pengelolaan limbah rs

20
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat dalam peradaban manusia yang ditandai oleh tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah memberikan perubahan-perubahan yang mendasar dalam berbagai dimensi kehidupan. Dampak negatif yang hadir bersamaan dengan segala kemajuan tersebut senantiasa menjadi ancaman bagi kelangsungan proses kehidupan bagi setiap individu. Terjadinya krisis lingkungan kearah yang lebih serius merupakan issue yang semakin menuntut kita untuk secepatnya melakukan antisipasi dengan menggunakan kemajuan dan ilmu dan teknologi tersebut. Salah satu yang dapat menimbulkan krisis lingkungan adalah pembuangan limbah akibat aktifitas hidup manusia. Limbah merupakan sisa proses produksi yang tidak terpakai lagi dan dibuang, yang jika diperlakukan secara tepat akan merugikan manusia dan lingkungan. Pertambahan manusia dan aktifitas sudah tentu akan menimbulkan pertambahan kuantitas limbah, yang secepatnya harus diolah karena mempunyai potensi untuk mencemari lingkungan. Percepatan pertambahan kuantitas limbah baik domestik maupun industri dan komersial yang semakin bervariasi adalah merupakan masalah yang secepatnya harus dicari solusinya. Selain domestik dan industri ada suatu lembaga atau badan usaha yang merupakan penghasil limbah klinis terbesar, yaitu Rumah Sakit. Berbagai jenis limbah yang dihasilkan di Rumah Sakit dan unit- unit pelayanan medis bisa membahayakan dan menimbulkan gangguan PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 1

Upload: alex

Post on 05-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

pengolahan limbah medis

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Limbah RS

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan pesat dalam peradaban manusia yang ditandai oleh tingkat kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi, telah memberikan perubahan-perubahan yang mendasar

dalam berbagai dimensi kehidupan. Dampak negatif yang hadir bersamaan dengan segala

kemajuan tersebut senantiasa menjadi ancaman bagi kelangsungan proses kehidupan bagi

setiap individu.

Terjadinya krisis lingkungan kearah yang lebih serius merupakan issue yang semakin

menuntut kita untuk secepatnya melakukan antisipasi dengan menggunakan kemajuan dan

ilmu dan teknologi tersebut.

Salah satu yang dapat menimbulkan krisis lingkungan adalah pembuangan limbah akibat

aktifitas hidup manusia. Limbah merupakan sisa proses produksi yang tidak terpakai lagi dan

dibuang, yang jika diperlakukan secara tepat akan merugikan manusia dan lingkungan.

Pertambahan manusia dan aktifitas sudah tentu akan menimbulkan pertambahan

kuantitas limbah, yang secepatnya harus diolah karena mempunyai potensi untuk mencemari

lingkungan. Percepatan pertambahan kuantitas limbah baik domestik maupun industri dan

komersial yang semakin bervariasi adalah merupakan masalah yang secepatnya harus dicari

solusinya.

         Selain domestik dan industri ada suatu lembaga atau badan usaha yang merupakan

penghasil limbah klinis terbesar, yaitu Rumah Sakit. Berbagai jenis limbah yang dihasilkan di

Rumah Sakit dan unit-unit pelayanan medis bisa membahayakan dan menimbulkan gangguan

kesehatan bagi pengunjung, terutama petugas yang menangani limbah tersebut.

          Terhadap limbah-limbah tersebut seringkali diperlukan pengolahan pendahuluan sebelum

diangkut ke tempat pembuangan atau dimusnahkan dengan unit pemusnah setempat. Rumah

Sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk pelayanan umum yang dikelilingi

oleh perumahan padat penduduk. Sebagaimana halnya pemukiman, Rumah Sakit juga adalah

tempat berkumpulnya sejumlah orang yang selalu akan menghasilkan limbah dan memerlukan

pembuangan. Limbah rumah sakit memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan atau

penularan penyakit.

