pengembangan sistem informasi.doc

67
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk sosial, membutuhkan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka pengambilan keputusan untuk mempertahankan hidup, adalah suatu hal yang sangat mendasar. Dalam rangka memperoleh informasi manusia akan berkomunikasi dengan mahluk lain guna memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dengan dilakukannya komunikasi, manusia akan berinteraksi dan membentuk suatu komunitas. Keluarga sebagai komunitas terkecil akan menjadi dasar pembentukan komunitas terbesar sebagai suatu bangsa. Bilamana bangsa telah bersatu dalam satu wilayah tertentu dan membangun suatu pemerintahan maka terbentuklah suatu negara. Indonesia sebagai suatu negara dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang sedemikian besar, membutuhkan manajemen pemerintahan yang handal guna mengelola setiap sumberdaya yang dimiliki guna dimanfaatkan se- optimal mungkin agar memberikan manfaat bagi seluruh rakyat dan negara Republik Indonesia. Dalam rangka pengelolaan negara, pengambilan keputusan secara tepat sangat dibutuhkan untuk memberikan kepastian langkah dalam menjalankan roda pemerintahan. Untuk mencapai 1

Upload: farah-dylan

Post on 01-Jan-2016

75 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

pengembangan sistem informasi.

TRANSCRIPT

Page 1: pengembangan sistem informasi.doc

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Manusia sebagai makhluk sosial, membutuhkan informasi yang dapat

dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka pengambilan keputusan

untuk mempertahankan hidup, adalah suatu hal yang sangat mendasar.

Dalam rangka memperoleh informasi manusia akan berkomunikasi dengan

mahluk lain guna memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dengan

dilakukannya komunikasi, manusia akan berinteraksi dan membentuk

suatu komunitas. Keluarga sebagai komunitas terkecil akan menjadi dasar

pembentukan komunitas terbesar sebagai suatu bangsa. Bilamana bangsa

telah bersatu dalam satu wilayah tertentu dan membangun suatu

pemerintahan maka terbentuklah suatu negara.

Indonesia sebagai suatu negara dengan luas wilayah dan jumlah

penduduk yang sedemikian besar, membutuhkan manajemen

pemerintahan yang handal guna mengelola setiap sumberdaya yang

dimiliki guna dimanfaatkan se-optimal mungkin agar memberikan manfaat

bagi seluruh rakyat dan negara Republik Indonesia. Dalam rangka

pengelolaan negara, pengambilan keputusan secara tepat sangat

dibutuhkan untuk memberikan kepastian langkah dalam menjalankan roda

pemerintahan. Untuk mencapai suatu keputusan yang tepat dibutuhkan

informasi yang tepat pula, selain itu informasi yang disajikan juga harus

memiliki tingkat kehandalan, kecepatan dan keakuratan yang tinggi.

Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang sistem informasi,

penyajian informasi dibidang pemerintahan pun telah dapat dilakukan

secara elektronis. Saat ini telah beragam aplikasi diterapkan guna

mengolah setiap data yang berkaitan dengan masalah pemerintahan

sehingga menjadi informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan

1

Page 2: pengembangan sistem informasi.doc

pengambilan keputusan. Penerapan aplikasi dilakukan pada tingkat pusat

dan daerah dengan beragam bidang dan wewenang.

Namun pengembangan aplikasi dibidang pemerintahan dilakukan

secara sporadis dan dilakukan dalam masing-masing lingkup bidang

pemerintahan, hal ini membawa akibat terbentuknya sistem-sistem yang

berdiri secara sendiri-sendiri. Konstelasi sistem yang terbentuk secara

sporadis tersebut, secara maya telah membentuk suatu kepulauan sistem

informasi yang terpisah-pisah dan berdiri sendiri. Dimana masing-masing

pulau sistem memiliki struktur data, bisnis proses dan teknologi yang

berbeda diantara satu dengan lainnya. Hal ini membawa dampak tidak

terintegrasinya sistem informasi pemerintahan dan mengakibatkan

terjadinya duplikasi dan redudansi data. Dimana akan membawa akibat

kepada tidak efektif dan efisiennya sistem informasi yang dimiliki oleh

pemerintah dan hal ini juga akan membawa akibat kepada berkurangnya

efektifitas informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dan tentunya

akan mengurangi manfaat yang dibutuhkan dalam rangka pengambilan

keputusan.

Kesemua hal tersebut terjadi sebagai akibat belum adanya suatu acuan

pengembangan (guidelines) yang bersifat komprehensif dan mencakup

integrasi serta interaksi seluruh sistem yang dibutuhkan oleh pemerintah

baik ditingkat pusat maupun daerah. Acuan pengembangan tersebut

dibutuhkan oleh seluruh instansi maupun lembaga pemerintah ditingkat

pusat dan daerah untuk dapat membangun rancang bangun cetak biru

sistem informasi yang dapat berinteraksi dengan instansi maupun lembaga

lain yang terkait dengan struktur data yang berada dalam kewenangan

instansi yang bersangkutan.

Selain itu diperlukan lembaga yang dapat menyusun acuan

pengembangan dan mengkoordinasikan setiap upaya pengembangan

sistem informasi pemerintah dan sekaligus mengintegrasikan seluruh

sistem yang ada sehingga dapat menjadi suatu Sistem Informasi Nasional

yang handal.

2

Page 3: pengembangan sistem informasi.doc

Dengan dibentuknya Kementerian Komunikasi dan Informasi, telah

ada suatu lembaga yang diharapkan mampu untuk menjadi wahana dalam

rangka pengembangan konsep Sistem Informasi Nasional. Konsep

tersebut akan menjadi acuan pengembangan utama yang mendasari

setiap rancang bangun sistem informasi yang ada pada instansi dan

lembaga pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Disamping itu

Kementerian Komunikasi dan Informasi juga memiliki fungsi sebagai

pintu gerbang informasi nasional dalam rangka tugas utamanya sebagai

Country Information Office (CIO), untuk mencapai keberhasilan

sebagaimana yang diharapkan sebagai CIO pemerintah, integrasi sistem

informasi yang bersifat nasional menjadi hal yang mutlak diperlukan.

Dengan melihat kepada fakta tersebut maka disusunlah rencana untuk

menyusun suatu konsep pengembangan Sistem Informasi Nasional

(SISFONAS) yang akan mencakup seluruh infrastruktur yang membentuk

sistem informasi termasuk hal-hal yang bersifat fundamental seperti

hukum, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana. Penyusunan konsep

SISFONAS akan juga melingkupi seluruh rencana inisiatif lainnya seperti

e-government dan jaringan komunikasi sosial yang bersifat nasional.

I.2 KONDISI YANG DIHADAPI SAAT INI

Hingga saat ini telah beberapa kali dilakukan upaya untuk membangun

suatu bahan acuan pengembangan sistem informasi yang bersifat

nasional, namun belum ada yang berhasil untuk diwujudkan kedalam suatu

bentuk acuan standard yang mengarahkan pengembangan seluruh sistem

informasi pemerintah ke dalam satu cetak biru yang komprehensif.

Terlebih pada saat belum didirikannya Kementerian Komunikasi dan

Informasi, beberapa instansi dan lembaga pemerintah mengambil suatu

inisiatif untuk menyusun suatu konsep tentang Sistem Informasi Nasional.

Hal ini telah mengakibatkan duplikasi yang juga redundansi dimana konsep

yang disusun berdasarkan kepada kepentingan setiap instansi ataupun

lembaga yang menyusunnya. Selain itu dengan beragamnya sistem yang

dimiliki oleh setiap instansi maupun lembaga membawa akibat kepada

3

Page 4: pengembangan sistem informasi.doc

kekacauan sistem (system chaos) dimana beberapa lembaga memiliki

struktur data yang sama namun dengan infrastruktur informasi (content)

yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan inefisiensi pengelolaan sistem

informasi pemerintah. Selain itu dengan adanya perbedaan informasi yang

dihasilkan akan menyebabkan kebingungan bagi pengguna informasi

untuk menentukan validitas informasi yang dimiliki.

Hal lain yang perlu dicermati adalah banyaknya pengembangan sistem

informasi yang mengalami kegagalan, walaupun telah dibiayai dengan

anggaran yang cukup besar, sistem yang dibangun tidak dapat

diimplementasikan dengan beragam alasan. Kegagalan tersebut selain

membebani anggaran negara juga membawa preseden buruk bagi

pengembangan sistem informasi lainnya. Anggaran belanja negara juga

dibebani oleh biaya pengembangan sistem yang jauh melebihi batas

normal, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa pembuatan dan

pengembangan web bagi pemerintah dengan biaya yang sangat fantastis.

Suatu fenomena yang saat ini tengah berkembang adalah

pengembangan konsep e-government dan e-business, fenomena ini telah

mendorong beberapa instansi dan lembaga baik ditingkat pusat maupun

daerah untuk mengembangkan sistem informasi mereka sehingga dapat

diimplementasikan dalam konsep e-government. Namun kenyataan yang

terjadi adalah adanya suatu paham yang beranggapan bahwa” web + e-

mail = e-government”, dan biaya pengembangan yang dikeluarkan untuk

proyek tersebut berada diluar batas kewajaran. Hal-hal tersebut timbul

adalah akibat tidak adanya suatu konsep yang jelas mengenai apa yang

dimaksud dengan e-government.

Bilamana seorang konsultan membahas mengenai e-government,

maka apa yang diuraikan dalam bahasannya lebih mengarah kepada

penggunaan suatu produk yang diwakilinya atau lebih mengarah kepada

penggunaan internet sebagai suatu konsep yang dipahami secara dangkal.

