pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah dalam...
TRANSCRIPT
i
PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN
SHADAQAH DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT ISLAM KENDAL
(Study Kasus di LAZ Masjid Agung Kendal)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
LAILI MUSTIKAWATI
(071311015)
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa sekripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, di lembaga pendidikan lainya. Pengetahuan
yang peroleh dari hasil penerbitan maupun yang belum / tidak diterbitkan,
sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, 19 Desember 2011
Laili Mustikawati
v
MOTTO
Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala-Nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan
(QS. Al-Baqarah; 110)
vi
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan skripsi ini untuk:
1. Ayah dan Ibunda tercinta (Bpk Roziqin & Ibu Nur Hayati)
“ Yang selalu mendoakan, mendukung baik moral maupun material dan selalu
mencurahkan kasi sayang, perhatian dan memberikan motivasi kepada ananda dalam
sagala hal. Dan juga kakak-kakak dan adik penulis. Semoga Allah SWT selalu
melindungi mereka”. Kalian semua sumber inspirasi penulis.
2. Yth Bp. Dr. M. Sulthon, M. Ag. dan Bp. H. Adib Fatoni, M.Si
“ Yang telah berkenan meluangkan waktu dan fikirannya untuk membimbing
penulis, mendukung dan mendoakan penulis. Kesabaran dan ketabahannya menjadi
sumber inspirasi dan penyemangat dalam perjuangan hidupku.Semoga Allah SWT
senantiasa memberinya kekuatan”.
3. Sahabat-sahabat keluarga besar MD (Manajemen Dakwah) 2007
“Yang telah memberi senyuman, menghibur penulis & selalu memotifasi penulis.
Semoga perjuangan kita akan memberikan kesuksesan”.
4. Kepada Semua pihak & teman-teman penulis
“ Yang telah menyumbangkan ide, saran, dan kritik bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini”.
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Sehingga dengan bekal
kemampuan yang minim penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini sebagai
karya tulis ilmiah yang menjadi kewajiban setiap mahasiswa IAIN Walisongo
untuk memenuhi tuga dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana di
fakultas.
Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah mendidik manusia dari alam jahiliah menuju
kealam ilmu. Sehingga mengetahui antara yang haq dan yang batil. Lantaran
beliaulah manusia terangkat derajat hewani kepada derajat insani.
Berkenan dengan selesainya skripsi ini yang berjudul “PENGELOLAAN
ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH DALAM UPAYA KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT ISLAM (STUDI KASUS DI LAZ MASJID AGUNG
KENDAL)” penulis merasa diberi dorongan dan bantuan oleh berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. M. Sulthon, M. Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah dan juga
selaku pembimbing I yang dengan sabar dan ikhlas membimbing penulis
sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.
2. Bapak H. Adib Fatoni, M.Si selaku pembimbing II yang telah
membimbing penulis sehingga terselesaikan karya ilmiah ini.
3. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing penulis selama dibangku
kuliah.
viii
4. Segenap keluarga yang tercinta yang telah bersusah payah
memperjuangkan agar penulis dapat mencapai cita-citanya dengan baik
dan sukses.
5. Teman-teman yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis tidak mampu bembalas apa-apa, hanya kata terima kasih dan
memanjatkan do’a semoga apa yang mereka berikan kepada penulis akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan balasan yang lebih baik dan
diterima sebagai amal sholeh.
Meskipun dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha semaksimal mungkin,
namun kekurangan dan kekhilafan sering terjadi pada manusia. Untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah penulis mohon pertolongan, semoga dengan
terwujudnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Semarang, 19 Desember 2011
Penulis,
Laili Mustikawati
ix
ABSTRAK
PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH DALAM UPAYA
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ISLAM.
Zakat merupakan ibadah penting di dalam kemasyarakatan. Hal ini karena
di dalam zakat terdapat kewajiban dan hak masyarakat Muslim. Oleh karena itu
perlu dikembangkan dengan adanya pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah.
Pengelolaan merupakan proses melakukan kegiatan tertentu dengan
menggerakkan tenaga orang lain, atau dapat juga diartikan proses pemberian
pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksaaan dan
pencapaian tujuan. Dengan demikian, pengelolaan merupakan hal yang sangat
penting dalam melakukan suatu kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan
dengan lancar dan sesuai rencana.
Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti bagaimana pengelolaan yang
dilakukan pada LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal dan untuk
mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanan pengelolaan
ZIS. Dengan pengelolaan yang baik maka kepercayaan masyarakat meningkat dan
semua kegiatan yang dilakukan lebih optimal. Sedangkan dalam pengelolaan
zakat, infaq dan shadaqah di LAZ dilakukan dengan memberikan kepercayaan
untuk turut menyalurkan dana ZIS yang terkumpul melalui program-program
kerja untuk mengoptimalkan penyaluran dana zakat, infaq dan shadaqah.
Adapun hasil penelitiannya bahwa pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah
yang di lakukan oleh LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal yaitu
pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal mempunyai dua sisi utama yaitu
pengumpulan dan penyaluran. Penyaluran zakat atas pendistribusian dan
pendayagunaan. Bahwa pendistribusian zakat diartikan sebagai penyaluran zakat
kepada mustahik secara konsumtif. Sedangkan pendayagunaan zakat diartikan
sebagai penyaluran zakat kepada mustahik dengan berorientasi pada aspek
produktif.
Pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal secara umum dipengaruhi
oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung pengelolaan
ZIS adalah kesadaran berzakat di lembaga lembaga amil zakat, LAZ berada di
lingkungan Masjid, antusias masyarakat untuk zakat fitrah di LAZ. Sedangkan
faktor penghambat pengelolaan ZIS adalah SDM pengelola masih rendah,
lemahnya muzakki yang berzakat maal di LAZ, kurangnya biaya operasional.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. viii
HALAMAN MOTTO ............................................................................ ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................. 9
1. Tujuan Penelitian ................................................. 9
2. Manfaat Penelitian ............................................... 9
D. Tinjauan Pustaka ....................................................... 10
E. Metode Penelitian ..................................................... 16
F. Sistematika Penulisan Skripsi.................................... 18
BAB II : Landasan Teori
A. Pengelolaan ZIS untuk Kesejahteraan ....................... 19
1.Pengelolaan ZIS ..................................................... 19
2.Kesejahteraan......................................................... 24
3.Pengelolaan untuk Kesejahteraan ........................... 25
B. Zakat, Infaq dan Shadaqah ........................................ 27
C. Bentuk-bentuk Zakat ................................................ 33
xi
1.Zakat Mal .............................................................. 33
2.Zakat Fitrah ........................................................... 39
D. Hukum Zakat ............................................................ 42
E. Syarat-syarat Zakat ................................................... 43
F. Rukun Zakat ............................................................. 45
G. Penerima Zakat ......................................................... 46
H. Tujuan dan Hikmah Zakat ......................................... 48
1.Tujuan Zakat .......................................................... 48
2.Hikmah Zakat ........................................................ 49
I. Lembaga Amil Zakat ................................................ 51
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Kendal........................ 55
1.Kondisi Geografis .................................................. 55
2.Kondisi Keagamaan ............................................... 58
3.Kondisi Perekonomian ........................................... 60
4.Kondisi Kesejahteraan Sosial ................................. 61
B. Potensi Zakat di Kendal ............................................ 62
C. LAZ Masjid Agung Kendal ...................................... 64
1.Sejarah berdirinya LAZ Masjid Agung Kendal ...... 64
2.Visi dan Misi ......................................................... 66
3.Tujuan LAZ Masjid Agung Kendal ........................ 66
4.Program Kerja........................................................ 67
5.Susunan Pengurus LAZ Masjid Agung Kendal ...... 70
6.Tugas Pengurus LAZ Masjid Agung Kendal .......... 71
D. Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shodaqoh di LAZ
Masjid Agung Kendal ............................................... 74
1.Pengumpulan Zakat ............................................... 74
2.Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat ............. 79
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal ........ 81
xii
1.Faktor Pendukung .................................................. 82
2.Faktor Penghambat ................................................ 83
BAB IV : ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN
SHODAQOH DALAM UPAYA KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT ISLAM
A. Analisis terhadap pengelolaan dana zakat infaq dan
shodaqoh pada LAZ Masjid Agung Kendal .............. 86
B. Analisis faktor pendukung dan penghambat dalam
Pelaksanaan pengelolaan dana ZIS pada LAZ Masjid 96
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................. 98
B. Saran ....................................................................... 98
C. Penutup ................................................................... 99
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Nishob dan Kadarnya Binatang Unta ........................................ 34
TABEL 2. Nishob dan Kadarnya Binatang Sapi .........................................
TABEL 3. Nishob dan Kadarnya Binatang Kambing ................................. 44
TABEL 4. Banyaknya Penduduk Kabupaten Kendal .................................. 74
TABEL 5. Perkembangan Perolehan Dana ZIS LAZ Masjid Agung Kendal 93
TABEL 6. Daftar Himpunan ZIS LAZ Masjid Agung Kendal Tahun 2011 94
TABEL 7. Daftar Himpunan ZIS LAZ Masjid Agung Kendal Tahun 2011 94
TABEL 8. Data Penyaluran Dana ZIS LAZ Masjid Agung Kendal2011 .... 99
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. Sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Al-
Qur’an mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia.
Sebagai pedoman hidup, Al-Qur’an mengandung keilmuwan dan
wacana yang sangat luas dan mendalam yang mengatur kehidupan manusia
secara menyeluruh. Isi dan kandungan Al-Qur’an juga merupakan sumber
wacana yang di dalamnya terkandung isyarat-isyarat mengenai zakat, infaq
dan shadaqah.
Islam menginginkan agar setiap manusia mempersiapkan kehidupan
terbaiknya. Dimana dengan hal itu bisa menikmati kehidupannya yang
dipenuhi dengan keberkahan langit dan bumi, serta mampu mendayagunakan
segala apa yang ada di dalamnya dengan sebaik mungkin. Hingga akhirnya
manusia akan merasakan kebahagiaan di berbagai aspek kehidupan dan juga
keamanan yang meliputi hati. Serta rasa syukur terhadap semua nikmat yang
diterimanya di semua kisi-kisi dadanya. Dengan demikian, manusia pun akan
mampu beribadah kepada Allah dengan penuh kekhusyu’an dan juga dengan
persiapan yang baik.
1
Sehingga para fakir miskin dapat merasakan ni’mat Allah yang telah
diberikan kepadanya, dan bisa menumbuhkan rasa syukur mereka kepada
Allah SWT.
Dengan tujuan di atas inilah, maka Allah mewajibkan zakat dan
menjadikannya sebagai pondasi terhadap keberlangsungan Islam di muka
bumi dengan cara mengambil zakat, infaq dan shadaqah tersebut dari orang-
orang yang mampu dan kaya serta memberikannya kepada fakir miskin ,
demi membantunya dalam menutupi kebutuhan materi; seperti halnya
kebutuhan makan, minum, pakaian, dan juga tempat tinggal. (Yusuf
Qaradhawi: 2005. 27).
Karena zakat merupakan salah satu ajaran Rasulullah yang termasuk
dalam rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan ibadah yang memiliki akar
historis yang cukup panjang. Wasiat pertama yang diberikan Allah kepada
para Nabi adalah zakat, untuk kemudian disampaikan kepada umatnya.
Melalui ayat-ayat tentang zakat, secara tegas dan jelas bisa dilihat bahwa
zakat disebut oleh Allah bersamaan dengan sholat, karena keduanya
merupakan syi’ar dan ibadah yang diwajibkan. Kalau sholat merupakan
ibadah ruhiyah, maka zakat adalah sebagai ibadah maliyah dan ijtima’iyah
(harta dan sosial). Akan tetapi, zakat tetap saja sebagai ibadah untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan kata lain, zakat disamping
memiliki dimensi spiritual juga memiliki dimensi sosial ekonomi. Dengan
demikian, bagi setiap muslim yang telah menunaikan zakat, berarti ia telah
meningkatkan keimanannya dan berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan
sesamanya. (Muhammad: 2002. 33)
Zakat dalam bentuknya adalah tiang Islam (Muhammad Sahri, 1982:10).
Kedudukan zakat di dalam Islam menjadi soal yang terpenting tentang hidup
dan matinya umat Islam sendiri. Dalam isinya, zakat adalah menjadi sasaran
segenap Ibadah makhluk kepada khaliknya. Itulah sebabnya jika zakat tidak
kuat beku, tidak teratur, tidak dibentuk pengertian yang tegas, tidak subur
hidupnya, maka keempat rukun Islam yang lain tidak pula kuat hidupnya.
Ada perbedaan makna antara zakat, infaq dan shadaqah. Zakat menurut
lughot berarti suci dan subur. Dinamai demikian karena zakat itu mensucikan
diri dari kotoran kikir dan dosa, dan karena menyuburkan akan harta atau
membanyakkan pahala yang akan diperoleh mereka memberikan dengan
mengeluarkannya.
Kemudian mengenai infaq dan shadaqah, secara terminologi infaq dan
shadaqah mempunyai pengertian yang sama yaitu mengeluarkan harta untuk
sesuatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Misalnya berinfaq atau
bershadaqah untuk kepentingan anak yatim, kedua orang tua atau kerabat
dekat lainnya, berinfaq atau bershadaqah untuk pembangunan sarana ibadah,
sarana kesehatan, sarana perpustakaan dan sebagainya. Tetapi kalau infaq
hanya ditujukan untuk hal-hal yang bersifat material seperti berinfaq dengan
uang atau benda-benda lainnya. Sedangkan shadaqah bisa dilakukan dengan
materi dan dalam hal ini sama dengan infaq tetapi bisa juga dilakukan dengan
hal-hal yang bersifat non material.(Didin Hafidhuddin, 2003:154)
Pada dasarnya zakat dan infaq itu hampir sama dengan shadaqah, yakni
menyisahkan sebagian harta untuk orang lain. Dan Allah berjanji akan
melipatgandakan balasan terhadap materi yang dikeluarkan tanpa
membedakan makna zakat, infaq dan shadaqah. Sebagaimana Firman Allah
SWT dalam al-Qur’an:
Artinya :“ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus
biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia
kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS. 2 Al-Baqarah: 261)
Orang-orang yang dengan taat dan ikhlas melaksanakan zakat dan infaq di
jalan Allah mendapat julukan sebagai “orang yang lurus dan jujur”, karena
menunjukkan persesuaian iman dan amal. Oleh karenanya barang-barang
yang diperoleh dari hasil zakat dan infaq biasanya disebut dengan istilah
“shadaqah” atau sedekah.
Islam ikut berpartisipasi dalam pembangunan guna meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat. Potensi tersebut dapat digali dan
dikembangkan melalui pengelolaan dan pendayagunaan zakat, infaq dan
shadaqah yang tentu saja dilakukan oleh lembaga amil zakat. Ibadah zakat
merupakan bentuk kepribadian kepada Allah SWT dengan mendayagunakan
harta benda. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibnu Taimiyah yang mengatakan
bahwa : “Jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya akan
bersih dan akan bertambah maknanya”.
Pengelolaan zakat merupakan salah satu kegiatan dakwah yang mengajak
masyarakat muslim untuk mengeluarkan hartanya di jalan Allah.
Sebagaimana firmah Allah SWT dalm al-Qur’an:
Artinya : “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)
Di setiap aktifitas dakwah khususnya dalam organisasi atau lembaga
untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan sebuah pengaturan atau pengelolaan
yang baik, ruang lingkup kegiatan dakwah merupakan sarana atau alat
pembantu pada aktifitas dakwah. Bila komponen dakwah yaitu da’i, mad’u,
materi, media, tersebut diolah dengan menggunakan pengelolaan yang baik
maka aktifitas dakwah akan berlangsung secara lancar sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Sebab bagaimanapun juga sebuah aktifitas apa pun itu
sangat diperlukan sebuah pengelolaan yang tepat bila ingin dapat berjalan
secara sempurna.
Di Indonesia, terjadi perkembangan baik bahwa pelaksanaan pengelolaan
zakat kini memasuki era baru. Yakni dikeluarkannya Undang-undang No. 38
tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dengan keputusan Menteri Agama
(KMA) Nomor 581 tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 38
tahun 1999 dan keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat dan
Urusan Haji Nomor D/tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Zakat.
Untuk memberikan layanan terhadap masyarakat Muslim sampai saat ini
banyak lembaga dan yayasan yang mendirikan lembaga amil zakat dengan
lingkup lokal daerahnya masing-masing. Hal ini mendorong umat Islam agar
pelaksanaan pengelolaan zakat dapat dilakukan lebih baik lagi. Di Indonesia
terdapat lembaga-lembaga yang melakukan pengelolaan zakat. Seperti YDSF
(Yayasan Dana Sosial Al-Falah), PKPU (Pos Kemanusiaan Peduli Ummat),
Rumah Zakat dan lain-lain. Dimana dalam pengelolaannya yaitu professional,
amanah, terpercaya dan memiliki program kerja yang jelas dan terencana.
Sehingga mampu mengelola zakat, baik pengambilannya maupun
pendistribusiannya dengan terarah yang kesemuanya itu dapat meningkatkan
kualitas hidup dan kehidupan para mustahik.
Di samping pengelolaan zakat yang telah dipaparkan diatas, pengelolaan
zakat dapat juga dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat yang terdapat di
Masjid. Dalam hal ini peranan Masjid sangat besar, karena kehidupan sehari-
hari dari umat Islam terkait erat dengan Masjid yang didirikan atas dasar
iman. Semua kegiatan umat terpusat di Masjid dengan imam sebagai manajer
yang efektif dari setiap Masjid. Masjid mempunyai daerah pembinaan
tertentu dan pembinaan diberikan secara maksimal kepada masyarakat di
sekelilingnya yang menjadi jamaah tetap pada Masjid tersebut. Sedangkan
untuk jamaah yang tidak tetap, layanan dapat diberikan dalam bentuk
pemberian informasi atau bantuan yang sifatnya bantuan darurat atau bantuan
lain yang sesuai dengan fungsi Masjid sebagai tempat beribadah dalam arti
yang luas.
Fungsi masjid adalah sebagai tempat kaum muslimin menegakkan shalat,
tempat bermusyawarah guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul
dalam masyarakat dan tempat berkonsultasi, tidak akan terwujud secara
optimal kecuali dengan menerapkan suatu pengelolaan yang baik. Bagaimana
membina remaja masjid dan jamaah pada umumnya, mengelola keuangan
masjid serta mengelola fasilitas-fasilitas masjid, semuanya membutuhkan
pula suatu manajemen. Dalam masyarakat yang selalu dengan perkembangan
zaman, dinamika masjid-masjid sekarang ini banyak yang menyesuaikan diri
dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Artinya, masjid tidak hanya berperan
sebagai tempat ibadah sholat, tetapi juga sebagai wadah beraneka kegiatan
jamaah atau umat Islam. (Moh. E. Ayub, 1996: 10). Seperti adanya LAZ
(Lembaga Amil Zakat) atau lembaga lainnya yang berhubungan dengan
ibadah atau kegiatan umat Islam.
