pengembangan masyarakat melalui program … · dr. ir. djuara p. lubis, ms nip 19600315 198503 1...

57
PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KREDIT MIKRO DALAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT SOUTH PASIFIC VISCOSE MEILISA ASRIANI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Upload: trinhquynh

Post on 02-Mar-2019

262 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KREDIT

MIKRO DALAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PT

SOUTH PASIFIC VISCOSE

MEILISA ASRIANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengembangan

Masyarakat Melalui Program Kredit Mikro dalam Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan PT South Pacific Viscose” adalah benar karya saya dengan arahan

dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Meilisa Asriani

I34090060

ABSTRAK

MEILISA ASRIANI. Pengembangan Masyarakat Melalui Program Kredit Mikro

dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT South Pacific Viscose. Di bawah

bimbingan DJUARA P. LUBIS.

Salah satu bentuk tanggung jawab sosial (TSP) yang dilakukan oleh PT South

Pasific Viscose kepada masyarakat salah satunya adalah dengan memberikan

program kredit mikro yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat yang membuka usaha kecil di sekitar perusahaan. Penelitian ini

bertujuan untuk memaparkan partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha

penerima program, dan hubungannya terhadap dampak sosial, ekonomi dan citra

perusahaan. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Desa Cicadas yang

merupakan penerima program kredit mikro. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode kuantitatif dan didukung dengan metode kualitatif

yaitu dengan menggunakan kuisioner dan panduan wawancara. Hasil dari

penelitian ini adalah partisipasi penerima program kredit mikro berada pada

katagori sedang, kemandirian penerima program kredit mikro mayoritas masih

rendah, keberlanjutan usaha penerima program kredit mikro mayoritas berada

pada katagori sedang dan rendah; umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin

tidak berhubungan dengan partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan; partisipasi

dan keberlanjutan memiliki hubungan dengan dampak ekonomi; partisipasi,

kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima program memiliki hubungan

dengan citra perusahaan.

Kata kunci: Dampak, pengembangan masyarakat, tanggung jawab sosial.

ABSTRACT

Melisa Asriani. Community development through Micro credit program as a

corporate social responsibility PT South Pacific Viscose. Referral under DJUARA

P. LUBIS

One of a social responsibility initiate by PT South Pacific Viscose to the society is

by launching a micro credit program with a goal to increase the economy of

peoples who open a small scale of business around the company. This research is

to explain the participation, independency and the sustainability of the program

receiver and it relation to the impact of a social, economy and company image.

The society of Cicadas village as the receiver of the micro credit program are the

subject for the study with a quantitative and qualitative methods through a

questioners and a guidance interview. The outcome of the study is that the credit

receivers participation are in the medium category , the independency of the credit

receivers are in low category. The sustainability of small scale business of the

micro credit receiver are in medium and low categories; age, education level and

gender are have no correlation to the participation, independency and

sustainability. Participation and sustainability have a correlation with the

economic impact; participation, independency and sustainability of a business of

the program receiver are correlated to the company image

Key words : community development, impact, social responsibility

Judul : Pengembangan Masyarakat Melalui Program Kredit Mikro dalam

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT South Pacific Viscose

Nama : Meilisa Asriani

NRP : I34090060

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS

NIP 19600315 198503 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas

Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc

NIP 19670903 199212 2 001

Tanggal Pengesahan

Judul : Pengembangan Masyarakat Melalui Program Kredit Mikro dalam

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan PT South Pacific Viscose Nama : Meilisa Asriani NRP : 134090060

Menyetujui, Dosen Pembimbing

/

Dr. Ir. 'uar . Lubis MS NIP 19600315 198503 1 002

2 4 JAN 2014 TanggalPengesaha

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Pengembangan Masyarakat Melalui Program Kredit Mikro dalam Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan PT South Pacific Viscose”

Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr.Ir. Djuara P. Lubis,

MS, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar memberikan bimbingan,

waktu, tenaga, dan pikiran dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih juga kepada Ibu Titi selaku staf perusahaan PT South Pacific

Viscose, dan ibu-ibu kader yang selalu membantu penulis dalam mencari dan

mengumpulkan data. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih

sebanyak-banyak kepada Orang tua tercinta Bapak H. M. Suhadi Ashari dan Ibu

Hj. Muchdiroh, Kakak tersayang Muhammad Said Yanwar, Meliani Sulistiawati,

Mira Darmawati, Hari Lesmana dan juga kepada keponakan Nayla, Andra dan

Nawal yang selalu memberikan cinta, semangat, motivasi, doa dan bantuannya

demi melancarkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada teman-teman

satu bimbingan skripsi, Adhi Pamungkas dan Dea Rizki dan teman-teman SKPM

46, Marwah Rahayu, Zaky, Tanti, Anjani, juga teman-teman Harmoni, Meilianti,

Mirna, Arfi, Wenny, Cindi, Mona, Dini, Isti yang telah memberikan dukungan

serta bertukar pikiran dan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

dalam penelitian ini

Akhir kata semoga skripsi ini dapat menghasilkan informasi, wawasan,

maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi banyak pihak-pihak yang

membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat

diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.

Bogor, Januari 2014

Meilisa Asriani

I34090060

DAFTAR ISI

I Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Kegunaan Penelitian 3

II Tinjauan Teoritis 5

2.1 Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP) 5

2.2 Pengembangan Masyarakat 6

2.3 Partisipasi 7

2.4 Kemandirian 8

2.5 Keberlanjutan 9

2.6 Citra Perusahaan dan Tanggung jawab

Perusahaan

9

2.7 Kerangka Berpikir 11

2.8 Hipotesis Penelitian 11

2.9 Definisi Operasional 11

III Metode Penelitian 15

3.1 Lokasi dan Waktu 15

3.2 Populasi dan Responden 15

3.3 Rancangan Penelitian 16

3.4 Teknik Pengumpulan Data 16

3.5 Pengolahan dan Analisis Data 16

IV Keadaan Umum 17

4.1 Profil Komunitas 17

4.2 Keadaan PT SPV 18

4.2.1 Profil PT SPV 18

4.2.2 Program Tanggung jawab Sosial PT

SPV

18

4.3 Sejarah Masyarakat Desa Cicadas dengan

Perusahaan

19

4.4 Karakteristik Responden 21

V Upaya Pengembangan Masyarakat melalui

Program Kredit Mikro

23

5.1 Gambaran Umum Program Kredit Mikro 23

5.2 Keragaan Responden 24

5.2.1 Dukungan Program 24

5.2.2 Kredibilitas Fasilitator 26

5.3 Performa Responden Kredit Mikro dan

Variabel yang Mempengaruhinya

27

5.3.1 Partisipasi 27

5.3.2 Kemandirian 31

5.3.3 Keberlanjutan 31

5.3.4. Hubungan Karakteristik Individu Pada

Performa Penerima Program

32

5.3.5. Hubungan Layanan Perusahaan Pada

Performa Penerima Kredit Mikro

33

5.4 Ikhtisar 34

VI Dampak Program Kredit Mikro dan Variabel

yang Mempengaruhinya

35

6.1 Dampak 35

6.1.1 Dampak Sosial 35

6.1.2 Dampak Ekonomi 36

6.1.3 Citra Perusahaan 37

6.2 Hubungan Performa Penerima Program Pada

Dampak sosial, ekonomi dan citra perusahaan

38

6.3 Ikhtisar 39

VII Simpulan dan Saran 41

7.1 Simpulan 41

7.2 Saran 42

Daftar Pustaka 43

Riwayat Hidup 47

DAFTAR TABEL

1. Jadwal penelitian tahun 2013 15

2. Jumlah dan persentasi penduduk menurut jenis mata

pencaharian dan jumlah tenaga kerja di Desa Cicadas

tahun 2012

17

3. Jumlah dan persentasi responden peserta program kredit

mikro berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan jenis

kelamin di Desa Cicadas tahun 2013

21

4. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap dukungan program di Desa Cicadas tahun 2013

24

5. Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap

pernyataan dukungan program di Desa Cicadas tahun

2013

25

6. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap kredibilitas fasilitator di Desa Cicadas tahun

2013

26

7. Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap

pernyataan kredibilitas fasilitator di Desa Cicadas tahun

2013

26

8. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap tingkat partisipasi tahap perencanaan di Desa

Cicadas tahun 2013

27

9. Persentase responden berdasarkan pernyataan penilaian

terhadap tingkat partisipasi tahap perencanaan di Desa

Cicadas tahun 2013

28

10. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap partisipasi tahap pelaksanaan di Desa Cicadas

tahun 2013

28

11. Persentase responden peserta berdasarkan penilaian

terhadap pernyataan partisipasi tahap pelaksanaan di Desa

Cicadas tahun 2013

29

12. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap partisipasi tahap evaluasi di Desa Cicadas tahun

2013

29

13. Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap

pernyataan partisipasi tahap evaluasi di Desa Cicadas

tahun 2013

30

14. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap partisipasi di Desa Cicadas tahun 2013

30

15. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap kemandirian di Desa Cicadas tahun 2013

31

16. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap keberlanjutan di Desa Cicadas tahun 2013

31

17. Nilai hubungan karakteristik individu pada performa

penerima kredit mikro di Desa Cicadas tahun 2013

32

18. Nilai hubungan layanan perusahaan pada performa

penerima program pada program kredit mikro di Desa

Cicadas tahun 2013

33

19. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap dampak sosial di Desa Cicadas tahun 2013

35

20. Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap

pernyataan dampak sosial di Desa Cicadas tahun 2013

36

21. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap dampak ekonomi di Desa Cicadas tahun 2013

36

22. Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap

pernyataan dampak ekonomi di Desa Cicadas tahun 2013

37

23. Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya

terhadap citra perusahaan di Desa Cicadas tahun 2013

38

24. Nilai hubungan performa penerima program dengan

dampak sosial, ekonomi dan citra perusahaan pada

program kredit mikro di Desa Cicadas tahun 2013

38

ix

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

The Organization for Economic Corperate and Development (OECD)

merumuskan Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP), sebagai suatu kegiatan

yang dilakukan perusahaan untuk menjamin adanya pengembalian dan memberi

perhatian bagi pemegang saham, karyawan, dan berbagai hal yang dianggap

penting pada nilai-nilai masyarakat. Menurut Ambadar yang dikutip oleh

Prabawati (2009), “tanggung jawab sosial dapat diartikan sebagai kepedulian para

manajer perusahaan, berkenaan dengan konsekuensi sosial, lingkungan dan

politik, manusia dan keuangan atas tindakan-tindakan yang mereka ambil”,

dengan kata lain, TSP merupakan suatu bentuk kegiatan sosial yang dilakukan

oleh perusahaan kepada para pekerja dan keluarganya, juga pada masyarakat lokal

dan masyarakat secara luas. Kegiatan TSP yang dilakukan baik dari aspek

ekonomi, lingkungan, maupun aspek sosial merupakan cara untuk dapat menjalin

hubungan kerjasama dengan masyarakat, karena itu TSP merupakan salah satu

penghubung antara masyarakat dan perusahaan.

TSP semula merupakan bentuk derma perusahaan yang sebagian besar

berasal dari kesadaran pribadi perusahaan untuk berbuat sesuatu kepada

masyarakat, yang kemudian kini menjadi suatu bentuk kewajiban. Committee For

Economic Development (CED) di tahun 1970-1980 membagi tanggung jawab

sosial yang terdiri dari lingkaran tanggung jawab terdalam mencakup tanggung

jawab untuk melaksanakan fungsi ekonomi, lingkaran tanggung jawab

pertengahan yaitu untuk melaksanakan fungsi ekonomi dan memiliki kesadaran

terhadap perubahan nilai-nilai dan prioritas-prioritas sosial, dan lingkaran

tanggung jawab terluar mencakup kewajiban perusahaan untuk lebih aktif dalam

meningkatkan kualitas lingkungan sosial (Salihin 2009). Tanggung jawab yang

dilaksanakan perusahaan berdasarkan fungsi-fungsi tersebut bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai aspek, yang merupakan

salah satu tujuan dari upaya pengembangan masyarakat.

Program TSP dalam konteks pengembangan masyarakat diharapkan

mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan program yang mampu dikelola

secara berkelanjutan dan dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat itu sendiri.

Masyarakat dilibatkan dalam pemberdayaan, keterbukaan, akuntabilitas,

keberlanjutan dan keterlibatan aktif dalam proses pembangunan (Ditjen PMD

Depdagri, yang dikutip oleh Hasim dan Remiswal 2009). Pengembangan

masyarakat merupakan suatu bentuk pemberdayaan masyarakat yang diusung

melalui suatu kegiatan untuk mencapai peningkatan taraf hidup, dengan

partisipasi aktif dari masyarakat dan pelibatan masyarakat sebagai subjek

pembangunan, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kemandirian dan

keberlanjtan program. (Mardikanto yang dikutip oleh Mashyuri dan Herdikiagung

[2010]).

Pelaksanaan Program TSP yang dilakukan oleh perusahaan, dapat

meningkatkan citra positif. Semakin aktif perusahaan dalam pemenuhan

kepentingan masyarakat semakin baik citra perusahaan dimata masyarakat. Citra

2

baik yang didapatkan menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan agar dapat

menghilangkan dampak negatif perusahaan dan mampu bekerja sama dengan

masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Berdasarkan Acces

Ommibus Survei yang dikutip oleh Budiman [tahun tidak diketahui], di Inggris,

sebuah survei membuktikan, bahwa 86% konsumen merasa sebuah perusahaan

memiliki citra positif apabila perusahaan itu dapat memberikan dampak positif

bagi lingkungan sekitarnya.

PT South Pacific Viscose (SPV) didirikan pada tahun 1978 di Desa

Cicadas, Purwakarta. SPV saat ini merupakan produsen serat rayon terbesar di

Asia dan terbesar kedua di dunia setelah perusahaan induk di Lenzing, Austria.

