makanan, mereka

makan di rumah masing-masing apabila sudah memasuki jam istirahat.

2) Aktivitas dan istirahat : para pekerja mulai istirahat saat dzuhur sekitar pukul

12:00 – 13:00.

3) Penampilan : para pekerja memakai pakaian biasa saja karena tidak ada

tuntutan dari pekerjaan yang dijalani.

4) Penggunaan alat pelindung diri : tidak ada alat pelindung diri yang

digunakan akan tetapi beberapa bulan kemarin ada bantuan dari pemerintah

Jerman yang memberikan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan,

celemek, sepatu boot, dan penyediaan fasilitas seperti ember untuk

menampung cairan pewarna batik yang sudah digunakan.

iv. Sistem Kesehatan

Tidak ada alat pelindung diri yang digunakan pekerja karena sejak dulu pekerja

tidak pernah menggunakan alat pelindung diri dan pekerja beranggapan sampai

sekarang pekerja masih merasa aman-aman saja. Sejauh ini tidak ada kecelakaan

yang terjadi pada pekerja.

b. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit karena tidak ada alat pelindung diri

yang digunakan.

b. Resiko terhadap gangguan pada sistem pernapasan karena para pekerja sering

menghirup malam yang terlalu sering.

Page 14: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

c. Resiko yang tinggi terhadap pencemaran lingkungan baik di tempat kerja maupun

lingkungan di sekitar tempat kerja tersebut.

c. Intervensi

a. Memberikan pendidikan kesehatan terhadap pentingnya menggunakan alat

pelindung diri terutama sarung tangan untuk mencegah terkena kanker kulit.

b. Memberikan penkes terhadap pentingnya alat pelindung diri seperti masker agar

tidak tehirup asap malam (lilin) ketika membatik

c. Memberikan bimbingan dan penkes mengenai kesehatan lingkungan dalam

pembuangan limbah batik.

d. Implementasi

Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah

direncanakan yang sifatnya:

a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah.

b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat.

Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya kebutuhan

komunitas

e. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil.

Fokus:

a. Relevansi antara kenyataan dengan target

b. Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran pelaksana,

fasilitas dan jumlah peserta.

c. Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana

d. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas.

Proses Evaluasi:

a. Menilai respon verbal dan nonverbal

b. Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke Rumah Sakit

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

1. Murwani Anita, Skep. 2003. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta.

Fitramaya.

2. Rachman, Abdul, et al. 1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi Pendidikan Tenaga

Sanitasi. Jakarta: Depkes RI, Pusdiknakes.

3. Rahman R. 2013. Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan

PT. Ceria Utama Abadi Cabang Palembang. Skripsi: Universitas Sriwijaya.

4. Ramdayana. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Perawat

terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Marinir Cilandak, Jakarta Selatan. Skripsi diterbitkan (Online),

5. Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang. 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.