pengembangan organisasi solo technopark

30
PENDAHULUAN Perubahan zaman yang semakin maju menuntut organisasi untuk menghadapi lingkungan yang semakin dinamis, kompleks dan sulit diprediksi. Ketika organisasi tidak mampu mengikuti dinamika perubahan tersebut, organisasi akan mengalami keadaan yang stagnan bahkan mengancam kelangsungan hidup organisasi. Oleh karena itu, organisasi harus mampu berinovasi dan berkembang mengikuti perkembangan zaman dan berusaha menghadapi dinamika perubahan lingkungan yang terus terjadi. Sebuah organisasi harus mampu menghadapi permasalahan-permasalahan, baik permasalahan internal ataupun eksternal untuk mempertahankan eksistensi organisasi itu sendiri. Oleh karena itu maka pengembangan organisasi menjadi suatu hal yang penting dan harus ada dalam setiap organisasi agar organisasi mampu dalam menghadapi dinamika lingkungan. Pengembangan Organisasi (Organizational Development) merupakan suatu usaha yang berencana yang meliputi organisasi secara keseluruhan dan dikelola dari pucuk pimpinan untuk meningkatkan efektivitas dan kesehatan organisasi melalui intervensi yang berencana di dalam proses organisasi, dengan mempergunakan ilmu perilaku (Thoha (2003:12)). Pengembangan organisasi memerlukan waktu yang panjang karena membutuhkan perencanaan yang matang dan strategis. Dalam pengembangan Wacana Pengembangan Organisasi Publik Solo Technopark (STP) 1

Upload: tio-saputro

Post on 23-Nov-2015

192 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

pengembanagn organisasi

TRANSCRIPT

PENDAHULUANPerubahan zaman yang semakin maju menuntut organisasi untuk menghadapi lingkungan yang semakin dinamis, kompleks dan sulit diprediksi. Ketika organisasi tidak mampu mengikuti dinamika perubahan tersebut, organisasi akan mengalami keadaan yang stagnan bahkan mengancam kelangsungan hidup organisasi. Oleh karena itu, organisasi harus mampu berinovasi dan berkembang mengikuti perkembangan zaman dan berusaha menghadapi dinamika perubahan lingkungan yang terus terjadi. Sebuah organisasi harus mampu menghadapi permasalahan-permasalahan, baik permasalahan internal ataupun eksternal untuk mempertahankan eksistensi organisasi itu sendiri. Oleh karena itu maka pengembangan organisasi menjadi suatu hal yang penting dan harus ada dalam setiap organisasi agar organisasi mampu dalam menghadapi dinamika lingkungan.