SPV beranggapan bahwa menjadi bagian dari suatu komunitas, yang berarti

menjadi partner kontrak sosial dari komunitas tersebut. Hubungan baik dan

membangun kepercayaan harus dijaga sehingga mampu menjadi modal sosial

bagi perusahaan. SPV menyadari pentingnya modal sosial untuk pengembangan

masyarakat dan bisnis yang berkelanjutan. Kegiatan ini terintegrasi dengan

kepedulian sosial ke dalam usahanya dengan tanggung jawab sosial perusahaan

pada umumnya dan pengembangan masyarakat sekitar pada khususnya. Program

TSP yang diusung oleh SPV disusun dengan hati-hati dan komprehensif, pada

bidang pendidikan, kesehatan, enterpreneurship, infrastruktur, aktivitas sosial dan

kebudayaan, dan media komunikasi (SPV [tahun tidak diketahui]).

Program TSP kredit mikro PT SPV dimulai pada tahun 2005, dengan

memberikan pinjaman modal berupa dana bergulir tanpa bunga dan tanpa jaminan

untuk membantu mengembangkan usaha kecil. Pemberian pinjaman modal

diberikan kepada pelaku usaha kecil yang tersebar di sekitar perusahaan (Tim

Warta Comdev 2012).

PT SPV sebagai perusahaan besar, memiliki dampak produksi langsung

kepada masyarakat di sekitarnya. Penerapan program TSP perusahaan dianggap

mampu meminimalisir dampak negatif dari aktifitas produksi perusahaan.

Diharapkan dengan mengaplikasikan program TSP, perusahaan mampu

meningkatkan citra positf dimata masyarakat dan mampu meningkatkan

kesejahteraan pada aspek ekonomi dan aspek sosial bagi masyarakat di sekitar

perusahaan, yaitu dengan cara meningkatkan usaha kecil dan menengah di sekitar

perusahaan dan dengan menumbuhkan kepercayaan, kerjasama dan rasa saling

menghargai antar masyarakat terutama antar penerima program.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi perumusan masalah

penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima

program kredit mikro?

2. Apakah karakteriktik individu dan layanan perusahaan berhubungan

dengan tingkat partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima

program kredit mikro?

3. Apakah partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima

program kredit mikro berhubungan dengan dampak sosial, ekonomi dan

citra perusahaan?

3

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk :

1. Mendeskripsikan partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha

penerima program kredit mikro

2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dan layanan perusahaan

terhadap tingkat partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha

penerima program kredit mikro

3. Menganalisis hubungan partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha

penerima program kredit mikro terhadap dampak sosial, ekonomi dan citra

perusahaan

1.4. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah :

(1) Civitas Akademika

Bagi Citivas akademika penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan mengenai studi permasalahan mengenai kesesuaian pelaksanaan

tanggung jawab sosial perusahaan dengan prinsip pengembangan masyarakat .

Lebih jauh penelitian ini mencoba memaparkan mengenai bagaimana program

TSP yang dilakukan perusahaan memberikan dampak pada masyarakat yang

mampu mempengaruhi citra perusahaan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat

menjadi tambahan literatur dan menjadi landasan bagi penelitian lebih lanjut

mengenai kaitan program TSP dengan upaya pengembangan masyarakat.

(2) Masyarakat

Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

masyarakat mengenai program TSP yang dilakukan oleh perusahaan sebagai

upaya pengembangan masyarakat, sehingga masyarakat mampu berpartisipasi

secara aktif dalam program pemberdayaan.

(3) Pemerintah

Bagi pemerintah penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan

dalam penentuan kebijakan yang berhubungan dengan program pengembangan

masyarakat.

4

5

II. PENDEKATAN TEORITIS

2.1. Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP)

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau TSP merupakan suatu bentuk

tanggung jawab yang dilakukan oleh perusahaan. Pada pelaksanaannya

perusahaan menjalin hubungan kerjasama dengan stakeholder sebagai perantara

program TSP kepada masyarakat. TSP yang semula merupakan suatu bentuk

derma perusahaan yang sebagian besar berasal dari kesadaran pribadi perusahaan

untuk berbuat sesuatu kepada masyarakat, kemudian kini menjadi suatu bentuk

kewajiban perusahaan untuk berperilaku secara etis dalam memberi kontribusi

bagi pembangunan ekonomi, sementara pada saat yang sama juga meningkatkan

kualitas hidup masyarakat lokal dan masyarakat secara luas (Salihin 2009)

TSP menurut Johnson and Johnson (2006) yang dikutip oleh Hadi (2011)

mendefinisikan “Corporate Social Responsibility (CSR) is about how companies

manage the business processes to produce an overall positive impact on society”

berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa TSP merupakan program

perusahaan dalam mengelola kegiatan bisnisnya untuk dapat memberikan dampak

positif pada masyarakat. Ghana (2006) yang dikutip oleh Hadi (2011)

mendefinisikan “CSR is about capacity building for sustainable likelihoods. It

respect cultural differences and finds the business opportunities in building the

skill of employees, the community and the government”. Lebih lanjut

dinyatakan,… “Corporate Social Responsibility (CSR) is about business giving

back to society” berdasarkan definisi tersebut TSP merupakan bentuk timbal balik

perusahaan terhadap masyarakat untuk dapat membangun keberlanjutan kegiatan

perusahaan yang didalamnya merupakan upaya peka perusahaan pada kearifan

lokal dalam membangun keterampilan karyawan, masyarakat dan pemerintah.

Kotler dan Lee (2006) yang dikutip oleh Salihin (2008) menyebutkan

enam katagori program TSP. Pemilihan program alternatif TSP yang akan

dilaksanakan oleh perusahaan sangat bergantung kepada tujuan pelaksanaan TSP

yang ingin dicapai perusahaan. Keenam jenis program tersebut adalah:

a. Cause Promotion : Perusahaan menyediakan dana atau sumber

daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat terhadap suatu masalah sosial atau untuk mendukung pegumpulan

dana, partisipasi masyarakat, atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu

kegiatan tertentu.

b. Cause Related Marketing : Perusahaan memiliki komitmen untuk

menyumbangkan presentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan

sosial berdasarkan kepada penjualan produk tertentu, untuk jangka waktu

tertentu. Serta aktivitas derma tententu.

c. Corporate Social Marketing : Perusahaan mengembangan dan

melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan

meningkatkan kesehatan dan keselamatan public, menjaga kelesarian

lingkungan hidup, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

d. Corporate Philanthropy : Perusahaan memberikan sumbangan

langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu.

6

e. Community Volunteering : Perusahaan mendukung serta

mendorong para karyawan, para pemegang franchise atau rekan pedangan

eceran untuk menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu

organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi

sasaran program.

f. Socially Responsible Business Practice : Perusahaan melakukan aktivitas

bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta

melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan hidup.

Berdasarkan penelitian Irwanto dan Prabowo (2008) program TSP yang

diusung oleh PT Unilever Indonesia yaitu Program Lingkungan dengan

mengadakan pelatihan dan pembinaan fasilitator yang merupakan perwakilan

warga. Program daur ulang, dengan mengajarkan pada masyarakat cara mengolah

limbah dengan baik dan berguna bagi masyarakat, agar masyarakat dapat mandiri

dan tidak memiliki ketergantungan pada perusahaan. Program pendidikan, dengan

tujuan membuat anak-anak sekolah yang dikunjungi oleh PT Unilever Indonesia

dapat lebih kreatif, semangat dalam belajar, meningkatkan sosialisasi dengan

teman-teman dan membuat anak-anak terhibur. Berdasarkan program TSP

tersebut, masyarakat menilai bahwa PT Unilever Indonesia memiliki kepedualian

terhadap lingkungan, tanggung jawab, dan kesejahteraan masyarakat sehingga

membantu citra perusahaan PT Unilever Indonesia meningkat

2.2 Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat menurut Brokensha dan Hodge (1969) yang

dikutip oleh Adi (2008), merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui partisipasi aktif, dan jika

memungkinkan, berdasarkan inisiatif dari masyarakat itu sendiri. Pengembangan

masyarakat merupakan upaya pemenuhan kebutuhan dan pengurusan kepentingan

lokal masyarakat setempat, sehingga masyarakat setempat mampu mengelola

kebutuhan dan kepentingan masyarakat itu sendiri (Hasim dan Remiswal 2009).

Pengembangan masyarakat merupakan suatu kegiatan sosial yang bekerja

dengan komunitas dan melibatkan partisipasi aktif dari komunitas lokal dalam

memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam

komunitas itu sendiri dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia

didalamnya. Pengembangan masyarakat juga merupakan strategi untuk

meningkatkan kualitas hidup (Hasim dan Remiswal 2009). Pengembangan

masyarakat merupakan suatu bentuk pemberdayaan masyarakat yang diusung

untuk mencapai peningkatan kesejahteraan, yang dilakukan dengan partisipasi

aktif dari masyarakat, sehingga masyarakat mampu menyelesaikan permasalahan

yang ada di dalam masyarakat tersebut dengan sumberdaya yang ada pada

masyarakat itu sendiri

Menurut Ife yang dikutip oleh Jiuhardi (2012), terdapat 22 prinsip

pengembangan masyarakat, beberapa prinsip mendasar,yaitu:

a. Integrated Development. Kegiatan pengembangan masyarakat harus

memperhatikan dan mempertimbangkan keterkaitan dengan aspek lainnya.

7

b. Human Right. Kegiatan pengembangan masyarakat harus mampu menjamin

pemenuhan hak bagi setiap manusia untuk hidup secara layak.

c. Sustainability. Kegiatan pengembangan masyarakat tidak hanya untuk

kepentingan sesaat, namun harus memperhatikan keberlanjutan dari program

tersebut.

d. Empowerment. Kegiatan pengembangan masyarakat memiliki arti menyediakan

sumber, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan pada masyarakat untuk

meningkatkan kapasitasnya agar dapat mempengaruhi kehidupannya.

f. Self-Reliance. Kegiatan pengembangan masyarakat sedapat mungkin

memanfaatkan beragai sumber yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri

daripada menggantungkan kepada dukungan dari luar. Adapun dukungan dari

luar haruslah hanya sebagai pendukung saja.

g. Organic Development. Perkembangan masyarakat hanya bisa ditentukan oleh

kondisi dan situasi unik masyarakat itu sendiri.

h. The Integrity of Process. Proses dalam pengembangan masyarakat tentu

melibatkan berbagai pihak, bergabagi teknik dan strategi yang kesemuanya

harus terintegrasi dan memberikan kesempatan pada masyarakat untuk belajar.

i. Cooperation. Adanya struktur yang kooperatif dalam kegiatan pengembangan

masyarakat, kerjasama dalam prosesnya akan lebih menguntungkan, karena

dapat saling melengkapi dan saling belajar.

j. Participation. Partisipasi dalam kegiatan pengembangan masyarakat didasarkan

pada kesangupan masing-masing masyarakat, dengan demikian perlu adanya

upaya-upaya yang dapat menjamin partisipasi setiap masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian Mapisangka (2009), PT BIC dapat

memberikan pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, hal

ini dapat dijelaskan karena strategi dalam implementasi TSP perusahaan

merupakan respon atas kebutuhan riil masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan

hidup masyarakat. PT BIC telah berhasil dalam mengimplementasikan program

TSP yang dilakukan secara periode dan kontinyu seperti santunan kepada fakir

miskin dan pembinaan sosial kemasyarakatan dalam rangka menjada ketertiban

masyarakat merupakan contoh program TSP yang dirasakan positif oleh

masyarakat.

2.3. Partisipasi

Menurut Cary yang dikutip oleh Hasim dan Remiswal (2009), menyatakan

bahwa partisipasi masyarakat adalah “adanya kebersamaan atau saling

memberikan sumbangan untuk kepentingan dan masalah-masalah bersama yang

tumbuh dari kepentingan dan perhatian individu warga masyarakat itu sendiri.”

Menurut Mardikanto yang dikutip oleh Mashyuri dan Herdikiagung (2010)

TSP merupakan program yang memiliki substansi utama yaitu menempatkan

masyarakat sebagai subjek pembangunan, bukan lagi hanya sekedar objek

pembangunan. Substansi masyarakat sebagai subjek pembangunan yaitu dengan

menekankan pentingnya partisipasi masyarakat, baik pada proses perumusan

program pembangunan, maupun pada tahap implementasinya. Masyarakat yang

merupakan substansi utama dalam pembangunan sebagai sosok individu memiliki

karakteristik tersendiri. Karakteristik individu menurut Mardikanto yang dikutip

8

oleh Leliani (2006), merupakan sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang yang

berhubungan dengan aspek kehidupan, yaitu: umur, jenis kelamin, posisi, jabatan,

status sosial dan agama. Menurut Lionberger yang dikutip oleh Aziz (2002),

karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi: umur,

tingkat pendidikan, dan ciri psikologisnya.

Menurut Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Rosyida (2011), tahapan

partisipasi adalah:

a. Tahap Pengambilan Keputusan; yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu

program

b. Tahap Pelaksanaan;

c. Tahap evaluasi; terdapat adanya umpan balik yang dapat memberi masukan

demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

d. Tahap menikmati hasil; semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti

proyek tersebut mengenai sasaran.