Hal ini tentunya akan membawa akibat kepada inefisiensi dan inefektifitas

anggaran dan aktivitas pengelolaan pemerintahan. Permasalahan ini

4

Page 5: pengembangan sistem informasi.doc

mungkin dialami oleh lembaga maupun instansi baik di tingkat Pusat

maupun Daerah; dalam hal ini diperlukan koordinasi antar sektor dan antar

tingkatan pemerintahan untuk dapat mengatasinya.

Kementerian Komunikasi dan Informasi dengan kewenangan yang

dimiliki berupaya untuk mengantisipasi keadaan tersebut, hal ini dimulai

dengan di terbitkannya Surat Edaran Menteri Kominfo No.65 tahun 2002

perihal Koordinasi Rencana Pembangunan Teknologi Informasi, yang

berisikan agar setiap instansi dan lembaga pemerintah baik di tingkat pusat

maupun daerah untuk melaporkan kondisi perkembangan sistem informasi

yang ada dilingkungan masing-masing dan mengkoordinasikan setiap

Rencana Pengembangan Teknologi Informasi dengan Kementerian

Komunikasi dan Informasi guna tercapainya sinergi, efisiensi dan integrasi

pada Sistem Teknologi Informasi di Indonesia, serta untuk menghindarkan

duplikasi antara instansi. Hal ini sejalan dengan arahan dari Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional / BAPPENAS dengan surat

Nomor.1544/M.PPN/04/2002 tertanggal 18 April 2002 perihal Koordinasi

Rencana Pengembangan Teknologi Informasi Nasional. Hal utama yang

patut mendapatkan perhatian adalah pentingnya koordinasi guna

menjamin kesinambungan dan keterpaduan kebijakan, rencana dan

program, memaksimumkan sumberdaya yang ada serta menghindari

terjadinya duplikasi dan tumpang tindih.

Ditemu-kenali berbagai inisiatif positif yang telah dilakukan instansi

pemerintah, badan usaha pemerintah maupun pihak swasta untuk mulai

mencanangkan upaya pengembangan sistem informasi dalam konteks

yang terpadu sehingga dapat dijadikan sebagai tumpuan pengembangan

Sistem Informasi Nasional yang terintegrasi dan sekaligus menjadi

landasan bagi pengembangan e-government.

I.3 KONDISI IDEAL YANG DIHARAPKAN

Dengan melihat kepada kondisi sistem informasi pemerintahan yang

ada sekarang, perlu kiranya kita memahami akan kondisi ideal yang

5

Page 6: pengembangan sistem informasi.doc

diharapkan, hal ini tak lain ditujukan sebagai acuan motivasi untuk

mencapainya dengan maksud meningkatkan semangat untuk membangun

suatu Sistem Informasi Nasional yang terintegrasi dengan e-government

sebagai aplikasi terdepan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Kondisi ideal yang diharapkan dapat dicapai dalam pengembangan

Sistem Informasi Nasional akan terbagi kedalam beberapa poin yang akan

berperan sebagai kata kunci (keyword) dalam penyusunan konsepsi

pengembangan SISFONAS. Poin-poin yang dijadikan sebagai kata kunci

diantaranya adalah:

1. Integrasi Sistem

Integrasi Sistem sebagai poin utama dalam penyusunan Sistem

Informasi Nasional, menjadi kata kunci utama yang akan mendasari

kerangka konseptual konsepsi pengembangan SISFONAS. Integrasi

sistem dalam pemahaman ini mencakup seluruh infrastruktur sistem

informasi baik jaringan, infrastruktur informasi (content) maupun

aplikasi. Arti kata integrasi bukan berarti bahwa seluruh sistem

menggunakan platform yang sama, melainkan bekerja sama secara

simultan dan terintegrasi secara proses bisnis walaupun dengan latar

belakang platform yang berbeda.

2. Restrukturisasi Data Nasional

Restrukturisasi Data Nasional akan mencakup integrasi struktur data

yang selama ini menjadi hak milik (propietary) dari masing-masing

lembaga agar dapat dipergunakan secara bersama-sama dalam batas

kewenangan tertentu dan sekaligus menetapkan data – data primer

yang bersifat nasional dan akan menjadi data kunci bagi instansi lain

yang membutuhkan data serupa. Dengan data yang terstruktur dengan

baik, diharapkan informasi yang dihasilkan akan dapat memiliki nilai

validitas yang tinggi serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas secara

optimal dari fungsi sistem informasi yang dimiliki.

3. Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan Informasi

Perkembangan serta perubahan teknologi komunikasi dan informasi

yang sedemikian cepat harus dapat selalu diantisipasi oleh Sistem

6

Page 7: pengembangan sistem informasi.doc

Informasi Nasional. Seiring dengan hal itu sistem yang dibangun harus

selalu mampu beradaptasi atau minimal berintegrasi dengan teknologi

terbaru yang lahir hampir setiap hari. Hal itu menjadi perhatian utama

dari sistem yang ideal karena dengan besarnya investasi yang harus

ditanam untuk membangun suatu sistem, ketidak layakan sebagai

akibat teknologi membuat nilai sistem informasi yang dibangun pada

saat ini menjadi tidak berarti dimasa mendatang.

4. Aksesibilitas yang Tinggi

Aksesibilitas menjadi permasalah utama yang harus mendapat

perhatian lebih mengingat bahwa keberhasilan dalam membangun

akses informasi terbaik bagi masyarakat akan menentukan

keberhasilan pengembangan satu sistem informasi pemerintah.

Secanggih apapun teknologi yang diterapkan, tidak akan berarti apa-

apa bilamana hanya dapat diakses oleh sebagian kecil masyarakat

Indonesia. Untuk itu peranan badan usaha pemerintah dan swasta

untuk menyebarluaskan akses informasi guna membuka akses yang

selebar-lebarnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi dan

dapat saling berkomunikasi, ini sangat diperlukan!. Aksesibilitas yang

tinggi tidak hanya menyangkut teknologi dan lebar pita saluran

(Bandwith), tetapi juga harus meliputi biaya yang terjangkau oleh setiap

komunitas agar terjadi pemerataan akses hampir diseluruh wilayah

Republik Indonesia.

5. Infrastruktur Komunikasi dan Informasi yang masih terbatas

(Digital Divide)

Dalam konteks suatu Sistem Informasi Nasional yang ideal, perlu

didukung oleh ketersediaan perangkat sistem yang memadai dan

mencakup wilayah yang luas. Ini menjadi suatu permasalahan yang

harus dipecahkan bersama mengingat bahwa Indonesia dengan

kesenjangan digital (digital divide) yang besar, membutuhkan upaya

yang tidak sedikit guna mengurangi digital divide yang ada. Diharapkan

di masa mendatang populasi perangkat komputer sebagai sarana

akses informasi akan meningkat secara tajam disamping teledensitas

7

Page 8: pengembangan sistem informasi.doc

yang terus ditingkatkan untuk menjangkau hingga pedesaan –

pedesaan.

6. Legitimasi dan Dukungan Politik

Keberhasilan penerapan Sistem Informasi Nasional akan sangat

bergantung kepada dukungan yang kuat baik dari sisi hukum maupun

politik. Dukungan tersebut akan menjadi landasan kerja yang vital

sebagai dasar untuk menggerakkan seluruh komponen yang terkait dan

sekaligus mencegah adanya benturan kepentingan yang seringkali

mengakibatkan kegagalan dalam pengembangan sistem. Dukungan

legitimasi dan politik akan menjadi isu utama dalam perkembangan

sistem komunikasi dan informasi di Indonesia. Dengan dukungan yang

kuat pengembagan sistem secara ideal akan tercapai secara maksimal.

Kondisi-kondisi ideal sebagaimana di jelaskan dalam poin-poin diatas

akan meningkatkan moralitas dan motivasi seluruh pihak yang terkait

dengan pengembangan komunikasi dan informasi di Indonesia. Kata-kata

kunci diatas juga akan menjadi utopia yang ingin dicapai dalam rangka

pengembangan SISFONAS.

8

Page 9: pengembangan sistem informasi.doc

BAB II

TUGAS, FUNGSI, VISI DAN MISI

II.1LANDASAN HUKUM

Agar dapat memiliki legitimasi sebagai landasan hukum, penyusunan

konsep SISFONAS memiliki landasan hukum yang terkait secara langsung

maupun tidak langsung sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

Kementerian Komunikasi dan Informasi dan terdiri atas:

A. Undang- undang dasar 1945

Amandemen ke dua UUD 1945 pada pasal 28 f yang berbunyi

“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi

untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak

untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan

menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran

yang tersedia”.

B. Garis-garis Besar Haluan Negara

Sesuai dengan BAB IV Arah Kebijakan huruf C Politik angka 4

sebagaimana tertulis :

a. Meningkatkan pemanfaatan peran komunikasi melalui media massa

modern dan media massa tradisional untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa; memperkukuh persatuan dan kesatuan;

membentuk kepribadian bangsa serta mengupayakan kemanan hak

pengguna sarana dan prasarana informasi dan komunikasi.

b. Meningkatkan kualitas komunikasi di berbagai bidang melalui

penguasaan dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi

guna memperkuat daya saing bangsa dalam menghadapi tantangan

global.

c. Meningkatkan peran pers yang bebas sejalan dengan peningkatan

kualitas dan kesejahteraan insan pers agar profesional,

berintegritas, dan menjunjung tinggi etika pers, supremasi hukum,

serta hak asasi manusia.

