pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

173
TESIS PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA PURA TAMAN AYUN SEBAGAI BAGIAN DARI WARISAN BUDAYA DUNIA I NYOMAN WIDIARTA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: doanthuy

Post on 20-Dec-2016

258 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

1

TESIS

PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA

PURA TAMAN AYUN SEBAGAI BAGIAN

DARI WARISAN BUDAYA DUNIA

I NYOMAN WIDIARTA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

2

TESIS

PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA

PURA TAMAN AYUN SEBAGAI BAGIAN

DARI WARISAN BUDAYA DUNIA

I NYOMAN WIDIARTA

NIM 1391061020

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 3: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

3

PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA

PURA TAMAN AYUN SEBAGAI BAGIAN

DARI WARISAN BUDAYA DUNIA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I NYOMAN WIDIARTA

NIM 1391061020

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

ii

Page 4: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

4

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 13 JULI 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc.

NIP 195202181980031002 NIP 195302111982031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Kajian Pariwisata Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana

Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K).

NIP 196112051986031004 NIP 195902151985102001

iii

Page 5: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

5

Tesis Ini telah diuji pada

Tanggal 8 Juli 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No: 199/UN14.4/HK/2015, Tanggal 1 Juli 2015

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.

Sekretaris : Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc.

Anggota : 1. Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt.

2. Dr. Drs. Ida Bagus Gde Pujaastawa, M.A.

3. Dr. Ida Bagus Ketut Surya, SE.,MM.

iv

Page 6: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

6

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

1. Nama : I Nyoman Widiarta, SS

2. NIM : 1391061020

3. Program Studi : Kajian Pariwisata Universitas Udayana

4 Judul Tesis : Pengelolaan Daya Tarik Wisata Pura Taman Ayun

sebagai Bagian dari Warisan Budaya Dunia

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka

saya bersedia menerima sanksi Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan

Peraturan Perundang Undangan yang berlaku.

Denpasar, Juli 2015

Pembuat Pernyataan

I Nyoman Widiarta, SS

NIM 1391061020

v

Page 7: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

7

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/

Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung wara nugraha-Nya, penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar besarnya kepada Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A selaku Pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam rangka penyempurnaan

penyusunan tesis ini. Terima kasih yang sebesar besarnya pula penulis sampaikan

kepada Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc selaku pembimbing II yang selain memberikan

bimbingan juga telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis hingga

terwujudnya karya tulis ini.

Ucapan yang sama juga ditujukkan kepada Rektor Universitas Udayana,

Prof. Dr.dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga

ditujukkan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana yang

dijabat oleh Prof.Dr.dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang

diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada

Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Pada kesempatan ini penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt,

Ketua Jurusan Program Studi Fakultas Kajian Pariwisata Universitas Udayana

yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan petunjuk kepada

penulis. Ungkapan terima kasih juga diungkapkan kepada para dosen penguji

vi

Page 8: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

8

tesis, yakni Prof. Dr. I Nyoman Dharma Putra, M.Litt, Dr. Drs. Ida Bagus Gde

Pujaastawa, M.A dan Dr. Ida Bagus Ketut Surya, SE.,MM yang telah

memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini dapat

terwujud. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf administrasi

Universitas Udayana, teman-teman se angkatan, serta mendiang Ivan dengan

slogannya bersama kita bisa 2015 yang telah memberikan dorongan motivasi

kepada penulis. Terima kasih juga ditunjukkan kepada Pemerintah Provinsi Bali

yang telah memberikan bantuan finansial dalam bentuk program beasiswa

sehingga dapat meringankan beban penulis dalam menyelesaikan studi ini.

Akhirnya, tidak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada

keluarga, yakni ibu dan mendiang ayah yang telah mengasuh dan membesarkan

penulis yang memberikan dasar-dasar pengetahuan dan pemikiran yang logis

sehingga mewujudkan perkembangan kreativitas. Rasa terima kasih juga kepada

istri tercinta Luh Darmini dan anak-anak tersayang, Athena dan Krishna atas doa

dan dorongan serta dengan penuh pengorbanan telah memberikan kesempatan

untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.

Denpasar, Juli 2015

Penulis

vii

Page 9: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

9

PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA PURA TAMAN AYUN

SEBAGAI BAGIAN DARI WARISAN BUDAYA DUNIA

ABSTRAK

Pura Taman Ayun merupakan bagian dari Lansekap Budaya Provinsi Bali

yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia tahun 2012.

Dengan penobatan tersebut manajemen pengelolaan seharusnya semakin baik.

Namun, berdasarkan pengamatan di lapangan, kualitas manajemen pengelolaan

masih belum maksimal, baik dari segi fasilitas, aksesibilitas hingga kualitas

sumber daya manusia yang masih kurang. Penelitian ini akan membahas

bagaimana pengelolaan Pura Taman Ayun sebagai bagian dari warisan budaya

dunia. Pembahasan akan difokuskan pada tiga hal yakni : sistem pengelolaan,

partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan, serta persepsi

wisatawan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengelolaan

daya tarik wisata warisan budaya dunia, khususnya Pura Taman Ayun. Penelitian

dilakukan pada bulan Maret 2015. Teori yang digunakan adalah Teori Partisipasi,

Teori Persepsi, dan Teori Komponen Daerah Tujuan Wisata. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Informan dipilih

berdasarkan teknik purposive sampling, sedangkan pengambilan sampel

responden dilakukan dengan teknik accidental sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tarik wisata Pura Taman Ayun

pascapenobatan oleh UNESCO sebagai bagian dari warisan budaya dunia hanya

mengalami peningkatan dari segi revitalisasi fisik, sedangkan secara manajemen

sumber daya manusia belum mengalami peningkatan. Revitalisasi fisik terlihat

dari adanya perbaikan fasilitas seperti wantilan, toilet, senderan kolam dan

penataan jalan di depan lokasi yang difungsikan sebagai pedestrian. Selain itu

juga adanya penataan para pedagang yang direlokasi ke pasar Tenten sebagai

kantin Pura Taman Ayun. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan terlihat

dalam kegiatan seremonial, penjagaan peninggalan purbakala, dan pelestarian seni

budaya. Partisipasi pemerintah adalah dalam penetapan kebijakan, pembangunan,

pelestarian lingkungan alam dan dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi.

Persepsi wisatawan yang mengunjungi Pura Taman Ayun ditinjau dari

variabel atraksi menunjukkan bahwa indikator yang memperoleh penilaian Sangat

Baik (SB) adalah indikator keunikan arsitektur dengan skor 4,44 dan indikator

fotografi dengan skor 4,22. Selanjutnya indikator kondisi jalan di depan lokasi

yang memperoleh penilaian Sangat Baik (SB) dengan skor 4,24 pada variabel

aksesibilitas. Dalam variabel fasilitas, indikator Wantilan mendapatkan penilaian

persepsi Sangat Baik (SB) dengan skor 4,28. Dan dari variabel organisasi

kepariwisataan, seluruh indikator memperoleh penilaian persepsi baik (B) dengan

indikator harga tiket dan indikator kesejukan dengan skor tertinggi yakni 4,08.

Kata Kunci : Pengelolaan, Daya Tarik Wisata, Pura Taman Ayun, Warisan

Budaya Dunia.

vii

Page 10: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

10

THE MANAGEMENT OF TAMAN AYUN TEMPLE TOURIST

ATTRACTION AS A PART OF WORLD CULTURAL HERITAGE

ABSTRACT

Taman Ayun Temple is part of Culural Landscape of Bali Province that

has been designated as world cultural heritage by UNESCO in 2012. Thus should

have better management after the coronation. However, based on observations in

the field, the quality of management is still not optimal, both in terms of facilities,

accessibility to quality human resources are still lacking. This research will be

discussed how the management of Taman Ayun Temple tourist attraction as a

world cultural heritage. The discussion will be focused on three things: the

management systems, the community and government participation in the

management, as well as tourists perception.

The purpose of this research is generally to determine the management

system of tourist attraction in world cultural heritage, especially Taman Ayun

Temple. The study was conducted in March 2015. The theory used is

Participation, Perception and Component of Tourist Destination Theory. The data

used in this research is quantitative and qualitative. Informants were selected

based on purposive sampling technique, while sampling of the respondents were

conducted by accidental sampling technique.

The results showed that after the designation of UNESCO, the tourist

attraction management of Taman Ayun Temple has been increased only in

phisical restoration, on the other hand the management of human esources has yet

to be increased. This phisycal restoration can be seen from the improvement of

facilities such as wantilan, toilet, lean reservoirs and structuring road in front of

the location which functioned as pedestrian. There was also the arrangement of

the traders who relocated to Tenten Market as a special canteen for Taman Ayun

Temple visitor. Community participation in the management of Taman Ayun

Temple tourist attraction can be seen from their participation in ceremonial

activities, preservation of ancient relics, and the preservation of cultural arts.

While government participation is in setting policy, development, preservation of

the natural environment and in conducting monitoring and evaluation.

The perception of tourists who visit Taman Ayun Temple in terms of

variables attractions shows that the uniqueness of the architecture indicators

obtain a Very Good assessment with a score of 4.44 and photography indicator

with a score of 4.22. While the condition of the road in front of the location gain

Very Good ratings (SB) with a score of 4.24 in accessibility variable. In facilities,

Wantilan get a Very Good assessement with a score of 4.28. While from variable

of management organization, all indicators obtain a good perception assessment

with the highest score is an indicator of ticket’s price and coolness indicator with

the same score is 4.08.

Keywords: Management, Tourist Attraction, Taman Ayun Temple, World

Cultural Heritage.

viii

Page 11: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

11

RINGKASAN

Warisan budaya merupakan salah satu daya tarik wisata yang dimiliki Bali

dalam mendatangkan wisatawan. Hal ini terlihat pada pura, yang selain berfungsi

primer sebagai tempat persembahyangan juga berfungsi sekunder sebagai daya

tarik wisata. Salah satunya adalah Pura Taman Ayun yang memiliki arti sejarah

penting dalam kehidupan masyarakat setempat. Kolam yang mengelilingi pura

tidak hanya berfungsi estetika, namun juga berperan penting sebagai sumber

irigasi bagi subak-subak yang berada di sekitarnya. Ini tidak terlepas dari adanya

filosofi Tri Hita Karana yang melandasi sistem pengairan subak yang mendasari

UNESCO dalam menetapkan Pura Taman Ayun sebagai bagian dari Warisan

Budaya Dunia. Setelah penobatan tersebut, pengelolaan daya tarik wisata Pura

Taman Ayun seharusnya mengalami peningkatan. Namun berdasarkan

pengamatan di lapangan, manajemen pengelolaan sumber daya manusia masih

belum maksimal. Selain itu diperlukan suatu tolok ukur untuk mengetahui sampai

sejauh mana kesuksesan dari pengelolaan daya tarik wisata tersebut. Tolok ukur

ini dapat digali melalui melalui persepsi wisatawan yang berkunjung ke Pura

Taman Ayun. Karena pada umumnya para wisatawan memiliki pengalaman yang

berbeda terhadap daya tarik wisata yang mereka kunjungi.

Pura Taman Ayun berhubungan erat dengan sejarah perkembangan

kerajaan Mengwi. Menurut Babad Mengwi, sejarah pembangunan Pura Taman

Ayun terkait dengan seorang tokoh yang bernama I Gusti Agung Putu sebagai

pendiri Kerajaan Mengwi. Setelah sukses mengembangkan wilayah kerajaannya,

Beliau berkeinginan membuat taman yang megah dengan mendatangkan seorang

ix

Page 12: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

12

arsitek China yang sangat terkenal saat itu yang bernama Ing Khang Choew.

Setelah melalui survey lokasi, maka dipilih suatu lahan dengan gundukan yang

dikelilingi sungai dan terletak strategis dekat dengan pemukiman masyarakat

(Mengwi saat ini). Pertamanan ini sangat strategis dan indah yang dilengkapi

dengan parhyangan sebagai tempat pemujaan leluhur raja. Karena sesuai dengan

keinginan (ahiun) sang raja, maka taman ini kemudian disebut Taman Ahiun yang

kemudian dikenal menjadi Taman Ayun.

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015, dengan teknik pengumpulan

data melalui observasi, wawancara, penyebaran kuesioner serta dikombinasikan

dengan studi dokumentasi. Penentuan informan dilakukan dengan teknik

purposive sampling, sedangkan pengambilan sampel kuesioner adalah 50 orang

responden dari wisatawan yang dilakukan dengan teknik accidental sampling.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori partisipasi, teori persepsi

dan teori komponen daerah tujuan wisata. Teori partisipasi dari Jules Pretty

dipergunakan untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daya

tarik wisata Pura Taman Ayun. Untuk menganalisis persepsi wisatawan

digunakan teori persepsi terhadap variabel-variabel produk wisata yang termasuk

dalam teori komponen daerah tujuan wisata. Adapun variabel-variabel tersebut

adalah atraksi (attraction), aksesibilitas (sccessibility), fasilitas (amenities), serta

organisasi kepariwisataan (ancillary). Variabel-variabel persepsi ini kemudian

diolah dengan menggunakan Skala Likert untuk memperoleh skor masing-masing.

Manajemen pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun setelah

ditetapkan sebagai bagian dari warisan budaya dunia tetap dipegang oleh Puri

x

Page 13: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

13

Mengwi selaku pemilik, dengan bantuan dari pihak pemerintah dari segi

pengelolaan retribusi. Secara fisik pengelolaan mengalami peningkatan jika

dibandingkan pada periode sebelum ditetapkan oleh UNESCO. Peningkatan yang

dimaksud adalah adanya revitalisasi kawasan luar Pura Taman Ayun seperti

fasilitas jalan yang ditata sebagai kawasan pedestrian, penataan parkir, serta

penataan para pedagang yang direlokasi ke Pasar Tenten sebagai kantin khusus

Pura Taman Ayun. Kawasan dalam Pura Taman Ayun juga mengalami renovasi

fisik seperti wantilan, fasilitas toilet, candi bentar, dan lain-lain.

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan terlihat dalam hal 1) kegiatan

seremonial. 2) penjagaan peninggalan purbakala, dan 3) melestarikan seni budaya.

Partisipasi pemerintah dalam pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun

adalah : 1) dalam penetapan kebijakan, 2) dalam pembangunan 3) dalam

pelestarian lingkungan alam, dan 3) dalam melakukan monitoring dan evaluasi.

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daya Tarik wisata Pura Taman Ayun

jika dikaitkan dengan teori partisipasi menurut Julles Pretty adalah partisipasi

insentif dan partisipasi fungsional. Partisipasi insentif terlihat dari masyarakat

yang menyumbangkan tenaga dan jasa untuk mendapatkan imbalan. Puri Mengwi

menunjuk 22 orang yang dipercaya yang didudukkan dalam struktur pengelolaan

dan mereka memperoleh imbalan sesuai dengan pekerjaannya. Partisipasi

Fungsional terlihat dari peran masyarakat diawasi oleh pihak luar (UNESCO)

guna mencapai tujuan. Hal ini dikaitkan dengan status Pura Taman Ayun yang

telah dinobatkan sebagai bagian dari warisan budaya dunia.

xi

Page 14: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

14

Persepsi wisatawan terhadap pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman

Ayun sesuai dengan teori komponen daerah wisata yang terbagi menjadi empat

variabel, yakni 1) variabel atraksi, dengan hasil penelitian bahwa indikator

keunikan infrastruktur bangunan memperoleh penilaian tertinggi dengan skor 4,44

(persepsi sangat baik), sedangkan indikator dengan skor terendah (3,60) dengan

persepsi baik adalah indikator aktivitas seremonial. 2) Variabel aksesibilitas,

dengan hasil penelitian bahwa indikator kondisi jalan di depan lokasi

mendapatkan penilaian tertinggi dengan persepsi sangat baik dengan skor 4,24.

Sedangkan indikator transportasi menuju lokasi memperoleh skor terendah 3,10

dengan persepsi cukup. 3) Selanjutnya variabel fasilitas, dengan hasil penelitian

bahwa indikator wantilan mendapatkan penilaian tertinggi yakni persepsi sangat

baik dengan skor 4,20, dan indikator payung memperoleh skor terendah 3,34. 4)

Dalam variabel organisasi kepariwisataan, secara keseluruhan indikator

mendapatkan persepsi baik dari wisatawan. Indikator kesejukan dan harga tiket

memperoleh skor yang sama dan tertinggi yakni 4,08 dan informasi terhadap

wisatawan memperoleh skor terendah yakni 3,76 walaupun dengan persepsi baik.

Dari hasil penelitian terhadap persepsi wisatawan secara keseluruhan

mendapatkan persepsi yang baik, terutama dari variabel atraksi dan organisasi

pariwisata. Namun terdapat dua indikator yang memperoleh persepsi cukup,

sehingga masih perlu ditingkatkan lagi, yakni rute menuju tempat wisata lain dan

transportasi menuju lokasi. Kedua indikator ini terkait dengan transportasi

pariwisata yang minim menuju lokasi. Maka dari itu disarankan terhadap

pemerintah agar membantu dalam dalam penyediaan transportasi pariwisata yang

xii

Page 15: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

15

melewati Pura Taman Ayun. Terhadap pihak pengelola disarankan agar

memberikan pelatihan terhadap tenaga kerja, terutama dari segi bahasa asing,

serta adanya penempatan tenaga kerja sesuai dengan bidang keahliannya.

xiii

Page 16: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

16

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ......................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................ v

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vi

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

RINGKASAN .................................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 8

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN ........................................................... 10

2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................ 10

2.2 Konsep ............................................................................................... 16

2.2.1 Pengelolaan Daya Tarik Wisata ............................................... 17

2.2.2 Warisan Budaya Dunia ........................................................... 19

2.2.3 Partisipasi Masyarakat ............................................................ 23

2.2.4 Persepsi ................................................................................... 26

2.3 Landasan Teori .................................................................................. 27

xiv

Page 17: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

17

2.3.1 Teori Partisipasi ...................................................................... 27

2.3.2 Teori Persepsi ......................................................................... 30

2.2.3 Teori Komponen Daerah Tujuan Wisata ................................ 32

2.4 Model Penelitian ............................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 38

3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 38

3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................... 38

3.3 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 39

3.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 40

3.5 Teknik Penentuan Informan dan Responden .................................... 42

3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ............................................ 44

3.7 Identifikasi Variabel ........................................................................... 47

3.8 Metode dan Teknik Analisis Data ..................................................... 48

3.9 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data .......................... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................. 52

4.1 Profil Wilayah .................................................................................... 52

4.2 Sejarah dan Profil Pura Taman Ayun ................................................. 56

4.3 Pura Taman Ayun sebagai Daya Tarik Wisata .................................. 63

BAB V PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA PURA TAMAN AYUN

SEBAGAI BAGIAN DARI WARISAN BUDAYA DUNIA ............ 66

5.1 Revitalisasi Fisik Kawasan Pura Taman Ayun……………………... 66

5.2 Struktur Pengelolaan Daya Tarik Wisata Pura Taman Ayun….. ........ 74

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DALAM

PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA PURA TAMAN AYUN ......... 78

6.1 Partisipasi Masyarakat ........................................................................ 78

6.1.1 Partisipasi dalam Kegiatan Seremonial ..................................... 78

6.1.2 Partisipasi dalam Menjaga Peninggalan Purbakala ................... 82

xv

Page 18: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

18

6.1.3 Partisipasi dalam Melestarikan Seni Budaya ............................ 85

6.2 Partisipasi Pemerintah ...................................................................... 88

6.2.1 Partisipasi dalam Penetapan Kebijakan ................................. 89

6.2.2 Partisipasi dalam Pembangunan ............................................. 93

6.2.3 Partisipasi dalam Pelestarian Lingkungan Alam .................... 95

6.2.4 Partisipasi dalam Melakukan Monitoring dan Evaluasi ......... 98

BAB VII PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGELOLAAN

DAYA TARIK WISATA PURA TAMAN AYUN SEBAGAI BAGIAN

DARI WARISAN BUDAYA DUNIA ............................................................ 101

7.1 Karakteristik Responden .................................................................. 101

7.2 Persepsi Wisatawan terhadap Atraksi Wisata ................................. 109

7.3 Persepsi Wisatawan terhadap Aksesibilitas .................................... 115

7.4 Persepsi Wisatawan terhadap Fasilitas ........................................... 118

7.5 Persepsi Wisatawan terhadap Organisasi Kepariwisataan .............. 124

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 130

8.1 Simpulan ........................................................................................... 130

8.2 Saran ................................................................................................. 131

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 134

LAMPIRAN ..................................................................................................... 138

xvi

Page 19: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

19

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Variabel Persepsi Wisatawan ................................................................ 48

3.2 Skala Likert ........................................................................................... 50

4.1 Penduduk Desa Mengwi menurut tingkat Pendidikan tahun 2014 ........ 53

4.2 Penduduk Desa Mengwi menurut mata pencaharian tahun 2014........... 54

4.3 Kunjungan Wisatawan ke Pura Taman Ayun Sebelum Ditetapkan

sebagai Warisan Budaya Dunia .............................................................. 64

4.4 Kunjungan Wisatawan ke Pura Taman Ayun Setelah Ditetapkan

sebagai Warisan Budaya Dunia .............................................................. 65

5.1 Daftar nama dan Daerah Asal Tenaga Kerja pada Daya Tarik

Wisata Pura Taman Ayun ....................................................................... 76

7.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 102

7.2 Karakteristik Responden berdasarkan Daerah Asal ............................... 103

7.3 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Usia .............................. 104

7.4 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan ................................... 105

7.5 Karakteristik Responden berdasarkan Sumber Informasi ...................... 106

7.6 Karakteristik Responden berdasarkan Frekuensi Kunjungan ................. 107

7.7 Karakteristik Responden berdasarkan Minat untuk Berkunjung

Kembali .................................................................................................. 107

7.8 Karakteristik Responden berdasarkan Lama Tinggal ............................. 108

7.9 Karakteristik Responden berdasarkan Lokasi Tinggal ........................... 109

7.10 Persepsi Wisatawan terhadap atraksi wisata di Pura Taman Ayun ........ 110

7.11 Persepsi Wisatawan terhadap aksesibilitas ke Pura Taman Ayun .......... 115

7.12 Persepsi Wisatawan terhadap fasilitas di Pura Taman Ayun ................. 119

7.13 Persepsi Wisatawan terhadap Organisasi Kepariwisataan

di Pura Taman Ayun ............................................................................... 125

xvii

Page 20: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

20

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Model Penelitian .................................................................................... 37

4.1 palinggih meru tumpeng solas sebagai keunikan arsitektur

yang menjadi salah satu daya tarik wisata Pura Taman Ayun ............... 63

5.1 Pembangunan anak tangga yang disediakan bagi wisatawan ................. 67

5.2 Kantin Pura Taman Ayun yang seringkali tak terlihat oleh

para wisatawan ....................................................................................... 69

5.3 Papan larangan yang ditempatkan di pedestrian Pura Taman Ayun ...... 70

5.4 Candi kurung yang pembangunannya pernah menjadi kontroversi ....... 71

5.5 Tampak papan petunjuk jalur kursi roda atau kereta bayi ...................... 73

5.6 Petunjuk yang terdapat di bale panjang ................................................. 73

5.7 Struktur Badan Pengelola Daya Tarik Wisata Pura Taman Ayun.......... 75

6.1 Pos jaga keamanan di kawasan Pura Taman Ayun ................................ 85

6.2 Penataan parkir oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan

Kabupaten Badung ................................................................................. 94

6.3 Pudak (Pandanus Tectorius), salah satu tanaman di Kebun Botanical

di Pura Taman Ayun ............................................................................... 97

6.4 Penataan kebun botanical sebagai daya tarik wisata

di Pura Taman Ayun ............................................................................... 98

6.5 Forum dalam acara Monitoring dan Evaluasi perwakilan UNESCO ..... 100

7.1 Tampak petugas sedang membersihkan candi bentar di pintu masuk

menuju Wantilan .................................................................................... 121

7.2 Toilet Pura Taman Ayun yang mendapat persepsi baik dari wisatawan 122

7.3 Tampak urinoir di dalam toilet Pura Taman Ayun ................................. 123

7.4 Salah satu papan informasi yang bersifat peringatan agar mengenakan

pakaian yang sopan dan rapi saat memasuki daya tarik wisata

Pura Taman Ayun ................................................................................... 127

7.5 Tampak spanduk di loket khusus sebagai media penyampaian

informasi tertulis yang efektif................................................................. 129

xviii

Page 21: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

21

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Pedoman Wawancara ...................................................................................... 138

Form Kuesioner .............................................................................................. 140

Daftar Informan................................................................................................ 148

Daftar Responden ............................................................................................. 149

Foto-foto wawancara ....................................................................................... 151

xix

Page 22: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali dikenal sebagai salah satu destinasi pariwisata dunia. Hal ini terlihat

dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegaranya yang cukup tinggi.

Berdasarkan data kunjungan wisman pada tahun 2013 menunjukkan angka

3.278.598 orang.1 Jumlah yang tinggi tersebut menandakan bahwa Bali dianggap

sebagai salah satu destinasi yang menarik. Ketertarikan wisatawan disebabkan

oleh Bali yang memiliki geografi pariwisata yang baik, menyangkut atraksi,

akses, fasilitas pendukung dan organisasi kepariwisataan. Di antara faktor

tersebut, atraksi merupakan motivasi yang paling dominan dalam mempengaruhi

kedatangan wisatawan. Selain memiliki atraksi alam yang menarik, Bali juga

memiliki budaya sebagai atraksi unggulan. Atraksi budaya maupun living culture

adalah suatu hal tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari hari masyarakat

Bali. Kebiasaan ini membentuk suatu warisan budaya yang tetap dilestarikan

secara turun-temurun oleh masyarakatnya. Warisan budaya yang masih mengakar

kuat merupakan nilai tambah dalam menarik minat para wisatawan baik domestik

maupun mancanegara.

Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Bali Nomor 2

tahun 2012 tentang kepariwisataan budaya Bali, bahwa secara legal-formal

pariwisata Bali diarahkan pada pariwisata budaya. Pariwisata budaya yang

1 http://www.disparda.baliprov.go.id/id/Statistik2 diakses tanggal 22 Nopember 2014.

Page 23: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

2

dimaksud adalah pariwisata yang berbasis pada kebudayaan Bali yang dijiwai

Agama Hindu sebagai daya tarik dominan (Geriya, 2012:65). Lebih lanjut

menurut Borley (dalam Ardika, 2007:32) pariwisata budaya merupakan aktivitas

yang memungkinkan wisatawan untuk mengetahui dan memperoleh pengalaman

tentang perbedaan cara hidup orang lain, merefleksikan adat istiadatnya, tradisi

religiusnya, dan ide-ide intelektual yang terkandung dalam warisan budaya yang

belum dikenalnya. Dari batasan ini tersirat bahwa segala bentuk warisan budaya

mempunyai daya tarik yang berpotensi sebagai daya tarik wisata.

Salah satu warisan Budaya tangible di Bali adalah pura. Selain memiliki

fungsi religius sebagai tempat persembahyangan oleh umat Hindu yang

merupakan agama mayoritas di Bali, keberadaan pura juga menjadi daya tarik

wisata. Struktur bangunan, sejarah, nilai religius melalui bentuk upacara ritual

yang diselenggarakan di pura tersebut merupakan hal yang menarik bagi

wisatawan untuk datang berkunjung. Hal ini terlihat dari berkembangnya

pengelolaan pura sebagai daya tarik wisata budaya di Bali. Beberapa pengelolaan

pura yang popular sebagai daya tarik wisata di antaranya adalah Pura Tanah Lot,

Pura Uluwatu, Pura Goa Gajah, Pura Tirtha Empul, Pura Besakih, Pura Taman

Ayun, dan lain-lain. Keberadaan pura-pura ini senantiasa ramai dikunjungi oleh

wisatawan karena masing-masing memiliki kekhasan dan daya tarik tersendiri.