Pengembangan Organisasi (Organizational Development) merupakan suatu usaha yang berencana yang meliputi organisasi secara keseluruhan dan dikelola dari pucuk pimpinan untuk meningkatkan efektivitas dan kesehatan organisasi melalui intervensi yang berencana di dalam proses organisasi, dengan mempergunakan ilmu perilaku (Thoha (2003:12)). Pengembangan organisasi memerlukan waktu yang panjang karena membutuhkan perencanaan yang matang dan strategis. Dalam pengembangan organisasi, pengetahuan, konsep-konsep, dan praktek-praktek yang berkaitan dengan (perilaku) organisasi menjadi dasar dalam membantu organisasi untuk mencapai tujuannya. Proses ini juga termasuk bagaimana meningkatkan kualitas, efektifitas, dan efisiensi organisasi. Pengembangan organisasi bukanlah sekadar sebuah rencana belaka yang menyangkut mengenai bagaimana agar sesuatu itu dapat dikerjakan. Jadi, pengembangan organisasi pada dasarnya melibatkan perencanaan mengenai bagaimana mendiagnosa masalah-masalah yang dihadapi organisasi dan bagaimana memberikan solusinya.Salah satu organisasi publik yang sedang melakukan pengembangan ialah Solo Technopark yang merupakan sebuah kawasan terpadu yang menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, pusat riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah dalam satu lokasi yang memungkinkan aliran informasi dan teknologi secara lebih efisien dan cepat. Solo Technopark (STP) berfungsi sebagai pusat pendidikan dan teknologi, regional dalam karakter dan internasional dalam lingkup. STP akan mempromosikan pembangunan daerah melalui hubungan sinergis antara Industri, Pemerintah dan Akademisi. Bentuk Pelayanan lain dari STP adalah meningkatkan kewirausahaan dan inovasi dengan menggunakan inkubator canggih dan penyebaran layanan konseling yang ekstensif, baik dalam konteks teknis dan operasional untuk ekonomi lokal. Semua layanan Solo Technopark yang sudah eksis maupun yang direncanakan di masa depan bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan kinerja perusahaan lokal, untuk menjamin peningkatan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.Dalam penelitian ini penulis ingin melihat bagaimana usaha yang dilakukan oleh Solo Technopark dalam menghadapi perubahan zaman. Perubahan menjadi hal yang penting untuk dilakukan karena Solo Technopark merupakan kawasan pengembangan berbasis teknologi yang ikut membantu proses pembangunan ekonomi dengan fokus utama pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung percepatan perkembangan inovasi. Dalam pengembangan yang dilakukan tentu mengalami hambatan dan masalah. Didalam tulisan ini penulis akan menggali usaha yang dilakukan Solo Technopark didalam menghadpi masalah yang timbul dan upayanya dalam mengembangkan Solo Technopark.PEMBAHASAN

A. Profil Solo TechnoParkPada tahun 2002 Pemerintah Kota Surakarta mengadakan kerjasama dengan Politeknik Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Surakarta serta dengan dukunganIndonesia German Institute (IGI) membentukSurakarta Competency and Technology Center(SCTC), yaitu sebuah lembaga diklat di bidang mekanik untuk mendidik para pemuda dan guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam meningkatkan kompetensi dibidang mekanik. Dalam kurun waktu singkat, SCTC telah mampu menempatkan diri sebagai pusat pelatihan mekanik bermutu tinggi lingkup kota Surakarta dan telah berhasil memberikan kontribusi dalam melatih pemuda pengangguran, mengupayakan tempat kerja, serta mewujudkan terbentuknya jaringan kerjasama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan industri yang saling melengkapi. Dengan dilatarbelakangi hal tersebut, pada tahun 2006, Pemerintah Kota Surakarta berinisiatif mengembangkan konsep SCTC menjadi lebih luas cakupannya dan menambah bidang-bidang ketrampilan yang sangat diperlukan untuk pemenuhan pengembangan teknologi masa depan, yaitu mendirikan Solo Technopark. (www.solotechnopark.com).Solo Technopark (STP) merupakan sebuah kawasan berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang terdiri dari pusat pendidikan dan pelatihan berbasis teknologi, pusat pengembangan teknologi tepat guna dan pusat perintis technopreneurship. STP akan mempromosikan pembangunan daerah melalui hubungan sinergis antara Industri, Pemerintah dan Akademisi, yang disebut Triple Helix. Solo Technopark dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta No. 13 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Solo Technopark Kota Surakarta. Yang kemudian dikuatkan dalam Surat Keputusan Walikota Surakarta No. 900/65/1/2009.Kawasan Solo Technopark adalah suatu kawasan milik Pemerintah Kota Surakarta yang merupakan kawasan terpadu berbasis IPTEK yang memadukan unsur pengembangan IPTEK keutuhan pasar industri dan bisnis serta penguatan daya saing daerah. Status Solo Technopark adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) yang merupakan unit kerja pada BAPPEDA kota Surakarta yang melaksanakan sebagian tugas SKPD induk dan melaksanakan tugas teknis operasional di kawasan Technopark, di bidang pelayanan IPTEK pada masyarakat. Tugas mikro dalam BAPPEDA dilaksanakan oleh UPTB Solo Technopark yaitu sebagai lembaga teknis daerah yang melaksanakan sebagian tugas SKPD induk dan melaksanakan tugas teknis operasional di kawasan Technopark, di bidang pelayanan IPTEK pada masyarakat. Dalam STP terbagi dalam 3 zona kawasan yaitu, Zona 1. Zona 1 : Training dan Inkubasi Zona 2. Zona 2 : Research and Development (R&D) dan Informasi Teknologi (IT) dan 3. Zona 3 : Industri dan Perdagangan.

