pengembangan kecerdasan visual spasiale-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5255/1/skripsi jadi...
TRANSCRIPT
i
PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL
ANAK MENGGUNAKAN TEKNIK KOLASE PADA
KELOMPOK B DI TK ISLAM KECAMATAN
TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh
Rusdiana Prasusilantari
NIM 11614022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
من خر ج فى طلب العلم فهو فى سبيل للا
„‟Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah „‟
(HR.Turmudzi)
Memulai dengan penuh kenyakinan menjalankan dengan penuh keikhlasan
menyelesaikan dengan penuh kebahagian
(Rusdiana Prasusilantasri)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Untuk Bapak saya Jais Saputro dan Ibu saya Siti Badriyah, terima kasih
pak, buk, sudah selalu sabar menemani setiap proses belajar ku dimana
saya melangkah engkau selalu ada untuk menemani aku, Doaku selalu
sehat dan selalu menemani aku terus pak, buk.
2. Untuk adik saya tercita Reva Anindya Putri.
3. Keluarga besar Bapak Zainuri dan Bapak Jalali yang telah memberi
dukungan dalam mengerjakan skripsi.
4. Untuk Sahabat saya Sa‟datur Rochmah, Winda Syawalana Febriyanti Ariij
Sophia Khoiron, Asih Nurjanah, Fera Riziana Amalia, Isma Risma Wati,
Saadila Zuhri, Siti Tohirotun, Dewi Ayu Ajmia, Dina Ririn, leny, anisa
terima kasih sudah selalu memberi dukungan dan semangat kepada aku.
5. Untuk teman dekat ku Bagas Setiaji yang selalu membantu dan
menyemagatiku dalam mengerjakan skripsi.
6. Seluruh teman-teman PIAUD 2014, terimakasih untuk canda tawa, tangis
dan perjuangan yang kita lewati bersama.
7. Rekan-rekan KKN 2018 Squad Klewor khususnya posko 58 Rezza Resita,
Devi, Yunita, Vee, Reni, Nur Wakhid, Anang, Rifa yang telah
mengajarkan arti kebersamaan.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun ke
jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan, adapun judul
skripsi ini adalah “PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL
SPASIAL ANAK MENGGUNAKAN TEKNIK KOLASE PADA
KELOMPOK B DI TK ISLAM KECAMATAN TUNTANG TAHUN
AJARAN 2018/2019”.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan
hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.,selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Si.,selaku Dekan FTIK Salatiga.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Anak
Usia Dini.
4. Ibu Dr. Setia Rini, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang sabar, yang
selalu membimbing saya, serta mengorbankan waktu serta tenaga
untuk membimbing penulis dalam penulisan Skripsi hingga akhir.
viii
5. Ibu Eva Palupi, S.Psi.,selaku dosen pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu,
bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan
layanan serta bantuan kepada penulis.
7. Kepala Sekolah dan Guru-guru di TK Islam Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang yang telah memberikan dukungan.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.
Salatiga,24 Januari 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR BERLOGO
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..i
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………….…...
Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Erro
r! Bookmark not defined.
MOTTO……………………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN……………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………… xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………... xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………… xiv
ABSTRAK………………………………………………………………………..…. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
D. Kegunaan Penellitian ................................................................................. 7
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ........................................ 8
F. Definisi Operasional………………………………………………….….10
G.Metode Penelitian……………………………………………………….. 11
1. Rencana Penelitian…………………………………………………...... 11
2. Subyek Penelitian……………………………………………………… 12
3. Langkah-langkah penelitian…………………………………………… 12
4. Prosedur Penelitian…………………………………………………….. 14
5. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….. 16
6. Instrumen Penelitian…………………………………………………… 17
7. Analisis Data…………………………………………………………… 19
H. Sistematika Penulisa………………………………………………...….. 19
x
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori...............................................................................................21
1. Pengertian Pengembangan .................................................................... 21
2. Pengertian Kecerdasan Majemuk .......................................................... 22
3. Kecerdasan Visual Spasial .................................................................... 24
4. Media Pembelajaran .............................................................................. 32
5. Teknik Kolase ........................................................................................ 39
B. Kajian Pustaka ......................................................................................... 43
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah ...................................................................... 48
B. Deskripsi Penelitian Perkembangan Pra Siklus ....................................... 53
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ................................................................ 56
D. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II ............................................. 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus ............................................................................... 67
1. Ketentuan Penilaian dan Pengolahan Data……………………….…... 67
2. Siklus I………………………………………………..…..……..…… 69
3. Siklus II……………………………………...………………………. 74
B. Pembahasan ............................................................................................. 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 83
B. Saran ........................................................................................................ 83
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Ketentuan Penilaian Kemampuan Kecerdasan Visual Spasial dengan
Media Kolase
Tabel 1.2 Jadwal Penelitian
Tabel 3.1 Pencapaian Visi dan Misi
Tabel 3.2 Daftar Tenaga Pendidik di TK Islam Tuntang
Tabel 3.3 Daftar Jumlah Siswa TK Islam Tuntang
Tabel 3.4 Daftar Nama Subjek Penelitian
Tabel 3.5 Daftar Ruang TK Islam Tuntang
Tabel 3.6 Hasil Penilaian Pra Siklus
Tabel 3.7 Hasil Nilai Observasi Pra Siklus
Tabel 4.1 Ketentuan Penilaian Anak
Tabel 4.2 Indikator Yang Diamati Tiap Siklus
Tabel 4.3 Nilai Siklus I
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siklus I
Tabel 4.5 Hasil Observasi Anak Pada Siklus I
Tabel 4.6 Hasil Observasi Guru Pada Siklus I
Tabel 4.7 Penilaian Siklus II
xii
Tabel 4.8 Hasil Penilaian Siklus II
Tabel 4.9 Hasil Observasi Anak Pada Siklus II
Tabel 4.10 Hasil Observasi Guru Pada Siklus II
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram Pengembangan Kecerdasan Visual Spasial
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 Lembar Observasi Guru Siklus I
Lampiran 4 Lembar Observasi Siswa Siklus I
Lampiran 5 Lembar Observasi Guru Siklus II
Lampiran 6 Lembar Observasi Guru Siklus II
Lampiran 7 Wawancara Kepala Sekolah
Lampiran 9 Catatan Lapangan 1
Lampiran 10 Catatan Lapangan 2
Lampiran 11 Dokumentasi
Lampiran 12 Lembar Konsultasi
Lampiran 13 Surat Keterangan Pembimbing Skripsi
Lampiran 14 Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 15 Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 16 Daftar Nilai SKK
Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup
xv
ABSTRAK
Prasusilantari, Rusdiana. 2018. Pengembangan Kecerdasan Visual Spasial Anak
Menggunakan Teknik Kolase Pada Kelompok B Di TK Islam
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2018/2019. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,
Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Institut Agama Islam
Negeri IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr.Setia Rini M.Pd
Kata Kunci : Kecerdasan Visual Spasial, Teknik Kolase
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan kecerdasan
visula spasial melalui teknik kolase pada anak usia dini. Permasalahan dari
penelitian ini apakah dengan menggunakan kolase dapat mengembangkan
kecerdasan visual spasial anak pada kelompok B di TK Islam Tuntang
Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua Siklus yang masing-masing siklu terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah
anak kelompok B di TK Islam Tuntang kabupaten semarang yang berjumlah
16 anak meliputi 10 laki-laki dan 6 perempuan. Instrumen penelitian meliputi
Rencana Kegiatan (RKH), lembar observasi anak dan guru, lembar evaluasi
anak. Metode pengumpulan data yang di gunakan yaitu tes, observasi, dan
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan teknik kolase dapat
mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak kelompok B di TK Islam
tuntang kabupaten semarang tahun pelajaran 2018. Pada Pra Siklus pencapaian
perkemanagan anak hanya 30%. Presentase keberhasilan Siklus I terdapat
terdapat 6 anak belum muncul (BM) perkembanganya, dan 7 anak mulai
muncul (MM) perkembangannya dan 3 anak berkembang sesuai harapan
(BSH) dengan pencapaian kelas 46%. Pada Siklus II diperoleh data 16 anak
dengan pencapaian kelas 92% sudah mencapai indikator pengembangan yaitu
berkembang sesuai harapan (BSH). Hasil data tersebut dapat diketahui bahwa
kecerdasan visual spasial anak mengalami pengembangan melalui teknik
kolase pada anak kelompok B di TK Islam Tuntang Kabupaten semarang dari
Siklus I ke Siklus II sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang
ditetapkan yaitu 85% dari jumlah seluruh anak yang mencapai rata-rata 92%
sehingga penelitian pengembangan kecerdasan visual spasial anak
menggunakan tekinik kolase di TK Islam Tuntang kabupaten Semarang tahun
pelajaran 2018/2019 dinyatan berhasil.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah
pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak(Suyadi
& Ulfa, 2013:17).
Secara institusional,Pendidikan Anak Usia Dini juga dapat
diartikan sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembagan, baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan
emosi, kecerdasan jamak (multiple intellegences) maupun kecerdasan
spiritual. Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan Anak Usia Dini,
penyelenggaraan Pendidikan bagi Anak Usia Dini disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh Anak Usia Dini itu
sendiri(Suyadi & Ulfa, 2013:17).
Secara yuridis, istilah anak usia dini di indonesia di tujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Lebih lanjut pasal 1ayat
14 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
2
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmanidan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut”(Suyadi & Ulfa, 2013:17).
Masa anak usia dini sering di sebut dengan “golden age” atau
masa emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa
peka untuk tumbuh dan berkembang secara tepat dan hebat.
Perkembangan setian anak tidak sama karena setiap individu memiliki
perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi seimbang serta
stimulasi intensif sangat dibutuhkan anak untuk pertumbuhan dan
perkembangan tersebut. Apabila anak di berikan stimulasi atau gizi yang
baik maka proses pertumbuhan dan perkembangan anak akan terjadi
secara baik (Hasnida, 2014:169).
Pada awalnya, Howard Gardner(dalamPrasetyo & Andriani,
2009:2) merumuskan tujuh intelegensi kolektif yang bersifat sementara.
Dalam perkembangan penelitian selanjutnya, beliau menambahkan satu
intelegensi lagi sehingga ada delapan jenis intelegensi yang secara
bersama terdapat dalam diri anak-anak dan orang dewasa, yaitu:
1. Linguistic intelligence (Kecerdasan Linguistik) adalah
kapasitas menggunakan bahasa untuk menyampaikan pikiran
dan memahami perkataan orang lain, baik secara lisan
maupun tulisan.
2. Logical-Mathematical intelligence (Kecerdasan Logikal-
Matematika) adalah kapasitas untuk menggunakan angka,
3
berpikir logis untuk menganalisa kasus atau permasalahan,
dan melakukan perhitungan matematis.
3. Visual-Spatial Intelegence (Kecerdasan Visual-Spasial)
adalah kapasitas untuk mengenali dan melakukan
penggambaran atas objek atau pola yang diterima otak.
4. Bodily-Kinesthetic Intelligence (Kecerdasan Kinestetik-
Tubuh) adalah kapasitas untuk melakukan koordinasi
pergerakan seluruh tubuh.
5. Musical Intelligence (Kecerdasan Musikal) adalah kapasitas
untuk mengenal suara dan menyusun komposisi irama dan
nada.
6. Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Interpersonal) adalah
kapasitas untuk memahami maksud, motivasi, dan keinginan
orang lain.
7. Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan Intrapersonal) adalah
kapasitas untuk memahami dan menilai motivasi dan
perasaan diri sendiri.
8. Naturalist Intelligence (Kecerdasan Naturalis) adalah
kapasitas untuk mengenali dan mengelompokkan fitur
tertentu dilingkungan fisik sekitarnya, seperti binatang,
tumbuhan, dan kondisi cuaca.
4
Kolase, dengan produk-produk yang cepat dan bermotifasi, berefek
tiga dimensi, adalah kesuakaan anak-anak usia 3-5 tahun. Kolase ini
adalah suatu bentuk seni dimana ketul-ketul benda direkatkan kealas
yang permukaannya rata untuk menyampaikan gagasan atau perasaan
atau menyusun suatu pengalaman. Bahan-bahan ringan seperti kertas
dan kain bisa ditempelkan pada kertas bangunan biasa atau karton,
tetapi benda-benda lebih berat memerlukan plywood atau kayu lapis
(Seefeldt & Wasik, 2008:288).
Benda apapun bisa di gunakan untuk membuat kolase. Anak-
anak bisa pilih dari “kotak barang rongsokan” atau “kotak ajaib” bahan-
bahan pembungkus yang diperbaharui dengan menyingkirkan yang tak
terpakai dan menggantinya dengan objek yang baru dan menarik. Bila
anak-anak mulai membuat kolase, dengan media apapun mereka akan
mencoret-coret, menempelkan benda-benda tidak beraturan diatas
kertas. Kolase akan lebih bernilai jika anak-anak mengumpulakan
sendiri bahan-bahannya.
Salah satu kecerdasan yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah Kecerdasan visual spasial, yaitu merupakan kercerdasan yang
dikaitkan dengan bakat seni lukis dan arsitektur. Untuk itu, para
pendidik harus memberikan ruang gerak yang memadai bagi anak untuk
mengembangkan kecerdasan visual spasial. Kecerdasan visual spasial
harus dirangsang dengan baik. Jika tidak, maka kecerdasan visual
spasial tidak akan berkembang dengan optimal. Dengan demikian, anak
5
memiliki kesempatan untuk muncul dan berkembang mencapai tahap
yang semakin optimal, sehingga setiap anak berkesempatan
menunjukkan kecenderungan, kepekaan, dan kemampuan dari
kecerdasan yang dimilikinya. Kecerdasan visual spasial dapat
dirangsang dengan melalui berbagai program seperti melukis,
membentuk sesuatu dengan plastisin, mengecap dan menyusun
potongan kertas menjadi bentuk gambar (kolase). Guru harus
menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan mengembangkan
daya imajinasi mereka, seperti alat-alat permainan konstruktif (lego,
puzzle, lasie), balok-balok bentuk geometri berbagai warna dan ukuran,
peralatan menggambar, pewarna, peralatan kolase dan lain sebagainya.