9

Page 10: pengembangan sistem informasi.doc

d. Membangun jaringan informasi dan komunikasi antara pusat dan

daerah serta antar daerah secara timbal balik dalam rangka

mendukung pembangunan nasioanl serta memperkuat persatuan

dan kesatuan bangsa.

e. Memperkuat kelembagaan, sumberdaya manusia, sarana dan

prasarana penerangan khususnya di luar negeri dalam rangka

memperjuangkan kepentingan nasional di forum internasional.

C. Undang-Undang

Undang-undang yang terkait diantaranya adalah:

Undang-undang No. 30 tahun 1999 tentang hak asasi manusia;

Undang-undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers;

Undang-undang No. 25 tahun 2000 tentang Propenas 2000-2004;

Undang-undang No.36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

D. Keputusan Presiden

Sedangkan keputusan presiden yang terkait diantaranya adalah:

- Inpres No. 6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan

Pendayagunaan Telematika di Indonesia;

- Keppres 101 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja menteri negara;

II.2TUGAS, FUNGSI, VISI DAN MISI KEMENTERIAN KOMINFO

Adapun tugas, fungsi dan kewenangan yang dimiliki oleh Kementerian

Komunikasi dan Informasi sesuai dengan Keppres No.101 tahun 2001

tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, susunan organisasi dan

tata kerja menteri negara adalah sebagai berikut :

a. Tugas

Membantu presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi

dibidang komunikasi dan informasi nasional.

b. Fungsi

1. Perumusan kebijakan pemerintah di bidang komunikasi dan

informasi, termasuk telematika dan bidang penyiaran;

10

Page 11: pengembangan sistem informasi.doc

2. Pengkoordinasian bidang pemerintah kebijakan pemerintah di

bidang komunikasi dan informasi, termasuk telematika dan bidang

penyiaran;

3. Pengkoordinasian dan peningkatan keterpaduan penyusunan

rencana dan program, pemantauan, analisis dan evaluasi dibidang

komunikasi dan informasi termasuk telematika dan penyiaran;

4. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan

dibidang tugas dan fungsinya kepada presiden.

c. Kewenangan

1. Penetapan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan

secara makro;

2. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidangnya;

3. Penetapan program penyelenggaraan penyiaran;

4. Penetapan kebijakan Sistem Informasi Nasional dibidangnya;

5. Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional

yang disahkan atas nama negara dibidangnya;

Tugas, fungsi dan kewenangan yang dimiliki oleh Kementerian Komunikasi

dan Informasi juga didukung oleh visi dan misi yang membantu

Kementerian dalam mengarahkan gerak dan langkah operasional

Kementerian. Visi dan Misi Kementerian Kominfo adalah:

a. Visi

“Terwujudnya masyarakat berbudaya informasi menuju bangsa yang

mandiri, demokratis, dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia“

b. Misi

1. Mengembangkan SDM dibidang Kominfo dalam rangka mengurangi

kesenjangan terhadap teknologi kominfo (ICT) dan meningkatkan

kemandirian masyarakat;

2. Meningkatkan kualitas layanan publik melalui pemanfaatan dan

pengembangan teknologi kominfo (ICT) dalam upaya pemerataan

informasi;

11

Page 12: pengembangan sistem informasi.doc

3. Meningkatkan daya jangkau jaringan kominfo, melalui optimasi

berbagai sarana baik modern maupun tradisonal yang tersedia

dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa;

4. Meningkatkan kualitas dan arus kominfo secara transparan, beretika

dan bertanggung jawab untuk mencerdaskan bangsa;

5. Mendorong kemandirian industri lainnya melalui koordinasi aktif

serta sinergi dengan instansi terkait, sektor bisnis dan komunitas

dalam upaya meningkatkan daya saing industri nasional;

6. Meningkatkan pemanfaatan informasi oleh publik di dalam dan

diluar negeri, dalam upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat

dan memperbaiki citra Indonesia di luar negeri

Seluruh landasan hukum, tugas, fungsi, visi dan misi yang dimiliki oleh

Kementerian Komunikasi dan Informasi telah menjadi jiwa dari

pengembangan Sistem Informasi Nasional atau SISFONAS sebagai

wahana perekat bangsa untuk menjalin Indonesia bersatu dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

12

Page 13: pengembangan sistem informasi.doc

BAB III

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI NASIONAL

III.1 DASAR PEMIKIRAN

Dengan perkembangan situasi yang saat ini tengah dihadapi oleh

pemerintah Republik Indonesia baik ditingkat pusat maupun daerah

maka ketepatan dalam pengambilan keputusan akan menjadi hal yang

sangat strategis guna menghadapi setiap tantangan yang dihadapi

dalam rangka pengelolaan negara. Untuk itu dibutuhkan layanan

informasi pemerintahan yang dapat dengan secara cepat, tepat, akurat

dan handal memberikan setiap informasi yang dibutuhkan dalam

rangka pengambilan keputusan. Setiap fungsi manajemen dalam

pemerintahan menyangkut perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pelaksanaan dan pengendalian membutuhkan informasi

yang sesuai dengan fungsi yang diemban oleh setiap instansi maupun

lembaga pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah.

Namun sistem informasi manajemen pemerintahan yang baik dan

handal haruslah merupakan suatu sistem informasi yang terintegrasi

dari semua bidang pemerintahan dan merupakan hasil analisa yang

bersifat ikhtisaran dari data-data yang berasal dari sumber yang

terpadu. Keterpaduan sistem akan mengarah kepada suatu struktur

data yang bersifat universal dan dapat dimanfaatkan secara kolektif

oleh seluruh bidang yang terkait sehingga akan menjamin validitas

informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi tersebut.

Kondisi yang ada pada saat ini kurang mendukung tersedianya

suatu layanan informasi yang handal dan bersifat terpadu, hal ini

disebabkan oleh tidak terbangunnya sistem informasi pemerintahan

disetiap instansi maupun lembaga di pusat dan daerah dalam suatu

kerangka pengembangan sistem yang terintegrasi secara utuh. Kondisi

ini telah menyebabkan pengembangan sistem yang bersifat sporadis

dan tidak terkoordinasi dengan baik sehingga menyebabkan

13

Page 14: pengembangan sistem informasi.doc

terbentuknya pulau-pulau sistem informasi yang berdiri sendiri-sendiri

disetiap instansi maupun lembaga pemerintah lainnya.

Dengan terbentuknya konfigurasi sistem informasi yang tidak

berada dalam satu konteks sistem informasi terintegrasi mengakibatkan

terputusnya mata rantai pengelolaan data dan informasi dalam arus

informasi pemerintahan sehingga mengakibatkan informasi yang

dihasilkan tidak sebagaimana yang diharapkan.

Untuk menjawab permasalahan tersebut maka diperlukan upaya

untuk mengintegrasikan seluruh sistem informasi pemerintahan baik

ditingkat pusat maupun daerah dalam satu kerangka pengembangan

Sistem Informasi Nasional (SISFONAS). Permasalahan yang dihadapi

dalam rangka pengembangan Sistem Informasi Nasional adalah belum

tersedianya jaringan Infrastruktur sistem informasi secara lengkap

hingga keseluruh pelosok Indonesia sebagai akibat dari tingkat

penetrasi komunikasi dan informasi (ICT) yang sedemikian rendah dan

menyebabkan tingkat digital divide yang tinggi.

Permasalahan jaringan Infrastruktur sebagaimana dijelaskan diatas

tidak saja menyangkut infrastruktur jaringan sebagai sarana komunikasi

data dan aksesibilitas informasi tetapi juga menyangkut infrastruktur

informasi (content) yang menyangkut struktur data dan proses bisnis

sistem informasi sebagai landasan bagi aplikasi sistem informasi

pemerintah. Permasalahan Infrastruktur yang tidak teratasi dengan baik

akan membawa akibat semakin terlambatnya penerapan suatu Sistem

Informasi Pemerintahan yang berbasis elektronik (e-Government).

Permasalahan jaringan Infrastruktur yang dihadapi tidak semata-mata

menyangkut masalah teknis fisik semata, tetapi juga mencakup

masalah kepemimpinan, regulasi, sumberdaya manusia dan faktor-

faktor prosedural seperti keamanan, kewenangan pengelolaan data

(propietary) dan cetak biru arsitektur sistem yang belum dimiliki oleh

setiap instansi maupun lembaga pemerintahan.

14

Page 15: pengembangan sistem informasi.doc

III.2 KONSEPSI “i before e” SEBAGAI LANDASAN SISFONAS

Untuk mendukung suatu sistem informasi yang mampu memberikan

seluruh informasi yang dibutuhkan dalam rangka pengambilan

keputusan dibutuhkan infrastruktur yang memadai sebagai wahana

bagi sistem informasi untuk mengolah seluruh data yang dibutuhkan

menjadi informasi yang bernilai tinggi. Sejalan dengan kemajuan

dibidang teknologi informasi, beragam solusi ditawarkan untuk

menghasilkan informasi yang dibutuhkan, bahkan seluruh kegiatan

operasi manajemen pun telah beralih untuk menggunakan media

elektronis sebagai peranti utama dalam mengolah setiap data yang ada

dan menghasilkan informasi dalam bentuk digital.

Infrastruktur sistem informasi menjadi prasyrarat utama untuk

membangun suatu sistem informasi yang handal, tanpa infrastruktur

yang baik maka seluruh sistem tidak akan dapat beroperasi.

