pengenalan software matematika wolfram untuk … · 2019. 5. 6. · dalam bentuk lain, jika...
TRANSCRIPT
PENGENALAN SOFTWARE MATEMATIKA WOLFRAM
UNTUK BERBAGAI KOMPUTASI PADA
BIDANG TEKNIK ELEKTRO Ir. Timbang Pangaribuan, MT
Ir. Sahat P. Siahaan, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas HKBP Nommensen
Jl. Sutomo No. 4A Telepon (061)4522922 Fax 4571426 Medan 20234
e-mail : [email protected]
ABSTRACT
An engineer must relate to the engineering design process requires computing is quite good, so it can perform
computation for various design purposes. Of the college experience, a computational tool that is often used is the
FORTRAN and MATLAB software. This last encountered a new experience in computing with software
TUNGSTEN. This software has the ability to very high and wide in the fields of mathematics, physics and engineering
fields. From the experience of using software Wolfram, encountered no ease in obtaining computing output in the
form of numerical data or graph data, so the software is demonstrated reliability in computing engineering field.
Therefore, it is worth doing the research to develop computational algorithms process, especially in the field of
electrical engineering. If the author managed to build algorithms and examples for using the application program, then
this software will add to the wealth of computing in Electrical Engineering Program Faculty of Engineering in
particular and in general.
Keywords : computation, algorithm, numerical data.
1. Latar Belakang
Software yang sering digunakan dalam komputasi bidang teknik elektro adalah
FORTRAN dan MATLAB, tetapi belakangan ini ditemui alat komputasi numerik terbaru dengan
nama Software Wolfram Mathematica. Pada sisi wolfram mathematika, suatu proses persamaan
numerik yang akan dihitung dinyatakan sebagai bagian dari input, dan hasil yang diperoleh
dinyatakan sebagai bagian dari output, dan keduanya input dan output akan ditampilkan secara
bersamaan atau simultan dalam satu window atau satu workspace. Kemudian dalam workspace
yang sama dapat dilakukan berbagai jenis komputasi secara bersamaan, boleh saling berkaitan dan
boleh bebas satu sama lainnya. Wolfram Mathematika adalah sebuah alat proses komputasi dalam
bentuk perangkat lunak, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.
Program komputasi yang akan diproses harus selalu ditunjukkan dalam tampilan
program. Suatu program dapat memiliki area tertentu dan dapat dijalankan hanya pada satu area
saja atau dapat juga dijalanakan semua area program secara bersamaan.
Gambar 1. Tampilan Awal Wolfram Mathematica
2. Perumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam tulisan ini adalah bagaimana membangun rancangan proses
untuk berbagai komputasi yang diperlukan dalam dunia teknik elektro, sehingga solusi setiap
persamaan dalam desain kecil atau besar dapat ditampilkan dengan mudah. Selain itu untuk
melakukan analisis yang berulang-ulang dengan cepat dalam memilih parameter tertentu yang
diperlukan dalam desain, tentunya akan lebih mudah jika dimiliki suatu proses komputasi yang
kompleks, sesuai dan lebih mudah. Dari sejumlah pengamatan buku literatur dan masalah-masalah
tugas akhir mahasiswa khususnya dalam desain yang menyangkut komputasi, penelitian ini akan
menghasilkan tuntunan penggunaan wolfram dalam komputasi dunia teknik elektro, diantaranya
adalah menyelesaikan persamaan diferensial model linier dan nonlinier, membuat proses
komputasi berulang, menampilkan grafik dalam berbagai bentuk dan lain sebagainya yang
diperlukan.
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan tahapan-tahapan dalam
menyelesaikan berbagai persamaan yang tunggal atau persamaan yang saling bergantungan dalam
suatu proses desain. Penelitian ini diharapkan memberi sumbangsih yang besar dalam komputasi
khususnya dalam menyelesaikan persoalan desain sistem, oleh karena itu diperlukan membangun
penuntun dalam penggunaan wolfram mathematica, sehingga secara bertahap mahasiswa teknik
elektro akan familiar menggunakan wolfram mathematica.