Berdasarkan penelitian Muryaningrum (2010) tahapan partisipasi

masyarakat dalam program TSP, masih terbilang rendah pada tahap Perencanaan

dan evaluasi. Sedangkan untuk tahapan pelaksanaan dan menikmati hasil,

masyarakat sudah dilibatkan dengan baik, terlihat dari tingkat apresiasi

masyarakat dalam keikutsertaan pelatihan yang diadakan dimana setiap informan

mengaku memiliki motivasi dalam mengikuti pelatihan dan peserta mengaku

setelah mengikuti pelatihan mereka mendapatkan banyak ilmu dan kemampuan

dalam mengoprasikan dan memperbaiki mesin dan spare part motor, kemudian

mereka pun mendapatkan upah atau gaji tetap sebagai pekerja kontrakan di

bengkel sepeda motor terpadu. Berdasarkan hasil penelitian Herlin (2008) pada

tahap perencanaan, dan implementasi program TSP, masyarakat tidak dilibatkan

dalam proses sosialisasi, sedangkan pada tahap evaluasi diperkenankan untuk

terlibat hanya saja tidak diwajibkan, sehingga partipasi masyarakat dalam

program TSP masih terbilang rendah. Pada aspek kemandirian, masyarakat

diberikan pelatihan pembukuan keuangan, sehingga masyarakat mampu secara

mandiri mengelola program mitra binaan, khususnya dalam penyusunan

pembukuan keuangan. Di Amerika, tahun 1999, survei Environic menyatakan

sepertiga konsumen di Amerika Serikat yang menyukai produk-produk dari

perusahaan yang memiliki visi bisnis pembangunan masyarakat yang lebih baik. Peranan TS

T Rekayasa Industri dalam upaya Pengembangan Masyaraka

2.4. Kemandirian

Menurut Yasin Setiawan, kemandirian adalah “keadaan seseorang yang

dapat menentukan diri sendiri dimana dapat dinyatakan dalam tindakan atau

perilaku seseorang yang dapat dinilai” (Bahara yang dikutip oleh Aldilasari [tahun

tidak diketahui]). Berdasarkan dari definisi tersebut, kemandirian merupakan

suatu keadaan seseorang dapat berdiri sendiri, mampu berkomitmen dan disiplin

dalam menjalankan sesuatu, sehingga dapat dinyatakan dalam tindakan dan

perilaku yang dapat dinilai

Kemandirian masyarakat menurut Widjajanti (2011), adalah keadaan yang

dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan,

memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat untuk dapat

memecahkan masalah yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki oleh

masyarakat itu sendiri. Kemandirian masyarakat dapat dicapai melalui proses

9

belajar yang baik dan bertahap sehingga masyarakat mampu memiliki

kemampuan dalam proses pengambilan keputusan secara mandiri.

Menurut Lovinger, tingkat kemandirian adalah sebagai berikut:

a. Tingkat implusif dan melindungi diri adalah bersikap cepat bertindak secara

tiba-tiba menurut gerak hati dan mencari keadaan yang mengamankan diri.

b. Tingkat konformistik.

c. Tingkat sadar diri adalah tahu dan ingat dengan keadaan diri yang sebenarnya.

d. Tingkat seksama

e. Tingkat individualistis, adalah keadaan atau sifat-sifat khusus sebagai individu

dari semua ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang membedakannya dengan

yang lain.

f. Tingkat mandiri, adalah suatu sikap mampu berdiri sendiri. (Bahara 2008)

Berdasarkan penelitian Asrianti (2010) sebagian masyarakat yang sudah

terkena dampak program sudah menuju masyarakat yang mandiri. Tetapi

masyarakat yang berada pada lapisan bawah yang belum terkena dampak program

belum menuju kemandirian masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa masyarakat yang sudah menuju kemandirian adalah

masyarakat yang terkena dampak program TSP yang diberikan perusahaan.

2.5. Keberlanjutan

Pembangunan berkelanjutan menurut Salim yang dikutip oleh Jaya (2004)

adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia untuk mencapai

kesejahteraan dengan cara mencari pemerataan pembangunan pada masa kini

maupun masa mendatang. Prinsip tanggung jawab sosial menurut Crowther David

yang dikutip oleh Hadi (2011), salah satunya adalah sustainability, berkaitan

dengan bagaimana suatu aktivitas tetap memperhitungkan keberlanjutan

sumberdaya dimasa depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan dan

memperhitungkan kemampuan di masa depan. Keberlanjutan mengarah pada

keberpihakan dan upaya bagaimana masyarakat memanfaatkan sumberdaya agar

tetap memperhatikan generasi masa datang. Armida menjelaskan, bahwa

pembangunan harus dilakukan secara bertahap, tidak bisa hanya memperhatikan

kepentingan sesaat. Dilakukan dengan keseimbangan antara periode yang satu

dengan yang lainnya dan mempertimbangkan aspek ekonomi, politik, sosial,

budaya, dan lingkungan (Orasi Ilmiah Menteri PPN [tahun tidak diketahui])

Menurut penelitian Muryaningrum (2010), Program TSP yang dijalankan

oleh PT Indocement yaitu proyek bengkel sepeda motor terpadu, sudah dikatakan

berkelanjutan. Masyarakat diberikan pelatihan yang disambut dengan apresiasi

masyarakat yang tinggi. Kegiatan pelatihan diberikan untuk dapat menunjang

keberlanjutan proyek bengkel sepeda motor terpadu yang pengelolaan dan pekerja

diserahkan ke masyarakat sekitar perusahaan.

2.6. Citra Perusahaan dan Tanggung jawab Perusahaan

Citra menurut Foster (1999) adalah “nilai yang tak teraba yang dimiliki

oleh suatu perusahaan, yang dihormati pada saat memikirkan produk maupun

servis perusahaan”. Menurut Kottler dalam Wasesa (2006) citra merupakan

perwujudan dari sekian banyak asosiasi, dan informasi yang berkaitan dengan

10

tempat tersebut. Citra suatu tempat terbentuk melalui proses berpikir seseorang

ketika mendapatkan sejumlah informasi tentang tempat tersebut. Hal-hal positif

yang dapat meningkatkan citra perusahaan menurut Anggoro (2000), diantara lain

adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-

keberhasilan dibidang keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan

industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja yang besar, kesediaan

turut memikul tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset, dan

sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa citra merupakan suatu bentuk kesan yang

muncul berdasarkan pengetahuan dan pengalaman tentang fakta-fakta atau

kenyataan dan informasi yang berasal dari eksternal stakeholder berdasakan

sejarah, riwayat hidup perusahaan, keberhasilan, dan reputasi sebagai pencipta

lapangan kerja.

Menurut Mapisangka (2009) Program TSP ditujukan untuk meningkatkan

peran perusahaan dalam komunitas sosial masyarakat, yang menjadi hal penting

karena entitas bisnis keberadaan sebuah korporat tdak dapat berdiri sendiri tanpa

adanya dukungan dan support dari masyarakat. Perusahaan mampu mendapatkan

citra baik dari masyarakat karena mampu menerapkan program TSP yang mampu

merespon kebutuhan riil masyarakat untuk pemenuhan hidup masyarakat.

Berdasarkan penelitian Maulana (2011) program TSP yang diaplikasikan oleh

perusahaan mampu membuat citra perusahaan menjadi sangat baik dimata

masyarakakat dengan indikasi terciptanya hubungan baik antara perusahaan

dengan masyarakat dengan adanya komunikasi dua arah yang terbuka.

Berdasarkan penelitian Maulana (2009) implementasi program TSP PT

REKIND berdampak pada citra perusahaan di mata masyarakat, yaitu sangat baik,

dengan indikasi terciptanya hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat

dengan adanya komunikasi dua arah yang terbuka antara masyarakat dengan PT

REKIND. Di Indonesia, data riset majalah SWA atas 45 perusahaan menunjukkan

TSP bermanfaat memelihara dan meningkatkan citra perusahaan (37.38%),

hubungan baik dengan masyarakat (16.82%), dan mendukung operasional

perusahaan (10.28%) (Sinar Harapan 2006 yang dikutip oleh Budiman [tahun

tidak diketahui])

11

2.7. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang diusung dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Berhubungan

2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dalam kajian ini

diajukan tiga hipotesis berikut:

a. Karakteristik individu berhubungan dengan partisipasi, kemandirian dan

keberlanjutan usaha penerima program.

b. Layanan perusahaan berhubungan dengan partisipasi, kemandirian dan

keberlanjutan usaha penerima program.

c. partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan program

berhubungan dengan dampak sosial, ekonomi dan citra perusahaan.

2.9. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

X.1.1 : Umur merupakan jumlah tahun usia responden yang dihitung sejak

dilahirkan sapai dilakukannya penelitian ini.

X.1.2 : Tingkat pendidikan merupakan jenjang dalam sekolah formal yang

dicapai oleh responden. Indikator dari tingkat pendidikan adalah jenjang

pendidikan formal terakhir yang diikuti oleh responden. Pengukuran

X.1.Karakteristik

Individu

X1.1 Umur

X1.2 Tingkat

pendidikan

X1..3 Jenis kelamin

Y.1 Performa penerima

kredit mikro

Y1.1. Partisipasi

Y.1.2 Kemandirian

Y.1.3 Keberlanjutan

X2 : Layanan

Perusahaan

X2.1 : Dukungan

Program

X2.2:Kredibilitas

Fasilitator

Y2. Dampak

Y2.1 Sosial

Y2.2 Ekonomi

Y2.3 Citra

Perusahaan

12

dengan skala ordinal. Pernyataan responden berkaitan dengan jenjang

pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden dikategorikan

ke dalam tiga kategori yaitu :

a. Tinggi (SMA/sederajat)

b. Sedang (SMP/sederajat)

c. Rendah (SD/tidak tamat SD)

X.1.3 : Jenis Kelamin merupakan identitas responden sebagaimana yang tercatat

dalam kartu identitas responden. Pengukurannya dengan menggunakan

data nominal yakni laki-laki dan perempuan.

X.2 : Layanan Perusahaan adalah hal-hal apa saja yang disediakan perusahaan

dalam mendukung berjalannya program, yaitu mencakup:

X.2.1.: Dukungan program merupakan sarana dan prasarana yang disediakan

oleh perusahaan untuk memfasilitasi terlaksananya program dengan

baik. Indikatornya adalah ketersediaan tempat diskusi, dan kemudahan

mengakses program. Pengukurannya adalah dengan menggunakan.

Pengukuran dengan skala ordinal.

a. Sangat baik (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Baik ( selang antara nilai tinggi sampai dengan nilai rendah),

dengan skor 2

c. Kurang baik (rataan – standar deviasi), dengan skor 1.

X.2.2: Kredibilitas fasiltator adalah kemampuan fasilitator dalam

mensosialisasikan program kepada masyarakat. Cara pengukurannya

adalah dengan mengukur kemampuan fasilitator dalam berkomunikasi

dengan masyarakat, dan cara fasilitator menyampaikan materi program.

Pengukurannya dengan skala ordinal.

a. Sangat baik (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Baik ( selang antara nilai tinggi sampai dengan nilai rendah),

dengan skor 2

c. Kurang baik (rataan – standar deviasi), dengan skor 1.

Y.1. : Performa penerima kredit mikro merupakan sikap penerima kredit mikro

dalam penyelenggaraan program, yang dapat dinilai dari

Y.1.1.: Partisipasi merupakan keikutsertaan dalam mengikuti program TSP,

Indikatornya adalah partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi, yaitu dengan mengukur keikutsertaan dalam setiap tahapan

program, kesempatan memberikan pendapat, keikutsertaan dalam

pengambilan keputusan, penggunaan dana kredit mikro yang diberikan,

kemampuan dalam pengembalian dana kredit mikro. Skala

pengukurannya dengan menggunakan skala pengukuran ordinal.

Partisipasi diukur dengan membagi menjadi tiga katagori, yaitu

a. Tinggi (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Sedang (selang antara nilai rendah sampai dengan nilai tinggi) ,

dengan skor 2

c. Rendah (rataan – standar deviasi), dengan skor 1

Y.1.2 : Kemandirian merupakan kemampuan dalam mengoptimalkan sumberdaya

yang ada dalam diri individu itu sendiri. Cara pengukurannya adalah

13

dengan mengukur kemampuan memutuskan keikutsertaan secara

mandiri, kemampuan merencanakan dan melanjutkan usaha secara

mandiri, dan kemampuan dalam mengambil keputusan. Pengukurannya

dengan menggunakan skala pengukuran ordinal. Kemandirian diukur

dengan membagi menjadi tiga katagori, yaitu

a. Tinggi (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Sedang (selang antara nilai rendah sampai dengan nilai tinggi) ,

dengan skor 2

c. Rendah (rataan – standar deviasi), dengan skor 1

Y.1.3 :.Keberlanjutan merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus,

berkesinambungan, dapat diteruskan di periode berikutnya. Cara

pengukurannya adalah dengan mengukur kemampuan memanfaatkan

sumberdaya yang mudah didapatkan, pengetahuan dalam mengakses

bahan baku produksi, kemampuan memproduksi, kemampuan menjual

hasil produksi dan kemampuan mengembangkan usaha. Pengukurannya

adalah dengan menggunakan skala pengukuran ordinal. Keberlanjutan

diukur dengan membagi menjadi tiga katagori, yaitu

a. Tinggi (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Sedang (selang antara nilai rendah sampai dengan nilai tinggi) ,

dengan skor 2

c. Rendah (rataan – standar deviasi), dengan skor 1

Y.2 : Dampak merupakan perubahan yang diterima setelah menerima program

atau kegiatan dalam upaya pengembangan masyarakat yang terdiri dari

dampak pada masyarakat yaitu dampak sosial dan ekonomi dan dampak

pada perusahaan yaitu citra perusahaan

Y.2.1: Dampak sosial adalah perubahan dalam aspek sosial yang dirasakan

setelah menerima program atau kegiatan. Cara pengukurannya adalah

dengan mengukur kemampuan menjalin komunikasi dengan sesama

penerima program, kemampuan saling menghargai sesama penerima

program, kemampuan menjalin relasi dengan sesama penerima program,

kemampuan menjalin kerjasama .Pengukuran data dengan menggunakan

skala pengukuran ordinal.

a. Sangat baik (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Baik ( selang antara nilai tinggi sampai dengan nilai rendah),

dengan skor 2

c. Kurang baik (rataan – standar deviasi), dengan skor 1.

Y.2.2 : Dampak ekonomi adalah perubahan dalam aspek ekonomi yang

dirasakan setelah menerima program TSP. Cara pengukurannya adalah

dengan mengukur kemampuan dalam mengembangkan usaha,

kemampuan meningkatkan pendapatan, kemampuan dalam pemenuhan

kebutuhan dan kemampuan untuk menabung. Pengukuran data dengan

menggunakan skala pengukuran ordinal.

a. Sangat baik (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Baik ( selang antara nilai tinggi sampai dengan nilai rendah),

dengan skor 2

14

c. Kurang baik (rataan – standar deviasi), dengan skor 1.

