pengertian ham
DESCRIPTION
HAMTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah salah satu Negara di dunia yang menerapkan sistem
politik demokrasi. Demokrasi di Indonesia ini, mempunyai sebuah slogan
yang cukup singkat, akan tetapi mempunyai makna yang cukup dalam. Slogan
yang dimaksud adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Bercermin
dari slogan tersebut, dapatlah kita ketahui bahwa demokrasi yang diterapkan
di Indonesia ini adalah demokrasi keterwakilan, yang mana salah satu contoh
pengejawantahan daripada demokrasi ini adalah adanya pesta demokrasi,
yaitu Pemilihan Umum (Pemilu). Salah satu pemilu yang krusial atau penting
dalam katatanegaraan Indonesia adalah pemilu untuk memilih wakil rakyat
yang akan duduk dalam parlemen, yang biasa kita kenal dengan sebutan
Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD. Dalam pemilu ini, rakyat
dapat mencalonkan dirinya untuk menjadi peserta pemilu tersebut sesuai
dengan ketentuan yang ada. Kemudian daripada itu, yang berperan dalam hal
memilih, juga rakyat. Rakyatlah yang memilih para wakilnya yang akan
duduk dalam parlemen. Setelah terpilih menjadi anggota parlemen, para
konstituen tersebut pada hakikatnya adalah bekerja untuk rakyat secara
menyeluruh. Itulah yang dinamakan dengan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.
Selain sebagai Negara demokrasi, Indonesia juga merupakan Negara
hukum, yang mana menempatkan hukum itu pada kedudukan yang paling
tinggi, atau lebih akrab kita kenal dengan sebutan supremacy of law. Sebagai
Negara hukum, Indonesia juga mempunyai ciri-ciri sehingga bisa disebut
sebagai Negara hukum. Salah dua diantara ciri-ciri tersebut adalah, adanya
pengakuan dan penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM), dan equality before
of law atau perlakuan yang sama dimuka hukum. Dengan adanya perlakuan
yang sama dimuka hukum, maka setiap orang berhak untuk diperlakukan
sama, adil dan tidak pandang bulu.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilinungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dari definisi diatas, telah
jelas bahwa salah satu ketentuan pasal dalam UU tersebut, telah melanggar
HAM.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Agar perumusan masalah tidak meluas maka penulis perlu membatasi ruang
lingkup masalah Hak Asasi Manusia ( HAM ) adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Hak Asasi Manusia ( HAM )
2. Tujuan Hak Asasi Manusia ( HAM )
3. Perkembangan dan pemikiran Hak Asasi Manusia ( HAM )
4. Hak Asasi Manusia ( HAM ) pada tatanan global dan di Indonesia
5. Permasalahan dan penegakan Hak Asasi Manusia ( HAM ) di Indonesia
6. Lembaga penegakan Hak Asasi Manusia ( HAM )
7. Kajian Kasus Hak Asasi Manusia ( HAM )
I.3 TUJUAN PENULISAN
Dalam memberikan tugas makalah ini, tentunya dosen pengasuh mempunyai
suatu tujuan yang dapat bermanfaat, baik sebagai komponen penilaian
maupun bagi diri sendiri. Adapun tujuan yang dimaksud diantaranya adalah :
1. Sebagai salah satu kriteria yang harus dipenuhi agar salah satu komponen
penilaian terpenuhi,
2. Sebagai sarana atau media pembelajaran bagi mahasiswa pada umumnya,
untuk lebih peka terhadap hak asasi manusia ( HAM ) dan lebih
mengetahui mengenai HAM secara menyeluruh sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 PENGERTIAN HAM
Secara umum, seperti yang telah ditulis sebelumnya, yang dimaksud dengan
Hak Asasi Manusia berdasarkan UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM adalah,
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilinungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. Disini dapat kita lihat bahwa, inti daripada HAM itu sendiri adalah
hak mendasar (fundamental) yang tidak boleh dikurangi sedikitpun.
Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak
ia dalam kandungan.
Hak asasi manusia merupakan hak yang bersifat asasi, artinya hak-hak
yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan
dari hakikatnya.
Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki
manusia sejak lahir sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada dirimanusia, tanpa hak-
hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.
Pengertian HAM menurut beberapa ahli antara lain :
Menurut John Locke, HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia”.
Menurut Ramdhon Naning, sebagaimana dikutip Djaali (2003)
menjelaskan Hak asasi manusia merupakan terjemahan dari Human
Rights (inggris) atau Droit de I Thomme (prancis) atau Menselijke
Rechten (belanda) yaitu artinya hak asasi manusia.
Indonesia menggunakan istilah hak asasi atau hak dasar manusia,
sebagaimana tercantum dalam konstitusi RIS 1949. UUD sementara
1950, UUD 1945, yang itu merupakan terjemahan dari Basic Rindreten
(belanda).Secara harfiah hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki oleh
seseorang karena orang itu adalah manusia.
Menurut Miriam Budiarjo (1989:120), hak asasi adalah hak yang dimiliki
manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran
atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Adapun dasar dari
semua hak asasi ialah bahwa manusia harus memperoleh kesempatan
untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya.
Sementara Muladi (1996) mengemukakan pengertian HAM secara
universal, yang dirumuskan sebagai those rights which are inherent in
our nature and without which we cannot live as human being. Rumusan
tersebut garis besarnya adalah segala hak-hak dasar yang melekat dalam
kehidupan manusia.
Definisi yang lengkap dirumuskan dalam undang-undang nomor 39 tahun
1999 tentang hak asasi manusia, yakni seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk tuhan yang maha
esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Negara
Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
sebagai hak yang kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari
manusia, yang harus dilindungi, dihormati dan ditegakkan demi
peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan,
kecerdasan dan keadilan.
