pengembangan inovasi pertanian melalui...

18
No. Kode: 23.07.RDHP.1349 LAPORAN AKHIR TAHUN 2008 PENGEMBANGAN INOVASI PERTANIAN MELALUI INISIATIF LOKAL Oleh: Baiq Nurul Hidayah BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT 2009

Upload: haduong

Post on 05-Mar-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR TAHUN

PENGEMBANGAN INOVASI PERTAINISIATIF LOKAL

Oleh:

Baiq Nurul Hidayah

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN N2009

No. Kode: 23.07.RDHP.1349

2008

NIAN MELALUI

USA TENGGARA BARAT

Lembar Pengesahan 1 Judul Kegiatan : PENGEMBANGAN INOVASI

PERTANIAN MELALUI INISIATIF LOKAL 2008

2 Nama Unit Kerja : BPTP NTB 3 Alamat : Jalan Raya Peninjauan Narmada PO BOX

1017 Mataram 4 Penanggungjawab a. Nama : Baiq Nurul Hidayah, SP.MP. b. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk I/ IIIb c. Jabatan C1. Struktural : - C2. Fungsional : Calon Peneliti 5 Lokasi Kegiatan : Pringgajurang, Tembeng Putek, Sugian,

Labuan Pandan, dan Penede Gandor 6 Status Kegiatan : Lanjutan (L) 7 Tahun dimulai : 2005 8 Tahun ke : 4 9 Biaya Kegiatan tahun 2008 : Rp. 96.000.000;- 10 Sumber Dana : Satker Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian – Nusa Tenggara Barat Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian TA 2008

Mataram, Januari 2009 Mengetahui:

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB,

Dr. Ir. Dwi Praptomo S, MS. NIP. 080 065 973

Penanggung Jawab Kegiatan,

Baiq Nurul Hidayah, SP.MP. NIP. 080 134 814

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Maha Esa atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan kegiatan “Pengkajian dan Pemberdayaan

Potensi Sumber Daya Lokal di Kabupaten Lombok Timur” dapat terselesaikan.

Laporan ini disusun sebagai salah satu pertanggungjawaban kepada Proyek

Poor Farmer NTB TA 2008

Disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada kelompok fungsional dan staf administrasi BPTP NTB, masing-masing

penanggungjawab kegiatan inisiatif lokal, instansi terkait, Dinas Pertanian Lombok

Timur dan Bappeda Lombok Timur yang telah memberikan saran dan masukan

dalam perencanaan maupun pelaksanaan hingga tersusunnya ringkasan laporan

inisiatif lokal masing-masing desa yang mendapat dana tahun anggaran 2008.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, namun

demikian semoga dapat bermanfaat bagi pengguna.

Mengetahui, Kepala BPTP NTB

Dr. Ir. Dwi Praptomo S., MS. NIP. 080 065 973

Daftar Isi Hal

Lembar Pengesahan…………………………………………………………………............... ii

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………… iii

Daftar Isi………………………………………………………………………………………………. iv

I. Pendahuluan …………………………………………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………………… 1

1.2. Tujuan Kegiatan ……………………………………………………………………. 2

1.3. Keluaran ………………………………………………………………………………. 2

II. Materi dan Metodologi………………………………………………………………………. 3

III. Hasil Kegiatan………………………………………………………………….................. 6

IV. Kesimpulan ……………………………………………………………………................... 14

V. Perkiraan Manfaat dan Dampak………………………………………………………….. 14

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proyek peningkan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) dirancang untuk

meningkatkan kesejateraan/ pendapatan petani miskin melalui inovasi pertanian mulai

dari tahap produksi sampai pemasaran hasil. Untuk itu diperlukan peningkatan akses

petani terhadap impormasi pertanian, dukungan pengembangan inovasi pertanian dan

upaya pemberdayaan petani. Pendekakatan partisipatif dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengembangaan kelembagaan dan perbaikan sararna/prasarana yang dibutuhkan di desa,

merupakan upaya yang dilakukan dalam pemberdayaan petani untuk pengembangan

inovasi. Salah satu pendekatan partisipatif dalam kegiatan proyek P4MI ini adalah

pengembangan inovasi pertanian yang berasal dari inisiatif lokal. Pendekatan tersebut

memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengembangkan inovasi pertanian yang

sesuai dengan kebutuhan petani di Kabupaten Lombok Timur.

