pengelolaan lahan gambut di perkebunan kelapa sawit...
TRANSCRIPT
i
PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA
SEJATI, MINAMAS PLANTATION, RIAU
JASTRI MEY SARAGIH
A24090150
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Lahan
Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa
Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Jastri Mey Saragih
NIM A24090150
4
5
ABSTRAK
JASTRI MEY SARAGIH. Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa
Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation,
Riau. Dibimbing oleh HARIYADI.
Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Teluk Bakau Estate, PT
Bhumireksa Nusa Sejati (BNS), Kalimantan Selatan dengan tujuan umum
mengetahui dan mengikuti praktek perusahaan dalam mengelola lahan gambut
untuk tanaman kelapa sawit, serta dengan tujuan khusus mempelajari sistem
pengelolaan tata air perkebunan. Kegiatan dilaksanakan selama 4 bulan mulai
Februari – Juni 2013. Pada umumnya sasaran ketinggian air di Perkebunan PT
BNS adalah 25 – 50 cm di bawah permukaan tanah. Sistem drainase di PT BNS
terdiri atas kanal utama, kanal cabang, kanal cabang baru, kanal kolektor, parit
kolektor, parit tengah, dan field drain. Upaya-upaya untuk mempertahankan
ketinggian air antara lain membuat water zoning, memasang piezzometer, pintu
air, over flow gate, pintu air parit tengah, pembuatan emergency gate, pemasangan
spillway, perawatan kanal, dan pembuatan peta dan standar operasional prosedur
sistem pengelolaan tata air. Analisis regresi linier sederhana dilakukan untuk
menduga pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air. Kajian menunjukkan
bahwa curah hujan berpengaruh nyata (P value = 0.014) terhadap ketinggian air.
Kenaikan 1 % curah hujan akan menaikkan ketinggian air 0.06893% di bawah
permukaan tanah. Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk menduga
pengaruh curah hujan dan ketinggian air terhadap produksi. Kajian menunjukkan
curah hujan dan ketinggian air tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Secara
keseluruhan ketinggian air di Kebun Teluk Bakau terkontrol dengan baik. Secara
keseluruhan kondisi sistem drainase baik dan dapat dilalui kendaraan air. Sistem
pengelolaan tata air dikelola dengan baik.
Kata kunci: drainase, ketinggian air, pengelolaan tata air, Riau
ABSTRACT
Internship was conducted at the Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa
Sejati (BNS), Riau in order to follow the practise of the company in managing
peatland for oil palm crop, as well as to study the water management system of
estates. Activity was carried out for 4 months from February to June 2013. Target
of water level at PT BNS plantation commonly is in range 25 to 50 cm below the
ground surface. Drainage system in PT BNS consists of main canals, branch
canals, new branch canals, collection canals, collection trenches, middle
trenches, and field drain. The efforts to maintaining the water level are building
up water zoning, installing piezzometers, water gates, over flow gates, water
flows, building up emergency gates, installing spillway, treating canals, and
making maps and standard operational procedure of water management system.
Simple linear regression analysis was used to estimate the effect of rainfall to
water level. Result showed that the rainfall significantly (p value = 0.014) affected
the water level. Increasing 1% of the rainfall would increase the water level by
6
0.06899% below the ground surface. Multiple linear regression analysis was used
to estimated the effect of rainfall and water level to production. Results showed
that the rainfall and the water level did not affect the production. Most of the
water levels at Teluk Bakau Estate are controlled well. Most of the drainage
system conditions are good and can be passed by conveyance of water. Water
management system is managed well.
Keywords: drainage, Riau, water level, water management
7
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT DI KEBUN TELUK BAKAU, PT BHUMIREKSA NUSA
SEJATI, MINAMAS PLANTATION RIAU
JASTRI MEY SARAGIH
A24090150
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
8
9
Judul Skripsi : Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa Sawit di
Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas
Plantation, Riau
Nama : Jastri Mey Saragih
NIM : A24090150
Disetujui oleh
Dr Ir Hariyadi, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
10
11
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi merupakan
syarat kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi merupakan hasil dari kerja dan analisis
selama kegiatan magang yang dilaksanakan selama empat bulan di perkebunan
kelapa sawit Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas
Plantation, Riau
Terima kasih penulis ucapkan kepada kepada kedua orang tua, Bapak
Jamansur Saragih, Ibu Murni Br Perangin Angin, Abang Jon Iman Tuah
Bremanda Saragih, kakak-kakakku yang tercinta, dan seluruh keluarga besar atas
doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis, Bapak Dr Ir Hariyadi, MS
selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta
arahannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. Bapak Dr Ir
Supijatno, MSi dan Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen penguji yang
telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi. Ibu Dr Ir
Yudiwanti Wahyu E. K, MS selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalankan studi. Bapak Mohamad Faozi Toan
selaku Manajer Kebun Teluk Bakau dan Bapak Kamsul Effendi selaku Manajer
Kebun Mandah, dan keluarga besar PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kebun Teluk
Bakau, Minamas Plantation, Riau, terutama Bapak Bistha Senior Asisten Divisi I
dan Bang Suryadi selaku Asisten Divisi II yang telah memberi bimbingan dan
masukan kepada penulis. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan,
Warkop AGH 46, Agrolina, AGH angkatan 46, KPP 46, PARMASI 46, IMKA
46, dan Parsamosir 46, beserta semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2014
Jastri Mey Saragih
12
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
TINJAUAN PUSTAKA 2
Pengertian dan Kriteria Lahan Gambut 2
Sifat dan Ciri Lahan Gambut 3
Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut 4
METODE 5
Waktu dan Tempat 5
Pelaksanaan Magang 5
Pengamatan dan Pengumpulan Data 6
Analisis Data dan Informasi 6
KEADAAN UMUM 7
Letak Geografi 7
Keadaan Iklim dan Tanah 7
Luas Areal dan Tata Guna Lahan 8
Keadaan Tanaman dan Produksi 8
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 8
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10
Aspek Teknis 10
Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting) 10
Penanaman 16
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman 23
Pemanenan 24
Pengaturan Ketinggian Air 26
Aspek Manajerial 29
HASIL DAN PEMBAHASAN 32
Pengelolaan Tata Air 32
Sistem Drainase 33
Water Zoning 36
Pengaruh Curah Hujan terhadap Ketinggian Air 37
Pengaruh Curah Hujan dan Ketinggian Air terhadap Produksi 39
KESIMPULAN DAN SARAN 40
Kesimpulan 40
Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 40
LAMPIRAN 43
RIWAYAT HIDUP 64
13
DAFTAR TABEL
1. Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut 5 2. Norma Ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau, PT BNS 9 3. Mutu tanam di lahan peremajaan 19
4. Kriteria Panen di Kebun Teluk Bakau Berdasarkan Jumlah Brondolan yang
Lepas dari Tandan 25
DAFTAR GAMBAR
1 Kegiatan sensus pokok 11
2 Pancang utama 11
3 Pre lining dan pancang mata tiga untuk pembongkaran pokok 12
4 Proses pembongkaran pokok 13
5 Parit CECT 13
6 Layout blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan 14
7 Layout petak A blok peremajaan 15
8 Compacting, cambering, gawangan sebelum cambering dan sesudah
cambering 16
9 Pancang tanam 17
10 Alat berat pelubang tanam, bibit dan lubang tanam, sketsa alat pembuat
lubang, lubang tanam tampak samping, tampak atas 17
11 Aplikasi RP dan lubang tanam yang tergenang air 18
12 Penanaman yang baik, pokok miring, piringan rata, dan tanaman menguning
akibat pecahnya bola tanah saat menanam 19
13 Lubang tanam normal dan lubang tanam terlalu dekat parit field drain 20
14 Posisi pokok normal dan pokok terancamg longsor 20
15 Penyemprotan hama dan takaran dan pelumas knapsack sprayer 20
16 Hasil penanaman pakis, M. bracteata umur 2 bulan, campuran kacangan Pj
dan Mc umur 2 minggu 22
17 Pemupukan dan hasil pemupukan 23
18 Serangan hama kumbang tanduk, tunas tumbuh kembali pasca penyerangan,
pherotrap kumbang tanduk, penanaman beneficial plant, bedengan beneficial
plant, pembibitan beneficial plant 24
19 Potong buah, pengangkutan TBS menggunakan bargas 26
20 Piezzometer di km 5 26
21 Pintu air 27
22 Over flow gate dan water gate 27
23 Spillway 28
24 Pencucian kanal dengan menggunakan bargas lumut 28
25 Grafik hubungan ketinggian air dengan hasil TBS (TM 14) di 33
26 KUT 34
27 Kanal kolektor 34
28 KCB 35
29 KCB baru 35
30 Parit tengah 36
14
31 Field drain 36
32 Bendungan KCB dan bendungan kolektor 37
33 Grafik hubungan curah hujan dengan ketinggian air di bawah permukaan
tanah periode Januari 2012 – Mei 2013 38
34 Grafik ketinggian air dan curah hujan periode januari 2012 – Mei 2013 38
35 Grafik ketinggian air dan curah hujan (Januari 2010 – Mei 2011), dan
produktivitas (Januari 2012 – Mei 2013) 39
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta wilayah Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau 45 2 Curah hujan 2008-2012 Kebun Mandah PT BNS, Riau 46 3 Produksi Lima Tahun Terakhir Kebun Teluk Bakau PT BNS 47 4 Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau 48 5 Rekomendasi Dosis Pemupukan di Lahan Peremajaan Divisi I Kebun TBE,
PT BNS 49 6 Peta Sistem Water Zoning PT BNS, Riau 50 7 Peta posisi piezzometer/water level PT BNS, Riau 51 8 Peta bendungan Water Zoning PT BNS, Riau 52 9 Peta posisi pintu air dan spill way PT BNS, Riau 53 10 Peta posisi ombrometer PT BNS, Riau 54 11 Peta water management Kebun Mandah PT BNS, Riau 55 12 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas (KHL) di PT BNS Kebun Teluk
Bakau, Riau 56 13 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di PT BNS Kebun Teluk Bakau,
Riau 57 14 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau,
Riau 58 15 Ketinggian Air Kebun TBE Tahun 2010 60 16 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2011 61 17 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2012 62 18 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2013 63
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring meningkatnya
kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini
terutama sejalan dengan peningkatan kebutuhan untuk industri turunan dan
pengembangan bio energy sebagai alternatif bahan bakar (Yanuar 2011).
Peningkatan permintaan terhadap produksi kelapa sawit tersebut di samping
menguntungkan juga menjadi tantangan bagi negara Indonesia sebagai salah satu
negara pengekspor kelapa sawit karena perlu peningkatan produksi kelapa sawit
untuk memenuhi kebutuhan tersebut sedangkan lahan subur untuk pertanian
kelapa sawit semakin terbatas. Perluasan lahan kelapa sawit pada lahan marjinal
seperti lahan gambut adalah solusi penting dalam meningkatkan produksi kelapa
sawit di Indonesia.
Lahan gambut merupakan lahan yang potensial untuk tanaman kelapa sawit.
Menurut Winarna (2007) produksi kelapa sawit pada lahan gambut mencapai 27
ton/ha/tahun, sehingga tidak kalah jika dibandingkan dengan produksi kelapa
sawit pada jenis tanah lain. Menurut Suryana et al. (2007) produktivitas rata-rata
kelapa sawit Indonesia sebesar 20.25 ton/ha/tahun. Menurut Noor (2010) luas
lahan gambut di Indonesia 15 juta ha. Menurut Sabiham dan Sukarman (2012) 9
juta ha sesuai syarat untuk pertanian. Namun yang sudah dibuka dan
dikembangkan baru 0.5 juta ha untuk tanaman pangan yang dikelola oleh para
transmigran serta 1.2 juta ha untuk perkebunan khususnya kelapa sawit. Oleh
karena itu sangat diperlukan upaya-upaya optimalisasi sumber daya lahan gambut
untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Budidaya kelapa sawit pada lahan gambut selalu melibatkan pengelolaan
tata air, pemadatan tanah, dan pemupukan, dan jika ketiga faktor tersebut tidak
dikelola dengan baik, kelestarian lahan gambut akan terancam. Di samping faktor
agronomi tanaman, pengelolaan tata air merupakan faktor paling kritis terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengelolaan tata air yang buruk akan
berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan produksi. Level air yang terlalu
rendah akan meningkatkan laju subsiden dan risiko kecelakaan kebakaran gambut.
Drainase yang buruk akan menyebabkan kondisi kering tak balik (irreversible).
Oleh karena itu pengelolaan tata air adalah syarat awal keberhasilan pengelolaan
lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit (Melling dan Hatano 2010).
Menurut Hatano et al. (2010) level air merupakan faktor penting dalam
menentukan regulasi emisi gas rumah kaca pada tanah gambut. Level air yang
semakin rendah akan meningkatkan emisi CO2 dan N2O, sedangkan kondisi banjir
akan menghasilkan emisi CH4. Oleh karena itu level air diusahakan pada kisaran
50-75 cm di bawah permukaan tanah.
Tujuan
Tujuan umum magang untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam
mempelajari dan memahami proses produksi kelapa sawit di lahan gambut serta
dapat bekerja secara nyata pada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Tujuan
2
khusus yaitu mempelajari pengelolaan tata air dalam upaya meningkatkan
produksi dan mempertahankan kelestarian lahan gambut. Kemudian menganalisis
pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air, dan menganalisis pengaruh curah
hujan dan ketinggian air terhadap produksi kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Kriteria Lahan Gambut
Pengertian lahan gambut berdasarkan rumusan semiloka nasional
pemanfaatan lahan gambut berkelanjutan di Bogor tanggal 28 Oktober 2010 ialah
sebagai suatu area yang ditutupi endapan bahan organik dengan ketebalaan >50
cm yang sebagian besar belum terlapuk secara sempurna dan tertimbun dalam
waktu lama serta mempunyai kandungan C-organik >18% (Sabiham dan
Sukarman 2012). Dalam klasifikasi tanah (soil taxonomy), tanah gambut
dikelompokkan ke dalam ordo hitosol (histos dari bahasa Yunani = jaringan) atau
sebelumnya dinamakan organosol yang mempunyai ciri dan sifat yang berbeda
dengan tanah jenis tanah mineral umumnya (Noor 2001).
Kriteria lahan gambut untuk kebun kelapa sawit harus memenuhi Peraturan
Menteri Pertanian (PERMENTAN) Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tahun
2009, yaitu:
1. Berada pada kawasan budidaya
Kawasan budidaya dimaksud dapat berasal dari kawasan hutan yang
telah dilepas dan/atau areal penggunaan lain (APL) untuk usaha budidaya
kelapa sawit.
2. Ketebalan lapisan gambut kurang dari 3 (tiga) meter
Lahan gambut yang dapat digunakan untuk budidaya kelapa sawit: (1)
dalam bentuk hamparan yang mempunyai ketebalan gambut kurang dari
3 (tiga) meter; (2) dan proporsi lahan dengan ketebalan gambutnya
kurang dari 3 (tiga) meter minimal 70% (tujuh puluh persen) dari luas
areal yang diusahakan.
3. Lapisan tanah mineral di bawah gambut
Substratum menentukan kemampuan lahan gambut sebagai media
tumbuh tanaman. Lapisan tersebut tidak boleh terdiri atas pasir kuarsa
dan tanah sulfat masam.
4. Tingkat kematangan gambut
Areal gambut yang boleh digunakan adalah gambut matang (saprik) dan
gambut setengah matang (hemik) sedangkan gambut mentah dilarang
untuk pengembangan budidaya kelapa sawit.
5. Tingkat kesuburan tanah
Tingkat kesuburan tanah dalam kategori eutropik, yaitu tingkat
kesuburan gambut dengan kandungan unsur hara makro dan mikro yang
cukup untuk budidaya kelapa sawit sebagai pengaruh luapan air sungai
dan/atau pasang surut air laut (Departemen Pertanian 2009).
3
Sifat dan Ciri Lahan Gambut
Topografi
Topografi lahan gambut tropik pada umunnya berbentuk kubah (dome).
Dari pinggir ke arah tengah makin mendekati puncak kubah, permukaan lahan
makin meningkat dengan kemiringan 0.1 %. Perbedaan tinggi permukaan di
lahan gambut berhubungan erat dengan ketebalan gambut. Informasi perbedaan
tinggi permukaan (topografi) ini penting dalam rencana jaringan tata air, termasuk
penentuan dimensi ukuran saluran dan arah saluran. Dengan demikian, kekeringan
akibat pengatusan berlebihan atau banjir pada saat musim hujan dapat dihindari
(Noor 2001).
Iklim
Anasir penting iklim di kawasan gambut tropik adalah curah hujan, suhu,
dan kelembapan. Curah hujan di lahan gambut dan rawa umumnya cukup tinggi ,
yakni antara 2 000 – 4 000 mm per tahun. Curah hujan bulanan rata-rata > 200
mm dengan bulan basah antara 6 – 11 bulan yang jatuh antara bulan September
hingga bulan Mei. Suhu permukaan gambut hampir tetap. Jika keadaan tertutup
hutan, suhu gambut berkisar 27.50 C – 29.0
0 C dan jika keadaan terbuka berkisar
40.00 C – 42.5
0 C. Suhu yang tinggi pada keadaan terbuka akan merangsang
aktivitas mikroorganisme sehingga perombakan gambut dipercepat dan intensif,
sehingga mempercepat terjadi degradasi lahan (Noor 2001).