Sebagai pusat kegiatan ibadah umat Islam Masjid Kendal mempunyai
layanan bagi masyarakat yaitu Lembaga Amil Zakat. Lembaga Amil Zakat
ini dibangun untuk mengelola keuangan Masjid. Lembaga Amil Zakat ini
tidak hanya mengelola hasil dari zakat, tapi juga dari hasil infaq maupun
shadaqah. LAZ yang terdapat di Masjid Kendal ini berfungsi seperti Lembaga
Amil Zakat pada umumnya yaitu sebagai lembaga yang menghimpun,
mengelola (keuangan) dan mendayagunakannya. Lembaga Amil Zakat
tersebut memang belum seperti LAZ atau BAZ lainya yang lebih maju.
Walaupun begitu, Lembaga Amil Zakat tersebut sedikit membantu
mensejahterakan masyarakat di sekitarnya. Karena dalam pengelolaannya,
hasil harta yang terkumpul dari Muzakki dapat membantu masyarakat yang
kurang mampu. Dalam pengelolaannya, hasil harta yang terkumpul dari
Muzakki dialokasikan kepada mustahik dengan memberikan perkakas yang
memungkinkan ia bekerja dalam bidang keterampilannya untuk mencukupi
kebutuhan pokoknya. Atau bagi yang tidak dapat berniaga, juga tidak
mempunyai suatu keterampilan dalam usaha tertentu, maka kepadanya
diberikan jaminan dengan jalan menanamkan modal, baik dalam harta yang
tidak bergerak (tanah) maupun harta yang berkembang seperti peternakan
(masyriah) yang penghasilannya dapat mencukupi kebutuhan pokok dalam
kehidupan sehari-hari. Dan memberikan peluang bagi masyarakat yang lebih
mampu untuk berzakat, berinfaq ataupun bershadaqah di Lembaga Amil
Zakat tersebut. (Ali Yafie, 1994:236)
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk
meneliti bagaimana pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah dalam upaya
kesejahteraan masyarakat Islam dan untuk meneliti apa saja faktor pendukung
dan penghambat dalam pelaksanaan pengelolaan zakat di LAZ Masjid Agung
Kendal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil pokok
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah di LAZ yang terdapat
di Masjid Agung Kendal ?
2. Bagaimana Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat serta Upaya yang
dilakukan dalam Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah di LAZ yang
terdapat di Masjid Agung Kendal ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berangkat dari pokok permasalahan tersebut di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di LAZ yang
terdapat di Masjid Agung Kendal.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat serta
upaya yang dilakukan dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di
LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
khazanah ilmiah pada Dakwah, khususnya masalah pengelolaan zakat,
infaq dan shadaqah di LAZ yang terdapat di Masjid.
Bagi akademis, dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan referensi di bidang keilmuan zakat dan manajemen.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan
pertimbangan pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah yang
ada di LAZ yang terdapat di Masjid.
Bagi Pemerintah, semoga penelitian dapat memberikan tambahan
informasi dan bahan evaluasi bagi lembaga pengelola zakat tentang
pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah yang baik.
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka dapat
diambil tinjauan pustaka yang ada relevansinya dengan penelitian ini yaitu:
Skripsi milik Sayidi, Tahun 2007 yang berjudul “Pengelolaan Zakat Mal Dari
Hasil Penangkapan Ikan Pada Masyarakat Nelayan Di Kecamatan Rowosari
Kabupaten Kendal”. Dalam penelitian skripsi ini menjelaskan mengenai zakat
terutama dari segi pengelolaannya dilihat dari pengumpulan dan
pendistribusian zakat yaitu dari hasil penangkapan ikan pada masyarakat
nelayan di kecamatan rowosari kabupaten Kendal. Adapun pendekatan dalam
penelitian ini adalah pendekatan manajemen. Isi pokok pembahasan
penelitian ini adalah sistem pengelolaan zakat mal baik dilihat dari segi
pengumpulan maupun dari segi pendistribusian yang dilakukan oleh nelayan
tanpa melalui Lembaga Amil Zakat maupun melalui Amil Zakat.
Skripsi milik Efriyadi, Tahun 2008 yang berjudul “Pengelolaan Dana
Yayasan Yatim Piatu Darul Hadlonah Semarang Tahun 2005-2007 (Analisis
Manajemen Dakwah)”. Penelitian skripsi ini termasuk jenis penelitian
kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Dan ada dua sumber yaitu primer dan sekunder. Namun, karena ini juga
termasuk penelitian field research yakni di yayasan Yatim Piatu Darul
Hadlonah Semarang, maka dalam pengumpulan data penelitian menggunakan
metode analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisa data yang ada.
Pemasukan atau pendapatan dana Yayasan Yatim Piatu Darul Hadlonah
Semarang Tahun 2005-2007 dari donator tetap, sumbangan masyarakat, dan
lain-lain.
Faktor pendukung lain yaitu dari lembaga keorganisasian dan
pemerintah dan empati masyarakat. Sedangkan faktor penghambat yaitu dari
jati diri lembaga manajemen kurang mengenal strategic (perencanaan strategi
yang kurang begitu di pahami oleh pengelola) kurangnya di lakukan audit
oleh aturan publik. Program tidak didasarkan pada activity plan, meskipun
hanya mematok target serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
Skripsi milik Sumanto, Tahun 2008 yang berjudul “Manajemen Zakat,
Infaq Dan Shadaqah Badan Amil Zakat Kua di Kecamatan Semarang Barat”.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang membahas tentang
manajemen zakat, infak dan shadaqah BAZ KUA kecamatan semarang barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi
kualitatif melalui pendekatan manajemen. Penelitian ini berusaha
mendiskripsikan manajemen zakat, infaq dan shadaqah yang diterapkan oleh
BAZ KUA di kecamatan semarang barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) manajemen zakat, infaq
dan shadaqah (ZIS) yang diterapkan oleh BAZ KUA di kecamtan semarang
barat (2) kekuatan dan kelemahan manajemen zakat, infaq dan shadaqah
(ZIS) yang diterapkan oleh BAZ KUA di kecamatan semarang barat (3)
respon masyarakat terhadap BAZ KUA di kecamatan semarang barat.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka, kaitannya dengan skripsi
yang akan penulis buat mempunyai hubungan yang identik tentang
bagaimana konsep tentang pengelolaan yang telah diterapkan pada sebuah
lembaga atau instansi dalam pelaksanaan program-programnya sedangkan
skripsi yang akan penulis teliti lebih menitik beratkan pada lembaga yang
terdapat di Masjid. Yaitu mengenai, pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di
LAZ yang terdapt di Masjid Kendal.
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
jenis penelitian kualitatif. Maksud dari penelitian kualitatif adalah suatu
proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan
ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,
laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada
situasi yang dialami. Berarti metodologi kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong,
2000:5)
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif. Dengan tujuan
agar dapat menghasilkan data-data tambahan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati disekitar LAZ yang terdapat di Masjid Agung
Kendal. Yaitu data-data tambahan yang menggambarkan tentang
bagaimana pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah yang ada di LAZ
tersebut.
2. Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data
dapat diperoleh (Arikunto, 2002:107). Maka penulis dalam hal ini dapat
mengambil data dari berbagai sumber seperti buku-buku maupun karya
tulis lainnya yang mendukung dan relevan dengan penulisan.
Berdasarkan sumbernya, data dalam penelitian ini dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder. Adapun penjelasan lebih rincinya adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian dengan teknik pengambilan data langsung pada subyek
sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 2003:91). Adapun teknik
pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang
dicari adalah melalui wawancara kepada pimpinan pengelolaan zakat,
dan observasi tentang pengelolaan zakat di LAZ Masjid Agung Kendal.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain,
tidak diperoleh langsung oleh peneliti dari subyek penelitiannya
(Azwar, 2005:91). Peneliti menggunakan data ini sebagai data
pendukung yang berhubungan dengan pengelolaan zakat di LAS Masjid
Agung Kendal. Sedangkan sumber data sekunder yang dimaksud di
sini adalah sumber berupa data yang berkaitan dengan permasalahan
yang penulis bahas. Seperti data dari buku-buku, dokumen-dokumen
atau catatan-catatan dan data lainnya yang bersifat menunjang dalam
penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Yaitu “kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek
dengan menggunakan seluruh panca indra” ( Suharsimi Arikunto,
1998:67). Metode ini digunakan untuk menggali data-data yang
mudah diamati secara langsung. Atau bisa disebut dengan teknik
penelitian yang sesuai kenyataan, melukiskan dengan kata-kata secara
cermat dan tepat, mencatat kemudian mengelolanya dalam rangka
masalah yang diteliti secara ilmiah. Sehingga dapat dibedakan
manakah hasil pengamatan yang valid dan reliable serta manakah
objek pengamatan itu representatif bagi gejala yang bersamaan. Dalam
pengamatan ini peneliti melakukan pencatatan khusus mengenai
seputar persoalan peneliti yang berkaitan dengan judul skripsi ini.
Metode ini digunakan untuk menggali data-data yang mudah
diamati secara langsung. Seperti; letak geografis, dan sarana
prasarana.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Lexy J.
Moleong, 2009:186). Pengumpulan data melalui Tanya jawab
langsung terhadap pihak-pihak yang sengaja dipilih dengan maksud
dan tujuan agar dapat memberikan informasi yang diperlukan dan
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Metode ini digunakan
untuk memperoleh data secara rinci tentang dasar-dasar teori
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Terutama untuk
pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah dan untuk
mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan pihak LAZ dalam
mensejahterakan masyarakat Islam di LAZ yang terdapat di Masjid
Agung Kendal.
Untuk data secara rinci peneliti melakukan wawancara dengan
beberapa pengurus bagian pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah di
LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal, agar dapat menghasilkan
data yang lebih jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c. Dokumentasi
Dalam arti yang sempit dokumen diartikan sebagai kumpulan
data verbal yang berbentuk tulisan. Sedangkan dalam arti luas
dokumen juga meliputi foto dan sebagainya (Koentjoroningrat,
1981:24).
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dari
dokumen-dokumen atau arsip dari LAZ yang terdapat di Masjid
Kendal tentang proses pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data (Bogdan dan Biklen, 1982) yaitu upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistesiskannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. (Lexy J. Moleong, 2009:248)
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif ini
digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh melalui interview dan
observasi yang berupa data kualitatif. Agar data kualitatif hasil interview
dan observasi mudah dipahami, data dianalisis dengan teknik berpikir
induktif. Yakni berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa yang bersifat
empiris kemudian temuan tersebut dipelajari dan dianalisis sehingga bisa
dibuat suatu kesimpulan dan generalisasi yang bersifat umum. Analisis
data dalam penelitian ini tidak diwujudkan dalam bentuk angka
melainkan berupa laporan dan uraian deskriptif mengenai pengelolaan
zakat, infaq dan shadaqah di LAZ yang terdapat di Masjid Agung
Kendal.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini terdiri dari beberapa bagian berupa bab-bab, dan setiap
banya di bagi dalam sub bab. Pembagiannya dilakukan sesuai keperluan dan
kebutuhan dalam penjabarannya. Kerangka skripsi ini sebagai berikut :
Bagian muka yang berada sebelum bagian isi atau tubuh karangan
yang meliputi; halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman
pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar,
halaman daftar isi.
Bagian tengah (tubuh karangan) terdiri dari empat bab yaitu:
Bab Pertama : Pendahuluan yang terdiri dari; latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistem penulisan skripsi.
Bab Kedua : Membahas mengenai pengertian pengelolaan zakat,
infaq dan shadaqah, tujuan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah, fungsi ZIS
untuk kesejahteraan dilanjutkan dengan membahas lembaga amil zakat.
Bab Ketiga : Membahas mengenai gambaran umum kabupaten
Kendal, objek penelitian dalam hal ini mencakup gambaran umum LAZ
Masjid Agung Kendal mulai dari sejarah pendiriannya, visi, misi, struktur
organisasi, kegiatan usaha dan program-program, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam pengelolaan ZIS
Bab keempat : Membahas mengenai analisa dan hasil penelitian
berdasarkan teori dan praktek yang telah dilakukan oleh LAZ Masjid Agung
Kendal dalam pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah.
Bab Kelima : Dalam bab ini merupakan kesimpulan saran-saran dan
kata penutup dari apa yang telah di paparkan dalam penyusunan skripsi ini.
19
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengelolaan ZIS untuk Kesejahteraan
1. Pengelolaan ZIS
Pengelolaan berarti proses melakukan kegiatan tertentu dengan
menggerakkan tenaga orang lain, atau dapat juga diartikan proses
pemberian pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Pemahaman dari definisi tersebut
bahwa pengelolaan menyangkut proses suatu aktifitas.
Dalam kaitannya dengan zakat, proses tersebut meliputi
sosialisasi zakat, pengumpulan zakat, pendistribusian, pendayagunaan,
dan pengawasan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
pengelolaan zakat adalah proses dan pengorganisasian sosialisasi,
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan dan pengawasan
dalam pelaksanaan zakat.
Pengelolaan zakat menurut undang-undang no 38 tahun 1999
tentang pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
Tujuan pelaksanaan pengelolaan zakat oleh pengelola zakat
antara lain : pertama, meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
penuaian dan pelayanan zakat. Sebagaimana realitas yang ada di
masyarakat, sebagian masyarakat umat Islam yang kaya (mampu)
20
belum manunaikan ibadah zakatnya, jelas ini bukan persoalan
kemampuan, tetapi menyangkut kurangnya kesadaran berzakat
dikalangan umat Islam.
Kedua, meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan
dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan
sosial. Zakat merupakan salah satu institusi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau mengahapuskan derajat
kemiskinan masyarakat serta mendorong terjadinya keadilan distribusi
harta. Dikatakan demikian, karena zakat dipungut dari orang-orang
kaya untuk kemudian didistribusikan kepada orang-orang yang lemah.
Dalam hal ini akan terjadi aliran dana dari para aghniya’ kepada dhuafa
dalam berbagai bentuknya mulai dari kelompok konsumtif maupun
produktif (investasi). Maka secara sadar, penunaian zakat akan
membangkitkan solidaritas sosial, mengurangi kesenjangan sosial dan
pada gilirannya akan mengurangi derajat kejahatan ditengah
masyarakat.
Ketiga, meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Setiap
lembaga zakat sebaiknya memiliki database tentang muzakki dan
mustahik. Profil muzakki perlu didata untuk mengetahui potensi-
potensi atau peluang untuk melakukan sosialisasi maupun pembinaan
kepada muzakki. Muzakki adalah nasabah kita seumur hidup, maka
perlu adanya perhatian dan pembinaan yang memadai guna memupuk
nilai kepercayaannya. Terhadap mustahik pun juga demikian, program
21
pendistribusian dan pendayagunaan harus diarahkan sejauh mana
mustahik tersebut dapat meningkatkan kualitas hidupnya, dari status
mustahik berubah menjadi muzakki. ( Muhammad Hasan: 2011. 38-39).
Dalam pelaksanaan zakat terdapat tiga pihak. Pihak yang
pertama, yaitu pembayar zakat (muzakki); pihak kedua, yaitu penerima
zakat (mustahik); pihak ketiga, yaitu penyalur zakat (qabidh), yang
terdiri dari Imam dan aparatnya atau wakil muzakki (Ali Yafie, 1995:
234). Dalam pelaksanaan pengelolaan zakat, alangkah baiknya
dilakukan oleh pengelola zakat. Agar dalam pelaksanaan zakat itu dapat
berjalan dengan baik, dan dana zakat dapat tersalurkan dengan benar.
Di dalam pengelola zakat itu pasti terdapat adanya kekuatan,
kelemahan, peluang, tantangan atau ancaman.
Dari beberapa hal tersebut, maka perlu dilakukan adanya
analisis SWOT untuk menganalisis dari beberapa hal tersebut. Dengan
analisis SWOT kompetensi khusus yang dimiliki dan kelemahan yang
menonjol dapat dinilai dan dikaitkan dengan berbagai faktor penentu
keberhasilan suatu usaha. Analisis SWOT sendiri memiliki akronim
untuk kata-kata Strengths, (kekuatan), Weaknesses, (kelemahan),
Oportunities, (peluang) dan Threats (ancaman) (Siagian, 2008: 174).
Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam tubuh suatu organisasi –
termasuk satuan bisnis tertentu – sedangkan peluang dan ancaman
merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau
perusahaan dalam suatu bisnis yang bersangkutan.
22
Strengths (kekuatan) yang dimaksud dengan faktor-faktor
kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan termasuk satuan-satuan bisnis
di dalamnya adalah antara lain kompetensi khusus yang terdapat dalam
organisasi yang berakibat pada kemilikan keunggulan komparatif oleh
unit usaha di pasaran. Weaknesses (kelemahan) jika orang berbicara
tentang kelemahan yang kekurangan dalam hal sunber, ketrampilan dan
kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja
organisasi yang memuaskan. Oportunities (peluang) definisi sederhana
tentang peluang ialah bebagai situasi lingkungan yang menguntungkan
bagi suatu satuan bisnis. Threats (ancaman) pengertian ancaman
merupakan kebalikan pengertian peluang. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan suatu satuan bisnis.
Pelaksanaan pengelolaan yang baik yaitu meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap
pendistribusian serta pendayagunaan zakat, dan pelaksanaan
pengelolaan zakat tersebut banyak tergantung pada pembinaan ketiga
pihak yang bersangkutan. Yang menyangkut pihak pertama,
pembinaannya hendak dititikberatkan pada upaya meningkatkan
kesadaran berzakat, bershadaqah dan berinfaq fi sabilillah, dan
mendorong kearah meningkatnya jumlah pembayaran zakat itu.
Selanjutnya yang menyangkut pihak kedua memerlukan kecermatan
23
sehingga dapat terbina sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam fiqh.
Al-Ashnaf (jenis/kelompok) penerima zakat yang ditetapkan
langsung oleh Allah sebagaimana termaktub dalam ayat 60 surat At-
Taubah merupakan daftar penerima zakat yang lengkap.
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana (At-Taubah; 60).
Zakat mempunyai peranan penting dalam sistem perekonomian
Islam. Zakat berfungsi sebagai sumber dana dalam menciptakan
pemerataan kehidupan ekonomi, pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat Islam. Disamping sebagai sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah, zakat juga berfungsi membersihkan diri dan harta
kekayaan dari kotoran-kotoran akhlak dan penyelewengan akidah, juga
menjadi tumpuan harapan kaum dhu’afa (fakir miskin) sekaligus
menjadi penunjang pelestarian dan pengembangan ajaran Islam dalam
masyarakat. zakat juga merupakan sarana yang menghubungkan tali
silaturrahmi antara kelompok muzakki dengan kelompok dhu’afa.
24
Sebagai sumber dana pembangunan umat Islam, zakat dapat
menjadi kekuatan modal yang sangat besar jika ditunjang oleh cara
pengelolaannya yang baik. Untuk itu, perlu diciptakan kondisi sebagai
berikut (Hassan Saleh, 2008: 171).
a. Adanya kesadaran masyarakat akan makna, tujuan dan hikmah
zakat.
b. Adanya amil zakat yang benar-benar amanah (dipercaya) dan
bertanggung jawab dunia akhirat.
c. Adanya perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pelaksanaan (actuating), serta pengawasan (controlling) atas
pengelolaan dan pelaksanaan pemungutan zakat yang baik.