4. Tinjauan Pustaka
Secara umum bentuk persamaan dalam bidang teknik elektro ada dua jenis, jenis yang
pertama menggunakan hanya bilangan riil dan jenis yang kedua menggunakan bilangan kompleks.
Di kedua persamaan tersebut ada yang harus dilakukan berulang-ulang, ada yang harus dikerjakan
dalam grafik dari batas Xmin sampai batas Xmaks dalam sumbu horizontal. Ada juga persamaan
yang harus diselesaikan dalam bentuk analitik, misalnya menyelesaikan persamaan diferensial
biasa, mulai dari orde pertama, orde kedua, orde ketiga sampai orde tingkat tinggi, persamaan
integral tak tentu atau dengan batas tertentu, persoalan tansformasi Laplace dan lain sebagainya.
Persamaan diferensial ada dalam bentuk persamaan linier dan ada pula dalam bentuk
persamaan nonlinier. Persamaan dalam bentuk linier dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan
bentuk standar yang berlaku, tetapi dalam dunia teknik proses tersebut membutuhkan waktu
penyelesaian yang lama, maka diperlukan proses penyelesaian yang cepat tentunya menggunakan
program matematika komputer.
Suatu filter ideal dalam bidang telekomunikasi, memiliki fungsi transfer dalam kawasan
frekuensi w dengan persamaan Hd(ejw) dan memiliki respon frekuensi dengan bentuk rectangular.
Jika fungsi rectangular ini dikonvolusikan dengan sebuah fungsi lainnya disebut dengan window
W(ejw) yang memiliki respon bukan rectangular, maka akan diperoleh respon filter H(ejw) seperti
ditunjukkan pada Gambar 2. Efek dari window yang diberikan adalah diperolehnya suatu batas
frekuensi passband, transition band dan stopband dengan batas frekuensi tertentu.
Sebuah filter Finite Impulse Response (FIR) causal dengan respon impuls h(n), dan respon
dimaksud dapat diperoleh dengan mengkonvolusikan dengan sebuah window lain w(n) yang
berawal dari titik 0 dan berakhir di N-1 yang diberikan oleh persamaan (1).
Gambar 2. Respon Frekuensi Lowpass Filter Metoda Windowing
)(2/1
2/1sin)( nw
Nn
Nnwnh c
(1)
Respon pulsa h(n) akan menghasilkan kurva yang simetris di titik n = , dan window juga akan
simetris pada suatu titik = (N-1)/2. Selanjutnya respon frekuensi H(ejw) untuk respon impuls
dari persamaan (1) dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (2).
2/)3(
0
2/)1(cos)(22
1 N
n
jw NnwnhN
heH (2)
Langkah pertama adalah menentukan koefisien filter h(n) dari persamaan (1). Selanjutnya
hasilnya dimasukkan ke persamaan (2) serta variable lainnya yang diperlukan diberikan.
Perhitungan pada persamaan (2) dapat berulang dari n=0,1,….,N sedemikian, untuk setiap
frekuensi w sebagai variable dalam menggambarkan respon frekuensi.
Dalam sistem kendali, deskripsi matematik dari karakteristik dinamik suatu sistem yang
dikendalikan disebut model matematik. Secara umum bentuk persamaan diferensial orde ke-n
sistem dinamik plant yang bersifat linier dapat dituliskan seperti persamaan (3).