Menurut Prof. Koentjoro Poerbo Pranoto(1976), hak asasi manusia
adalah hak yang bersifat asasi. Artinya, hak-hak yang dimiliki manusia
menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sehingga
bersifat suci.
Menurut G.J. Wolhots, hak-hak asasi manusia adalah sejulah hak yang
melekat dan berakar pada tabiat setiap pribadi manusia, bersifat
kemanusiaan
Jan Materson, anggotaKomisiHakAsasiManusia PBB,
merumuskanpengertian HAM dalam “human right could be generally
defines as those right which are inherent in our nature and without which
we cannot live as human being” yang artinya HAM adalahhak-hak yang
secara secara inheren melekat dalam diri manusia, dan tanpa hakikat
manusia tidak dapat hidup sebagai manusia
Menurut Prof. Darji Darmodiharjo, S. H. mengatakan : hak – hak asasi
manusia adalah dasar atau hak – hak pokok yang dibawa manusia sejak
lahir sebagai anugrah tuhan yang maha esa. Hak – hak asasi itu menjadi
dasar dari hak dan kewajiban – kewajiban yang lain.
Menurut Jack Donnely Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dimiliki
manusia semata-mata karena manusia. Umat manusia memilikinya bukan
karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hokum
positif, melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai
manusia.
Menurut Koentjoro Poerbapranoto (1976), Hak Asasi adalah hak-hak
yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan
dari hakikatnya sehingga sifatnya suci.
II.2 TUJUAN HAM
Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM diatas, diperoleh suatu
kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia
yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugrah tuhan yang hrus
dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat, atau
negara. Dengan demikian, hakekat penghormatan dan perlindungan terhadap
ham ialah menjaga keselamatan sksistensi manusia secara utuh melalui aksi
keseimbangan, yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta
keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum.
Lalu, hakekat dari asasi manusia adalah keterpaduan antara hak asasi manusia
( HAM ), kewajiban asasi manusia ( KAM ), dan tanggung jawab asasi
manusia ( TAM ) yang berlangsung secara sinergis dan seimbang. Bila ketiga
unsur asasi yang melekat pada setai individu manusia, baik dalam tatanan
kehidupan pribadi, masyarakat, kebangsaan, kenegaraan, dan pergaulan
global, dapat dipastikan tidak akan menimbulkan kekacauan, anarkisme, dan
kesewenang-wenangan dalam tata kehidupan umat. HAM yaitu:
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli, ataupun diwarisi. HAM adalah bagian
dari manusia secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,
agama, pandangan politik, atau asal-usul sosial bangsa.
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau
melanggar
Ruang lingkup HAM meliputi: (1) hak sosial politik ( hak alamiah ), yang
dibawa oleh manusia untuk mengusahakan kebahagiaan, (2) hak sosial
ekonomi-sosial budaya, yaitu hak yang diperoleh manusia dari masyarakat,
contohnya: hak mendapat pekerjaan, hak menerima upah yang layak, hak
bersifat organisasi, hak mengemukakan pendapat ( lisan dan tertulis ), hak
mendapatkan pendidikan. Dan hak mendapatkan pelayanan kesehatan. Hak-
hak ini bersifat non universal.
Tujuan pelaksanaan hak asasi manusia ( HAM ) adalah untuk
mempertahankan hak-hak warga negara dari tindakan sewenang-wenang
aparat negara, dan mebdorong tumbuh serta berkembangnya pribadi manusia
yang multidimensional.
Sejak lahir semua manusia sudah pasti mempunyai beberapa hak antara lain :
hak untuk hidup , hak memperoleh pendidikan , dan hak memperoleh
pengayoman serta hak – hak penting lainnya .Itulah pengertian dasar dari
HAM ( Hak Asasi Manusia ) . Tujuan di ciptakannya Ham adalah agar
manusia dapt meminta haknya namun harus memperhatikan hak orang lain .
Serta dengan adanya HAM manusia dapat merasa tenang dan aman .
Di era globalisasi yang maju ini , banyak para pihak yang sengaja melanggar
ataupun menyalahgunakan haknya sendiri . untuk menyiasati atau meredam
dan menghentikan para pelanggar HAM , pemerintah telah membentuk badan
– badan yang dapat menghukum para pelanggar HAM dan menlindungi Ham
masyarakat luas , salah satu yang di kenal oleh khalayak umum / masyarakat
luas yaitu Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( HAM ).
II.3 PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAM
Perkembangan pemikiran HAM di Dunia
Setelah dunia mengalami dua perang yang melibatkan hampir seluruh
kawasan dinia, dimana hak-hak asasi manusia diinjak-injak, timbul keinginan
untuk merumuskan hak-hak asasi manusia itu dalam suatu naskah
internasional. Usaha ini baru dimulai pada tahun 1948 dengan diterimanya
Universal Declaration Of Human Rights ( pernyataan sedunia tentang hak-hak
asasi manusia ) oleh negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
Dengan kata lain, lahirnya deklarasi HAM Universal merupakan reaksi atas
kejahatan keji manusia yang dilakukan oleh kaum sosialis nasional di Jerman
selama 1933 sampai 1945.
Terwujudnya Deklarasi Hak Asasi Manusia ( HAM ) Universal yang di
deklarasikan pada tanggal 10 Desember 1948 harus melewati proses yang
cukup panjang. Dalam proses ini telah lahir beberapa naskah HAM yang
mendasari kehidupan manusia, dan yang bersifat universal dan asasi. Naskah-
naskah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Magna Charta ( Piagam Agung 1215 )
Piagam magna charta ini adalah piagam penghargaan atas pemikiran dan
perjuangan HAM yang dilakukan oleh rakyat inggris kepada raja john
yang berkuasa pada tahun 1215. Isi piagam magna karta ini adalah:
1. Rakyat inggris menuntut kepada raja agar berlaku adil kepada rakyat
2. Menuntut raja apabila melanggar harus dihukum ( didenda )
berdasarkan kesamaan dan sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukannya.
