pengembangan usaha kecil

13
 EKONOMI !fe  ;ii—  Volume 3, No. 3 Th. 2000 PEN GE MB AN GA N USA H A KF.CIL DAI AM PE RS PEKTIF K E WIR A 0 S A H A A N l'ifUv’lll i •: I ' i i i SAMPLING YANG MEMADAI AGAR GENERALISAS1 MENUJU POPULASI MENJApI MAKSIMAI.  N u r i v i y a n t a ! AUDI! SEKTOR PUBLIK :VALUE FOR MOtSEY AUDIT DA LAM R A N G K A ¡OTO N O M I DA ER AH | i : I DAN PEMANFAATANNYA DI PERUSAHAAN 1M ev iil ind a A. F. i i m i ! FIT AND PROPER TEST BAGI PEJABAT PERBA NKA N DI INDONESIA i \<fw itot po Ko'.": r , i o YAYASAN S EBA GAI SU BY FK PAJAK Pritjoto PAJAK DAERAH DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA YOGYAKARTA DAN KABUPA TEN SLEMAN (1995 -lj999) Dwiit VV'.-?ly  j . r l g j j i  j ; P EN GK AJI AN P E N G EMB A N G A N E KO N O M I  lAKIIIAS EKONOMI UNIVERSITAS JANABADRA V o c ; v A K  A l *TA

Upload: ridone212700

Post on 07-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sektor usaha kecil diyakini menjadi “katup pengaman ” di saat krisisekonomi melanda Indonesia. Sementara industri menengah dan besar satu persatu ambruk, usaha kecil dapat bertahan menghadapi terpaan badai krisis. Namun demikian berbagai kendala masih dihadapi usaha kecil dalamupaya pengembangannya. Program ekonomi yang diluncurkan pemerintah belum sepenuhnya memihak pada upaya pengembangan usaha kecil. Selain itu fakto r internal (antara lain: faktor kewirausahaan) juga masih menjadi penghalang berkembangnya usaha kecil di Indonesia. Diperlukan program yang komprehensif dan bersifatlangsung dalam upaya pemberdayaan usaha kecil.

TRANSCRIPT

  • EKONOMI ! f e ; i i

    Volume 3, No. 3 Th. 2000

    P E N G E M B A N G A N USA H A KF.CIL DAI AM

    P E R S P E K T IF K E W IR A 0 S A H A A N

    l'ifUvllli : I ' i i i

    SA M PL IN G YANG M EM ADAI AGAR GENERALISAS1

    M E N U JU POPULASI M E N J A p I M AKSIM AI.

    Nuriviyanta !

    A U D I! S E K T O R PUBLIK : V ALUE FO R MOtSEY A U DIT

    DALAM R A N G K A OTO N O M I DAERAH

    | i : I

    DAN PEM ANFAATANNYA DI PER U SA H A A N

    1 M e v i i l i n d a A . F .iim i!

    FIT A N D P R O P E R T E S T BAGI PEJABAT

    P E R B A N K A N DI IN D O N E SIA

    i \

  • > w

    I K O N O M I J A N A V I S I

    Pelindung Dok in l-akullas H konom i Dr H llasri, MM

    k e lu a lll D ts S uqad in ian . MM

    Jsw ab K elua D ivisi P & P |>r* V anuar Saksono, MM

    D r w an R edaksi l'tt'V ( I M ) Sied|.Ui> Stisrodthardjo , SU , M A

    Ih n M S upan n o k o . M A , Pli I)

