pengembangan model strategi...

19
279 BAB V PENGEMBANGAN MODEL STRATEGI PENGELOLAAN MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KOTA JAMBI Pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya menghasilkan pemikiran-pemikiran yang mencoba menjembatani temuan-temuan penelitian yang memposisikan kekurangan dari hal yang ada. Pemikiran dalam bentuk kerangka model temuan ini tentunya tidak terlepas dari kajian teori-teori yang sudah mapan yang dilakukan melalui proses desk study. Desk study dilakukan guna memperkuat kerangka pikir dalam pengembangan arah dan pola penelitian serta hasil-hasil yang diharapkan guna memecahkan masalah yang diangkat. Selanjutnya untuk memantapkan model sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dirasakan dan benar-benar dibutuhkan untuk memperkaya alternatif pelaksanaan program dan memperbaiki kinerja manajemen khususnya dalam pengelolaan madrasah aliyah, dilakukan dengan melihat kecenderungan- kecenderungan tentang hal-hal yang masih dirasakan kurang dalam pengelolaan madrasah aliyah. Tatanan empiris menjadi sangat penting guna dipadupadankan dengan pemikiran dari hasil kajian teori sehingga memiliki nilai lebih dalam implemetasinya yaitu dapat menjawab permasalahan. Adapun Pengembangan model sebagai hasil kajian dari temuan-temuan di lapangan yang dilakukan melalui kegiatan penelitian ini tersusun kedalam langkah-langkah yang secara skematis digambarkan kedalam beberapa gambar model sebagai berikut:

Upload: others

Post on 20-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

279

BAB V

PENGEMBANGAN MODEL STRATEGI PENGELOLAAN

MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KOTA JAMBI

Pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya menghasilkan

pemikiran-pemikiran yang mencoba menjembatani temuan-temuan penelitian

yang memposisikan kekurangan dari hal yang ada. Pemikiran dalam bentuk

kerangka model temuan ini tentunya tidak terlepas dari kajian teori-teori yang

sudah mapan yang dilakukan melalui proses desk study. Desk study dilakukan

guna memperkuat kerangka pikir dalam pengembangan arah dan pola penelitian

serta hasil-hasil yang diharapkan guna memecahkan masalah yang diangkat.

Selanjutnya untuk memantapkan model sebagai upaya untuk memecahkan

masalah yang dirasakan dan benar-benar dibutuhkan untuk memperkaya alternatif

pelaksanaan program dan memperbaiki kinerja manajemen khususnya dalam

pengelolaan madrasah aliyah, dilakukan dengan melihat kecenderungan-

kecenderungan tentang hal-hal yang masih dirasakan kurang dalam pengelolaan

madrasah aliyah. Tatanan empiris menjadi sangat penting guna dipadupadankan

dengan pemikiran dari hasil kajian teori sehingga memiliki nilai lebih dalam

implemetasinya yaitu dapat menjawab permasalahan. Adapun Pengembangan

model sebagai hasil kajian dari temuan-temuan di lapangan yang dilakukan

melalui kegiatan penelitian ini tersusun kedalam langkah-langkah yang secara

skematis digambarkan kedalam beberapa gambar model sebagai berikut:

A. Kerangka Model Temuan Hasil Penelitian

Model Manajemen Stratejik Pengelolaan Madrasah Aliyah

Kerangka Model Temuan Hasil Penelitian

Gambar 5.1 Model Manajemen Stratejik Pengelolaan Madrasah Aliyah

280

Model Manajemen Stratejik Pengelolaan Madrasah Aliyah

281

B. Komponen dan Deskripsi Model Pengembangan Manajemen Stratejik

Madrasah Aliyah Negeri Kota Jambi

Komponen model pengembangan manajemen stratejik pengelolaan mutu

madrasah aliyah negeri di Kota Jambi terdiri dari komponen sistem, komponen

sumber daya, komponen program dan tujuan.

