Download - Pengelolaan Limbah RS
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan pesat dalam peradaban manusia yang ditandai oleh tingkat kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, telah memberikan perubahan-perubahan yang mendasar
dalam berbagai dimensi kehidupan. Dampak negatif yang hadir bersamaan dengan segala
kemajuan tersebut senantiasa menjadi ancaman bagi kelangsungan proses kehidupan bagi
setiap individu.
Terjadinya krisis lingkungan kearah yang lebih serius merupakan issue yang semakin
menuntut kita untuk secepatnya melakukan antisipasi dengan menggunakan kemajuan dan
ilmu dan teknologi tersebut.
Salah satu yang dapat menimbulkan krisis lingkungan adalah pembuangan limbah akibat
aktifitas hidup manusia. Limbah merupakan sisa proses produksi yang tidak terpakai lagi dan
dibuang, yang jika diperlakukan secara tepat akan merugikan manusia dan lingkungan.
Pertambahan manusia dan aktifitas sudah tentu akan menimbulkan pertambahan
kuantitas limbah, yang secepatnya harus diolah karena mempunyai potensi untuk mencemari
lingkungan. Percepatan pertambahan kuantitas limbah baik domestik maupun industri dan
komersial yang semakin bervariasi adalah merupakan masalah yang secepatnya harus dicari
solusinya.
Selain domestik dan industri ada suatu lembaga atau badan usaha yang merupakan
penghasil limbah klinis terbesar, yaitu Rumah Sakit. Berbagai jenis limbah yang dihasilkan di
Rumah Sakit dan unit-unit pelayanan medis bisa membahayakan dan menimbulkan gangguan
kesehatan bagi pengunjung, terutama petugas yang menangani limbah tersebut.
Terhadap limbah-limbah tersebut seringkali diperlukan pengolahan pendahuluan sebelum
diangkut ke tempat pembuangan atau dimusnahkan dengan unit pemusnah setempat. Rumah
Sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk pelayanan umum yang dikelilingi
oleh perumahan padat penduduk. Sebagaimana halnya pemukiman, Rumah Sakit juga adalah
tempat berkumpulnya sejumlah orang yang selalu akan menghasilkan limbah dan memerlukan
pembuangan. Limbah rumah sakit memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan atau
penularan penyakit.
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 1
Limbah rumah sakit berasal dari unit-unit pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit
tersebut termasuk laboratorium. Semua jenis limbah di laboratorium harus dinyatakan sebagai
bahan yang infeksius, oleh karena itu penanganan dan pembuangan limbah harus ditangani
secara benar agar tidak menimbulkan dampak negatif sebagai akibat dari kegiatan operasional
laboratorium yang jika tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan, baik pekerja,
pasien, pengunjung maupun masyarakat sekitarnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peraturan - peraturan
Pengaturan limbah di Indonesia mempunyai beberapa peraturan yang harus ditaati,
peraturan-peraturan tersebut dibuat berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Beberapa dasar hukum yang dapat dicermati antara lain:
1. Undang-Undang nomor 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
3. Undang-Undang nomor 4 tahun 1982, tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
4. Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor : 986/MENKES/PER/XI/1992, tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
5. Undang-Undang Konservasi dan Pemulihan Sumber (“Resource Conservation and
Recovery Act” = RCRA ) dan amandemen-amandemennya.
6. Undang-undang tentang Reaksi, Kompensasi dan Tanggung Jawab Lingkungan
(“Comprehensive Environmental Response, Compensation, and Liability Act” =
CERCLA) atau disebut juga “Superfund Amandments and Reauthorization Act” (SARA),
mengatur kerugian terhadap lingkungan yang disebabkan limbah berbahaya.Dan
undang-undang lainnya yang terkait.
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 2
III. PENGERTIAN
Limbah adalah bahan-bahan buangan atau residu dari suatu kegiatan, bisa dalam bentuk
padat, cair atau gas yang sudah tidak terpakai lagi. Limbah Klinis adalah limbah yang berasal
dan Pelayanan Medis, Laboratorium, Farmasi, Kamar Bedah dan pelayanan medis lainnya
yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius, berbahaya dan membahayakan.
