pengelolaan koperasi dalam program...

23
4 PENGELOLAAN KOPERASI DALAM PROGRAM KEMITRAAN Albertin Yesica Stevani Tumimomor 1 222008001 Abstraksi Kemitraan perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu program yang ditawarkan oleh Dinas Perkebunan dalam rangka pelaksaanaan Program Revitalisasi Perkebunan. Peran koperasi dalam program kemitraan sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun kenyataannya koperasi belum dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Hal tersebut terjadi karena berbagai faktor, antara lain faktor pengelolaan koperasi. Tulisan ini menggambarkan pengelolaan Koperasi Bina Bersama yang bermitra dengan PT. Pola Kahuripan Intisawit dalam pembangunan kebun kelapa sawit di Desa Kintapura. Kesimpulan dari tulisan ini, pengelolaan Koperasi Bina Bersama belum maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Keyword: Pengelolaan Koperasi, Kemitraan, Kelapa Sawit. Pendahuluan Guna mendorong pertumbuhan sektor rill di sektor pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan melakukan pengembangan perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan 2 . Komoditi yang diprioritaskan pada program ini adalah kelapa sawit, karet, dan kakao. Alasan diprioritaskan ketiga komoditi ini adalah karena ketiga komoditi ini mempunyai peranan 1 Penulis adalah mahasiswa strata 1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. 2 Program revitalisasi perkebunan adalah upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan, dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan atau tanpa melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan, dan pemasaran hasil. Komoditi (Dirjen Departemen Pertanian, 2007).

Upload: lehanh

Post on 04-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

4

PENGELOLAAN KOPERASI DALAM PROGRAM KEMITRAAN

Albertin Yesica Stevani Tumimomor1

222008001

Abstraksi

Kemitraan perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu program yang

ditawarkan oleh Dinas Perkebunan dalam rangka pelaksaanaan Program

Revitalisasi Perkebunan. Peran koperasi dalam program kemitraan sangat

penting dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun kenyataannya

koperasi belum dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Hal tersebut

terjadi karena berbagai faktor, antara lain faktor pengelolaan koperasi. Tulisan

ini menggambarkan pengelolaan Koperasi Bina Bersama yang bermitra dengan

PT. Pola Kahuripan Intisawit dalam pembangunan kebun kelapa sawit di Desa

Kintapura. Kesimpulan dari tulisan ini, pengelolaan Koperasi Bina Bersama

belum maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Keyword: Pengelolaan Koperasi, Kemitraan, Kelapa Sawit.

Pendahuluan

Guna mendorong pertumbuhan sektor rill di sektor pertanian, Direktorat Jenderal

Perkebunan melakukan pengembangan perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan2.

Komoditi yang diprioritaskan pada program ini adalah kelapa sawit, karet, dan kakao. Alasan

diprioritaskan ketiga komoditi ini adalah karena ketiga komoditi ini mempunyai peranan

1 Penulis adalah mahasiswa strata 1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Kristen

Satya Wacana. 2Program revitalisasi perkebunan adalah upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan,

peremajaan, dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan atau tanpa melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan, dan pemasaran hasil. Komoditi (Dirjen Departemen Pertanian, 2007).

Page 2: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

5

strategis sebagai sumber pendapatan masyarakat dan juga dapat menyerap tenaga kerja baru.

Ketiga komoditi ini mempunyai prospek pasar, baik di dalam negeri maupun ekspor. Selain itu

ketiga komoditi ini juga mempunyai peran untuk pelestarian fungsi lingkungan hidup (Dirjen

Perkebunan, 2007).

Dalam pelaksanaan program revitalisasi, petani peserta yang tergabung di dalam koperasi

dapat bekerjasama dalam bentuk kemitraan dengan mitra usaha. Mitra usaha dalam

pengembangan perkebunan adalah perusahaan besar swasta, BUMN, maupun BUMD yang

berbadan hukum dan bergerak dibidang perkebunan yang telah memiliki Izin Usaha Perkebunan

(IUP) atau Izin Usaha Industri yang telah dikeluarkan oleh Menteri Pertanian atau Bupati, dan

atau Perusahaan yang memiliki Hak Guna Usaha atau dalam proses.

Dalam pelaksanaan program ini koperasi berkewajiban untuk menjual hasil kebunnya

kepada mitra usaha dengan harga yang sesuai ketentuan yang berlaku dan atau kesepakatan

bersama antar mitra usaha dan koperasi. Selain itu koperasi yang melakukan kemitraan wajib

untuk melaksanakan inventarisasi atas Tanah Milik atau Tanah Akuan baik perorangan atau

kelompok yang merupakan anggota koperasi dan menyerahkan tanah hasil inventarisasi tersebut

berikut bukti kepemilikan Tanah Milik kepada mitra usaha. Hak dari koperasi adalah

memperoleh subsidi bunga kredit dari pemerintah, memperoleh upah sebagai tenaga kerja

dikebun dari mitra usaha, memperoleh informasi dari mitra usaha tentang perkembangan

pembangunan kebun kemitraan. selain itu pada saat tanaman mulai menghasilkan koperasi juga

berhak menerima pendapatan setiap bulan dari hasil penjualan Tandan Buah Segar (TBS) yang

didapat dari kebun kemitraan.

Sedangkan kewajiban dari mitra usaha adalah melaksanakan pembangunan kebun petani

sesuai dengan petunjuk standar teknis yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian. Selain itu

mitra usaha wajib untuk mengelola areal kebun kemitraan, yang mencakup kegiatan

pemeliharaan kebun, pemetikan, pemanenan, dan pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS).

Mitra usaha juga wajib untuk membeli hasil kebun dengan harga yang sesuai dengan ketentuan

yang berlaku dan atau kesepakatan bersama antara mitra usaha dan koperasi. Hak dari mitra

usaha adalah mengelola, memelihara areal kebun kemitraan yang meliputi kegiatan

pemeliharaan, pemanenan, dan pengangkutan TBS sampai dengan jangka waktu perjanjian.

Berikut ini merupakan Alur Proses Pelaksanaan Program Revitalisasi Perkebunan

Dengan Mitra Usaha.

Page 3: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

6

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007

Kemitraan usaha adalah adanya hubungan kerjasama usaha diantara berbagai pihak yang

sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling membutuhkan, saling

menghidupi, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Pelaksanaan kemitraan dilandasi

oleh tanggungjawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi.

Kemitraan hanya dapat berlangsung secara efektif dan berkesinambungan. Kemitraan dijalankan

dalam kerangka berpikir pembangunan ekonomi, dan bukan semata-mata konsep sosial yang

dilandasi motif belas kasihan atau kedermawaan (Kartasasmita : 1996).

