kajian ketercapaian standar proses madrasah aliyah …

111
LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA KELEMBAGAAN TAHUN ANGGARAN 2016 KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH DI KOTA BEKASI (PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN) Tim Peneliti : Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag. : Koordinator Dr. Yayat Suharyat : Anggota PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN (PUSLITPEN) LP2M UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

LAPORAN HASIL PENELITIAN

KERJASAMA KELEMBAGAAN

TAHUN ANGGARAN 2016

KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH

ALIYAH DI KOTA BEKASI (PERAN KEPEMIMPINAN

KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS PEMBELAJARAN)

Tim Peneliti :

Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag. : Koordinator

Dr. Yayat Suharyat : Anggota

PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN (PUSLITPEN)

LP2M UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016

Page 2: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT)

BANTUAN BIAYA PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2016

PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN (PUSLITPEN)

LP2M UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian yang berjudul “KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR

PROSES MADRASAH ALIYAH DI KOTA BEKASI (PERAN

KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS PEMBELAJARAN)”, merupakan laporan akhir pelaksanaan

penelitian yang dilakukan oleh “ABD WAHID HASYIM”, dan telah memenuhi

ketentuan dan criteria penulisan laporan akhir penelitian sebagaimana yang

ditetapkan oleh Pusat Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN), LP2M UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Oktober 2016

Peneliti,

Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag.

NIP. 19560817 198603 1 006

Mengetahui;

Kepala Pusat,

Penelitian dan Penerbitan

(PUSLITPEN)

LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

WAHDI SAYUTI, MA.

NIP. 19760422 200701 1 012

Ketua Lembaga,

Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat (LP2M)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

M. ARSKAL SALIM, GP., MA., PhD

NIP. 19700901 199603 1 003

Page 3: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT)

BANTUAN BIAYA PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2016

PUSAT PENELITIAN DAN PENERBITAN (PUSLITPEN)

LP2M UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama : Dr. Abd Wahid Hasyim, M.Ag.

Jabatan : Dosen Tetap

Unit Kerja : Fakultas Adab dan Humaniora

Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat Tangerang Selatan

dengan ini menyatakan bahwa:

1. Judul penelitian “KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES

MADRASAH ALIYAH DI KOTA BEKASI (PERAN KEPEMIMPINAN

KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS

PEMBELAJARAN)” merupakan karya orisinal saya.

2. Jika di kemudian hari ditemukan fakta bahwa judul, hasil atau bagian dari

laporan penelitian saya merupakan karya orang lain dan/atau plagiasi, maka

saya akan bertanggung jawab untuk mengembalikan 100% dana hibah

penelitian yang telah saya terima, dan siap mendapatkan sanksi sesuai

ketentuan yang berlaku serta bersedia untuk tidak mengajukan proposal

penelitian kepada Puslitpen LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selama 2

tahun berturut-turut.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Oktober 2016

Yang Menyatakan,

Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag.

NIP. 19560817 198603 1 006

Page 4: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

i

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi standar proses pada Madrasah

Aliyah di Kota Bekasi yang belum menunjukkan kualitas baik. Jika dibandingkan

dengan Sekolah Menengah Atas, kualitas standar proses di Madrasah Aliyah

masih di bawahnya. Kondisi ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satu di

antaranya adalah dimensi kepemimpinan yang belum baik dan harus terus

diperbaiki. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

peran Educator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan

Motivator (EMASLIM) kepala madrasah dalam mendorong kualitas proses

pembelajaran mulai dari perencanaan sampai dengan kegiatan tindak lanjut,

sehingga dapat meningkatkan kualitas standar proses di Madrasah Aliyah.

Penelitian ini bertujuan untuk (1). menjadi rujukan dalam sistem

pengelolaan sekaligus pengawasan kinerja kepala madrasah/sekolah dalam

menjalankan tupoksi sesuai dengan petunjuk dalam panduan penyelenggaraan

kepemimpinan kepala madrasah/sekolah, (2). menjadi alat pengukur terhadap

target (tujuan) penyelenggaraan sekolah yang berkualitas, di atas standar minimal

yang telah ditetapkan kemendikbud, sehingga kepala sekolah mampu memetakan

kondisi sekolahnya dalam pencapaian standar pendidikan secara keseluruhan

terutama standar proses, (3). hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan/materi pendampingan pengembangan kompetensi kepemimpinan kepala

madrasah/sekolah melalui acara pembekalan model kepala madrasah/sekolah

secara berkala agar secara bertahap memunculkan motivasi dalam kinerja

kepemimpinannya. Penerima manfaat secara langsung dari penelitian ini meliputi;

para Pengawas Pendidikan Madrasah Kantor Kemenag Kabupaten/Kota, Siswa,

Kepala Madrasah dan Guru Madrasah. Penerima manfaat secara tidak langsung

adalah; pejabat yang berada dan terkait di atas Kepala Madrasah yaitu Kepala

Kantor Kementerian Agama Kota/Kabupaten, Orang Tua Siswa, dan Masyarakat

Pendidikan yang menghendaki perbaikan kualitas pendidikan Madrasah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

naturalistic yang diimbangi dengan deskripsi data kuantitatif. Responden/Sumber

Informasi penelitian ini adalah kepala Madrasah Aliyah, Dewan Guru, Siswa, dan

orang tua siswa. Pengembilan responden dilakukan berdasarkan prinsip penelitian

kualitatif yaitu Sampel Bola Salju (Snow Ball Sample). Unit analisis/tempat

penelitian adalah kepala madrasah, dewan guru, siswa dan orang tua sesuai

kebutuhan dan kelengkapan data yang ada pada peneliti. Waktu Penelitian selama

6 bulan dengan tahapan persiapan, pelaksnaan, pengolahan data sampai dengan

pembuatan laporan dan presentasi hasil penelitian. Lokasi Penelitian adalah

Madrasah Aliyah di Kota Bekasi berjumlah 4 Madrasah Aliyah yaitu (a).

Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bekasi, (b). Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota

Bekasi, (c). Madrasah Aliyah al-Muawanah, (d). Madrasah Aliyah Sulamul

Istiqomah.

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan adalah (a).

Observasi/pengamatan; pengamatan terhadap aktivitas yang terjadi di sekolah dan

Page 5: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

ii

produk proses pmbelajaran yang sedang berlangsung, baik berupa tulisan maupun

tindakan, (b). Wawancara/interview; kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan

data melalui komunikasi secara langsung antara peneliti yang sudah dilampirkan

dengan panduan/pedoman wawancara dengan responden terhadap konteks

penelitian yang sedang diamati, (c). Dokumentasi berupa data dan arsip yang

menjadi penguat atau bisa jadi sebaliknya, sehingga data yang diperoleh melalui

pengamatan dan wawancara dapat dipertimbangkan sebagai data yang bisa

diinterpretasikan lebih lanjut, (d). Kuesioner untuk mendapatkan data kuantitatif

dari indikator standar proses sesuai pengamatan yang berkembang pada setting

penelitian. Pengukuran terhadap keterandalan dalam penelitian ini menggunakan

teknik (a). credibility, (b). transferability, (c). dependability, (d). confirmability.

Teknik Analisis Data yang digunakan adalah (a). Reduksi Data, (b). Penyajian

Data dan (c). Penarikan Kesimpulan.

Page 6: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirah Ilahi Rabbi, bahwa atas

berkat rahmat, hidayah, inayah dan ridla-Nya, penelitian dan penulisan laporan

penelitian kerjasama kelembagaan ini, dapat diselesaikan. Salawat dan salam

semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, para

keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulisan laporan penelitian yang berjudul “Kajian Ketercapaian Standar

Proses Madrasah Aliyah di Kota Bekasi (Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah

Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran),” alhamhadulillah bisa peneliti

selesaikan. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada Rektorat

UIN Syarif Haidayatullah Jakarta, yang melalui DIP UIN, peneliti bisa

melaksanakan penelitian dengan baik dan lancar.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada Pusat Penelitian dan

Penerbitan (Puslitpen) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

dorongan moril dan material, bahkan atas perkenannya, peneliti dapat melakukan

penelitian kerjasama kelembagaan dengan institusi yang terletak di penyangga

Jakarta bagian Timur. Oleh karena itu, peneliti juga perlu mengucapkan terima

kasih kepada Unisma Bekasi yang telah mengijinkan salah seorang dosen tetapnya

untuk berkolaborasi dalam penelitian, sehingga penelitian ini, bisa terlaksana dan

berjalan dengan lancar.

Tak lupa, peneliti menyampaikan terima kasih kepada Kepala Sekolah

Madrasah Aliyah Negeri 1 dan Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota

Page 7: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

iv

Bekasi beserta jajarannya serta Kepala Madrasah Aliyah Swasta al-Muawanah

dan Kepala Madrasah Aliyah Swasta Sullamul Istiqamah Kota Bekasi beserta

jajarannya yang telah memberikan informasi dan masukan serta meluangkan

waktu, sehingga peneliti bisa melakukan wawancara dan observasi. Juga kepada

teman-teman sejawat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, peneliti

ucapkan terima kasih atas masukan dan referensi yang telah diberikan, sehingga

penelitian ini bisa selesai dengan telaah yang lebih komprehensif dan kritis.

Akhirnya, atas semua bantuan yang telah diberikan, peneliti berdo’a

semoga penelitian ini bisa memberikan manfaat dan kontribusi yang positif bagi

pihak pemangku kebijakan dan semoga Allah SWT memberi mereka balasan

pahala yang berlipat ganda. Jazakumullah Khariral Jaza,’ Amin.

Jakarta, Oktober 2016,

Peneliti,

Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag.

Page 8: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

v

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah - 1

B. Perumusan Masalah - 4

C. Tujuan Penelitian dan Penerima Manfaat Penelitian - 5

BAB II. KAJIAN TEORI

A. Ketercapaian Standar Proses Pembelajaran - 7

B. Standar Proses Pendidikan Menengah - 14

C. Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Mutu Pendidikan - 26

D. Kerangka Berfikir - 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian - 30

B. Populasi dan Teknik Sampling - 30

C. Metode Penelitian - 31

D. Teknik Pengumpulan Data - 31

E. Analisis Data - 31

F. Jadwal Pelaksanaan - 32

BAB IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data - 33

B. Temuan Penelitian - 45

C. Pembahasan Temuan Penelitian - 65

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan - 81

B. Rekomendasi - 82

DAFTAR PUSTAKA - 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN - 87

Page 9: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

vi

Page 10: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Siswa Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta di Kota Bekasi sebanyak 8.876

orang dari jumlah madrasah sebanyak 58 unit sekolah, terdiri dari 2 Madrasah

Aliyah Negeri dan 56 Madrasah Aliyah Swasta. Yayat Suharyat (2010), hasil

penelitian tentang perbandingan hasil Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas dan

Madrasah Aliyah menyebutkan, bahwa dari sejumlah siswa tersebut raihan

prestasi akademik dan non akademik siswa Madrasah Aliyah belum mencapai

prestasi optimal. Jika dibandingkan dengan Sekolah Menengah Atas (SMA),

prestasi akademik berupa hasil Ujian Nasional siswa Madrasah Aliyah (MA)

masih di bawah pretasi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), begitu juga ketika

diadakan lomba-lomba akademik seperti olimpiade matematika, fisika dan uji

kompetensi beberapa mata pelajaran sejenis, prestasi siswa Madrasah Aliyah

masih kalah kelas dengan siswa Sekolah Menengah Atas. Dalam lomba non

akademik juga menunjukkan kondisi yang tidak terlampau baik, misalnya dalam

PORSENI, belum menunjukkan prestasi gemilang.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan Madrasah Aliyah di

Kota Bekasi secara keseluruhan perlu ditingkatkan dan diperbaiki agar mencapai

prestasi optimal. Beberapa pengelolaan lembaga madrasah yang baik di Indonesia

antara lain adalah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syahid Jakarta, Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) Cendekia, Madrasah Aliyah di Kota Malang, Jawa Timur.

Page 11: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

2

Artinya bahwa madrasah bisa maju, jika dikelola dengan baik dengan cara-cara

yang benar, sesuai standar yang dianjurkan pemerintah.

Diketahui bahwa sangat besar jumlah Madrasah Aliyah di seluruh

Indonesia, di Bekasi Kota, jumlah Madrasah Aliyah yang dikelola Swasta jauh

lebih besar daripada Madrasah Aliyah Negeri yang jumlahnya hanya 2 unit.

Namun, jumlah yang besar tersebut belum diimbangi oleh kualitas pengelolaan

yang baik. Oleh karena itu, perlu ada kajian ketercapaian Standar Proses pada

Madrasah Aliyah di Kota Bekasi melalui peran kepala Madrasah sebagai kekuatan

sentral dalam pengelolaan dan pengembangan pendidikan di dalam

kewenangannya.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggulirkan

kebijakan tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) sejak tahun 2003. Di dalam

menegakkan standar mutu tersebut pada setiap sekolah diarahkan untuk

memperoleh standar minimal, namun demikian, secara bertahap, sekolah harus

beranjak untuk meningkatkan kualitasnya, sehingga pada akhirnya tidak hanya

mampu mencapai standar minimal, tetapi lebih baik dari kondisi sebelumnya.

Bahkan sekolah yang baik dan berkualitas telah didefiniskan sebagai sekolah yang

mampu mencapai di atas standar minimal yang ditargetkan pemerintah, suatu

ukuran yang telah menjadi dasar penetapan peringkat sekolah. Ada 8 (delapan)

standar yang harus dipenuhi sekolah agar memenuhi standar minimal yaitu (1)

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (2) Standar Isi, (3) Standar Proses,

(4) Standar Sarpras, (5) Standar Pengelolaan, (6) Standar Pembiayaan, (7) Standar

Penilaian Pendidikan, (8) Standar Kompetensi Lulusan

Page 12: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

3

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 dinyatakan bahwa Standar

Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional

Pendidikan dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara dan satuan

pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan

pendidikan yang bermutu, di samping sebagai perangkat untuk mendorong

terwujudnya transparansi dan akuntabilitas public dalam penyelenggaraan sistem

Pendidikan Nasional.

Menurut Mulyasa, (2009 : 98) “Kepala sekolah sedikitnya mempunyai peran dan

fungsi sebagai Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan

Motivator (EMASLIM)”. Kepala sekolah sebagai pimpinan harus mampu memberikan

petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka

komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas. Perancangan pendekatan peran

kepala sekolah ini menunjukkan peran sentral sekolah terletak pada kepala

sekolah dalam merancang dan menyiapkan sekolahnya agar dapat memenuhi

standar nasional. Untuk itu, perlu dibuatkan formulasi terhadap kondisi ini yaitu

mendorong kemauan kepala madrasah dalam menyiasati lembaga pendidikannya,

sehingga dapat memperoleh standar kualitas sesuai harapan masyarakat

(pengguna).

Sudah ada kejelasan terhadap arah pendidikan nasional, karena standar telah

digulirkan. Selanjutnya dinamisasi kepemimpinan kepala madrasah/sekolah juga

sudah memiliki kejelasan definisi dan arah bagi semua penyelenggara pendidikan.

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengamatan dan observasi, sedangkan

penilaian terhadap ketercapaian madrasah dalam memenuhi Standar Nasional

Page 13: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

4

Pendidikan, difokuskan pada standar isi, proses dan sarana prasarana. Ketiga

standar ini lebih awal diangkat di dalam penelitian sebagai penguat analisis

selanjutnya mengenai langkah dan upaya untuk mendrive standar-standar lainnya.

B. Perumusan Masalah

Di dalam permendikbud 65 tahun 2013 disebutkan bahwa standar proses

adalah suatu kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan

untuk mencapai kualitas standar lulusan. Pada sisi lain dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar

Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan masalah isi,

tentang Perencanaan Proses Pembelajaran, Silabus dan RPP, Pelaksanaan Proses

Pembelajaran; persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran, beban kerja minimal

guru, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas, Pelaksanaan Pembelajaran;

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, eksplorasi dan konfirmasi, kegiatan Penutup,

Penilaian Hasil Belajar, Pengawasan Proses Pembalajaran; pemantauan, supervisi,

evaluasi, Pelaporan, dan Tindak lanjut.

Oleh karena itu, dalam upaya untuk melihat efektivitas pelaksanaan standar

proses di Madrasah Aliyah berdasarkan dimensi Peran Kepala Madrasah dalam

menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya (Tupoksi) dapat dimajukan

permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimana peran Edukator, Manajer,

Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator kepala madrasah dalam

mendorong kualitas proses pembelajaran mulai dari Perencanaan Proses

Page 14: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

5

Pembelajaran sampai dengan kegiatan Supervisi yang dapat meningkatkan

kualitas standar proses pada setiap madrasah.

C. Tujuan Penelitian dan Penerima Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Menjadi rujukan dalam sistem pengelolaan sekaligus pengawasan kinerja

kepala madrasah/sekolah dalam menjalankan tupoksi sesuai dengan petunjuk

dalam panduan penyelenggaraan kepemimpinan kepala madrasah/sekolah,

b. Menjadi alat pengukur terhadap target (tujuan) penyelenggaraan sekolah yang

berkualitas, di atas standar minimal yang telah ditetapkan kemendikbud,

sehingga dari sini kepala sekolah mampu memetakan kondisi sekolahnya

dalam pencapaian standar pendidikan secara keseluruhan terutama standar

proses,

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan/materi pendampingan

pengembangan kompetensi kepemimpinan kepala madrasah/sekolah pada

acara pembekalan model kepala madrasah/sekolah secara berkala agar secara

bertahap memunculkan motivasi terhadap kinerja kepemimpinannya.

2. Penerima Manfaat Penelitian

Penerima manfaat dari penelitian terdiri dari kategori penerima manfaat

langsung dan tidak langsung. Penerima manfaat secara langsung dari penelitian ini

adalah para Pengawas Pendidikan Madrasah, Kantor Kemenag Kabupaten/Kota,

Page 15: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

6

Siswa, Kepala Madrasah dan Guru Madrasah. Penerima manfaat secara tidak

langsung adalah pejabat yang berada dan terkait di atas KepalaMadrasah yaitu

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota/Kabupaten, Orang Tua Siswa dan

Masyarakat Pendidikan yang menghendaki perbaikan kualitas pendidikan

Madrasah.