Sebelum dilakukan pemungutan zakat, amil sedapat mungkin
telah melakukan inventarisasi atau jenis-jenis kekayaan masyarakat
yang dapat dijadikan sumber zakat, sensus wajib zakat (Muzakki), dan
orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik), cara pemungutan
zakat, cara penyimpanannya, melakukan perimbangan antara asnaf
setempat yang ada. Dalam menentukan pembagian zakat kepada para
mustahik, sudah dikaji berbagai kemungkinannya, termasuk sektor-
sektor yang dianggap paling mendesak, baik untuk kebutuhan jangka
pendek maupun jangka panjang, sehingga dalam pelaksanaannya tidak
terjadi penyimpangan.
25
2. Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial material maupun spiritual. Yaitu meliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, ketentraman lahir dan bathin yang memungkinkan bagi
setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi
diri dan keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak
asasi manusia serta kehidupan manusia sesuai dengan pancasila (UU
No. 6 tahun 1974 tentang pokok-pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat
1).
Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti:
1. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik,
kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaaan makmur,
dalam keadaan sehat dan damai.
2. Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda.
Sejahtera memilki arti khusus resmi atau teknikal, seperti dalam
istilah fungsi kesejahteraan sosial.
3. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke
jangkauan pelayanan memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah
istilah yang digunakan dalam dalam ide Negara sejahtera.
Kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai pendekatan atau
kegiatan yang terorganisir dalam bidang pembangunan sosial. Dalam
konteks ini, kesejahteraan sosial biasanya merujuk pada arena atau field
26
of practice tempat berkiprah berbagai profesi kemanusiaan, termasuk
pekerja sosial.
3. Pengelolaan ZIS untuk Kesejahteraan
Pengelolaan ZIS merupakan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan dana ZIS. Pengelolaan ZIS
merupakan hal yang sangat penting, karena dana ZIS itu sangat penting
bagi masyarakat. Agar penglolaan ZIS itu dapat terlaksana dengan baik,
maka sebaiknya dana ZIS itu dikelola oleh Amil.
Dalam hal ini, pekerja sosial seperti Amil. Pekerjaan amil
merupakan pekerja sosial yang dalam melakukan aktifitasnya yaitu
sebagai pengelola zakat. Pekerjaan amil ini merupakan salah satu
kegiatan dakwah. Karena amil merupakan orang yang bekerja sebagai
pengelola zakat yang dituntut bekerja secara profesional. Dan untuk
menjadi seorang amil dianjurkan untuk memiliki sifat amanah (dapat
dipercaya), shidiq (jujur), fathanah (cerdas), tabligh (menyampaikan
informasi yang benar atau transparan). Dengan adanya amil atau
pengelola zakat, maka dana zakat, infaq dan shadaqah dapat
terealisasikan kepada yang benar-benar berhak menerimanya.
Zakat merupakan ibadah yang mempunyai aspek sosial sebagai
landasan membangun satu sistem yang mewujudkan kesejahteraan
dunia dan akhirat. Karena zakat berfungsi menyelamatkan masyarakat
dari kelemahan baik karena bawaan ataupun karena keadaan,
27
menanggulangi berbagai bencana dan kecelakaan, memberikan
santunan kemanusiaan yang berada menolong yang tidak punya, yang
kuat membantu yang lemah, orang miskin dan ibnu sabil, memperkecil
perbedaan antara si kaya dan si miskin. (Yusuf Qaradhawi, 2010;
1118).
Zakat juga berfungsi menghilangkan rasa hasud dan dengki dari
si lemah terhadap si kaya. Membantu mereka yang berusaha dalam
bidang sosial, membantu mereka yang berutang karena untuk kebaikan,
seperti ikut menanggulangi berbagai masalah kemasyarakatan sehingga
dapat mencari tujuannya. Zakat adalah sumber keuangan baitul-mal
dalam Islam yang terus-menerus. Zakat dipergunakan untuk
membebaskan tiap orang dari kesusahan dan menanggulangi kebutuhan
mereka dalam bidang ekonomi dan lain-lain. Kemudian zakat
merupakan suatu cara yang praktis untuk pengumpulan kekayaan dan
menjadikannya agar dapat berputar dan berkembang. Yang nantinya
akan menciptakan suatu keadaan sejahtera bagi mustahik dan muzakki.
B. Zakat, Infaq dan Shadaqah
1. Zakat
Zakat menurut bahasa berarti bersih, berkembang, baik terpuji
dan barokah. Disebut zakat karena dapat mengembangkan dan
menjauhkan harta yang telah dizakati dari bahaya sekaligus dapat
membersihkan harta dan pemiliknya dari haqnya orang lain.
28
Sedangkan zakat menurut istilah syara‟ (fiqh) berarti nama
sejumlah harta (dalam batas tertentu) yang dikeluarkan dari jenis harta
tertentu, dengan syarat tertentu dan diberikan kepada golongan
tertentu. (M. Masykur Khoir, 2006:8).
Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam.
Kefardluannya berdasarkan nash al-Qur‟an maupun al-Hadits.
Pengingkaran terhadap syari‟ah zakat merupakan dosa besar, yang
bahkan bisa mengarah pada tingkatan kufur. Kalimat zakat disebut
berulang kali dalam al-Qur‟an, bahkan hampir setiap ayat al-Qur‟an
yang menyebutkan “…dirikanlah sholat…” maka diikuti dengan
“…dan bayarlah zakat…”. Seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 110;
Artinya: Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan
apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan
mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah
Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Hal ini menunjukkan betapa sangat pentingnya syari‟ah zakat,
sebagaimana pentingnya syari‟ah sholat. Baik dilihat dari sisi
kepatuhan seorang makhluk pada Kholiqnya, maupun dari jiwa sosial
sebagai sesama makhluk. Zakat adalah ibadah maaliyah ijtimaiyyah
yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis dan menentukan,
baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan
umat Islam.
29
Al-Qur‟an menyatakan bahwa kesediaan berzakat dipandang
sebagai indikator utama ketundukan seseorang terhadap ajaran Islam
merupakan ciri utama mukmin yang akan mendapat rahmat dan
pertolongan Allah SWT. Kesediaan berzakat dipandang pula sebagai
orang yang selalu berkeinginan untuk membersihkan diri dan jiwanya
dari berbagai sifat buruk, seperti bakhil, egois, rakus dan tamak,
sekaligus berkeinginan untuk selalu membersihkan, mensucikan dan
mengembangkan harta yang dimilikinya (Masdar F. Mas‟udi,
2004:164).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa zakat adalah
kewajiban bagi orang yang memiliki sejumlah kekayaan tertentu.
Dengan kata lain, zakat berkaitan dengan pemilik harta yang
memenuhi syarat untuk dikeluarkan. Karena itu, zakat diwajibkan bagi
para pemilik harta yang hartanya telah memenuhi syarat.
Zakat mempunyai dua aspek; yaitu pengeluaran atau
pembayaran zakat dan penerimaan atau pembagian zakat. Yang
merupakan unsur mutlak dari keislaman adalah aspek yang pertama,
yaitu pengeluaran atau pembayaran zakat. Hal ini berarti suatu
dorongan yang kuat dari ajaran Islam, supaya umatnya yang baik
berusaha keras untuk menjadi pembayar zakat. Dengan kata lain harus
mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang
melebihi kebutuhan-kebutuhan pokoknya sekeluarga, sehingga ia
30
menjadi pembayar zakat. Inilah sesungguhnya yang merupakan ajaran
pokok dari Islam.
2. Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan
sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu (Gustian Djuanda, 2006:11).
Pemaknaan istilah infaq berarti memberikan sejumlah harta tertentu
bagi orang yang membutuhkan. Secara syari‟at, infaq berarti
mengeluarkan sebagian harta untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan ajaran Islam. Istilah infaq adalah sebagian harta
seseorang yang dikeluarkan untuk kepentingan umum dengan tidak
perlu memperhatikan nishab dan haulnya. Infaq dapat dikeluarkan oleh
orang yang beriman baik yang berpenghasilan tinggi atau rendah, dalam
keadaan lapang ataupun sempit.
Jadi infaq tidak ditentukan ukurannya, ukurannya tergantung
kerelaan masing-masing orang-orang yang mau memberikan hartanya.
Oleh karena itu, kewajiban memberikan infaq tidak hanya tergantung
pada mereka yang mempunyai kelebihan harta, namun ditujukan
kepada semua orang yang memiliki kelebihan dari kebutuhan
pokoknya.
Allah SWT menganjurkan orang-orang yang beriman untuk
berinfak dalam kebaikan. Allah telah menjanjikan surga yang luas
seluas langit dan bumi, bagi orang-orang yang berinfaq di jalan Allah,
baik dalam keadaan senang maupun susah. Allah SWT juga
31
menjelaskan bahwa orang yang benar-benar beriman, adalah orang
yang menginfaqkan hartanya hanya untuk mengharapkan ridha Allah.
Mereka tidak berinfaq demi nafsu, atau tujuan apapun. Mereka
berinfaq hanya karena Allah. Oleh karena itu, mereka merasa tenang
jika Allah menerima shadaqah mereka, merasa tenang karena berkah
yang diberikan Allah dalam harta mereka dan merasa tenang dengan
pahala dan pemberian Allah. (Syaikh M. Abdul Athi Buhairi, 2005:
104)
3. Shadaqah
Shadaqah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang
yang suka bershadaqah adalah orang yang benar pengakuan imannya.
Shadaqah mempunyai pengertian yang luas dibanding infaq, tidak
hanya berasal dari harta. Misalnya dalam sebuah hadits dikatakan
bahwa senyum dan menyingkirkan duri dari jalan termasuk shadaqah.
Jika zakat sesuatu yang dikeluarkan dari jenis harta tertentu, dengan
syarat tertentu dan diberikan kepada golongan tertentu. (M. Masykur
Khoir, 2006: 8).
Shadaqah menurut istilah, memberikan sesuatu kepada yang
berhak menerimanya, hanya semata-mata mengharapkan ridho Allah.
Shadaqah merupakan bahasa Qur‟ani yang sifatnya umum, yakni
segala sesuatu yang diberikan kepada pihak lain tanpa menyalahi
aturan syara‟. Masih membekas makna pembiasan, bahwa shadaqah
dilakukan ketika ada harta lebih. Padahal aturan syari‟atnya, shadaqah
32
tidak harus menunggu kaya. Seruan Allah agar bershadaqah dimulai
ketika kondisi masih sempit dan susah, dan bershadaqahlah sesuai
kemampuan batas kepemilikinnya. Dengan Shadaqah, Allah
memberikan jalan keluar dengan kelipatan yang tidak disangka-
sangka. Mereka yakin, Allah akan memberikan balasan yang berlipat
ganda. Bagi orang yang mengeluarkan shadaqah di harapkan untuk
tidak memperlihatkan hartanya, karena perbuatan itu dapat menyakiti
hati mustahik dan juga dapat menghilangkan pahala shadaqahnya.
Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur‟an:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti
orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada
manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu
licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak
bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa
yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (Al-Baqarah :
264)
Allah SWT menyeru kepada hamba-hambaNya yang
beriman dan memperingatkan mereka supaya tidak menyiak-nyiakan
pahala shadaqah mereka, yaitu dengan menampakkan kelebihan yang
33
mereka miliki di hadapan orang-orang yang membutuhkan sehingga
dapat menyakiti hati mereka. Mereka mengeluarkan hartanya dengan
tujuan mencari popularitas dan pujian orang lain, padahal sebenarnya
mereka tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.
Kondisi orang yang memperlihatkan shadaqahnya itu
diumpamakan seperti batu halus yang berdebu, lalu hujan deras
membasahinya, sehingga hilanglah debu yang menempel pada batu
tersebut. Sebagaimana hujan deras dapat menghilangkan debu dari
batu halus itu, begitu pulalah kondisinya, apabila shadaqah disertai
dengan menyakiti perasaan si penerima dan riya, maka pahalanya
akan hilang. Dengan demikian, orang yang mengeluarkan shadaqah
itu tidak dapat mengambil manfaat apapun dari shadaqahnya. Inilah
sifat orang kafir, karena itu jauhilah! Karena, Allah SWT tidak akan
mengarahkan kaum kafir menuju kebaikan dan petunjuk.
Sesungguhnya Allah SWT menjadikan shadaqah dengan harta
dan membelanjakannya di jalan kebaikan itu merupakan ciri dari
orang-orang yang benar-benar bertakwa. Allah SWT memberikan sifat
kepada mereka dengan sifat ketakwaan, dikarenakan mereka
membebaskan diri mereka dari sikap rakus dan kikir. Dengan
shadaqah, mereka membebaskan tangan mereka dari sifat pelit yang
hina, serta menyambung tali silaturrahim dengan orang-orang yang
membutuhkan dan kerabat mereka yang miskin.
34
C. Bentuk-bentuk Zakat
Zakat dibedakan menjadi dua, yaitu zakat maal dan zakat fitrah.
1. Zakat Maal
Kata maal, dari segi bahasa berarti harta benda. Menurut bahasa
maal adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh manusia untuk
dimiliki, dimanfaatkan ataupun disimpan. Sedangkan menurut istilah
syara‟ maal adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki, digunakan dan
diambil manfaatnya secara umum. (Asrifin An Nakhrawie, 2011: 85).
Dari pengertian diatas, maka yang disebut zakat maal adalah
zakat atas harta kekayaan tertentu yang wajib dikeluarkan oleh
pemiliknya karena telah mencapai syarat tertentu. (Asrifin An
Nakhrawie, 2011: 85)
a. Zakat binatang ternak
Selama ini zakat binatang ternak kurang popular dan kurang
mendapat perhatian dari masyarakat. Mungkin dikarenakan tidak
banyak orang yang mempunyai peternakan dalam jumlah besar.
Petani di pedesaan biasanya hanya mempunyai beberapa ekor
kambing atau sepasang sapi untuk membajak sawah.
Beberapa jenis hewan yang wajib dizakati meliputi 3 jenis, yaitu;
1) Binatang unta
2) Binatang sapi
3) Binatang kambing
35
1. Nishob dan kadar zakatnya binatang unta
Batas nishob atau jumlah minimal unta yang wajib di zakati
adalah 5 ekor. Dibawah 5 ekor tidak wajib zakat. Sedangkan
kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah sebagaimana tabel
berikut ini : (M. Masykur Khoir, 2006: 20)
Tabel 1
NISHOB DAN KADARNYA BINATANG UNTA
JUMLAH
TERNAK
JUMLAH
ZAKAT
KETERANGAN
5 s/d 9 1 ekor Apabila menggunakan domba maka
menggunakan domba betina yang
sudah genap berumur 1 tahun atau
lebih. Dan apabila menggunakan
kambing kacang, maka menggunakan
kambing kacang betina yang genap
berumur 2 tahun atau lebih.
10 s/d 14 2 ekor
15 s/d 19 3 ekor
20 s/d 24 4 ekor
25 s/d 35 1 ekor Unta jenis bintu makhodl1
36 s/d 45 1 ekor Unta jenis bintu labun2
46 s/d 60 1 ekor Unta jenis hiqqoh3
61 s/d 75 1 ekor Unta jenis jadza‟ah4
76 s/d 90 2 ekor Unta jenis bintu labun
91 s/d 120 2 ekor Unta jenis hiqqoh
121 3 ekor Unta jenis bintu labun
2. Nishob dan kadar zakatnya binatang sapi
Batas nishob atau jumlah minimal sapi yang wajib
dizakati adalah 30 ekor. Dibawah 30 ekor tidak wajib zakat.
1 Bintu Makhodl : Unta betina yang sudah genap umur 1 tahun, masuk umur 2 tahun.
2 Bintu Labun : Unta betina yang sudah genap umur 2 tahun, masuk umur 3 tahun. 3 Hiqqoh : Unta betina yang sudah genap umur 3 tahun, masuk umur 4 tahun. 4 Jadza‟ah : Unta betina yang sudah genap umur 4 tahun, masuk umur 5 tahun.
36
Sedangkan kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah
sebagaimana label berikut ini : (M. Masykur Khoir, 2006: 23)
Tabel 2
NISHOB DAN KADARNYA BINATANG SAPI
JUMLAH
TERNAK
JUMLAH DAN KETERANGAN ZAKAT
30 s/d 39 1 ekor sapi jenis tabi‟5
40 s/d 59 1 ekor sapi jenis musinnah6
60 s/d 69 2 ekor sapi jenis tabi‟
70 s/d 79 2 ekor sapi (1 jenis tabi‟ & 1 jenis musinnah)
80 s/d 89 2 ekor sapi jenis musinnah
90 s/d 99 3 ekor sapi jenis tabi‟
100 3 ekor sapi (2 jenis tabi‟ & 1 jenis musinnah)
3. Nishob dan kadar zakatnya binatang kambing
Batas nishob atau jumlah minimal kambing yang wajib
dizakati adalah 40 ekor. Dibawah 40 ekor tidak wajib dizakati.
Sedangkan kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah
sebagaimana label berikut ini : (M. Masykur Khoir, 2006: 26)
Tabel 3
NISHOB DAN KADARNYA BINATANG KAMBING
JUMLAH
TERNAK
JUMLAH
ZAKAT
KETERANGAN
40 s/d 120 1 ekor Apabila menggunakan jenis domba,
maka harus yang sudah genap
berumur 1 tahun, masuk 2 tahun.
Apabila menggunakan jenis kacang
maka harus yang sudah genap
berumur 2 tahun, masuk 3 tahun.
121 s/d 200 2 ekor
201 s/d 399 3 ekor
400 s/d 499 4 ekor
500 5 ekor
5 Tabi‟ : Sapi jantan yang sudah genap umur 1 tahun, masuk 2 tahun. 6 Musinnah : Sapi betina yang sudah genap umur 2 tahun, masuk 3 tahun.
37
b. Zakat emas dan perak
Emas dan perak adalah termasuk jenis benda yang wajib
dizakati. Baik berupa emas batangan atau yang masih terurai. Hal ini
berdasarkan nash al-Qur‟an, al-Hadits dan ijma‟ ulama. Dalam surat
at-Taubah ayat 34 Allah SWT berfirman :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian
besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib
Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan
batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak
dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih.
1) Nishob dan kadar zakatnya emas dan perak
Adapun nishab emas adalah sebesar 20 dinar, berat
timbangannya kurang lebih 94 gram. Sementara zakat yang
harus dikeluarkan adalah sebesar 2,5 %. Sedangkan nishab
perak adalah sebesar 200 dirham, berat timbangannya kurang
lebih 624 gram. Sementara zakat yang harus dikeluarkan
adalah 2,5 % (Mudjahit, 1994: 254).
38
Yang dimaksud dengan dirham dan dinar di atas adalah perak
dan emas yang menjadi standar zakat perak dan emas di dalam
syariat Islam (Suparta, 1992: 359).
c. Zakat ma‟din dan rikaz
Ma‟din (barang tambang) adalah segala benda berharga yang
ditemukan dari perut bumi. Sedangkan rikaz (harta terpendam)
adalah harta pendaman kafir jahiliah (orang-orang sebelum
datangnya Islam).