)()()(
........)()(
011
1
1 tutyadt
tdya
dt
tyda
dt
tydn
n
nn
n
(3)
Dalam hal ini, an-1,…, a1, a0 : adalah konstanta
y(t) : variabel output sebagai fungsi dari waktu t.
u(t) : variabel input sebagai fungsi dari waktu
Persamaan (3) di atas umumnya dibentuk kedalam persamaan ruang keadaan, sehingga persamaan
diferensial tersebut akan diuraikan menjadi sejumlah persamaan diferensial orde pertama. Dalam
hal ini terdapat sejumlah variabel baru x1, x2, ......., xn yang disebut dengan variabel keadaan dalam
persamaan ruang keadaan orde ke-n, sebagai persamaan diferensial orde kesatu sebanyak n buah.
uxaxaxadt
yd
dt
dx
xdt
yd
dt
dx
xdt
yd
dt
dx
xdt
dy
dt
dx
yx
nnn
n
n
n
nn
n
n
n
12110
1
1
1
1
32
2
2
21
1
......
.......... (4)
Selanjutnya untuk menyelesaikan setiap state tersebut dilakukan pengintegrasian, maka
pengambilan keputusan dalam mengamati respon sistem yang didesain apakah sudah memenuhi
kriteria atau spesifikasi yang diinginkan atau belum dapat dilakukan dengan baik.
5. Metodologi Penelitian
Metoda Penelitian yang akan dilakukan adalah dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Memilih dan menentukan bentuk-bentuk persamaan yang akan digunakan untuk
pelaksanaan komputasi.
2. Memilih jenis algoritma dan proses komputasi yang akan digunakan secara bersamaan
untuk mencari solusi termudah dan terbaik.
3. Menentukan proses penyelesaian persamaan-persamaan yang dipilih dan
menerjemahkannya dalam program komputer yang digunakan.
Suatu persamaan diferensial dapat diselesaikan dengan pendekatan numerik. Untuk
persamaan diferensial orde pertama dilakukan dengan,
𝑑
𝑑𝑡 𝑥(𝑡) = 𝑓(𝑥) =
𝑥(𝑡+ℎ) − 𝑥(𝑡)
ℎ (5)
Integrasi dari persamaan (5) dapat diselesaikan sehingga solusi x(t) diperoleh dengan,
𝑥(𝑡 + ℎ) = 𝑥(𝑡) + ℎ 𝑑𝑑𝑡
𝑥(𝑡) = 𝑥(𝑡) + ℎ 𝑓(𝑥) (6)
Persamaan (6) di atas dapat diselesaikan secara numerik dengan memilih interval waktu h
sedemikian rupa, sehingga diperoleh hasil integrasi numerik dengan batas watu tertentu; dalam hal
ini nilai h dipilih sekecil mungkin misalnya h < 0,01 detik.
Dalam bentuk lain, jika persamaan diferensial orde pertama yang terbentuk dari sejumlah
persamaan diferensial misalnya f1(x), f2(x) dan f3(x) dan lain sebagainya, artinya lebih dari satu
persamaan diferensial orde pertama, maka bentuk x(t+h) harus juga dibuat dalam bentuk x1(t+h),
x2(t+h) dan x3(t+h). Secara manual persamaan ini akan dihitung lebih rumit dan akan lebih sulit
jika diperlukan pengulangan perhitungan dengan bentuk persamaan dan variable lainnya.
Pendekatan solusi persamaan (6) memiliki keakuratan dan kelemahan yang rendah jika
diinginkan menyelesaikan persamaan diferensial nonlinier. Misalkan suatu persamaan diferensial
nonlinier satu variabel dari bentuk Ginzburg-Landau dengan persamaan,
𝑑
𝑑𝑡 𝑥(𝑡) = −𝑥 + 𝛾 𝑥3 (7)
dengan adalah parameter riil bernilai positip, maka solusi yang tepat yang dapat dilakukan
menyelesaikan persamaan (7) di atas adalah sulusi integrasi Runge-Kutta orde ke empat yang
memiliki persamaan:
𝑥(𝑡 + ℎ) = 𝑥(𝑡) + ℎ 𝐾1+ 2 𝐾2+ 2 𝐾3+ 𝐾4
6 (8)
Jika pada saat t = 0 diketahui x(t) = x0, maka nilai x saat t = t + h diperoleh dengan,
K1 = -x0 + x03
K2 = -(x0 + K1/2) + (x0 + K1/2)3
K3 = -(x0 + K2/2) + (x0 + K2/2)3
K4 = -(x0 + K3) + (x0 + K3)3 (9)
Untuk proses selanjutnya sampai diperoleh kondisi steady state, maka diberikan
penambahan waktu untuk setiap komputasi dengan t = t + 2 h, t = t + 3 h, t = t + 4 h dan seterusnya.