Tata Air
Lahan gambut dalam keadaan alami selalu basah dan sebagian secara
permanen dalam keadaan tergenang air. Sifat dan keadaan tata air lahan gambut
dipengaruhi oleh perilaku pasang surut sungai/laut, iklim, dan topografi. Menurut
pengaruh luapan pasang yang terjadi, sebagian lahan gambut berada di wilayah
terluapi secara langsung oleh pasang dan sebagian lepas dari pengaruh pasang
(Noor 2001).
Sifat Fisik Tanah Gambut
Kawasan gambut umumnya membentuk kubah sehingga ketebalan gambut
mendekati tepi air atau pingir (sungai) makin tipis. Daur ulang (recycling) hara ke
lapisan atas sangat sedikit dan terbatas. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman
perkebunan di lahan gambut tebal lebih baik daripada tanaman semusim (Noor
2001).
Lapisan bawah gambut dapat berupa lapisan lempung marin atau pasir.
Gambut yang terhampar di atas pasir kuarsa mempunyai kesuburan lebih rendah
dibandingkan dengan yang berada di atas lapisan lempung marin. Lapisan
lempung marin umumnya mengandung pirit (FeS2) sehingga jika lapisan atas
gambut ini terkuras habis, misalnya akibat budidaya yang intensif atau terbakar,
maka dapat terbentuk tanah sulfat masam (Andriesse dalam Noor 2001).
Penurunan muka tanah (subsidence) yang terjadi di tanah gambut sangat
tergantung pada intensitas kegiatan budidaya dan pengatusan. Besar kecilnya
amblesan dipengaruhi oleh tingkat kematangan gambut, umur reklamasi, dan
ketebalan lapisan gambut. Amblesan dapat ditekan dengan mempertahankan
muka air tanah.
4
Gambut memiliki berat volume rendah, porositas tinggi, dan daya tambat air
(water holding capacity) sangat tinggi. Gambut di Indonesia rata-rata memiliki
berat volume antara 0.07 sampai 0.27 g/cm3,
porositas berkisar 83.62 sampai
95.13 persen dan kandungan air dapat mencapai 1 272 persen. Semakin menurun
BV tanah gambut akan diikuti secara linear oleh peningkatan porositas tanah dan
kandungan air tanah kapasitas jenuh. Pori-pori tanah dalam keadaan tergenang
akan diisi oleh air, sehingga semakin tinggi porositas tanah maka akan semakin
tinggi air yang akan ditambat pada tanah gambut. Karena berat volume gambut
yang rendah maka daya dukung (bearing capacity) tanah gambut juga rendah.
Daya hantar air (hydraulic conductivity) tanah gambut ke arah vertikal sangat
rendah sedangkan ke arah lateral relatif tinggi. Selain itu, gambut memiliki sifat
kering tak balik sehingga perlu pengelolaan yang baik terutama pengelolaan muka
air tanah (Barchia 2006).
Sifat Kimia Tanah Gambut
Tanah gambut sebagian besar bereaksi masam sampai sangat masam
dengan pH < 4. Kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman,
karena rasio C/N yang tinggi juga sehingga tanaman bersaing dengan
mikroorganisme. Kandungan unsur hara Mg tinggi, sementara P dan K rendah.
Kandungan unsur hara mikro terutama Cu, B, Zn sangat rendah. Daya sangga
(buffering capacity) air tinggi. Oleh karena itu perlu ameliorasi tanah gambut
untuk mengatasi tingginya kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang
merupakan dua faktor pembatas dalam meningkatkan produktivitas lahan gambut
(Barchia 2006).
Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut
Pengelolaan tata air merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
pengusahaan lahan gambut. Pengelolaan tata air pada lahan gambut sebaiknya
dengan mempertahankan muka air tanah 50 cm – 70 cm dari permukaan tanah.
Hal ini dikmaksudkan untuk mempertahankan gambut agar tidak kering dan
mudah terbakar. Untuk mempertahankan muka air tanah dapat dilakukan dengan
membuat pintu air (Barchia 2006).
Beberapa perkebunan besar telah menerapkan pemupukan berdasarkan
umur tanaman. Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut
disajikan pada Tabel 1.
Emisi CO2 dari lahan gambut diperkirakan sekitar empat kali emisi dari
lahan mineral karena luas lahan gambut yang hanya sekitar 12% dari total luas
daratan Indonesia. Hal ini disebabkan tingginya cadangan karbon lahan gambut
dan mudahnya karbon tersebut teremisi apabila dilakukan deforestasi, drainase
serta pembakaran (Agus 2010).
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi CO2 lahan gambut yang
masih hutan (hutan gambut, hutan gambut sekunder), lebih tinggi daripada emisi
CO2 lahan gambut yang sudah dijadikan pertanian (sawah, kelapa sawit). Bahkan
emisi CO2 dari perkebunan kelapa sawit gambut lebih rendah dari emisi CO2
sawah gambut maupun hutan gambut. Bahkan hasil studi Melling et al. (2007)
mengungkapkan bahwa secara netto perkebunan kelapa sawit di lahan gambut
5
dalam (deep peat land) bukan sumber emisi maupun penyerap CO2 (bila dikoreksi
emisi CO2 dari dekomposisi dan respirasi mikroorganisme yang secara alamiah
ada di lahan gambut). Rataan emisi CO2 55 ton/ha/tahun lebih rendah daripada
emisi hutan gambut tropis 78.5 ton/ha/tahun (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia 2013).
Tabel 1 Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut
Umur
tanaman
(bulan)
Jenis Pupuk (g/pohon)
Urea RP MOP Dolomit CuSO4 ZnSO4 HGF-
borate
Awal/lubang - 250 - 350 15 15 -
1 100 - - - 100 - -
3 200 - 150 - - - -
6 350 500 250 150 - - -
9 350 - 250 250 - - -
12 500 750 500 250 200 - 20
16 500 - 500 250 - - -
20 750 1 000 750 500 - - -
24 750 - 1 000 500 250 - 30
28 1 000 1 000 1 000 500 - - -
32 1 000 - 1 500 750 250 - 30
Jumlah 5 500 3 500 6 000 3 500 815 15 100 Keterangan: RP = Rock Phosphate
MOP = Moriate of Potash
Sumber: Suandi dan Chan dalam Noor (2001)
METODE
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari Februari – Juni 2013
di Kebun Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation,
Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragilir Hilir, Riau.
Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilakukan pada tiga tingkat jabatan. Selama satu bulan
pertama penulis berperan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Pekerjaan yang
dilakukan penulis sebagai KHL meliputi penanaman, pemeliharaan, pengendalian
hama penyakit tanaman, dan pemanenan. Selama bulan kedua penulis berperan
sebagai pendamping mandor. Tugas sebagai pendamping mandor antara lain
mengawasi pekerjaan beberapa KHL agar sesuai instruksi perusahaan. Penulis
berperan sebagai pendamping mandor I, mandor panen, mandor penanaman,
mandor pemupukan, mandor chemist, mandor perawatan, dan kerani panen.
Selama dua bulan yaitu bulan ketiga dan keempat, penulis berperan sebagai
6
pendamping asisten. Kegiatan penulis sebagai pendamping asisten yakni
memimpin seluruh kegiatan mandor di divisi dan mengevaluasi kegiatan
kontraktor dalam mempersiapkan lahan peremajaan.
Selain bekerja langsung layaknya karyawan perusahaan, penulis juga
melakukan pengambilan data sebagai bahan penelitian terhadap aspek khusus
yang diamati. Data yang diperoleh berupa data primer maupun data sekunder.
Data primer diperoleh dengan pengamatan dan wawancara secara langsung di
lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi menggunakan metode langsung untuk data
primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Data primer diperoleh
melalui pengamatan langsung ke lapangan seperti aktif dalam kegiatan di kebun,
wawancara dan diskusi langsung dengan karyawan kebun, mandor dan asisten
divisi. Pengamatan utama pengumpulan data primer dan informasi adalah
kegiatan pengelolaan tata air seperti sistem drainase Kebun Teluk Bakau, water
zoning Kebun Mandah, dan pengaturan ketinggian air Kebun Teluk Bakau.
Pengumpulan data sekunder dan informasi dilakukan dengan
mengumpulkan data dari laporan manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran,
tahunan) yang merupakan arsip di kantor kebun dan studi pustaka seperti kondisi
umum lokasi seperti letak geografis dan keadaan lingkungan perkebunan. Data
sekunder lain adalah data produksi perusahaan selama 5 tahun terakhir, ketinggian
air 5 tahun terakhir, dan curah hujan 5 tahun terakhir.
Analisis Data dan Informasi
Kegiatan peremajaan, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit tanaman,
pemanenan, dan pengelolaan tata air di lahan gambut dijelaskan dan dianalisis
secara narasi. Pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air dianalisis dengan uji
regresi linier sederhana menggunakan Software Minitab 14. Uji regresi sederhana
ini dilakukan untuk menduga nilai ketinggian air berdasarkan curah hujan.
Nilai ketinggian air merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya
dipengaruhi oleh curah hujan yang bertindak sebagai peubah bebas (X). Model
yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model persamaan yang
digunakan dalam analisis ketinggian air sebagai berikut:
Y = α + βX
Keterangan:
Y : Ketinggian air
α : Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika Y
= 0 (garis Y memotong sumbu X)
β : Koefisien regresi atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu unit
peubahan (naik atau turun) pada variabel X
X : Curah hujan
Kemudian pengaruh curah hujan dan ketinggian air terhadap produksi
dianalisis dengan uji regresi linier berganda menggunakan Software Minitab 14.
7
Uji regresi berganda ini dilakukan untuk menduga nilai produksi berdasarkan
curah hujan dan ketinggian air.
Nilai produksi merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi
oleh curah hujan (X1) dan ketinggian air (X2) yang bertindak sebagai peubah
bebas. Model yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model
persamaan yang digunakan dalam analisis produksi sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2
Y : Produksi
α : Konstant titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika Y
= 0 (garis Y memotong sumbu X)
β1, β2 : Koefisien regresi atau peubah rata-rata Y untuk setiap satu unit
peubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan menganggap
variabel independen lainnya konstan
X1 : Curah hujan
X2 : Ketinggian air
KEADAAN UMUM
Letak Geografi
Lokasi Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas
Plantation secara administratif terletak di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten
Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Perjalanan ke Kebun Teluk Bakau dari Batam
pertama-tama melalui darat dari bandara Hang Nadim Batam menuju Pelabuhan
Sekupang selama 30 menit, kemudian melalui laut menuju Pelabuhan Sungai
Guntung menggunakan kapal fery selama 2 - 4 jam, dan kemudian menggunakan
speed boat menuju Kebun Teluk Bakau kurang lebih selama 30 menit. Kebun
Teluk Bakau juga dapat ditempuh dari Pekanbaru melalui Tembilahan, Ibu Kota
Kabupaten Indragiri Hilir, melalui sungai menggunakan speed boat selama 4 - 6
jam. Peta Kebun Teluk Bakau terdapat pada Lampiran 1.
Keadaan Iklim dan Tanah
Kondisi iklim di Kebun Teluk Bakau berdasarkan data curah hujan lima
tahun terakhir menurut Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu daerah
sangat basah dengan rata-rata curah hujan tahunan 2 125 mm/tahun (>2 000
mm/tahun). Data curah hujan disajikan pada Lampiran 2.
Jenis tanah di areal Kebun Teluk Bakau, PT. Bhumireksa Nusa Sejati
tergolong tanah organik atau tanah gambut dengan kandungan tanah histosol 100
%. Jenis tanah gambut memiliki struktur fisik yang remah dan mudah terjadi erosi
atau abrasi pada tepi kanal di jalur transportasi yang terkena ombak. Kedalaman
tanah gambut di Kebun Teluk Bakau berkisar 2-3 m. Derajat kemasaman (pH)
tanah di Kebun Teluk Bakau <4 yang menunjukkan bahwa tanah gambut di
Kebun Teluk Bakau merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi dengan
kesesuaian lahan kelas S3. Topografi di Kebun Teluk Bakau memiliki areal yang
datar dengan kemiringan 0 – 8 %.
8
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas areal Kebun Teluk Bakau sampai Mei tahun 2013 adalah 4 085 ha
yang terdiri atas areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 3 073.18 ha, areal
pembibitan (nursery) seluas 20 ha, areal LC dan peremajaan (replanting) yang
sedang dikerjakan seluas 400.01 ha, areal yang tidak ditanami (prasarana) seluas
394.81 ha, dan areal okupasi seluas 197 ha. Kebun Teluk Bakau dibagi menjadi 4
divisi, yaitu Divisi I (1 029.93 ha) yang terbagi atas 8 blok, Divisi II (1 032.92 ha)
terbagi atas 8 blok dan Divisi III (1 114.13 ha) terdiri atas 6 blok, dan Divisi IV
(908.02 ha) terdiri atas 6 blok. Peta dan tata guna lahan dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau secara umum adalah tanaman
menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 1993 - 1996. Bibit kelapa sawit yang
ditanam di Kebun Teluk Bakau berasal dari Socfindo, Guthrie Research, dan
Marihat. Pola tanam kelapa sawit yang digunakan dalam penanaman adalah
segitiga sama sisi dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (populasi efektif 142
pokok/ha). Bibit tanaman kegiatan peremajaan berasal dari Socfindo dan Marihat.
Jarak tanam di peremajaan adalah 7.93 m x 7.93 m x 7.93 m. Data produksi TBS
lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 3.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau terdiri dari seorang manajer kebun
yang memimpin dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di unit kebun.
Manajer kebun membawahi seorang senior asisten, tiga asisten divisi, dan seorang
kepala tata usaha. Senior asisten memimpin sebuah divisi dan memiliki wilayah
kerja seluruh divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas pekerjaan di setiap
divisi. Kepala tata usaha bertugas memimpin kegiatan administratif di kantor
besar. Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau dapat dilihat pada Lampiran 4.
Situasi ketenagakerjaan di Kebun Teluk Bakau dibagi menjadi karyawan
staf/pimpinan dan karyawan non staf. Karyawan staf terdiri dari manajer kebun,
asisten kepala, asisten divisi, dan kepala tata usaha (KTU) sedangkan karyawan
non staf terdiri dari mandor, pemanen, pemelihara, karyawan kantor dan traksi,
dan keamanan, perawat, dan pembantu rumah tangga (Tabel 2). Standard ITK
untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.16-0.2. Menurut Pahan (2012) nilai ITK
untuk perkebunan kelapa sawit sebesar 0.2. Nilai ITK Kebun Teluk Bakau adalah
0.18. Nilai tersebut sudah memenuhi tingkat standard tenaga kerja untuk
perkebunan kelapa sawit.
9
Tabel 2 Norma ketenagakerjaan Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati
Uraian Jumlah (orang)
Karyawan Staf
Manajer Kebun 1
Senior Asisten
- Asisten Divisi
1
3
KTU 1
Kasie 0
Karyawan non-Staf
Mandor 36
Pemanen 192
Pemelihara 247
Kantor Kebun 53
Traksi 40
Keamanan, Perawat, dan Pembantu Rumah Tangga 55
Total 629
Luas TM dan TBM 3 493.19 ha
ITK 0.18
Pengelolaan Kebun Tingkat Staf
Pengelolaan kebun dilakukan oleh manajer kebun dibantu oleh asisten
kepala, asisten divisi dan kepala seksi. Estate manager mengelola kebun mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan
manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun.
Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer jika
tidak berada di lokasi, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi, klinik,
gudang, dan keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab kepada estate
manager. Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan dan menegur
para asisten dalam melaksanakan kegiatan di lapangan.
Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi,
mengkoordinasikan pekerjaan mandor-mandor tanaman dalam menjalankan
peraturan perusahaan, mengevalusi hasil kerja mandor I, kerani divisi, mandor
perawatan, mandor panen, kerani panen serta membantu estate manager dalam
pengawasan dan pelaksanaan teknis di lapangan. Asisten dibantu oleh seorang
mandor I dalam pelaksanaan kegiatan lapangan. Pelaksanaan administrasi asisten
dibantu oleh kerani divisi.
Kepala seksi bertugas memimpin kegiatan yang dilaksanakan di kantor
besar, menyusun, dan melaporkan secara tertulis kegiatan administratif yang
bersifat umum, teknik budidaya, produksi, tenaga kerja, maupun hal-hal
pendukung yang berasal dari luar kebun.
Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf
Karyawan kebun tingkat non staf adalah kepala gudang, mandor I, mandor
panen, kerani divisi, mandor perawatan dan kerani panen. Kepala gudang bertugas
untuk mengatur keluar masuk barang, bahan, dan alat yang dibutuhkan kebun
serta mencatat jumlah barang yang tersedia. Kepala gudang dalam melakukan
aktivitasnya dibantu oleh beberapa karyawan gudang.
10
Mandor I bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi kegiatan
sehari-hari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor I yang
membawahi beberapa mandor seperti mandor perawatan, mandor panen, dan
kerani buah. Kegiatan yang dilakukan mandor I adalah mengawasi kegiatan yang
dilakukan mandor dan karyawan agar rencana yang telah ditetapkan berjalan
dengan baik. Selain itu, mandor I juga dapat menegur dan memberikan sanksi
kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana.
Kerani divisi bertugas melakukan kegiatan administratif seperti laporan
produksi, laporan penggunaan HK, laporan penggunaan bahan, laporan hancak
dan laporan-laporan lainnya serta setiap hari melaporkan pasca panen ke kantor
besar. Kerani divisi dalam melakukan tugasnya berkoordinasi dengan mandor dan
kerani buah. Kerani divisi juga membantu asisten untuk membagikan gaji dan
jatah beras pada karyawan.
