pengembangan kurikulum islam dalam perspektif …

90
PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF ISMAIL RA’JI AL-FARUQI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Oleh M. Chalilul Rahman NIM: 109011000257 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2014

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM

DALAM PERSPEKTIF ISMAIL RA’JI AL-FARUQI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh

M. Chalilul RahmanNIM: 109011000257

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2014

Page 2: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …
Page 3: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …
Page 4: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …
Page 5: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

i

ABSTRAKM. Chalilul Rahman, NIM 109011000257. ”Pengembangan Kurikulum IslamDalam Perspektif Ismail Ra’ji Al-Faruqi”. Skripsi Jurusan Pendidikan AgamaIslam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kajian terhadap pemikiran pendidikan Ismail Ra’ji Al-Faruqi sampai saatini masih terus dilakukan oleh para akademisi dan para peneliti. Hal tersebutmembuktikan bahwa pemikiran-pemikiran Ismail Ra’ji Al-Faruqi baik yangterkait dengan tauhid maupun pendidikan merupakan sebuah formulasipendidikan yang menarik dikaji dan diteliti. Tujuan penelitian ini adalah dalamrangka memberikan sumbangan kongkrit untuk dunia pendidikan Islam agar dapatmenciptakan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan apa yang diharapkanIsmail Ra’ji Al-Faruqi.

Dalam penelitian ini menggunakan buku primer yang berjudul:Islamization of Knowledge: General Principles and Workplan (IslamisasiPengetahuan yang telah diterjemahkan oleh Anah Mahyuddin) yang merupakansalah satu karya monumental Ismail Ra’ji Al-Faruqi yang mengulas tuntas tentangislamisasi ilmu pengetahuan. Metode penelitian yang digunakan adalah metodepenelitian kualitatif dengan pendekatan dekskriptif analisis. Diawali denganpengumpulan data sebagai bahan primer dalam penelitian ini. Langkahselanjutnya yang penulis lakukan adalah menganalisis data. Proses penulisandilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.Kemudian data tersebut dianalisis dan dipelajari secara cermat dandidekskripsikan secara komprehensif. Dari hasil analisa ini kemudian penulisdapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai bentuk pemikiran IsmailRa’ji Al-Faruqi tentang pengembangan kurikulum pendidikan Islam.

Hasil penelitian ini adalah kurikulum pendidikan Islam harus sesuaidengan visi Islam dan tidak mengabaikan pendidikan modern. Dalampengintegrasian ilmu pendidikan Modern dengan pendidikan Islam diperlukansikap selektif dan kesesuaian dengan visi Islam. Dengan pengintegrasian keduasistem pendidikan Islam dan Modern diharapkan dapat mengembalikan kejayaanIslam yang sebagaimana dilakukan oleh cendikiawan Muslim masa lalu.

Page 6: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi

Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi

Muhammad saw., keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang telah

mengenalkan Islam kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini

tidak sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari

penulis sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. DR. Abdul Majid Khon, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Marhamah Saleh, M.A, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

4. H. Ghufron Ihsan, MA. Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia

dengan tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran dalam

keakademikan dan kemahasiswaan.

5. Drs. Ahmad Basuni, MA. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia

dengan tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada peneliti

selama menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

iii

6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada

penulis selama penulis menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta ini.

7. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

8. Kedua Orangtuaku tersayang dan tercinta Ayahanda Mursalih dan Ibunda

Rosmani yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, doa,

dan dukungan moril, spiritual maupun material yang tiada henti. Terima

kasih semua atas jasamu, semoga apa yang Ayahanda dan Ibunda berikan

mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

9. Teman-teman PAI angkatan 2009, terutama PAI G yang sama-sama telah

memberikan doa’a, saran dan krtik dalam penulisan skripsi ini.

Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan

terima kasih dari penulis, semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka,

dan akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi

peneliti dan umumnya kepada pembaca.

Jakarta, 10 April 2014

Penulis

Page 8: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1

B. Identifikasi masalah ................................................................................. 6

C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 6

D. Perumusan Masalah ..................................................................................6

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum Pendidikan Islam ................................................................... 7

B. Tujuan Dalam Kurikulum Pendidikan Islam .......................................... 14

C. Materi-materi Dalam Kurikulum Pendidikan Islam................................ 18

D. Metode Dalam Kurikulum Pendidikan Islam.......................................... 20

E. Evaluasi Dalam Kurikulum Pendidikan Islam ........................................ 25

F. Pendidikan Perspektif Muhammad Naquib Al-Attas

1. Pengertian Pendidikan........................................................................ 28

2. Kurikulum Pendidikan ....................................................................... 34

3. Tujuan Pendidikan ............................................................................. 35

4. Metode Pendidikan............................................................................. 38

5. Materi Pendidikan .............................................................................. 40

E. Kajian Yang Relevan ............................................................................... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 45

B. Metode Penelitian .................................................................................... 45

Page 9: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

v

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................................... 46

D. Pemeriksaan Keabsahan Data .................................................................. 47

E. Teknik Analisis Data................................................................................ 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Ismail Ra’ji Al-Faruqi .............................................................. 49

B. Karya-karya Ismail Ra’ji Al-Faruqi ....................................................... 51

C. Islamisasi Ilmu Pengetahuan Ismail Ra’ji Al-Faruqi ............................. 52

D. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Dalam Perspektif Ismail

Ra’ji Al-Faruqi ....................................................................................... 56

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN

1. Kesimpulan................................................................................................ 65

2. Implikasi .................................................................................................... 66

3. Saran…………………………………………………………………… .. 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi Allah

SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi

Muhammad saw., keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang telah

mengenalkan Islam kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak

sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis

sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. DR. Abdul Majid Khon, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

3. Marhamah Saleh, M.Ag, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

4. DR. Ahmad Basuni, MA. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia

dengan tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada peneliti

selama menyelesaikan skripsi ini.

Page 11: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

iii

5. H. Ghufron Ihsan, MA. Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia

dengan tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran dalam

keakademikan dan kemahasiswaan.

6. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis selama

penulis menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

8. Kedua Orangtuaku tersayang dan tercinta Ayahanda Mursalih dan Ibunda

Rosmani yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, doa, dan

dukungan moril, spiritual maupun material yang tiada henti. Terima kasih

semua atas jasamu, semoga apa yang Ayahanda dan Ibunda berikan

mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

9. Teman-teman PAI angkatan 2009, terutama PAI G yang sama-sama telah

memberikan doa’a, saran dan krtik dalam penulisan skripsi ini.

Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan

terima kasih dari penulis, semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka,

dan akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti

dan umumnya kepada pembaca.

Jakarta, 10 April 2014

Penulis

Page 12: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1

B. Identifikasi masalah ................................................................................. 5

C. Pembatasan .............................................................................................. 5

D. Perumusan Masalah ..................................................................................6

E. Tujuan Penelitian.......................................................................................6

F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum Pendidikan Islam ............................................................... 7

B. Tujuan Pendidikan Islam ..................................................................... 14

C. Materi-materi Pendidikan Islam ......................................................... 18

D. Metode Pendidikan Islam......................................................................20

E. Evaluasi Pendidikan Islam.....................................................................25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 31

B. Metode Penelitian .................................................................................... 31

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................................... 32

1. Teknik Pengumpulan Data............................................................32

2. Pemeriksaan Keabsahan Data ...................................................... 33

Page 13: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

v

D. Teknik Analisis Data................................................................................ 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Ismail Ra’ji Al-Faruqi .......................................................... 35

B. Karya-karya Ismail Ra’ji Al-Faruqi .................................................. 37

C. Islamisasi Ilmu Pengetahuan Ismail Ra’ji Al-Faruqi..........................38

D. Pengembangan Kurikulum Islam dalam Perspektif Ismail Ra’ji Al-

Faruqi .....................................................................................................42

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ....................................................................................................... 49

2. Implikasi ........................................................................................................... 50

3. Saran………………………………………………………………………… . 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyongsong abad ke-21 terdapat fenomena yang menarik, kemajuan dan

peradaban Barat menjadi suatu magnet bagi peradaban bangsa-bangsa lain.

Kemajuan teknologi yang dihasilkan tak terbatas ruang dan waktu. Barat

menjadi sebuah icon kemajuan peradaban abad 21, Barat dapat menciptakan

temuan-temuan baru dengan berbagai varian kemajuan dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi. Namun demikian, Barat mengalami kemajuan

yang signifikan tidak terlepas dari andil kemajuan perkembangan intelektual

sebelumnya, yakni kejayaan dunia Islam.

Ketika Islam mengalami puncak kejayaan dalam ilmu pengetahuan

sedangkan Barat sedang mengalami masa kegelapan akibat doktrin-doktrin

gereja. Kemajuan yang diperoleh Islam juga dirasakan bagi non-muslim

(Barat) yang ketika itu daerahnya dikuasai oleh Islam. Banyak para orang-

orang Eropa (Barat) menuntut ilmu-ilmu dan menerjemahkan kitab-kitab yang

dihasilkan para intelektual Islam seperti Ibnu Rusyd, Ar-Razi, Ibnu Sina, dan

lain-lain dalam bahasa latin.

Awal kemunduran Islam ketika pada masa Dinasti Abbasiyah disebabkan

disintegrasinya daerah-daerah kekuasaan Dinasti Abbasiyah mulai

memisahkan diri dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah sehingga kekuatan Dinasti

Abbasiyah mulai melemah. Kedudukan Dinasti Abbasiyah makin melemah

ketika terjadi peperangan dengan pasukan Salib dalam kurun waktu 2 abad.

Dampak peperangan yang lama tersebut pada kekuatan dan kestabilan Dinasti

Abbasiyah. Pada tahun 1258 terjadi penyerang pasukan Hulago Khan terhadap

Baghdad sehingga dapat dikuasainya kekuasaan Dinasti Abbasiyah.

Dengan dikuasainya Baghdad sebagai pusat kekuasaan Islam dalam segala

bidang kehidupan, baik ekonomi, politik, budaya maupun pendidikan. Pasca

penghancuran itu, pendidikan Islam tidak lagi mampu menjadi alternative bagi

para pelajar dan mahasiswa dalam skala internasional yang ingin

memperdalam ilmu pengetahuan. Pembahasan-pembahasan serius dalam

Page 15: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

2

bidang kebudayaan (sastra), filsafat, dan teologi yang seringkali dilakukan

para intelektual Muslim yang hidup pada masa kejayaan Islam, hilang sama

sekali sehingga terjadi stagnasi keilmuan Islam. Namun, ketika Islam

mengalami stagnasi, Barat sedang sibuk mentransformasikan ilmu

pengetahuan Islam ke dunia Barat karya-karya Averoues dan mereka mulai

menggugat tradisi dan ajaran-ajaran gereja yang membelenggu daya berfikir.

Mereka mulai mendayagunakan akal dan mengembangkan semangat keilmuan

yang ditandai dengan adanya (Renaissance).1

Ummat Islam mulai bangkit dengan muncul tiga kerajaan besar Islam :

Utsmani di Turki, Safawi di Persia dan Mughal di India yang dapat

mengembalikan kejayaan Islam dari keterpurukan dan dapat memulihkan

reputasi di mata dunia, namun hanya bertahan sampai abad ke-17. Sesudah itu

jatuh kembali ke dalam suasana kemunduran dalam berbagai aspeknya,

diantaranya : di bidang politik, militer, ekonomi dan terutama ilmu

pengetahuan.

Pada saat itu yang berpengaruh di structural masyarakat Islam adalahulama tarekat dan ulama fiqih. Keduannya menanamkan paham taklid danmembatasi hanya kajian agama islam, seperti Tafsir, Hadits, Fiqih dan Tauhid.Ulama tarekat hanya mengajarkan wirid dan zikir dalam upaya mensucikanjiwa dan mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi kehidupan duniawi.Ketauhidan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw telah tercampurkhurafat dan paham kesufian. Mereka menghias diri dengan azimat-azimat,penangkal penyakit dan tasbih, menziarahi kuburan orang-orang keramat danmemujanya.2

Kemajuan peradaban Barat tidak diikuti dengan nilai-nilai pada aspek

pendidikan. Pendidikan Barat yang dikembangkan berlandaskan pemaksaan

hak akan Negara-negara yang mereka jajahi. Pemaksaan ideologi baik sosialis,

komunis, kapitalis maupun liberalis kepada Negara-negara yang mereka jajah.

Dengan penanam ideology yang mereka bawa berdampak kepada system

pendidikan Negara-negara yang mereka jajah.

1 Busman Edyar, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Pustaka Asatrus, 2009), h.176.2 ibid., h.168.

Page 16: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

3

Ciri utama system pendidikan Islam pada masa ini, menekankan pada

“proses mengingat” sumber-sumber pemikiran keagamaan. Padahal untuk

kepentingan memecahkan atau mencari solusi atas persoalan-persoalan

pendidikan yang dihadapi umat tidak bisa dilalui dengan “proses mengingat”

tetapi seharusnya dengan “proses berfikir”. Kondisi demikian ini berlangsung

terus, sehingga pendidikan Islam berada dalam keterbelakangan. Pendidikan

Islam tidak lagi memberikan perspektif masa depan yang cerah. Keadaan

demikian berlaku di seluruh Negara Islam. Beriringan dengan masa ini,

Negara-negara Islam sedang menjadi objek jajahan bagi bangsa Eropa.

Sementara itu, Napoleon mendarat di Mesir pada 1798. Namun, ekspedisi

ini datang tidak hanya untuk kepentingan militer, tetapi juga untuk keperluan

ilmiah. Sehingga dia membawa para ahli dalam berbagai cabang ilmu

pengetahuan. Baru pada saat inilah umat Islam dan orang-orang Mesir untuk

pertama kalinya mempunyai kontak langsung dengan peradaban Eropa yang

baru dan asing bagi mereka. 3

Dalam bidang pendidikan, para pembaharu Islam tersebut yang memilikiperhatian besar, antara lain adalah Muhammad Ali Pasya, Sultan Mahmud II,Muhammad Abduh dan Sir Sayyid Ahmad Khan. Mereka mengikuti polapendidikan yang dikembangkan Barat, karena Barat dianggap berhasil dalammengembangkan pendidikan. Sedangkan islam kendatipun secara bertahap,juga mengikuti langkah-langkah para pembaharu itu, sehingga merekamencoba meniru gaya pendidikan Barat dalam berbagai dimensinya, termasukpemikiran-pemikiran yang mendasari keberadaan pendidikan yang biasadisebut dengan filsafat pendidikan.4

Filsafat pendidikan yang diberikan pada departemen kependidikan Islam

adalah sepenuhnya filsafat pendidikan Barat yang mulai digugat sebagian

besar pakar kita. Sedangkan kajian filsafat sudah hampir putus dari nilai dan

wawasan Islam, sehingga perlu segera diperbaiki dan ditekankan kembali pada

kajian filsafat pengetahuan Islam. Anehnya umat Islam tidak segera

menyadari dengan memusatkan kajian ilmiah mereka pada filsafat

3 Mujamil Qomar,Epistemologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Erlangga, 2005), h. 208.4 Ibid., h. 209.

Page 17: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

4

pengetahuan Islam yang menjadi kunci penyelesaian problem pengetahuan

dan pendidikan Islam.

Mengingat bahwa filsafat pendidikan yang diajarkan kepada mahasiswajurusan pendidikan Islam adalah filsafat Barat, maka pendidikan yangdikembangkan umat Islam adalah pendidikan yang berpola Barat. M. RusliKarim menegaskan, “Pendidikan Islam di beberapa Negara Islam yangmayoritas penduduknya beragama Islam tidak lebih dari duplikasi daripendidikan di Negara-negara Barat sekuler yang banyak mereka cela. Dengandemikian, produk system pendidikan mereka tidak mungkin menjadi atauberupa alternatif.5

Pendidikan Barat yang diadaptasi oleh pendidikan Islam, meskipun

mencapai kemajuan, tetap tidak layak dijadikan sebagai sebuah model untuk

memajukan peradaban Islam yang damai, anggun dan ramah terhadap

kehidupan manusia. Sebagaimana dikutip Amrullah Achmad, Muhammad

Mubarak menuturkan, “Karakteristik system pendidikan Barat adalah sebagai

refleksi pemikiran dan kebudayaan abad XVIII-XIX yang ditandai dengan

isolasi terhadap agama, sekulerisme Negara, materialism, penyangkalan

terhadap wahyu dan penghapusan nilai-nilai etika yang kemudian digantikan

dengan pragmatism”.6 Maka corak pendidikan Barat tersebut terlepas dari

pandangan Barat terhadap ilmu pengetahuan. Di Barat ilmu pengetahuan

hanya berdasar pada akal dan indera, sehingga ilmu pengetahuan itu hanya

mencakup hal-hal yang diindera dan dinalar semata.

Ada lagi kenyataan yang lebih parah lagi. Banyak dari penerapan

pendidikan di dunia Islam telah terlanjur mengikuti pola dan model

pendidikan yang dikembangkan Barat dengan alasan untuk mencapai

kemajuan, seperti yang terjadi di Barat, tetapi kenyataannya sangat

berlawanan dengan harapan itu. Kaum muslim yang merasa dirugikan; di satu

sisi mereka telah mengorbankan petunjuk-petunjuk wahyu hanya sekedar

mengikuti model, namun disisi lain ternyata tidak menghasilkan sesuatu yang

signifikan dalam mengembangkan peradaban Islam. Hasil pendidikan yang

dicapai tetap tidak mampu memobilisasi perkembangan peradaban Islam.

5 Ibid., h. 210.6 Ibid., h. 211.

Page 18: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

5

Kenyataan yang menimbulkan problem dilematis ini pernah diungkap olehIsmail Raji al-Faruqi. Dia melaporkan, bahwa materi dan metodologi yangkini diajarkan di dunia Islam adalah jiplakan dari materi dan metodologiBarat, namun tak mengandung wawasan yang selama ini menghidupkannya dinegeri Barat. Tanpa disadari, materi dan metodologi yang hampa itu terusmemberi pengaruh jelek yang mendeislamisasikan siswa, dengan berperansebagai alternatif bagi materi dan metodologi Islam dan sebagai bantuan untukmencapai kemajuan dan modernisasi.7

Dengan menjiplakan dan mengadopsi pendidikan Barat yang memiliki

kelemahan dan berbahaya bagi umat Islam, maka muncul Gerakan Islamisasi

Pengetahuan yang dipelopori Muhammad Naquib Al-Attas dan Ismail Ra’ji

Al-Faruqi. Al-Attas mengeluarkan gagasan Islamisasi pengetahuan ketika

diadakannya Konferensi Internasional tentang pendidikan di Mekkah di gelar

pada tahun 1977.

Gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan muncul sebagai respon atas dikotomiantara ilmu dan sains yang dimasukkan Barat sekuler dan budaya masyarakatmodern ke dunia Islam. Kemajuan yang dicapai sains modern telah membawapengaruh yang menakjubkan, namun di sisi lain juga membawa dampak yangnegative, karena sains modern (Barat) kering dengan nilai bahkan terpisah darinilai agama.8

Selanjutnya, system pendidikan yang dikotomik menyebabkan lahirnya

system pendidikan umat Islam yang sekuleristik, rasionalistik-empirik, intuitif

dan materialistik. 9 Maka itu diharapkan para pakar pendidikan untuk segera

merevolusi sistem pendidikan yang selama ini bernafaskan sistem pendidikan

Barat yang telah meninggalkan agama dan wahyu sebagai sumber

pengetahuan dan jika mereka mengikuti pola pendidikan Barat, maka harus

selektif dan sesuai dengan ajaran Islam dalam mengadopsi pendidikan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan, maka

penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut yang kemudian

penulis tuangkan dalam karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul

7 Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, Terj. dari Islamization of Knowledge: GeneralPrinciples and Workplan oleh Anah Mahyuddin, (Bandung : Mizan, 1984). h. 17.

8 M. Zainuddin, Paradigma Pendidikan Terpadu, (Malang: UIN Malang Press, 2008), H.68.9 Qomar, op. cit.,. hal. 214.

Page 19: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

6

berikut “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam dalam Perspektif Ismail

Raji Al-Faruqi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Faktor yang melatarbelakangi pengembangan kurikulum pendidikan

Islam dalam perspektif Ismail Raji Al-Faruqi

2. Gagasan dan pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi dalam upaya

mengembangkan kurikulum pendidikan Islam

C. Pembatasan Masalah

Pembahasan pokok yang akan dibahas didalam penelitian ini adalah

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Dalam Perspektif Ismail Raji Al-

Faruqi.

D. Perumusan Masalah

Sebagai pijakan dalam penelitian ini akan dijabarkan rumusan masalah

sebagai berikut: Bagaimana pandangan Ismail Raji Al-Faruqi tentang

kurikulum pendidikan Islam ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan utama dari penelitian penulisan skripsi ini adalah penulis

ingin untuk mengetahui kurikulum pendidikan Islam dalam perspektif Ismail

Raji Al-Faruqi.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian:

1. Memberikan kontribusi bagi perkembangan pemikiran pendidikan Islam di

Indonesia.

2. Memberikan sumbangan dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan

Islam.

3. Memperoleh bahan-bahan serta cara melakukan reorientasi pendidikan,

sehingga dapat dijadikan bahan-bahan perbandingan dengan reorientasi

pendidikan yang dilakukan di Indonesia.

Page 20: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kurikulum Pendidikan Islam

Istilah kurikulum yang berasal dari bahasa Latin Curriculum semula

berarti a running cource, or race course, especially a chariot race cource dan

terdapat pula dalam bahasa Perancis courier artinya to run, berlari.

Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah cources atau mata pelajaran

yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah. Secara

tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah. Pengertian kurikulum yang dianggap tradisional ini masih banyak

dianut sampai sekarang, termasuk di Indonesia. 1

Dalam perkembangan kurikulum sebagai suatu kegiatan pendidikan,

timbul berbagai definisi lain. Definisi ini menentukan hal-hal yang termasuk

ke dalam ruang lingkupnya. Saylor dan Alexander merumuskan kurikulum

sebagai the total effort of the school situations. Definisi ini jelas lebih luas

daripada sekadar meliputi mata pelajaran, yaitu segala usaha sekolah untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu, kurikulum tidak hanya

mengenai situasi di dalam sekolah, tetapi juga diluar sekolah. 2

Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj

yang berarti jalan yang terang atau jalan yang dilalui oleh manusia pada

berbagai bidang kehidupannya. Apabila pengertian ini dikaitkan dengan

pendidikan, maka manhaj atau kurikulum berarti jalan terang yang dilalui

pendidikan atau guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya

untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka. 3

Kata kurikulum selanjutnya menjadi suatu istilah yang digunakan untuk

menunjukkan pada sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk

1 Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia,2007), cet 3. h. 131.

2 Ibid., h.1313 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam¸ (Ciputat : Ciputat Press, 2005), h.

56.

Page 21: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

8

mencapai suatu gelar atau ijazah. Pengertian ini sejalan dengan pendapat

Crow dan Crow yang mengatakan bahwa kurikulum adalah rancangan

pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara

sistematis yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program

pendidikan tertentu.4

Selain itu adapula yang berpendapat bahwa kurikulum adalah sejumlah

mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan

koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Dari

beberapa pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa kurikulum pada

hakikatnya adalah rancangan mata pelajaran bagi suatu kegiatan jenjang

pendidikan tertentu dan dengan menguasainya seseorang dapat dinyatakan

lulus dan berhak memperoleh ijazah.5 Perluasaan jangkauan kurikulum

dizaman modern terlihat dari definisi-definisi berikut :

1. Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, social,

olahraga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-

muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya

berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah

laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.

2. Kurikulum adalah sejumlah kekuatan, factor-faktor pada lingkungan

pengajaran dan pendidikan yang disediakan oleh sekolah bagi murid-

muridnya di dalam dan di luar sekolah dan sejumlah pengalaman yang

lahir daripada interaksi dengan kekuatan-kekuatan dan factor-faktor itu.

Kedua definisi diatas merupakan cerminan dari pengertian kurikulum dalam

pendidikan modern, yang ruang lingkupnya mencakup berbagai aspek di luar

sekolah. Dalam pendidikan modern memang tampaknya kurikulum berisi

materi yang cenderung ditujukan ke arah pengembangan potensi murid (child

centred) guna kepentingan hidupnya di masyarakat (community centred).6

4 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 123.5 ibid., h. 123.6 Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1996), cet 2. h. 44.

Page 22: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

9

On the basis of what has been said so far, two principles can be set outaccording to which an Islamic curriculum must be constructed.7

a. Education must not be separated into two kinds-religious and secular.On the contrary, religion, which affects every aspects of life for theMuslim, must be at the very heart of all education as well as acting as theglue which holds together the entire curriculum into integrated whole;

b. Muslims are free to study exactly what they please, so long as they do itin the spirit of Islam. Equally, although in the past learning in Islam wasassociated with a balance and breadth of knowledge. Muslims must nowbe considered free to specialize in any branch of knowledge, subjectonly to the same proviso of remaining fully committed to the fundamentalbeliefs and values of Islam.

“Dua prinsip dasar menurut kurikulum Islam yang harus diperbaiki, yaitu

pendidikan seharusnya tidak terpisahkan antara agama (religius) dan

sekular. Agama merupakan aspek terpenting dalam kehidupan Muslim dan

agama harus menjadi jantung seluruh pendidikan dalam Islam. Konsep

kurikulum pendidikan Islam menggabungkan agama dengan sekular. Setiap

Muslim bebas menuntut berbagai macam ilmu selama sesuai dengan spirit

Islam”.

Berdasarkan tuntutan perkembangan yang demikian itu, maka para

perancang kurikulum dewasa ini menetapkan cakupan kurikulum meliputi

empat bagian. Pertama, bagian yang berkenaan dengan tujuan-tujuan yang

ingin dicapai oleh proses belajar-mengajar. Kedua, bagian yang berisi

pengetahuan, informasi-informasi, data, aktivitas-aktivitas dan pengalaman-

pengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang isinya

berupa mata pelajaran yang kemudian dimasukkan ke dalam silabus. Ketiga,

bagian yang berisi metode atau cara menyampaikan mata pelajaran tersebut.

Keempat, bagian yang berisi metode atau cara melakukan penilaian dan

pengukuran atas hasil pengajaran mata pelajaran tertentu.8

Menurut Marimba sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tafsir, “Pendidikan

adalah bimbingan atau usaha sadar yang dilakukan pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya

7 Halstead, J, Mark, Towards a Unified View of Islamic Education, Islam and Christian-Muslim Relations, Vol. 6, No. 1, 1995, pp. 33.

8 Nata, op.cit., h. 125.

Page 23: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

10

kepribadian yang utama”.9 Sebagaiman kutipan Ahmad Susanto yang di kutip

dari Hasan Langgulung menjelaskan bahwa “pendidikan Islam adalah suatu

proses spiritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing

manusia dan memberinya nilai-nilai dan prinsip serta teladan ideal dalam

kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat”.10

Pendidikan Islam harus dapat mengembangkan seluruh potensi peserta

didik dan menciptakan Hamba Allah yang shaleh dengan seluruh aspek

kehidupannya, perbuatan, pikiran dan perasaannya. Pendidikan Islam,

menurut Omar Muhammad Al-Touny al-Syaebani, diartikan sebagai “usaha

mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan

kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses

kependidikan”.11

Menurut Hamka sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Susanto,

“pendidikan bukan hanya untuk membantu manusia memperoleh

penghidupan yang layak, tetapi lebih dari itu, dengan ilmu manusia mampu

mengenal Tuhan-Nya, memperluas akhlaknya dan senantiasa berupaya

mencari keridhaan Allah. Hanya dengan bentuk pendidikan yang demikian,

manusia akan memperoleh ketentraman (hikmat) dalam hidupnya”.12

Menurut Al-Syaibani, “kurikulum Islam harus mempunyai ciri-ciri”sebagai berikut1. Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan

akhlak. Muatan mata pelajaran agama dan akhlak harus diambil dari al-Qur’an dan hadits serta contoh-contoh tokoh teladan yang shalehterdahulu.

2. Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan aspekpribadi siswa, yaitu aspek jasmani, rohani dan akal.

3. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadidan masyarakat, dunia dan akhirat; jasmani, akal dan rohani manusia.

4. Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus, yaitu seniukir, pahat, tulis-indah, gambar, dan sejenisnya. Selain itu kurikulum Islamjuga harus memperhatikan pendidikan jasmani, latihan militer (perang),

9 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2007), cet 7. h. 24.

10 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Amzah, 2009), h. 128.11 Omar Muhammad Al-Touny Al-Syaebani, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. dari .... oleh

Hasan Langgulung, (Jakarta:PT. Bulan Bintang, ..), h. 399.12Susanto, op.cit., h.105.

Page 24: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

11

teknik, keterampilan dan bahasa asing kesemuanya itu diberikanberdasarkan minat, bakat dan kebutuhan siswa.

5. Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaan-perbedaankebudayaan yang ada di masyarakat. 13:

Dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah rancangan kegiatan

pendidikan yang berupa isi, materi pelajaran, metode pengajaran dan sarana

prasarana dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-

citakan.

Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan Islam, hendaknya

mengandung beberapa unsure utama seperti tujuan, isi, mata pelajaran,

metode mengajar dan metode penelitian. Kesemuanya harus tersusun dan

mengacu pada suatu sumber kekuataan yang menjadi landasan dalam

pembentukannya. Sumber kekuataan tersebut dikatakan sebagai asas-asas

pembentuk kurikulum pendidikan.

Mohammad al-Thoumy al-Syaibany, mengemukakan bahwa “asas-asas

umum yang menjadi landasan pembentuk kurikulum dalam pendidikan Islam

itu adalah”:

1. Asas agama

Seluruh system yang ada dalam masyarakat islam, termasuk system

pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan dan kurikulumnya

pada ajaran islam yang meliputi aqidah, ibadah, muamalat dan hubungan-

hubungan yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini bermakna bahwa

semua itu pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syariat

islam, yaitu al-Qur’an dan Sunnah.

2. Asas falsafah

Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan islam,

dengan dasar filosois, sehingga susunan kurikulum pendidikan islam

mengandung suatu kebenaran terutama dari sisi nilai-nilai sebagai

pandangan hidup yang diyakini kebenarannya.

13 Tafsir, op.cit., h. 65.

Page 25: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

12

3. Asas psikologis

Asas ini memberi arti bahwa kurikulum pendidikan islam hendaknya

disusun dengan mempertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan

perkembangan yang dilalui anak didik.

4. Asas social

Pembentukkan kurikulum pendidikan islam harus mengacu ke arah

realisasi individu dalam masyarakat. Pola yang demikian ini berarti

semua kecenderungan dan perubahan yang telah dan bakal terjadi dalam

perkembangan masyarakat manusia sebagai makhluk social. 14

Keempat asas tersebut diatas harus dijadikan landasan dalam pembentukkan

kurikulum pendidikan islam. Perlu ditekankan bahwa antara satu asas dengan

asas yang lainnya memiliki keterkaiatan satu sama lain dan tidak dapat berdiri

sendiri, tetapi harus merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga dapat

membentuk kurikulum pendidikan islam yang terpadu, yaitu kurikulum yang

relevan dengan kebutuhan pengembangan anak didik dalam unsure

ketauhidan, keagamaan, pengembangan potensinya sebagai khalifah,

pengembangan pribadinya sebagai individu dan pengembangannya dalam

kehidupan sosial.

Secara umum karakteristik kurikulum pendidikan Islam adalah

pencerminan nilai-nilai islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dan

termanifestasi dalam seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan dalam

prakteknya. Dalam konteks ini harus dipahami bahwa karakteristik kurikulum

pendidikan Islam senantiasa memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan

dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan Allah SWT dan Rasul-Nya,

Muhammad Saw. Konsep inilah yang membedakan kurikulum pendidikan

Islam dengan kurikulum pendidikan umumnya.

14 Syaibany, op.cit., h. 523-532.

Page 26: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

13

Menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany yang dikutip AbuddinNata menyebutkan “lima ciri kurikulum pendidikan Islam”. Kelima ciritersebut secara ringkas dapat disebutkan sebagai berikut:1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan

kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat dan tekniknya bercorakagama.

2. Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya. Yaitu kurikulum yangbetul-betul mencerminkan semangat, pemikiran, dan ajaran yangmenyeluruh. Disamping itu ia juga luas dalam perhatiannya. Iamemperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspekpribadi pelajar dari segi intelektual, psikologis, social dan spiritual.

3. Bersikap seimbang diantara berbagai ilmu yang dikandung dalamkurikulum yang akan digunakan. Selain itu juga seimbang antarapengetahuan yang berguna bagi pengembangan individual danpengembangan sosial.

4. Bersikap menyeluruh dalam menata seluruh mata pelajaran yangdiperlukan oleh anak didik.

5. Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anakdidik. 15

Selain memiliki cirri-ciri sebagaimana disebutkan diatas, kurikulum

pendidikan islam memiliki beberapa prinsip yang harus ditegakkan. Al-

Syaibany sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, “menyebutkan tujuh

prinsip kurikulum pendidikan Islam”, yaitu :

Pertama, prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasukajarannya dan nilai-nilainya. Setiap bagian yang terdapat dalam kurikulum,mulai dari tujuan, kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dansebagainya harus berdasar pada agama dan akhlak islam. Yakni harus terisidengaan jiwa agama islam, keutamaan, cita-cita dan kemauannya yang baiksesuai dengan ajaran islam.

Kedua, prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum, yakni mencakup tujuan membina akidah, akal, danjasmaninya dan hal lain yang bermanfaat bagi masyarakat dalamperkembangan spiritual, kebudayaan, social, ekonomi, politik termasuk ilmu-ilmu agama, bahasa, kemanusiaan, fisik, praktis, professional, seni rupa dansebagainya.

Ketiga, prinsip keseimbangan yang relative antara tujuan-tujuan dankandungan kurikulum.

Keempat, prinsip perkaitan antara bakat, minat, kemampuan-kemampuandan kebutuhan pelajar. Begitu juga dengan alam sekitar baik yang bersifatfisik maupun social dimana pelajar itu hidup dan berinteraksi.

15 Nata, op. cit., h. 127.

Page 27: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

14

Kelima, prinsip pemiliharaan perbedaan-perbedaan individual diantarapara pelajar, baik dari segi minat maupun bakatnya.

Keenam, prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai denganperkembangan zaman dan tempat.

Ketujuh, prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajaran denganpengalaman-pengalaman dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.16

Dapat disimpulkan bahwa, “kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum

yang memiliki landasan dasar agama, dasar filsafat, dasar psikologis dan

dasar social sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan visi pendidikan

Islam dan menciptakan peserta didik yang memiliki kelebihan dalam bidang

ilmu pengetahuan, teknologi dan berakhlak mulia sesuai ajaran Islam.

B. Tujuan Pendidikan Islam

Istilah “ tujuan” secara etimologi, mengandung arti arah, maksud atau

haluan. Dalam bahasa Arab “tujuan” diistilahkan dengan “Ghay, Ahd atau

Maqashid. Sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan “goal,

purpose, objectives atau aim”. Secara terminologi, tujuan berarti “sesuatu

yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”17

Tujuan pendidikan mempunyai kedudukan yang amat penting, Ahmad D.Marimba sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata, “Menyebutkanempat fungsi tujuan pendidikan”. Pertama, tujuan berfungsi mengakhiriusaha. Sesuatu usaha yang tidak memiliki tujuan tidaklah memiliki arti apa-apa dan pada umumnya, suatu usaha itu berakhir apabila telah tercapai tujuanyang dicita-citakan. Kedua, tujuan berfungsi mengarahkan usaha, tanpaadanya antisipasi (pandangan kedepan) kepada tujuan, penyelewengan akanbanyak terjadi dan kegiatan yang dilakukan tidak akan berjalan secara efisien.Ketiga, tujuan dapat berfungsi sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, yaitu tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan daritujuan pertama. Keempat, tujuan sebagai pemberi nilai terhadap sesuatukegiatan.18

Dari fungsi-fungsi tujuan tersebut, tujuan merupakan hasil penentuan dari

suatu atau proses pendidikan terhadap nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam

pribadi manusia yang diinginkan. Nilai-nilai ideal itu mempengaruhi dan

mewarnai pola kepribadian manusia, sehingga menggejala dalam prilaku

16 Nata, op.cit., h. 125.17 Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 107.18 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 98.

Page 28: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

15

lahiriah (tampak). Dengan kata lain, prilaku lahiriah adalah cermin yang

memproyeksikan nilai-nilai ideal yang telah mengacu di dalam jiwa manusia

sebagai produk dari proses pendidikan.