Infrastruktur sebagaimana dimaksud dalam konsep pengembangan

Sistem Informasi Nasional tidak terbatas hanya kepada infrastruktur

sistem mencakup jaringan, infrastruktur informasi (content) dan aplikasi

semata tetapi mencakup seluruh aspek yang terkait secara langsung

maupun tidak langsung dengan sistem informasi. Keadaan ini

mendasari lahirnya konsepi “infrastructure before electronic“ - “i before

e“ dimana pengembangan infrastruktur sistem informasi harus

mendapat prioritas utama sebelum pengembangan sistem informasi itu

sendiri. Hal ini menjadi masalah yang kritis mengingat kondisi dan

situasi yang ada di Indonesia mensyaratkan pembangunan infrastruktur

terlebih dahulu sehubungan dengan keterbatasan yang selama ini

dialami.

Sebelum mencapai tahap pengembangan sistem informasi

pemerintahan yang mapan dan mutakhir sebagai batu loncatan menuju

implementasi e-government yang menjadi trend dan utopia saat ini,

dibutuhkan pengembangan infrastruktur terlebih dahulu yang mencakup

hal-hal fundamental sebagai berikut:

15

Page 16: pengembangan sistem informasi.doc

- Kepemimpinan & Kebijakan (Leadership)

- Sumberdaya manusia (Brainware)

- Regulasi (Regulation)

Selain itu infrastruktur juga menyangkut hal teknis sistem informasi

yang mencakup:

- Infrastruktur Jaringan - (Network Infrastructure Layer)

- Infrastruktur informasi (content) - (Content Infrastructure Layer)

- Infrastruktur Aplikasi - (Application Infrastructure Layer)

Infrastruktur secara keseluruhan sebagaimana dimaksud akan

menjadi dasar utama bagi pengintegrasian sistem kedalam format

sistem informasi pemerintahan berbasis elektronik ( e-Government ).

Seluruh kerangka pengembangan SISFONAS akan berada dalam

kerangka manajemen sistem informasi sebagai tahapan pembangunan

teknologi informasi (Information Technology Governance) menuju Good

(government) Governance.

III.3 KERANGKA KONSEPTUAL SISFONAS

Pengembangan SISFONAS akan dibangun dalam suatu kerangka

rancang bangun yang terdiri atas tahapan-tahapan sistematis dan

terstruktur guna menjamin keberhasilan pengembangan Sistem

Informasi Nasional. Sistematika pengembangan SISFONAS akan

disusun sebagai suatu tahapan yang dimulai dari penyusunan konsepsi

hingga implementasi baik di tingkat pusat maupun daerah. Secara

visual sistematika pengembangan Sistem Informasi Nasional dapat

diuraikan dalam ilustrasi 1. berikut :

16

Page 17: pengembangan sistem informasi.doc

Ilustrasi 1.

Kerangka Sistematika Rancang Bangun SISFONAS

Digambarkan pada ilustrasi 1. bahwa rencana rancang bangun

SISFONAS akan disusun dalam sistematika pengembangan sebagaimana

dijelaskan berikut ini:

1. Pengembangan konsepsi dasar SISFONAS, akan memuat konsep-

konsep pengembangan yang melandasi pengembangan cetak biru

SISFONAS;

2. Pengembangan cetak biru SISFONAS, akan memuat rancang bangun

SISFONAS secara global dan menyeluruh sebagai acuan teknis bagi

setiap instansi dan lembaga untuk mengembangan cetak biru sistem

informasi masing-masing;

3. Rencana strategis implementasi SISFONAS, berisi rencana jangka

pendek dan jangka panjang yang bersifat operasional untuk

mensosialisasikan SISFONAS dan memotivasi setiap instansi maupun

lembaga untuk membangun cetak biru sistem informasi serta sekaligus

menyusun rencana integrasi sistem pada pilot project;

4. Pembangunan pilot project, maksud pilot project ini adalah untuk

memberikan gambaran nyata dan sekaligus memberikan motivasi

17

Page 18: pengembangan sistem informasi.doc

positif kepada instansi dan lembaga lain untuk mulai menerapkan

konsepsi SISFONAS dilingkungannya masing-masing;

5. Pengembangan menyeluruh di setiap instansi dan lembaga pemerintah

ditingkat pusat dan daerah, dengan hasil yang dicapai melalui pilot

proyek tahap akhir adalah implementasi menyeluruh konsepsi

pengembangan SISFONAS mulai dari tingkat pusat dan diintegrasikan

hingga ke tingkat pemerintah daerah.

Kerangka rancang bangun ini dalam pentahapannya mengacu kepada

pentahapan yang digariskan dalam konsep pengembangan e-government

dengan memperhatikan kondisi actual. Hal ini dimaksudkan untuk

mensinkronkan pelaksanaan implementasi SISFONAS dengan e-

Government sebagai salah satu komponen infrastruktur aplikasinya.

Adapun hal-hal yang menjadi pokok pikiran dalam pengembangan

SISFONAS akan terdiri atas seluruh aspek pengembangan sistem

informasi dan mencakup seluruh infrastruktur yang terkait. Infrastruktur

terkait sebagaimana dimaksud akan mencakup faktor teknis dan non teknis

yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi

pengembangan SISFONAS.

Secara umum infrastruktur yang tercakup dalam SISFONAS akan

meliputi:

1. Infrastruktur Fundamental, mencakup kepemimpinan (leadership), SDM

(brainware) dan regulasi;

2. Infrastruktur Jaringan, mencakup jaringan komunikasi teknis pendukung

komunikasi data, sistem keamanan jaringan dan manajemen jaringan;

3. Infrastruktur informasi (content), mencakup basis data, keamanan data

dan manajemen infrastruktur informasi (content);

4. Infrastruktur Aplikasi, mencakup aplikasi e-government, sistem

informasi geografis (GIS) dan government resources planning, serta

sistem pendukung keputusan (Decision Support System);

18

Page 19: pengembangan sistem informasi.doc

Gambaran infrastruktur yang tercakup dalam SISFONAS dapat

diuraikan pada ilustrasi 2. berikut:

Ilustrasi 2

Gambaran Infrastruktur dalam SISFONAS

Dengan infrastruktur sebagaimana tercakup dalam SISFONAS,

diharapkan mampu untuk menjawab sebagian besar permasalahan yang

dihadapi dalam rangka pengembangan sistem informasi secara nasional.

Dalam rangka pengembangan SISFONAS perlu disusun kerangka peta

alur (road map) pengembangan berupa cetak biru SISFONAS yang dapat

memberikan panduan pembangunan sistem kepada seluruh instansi

maupun lembaga pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Di

dalam cetak biru SISFONAS tersebut dijelaskan mengenai alur integrasi

seluruh sistem informasi pemerintah (Government Application

Integration/GAI) sebagai wahana pengintegrasian sistem informasi.

Dengan dipergunakannya GAI sebagai salah satu metode pengintegrasian

sistem, dapat diperoleh manfaat secara langsung yang dirasakan akan

menyangkut, kecepatan, keakuratan, ketepatan dan kemudahan dalam

mengintegrasikan sistem terutama yang menyangkut integrasi proses

19

Page 20: pengembangan sistem informasi.doc

bisnis yang seringkali ditemui bilamana integrasi dilakukan berkaitan

dengan kegiatan operasi antar departemen. Dalam hal ini berbagai aplikasi

dan sistem informasi masih tetap dapat dimanfaatkan. Gambaran sekilas

mengenai integrasi sistem dalam SISFONAS melalui GAI disajikan pada

ilustrasi 3 berikut:

Ilustrasi 3

Gambaran Peta Alur Pengembangan Integrasi SISFONAS

Adapun bagi pengembangan Sistem Informasi Nasional itu sendiri

secara keseluruhan akan meliputi infrastruktur-infrastruktur sebagaimana

dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya. Peta alur pengembangan

SISFONAS secara umum akan digambarkan pada ilustrasi 4 yang

menjelaskan mengenai bagaimana pengembangan satu komponen dalam

SISFONAS akan berpengaruh kepada komponen lain.

20

Page 21: pengembangan sistem informasi.doc

Ilustrasi 4

Peta Alur Pengembangan SISFONAS

Dalam penggambaran peta alur pengembangan SISFONAS

sebagaimana dijelaskan dalam ilustrasi diatas terlihat jelas komponen-

komponen yang akan membentuk Sistem Informasi Nasional dan

sekaligus akan menjadi lembaga-lembaga kecil yang bertindak secara

operasional untuk menangani manajemen Sistem Informasi Nasional.

III.4 PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JARINGAN

Pengembangan Infrastruktur jaringan dalam rangka pengembangan

Sistem Informasi Nasional akan mencakup pengembangan infrastruktur

komunikasi data dalam kerangka integrasi Sistem Informasi Nasional.

Adapun lingkup cakupan pengembangan infrastruktur jaringan akan

meliputi 7 (tujuh) simpul/node jaringan infrastruktur sistem informasi

dan meliputi wilayah seluruh Indonesia dari tingkat Kabinet dalam

kerangka Sistem Informasi Kabinet menuju ke Pemerintahan Pusat,

Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/kota.

Sedangkan untuk tingkat kecamatan akan dilakukan pengembangan

Pusat Data dan Informasi Kecamatan dan komunikasi data akan

dilakukan dengan cara manual.