3. Menuntut raja menyampaikan pertanggung jawaban kepada rakyat.
4. Menuntut raja untuk segera menegarkan hak dan keadilan bagi rakyat.
b. Bill of Rights ( UU Hak 1689 )
Bill of rights adalah piagam penghargaan atas pemikiran dan perjuangan
HAM oleh rakyat kepada penguasa negara atau pemerintah di inggris
papa tahun 1689. Inti dari tuntutan yang diperjuangkannya adalah “
rakyat inggris menuntut agar rakyat diberlakukan sama dimuka hukum
( equality before the law ), sehingga tercapai kebebasan.
c. Declaration Des Droits de L’homme et du
Isi deklarasi ini adalah: 1) manusia dilahirkan merdeka, 2) hak milik
dianggap suci dan tidak boleh diganggu gugat oleh siapa pun, 3) tidak
boleh ada penangkapan dan penahanan dengan semena-mena atau tanpa
alasan yang sah serta surat izin dari jabatan yang berwenang.
d. Bill of Rights ( UU Hak Virginia 1789 )
Dikenal juga sebagai The Bill of Rights ini UU ham Amerika Serikat,
merupakan amandemen tambahan terhadap konstitusi amerika serikat
yang diatur secara tersendiri dalam 10 pasal tambahan, meskipun secara
prinsip hal menenai ham telah termuat dalam deklarasi kemerdekaan 9
declaration of indenpendence Amerika Serikat.
e. Declarations of Human Rights PBB
Piagam PBB lahir pada tanggal 12 Desember 1948, di Jewena yang
merupakan usul serta kesepakatan seluruh anggota PBB.
f. Piagam Atlantic Charter
Piagam ini merupakan kesepakatan antara F.D. Roosevelt dan Churchil
pada tanggal 14 Agustus 1941. Isinya adalah “ bahwa selengkapnya
kekuasaan Nazi yang dzalim itu akan tercapai suatu keadaan damai yang
memungkinkan tiap-tiap negara hidup dan bekerja dengan aman menurut
batas-batas wilayahnya masing-masing serta jaminan kepada setiap
manusia suatu kehidupan yang bebas dari rasa takut dan kesengsaraan.”
Dalam pidatonya, Franklin D. Roosevelt yang ditujukan kepada semua
manusia di dunia bulan Juli 1940, disebutkan lima kebebasan dasar
manusia, yakni:
1) Freedom from fear (bebas dari rasa takut),
2) Freedom of religion (bebas memeluk agama),
3) Freedom of expression (bebas menyatakan pendapat/perasaan),
4) Freedom of information (bebas dalam hal pemberitaan),
5) Freedom from want (bebas dari kekurangan/kemelaratan)
Perkembangan Pemikiran HAM di Indonesia
Secara garis besar, Prof. Bagir Manan dalam bukunya perkembangan
pemikiran HAM di Indonesia ( 2000 ) membagi perkembangan pemikiran
HAM di Indonesia dalam dua periode:
a. Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908-1945 )
Perkembangan pemikiran HAM dalam periode ini dapat dijumpai dalam
organisasi pergerakan sebagai berikut:
1. Budi Oetomo, pemikirannya, “Hak kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat.”
2. Perhimpunan indonesia, pemikirannya “ Hak untuk menentukan
nasib sendiri ( the right of self determination).”
3. Sarekat islam, pemikirannya “ Hak penghidupan yang layak dan
bebas dari penindasan dan diskriminasi rasial.”
4. Partai komunsi indonesia, pemikirannya, “Hak sosial dan berkaitan
dengan alat-alat produksi.”
5. Indische Party, pemikirannya, “ Hak untuk mendapatkan
kemerdekaan dan perlakuan yang sama.”
6. Partai Nasional Indonesia, pemikirannya, “Hak untuk
memperolehbkemerdekaan ( the right of self determination).”
7. Organisasi pendidikan nasional, pemikirannya meliputi:
Hak untuk menentukan nasib sendiri
Hak untuk mengeluarkan pendapat
Hak untuk berserikat dan berkumpul
Hak persamaan di muka hukum
Hak untuk turut dalam penyelenggaraan Negara
b. Periode sesudah kemerdekaan ( 1945-sekarang )
1) Periode 1945-1950. Pemikiran HAM pada periode ini menekankan
pada hak-hak mengenai:
a. Hak untuk merdeka ( self determination )
b. Hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang
didirikan.
c. Hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat treutama di
parlemen.
2) Periode 1950-1959.
Pemikiran HAM dalam periode ini lebih menekankan pada semanagt
kebebasan demokrasi liberal yang berintikkan kebebasan individu.
Implementasi pemikiran HAM pada periode ini lebih memberi ruang
hidup bagi tumbuhnya lembaga demokrasi yang antara lain:
a. Partai politik dengan beragam ideologinya.
b. Kebebasan pers yang bersifat liberal.
c. Parlemen sebagai lembaga kontrol pemerintah.
d. Wacana pemikiran HAM yang kondusif karena pemerintah
memberi kebebasan.
3) Periode 1966-1998.
Dalam periode ini, pemikiran HAM dapat dilihat dalam tiga
kurun waktu yang berbeda. Yaitu kurun waktu yang pertama
tahun 1967 ( awal pemerintahan presiden Soeharto). Kedua,
kurun waktu tahun 1970-1980.Dan yang ketiga kurun waktu
tahun 19990-an.