    R edaksi Pelaksana Dt* W innuadji, M A

    Dt* II H itm rolic H arun, M Sc De* Suiiidi. Akt

    Sekretaris Artel la d la su lu d ie n , SH

    I vi (.iravitiani, SH

    I lu lnm gan M asyarakat Kelua

    D rs D anang W ahyudi

    Anggota :Dra K artinah

    iiu rhanud in , SH Rini R aharti, SH

    M cyulinda A Hlim, SH

    DI I I Rltl I KAN D IV ISI P AL- P PI N tikA JIAN DAN PI N(l M IJAN .AN I KOMOMI

    I A K III I AS I KDNDMI I INIVI RSI I AS IANAIIM)R

  • JURNAL EKONOMI JANAVISI

    VOLUME 3 NO. 3, 2000

    DAFTARISINAMA HAL JUDUL

    Ridwan 1 - 8 Pengembangan Usaha Kecil Dai ain Perspektif Kewirausahaan

    Nurwiyanta 9 - 2 4 Sampling yang Memadai Agar Generalisasi Menuju Populasi Menjadi Maksimal

    Attaulah 2 5 -4 4 Audit Sektor Publik: Value For Money Audit Dalam Rangka Otonomi Daerah

    Meyulinda A. Elim 4 5 -5 6 Pengembangan Teknologi 1 n formasi Dan Pemanfaatannya di Perusahaan

    Koestomo Koesno 5 7 -6 6 Fit and Proper Test Bagi Pejabat Perbankan di Indonesia

    Prajoto 6 7 -7 6 Yayasan Sebagai Subyek Pajak

    Didit Welly Udjianto 7 7 -9 2 Pajak Daerah Dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman (1995 - 1999)

  • SKKAPUR SIRIII

    Waktu terus berlalu daii berjalan kedopan, banyak orang berpengharapan lup senang, bahagia dan berkecukupan selama-lamanya atau abadi, tapi realita i>{< ubmb adalah perubahan, dan perubahan itu sendiri yang membuat manusia c*ii)di multi-kotomi dalam ruang, status sosial-ekonomi, jenjang, golongan, lompok dan lainnya akibat un-certainty dan un-predictable waktu yang masih tcprt

    l'emenuhan kebutuhan-kebutuhan (needs) dan mewujudkan keinginan- lltgman (wants) dibutuhkan kemampuan visionary on the future, perencanaan

    yang realitas, fleksibilitas yang dinamis terukur dan mengakomodasi rbfigm kepentingan secara proporsional (democracy), untuk itu kita berusaha ih* (o he a good economic man tapi juga dilandasi law-politic-culture-ideology- foty soclo- based yang inter-linkage, sehingga dapat to be a leader o f the Mrttfi'.dalatn memimpin, berinteraksi dan berhubungan dengan sesama yang tftnniiat bagi lingkungan.

    iumal-jumal ekonomi seperti janavisi ini hanya sebagai salah satu wahana piimhuman wacana pencapaian dan mewujudkan_a high quality o f life luixtisnya manusia-manusia indonesia baik sebagai warga bangsa maupun warga egtti'n. untuk itu harapan redaksi adalah jagalah, peliharalah, tumbuhkanlah dan cmbangk^nlah media ini oleh kita ,bukan hanya saya ,kami atau dia tetapi kita tvtfas akademika khususnya lingkungan ekonomi sebagai co-determinant cbcrhasilan

    REDAKSI

  • PENGEM BANGAN USAHA KECIL DALAM PERSPEKTIF KEWIRAUSAHAAN

    Ridwan

    ABSTRAK

    Sektor usaha kecil diyakini menjadi katup pengaman di saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Sementara industri menengah dan besar satu persatu ambruk, usaha kecil dapat bertahan menghadapi terpaan badai krisis. Namun demikian berbagai kendala masih dihadapi usaha kecil dalam upaya pengembangannya. Program ekonomi yang diluncurkan pemerintah belum sepenuhnya memihak pada upaya pengembangan usaha kecil. Selain itu /aktor internal (antara lain: faktor kewirausahaan) juga masih menjadi penghalang berkembangnya usaha kecil di Indonesia. Faktor kewirausahaan pengusaha kecil sangat menentukan keberhasilan pengembangan usaha kecil. Potensi kemampuan kewirausahaan dinilai berdasarkan kemampuan pengusaha kecil dalam membuat keputusan, kemandirian, keberanian mengambil risiko, kemampuan beradaptasi, kemampuan dalam menghadapi tantangan, penghargaan terhadap waktu, orientasi ke depan, penghargaan terhadap pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, ketekunan dan orientasi pada tujuan. Diperlukan program yang komprehensif dan bersifat langsung dalam upaya pemberdayaan usaha kecil.