Orang yang memiliki kecerdasan visual spasial ditandai dengan
beberapa hal, yaitu: 1) dapat mengobservasi gambar secara mendetail;
(2) mampu membanyangkan bentuk dalam pikirannya dengan mudah;
(3) dapat memperhatikan gambaran yang ada dari berbagai sudut
sehingga dapat mengenali suatu lokasi dan tempat tertentu; dan (4)
cenderung imajinasif dan kreatif. Pemikiran visual terdiri dari apayang
kita lihat, banyangkan atau gambar (Mckim, 2005:110).
Tanpa adanya fasilitas yang memadai, kecerdasan visual spasial
anak tidak akan berkembang dengan optimal. Kegiatan dalam
pengembangan kecerdasan visual spasial dapat dilakukan dengan
pembelajaran kreatif. Pembelajaran kreatif sangat baik jika dilakukan
dengan cara bermain. seperti halnya yang terjadi pada TK Islam ini
6
kecerdasan visual spasial anak sangat rendah, terbukti pada waktu guru
memberikan kegiatan, masih banyak anak yang merasa tidak mampu
dan selalu berkata “tidak bisa” sebelum mengerjakan. Faktor lain guru
juga jarang memberikan kegiatan yang dapat mengembangkan
kecerdasan visual spasial anak, setiap kegiatan kolase guru selalu
memberi contoh yang kurang menarik, dengan metode pemberian tugas
anak tidak bisa berkreasi sendiri sesuai dengan daya imajinasinya, anak
hanya dituntut untuk patuh dengan semua keinginan guru. Orang tua
pun juga kurang mendukung anak untuk kreatif. Orang tua selalu
menuntut anak untuk belajar menulis, membaca dan berhitung tanpa
melihat kemampuan anak.
Dari 16 anak, yang mampu mengerjakan kolase sampai selesai
hanya 3 anak. Anak lain masih belum menyelesaikan tugasnya mereka
malah bermalas-malasan dan ada yang gak mau mengerjakan sama
sekali karena tidak mau menyentuh lem dengan tangannya, dengan ini
penulis ingin mengembangkan kecerdasan visual spasial mereka agar
anak lebih percaya diri, lebih mandiri dan mampu menciptakan ide-ide
baru yang dimiliki sehingga memiliki bekal ketrampilan untuk tahap
pendidikan selanjutnya.
Dari paparan diatas sehingga dipilih judul, “PENGEMBANGAN
KECERDASAN VISUAL SPASIAL PADA ANAK MELALUI
TEKNIK KOLASE DI TK ISLAM KECAMATAN TUNTANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019”.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas,
maka dapat dirumuskan pokok permasalahan pada penelitian ini adalah:
Apakah kegiatan kolase dapat mengembangkan kecerdasan visual-spasial
pada anak di Kelompok B TK Islam Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah disampaikan,
adapun tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah untuk
mengembangkan kemampuan visual-spasial anak melalui teknik kolase di
Kelompok B TK Islam Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2018/2019.
D. Kegunaan Penellitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan penulis yaitu:
a. Memberi masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang
kreatif dan inovatif, dan sebagai sarana pembangunan dan
peningkatan profesional guru.
b. Sebagai bahan informasi kepada lembaga lain tentang pentingnya
pengembangan kecerdasan visual spasial melalui teknik kolase
pada anak usia dini.
8
c. Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang kreatif
dalam merancang dan mengelola kegiatan yang menyenagkan
untuk anak didik.
2. Manfaat praktis yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu:
a. Bagi Guru
Memeri masukan bagi guru agar lebih kreatif dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki anak, sehingga potensi-
potensi yang dimiliki setiap anak dapat berkembang secara
optimal.
b. Bagi Sekolah
Dapat memberi data sekolah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dalam pembelajaran diluar kelas maupun didalam
kelas.
c. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, kreatifitas dan pengalaman bagi peneliti
dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung di dalam
kelas maupun di luar kelas.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan
jawaban dari suatu permasalahan yang timbul. (Arikunto,2006: 71)
Hipotesis Penelitian merupakan anggapan sementara yang masih harus
di buktikan kebenarannya. Adapun hipotesis yang peneliti ajukan
9
dalam penelitian ini adalah “Upaya pengembangan kecerdasan visual-
spasial anak menggunakan teknik kolase di TK Islam kecamatan
tuntang kabupaten semarang tahun pelajaran 2017/2018”.
2. Indikator Keberhasilan
a. Secara individual anak dikatakan berhasil memenuhi indikator
keberhasilan apabila berkembang sesuai harapan (BSH).
b. Secara klasikal adalah apabila tingkat pencapaian indikator
keberhasilan anak mencapai 85% sesuai standar nasional
pencapaian keberhasilan kelas.
Tabel 1.1 Ketentuan Penilaian Kemampuan Kecerdasan Visual Spasial
dengan Media Kolase
Simbol Bintang Skor/
Nilai
Kategori Kriteria/Ketentuan
1/ D Belum Muncul
(BM)
Jika anak mencoba,
kurang tepat atau anak
tidak mau mencoba.
2/ C Mulai Muncul
(MM)
Jika anak bisa dengan
bantuan meniru teman
3/ B Berkembang
Sesuai Harapan
(BSH)
Jika anak bisa dengan
bantuan awalan
4/ A Berkembang Jika anak bisa tanpa
10
Sangat Baik
(BSB)
bantuan
F. Definisi Operasional
1. Pengertian Kecerdasan Visual Spasial
Kecerdasan Visual-spasial (visual-Spasial Intelligence) yaitu kepekaan
merasakan dan membayangakan dunia gambar dan ruang secara akurat.
Adapun kompetensi kecerdasan ini , yaitu kemampuan menggambar,
memotret membuat patung, dan mendesain. (Fadlilah, 2012: 200 )
Kecerdasan visual spasial kecerdasan yang berkaitan dengan
kemapuan anak dalam memvisualisasikan gambar didalam pikiran
seseorang, atau kemampuan anak berfikir dalam bentuk visual untuk
memecahkan suatu masalah atau menemukan jawaban (Smarrt, 2009: 74)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan visual
spasial adalah kecerdasan anak untuk melihat, merekam dan kemudian
menuangkannya dalam bentuk nyata melalui bangunan. Kecerdasan ini
mencangkup kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, wujud dan ruang.
2. Pengertian Teknik Kolase
Seni dekorasi bidang dengan kepingan bahan kertas berwarna yang
disusun dan ditempelkan dengan perekat berdasarkan konsep desain dari
pola, penempatan, ukuran dan bentuk (Mayesky, 2011: 2).
11
Menurut (Sumanto, 2005) Kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat
dengan menggabungkan teknik melukis (lukisan) dengan menempelakan
bahan-bahan tertentu.
Dari pendapat diatas kolase adalah seni yang ditempel pada pola atau
gambar dengan kertas maupun dengan bahan-bahan tertentu.
Skripsi yang berjudul peningkatan kecerdasan visual spasial melalui teknik
kolase pada kelompok B yaitu suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak dengan usia 4-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan dengan menggunakan kolase disertai dengan
penanaman benda-benda sesuai dengan tema yang diajarkan disekolah
dalam bentuk visual spasial sehingga meningkatkan kecerdasan anak
dalam kecerdasan visual spasial dan pengembangan kecerdasan tersebut,
serta anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
G. Metode Penelitian
1. Rencana Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti berusaha mendiskripsikan bentuk
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan visual-spasial siswa
dengan demikian data yang akan dikumpulakan dalam penelitian
bersifat deskriptif yaitu mengenai uraian-uraian kegiatan pembelajaran
siswa dan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian tindakan kelas. Jenis penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan kelas (PTK) karena peneliti bertindak secara
langsung dalam penelitian, mulai dari awal sampai akhir tindakan.
12
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja di munculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Menurut Arikunto
dalam (Suyadi, 2012:50). Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada
upaya untuk mengubah kondisi real sekarang ke arah kondisi yang
diharapkan ( improvement oriented).
2. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyeknya adalah siswa
kelompok B TK Islam Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
yang berjumlah 16 siswa, yang terdiri dari 10 Laki- laki dan 6
Perempuan.
3. Langkah-langkah penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah
yang merangkum dalam jadwal penelitian berikut. Penelitian ini
dilakukan pada September 2018 hingga Oktober 2018. Berikut ini
tabel jadwal penelitian:
Tabel 1.2 Jadwal Penelitian
No Tanggal Aktivitas Tempat dan waktu
1. 11 Mei 2018 Meminta izin kepada
kepala sekolah untuk
melakukan penelitian di
TK Islam Tuntang
Ruang Kepala
Sekolah TK Islam
Tuntang (10.30
WIB)
13
2 14 September
2018
Memberi surat izin
melakukan penelitian
kepada kepala sekolas
TK Islam Tuntang
Ruang Kepala
Sekolah TK Islam
Tuntang (10.00
WIB)
3. 14 September
2018
Konsultasi kepada
kepala sekolah
mengenai kurikulum di
TK Islam Tuntang
Ruang Kepala
Sekolah TK Islam
Tuntang (11.00
WIB)
4. 18 September
2018
Bertemu dengan guru
kelas untuk konsultasi
tentang rencana
pembelajaran
Ruang kelas B TK
Islam Tuntang
(10.30 WIB)
5. 26 September
2018
Observasi kelas Ruang kelas B TK
Islam Tuntang
(07.00 WIB)
6. 02 Oktober
2018
Melakukan penelitian
kelas
(Siklus I)
Pertemuan 1
Ruang kelas B TK
Islam Tuntang
(07.00 WIB)
6. 03 Oktober
2018
Melakukan penelitian
kelas
(Siklus I)
Pertemuan 2
Ruang kelas B TK
Islam Tuntang
(07.00 WIB)
14
7. 12 Oktober
2018
Melakukan penelitian
kelas
(Siklus II)
Pertemuan 1
Ruang kelas B TK
Islam Tuntang
(07.00) WIB
8. 13 Oktober
2018
Melakukan penelitian
kelas
(Siklus II)
Pertemuan 2
Ruang kelas B TK
Islam Tuntang
(07.00) WIB
4. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini ada 4 langkah dalam melakukan penelitian
tindakan kelas ( PTK), yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
refleksi Suyadi (2010:49). Uraian rancangan siklus penelitian tersebut,
seperti dibawah ini :
15
Bagan 1.1 Model Tahap-Tahap Pelaksanaan PTK
Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan (planning),
tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
a. Perencanaan (Planing). Perencanaan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti dan mitra penelitiuntuk merencanakan
kegiatan yang akan dilakukan,memilih metode yang tepat,
menyipkan media yang digunakan, menyusun sekenario
pembelajaran dan menyiapkan lembar observasi sebagai alat
penilaian.
b. Pelaksanaan (acting). Pelaksanaan tindakan yaitu implementasi
atau penerapan isi rancangan di dalam kelas. Dalam pelaksanan
tindakan harus taan pada rancangan yang sudah dirumuskan.
c. Pengamatan (observing). Pengamatan yaitu pelaksanaan
pengamatan oleh pengamat. Pengamatan dilakukan pada saat
berlangsungnya pelaksanaan tindakan, hal-hal yang perlu diamati
adalah kegiatan guru mengajar dan kegiatan anak mengikuti
pembelajaran serta hasil kerja.
d. Refleksi (reflecting). Refleksi atau pantulan yaitu kagiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Refleksi perlu
dilakukan untuk merenung kegiatan yang sudah dilakukan, untuk
mengetahui kelemahan dan kekurangan yang dialami baik pada
16
perencanaan maupun pada pelaksanaan tindakan. Agar dapat
dijadikan acuan untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
Modal ini akan memberikan pengalaman yang berharga
pada guru untuk dapat memperbaiki pelajaran dan mengetahui
kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada setiap siklusnya, agar
bisa diperbaiki pada siklus berikutnya, hingga memperoleh hasil
yang baik juga bagi anak-anak. Untuk lebih jelasnya modal
penelitian dapat dilihat pada bagan berikut ini (Arikunto, 2006:16)
5. Teknik Pengumpulan Data
Ada sejumlah strategi pengumpulan data yang dapat digunakan,
akan tetapi tidak semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh
karena itu, peneliti harus memilih strategi yang tepat. Adapun strategi
yang digunakan peneliti antara lain yaitu:
a. Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk
suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilakn suatu nilai tentang tingkah laku atau
prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan
nilai yang di capai oleh anak-anak lain atau standar yang telah
ditetapkan (Depdiknas: 2006).
Tes ini digunakan untuk mendapatkan data deskriptif kualitatif
berupa gambaran kecerdasan visual spasial anak pada setiap siklus.
b. Observasi
17
Observasi adalah instrumen yang sering digunakan dalam
penelitian di bidang pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan 2 panca inderanya yaitu penglihatan dan
pendengaran. Menurut Sukardi (2009:78) menyatakan bahwa
observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil
berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja anak
didik dalam situasi alami. Dalam hal ini peneliti mengamati proses
belajar, cara anak menempelkan potongan kertas ke pola yang
sudah disediakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Instrumen penilaian yang di perlukan berupa lembar observasi.