Mandor panen bertugas untuk mengabsensi karyawan, memberikan
instruksi pekerjaan, mengatur hanca karyawan, mengawasi pekerjaan, mem-
berikan petunjuk teknis, mengawasi pekerjaan dan melaporkan hasilnya dalam
buku kerja mandor. Seorang mandor harus dapat meningkatkan hasil kerja
karyawan agar dapat mencapai target yang diinginkan.
Kerani buah bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan
yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari
panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke collection point (CP).
Laporan dimasukkan dalam buku laporan panen harian setiap divisi yang
selanjutkan dilaporkan ke kantor besar.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting)
Tahap-tahap pelaksanaan persiapan lahan peremajaan di Kebun Teluk
Bakau antara lain: (1) sensus pokok yang akan ditumbang, (2) penetapan raja
lining, (3) pre lining, (4) pembongkaran pokok, (5) pembuatan parit (6)
compacting dan cambering, dan (7) penataan areal konservasi.
(1) Sensus pokok yang akan ditumbang. Beberapa bulan sebelum
pembongkaran dilakukan sensus pokok pada blok yang akan dibongkar. Sensus
pokok adalah menghitung jumlah pokok hidup (H) dan pokok mati (M) sehingga
perusahaan dapat mengetahui total biaya pembongkaran pokok.
Alat-alat yang harus dibawa oleh karyawan penyensus pokok adalah buku,
alat tulis, dan cat berwarna merah. Pelaksanaan sensus dilakukan baris per baris
dan pada setiap pokok pertama dan terakhir ditulis hasil sensus (H dan M) dalam
baris tersebut dengan menggunakan cat berwarna merah. Penulisan dilakukan
pada pelepah kering dan masih menempel di pokok dan menghadap ke arah KCB
(Gambar 1). Kemudian hasil sensus tersebut ditulis pada buku dan diserahkan
kepada mandor untuk direkapitulasi.
11
Gambar 1 Kegiatan sensus pokok
(2) Penetapan pancang utama. Pancang utama adalah sebuah titik yang
menjadi patokan untuk memancang seluruh daerah/blok yang akan dipancang.
Titik pancang utama adalah salah satu titik pertemuan collection motorcycle road
dengan main motorcycle road. Pemancangan harus memenuhi sistem mata lima.
Pancang utama pada PT BNS disebut raja lining (Gambar 2). Pembuatan pancang
uatama sudah dilaksanakan ketika penulis sampai di tempat magang sehingga
penulis tidak sempat mengamati proses pelaksanaannya sehingga penulis hanya
mengamati hasilnya saja.
Pancang utama juga berguna sebagai patokan penataan kembali jaringan
jalan yang sudah ada agar sesuai dengan kebutuhan areal peremajaan. Jaringan
jalan yang ditata kembali adalah pasar rintis (path), jalan pengumpul sepeda
motor (collection motorcycle road), dan jalan utama sepeda motor (main
motorcycle road). Jalan pengumpul dan jalan utama sepeda motor dirancang
hanya untuk dapat dilewati sepeda motor karena di PT BNS pegangkutan TBS
dari lahan ke pabrik kelapa sawit (PKS) menggunakan transportasi air. Jalan
pengumpul sejajar dengan kanal cabang (KCB) dan tegak lurus dengan jalan
utama dengan lebar 6 m. Jalan utama sejajar dengan kanal utama (KUT) atau arah
utara – selatan dan lebar 8 m. Sedangkan pembuatan path termasuk dari kegiatan
compacting dan cambering.
Gambar 2 Pancang utama
(3) Pre lining, yaitu pemancangan awal yang dilakukan sebelum tanaman
ditumbang. Kegiatan ini dilakukan sebelum tanaman ditumbang agar tanaman
tetap bisa dipanen ketika dilakukan pemancangan. Pancang pada pre lining akan
menjadi patokan pembuatan parit CECT dan parit field drain. Ujung pancang
CECT diberi warna merah sedangkan ujung pancang field drain diberi warna biru.
Pancang mata tiga adalah pancang penunjuk arah bagi operator alat berat dalam
pembuatan parit (Gambar 3).
12
Gambar 3 Pre lining (kiri) dan pancang mata tiga untuk pembongkaran
pokok (kanan)
(4) Pembongkaran pokok. Pembongkaran pokok terdiri atas penumbangan,
chiping, dan pembongkaran dan pencacahan bonggol/perakaran (Gambar 4).
Tanaman ditumbang terlebih dahulu sejajar dengan arah barisan kemudian
dilakukan chiping atau pencincangan. Chiping adalah pencincangan batang pokok
sawit ke bentuk irisan-irisan dengan tebal maksimal 10 cm agar terurai lebih cepat
oleh mikroorganisme. Setelah itu dilakukan pembongkaran akar kemudian
dicacah. Sisa pokok yang telah dibongkar harus dirumpuk rapi sejajar dengan
barisan berdasarkan pancang pre lining untuk memudahkan operator excavator
lainnya dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan parit. Akar
harus dibongkar untuk mengurangi intensitas serangan ganoderma yang
menyebabkan busuk pangkal batang. Kegiatan pembongkaran pokok diborongkan
kepada kontraktor dengan biaya Rp 65 000/H dan Rp 20 000/M (untuk gali
bonggol/perakaran pokok mati).
Pembongkaran pokok dilakukan alat berat dengan prestasi kerja (PK) 21 –
23 pokok/jam. Capaian PK ini jauh lebih tinggi dibandingkan di tanah mineral
(11 – 13 pokok/jam) karena pokok digambut lebih lunak dan lebih rendah (tinggi
rata-rata ≤12 m).
(5) Penataan kembali blok untuk kegiatan peremajaan. Blok-blok lama
harus ditata ulang agar sesuai dengan kebutuhan kegiatan peremajaan. Penataan
kembali merupakan bagian dari inovasi ke arah yang lebih baik. Dalam
pelaksanaannya Kebun Teluk Bakau menggunakan jasa kontraktor. Kegiatan-
kegiatan penataan kembali blok antara lain pembuatan kanal cabang baru, parit
tengah, CECT, dan field drain.
Kanal cabang baru (KCB baru) dahulunya merupakan parit tengah yang
membagi blok dua bagian yang sama, namun diubah menjadi KCB baru untuk
akses jalan kendaraan air pengangkut TBS dan logistik ke tengah blok. Parit KCB
baru memiliki ukuran lebar permukaan atas 4 m, kedalaman 3 m, dan lebar
permukaan bawah 3 m (4 m x 3 m x 3 m). Prestasi kerja pembuatan KCB baru
adalah 20 m/BU artinya 20 meter per jam oleh alat berat (excavator) dengan biaya
kontrak Rp 55 000/m. Terkadang pembuatan parit KCB baru terlalu lebar dari
ukuran yang ditentukan sehingga dapat mengurangi populasi tanaman per hektar
(SPH). Oleh karena itu kegiatan pembuatan KCB baru perlu diawasi secara
langsung di lapangan.
Parit tengah atau parit kontrol adalah parit sekunder untuk drainase blok
yang memiliki ukuran 1 m x 1 m x 0.8 m. Parit tengah sejajar dengan KCB baru.
Kombinasi parit tengah dan KCB baru membagi blok menjadi empat bagian
13
(petak A, B, C, D) yang dahulunya hanya dua bagian yang dipisahkan oleh parit
tengah. Hal ini dilakukan agar pasar pikul lebih pendek sehingga evakuasi TBS ke
TPH lebih efisien. Water flow dibuat di setiap pertemuan antara parit tengah
dengan kanal kolektor untuk mempertahankan ketinggian muka air tanah. Prestasi
kerja pembuatan parit tengah adalah 50 m/BU dengan biaya kontrak Rp 9 000/m.
(a) (b)
(d) (c)
Gambar 4 Proses pembongkaran pokok: penumbangan pokok (a),
chipping (b), hasil chipping (c), dan pembongkaran akar (d)
Parit CECT (Close Ended Conservation Trenches) adalah parit tempat
dirumpukkan sisa tanaman hasil pembongkaran pokok yang sudah kering
(Gambar 5) untuk mengurangi intensitas serangan hama kumbang tanduk
(Oryctes rhinoceros) dan rayap (Coptotermes curvignathus). Sisa-sisa tanaman
diupayakan agar tergenang air sehingga kumbang tanduk tidak dapat bertelur pada
sisa-sisa tanaman tersebut. Genangan air juga mencegah sisa-sisa tanaman
menjadi sumber makanan bagi rayap. Ukuran parit CECT adalah l.2 m x 1.2 m x
1.8 m. Parit CECT dibendung pada kedua sisinya agar tidak mencemari air kanal.
Prestasi kerja pembuatan CECT 49 m/BU dengan biaya kontrak Rp 18 000/m.
Gambar 5 Parit CECT
14
Field drain adalah parit untuk drainase lahan dan sering disebut sebagai
parit tersier. Ukuran field drain adalah 1 m x 0.8 m x 0.8 m. Rasio parit CECT
dan field drain masing-masing terhadap baris tanaman adalah 1:4 dan dibuat
selang-seling. Artinya dalam 4 baris tanaman terdapat 1 parit CECT dan 1 parit
field drain. Jarak parit CECT ke field drain 14 m sehingga jarak parit CECT ke
parit CECT berikutnya 28 m demikian juga dengan jarak field drain ke field drain
berikutnya juga 28 m. PK pembuatan field drain 55 m/BU dan biaya kontrak Rp 6
250/m. Perbedaan blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan dapat dilihat
pada Gambar 6. Layout petak blok dapat dilihat pada Gambar 7.
Sumber. Pengamatan di lapangan (2013)
Gambar 6 Layout blok sebelum peremajaan (kiri) dan setelah
peremajaan (kanan)
U
15
Sumber: Pengamatan di lapangan Keterangan: Arah jalan perawatan tanaman
Pokok tanaman kelapa sawit
Gambar 7 Layout petak A blok peremajaan
(6) Compacting dan cambering. Satu gawangan di lahan peremajaan diapit
oleh satu parit CECT dan satu parit field drain. Compacting adalah proses
pemadatan tanah gawangan agar tanah semakin padat (Gambar 8a). Daya sanggah
tanah yang rendah dari tanah gambut dapat menyebabkan pohon mudah rebah dan
menurunkan produksi. Setelah drainase, pemadatan merupakan faktor yang sangat
kritis terhadap kesuksesan budidaya kelapa sawit di lahan gambut. Pemadatan
akan meningkatkan kerapatan lindak tanah sehingga mengurangi tingkat
pencucian pupuk, meningkatkan pasokan hara (hara per volume gambut
meningkat), dan akar lebih kuat mencengkram tanah sehingga rebahnya tanaman
dapat dikurangi. Cambering salah satu inovasi PT BNS dalam mencegah
tergenangnya air di gawangan. Cambering adalah proses pembubunan gawangan
hidup atau pasar rintis (path) sehingga berbentuk cembungan agar air hujan
mengalir dari gawangan ke CECT dan field drain sehingga air tidak tergenang
pada path (Gambar 8b). Saat Compacting dan cambering juga dilakukan
pembersihan gawangan dari sisa tanaman yang masih tertinggal. Compacting dan
cambering dilakukan bersamaan oleh satu alat berat dengan PK compacting 1 350
m/BU dan PK cambering 89 m/BU.
U
16
Gambar 8 Compacting (a), cambering (b), gawangan sebelum cambering
(c) dan sesudah cambering (d)
Penanaman
Penanaman di lahan peremajaan kebun TBE dilakukan dengan urutan (1)
pemancangan pancang tanam, (2) pembuatan lubang tanam, (3) pemupukan
lubang tanam, (4) penanaman pokok, dan (5) Penyemprotan pestisida awal setelah
tanam.
(1) Pemancangan pancang tanam. Pemancangan pancang tanam–
selanjutnya akan disebut pemancangan saja–dilakukan tim pancang yang terdiri
atas 5 orang, yaitu 1 orang tukang teropong, 2 orang tukang pancang, dan 2 orang
tukang tarik tali merangkap tukang pancang. Pancang tanam ada dua jenis, yaitu
pancang kepala dan anak pancang. Pertama-tama pancang kepala dipancang di
sepanjang sisi utara dan selatan blok oleh 1 orang. Jarak antar pancang kepala
yang kelak menjadi jarak antar baris tanaman adalah 7 m. Kemudian diikuti
pemancangan anak pancang oleh 4 orang yang dilakukan secara simultan dari satu
baris ke baris selanjutnya. Jarak anak pancang yang kelak menjadi jarak dalam
baris tanaman adalah 7,93 m. Populasi menjadi 180 pokok/ha tetapi karena ada
saluran drainase, CECT, dan KCB maka realisasi di lapangan hanya 174
pokok/ha. Pola tanam ini lebih rapat daripada pola tanam kelapa sawit di tanah
mineral (143 pokok/ha) karena kesuburan tanah gambut yang rendah dan
topografi yang datar. Dengan pola tanam yang lebih rapat, produktivitas kelapa
sawit dapat dimaksimalkan. Kemudian antisipasi terhadap penurunan produksi
akibat pengurangan populasi karena serangan hama rayap dan penyakit
ganoderma atau karena pokok doyong. Serangan hama rayap dan ganoderma di
tanah gambut sangat tinggi.
Pemancangan dilakukan dengan menggunakan tali yang diberi tanda
simpul merah dan biru (Gambar 9). Tali direntangkan dari pancang kepala utara
(a) (b)
(c) (d)
17
ke pancang kepala selatan. Jarak antar simpul merah dengan biru adalah 7 m
sehingga jarak antar simpul merah ke merah berikutnya 14 m. Pada baris pertama
anak pancang akan dipancang pada simpul warna merah kemudian pada baris
kedua dipancang pada simpul warna biru kemudian pada baris ketiga kembali
dipancang pada simpul warna merah dan demikian seterusnya secara bergantian
sehingga pola tanam akan membentuk pola tanam segitiga sama sisi 7.93 m x 7.93
m x 7.93 m. Pemancangan dilakukan buruh kontraktor dengan PK 1.7 ha/HK.
Gambar 9 Pancang tanam
(2) Pembuatan lubang tanam. Rendahnya daya sanggah tanah gambut
mengakibatkan pokok doyong di lahan gambut sangat tinggi. Tanaman
menghasilkan (TM) di Kebun Teluk Bakau sebagian besar doyong. Pokok doyong
mengakibatkan produksi turun dan proses pemeliharaan menjadi lambat sehingga
berdampak pada pembengkakan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu PT BNS
menerapkan teknologi lubang tanam dengan sistem hole in hole.
(a) (b) (c)
(d) (e)
Gambar 10 Alat berat pelubang tanam (a), bibit dan lubang tanam (b),
sketsa alat pembuat lubang (c), lubang tanam tampak samping
(d), tampak atas (e)
18
Hole in hole merupakan lubang tanam bertingkat yang terdiri atas lubang
atas dan lubang bawah. Lubang atas lebih luas berbentuk persegi sedangkan
lubang bawah lebih sempit berbentuk lingkaran (Gambar 10). Pembuatan lubang
tanam juga diborongkan kepada kontraktor. Prestasi kerja (PK) pembuatan
lubang tanam 0.9 ha/BU.
(3) Pemupukan lubang tanam. Jenis pupuk yang digunakan adalah Rock
Phosphate (RP) yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dengan
dosis 500 gram/lubang tanam. Dalam pengaplikasiannya karyawan menggunakan
takaran yang sudah dikalibrasi. Penggunaan pupuk RP dibandingkan TSP (Triple
Super Phosphate) dikarena RP mengandung cukup banyak kalsium (Ca) yang
dapat mengurangi kemasaman gambut. Oleh karena itu penggunaan RP lebih
tepat. Prestasi kerja karyawan dan penulis adalah 3.5 ha/HK. Kendala yang
dihadapi adalah tergenangnya lubang tanam akibat tingginya level air oleh air
hujan sehingga saat lubang tanam dikuras pupuknya ikut terbuang (Gambar 11).
Gambar 11 Aplikasi RP (kiri) dan lubang tanam yang tergenang air (kanan)
(4) Penanaman pokok. Bibit ditanam pada lubang bawah. Jika lubang terlalu
dalam maka ditimbun atau sebaliknya jika terlalu dangkal maka digali atau jika
tergenang air maka dikuras terlebih dahulu. Kemudian great polybag dikoyak
dengan pisau lalu bibit diletakkan dengan hati-hati ke dalam lubang. Setelah itu
lubang ditimbun dan dipadatkan hingga leher akar persis sejajar dengan
permukaan tanah lubang bawah sehingga piringan akan berbentuk cekung ke
dalam. Mutu tanam dikategorikan baik harus memenuhi: (1) piringan cekung
(tidak rata), (2) tanaman tidak miring/tegak, (3) tanaman tidak tercekik, (4)
timbunan padat, dan (5) akar tanaman tidak timbul. Norma kerja penanaman
adalah 40 pokok/HK dengan premi Rp 2000/pokok. Rata-rata PK karyawan 65
pokok/HK dan penulis 16 pokok/HK.