Page 16: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketercapaian Standar Proses Pembelajaran

Madrasah merupakan pendidikan yang memiliki legenda sejarah panjang

dalam sistem pendidikan Islam. Di dalam pendidikan madrasah, proses

mencerdaskan anak bangsa banyak digantungkan harapan yang setinggi-

tingginya, karena madrasah memiliki keutamaan, bila dibandingkan dengan

institusi pendidikan lainnya yakni mempunyai ciri keagamaan. Ciri khas sekolah

agama bercirikan ke-Islaman ini memang menjadi pilihan masyarakat, terutama

pada masyarakat yang kuat berpegang pada spiritualitas dan penanaman akhlak,

suatu factor yang kemudian menjadi penyebab mengapa keberadaan madrasah

semakin diminati oleh masyarakat yang menghendaki putra-putrinya memiliki

keterbimbingan dalam bidang ilmu pengetahuan agama Islam yang lebih baik,

penggemblengan akhlak dan perilaku agama yang utama.

Madrasah merupakan institusi yang konsisten dan komit dengan semangat

membangun nilai-nilai dan budi pekerti yang luhur. Namun demikian, semangat

spiritual seperti itu tidaklah cukup tanpa didukung oleh ikhtiar yang serius dalam

rangka menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan berkualitas.

Diminatinya madrasah oleh masyarakat bisa jadi bukan disebabkan oleh kualitas

penyelenggaraan pendidikan dan pembelajarannya, dan seperti telah diuraikan di

atas, bahwa minat masyarakat yang besar tersebut, disebabkan oleh eksistensi

madrasah sebagai lembaga pendidikan yang mengusung semangat pada

Page 17: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

8

penegakkan nilai-nilai agama (spiritualitas), yang juga diharapkan dapat berimbas

pada ajaran akhlakul karimah.

Banyak aspek pendidikan yang perlu terus diperbaiki agar terarah dan sesuai

dengan koridor yang benar, sehingga pendidikan dapat menjadi penentu masa

depan bangsa guna menyongsong peradaban yang semakin kompleks dan

persaingan yang semakin ketat. Jamal Ma’mur Asmani (2010: 130) menyebutkan,

bahwa dalam proses pembelajaran dan pendidikan, eksistensi dan fungsi guru

menjadi problem utama, jika tidak mampu mengikuti perkembangan global yang

berjalan secara massif, kompetitif, dan produktif. Guru harus mampu

menunjukkan performansi professional melalui aktivitas pedagogies, sosial,

kepribadian, melakukan pencerahan intelektualitas, kapabilitas, emosionalitas, dan

spiritualitas. Dengan demikian, seorang guru harus piawai dalam melakukan

proses pembelajaran dengan tiga pendekatan utama yaitu humanis, psikologis, dan

sosialis.

Ada lima daya dongkrak madrasah (2010: 142), menurut M. Nurul Hajar,

sebagaimana dikutip oleh Jamal Ma’mur Asmani, bahwa madrasah yang maju

berbeda dengan madrasah yang kurang maju. Karena perbedaan itu, orang tua

lebih tertarik menyekolahkan anaknya di madrasah yang maju. Bukan hanya

orang tua saja yang tertarik, madrasah yang mapan pun lebih mendapat tempat di

hati siswa sebagai pilihan untuk belajar. Ada perbedaan antara madrasah yang

maju dengan madrasah yang kurang maju, meliputi aspek manajemen, sumber

daya guru, pemanfaatan komputer dan internet dalam pembelajaran, dan

pemanfaatan alat bantu pembelajaran.

Page 18: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

9

Guru yang mempunyai keyakinan bahwa belajar itu merupakan proses aktif,

maka akan mengetahui bahwa manusia belajar melalui proses bekerja sambil

mengembangkan daya pikir semaksimal mungkin. Guru meminta agar murid

membaca, menyalin dan mendengarkan, mengikutsertakan murid dalam berbagai

kegiatan diskusi, menyuruh mereka mengeluarkan pendapat, menyusun karangan,

membuat laporan, atau mengungkapkan penafsirannya mengenai suatu masalah.

Mereka membentuk bagan, membuat percobaan, mengumpulkan sesuatu,

mempertunjukkan atau memperlihatkan kebolehannya. Pada saat yang lain

mereka diminta untuk mendemonstrasikan, menyatakan suatu sikap atau

menemukan sesuatu, mengkritik dan menilai. Semua itu merupakan upaya guru

untuk mengaktifkan murid agar mereka memperoleh pengalaman belajar dan

merupakan bagian dari tanggungjawab guru dalam kegiatan inti pembelajaran.

(Zakiah Daradjat, 2001: 123)

Di dalam Uzer Usman (2009:4) disebutkan, bahwa proses belajar mengajar

merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai

pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada

berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses belajar

mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Uzer Usman mengutip pendapat

Bruce Joyce dan Marshal Weil (1980) mengemukakan, bahwa ada 22 model

mengajar yang dikelompokkan ke dalam 4 hal, yaitu (1). proses informasi, (2).

perkembangan pribadi, (3). interaksi sosial dan (4). modifikasi tingkah laku.

Lebih lanjut, Zakiah Daradjat (1995: 97) tentang proses belajar mengajar

mengemukakan, bahwa setiap guru harus mengetahui keadaan peserta didik

Page 19: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

10

meliputi; (1). kegairahan dan kesediaan mengajar, (2). membangkitkan minat

peserta didik, (3). menumbuhkan bakat dan sikap yang baik, (4). mengatur proses

belajar mengajar, (5). mentransfer pengaruh belajar di dalam sekolah kepada

penerapannya di luar sekolah dan (6). hubungan dalam situasi belajar mengajar.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jika pendidikan madrasah ingin

dikategorikan memiliki standar proses yang baik, maka di dalam manajemen

pembelajarannya harus berlandaskan kepada standar teori di atas, sehingga praktik

baik di dalam pembelajaran, akan menumbuhkan ketercapaian dalam proses

pendidikan dan pembelajaran. Ketercapaian merujuk kepada makna efektivitas

dan efisiensi. Menurut Fremon E Kas, effectiveness is concerned with the

accomplishment of explicit or implicit goals. Stephen P. Robbins dan Mary

Coulter (2009: 53) menyebutkan bahwa effectively is often describe as doing the

right things that is, doing those work activities that will help the organization

reach its goal, sedangkan efficiency refer to getting the most output from the least

amount of inputs its often doing things right. Efektivitas menurut Hidayat

(1986:106) yaitu; “Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa

jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Makin besar persentase

target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”. Sedangkan Schemerhon John

R. Jr. (1986:35) memberikan pengertian efektivitas sebagai berikut:“Efektivitas

adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan

output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau

sesungguhnya (OS), jika (OS) > (OA) disebut efektif. Menurut Prasetyo Budi

Saksono (1984: 56) efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output

Page 20: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

11

yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input“. Steers

(1985:87) mengemukakan bahwa: “Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu

program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk

memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu

serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya”.

Adapun Martoyo (1998:4) memberikan definisi sebagai berikut: “Efektivitas

dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih

tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang

dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan

hasil yang memuaskan”

Gibson (2003: 34), lebih lanjut menyatakan bahwa efisiensi merupakan

kriteria efektivitas mengacu pada ukuran penggunaan sumber daya yang langka

oleh organisasi. Efisiensi merupakan perbandingan antara keluaran dan masukan.

Ukuran efisiensi terdiri dari keuntungan dan modal, biaya per unit, pemborosan,

waktu terluang, biaya per orang, dan sebagainya. Efisiensi diukur berdasarkan

rasio antara keuntungan dengan biaya atau waktu yang digunakan. Efisiensi lebih

terarah pada upaya mencapai hasil yang maksimal dengan input yang minimal,

sehingga dengan efisiensi harus terindikasi terjadinya mengerjakan pekerjaan

dengan cara yang benar.

Dearden, sebagaimana dikutip oleh Agus Maulana (1997:46) dalam

bukunya yang berjudul “Sistem Pengendalian Manajemen”, menyatakan bahwa

pengertian efisiensi adalah kemampuan suatu unit usaha untuk mencapai tujuan

yang diinginkan, efisiensi selalu dikaitkan dengan tujuan organisasi yang harus

Page 21: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

12

dicapai. Sementara Malayu SP Hasibuan (1994: 47) menyampaikan bahwa

efisiensi adalah perbandingan terbaik antara input (masukan) dan output (hasil),

antara keuntungan dengan biaya (antara hasil pelaksanaan dengan sumber yang

digunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan

sumber yang terbatas. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

efisiensi berkaitan dengan ketercapaian suatu target (hasil) dengan menggunakan

input yang sesuai dengan hasilnya (output) yang diperoleh. Dalam penelitian ini,

ketercapaian standar proses yang dimaksudkan adalah efektivitas dan efisiensi

penyelenggaraan pembelajaran yang dilakukan di Madrasah Aliyah dalam

mencapai tujuan Pembelajaran yang telah ditetapkan secara nasional. Artinya

sejauhmana kuantitas, kualitas dan waktu telah tercapai sebagai upaya

kepemimpinan yang dilakukan kepala madrasah dalam upaya mencapai standar

proses dalam koridor Standar Nasional Pendidikan.

Selanjutnya, untuk dapat bertindak secara baik, kepala sekolah (madrasah)

dalam kepemimpinannya diarahkan untuk menjadi dinamisator dan sebagai

penentu keberhasilannya dalam mengelola sekolah (madrasah). Syarwani Ahmad

mengutip pendapat Sidhi (2013: 129) menyatakan, bahwa sekurang-kurangnya

ada tiga hal yang perlu dilakukan kepala sekolah (madrasah) untuk meningkatkan

mutu pendidikan pada lembaga pendidikannya, yaitu pertama, memberlakukan

sistem informasi manajemen, karena cara ini merupakan media yang harus

dijadikan strategi penyebarluasan berbagai informasi. Kedua, adanya partisipasi

masyarakat yang mendukung sumber daya pendidikan dan meningkatkan

akuntabilitas sekolah kepada masyarakat dan pemerintah. Ketiga, pembentukan

Page 22: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

13

tim teknis program asuransi kesehatan dan peningkatan mutu sekolah di

kabupaten/kota.

Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi (Wina

Sanjaya, 2013: 205) antara guru dengan muridnya. Guru berperan sebagai

pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan yang dikirimkan oleh

guru berupa isi/materi pelajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol

komunikasi, baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun non verbal. Namun

demikian, komunikasi dalam proses pembelajaran dimungkinkan terjadinya

hambatan, dalam upaya mengatasi hambatan tersebut, diperlukan media sebagai

alat bantu untuk guru dalam mengkomunikasikan pesan, agar komunikasi bisa

berjalan dengan baik dan sempurna, sehingga tingkat kesalahan dapat dieliminir.

Dalam kajian lebih lanjut, penting kiranya untuk menjadikan setiap

pembelajaran memiliki kualitas yang baik. Kualitas pembelajaran akan membuat

siswa memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang sesuai dengan

kebutuhan dan keperluannya. Dari sini, siswa akan dapat melejitkan potensi fisik

dan psikis yang dimilikinya sebagai modal manusia dewasa yang matang untuk

berbuat secara positif dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Hamzah B. Uno

(2011: 153) menyebutkan bahwa kualitas pembelajaran dapat terjadi, jika terdapat

upaya yang serius dan menyeluruh dari guru untuk melakukan perbaikan

pengajaran yang diarahkan pada pengelolaan proses pembelajaran. Di dalamnya

menurut Uno melibatkan beberapa strategi yaitu dengan mengklasifikasi variabel

yang ada di dalam pembelajaran. Dengan mengutip pendapat Simon (1969), Uno

menyebut ada tiga komponen utama dari pembelajaran, yaitu (1). alternative

Page 23: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

14

goals or requirement, (2). possibilities for action dan (3). fixed parameters or

constraints. Melengkapi pendapat Simon, Uno juga melengkapi pandangannya

tentang kualitas pembelajaran dengan memasukkan pendapat Glasser (1975)

sebagai paradigma dari pembelajaran yang bercirikan psikologi, yaitu (1). analisis

isi bidang studi, (2). diagnosis kemampuan awal siswa, (3). proses pembelajaran,

dan (4) pengukuran hasil belajar.

B. Standar Proses Pendidikan Menengah

Dikutip dari Abdul Majid (2012: 116-117), bahwa standar proses adalah

standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi

kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah

di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagaimana diatur di

dalam Permendiknas Nomor 41/2007, proses pembelajaran meliputi perencanaan

proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses

pembelajaran yang efektif dan efisien. Berdasarkan Permendikbud Nomor

65/2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan,

bahwa Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada

satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses

dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang

telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan PemerintahNomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas

Page 24: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

15

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Untuk itu, setiap satuan pendidikan melakukan

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian

kompetensi lulusan. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi,

maka prinsip pembelajaran yang digunakan:

1. Dari peserta didik diberi tahu menuju pesertadidik mencari tahu;

2. Dari guru sebagai satu - satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis

aneka sumber belajar;

3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan

pendekatan ilmiah;

4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis

kompetensi;

5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;

6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju dua

pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan

keterampilan mental (softskills);

Page 25: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

16

9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta

didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan

(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ingmadyo mangun karso),

dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran

(tut wuri handayani);

11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;

12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa

saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas;

13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan

14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta

didik.

Selanjutnya, terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses

yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran.

E. Mulyasa (2008: 25) menjelaskan bahwa standar proses adalah standar nasional

pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pada satuan pendidikan untuk

mencapai standar kompetensi lulusan. Secara garis besar standar proses

pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

Page 26: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

17

prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perekembangan peserta didik.

2. Dalam proses pembelajaran, pendidik memberikan keteladanan.

3. Setiap tahun pendidik melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan

pengawasan pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang

efektif dan efisien.

4. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,

materi ajar, metode, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.

5. Pelaksanaan proses pembelajaran harus memerhatikan jumlah maksimal

peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio

maksimal buku teks pembelajaran setiap peserta didik dan rasio maksimal

jumlah peserta didik perpendidik.

6. Pelaksnaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya

baca dan menulis.

7. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan berbagai teknik penilaian, dapat

berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan perorangan atau

kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.

8. Untuk mata pelajaran selain kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi secara

individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam satu semester.

9. Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi,

pelaporan dan pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.

Page 27: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

18

Prinsip belajar dan pembelajaran yang diimplementasikan pada setiap

penyelenggaraan kurikulum telah mengacu pada teori belajar dan pembelajaran.

Dari berbagai pendapat para ahli dapat diketahui, bahwa dalam membahas konsep

belajar dan pembelajaran diidentifikasi melalui prinsip belajar dan pembelajaran

meliputi hal-hal sebagai berikut: (a) prinsip kesiapan (readiness), (b) prinsip

motivasi (motivation), (c) prinsip perhatian (attention), (d) prinsip persepsi

(perception), (e) prinsip retensi (retention) dan (f) prinsip transfer (transfer).

(Muhaimin,2002:137).

Prinsip-prinsip tersebut penting dipahami dan dilaksanakan dalam

pembelajaran agar setiap guru mampu menggali potensi anak. Dengan demikian,

yang disebut dengan belajar itu merupakan kegiatan menumbuhkan keyakinan

pada peserta didik untuk dapat secara bertahap dan berkelanjutan melejitkan

potensinya.

Menurut Sardiman (2003: 14), proses belajar mengajar senantiasa

merupakan proses kegiatan interaksi antar dua unsur manusia yakni siswa sebagai

pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Interaksi antara

keduanya, dapat bersifat teknis, namun di dalamnya tetap memerlukan dimensi

normative, sehingga dapat disebut sebagai interaksi edukatif. Interaksi edukatif

bersifat spesifik, karena merupakan kegiatan komunikasi yang memiliki ciri

khusus, bila dibandingkan dengan interaksi lainnya. Edi Suardi (1980) yang

dikutip oleh Sardiman mengemukakan ciri-ciri interaksi belajar mengajar, sebagai

berikut:

Page 28: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

19

1. Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan yakni untuk membantu anak

dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajar

mengajar sadar tujuan dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian.

Siswa mempunyai tujuan, sedang unsur lainnya sebagai pengantar dan

pendukung.

2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didisain untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar mencapai tujuan secara

optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur atau

langkah-langkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membtutuhkan

prosedur dan disain yang berbeda pula.

3. Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang

khusus. Dalam hal ini, materi harus didisain sedemikian rupa, sehingga

cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu, dalam hal ini perlu

memperhatikan komponen-komponen yang lain. Apalagi komponen peserta

didik yang merupakan komponen sentral. Materi harus sudah disusun dan

didisain sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar.

4. Ditandai dengan adanya aktivitas Siswa. Siswa yang merupakan sentral

merupakan syarat bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar. Jadi,

tidak ada gunanya guru melakukan interaksi belajar mengajar, jika siswanya

hanya pasif saja. Karena siswa yang belajar, maka merekalah yang harus

melakukannya.

Page 29: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

20

5. Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.

Dalam kaitan peran ini, guru harus berusaha menghidupkan dan

memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru

harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar,

karena guru merupakan tokoh yang akan dilihat dan ditiru tingkah lakunya

oleh anak didik. Guru akan jauh lebih baik bersama siswa, bertindak sebagai

designer yang memimpin terjadinya interaksi belajar mengajar.

6. Di dalam interaksi belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam

berinteraksi belajar mengajar itu diartikan sebagai suatu pola tingkah laku

yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh

semua pihak dengan sadar. Mekanisme konkrit dari ketaatan terhadap

ketentuan atau tata tertib, akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Langkah-

langkah yang dilaksanakan harus sesuai dengan prosedur yang sudah

digariskan. Penyimpangan terhadap prosedur, berarti suatu indikasi

pelanggaran disiplin.

7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam suatu sistem

kelompok siswa, batas waktu merupakan salah satu ciri yang tidak bisa

ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberikan waktu tertentu, kapan tujuan itu

harus sudah tercapai.