    Kata kunci : usaha kecil, katup pengaman, kewirausahaan, program yang kom prehensif

    PEN DAHULUANFenomena yang dihadapi usaha kecil tidak terlepas dari fenomena

    proses pembangunan nasional. Dalam menganalisis permasalahan usaha kecil haruslah menyentuh aspek-aspek mendasar dari perekonomian nasional, karena dalam banyak hal kelancaran usaha mereka juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan makro ekonomi dan konstelasi politik di tanah air.

    Pada umumnya usaha kecil tidak mampu untuk berkembang dinamis sehingga bisa mencapai laba yang lebih besar menjadi usaha menengah dan

    IV Vnt No l, Desember 2000 ----- -------------------------------------- 1

  • >mt Sebaliknya, untuk menjadi usaha besar tidak perlu bersusah payah rangkak dari usaha kecil Sehingga yang terjadi proses pertumbuhan usaha m# terhambat, bukan proses yang kontinum, melainkan terpatah-patah peili a nak langga. Sebagai akibatnya, terjadilah kekosongan yang besar di ngah (hollow middle) (Faisal Basri, 1995). Fenomena ini terjadi karena ibagai taktor seperti struktur proteksi yang berlaku di industri Indonesia ing berat kepada industri besar dan kendala sosio-kultural yang cenderung Mghambat dinamika kewirausahaan.

    Hingga kini pemerintah memang telah menempuh serangkaian upaya tng memungkinkan usaha kecil untuk bertumbuh. Namun dalam elitksanaan program-program tersebut masih dijumpai sejumlah cnmasalahan yang menyebabkan tujuan dari upaya-upaya tersebut tidak akan ircapai secara optimal.

    I lal tersebut antara lain disebabkan oleh pengenalan atau pemahaman srhiulap usaha kecil yang masih terkotak-kotak atau belum komprehensif, dahal dinamika di dalam perekonomian Indonesia ditandai oleh peran yang dttk bisa diabaikan dari usaha kecil ini. Perkembangan terakhir menunjukkan hwii efisiensi usaha kecil secara keseluruhan menunjukkan peningkatan, ttn sebaliknya, industri besar dan menengah justru mengalami penurunan ^fwltth juga merupakan fakta bahwa output industri besar dan menengah yang ttekspor mengalami penurunan. Dilihat dari komposisi ekspor Indonesia, ung menunjukkan semakin dominannya produk-produk unskilled labor ntensive, jelas bahwa hal tersebut merupakan satu pertanda bahwasanya cranan usaha kecil dalam ekspor cenderung meningkat dan tidak bisa liabaikan Dalam hal ini mereka bahkan lebih unggul dan lebih pantas nendapat perhatian daripada usaha besar dan menengah.

    Kinerja yang telah dicapai oleh sektor usaha kecil seperti telah lisebutkan di atas menunjukkan potensi dinamik mereka yang sangat besar adahal, mereka tidak memperoleh proteksi sebagaimana usaha besar dan nenengah dalam bentuk proteksi terhadap barang impor Ditambah lagi lengan peranannya sebagai penyerap tenaga kerja terbesar, semakin nenunjukkan bahwa memang usaha kecil perlu memperoleh perhatian yang ebih besar dalam rangka pembinaannya. Tidak dapat dipungkiri pula bahwasanya perkembangan suatu konsekuensi logis dari mekanisme ekonom i ynag berlangsung dengan berbagai arah kebijakan yang kerapkali tidak rasional secara ekonomis.