Konsep kemitraan selain menjadi salah satu program kerjasama antara perusahaan

dengan koperasi (masyarakat pemilik kebun), juga merupakan bagian dari tanggungjawab sosial

perusahaan terhadap lingkungannya. Perusahaan harus bertanggungjawab untuk

mengembangkan usaha kecil dan masyarakat pelanggan/ yang berada disekitarnya. Karena pada

Page 4: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

7

akhirnya konsep kemitraan yang dapat menjamin eksistensi perusahaan terutama untuk jangka

panjang. Di dalam konsep kemitraan, perusahaan juga mendukung koperasi dalam

mengembangkan usahanya. Pengembangan usaha koperasi diharapkan dapat meningkatkan

ekonomi anggota dan daerah disekitarnya. Bentuk dukungan perusahaan terhadap koperasi dapat

berbentuk bantuan dalam permodalan, pelatihan kepada pengurus maupun anggota koperasi agar

kualitas sumber daya manusianya meningkat, membantu dalam pengelolaan manajemen, dan

distribusi produk/ jasa yang dihasilkan oleh koperasi (Syahza, 2007).

Saptana dan Ashari (2007) menyatakan bahwa pembangunan pertanian berkelanjutan

melalui kemitraan usaha mampu memberikan manfaat antara lain : 1). Meningkatkan produksi

pertanian secara moderat, stabil, dan berkesinambungan, 2). Meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan petani, 3). Mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran di pedesaan,

4). Meningkatkan pemerataan dan keadilan sosial, 5). Menciptakan kerja dan lapangan berusaha,

6). Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam dan lingkungan, 7). Meningkatkan

partisipasi dan pemberdayaan petani dan pelaku agribisnis serta, 8). Melestarikan kualitas

lingkungan hidup untuk mendukung kegiatan pembangunan berkelanjutan.

Peran koperasi yaitu menjadi wadah yang menampung para petani peserta dalam

pelaksanaan kemitraan dalam program revitalisasi perkebunan. Dalam pelaksanaan kemitraan,

koperasi harus membuat perjanjian kerjasama pembangunan kebun kelapa sawit dengan

perusahaan yang ditunjuk sebagai mitra kerja yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.

Perjanjian kemitraan antara koperasi dengan perusahaan harus diketahui oleh Bupati setempat.

Biaya pembangunan kebun kemitraan semuanya ditanggung oleh koperasi, namun perusahaan

yang menjadi mitra usaha lah yang mengelola dana tersebut. Untuk memperoleh dana

pembangunan kebun kemitraan, koperasi harus mengajukan permohonan pinjaman dana kepada

bank dan harus dengan persetujuan dari perusahaan yang menjadi mitra kerja. Dalam

melaksanakan pembangunan kebun kemitraan, koperasi mendapatkan subsidi bunga dari

pemerintah3. Subsidi bunga ini hanya berlaku selama masa pembangunan (maksimal 5 tahun

untuk kelapa sawit) dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan ketentuan yang berlaku

(Dirjen Perkebunan, 2007).

3 Subsidi bunga ini adalah selisih bunga kredit bank dengan bunga yang dikenakan kepada petani peserta/ koperasi

yang menjadi beban pemerintah yang harus dibayar kepada Bank Pelaksana Program Revitalisasi Perkebunan. Bunga kredit yang dikenakan pada petani peserta/ koperasi yaitu sebesar 10%.

Page 5: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

8

Koperasi berfungsi sebagai wadah yang menampung para petani peserta. Pada program

kemitraan, mitra usaha/ perusahaan tidak melakukan kerjasama secara langsung dengan petani

peserta, melainkan berkerjasama dengan koperasi. Pada umumnya koperasi bertujuan untuk

memajukan kesejahteraan anggotanya. Tapi pada kenyataannya belum semua koperasi yang

melaksanakan program kemitraan dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Hal tersebut

terjadi karena berbagai faktor, baik internal maupun eksternal koperasi. Faktor internal misalnya

lemahnya kualitas sumber daya manusia (pengurus) dalam mengelola koperasi, sedangkan faktor

eksternal yaitu masih kurangnya peran pemerintah terutama Dinas Koperasi untuk

mensosialisasikan informasi mengenai pengelolaan koperasi untuk para pengurus koperasi

Peran Koperasi Unit Desa (KUD) Perintis berfungsi dalam penyediaan atau penyaluran

sarana-sarana produksi dan pemasaran hasil-hasil produksi TBS. Peranan KUD akhir-akhir ini

mengalami penurunan dengan semakin tuanya tanaman-tanaman dan terbatasnya kemampuan

pendanaan KUD untuk membantu biaya peremajaan tanaman yang sudah tua. Oleh sebab itu

dibutuhkan bantuan peremajaan oleh pemerintah melalui proyek revitalisasi perkebunan. Dengan

adanya proyek ini diharapkan ekonomi petani dalam jangka panjang dapat meningkat (Zen :

2008).

Hasil penelitian dari Syahza (2007) permasalahan koperasi di Pedesaan Provinsi Riau,

antara lain lemahnya kualitas sumberdaya manusia khususnya kualitas manajemen; masih

rendahnya partisipasi dari anggota koperasi karena anggota tidak merasakan manfaat menjadi

anggota koperasi; khusus koperasi petani perkebunan kelapa sawit, koperasi masih sebatas

penghubung antara anggota dengan mitra kerja koperasi. Sedangkan kelemahan dari koperasi di

pedesaan antara lain adalah budaya manajemen masih bersifat feodal paternalistik (pengawasan

belum berfungsi). Masih lemahnya jiwa kewirausahaan dan rendahnya tingkat pendidikan

pengurus. Rasa tenggang rasa masih mempengaruhi masyarakat dalam menentukan

kepengurusan dan manajemen koperasi, bukan berdasarkan kualitas kepemimpinan dan

kewirausahaan. Selain itu, partisipasi anggota masih rendah yang disebabkan rendahnya kualitas

pelayanan koperasi terhadap anggota maupun non anggota.

Dinas Koperasi Kutai Timur (Kutim) mengatakan sumber daya manusia koperasi di

Kutim ini belum memiliki kemampuan dan ilmu pengetahuan yang memadai dalam

Page 6: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

9

mengembangkan koperasi4. Kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi masih kurang.

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi, Dinas Koperasi terus

melakukan pembinaan kepada pengurus koperasi secara rutin. Pembinaan yang dilakukan berupa

pelatihan pengembangan usaha koperasi, pelatihan manajemen koperasi, dan pelatihan pengawas

koperasi. Pelatihan ini diharapkan dapat menambah bekal dalam mengelola koperasi, apalagi

saat ini pengembangan koperasi dengan pola kemitraan terhadap perusahaan kelapa sawit sedang

marak terjadi.

Masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh koperasi akhir-akhir ini adalah pengurus

koperasi tidak fokus terhadap pengelolaan koperasi. Hal ini terjadi karena selain menjadi

pengurus koperasi orang tersebut juga menjadi tokoh masyarakat setempat. Selain itu tokoh

masyarakat yang juga menjadi pengurus koperasi mempunyai pengetahuan/skill yang kurang

tentang manajemen koperasi. Anggota koperasi tidak percaya tentang pengelolaan koperasi yang

dilakukan oleh pengurus koperasi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya laporan

pertanggungjawaban pengelolaan koperasi oleh pengurus koperasi. Kurangnya informasi tentang

perkembangan koperasi juga menjadi salah satu alasan ketidakpercayaan anggota koperasi

terhadap pengurus koperasi5.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah : Bagaimana

Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit.

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah Koperasi Bina Bersama dalam Program

Kemitraan dengan PT. Pola Kahuripan Intisawit. Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah

untuk mengetahui pengelolaan Koperasi Bina Bersama dalam program kemitraan pembangunan

kebun kelapa sawit dengan PT. Pola Kahuripan Intisawit di Desa Kintapura.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan disekitar kebun kelapa sawit yang menjadi kebun kemitraan

antara Koperasi Bina Bersama dengan PT. Pola Kahuripan Intisawit di Desa Kintapura

Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini

4Pernyataan ini didapat dari berita Kualitas SDM Koperasi Masih Kurang, yang dimuat pada tanggal 29 September

2010. Berita tersebut dapat di akses di http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=74568 5Informasi ini didapatkan dari http://alena19.wordpress.com/2009/11/17/i-persoalan-dan-pemecahan-masalah-

yang-dihadapi-koperasi-indonesia-saat-ini/

Page 7: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

10

menggunakan metode deskriptif kualitatif. Peneliti mencoba untuk menggambarkan fenomena

yang terjadi di lapangan pada saat penelitian dilakukan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh secara langsung oleh peneliti dari sumber datanya dengan cara mewawancarai.

Dalam penelitian ini berasal dari anggota koperasi, pengurus koperasi, dan juga dari pihak

perusahaan. Data sekunder digunakan untuk melengkapi informasi yang didapat dari data primer.

Data sekunder yang diperoleh dari PT. Pola Kahuripan Intisawit berupa Anggaran Dasar

Anggaran Rumah Tangga Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura, Surat Perjanjian Kerjasama

antara perusahaan dengan koperasi, daftar anggota dan pengurus koperasi, laporan

pertanggungjawaban Rapat Anggota Tahunan koperasi tahun 2007, dan Sales TBS Koperasi

Tahun 2011.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode Rapid Rural Apprasial (RRA), yaitu

suatu pendekatan partisipatif untuk mendapatkan data/informasi dan penilaian (assesment) secara

umum di lapangan dalam waktu yang relatif pendek. Kelebihan pendekatan ini adalah peneliti

bisa mencakup daerah yang lebih luas dalam waktu relatif singkat untuk mendapatkan informasi

yang luas secara umum. Pengumpulan informasi dan data dilakukan secara fleksibel, tidak terikat

secara kaku dengan kuesioner. Dalam metode RRA ini informasi yang dikumpulkan terbatas

pada informasi yang dibutuhkan yang sesuai dengan tujuan penelitian, namun dilakukan dengan

lebih mendalam dengan menelusuri sumber informasi sehingga didapatkan informasi yang

lengkap tentang sesuatu hal. Dengan demikian dalam metode ini kuesioner tidak mutlak

diperlukan. Kuesioner hanya berperan sebagai pedoman umum untuk mengingatkan peneliti agar

tidak menyimpang dari tujuan penelitian (Syahza : 2007).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Program Kerjasama Kemitraan PT. Pola Kahuripan Intisawit dan Koperasi Bina Bersama

PT. Pola Kahuripan Intisawit merupakan salah satu perusahaan dari holding MAKIN

GROUP yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang terletak di Desa Kintapura

Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. Perusahaan ini telah memiliki Izin Usaha

Perkebunan pada Tanggal 30 Januari 2003 yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Bina

Produksi Perkebunan. PT. Pola Kahuripan Intisawit telah melakukan penandatangan Nota

Page 8: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

11

Kesepahaman Kerjasama Pembangunan dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Koperasi

Bina Bersama Desa Kintapura pada Tanggal 06 Desember 2006, dan kemudian pada Tanggal 16

Mei 2008 PT. Pola Kahuripan Intisawit dan Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura melakukan

penandatangan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) tentang pelaksanaan kerjasama dalam

mewujudkan program pembangunan kebun kelapa sawit.

Tujuan dari program kemitraan antara PT. Pola Kahuripan Intisawit dengan Koperasi

Bina Bersama adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kerjasama

pembangunan industri kelapa sawit yang saling menguntungkan6. Dengan adanya program

kemitraan anggota koperasi dari yang tidak memiliki kebun menjadi memiliki kebun sawit yang

produktif. Selain itu anggota koperasi bisa mendapatkan pendapatan dari hasil penjualan TBS di

kebun kemitraan dan juga upah/gaji apabila anggota koperasi bekerja di perusahaan. Adanya

kebun kemitraan ini dapat menambah pasokan TBS yang dapat diolah di pabrik pengelolaan

kelapa sawit yang dimiliki perusahaan.

Pada awalnya lahan yang dijadikan kebun kemitraan adalah Hutan Tanaman Industri

(HTI) yang sudah tidak produktif lagi di Desa Kintapura. Dinas Perkebunan Kabupaten Tanah

Laut memberikan HTI yang sudah tidak produktif tersebut kepada masyarakat setempat. Untuk

memanfaatkan HTI yang sudah tidak produktif ini, atas usulan dari masyarakat, ketua koperasi

berinisiatif untuk melakukan kerjasama dengan PT. Pola Kahuripan Inti Sawit untuk membangun

dan mengelola kebun kelapa sawit dengan sistem kemitraan. Ketua koperasi melakukan

pendataan masyarakat yang ingin menjadi anggota koperasi dan mengikuti program kemitraan

antara Koperasi Bina Bersama dengan PT. Pola Kahuripan Inti Sawit.

Dengan adanya program kemitraan ini masyarakat Desa Kintapura yang bergabung

dengan Koperasi Bina Bersama yang sebelumnya tidak memiliki kebun kelapa sawit menjadi

memiliki kebun kelapa sawit. Setiap anggota koperasi mendapatkan lahan kebun kelapa sawit

yang telah dibangun dan diolah oleh PT. Pola Kahuripan Intisawit seluas 1,16 ha. Luas lahan

kebun kelapa sawit tersebut berasal dari luas lahan HTI (700 ha) dibagi dengan jumlah anggota

koperasi (603 orang) yang terdaftar di Koperasi Bina Bersama. Pada saat tanaman kelapa sawit

6Bahan presentasi tentang Sosialisasi Pola Kemitraan MAKIN GROUP.

Page 9: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

12

berumur 32- 48 bulan, anggota koperasi sudah bisa mendapatkan hasil penjualan TBS (Tandan

Buah Segar) dari kebun kemitraan.