Jika kita mengacau kepada tujuan pendidikan islam, berarti kita mengacu

kepada kepribadian-kepribadian yang bernilaikan ideal-ideal islam. Hal ini

mengandung makna tujuan pendidikan islam tidak lain adalah tujuan yang

merealisasikan idealitas Islam. Dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan

islam harus berorientasi pada pendidikan yang meliputi beberapa aspek,

misalnya tentang tujuan dan tugas hidup manusia (QS. Ali Imran:191),

memerhatikan sifat-sifat dasar manusia yaitu konsep tentang manusia bahwa

ia diciptakan sebagai khalifah (QS. Al-Baqarah: 30), serta beribadah kepada-

Nya (QS. Al-Dzariyat: 56), penciptaan itu dibekali fitrah berupa akal dan

agama (QS. Al-Rum: 28 dan 30), sebatas kemampuan dan kapasitas ukuran

yang ada dan memenuhi tuntutan masyarakatnya. 19

Pendidikan Islam, sering dikatakan memiliki sasaran dan dimensi hidup,

yaitu penanaman rasa taqwa kepada Allah dan pengembangan rasa

kemanusiaan kepada sesama manusia. Dalam bahasa al-Qur’an, dimensi

hidup ketuhanan ini juga disebut jiwa rabbaniyah (QS. Ali Imran: 79) atau

biasa disebut tauhid rububiyah, suatu bentuk kenyakinan bahwa semua yang

ada di alam semesta dikendalikan oleh Allah Yang Maha Esa tanpa campur

tangan sekutu lain. Sedangkan dimensi kemanusiaan yang harus ditanamkan

adalah silatuhrahmi, persaudaraan, persamaan, adil, baik sangka, rendah hati,

tepat janji, dermawan dan lain sebagainya. Dua dimensi yang memiliki nilai-

nilai tersebut akan membentuk ketaqwaan dan akhlak yang mulia.

Adapun dimensi kehidupan yang mengandung nilai ideal islami dapatdikategorikan ke dalam tiga macam sebagai berikut.1. Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan hidup

manusia di dunia. Dimensi nilai kehidupan ini mendorong kegiatanmanusia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia agar menjadi bekalbagi kehidupan di akhirat.

2. Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia berusahakeras untuk meraih kehidupan di akhirat yang membahagiakan. Dimensi

19 Yasin, op. cit., h. 108.

Page 29: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

16

ini menuntut manusia untuk tidak terbelenggu oleh rantai kekayaanduniawi atau materi yang dimiliki.

3. Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan(mengintegrasikan) antara kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi.Keseimbangan dan keserasian antara kedua kepentingan hidup inimenjadi daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari berbagaigejolak kehidupan yang menggoda ketenangan hidup manusia, baik yangbersifat spiritual, sosial, kultural, ekonomis maupun ideologis dalamhidup pribadi manusia. 20

Dimensi-dimensi nilai diatas merupakan sasaran idealitas islami yang

seharusnya dijadikan dasar fundamental dari proses kependidikan islam.

Dimensi nilai-nilai islami yang menekankan keseimbangan dan keselarasan

hidup duniawi-ukhrawi menjadi landasan ideal yang hendak dikembangkan

atau dibudidayakan dalam pribadi manusia melalui pendidikan sebagai alat

pembudayaan.

Menurut al-Qabisy sebagaimana yang dikutip oleh Fattah Yasin, tujuan

pendidikan Islam itu adalah upaya menyiapkan peserta didik agar menjadi

muslim yang dapat menyesuaikan hidupnya sesuai dengan ajaran-ajaran

islam. Dengan tujuan ini diharapkan peserta didik juga mampu memiliki

pengetahuan dan mampu mengamalkan ajaran islam, karena hidup ini tidak

lain adalah jembatan menuju hidup di akhirat.21

Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli tersebut dapatdiketahui bahwa tujuan pendidikan Islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan

sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan danmengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.

2. Mengarahkan manusia seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya dimuka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah sehinggatugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.

3. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidakmenyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.

4. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, dan jasmaninya sehingga iamemiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semua ini dapay digunakanguna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.

5. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di duniadan di akhirat. 22

20 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), Cet 5. h. 109.21 Yasin, op. cit., h. 11022 Abuddin Nata, op. cit., h. 106.

Page 30: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

17

Manusia yang dapat memiliki ciri-ciri tersebut diatas secara umum adalah

manusia yang baik. Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa para ahli

pendidikan islam pada hakikatnya sependapat bahwa tujuan umum

pendidikan islam ialah terbentuknya manusia yang baik, yaitu manusia yang

beribadah kepada Allah dalam rangka pelaksanaan fungsi kekhalifahannya di

muka bumi. Abuddin Nata mengutip kutipan Mohammad al-Toumy al-

Syaibany, dalam menjabarkan tujuan khusus pendidikan Islam menjadi:

1. Tujuan yang berkaitan dengann individu yang mencakup perubahan

berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani, rohani, dan kemampuan-

kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.

2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat yang mencakup tingkah laku

individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, serta

memperkaya pengalaman masyarakat.

3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran

sebagai ilmu, seni, profesi dan kegiatan masyarakat. 23

Adanya tujuan umum dan tujuan khusus dalam pendidikan Islam tersebut

lebih lanjut dikemukakan oleh Ali Khalil Abu al-Aynain, menurutnya tujuan

umum pendidikan islam adalah membentuk pribadi yang beribadah kepada

Allah. Sifat tujuan umum ini tetap, berlaku di sepanjang tempat, waktu dan

keadaan. Sedangkan tujuan khusus pendidikan islam ditetapkan berdasarkan

keadaan tempat dengan mempertimbangkan keadaan geografi, ekonomi dan

lain-lainnya yang ada di tempat itu.24

Tujuan khusus pendidikan islam sesuai dengan pendapat yangdikemukakan oleh Quraish Shihab sebagaimana yang dikutip oleh FattahYasin yaitu bahwa tujuan pendidikan dapat diimpor atau diekspor dari atau kesuatu negara atau masyarakat. Ia harus timbul dari dalam masyarakat itusendiri. Ia adalah “pakaian” yang harus diukur dan dijahit sesuai denganbentuk dan ukuran pemakaiannya dalam masyarakat atau negara tersebut.Dengan kata lain pernyataan ini lebih tepat diarahkan kepada sifat dari tujuankhusus pendidikan islam yang sifatnya fleksibel dan bukan diarahkan kepada

23 Ibid., h. 107.24 Tafsir, op. cit., h. 50.

Page 31: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

18

tujuan umum pendidikan islam yang sifatnya konstan dan berlaku sama bagisemua bangsa dan negara di dunia ini.25

Dari beberapa pendapat para pakar pendidikan Islam, dapat disimpulkan

tujaan pendidikan Islam adalah menciptakan peserta didik yang dapat

menerima tantangan zaman dalam IPTEK dan memiliki akhlak mulia sesuai

ajaran Islam dalam upaya menyiapkan kebahagian di dunia dan akhirat.[[

C. Materi-Materi Pendidikan Islam

Kurikulum Islam adalah serangkaian rencana program pendidikan Islam

yang digunakan untuk berlangsungnya program pendidikan baik yang

termasuk dalam kurikulum nyata (the riil curricullum) maupun kurikulum

yang bersifat tersembunyi (the hidden curricullum). Rangkain muatan

kurikulum berisikan program pendidikan yang didalamnya terdapat tujuan,

isi/materi, metode, sarana, pendidik, dan lain sebagainya. Untuk bisa

mencapai tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang ingin diharapkan, maka

tentu saja materi yang ingin disampaikan haruslah sesuai dengan cita-cita

kurikulum pendidikan Islam. Isi materi dalam kurikulum pendidikan sebagai

mata pelajaran yang akan diajarkan dalam proses belajar mengajar.

Materi pendidikan Islam pada masa awal permulaan Islam datang yang

diajarkan Rasulullah kepada ummatnya adalah materi yang menyangkut

keperluan kehidupan pribadi maupun sosial. Ketika Rasulullah di Mekkah

materi pendidikan yang diajarkan menyangkut masalah aspek keimanan

(tauhid) dengan bahan ajarnya adalah al-Qur’an dan perangai atau tingkah

laku Rasulullah SAW. Sedangkan materi yang diajarkan Rasulullah ketika

Beliau di Madinah lebih menekan materi peribadatan dan akhlak dengan

bahan ajarnya adalah al-Qur’an dan perangai atau tingkah laku Rasulullah

SAW.

Menurut Ahmad Tafsir,26 materi pendidikan Islam pada masa Rasulullah

adalah membaca al-Qur’an. Keimanan, ibadah, akhlak, dasar ekonomi, dasar

politik, olahraga dan kesehatan, membaca dan menulis. Pada masa

25 Abuddin Nata,. op. cit., h. 109.26 Tafsir, op. cit., h. 61.

Page 32: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

19

khulafaurrasyidin materi pendidikan Islam sudah mulai berkembang menjadi

membaca dan menulis, membaca dan menghafal al-Qur’an, keimanan,

ibadah, akhlak, syair-syair, bahkan materi tentang memanah, berkuda dan

berenang.

Pada masa dinasti khalifah Umayah materi pendidikan makin

berkembang pesat seiring dengan masuknya pengaruh budaya Yunani, Persia,

India, Cina dan lainnya, sehingga pelajaranya bertambah seperti berhitung,

mengenal para tokoh, nahwu dan sharaf. Pada masa dinasti Abbasiyah materi

pendidikan Islam semakin bertambah banyak, seperti bahasa Arab, fiqh,

tafsir, hadits, nahwu, sharaf, ilmu pasti, ilmu mantiq, ilmu falak, tarikh dan

ilmu alam.

Menurut al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin Said, materipendidikan Islam terbagi menjadi dua bidang, yaitu:1. Ilmu syari’at terdiri atas:

a. Ilmu Ushul (ilmu pokok): ilmu al-Qur’an, Sunnah Nabi, pendapat-pendapat Sahabat dan Ijma.

b. Ilmu Furu’ (cabang): Fiqh, ilmu hal ihwal hati dan akhlak.c. Ilmu pengantar (mukaddimah): ilmu bahasa dan gramatika.d. Ilmu pelengkap (mutammimah): ilmu Qira’at, Makharij al-Huru wa

al-Alfadz, ilmu Tafsir, Nasikh dan Mansukh, lafaz umum dan khusus,lafas nash dan zahir serta biografi dan sejarah perjuangan sahabat.

2. Ilmu bukan syari’at terdiri atas:a. Ilmu yang terpuji: ilmu kedokteran, ilmu berhitung dan ilmu

perusahaan.b. Ilmu yang diperbolehkan (tak merugikan): kebudayaan, sastra, sejarah

dan puisi.c. Ilmu yang tercela (merugikan): ilmu tenung, sihir, dan bagian-bagian

tertentu dari filsafat. 27

Menurut Ibnu Khaldun sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, membagi

materi pendidikan Islam menjadi tiga macam, yaitu:

a. Ilmu Lisan (bahasa) yaitu ilmu tentang bahasa (gramatika), sastra atau

bahasa yang tersusun secara puitis (syair).

b. Ilmu Naqli, yaitu ilmu yang diambil dari kitab suci al-Qur’an dan

Sunnah Nabi (al-Qur’an, ilmu tafsir, ilmu hadits dan ilmu ushul fiqh).

27 Said, op. cit., h. 142.

Page 33: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

20

c. Ilmu Aqli, yaitu ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan daya

fikir atau kecenderungannya kepada filsafat dan semua ilmu

pengetahuan (mantiq, ilmu alam, ilmu ketuhanan, ilmu teknik, ilmu

hitung, ilmu tingkah laku dan ilmu nujum). 28

Materi pendidikan menurut At-Thahthawi sebagaimana dikutip oleh

Jalaluddin Said, materi pendidikan terbagi berdasarkan jenjang pendidikan.

Materi pendidikan dasar adalah membaca, menulis al-Qur’an, nahwu dan

dasar-dasar berhitung. Materi pendidikan tingkat menengah adalah jasmani,

ilmu bumi, sejarah, mantiq, biologi, fisika, kimia, manajemen, ilmu pertanian,

ilmu peradaban dan ilmu bahasa asing. Sedangkan materi pendidikan tingkah

menengah atas terdiri dari materi-materi penjuruan yang bersifat lebih

mendalam dan meliputi pelajaran ilmu kedokteran, ilmu fiqih, ilmu bumi dan

sejarah.29

Dari beberapa pendapat tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa materi-

materi pendidikan Islam haruslah bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi

yang merupakan sumber rujukan dalam agama Islam. Dari kedua sumber

tersebut dapat melahirkan materi yang berkaitan dengan keyakinan terhadap

Allah sebagai sumber utama segala pengetahuan. Namun, untuk dapat

menjawab tantangan zaman dan kebutuhan masyarakat diperlukan sebuah

kurikulum yang di dalamnya terdapat materi pendidikan Islam dan materi

pendidikan modern ( IPTEK).

D. Metode Pendidikan Islam

Dalam upaya tercapainya kurikulum pendidikan Islam diperlukan cara

bagaimana tercapainya kurikulum tersebut. Kurikulum yang bagus belum

tentu baik, apabila cara yang digunakan dalam proses menjalankan kurikulum

yang ingin dicapai tidak sesuai dengan metode yang tepat. Hal ini berarti

bahwa metode merupakan komponen kurikulum yang sangat essensial dalam

mencapai tujuan pendidikan Islam.

28 Abuddin Nata, op. cit., h. 225.29 Said, op. cit., h. 151.

Page 34: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

21

Secara literal bahasa kata “metode” berasal dari bahasa Greek yang

terdiri dari meta yang berarti “melalui” dan hodos yang berarti “jalan”. Jadi,

metode berarti “jalan yang dilalui”30 Runes, sebagaimana yang dikutip oleh

Samsul Nizar menerangkan teknis bahwa metode adalah

1. Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.

2. Sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu

pengetahuan dari suatu materi tertentu.

3. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.31

Berdasarkan pendapat Runes tersebut, bila dikaitkan dengan proses

pendidikan Islam, maka metode berarti suatu prosedur yang digunakan

pendidik dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan yang diingin

dicapai. Selain itu metode juga suatu cara yang dilakukan peserta didik dalam

upaya mencari ilmu pengetahuan. Dan metode dapat pula diartikan sebagai

suatu rumusan yang berisikan aturan-aturan prosedur dalam upaya mencapai

tujuan pendidikan.

Dari sudut pandang filosofis, metode adalah merupakan alat yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat itu mempunyai fungsi

ganda, yaitu bersifat polipragmatis dan monopragmatis. Polipragmatis,

bilamana metode itu mengandung kegunaan yang serba ganda

(multipurpose). Suatu metode tertentu pada suatu situasi dan kondisi tertentu

dapat dipergunakan untuk merusak dan pada kondisi lain dapat dipergunakan

untuk membangun atau memperbaiki. Kegunaanya bergantung pada si

pemakai metode tersebut, seperti halnya Video Cassette Recorder (VCR)

yang dapat digunakan untuk merekam semua jenis film yang bersifat

pornografis atau yang bersifat moralis dan dapat juga digunakan untuk alat

pendidikan atau pengajaran. Sebaliknya dengan metode yang bersifat

monopragmatis adalah alat yang hanya dipergunakan untuk mencapai satu

macam tujuan saja. Misalnya, Laboratorium ilmu alam hanya dapat

30 Arifin, op. cit., h. 89.31 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam¸ (Ciputat : Ciputat Press, 2002), h. 66.

Page 35: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

22

dipergunakan untuk kegiatan eksperimen-eksperimen bidang ilmu alam, tidak

dapat dipergunakan untuk bidang yang lainnya.32

Dapat dipahami bahwa penggunaan metode dalam pendidikan tergantung

kepada siapa pemakai dan keuntungan dari pemakai metode tersebut.

Sedangkan metode dalam pendidikan Islam adalah bagaimana menghasilkan

manusia yang berakhlak mulia yang sesuai dengan fitrah manusia sebagai

“khalifah Allah di Muka Bumi”. Maka itu dalam penentuan penggunaan

metode itu harus berdasarkan pada pengembangan manusia yang secara

menyeluruh dari segi aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Dalam konteks dengan pengembangan metode pendidikan Islam, Abdul

Munir Mulkhan sebagaimana dikutip Samsul Nizar, telah mendeskripsikan

beberapa petunjuk Al-Qur’an sebagai rujukan pengembangan metode

pendidikan Islam, antara lain:

a. Allah SWT menyuruh hamba-Nya untuk mencontoh Rasulullah Saw,

sebab sesungguhnya pada diri Rasulullah terdapat teladan yang baik (Q.S.

Al-Ahzab/33:21).

b. Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk menyeru manusia ke jalan

Tuhan dengan hikmah, pengajaran yang baik dan argumentasi yang dapat

dipertanggung jawabkan (Q.S. An-Nahl/16:125).

c. Allah SWT memerintahkan ummat Islam untuk mengembangkan sikap

arif dan bijaksana dalam melakukan dan menyelesaikan suatu aktivitas

(berdiskusi dan bermusyawarah) serta bertawakal kepada-Nya (Q.S. Ali

Imran/3:159), (Q.S. Asy Syuura/42:38).

d. Manusia diperintahkan untuk melakukan eksplorasi di muka bumi dan

memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan

Allah (Q.S. Al-An’aam/6:11). Sesungguhnya telah berlaku sunnah-sunnah

Allah sebelum kamu, karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan

perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan agama

(Q.S. Ali Imran/3:137).

32 Arifin, op. cit., h. 90.

Page 36: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

23

e. Jadi, dapat disimpulkan dalam pengembangan metode pendidikan Islam

yang sebagaimana yang dipaparkan Abdul Munir Mulkan bertujuan

bagaimana menciptakan manusia yang memiliki kepribadian yang

berakhlak mulia sebagai al-insan al-kamil. 33

Metode pendidikan Islam secara formal adalah sebagaimana yang

dikemukakan oleh al-Syaibany, yaitu

1. Metode pengambilan kesimpulan (Induktif)

Metode ini bertujuan untuk membimbing pelajar untuk mengetahui

fakta-fakta dan hukum-hukum umum melalui jalan pengambilan

kesimpulan atau induksi.

2. Metode perbandingan (Qiyasiah)

Metode ini dimulai dari penjelasan yang bersifat umum kepada yang

khusus, dari keseluruhan kepada bagian-bagian kecil. Metode

perbandingan saling berkaitan dan melengkapi bagi metode induktif, oleh

sebab itu guru-guru dianjurkan untuk menggabungkan antara keduannya

untuk dapat membuktikan kebenaran.

3. Metode kuliah

Metode kuliah adalah metode yang menyatakan bahwa mengajarkan

pelajaran dan kuliahnya dengan cara mencatat perkara-perkara yang

penting yang ingin dibincangkan.

4. Metode dialog dan perbincangan

Metode dialog adalah metode yang berdasarkan pada dialog,

percakapan melalui tanya jawab untuk mengetahui suatu kebenaran dalam

fakta-fakta.