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 1

Page 2: Pengelolaan Limbah RS

Limbah rumah sakit berasal dari unit-unit pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit

tersebut termasuk laboratorium. Semua jenis limbah di laboratorium harus dinyatakan sebagai

bahan yang infeksius, oleh karena itu penanganan dan pembuangan limbah harus ditangani

secara benar agar tidak menimbulkan dampak negatif sebagai akibat dari kegiatan operasional

laboratorium yang jika tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan, baik pekerja,

pasien, pengunjung maupun masyarakat sekitarnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA     

2.1 Peraturan - peraturan

            Pengaturan limbah di Indonesia mempunyai beberapa peraturan yang harus ditaati,

peraturan-peraturan tersebut dibuat berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia. Beberapa dasar hukum yang dapat dicermati antara lain:

1.   Undang-Undang nomor 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun.

3.   Undang-Undang nomor 4 tahun 1982, tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

4.  Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor : 986/MENKES/PER/XI/1992, tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

5.  Undang-Undang Konservasi dan Pemulihan Sumber (“Resource Conservation and

Recovery Act” = RCRA ) dan amandemen-amandemennya.

6. Undang-undang tentang Reaksi, Kompensasi dan Tanggung Jawab Lingkungan

(“Comprehensive Environmental Response, Compensation, and Liability Act” =

CERCLA) atau disebut juga “Superfund Amandments and Reauthorization Act” (SARA),

mengatur kerugian terhadap lingkungan yang disebabkan limbah berbahaya.Dan

undang-undang lainnya yang terkait.

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 2

Page 3: Pengelolaan Limbah RS

III. PENGERTIAN

          Limbah adalah bahan-bahan buangan atau residu dari suatu kegiatan, bisa dalam bentuk

padat, cair atau gas yang sudah tidak terpakai lagi.  Limbah Klinis adalah limbah yang berasal

dan Pelayanan Medis, Laboratorium, Farmasi, Kamar Bedah dan pelayanan medis lainnya

yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius, berbahaya dan membahayakan.

Penggolongan limbah berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya dapat dibagi

menjadi 5 jenis, yaitu:

1.   Limbah Benda tajam

2.   Limbah Infeksius

3.   Limbah Jaringan tubuh

4.   Limbah Sitotoksik

5.   Limbah Bahan kimia

Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:

1.   Bahan baku yang sudah kadaluwarsa,

2.   Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai,

3.   Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa spesimen,

4.   Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali pakai setelah di autoklaf.

Sifat limbah digolongkan menjadi:

1.   Buangan bahan berbahaya dan beracun

2.   Limbah infektif

3.   Limbah radioaktif

4.   Limbah umum

Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa:

1.   Limbah cair dibagi menjadi 3, yaitu:

a.  Limbah cair infeksius, misalnya sisa spesimen seperti darah, serum / plasma, urine

dan cairan tubuh lainnya.

b.  Limbah cair domestik, yaitu limbah yang dihasilkan dari bekas air pembilasan atau

pencucian alat.

c.  Limbah cair kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari menggunakan bahan-bahan kimia,

misalnya sisa-sisa reagen dan cairan pewarna.

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 3

Page 4: Pengelolaan Limbah RS

2.   Limbah padat dibagi menjadi 2, yaitu :

      a. Limbah padat infeksius:

-  Limbah benda tajam, yaitu alat atau obyek yang mempunyai sudut tajam, sisi,

ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, misalnya

jarum suntik, pecahan dari kaca dan pisau.

-  Sisa bahan pemeriksaan, misalnya jaringan, faeces, bekuan darah dan medium

biakan.

b. Limbah padat non infeksius, misalnya sampah umum seperti kertas, tissue, plastik

kayu, pembungkus, kardus dan sebagainya.

3.   Limbah gas adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan

etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa).

IV. PENANGANAN DAN PENAMPUNGAN LIMBAH

           Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah terhadap

kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah tersebut.

Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu :

1.   Limbah berbahaya dan beracun, dengan cara :

a.  Netralisasi

     Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau

Ca(OH)2 Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti

H2SO4 atau HCI. Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai indikator dapat

digunakan Phenol Phtalein (PP.). Zat ini akan berubah pada pH 6-8 sehingga cukup

aman digunakan jika pH limbah berkisar antara 6,5-8,5.

b.  Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi

     Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO

karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.

c. Reduksi-Oksidasi

    Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi

(redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.

d.  Penukaran ion

     Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat

diserap oleh resin anion.