Struktur Organisasi Solo Techno Park

DiklatKerjasama Mekanik

- Kerjasama

Pengelasan

- Informasi Teknologi

Garment

PrakerinPengelolaan Kawasan- Pengelolaan Kawasan

- Logistik

ProduksiHRD dan Umum

Inkubator Bisnis dan Teknologi

- HRD

Marketing

-AdministrasiB. DIAGNOSA MASALAHMenurut Prof.Dr. Sondang P Siagian (2000:51 ) menjelaskan bahwa " diagnosis organisasi ditujukan pada terjadinya analisis yang betul-betul mantap, tentang berbagai data yang dimiliki termasuk yang menyangkut struktur, administrasi, interaksi, prosedur kerja, keterkaitan dan interdepedensi antara berbagai unsur-unsur organisasi klien". Dalam diagnosis masalah meliputi dua hal, yaitu:1. Suatu diagnosis menganalisis berbagai sub elemen yang terdapat dalam organisasi, jenis jenis produk yang dihasilkan atau dapat pula menyoroti berbagai hubungan yang terjadi antara berbagai sub sistem dalam organisasi yang bersangkutan.

2. Bidang diagnosis yang kedua dapat didasarkan atas berbagai proses yang terjadi dalam organisasi seperti jarigan komunikasi, pengambilan keputusan oleh kelompok, pemecahan masalah, gaya kepemimpinan, pola percaturan kekuasaan dan kewenangan, cara penentuan tujuan, proses perencanaan, manajemen konflik termasuk penyelesaiannya dan bentuk persaingan yang didorong dalam rangka peningkatan produktivitas dan efektivitas kerja (Sondang Siagian, 2000:52).Secara garis besar bahwa diagnosa organisasi merupakan proses menemukan penyebab-penyebab pokok dari masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi. Pada dasarnya banyak pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa sebuah organisasi. Pendekatan dapat dilakukan dengan menganalisa struktur, kepemimpinan maupun budaya. Namun dalam penelitian ini, diagnose organisasi yang digunakan adalah Model Konsultasi Manajemen menurut Terry Amstrong dan Walter Wheatley dalam Siagian (2002) sebagai konsultan telah mengembangkan suatu model diagnosis yang menganalisis enam faktor utama dalam suatu organisasi, yaitu:1. Perencanaan dasar dalam arti apakah organisasi memiliki misi, visi dan sasaran yang ingin dicapai?2. Praktek-praktek bisnis pada umumnya, dalam arti apakah organisasi memiliki system manajemen yang benar?3. Keuangan, dalam arti apakah organisasi beroperasi berdasar kan rencana dan data financial yang tepat waktu dan akurat?4. Iklan dan promosi dalam arti apakah para anggota organisasi sadar tentang kaitan antara iklan dan penjualan?5. Riset pemasaran dalam arti apakah anggota organisasi menyadari bahwa pesaing memiliki juga strategi, kebijakan dan sebagainya dan bahwa perhatian pada kebutuhan para pelanggan harus besar?6. Sumber Daya Manusia dalam arti apakah organisasi memiliki sistem yang tepat untuk rekrutmen, pelatihan dan mempertahan kan para karyawan agar tidak pindah ke organisasi lain?.