Kesalahan-kesalahan yang harus dihindari pada penanaman kelapa sawit
antara lain: (1) bibit ditanam terlalu dalam sehingga tanaman tercekik, (2) bibit
ditanam terlalu tinggi sehingga akar timbul, (2) bibit ditanam miring, (3) tanah
pada great polybag (bola tanah) pecah dan dibuang. Kesalahan penanaman yang
ditemukan penulis di lapangan selang 1 sampai 2 minggu setelah tanam yaitu
tanaman yang menguning akibat saat penanamannya bola tanah pecah (Gambar
12d).
Penulis melakukan pengamatan terhadap mutu tanam di lahan peremajaan.
Dari 756 tanaman contoh penulis menemukan 96.18 % tanaman baik (Gambar
11a), 3.43 % tanaman miring (Gambar 12b), 0.26 % piringan rata (Gambar 12c),
dan tidak ada akar timbul dan timbunan tidak padat, maka mutu tanam masih
dalam kategori tinggi. Hasil ini dilaporkan pada mandor dan segera dilakukan
perbaikan. Hasil pengamatan dapat diihat pada Tabel 3.
19
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 12 Penanaman yang baik (a), pokok miring (b), piringan rata (c),
dan tanaman menguning akibat pecahnya bola tanah saat
menanam (d)
Tabel 3 Mutu tanam di lahan peremajaan
Kriteria Jumlah (pokok) Persentase
Miring 26 3.43 %
Rata 2 0.26 %
Tercekik 1 0.13 %
Akar timbul 0 0.00 %
Tidak Padat 0 0.00 %
Baik 727 96.18 %
Jumlah 756 100% Sumber: Pengamatan di lapangan (2013)
Kendala-kendala yang ditemukan di lapangan adalah lubang tanam yang
terlalu dekat dengan parit field drain atau CECT sehingga jika hujan datang maka
tanaman akan tergenang oleh air (Gambar 13). Selain itu pokok tergenang juga
akibat kedalaman permukaan yang air yang sangat dangkal (di bawah 20 cm) dan
ini terdapat pada pokok-pokok yang terletak di pinggir KCB. Jika ini berlangsung
lama maka mengakibatkan stres pada tanaman. Untuk itu lubang yang tergenang
cukup parah dilakukan penanaman tapak timbun agar pokok tidak tergenang,
sedangkan pokok yang sudah terlanjur ditanam dilakukan pendongkrakan pokok
dan tanahnya sampai piringan tidak tergenang lagi. Pendongkrakan diusahakan
seminimal mungkin mengganggu perakaran tanaman. Pada lahan peremajaan juga
terdapat pokok sawit yang rawan longsor terutama pada sisi KCB baru (Gambar
14) sehingga perlu pembuatan pagar kayu yang terbuat dari batang kelapa agar
pokok sawit tidak tumbang.
20
Gambar 13 Lubang tanam normal (kiri) dan lubang tanam terlalu dekat parit
field drain (kanan)
Gambar 14 Posisi pokok normal (kiri) dan pokok terancamg longsor (kanan)
(5) Penyemprotan insektisida awal setelah tanam. Setelah bibit ditanam
segera pada sore harinya dilakukan penyemprotan insektisida untuk melindungi
daun tanaman dari serangan ulat api, ulat kantong, dan Apogonia sp. Insektisida
yang digunakan bermerk dagang Decis 25 EC yang merupakan insektisida racun
kontak dan lambung berbentuk pekatan, berwarna kuning jernih, dan berbahan
aktif deltametrin 25 g/l. Konsentrasi aplikasinya adalah 0.4 % dengan volume
semprot 135 ml/pokok. Kemudian insektisida bermerk dagang Capture 50 EC
yang merupakan insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan,
berwarna kuning pekat, dan berbahan aktif cypermethrin 50 g/l. Selain fungsi di
atas insektisida ini memiliki fungsi tambahan melindungi tanaman dari serangan
kumbang tanduk (Oryctes rhinocerous). Konsentrasi aplikasinya 1.6 % dengan
volume semprot 135 ml/pokok. Penyemprotan menggunakan knapsack sprayer
kapasitas 12 atau 15 liter.
Gambar 15 Penyemprotan hama (kiri) dan takaran dan pelumas knapsack
sprayer (kanan)
21
Cara penyemprotannya ialah menyemprot kedua sisi pangkal batang dan
pangkal pucuk untuk melindungi tanaman dari serangan kumbang tanduk
kemudian menyemprot seluruh permukaan daun untuk melindungi tanaman dari
hama pemakan daun (Gambar 15). Kegiatan ini dilakukan setelah jam kerja yakni
dari jam 14.00-15.30 dengan premi Rp 20 000/orang. Norma kerja kegiatan ini 2.3
ha/orang dan PK penulis 1,7 ha.
Pemeliharaan
Pemeliharaan di lahan peremajaan terdiri atas: (1) penanaman tanaman
penutup tanah, (2) pemupukan, dan (3) pengendalian gulma.
(1) Penanaman tanaman penutup tanah. Lahan gambut tidak boleh
dibiarkan terbuka terlalu lama karena dapat mepercepat proses oksidasi tanah
sehingga proses dekomposisi tanah semakin cepat. Akibatnya lahan bisa
mengalami subsiden yang lebih cepat. Selain itu tanaman penutup tanah di lahan
gambut juga berfungsi untuk menjaga kelembapan tanah dan menekan
pertumbuhan gulma. Oleh karena itu setelah bibit ditanam, lahan segera ditanami
tanaman penutup tanah.
Tanaman penutup tanah yang digunakan adalah pakis/neprolephis, Mucuna
bracteata (Mb), dan campuran Pueraria javanica (Pj) dengan Calopogonium
mucunoides (Cm). Pakis selain tanaman penutup tanah juga sering dimanfaatkan
oleh Sycanus sp (predator ulat api) untuk meletakkan telurnya. Sedangkan
manfaat lain kacang-kacangan (Mb, Pj, dan Cm) adalah menghasilkan bahan
organik dan dapat mengikat unsur nitrogen dari udara untuk tanaman kelapa
sawit.
Neprolephis ditanam di antara jarak dalam baris tanaman. Jarak tanam
Neprolephis dari pokok sawit adalah 3 m sedangkan jarak tanam Neprolephis
adalah 0.6 m x 0.6 m (Gambar 16a). Prestasi kerja karyawan dan penulis adalah
0.6 ha/HK.
Setiap di tengah jarak dalam baris tanaman ditanami satu bibit Mb. Jarak
tanam Mb dari parit 60 cm (Gambar 16 b). Sebelum ditanam lubang tanam
diberi pupuk NPK atau urea dengann dosis 10 g/lubang. Neprolephis dan Mb
tidak boleh ditanam pada blok yang sama karena akan menimbulkan persaingan.
Prestasi kerja karyawan 1 ha/HK dan penulis adalah 1 ha/HK.
Penanaman benih kacang-kacangan yang terdiri dari campuran Pj dan Cm
memerlukan pupuk dan bakteri Rhizobium agar tumbuh dengan baik. Benih
kacang-kacangan yang terdiri dari 3 kg Pj/ha dan 3 kg Cm/ha dicampur dengan
pupuk sumicoat 6 kg dan RP 12 kg sebagai penyedia unsur hara sehingga
perbandingan kacang-kacangan dengan pupuk sumicoat dan RP adalah 1 : 1 : 2.
Kemudian campuran tersebut diberi bakteri Rhizobium untuk meningkatkan daya
fiksasi nitrogen pada kacang-kacangan. Untuk 10 kg campuran benih Pj dan Cm
dipakai 50 g Rhizobium yang dilarutkan dalam 0.25 L air. Benih ditanam di
sepanjang path dengan jarak 2 m dari pokok sawit (Gambar 16c). Alur tanam
benih dibuat masing-masing dua baris di sepanjang kiri dan kanan path dengan
jarak tanam 50 cm dan kedalaman 2 – 3 cm. Untilan kebutuhan benih ialah 4
kg/hong (sudah termasuk pupuk).
22
(a) (b) (c)
Gambar 16 Hasil penanaman pakis (a), M. bracteata umur 2 bulan (b),
campuran kacangan Pj dan Mc umur 2 minggu (c)
Pemupukan. Pemupukan awal dilakukan 6 MST dengan pupuk NPK 65 dan
pupuk cair FeSO4. Pupuk NPK 65 ditabur melingkari pokok dengan radius 20 cm.
Fungsi pupuk NPK 65 adalah untuk pertumbuhan vegetatif tanaman,
perkembangan akar, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan
penyakit tanaman. Dosis pupuk NPK 65 adalah 350 g/pokok dengan PK karyawan
dan penulis 2.9 ha/HK. Tanaman yang belum diberi pupuk NPK 65 akibat
piringannya tergenang air diberi tanda dan akan diberi pupuk ketika piringannya
sudah mengering. piringannya tergenang air tidak boleh ditaburi pupuk dan diberi
tanda Konsentrasi pupuk cair FeSO4 0.33 % dan volume semprot 135 ml/pokok
dengan PK karyawan 3.7 ha/HK sedangkan penulis 1.7 ha/HK. Fungsi pupuk
FeSO4 adalah untuk meningkatkan jumlah klorofil daun dan daya tahan tanaman.
Saat memasukkan larutan pupuk FeSO4 ke dalam knapsack sprayer, larutan
disaring menggunakan saringan tambahan dua lapis kain kasa agar butiran-
butiran kecil pupuk FeSO4 yang belum terlarut sempurna tidak ikut masuk ke
dalam tangki knapsack sprayer. Hal ini dilakukan untuk mencegah butiran-butiran
kecil pupuk menempel pada daun yang bisa menyebabkan kegosongan pada daun.
Rekomendasi dosis pemupukan lahan peremajaan dapat dilihat pada lampiran 5.
Pengendalian gulma. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi
kompetisi hara, air dan sinar matahari, menekan populasi hama, dan
mempermudah kegiatan pemeliharaan. Pengendalian gulma di lahan peremajaan
dilakukan secara kimia dan manual.
Pengendalian gulma secara kimia yang diikuti oleh penulis adalah
penyemprotan gulma berdaun lebar. Herbisida yang digunakan bermerk dagang
Starane 290 EC yang merupakan herbisida purna tumbuh yang sistemik dan
selektif, berbentuk pekatan, berwarna coklat tua, dan berbahan aktif fluroksipir
metil heptil ester 295 g/l dengan konsentrasi 0.15 %. Knapsack sprayer yang
digunakan berkapasitas 19-20 liter dan Nozelnya diberi sarung plastik yang
terbuat dari kotak sabun colek agar radius pola semprotan nozelnya merata dan
tidak terlalu lebar. Prestasi kerja kayawan 2.5 ha/HK tergantung kondisi kerapatan
gulma.
Pengendalian gulma secara manual yang diikuti oleh penulis adalah
konsolidasi dan mencabut rumput. Konsolidasi dilakukan minimal 4 MST untuk
membersihkan piringan dari gulma dengan menggunakan cangkul. Selain itu
konsolidasi juga bertujuan untuk memperbaiki piringan dan menegakkan tanaman
yang miring. Norma kerja konsolidasi 1.2 ha/HK sedangkan PK penulis 0.4
ha/HK. Kegiatan mencabut rumput juga dilakukan tetapi hanya terhadap gulma
23
berdaun lebar dengan menggunakan parang dan garpu. Kegiatan mencabut
kentosan juga dilakukan. Terkadang kegiatan cabut kentosan dan mencabut
rumput sekaligus dilakukan oleh 1 orang karyawan. Kedua kegiatan ini dilakukan
jika kegiatan chemist (penyemprotan secara kimia) terhalang oleh hujan. Prestasi
kerja mencabut kentosan adalah 0.5 – 0.7 ha/HK. Jenis-jenis gulma yang dominan
di lahan peremajaan adalah Paspalum conjugatum, Cyperus iria (rumput
matahari), Clibadium surinamenses (narong), Micania micrantha (rumput
saudagar), Melastoma malabatrichum (saduduk/senggani), Borreria latifolia
(rumput staren), dan kentosan.
Gambar 17 Pemupukan (kiri) dan hasil pemupukan (kanan)
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) di lahan peremajaan
dilakukan secara kimia, biologis, dan manual. Pengendalian HPT secara kimia
menggunakan insektisida dengan konsentrasi dan dosis yang sama dengan
penyemprotan awal setelah tanam tersebut di atas. Jika serangan meningkat maka
konsentrasi ditingkatkan dua atau tiga kali lipat. Rotasi chemist peremajaan adalah
sekali dua minggu. Norma kerja chemist peremajaan 1 044 pokok/HK atau 6
ha/HK sedangkan PK penulis 4 ha/HK. Hama-hama yang menyerang tanaman di
areal peremajaan antara lain Apogonia sp., Oryctes rhinoceros, dan belalang.
Apogonia sp. atau kumbang malam menyebabkan daun berlubang-lubang
karena lapisan epidermis anak daun terkikis atau dimakan seluruhnya. Apogonia
sp. aktif dan mencari makan pada malam hari. Pada waktu siang kumbang ini
beristirahat di dalam lapisan tanah sedalam sekitar 2 cm atau bersembunyi di
antara gulma yang ada di sekitar area peremajaan. Kerusakan pada tanaman yang
telah berumur lebih dari satu tahun bisa diabaikan. Umumnya serangan Apogonia
sp. di lapangan akan berkurang dengan sendirinya bila tanaman penutup tanah
sudah menutupi areal penanaman dengan sempurna.
Oryctes rhinoceros atau kumbang tanduk merupakan hama utama di areal
peremajaan. Kumbang tanduk menyerang pangkal pucuk sawit. Gejala serangan
kumbang tanduk ialah menguning dan mengeringnya pucuk sawit (Gambar 18a)
kemudian terdapat lubang bekas gerekan kumbang tanduk pada pangkal pucuk
sawit. Kumbang tanduk terkadang ditemukan pada lubang gerekan tersebut.
Serangan kumbang tanduk sangat merugikan karena memperlambat pertumbuhan
vegetatif tanaman. Pucuk sawit yang telah terserang segera dicabut agar pucuk
penggantingya tetap tumbuh normal (tegak atau tidak menyamping) (Gambar
18b). Kemudian mengambil kumbang tanduk secara manual dari lubang
penggerekannya jika ada.
24
Belalang merupakan hama pemakan daun. Gejala serangannya ialah
terdapat defoliasi (kehilangan daun) yang dimulai dari tepi anak daun. Terkadang
serangannya hanya menyisakan tulang anak daun.
Pengendalian hama secara biologis dengan menanam tanaman
bermanfaat/beneficial plant. Beneficial plant yang ditanam adalah Turnera
subulata, Casia cobanensis, dan Antigonon leptopus (Gambar 18e). C. cobanensis
ditanam pada bedeng yang berukuran 280 cm x 120 cm dengan jarak tanam 30 cm
x 30 cm. A. leptopus ditanam pada bedeng yang berukuran panjang x lebar (250
cm x 100 cm) dengan jarak tanam 70 cm x 25 cm. Setiap lubang tanamnya
ditancapkan cabang pohon akasia sebagai tempat A. leptopus merambat. T.
subulata ditanam pada bedeng yang berukuran 180 cm x 90 cm dengan jarak
tanam 30 cm x 30 cm. Rasio C. cobanensis, A. leptopus, dan T. subulata terhadap
luas lahan adalah 60 % : 20 % : 20 %. Pembibitan beneficial plant termasuk
pohon pulai dan pohon buta dibuat di areal emplasement untuk memudahkan
pemeliharaan dan pengangkutan (Gambar 18f). Pengendalian hama secara manual yaitu mengambil kumbang tanduk yang
terdapat pada lubang gerekan pada pangkal pucuk sawit yang sekaligus dilakukan
oleh karyawan yang sedang melakukan semprot hama. Pengendalian secara
jebakan (pherotrap) yaitu memasang pherotrap kumbang tanduk (Gambar 18c)
dengan rasio terhadap luas lahan 1 : 2 ha. Jebakan dibuat sedemikian rupa dan
diberi hormon pemikat kemudian digantung pada tiang kayu.
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Gambar 18 Serangan hama kumbang tanduk (a), tunas tumbuh kembali pasca
penyerangan (b), pherotrap kumbang tanduk (c), penanaman
beneficial plant, (d) bedengan beneficial plant (e), pembibitan
beneficial plant (g)
Pemanenan
Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan dalam pencapaian
produktivitas suatu unit kebun. Panen adalah memotong semua tandan masak
panen dengan rotasi panen kurang dari sembilan hari, mutu panen yang sesuai
25
standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS
dan brondolan yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
Sistem panen yang digunakan di Divisi I Kebun Teluk Bakau adalah
sistem Block Harvesting System (BHS). Sistem BHS merupakan program
implementasi pengerjaan kegiatan panen yang terkonsentrasi pada satu seksi yang
harus diselesaikan dalam satu hari.
Kriteria matang panen merupakan indiksasi yang dapat membantu pemanen
agar memotong TBS pada saat yang tepat. Berikut merupakan kriteria matang
panen di Kebun Teluk Bakau.
Tabel 3 Kriteria panen di kebun teluk bakau berdasarkan jumlah brondolan yang
lepas dari tandan
Jumlah brondolan lepas dari tandan Tingkat kematangan
0 – 5 Buah Mentah ( Un Ripe )
6 – 9 Buah Mengkal (Under Ripe )
> 10 Buah Masak ( Ripe )
> 70% Buah terlalu Masak ( Empty Bunch ) Sumber: Kantor Besar Kebun Teluk Bakau
Rotasi panen adalah jumlah hari yang diperlukan pemanen untuk kembali ke
seksi panen awal pada kegiatan panen. Sistem BHS membagi divisi menjadi 6
seksi panen. Sehingga membentuk rotasi panen 6/7 yang artinya terdapat enam
hari kerja dan kembali ke seksi panen awal pada hari ke-7. Seksi-seksi kemudian
dibagi menjadi beberapa hanca tetap untuk memudahkan pengawasan.