Namun perlu digaris bawahi bahwa prinsip pengelolaan daya tarik wisata pura di

Bali adalah mengutamakan kesucian atau kesakralan dari kawasan suci pura itu

sendiri.

Page 24: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

3

Kabupaten Badung dikenal sebagai daerah dengan pengembangan

pariwisata tertinggi jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Bali, di mana

90 persen lebih pendapatan daerah diperoleh melalui sektor pariwisata sebagai

sektor unggulan (Dinas Pariwisata Kabupaten Badung 2013:5). Kabupaten ini

memiliki luas 7, 43 persen dari luas pulau Bali yang terbagi atas enam wilayah

kecamatan, yakni Kecamatan Kuta, Kuta Utara, Kuta Selatan, Mengwi,

Abiansemal, dan Petang. Berdasarkan Peraturan Bupati Badung Nomor 7 tahun

2005 tentang Daya Tarik Wisata di Kabupaten Badung, hingga tahun 2012

Kabupaten Badung memiliki tujuh daya tarik wisata budaya, yakni : Kawasan luar

Pura Uluwatu, Garuda Wisnu Kencana, Pura Sada Kapal, Kawasan Luar Pura

Taman Ayun, Kawasan Luar Pura Pucak Tedung, Kawasan Pura Keraban Langit

dan Monumen Tragedi Kemanusiaan. Daya tarik wisata tersebut cenderung

dijadikan alternatif oleh wisatawan yang memiliki motivasi budaya.

Pura Taman Ayun merupakan salah satu pengembangan daya tarik wisata

budaya yang terletak di Desa Mengwi, Badung Tengah. Pura ini adalah warisan

budaya Bali, yang memiliki arti sejarah penting dalam kehidupan masyarakat di

sekitarnya. Kolam yang mengelilingi pura tidak hanya berfungsi estetika, namun

berperan penting sebagai sumber irigasi bagi subak-subak yang berada di

sekitarnya. Ini tidak terlepas dari adanya filosofi Tri Hita Karana (keharmonisan

hubungan antara manusia dengan penciptanya, manusia dengan sesamanya serta

manusia dengan lingkungannya) yang melandasi sistem pengairan subak. Filosofi

inilah yang mendasari UNESCO dalam menetapkan Lanskap Budaya Bali sebagai

warisan budaya dunia, di mana Pura Taman Ayun merupakan salah satu

Page 25: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

4

bagiannya. Penetapan tersebut terhitung sejak tanggal 29 Juni 2012, melalui

sidang UNESCO di Saint Petersburg, Rusia. Selain Pura Taman Ayun, Cultural

Landscape of Bali Province:Subak as Manifestation of Tri Hita Karana

Philosophy mencakup kawasan – kawasan lainnya, yakni: Catur Angga Batukaru,

DAS (Daerah Aliran Sungai) Pakerisan, Danau Batur dan Pura Ulun Danu Batur,

serta Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Kawasan tersebut terletak di lima

kabupaten, yakni Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Bangli,

Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Buleleng.

Dewasa ini pengelolaan daya tarik wisata budaya, khususnya pura telah

mengalami perkembangan. Menurut WTO (dalam Ardika, 2007:49), terdapat

beberapa ketentuan terkait dengan kegiatan pariwisata budaya, antara lain : 1)

menjadi tuan rumah yang baik dalam kegiatan pariwisata budaya, 2) lestari atau

berlanjutnya aset budaya, 3) partisipasi masyarakat lokal dalam pariwisata, 4)

daya dukung, dan 5) pembatasan jumlah wisatawan. Dari jabaran tersebut dapat

diketahui bahwa pariwisata budaya khususnya daya tarik wisata pura tidak hanya

mementingkan tingginya jumlah kunjungan wisatawan, namun aspek kelestarian

dari aset budaya harus diutamakan. Wisatawan yang berkunjung harus diwajibkan

untuk turut mendukung prinsip pelestarian nilai budaya serta nilai kesakralan dari

pura sebagai tempat suci. Sebagai contoh adalah sistem pengelolaan daya tarik

wisata Pura Taman Ayun, di mana pihak pengelola mewajibkan wisatawan untuk

mematuhi aturan-aturan untuk tujuan kelestarian. Salah satunya adalah

pemberlakuan larangan masuk bagi wisatawan ke halaman jeroan yang

merupakan kawasan suci sebagai tempat untuk persembahyangan. Selain itu

Page 26: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

5

aturan juga memberlakukan larangan bagi wisatawan yang sedang datang bulan

untuk tidak memasuki areal pura dimulai dari jaba tengah. Penerapan larangan ini

adalah demi tetap menjaga kesucian dan kesakralan pura. Hal ini adalah prinsip

yang penting diterapkan dalam pengelolaan mengingat status Pura Taman Ayun

sebagai warisan budaya dunia yang tentunya akan menjadi sorotan dunia, dan

memegang citra Bali yang terkenal sangat kuat dalam mempertahankan kearifan

lokalnya. Di samping pelestarian dalam suatu pengelolaan daya tarik wisata pura,

konsep pariwisata berkelanjutan sebagai layaknya wisata konvensional juga perlu

diperhatikan.

Persepsi dari suatu daya tarik wisata warisan dunia adalah pengelolaan

yang baik dan bertaraf internasional baik dari segi fisik maupun dari segi

manajemen. Dari segi fisik, pihak pengelola dan pemerintah telah melakukan

langkah revitalisasi terhadap kawasan Pura Taman Ayun. Berdasarkan

pengamatan empiris di lapangan, jika dibandingkan dengan periode sebelumnya,

terlihat bahwa kawasan Pura Taman Ayun kini semakin berbenah dan tertata.

Adanya penataan jalan di depan Pura Taman Ayun, pembangunan Candi Kurung

di sisi timur dan barat untuk kepentingan estetika, penataan parkir, penertiban

pedagang, dan lain-lain. Usaha pengelolaan tersebut mencerminkan keseriusan

pihak pengelola dalam upaya mencitrakan pengelolaan daya tarik wisata yang

baik sebagai warisan budaya dunia. Selain untuk tujuan pencitraan, hal tersebut

dilakukan dalam upaya lebih memberikan daya tarik tambahan bagi wisatawan.

Namun, berdasarkan pengamatan di lapangan, adanya peningkatan

perbaikan fisik kawasan Pura Taman Ayun sebagai bagian dari warisan budaya

Page 27: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

6

dunia ternyata tidak disertai dengan peningkatan kualitas manajemen sumber daya

manusia. Berdasarkan data dari pengelola, dari 22 orang tenaga kerja, hanya 2

orang yang merupakan lulusan Sarjana, 12 orang lulusan Sekolah Menengah Atas,

7 orang lulusan Sekolah Menengah Pertama, dan 1 orang lulusan Sekolah Dasar.

Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa kompetensi mereka masih belum sesuai

dengan tuntutan kriteria tenaga kerja saat ini, yang setidaknya minimal adalah

lulusan Sekolah Menengah Atas, atau bahkan minimal adalah lulusan Sarjana

(Sumber:Pengelola Pura Taman Ayun, 2015).

Kelemahan sumber daya manusia ini sangat tampak dari penguasaan

bahasa asing, terutama pada bagian yang berhadapan langsung dengan para

wisatawan. Tampak dari beberapa petugas loket karcis yang bertugas secara

bergiliran, hanya terdapat satu dari empat orang saja yang memiliki kemampuan

berbahasa yang baik. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan status Pura

Taman Ayun yang telah dinobatkan sebagai salah satu warisan budaya dunia.

Sehingga diharapkan adaya sistem manajemen pengelolaan yang baik dan

modern. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap citra Pura Taman Ayun

di mata dunia serta menurunnya kunjungan wisatawan justru disaat daya tarik

wisata ini ditetapkan sebagai oleh UNESCO. Terlebih lagi berdasarkan data

kunjungan wisatawan ke Pura Taman Ayun pada tahun 2013 adalah 281.091

orang yang 75 persen di antaranya adalah wisatawan mancanegara.2

Selain dari lemahnya kualitas sumber daya manusia, beberapa produk daya

tarik wisata di Pura Taman Ayun juga memerlukan pengembangan. Dari segi

2 http://www.disparda.baliprov.go.id/id/Statistik2 diakses tanggal 22 Nopember 2014.

Page 28: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

7

aksesibilitas yaitu kurangnya transportasi pariwisata menuju lokasi ini.

Transportasi yang dimaksud adalah bus-bus yang dapat disediakan oleh

pemerintah sebagai fasilitas umum untuk dimanfaatkan oleh wisatawan menuju

Pura Taman Ayun. Fasilitas ini sangat berguna khususnya bagi wisatawan yang

tidak merencanakan perjalanannya melalui travel agent. Kendala-kendala dalam

pengelolaan di atas memerlukan penanganan lebih lanjut, di mana seharusnya hal

tersebut dipersepsikan dengan baik oleh wisatawan, karena berkaitan dengan

kesan yang didapat selama berada di daerah tujuan wisata. Hal ini sesuai dengan

pendapat Suwantoro (1997:48) yang menyatakan bahwa citra wisata dan kesan

(image) perjalanan seorang wisatawan di suatu daerah pada hakikatnya tergantung

pada produk wisata yang tersedia.

Pengelolaan yang telah berjalan masih perlu ditingkatkan lagi tidak hanya

dari segi revitalisasi fisik, namun juga dari segi manajemen pengelolaan, baik dari

segi atraksi, aksesibilitas, fasilitas maupun organisasi kepariwisataan itu sendiri.

Karena pada umumnya wisatawan memiliki pengalaman yang berbeda terhadap

daya tarik wisata yang mereka kunjungi. Penggalian persepsi wisatawan sangatlah

penting untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu program pengelolaan telah

dapat diterima oleh wisatawan. Dalam hal ini persepsi wisatawan dapat dikatakan

sebagai barometer dalam rangka untuk memperoleh masukan terhadap program

yang telah berjalan maupun yang akan dirumuskan untuk masa yang akan datang.

Untuk itu, terkait dengan pentingnya lokasi ini serta dari alasan yang telah

dipaparkan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di

Page 29: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

8

lokasi ini dengan mendeskripsikan sistem pengelolaan dan menggali persepsi

wisatawan.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini terfokus pada tiga rumusan masalah, yaitu :

1) Bagaimanakah pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun sebagai

bagian dari warisan budaya dunia ?

2) Bagaimanakah partisipasi masyarakat dan pemerintah terhadap

pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun sebagai bagian dari

warisan budaya dunia ?

3) Bagaimanakah persepsi wisatawan terhadap pengelolaan daya tarik wisata

Pura Taman Ayun sebagai bagian dari warisan budaya dunia ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan

daya tarik wisata di kawasan warisan budaya dunia, khususnya di Pura Taman

Ayun, Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini secara khusus bertujuan :

1) Untuk mengetahui sistem pengelolaan daya tarik wisata Pura taman Ayun

sebagai bagian dari warisan budaya dunia

Page 30: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

9

2) Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dan pemerintah terhadap

pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun sebagai bagian dari

warisan budaya dunia.

3) Untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap pengelolaan daya tarik

wisata Pura Taman Ayun sebagai bagian dari warisan budaya dunia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

gambaran mengenai pengelolaan daya tarik wisata di salah satu

kawasan Warrisan Budaya Dunia, sehingga dapat digunakan

sebagai sumber informasi bagi kalangan akademisi maupun

pemerhati pariwisata untuk melakukan penelitian lanjutan secara

lebih mendalam di waktu yang akan datang. Selain itu penelitian

ini juga diharapkan mampu memberi tambahan pengetahuan selain

dalam bidang pariwisata juga dalam bidang budaya dan ekonomi

(Ecoculturaltourism).

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai kajian,

bahan pertimbangan, serta rekomendasi bagi pihak pengelola

maupun pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan yang tepat

dalam pengelolaan daya tarik wisata warisan budaya ke depannya.

Page 31: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka merupakan salah satu dari rangkaian penelitian yang

berguna untuk mengetahui sejauh mana penelitian yang telah dilakukan oleh para

peneliti atau penulis sebelumnya yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan penelitian terdahulu sebagai pembanding

dengan penelitian ini, yakni sebagai berikut.

Irina (2012) melakukan penelitian di salah satu bagian Lansekap Budaya

Provinsi Bali sebagai warisan budaya dunia, yakni Subak Jatiluwih. Secara umum

ruang lingkup penelitian yang telah dilakukan adalah proses penetapan Lansekap

Budaya Bali pada sistem subak Jatiluwih sebagai bagian dari warisan budaya

dunia oleh UNESCO. Dengan hasil penelitian bahwa Jatiluwih dengan panorama

sawah bertingkat serta filosofi Tri Hita Karana nya telah mampu memenuhi

kriteria UNESCO. Hasil penelitian juga menegaskan bahwa pemerintah berperan

aktif dalam perencanaan dan pengajuan tersebut. Masyarakat Jatiluwih

mendukung usulan ini dan pengembangan pariwisata berkelanjutan di situs,

dengan membawa harapan bahwa hal ini akan membawa sesuatu yang positif ke

wilayah tersebut, terutama dalam bidang pariwisata. Penelitian ini memiliki

relevansi terhadap penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis. Di mana

Jatiluwih juga merupakan salah satu kawasan warisan budaya dunia Lansekap

10

Page 32: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

11

Budaya Provinsi Bali yang memiliki keterkaitan terhadap partisipasi masyarakat

dan pemeintah dalam pengelolaannya

Baiquni (2009) memiliki penelitian yang relevan terkait situs warisan

budaya dunia, yakni Borobudur. Penelitian ini menjelaskan Borobudur sebagai

magnet pariwisata yang berperan besar sebagai lokomotif bagi masyarakat dan

pembangunan daerah. Maka dari itu diperlukan adanya strategi untuk membantu

mengatasi permasalahan-permasalahan dalam hal pengelolaan Borobudur,

terutama dari segi pariwisata. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Borobudur

memiliki masalah yang berhubungan dengan jumlah wisatawan yang mengganggu

relief batu dan patung ketika mereka memanjat candi. Selain itu wisatawan

kecewa karena kurangnya keramahan dan rendahnya kualitas layanan yang

diberikan oleh manajemen dan pedagang. Masalah lainnya adalah konservasi yang

berkaitan dengan perubahan lingkungan. Rekomendasi yang dapat diberikan

adalah pemantapan program "Rethinking Borobudur" untuk mendapatkan

alternatif dan strategi baru untuk mengelola warisan dunia ini. Keterkaitan

penelitian ini dengan penelitian oleh penulis adalah bahwa pengelolaan warisan

budaya dunia berupa situs purbakala yang memiliki kemiripan dengan Pura

Taman Ayun. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pengelolaan tersebut, di

mana salah satunya adalah manajemen perawatan dan pemeliharaan situs.

Madiasworo, et all (2014) mengadakan penelitian di Pura Taman Ayun.

Dalam penelitiannya ia membuktikan bahwa tidak semua warisan cagar budaya

mengalami kondisi pelestarian yang buruk. Pura Taman Ayun merupakan salah

satunya. Walaupun difungsikan sebagai daya tarik wisata, pura ini tetap terjaga

Page 33: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

12

kelestariannnya baik dari segi tinggalan fisik, lingkungan maupun sosial budaya.

Lebih lanjut dalam penelitiannya menggambarkan faktor lingkungan sangat

berperan dalam pelestarian ini. Hal ini sesuai dengan sistem religius umat Hindu

yakni filosofi Tri Hita Karana, yang diartikan sebagai tiga penyebab kebahagiaan,

yakni : Parahyangan (hubungan harmonis antara manusia dengan Sang Hyang

Widhi), Palemahan (hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungannya),

dan Pawongan (hubungan harmonis antara manusia dengan sesamanya). Aspek

Parahyangan tercermin dari adanya pelaksanaan upacara atau ritual seperti :

upacara mendak tirtha, upacara piodalan setiap anggarakasih medangsia, upacara

saat purnama kapat, ritual nampeh rare, ritual nampeh nyungsung, dan ritual

nangluk merana. Dari aspek Palemahan tercermin dari hubungan antara Pura

Taman Ayun dengan subak. Kolam yang mengelilingi pura ini berperan sebagai

pengairan terhadap tiga subak di sekitarnya, yakni Subak Batan Badung, Subak

Batan Asem, dan Subak Beringkit. Selanjutnya adalah aspek Pawongan yang

terlihat dari adanya aktivitas di pura dalam rangka persiapan piodalan yang

dilakukan oleh masyarakat setempat. Aktivitas ini dikenal dengan nama ngayah.

Selain konsep Tri Hita Karana, masyarakat setempat juga menggunakan awig-

awig (peraturan adat) dalam usaha pengelolaan dan pelestarian Pura Taman Ayun.

Chheang (2011) mengadakan penelitian yang relevan di salah satu situs

warisan budaya dunia, Angkor Watt, Kamboja. Penelitiannya mengkaji persepsi

dan pengalaman wisatawan melalui survei kuesioner standar. Dengan hasil

penelitian bahwa persepsi wisatawan adalah positif dan pengalaman mereka

sangat baik berdasarkan dengan keragaman budaya serta keramahan masyarakat

Page 34: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

13

lokal. Jenis wisatawan yang berkunjung ke Angkor Watt secara umum dapat

dikategorikan sebagai wisatawan budaya. Motif dan pengalaman mereka saling

terkait. Meskipun wisatawan puas dengan kunjungan mereka, ada beberapa

kekhawatiran terutama masalah pencemaran lingkungan, sanitasi dan kebersihan,

kemiskinan penduduk lokal, dan kendala bahasa, yang menyebabkan kurangnya

komunikasi antara wisatawan dan masyarakat setempat. Penelitian ini sangat

relevan dengan penelitian oleh penulis yang membahas tentang persepsi

wisatawan terhadap salah satu warisan budaya dunia yang terkenal. Selain juga

mendeskripsikan hasil persepsi wisatawan tersebut menjadi suatu saran dan

rekomendasi terhadap pengelolaan daya tarik wisata tersebut.

Putra (2009), mengadakan penelitian di salah satu kawasan Lansekap

Budaya Provinsi Bali yang mengkaji partisipasi masyarakat terhadap daya tarik

wisata Jatiluwih berbasis Tri Hita Karana di Kabupaten Tabanan. Penelitannya

menyimpulkan bahwa masyarakat ikut berpartisipasi aktif. Partisipasi tersebut

yaitu melakukan pujawali/piodalan di Pura Luhur Petali, mengadakan pengaci di

hutan, mengadakan pengaci di Danau Tamblingan, mengadakan pengaci

kebersihan desa setiap bulan, mengadakan penghijauan, dan membuka jalur-jalur

trekking dan agrowisata. Pengembangan berbasis Tri Hita Karana sebagai daya

tarik wisata di Desa Jatiluwih yaitu: mengintensifkan pelatihan kepariwisataan

untuk mengatasi kendala Sumber Daya Manusia (SDM), membentuk badan

pengelola dan membentuk Pokdarwis untuk mengatasi kendala pengelolaan lokal,

mengintensifkan promosi untuk mengatasi kendala promosi, mengaktifkan budaya

lokal masyarakat, mengaktifkan aktivitas wisatawan, dan mengaktifkan industri

Page 35: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

14

rumah tangga (bidang pawongan), pengadaan fasilitas kepariwisataan untuk

mengatasi kendala fasilitas kepariwisataan, dan perbaikan prasarana jalan untuk

mengatasi kendala aksesibilitas (bidang palemahan), menyusun buku purana pura

Luhur Petali, melaksanakan isi purana berkaitan dengan upakara dan upacara,

penentuan pemangku, melestarikan mitos-mitos, dan menentukan radius kesucian

Pura Luhur Petali (bidang parhyangan). Penelitian ini memiliki relevansi dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang membahas partisipasi masyarakat

dan pemerintah pada suatu daya tarik wisata di kawasan warisan budaya dunia.

Sujana (2009) mengadakan penelitian tentang persepsi wisatawan

terhadap daya tarik wisata Pura Tanah Lot. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa dari 155 sampel persepsi diperoleh hasil persepsi wisatawan terhadap

objek wisata Tanah Lot secara umum adalah baik. Artinya bahwa baik wisatawan

mancanegara maupun nusantara yang berkunjung ke Tanah Lot memiliki persepsi

rata -rata yang sama yaitu baik. Hal ini dibuktikan dengan skor rata -rata variabel

4,03 yang masuk dalam kategori baik pada Skala Likert. Kajian mengenai

persepsi wisatawan menemukan adanya perbedaan persepsi antara wisatawan

nusantara dan wisatawan mancanegara yang terletak pada urutan penilaian

variabel ekstrim atas dan ekstrim bawah. Variabel yang dimaksud adalah :a.

Variabel persepsi ekstrim atas pada wisatawan nusantara secara berurutan yaitu;

(1) pemandangan sunset, (2) tirtayatra, (3) keindahan, (4) fotografi, (5) keunikan

pura, (6) keunikan arsitektur. Variabel persepsi ekstrim atas pada wisatawan

mancanegara secara berurutan yaitu; (1) tebing pantai, (2) pemandangan sunset,

(3) ombak pantai, (4) fotografi, (5) tirtayatra, (6) keindahan. b. Variabel ekstrim

Page 36: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

15

bawah pada wisatawan nusantara secara berurutan yaitu; (26) kebersihan, (27)

pertunjukan kesenian, (28) kue klepon, (29) jarak tempuh dari bandara, (30) toilet,

(31) harga tiket. Sedangkan variabel persepsi ekstrim bawah pada wisatawan

mancanegara secara berurutan yaitu, (26) kesejukan, (27) ular suci, (28) jarak

tempuh dari bandara, (29) pasar seni, (30) harga tiket, (31) toilet. Penelitian ini

memiliki relevansi yang sama-sama membahas tentang persepsi wisatawan

tehadap daya tarik wisata pura, meskipun menggunakan variabel dengan indikator

yang berbeda. Namun secara umum persepsi wisatawan dianalisis dengan teknik

yang sama yaitu Skala Likert yang kemudian dideskripsikan secara kualitatif.

Pratnyawati (2013) melakukan penelitian tentang pengelolaan daya tarik

wisata Pura Goa Gajah dalam implementasi Tri Hita Karana. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Implementasi Tri Hita Karana dalam pengelolaan daya tarik

wisata Goa Gajah secara keseluruhan menunjukkan hasil baik. Selain itu pihak-

pihak yang secara langsung mengelola daya tarik wisata Goa Gajah adalah Kepala

Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, pemangku Pura Goa Gajah, Bendesa Adat

Pakraman Bedulu dan petugas Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali.

Dinas Pariwisata berperan sebagai fasilitator dan pengambil kebijakan, pemangku

Pura Goa Gajah berperan sebagai penyelenggara kegiatan keagamaan, Desa

Pakraman Bedulu berperan sebagai pewaris dan sekaligus pemilik tinggalan

arkeologi, sedangkan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala berperan dalam

kegiatan pelestarian dan pemeliharaan benda cagar budaya yang ada di daya tarik

wisata Goa Gajah. Persepsi wisatawan terhadap pengelolaan daya tarik wisata

Goa Gajah juga menunjukkan hasil baik, namun ada beberapa indikator yang

Page 37: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

16

dinilai agak lemah perlu ditindak lanjuti seperti kebersihan toilet serta kurangnya

jumlah tempat sampah yang tersedia. Relevansi penelitian ini dengan yang

dilaksanakan oleh penulis adalah sama-sama membahas topik pengelolaan daya

tarik wisata pura. Bagaimana partisipasi masyarakat melalui desa adat setempat

dan pemerintah. Selain itu persepsi wisatawan juga digali meskipun dengan

menggunakan jumlah indikator yang minim.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama

meneliti tentang pengelolaan maupun persepsi terhadap daya tarik wisata di

kawasan warisan budaya dengan perkembangan pariwisatanya. Namun

perbedaannya terletak pada ruang lingkup objek penelitiannya. Pada penelitian ini

objek difokuskan ke pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun sebagai

bagian dari Lanskap Budaya Bali yang telah dinobatkan sebagai warisan budaya

dunia, dari segi partisipasi masyarakat dan pemerintah yang terlibat. Selain itu,

pada penelitian ini juga mengkaji persepsi wisatawan yang berkunjung terhadap

pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun. Hal inilah yang

mengindikasikan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian

sebelumnya dengan menyajikan hal dan permasalahan yang berbeda, sehingga

menjadikan penelitian ini merupakan novelty ataupun kelanjutan dari penelitian

sebelumnya.

2.2 Konsep

Dalam suatu penelitian perlu penegasan batasan pengertian operasional

dari setiap istilah atau konsep yang terdapat baik dalam judul penelitian maupun

Page 38: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

17

rumusan masalah penelitian. Pemberian definisi atau batasan operasional suatu

istilah berguna sebagai sarana komunikasi agar tidak terjadi salah tafsir dan juga

mempermudah dalam proses penelitian. Beberapa deskripsi konsep yang terkait

dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.2.1 Pengelolaan Daya Tarik Wisata

Secara umum pengelolaan adalah rangkaian kegiatan yang terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan di mana kegiatan

tersebut diatur oleh pemerintah. Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata pengelolaan berkelanjutan adalah pengelolaan yang dapat memenuhi

kebutuhan dan aspirasi manusia saat ini, tanpa mengorbankan potensi pemenuhan

kebutuhan dan aspirasi manusia di masa mendatang. Pengelolaan yang baik

adalah pengelolaan yang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tapi juga

melibatkan masyarakat dan swasta, karena keterpaduan kerjasama akan

menghasilkan tujuan bersama bagi masa depan suatu pariwisata.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan Bab I, pasal 5 menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah

segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi

sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Segala keunikan tersebut dapat

dijabarkan sebagai suatu potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke

suatu daerah tujuan wisata (Suwena, 2010:85). Potensi yang dimaksud adalah

faktor – faktor ketertarikan terhadap destinasi, di antaranya panorama alam,

Page 39: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

18

budaya, infrastruktur bangunan, dan lain - lain. Daya tarik wisata umumnya terdiri

atas hayati dan non hayati, di mana masing-masing memerlukan pengelolaan

sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya. Pengelolaan daya tarik wisata harus

memperhitungkan berbagai sumber daya wisatanya secara berdaya guna agar

tercapainya sasaran yang diinginkan. Dalam menunjang pengelolaan berbagai

kegiatan kepariwisataan, teknologi manajeman perlu diterapkan agar sumber daya

wisata yang murni alami dapat dikelola secara berhasil guna.

Program pengelolaan memegang peranan penting dalam perkembangan

suatu daya tarik wisata. Semakin baik program dan implementasi pengelolaannya

maka suatu daya tarik wisata tersebut dapat berkembang secara pesat. Pengelolaan

daya tarik wisata dapat dikategorikan menjadi dua, yakni :

1. Pengelolaan daya tarik wisata alam.

Pengusahaan daya tarik wisata alam meliputi empat hal yaitu:

a. Pembangunan sarana dan prasarana pelengkap beserta fasilitas

pelayanan lain bagi wisatawan.

b. Pengelolaan daya tarik wisata alam termasuk sarana dan prasarana

yang ada.

c. Penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat di sekitarnya

untuk berperan serta dalam kegiatan pengusahaan daya tarik wisata

alam yang bersangkutan

d. Penyelenggaraan pertunjukkan seni budaya yang dapat memberi

nilai tambah terhadap daya tarik wisata alam yang bersangkutan.