1) Nishab dan kadarnya barang tambang
Adapun hasil tambang emas dan perak wajib dikeluarkan
zakatnya apabila cukup nishab, pada waktu diperolehnya. Kadar
zakatnya adalah 2,5 % atau 1/40 (seperempat sepuluh). Sabda
Rasulullah saw:
في ا لرقة ربع ا لعشر
“Pada emas dan perak zakat keduanya seperempat sepuluh (1/40)
atau 2,5 % (Riwayat Bukhari) (Suparta, 1992: 358).
2) Nishob dan kadar zakatnya rikaz (harta terpendam)
Barang rikaz seperti emas, perak, tembaga, besi, timah dan
kuningan wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 20% atau 1/5 sesuai
dengan sabda Rasulullah saw sebagai berikut : (Asrifin An
Nakhrawie, 2011: 125)
وفي ا لركا زا لخمس
“Zakat rikaz adalah seperlima”. (HR. Bukhari dan Muslim).
39
d. Zakat tanaman dan buah-buahan
Di antara jenis benda yang wajib dizakati adalah tanaman
(hasil bumi) atau biji-bijian dan buah-buahan. Dalam surat al-An‟am
ayat 141 Allah SWT berfirman :
Artinya : Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang
berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma,
tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun
dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak
sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah
haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan
kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.
1) Jenis tanaman dan buah-buahan yang wajib dizakati
a) Diantara jenis tanaman (biji-bijian atau makanan) yang wajib
dikeluarkan zakatnya adalah :
(1) Gandum
(2) Beras, padi, padi kretek dan lain-lain
(3) Kacang hijau
(4) Kacang tunggak
b) Diantara jenis buah-buahan yang secara dzatiah wajib dizakati
adalah : Kurma dan anggur.
40
e. Zakat perdagangan (tijaroh)
Yang dimaksud dengan barang dagangan adalah segala barang
yang dibeli dengan tujuan untuk dipergandakan (Asrifin An
Nakhrawie, 2011: 126). Barang-barang yang menjadi obyek
pertukaran atau komoditas perdagangan atau lebih dikenal dengan
istilah harta tijaroh meliputi setiap barang yang bisa dipertukarkan.
Baik berupa benda atau materi atau berupa manfa‟at atau jasa.
2. Zakat Fitrah
Zakat fitrah atau dikenal dengan sebutan zakat badan, zakat
ru‟us atau shadaqah fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan bagi
setiap muslim yang mampu. Sebab menemui sebagian bulan
Romadlon dan bulan syawal. Zakat fitrah khusus disyari‟ahkan
kepada ummat Nabi Muhammad dan mulai diwajibkan pada dua hari
menjelang hari „Idul Fitri pada tahun kedua Hijriah.
Mengeluarkan zakat fitrah hukumnya wajib bagi setiap orang
yang telah memenuhi syarat wajibnya.
a. Mekanisme dan kadarnya zakat fitrah
Salah satu dari hikmah syari‟ah fitrah adalah berbagi
kebahagiaan dengan orang-orang yang kurang mampu pada hari
yang berbahagia (hari raya), dengan memberikan barang yang
diperlukan dalam hidup. Di antara syarat-syarat benda yang
digunakan sebagai zakat fitrah adalah: (M. Masykur Khoir, 2006:
79)
41
1). Bahan makanan
Manurut madzhab syafi‟i, benda yang digunakan sebagai
zakat fitrah harus berupa makanan (bukan uang) yang pada masa
itu (tahun/hari raya) dijadikan sebagai makanan pokok oleh
mayoritas orang dalam daerah tersebut.
2). Sejenis (tidak campuran)
Bahan makanan yang digunakan zakat fitrah harus sejenis,
tidak campuran. Misalnya, jenis beras, jenis gandum, jenis
jagung dan lain-lain.
3). Dikeluarkan di tempat orang yang dizakati
Orang yang dizakati merupakan orang yang zakatnya
dibayarkan orang lain. Orang yang menzakati adalah orang yang
membayarkan zakat orang lain.
Apabila tempat standart makanan pokok dari orang yang
dizakati dan orang yang menzakati berbeda, maka jenis
makanan pokok yang digunakan zakat dan tempat
memberikannya disesuaikan dengan daerahnya orang yang
dizakati.
4). Satu sho‟ untuk setiap satu orang
Bahan makanan yang digunakan untuk berzakat untuk
setiap satu orang adalah satu sho‟. Satu sho‟ menurut An-
Nawawi adalah : (M. Masykur Khoir, 2006: 80).
- Satu sho‟ gandum : 1.862,18 gram
42
- Satu sho‟ beras putih : 2.719,19, 3 gram
- Satu sho‟ gabah : 2.205, 22 gram
- Satu sho‟ kacang hijau : 2.600, 12 gram
- Satu sho‟ kacang tunggak : 2.522, 323, 2 gram
b. Niat zakat fitrah
Zakat fitrah merupakan sebuah ibadah fardlu yang sudah
barang tentu membutuhkan niat. Melihat fenomena zakat fitrah
yang memungkinkan dilakukan oleh orang lain (yang
menangggung nafkahnya atau mendapat izin dari orang yang
dizakati), maka pelaku niat dalam zakat fitrah ada 3 macam : (M.
Masykur Khoir, 2006: 82).
1) Zakat untuk dirinya sendiri
وويت ان اخرج زكاةالڧطرعه وڧسي فرضاهلل تعالي
2) Zakat untuk orang yang ditanggung fitrahnya
وويت ان اخرج زكاةالڧطرعه ولذي فرضاهلل تعالي
3) Zakat untuk orang yang tidak ditanggung fitrahnya
وويت ان اخرج زكاةالڧطرعه فوله فرضاهلل تعالي
c. Hikmah zakat fitrah:
1) Membersihkan jiwa dan menyempurnakan pahalanya orang
yang telah berpuasa Romadlon. Dengan berzakat fitrah, nilai
ibadah puasa Romadlon yang barangkali berkurang karena hal-
hal yang kurang baik yang dilakukan seorang muslim, menjadi
43
sempurna. Sebagaimana sujud sahwi yang menyempurnakan
kekurangan dalam sholat.
2) Mengeluarkan zakat fitrah untuk dibagikan kepada kaum fakir
miskin yang membutuhkan bantuan adalah salah satu wujud
dari rasa kasih sayang kita terhadap kaum fakir miskin
(Mudjahit, 1994: 267).
D. Hukum Zakat
Berdasarkan Nash al-Qur‟an, al-Hadits dan Ijma‟ Ulama‟,
mengeluarkan zakat bagi orang yang telah menetapi syarat wajibnya,
hukumnya wajib. Artinya, wajib bagi setiap muslim yang merdeka, baligh,
berakal dan mempunyai harta tertentu (harta yang wajib dizakati) yang telah
mencapai nishob dan mentapi syarat-syaratnya untuk mengeluarkan zakat.
Syari‟ah zakat diwajibkan pada bulan syawal (menurut sebagian ulama bulan
Sya‟ban) pada tahun kedua Hijriah. Diantara dalil nash yang melegimitasi
hukum wajib zakat adalah:
Artinya: “tidaklah mereka itu diperintah, melainkan supaya beribadah kepada
Allah dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenaNya,
begitu pula supaya mengerjakan sholat dan mengeluarkan Zakat
dan itulah agama yang lurus”.
Sehingga jelaslah bahwa zakat adalah suatu kewajiban yang
diperintahkan oleh Allah SWT, yang telah pasti. Kepastian tersebut diperinci
44
lebih lanjut tentang kadar, jumlah dan jenisnya oleh junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Bagi orang yang mempunyai harta yang telah memenuhi
syarat wajib zakat, wajib mengerti (belajar) ilmu dan tata cara yang
berhubungan dengan permasalahan zakat. Seperti tata cara menentukan
nishob, kadar harta yang dikeluarkan, jenis harta yang digunakan zakat dan
lain-lain. Sebab di antara syarat sahnya zakat adalah sesuai dengan batas
ketentuannya dan dari jenis barang yang mencukupi untuk digunakan zakat.
E. Syarat-syarat Zakat
Syarat adalah segala ketentuan yang harus dipenuhi oleh rukun zakat.
Syarat wajib mengeluarkan zakat adalah sebagai berikut: (M. Masykur Khoir:
2006, 16)
1. Islam
Bagi non muslim (kafir) tidak diwajibkan mengeluarkan zakat.
Sedangkan bagi orang murtad (keluar dari Islam) menurut pendapat yang
shohih, zakatnya ditangguhkan (mauquf). Apabila kembali masuk Islam
maka wajib mengqodlo zakat yang tidak dikeluarkan saat diluar Islam, dan
apabila tetap diluar Islam, maka tidak wajib mengeluarkan zakat dan
hartanya menjadi harta fai’ (disita Negara).
2. Merdeka
Bagi budak atau hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat,
karena hamba sahaya tidak mempunyai hak milik. Tuannyalah yang
45
memiliki apa yang ada di tangan hambanya (Wahbah Al-Zuhayly,
2005: 98).
3. Milik yang sempurna
Milik yang sempurna maksudnya, penguasaan seseorang
terhadap harta kekayaan tersebut secara sempurna. sehingga bisa
menggunakannya secara khusus. Atau harta benda itu milik individu
dan tidak berkaitan dengan hak orang lain. Dengan demikian, harta
yang digadaikan tidak wajib dizakati karena harta tersebut tidak
dikuasai. Begitu juga harta mubah yang dimiliki secara umum tidak
wajib dizakati. Misalnya, tanaman yang tumbuh satu-satunya di sebuah
tanah yang tidak dimiliki oleh siapapun sebab harta tersebut tidak ada
yang menguasai. Begitu pula orang yang tidak menjadi pemilik sebuah
harta, seperti orang yang mencuri, orang yang dititipi atau orang yang
menemukan sebuah harta, tidak wajib mengeluarkan zakatnya (Wahbah
Al-Zuhayly, 2005: 103).
4. Mencapai nishob/batas tertentu yang mewajibkan zakat
Nishob adalah batas minimal suatu harta dikenai kewajiban zakat
berdasarkan ketentuan syariat. Jika kurang dari batas minimal tersebut,
maka tidak wajib zakat.
5. Haul/sudah genap satu tahun
Maksudnya, harta yang dikenai zakat telah melewati masa satu
tahun atau 12 bulan Hijriyah. Ini terhitung sejak harta itu mencapai
nishob pada pemiliknyanya.
46
6. Saum/digembalakan
Saum hanya disyaratkan untuk jenis harta yang berupa binatang
ternak. Binatang yang dizakati yaitu binatang yang digembalakan.
Digembalakan artinya sengaja diurus sepanjang tahun untuk diambil
manfaatnya seperti susu, daging dan anak hasil perkembangbiakan.
F. Rukun Zakat
Rukun adalah unsur-unsur yang terdapat dalam pelaksanaan zakat, yaitu:
(Hassan Saleh: 2008, 159)
1. Muzakki
Orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban
menunaikan zakat. Setiap warga Negara Indonesia yang beragama Islam
dan mampu berkewajiban menunaikan zakat.
2. Harta yang dikenakan zakat
Harta yang harus dikeluarkan zakatnya adalah emas, perak, binatang
ternak, dagangan, hasil bumi, ma‟din, rikaz.
3. Orang yang menerima zakat (mustahik), (fakir, miskin, amil, muallaf,
gharim, sabilillah, ibnusabil
G. Penerima Zakat
Berdasarkan QS Al-Taubah ayat 60, ada delapan kelompok (ashnaf)
orang yang dinyatakan berhak mendapat zakat (mustahiq).
47
1. Orang Fakir
Orang fakir adalah orang yang tidak memiliki harta untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya.
2. Orang Miskin
Orang yang tidak memiliki harta untuk memenuhi kebutuhan
pokonya, namun ia mampu berusaha untuk mencari nafkah. Hanya saja,
penghasilannya tidak mencukupi kehidupan sendiri atau keluarganya.
3. Amil
Orang yang mendapat tugas mengurus zakat, mulai dari
pengumpulan, penerimaan, pendistribusian, bahkan sampai
pemberdayaannya. Menurut UU no Pasal 38 tahun 1999 pasal 3 tentang
pengelolaan zakat, yang dimaksud dengan amil zakat adalah pengelola
zakat yang diorganisasikan dalam suatu badan atau lembaga.
4. Muallaf
Secara harfiah muallaf qulubuhum mengandung arti orang-orang
yang dibujuk (dijinakkan) hatinya. Dalam terminology fiqh, yang termasuk
kategori muallaf adalah : (M. Masykur Khoir, 2006: 89)
a) Orang yang baru masuk Islam dan Iman (niat) nya belum kuat.
b) Orang yang baru masuk Islam dan Iman nya sudah kuat, dan
mempunyai kemuliaan atau pengaruh dikalangan kaumnya. Dengan
memberikan zakat kepadanya, diharapkan kaumnya yang masih kafir
mau masuk Islam.
48
c) Orang Islam yang melindungi kaum muslimin dari gangguan dan
keburukan orang-orang kafir.
d) Orang Islam yang membela kepentingan kepentingan kaum muslimin
dari muslim yang lain dan orang-orang non Islam.
5. Riqab
Orang budak yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari
tuannya. Perkembangan pengertian budak ialah golongan atau bangsa yang
sedang membebaskan diri dari eksploitasi pihak lain.
6. Gharim
Orang-orang yang terlilit utang. Ia tidak dapat keluar dari lilitan
utangnya, kecuali dengan bantuan zakat.
7. Sabilillah
Sabilillah dalam pengertian umum adalah orang yang berjuang di
jalan Allah. Sabilillah dalam arti sempit bisa berarti jihad, sedangkan
dalam arti luas bisa diartikan sebagai segala bentuk kebaikan di jalan Allah
yang mengantarkan pelakunya dan manusia lain kepada keridhaan Allah.
Dari pengertian sebagaimana di atas maka jihad bisa dalam bentuk upaya
pendidikan dalam pengajaran. Dari sini pula dapat di jelaskan bahwa guru
juga termasuk dalam kategori sabilillah, demikian juga ustadz yang
berjuang memberikan pengajaran kepada orang banyak.
8. Ibnusabil
Secara harfiah, kata ibnusabil berarti anak jalanan. Namun, yang
dimaksud disini adalah orang-orang yang kehabisan bekal dalam
49
perjalanan bukan untuk tujuan maksiat, sehingga mereka tidak mampu
meneruskan perjalanan, kecuali dengan bantuan zakat.
H. Tujuan dan hikmah Zakat
1. Tujuan Zakat
Ditinjau dari sudut syariah Islam, maka tujuan berzakat adalah untuk
membersihkan harta dan jiwa. Pengeluaran zakat harta untuk
membersihkan harta kita, karena dalam harta tersebut sebagian merupakan
hak orang miskin. Sementara zakat fitrah adalah untuk membersihkan jiwa
dan dibayarkan setelah menunaikan ibadah puasa. Dalam Islam harta
adalah milik Allah. Manusia hanya diberi amanah untuk mengelola harta
tersebut sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT.
Zakat merupakan ibadah yang mempunyai aspek sosial sebagai
landasan membangun satu sistem yang mewujudkan kesejahteraan dunia
dan akhirat. Dengan mengintegrasikannya dalam ibadah berarti
memberikan peranan penting pada keyakinan keimanan yang
mengendalikan seorang mukmin dalam hidupnya. Demikianlah fungsi
sesungguhnya dari ibadah yang dikenal dengan nama zakat.
Tujuan lain yaitu, sesungguhnya jika zakat, infaq dan shadaqah
dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan ditata dengan baik, baik
pengambilan maupun pendistribusiannya, akan mampu memperkecil
50
masalah kemiskinan dan kefakiran yang kini dihadapi sebagian umat.
(Didin Hafidhuddin: 2001, 219)
2. Hikmah zakat
Adanya kewajiban menunaikan zakat yang demikian tegas dan
mutlak itu, karena di dalam ajaran ini terkandung hikmah dan manfaat
yang demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan muzakki,
mustahik, harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat
secara keseluruhan. Perintah mengeluarkan zakat diiringi oleh janji
dari Allah SWT, bahwa semua ibadah dan segala amal perbuatan yang
baik akan dibalas oleh Allah SWT. Tidak ada amal ibadah yang hilang
atau terabaikan. Ini merupakan janji Allah SWT. Sebagai pemuas atas
kebutuhan tabiat manusia yang selalu mengharapkan balas jasa
terhadap apa yang dikerjakannya. (Rahmah Kumala Dewi, 2008: 3)
Di antara hikmahnya zakat adalah :
a. Meningkatkan Iman
Orang yang dengan sadar dan tulus ikhlas mengeluarkan
zakat, berarti telah sanggup menerima perintah Allah secara total
dan menempatkannya di atas semua kepentingan meyakini dan
membenarkan bahwa zakat merupakan Rukun Islam dan menjadi
haknya orang lain harus diberikan. Selain itu, zakat infaq dan
shadaqah dan lain-lain menjadi perwujudan syukur kepada Allah
atas karuniaNya yang berupa materi, sebagaimana sholat, puasa
dan lain-lain menjadi wujud syukur atas ni‟mat yang berupa
51
kesehatan badan. Dalam al- Baqoroh ayat 267, Allah memulai
perintah mengeluarkan zakat.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan
mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji
b. Membersihkan Jiwa
Dengan berzakat berarti telah melatih dan menumbuh
kembangkan jiwa sosial, dermawan dan kasih sayang terhadap
sesama. Mensucikan hati dari penyakit materialisme, kikir dan
dendam. Dengan zakat seseorang akan mencapai titik tertinggi
ni‟mat ridlonya Allah SWT. Dalam surat At-Taubah 103 Allah
berfirman :
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan[658] dan
mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha Mengetahui.
52
c. Menjaga Harta
Rosulullah SAW bersabda :
حصىواموالكم با لسكا ة ودا ووا مرضا كم با لصذقة
“jagalah hartamu dengan (mengeluarkan) zakat, dan
sembuhkan orang-orang sakitmu dengan shadaqah” (M. Masykur
Khoir, 2006: 11). Secara implisit hadits diatas memberi
pemahaman, bahwa resep mujarab untuk menjaga harta dan jiwa
pemiliknya dari marabahaya adalah zakat.
I. Lembaga Amil Zakat
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah lembaga pengelola zakat yang
dibentuk masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah untuk melakukan
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat sesuai ketentuan
agama. Definisi Lembaga Amil Zakat (LAZ) terdapat dalam keputusan
Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU Nomor 38
Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat menyebutkan, yang dimaksud dengan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah institusi pengelola zakat yang
sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang
bergerak dibidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kemaslahatan umat Islam.
Di Indonesia terdapat lembaga-lembaga yang melakukan pengelolaan zakat.