Komponen sistem merupakan bagian terpenting dalam pencapaian mutu

pengelolaan madrasah aliyah, dimana komponen sistem mewadahi dan

memfasilitasi semua aktivitas organisasi pengelolaan madrasah. Komponen sistem

memberikan wujud arah dalam proses pencapaian tujuan, komponen sistem juga

memberikan wadah bagi aktivitas sumber daya manusia dan program.

Sistem pengelolaan madrasah aliyah negeri memposisikan madrasah

sebagai bagian dari sistem pengelolaan pendidikan secara menyeluruh sebagai

satu kesatuan pengelolaan pendidikan dengan mekanisme yang harmonis

memadukan antara sistem pengelolaan pendidikan dalam wadah Departemen

Agama dan Departemen Pendidikan Nasional.

Komponen sumber daya meliputi komponen manusia dan non manusia,

komponen manusia menggambarkan kualitas sumber daya manusia yang

mengelola madrasah, mulai dari tingkat pengelola sampai kepada tingkat

pelaksana pada satuan sekolah, guru, kepala sekolah, pengawas, tenaga

kependidikan. Komponen sumber daya non manusia berupa unsur-unsur

pendukung dalam pengelolaan madrasah yang meliputi pembiayaan, fasilitas,

kebijakan, kepemimpinan, program, dan lain-lain.

282

Komponen yang ketiga adalah tujuan, tujuan akhir dari pengelolaan

madrasah adalah pengembangan mutu madrasah, oleh karenanya tujuan

pendidikan nasional dan tujuan pendidikan islam yang menjadi ciri khasnya

menjadi pedoman.

Manajemen stratejik dalam peningkatan mutu pendidikan untuk tingkat

madrasah aliyah di Kota Jambi, sebagai sebuah skema alur manajemen yang

melibatkan dua Instansi Pemerintah yaitu Dinas Pendidikan Kota Jambi dan

Departemen Agama Kota Jambi harus dimulai dari landasan yang menjadi titik

tolak keberadaan lembaga tersebut yaitu Peraturan Perundangan yang secara

normatif menaunginya.

Departemen agama yang secara hierarkis sentralisasi dalam birokrasi dari

tingkat pusat sampai kabupaten kota dan dinas pendidikan yang memiliki

hierarkis dalam birokrasi sudah ter-desentralisasikan memiliki perbedaan yang

mencolok dalam rentang kendali manajemen dan organisasi. Akan tetapi, kearah

mutu pendidikan kedua-nya memiliki tanggungjawab dalam mengawal

terselenggaranya pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu terlihat

dari proses yang bermutu dengan mutu input yang terkendalikan dan mutu output

serta outcome. Kelembagaan pendidikan dalam hal ini sekolah (madrasah) adalah

ujung tombak dalam pelaksanaannya. Mutu manajemen pada kedua tingkat

kelembagaan baik itu pada tingkat pengelola yaitu Dinas Pendidikan Kota dan

Departemen Agama Kota serta Sekolah bertanggungjawab untuk mencapai

melalui pelayanan yang bermutu tentunya.

283

Departemen Pendidikan Nasional khususnya dengan kekuatan normatif

sebagai penanggungjawab pelaksanaan pendidikan di Indonesia, memiliki

tanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan

jenjang pendidikan termasuk di dalamnya penyelenggaraan pendidikan pada jalur

formal jenjang madrasah tingkat aliyah. Dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 dengan tegas dikatakan bahwa

Madrasah adalah bagian dari sistem pendidikan nasional pada jalur formal di

bawah tanggungjawab menteri pendidikan nasional, dan selanjutnya untuk

penyelenggaraan pendidikan keagamaan diatur oleh peraturan pemerintah dengan

keterlibatan Departemen Agama di dalamnya.