Diagnosa Masalah Pada Solo Technopark Pertama-tama sebelum melakukan pengembangan organisasi perlu dilakukan diagnosa terlebih dahulu. Setelah kami melakukan penggalian informasi baik dengan Kepala UPTB Solo Technopark maupun dengan karyawan, maka kami mendiagnosa permasalahan yang terjadi Solo Technopark sebagai berikut :1. Adanya dualisme kepemimpinan Solo Technopark (STP) sebenarnya merupakan UPTB (Unit Pelayanan Teknis Badan) yang secara langsung berada dibawah naungan Bappeda. Sebagai sebuah UPTB, Solo Technopark telah ditetapkan oleh Pemkot Surakarta untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (Badan Layanan Umum Daerah). Dalam pengelolaan BLUD yang sesuai dengan Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD, seharusnya pejabat pengelola dari mulai pemimpin, pejabat keuangan dan pejabat teknis di duduki oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ditunjuk oleh SKPD dalam hal ini Bappeda. Selanjutnya untuk pejabat pengelola Solo Technopark bisa diduduki oleh Pegawai Non PNS tetapi harus sesuai dengan kebutuhan misalanya pada bagian instruktur, supervisor, perawatan peralatan yang membutuhkan teknisi-teknisi swasta.Tetapi yang terjadi di STP adalah adanya dualisme dalam pengelolaan lembaga tersebut atau bisa di istilahkan adanya Matahari Kembar(www.solopos.com). Terdapat dua pimpinan yang sama-sama memiliki wewenang, yaitu Direktur Eksekutif dari pihak non PNS (swasta) dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB). Selain itu ada juga jajaran direksi yang lainnya yaitu Direktur Umum, Direktur Pelayanan dan Pengembangan, Direktur Keuangan.Hal tersebut telah melanggar Permendagri Nomor 61 Tahun 2007, karena Solo Technopark sebagai UPTB yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD seharusnya dari mulai pemimpin, pejabat keuangan dan teknis harus diduduki oleh PNS bukan oleh pegawai Non PNS. Itulah yang menyebabkan Solo Technopark saat ini kurang bisa berkembang secara signifikan, mengingat bahwa di Solo Technopark terjadi dualisme kepemimpinan yang membuat adanya kebingungan tentang siapa yang seharusnya memimpin dan siapa yang memiliki kewenangan penuh di Solo Technopark.Dengan adanya dualisme kepemimpinan tersebut juga membuat kelanjutan pembangunan dari Solo Technopark menjadi terganggu. Karena apa yang sebelumnya sudah direncanakan baik oleh Pemkot Solo maupun Solo Technopark harus didiskusikan lagi dengan para pemimpin tersebut yang kadang dalam diskusi tersebut terjadi ketidak cocokan tentang rencana tersebut dan tentu menghambat proses pengembangan Solo Technopark. 2. Kekurangan SDMSolo Technopark sebagai sebuah kawasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Technopark dibangun untuk memberikan pelayanan pendidikan, pelatihan, produksi teknologi dan pengembangan teknologi. Semua tujuan tersebut bisa terealisasi jika didukung dengan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya unggul tetapi juga mencukupi.Tetapi di Solo Technopark sendiri jumlah pegawai dan instruktur hanya berjumlah 62 orang dan hanya ada 1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB). Tentu komposisi pegawai tersebut tidak seimbang dan kurang ideal. Mengingat bahwa Solo Technopark ini merupakan UPTB maka seharusnya jumlah PNS nya harus disesuaikan dengan kondisi idealnya. Kondisi tersebut menuntut beberapa pegawai untuk merangkap jabatan bahkan melakukan diskresi.3. Belum ada supervisor yang khusus menangani bidang-bidang di Solo TechnoparkSolo Technopark tidak hanya sebagai tempat pendidikan dan pelatihan tetapi juga merupakan pengembangan dan produksi teknologi. Hasil dari pengembangan dan produksi tersebut selanjutnya akan dipasarkan kepada perusahaan, instansi pemerintah atau pada institusi pendidikan yang membutuhkan.Sebenarnya Solo Technopark ini membutuhkan supervisor untuk manjadi kepala unit dalam satu bagian yang berperan sebagai jembatan antara pemimpin sebagai pembuat kebijakan dan karyawan sebagai pelaksana. Dengan demikian supervisor bertugas untuk menerjemahkan dan menjelaskan instruksi dari pemimpin kepada para karyawan. Supervisor juga harus memantau kinerja karyawan dan memberikan arahan, pendidikan, teladan, serta motivasi. Setiap hari supervisor bekerja dalam melakukan supervisi kepada para bawahannya agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya serta mengkoordinir pencatatan administrasi seperti lembur, perizinan dan sebagainya.Tetapi di Solo Technopark sendiri belum ada supervisor khusus yang menangani bagian-bagian seperti produksi dan marketing. Semua bagian tersebut masih sepenuhnya dikelola sendiri oleh Direktur Pengelolaan dan Pengembangan dan juga pada instruktur-instruktur yang memberikan pelatihan produksi. 4. Eksistensi Solo Technopark kurang dikenal masyarakat luas. Hal ini ditunjukan dengan masih banyaknya masyarakat yang menganggap bahwa Solo Technopark hanya tempat untuk pelatihan kerja saja, padahal Solo Technopark sendiri mempunyai berbagai zona kawasan, antara lain : zona 1 (pelatihan dan inkubasi), zona 2 (R&D dan IT), zona 3 (Industri dan perdagangan). Dari ketiga zona tersebut zona yang sudah ada adalah zona pelatihan dan inkubasi sehingga masyarakat hanya mengenal Solo Technopark sebagai tempat pelatihan saja.Hal ini juga terlihat pada pelaksanaan pelatihan yang diselenggarakan pada angkatan ke 28, peserta peminat pelatihan hanya 6 peserta padahal untuk kuota maksimal bisa mencapai 72. Hal ini terjadi karena kurangnya publikasi dan didalam Solo Technopark ada bagian tersendiri yang mengurusi mengenai pemasaran. Tugas pegawai yang berada dalam bidang pemasaran adalah memasarkan pelatihan yang ada di Solo Technopark, memasarkan produk yang dihasilkan oleh Solo Technopark dan juga memasarkan untuk kemitraan. Dengan tugas pemasaran yang begitu banyak, tidak diimbangi dengan SDM yang mencukupi, sehingga mengakibatkan pegawai didalam bidang pemasaran kurang fokus dalam memasarkan Solo Technopark.Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala UPTB Solo Technopark, diketahui bahwa bentuk dan proses pengembangan STP adalah sebagai berikut :Bentuk dan Proses Pengembangan STP