Page 40: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

19

2. Pengelolaan daya tarik wisata budaya.

Kegiatan – kegiatan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan daya tarik wisata

budaya adalah :

a. Pembangunan dan daya tarik wisata budaya, termasuk penyediaan

prasarana, sarana, fasilitas pelayanan bagi wisatawan.

b. Pengelolaan daya tarik wisata budaya termasuk sarana dan

prasarana yang tersedia.

c. Penyelenggaraan pertunjukkan seni budaya yang dapat memberi

nilai tambah terhadap daya tarik wisata budaya beserta masyarakat

sekitarnya. (Wiyasa, 2001:158).

2.2.2 Warisan Budaya Dunia

Secara teoritis Warisan adalah peninggalan atau sesuatu yang diwariskan

dari generasi yang satu kepada generasi yang lain. Warisan dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu yang bersifat kebendaan dan dapat diraba (tangible),

maupun yang tidak dapat diraba (intangible) (Ardika, 2007:19). Benda warisan

budaya yang dapat diraba adalah berbagai benda hasil karya manusia baik yang

dapat dipindahkan maupun yang tidak dapat dipindahkan termasuk benda cagar

budaya. Warisan budaya yang bersifat abstrak (intangible) di antaranya adalah

konsep-konsep budaya dan nilai budaya contohnya: ilmu pengetahuan, bahasa dan

sastra.

Page 41: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

20

Timothy mengemukakan konsep warisan budaya adalah sebagai berikut :

Cultural heritage is the past created by humankind and its various

manifestations. The cultural heritage we use today includes both tangible

and intangible elements. It comes in the form of material objects such as

building, landscape and village, cities, art collections, artifacts in

museums, historic gardens, handycrafts and antiques, but it also

encompasses non material elements of culture inclusing music, dance,

beliefs, ceremonies, rituals and folklore. All of these are important

components of heritage that are used for tourism and other purpose.

(Timothy, 2011:3).

Warisan budaya merupakan masa lalu yang diciptakan oleh manusia

dengan berbagai bentuknya. Warisan budaya yang kita gunakan saat ini

mencakup unsur-unsur berwujud dan tidak berwujud. Contoh benda-benda

berwujud adalah bangunan, desa dan lansekap, kota, koleksi seni, artefak

di museum-museum, tempat bersejarah, kerajinan dan barang antik, serta

mencakup unsur-unsur budaya tidak berwujud termasuk musik, tari,

kepercayaan, upacara, ritual dan cerita rakyat. Semua ini merupakan

komponen penting dari warisan yang digunakan untuk kepentingan

pariwisata dan tujuan lainnya.

Dari konsep tersebut diungkapkan bahwa warisan budaya sebagai

ciptaan manusia di masa lalu dengan berbagai bentuk, yang dapat dimanfaatkan

oleh manusia masa kini, yang salah satunya adalah untuk kepariwisataan.

Pasal 1 The World Heritage Convention mengklasifikasikan warisan budaya

menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Monumen

Yang dimaksud dengan monumen adalah hasil karya arsitektur, patung

dan lukisan yang monumental, elemen atau struktur tinggalan arkeologis, prasasti,

gua tempat tinggal, dan kombinasi fitur-fitur tersebut yang mempunyai nilai

penting bagi sejarah, budaya dan ilmu pengetahuan.

Page 42: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

21

2. Kelompok bangunan

Yang dimaksud dengan kelompok bangunan adalah kelompok bangunan

yang terpisah atau berhubungan yang dikarenakan arsitekturnya, homogenitasnya

atau posisinya dalam bentang lahan mempunyai nilai penting bagi sejarah, budaya

dan ilmu pengetahuan.

3. Situs

Yang dmaksud dengan situs adalah hasil karya manusia atau gabungan

karya manusia dan alam, wilayah yang mencakup lokasi yang mengandung

tinggalan arkeologis yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, estetika,

etnografi atau antropologi (World Heritage Unit, 1985:45).

Indonesia banyak memiliki warisan budaya seperti tersebut di atas,

sebagian telah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional. Warisan budaya ini

kemudian dapat diusulkan sebagai warisan budaya dunia jika memenuhi kriteria–

kriteria yang ditentukan oleh UNESCO. Salah satu kriteria terpenting adalah

bahwa setiap situs/kawasan cagar budaya yang akan dinominasikan sebagai

Warisan Dunia harus mempunyai outstanding universal value (nilai penting yang

luar biasa). Ini tersirat dalam filosofi Tri Hita Karana sebagai nilai penting yang

melandasi dalam pengairan subak di Bali yang merupakan dasar utama dalam

penetapan Lansekap Budaya Provinsi Bali sebagai warisan dunia dengan kategori

gabungan antara alam dan budaya. Situs Lanskap Budaya Provinsi Bali ini

mencakup empat kawasan, yakni :

Page 43: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

22

1. Kawasan Catur Angga Batukaru

Merupakan daerah/area suci dengan luas 17.336 ha mencakup Danau

Buyan–Tamblingan di sisi paling utara, hutan lindung di sekitar gunung tertinggi

kedua di Bali yaitu Gunung Batukaru (2276 m), kawasan hutan dan kebun di

lereng selatan hingga hamparan sawah bertingkat – tingkat. Yang termasuk dalam

kawasan ini adalah Subak Jatiluwih hingga Subak Rejasa dengan jumlah

keseluruhan 14 subak (Subak Bedugul, Jatiluwih, Kedampal, Keloncing,

Penatahan, Pesagi, Piak, Piling, Puakan, Rejasa, Sangketan, Tegallinggah,

Tengkudak dan Wongaya Betan) dan 5 pura (Pura Batukaru, Pura Muncak Sari,

Pura Tamba Waras, Pura Besi Kalung, Pura Puncak Petali), serta Danau Buyan

dan Danau Tamblingan di Kabupaten Buleleng yang merupakan sumber air irigasi

untuk sawah – sawah di daerah Tabanan.

2. Daerah Aliran Sungai (DAS) Pakerisan

Situs ini mempunyai luas 531.471 ha mencakup dataran dan sistem

pengairan dari tiga subak serta empat buah pura kuno (Pura Pegulingan, Pura

Mangening, Pura tirtha Empul dan Pura Gunung Kawi). Mata air yang berada di

situs ini terhubung dengan mata air yang terdapat di Pura Tirtha Empul dan

merupakan sumber utama yang membentuk aliran Sungai Pakerisan.

3. Pura Ulun Danu Batur dan Danau Batur

Kawasan ini terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Situs

Pura Ulun Danu Batur dipercaya oleh seluruh anggota subak di Bali, sebagai

tempat berstananya Dewi Danu sebagai Dewi Kesuburan. Terkait dengan hal

tersebut, maka setiap tahun sekali hampir seluruh anggota subak di Bali akan

Page 44: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

23

melakukan persembahyangan di Pura ini sebagai wujud rasa terima kasih mereka

kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena telah memberikan hasil pertanian

yang baik dan terhindar dari kekurangan pangan. Hal tersebut merupakan salah

satu bentuk implementasi Tri Hita Karana dalam konteks Parahyangan, yaitu

menjaga keselarasan hubungan antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa. Kemudian Danau Batur merupakan salah satu wujud fisik dari kesuburan

karena sebagai sumber daya air yang dipercaya oleh masyarakat Bali sebagai

sumber kehidupan.

4. Pura Taman Ayun

Pura Taman Ayun terletak di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi,

Kabupaten Badung. Pura ini mencerminkan sejarah perluasan sistem subak.

Hampir setiap anggota subak yang berada di kawasan Kabupaten Badung bagian

barat dan Kabupaten Tabanan bagian timur harus mendapatkan air suci untuk

digunakan di kawasan ekosistem subak (sawah). Oleh karena itu setiap menjelang

tanam seluruh anggota subak di kawasan tersebut melalui ketua subak (pekaseh)

akan memohon air suci yang dipercaya berasal dari kawasan bagian hulu Pura

Taman Ayun yang merupakan kawasan hutan dan danau. Hal inilah yang

merupakan cerminan implementasi dari Tri Hita Karana (Windia, 2013:207-213).

2.2.3 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daya tarik wisata sangatlah

penting. Partisipasi masyarakat digambarkan sebagai pemberian wewenang

kepada masyarakat setempat untuk memobilisasi kemampuan mereka sendiri,

Page 45: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

24

menjadi pemeran sosial di dalam mengeluarkan kemampuan sumber daya,

membuat keputusan, serta melakukan kontrol terhadap kegiatan. Partisipasi tidak

hanya merupakan sebuah kontribusi tenaga, waktu, dan materi lokal secara cuma-

cuma untuk mendukung berbagai program dan proyek pembangunan, melainkan

suatu keterlibatan secara aktif dalam setiap proses (Pitana, 2002:56). Peran

masyarakat dikenal sebagai genuine participation atau dengan kata lain rakyat

sebagai pelaku pariwisata. Terdapat beberapa proses peran serta aktif masyarakat

dalam pembangunan kepariwisataan yakni :

1. Pada Tahap Perencanaan

Keterlibatan masyarakat lokal terutama berkaitan dengan

identifikasi masalah atau persoalan, identifikasi potensi pengembangan,

analisis dan peramalan terhadap kondisi lingkungan di masa mendatang,

pengembangan rencana, fasilitas, dan sebagainya.

2. Pada Tahap Implementasi

Bentuk keterlibatan masyarakat terutama terkait dengan partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan program pengembangan/pembangunan,

pengelolaan daya tarik wisata atau usaha yang terkait dengan

kepariwisataan.

3. Aspek Monitoring dan Evaluasi

Bentuk partisipasi masyarakat terwujud dalam peran dan posisi

masyarakat dalam tahap monitoring/evaluasi serta memperoleh nilai

manfaat secara ekonomi maupun sosial budaya, yang berdampak pada

Page 46: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

25

peningkatan kesejahteraan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal

(Sunaryo, 2013:223).

Berdasarkan Pretty’s Typology of Participation (Scheyvens, 2002

:55), yang secara umum mengemukakan tentang dua jenis partisipasi

yaitu:

1. Partisipasi pasif (passive participation)

Dalam partisipasi ini, biasanya masyarakat dilibatkan

dalam tindakan yang telah dipikirkan, dirancang dan dikontrol oleh

orang lain atau pihak lain. Apabila dikaitkan dengan masyarakat

dalam konteks pariwisata, partisipasi ini ditandai dengan minimnya

keterlibatan masyarakat dalam proses dari semua kegiatan

pariwisata di daerah pengembangan pariwisata. Di mana

masyarakat hanya terlibat sebatas hanya sebagai pelaku suatu

kegiatan tanpa sebagai perancang dan pengawas atau pengontrol.

2. Partisipasi aktif (active participation)

Yaitu masyarakat terlibat dalam melakukan perencanaan,

pengelolaan sampai pada tahap pengawasan. Dalam aspek

pariwisata ditujukkan dengan mudahnya masyarakat lokal

mendapatkan informasi tentang pembangunan pariwisata di

daerahnya. Mereka terlibat secara langsung dalam perencanaan dan

pengelolaan pariwisata dengan memanfaatkan sumber daya yang

mereka miliki.

Page 47: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

26

2.2.4 Persepsi

Salah satu upaya untuk mengetahui pandangan atau tingkat kepuasan

terhadap suatu kegiatan adalah dengan menggali persepsi dari para penikmat jasa.

Persepsi adalah suatu proses yang mendahulukan penginderaan, yang mana

diwujudkan melalui rangsangan yang diterima oleh individu yang berasal dari alat

inderanya (Walgito, 1990:53). Proses ini tidak hanya selesai pada tahap tersebut,

tetapi meneruskan rangsangan yang diterima ke pusat susunan saraf, yaitu otak

sehingga menghasilkan suatu proses psikologi. Berdasarkan hal tersebut, maka

seseorang atau individu dapat menyadari mengenai apa yang ia lihat, apa yang ia

dengar, dan apa yang ia rasa.

Persepsi merupakan proses kognitif yang digunakan oleh seseorang untuk

menafsirkan dan memahami dunia di sekitarnya. Hal ini juga merupakan “lensa

konseptual” (conceptual lens) yang pada diri individu berfungsi sebagai kerangka

analisis untuk memahami suatu masalah. Oleh karena itu, pemahaman dan

perumusan atas suatu isu sesungguhnya amat bersifat subjektif. Dengan adanya

persepsi akan mempengaruhi status peringkat yang terkait isu dan pengambilan

sebuah keputusan maupun bersikap. Dengan kata lain, persepsi mencakup

penerimaan stimulus, pengorganisasian dan penerjemahan atau penafsiran

stimulus yang akhirnya mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap.

Page 48: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

27

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori Partisipasi

Saat ini semakin banyak tata kelola daya tarik wisata melalui sistem

pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan partisipatoris. Menurut Pretty dan

Guitj dalam Mikkelsen (2001:63) pendekatan ini harus dimulai dari orang-orang

yang paling mengetahui tentang sistem kehidupan mereka sendiri. Munculnya

paradigma pembangunan pariwisata partisipatoris mengindikasikan adanya dua

perspektif, yaitu: 1) pelibatan masyarakat setempat dalam pemilihan,

perancangan, perencanaan, dan pelaksanaan program atau proyek yang akan

mewarnai hidup mereka, sehingga dengan demikian dapatlah dijamin bahwa

persepsi masyarakat setempat, pola sikap dan pola berpikir serta nilai-nilai dan

pengetahuannya ikut dipertimbangkan secara penuh ; dan 2) membuat umpan

balik (feedback) yang pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari kegiatan pembangunan (Jamieson, dalam Mikkelsen, 2001:63). Sementara itu

menurut Pretty (dalam Mowforth & Munt, 2000:245) terdapat tujuh karakteristik

(tipologi) partisipasi yakni sebagai berkut :

1. Partisipasi manipulatif. Ini merupakan bentuk partisipasi yang paling

lemah. Karakteristiknya yang mana masyarakat seolah-olah dilibatkan dan

diberi kedudukan dalam organisasi resmi, namun mereka tidak dipilih dan

tidak memiliki kekuatan.

2. Partisipasi pasif. Masyarakat menerima pemberitahuan apa yang sedang

terjadi dan yang telah terjadi. Pemberitahuan ini sifatnya hanya sepihak,

Page 49: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

28

tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat dan hanya terbatas di

kalangan tertentu saja.

3. Partisipasi konsultatif. Di mana masyarakat berpartisipasi dengan cara

berkonsultasi, melakukan dengar pendapat, sedangkan orang luar hanya

mendengarkan, menganalisis masalah dan pemecahannya. Namun, belum

ada peluang untuk pembuatan keputusan bersama. Para professional tidak

berkewajiban untuk memasukkan pandangan masyarakat untuk

ditindaklanjuti.

4. Partisipasi insentif. Masyarakat berpartisipasi dengan menyumbangkan

tenaga dan jasa untuk mendapatkan imbalan, baik berupa uang maupun

bentuk materi lainnya. Mereka tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran

atau eksperimen yang dilakukan, sehingga masyarakat tidak menguasai

teknologinya dan tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-

kegiatan tersebut setelah insentif dihentikan.

5. Partisipasi fungsional. Partisipasi yang diawasi oleh kelompok luar

sebagai sarana untuk mencapai tujuan, terutama untuk mengurangi

pembiayaan. Masyarakat dapat berpartisipasi dengan membentuk

kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan proyek. Keterlibatan

masyarakat dalam partisipasi ini dapat secara interaktif dan terlibat dalam

pengambilan keputusan, namun cenderung setelah keputusan utama dibuat

oleh kelompok luar. Secara kasar dapat dikatakan, masyarakat masih

berpartisipasi hanya untuk melayani kepentingan orang luar.

Page 50: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

29

6. Partisipasi interaktif. Masyarakat berperan dalam analisis untuk

perencanaan kegiatan, pembentukan dan penguatan lembaga setempat.

Partisipasi dipandang sebagai hak, bukan sebagai cara untuk mencapai

tujuan semata. Proses partisipasi ini melibatkan Metode Interdisipliner

yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur

dan sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol keputusan-

keputusan mereka dan menentukan seberapa besar sumber daya yang

tersedia dapat digunakan, sehingga mereka memiliki andil dalam

keseluruhan proses kegiatan.

7. Partisipasi mandiri. Masyarakat berpartisipasi dengan cara mengambil

inisiatif secara bebas (tidak dipengaruhi pihak luar) untuk mengubah

sistem. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga sumber

daya yang diperlukan. Masyarakat masih memegang kendali atas

pemanfaatan sumber daya yang ada atau digunakan. Kemandirian ini akan

berkembang jika pemerintah dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)

memberikan dukungan.

Dalam penelitian ini, teori partisipasi yang diuraikan berdasarkan

karakteristik atau tipologinya, digunakan untuk membedah rumusan

masalah mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daya tarik

wisata Pura Taman Ayun.

Page 51: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

30

2.3.2 Teori Persepsi

Definisi persepsi menurut Assael (dalam Suradnya, et all 2002:2),

diartikan sebagai :

The process by which people select, organize, and interpret sensory

stimuli into a meaningful and coherent picture” atau dengan kata lain “the

way consumers view an object (e.g., their mental picture of a brand or the

traits they attribute to the brand.

Dengan demikian, persepsi seseorang akan sangat tergantung kepada masing-

masing individu dalam menyeleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan

stimulus yang mempengaruhi inderanya ke dalam gambaran yang nyata. Atau

dengan kata lain persepsi bersifat subjektif, dalam arti bahwa wisatawan yang

berbeda dihadapkan kepada stimulus yang sama, besar kemungkinan keputusan

yang diambilnya akan berbeda pula. Pendapat yang sama mendefinisikan persepsi

sebagai proses di mana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan

sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Robbins and

Judge, 2008:175). Namun, apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa

berbeda dari realitas objektif. Walaupun seharusnya tidak perlu ada, perbedaan

tersebut sering timbul. Sejumlah faktor berperan dalam membentuk bahkan

terkadang mengubah persepsi, antara lain adalah; (a) faktor yang terletak dalam

diri pembentuk persepsi, (b) faktor dalam diri objek atau target yang diartikan,

dan (c) faktor situasi di mana persepsi tersebut dibuat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Rangkuti (2003) di

antaranya sebagai berikut:

Page 52: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

31

1. Faktor Eksternal

1. Concreteness, yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit

dipersepsikan dibandingkan secara objektif.

2. Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk

dipersepsikan dibandingkan dengan hal-hal yang lama.

3. Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk

menstimulasi munculnya persepsi lebih effektif dibandingkan dengan

gerakan yang lambat.

4. Conditional stimuli, stimulus yang dikondisikan seperti bel pintu,

deringan telpon dan lain lain.

2. Faktor Internal

1. Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon

terhadap istirahat.

2. Interest, hal-hal yang menarik lebih diperhatikan daripada yang tidak

menarik.

3. Needs, kebutuhan akan hal-hal tertentu akan menjadi pusat perhatian.

4. Assumptions juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman

melihat, merasakan dan lain-lain.

Jadi persepsi dapat diartikan sebagai proses individu untuk

menginterpretasikan stimulus yang diterima oleh indera untuk diberi makna atau

arti secara subjektif di mana proses ini dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri dan

dari luar individu tersebut. Dalam konteks ini, persepsi wisatawan terhadap

Page 53: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

32

pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun berdasarkan hasil penginderaan

dijadikan sebagai alat analisis untuk menjawab rumusan masalah ketiga dalam

penelitian ini.

2.3.3 Teori Komponen Daerah Tujuan Wisata

Wisatawan yang melakukan perjalanan ke daerah tujuan wisata

memerlukan berbagai kebutuhan dan pelayanan mulai dari keberangkatan sampai

kembali lagi ke tempat asalnya. Menurut Cooper, et all 1993 (dalam Suwena,

2010:88), untuk memenuhi kebutuhan dan pelayanan tersebut, daerah tujuan

wisata harus didukung oleh empat komponen utama atau yang dikenal dengan

istilah 4A, yaitu sebagai berikut :

a. Atraksi (Attraction)

Atraksi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang yang terdapat di daerah

wisata yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Sesuatu yang menarik

wisatawan meliputi benda-benda yang tersedia di alam, hasil ciptaan manusia

dan tata cara hidup masyarakat. Menurut Trihatmodjo dalam Yoeti (1996:5),

atraksi dapat dibedakan menjadi :

1. Site attraction (tempat yang menarik, tempat dengan iklim yang

nyaman, pemandangan yang indah dan tempat bersejarah).

2. Event Attraction (tempat yang berkaitan dengan pariwisata, misalnya

konfrensi, pameran, peristiwa olahraga, festival dan lain-lain).

Menurut Marioti dalam Yoeti (1996:172) atraksi wisata adalah segala sesuatu

yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang

Page 54: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

33

ingin datang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Jenis-jenis atraksi wisata

di antaranya adalah :

a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang

termasuk di dalam kelompok ini adalah iklim, pemandangan, hutan,

fauna dan flora, pusat-pusat kesehatan (misalnya: sumber air mineral,

mandi lumpur, sumber air panas, dan lain-lain),

b. Hasil ciptaan manusia (misalnya: benda-benda yang bersejarah, tata

cara hidup, kebudayaan, dan keagamaan).

b. Aksesibilitas (Accessibility)

Aksesibilitas dalam pariwisata berkenaan dengan tingkat kemudahan

seorang wisatawan mencapai suatu objek wisata. Aksesibilitas penting

diperhatikan, mengingat aspek tersebut bisa memberikan pengaruh yang besar

bagi para wisatawan. Fasilitas transportasi dalam bidang kepariwisataan sangat

erat hubungannya dengan aksesibilitas. Frekuensi kendaraan yang dimiliki dapat

mengakibatkan jarak yang jauh seolah olah menjadi lebih dekat. Hal ini dapat

mempersingkat waktu dan tenaga serta lebih meringankan biaya perjalanan.

Menurut Trihatmodjo (dalam Yoeti, 1996:5) bahwa aksesibilitas adalah

kemudahan dalam mencapai tujuan wisata baik secara jarak geografis atau

kecepatan teknis, serta tersedianya sarana transportasi ke tempat tujuan tersebut.

Beberapa hal yang mempengaruhi aksesibilitas suatu tempat adalah

kondisi jalan, tarif angkutan, jenis kendaraan, jaringan transportasi, jarak tempuh

dan waktu tempuh. Semakin baik aksesibilitas suatu objek wisata, wisatawan yang

berkunjung dapat semakin banyak jumlahnya. Sebaliknya, jika aksesibilitasnya

Page 55: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

34

kurang baik, wisatawan akan merasakan hambatan dalam melakukan kunjungan

wisatanya.

c. Fasilitas (Amenities)

Fasilitas wisata dapat diartikan suatu sarana dan prasarana yang harus

disediakan oleh pengelola untuk kebutuhan wisatawan. Kebutuhan wisatawan

tidak hanya menikmati keindahan alam atau keunikan objek wisata melainkan

memerlukan sarana dan prasarana wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud

seperti :

1. Usaha penginapan (Accomodation)

Akomodasi adalah tempat di mana wisatawan bermalam untuk

sementara di suatu daerah wisata. Jenis-jenis akomodasi bedasarkan

bentuk bangunan, fasilitas, dan pelayanan yang disediakan adalah hotel,

guest house, homestay, losmen, perkemahan, dan villa.

2. Usaha makanan dan minuman

Usaha makanan dan minuman di daerah tujuan wisata merupakan

salah satu komponen pendukung yang penting. Usaha ini termasuk di

antaranya restoran, warung, cafe atau kantin. Wisatawan akan kesulitan

apabila tidak menemui fasilitas ini pada daerah yang mereka kunjungi.

3. Infrastruktur lainnya

Di daerah tujuan wisata, infrastruktur merupakan bagian penting

dalam menarik minat wisatawan. Infrastruktur tersebut mencakup

ketersediaan air, listrik, telepon, jaringan komunikasi, tempat pelayanan

Page 56: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

35

kesehatan, bank, tempat pembuangan sampah, dan lain-lain (Suwena,

210:90-96).

d. Organisasi Kepariwisataan (Ancillary)

Ancillary services adalah penyedia kepada wisatawan atau penyedia

layanan kepada wisatawan (Holloway, 1998: 251-262). Ini termasuk pemandu

wisata dan pelayanan kurir, organisasi pengelola, agen periklanan/promosi,

konsultan, pendidikan dan penyedia pelatihan dan koordinasi kegiatan oleh

dewan kepariwisataan lokal. Disamping itu pengetahuan/pemahaman mengenai

daerah tujuan wisata serta keramahan staf merupakan bagian dari Ancillary yang

sangat berpengaruh dalam mendatangkan wisatawan.

2.4 Model Penelitian

Model Penelitian merupakan hubungan antara variabel-variabel yang ada

untuk menjawab dan memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas.

Penelitian ini berangkat dari adanya suatu fenomena daya tarik wisata Pura

Taman Ayun yang telah dinobatkan sebagai salah satu bagian dari warisan

budaya dunia. Pasca penetapan tersebut terjadi peningkatan pengelolaan daya

tarik wisata di lokasi. Namun diperlukan adanya tolok ukur terhadap pengelolaan

yang telah berjalan yang dapat digali melalui hasil persepsi wisatawan.

Penelitian diawali dengan mengidentifikasi keadaan lingkungan di sekitar

kawasan Pura Taman Ayun, terdiri dari sistem pengelolaan yang telah dilakukan

sebagai warisan budaya dunia. Baik dari segi pengelolaan secara primer maupun

secara sekunder. Pengelolaan primer adalah menyangkut fungsi Pura Taman Ayun

Page 57: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

36

secara religius sebagai tempat persembahyangan, sedangkan secara sekunder

adalah menyangkut fungsinya sebagai daya tarik wisata. Setelah menjabarkan

sistem dan struktur pengelolaannya, kemudian dilakukan obeservasi dan

wawancara terhadap tokoh-tokoh masyarakat untuk mengetahui partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan daya tarik wisata. Kemudian para pejabat dari

instansi yang terkait dengan pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun juga

diwawancarai. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana

keterlibatan pemerintah terhadap pengelolaan yang dimaksud di atas.

Teknik yang dipergunakan dalam penentuan informan ini adalah purposive

sampling, yakni teknik penentuan responden secara sengaja yang benar-benar

berkompeten dan terkait dengan penelitian ini. Selanjutnya dilakukan

pengumpulan data persepsi dari wisatawan yang berkunjung pada saat penelitian

dilaksanakan, yaitu pada bulan Maret 2015. Penggalian persepsi wisatawan

dilakukan dengan teknik kuesioner dan sebagian di antaranya diwawancara secara

mendalam untuk mengetahui alasan, saran dan masukan mereka terhadap

pengelolaan yang telah ada saat ini. Teknik penentuan responden wisatawan

adalah accidental sampling, yakni teknik atau metode penarikan sampel secara

kebetulan, dalam hal ini adalah para wisatawan yang kebetulan berada di lokasi

saat penelitian dilaksanakan. Hasil pengumpulan data akan dianalisis dengan

menggunakan teknik analisis deskriptif.