Penggolongan limbah berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya dapat dibagi
menjadi 5 jenis, yaitu:
1. Limbah Benda tajam
2. Limbah Infeksius
3. Limbah Jaringan tubuh
4. Limbah Sitotoksik
5. Limbah Bahan kimia
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1. Bahan baku yang sudah kadaluwarsa,
2. Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai,
3. Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa spesimen,
4. Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali pakai setelah di autoklaf.
Sifat limbah digolongkan menjadi:
1. Buangan bahan berbahaya dan beracun
2. Limbah infektif
3. Limbah radioaktif
4. Limbah umum
Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa:
1. Limbah cair dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Limbah cair infeksius, misalnya sisa spesimen seperti darah, serum / plasma, urine
dan cairan tubuh lainnya.
b. Limbah cair domestik, yaitu limbah yang dihasilkan dari bekas air pembilasan atau
pencucian alat.
c. Limbah cair kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari menggunakan bahan-bahan kimia,
misalnya sisa-sisa reagen dan cairan pewarna.
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 3
2. Limbah padat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Limbah padat infeksius:
- Limbah benda tajam, yaitu alat atau obyek yang mempunyai sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, misalnya
jarum suntik, pecahan dari kaca dan pisau.
- Sisa bahan pemeriksaan, misalnya jaringan, faeces, bekuan darah dan medium
biakan.
b. Limbah padat non infeksius, misalnya sampah umum seperti kertas, tissue, plastik
kayu, pembungkus, kardus dan sebagainya.
3. Limbah gas adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan
etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa).
IV. PENANGANAN DAN PENAMPUNGAN LIMBAH
Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah terhadap
kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah tersebut.
Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu :
1. Limbah berbahaya dan beracun, dengan cara :
a. Netralisasi
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau
Ca(OH)2 Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti
H2SO4 atau HCI. Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai indikator dapat
digunakan Phenol Phtalein (PP.). Zat ini akan berubah pada pH 6-8 sehingga cukup
aman digunakan jika pH limbah berkisar antara 6,5-8,5.
b. Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi
Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO
karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
c. Reduksi-Oksidasi
Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi
(redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
d. Penukaran ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat
diserap oleh resin anion.
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 4
2. Limbah infeksius
Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu
a. Metode Desinfeksi
Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan
kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak
aktif.
Agar pengolahan limbah menjadi efektif perlu untuk:
- Menggunakan desinfektan yang sesuai, misalnya Chlorine,Iodophore, Alcohol,
Formaldehyde, Glutaraldehyde dan Natrium hypochioride. Yang terakhir ini merupakan
satu-satunya jenis desinfektan yang digunakan secara rutin untuk mendesinfeksi
limbah penyakit menular.
- Menambahkan jumlah bahan kimia yang cukup, jumlah desinfektan yang diberikan
harus berlebih karena bahan-bahan protein yang terkandung dalam limbah akan
mengikat desinfektan dan mencegah bahan tersebut bereaksi dengan kuman penyakit.
- Memberikan waktu kontak yang cukup, gunanya adalah untuk mencapai efektifitas
pengolahan.
- Mengawasi kondisi-kondisi lain yang diperlukan, misalnya pH yang tidak sesuai akan
meningkatkan / menghambat proses desinfeksi.
- Temperatur, dapat meningkatkan atau menurunkan efektifitas dan kecepatan proses
pengolahan.
- Pengadukan.
b. Metode Pengenceran (Dilution)
Yaitu dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan
kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi
dapat menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai
dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir.
c. Metode Proses Biologis
Yaitu dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut
akan menimbulkan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah.
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 5
d. Metode Ditanam (Landfill)
Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah.
e. Metode Insinerasi (Pembakaran)
Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator
senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O.
Bahan-bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit,
jaringan tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa
dalam bentuk abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya (tergantung dari jenis
limbah).
Agar insinerasi berlangsung optimal, perlu 5 kondisi:
- Diperlukan oksigen dalam jumlah yang cukup,
- Atomisasi dan Volatilisasi, yaitu mengubah limbah menjadi partikel yang sangat
kecil dan gas,
- Proses pengadukan dan pencampuran dalam insinerator,
- Suhu yang cukup untuk volatilisasi,
- Cukup waktu untuk terjadinya reaksi.
Alat insinerator yang baik adalah yang memungkinkan suhu pada ruang bakar
pertama paling sedikit 800 - 1000°C.