Begitu pula pada implementasi kurikulum 2013, standar proses

pembelajaran harus dilaksanakan melalui 3 tahapan yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Page 30: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

21

1. Kegiatan Pendahuluan dalam Proses Pembelajaran

Kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran meliputi;

a. Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan oleh guru pada kegiatan

pendahuluan di dalam sebuah proses pembelajaran adalah

mempersiapkan siswa, baik psikis maupun fisik agar dapat mengikuti

proses pembelajaran dengan baik.

b. Selanjutnya guru harus mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan

terkait materi pembelajaran, baik materi yang telah siswa pelajari

maupun materi-materi yang akan mereka pelajari dalam proses

pembelajaran tersebut.

c. Setelah memberikan pertanyaan-pertanyaan, guru kemudian mengajak

siswa untuk mencermati suatu permasalahan atau tugas yang akan

dikerjakan, sehingga mereka dapat belajar tentang suatu materi,

kemudian langsung dilanjutkan dengan menguraikan tentang tujuan

pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai pada

pembelajaran tersebut.

d. Terakhir, dalam kegiatan pendahuluan, guru harus memberikan outline

cakupan materi serta penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan

dilakukan oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas

yang diberikan.

Guru dalam mengoptimalkan proses pembelajaran ada 7 peran, yaitu guru

sebagai sumber belajar, guru sebagai fasilitator, guru sebagai pengelola, guru

sebagai demonstator, guru sebagai pembimbing, guru sebagai motivator dan guru

Page 31: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

22

sebagai evaluator. (Wina Sanjaya, 2011: 19-31). Proses pembelajaran akan

melibatkan banyak hal dalam komponen pembelajaran, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Begitu pula peran guru dalam hubungannya dengan

proses pembelajaran, juga perlu diupayakan agar pembelajaran menemukan

formasi yang tepat dan berhasil secara efisien dan efektif.

Peran guru sebagai sumber belajar dititikberatkan pada posisi guru sebagai

pusat kegiatan belajar siswa. Dalam kaitan ini, dapat dikatakan bahwa guru yang

baik adalah guru yang dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik, di

samping piawai dalam menyampaikan materi tersebut kepada peserta didiknya,

sehingga siswa dapat memiliki kepuasan belajar yang diharapkan. Peran guru

sebagai fasilitator ditandai dengan layanan kepada siswa dalam proses

pembelajaran, dengan tujuan agar setiap siswa memiliki kemudahan dalam daya

serap mereka sesuai dengan keragaman tingkat kecerdasan masing-masing. Peran

guru sebagai pengelola adalah peran manajerial (pengelola) kegiatan belajar siswa

dengan menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara

nyaman.

Peran lainnya dari guru dalam proses pembelajaran adalah peran sebagai

demonstrator. Guru harus mampu mempertunjukkan kepada siswa segala hal yang

menjadikannya lebih mengerti dan lebih memahami setiap pokok bahasan yang

diajarkan olehnya. Guru dalam hal ini lebih diarahkan untuk bertindak sebagai

model dalam memeragakan berbagai kebutuhan belajar siswa. Peran guru sebagai

pembimbing adalah agar setiap siswa dapat menemukan berbagai potensi yang

dimilikinya, membimbing agar siswa dapat mencapai dan melaksanakan tugas-

Page 32: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

23

tugas untuk perkembangan dirinya sebagai peserta didik, sehingga mampu

memenuhi tujuan-tujuan pembelajaran. Peram guru sebagai motivator adalah

peran mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu menunjukkan prestasi

maksimal dalam belajar. Prestasi siswa sangat dipengaruhi oleh aspek internal dan

eksternal. Oleh karena itu, secara eksternal diperlukan peran pendorong dan

pengarah dari luar yang mampu mendongkrak prestasi belajar siswa. Bisa jadi

siswa yang kurang berprestasi, bukan karena kapasitas intelektual yang

dimilikinya, melainkan karena kurangnya perhatian dan dorongan dari luar dirinya

untuk menunjukkan prestasi yang lebih baik. Selanjutnya, peran guru yang

terakhir adalah peran guru sebagai evaluator.Peran ini minimal meliputi dua

kepentingan. Pertama, guru harus mengetahui kedudukan dan peringkat daya

serap siswa di dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga bila terjadi

ketertinggalan dalam daya serap, maka guru perlu melakukan perbaikan

(remedial). Kedua, berkaitan dengan kemampuan proses pembelajaran dari guru

itu sendiri. Kemampuan siswa yang baik, dan kompetensi siswa yang meningkat,

sangat ditentukan oleh keterampilan atau kompetensi mengajar guru. Oleh karena

itu, dalam kondisi ini, gutu juga perlu melakukan penyegaran.

2. Kegiatan Inti pada Proses Pembelajaran

Peran guru dalam proses pembelajaran sangat urgen seperti dikutip Zainal

Asri (2015: 9) dalam Uzer Usman, menyebutkan bahwa peran dan tugas guru

adalah mengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipasi,

ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor. Dengan demikian,

secara holistik peran dan tugas guru adalah memberikan layanan belajar kepada

Page 33: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

24

peserta didik. Artinya, tugas guru itu mengajar dan tugas siswa itu belajar dalam

rangka memenuhi kebutuhan pengembangan psikofisik. Selanjutnya, seiring

dengan perkembangan teori belajar, maka proses pembelajaran didorong untuk

mengarahkan peserta didik untuk dapat menumbuhkan aktivitas dan kreativitas

dalam upaya menggali pengalaman belajar yang baik dan berkualitas. Dalam

kurikulum 2013, ada penetapan yang berkaitan dengan kegiatan inti dalam proses

pembelajaran. Kegiatan inti ini mencakup proses-proses berikut: (a). melakukan

observasi, (b). bertanya, (c). mengumpulkan informasi, (d). mengasosiasikan

informasi-informasi yang telah diperoleh, dan (e). mengkomunikasikan hasilnya.

Pada setiap kegiatan pembelajaran, seharusnya guru memperhatikan kompetensi

yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat

aturan, menghargai pendapat orang lain sebagaimana yang telah dicantumkan

pada silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Cara-cara yang

dilakukan berkaitan dengan proses pengumpulan data (informasi) diusahakan

sedemikian rupa, sehingga relevan dengan jenis data yang sedang dieksplorasi,

misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum dan lain-lain.

Sebelum menggunakan informasi atau data yang telah dikumpulkan dan

diperoleh, siswa mesti tahu dan kemudian berlatih, lalu dilanjutkan dengan

menerapkannya pada berbagai situasi. Berikut ini merupakan contoh penerapan

dari kelima tahap kegiatan inti pada proses pembelajaran.

Page 34: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

25

a. Melakukan observasi (melakukan pengamatan)

Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka

untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu

benda atau objek.

b. Bertanya

Pada saat siswa berada pada kegiatan melakukan pengamatan, guru

membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk mempertanyakan

mengenai apapun yang telah mereka lihat, mereka simak atau mereka baca.

Penting bagi guru untuk memberikan bimbingan kepada siswa, agar bisa

mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang dimaksud di sini, berkaitan dengan

pertanyaan dari hasil pengamatan objek yang konkrit sampai pada yang abstrak,

baik berupa fakta, konsep dan prosedur, maupun hal lain yang lebih abstrak.

Dari kegiatan bertanya ini akan dihasilkan sejumlah pertanyaan. Kegiatan

bertanya dimaksudkan agar siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahunya.

Pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka ajukan akan dijadikan dasar untuk

mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber-sumber belajar

yang telah ditentukan oleh guru hingga mencari informasi ke sumber-sumber yang

ditentukan oleh siswa sendiri, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang

beragam.

c. Mengumpulkan dan Mengasosiasikan Informasi

Dalam hal ini, siswa boleh membaca buku yang lebih banyak, mengamati

fenomena atau objek dengan lebih teliti atau bisa juga melaksanakan eksperimen.

Berdasarkan kegiatan-kegiatan ini, akhirnya dapat dikumpulkan banyak informasi.

Page 35: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

26

Informasi yang banyak ini, selanjutnya dijadikan fondasi untuk kegiatan

berikutnya yakni memproses informasi, sehingga akhirnya siswa dapat

menemukan keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya,

menemukan pola keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai

kesimpulan dari pola yang ditemukan.

d. Mengkomunikasikan hasil

Kegiatan terakhir dalam kegiatan inti adalah membuat tulisan atau bercerita

tentang apa-apa saja yang telah mereka temukan dalam kegiatan mencari

informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di

kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa

tersebut.

3. Kegiatan Penutup pada Proses Pembelajaran

Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri

membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi

terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan

kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial, program pengayaan,

layanan konseling dan/atau memberikan tugas, baik tugas individual maupun

kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik dan menyampaikan rencana

pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

C. Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Mutu Pendidikan

Menurut Kemendikbud (2003:15) kepemimpinan Kepala Madrasah/Sekolah

diarahkan kepada tugas pokok dan fungsi kepala madrasah meliputi educator

Page 36: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

27

(guru), manager (pengarah dan penggerak sumber daya manusia), administrator

(pengurus administrasi), supervisor (pengawas, pengoreksi, dan melakukan

evaluasi), leadership (kepemimpinan pendidikan), innovation (melakukan

pencerahan manajemen), motivation (pemotivasion). Semuanya itu disingkat

dengan EMASLIM.

Kepemimpinan kepala madrasah yang baik berpotensi menghasilkan

pengelolaan pendidikan yang bermutu. Berkaitan dengan mutu pembelajaran di

sekolah, Ahmad Djauzak (1995:25) menyebutkan beberapa indikator

pembelajaran bermutu yaitu (1). kegiatan belajar mengajar, (2). buku dan sarana

belajar, (3). lingkungan fisik sekolah, (4). partisipasi masyarakat dan (5).

manajemen. Dari sini dapat diketahui bahwa empat indikator sekolah bermutu

yang terkait langsung dengan kegiatan pembelajaran adalah kegiatan belajar

mengajar, buku dan sarana belajar, lingkungan fisik sekolah dan manajemen

sekolah, serta satu lainnya terkait secara tidak langsung yaitu partisipasi

masyarakat.

Lebih lanjut, Morrison, Mokashi dan Cotter (2006:4-21) menyebutkan,

bahwa ada empat puluh empat indikator pembelajaran berkualitas. Dari keempat

puluh empat tersebut direduksi menjadi 10 indikator yaitu (1). lingkungan fisik

mampu mengangkat semangat peserta didik untuk belajar, (2). iklim kondusif

untuk belajar, (3). guru menyampaikan pelajaran dengan jelas dan siswa

mempunyai keinginan untuk berhasil, (4). guru menyampaikan pelajaran secara

sistimatis dan terfokus, (5). guru menyampaikan materi dengan bijaksana, (6).

pembelajaran bersifat riil (autentik dengan pembahasan yang dihadapi masyarakat

Page 37: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

28

dan siswa), (7). ada penilaian diagnostik yang dilakukan secara periodik, (8).

membaca dan menulis sebagai kegiatan yang esensial dalam pembelajaran, (9).

menggunakan pertimbangan yang rasional dalam memecahkan masalah dan (10).

menggunakan teknologi pembelajaran baik untuk mengajar maupun kegiatan

belajar siswa.

Merujuk pada uraian di atas, maka nampak terang benderang bahwa

ketercapaian standar pendidikan di sekolah merupakan pertaruhan terhadap masa

depan pendidikan di Indonesia. Peran kepala madarasah dalam tupoksinya sebagai

pimpinan lembaga pendidikan secara optimal harus diupayakan dalam rangka

mengangkat kualitas penyelenggaraan pendidikan pada berbagai jenjang sesuai

standar nasional pendidikan.

D. Kerangka Berfikir

Peran kepala Madrasah dalam pengembangan keterampilan mengajar guru

sangat krusial, mengingat peran kepala madrasah merupakan penjaga kualitas

proses pembelajaran. Kepala madrasah berfungsi melakukan pengawasan

terhadap aktivitas kegiatan belajar mengajar di dalam area belajar siswa. Belajar

sangat memerlukan kualitas guru yang mampu menciptakan suasana (iklim

belajar) untuk menumbuhkan aktivitas belajar yang kreatif, menyenangkan dan

terpenuhinya pesan-pesan moral yang harus dimiliki siswa sebagai peserta didik.

Oleh karena itu, maka setiap upaya yang dilakukan oleh guru ditujukan

untuk memberikan pembekalan kepada siswa agar dapat memiliki pengetahuan,

sikap dan keterampilan dalam aktivitas pembelajaran, sehingga menunjukkan

adanya proses terarah, bertujuan, sistimatis dan dapat diukur. Dengan demikian,

Page 38: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

29

maka pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak lain dalam rangka memenuhi

kebutuhan belajar siswa dan kebutuhan kehidupan siswa secara langsung.

Dengan demikian, dapat dikatakan, jika kepala madrasah mampu

memerankan fungsinya sesuai tupoksinya, maka kualitas mengajar guru juga

dapat meningkat dan kegiatan belajar mengajar sebagai standar proses akan

sesuai dengan stndar nasional yang ditetapkan pemerintah.

Page 39: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di 2 (dua) Sekolah Madrasah Aliyah Negeri dan 2 (dua)

Sekolah Madrasah Aliyah Swasta. Kedua Madrasah Aliyah Negeri tersebut adalah:

Madrasah Aliyah Negeri 1 dan Madrasah Aliyah Negeri 2, Kota Bekasi, sedangkan

kedua Madrasah Aliyah Swasta adalah Madrasah Aliyah AL-MUAWWANAH dan

Madrasah Aliyah Swasta SULLAMUL ISTIQOMAH. Adapun waktu

penelitian:dilakukan selama bulan, mulai dari bulan Mei sampai dengan September

2016.

B. Populasi dan Teknik Sampling

Populasi penelitian terdiri dari 46 guru Madrasah Aliyah pada 4 (empat)

madrasah yang dijadikan sebagai lokasi penelitian, 4 (empat) kepala madrasah, untuk

mengetahui kinerja manajemen pendidikan dan kepemimpinan mereka, terutama

dalam melaksanakan standar proses pada kegiatan pembelajaran di Madrasah.

Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 8 (delapan) orang

siswa untuk memberikan isian angket dengan teknik random sampling dan masing-

masing 1 (satu) orang guru setiap madrasah untuk mencari gambaran/deskripsi peran

kepemimpinan kepala madrasah dalam penyelenggaraan standar proses pembelajaran

Page 40: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

30

dilakukan melalui wawancara dengan teknik sampling bertujuan (purposive

sampling).

Adapun angket tentang sarpras dan tenaga pendukung pendidikan diberikan

kepada petugas Tata Usaha untuk mengetahui dukungan sarpras dan tenaga

pendukung pendidikan dalam proses pembelajaran meliputi ruang belajar,

laboratorium, perpustakaan, jumlah tenaga laboran, dan tenaga pustakawan.

C. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan

langkah-langkah penelitian yang meliputi:

1. Menyiapkan surat izin penelitian yang ditujukan kepada 4 (empat) Madrasah

Aliyah yang dituju.

2. Menyiapkan instrumen penelitian untuk mengukur ketercapaian standar proses,

baik melalui angket yang disiapkan maupun melalui wawancara.

3. Data yang sudah terkumpul dianalisis untuk diketahui implikasi data dengan

kondisi yang sebenarnya.

D. Teknik Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dalam bentuk daftar

isian yang ditujukan untuk memberikan uraian terhadap praktik standar proses yang

dijalankan madrasah. Di samping itu, juga dengan menggunakan wawancara

terstruktur untuk mengetahui pelaksanaan standar proses di madrasah tersebut.

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui beberapa langkah dan tahapan sebagai berikut:

Page 41: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

31

1. Statistik deskriptif dengan perhitungan rata-rata dan persentase, sehingga dapat

menggambarkan tingkat ketercapaian standar proses pada setiap Madrasah

Aliyah.

2. Statistik deskriptif dengan perhitungan rata-rata dan persentase, sehingga dapat

menggambarkan urutan prioritas dan urutan kesulitan pencapaian standar

proses Madrasah Aliyah.

3. Statistik deskriptif dengan perhitungan rata-rata dan persentase sehingga dapat

menggambarkan peran kepala Sekolah dalam pencapaian standar proses.

4. Statistik deskriptif dengan perhitungan rata-rata dan persentase sehingga dapat

menggambarkan ketersediaan sarpras dalam pencapaian standar proses.

F. Jadwal Pelaksanaan

No Kegiatan Waktu/Bulan

Mei Juni Juli Agustus

1 Disain Penelitian

2 Presentasi Proposal

3 Penyusunan Instrumen (angket,

wawancara)

4 Mengolah Data

5 Menyusun laporan

6 Presentasi Hasil

Page 42: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Opini Kepala Madrasah Tentang Penggunaan Kurikulum -13 (K-13)

Kepala madrasah memiliki TUPOKSI yang sering disebut dengan peran

edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator

yang disingkat dengan istilah EMASLIM. Penelitian ini berupaya memotret peran

kepala madrasah dalam koridor tersebut untuk melihat obyek yang sangat jelas

dalam hubungannya dengan standar proses pembelajaran yang dilaksanakan pada

institusi Madrasah Aliyah.

Pandangan kepala madrasah terhadap pelaksanaan standar proses yang

meliputi penerapan K-13, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan K-13, bagian

tersulit dalam penerapan K-13, peran kantor Kemenag Provinsi Jabar dan Kota

Bekasi dalam optimalisasi suksesnya K-13, kesesuaian pelaksanaan K-13 dengan

juklaknya dan upaya optimalisasi standar proses dirangkum dalam deskripsi data

berikut ini.