Keterbatasan pengalaman tersebut membuat petani cenderung memilih dan

menyukai teknologi yang telah ada dibandingkan teknologi yang baru. Oleh karena itu

inovasi yang akan dikembangkan perlu diprioritaskan pada teknologi pertanian asli

pedesaan atau teknologi tradisional (indigenous technology) yang resiko kegagalannya

dapat diminimalkan. Beberapa keunggulan teknologi lokal adalah: telah adaptif dengan

kondisi sosial budaya setempat; ekonomis, sesuai dengan sumber daya petani yang

terbatas; serta sederhana dan mudah diaplikasikan. Sedangkan, kelemahan dari teknologi

lokal adalah: Umumnya tertinggal dari kemajuan teknologi modern; sangat spesifik lokasi;

dan masih berupa komponen teknologi.

Kegiatan pengembangan inovasi pertanian berdasarkan inisiatif lokal ini

diharapkan dapat sekaligus mengembangkan teknologi tradisional yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah akan paket teknologi utuhnya. Pendekatan

inkulturasi lebih diutamakan dari pada pendekatan akulturasi dalam proses

pengembangan inovasi pertanian. Pendekakan inkulturasi pada dasarnya adalah

mengemas suatu teknologi baru sebagai pengembangan atau pelengkap (komplemen)

dari teknologi lama.

Proses pengembangan inovasi dengan pendekatan inkulturasi lebih memiliki

peluang yang besar untuk diterima dan diadopsi oleh petani karena pada pada prosesnya

sesuai dengan keinginan dan kemampuan petani. Dengan demikian, teknologi tersebut

dapat disosialisasikan atau didiseminasikan secara lebih luas dan dapat digunakan secara

terpisah maupun kompatibel dengan teknologi modern.

1.2. Tujuan

a) Untuk memberikan kesempatan bagi petani maupun yang lainnya mengembangkan

inovasi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan petani dilokasi proyek P4MI

b) Menggali tenologi lokal yang potensial untuk dikembangkan

1.3. Keluaran

a) Adanya inovasi teknologi yang bersifat spesifik lokasi, unggul, dan memiliki tingkat

efisiensi yang tinggi dan nilai tambah.

b) Pengembangan inovasi teknologi berdasarkan spesifik lokasi yang mudah diadopsi

dan diterima oleh masyarakat pedesaan.

II. METODOLOGI

2.1. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan inisiatif lokal dilaksanakan di desa-desa yang termasuk dalam wilayah

Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun anggaran 2008.

2.2. Pendekatan

Kegiatan Inisiatif Lokal dilaksanakan di lahan petani dengan pendekatan on fo m

research yaitu melibatkan petani secara langsung sejak perencanaan, pengamatan

dan penilaian terhadap kinerja teknologi inisiatif lokal tersebut, dengan harapan

inisiatif lokal yang sifatnya ramah lingkungan dapat memberikan nilai tambah dalam

kegiatan usaha tani.

r

2.3. Ruang Lingkup Kegiatan

a. Sosialisasi dan Koordinasi

Untuk menginformasikan dan memperlancar dalam pelaksanaan kegiatan perlu

dilakukan sosialisasi program. Acara tersebut dikoordinasikan juga dengan instansi

terkait agar program ini mendapat dukungan dan dapat dilaksanakan bersama-sama.

Kegiatan ini mencakup:

- Penyebaran informasi mengenai kegiatan ini yang dipublikasikan melalui District

Coordination Committee (koordinasi tingkat kabupaten) dan media lain seperti

website BPTP NTB dan website Pemda Lombok Timur.

- Pengajuan proposal harus melalui persetujuan dari kelompok tani yang berdomisili

di lokasi di mana kegiatan akan diimpelementasikan.

- Proposal dapat usulkan oleh kelompok tani, LSM, universitas, lembaga pertanian

lokal, petugas teknis lapangan/penyuluh , dan perusahan swasta. BPTP dapat

pula berkompetisi mengajukan usulan.