6. Komputasi Numerik Matematika Wolfram Komputasi numerik Wolfram memiliki bentuk workspace dimana layar komputasi dan
layar grafik berada dalam satu window yang sama. Pada window workspace, perhitungan
langsung dapat dilakukan dan output yang diinginkan untuk ditampilkan dapat dituliskan secara
langsung. Komputasi numerik untuk suatu persamaan akan lebih mudah dilakukan, jika si
pengguna telah mulai terbiasa menggunakan program function. Oleh karena itu sebaiknya sebuah
persamaan yang hasilnya diinginkan akan diberikan dalam bentuk grafik, maka persamaan
dimaksud haruslah tertera dalam bentuk function.
Misalnya sebuah persamaan respon waktu sistem orde kedua dalam sitem kendali memiliki
bentuk,
y(t) = 1 - e-z w t 1
√1−𝑧2 sin [w (√1 − 𝑧2 ) t + tan-1
√1−𝑧2
𝑧 ]
Terlihat bahwa persamaan di atas memiliki 2 buah konstanta z dan w, dan 1 variabel waktu yaitu
t. Akan diamati grafik y(t) untuk z berobah dari z = 0.1 ; z = 0.2 ; z = 0.3 dan w=1; w=2; w=3
untuk interval waktu yang sama, t = 20 detik.
Dua variabel dijadikan sebagai parameter yang berubah. Parameter z dapat berubah dari
0,05 sampai 0,95 dengan kenaikan 0,05 dan parameter w berubah dari 1 sampai 3 dengan kenaikan
0,5. Saat program ini dijalankan dengan menekan tombol SHIFT dan ENTER secara bersamaan,
maka program akan RUN. Selanjutnya jika tombol play di CLICK, akan terjadi perubahan
parameter z dan w. Demikianlah animasi respon dapat dilihat setiap saat, dari waktu x = 0 sampai
2500 secara berulang-ulang.
Gambar 3. Grafik dari Animasi Respon saat z = 0,1 dan w = 3
Contoh Kasus Sistem Orde Pertama
Misalkan suatu sistem orde pertama memiliki persamaan diferensial plant dengan,
�̇�(𝑡) + 𝑦(𝑡) = 1
a. Solusi Menggunakan Solusi Analitik
Dengan proses memakai Solusi Analitik, dibuat program Wolfram seperti berikut:
Selanjutnya untuk kondisi awal ditentukan y(0) = 0 maka diperoleh solusi persamaan
(4-12) tersebut adalah,
Atau hasilnya sama dengan y(t) = 1 – e-t
dan selanjutnya hasil grafik persamaan (4-12) diberikan seperti Gambar 4.7.
Gambar 4. Hasil Dengan Solusi Matematika
b. Solusi Menggunakan Solusi Numerik Metoda Runge-Kutta
Dengan menggunakan proses yang dilakukan memakai metode Runge-Kutta derajat ke-
empat, dibuat program seperti berikut ini :
Fungsi dibentuk dengan
f[t_,y_] = 1 – y
dan variable persamaan Runge Kutta dibuat dengan S1, S2, S3 dan S4. Setiap variable
tersebut menggunakan f[t_,y_] di atas.
Selanjutnya diperoleh hasil grafik persamaan (4-12) seperti Gambar 4.8.