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 4

Page 5: Pengelolaan Limbah RS

2.   Limbah infeksius

      Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu

a.   Metode Desinfeksi

     Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan

kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak     

aktif.

Agar pengolahan limbah menjadi efektif perlu untuk:

-    Menggunakan desinfektan yang sesuai, misalnya Chlorine,Iodophore, Alcohol,

Formaldehyde, Glutaraldehyde dan Natrium hypochioride. Yang terakhir ini merupakan

satu-satunya jenis desinfektan yang digunakan secara rutin untuk mendesinfeksi

limbah penyakit menular.

-    Menambahkan jumlah bahan kimia yang cukup, jumlah desinfektan yang diberikan

harus berlebih karena bahan-bahan protein yang terkandung dalam limbah akan

mengikat desinfektan dan mencegah bahan tersebut bereaksi dengan kuman penyakit.

-    Memberikan waktu kontak yang cukup, gunanya adalah untuk mencapai efektifitas

pengolahan.

-    Mengawasi kondisi-kondisi lain yang diperlukan, misalnya pH yang tidak sesuai akan

meningkatkan / menghambat proses desinfeksi.

-    Temperatur, dapat meningkatkan atau menurunkan efektifitas dan kecepatan proses

pengolahan.

-     Pengadukan.

b.   Metode Pengenceran (Dilution)

Yaitu dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup

rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan

kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi

dapat menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai

dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir.

c.   Metode Proses Biologis

Yaitu dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut

akan menimbulkan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah.

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 5

Page 6: Pengelolaan Limbah RS

d.   Metode Ditanam (Landfill)

Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah.

e.   Metode Insinerasi (Pembakaran)

Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator

senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O.

Bahan-bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit,

jaringan tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa

dalam bentuk abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya (tergantung dari jenis

limbah).

Agar insinerasi berlangsung optimal, perlu 5 kondisi:

-     Diperlukan oksigen dalam jumlah yang cukup,

-     Atomisasi dan Volatilisasi, yaitu mengubah limbah menjadi partikel yang sangat

kecil dan gas,

-     Proses pengadukan dan pencampuran dalam insinerator,

-     Suhu yang cukup untuk volatilisasi,

-     Cukup waktu untuk terjadinya reaksi.

Alat insinerator yang baik adalah yang memungkinkan suhu pada ruang bakar

pertama paling sedikit 800 - 1000°C.

3.   Limbah radioaktif

Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil

mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah

didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:

a.   Bentuk : cair, padat dan gas,

b.   Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),

c.   Tinggi-rendahnya aktifitas

d.   Panjang-pendeknya waktu paruh,

e.   Sifat : dapat dibakar atau tidak.

Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :

a.   Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan,

peguburan dan pembuangan.

b.   Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan

Tanaga Atom Nasional (BATAN).

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 6

Page 7: Pengelolaan Limbah RS

4.   Limbah umum

Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat dan

dibakar di incinerator. Penampungan limbah adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kontaminasi atau pemaparan pada petugas yang menangani limbah. Wadah penampungan

limbah harus memadai, misalnya:

1.   Penampungan limbah benda tajam, harus tahan tusuk, impermeabilitas (kekedapan,

tidak dapat dirembesi), kokoh, aman dan diberi label.

2.   Penampungan limbah cairan infeksius:

a. Diwadahi dengan botol penutup yang aman atau wadah yang kaku sejenis botol dan

ditutup dengan tutup berulir atau gabus. Botol tersebut dimasukkan dalam kaleng

atau kotak untuk pengamanan tambahan dan menampung adanya tumpahan serta

mengurangi resiko pemaparan.

b. Limbah cair yang akan disterilkan dengan uap sebaiknya terbuat dari logam karena

logam bersifat memperluas penyebaran panas. Jangan menggunakan bahan

gelas/kaca.

c. Limbah cair yang akan diinsinerasi sebaiknya wadah terbuat dari plastik karena

mudah terbakar.