Penerapan K-13 di Madrasah Aliyah Negeri sudah mulai diterapkan sesuai

dengan keputusan Kementerian Agama (KMA165/2014) dan diperkuat melalui

SK Ditjen Provinsi Jawa Barat Nomor 154/2014 untuk mata pelajaran umum

kelas X & XI, mata pelajaran Agama dan Bahasa Arab kelas X, XI dan XII,

dipastikan berjalan dengan baik, walaupun masih ditemukan kendala yakni dalam

pelaksanaan proses pembelajaran yang masih menggunakan strategi dan

Page 43: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

33

pendekatan yang lama, pendekatan KTSP. Pada salah satu Madrasah Aliyah

Negeri juga ditemukan adanya penggunaan K-13 Revisi untuk kelas X

sedangkan untuk kelas XI menggunakan K-13 yang lama dan kelas XII mata

Pelajaran PAI mengguanakan K-13. Sedangkan mata pelajaran umum

menggunakan KTSP (2006). Pada Madrasah Aliyah Swasta di samping memiliki

keterbatasan dalam berbagai hal, semangat menerapkan K-13 terlihat dari upaya

seperti penyediaan buku untuk siswa yang dipakai menggunakan K-13 sekaligus

dengan penilaiannya. Setiap tahun sekolah mengadakan pelatihan K-13 untuk

meningkatkan profesionalitas guru, ada juga yang menerapkan K-13 pada kelas

XII untuk mata pelajaran agama. Di samping ada juga Madrasah Aliyah Swasta

yang penerapan K-13 hanya di kelas X dan XI, meskipun belum sepenuhnya

diterapkan.

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan K-13, bahwa meskipun pada

dasarnya sudah menerapkan K-13, terutama pada mata pelajaran PAI, tetapi

administrasi guru, terutama RPP belum sepenuhnya menggunakan K-13 edisi

revisi. Untuk KI dan KD tidak ada permasalahan, tetapi ditemukan kendala pada

pelaksanaan standar proses yang disebabkan oleh sarana dan prasarana penunjang

pembelajaran yang belum sepenuhnya tersedia. Selanjutnya, dapat diamati juga

bahwa kendala pelaksanaan K-13 pada system penilaian yang variasinya sangat

banyak. Terindikasi, bahwa materi kajian K-13 dinilai oleh sebagian guru masih

terlalu tinggi bagi anak-anak. Pada madrasah swasta pelaksanaan K-13 terkendala

pada ketersediaan buku sumber untuk siswa dan buku untuk guru.

Page 44: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

34

Kesulitan lain yang dirasakan oleh madrasah dalam penerapan K-13 juga

terjadi pada keterbatasan perangkat pembelajaran yang belum lengkap, sehingga

penerapan K-13 terkadang masih banyak mengadopsi bahan ajar dari berbagai

sumber. Penggunaan IT (Information Technology) dalam pembelajaran masih

minim. Hal ini disebabkan oleh dua hal yaitu keterbatasan sarana/ media, dan

kedua, berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengopersaionalkannya. Pada

madrasah swasta, terdapat kesulitan mendasar pada guru, terutama pada aplikasi

penilaian yang berbasis komputer. Terkesan ada sebgain guru yang gaptek (belum

familiar) dengan komputer. Ada harapan besar yang menyeruak di antara

penyelenggara pendidikan di madrasah, bahwa penerapan K-13 sebenarnya tidak

ada yang sulit. Mereka berpendapat hanya karena belum terbiasa dalam

penggunaan Information Technology dan masih agak bingung menerapkannya.

K-13 dicanangkan pemerintah pada tahun 2013 dan selanjutnya K-13 edisi

lama, sejak tahun pelajaran 2014-2015 disosialisasikan. Diulang sesuai dengan

revisi K-13 pada tahun pelajaran 2015-2016. Untuk tahun 2016-2017, belum ada

informasi terbaru untuk sosialisasi berikutnya. Merujuk pada kenyataan tersebut,

Nampak bahwa peran Kantor Kemenag Provinsi dan Kota dalam upaya

mensukseskan K-13 masih belum maksimal, yang ditandai bahwa pembinaan

dirasakan belum berjalan dengan baik. Kantor Kemenag Provinsi dan Kota telah

berupaya mendampingi pelaksanaan K-13 di madrasah, tetapi belum dilakukan

secara sistemik, sehingga sampai dengan saat ini, belum dapat terukur tingkat

keberhasilan pelaksanaannya. Bahkan, terhitung hanya 2 kali kantor Kemenag

kota mengundang sekolah untuk sosialisasi K-13 dan sisanya dilaksanakan di

Page 45: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

35

Kanwil, yang undangannya tidak seluruhnya diterima oleh madrasah, suatu

kondisi yang menegaskan bahwa kantor Kemenag Provinsi dan Kota, belum

optimal dalam melakukan pelatihan dan pendampingan K-13. Bahkan untuk K-13

edisi revisi, belum ada undangan sosialisasi dan pelatihan.

Pelaksanaan K-13 di madrasah kurang berjalan sebagaimana mestinya,

disebabkan banyak faktor seperti telah dijelaskan di atas. Namun demikian, ada

hal lain yang lebih penting untuk dicermati yakni dalam pelaksanaan

pembelajaran, masih menggunakan pola lama yaitu metode terpisah (separate

subject). Seharusnya semua mata pelajaran terintegrasi dengan kajian studi agama.

Namun, yang terjadi tidak demikian, setiap mata pelajaran masih berjalan sendiri-

sendiri (terpisah). Akibatnya, penerapan kurikulum terintegrasi (integrated

curriculum) belum berjalan sesuai dengan harapan. Bahkan yang lebih

mengkhawatirkan lagi, bahwa ciri khas madrasah sebagai sekolah agama akan

hilang, karena mata pelajaran disajikan guru dalam pola dan bentuk yang tidak

sesuai aturan. Hampir semua madrasah belum dapat melaksanakan K-13 dengan

sempurna, karena rata-rata terkendala pada kemampuan madrasah dalam

penyediaan kelengkapan sarana prsarana dan IT, serta belum tersedianya

kebutuhan perlengkapan lainnya. Selain itu, guru juga tidak memahami

pelaksanaan proses pembelajaran yang menjadi ruh belajar (core learning) pada

K-13. Guru tidak memahami pelaksanaan pembelajaran K-13 padahal telah

tersedia buku guru yang berfungsi memandunya dalam pelaksanaan pembelajaran

di kelas/di luar kelas. Guru sulit belajar dan memahami hal yang baru seperti itu.

Harapan kepala madrasah adalah Kemenag Kota harus berperan lebih aktif untuk

Page 46: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

36

mengarahkan guru, khususnya dalam proses pmebelajaran yang lebih baik, sesuai

ketentuan K-13. Di samping itu, penyediaan sarpras madrasah yang memenuhi

kebutuhan standar proses, juga harus terus ditingkatkan, diimbangi dengan

pelatihan, khususnya untuk K-13 revisi.

Penerapan metode pembelajaran yang berbasis ilmiah, juga menyulitkan

guru dalam implementasi pembelajaran. Guru merasa kurang dibekali dengan

cara mengajar saintifik sebagai basis pembelajaran untuk K-13. Walaupun pada

K-13 revisi, metode tersebut bukan lagi menjadi keutamaan untuk diterapkan.

Namun metode yang lain yang direkomendasikan dalam K-13, tetap merupakan

metode baru yang perlu dilatihkan secara baik kepada guru, agar penerapannya

sesuai dengan kebutuhan dan keperluan pembelajaran peserta didik.

Dalam kaitan dengan administrasi pembelajaran, madrasah belum pernah

mendapat contoh baku dan bimbingan untuk menyelenggarakan sistem akademik

pembelajaran sebagai akibat dari penerapan K-13. Jadi, setiap madrasah

melakukan upaya sendiri-sendiri, mengeksplorasi pengalaman sendiri-sendiri.

Kondisi tersebut disebabkan pemerintah belum pernah mengeluarkan edaran dan

ketentuan sistem administrasi akademik yang baku secara nasional untuk

administrasi pembelajaran. Merujuk pada keadaan tersebut, maka sulit bagi

sekolah mencapai standar kualitas lulusan, lantaran seiring dengan pelatihan dan

penyiapan guru untuk dapat melaksanakan pembalajaran yang terstandar K-13,

juga harus disiapkan sarana dan prasarananya. Bila semuanya tersedia dengan

baik, maka proses pembelajaran kemunkinan bisa berjalan dengan baik dan

kualitas lulusan juga dapat terjamin. Media pembelajaran berupa LCD, laptop dan

Page 47: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

37

lain-lain, baik di madrasah negeri maupun swasta masih sangat terbatas

jumlahnya, sesuatu yang bisa menjadi kendala pada kualitas proses pembelajaran.

Pada beberapa madrasah swasta kebutuhan mendasar seperti buku guru dan buku

siswa serta buku penujang lainnya masih sangat minim.

Upaya yang dilakukan pihak madrasah dalam mengoptimalisasi standar

proses K-13 adalah dengan mengikuti semua ketentuan yang ditetapkan oleh

pemerintah, baik Kemenag maupun leading sektor pendidikan, Kemendikbud.

Secara khusus beberapa madrasah negeri melakukan workshop standar proses K-

13. Workshop dan pelatihandengan focus utama pada standar proses K-13.

Pelatihan dan waorkshop terutama terfokus pada pendalaman dan pengayaan

materi yang berhubungan dengan Silabus, RPP dan memahami metode

pembelajaran yang akan digunakan. Supervisi terhadap kegiatan pembelajaran

dilakukan kepala madrasah sesuai kebutuhan, tanpa waktu yang terjadwal. Secara

minimalis dengan kekurangan yang dimiliki, madrasah juga berupaya

mengadakan dan menyediakan sarana dan prasarana kebutuhan pembelajaran

sesuai kemampuan keuangan madrasah, khususnya untuk madrasah swasta.

Sedangkan untuk madrasah negeri pengajuan sarpras kepada pemerintah

berlangsung lama, sehingga untuk memenuhinya dilakukan secara bertahap dan

diperlukan kreativitas kepala madrasah dan harus berpatokan pada ketentuan yang

tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

2. Opini Guru Madrasah tentang Kurikulum 13 (K-13)

Dalam jajak opini ini diambil responden masing-masing madrasah satu

orang guru. Masing-masing memberikan respon tertulis dan lisan terhadap

Page 48: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

38

masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan K-13. Masing-masing guru berasal

dari Madrasah Aliyan Negeri 1 Kota Bekasi, Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota

Bekasi, Madrasah Aliyah Swasta al-Muawwanah dan Madrasah Aliyah Swasta

Sullamul Istiqomah.

Peran kepala madrasah dalam perencanaan pembelajaran, khususnya dalam

pengembangan silabus pembelajaran berdasarkan K-13, ternyata seluruh kepala

madrasah telah berfungsi sebagai pembimbing aktif bagi guru di madarasah.

Kepala madrasah sering menginisiasi gurunya untuk mengikuti pelatihan dalam

pengembangan silabus dan pembuatan RPP. Di samping itu, secara tidak

terjadwal kepala madrasah terkadang, juga melakukan pembinaan dan

pengembangan pada masalah yang berkaitan dengan silabus dan RPP melalui

rapat rutin, baik mingguan dan bulanan maupun semesteran. Langkah dan upaya

lain yang telah dilakukan kepala madrasah dalam pembimbingan pembuatan

silabus dan RPP adalah dengan cara mengirimkan guru berdasarkan kelompok

bidang ilmu masing-masing, untuk membuat RPP K-13 dan K-13 revisi bersama-

sama teman sejawat pada kegiatan Kelompok Kerja Madrasah (KKM). Pada

Madrasah Aliyah Negeri pengembangan Silabus dan RPP telah dirancang sesuai

dengan kondisi lingkungan, kebutuhan madrasah dan peserta didik serta diarahkan

menuju madrasah berbasis internet. Momentum yang biasa digunakan kepala

madrasah dalam memotivasi guru untuk membuat perencanaan pembelajaran,

dilaksanakan pada saat rapat-rapat dinas/rapat kerja.

Peran Kepala Madrasah dalam Pelaksanaan Standar Proses meliputi

beberapa komponen standar proses dan yang perlu diperhatikan secara serius

Page 49: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

39

dalam K-13 adalah (a). Pengembangan Materi Bahan Ajar, (b). Pengembangan

Metode Pembelajaran, (c). Pengembangan Evaluasi/Penilaian, (d). Supervisi

terhadap metode pembelajaran yang digunakan, (f). keterlibatan pengawas

madrasah dan (g). memperkaya materi bahan ajar. Peran kepala madrasah dalam

pengembangan materi bahan ajar, dilakukan dengan cara menganjurkan setiap

guru dalam pembelajaran, hendaknya mengkaitkan materi bahan ajar dengan ayat-

ayat al-Quran (Ayat Kauniyah), misalnya ketika membahas mata pelajaran

Biologi tentang reproduksi dan genetika, guru dianjurkan untuk mengkaitkannya

dengan ayat al-Quran, agar setiap kajian ilmu selalu berujung pada kitab suci.

Selanjutnya, kepala madrasah juga selalu berupaya menyediakan materi bahan

ajar, buku-buku pelajaran tambahan di perpustakaan madrasah. Upaya lain yang

dilakukan oleh kepala madrasah dalam pengembangan materi bahan ajar adalah

dengan penambahan sarana buku sumber belajar, melibatkan guru dalam kegiatan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) serta melaksanakan remedial dan pengayaan

kepada siswa. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu lulusan

madrasah.

Peran kepala madrasah dalam Pengembangan Metode Pembelajaran,

direalisasikan dengan cara memberikan pengarahan agar guru dalam

mengimplemintasikan metode pembelajaran menyesuaikan dengan materi

pelajaran yang diajarkannya, misalnya ketika mempelajari sistem pernafasan,

siswa mempresentasikan di depan kelas hasil pekerjaannya dengan menambah

pemahaman mereka terhadap artikel yang didapatkan dari majalah ataupun surat

kabar. Kepala madrasah memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti

Page 50: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

40

pelatihan metodologi pembelajaran dengan menghadirkan pembicara dari

Kemenag dan Kemendikbud. Penerapan metode pembelajaran di madrasah

diarahkan oleh kepala madrasah pada penggunaan metode pembelajaran yang

menyenangkan dan mengurangi pemberian Pekerjaan Rumah (PR) kepada peserta

didik. Selain itu. kepala madrasah juga mengarahkan agar pembelajaran

ditekankan pada penggunaan metode saintifik (aktivitas penelitian-sains).

Peran kepala madrasah dalam pengembangan evaluasi

pembelajaran/penilaian pembelajaran, dilakukan dengan cara meminta guru agar

mengarahkan peserta didik dan menilainya berdasarkan tingkat kemampuannya

masing-masing. Jika seorang siswa sudah mencapai tingkat ketuntasan minimal,

harus diberikan penilaian lebih lanjut, misalnya jika peserta didik sudah melebihi

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), guru dianjurkan untuk tetap memberikan

pengayaan kepada siswa. Selain itu, setiap guru juga diminta oleh kepala

madrasah untuk tetap meningkatkan kemampuan penilaiannya dengan mengikuti

pelatihan, baik yang diselenggarakan oleh madrasah secara langsung maupun

yang dilaknakan oleh oleh Kementerian Agama. Dalam penilaian, kepala

madrasah mengarahkan kepada gurunya agar melakukan penilaian secara

obyektif, menyeluruh, adil dan melakukan analisis tindak lanjut atas hasil evaluasi

tersebut.

Peran kepala madrasah dan wakil kepala madrash dalam melakukan

supervisi terhadap metode yang digunakan guru dalam pembelajaran, selalu

terjadwal. Minimal setiap minggu dilakukan pertemuan 1 kali dengan guru, agar

proses pembelajaran tetap berpatokan pada koridor K-13. Selain itu, kepala

Page 51: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

41

madrasah juga mengadakan supervisi kelas terhadap guru mata pelajaran secara

regular, melakukan kontrol kondisi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan

memantau guru dalam penggunaan metode pembelajaran yang digunakan.

Keterlibatan pengawas madrasah dalam kegiatan supervisi pembelajaran belum

berjalan maksimal, karena masih ada beberapa madrasah yang tidak melibatkan

pengawas madrasah dalam supervisi pembelajaran. Namun, untuk pemeriksaan

perangkat pembelajaran setiap guru, kepala madrasah melibatkan pengawas dari

POKJAWAS (Kelompok Kerja Pengawas). Ada juga kepala madrasah melibatkan

POKJAWAS pada kegiatan supervisi pembelajaran dengan menghadirkan

pengawas ke madrasah untuk membina guru-guru secara langsung atau supervise

kepala madrasah pada guru lewat aktivitas yang dilakukan oleh MGMP, bahkan

tak jarang dilakukan dengan mengundang pengawas madrasah pada saat

menjelang pelaksanaan ujian semester.

Peran kepala madrasah dalam memberikan pengarahan kepada guru untuk

selalu memperbaiki dan mengembangkan metode mengajar, dilakukan dengan

memberikan arahan kepada setiap guru bidang studi agar meminta peserta didik

terbiasa dengan sikap yang Islami, aktif, dan kreatif. Pada saat rapat dengan

dewan guru yang dilakukan secara rutin setiap bulan, kepala madrasah selalu

meminta guru agar selalu memperbaiki dan mengembangkan metode mengajar.

Bahkan dalam forum breafing, meeting dan rapat dinas yang dilaksanakan setiap

minggu, minimal sekali dalam sebulan, kepala madrasah juga memberikan

pengarahan kepada guru.

Page 52: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

42

Peran kepala madrasah dalam memberikan motivasi kepada guru untuk

selalu mengembangkan sumber belajar yang digunakan, dilakukan dengan

memotivasi agar guru terus menemukan sumber bahan ajar dan mencari beberapa

buku sumber lainnya yang baru dan relevan. Motivasi penggunaan jaringan

internet sebagai media dalam kegiatan pembelajaran juga dilakukan oleh pihak

madrasah atas bimbingan kepala madrasah, namun masih dalam skala terbatas,

karena kapasitas internet yang dimiliki masih minim. Kepala madrasah

menganjurkan kepada guru agar tidak hanya tergantung kepada satu sumber bahan

ajar, selalu mengembangkan sumber belajar yang digunakan dan dalam upaya

menemukan sumber bahan ajar dan beberapa buku sumber lainnya, kepada

madrasah menyampaikannya saat rapat/pertemuan dewan guru yang dilaksanakan

setiap minggu.