Selanjutnya untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian

didasarkan pada beberapa konsep penelitian, yakni konsep pengelolaan daya tarik

wisata, konsep warisan budaya dunia, konsep partisipasi masyarakat, konsep

Page 58: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

37

persepsi serta dengan memadukan teori-teori yang dipergunakan yakni teori

partisipasi, teori persepsi, dan teori komponen daerah tujuan wisata. Maka dapat

dirumuskan rekomendasi terhadap para pihak yang terkait dengan pengelolaan

daya tarik wisata Pura Taman Ayun. Beranjak dari konsep pemikiran tersebut,

maka secara skematis dapat digambarkan alur pikir penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1 Model Penelitian

Keterangan :

Hubungan searah

Industri pariwisata Pura Taman Ayun UNESCO

Pura Taman Ayun sebagai

bagian dari warisan budaya

dunia

Konsep :

1. Konsep

Pengelolaan

Daya Tarik

Wisata

2. Konsep

Warisan

Budaya Dunia

3. Konsep

Partisipasi

masyarakat

4. Konsep

Persepsi

Partisipasi masyarakat

dan pemerintah

Sistem

pengelolaan

Persepsi

wisatawan

Teori :

1. Teori

Partisipasi

2. Teori

Persepsi

3. Teori

komponen

Daerah

Tujuan

Wisata

Hasil Penelitian

Rekomendasi

Page 59: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif

dengan tujuan mengetahui pengelolaan daya tarik wisata kawasan warisan budaya

dunia, khususnya Pura Taman Ayun. Studi ini menjabarkan partisipasi

masyarakat dan pemerintah serta menggali persepsi wisatawan terhadap

pengelolaan tersebut. Tahapan penyiapan data awal dilakukan dengan melakukan

identifikasi terhadap sistem pengelolaan yang sedang berjalan maupun

implikasinya. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas masyarakat, pengelola

maupun program-program instansi yang terkait dengan pengelolaan Pura Taman

Ayun. Selain itu, dilakukan juga pengumpulan informasi yang dianggap penting

dan relevan terhadap penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang dibahas.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Pura Taman Ayun, Desa Mengwi, Kecamatan

Mengwi, Kabupaten Badung. Lokasi ini dipilih karena Pura Taman Ayun

merupakan bagian dari Lansekap Budaya Provinsi Bali yang telah ditetapkan

sebagai warisan budaya dunia, sehingga adanya peningkatan pengelolaan baik

secara fisik maupun manajemen adalah hal yang penting yang harus dperhatikan

oleh pengelola.

38

Page 60: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

39

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Terdapat dua jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu

terdiri dari :

1. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan

gambar (Sugiyono, 2010:15). Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh

melalui observasi/pengamatan secara langsung oleh peneliti sendiri di

lapangan. Selain itu, juga berupa fakta-fakta serta komentar yang dipaparkan

langsung oleh para responden yang memiliki relevansi terhadap permasalahan

yang dibahas. Data tersebut antara lain mengenai sistem pengelolaan yang

telah berjalan, bentuk partisipasi masyarakat serta pihak pemerintah melalui

instansi terkait. Data hasil wawancara tersebut kemudian dipadukan dengan

data yang diperoleh melalui hasil observasi langsung.

2. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang

diangkakan (Sugiyono, 2010:15). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah

jumlah penduduk, serta data jumlah kunjungan wisatawan ke Pura Taman

Ayun dalam rentang waktu lima tahun terakhir. Di samping itu, data

kuantitatif adalah sajian hasil analisis data Skala Likert di pembahasan

permasalahan persepsi wisatawan.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

Page 61: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

40

1) Sumber data primer, diperoleh secara langsung melalui hasil observasi/

pengamatan langsung di lapangan. Selain itu data juga diperoleh dari hasil

wawancara atau interview dengan informan yang terkait dengan

pengelolaan Pura Taman Ayun, di antaranya pihak pengelola, pemerintah

maupun tokoh masyarakat.

2) Sumber data sekunder, berupa data yang dipilih melalui sumber tidak

langsung di mana data diperoleh melalui survey ke instansi terkait serta

kelembagaan formal maupun informal. Adapun sumber data sekunder

yang dipergunakan dari penelitian ini adalah dari buku, jurnal, serta

dokumen-dokumen warisan budaya.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang dipergunakan dalam

melakukan penelitian (Sugiyono, 2010:118). Instrumen utama dalam penelitian ini

adalah peneliti sendiri dengan alat bantu berupa interview guide, daftar pertanyaan

(kuesioner), tape recorder, alat tulis, laptop dan kamera digital.

Peneliti menggunakan interview guide (pedoman wawancara) untuk

menggali informasi dari informan. Menurut Kerlinger (dalam Gunawan,

2014:169), beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun pertanyaan

adalah :

a. Pertanyaan harus berkaitan dengan masalah penelitian

b. Ketepatan/kepantasan jenis pertanyaan yang dipilih

c. Pertanyaan jelas dan tidak mengundang tafsir majemuk

Page 62: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

41

Berdasarkan kriteria jenis pertanyaan seperti tersebut di atas, maka peneliti

kemudian menyusun pertanyaan yang menghasilkan kredibilitas yang tinggi,

sehingga jawaban yang diperoleh dapat terarah dan terfokus terhadap penelitian

serta dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam penelitian ini, kuesioner yang dipergunakan adalah dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang sifatnya gabungan antara tertutup dan

terbuka. Bersifat tertutup dengan maksud bahwa jawaban kuesioner telah tersedia

dan responden tinggal memilih beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan.

Disamping itu bersifat terbuka dalam artian responden diberikan kebebasan dalam

mengungkapkan uraian pendapatnya terkait pengelolaan maupun persepsi

terhadap daya tarik wisata di Pura Taman Ayun.

Selain kuesioner, instrumen penelitian lainnya adalah tape recorder. Alat

ini dipergunakan untuk merekam hasil wawancara terkait komentar mengenai

pengelolaan daya tarik wisata di Pura Taman Ayun. Hasil rekaman kemudian

ditranskripsikan melalui pencatatan dengan menggunakan alat tulis dan laptop

untuk memudahkan dalam mengelompokkan data. Untuk data mengenai persepsi

wisatan diolah dengan menggunakan program SPSS 13. Terakhir adalah

instrumen kamera digital yang berfungsi untuk mendokumentasikan gambar di

lapangan.

Page 63: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

42

3.5 Teknik Penentuan Informan dan Responden

3.5.1 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya pemilihan terhadap

informan. Menurut Neuman (2000:374), bahwa informan yang baik memiliki

empat karakteristik sebagai berikut :

1) Informan yang memahami dan menjalani kultur di lokasi penelitian. Selain

itu juga menyaksikan kejadian-kejadian penting dan terlibat dengan

kegiatan rutin di tempat itu.

2) Informan harus terlibat di lapangan pada saat itu. Dia juga bisa

memberikan pandangan-pandangan yang bermanfaat, tetapi semakin lama

dia tidak terlibat secara langsung, maka semakin kecil keakuratan

informasi yang diterima.

3) Informan bersedia meluangkan waktu bersama peneliti, terlebih pada

wawancara yang bersifat lama.

4) Orang non analitis bisa menjadi informan yang lebih baik. Informan ini

lebih memahami dan menggunakan teori masyarakat asli setempat atau

lebih pragmatis. Ini berbeda dengan informan analitis yang menggunakan

peranan latar belakang dari media atau pendidikan.

Penentuan informan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik

purposive sampling, yaitu teknik penentuan informan dengan pertimbangan

tertentu. Misalnya melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel

sumber datanya adalah orang yang ahli ataupun berhubungan langsung dengan

makanan (Sugiyono, 2010). Dari salah satu informan kemudian diketahui

Page 64: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

43

informan lainnya secara snow-ball, yaitu cara penentuan dengan berdasarkan atas

tujuan tertentu dan atas rekomendasi informan. Berdasarkan teori tersebut maka

sampel dalam penelitian ini dipilih yang benar-benar mengetahui kondisi internal

dan eksternal terkait pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun, yakni

perwakilan dari pihak pengelola, beberapa tokoh masyarakat, seperti prebekel

Desa Mengwi, bendesa Mengwi. Selain itu informasi juga digali dari instansi

pemerintahan yang terkait, seperti dari Dinas Pariwisata Kabupaten Badung,

Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung.

3.5.2 Teknik Penentuan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah dari kalangan wisatawan untuk

mengetahui persepsi mereka terhadap daya tarik wisata Pura Taman Ayun, serta

memperoleh masukan- masukan terkait pengelolaan. Penentuan sampel dari

wisatawan menggunakan teknik accidental sampling, artinya peneliti

mendapatkan informasi dari 50 orang wisatawan yang secara kebetulan

berkunjung ke Pura Taman Ayun pada periode penelitian dilaksanakan. Menurut

Harini dan Kusumawati (2007:100), sebenarnya tidak ada aturan yang tegas

mengenai berapa besarnya anggota sampel yang disyaratkan suatu penelitian.

Demikian pula batasannya bahwa sampel itu besar atau kecil.

Mutu suatu penelitian tidaklah ditentukan oleh besarnya anggota sampel

yang digunakan, sesungguhnya tidak ada anggota sampel yang 100 persen

representative, kecuali anggota sampelnya sama dengan anggota populasinya

(total sampling). Dengan pertimbangan keterbatasan waktu, biaya dan tingkat

kesulitan pencarian responden, maka penelitian ini menggunakan jumlah sampel

Page 65: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

44

sebanyak 50 wisatawan. Para responden diberikan wewenang untuk memberikan

jawaban berdasarkan pengalaman mereka saat berkunjung ke Pura Taman Ayun.

Beberapa dari responden yang dipilih, juga diwawancarai secara mendalam untuk

mendapatkan informasi yang lebih terinci.

3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan di dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

mempergunakan prosedur pengumpulan data sebagai berikut :

3.6.1 Observasi

Objek observasi dalam penelitian ini adalah di Pura Taman Ayun yang

dilaksanakan pada bulan Maret 2015. Observasi dilakukan bersifat non-

partisipatif, di mana peneliti tidak terlibat secara langsung dan hanya sebagai

pengamat independen (Sugiyono, 2010:167). Peneliti mengamati interaksi antara

kegiatan-kegiatan atau program pengelolaan yang sedang dilakukan. Hal ini

dimaksudkan agar peneliti mengetahui berbagai bentuk partisipasi pihak terkait

dalam pengelolaan yang telah berjalan. Selain itu juga mengidentifikasi pelaku

atau orang yang memainkan peran atau kegiatan tertentu yang berhubungan

dengan pengelolaan. Dengan harapan dapat memperoleh informasi terkait

permasalahan yang diteliti.

3.6.2 Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode

wawancara. Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau

Page 66: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

45

lebih berhadapan secara fisik (Setyadin, 2005:22). Hal ini menandakan

wawancara sebagai suatu hubungan komunikasi dua arah antara pewawancara dan

narasumber.

Metode wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan

secara mendalam. Wawancara mendalam dipergunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal–hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2010:157).

Wawancara dilakukan dengan berbagai pihak yang dinilai berkompeten serta

memiliki informasi yang terkait dengan topik penelitian, yaitu pihak pengelola,

masyarakat, serta instansi pemerintah terkait.

Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan di mana mula-mula

pewawancara menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah tersusun kemudian

satu persatu diperdalam untuk memperoleh keterangan yang lebih detail. Dengan

demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel dengan keterangan

yang rinci dan mendalam.

3.6.3 Penyebaran Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara menyodorkan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawab (Sugiyono, 2010:162). Pengumpulan data dengan metode ini dilakukan

dengan penyebaran kuesioner yang terdiri dari sejumlah pertanyaan yang

ditunjukkan kepada responden yang menyangkut hal-hal yang terkait dengan

Page 67: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

46

rumusan masalah. Dengan harapan bahwa data yang diperoleh adalah bervariasi

dan saling melengkapi antara responden satu dengan responden lainnya.

3.6.4 Dokumentasi

Dokumen merupakan pelengkap dari penggunan metode observasi dan

wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh

adanya dokumen. Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data baik dari

bahan tertulis, arsip–arsip, brosur, grafik maupun dalam bentuk gambar yang

dapat dipergunakan untuk memperluas dan memperkaya data yang telah dimiliki.

Moleong (2007:217) memberikan alasan-alasan mengapa studi dokumen berguna

bagi penelitian kualitatif, yaitu :

1. Karena merupakan sumber yang stabil dan kaya

2. Berguna sebagai evident (bukti) untuk suatu pengujian

3. Berguna dan sesuai karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks.

4. Relatif murah dan tidak sukar ditemukan, hanya membutuhkan waktu

5. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas

pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Dalam penelitian ini, dokumen-dokumen diperoleh dari instansi terkait.

Dokumen tersebut meliputi artikel, jurnal, tulisan ilmiah yang berkaitan dengan

pengelolaan Pura Taman Ayun. Selain itu, pendokumentasian juga dilakukan

dalam bentuk foto – foto yang diambil langsung di lokasi penelitian. Hal tersebut

terkait aktivitas dalam pengelolaan maupun temuan penting yang terkait dengan

topik permasalahan.

Page 68: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

47

3.7 Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yang relevan dengan

teori-teori yang dipergunakan. Dalam rumusan masalah pengelolaan daya tarik

wisata Pura Taman Ayun sebagai warisan budaya dunia menggunakan variabel

revitalisasi fisik dan struktur pengelolaan. Selanjutnya dalam pembahasan

partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan menggunakan variabel

kegiatan seremonial, pelestarian seni budaya, penjagaan peninggalan purbakala,

penetapan kebijakan, pembangunan, pelestarian lingkungan alam, dan

pelaksanaan monitoring evaluasi. Selanjutnya pada pembahasan analisis persepsi

wisatawan terhadap daya tarik wisata Pura Taman Ayun menggunakan variabel-

variabel yang disesuaikan dengan teori komponen daerah tujuan wisata yang

terbagi ke dalam empat kelompok, yakni dari segi atraksi, aksesibilitas, fasilitas,

dan organisasi kepariwisataan seperti Tabel 3.1.

Page 69: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

48

Tabel 3.1

Variabel Persepsi Wisatawan

No. Variabel Persepsi Indikator

1. Atraksi 1. Keunikan arsitektur

2. Lansekap taman

3. Kolam

4. Fotografi

5. Pameran lukisan

6. Kebun botanical

7. Aktivitas Seremonial

2. Aksesibilitas 1. Lokasi yang strategis

2. Rute ke tempat wisata lain

3. Jarak tempuh dari bandara

4. Kondisi jalan menuju lokasi

5. Kondisi jalan di depan lokasi

6. Transportasi menuju lokasi

3. Amenitas/Fasilitas 1. Wantilan

2. Toilet

3. Parkir

4. Kantin

5. Gazebo

6. Payung

4. Organisasi Pengelola 1. Promosi

2. Keamanan

3. Kebersihan

4. Kesejukan

5. Pelayanan staf

6. Informasi untuk wisatawan

7. Harga tiket

(Sumber: Hasil pengolahan data)

3.8 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif

eksploratif, yaitu menekankan pada penggalian informasi lebih mendalam dan

terfokus pada tujuan analisis yang ingin dicapai. Analisis ini dipergunakan untuk

Page 70: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

49

mengetahui bagaimana sistem pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun

sebagai warisan budaya dunia dan partisipasi masyarakat dan pemerintah terhadap

pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun.

Pada pembahasan mengenai persepsi wisatawan terhadap pengelolaan

daya tarik wisata Pura Taman Ayun menggunakan analisis Skala Likert. Sugiyono

(1997:73) mengemukakan bahwa Skala Likert merupakan skala pengukuran yang

diberikan pembobotan secara gradasi dari nilai yang positif hingga negatif. Skala

Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi sekumpulan atau

seseorang tentang fenomena sosial yang selanjutnya disebut sebagai variabel

penelitian. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi

dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi

indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur

ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa

pertanyaan atau pernyataan terhadap para responden. Setiap jawaban dihubungkan

dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-

kata sebagai berikut:

Sangat Baik/ Very Good (SB) = 5

Baik/ Good (B) = 4

Cukup / Fair (C) = 3

Kurang / Poor (K) = 2

Sangat Kurang / Very Poor (SK) = 1

Page 71: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

50

Dalam mengklasifikasikan dan membantu interpretasi hasil penelitian,

maka digunakan Skala Likert yang dapat dilihat pada Tabel 3.2. Nilai interval

kelas diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

I = Skor Tertinggi - Skor Terendah

Jumlah Kelas

I = 5 - 1

5

I = 4 = 0,80

5

Nilai rata-rata yang dihasilkan dari perhitungan akan dikonfirmasikan oleh Tabel

3.2 sehingga dapat diklasifikasikan pada suatu kategori persepsi.

Tabel 3.2

Skala Likert

No. Skala Persepsi Wisatawan

Persepsi Skor Rentang

1. Sangat Baik 5 4,20 < 5,00

2. Baik 4 3,40 < 4,19

3. Cukup 3 2,60 < 3,39

4. Kurang 2 1,80 < 2,59

5. Sangat Kurang 1 1,00 < 1,79

(Sumber: Hasil Modifikasi Skala Likert)

3.9 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian analisis data adalah secara deskriptif, tabulasi dan gambar yang

diurut per masing-masing bab. Bab 1 menguraikan tentang latar belakang dan

rumusan masalah penelitian, Bab 2 melukiskan konsep dan teori yang

Page 72: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

51

dipergunakan, Bab 3 mendeskripsikan tentang metode penelitian, selanjutnya Bab

4 menyajikan gambaran umum lokasi penelitian berupa sejarah, demografi, profil,

dan lain-lain, Bab 5 menganalisis hasil pembahasan pengelolaan daya tarik wisata

di Pura Taman Ayun sebagai bagian dari warisan budaya dunia disertai hasil

pembahasan dari tabel, foto dan gambar. Kemudian Bab 6 memberikan gambaran

hasil penelitian partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan yang

disajikan dalam bentuk narasi dan foto. Selanjutnya Bab 7 menyusun hasil

persepsi wisatawan terhadap pengelolaan dalam bentuk tabel dan foto yang

dideskripsikan, dan akhirnya Bab 8 menyimpulkan hasil pembahasan serta

menyuguhkan saran penelitian.

Page 73: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

52

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Wilayah

4.1.1 Keadaan Geografis

Pura Taman Ayun terletak di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi,

Kabupaten Badung. Secara geografis, bagian barat Desa Mengwi berbatasan

dengan sungai Sungi yang menjadi perbatasan antara Kabupaten Badung dengan

Kabupaten Tabanan. Di sebelah utara Desa Mengwi adalah Desa Werdhi

Bhuwana. Di sebelah utara adalah arah menuju hulu (gunung) dengan puncak-

puncak barisan perbukitan seperti Puncak Bukit Mangu/Bukit Pengelengan,

Puncak Bon, Bukit Catur, Bukit Bon Tiing dan yang lain sebagai perbatasan

antara Kabupaten Badung dengan Kabupaten Buleleng. Pada bagian timur

berbatasan dengan Desa Gulingan. Kemudian di sebelah selatan Desa Mengwi

berbatasan dengan Desa Mengwitani dan di bagian barat berbatasan dengan

wilayah Kabupaten Tabanan.

4.1.2 Keadaan Demografis

Luas wilayah Desa Mengwi adalah 378 ha, dengan pembagian wilayah

yang mengikuti aturan di Bali pada umumnya, yakni dua wilayah yaitu banjar

dinas dan banjar adat. Jumlah penduduk Desa Mengwi adalah 7574 jiwa (2144

KK) dengan sex ratio, yaitu laki-laki berjumlah 3794 jiwa (50, 1 %) sedangkan

perempuan berjumlah 3780 jiwa (49,9 %) serta kepadatan per km2 adalah 1994

52

Page 74: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

53

(Mengwi dalam angka, 2014:11). Kondisi ini menunjukkan perbandingan sex

ratio yang seimbang.

Menurut perbandingan jumlah penduduk, warga Desa Mengwi memiliki

latar belakang pendidikan yang bervariasi, dengan jumlah tertinggi adalah lulusan

SMA (Sekolah Menengah Atas) sebanyak 2347 orang atau sebesar 30,99 persen.

Hingga saat ini, jumlah lulusan pendidikan umum warga Desa Mengwi terlihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Penduduk Desa Mengwi menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2014

No. Tingkat Pendidikan

Orang %

1 Belum Sekolah Lulus SMA 2347 30,99

2 Lulus SD 2274 30,02

3. Lulus Diploma / Sarjana 1137 15,01

4. Lulus SMP 1126 14,87

5. Belum Sekolah 690 9,11

Jumlah 7574 100

(Sumber : Kantor Prebekel Desa Mengwi, 2014)

Page 75: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

54

Tabel 4.2

Penduduk Mengwi menurut Mata Pencaharian Tahun 2014

No. Jenis pekerjaan Orang %

1. Tidak/belum bekerja

(anak-anak,pelajar,manula)

2726 35,98

2. Tukang/Buruh 1402 18,51

3. Karyawan Swasta 1239 16,36

4. Wiraswasta 1007 13,30

5. Pegawai Negeri Sipil 620 8,20

6. Petani 407 5.37

7. Pensiunan 135 1,78

8. Sopir 38 0,50

Jumlah 7574 100

(Sumber : Kantor Prebekel Desa Mengwi, 2014)

Berdasarkan data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa mata

pencaharian utama penduduk Desa Mengwi adalah bekerja pada sektor jasa

pembangunan rumah (18,51 persen), baik sebagai tukang batu maupun tukang

kayu. Mata pencaharian utama kedua adalah sebagai karyawan swasta (16,36

persen) yang bekerja pada perusahaan retail, travel agent, dan lain-lain.

Selanjutnya wiraswasta juga merupakan mata pencaharian yang cukup dominan

(13,30 persen). Jumlah yang menonjol terlihat dari presentase penduduk yang

tidak/belum bekerja. Mereka yang digolongkan tidak/belum bekerja pada

umumnya terdiri dari anak-anak/pelajar/mahasiswa yang sedang bersekolah serta

penduduk usia lanjut.

Page 76: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

55

4.1.3 Keadaan Sosial Budaya

Masyarakat Desa Mengwi hidup dalam kelompok-kelompok sosial yang

disebut desa adat. Definisi desa adat menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 adalah:

Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masing-masing desa adat terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang lebih kecil

yang disebut banjar, yang terdiri dari krama (masyarakat desa) yang sudah

berkeluarga. Pada masing-masing banjar terdapat kelompok sosial yang disebut

sekehe teruna teruni. Sekehe ini berfungsi untuk membantu kegiatan sosial di

suatu banjar yang anggotanya adalah para pemuda pemudi yang belum menikah

dari banjar tersebut.

Di Desa Mengwi juga dikenal adanya kelompok-kelompok sosial yang

bergerak dalam bidang pertanian yang disebut subak. Ini merupakan sistem irigasi

dalam pertanian masyarakat Bali yang diorganisir oleh ketuanya yang disebut

dengan pekaseh yang bertugas mengkoordinir pembagian air dalam sistem irigasi.

Kelompok sosial subak ini berkaitan dengan waduk Pura Taman Ayun yang

berfungsi untuk mengairi pertanian di sekitarnya, yakni Subak Batan Badung,

Subak Batan Asem dan Subak Beringkit.

Selain subak, terdapat kelompok sosial yang bergerak di bidang seni.

Kelompok tersebut di antaranya adalah kelompok musik/gamelan yang disebut

sekehe gong, dan sekehe igel atau pregina sebagai kelompok seni tari. Selain itu

Page 77: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

56

di Desa Mengwi terdapat beberapa jenis kesenian, yaitu seni musik yang terdiri

dari tektekan, gong baleganjur, dan angklung. Selain itu juga terdapat seni tari

yang terdiri dari tari legong, janger, joged, wayang, topeng calonnarang, dan

lain-lain.

4.2 Sejarah dan Profil Pura Taman Ayun

4.2.1 Sejarah

Pendirian Pura Taman Ayun berhubungan erat dengan sejarah

perkembangan kerajaan Mengwi. Menurut Babad Mengwi, pendirian Pura Taman

Ayun terkait dengan seorang tokoh yang bernama I Gusti Agung Putu sebagai

pendiri Kerajaan Mengwi. Beliau merupakan keturunan I Gusti Agung Maruti (I

Gusti Agung Dimade). I Gusti Agung Maruti sendiri termasuk keturunan dari

Kerajaan Gelgel-Klungkung. Karena suatu masalah politik yang bersifat intern, I

Gusti Agung Maruti beserta keluarga meninggalkan Keraton Klungkung menuju

ke arah barat hingga ke Bukit Jimbaran, kemudian ke Desa Kapal. Dalam

perkembangannya, I Gusti Agung Putu sebagai salah satu keturunan (cucu) dari I

Gusti Agung Maruti berhasil mendirikan Kerajaan Mengwi.

Menurut sumber Babad Mengwi, pendirian Kerajaan Mengwi diawali

dengan pengabdian I Gusti Agung Putu kepada I Gusti Gede Belalang dari Puri

Marga (sekarang menjadi daerah Tabanan). Berkat pengabdian dan kesetiaannya

kepada I Gusti Gede Belalang selaku Anglurahan Marga, akhirnya I Gusti Agung

Putu diberikan sebidang wilayah yang berhutan lebat di Belayu. Di daerah ini

kemudian I Gusti Agung Putu menggalang kekuatan dan berhasil menaklukkan

Page 78: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

57

daerah Kaba-Kaba, Penarungan, Beringkit, dan Daerah Kapal. Dalam

perkembangannya, atas seijin penguasa Puri Marga, maka pada tahun 1627 M, I

Gusti Agung Putu pindah dari Belayu dan mendirikan Puri di Bekak yang disebut

Puri Kaleran. Di sebelah Puri Bekak ini, I Gusti Agung Putu beserta pengikutnya

berhasil membangun sebuah pertamanan yang disebut Taman Ganter.

Dari Puri Bekak sebagai istananya, I Gusti Agung Putu berusaha untuk

terus melakukan ekspansinya guna menaklukkan daerah lainnya. Salah satunya

adalah Desa Buduk, yang kala itu dipimpin oleh seorang tokoh dari soroh pasek,

yaitu Ki Pasek Badak. Karena cinta terhadap rakyat dan tanah tumpah darahnya,

Ki Pasek Badak yang terkenal memiliki kesaktian dan kekebalan ini tidak mau

begitu saja menyerahkan diri kepada I Gusti Agung Putu selaku penguasa

Mengwi.

Setelah melalui pertempuran sengit, kedua pihak ternyata memiliki

kekuatan berimbang. Namun karena menyadari dirinya yang berasal dari

keturunan pasek atau bukan dari golongan Ksatria yang tidak mungkin menjadi

seorang raja, Ki Pasek Badak akhirnya menyerah dengan syarat. Persyaratan yang

dimohon adalah kelak setelah beliau (Ki Pasek Badak) wafat rohnya yang telah

disucikan (diaben) agar dibuatkan sebuah palinggih di tempat pemujaan leluhur

raja Mengwi dan disembah (disungsung) oleh keturunan Raja Mengwi.

Permohonan Ki Pasek Badak kemudian disepakati oleh I Gusti Agung Putu,

namun untuk permintaan penyembahan rohnya oleh keturunan atau putra asli raja

ditolak. Akhirnya ditawarkan alternatif lain, yaitu roh Ki Pasek Badak kelak

disembah (disungsung) oleh putra-putra angkat yang jumlahnya 40 orang yang

Page 79: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

58

mewarisi ilmu Ki Pasek Badak. Mereka diambil dari seluruh lapisan masyarakat

(Catur Wangsa) yang ada di Mengwi dan disebut soroh Ki Baladika Batabatu

yang kelak menjadi pasukan/prajurit khusus Kerajaan Mengwi. Kini palinggih

Pasek Badak ada di Pura Taman Ayun dan disungsung oleh Soroh Batabatu.

Setelah wilayah kekuasaan raja I Gusti Agung Putu yang telah

berkembang cukup luas, maka atas saran atau nasehat dari para bhagawanta

(Pendeta Istana), Keraton Puri Kaleran kemudian dipindahkan sedikit ke sebelah

selatan. Alasan pemindahan itu, karena Puri Kaleran pernah dipergunakan sebagai

tempat ajang pertarungan ketika menghadapi Pasek Badak. Tempat bekas

pertumpahan darah tersebut dipercaya tidak baik atau berbahaya bagi

penghuninya. Keraton ini kemudian dinamakan Mangapura yang sekarang

menjadi Mengwi.