Seperti YDSF (Yayasan Dana Sosial Al-Falah), PKPU (Pos Kemanusiaan Peduli
Ummat), Rumah Zakat dan lain-lain. Di samping pengelolaan zakat yang telah
dipaparkan diatas, pengelolaan zakat dapat juga dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat
53
(LAZ) yang terdapat di Masjid. Dalam hal ini, peranan Masjid sangatlah besar,
karena kehidupan sehari-hari dari umat Islam terkait erat dengan Masjid yang
didirikan atas dasar iman. Semua kegiatan umat terpusat di Masjid dengan
imam sebagai manajer yang efektif dari setiap Masjid
Masjid adalah tempat memulai langkah keluar untuk mendapatkan
petunjuk dari nurullah. Diantara fungsi dan peran masjid adalah : (Moh E.
Ayub, 1996: 7-8).
1. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri
kepada Allah,
2. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf, membersihkan diri,
menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan
pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan
jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian,
3. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan
persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat,
4. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan
kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan,
5. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jama‟ah dan kegotong-
royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama,
6. Masjid dengan majlis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan
kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin,
7. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader
pimpinan umat,
54
8. Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan dan membagikannya dan
9. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan Supervise sosial.
Apabila masjid dituntut untuk membina umat, tentu sarana yang
dimilikinya harus tepat dan cukup memadai, menyenangkan, dan menarik
bagi semua orang. Baik dewasa, kanak-kanak, tua, muda, pria, wanita, yang
terpelajar maupun tidak, kaya dan miskin. Disinilah peran pengurus takmir
masjid untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat jama‟ah masjid.
Salah satu komponen kemakmuran masjid adalah Imam, khususnya untuk
bidang ibadah. Untuk itu, perlu dibentuk dewan imam.
Untuk menuju terwujudnya masyarakat beriman dan bertaqwa,
setidaknya ada lima materi dakwah yang menjadi prioritas, yang tidak lepas
dari fungsi masjid yaitu:
a. Pembinaan Ukhuwah Islamiyah
b. Pembinaan Akhlakul Karimah
c. Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan
d. Pencegahan kemaksiyatan
e. Pemberantasan paham menyesatkan
Dalam kaitannya dengan zakat, fungsi Masjid yang telah dipaparkan
diatas merupakan suatu kegiatan yang dapat membantu dalam menjalankan
kegiatan pengelolaan zakat. Dengan adanya pembinaan-pembinaan tersebut,
maka dapat membantu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat
untuk menjalankan syari‟ah Islam, salah satunya yaitu dengan zakat.
55
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Kendal
1. Kondisi Geografis
Kabupaten Kendal adalah salah satu kabupaten yang berada dalam
wilayah profinsi Jawa Tengah. Batas wilayah administrasi kabupaten
Kendal meliputi : laut Jawa di arah utara, kota Semarang di arah timur,
kabupaten Temanggung di arah selatan, dan kebupaten Batang di arah barat.
Jarak jauh wilayah kabupaten Kendal dari barat ke timur adalah sejauh 40
km, sedagkan dari utara ke selatan adalah sejauh 36 km.
Kabupaten kendal mempunyai luas wilayah sebesar 1.002,23 km
yang terbagi menjadi 20 kecamatan dengan 265 desa serta 20
kelurahan.(“Letak Geografis Kabupaten Kendal”, www.kabupaten-
kendal.go.id ). Pusat pemerintahan berada di kecamatan Kendal. Sembilan
belas kecamatan tersebut masing-masing adalah Plantungan (12 desa),
Sukorejo (12 desa), Pageruyung (14 desa), Patean (14 desa), Singorojo (14
desa), Limbangan (16 desa), Boja (18 desa), Kaliwungu (15 desa),
Brangsong (12 desa), Pegandon (12 desa), Ngampel (12 desa), Gemuh (16
desa), Ringinarum (12 desa), Weleri (16 desa), Rowosari (16 desa),
Kangkung (15 desa), Cepiring (15 desa), Patebon (18 desa), dan Kota
Kendal (20 kelurahan).
Secara umum wilayah kabupaten Kendal terbagi menjadi dua daerah
dataran yaitu daerah dataran rendah (pantai) dan daerah dataran tinggi
56
(pegunungan). Wilayah bagian utara merupakan daerah dataran rendah
dengan ketinggian antara 0-10 meter yang meliputi 12 kecamatan yaitu
Weleri, Rowosari, Kangkung, Cepiring, Gemuh, Ringinarum, Pegandon,
Ngampel, Patebon, Kendal, Brangsong dan Kaliwungu. Sedang bagian
wilayah selatan merupakan daerah dataran tinggi yang terdiri atas tanah
pegunungan dengan ketinggian 10-2.579 meter yang meliputi 7 kecamatan
yaitu, Plantungan, Pageruyung, Sukorejo, Patean, Singorojo, Boja dan
Limbangan.
Perkembangan kependudukan di Kabupaten Kendal dari tahun
ketahun terus meningkat. Data dari dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kendal sampai dengan pertengahan tahun 2010 data jumlah penduduk
di Kabupaten Kendal telah mencapai 1.074.940 jiwa yang terdiri dari laki -
laki 535.279 jiwa (49.80%) dan perempuan 539.661 jiwa (50.20%), dengan
kepadatan rata - rata 1.061 jiwa/km². Dilihat dari perkembangannya sampai
pertengahan tahun 2010 penduduk Kabupaten Kendal mengalami
pertumbuhan rata - rata 1.55 % per-tahun. Data Penduduk Kabupaten
Kendal selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : (“Penduduk
Kabupaten Kendal”, www.kabupatenkendal.go.id).
57
Tabel 4
BANYAKNYA PENDUDUK KABUPATEN KENDAL
DIRINCI MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2006 – 2010
Penduduk 2006 2007 2008 2009 2010
Laki-laki 453.719 462.612 520.589 527.224 535.279
Perempuan 464.776 474.808 524.514 531.269 539.661
JUMLAH 918.495 937.420 1.045.103 1.058.493 1.074.940
Kepadatan/
Km2
916 935 1.043 1.056 1.061
Sumber: Penduduk Kabupaten Kendal, www.kabupatenkendal.go.id.
Dengan memperhatikan jumlah penduduk pada tabel diatas, maka
dapat dilihat pada pertengahan tahun 2010 jumlah penduduk di Kabupaten
Kendal mengalami peningkatan sebesar 1.55 % yakni dari jumlah 1.058.493
jiwa ditahun 2009 meningkat menjadi 1.074.940 jiwa pada tahun 2010.
Dengan membandingkan banyaknya penduduk laki - laki dan penduduk
perempuan, maka diketahui "Sex Ratio" penduduk Kabupaten Kendal
pertengahan tahun 2010 sebesar 992 per 1000; ini berarti adanya
kecenderungan meningkatnya angka kelahiran apabila tidak ditangani secara
dini, karena proporsi penduduk perempuan lebih besar dibanding penduduk
laki - laki. Jumlah penduduk menurut kelompok umur terbanyak berada
pada strata 15 - 64 tahun, dengan jumlah jiwa 775.231 orang. Dalam
kelompok Usia produktif tersebut, jumlah jiwa terbanyak pada strata 25 - 29
tahun dengan jumlah jiwa 108.274 orang. Jumlah kelompok umur 0 - 14
Tahun sebanyak 227.485 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah
berada pada strata 65 tahun keatas berjumlah 72.227 jiwa.
58
2. Kondisi Keagamaan
Kendal beribadat (akronim dari bersih, indah, barokah, aman, damai
dan tertib) adalah semboyan dari kabupaten Kendal. Hal ini mencerminkan
bahwa aspek kehidupan beragama yang harmonis sangat didambakan.
Demikian pula makna religius sangat kental dalam lambang daerah
kabupaten Kendal antara lain, (1) tulisan “Ngesti Widhi” yang berarti suatu
fatwa mutiara yang melambangkan watak bertaqwa kepada Allah Tuhan
Yang Maha Esa, tekun beribadat dan beramal, (2) bambo runcing yang
beruas sembilan dengan warna kuning menjulang keatas menuju kearah
bintang melambangkan perjuangan walisongo di dalam kepahlawanan dan
keperwiraan mereka menyebarkan agama Islam yang sampai sekarang
masih dianut oleh rakyat Kendal, dan kubah atau menara Masjid yang
melambangkan teguhnya kepribadian rakyat Kendal. Bahwa daerah ini
banyak memiliki ajaran dan kebudayaan yang memberikan andil besar
dalam hal perkembangan dan pertumbuhan ajaran Islam, begitu pula
perkembangan-perkembangan berikutnya dengan adanya banyak pondok
pesantren. (“LambangKendal”, www.kabupaten-kendal.go.id)
Data tentang tingkat dan kondisi keberagamaan masyarakat kabupaten
Kendal ditentukan dengan parameter-parameter yang umumnya dipakai
untuk mengukur tingkat keberagamaan suatu masyarakat Muslim dan juga
kategori sosial lainnya antara lain adalah jumlah tempat ibadah yang
dibandingkan dengan jumlah penduduk. Dengan demikian diasumsikan
bahwa semakin banyak jumlah tempat ibadah disuatu tempat maka semakin
59
tinggi tingkat keberagamaan masyarakat itu. Atau dengan kata lain jumlah
tempat ibadah berbanding terbalik dengan jumlah umat pemakai tempat
ibadah itu. Kecuali tempat ibadah parameter yang lain adalah jumlah sarana
dan prasarana pendidikan dan keagamaan tertentu seperti haji dan jumlah
pemeluk yang menekuni dibidang keilmuan dan profesi keagamaan seperti
santri, ulama’, mubaligh dan khotib.
Pada tahun 2010 mayoritas penduduk Kabupaten Kendal beragama
Islam yaitu sebesar 919.465 jiwa (98,90%). Sedangkan penduduk
yang beragama Kristen (Protestan) sebanyak 4.653 orang, yang
beragama Katolik sebanyak 4.038 orang, Hindu sebanyak 421 orang,
dan penduduk yang beragama Budha merupakan jumlah terkecil yaitu
sejumlah 275 orang atau sekitar 0,03% dari keseluruhan jumlah
penduduk Kabupaten Kendal (www.kabupaten-kendal.go.id).
Dari segi tempat ibadah, agama Islam di kabupaten Kendal juga
sangat mendominasi seiring dengan jumlah umatnya. Tercatat ada 3.961
tempat ibadah bagi umat Islam yang terdiri dari 805 Masjid, 2.079 Langgar,
dan 177 Musholla. Tempat Ibadah bagi umat beragama lain tercatat 53
gereja dan 6 pura atau wihara. Jika dibandingkan dengan jumlah umat Islam
yang ada di kabupaten Kendal, maka rata-rata setiap tempat ibadah
mempunyai 200 jam’ah. Dari data yang ada dapat diambil suatu pemahaman
bahwa ada kepedulian masyarakat terhadap kebutuhan pembangunan dan
penambahan sarana-sarana ibadah.
60
Setiap tahun rata-rata ada dua kloter atau 700-800 jama’ah haji
kabupaten Kendal atau 0,08 % - 0,09 % dari jumlah penduduk kabupaten
Kendal. Fenomena ini bisa diartikan bahwa tingkat perekonomian penduduk
Kendal cukup di satu sisi dan tingkat keberagaam umat Islam yang cukup
tinggi disisi yang lain (www.kabupaten-kendal.go.id).
Sejalan dengan tempat peribadatan dan jumlah jamaah haji, jumlah
sarana dan prasarana keagamaan maupun jumlah umat yang menekuni
keilmuan dan profesi keagamaan pun cukup tinggi. Hal demikian bisa
dilihat dari data tentang jumlah pondok pesantren yang berjumlah 129 buah
dengan 2.093 pengajar atau ustadz. Data ini tidak termasuk jumlah
Madrasah Diniyah, Taman Pendidikan al-Qur’an dan Majlis Taklim.
3. Kondisi Perekonomian
Kabupaten Kendal boleh dibilang memiliki banyak hal yang
dibutuhkan bagi suatu daerah dan rakyatnya untuk menjadi kaya, makmur
dan jaya. Letak geografisnya, yaitu dijalur utama Jakarta-Surabaya yang
tidak pernah sepi sepanjang 24 jam, memungkinkan apapun yang
ditawarkan orang disana untuk dilirik calon pembeli.
Selain itu, posisi Kendal sebagai penyangga bagi kota Semarang yang
merupakan Ibu Kota Jawa Tengah sangat memungkinkan pada suatu saat
akan menampung limpahan kegiatan yang sudah jenuh atau tidak mungkin
lagi dilakukan lagi di Kota Semarang.
Meskipun sebagian besar penduduk Kabupaten Kendal memiliki
aktvitas di sektor pertanian, namun sektor industri pengolahan memberikan
61
kontribusi terbesar pada PDRB Kabupaten Kendal tahun 2003 yaitu sebesar
42,63%, disusul sektor pertanian 21,24%, sektor perdagangan 17,15%, dan
sektor jasa 9,01%. Sedangkan konstribusi terkecil pada sektor pertambangan
dan penggalian yaitu sebesar 0,46%. Sektor-sektor lainnya seperti sektor
listrik dan air minum, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan masing-masing berkisar antara 2-3%. PDRB
kabupaten Kendal pada tahun 2003 mencapai Rp. 1.662.065,83 (harga
konstan). Jika diperhatikan sejak lima tahun terakhir maka dapat dinyatakan
bahwa sumbangan PDRB didominasi oleh tiga sektor utama (industri
pengolahan, pertanian dan perdagangan) (www.kendalkab.go.id).
4. Kondisi kesejahteraan sosial
Meskipun secara keseluruhan kondisi perekoniman kabupaten Kendal
cukup baik, akan tetapi tidak serta merta hal itu berbanding lurus dengan
kondisi kesejahteraan sosial. Menurut data yang ada, jumlah penyandang
masalah kesejahteraan sosial (PMKS) ternyata cukup tinggi. Yang secara
global dikelompokkan dalam beberapa kategori berikut : anak-anak, wanita,
lansia, penyandang cacat, keluarga dan masyarakat (“KesejahteraanSosial”,
www.kabupaten-kendal.go.id).
PMKS kategori anak-anak terdiri dari berbagai jenis antara lain anak
balita terlantar (661 jiwa), anak terlantar (6775 jiwa), anak yang menjadi
korban kekerasan (91), anak nakal (948 jiwa), anak jalanan (291 jiwa), dan
anak cacat (1148 jiwa). PMKS kategori wanita terdiri dari dua jenis yaitu
wanita rawan sosial ekonomi (6538 jiwa), dan wanita yang menjadi korban
62
tindak kekerasan (223 jiwa). Sedangkan PMKS lansia yang menjadi korban
tindak kekerasan (11 jiwa).
Penyandang cacat meliputi penyandang cacat mental eks psikotik (247
jiwa), penyandang cacat ganda (117 jiwa), penyandang cacat bibir sumbing
(53 jiwa), penyandang cacat bekas penderita penyakit kronis (754 jiwa),
penyandang cacat bekas penderita penyakit kusta (29 jiwa), tuna susila (203
jiwa), pengemis (31 jiwa), gelandangan (3 jiwa), bekas narapidana (735
jiwa), pekerja migran bermasalah (204 jiwa).
Keluarga penyandang masalah kesejahteraan sosial terdiri dari
keluarga fakir miskin, keluarga berumah tak layak huni, keluarga
bermasalah psikologis, dan keluarga rentan. Masyarakat yang menjadi
penyandang masalah kesejahteraan sosial antara lain masyarakat yang
tinggal di daerah rawan bencana, masyarakat korban bencana alam, dan
masyarakat korban bencana sosial.
Jika dibandingkan dengan keseluruhan penduduk Kendal, maka
masyarakat yang menyandang masalah kesejahteraan sosial adalah 17,8 %
dan masyarakat yang tidak menyandang masalah kesejahteraan sosial adalah
82,2%.
B. Potensi Zakat di Kendal
Di Kendal memiliki sejumlah Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil
Zakat yang masih bekerja secara aktif. Diantaranya yaitu Bapelurzam, LAZ
Masjid Agung Kendal, Bapelazis, BAZDA Kabupaten, LAZ NU. Badan Amil
63
Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang akan dibahas disini yaitu LAZ (Lembaga
Amil Zakat) Masjid Agung Kendal, Bapelurzam (Badan Pengelola Urusan
Zakat Muhammadiyah) dan Bapelazis (Badan Pengelola Zakat Infaq dan
Shadaqah).
Potensi zakat di kabupaten Kendal pada tahun 2010 Bapelurzam (Badan
Pengelola Urusan Zakat Muhammadiyah) berhasil mengumpulkan dan
mengelola dana zakat sebesar Rp. 702.988.650,-, LAZ (Lembaga Amil Zakat)
Masjid Agung Kendal mengumpulkan dan mengelola dana zakat sebesar Rp.
17.370.000,-, dan bapelazis (Badan Pengelola Zakat Infaq dan Shadaqah)
mengumpulkan dan mengelola dana zakat sebesar Rp. 46.862.719,- sehingga
totalnya Rp. 762.291.369,-. Harusnya dana zakat yang terkumpul lebih dari
itu, karena sampai sekarang saja masih ada masyarakat yang belum mendapat
bagian dari dana zakat.
Akan tetapi bukan berarti dana zakat tersebut tidak dapat digunakan
untuk memberdayakan masyarakat lemah. Dana zakat tersebut sudah sangat
membantu sebagian masyarakat yang kurang mampu. Maka terlihat bahwa
dana zakat yang terkumpul dan dikelola ketiga Lembaga atau Badan tersebut
sangat berarti bagi keluarga yang berhak mendapatkan bagian zakat di
kabupaten Kendal.
Namun demikian tidak serta merta dapat diartikan bahwa potensi zakat
untuk masyarakat di Kabupaten Kendal tidak ada. Ada banyak hal terkait yang
tidak bisa diabaikan untuk dapat mengambil kesimpulan secara tepat. Secara
riil badan atau lembaga pengelola zakat di Kendal tidak hanya Bapelurzam,
64
Bapelazis, dan LAZ Masjid Agung. Di Kendal juga masih banyak Lembaga
atau Badan pengelola zakat yang dapat bekerja secara aktif. Dengan demikian
dapat diasumsikan bahwa dana zakat yang terkumpul dan dikelola oleh
keseluruhan badan atau Lembaga pengelola zakat yang ada tentu lebih besar
lagi dari yang dikumpulkan dan dikelola oleh Bapelurzam, Bapelazis dan LAZ
Masjid Agung Kendal.
Upaya pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah melalui pengelolaan
dana zakat memerlukan waktu, tidak langsung selesai. Maksudnya, betapapun
besarnya dana zakat yang terkumpul dan dikelola oleh badan atau lembaga
pengelola zakat pada suatu waktu tidak dapat langsung menghilangkan
kemiskinan dari masyarakat. Kemiskinan tidak dapat dihilangkan, tetapi bisa
dikurangi. Karena itu yang diperlukan adalah upaya serius dan terus-menerus
untuk sampai batas maksimal. Menurut Plt. Sekretaris Daerah Kabupaten
Kendal, Drs. Bachtiar Nurono, guna membantu warga masyarakat yang
kekurangan agar mampu bangkit menuju kehidupan yang lebih baik, sosialisasi
zakat sangat penting dilaksanakan untuk menggali potensi zakat di wilayah
Kabupaten Kendal.