0 1 2 3 4 50.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
Gambar 5. Hasil Dengan Metoda Runge-Kutta
Perbandingan hasil dari kedua solusi tersebut yaitu solusi Analitik dan solusi metoda
numeric Runge-Kutta diberikan pada Gambar 4 dan Gambar 5, hasilnya adalah sama dan memiliki
error y(t) ~ 0. Asumsi yang dapat dibuat, jika solusi ini sama maka solusi untuk plant sistem NON-
LINIER dapat dipastikan sama. Alasan ini perlu karena untuk solusi analitik siatem persamaan
non-linier sangat sulit dilakukan secara manual.
6.1. Contoh Plant Sistem Orde Kedua Misalkan suatu sistem orde pertama memiliki persamaan diferensial,
�̈�(𝑡) + 2 �̇�(𝑡) + 26 𝑦(𝑡) = 26
a. Solusi Menggunakan Solusi Analitik
Dengan Solusi Analitik dibuat program seperti berikut ini :
Selanjutnya untuk kondisi awal ditentukan y’(0) = 0 dan y(0) = 0 maka diperoleh
solusi persamaan (4-13) tersebut adalah,
0 1 2 3 4 50.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
Dan hasil grafik ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Hasil Dengan Solusi Matematika
b. Solusi Menggunakan Solusi Numerik Runge-Kutta Dengan menggunakan proses yang dilakukan memakai metode Runge-Kutta untuk plant
orde kedua, langkah pertama yang digunakan adalah membagi persamaan ke bentuk persamaan
state yaitu,
𝑥1 = 𝑦
𝑥2̇ = �̈� = −2 𝑥2 − 26 𝑥1 + 26
𝑥1̇ = �̇� = 𝑥2
Selanjutnya dibuat formulasi program dengan membuat dua buah penyelesaian persamaan
diferensial orde satu di atas dengan metoda Runge-Kutta seperti berikut ini.
1 2 3 4 5
0.5
1.0
1.5
Selanjutnya diperoleh hasil grafik persamaan (4-13) seperti Gambar 7 untuk variable sate
x1 dan Gambar 8 untuk variable sate x2 .
Kedua Solusi Analitik dan Solusi Numerik Runge-Kutta adalah memberikan hasil yang
sama dengan error ~ 0 seperti ditunjukkan pada Gambar 7 dan Gambar 8.
Gambar 7 . Hasil Dengan Metoda Runge-Kutta untuk x1
1 2 3 4 5
0.5
1.0
1.5
Gambar 8. Hasil Dengan Metoda Runge-Kutta untuk x2
6.2. Contoh Dalam Pemrosesan Sinyal
Sebuah Low Pass Filter ideal ditunjukkan pada Gambar 2 sebelumnya. Batas frekuensi
pada filter digital adalah antara – dan , dan frekuensi filter diberikan oleh batas w0. Filter
memiliki transition band sebesar 4/N, dengan N adalah derajat filter yang diperoleh untuk
rancangan. Frekuensi fc adalah sebagai batas passband frekuensi, dan frekuensi fr adalah sebagai
batas stopband frekuensi.
Fungsi-fungsi berbagai jenis window yang sering digunakan dalam desain filter digital
adalah sebagai berikut :
1. Rectangular. Window rectangular mempunyai amplitudo sama dengan satu untuk
filter terbatas pada derajat N.
𝜔𝑅(𝑛) = {1, 0 ≤ 𝑛 ≤ 𝑁 − 10, 𝑒𝑙𝑠𝑒𝑤ℎ𝑟𝑒
2. Hanning. Window Hanning mempunyai amplitudo yang dibentuk oleh fungsi
cosinus, untuk filter terbatas pada derajat N.