Karena Kerajaan Mengwi telah mengalami masa kejayaaan, maka

kemudian muncul inspirasi pada diri raja untuk memindahkan Taman Ganter ysng

semulanya bertempat di Bekak ke tempat yang lebih luas dan dekat dengan istana

yang terbaru. Untuk kepentingan pembangunan taman ini, didatangkan seorang

arsitek China yang ahli pertamanan dan sangat terkenal saat itu yang bernama Ing

Khang Choew yang bertempat tinggal di Banyuwangi. Lahan di sekitar istana

disurvei oleh Ing Khang Choew untuk menentukan tempat yang paling layak dan

strategis untuk sebuah pertamanan yang megah. Berdasarkan penilaiannya,

akhirnya setting geografisnya ditetapkan pada lahan yang terletak di sebelah timur

Istana Mangapura (sekarang bernama kota Mengwi).

Page 80: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

59

Setelah melakukan survey, diputuskan areal yang dipilih adalah lahan

berupa bukit kecil (tanah gundukan) yang dikelilingi oleh sungai pada sisi kanan,

kiri, dan bagian selatan. Tempat yang baru ini dianggap paling strategis untuk

pertamanan, selain karena cukup luas juga karena letaknya dekat dengan istana

dan berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat. Selain itu lokasi ini juga

didukung oleh faktor sumber daya alam, seperti tanah yang subur dan suplai air

yang melimpah. Faktor sumber daya air merupakan salah satu persyaratan yang

sangat penting bagi sebuah pertamanan. Karena tempatnya sangat strategis dan

indah, maka pemilihan tempat yang baru ini mendapat perkenan raja atau sesuai

dengan keinginan (ahyun) Paduka Raja I Gusti Agung Putu.

Berdasarkan petunjuk dari arsitek China tersebut, akhirnya kebun raja

dibangun dengan hiasan aneka warna bunga dan kolam yang berisikan teratai.

Keindahan pertamanan ini juga dipersembahkan kepada leluhur raja. Maka dari

itu dibangunlah palinggih-palinggih yang dikelilingi oleh tembok penyengker

pada pada kontur tanah yang tertinggi yang terletak di hulu. Pada awalnya hanya

dibangun dua palinggih, yaitu palinggih paibon sebagai tempat stana dan memuja

arwah leluhur raja dan palinggih gedong sari untuk stana dan pemujaan roh Pasek

Badak yang telah suci. Karena pertamanan ini sangat strategis dan indah serta

sesuai dengan keinginan (ahyun) sang raja, maka taman yang dilengkapi dengan

parhyangan sebagai tempat pemujaan arwah leluhur raja ini kemudian disebut

Taman Ahiun yang kemudian menjadi Taman Ayun (Babad Mengwi, 2007:149).

Seiring dengan waktu Pura Taman Ayun kemudian diperbesar dengan

adanya penambahan pembangunan palinggih-palinggih untuk pemujaan terhadap

Page 81: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

60

Bhatara Khayangan Jagat seperti untuk Bhatara Gunung Agung, Bhatara

Gunung Batur, Bhatara Gunung Batukaru, dan lain-lain. Selain itu, Pura Taman

Ayun yang dulunya hanya sebagai tempat pemujaan leluhur raja kemudian

dibangun juga palinggih-palinggih bhatara yang dianggap memberikan berkah

kemakmuran dan ketentraman bagi rakyat dan Kerajaan Mengwi. Tujuan dari

pembangunan atau penambahan palinggih-palinggih di Taman Ayun selain untuk

alasan religius, juga untuk kepentingan politis. Untuk kepentingan religius, yaitu

memberikan kesempatan kepada seluruh rakyat Mengwi untuk bersembahyang

memohon restu atau anugerah kehadapan Bhatara/Bhatari Khayangan Jagat

termasuk kepada leluhur demi keselamatan dan ketentraman Kerajaan Mengwi

beserta rakyatnya. Tujuan politisnya adalah untuk mengikat keutuhan persatuan

dan kesatuan antara rakyat dan Kerajaan Mengwi yang cukup luas dengan

rakyatnya. Pendirian Taman Raja dan puranya (Pura Taman Ayun) kemudian

diupacarai dengan pemlaspasan agung.

Raja Mengwi gugur dalam menghadapi serangan dari Kerajaan Badung

pada Perang Puputan yang berlangsung pada tanggal 20 Juni 1891. Dalam

pertempuran itu putra mahkota dan keluarga raja berhasil melarikan diri serta

mengungsi dan meminta suaka politik ke penguasa Ubud yaitu Cokorde Gede

Sukawati. Pada saat itu kerajaan Mengwi dikuasai oleh Kerajaan Badung dan

Kerajaan lainnya. Keruntuhan ini mengakhiri kerajaan Mengwi dan mengubah

percaturan politik kerajaan di Bali. Disamping itu pula berdampak terhadap

terbengkelainya Pura Taman Ayun yang menjadi tidak terurus. Keluarga Puri

Page 82: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

61

Mengwi baru kembali dari Ubud pada tahun 1911, dan mulai menata atau

memperbaiki kembali Puri dan Pura Taman Ayun yang telah rusak.

4.2.2 Profil

Pura Taman Ayun yang terletak di Desa Mengwi, Kabupaten Badung,

sekitar 18 km dari kota Denpasar. Selain indah, Pura Taman Ayun juga dinilai

memiliki nilai sejarah, sehingga pada tahun 2002 Pemda Bali mengusulkan

kepada UNESCO agar pura ini dimasukkan dalam world heritage list. Pura

Taman Ayun telah mengalami beberapa kali perbaikan. Diantaranya adalah

perbaikan secara besar-besaran yang dilaksanakan pada tahun 1937. Pada tahun

1949 dilaksanakan perbaikan terhadap kori agung, gapura bentar, dan pembuatan

wantilan yang besar. Perbaikan ketiga tahun 1972 dan yang terakhir tahun 1976.3

Kompleks Pura Taman Ayun menempati lahan seluas 100 x 250 m2,

tersusun atas pelataran luar dan tiga pelataran dalam, yang makin ke dalam makin

tinggi letaknya. Pelataran luar yang disebut jaba, terletak di sisi luar kolam. Dari

pelataran luar terdapat sebuah jembatan melintasi kolam, menuju ke sebuah pintu

gerbang berupa gapura bentar. Gapura tersebut merupakan jalan masuk ke

pelataran dalam yang dikelilingi oleh pagar batu. Di jalan masuk menuju jembatan

dan di depan gapura terdapat sepasang arca raksasa. Di sebelah kiri jalan masuk,

tidak jauh dari gerbang, terdapat bangunan semacam gardu kecil untuk penjaga.

Di halaman pertama ini tersebut terdapat sebuah wantilan yang dulu digunakan

3 http://candi.pnri.go.id/temples/deskripsi-bali-pura_taman_ayun diakses tanggal 7 Juni 2015.

Page 83: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

62

untuk pelaksanaan upacara dan juga sebagai tempat penyabungan ayam yang

dilaksanakan dalam kaitan dengan penyelenggaraan upacara di pura.

Pelataran dalam pertama seolah dibelah oleh jalan menuju gapura yang

merupakan pintu masuk ke pelataran dalam kedua. Di sisi barat daya terdapat bale

bundar, yang merupakan tempat beristrirahat sambil menikmati keindahan pura.

Di sebelah bale bundar terdapat sebuah kolam yang dipenuhi dengan teratai dan di

tengahnya berdiri sebuah tugu yang memancarkan air ke sembilan arah mata

angin. Di timur terdapat sekumpulan pura kecil yang disebut Pura Luhuring

Purnama.

Di ujung jalan yang membelah pelataran pertama terdapat gerbang ke

pelataran kedua. Pelataran ini posisinya lebih tinggi dari pelataran pertama. Tepat

berseberangan dengan gerbang terdapat sebuah bangunan pembatas, yang dihiasi

dengan relief menggambarkan sembilan dewa penjaga arah mata angin. Di

sebelah timur terdapat sebuah pura kecil yang disebut Pura Dalem Bekak. Di

sudut barat terdapat bale kulkul yang atapnya menjulang tinggi.

Pelataran dalam ketiga atau yang terdalam merupakan pelataran yang

paling tinggi letaknya dan dianggap paling suci. Pintu utama yang disebut pintu

gelung terletak di tengah dan hanya dibuka pada saat diselenggarakannya upacara.

Di kiri dan kanan pintu utama terdapat gerbang yang digunakan untuk keluar

masuk dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari di pura tersebut. Di pelataran ini

terdapat sejumlah meru, candi, gedong, padmasana, padma rong telu, dan

bangunan-bangunan keagamaan lainnya.

Page 84: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

63

4.3 Pura Taman Ayun sebagai Daya Tarik Wisata

Pura Taman Ayun telah dikenal oleh masyarakat, baik masyarakat Bali

bahkan dunia, terlebih setelah penetapan oleh UNESCO. Selain alasan penetapan

tersebut, pura ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Keunikan

arsitektur palinggih meru tumpang solas merupakan daya tarik utama. Candi-

candi kuno sebagai peninggalan kerajaan Mengwi dibiarkan sedemikian rupa

dengan upaya perawatan tanpa menghilangkan unsur kekhasan dari bangunan

tersebut. Daya tarik lainnya adalah kolam besar dengan kedalaman sekitar 4

meter, lebar sekitar 15-20 meter dan melingkari areal candi sehingga Pura Taman

Ayun yang tampak seperti terapung di atas air. Selain itu, lansekap taman yang

luas dan indah yang dipadukan dengan adanya kebun botanical yang berada di

belakang areal pura merupakan daya tarik tambahan.

Gambar 4.1

Palinggih meru tumpang solas sebagai keunikan arsitektur

yang menjadi salah satu daya tarik wisata Pura Taman Ayun

(Foto: peneliti, 2015)

Page 85: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

64

Adanya berbagai jenis daya tarik wisata yang ada di Pura Taman Ayun

juga dapat menjadi faktor yang menarik bagi sebagian wisatawan ataupun yang

sekedar ingin menikmati suasana ataupun dengan mengabadikan moment melalui

foto. Seperti daya tarik wisata pura lainnya, Pura Taman Ayun juga memiliki daya

tarik budaya yang memotivasi wisatawan untuk datang berkunjung. Baik aktivitas

masyarakat setempat yang melakukan persiapan piodalan maupun pada saat

upacara piodalan itu sendiri.

Akses jalan menuju Pura Taman Ayun merupakan satu rute menuju

beberapa daya tarik wisata lainnya, di antaranya adalah Sangeh, Danau Beratan,

Pura Tanah Lot dan lain-lain. Bagi sebagian wisatawan memilih stop by ke Pura

Taman Ayun sebelum melanjutkan ke daerah tujuan wisata lainnya. Hal tersebut

menjadikan Pura Taman Ayun sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten

Badung yang ramai dikunjungi oleh wisatawan, terutama oleh wisatawan

mancanegara seperti terlihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Kunjungan Wisatawan ke Pura Taman Ayun

sebelum Ditetapkan sebagai Bagian dari Warisan Budaya Dunia

No. Tahun Jumlah Wisatawan Total

Wisnus % Wisman %

1. 2011 101.580 47,82 110.838 52,18 212.418

2. 2012 62.058 35,74 111.574 64,26 173.632

Jumlah 163.638 222.412 386.050

(Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, 2015)

Page 86: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

65

Tabel 4.4

Kunjungan Wisatawan ke Pura Taman Ayun

setelah Ditetapkan sebagai Bagian dari Warisan Budaya Dunia

No. Tahun Jumlah wisatawan Total

Wisnus % Wisman %

1. 2013 76.376 27,09 205.525 72,91 281.901

2. 2014 83.751 25,40 245.940 74,60 329.691

Jumlah 160.127 451.465 611.592

(Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, 2015)

Pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 membandingkan jumlah kunjungan wisatawan

ke Pura Taman Ayun pada periode sebelum dan setelah ditetapkan sebagai bagian

dari warisan budaya dunia. Dari perbandingan kedua tabel di atas terlihat bahwa

jumlah kunjungan wisatawan ke Pura Taman Ayun secara umum adalah

meningkat pasca ditetapkan oleh UNESCO, meskipun sempat mengalami

penurunan pada tahun 2012. Menurut pihak pengelola, adanya proyek renovasi

serta penataan jalan di depan kawasan Pura Taman Ayun merupakan salah satu

faktor penyebab dari penurunan tersebut. Dari tabel tersebut juga menunjukkan

bahwa pasca penetapan oleh UNESCO, jumlah kunjungan wisatawan mengalami

peningkatan hamper dua kali lipat, khususnya wisatawan mancanegara yang

terlihat semakin mendominasi kunjungan.

Page 87: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

66

BAB V

PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA PURA TAMAN AYUN

SEBAGAI BAGIAN DARI WARISAN BUDAYA DUNIA

5.1 Revitalisasi Fisik Kawasan Pura Taman Ayun sebagai Bagian dari

Warisan Budaya Dunia

Pura Taman Ayun merupakan bagian dari Cultural Landscape of Bali

Province: Implementation of Tri Hita Karana Philosophy yang telah ditetapkan

sebagai warisan budaya dunia terhitung sejak 29 Juni 2012. Pasca penetapan

tersebut, pengelolaan secara manajemen masih tetap dipegang oleh Puri Mengwi

selaku pemilik yang bekerjasama dengan pemerintah dalam hal pengelolaan

retribusi. Beberapa prinsip penting pengelolaan masih tetap dari sebelumnya. Di

antaranya adalah kawasan jeroan yang tidak diperbolehkan untuk dimasuki oleh

wisatawan. Mereka hanya diperbolehkan melihat dan mengambil foto dari luar

penyengker jeroan. Peningkatan pengelolaan terlihat signifikan dari segi fisik.

Salah satunya adalah adanya jalan setapak yang melingkari pura semakin

diperhalus dengan adanya perbaikan pemavingan. Pihak pengelola juga

membangun anak tangga, dengan tujuan untuk keperluan fotografi bagi wisatawan

ataupun yang sekedar ingin melihat areal jeroan pura.

66

Page 88: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

67

Gambar 5.1

Pembangunan anak tangga yang disediakan

bagi wisatawan (Foto: peneliti, 2015)

Revitalisasi fisik lainnya terlihat dari adanya penataan kawasan luar Pura

Taman Ayun. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari I Made Suandi, selaku

bendahara yang merangkap sebagai pelaksana harian daya tarik wisata Pura

Taman Ayun:

Jalan di depan Taman Ayun ditata untuk lebih mencerminkan suasana

pura, dimana aura kesakralan yang perlu lebih dimunculkan. Para

pemedek maupun wisatawan untuk memarkirkan kendaraannya diluar

candi kurung dan disilahkan berjalan menuju pura (Wawancara, 7/3/2015).

Selain melakukan penataan kawasan luar, upaya lain adalah dengan

melakukan penertiban terhadap para pedagang. Sebelumnya mereka beraktivitas

tepat di depan Pura Taman Ayun, bahkan ada yang berjualan hingga di depan

pintu masuk pura. Hal ini tentunya menimbulkan kesan kumuh, apalagi sebagai

salah satu kawasan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Atas

himbauan dari Bapak Bupati Badung sekaligus sebagai pemilik Pura Taman

Ayun, mereka kemudian direlokasi dan dibuatkan tempat khusus “Pasar Tenten”

Page 89: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

68

atau “Kantin Pura Taman Ayun” yang berlokasi tepat di seberang Pura. Di areal

kantin ini terdapat 24 bangunan kios yang dikontrakkan. Menurut Men Gara,

salah satu pedagang di Kantin Pura Taman Ayun, bahwa satu kios disewakan oleh

pihak desa adat dengan sistem harian, yakni sebesar Rp 11.000,- per hari

(Wawancara, 6/3/2015). Kios-kios tersebut sebagian besar disewa oleh pedagang

makanan dan minuman tradisional. Mulai dari bubur, nasi campur, bakso, tipat

cantok, es kelapa muda dan aneka makanan dan minuman lainnya. Konsumen dari

para pedagang ini adalah para wisatawan baik wisatawan nusantara maupun

wisatawan mancanegara, selain itu juga masyarakat setempat.

Men Gara merupakan salah satu penjual makanan yang sudah sejak 30

tahun yang lalu merintis usaha makanan di kawasan Pura Taman Ayun. Bubur

lindung khasnya sudah dikenal sebagai salah satu kuliner khas Pura Taman Ayun.

Bahkan bagi sebagian wisatawan, berkunjung ke Pura Taman Ayun terasa kurang

puas tanpa mampir ke bubur lindung (bubur belut) khas dari Warung Men Gara.

Puspawati, salah satu pelanggan bubur Men Gara yang ditemui saat melakukan

penelitian di lokasi berkomentar :

Saya sering mampir ke Kantin Pura Taman Ayun, terutama saat pulang

kampung dari Denpasar ke Mengwi, khusus untuk menikmati bubur belut

khas Men Gara (Wawancara, 6/3/2015)

Namun adanya langkah penertiban oleh pihak pengelola dan pemerintah

terhadap para pedagang ternyata menimbulkan dampak. Pasca direlokasi, para

pedagang rata-rata mengeluhkan tentang omzet penjualannya yang menurun. Hal

ini disebabkan oleh letaknya yang terhalang oleh tembok penyengker tebing serta

Page 90: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

69

agak menurun dan tak mudah terlihat bagi wisatawan yang turun dari

kendaraannya.

Gambar 5.2

Kantin Pura Taman Ayun yang seringkali tak terlihat oleh

wisatawan (Foto: peneliti, 2015)

Men Gara, sebagai salah satu pedagang yang paling merasakan dampak

dari perelokasian pedagang mengalami penurunan omzet penjualannya

berpendapat :

Dumun sedurung dipindah meriki tiyang ngaryanin bubuh 5 kilo biasane

sedereng siang sampun telas, nanging mangkin ngaryanin bubuh 3 kilo

manten nganti sore wawu telas (Wawancara, 6/3/2015).

Sebelum dipindah kesini saya memasak bubur 5 kg biasanya sebelum

siang sudah habis terjual, namun sekarang memasak bubur 3 kg saja

sampai sore baru habis terjual.

Keluhan tersebut bukan tanpa alasan, sebab sebelumnya bubur lindung

Men Gara adalah berada di depan pintu masuk Pura Taman Ayun. Walaupun

berada di seberang Pura, namun lokasinya yang berada di atas (tidak berada di

bawah dan tak terlihat seperti sekarang). Wisatawan yang berkunjung ke Pura

Page 91: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

70

Taman Ayun pun ramai berbelanja karena lokasinya yang strategis, yang

berdampak pada omzet penjualan. Keluhan dari masyarakat ini menunjukkan

bahwa upaya penataan yang dilakukan pengelola maupun pemerintah tidak hanya

berdampak positif, namun juga berimplikasi negatif. Kendatipun usaha penataan

tersebut secara umum berdampak positif bagi daya tarik wisata Pura Taman Ayun

itu sendiri yang memiliki pencitraan yang baik sebagai salah satu bagian dari

warisan budaya dunia.

Gambar 5.3

Papan larangan yang ditempatkan di pedestrian Pura Taman Ayun

(Foto: peneliti, 2015)

Langkah penertiban juga dilakukan pihak pengelola terhadap para

pedagang acung (asongan) yang berkeliaran. Upaya ini merupakan kerjasama

pemerintah dengan pengerahan Satpol PP beserta desa adat setempat yang

mengerahkan pecalang (satuan pengamanan desa). Guna lebih memantapkan

program ini, pemerintah juga telah melakukan sosialisasi melalui desa setempat

yang menghimbau agar setiap masyarakat agar tidak melakukan aktivitas

berjualan asongan di kawasan Pura Taman Ayun. Selain hal tersebut di atas,

Page 92: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

71

adanya penegasan larangan juga tampak dari papan larangan yang ditempatkan di

sudut pura, baik di depan pintu masuk, maupun di area pedestrian (pejalan kaki)

di depan areal Pura Taman Ayun. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan

tidak terlihat adanya pedagang asongan yang berkeliaran, baik di kawasan luar

apalagi kawasan dalam pura. Tentunya hal ini menjadi suatu nilai tambah bagi

daya tarik wisata Pura Taman Ayun. Mengingat pedagang asongan merupakan

salah satu komunitas yang sulit untuk ditertibkan, terlebih di suatu kawasan daya

tarik wisata. Pura Besakih contohnya, sampai saat ini pihak pengelola dan desa

adat sangat sulit untuk menertibkan mereka. Bahkan yang sangat disayangkan

adalah aktivitas mereka yang sering mengganggu kenyamanan para wisatawan.

Gambar 5.4

Candi Kurung yang pembangunannya pernah menjadi kontroversi

(Foto: peneliti, 2015)

Terobosan lain dari penataan lingkungan Pura Taman Ayun juga terlihat

dari dibangunnya dua candi kurung di arah timur dan barat. Menurut I Gusti

Ngurah Prana sebagai tokoh interpreneur dari desa setempat berkomentar bahwa :

Page 93: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

72

Pembangunan candi ini adalah dalam rangka menata Desa Mengwi

sebagai daya tarik wisata. Khususnya untuk memberikan exterior penataan

ulang kawasan Pura Taman Ayun yang pada awalnya sebagai pusat

budaya dan ritual kemudian menjadi kawasan pariwisata yang memiliki

selling point yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Salah satu

manfaatnya adalah untuk mendorong peningkatan perekonomian

masyarakat setempat melalui pariwisata (Wawancara, 27/3/2015).

Berdarakan keteranga diatas, konsep penataan ini pada dasarnya menjadikan jalan

depan Pura Taman Ayun sebagai pedestrian (areal pejalan kaki) untuk

menciptakan aura pura yang penuh kesakralan seperti yang telah disebutkan di

atas. Hal ini terlihat pada pembangunan awal di mana di masing-masing candi

tersebut dibangun anak tangga untuk mencegah kendaraan lewat. Pada awalnya,

parkir kendaraan dan pengunjung direncanakan di bagian luar masing-masing

candi tersebut dan pengunjung dipersilahkan untuk berjalan kaki menuju pura.

Namun terdapat adanya aspirasi dari masyarakat setempat, terutama dari

Desa Mengwi dan Desa Gulingan untuk membongkar anak tangga tersebut.

Mereka beralasan bahwa akses jalan di depan Pura Taman Ayun merupakan jalan

pintas menuju tempat-tempat umum, seperti Pasar Desa Mengwi, Beringkit, dan

lain-lain. Jika jalur tersebut ditutup, maka akses jalan mereka semakin jauh karena

harus melalui rute memutar. Atas adanya aspirasi dari masyarakat tersebut, anak

tangga pada Candi Kurung dibongkar dan kembali dapat dilalui oleh kendaraan.

Penataan jalan pedestrian juga semakin baik dengan adanya pemavingan jalan

depan Pura Taman Ayun dengan dana yang dibantu oleh Pemerintah Kabupaten

Badung melalui Dinas Bina Marga dan Pengairan.

Selain penataan kawasan luar, kawasan dalam pura juga mengalami

pembenahan pasca ditetapkan sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Dengan

Page 94: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

73

bantuan dari pihak pemerintah, perbaikan-perbaikan infrastruktur kerap

dilakukan, di antaranya adalah pada wantilan, candi bentar, toilet, dan lain-lain.

Selain perbaikan tersebut, secara pengelolaan dari Puri Mengwi juga mengalami

berbagai peningkatan. Salah satunya adalah penambahan papan informasi pada

jalur-jalur yang dilalui oleh wisatawan.

Gambar 5.5

Tampak papan petunjuk jalur kursi roda atau kereta bayi

(Foto: peneliti, 2015)

Gambar 5.6

Petunjuk yang terdapat di bale panjang

(Foto: peneliti, 2015)

Page 95: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

74

Adanya petunjuk-petunjuk tersebut merupakan hal penting untuk menjaga

kenyamanan bagi para wisatawan. Khususnya daya tarik Pura Taman Ayun yang

kini telah dinobatkan sebagai warisan budaya dunia. Seperti halnya pada foto 5.4

dan gambar 5.5 di mana para wisatawan dapat menggunakan jalur yang

disediakan khusus bagi wisatawan yang menggunakan kursi roda maupun

membawa kereta bayi. Adanya papan petunjuk tersebut tentu memudahkan

mereka dalam mengeksplorasi kawasan Pura Taman Ayun. Selain papan

petunjuk, juga terdapat adanya papan peringatan bagi wisatawan untuk berhati-

hati dalam melangkah. Papan informasi ini biasa ditempatkan pada bangunan bale

panjang yang terdapat di halaman tengah areal Pura Taman Ayun. Hal ini

disebabkan struktur tangga pada bale panjang yang licin terutama setelah hujan

ataupun setelah lantai dipel oleh petugas kebersihan. Terlebih bangunan ini sering

dipergunakan oleh wisatawan sebagai tempat berteduh di jaba tengah, sehingga

papan ini sering ditempatkan tepat disebelah tangga bangunan.

5.2 Struktur Pengelolaan Daya Tarik Wisata Pura Taman Ayun sebagai

Bagian dari Warisan Budaya Dunia.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pengelola daya tarik

wisata Pura Taman Ayun adalah Puri Mengwi selaku pemilik yang bekerjasama

dengan Pemerintah Kabupaten Badung. Namun secara teknis di lapangan, pihak

puri sendiri tidak mengelola secara langsung. Mereka menyerahkan tugas

terhadap pelaksana harian sebagai koordinator pengelolaan di lapangan.

Disamping itu, juga menunjuk beberapa anggota masyarakat setempat (berjumlah

Page 96: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

75

22 orang) yang dipercaya untuk duduk dalam struktur manajemen pengelolaan

dan digaji secara profesional.

Gambar 5.7

Struktur Badan Pengelola Daya Tarik Wisata Pura Taman Ayun

(Sumber: Pengelola Pura Taman Ayun, 2014)

Sesuai gambar 5.7 di atas bahwa Puri Ageng Mengwi membawahi suatu

organisasi pengelola yang bernama Mangun Kertha Mandala. Organisasi yang

beranggotakan 36 perwakilan Desa Adat se Kecamatan Mengwi yang merupakan

pemedek yang datang bersembahyang ke Pura Taman Ayun pada saat piodalan.

Organisasi ini mengadakan rapat setiap hari minggu dua hari menjelang piodalan

yang jatuhnya pada hari selasa Anggarakasih Medangsia Dalam rapat tersebut,

hal utama yang diagendakan adalah jadwal rangkaian upacara serta persiapan

upacara.

PENGELOLA

PURI AGENG MENGWI

MENGWIMENGWI

PENYANGGRA

MANGU KERTHA

MANDALA

BENDAHARA

BIDANG

ADMINISTRASI

BIDANG

PEMUGARAN/

PEMBANGUNAN

BIDANG

UPAKARA

BIDANG

KEBERSIHAN/

PERTAMANAN

BIDANG

KEAMANAN

Page 97: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

76

I Made Suandi berkomentar terkait Mangun Kertha Mandala:

Organisasi ini tidak terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan

pengelolaan. Secara teknis pengelolaan tetap diserahkan kepada 22 orang

sebagai tenaga kerja (Wawancara, 14/3/2015).