No.AspekTahun 2009-2014Tahun 2015-2025

1.VisiMenjadi pusat pengembangan SDM berstandard internasional dan mampu menjadi motor penggerak ekonomi melalui kegiatan-kegiatan inovatif.Terwujudnya kawasan Solo Technopark sebagai kawasan terpadu berbasis IPTEK unggulan kota surakarta, yang mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan industri dalam rangka peningkatan perekonomian daerah.

2.Misi1. Melaksanakan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penngkatan kompetensi SDM dan penguasaan IPTEK

2. Membangun budaya inovatif, semangat kewirausahaan, dan sadar mutu untuk meningkatkan daya saing daerah

1. Mengembangkan penyediaan fasilitas kawasan

2. Mengembangkan pelayanan teknis riset dan pengembangan (research and development)

3. Mengembangkan jaringan bisnis dan kewirausahaan (bussiness and networking entrepreneurship)

4. Meningkatkan manajemen pengembangan kawasan

3.Tujuan1. Memberikan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi SDM di bidang teknologi industri

2. Memberikan pelayanan inovasi dan teknologi bagi UKM

Tujuan baik jangka pendek, menengah, dan jangka panjang:

1. Mensinergikan peran perguruan tinggi (akademisi), pelaku industri/bisnis/financial dan pemerintah dalam rangka pemanfaatan IPTEK bagi kemajuan industri/UMKM