Dalam konstalasi mutu, manajemen pendidikan menjadi sangat penting

dan pada kedua lembaga pengelola untuk tingkat madrasah. Kebijakan Dinas

pendidikan dan departemen agama pada tingkat kabupaten/kota (Kota Jambi)

mengarahkan program dalam bentuk rencana jangka panjang maupun jangka

pendek pada pilar pembangunan pendidikan yaitu manajemen, mutu, akses dan

keadilan. Pada tingkat operasionalisasi program secara strategis pilar tersebut

oleh dinas pendidikan kota diterjemahkan dalam bentuk pedoman-pedoman

penyelenggaraan pendidikan pada tingkat madrasah yang bersifat teknis,

sedangkan pada tingkat departemen agama koordinasi dan konsultatif fasilitasi

proses pendidikan menjadi tanggungjawabnya, karena bagaimanapun substansi

pendidikan keislaman dalam konstruksi instanasi yang bersangkutan.

Pada tatanan implementasi program, pola koordinasi dan konsultasi yang

memposisikan kedua lembaga penanggungjawab secara proporsional dalam

284

tanggungjawabnya. Program pengayaan dalam kerangka pendidikan kekhasan

madrasah yang berbasis keislaman menjadi tanggungjawab departemen agama

sedangkan program-program dalam kerangka bidang garapan tanggungjjawab

dinas pendidikan dengan standar-standar pelayanannya. Dengan demikian bukan

berarti bahwa departemen agama tidak memiliki kewenangan dalam bidang

garapan akan tetapi mengacu kepada kebijakan pengelola pendidikan.

Analisa lingkungan yang khas dari penyelenggaraan pendidikan madrasah

akan terukur dengan baik melalui program-program strategis pada kelembagaan

departemen agama. Rencana strategis pada departemen agama akan memiliki

keterkaitan kuat dengan rencana strategis pendidikan pada dinas pendidikan kota

dengan payung rencana strategis pendidikan pemerintah Kota Jambi. Rencana

strategis Pemerintah Kota Jambi dalam bidang pendidikan memposisikan rencana

strategis pada tingkat dinas pendidikan dengan pola kordinasi pada departemen

agama tingkat kota. Dengan demikian, rencana startegis pada tingkat sekolah

akan mengacu pada satu kerangka strategis yang utuh yang di kelola oleh

pemerintah tingkat kota, tumpang tindih dalam program tidak akan terjadi.

Jenjang pengawasan program akan terkendali dengan baik, mulai dari

tingkat pengelola sampai tingkat sekolah. Pada tingkat sekolah pengawasan yang

menyangkut substanasi dan manajemen sekolah berada pada wewenang sekolah

melalui jalur manajemen yang baik, adapun pada tingkat kelembagaan pengelola

secara strategis akan dengan mudah memposisikan pengamanan pelaksanaan

program sekolah melalui kewenangan yang dikoordinasikan oleh pemerintah

daerah baik menyangkut substansi maupun manajemen.

285

C. Tujuan Model dalam Pengembangan Manajemen Stratejik Madrasah

Aliyah Negeri di Kota Jambi

Tujuan dari pengembangan model manajemen strategis dalam pengelolaan

madrasah ini adalah:

1. Peningkatan efektivitas pencapaian tujuan pendidikan melaui pengelolaan

lembaga madrasah.

2. Pengembangan pola kordinasi dan kosnultasi program pada tingkat

pengelola yaitu departemen agama dan dinas pendidikan kota Jambi.

3. Reposisi tugas pemerintah kota dalam pengembangan rencana strategis

dalam bidang pendidikan dalam pengelolaan pendidikan berbasis

keagamaan dalam hal ini madrasah pada tingkat aliyah.

4. Penataan kewenangan kelembagaan dalam pengelolaan madrasah pada

tingkat aliyah dalam struktur strategis pada tingkat Pemerintah Kota Jambi

5. Penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan pada tingkat sekolah

melalui rencana strategis yang dikembangkan sekolah, diturunkan dari satu

rencana strategis yang terkoordinasi antar departemen dengan satu

kerangka manajemen.