21

Page 22: pengembangan sistem informasi.doc

Pengembangan jaringan infrastruktur Sistem Informasi Nasional

dalam kerangka 7 (tujuh) simpul/node akan meliputi:

1. Wide Area Network (WAN) Sistem Informasi Kabinet;

2. WAN Antar Pemerintah Pusat;

3. WAN Antar Pemerintah Propinsi;

4. WAN Antar Pemerintah Kabupaten & Kota;

5. WAN Dari Pemerintah Pusat Ke Kabupaten/Kota;

6. WAN Dari Pemerintah Pusat Ke Propinsi;

7. WAN Dari Pemerintah Propinsi Ke Kabupaten/Kota

Adapun gambaran atas pengembangan jaringan infrastruktur

SISFONAS disajikan pada Ilustrasi 5 berikut:

Ilustrasi 5

Pengembangan infrastruktur jaringan SISFONAS akan melibatkan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki kemampuan untuk

22

Page 23: pengembangan sistem informasi.doc

menyediakan sarana infrastruktur sebagaimana yang dibutuhkan

hingga ketingkat kabupaten dengan syarat bahwa infrastruktur yang

diterapkan memenuhi prasyarat terdahulu yaitu:

- Aman

- Handal

- Terjangkau

- Bermanfaat

Selain itu untuk memperluas cakupan dan sekaligus dalam

meningkatkan efisiensi pengembangan infrastruktur, akan dilakukan

koordinasi secara menyeluruh terhadap seluruh instansi pemerintah

baik yang berada di Pusat maupun Daerah guna memanfaatkan

seluruh sumberdaya infrastruktur jaringan yang mereka miliki sehingga

dapat dipergunakan secara bersama-sama untuk meningkatkan

efisiensi dan efektifitas infrastruktur jaringan yang telah ada.

III.5 PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR INFORMASI (CONTENT)

Pengembangan Infrastruktur informasi (content) akan mengarah

kepada tiga hal utama yaitu:

a. Penetapan Interoperabilitas Data;

b. Restrukturisasi Data Nasional;

c. Pembangunan Pusat-pusat Data di tingkat Nasional, Propinsi dan

Kabupaten/kota.

Pengembangan infrastruktur informasi (content) memiliki tujuan

untuk menselaraskan seluruh basis data yang ada selama ini guna

dimanfaatkan secara optimal. Hal ini terkait erat dengan telah menjadi

prasyarat utama dalam bentuk keteraturan struktur data yang harus

dapat diterapkan sebelum sistem informasi pemerintah berbasis

elektronik dibangun.

Penetapan interoperabilitas data akan mencakup format data

standar yang dapat dipertukarkan. Namun dalam perkembangannya

format data standar tidak lagi menjadi suatu hal yang bersifat vital

23

Page 24: pengembangan sistem informasi.doc

mengingat dengan kemajuan teknologi yang ada telah dapat dilakukan

pengintegrasian seluruh sistem secara utuh dengan tetap

mempertahankan format data yang berlaku sekarang. Namun format

data secara umum tetap harus dapat ditetapkan untuk mencegah agar

tidak terjadi ketimpangan dalam penerapan teknologi berbeda.

Retstrukturisasi sistem basis data dalam konteks struktur data

SISFONAS akan mencakup pembenahan struktur data dimana akan

ditetapkan sistem informasi dasar sebagai primary data dan menjadi

data kunci (key data) bagi pengembangan data lain sebagai

derivatifnya.

Secara umum gambaran atas desain kerangka restrukturisasi data

secara nasional dapat digambarkan pada ilustrasi 6 berikut:

Ilustrasi 6

Dari uraian tersebut dapat terlihat penetapan struktur data nasional

yang akan menjadi common database bagi sistem informasi lain yang

memerlukan data yang sama sebagai turunan data yang berasal dari

sumber yang sama. Dengan metode ini dapat terjamin penyediaan dan

pemanfaatan data secara universal, seragam, akurat dan aman serta

efektif dan efisien.

24

Page 25: pengembangan sistem informasi.doc

Dengan model struktur basis data sebagaimana dijelaskan dalam

ilustrasi 7 maka di setiap daerah tingkat kabupaten/kota mulai dapat

terbentuk pusat-pusat data yang akan dapat menjadi common database

bagi seluruh sistem informasi pemerintahan berbasis elektronik yang

berada di daerahnya. Dengan menggunakan pusat data daerah kabupaten

dan kota yang sama akan menjamin ketersediaan data yang seragam

untuk seluruh instansi.

Gambaran atas pengembangan pusat data ditingkat pemerintahan

pusat hingga ke daerah pada ilustrasi 7 berikut:

Ilustrasi 7

Secara fisik penggambaran atas pengembangan pusat data dapat

dijelaskan dalam ilustrasi 8 berikut:

25

Page 26: pengembangan sistem informasi.doc

Ilustrasi 8.

Sedangkan segmen pengguna pusat data baik di tingkat pusat maupun

daerah dapat diuraikan dalam ilustrasi 9 berikut:

26

Page 27: pengembangan sistem informasi.doc

Ilustrasi 9

Pengembangan infrastruktur informasi (content) sistem informasi

akan menjadi bagian terpenting dalam rangka pengembangan

SISFONAS dimana permasalahan infrastruktur informasi (content) akan

menyebabkan adanya kompetisi silang (cross competition) dari

pengguna data yang sama dan hal ini membutuhkan koordinasi yang

erat baik intra maupun antar instansi.

III.6 PENGEMBANGAN INTEGRASI APLIKASI PEMERINTAHAN

Permasalahan terbesar yang dihadapi dalam rangka integrasi

seluruh Sistem Informasi Nasional adalah tidak terstrukturnya data dan

sistem informasi yang telah dibangun serta keberagaman sistem yang

dimiliki mulai dari tingkat sederhana hingga mutakhir. Tidak

terstrukturnya data dan sistem informasi serta keberagaman sistem

yang dimiliki terjadi hampir diseluruh badan pemerintah baik ditingkat

pusat maupun daerah. Hal ini akan membawa permasalahan untuk

melakukan integrasi secara menyeluruh dimana jika dilakukan penatap-

27

Page 28: pengembangan sistem informasi.doc

mukaan (Interfacing) secara satu persatu akan mengakibatkan usaha

yang sedemikian besar dan sulit serta berpotensi untuk mengakibatkan

kekacauan sistem yang lebih besar (Chaos).

Integrasi sistem informasi tidak hanya menuntut adanya interkoneksi

dan interoperasi data diantara sistem melainkan juga menuntut adanya

integrasi dalam proses bisnis yang berlangsung diantara sistem.

Integrasi proses bisnis diperlukan untuk mengurangi ineffisiensi dan

ineffektifitas yang ditimbulkan sebagai akibat beban pekerjaan yang

berlebihan dan berulang (repetition).

Selain itu integrasi sistem informasi secara menyeluruh juga

diperlukan dalam rangka mengembangkan sistem informasi pemerintah

yang bersifat elektronis dalam bentuk e-government. Pengembangan e-

government mensyaratkan suatu sistem informasi dan struktur data

yang terintegrasi secara nasional sehingga dapat berinteraksi secara

menyeluruh dalam suatu sistem yang komprehensif.

Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan upaya integrasi yang

bersifat menyeluruh tetapi dengan tidak memerlukan upaya yang

berlebihan. Hal ini dapat dilakukan dengan berkembangnya teknologi

integrasi untuk sistem informasi yang mampu untuk berinteraksi dan

berkomunikasi diantara satu sistem dengan sistem lainnya yang

berbeda platform.

III.8 LEMBAGA PENDUKUNG SISFONAS

Untuk mendukung implementasi dan operasionalisasi SISFONAS

perlu dibentuk badan-badan pendukung yang berada dibawah

Kementerian Komunikasi dan Informasi guna membantu seluruh

instansi yang terkait dengan implementasi SISFONAS baik dari tingkat

Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Kabupaten/Kota. Bantuan yang

diberikan dapat berupa bantuan teknis maupun dukungan sistem dalam

bentuk :

- Keamanan Jaringan

28

Page 29: pengembangan sistem informasi.doc

- Keamanan Data

- Pemulihan Sistem

- Back up Data

- Pemeliharaan Jaringan

- Pemeliharaan Data

Adapun lembaga pendukung dimaksud akan terdiri atas:

1. Pusat Pengamanan SISFONAS (National Security Agency)

2. Pusat Kendali Jaringan SISFONAS (Network Operation Control)

3. Pusat Penangggulangan Masalah SISFONAS (Computer Incident

Response Center)

4. Pusat Pemulihan Data (Data Recovery Center)

5. Pusat Data Nasional (National Data Warehouse)

6. Lembaga Informasi Nasional (terbentuk)

Sedangkan gambaran atas lembaga pendukung SISFONAS dapat

diuraikan pada ilustrasi 10 berikut:

Ilustrasi 10

III.9 PENTAHAPAN PENGEMBANGAN SISFONAS

Pentahapan pengembangan SISFONAS akan dilaksanakan dalam 4

(empat) tahap utama pengembangan yang terdiri atas:

29

Page 30: pengembangan sistem informasi.doc

a. Tahap Inisiasi (2002 – 2003)

Berupa tahap-tahap penyusunan kerangka konseptual, badan-

badan pendukung, dan rencana penyusunan cetak biru SISFONAS;

b. Tahap Integrasi (2003 – 2004)

Berupa tahap penyusunan dan implementasi cetak biru termasuk

integrasi aplikasi pemerintahan, pelaksanaan pilot project dan

implementasi infrastruktur SISFONAS pada tahap awal;

c. Tahap Replikasi (2004 – 2005)

Setelah pilot project dilaksanakan dan dievaluasi maka sejak tahun

2004 mulai dilaksanakan penerapan hasil pilot project dalam bentuk

replikasi sistem pada beberapa wilayah dan terus berkembang

mengikuti pola anggaran;

d. Tahap Ekstensifikasi (2005 hingga 2010)

Pada tahap ini diharapkan sistem yang telah dibangun dapat

dimanfaat seefektif mungkin secara maksimal dan dapat

diekstensifkan secara meluas.