- Proposal yang diajukan termasuk dalam kategori inovasi produksi, pengolahan

hasil inovasi pasar pertanian, termasuk inovasi agribisnis yang ditujukan untuk

penigkatan pendapatan petani lahan marjinal di wilayah proyek.

- Keputusan terhadap keabsahan dari usulan pengembangan inovasi melalui inisiatif

lokal telah dilakukan oleh DCC dan disetujui oleh Kepala BPTP sebagai

koordinator pelaksanaan kegiatan inisiatif lokal.

- Usulan kegiatan yang telah disusun berdasarkan sistematika pengajuan proposal

P4MI serta dilengkapi dengan data dukung dan pengesahan dari kelompok tani,

selanjutnya dikirimkan ke BPTP sebagai koordinator di wilayah kabupaten

masing-masing lokasi kegiatan dan ditembuskan PCMU dan PIU

- Pengiriman proposal untuk Kabupaten Lombok Timur dikirimkan ke BPTP NTB (Jl.

Raya Peninjauan Narmada, Kotak Pos 1017; Telp.0370-671312; Fax.0370-671620;

E-mail: [email protected].)

- Proposal yang diajukan dievaluasi oleh Tim Evaluator yang dibentuk oleh BPTP

NTB berkoordinasi dengan DCC . Evaluasi proposal didasarkan atas kelayakan

secara teknis, sosial, ekonomi, budaya, danl lingkungan.

b. Pelaksanaan

Pengembangan inovasi pertanian berdasarkar inisiatif lokal dilaksanakan atas dasar

kebutuhan dan permintaan dari petani (pengguna) secara partisipatif. Lembaga yang

mengusulkan kegiatan harus mendapatkan persetujuan dari kelompok tani di lokasi

pengembangan inovasi. Kegiatan pengembangan inovasi pertanian yang telah

dilaksanakan harus mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan pengembangannya

secara lebih lanjut, dengan rambu-rambu pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Penaggung jawab sebagai perorangan bertanggung jawab penuh secara hukum

terhadap implementasi pengembangan inovasi pertanian dan di bawah

pengawasan dan dukungan lembaga atau pihak yang mengusulkan.

2. Pengembangan inovasi berdasarkan inisiatif lokal ini merupakan uji adaptasi dalam

skala kelompok (pilot test) di desa pengusul.

3. Pengembangan inovasi pertanian yang memasukkan unsur rekayasa

kelembagaan, sosial-budaya-ekonomi, harus memperhatikan norma-budaya

setempat dengan memanfaatkan pranata yang telah ada di masyarakat tanpa

membentuk pranata baru yang bertentangan dengan norma yang ada.

4. Untuk pengembangan inovasi tekologi, pendekatan yang digunakan berupa

hamparan dalam satu skala luasan/populasi. Adapun untuk inovasi yang bersifat

kelembagaan melalui pranata sosial, pendekatan dinamika kelompok, budaya dan

lingkungan setempat.

5. Apabila berhasil, inovasi pertanian tersebut dikembangkan untuk kegiatan

demonstrasi (demonstra ion site) pada wilayah yang lebih luas. t

c. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan

Kegiatan yang telah dilaksanakan, sejak awal dipantau terus menerus untuk melihat

apakah kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik dan untuk

mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi pada implementasi kegiatan. Secara

garis besar, pelaksanaan kegiatan motoring, evaluasi, dan pelaporan adalah sebagai

berikut:

1. Di tingkat daerah, kegiatan pengembangan inovasi pertanian melalui inisiatif lokal

akan dimonitor oleh pasilitator desa, BPTP dan tim monev lainnya.

2. PCMU juga melakukan monitoring dan evaluasi secara menyeluruh, bekerja sama

dengan tim monev daerah.

3. Proses monitoring kegiatan dikembangkan lebih lanjut oleh masing-masing BPTP

berkoordinasi dengan fasilitator desa di lokasi pelaksanaan kegiatan

pengembangan inovasi pertanian.