6. Menjembatani pemilihan alternatif-alternatif strategis dalam pengelolaan

pendidikan pada tingkat madrasah aliyah kearah peningkatan mutu

pendidikan.

286

D. Strategi Implementasi dalam Pengembangan Manajemen Stratejik

Madrasah Aliyah Negeri di Kota Jambi

Efektivitas pengembangan dan implementasi model manajemen strategis

pengelolaan madrasah aliyah yang dikembangkan dari hasil penelitian ini, dapat

dilakukan melalui prosedur sebagai berikut

1. Penyamaan visi dan misi penyelenggaraan pendidikan Kota Jambi

kedalam visi, misi kelembagaan.

2. Pengembangan rencana umum pendidikan Kota Jambi yang selanjutnya

menjadi rencana strategis dengan melibatkan kedua lembaga pengelola

pendidikan madrasah sebagai bagaian dalam tugas dan fungsinya masing-

masing.

3. Mengembangan rencana strategis yang melibatkan kelembagaan sekolah

pada tingkat penyusunan rencana strategis pendidikan pada departemen

agama dan rencana strategis pada tingkat dinas pendidikan kota.

4. Melibatkan unsur masyarakat sebagai bagian dari stakeholder’s pendidikan

untuk terlibat dalam penyusunan rencana strategis dimulai pada tingkat

sekolah samapai pada tingkat pengelola secara terbuka melalui lembaga

komite atau dewan pendidikan.

5. Analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengelolaan

kelembagaan madrasah aliyah, baik analisa lingkungan eksternal maupun

internal sebagai bekal dalam penyusunan rencana strategis.

6. Pengembangan alternatif-alternatif formulasi strategis pengelolaan

madrasah aliyah.

287

7. Pengembangan model-model implementasi strategis program-program

penyelenggaraan pendidikan pada tingkat madrasah aliyah negeri.

8. Pengembangan model-model pengawasan strategis yang mengakomodasi

dinas pendidikan dan departemen agama dalam satu kerangka manajemen

strategis.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam rangka untuk

mempertahankan peningkatan mutu tersebut adalah dengan melakukan:

1. Sosialisasi strategi peningkatan mutu madrasah

Mensosialisasikan konsep Manajemen Berbasis Madrasah kepada seluruh

warga madrasah (Kepala Madrasah, wakil Kepala Madrasah, guru, staf dan TU,

siswa,), dan unsur-unsur terkait lainnya (orangtua siswa, pengawas, kantor

Departemen Agama, wakil kantor Departemen Agama, kantor Wilayah

Departemen Agama, wakil kantor Wilayah Departemen Agama dan lain

sebagainya) dengan melalui pelatihan, workshop, semiloka, diskusi, seminar dan

lain sebagainya. Tentu saja diharapkan dalam sosialisasi ini juga dicermati, diteliti

dan difahami bagaimana sistem, budaya dan sumber daya madrasah yang ada dan

direfleksikan kesesuaian dengan sistem, budaya dan sumber daya yang

dibutuhkan untuk menyelenggarakan Manajemen Berbasis Madrasah.

2. Analisis situasi sasaran

Melakukan kegiatan analisis situasi sasaran (output). Dalam langkah yang

kedua ini dilakukan analisis situasi sasaran madrasah, yang hasilnya berupa

tantangan (ketidaksesuaian) antara situasi sasaran sekarang dengan sasaran yang

diharapkan. Adapun besar kecilnya ketidaksesuaian antara situasi sasaran saat ini

288

dan situasi sasaran yang diharapkan memberitahukan besar kecilnya tantangan

yang dihadapi.