Metode ini digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran.
c. Dokumentasi
Cara lain memperoleh data dari penelitian adalah
menggunakan teknik dokumentasi. Pada teknik ini, dimungkinkan
peneliti memperoleh informasi dari berbagai macam sumber
tertulis, dimana anak didik melakukan kegiatan sehari-harinya.
Strategi ini menurut Sukardi (2009:81) untuk mendapatakan
gambaran umum sekolah,keadaan guru, keadaan sarana prasarana
dan keadaan siswa.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian
tindakan kelas adalah:
18
a. Rencana kegiatan harian (RKH),yaitu seperangkat pembelajaran
yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
menyusun untuk tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang
tingkat pencapaiaan perkembangan, indikator, kegiatan
pembelajaran, alat dan sumber belajar serta hasilpenelitian.
b. Lembar observasi anak, yaitu lembar observasi ini digunakan
untuk memantau setiap perkembanagan kecerdasan visual spasial
anak dalam pembelajaran kolase.
c. Lembar observasi guru
Lembar observasi ini disusun untuk memantau perkembangan dari
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penguasaan
terhadap pembelajaran kolase.
d. Lembar evaluasi siswa
Evaluasi siswa disusun dan digunakan oleh guru untuk
mengevaluasi anak guna mengetahui hasil dari metode yang
dilaksanakan oleh guru, agar dapat mengetahui perkembangan
kecerdasan visual spasial anak selanjutnya.
19
7. Analisis Data
Analilis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-
unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan mana yang harus dipelajari dan membuat kesimpulan
sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. (Arikunto,
2008: 128)
Analisis data dilakukan dengan menyertakan analisis yang bersifat
deskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh
melalui instrumen penelitian. Setelah data terkumpul kemudian
diklasifikasikan kedalam dua kelompok data yaitu kualitatif yang
berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam
kata-kata dan simbol.
H. Sistematika Penulisan
Dalam rangka memepermudah para pembaca untuk mengikuti
uraian penyajian data skripsi ini, penulis akan memaparkan sistematika
skripsi secara garis besar menjadi beberapa bagian:
Bagian awal yang terdiri dari sampul, lembar berlogo IAIN, halaman
judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan
keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,
daftar table, daftar gambar, daftar lampiran.
20
BAB I. Bab ini berisi tentangt Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Hipotesis Tindakan dan Indikator
Pencapaian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II Kajian Teori. Bab ini berisi tentang Pengertian
Pengembangan, Pengertian Kecerdasan Majemuk, Pengertian Kecerdasan
Visual Spasial, Pengertian Media, Pengertian Kolase dan Penelitian
Terdahulu.
BAB III Pelaksanaan. Penelitian ini berisi Gambaran Umum
Lokasi dan Subjek Penelitian, Diskripsi Penelitian Pra Siklus, Diskripsi
Penelitian Siklus I, dan Diskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II.
BAB IV Hasil Penelitian. Bab ini berisi Diskripsi Persiklus dan
Pembahasan.
BAB V Penutup. Bab berisi tentang Kesimpulan, Saran, dan
Penutup.
Bagian akhir dari skripsi terdiri dari Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran
dan Riwayat Hidup Penulis.
21
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan berasal dari kata “kembang” yang artinya
menjadikan maju (baik, sempurna, dan sebagainya). Kembang dapat
pula dimaknai kelas atau posisi. Karena imbuhan “me-an” maknanya
berubah menjadi menuju tingkatkan atau kelas selanjutnya (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1999).
Menurut Sukiman (2012: 53) Pengembangan adalah perbuatan
menjadikan bertambah, berubah sempurna (pikiran, pengetahuan dan
sebagainya)
Menurut Wiryokusumo (2011: 4) pengembangan adalah upaya
pendidikan baik formal maupun nonformal yang dilaksanakan secara
sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggungjawab dalam rangka
memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan
suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, serta selaras untuk
menambahkan, meningkatkan dan mengembangkan diri ke arah
ketercapaiannya martabat, mutu, dan kempuan manusiawi yang
optimal serta pribadi mandiri.
22
2. Pengertian Kecerdasan Majemuk
Howard Gardner menyatakan bahwa kecerdasan adalah
kemampuan untuk menyelesaikan masalah, atau menciptakan
produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya
dan masyarakat (Gardner, 2003: 22). Menurut Gardner kecerdasan
bukanlah kemampuan yang sudah ada sejak lahir dan akan tetapi
sepanjang hidup yang tidak dapat dikembangkan. Kecerdasan
selalu dapat dikembangkan lewat pembelajar dan seorang guru
mempunyai peran untuk membantu perkembangan kecerdasan
anak.
Arti kecerdasan yang selama ini diyakini para orang tua
hanyalah kecerdasan intelektual saja. Padahal, seseorang dikatakan
cerdas apabila ia mampu mengakomodasi empat aspek lainya
yaitu, kecerdasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual.
Konkritnya, seseorang dikatan cerdas apabila ia mampu berelasi
dengan orang lain, mampu mengendalikan susasana hati, dan
mampu melihat dirinya sedang dalam kondisi yang bagaimana.
Apakah ia mampu melibatkan unsur intelektualnya, kognisinya,
afeksinya, ataukah unsur-unsur lainnya (Kanisius 2006: 95).
Pendapat tersebut didukung oleh Prasetyo & Andrian (2009: 91)
yang mengatakan bahwa kecerdasan majemukmerupakan
gambaran sifat alamiah manusia dari sebuah perspektif kognitif,
seperti bagaimana seseorang merasakan dan menyadari suatu
23
keadaan, terutama mengelola informasi baru yang masuk keedalam
diri sendiri sesorang dan menggunakan kepastiannya untuk
kehidupan sehari-hari.
Istilah multiple intelligences pertama kali dikenalkan oleh
Dr. Howard Garner, seorang psikolagi dari Project Zaro Harvard
University pada tahun 1983. Teori ini merupakan teori yang
mengungkapkan masalah kecerdasan manusia, yaitu kecerdasan
majemuk. Menurut Gardner kecerdasan selama ini lebih dimaknai
secara sempit, hanya sekedar diukur dengan menggunakan tes IQ.
Dengan kata lain, kecerdasan seseorang lebih banyak dilakukan
oleh kemampuannya menyelesaikan serangkaian tes psikologi,
kemudian hasil tes itu diubah menjadi angka standar kecerdasan
(Fadlillah 2012: 197).
Menurut Bandler dan Grinder dalam Depotter (1999: 39)
kecerdasan merupakan ungkapan dari dari cara berfikir seseorang
yang dapat dijadikan modalitas belajar, hampir semua orang
cenderung pada salah satu modalitas belajar yang berperan sebagai
saringan untuk pembelajaran, memprosesan dan komunikasi;
sedangkan marvoka menyakini bahwa orang tidaklah cenderung
pada satu modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan
kekurangan alami tertentu. Adapun modalitas yang dimiliki oleh
setiap individu dapat dibagi menjadi 3 yaitu modalitas visual,
auditorial, dan kinestetikal.
24
Sementara itu Gardner dalam (Musfiroh, 2017: 1.5)
mendefinisikan Multiple intelligences (Kecerdasan majemuk)
sebagai kemampuan yang mempunyai tiga komponen utama, yaitu:
1) Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di
dalam kehidupan nyata sehari-hari.
2) Kemampuan untuk menghasilakan persoala-persoalan baru
yang dihadapi untuk diselesaikan.
3) Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa
yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya sesorang.
3. Kecerdasan Visual Spasial
a. Pengertian Kecerdasaan Visual Spasial
Kecerdasan Visual-spasial (visual-Spasial Intelligence)
yaitu kepekaan merasakan dan membayangakan dunia gambar dan
ruang secara akurat. Adapun kompetensi kecerdasan ini , yaitu
kemampuan menggambar, memotret membuat patung, dan
mendesain. (Fadlilah, 2012: 200 )
Aspek kecerdasan adalah „spacial Intelligence‟ atau Visual
Intelligence‟ adalah kemampuan sesorang menuangan/
menvisualisasikan, baik dalam bentuk gambar, grafik apa yang ada
dipikiran, di imaginasi, fantasi atau konsepnya.
Kecerdasan ini juga meliputi kemampuan seseorang untuk
memahami konsep warna, komposisi, design, seni dan juga asepek
di dalamnya yaitu kreatifitas serta memahami konsep ruang
25
Wijanarko (2017: 26). Sedangkan menurut ( Prasetyo & Andriani
2009: 57) kecerdasan visual-spasial adalah kapasitas untuk
mengenali dan melakukan penggambaran atas objek atau pola
yang diterima otak. Jika anda memiliki kecerdasan visual-spasial
yang berkembang dengan baik maka anda mempunyai kapasitas
mengelola gambar, bentuk, warna, dan ruang serta menciptakan
gambar secara mental maupun realistik.
Sementara itu menurut Yaumi (2013: 83) kecerdasan
visual-spasial atau disebut kecerdasan visual adalah kemampuan
untuk memahami gambar-gambar dan bentuk termasuk
kemampuan untuk mengintrepretasi dimensi ruang yang tidak
dapat dilihat. Orang yang memiliki kecerdasan visual cenderung
berpikir dengan gambar dan sangat baik ketika belajar
melaluipresntasi visual seperti film, gambar, vidio, dan demontrasi
yang mengunakan alat peraga. Mereka juga sangat menyukai
aktivitas menggambar, mengecat, mengukir, dan biasa
mengungkapkan diri mereka melalui aktivitas seni. Mereka juga
sangat baik untuk membaca peta, diagram, dan menyelesaikan
teka-teki jigsaw.
Kecerdasan visual spasial atau kecerdasan gambar atau
kecerdasan pandang-ruang didefinisikan sebagai kemampuan
mempersepsi visual-spasial tersebut dalam berbagai bentuk
(Amstrong, 2003 :20). Kemampuan berpikir visual-spasial
26
merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk visualisasi, gambar,
dan bentuk tiga dimensi (Musfiroh, 2017: 4.3).
b. Cara Mengembangkan Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial pada anak usia dini dapat
dikembangkan dengan berbagai cara, meliputi bermain,
menggambar atau melukis, mewarnai, karyawisata, imajinasi dan
katakan, bercerita, proyek dekorasi, permainan. Cara yang
dimaksud adalah untuk pengenalan informasi visual, pengenalan
dan pemaduan warna, mengembangkan kemampuan
menggambar,apresiasi gambar-foto-film, kemampuan konstruksi,
penajaman kemampuan visual, dan pengembangan imajinasi
(Mufiroh, 2017: 4.14).
Anak dengan kecerdasan visual-spasial yang menonjol
amat peka akan stimulasi yang bersifat visual sehingga dapat
dirancang kegaitan yang menekankan pada hal tersebut. Sujiono &
Sujiono (dalam Sujiono 2010: 58), menguraikan bagaimana cara
mengembangkan kecerdasan visual-spasial pada anaksebagai
berikut:
1. Mencoret-coret.
2. Menggambar dan melukis.
3. Kegiatan membuat prakarya atau kerajinan tangan.
27
4. Mengunjungi berbagai tempat, dapat memperkaya pengalaman
visual anak.
5. Melakukan permainan konstruksi dan kreatif.
6. Mengatur dan merancang.
c. Karakteristik Kecerdasan Visual Spasial
Anak usia dini memiliki kepekaan merasakan dan
membayangakan dunia gambar dan ruang secara akurat. Menurut
Sefrina (2013: 59), anak dengan visual spasial menonjol memiliki
ciri yang berhubungan dengan gambar dan ruang. Oleh karena itu
kadang disebut dengan anak dengan cerdas gambar. Ciri pertama
yang mudah diamati adalah anak sering kali dapat menceritakan
objek/ benda yang ditemuinya dengan sangat mendetail, mulai dari
bentuk, warna, ukurang hingga bagian-bagian dari objek tersebut.
Menurut Gunawan(2003: 123), menyatakan bahwaciri-ciri
kecerdasan visual spasial yang berkembang baik adalah:
1. Belajar dengan cara melihat dan mengamati. Mengenali wajah,
objek, bentuk dan warna.
2. Mampu mengenali suatu lokasi dan mencari jalan keluar.
3. Mengamati dan membentuk gambaran mental, berfikir dengan
menggunakan gambar. Menggunakan bantuan gambar untuk
membantu proses mengingat.
4. Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu
visual.
28
5. Suka mencoret-coret, menggambar, melukis, dan membuat
patung.
6. Suku menyusun membangun permainan tiga diminsi. Mampu
secara mental mengubah bentuk suatu objek.
7. Mempunyai kemampuan imajinasi yang baik.
Menurut Sugiarto (2011: 24), terdapat ciri-ciri anak yang memiliki
kecerdasan visual spasial yaitu:
a. Menyukai bidang seni rupa (lukisan, patungdan sebagainya).
b. Dapat mengembangkan gambar dalam suatu ruang dari
beberapa sudut yang berbeda.
c. Menyukai bacaan yang penuh oleh gambar-gambar berwarna.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai beberapa
karakteristik kecerdasan visual spasial maka penulis
menyimpulkan yaitu kecerdasan visual spasial meliputi kumpulan-
kumpulan dari berbagai keahlian yang saling terkait. Keahlian ini
meliputi kemampuan membedakan secara visual, mengenali
bentuk dan warna, daya pikir ruang, manipulasi gambar, dan
duplikasi gambar baik yang berasal dari dalam diri (secara mental)
maupun yang berasal dari luar.
d. Indikator kecerdasan Visual-spasial Anak Usia Dini
Anak-anak yang cerdas dalam visual-spasial peka terhadap
bentuk dan peristiwa, mampu mereka/ bentuk-bentuk tersebut
dalam memorinya, serta memanggilnya kembali dalam
29
bentukmelamun, menggambar atau menyatakan dalam kata-kata.