C. LAZ Masjid Agung Kendal
1. Sejarah berdirinya LAZ Masjid Kendal
Terbentuknya Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang terdapat di Masjid
Agung Kendal tersebut tak lepas dari beberapa hal yang mendasari
keinginan dari sebagian umat untuk merealisasikan suatu kegiatan sosial
65
yang berupa pengumpulan dana zakat, infaq, dan shadaqah. Sedangkan
pentasyarupannya akan dikembalikan untuk kepentingan warga
masyarakat pula.
Dalam hal ini Lembaga Amil Zakat yang terdapat di Masjid Agung
Kendal merupakan salah satu lembaga dakwah yang ada di Indonesia.
Lembaga ini didirikan dengan SK Bupati Nomor : 451.1/333/2004 tanggal
27 Maret 2004 tentang pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Kab.
Kendal.
Lembaga Amil Zakat yang terdapat di Masjid Agung Kendal
merupakan salah satu lembaga yang melakukan kegiatan dakwah yang
berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan
secara produktif dana zakat, infaq, dan shadaqah baik dari perseorangan,
lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.
Lembaga Amil Zakat yang terdapat di Masjid Agung Kendal dibentuk
untuk mencapai daya guna, hasil guna dan akuntabilitas dalam pengelolaan
dana zakat, infaq, dan shadaqah sehingga dapat meningkatkan peran serta
umat Islam kota Kendal dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya
dengan penggalian dan pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah.
Seiring berjalannya waktu Lembaga Amil Zakat yang terdapat di
Masjid Agung Kendal mengalami peningkatan dalam hal pengumpulan
dana zakat, infaq dan shadaqah. Hal ini dibuktikan dengan semakin
bertambahnya perolehan dan meningkatnya pula dana yang disalurkan
melalui program yang telah dibentuk.
66
2. VISI dan MISI
Visi dari LAZ Masjid Agung Kendal yaitu Menjadi Lembaga Yang
Amanah Dan Profesional Dalam Pengelolaan Zakat, Infaq Dan Shadaqah
(ZIS), mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan
zakat, infaq dan shadaqah.
Misi dari LAZ Masjid Agung Kendal yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran berzakat bagi Aghniya/Muzakki;
b. Mengoptimalkan pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yang
amanah dan profesional serta berbasis manajemen modern dan
syariah.
c. Meningkatkan status mustahiq menjadi Muzakki melalui program-
program Pendayagunaan dan Pendistribusian;
d. Mendayagunakan dan mendistribusikan ZIS kepada Mustahiq secara
lebih berdayaguna dan berhasilguna.
3. Tujuan Laz Masjid Agung Kendal
Tujuan pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal adalah
sebagai berikut:
a. Terukurnya kinerja pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah
dan mengkoordinasikan kegiatan pengelolaan yang akan datang.
b. Terciptanya rumusan kegiatan prioritas LAZ Masjid Agung Kendal
sebagai salah satu instrumen pemberdayaan ekonomi umat.
c. Terlaksananya sistem pengorganisasian yang modern dan akuntable
sehingga kepercayaan masyarakat betul-betul tumbuh secara alamiah.
67
4. Program Kerja
Program kerja di LAZ Masjid Agung Kendal dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu:
a. Program Kerja Umum
1) Program Motivasi dan Sosialisasi Zakat
a) Target
(1) Terbangunnya motivasi dan kesadaran kolektif umat
Islam untuk mengeluarkan zakat demi mengangkat
harkat martabat hidup seluruh anggota masyarakat.
(2) Terwujudnya konsepsi umat mengenai konsep zakat yang
tidak hanya sekedar memenuhi kewajiban ritual belaka,
melainkan menjadi instrument syariah untuk mengatasi
kepincangan sosial ekonomi di dalam masyarakat
sehingga terwujudnya kesejahteraan umat;
b) Bentuk Program
(1) Membangun sentra penyuluhan dan layanan publik
melalui UPZ secara terpadu;
(2) Penyelenggaraan penyuluhan mengenai zakat;
2) Program Pengelolaan Zakat dan Pemberdayaan Masyarakat
a) Target
(1) Tersedianya data muzakki dan mustahik;
(2) Terbangunnya sistem informasi dan jaringan pengolahan
data pengelolaan zakat;
68
(3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola
zakat.
b) Bentuk Program
(1) Mendata jumlah zakat, muzakki dan mustahik;
(2) Membangun sistem informasi yang terintegrasi dalam
pengolahan data;
(3) Menyelenggarakan orientasi, temu konsultasi dan rapat
koordinasi;
b. Program Kerja Bidang-Bidang
1) Bidang Pengumpulan
a) Target
(1) Tersedianya catatan dan pembukuan yang transparan atas
pengumpulan dana;
(2) Terlaporkannya hasil pengumpulan dana setiap
1 tahun 2 kali.
b) Bentuk Program
(1) Mandata dinas, badan, kantor pemerintah
Kab. Kendal dan perusahaan-perusahaan swasta;
(2) Mengedarkan surat pada lembaga pemerintah
dan perusahaan yang belum ada UPZ;
(3) Membuat laporan keuangan berkala yang disampaikan
secara terbuka.
69
2) Bidang Pendistribusian
a) Target
(1) Tercapainya skala prioritas kebutuhan mustahik
dalam pemberian hibah;
(2) Terbentuknya bentuk bantuan yang dapat
menyelesaikan masalah yang sangat mendesak;
(3) Meningkatkan kesejahteraan mustahik baik
perorangan maupun kelompok.
b) Bentuk Program
(1) Membuka layanan informasi yang mudah diakses
oleh masyarakat baik berupa iklan ataupun
pengumuman yang dipasang di Kantor Kelurahan dan
Kecamatan, supaya kebutuhan darurat dapat segera
dilaporkan dan ditangani oleh LAZ;
(2) Menjalin kerjasama dengan para pelaku usaha dan
pedagang untuk mencari warga miskin yang
membutuhkan suntikan dana hibah dari LAZ;
3) Bidang Pendayagunaan
a) Target
(1) Tercapainya pemenuhan hajat hidup mustahik yang
delapan asnaf dan orang-orang yang tidak berdaya secara
ekonomi.
70
(2) Adanya tempat usaha nyata yang berpeluang dapat
mengurangi pengangguran.
(3) Terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang hakiki,
sehingga mampu menjalankan ajaran agama dengan
tenang dan khusu’.
b) Bentuk Program
(1) Memberikan bantuan pada fakir miskin baik
yang konsumtif maupun produktif;
(2) Memberikan pembinaan kepada mustahik yang
berkesinambungan, agar terjadi hubungan kekeluargaan
yang harmonis.
(3) Kegiatan khitanan massal bagi kaum dhuafa.
5. Susunan pengurus LAZ Masjid Agung Kendal
Susunan pengurus Lembaga Amil Zakat Masjid Agung Kendal
terdiri atas unsur penasehat, ketua, sekretaris, bendahara, bagian
penerimaan, dan bagian penyaluran. Dalam kepengurusan LAZ, LAZ
mengadakan pergantian setiap tahunnya. Sebagian dari pengurus LAZ
adalah pengurus Masjid Agung Kendal.
Adapun susunan pengurus LAZ Masjid Agung Kendal adalah
sebagai berikut: (Dokumen LAZ Masjid Agung Kendal “Susunan
Pengurus” tahun 2010/2011)
1. Penasehat
Drs. H. Asmawi Usman
71
2. Ketua
HM. Makmun Amin
3. Sekretaris
1. HM. Ubaidillah, S.Pd. I
2. M. Asyrofi
4. Bendahara
HA. Hasjim Amin
5. Bagian penerimaan
1. Abdul Choliq
2. HM. Chafidz M
3. Moh. Isom Amin
6. Bagian penyaluran
1. M. Sunarso
2. Suratman
3. Asroch
6. Tugas Pengurus LAZ Masjid Agung Kendal
a. Penasehat
Memberi nasihat baik diminta maupun tidak kepada pengurus untuk
kemajuan LAZ. Menasehati pengurus untuk kemajuan LAZ.
b. Ketua
1) Melaksanakan garis besar kebijakan LAZ dalam program
pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat,
2) Memimpin pelaksanaan program-program LAZ,
72
3) Merencanakan pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan
zakat.
c. Sekretaris
1) Melaksanakan kegiatan ketatausahaan,
2) Menyiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan kegiatan
pengembangan pengelolaan zakat dan mempersiapkan laporan,
3) Menyediakan fasilitas untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan
sehari-hari
4) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh ketua
5) Dalam melaksanakan tugasnya sekretaris bertanggung jawab
kepada ketua.
d. Bendahara
1) Mengolah seluruh asset uang zakat,
2) Melaksanakan pembukuan dan keuangan,
3) Menerima tanda bukti penerimaan setoran pengumpulan hasil zakat
dari bidang pengumpulan,
4) Menerima tanda bukti penerimaan setoran pengumpulan hasil zakat
dari bidang pendayagunaan zakat dan lainnya dari bidang
pendayagunaan,
5) Menyusun dan menyampaikan laporan berkala atas penerimaan dan
penyaluran dana zakat,
6) Mempertanggungjawabkan dana zakat dan dana lainnya.
73
e. Bagian penerimaan
1) Melakukan pendataan muzakki, harta zakat dan lainnya,
2) Melakukan usaha penggalian zakat dan dana lainnya,
3) Melakukan pengumpulan zakat dan lainnya, dan menyampaikan
tanda bukti penerimaan pada bendahara
4) Mencatat dan membukukan hasil pengumpulan zakat dan lainnya,
5) Mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan zakat dan lainnya.
f. Bagian penyaluran
1) Menerima dan menyeleksi permohonan calon mustahiq,
2) Mencataat mustahiq yang memenuhi syarat menurut kelompoknya
masing-masing,
3) Menyiapkan rancangan keputusan tentang mustahiq yang
menerima zakat dan lainnya,
4) Melaksanakan penyaluran dana zakat dan lainnya sesuai dengan
keputusan yang telah ditetapkan,
5) Mencatat penyaluran dana zakat dan lainnya, dan menyerahkan
tanda bukti penerimaan pada bendahara,
6) Menyiapkan bahan laporan penyaluran dana zakat dan lainnya,
7) Mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada ketua.
8) Menerima dan mencatat permohonan pemanfatan dana zakat dan
lainnya untuk usaha.
74
D. Pengelolaan zakat, infaq dan Shadaqah di LAZ Masjid Agung Kendal
Dari perspektif manajemen pengelolaan, pranata zakat mempunyai
dua sisi utama yaitu pengumpulan dan penyaluran. Pengumpulan zakat antara
lain ditempuh dengan langkah sebagai berikut. Muzakki secara langsung
mendatangi LAZ atau UPZ. Sedang penyaluran zakat, dilaksanakan dengan
memperhatikan beberapa hal berikut : (i) penyaluran terdiri atas
pendistribusian dan pendayagunaan. (ii) Pendistribusian dan pendayagunaan
diperuntukkan delapan ashnaf. (iii) penekanan kepada kelangsungan hidup
fakir miskin. (iv) memenuhi kebutuhan pokok. (v) sumber perekonomian
untuk pemeliharaan masjid dan kesejahteraan umat. (vi) untuk keperluan
masyarakat umum.
Berikut ini akan dipaparkan mekanisme pengelolaan zakat di LAZ
Masjid Agung Kendal yang meliputi proses pengumpulan, pendistribusian
dan pendayagunaan.
1. Pengumpulan Zakat
Posisi dan peran sebagai pengumpul dan pengelola dana melekat
pada eksistensi lembaga zakat. Sumber daya yang dimiliki dan dikuasai
oleh lembaga zakat pada umumnya berasal dari donatur atau muzakki.
Untuk mendapatkannya, lembaga zakat menjalankan perannya sebagai
pengumpul dana melalui berbagai cara. Sehingga dana atau sumber daya
yang terkumpul merupakan mandat atau amanah dari para donatur untuk
dikelola dan oleh karenanya harus dipertanggung jawabkan berdasarkan
tujuan awalnya.
75
Untuk menjalankan mandat dari para donatur yang berupa dana
atau sumber daya tersebut, maka lembaga zakat berperan juga sebagai
pengelola dana untuk mencapai tujuan dan kepentingan lembaga.
Untuk memberikan kepercayaan muzakki terhadap lembaga amil
zakat diperlukan kualitas manajemen lembaga amil zakat dan sifat amanah
para pengelolanya. Upaya menghindari ketidaktepatan dalam
pengumpulan dan penyaluran dana zakat, perlu dilakukan melalui
manajemen zakat. Dengan demikian, diharapkan dapat memberdayakan
zakat sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan sosial, mengembangkan
masyarakat dan menyelamatkan modal harta dan pengembangannya.
(Muhammad Hasan, 2011: 20).
Untuk itu LAZ Masjid menyediakan kader-kader yang
berkemampuan luas. Selaku tenaga operasional LAZ berinisiatif
memungut atau mengumpulkan zakat dari para wajib zakat secara
langsung. Para tenaga operasional itu secara door to door datang kepada
para wajib zakat di rumah mereka. Dalam hal ini, para wajib zakat tidak
begitu saja dipungut zakatnya. Mulanya wajib zakat diberi surat
pemberitahuan yang isinya menyatakan bahwa LAZ siap memungut dan
mengelola zakat mereka.
Dalam kenyataannya tidak semua wajib zakat membayar zakatnya
setelah didatangi oleh petugas pengumpul. Banyak para muzakki yang
secara langsung dalam berbagai kesempatan meyerahkannya kepada LAZ.
Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menyerahkan zakatnya jauh hari
76
sebelum tenaga operasinal menyebarkan surat pemberitahuan pengelolaan
zakat.
Tabel 5
PERKEMBANGAN PEROLEHAN DANA ZIS
LAZ MASJID AGUNG KENDAL
2009-2011
NO TAHUN JUMLAH ZIS JUMLAH MUZAKKI
1. 2009 Rp. 8.405.000 422
2. 2010 Rp. 13.180.000 380
3. 2011 Rp. 17.370.000 395
Sumber: Dokumen LAZ Masjid Agung Kendal
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa perolehan dana ZIS di
LAZ Masjid Agung Kendal dari tahun ke tahun mengalami perubahan.
Dalam jumlah zakat, pada tahun 2009 LAZ memperoleh dana sebesar Rp.
8.405.000, pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang drastis dalam
perolehan dana ZIS yaitu Rp. 13.180.000, dan pada tahun 2011 LAZ
mengalami peningkatan perolehan dana ZIS yaitu sebesar Rp. 17.370.000.
Sedangkan dalam jumlah muzakki, pada tahun 2009 muzakki yang
menyalurkan hartanya ke LAZ Masjid Agung Kendal yaitu ada 422
muzakki, pada tahun tahun 2010 mengalami penurunan yaitu 380
muzakki, tapi pada tahun 2011 mengalami peningkatan lagi yaitu menjadi
395 muzakki. Kenaikan dan penurunan muzakki di LAZ Masjid Agung
Kendal itu dikarenakan kesadaran muzakki di Kendal tidak tetap.
77
Tabel 6
DAFTAR HIMPUNAN ZIS LAZ MASJID AGUNG KENDAL
TAHUN 2009-2011
NO TAHUN ZAKAT INFAQ SHODAQOH JUMLAH
1 2009 Rp. 7.435.000 Rp. 40.000 Rp. 930.000 Rp. 8.405.000
2 2010 Rp. 12.450.000 Rp. 560.000 Rp. 170.000 Rp. 13.180.000
3 2011 Rp. 15.425.000 Rp. 905.000 Rp. 1.040.000 Rp. 17.730.000
Sumber : Dokumen LAZ Masjid Agung Kendal
Muzakki yang mengeluarkan zakatnya di LAZ Masjid Agung
Kendal yaitu PNS, Pedagang atau Wiraswasta, Petani, Karyawan Swasta.
Tabel 7
DAFTAR HIMPUNAN ZIS LAZ MASJID AGUNG KENDAL
TAHUN 2011
NO Cabang Dana Terhimpun Jumlah Muzakki
1 Kebondalem Rp. 410.000 21
2 Patukangan Rp. 710.000 23
3 Kendal Rp. 13.255.000 166
4 Pegulon Rp. 755.000 58
5 Kaliwungu Rp. 60.000 3
6 Pekauman Rp. 340.000 21
7 Langenharjo Rp. 500.000 34
8 Pegandon Rp. 120.000 6
9 Boja Rp. 20.000 1
10 Patebon Rp. 410.000 22
11 Tunggul Rejo Rp. 200.000 10
12 Gemuh Rp. 70.000 3
13 Sukorejo Rp. 40.000 2
14 Cepiring Rp. 200.000 7
15 Karangsari Rp. 140.000 7
16 Brangsong Rp. 40.000 2
17 Weleri Rp. 100.000 5
18 Pageruyung Rp. 80.000 4
Jumlah Rp. 17.370.000 395
Sumber : Dokumen LAZ Masjid Agung Kendal
78
Dari daftar tabel di atas dapat disimpulkan bahwa himpunan dana
ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal pada tahun 2011 adalah Rp. 17.370.000
dengan muzakki sebanyak 395 orang. Akan tetapi dalam pengumpulan
zakat bagi LAZ bukan semata dari banyak atau meningkatnya dana yang
terhimpun. Yang justru diharapkan adalah peningkatan jumlah muzakki
disamping jumlah dana zakatnya. Sebab, semakin banyak orang berzakat
berarti semakin dekat dengan tujuan disyari’atkannya pranata zakat itu
sendiri.
Karena merasa belum sukses, maka LAZ melakukan sosialisasi
dengan dakwah bil hal. Dengan memberikan contoh tauladan dalam
berzakat. Para tokoh agama terus berusaha menggerakkan umat. Untuk
berzakat dengan gerakan sadar zakat yang antara lain melalui khutbah-
khutbah dan pengajian khusus tentang zakat dalam berbagai kesempatan.
Agaknya ada beberapa kejanggalan berkaitan dengan konsepsi
yang dipilih dan strategi yang diterapkan oleh LAZ Masjid Agung Kendal
dalam hal pengelolaan zakat terutama dari sisi pengumpulan. Pertama,
tenaga operasional yang bertugas dalam penerimaan dana zakat tidak
mengetahui seberapa besar harta kekayaan muzakki. Karena mereka hanya
menerima. Jadi mereka tidak mengetahui apakah zakatnya itu sesuai
dengan kekayaannya muzakki atau tidak.
Kedua, dalam penerimaan, dana zakat, infaq dan shadaqah tidak
melakukan pencatatan data muzakki berdasarkan jenis usaha.
79
2. Pendistribusian dan pendayagunaan Zakat
Bagian pengelolaan zakat yang tidak kalah pentingnya setelah
pengumpulan zakat adalah penyaluran. Arti penting penyaluran zakat
tanpak jelas bila ternyata dana yang terkumpul tidak sampai kepada
mustahik atau tidak tepat sasaran. Suatu ironi bila masyarakat telah
berduyun-duyun membayar zakat dan mempercayakannya kepada amil.
Namun setelah itu dana zakat yang besar itu menguap atau tidak sampai
mustahik yang benar-benar membutuhkan. Sebab, dengan demikian hal
terpenting dari tujuan dan hikmah disyari’atkannya zakat tidak tercapai.