Dalam operasional pengelolaan, pihak Puri telah mempekerjakan

masyarakat setempat yang dianggap berkompeten dan dipercaya. Daftar nama

tenaga kerja di Pura Taman Ayun seperti terlihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Daftar Nama dan Daerah Asal Tenaga Kerja

pada Daya Tarik Wisata Pura Taman Ayun

No. Nama Bagian Asal

1. I Made Suandi Bendahara

merangkap sebagai

pelaksana harian

Desa Kapal

2. Ida Bagus Mangku

Dunia

Pemangku Desa Gulingan

3. I Gede Suarta Pengayah mangku Banjar Pengiasan, Mengwi

4. Mangku Bulit Pengayah mangku Banjar Gambang, Mengwi

5. I Nyoman Tirta Pengayah mangku Banjar Pupuan, Mengwi

6. Sumarini Petugas loket Banjar Serangan, Mengwi

7. Gitarini Petugas loket Banjar Pengiasan, Mengwi

8. Arya Petugas loket Banjar Batu, Mengwi

9. Eka Petugas loket Banjar Batu, Mengwi

10. Ardana Tukang kebun Banjar Pregae, Mengwi

11. Astawa Tukang kebun Banjar Pregae, Mengwi

12. Suanda Tukang kebun Banjar Pande, Mengwi

13. Ketut Sudharma Tukang kebun Banjar Pande, Mengwi

14. Yulaksana Tukang kebun Banjar Pande, Mengwi

15. Lanus Tukang kebun Banjar Pande, Mengwi

16. Ketut Sujaya Tukang kebun Banjar Pande, Mengwi

17. Nyoman Artawan Tukang kebun Banjar Serangan, Mengwi

18. Sumarya Tukang kebun Banjar Pande, Mengwi

19. I Made Suda Keamanan Banjar Lebah Pangkung,

Mengwi

20. I Putu Sentanu Keamanan Banjar Serangan, Mengwi

21. Ayu Mariati Cleaning Service Banjar Serangan, Mengwi

22. I Ketut Erawati Cleaning Service Banjar Pande, Mengwi

(Sumber: Pengelola Pura Taman Ayun, 2015)

Page 98: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

77

Dari 22 orang tenaga kerja tersebut, 20 orang (91 persen) diantaranya berasal dari

Desa setempat, sedangkan dua orang lainnya berasal dari desa di sekitarnya.

Terkait upah para tenaga kerja, I Made Suandi berkomentar bahwa:

Mereka mendapat gaji pokok terendah berdasar UMK, insentif, tunjangan

kesejahteraan dan asuransi BPJS. Tunjangan insentif diberikan rutin setiap

bulan berdasarkan jumlah pemasukan dari tiket serta didasarkan pada

kinerja masing-masing karyawan. Tunjangan kesejahteraan tidak diberikan

secara rutin setiap bulan, hanya bersifat bantuan yang diberikan jika

karyawan mengalami kecelakaan atau sakit (Wawancara, 14/6/2015).

Dari keterangan tersebut, para tenaga kerja memperoleh gaji terendah berdasarkan

UMK Kabupaten Badung yang pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 1.905.000,-.

Narasumber juga menambahkan bahwa besarnya gaji sesuai dengan kompetensi

dan masa kerja.

Dalam sistem manajemen modern, bidang dan staf memiliki tugas pokok

masing-masing. Namun berdasarkan pengamatan di lapangan, meskipun terdapat

pembagian bidang dengan tugas pokok masing-masing, namun dalam

operasionalnya di lapangan berprinsip kebersamaan dan kekeluargaan. Misalnya,

para petugas jaga loket juga diwajibkan untuk melakukan kegiatan kebersihan

bersama staf lainnya setiap hari pada pukul 6 pagi, sebelum wisatawan datang.

Jika dilihat dari struktur organisasi dan tugas pokoknya, seharusnya kegiatan

tersebut dilakukan oleh bidang kebersihan dan pertamanan namun dalam

pengelolaan Pura Taman Ayun dilakukan dengan prinsip gotong royong.

Walaupun hal ini bertolak belakang dengan manajemen pengelolaan yang

modern, namun ini mencirikan sebagai suatu hal yang bersifat positif. Hal ini

disebabkan oleh gotong-royong sebagai dasar dalam penyelenggaraan aktivitas

masyarakat Desa Mengwi yang masih dilestarikan dan dijalankan hingga saat ini.

Page 99: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

78

BAB VI

PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PEMERINTAH

DALAM PENGELOLAAN DAYA TARIK WISATA PURA TAMAN AYUN

SEBAGAI BAGIAN DARI WARISAN BUDAYA DUNIA

6.1 Partisipasi Masyarakat

Suatu daerah tujuan wisata yang berkembang memerlukan adanya

dukungan dan partisipasi dari masyarakat setempat. Hal ini sangat penting dalam

menunjang keberlanjutan daya tarik wisata tersebut, baik dari segi ekonomi, sosial

budaya maupun lingkungan alamnya. Sama halnya dengan daya tarik wisata Pura

Taman Ayun, partisipasi masyarakat terlihat dari beberapa hal sebagai berikut.

6.1.1 Partisipasi dalam Kegiatan Seremonial

Keterlibatan masyarakat terlihat menonjol terutama dari segi aspek sosial

religius. Hal ini disebabkan oleh Pura Taman Ayun sebagai living monument yang

masih aktif difungsikan sebagai tempat persembahyangan oleh masyarakat Desa

Mengwi dan sekitarnya. Pura Taman Ayun pada awalnya merupakan tempat suci

yang bersifat genealogis (tempat pemujaan leluhur raja-raja Mengwi). Namun

sejalan dengan perkembangan waktu, pura ini juga merupakan pemujaan terhadap

Dewa-Dewa Sad Khayangan (Khayangan Jagat) serta dewa-dewa alam seperti

Dewa Gunung, Dewa Laut, Dewa Danau, Dewa/Dewi peguasa hama tanaman.

Saat ini Pura Taman Ayun disungsung oleh 36 Desa Adat se kecamatan Mengwi

yang wakil-wakilnya tergabung dalam kelompok masyarakat penyungsung yang

disebut Mangun Kertha Mandala.

78

78

Page 100: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

79

Selain disungsung oleh desa-desa sdat tersebut, Pura Taman Ayun juga

disungsung oleh kelompok masyarakat luar yang berasal dari Desa Kapal,

Jimbaran, Buleleng, Tabanan, Negara, Karangasem, bahkan dari Lombok. Mereka

biasanya melakukan persembahyangan ke Pura Taman Ayun pada saat-saat ada

upacara atau karya agung seperti hari piodalan agung. Piodalan ini jatuh setiap

enam bulan kalender Bali (210 hari) yaitu tepatnya pada hari anggara kasih

(selasa kliwon) wuku medangsia. Mereka datang lengkap dengan sarana upacara

termasuk sesajen atau banten dengan tujuan untuk memohon keselamatan,

kesuburan, kemakmuran serta ketentraman hidup. Upacara tersebut berlangsung

nyejer selama tiga hari.

Peran serta masyarakat terlihat pada persiapan piodalan di Pura Taman

Ayun. Lembaga Mangun Kertha Mandala yang memiliki tugas mengkoordinir

pelaksanaan piodalan. Puri Mengwi dalam melaksanakan piodalan juga dibantu

oleh masyarakat setempat sesuai dengan ideologi patron client. Pengaruh ideologi

ini sangat kuat di masyarakat Bali pada era kerajaan-kerajaan di masa lampau.

Ideologi patron client sendiri menempatkan dua pihak, satu pihak sebagai patron

dan pihak lain sebagai client. Hubungan ini melibatkan persahabatan instrumental

dimana seorang individu dengan status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron)

mempergunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan

dan/atau keuntungan-keuntungan bagi seseorang dengan status yang lebih rendah

(client). Pada gilirannya, client membalasnya dengan menawarkan dukungan

Page 101: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

80

umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada patron.4 Hubungan inilah yang

terjadi antara Puri Mengwi dan masyarakat desa setempat. Masyarakat merasa

terpanggil untuk ikut serta untuk melakukan ngayah pada setiap upacara piodalan

di Pura Taman Ayun. Meskipun terdapat pergeseran mengenai ideologi patron

client pada masa sekarang, namun ikatan antara masyarakat dan Puri masih

terjalin kuat. Hal ini sesuai dengan komentar I Made Suandi yang menyatakan

bahwa :

Masyarakat ikut membantu dalam memasang penjor dan menghias pura.

Mereka ngayah persiapan piodalan yang dilakukan seminggu sebelumnya.

Secara teknis, seluruh bidang pengelola Pura Taman Ayun juga terlibat

dalam persiapan upacara piodalan secara gotong royong (Wawancara,

14/3/2015).

Selain sebagai tempat persembahyangan biasa, Pura Taman Ayun juga

digunakan oleh masyarakat untuk melangsungkan upacara Nyegara Gunung.

Upacara ini merupakan rangkaian dari upacara Ngaben yang bersifat mensucikan

roh leluhur atau tingkat upacara penyucian roh yang terakhir sebelum distanakan

pada bangunan suci keluarga yang disebut Sanggah Kemulan. Penyelenggaraan

upacara ini dimungkinkan karena di Pura Taman Ayun terdapat palinggih-

palinggih untuk Bhatara/Dewa Gunung dan Dewa Segara (Dewa Laut). Pemujaan

juga dilakukan pada palinggih di halaman luar kolam. Palinggih ini dikenal

dengan nama Bedugul Carik Batu Lumbung. Pura Bedugul ini merupakan tempat

pemujaan terhadap Dewi Sri (Dewi Kesuburan). Pemujaan tersebut dimaksudkan

untuk memohon kesuburan atas pertanian warga. Penempatan Palinggih Bedugul

4 http://kritisfrombali.blogspot.com/2011/08/ideologi-patron-klien-cokorda.html diakses pada

tanggal 27 Juni 2015.

Page 102: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

81

sebagai palinggih/pura bagi krama subak disebabkan karena kolam Pura Taman

Ayun juga berfungsi sebagai bendungan yang mengairi sawah-sawah pertanian

masyarakat petani khususnya Subak Batan Badung, Subak Batan Asem, dan

Subak Beringkit.

Pemujaan secara khusus oleh Krama Subak sekecamatan Mengwi juga

dilakukan pada Bhatara Batungaus yang melinggih pada bangunan Palinggih

meru tumpang lima dan ke hadapan Bhatara Pasurungan yang berstana pada

palinggih meru tumpang telu di halaman jeroan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

dari Ida Bagus Mnagku Dunia, selaku pemangku Pura Taman Ayun bahwa:

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Bhatara Batungaus sebagai

roh pengusir hama tikus yang mengancam pertanian warga. Pengusiran

hama ini dilaksanakan dengan melakukan ritual mendak tirtha.

(Wawancara, 21/3/2015).

Lebih lanjut narasumber menambahkan bahwa mendak tirtha adalah

upacara menjemput air suci dengan upacara tertentu ke pura pusat Bhatara

Batungaus dan Bhatara Pasurungan yang terletak di Kabupaten Tabanan.

Pemendakan air suci ini dilakukan oleh para pekaseh, para kelihan subak, dan

krama subak Selain upacara yang berkaitan dengan pengusiran hama tanaman

pertanian, para krama subak sekecamatan Mengwi juga melakukan pemujaan dan

upacara secara khusus untuk memohon limpahan air untuk pertanian kehadapan

Bhatara Ulun Danu Beratan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Bhatara

Ulun Danu Beratan adalah penguasa Danau Beratan sebagai sumber air bagi

pertanian se kecamatan Mengwi. Upacara ini dilakukan pada saat musim kemarau

panjang dengan cara memendak tirtha di Pura Ulun Danu Beratan.

Page 103: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

82

6.1.2 Partisipasi dalam Menjaga Peninggalan Purbakala

Sebelum ditetapkan sebagai warisan budaya dunia, tepatnya pada saat

periode kerajaan, pemeliharaan atau perawatan bangunan Pura Taman Ayun

dilakukan oleh masyarakat secara gotong-royong. Mereka merasa terpanggil

untuk ikut membangun dan memelihara Pura Taman Ayun. Tugas - tugas mereka

telah dibagi sesuai dengan tanggung jawab yang telah disepakati bersama antara

desa adat penyungsung. Salah satu tugas dari desa adat penyungsung itu adalah

untuk mengurus, memelihara termasuk memugar bangunan (palinggih-palinggih)

tertentu di Pura Taman Ayun. Tugas-tugas tersebut tentunya dikoordinir oleh

pihak Puri Mengwi. Prinsip gotong royong masih sangat kental terlihat baik untuk

pelaksanaan kegiatan sebelum maupun setelah piodalan. Masyarakat tetap

berduyun–duyun untuk melakukan kegiatan ngayah (kegiatan yang dilakukan

secara tulus ikhlas tanpa adanya imbalan tertentu). Masyarakat dari masing-

masing desa adat dikumpulkan dan diberikan mandat tugas melalui ketua

pelaksana yang telah ditunjuk oleh Puri.

Dalam perkembangannya setelah fungsi Pura Taman Ayun sebagai daya

tarik wisata dan dikelola secara intensif, maka tanggung jawab dalam

pembangunan (pemugaran) dilimpahkan ke organisasi pengelola, khususnya

menjadi wewenang dan tanggung jawab seksi pembangunan dan pemugaran yang

terdiri dari para tenaga kerja dari desa setempat. Partisipasi pemerintah

(kabupaten, provinsi, maupun pusat) juga semakin terlihat dengan memberikan

bantuan dana, namun pihak Puri dan masyarakat tetap dominan sebagai

pengambil keputusan dan masyarakat sebagai pelaksana. Kini, social value (nilai-

Page 104: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

83

nilai sosial kemayarakatan) yang sejak dulu diterapkan dari zaman kerajaan mulai

memudar seiring dengan perkembangan zaman. Pemeliharaan maupun renovasi

terhadap bangunan pura kini telah didominasi oleh pihak pemerintah. Tenaga

kerja yang dipergunakan juga tidak lagi menerapkan prinsip ngayah.

Pemangku pura pada umumnya memiliki tugas pokok memberikan

pelayanan kepada masyarakat yang melakukan persembahyangan atau

menghaturkan sesajen (banten). Menurut Ida Bagus Mangku Dunia menyatakan

bahwa:

Di Pura Taman Ayun, para pemangku punya tugas lain untuk merawat

jeroan pura dibantu oleh tiga pengayah mangku bergilir. Perawatan

dengan menyapu, membersihkan lumut dan tumbuhan liar yang tumbuh di

bangunan pura (Wawancara, 21/3/2015).

Perawatan tradisional ini sangat bermanfaat untuk menghindari kerusakan

artefak karena faktor alam. Selain tugas pokoknya serta menjaga kebersihan areal

jeroan, para pemangku juga merangkap sebagai pengawas dan penjaga keamanan

halaman jeroan agar wisatawan atau orang yang berkepentingan tidak masuk ke

halaman jeroan. Tindakan ini bermanfaat untuk mencegah kerusakan artefak

karena faktor ulah manusia (wisatawan), dan sekaligus untuk menjaga kelestarian

lingkungan pura (jeroan).

Selain perawatan secara fisik, Pura Taman Ayun juga dilakukan perawatan

secara niskala. Menurut pemangku Ida Bagus Mangku Dunia berkomentar bahwa:

Untuk menetralisir nilai-nilai kesucian pura dari segala pencemaran, yang

mungkin disebabkan oleh pengunjung (wisatawan), maka pihak pengelola

melakukan upacara pembersihan niskala dengan upacara nyepuh

(ngerapuh) dan upacara guru piduka (Wawancara, 21/3/2015).

Page 105: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

84

Lebih lanjut narasumber menjelaskan bahwa upacara ngerapuh bersifat

menetralisir kesucian pura secara simbolis agar kesucian dapat kembali stabil,

sedangkan upacara guru piduka adalah upacara permohonan maaf kehadapan

Bhatara Hyang Guru atau leluhur yang berstana di Pura Taman Ayun. Upacara

ini dilangsungkan bertepatan dengan upacara piodalan yakni dilaksanakan pada

tengah malam. Upacara ini mulai dilakukan sekitar tahun 1990-an hasil konsultasi

dari Cokorda Mengwi dengan para ulama (pedanda dan pemangku) yang ada di

Desa Mengwi.

Masyarakat setempat juga berperan aktif dalam melakukan pengamanan di

lingkungan Pura Taman Ayun. Menurut I Ketut Umbara, prebekel Desa Mengwi

menyatakan bahwa :

Masyarakat Desa mengwi diwajibkan untuk ikut berpartisipasi dalam

menjaga keamanan bersama. Yakni untuk mencegah adanya pencurian

pretima yang sering terjadi di Bali (Wawancara, 13/3/2015).

Selain partisipasi dari masyarakat, pihak pengelola sendiri juga mengerahkan

petugas keamanan yang duduk dalam pengelolaan Pura Taman Ayun. Mereka

adalah para pecalang yang bertugas dua shift siang dan malam. Selain itu,

pengamanan kawasan Pura Taman Ayun sebagai salah satu warisan budaya dunia

tampak pada pos keamanan yang terletak di dekat pintu masuk gerbang bagian

selatan. Disini setiap harinya terdapat satu orang petugas kepolisian yang berjaga.

Page 106: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

85

Gambar 6.1

Pos jaga keamanan di kawasan Pura Taman Ayun (Foto: peneliti, 2015)

6.1.3 Partisipasi Masyarakat dalam Melestarikan Seni Budaya

Pura Taman Ayun yang kini sudah terkenal sebagai daya tarik wisata,

ternyata membuka peluang bagi tumbuhnya kreativitas budaya bagi masyarakat

setempat. Hal ini ditandai oleh munculnya sekaa-sekaa kesenian antara lain

seperti: legong, barong, calonnarang, cak, joged, dan lain-lain. Sekaa-sekaa

kesenian ini pada mulanya hanya memusatkan kegiatannya untuk upacara ritual di

Pura Taman Ayun. Namun berkembangnya pariwisata di daerah ini menyebabkan

kini sekaa-sekaa kesenian itu ikut ambil bagian dalam acara dinner yang sering

diselenggarakan di Pura Taman Ayun.

Gala Dinner merupakan salah satu event pariwisata yang digelar di jaba

tengah Pura Taman Ayun. Penyelenggaraan event ini berdampak positif terhadap

perekonomian masyarakat setempat. Acara yang telah diselenggarakan sejak

tahun 1980 ini bekerja sama dengan travel agent disertai dengan paket sajian

Page 107: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

86

pertunjukkan kesenian bagi para wisatawan. Namun sajian pertunjukkan yang

ditampilkan berbeda dengan sajian seni pertunjukkan di hotel-hotel sebagaimana

biasanya. Berbagai seni pertunjukkan yang memeriahkan acara Gala Dinner

dirancang khusus untuk disajikan dalam konteks pariwisata yang berlatar

bangunan suci pura. Menurut Ida Bagus Anom, bendesa Desa Mengwi

menyatakan bahwa :

Event Gala Dinner melibatkan partisipasi dari masyarakat setempat, yaitu

pembuat dan pembawa gebogan buah dan bunga, sebagai pagar ayu,

pembawa tombak, pembawa umbul-umbul, pembawa obor, maupun

penabuh dan penari yang berasal dari sanggar setempat, yakni Sanggar

Bajra Geni yang diketuai oleh Ida Bagus Putra (Wawancara, 1/3/2015).

Menurut informasi, penyelenggaran Gala Dinner kini mulai jarang

dilaksanakan. Belum diketahui kendalanya, namun hal ini tentunya merupakan hal

yang mengherankan. Status Pura Taman Ayun yang telah ditetapkan sebagai

Warisan Budaya seharusnya mampu lebih mendorong munculnya event ini.

Semakin jarangnya pemesanan event ini terkait dengan kebijakan penataan

kawasan di Pura Taman Ayun. Sebelumnya kendaraan dapat bebas parkir di tepat

di depan lokasi, namun kini harus diparkir di luar gerbang candi kurung. Hal ini

tentu sangat menyulitkan dalam pengangkutan barang-barang untuk keperluan

event seperti gamelan, sound dan sebagainya. Kendati dari pihak pengelola sendiri

yang diwakili oleh bendaharanya menyatakan tidak strict dengan aturan kebijakan

tersebut.

Pihak pengelola siap untuk membantu memfasilitasi dengan untuk

memberikan ijin kendaraan pengangkut alat-alat untuk berhenti tepat di depan

lokasi, untuk memudahkan efisiensi pengangkutan, dengan catatan setelah selesai

Page 108: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

87

kendaraan tetap diparkir ditempat yang telah ditentukan yakni diluar Candi

Kurung. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, kendaraan yang turun tepat

di depan pura merupakan pemandangan biasa, terutama dari travel agent yang

menurunkan wisatawannya, namun tetap memarkirkan kendaraannya di tempat

yang telah ditentukan. Dapat disimpulkan bahwa adanya event Gala Dinner

merupakan hal yang positif, tidak hanya membantu meningkatkan perekonomian

masyarakat setempat, namun juga mampu menstimulus pelestarian budaya lokal

melalui sanggar-sanggar kesenian yang aktif dalam kegiatannya.

Dari ketiga poin partisipasi masyarakat di atas, jika disesuaikan menurut

teori partisipasi oleh Julles Pretty, maka dapat dianalisis bahwa tingkat partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun adalah

dikategorikan dalam dua jenis partisipasi, yaitu partisipasi insentif dan partisipasi

fungsional. Partisipasi insentif terlihat dari masyarakat yang menyumbangkan

tenaga dan jasa untuk mendapatkan imbalan. Hal ini terbukti dari pihak Puri

Mengwi yang menunjuk 22 orang karyawan yang dipercaya untuk didudukkan

dalam struktur pengelolaan dan mereka memperoleh imbalan sesuai dengan

bidang pekerjaannya.

Hal ini juga terlihat dalam penyelenggaraan event Gala Dinner. Di mana

mereka hanya terlibat sebagai tenaga (pembawa gebogan, pagar ayu, penari,

penabuh, dan lain-lain) dan mereka secara professional memperoleh imbalan dari

jasa tersebut. Mereka tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen

yang dilakukan, sehingga masyarakat tidak menguasai teknologinya dan tidak

Page 109: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

88

memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan tersebut setelah insentif

dihentikan.

Partisipasi fungsional dikaitkan dengan status Pura Taman Ayun yang

telah dinobatkan sebagai bagian dari warisan budaya dunia. Setiap program

kegiatan pengelolaan yang dilakukan harus sesuai dengan persetujuan dan prinsip

dasar pengelolaan oleh UNESCO. Contohnya adalah pembatasan terhadap kriteria

renovasi terhadap bangunan, dengan tujuan tanpa menghilangkan autentitas dan

originalitas dari struktur bangunan sebagai warisan budaya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya tekanan terhadap alih

fungsi lahan di sekitar situs. Ini mengindikasikan bahwa situs warisan budaya

dunia telah dimiliki dan diawasi oleh dunia, sehingga merupakan tanggung jawab

dunia dalam hal pelestariannya. Dapat dikatakan bahwa selain masyarakat, pihak

luar juga bertanggung jawab dan mengawasi Pura Taman Ayun sebagai situs

milik masyarakat dunia. Jika dikaitkan dengan jenis partisipasi menurut Julles

Pretty, hal ini sesuai dengan jenis partisipasi fungsional, di mana diawasi oleh

pihak luar guna mencapai tujuan dan masyarakat membentuk kelompok tertentu

untuk membantu, yang dalam hal ini adalah Mangun Kertha Mandala dan subak

yang terdapat di Desa Mengwi.

6.2 Partisipasi Pemerintah dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Pura

Taman Ayun

Dukungan pemerintah terhadap suatu daya tarik wisata adalah sangat

penting. Karena daya tarik wisata khususnya yang menyangkut artifak

Page 110: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

89

peninggalan sejarah memerlukan adanya perawatan yang baik. Hal ini untuk

mencegah adanya kerusakan terhadap bangunan sejarah tersebut. Pura Taman

Ayun adalah salah satunya. Meskipun Pura adalah milik pribadi Puri Mengwi,

namun statusnya yang telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia,

menjadikan partisipasi pemerintah terhadap pelestariannya adalah sangat

signifikan terlihat. Berikut beberapa partisipasi penting pemerintah terhadap

pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun.

6.2.1 Partisipasi Pemerintah dalam Penetapan Kebijakan

Penetapan kebijakan berkaitan dengan penetapan aturan-aturan dalam

suatu kegiatan yang bersifat praktis. Penetapan kebijakan pemerintah Kabupaten

Badung dalam pengelolaan daya tarik wisata dapat terlihat dalam Perda

Kabupaten Badung No. 25 Tahun 2011 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olahraga yang ditanda tangani oleh Bupati Badung, Anak Agung Gede Agung.

Obyek retribusi yang dimaksud adalah tempat rekreasi, pariwisata , dan olahraga

yang disediakan atau dikelola oleh pemerintah. Berdasarkan sistem retribusi,

pengunjung daya tarik wisata Pura Taman Ayun digolongkan menjadi dua, yakni

dewasa (domestik dan mancanegara) dan anak-anak (domestik dan mancanegara).

Hal ini sesuai dengan Pasal 8 Perda No. 25 Tahun 2011 yang menyebutkan :

Tarif retribusi Daya tarik wisata Pura Taman Ayun :

a) Dewasa:

Domestik sebesar Rp. 10.000,- per orang

Manca Negara sebesar Rp. 15.000,- per orang

b) Anak-anak :

Domestik sebesar Rp. 5.000,- per orang

Manca Negara sebesar Rp. 10.000,- per orang

Page 111: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

90

Dalam ketentuan di atas telah disebutkan adanya perbedaan tarif tiket antara

wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik, baik untuk tingkat anak-anak

maupun orang dewasa. Berdasarkan pengamatan di lapangan, perbedaan juga

terlihat pada saat hari-hari libur bahwa wisatawan domestik tidak dikenakan tiket

masuk, sedangkan wisatawan mancanegara tetap dikenakan seperti hari biasa.

Disamping itu, bebas tiket juga diberlakukan terhadap para pemedek yang tangkil

untuk bersembahyang, terutama pada saat upacara piodalan.

Kendati Pura Taman Ayun memiliki keunggulan sebagai daya tarik wisata

yang telah memiliki status penetapan oleh UNESCO yang dapat dijadikan sebagai

media promosi gratis untuk mendatangkan wisatawan. Namun penetapan tersebut

ternyata tidak berpengaruh terhadap nilai jual. Tiket masuk ke daya tarik wisata

Pura Taman Ayun tergolong relatif murah jika dibandingkan dengan daya tarik

wisata sejenis seperti Pura Tanah Lot. Tiket masuk bagi wisatawan mancanegara

(dewasa) ke Pura Tanah Lot adalah sebesar Rp. 30.000,- per orang, sedangkan

Rp. 15.000,- bagi anak-anak. Untuk wisatawan nusantara (dewasa) adalah sebesar

Rp. 15.000,- per orang, sedangkan anak-anak adalah sebesar Rp. 7.500,- per

orang. Terdapat banyak faktor penyebab perbedaan harga tiket antara Pura Taman

Ayun dan Pura Tanah Lot, salah satunya adalah atraksi wisata. Pura Tanah Lot

menawarkan atraksi alam yang lebih menarik daripada Pura Taman Ayun itu

sendiri, seperti panorama sunset, keindahan pantai, adanya pertunjukkan kesenian,

dan lain-lain..

Page 112: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

91

Besarnya tiket masuk ke suatu daya tarik wisata dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Menurut Helinawati, SH selaku Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten

Badung menyatakan bahwa:

Besarnya tarif retribusi ke Pura Taman Ayun ditentukan oleh perwakilan

daerah terkait, yakni DPRD Komisi B Kabupaten Badung melalui rapat

dewan (Wawancara 18/3/2015).

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa retribusi masuk ke objek

wisata tidak hanya ditentukan dari faktor atraksi, fasilitas maupun aksesibilitas

yang tersedia, namun juga ditentukan oleh perwakilan daerah setempat. Lebih

lanjut narasumber menambahkan bahwa mulai tahun 2016, Pemkab Badung

merencanakan kenaikan tiket masuk bagi wisatawan mancanegara dari Rp.