Anak-anak mampu mendiskripsikan peristiwadengan urutan-urutan
yang jelas dan terperinci. Anak-anak yang cerdas visul-spasial
mampu melihat bentuk, warna, gambar, tekstur secara lebih detail
dan akurat.
Anak yang mengalami perkembangan kecerdasan visual-
spasial yang sangat menonjol kadang mengalami kesulitan
mengidentifikasi simbol bahasa tertulis. Anak-anak mengartikan
simbol sebagai gambaran dan melihatnya dari berbagai perspektif,
yang hal tersebut tidak berlaku dalam dunia simbol linguistik
Armstrong (dalam Musfiroh, 2017: 4.7)
Pada anak-anak usia 2-6 tahun, kecerdasan visual-spasial
terdeteksi melalui indikator berikut.
1. Anak menonjol dalam kemampuan menggambar, mampu
menunjukkan detail unsur daripadan anak-anak sebayanya.
Garis-garis pada pakaian, ciri khasus padakaos superman,
misalnya muncul dalam gambar yang mereka buat dan hal ini
tidak muncul pada anak-anak sebayanya (usia KB dan TK).
2. Anak memiliki kepekaan terhadap warna, cepat mengenali
warna dan mampu memadukan warna dengan lebih baik
daripada anak-anak sebayanya. Ketika mengamati gambar,
anak mampu melihat unsur kecil, warna yang ada pada gambar
dan objek (usia 2-6 tahun).
30
3. Anak suka menjelah lokasi di sekitarnya dan memprihatikan
tata letak benda-benda di sekitarnya, serta cepat menghafal
letak benda-benda. Mereka bersepeda hingga ke luar lokasi
KB atau TK, mereka takut bermain dengan anak-anak yang
lebih besar dan diajak menjelajah dusun, bahkan desa lain (usia
KB dan TK).
4. Anak menyukai balok atau benda lain untuk membuat suatu
bangunan benda, seperti mobil, rumah, pesawat atau apa pun
yang diinginkan anak. Begitu melihat bangunan geometri (dua
maupun tiga dimensi), anak tertarik untuk segera membuat
konstruksi (usia KB dan TK).
5. Anak suka melihat-lihat dan memperhatikan buku yang
berilustrasi atau buku-buku penuh gambar. Majalah-majalah
yang memuat berbagai gambar penuh warna dilihat beberapa
kali (usia 2-6 tahun).
6. Anak suka mewarnai berbagai gambar yang ada di buku,
menebalkan garisnya, dan menirunya (usia KB dan TK). Anak
juga mencoret-coret benda, seperti dinding, almari, meja, kursi
dengan sepedol, pastel atau pensil warna-warni (usia 2-6
tahun).
7. Anak menikmati bermain kolase dari berbagai unsur (usia TK),
membuat benda dari playdough, malam (lilin)atau sejenisnya
(usia KB dan TK).
31
8. Anak memperhatikan berbagai jenis grafik, peta, dan diagram,
serta sementara anak sebayanya kurang antusias. Pada saat
bermain grafik, anak dengan kecerdasan visual spasial tampak
lebih antusias dan cepat memahami informasi yang
dimaksudkan pendidik (usia KB dan TK).
9. Anak menikmati foto-foto di album dan cepat mengenali
orang-orang atau benda-benda di foto (usia 2-6 tahun), tertarik
dengan kamera dan ingin menggunkannya, serta dapat
mengarahkan kamera pada objek yang dikehendaki (usia KB
dan TK).
10. Anak banyak bercerita tentang mimpinya dan dapat
menunjukkan detail mimpi daripada sebayanya (usia TK).
11. Anak tertarik pada profesi yang terkait dengan penggunaan
kecerdasan visual-spasial secara optimal seperti pelukis (anak-
anak menyebutnya sebagai tukang gambar), fotografer (tukang
foto), arsitek (anak menyebutnaya tukang gambar rumah),
perancang busana (anak menyebutnya tukang baju), pilot,
penjelajah ruang angkasa atau karier lain yang berorientasi
visual-spasial (usia KB dan TK).
12. Anak dapat merasakan pola-pola sederhana dan mampu
menilai pola mana yang lebih bagus dari pola lainya. Anak juga
dapat menggunakan informasi komposisi warna pada pola,
32
seperti kain. Pada saat memilih baju, anak menunjukkan
perhatian terhadap warna dan model (usia TK).
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa kecerdasan visual-
spasial telah muncul pada anak usia 2-3 tahun. Kecerdasan ini
meliputi kepekaan terhadap warna, menikmati gambar,
membuat coretan, menikmati foto-foto. Pada anak usia KB,
hampir semua indikator telah muncul, kecuali kesadaran anak
pola dan detail mimpi. Anak usia TK telah memiliki semua
indikator kecerdasan visaul-spasial dalam berbagai kadar
pencapaiaan.
4. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Gagne dan Briggs (dalam Hasnida 2015: 34),
secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi
alat yang yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset,
camera, vidio recorder, film, slide (gambar bingkai). Foto, gambar,
televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen
sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk belajar.
Menurut Sanaki (2013: 3), media pembelajaran sebuah alat
yang berfungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
33
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara
pembelajaran, pengajar, dan bahan ajar. Maka dapat dikatakan
bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan
sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulasi dapat
dipergunaan sebagai media, diantarnya adalah hubungan atau
interaksi manusia, realitas, gambar bergerak atau tidak, tulisan
suara yang direkam. Dengan kelima bentuk stimulasi ini, akan
membantu pembelajaran mempelajari bahan pelajaran. Atau dapat
disimpulkan bahwa bentuk-bentuk stimulasi dapat dipergunakan
sebagai media atau suara, lihat, dan gerakan.
Menurut Arsyad (2013:3), kata media berasal dari bahasa
latin medius yang secara harfiah berarti “ tengah”, “ perantara”
atau”pengantar”, dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Menurut Rusman dalam Fadlilah ( 2012: 206),
menyebutkan bahwa yang dinamakan media adalah segalasesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi
pembelajaran), merangsang pikiran, segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat
mendorong proses pembelajaran.
Setelah melihat dari beberapa pendapat di atas penulis
dapat menyimpulkan bahwa media merupakan wadah atau
34
perantara pesan yang oleh sumber pesan atau pengaruhnya ingin
diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan.
b. Tujuan dan manfaat media pembelajaran
Dalam proses pembelajaran media sangat diperlukan, guna
memperlancar proses komunikasi pembelajaran. Melalui
media,pembelajaran akan dapat lebih terarah sesuai tujuan yang
dikehendaki. Diantara tujuan media dalam kegiatan pembelajaran
ialah untuk membantu siswa lebih cepat mengetahui, memahami,
dan upaya terampil dalam pembelajaran sebuah materi yang
dipelajari. Selain itu juga,untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang menarik, aktif, efektif dan efisien. Oleh karena itu, dengan
adanya media pembelajaran, tujuan pembelajaran akan tercapai
dengan lebih mudah.
Menurut Sanaky (2013: 5), tujuan pembelajaran sebagi alat
bantu pembelajaran untuk:
1. Mempermudah proses pembelajaran di kelas.
2. Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.
3. Menjaga relevansi antara materi pembelajaran dengan tujuan
belajar.
4. Membantu konsentrasi pembelajaran dalam proses
pembelajaran.
Menurut Kemp dan Dayton (dalam Fadlilah 2012: 207-208), di
antara manfaat media dalam pembelajaran adalah:
35
1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
2. Proses pembelajaran jadi lebih interaktif.
3. Pembelajaran jadi lebih interaktif.
4. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi.
5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan.
6. Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja kapan saja.
7. Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8. Peran guru dapat berubah ke arah lebih positif dan produktif.
Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad 2013:28),
mengemukakan manfaat mediapembelajaran dalam proses belajar
siswa, yaitu :
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya
sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan
memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-
mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata
oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada
setiap jam pelajaran.
36
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar
sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi
juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
c. Macam-macam media pembelajaran
Berdasarkan perkembangan teknologi, media pembelajaran
dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu: (1) Teknologi
cetak adalah cara untuk menghasilkan atau cara menyampaikan
materi visual statis terutama melalui proses pencetakan mekanis
atau fotografis, (2) teknologi audio visual yaitu cara menghasilkan
atau menyampaiakan materi menggunakan mesin-mesin mekanis
dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual, (3)
teknologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang
berbasis microprosesor, (4) teknologi gabungan adalah cara untuk
menghasilakan dan menyampaikan materi yang menggabungkan
pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan komputer
(Arsyad, 2013:33-34).
Dilihat dari sisi jenis, maka media pembelajaran dibagi
menjadi 3 (tiga), yaitu: (a) media audio, yaitu media yang
digunakan dengan mengandalkan pendengaran. Bahan pengajaran
yang diterima pembelajar melalui media yang mengandalkan
pengalaman pendengaran. (b) media visual yaitu media yang
37
digunakan dengan mengandalkan penglihatan. Bahan pengajaran
yang diteriama pembelajaran melalui media yang mengandalkan
pengalaman penglihatan. (c) media audio visual, yaitu media yang
digunakan dengan mengandalkan penglihatan dan pendengaran.
Bahan pelajaran yang diterima pembelajar melalui media yang
“mengandalkan pengalaman penglihatan dan pendengaran”
sekaligus (Sanaky, 2013: 25-26).
d. Pedoman umum dalam menggunakan media pembelajaran
Adapun pedoman-pedoman dalam menggunakan media
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan media harus didasarkan pada tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai.
2. Harus mempertimbangakan kecocokan ciri media dengan
karakteristik materi pembelajaran yang disajikan.
3. Harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan belajar yang akan
dilaksanakan, seperti belajar secara klasikal, belajar dengan
kelompok, dan belajar secara individual.
4. Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup seperti
mempersiapkan media yang akan dipakai, mempersiapkan
berbagai peralatan yang dibutuhkan diruang kelas sebelum
pelajaran dimulai dan sebelum pesrta didik masuk.
38
5. Peserta didik perlu disiapkan sebelum media pembelajaran
digunakan agar mereka dapat mengarahkan perhatian pada hal-
hal yang penting selama penyajian media berlangsung.
6. Penggunaan media harus diusahakan agar peserta didik terlibat
aktif.
e. Macam-Macam Media Pembelajaran Anak Usia Dini
Adapun macam media pembelajaran untuk anak usia dini dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu:
1) Media Audio
Media audio adalah sebuah media pembelajaran yang
mengandung pesan dalam bentuk auditif atau pendengaran,
serta hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio
dan kaset.
2) Media Visual
Media visual adalah yang hanya mengandalkan indera
penglihatan, contoh mediagrafis dan proyeksi.
3) Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang memiliki unsur suara
dan unsur gambar.
39
5. Teknik Kolase
1. Pengertian Kolase
Masa perkembangan anak usia dini adalah masa yang paling tepat
untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki anak. Salah satu
potensi yang perlu dikembangakn adalah wawasan dan rasa seni anak.
Kesenian merupakan salah satu potensi dasar anak sebagai bentuk dari
kecerdasan jamak. Melalui pengembangan potensi seni anak berarti
juga mengembangkan kecerdasannya. Salah satu seni yang dapat
mengembangkan potensi anak yaitu kolase. Kolase merupakan salah
satu karya dalam seni rupa. Kolase adalah teknik menempel berbagai
macam unsur kedalam satu frame sehingga menghasilkan suatu karya
seni yang baru.
Seperti yang dingkap oleh (Sumanto, 2006: 95) yang
mengungkapkan bahwa kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat
dengan menggabungkan teknik melukis (lukis tangan) dengan
menempelkan bahan-bahan tertentu.
Kolase adalah kegiatan bermain sekaligus berseni yang dapat
mengembangakan potensi anak. Bahan-bahan dalam membuat kolase
untuk anak TK harus lebih sederhana dan tidak membahayakan,
misalnya kertas, biji-bijian,tumbuhan dan kain (Silvana & Ayusari,
2017:1).
40
Menurut (Pamadhi&Sukardi, 2010: 5.2), “ kolase merupakan karya
seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam-
macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan bahan
dasar lain yang akhirnya dapat menyatu dan menjadi suatu karya yang
utuh dan dapat mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang
membuatnya”.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapatdiambil kesimplan
kolase dapat diartikan semua kegiatan menempel atau merekatkan
beraneka bahan menjadi sebuah karya seni dalam satu komposisi yang
serasi sehingga menjadi satu kesatuan karya.
2. Bahan dan Peralatan Kolase untuk Pembelajaran di TK
Bahan yang digunakan dalam pembuatan kolase di TK tentu akan
berbeda dengan bahan pembuatan kolase pada umumnya. Tetapi dalam
prinsip pembuatanya dan prinsip kerjanya, baik untuk kolase pada TK
maupun pada umumnya adalah sama. Menurut Sumanto (2005: 94)
bahan pembuatan kolase di TK dengan menggunakan bahan sobekan/
potongan kertas koran, kertas majalah, kertas lipat, kertas warna atau
bahan-bahanyang tersedia dilingkungan sekitar. (Pamadhi & Sukardi,
2008: 5.39) menambahkan bahan pembuatan kolase yaitu kertas, kain,
gabus, lem, daun kering, sedotan, gelas bekas aqua, potongan kayu
dadu, benang, biji-bijian, sendok plastik, karet, benang, manik-manik,
atau masih banyak media lain. Dari kedua pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa bahan-bahan yang dapat digunakan dalam
41
pembuatan kolase untuk anak TK adalah berupa bahan alam, bahan
buatan dan bahan kertas.