4) Periode 1998
Pada periode ini, HAM mendapat perhatian yang resmi dari
pemerintah dengan melakukan amandemen UUD 1945 guna
menjamin HAM dan menetapkan Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang hak asasi manusia. Artinya bahwa
pemerintah memberi perlindungan yang signifikan terhadap
kebebasan HAM dalam semua aspek, yaitu aspek hak politik,
sosial, ekonomi, budaya, keamanan, hukum dan pemerintahan.
II.4 HAM PADA TATANAN GLOBAL DAN DI I NDONESIA
Sebelum konsep HAM diratifikasi PBB terdapat beberapa konsep utama
mengenai HAM yang telah berkembang sebelumnya .yaitu;
a. HAM menurut Konsep Negara-Negara Barat / Liberalisme ingin
meninggalkan konsep negara yang mutlak.
b. Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas. Negara sebagai
koordinator dan pengawas.
c. Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia.
d. Hak asasi lebih dulu ada pada tatanan negara.
Konsep HAM ini dibidani oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin
oleh Elenor Roosevelt dan secara resmi disebut “ Universal Decralation of
Human Rights”.
Universal Decralation of Human Rights menyatakan bahwa setiap orang
mempunyai:
a. Hak untuk hidup,
b. Hak kemerdekaan,
c. Hak untuk diakui kepribadiannya menurut hukum,
d. Hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan orang lain
menurut hukum,
e. Hak untuk medapat jaminan hukum dalam perkara pidana seperti
diperiksa dimuka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti
yang sah,
f. Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu Negara,
g. Hak untuk mendapat hak milik atas benda,
h. Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan serta
mengeluarkan pendapat,
i. Hak untuk bebas memeluk agama,
j. Hak untuk berapat dan berkumpul,
k. Hak untuk mendapakan jaminan hukum,
l. Hak untuk mendapatkan pekerjaan,
m. Hak untuk berdagang,
n. Hak untuk mendapatkan pendidikan,
o. Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat,
p. Hak untuk menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan
keilmuan.
Dalam Deklarasi Universal Tentang HAM (Universal Declaration of
Human Rights) atau yang dikenal dengan istilah DUHAM, hak asasi
manusia terbagi kedalam beberapa jenis, yaitu hak personal (hak jaminan
kebutuhan pribadi), hak legal (hak jaminan perlindungan hukum), hak sipil
dan politik, hak subsistensi (hak jaminan adanya sumber daya untuk
menunjang kehidupan) serta hak ekonomi, hukum dan budaya.
Hak personal, legal, hak sipil dan politik yang terdapat dalam pasal 3-21
dan DUHAM tersebut memuat:
a. Hak untuk hidup, kebebasan dan kemanan pribadi,
b. Hak bebas dari perbudakan dan penghambaan,
c. Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukum yang kejam,
tak berprikemanusiaan maupun merendahkan derajat manusia,
d. Hak untuk memperoleh pengkuan hukum dimana saja secara pribadi,
e. Hak untuk pengampunan hukum secara efektif,
f. Hak bebas dari penangkapan, penahanan atau pembuangan yang
sewenang-wenang,
g. Hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak,
h. Hak untuk dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah,
i. Hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap
kekuasaan pribadi, keluarga, tempat tinggal maupun surat-surat,
j. Hak bebas dari serangan terhadap kehormatan dan nama baik,
k. Hak perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu,
l. Hak bergerak,
m. Hak memperoleh suaka,
n. Hak atas suatu kebangsaan,
o. Hak untuk menikah dan membentuk keluarga,
p. Hak untuk mempunyai hak milik,
q. Hak bebas berpikir, berkesadaran, dan beragama,
r. Hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat,
s. Hak untuk berhimpun dan berserikat,
t. Hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses
yang sama terhadap pelayanan masyarakat.
Sedangkan hak ekonomi dan budaya berdasarkan pada pernyataan
DUHAM menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a. Hak atas jaminan hukum,
b. Hak untuk berkerja,
c. Hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama,
d. Hak untuk bergabung dalam serikat-serikat buruh,
e. Hak untuk istirahat dan waktu senggang,
f. Hak atas standar hidup yang pantas di bidang kesehatan dan
kesejahteraan,
g. Hak atas pendidikan,
h. Hak untuk berpasrtisipasi dalam kehidupan yang berkebudayaan dari
masyarakat.
Sementara itu HAM di Indonesia dinyatakan dalam UUD 1945 (amandemen
I-IV) yang memuat hak-hak asasi manusia yang terdiri dari:
a. Hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat.
b. Hak kedudukan yang sama di dalam hukum/pemerintahan.
c. Hak kebebasan berkumpul.
d. Hak kebebasan beragama.
e. Hak penghidupan yang layak.
f. Hak kebebasan berserikat.
g. Hak memperoleh pengajaran atau pendidikan.
Selanjutnya secara operasional beberapa bentuk HAM yang terdapat dalam
UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM sebagai berikut:
a. Hak hidup.
b. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.
c. Hak mengembangkan pribadi.
d. Hak memperoleh keadilan.
e. Hak kebebasan pribadi.
f. Hak atas rasa aman.
g. Hak atas kesejahteraan.
h. Hak turut serta dalam pemerintahan.
i. Hak wanita.
j. Hak anak.
1. HAM Menurut Konsep Sosialis
a. Hak asasi hilang dari individu dan terintegrasi dalam masyarakat.
b. Hak asasi manusia tidak ada sebelum negara ada.
c. Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendaki.
2. HAM Menurut Konsep Bangsa-Bangsa Asia dan Afrika
a. Tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama atau sesuai dengan
kodratnya.
b. Masyarakat sebagai keluarga artinya besar penghormatan utma untuk
kepala keluarga.
c. Individu tunduk kepada kepala adat yang menyangkut tugas dan
kewajiban anggota masyarakat.