Peran dalam memberikan arahan untuk memperkaya materi bahan ajar

selalu dilakukan kepala madrasah, karena kepala madrasah di wilayah Kota

Bekasi rata-rata sudah berpendidikan Strata 2 atau Magister, sehingga

kompetensinya sudah dapat diakui oleh para guru, terutama dalam hal arahan dan

koreksi dalam pembuatan RPP. Arahan kepala madrasah dilakukan pada saat rapat

koordinasi dewan guru. Biasanya kepala madrasah meminta kepada dewan guru

untuk memperkaya materi bahan ajar dengan menyarankan untuk mengambil

bahan melalui internet dan perpustakaan. Selanjutnya, madrasah juga

menyediakan CD pembelajaran dan buku sekolah elektronik. Peran dalam

memberikan arahan untuk memperkaya materi bahan ajar selalu dilakukan kepala

Page 53: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

43

madrasah kepada dewan guru, dengan tujuan agar guru dapat melakukan

pendalaman bahan ajar kepada peserta didik.

Peran dalam strategi penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh kepala

madrasah yakni dengan mengawal cara membuat soal ujian yang dibuat guru,

dalam hal ini perannya sebagai aktor yang menetapkan kriteria soal yang harus

diberikan kepada siswa, berdasarkan SK dan KD. Kepala madrasah memberi

penjelasan kepada dewan guru untuk menyusun langkah awal pembuatan soal

dengan membuat kisi-kisi soal ujian, untuk ujian tengah semester, sedangkan

untuk ujian akhir semester, soal dibuat oleh tim tingkat kantor Wilayah Provinsi

Jawa Barat. Teknisnya adalah setiap Wilayah Kota/Kabupaten mengirimkan 1

(satu) orang perwakilan guru untuk menjadi tim pembuat soal dan berkumpul

suatu tempat di Bandung untuk merumuskan soal ujian tersebut. Kepala madrasah

memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kreativitas masing-

masing, terutama membuat kisi-kisi soal dan perumusan butir-butir soal setiap

mata pelajaran.

Peran sebagai pelopor dan mengarahkan guru dalam memberikan penilaian

yang adil terhadap hasil belajar, sehingga murid tidak dirugikan, dilakukan kepala

madrasah dengan memberi arahan kepada guru untuk memberi penilaian yang

obyektif sesuai dengan kemampuan siswa. Disamping itu, kepala madrasah juga

memberi arahan agar penilaian terhadap hasil belajar siswa dapat dilakukan secara

menyeluruh dengan berpatokan kepada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

sebagai cermin dari ketercapaian kompetensi peserta didik. Kepala madrasah

Page 54: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

44

memberi arahan kepada guru untuk lebih dahulu membuat format penilaian hasil

belajar, sebelum soal dibuat.

B. Temuan Penelitian

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan standar proses adalah segala sesuatu

hal yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran.

1. Perencanaan Proses Pembelajaran

a. Silabus

Tabel 1: Tingkat Ketercapaian Dalam Membuat Silabus

Nama Sekolah Guru Membuat Silabus Ketercapaian

MAN 1 Kota Bekasi 100 % Tercapai

MAN 2 Kota Bekasi 100 % Tercapai

MA Sullamul Istiqomah 100 % Tercapai

MA Al Muawanah 100 % Tercapai

Tabel di atas menunjukkan bahwa setiap guru mata pelajaran pada

keempat sekolah tersebut seluruhnya telah mampu membuat silabus pembelajaran

untuk mata pelajaran yang diajarkannya. Data di atas, didukung oleh pernyataan

secara langsung para guru masing-masing madrasah bahwa mereka telah

merasakan peran kepala madrasah dalam pendampingan membuat rencana

pembelajaran dalam bentuk silabus dan penterjemahan silabus ke dalam RPP.

Page 55: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

45

Seluruh kepala madrasah telah berperan aktif dalam menyiapkan silabus, agar

dapat dituangkan dalam bentuk RPP. Penjelasan terhadap beberapa hal yang

dirasakan masih belum dipahami oleh dewan guru dapat diberikan penjelasannya

oleh para kepala madrasah. Hal ini disebabkan para kepala madrasah telah lebih

dahulu mendapatkan pelatihan dan sosialisasi K-13 dari Kementerian Agama RI

yang dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri Agama (KMA 165/2014)

dan diperkuat melalui SK Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa

Barat Nomor 154/2014. Di samping itu, kepala madrasah di Kota Bekasi rata-rata

sudah berpendidikan Strata 2 atau Magister, sehingga pemahaman dan daya nalar

mereka untuk memahami hal yang baru lebih mudah dan cepat. Teknik yang

sering digunakan kepala madrasah dalam upaya “memaksa” guru membuat dan

mengembangkan silabus adalah dengan menyediakan forum rapat dewan guru

yang dilakukan pada awal semester dan untuk mendorong guru dalam percepatan

penyelesaian pengembangan silabus dan RPP, sekolah juga menyediakan insentif

secara progresif. Namun demikian, secara teknis diakui oleh para kepala madrasah

bahwa menyampaikan pengetahuan baru kepada para guru merupakan sesuatu hal

yang sulit, karena berhubungan dengan kebiasaan mereka yang telah merasa

“nyaman” dengan kebiasaan yang lama. Apalagi, bila dilihat secara format,

Silabus K-13 tidak sama dengan silabus kurikulum sebelumnya, sehingga perlu

proses drill untuk memaksa guru agar melaksanakan dan memenuhi kewajibannya

dalam memahami silabus dengan model yang baru sebagai konsekuensi

perubahan kurikulum. Pelaksanaan K-13 pada tahun 2015 telah dilakukan revisi.

Dengan demikian, secara otomatis prinsip silabus dalam revisi kurikulum sedikit

Page 56: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

46

banyak memiliki perbedaan dengan K-13 non revisi. K-13 revisi ini belum

disosialisasikan oleh pemerintah, sementara penggunaannya telah diberlakukan

secara serempak pada seluruh wilayah Indonesia. Jadi, walaupun sudah 100%

rata-rata pencapaian perencanaan dalam bentuk silabus, namun yang telah tersedia

baru silabus K-13 yang belum direvisi (masih edisi lama).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Tabel 2: Tingkat Ketercapaian Dalam Membuat RPP

Nama Sekolah Guru Membuat RPP Ketercapaian

MAN 1 Kota Bekasi 100 % Tercapai

MAN 2 Kota Bekasi 100 % Tercapai

MA Sullamul Istiqomah 100 % Tercapai

MA Al Muawanah 100 % Tercapai

Tabel di atas menunjukkan bahwa setiap guru mata pelajaran pada keempat

sekolah tersebut seluruhnya telah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Kepala madrasah memainkan peran penting dalam pencapaian ini melalui

langkah-langkah strategisnya yakni dengan membuat kebijakan agar setiap guru

yang mengajar di kelas telah mempersiapkan terlebih dahulu RPP. Di samping itu,

juga telah diupayakan agar setiap guru bertanggungjawab dengan tugasnya

tersebut, setiap guru diberikan insentif untuk mendorong agar tugasnya cepat

selesai. Langkah dan upaya kepala madrasah dalam membimbing guru dalam

pembuatan silabus dan RPP dilakukan dengan mengirimkan guru berdasarkan

kelompok bidang ilmu masing-masing untuk membuat RPP bersama-sama teman

sejawat pada kegiatan Kelompok Kerja Madrasah (KKM). Khusus pada Madrasah

Page 57: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

47

Aliyah Negeri (MAN), diketahui bahwa pengembangan silabus dan RPP telah

dirancang sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan madrasah serta

diarahkan pada pembelajaran berbasis internet, sedangkan pada madrasah aliyah

swasta, kondisi semacam ini sulit ditegakkan, karena kekurangan akses untuk

mewujudkannya.

2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

a. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran

1) Rombongan Belajar, Jumlah Maksimal Peserta Didik Setiap Rombongan

Belajar untuk SMA/MA adalah 32 peserta didik.

Tabel 3: Rata-rata Jumlah siswa/rombel

Nama Sekolah

Rata-Rata

Jumlah

Siswa/Rombel

Kriteria

JumlahSiswa

Rombel

Ketercapaian

MAN 1 Kota Bekasi 40 1:32 Tidak Tercapai

MAN 2 Kota Bekasi 45 1:32 Tidak Tercapai

MA Sullamul Istiqomah 31 1:32 Tercapai

MA Al Muawanah 24 1:32 Tercapai

Berdasar tabel di atas, diketahui bahwa kedua Madrasah Aliyah Negeri

(MAN 1 dan MAN 2), dalam rasio guru dan siswa dalam jumlah rombongan

belajar, tidak tercapai, sedangkan untuk kedua Madrasah Aliyah Swasta (MAS)

berada pada ketercapaian rasio jumlah rombongan belajarnya. Faktor penyebab

ketidaktercapaian rasio guru dengan siswa pada madrasah negeri, disebabkan oleh

Page 58: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

48

banyak faktor yang bersifat politis dan non politis. Faktor politis disinyalir, karena

ada penetrasi dari pejabat daerah, baik eksekutif maupun legislatif. Faktor non

politis, disebabkan oleh pengaruh opini masyarakat tentang “negeri minded”, di

samping karena biaya sekolah di negeri lebih efisien, bahkan karena kebijakan

pemerintah daerah yang telah membebaskan para siswa dari beberapa komponen

biaya pendidikan. Kondisi tersebut berimbas pada jumlah siswa yang melebihi

daya tampung atau dapat dikatakan jumlah siswa lebih besar dari jumlah guru

yang ada. Madrasah Aliyah Negeri juga membuka kelas sore, padahal menurut

peraturan kementerian pendidikan dan kebudayaan, penyelenggaraan pendidikan

hanya diperbolehkan paralel, dari pagi hingga siang hari, suatu kondisi yang perlu

dicarikan jalan ke luarnya.

Adapun pada Madrasah Aliyah Swasta (MAS) tidak memiliki akses jumlah

yang besar, atau boleh dikatakan MAS hanya mendapatkan “sisa” dari siswa yang

tidak diterima di Madrasah Aliyah Negeri, suatu kondisi yang sebenarnya terjadi

di lapangan. Jadi, jumlah siswa yang ideal di Madrasah Aliyah Swasta tidak

disebabkan oleh sengaja menata input yang diseleksi secara ketat dengan kualitas

yang baik, tetapi lebih disebabkan oleh ketersediaan input hanya sekian adanya.

2) Beban kerja guru, beban kerja guru yang dimaksud adalah sekurang

kurangnya 24 jam tatap muka dalam satu minggu

Page 59: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

49

Tabel 4: Beban Kerja Guru

Data beban kerja guru sangat berkaitan dengan jumlah rombongan belajar

yang dimiliki madrasah. Semakin ideal jumlah rombel, akan semakin mudah bagi

manajemen madrasah untuk menata jam mengajar setiap guru. Berdasarkan data

di atas, hanya Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bekasi yang memenuhi kriteria

minimal beban kerja guru, sedangkan Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bekasi

tidak memenuhi standar, padahal jumlah siswa yang dimilikinya terhitung besar.

Hal ini disebabkan oleh pembagian rombel yang besar pada setiap kelas, sehingga

jumlah kelasnya tidak banyak. Selain itu, Madrasah Aliyah Negeri 2 juga tidak

memiliki jumlah kelas yang memadai, sehingga pembagian rombel per-kelas

menjadi besar, suatu realita yang akan berimplikasi secara langsung pada beban

kerja guru. Sementara itu, pada Madrasah Aliyah Swasta terjadi

ketidaktercapaian, dikarenakan input yang minimalis.

3) Buku teks pelajaran, rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah

1:1 per mata pelajaran.

Nama Sekolah

Rata-rata

Beban Kerja

Guru

Kriteria

Minimal Beban

Kerja Guru

Ketercapaian

MAN 1 Kota Bekasi 24,2 24 Tercapai

MAN 2 Kota Bekasi 22,1 24 Tidak Tercapai

MA Sullamul Istiqomah 7,9 24 Tidak Tercapai

MA Al Muawanah 11,76 24 Tidak Tercapai

Page 60: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

50

Tabel 5: Buku Teks Pelajaran

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa keempat Madrasah Aliyah (MA)

memenuhi kriteria rasio buku teks pelajaran. Data ini menunjukkan bahwa semua

siswa pada keempat Madrasah Aliyah telah terpenuhi standar buku siswa sesuai

dengan ketentuan belajar yang digariskan pemerintah. Kondisi ini memang telah

disiapkan oleh pemerintah, bahwa setiap peserta didik harus mendapatkan 1 buku

siswa yang digunakan untuk pembelajaran. Kebijakan ini nampak telah berjalan

dengan baik. Namun demikian, di samping buku siswa, madrasah juga harus

memiliki buku guru, sebagai panduan untuk melaksanakan pembelajaran. Bahkan

dalam proses pembelajaran kepala madrasah juga selalu mendorong guru agar

menggunakan buku pegangan guru, buku pegangan siswa dan menyediakan

Lembar Kerja Siswa (LKS). Sebagai upaya untuk memberikan motivasi kepada

guru agar selalu mengembangkan sumber belajar yang digunakan, guru diarahkan

untuk memanfaatkan fasilitas pembelajaran berbasis multi media (LCD/Laptop)

dan memaksimalkan penggunaan buku-buku di perpustakaan.

Nama Sekolah

Rasio Buku

Teks Pelajaran

Kriteria Rasio

Buku Teks

Ketercapaian

MAN 1 Kota Bekasi 1:1 1:1 Tercapai

MAN 2 Kota Bekasi 1:1 1:1 Tercapai

MA Sullamul Istiqomah 1:1 1:1 Tercapai

MA Al Muawanah 1:1 1:1 Tercapai

Page 61: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

51

4) Pengelolaan Kelas

Gambar 1: Pengelolaan Kelas

Berdasarkan grafik di atas, nampak bahwa Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota

Bekasi lebih unggul dari pada Madrasah Aliyah lainnya dengan prosentase

ketercapaian pengelolaan kelas sebesar 100%. Untuk lebih jelasnya tingkat

ketercapaian pengelolaan kelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6: Pengelolaan Kelas

Nama Sekolah Pengelolaan Kelas Kategori

MAN 1 Kota Bekasi 100 % Sangat Baik

MAN 2 Kota Bekasi 33,3 % Kurang

MA Sullamul Istiqomah 88,9 % Baik

MA Al Muawanah 83,3 % Baik

0

20

40

60

80

100

120

MAN 1 Kota Bekasi MAN 2 Kota Bekasi MA Sullamul Istiqomah

MA Al Muawanah

Pe r s en t a s e

Page 62: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

52

Permasalahan pengelolaan kelas memang menjadi hal yang serius dalam

pelaksanaan K-13. Terlihat indikasi yang jelas, bahwa dalam penerapan K-13

telah terjadi keterbatasan dalam perangkat pembelajaran yang belum lengkap,

sehingga penerapan K-13 terkadang masih banyak mengadopsi bahan ajar dari

berbagai sumber (mencari ke sana-ke mari). Penggunaan Information Technology

juga masih sangat minim, disebabkan oleh keterbatasan sarana/media dan faktor

kompetensi guru yang belum familiar dengan teknologi pembelajaran. Diakui oleh

para penyelenggara Madrasah Aliyah baik negeri maupun swasta, bahwa

pelaksnaan pembelajaran yang mereka laksanakan masih menggunakan pola lama

yakni metode terpisah (separated subject curricullum). Seharusnya semua mata

pelajaran terintegrasi dengan kajian studi agama, namun yang terjadi tidak

demikian, setiap mata pelajaran masih berjalan sendiri-sendiri, sehingga

penerapan kurikulum terintegrasi (integrated curriculullum) belum berjalan secara

baik. Lebih mengkhawatirkan lagi adalah ciri khas madrasah sebagai sekolah

agama akan hilang, karena mata pelajaran disajikan guru dalam pola dan bentuk

yang tidak sesuai aturan K-13. Hampir semua madrasah belum dapat

melaksanakan K-13 dengan sempurna, karena rata-rata terkendala pada

kemampuan madrasah dalam penyediaan kelengkapan sarana prsarana dan

Information Technology serta kebutuhan perlengkapan lainnya yang belum

tersedia. Di samping itu, juga disinyalir banyak di antara guru yang tidak

memahami pelaksanaan proses pembelajaran yang menjadi ruh belajar (core

learning) pada K-13. Guru tidak memahami pelaksanaan pembelajaran K-13,

padahal telah tersedia buku guru yang berfungsi untuk memandu dalam

Page 63: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

53

pelaksanaan pembelajaran di kelas/di luar kelas. Guru sulit belajar dan memahami

hal yang baru, terutama dalam melaksanakan pembelajaran. Memadukan antara

pembelajaran umum untuk dibawa pembahasannya ke dalam dimensi keagamaan

dirasakan berat oleh para guru. Tentu hal ini membutuhkan perhatian khusus, agar

pembelajaran berjalan secara bermakna (meaning full). Indikator dalam

pengelolaan pembelajaran K-13 meliputi (a). Tingkat penguasaan materi oleh

siswa. Materi yang diberikan kepada siswa terlalu tinggi atau sulit sehingga tidak

bisa diikuti oleh siswa, diperlukan penyesuaian agar siswa dapat mengikuti

kegiatan belajar dengan baik. (b). Fasilitas belajar yang diperlukan misalnya; alat,

media, bahan, dan tempat yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. (c).

Kondisi siswa yang kelihatan sudah lesu dan tidak bergairah dalam menerima

peiajaran, hal ini dapat mempengaruhi situasi kelas, (d). Teknik mengajar guru

dalam memberikan pengajaran kurang menggairahkan suasana kelas dan

menjemukan. Kondisi inilah yang sangat perlu diperbaiki dalam pengelolaan kelas

untuk menopang keberhasilan pelaksanaan K-13.