Seperti telah disinggung diatas, penyaluran zakat perlu memperhatikan
antara lain hal-hal berikut : adanya dua pos utama yaitu pendistribusian
dan pendayagunaan, penekanan pada kelangsungan hidup fakir miskin,
penekanan pada upaya pembinaan umat Islam, dan penekanan pada upaya
pemberdayaan ekonomi umat.
Perlu ditekankan disini bahwa pendistribusian zakat diartikan
sebagai penyaluran zakat kepada mustahik secara konsumtif. Sedangkan
pendayagunaan zakat diartikan sebagai penyaluran zakat kepada mustahik
dengan berorientasi pada aspek produktif. Artinya pemberian zakat itu
dimaksudkan agar mustahik dapat berproduksi secara mandiri dengan
bermodalkan dana zakat yang diterimanya, sehingga pada masa mendatang
diharapkan tidak lagi menjadi mustahik tetapi berubah menjadi muzakki.
Penyaluran zakat kepada mustahik secara konsumtif di LAZ yaitu
dengan menyalurkan zakat berupa beras dan uang. Sedangkan penyaluran
80
zakat kepada mustahik secara produktif yaitu dengan memberikan lahan
untuk di kelola mustahik, diberi modal untuk membuka usaha,
menyewakan tempat usaha.
Mekanisme penyaluran dana ZIS di LAZ Masjid tidak memaksakan
pada delapan ashnaf, tetapi sebagian dari delapan ashnaf. Menurut LAZ
Masjid, tidak semua ashnaf itu ada pada saat ini. Golongan riqab, gharimin
dan muallaf masing-masing sulit didapatkan pada kondisi sekarang
(Wawancara dengan Bp. Kholik pengurus LAZ bagian penerimaan).
Dalam menentukan siapa-siapa yang akan mendapatkan bagian zakat
diadakan musyawarah semua pengurus LAZ. Yang demikian ini sangat
diperlukan karena terlalu banyaknya calon mustahik yang diusulkan oleh
proposal yang diusulkan untuk menghindari terjadinya fitnah dikemudian
hari. LAZ juga bekerja sama dengan para pedagang. Pedagang tersebut
termasuk orang yang mengajukan calon mustahik kepada LAZ. Karena
pedagang tersebut mengetahui bagaimana keadaan calon mustahik yang
diajukan itu.
Dalam penyalurannya LAZ juga mengetahui permasalahan yang ada
pada mustahik. Apabila permasalahannya adalah permasalahan
kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut, sehingga LAZ
dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah
direncanakan.
Dari sekian banyak calon mustahik, yang ditentukan untuk dapat
menerima dana ZIS yaitu yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
81
(wawancara dengan Bp. M. Sunarso, selaku pengurus LAZ bagian
penyaluran dana ZIS pada tanggal 23 November 2011)
a. Kebenaran mustahik termasuk depalan ashnaf
b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
ketentuan kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan
bantuan.
c. Mendapat persetujuan dari pengurus LAZ.
Tabel 8
DATA PENYALURAN DANA ZIS
LAZ MASJID AGUNG KENDAL
2011
NO ASHNAF ALOKASI PROSENTASE
1. Fakir Miskin Rp. 8.685.000 50 %
2. Amil Rp. 3.474.000 20 %
3. Sabilillah Rp. 1.737.000 10%
4. Ibnu Sabil Rp. 3.474.000 20%
Jumlah Rp. 17.370.000 100%
Sumber : Dokumen LAZ Masjid Agung Kendal
Dalam proses pembagian dana ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal,
LAZ bekerja sama dengan setiap Instansi dan Kelurahan di Kendal.
Perwakilan dari setiap Instansi dan kelurahan tersebut datang ke Masjid
untuk mengambil zakat untuk kemudian dibagikan kepada para mustahik
di setiap desa dan instansi tersebut.
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengelolaan ZIS di LAZ
Masjid Agung Kendal
Pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal secara umum
dipengaruhi oleh beberapa faktor penunjang dan penghambat. Berikut ini
82
akan dipaparkan secara umum beberapa hal yang mempengaruhi
pengelolaan zakat di LAZ Masjid Agung Kendal.
1. Faktor pendukung
Beberapa hal berikut merupakan faktor-faktor pendukung
pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal. Pertama, kesadaran
berzakat di lembaga pengelola zakat. Sukses atau tidaknya pengelolaan
zakat jelas tidak bisa dilepaskan dari kesadaran berzakat masyarakat itu
sendiri. Betapapun pengelola berusaha sekuat tenaga, banting tulang,
bila tidak ada kesadaran dari masyarakat untuk berzakat di LAZ maka
tidak akan ada dana zakat yang terkumpul.
Hanya saja faktor ini bersifat pasif dan menunggu, disamping
intensitasnya sangat dipengaruhi oleh faktor pengelola. Kalaupun ada
yang aktif dan punya inisiatif untuk mendatangi lembaga amil zakat
maka jumlah demikian itu tidak terlalu banyak. Itupun merupakan sikap
respon dari adanya aksi para pengelola zakat atau pihak lain.
Kedua, antusiasnya masyarakat untuk berzakat fitrah ke
Lembaga Amil Zakat. Karena zakat fitrah merupakan zakat yang hanya
dilakukan pada bulan romadlon. Zakat fitrah dapat menyempurnakan
pahalanya orang yang telah berpuasa romadlon. Dengan berzakat fitrah,
nilai ibadah puasa romadlon yang barangkali berkurang karena hal-hal
yang kurang baik yang dilakukan seorang muslim menjadi sempurna.
Zakat fitrah merupakan zakat wajib bagi setiap muslim yang
tanpa memandang status sosial, gender (jenis kelamin), maupun umur,
83
bahkan bagi bayi yang baru lahir dan orang sakit yang mendekati ajal
sekalipun.
Ketiga, LAZ berada di lingkungan Masjid. Masjid menjadi salah
satu daya tarik bagi Muzakki untuk berzakat di LAZ. Karena LAZ
Masjid Agung Kendal berada di lingkungan Masjid. Masjid merupakan
tempat untuk menjalankan ibadah. Selain masjid digunakan untuk
ibadah sholat, masjid juga dapat digunakan sebagai tempat ibadah
sosial.
Masjid merupakan tempat untuk membina keimanan dan
ketaqwaan umat. Pembinaan keimanan dan ketaqwaan masyarakat
dapat dilakukan melalui LAZ, yaitu dengan masyarakat berzakat di
LAZ.
2. Faktor Penghambat
Beberapa faktor penghambat dalam pengelolaan zakat di LAZ
Masjid Agung Kendal. Pertama, Problem sumber daya manusia.
Kualitas sumber daya manusia pengelola zakat masih rendah karena
kebanyakan tidak menjadikan pekerjaan amil sebagai profesi atau
pilihan karier, tapi sebagai pekerjaan sampingan atau pekerjaan paruh
waktu. Menjadi pengelola zakat atau amil hanya sekedar mengisi waktu
luang atau mengisi hari tua bagi yang sudah pensiun.
Rendahnya tingkat kualitas diri maupun kuantitas para
pengelola zakat terutama tenaga operasionalnya jelas merupakan
masalah yang utama dan pertama dalam pengelolaan zakat.
84
Dimaksudkan dengan rendahnya kualitas diri pengelola zakat adalah
tiadanya semangat dan keseriusan. Dimaksudkan dengan rendahnya
kuantitas para pengelola zakat adalah tidak tersedianya tenaga
operasional dan profesional yang bekerja secara penuh dalam
pengelolaan zakat. Hambatan ini mengakibatkan kurangya sosialisasi
secara menyeluruh kepada masyarakat. (wawancara dengan Bp. Kholik,
bagian Penerimaan zakat).
Kedua, pemahaman masyarakat tentang pranata zakat maal
masih kurang. Banyak dari mereka yang tidak mengetahui adanya zakat
maal. Yang mereka ketahui hanyalah zakat fitrah. Karena itu selama ini
mereka hanya mengeluarkan zakat fitrah. Atau mereka tahu ada zakat
maal, namun mereka merasa tidak berkewajiban mengeluarkan
zakatnya karena menurutnya kekayaan mereka itu tidak wajib dizakati.
Ketiga, kurangnya biaya operasional organisasi pengelola zakat.
Setiap organisasi pengelola zakat selalu mengeluhkan tidak tersedianya
biaya operasional. LAZ Masjid Agung Kendal mempunyai kendala soal
dana operasional ini baik untuk pengadaan sarana prasarana kerja
maupun untuk upah atau gaji tenaga operasionalnya. LAZ Masjid
Agung Kendal juga belum mempunyai kantor sendiri, dalam
menjalankan kerjanya dilakukan di kantor takmir Masjid. Sehingga
dalam menjalankan kerjanya kurang maksimal.
Pengumpulan zakat itu tidak sekali kerja langsung selesai. Perlu
waktu lama sejak dari perencanaan sampai penyampain pelaporan
85
pelaksanaan. Perlu banyak tenaga dan pikiran untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Apalagi ketika pola pengumpulannya adalah pola
jemput bola. Jelas butuh energi dan sikap mental yang lebih dalam
melaksanakannya.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh LAZ Masjid Agung Kendal
dalam pengembangan pelaksanaan pengelolaan zakat: (Wawancara
dengan Bapak Ubaid, selaku sekretaris LAZ pada tanggal 24 November
2011).
1. Penyelenggaraan penyuluhan mengenai zakat
2. Membangun sistem informasi yang terintegrasi dalam pengolahan
data
3. LAZ akan mengadakan pelatihan pengelolaan zakat
4. Menyelenggarakan orientasi, temu konsultasi dan rapat koordinasi
5. Meninjau ulang tentang strategi perzakatan.
86
BAB IV
ANALISIS PENGELOLAAN ZIS DALAM UPAYA KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT ISLAM
A. Analisis pelaksanaan pengelolaan dana ZIS dalam upaya
kesejahteraan masyarakat Islam pada LAZ Masjid Agung Kendal
Umat Islam pasti mengetahui perintah mengeluarkan zakat, sebab
jelas merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Zakat adalah salah
satu tiang Islam yang amat penting. Dengan zakat maka wajah
kemasyarakatan dari ajaran Islam menjadi nyata. Sedangkan tanpa zakat,
agama Islam menjadi tidak sempurna.
Karena zakat itu sangat penting bagi kehidupan masyarakat, maka
perlu dikembangkan dengan adanya pengelolaan zakat, infaq dan
shadaqah. Agar pengelolaan zakat itu dapat terlaksana dengan baik maka
sebaiknya zakat itu dikelola oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau Badan
Amil Zakat (BAZ).
Lembaga amil zakat (LAZ) adalah lembaga pengelola zakat yang
dibentuk masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah untuk melakukan
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat sesuai ketentuan
agama. Lembaga amil zakat (LAZ) merupakan lembaga dakwah yang
bergerak dibidang ekonomi. Karena Lembaga Amil Zakat (LAZ)
mempunyai tujuan untuk mewujudkan peningkatan pendapatan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial dengan
87
memungut zakat dari orang-orang kaya untuk kemudian didistribusikan
kepada orang-orang yang lemah.
Lembaga dakwah merupakan salah satu unsur penting dalam proses
keberhasilan dakwah. Karena lembaga dakwah ini merupakan sarana bagi
da’i dalam sebuah struktur organisasi. Dalam hal ini tugas da’i adalah
mensosialisasikan zakat kepada masyarakat. Mensosialisasikan zakat
merupakan salah satu kegiatan dakwah yang mengajarkan masyarakat
untuk mengeluarkan hartanya untuk berzakat.
Dalam menjalankan aktifitas dakwah agar dapat berjalan secara
efektif dalam mencapai tujuan dakwah dibutuhkan kerja professional.
Image professional dalam dakwah akan terwujud apabila dalam
menjalankan aktifitas dakwah menggunakan pengelolaan yang baik.
Pengelolaan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan
dengan menggunakan tenaga orang lain dalam pencapaian tujuan.
Pengelolaan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengelola dana zakat,
infaq dan shadaqah.
Pengelolaan zakat bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi
masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama,
meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, dan
meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat (UU No. 38 Tahun 1999
Bab II pasal 5).
88
Sebagaimana dari tujuan pengelolaan zakat itu sendiri yaitu apabila
pengelolaan zakat itu dilakukan dengan baik dan benar maka zakat bisa
menjadi sumber dana tetap yang cukup potensial untuk menunjang
suksesnya pembangunan nasional, terutama dibidang agama dan ekonomi.
Khususnya untuk memperkecil masalah kemiskinan dan kefakiran juga
dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial material maupun spiritual. Yaitu meliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir dan bathin yang memungkinkan bagi
setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri
dan keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak –hak asasi
manusia serta kehidupan manusia sesuai dengan pancasila (UU No. 6
tahun 1974 tentang pokok-pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1).
Unsur-unsur pokok dalam pengertian kesejahteraan sosial adalah:
1. Kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial;
2. Dapat hidup layak;
3. Mampu mengembangkan diri;
4. Dapat melaksanakan fungsi sosial.
Dari konsep kesejahteraan sosial di atas, terungkap bahwa dalam
rangka pencapaian kesejahteraan sosial yang meliputi kesejahteraan lahir
dan bathin. Perlu diwujudkan suasana keselamatan, Kesusilaan serta
89
ketentraman lahir dan bathin. Sehingga masyarakat dapat berusaha untuk
mewujudkan kesejahteraannya sendiri.
Suatu peningkatan kesejahteraan masyarakat memerlukan beberapa
syarat yaitu, perbaikan dalam produksi dan perbaikan dalam distribusi
yang dihasilkan. Perbaikan dalam produksi meliputi : (i) meningkatkan
daya produksi sehingga hasil yang diperoleh oleh setiap pekerja lebih
besar hanya dengan upaya yang lebih kecil, (ii) perbaikan dalam organisasi
produksi menghindari pengangguran dan sebab-sebab lain sehingga dapat
mengurangi pemborosan sumber daya ekonomi sekecil-kecilnya, dan (iii)
perbaikan dalam susunan atau pola produksi sehingga dapat melayani
kebutuhan masyarakat.
Perbaikan dalam distribusi meliputi : (i) pengurangan perbedaan
dalam pendapatan berbagai individu dan keluarga yang berlainan, yang
biasa terdapat dalam kebanyakan komunitas yang beradab, dan (ii)
pengurangan fluktuasi antara periode waktu yang berbeda-beda dalam
pendapatan individu dan keluarga tertentu, terutama di kalangan
masyarakat yang lebih miskin. (Bachrawi Sanusi, 2000: 19)
Zakat memperbaiki pola konsumsi, produksi dan distribusi dalam
masyarakat Islam. Salah satu kejahatan terbesar dari kapitalisme adalah
penguasaan dan pemilikan sumber daya produksi oleh segelintir manusia
yang beruntung sehingga mengabaikan orang yang kurang beruntung yang
banyak jumlahnya. Hal ini mengakibatkan perbedaan dalam hal
90
pendapatan yang ada dan akhirnya memperlambat pertumbuhan industri
dan perdagangan dalam negri.
Zakat adalah hal yang wajib bagi kalangan orang Islam yang kaya
dengan tujuan untuk melenyapkan perbedaan pendapatan dan
mengembalikan daya beli kepada rakyat miskin. Tidak ada salahnya orang
berusaha mendapatkan uang, akan tetapi pada saat yang bersamaan Islam
mengusahakan tidak adanya seorangpun umatnya tidak memperoleh
kebutuhan hidup yang sederhana. Pendapatan masyarakat yang tidak sama
besar kecilnya itu karena berbagai macam sebab. Antara lain karena
perbedaan pendidikan, jenis pekerjaan, dan semangat kerja. Pendapatan
masyarakat yang berbeda inilah yang menyebabkan tingkat kesejahteraan
masyarakat juga berbeda.
Untuk mengatasi hal tersebut dari adanya perbedaan pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat itu, Islam telah mengadakan berbagai
lembaga yang sangat efektif untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat. Yaitu dengan zakat, infaq shadaqah.
Hal demikian dapat dicapai dengan pembagian dana ZIS melalui
Lembaga Amil zakat secara tepat dikalangan orang yang kurang mampu.
Dengan memberikan dana zakat kepada mereka telah memberi
keseimbangan antara permintaan dan pengeluaran barang. Dengan
demikian zakat memudahkan jalannya produksi dan pada saat yang
bersamaan melicinkan jalan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Jelasnya demikian, setelah memiliki daya beli mereka akan meminta lebih
91
banyak barang, dan para pengusahapun akan mencoba memproduksi lebih
banyak, sehingga kesempatan kerja dalam negri akan bertambah.
Salah satu Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang terdapat di Masjid Agung Kendal. Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang terdapat di Masjid Agung Kendal merupakan salah satu
lembaga yang melakukan kegiatan dakwah yang berkhidmat dalam
pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan dana zakat, infaq, dan
shadaqah baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi
lainnya.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang terdapat di Masjid Agung Kendal
dibentuk untuk mencapai daya guna, hasil guna dan akuntabilitas dalam
pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah sehingga dapat meningkatkan
peran serta umat Islam kota Kendal dalam rangka pembangunan manusia
seutuhnya dengan penggalian dan pengelolaan dana zakat, infaq, dan
shadaqah.
Pengelolaan zakat menurut undang-undang no 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
Perencanaan adalah menentukan dan merumuskan segala apa yang
dituntut oleh situasi dan kondisi pada Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Perencanaan di Lembaga Amil Zakat Masjid (LAZ) Agung Kendal
meliputi; perencanaan sosialisasi, perencanaan pengumpulan dana ZIS,
92
perencanaan penggunaan dana ZIS, dan perencanaan pengawasan ZIS.
Tindakan-tindakan ini diperlukan dalam pengelolaan dana ZIS guna
mencapai tujuan pengelolaan zakat.
Pengorganisasian adalah pengelompokkan dan pengaturan sumber
daya manusia untuk dapat digerakkan sebagai satu kesatuan sesuai dengan
rencana yang telah dirumuskan, menuju tercapainya tujuan yang
ditetapkan. Pengorganisasian di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid
Agung Kendal meliputi pengorganisasian sosialisasi ZIS,
pengorganisasian pengumpulan ZIS, pengorganisasian dalam penyaluran
ZIS dan pengorganisasian dalam pengawasan dalam semua kegiatan yang
dilakukan di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung Kendal.
Pelaksanaan adalah melakukan suatu kegiatan yang telah
direncanakan. Pelaksanaan yang dilakukan Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Masjid Agung Kendal meliputi; pelaksanaan sosialisasi ZIS, pelaksanaan
pengumpulan dana ZIS, dan pelaksanaan penyaluran dana ZIS.
Pengawasan adalah mengetahui kejadian-kejadian yang sebenarnya
dengan ketentuan dan ketetapan peraturan, serta menunjuk secara tepat
terhadap dasar-dasar yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula.
Pengawasan yang dilakukan di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung
Kendal yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan rencana kerja, pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan,
mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan bagian pelaksana yang
93
mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan, dan
melakukan pemeriksaan operasinal dan pemeriksaan syari’ah.
Pengelolaan dana ZIS di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung
Kendal mempunyai dua sisi utama yaitu pengumpulan dan penyaluran.