3. HAM Menurut Konsep PBB
Respons terhadap permasalahan hak asasi manusia pembangunan
menghasilkan konsep yang dibidangi oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin
oleh Eleanor Roosevelt ( 10 Desember 1948 ) dan secara resmi disebut”
Universal Declaration Of Human Rights.” Didalamnya menjelaskan tentang
hak-hak sipil, Politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Yang dinikmati
manusia didunia yang mendorong penghargaan terdapat hak-hak asasi
manusia. Pada tahun 1957, konsep HAM tersebut dilengkapi dengan tiga
perjanjian, yaitu:
(1) hak ekonomi sosial dan budaya,
(2) perjanjian internasional tentang hak sipil,
(3) protokol opsional bagi perjanjian hak sipil dan politik internasional.
Pada sidang umum PBB tanggal 16 Desember 1966 ketiga dokomen tersebut
diterima dan saat ini sekitar 100 negara dan bangsa telah meratifikasinya.
4. HAM Perspektif Konstitusi Indonesia
a. UUD 1945
UUD 1945 sering disebut dengan “UUD Proklamasi”.Dikatakan
demikian karena kemunculannya bersamaan dengan lahirnya Negara
Indonesia melalui proklamasi kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945.Fakat
sejarah menunjukkan bahwa pergulatan pemikiran, khususnya pengaturan
HAM dalam konstitusi begitu intens terjadi dalam persidangan-
persidangan BPUPKI dan PPKI.
Satu hal menarik bahwa meskipun UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis
yang didalamnya memuat hak-hak dasar manusia indonesia serta
kewajiban-kewajiban yang bersifat dasar pula, namun istilah perkataan
HAM itu sendiri sebenarnya tidak dijumpai dalam UUD 1945, baik
dalam pembukaan, Batang Tubuh, tetapi hanyalah hak dan kewajiban
warga negara ( HAW ).
b. Konstitusi RIS 1949
Dalam konstitusi RIS 1949, pengaturan HAM terdapat dalam Bagian V
yang berjudul “Hak-Hak dan Kebebasan-kebebasan Dasar Manusia”.
Eksistensi manusia secara tegas dinyatakan pada Pasal 7 ayat ( 1 ) yang
berbunyi, “ setiap orang diakui sebagai manusia”.
c. UUDS 1950
UUD 1950 terdiri atas enam bagian dan 43 pasal. Dari tiga UUD yang
berlaku sepanjang sejarah kemeredekaan indonesia, menurut Adnan
Buyung Nasution, negara ini pernah memiliki UUD yang memuat pasal-
pasal tentang HAM yang lebih lengkap dari pada UDHR/DUHAM, yaitu
UUDS 1950. Ketentuan HAM diatur pada Bagian V ( Hak-hak
Kebebasan-kebebasan Dasar Manusia) dari mulai Pasal 7 sampai Pasal
33.
d. Kembali pada UUD 1945
Pengaturan HAM adalah sama dengan apa yang tertuang dalam UUD
1945.
e. Amandemen UUD 1945
Khusus mengenai pengaturan HAM, dapat dilihat pada perubahan kedua
UUD 1945 Tahun 2000. Perubahan dan kemajuan signifikan adalah
dengan dicantumkannya persoalan HAM secara tegas dalam sebuah bab
tersendiri, yakni BAB XA ( Hak Asasi Manusia) dari mulai Pasal 28A
sampai dengan 28J. Penegasan HAM kelihatan menjadi semakin eksplisit,
senagaimana ditegaskan pada pasal 28A yang berbunyi: Setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
II.5 PERMASALAHAN DAN PENEGAKAN HAM DI INDONESIA
Sejalan dengan amanat konstitusi, indonesia berpandangan bahwa
perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-hak sipil,
politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan baik dalam penerapan, pemantauan,
maupun dalam pelaksanaanya ( Wirayuda, 2005 ). Sesuai dengan pasal 1 (3),
pasal 55 dan 56 piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan ham harus
dilakukan melalui suatu konsep kerjasama internasional yang berdasarkan
pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar negara
serta hukum internasional yang berlaku.
HAM di indonesia didasrkan pada konstitusi NKRI, yaitu: pembukaan UUD
1945 ( alenia 1), pancasila sila keemnpat, batang tubuh UUD 1945 ( Pasal 27,
29 dan 30 ), UU Nomor 39/1999 tentang HAM dan UU Nomor 26/2000
tentang pengadilan HAM, HAM di indonesia menjamin hak untuk hidup, hak
berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak
memperoleh keadilan, hak atas kebebasan, hak atas rasa aman, hak atas
kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita, dan hak anak.
Program penegakan hukum dan HAM ( PP Nomor 7 Tahun 2005), meliputi
pemberantasan korupsi, antiterorisme, dan pembasmian penyalah gunaan
narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM
harus dilakukan secara tegas, dan tidak diskriminatif, dan konsisten.
Hambatan Penegakan HAM
Sejarah HAM dimulai pada saat berakhirnya Perang Dunia II. Dan,
negara-negara penjajah berusaha menghapuskan segi-segi kebrobokan
dari pada penjajahan, sehinngga pemikir-pemikir barat mencetuskan
konsep “Declaration of Human RIGHTS” ( DUHAM ) pada tahun 1948.
Semula konsep HAM ini secara suka rela dijual ke semua negara yang
sedang berkembang atau atau negara bekas jajahan namun tidak banyak
mendapat respons. Banyak negara tidak bersedia menandatangani “
Declaration of Human Rights”.