V.  PEMISAHAN LIMBAH

Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah dengan

cara menggunakan kantong dengan kode warna yang disarankan untuk limbah klinis adalah

seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Kode warna yang disarankan untuk limbah klinis.

NO WARNA KANTONG JENIS LIMBAH

1. Hitam Limbah rumah tangga, tidak digunakan untuk

menyimpan atau mengangkat limbah klinik.

2. Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar

3. Kuning dengan strip hitam Jenis limbah yang sebaiknya dibakar, tetapi bias juga

dibuang di sanitary landfill bila dilakukan pengumpulan

terpisah dan pengaturan pembuangan.

4. Biru muda atau transparan

dengan strip biru tua

Limbah untuk autoclaving (pengolahan sejenis)

sebelum pembuangan akhir.

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 7

Page 8: Pengelolaan Limbah RS

            Kebersihan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang jelas serta

keterampilan petugas sampah/kebersihan.Selain kode warna pada kantong plastik untuk

pemisahan limbah juga terdapat kode/simbol yang telah distandarisasi untuk 3 golongan

sampah yang paling berbahaya, yaitu :

Tabel 2. Simbol Limbah

NO GOLONGAN SAMPAH GAMBAR SIMBOL

1. Sampah Infeksius :

Kantong warna kuning dengan

simbol Biohazard yang telah

dikenal secara internasional

berwarna hitam.

2. Sampah Sitotoksik :

Kantong berwarna ungu

dengan simbol sitotoksik

(berbentuk cell dalam telofase)

3. Sampah Radioaktif :

Kantong berwarna merah

dengan simbol radioaktif yang

telah dikenal secara

internasional.

 

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 8

Page 9: Pengelolaan Limbah RS

VI. PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM

1.   Limbah Cair:

a.   Limbah Cair Infeksius:

     Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan awal, limbah dikumpulkan terlebih dahulu

dalam wadah plastik atau kaca dan diberi desinfektan. Jenis desinfektan yang banyak

digunakan adalah natrium hipoklorit dengan kadar 0,5-10%. Karena kekuatan

desinfektan makin lama makin menurun, maka untuk keefektifan penggunaanya harus

dibuat baru setiap minggu.

     Setelah didesinfeksi, limbah tersebut dialirkan ke saluran pembuangan awal yang

selanjutnya dikumpulkan dalam bak penampungan untuk diolah.

b.   Limbah Cair Domestik:

 Limbah ini langsung dialirkan melalui saluran pembuangan awal menuju bak          

penampungan untuk diolah.

c.   Limbah Cair Kimia:

     Penanganannya dilakukan dengan cara mengencerkan limbah dengan air sampai

konsentrasi rendah dan selanjutnya dialirkan mengikuti saluran pembuangan awal

menuju bak penampungan untuk diolah.

Semua limbah cair yang terkumpul dalam bak penampungan dapat diolah dengan berbagai

cara, antara lain :

a.   FBK Bioreactor

      FBK Bioreaktor menggunakan metode proses biologis. Limbah yang terkumpul dalam

bak penampungan dipompa menuju alat Bioreactor dan setelah mengalami proses,

limbah disalurkan melalui pipa buangan ke saluran umum (sungai/kali).

    Proses FBK Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok berfungsi sebagai

tempat pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media, membentuk

lapisan biomassa. Aerator dan struktur media yang mengatur aliran air limbah yang

masuk ke dalam tangki Biodetox sedemikian rupa sehingga kontak antara air limbah

dengan lapisan biomassa terjadi berulang-ulang, melalui perjalanan panjang

sehingga mencapai efisiensi degradasi BOD/COD yang optimum ( maksimal kadar

BOD = 75 mg/L dan COD = 100 mg/L). Udara dimasukkan ke dalam tangki Biodetox

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 9

Page 10: Pengelolaan Limbah RS

melalui aeration sehingga menimbulkan gelembung-gelembung udara yang

dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dirancang secara spesifik rnenghasilkan

efek floatasi dan sedimentasi.

      Air limbah yang telah diolah dalam tangki Biodetox sudah jernih sehingga dapat

disalurkan ke saluran umum.

b.   Sewage Treatment Plant (STP) :

      Adalah sistem pengolahan limbah yang bertujuan mengolah limbah cair      

menjadi air bersih yang dapat dibuang ke saluran umum dan tidak mencemari    

lingkungan.

Metode yang digunakan adalah:

-     Screen Pit

      Dilengkapi dengan saringan kasar, saringan halus dan communitor. Berfungsi untuk

menyaring kotoran/sampah yang besar-besar sedangkan communitor akan

menghancurkan material yang masuk sehingga proses treatment secara biologis

dapat berfungsi dengan baik.

-     Equalizing Tank:

      Berfungsi sebagai pre-treatment yang meratakan kualitas air bak.

-     Aeration tank

      Dilengkapi dengan air seal difusser. Air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi

diproses dengan cara mendifusikan udara ke dalam air limbah melalui diffuser juga

ditambahkan lumpur aktif yang dikembalikan dan bak pengendap. Setelah melalui

proses aerasi, air mengalir melalui pipa transfer ke bak pengendap (Settling Tank).

-     Settling Tank :

      Berfungsi untuk memisahkan lumpur. Lumpur akan mengendap ke bagian bawah

tangki dan disedot oleh lift pump masuk ke dalam kotak distribusi lumpur yang

kemudian didistribusikan menjadi 2 cabang ; yang pertama masuk ke bak aerasi dan

yang kedua masuk ke bak penampungan lumpur, sedangkan airnya akan mengalir

melalui Over Flow Weir selanjutnya masuk bak Over Flow dan mengalami proses

( untuk mendestruksi mikroba patogen.

-   Effluent Tank :

    Berfungsi untuk menampung hasil akhir pengolahan (treatment). Air dalam bak ini

dipompa ke sumpit lalu disalurkan ke saluran umum.

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 10

Page 11: Pengelolaan Limbah RS

2.   Limbah Padat :

a.   Limbah Padat Infeksius:

-     Limbah benda tajam

      Dikumpulkan dalam suatu wadah sesuai syarat penampungan benda tajam. Untuk

keamanan, pada saat pengangkutannya wadah tersebut dapat diberi cairan

desinfektan seperti lysol. Kemudian wadah dimasukkan dalam kantong plastik kuning

dengan simbol biohazard diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di insinerator.

-     Limbah sisa bahan pemeriksaan

      Dikumpulkan dalam kantong plastik kuning bersimbol biohazard dan disterilkan dalam

autoclave suhu 121°C selama 15 menit. Selanjutnya kantong plastik tersebut dilapisi

dengan kantong plastik kuning, diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di incinerator.

b.   Limbah Padat Non Infeksius:

      Dimasukkan dalam tempat sampah yang telah dilapisi kantong plastik warna hitam.

Setelah sampah mengisi ¾ kantong, ikatlah kuat-kuat lalu angkut ke tempat

pembuangan untuk dibakar dalam insinerator.

3.   Limbah Gas:

Limbah gas harus dibersihkan melalui penyaringan (filter) sebelum dibuang ke udara. Filter

harus diperiksa secara teratur, jika rusak atau tingkat radiasinya mendekati batas yang telah

ditentukan, filter harus diganti. Untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif dari filter, maka filter

harus dibungkus dengan plastik polietilen.

VII. EVALUASI PENGOLAHAN LIMBAH

          Air hasil pengolahan limbah dapat diketahui kualitasnya dengan menggunakan indikator

biologi seperti pengadaan kolam ikan atau penyiraman taman.

          Selain itu hasil pengolahan limbah cair juga perlu diperiksa ke instansi pemerintah yaitu

Bapedal setiap 3 bulan sekali dan di laboratorium sendiri setiap 1 bulan sekali.

VIII. KESELAMATAN KERJA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH

          Para petugas yang menangani limbah selain mempunyai resiko terkena penyakit juga

mempunyai resiko mendapatkan kecelakaan. Luka karena benda tajam adalah penyebab

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 11

Page 12: Pengelolaan Limbah RS

kecelakaan terbesar di kalangan petugas pelayanan kesehatan dan petugas yang menangani

limbah, karena adanya resiko ganda berupa luka dan tertular penyakit. Oleh karena itu

diwajibkan bagi petugas pengantar/pengelola limbah untuk menggunakan pelindung diri, seperti

sarung tangan karet dan plastik pengaman untuk mencuci alat laboratorium.

Tabel 3. Prosedur Kerja Pengurangan Resiko

NO PROSEDUR PENGURANGAN RESIKO

1. Kelompokkan limbah untuk mengetahui

jenis yang perlu pengelolaan dan

penanganan khusus

Tentukan golongan-golongan limbah

sesuai kriteria yang berlaku

2. Pisahkan limbah yang memerlukan

penanganan khusus (yang infeksius dan

radioaktif) dari limbah lainnya.

Pindahkan limbah yang memerlukan

penanganan khusus. Pisahkan limbah itu

dari tempat limbah umum

3. Gunakan kontainer yang berbeda untuk

limbah-limbah khusus 

Upayakan agar limbah khusus dapat

dikenal dengan mudah

4. Berhati-hati waktu mengangkat dan

memindahkan kontainer limbah

Jaga kemungkinan terjadinya salah urat

pada punggung dan bagia tubuh lainnya

5. Gunakan kereta yang baik untuk

mengumpulkan dan memindahkan

kontainer limbah

Jaga agar kontainer limbah tidak jatuh dari

kereta dengan begitu akan mengurangi

terjadinya luka dan terpapar.

6. Gunakan kereta yang bongkar-muatnya

mudah, mudah digerakkan, direm dan

diarahkan serta mudah dibersihkan

Kurangi kecelakaan dari kereta hingga

dengan begitu mengurangi kejadian luka

dan paparan

7. Semua kontainer limbah harus ditutup

rapat (bila memungkinkan) sebelum

dipindahkan

Kurangi terjadinya paparan

8. Limbah gas dibuang kewadah yang telah

ditentukan (tidak lagi dilakukan penyortiran)

Kurangi penanganan limbah dan

kemungkinan terjadinya paparan

9. Gunakan alat pelindung perorang yang

memadai, seperti sarung tangan, masker,

kaca mata, celemek pada waktu

menangani limbah khusus

Adakan perlindungan terhadap paparan

10. Usahakan agar semua kegiatan hanya Kurangi resiko ekpose pada orang-orang

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 12

Page 13: Pengelolaan Limbah RS

dilakukan oleh orang yang cukup terlatih. yang memakai alat dengan cara yang

keliru

IX.  KESIMPULAN

            Sistem pengelolaan limbah yang baik dan benar dapat meningkatkan keamanan dalam

kerja terutama bagi petugas kesehatan yang berhubungan dengan limbah tersebut, pasien,

pengunjung dan masyarakat disekitar rumah sakit dan laboratorium. Penanganan limbah yang

kurang baik akan dapat atau potensial sebagai sumber pencemaran penularan penyakit bagi

warga laboratorium sendiri maupun masyarakat di sekitarnya.

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 13

Page 14: Pengelolaan Limbah RS

X. DAFTAR PUSTAKA

           

1. Depkes R.I, Pedoman Pelayanan Rumah Sakit dan Laboratorium Klinik, Jakarta, Tahun

1980 

2. Depkes R.I, Pedoman Penanganan Limbah dan Sanitasi Rumah Sakit, Jakarta, Tahun

1985

3. Reinhardt, P.A Gordon, J.G, Pengelolaan Limbah Menular dan Limbah Medik, Depkes

R.I. Jakarta, Tahun 1995

4. Pusat Laboratorium Kesehatan Jakarta, Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar

(Good Laboratory Practice). Depkes R.I. Jakarta, Tahun 1999

5. Pusat Laboratorium Kesehatan Jakarta, Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi

dan Biomedis, Depkes R.I. Jakarta, Tahun 1997                      

..

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 14

Page 15: Pengelolaan Limbah RS

PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 15