4. Hasil kemajuan secara teknis maupun keuangan untuk tiap pelaksanaan kegiatan

secara rutin pada setiap tahapan kegiatan ke BPTP melalui pasilitator desa,

dengan tembusan ke PIU.

5. Pelaporan proposal yang dibiayai kegiatan inisiatif lokal dilakukan dua kali yaitu di

pertengahan pelaksanaan kegiatan sebagai laporan pengembangan dan di akhir

pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing pelaksana.

III. HASIL KEGIATAN

Jumlah proposal yang diajukan pada tahun 2008 adalah sebanyak 16 proposal.

Dari proposal tersebut selanjutnya diseleksi oleh tim yang telah dibentuk dari BPTP dan

dipilih sebanyak 5 kegiatan yang dibiayai. Proposal kegiatan yang dibiayai adalah sebagai

berikut:

No Judul Kegiatan Pengusul

1 Pengembangan Agribisnis Perunggasan Berbasis Pakan Lokal di Kabupaten Lombok Timur

Tapaul Rozi, S.Pt.

2 Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji Kayu, Sekam Padi dan Daun Cengkeh (Eugenia aroma ica) dalam Mengendalikan Penyakit pada Pisang di Desa Labuan Pandan, Kecamatan Sambalia, Kabupaten Lombok Timur

tIr. Juniawan

3 Penggunaan Tembakau dan Bensin untuk Pengobatan Myasis pada Ternak di desa Sugian, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur.

Drh. Hultatang

4 Pemanfaatan Asap Pembakaran Batu-Bata Berbahan Bakar Sekam Padi Menjadi Pestisida dan Pengawet Organik

M. Khairul Ihwan, MT.

5 Pengembangan Pupuk Organik Cair Nusur Moh. Masri Ardi

Berikut ini adalah sekilas gambaran tentang kegiatan inisiatif lokal yang didanai pada

tahun 2008 (Laporan lengkap untuk masing-masing kegiatan ada dalam file terpisah):

(1) Pembuatan Asap Cair dari Asap Pembakaran Batu-Bata Menjadi Pestisida dan Pengawet Organik

Gambar 1. Penemu asap cair memperlihatkan produk yang dihasilkan

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Kelompok Banjar Al-Ikhwan, Desa Pringgajurang,

Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur. Kelompok Banjar Al-Ikhwan yang

artinya Kelompok Persaudaraan awal berdirinya merupakan kelompok pengajian

(selakaran) yang dibentuk pada tanggal 12 November 2007. Kegiatan yang dilakukan

dikonsentrasikan pada upaya peningkatan produktivitas penghasilan anggota kelompok

melalui 2 cara yaitu: (a) Pembuatan asap cair dari asap pembakaran batu bata

(pembuatan gudang pembakaran dan pembuatan alat pemurnian/destilasi asap cair), (b)

Melakukan percobaan (penelitian dosis) asap cair tersebut terhadap upaya peningkatan

hasil-hasil usaha Kelompok Banjar Al-Ikhwan, seperti : (i) penggunaan asap cair sebagai

pestisida organik terhadap usaha pertanian anggota kelompok seperti cabe, tomat dan

padi; (ii) penggunaan asap cair tersebut sebagai pengawet hasil-hasil pertanian anggota

seperti cabe dan tomat; (iii) penggunaan asap cair sebagai obat ternak (anti-virus, anti

nyamuk), pencegah bau pada kandang ternak ayam, kambing dan sapi sebagaimana

fungsi asap cair yang telah beredar di pasaran Indonesia; (iv) memungkinkan asap cair

tersebut dapat dijual sehingga meningkatkan pendapatan kelompok.