2. Memberikan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi SDM di bidang teknologi industri

3. Memberikan fasilitas pengembangan inkubator bisnis dan teknologi serta industri start up

4. Memberikan pelayanan research and development (R&D) terkait pemanfaatan IPTEK bagi kemajuan industri/UMKM

5. Memberikan pelayanan hak kekayaan intelektual (HAKI)

6. Memberikan pelayanan information technology (IT) terpadu secara lebih efisien dan cepat di kawasan yang menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, pusat riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah

7. Memberikan pelayanan pengembangan technopreneurship pada industri atau UMKM berbasis teknologi

8. Memberikan pelayanan pameran/expo sebagai sarana promosi dan sarana transaksi bisnis yang potensial

9. Melaksanakan pelatihan bagi pengembangan SDM pengelola kawasan

4.InfrastrukturZona 1: pelatihan dan inkubasi

Diklat teknologi industri, bermitra dengan: ATMI, disnakertrans, PT Inbistek, Perusahaan garmen, PT GMF, Kemenperin, SMK-SMK dll

Diklat inkubator bisnis dan teknologi (IBT) bermitra dengan: disperindag, Bank Indonesia, pelaku industri dll

Zona 2: R&D and IT

Research and development belum dapat dilaksanakan, saat ini belum ada para peneliti atau ahli dari perguruan tinggi yang secara khusus bergabung

IT sudah ada penjajakan antara lain dengan balai IPTEKnet BPPT untuk pengembangan zona IT di masa mendatang

Zona 3: Industri dan perdagangan

Industri: perintisan industri digital printing kerjasama dengan PT Binterjet atau Konica Minorita Jepang

Perdagangan: gedung STEC (Solo Trade and Expo Center), kegiatan kolaborasi dengan dunia usaha, SKPD terkait atau kemebtrian terkait dll

C. INTERVENSIIntervensi merupakan suatu kegiatan perbaikan yang terencana dalam proses PO (Burke, 1982). Sementara menurut Argyis (1970), intervensi merupakan kegiatan yang mencoba masuk ke dalam suatu sistem tata hubungan yang sedang berjalan, hadir berada diantara orang-orang, kelompok ataupun suatu obyek dengan tujuan untuk membantu mereka. Kriteria dari suatu intervensi yang efektif antara lain adanya informasi yang benar dan bermanfaat, kebebasan memilih, dan keterikatan di dalam.Dari hasil diagnosa masalah yang kami lakukan, kelompok kami berpendapat bahwa intervensi yang cocok untuk digunakan ialah dengan pendekatan struktural dan pendekatan teknikal/teknologi. Bentuk intervensi dari pendekatan struktural ialah melakukan restrukturisasi organisasi Solo Technopark (STP), dalam hal ini terkait dengan kepengurusan ganda yang dilakukan pihak swasta dan pemerintah. Untuk kemudian dirombak melalui regulasi yang dibuat oleh pemerintah kota Surakarta terkait konsep struktural organisasi, dimana hanya akan ada satu pemimpin utama yang berasal dari pihak pemerintah dan juga akan berperan sebagai agen of change dalam memimpin perubahan organisasi.

STP merupakan bagian dari pemerintah kota Surakarta, lebih tepatnya ialah bagian dari Bappeda Kota Surakarta yang berstatus sebagai Unit Pelayanan Teknis Badan (UPTB) sehingga manajemennya pun juga harus dikelola oleh pemerintah kota Surakarta secara murni dan sumber daya manusia yang digunakan seharusnya didominasi oleh pegawai negeri. Menurut kelompok kami hal tersebut akan dapat meningkatkan integrasi manajemen dan dilihat dari aspek legalitas juga akan lebih terjamin. Sehingga tidak terjadi overlapping manajemen yang dapat menggoyahkan integrasi manajemen. Walaupun dalam keberjalanannya, pemerintah memang harus menjalin kerjasama baik dengan instansi lain atau swasta diluar proses manajerial. Misalnya menjalin kemitraan dalam rangka untuk mendukung tercapainya tujuan. Dapat berupa, mitra penyaluran kerja, pengembangan teknologi, produksi dll.Bentuk intervensi yang lain berkenaan dengan kurangnya SDM dan kurangnya eksistensi STP ialah menggunakan pendekatan teknik.teknologi. Bentuk intervensi tersebut meliputi : penambahan jumlah SDM baik secara vertikal maupun horisontal. Secara vertikal ialah mengangkat supervisor untuk menjadi kepala unit dalam bidang-bidang yang ada dalam STP, terutama pada bagian produksi dan marketing, mengingat kurangnya eksistensi STP di masyarakat umum. Mengingat ketersediaan sarana dan prasarana di STP yang sangat memadai semakin menjadi pendorong untuk dilakukannya penambahan jumlah SDM baik dalam proses manajerial maupun operasional. Secara horisontal ialah menambah jumlah SDM untuk ditempatkan pada direktorat/bagian yang sudah ada ataupun diluar direktorat/bagian yang belum ada pada struktur organisasi STP, seperti misalnya penambahan direktorat/bagian pemasaran, public relation/humas, produksi, dll.Penambahan kuantitas SDM berperan penting dalam terwujudnya efisiensi organisasi. Seperti yang diungkapkan oleh R Martindas (1997) mengenai kuantitas tenaga kerja yang perlu diperhatikan adalah efisiensinya. Harus mampu dijawab apakah jumlah tenaga yang ada telah sesuai tuntutan beban tugas. Dalam menghitung jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan roda organisasi selalu harus diingat:1. tiap karyawan harus punya waktu luang untuk mengikuti pendidikan tambahan bagi pengembangan dirinya

2. tiap karyawan harus punya waktu luang untuk memikirkan gagasan-gagasan untuk mengembangkan cara kerjanya agar dapat ditemukan cara-cara yang lebih efisien

3. tiap karyawan punya kemungkinan untuk dalam waktu-waktu tertentu tidak bisa hadir karena sakit, cuti, dan alasan lain untuk mengerjakan tugasnya. Harus selalu diperhatikan cadangan tenaga terutama untuk tugas-tugas yang akan sangat mempengaruhi penyelesaian pekerjaan pihak lain. (Martindas : 1997, hal 93-94) Solo Technopark tidak hanya menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tetapi juga merupakan tempat pengembangan dan produksi teknologi. Hasil dari pengembangan dan produksi tersebut selanjutnya dipasarkan kepada perusahaan, instansi pemerintah atau pada institusi pendidikan yang membutuhkan. Untuk itu, Solo Technopark selayaknya mengangkat supervisor-supervisor untuk menjadi kepala unit dalam bidang-bidang yang ada seperti bagian produksi dan marketing. Supervisor tersebut berperan sebagai jembatan antara pemimpin sebagai pembuat kebijakan dengan karyawan sebagai pelaksana. Namun pada dasarnya, semua bagian tersebut masih sepenuhnya dikelola sendiri oleh Direktur Pengelolaan dan Pengembangan dan juga pada instruktur-instruktur yang memberikan pelatihan produksi. Berkenaan dengan kurangnya eksistensi dari Solo Technopark, banyak masyarakat yang menganggap bahwa Solo Technopark hanyalah sebagai tempat pelatihan kerja saja, masyarakat belum mengetahui bahwa Solo Technopark sendiri mempunyai berbagai zona kawasan diluar tempat pelatihan. Zona-zona tersebut meliputi zona research and development (R&D) dan Industri dan perdagangan. Untuk itu agar masyarakat lebih mengenal apa itu STP, perlu dilakukan upaya baik oleh pemerintah maupun pihak yang berkepentingan untuk melakukan sosialisasi apa itu STP.Selain itu, pada manajemen STP itu sendiri dalam melakukan pengembangan organisasi telah menyusun beberapa strategi, strategi STP ke depan 2015-2025 sebagai berikut:1. Mengembangkan infrastrukutur IPTEK yang terdiri dari sumber daya pengetahuan (knowledge resource) kota surakarta melalui sinergi universitas, laboratorum riset pemerintah/swasta, perpustakaan, inkubator bisnis dan teknologi, pusat inovasi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) serta ilmu pengetahuan untuk keperluan research and development (R&D) yang ramah lingkungan

2. Mengembangkan infrastruktur bisnis melalui kemitraan atau kerjasama dengan assosiasi industri, kamar dagang serta memanfaatkan peluang pembiayaan khusus maupun peluang investasi di bidang IPTEK dan inovasi

3. Mengembangkan infrastruktur fisik, fasilitas modern, ramah lingkungan dilengkapi dengan penerapan teknologi dan informasi terpadu yang handal

4. Meningkatkan kualitas pelayanan IPTEK pada masyarakat dan industri

5. Berperan aktif dalam sistem inovasi daerah (SIDa) untuk mendukung sistem informasi nasional

6. Membangun basis ekonomi yang beragam termasuk jaringan penyuplai dan distribusi yang ekstensif dalam rangka mendukung pengembangan kluster industri

7. Meningkatkan kualitas SDM termasuk ketersediaan tenaga terampil terdidik, ilmuwan, teknisi, inkubator bisnis dan teknologi

8. Berperan aktif dan maksimal dalam memberikan kontribusi pemikiran dan implementasi dalam pembangunan IPTEK kepada pemerintah daerah/pusat, masyarakat Indonesia dan dunia internasional

9. Menciptakan lingkungan kerja yang ekspert dan mendorong pengembangan manajemen pengelolaan kawasan terpadu berbasis IPTEK

PENUTUP

A. KesimpulanHasil diagnosa yang kami peroleh berdasarkan penelitian di Solo Technopark yaitu masalah yang dihadapi dalam organisasi antara lain:

1. adanya dualisme kepemimpinan2. kurangtnya Sumber Daya Manusia (SDM)

3. belum ada supervisor yang khusus menangani bidang-bidang di Solo Technopark

4. eksistensi Solo Technopark kurang dikenal masyarakat luasBentuk intervensi yang tepat untuk menghadapi masalah-masalah di Solo Technopark, sebagai berikut :

1. menggunakan pendekatan struktur, meliputi : restrukturisasi organisasi2. menggunakan pendekatan teknikal/teknologi, meliputi : penambahan jumlah SDM, perluasana cakupan pekerjaan secara vertikal maupun horisontal, sosialisasi mengenai kawasan STP.

B. Saran1. Sebaiknya dalam suatu organisasi hanya ada satu kepemimpinan agar tidak terjadi dualisme kekuasaan yang menimbulkan banyak konflik.

2. Seyogyanya Solo Technopark melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara luas misalnya ke sekolah-sekolah untuk memperkenalkan Solo Technopark itu sendiri. Sehingga memunculkan ketertarikan masyarakat untuk lebih mengenal Solo Technopark tidak hanya sebagai tempat pelatihan, namun lebih luas lagi yaitu sebagai tempat pengembangan dan produksi teknologi terbaru.

3. Sebaiknya Solo Technopark mampu memanfaatkan infrastruktur dan SDM yang ada secara maksimal agar mampu menghasilkan pelayanan prima.DAFTAR PUSTAKAMartindas, R. 1997. Manajemen SDM lewat Konsep AKU. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.

Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.4, No.1, Juni 2008 Halaman 26. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16090/1/pus-jun2008-%20(4).pdfSiagian, Sondang P. 2000. Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.

Thoha, Miftah. 2003. Pembinaan Organisasi: Proses Diagnosa dan Intervensi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Direktur Eksekutif

Direktorat Umum

Direktorat Keuangan

Direktorat Pelayanan dan Pengembangan

UPTB Solo Technopark

BAPPEDA

Wacana Pengembangan Organisasi Publik Solo Technopark (STP)3