15.000,- menjadi Rp 20.000,- untuk dewasa, sedangkan untuk anak-anak dari

Rp.10.000,- menjadi Rp. 15.000,-.

Seperti telah diketahui bahwa pengelolaan secara manajemen atau

penyelenggaraan kegiatan wisata sehari-hari di Taman Ayun sepenuhnya berada

di tangan pemilik yaitu Puri Mengwi. Namun Pemerintah Kabupaten Badung

membantu dalam hal pengelolaan secara retribusi. Hal ini secara tertulis tertuang

dalam kerjasama pengelolaan antara pihak pemerintah dan Puri Ageng Mengwi

dengan Nomor 404 Tahun 2012 dan Nomor 14/PAM/VII/2012 tentang

Pengelolaan Tempat Rekreasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Kawasan Luar Pura

Taman Ayun, Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Perjanjian

memiliki maksud dan tujuan untuk melakukan kerjasama terkait pengelolaan dan

pembagian hasil retribusi.

Page 113: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

92

Sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian bahwa pembagian hasil

retribusi adalah sebesar 75 persen untuk Puri Mengwi selaku pemilik, sedangkan

25 persen adalah untuk pemerintah. Besarnya pembagian hasil tersebut seperti

tertera dalam pasal 4 poin 2 tentang hak dan kewajiban kedua belah pihak, di

mana Pihak pemerintah selaku pihak pertama dan Puri Ageng Mengwi selaku

pihak kedua yaitu :

Pihak PERTAMA wajib mendistribusikan sebesar 75 persen dana hasil

pungutan retribusi yang disetor ke kas daerah setiap awal bulan berikutnya

kepada PIHAK KEDUA.

Pembagian retribusi seperti tersebut di atas adalah bervariasi sesuai dengan

jumlah kunjungan wisatawan. Sebagai contoh, jumlah setoran penjualan tiket

bruto pada bulan Oktober 2014 yang disetorkan pihak pengelola ke Kas Umum

Daerah adalah sebesar Rp. 430.220.000,-. Selanjutnya hak bagi hasil untuk

pengelola kemudian ditransfer langsung ke rekening Desa Adat/Pengemong Pura

Taman Ayun oleh bagian keuangan Dinas Pariwisata Kabupaten Badung sebesar

75 persen yakni Rp.322.665.000,-, sedangkan sisanya sebesar 25 persen adalah

sebesar Rp. 107.555.000,- adalah bagi hasil untuk pemerintah.

Dari kesepakatan kerjasama pengelolaan antara pemerintah dan pengelola

tersebut juga mengatur kewajiban dari kedua belah pihak. Pemerintah selaku

pihak pertama adalah mengarahkan sistem pungutajn, penyetoran, pengelolaan,

pemanfaatan dan pertanggung jawaban retribusi. Salah satu kewajiban dari pihak

kedua selaku pemilik adalah bertanggung jawab atas pengelolaan secara

keseluruhan termasuk pemeliharaan dan mencegah terjadinya pengrusakan dan

Page 114: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

93

atau pencemaran lingkungan oleh pengunjung dan masyarakat di lokasi daya tarik

wisata kawasan Pura Taman Ayun.

6.2.2 Partisipasi Pemerintah dalam Pembangunan

Seperti diketahui bahwa Pura Taman Ayun selain memiliki arti penting

sebagai warisan budaya, juga merupakan sebagai daya tarik wisata yang ramai

dikunjungi oleh wisatawan. Kini, setelah ditetapkan sebagai warisan budaya

dunia, peran pemerintah semakin signifikan terlihat melalui program-program

yang membantu dalam pembangunan dan pengelolaan Pura Taman Ayun.

Menurut informasi, program tersebut didominasi dari Dinas Cipta Karya

Pemerintah Kabupaten Badung yang pada tahun 2013 melakukan renovasi fisik

terhadap kawasan Pura Taman Ayun yang mencakup penataan halaman, renovasi

toilet, perbaikan tembok pagar, pembangunan dua buah candi kurung di sebelah

barat dan timur, pembangunan dua buah candi bentar, pembangunan pasar

kuliner, perbaikan ayunan jantra, dan pembangunan jalan setapak di kebun

botanical (Sumber: Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, 2014).

Pada tahun anggaran yang sama, Dinas Bina Marga dan Pengairan

Kabupaten Badung juga berperan dalam menormalisasi kolam yang mengelilingi

Pura Taman Ayun. Normalisasi yang dimaksud adalah mengeringkan/menguras

kolam untuk melakukan pembersihan secara maksimal baik dari sampah maupun

lumut dan enceng gondok. Menurut I Made Suandi menyatakan bahwa:

Page 115: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

94

Sebelum melakukan normalisasi, pihak pengelola akan berkoordinasi

sebelumnya dengan para pekaseh dari subak-subak sekitarnya. Karena

kolam Pura Taman Ayun adalah sumber irigasi Subak Batan Badung,

Subak Beringkit dan Subak Batan Asem. Koordinasi ini untuk

menyesuaikan waktu pelaksanaan normalisasi kolam dengan jenis tanam

subak tersebut. Saat normalisasi, tanaman yang ditanam adalah tanaman

lahan kering seperti tanaman palawija yang tidak terlalu banyak

membutuhkan air (Wawancara, 21/3/2015).

Selain itu, program lainnya yang dilaksanakan pada tahun 2013 adalah melakukan

penataan jalan pedestrian di depan kawasan Pura Taman Ayun. Pasca penataan

tersebut, jalan di depan kawasan Pura Taman Ayun terlihat semakin rapi dan

tertata dengan pemavingan dan pembuatan trotoar pada pinggir jalan. Lahan

parkir mobil juga digeser ke bagian luar candi kurung. Hal ini tidak terlihat

memberatkan para pengunjung. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan,

para tour operator cenderung menurunkan tamunya tepat di depan pura, baru

kemudian memarkirkan kendaraannya ke luar candi kurung. Selain itu pada

sepanjang areal depan pura juga dipasang besi pembatas untuk mencegah adanya

parkir kendaraan bermotor di sepanjang jalan tersebut.

Gambar 6.2

Penataan parkir oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan

Kabupaten Badung (Foto: peneliti, 2015)

Page 116: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

95

Disamping program tersebut, pada tahun 2014 Dinas Bina Marga dan

Pengairan juga telah merealisasikan anggaran dalam membantu penataan Pura

Taman Ayun sebagai warisan budaya dunia. Ida Bagus Surya Suamba, ST.,MT

selaku Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung dalam forum

kunjungan UNESCO ke Pura Taman Ayun menyatakan bahwa :

Kawasan kolam Pura Taman Ayun yang berfungsi sebagai waduk akan

dilestarikan secara berkesinambungan. Pada tahun 2013, Pemkab Badung

mulai melakukan upaya pelestarian sistem waduk ini. Program tersebut

yakni melakukan penyenderan kolam di sekeliling Pura Taman Ayun

(Forum Kunjungan UNESCO, 15/1/2015).

Menurut data rekapitulasi dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, program ini

menelan biaya kurang lebih sebesar Rp. 6.817.000.000,- (Enam miliar delapan

ratus tujuh belas juta rupiah). Tujuan dari adanya program penyenderan ini adalah

untuk memelihara kondisi kolam sehingga memiliki daya tampung yang

maksimal untuk mengairi tiga subak ini. Kemudian pada tahun 2015 direncanakan

perbaikan/rehabilitasi di kolam saluran irigasi dari hulu ke hilir dengan total

anggaran sebesar 13 miliar rupiah (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, 2014).

6.2.3 Partisipasi Pemerintah dalam Pelestarian Lingkungan Alam

Peran pemerintah dalam pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun

terlihat sangat sifgnifikan. Disamping membantu dalam pengelolaan retribusi tiket

maupun dalam pemberian bantuan dana dalam pemeliharaan fisik kawasan Pura

Taman Ayun, pemerintah juga aktif dalam mengembangkan lingkungan di

sekitarnya sebagai salah satu atraksi wisata yang potensial. Daya tarik tersebut

Page 117: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

96

adalah berupa pemanfaatan lahan dibelakang Pura Taman Ayun sebagai kebun

botanical.

Langkah ini tentunya selain menjadi atraksi wisata tambahan, tentunya

juga menjadi salah satu usaha dalam melestarikan lingkungan alam yang

berkelanjutan. Bentuk pelestarian ini sebelumnya adalah diawali dengan

pengelolaan lahan kritis yang terletak di sebelah utara, timur, dan barat halaman

jeroan. Lahan yang luasnya 1,5 ha ini diperkirakan dulunya adalah sebuah hutan

yang kritis dan terbelengkai yang hanya ditumbuhi oleh semak belukar. Namun

saat pemerintahan Bupati I Gusti Bagus Alit Putra kemudian menyulap lahan ini

menjadi kebun botanical. Hal ini terwujud melalui kerjasama lintas sektor antara

Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, dan Dinas Cipta Karya Kabupaten

Badung.

Saat ini kebun botanical di Pura Taman Ayun ditumbuhi pohon-pohon

yang memiliki fungsi yang bervariasi. Jenis-jenis tanaman tersebut adalah pohon

hias, pohon kembang, maupun tanaman lokal yang sudah tergolong langka.

Fungsi utama dari tumbuhan ini pada umumnya adalah dipergunakan sebagai

sarana upacara dan obat-obatan. Pohon-pohon tersebut berjumlah ratusan jenis, di

antaranya adalah : pohon asem (Tamarindus Indica), beringin (Picus Benyamina),

belimbing buluh (Averhoa Bilimbi), bunut (Ficus Glabella), cabai bun (Piper

Rectofractum), canging (Erithrina sp), cempaka (Michelia Camphaka), dadap

(Erithrina samburbans), jambu air (Psidum Aquatica), jangan ulam (Syzygium

polyanthum), tibah (Morinda Citrifolia), mahoni (Sweithenia Macrophilla),

mangga (Mangifera Indica), pandan (Pandanus sp), pudak, sandat (Cananga

Page 118: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

97

Adorata), dan masih banyak lagi (Hasil observasi lapangan, 2015). Pada masing-

masing pohon tersebut terdapat papan berisikan keterangan nama ilmiahnya.

Gambar 6.3

Pudak (Pandanus Tectorius), salah satu tanaman

di kebun botanical Pura Taman Ayun. (Foto: peneliti, 2015)

Pemerintah berupaya membantu dalam perawatan kebun botanical ini agar

tetap berjalan secara berkelanjutan. Hal ini terbukti dari adanya program penataan

yang dibiayai dari Anggaran Pemerintah Kabupaten Badung. Dinas Pertanian

Kabupaten Badung telah mengucurkan dana sebesar Rp. 50.047.850,- (lima puluh

juta empat puluh tujuh juta delapan ratus lima puluh rupiah) pada tahun 2013

untuk melakukan revitalisasi terhadap kebun ini (Sumber: Dinas Kebudayaan

Provinsi Bali, 2014). Revitalisasi tersebut mencakup upaya perawatan dan

pemeliharaan, seperti melakukan penggemburan tanah, pemupukan, dan lain-lain.

Pengembangan dan penataan kawasan belakang Pura Taman Ayun sebagai kebun

botanical ini merupakan daya tarik tambahan dari kawasan warisan budaya dunia

ini. Penataan yang terlihat untuk menunjang bagi kenyamanan wisatawan tampak

terlihat dari adanya beberepa gazebo di sudutnya. Selain itu jalan setapak yang

Page 119: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

98

melingkar juga menambah keindahan dalam penataannya dalam rangka untuk

meningkatkan minat dan kunjungan wisatawan.

Gambar 6.4

Penataan kebun botanical sebagai daya tarik wisata

di Pura Taman Ayun. (Foto: peneliti, 2015)

6.2.4 Partisipasi Pemerintah dalam Melakukan Monitoring dan Evaluasi.

Selain menganggarkan untuk program-program kegiatan tersebut di atas,

pemerintah juga berperan sebagai pengawas (controlling) dengan melakukan

kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan di situs warisan budaya

dunia, di mana Pura Taman Ayun sebagai salah satunya. Monitoring dilakukan

dalam rangka mengawasi dan menemukan permasalahan-permasalahan di

lapangan untuk menemukan pemecahannya secara bersama-sama antar

pemerintah, masyarakat maupun pihak pengelola.

Selain itu kegiatan monitoring juga dilakukan untuk mengawasi

pengelolaan Pura Taman Ayun agar sesuai dengan prinsip pengelolaan oleh

UNESCO, yang salah satunya adalah pariwisata berkelanjutan. Isu utama yang

sering ditemui dalam pengelolaan situs warisan budaya dunia adalah adanya

Page 120: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

99

tekanan alih fungsi lahan. Hal ini disebabkan karena masuknya kegiatan

pariwisata yang begitu gencar terhadap kawasan ini yang tentunya berdampak

terhadap tingginya peralihan lahan pertanian menjadi bangunan.

Pada awal tahun 2015, perwakilan UNESCO dengan difasilitasi oleh

Pemerintah Provinsi Bali melakukan monitoring ke lima kawasan warisan budaya

dunia “Lansekap Budaya Provinsi Bali.” Selain memantau situs Pura Taman

Ayun oleh perwakilan UNESCO, juga diselenggarakan acara diskusi yang

dihadiri oleh instansi terkait dari pemerintah daerah Kabupaten Badung,

Pemerintah Provinsi Bali, serta menghadirkan para tokoh masyarakat, petani

maupun para pekaseh. Dalam diskusi tersebut dibahas tentang pengelolaan yang

telah berjalan di Pura Taman Ayun sebagai warisan budaya dunia, baik dari segi

fungsi sebagai aktivitas seremonial maupun sebagai daya tarik wisata. Perwakilan

UNESCO mengadakan dialog dengan Nyoman Renda, ketua pekaseh se

Kabupaten Badung. Dalam dialog tersebut pekaseh menjelaskan bagaimana

fungsi Pura Taman Ayun yang sangat sentral terhadap pertanian warga di

sekitarnya. Waduk yang ada di Pura Taman Ayun merupakan sumber irigasi bagi

tiga subak di sekitarnya, yakni Subak Batan Badung, Subak Batan Asem dan

Subak Beringkit.

Page 121: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

100

Gambar 6.5

Forum dalam acara monitoring dan evaluasi

perwakilan UNESCO (Foto: peneliti, 2015)

Dalam acara monitoring dan evaluasi ini, perwakilan UNESCO merasa

terkesan dengan pengelolaan yang telah berjalan di Pura Taman Ayun hingga saat

ini, bagaimana pihak pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten mampu

bekerjasama dengan baik dengan masyarakat lokal. Perwakilan tersebut

menambahkan bahwa adanya isu tentang alih fungsi lahan dapat ditangani dengan

menciptakan pariwisata berkelanjutan demi generasi yang akan datang.

Page 122: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

101

BAB VII

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP PENGELOLAAN

DAYA TARIK WISATA PURA TAMAN AYUN

SEBAGAI BAGIAN DARI WARISAN BUDAYA DUNIA

Persepsi wisatawan dalam penelitian ini dirangkum dari hasil pengolahan

data dari 50 orang responden. Mereka merupakan wisatawan yang dipergunakan

sebagai sampel penelitian selama periode penelitian yakni pada bulan Maret 2015.

Hal yang diteliti adalah persepsi para responden terhadap produk-produk wisata

yang dihubungkan dengan teori komponen daerah tujuan wisata yang

dikategorikan menjadi empat variabel yaitu atraksi, aksesibilitas, fasilitas, dan

organisasi kepariwisataan. Dalam bab ini pembahasan akan dibagi menjadi

beberapa sub bab sebagai berikut:

7.1 Karakteristik Responden

Responden yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 50

orang wisatawan yang mengunjungi Pura Taman Ayun selama durasi penelitian.

Sampel penelitian ditentukan dengan metode accidental sampling. Karakteristik

mereka dipaparkan berdasarkan jenis kelamin, daerah asal, tingkat usia,

pekerjaan, lama tinggal, frekuensi kunjungan, dan lokasi tinggal selama berada di

Bali.

101

Page 123: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

102

7.1.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 orang wisatawan baik

mancanegara maupun wisatawan domestik, diperoleh data bahwa jumlah

wisatawan yang yang berjenis kelamin laki-laki adalah lebih dominan. Mereka

pada umumnya dikoordinir oleh agen perjalanan wisata baik rombongan dari

keluarga maupun dari satu perusahaan tertentu. Perbandingan jumlah wisatawan

sebagai responden yang mengunjungi Pura Taman Ayun dari jenis kelamin dapat

dilihat pada Tabel 7.1.

Tabel 7.1

Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden

(orang)

Presentase

(%)

Laki-laki 29 58

Perempuan 21 42

Jumlah 50 100

(Sumber: Hasil penelitian, 2015)

7.1.2 Daerah Asal

Berdasarkan hasil penelitian terhadap wisatawan yang dipergunakan sebagai

responden diketahui bahwa mereka sebagian besar berasal dari negara-negara di

Benua Asia. Hal ini menandakan bahwa wisatawan dari Asia tertarik terhadap

pariwisata budaya. Terlebih daya tarik wisata Pura Taman Ayun juga satu rute

menuju daya tarik wisata Pura Tanah Lot yang juga merupakan pariwisata budaya.

Selain itu, Hari Raya Nyepi merupakan salah satu tujuan dari kedatangan mereka ke

Bali pada bulan Maret. Mereka pada umumnya ingin menikmati liburan di Bali dalam

Page 124: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

103

suasana hari raya Nyepi sebagai salah satu paket wisata. Adapun perbandingan daerah

asal wisatawan dapat dilihat pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal

Daerah Asal Jumlah Responden

(orang)

Presentase

(%)

Malaysia 11 22

Filipina 7 14

Denpasar 6 12

Turki 5 10

Jakarta 4 8

Australia 3 6

Italia 3 6

Thailand 2 4

India 2 4

Inggris 2 4

Nusa dua 1 2

Tabanan 1 2

Bandung 1 2

Solo 1 2

Ketapang 1 2

Jumlah 50 orang 100

(Sumber: Hasil penelitian, 2015)

7.1.3 Tingkat Usia

Wisatawan yang berkunjung ke Pura Taman Ayun sebagian besar adalah

wisatawan berusia dewasa dengan rentang usia di atas 30-44 tahun. Masing-

masing daerah wisata memiliki daya tarik tersendiri dengan pangsa pasar usia

tertentu. Pura Taman Ayun merupakan wisata budaya yang pada umumnya

Page 125: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

104

memang diminati oleh usia dewasa. Lain halnya dengan wisata pendakian

misalnya, di mana wisatawan yang tertarik biasanya adalah kalangan usia remaja.

Perbandingan jumlah wisatawan sebagai responden yang ditinjau dari tingkat usia

dapat dilihat pada Tabel 7.3

Tabel 7.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia

Tingkat Usia

(tahun)

Jumlah Responden

(orang)

Presentase

(%)

30-44 22 44

45-59 14 28

15-29 14 28

60 tahun ke atas 0 0

Jumlah 50 100

(Sumber: Hasil penelitian, 2015)

7.1.4 Pekerjaan

Karakteristik responden yang mengunjungi Pura Taman Ayun berdasarkan

pekerjaan menghasilkan sebagian besar adalah para pengusaha. Menurut para

guide, selain melakukan perjalanan wisata, sebagian dari wisatawan juga

melakukan aktivitas bisnis atau mencari peluang usaha yang dapat dikembangkan

di Bali. Aktivitas ini terkait dengan usaha yang mereka miliki di daerah asalnya.

Disamping itu, sebagian besar wisatawan yang berkunjung adalah rombongan

karyawan yang berasal dari satu perusahaan atau lembaga tertentu. Perbandingan

responden yang mengunjungi Pura Taman Ayun ditinjau dari jenis pekerjaan

dapat dilihat pada Tabel 7.4.

Page 126: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

105

Tabel 7.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Responden

(orang)

Presentase

(%)

Pengusaha 13 26

Karyawan swasta 6 12

Pedagang 6 12

Pelajar/mahasiswa 5 10

Guru/Dosen 4 8

Staf administrasi 3 6

Ibu Rumah Tangga 3 6

PNS 2 4

Paramedis 2 4

Wiraswasta 2 4

Dokter 1 2

Kontraktor 1 2

Manager IT 1 2

Guide 1 2

Jumlah 50 100

(Sumber: Hasil penelitian, 2015)

7.1.5 Sumber informasi

Berdasarkan karakteristik responden dari sumber informasi yang mereka

peroleh terhadap keberadaan Pura Taman Ayun menghasilkan bahwa agen

perjalanan wisata sangat dominan. Mereka biasa mempromosikan paket-paket

perjalanan kepada wisatawan dalam bentuk tour di mana Pura Taman Ayun

merupakan salah satu rute yang dilewati. Rute-rute tersebut mencakup ke Sangeh,

Pura Taman Ayun dan terakhir menikmati sunset di Pura Tanah Lot. Adanya

status Pura Taman Ayun yang telah dinobatkan sebagai bagian dari warisan

Page 127: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

106

budaya dunia merupakan suatu promosi bagi wisatawan. Mereka yang pada

awalnya mungkin lebih mengenal dan tertarik ke Pura Tanah Lot menjadi

semakin antusias untuk mengikuti paket tour yang ditawarkan. Perbandingan

jumlah wisatawan sebagai responden yang mengunjungi Pura Taman Ayun

ditinjau dari sumber informasi keberadaan Pura Taman Ayun dapat dilihat pada

Tabel 7.5

Tabel 7.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Sumber Informasi Jumlah Responden

(orang)

Presentase

(%)

Agen perjalanan wisata 21 42

Internet 19 38

Mulut ke mulut 9 18

Televisi 1 2

Jumlah 50 100

(Sumber: Hasil penelitian, 2015)

7.1.6 Frekuensi Kunjungan

Salah satu indikator penting dalam suatu pengelolaan daya tarik wisata

adalah frekuensi kunjungan wisatawan. Hal ini untuk mengetahui hingga sejauh

mana pengelolaan maupun daya tarik wisata ini benar-benar menarik untuk dapat

dikunjungi kembali baik dari segi pengelolaan maupun keseluruhan atraksi yang

ditemui di suatu daerah tujuan wisata. Dalam penelitian terhadap 50 orang

responden yang berkunjung di Pura Taman Ayun pada periode bulan Maret 2015

dapat diketahui perbandingan frekuensi wisatawan pada Tabel 7.6.

Page 128: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

107

Tabel 7.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan

Frekuensi Kunjungan Jumlah Responden

(orang)

Presentase

(%)

Pertama kali 40 80

Kedua kali 4 8

Ketiga kali 1 2

Lebih dari tiga kali 5 10

Jumlah 50 100

(Sumber: Hasil penelitian, 2015)

7.1.7 Minat untuk Berkunjung Kembali

Wisatawan yang dipergunakan sebagai responden di Pura Taman Ayun

sebagian besar menyatakan keinginannya untuk datang kembali berkunjung.

Mereka memiliki berbagai alasan, sebagian beranggapan bahwa Pura Taman

Ayun memiliki keunikan dan keindahan tersendiri, disamping penobatan oleh

UNESCO. Perbandingan pendapat para wisatawan tersebut dapat dilihat pada

Tabel 7.7.

Tabel 7.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Minat untuk Berkunjung Kembali

Minat untuk

Berkunjung Kembali

Jumlah Responden

(orang)

Presentase

(%)

Ya 28 56

Tidak 22 44

Jumlah 50 100

(Sumber: Hasil penelitian, 2015)

Page 129: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

108

7.1.8 Lama tinggal (Length of Stay)

Jika ditinjau dari frekuensi lama tinggal para wisatawan yang berkunjung

ke Pura Taman Ayun, diketahui bahwa sebagian besar tinggal di Bali selama

kurang dari seminggu. Mereka adalah para wisatawan mancanegara yang

memiliki waktu liburan relatif singkat, karena diluar liburan panjang musim panas

yang berlangsung pada bulan Juli. Wisatawan yang memiliki jumlah tinggal yang

relatif lama disini adalah wisatawan nusantara, khususnya masyarakat Bali sendiri

yang secara kebetulan berkunjung pada periode penelitian ini dilaksanakan.

Adapun perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 7.8.

Tabel 7.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal (Length of Stay)

Lama Tinggal Jumlah Responden

(orang)

Persentase

(%)

Kurang dari 1 minggu 35 70

Lebih dari 1 minggu 15 30

Jumlah 50 100

(Sumber: Hasil penelitian, 2015)

7.1.9 Lokasi Tinggal

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pura Taman Ayun pada

bulan periode penelitian, dari 50 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan

nusantara sebagai responden, diperoleh data responden sebagian besar adalah

tinggal di daerah Kuta. Hal ini tidak mengherankan, karena Kuta sebagai salah

satu central kegiatan pariwisata di Bali. Berbagai atraksi malam juga merupakan

daya tarik utama di lokasi ini. Hal inilah yang menyebabkan para wisatawan

mancanegara lebih memilih daerah yang terletak di bagian selatan Kabupaten

Page 130: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

109

Badung ini sebagai lokasi untuk menginap. Bagi wisatawan nusantara yang

kebetulan melakukan kunjungan ke Pura Taman Ayun pada bulan Maret juga

memiliki lokasi tinggal yang bervariasi. Perbandingan responden yang

mengunjungi Pura Taman Ayun ditinjau dari lokasi tinggal dapat dilihat pada

Tabel 7.9.

Tabel 7.9

Karakteristik Responden Berdasarkan Lokasi Tinggal

Tempat Tinggal Jumlah Responden

(orang)

Presentase

(%)

Kuta 18 36

Seminyak 9 18

Legian 8 16

Nusa Dua 8 16

Denpasar 5 10

Sanur 1 2

Tabanan 1 2

Jumlah 50 100

(Sumber: Hasil penelitian, 2015)

7.2. Persepsi Wisatawan terhadap Atraksi Wisata

Data-data yang diperoleh mengenai persepsi wisatawan terhadap atraksi-

atraksi yang terdapat di Pura Taman Ayun dapat dilihat pada Tabel 7.10

Page 131: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

110

Tabel 7.10

Persepsi Wisatawan terhadap Atraksi Wisata di Pura Taman Ayun

Atraksi-

atraksi

Sangat baik Baik Cukup Buruk Sangat

buruk

Total

Skor

Nilai

Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor

Keunikan

arsitektur

24 120 24 96 2 6 - - - - 222/50

= 4,44

Sangat

Baik

Lansekap

taman

24 120 22 88 4 12 - - - - 220/50

=4,40

Sangat

Baik

Kolam

10 50 35 140 5 15 - - - - 205/50

=4,10

Baik

Fotografi

15 75 31 124 4 12 - - - - 211/50

=4,22

Sangat

Baik

Pameran

lukisan

2 10 35 140 11 33 2 4 - - 187/50

=3,74

Baik

Kebun

botanical

16 80 27 108 7 21 - - - - 209/50

=4,18

Baik

Aktivitas

seremonial

3 15 30 120 12 36 4 8 1 1 180/50

=3,60

Baik

(Sumber: Hasil pengolahan data, 2015)

Hasil penelitian yang dipaparkan di atas diolah menggunakan konversi

Skala Likert. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa indikator Keunikan

Infrastruktur bangunan memperoleh penilaian tertinggi dalam variabel atraksi

wisata di Pura Taman Ayun. Selanjutnya jika diurutkan berdasarkan skor tertinggi

ke terendah adalah indikator lansekap taman, fotografi, kebun botanical, kolam,

pameran lukisan, dan aktivitas seremonial.