Kesimpulan yag dapat diambil dari kegiatan ini adalah: (1) Pembakaran batubata

dengan menggunakan metode semi tertutup dapat menghasilkan keuntungan bagi para

pengusaha bata yaitu asap hasil pembakaran dapat dimanfaatkan menjadi asap cair,

kualitas pembakaran bata menjadi lebih baik dan lama pembakaran bata menjadi lebih

cepat, (2) Asap cair yang diperoleh dari pembakaran batu-bata adalah 60 liter dari 700 kg

sekam yang dibakar (7,5%) pada satu kali siklus pembakaran 3000 bata merah, (3)

Proses pemurnian asap cair dilakukan dengan destilasi yang dapat menghasilkan 80%

asap cair, (4) Asap cair hasil pembakaran batu-bata dapat diaplikasikan menjadi pestisida

organik, pengawet organik dan obat ternak, (5) Hasil uji asap cair sebagai pestisida

organik pada tanaman cabe dan tomat memperlihatkan hasil yang belum optimal

sehingga diperlukan penelitian lanjut untuk menentukan formulasi campuran asap cair

dengan bahan organik lainnya. Akan tetapi, seluruh petani tomat di desa Pringgajurang

yang menggunakan pestisida kimia mengalami hal yang sama dengan jenis hama

penyakit yang sama, (6) Hasil uji asap cair sebagai pengawet organik dilakukan pada

tomat yang menunjukkan ada peningkatan daya simpan tomat antara yang menggunkan

asap cair dengan yang tidak, yaitu dari 5 hari menjadi 7 hari. Diperlukan penelitian lebih

lanjut untuk mengetahui formulasi campuran agar didapatkan daya simpan yang lebih

baik, (7) Pengujian asap cair sebagai obat ternak telah dilakukan pada sapi yang

menunjukkan ada hasil yang menunjukkan penyakit sapi dapat sembuh dalam waktu 1

sampai 2 minggu dengan dioleskan asap cair.

(2) Pengembangan Agribisnis Perunggasan Berbasis Pakan Lokal di Kabupaten Lombok Timur

Gambar 2. Proses pembuatan pakan dari bahan-bahan lokal

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Kelompok Tani Ternak Karya Mandiri, Desa

Penedagandor, Kecamatan Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan ini

dilatarbelakangi oleh karena Kabupaten Lombok Timur sebagai salah satu kabupaten di

NTB memilik potensi pakan lokal bagi ternak unggas yang sangat tinggi untuk

dimanfaatkan. Daerah Lombok Timur menghasilkan jagung, padi (dedak padi), kedelai

yang cukup tinggi, selain itu di daerah ini juga sebagai pusat perikanan laut terbesar di

NTB yaitu desa Tanjung Luar. Usaha agribisnis perunggasan di Lombok Timur sudah

berkembang sangat pesat baik dari ayam ras, ayam buras, maupun jenis unggas lainnya.

Ditinjau dari pemasaran produk perunggasan Lombok Timur memiliki potensi pasar yang

sangat besar karena memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi di NTB.

Ternak unggas mampu mengubah sumber protein asal biji-bijian, kacang-

kacangan dan ikan yang tidak disukai oleh manusia, serta sumber energi menjadi protein

hewani yang sehat dan enak. Akan tetapi bahan pakan tersebut harus diubah dahulu

menjadi ransum komplit. Pengubahan bahan pakan menjadi ransum berlangsung di

pabrik pakan ternak. Pabrik pakan ternak bukan milik petani kecil atau koperasi, karena

mesin-mesin produksinya cukup canggih, harganya sangat mahal dan didatangkan dari

luar negeri (import). Dengan demikian harga pakan menjadi tidak transparan dan

ditetapkan secara sepihak oleh produsen, bukan ditentukan oleh pasar yang bersifat

persaingan sempurna.

Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam (bahan pakan ternak) menjadi

bahan pakan komersial agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di NTB, perlu dilakukan

beberapa langkah proses pengolahan sederhana. Proses pengolahan bahan baku pakan

tersebut membutuhkan beberapa peralatan dan mesin sederhana yang dapat digunakan

untuk mengolah bahan pakan ternak tersebut. Adapun peralatan dan mesin yang

dimasudkan adalah mesin pengiling biji-bijian, mesin press ikan, mesin sangrai biji-bijian,

mesin pencampur (mixer), serta mesin pemelet (pencetak) pakan.

Produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah: adanya pabrik pakan ternak

mini berbasis bahan pakan lokal yang akan menghasilkan pakan konsentrat untuk ternak

unggas serta pakan komplit untuk unggas dan ikan. Adapun keunggulannya adalah:

harga lebih murah dengan kualitas tinggi, bahan baku sepenuhnya pakan lokal, tidak

mengandung bahan kimia yang merugikan (seperti antibiotik, dsb), penggunanya adalah

kelompok peternak unggas (ayam arab, buras dan itik), peternak sapi, peternak ikan yang

ada di Lombok Timur.

Dari kegiatan inisiatif lokal ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan: (1)

Ketersediaan bahan baku pakan untuk ternak unggas seperti jagung, dedak, kedelai,

kacang hijau, kacang tanah, tepung ikan sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

ternak unggas khususnya di Kabupaten Lombok Timur dan umumnya di daerah NTB, (2)

Hasil uji coba penggunaan ransum unggas yang diramu dari beberapa bahan pakan lokal

hasilnya sangat baik terhadap pertumbuhan dan produksi ayam arab petelur. Dari hasil

yang diperoleh menunjukkan bahwa ayam arab yang diberikan ransum lokal memiliki

rata-rata pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu 91,16 gram/minggu daripada ayam ayam

yang diberikan ransum yang biasa digunakan oleh peternak sebelumnya yang terbuat dari

bahan konsentrat Layer yang dicampur dengan jagung dan dedak (campuran 1:2:3) yang

mampu memberikan pertumbuhan rata-rata sebesar 82,32 gram/minggu, (3) Sedangkan

respon penggunaan ransum lokal yang diuji coba pada ayam layer menghasilkan produksi

telur rata-rata sebesar 115 butir/minggu (rata-rata hend day 66%), sedangkan produksi

telur ayam layer dengan menggunakan pakan campuran konsentrat layer : jagung dan

dedak (campuran 1:2:3) produksinya sebesar 112 butir/minggu (rata-rata hend day

64%), (4) Harga ransum yang diperoleh dengan bahan lokal lebih rendah daripada

ransum komersial buatan pabrik yaitu untuk ransum fase tarter harga yang diperoleh dari

ransum berbahan lokal adalah sebesar Rp. 4000 sedangkan ransum komersial buatan

pabrik sebesar Rp. 6000, (5) Hasil analisa biaya pemeliharaan ayam arab sebanyak 100

ekor, sejak umur DOC sampai usia siap bertelur (Pullet) dengan berbahan dasar ransum

lokal menunjukkan bahwa biaya variabelnya lebih murah yaitu sebesar Rp. 2.685.000

sedangkan pemeliharaan dengan ransum komersial buatan pabrik biaya variabelnya

sebesar Rp. 2.782.000. Dengan demikian peternak dapat menghemat biaya sebesar Rp.

97.500., (6) Pengembangan usaha berbasis pakan lokal di Kabupaten Lombok Timur

sudah dapat dilakukan, hal ini bisa dilihat dari kegiatan peternakan ayam arab petelur dan

ayam ras petelur pada beberapa peternak yang sudah mencobanya seperti di desa

Penedagandor dan Kelayu.

(3) Pengembangan Pupuk Organik Cair Nusur

Gambar 3. Produk berupa pupuk organic cair Nusur

Kegiatan ini dilaksanakan oleh kelompok tani Timbe Asem, Dusun Bandok Lauk

Desa Tembeng Putek, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur. Kelompok tani

ini beranggotakan 30 orang dengan hamparan luas areal usaha tani 20,21 ha dengan

kegiatan-kegiatan diskusi kelompok membahas usaha tani yang dilaksanakan yaitu

budidaya tanaman pangan (padi, palawija dan sayuran). Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh

banyaknya masalah yang dihadapi dalam berusaha tani khususnya masalah pemupukan

dan hama penyakit tanaman. Pupuk organik cair Nusur selain berfungsi sebagai pupuk,

juga mampu mengendalikan hama penyakit pada tanaman. Kegiatan ini dimaksudkan

untuk pengembangan produksi dan sosialisasi ke petani sekitar dengan metode demplot

dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk dan pestisida anorganik

menuju pertanian organik. Dari kagiatan inisiatif lokal yang dananya didukung oleh P4MI

ini, produksi Nusur mampu ditingkan sampai 40% dengan penambahan jumlah sarana

produksi yang dimiliki. Produksi Nusur juga telah dapat dipasarkan ke tiga kecamatan

sekitarnya. Demikian juga demplot yang dilaksanakan telah berhasilkan meningkatkan

produksi dengan biaya usaha tani lebih rendah.