2). Pelaksanaan Pembelajaran

Page 64: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

54

Gambar 2: Pelaksanaan Pembelajaran

Gambar di atas, menunjukan persentase setiap Madrasah Aliyah dalam

pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti sampai

dengan kegiatan penutup. Untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Kegiatan Pendahuluan

Tabel 7: Kegiatan Pendahuluan

Nama Sekolah Kegiatan Pendahuluan Kategori

MAN 1 Kota Bekasi 100 % Sangat Baik

MAN 2 Kota Bekasi 50 % Kurang

MA Sullamul Istiqomah 100 % Sangat Baik

MA Al Muawanah 100 % Sangat Baik

0

20

40

60

80

100

120

Pendahuluan Inti Penutup

MAN 1 Kota Bekasi

MAN 2 Kota Bekasi

MA Sullamul Istiqomah

MA Al Muawanah

P

e

r

s

e

n

t

a

s

e

Page 65: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

55

Kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan oleh guru berdasarkan amanat

Kurikulum 2013 adalah:

1. Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan oleh guru pada kegiatan

pendahuluan di dalam sebuah proses pembelajaran adalah mempersiapkan

siswa baik psikis maupun fisik, agar dapat mengikuti proses pembelajaran

dengan baik.

2. Selanjutnya, guru harus mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan terkait

materi pembelajaran, baik materi yang telah siswa pelajari maupun materi-

materi yang akan mereka pelajari dalam proses pembelajaran tersebut.

3. Setelah memberikan pertanyaan-pertanyaan, guru kemudian mengajak siswa

untuk mencermati suatu permasalahan atau tugas yang akan dikerjakan,

sehingga mereka bisa belajar tentang suatu materi, kemudian langsung

dilanjutkan dengan menguraikan tentang tujuan pembelajaran atau

Kompetensi Dasar yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut.

4. Terkahir, dalam kegiatan pendahuluan guru harus memberikan outline

cakupan materi serta penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan

dilakukan oleh siswa untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang

diberikan.

Berdasarkan guide line itu, maka kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran

merupakan upaya guru untuk membawa siswa pada iklim belajar yang akan

dibentuk oleh guru. Dalam kaitan ini, guru harus memiliki strategi yang baik

untuk membuat siswa termotivasi dan memiliki minat yang baik untuk melakukan

pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan pendahuluan dari keempat Madrasah Aliyah

Page 66: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

56

tersebut, maka hanya Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bekasi yang mendapat

kategori kurang, sedangkan ketiga Madrasah Aliyah lainnya mendapat kategori

sangat baik dengan ketercapaian 100%, kegiatan pendahuluan dalam proses

pembelajaran K-13 berupa pengenalan terhadap materi bahan kajian yang

disampaikan guru. Istilah sebelumnya sering disebut appersepsi (penghantar

materi oleh guru) sebelum masuk pada kegiatan inti. Kegiatan ini biasanya berupa

penjelasan dan pemaparan kepada siswa tentang materi kajian secara garis besar

dan dalam tekniknya, bisa juga dilakukan dengan bertanya kepada siswa untuk

menjajagi kemampuan dasar siswa (entering behavior). Dalam hal pelaksanaan

kegiatan proses pembelajaran, termasuk di dalamnya kegiatan pendahuluan,

memang masih terkendala oleh berbagai hal di antaranya sistem administrasi

pembelajaran. Dalam kaitan dengan administrasi pembelajaran, madrasah belum

pernah mendapat contoh baku dan bimbingan untuk menyelenggarakan sistem

akademik pembelajaran sebagai akibat dari penerapan K-13. Jadi, setiap madrasah

melakukan upaya sendiri-sendiri dan mengeksplorasi pengalaman sendiri-sendiri.

Kondisi ini disebabkan pemerintah belum pernah mengeluarkan edaran dan

ketentuan sistem administrasi akademik yang baku secara nasional untuk

administrasi pembelajaran. Oleh karena itu, masih sangat dimungkinkan, jika

kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran ditemukan data yang masih belum

menunjukkan kinerja maksimal. Dengan demikian, dalam kegiatan pendahuluan

ini masih terdapat kendala dan kendala yang paling utama adalah persoalan

keterampilan mengajar guru. Hal ini dapat dipahami, lantaran perubahan

kurikulum pada Madrasah Aliyah terjadi terlalu cepat. Akibatnya, pada satu

Page 67: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

57

madrasah bisa menjalankan 4 (empat) kurikulum sekaligus. Kelas X (sepuluh)

menjalankan K-13 revisi, kelas XI (sebelas) menjalankan K-13 awal dan kelas XII

(dua belas) menjalankan 2 (dua) kurikulum yakni rumpun mata pelajaran umum

menggunakan KTSP dan rumpun mata pelajaran PAI menggunakan K-13 awal.

Kondisi tersebut, sungguh telah menjadikan guru semakin tidak mampu

melakukan kreativitas dalam pembalajaran termasuk pendahuluan/membuka

pelajaran.

2). Kegiatan Inti

Tabel 8: Kegiatan Inti

Dari keempat Madrasah Aliyah di atas, hanya dua Madrasah Aliyah yang

mendapat kategori sangat baik yaitu Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bekasi dan

Madrasah Aliyah Sullamul Istiqomah, sedangkan Madrasah Aliyah al-Muawanah

hanya mendapat kategori baik dan Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bekasi

mendapat kategori kurang. Kegiatan inti di dalam K-13 adalah suatu proses

pembelajaran agar tujuan yang ingin dicapai dapat diraih. Kegiatan ini seharusnya

dilakukan oleh guru dengan cara-cara yang bersifat interaktif, inspiratif,

menyenangkan dan menantang, memotivasi siswa agar aktif menjadi seorang

Nama Sekolah Kegiatan Inti Kategori

MAN 1 Kota Bekasi 100 % Sangat Baik

MAN 2 Kota Bekasi 38,6 % Kurang

MA Sullamul Istiqomah 90,9 % Sangat Baik

MA Al Muawanah 86,4 % Baik

Page 68: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

58

pencari informasi, serta dapat memberikan kesempatan yang memadai bagi

prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis siswa. K-13 merekomendasikan agar dalam

pelaksanaan interaksi pembelajaran dilakukan dengan saintific method (metode

pembelajaran saintific) dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1). melakukan

observasi, (2). Bertanya, (3). mengumpulkan informasi, (4). mengasosiasikan

informasi-informasi yang telah diperoleh dan (5). mengkomunikasikan hasilnya.

Selanjutnya, dengan penyempurnaan dan penyesuaian K-13 tahun 2015

disebutkan bahwa rekomendasi ini tidak bersifat wajib, sedangkan pada K-13

sebelum perubahan, tidak ada pilihan lain dalam metode pembelajaran, kecuali

saintific methodhology. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode

pembelajaran yang berbasis ilmiah (saintific) di Madrasah Aliyah telah

menyulitkan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran. Guru merasa

kurang dibekali dengan cara mengajar saintifik, sebagai basis pembelajaran untuk

K-13. Walaupun pada K-13 revisi metode tersebut bukan lagi menjadi hal yang

utama untuk diterapkan, namun metode yang lain yang direkomendasikan dalam

K-13 tetap merupakan metode baru yang perlu dilatihkan secara baik kepada guru

agar penerapannya sesuai dengan kebutuhan dan keperluan pembelajaran peserta

didik. Berkaca pada keadaan ini, maka sulit bagi sekolah dalam mencapai standar

kualitas lulusan, karena seharusnya, seiring pelatihan dan penyiapan guru untuk

dapat melaksanakan pembelajaran yang berstandar K-13, sarpras juga harus

dipersiapkan secara baik, sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik

dan kualitas lulusan juga dapat terjamin. Media pembelajaran berupa LCD, laptop

Page 69: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

59

dan lain-lain sifatnya masih sangat terbatas, baik di Madrasah Aliyah Negeri

maupun Swasta, suatu realitas bisa menjadi kendala terhadap kualitas proses

pembelajaran. Pada beberapa madrasah swasta kebutuhan mendasar seperti buku

guru dan buku siswa, serta buku penunjang lainnya masih sangat minim, suatu

faktor yang menjadi penyebab rendahnya pencapaian kegiatan dalam

implementasi K-13 sampai dengan tahun 2016, yang berarti tiga tahun setelah

pencanangannya.

3). Kegiatan Penutup

Tabel 9: Kegiatan Penutup

Pelaksanaan kegiatan penutup pada keempat Madrasah Aliyah tersebut,

hanya Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bekasi yang mendapat kategori kurang,

sedangkan ketiga Madrasah Aliyah lainnya mendapat kategori sangat baik dengan

ketercapaian 100%. Kegiatan menutup pembelajaran merupakan kegiatan akhir

dalam proses pembelajaran yaitu guru melakukan perangkuman atau membuat

ikhtisar dari seluruh kegiatan/proses akademik yang telah dilakukannya. Aktivitas

ini dapat juga dilakukan secara bersama-sama dengan murid dan seperti telah

Nama Sekolah Kegiatan Penutup Kategori

MAN 1 Kota Bekasi 100 % Sangat Baik

MAN 2 Kota Bekasi 30 % Kurang

MA Sullamul Istiqomah 100 % Sangat Baik

MA Al Muawanah 100 % Sangat Baik

Page 70: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

60

diuraikan di atas, bahwa pemahaman guru tentang metode pembelajaran yang

digunakan, secara rata-rata masih kurang baik, sehingga menyebabkan strategi

menutup pelajaran, belum sesuai dengan prosedur K-13. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut, maka pihak madrasah dalam mengoptimalisasi standar

proses K-13, mengikuti semua ketentuan yang ditetapkan pemerintah baik

Kemenag maupun leading sektor pendidikan, Kemendikbud. Secara khusus

beberapa madrasah negeri melakukan workshop standar proses K-13. Pelatihan

dan waorkshop terutama terfokus pada pendalaman dan pengayaan materi yang

berhubungan dengan Silabus, RPP dan memahami metode pembelajaran yang

akan digunakan. Dalam pelatihan tersebut, Madrasah Aliyah Negeri melibatkan

partisipasi Madrasah Aliyah Swasta, sehingga sosialisasi pengetahuan K-13 dapat

tersebar secara meluas dan merata.

3. Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran guna mengukur

tingkat pencapaian kompetensi peserta didik dan kemudian digunakan sebagai

bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses

pembelajaran. Pelaksanaan penilaian pada keempat Madrasah Aliyah dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 10: Pelaksanaan Penilaian

Nama Sekolah Pelaksanaan Penilaian Kategori

MAN 1 Kota Bekasi 100 % Sangat Baik

MAN 2 Kota Bekasi 100 % Sangat Baik

Page 71: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

61

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap guru pada

keempat sekolah tersebut seluruhnya melaksanakan penilaian pembelajaran, tetapi

hasilnya belum menunjukkan kinerja yang sesungguhnya dari pelaksanaan K-13,

suatau realitas yang disebabkan oleh kondisi faktual yang disampaikan secara

langsung, baik oleh kepala madrasah maupun guru pada setiap madrasah yang

dijadikan sasaran penelitian. Disebutkan bahwa proses evaluasi pembelajaran

belum menggunakan standar evaluasi K-13, penyebabnya adalah kesulitan dalam

penerapan pada proses pembelajaran. Diketahui bahwa alat evaluasi (instrumen)

dalam K-13 lebih banyak dari instrumen evaluasi KTSP dan KBK, sehingga guru

mengalami kesulitan dalam pembuatan instrumen yang sebanyak itu. Di samping

itu, pengolahan data setelah instrument itu diberikan kepada siswa, juga belum

mereka pamahami sepenuhnya. Secara pragmatis, para guru juga belum

memahami kegunaan dan manfaat setiap strategi evaluasi pembelajaran dalam

koridor K-13, sehingga kebutuhan terhadap evaluasi dalam prosedur evaluasi K-

13 secara keseluruhan belum sepenuhnya dipahami oleh guru. Jadi, perolehan

persentase di atas, masih menggambarkan citra evaluasi pembelajaran dengan

menggunakan KTSP/KBK. Informasi yang berkembang menunjukkan adanya

perubahan sistem evaluasi pembelajaran pada K-13 pada masa menteri “Kabinet

Kerja,” yang sosialisasinya juga belum dilakukan oleh pemerintah, sehingga guru

belum tahu apa perubahan sistem evaluasi yang dilakukan Kemendikbud tersebut.

MA Sullamul Istiqomah 100 % Sangat Baik

MA Al Muawanah 100 % Sangat Baik

Page 72: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

62

4. Pengawasan Proses Pembelajaran

Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah dalam

bentuk pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut. Pelaksanaan

pengawasan pada keempat Madrasah Aliyah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 11: Pelaksanaan Pengawasan

Nama Sekolah

Pelaksanaan

Pengawasan

Frekuensi

Kategori

MAN 1 Kota Bekasi Ya Sering Sangat Baik

MAN 2 Kota Bekasi Ya Sering Sangat Baik

MA Sullamul Istiqomah Ya Sering Sangat Baik

MA Al Muawanah Ya Sering Sangat Baik

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kepala madrasah pada

keempat sekolah tersebut seluruhnya melaksanakan pengawasan pembelajaran.

Kepala madrasah secara rutin mengadakan pertemuan untuk terus memantau

pelaksanaan standar proses terutama yang berkaitan dengan kegiatan

pembelajaran yaitu pengembangan materi bahan ajar, metode pembelajaran dan

evaluasi pembelajaran. Langkah ini dilakukan secara terus-menerus, terbuka dan

berkesinambungan dengan mengedepankan prinsip kebersamaan untuk

menemukan solusi terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semangat guru

dan kepala madrasah dalam pelaksanaan K-13 sangat baik, mereka menyambut

positif setiap langkah pemerintah dalam memperbaiki sistem pendidikan di

Indonesia. Namun, karena keterbatasan pemerintah dalam menyiapkan sarpras K-

Page 73: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

63

13 dan keterbatasan madrasah dalam pelaksanaan K-13, maka menjadi tantangan

tersendiri bagi masyarakat madrasah untuk mencari jalan keluar dalam

pelaksanaan K-13. Jadi, setiap pertemuan, pemantauan dan diskusi tentang

pelaksanaan K-13 di tempat masing-masing, masalahnya selalu berbasis pada

ketersediaan sarpras pembelajaran yang kurang memadai, kompetensi guru dalam

memahami prosedur pelaksanaan proses pembelajaran dan berikutnya, tentang

prosedur evaluasi pembelajaran.

Dari data di atas, dapat diambil kesimpulan dan dibuat peringkat

berdasarkan pencapaian setiap indikator standar proses sebagai berikut:

Tabel 12: Rekapitulasi Nilai

NAMA

SEKOLAH

STANDAR PROSES

TOTAL PERENCANAAN

(Bobot 25%)

PELAKSANAAN

(Bobot 25%)

PENILAIAN

(Bobot 25%)

PENGAWASAN

(Bobot 25%)

MAN 1 Bekasi 25 25 25 25 100

MAN 2 Bekasi 25 9,5 25 25 84,5

MA Sullamul

Istiqomah

25 23,7 25 25 98,7

MA Al Muawanah 25 23,1 25 25 98,1

Dari tabel di atas, nampak bahwa pencapaian standar proses di Madrasah

Aliyah di Kota Bekasi yang diambil secara terbuka, peringkat I adalah Madrasah

Aliyah Negeri 1 Bekasi, peringkat II, Madrasah Aliyah Sullamul Istiqomah,

peringkat III, Madrasah Aliyah al-Muawanah, dan peringkat IV, Madrasah Aliyah

Negeri 2 Bekasi.

Page 74: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

64

C. Pembahasan Temuan Penelitian

Dalam temuan penelitian telah diungkapkan paparan tentang pelaksanaan

standar proses pada setiap madrasah aliyah yang dijadikan sasaran penelitian ini.

Berdasarkan paparan tersebut, terungkap beberapa temuan penilitiaan yang dapat

dijadikan sebagai analisis lebih lanjut, sehingga pelaksanaan standar proses K-13

dapat berjalan sesuai ketentuan yang telah digariskan pencetus dan pengembangan

K-13. Beberapa temuan tersebut akan dibahas secara sistimatis berdasarkan kajian

standar proses yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengawasan.

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pengajaran telah berhasil menempatkan posisi pada peran

positifnya di setiap madrasah. Kondisi ini tentu merupakan upaya yang sangat

baik dari masing-masing madrasah agar mampu menunjukkan kinerja awal dalam

proses pembelajaran yaitu perumusan dan pembuatan RPP. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dibuat oleh guru melalui proses bimbingan oleh kepala

madrasah dan pengawas madrasah. Berdasarkan hasil pengamatan, ranah

perencanaan ini telah berjalan sesuai regulasi yang sebenarnya yaitu guru

berdasarkan arahan dan petunjuk kepala madrasah telah berusaha membuat dan

merumuskan RPP dengan berbagai upaya, baik secara mandiri maupun group atau

kelompok. Setiap guru telah mengupayakan agar perencanaan pembelajaran

benar-benar telah siap, sebelum pembelajaran dimulai. Secara personal mereka

telah mampu membuatnya, karena telah dilakukan pelatihan, baik oleh Kanwil

Kemenag Provinsi maupun Kantor Kementerian Agama Kota Bekasi. Secara

group/kelompok, mereka berkumpul melalui lembaga MGMP PAI (Musyawarah

Page 75: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

65

Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam) untuk merumuskan pembuatan

RPP yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Kondisi ini

menunjukkan bahwa keterampilan rata-rata guru madrasah dalam pembuatan RPP

sudah sangat memadai, meskipun terdapat persoalan pada kualitas RPP yang

telah dibuatnya. Penilaian terhadap RPP ini erat kaitannya dengan strategi dan

metode mengajar. Oleh karena itu, jika terdapat kekurangan dalam pembuatan

RPP, maka kepala sekolah memberikan arahan kepada para guru, agar membuat

RPP dengan standar yang telah ditetapkan. Artinya, RPP tidak hanya sekadar

dibuat, tetapi perlu ditingkatkan kualitasnya. RPP harus dibuat berdasarkan

Permendikbud Nomor 53 tahun 2015, bahwa setiap sekolah/madrasah dalam

membuat RPP berpedoman pada keputusan tersebut. Keputusan tersebut sudah

final. Oleh karena itu, dalam penyusunan RPP, setiap guru wajib mencantumkan

strategi pembelajaran yang Interdispliner, Intradisipliner, Multidisipliner dan

Transdisipliner. Hasil revisi K-13 ini, akan segera diberlakukan secara nasional,

setelah sempat dihentikan sementara.