5. Metode halaqah

Metode halaqah merupakan metode pertama kali dalam Islam dalam

menyampaikan dakwah atau pendidikan. Metode yang dilaksanakan

dengan cara para murid mengelilingi guru dalam setengah bulatan untuk

mendengarkan ilmu yang disampaikan guru.

6. Metode riwayat

33Nizar, op. cit., h. 72.

Page 37: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

24

Metode ini dianggap salah satu metode dasar yang digunakan oleh

pendidikan Islam. Metode ini digunakan untuk mengajarkan pelajaran

Hadits, bahasa dan sastra Arab serta ilmu-ilmu Islam dan segi-segi

pemikiran Islam yang paling banyak menggunakan riwayat.

7. Metode mendengar

Periwayatan ilmu pada abad pertama dakwah Islamiyah bergantung

penuh pada pendengaran sahaja. Sebab tulisan dan bacaan belum tersebar

luas dalam masyarakat Islam pada waktu itu dan tulisan Arab pada masa

itu masih banyak kekurangan yang menyebabkan membaca dan menulis

itu sukar. Penyebaran ilmu pada masa itu lebih bersifat pendengaran.

8. Metode membaca

Metode ini merupakan alat yang digunakan dalam mengajarkan dan

meriwayatkan karya ilmiah yang bukan karya guru sendiri. Menurut

metode ini murid membacakan apa yang dihafalnya kepada gurunya atau

orang lain membacanya sedang dia mendengarkan.

9. Metode imla

Metode imla adalah metode menulis materi yang dibacakan oleh guru

dengan cara mengatur setiap kata-kata yang diucapkannya sedangkan

murid-murid mencatat setiap kata yang didengarnya.

10. Metode hafalan

Metode hafalan merupakan metode yang digunakan pada masa awal

Islam dalam menyebarkan dakwah. Pada masa awal Islam orang-orang

sangat menghargai daya ingatan seseorang untuk menghafal. Metode

hafalan ini merupakan faktor yang membantu tersebarnya bacaan-bacaan

Al-Qur’an dikarenakan pada masa itu tulisan masih sangat kurang. metode

ini digunakan untuk menghafal bacaan-bacaan Al-Qur’an, Hadits dan Ilmu

Bahasa yang sangat membutuhkan daya ingatan yang kuat.

11. Metode pemahaman

Metode pemahaman adalah metode dengan cara menjelaskan,

menganalisa, dan memahami suatu bacaan. Sesungguhnya metode

pengajaran dalam Islam menaruh perhatian kepada pemahaman mata

Page 38: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

25

pelajaran sebagaimana ia menaruh perhatian pada hafalan dan tidak

melalaikan kepahaman.

12. Metode lawatan untuk menuntut (pariwisata)

Pendidik-pendidik Islam menaruh perhatian besar terhadap lawatan

dan perkunjungan ilmiah dan dianggapnya metode yang paling bermanfaat

dalam menuntut ilmu, memperoleh pengetahuan, meriwayatkan hadits dan

sejarah. Metode ini juga sebagai jalan pembuktian kebenaran pada suatu

ilmu pengetahuan dalam upaya menguji keorisinalan suatu ilmu.. 34

Dari beberapa pendapat para pakar pendidikan dapat disimpulkan

bahwa “metode pembelajaran adalah sebuah cara menyampaikan materi

pelajaran yang dilakukan seorang guru kepada peserta didik”. Metode

pembelajaran Islam adalah metode yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an

dan Sunnah Rasulullah dalam menyampaikan materi pelajaran. Dalam

penggunaan metode diperlukan kesesuaian dengan materi dan

perkembangan peserta didik.

E. Evaluasi Pendidikan Islam

Rangkaian akhir dalam komponen kerja sistem pendidikan yang

terpenting adalah pengevaluasian. Pengevaluasian merupakan pengujian atas

tingkat keberhasilan pada suatu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal

pendidikan Islam evaluasi berarti merupakan langkah terakhir dalam suatu

rangkaian kerja yang berkaitan dengan berhasil atau gagalkah suatu

pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan Islam. Dalam hal ini

dapat dilihat dengan output yang dihasilkan oleh suatu lembaga pendidikan

Islam. Jika output tersebut sesuai dengan tujuan program dapat dikatakan

bahwa pendidikan tersebut berhasil ataupun sebaliknya.

Ada tiga istilah yang digunakan dan perlu disepakati pemakaiannya,

sebelum disampaikan uraiannya lebih jauh tentang evaluasi program, yaitu

34 Syaibany, op.cit., h. 561-582.

Page 39: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

26

“evaluasi” (evaluation), “pengukuran” (measurement) dan “penilaian”

(assessment).35

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti

tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan

sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang

yang ada hubungannya dengan pendidikan.36

Evaluation is a process which determines the extent to which objectives

have been achieved. Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi,

dimana suatu tujuan telah dapat tercapai. Defenisi ini menerangkan secara

langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu kegiatan yang mengukur

derajat, dimana suatu tujuan dapat dicapai. Sebenarnya evaluasi juga

merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan,

mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambil keputusan.37

Sebagaimana pendapat Suchman yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto,

memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah

dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya

tujuan. Dan definisi lain yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders yang

dikutip oleh Suharsimi Arikunto, mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan

mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu untuk mencapai tujuan yang

sudah ditentukan.38

Dalam arti sempit, evaluasi dapat dikatakan suatu usaha untuk menguji

keberhasilan pendidik dalam rangka mengetahui sejauh mana perkembangan

peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan. Dalam arti

luas, evaluasi dapat dikatakan suatu usaha menguji tingkat keberhasilan suatu

sistem pendidikan yang berisikan komponen-komponen pendukung dalam

pendidikan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

35 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta :PT. Bumi Aksara, 2009), cet.2. h. 1.

36 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 1.37 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2011),

cet.5. h. 1.38 Jabar, op. cit., h. 2.

Page 40: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

27

Secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam.Pertama, dari segi pendidik, evaluasi berguna untuk mengetahui tingkatkeberhasilan seorang pendidik dalam menjalankan tugas, Kedua, dari segipeserta didik, evaluasi berguna untuk mengetahui perubahan tingkah lakunyadari hasil pendidikan. Ketiga, dari segi ahli pemikir pendidikan Islam,evaluasi berguna untuk mengetahui kelemahan dan keunggulan teori-teoripendidikan yang ada dalam upaya meningkatkan pendidikan yang sesuaidengan tuntutan zaman. Keempat, dari segi pemerintah, evaluasi bergunauntuk menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan yang sesuai denganperkembangan dan tuntutan masyarakat.39

Kesemua kegunaan evaluasi pendidikan Islam dimaksudkan untuk

mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sebuah sistem pendidikan dari

berbagai aspek (kurikulum, pendidik, materi dan metode) dalam rangka

peningkatan kualitas pendidikan pendidikan Islam di masa yang akan datang.

Adapun tujuan evaluasi menurut ajaran Islam, berdasarkan pemahaman

terhadap ayat-ayat al-Qur’an antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:40

1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai

macam problema kehidupan yang dialaminya.

2. Untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil pendidikan

wahyu yang telah diterapkan Rasulullah SAW terhadap umatnya.

3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup hidup keislaman

atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di

sisi Allah.

Untuk mengetahui sejauh mana kuatnya iman seseorang, Allah SWT

terkadang mengevaluasinya melalui berbagai cobaan yang besar. Allah

berfirman:

“Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka akan dibiarkan (saja)

mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji (dievaluasi)

lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum

39Nizar, op. cit., h. 78.40 Abuddin Nata, op. cit., h. 189.

Page 41: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

28

mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan

sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (Q.S. al-Ankabut,

29:2-3).

Pada ayat tersebut dengan jelas dinyatakan bahwa Allah SWT akan

menguji kualitas keimanan seseorang dengan berbagai evaluasi atau cobaan.

Dengan demikian dapat diketahui siapa saja yang benar-benar mantab

imannya dan siapa saja yang imannya palsu.

Konsep evaluasi dalam pendidikan Islam bersifat menyeluruh, baik

dalam hubungan manusia dengan Allah SWT sebagai pencipta, hubungan

manusia dengan manusia yang lainnya, hubungan manusia dengan alam

sekitarnya dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Paradigma

pendidikan islam mengintegralkan semua ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik, sehingga terciptalah manusia yang paripurna yang dapat

mengaktualisasikan keimanan, keilmuan dan amal shalihnya.41

Dari beberapa pendapat para pakar dapat disimpulkan, evaluasi adalah

pengoreksian, pengawasan dan perefleksian terhadap komponen-komponen

kurikulum dalam upaya mengetahui keberhasilan kurikulum. Evaluasi dalam

pendidikan Islam adalah mengevaluasi tingkat keberhasilan peserta didik

dalam ketaatan dan kepatuhan terhadap ajaran Islam.

F. Pendidikan Perspektif Muhammad Al-Naquib Al-Attas.

1. Pengertian Pendidikan

Definisi Pendidikan, menurut Al-Attas berasal dari kata ta’dib yang

berartikan penyemaian dan penanaman adab dalam diri seseorang. Al-

Qur’an menegaskan bahwa contoh ideal bagi orang yang beradab adalah

Nabi Muhammad Saw, yang oleh kebanyakkan disebut dengan sebagai

Manusia Sempurna atau Manusia Universal (al-insan al-kulliyy). Oleh

karena itu, sistem pendidikan harus merefleksikan manusia sempurna.42

Pada Konferensi Dunia Pertama mengenai Pendidikan Islam yang

diselenggarakan di Mekkah, pada April 1971. Al-Attas mengajukan agar

41 Samsul Nizar, op. cit., h. 8342Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas,

(Bandung: Mizan Media Utama, 1998). h. 174.

Page 42: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

29

definisi pendidikan Islam diganti menjadi penanaman adab dan istilah

pendidikan dalam Islam menjadi ta’dib. Gagasan definisi pendidikan

tersebut diterima sebagai istilah yang dikompromiskan dengan istilah

tarbiyah, ta’lim dan ta’dib yang dipakai secara bersamaan.43

Al-Attas yang tidak setuju dengan penerimaan yang kompromis ini

kemudian menyatakan kembali argumentasinya dalam The Concept if

Education in Islam yang disampaikannya pada Konferensi Dunia Kedua

mengenai Pendidikan Islam yang diselenggarakan di Islamabad, pada 1980.

Menurut Al-Attas, jika benar-benar dipahami dan dijelaskan dengan baik,

konsep ta’dib adalah konsep yang paling tepat untuk pendidikan Islam,

bukannya tarbiyah ataupun ta’lim sebagaimana yang digunakan waktu itu.

Dia mengatakan, “ struktur konsep ta’dib sudah mencakup unsur ilmu (ilm),

instruksi (ta’lim) dan pembinaan yang baik (tarbiyah).44

Al-Attas berpendapat kata “tarbiyah” yang dalam bahasa latin ialah

education. Tarbiyah adalah proses menghasilkan dan mengembangkan

mengacu kepada segala sesuatu yang bersifat fisik dan material. Yang dituju

dalam konsepsi pendidikan yang diturunkan dari konsep-konsep latin yang

dikembangkan dari istilah-istilah tersebut di atas meliputi spesies hewan dan

tidak dibatasi pada “hewan berakal”45.

Pada dasarnya tarbiyah berarti mengasuh, menanggung, memberi makan,

mengembangkan, memelihara, membuat, menjadikan bertambah dalam

pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang

dan menjinakkan. Penerapannya dalam bahasa Arab tidak hanya terbatas

pada manusia saja dan medan-medan semantiknya meluas kepada spesies-

spesies lain untuk mineral, tanaman dan hewan. 46

Konsep tarbiyah bisa diterapkan untuk berbagai spesies dan tidak

terbatas hanya untuk manusia, dengan demikian konsep tarbiyah tidak

43 Ibid., h. 175.44 Ibid., h. 175.45 Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Terj. dari The

Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic Philosophy of Education oleh HaidarBagir, (Bandung: Mizan, 1984). h. 64.

46 Ibid., h. 66.

Page 43: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

30

cocok untuk menunjukkan pendidikan dalam arti Islam yang dimaksudkan

hanya untuk manusia saja.47 Selain itu tarbiyah pada dasarnya juga mengacu

kepada gagasan “pemilikan”, seperti pemilikan keturunan oleh orang tuanya

dan biasanya para orang tua sebagai pemilik yang berhak mentarbiyahkan

keturunannya. Pemilikan-pemilikan yang dimaksud adalah pemilikan yang

berhubungan dengan relasional. Mengingat bahwa pemilikan yang

sebenarnya ada pada Tuhan sebagai Sang Pencipta, Pemelihara, Penjaga,

Pemberi, Pengurus dan Pemilik segala sesuatu, yang kesemuanya itu

tercakup dalam istilah tunggal ar-Rabb. Jadi kata Rabba yang diturunkan

kepadanya jika diterapka pada manusia dan hewan-hewan menunjukkan

suatu “milik yang dipinjamkan”. Yang mereka kerjakan dengan milik yang

dipinjam ini adalah tarbiyah jika yang mereka kerjakan adalah mengasuh,

menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara,

membesarkan, menjadikan bertambah di dalam pertumbuhan dan

sebagainya. Kesemuanya itu bukan pekerjaan pendidikan. Pendidikan

adalah penanaman pengetahuan yang berkenaan dengan manusia saja

dengan penggunaan intelektual manusia. 48

Jika penyelenggaran tarbiyah digunakan sebagai pendidikan yang

berhubungan dengan pertumbuhan dan kematangan material dan fisik saja

akan menyebabkan pola pendidikan sekuler yang berprinsip utilitarian yang

cenderung pada aspek-aspek fisik, material kehidupan sosial dan politis

manusia.49

Konsep ta’dib adalah pendidikan yang menekankan pada adab yang

mencakup amal dalam pendidikan dan proses pendidikan adalah untuk

menjamin bahwasanya ilmu (ilm) dipergunakan secara baik di dalam

masyarakat oleh karena inilah para pakar pendidikan dan para sarjana-

sarjana terdahulu mengombinasikan ilm dengan amali dan adab. Dan

menganggap kombinasi harmonis ketiganya sebagai pendidikan. 50

47 Ibid., h. 67.48 Ibid., h. 68.49 Ibid., h. 69.50 Ibid., h. 62.

Page 44: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

31

Adab adalah pengetahuan yang mencegah manusia dari kesalahan-

kesalahan penilaian. Adab berarti pengenalan dan pengetahuan tentang

hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hirarkis sesuai

dengan berbagai-bagai tingkat dan derajat-tingkatan mereka dan tentang

tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta

dengan kapasitas dan potensi jasmaniah, intelektual maupun ruhaniah

seseorang. 51 Oleh karena itu, Al-Attas menolak peristilahan tarbiyah dan

ta’lim yang selama ini dianggap sebagai pengertian yang lengkap mengenai

pendidikan. Al-Attas menolak tarbiyah sebab istilah tarbiyah hanya

menyinggung aspek fisikal dan emosional dalam perkembangan manusia

dan hewan. Ibn Miskawaih Sebagaimana dikutip Al-Attas, misalnya

menggunakan istilah ta’dib untuk menunjukkan pendidikan intelektual,

spiritual, dan sosial, baik anak muda maupun orang dewasa. 52

Al-Attas memberikan contoh bagaimana adab hadir dalam pelbagai

tingkat pengalaman manusia. Adab terhadap diri sendiri bermula ketika

seseorang mengakui bahwa dirinya terdiri dari dua unsur, yaitu akal dan

sifat kebinatangan. Ketika akal seseorang menguasai dan mengontrol sifat-

sifat kebinatangannya, ia sudah meletakkan keduanya pada tempat yang

semestinya dan karenanya ia telah meletakkan dirinya pada tempat yang

benar adapun sebaliknya jika tidak, ia menjadi sesuatu yang tidak adil

(zhulm al-nafs).53

Adab dalam konteks hubungan antara sesama manusia berarti norma-

norma etika yang diterapkan dalam tata krama sosial sudah sepatutnya

dilakukan dilingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini, posisi

seseorang “bukanlah sesuatu yang ditentukan manusia berdasarkan kriteria

kekuatan, kekayaan ataupun keturunan, melainkan ditentukan oleh al-

Qur’an berdasarkan kriteria terhadap ilmu pengetahuan, akal pikiran dan

perbuatan yang mulia. Jika manusia tersebut melakukannya dengan tulus

51 Ibid., h. 63.52 Wan Daud, op. cit., h. 180.53 Ibid., h. 178.

Page 45: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

32

ikhlas dan rendah hati, hal itu menunjukkan bahwa seseorang tersebut

mengetahui tempat yang sebenarnya dalam hubungannya dengan mereka.

Dalam konteks ilmu, adab berarti disiplin intelektual yang mengenal dan

mengakui adanya hirarki ilmu berdasarkan kriteria tingkat-tingkat keluhuran

dan kemuliaan, yang memungkinkannya mengenal dan mengakui, bahwa

seseorang yang pengetahuannya berdasarkan wahyu itu jauh lebih mulia

dibandingkan mereka yang pengetahuannya berdasarkan akal. Adab

terhadap ilmu pengetahuan akan menghasilkan cara-cara yang tepat dan

benar dalam belajar pelbagai bidang sains yang berbeda. Dengan demikian,

tujuan yang sebenarnya dalam upaya pencarian ilmu dan pendidikan adalah

seseorang bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dalam kaitannya dengan alam, adab berarti pendisiplinan akal praktis

dalam berhubungan dengan hirarki yang menjadi karakter alam semesta

sehingga seseorang bisa membuat keputusan yang mengenai nilai-nilai dari

segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta dalam pengembangan

jasmaniah dan ruhaniah manusia.

Adab terhadap bahasa berarti pengenalan dan pengakuan adanya tempat

yang benar dan tepat untuk setiap kata, baik dalam tulisan maupun

percakapan sehingga tidak menimbulkan kerancuan dalam makna, bunyi

dan konsep. Dalam Islam, kesustraan disebut dengan Adabiyah, semata-

mata karena ia dianggap sebagai penjaga peradaban dan penghimpun ajaran

dan pernyataan yang bisa mendidik jiwa manusia dan masyarakat dengan

adab sehingga keduanya menduduki tempat yang tinggi sebagai manusia

dan masyarakat yang beradab.

Untuk alam spiritual, adab berarti pengenalan dan pengakuan terhadap

tingkat-tingkat keluhuran yang menjadi sifat alam spiritual; pengenalan dan

pengakuan terhadap pelbagai maqam spiritual berdasarkan ibadah;

pengenalan dan pengakuan terhadap disiplin spiritual yang dengan benar

telah menyerahkan fisik atau jiwa kebinatangan pada spiritual ataupun akal.