Selain itu, dengan adanya program kemitraan PT. Pola Kahuripan Intisawit juga

mendapatkan tambahan pasokan TBS yang dapat diolah di pabrik pengolahan kelapa sawit yang

dimiliki. Tambahan pasokan TBS tersebut diperoleh dari hasil kebun kemitraan. Sesuai dengan

SPK, TBS hasil dari kebun kemitraan harus dijual ke PT. Pola Kahuripan Intisawit.

Untuk melakukan program kemitraan ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan oleh

PT. Pola Kahuripan Intisawit dan Koperasi Bina Bersama sebelum membangun dan mengelola

kebun kelapa sawit. Berikut ini tahapan kemitraan yang dilakukan oleh PT. Pola Kahuripan Inti

Sawit.

Tahapan Kemitraan PT. Pola Kahuripan Intisawit

Sumber : Program Kerjasama Pembangunan dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit,

MAKIN GROUP PBG 7

Pengelolaan Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura

Secara konseptual pengelolaan/manajemen koperasi dapat diartikan dalam dua

pendekatan, yaitu: Pertama, pendekatan kelembagaan, yaitu merujuk kepada orang/sekelompok

orang. Dalam pendekatan ini, manajemen koperasi terdiri dari: Rapat anggota, Pengurus, dan

juga pendanaan. Kedua, pendekatan proses yaitu proses pelaksanaan dari pengelolaan itu sendiri

Page 10: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

13

(Istiana: 2010). Hasil pada penelitian ini akan dipaparkan didalam dua pendekatan yaitu

pendekatan kelembagaan dan pendekatan proses.

Pendekatan Kelembagaan

Rapat Anggota

Rapat Anggota Koperasi yang dilaksanakan pada Tanggal 1 April 2007 melaporkan

laporan tahunan Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura pada Tahun 2006. Pada Rapat Anggota

Tahunan (RAT) tahun 2007 ada beberapa hal yang dilaporkan antara lain mengenai sudah

ditetapkannya Badan Hukum Koperasi Bina Bersama pada Tanggal 02 Februari 2006, jumlah

anggota koperasi pada akhir Tahun 2006 berjumlah 356 orang, tentang struktur kepengurusan

koperasi, laporan keuangan koperasi per 31 Desember 2006, dan juga kerjasama kemitraan

antara koperasi dengan PT. Pola Kahuripan Inti Sawit.

Sesuai dengan Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga Koperasi Bina Bersama Pasal

20, Pengurus Koperasi dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota. Pada saat RAT

Tahun 2006, anggota koperasi telah memilih 5 orang untuk menjadi pengurus Koperasi Bina

Bersama dan 3 orang untuk menjadi badan pengawas. Pengurus koperasi mempunyai masa

jabatan 4 tahun sedangkan badan pengawas mempunyai masa jabatan 3 tahun. Fungsi dari badan

pengawas adalah untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan

pengelolaan koperasi termasuk masalah pembukuan dan keuangan koperasi.

Setelah Tahun 2007, pengurus Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura tidak

melaksanakan Rapat Anggota Tahunan hingga saat ini. Pada tahun 2010/ 2011 anggota koperasi

telah mendesak pengurus koperasi untuk segera melaksanakan RAT, mengingat kepengurusan

periode 2006/2009 sudah lama berakhir. Desakan dari anggota koperasi akhirnya dipenuhi oleh

pengurus koperasi periode 2006/2009. Pengurus koperasi menyanggupi akan melaksanakan RAT

pada awal tahun 2012. Tapi sampai peneliti melakukan penelitian, RAT Koperasi Bina Bersama

belum juga dilaksanakan.

Penundaan pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan menimbulkan berbagai macam

spekulasi dari anggota koperasi, apalagi ditambah dengan sikap dari pengurus koperasi yang

tampak tidak senang apabila ada anggota koperasi yang menanyakan tentang pelaksanaan RAT.

Ada anggota koperasi yang berasumsi bahwa RAT tidak dilaksanakan hingga saat ini karena

Page 11: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

14

pengurus koperasi tidak mau turun jabatan dan digantikan oleh pengurus baru yang akan

terbentuk pada saat RAT. Padahal kinerja pengurus koperasi periode 2006/2009 masih dianggap

kurang7. Ada juga yang berasumsi bahwa pengurus koperasi telah menggunakan uang milik

koperasi dan belum bisa mengembalikannya. Anggota koperasi berasumsi seperti ini karena

tidak adanya kejelasan tentang keuangan dari pengurus koperasi (wawancara dengan

Bendahara Koperasi Bapak Haji Rahman, pada tanggal 29 Februari 2012). Rapat Anggota

Koperasi belum dapat dilaksanakan karena anggota koperasi yang datang tidak bisa quorum,

karena sebagian besar anggota koperasi berada diluar Desa Kintapura (wawancara dengan

Bapak Johan CD Assistant PT. Pola Kahuripan Inti Sawit, pada Tanggal 23 Februari

2012).

Dari pihak perusahaan juga tidak berani terlalu mendesak pengurus koperasi, sebab ada

sedikit ketakutan dari perusahaan terhadap pengurus koperasi. Perusahaan takut apabila

bermasalah dengan pengurus koperasi, lahan kemitraan yang sedang diolah oleh perusahaan akan

diboikot oleh masyarakat Desa Kintapura mengingat pengurus koperasi merupakan tokoh

masyarakat yang cukup berpengaruh. Apabila hal itu terjadi perusahaan akan mengalami

kerugian (wawancara dengan Bapak Fitriansyah CD Manager PT. Pola Kahuripan Inti

Sawit, Tanggal 2 Maret 2012).

Pengurus dan Sistem Pemilihan

Berikut ini struktur organisasi Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura yang telah

disahkan sesuai dengan Akte Pendirian Koperasi.

7Hampir sebagian besar anggota koperasi yang diwawancara menyatakan mereka kurang puas dengan kinerja

pengurus koperasi. Dan pengurus koperasi (bendahara dan sekretaris) juga mengakui bahwa kinerja mereka juga belum maksimal. Hal ini terbukti dengan belum diadakanya RAT, tidak adanya transparansi keuangan dari pengurus koperasi, dan juga kurangnya komunikasi antara pengurus koperasi dengan anggota koperasi.

Page 12: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

15

Struktur Organisasi

Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura

Periode 2006/2009

Sumber : Akta Pendirian Koperasi Bina Bersama (2006)

Dalam pemilihan pengurus koperasi, anggota koperasi menggunakan sistem ketokohan.

Dengan menggunakan sistem ini, anggota koperasi maupun dari pihak perusahaan akan merasa

lebih tenang dan aman untuk melaksanakan program kemitraan. Anggota koperasi merasa ada

yang melindungi hak mereka apabila pengurus koperasi merupakan tokoh masyarakat dan tokoh

agama. Disisi lain perusahaan juga akan merasa aman untuk mengelola kebun kemitraan. Selain

itu apabila dikemudian hari terjadi permasalahan di kebun kemitraan, terutama apabila terjadi

sengketa tanah yang dilakukan oleh anggota koperasi, pengurus koperasi diharapkan dapat

menyelesaikannya.