    IV Vol 1, No l, Desember ?.(M)() J

  • PERANAN IISAIIA K E C ILTidak terlalu mengejutkan jika jumlah pengusaha kecil relatil' banyak,

    tetapi hanya menguasai sebagaian kecil aset produktif' dan menyumbang sebagian kecil dari produksi nasional. Data BPS tahun 1998 menunjukkan bahwa 61,1% dari produksi nasional dibentuk oleh 0,2% dari seluruh perusahaan yang ada di Indonesia Jumlah tersebut sama dengan 66 428 perusahaan. Sementara itu, 98,8% sisanya, atau sekitar 33,4 juta perusahaan yang ada di Indonesia hanya menguasai sekitar 38,9% dari produksi nasional Kelompok 0,2% adalah kelompok usaha besar dan sangat besar. Sedangkan 98,8% adalah kelompok usaha kecil dan kecil sekali. Sementara itu struktm dunia usaha menunjukkan skala usaha kecil-mikro menyumbang lapangan kerja 99,4% dan menyerap tenaga kerja sampai 84%, namun hanya menyumbang PDB sekitar 14%.

    Kesenjangan tersebut menunjukkan struktur usaha nasional yang timpang. Kondisi ini amat rentan dalam menghadapi persaingan dengan negara luar. Dalam era globalisasi persaingan tidak dapat ditopang oleh perusahaan besar saja, tetapi perlu dukungan perusahaan kecil yang andai Hal-hal seperti inilah yang menjadi tantangan kita pada masa-masa mendatang dalam meningkatkan kemajuan usaha kecil menjadi satu kaitai dengan usaha besar yang menjadi dasar pembangunan nasional yang kukuh

    KEW IRAUSAHAAN PENGUSAHA KECILTelah disadari oleh kita bahwa yang mempunyai peranan penting dalan

    sebuah unit usaha adalah sumberdaya manusia. Bukan saja berapa banyal manusia yang terlibat dalam unit usaha itu, tetapi yang terpenting adala fungsi dan peranan manusia itu dalam mengelola usaha tersebut Denga demikian, kita dibawa pada persoalan seberapa jauh kemampuan, keahlia dan kreatifitas sang manusia itu dalam usahanya menciptakai mengembangkan dan mempertahankan sebuah usaha

    Usaha kecil yang merupakan salah satu bagian dari sektor usaha yar dominan di Indonesia, tidak lepas dari permasalahan sumberdaya manusi Persoalan utama yang dihadapi usaha kecil adalah kurangnya jiv kewirausahaan para pemiliknya (baca: pengelola). Apabila kita menempatk; kewirausahaan dalam konteks usaha kecil, maka yang menjadi penting di si adalah dapatkah kila menemukenali lungsi dan peranan kcwirausaha; pengusaha kecil dalam wawasan kebangsaan Yakni, yang secara konleksli

    IV Vol l Mo

  • lutlgsi dan peranan itu berhadapan dengan problema sosial ekonomi musyarakat Indonesia. Terutama, dalam perspektif menyongsong era Indonesia Baru

    Masalah kewirausahaan pengusaha kecil banyak mengundang (KMdebutan di Indonesia. Hal ini dimulai ketika Boeke (Anne Booth, 1990) mengemukakan teori dualismenya dengan mengatakan bahwa orang Indonesia asi i, setidak-tidaknya orang Jawa, jarang menjadi wirausahawan yang baik karena mereka kurang peka terhadap rangsangan-rangsangan ekonomi, kurang berani mengambil resiko dan kurang menghargai imbalan- imbalan kebendaan. Digambarkan pula bahwa perkembangan usaha wirausahawan Indonesia dipengaruhi oleh pengertian mengenai tingkat kesejahteraan tradisonal yang ditentukan oleh faktor-faktor budaya. ditambah dengan berbagai akibat negatif dari kebijaksanaan pemerintah dan perkembangan perusahaan-perusahaan konglomerasi, telah mengakibatkan terhambatnya perkembangan usaha wirausahawan Indonesia ini . Dengan lain perkataan, golongan wirausahawan Indonesia (baca: pribumi) terhambat pertumbuhannya oleh faktor-faktor dan sikap budaya tradisional dan juga oleh peikembangan perusahaan-perusahaan konglomerasi yang lebih besar dan lebih ellsien serta akibat kebijaksanaan pemerintah sendiri yang kurang membantu pertumbuhan yang sehat bagi sektor usaha swasta (kecil) Indonesia.