(4) Penggunaan Tembakau Hitam (Maik) dan Bensin untuk Pengobatan Myasis pada Ternak Kambing

Gambar 4. Kelompok tani ternak Desa Sugian yang berpartisipasi dalam kegiatan Inisiatif

Lokal 2008

Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Sugian, Kecamatan Sambelia, Kabupaten

Lombok Timur dengan organisasi pelaksana yaitu Pusat Kesehatan Hewan Kecamatan

Sambelia. Kegiatan ini dilakukan bersama dengan kelompok petani ternak dari awal

hingga akhir kegiatan, dari bulan April sampai Oktober 2008. Kegiatan ini memberikan

cara yang baru dari apa yang pernah dilakukan oleh masyarakat dalam pengobatan

Myasis. Artinya masyarakat dalam pengobatan myasis ini sering menggunakan tembakau

dengan campuran yang berbeda-beda tapi kurang memperhatikan faktor-faktor

pendukung lainnya, misalnya jenis tembakau yang digunakan, campuran tembakau,

perawatannya dan pengontrolannya, sehingga diperlukan suatu cara yang lebih baik dan

terencana.

Metode yang digunakan adalah demonstrasi lahan usaha kelompok/peternak

dengan variable yang diamati adalah tingkat infeksi dengan mengelompokkan 2 bagian

yaitu 1 (satu) bagian menggunakan obat pabrik dengan mengelompokkan tingkat infeksi

berat, sedang, dan ringan, bagian lain yaitu dengan obat tradisional dengan

mengelompokkan tingkat infeksi berat, sedang, dan ringan. Sampel yang digunakan

adalah 18 ekor kambing, 9 ekor digunakan dengan obat pabrik dan 9 sampel lainnya

dengan obat tradisional. Hasil percobaan diuji dengan menggunakan T-test tingkat 5%,

data ekonomi pengobatan dengan analisis Input-Output, data respon petani dengan

analisis deskriptif.

Dari kegiatan ini dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain: (1) Pengobatan

myasis dengan obat pabrik lebih efektif (waktu kesembuhan) jika dibandingkan dengan

obat tradisional, (2) Obat tradisional dan kimia sama-sama menyembuhkan penyakit

myasis, (3) Obat tradisional dapat dijadikan sebagai obat alternatif di saat peternak

memiliki kondisi ekonomi yang rendah dan jauh dari petugas kesehatan hewan, (4)

Kesembuhan luka sangat dipengaruhi oleh ukuran dan tempat luka, komplikasi penyakit,

dan managemen pemeliharaan ternak, (5) Obat tradisional memiliki keuntungan yaitu

biaya yang murah, bahan-bahannya mudah didapat, dan mudah diaplikasikan

dibandingkan dengan obat kimia, (6) Obat tradisional ini sudah memasyarakat dan

diterapkan oleh petani peternak.

(5) Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji Kayu, Sekam Padi, Seresah dan Ekstrak Daun Cengkeh untuk Pengendalian Penyakit Busuk Batang pada Pisang

Gambar 5. Ekstrak daun cengkeh yang digunakan dalam pengendalian penyakit pisang

Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Labuan Pandan, Kecamatan Sambelia,

Kabupaten Lombok Timur. Latar belakang kegiatan ini adalah pisang merupakan

komoditas buah-buahan yang potensial untuk dikembangkan di NTB karena mempunyai

keunggulan komparatif yang tinggi, baik untuk pasar lokal maupun pasar antar pulau.