Namun seiring berjalannya waktu sistem ketokohan yang digunakan oleh anggota

koperasi dalam memilih pengurus koperasi tidak sesuai dengan harapan. Pengurus koperasi yang

merupakan tokoh masyarakat dan agama ini malah membuat anggota koperasi menjadi segan

untuk menegur pengurus koperasi bila pengurus koperasi berbuat salah. Contohnya saja pada

saat anggota koperasi komplain tentang kinerja pengurus koperasi, pengurus koperasi malah

tidak mau menegur anggota koperasi tersebut (wawancara dengan Bapak Muhkransyah

anggota Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura, pada Tanggal 29 Februari 2012).

Ketua Koperasi

Sekretaris Bendahara

Wakil Ketua

Dewan Pengawas

Page 13: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

16

Pendanaan

Dalam membangun dan mengelola kebun kemitraan dibutuhkan dana pinjaman kredit

dari pihak Bank. Untuk mendapatkan pinjaman dana, koperasi berkewajiban untuk menyerahkan

Sertifikat Hak Guna Usaha Koperasi sebagai anggunan kredit. Setelah dana pinjaman dari Bank

cair, Koperasi memberikan kuasa dan wewenang pengelolaan sepenuhnya atas dana kredit yang

diperoleh Koperasi dari Bank kepada PT. Pola Kahuripan Intisawit untuk pembangunan areal

kebun Koperasi. Pada waktu tanaman kelapa sawit di kebun kemitraan mulai menghasilkan

Perusahaan akan menerima angsuran pinjaman beserta bunganya dari Koperasi setiap bulan dan

membayarkannya kepada Bank, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian kredit.

Koperasi berhak menerima pendapatan dari penjualan bersih TBS (Tandan Buah Segar),

setelah tanaman kelapa sawit berumur 49 (empat puluh sembilan) bulan8. Besaran pendapatan

yang diperoleh koperasi dari kebun kemitraan sebelum kredit lunas ditentukan sebagai berikut:

PK (Penerimaan Koperasi) = TBS Netto – ((Angsuran Bank 40%) + (Biaya

Pemeliharaan 30%) + (Biaya Pengelolaan 3%)).

Angsuran Bank 40%, Biaya Pemeliharaan 30%, dan Biaya Pengelolaan 30% dihitung dari hasil

penjualan TBS netto yang diperoleh dari kebun kemitraan. TBS Netto diperoleh dari perhitungan

dibawah ini:

TBS Netto = Nilai Penjualan Kotor TBS – Ongkos Angkut dan Panen.

Menurut skenario perencanaan pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Pola Kahuripan

Intisawit, pelunasan pinjaman kredit di Bank dapat berakhir pada saat umur tanaman kelapa

sawit 13 sampai dengan 15 tahun. Cepat atau lambatnnya pelunasan pinjaman kredit di Bank

tergantung pada banyak atau sedikitnya TBS yang dihasilkan di kebun kemitraan. Produktifitas

kelapa sawit tergantung pada pengelolaan, musim dan juga kontur tanah.

Apabila pinjaman kredit di Bank sudah lunas, maka pendapatan yang dapat diperoleh

koperasi adalah sebagai berikut:

PK (Penerimaan Koperasi) = TBS Netto – (Biaya Pemeliharaan 30% + Biaya

Pengelolaan 3%).

Pendapatan Anggota Koperasi (PAK) diperoleh dari:

PAK = (PK-(3%*PK))/jumlah anggota koperasi (603).

Tiga persen dalam perhitungan pendapatan koperasi ini adalah 1 persen untuk untuk pengurus

koperasi, 1 persen untuk desa, dan 1 persen untuk dibagikan kepada 19 ketua kelompok.

8 Sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama Pasal 6 tentang Pendapatan dan Biaya.

Page 14: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

17

Berikut ini adalah tren pendapatan anggota Koperasi Bina Bersama dari Tahun

2008/2011.

Trend Pendapatan Anggota Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura

Tahun 2008- 2011

Sumber: PT. Pola Kahuripan Inti Sawit, Tren Pendapatan Anggota Koperasi Bina

Bersama Desa Kintapura (2011)

Pendapatan anggota koperasi dari kebun kemitraan berflutuasi di setiap bulannya.

Pendapatan anggota koperasi pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun

2010. Pada tahun 2010 rata-rata pendapatan yang diterima oleh anggota koperasi hanya berkisar

Rp. 95.000/ bulan. Sedangkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh anggota koperasi pada

tahun 2011 sudah mencapai Rp. 260.000 per bulan.

Penyebab berfluktuasinya pendapatan anggota koperasi karena perbedaan tahun tanam

kelapa sawit di kebun kemitraan. Kelapa sawit menjadi tanaman menghasilkan pada umur 4

sampai 25 tahun9. Di kebun kemitraaan, kelapa sawit mulai ditanam pada tahun 2001, 2002,

2004, 2005, dan 2006. Pada tahun 2008 pendapatan anggota koperasi masih cenderung sedikit,

hal ini disebabkan karena masih sedikitnya TBS yang dapat dipanen, karena yang menghasilkan

9 TBS dipanen pertama kali pada tanaman berumur 32-48 bulan (3-4 tahun). Produktifitas TBS akan maksimum

pada umur tanaman 8-12 tahun dan akan menurun secara perlahan-lahan sampai tanaman tersebut berumur 25 tahun.

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

2008

2009

2010

2011

Page 15: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

18

baru dari kelapa sawit yang ditanam pada tahun 2001, 2002, dan 2004 seluas 290 ha. Harga TBS

ditentukan juga dari tahun tanamnya. Semakin lama tahun tanam kualitas dari buah sawit

semakin bagus.

Anggota koperasi meragukan kinerja pengurus koperasi karena tidak adanya transparansi

keuangan10

. Anggota koperasi setiap bulan hanya mendapatkan uang dari hasil kebun kemitraan

tanpa mengetahui rincian dari total pendapatan koperasi dari kebun kemitraan, dan juga sisa

hutang yang harus dibayarkan oleh koperasi ke Bank. Padahal rincian laporan keuangan koperasi

telah diberikan oleh perusahaan kepada ketua koperasi setiap bulannya. Namun laporan

keuangan yang telah diberikan oleh perusahaan tidak diteruskan oleh ketua koperasi kepada

pengurus dan anggota koperasi lainnya. Sehingga pengurus dan anggota koperasi tidak

mengetahui secara rinci berapa total pendapatan koperasi setiap bulannya. Bendahara koperasi

yang seharusnya mengetahui seluk beluk keuangan koperasi mengatakan bahwa beliau sama

sekali tidak tahu bagaimana rincian dari pendapatan dan pengeluaran koperasi. Beliau hanya

bertugas untuk mengambil dan membagikan uang yang telah ditransfer oleh perusahaan kepada

anggota koperasi, hal itu pun dilakukannya setelah ada perintah dari ketua koperasi. Setelah

Rapat Anggota Tahunan Tahun 2007, bendahara koperasi juga selama ini tidak membuat laporan

keuangan koperasi. Tidak adanya laporan keuangan koperasi mungkin menjadi salah satu

penyebab belum dilaksanakannya Rapat Anggota Tahunan sampai saat ini (hasil wawancara

dengan Bendahara Koperasi Bapak Haji Rahman, pada tanggal 29 Februari 2012) .