Berdasarkan uraian dari kedua pendapat diatas untuk
memfokuskan bahan yang aman dan menarik serta mudah didapatkan
dalam pembuatan kolase untuk anak di TK menggunakan alat bidang
dasaran berupa kertas HVS, kertas gambar, lem kayu, lem kertas,
gunting dan pensil, serta menggunakan bahan alam dan kertas seperti
kertas lipat, kertas bungkus kado, koran bekas, majalah bekas, kertas
krep, daun mangga, daun pakis, daun cemara, biji jagung, beras,
kacang merah dan kacang hijau.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Kolase di TK
Menurut Sumanto (2005: 96) langkah-langkah dalam mengajarkan
pembuatan karya kolase di TK adalah:
1. Guru menyiapkan kertas gambar/ karton sesuai ukuran yang
diinginkan, menyiapkan bahan yang akan ditempelkan, lem dan
peralatan lainnya.
2. Bahan membuat kolase disesuaikan dengan kondisi lingkungan
setempat, untuk lingkungan desa gunakan bahan yang mudah
ditempelkan. Misalnya daun kering, batang pisang kering dan
lainnya. Untuk lingkungan kota gunakan bahan buatan, bahan
limbah, bekas dengan pertimbangan mudah didapatkan.
3. Guru memandu langkah kerja membuat kolase dimulai dari,
menyiapkan bahan yang akan ditempelkan, memberi lem pada
42
bahan yang akan ditempelkan, memberi lem pada bahan yang akan
ditempelkan dan cara menempelkan bahan yang telah diberi lem
sampai menjadi kolase.
4. Guru diharapkan juga mengingatkan pada anak agar dapat
melakukannya dengan tertib dan setelah selesai merapikan/
membersihkan tempat belajarnya.
Dalam penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan guru
dalam kegiatan kolase adalah:
a. Guru menyiapkan alat untuk membuat kolase seperti kertas
untuk bidang dasaran, lem, serta bahan yang akan
digunakan pada hari tersebut. Guru menjelaskan kepada
anak-anak tentang alat dan bahan yang akan digunakan
untuk membuat kolase
b. Guru membagi anak dalam satu kelompok kecil yang berisi
4-6 anak. Guru membagikan kepada anak bahan-bahan dan
alat serta memberi pengarahan untuk melakuakan kegiatan
dengan tertip dan tidak berebut.
c. Guru merangsang kecerdasan visual spasial dengan
melalukan tanya jawab tentang hasil karya yang pernah
anak lihat berkaitan dengan kolase sehingga anak
mempunyai gambaran atau konsep tertentu dan mampu
mengembangkan ide-idenya dalam bentuk hasil karya.
43
d. Selama kegiatan berlangsung peneliti berkeliling
mengamati kerja anak. Apakah anak mampu membuat
kolase yang sudah dijelaskan dan diberi contoh oleh guru.
Selain itu guru dan peneliti juga memberi motivasi kepada
anak agar mampu membuat kolase dengan baik.
B. Kajian Pustaka
Setelah peneliti telaah melakukan terhadap penelitian, ada beberapa
yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Kustiliwati (2014) yang
berjudul “Meningkatkan Kecerdasan Visual Spasial Melalui
Teknik Menyusun Pola Dengan Menempel Kertas Warna di
Kelompok A PAUD IT Baitul Izzah Kota Bengkulu 2014”
yang dapat saya ambil dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kecerdasan visual spasial anak dalam hal
menyusun pola sesuai bentuk dan warna pada kelompok A
paud IT Baitul Izzah kota Bengkulu. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang mana
subjek penelitian adalah peserta didik kelompok A paud IT
Baitul Izzah Kota Bengkulu, yang berjumlah 26 anak, 15 laki-
laki dan 11 perempuan. Penelitian ini menggunakan 3 siklus
data di analisis menggunakan nilai persentase hasil yang di
dapat pada siklus 1 rata-rata yang mendapat nilai baik untuk
44
kemampuan dalam mengenal warna yaitu 10 anak
(38%),kemampuan menyusun pola 9 anak (35%)dan untuk
kemampuan menempel sesuai warna dan pola nilai baiknya 26
anak (38%).Untuk siklus ke 2 nilai baik kemampuan mengenal
warnayaitu 13 anak (50%), kemampuan menyusun pola 12
anak (46%), menempel sesuai warna dan pola 11 anak (42%).
Pada hasil akhir siklus 3 kemampuan dalam mengenal warna
23 anak (88%), menyusun pola 20 anak (77%), serta menempel
sesuai warna dan pola 25 anak(96%). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran mengenal
warna, menyusun pola, menempel sesuai warna pola dapat
meningkatkan kecerdasan visualspasial anak.
Sedangkan persamaan yang terdapat pada penelitian ini
dengan penelitian yang akan dilakukan ialah sama-sama
membahas tentang kecerdasan visual spasial dan menempel
pola sesuai warna.
2. Penelitian dari Inayah Rekyan Shinta Ramadani (2018) yang
berjudul “upaya meningkatkan kecerdasan visual spasial
melalui permainan maze pada anak kelompok A di BA
Aisyiyah kedungan pedan klaten tahun ajaran 2017/2018”.
Berdasarkan survey awal BA Aisyiyah Kedungan Pedan masih
kurang memahami pentingnya Kecerdasan Visual Spasial bagi
perkembangan anak. Termasuk hasil pengamatan yang
45
dilakukan oleh peneliti terhadap anak kelompok A di BA
Aisyiyah Kedungan Pedan Klaten Tahun ajaran 2017/2018
yang berjumlah 20 anak terdiri dari 8 laki-laki dan 12 anak
perempuan. Selama peneliti melakukan pengamatan ditemukan
bahwa kecerdasan visual spasial anak masih rendah. Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan visual spasial
melalui permainan maze pada anak kelompok A di BA
Aisyiyah Kedungan Pedan Klaten pada tahun ajaran
2017/2018. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa permainan maze dapat
meningkatkan kecerdasan visual spasial anak. Hal ini di
buktikan dengan meningkatkan kecerdasan visual spasial pada
setiap siklus, yaitu pada tindakan pra siklus tindakan rata-rata
50,3%, pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 63,1%, dan pada
siklus II diperoleh nilai rata-rata 83,9%. Hasil tersebut telah
memenuhi kriteria keberhasilan kecerdasan visual spasial yang
telah ditentukan sebesar 80%.
46
Peneliti menemukan perbedaan dalam penelitian, yang mana
peneliti yang mengfokuskan pada kegiatan maze, sedangkan
penelitian yang akan dilakukan menggunakan kolase.
Sedangkan persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama membahas
tentang kecerdasan visual spasial.
3. Penelitian dari Wahyu Prasetyoningrum dengan judul
“Meningkatkan Kecerdasan Visual Spasial pada Tema
Pekerjaan Melalui Media Puzzel Gambar pada Kelompok B2
TK Pertiwi 02 Jenangan, Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014”.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan visual
spasial anak melalui media Puzzle gambar pada kelompok B2
TK Pertiwi 02 Jenengan. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian adalah anak kelompok
B2 TK Pertiwi 02 Jenengan, Boyolali. Hal ini terbukti pada
siklus I dan Siklus II sebagai berikut: pada Siklus 1 dari 13
anak sebanyak 7 anak atau 53,85% mencapai nilai tuntas. Pada
Siklus II sebanyak 11 anak atau 84,62% mencapai nilai tuntas.
Peneliti menemukan perbedaan yang dilakukan, yang mana
peneliti mengfokuskan pada peningkatan kecerdasan visual
spasial menggunakan media puzzle sedangkan penelitian yang
akan diteliti yaitu pengembangan kecerdasan visual spasial
melalui teknik kolase.
47
Sedang persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan ialah sama-sama membahas
kecerdasan visual spasial.
48
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Identitas Sekolah
Profil TK Islam Kecamatan Tuntang adalah sebagai berikut:
Nama Sekolah : TK Islam
NSS : 002032306007
Provinsi : Jawa Tengah
Otonomi : Kab. Semarang
Kecamatan : Tuntang
Desa/Kelurahan : Tuntang
Jalan : Fatmawati
Kode Pos : 50773
Daerah : Pedesaan
Status Sekolah : Swasta
Tahun Berdiri : 1995
Bangunan Sekolah : Milik Sendiri
2. Visi dan Misi TK Islam Tuntang
Mendidik tunas bangsa yang cerdas, terampil, dan berakhlakul
karimah.
49
Tabel 3.1 pencapaian Visi dan Misi
Mendidik Menggali potensi kecerdasan
intelektual anak sejak dini
Terampil Menumbuh kembangkan potensi
keterampilan anak
Berakhlakul Karimah Menanamkan pada anak agar
menjadi generasi penerus yang
berakhlakul karimah
a. Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik di TK Islam Tuntang berjumlah 4
guru, adapun nama dari 4 guru tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Daftar Tenaga Pendidik di TK Islam Tuntang
No Nama Jenis Kelamin
1. Endang Woro Supriyati, S.Pd. AUD Perempuan
2. Siti Masitoh, S.Pd Perempuan
3. Arfi Isriani, S.Pd. AUD Perempuan
4. Zulfiana, S.Pd perempuan
b. Jumlah Siswa
Jumlah siswa TK Islam Tuntang pada tahun ajaran
2018/2019 sebanyak 61 siswa. Dengan rincian:
50
Tabel 3.3 Daftar Jumlah Siswa TK Islam Tuntang
Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
A1 10 Siswa 6Siswa 16 Siswa
A2 9 Siswa 6 Siswa 15 Siswa
B1 10 Siswa 6 Siswa 16 Siswa
B2 5 Siswa 10 Siswa 15 Siswa
c. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan subyek
penelitian adalah siswa kelas B1 yang berjumlah 16 siswa,
terdiri dari 10 laki-laki dan 6 perempuan. Adapun rincian
data siswa kelas B1 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Daftar Nama Subjek Penelitian
No Nama Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
1. An-Nisa‟ Putri Irvia
Wicaksono
2. Ardina Mutia Febria
3. Bening Asy Hadi
Kurniawan
4. Cahaya Mirza Ash Shoofi
5. Dhika Abdul Azis
51
6. Muhammad Fadlan
Triandra
7. Muhammad Gibran
Maulana
8. Muhammad Ibrahim
Saputra
9. Nafisa Farah Mufida
10. Naila Faza Kaut Saro
11. Naufal Al Faeyza
12. Nico Brilianza Azzarine
13. Novia Afifah
14. Qismina Shira M
15. Rafi Nur Setiawan
16. Rafi Rafa Abdilah
Tabel 3.5 Daftar Ruang TK Islam Tuntang
No Nama
Ruang
Jumlah Keadaan
Baik Rusak
Ringan
1. Raung
kepala
sekolah
1 -
52
2. Ruang
Kelas
2 -
3. Ruang Guru - - -
4. Tempat
Bermain
1 -
5. Ayunan 2 -
6. Perosotan 1 -
7. Kamar
mandi
1 -
d. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada pembelajaran
area seni pada kelompok B tahun ajaran 2018/2019.
Pelaksanaan ini dilakukan dalam 2 siklus. Waktu pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Observasi, dilakukan pada hari Rabu, 26 September 2018
b. Kegiatan siklus I, pertemuan 1 dilakukan pada hari Selasa,
02 Oktober 2018 dan pertemuan kedua dilakukan pada hari
Rabu, 03 Oktober 2018
c. Kegiatan siklus ll, pertemuan pertama dilakukan pada hari
Jumat, 12 Oktober 2018 dan pertemuan kedua dilakukan
pada hari Sabtu, 13 Oktober 2018
53
B. Deskripsi Penelitian Perkembangan Pra Siklus
1. Deskripsi Pra Siklus
Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara, peneliti dan guru kelas
mengambil langkah untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial
menggunakan teknik kolase. Peneliti dan guru sepakat untuk
melaksanakan tindakan Siklus I Selasa, 2 Oktober 2018 dan Rabu, 3
Oktober 2018 sedangkan Siklus II pada Jumat, 12 Oktober 2018 dan
Sabtu, 13 Oktober 2018.
Tindakan yang akan dilakukan melaksanakan pembelajaran kolase
menggunakan daun kering dan kertas warna pada Siklus I, dari hasil
wawancara peneliti dengan selama ini pembelajaran kolase di sekolah
hanya menggunakan kertas warna yang sudah disiapkan oleh guru.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas diperoleh data bahwa
sebagian anak kurang tertarik dan bosan dengan kolase dikarenakan
kegiatannya hanya dengan menggunakan kertas warna dan harus ikut
dengan kehendak guru. Sehingga anak menjadi cepat bosan dan
kreatifitasnya kurang berkembang.
Tabel 3.1 Hasil Penilaian Pra Siklus
NO Nama
Anak
Idk.
1
Idk.
2
Idk.
3
Idk.
4
Idk.
5
Idk.
6
Idk.
7
Idk.