Kemudian penegakan HAM diindonesia masih bersifat: reaktif, dodorong
oleh unjuk rasa, demonstratif, pertentangan kelompok, dibawah tekanan
negara maju dan didanai oleh beberapa lembaga internasional, belum
build-in didalam strategi nasional dan belum mewartai Pembangunan
Nasional. Hal ini terjadi karena ada beberapa kelemahan pokok, yaitu:
a. Masih kurang pemahaman tentang HAM
b. Masih kurang pengalaman
c. Kemiskinan
d. Keterbelakangan
e. Masih dipertanyakan bagaiman bentuk pelatihan HAM dalam
masyarakat
f. Pemahaman HAM masih terbatas dalam pemahaman gerakan
g. Amati dan perhatikan setiap perkembangan dan gerakan dilapangan
dalam melaksanakan suatu konsep atau ide
h. Ketahui dan pahami betul sumber-sumber termasuk alamnya,
lingkungannya dan habitatnya dari suatu konsep, gagasan, pemikiran
yang ditawarkan.
Kegiatan-kegiatan pokok penegakan HAM meliputi :
1. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan
Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi Tahun 2004-2009
2. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (PERAN HAM)
dari tahun 2004-2009 sebagai gerakan nasional
3. Peningkatan penegakan hukum terhadap pemberantasan tindak pidana
terorisme dan penyalah gunaan narkotika serta oobat berbahaya lainnya.
4. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga/institusi hukum maupun
lembaga yang fungsi dan tugasnya mencegah dan memberantas korupsi.
5. Peningkatan efektivitas dan penguatan lembaga/institusi hukum maupun
lembaga yang fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia.
6. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga
negara di depan hukum melalui keteladanan kepala negara dan pimpinan
lainnya untuk mematuhi dan menaati hukum dan hak asasi manusia
secara konsisten dan konsekuen.
7. Penyelenggaraan audit regular atas seluruh kekayaan pejabat pemerintah
dan pejabat negara.
8. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka
mewujudkan proses hukum yang lebih sederhana, cepat, tepat, dan
dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
9. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak
asasi manusia dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar
dinamika masyarakat dapat berjalan sewajarnya.
10. Pembenahan sistem manajemen penanganan perkara yang menjamin
akses public, pengembangan sistem pengawasan yang transparan dan
akuntabel.
11. Pengembangan sistem manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
12. Penyelamatan barang bukti akuntabilitas kinerja yang berupa
dokumen/arsip lembaga negara dan badan pemerintahan untuk
mendukung penegakan hukum dan HAM.
13. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektivitas
penegakan hukum dan HAM.
14. Pembaharuan materi hukum yang terkait dengan pemberantasan korupsi.
15. Peningkatan pengawasan terhadap lalu lintas orang yang melakukan
perjalanan baik ke luar maupun masuk ke wilayah Indonesia.
16. Peningkatan fungsi intelijen agar aktivitas terorisme dapat dicegah pada
tahap yang sangat dini, serta meningkatkan berbagai operasi keamanan
dan ketertiban.
17. Peningkatan penanganan dan tindakan hukum terhadap penyalahgunaan
narkotika dan obat berbahaya melalui identifikasi dan memutus jaringan
peredarannya, meningkatkan penyidikan, penyelidikan, penuntutan, serta
menghukum para pengedarnya secara maksimal.
II.6 LEMBAGA PENEGAKAN HAM
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia. Oleh sebab itu, untuk menjaga agar setiap orang
menghormati HAM orang lain, maka perlu adanya penegakan dan pendidikan
HAM.
Penegakan HAM dilakukan terhadap setiap pelanggaran HAM. Pelanggaran
HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok yang termasuk aparat
negara baik sengaja atau pun tidak sengaja, atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, atau mencabut hak
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-
undang.
Untuk mengatasi masalah penegakan HAM, maka dalam Bab VII pasal 75
UU tentang HAM, negara membentuk komisi hak asasi manusia atau
KOMNAS HAM, dalam Bab IX pasal 104 tentang pengadilan HAM, serta
peran serta masyarakat seperti dikemukakan dalam Bab XIII pasal 100-103.
a. Komnas HAM
Komnas HAM adalah lembaga yang mandiri yang kedudukannya
setingkat dengan lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan
pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi
manusia.
Tujuan Komnas HAM
1. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi
manusia sesuai dengan pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB
serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
2. Meningkatkan perlindsungan dan penegakan hak asasi manusia
guna berkembangnya pribadi manusia indonesia seutuhnya dan
kemampuannya berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Wewenang Komnas HAM
1. Wewenang Dalam Bidang Pengkajian Penelitian
a. Pengkajian dan penelitian berbagai instrument internasional hak
asasi manusia dengan tujuan memberikan saran saran mengenai
kemungkinan aksesi dan atau ratifikasi.
b. Pengkajian dan penelitian berbagai peraturan perundang-
undangan untuk memberikan rekomendasi mengenai
pembentukan, perubahan, dan pencabutan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan hak asasi manusia.
c. Penerbitan hasil pengkajian dan penelitian.
d. Studi kepustakaan, studi lapangan, dan studi banding dinegara
lain mengenai hak asasi manusia.
e. Pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.
f. Kerja sama pengkajian dan penelitian dengan organisasi,
lembaga atau pihak lainnya, baik tingkat nasional, regional,
maupun internasional dalam bidang hak asasi manusia.
2. Wewenang Dalam Bidang Penyuluhan
a. Penyebarluasan wawasan mengenai hak asasi manusia kepada
masyarakat Indonesia
b. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak asasi
manusia melalui lembaga pendidikan formal dan non formal
serta berbagai kalangan lainnya.
c. Kerjasama dengan organisasi, lembaga, atau pihak lainnya,
baik ditingkat nasional, regional, maupun internasional dalam
bidang hak asasi manusia.