Pada hakekatnya penyusunan RPP bertujuan merancang pengalaman belajar

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tidak ada alur pikir (algoritma) yang

spesifik untuk menyusun suatu RPP, karena rancangan tersebut seharusnya kaya

akan inovasi sesuai dengan spesifikasi materi ajar dan lingkungan belajar siswa

(sumber daya alam dan budaya lokal, kebutuhan masyarakat serta perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi). Pengalaman dari penilaian portofolio sertifikasi

guru ditemukan, bahwa pada umumnya RPP guru cenderung bersifat rutinitas dan

Page 76: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

66

kering akan inovasi. Secara umum, ciri-ciri Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang baik adalah sebagai berikut:

a. Memuat aktivitas proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan oleh

guru, sehingga bisa menjadi pengalaman belajar siswa.

b. Langkah-langkah pembelajaran disusun secara sistematis agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai.

c. Langkah-langkah pembelajaran disusun serinci mungkin, sehingga apabila

RPP digunakan oleh guru lain (misalnya, ketiga guru mata pelajaran tidak

hadir), mudah dipahami dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.

(https://mukhliscaniago.wordpress.com/2011/01/07/penyusunan-rpp-yang-

baik-dan-benar)

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran, secara operasional melibatkan banyak

komponen, antara lain kesiapan dan ketersediaan RPP, pengembangan materi

bahan ajar, pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran, evaluasi dan

pengawasan pembelajaran. Dalam kaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

tersebut, secara spesifik akan dibahas tentang pengembangan materi bahan ajar

dan pemilihan serta penggunaan metode pembelajaran. Hampir semua informan

mengakui Madrasah Aliyah di Kota Bekasi belum sepenuhnya mengikuti standar

proses jenjang pendidikan dasar dan menengah yang ditetapkan oleh

Permendikbud Nomor 22/2016, padahal sebelumnya, Kementerian telah

mengeluarkan edaran petunjuk pelaksanaan proses pembelajaran K-13 secara

lengkap. Namun, realitanya guru-guru madrasah belum sepenuhnya membaca dan

Page 77: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

67

memahami panduan tersebut, sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung,

mereka rata-rata tetap menggunakan pendekatan dan tata cara yang lama. Dalam

PP Nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, dinyatakan bahwa guru harus

mengembangkan materi pembelajaran sendiri, yang kemudian dipertegas dengan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 tahun 2007

tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses

pembelajaran yang mensyaratkan pendidik pada satuan pendidikan untuk

mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen

dalam RPP adalah sumber belajar. Oleh karena itu, guru diharapkan

mengembangkan bahan pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar.

Dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007 dinyatakan bahwa materi ajar

memuat fakta, konsep, prinsip, prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk

butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa bahan ajar atau materi ajar merupakan bagian dari sumber

belajar yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap atau perangkat lunak

yang mengandung pesan pembelajaran dan disajikan dengan menggunakan

peralatan tertentu.

Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Menurut pengertian

sumber belajar dari AECT dan Banks dalam Komalasari (2010:108), bahwa salah

satu komponen sumber belajar adalah bahan. Bahan merupakan perangkat lunak

(software) yang mengandung pesan-pesan belajar, yang biasa disajikan dengan

menggunakan peralatan tertentu, misalnya buku teks, modul, film, transparansi

(OHT), program kaset audio dan program video.

Page 78: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

68

Adapun dalam pemilihan metodologi pembelajaran diketahui bahwa dalam

K-13 metode yang sangat dianjurkan adalah metode belajar yang berbasis

saintifik, karena metode ini menggugah siswa berpola fikir kritis, kreatif,

penemuan dan ekaplorasif. Jadi, metode yang dianjurkan dalam K-13 adalah

metode yang mampu mengangkat motivasi belajar siswa untuk mengembangkan

nalar dan sering disebut dengan pembelajaran proses pembelajaran kebermaknaan

(meaningfull learning). Metode pembelajaran kebermaknaan ini memiliki

keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik

senang dan tertantang serta mudah pelaksanaannya, sebagaimana dapat dilihat

pada bagan dan uraian berikut ini:

Gambar 3 Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran

a. Mengamati (Observing)

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu

peserta didik, karena peserta didik yang terlibat dalam proses mengamati akan

Page 79: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

69

dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan

materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

b. Menanya (Questioning)

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan

dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuannya. Pada saat

guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya

belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika

itu pula dia mendorong anak asuhnya untuk menjadi penyimak dan pembelajar

yang baik. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, tetapi

juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan

verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri norma hukum? Bentuk

pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri norma hukum!

c. Menalar (Associating)

Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata

empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran non ilmiah

tidak selalu tidak bermanfaat. Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran

untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara :

1). Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sesuai

dengan tuntutan kurikulum.

2). Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas

utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai

contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.

Page 80: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

70

3). Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari

yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks

(persyaratan tinggi).

4). Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan

diamati.

5). Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.

6). Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan

dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.

7). Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.

8). Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan

memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.

d. Mencoba (Eksperimen/Experimenting)

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus

mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang

sesuai. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, misalnya, peserta didik

harus memahami konsep-konsep Pendidikan Agama Islam dan kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses

untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar serta mampu

menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-

masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk

mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan dan

pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:

Page 81: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

71

1). Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut

tuntutan kurikulum;

2). Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus

disediakan;

3). Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen

sebelumnya;

4). Melakukan dan mengamati percobaan;

5). Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;

6). Menarik simpulan atas hasil percobaan.

7). Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka :

1). Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan

murid.

2). Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan.

3). Perlu memperhitungkan tempat dan waktu.

4). Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid.

5). Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen.

6). Membagi kertas kerja kepada murid.

7). Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan

8). Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap

perlu didiskusikan secara klasikal.

Page 82: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

72

e. Membentuk Jejaring Pembelajaran/Pembelajaran Kolaboratif

(Networking)

Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari

sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya

merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan

memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan

disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan

bersama. Guru harus mengetahui definisi & contoh model pembelajaran

kolaboratif Kurikulum 2013, serta langkah-langkah penerapan model

pembelajaran Card Sort, Tim Siswa Kelompok Prestasi, Jigsaw, Group

Investigation, CIRC, dan Inkuiri Dasar sangat dianjurkan dalam proses

pembelajaran dalam K-13.

(http://www.salamedukasi.com/2014/06/langkah-langkah-pembelajaran-

scientific.html)

3. Penilaian (Evaluasi)

K-13 memiliki kekuatan dan kelengkapan dalam sistem evaluasi yang

digunakan. Di antara evaluasi yang diberlakukan di dalam K-13 banyak perbedaan

dengan KTSP dan KBK. Penggunaan penilaian hasil belajar (tes) dan juga

penilaian non tes (angket/kuesioner) untuk siswa telah disiapkan formatnya.

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur

pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan

untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil

Page 83: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

73

belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,

sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian

proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

Ruang lingkup penilaian K-13 meliputi domain sikap yang di dalamnya dapat

dilakukan dengan strategi observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta didik

dan Jurnal. Pengetahuan dilakukan dengan cara Tes Tulis, Tes Lisan, dan

Penugasan. Keterampilan dilakukan dengan cara Tes Praktek, Projek dan

Portofolio. Selanjutnya teknik penilaian hasil pembelajaran dalam K-13 dapat

dirangkum sebagai berikut:

Page 84: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

74

Tabel 13 : Sistem Penilaian dalam Implementasi Kurikulum 2013

NO. JENIS PENILAIAN PELAKU WAKTU

1 Penilaian otentik Guru Berkelanjutan

2 Penilaian diri Siswa

Tiap kali sebelum

ulangan harian.

3 Penilaian projek Guru

tiap akhir bab atau

tema pelajaran

4

Ulangan harian (dapat

berbentuk penugasan)

Guru

terintegrasi dengan

proses pembelajaran

5

Ulangan Tengah dan Akhir

Semester

Guru (di bawah

koordinasi

satuan

pendidikan)

Semesteran

6 Ujian Tingkat Kompetensi

Sekolah (kisi-

kisi dari

Pemerintah)

Tiap tingkat

kompetensi yang tidak

bersamaan dengan UN

7

Ujian Mutu Tingkat

Kompetensi

Pemerintah

Tiap akhir tingkat

kompetensi (yang

bukan akhir jenjang

sekolah)

Page 85: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

75

8 Ujian Sekolah

Sekolah (sesuai

dengan

peraturan)

Akhir jenjang sekolah

9

Ujian Nasional sebagai Ujian

Tingkat Kompetensi pada

akhir jenjang satuan

pendidikan.

Pemerintah

(sesuai dengan

peraturan)

Akhir jenjang sekolah

(http://www.salamedukasi.com/2014/06/sistem-penilaian-kurikulum-2013-

prinsip.html)

4. Pengawasan (Supervisi)

Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan pada empat madrasah wilayah

penelitian telah menunjukkan kinerja yang baik, setiap madrasah telah

menunjukkan karakter pengawasan yang terprogram dan terarah. Persoalan yang

dihadapi bukan pelaksanaan suprvisinya, melainkan soal materi dan teknik

supervisi yang masih sering dikeluhkan, baik oleh kepala madrasah maupun

dewan guru. Secara fungsional tugas pengawasan dilakukan sepenuhnya oleh para

pengawas madrasah, namun kepala madrasah sebagai bagian dari Tugas Pokok

dan Fungsi (TUPOKSI) yang diembannya, juga memiliki kewajiban teknis untuk

melakukan fungsi pengawasan secara langung di madrasah. Secara structural

tugas pengawasan ada di bawah kendali tugas para pengawas madrasah, tetapi

secara nyata kualifikasi pengawas madrasah tidak merata. Dengan berbagai latar

belakang keterampilan dan kompetensi yang dimiliki, maka sering terjadi

Page 86: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

76

pengawas tidak mampu memberikan solusi yang terjadi dalam proses pengelolaan

pembelajaran. Akibatnya, pengawas jarang yang mampu memberikan bimbingan

konten dan metodologi yang bersifat teknis kepada dewan guru yang sering

menghadapi permasalahan di lapangan. Untuk itu, maka pengawasan dalam

konteks K-13 meliputi ketepatan dan keajegan Surat Keputusan-Kompetensi

Dasar, Keakuratan Materi Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, dan Indikator

hasil Belajar. Menurut Burton dan Bruckner (1955 : 1), supervisi adalah suatu

teknik yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memberbaiki bersama-

sama faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak.

Lebih lanjut Kimball Wiles (1967) menyatakan bahwa konsep supervisi modern

dirumuskan sebagai “Supervision is assistance in the development of a better

teaching learning situation”. Kimball Wiles beranggapan bahwa faktor manusia

yg memiliki kecakapan (skill) sangat penting untuk menciptakan suasana belajar

mengajar yang lebih baik. Lebih luas lagi pandangan Kimball Wiles yang

menjelaskan bahwa supervisi adalah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki

situasi belajar mengajar, agar lebih baik. Situasi belajar mengajar di sekolah akan

lebih baik tergantung terhadap supervisor sebagai pemimpin. Seorang supervisor

yang baik harus memiliki lima kemampuan dasar yaitu :

a. Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan

b. Keterampilan dalam proses kelompok

c. Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan

d. Keterampilan dan mengatur personalia sekolah

e. Keterampilan dalam evaluasi (Wiles, 1955).

Page 87: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

77

Menurut Willes dan Bondi ada delapan kompetensi yang harus dimiliki

oleh supervisor, sebagai berikut :

a. Supervisi adalah pengebang manusia.

b. Supervisi adalah pengebang kurikulum.

c. Supervisi adalah Spealis pengajaran.

d. Supervisi adalah Pekerja hubungan manusia.

e. Supervisi adalah pengebang Staf.

f. Supervisi adalah Administrator.

g. Supervisi adalah Pemimpin perubahan staf.

h. Supervisi adalah penilai.

Pelaksana supervisi yang kompeten adalah mereka yang mampu

melaksanakan tugasnya dengan efektif. Di antara kemampuan supervisor yang

mutlak dikuasai adalah sebagai berikut :

a. Supervisor harus orang yang beragama, karena agama membuat supervisor

selalu ingat bahwa diatasnya masih ada yang berkuasa. Dengan demikian,

supervisor akan selalu mawas diri.

b. Supervisor harus berperikemanusiaan, ia tidak kejam dan harus bisa

merasakan perasaan orang lain serta bertindak manusiawi.

c. Supervisor harus berperasaan sosial, ia harus membantu orang, harus

menyampaikan ilmunya kepada orang lain, tidak boleh berpendirian “saya

tidak akan memberitahu seluruhnya, yang ini saya simpan untuk sendiri “,

juga harus rela bahwa suatu waktu guru banyak yang lebih pandai darinya.

Page 88: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

78

d. Supervisor harus bertindak demokratis, artinya harus terbuka, memberikan

kesempatan kepada orang lain mengemukakan pendapatnya. Supervisor

harus mendengarkan pendapat orang lain. Supervisor harus sadar bukan

hanya dia yang berhak mempunyai pendapat, tetapi orang lain juga.

Supervisor harus menerima kenyataan bahwa ada kalanya pendapatnya

tidak diikuti, tetapi sebagai supervisor ia tidak dapat melepas tanggung

jawabnya.

e. Supervisor harus memiliki kepribadian yang simpatik, artinya orang senang

bertemu dan berbicara dengannya. Pada air mukanya dan gerak-geriknya

dapat dilihat dan dirasakan bahwa ia senang didatangi.

f. Supervisor harus terampil dalam komunikasi, artinya teknik berkomunikasi

harus dikuasainya, karena komunikasi merupakan titik tolak bagi

pelaksanaan supervisi. Tidak ada komunikasi, berarti tidak ada

kemungkinan berinteraksi, tidak ada kemungkinan berinteraksi, berarti tidak

ada bawahan yang menerima secara sukarela pendapat supervisor.

g. Supervisor harus bersikap ilmiah. Ini berarti tindakan dan keputusan

haruslah berdasarkan bukti, tidak hanya emosi dan dugaan. Penerima

supervisi harus dapat mengerti mengapa supervisor mempunyai pendapat

yang berbeda, mengapa penilaian supervisor terhadap dirinya tidak seperti

yang diharapkan.

h. Supervisor harus menguasai teknik supervisi. Ada teknik individual dan

kelompok, lisan dan tulisan, langsung dan tidak langsung. Teknik yang satu

Page 89: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

79

cocok dengan teknik yang situasinya tertentu, tetapi belum tentu cocok

dengan situasi lain. Kadang-kadang situasi membutuhkan beberapa teknik.

i. Supervisor harus bekerja berdasarkan tujuan, ia tidak dapat mengadakan

supervisi yang efektif tanpa lebih dahulu mengetahuai tujuan yang akan

dicapai, baik tujuan supervisi dengan kegiatannya maupun tujuan supervisi

yang akan dilaksanakan. Dengan mengetahui tujuan yang kan dicapai,

supervisor dapat memilih teknik yang sesuai.

j. Supervisor harus dapat membuat alat evaluasi dan dalam rangka

supervisinya, ia menggunakan alat evaluasi itu, serta

k. Supervisor harus patuh pada etika jabatannya (Baharudin Harahap,1983)

Dengan demikian, supervisi merupakan kegiatan yang sangat memerlukan

keahlian dan kompetensi, agar hasil kerjanya dapat bermanfaat dalam

memperbaiki kinerja dan kualitas pendidikan. K-13 adalah inovasi kurikulum

yang memberikan perubahan pada berbagai sisi indikator pendidikan. Oleh karena

itu, profesionalitas supervisor seperti halnya profesionalitas guru harus saling

bertautan, mendukung dan saling menguatkan satu sama lain.

Page 90: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Tupoksi Kepala Madrasah yang mengambil peran sebagai EMASLIM

dalam berbagai dimensi guna membangun karakter penyelenggaraan manajemen

madrasah dalam koridor Standar Nasional Pendidikan, yang terdiri dari 8

(delapan) standar telah diupayakan sedemikian rupa dan tetap berjalan baik

dengan tetap berpatokan pada ciri khas madrasah sebagai institusi pendidikan

berbasis keagamaan Islam.

Kesulitan dalam penyelenggaraan standar proses adalah pada dimensi

kemampuan guru dan terbatasnya sarana prasarana belajar untuk mewujudkan

strategi pembelajaran yang sepenuhnya dapat berjalan sesuai ketentuan standar

proses K-13. Guru kurang mampu memahami guide line K-13, ditambah dengan

kondisi sarpras yang kurang menunjang, sehingga K-13 di Madrasah Aliyah

mengalami hambatan dalam pelaksanaannya.

Madrasah Aliyah Negeri yang diteliti berjumlah 2 unit (Madrasah Aliyah

Negeri 1 dan Madrasah Aliyah Neegeri 2), sedangkan Madrasah Aliyah Swasta

ada 2 unit (Madrasah Aliyah Swasta al-Muawwanah dan MAS Sullamul

Istiqomah). Dari keempatnya menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan standar

proses, tidak menjadi jaminan bahwa Madrasah Aliyah Negeri lebih baik dari

Madrasah Aliyah Swasta. Secara keseluruhan diketahui bahwa peringkat

pencapaian standar proses dari 4 (empat) Madrasah Aliyah adalah Peringkat I,

Page 91: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

79

Madrasah Aliyah Negeri 1 Bekasi; Peringkat II, Madrasah Aliyah Sullamul

Istiqomah; Peringkat III, Madrasah Aliyah al-Muawanah dan Peringkat IV,

Madrasah Aliyah Negeri 2 Bekasi.

B. Rekomendasi

1. Kepala Madrasah dapat memaksimalkan kemampuan guru untuk memahami

standar proses K-13 dengan cara melakukan pelatihan dan pembimbingan

melalui peran serta pengawas madrasah. Di samping itu, secara konsisten

kepala madrasah juga perlu mengadakan kegiatan mandiri berupa kajian

intensif dengan peserta para guru, agar secara bertahap memiliki

pengetahuan dan kemampuan praktik dalam penyelenggaraan pembelajaran

K-13. Buku panduan pelaksanaan pembelajaran yang telah dimiliki guru

dapat dibedah untuk selanjutnya secara mendalam, dapat memudahkan guru

menerapkan pembelajaran di kelas mereka masing-masing.

2. Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran tentu berpengaruh besar

terhadap penyelenggaraan K-13. Oleh karena itu, pengadaan secara

bertahap, baik dengan menggunakan sumberdaya internal (ortu dan

masyarakat), maupun dengan mengajukan permohonan kepada pemerintah,

harus terus diusahakan. Khusus untuk pengadaan jaringan internet sebagai

sumber belajar, dapat diupayakan dan diprioritaskan, bisa dilakukan dengan

bantuan pemerintah dan memanfaatkan peran serta swasta melalui program

CSR, sehingga ketersediaan sarpras dapat terpenuhi dan memadai. Belajar

dengan menggunakan jaringan internet (multimedia) saat ini sedang

Page 92: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

80

ngetrend di lingkungan lembaga pendidikan, guna menunjang program K-

13 dan penggunaan metode belajar scientific.

3. Pemerintah diharapkan segera melakukan penyediaan terhadap buku

panduan sistem administrasi K-13. Ketersediaan buku panduan sistem

administrasi pembelajaran yang meliputi administrasi penilaian,

administrasi siswa, administrasi jadwal mengajar dan lain-lain, sangat

ditunggu oleh madrasah. Untuk sistem administrasi penilaian, setiap guru

wajib memahami kegunaannya dan cara menggunakannya. Jadi, semua

instrumen evaluasi secara maksimal harus dapat dipahami dan dijalankan

oleh guru.

4. Pemerintah telah melakukan revisi terhadap K-13 pada tahun 2015, dan

sudah dinyatakan selesai. Tetapi yang paling penting bagi sekolah adalah

kepastian penggunaan kurikulum, sebagai ruhnya pendidikan. Sekarang ini,

setiap madrasah berkembang penggunaan 4 (empat) pendekatan kurikulum,

yaitu K-13, KTSP, Kurikulum Umum dan Kurikulum Agama. Bagi

madrasah yang terpenting adalah penyederhanaan penggunaan kurikulum,

bukan malah sebaliknya, memberlakukan banyak kurikulum. Bila

pemerintah telah menetapkan penggunaan K-13 yang telah direvisi, maka

madrasah hanya akan menggunakan satu kurikulum yang berlaku yaitu K-

13 revisi.

Page 93: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

DAFTAR PUSTAKA

D.Kast Fremon, James E, Rosenzweig, Organisasi dan Manajemen,

Jakarta: Rajawali Press, 2010.

Ahmad, Syarwani. Faktor penentu keberhasilan kepala sekolah. Jurnal

HEPI (Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia), 2013.

Asril, Zainal. Microteaching, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2015.

Budi, Prasetyo Saksono, Dalam menuju SDM Berdaya, Jakarta: Bumi

Aksara, 1984.

Burton W.H & Lee J. Bruckner. Supervision, New York: Apleton Century

Craff,Inc, 1955

Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta:

Ruhama, 1995.

Daradjat, Zakiah. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi

Aksara, 2001.

Gibson, James L., Ivancevich, John. M. & Donnely Jr.,.James H.

Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Erlangga, 1997.

Hidayat, Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1986.

Harahap, Baharuddin, Supervisi Pendidikan, Jakarta : CV. Damai Jaya,

1985

Komalasari, K., Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi,

Bandung: RefikaAditama,2010.

Page 94: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

82

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi

Aksara, 1994.

Ma’mur Asmani, Jamal, Pengenalan dan Pelaksanaan Lengkap Micra

Teaching Team Teaching, Yogyakarta: Diva Press, 2010.

Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

Bandung: Rosda Karya, 2012.

Martoyo, Susilo, Pengetahuan Dasar Managemen dan Kepemimpinan,

Yogyakarta: BPFE, 1998.

Maulana, Agus, Struktur Pengendalian Manajemen, Jakarta: Binaputra

Angkasa, 2003.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di

Sekolah, Bandung: Rosda Karya, 2002.

Mulyasa, E., Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah,

Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

M. Steers, Richard, Managing effective organizations : an introduction,

Boston: Kent Pub1985.

Robbins, Setphen P. Mary Coulter, Management and Organization, New

Jersey: Prentice Hall, 2012.

Schermerhorn Jr, John, Introduction to Management, New York: John

Wiley & Sons Ltd, 2011.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011.

Page 95: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

83

Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:

Kencana, 2013.

Sardiman, A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:

Rajawali Press, 2003.

Sahertian,Piet A,, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam

Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Uno, B. Hamzah, Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Usman, Uzer Moh., Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosda Karya,

2009.

Page 96: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

84

Lampiran 1:

Angket Penelitian:

Instrumen Kinerja Kepala Madrasah

A. Manajemen Pendidikan

1. Bagaimana penerapan Kurikulum 2013 (K-13) pada lembaga yang

Bapak/Ibu pimpin ?

2. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan K-13 tersebut?

3. Bagian manakah yang paling dirasakan sulit oleh madrasah dalam

penerapan K-13 ?

4. Bagaimana peran Kantor Kemenag Provinsi Jabar dan Kota dalam upaya

mensukseskan K-13?

5. Menurut Bapak/Ibu, apakah peran yang dilakukan oleh kantor Kemenag

(Provinsi Jabar /Kota Bekasi) sudah dilakukan secara optimal untuk

mensukseskan K-13. Berikan contoh peran yang pernah dilakukannya?

6. Bagaimana penerapakan K-13 di Madrasah agar sesuai dengan kondisi

pelaksanaan yang sebenarnya?

7. Bagaimana penyediaan sarpras pendidikan/pembelajaran agar pelaksanaan

K-13 dapat berjalan dengan baik?

8. Bagaimana upaya yang dilakukan madrasah dalam optimalisasi standar

proses dalam K-13 ?

Page 97: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

85

B. Perencanaan Pembelajaran (diberikan kepada Guru)

1. Apakah kepala madrasah membimbing guru untuk membuat perencanaan

pembelajaran seperti keterlibatan dalam pengembangan silabus dan

menjelaskan langkah-langkah pengembangan silabus?

2. Apakah kepala madrasah membimbing guru dalam pembuatan RPP yang

sesuai KI, KD dan indikatornya ?

C. Pelaksanaan Standar Proses

1. Teknik dan strategi apa yang digunakan kepala madrasah dalam

pelaksanaan dan pengembangan standar proses meliputi; pengembangan

materi bahan Ajar, pengembangan metode pembelajaran dan

pengembangan evaluasi/penilaian?

2. Jelaskan cara penanggulangan masalah dan hambatan dalam pencapaian

standar proses!

3. Apakah kepala madrasah melakukan supervisi terhadap metode yang

digunakan guru dalam pembelajaran?

4. Apakah kepala madrasah melibatkan pengawas madrasah pada kegiatan

supervisi pembelajaran ?

5. Apakah kepala madrasah senantiasa memberi arahan kepada guru untuk

selalu memperbaiki dan mengembangkan metode mengajar yang

digunakannya?

6. Apakah kepala madrasah berupaya memberi motivasi kepada guru untuk

selalu mengembangkan sumber belajar yang akan digunakan guru?

Page 98: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

86

7. Apakah kepala madrasah selalu memberi arahan untuk mengembangkan

strategi memperkaya materi bahan ajar kepada guru?

D. Memberi Penilaian Hasil Belajar

1. Apakah kepala madrasah berupaya untuk mengawal cara membuat soal

ujian yang dibuat oleh guru?

2. Apakah kepala madrasah menerapkan standar keadilan dalam penilaian

belajar sehingga murid tidak dirugikan?

Instrumen Guru:

A. Pelaksanaan Pembelajaran

1. Berapa jumlah murid Bpk/Ibu per rombel ?

2. Beban Kerja Minimal Guru: 24 JTP/minggu?

Kegiatan Pokok Ya/Tdk Bukti

a. Merencanakan pembelajaran RPP

b. Melaksanakan Pembelajaran Jadwal MP

c. Menilai hasil Pembelajaran Porto folio Daftar

Penilaian

d. Membimbing dan melatih peserta didik SK Pembimbing

e. Melaksnakan tugas tambahan SK Penugasan

3. Buku Teks yang digunakan dalam pembelajaran, brp jumlahnya? Apa

penerbitnya?

a. Buku Teks yang Digunakan Jumlah:

Penerbitnya ?

Dasar Pertimbangan

Penggunaan:

b. Rasio buku teks pelajaran dgn Rasio: Mengapa terjadi rasio

Page 99: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

87

peserta didik ……/……. seperti ini?

c. Buku lain selain buku teks,

buku panduan guru, buku

pengayaan, buku referensi dan

sumber belajar lainnya

Jumlahnya: ….

Apa saja:….

Sebutkan Dasar

penggunaannya:

d. Penggunaan buku lain yang

ada di perpustakaan

Setiap kali

mengajar ?

Brp kali dalam

sebulan?

Sebutkan dasar

penggunaannya?

4. Pengelolaan Kelas (diisi oleh Siswa)

Indikator ya/tdk Alasan dilakukan

a. Guru Mengatur Tempat duduk

b. Gaya penampilan guru; suara, tutur kata,

kesantunan, dimengerti oleh siswa

c. Guru mengajar menyesuaikan dengan

kecepatan belajar anak

d. Guru membiasakan disiplin, tertib,

kenyamanan, keslematan, dan kepatuhan

kepada peraturan dalam mengajar

e. Guru memberikan penguatan/umpan balik

f. Guru menghargai pendapat peserta didik

g. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi

h. Guru menyampaikan silabus MP pada awal

Page 100: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

88

semester

i. Guru memulai dan mengakhir proses belajar

mengajar tepat waktu

Untuk Guru (diisi siswa dan guru)

Pelaksanaan Pembelajaran-Pendahuluan

Pendahuluan ya/tdk Alasan

a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan

fisik untuk mengikuti pembelajaran

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

mengkaitkan pengetahuan sebelumnya

dengan materi yang akan dipelajari

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau

kompetensi dasar yang akan dicapai

d. Menyampaikan cakupan materi dan

penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus

Kegiatan inti:

Eksplorasi

a. Melibatkan peserta didik mencari informasi

yang luas dan dalam topic/tema materi yang

akan dipelajari dengan menerapkan prinsip

alam takamabang “jadi guru dan belajar

aneka sumber”

b. Menggunakan beragam pendekatan

Page 101: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

89

pembelajaran, media pembelajaran, dan

sumber belajar lain.

c. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar

peserta didik serta antara peserta didik

dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar

lainnya.

d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam

setiap kegiatan pembelajaran

e. Memfasilitasi peserta didik melakukan

percobaan di laboratorium, studio atau

lapangan

Elaborasi

a. Membiasakan peserta didik membaca dan

menulis yang beragam melalui tugas-tugas

tertentu yang bermakna

b. Memfasilitasi peserta didik melalui

pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk

memunculkan gagasan baru baik secara lisan

maupun tertulis.

c. Memberi kesempatan untuk berfikir,

meganalisis, menyelesaikan masalah, dan

bertindak tanpa rasa takut

d. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi

Page 102: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

90

secara sehat untuk meningkatkan prestasi

belajar

e. Memfasilitas peserta didik dalam

pembelajaran kooperatif kolaboratif, dan

saintifik

f. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan

eksplorasi yang dilakukan baiklisan maupun

tertulis, secara individual maupun kelompok

g. Memfasilitasi peserta didik untuk

menyajikan hasil kerja individual maupun

kelompok

h. Memfasilitasi peserta didik melakukan

pameran, turnamen, festival, dari produk

yang dihasilkan.

i. Memfasilitasi peserta didik melakukan

kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan

dan rasa percaya diri peserta didik

Konfirmasi

a. Memberikan umpan balik positif dan

penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,

isyarat, maupun hadiah terhadap

keberhasilan peserta didik

b. Memberikan konfirmasi terhadap hasil

Page 103: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

91

eksplorasi dan elaborasi peserta didik

melalui berbagai sumber

c. Memfasilitasi peserta didik melakukan

refleksi untuk memperoleh pengalaman

belajar yang telah dilakukan

d. Memfasilitasi peserta didik untuk

memperoleh pengalaman yang bermakna

dalam mencapai kompetensi dasar

e. Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator

dalam menjawab pertanyaan peserta didik

yang menghadapi kesulitan, dengan

menggunakan bahasa yang baku dan benar.

f. Membantu menyelesaikan masalah

g. Memberi acuan agar peserta didik dapat

melakukan pengecekan hasil eksplorasi

h. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih

jauh

i. Memberikan motivasi kepada peserta didik

yang kurang atau belum berpartisipasi aktif

Kegiatan Penutup

a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau

sendiri membuat rangkuman/simpulan

pelajaran

Page 104: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

92

b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi

terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan

secara konsisten dan terprogram

c. Memberikan umpan balik terhadap proses

dan hasil pembelajaran

d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam

bentuk pembelajaran remedy, program

pengayaan, layanan konseling dan/atau

memberikan tugas baik tugas individual

maupun kelompok sesuai dengan hasil

belajar peserta didik

e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada

pertemuan berikutnya.

Page 105: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

93

INSTRUMEN

EVALUASI DIRI MADRASAH ALIYAH

DATA

Nama MA : ____________________________________

Alamat Sekolah : ____________________________________

Kota/Provinsi : ____________________________________

Nomor Telpon Sekolah : ____________________________________

TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN

No Jabatan Jumlah

1 Kepala Sekolah

2 Jumlah Guru

3 Tenaga kependidikan

4 Penjaga Sekolah

PESERTA DIDIK

No Peserta Didik Jumlah

1 Jumlah Peserta Didik

2 Jumlah Rombongan Belajar

3 Kelas X

4 Kelas XI

5 Kelas XII

Page 106: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

94

PRASARANA PEMBELAJARAN

No Komponen Ukuran

….m

persegi

A PRASARANA

PEMBELAJARAN

1. Ruang Kelas

2. Ruang Perpustakaan

3. Laboratorium IPA

4. Laboratorium Komputer

5. Lapangan Bola Volley

6. Lapangan Sepak Bola

7. Lapangan Bola Basket

8. Lapangan Bulu Tangkis

9. Alat Seni Musik

a. …..

b. …..

c. …..

10. Alat Seni Tari

a. Tari ….

b. ………..

c. ………..

11. Alat Olahraga

Page 107: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

95

a. Bola Sepak

b. ………………

c. ……………..

B. PRASARANA

ADMINISTRASI

12. Ruang Kasek

13. Ruang Wakasek

14. Ruang Guru

15. Ruang Tata Usaha

16. Ruang Konseling

17. Ruang Tamu

C. PRASARANA

PENUNJANG

18. Ruang UKS

19. Tempat Ibadah

20. Toilet/Jamban/WC

21. Gudang

22. Tempat

Bermain/Olahraga

23. Kantin

24. Taman

Page 108: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

96

PERPUSTAKAAN & MEDIA

Keberadaan Kondisi

Tidak

Ada

Ada Jml Baik Rusak

Ringan

Rusak

Berat

1 Buku teks pelajaran (1

eksemplar/mata

pelajaran/peserta didik)

2 Buku panduan pendidik (1

eksemplar/mata

pelajaran/guru mata)

3 Buku pengayaan 840

judul/sekolah

4 Buku referensi 10

judul/sekolah

5 Sumber belajar lain 10

judul/sekolah

6 Peralatan multimedia (1

set/sekolah) seperti komputer

dan layar

7 Pemutar VCD/DVD/TV

8 Jaringan internet

Page 109: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

97

ALAT BANTU PEMBELAJARAN

No Junis Barang Keberadaan Kondisi Intensitas Penggunaan untuk

Pembelajaran

Tidak

Ada

Ada Jml Baik Rusak

Ringan

Rusak

Berat

Sering

digunakan

Kadang-

kadang

Tidak

digunakan

1 Model kerangka

manusia

2 Model tubuh

manusia

3 Globe

4 Model tata surya

5 Kaca pembesar

6 Cermin datar

7 Cermin cekung

8 Cermin cembung

9 Lensa datar

10 Lensa cekung

11 Lensa cembung

12 Magnet batang

13 Poster metamorfosis,

14 Poster hewan langka,

15 Poster hewan

dilindungi,

16 Poster tanaman khas

Indonesia,

17 Poster contoh

ekosistem

18 Poster sistem-sistem

pernapasan hewan

Page 110: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

98

No Junis Barang Keberadaan Kondisi Intensitas Penggunaan untuk

Pembelajaran

Tidak

Ada

Ada Jml Baik Rusak

Ringan

Rusak

Berat

Sering

digunakan

Kadang-

kadang

Tidak

digunakan

19 Kompas

20 Stopwatch

21 Rol meter

22 Termometer ruangan

23 Maket gunung api

24 Poster kehiduapan

manusia purba

25 Poster Keluarga

Berencana

26 Peta dunia

28 Peta tematik

persebaran penduduk

dunia

29 Peta Dunia

30 Peta Asia

31 Peta Amerika

32 Peta Australia

33 Peta Asia Tenggara

34 Peta Indonesia

35 Peta Persebaran

Gunung Api

36 Peta Sumber Daya

Alam

37 Peta Kerajaan Hindu

Budha di Indonesia

Page 111: KAJIAN KETERCAPAIAN STANDAR PROSES MADRASAH ALIYAH …

99

No Junis Barang Keberadaan Kondisi Intensitas Penggunaan untuk

Pembelajaran

Tidak

Ada

Ada Jml Baik Rusak

Ringan

Rusak

Berat

Sering

digunakan

Kadang-

kadang

Tidak

digunakan

38 Peta Persebaran

Flora dan Fauna

39 Peta Persebaran

Tanah di Indonesia

40 Peta Pembagian

Waktu

41 Peta Persebaran

Barang Tambang

Indonesia

42 Atlas Kependudukan

Indonesia

43 Atlas Sebaran Hutan

Dunia &Indonesia

44 Atlas Jaringan

Transportasi Dunia

45 Atlas Pariwisata

Indonesia

________________ 2016

Kepala Sekolah,

____________________