    Lebih jauh Boeke mengatakan bahwa sikap dasar penduduk asli Indonesia dipengaruhi oleh pendapat bahwa kebutuhan manusia itu terbatas (Imiited wants). Apabila kebutuhan yang terbatas ini sudah terpenuhi maka tidak ada lagi keinginan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar, dan oleh karena itu tidak akan ada sikap baru terhadap kesempatan ekonomi lainnya

    Selanjutnya yang menjadi pertanyaan kita adalah apakah kewirausahaan itu'> Siapakah mereka? Beberapa definisi yang relevan dapat dikemukakan dis i n i

    Tidak seorangpun yang tahu kapan pertama kali istilah kewirausahaan diperkenalkan. Yang menarik, sejak Abad Pertengahan hingga 1961, wirausahawan senantiasa diartikan sebagai pengambil risiko (risk taker). Kecuali, pengertian yang dikenalkan Joseph Schumpeter (dikutip dari Fadel Muhammad, 1992) yaitu dengan atribut baru: inovator. Mengikuti jalan pikiran Schumpeter, Peter Drucker mendefinisikan wirausahawan sebagai seseorang yang berfokus pada peluang, bukan pada risiko Dan Drucker-lah

    IV Vol t. No i, D ew m hn 2000 *

  • yang mengingatkan kita pertama kali bahwa wirausahawan bukanl; pengambil risiko. melainkan penentu risiko.

    Fadel M uhammad (1992) mengidentifikasi tujuh ciri-ciri pokok yai merupakan identitas yang melekat pada sosok seseorang wirausahawa Pertama, kepemimpinan. Faktor kunci kewirausahaan adalah kepemimpiua yaitu memiliki orientasi hubungan personel dan orientasi terhadap tujuan

  • dnlam pengertian pekerja keras. Itu menandakan cara kerja yang efisien dan cfektif, atau dengan kata lain bekerja secara ekonomis dengan mencapai hasil miiksimal

    Keenam, visi masa depan. Seorang wirausahawan senantiasa memiliki vixi masa depan. Visi pada hakekatnya merupakan pencerminan komitmen- kompetcnsi-konsistensi. Yaitu, bahwa seorang wirausahawan senantiasa setia pada komitmennya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang hanya ada kompetensinya dengan pengembangan dirinya. Dengan demikian, ia senantiasa tampil konsisten.

    Ketujuh, sikap terhadap risiko. Seorang wirausahawan adalah sebagai seseorang yang opportunity focused. Bukan risk focused, atau pengambil usiko Mereka ketika menetapkan sebuah keputusan, telah memahami secara sadar risiko yang bakal ia hadapi, dalam arti risiko itu sudah dibatasi dan terukui Kemudian dengan inovasi demi inovasi, kemungkinan munculnya liuiko itu diperkecil. Jadi, inovasi merupakan usaha yang kreatif untuk memperkecil kemungkinan terjadinya risiko.

    I.ANGKAH KONKRETSektor usaha kecil di Indonesia diharapkan dapat menjadi katup

    pengaman dalam mengatasi masalah pengangguran Jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor usaha kecil cukup besar. Hal ini dikarenakan ketid.ik-mampuan sektor industri menengah dan besar menyerap tenaga kerja yang tersedia khususnya tenaga kerja kurang terampil. Menjadi penting bahwa kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi pemerintah haruslah lebih diarahkan untuk mengembangkan dan memperbaiki sektor usaha - kecil dalam hubungannya dengan sektor industri menengah dan besar.