Pengumpulan dana ZIS antara lain ditempuh dengan langkah sebagai
berikut: pengurus Lembaga Amil Zakat (LAZ) mensosialisasikan kepada
masyarakat secara langsung dengan mendatangi muzakki langsung. Dalam
hal ini, para wajib zakat tersebut tidak langsung dipungut zakatnya. Para
wajib zakat hanya diberi pemberitahuan bahwa Lembaga Amil Zakat
(LAZ) siap memungut dan mengelola zakat mereka.
Kegiatan pengumpulan seperti ini merupakan cara yang cukup
efektif untuk mendapatkan dana zakat dari para muzakki. Karena
pengumpulan seperti ini dapat menyadarkan atau mengingatkan para
muzakki untuk mengeluarkan hartanya untuk berzakat. Akan tetapi
pemungutan seperti ini membutuhkan energi dan sikap mental yang lebih
dalam melaksanakannya.
Penyaluran dana ZIS Di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung
Kendal, hal pertama yang dilakukan dalam langkah penyaluran zakat
adalah dengan melakukan distribusi lokal atau dengan kata lain lebih
mengutamakan penerima zakat yang berada dalam lingkungan terdekat
dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Setiap desa yang bersebelahan
dengan wilayah Lembaga Amil Zakat (LAZ), maka akan lebih diutamakan
di banding daerah lain. Penyaluran seperti ini dapat memudahkan
94
pendistribusian zakat itu sendiri. Tapi bukan tidak menyalurkan ke daerah
lain, hanya saja Lembaga Amil Zakat (LAZ) lebih mengutamakan di
dalam lingkungan yang dekat dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid
Agung Kendal.
Salah satu pendistribusian yang baik adalah adanya keadilan yang
sama di antara semua golongan yang telah Allah SWT tetapkan sebagai
penerima zakat atau mustahik, juga keadilan bagi setiap individu di setiap
golongan penerima zakat atau mustahik.
Akan tetapi, di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung Kendal
tidak mengharuskan semua dari delapan asnaf tersebut mendapatkan zakat.
Di Lembaga Amil Zakat (LAZ) zakatnya hanya disalurkan kepada fakir
miskin, amil, ibnusabil, sabilillah. Karena golongan riqab, gharimin, dan
muallaf masing-masing sulit ditemukan pada kondisi sekarang
(Wawancara dengan Bp. Kholik pengurus LAZ bagian penerimaan).
Dalam penyaluran dana ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal
mengelompokkan menjadi dua. Yaitu, penyaluran secara konsumtif dan
penyaluran secara produktif. Penyaluran secara konsumtif yaitu,
penyaluran yang dalam pembagian dana ZIS itu berupa kebutuhan pokok
seperti bahan makanan. Sedangkan penyaluran secara produktif yaitu
penyaluran dana ZIS itu berupa sesuatu yang nantinya bisa menghasilkan
sesuatu.
Penyaluran dana zakat secara konsumtif di Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yaitu penyaluran dana ZIS berupa beras dan uang. Penyaluran ini
95
diambil dari dana zakat fitrah. Kesadaran yang cukup tinggi bagi
masyarakat Kendal yang mengeluarkan zakatnya di Lembaga Amil Zakat
(LAZ) Masjid Agung Kendal, terlihat dalam zakat fitrah. Karena jumlah
zakat fitrah lebih besar dari pada zakat maal, infaq dan shadaqah. Perlu
ditekankan disini, maksud dari jumlah zakat fitrah lebih besar dari pada
zakat maal, infaq dan shadaqah adalah jumlah muzakkinya.
Pembagian zakat fitrah yaitu pada bulan romadlon. Walaupun zakat
fitrah itu bersifat sementara dan hanya satu kali dalam satu tahun, tapi
dengan pemberian zakat fitrah diharapkan mereka bisa ikut merayakan
hari kemenangan tersebut dengan perasaan senang dan bahagia
sebagaimana layaknya orang lain.
Sedangkan penyaluran secara produktif yaitu berupa modal usaha
atau modal kerja untuk mengembangkan kemampuan mustahik agar dapat
menghasilkan sesuatu. Sesuatu itu hal yang dapat membantu
meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan mustahik. Dengan usaha
tersebut tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus-
menerus. Pembagian zakat dalam bentuk produktif ditindak lanjuti dengan
memotifasi, mengawasi dan membantu mengembangkan kemampuan
mustahik. Lembaga Amil Zakat (LAZ) juga tidak hanya memberikan
modal saja, namun bertanggung jawab untuk mengembangkan
kemampuan mustahik, sehingga mustahik yang bersangkutan dapat hidup
mandiri, dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari tanpa ketergantungan lagi
dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
96
B. Analisis faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
pengelolaan dana ZIS pada LAZ Masjid Agung Kendal
Pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal secara umum
dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat. Oleh
karena itu penulis mencoba menganalisis faktor-faktor yang menjadi
pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pengelolaan ZIS dengan
menggunakan analisis SWOT. Berikut analisis SWOT pada pelaksanaan
pengelolaan ZIS:
1. Strength (kekuatan)
a. Kesadaran berzakat di Lembaga Amil Zakat (LAZ)
b. Lembaga Amil Zakat (LAZ) berada di lingkungan Masjid
c. Antusias masyarakat untuk berzakat fitrah ke Lembaga Amil Zakat
(LAZ).
2. Weakness (kelemahan)
a. Keterbatasan jumlah SDM pada kepengurusan LAZ,
b. Keterbatasan alokasi dana untuk program pengelolaan ZIS,
c. Belum mempunyai kantor sendiri.
d. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang adanya zakat maal.
3. Opportunity (peluang)
a. Adanya muzakki, yang peduli dengan masalah kemiskinan,
b. Undang-undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat,
97
c. Keputusan menteri Agama RI Nomor 373 tahun 2003 tentang
pelaksanaan undang-undang nomor 38 tahun 1999,
d. Keputusan direktur jendral bimbingan masyarakat Islam dan urusan
Haji nomor : D/291 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat.
4. Treathment (tantangan atau ancaman)
a. Tuntutan kebutuhan hidup yang semakin berat,
b. Banyaknya keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan,
c. Banyaknya lembaga sosial yang juga mengelola ZIS.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pengelolaan zakat di LAZ Masjid Agung Kendal mempunyai dua sisi utama yaitu
pengumpulan dan penyaluran. Penyaluran zakat atas pendistribusian dan
pendayagunaan. Bahwa pendistribusian zakat diartikan sebagai penyaluran zakat
kepada mustahik secara konsumtif. Sedangkan pendayagunaan zakat diartikan
sebagai penyaluran zakat kepada mustahik dengan berorientasi pada aspek produktif.
2. Pengelolaan ZIS di LAZ Masjid Agung Kendal secara umum dipengaruhi oleh
beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung pengelolaan ZIS
adalah kesadaran berzakat di lembaga lembaga amil zakat, LAZ berada di
lingkungan Masjid, antusias masyarakat untuk zakat fitrah di LAZ. Sedangkan
faktor penghambat pengelolaan ZIS adalah SDM pengelola masih rendah, lemahnya
muzakki yang berzakat maal di LAZ, kurangnya biaya operasional.
B. Saran-saran
Setelah mengadakan penelitian di LAZ Masjid Agung Kendal tentang pengelolaan
zakat, infaq dan shadaqah, maka melalui kesempatan ini penulis ingin menyumbangkan
buah pikiran atau saran-saran yang sekiranya bermanfaat. Saran-saran tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Bagi LAZ
Sebagai lembaga Amil Zakat yang menjadi intermediary antara muzakki dan
mustahik melalui jasa pelayanan yang diberikannya, kompetensi yang harus
dikembangkan yaitu:
99
- Pelayanan yang baik bagi Muzakki dan mustahik dengan komitmen
memberikan pelayanan yang tepat, cepat, benar dengan penanganan yang baik.
- Program pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah yang lebih kreatif, inovatif
tetapi sederhana dan memungkinkan dapat dijangkau oleh seluruh mustahik,
sesuai dengan kebutuhan sehingga benar-benar mampu mampu meningkatkan
status mustahik.
- Produk dan program layanan zakat, infaq dan shadaqah yang kreatif dan
inivatif yang membuat muzakki semakin meningkat kesadaran dan
kemauannya untuk menunaikan zakat, infaq dan shadaqah di LAZ yang
terdapat di Masjid Agung Kendal.
2. Bagi Pengurus LAZ
Bagi pengurus, dengan adanya suatu pengelolaan yang baik yang di lakukan
dalam mengelola zakat, infaq dan shadaqah diharapkan untuk lebih professional
dalam melaksanakan tugasnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Bentuk professionalitas tersebut dapat dilihat dari; pertama, pada bidang sosialisasi,
dibutuhkan seorang da’i atau da’iyah atau orang yang mengerti pemasaran. Kedua,
dalam bidang pembukuan atau pengadministrasian zakat, dibutuhkan orang yang
paham akuntansi. Ketiga, dalam pendayagunaan zakat, diperlukan orang yang
memahami manajemen atau ahli pengembangan sumber daya manusia.
3. Bagi Masjid
Dengan adanya LAZ di Masjid diharapkan dapat memotifasi pengurus Masjid
untuk lebih berkreatif mengembangkan sumber daya manusia yang ada di Masjid.
Sehingga masyarakat lebih tertarik untuk melaksanakan kegiatan ibadah di Masjid.
100
C. Penutup
Dengan mengucapkan rasa syukur alhamdulillahirabbil’aalamin, Penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar tanpa banyak hambatan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat
kekurangan maupun kesalahan, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik
konstruktif dari semua pihak terutama para pembaca demi kesempurnaan dan
kelengkapan penulisan skripsi selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis memohon petunjuk dan bimbingan
dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan ini dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khusunya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Amrullah. 1983. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Seminar
Nasional dan Diskusi Pusat Latihan, Penelitian dan Pengembangan
Masyarakat (PLP2M), Yogyakarta: Prima Duta Yogyakarta
Al-Zuhayly, Wahbah. 2005. Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Bandung; PT
Rosdakarya
Anas, Ahmad. 2006. Paradigma Dakwah Kontemporer, Semarang: PUSTAKA
RIZKI PUTRA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta
Ayub, E. Moh, Dkk. 1996. Manajemen Masjid, Jakarta: Gema Insani Press
Aziz, Ali Moh. 2004. Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media.
Departemen Agama RI. 2009. Pedoman Zakat 9 Seri, Jakarta: Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat.
Dewi, Kumala Rahmah. 2008. Fadilah Zakat (Pembuka Pintu Rezeki),
Yogyakarta, Mutiara Media.
Djuanda, Gusti, S.E. 2006. Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan.
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Dokumen LAZ Masjid Agung Kendal “Susunan Pengurus” tahun 2010/2011
Gunadi, RA. 2003. Panduan Zakat bersama Dr. Kh. Didin Hafidhuddin,
Jakarta: Republika
Hafidhuddin, Didin. 2001. Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press.
Hasan, Muhammad. 2011. Manajemen Zakat Model Pengelolaan yang Efektif,
Yogyakarta: Idea Press
Kayo, Pahlawan Katib. 2005. Kepemimpinan Islam dan Dakwah, Jakarta: Sinar
Grafita Offset
Khoir, Masykur M. 2006. Risalah Zakat, Kediri: Duta Karya Mandiri
Koentjoroningrat, 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:
Gramedia
Moleong, J Lexy. 2009. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Mas’udi, F. Masdar. 2004. Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS. Jakarta,
PIRAMEDIA.
Muhammad. 2002. Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kotemporer,
Jakarta: Salemba Diniyah
Mudjahit, dkk. 1994. Materi Pokok Fiqh II MODUL 7-12, Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam da Universitas Terbuka.
Munir, M. 2006. Manajemen Dakwah, Jakarta: PRENADA MEDIA
Najieh, Ahmad. 1984. 323 Hadits dan Syair untuk Bekal Dakwah, Jakarta:
Pustaka Amani
Nakhrawie, An Asrifin. 2011. Sucikan hati dan bertambah kaya bersama
zakat, Delta Prima Press
Qaradhawi, Yusuf. 1995. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta: Gema
Insani Press
________________2005. Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi
Kerakyatan, Jakarta: Zikrul Hakim
_______________2010. Hukum Zakat. Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia.
Sahri, Muhammad. 1982. Zakat dan Infaq Pengembangan Zakat dan Infaq
dalam Usaha Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Malang:
Penerbit: Yayasan Pusat Studi “ Avicenna”
Saleh, Hassan. 2008. Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, Jakarta:
Kharisma Putra Utama Offset
Sanusi, Bachrawi. 2000. Sistem Ekonomi Suatu Pengantar, Jakarta: FE
Universitas Indonesia
Shaleh, Rosyad. 1993. Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang
Sugiono, Dendi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke Empat,
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. PT Gramedia Pustaka
Utama
Supardi, dkk. 2001. Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat,
Yogyakarta: UII Press
Suparta, dkk. 1992. Materi Pokok Fiqh I MODUL 7-12, Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam da Universitas Terbuka.
UU No. 6 tahun 1974 tentang pokok-pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1
UU RI Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
UU No. 6 tahun 1974 tentang pokok-pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1).
Wawancara dengan Narasumber di LAZ Masjid Agung Kendal pada tanggal 1-
30 November 2011.
http://www.kendalkab.go.id68-rkpd-kab.-kendal-2012
http://www.kabupaten-kendal.go.id, LambangKendal
http://www.kabupaten-kendal.go.id, Letak Geografis Kabupaten Kendal
Yafie, Ali. 1995. Menggagas Fiqh Sosial dari Soal Lingkungan Hidup,
Asuransi Hingga Ukhuwah. Bandung: Mizan Anggota IKAPI
Yasin, Abul Fatihuddin. 2008. Rahasia Keajaiban Shodaqoh, Surabaya: Terbit
Terang
HASIL WAWANCARA DENGAN BAPAK HM. MAKMUN AMIN
KETUA LAZ MASJID AGUNG KENDAL TANGGAL
1 NOVEMBER 2011 DI KANTOR TAKMIR MASJID AGUNG
KENDAL
Data 1 : Bagaimana latar belakang berdirinya LAZ yang terdapat di
Masjid Agung Kendal?
Narasumber : Berdirinya Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang terdapat di Masjid
Agung Kendal tersebut tak lepas dari beberapa hal yang mendasari
keinginan dari sebagian umat untuk merealisasikan suatu kegiatan
sosial yang berupa pengumpulan dana zakat, infaq, dan shadaqah.
Sedangkan pentasyarupannya akan dikembalikan untuk
kepentingan warga masyarakat pula. Lembaga ini didirikan dengan
SK Bupati Nomor : 451.1/333/2004 tanggal 27 Maret 2004 tentang
pembentukan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Kab. Kendal.
Data 2 : Apa tujuan didirikannya LAZ yang terdapat di Masjid Agung
Kendal?
Narasumber : Lembaga Amil Zakat yang terdapat di Masjid Agung Kendal
dibentuk untuk mencapai daya guna, hasil guna dan akuntabilitas
dalam pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah sehingga dapat
meningkatkan peran serta umat Islam kota Kendal dalam rangka
pembangunan manusia seutuhnya dengan penggalian dan
pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah.
Data 3 : Bagaimana struktur LAZ Masjid Agung Kendal?
Narasumber : Strukturnya meliputi penasehat, ketua, sekretaris, bendahara,
bagian penerimaan dan bagian penyaluran.
Data 4 : Apa yang merupakan dana terbesar yang dihasilkan di LAZ yang
terdapat di Masjid Agung Kendal?
Narasumber : Dana terbesar yang dihasilkan di LAZ adalah dana zakat fitrah.
Data 5 : Apa Visi LAZ Masjid Agung Kendal?
Narasumber : Visi dari LAZ Masjid Agung Kendal yaitu Menjadi Lembaga
Yang Amanah Dan Profesional Dalam Pengelolaan Zakat, Infaq
Dan Shadaqah (ZIS), mempunyai kemampuan dan integritas untuk
mengembangkan zakat, infaq dan shadaqah.
Data 6 : Apa Misi LAZ Masjid Agung Kendal?
Narasumber : a. Meningkatkan kesadaran berzakat bagi Aghniya/Muzakki;
b. Mengoptimalkan pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)
yang amanah dan profesional serta berbasis manajemen
modern dan syariah.
c. Meningkatkan status mustahiq menjadi Muzakki melalui
program-program Pendayagunaan dan Pendistribusian;
d. Mendayagunakan dan mendistribusikan ZIS kepada Mustahiq
secara lebih berdayaguna dan berhasilguna.
Data 7 : Apa dasar hukum pengelolaan zakat?
Narasumber : UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.
HASIL WAWANCARA DENGAN KETUA PENGELOLAAN LAZ
MASJID AGUNG KENDAL TANGGAL 15 NOVEMBER 2011 DI
KANTOR TAKMIR MASJID AGUNG KENDAL
Data 8 : Apa fungsi pengelolaan terhadap dana ZIS di LAZ yang terdapat
di Masjid Agung Kendal?
Narasumber : Untuk mengelola dana ZIS. Agar dana ZIS dapat tersalurkan
kepada mustahik dengan benar.
Data 9 : Siapa pembuat rencana program kerja?
Narasumber : Dirapatkan bersama-sama
Data 10 : Apakah hambatan yang ada dalam pelaksanaan pengelolaan
terhadap dana ZIS di LAZ yang terdapat di Masjid Agung Kendal?
Narasumber : a. Keterbatasan jumlah SDM pada kepengurusan LAZ,
b. Keterbatasan alokasi dana untuk program pengelolaan ZIS,
c. Belum mempunyai kantor sendiri.
Data 11 : Berapa kali pengelolaan terhadap dana ZIS di LAZ yang terdapat
di Masjid Agung Kendal dilakukan?
Narasumber : Satu tahun dua kali.
data 12 : Menurut Anda, apakah pengelolaan terhadap dana ZIS sudah
maksimal dan sesuai prosedur yang ada?
Narasumber : InsyaAllah sudah.
Data 13 : Apa yang dilakukan komisi pengelolaan ketika terjadi
penyimpangan terhadap pelaksanaan pengelolaan dana ZIS?
Narasumber : 1. Penyelenggaraan penyuluhan mengenai zakat
2. Membangun sistem informasi yang terintegrasi dalam
pengolahan data
3. LAZ akan mengadakan pelatihan pengelolaan zakat
4. Menyelenggarakan orientasi, temu konsultasi dan rapat
koordinasi
5. Meninjau ulang tentang strategi perzakatan.
BIODATA MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Laili Mustikawati
Tempat/Tanggal Lahir : 19 Desember 1989
Alamat : Jl. Mertowidjoyo RT. 3/RW.5 Jambearum Patebon
Kendal.
Riwayat Pendidikan : SD II Purwosari Lulus Tahun 2001
SMP Takhassus Al-Qur’an Wonosobo Lulus
Tahun 2004
SMA Takhassus Al-Qur’an Wonosobo Lulus
Tahun 2007
IAIN Walisongo Semarang Fakultas Dakwah
Lulus Tahun 2012
Demikian biodata saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 19 Desember 2011
Penulis
Laili Mustikawati