Gambaran atas tahapan rencana pengembangan SISFONAS dapat

diuraikan dalam ilustrasi 11 berikut :

Ilustrasi 11

30

Page 31: pengembangan sistem informasi.doc

Gambaran Pentahapan Pengembangan SISFONAS

31

TAHAP INISIASI

Roadmap 2002-2010

2002-2003

2003-2004

2004-2005

2005

2010

TAHAP INTEGRASI

TAHAP REPLIKASI

TAHAP EKSTENSIFIKASI

Page 32: pengembangan sistem informasi.doc

BAB IV

PENGEMBANGAN SISFONAS DALAM RANGKA MENDUKUNG

PENERAPAN E-GOVERNMENT

IV.1 KONSEP E-GOVERNMENT

Sejalan dengan perkembangan teknologi sistem informasi yang

ditandai dengan perkembangan internet, telah mengubah model bisnis

yang selama ini berjalan dari sistem konvensional menjadi sistem

elektronis. Model bisnis ini dikenal sebagai e-Commerce dan

berkembang menjadi e-Business, perkembangan model bisnis dari e-

Commerce menuju e-Business ditandai dengan peralihan seluruh

aktivitas bisnis utama dari model konvensional yang dilakukan dengan

cara manual menjadi model bisnis elektronis dengan keterintegrasian

seluruh proses bisnis terkait. Konteks hubungan yang terbangun dalam

model bisnis ini adalah hubungan diantara bisnis kepada pelanggan

(Business to Customer, B2C) dan bisnis kepada bisnis lainnya

(Business to Business, B2B).

Perkembangan ini juga telah mendorong pihak pemerintah untuk

mempergunakan seluruh sumberdaya yang ada untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat, model bisnis ini dikenal dengan istilah

e-Government. e-Government dapat didefinsikan sebagai

„Pemanfaatan teknologi informasi (seperti Internet, telepon, satelit) oleh

institusi pemerintahan untuk meningkatkan kinerja pemerintah dalam

hubungannya dengan masyarakat, komunitas bisnis, dan kelompok

terkait lainnya (World Bank, 2001)”.

Dalam masalah ini e-government akan memiliki konteks hubungan

yang lebih luas dibandingkan model bisnis komersial dimana hubungan

yang terbangun adalah antara pemerintah dengan masyarakat

(Government to Citizen, G2C), pemerintah kepada dunia bisnis

(Government to Business, G2B), dan pemerintah kepada pemerintah

lainnya (Government to Government, G2G).

32

Page 33: pengembangan sistem informasi.doc

Digambarkan hubungan yang terbangun diantara ketiga pihak

tersebut dapat digambarkan pada ilustrasi 12 berikut ini:

Ilustrasi 12

Gambaran hubungan dalam e-government

Berdasarkan kepada lingkup aplikasi dan manfaat yang akan dapat

dirasakan berdasarkan kepada penerapan e-Government akan sangat

bergantung hubungan diantara lembaga, antar lembaga, pemerintah

dan masyarakat serta pemerintah dan dunia. Keberhasilan penerapan

e-government akan sangat bergantung kepada keberhasilan dalam

membangun infrastruktur sistem informasi sebagai wahana utama yang

akan menjadi landasan kerja (platform) secara teknis bagi e-

Government.

IV.2 PERANAN INFRASTRUKTUR DALAM PENERAPAN e-

GOVERNMENT

Dalam penerapannya e-Government membutuhkan infrastruktur

yang memadai dalam rangka mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini

Sistem Pelayanan

Publik

G2G-

Inter-

Intra

G2C

G2B

KependudukanKesehatan MasKeimigrasianPerpajakanLisensi (SIM, IMB)Informasi publik

KepabeananPerpajakanEDIPerijinanData base SDInformasi publik

transparansijangkauanaksesabilitasresponsifefisiensi proses

G2C: Government to CitizenG2B: Government to BusinessG2G: Government to Government

Masyarakat

Bisnis

33

Page 34: pengembangan sistem informasi.doc

disebabkan oleh karena pada prinsipnya e-Government adalah

perubahan bisnis secara proses dimana biasanya dilakukan secara

manual kemudian berubah dan dilakukan secara elektronis. Hal ini

akan sangat dipengaruhi oleh back office system yang dimiliki oleh

sebuah instansi, apakah telah tersedia secara lengkap? Apakah data

telah terstruktur dengan baik? Apakah seluruh sistem telah terintegrasi

dengan baik? Seluruh pertanyaan tersebut akan mempengaruhi

keberhasilan penerapan e-government.

Dengan demikian jelas dapat kita lihat peranan infrastruktur dalam

penerapan e-government memiliki arti yang sangat strategis, terlebih

lagi bilamana kita melihat kepada arsitektur integrasi sistem menuju e-

Business dapat disajikan pada ilustrasi 13 berikut:

Ilustrasi 13

34

Page 35: pengembangan sistem informasi.doc

BAB V

PENERAPAN IT GOVERNANCE DALAM RANGKA PENINGKATAN

KETAHANAN SISTEM INFORMASI NASIONAL

V.1 DASAR PEMIKIRAN

Perkembangan teknologi sistem informasi telah memasuki era dimana

hampir seluruh aspek kehidupan manusia telah mampu dikelola dengan

menggunakan teknologi informasi sebagai enabler untuk meningkatkan

kesejahteraan hidup umat manusia. Dalam bidang pemerintahan pun

teknologi sistem informasi telah menjadi tulang punggung informasi

sebagai sumber daya yang sangat membantu dalam menentukan

kebijaksanaan pemerintah serta menjadi pendukung pengambilan

keputusan yang utama.

Dengan fungsi yang sedemikian strategis maka faktor keamanan dari

seluruh sistem informasi pemerintahan menjadi hal yang sangat kritis.

Bilamana kita memperhatikan dengan seksama seberapa besar nilai dari

informasi yang dihasilkan oleh teknologi sistem informasi, dapat kita

rasakan kebutuhan akan adanya suatu sistem pengamanan sistem yang

handal. Seperti halnya nilai transaksi yang dilakukan oleh dunia

perbankan, data kependudukan, data kepemilikian atas tanah,

kendaraan, dan beragam data serta informasi lainnya baik yang bersifat

pribadi maupun publik telah menjadi asset yang sedemikian penting baik

bagi pihak pribadi, pemerintah maupun swasta.

Untuk menjaga asset yang sedemikian berharga dibutuhkan upaya

maksimal untuk melindungi dan memanfaatkan seluruh sumberdaya

informasi yang dimilliki agar diperoleh nilai informasi terbaik secara efektif

dan efisien. Dalam konteks fungsi manajemen dimana perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan dan pengendalian telah

menjadi satu kerangka yang utuh untuk meningkatkan kehandalan

manajemen, namun pada kenyataannya fungsi pengendalian menjadi

fungsi manajemen yang terlupakan.

35

Page 36: pengembangan sistem informasi.doc

Dalam praktek seringkali kita temukan pengembangan sistem informasi

di berbagai instansi, lembaga maupun badan pemerintah baik ditingkat

pusat maupun daerah termasuk badan usaha milik negara dan daerah

telah dilaksanakan dengan menggunakan sumberdaya yang sedemikian

besar, teknologi yang sedemikian canggih, dan cakupan pengembangan

yang sedemikian luas, tetapi hingga saat ini tidak akan pernah ada satu

informasi pun yang memberikan keterangan tentang bagaimana hasil

akhir dari pengembangan sistem tersebut, apakah sistem telah berhasil

di implementasikan? Apakah telah terjadi peningkatan pelayanan?

Apakah informasi yang dihasilkan dapat dijamin keandalannya?

Bagaimana tingkat keamanan diterapkan? dan beragam pertanyaan lain

yang belum tentu dapat terjawab dalam waktu singkat.

Hal ini memerlukan perhatian yang sangat serius mengingat bahwa

informasi sebagai salah satu asset yang dimiliki patut mendapatkan

perlindungan sehingga dapat dikendalikan secara benar dan tidak

dimanfaatkan untuk hal-hal yang bertentangan dengan norma yang

berlaku umum (abusive). Pengendalian harus dapat diterapkan secara

menyeluruh terhadap sistem informasi dan seluruh teknologi yang

berhubungan baik secara langsung maupun tidak. Inisiatif ini perlu

digulirkan saat ini mengingat hingga sekarang belum ada satu inisiatif

formal dari pihak yang terkait dalam hal pengendalian manajemen sistem

informasi untuk menerbitkan panduan sistem pengendalian manajemen

dalam bidang teknologi sistem informasi.

Pihak yang terkait baik pemerintah, swasta, profesi maupun lembaga

swadaya masyarakat lebih memfokuskan diri kepada good governance

sebagai sasaran yang harus dicapai guna meningkatkan akuntabilitas

pemerintah sebagai upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Perlu diingat bahwa dengan dijadikannya teknologi sistem informasi

sebagai tulang punggung penyedia informasi dalam rangka pengambilan

keputusan maka Information Technology Governance akan menjadi

penentu keberhasilan Good Governance.