Y.2.3 : Citra Perusahaan adalah kesan keberadaan perusahaan, yang diukur

berdasarkan fakta-fakta dan pengetahuan menganai perusahaan tersebut.

Cara pengukurannya adalah dengan mengukur tanggapan masyarakat

mengenai kemampuan perusahaan dalam menciptakan lapangan kerja,

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat,

kemampuan perusahaan dalam mengembangkan potensi sumberdaya

yang ada, kemampuan perusahaan menjalin komunikasi. Pengukuran

dengan menggunakan skala pengukuran ordinal. Citra perusahaan diukur

dengan membagi menjadi tiga katagori, yaitu

a. Sangat baik (rataan + standar deviasi), dengan skor 3

b. Baik ( selang antara nilai tinggi sampai dengan nilai rendah),

dengan skor 2

c. Kurang baik (rataan – standar deviasi), dengan skor 1.

15

3. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Desa Cicadas, Kecamatan Babakancikao,

Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa:

a. Merupakan daerah menerima Program kredit mikro TSP SPV

b. Karena letak perusahaan yang berada di desa Cicadas, tentu saja

masyarakat Desa Cicadas mendapat dampak langsung dari kegiatan

produksi perusahaan.

Tabel 1 Jadwal penelitian tahun 2013-2014

3.2. Populasi dan Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang mengikuti

program TSP SPV berupa kredit mikro. Data tahun 2013 menunjukkan penerima

kredit mikro sebanyak 118 orang. Responden peneliti adalah masyarakat penerima

program kredit mikro sebanyak 30 orang. Pendekatan yang dilakukan yaitu

dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Peneliti menggunakan Pendekatan

kuantitatif dengan cara menyajikan kuesioner dengan menggunakan metoda

pengambilan sample secara simple random sampling. Pendekatan kualitatif

diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam kepada informan secara

No Kegiatan Mei

Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des Jan

1. Studi

lapangan

2. Pengumpulan

data

3. Analisis Data

4. Penulisan

laporan

5. Analisis

lanjutan

6. Penyusunan

draft

7.

Konsultasi

laporan

8. Ujian Skripsi

9. Perbaikan

dan

Penggandaan

skripsi

16

purposive dengan menggunakan teknik snowball (teknik bola salju). Informan

adalah orang dari pihak perusahaan yang memiliki andil dalam program TSP dan

juga masyarakat yang memiliki peran sebagai pengurus program kredit mikro dan

kader yang ditugaskan sebagai pegurus dan penghubung program antara

perusahaan dan masyarakat dalam program kredit mikro sebanyak empat orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil jawaban kuesioner yang ditanyakan

langsung pada responden melalui wawancara. Selain itu, digunakan pula

wawancara mendalam dengan informan. Data sekunder diperoleh melalui studi

yang sumbernya berasal dari berbagai dokumen pemerintah desa, data-data dari

dinas-dinas terkait, Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai

gambaran dan keadaan lokasi.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan tabulasi

silang dan uji korelasi rank spearman untuk penyimpulan hasil penelitian

menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Menurut Indriatno, dkk

yang dikutip oleh Sawisitri (2013), tabulasi silang merupakan metode analisis

kategori data yang menggunakan data nominal, ordinal, interval, serta kombinasi

diantaranya. Prosedur tabulasi silang digunakan untuk menghitung banyaknya

kasus yang mempunyai kombinasi-kombinasi nilai-nilai yang berbeda dari dua

variabel dan menghitung harga-harga statistik beserta ujinya. Selanjutnya

dilakukan uji statistik untuk melihat hubungan antar variabel. Uji statistik

dilakukan dengan menggunakan uji korelasi rank spearman untuk

menghubungkan data berdasarkan hasil kuisioner dengan skala pengukuran

ordinal-ordinal. Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data secara

kualitatif sebagai pendukung dengan mengutip hasil wawancara mendalam

dengan responden atau informan dan disampaikan secara deskriptif analitik guna

mempertajam hasil penelitian.

17

IV. KEADAAN UMUM

4.1. Profil Komunitas

Desa Cicadas merupakan salah satu desa yang berada di keluarahan

Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Desa Cicadas

memiliki batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Desa Cigelam

b. Sebelah timur : Desa Hegarmanah

c. Sebelah selatan : Desa Cikao Bandung

d. Sebelah barat : Desa Cilangkap

Desa Cicadas merupakan desa kawasan industri, terdapat perusahaan PT

South Pacific Viscose (SPV) yang merupakan industri produsen serat rayon

terbesar di Asia dan terbesar kedua di Dunia. Kondisi jalan menuju Desa Cicadas

terbilang sangat baik. Jalan menuju desa sudah aspal dengan mobilitas desa yang

tinggi. Alat transportasi menuju Desa Cicadas dapat ditempuh dengan

menggunakan kendaraan pribadi, angkot (angkutan umum) dan bus SPV. Bus

SPV dapat digunakan oleh karyawan maupun masyarakat desa tanpa dipungut

biaya, tetapi pelayanan bus ini hanya ada pada waktu-waktu tertentu saja.

Desa Cicadas memiliki luas 459.401Ha, yang mencakup wilayah

Kampung Ciasem RK 3, Nagrak RK 1, Nagrak RK 2, Ciroyom RK 5, Ciroyom

RK 4. Tipologi desa berupa desa sekitar hutan yang berbatasan dengan kabupaten

lain. Sumber daya yang terdapat di Desa Cicadas berupa komoditas pertanian,

perkebunan, perternakan dan sumber daya air. Komoditas terbesar yaitu

komoditas pertanian padi sawah.

Jumlah penduduk Desa Cicadas yaitu sebanyak 5468 jiwa yang terdiri dari

laki-laki sebanyak 2727 jiwa, perempuan sebanyak 2741 jiwa, dan total kepala

keluarga sebanyak 1523 kepala keluarga. Sarana pendidikan yang tersedia dapat

dikatakan kurang memadai, karena hanya terbatas sampai SD dan madrasah

ibtidaiyah. Untuk mengakses sarana pendidikan lebih lanjut, masyarakat Desa

Cicadas harus mengaksesnya ke luar Desa Cicadas. Penduduk Desa Cicadas

sebagian besar menempuh pendidikan sampai tamat SD/sederajat.

Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis mata pencaharian dan

jumlah tenaga kerja di Desa Cicadas tahun 2012

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 Buruh swasta 352 51.2

2 PNS 15 2.2

3 Pedagang 46 6.7

4 Penjahit 7 1.0

5 Tukang batu 8 1.2

6 Tukang kayu 9 1.3

7 Petani 215 31.3

8 Montir 5 0.7

9 Supir 12 1.8

10 TNI/Polri 5 0.7

11 Pengusaha 13 1.9

Jumlah 687 100.0%

(data profil Desa Cicadas 2012)

18

Mata pencaharian masyarakat Desa Cicadas sebagian besar merupakan

buruh swasta yang bekerja di SPV maupun pabrik yang berada di luar desa.

Penduduk Desa Cicadas juga sebagian besar membuka usaha kecil seperti menjadi

pedagang, montir, penjahit, membuka warung makan dan lain-lain. Kelembagaan

ekonomi di Desa Cicadas terdiri dari koperasi, dan unit usaha lainnya seperti

rumah makan, kios kelontong, bengkel dan industri bahan bangunan.

4.2. Keadaan PT SPV

4.2.1. Profil PT SPV

PT SPV didirikan pada tahun 1978 di Desa Cicadas, Kecamatan

Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. SPV saat ini merupakan

produsen serat rayon terbesar di Asia dan terbesar kedua di dunia setelah

perusahaan induk di Lenzing, Austria. Total kapasitas dari fiber viscose untuk

tekstil dan untuk penggunaan bahan bukan tenunan mencapai total 240 000 ton.

Kapasitas sodium sulfat berkisar 140 000 ton per tahun. SPV berusaha untuk

menjaga posisinya sebagai perusahaan terdepan pemasok fiber viscose kualitas

tinggi untuk industri tekstil dan bahan bukan tenunan. Proses Pemasarannya

didukung oleh tim layanan konsumen yang kompeten untuk mencapai kepuasan

konsumen. SPV menggunakan material mentah yang didaur ulang. Hal ini sejalan

dengan prinsip pembaruan dan penggunaan kembali bahan kimia yang telah

digunakan. Penggunaan bahan baku daur ulang ini dapat menjadi contoh teladan

dalam proses produksi fiber viscose di Asia. SPV sendiri berkomitmen untuk

menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman sehingga dapat mendukung

kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan.

SPV beranggapan bahwa menjadi bagian dari komunitas berarti harus

dapat menjalin hubungan baik dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap

perusahaan. SPV menyadari bahwa sangat penting menjaga sosial kapital dalam

keberlanjutan bisnis, oleh karena itu SPV berasumsi bahwa dengan menjalankan

program TSP yang tepat dapat menjaga keharmonisan hubungan perusahaan

dengan masyarakat. Beberapa aktifitas TSP yang dilakukan oleh SPV adalah

dalam bidang kesehatan, pendidikan, kredit mikro, entrepreneurship, sosial dan

budaya, infrastruktur, dan media komunikasi, program ini juga sebagai upaya

perusahaan dalam mendukung kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan.

4.2.2 Program Tangungjawab Sosial PT SPV

Kegiatan TSP yang dilakikan oleh SPV yaitu pada :

a. Bidang pendidikan yang terdiri atas kegiatan memberikan beasiswa untuk

siswa SMA/sederajat yang berasal dari keluarga kurang mampu dengan

jumlah penerima sebanyak 112 siswa; pemberian beasiswa untuk

mahasiswa perguruan tinggi yang lolos SMPTN sebanyak 2 mahasiswa;

bantuan untuk mendukung kegiatan PAUD (pendidikan anak usia dini);

pengadaan isi perpustakaan berupa buku dan rak untuk Sekolah Dasar

Negeri 2 Cicadas dan Madrasah Diniyah Awaliyah; bantuan untuk

kegiatan-kegiatan kenaikan kelas di Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar

dan Madrasah; dan bantuan pengadaan sarana belajar untuk Taman Kanak-

Kanak dan Madrasah Diniyah Awaliyah.

19

b. Bidang kesehatan yang terdiri atas kegiatan pelayanan kesehatan gratis

yang dilaksanakan setiap hari kamis di tiga tempat berbeda di Desa

Cicadas (RK 04, RK 05, dan kantor Desa Cicadas); pemberian makanan

tambahan bernutrisi untuk posyandu yang dilaksanakan di lima RK setiap

bulan; dan bantuan pengobatan untuk anak yang terkena flek atau

bronchitis paru.

c. Bidang sosial yang terdiri atas kegiatan pembagian beras setiap bulan

untuk orang jompo, anak yatim serta guru ngaji; pembagian beras setiap

dua bulan sekali untuk seluruh keluarga di Desa Cicadas; pemberian

bantuan sumbangan untuk kegiatan-kegiatan di Desa Cicadas dan

sekitarnya untuk memperingati hari besar agama maupun hari besar

nasional; bantuan dana santunan untuk keluarga yang meninggal dunia;

bantuan untuk kegiatan ibu-ibu PKK; dan bersama warga memberikan

bantuan bedah rumah orang jompo yang kurang mampu.

d. Bidang infrastuktur yang terdiri atas kegiatan bantuan pembuatan jalan dan

jembatan di Kampung Ciroyom; dan bantuan pembanguan masjid At-

Taqwa Kampung Pondongan.

e. Suplai air bersih yaitu dengan memasok air bersih di Kampung Ciroyom,

Kampung Sawah, dan Kampung Nagrak.

f. Bidang ekonomi yaitu dengan mengadakan program kredit mikro untuk

usaha kecil berupa pinjaman dana bergulir tanpa bunga untuk membantu

mengembangkan usaha kecil.

PT SPV memiliki bagian khusus yang bertanggung jawab menangani

program TSP. kegiatan comdev sendiri berada di bawah naungan divisi General

Affair and Community Relation (GACR) yang terdiri dari 2 orang staff pada

bagian legal affair dan 2 orang staff untuk bagian self service, dan 2 orang staff

yang menangani community relation. Pelaksanaan program TSP diawali dengan

melakukan survey terlebih dahulu. Survey dilakukan dengan cara mendatangi

masyarakat desa, menanyakan apa keluhan yang dirasakan masyarakat. Pihak

perusahaan juga menjalin bekerja sama dengan kader setempat yang dapat

dipercaya untuk mendapatkan data masyarakat secara objektif sebelum diajak

menjadi penerima program TSP.

4.3. Hubungan Masyarakat Desa Cicadas dengan Perusahaan

Keberadaan SPV memberikan dampak bagi masyarakat desa, terlebih SPV

merupakan pabrik yang banyak menggunakan bahan kimia. Awalnya masyarakat

desa merasa terganggu dengan aktivitas perusahaan yang memberikan dampak

negatif bagi masyarakat karena tercemarnya udara di sekitar Desa Cicadas. Hal

tersebut menyebabkan banyak aksi demo dan pemblokiran jalan yang dilakukan

masyarakat untuk menuntut ganti rugi dan menuntut pihak perusahaan untuk

mempekerjakan masyarakat desa sebagai karyawan. Sebelumnya pihak

perusahaan melakukan hubungan dengan masyarakat dengan cara membentuk

komite yang terdiri dari beberapa karyawan, berkordinasi dengan lurah, LPM,

kelompok desa, di masyarakat sendiri yaitu yayasan KALIMADAS.

KALIMADAS sendiri memiliki peranan sebagai penyalur bantuan berupa

sembako, atau beras setiap bulan untuk jompo dan yatim, dan santunan untuk

masyarakat yang sakit maupun meninggal dunia. Keberadaan komite tersebut

justru menyebabkan konflik internal di dalam kelompok. Timbul rasa saling tidak

20

percaya yang menyebabkan perpecahan dalam yayasan tersebut. Setelah kejadian

tersebut, dibentuklan yayasan KALIMADAS baru namun tidak efektif.