𝑤𝐻𝑎𝑛(𝑛) = {{1 − cos [2𝜋𝑛
(𝑁 − 1)⁄ ]}
2⁄ , 0 ≤ 𝑛 ≤ 𝑁 − 1
0, 𝑒𝑙𝑠𝑒𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒
Cara yang mudah untuk memperoleh sebuah filter Finite Impulse Response (FIR) adalah
memotong dengan simpel respon impuls dari sebuah filter Infinite Impulse Response (IIR). Jika
hd(n) merepresentasikan respon impuls dari sebuah filter IIR yang diinginkan, maka filter FIR
dengan respon impuls h(n) dapat diperoleh sebagai berikut :
Definisikanlah K1, w1 dan K2, w2 merepresentasikan spesifikasi frekuensi cut-off dan
stopband untuk filter digital, maka perancangan sebuah filter digital diberikan dengan step-step
seperti berikut ini :
Step 1. Diilih terlebih dahulu type dari window yang akan digunakan.
Step 2. Dipilih jumlah titik pada window untuk memenuhi lebar transition bandnya,
sehingga diperoleh frekuensi transisi dengan persamaan,
wt = w2 – w1 N
k 2.
dalam hal ini k nilainya tergantung dari jenis window yang digunakan. Disusun
ulang kembali persamaan di atas maka akan diperoleh,
1 2 3 4 5
2
1
1
2
3
4
12
2.
ww
kN
Step 3. Pilihlah wc untuk membentuk respon impuls dengan,
wc = w1 dan
Selanjutnya pemilihan koefisien filter yang membentuk respon impuls diperoleh
dengan persamaan,
)(2/1
2/1sin)( nw
Nn
Nnwnh c
Step 4. Tentukanlah respon frekuensi H(ejw) dengan menggunakan persamaan,
2/)3(
0
2/)1(cos)(22
1 N
n
jw NnwnhN
heH
6.2.1. Window Rectangular
Untuk memperoleh respon pulsa dengan type window yang digunakan adalah
Rectangular dengan N = 55, dengan memilih frekuensi cut-off adalah 0,15 sebagai variable b
dalam program, maka dibuat program seperti berikut ini :
Loop : Respon Pulsa Window Rectangular Clear[wh,hd,T,W,H,p1,p2,g1,g2]; M=55; a=(M-1)/2; b=0.15*Pi;
wh[n_]=1 ; hd[n_]=Sin[b*(n-a)]/(Pi*(n-a)) ; T = Table[ j-1,{j,1,M+1}] ; W = Table[ 0,{j,1,M+1}] ; H = Table[ 0,{j,1,M+1}] ; Do[ w1 = wh[i]; W[[i+1]]=w1; If[i a,H[[i+1]]=(b/Pi)*w1,H[[i+1]]=w1*hd[i]]; ,{i,1,M} ]; p1=Transpose[{T,W}];
g1= ListPlot[p1,PlotStyle PointSize[0.01`],Filling Axis] p2=Transpose[{T,H}];
g2 =ListPlot[p2, PlotRange {{0,M},{-0.2*b/Pi,1.2*b/Pi}}]
Hasil yang diperoleh dalam bentuk respon pulsa adalah seperti pada Gambar 9, Gambar
10 dan Gambar 11.
Gambar 9. Respon Pulsa Rectangular Asal
Gambar 10. Respon Pulsa Window Rectangular
Gambar 11. Respon Frekuensi Window Rectangular
6.2.2. Window Hanning
Untuk memperoleh respon pulsa dengan type window yang digunakan adalah Hanning
dengan N = 55, dengan memilih frekuensi cut-off adalah 0,15 sebagai variable b dalam program,
maka dibuat program seperti berikut ini :
Loop : Respon Pulsa Window Hanning Clear[wh,hd,T,W,H,p1,p2,g1,g2]; M=55;
0 1 2 3 4 5 6
0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
a=(M-1)/2; b=0.15*Pi; wh[n_]=(1-Cos[Pi*n/a])/2 ; hd[n_]=Sin[b*(n-a)]/(Pi*(n-a)) ; T = Table[ j-1,{j,1,M+1}] ; W = Table[ 0,{j,1,M+1}] ; H = Table[ 0,{j,1,M+1}] ; Do[ w1 = wh[i]; W[[i+1]]=w1; If[i a,H[[i+1]]=(b/Pi)*w1,H[[i+1]]=w1*hd[i]]; ,{i,1,M} ]; p1=Transpose[{T,W}]; g1= ListPlot[p1,PlotStyle ->PointSize[0.01`],Filling ->Axis] p2=Transpose[{T,H}]; g2 = ListPlot[p2,Filling ->Axis,PlotRange ->{{0,M},{-0.2*b/Pi,1.2*b/Pi}}]
Hasil yang diperoleh dalam bentuk respon pulsa adalah seperti pada Gambar 12, Gambar
13 dan Gambar 14.