8
Nilai
1 APIW 1 1 1 1 1 1 1 1 8
2 AMF 2 1 1 1 2 1 1 1 10
3 BAHK 1 1 1 1 1 1 1 1 8
54
4 CMAS 2 2 1 1 1 1 1 1 10
5 DAA 1 1 1 1 1 1 1 1 8
6 MFT 2 1 1 1 2 1 1 1 10
7 MGM 1 1 1 1 1 1 1 1 8
8 MIS 1 1 1 1 1 1 1 1 8
9 NFM 2 2 1 1 1 1 1 1 10
10 NFKS 1 1 1 1 1 1 1 1 8
11 NAF 1 1 1 1 1 1 1 1 8
12 NBA 1 1 1 1 1 1 1 1 8
13 NA 2 1 1 1 1 1 1 1 9
14 QSM 1 1 1 1 1 1 1 1 8
15 RNS 1 1 1 1 1 1 1 1 8
16 RRA 1 1 1 1 1 1 1 1 8
Jumlah 155
Tabel 3.2 Hasil Nilai Observasi Pra Siklus
No Nama Anak Nilai Rata-rata Keterangan
1 APIW 8 1 BM
2 AMF 10 1.25 BM
3 BAHK 8 1 BM
4 CMAS 10 1.25 BM
5 DAA 8 1 BM
55
6 MFT 10 1.25 BM
7 MGM 8 1 BM
8 MIS 8 1 BM
9 NFM 10 1.25 BM
10 NFKS 8 1 BM
11 NAF 8 1 BM
12 NBA 8 1 BM
13 NA 9 1.125 BM
14 QSM 8 1 BM
15 RNS 8 1 BM
16 RRA 8 1 BM
Jumlah 155
Keterangan Nilai Rata-rata Skor:
1: Belum Muncul
2 : Mulai Muncul
3 : Berkembang Sesuai Harapan
4 : Berkembang Sangat Baik
Berdasarkan data Pra Siklus anak hasil belajar kolase
menggunakan kertas warna pada siswa kelompok B di TK Islam Tuntang,
setelah dilakukan Pra Siklus adalah yang mencapai belum muncul (BM)
ada 16 anak dan belum ada yang berkembang sesuai harapan (BSH).
Sedangkan indikator keberhasilan adalah apabila dalam satu kelas
56
mencapai berkembang sesuai harapan (BSH) sudah mencapai 85%. Maka
dari itu perlu dilakukan penelitian Siklus I.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
1. Perencanaan
Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 02 Oktober 2018 di TK
Islam Kecamatan Tuntang Kelompok B. Pada kesempatan tersebut
peneliti berdiskusi dengan guru kelas tentang kegiatan yang akan
dilakukan pada Siklus I. Hal-halyang didiskusikan antara lain:
a. Peneliti menyamakan persepsi dengan guru kelas mengenai
penelitian yang akan dilakukan.
b. Peneliti mengusulkan pembelajaran kolase dengan menggunakan
gambar buah apel dan jeruk dengan bahan potongan kertas.
c. Peneliti mengusulkan perencanaan pembelajaran berupa indikator
yang akan diajarkan sesuai dengan tema “Tanaman” dengan guru
kelas.
d. Peneliti mengusulkan observasi sebagai instrumen penelitian
peningkatan kecerdasan visual spasial menggunakan kolase.
e. Menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Pada waktu diskusi
disepakati bahwa penelitian sebagai pelaksanaan tindakan dan guru
kelas sebagai observer. Aloksi waktu disetiap pertemuan selama 30
menit.
57
2. Pelaksanaan
Sebagaiman yang telah direncanakan sebelumya, Pelaksanaan
siklus pertama dilakukan pada hari selasa, 02 Oktober 2018
,pembelajaran ini berlangsung selama 30 menit dari pukul 08.00 –
08.30 WIB.
Pada penelitian pertaman peneliti masuk ruang kelas B tempat
anak-anak belajar. Dalam pembelajaran yang akan melakukan adalah
Guru kelas. Guru mengkomunikasikan tentang peraturan belajar kolase
dengan menggunakan bahan daun kering.
a. Kegiatan awal
1) Diawali dengan mengkondisikan anak duduk di
tikar.
2) Selanjutna guru mengucap salam dan di jawab
anak-anak.
3) Satu anak memimpin doa sebelum belajar.
4) Membaca surat pendek dan asmaul husna
5) Kemudian guru melakukan absen dan
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Pembuka
1) Guru menerangkan tentang tema hari ini yaitu
tanaman sub tema buah-buahan
2) Guru menerangkan tentang macam-macam tanaman
ciptaan tuhan.
58
3) Guru menunjukkan gambar kolase
4) Guru menhyuruh anak menunjukkan buah
kesukaannya.
c. Kegiatan Inti
1) Guru mengkondisikan anak terlebih dahulu.
2) Guru menunjukkan kepada anak alat dan bahan
untuk membuat kolase, seperti kertas gambar,
kertas warna dan lem.
3) Guru melakukan tanya jawab tentang alat dan
bahan untuk kolase, dan memberi kesempatan
pada anak untuk memegang alat dan bahan untuk
kolase.
4) Guru menjelaskan cara membuat kolase.
5) Guru membagi 4 kelompok.
6) Guru memotivasi anak agar bersemangat dan
senang dalam melakukan kegiatan.
7) Selama kegiatan guru dan peneliti mangamati dan
mendokumentasikan kegiatan.
8) Peneliti dan guru memberi pujian kepada anak
yang sudah selesai melakukan kegiatan, supaya
anak bersemangat mengikuti pembelajaran yang
akan datang.
59
c. Istirahat
1) Cuci tangan.
2) Membaca doa mau makan.
3) Makan bersama.
4) Berdoa setelah makan.
5) Cuci tangan kembali.
6) Anak-anak dipersilahkan bermain bersama.
d. Kegiatan Akhir
1) Guru menyampaikan peraaan selama satu hari.
2) Berdiskusi tentang kegiatan hari ini.
3) Guru mengevaluasi kegiatan sehari.
4) Menginformasi kegiatan besok.
5) Berdoa, mengucap salam dan pulang.
Dalam proses pembelajaran tersebut, peneliti
melakukan observasi guru kelas dan anak yang
mampu membuat kolase sendiri dan yang didampingi
guru, kemudian dicatat dalam lembar observasi.
3. Observasi
Observasi dilakukan pada saat pembelajaran. Observasi digunakan
untuk mengetahui pengembangan kecerdasan visual spasial, semangat,
keaktifan, minat dan motivasi anak didik dalam mengikuti
60
pembelajaran untuk mengetahui perkembangan visual spasial melalui
media kolase.
dalam kegiatan ini peneliti dibantu oleh guru dalam melakukan
observasi pada setiap anak untuk mengetahui seberapa antusias
anak dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan guru
memperoleh data sebagai berikut:
a. Sebagian besar anak tertarik dan antusias mengikuti kegiatan
pembelajaran kolase dengan mengunakan gambar apel dengan
menggunakan potongan kertas.
b. Ada beberapa anak yang mengikuti pembelajaran, namun
terlebih dahulu harus dimotivasi oleh guru karena anak ingin
diperhatikan.
c. Hasil observasi pengembangan kecerdasan visual spasial anak
menggunakan kolase telah menunjukkan peningkatan yaitu dari
Pra Siklus sebesar 30% dan padaSiklus I sebesar 46% rata-rata
pencapaiaan dalam satu kelas.
d. Dari hasil Siklus I menunjukkan ada 3 anak yang mendapatkan
nilai tertinggi dan 5 anak yang mendapatkan nilai rendah.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan
analisis terhadap proses pembelajaran dan pengembangan kecerdasan
visual spasial anak. Analisis ini dilakukan oleh peneliti dan guru
61
dengan cara berdiskusi dan mengevalusi pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada.
Hasil analiis tersebut menunjukkan bahwa:
a. Sebagian besar anak tertarik, antusias, semangat dengan
pembelajaran yang dilaksanakana oleh peneliti.
b. Guru kurang dapat membagi perhatiannya kepada semua anak,
karena terdapat anak yang terus meminta perhatian.
c. Sudah ada peningkatan dalam kecerdasan visual spasial pada anak,
di bandinkan sebelum menggunakan kolase.
d. Waktu pembelajaran inti berlangsung masih ada beberapa anak
yang masih sulit dikondisikan.
Dari hasil analisis tersebut, peneliti dan guru merasa bahwa
hasil penelitian tersebut belum maksimal. Oleh sebab itu peneliti
dan guru membuat perencanaan untuk tindakan pada siklus
berikutnya.
D. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan
Proses pembelajaran kolase pada Siklus I umumnya sudah cukup baik.
Namun belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 85%, masih ada
anak yang kurang memuaskan dalam pembelajaran kolase. Untuk
mengatasi kekurangan pada Siklus I, pada hari Sabtu, 13 Oktober
2018.
62
Peneliti dan guru setelah melakukan diskusi, bersepakat melakukan
beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran. Hal-hal
tersebut antara lain yaitu:
a. Peneliti memaksimalkan tindakan yang lebih intensif dan
interakstif dengan anak didik, peneliti memberi motivasi, balikan
dan penguatan.
b. Agar anak tidak bosan, tema dikembangkan lagi, menggunakan
biji-bijian.
c. Adanya anak yang kurang memperhatikan pembelajaran, bermain
sendiri maka peneliti mencoba untuk memberikan tugas dengan
menebalkan gambar buah.
d. Guru juga memberi reward kepada anak yang sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya denganjumlah porsi yang berbeda.
2. Pelaksanaan
Berdasarkan pelaksanaan yang telah dibuat, maka peneliti dan guru
melakukan tindakan pada Siklus II. Pelaksanaan Siklus II yaitu dimulai
pada Sabtu, 13 Oktober 2018 selama 30 menit, dimulai dari jam 08.00-
08.30 WIB.
a. Kegiatan Inti
1) Diawali dengan mengkondisikan anak untuk duduk ditikar.
63
2) Selanjutnya guru mengucap salam dan dijawab anak.
3) Satu anak memimpin doa sebelum belajar.
4) Membaca surat pendek dan asmaul husna.
5) Kemudian guru melakukan absen, dan
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan pembuka
1) Guru menerangkan tentang tema hari ini yaitu tanaman dengan
sub tema buah-buahan.
2) Guru menerangkan tentang tanaman ciptaan Tuhan.
3) Guru menggambar di papan tulis berupa buah-buahan dan
pohon.
4) Guru mengajak anak bernyayi tentang “aku dan pohon” dan
“tepuk tentang buah” .
c. Kegiatan Inti
1) Guru mengkondisikan anak terlebih dahulu.
2) Guru menunjukkan kepada anak alat dan bahan untuk
membuat kolase, seperti kertas gambar, biji-bijian dan
lem.
3) Guru melakukan tanya jawab tentang alat dan bahan untuk
kolase, dan memberi kesempatan pada anak untuk
memegang alat dan bahan untuk kolase.
4) Guru menjelaskan cara membuat kolase.
5) Guru membagi 4 kelompok.
64
6) Guru memotivasi anak agar bersemangat dan senang
dalam melakukan kegiatan.
7) Selama kegiatan guru dan peneliti mangamati dan
mendokumentasikan kegiatan.
8) Peneliti dan guru memberi pujian kepada anak yang sudah
selesai melakukan kegiatan, supaya anak bersemangat
mengikuti pembelajaran yang akan datang.
d. Istirahat
1) Cuci tangan.
2) Membaca doa mau makan.
3) Makan bersama.
4) Berdoa setelah makan.
5) Cuci tangan kembali.
6) Anak-anak dipersilahkan bermain bersama.
e. Kegiatan Akhir
1) Guru menyampaikan peraaan selama satu hari.
2) Berdiskusi tentang kegiatan hari ini.
3) Guru mengevaluasi kegiatan sehari.
4) Menginformasi kegiatan besok.s
5) Berdoa, mengucap salam dan pulang.
Paparan tersebuat merupakan proses pembelajaran Siklus II
pertemuan pertama. Sebagaimana yang telah direncanakan, secara
garis besar prose pembelajaran seperti yang telah disebutkan diatas.
65
Namun demikian pada pertemuan kedua dilakukan variasi dengan
menggunakan bahan-bahan yang berbeda.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan pada saat pembelajaran.
Observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan kecerdasan
visual spasial pada anak menggunakan kolase.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti bersama guru
diperoleh data sebagi berikut:
1) Sebagian besar anak tertarik dan antusias mengikuti kegiatan
pembelajaran kolase.
2) Ada beberapa anak yang mengikuti pembelajaran namun harus
dimotivasi guru terlebih dahulu karena anak ingin diperhatikan.
3) Anak-anak sangat antusias dengan pembelajaran tersebut
karena menggunakan biji-bijian yang sebelumnya anak belum
pernah melakukan kegiatan tersebut.
4. Refleksi
Proses tindakan pada Siklus II berjalan dengan baik. Kelemahan
pada Siklus I dapat teratasi. Hal ini membuat kualitas pembelajaran
kolase meningkat. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat terlihat
dari tercapinya indikator yang ditetapkan, yaitu tampak peningkatan
66
kecerdasan visual spasial menggunkan kolase dari Siklus I dan Siklus
II.
Dapat disimpulkan bahwa kolase dapat mengembangkan
kecerdasan visual spasial di TK Islam Tuntang Kabupaten Semarang.
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus
1. Ketentuan Penilaian dan Pengelolaan Data
Adapun penelitian yang diberikan pada lembar kerja anak didik,
berupa simbol gambar bintang, yang mana simbol tersebut akan diubah
ke data yang bersifat angka atau kuantitatif untuk sementara, kemudian
akan diolah ke dalam bahasa kualitatif, dengan ketentuan sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Ketentuan Penilaian Anak
Simbol Bintang Skor/
Nilai
Kategori Kriteria/Ketentuan
1/ D Belum Muncul
(BM)
Jika anak mencoba,
kurang tepat atau anak
tidak mau mencoba.
2/ C Mulai Muncul
(MM)
Jika anak bisa dengan
bantuan meniru teman
3/ B Berkembang
Sesuai Harapan
(BSH)
Jika anak bisa dengan
bantuan awalan
4/ A Berkembang Jika anak bisa tanpa
68
Sangat Baik
(BSB)
bantuan
Adapun idikator yang digunakan tiap siklus adalah berbeda dan
ada yang sama (indikator utama), dan media yang digunakan pada
kolase juga berbeda-beda dan bervariasi. Seperti terlihat pada tabel
indikator yang akan diamati tiap siklus dibawah ini:
Tabel 4.2 indikator yang diamati tiap siklus
No Tingkat Pencapaian
Perkembangan
Kode Indikator Indikator (Butiran
Amanat)
1. Menjawab
pertanyaan
sederhana
Idk.1 Menjawab pertanyaan
tentang informasi
Idk.2 Dapat menjawab
pertanyaan
2. Mampu memahami
pola
Idk.3 Mampu menempel
sesuai dengan warna
Idk.4 Mampu menepel sesuai
dengan pola
3. Menyimak
perkataan orang
lain
Idk.5 Mendengarkan orang tua
atau guru berbicara
Idk.6 Memusatkan perhatian
pada waktu tertentu
69
4. Mengenal dan
menghasilkan
karya
Idk.7 Kesesuian dengan tema
Idk.8 Kerapihan pada kolase
Peneliti berdiskusi bersama guru kelas dan kepala sekolah, bahwa
penentuan indikator keberhasilan dalam mengembangkan kecerdasan
visual spasial menggunakan teknik kolase penting dibuat, berdasarkan
kesepakatan bersama pihak sekolah maka diputuskan indikator
keberhasilan dalam proses pembelajaran yaitu 85% bila anak mampu
mencapai nilai/ hasil pencapaian lebih dari 85% pada Siklus II, anak
dapat dikatan berkembang dalam kecerdasan visual spasial.
2. Siklus I
a. Hasil Perkembangan Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan
pengolahan data pada Siklus I pada hari Selasa, 2 Oktober
2018, maka dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3 Penilaian Siklus I
No Nama
anak
Idk.
1
Idk.
2
Idk.
3
Idk.
4
Idk.
5
Idk.
6
Idk.
7
Idk.
8
Nilai
1 APIW 3 2 2 2 2 2 1 1 15
2 AMF 3 3 2 2 3 2 2 2 19
3 BAHK 2 2 2 2 2 2 1 1 14
4 CMAS 3 3 3 2 2 2 2 2 19
70
5 DAA 3 3 2 2 2 2 2 1 17
6 MFT 3 2 2 3 1 2 2 2 17
7 MGM 3 2 2 2 2 `1 2 1 15
8 MIS 3 3 3 2 2 2 2 2 19
9 NFM 3 3 2 2 2 2 2 1 17
10 NFKS 3 3 2 2 2 2 2 1 17
11 NAF 2 2 2 2 2 2 1 1 14
12 NBA 2 2 2 2 2 2 1 1 14
13 NA 3 2 3 2 2 2 2 1 17
14 QSM 3 2 2 2 1 2 1 2 15
15 RNS 2 2 3 3 1 2 2 2 17
16 RRA 3 3 2 2 1 2 2 2 17
Jumlah 263
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Siklus I
No Nama anak Nilai Rata-rata Keterangan
1 APIW 15 1.875 BM
2 AMF 19 2.375 MM
3 BAHK 14 1.75 BM
4 CMAS 19 2.375 MM
5 DAA 17 2.215 MM
6 MFT 17 2.215 MM
71
7 MGM 15 1.875 BM
8 MIS 19 2.375 MM
9 NFM 17 2.215 MM
10 NFKS 17 2.215 MM
11 NAF 14 1.75 BM
12 NBA 14 1.75 BM
13 NA 17 2.215 MM
14 QSM 15 1.875 BM
15 RNS 17 2.215 MM
16 RRA 17 2.215 MM
Jumlah 263
Keterangan Nilai Rata-rata Skor:
1. Belum Muncul
2. Mulai Muncul
3. Berkembang Sesuai Harapan
4. Berkembang Sangat Baik
Dari tabel diatas, maka diketahiu persentase pencapaian tiap anak,
ada 3 anak yang nilai pencapaiannya sama dengan indikator
keberhasilan yaitu 85%, akan tetapi 13 anak lainnya masih dibawah
indikator keberhasilan, sehingga dapat dikatakan hasil belajar anak
belum maksimal, dan masih memerlukan perbaikan. Peningkatan dari
72
hasil rata-rata persentase pencapaian kelas pada saat Pra Siklus sebesar
30% dan pada Siklus I sebesar 46%.
b. Hasil Observasi Guru dan Anak
1. Observasi Anak
Tabel 4.5 Hasil Observasi Anak Pada Siklus I
No Nama Aspek yang diamati Nilai/
Skor Pemahaman Koordinasi Komunikasi koordinasi
1 APIW 2 2 2 1 7
2 AMF 2 3 3 2 10
3 BAHK 2 1 1 2 6
4 CMAS 2 3 3 2 10
5 DAA 2 2 3 2 9
6 MFT 2 2 3 2 9
7 MGM 2 2 2 1 7
8 MIS 2 3 3 2 10
9 NFM 2 2 3 2 9
10 NFKS 2 2 3 2 9
11 NAF 2 1 1 2 6
12 NBA 2 1 1 2 6
13 NA 2 2 3 2 9
14 QSM 2 2 2 1 7
15 RNS 2 2 3 2 9
73
16 RRA 2 2 3 2 9
Jumlah 132
Keterangan :
1. Kurang
2. Cukup
3. Baik
Tabel 4.6 hasil observasi Guru pada Siklus I
No Aspek yang diamati Skor
1 2 3
1 Kemampuan guru saat mengkondisikan kelas
a. Menyiapkan RKH
b. Menyiapkan presensi
c. Menyiapkan lembar observasi
d. Menyiapkan perlengkapan mengajar
e. Menciptakan suasana kelas yang
menyengkan
f. Mampu membuat anak lebih aktif dan
kreatif
2 Kemampuan guru saat menjelaskan inti
pelajaran
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Respon anak terhadap guru saat
74
menjelaskan pelajaran
c. Memberikan motivasi untuk belajara
3 Langkah-langkah guru saat melakukan
kegiatan kolase
a. Cara guru memberikan lembar kerja
b. Cara guru memberi contoh menempel
kolase
c. Guru membimbing dan mendampingi
anak
Keterangan :
1. Kurang
2. Cukup
3. Baik
3. Siklus II
a. Hasil Perkembangan Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan
data pada Siklus II pada hari Sabtu, 13 Oktober 2018, maka
disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7 Penilaian Siklus II
No Nama
anak
Idk.
1
Idk.
2
Idk.
3
Idk.
4
Idk.
5
Idk.
6
Idk.
7
Idk.
8
Nilai
1 APIW 4 4 3 4 3 4 3 4 29
75
2 AMF 4 4 4 3 4 3 3 4 29
3 BAHK 4 4 4 4 3 4 3 4 30
4 CMAS 4 3 4 4 3 4 3 4 29
5 DAA 4 3 4 4 3 4 4 3 29
6 MFT 4 3 4 4 3 4 4 3 29
7 MGM 4 4 4 4 3 `4 3 4 30
8 MIS 4 3 4 4 3 4 3 4 29
9 NFM 4 4 4 4 3 4 3 4 30
10 NFKS 4 4 4 4 3 4 3 4 30
11 NAF 4 3 4 4 3 4 3 4 29
12 NBA 4 4 4 4 3 4 3 4 30
13 NA 4 4 4 4 3 4 3 4 30
14 QSM 4 4 4 4 3 4 3 4 30
15 RNS 4 3 4 4 3 4 3 4 29
16 RRA 4 3 4 4 3 4 3 4 29
Jumlah 471
Keterangan:
1. Belum Muncul
2. Mulai Muncul
3. Berkembang Sesuai Harapan
4. Berkembang Sangat Baik
76
Tabel 4.8 Hasil Penilaian Siklus II
No Nama anak Nilai Rata-rata Keterangan
1 APIW 29 3.625 BSH
2 AMF 29 3.625 BSH
3 BAHK 30 3.75 BSH
4 CMAS 29 3.625 BSH
5 DAA 29 3.625 BSH
6 MFT 29 3.625 BSH
7 MGM 30 3.75 BSH
8 MIS 29 3.625 BSH
9 NFM 30 3.75 BSH
10 NFKS 30 3.75 BSH
11 NAF 29 3.625 BSH
12 NBA 30 3.75 BSH
13 NA 30 3.75 BSH
14 QSM 30 3.75 BSH
15 RNS 29 3.75 BSH
16 RRA 29 3.75 BSH
Jumlah 471
77
b. Lembar observasi Anak dan Guru
1. Observasi Anak
Tabel 4.9 Hasil Observasi Anak Pada Siklus II
No Nama Aspek yang diamati Nilai/
Skor Pemahaman Koordinasi Komunikasi koordinasi
1 APIW 3 3 3 3 12
2 AMF 3 3 3 3 12
3 BAHK 3 3 3 3 12
4 CMAS 3 3 3 3 12
5 DAA 3 3 3 3 12
6 MFT 3 3 3 3 12
7 MGM 3 3 3 3 12
8 MIS 3 3 3 3 12
9 NFM 3 3 3 3 12
10 NFKS 3 3 3 3 12
11 NAF 3 3 3 3 12
12 NBA 3 3 3 3 12
13 NA 3 3 3 3 12
14 QSM 3 3 3 3 12
15 RNS 3 3 3 3 12
16 RRA 3 3 3 3 12
Jumlah 192
78
Keterangan :
4. Kurang
5. Cukup
6. Baik
Tabel 4.10 hasil observasi Guru pada Siklus II
No Aspek yang diamati Skor
1 2 3
1 Kemampuan guru saat mengkondisikan kelas
a. Menyiapkan RKH
b. Menyiapkan presensi
c. Menyiapkan lembar observasi
d. Menyiapkan perlengkapan mengajar
e. Menciptakan suasana kelas yang
menyengkan
f. Mampu membuat anak lebih aktif dan
kreatif
2 Kemampuan guru saat menjelaskan inti
pelajaran
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Respon anak terhadap guru saat
menjelaskan pelajaran
c. Memberikan motivasi untuk belajara
3 Langkah-langkah guru saat melakukan
79
kegiatan kolase
a. Cara guru memberikan lembar kerja
b. Cara guru memberi contoh menempel
kolase
c. Guru membimbing dan mendampingi
anak
Keterangan :
1. Kurang
2. Cukup
3. Baik
80
Diagram Pengembangan Kecerdasan Visual Spasial Menggunakan Teknik Kolase
Gambar 4.1 Diagram Pengembangan Kecerdasan Visual Spasial
Dapat disimpulkan dari data yang telah disajikan, bahwa
pembelajaran kolase dapat meningkatkan pengembangan kecerdasan
visual spasial. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan dari pra
siklus yang rata-rata pencapaian kelas dan nilai 33% meningkat pada
Siklus I yang rata-rata pencapaian kelas dan nilai 54%, di tambah lagi
adanya peningkatan pada Siklus II dimana rata-rata pencapaian kelas
bernilai 92%.
Jadi pembelajaran kolase terbukti dapat meningkatkan
pengembangan kecerdasan visual spasial pada anak usia dini di TK
Islam Tuntang tahun pelajaran 2018/2019 dengan sangat baik.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
81
B. Pembahasan
Apakah kegiatan kolase dapat mengembangkan kecerdasan visual
spasial pada anak pada anak di kelompok B TK Islam Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019?
Hal tersebut membenarkan pendapat Amstrong dalam Musfiroh
(2005:4.3) menyatakan bahwa kecerdasan visual spasial atau
kecerdasan gambar atau kecerdasan pandang ruang didefinisikan
sebagai kemampuan mempersepsi dunia visual spasial secara akurat
serta mentransformasikan persepsi visual spasial tersebut dalam
berbagai bentuk.
Kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan menggunakan teknik
melukis (lukis tangan) dengan menempelkan bahan-bahan tertentu (
Sumanto, 2006:95).
Berdasarkan analisis deskriptif, dapat diketahui bahwa kegiatan kolase
untuk mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak di
kelompok B TK Islam Kecamatan tuntang Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2018/2019 pada umumnya cukup berhasil. Dapat
dilihat pada Pra Siklus hanya 30% dari 16 siswa belum ada yang
mencapai perkembangan, dan dalam Siklus 1 terjadi perkembangan
sebesar 26% menjadi 46% hasil ini belum juga mencapai indikator
keberhasilan, maka dilakukan Siklus II dan pada Siklus II berhasil
mencapai 92%.
82
Pada uraian diatas kegiatan kolase untuk mengembangkan kecerdasan
visual spasial di TK Islam Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2018/2019 di katakan berhasil.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menarik kesimpulan dari
“Upaya Pengembangan Kecerdasan Visual Spasial Anak
Menggunakan Teknik Kolase Kelompok B di TK Islam Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019” dan
pembahasan pada bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Bahwa penerapan metode pembelajaran kolase dapat
mengembangkan kecerdasan visual spasial anak di TK Islam
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2018/2019. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil Pra Siklus 30% atau
belum ada anak yang mencapai indikator keberhasilan. Pada Siklus I
menunjukkan perkembangan, banyaknya siswa yang mencapai
indikator keberhasilan adalah 46% atau sekitar (3 siswa). Sedang pada
siklus II Kriteria Ketuntasan Klasikal sebesar 92% atau (16 anak).
Dengan demikian perkembangan belajar siswa siswa yang diperoleh
dari siklus I ke Siklus II mengalami peningkatan sebesar 46%. Oleh
karena itu, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dinyatakan berhasil.
B. Saran
Telah terbukti bahwa penerapan kolase dapat mengembangkan
kecerdasan visual spasial anak di TK Islam Kecamatan Tuntang,
84
Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2018/2019. Maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Sebaiknya siswa dapat lebih memperhatikan guru dan tetap fokus
pada saat pembelajaran berlangsung agar hasilnya maksimal.
b. Sebaiknya siswa selalu aktif dan antusia mengikuti kegiatan
pembelajaran.