36

Page 37: pengembangan sistem informasi.doc

V.2 KONSEP IT GOVERNANCE

1. Konsep Dasar IT Governance

IT governance merupakan suatu upaya untuk membangun suatu

struktur pengendalian yang bersifat komprehensif yang bertujuan

untuk memberikan nilai tambah kepada pemanfaatan teknologi

informasi guna mencapai tujuan dari suatu organisasi/institusi.

Organisasi/institusi tersebut harus mampu untuk memenuhi syarat-

syarat akan kualitas, kehandalan, kelayakan dan keamanan atas

informasi yang dimiliki sebagaimana layaknya terhadap sebuah asset.

Untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, suatu sistem

informasi haruslah mampu untuk menjamin penyajian informasi yang

ditujukan kepada pengguna dengan memenuhi kriteria informasi yang

disyaratkan dan terukur melalui indikator-indikator tujuan kunci. Agar

dapat mencapai hal sebagaimana yang diharapkan maka hal tersebut

haruslah dilakukan melalui pembentukan dan pelaksanaan suatu

sistem proses dan kontrol terbaik yang akan mengarahkan dan

memonitor setiap penyajian informasi agar sesuai dengan nilai

manfaat dari informasi yang disajikan. Hal tersebut akan sangat

dipengaruhi oleh faktor keberhasilan utama yang akan meningkatkan

seluruh sumberdaya teknologi informasi melalui indikator kinerja

kunci.

Informasi yang disajikan haruslah memenuhi kriteria sebagaimana

dijelaskan berikut ini :

a. Keefektifan;

b. Efisiensi;

c. Kerahasiaan;

d. Integritas;

e. Ketersediaan;

f. Kepatuhan pada aturan;

g. Kehandalan.

37

Page 38: pengembangan sistem informasi.doc

Adapun indikator sasaran kunci yang harus dapat dicapai melalui

penyajian informasi yang memadai adalah:

a. Peningkatan kinerja dan efisiensi biaya manajemen;

b. Memperbaiki manfaat yang diberikan oleh investasi dibidang

Teknologi informasi;

c. Memperbaiki waktu pelayanan;

d. Meningkatkan kualitas, inovasi, dan manajemen resiko;

e. Menciptakan suatu proses bisnis yang standar dan terintegrasi;

f. Menciptakan layanan masyarakat yang memuaskan;

g. Menjaga ketersediaan bandwith, kinerja komputer dan mekanisme

penyajian informasi secara optimal;

h. Memenuhi kebutuhan akan layanan masyarakat yang cepat

dengan biaya yang rendah;

i. Peningkatan kepatuan kepada hukum, peraturan, standar dan

komitmen;

j. Peningkatan transparansi terhadap resiko yang dihadapi

dibandingkan dengan standar resiko yang telah ditetapkan

sebelumnya;

k. Peningkatan nilai suatu institusi melalui perbandingan atas tolok

ukur keberhasilan pemanfaatan Teknologi Informasi;

l. Penciptaan layanan dan jalur bisnis baru.

Sedangkan faktor keberhasilan utama yang menentukan tingkat

keberhasilan suatu penyajian informasi adalah :

a. Aktivitas IT Governance merupakan bagian terintegrasi secara

menyeluruh dengan upaya proses pengendalian manajemen

seluruh institusi;

b. IT Governance berfokus kepada tujuan institusi, inisiatif strategis,

penggunaan teknologi informasi untuk peningkatan pelayanan,

ketersediaan sumberdaya yang memadai dan kemampuan untuk

selalu memenuhi tuntutan tugas yang diberikan;

c. Aktivitas IT Governance dijabarkan dalam suatu tujuan yang

jelas, terdokumentasi dan terimplementasi, sesuai dengan

38

Page 39: pengembangan sistem informasi.doc

kebutuhan institusi dan berdasarkan kepada akuntabilitas yang

tinggi;

d. Praktek manajemen diterapkan dalam rangka meningkatkan

efisiensi dan optimalisasi penggunaan sumberdaya dan

meningkatakan efektifitas proses teknologi informasi;

e. Praktek organisasi diterapkan untuk mewujudkan pengawasan

yang memadai, suatu lingkungan/budaya pengendalian yang baik,

penanganan resiko sebagai suatu praktek yang standar,

peningkatan kepatuhan pada standar, monitoring dan tindak

lanjutan atas setiap kelemahan dan resiko yang ditemui;

f. Praktek pengendalian ditetapkan secara jelas untuk mencegah

kegagalan pengendalian dan pengawasan internal;

g. Terdapat integrasi dan interoperabilitas secara menyeluruh atas

proses bisnis dalam teknologi informasi dengan kompleksitas yang

tinggi menyangkut masalah, perubahan dan manajemen

konfigurasi;

h. Sebuah komite audit dibentuk guna mengawasi dan menunjuk

auditor independen, berfokus pada teknologi informasi pada saat

penyusunan rencana audit, dan mereview seluruh laporan audit

dari auditor dan pihak ketiga lainnya.

Keberhasilan tersebut pada akhirnya akan memberikan nilai tambah

kepada sumberdaya teknologi informasi yang terdiri atas:

a. Sumberdaya manusia;

b. Aplikasi;

c. Teknologi;

d. Fasilitas;

e. Data.

Sedangkan indikator kinerja kunci yang akan mengukur nilai tambah

yang dihasilkan oleh sumberdaya teknologi informasi akan terdiri atas:

a. Peningkatan efisiensi dalam pengolahan data;

b. Peningkatan jumlah rencana kerja dibidang Teknologi Informasi

sebagai inisiatif untuk meningkat kinerja;

39

Page 40: pengembangan sistem informasi.doc

c. Peningkatan pemanfaatan infrastruktur Teknologi Informasi;

d. Peningkatan kepuasan stakeholder;

e. Perubahan produktifitas dan moral seluruh staf;

f. Peningkatan ketersediaan pengetahuan dan informasi guna

pengelolaan tugas negara;

g. Peningkatan kaitan antara IT Governance dengan Pengendalian

manajemen secara keseluruhan;

h. Peningkatan kinerja Teknologi Informasi sebagaimana terukur

melalui balanced scorecard.

Seluruh indikator, kriteria dan faktor tersebut akan menjadi arahan

utama dalam menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan

dalam rangka membangun suatu sistem pengendalian teknologi

informasi sebagaimana yang diharapkan.

Dalam rangka pencapaian suatu sistem pengendalian manajemen

teknologi informasi yang baik, perlu didukung dengan adanya

penetapan standar dan prosedur yang harus dipenuhi dalam rangka

pelaksanaan tugas pengawasan dan pengendalian teknologi informasi.

2. Standard & Prosedur

Standar dan Prosedur yang melingkupi tugas-tugas pengendalian

manajemen Teknologi Informasi akan menjadi acuan utama bagi

seorang auditor untuk melaksanakan audit terhadap sistem informasi

dalam segala aspek yang berkaitan dengan perencanaan,

pengembangan, pembangunan, implementasi dan pengendalian

teknologi informasi pada suatu institusi. Standar dan prosedur yang

berlaku dalam bidang IT Governance berakar kepada standar dan

prosedur audit keuangan sebagai suatu profesi audit tertua yang

menjadi dasar pengembangan profesi auditor lainnya. Namun sejalan

dengan fungsi audit yang dimiliki dalam bidang teknologi informasi

maka standar yang dipergunakan berkembang meliputi seluruh

standar yang berkaitan dengan teknologi informasi. Adapun prosedur

pengendalian akan tetap berpegang kepada standar audit dan

40

Page 41: pengembangan sistem informasi.doc

teknologi informasi yang disertai dengan prosedur bisnis proses yang

telah terbangun didalam kegiatan institusi secara inherent.

Adapun standar yang mendasari pengendalian manajemen

teknologi informasi diantaranya adalah:

a. Standar teknis: dari EDIFACT, ISO dll;

b. Kode Etik: dikeluarkan oleh Dewan Eropa, OECD, ISACA dll;

c. Kriteria Kualifikasi untuk bidang TI baik dalam sistem dan proses:

ITSEC, TCSEC, ISO 9000, SPICE dll;

d. Standar profesional untuk audit dan internal kontrol: dari IFAC,

ISACA, GAO, AICPA dll;

e. Persyaratan dan praktek industri dari badan industri (ESF 14)

dan lembaga yang disponsori pemerintah (NIST, IBAG, DTI) dll;

f. Persyaratan industri yang bersifat spesifik yang berasal dari

industri penerbangan, perbankan, asuransi dll;

Standar-standar tersebut akan mendasari penyusunan prosedur

sebagai arahan kerja bagi seorang auditor untuk melaksanakan

audit atas sistem informasi yang dimiliki oleh sebuah institusi.

Seluruh standar dan prosedur yang telah ditetapkan akan

menjadi dasar dalam menentukan tujuan pengendalian (control

objective) yang harus dapat dicapai oleh suatu sistem agar dapat

dinilai sebagai suatu proses yang wajar. Secara internasional telah

berlaku suatu standar pengendalian manajemen atas teknologi

informasi yang juga berperan sebagai tujuan pengendalian dalam

rangka audit sistem informasi. Standar tersebut dikenal dengan

sebutan Control Objectives for Information and Related Technology

(CoBIT). CoBIT diterbitkan sebagai suatu standar oleh Information

System Audit dan Control Foundation (ISACF) dan dilanjutkan oleh

IT Governance Institute, kedua lembaga tersebut merupakan bagian

intagral dari information System Audit dan Control Association

(ISACA) sebagai bagian dari upaya meningkatkan pemahaman atas

prinsip-prinsip IT Governance.