3. Wewenang Dalam Pemantauan
a. Pengamatan pelaksanaan hak asasi manusia dan penyusunan
laporan hasil pengamatan tersebut.
b. Penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul
dalam manyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut
diduga terdapat pelanggaran hak asasi manusia;pemanggilan
pada pihak pengadu atau korban maupun pihak yang diadukan
untuk dimintai dan didengar keterangannya.
c. Pemanggilan saksi untuk diminta dan didengar kesaksiannya,dan
kepada saksi pengadu diminta menyerahkan bukti yang di
perlukan.
d. Peninjauan ditempat kejadian dan tempat lainnya yang dianggap
perlu.
e. Pemanggilan terhadap pihak terkait untuk memberikan
keterangan secara tertulis atau menyerahkan dokumen yang
diperlukan sesuai dengan aslinya dengan persetujuan ketua
pengadilan.
f. Pemeriksaan setempat terhadap rumah,pekarangan,
bangunan,dan tempaat-tempat lainya yang diduduki atau dimiliki
pihak tertentu dengan persetujuan ketua pengadilan.
g. Pemberian pendapat berdasarkan persetujuan ketua pengadilan
terhadap perkara tertentu yang sedang dalam proses peradilan,
bilamana dalam perkara tersebut terdapat pelanggaran hak asasi
manusia dalam masalah public dan acara pemeriksaan oleh
pengadilan yang kemudian pendapat komnas HAM tersebut
wajib diberitahukan oleh hakim kepada para pihak.
4. Wewenang Dalam Bidang Mediasi
a. Perdamaian kedua belah pihak
b. Penyelesaian perkara melalui cara konsultasi, negoisasi, mediasi,
konsiliasi, dan penilaian ahli.
c. Pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan
sengketa melalui pengadilan.
d. Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak
asasi manusia kepada pemerintah untuk ditindak lanjuti
penyelesaiannya.
e. Penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak
asasi manusia kepada dewan perwakilan rakyat republic
Indonesia untuk ditindak lanjuti.
b. Pengadilan HAM
Dalam rangkap penegakan HAM, maka komnas HAM melakukan
pemanggilan saksi, dan pihak, dan pihak kejaksaan yang melakukan
pemanggilan saksi, dan pihak kejaksaan yang melakukan penuntutan di
pengadilan HAM. Menurut Pasal 104 UU HAM, untuk mengadili
pelanggaran hak asasi manusia yang berat dibentuk pengadilan HAM
dilingkungan peradilan umum, yaitu pengadilan negri dan pengadilan
tinggi. Proses pengadilan berjalan sesuai fungsi badan peradilan.
c. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam penegakan HAM diatur dalam pasal
100-103 UU
tentang HAM. Partisipasi masyarakat dapat berbentuk sebagai berikut:
1. Setiap orang, kelompok, oraganisasi politik, organisasi masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat ( LSM ), atau lembaga
kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam perlindungan,
penegakaan, dan kemajuan hak asasi manusia.
2. Masyarakat juga berhak menyampaikan laporan atas terjadinya
pelanggaran hak asasi manusia kepada komnas HAM atau lembaga
lain yang berwenang dalam rangka perlindungan, penegakan, dan
kemajuan hak asasi manusia.
3. Masyarakat berhak mengajukan usulan mengenai perumusan dan
kebijakan yang berkaitan dengan hak asasi manusia kepada Komnas
HAM atau lembaga lainnya.
4. Masyarakat dapat bekerja sama dengan komnas HAM melakukan
penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenani
hak asasi manusia.
d. Mengembangkan Pendidikan HAM
Dr. Seto Mulyadi, seorang psikolog dan ketua komnas perlindungan
anak berpendapat, pembelajaran HAM sejak dini mulai dari anak-anak
merupakan tuntutan bagi pembangunan bangsa dimasa mendatang.
Dengan memahami HAM, moral bangsa akan terbangun sejak dini dan
mereka terlahir menjadi generasi yang menghargai hak asasinya sebagai
manusia.
Dr. Sri Untari, ahli psikologi sosial juga menyatakan bahwa
pembelajaran HAM harus disesuaikan dengan tingkatan usia dan
golongan masyarakat, serta adanya keselarasan antara pembelajaran
HAM didalam dan diluar rumah agar tidak ada benturan nilai.
Pembelajaran HAM sejak dini dilaksanakan tidak hanya bertujuan
sebagai pengetahuan ( knowladge) tentang HAM tetapi juga
mengembangkan sikap ( attitude) dan keterampilan ( skills ).
Penyampaian materi HAM dilakukan dengan metode diskusi dan
permainan, dan tujuan pembelajaran tidak hanya pengetahuan, tetapi
mengubah sikap dan meningkatkan keterampilan dibidang HAM. Materi
HAM untuk tingkat anak-anak diutamakan tentang hak anak, hak
perempuan dan minoritas, sedangkan untuk mahasiswa dan masyarakat
pada umumnya meliputi konsep HAM, hak sipil dan politik, hak
ekonomi, sosial dan budaya, masalah kriminasi, dan anti penyiksaan.
II.7 KAJIAN KASUS HAM
Kasus-Kasus Pelanggaran Berat HAM: Trisakti, Semanggi I dan II
Beberapa kasus pelanggaran berat HAM seperti peristiwa G30S, Tanjung
Priok, Warsidi Lampung sampai Kasus Semanggi I dan II kemungkinan bakal
digarap KKR.
Tragedi Trisakti tanggal 12 Mei 1998 menjadi pemicu kerusuhan sosial yang
mencapai klimaksnya pada 14 Mei 1998. Tragedi dipicu oleh menyalaknya
senapan aparat yang menewaskan empat mahasiswa Trisakti.
Kerusuhan, menurut laporan Relawan Kemanusiaan, tidak berlangsung begitu
saja. Fakta yang aneh, menurut mereka, setelah terjadi aksi kerusuhan yang
sporadis, aparat tampak menghilang, sementara sebagian kecil saja hanya
memandangi aksi penjarahan yang berlangsung didepan mereka
Masih menurut laporan Relawan, kerusuhan itu tampak direkayasa. Aksi itu
dipimpin oleh sekelompok provokator terlatih yang memahami benar aksi
gerilya kota. Secara sporadis mereka mengumpulkan dan menghasut massa
dengan orasi-orasi. Ketika massa mulai terbakar mereka meninggalkan
kerumunan massa dengan truk dan bergerak ke tempat lain untuk melakukan
hal yang sama.