PT. Pola Kahuripan Intisawit berkewajiban untuk mendampingi dan membina secara

teknis Koperasi Bina Bersama. Pihak perusahaan sudah berulang kali memberikan tawaran untuk

membantu pengurus koperasi dalam mengelola koperasi terutama pada laporan keuangan.

Namun berulang kali pula pengurus koperasi menolak tawaran tersebut. Melihat kondisi koperasi

yang hingga saat ini belum melaksanakan Rapat Anggota Tahunan dan juga tidak adanya

transparansi keuangan, seharusnya perusahaan lebih aktif lagi dalam melaksanakan tugasnya

membina koperasi.

10

Hasil wawancara dengan anggota koperasi yaitu Bapak Muhkransyah, Bapak Yanto, Bapak Zair, Bapak Bani, dan Ibu Normayanti pada tanggal 27 dan 29 Februari 2012. Dan juga pengurus koperasi yaitu Bapak Haji Rahman dan Ibu Endang Heriyani pada tanggal 29 Februari 2012.

Page 16: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

19

Pendekatan Proses

Informasi tentang koperasi

Pengurus koperasi kadang-kadang mengadakan rapat yang hanya mengundang para

pengurus koperasi dan juga ketua-ketua kelompok. Anggota koperasi sangat jarang sekali

diundang untuk menghadiri rapat koperasi. Berikut ini hasil wawancara dengan Ibu Normayanti

yang merupakan anggota Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura pada tanggal 27 Februari

2012, mengenai koperasi:

“Saya sebagai anggota, jadi dulu kan cuma di koperasi itu jaranglah diadakan forum.

Jadi di koperasinya itu kita, aku tuh sih maunya untuk 6 bulan sekali diadakan rapat

anggota bersama jadi semuanya di kumpulkan. Dari dulu sampai sekarang saya gak

pernah dipanggil rapat. Tapi mungkin ya, yang mewakili kan ada yang ketua- ketua

yang rapat. Jadi ketuanya yang menyampaikan informasinya ke anggota. Mungkin

daripada kebanyakan menampung orang pas rapat.”

Rapat yang diadakan oleh pengurus koperasi biasanya hanya dihadiri oleh pengurus dan

mengundang ketua kelompok. Namun hasil dari rapat yang tersebut tidak diteruskan kepada

anggota-anggota koperasi. Padahal tugas dari ketua-ketua kelompok tersebut adalah meneruskan

dan memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh anggota koperasi mengenai

perkembangan koperasi. Tidak diteruskannya informasi tersebut membuat anggota koperasi tidak

mengetahui mengenai perkembangan koperasi yang terjadi saat ini, sehingga anggota koperasi

pun tidak dapat berpartisipasi di dalam pengelolaan koperasi. Pengurus koperasi juga mengakui

bahwa akhir-akhir ini, pengurus koperasi juga sangat jarang untuk melakukan rapat koordinasi.

Hal tersebut mengakibatkan pengurus-pengurus koperasi menjadi tidak kompak lagi.

Anggota koperasi memiliki pengetahuan yang minim tentang pengelolaan dan

pengembangan koperasi. Hal ini disebabkan karena informasi yang didapatkan dari pengurus

koperasi sangat minim. Contohnya saja, program kemitraan sudah berlangsung dari tahun 2006,

namun masih saja ada anggota koperasi uang tidak tau tentang perhitungan pendapatan bersih

koperasi dari kebun kemitraan yang dibagikan oleh perusahaan ke koperasi dan juga pola

pembagian pendapatan untuk anggota koperasi. Ada juga anggota koperasi yang menganggap

pendapatan dari kebun kemitraan itu sedikit padahal hutang yang harus dibayar oleh koperasi

Page 17: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

20

sudah lunas. Padahal menurut perusahaan hutang koperasi untuk membangun dan mengelola

kebun kemitraan belum lunas.

Jual Beli Lahan

Seiring berjalannya waktu, banyak anggota koperasi yang menjual lahan yang mereka

miliki di kebun kemitraan. Berikut ini hasil wawancara dengan Bapak Yanto anggota Koperasi

Bina Bersama pada tanggal 29 Februari 2012 mengenai penjualan lahan kemitraan:

“Plasma punyaku sudah kujual. Sebab hasil tidak sesuai. Makanya saya jual yang

di plasma karena gak sesuai. Itu saya jual ke teman- teman yang ada di Kintap

juga11

.”

Anggota koperasi yang menjual lahan ini disebabkan karena minimnya pengetahuan

anggota koperasi tentang tujuan dan prospek jangka panjang dari perkebunan kelapa sawit.

Selain itu nggota koperasi merasa kebun kelapa sawit tidak memberikan hasil yang memuaskan

untuk mereka. Sebab pendapatan bulanan yang diterima oleh anggota koperasi per bulan masih

dianggap sedikit12

.

Selain hasil yang kurang memuaskan, alasan anggota koperasi menjual lahan mereka

yang ada di kebun kemitraan karena mereka tergiur dengan sejumlah uang yang ditawarkan oleh

orang luar yang sebagian besar sudah mengerti tentang prospek kelapa sawit dalam masa depan.

Anggota koperasi menjual lahan mereka ke anggota koperasi yang lain atau ke orang luar yang

bukan menjadi anggota koperasi. Harga dari lahan yang mereka jual berkisar Rp. 25.000.000

sampai dengan Rp. 30.000.000 per blok13

. Saat ini pemilik lahan kebun kemitraan hampir 50%

dimiliki oleh orang luar yang bukan menjadi anggota koperasi dan tinggal di luar Desa

Kintapura.

Kondisi Kebun Kemitraan

Sebagian besar anggota koperasi yang diwawancarai merasa Kinerja kepengurusan

Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura periode 2006/2009 belum maksimal. Belum

11

Yang dimaksud plasma adalah lahan di kebun kemitraan yang dimiliki oleh anggota koperasi. 12

Hasil wawancara dengan Bapak Muhkransyah, Bapak Yanto, Bapak Bani, dan Bapak Hadi Sukasno yang merupakan anggota Koperasi Bina Bersama pada tanggal 27 dan 29 Februari 2012. 13

1 blok di kebun kemitraan setara dengan 1.16 ha.