Gambar 12. Respon Pulsa Hanning Asal
Gambar 13. Respon Pulsa Window Hanning
Gambar 14. Respon Frekuensi Window Hanning
Hasil penelitian ini adalah sama jika dikerjakan dengan Program Matlab seperti Riset yang
telah dilakukan pada tahun 2012 dengan judul riset DESAIN FILTER DIGITAL
MENGGUNAKAN TEKNIK WINDOWING DENGAN SIMULASI BERBASIS MATLAB.
Maka dapat disimpulkan kembali dari hasil yang dicapai pada bagian ini bahwa Pemrograman
Wolfram sudah memberikan kontribusi baru dalam dunia teknik elektro, tetapi perlu melakukan
sosialisasi kepada mahasiswa pengguna sebagai pelatihan tentang tata cara mengoperasikan
Software Wolfram ini.
Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan dalam penelitian ini, penulis memberikan beberapa
kesimpulan seperti berikut ini :
1. Menurut perkiraan penulis dan seperti pengalaman penulis dalam menggunakan software
wolfram, bahan yang diberikan dalam penelitian ini khususnya bab 3 dan bab 4 sudah
sangat memadai untuk mahasiswa program S1 bidang teknik elektro, kelemahannya hanya
terletak pada waktu dan kesempatan supaya software ini menjadi bagian dalam kurikulum
teknik elektro.
2. Menurut perkiraan penulis dan seperti pengalaman penulis dalam menggunakan software
wolfram juga setelah menyelesaikan sejumlah simulasi dalam sistem kendali dan
pemrosesan sinyal, contoh-contoh yang diberikan sudah sangat memadai dan dapat
membantu mahasiswa dalam melakukan simulasi bidang listrik baik sistem linier maupun
nonlinier.
7. Daftar Pustaka
Steven Wolfram, 1991, Mathematica in A System for Doing Mathematics by Computer, Addison-
Wesley Publishing Company, Inc.
Fausto Pedro García Márquez, 2013, Digital Filters and Signal Processing, InTech Publishers,
Croatia.
0 1 2 3 4 5 6
0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
Jaan Kiusalaas, 2005, Numerical Methods in Engineering with Matlab, Cambridge University
Press, New York.
Katsuhiko Ogata, 1994, Solving Control Engineering Problems with Matlab, Prentice-Hall, Inc.,
London.
Katsuhiko Ogata, 1997, Modern Control Engineering, Prentice-Hall, Inc., London.
Lonnie C. Ludeman, 1987, Fundamentals of Digital Signal Processing, John Wiley & Sons, New
York.
Mikhaylo Andriychuk, 2012, Numerical Simulation, from Theory to Industry, InTech Publishers,
Croatia.
Shoiciro nakamura, 1991, Applied Numerical Methods with Software, Prentice-Hall, Inc., London.
Vasilios N. Katsikis, 2012, Matlab – A Fundamental Tool For Scientific Computing and
Engineering Applications, InTech Publishers, Croatia.
Wai-Kai Chen, 2005, A Mathematical Introduction to Control Theory, World Scientific
Publishing Co. Pte. Ltd., London.