Masyarakat menganggap pihak perusahaan tidak memberikan bantuan apapun,

karena dalam proses pemberian bantuan, masyarakat tidak melihat keterlibatan

pihak SPV secara langsung.

Manajemen kemudian memutuskan untuk membuka departemen sendiri di

bawah departemen GACR (General affair and community relation). Semenjak itu

perusahaan memberikan kesempatan masyarakat desa untuk dapat bekerja di SPV,

baik sebagai karyawan tetap maupun kontraktor. Masyarakat mulai merasakan

manfaat dari keberadaan perusahaan. Masyarakat desa yang bekerja di perusahaan

mendapatkan bantuan dana pendidikan, kesehatan, dan akses fasilitas perusahaan.

Untuk masyarakat desa yang tidak mampu dan tidak bekerja di perusahaan

mendapatkan bantuan-bantuan terkait dengan program TSP yang dijalankan oleh

perusahaan, seperti pemberian sembako secara berkala, bantuan kredit mikro,

pemberian beasiswa, dan program entrepreneurship lainnya. Keberadaan SPV

dianggap mampu memenuhi kebetuhan masyarakat desa secara keseluruhan, yaitu

dengan cara memberikan bantuan dan mendukung kegiatan-kegiatan yang ada di

desa. Salah satu bentuk bantuannya adalah dalam hal infrasturtur, dan kegiatan

sosial dan kebudayaan masyarakat juga memberikan biaya kesehatan apabila

masyarakat mendapatkan dampak negatif dalam hal kesehatan yang disebabkan

oleh aktivitas perusahaan.

Bantuan-bantuan tersebut tentu saja memberikan nilai lebih pada

masyarakat, walaupun dampak negatif perusahaan masih dirasakan masyarakat,

salah satunya yaitu tercemarnya udara di desa karena aktifitas perusahaan yang

sebagian besar menggunakan bahan-bahan kimia, namun dengan adanya bantuan-

bantuan yang diberikan, masyarakat menganggap bantuan tersebut sudah dapat

menutupi efek dari dampak negatif perusahaan

Berbeda dengan perusahaan tekstil yang bertempat di sekitar Desa

Cicadas, perusahaan tersebut tidak memberikan program bantuan pada masyarakat

seperti yang diterapkan oleh SPV, masyarakat pun mengakui bahwa keberadaan

SPV jauh lebih baik karena banyak memberikan bantuan pada masyarakat, tidak

seperti perusahaan lainnya.

21

4.4. Karakteristik Responden

Tabel 3 Jumlah dan persentase responden peserta program kredit mikro

berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin di Desa

Cicadas tahun 2013

Karakteristik Individu Jumlah Persentase (%)

Umur

>50 tahun 5 16.7

33 tahun-50 tahun 19 63.3

<32 tahun 6 20.0

Tingkat Pendidikan

Tinggi

(SMA/Sederajat)

4 13.3

Sedang

(SMP/Sederajat)

7 23.3

Rendah

(SD/Sederajat)

19 63.3

Jenis Kelamin

Laki-laki 11 36.7

Perempuan 19 63.3

Berdasarkan Tabel 3, umur penerima program kredit mikro PT SPV adalah

berkisar antara 27 tahun sampai dengan 60 tahun. Mayoritas umur penerima

program kredit mikro berada dalam kisaran umur yaitu 33 tahun sampai dengan

50 tahun. Tingkat pendidikan penerima program kredit mikro PT SPV, berkisar

dari tidak tamat sekolah dasar sampai jenjang sekolah menengah atas (SMA).

Mayoritas penerima kredit mikro memiliki tingkat pendidikan yang tidak tamat

Sekolah dasar (SD) sampai dengan tingkat pendidikan tamat SD. Berdasarkan

Tabel 3 dapat diketahui bahwa penerima program kredit mikro mayoritas berjenis

kelamin perempuan.

22

23

V. PENGEMBANGAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KREDIT

MIKRO

5.1. Gambaran Umum Program Kredit Mikro

Sebagai salah satu perusahaan di Indonesia, SPV menjadi salah satu

perusahaan yang ikut serta dalam upaya mensejahterakan masyarakat di sekitar

perusahaan. Program TSP yang diusung SPV dalam hal ini program kredit mikro,

bertujuan untuk dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang membuka

usaha kecil di sekitar perusahaan. Program TSP kredit mikro SPV dimulai pada

tahun 2005, dengan konsep memberikan pinjaman modal atau dana tanpa bunga

dan jaminan untuk membantu kelangsungan usaha kecil masyarakat sekitar

perusahaan.

Pihak perusahaan awalnya tidak menyetujui program kredit mikro,

mengingat karakterisktik masyarakat desa yang suka berhutang dan sering terjadi

kredit macet. Program kredit mikro kemudian dipertimbangkan kembali dengan

alasan tidak semua masyarakat mampu tertampung untuk dipekerjakan

diperusahaan. Keterbatasan jumlah karyawan dan keterbatasan kemampuan

masyarakat, mendorong pihak perusahaan untuk menjalankan program kredit

mikro. Program kredit mikro dirasa ideal sebagai usaha menumbuhkan jiwa

entrepreneurship masyarakat di sekitar perusahaan. Pihak perusahaan melakukan

praproject1 sebagai tahap uji coba dengan sasaran program yaitu pedagang

rengginang yang usahanya sempat terhenti. Praproject1 yang dianggap berhasil

menarik minat masyarakat untuk mengajukan diri sebagai calon penerima

program kredit mikro.

Program kredit mikro hanya berlandaskan pada kepercayaan. Pihak

perusahaan lebih menekankan pada survey lapangan dengan cara bertanya pada

tetangga calon penerima program, apakah orang tersebut dapat dipercaya dalam

pengembalian dana pinjaman atau tidak. Jumlah penerima program sampai bulan

April 2013 sudah lebih dari 100 penerima. Setiap penerima yang telah melunasi

pembayaran, sebagian besar akan mengajukan diri untuk melakukan peminjaman

dana lagi pada periode selanjutnya. Adapun syarat pengajuan penerima kredit

mikro adalah sebagai berikut:

a. Merupakan warga asli Desa Cicadas.

b. Bukan merupakan karyawan PT SPV.

c. Membawa fotokopi KTP.

d. Mengisi dan menandatangani lembar kesepakatan bersama yang diisi

sendiri oleh calon penerima berupa berapa besar dana yang dipinjam dan

kemampuan calon penerima mengangsur pinjaman dana tiap bulannya.

e. Bukan merupakan usaha yang akan dijalani, namun harus usaha yang

sudah berjalan.

Survey besar atau kecilnya usaha penerima program dilakukan sebelum

pemberian dana pinjaman. Hal ini bertujuan agar dana yang dipinjamkan dapat

sesuai dengan usaha yang dijalankan penerima program. Pinjaman dana maksimal

Rp 5.000.000,00 dengan pertimbangan pinjaman dana diatas Rp 5.000.000,00

merupakan pinjaman pada usaha medium, bukan usaha kecil. Pihak perusahaan

melakukan kerjasama dengan kader dalam melakukan survey calon penerima,

pendaftaran, pengambilan dana, dan pengembalian dana. Kerjasama dengan kader

24

dilakukan dengan alasan bertambahnya jumlah calon penerima sehingga pihak

perusahaan tidak dapat menangani keseluruhan proses secara mandiri dan

bertujuan untuk mendekatkan penerima program dengan kader setempat.

Ukuran keberhasilan program kredit mikro adalah usaha kecil yang diberi

bantuan dana dapat terus berjalan. Karakteristik masyarakat yang suka berhutang

membuat usaha kecil menjadi sulit untuk diukur perkembangannya. Karena itu,

pihak perusahaan menganggap apabila usaha kecil yang diberi pinjaman dana

dapat terus berjalan, maka program kredit mikro dapat dikatakan berhasil.

5.2 Keragaan Responden

5.2.1. Dukungan Program

Dukungan program yang diukur adalah penyediaan tempat diskusi,

persyaratan yang mudah untuk dapat mengikuti program, pengembalian yang

mudah, dana yang diberikan dan waktu pemberian dana.

Tabel 4 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap

dukungan program di Desa Cicadas tahun 2013

No Dukungan Program Jumlah Presentase (%)

1 Tinggi 10 33.3

2 Sedang 9 30.0

3 Rendah 11 36.7

Jumah 30 100.0

Berdasarkan Tabel 4, sebaran presentase merata dalam setiap katagori,

disebabkan oleh perbedaan letak kampung yang berpengaruh terhadap perbedaan

perlakuan yang diberikan oleh pihak perusahaan. Pada Kampung Ciroyom RK 5,

perusahaan cenderung memberikan prioritas lebih, seperti kesesuaian dana yang

diajukan dengan dana yang diberikan, dan pemberian dana yang cepat. Perbedaan

prioritas tersebut dikarenakan lokasi Kampung Ciroyom RK 5 yang tepat

bersebelahan dengan kawasan industri perusahaan. Beberapa penerima di

kampung Nagrak RK 1, Nagrak RK 2 dan Ciasem RK 3 merasa pinjaman dana

yang diberikan masih terbilang kurang, dan waktu dana pemberian dana masih

dirasa lama, karena anggota harus menunggu anggota lain melunasi pinjaman

dananya.

25

Tabel 5 Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap pernyataan

dukungan program di Desa Cicadas tahun 2013

Keterangan: SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan Tabel 5, dukungan program pada aspek penyediaan tempat

diskusi dan kemudahan mengakses program sudah terbilang baik. Penerima

program menilai waktu pemberian dana dirasa lama, karena penerima program

harus menuggu penerima program yang lain menyelesaikan angsurannya. “tidak ada yang sulit di pendaftarannya neng. Lagi pula tidak ada

bungannya juga. Jadi masyarakat lebih tertarik. Kalau PNPM itu

ada bunganya. Di sini juga kalo telat satu atau dua bulan tidak ada

dendanya” –Ibu Sukaesih

“kalau untuk pencairan dana sih, ya harus nunggu penerima yang

lain lunas dulu angsurannya, baru bisa dikasih dananya” –Bapak

Kusro

No Pernyataan SS (%) S (%) TS (%) STS (%)

1 Penyediaan

tempat

diskusi yang

mudah

dijangkau

43.3 43.3 13.3 0.0

2 Penyediaan

tempat

diskusi yang

nyaman

26.7 70.0 3.3 0.0

3 Persyaratan

pengajuan

yang mudah

dipenuhi

80.0 16.7 3.3 0.0

4 Kemudahan

dalam

pengembalian

pinjaman

76.7 23.3 0.0 0.0

5 Pemberian

dana yang

sesuai dengan

yang

diajukan

36.7 46.7 16.7 0.0

6 Waktu

pemberian

dana yang

cepat

16.7 26.7 56.7 0.0

26

5.2.2 Kredibilitas Fasilitator

Fasilitator dituntut untuk mampu menjalin hubungan baik dengan

masyarakat, agar dapat mensosialisasikan program dengan baik dan mampu

memberikan kesan baik perusahaan pada masyarakat.

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap

kredibilitas fasilitator di Desa Cicadas tahun 2013

No Kredibilitas Fasilitator Jumlah Persentase (%)

1 Tinggi 7 23.3

2 Sedang 14 46.7

3 Rendah 9 30.0

Jumlah 30 100.0

Berdasarkan Tabel 6, mayoritas responden mengkatagorikan kredibilitas

fasilitator ke dalam katagori sedang. Pada awal dilaksanakannya program kredit

mikro, fasilitator secara langsung mendatangi warga yang ingin menjadi anggota.

Fasilitator kemudian menjelaskan persyaratan apa saja yang harus dipenuhi untuk

menjadi anggota. Masyarakat menilai, kemampuan berkomunikasi fasilitator

sudah baik dan dapat dimengerti oleh anggota, dan fasilitator pun mampu

menjawab setiap pertanyaan dari anggota.

Tabel 7 Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap pernyataan

kredibilitas fasilitator di Desa Cicadas tahun 2013

No Pernyataan SS (%) S (%) TS (%) STS (%)

1 Penyampaian materi

dengan bahasa yang

mudah dimengerti

50.0 50.0 0.0 0.0

2 Fasilitator bersikap

ramah

53.3 46.7 0.0 0.0

3 Penyampaian mampu

mengajak warga

untuk mengikuti

program

40.0 56.7 3.3 0.0

4 Penyampaian materi

dengan lancar

46.7 53.3 0.0 0.0

5 Penyampaian materi

yang menarik

36.7 63.3 0.0 0.0

6 Fasilitator menerima

usulan

6.7 76.7 16.7 0.0

7 Kemampuan

menjawab pertanyaan

56.7 43.3 0.0 0.0

Keterangan: SS : Sangat Setuju TS : Tiak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan Tabel 7, penerima program menilai kredibilitas fasilitator

sudah sangat baik. Fasilitator mampu berkomunikasi dengan masyarakat dan

mampu mengajak masyarakat Desa Cicadas untuk mengikuti program kredit

27

mikro. Masyarakat Desa Cicadas terutama penerima program kredit mikro merasa

semenjak adanya fasilitator dari pihak perusahaan telah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. “Semenjak ada Ibu Titi, masyarakat jadi lebih merasa diperhatikan. Ibu

Titi sering jalan-jalan di Desa, sering nanya keadaan warga. jadi

kebutuhan warga juga bisa didengar sama pihak perusahaan” –Ibu iti

5.3. Performa Responden Kredit Mikro dan Variabel yang

Mempengaruhinya

5.3.1. Partisipasi

Fasilitator mengungkapkan, dalam setiap program yang diberikan oleh

pihak perusahaan selalu berdasarkan kebutuhan masyarakat dan berasal dari

keinginan dari pihak masyarakat itu sendiri. Masyarakat selalu diikutsertakan

dalam setiap tahap partisipasi, termasuk juga program kredit mikro. Pihak

perusahaan tidak melakukan FGD karena dianggap kurang efektif. Fasilitator

selalu mengusahakan untuk dapat berdiskusi dengan masyarakat sekitar setiap

hari, dengan cara berdiskusi langsung dengan karyawan yang juga merupakan

masyarakat asli Desa Cicadas, datang ke rumah kader, atau langsung mendatangi

masyarakat yang menjadi anggota program. “Keterlibatan masyarakat diikutsertakan dari hasil-hasil diskusi, dalam

pelaksanaan dan evalusi dilakukan dengan cara informal tidak dengan

FGD. Seperti usulan, perencanaan usaha, atau informasi-informasi

mengenai masyarakat. Kebanyakan didengar oleh pihak perusahaan” –

Ibu Titi

Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap tingkat

partisipasi tahap perencanaan di Desa Cicadas tahun 2013

No Tahap Perencanaan Jumlah Persentase (%)

1 Tinggi 4 13.3

2 Sedang 26 86.7

3 Rendah 0 0.0

Jumlah 30 100.0

Berdasarkan Tabel 8, partisipasi penerima program pada tahap

perencanaan mayoritas berada pada katagori sedang. Penerima program merasa

tidak dilibatkan secara langsung dalam perencanaan dan pengambilan keputusan,

tetapi selalu diberikan kesempatan untuk memberikan informasi maupun pendapat

dalam proses perencanaan program kredit mikro.