Pelaksanaan kegiatan panen dimulai dengan apel pagi pukul 06.00 WIB
oleh pemanen dengan mandor panen. Mandor memeriksa kehadiran pemanen dan
memberi pengarahan pekerjaan mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada hari
itu dan menyampaikan hasil evaluasi hasil kegiatan panen hari sebelumnya.
Pelaksanaan panen di Kebun Teluk Bakau mengikuti kaidah Sapta Disiplin
Potong yang berisi: (1) Buah matang dipanen semua, (2) Tidak memanen buah
mentah, (3) Seluruh brondolan dikutip bersih, (4) Pelepah disusun rapi dan
dirumpukkan di gawangan berbentuk “U”, (5) buah diantrikan dan disusun rapi di
TPH dan diberi tanda, (6) Pelepah sengkleh tidak ada, dan (7) Administrasi
dikerjakan secara benar dan segera. Kutip brondolan dilakukan oleh tim pengutip
brondolan yang sebagian besar terdiri dari KHL sehari setelah potong buah pada
seksi yang sama.
Pengangkutan TBS dari TPH ke PKS menggunakan transportasi air. Proses
pengangkutan terbagi menjadi dua pekerjaan, yaitu pengangkutan TBS dari TPH
ke Collection Point (CP) dengan menggunakan bargas (Gambar 19b) berkapasitas
± 6.3 ton dan pengangkutan TBS dari CP ke PKS menggunakan ponton (sejenis
kapal) berkapasitas ± 15 ton.
26
(a) (b)
Gambar 19 Potong buah (a), pengangkutan TBS menggunakan bargas (b)
Pengaturan Ketinggian Air
Ketinggian air di lapangan harus dijaga agar tidak kekeringan di musim
kemarau atau kebanjiran di musim hujan. Kebanjiran akan menghambat proses
pemanenan sehingga memperlambat rotasi panen. Kondisi ini menyebabkan
kehilangan (losses) akibat buah tinggal atau busuk. Kekeringan menyebabkan
ketinggian air di kanal rendah atau bahkan kering sama sekali sehingga tidak bisa
dilewati kendaraan air pengangkut TBS. Kondisi ini menyebabkan kehilangan
akibat TBS tidak terangkut (restan). Upaya-upaya pengaturan ketinggian air
(Water Level Control) antara lain memasang piezzometer, membuat pintu air,
over flow gate, emergency gate, spillway, membuat peta water zoning, dan
merawat kanal secara berkala
Pemasangan piezzometer. Piezzometer merupakan alat pengukur ketinggian
air yang terbuat dari pipa paralon yang berdiameter 3 inchi, panjang 2 meter, dan
dilengkapi skala (Gambar 20). Piezzometer dipasang di titik tertentu pada
bendungan, KUT, KCB, emplasemen, pintu air, over flow gate, emergency gate,
spillway, dan pabrik. Sasaran ketinggian air yang terbaca pada masing-masing
piezzometer berbeda-beda bergantung posisi ditempatkannya piezzometer. Pada
umumnya sasaran ketinggian air pada hulu lebih rendah daripada hilir. Seperti
piezzometer di km 5 kebun TBE yang merupakan hilir memiliki sasaran
ketinggian air 40 cm sampai 60 cm dpt, sedangkan di km 18 kebun RSE yang
merupakan hulu memiliki sasaran ketinggian air 50 sampai 80 cm dpt. Hal ini
ditujukan untuk mencegah kekeringan pada kebun yang berada di hulu atau
kebanjiran pada kebun yang berada di hilir akibat perbedaan topografi. Informasi
ketinggian air yang terbaca pada piezzometer dilaporkan setiap hari ke kantor
besar kebun TBE melalui radio. Data ketinggian air menjadi acuan pengaturan
ketinggian air.
Gambar 20 Piezzometer di km 5
27
Pemasangan pintu air (water gate). Pintu air adalah alat untuk mengatur
ketinggian air dengan cara membuka dan menutup aliran air (Gambar 21). Pintu
air pada umunya ditempatkan di setiap hilir kanal yang menuju ke luar wilayah
water zoning ataupun ke luar wilayah perkebunan. Setiap pintu air dilengkapi
piezzometer. Perkebunan PT BNS memiliki 1 pintu air perbatasan water zoning
dan 4 pintu air perbatasan dengan masyarakat. Pintu air perbatasan masyarakat
akan membuang kelebihan air ke sungai atau laut.
Gambar 21 Pintu air
Pemasangan over flow gate. Over flow gate adalah alat untuk mengatur
ketinggian air dengan cara menahannya pada ketinggian tertentu dan bersifat tetap
(Gambar 22). Jika air berlebih, secara otomatis air akan mengalir melalui over
flow gate. Over flow gate terdapat di titik tertentu pada perbatasan dengan
okupasi.
Pemasangan pintu air parit tengah (water flow). Pintu air parit tengah
dipasang di setiap pertemuan parit tengah dengan kanal atau parit kolektor.
Gunanya untuk mengatur ketinggian air di tengah blok.
Pembuatan emergency gate. Emergency gate merupakan pintu darurat untuk
mencegah banjir pada kebun. Emergency gate dapat berupa kanal maupun pintu
air yang menghubungkan kebun dengan sungai atau laut.
Gambar 22 Over flow gate (kiri) dan water gate (kanan)
Pemasangan spillway. Spillway merupakan pintu air utama yang berfungsi
untuk mengatur ketinggian air di KUT (Gambar 23). Spillway juga berfungsi
untuk mencegah penetrasi air laut ke KUT sehingga kadar garam pada KUT tetap
sangat rendah untuk digunakan pabrik untuk mengolah TBS. Spillway terletak di
km 0.45 sebelah barat KUT dan berbatasan langsung dengan sungai. Spillway
memiliki 8 pintu air yang menggunakan drat. Spillway dilengkapi piezzometer
dengan sasaran ketinggian air 25 cm sampai 40 cm dpt.
28
Gambar 23 Spillway
Perawatan kanal. Semua sistem drainase kebun harus tercatat secara
administrasi baik jumlah maupun panjangnya. Hal ini ditujukan untuk
memudahkan kegiatan perawatan kanal. Setiap tahunnya diadakan pencucian
kanal 30 % dari total keseluruhan. Tujuan pencucian kanal antara lain untuk
mengoptimalkan fungsi kanal baik untuk tanaman maupun kendaraan air,
memperlancar sirkulasi air untuk menekan pertumbuhan gulma air terutama lumut
(Bryophyta sp.), dan mencegah terganggunnya kipas baling-baling kendaraan air.
Pencucian kanal dapat dilakukan secara mekanik dan manual.
Pencucian kanal secara mekanik menggunakan excavator long arm untuk
KUT dan short arm untuk KCB dan kanal kolektor. Pencucian dilakukan dengan
cara penggalian kembali sedimentasi dari dasar kanal ke luar secara periodik.
Kegiatan ini dilakukan saat kondisi air cukup dan kanal tidak boleh digali terlalu
dalam (melebihi kedalaman awal) karena dapat menimbulkan longsor. Excavator
long Arm (PC>200/seri 9) memiliki PK 3 meter/BU untuk KUT, Excavator short
arm (PC 200/seri 7) memiliki PK 5 meter/BU untuk kanal kolektor, dan
Excavator short arm (PC 200/seri 7) memiliki PK 10 meter/BU untuk KCB.
Gambar 24 Pencucian kanal dengan menggunakan bargas lumut
Pencucian kanal secara manual menggunakan bargas lumut (Gambar 24),
cangkul, dan parang. Bargas lumut merupakan kendaraan air yang dikhususkan
untuk kegiatan pencucian kanal. Setiap divisi memiliki minimal 1 unit bargas
lumut dan dioperasikan oleh 3 orang pekerja – satu sebagai operator (supir) dan
dua orang lagi sebagai helper (kernet). Bargas lumut memiliki PK bergantung
pada kondisi kerapatan gulma pada kanal. Yang perlu dibersihkan dari kanal
adalah lumut, eceng gondok (Eichhornia crassipes), dan sampah, sedangkan
tanaman sarung buaya (Ischaemum timorense) perlu dikendalikan
pertumbuhannya dengan cara dibabat. Semak-semak di tepi kanal juga
dibersihkan dengan cara dibabat.
29
Pencucian kanal secara biologis dilakukan dengan cara memelihara ikan
kowan (Tenenepharyngodon idellus) pada kanal-kanal sebagai pemakan lumut
atau algae (Tallophyta sp.). Cara ini masih perlu pengembangan lebih lanjut oleh
departemen R & D Minamas Plantation. Pencucian kanal secara kimia tidak
dilakukan karena dapat mengancam kehidupan biota air dan lingkungan.
Pembuatan peta dan SOP (Standard Operational Procedure) sistem
pengelolaan tata air. Perkebunan PT BNS memiliki peta umum sistem
pengelolaan tata air dan setiap kebun kecuali kebun TBE memiliki peta detail
sistem pengelolaan tata air kebun masing-masing. Peta umum hanya
mengambarkan kanal-kanal, water zoning (Lampiran 6), posisi piezzometer
(Lampiran 7), bendungan (Lampiran 8), pintu air dan spillway (Lampiran 9), dan
pengukur curah hujan (ombrometer) (Lampiran 10), sedangkan peta detail
termasuk menggambarkan arah aliran air dan muara outlet air (Lampiran 11).
Pemetaan ini memudahkan pengawasan dan penanganan yang tepat waktu.
Ruang lingkup SOP meliputi kegiatan pemeriksaan, pengukuran,
pencatatan, perawatan, dan evaluasi terhadap pengelolaan tata air. Tujuan
pembuatan SOP antara lain: (1) untuk memonitor ketinggian air di kebun
sehingga dapat dipertahankan pada kondisi optimum bagi tanaman, (2)
mengumpulkan data-data yang akurat dan terpadu yang berhubungan dengan
pengelolaan tata air, (3) apabila ada masalah dengan ketinggian air maka cepat
diketahui dan dilakukan usaha-usaha perbaikan, (4) menciptakan koordinasi antar
kebun maupun PKS dalam penanganan pengelolaan tata air PT BNS.
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor Peremajaan (Replanting)
Mandor peremajaan memimpin lingkaran pagi dengan karyawan penanam
pokok tanaman pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi,
mengecek cangkul sebagai alat tanam, dan mengecek Alat Pelindung Diri (APD)
kerja setiap karyawan penanam. Mandor peremajaan bertugas mengawasi tim
penanam agar mutu tanam terjaga. Karyawan yang mutu tanamnya buruk akan
ditegur dan diberi sangsi jika perlu oleh mandor dan diperintahkan untuk segera
memperbaikinya kembali. Mandor peremajaan juga bertanggung jawab terhadap
kegiatan penyisipan dan logistik bibit dari areal pembibitan ke areal peremajaan.
Mandor peremajaan melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM)
dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring jumlah bibit yang telah
ditanam dan disisip.
Pendamping Mandor Pemeliharaan
Mandor pemeliharaan memimpin lingkaran pagi dengan karyawan
pemeliharaan pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi,
mengecek alat pemeliharaan sesuai dengan kegiatan hari tersebut (cangkul atau
parang) dan mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan
penanam. Mandor pemeliharaan mengawasi kegiatan konsolidasi, penanaman
tanaman penutup tanah, dan perawatan sisi kanal. Mandor pemeliharaan
melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi
30
kerja dan membuat buku monitoring penggunaan bahan jika menggunakan bahan
seperti benih atau bibit kacang-kacangan.
Pendamping Mandor Semprot (Chemist)
Mandor chemist memimpin lingkaran pagi dengan karyawan semprot pada
jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga semprot,
mengatur dan mengecek alat semprot untuk masing-masing penyemprot,
mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan semprot. Pada saat di
lapangan penulis mengawasi pencampuran bahan dan memastikan racun sesuai
dosis di gudang divisi, mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan semprot di
lapangan dan membawa sabun untuk cuci tangan.. Selesai menyemprot, seluruh
alat semprot dan bahan sisa dicuci bersih dan disimpan di gudang divisi. Limbah
bahan beracun berbahaya (B3) seperti botol, galon tempat racun dikumpulkan ke
gudang Limbah B3. Hasil kerja dilaporkan dalam buku kegiatan mandor (BKM)
dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan dan peta
ealisasi kerja.
Pendamping Mandor Pupuk
Mandor membuat lingkaran pagi dengan karyawan pupuk pada jam 06.00
WIB untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga pemupukan kemudian
melaporkannya kepada asisten. Mandor pupuk bertanggung jawab dalam
mengatur dan membagikan takaran pupuk yang standar dan sesuai dosis pupuk
yang akan ditabur pada masing-masing pemupuk. Pekerjaan yang dilakukan di
kebun merupakan tanggung jawab semua pihak sehingga mandor wajib mengecek
Alat Pelindung Diri (APD) seperti: Sepatu, sarung tangan, dan topi pada setiap
karyawan pemupukan. Pelaksanaan di lapangan mandor melakukan pengawasan
penuh pada pekerjaan pupuk dengan memastikan penaburan pupuk dilakukan
secara benar. Mandor membawa sabun untuk cuci tangan tim pupuk. Selesai
pemupukan, seluruh alat kerja ( ember dan takaran ) dicuci bersih dan disimpan di
gudang divisi. Limbah bahan B3, seperti karung kemasan pupuk serta plastik
dikumpulkan ke gudang limbah B3 dan dilaporkan pada kerani gudang untuk
dicatat. Mandor pupuk melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor
(BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan
dan peta realisasi kerja.
Pendamping Mandor Panen
Mandor membuat lingkaran pagi dengan pemanen pada jam 06.00 WIB
untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga panen. Setiap mandor
mengecek alat kerja yang digunakan apakah dalam kondisi baik dan dilengkapi
dengan alat pelindung serta mengecek Alat Pelindung Diri (APD) setiap karyawan
panen. Tanggung jawab mandor mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan
karyawan panen di lapangan dengan memastikan buah matang seluruhnya
dipanen dengan menjaga jumlah pelepah yang harus dipertahankan yaitu umur
tanaman lebih dari 10 tahun 48 pelepah dan umur tanaman kurang dari 10 tahun
56 pelepah. Selain itu, memastikan TBS yang dipanen minimal 5 brondol yang
lepas di piringan. Seluruh TBS dan Brondolan yang dihasilkan dari blok
seluruhnya diantrikan di TPH tanpa ada yang tertinggal dengan disusun rapi dan
diberi nomor pemanen yang jelas.
31
Administrasi panen oleh mandor panen dengan mencatat nomor hancak
yang dikerjakan oleh setiap karyawan dan mengevaluasi hancak panen pada hari
itu juga merupakan bukti hasil kegiatan yang akan dilaporkan. Jika dalam
pemeriksaan terdapat kesalahan yang terjadi pada hancak panen yang diperiksa,
maka karyawan panen yang bersangkutan harus segera di panggil dan ditegur
untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Jika sudah diperingatkan
berkali-kali namun tidak ada perubahan pada karyawan tersebut maka dilakukan
teguran secara tertulis berupa surat peringatan ( SP ) I, II dan III yang ditanda
tangani oleh asisten dan diketahui manajer kebun dan SPSI. Mandor memberikan
instruksi dan memastikan seluruh alat yang dipakai oleh karyawan dibersihkan
dan ditutup kembali apabila pekerjaan panen telah selesai. Mandor panen
melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi
kerja dan menulis luasan (ha) yang dipanen hari ini pada blanko pusingan potong
buah serta jumlah tenaga kerja yang digunakan.. Selain itu, untuk memperlancar
kegiatan pemanenan dalam timnya mandor panen membuat daftar rencana
perawatan, penggantian alat–alat kerja, APD pada tim panen dan melatih tenaga
kerja baru baik teknis maupun non-teknis.
Pendamping Mandor I
Mandor I memiliki tugas dan tanggung jawab melaporkan hasil seluruh
kegiatan di lapangan kepada asisten. Kegiatan penulis saat menjadi mandor I
mengikuti atau memimpin apel pagi dengan para mandor apabila asisten tidak
dapat hadir serta memimpin apel K3 setiap hari sabtu di divisi. Selain itu,
membantu asisten dalam membuat Rencana Kerja Harian untuk esok hari dari
pekerjaan pemeliharan maupun pemanenan. Penulis melakukan pengawasan
kegiatan mandor dan karyawan agar rencana kerja harian (RKH) yang telah
ditetapkan berjalan dengan baik. Penulis saat mendapatkan tugas sebagai mandor
I juga dapat menegur dan memberikan sanksi kepada mandor dan karyawan yang
tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana. Pengawasan dengan melakukan
pengecekan mutu hancak pada kegiatan panen juga dilakukan oleh penulis saat
menjadi mandor I dengan mengambil lima pemanen setiap hari panen. Untuk
membangun kerja sama, komunikasi, menularkan improvment dan menyelesaikan
masalah maka penulis mengikuti field day. Field day merupakan aktivitas yang
dilakukan dilapangan/blok untuk sharing pendapat dan menyelesaikan
permasalahan.