Al-Attas memberikan kesimpulan mengenai pengertian adab sebagai

berikut:

Page 46: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

33

1. Suatu tindakan untuk mendisiplinkan jiwa dan pikiran.

2. Pencarian kualitas dan sifat-sifat jiwa dan pikiran yang baik.

3. Perilaku yang benar dan sesuai yang berlawanan dengan prilaku salah

dan buruk.

4. Ilmu yang dapat menyelamatkan manusia dari kesalahan dalam

mengambil keputusan dan sesuatu yang tidak terpuji.

5. Pengenalan dan pengakuan kedudukan (sesuatu) secara benar dan tepat.

6. Sebuah metode mengetahui yang mengaktualisasikan kedudukan sesuatu

secara benar dan tepat.

7. Realisasi keadilan sebagaimana direfleksikan oleh hikmah. Yang

dimaksud Al-Attas adalah pendidikan berbeda dengan istilah

pengajaran dan pelatihan. Pelatihan dan pengajaran dapat dilakukan

pada manusia dan hewan, sedangkan pendidikan hanya diperuntukkan

manusia.

Dengan menyintesiskan arti ilmu pengetahuan, makna dan arti adab, bisa

dikatakan bahwa definisi pendidikan Islam yang lengkap adalah

sebagaimana yang terkandung dalam konteks ta’dib, yang didalamnya

terkandung tujuan, kandungan dan metode pendidikan yang sebenarnya:

“Pengenalan dan pengakuan yang ditanam secara progresif dalam diri

manusia mengenai tempat yang sebenarnya dari segala sesuatu dalam

susunan penciptaan yang membimbing seseorang pada pengenalan dan

pengakuan terhadap keberadaan Tuhan dalam tatanan wujud dan

eksistensi.54

Dapat disimpulkan bahwa definisi pendidikan adalah sebuah proses

penanaman akhlak dan adab dalam upaya menumbuhkan potensi peserta

didik dalam domain kognitif, psikomotorik, afektif dan spiritual dalam

upaya menjadikan manusia yang sempurna.

54 Ibid., h. 180.

Page 47: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

34

2. Kurikulum Pendidikan

Tujuan pendidikan dalam Islam, sebagaimana diuraikan secara

mendalam oleh Al-Attas adalah menciptakan manusia yang baik, seorang

manusia beradab dalam pengertian yang komprehensip. Dalam

pembentukkan kurikulum al-Attas menekankan aspek adab. Menurutnya,

adab mencakup suatu pengenalann dan pengakuan mengenai tempat sesuatu

secara benar dan tepat. Dengan ilmu pengetahuan dan metode yang

berasaskan adab agar dapat mengetahui yang benar dan mampu menjaga

manusia dari kesalahan penilaian dan perbuatan sehingga dapat

memosisikan dirinya pada tempat yang benar dan sesuai.55

Kurikulum pendidikan dalam Islam berlandaskan sumber-sumber yang

jelas dan mapan, yang pemahaman, penafsiran dan penjelasannya

membutuhkan ilmu pengetahuan yang otoritatif. Al-Attas mengatakan

otoritas yang tertinggi dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang

dilakukan oleh para sahabat Nabi. Dalam pengembangan kurikulum

pendidikan Islam Al-Attas lebih menekankan keutamaan peranan guru.

Guru memiliki peranan penting dalam proses pendidikan. Al-Attas

menyarankan peserta didik dalam mencari guru untuk tidak tergesa-gesa

belajar kepada guru yang sembarangan. Pentingnya mendapatkan guru yang

memiliki reputasi tinggi untuk mencapai gelar tertentu.56

Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Al-Attas, mengingatkan dan

menekankan peserta didik untuk tidak sombong tetapi harus memperhatikan

mereka yang membantunya dalam mencapai kebijaksanaan, kesuksesan dan

kebahagiaan dan tidak hanya berlandaskan kepada mereka yang termasyhur

atau terkenal.57 Praktik pendidikan Al-Attas, tidak bergantung pada

kuantitas buku yang terlalu banyak, tetapi hanya bertumpu pada buku yang

sudah disahkan. Hal ini bisa dilihat dari perpustakaan pribadinya yang

relatif memiliki kuantitas buku terbatas.

55 Ibid., h. 255.56 Ibid., h. 260.57 Ibid., h. 261.

Page 48: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

35

Adab guru dan peserta didik dalam filsafat pendidikan Al-Attas

tampaknya diilhami oleh Al-Ghazali. Pandangan Al-Ghazali mengenai

tugas-tugas guru dan peserta didik yang saling memberi manfaat. Selain

persiapan spiritual, seperti mengamalkan adab yaitu mendisiplinkan pikiran

dan jiwa. Peserta didik harus menghormati dan percaya kepada guru; harus

sabar dengan kekurangan gurunya dan menempatkannya dalam perspektif

yang wajar. Guru pun dapat menerima nasihat yang datang dari peserta

didik dan berproses sesuai dengan perkembangannya dan kemampuannya.58

Al-Attas dalam menjalankan sistem kurikulum pendidikan Islam

mengacu kepada tradisi Islam dalam hal otoritas dan mengaplikasikan ide

universal mereka secara kritis dan kreatif untuk menyelesaikan banyak

permasalahan yang dihadapi. Al-Attas menginginkan kedisiplinan yang

konsisten dari semua mahasiswanya untuk mengetahui hal-hal yang paling

penting dan mengaplikasikannya secara tepat dalam kehidupan pribadi dan

sosial. Memperhatikan dan memahami dengan benar isi dan pesan yang

disampaikan oleh guru mereka.59

Dapat disimpulkan, kurikulum pendidikan Islam Al-Attas adalah

kurikulum yang menekankan konsep ta’dib. Sistem kurikulum

menitikberatkan peranan guru (teacher oriented) dan penggunaan sumber-

sumber yang otoritatif dalam Islam (Al-Qur’an dan hadis).

3. Tujuan Pendidikan

Secara umum, ada dua pandangan teoritis mengenai tujuan pendidikan,

masing-masing dengan tingkat keberagamannya tersendiri. Pandangan

teoritis yang pertama berorientasi kemasyarakatan, yaitu pandangan yang

menganggap pendidikan sebagai sarana utama dalam menciptakan rakyat

yang baik, baik untuk sistem pemerintahan demokratis, oligarkis maupun

58 Ibid., h. 263.59 Ibid., h. 264.

Page 49: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

36

monarkis. Pandangan teoritis kedua lebih berorientasi kepada individu, yang

lebih memfokuskan diri pada kebutuhan, daya tampung dan minat pelajar.60

Berangkat dari asumsi bahwa manusia adalah hewan yang bermasyarakat

(social animal) dan ilmu pengetahuan pada dasarnya dibina di atas dasar-

dasar kehidupan bermasyarakat, mereka yang berpandangan

kemasyarakatan berpendapat bahwa pendidikan bertujuan mempersiapkan

manusia yang bisa berperan dan menyesuaikan diri dalam masyarakatnya

masing-masing. Berdasarkan hal ini, tujuan dan target pendidikan dengan

sendirinya diambil dari dan diupayakan untuk memperkuat kepercayaan,

sikap, ilmu pengetahuan, dan sejumlah keahlian yang sudah diterima oleh

sebuah masyarakat itu senantiasa berubah dengan itu pendidikan diharapkan

dapat menyiapkan peserta didik yang mampu menghadapi segala bentuk

perubahan yang ada. 61

Terdapat perbedaan mengenai orientasi peranan pendidikan, ada

beberapa tokoh yang mengatakan pendidikan memiliki peranan yang sangat

penting dalam masyarakat dibandingkan peranan pendidikan atas individu.

Pada 1987 Paolo Freire sebagaimana dikutip Al-Attas mengatakan bahwa

“Saya tidak percaya dengan ide kebebasan individu. Kebebasan adalah

tindakan sosial dan kebebasan dalam pendidikan adalah proses masyarakat

menuju pencerahan”.62 Praktik pendidikan cenderung berorientasikan

terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan

dibandingkan mengembangkan potensi dan minat peserta didik.

Sementara itu, pandangan teoritis pendidikan yang berorientasi pada

individual terdiri dari dua aliran. Aliran pertama berpendapat bahwa tujuan

utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik agar bisa meraih

kebahagiaan yang optimal melalui pencapaian kesuksesan kehidupan

bermasyarakat dan ekonomi. Aliran kedua lebih menekankan peningkatan

intelektual, kekayaan dan keseimbangan jiwa peserta didik. Berbeda dengan

tujuan pendidikan Islam tradisional yang selalu menjadikan keberhasilan

60 Ibid., h. 163.61 Ibid., h. 164.62 Ibid., h. 165.

Page 50: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

37

individu dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat sebagai cita-cita dan

tujuan pendidikan. 63

Namun tujuan pendidikan sekarang telah berubah cenderung berusaha

meraih keberhasilan sosial-ekonomi bagi setiap peserta didik dengan

harapan dapat memperkuat posisi penting dalam struktur sosial-ekonomi

sehingga terjadi perubahan orientasi pendidikan dan menganggap

pendidikan sebagai alat mobilisasi dalam menguasai posisi penting dalam

struktur sosial-ekonomi dalam pemerintahan suatu negara. Dominasi sikap

tersebut berdampak dengan munculnya penyakit diploma (diploma disease)

yaitu usaha dalam meraih suatu gelar pendidikan bukan karena kepentingan

pendidikan melainkan karena nilai-nilai pendidikan.64 Dengan pola

pendidikan yang berorientasi sosial-ekonomi akan menyebabkan

kebingungan intelektual dan hilangnya identitas kebudayaan yang

disebabkan pengaruh sekularisasi Barat.

Al-Attas menjelaskan tujuan pendidikan menurut Islam bukanlah untuk

menghasilkan warga negara dan pekerja yang baik, sebaliknya tujuan

pendidikan Islam adalah menciptakan manusia yang baik. Tujuan mencari

pengetahuan dalam Islam ialah menanamkan kebaikan dalam diri manusia

sebagai manusia dan individu, bukan hanya sebagai seorang warga negara

ataupun anggota masyarakat. Yang perlu ditekankan dalam pendidikan

adalah nilai.

Al-Attas berpendapat, Dalam mengembangkan tujuan pendidikan Islam

harus memperhatikan pengembangan individu dan masyarakat dalam

persaudaraan kemanusiaan. Tujuan ilmu pengetahuan adalah melahirkan

manusia yang baik, kami tidak bermaksud untuk melahirkan masyarakat

yang baik. Karena masyarakat terdiri dari individu, melahirkan seseorang

akan melahirkan masyarakat yang baik. Pendidikan adalah pembuat struktur

masyarakat.65

63 Ibid., h. 165.64 Ibid., h. 166.65 Ibid., h. 188.

Page 51: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

38

Al-Attas menginginkan dalam tujuan pendidikan Islam adalah

terciptanya manusia beradab (insan adabi). Manusia yang sadar akan

individualitasnya dan hubungan yang tepat dengan diri, Tuhan, masyarakat

dan alam yang tampak maupun yang gaib. Itulah sebabnya, dalam

pandangan Islam, manusia yang baik adalah individu yang baik secara alami

harus menjadi hamba yang baik bagi Tuhan-Nya, ayah yang baik bagi anak-

anaknya, suami yang baik bagi istrinya, anak yang baik bagi orang tuanya,

tetangga yang baik dan warga negara yang baik bagi negaranya.66

Dapat disimpulkan, tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan

individu yang beradab dalam upaya mengembangkan potensi-potensi dan

kebutuhan masyarakat yang merupakan bagian dari struktur masyarakat.

4. Metode pendidikan

Salah satu karakteristik pendidikan dan epistemologi Islam yang

dijelaskan secara tajam dan dipraktikkan oleh Al-Attas adalah apa yang

dinamakannya sebagai metode tauhid dalam ilmu pengetahuan. Dia

mengamati dalam keseluruhan sejarah kebudayaan, keagamaan dan

intelektual Islam tidak terdapat zaman khusus, seperti yang dialami oleh

Barat, yang ditandai dengan:

Dominasi sistem-sistem pemikiran yang berdasarkan materialisme atauidealisme yang didukung oleh pendekatan dan posisi metodologis, sepertiempirisme, rasionalisme, realisme, nominalisme, pragmatisme,positivisme, logika positivisme dan kritisisme, yang bergerak majumundur dari abad ke abad dan muncul silih berganti hingga hari ini. 67

Sebaliknya, Al-Attas menemukan bahwa seluruh representasi tradisi

Islam juga telah mengaplikasikan pelbagai metode di dalam penyelidikan

mereka, seperti religius dan ilmiah, empiris dan rasional, deduktif dan

induktif, subjektif dan objektif tanpa menjadikan salah satu metode lebih

dominan dari yang lain. Sejalan dengan Ibn Sina, Al-Ghazali dan banyak

tokoh Islam yang terkenal lainnya, Al-Attas membenarkan adanya

kemampuan psikologis, yang dalam konsepsi Islam mengenai jiwa manusia

66 Ibid., h. 189.67 Ibid., h. 294.

Page 52: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

39

dan proses kognitif. Kemampuan tersebut diletakkan sesuai dengan

peranannya yang tepat. Islam dalam mengakui validitas pelbagai saluran

ilmu pengetahuan, seperti panca indera, berita yang benar, akal sehat, dan

intuisi yang digabung dengan di dalam akidah.68

Al-Attas menerangkan dalam diskusinya mengenai manusia dan

psikologi jiwa manusia, jiwa adalah realitas tunggal dengan empat keadaan

(ahwal / modes) yang berbeda, seperti intelek (aql), jiwa (nafs / soul), hati

(qalb / heart) dan ruh (spirit) yang masing-masing terlibat dalam kegiatan-

kegiatan manusia yang bersifat kognitif, empiris, intuitif dan spiritual.69

Kesemuannya tersebut merupakan metode tauhid yang diterapkan oleh Al-

Attas.

Al-Attas mempergunakan argumentasi dari riwayat yang sahih dan

sumber-sumber wahyu. Al-Attas berpendapat bahwa intuisi itu adalah salah

satu saluran yang absah dan penting untuk mendapatkan pengetahuan

kreatif, meskipun dapat diakses juga dengan persiapan etika dan intelektual

tertentu. Al-Attas dengan tujuan yang ikhlas, integritas moral, kontemplasi

atau berpikir dan doa itu sangat vital dalam mencari ilmu pengetahuan dan

pemahaman yang benar.70

Ciri-ciri metode pendidikan Al-Attas yang lain adalah penggunaan

metafora dan cerita sebagai contoh atau perumpamaan, sebuah metode yang

juga banyak digunakan dalam Al-Qur’an dan hadis. Izutsu sebagaimana

dikutip oleh Al-Attas mengatakan bahwa para filosof Muslim cenderung

menggunakan metafora dan perumpamaan dalam metafisika, khususnya

dalam penjelasan mengenai hubungan antara kesatuan dan keragamaan atau

realitas absolut dan hal-hal fenomenal yang tampak kontradiktif.71

Salah satu metafora yang paling sering diulang-ulang oleh Al-Attasadalah metafora papan penunjuk jalan (signpost) untuk melambangkan sifatteolologis alam dunia ini, yang sering dilupakan orang, khususnya parailmuwan. Dunia ini bagaikan papan penunjuk jalan yang memberi penunjuk

68 Ibid., h. 297.69 Ibid., h. 297.70 Ibid., h. 300.71 Ibid., h. 311.

Page 53: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

40

kepada musafir, arah yang harus diikuti serta jarak yang diperlukan untukberjalan menuju tempat yang akan dituju. Jika papan penunjuk jalan tersebutjelas (muhkam), dengan kata-kata yang tertulis jelas dapat menunjukkantempat dan jarak sang musafir tanpa ada masalah apapun. Adapun sebalikjika penunjukan jalan tersebut tidak jelas (mutasyabih) akanmembingungkan sang musafir tersebut. Cerita-cerita dan metafora Al-Attastidak hanya digunakan pada domain metafisika; dia juga menggunakannyauntuk menggambarkan situasi-situasi domain etika dan epistemologi.72

Dapat disimpulkan, metode pendidikan Islam adalah cara yang

digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan yang berlandaskan

nilai ketauhidan dan cerita-cerita perumpamaan dalam upaya menciptakan

individu yang beradab.

5. Materi-materi pendidikan

Al-Attas berpendapat secara konsisten bahwa muatan pendidikan itu

sangat penting dibandingkan metode. Ketika menekankan pentingnya

muatan pendidikan daan bukannya metode, Al-Attas tak bermaksud bahwa

metode tidak memiliki dampak positif terhadap output pendidikan tetapi

sebaliknya, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, adab itu sendiri termasuk

metode yang benar untuk mengetahui dan berbuat sesuatu.

Pandangan Islam mengenai realitas sangat mempertimbangkan adanya

pelbagai hierarki dalam semua domain, termasuk jiwa, ilmu pengetahuan,

kemampuan manusia dam alam. Kajian Al-Attas mengenai muatan

pendidikan Islam berangkat dari pendangan bahwa karena manusia itu

bersifat dualistis, ilmu pengetahuan yang dapat memenuhi kebutuhannya

dengan baik adalah yang memiliki dua aspek. Pertama, yang memenuhi

kebutuhan permanen dan spiritual dan kedua, yang memenuhi kebutuhan

material dan emosional. Dalam hal ini, Al-Attas sepakat dengan Al-Ghazali

terhadap pembagian kebutuhan manusia. Al-Attas membagi muatan

pendidikan ke dalam fardu ain dan fardu kifayah.73

72 Ibid., h. 312.73 Ibid., h. 270.

Page 54: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

41

Al-Attas secara tegas mengusulkan pentingnya pemahaman dan aplikasi

yang benar mengenai fardu ain dan fardu kifayah. Ini adalah ciri khas lain

filsafat pendidikan Al-Attas yang menandakan komitmen seumur hidupnya

dalam menghidupkan kembali elemen-elemen universal prinsip-prinsip

intelektual dan spiritual Islam periode awal. Pengkategorisasian ini mungkin

juga karena perhatiannya terhadap kewajiban manusia dalam menuntut ilmu

dan mengembangkan adab.74

Kurikulum pendidikan Islam diambil dari hakikat manusia yang bersifat

ganda (dual nature); aspek fisikalnya lebih berhubungan dengan

pengetahuannya mengenai ilmu-ilmu fisikal dan teknikal (fardu kifayah)

sedangkan keadaan spiritualnya sebagaimana terkandung dalam istilah-

istilah ruh, nafs, qalb dan aql lebih tepatnya berhubungan dengan ilmu inti

(fardu ain).75Fardu ain adalah ilmu-ilmu yang berhubungan dengan

keagamaan.