28

Tabel 9 Persentase responden berdasarkan pernyataan penilaian terhadap tingkat

partisipasi tahap perencanaan di Desa Cicadas tahun 2013

No Pernyataan SS (%) S (%) TS (%) STS (%)

1 Mengikuti

perencanaan program

0.0 3.3 53.3 43.3

2 Memberikan

informasi potensi

usaha

3.3 23.3 73.3 0.0

3 Memberikan pendapat

mengenai perencanaan

program

3.3 23.3 73.3 0.0

4 Ikut serta dalam

pengambilan

keputusan dalam

perencanaan program

0.0 3.3 16.7 80.0

Keterangan: SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan Tabel 9, dapat terlihat bahwa masyarakat tidak diikutsertakan

dalam tahapan perencanaan program dan pengambilan keputusan. Fasilitator

mengungkapkan bahwa keikutsertaan penerima program pada proses perencanaan

adalah pada saat diskusi yang dilakukan oleh fasilitator dengan penerima

program. Fasilitator mengaku selalu mengadakan diskusi dengan masyarakat

dengan cara mendatangi rumah masyarakat maupun bertanya pada karyawan yang

merupakan warga Desa Cicadas. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, departemen

GACR merancang tahap perencanaan dan pengambilan keputusan.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap

partisipasi tahap pelaksanaan di Desa Cicadas tahun 2013

No Tahap Pelaksanaan Jumlah Persentase (%)

1 Tinggi 14 46.7

2 Sedang 9 30.0

3 Rendah 7 23.3

Jumlah 30 100.0

Berdasarkan Tabel 10, partisipasi penerima program pada tahap

pelaksanaan mayoritas berada pada katagori tinggi,. Mayoritas penerima program

sudah mengerti cara pengambilan dan pengembalian dana program. Beberapa

penerima mengaku tidak semua dana yang dipinjamkan digunakan sepenuhnya

untuk kelangsungan usaha, sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangga lainnya. Penerima program mampu mengangsur pinjaman dana,

namun ada beberapa penerima program yang tidak selalu tepat waktu dalam

pengembalian dana pinjaman.

29

Tabel 11 Persentase responden peserta berdasarkan penilaian terhadap pernyataan

partisipasi tahap pelaksanaan di Desa Cicadas tahun 2013

No Pernyataan SS (%) S (%) TS (%) STS (%)

1 Mampu memenuhi

persyaratan

70.0 30.0 0.0 0.0

2 Mengetahui tempat

mengajukan

persyaratan

70.0 30.0 0.0 0.0

3 Mengetahui tempat

pengambilan dana

73.7 26.7 0.0 0.0

4 Mengetahui cara

pengambilan dana

76.7 23.3 0.0 0.0

5 Mengetahui tempat

pengembalian dana

76.7 23.3 0.0 0.0

6 Menggunakan seluruh

dana pinjaman untuk

pengembangan usaha

56.7 26.7 16.7 0.0

7 Mampu mengangsur

dana pinjaman

63.3 36.7 0.0 0.0

8 Mampu membayar

seluruh dana

pinjaman

63.3 36.7 0.0 0.0

Keterangan: SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan Tabel 11, partisipasi penerima program pada tahap

pelaksanaan sudah tergolong baik. Penerima program mampu memenuhi syarat,

dan mengetahui prosedur pengambilan maupun pengembalian dana pinjaman

kredit mikro. Penerima program juga sudah mampu mengangsur dan membayar

lunas dana pinjaman. Sebanyak 16.7% penerima program mengaku bahwa tidak

semua dana pinjaman digunakan untuk mengembangkan usaha, tetapi juga

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari penerima program.

“ya tidak semuanya dipake buat usaha, sesekali dipake untuk biaya

rumah tangga, jajan anak, biaya nikah anak. Tergantung kebutuhannya”

–Ibu Hoho

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap

partisipasi tahap evaluasi di Desa Cicadas tahun 2013

No Tahap Evaluasi Jumlah Persentase (%)

1 Tinggi 11 36.7

2 Sedang 10 33.3

3 Rendah 9 30.0

Jumlah 30 100.0

Berdasarkan Tabel 12, partisipasi penerima program pada tahap evaluasi

memiliki sebaran yang hampir merata. Penerima program kredit mikro

30

memberikan pendapat mengenai kelebihan dan kekurangan pelaksanaan program

dan memberikan saran untuk perbaikan program, melalui diskusi yang dilakukan

dengan fasilitator.

Tabel 13 Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap pernyataan

partisipasi tahap evaluasi di Desa Cicadas tahun 2013

No Pernyataan SS (%) S (%) TS (%) STS (%)

1 Mengikuti Evaluasi

program

0.0 0.0 60.0 40.0

2 Memberikan

pendapat mengenai

kelebihan dan

kelemahan program

3.3 20.0 76.7 0.0

3 Memberikan saran

untuk perbaikan

program

3.3 16.7 80.0 0.0

4 Ikut serta dalam

pengambilan

keputusan evaluasi

program

0.0 0.0 16.7 83.3

Keterangan: SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan Tabel 13, dapat terlihat bahwa pihak perusahaan tidak

melibatkan masyarakat dalam tahap eveluasi program maupun pengambilan

keputusan pada tahap evaluasi program. Fasilitator mengaku, pendapat mengenai

berjalannya program maupun saran untuk perbaikan program didapatkan ketika

berdiskusi dengan penerima program dalam forum informal.

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap

partisipasi di Desa Cicadas tahun 2013

No Partisipasi Persentase (%)

1 Tinggi 10.0

2 Sedang 60.0

3 Rendah 30.0

Jumlah 100.0

Berdasarkan Tabel 14, secara keseluruhan tahap partisipasi, mayoritas

responden berada pada katagori sedang. Penerima program sudah merasa

dilibatkan dalam setiap tahapan program, yaitu dengan diberikannya kesempatan

dalam memberikan pendapat pada tahap pelaksanaan dan evaluasi program.

31

5.3.2 Kemandirian

Kemandirian masyarakat menurut Widjajanti (2011), adalah keadaan yang

dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan,

memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat untuk dapat

memecahkan masalah yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki oleh

masyarakat itu sendiri.

Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap

kemandirian di Desa Cicadas tahun 2013

No Kemandirian Jumlah Persentase (%)

1 Tinggi 7 23.3

2 Sedang 9 30.0

3 Rendah 14 46.7

Jumlah 30 100.0

Berdasarkan Tabel 15, kemandirian penerima program kredit mikro berada

pada katagori rendah. Mayoritas usaha penerima program kredit mikro adalah

berdagang, tidak sedikit konsumen mereka yang berhutang. Hal ini menyebabkan

sebagian besar penerima program merasa sangat bergantung dengan dana

pinjaman yang diberikan oleh pihak perusahaan. Dana pinjaman kredit mikro

dirasa dapat menutupi kekurangan modal usaha. Beberapa penerima program juga

masih beranggapan lebih baik bekerja sebagai karyawan dibadingkan dengan

membuka usaha sendiri.

“kalau dibilang tergantung, ya jadi tergantung. Kalo tidak ada kredit mikro,

bagaimana cara untuk menutup yang berhutang” –Ibu Siti Nurhasanah

5.3.3 Keberlanjutan

Pembangunan berkelanjutan menurut Salim yang dikutip oleh Jaya (2004)

adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia untuk mencapai

kesejahteraan dengan cara mencari pemerataan pada masa kini maupun masa

mendatang

Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap

keberlanjutan di Desa Cicadas tahun 2013

No Keberlanjutan Jumlah Presentasi (%)

1 Tinggi 6 20.0

2 Sedang 14 46.7

3 Rendah 10 33.3

Jumlah 30 100.0

Berdasarkan Tabel 16, keberlanjutan penerima program kredit mikro

masuk ke dalam katagori sedang. Penerima program mengaku mereka membuka

usaha ditempat yang lokasinya dekat dengan konsumen juga mengetahui cara

mendapatkan bahan baku yang digunakan dalam usaha mereka. Penerima

program kredit mikro sempat ada yang terhenti usahanya karena harus mengganti

pemasok barang dagangan mereka, dan anggota yang memproduksi barang

32

dagangannya tergantung pada cuaca. Sebagian anggota tidak mampu

meningkatkan hasil produksi dan membuka cabang ditempat lain, karena dana

pinjaman yang diberikan digunakan untuk menutupi biaya kekurangan modal

apabila mereka mengalami kerugian atau ada konsumen mereka yang berhutang.

Penerima program mengaku dengan modal seadanya dan pinjaman dana yang

tidak begitu besar, sulit bagi mereka untuk mengembangkan usaha dan membuka

cabang ditempat lain. “Kalau untuk buka cabang, belum ada rencana. Ini modalnya juga pas-

pas-an, Alhamdulillah ada program kredit mikro jadi usahanya masih

bisa jalan terus” –Bapak Anwar

5.3.4. Hubungan Karakteristik Individu Pada performa Penerima Program

Kredit Mikro

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui hubungan karakteristik

individu pada performa penerima program kredit mikro di Desa Cicadas

Tabel 17 Nilai hubungan karakteristik individu pada performa penerima kredit

mikro di Desa Cicadas tahun 2013

Karakteristik Individu Performa Penerima Program

Partisipasi Kemandirian Keberlanjutan

Umur 0.400 0.397 0.340

Tingkat pendidikan 0.105 0.446 0.276

Jenis kelamin 0.125 0.156 0.552

Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa variabel umur tidak

memiliki hubungan dengan variabel partisipasi karena nilai Rank Sperman lebih

besar dari taraf nyata yaitu (0.05). Variabel umur tidak memiliki hubungan pada

variabel kemandirian karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata yaitu

(0.05). Variabel umur tidak memiliki hubungan pada variabel keberlanjutan

karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata yaitu (0.05). Berdasarkan

Tabel 12 dapat diketahui bahwa umur penerima program tidak memiliki hubungan

dengan performa penerima program.

Berdasarkan Tabel 17 variabel tingkat pendidikan tidak memiliki

hubungan dengan variabel partisipasi karena nilai Rank Sperman lebih besar dari

taraf nyata yaitu (0.05). Variabel tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan

pada variabel kemandirian karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata

yaitu (0.05). Variabel tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan pada variabel

keberlanjutan karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata yaitu (0.05).

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa tingkat pendidikan penerima program tidak

memiliki hubungan dengan performa penerima program.

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa variabel jenis kelamin tidak

memiliki hubungan dengan variabel partisipasi, karena nilai Rank Sperman lebih

besar dari taraf nyata yaitu (0.05). Variabel Jenis kelamin tidak memiliki

hubungan pada variabel kemandirian karena nilai Rank Sperman lebih besar dari

taraf nyata yaitu (0.05). Variabel jenis kelamin tidak memiliki hubungan pada

variabel pada variabel keberlanjutan karena nilai Rank Sperman lebih besar dari

33

taraf nyata yaitu (0.05). Jenis kelamin penerima program tidak memiliki hubungan

dengan performa penerima program kredit mikro.

5.3.5. Hubungan Layanan Perusahaan Pada Performa Penerima Program

Kredit Mikro

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui hubungan layanan

perusahaan pada upaya pengembangan masyarakat di Desa Cicadas

Tabel 18 Nilai hubungan layanan perusahaan pada performa penerima program

pada program kredit mikro di Desa Cicadas tahun 2013

Layanan Perusahaan Performa Penerima Program

Partisipasi Kemandirian Keberlanjutan

Dukungan program 0.019** 0.107 0.185

Kredibilitas fasilitator 0.000*** 0.014*** 0.008***

Keterangan: * : hubungan lemah

** : hubungan lemah tapi pasti

*** : hubungan cukup berarti

**** : hubungan yang sangat tinggi (kuat)

***** : hubungan sangat tinggi(kuat sekali)

****** : hubungan sangat sempurna

Berdasarkan Tabel 18 variabel dukungan program memiliki hubungan

nyata pada variabel partisipasi dengan nilai Rank Sperman lebih kecil dari 0.05

yaitu dengan nilai 0.019, dengan kekuatan hubungan lemah tapi pasti. Adanya

tempat diskusi dapat membuat penerima program dapat ikut berpartisipasi dengan

menyampaikan usulan-usulan atau kritikan kepada kader maupun fasilitator.

Variabel dukungan program tidak memiliki hubungan pada variabel kemandirian

kemandirian karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata yaitu (0.05),

dan variabel dukungan program tidak memiliki hubungan pada variabel

keberlanjutan karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata yaitu (0.05).