Pendamping Kerani Buah
Kerani buah bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan
yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari
panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke colection point (CP).
Kerani buah bertanggung jawab untuk membagikan notes potong buah yang telah
diisi dengan lengkap, baik premi maupun dendanya dan memeriksa mutu buah.
Kerani buah membuat surat pengantar (SP) buah yang dikirim ke CP/PKS dan
mencatat nomor SP dan kendaraan yang mengangkutnya. Melaporkan hasil kerja
dalam buku Penerimaan Buah (PB) dan Notes potong buah secara rutin. Merekap
produksi per blok dan membuat laporan premi harian panen ke kantor divisi.
Kerani buah merangkap menjadi mandor transportasi. Mandor transportasi
32
bertugas mengatur kegiatan setiap operator bargas termasuk bargas lumut dalam
melaksanakan pencucian kanal.
Pendamping Asisten Kegiatan penulis saat menjadi pendamping asisten divisi bersifat teknis di
lapangan dan administrasi di kantor. Kegiatan yang dilakukan sebagai
pendamping asisten adalah memimpin apel pagi, mengarahkan serta mengawasi
kerja karyawan dan para mandor di lapangan. Penulis juga membantu membuat
RKH (Rencana Kerja Harian) dan bersama dengan asisten melakukan
pemeriksaaan ke lapangan meliputi kegiatan penggunaan alat berat (excavator),
pemupukan sesuai dengan pedoman BMS (Block Manuring System) , penanaman
beneficial plant, pemantauan hasil chemist, pengontrolan hama dan penyakit dan
kegiatan pemanenan, serta mengikuti kegiatan “Field day”.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan Tata Air
Pengelolaan tata air (water management) merupakan proses perencanaan
yang sistematis dalam mengorganisasikan dan mengatur pembuangan air melalui
permukaan tanah seperti saluran drainase, dan mempertahankan level air pada
kisaran yang optimum bagi pertumbuhan tanaman. Sistem pengelolaan tata air
harus mampu membuang kelebihan air permukaan maupun sub-permukaan
dengan cepat pada musim hujan dan dapat menahan air selama mungkin pada
musim kemarau (Melling dan Hatano 2010).
Perkebunan PT BNS keseluruhannya adalah tanah gambut (peat soil)
dengan kedalaman 3 m sampai 5 m dan ketinggian antara 2.0 m sampai 4.5 m di
atas permukaan laut (dpl). Terendah adalah km 00 dengan ketinggian 2.0 m dpl
dan tertinggi adalah km 15 Kebun Mandah Estate (MDE) dengan ketinggian 4.5
m dpl. Data tersebut menunjukkan adanya perbedaan ketinggian yang cukup nyata
yaitu 2.5 meter sehingga apabila tidak ada pengelolaan tata air, walaupun banjir di
km 00 (hilir), bisa kekeringan di Kebun MDE (hulu). Di samping itu, satu-
satunya sumber air perkebunan PT BNS adalah hujan karena tidak ada sumber
air seperti pegunungan, sedangkan sumber air seperti sungai mengandung kadar
garam yang tinggi. Oleh karena itu sistem pengelolaan air (water management)
sangat diperlukan.
Air yang terlalu sedikit atau terlalu banyak pada zona perakaran kelapa
sawit akan berdampak kurang baik terhadap penyerapan unsur hara dan hasil
TBS. Sebagian besar perakaran kelapa sawit terkonsentrasi di 50 cm lapisan atas
tanah gambut. Oleh karena itu zona tersebut tidak boleh jenuh air (Melling dan
Hatano, 2010). Hubungan ketinggian air terhadap hasil TBS dapat dilihat pada
Gambar 25.
33
0
5
10
15
20
25
30
+25 - 25 25 - 50 (PT BNS)
50 - 75 75 - 100 >100
TB
S (
ton
/ha
/ta
hu
n)
Ketinggian air (cm dpt)
Gambar 25 menunjukkan bahwa produksi TBS maksimum akan tercapai
pada ketinggian air di 50 cm sampai 75 cm di bawah permukaan tanah (dpt),
namun pada umumnya sasaran ketinggian air di PT BNS adalah pada 25 sampai
50 cm dpt karena air sistem drainase dimanfaatkan untuk prasarana transportasi
dan pengolahan TBS di pabrik. Dengan demikian penurunan ketinggian air yang
drastis pada musim kemarau tidak akan menghambat kegiatan transportasi dan
pengolahan TBS di pabrik. Dalam satu minggu di musim kemarau ketinggian air
dapat mengalami penurunan sebesar 4 cm.
Sistem Drainase
Prinsip dasar dari suatu sistem drainase yaitu menyekap air, kemudian
mengumpulkannya, dan akhirnya dibuang keluar areal. Dengan demikian,
drainase harus dirancang dalam bentuk jaringan yang memanfaatkan topografi dan
mengalirkan kelebihan air berdasarkan gaya berat. Merancang sistem drainase
yang baik harus mengacu pada peta topografi dan bukan berdasarkan visual saja
(Pahan 2012). Sistem jaringan drainase PT BNS merupakan rekomendasi dari tim
research and development (R & D) Mimanamas Plantation yang telah melakukan
survey dan pengamatan.
Perkebunan PT BNS memiliki sistem drainase yang berbeda dengan sistem
drainase lahan gambut di perkebunan kelapa sawit pada umumnya karena di
perkebunan ini sistem drainasenya selain dimanfaatkan untuk pembuangan air
juga dimanfaatkan untuk prasarana transportasi air. Sistem drainase perkebunan
ini terdiri atas kanal utama (KUT), kanal kolektor, kanal cabang (KCB), kanal
cabang baru (KCB baru), parit tengah, dan field drain. Kanal-kanal dimanfaatkan
untuk prasarana transportasi air sehingga ukurannya lebih luas sedangkan parit
tengah dan field drain hanya sebagai saluran pembuangan air. Sistem drainase
dapat dilihat pada Gambar 5.
Kanal Utama (KUT). Kanal utama merupakan saluran pembuangan akhir
sistem drainase sebelum dialirkan ke luar wilayah perkebunan dan terletak di
Gambar 25 Grafik hubungan ketinggian air dengan hasil TBS (TM 14) di
kebun gambut di Riau, Sumatera, Indonesia (Huan et al. 2012)
34
tengah wilayah perkebunan (Gambar 26). Kanal utama juga merupakan prasarana
tranportasi TBS dari kebun ke pabrik kelapa sawit (PKS) dan akses keluar masuk
perkebunan. Kanal utama langsung bermuara ke sungai sehingga pada muara
KUT dipasang pintu air yang disebut spill way agar ketinggian air di KUT tetap
terjaga sehingga dapat dilewati kendaraan air. Ukuran KUT ialah 12 m x 4 m x 8
m. Kanal utama dilengkapi jembatan penyeberangan. Sisi KUT Divisi I Kebun
Teluk Bakau belum sepenuhnya tertutupi tanaman sarang buaya sehingga masih
terancam erosi oleh ombak akibat kendaraan air terutama speed boat yang
melintas. Oleh karena itu perlu pemeliharaan tanaman sarang buaya di sepanjang
sisi KUT. Kondisi KUT Divisi I Kebun Teluk Bakau baik dan bisa dilalui
kendaraan air. Artinya populasi gulma air (lumut dan eceng gondok) tidak
mengganggu baling-baling kendaraan air dan kanal utama juga terbebas dari
sampah.
Gambar 26 KUT
Kanal Kolektor. Kanal kolektor adalah drainase pengumpul air dari KCB
dan mengalirkannya ke KUT melalui KCB tertentu yang topografinya lebih
rendah (Gambar 27). Kanal kolektor juga merupakan prasarana transportasi TBS
dan logistik dari KCB sebelum ke KUT. Sebagian kanal kolektor merupakan batas
hamparan blok kebun dengan wilayah luar. Ukuran kanal kolektor ialah 6 m x 3 m
x 2 m dan sejajar dengan KUT. Kanal kolektor dilengkapi jembatan
penyeberangan ke daerah okupasi. Kondisi kanal kolektor Divisi I Kebun Teluk
Bakau baik dan bisa dilalui bargas namun masih ada dalam kondisi buruk tapi bisa
dilalui bargas. Artinya populasi gulma air di titik tertentu pada kanal kolektor
mengganggu baling-baling bargas. Konsumsi bahan bakar oleh bargas semakin
boros sehingga mengurangi efisiensi biaya, laju bargas makin melambat sehingga
mengurangi efisiensi waktu, bahkan pada kondisi tertentu dapat merusak mesin
bargas. Oleh karena itu penggunaan bargas lumut masih perlu dimaksimalkan lagi.
Gambar 27 Kanal kolektor
35
Kanal Cabang (KCB). Kanal cabang merupakan drainase penghubung
Kanal kolektor dengan KUT (Gambar 28). Hanya KCB tertentu yang
berhubungan langsung dengan KUT sedangkan KCB lainnya dibendung untuk
memperlambat aliran air sehingga air lebih lama di dalam blok. Kanal cabang juga
merupakan prasarana transportasi pengangkut TBS dari TPH dan logistik ke TPH.
Ukuran KCB ialah 4 m x 3 m x 3 m dan tegak lurus dengan KUT. Kanal cabang
dilengkapi jembatan penyeberangan. Masing-masing operator bargas Divisi I
Kebun Teluk Bakau memiliki satu KCB yang menjadi tanggung jawabnya.
Operator tersebut bertangung jawab atas kondisi KCB-nya. Kondisi KCB Divisi I
Kebun Teluk Bakau baik dan bisa dilalui bargas namun masih ada dalam kondisi
buruk tapi bisa dilalui bargas. Hal ini disebabkan masih ada operator bargas lalai
dalam menjaga kebersihan KCB yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena
itu asisten dan mandor I tetap mengingatkan, memantau, mengevaluasi, dan
menegur para operator bargas dalam menjaga kebersihan KCB.
Gambar 28 KCB
Kanal Cabang baru (KCB baru). Kanal cabang baru merupakan kanal
yang dibangun di antara dua KCB yang berdekatan dengan ukuran 4 m x 3 m x 3
m dan sejajar dengan KCB (Gambar 29). Kanal cabang baru dibangun pada area
replanting untuk memudahkan akses pengangkutan TBS dari TPH dan logistik ke
tengah blok. Kanal cabang baru untuk sementara tidak dihubungkan langsung
degan KUT karena dapat mempengaruhi ketinggian air di dalam blok sehingga
perlu penelaahan lebih lanjut. Kanal cabang baru dilengkapi jembatan
penyeberangan. Kondisi KCB baru Divisi I Kebun Teluk Bakau baik dan bisa
dilalui bargas.
Gambar 29 KCB baru
Parit tengah. Parit tengah atau pada umumnya disebut parit sekunder
adalah drainase pengumpul air dari field drain dan mengalirkannya ke kanal
36
kolektor atau parit kolektor (Gambar 30). Parit tengah sejajar dengan KCB dan
berukuran 1 m x 1 m x 0.8 m. Parit tengah dilengkapi titi berupa balok beton.
Kondisi parit tengah Divisi I Kebun Teluk Bakau baik. Artinya tidak dangkal dan
terbebas dari gulma air dan sampah.
Gambar 30 Parit tengah
Field drain. Field drain atau pada blok sebelum replanting disebut parit
tersier adalah drainase dalam blok dan bermuara ke parit tengah (Gambar 31).
Ukuran field drain ialah 1 m x 0.8 m x 0.8 m. Rasio field drain terhadap baris
tanaman adalah 1 : 4. Artinya setiap empat baris tanaman terdapat satu field drain.
Kondisi field drain Divisi I Kebun Teluk Bakau baik. Artinya tidak dangkal dan
terbebas dari gulma air dan sampah.
Gambar 31 Field drain
Water Zoning
Water zoning adalah kawasan yang dikelompokkan berdasarkan topografi
dan elevasi yang relatif sama untuk pengelolaan tata air. Masing-masing kebun di
PT BNS memiliki water zoning kecuali kebun TBE karena merupakan hilir. Luas,
jumlah, dan posisi water zoning tertera pada peta water zoning pada lampiran 6.
Air water zoning akan mengalir ke KUT TBE melalui KCB tertentu dan
kemudian dialirkan ke hilir KUT yang terletak di km 00.
Tujuan pembuatan water zoning adalah mengurangi percepatan aliran air
sehingga air kanal pada musim kemarau tidak cepat turun. Aliran air diperlambat
dengan cara membuat bendungan di sekeliling water zoning dan mengalirkannya
hanya melalui kanal-kanal tertentu sehingga air kanal pada water zoning keluar
secara perlahan. Jika musim hujan, air yang berlebih dalam water zoning akan
dialirkan melalui pintu air yang langsung mengarah ke laut atau sungai.
37
Bendungan water zoning terdiri atas bendungan KCB dan bendungan
kolektor (Gambar 32). Bendungan KCB terletak pada KCB sedangkan bendungan
kolektor terletak pada kanal kolektor. Bendungan merupakan tanggul penahan air
yang berfungsi untuk menahan air kanal di water zoning sehingga tanaman tidak
kekeringan dan kanal dapat dilewati kendaraan air. Perkebunan PT BNS memiliki
85 buah bendungan yang terkoordinasi untuk menciptakan water zoning yang
baik.
Bendungan yang terdapat pada km 0.5 bagian barat KUT atau biasa disebut
bendungan km 0.5 merupakan bendungan utama PT BNS. Bendungan km 0.5
menjadi bendungan terakhir sistem drainase perkebunan yang berfungsi untuk
menahan air di hilir KUT sebelum dibuang ke laut sehingga secara tidak langsung
bendungan km 0.5 berfungsi sebagai penahan air seluruh sistem drainase
perkebunan. Oleh karena itu bendungan km 0.5 dianggap sebagai urat nadi PT
BNS. Bendungan km 0.5 dilengkapi pintu air utama atau biasa disebut spillway.
Kondisi bendungan-bendungan Kebun Mandah dan bendungan km 0.5 baik.
Bendungan-bendungan Kebun Mandah dan bendungan km 0.5 tidak meluap, tidak
longsor, tidak bocor, dan bebas sampah.
Gambar 32 Bendungan KCB (kiri) dan bendungan kolektor (kanan)
Pengaruh Curah Hujan terhadap Ketinggian Air
Curah hujan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
pengaturan ketinggian air di lahan gambut. Hubungan antara curah hujan dengan
ketinggian air dapat dilihat pada Gambar 33.
Peramalan pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air dapat dijelaskan
pada model berikut ini:
Level air = 46.52 + 0.06893 curah hujan
Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan nilai signifikan 0.014 (<
0.05) yang artinya curah hujan berpengaruh nyata terhadap ketinggian air pada
taraf 5%. Kenaikan 1 % curah hujan akan menaikkan ketinggian air 0.06893% di
bawah permukaan tanah. Model ini dapat digunakan untuk menduga ketinggian
air berdasarkan curah hujan yang telah diukur sehingga upaya-upaya untuk
mencegah banjir atau kekeringan dapat dilakukan. Menurut Harahap et al. (2010)
terdapat korelasi positif yang tinggi antara curah hujan dengan ketinggian air.
Ketinggian air akan turun pada musim kemarau dan naik pada musim kemarau.
38
Gambar 33 Grafik hubungan curah hujan dengan ketinggian air di bawah
permukaan tanah periode Januari 2012 – Mei 2013
Nilai R2
sebesar 33.8 % yang artinya curah hujan berpengaruh sebesar
33.8% terhadap kenaikan ketinggian air dari permukaan tanah. Sekitar 66.2%
kenaikan dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisis dalam model. Faktor
lain yang diduga berpengaruh besar terhadap kenaikan ketinggian air adalah pintu
air dan bendungan. Terhambatnya aliran air melalui pintu air akibat penuh dengan
lumut dan sampah akan menaikkan ketinggian air pada musim hujan. Pintu air
dan bendungan yang bocor atau rusak akan menurunkan ketinggian air pada
musim kemarau.
Gambar 34 Grafik ketinggian air dan curah hujan periode januari 2012 –
fgfgfgfgfgfMei 2013
Ketinggian air dari
permukaan tanah (cm)
CH (mm)
39
Gambar 34 menunjukkan bahwa pada Desember 2012 ketinggian air sebesar
24 cm dpt melebihi batas maksimal ketinggian air. Hal ini mengindikasikan
bahwa kapasitas sistem pintu air dalam membuang kelebihan air belum dapat
mengimbangi curah hujan yang tinggi (>200 mm) dari bulan Oktober sampai
Desember dalam waktu 24 jam. Jika dilihat data per harinya, bahkan 8 hari
berturut-turut dalam bulan Desember ketinggian air di atas 18 cm dpt. Meskipun
demikian, secara keseluruhan ketinggian air di kebun TBE terkontrol dengan baik
terutama pada musim kemarau ketinggian air tidak lebih rendah dari batas
minimum. Penambahan kapasitas pintu air dalam membuang air dan pembuatan
pintu darurat banjir diharapkan dapat mengatasi kelebihan air pada curah hujan
yang tinggi (>200 mm).