    Keberadaan usaha kecil di Indonesia yang sebagian besar pengelolaan usahanya dijalankan oleh penduduk asli (baca: pribumi) tidak lepas dari sikap budava yang melatar belakangi kehidupan mereka Sikap cepat puas, tidak berorientasi pada kualitas, kurang inovasi dan budaya ikut-ikutan merupakan ccrmin dari pengusaha kecil Indonesia. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi penghambat bagi mereka dalam mengembangkan usahanya. Oleh karenanya diperlukan upaya-upaya pembinaan yang kom prehensif dan terus-menerus berupa pelatihan-pelatihan dan pendampingan kepada pengusaha kecil agar sikap kewirausahaan pengusaha kecil dapat diperbaiki dan ditingkatkan khususnya dalam hal keberanian mereka mengambil risiko dan sikap hemat (baca pembentukan modal)

    IV Vnl \ N o I I)t!neiitbi 2(MK)

  • Upaya yang perlu dirumuskan untuk pembinaan dan pemberdaya. usaha kecil harus mengarah pada upaya yang bersifat langsung, yaitu upa yang arah, penerapan serta dampaknya terkait langsung dengan usaha kec Upaya ini dapat secara langsung memecahkan masalah internal yang diluidi oleh usaha kecil. Upaya yang bersifat langsung setidaknya meliputi langkti langkah: pemberian bantuan pendanaan dan modal usaha stimulan, bantu pembinaan sumberdaya manusia dan pendampingan, bantuan sarana d prasarana teknologi, bantuan sistem informasi dan jaringan informasi u s (business Information network), dan bantuan penguatan kelembag; masyarakat dan aparat dalam menyelenggarakan kegiatan dalam lingkai pemberdayaan usaha kecil.

    Upaya tersebut perlu menjadi wadah langkah-langkah pembinaan usi kecil, dalam rangka mengangkat derajat usaha kecil. Sementara itu, upi untuk mengangkat derajat usaha kecil, harus berpijak dari permasalahan ny yang kini dihadapi oleh usaha kecil, sejalan dengan arah pembangii nasional. Langkah-langkah pembinaan usaha kecil tersebut meliputi beber hal berikut: pemihakan dari pemberdayaan bagi usaha kecil, menciptal akses bagi usaha kecil terhadap sumber dana, menciptakan keterkaitan den usaha besar, serta menciptakan lingkungan usaha dan bersaing yang adil sehat.

    Dalam kaitan itu penting untuk dilakukan terhadap usaha kecil adi bagaimana usaha kecil dapat memiliki bekal keterampilan bei pembentukan j iwa kewirausahaan, pemahaman manajemen usaha, pengua.' teknologi produksi, dan aspek pemasaran. Dengan kemampuan ini usaha k dapat menjalankan usahanya secara efisien, produktif dan sesuai der tuntutan pasar.

    IV Vol t. No t, Desember 2(10(1

  • DAFTAR PUSTAKA

    Annc, B & Peter M cCawley(eds), (1990), Ekonomi Orde Baru, Jak a rta : LP3ES

    lindan Pusat Statistik (1998), Statistik Ekonomi Indonesia, Jakarta.

    Bank Indonesia & PAU Ekonomi UGM (1999), Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

    litlsri, Eaisal, (1995), Perekonomian Indonesia Menjelang AbadXXI, Distorsi l eluang Dan Kendala, Jakarta : Erlangga

    Kfiendi.Tadjuddin Noer, (1993), Sumber Daya M anusia, Peluang Kerja dan Kemiskinan, Yogyakarta: Tiara Wacana.

    Uie, Kwik Kian, (1994), Anlisis Ekonomi Politik Indonesia, Jakarta : ( iramedia Pustaka Utama.

    Muhammad, Fadel, (1992), Industrial isas i & Wiraswasta: Musyarakat Industri Belah Ketupat , Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

    Pandojo, Heijrahman Ranu, (1982), Wiraswasta Indonesia: Sebuah

    Renungan, Yogyakarta: BPFE-UGM

    1 KJW Mi K