Variabel kredibilitas fasilitator memiliki hubungan sangat nyata pada

variabel partisipasi dengan nilai Rank sperman yaitu sebesar 0.000 lebih kecil

dari 0.01 dengan kekuatan hubungan yang cukup berarti. Variabel kredibilitas

fasilitator memiliki hubungan nyata pada variabel kemandirian, dengan nilai Rank

sperman sebesar 0.014 lebih kecil dari 0.05 dengan kekuatan hubungan yang

cukup berarti. Variabel kredibilitas fasilitator memiliki hubungan sangat nyata

pada variabel keberlanjutan dengan nilai Rank sperman yaitu sebesar 0.008 lebih

kecil dari 0.01 dengan kekuatan hubungan yang cukup berarti. Pada pelaksanaan

program kredit mikro, keberadaan fasilitator memiliki peran penting. Masyarakat

merasa keberadaan fasilitator dengan kemampuan berkomunikasi yang baik,

mampu mengajak masyarakat untuk mengikuti program kredit mikro. Pihak

perusahaan berharap masyarakat yang telah menerima bantuan dana mampu

menutupi kekurangan modal usaha dan membantu memenuhi kebutuhan yang

diperlukan. Kemampuan fasilitator dalam berkomunikasi juga memiliki pengaruh

penting pada partisipasi penerima program. Fasilitator mampu mengajak penerima

program untuk mengeluarkan pendapat mereka, sehingga fasilitator dapat

meningkatkan partisipasi penerima program dalam setiap tahapan partisipasi.

34

Peran penting fasilitator lainnya adalah mampu menghubungkan masyarakat

dengan perusahaan, sehingga bantuan yang diberikan dapat tepat sasaran dan

mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5.4. Ikhtisar

Pada tahap partisipasi, penerima program tidak dilibatkan dalam tahapan

perencanaan dan evaluasi, tetapi pendapat maupun saran dari penerima program

ditampung oleh fasilitator sebagai pertimbangan dalam perencanaan maupun

evaluasi program. Pada keseluruhan tahapan partisipasi, keterlibatan aktif

penerima program dapat terlihat pada tahap pelaksanaan. Kemandirian penerima

program berada pada katagori rendah. Penerima program sebagai pelaku usaha

kecil merasa sangat terbantu dengan adanya program kredit mikro dan menjadi

sangat tergantung dengan dana pinjaman kredit mikro dalam menjalankan

usahanya. Pada Keberlanjutan usaha, penerima program mengaku bahwa mereka

dapat menjalankan usaha mereka. Modal yang didapat dari dana pinjaman

digunakan untuk menutupi hutang konsumen, sehingga mereka tidak dapat

meningkatkan produksi maupun membuka cabang di tempat lain.

Variabel umur tidak memiliki hubungan pada variabel partisipasi,

kemandirian dan keberlanjutan. Variabel tingkat pendidikan tidak memiliki

hubungan pada variabel partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan. Variabel jenis

kelamin tidak memiliki hubungan pada variabel partisipasi, kemandirian dan

keberlanjutan. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik individu tidak memiliki

hubungan dengan performa penerima program.

Variabel dukungan program memiliki hubungan nyata dengan variabel

partisipasi dengan kekuatan hubungan lemah tapi pasti, tetapi tidak menunjukkan

adanya hubungan dengan variabel kemandirian dan variabel keberlanjutan.

Dukungan program yang diberikan perusahaan seperti adanya tempat diskusi,

penerima program dapat mendiskusikan tentang keberlangsungan program, seperti

memberikan usulan, kritik maupun saran kepada kader maupun fasilitator.

Variabel kredibilitas fasilitator memiliki hubungan sangat nyata dengan

variabel partisipasi dengan kekuatan hubungan yang cukup berarti. Variabel

kredibilitas fasilitator memiliki hubungan nyata pada variabel kemandirian dengan

kekuatan hubungan yang cukup berarti. Variabel kredibilitas fasilitator juga

memiliki hubungan sangat nyata pada variabel keberlanjutan dengan kekuatan

hubungan yang cukup berarti. Keberadaan fasilitator memiliki peran penting

dalam menghubungkan perusahaan dengan masyarakat. Fasilitator mampu

mengajak masyarakat untuk dapat mengikuti program kredit mikro, sehingga

penerima program dapat menutupi kekurangan modal dan memenuhi kebutuhan

dalam menjalankan usaha sehingga penerima program dapat melanjutkan

usahanya. Keberadaan fasilitator juga mampu meningkatkan partisipasi penerima

program yaitu dengan cara melakukan diskusi antara fasilitator, kader dan

penerima program.

35

VI. DAMPAK PROGRAM KREDIT MIKRO DAN VARIABEL YANG

MEMPENGARUHINYA

6.1. Dampak

Armida menjelaskan, bahwa pembangunan harus dilakukan secara

bertahap, tidak bisa hanya memperhatikan kepentingan sesaat. Dilakukan dengan

keseimbangan antara periode yang satu dengan yang lainnya dan

mempertimbangkan aspek ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lingkungan (Orasi

Ilmiah Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional [tahun tidak diketahui]).

Upaya pengembangan masyarakat tentu memiliki dampak pada setiap aspek

kehidupan setiap penerima program, yaitu dapat berupa dampak sosial, dan

ekonomi, juga dampak bagi perusahaan selaku pemberi program, salah satunya

adalah dampak pada citra perusahaan itu sendiri.

6.1.1. Dampak sosial

Kondisi sosial di Desa Cicadas sebelum adanya program TSP yaitu

masyarakat memiliki karakteristik modal sosial yang kecil dan kurangnya

kepercayaan antar masyarakat. Hal ini sempat menyebakan terjadinya konflik

antar masyarakat, karena masing-masing masyarakat ingin mencari keuntungan

sendiri. Untuk menanggulangi hal ini, fasilitator menyiasatinya dengan

menyerahkan urusan pendaftaran, pengambilan dana dan pengembalian dana

pinjaman ke kader yang sudah ditunjuk oleh fasilitator. Pihak perusahaan

mengharapkan masyarakat terutama penerima program dapat lebih percaya

dengan masyarakat atau penerima program lainnya.

Tabel 19 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap

dampak sosial di Desa Cicadas tahun 2013

No Dampak Sosial Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Baik 8 26.7

2 Baik 12 40.0

3 Kurang baik 10 33.3

Jumlah 30 100.0

Berdasarkan Tabel 19, dampak sosial yang diterima penerima program

berada pada katagori baik. Penerima program sudah mulai menumbuhkan rasa

percaya dan saling menghargai antara penerima program dengan kader maupun

antar sesama anggota. Kesibukan penerima program dalam menjalankan usahanya

menjadi salah satu alasan mengapa antar penerima program jarang atau bahkan

tidak pernah melakukan diskusi mengenai program kredit mikro. Kebanyakan dari

mereka hanya berdiskusi dengan kader atau fasilitator yang berkunjung. Beberapa

penerima program bahkan tidak pernah melakukan diskusi dengan kader karena

kurangnya rasa peduli mengenai jalannya program.

36

Tabel 20 Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap pernyataan

dampak sosial di Desa Cicadas tahun 2013

No Pernyataan SS (%) S (%) TS (%) STS (%)

1 Mengadakan diskusi

dengan penerima lain

10.0 16.7 66.7 6.7

2 Mampu menghargai

penerima lain

6.7 93.3 0.0 0.0

3 Mampu

menumbuhkan rasa

percaya kepada

penerima lain

0.0 70.0 30.0 0.0

4 Mampu bekerjasama

dengan Penerima lain

3.3 96.7 0.0 0.0

Keterangan: SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan Tabel 20, dampak sosial dari program kredit mikro adalah

masyarakat mampu menghargai, menumbuhkan rasa percaya dan mampu

bekerjasama dengan penerima lain maupun kader yang menjadi perantara

program. Pihak perusahaan menyerahkan urusan administratif kepada kader salah

satu alasannya adalah agar masyarakat mampu menumbuhkan rasa percaya antar

masyarakat, sehingga untuk kedepannya masyarakat khususnya penerima program

mampu bekerjasama satu sama lain. Penerima program mengaku tidak dapat

mengadakan diskusi dengan pihak lain karena harus mengurus usaha mereka

“Ibu tidak punya waktu untuk ikut-ikut diskusi neng, sibuk ngurusin

warung aja, nanti kalo ditinggal, tidak ada yang jaga dong neng” –Ibu

Oyoh

6.1.2. Dampak Ekonomi

Tujuan dilaksanakannya program kredit mikro oleh pihak perusahaan

salah satunya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penerima program

terutama dalam aspek ekonomi. Bantuan dalam aspek ekonomi ini bertujuan agar

masyarakat sekitar mampu berwirausaha dan tidak lagi bergantung pada pihak

perusahaan dengan menjadi karyawan perusahaan.

Tabel 21 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap

dampak ekonomi di Desa Cicadas tahun 2013

No Dampak Ekonomi Jumlah Persentase (%)

1 Sangat Baik 8 26.7

2 Baik 11 36.7

3 Kurang Baik 11 36.7

Jumlah 30 100.0

Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa dampak ekonomi yang

dirasakan penerima program berada pada katagori baik dan kurang baik. Penerima

program merasa dengan adanya program kredit mikro ini sangat membantu

kelangsungan usaha, namun beberapa penerima program tidak begitu merasakan

37

adanya peningkatan pendapatan yang signifikan karena sifat masyarakat yang

suka berhutang. Dana pinjaman yang diberikan dari program kredit mikro

digunakan sebagai biaya yang digunakan untuk menutupi biaya yang belum

dibayarkan oleh konsumen yang berhutang. Hal ini menyebabkan penerima

program merasa sedikit kesulitan untuk menyisihkan sebagian pendapatannya.

Tabel 22 Persentase responden berdasarkan penilaian terhadap pernyataan

dampak ekonomi di Desa Cicadas tahun 2013

No Pernyataan SS (%) S (%) TS (%) STS (%)

1 Mampu mengemabangkan

usaha setelah mengikuti

program

73.3 26.7 0.0 0.0

2 Merasakan adanya

perubahan pendapatan

setelah mengikuti program

46.7 40.0 13.3 0.0

3 Adanya peningkatan

pendapatan setelah

mengikuti program

46.7 40.0 13.3 0.0

4 Mampu mencukupi

kebutuhan sehari-hari

33.3 60.0 6.7 0.0

5 Mampu menyisihkan

pendapatan sebagai

tabungan masa mendatang

10.0 63.3 26.7 0.0

Keterangan: SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan Tabel 22, dapat diketahui bahwa dampak ekonomi yang

dirasakan oleh penerima program adalah penerima program mampu

mengembangkan usaha, adanya peningkatan pendapatan, penerima program

mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan mampu menyisihkan

pendapatannya untuk ditabung. Sebanyak 26.7% penerima program mengaku

tidak dapat menyisihkan pendapatannya karena dana pinjaman yang diterima

digunakan untuk menutupi konsumen yang berhutang.

“kalo penghasilan Alhamdulillah, bertambah, tapi cuma cukup untuk

sehari-hari aja neng. Banyak yang berhutang juga neng, jadi tidak ada

sisanya” –Ibu Odah

6.1.3.Citra perusahaan

Pihak perusahaan, menyatakan bahwa pelaksanaan program TSP

dilakukan untuk membina hubungan baik dan memberikan nilai lebih untuk

masyarakat, sehingga masyarakat dapat memberikan timbal balik dengan menjaga

keamanan proses bisnis. Program TSP yang dilaksanakan tidak sepenuhnya murni

dilakukan untuk bersedekah tanpa timbal balik dari masyarakat. Dampak

dilaksanakannya program TSP sendiri sudah dirasakan oleh pihak perusahaan,

yaitu sebelum dilaksanakannya program TSP, masyarakat sekitar sering

melakukan demo, namun setelah dilaksanakannya program TSP, intensitas demo

yang dilakukan oleh masyarakat menjadi berkurang.

38

“Citra perusahaan dimata masyarakat, baik. Karena program kredit

mikro ini mampu membantu masyarakat, dengan dampaknya

perusahaan aman dalam pelaksanaan usaha tidak ada demo atau

pemblokiran jalan” –Ibu Titi

Tabel 23 Jumlah dan persentase responden menurut penilaiannya terhadap citra

perusahaan di Desa Cicadas tahun 2013

No Citra Perusahaan Jumlah Presentase (%)

1 Sangat Baik 5 16.7

2 Baik 20 66.7

3 Kurang Baik 5 16.7

Jumlah 30 100.0

Berdasarkan Tabel 23, dapat terlihat mayoritas responden menganggap

baik keberadaan perusahaan semenjak menjalankan program TSP, terutama kredit

mikro. Responden mengaku masih merasakan dampak negatif dari keberadaan

perusahaan yang cukup menganggu aktifitas masyarakat Desa Cicadas, yakni

polusi udara dari kegiatan industri yang dilakukan perusahaan.

“Programnya bagus, banyak membantu masyarakat desa. Kalau kita

minta apa aja, pasti dikasih sama ibu titi. Alhamdulillah dengan adanya

pacific, masyarakat Cicadas jadi terbantu” –Ibu Sukaesih

6.2. Hubungan Performa Penerima Program Pada Dampak Sosial,

Ekonomi dan Citra Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui hubungan performa penerima

program pada dampak sosial, ekonomi dan citra perusahaan di Desa Cicadas

Tabel 24 Nilai hubungan performa penerima program dengan dampak sosial,

ekonomi dan citra perusahaan pada program kredit mikro di Desa

Cicadas tahun 2013

Performa Penerima Program Dampak

Sosial Ekonomi Citra

Partisipasi 0.106 0.015* 0.023**

Kemandirian 0.372 0.051 0.007**

Keberlanjutan 0.419 0.019** 0.004***

Keterangan: * : hubungan lemah

** : hubungan lemah tapi pasti

*** : hubungan cukup berarti

**** : hubungan yang sangat tinggi (kuat)

***** : hubungan sangat tinggi (kuat sekali)

****** : hubungan sangat sempurna

Berdasarkan Tabel 24, variabel partisipasi tidak menunjukkan adanya

hubungan dengan variabel dampak sosial karena nilai Rank Sperman lebih besar

dari taraf nyata yaitu (0.05). Variabel partisipasi munujukkan adanya

39

menunjukkan hubungan nyata terhadap variabel dampak ekonomi dengan nilai

Rank Sperman <0.05, dengan kekuatan hubungan lemah tapi pasti. Variabel

partisipasi munujukkan adanya menunjukkan hubungan nyata pada variabel citra

perusahaan dengan nilai Rank Sperman <0.05, dengan kekuatan hubungan lemah

tapi pasti.