Page 18: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

21

dilaksanakannya Rapat Tahunan Anggota merupakan salah satu alasannya. Alasan yang lain

adalah anggota koperasi merasa pengurus koperasi kurang memperhatikan kondisi kebun

kemitraan. Padahal pendapatan koperasi yang terbesar berasal dari kebun kemitraan. Berikut ini

hasil wawancara dengan salah satu anggota Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura, Bapak Hadi

Sukasno, pada Tanggal 27 Februari 2012 mengenai tanggapan anggota koperasi mengenai peran

koperasi di kebun kemitraan:

“Peran koperasi itu paling ndak pengurus koperasi, paling ndak ketua kelompok

sering ke lapangan. Mana yang kurang benar, seharusnya itu pihak koperasi.

Kalau memang itu tidak melalui prosedur yang dijanjikan oleh perusahaan tidak

sesuai kan seharusnya itu bisa disesuaikan14

.”

Anggota koperasi merasa kondisi kebun kemitraan antara Koperasi Bina Bersama Desa

Kintapura dan PT. Pola Kahuripan Inti Sawit sedikit kurang baik. Kondisi jalan di dalam kebun

kemitraan yang rusak menyebabkan truk- truk pengangkut Tandan Buah Segar (TBS) susah

untuk masuk ke dalam kebun kemitraan, terutama dibagian-bagian pelosok kebun. Selain itu

kondisi disekitar pohon kelapa sawit yang penuh dengan semak belukar membuat tenaga

pemanen susah untuk memanen TBS. Oleh sebab itu TBS tersebut tidak dapat dipanen. TBS

yang sudah dipanen juga belum tentu dapat diangkut oleh truk-truk pengangkut. Dan pada

akhirnya TBS yang tidak terangkut menjadi busuk di pinggir jalan. Tidak terpanen dan

terangkutnya TBS dari kebun kemitraan dapat mengurangi pendapatan koperasi. pendapatan

koperasi Bina Bersama dari kebun kemitraan dihitung dari total TBS yang terangkut dan terjual

ke Pabrik pengelolaan kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Pola Kahuripan Inti Sawit.

Perusahaan berhak untuk memanen dan mengangkut TBS yang ada di kebun kemitraan

sampai dengan jangka waktu perjanjian15

.Tenaga kerja untuk memanen TBS bisa dari anggota

koperasi itu sendiri. Anggota koperasi yang sedang menganggur atau tidak mempunyai pekerjaan

14

Prosedur yang dimaksud oleh Bapak Hadi Sukasno yaitu mengenai pengelolaan kebun kemitraan pada waktu tanaman menghasilkan yang harus dipenuhi oleh perusahaan sesuai dengan SPK, yaitu meliputi kegiatan mengelola, memelihara areal kebun koperasi yang meliputi kegiatan pemeliharaan, pemanenan, dan pengangkutan Tandan Buah Segar sampai dengan jangka waktu perjanjian. Termasuk dalam pembuatan jalan, jembatan kayu, saluran (gorong-gorong) dan pagar hama. 15

Sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama antara Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura dan PT. Pola Kahuripan Intisawit, Pasal 9 mengenai Hak dan Kewajiban Perseroan Terbatas. Waktu perjanjian yaitu dua daur usia tanaman produktif, setara dengan 60 tahun.

Page 19: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

22

bisa bekerja di perusahaan dibagian pengelolaan kebun kemitraan. Jadi dengan bekerja di kebun

kemitraan anggota koperasi bisa mendapatkan pendapatan dari hasil kebun kemitraan dan juga

bekerja di kebun kemitraan. Namun apabila dari pihak koperasi tidak bisa menyediakan tenaga

pemanen, maka pihak perusahaan akan mencari tenaga pemanen untuk memanen TBS yang

berada di kebun kemitraan.

Dalam kasus ini PT. Pola Kahuripan Intisawit tidak menjalankan kewajibannya dengan

baik. Pada SPK perusahaan wajib untuk mengelola areal kebun koperasi, yang mencakup

kegiatan pemeliharaan kebun, pemetikan, pemanenan, dan pengangkutan TBS. Namun

pemeliharaan terhadap kebun kemitraan tidak dilaksanakan dengan maksimal, sebab di di dalam

kebun kemitraan ada jalan yang rusak dan banyaknya semak belukar sehingga menyebabkan

para pemanen sulit untuk memanen TBS yang ada. Dampak selanjutnya adalah berkurangnya

pendapatan koperasi karena berkurangnya TBS yang dapat dijual ke perusahaan. Perusahaan

seharusnya segera memperbaiki jalan dan membersihkan kebun kemitraan dari semak belukar,

sebab hal-hal tersebut tidak sesuai dengan standar teknis pengelolaan perkebunan yang telah

ditetapkan oleh Departemen Pertanian.

Potensi Desa Kintapura

Desa Kintapura merupakan salah satu desa di Kabupaten Palaihari Kalimantan Selatan.

Desa Kintapura memiliki potensi sumber daya alam yang berlimpah, tapi potensi sumberdaya

alam yang cukup berperan penting dalam menunjang pendapatan masyarakatnya yaitu dari batu

bara dan kelapa sawit. Di desa ini, tambang batu bara dapat ditemukan bukan hanya di dalam

hutan yang jauh dari jalan raya saja. Tambang batu bara juga bisa ditemukan di halaman rumah

warga dan juga di jalan raya. Lahan yang sedang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit juga

mengandung batu bara. Tak heran bahwa sering terjadi penambangan batu bata liar di dalam

kebun kelapa sawit. Penambangan batu bara bisa dilakukan secara manual dan juga

menggunakan bantuan alat berat. Penambangan batu bara tidak hanya dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan besar saja, tetapi juga bisa dapat perseorangan16

. Pengurus koperasi

sebenarnya bisa memanfaatkan kondisi penambangan batu bara yang ada diluar kebun kelapa

sawit untuk menambah pendapatan koperasi. Pengurus koperasi bisa melayani jasa

pengangkutan batu bara, terutama di pertambangan manual. Pengurus koperasi dapat

16

Seperti penambangan batu bara yang dimiliki oleh Bendahara Koperasi Bina Bersama Desa Kintapura.

Page 20: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

23

menghubungi anggotanya yang memiliki truk untuk mengangkut batu bara tersebut dan diangkut

menuju pelabuhan-pelabuhan yang berada disekitar Desa Kintapura.

Di dalam kebun sawit terdapat gorong-gorong dan kolam pembuangan limbah yang

dipenuhi oleh enceng gondok. Apabila pengurus koperasi kreatif mereka bisa meminta

perusahaan untuk memberikan pelatihan ketrampilan untuk mengolah enceng gondok kepada

anggota koperasi ataupu masyarakat Desa Kintapura. Dengan hal ini koperasi dapat memberikan

nilai lebih untuk anggota koperasi dan juga masyarakat setempat.