Pengaruh Curah Hujan dan Ketinggian Air terhadap Produksi
Curah hujan mengakibatkan ketinggian air berfluktuatif. Pengelolaan tata air
mengupayakan curah hujan dan fluktuasi ketinggian air tidak berdampak pada
produksi kelapa sawit. Grafik curah hujan, ketinggian air, dan produksi dapat
dilihat pada Gambar 35.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
-40
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
Ketinggian air CH Produksi
Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi curah
hujan dan ketinggian air terhadap produktivitas sebesar 0.649 dan 0.591. Artinya
curah hujan dan fluktuasi ketinggian air tidak berpengaruh nyata terhadap
produktivitas. Hal ini menunjukkan sistem pengelolaan tata air di kebun TBE
dikelola dengan baik. Produksi kebun TBE ialah 17886 kg TBS/ha/tahun yang
terdiri atas TM 18 – 20. Produksi ini tergolong kelas III pada lahan mineral.
Menurut Dja’far et al. dalam Hardjowigeno (1996) produksi kelapa sawit pada
lahan mineral dapat dikelompokkan sebagai: kelas I>24 ton TBS ha/tahun, kelas
Ketinggian air (cm dpt) CH (mm);
Produksi (x 10 kg TBS/ha)
Gambar 35 Grafik ketinggian air dan curah hujan (Januari 2010 – Mei
2011), dan produktivitas (Januari 2012 – Mei 2013)
40
II 19 – 24 ton TBS/ha/tahun, kelas III 13 – 18 ton TBS/ha/tahun, dan kelas IV ≤
12 ton TBS/ha/tahun. Produksi kelapa sawit pada tanah gambut umumnya adalah
12 – 18 ton TBS/ha/tahun. Produksi maksimum umumnya tercapai pada umur 15
tahun, kemudian menurun seperti halnya pada tanah mineral.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kegiatan magang memberikan banyak manfaat terhadap penulis berupa
peningkatan keterampilan dan kemampuan teknis mengenai proses produksi
kelapa sawit di lahan gambut. Penulis juga dapat bekerja nyata pada perusahaan
perkebunan kelapa sawit.
Pada umumnya sasaran ketinggian air di perkebunan PT Bhumireksa Nusa
Sejati adalah 25-50 cm di bawah permukaan tanah. Secara keseluruhan ketinggian
air di Kebun Teluk Bakau terkontrol dengan baik terutama pada musim kemarau
ketinggian air tidak lebih rendah dari batas minimum. Sistem drainase di PT
Bhumireksa Nusa Sejati terdiri atas KUT, KCB, KCB baru, kanal kolektor, parit
tengah, dan field drain. Secara keseluruhan kondisi sistem drainase baik dan dapat
dilalui kendaraan air.
Sistem pengelolaan tata air dikelola dengan baik. Produksi kebun TBE ialah
17886 kg TBS/ha/tahun yang terdiri atas TM 18 – 20. Produktivitas ini tergolong
kelas III (12 – 18 ton TBS/ha/tahun) pada lahan mineral.
Saran
Perlu dilakukan analisis pengaruh kondisi pintu air terhadap ketinggian air
dan analisis pengaruh ketinggian air terhadap laju subsidensi. Seluruh operator
excavator perlu diberi pengarahan dan senantiasa diawasi dan dievaluasi dalam
pembuatan parit agar parit terutama parit CECT dan field drain tidak terlalu dekat
dengan baris tanaman yang dapat mengakibatkan tergenangnya pokok tanaman.
Pembuatan KCB baru yang terlalu lebar dari ketentuan oleh operator excavator
juga perlu diantisipasi agar tidak mengurangi areal penanaman. Pokok-pokok di
samping KCB baru yang rawan longsor sebaiknya diberi pagar pencegah longsor
yang terbuat dari batang kelapa agar pokok tidak tumbang.
DAFTAR PUSTAKA
Agus F. 2010. Cadangan, emisi, dan konservasi karbon pada lahan gambut. Bogor
(ID): Balai Penelitian Tanah. http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id.
[2012 Mar 19]
Barchia MF. 2006. Gambut: Agroekosistem dan Transformasi Karbon.
Yogyakarta (ID): Gajah Mada University.
41
Dja’far, Abbas BS, Angkat J. 1989. Komperatif produktivitas tanah gambut
dengan tanah mineral terhadap produksi kelapa sawit. Di dalam: Prosiding
Seminar Tanah Gambut untuk Perluasan Pertanian. Di dalam
Hardjowigeno, S.1996. Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian
Suatu Peluang dan Tantangan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID): Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tahun 2009. http://ppvt.setjen.deptan.go.id. [diunduh 2013 Okt 9]
Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian Edisi
Kedua. Sjamsuddin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI press.
Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research
Harahap IY, Hidayat TC, Lubis ES, Pangaribuan Y, Sutarta ES. 2010. The
dynamical water table depth in oil palm plantation and its region. In:
Siahaan D, editor. Proceedings International Oil Palm Conference 2010:
Environment & Social Economics; 2010 Jun 1-3; Yogyakarta, Indonesia.
Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Hatano R, Inoue T, Yamada H, Sato S, Darung U, Limin S, Limin A, June T,
Suwardi, Sumawinata B et al. 2010. Soil greenhouse gases emissions from
various land uses in tropical peatlands in Indonesia. In: Suwardi, Hatano
R, Sumawinata B, Darmawan, Limin S, Nion YA, editor. Proceeding of
Palangkaraya International Symposium & Workshop On Tropical
Peatland; 2010 Jun 10-11; Palangkaraya, Indonesia. Bogor (ID):
Integrated Field Environmental Science - Global Center of Excellent
(IFES-GCOE) Indonesian Liaision Office Bogor Agricultural Uiversity
Palangkarya University Hokkaido University. p. 47-54.
Huan PLK, Lim SS, Parish F, Suharto R, editor. 2012. RSPO Manual On Best
Management Practices (BMPs) for Existing Oil Palm Cultivation On Peat.
Kuala Lumpur (MY): RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil).
Huan LK, Wahyudi H. 2010. Management of leaning and fallen palms planted on
tropical peat. In: Siahaan D, editor. Proceedings International Oil Palm
Conference 2010: Agriculture; 2010 Jun 1-3: Yogyakarta, Indonesia.
Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Melling L dan Hatano, R. 2010. Sustainable utilization of tropical peatland for oil
palm plantation. In: Suwardi, Hatano R, Sumawinata B, Darmawan, Limin
S, Nion YA, editor. Proceeding of Palangkaraya International Symposium
& Workshop On Tropical Peatland; 2010 Jun 10-11; Palangkaraya,
Indonesia. Bogor (ID): Integrated Field Environmental Science - Global
Center of Excellent (IFES-GCOE) Indonesian Liaision Office Bogor
Agricultural Uiversity Palangkarya University Hokkaido University. p. 19-
41.
Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut : Potensi dan Kendala. Yogyakarta (ID).
Penerbit Kanisius.
Noor M. 2010. Lahan Gambut. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.
Pahan I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Bogor (ID): Penebar Swadaya.
42
Risza S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Sabiham S. 2006. Pengelolaan lahan gambut Indonesia berbasis keunikan
ekosistem. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Pengelolaan Tanah. Fakultas
Pertanian IPB. Bogor.
Sabiham S dan Sukarman. 2012. Pengelolaan lahan gambut untuk pengembangan
kelapa sawit di indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan. ISSN 1907-0799:55-
66. http://www.researchgate.net. [diunduh 2014 Feb 27]
Setiadi B. 1999. Teknologi Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Pertanian. Dalam
Setiadi B dan Nugrahadi D. Masalah dan Prospek Pemanfaatan Gambut.
Dalam Barchia, MF. 2006. Gambut: Agroekosistem dan Transformasi
Karbon. Yogyakarta (ID): UGM press.
Sunarto. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit. PT
AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Suryana A, Didiek HG, Luqman E, Bambang D, Budiman H, Ambar K. 2007.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit Edisi Kedua.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Jakarta. http://www.litbang.deptan.go.id. [diunduh 2014 Feb 20]
Winarna. 2007. Lahan gambut saprik paling potensial untuk kebun sawit.
http://balittanah.litbang.deptan.go.id. [diunduh 2014 Feb 25]
Yanuar. 2011. Ekspor Kelapa Sawit Terus Naik. http://ditjenbud.deptan.go.id.
[diunduh 2013 Okt 9]
43
LAMPIRAN
44
45
Lampiran 1 Peta wilayah Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau
(93.52 ha)
(2 407.05ha)
(325.89 ha)
(241.71 ha)
(400.1 ha)
Total Areal Tanaman : 3 473.19 ha
46
Lampiran 2 Curah hujan 2008-2012 Kebun Mandah PT BNS, Riau
Bulan
2008 2009 2010 2011 2012
HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm)
Januari 10.00 134.00 4.00 108.50 12.00 127.00 15.00 398.80 5.00 71.00
Pebruari 4.00 90.00 7.00 58.00 7.00 149.50 5.00 71.70 10.00 136.00
Maret 12.00 532.00 14.00 310.40 11.00 110.00 19.00 173.00 11.00 125.40
April 10.00 115.00 15.00 153.50 12.00 156.00 18.00 218.20 19.00 168.70
Mei 11.00 147.00 18.00 224.50 14.00 147.50 14.00 133.90 16.00 195.00
Juni 8.00 151.00 11.00 111.00 19.00 167.50 16.00 114.90 11.00 120.90
Juli 9.00 126.00 12.00 107.50 14.00 114.70 9.00 90.10 10.00 186.00
Agustus 9.00 221.00 10.00 139.50 14.00 411.60 10.00 159.00 9.00 99.40
September 10.00 246.00 11.00 114.00 9.00 145.90 11.00 101.80 10.00 135.00
Oktober 16.00 265.00 16.00 233.50 10.00 121.74 14.00 222.90 19.00 227.10
November 13.00 252.00 20.00 175.50 16.00 248.90 19.00 252.90 15.00 275.40
Desember 14.00 176.00 12.00 201.50 15.00 142.80 15.00 316.50 13.00 203.70
Total 126.00 2 452.00 150.00 1 937.40 153.00 2 043.14 165.00 2 253.70 148.00 1 943.60
Rata-rata 10.50 204.33 18.75 242.18 19.13 255.39 20.63 281.71 74.00 971.80
BB
11
11
12
12
12
BK
1
1
0
0
0
Keterangan :
BB = Bulan Basah (Curah Hujan > 100 mm)
BK = Bulan Kering ( Curah Hujan < 60 mm)
CH = Curah Hujan
HH = Hari Hujan
Perhitungan Tipe Iklim (Q) menurut Schmidt-Ferguson :
Q = Rata-rata BK/Rata-rata BB X 100 %
Q = 0.4/11.6 X 100 %
Q = 3.44 % (Tipe A)
46
47
Lampiran 3 Produksi Lima Tahun Terakhir Kebun Teluk Bakau PT BNS
Bulan
Produksi TBS (kg)
2009 2010 2011 2012 2013
TBS TBS/ha TBS TBS/ha TBS TBS/ha TBS TBS/ha TBS TBS/ha
Januari
4 890 076 1 396 3 824 437 1 092 4 920 169 1 409 5 105 438 1 661
Februari
4 176 982 1 192 3 384 776 966 4 026 921 1 153 3 976 845 1 294
Maret
4 739 770 1 353 4 753 441 1 357 4 243 433 1 222 3 387 253 1 102
April
5 119 795 1 461 4 445 088 1 269 4 454 866 1 283 3 968 958 1 291
Mei
5 761 118 1 645 5 050 664 1 442 4 743 750 1 366 3 562 339 1 159
Juni
6 113 203 1 745 4 671 593 1 334 5 163 168 1 487
Juli 5 840 044 1 667 5 475 359 1 563 5 465 368 1 565 5 719 342 1 861
Agustus 5 159 596 1 473 4 268 331 1 218 5 471 163 1 566 4 294 642 1 397
September 3 105 091 886 3 845 344 1 098 5 931394 1 698 5 630 433 1 832
Oktober 5 057 000 1 444 4 574 435 1 306 6 263 304 1 793 4 823 032 1 569
Nopember 4 727 260 1 349 4 124 741 1 177 4 756 421 1 362 5 244 316 1 706
Desember 5 770 833 1 647 4 684 015 1 337 3 729 966 1 068 4 693 469 1 527
Jumlah 29 659 824 8.466 57 773 169 16 49 57 747 615 16 512 57 957 541 17 812 20 000 833 6 507
47
48
Lampiran 4 Struktur organisasi Kebun Teluk Bakau PT BNS, Riau
48
49
Lampiran 5 Rekomendasi Dosis Pemupukan di Lahan Peremajaan Divisi I Kebun TBE, PT BNS
Umur
Tanaman
(Bulan)
Dosis Pupuk ( kg/pokok )
Dengan Tanaman LCC Tanpa Tanaman LCC
RP NPK 15-15-15
HGF
Borate
NPK
44 CuSO4 ZnSO4 ZnCu MOP RP
NPK
65
HGF
Borate
NPK
44 CuSO4 ZnSO4 ZnCu MOP
Lubang
tanam 0.50 0.50
2 0.30 0.35
5 0.50 0.65
6 0.07 0.07
8 0.80 0.90
12 1.20 1.30
16 1.40 1.55
18 0.08 0.08
20 1.80 0.10 2.00 0.10
24 2.00 2.20
28 3.50 3.50
29 0.10 0.05 0.10 0.05
32 3.50 3.50
33 2.00
49
50
Lampiran 6 Peta Sistem Water Zoning PT BNS, Riau
51
Lampiran 7 Peta posisi piezzometer/water level PT BNS, Riau
52
Lampiran 8 Peta bendungan Water Zoning PT BNS, Riau
53
Lampiran 9 Peta posisi pintu air dan spill way PT BNS, Riau
54
Lampiran 10 Peta posisi ombrometer PT BNS, Riau
55
Lampiran 11 Peta water management Kebun Mandah PT BNS, Riau
55
56
Lampiran 12 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas (KHL) di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau
Tanggal Uraian kegiatan Prestasi Kerja/HK Lokasi
Penulis Karyawan Standar
12/02/2013 Perkenalan kebun - - - D003C
13/02/2013 Penanaman 25 pokok 65 pokok 40 pokok D003C
14/02/2013 Penanaman 25 pokok 65 pokok 40 pokok D003C
15/02/2013 Training sampling daun - - - Divisi II
16/02/2013 Penanaman 25 pokok 65 pokok 40 pokok D003D
18/02/2013 Compacting & cambring - 1, 2 ha** - D002A
19/02/2013 Pembuatan lubang - 158 lubang** 150 lubang** D003D
20/02/2013 Pemupukan RP 4 ha 4 ha 4 ha D003D
21/02/2013 Konsolidasi 0,4 ha 1 ha 1 ha D003B
22/02/2013 Persentasi Produk CAS - - - D003A
23/02/2013 Penanaman pakis 1,1 ha 1,1 ha 1 ha D003A
25/02/2013 Penyemprotan FeSO4 400 pokok 800 pokok 800 pokok D003A
26/02/2013 Penyemprotan pestisida 400 pokok 800 pokok 800 pokok D003B
27/02/2013 Penanaman M. Bracteata 1 ha 1 ha 1 ha D003C
28/02/2013 Penyemprotan FeSO4 400 pokok 800 pokok 800 pokok D003B
01/03/2013 Pemupukan NPK 65 2 karung 3.5 karung 3.5 karung D003A
02/03/2013 Pemupukan NPK 65 2 karung 3.5 karung 3.5 karung D003B
04/03/2013 Pembuatan CECT - 49 m** 45 m** E001
05/03/2013 Penumbangan pokok - 21 -23 pokok** 19 pokok** Blok 02-13
06/03/2013 Panen 1 ha 3.5 ha 3.5 ha E003
07/03/2013 Panen 1 ha 3.5 ha 3.5 ha E003
08/03/2013 Panen 0.7 ha 2.3 ha 2.3 ha E004
09/03/2013 Penanaman kecambah PN 2500 bb 2500 bb 2500 bb Divisi II
11/03/2013 Konsolidasi PN (timbun bb) 43200 bb 43200 bb 43200bb Divisi II
12/03/2013 Libur nasioanal - - - -
13/03/2013 Klasifikasi & seleksi PN 10800 bb 10800 bb 10800 bb Divisi II
14/03/2013 Pre lining 100 gb 200 gb 200 gb Divisi II
15/03/2013 Konsolidasi MN 1100 gb 1333 gb 1333 gb Divisi II
16/03/2013 Filling gb 300 gb 350 gb 300 gb Divisi II
Keterangan: ** per jam oleh alat berat (excavator)
56
57
Lampiran 13 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis
Lokasi Jumlah KH yang Diawasi (orang) Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam)
18/03/2013 Pengawasan panen 12 47 7 Blok 05-13
19/03/2013 Pengawasan sensus pokok 5 46 7 Blok 03-14
20/03/2013 Rekap data sensus pokok - - - Kantor
21/03/2013 Pengawasan kutip brondolan 14 84 7 04-15 & 04-14
22/03/2013 Pengawasan pemupukan 3 5 5 D002C
23/03/2013 Pengawasan pemupukan 6 18 7 D002C
25/03/2013 Pengawasan pemupukan 5 15 7 D002D
26/03/2013 Pengawasan pemupukan 5 15 7 Blok 02-12
27/03/2013 Pengawasan pemupukan 6 18 7 Blok 02-12
28/03/2013 Pengawasan pemupukan 5 15 7 Blok 02-12
29/03/2013 Libur nasional - - - -
30/03/2013 Kerani buah - 95 7 03-13 & 03-14
01/04/2013 Pengawasan semprot hama 4 20 7 Blok 02-12
02/04/2013 Pengukuran lahan - - 9 D002
03/04/2013 Pengawasan semprot gulma 4 10 7 D003A
04/04/2013 Pengukuran lahan - - 7 D003A & B
05/04/2013 Pengukuran lahan - - 5 D002C & D
06/04/2013 Pengukuran lahan - - 7 D002A & B
08/04/2013 Pengukuran lahan
7 D002C
09/04/2013 Pengendalian hama rayap 2 18 7 Blok 05-12
10/04/2013 Pengukuran lahan - - 7 D002D
11/04/2013 Field day - - 7 Blok 05-12
12/04/2013 Pengukuran lahan - - 5 D001A & B
13/04/2013 Pengukuran lahan - - 7 D001C & D
15/04/2013 Kerani divisi - - 7 Kantor divisi
16/04/2013 Water management - - 5 Km 00
17/04/2013 Pengukuran lahan - - 7 Blok 01-12
18/04/2013 Pengawasan semprot gulma 4 10 7 Blok 02-12
19/04/2013 Pengawasan pemupukan 8 24 5 Blok 01-12
20/04/2013 Pengawasan panen 12 46 7 Blok 03-14
57
58
Lampiran 14 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau
Tanggal Uraian kegiatan Prestasi kerja penulis
Lokasi Jumlah mandor yang diawasi Luas lahan yang diawasi Lama kegiatan
22/04/2013 Pengawasan penanaman 1 6 7 D003D
23/04/2013 Pengawasan penanaman 1 5 7 D003D
24/04/2013 Pengawasan penanaman 1 4.5 7 D003B
25/04/2013 Pengawasan panen 2 46 7 D003A
26/04/2013 Pengawasan panen 2 50 5 D003A
27/04/2013 Pengawasan lansir bibit 1 - 7 D003A
29/04/2013 Pengawasan lansir bibit 1 - 7 D003B
30/04/2013 Pengawasan pemeliharaan 2 84 7 D003C
01/05/2013 Pengawasan pemeliharaan 2 5 7 D003A
02/05/2013 Pengawasan pemeliharaan 2 18 7 D003A
03/05/2013 Pengawasan pemeliharaan 2 15 5 D003B
04/05/2013 Pengawasan pemeliharaan 2 15 7 D003C
06/05/2013 Pengawasan penyemprotan 1 18 7 E001
07/05/2013 Pengawasan penyemprotan 1 15 7 E001
08/05/2013 Pengawasan penyemprotan 1 16 7 E001
09/05/2013 Libur nasional - - - -
10/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 18 5 D003
11/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D003
13/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D003
14/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 18 7 D003
15/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D003
16/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D003
17/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 18 5 D003
18/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D003
20/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 18 7 D001
21/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D001
22/05/2013 Pengawasan pemupukan 1 15 7 D001
23/05/2013 Pengawasan transplantasi bibit 1 - 7 Divisi II
24/05/2013 Rekapitulasi data pengukuran parit - - 5 Kantor Kebun
58
59
Lampiran 14 lanjutan jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau
Tanggal Uraian kegiatan
Prestasi kerja penulis
Lokasi
Jumlah mandor yang diawasi
Luas lahan yang
diawasi Lama kegiatan
25/05/2013 Libur nasional - - - -
27/05/2013 Pengamatan Water management - - 7 KM 00
28/05/2013 Pengamatan Water management - - 7 Kebun Mandah
29/05/2013 Pengamatan Water management - - 7 Kebun Mandah
30/05/2013 Pengawasan Water management 1 - 7 Kebun Mandah
31/05/2013 Pengawasan Water management 1 - 5 Kebun Mandah
01/06/2013 Pengamatan Water management - - 7 Kebun Mandah
03/06/2013 Pengamatan Water management - - 7 Kebun Mandah
04/06/2013 Pengamatan Water management - - 7 Kebun Mandah
05/06/2013 Libur nasional - - - -
06/06/2013 Pengawasan penanaman benefical plant 1 - 7 D001
07/06/2013 Pengawasan penanaman benefical plant 1 - 5 D001
08/06/2013 Pengawasan panen 2 47 7 E005
10/06/2013 Persentasi - - - Kantor Manajer
59
60
Lampiran 15 Ketinggian Air Kebun TBE Tahun 2010
Tanggal Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2010 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)]
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
1 -30 -40 -35 -30 -29 -25 -16 -5 -25 -25 -35 -35
2 -31 -40 -35 -30 -29 -25 -19 20 -25 -31 -35 -38
3 -31 -40 -39 -26 -29 -29 -12 18 -25 -31 -35 -38
4 -32 -40 -39 -21 -32 -32 -14 -3 -32 -33 -30 -30
5 -40 -40 -37 -21 -32 -27 -14 -4 -35 -37 -34 -37
6 -40 -40 -37 -20 -32 -28 -16 -8 -20 -39 -27 -42
7 -35 -43 -37 -24 -31 -27 -16 2 -22 -37 -20 -42
8 -40 -43 -37 -26 -31 -21 -18 -5 -24 -42 -20 -39
9 -31 -42 -37 -26 -27 -20 -22 -3 -27 -42 -23 -39
10 -32 -44 -35 -24 -27 -26 -22 -5 -27 -40 -21 -42
11 -32 -44 -35 -24 -30 -20 -25 -15 -29 -42 -27 -44
12 -36 -40 -34 -24 -30 -25 -24 -22 -34 -46 -30 -38
13 -36 -40 -29 -20 -30 -26 -18 -24 -40 -41 -32 -35
14 -31 -40 -27 -21 -23 -25 -23 -26 -35 -40 -32 -43
15 -29 -40 -25 -25 -22 -25 -25 -26 -30 -40 -35 -45
16 -29 -40 -30 -27 -25 -23 -28 -24 -31 -40 -37 -27
17 -30 -40 -31 -26 -25 23 -27 -12 -35 -40 -37 -33
18 -33 -39 -21 -26 -27 -25 -29 -6 -30 -40 -28 -35
19 -33 -32 -31 -20 -27 -27 -30 -4 -33 -41 -28 -35
20 -30 -30 -26 -27 -27 -27 -34 -4 -36 -37 -15 -38
21 -35 -30 -30 -27 -27 -27 -32 -1 -39 -38 -15 35
22 -33 -30 -30 -27 -27 -27 -30 -5 -44 -39 -16 -35
23 -35 -30 -31 -27 -27 -23 -20 -9 -43 -36 -27 -37
24 -34 -30 -32 -27 -25 -24 -20 -16 -36 -36 -29 -38
25 -35 -30 -32 -27 -30 -19 -20 -17 -33 -30 -31 -37
26 -35 -32 -21 -28 -30 -15 -22 -12 -20 -36 -34 -39
27 -35 -32 -22 -29 -30 -16 -23 -25 -19 -31 -31 -42
28 -37 -30 -25 -29 -32 -20 -19 -30 -28 -34 -31 -43
29 -40 -25 -29 -33 -20 -23 -31 -34 -30 -44
30 -41 -29 -29 -27 -22 -26 -36 -36 -43
31 -22 -26 -24 -43
Rata-rata 34,0333 -37,1786 -31,1333 -25,5667 -28,2258 -22,4333 -22,3548 -11,6774 -30,9 -37,0345 -28,3929 -36,1613
60
61
Lampiran 16 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2011
Tanggal Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2011 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)]
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
1 -40 27 -41 -38 -20 -34 -34 -44 -41 -40 -41 -14
2 -40 23 -41 -32 -25 -34 -37 -42 -41 -41 -26 -10
3 -37 20 -41 -37 -29 -35 -37 -43 -43 -41 -24 -13
4 -34 26 -42 -33 -27 -36 -35 -42 -40 -41 -26 -21
5 -37 14 -45 -31 -30 -36 -36 -35 -40 -32 -26 -22
6 -41 6 -45 -31 -32 -26 -38 -36 -40 -33 -33 -29
7 -40 4 -45 -30 -30 -26 -33 -37 -43 -32 -34 -29
8 -40 -5 -45 -38 -32 -26 -28 -37 -43 -36 -36 -33
9 -37 -10 -45 -35 -32 -33 -30 -37 -43 -35 -36 -37
10 -39 -15 -45 -31 -35 -32 -37 -42 -43 -35 -38 -38
11 -35 -21 -45 -34 -36 -34 -37 -42 -45 -35 -39 -36
12 -34 -26 -45 -34 -35 -34 -30 -42 -45 -28 -32 -37
13 -30 -24 -45 -35 -36 -35 -34 -42 -47 -30 -35 -39
14 -32 -24 -45 -35 -36 -30 -35 -43 -48 -29 -25 -36
15 -30 -23 -45 -35 -36 -32 -39 -43 -47 -35 -26 -37
16 -35 -29 -45 -36 -37 -24 -34 -40 -48 -35 -28 -41
17 -37 -31 -40 -32 -36 -30 -33 -40 -49 -35 -33 -41
18 -36 -32 -40 -32 -34 -31 -35 -40 -49 -35 -34 -30
19 -38 -32 -40 -34 -34 -32 -34 -40 -50 -37 -38 7
20 -36 -35 -33 -35 -34 -32 -36 -42 -50 -34 -40 17
21 -35 35 -30 -35 -35 -36 -38 -40 -50 -32 -39 12
22 -37 -37 -25 -35 -35 -36 -40 -35 -50 -32 -31 6
23 -35 -37 -24 -25 -36 -36 -39 -36 -45 -30 -32 1
24 -38 -36 -27 -24 -37 -37 -40 -41 -44 -32 -28 -4
25 -40 -36 -30 -21 -27 -36 -40 -40 -44 -36 -28 23
26 -38 -38 -30 -25 -25 -36 -36 -39 -43 -34 -31 20
27 -13 -39 -34 -29 -30 -36 -37 -39 -35 -34 -32 14
28 -8 -39 -34 -31 -32 -38 -40 -36 -34 -31 14
29 10 -35 -27 -35 -38 -41 -38 -34 -29 6
30 27 -38 -26 -35 -37 -41 -40 -39 -18 -1
31 31 -38 -36 -43 -39 -6
Rata-rata -29,1613 -14,7857 -38,8065 -31,8667 -32,5484 -33,2667 -36,3548 -39,963 -44 -34,6774 -31,6333 -14
61
62
Lampiran 17 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2012
Tanggal Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2012 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)]
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
1 -36 -86 -71 -79 -56 -67 -90 -75 -95 -83 -72 -62
2 -36 -83 -67 -69 -59 -70 -93 -80 -96 -83 -73 -57
3 -49 -83 -73 -69 -61 -72 -93 -80 -96 -80 -72 -58
4 -54 -83 -74 -63 -65 -74 -93 -83 -97 -81 -72 -45
5 -60 -83 -76 -65 -67 -72 -93 -85 -97 -82 -55 -49
6 -60 -85 -77 -65 -70 -72 -93 -78 -72 -74 -53 -51
7 -63 -86 -69 -67 -70 -76 -94 -79 -71 -75 -58 -52
8 -69 -88 -68 -61 -71 -77 -92 -80 -74 -67 -62 -53
9 -70 -90 -68 -63 -70 -77 -90 -81 -75 -68 -52 -48
10 -71 -92 -69 -67 -73 -78 -89 -85 -75 -66 -47 -35
11 -71 -93 -72 -69 -70 -80 -86 -86 -70 -67 -52 -34
12 -71 -95 -72 -50 -69 -81 -85 -88 -71 -67 -54 -37
13 -71 -97 -70 -51 -59 -83 -84 -89 -75 -69 -59 -33
14 -71 -98 -71 -57 -57 -82 -84 -90 -72 -67 -62 -32
15 -72 -97 -74 -61 -61 -84 -70 -92 -74 -66 -56 -39
16 -73 -97 -77 -59 -61 -84 -68 -93 -76 -70 -65 -38
17 -74 -95 -76 -61 -64 -85 -68 -97 -78 -66 -61 -40
18 -74 -90 -77 -58 -66 -87 -72 -99 -82 -69 -61 -45
19 -74 -88 -79 -63 -69 -90 -74 -100 -84 -52 -60 -43
20 -71 -76 -80 -65 -71 -90 -69 -100 -84 -51 -57 -50
21 -68 -74 -80 -61 -66 -91 -61 -100 -85 -56 -60 -54
22 -70 -68 -82 -54 -67 -92 -65 -100 -86 -60 -49 -56
23 -74 -68 -76 -54 -64 -93 -67 -101 -86 -63 -49 -60
24 -76 -69 -69 -58 -59 -94 -70 -100 -89 -67 -53 -59
25 -76 -73 -66 -56 -54 -95 -69 -102 -91 -69 -59 -64
26 -77 -74 -67 -59 -52 -93 -67 -95 -92 -70 -60 -66
27 -78 -76 -68 -61 -55 -89 -76 -95 -90 -72 -58 -67
28 -79 -74 -70 -66 -58 -91 -79 -95 -82 -74 -53 -66
29 -82 -71 -71 -66 -61 -91 -75 -97 -80 -78 -48 -68
30 -83 -73 -57 -62 -75 -97 -81 -73 -53 -71
31 -85 -79 -65 -75 -96 -70 -69
Rata-rata -68,9677 -83,8621 -72,9355 -61,8 -63,6129 -83,1034 -79,3226 -90,9032 -82,5333 -69,5161 -58,1667 -51,6452
62
63
Lampiran 18 Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2013
Tanggal Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2013 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)]
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
1 -26 -67 -30 -27 -30
2 -36 -67 -31 -20 -29
3 -34 -68 -32 -25 -28
4 -34 -69 -34 -20 -31
5 -36 -69 -36 -19 -34
6 -38 -65 -39 -24 -35
7 -38 -65 -41 -26 -33
8 -41 -64 -44 -28 -32
9 -44 -64 -44 -29 -27
10 -45 -49 -46 -32 -29
11 -45 -45 -48 -26 -30
12 -45 -42 -50 -27 -29
13 -48 -42 -50 -29 -30
14 -48 -33 -53 -30 -32
15 -49 -28 -54 -30 -32
16 -50 -29 -55 -29 -33
17 -51 -29 -57 -27 -34
18 -52 -28 -58 -29 -27
19 52 -27 -59 -30 -28
20 -52 -27 -59 -32 -28
21 -53 -21 -56 -34 -28
22 -54 -21 -57 -35 -26
23 -56 -25 -50 -37 -31
24 -57 -29 -38 -39 -29
25 -59 -25 -34 -40 -27
26 -61 -29 -28 -39 -27
27 -62 -27 -27 -37 -28
28 -63 -29 -24 -33 -30
29 -65 -23 -29 -31
30 -65 -23 -30 -38
31 -66 -27 -34
Rata-rata -46 -42 -42 -30 -30
63
64
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purba Dolok, Kabupaten Simalungun, Provinsi
Sumatera Utara pada tanggal 3 Mei 1991. Penulis merupakan anak ketujuh dari
tujuh bersaudara dari Bapak Jamansur Saragih Alm. dan Ibu Murni Br Perangin
Angin.
Pada tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri 091354 Purba Dolok,
kemudian pada tahun 2006 penulis menyelesaikan studi di SLTP Swasta
Methodist 1 Medan, kemudian pada tahun 2008 mutasi sekolah dari SMA Swasta
HKBP Serbelawan dan lulus dari SMA Methodist 1 Medan pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi
nasional SNMPTN sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian.
Selama di IPB, penulis mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan.
Tahun 2010 penulis menjabat sebagai anggota divisi dana dan usaha (danus) pada
kepanitiaan kebaktian awal tahun persekutuan mahasiswa Kristen (KATA PMK),
dan menjabat sebagai ketua pada acara penyambutan mahasiswa Karo, dan
menjabat sebagai anggota divisi peralatan dan perlengkapan (perkap) pada
kepanitiaan retret PMK angkatan 47. Tahun 2011 penulis menjabat sebagai staff
departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) pada himpunan
mahasiswa agronomi dan hortikultura (Himagron), dan menjabat sebagai wakil
koordinator bagian pembinaan (wakorbin) pada komisi pembinaan pemuridan
(KPP) PMK, dan juga menjabat sebagai ketua pada unit kegiatan mahasiswa
organisasi mahasiswa daerah (UKM OMDA) parsadaan mahasiswa Simalungun
(PARMASI), dan diberi amanah sebagai penanggung jawab kontingen olahraga
dan seni Agronomi dan Hortikultura di acara SERI-A, dan menjabat sebagai staff
logistik dan transportasi (logstran) pada kepanitiaan SERI-A dan kepanitiaan
masa perkenalan departemen (MPD) serta kepanitiaan fortysix day (Fox Day), dan
menjadi kepala divisi perkap pada acara retret KPP 47. Tahun 2012 penulis
kembali menjadi staff PSDM pada Himagron, dan menjabat sebagai staff acara
pada kepanitiaan Agrosportment III, dan dipercaya sebagai penanggung jawab
kontingen seni dan olahraga AGH 46 pada acara Agrosporment III, dan menjadi
ketua pada acara retret KPP 48, dan menjadi kepala divisi danus pada kepanitiaan
retret PMK angkatan 49. Tahun 2013 menjadi staff logstran merangkap menjadi
staff penyediaan sarana pameran pada kepanitiaan Festival Bunga dan Buah
Nusantara (FBBN) yang diselenggarakan oleh HIMAGRON dan bekerja sama
dengan Kementrian Pertanian, BUMN, dan IPB. Organisasi lainnya yang diikuti
penulis adalah UKM OMDA Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA), dan Parsamosir.
Penulis juga aktif pada grup pecinta alam Agrolina AGH 46.