Berdasarkan tabel diatas, variabel kemandirian tidak menunjukkan adanya

hubungan pada variabel dampak sosial karena nilai Rank Sperman lebih besar dari

taraf nyata yaitu (0.05). Variabel kemandirian tidak menunjukkan adanya

hubungan pada variabel dampak ekonomi karena nilai Rank Sperman lebih besar

dari taraf nyata yaitu (0.05). Variabel kemandirian menunjukkan adanya

hubungan sangat nyata pada variabel citra perusahaan dengan nilai Rank

Sperman <0.01, dengan kekuatan hubungan lemah tapi pasti.

Variabel keberlanjutan tidak menunjukkan adanya hubungan pada variabel

dampak sosial karena nilai Rank Sperman lebih besar dari taraf nyata yaitu (0.05).

Variabel keberlanjutan menunjukkan adanya hubungan nyata pada variabel

dampak ekonomi dengan nilai Rank Sperman <0.05, dengan kekuatan hubungan

lemah tapi pasti. Variabel keberlanjutan menunjukkan adanya hubungan sangat

nyata pada variabel citra perusahaan dengan nilai Rank Sperman <0.01, dengan

kekuatan hubungan cukup berarti.

6.3. Ikhtisar

Dampak sosial yang dirasakan masyarakat dari program TSP kredit mikro

adalah masyarakat dapat menumbuhkan rasa saling percaya, saling menghargai

dan mampu bekerjasama dengan kader maupun penerima program. Dampak

ekonomi yang dirasakan masyarakat setelah mengikuti program adalah

meningkatnya pendapatan penerima program sehingga penerima program mampu

memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Citra perusahaan yang dirasakan penerima

program mayoritas berada dalam katagori baik, masyarakat terutama penerima

program menganggap keberadaan perusahaan dapat membantu masyarakat

terutama dari bantuan-bantuan yang diberikan oleh pihak perusahaan, sehingga

dampak negatif perusahaan dapat ditolelir oleh masyarakat Desa Cicadas.

Pada hubungan antar variabel, variabel tingkat partisipasi tidak

menunjukkan adanya hubungan pada variabel dampak sosial. Variabel tingkat

partisipasi munujukkan adanya hubungan nyata pada dampak ekonomi dengan

kekuatan hubungan lemah tapi pasti dan variabel tingkat partisipasi munujukkan

adanya hubungan nyata pada variabel citra perusahaan dengan kekuatan hubungan

lemah tapi pasti. Variabel kemandirian tidak menunjukkan adanya hubungan pada

variabel dampak sosial dan dampak ekonomi, namun variabel kemandirian

menunjukkan adanya hubungan sangat nyata pada variabel citra perusahaan

dengan kekuatan hubungan lemah tapi pasti. Variabel keberlanjutan tidak

memunjukan adanya hubungan pada variabel dampak sosial, variabel

keberlanjutan menunjukkan hubungan nyata pada variabel dampak ekonomi

dengan kekuatan hubungan lemah tapi pasti dan menunjukkan adanya hubungan

sangat nyata pada variabel citra perusahaan dengan kekuatan hubungan cukup

berarti.

40

41

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan:

a. Partisipasi penerima program kredit mikro Desa Cicadas paling besar

terdapat pada tahapan pelaksanaan. Masyarakat mampu memenuhi

persyaratan, mengetahui cara pengambilan dan pengembalian dana

pinjaman, hingga mampu membayar angsuran. Penerima program juga

berpartisipasi dalam tahap perencanaan dan evaluasi program yaitu dengan

cara diskusi informal dengan fasilitator yang kemudian menjadi bahan

pertimbangan untuk perencanaan program selanjutnya. Kemandirian

penerima program tergolong rendah, karena penerima program sangat

tergantung dengan bantuan dana pinjaman dari perusahaan. Keberlanjutan

usaha penerima program berada pada katagori sedang. Penerima program

masih dapat menjalankan usahanya namun tidak dapat meningkatkan

produksi mereka karena dana pinjaman yang diberikan digunakan untuk

menutup hutang. Apabila program dana bergulir dihentikan, usaha mereka

juga akan mengalami penurunan produksi.

b. Dukungan program berhubungan dengan partisipasi, tetapi tidak

berhubungan dengan kemandirian dan keberlanjutan. Kredibilitas

fasilitator berhubungan dengan partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan.

Keberadaan fasilitator mampu mengajak penerima program untuk ikut

berpartisipasi dalam program kredit mikro. Partisipasi aktif penerima

program ini mampu mendorong pihak perusahaan untuk memenuhi

kebutuhan rill masyarakat khususnya penerima program kredit mikro,

sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan keberlanjutan usaha

penerima program kredit mikro. Karakteristik penerima kredit mikro tidak

berhubungan dengan partisipasi, kemandirian dan keberlanjutan usaha.

c. Partisipasi berhubungan dengan dampak ekonomi dan citra perusahaan

namun tidak berhubungan dengan dampak sosial. Kemandirian

berhubungan sangat nyata dengan citra perusahaan namun tidak

berhubungan dengan dampak sosial dan dampak ekonomi. Keberlanjutan

usaha berhubungan dengan dampak ekonomi dan citra perusahaan.

Kebutuhan rill masyarakat yang terpenuhi membuat penerima program

mengaggap baik keberadaan perusahan.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang dapat

dijadikan masukan atau saran, diantaranya sebagai berikut:

a. Diperlukan fasilitator yang kredibel untuk dapat meningkatkan partisipasi,

kemandirian dan keberlanjutan usaha penerima program.

b. Program TSP harus mampu meningkatkan aspek sosial dan ekonomi

masyarakat. Peningkatan pada aspek tersebut membuat perusahaan

memiliki citra positif di mata masyarakat, karena perusahaan dianggap

mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat.

42

43

DAFTAR PUSTAKA

Adi IR. 2008. Intervesi komunitas: pengembangan masyarakat sebagai upaya

pemberdayaan masyarakat. Jakarta (ID): Rajawali Pres

Anggoro ML. 2000. Teori & profesi kehumasan serta aplikasinya di Indonesia.

Jakarta (ID): Bumi Aksara

Asrianti US. 2010. Analisis Pola Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(CSR) dalam upaya pengembangan masyarakat (studi kasus: Baitul maal wa

Tamwil swadaya pribumi PT Holcim di desa kembang kuning, kec. Kelapa

nunggal, kab. Bogor, Provinsi Jawa Barat).[Skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor

Aziz A. 2002. Analisis jaringan komunikasi dalam masyarakat tradisional

Kampung Naga: Kasus dalam usahatani padi. [Internet]. [diunduh 19 Maret

2013]. lokasi: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/6027

Budiman A. [tahun tidak diketahui]. Corporate social responsibility: realita dan

perkembangan. [Internet]. [diunduh 24 maret 2013]. lokasi:

http://www.icsd.or.id/indexina.php?menu=shownews.php&id=15&lang=ina

Foster TRV. 1999. 101 Cara meningkatkan kepuasan pelanggan. Jakarta (ID):

PT Elex Media Kupotindo

Hadi N. 2011. Corporate social responsibility. Yogyakarta (ID): Graham Ilmu

Hasim, Remiswal. 2009. Community development berbasis ekosistem (sebuah

alternatif pengembangan masyarakat). Jakarta (ID): Diadit Media

Herlin F. 2008. Analisa Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social

Responsibility/CSR) Sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat (Kasus

Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT

ANTAM Tbk di Tanjung Barat, Jakarta). [Internet]. [diunduh 20

November 2012 ]. Dapat diunduh dari:

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1877

Irwanto AK, Prabowo A .2008 .Kajian Efektifitas Program Corporate Social

Responsibility (CSR) Yayasan Unilever Indonesia. [Internet]. [diunduh 20

November 2012 ]. Dapat diunduh dari:

http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmanajemen/article/viewFile/1604/667

Jaya A . 2004. Konsep pembangunan berkelanjutan. [Internet]. [diunduh 7 Maret

2013]. Lokasi:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/1952072

51978031-ACE_SURYADI/askar_jaya.pdf .

Jiuhardi. 2012. Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan pertambangan

batu bara dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat kutai

kartanegara. [Internet]. [diunduh 6 November 2012]. Forum ekonomi vol.

XV. Lokasi:

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&c

ad=rja&ved=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fjournal.feunmul.in%2Foj

s%2Findex.php%2Fforum_ekonomi%2Farticle%2Fdownload%2F9%2F9&

ei=6rJ5Uv2lGI6yrgeU3oG4BQ&usg=AFQjCNHrFptMlcv6WVHa5VuQ5Q

9eC3h38g&sig2=3CLv3eIkc8NHdGOeRcDDWw&bvm=bv.55980276,d.b

mk

44

Leliani A. 2006. Hubungan sejumlah karakteristik para penyuluh pertanian

dengan kinerja mereka dalam pelaksanaan tugas pokok di beberapa

Kabupaten Provinsi Jawa Barat. [Internet]. [diunduh 19 Maret 2013]. lokasi:

http:// repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46919

Mapisangka A. 2009. Implementasi CSR terhadap kesejahteraan hidup

masyarakat.[Internet].[dikutip 20 November 2012]. lokasi:

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&

ved=0CDkQFjAD&url=http%3A%2F%2Fjurnalsodality.ipb.ac.id%2Fjurnal

pdf%2F4%2520Isma%2520Rosyida.pdf&ei=FQutUKHrNZG3rAersoHQA

g&usg=AFQjCNGc0TbpYZcbYijfUqx-i_ZB6Yzqnw&sig2=ZSltS57Nkad-

K12nhnwo0w

Mashyuri, Herdikiagung D. 2010. Model pengembangan kemandirian

masyarakat. Yogyakarta (ID): Total Media

Maulana MR. 2009. Peranan CSR PT Rekayasa Industri dalam upaya

pengembangan masyarakat.[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Muryaningrum Y. 2010. Analisis Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk. Dalam upaya Pengembangan Masyarakat (Studi kasus: Desa

bantarjati, kec. Kelapa nunggal, Kab.Bogor, provinsi Jawa

Barat).[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Orasi ilmiah menteri Perencanaan Pembangunan Nasional /Kepala Bappenas di

Universitas Sahid Jakarta. [Tahun tahun tidak diketahui]. [Internet].

[diunduh 16 Maret 2013]. lokasi:

http://www.bappenas.go.id/print/2553/orasi-ilmiah-menteri-ppnkepala-

bappenas-di-universitas-sahid-jakarta/

Prabawati I. 2009. Dampak operasi perusahaan dalam pelaksanaan corporete

social responsibility. [Internet]. [diunduh tanggal 21 Maret 2013]. lokasi:

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=13

&ved=0CD4QFjACOAo&url=http%3A%2F%2Fpelangiilmu.jurnal.unesa.a

c.id%2Fbank%2Fjurnal%2FDampak_Operasi_Perusahaan_dalam_Pelaksan

aan_Corporate_Sosial_Responbility_(INDAH_P).pdf&ei=zZtLUaHXIYqur

AecjYHgCw&usg=AFQjCNHsh5KMIpDYkT4-

jcgwAv3Brqeu5A&sig2=iF9tkHbByIJgfOkHzMQ1AQ

Rosyida I. 2011. Partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam penyelenggaraan

program corporate social responsibility (CSR) dan dampaknya terhadap

komunitas pedesaan.[Internet]. [diunduh 20 November 2012 ]. Lokasi:

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47386

Salihin I. 2009 .Corporate social responsibility from charity to sustainability.

Jakarta (ID): Salemba

[SPV] South Pacific Viscose. [tahun tidak diketahui]. Leading viscose fiber from

Indonesia. [Internet].[diunduh 15 Februari 2013]. Lokasi:

http://www.PTspv.com

Tim warta Comdev (ID). 2012. Kegiatan community development PT South

Pacific Viscose. Purwakarta (ID): PT South Pacific Viscose.

Wasesa SA.2006. Strategi public relations bagaimana strategi public relation

dari 36 merek global dan lokal membangun citra, mengendalikan krisis,

dan merebut hati konsumen. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Umum.

Widjajanti K. 2011. Model pemberdayaan masyarakat. [Internet]. [diunduh 19

Maret 2013]. Lokasi:

45

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&

cad=rja&ved=0CCwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpublikasiilmiah.ums.ac

.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F1306%2F02-

Bu%2520Kesi1.pdf%3Fsequence%3D1&ei=n1lIUfmKNcSJrAeTkoF4&us

g=AFQjCNHWjzSYQwd-

_4Ej92cJLy2xa5UkfA&sig2=r9neacvsq27u2fNI9ewjKQ

46

47

RIWAYAT HIDUP

Meilisa Asriani atau yang biasa dipanggil Melisa (penulis) lahir di Serang,

pada tanggal 27 Mei 1991.Penulis merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara

yang lahir dari pasangan Bapak M. Suhadi Ashari dan Ibu Muchdiroh. Pendidikan

formal yang ditempuh penulis di TK. Indria Mandala, Kramatwatu, Serang-

Banten pada tahun 1995-1997, SD 1 Kramatwatu pada tahun 1997-2003, SMP 1

Kramatwatu pada tahun 2003-2006, SMA 1 Kramatwatu pada tahun 2006- 2009.

Setelah lulus SMA, penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) angkatan 46 dan diterima di

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia.

Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis mengikuti

berbagai kegiatan kepanitiaan, dan seminar yang mampu mendukung kegiatan

akademik dan pengembangan Softskill yaitu menjadi panitia Writing Day

“Aktualisasi diri dengan menulis di media massa”, Communication Day 2011

“Aplikasi mata kuliah komunikasi bisnis”, dan kepanitiaan masa perkenalan

Departemen Sains Komuikasi Pengembangan Masyarakat.