2. Bagi Guru
a. Guru sebaiknya lebih dapat mengkodisikan siswa untuk siap
belajar, saat mulai belajar, maupun selama proses pembelajaran.
b. Untuk 1 Siswa yang masih belum mencapai KKM diperlukan
pendampingan, motivasi, serta bimbingan dalam belajar yang lebih
khusu dari guru.
c. Guru sebaiknya lebih sering menggunakan metode pembelajaran
yang menarik untuk mendukung pencapaian keberhasilan
pembelajaran dan penunjang belajar siswa.
d. Guru harus mempersiapkan segala keperluan pembelajaran dengan
matang serta berupaya memberi inovasi dalam mendisain
pembelajaran menggunakan model, metode, serta menerapkan
media ataupun alat peraga pembelajaran yang tepat dan
menyenagkan sebagai upaya untuk mengembangkan pembelajaran
efektif dan tepat sasaran.
85
3. Kepala Sekolah
Kepala sekolah sebaiknya membimbing para guru untuk memperbaiki
dan mengembangkan proses belajar mengajar misalnya dalam
penerapan model, metode, media, maupun alat peraga pembelajaran
yang lebih inovatif serta melakukan evaluasi untuk memperbaiki
proses belajar mengajar sebelumya.
86
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Lina & Nasrida.2018. Peningkatan Kemampuan Visual Spasial
Melalui Program Paint di Kelompok B TK-YKA Banda Aceh.
Jurnal Buah Hati, 5(1): 26-27.
Anwar,Rosalyn Citra, Karta Jayadi & Arifin Manggau. 2018. Kolase
Bahan Bekas untuk Kreativitas Anak Taman Kanak-Kanak
Nurul Taqwa Makasar. Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan
Pembelajaran. 1(2): 58.
Aisyah, Siti. 2014. Karya Visual Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan.
15(2): 87.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Deporter, bobbie & Hernacki. 1999. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Fadlilah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran Paud. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelegnces. USA: Basic Books.
2003. Kecerdasan Majemuk Teori dalam Praktek. Alih
Bahasa Alexsander Sindoro.Batam Centre: Interaksara.
Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif : Teori Dan Praktek.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hakim, Assabila. 2017. Upaya Meningkatkan Kecerdasan Visual Spasial
Melalui Permainan Puzzle pada Anak Kelompok A di TK
Aisyiyah Pabelan Kartasura Sukoharjo. Skripsi tidak
diterbitkan. Surakarta: Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hasnida. 2014. Analisis Kebutuhan Anak UsiaDini. Jakarta: PT. Luxiama
Metro Media.
87
Kamus besar bahasa indonesia. Edisi Ketiga 2007. Jakarta: Balai Pustaka.
Kustilawati. 2014. Meningkatkan Kecerdasan Visual Spasial Melalui
Teknik Menyusun Poladengan Menempel Warna di Kelompok A
PAUD IT Baitul Izzah Bengkulu. Skripsi. Bengkulu:
Kependidikan Bagi Guru dalam Jabatan PAUD.
Mayesky, Mary. 2011. Aktivitas-Aktivitas Seni Kreatif: Lempung, Plastisin
Mainan, dan Bahan-Bahan Modeling. Jakarta: PT. Indeks.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2017. Pengembangan Kecerdasan Majemuk.
Tangeran Selatan: Universitas Terbuka.
Pamadhi, Hajar & Evan Sukardi. 2008. Seni Keterampilan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Permendiknas 20. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Menteri
Pendidikan Nasional.
Prasetyo, Justinus Reza, &Yeni Andriani. 2009. Multiply Your Multiple
Intelligences: Melatih 8 Kecerdasan Majemuk pada Anak Dan
Dewasa. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Rosidah, Laily. 2014. Meningkatkan Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia
Dini Melalui Permainan Maze, 2(8): 284.
Sanaky, Hujair. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif.
Yogyakarta: Kaukaban Dipantara.
Seefeldt, Carlos & Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT. Indeks.
Simatupang, Dorlince & Lady Ema. 2014. Pengaruh Kegiatan Kolase
Terhadap Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia 5-6 Tahun di
RA Masjid Agung Medan. Bunga Rampai Usia Emas. 1(1): 9.
Smarrt. 2009. 57 Permainan Kreatif untuk Mencerdaskan Anak. Ciganjur.
Sujiono, Yuliani Nuraini & Bambang Sujiono. 2010. Bermain Kreatif
Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks.
Sukardi. 2009. Metodelogi Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas:
Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara
88
Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta:
Pedagogia.
Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah
Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Susanti, Anggi, 2017. Upaya Pengembangan Visula Spasial Anak Melalui
Permainan dengan Bahan Kolase di Taman Kanak-kanak Bina
Anaprasa Kecana Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Derli Serdang. Skripsi tidak di terbitkan. Jurusan
Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara Medan.
Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva
Press.
Suyadi, Maulidia Ulfa. 2015. Konsep Dasar PAUD. Rosda.
Tim Pustaka Familia. 2006. Warna-Warni Kecerdasan Anak dan
Pendampingnya. Yogyakarta: Kanisius.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. 2004.Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
Wijanarko, Jarot & Ester Setiawan. 2017. Maksimalkan Otak Anak.
Jakarta: Happy Holy Kids.
Wiryokusumo, Iskandar. 2011. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.
Jakarta: Bumi Aksara.
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:
Fajar Intepratama Mandiri.
`
WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
Nara Sumber
Nama : Endang Woro Supriyati, S.Pd. AUD
Status : Kepala Sekolah
Waktu : Rabu, 11 Mei 2018
Hasil Wawancara
Peneliti : Assalamualaikum wr. Wb.
Kepala Sekolah : Waalaikumsalam wr. Wb.
Peneliti : Apakah di TK Islam ini juga dikenalkan Kolase?
Kepala Sekolah : iya benar, akan tetapi bukan menjadi pelajaran kurikulum
wajib, hanya bersifat menambah pengetahuan sesuai
dengan tingkat perkembangan anak. Karena tingkat
perkembangan anak masing-masing berbeda.
Peneliti : Pembelajaran apa yang biasanya dilakukan oleh guru
untuk pengembangan kecerdasan visual spasial ?
Kepala Sekolah : biasanya guru menggunakan pazzel ataupun guru hanya
bercerita dan memanfaatkan media yang ada di sekolah.
Kolase juga pernah tetapi hanya menggunakan potongan
kertas warna, tidak menggunakan bahan yang lain.
Peneliti : Apa kesulitan dalam pembelajaran kolase ?
Kepala Sekolah : Ada banyak kesulitan dalam pembelajaran kolase disini,
ada anak yang tidak mau memegang lem, tidak mau
menempel dan banyak alasan lainnya. Karna bahan yang
digunakan hanya itu-itu saja anak jadi bosan.
WAWANCARA ANAK
Nara Sumber
Nama : Febri
Status : Anak Kelompok B
Waktu : 26 September 2018
Hasil Wawancara
Peneliti : febri ... sudah pernah belajar kolase?
Febri : Pernah bu...
Peneliti : Belajar disekolah apa dimana?
Febri : Disekolah bu, waktu Kelas A.
Peneliti : Waktu di Keas A belajar kolasenya pakai apa?
Febri : Kertas kecil-kecil yang ada warnya.
Peneliti : Kalau belajar kolase lagi tapi dengan bahan yang berbeda
mau apa tidak?
Febri : Mau bu... kan belum pernah.
CATATAN LAPANGAN 1
Metode Pengumpulan Data : Wawancara
Hari/tanggal : Jumat, 11 Mei 2018
Jam : 09.00 – 10.00 WIB
Lokasi : Ruang Guru
Sumber Data : Endang Woro Supriyati, S.Pd. AUD
Deskripsi Data :
Informan adalah guru TK Islam Tuntang Kab. Semarang. Pertanyaan yang
di ajukan yaitu mengenai bagaimana kondisi siswa pada saat pembelajaran
sebelum menggunakan media kolase di kelompok B, TK Islam Tuntang. Dan
selama ini media apa yang digunakan ketika pembelajaran untuk mengembangkan
kecerdasan visual spasial?
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pada saat pembelajaran siswa kurang fokus pada materi dan cenderung melakukan
kegiatan lain ketika guru menerangkan, meskipun sudah beberapa kali menegur
dan menasehati. Dengan keadaan demikina materi pembelajaran kurang dapat
dikuasai oleh anak didik dengan baik, karena pembelajaran berpusat pada guru,
selama ini metode yang digunakan adalah tanya jawab, dan metode ceramah yaitu
guru menjelaskan terlebih dahulu dan anak harus memperhatikan dan memahami
apa yang disampaikan guru. Namun metode tersebut dirasakan memperoleh hasil
belajar yang maksimal untuk pengembangan kecerdasan visual spasialnya.
Interpretasi :
Pengembangan kecerdasan visual spasial menggunakan teknik kolase akan
berjalan dengan baik apabila metode yang digunakan tepat dan menyenangkan.
Sehingga perhatian anak didik akan fokus pada pembelajaran dan dapat
meningkatkan minat mengikuti pembelajaran. Bila tidak, anak akan menjadi pasif
dan mencari kesibukan lain dengan bergurau bermain dengan teman.
CATATAN LAPANGAN 2
Metode Pengumpulan Data : Observasi Kelas Pra Siklus
Hari/Tanggal : Rabu, 26 September 2018
Jam : 07.00 – 10.00 WIB
Lokasi : Ruang Kelas
Sumber Data : Zulfian, S.Pd dan siswa kelas B
Deskripsi Data :
Observasi ini adalah observasi yang pertama kali dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui efektifitas media yang digunakan serta kondisi kelas pada saat
pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
yang digunakan guru adalah metode ceramah interaktif. Dimana guru menjelaskan
materi berulang-ulang, anak didik tampak kurang bersemangat, sedang siswa yang
tidak ditunjuk akan asik berbincang-bincang dengan temannya yang lain, suasana
kelas agak ramai dengan suara siswa yang sulit dikondisikan.
Interpretasi :
Penggunaan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat,
karena siswa kurang berminat terhadap materi pembelajaran, sehingga anak didik
tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran, serta kurang bersemangat mendengar
intruksii guru.
CATATAN LAPANGAN 3
Metode Pengumpulan Data : Observasi Kelas Siklus I
Hari/Tanggal : Rabu, 03 Oktober 2018
Jam : 07.00 – 10.00 WIB
Lokasi : Ruang kelas
Sumber Data : Zulfiana. S.Pd
Deskripsi Data :
Observasi ini merupakan observasi kedua yang dilakukan. Observasi
bertujuan untuk melihat keterlaksanaan dari siklus I, dari proses awal hingga akhir
pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa siklus 1 sudah ada
peningkatan baik proses maupun hasil, namun belum maksimal. Ada beberapa hal
yang belum tercapai yaitu belum semua siswa mau menempel kolase dan mandiri
dalam belajar.
Ada anak yang bernama Bening pada mulanya kurang berminat mengikuti
kegiatan Kolase dikarenakan bermain ssendiri dan mengganggu teman yang
lainnya dalam pemnelajaran kolase. Namun gurumemberikan motivasi suapa
Bening mau mengikuti kegiatan sehingga pemdekat intu berhasil,walaupun
hasilnya kurang maksimal.
Interpretasi :
Siklus I belum terlaksana dengan baik, dari segi proses maupun hasil
belajar. Jadi perlu beberapa perbaikan-perbaikan untuk sikllus II dalam membuat
kolase sesuai tema.
CATATAN LAPANGAN 4
Meode Pengumpulan Data: Observasi Kelas Siklus II
Hari/Tanggal : Sabtu, 13 Oktober 2018
Jam : 07.00 – 10.00 WIB
Lokasi : Ruang Kelas
Sumber Data : Zulfiana, S.Pd
Deskripsi Data :
Observasi siklus II bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan observasi
siklus II dan untukmengetahui beberapa banyak peningkatan pengembangan
kecerdasan visual spasial dibanding siklus sebelumnya. Berdasarkan dari hasil
observasi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan siklus II berjalan dengan baik.
Suasana kelas sangat kondusif. Anak didik sangat antusias dan aktif mengikuti
kegiatan pembelajaran, karena di dorong rasa ingin tahu akan bentuk kolase yang
menggunakan biji-bijian dan anak didik dengan penuh rasa tidak sabar untuk
melakukan kegiatan kolase yang baru dan berbeda materinya. Hasil belajar juga
meningkat.
Interpretasi :
Situasi pembelajaran pengembangan kecerdasan visual spasial melalui
teknik kolase pada siklus II lebih kondusif dibanding pada siklus I. Sehingga
kecerdasan visual spasial mengalami peningkatan yang optimal sesuai harapan.
Foto penelitian siklus I (Selasa, 02 Oktober 2018)
Pembelajaran Kolase Menggunakan Daun Kering
Foto penelitian siklus I (Rabu, 03 Oktober 2018)
Pembelajaran Kolase Menggunakan Kertas Warna
Foto penelitian siklus II (Jumat, 12 Oktober 2018)
Pembelajaran Kolase Menggunakan Biji Jagung dan Kacang Hijau
Foto Penelitian Siklus II (Sabtu, 13 Oktober 2018)
Pembelajaran Kolase Menggunakan Kacang Merah dan Kacang Hijau
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Rusdiana Prasusilantari
Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 03 Agustus 1997
Alamat : Jengglong RT 32 RW 09, Andong, Boyolali
E-mail : [email protected]
Jenjang Pendidikan :
1. MI Jengglong, lulus tahun 2008
2. MTS Negeri Andong, lulus tahun 2011
3. MAN 2 Boyolali, lulus tahun 2014
4. IAIN Salatiga, lulus tahun 2019
Demikian riwayat hidup penulis, penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 27 Desember 2018
Penulis
Rusdiana Prasusilantari
NIM 116-14-022