3. Merumuskan sasaran-sasaran strategi

Merumuskan sasaran/tujuan yang hendak dicapai. Dari hasil analisis

situasi sasaran (yang hasilnya berupa tantangan), maka dapat dirumuskan sasaran

yang hendak dicapai. Meskipun sasaran tersebut didasarkan pada hasil analisis

situasi sasaran saat ini, akan tetapi sasaran tersebut harus tetap merujuk pada visi,

misi dan tujuan yang hendak dicapai oleh madrasah. Oleh karena itu, visi, misi

dan tujuan madrasah harus dirumuskan secara jelas. Pada dasarnya setiap

madrasah yang hendak melaksanakan peningkatan Manajemen Berbasis Madrasah

tentu harus memiliki visi. Adapun visi disini merupakan wawasan yang menjadi

sumber arahan, acuan bagi madrasah dan digunakan untuk memandu dalam

penyusunan atau perumusan misi madrasah. Dengan visi, maka dapat diketahui ke

mana arah madrasah atau seperti apa yang diinginkan oleh madrasah pada masa

yang akan datang. Sementara misi merupakan tindakan untuk merealisasikan visi.

Hal ini karena visi harus mengakomodasi semua kelompok kepentingan yang

terkait dengan madrasah, maka misi dapat juga diartikan sebagai tindakan untuk

memenuhi kepentingan dari masing-masing kelompok yang terkait dengan

madrasah. Dalam merumuskan misi sesungguhnya harus mempertimbangkan

tugas pokok madrasah dan kelompok-kelompok kepentingan yang terkait dengan

madrasah. Tujuan disini merupakan penjabaran misi. Tujuan merupakan apa yang

akan dicapai/dihasilkan oleh madrasah yang bersangkutan dan “kapan” tujuan

akan dicapai. Tujuan dirumuskan untuk jangka waktu 1-3 tahunan. Sasaran adalah

289

penjabaran tujuan, yaitu sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai oleh madrasah

dalam jangka waktu satu tahun, satu catur wulan, atau satu bulan. Agar sasaran

dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat spesifik, terukur, jelas

kriterianya dan disertai indikator-indikator yang rinci. Meskipun sasaran

bersumber dari tujuan, namun dalam penentuan sasaran yang mana dan berapa

besar atau kecilnya sasaran tetap harus didasarkan dari hasil analisis sasaran.

4. Melakukan analisis SWOT (strength, weakness, opportunities, and threath)

Melakukan tindakan analisis SWOT. Setelah sasaran dirumuskan, maka

langkah berikutnya adalah mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan.

Adapun fungsi-fungsi yang dimaksud disini di antaranya meliputi pengembangan

kurikulum, pengembangan tenaga kependidikan dan non kependidikan,

pembinaan siswa, pengembangan suasana akademik madrasah, pengembangan

sarana dan prasarana madrasah, pengembangan madrasah-masyarakat. Setelah

fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran diidentifikasi, maka

langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-

faktornya melalui analisis kelemahan-kelemahan dan peluang tantangan/ancaman

atau analisis SWOT.

Dengan dilakukan analisis SWOT ini dimaksudkan untuk mengenali

tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi madrasah yang diperlukan

untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Berhubung tingkat kesiapan fungsi

ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap

fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap

fungsi, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Tingkat kesiapan

290

harus memadai, artinya minimal memenuhi ukuran kesiapan yang diperlukan

untuk mencapai sasaran yang dinyatakan sebagai kekuatan, bagi faktor yang

tergolong internal ; peluang, bagi faktor yang tergolong eksternal. Sedangkan

tingkat kesiapan yang kurang memadai, dengan arti tidak memenuhi ukuran

kesiapan, dinyatakan bermakna kelemahan bagi faktor yang tergolong internal,

dan ancaman bagi faktor-faktor eksternal. Baik kelemahan maupun ancaman

sebagai faktor yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai disebut persoalan.

Dari hasil analisis SWOT, kemudian memilih langkah-langkah pemecahan

persoalan (peniadaan) persoalan, yakni dengan melakukan tindakan yang

diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap.