3. Limbah radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil
mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:
a. Bentuk : cair, padat dan gas,
b. Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (γ),
c. Tinggi-rendahnya aktifitas
d. Panjang-pendeknya waktu paruh,
e. Sifat : dapat dibakar atau tidak.
Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :
a. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan,
peguburan dan pembuangan.
b. Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan
Tanaga Atom Nasional (BATAN).
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 6
4. Limbah umum
Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat dan
dibakar di incinerator. Penampungan limbah adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kontaminasi atau pemaparan pada petugas yang menangani limbah. Wadah penampungan
limbah harus memadai, misalnya:
1. Penampungan limbah benda tajam, harus tahan tusuk, impermeabilitas (kekedapan,
tidak dapat dirembesi), kokoh, aman dan diberi label.
2. Penampungan limbah cairan infeksius:
a. Diwadahi dengan botol penutup yang aman atau wadah yang kaku sejenis botol dan
ditutup dengan tutup berulir atau gabus. Botol tersebut dimasukkan dalam kaleng
atau kotak untuk pengamanan tambahan dan menampung adanya tumpahan serta
mengurangi resiko pemaparan.
b. Limbah cair yang akan disterilkan dengan uap sebaiknya terbuat dari logam karena
logam bersifat memperluas penyebaran panas. Jangan menggunakan bahan
gelas/kaca.
c. Limbah cair yang akan diinsinerasi sebaiknya wadah terbuat dari plastik karena
mudah terbakar.
V. PEMISAHAN LIMBAH
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah dengan
cara menggunakan kantong dengan kode warna yang disarankan untuk limbah klinis adalah
seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Kode warna yang disarankan untuk limbah klinis.
NO WARNA KANTONG JENIS LIMBAH
1. Hitam Limbah rumah tangga, tidak digunakan untuk
menyimpan atau mengangkat limbah klinik.
2. Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar
3. Kuning dengan strip hitam Jenis limbah yang sebaiknya dibakar, tetapi bias juga
dibuang di sanitary landfill bila dilakukan pengumpulan
terpisah dan pengaturan pembuangan.
4. Biru muda atau transparan
dengan strip biru tua
Limbah untuk autoclaving (pengolahan sejenis)
sebelum pembuangan akhir.
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 7
Kebersihan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang jelas serta
keterampilan petugas sampah/kebersihan.Selain kode warna pada kantong plastik untuk
pemisahan limbah juga terdapat kode/simbol yang telah distandarisasi untuk 3 golongan
sampah yang paling berbahaya, yaitu :
Tabel 2. Simbol Limbah
NO GOLONGAN SAMPAH GAMBAR SIMBOL
1. Sampah Infeksius :
Kantong warna kuning dengan
simbol Biohazard yang telah
dikenal secara internasional
berwarna hitam.
2. Sampah Sitotoksik :
Kantong berwarna ungu
dengan simbol sitotoksik
(berbentuk cell dalam telofase)
3. Sampah Radioaktif :
Kantong berwarna merah
dengan simbol radioaktif yang
telah dikenal secara
internasional.
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 8
VI. PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM
1. Limbah Cair:
a. Limbah Cair Infeksius:
Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan awal, limbah dikumpulkan terlebih dahulu
dalam wadah plastik atau kaca dan diberi desinfektan. Jenis desinfektan yang banyak
digunakan adalah natrium hipoklorit dengan kadar 0,5-10%. Karena kekuatan
desinfektan makin lama makin menurun, maka untuk keefektifan penggunaanya harus
dibuat baru setiap minggu.
Setelah didesinfeksi, limbah tersebut dialirkan ke saluran pembuangan awal yang
selanjutnya dikumpulkan dalam bak penampungan untuk diolah.
b. Limbah Cair Domestik:
Limbah ini langsung dialirkan melalui saluran pembuangan awal menuju bak
penampungan untuk diolah.
c. Limbah Cair Kimia:
Penanganannya dilakukan dengan cara mengencerkan limbah dengan air sampai
konsentrasi rendah dan selanjutnya dialirkan mengikuti saluran pembuangan awal
menuju bak penampungan untuk diolah.
Semua limbah cair yang terkumpul dalam bak penampungan dapat diolah dengan berbagai
cara, antara lain :
a. FBK Bioreactor
FBK Bioreaktor menggunakan metode proses biologis. Limbah yang terkumpul dalam
bak penampungan dipompa menuju alat Bioreactor dan setelah mengalami proses,
limbah disalurkan melalui pipa buangan ke saluran umum (sungai/kali).