Pertama, Kitab suci Al-Qur’an merupakan ilmu yang wajib diajarkan

kepada peserta didik dan mahasiswa. Materi pengajaran Al-Qur’an studi

yang mengenai konsep dan sejarah wahyu, penurunannya, pengumpulan,

penjagaan dan penyebarannya, ilmu-ilmu untuk memahami Al-Qur’an

(nasikh-mansukh, al-khashsh wa al-am, muhkam-mutasyabih dan amr-

nahy). Al-Attas menganggap tafsir Al-Qur’an merupakan karya ilmiah yang

fundamental yang tidak mudah terkena kesalahan. Sebuah ilmu pengetahuan

yang berdasarkan metode ilmiah bahasa Arab yang sistemnya akarnya tidak

beraturan.

Kedua, Sunnah: kehidupan Nabi yang berhubungan dengan sejarah,

risalah dan hadis beserta perawiannya. Mata kuliah sejarah dan metodologi

hadis wajib bagi semua mahasiswa ISTAC. Selain itum mata kuliah ini

merupakaan pengkajian yang mendalam mengenai sejarah kritik hadis,

beberapa istilah teknisnya (musthalahat al-hadis), analisis perbandingan

74 Ibid., h. 271.75 Ibid., h. 274.

Page 55: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

42

terhadap kitab-kitab kumpulan hadis yang penting dan pengategoriannya,

ilmu biografi dan kamus utama mengenai biografi.

Ketiga, Syariat: fiqih dan hukum; prinsip-prinsip dan pengamalan Islam.

Al-Attas menganggap pengetahuan syariat sebagai aspek yang terpenting

dalam pendidikan Islam. Dalam pelaksanaan syariat dalam kehidupan

individu dan masyarakat harus didasarkan pada ilmu yang tepat, sikap

moderat dan adil. Al-Attas menilai bahwa pengajaran hukum Islam

mendapat perhatian dan setelah mendapat pengertian awal mengenai hukum

Islam, pengkajian selanjutnya mengenai materi tersebut berada dalam

kategori fardu kifayah. Oleh karena itu, Al-Attas mata kuliah dalam bidang

hukum dan fiqih Islam tidak diwajibkan kecuali dalam kasus-kasus yang

bersifat individual, yaitu jika pembimbing mahasiswa

merekomendasikannya atau jika mahasiswa itu belajar bidang kebudayaan

Islam.

Keempat, teologi (ilmu kalam): Tuhan, Zat-Nya, Sifat-Sifat, Nama-Nama

dan perbuatan-Nya (al-tauhid). Teologi Islam merupakan subjek yang

sangat penting yang masih belum diberi tempat layak dalam kurikulum

pendidikan Islam. Beberapa mata kuliah yang ditawarkan dalam teologi

Islam di ISTAC tidak diwajibkan bagi semua mahasiswa kecuali bagi

mereka yang mengambil pemikiran Islam dan yang direkomendasikan oleh

pembimbing mahasiswa tersebut.

Kelima, Metafisika Islam (al-tashawwuf-irfan): psikologi, kosmologi dan

ontologi. Al-Attas mengatakan bahwa mata kuliah ini merupakan yang

paling fundamental karena meliputi semua elemen yang paling penting

dalam pandangan Islam mengenai realitas dan kebenaran sebagaimana

diterangkan Al-Qur’an dan hadis, melainkan juga karena mencakup

ringkasan semua disiplin intelektual lain, seperti ilmu Al-Qur’an, hadis,

teologi dan filsafat serta ilmu pengetahuan mengenai bahasa Arab klasik.

Keenam, Ilmu bahasa: bahasa Arab, tata bahasanya, leksikografi dan

sastra. Tujuannya bukan hanya menguasai keterampilan berbicara

melainkan untuk menganalisis dan menginterprestasikan sumber-sumber

Page 56: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

43

primer dalam Islam, khazanah intelektual dan spiritual penting dalam

bahasa Arab. Di ISTAC, kursus bahasa Arab selama dua tahun wajib bagi

semua mahasiswa. Mata kuliah bahasa pilihan lain yang sekarang ini

ditawarkan di ISTAC, seperti Persia, Melayu, Yunani dan Latin kecuali

direkomendasikan oleh penasihat mahasiswa ataupun pembimbingnya dan

disetujui oleh direktur. 76

Setiap pelajar Muslim di tingkat universitas harus mengambil sejumlah

mata kuliah yang cukup dari subjek-subjek di atas. Hal ini akan

membuatnya mampu mengetahui bukan hanya isu-isu dan prinsip-prinsip

utama, metedologi, permasalahan dan perbedaan dalam setiap disiplin ilmu

dalam menghadapi tuntutan masyarakat global dan plural.

Pengetahuan mengenai fardu kifayah tidak diwajibkan kepada setiap

Muslim untuk mempelajarinya, tetapi seluruh masyarakat Mukmin akan

bertanggung jawab jika tidak seorang pun dari masyarakat tersebut yang

mempelajarinya, karena masyarakat akan merasakan akibatnya. Kategorisasi

ini sangat penting karena berlandaskan teori dan motivasi keagamaan

kepada ummat untuk mempelajari dan mengembangkan segala ilmu ataupun

teknologi yang diperlukan untuk kemakmuran masyarakat. Al-Attas

membagi pengetahuan fardu kifayah menjadi delapan disiplin ilmu.77

a. Ilmu kemanusiaan

b. Ilmu alam

c. Ilmu terapan

d. Ilmu teknologi

e. Perbandingan agama

f. Kebudayaan barat

g. Ilmu linguistik: bahasa Islam

h. Sejarah Islam

Ilmu-ilmu yang bersifat fardu ain itu dinamis dan berkembang sesuai

dengan kemampuan intelektual dan spiritual seseorang serta keadaaan

76 Ibid., h. 275.77 Ibid., h. 275.

Page 57: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

44

masyarakatnya dan pengetahuan fardu kifayah juga berkembang sesuai

dengan keperluan dan program masyarakat tertentu. Kategorisasi fardu ain

dan fardu kifayah menjamin kepentingan individu dan masyarakat, karena

individu merupakan bagian dari masyarakat, identifikasi potensi dan

kemampuannya akan berdampak positif terhadap perkembangan

masyarakat.

Dapat disimpulkan, materi pendidikan Islam adalah ilmu-ilmu

pengetahuan yang akan diajarkan kepada peserta didik dalam upaya

menciptakan peserta didik yang dapat mengembangkan potensi yang telah

dianugerahkan Tuhan dalam upaya menjawab tantangan zaman.

G. Kajian Yang Relevan

Dalam proses penulisan skripsi ini penulis mendapatkan kajian yang

relevan selama proses penelitian dan penulisan, yang membahas Ismail

Ra’ji Al-Faruqi. Terdapat dalam beberapa buku dan juga terdapat dalam

artikel dan Skripsi, diantaranya buku yang ditulis oleh Ismail Raji Al-

Faruqi, dengan judul: Islamisasi Pengetahuan, Terj. dari Islamization of

Knowledge: General Principles and Workplan oleh Anah Mahyuddin. Di

dalam buku ini Anah Mahyuddin menerjemahkan buku yang berisikan

Gagasasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Ismail Ra’ji Al-Faruqi. Buku yang

ditulis oleh Abdurrahmansyah, dengan judul: Sintesis Kreatif:

Pembaharuan Kurikulum Pendidikan Islam Ismail Ra’ji Al-Faruqi. Di

dalam buku ini membahas sistesis kurikulum Ismail Ra’ji Al-Faruqi.

Page 58: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian

Penelitian skripsi yang berjudul “Pengembangan Kurikulum Pendidikan

Islam Menurut Perspektif Isma’il Raji Al-Faruqi” dilaksanakan mulai

Februari-April 2014, dengan jadwal sebagai berikut: Januari-Februari digunakan

untuk pengumpulan data dari sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari koleksi,

buku-buku yang ada diperpustakaan, internet serta sumber lain yang mendukung

penelitian. Kemudian waktu selebihnya digunakan untuk melakukan menganalisis

data, menyimpulkan penelitian serta menyusunnya dalam bentuk penelitian atau

laporan. Selanjutnya tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian ini

bertempat di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Menurut Nana

Syaodih Sukmadinata, “Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan, mengulas dan membahas penemuan data

yang ditemukan.1

Dan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif

menurut Best, “metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.”2 Data

yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.3

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang

diteliti secara tepat.

Dalam melakukan penelitian ini, menggunakan teknik mengumpulkan data-

data yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu. Penelitian kepustakaan

1 Amin Abdullah, Metedologi Penelitian Agama Pendekatan Multidisipliner, (Yogyakarta:kurnia Kalam semesta, 2006), h. 140.

2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta :PT. BumiAksara, 2009), cet 9. h. 157.

3 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2011), Cet. 2, h. 3.

Page 59: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

46

(Library Receach) metode ini digunakan untuk memperoleh data-data atau teori

dari berbagai sumber seperti buku, majalah, atau sumber-sumber lain yang ada

hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan adapun

metode yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode

penelitian kepustakaan (library research) karena permasalahan yang akan diteliti

mengkaji pemikiran tokoh terhadap kurikulum pendidikan islam maka dari itu

diperlukan banyaknya literatur-literatur yang relevan dengan kurikulum

pendidikan islam.

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang

mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode penelitian studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data,

fakta dan informasi berupa tulisan-tulisan dengan bantuan bermacam-macam

material yang terdapat di ruangan perpustakaan untuk mencari pijakan atau

fondasi landasan teori, misalnya berupa jurnal, buku-buku yang relevan, majalah,

naskah, catatan kisah sejarah; surat kabar, internet dan sumber lain4 yang

berhubungan dengan Ismail Ra’ji Al-Faruqi dan pemikiran terutama tentang

kurikulum pendidikan Islam.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari literatur yang

ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan mengumpulkan data-data

melalui bacaan dengan bersumber pada buku-buku primer dan buku-buku

sekunder atau sumber sekunder lainnya.

a. Sumber primer dalam penulisan skripsi ini pemikiran Ismail Ra’ji Al-

Faruqi, “Islamization of Knowledge: General Principles and Workplan,

terj Islamisasi Pengetahuan oleh Anas Mahyuddin.

b. Sumber sekunder dalam penulisan skripsi ini adalah buku-buku yang

relevan dan berkaitan dengan penelitian yang diteliti.

Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan adalah

membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi dan mengklasifikasi data-data yang

4 Sukardi, op., cit. h. 33-34.

Page 60: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

47

relevan dan yang mendukung pokok pembahasan, untuk selanjutnya penulis

analisis, simpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.

D. Prosedur Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data pada skripsi ini dapat dilakukan dengan empat

cara, yaitu:

1. Kredibilitas data

Kriteria kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif adalah

kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam penelitian

tersebut. Strateginya meliputi perpanjangan pengamatan, ketekunan

penelitian, triangulasi (mengecek keabsahan data dengan memanfaatkan

berbagai sumber dari luar data sebagi bahan perbandingan), diskusi teman

sejawat, analisis kasus negatif dan membercheking.

2. Transferabilitas.

Dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada semua orang

untuk membaca laporan penelitian sementara yang telah dihasilkan oleh

peneliti, kemudian pembaca diminta untuk menilai substansi penelitian

tersebut dalam kaitannya dengan fokus penelitian. Peneliti dapat

meningkatkan trransferabilitas dengan melakukan suatu pekerjaan

mendeskripsikan konteks penelitian dan asumsi yang menjadi sentral pada

penelitian tersebut. Dengan kata lain apakah hasil penelitian ini dapat

diterapkan pada situasi yang lain.

3. Dependabilitas

DataApakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam

mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika

membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Artinya apakah peneliti

akan memperoleh hasil yang sama jika peneliti melakukan pengamatan yang

sama untuk kedua kalinya.5

4. Konfirmabilitas

Yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil

penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam

5Emzir, op., cit, h. 79-80.

Page 61: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

48

laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian

dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian

dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.6

E. Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan

transkripsi wawancara, catatan lapangan dan materi-materi lain yang telah

dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman sendiri mengenai materi-materi

tersebut dan untuk memungkinkan disajikan apa yang sudah ditemukan kepada

orang lain. analisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan dan

pemecahannya ke dalam unit-unit yang dapat ditangani, perangkumannya,

pencarian pola-pola dan penemuan apa yang penting dan apa yang perlu

dipelajari dan pembuatan keputusan apa yang akan dikatakan kepada orang lain. 7

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Analisis Isi (content

analysis) merupakan proses memilih, membandingkan, menggabungkan,

memilih berbagai pengertian hingga ditemukan pengertian yang relevan dengan

fokus penelitian.8 Penulis menggambarkan permasalahan, menganalisa secara

terperinci tentang masalah yang diteliti dari berbagai buku yang ada dalam

sumber tersebut sehingga dapat dihasilkan suatu kesimpulan.

6 Ibid.,, h. 81.7 Ibid., h. 85-86.8 Amin Abdullah, op., cit,. 226.

Page 62: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Ismail Ra’ji Al-Faruqi

Al-faruqi dilahirkan di Jaffa (Yaifa), pada tanggal 1 Januari 1921Palestina dan meninggal pada tahun 1986. Ayahnya adalah seorang qaditerpandang di Palestina, bernama Abdul Huda Al-Faruqi. Meskipun Al-Faruqidilahirkan di Palestina yang notabene negara Muslim tetapi pendidikan danpengalaman studinya sebagian besar diperoleh dari Barat, bahkan dapatdikatakan bahwa pendidikan Al-Faruqi lebih banyak diperoleh dari Barat. 1

Al-Faruqi menghabiskan masa studinya di Barat karena di tanah kelahirannyakurang kondusif untuk study.

Perjalanan intelektual atau pengalaman awal pendidikannya dimulaidengan belajar di College Des Freres (St. Joseph) Lebanon sejak tahun 1926sampai mendapatkan sertifikat pada tahun 1936, setelah sebelumnya melewatiproses pendidikan awal di Madrasah di tempat kelahirannya. Pada tahun 1941,Al-Faruqi melanjutkan studinya di American University of Beirut denganmengambil bidang kajian filsafat sampai kemudian berhasil meraih gelarsarjana muda (Bachelor of Art). Setelah mendapat gelar B.A, Al-Faruqisempat menjadi pegawai pemerintah Palestina di bawah mandat Inggris.Jabatan sebagai pegawai negeri diembannya selama 4 tahun, untuk kemudiania diangkat sebagai Gubernur Galilea. Posisi sebagai Gubernur ini ternyatamerupakan jabatan Gubernur terakhir dalam sejarah pemerintahan Palestinapada waktu itu, karena sejak tahun 1947 provinsi yang dipegang oleh Al-Faruqi dikuasai oleh Israel. Keadaan ini membuat Al-Faruqi harus hijrah danpindah ke Amerika Serikat pada tahun 1948.2

Dinegara Paman Sam itu garis kehidupannya berubah. Dia dengan tekun

menggeluti dunia akademis, sehingga ia mendapat gelar masternya di bidang

filsafat di Universitas Indiana, AS, pada tahun 1949 dengan judul tesis On

Justifying The God:Metaphysic dan Epistemology of Value (Tentang

Pembenaran Kebaikan: Metafisikan dan Epistemologi Ilmu). Sementara gelar

doktornya diraih dari Universitas Indiana. Tak hanya itu, Al-Faruqi juga

1 Hasan Baharun, Akmal Mundiri, dkk, Metodologi Studi Islam: Percikan Pemikiran Tokohdalam Membumikan Agama, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011. h. 106.

2 Abdurrahmansyah, Sintesis Kreatif: Pembaharuan Kurikulum Pendidikan Islam Ismail Ra’jiAl-Faruqi, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2002. h. 22.

Page 63: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

50

memperdalam ilmu agama di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir selama

empat tahun.3

Usai studi di Kairo, Al-Faruqi mulai berkiprah di dunia kampus dengan

mengajar di Universitas McGill, Montreal, Kanada selama dua tahun. Pada

tahun 1962 Al-Faruqi pindah ke Karachi, Pakistan. Setahun kemudian, pada

tahun 1963, Al-Faruqi kembali ke AS dan memberikan kuliah di Fakultas

Agama Universitas Chicago. Setelah mendirikan program pengkajian Islam di

University Syracuse, New York dan kemudian pindah ke Temple University,

Philadelphia memantapkan dirinya sebagai tenaga ahli dalam pengkajian

Islam. 4

Al-Faruqi pernah memegang jabatan penting dalam kapasitasnya sebagai

ilmuwan. Diantaranya kepala study keislaman di Temple University, AS;

Direktur Institut Islam di University Chicago, Direktur Institut Internasional

Pemikir Islam di Washington dan presiden Institut Study Lanjutan

Washington.5

Selain itu, dia juga menjadi guru besar tamu diberbagai negara, seperti diUniversity Mindanao City, Filifina dan di Universitas Qum, Iran. Dia pulaperancang utama kurikulum The American Islamic College Chicago. Al-Faruqi berpendapat bahwa Zionisme harus dihancurkan dengan cara berperangdikarenakan tidak ada cara lain selain berperang. Lantaran pemikirannyatersebut Al-Faruqi dan istrinya, Dr. Lois Lamya serta keluarganya tewas olehkelompok yang tak dikenal. Untukm mengenang jasa-jasa, usaha dankaryanya, organisasi masyarakat Islam di Amerika Utara (ISNA)mengabadikan dengan mendirikan The Ismail and Lamya Al-Faruqi MemorialFund, yang bermaksud menlanjutkan cita-cita “Islamisasi IlmuPengetahuan”.6

Dapat disimpulkan, sepanjang hidup Al-Faruqi lebih banyak tinggal di

negeri Barat sehingga menimbulkan pola pikir kritis dan rasional, namun Al-

Faruqi tidak lupa terhadap kampung halamannya yang menjadi kekerasan dan

kedzaliman kaum Zionis. Oleh karena itu, di penghujung hidupnya Al-Faruqi

3 Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Islam: Dari Abu Bakr hingga Nasr dan Qardhawi,Bandung:PT. Mizan. 2003. h. 329.

4 Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: QuantumTeaching, 2005. h. 108.

5 AM Saefuddin, Islamisasi Sains dan Kampus, Jakarta: PT. PPA Consultants, 2010. h. 65.6 Hery Sucipto, op. cit, h. 331

Page 64: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

51

menentang keras terhadap zionisme sehingga Al-Faruqi beserta istri dan

anaknya meninggal dalam keadaan tragis di rumahnya.