Selama masih ada persoalan, yang sama artinya dengan ada ketidaksiapan fungsi,

maka sasaran yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, agar

sasaran tersebut tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang dapat mengubah

ketidaksiapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan ini biasa disebut dengan

langkah-langkah pemecahan persoalan, yang pada hakikatnya merupakan

tindakan mengatasi makna kelemahan dan /atau ancaman agar menjadi kekuatan

dan /atau peluang yakni dengan memanfaatkan adanya satu/lebih faktor yang

bermakna kekuatan dan /atau peluang.

5. Menyusun rencana peningkatan mutu

Menyusun, merumuskan rencana peningkatan mutu. Mengacu kepada

langkah-langkah pemecahan persoalan yang ada, maka madrasah secara bersama-

sama dengan segenap unsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek,

menengah dan panjang lengkap dengan program-programnya untuk

291

merealisasikan rencana tersebut. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa madrasah

memang tidak selalu memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi semua

kebutuhan bagi pelaksanaan peningkatan Manajemen Berbasis Madrasah sehingga

perlu dibuat skala prioritas untuk jangka pendek, menengh dan panjang.

Sebenarnya rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas

tentang segala aspek-aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang harus

dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dilaksanakan dan dimana

dilaksanakan, kemudian berapa biaya yang harus dikeluarkan dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini diperlukan untuk memudahkan

madrasah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun

dari orangtua siswa, baik secara moral maupun finansial untuk melaksanakan

rencana peningkatan mutu madrasah tersebut. Yang perlu diperhatikan oleh

madrasah dalam rangka penyusunan rencana adalah keterbukaan kepada semua

pihak yang menjadi stakeholders khususnya pihak orangtua siswa dan masyarakat

pada umumnya. Dengan cara demikian maka akan diperoleh kejelasan, berapa

besar kemampuan madrasah dan pemerintah untuk menanggung biaya rencana ini

dan berapa siswa yang harus ditanggung oleh orangtua siswa dan masyarakat

sekitarnya. Dengan keterbukaan rencana ini, maka kemungkinan kesulitan

memperoleh sumber biaya untuk melaksanakan rencana ini bisa dihindari.

6. Melaksanakan rencana peningkatan mutu

Melaksanakan rencana peningkatan mutu. Pihak madrasah perlu

mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang telah

ditetapkan dan disepakati bersama antara orangtua siswa, pihak madrasah dan

292

masyarakat dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu madrasah. Kepala

madrasah dan guru hendaknya mendayagunakan segenap sumber daya yang ada

semaksimal mungkin, berikut dengan menggunakan berbagai pengalaman masa

lalu yang dianggap efektif serta menggunakan teori-teori yang terbukti telah

mampu dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala Madrasah dan guru

bebas berinisiatif dan berkreatif dalam melaksanakan berbagai program yang

diproyeksikan dapat mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Oleh

karenanya madrasah harus dapat membebaskan diri dari keterikatan-keterikatan

dan intervensi birokratis yang biasanya banyak menghambat dalam pelaksanaan

pendidikan.

Madrasah diharapkan menerapkan konsep belajar tuntas (matery learning)

dalam melaksanakan proses pembelajaran. Konsep belajar tuntas (matery

learning) ini lebih menekankan betapa pentingnya arti siswa untuk menguasai

materi pelajaran secara utuh, total dan bertahap sebelum melanjutkan ke topik-

topik yang lain. Sehingga dengan demikian siswa diharapkan dapat menguasai

suatu materi pelajaran secara tuntas sebagai prasyarat dan dasar yang kuat untuk

mempelajari tahapan pelajaran berikutnya.