Proses FBK Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok berfungsi sebagai
tempat pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media, membentuk
lapisan biomassa. Aerator dan struktur media yang mengatur aliran air limbah yang
masuk ke dalam tangki Biodetox sedemikian rupa sehingga kontak antara air limbah
dengan lapisan biomassa terjadi berulang-ulang, melalui perjalanan panjang
sehingga mencapai efisiensi degradasi BOD/COD yang optimum ( maksimal kadar
BOD = 75 mg/L dan COD = 100 mg/L). Udara dimasukkan ke dalam tangki Biodetox
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 9
melalui aeration sehingga menimbulkan gelembung-gelembung udara yang
dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dirancang secara spesifik rnenghasilkan
efek floatasi dan sedimentasi.
Air limbah yang telah diolah dalam tangki Biodetox sudah jernih sehingga dapat
disalurkan ke saluran umum.
b. Sewage Treatment Plant (STP) :
Adalah sistem pengolahan limbah yang bertujuan mengolah limbah cair
menjadi air bersih yang dapat dibuang ke saluran umum dan tidak mencemari
lingkungan.
Metode yang digunakan adalah:
- Screen Pit
Dilengkapi dengan saringan kasar, saringan halus dan communitor. Berfungsi untuk
menyaring kotoran/sampah yang besar-besar sedangkan communitor akan
menghancurkan material yang masuk sehingga proses treatment secara biologis
dapat berfungsi dengan baik.
- Equalizing Tank:
Berfungsi sebagai pre-treatment yang meratakan kualitas air bak.
- Aeration tank
Dilengkapi dengan air seal difusser. Air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi
diproses dengan cara mendifusikan udara ke dalam air limbah melalui diffuser juga
ditambahkan lumpur aktif yang dikembalikan dan bak pengendap. Setelah melalui
proses aerasi, air mengalir melalui pipa transfer ke bak pengendap (Settling Tank).
- Settling Tank :
Berfungsi untuk memisahkan lumpur. Lumpur akan mengendap ke bagian bawah
tangki dan disedot oleh lift pump masuk ke dalam kotak distribusi lumpur yang
kemudian didistribusikan menjadi 2 cabang ; yang pertama masuk ke bak aerasi dan
yang kedua masuk ke bak penampungan lumpur, sedangkan airnya akan mengalir
melalui Over Flow Weir selanjutnya masuk bak Over Flow dan mengalami proses
( untuk mendestruksi mikroba patogen.
- Effluent Tank :
Berfungsi untuk menampung hasil akhir pengolahan (treatment). Air dalam bak ini
dipompa ke sumpit lalu disalurkan ke saluran umum.
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 10
2. Limbah Padat :
a. Limbah Padat Infeksius:
- Limbah benda tajam
Dikumpulkan dalam suatu wadah sesuai syarat penampungan benda tajam. Untuk
keamanan, pada saat pengangkutannya wadah tersebut dapat diberi cairan
desinfektan seperti lysol. Kemudian wadah dimasukkan dalam kantong plastik kuning
dengan simbol biohazard diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di insinerator.
- Limbah sisa bahan pemeriksaan
Dikumpulkan dalam kantong plastik kuning bersimbol biohazard dan disterilkan dalam
autoclave suhu 121°C selama 15 menit. Selanjutnya kantong plastik tersebut dilapisi
dengan kantong plastik kuning, diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di incinerator.
b. Limbah Padat Non Infeksius:
Dimasukkan dalam tempat sampah yang telah dilapisi kantong plastik warna hitam.
Setelah sampah mengisi ¾ kantong, ikatlah kuat-kuat lalu angkut ke tempat
pembuangan untuk dibakar dalam insinerator.
3. Limbah Gas:
Limbah gas harus dibersihkan melalui penyaringan (filter) sebelum dibuang ke udara. Filter
harus diperiksa secara teratur, jika rusak atau tingkat radiasinya mendekati batas yang telah
ditentukan, filter harus diganti. Untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif dari filter, maka filter
harus dibungkus dengan plastik polietilen.
VII. EVALUASI PENGOLAHAN LIMBAH
Air hasil pengolahan limbah dapat diketahui kualitasnya dengan menggunakan indikator
biologi seperti pengadaan kolam ikan atau penyiraman taman.