Perkembangan luasan panen pisang dari tahun 2000 sampai 2004 sangat signifikan,

tetapi dari tahun 2005 sampai sekarang luas produksi pisang mengalami penurunan

akibat adanya serangan penyakit yang berakibat kematian pada tanaman. Sejak tahun

2004 petani pisang di Desa Labuan Pandan telah mengembangkan komoditas pisang di

wilayah desanya. Setelah empat tahun pengembangan pisang di desa ini berjalan, muncul

serangan penyakit pisang yang menurunkan produksi perminggu, yang biasanya mampu

memasarkan 700-800 tandan/minggu menjadi hanya 250 tandan/minggu. Oleh karena itu

melalui kegiatan inisiatif lokal inilah dicoba untuk melakukan percontohan untuk

mendiseminasikan teknologi pengendalian penyakit pisang yang menggunakan limbah

pertanian/industri (serbuk gergaji/sekam padi) dan seresah daun cengkeh, sehingga

hanya memerlukan biaya rendah yang dapat dijangkau petani dan bahan yang diperlukan

mudah diperoleh petani. Diantara penyakit tersebut adalah penyakit busuk batang pisang

yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum. Pada umumnya pengendalian penyakit

tersebut dilakukan cara eradikasi tanaman yaitu membongkar tanaman pisang pada areal

yang terserang sampai batas waktu tertentu, sehingga memerlukan biaya yang cukup

besar dan waktu tunggu untuk bertanam pisang kembali cukup lama. Kondisi ini sangat

merugikan bagi petani pisang, sehingga perlu dicari teknologi yang lebih sederhana,

murah dan praktis di dalam mengendalikan penyakit tersebut. Uji pendahuluan yang

dilakukan secara in vitro menginformasikan bahwa penggunaa ekstrak daun cengkeh

dengan konsentrasi 5 cc – 10 cc per liter air dapat membunuh jamur Fusarium oxysporum

hingga 100%. Oleh karena itu, hasil uji laboratorium ini perlu diuji kehandalannya di

tingkat lapangan.

Tujuan dari kegiatan ini antara lain memberikan informasi kepada petani pisang

sekaligus mendiseminasikan teknologi biaya rendah untuk pengendalian penyakit pisang

dan mencoba membantu petani dalam upaya mengendalikan penyakit pisang yang

sedang berkembang di desanya. Teknologi yang diterapkan dalam kegiatan ini diharapkan

dapat berkembang dan bermanfaat bagi petani pisang di pedesaan.

Dari kegiatan ini disimpulkan bahwa penggunaan ekstrak daun cengkeh dan

seresah daun cengkeh terbukti mampu mengendalikan penyakit busuk batang pisang

dengan rentang skor 95 hingga 100%. Selain itu, teknis eradikasi memungkinkan untuk

mendapatkan bibit tanaman yang sehat dari rumpun terserang, meskipun tanaman yang

sudah terserang tidak dapat diselamatkan.

IV. KESIMPULAN

Kegiatan Inisiatif lokal TA 2008 telah mendapat tanggapan yang antusias dari

semua lapisan masyarakat, terbukti dengan banyaknya judul proposal yang diajukan yaitu

mencapai 16 proposal. Namun demikian, karena keterbatasan anggaran untuk kegiatan

ini maka hanya 5 proposal yang mampu dibiayai untuk tahun anggaran 2008. Hasil

kegiatan dari masing-masing lokasi juga menunjukkan adanya nilai tambah yang peroleh

oleh petani dengan penerapan teknologi yang spesifik lokasi tersebut. Mengingat kegiatan

ini merupakan kegiatan yang bersifat partisipatif dan dapat dirasakan manfaatnya oleh

masyarakat luas, maka kegiatan serupa perlu dilanjutkan untuk tahun anggaran yang

akan datang.

V. PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK

Perkiraan manfaat dan dampak yang dapat diambil dari kegiatan inisiatif lokal

2008 adalah sebagai berikut:

a. Setiap orang atau kelompok atau lapisan masyarakat yang merupakan penemu

pengetahuan tradisional tersebut dapat mengekspresikan hasil temuannya melalui

kegiatan ini.

b. Melalui kegiatan demplot inisiatif lokal ini, petani lain dan masyarakat yang lebih luas

dapat belajar dari kegiatan tersebut.

c. Kegiatan inisiatif lokal ini sangat spesifik lokasi sehingga sesuai dengan kebutuhan

masyarakat setempat dan bersifat ramah lingkungan.