Kepala Madrasah perlu melakukan supervisi dan monitoring terhadap

kegiatan-kegiatan peningkatan mutu madrasah, hal ini dilakukan untuk

menghindari berbagai penyimpangan yang terjadi. Kepala Madrasah berhak dan

perlu memberikan arahan, bimbingan, dukungan dan teguran kepada guru dan

tenaga lainnya, karena beliau sebagai manajer dan leader pendidikan di

madrasah, jika ada kegiatan yang tidak sesuai dengan prosedur yang telah

293

ditetapkan. Sungguhpun demikian, bimbingan, arahan, dukungan dan teguran

yang dilakukan Kepala Madrasah hendaknya jangan sampai membuat guru dan

tenaga lainnya menjadi amat tertekan, merasa terkekang dalam menjalankan

berbagai kegiatan, karena hal ini dapat membuat kegiatan tidak mencapai sasaran

yang hendak dicapai.

7. Evaluasi keberhasilan pelaksanaan peningkatan mutu

Evaluasi dimaksud adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan

program. Dengan kata lain madrasah perlu mengadakan evaluasi pelaksanaan

program, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek,

kegiatan evaluasi dilakukan setiap akhir catur wulan, hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui keberhasilan program secara bertahap. Apabila pada satu catur wulan

dinilai terdapat beberapa faktor yang ternyata tidak mendukung kegiatan program,

maka madrasah harus dapat untuk membenahi dan memperbaiki pelaksananaan

program peningkatan mutu pada catur wulan berikutnya. Sedangkan dalam jangka

menengah, evaluasi dilakukan pada setiap akhir tahun, dengan maksud untuk

mengetahui seberapa jauh program peningkatan mutu telah mencapai sasaran

mutu yang telah ditetapkan. Dengan adanya kegiatan evaluasi ini maka akan

diketahui kekuatan dan kelemahan program untuk dibenahi dan diperbaiki pada

tahun-tahun berikutnya.

Kepala Madrasah harus mengikutsertakan setiap unsur yang terlibat dalam

kegiatan program, khususnya guru dan tenaga lainnya dalam pelaksanaan

evaluasi. Hal ini agar mereka dapat menjiwai setiap penilaian yang dilakukan dan

diharapkan dapat memberikan berbagai alternatif pemecahan masalah yang

294

timbul. Sama halnya dengan para orangtua siswa dan masyarakat sebagai pihak

eksternal juga harus dilibatkan untuk menilai keberhasilan program yang telah

dilaksanakan oleh pihak madrasah. Sehingga dengan demikian pihak madrasah

akan mengetahui bagaimana sudut pandang pihak luar bila dibandingkan dengan

hasil penilaian internal. Kemungkinan lain yang bisa saja terjadi adalah ketika

orangtua siswa dan masyarakat menilai terdapat suatu program gagal atau kurang

berhasil walaupun pihak madrasah menganggapnya cukup berhasil. Oleh

karenanya dalam hal ini perlu disepakati indikator apa saja yang perlu ditetapkan

sebelum penilaian dilakukan.

8. Merumuskan sasaran mutu baru.

Merumuskan sasaran mutu baru. Pada dasarnya hasil evaluasi berguna

untuk dijadikan alat bagi pembenahan dan perbaikan kinerja program pada masa

yang akan datang. Namun tidak kalah pentingnya bahwa hasil evaluasi merupakan

masukan bagi madrasah dan orangtua siswa untuk merumuskan sasaran mutu baru

untuk tahun berikutnya. Apabila pelaksanaan selama ini dianggap berhasil, maka

sasaran mutu dapat dipertahankan dan ditingkatkan sesuai dengan kemampuan

sumber daya yang tersedia. Namun jika sebaliknya, maka harus dilakukan

berbagai pembenahan dan perbaikan strategi dan mekanisme pelaksanaan

kegiatan. Atau bahkan tidak menutup kemungkinan sasaran mutu selama ini

diturunkan, karena bisa saja dianggap terlalu berat atau tidak sesuai dengan

sumber daya yang tersedia, misalnya : ketenagaan, sarana dan prasarana, biaya

dan lain sebagainya.