41

Page 42: pengembangan sistem informasi.doc

3. Tahapan Pengembangan

Tahap pengembangan IT Governance dalam suatu institusi

(sumber: CoBIT) memiliki empat tahap utama dan setiap tahapan

memiliki urutan kerja sebagai berikut:

A. Perencanaan dan Pengorganisasian

1. Menetapkan rencana strategis pengembangan teknologi

informasi;

2. Menetapkan arsitektur informasi;

3. Menentukan arahan teknologi;

4. Menetapkan organisasi pengelola teknologi informasi;

5. Mengelola Investasi di bidang Teknologi Informasi;

6. Mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemen;

7. Mengelola sumberdaya manusia;

8. Memastikan kepatuhan atas standar eksternal;

9. Mengelola resiko;

10. Mengelola proyek;

11. Menjaga Kualitas dan mutu;

B. Akusisi dan Implementasi

1. Mengidentifikasi setiap solusi;

2. Mendapatkan dan memelihara aplikasi;

3. Mendapatkan dan memelihara infrastruktur;

4. Mengembangkan dan memelihara Prosedur;

5. Instalasi dan akreditasi sistem informasi;

6. Mengelola perubahan.

C. Operasionalisasi dan Dukungan

1. Menetapkan dan mengelola tingkat layanan (Service Level);

2. Mengelola layanan pihak ketiga;

3. Mengelola kinerja dan Kapasitas;

4. Memastikan kelanjutan layanan;

5. Memastikan keamanan sistem;

6. Mengidentifikasi dan mengalokasi biaya;

42

Page 43: pengembangan sistem informasi.doc

7. Mendidik dan melatih pengguna;

8. Membantu dan memberi saran kepada kustomer;

9. Mengelola konfigurasi;

10.Mengelola insiden dan masalah;

11.Mengelola data;

12.Mengelola fasilitas;

13.Mengelola operasi;

D. Monitoring

1. Memonitor proses;

2. Menjaga kehandalan kendali internal;

3. Mendapatkan assurance independen;

4. Mempersiapkan audit independen.

4. Kaitan Antara IT Governance dan Good Governance

IT Governance sebagai suatu sistem kendali manajemen memiliki

peranan yang sangat besar untuk bertindak sebagai quality assurance

yang memadai dalam rangka menjamin ketersediaan sumberdaya

sistem informasi yang handal. Dengan suatu sistem kendali yang

memadai di bidang sistem informasi diharapkan akan mampu untuk

memotivasi fungsi manajemen lain secara keseluruhan dimana

dengan pengendalian terbaik pada bidang sistem informasi akan

memudahkan pengendalian internal manajemen secara keseluruhan.

Dengan terbangunnya kualitas pengendalian internal yang memadai

baik untuk bidang sistem informasi dan bidang manajemen lainnya

maka hal tersebut akan memberikan kontribusi yang sangat berati

dalam menentukan tingkat good governance dari suatu institusi

tersebut. Hal ini akan dibuktikan pada saat dilakukan general audit

atas laporan keuangan suatu institusi, faktor kehandalan sistem

pengendalian manajemen akan menjadi hal yang sangat krusial dan

akan menentukan tingkat kewajaran penyajian laporan keuangan.

43

Page 44: pengembangan sistem informasi.doc

Dengan suatu sistem pengendalian manajemen yang memadai

diharapkan akan memudahkan auditor untuk melaksanakan seluruh

pengujian yang dipersyaratkan dalam melakukan audit sehingga akan

memudahkan pihak auditor dalam penetapan opini yang akan diambil.

Hal ini berkaitan erat dengan tujuan pengendalian internal

perusahaan yaitu:

1. Reliabilitas dan Integritas informasi;

2. Kepatuhan akan kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan

regulasi;

3. Penyelamatan asset perusahaan;

4. Pemanfaatan secara ekonomis dan efisien atas seluruh

sumberdaya;

5. Pemenuhan tujuan yang telah ditetapkan untuk operasi dan

program.

Dengan melihat kepada alur sebagaimana disebutkan sebelumnya,

jelas terlihat suatu kaitan yang erat antara IT governance dengan

Good Governance, dimana dengan peningkatan IT Governance

memudahkan auditor eksternal guna melaksanakan general audit.

V.3 IT GOVERNANCE DALAM SISFONAS

Pengendalian sistem informasi atau selanjutnya akan dikenal

dengan sebutan IT Governance, mencakup seluruh aspek

pengendalian manajemen dalam bidang teknologi sistem informasi dan

termasuk didalamnya adalah:

1. Perencanaan dan pengorganisasian sistem informasi;

2. Akusisi dan Implementasi sistem informasi;

3. Pengoperasian dan Dukungan teknis sistem informasi;

4. Monitoring sistem informasi;

Seluruh aspek IT Governance akan dituangkan dalam bentuk

kerangka konseptual dan standar serta prosedur yang akan menjadi

44

Page 45: pengembangan sistem informasi.doc

landasan kerja pengendalian sistem informasi di setiap instansi maupun

lembaga pemerintah lainnya.

IT Governance memberikan kontribusi yang penting dalam

membantu pihak institusi untuk melaksanakan pengendalian sistem

informasi suatu institusi dan secara langsung akan membantu pihak

manajemen suatu institusi dalam rangka pengendalian internal

manajemen secara keseluruhan. Dengan peningkatan IT Governance

akan membantu pihak institusi dalam peningkatan nilai suatu institusi

dimata stakeholder dan shareholder.

Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagai suatu institusi

beserta seluruh pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota

memiliki kepentingan yang sama untuk meningkatkan Good

Governance. Peningkatan Good Governance akan ditentukan oleh

keberhasilan penerapan IT Governance sebagai bagian pengendalian

internal manajemen secara keseluruhan. Mengingat bahwa fungsi

pengendalian dan pengawasan manajemen pemerintahan telah berada

dalam kewenangan suatu badan tertentu maka pelaksanaan IT

Governance akan menjadi wahana kerjasama dari beberapa bidang

yang terkait dengan IT Governance sistem informasi pemerintahan di

Indonesia.

Pada pelaksanaanya IT Governance Sistem informasi pemerintahan

akan dilaksanakan sebagai suatu upaya kerjasama dan koordinasi

secara erat dengan instansi maupun lembaga yang berkompeten.

Instansi maupun lembaga yang berkompeten dalam bidang itu

diantaranya adalah:

- Badan Pemeriksa Keuangan

- Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

- Inspektorat pusat dan wilayah

- Ikatan Akuntan Indonesia

- ISACA Indonesia Chapter

45

Page 46: pengembangan sistem informasi.doc

Adapun Kementerian Komunikasi dan Informasi akan bertindak

sebagai lembaga yang mengkoordinasikan dan sekaligus memayungi

setiap inisiatif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut untuk

membangun suatu kerangka kerja dalam membangun sistem

pengendalian manajemen bagi pemanfaatan teknologi informasi

sebagai perwujudan IT Governance. Sejalan dengan hal itu dan sesuai

dengan misi yang diemban oleh Kementerian Komunikasi dalam rangka

bertindak sebagai Country Information Office (CIO) guna mendukung

terintegrasinya seluruh sumberdaya sistem informasi pemerintahan

terutama yang berbasis elektronik.

46

Page 47: pengembangan sistem informasi.doc

BAB VI

I. PENUTUP

Sebagai tulang punggung bagi implementasi e-government, konsepsi

pengembangan SISFONAS diharapkan menjadi modal dasar bagi jajaran

pemerintahan untuk meningkatkan kinerjanya melalui peningkatan layanan

publik menuju good governance.

Dalam hal ini sistem nilai yang terkandung didalam konsepsi pengembangan

SISFONAS berupa tranpraransi, efektifitas, efisiensi, keterbukaan dan

akuntabilitas, diharapkan akan menjadi salah satu solusi terhadap

kompleksitas permasalahan dan kerumitan birokrasi.

Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah membangun kepercayaan masyarakat

terhadap kredibilitas pemerintah yang sangat dibutuhkan bagi pemulihan

kehidupan berbangsa dan bernegara melalui solusi teknologi informasi yang

ditandai dengan peningkatan pelayanan publik.

47

Page 48: pengembangan sistem informasi.doc

DAFTAR PUSTAKA

Baines, E. (2000) Managing Information As A Resources In Coleman, M.

and

Anderson, L. (Ed.) Managing Finance and Resources in Education,

London, Paul Chapman Publishing Ltd.

DfEE (2001) Information Management Strategy, URL,

http://www.dfee.gove.uk/a-z/RMATION%5Fmanagement.

Donovan, F. and Jackson, A.C. (1991) Managing Human Service

Organisation, Sydney, Prentice Hall.

Kroenke, D. and Hatch, R. (1994) Management Information Systems, New

York, McGraw Hill.

Laudon K.C. and Laudon, J.P. (1996) Management Information Systems:

Organisation and Technology, New York, Prentice Hall.

Laudon, K.C. and Laudon J.P. (2001) Essentials of Management

Information

Systems: Organisation and Technology in the Networked Enterprise

(4th, Edn.), New York, Prentice Hall.

Matthews, D.Q. (1976) The Design of the Management Information System,

New York, Mason/Charter Publishers Inc.

McLeod, R. (1983) Manajemen Information System (2nd Ed.), Chicago,

Science Research Associates Inc.

Reynolds, R.C. (1992) Management Information System for Education,

Cambridge, Paul Chapman Publishing Ltd.

Sidi, I.D. (2002) Rancangan Induk Pengembangan Sistem Informasi

Dikdasmen, Jakarta, Dikdasmen, Depdiknas

www.google.com

48