Selain itu hasil pengolahan limbah cair juga perlu diperiksa ke instansi pemerintah yaitu
Bapedal setiap 3 bulan sekali dan di laboratorium sendiri setiap 1 bulan sekali.
VIII. KESELAMATAN KERJA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH
Para petugas yang menangani limbah selain mempunyai resiko terkena penyakit juga
mempunyai resiko mendapatkan kecelakaan. Luka karena benda tajam adalah penyebab
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 11
kecelakaan terbesar di kalangan petugas pelayanan kesehatan dan petugas yang menangani
limbah, karena adanya resiko ganda berupa luka dan tertular penyakit. Oleh karena itu
diwajibkan bagi petugas pengantar/pengelola limbah untuk menggunakan pelindung diri, seperti
sarung tangan karet dan plastik pengaman untuk mencuci alat laboratorium.
Tabel 3. Prosedur Kerja Pengurangan Resiko
NO PROSEDUR PENGURANGAN RESIKO
1. Kelompokkan limbah untuk mengetahui
jenis yang perlu pengelolaan dan
penanganan khusus
Tentukan golongan-golongan limbah
sesuai kriteria yang berlaku
2. Pisahkan limbah yang memerlukan
penanganan khusus (yang infeksius dan
radioaktif) dari limbah lainnya.
Pindahkan limbah yang memerlukan
penanganan khusus. Pisahkan limbah itu
dari tempat limbah umum
3. Gunakan kontainer yang berbeda untuk
limbah-limbah khusus
Upayakan agar limbah khusus dapat
dikenal dengan mudah
4. Berhati-hati waktu mengangkat dan
memindahkan kontainer limbah
Jaga kemungkinan terjadinya salah urat
pada punggung dan bagia tubuh lainnya
5. Gunakan kereta yang baik untuk
mengumpulkan dan memindahkan
kontainer limbah
Jaga agar kontainer limbah tidak jatuh dari
kereta dengan begitu akan mengurangi
terjadinya luka dan terpapar.
6. Gunakan kereta yang bongkar-muatnya
mudah, mudah digerakkan, direm dan
diarahkan serta mudah dibersihkan
Kurangi kecelakaan dari kereta hingga
dengan begitu mengurangi kejadian luka
dan paparan
7. Semua kontainer limbah harus ditutup
rapat (bila memungkinkan) sebelum
dipindahkan
Kurangi terjadinya paparan
8. Limbah gas dibuang kewadah yang telah
ditentukan (tidak lagi dilakukan penyortiran)
Kurangi penanganan limbah dan
kemungkinan terjadinya paparan
9. Gunakan alat pelindung perorang yang
memadai, seperti sarung tangan, masker,
kaca mata, celemek pada waktu
menangani limbah khusus
Adakan perlindungan terhadap paparan
10. Usahakan agar semua kegiatan hanya Kurangi resiko ekpose pada orang-orang
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 12
dilakukan oleh orang yang cukup terlatih. yang memakai alat dengan cara yang
keliru
IX. KESIMPULAN
Sistem pengelolaan limbah yang baik dan benar dapat meningkatkan keamanan dalam
kerja terutama bagi petugas kesehatan yang berhubungan dengan limbah tersebut, pasien,
pengunjung dan masyarakat disekitar rumah sakit dan laboratorium. Penanganan limbah yang
kurang baik akan dapat atau potensial sebagai sumber pencemaran penularan penyakit bagi
warga laboratorium sendiri maupun masyarakat di sekitarnya.
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 13
X. DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes R.I, Pedoman Pelayanan Rumah Sakit dan Laboratorium Klinik, Jakarta, Tahun
1980
2. Depkes R.I, Pedoman Penanganan Limbah dan Sanitasi Rumah Sakit, Jakarta, Tahun
1985
3. Reinhardt, P.A Gordon, J.G, Pengelolaan Limbah Menular dan Limbah Medik, Depkes
R.I. Jakarta, Tahun 1995
4. Pusat Laboratorium Kesehatan Jakarta, Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar
(Good Laboratory Practice). Depkes R.I. Jakarta, Tahun 1999
5. Pusat Laboratorium Kesehatan Jakarta, Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi
dan Biomedis, Depkes R.I. Jakarta, Tahun 1997
..
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 14
PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH/ FRANSISKA RENI AAK 17 AGUSTUS 1945 Page 15