Dari lokasi yang baru, kemudian mereka kembali ke lokasi semula dengan
ikut membakar, merampon mal-mal. Sebagian warga yang masih dalam
gedung pun ikut terbakar. Data dari Tim Relawan menyebutkan sekurangnya
1190 orang tewas terbakar dan 27 lainnya tewas oleh senjata.
Tragedi Trisakti kemudian disusul oleh tragedi semanggi I pada 13 November
1998. Dalam tragedi itu, unjuk rasa mahasiswa yang dituding mau
menggagalkan SI MPR harus berhadapan dengan kelompok Pam Swakarsa
yang mendapat sokongan dari petinggi militer.
Pam Swakarsa terdiri dari tiga kelompok, dari latar belakang yang berbeda.
Pembentukan Pam Swakarsa belekangan mendapat respon negatif dari
masyarakat. Mereka kemudian mendukung aksi mahasiswa, yang sempat
bentrok dengan Pam Swakarsa.
Dalam tragedi Semanggi I yang menewaskan lima mahasiswa, salah satunya
Wawan seorang anggota Tim Relawan untuk Kemanusiaan ini, tampak tentara
begitu agresif memburu dan menembaki mahasiswa. Militer dan polisi begitu
agresif menyerang mahasiswa, seperti ditayangkan oleh sebuah video dalam
Rapat Dengar Pendapat Umum di DPR Selasa 6 Maret 2001.
Rekaman itu memperlihatkan bagaimana polisi dan tentara yang berada di
garis depan berhadapan dengan aksi massa mahasiswa yang tenang. Pasukan
AD yang didukung alat berat militer ini melakukan penembakan bebas ke arah
mahasiswa.
Para tentara terus mengambil posisi perang, merangsek, tiarap di sela-sela
pohon sambil terus menembaki mahasiswa yang berada di dalam kampus.
Sementara masyarakat melaporkan saat itu dari atap gedung BRI satu dan dua
terlihat bola api kecil-kecil meluncur yang diyakini sejumlah saksi sebagai
sniper. Serbuan tembakan hampir berlangsung selama dua jam.
Satu tahun setelah itu, tragedi Semanggi II terjadi. Dalam kasus ini 10 orang
tewas termasuk Yun Hap, 22, mahasiswa Fakultas Teknik UI, ikut tewas.
Insiden ini terjadi di tengah demonstrasi penolakan mahasiswa terhadap
disahkannya RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB).
Kasus ini, menurut Hermawan Sulistyo dari Tim Pencari Fakta Independen
menyebut seperti sudah diperkirakan sebelumnya oleh aparat. Dia menurutkan
begini; ''Yun Hap ditembak pukul 20:40 oleh konvoi aparat keamanan yang
menggunakan sekurangnya enam truk militer yang mendekat dari arah Dukuh
Atas. Konvoi menggunakan jalan jalur cepat sebelah kanan alias melawan
arus. Paling depan tampak mobil pembuka jalan menyalakan lampu sirine
tanpa suara. Sejak masuk area jembatan
penyeberangan di depan bank Danamon, truk pertama konvoi mulai
menembak.
Sejumlah saksi mata melihat berondongan peluru dari atas truk pertama,
menyusul tembakan dari truk-truk berikutnya.'' Berdasarkan fakta di lapangan
TPFI menegaskan tidak mungkin ada kendaraan lain selain kendaraan aparat.
Sebab, jalur cepat yang dilalui truk-truk itu masih ditutup untuk umum. Lagi
pula truk-truk itu bergerak melawan arus, jadi tidak mungkin ada mobil lain
yang mengikuti.
Kini akibat peritiwa itu, sejumlah petinggi TNI Polri sedang diburu hukum.
Mereka adalah Jenderal Wiranto (Pangab), Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin
(mantan Pangdam Jaya), Irjen (Pol) Hamami Nata (mantan kapolda Metro
Jaya), Letjen Djaja Suparman (mantan Pangdan jaya) dan Noegroho
Djajoesman (mantan Kapolda Metro Jaya).
Pokok Kajian :
Dari kasus yang telah ada dapat disimpulkan bahwa penegakan HAM di
Indonesia hingga saat ini masih kurang dimana masih belum ada kesadaran
terhadap hak dan kewajiban seseorang. Dapat dilihat banyak korban-korban
yang ditimbulkan dari tragedi tersebut yang merupakan dampak dari
kurangnya penegakan HAM. Dalam kasus ini banyak sekali hak-hak asasi
manusia yang dilanggar antara lain :
1. Hak mengembangkan pribadi.
2. Hak memperoleh keadilan.
3. Hak kebebasan pribadi.
4. Hak atas rasa aman.
5. Hak atas kesejahteraan.
6. Hak turut serta dalam pemerintahan.
Karena kurangnya penegakan HAM baik dari pemerintah atau aparat yang
bersangkutan sehingga menyebabkan dampak yang besar dalam kesejahteraan
bangsa Indonesia. Apabila penegakan HAM di Indonesia masih belum bisa
ditegakkan maka bisa jadi kasus-kasus tersebut dapat terulang kembali. Oleh
karena itu peran pemerintah, aparat penegak HAM dan masyarakat turut serta
dalam meningkatkan penegakan HAM di Indonesia agar tercipta keadilan,
kesejahteraan serta kenyamanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi,
tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau
menindas HAM orang lain.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan
dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran
HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau
bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM,
pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara
peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan
HAM.
III.2 SARAN
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-
injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain.