pengembangan model strategi...
TRANSCRIPT
279
BAB V
PENGEMBANGAN MODEL STRATEGI PENGELOLAAN
MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KOTA JAMBI
Pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya menghasilkan
pemikiran-pemikiran yang mencoba menjembatani temuan-temuan penelitian
yang memposisikan kekurangan dari hal yang ada. Pemikiran dalam bentuk
kerangka model temuan ini tentunya tidak terlepas dari kajian teori-teori yang
sudah mapan yang dilakukan melalui proses desk study. Desk study dilakukan
guna memperkuat kerangka pikir dalam pengembangan arah dan pola penelitian
serta hasil-hasil yang diharapkan guna memecahkan masalah yang diangkat.
Selanjutnya untuk memantapkan model sebagai upaya untuk memecahkan
masalah yang dirasakan dan benar-benar dibutuhkan untuk memperkaya alternatif
pelaksanaan program dan memperbaiki kinerja manajemen khususnya dalam
pengelolaan madrasah aliyah, dilakukan dengan melihat kecenderungan-
kecenderungan tentang hal-hal yang masih dirasakan kurang dalam pengelolaan
madrasah aliyah. Tatanan empiris menjadi sangat penting guna dipadupadankan
dengan pemikiran dari hasil kajian teori sehingga memiliki nilai lebih dalam
implemetasinya yaitu dapat menjawab permasalahan. Adapun Pengembangan
model sebagai hasil kajian dari temuan-temuan di lapangan yang dilakukan
melalui kegiatan penelitian ini tersusun kedalam langkah-langkah yang secara
skematis digambarkan kedalam beberapa gambar model sebagai berikut:
A. Kerangka Model Temuan Hasil Penelitian
Model Manajemen Stratejik Pengelolaan Madrasah Aliyah
Kerangka Model Temuan Hasil Penelitian
Gambar 5.1 Model Manajemen Stratejik Pengelolaan Madrasah Aliyah
280
Model Manajemen Stratejik Pengelolaan Madrasah Aliyah
281
B. Komponen dan Deskripsi Model Pengembangan Manajemen Stratejik
Madrasah Aliyah Negeri Kota Jambi
Komponen model pengembangan manajemen stratejik pengelolaan mutu
madrasah aliyah negeri di Kota Jambi terdiri dari komponen sistem, komponen
sumber daya, komponen program dan tujuan.
Komponen sistem merupakan bagian terpenting dalam pencapaian mutu
pengelolaan madrasah aliyah, dimana komponen sistem mewadahi dan
memfasilitasi semua aktivitas organisasi pengelolaan madrasah. Komponen sistem
memberikan wujud arah dalam proses pencapaian tujuan, komponen sistem juga
memberikan wadah bagi aktivitas sumber daya manusia dan program.
Sistem pengelolaan madrasah aliyah negeri memposisikan madrasah
sebagai bagian dari sistem pengelolaan pendidikan secara menyeluruh sebagai
satu kesatuan pengelolaan pendidikan dengan mekanisme yang harmonis
memadukan antara sistem pengelolaan pendidikan dalam wadah Departemen
Agama dan Departemen Pendidikan Nasional.
Komponen sumber daya meliputi komponen manusia dan non manusia,
komponen manusia menggambarkan kualitas sumber daya manusia yang
mengelola madrasah, mulai dari tingkat pengelola sampai kepada tingkat
pelaksana pada satuan sekolah, guru, kepala sekolah, pengawas, tenaga
kependidikan. Komponen sumber daya non manusia berupa unsur-unsur
pendukung dalam pengelolaan madrasah yang meliputi pembiayaan, fasilitas,
kebijakan, kepemimpinan, program, dan lain-lain.
282
Komponen yang ketiga adalah tujuan, tujuan akhir dari pengelolaan
madrasah adalah pengembangan mutu madrasah, oleh karenanya tujuan
pendidikan nasional dan tujuan pendidikan islam yang menjadi ciri khasnya
menjadi pedoman.
Manajemen stratejik dalam peningkatan mutu pendidikan untuk tingkat
madrasah aliyah di Kota Jambi, sebagai sebuah skema alur manajemen yang
melibatkan dua Instansi Pemerintah yaitu Dinas Pendidikan Kota Jambi dan
Departemen Agama Kota Jambi harus dimulai dari landasan yang menjadi titik
tolak keberadaan lembaga tersebut yaitu Peraturan Perundangan yang secara
normatif menaunginya.
Departemen agama yang secara hierarkis sentralisasi dalam birokrasi dari
tingkat pusat sampai kabupaten kota dan dinas pendidikan yang memiliki
hierarkis dalam birokrasi sudah ter-desentralisasikan memiliki perbedaan yang
mencolok dalam rentang kendali manajemen dan organisasi. Akan tetapi, kearah
mutu pendidikan kedua-nya memiliki tanggungjawab dalam mengawal
terselenggaranya pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu terlihat
dari proses yang bermutu dengan mutu input yang terkendalikan dan mutu output
serta outcome. Kelembagaan pendidikan dalam hal ini sekolah (madrasah) adalah
ujung tombak dalam pelaksanaannya. Mutu manajemen pada kedua tingkat
kelembagaan baik itu pada tingkat pengelola yaitu Dinas Pendidikan Kota dan
Departemen Agama Kota serta Sekolah bertanggungjawab untuk mencapai
melalui pelayanan yang bermutu tentunya.
283
Departemen Pendidikan Nasional khususnya dengan kekuatan normatif
sebagai penanggungjawab pelaksanaan pendidikan di Indonesia, memiliki
tanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan termasuk di dalamnya penyelenggaraan pendidikan pada jalur
formal jenjang madrasah tingkat aliyah. Dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 dengan tegas dikatakan bahwa
Madrasah adalah bagian dari sistem pendidikan nasional pada jalur formal di
bawah tanggungjawab menteri pendidikan nasional, dan selanjutnya untuk
penyelenggaraan pendidikan keagamaan diatur oleh peraturan pemerintah dengan
keterlibatan Departemen Agama di dalamnya.
Dalam konstalasi mutu, manajemen pendidikan menjadi sangat penting
dan pada kedua lembaga pengelola untuk tingkat madrasah. Kebijakan Dinas
pendidikan dan departemen agama pada tingkat kabupaten/kota (Kota Jambi)
mengarahkan program dalam bentuk rencana jangka panjang maupun jangka
pendek pada pilar pembangunan pendidikan yaitu manajemen, mutu, akses dan
keadilan. Pada tingkat operasionalisasi program secara strategis pilar tersebut
oleh dinas pendidikan kota diterjemahkan dalam bentuk pedoman-pedoman
penyelenggaraan pendidikan pada tingkat madrasah yang bersifat teknis,
sedangkan pada tingkat departemen agama koordinasi dan konsultatif fasilitasi
proses pendidikan menjadi tanggungjawabnya, karena bagaimanapun substansi
pendidikan keislaman dalam konstruksi instanasi yang bersangkutan.
Pada tatanan implementasi program, pola koordinasi dan konsultasi yang
memposisikan kedua lembaga penanggungjawab secara proporsional dalam
284
tanggungjawabnya. Program pengayaan dalam kerangka pendidikan kekhasan
madrasah yang berbasis keislaman menjadi tanggungjawab departemen agama
sedangkan program-program dalam kerangka bidang garapan tanggungjjawab
dinas pendidikan dengan standar-standar pelayanannya. Dengan demikian bukan
berarti bahwa departemen agama tidak memiliki kewenangan dalam bidang
garapan akan tetapi mengacu kepada kebijakan pengelola pendidikan.
Analisa lingkungan yang khas dari penyelenggaraan pendidikan madrasah
akan terukur dengan baik melalui program-program strategis pada kelembagaan
departemen agama. Rencana strategis pada departemen agama akan memiliki
keterkaitan kuat dengan rencana strategis pendidikan pada dinas pendidikan kota
dengan payung rencana strategis pendidikan pemerintah Kota Jambi. Rencana
strategis Pemerintah Kota Jambi dalam bidang pendidikan memposisikan rencana
strategis pada tingkat dinas pendidikan dengan pola kordinasi pada departemen
agama tingkat kota. Dengan demikian, rencana startegis pada tingkat sekolah
akan mengacu pada satu kerangka strategis yang utuh yang di kelola oleh
pemerintah tingkat kota, tumpang tindih dalam program tidak akan terjadi.
Jenjang pengawasan program akan terkendali dengan baik, mulai dari
tingkat pengelola sampai tingkat sekolah. Pada tingkat sekolah pengawasan yang
menyangkut substanasi dan manajemen sekolah berada pada wewenang sekolah
melalui jalur manajemen yang baik, adapun pada tingkat kelembagaan pengelola
secara strategis akan dengan mudah memposisikan pengamanan pelaksanaan
program sekolah melalui kewenangan yang dikoordinasikan oleh pemerintah
daerah baik menyangkut substansi maupun manajemen.
285
C. Tujuan Model dalam Pengembangan Manajemen Stratejik Madrasah
Aliyah Negeri di Kota Jambi
Tujuan dari pengembangan model manajemen strategis dalam pengelolaan
madrasah ini adalah:
1. Peningkatan efektivitas pencapaian tujuan pendidikan melaui pengelolaan
lembaga madrasah.
2. Pengembangan pola kordinasi dan kosnultasi program pada tingkat
pengelola yaitu departemen agama dan dinas pendidikan kota Jambi.
3. Reposisi tugas pemerintah kota dalam pengembangan rencana strategis
dalam bidang pendidikan dalam pengelolaan pendidikan berbasis
keagamaan dalam hal ini madrasah pada tingkat aliyah.
4. Penataan kewenangan kelembagaan dalam pengelolaan madrasah pada
tingkat aliyah dalam struktur strategis pada tingkat Pemerintah Kota Jambi
5. Penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan pada tingkat sekolah
melalui rencana strategis yang dikembangkan sekolah, diturunkan dari satu
rencana strategis yang terkoordinasi antar departemen dengan satu
kerangka manajemen.
6. Menjembatani pemilihan alternatif-alternatif strategis dalam pengelolaan
pendidikan pada tingkat madrasah aliyah kearah peningkatan mutu
pendidikan.
286
D. Strategi Implementasi dalam Pengembangan Manajemen Stratejik
Madrasah Aliyah Negeri di Kota Jambi
Efektivitas pengembangan dan implementasi model manajemen strategis
pengelolaan madrasah aliyah yang dikembangkan dari hasil penelitian ini, dapat
dilakukan melalui prosedur sebagai berikut
1. Penyamaan visi dan misi penyelenggaraan pendidikan Kota Jambi
kedalam visi, misi kelembagaan.
2. Pengembangan rencana umum pendidikan Kota Jambi yang selanjutnya
menjadi rencana strategis dengan melibatkan kedua lembaga pengelola
pendidikan madrasah sebagai bagaian dalam tugas dan fungsinya masing-
masing.
3. Mengembangan rencana strategis yang melibatkan kelembagaan sekolah
pada tingkat penyusunan rencana strategis pendidikan pada departemen
agama dan rencana strategis pada tingkat dinas pendidikan kota.
4. Melibatkan unsur masyarakat sebagai bagian dari stakeholder’s pendidikan
untuk terlibat dalam penyusunan rencana strategis dimulai pada tingkat
sekolah samapai pada tingkat pengelola secara terbuka melalui lembaga
komite atau dewan pendidikan.
5. Analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengelolaan
kelembagaan madrasah aliyah, baik analisa lingkungan eksternal maupun
internal sebagai bekal dalam penyusunan rencana strategis.
6. Pengembangan alternatif-alternatif formulasi strategis pengelolaan
madrasah aliyah.
287
7. Pengembangan model-model implementasi strategis program-program
penyelenggaraan pendidikan pada tingkat madrasah aliyah negeri.
8. Pengembangan model-model pengawasan strategis yang mengakomodasi
dinas pendidikan dan departemen agama dalam satu kerangka manajemen
strategis.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rangka untuk
mempertahankan peningkatan mutu tersebut adalah dengan melakukan:
1. Sosialisasi strategi peningkatan mutu madrasah
Mensosialisasikan konsep Manajemen Berbasis Madrasah kepada seluruh
warga madrasah (Kepala Madrasah, wakil Kepala Madrasah, guru, staf dan TU,
siswa,), dan unsur-unsur terkait lainnya (orangtua siswa, pengawas, kantor
Departemen Agama, wakil kantor Departemen Agama, kantor Wilayah
Departemen Agama, wakil kantor Wilayah Departemen Agama dan lain
sebagainya) dengan melalui pelatihan, workshop, semiloka, diskusi, seminar dan
lain sebagainya. Tentu saja diharapkan dalam sosialisasi ini juga dicermati, diteliti
dan difahami bagaimana sistem, budaya dan sumber daya madrasah yang ada dan
direfleksikan kesesuaian dengan sistem, budaya dan sumber daya yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan Manajemen Berbasis Madrasah.
2. Analisis situasi sasaran
Melakukan kegiatan analisis situasi sasaran (output). Dalam langkah yang
kedua ini dilakukan analisis situasi sasaran madrasah, yang hasilnya berupa
tantangan (ketidaksesuaian) antara situasi sasaran sekarang dengan sasaran yang
diharapkan. Adapun besar kecilnya ketidaksesuaian antara situasi sasaran saat ini
288
dan situasi sasaran yang diharapkan memberitahukan besar kecilnya tantangan
yang dihadapi.
3. Merumuskan sasaran-sasaran strategi
Merumuskan sasaran/tujuan yang hendak dicapai. Dari hasil analisis
situasi sasaran (yang hasilnya berupa tantangan), maka dapat dirumuskan sasaran
yang hendak dicapai. Meskipun sasaran tersebut didasarkan pada hasil analisis
situasi sasaran saat ini, akan tetapi sasaran tersebut harus tetap merujuk pada visi,
misi dan tujuan yang hendak dicapai oleh madrasah. Oleh karena itu, visi, misi
dan tujuan madrasah harus dirumuskan secara jelas. Pada dasarnya setiap
madrasah yang hendak melaksanakan peningkatan Manajemen Berbasis Madrasah
tentu harus memiliki visi. Adapun visi disini merupakan wawasan yang menjadi
sumber arahan, acuan bagi madrasah dan digunakan untuk memandu dalam
penyusunan atau perumusan misi madrasah. Dengan visi, maka dapat diketahui ke
mana arah madrasah atau seperti apa yang diinginkan oleh madrasah pada masa
yang akan datang. Sementara misi merupakan tindakan untuk merealisasikan visi.
Hal ini karena visi harus mengakomodasi semua kelompok kepentingan yang
terkait dengan madrasah, maka misi dapat juga diartikan sebagai tindakan untuk
memenuhi kepentingan dari masing-masing kelompok yang terkait dengan
madrasah. Dalam merumuskan misi sesungguhnya harus mempertimbangkan
tugas pokok madrasah dan kelompok-kelompok kepentingan yang terkait dengan
madrasah. Tujuan disini merupakan penjabaran misi. Tujuan merupakan apa yang
akan dicapai/dihasilkan oleh madrasah yang bersangkutan dan “kapan” tujuan
akan dicapai. Tujuan dirumuskan untuk jangka waktu 1-3 tahunan. Sasaran adalah
289
penjabaran tujuan, yaitu sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh madrasah
dalam jangka waktu satu tahun, satu catur wulan, atau satu bulan. Agar sasaran
dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat spesifik, terukur, jelas
kriterianya dan disertai indikator-indikator yang rinci. Meskipun sasaran
bersumber dari tujuan, namun dalam penentuan sasaran yang mana dan berapa
besar atau kecilnya sasaran tetap harus didasarkan dari hasil analisis sasaran.
4. Melakukan analisis SWOT (strength, weakness, opportunities, and threath)
Melakukan tindakan analisis SWOT. Setelah sasaran dirumuskan, maka
langkah berikutnya adalah mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan.
Adapun fungsi-fungsi yang dimaksud disini di antaranya meliputi pengembangan
kurikulum, pengembangan tenaga kependidikan dan non kependidikan,
pembinaan siswa, pengembangan suasana akademik madrasah, pengembangan
sarana dan prasarana madrasah, pengembangan madrasah-masyarakat. Setelah
fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran diidentifikasi, maka
langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-
faktornya melalui analisis kelemahan-kelemahan dan peluang tantangan/ancaman
atau analisis SWOT.
Dengan dilakukan analisis SWOT ini dimaksudkan untuk mengenali
tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi madrasah yang diperlukan
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Berhubung tingkat kesiapan fungsi
ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap
fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap
fungsi, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Tingkat kesiapan
290
harus memadai, artinya minimal memenuhi ukuran kesiapan yang diperlukan
untuk mencapai sasaran yang dinyatakan sebagai kekuatan, bagi faktor yang
tergolong internal ; peluang, bagi faktor yang tergolong eksternal. Sedangkan
tingkat kesiapan yang kurang memadai, dengan arti tidak memenuhi ukuran
kesiapan, dinyatakan bermakna kelemahan bagi faktor yang tergolong internal,
dan ancaman bagi faktor-faktor eksternal. Baik kelemahan maupun ancaman
sebagai faktor yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai disebut persoalan.
Dari hasil analisis SWOT, kemudian memilih langkah-langkah pemecahan
persoalan (peniadaan) persoalan, yakni dengan melakukan tindakan yang
diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.
Selama masih ada persoalan, yang sama artinya dengan ada ketidaksiapan fungsi,
maka sasaran yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, agar
sasaran tersebut tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang dapat mengubah
ketidaksiapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan ini biasa disebut dengan
langkah-langkah pemecahan persoalan, yang pada hakikatnya merupakan
tindakan mengatasi makna kelemahan dan /atau ancaman agar menjadi kekuatan
dan /atau peluang yakni dengan memanfaatkan adanya satu/lebih faktor yang
bermakna kekuatan dan /atau peluang.
5. Menyusun rencana peningkatan mutu
Menyusun, merumuskan rencana peningkatan mutu. Mengacu kepada
langkah-langkah pemecahan persoalan yang ada, maka madrasah secara bersama-
sama dengan segenap unsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek,
menengah dan panjang lengkap dengan program-programnya untuk
291
merealisasikan rencana tersebut. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa madrasah
memang tidak selalu memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi semua
kebutuhan bagi pelaksanaan peningkatan Manajemen Berbasis Madrasah sehingga
perlu dibuat skala prioritas untuk jangka pendek, menengh dan panjang.
Sebenarnya rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas
tentang segala aspek-aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dilaksanakan dan dimana
dilaksanakan, kemudian berapa biaya yang harus dikeluarkan dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini diperlukan untuk memudahkan
madrasah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun
dari orangtua siswa, baik secara moral maupun finansial untuk melaksanakan
rencana peningkatan mutu madrasah tersebut. Yang perlu diperhatikan oleh
madrasah dalam rangka penyusunan rencana adalah keterbukaan kepada semua
pihak yang menjadi stakeholders khususnya pihak orangtua siswa dan masyarakat
pada umumnya. Dengan cara demikian maka akan diperoleh kejelasan, berapa
besar kemampuan madrasah dan pemerintah untuk menanggung biaya rencana ini
dan berapa siswa yang harus ditanggung oleh orangtua siswa dan masyarakat
sekitarnya. Dengan keterbukaan rencana ini, maka kemungkinan kesulitan
memperoleh sumber biaya untuk melaksanakan rencana ini bisa dihindari.
6. Melaksanakan rencana peningkatan mutu
Melaksanakan rencana peningkatan mutu. Pihak madrasah perlu
mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama antara orangtua siswa, pihak madrasah dan
292
masyarakat dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu madrasah. Kepala
madrasah dan guru hendaknya mendayagunakan segenap sumber daya yang ada
semaksimal mungkin, berikut dengan menggunakan berbagai pengalaman masa
lalu yang dianggap efektif serta menggunakan teori-teori yang terbukti telah
mampu dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala Madrasah dan guru
bebas berinisiatif dan berkreatif dalam melaksanakan berbagai program yang
diproyeksikan dapat mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Oleh
karenanya madrasah harus dapat membebaskan diri dari keterikatan-keterikatan
dan intervensi birokratis yang biasanya banyak menghambat dalam pelaksanaan
pendidikan.
Madrasah diharapkan menerapkan konsep belajar tuntas (matery learning)
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Konsep belajar tuntas (matery
learning) ini lebih menekankan betapa pentingnya arti siswa untuk menguasai
materi pelajaran secara utuh, total dan bertahap sebelum melanjutkan ke topik-
topik yang lain. Sehingga dengan demikian siswa diharapkan dapat menguasai
suatu materi pelajaran secara tuntas sebagai prasyarat dan dasar yang kuat untuk
mempelajari tahapan pelajaran berikutnya.
Kepala Madrasah perlu melakukan supervisi dan monitoring terhadap
kegiatan-kegiatan peningkatan mutu madrasah, hal ini dilakukan untuk
menghindari berbagai penyimpangan yang terjadi. Kepala Madrasah berhak dan
perlu memberikan arahan, bimbingan, dukungan dan teguran kepada guru dan
tenaga lainnya, karena beliau sebagai manajer dan leader pendidikan di
madrasah, jika ada kegiatan yang tidak sesuai dengan prosedur yang telah
293
ditetapkan. Sungguhpun demikian, bimbingan, arahan, dukungan dan teguran
yang dilakukan Kepala Madrasah hendaknya jangan sampai membuat guru dan
tenaga lainnya menjadi amat tertekan, merasa terkekang dalam menjalankan
berbagai kegiatan, karena hal ini dapat membuat kegiatan tidak mencapai sasaran
yang hendak dicapai.
7. Evaluasi keberhasilan pelaksanaan peningkatan mutu
Evaluasi dimaksud adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
program. Dengan kata lain madrasah perlu mengadakan evaluasi pelaksanaan
program, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek,
kegiatan evaluasi dilakukan setiap akhir catur wulan, hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui keberhasilan program secara bertahap. Apabila pada satu catur wulan
dinilai terdapat beberapa faktor yang ternyata tidak mendukung kegiatan program,
maka madrasah harus dapat untuk membenahi dan memperbaiki pelaksananaan
program peningkatan mutu pada catur wulan berikutnya. Sedangkan dalam jangka
menengah, evaluasi dilakukan pada setiap akhir tahun, dengan maksud untuk
mengetahui seberapa jauh program peningkatan mutu telah mencapai sasaran
mutu yang telah ditetapkan. Dengan adanya kegiatan evaluasi ini maka akan
diketahui kekuatan dan kelemahan program untuk dibenahi dan diperbaiki pada
tahun-tahun berikutnya.
Kepala Madrasah harus mengikutsertakan setiap unsur yang terlibat dalam
kegiatan program, khususnya guru dan tenaga lainnya dalam pelaksanaan
evaluasi. Hal ini agar mereka dapat menjiwai setiap penilaian yang dilakukan dan
diharapkan dapat memberikan berbagai alternatif pemecahan masalah yang
294
timbul. Sama halnya dengan para orangtua siswa dan masyarakat sebagai pihak
eksternal juga harus dilibatkan untuk menilai keberhasilan program yang telah
dilaksanakan oleh pihak madrasah. Sehingga dengan demikian pihak madrasah
akan mengetahui bagaimana sudut pandang pihak luar bila dibandingkan dengan
hasil penilaian internal. Kemungkinan lain yang bisa saja terjadi adalah ketika
orangtua siswa dan masyarakat menilai terdapat suatu program gagal atau kurang
berhasil walaupun pihak madrasah menganggapnya cukup berhasil. Oleh
karenanya dalam hal ini perlu disepakati indikator apa saja yang perlu ditetapkan
sebelum penilaian dilakukan.
8. Merumuskan sasaran mutu baru.
Merumuskan sasaran mutu baru. Pada dasarnya hasil evaluasi berguna
untuk dijadikan alat bagi pembenahan dan perbaikan kinerja program pada masa
yang akan datang. Namun tidak kalah pentingnya bahwa hasil evaluasi merupakan
masukan bagi madrasah dan orangtua siswa untuk merumuskan sasaran mutu baru
untuk tahun berikutnya. Apabila pelaksanaan selama ini dianggap berhasil, maka
sasaran mutu dapat dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan kemampuan
sumber daya yang tersedia. Namun jika sebaliknya, maka harus dilakukan
berbagai pembenahan dan perbaikan strategi dan mekanisme pelaksanaan
kegiatan. Atau bahkan tidak menutup kemungkinan sasaran mutu selama ini
diturunkan, karena bisa saja dianggap terlalu berat atau tidak sesuai dengan
sumber daya yang tersedia, misalnya : ketenagaan, sarana dan prasarana, biaya
dan lain sebagainya.
295
Kemudian apabila sasaran baru telah ditetapkan, maka kemudian
dilakukan analisis SWOT dalam rangka untuk mengetahui tingkat kesiapan
masing-masing fungsi dalam madrasah sehingga dapat diperoleh dan diketahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada. Dengan informasi ini maka
langkah-langkah pemecahan persoalan segera dapat dipilih untuk mengatasi
berbagai faktor yang memuat berbagai persoalan. Kemudian setelah itu, dapat
dibuat rencana peningkatan mutu baru.
Kedelapan langkah-langkah tersebut dilakukan dalam siklus peningkatan
mutu secara berkesinambungan dalam rangka meningkatkan mutu madrasah. Dan
sebagaimana diketahui bahwa tugas dan fungsi utama madrasah adalah mengelola
penyelenggaraan peningkatan mutu di madrasahnya sendiri, maka madrasah
menjalankan tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :
1. Menyusun dan merumuskan rencana dan program pelaksanaan peningkatan
Manajemen Berbasis Madrasah dengan melibatkan berbagai unsur antara lain
Kepala Madrasah, wakil Kepala Madrasah, guru dan tata usaha, wakil siswa
(OSIS), wakil orangtua siswa, wakil organisasi profesi, wakil pemerintah dan
tokoh masyarakat.
2. Mengkoordinasikan dan menyelaraskan segenap sumber daya yang tersedia di
dalam dan di luar madrasah itu sendiri untuk mencapai sasaran peningkatan
Manajemen Berbasis Madrasah yang telah ditetapkan.
3. Melaksanakan program peningkatan Manajemen Berbasis Madrasah secara
efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip Total Quality Management
(TQM).
296
4. Melaksanakan monitoring dan bimbingan dalam pelaksanaan peningkatan
Manajemen Berbasis Madrasah.
5. Evaluasi dilakukan pada setiap akhir tahun ajaran, dengan tujuan untuk
menilai apakah tingkat ketercapaian (efektivitas) sasaran program peningkatan
Manajemen Berbasis Madrasah telah berhasil atau tidak. Pada dasarnya hasil
evaluasi ini nantinya akan digunakan untuk menentukan sasaran baru program
peningkatan Manajemen Berbasis Madrasah pada tahun-tahun berikutnya.
6. Menyusun laporan penyelenggaraan peningkatan Manajemen Berbasis
Madrasah yang pada gilirannya untuk disampaikan kepada pihak-pihak terkait
seperti Kantor Departemen Agama dan Komite Madrasah.
7. Mempertanggungjawabkan hasil penyelenggaraan peningkatan Manajemen
Berbasis Madrasah kepada pihak yang berkepentingan seperti Kantor
Departemen Agama, Komite Madrasah dan masyarakat.
E. Indiktor Keberhasilan Model dalam Pengembangan Manajemen
Stratejik Madrasah Aliyah Negeri di Kota Jambi
Indikator keberhasilan model manajemen strategis yang dikembangkan
dari hasil penelitian ini
1. Peningkatan mutu pengelolaan madrasah aliyah dengan diikuti oleh
peningkatan mutu lulusan, mutu pelayanan akademik, mutu fasilitas, mutu
tenaga pendidik dan kependidikan.
2. Kordinasi kelembagaan, ditandai oleh keselarasan dalam rencana
pendidikan baik jangka panjang maupun jangka pendek pada setiap
297
lembaga yang mengacu kepada rencana pendidikan tingkat Pemerintahan
Kota Jambi.
3. Peningkatan mutu madrasah, mutu input meliputi raw input dan
environmental input, mutu proses penyelenggaraan pada tatanan
manajerial maupun proses pembelajaran, mutu lulusan yang dapat
dipersaingkan dalam dunia kerja maupun melanjutkan, dan mutu outcome
yang dapat dirasakanlangsung oleh pengguna lulusan.
4. Keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan maupun
keterlibatan langsung dalam proses pengelolaan.
5. Integrasi pengelolaan madrasah dalam dual-system manajemen pada
tingkat Kota Jambi.