295

Kemudian apabila sasaran baru telah ditetapkan, maka kemudian

dilakukan analisis SWOT dalam rangka untuk mengetahui tingkat kesiapan

masing-masing fungsi dalam madrasah sehingga dapat diperoleh dan diketahui

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada. Dengan informasi ini maka

langkah-langkah pemecahan persoalan segera dapat dipilih untuk mengatasi

berbagai faktor yang memuat berbagai persoalan. Kemudian setelah itu, dapat

dibuat rencana peningkatan mutu baru.

Kedelapan langkah-langkah tersebut dilakukan dalam siklus peningkatan

mutu secara berkesinambungan dalam rangka meningkatkan mutu madrasah. Dan

sebagaimana diketahui bahwa tugas dan fungsi utama madrasah adalah mengelola

penyelenggaraan peningkatan mutu di madrasahnya sendiri, maka madrasah

menjalankan tugas dan fungsinya adalah sebagai berikut :

1. Menyusun dan merumuskan rencana dan program pelaksanaan peningkatan

Manajemen Berbasis Madrasah dengan melibatkan berbagai unsur antara lain

Kepala Madrasah, wakil Kepala Madrasah, guru dan tata usaha, wakil siswa

(OSIS), wakil orangtua siswa, wakil organisasi profesi, wakil pemerintah dan

tokoh masyarakat.

2. Mengkoordinasikan dan menyelaraskan segenap sumber daya yang tersedia di

dalam dan di luar madrasah itu sendiri untuk mencapai sasaran peningkatan

Manajemen Berbasis Madrasah yang telah ditetapkan.

3. Melaksanakan program peningkatan Manajemen Berbasis Madrasah secara

efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip Total Quality Management

(TQM).

296

4. Melaksanakan monitoring dan bimbingan dalam pelaksanaan peningkatan

Manajemen Berbasis Madrasah.

5. Evaluasi dilakukan pada setiap akhir tahun ajaran, dengan tujuan untuk

menilai apakah tingkat ketercapaian (efektivitas) sasaran program peningkatan

Manajemen Berbasis Madrasah telah berhasil atau tidak. Pada dasarnya hasil

evaluasi ini nantinya akan digunakan untuk menentukan sasaran baru program

peningkatan Manajemen Berbasis Madrasah pada tahun-tahun berikutnya.

6. Menyusun laporan penyelenggaraan peningkatan Manajemen Berbasis

Madrasah yang pada gilirannya untuk disampaikan kepada pihak-pihak terkait

seperti Kantor Departemen Agama dan Komite Madrasah.

7. Mempertanggungjawabkan hasil penyelenggaraan peningkatan Manajemen

Berbasis Madrasah kepada pihak yang berkepentingan seperti Kantor

Departemen Agama, Komite Madrasah dan masyarakat.

E. Indiktor Keberhasilan Model dalam Pengembangan Manajemen

Stratejik Madrasah Aliyah Negeri di Kota Jambi

Indikator keberhasilan model manajemen strategis yang dikembangkan

dari hasil penelitian ini

1. Peningkatan mutu pengelolaan madrasah aliyah dengan diikuti oleh

peningkatan mutu lulusan, mutu pelayanan akademik, mutu fasilitas, mutu

tenaga pendidik dan kependidikan.

2. Kordinasi kelembagaan, ditandai oleh keselarasan dalam rencana

pendidikan baik jangka panjang maupun jangka pendek pada setiap

297

lembaga yang mengacu kepada rencana pendidikan tingkat Pemerintahan

Kota Jambi.

3. Peningkatan mutu madrasah, mutu input meliputi raw input dan

environmental input, mutu proses penyelenggaraan pada tatanan

manajerial maupun proses pembelajaran, mutu lulusan yang dapat

dipersaingkan dalam dunia kerja maupun melanjutkan, dan mutu outcome

yang dapat dirasakanlangsung oleh pengguna lulusan.

4. Keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan maupun

keterlibatan langsung dalam proses pengelolaan.

5. Integrasi pengelolaan madrasah dalam dual-system manajemen pada

tingkat Kota Jambi.