Kesimpulan

Program kemitraan antara Koperasi Bina Bersama dengan PT. Pola Kahuripan Intisawit

memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan pendapatan anggotanya. Lahan Hutan

Tanaman Industri yang sebelumnya sudah tidak produktif lagi diolah menjadi kebun kelapa

sawit. Dengan adanya program kemitraan anggota koperasi yang sebelumnya tidak mempunyai

kebun kelapa sawit menjadi memiliki kebun kelapa sawit. Hasil dari kebun kelapa sawit ini dapat

dijual ke Perusahaan sehingga dapat menambah pendapatan mereka. Pengelolaan Koperasi Bina

Bersama baik dalam pendekatan kelembagaan dan pendekatan proses belum maksimal dalam

upayanya mencapai tujuan koperasi yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi mitra.

Dalam pendekatan kelembagaan terlihat dari belum dilaksanakannya Rapat Anggota Tahunan

setelah tahun 2007 dan tidak adanya transparansi keuangan koperasi. Minimnya pengetahuan dan

kemampuan pengurus koperasi dalam mengelola koperasi merupakan penyebabnya. Pengurus

koperasi hanya dipilih karena faktor jabatan sosial yang dimilikinya, sehingga tidak begitu

paham tentang koperasi, dan pada akhirnya tidak dapat mengelola koperasi secara profesional.

Dari pendekatan proses terlihat dari minimnya pengetahuan para anggota koperasi sendiri

tentang pentingnya koperasi sebagai wadah aspirasi dan institusi ekonomi yang dapat membantu

anggota koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Minimnya pengetahuan

anggota koperasi ini menyebabkan adanya jual beli lahan di kebun kemitraan. Sehingga

pengadaan kebun kemitraan menjadi tidak sesuai dengan tujuan awal, yaitu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Desa Kintapura. Masalah tentang lemahnya kualitas sumber daya

manusia terutama pengurus koperasi, kurangnya informasi yang diperoleh oleh anggota koperasi

tentang pengelolaan koperasi, pemilihan pengurus koperasii berdasarkan sistem ketokohan sebab

tipe masyarakatnya masih feodal paternalistik, dan juga rendahnya jiwa kewirausahaan dari

Page 21: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

24

koperasi sejalan dengan penelitian dari Syahza (2007) mengenai pengelolaan koperasi di

pedesaan yang ada di Provinsi Riau. PT. Pola Kahuripan Intisawit sebagai mitra usaha juga

belum melaksanakan kewajibannya dengan baik. Hal ini terlihat dari tidak adanya pendampingan

dan pembinaan yang dilakukan oleh perusahaan kepada koperasi. Selain itu kondisi kebun

kemitraan juga tidak diperhatikan khusus oleh perusahaan, terutama pada jalan yang rusak dan

semak belukar yang ada di dalam kebun kelapa sawit.

Saran

Untuk meningkatkan kinerja koperasi, pengurus koperasi sebaiknya mengangkat

manajer/staff yang mempunyai pengalaman dan mampu untuk mengelola koperasi. Dengan

adanya manajer/staff ini, diharapkan pengelolaan Koperasi Bina Bersama bisa lebih baik lagi.

Untuk meningkatkan pemahaman anggota koperasi sehingga lebih aktif lagi terhadap

pengelolaan koperasi, maka harus ada sosialisasi yang lebih mendalam mengenai konsep

kemitraan, transparasni tetang isi SPK, fungsi koperasi dan lain-lain. Selain itu diharapkan dari

Dinas Koperasi maupun dari pihak perusahaan mengadakan pelatihan untuk pengurus dan

anggota koperasi tentang cara pengelolaan dan pengawasan koperasi. Hal ini diharapkan dapat

memberikan pengetahuan yang lebih lagi tentang koperasi. Dan dari Dinas Perkebunan

diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih kepada pengurus dan anggota koperasi

mengenai program revitalisasi perkebunan dan juga program kemitraan. Sehingga masalah yang

terjadi saat ini tidak terulang kembali di masa mendatang.

Daftar Pustaka

______. 17 November 2009. Persoalan dan Pemecahan Masalah Yang Dihadapi Koperasi

Indonesia Saat ini. Alena’19 Blog (http://alena19.wordpress.com/2009/11/17/i-persoalan-

dan-pemecahan-masalah-yang-dihadapi-koperasi-indonesia-saat-ini/, diakses 23 Agustus

2012).

______. 28 September 2010. Kualitas SDM Koperasi Masih Kurang. KaltimPost,

(http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=74568, diakses 23 Agustus

2012).

Page 22: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

25

Dinas Perkebunan Kabupaten Tanah Laut. 2007. Sosialisasi Program Revitalisasi Perkebunan

Tahun 2007.

Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit,

Karet, dan Kakao). Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta

Istana, Siti. 2010. Pemberdayaan Koperasi Sekolah Ditinjau dari Perspektif Ilmu Manajemen

Koperasi (Studi Pada Koperasi Siswa At- Taqwa MAN Kota Kediri 3). UIN Maulanana

Malik Ibrahim. Malang

Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Melalui Kemitraan Guna

Mewujudkan Ekonomi Nasional yang Tangguh dan Mandiri. Makalah disajikan dalam

Seminar Nasional Lembaga Pembinaan Pengusaha Kecil Menengah dan Koperasi,

Jakarta, 7 November 1996.

MAKIN GROUP. 2006. Sosialisasi Pola Kemitraan MAKIN GROUP di Provinsi

Meteri Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian tentang Pengembangan Perkebunan Melalui

Program Revitalisasi Perkebunan.

Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi. 1998. Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan

Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil tentang Pembinaan dan

Pengembangan Koperasi Unit Desa di Bidang Usaha Perkebunan dengan Pola Kemitraan

Melalui Pemanfaatan Kredit kepada Koperasi Primer dan Anggotanya.

Notaris/ PPAT Kabupaten Tanah Laut. 2008. Turunan Akta Perjanjian Kerjasama. Palaihari

PT. Pola Kahuripan Intisawit. Sosialisasi Program Kerjasama Pembangunan dan Pengelolaan

Kebun Kelapa Sawit PT. Pola Kahuripan Intisawit

Saptana dan Ashari. 2007. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha.

Litbang Pertanian.

Syahza, Almasdi. 2007. Percepatan Peningkatan Ekonomi Pedesaan Melalui Pengembangan

Koperasi Berbasis Agribisnis di Daerah Pedesaan. Lembaga Penilitian Universitas Riau.

Riau

Tim Tanaman Perkebunan Besar. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa

Sawit di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen

Pertanian.

Page 23: Pengelolaan Koperasi dalam Program Kemitraanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2952/2/T1_222008001_Full... · sinergis yang bersifat sukarela dan dilandasi oleh prinsip saling

26

Zen, Ratna P. 2008. Prosepek Pengembangan Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat (Studi Kasus:

KUD- P3RSU, Desa Aek Nabara, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu).

Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.