pengertian asam

Upload: ananta-wijaya

Post on 11-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

GFYHG

TRANSCRIPT

Pengertian asam

basa

Lewis mendefinisikan:

Asam adalah senyawa kimia yang bertindak sebagai

penerima pasangan elektron. Basa adalah senyawa kimia yang

bertindak sebagai pemberi pasangan elektron.

Definisi asam-basa menurut Usanovich

Definisi ini merupakan perkembangan dari definisi asam

Lewis dan ditambah reaksi redoks. Asam adalah senyawa kimia

yang bereaksi dengan basa, membentuk kation atau menerima

elektron. Basa adalah senyawa kimia yang bereaksi dengan

asam, membentuk anion atau elektron.

B. Sumber Asam Basa

1. Protein

Protein berasal dari akar kata protos dari bahasa Yunani

yang berarti yang paling utama adalah senyawa organik

kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari

monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama

lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung

karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur

serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan

fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan protein

merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain

berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti

misalnya protein yang membentuk batang dan sendi

sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun)

sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai

komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam

transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein

berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang

tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).

Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa,

selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan

penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan

salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia.

Protein ditemukan oleh Jns Jakob Berzelius pada tahun 1838.

Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik.

Kode genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA,

yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang dilakukan

ribosom. Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya

tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme

pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi

penuh secara biologi.

2. Karbohidrat

Karbohidrat berasal dari kata hidrat dan karbon hidrat

atau sakarida (dari bahasa Yunani , skcharon,

berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik yang

paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi

dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar

(misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada

tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun

(misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur)

. Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon

dioksida menjadi karbohidrat.

Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida

atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan

senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung

gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan

banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat

digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus

(CH 2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya

tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian,

terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian

dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.

Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari

satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida,

misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat

merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang

terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula

bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin,

dan selulosa. Selain monosakarida danpolisakarida, terdapat

pula disakarida (rangkaian duaKeseimbangan Cairan, Elektrolit

Asam dan Basa

C. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Asam

Basa Dalam Tubuh

v pH dibawah 7,0 adalah asam

v pH 7,0 adalah netral

v pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)

v pH dibawah 7,0 adalah asam.

v Satuan derajat keasaman pH ;

Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir

1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi

(diatas 14,0). Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.

Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama,

karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan

efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh

menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan

asam-basa darah:

Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar

dalam bentuk amonia.

Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau

basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama

beberapa hari.

Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah

sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara

tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja

secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu

larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah

adalah bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada

dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu

komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke

dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak

bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih

banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan

dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit

bikarbonat.

Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil

tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus

menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa

karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru

karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).

Pernafasan, pusat pernafasan di otak mengatur jumlah

karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan

kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan

meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah

menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar

karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih

asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman

pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu

mengatur pH darah menit demi menit.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme

pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2

kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis

atau alkalosis.

Satuan derajat keasaman pH : pH 7,0 adalah netral

pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)

pH dibawah 7,0 adalah asam.

Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0);

sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi

(diatas 14,0). Darah memiliki ph antara 7,35-7,45.

Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara

seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat

memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh

menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan

asam-basa darah.

Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar

dalam bentuk amonia.

Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam

atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama

beberapa hari.

1. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah

sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara

tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja

secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu

larutan.

Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah

bikarbonat.

Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam

kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen

asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran

darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan

lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang

masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih

banyak karbondioksida dan lebih sedikit

bikarbonat.Karbondioksida adalah hasil tambahan penting

dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan

oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di

paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan

(dihembuskan).

2. Pernafasan, pusat pernafasan di otak mengatur jumlah

karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan

kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan

meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah

menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar

karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih

asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman

pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu

mengatur pH darah menit demi menit.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme

pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2

kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis

atau alkalosis.

D. Gangguan keseimbangan asam

basa.

1. Asidosis Respiratorik

Definisi

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang

berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah

sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau

pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman

pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida.

Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida,

pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya

kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang

mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih

cepat dan lebih dalam.

Penyebab :

Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak

dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini

dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang

mempengaruhi paru-paru, seperti:

Emfisema

Bronkitis kronis

Pneumonia berat

Edema pulmoner

Asma.

Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-

penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan

terhadap mekanisme pernafasan.

Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis

respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat,

yang menekan pernafasan.

3. Asidosis Metabolik

Definisi

Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang

berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat

dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem

penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring

dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam

dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan

kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah

karbon dioksida.

Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi

keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak

asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa

terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu

banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir

dengan keadaan koma.

Penyebab :

Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3

kelompok utama:

Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi

suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.

ebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan

dianggap beracun.Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan

zat anti beku (etileglikol).

verdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.

Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui

metabolisme.

ubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu

akibat dari beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah

diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali

dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan

asam yang disebut keton.

Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium

lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.

Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk

membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah

asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal

tidak berfungsi secara normal.

lainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis

(ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi

pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang

mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.

Penyebab utama dari asidosis metabolik:

Gagal ginjal

Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)

Ketoasidosis diabetikum

Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)

Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat,

metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida

Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran

pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostom

4. Alkalosis

Respiratorik

Definisi ;

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah

menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam,

sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah

menjad rendah.

Penyebab :

Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi,

yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida

yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi

yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.

Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:

rasa nyeri

sirosis hati

kadar oksigen darah yang rendah

demam

overdosis aspirin.

Pengobatan :

Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan

adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah

kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan

penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan

obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung

kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan

kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali

karbondioksida yang dihembuskannya.

Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk

menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas

dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini

dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10

kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala

hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan

penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

4. Alkalosis Metabolik

Defenisi :

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah

dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat

alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu

banyak asam.

Penyebab :

Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu

banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam

lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila

asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang

kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah

pembedahan perut). Pada kasus yang jarang, alkalosis

metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu

banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.

E. Pengkajian Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit, Asam Basa

Riwayat Kesehatan,Pemeriksaan Fisik, Dan Laboratorium.

Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

Cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat

badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi

antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu

tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari

total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini

relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.

Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel.

2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan

intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan

ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma

darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat

badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5%

dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada

kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan

transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan

sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion

Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel,

sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak

tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling

sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.

Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen

terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka.

Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan

intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan

intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi

keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen.

Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu

kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion

antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua

parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan

osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan

ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan

mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan

mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan

keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air

dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan

dan kehilangan abnormal dari air dan garam

tersebut. Penurunan volume cairan

ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri

dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan

volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.

Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk

pengaturan tekanan darah jangka panjang.

Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran

(intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan

tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan

antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini

terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen

dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover

dibagi dalam:

1) Eksternal fluid exchange merupakan pertukaran antara

tubuh dengan lingkungan luar; dan

2) Internal fluid exchange yaitu pertukaran cairan antar

pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi

di kapiler ginjal.

Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya

keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu

dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan

keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak

pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi

sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang

mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung

lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus

diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan

keseimbangan garam.

Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan

cara mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan

pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus

Filtration Rate (GFR).

Kebutuhan Asam Basa

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan

konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata

darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan dara vena 7,35.

Jika pH 7,45

dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas

metabolik dalam tubuh.

Ada Empat Sistem

Dapar :

1) Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan

ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh

non-bikarbonat

2) Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan

ekstrasel dan intrasel

3) Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam

eritrosit untuk perubahan asam karbonat

4) Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem

perkemihan dan cairan intrasel.Sistem dapar kimia hanya

mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika

dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki

ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan

dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat

terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat

rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan,

kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal

menghilangkan ketidakseimbangan tersebut.

Riwayat Kesehatan

Awali dengan kecurigaan klinis yang tinggi .

1) Teliti riwayat klinis dari perjalanan penyakit yang dapat

mengakibatkan ketidakseimbangan asam basa.Ini

membutuhkan pengetahuan tentang patogensis dari berbagai

gangguan asam basa. Contohnya, asidosis respiratorik mungkin

dapat diperkirakan timbul pada penderita penyakit paru

obstruksi menahun.

2) Perhatikan tanda dan gejala klinis yang mengarah kepada

gangguan asam basa.

Sayang sekali, banyak tanda dan gejala dari gangguan asam

basa tidak jelas dan non spesifik. Contoh, pernafasan

kussmaul pada pasien diabetes dapat merupakan tanda

kompensasi pernafasan terhadap asidosis metabolik.

3) Periksa hasil pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit dan

data lainnya yang mengarah kepada proses penyakit yang

berkaitan dengan gangguan asam basa.

Contoh, hipokalemia sering berkaitan dengan alkalosis

metabolik.

Contoh, peningkatan kadar kreatinin serum menunjukkan

insufesiensi ginjal dan insufesiensi serta gagal ginjal sering

disertai asidosis metabolik.

4) Kemungkinan berhubungan dengan ;

kehilangan cairan secara berlebihan.

Berkeringat secara berlebihan.

Pengunaan diuretik.

Pendarahan

Malnutrisi

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit

difokuskan pada;

Integumen ; Keadaan turgor

kulit,edema,kelelahan,kelemahan otot,tetani,dan sensasi

rasa.

Kardiovaskular ; Distensi vena jugularis,tekanan

darah,hemoglobin,dan bunyi jantung.

Mata ; cekung,air mata kering

Neurologi ; Refleks,gangguan motorik dan

sensorik,tingkat kesadaran.

Gastrointestinal ; keadaan mukosa mulut,mulut dan

lidah,muntah-muntah,dan bising usus.

Pemeriksaan laboratorium

Pemerriksaan elektrolit,darah lengkap,pH,berat jenis

urin,dan analisis gas darah.

Cotto, S. and R. Ranuh (2003). Abdominal migraine and

cyclical vomiting. Dignan, F., D. N. K. Symon, et al.

(2003). The prognosis of cyclical vomiting syndrome. Arch

Dis Child 84 : 55-57.Seminars in Pediatric Surgery 12 :

254-258.

Goulet., Kleinman.et al. Ontario, BC. Decker Inc. 1 :

203-209.

http// choleed.wordpress.com/2008/17/asam basa

Judith, M. S. (2004). Vomiting. Pediatric Gastrointestinal

Disease

Musrifatul Uliyah dan A.Aziz Alimut Hidayat.

Keterampilan Dasar Prakik Klinik Kebidanan. Selemba

Medika,2006

Murray, K. F. and D. L. Christie (1998). Vomiting.Pediatric 19 : 337-341.

Goulet., Kleinman.et al. Ontario, BC. Decker Inc. 1 : 203-209.

http// choleed.wordpress.com/2008/17/asam basa

Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang

penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.

Satuan derajat keasaman pH ;