B. Karya-karya Ismail Ra’ji Al-Faruqi

Al-Faruqi merupakan tokoh intelektual yang mendunia sehingga wajar jika

Al-Faruqi banyak melahirkan karya-karya ilmiah dalam bentuk buku, artikel

maupun makalah. Beberapa karya intelektual Al-Faruqi sebagai berikut:7

1. Al-Tawhid: Its Implication for Thoughy And Life (1982)

Dalam karya ini yang berisi 13 bab, Al-Faruqi mengenalkan

pandangannya bahwa tauhid harus menjadi inti dalam segala sendi

kehidupan manusia.

2. Islamization of Knowledge: General Principles and Workplan

Dalam buku ini, Al-Faruqi berusaha mensosialisasikan pandangan-

pandangannya tentang problem mendasar yang dialami umat Islam

sekaligus menawarkan kerangka kerja dan tahapan-tahapan teknis yang

harus dilaksanakan ketika akan melakukan proyek Islamisasi terhadap

ilmu pengetahuan di dunia Muslim.

3. Cristian Ethics, Trioluge of Abraham Faiths

Dalam karyanya ini, Al-Faruqi mengenalkan konsep-konsep

perbandingan agama dengan tiga pandangan pokoknya. Pertama, tiga

agama saling memandang. Kedua, konsep tiga agama (Yahudi, Kristen

dan Islam) tentang negara dan bangsa. Ketiga, konsep tiga agama tentang

keadilan dan perdamaian.

4. The Life of Muhammad

Buku ini membahas sejarah hidup Nabi Muhammad dan diterbitkan

pertama kali pada tahun 1973.

5. The Culture Atlas of Islam

Buku ini menggambarkan peta peradaban dan kultur Islam sejak masa

paling awal sampai abad pertengahan. Dalam buku ini, Al-Faruqi ingin

mengambarkan bahwa peradaban Islam dapat menjadi kebanggaan.

7 Hasan Baharun, op. cit, h. 108.

Page 65: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

52

Kajiannya sangat jelas berusaha menunjukkan ruh dan spirit islam sebagai

prinsip yang telah mengantarkan peradaban Islam yang pernah cemerlang,

yaitu semangat tauhid.

C. Islamisasi Ilmu Pengetahuan Ismail Ra’ji Al-Faruqi

Islamisasi ilmu yang muncul pada era modern (abad 20) merupakan

respons kritis atas peradaban global Barat yang sekuler, kering nilai-nilai

Illahiah, spiritualis, dikotomis akal-wahyu, ilmu-amal, dan material-spiritual

yang mengakibatkan munculnya problem kemanusiaan, seperti degradasi

moral-religius, kekosongan jiwa, dan tradisi taqlid dikalangan umat islam.8

Islamisasi merupakan solusi yang dilakukan Al-Faruqi untuk mengubah

sistem pendidikan yang sesuai dengan cita-cita Islam yang telah lama

ditinggalkan oleh ummat Islam dan sistem pendidikan yang diadopsi oleh

ummat Islam dari Barat merupakan sistem pendidikan yang membahayakan

ummat Islam dengan memisahkan wahyu dengan akal.9

Islamisasi merupakan suatu upaya mereformulasikan kembali-kembaliilmu-ilmu yang telah diajarkan kepada ummat Islam dengan berdasarkanajaran dan cita-cita Islam. Al-Faruqi memberikan pengertian Islamisasi ilmupengetahuan yaitu memberikan definisi baru, mengatur data-data, memikirkanlagi jalan pemikiran dan menghubungkan data-data, mengevaluasikan kembalikesimpulan-kesimpulan, memproyeksikan kembali tujuan-tujuan danmelakukan semua itu sedemikian rupa sehingga disiplin-disiplin inimemperkaya wawasan Islam dan bermanfaat bagi cause (cita-cita) Islam.10

Dalam melihat fenomena di masyarakat yang mengalami problem serius

tersebut, al-Faruqi bergerak hatinya untuk memberikan obat, yaitu dengan

gagasan yang ditawarkan berupa islamisasi ilmu. Ismail Raji al-Faruqi

mengatakan bahwa islamisasi ilmu adalah mengislamkan disiplin-disiplin

ilmu atau tepatnya menghasilkan buku-buku pegangan (buku dasar) di

perguruan tinggi dengan menuangkan kembali disiplin ilmu modern ke dalam

wawasan Islam, setelah dilakukan kajian kritis terhadap kedua system

8 Hasan Baharun, op. cit., h. 110.9 Budi Handrianto, Islamisasi Sains Sebuah Upaya Mengislamkan Sains Barat Modern,

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, h. 29.10 Ismail Raji Al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, Terj. dari Islamization of Knowledge:

General Principles and Workplan oleh Anah Mahyuddin, (Bandung : Mizan, 1984). h. 38.

Page 66: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

53

pengetahuan Islam dan Barat. Islamisasi pengetahuan merupakan suatu cara

mengislamkan ilmu-ilmu Islam (tradisional) dengan ilmu modern (sekuler)

dengan menyesuaikan ajaran dan visi Islam. Disamping itu, al-Faruqi juga

memberikan langkah-langkah procedural bagi terlaksananya program

islamisasi ilmu.11

Islamisasi ilmu dalam hal ini, berarti upaya membangun paradigmkeilmuan yang berlandaskan nilai-nilai islam, baik pada aspek ontologis,epistemologis, maupun aksiologis. Menurut al-Faruqi, islamisasi ilmu harusmerujuk pada tiga sumbu, yaitu kesatuan pengetahuan, kesatuan hidup dankesatuan sejarah. Kesatuan pengetahuan berkaitan dengan tidak ada lagipemisahan pengetahuan rasional (aqli) dan irasional (naqli). Kesatuan hidupberkaitan dengan semua pengetahuan yang harus mengacu pada tujuanpenciptaan, yang berdampak lanjutan pada tidak bebasnya pengetahuan darinilai, yaitu nilai ketuhanan. Kesatuan sejarah berkaitan kesatuan disiplin yangharus mengarah sifat keumatan dan mengabdi pada tujuan-tujuan ummah didalam sejarah. 12

Al-Faruqi berpendapat untuk menghilangkan dualisme sistem pendidikan

dan mencari jalan keluar dari malaise yang dihadapi ummah, pengetahuan

harus diislamisasikan dan menuangkan kembali berdasarkan kerangka Islam

dengan membuat teori-teori, metode, prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan yang

tunduk kepada: Kesatuan Tuhan, Kesatuan Alam Semesta, Kesatuan

Kebenaran dan Pengetahuan, Kesatuan Kehidupan dan Kesatuan Umat

Manusia.13

Sebagai penggagas utama ide Islamisasi ilmu pengetahuan, al-Faruqi

memberikan gambaran tentang bagaimana islamisasi itu dilakukan. Al-Faruqi

menetapkan lima program sasaran dari rencana kerja islamisasi ilmu, yaitu :

1. Penguasaan disiplin ilmu modern.

2. Penguasaan khazanah Islam.

3. Menentukan relevansi Islam dengan masing-masing disiplin ilmu modern.

4. Mencari cari untuk melakukan sintesa kreatif antara khazanah Islam

dengan ilmu-ilmu modern.

11 Hasan Baharun, op. cit., h. 111.12 Ibid., h. 112.13 Ismail Raji Al-Faruqi, op. cit., h. 56.

Page 67: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

54

5. Mengarahkan aliran pemikiran islam ke jalan-jalan yang mencapai

pemenuhan pola rencana Allah swt.14

Dalam merealisasikan gagasannya tersebut, menurut Al-Faruqi ada

beberapa tugas yang harus dilakukan.

Pertama, memadukan sistem pendidikan Islam dengan sistem pendidikan

sekuler. Perpaduan ini harus sedemikian rupa sehingga sistem baru yang

terpadu dapat memperoleh kedua macam keuntungan dari sistem-sistem

terdahulu.

Kedua, menurut Al-Faruqi, gagasan Islamisasi ilmu harus diikuti

pelajaran-pelajaran wajib mengenai kebudayaan Islam sebagai bagian dari

program studi mahasiswa. Hal ini akan membuat mereka semakin yakin

terhadap agama dan warisan mereka.

Ketiga, memperbaiki metodologi. Sesungguhnya, ilmu-ilmu Barat sudah

melanggar salah satu syarat yang krusial dari metodologi Islam, yaitu

kesatuan kebenaran.

Keempat, harus diadakan pertemuan-pertemuan yang membicarakan

tentang islamisasi dan beberapa rencana strategis yang pada akhirnya

menuangkan kembali semua khazanah pengetahuan Barat terhadap Islam. 15

Untuk merealisir tujuan-tujuan ini, sejumlah langkah harus diambil

menurut suatu urutan logis yang menentukan prioritas-prioritas masing-

masing langkah tersebut. Langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai

proses Islamisasi pengetahuan :

1. Penguasaan disiplin ilmu modern : penguraian kategoris. Disiplin ilmu

dalam tingkat kemajuannya sekarang di Barat harus dipecah-pecah

menjadi kategori-kategori, prinsip-prinsip, metodologi-metodologi,

problema-problema dan tema-tema. Penguraian tersebut harus

mencerminkan daftar isi sebuah pelajaran. Hasil uraian harus berbentuk

kalimat-kalimat yang memperjelas istilah-istilah teknis, menerangkan

14 Ibid., h. 98.15 Hasan Baharun, op. cit., h. 113.

Page 68: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

55

kategori-kategori, prinsip, problema dan tema pokok disiplin ilmu-ilmu

Barat dalam puncaknya.

2. Survei disiplin ilmu. Semua disiplin ilmu harus disurvei dan harus ditulis

dalam bentuk bagan mengenai asal-usul dan perkembangan beserta

pertumbuhan metodologisnya. Perluasan cakrawala wawasannya dan tak

lupa membangun pemikiran yang diberikan oleh para tokoh utamanya.

Langkah ini bertujuan menetapkan pemahaman muslin akan disiplin ilmu

yang dikembangkan di dunia Barat.

3. Penguasaan khazanah islam : khazanah Islam harus dikuasai dengan cara

yang sama. Tetapi disini , apa yang diperlukan adalah antologi-antologi

mengenai warisan pemikir muslim yang berkaitan dengan disiplin ilmu.

4. Penguasaan khazanah ilmiah islam tahap analisa. Jika antologi-antologi

telah disiapkan, khazanah pemikir Islam harus dianalisa dari perspektif

masalah-masalah masa kini.

5. Penentuan relevansi islam yang khas terhadap disiplin-disiplin ilmu.

Relevansi dapat ditetapkan dengan mengajukan tiga persoalan. Pertama,

apa yang telah disumbangkan oleh Islam, mulai dari Al-Qur’an hingga

pemikir-pemikir kaum modernis, dalam keseluruhan masalah yang telah

dicakup dalam disiplin-disiplin modern. Kedua, seberapa besar sumbangan

itu jika dibandingkan dengan hasil-hasil yang telah diperoleh oleh disiplin

modern tersebut. Ketiga, apabila ada bidang-bidang masalah yang sedikit

diperhatikan atau sama sekali tidak diperhatikan oleh khazanah Islam, ke

arah mana kaum muslim harus mengusahakan untuk mengisi kekurangan

itu, juga memformulasikan masalah-masalah dan memperluas visi disiplin

tersebut.

6. Penilaian kritis terhadap disiplin ilmu modern. Jika relevansi Islam telah

disusun, maka ia harus di nilai dan dianalisa dari titik pijak Islam.

7. Penilaian kritis terhadap khazanah islam. Sumbangan khazanah Islam

untuk setiap bidang kegiatan manusia harus dianalisa dan relevansi

kontemporernya harus dirumuskan.

Page 69: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

56

8. Survey permasalahan yang dihadapi ummat islam. Suatu studi sistematis

harus dibuat tentang masalah politik, sosial, ekonomi, intelektual, kultural,

moral dan spiritual dari kaum muslim.

9. Survei permasalahan yang dihadapi ummat manusia. Suatu studi yang

sama, akan tetapi lebih memfokuskan pada seluruh umat manusia, harus

dilaksanakan.

10. Analisa kreatif dan sintesa. Pada tahap ini sarjana muslim harus sudah siap

melakukan sintesa antara khazanah-khazanah Islam dan disiplin modern,

serta menjembatani jurang kemandegan berabad-abad. Dari sini khazanah

pemikir Islam harus disambungkan dengan prestasi-prestasi modern dan

harus menggerakkan tapal batas ilmu pengetahuan ke horison yang lebih

luas dari yang sudah dicapai disiplin-disiplin modern.

11. Penuangan kembali disiplin ilmu modern ke dalam kerangka islam. ketika

keseimbangan antara khazanah Islam dengan disiplin modern telah

dicapai, maka buku-buku teks (daras) universitas harus ditulis untuk

menuangkan kembali disiplin-disiplin modern dalam cetakan Islam.

12. Penyebarluasaan ilmu-ilmu yang telah diislamiskan. Langkah terakhir

untuk mempercepat islamisasi pengetahuan adalah dengan mengadakan

konferensi-konferensi dan seminar untuk melibatkan berbagai ahli di

bidang-bidang ilmu yang sesuai dalam merancang pemcahan masalah-

masalah yang menguasai pengkotakan antardisiplin. Para ahli harus diberi

kesempatan bertemu dengan para staf pengajar. Selanjutnya pertemuan-

pertemuan tersebut harus menjajaki persoalan metoda yang diperlukan. 16

D. Pengembangan Kurikulum Islam Perspektif Ismail Ra’ji Al-Faruqi

Konsep kurikulum Islam yang diinginkan Al-Faruqi adalah kurikulum

yang mengembangkan sistem tradisional (Islam) dan sistem modern (Barat)

dengan menyesuaikan dengan visi Islam. Al-Faruqi bertujuan untuk

memadukan kedua sistem Islam dan sistem Barat dan menghilangkan

kekurangan yang dimiliki kedua sistem.

16 Ismail Raji Al-Faruqi, op. cit., h. 99-116.

Page 70: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

57

Sistem pendidikan Islam yang cenderung bersifat relegius, tidak

memadainya buku-buku pegangan yang telah usang dan guru-guru yang tak

berpengalaman di dalam sistem yang tradisional dan sistem pendidikan Barat

yang cenderung bersifat sekuler yang memisahkan wahyu dengan akal dalam

pencarian ilmu pengetahuan dan peniruan metode-metode dan ideal-ideal

Barat sekular di dalam sistem yang sekular.17

Tujuan kurikulum Islam Al-Faruqi adalah menciptakan sarjana muslim

yang dapat menguasai dan memiliki pemahaman dalam ilmu-ilmu Barat dan

ilmu-ilmu Islam dalam upaya menanamkan pemahaman yang sesungguhnya

dari kedua ilmu-ilmu tersebut. Sebagaimana yang dikatakan Al-Faruqi sebagai

berikut. Seorang profesor yang meraih gelar doktor di sebuah universitas

Eropa. Dia mendapatkan pendidikan di Barat dan lulus dengan angka sedang.

Karena di masa sebelumnya ia tidak mendapatkan motivasi Islam sehingga ia

tidak menuntut ilmu demi Allah Ta’ala semata-mata, tetapi demi kepentingan

materialistis, egoistis (atau paling tinggilah untuk tujuan nasional). Ia tidak

mendapatkan semua pengetahuan yang dapat diperolehnya di Barat bahkan

tidak lebih unggul dari guru-guru Barat. 18 Maka penguasaan dari kedua ilmu-

ilmu Barat dan Ilmu-ilmu Islam diperlukan dalam upaya penanaman wawasan

Islam yang menyeluruh.

Tujuan islamisasi yang digagas Al-Faruqi adalah menghapus dikotomi

sistem pendidikan Islam dan sistem pendidikan Barat dan menghapus

kelemahan metodologi dalam sistem pendidikan Islam dan Barat. Sistem

pendidikan Islam yang digunakan merupakan jiplakan dari sistem pendidikan

Barat tetapi hanya sebuah karikaturnya saja. Sebagaimana pendidikan Islam,

pendidikan Barat sangat bergantung kepada sebuah wawasan pandangan Barat

dan wawasan Islam sangat berbeda dengan wawasan Barat. Itulah sebabnya

mengapa hampir dua abad dengan sistem pendidikan sekular Barat, kaum

17 Ibid., h. 23.18 Ibid., h. 16.

Page 71: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

58

Muslimin tidak menghasilkan sesuatu pun juga baik sekolah, universitas

maupun cendekiawan sebanding dengan kreativitas atau kehebatan Barat.19

Materi-materi dan metodologi-metodologi yang kini diajarkan di DuniaIslam adalah jiplakan dari materi-materi dan metodologi-metodologi Barat,namun tak mengandung wawasan yang semula dan kini menghidupkannya dinegeri Barat. Tanpa wawasan tersebut maka materi-materi dan metodologi-metodologi tersebut hanyalah instrumen-instrumen yang bersahaja. Tanpadisadari, materi-materi dan metodologi-metodologi yang hampa ini terusmemberi pengaruh jelek yang mendeislamisasikan siswa.20

Maka dengan itu, Al-Faruqi menawarkan pengintegrasian antara ilmu-ilmu

Islam dan ilmu-ilmu Barat dan menanamkan wawasan Islam di setiap ilmu-

ilmu yang diintegrasikan.21

Al-Faruqi berpendapat untuk memecahkan masalah pendidikan. Sistem

pendidikan diubah dan kesalahan-kesalahannya diperbaiki dengan sistem yang

baru. Dualisme sistem pendidikan Islam dan sekuler harus dihapuskan. Sistem

pendidikan tersebut diintegralkan dan sistem tersebut harus sesuai dengan

semangat Islam. Perpaduan kedua sistem ini haruslah merupakan kesempatan

yang tepat untuk menghilangkan keburukan masing-masing sistem. Dengan

perpaduan ini pengetahuan Islam akan bisa dijelaskan dalam gaya sekular,

maksudnya pengetahuan Islam akan menjadi pengetahuan tentang sesuatu

yang langsung berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari di dunia ini,

sementara pengetahuan modern akan bisa kita bawa dan masukkan ke dalam

kerangka sistem Islam.22

Dalam upaya menghilangkan dualisme sistem pendidikan Islam dan sistem

pendidikan Barat dengan menuangkan kembali disiplin-disiplin di bawah

kerangka Islam dengan membuat teori-teori, metode, prinsip-prinsip dan

tujuan-tujuan tunduk kepada:

1. Keesaan Allah

Keesaan Allah adalah prinsip pertama dari agama Islam dan setiap

sesuatu yang Islamiah. Dialah sang Pencipta, dengan perintah-Nya

19 Ibid., h. 15.20 Ibid., h. 1721 Budi, op., cit, h.17522 Al-Faruqi, op., cit, h. 25.

Page 72: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

59

segala sesuatu dan peristiwa telah terjadi. Dia adalah sumber kebaikan

dan keindahan. Di dalam dunia yang seperti ini, tak ada sesuatu pun

yang terjadi secara kebetulan, tak ada sesuatu pun yang sia-sia atau tak

berarti.

Allah adalah cause yang pertama dan terakhir dalam agama Islam.

Allah Yang Maha Penciptakan segala yang ada di bumi dan di langit.

Semua berjalan sesuai dengan ketentuan-Nya. Allah merupakan

sumber pertama dan terakhir kebenaran dalam ilmu pengetahuan,

maka itu ilmu pengetahuan harus sesuai dengan tujuan Allah.

2. Kesatuan alam semesta

Alam semesta merupakan ciptaan Allah Yang Maha Tunggal.

Alam semesta diciptakan sesuai dengan susunan dan pola Allah. Alam

semesta diciptakan Allah untuk manusia manfaatkan dan pergunakan

sesuai dengan kebutuhannya. Manusia di beri kebebasan untuk

mengeksplorasi sumber daya alam (SDA) yang Allah ciptakan.

Manusia diharapkan menemukan pola-pola alam semesta yang

diciptakan oleh Allah supaya menemukan hubungan-hubungan dan

pengetahuan yang dapat diambilkan dari alam semesta. Kewajiban

manusia bukan untuk menciptakan pola-pola Allah melainkan untuk

menjaga pola-pola Allah dari kerusakan dan mengembangkannya.23

Alam semesta yang diciptakan Allah merupakan ladangnya ilmu untuk

manusia manfaatkan. Dalam pemanfaatannya manusia harus menaati

norma-norma moral dan etika karena pada saat ini manusia banyak

melakukan kesalahan dalam penggunaan dan pemanfaatan alam yang

berlebihan dan tidak memperhatikan lingkungan.

3. Kesatuan kebenaran dan kesatuan pengetahuan

Prinsip kesatuan kebenaran dan kesatuan pengetahuan adalah

sebuah epistemologi yang memadukan wahyu dengan akal dan

realitas. Wahyu yang diturunkan Allah tentulah benar dan tidak ada

kekeliruan didalamnya karena wahyu diturunkan Allah Yang Maha

23 Ibid., h. 64

Page 73: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

60

Benar tanpa ada kesalahan sedikitpun. Wahyu merupakan pembimbing

akal dalam mencari ilmu pengetahuan. Akal manusia yang diciptakan

Allah masih terdapat kekeliruan dalam menafsirkan suatu ilmu

pengetahuan.

Perbedaan epistemologi di kedua sistem pendidikan Barat ilmu

pengetahuan dikatakan valid apabila dapat dibuktikan dengan akal

(rasio). Berbeda dengan Islam ilmu pengetahuan harus sesuai dengan

wahyu dan akal. Maka sistem pendidikan sekuler yang digunakan

negara-negara Islam harus diubah karena sistem pendidikan sekuler

memisahkan wahyu dan akal sehingga bertentangan dengan ajaran

Islam.

4. Kesatuan hidup

Allah mengamanatkan kepada manusia untuk mencari, memahami

dan menegakkan pola-pola atau pengetahuan yang diturunkan oleh

Allah. Manusia di beri anugerah kemerdekaan mengolah sumber daya

alam yang diciptakan Allah dengan ilmu pengetahuan yang

dimilikinya, dengan keistimewaan yang dimilikinya itulah (ilmu

pengetahuan) Allah mengutus manusia di muka bumi ini walaupun

manusia sering melalaikan perintah-Nya, membuat kejahatan dan

pertumpah darah.

Hanya manusia yang mengemban amanat Allah karena manusialah

yang memiliki kemerdekaan moral. Kesanggupan manusia memikul

amanah Allah sehingga manusia ditempatkan di atas para malaikat

karena malaikat tidak memiliki kemerdekaan untuk mentaati atau

mengingkari Allah. Itulah sebabnya Allah memerintahkan malaikat

untuk bersujud kepada manusia. Malaikat hanya dapat mentaati

perintah-perintah Allah dan memuji-muji Allah berbeda dengan

manusia yang dapat mentaati Allah dan mengingkari Allah.

Allah mengutus manusia di muka bumi sebagai khilafah. Allah

memberikan kebebasan kepada manusia untuk beraktivitas sesuai

keinginannya dan kemampuanya akan tetapi tujuan aktivitasnya harus

Page 74: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

61

bermuara kepada Allah. Allah menyuruh manusia untuk mencapai dua

buah obyektif. Pertama, ummat manusia harus mengubah pola-pola

Tuhan, untuk mengatur kembali material-materialnya agar sempurna

dan bermanfaat bagi manusia. Kedua, dalam mengubah pola-pola

Tuhan, manusia dituntut mendahulukan nilai-nilai etika dengan

memilih cara transformatifnya sesuai dengan moral dan etika ummat

manusia sehingga terjadilah keselarasan dalam pengabdian kepada

Allah dan mengabdi kepada sesama manusia.

5. Kesatuan ummat manusia

Semua manusia adalah satu dan sama, inilah dasar dan landasan

universalisme Islam. Semua manusia adalah sama di mata Tuhan, yang

membedakannya adalah perbuatan-perbuatan kebajikan moral mereka

di dalam prestasi kultural.24 Islam tidak membedakan manusia dari ras,

warna kulit, bentuk tubuh, kepriabadian dan bahasa seseorang

melainkan dari segi perbuatan (takwa) berbeda dengan Barat yang

selalu mengkotak-kotakkan atau mengdikotomi manusia dari segi ras

maupun warna kulit suatu bangsa sehingga muncullah sikap

etnosentrisme yang bertujuan memecah-belah manusia atau kelompok

dengan mengklaim ia yang lebih kuat dan hebat dibandingkan manusia

atau kelompok lain. Etnosentrisme dapat menimbulkan perpecahan,

perselisihan, perang dan pertumpuhan darah. 25

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam

adalah

1. Kurikulum yang dapat mengembangkan potensi-potensi peserta didik

(potensi jasmani, rohani dan akal) dan akhlak (moral) islam.

2. Kurikulum yang dapat menyediakan kebutuhan manusia hidup di dunia

dan akhirat dalam upaya menciptakan insan kamil yang dapat menjawab

tantangan dunia modern.

24 Ibid., h. 87.25 Ibid., h. 56

Page 75: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

62

3. Kurikulum yang universal tanpa membeda-bedakan ras, suku dan warna

kulit.

Sistem pendidikan Islam yang bernuasa sekuler harus direformulasikan

kembali sesuai dengan ajaran dan cita-cita Islam. Pendidikan Islam harus

berlandasan universalitas Islam tanpa membeda-bedakan etnik atau ras. Ilmu

pengetahuan harus menerima aksiologi islam dengan mempertimbangkan moral

dan etika ummat dalam pemanfaatannya.

Al-Faruqi berpendapat dalam menata pengembangan kurikulum Islam

diperlukan tiga hal, yaitu: Pertama, menguasai sains modern (mastery of the

modern sciences). Kedua, menguasai warisan Islam (mastery of legacy). dan

ketiga, prinsip kesatuan (unity) yang harus melingkupi seluruh kajian dalam

kurikulum pendidikan Islam. 26

Dalam menguasai sains modern, merupakan upaya melepaskan dikotomi ilmu

pengetahuan di dalam kerangka ummat Islam. Ilmu modern telah berkembang

pesat dalam berbagai bidang keilmuan atau disiplin kealaman, sosial, astronomi,

ekonomi, kedokteran dan ilmu pengetahuan teknologi. Dalam penguasaan ilmu

modern diharapkan dapat mengambil manfaat dari kemajuan ilmu-ilmu Barat

dalam upaya membangun paradigma baru pendidikan Islam yang tanggap dengan

perkembangan zaman.

Dalam hubungan ini, Al-Faruqi mengatakan bahwa Disiplin ilmu dalam

tingkat kemajuannya sekarang di Barat harus dipecah-pecah menjadi kategori-

kategori, prinsip-prinsip, metodologi-metodologi, problema-problema dan tema-

tema. Penguraian tersebut harus mencerminkan daftar isi sebuah pelajaran. Hasil

uraian harus berbentuk kalimat-kalimat yang memperjelas istilah-istilah teknis,

menerangkan kategori-kategori, prinsip, problema dan tema pokok disiplin ilmu-

ilmu Barat dalam puncaknya.27

Dari penguraian-penguraian tersebut diharapkan sarjana-sarjana muslim dapat

menciptakan buku-buku tingkat universitas menurut visi Islam. Al-Faruqi

mengingatkan para sarjana muslim, bahwa mereka harus menyadari telah banyak

26 Abdurrahman, op. cit., h. 89.27 Al-Faruqi, op. cit., h. 99.

Page 76: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

63

terjadi pertentangan antara ilmu pengetahuan modern dengan visi Islam sehingga

semua warisan ilmu pengetahuan umat manusia harus dikaji dari sudut pandangan

Islam.28

Kedua, menguasai warisan Islam (mastery of legacy). Penguasaan warisan

Islam merupakan titik awal usaha mengislamkan ilmu-ilmu modern. Proses

islamisasi ilmu-ilmu modern tidak akan berhasil jika kita tidak menghiraukan

khazanah atau wawasan klasik. Dalam upaya mereformulasi pendidikan Islam

seorang sarjana muslim harus dapat menguasai kedua khazanah klasik dan

modern dan sarjana muslim diharapkan dapat menemukan kriteria relevansi antara

ilmu klasik dan modern. Penguasaan warisan Islam merupakan obat penangkal

melawan proses deislamisasi dengan cara mewajibkan mempelajari kebudayaan

Islam selama empat tahun. Pemberian mata pelajaran kebudayaan Islam

merupakan pembekalan ilmu pengetahuan tentang warisan ummah, pengenalan

kebudayaan Islam dan prestasi-prestasi serta kemajuan para tokoh muslim dalam

ilmu pengetahuan. Jika mata pelajaran kebudayaan Islam tidak diajarkan kepada

sarjana muslim, ia tidak akan tergugah hatinya untuk mengulang masa

kegemilangan ummat Islam terdahulu.29

Kebudayaan Islam yang dimaksud Al-Faruqi adalah seluruh khazanah

intelektual dan budaya Islam yang mencangkup kajian al-Qur’an, as-Sunnah,

institusi Islam, kesenian, hukum dan undang-undang, kalam (teologi), tasawuf,

falsafah, hellenistik, metafisika, epistemologi atau sains taba’i, aksiologi dan

etika, termasuk juga aspek seni dan estetika Islam.30 namun semua khazanah

Islam intelektual Islam harus diseleksi secara mendalam dan kritis guna mencari

relevansi antara ilmu klasik dan ilmu modern.

Al-Faruqi mengkritisi tiga peninjauan upaya merelevansikan khazanah Islam

dengan modern. Pertama, mempunyai wawasan Islam sejauh yang ditarik

langsung dari sumber wahyu beserta karakteristik dalam sejarah kehidupan

28 Abdurrahman op. cit., h. 92.29 Al-Faruqi, op. cit., h 101.30 Abdurrahman op. cit., h. 104.

Page 77: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

64

Rasulullah. Kedua, memperhatikan kebutuhan ummat saat ini. Ketiga,

memperhatikan semua kebutuhan modern yang diwakili oleh disiplin tersebut.31

Ketiga, prinsip kesatuan (unity) yang harus melingkupi seluruh kajian dalam

kurikulum pendidikan Islam. Setelah memahami dan menguasai khazanah Islam

dan khazanah Barat baik kelebihan dan kekurangan masing khazanah. Tahap

terakhir ini adalah mengupayakan penyatuan antara khazanah Islam dengan

khazanah Barat. Perpaduan kedua khazanah ini diharapkan dapat mengurangi

bahkan menghilangkan kekurangan masing khazanah, seperti tidak memadainya

buku-buku dan guru-guru yang berpengalaman dalam sistem tradisional dan

peniruan metode-metode dari ideal-ideal Barat sekular dalam sistem yang

sekuler.32

Sintesa kreatif ini diharapkan dapat mengembalikan kejayaan ummat Islam

dan menghilangkan kemandegan yang terjadi pada ummat Islam. dalam

mensintesa kreatif antara kedua khazanah tersebut pemikir Islam harus

mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan relevansi dan cita-cita Islam.

31 Al-Faruqi, op. cit., h 108.32 AM Saefuddin, op. cit., h. 73.

Page 78: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

67

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Konsep kurikulum yang ingin dicapai Al-Faruqi adalah kurikulum yang

dapat memadukan kelebihan dari kedua sistem pendidikan Islam dan Barat

dalam upaya menghilangkan keburukan masing-masing sistem pendidikan.

Al-Faruqi menawarkan pengembangan kurikulum Islam dengan tiga cara.

Pertama, menguasai sains modern (mastery of the modern sciences). Dalam

penguasaan ilmu modern diharapkan dapat membangun paradigma baru

pendidikan Islam yang tanggap dengan perkembangan zaman. Kedua,

menguasai warisan Islam (mastery of legacy). Penguasaaan warisan Islam,

merupakan upaya yang dilakukan Al-Faruqi untuk memperkenalkan warisan

khazanah Islam terdahulu. Ketiga, prinsip kesatuan (unity) yang

mengintegrasikan ilmu-ilmu modern dan ilmu-ilmu tradisional dalam

wawasan Islam.

Dengan pengintegrasian kedua sistem pendidikan diharapkan dapat

mengembalikan masa kejayaan ummat Islam terdahulu. Sistem pendidikan

yang berwawasan keterpaduan modern dan klasik dalam upaya menciptakan

peserta didik yang tanggap dengan perkembangan zaman dan mencintai

khazanah-khazanah klasik.

Page 79: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

68

B. Implikasi

Dari beberapa kesimpulan di atas, adapun implikasinya adalah untuk

menghilangkan kemunduran sistem pendidikan Islam para pemikir kurikulum

diharapkan dapat mereformulasi kurikulum yang telah berkembang di ummat

Islam. Kurikulum Islam yang dapat memadukan Ilmu-ilmu modern dan ilmu-

ilmu Islam dalam upaya memadukan kedua sistem pendidikan tersebut

ummat Islam harus selektif terhadap ilmu-ilmu modern dan di sesuaikan

dengan visi Islam. kurikulum yang dapat menghasilkan peserta didik yang

berakhlakul karimah dan berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi

modern.

Page 80: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

69

C. Saran

1. Pemerintah atau instasi pendidikan diharapkan dapat membuat kebijakan

dalam pembuatan kurikulum berbasis keislaman dan IPTEK dan dapat

menciptakan buku-buku modern yang sesuai dengan visi Islam.

2. Dengan penelitian skripsi ini diharapkan kepada teman-teman mahasiswa

dapat lebih kritis dalam menghadapi kebijakan pendidikan yang dibuat

pemerintah.

3. Dengan penelitian skripsi diharapkan akan muncul penelitian

kependidikan yang berwawasan keislaman dan modern.

Page 81: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin. Metedologi Penelitian Agama Pendekatan Multidisipliner.

Yogyakarta: kurnia Kalam semesta, 2006.

Abdurrahmansyah. Sintesis Kreatif: Pembaharuan Kurikulum Pendidikan Islam

Ismail Ra’ji Al-Faruqi. Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2002.

Al-Rasyidin dan Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat : Ciputat

Press, 2005.

Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.

Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi ,Safrudin ,Abdul . Evaluasi Program

Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009.

-----. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.

Bagir, Haidar. Konsep Pendidikan Dalam Islam Syed Muhammad Al-Naquib Al-

Attas. Bandung: Mizan. 1984.

Baharun, Hasan dan Mundiri, Akmal, dkk. Metodologi Studi Islam: Percikan

Pemikiran Tokoh dalam Membumikan Agama. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,

2011.

Edyar, Busman. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Asatrus, 2009.

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2011.

Halstead, J, Mark. Towards a Unified View of Islamic Education, Islam and

Christian-Muslim Relations. 6, 1995.

Handrianto, Budi. Islamisasi Sains Sebuah Upaya Mengislamkan Sains Barat

Modern. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010.

Page 82: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

Ihsan, Hamdani dan Ihsan , A, Fuad. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung :

Pustaka Setia, 2007.

Jalaluddin dan Said, Usman . Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1996.

Langgulung, Hasan. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta:PT. Bulan Bintang,

Mahyuddin, Anah. Islamisasi Pengetahuan. Bandung : Mizan, 1984.

Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

-----. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.

Nizar, Samsul dan Ramayulis. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta:

Quantum Teaching, 2005.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Ciputat : Ciputat Press, 2002.

Qomar, Mujamil. Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga, 2005.

Saefuddin, AM. Islamisasi Sains dan Kampus. Jakarta: PT. PPA Consultants,

2010.

Sucipto, Hery. Ensiklopedi Tokoh Islam: Dari Abu Bakr hingga Nasr dan

Qardhawi. Bandung: Mizan, 2003.

Sukardi. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT.Bumi

Aksara,2011.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta

:PT. Bumi Aksara, 2009.

Susanto, A. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Amzah, 2009.

Syaodih, Nana, Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2007.

Page 83: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Wan Daud Nor, Wan Mohd . Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.

Naquib Al-Attas. Bandung: Mizan Media Utama. 1998.

Yasin, Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press,

2008.

Zainuddin, M. Paradigma Pendidikan Terpadu. Malang: UIN Malang Press,

2008.

Page 84: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …
Page 85: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …
Page 86: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …
Page 87: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …
Page 88: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …
Page 89: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …
Page 90: PENGEMBANGAN KURIKULUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Diri

Nama : M. Chalilul Rahman

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 17 November 1991

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Kebangsaan : Indonesia

Tinggi Badan : 172 cm

Berat Badan : 65 kg

Alamat : kp. Pulo jahe Jakarta Timur

No. Telp : 089654391684

Pendidikan Formal

(1997 – 2003) SD Jatinegara 06 Pagi

(2003 – 2006) SMP Negeri 270 Pegangsaan Utara

(2006 – 2009) MA. Al-Wathoniyah 01 Jakarta

2009 UIN SyarifHidayatulah Jakarta

Pengalaman Organisasi

(2003 – 2006) Anggota OSIS SMP Negeri 270

(2006 – 2009) Anggota OSIS MA. Al-Wathoniyah 01 Jakarta

(2009 – 2011) Anggota Forsa UIN Jakarta

Himpunan Mahasiswa Islam