Persepsi wisatawan terhadap atraksi wisata di Pura Taman Ayun

menandakan bahwa wisatawan yang berkunjung sangat mengagumi artistik seni

Bali, yang salah satunya adalah fotografi dan infratruktur bangunan. Hal ini terlihat

Page 132: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

111

dari hasil persepsi yang sangat baik terhadap kedua indikator ini. Yang dimaksud

dengan indikator fotografi dalam penelitian ini adalah bagaimana sudut pandang

foto yang dihasilkan di suatu daya tarik wisata dapat menghasilkan suatu sudut

pandang gambar yang bagus baik dilakukan secara profesional maupun untuk

sekedar untuk kenang-kenangan oleh wisatawan sendiri. Namun untuk

pengambilan gambar secara profesional mendapat batasan, misalnya foto untuk

keperluan prewedding adalah tidak diperkenankan. Menurut pihak pengelola, hal

ini merupakan implikasi dari prinsip pengelolaan yang tetap mempertahankan

kesakralan dan kesucian pura.

Persepsi sangat baik juga dihasilkan terhadap seni keunikan arsitektur Bali.

Vicman Batirzal, salah satu responden wisatawan yang berasal dari Filipina

menyatakan pendapatnya terhadap bangunan di Pura Taman Ayun secara

keseluruhan :

This building is unique and reflects natural Balinese architecture. I

imagine a sacred atmosphere if I glare at it. Love to take picture here with

all my family (Wawancara, 21/3/2015).

Menurutnya arsitektur bangunan di Pura Taman Ayun sangat mempesona,

mencerminkan seni arsitektur Bali secara alami. Dia membayangkan suasana Bali

setiap kali memandang arsitektur bangunan tersebut dan ingin mengabadikan

kenangan di Pura Taman Ayun bersama keluarganya berupa foto dengan berlatar

belakang bangunan tersebut.

Lain halnya dengan pendapat dari Ketut Sukadana, pengunjung asal kota

Denpasar ini memberikan persepsi cukup terhadap infrastruktur bangunan di Pura

Taman Ayun. Dia berpendapat bahwa :

Page 133: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

112

Saya udah sering melihat arsitektur Bali, menurut saya terlihat biasa saja,

mungkin bagi wisatawan asing hal ini dianggap menarik karena tidak ada

di negaranya (Wawancara, 22/3/2015).

Dari dua pendapat di atas menunjukkan bagaimana adanya perbedaan asal

responden berpengaruh terhadap persepsi yang terbentuk. Hal ini mempengaruhi

pengalaman yang mereka alami saat sebelum mengungkapkan suatu persepsi.

Bagaimana wisatawan mancanegara cenderung lebih mengagumi infrastruktur

bangunan yang diianggap unik, Sedangkan bagi wisatawan lokal dapat

beranggapan bahwa infratruktur tersebut cenderung biasa saja. Namun secara

umum dari hasil penelitian ini menunjukkan dari keseluruhan wisatawan yang

berkunjung pada saat penelitian dilakukan baik terhadap wisatawan mancanegara

maupun wisatawan domestik bahwa mereka memiliki persepsi sangat baik

terhadap keunikan infratruktur bangunan di Pura Taman Ayun. tersebut.

Selanjutnya pada indikator kebun botanical, Arix Yusika, responden yang

berasal dari Solo berpendapat bahwa :

Taman yang dibelakang sudah baik, namun perlu divariasikan dengan

tanaman bunga-bungaan agar terkesan lebih indah sehingga wisatawan

yang suka berfoto akan lebih banyak obyek yang bisa difoto selain obyek

utama tentunya (Wawancara, 22/3/2015).

Dari pendapat oleh wisatawan di atas, dapat dikatakan bahwa mereka juga

mengharapkan adanya suatu added value dari kebun botanical yang telah ada.

Seperti diketahui dan telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa konsep kebun

botanical di Pura Taman Ayun adalah taman yang ditumbuhi berbagai jenis

tanaman langka maupun tanaman obat yang juga dapat dimanfaatkan sebagai

sarana upakara. Namun mendengar masukan dari wisatawan seperti tersebut di

atas, bukan tidak mungkin bahwa saran tersebut dapat dipertimbangkan oleh

Page 134: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

113

pihak pengelola untuk menambahkan varian bunga-bungaan, mengingat konsep

taman pada umumnya adalah untuk keindahan, dan tanaman bunga adalah salah

satunya. Ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam

rangka meningkatkan tingkat kepuasan wisatawan.

Indikator dengan nilai terendah dalam variabel atraksi di Pura Taman

Ayun adalah aktivitas seremonial. Hal ini sangat ironis mengingat Pura Taman

Ayun merupakan pariwisata budaya, di mana seharusnya aktivitas seremonial

sebagai salah satu atraksi unggulan. Namun skor terendah dari indikator ini

disebabkan karena atraksi ini tidak senantiasa tersedia setiap waktu ketika

wisatawan tersebut berkunjung. Seperti diketahui bahwa aktivitas seremonial

yang sedianya memberikan suatu daya tarik adalah pada saat upacara piodalan

yang jatuhnya pada anggarakasih medangsia.

Upacara yang dilangsungkan nyejer selama tiga hari ini merupakan atraksi

yang cukup menarik bagi wisatawan. Meskipun mereka tidak diperbolehkan untuk

memasuki area jeroan sebagai pemusatan upacara, namun berbagai prosesi dapat

mereka ikuti dari luar tembok penyengker yang hanya memiliki ketinggian kurang

lebih satu meter. Karena faktor daya tarik yang tidak sewaktu waktu dapat

dinikmati inilah yang menjadi alasan mengapa indikator ini memiliki persepsi

yang terendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Ardianti, salah seorang responden

wisatawan asal Denpasar yang menyatakan bahwa:

Aktivitas seremonial di Pura Taman Ayun tentunya tidak tiap hari, namun

perlu ada performace-permormance adat Bali secara khusus untuk

pertunjukkan agar lebih menarik perhatian wisatawan, seperti tari-tarian,

gamelan, dan lain-lain (Wawancara, 29/3/2015).

Page 135: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

114

Pendapat dari Ardianti bisa merupakan hal yang realistis terutama dalam menarik

minat wisatawan. Faktanya paket khusus untuk wisatawan telah dilakukan oleh

pihak pengelola melalui Gala Dinner. Event yang diselenggarakan hanya melalui

pemesanan khusus oleh wisatawan ini biasanya memiliki paket kesenian sesuai

dengan request dari wisatawan yang memesannya. Jenis kesenian yang biasa

dipertunjukkan adalah Calonnarang, Barong, Legong, Tektekan, Cak, dan lain-

lain. Dalam permintaan adanya pertunjukkan kesenian disamping kegiatan

seremonial juga diungkapkan oleh Nilufer Gunhan, salah satu turis mancanegara

asal Turki :

The seremonial presentation are needed for tourists. How the local

activities, habits, or their culture. And that will be great things to know

(Wawancara, 28/3/2015).

Dari pendapat di atas mengindikasikan bahwa wisatawan yang berkunjung

memiliki tipikal atau motivasi yang berbeda beda. Jika dilihat dari komentarnya

Nilufer merupakan wisatawan yang memiliki motivasi budaya. Pura Taman Ayun

merupakan daya tarik wisata budaya, jadi tidak heran bila dikunjungi oleh

wisatawan yang memang benar-benar ingin mengetahui latar belakang budaya.

Indikator aktivitas seremonial merupakan hal penting dalam variabel

atraksi itu sendiri. Faktanya, menurut pihak pengelola telah mengantisipasi

permasalahan ini dengan mewujudkan aktivitas seremonial tajen (sabung ayam)

secara simbolis. Aktivitas ini dulu sering diadakan sebagai bagian dari upacara

piodalan di Pura Taman Ayun. Namun seiring dengan dilarangnya tajen yang

dianggap sebagai bagian dari aktivitas perjudian, maka prosesi ini

disimbolisasikan dalam bentuk replika patung. Replika tersebut berwujud patung

Page 136: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

115

beberapa orang yang berpakaian adat yang sedang memegang ayam dan bersiap-

siap memulai prosesi tersebut. Di samping wujud simbolis tersebut, aktivitas

seremonial kecil sebenarnya telah dilakukan setiap hari oleh para pemangku

dengan menghaturkan canang maupun sesajen keliling areal Pura Taman Ayun.

7.3 Persepsi Wisatawan terhadap Aksesibilitas

Variabel berikutnya menurut teori komponen daerah tujuan wisata, adalah

aksesibilitas. Aksesibilitas yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kemudahan

transportasi untuk menjangkau lokasi. Adapun persepsi para responden terhadap

aksesibilitas Pura Taman Ayun dapat kita lihat pada Tabel 7.11.

Tabel 7.11

Persepsi Wisatawan terhadap Aksesibilitas ke Pura Taman Ayun

Aksesibilitas

Sangat baik Baik Cukup Buruk Sangat

buruk

Total

Skor

Nilai

Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor

Lokasi yang

strategis

13 65 27 108 9 27 1 2 - - 202/50

=4,04

Baik

Rute ke

tempat wisata

lain

5 25 15 60 23 69 6 12 1 1 167/50

=3,34

Cukup

Jarak tempuh

dari bandara

8 40 23 92 16 48 3 9 - - 189/50

=3,78

Baik

Kondisi jalan

menuju lokasi

8 40 32 128 7 21 3 6 - - 195/50

=3,90

Baik

Kondisi jalan

di depan

lokasi

17 85 28 112 5 15 - - - - 212/50

=4,24

Sangat

Baik

Transportasi

menuju lokasi

- - 15 60 28 84 4 8 3 3 155/50

=3,10

Cukup

(Sumber: Hasil pengolahan data, 2015)

Page 137: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

116

Dari hasil pengolahan data yang telah dikonversi melalui Skala Likert

terhadap variabel aksesibilitas, maka dapat diketahui bahwa indikator kondisi

jalan di depan lokasi mendapatkan penilaian tertinggi. Dilanjutkan dengan lokasi

yang strategis, kondisi jalan menuju lokasi, jarak tempuh dari bandara, rute ke

tempat wisata lainnya, dan indikator dengan skor terendah adalah transportasi

menuju lokasi.

Penataan akses jalan di depan Pura Taman Ayun sebagai kawasan

pedestrian merupakan salah satu upaya peningkatan aksesibilitas yang dilakukan

pihak pemerintah pasca ditetapkannya Pura Taman Ayun sebagai bagian dari

warisan budaya dunia. Tidak heran indikator jalan di depan lokasi mendapat

persepsi sangat baik dengan skor tertinggi dari para wisatawan. Hal ini juga sesuai

dengan pengamatan oleh peneliti di lokasi yang menunjukkan bahwa penataan

jalan terlihat sangat jauh lebih baik jika dibandingkan pada periode sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Adnyana Adhi, pengunjung asal Sanur :

Jalan di depan Pura Taman Ayun sudah bagus, dipaving dan para

pedagang telah ditata. Kondisi ini sangat berbeda ketika pertama kali saya

kesini sekitar lima tahun yang lalu (Wawancara, 28/3/2015).

Dari pendapat tersebut responden membandingkan pengalamannya terhadap

kondisi jalan di depan Pura Taman Ayun pada kunjungan pertama dan kunjungan

keduanya. Pada kunjungan pertamanya dia memiliki pengalaman yang kurang

puas terhadap kondisi jalan yang belum dipaving pada saat itu. Selain itu para

pedagang juga masih semrawut dan belum tertata seperti saat ini. Penataan jalan

pedestrian dilakukan oleh Pemda setempat pada tahun 2012 setelah Pura Taman

Page 138: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

117

Ayun dinobatkan oleh UNESCO. Hal ini sesuai dengan hasil persepsi dari para

wisatawan adalah sangat baik untuk indikator kondisi jalan di depan lokasi.

Persepsi wisatawan dengan skor terendah dalam variabel aksesibilitas

adalah transportasi menunju lokasi. Melis Boliku, wisatawan asal Turki

memberikan persepsi yang sangat kurang terhadap indikator ini, yang memiliki

pengalaman yang buruk terhadap transportasi menuju Pura Taman Ayun, dia

berpendapat bahwa :

It is very difficult to find tourism transportation to this location. I found a

cab to take me here, but the air condition is not working (Wawancara,

28/3/2015).

Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Shinta Anggraini, wisatawan asal Jakarta,

yang memiliki persepsi cukup terhadap transportasi menuju Pura Taman Ayun ini

berpendapat :

Rute menuju lokasi harus ditempuh dengan kendaraan pribadi. Diharapkan

ada kendaraan umum / pariwisata menuju lokasi Pura Taman Ayun

(Wawancara, 28/3/2015).

Dari dua pendapat tersebut dan berdasarkan hasil persepsi dari wisatawan

menyatakan cukup dan masih kurang puas terhadap indikator ini. Hal ini

disebabkan karena letak lokasi yang memang agak jauh dari perkotaan terutama

dari kota Denpasar, kemudian yang hanya memungkinkan dilalui oleh kendaraan

pribadi atau wisatawan yang merencanakan perjalanannya dengan agen perjalanan

yang telah menyiapkan kendaraan khusus. Namun bagi sebagian wisatawan yang

merencanakan perjalanannya sendiri, transportasi merupakan salah satu kendala

menuju ke lokasi, terutama bagi para backpacker.

Page 139: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

118

7.3.5 Persepsi Wisatawan terhadap Fasilitas (Amenities)

Variabel selanjutnya menurut teori Komponen Daerah Tujuan Wisata

adalah amenitas/fasilitas. Amenitas yang dimaksudkan adalah fasilitas-fasilitas

yang disediakan di suatu daya tarik wisata, misalnya toilet, parkir, akomodasi dan

lain-lain. Keberadaan akomodasi wisata di kawasan Pura Taman Ayun tidak

terlihat menjamur seperti daya tarik wisata lainnya yang sedang mengalami

perkembangan di Bali. Hal ini disebabkan karena Pura Taman Ayun merupakan

lokasi persinggahan saja. Artinya, wisatawan hanya berkunjung dalam hitungan

jam saja untuk lanjut bertolak ke daya tarik wisata lain dalam satu rute paket

wisata, misalnya Danau Beratan, Bedugul, Pura Tanah Lot dan lain-lain. Hal

inilah sebab utama usaha akomodasi wisata tidak mengalami perkembangan di

kawasan ini.

Fasilitas-fasilitas yang memadai mampu memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap perkembangan suatu usaha daya tarik wisata. Suatu daya tarik

wisata tidak akan mengalami perkembangan apabila tidak dilengkapi dengan

fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan. Data yang berhasil

dikumpulkan dari para responden tentang persepsi mereka terhadap amenitas/

fasilitas yang terdapat di Pura Taman Ayun dapat terlihat pada Tabel 7.12.

Page 140: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

119

Tabel 7.12

Persepsi Wisatawan terhadap Fasilitas di Pura Taman Ayun

Fasilitas

Sangat baik Baik Cukup Buruk Sangat

buruk

Total

Skor

Nilai

Jml

(org)

Skor Jml

(or

g)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor

Wantilan

8 40 42 168 2 6 - - - - 214/50

=4,28

Sangat

Baik

Toilet

11 55 32 128 7 21 - - - - 204/50

=4,08

Baik

Parkir

5 25 30 120 12 36 2 4 1 1 186/50

=3,72

Baik

Kantin

2 10 24 96 20 60 4 8 - - 174/50

=3,48

Baik

Gazebo

6 30 36 144 8 24 - - - - 198/50

=3,96

Baik

Payung

2

10 23 92 21 63 4 8 - - 173/50

=3,46

Baik

(Sumber: Hasil pengolahan data, 2015)

Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa indikator wantilan

mendapatkan skor teringgi yang disusul oleh indikator lainnya, yakni toilet,

gazebo, parkir, kantin, dan skor terendah adalah indikator payung. Wantilan

sebagai salah satu fasilitas di Pura Taman Ayun yang dimanfaatkan oleh

pengunjung untuk beristirahat setelah melalui rute perjalanan. Bangunan ini

memiliki arsitektur khas Bali yang baru-baru ini telah mengalami tahap renovasi

oleh Pemda setempat. Bangunan yang berdekatan dengan fasilitas toilet ini

tampak terlihat lebih anyar pasca direnovasi, terutama pada bagian atapnya.

Namun perbaikan yang dilakukan tanpa menghilangkan konsep arsitektur aslinya.

Di dalam wantilan terdapat diorama dengan konsep patung manusia yang sedang

melaksanakan tajen (penyabungan ayam). Para wisatawan yang berkunjung dapat

Page 141: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

120

mengambil kesempatan ini untuk dapat berfoto di diorama tersebut. Menurut Nita

Awidyasari, salah satu pengunjung sekaligus seorang mahasiswi dari STP Bali

berpendapat bahwa :

Bangunan ini bagus, ada diorama tajen yang cukup menarik. Tapi perlu

ditambahkan penjelasan di diorama tersebut, agar wisatawan dapat

memahaminya (Wawancara, 21/3/2015).

Pendapat Nita merupakan saran yang baik terhadap pihak pengelola daya tarik

wisata Pura Taman Ayun, sebab adanya diorama tersebut akan lebih tepat jika

ditambahkan informasi dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris) agar wisatawan

nusantara maupun mancanegara dapat mengerti dan memahami maksud diorama

tersebut. Persepsi positif dari wisatawan terhadap wantilan ini juga tidak terlepas

dari keaktifan pihak pengelola dalam menjaga kebersihannya. Berdasarkan

pengamatan di lapangan, petugas kebersihan secara rutin melakukan kegiatan

kebersihan di halaman wantilan, termasuk pada bagian candi bentar. Petugas tidak

hanya membersihkan dedaunan pada candi tersebut, namun juga membersihkan

lumut-lumut liar yang tumbuh.

Page 142: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

121

Gambar 7.1

Tampak petugas sedang membersihkan candi bentar

di pintu masuk menuju wantilan (Foto: peneliti, 2015)

Selanjutnya, salah satu fasilitas utama yang menjadi sorotan di suatu daya

tarik wisata adalah toilet. Keadaan toilet berpengaruh terhadap persepsi wisatawan

secara keseluruhan terhadap suatu daya tarik wisata. Di Pura Taman Ayun,

fasilitas ini memperoleh persepsi yang baik dengan perolehan skor tertinggi kedua

setelah indikator wantilan. Salah satu wisatawan yang berasal dari Malaysia

bernama Paul Raymond Kemat memberikan tanggapan positif terhadap fasilitas

ini :

Toiletnya bagus dan wangi. Fasilitasnya lengkap ada sabun, tissue dan

tempat sampah. (Wawancara , 28/3/2015).

Pendapat dari wisatawan tersebut memang tepat, sebab berdasarkan pengamatan

langsung di lapangan, kondisi toilet saat ini di Pura Taman Ayun adalah baik dan

bersih. Selain itu fasilitas toilet juga berstandar internasional, seperti toilet duduk,

urinoir, wastafel dan cermin. Berbagai perlengkapan bagi wisatawan juga

disediakan, seperti sabun, tissue dan tempat sampah di setiap sudutnya.

Page 143: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

122

Kebersihan toilet juga terjaga dengan baik, sebab pengelola menempatkan petugas

khusus di depan toilet, yang berugas untuk menjaga kebersihan dan mengisi

perlengkapan yang habis.

.

Gambar 7.2

Toilet di Pura Taman Ayun yang mendapat persepsi baik

oleh wisatawan (Foto: peneliti, 2015)

Menurut pihak pengelola, setelah ditetapkan sebagai bagian dari warisan

budaya dunia, toilet merupakan salah satu fasilitas yang mendapat prioritas untuk

ditingkatkan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas dalam artian

terdapat penambahan satu toilet di jaba tengah, sedangkan kualitas adalah dari

segi standar alat dan perlengkapan toilet yang lebih ditingkatkan ke taraf

internasional.

Page 144: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

123

Gambar 7.3

Tampak urinoir di dalam toilet Pura Taman Ayun (Foto: peneliti, 2015)

Lebih lanjut, persepsi wisatawan terhadap fasilitas di Pura Taman Ayun

menghasilkan payung sebagai indikator dengan nilai terendah meskipun dengan

persepsi baik. Payung merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh pihak

pengelola dalam rangka meningkatkan kenyamanan bagi para pengunjung.

Wisatawan dapat mempergunakan fasilitas ini secara free untuk berkeliling di

kawasan Pura Taman Ayun yang sangat luas (mencapai 4 hektar). Adanya payung

akan mempermudah wisatawan untuk berkeliling baik di saat cuaca hujan maupun

panas yang menyengat. Fasilitas ini ditempatkan di depan counter ticket meskipun

dengan jumlah yang terbatas. Gregory Robert, wisatawan asal Australia

memberikan persepsi buruk terhadap fasilitas payung dengan alasan:

The condition of umbrella is poor, and my sister don’t get her. It supposed

to be more umbrella were prepared for the visitor (Wawancara,

28/3/2015).

Selanjutnya Ratna Dewi, wisatawan Malaysia yang memberikan persepsi baik

terhadap fasilitas payung berpendapat bahwa :

Page 145: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

124

This umbrella facility were good, it come in handy especially during this

heat summer, we need it very much (Wawancara, 22/3/2015).

Dari pendapat dua orang wisatawan tersebut menunjukkan adanya perbedaan

persepsi dari para responden. Adanya fasilitas payung menambah kenyamanan

dan meningkatkan tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung merupakan hal

yang sangat penting dalam pengembangan pengelolaan daya tarik wisata. Hal ini

senada dengan pendapat dari Ratna Dewi yang merasa puas dan merasa didukung

dengan adanya fasilitas payung untuk berkeliling Pura Taman Ayun, dimana

cuaca sangat panas pada saat dia melakukan kunjungan.

Pendapat dari George yang mengkehendaki adanya perbaikan atau

peningkatan kualitas (kondisi yang baik) maupun kuantitas (jumlah) dari payung

yang ada adalah sangat logis. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan,

jumlah payung yang ada masih terbatas, sehingga para wisatawan sebagian besar

tidak dapat memanfaatkan fasilitas ini. Adanya persepsi ini merupakan masukan

bagi pihak pengelola daya tarik wisata Pura Taman Ayun untuk melakukan

peningkatan dari segi kondisi maupun jumlah dari payung itu sendiri. Sebab

pengalaman wisatawan terhadap fasilitas di salah satu daya tarik wisata sangat

berpengaruh terhadap pencitraan destinasi itu sendiri, terlebih Pura Taman Ayun

yang telah dikenal sebagai bagian dari warisan budaya dunia.

7.3.6 Persepsi Wisatawan terhadap Organisasi Kepariwisataan

Variabel keempat adalah Organisasi Kepariwisataan, yang dalam hal ini

adalah Puri Mengwi selaku pemilik sekaligus pihak pengelola. Pihak Puri

Page 146: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

125

Mengwi memiliki andil yang sangat besar terhadap pengelolaan Pura Taman

Ayun., terutama secara manajemen. Adapun persepsi para responden terhadap

organisasi kepariwisataan/ pengelola terlihat pada Tabel 7.13.

Tabel 7.13

Persepsi Wisatawan terhadap Organisasi Kepariwisataan

di Pura Taman Ayun

Sangat baik Baik Cukup Buruk Sangat

buruk

Total

Skor

Nilai

Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor Jml

(org)

Skor

Promosi

5 25 34 136 9 27 2 4 - - 192/50

=3,84

Baik

Keamanan

5 25 33 132 9 27 2 4 1 1 189/50

=3,78

Baik

Kebersihan

16 80 29 116 2 6 - - - - 202/50

=4,04

Baik

Kesejukan 12 60 32 128 4 12 2 4 - - 204/50

=4,08

Baik

Pelayanan

staf

9 45 33 132 8 24 - - - - 201/50

=4,02

Baik

Informasi

terhadap

wisatawan

6 30 28 112 14 42 2 4 - - 188/50

=3,76

Baik

Harga tiket

10 50 34 136 6 18 - - - - 204/50

=4,08

Baik

(Sumber: Hasil pengolahan data, 2015)

Secara umum, persepsi wisatawan terhadap organisasi pengelola daya

tarik wisata Pura Taman Ayun adalah baik. Harga tiket merupakan salah satu

indikator dengan nilai tertinggi dari wisatawan. Sebagian besar wisatawan,

khususnya wisatawan mancanegara beranggapan bahwa harga tersebut termasuk

layak dan murah jika dikurskan ke mata uang mereka. Harga tiket yang mereka

Page 147: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

126

bayarkan baik melalui guide (wisatawan yang merencanakan perjalanannya

menggunakan travel agent) atau secara langsung (bagi wisatawan yang

merencanakan perjalanannya secara individu) adalah sebanding dengan daya tarik

atau pengalaman yang mereka terima. Hal ini senada dengan tanggapan dari

wisatawan yang memberikan persepsi sangat baik terhadap indikator harga tiket,

Norsaidatina Mohamad Said asal India memberikan komentar positifnya :

The price is good,it is enough for us if we consider of what experience

we’ve get. A beautifull place in a holy surrounding atmosphere

(Wawancara, 21/3/2015).

Selain pendapat di atas, wisatawan lokal juga berpersepsi sangat baik terhadap

harga tiket di Pura Taman Ayun. Mereka senang karena tidak dikenakan tiket

pada hari-hari libur termasuk pada hari minggu. Hal ini sesuai dengan

kesepakatan pengelolaan Puri Mengwi dan pihak pemerintah yang tidak

mengenakan retribusi terhadap wisatawan nusantara khususnya pada hari-hari

libur.

Dari keseluruhan indikator dalam variabel organisasi pengelola,

penyampaian informasi merupakan indikator dengan skor terendah meskipun

dengan persepsi yang rata-rata baik. Terdapat dua jenis media penyampaian

informasi di daya tarik wisata Pura Taman Ayun. Media tersebut adalah

penyampaian secara lisan dan penyampaian secara tertulis. Penyampaian secara

lisan dapat dilakukan oleh staf pengelola terhadap wisatawan, sedangkan secara

tertulis dapat berupa penyampaian informasi terhadap wisatawan melalui papan

informasi yang dipasang di areal Pura Taman Ayun. Salah satu wisatawan

Page 148: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

127

nusantara yang bernama Dwitia asal Jakarta berkomentar tentang indikator

informasi terhadap wisatawan melalui media tertulis :

Ya bagus, ada papan informasi di setiap sudut Pura Taman Ayun, seperti

larangan, tanda exit, peringatan berhati-hati di lantai yang licin. Hal ini

cukup membantu. (Wawancara, 22/3/2015).

Pendapat Dwitia menandakan bahwa penempatan papan informasi adalah sangat

bermanfaat sebagai media penyampaian informasi terhadap wisatawan. Dari

pengamatan penulis di lapangan, terdapat berbagai jenis papan informasi di areal

Pura Taman Ayun. Papan tersebut tidak hanya bersifat membantu dalam

memberikan petunjuk jalan, melainkan juga yang isinya bersifat menyampaikan

aturan yang harus diikuti oleh pengunjung.

Gambar 7.4

Salah satu papan informasi yang bersifat peringatan,

agar mengenakan pakaian yang sopan dan rapi saat memasuki

daya tarik wisata Pura Taman Ayun (Foto: peneliti, 2015)

Namun penyampaian informasi terhadap wisatawan juga dapat dilakukan secara

verbal yang seharusnya dilakukan oleh staf yang bertugas. Namun penyampaian

informasi secara langsung ini jarang dilakukan oleh petugas. Menurut Nawapat

Page 149: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

128

Sapha, salah satu wisatawan asal Thailand, yang memberikan persepsi cukup

terkait penyampaian informasi yang dia terima :

The weather is hot, I don’t know if we can borrow an umbrella for free at

the ticket counter. Nobody tell us. The information should be given by the

staff there (Wawancara, 29/3/2015).

Lemahnya kompetensi bahasa dari sumber daya manusia yang bekerja di Pura

Taman Ayun merupakan kendala klasik sehingga memunculkan pendapat dari

Nawapat Sanpha seperti tersebut di atas. Kelemahan faktor penguasaan bahasa

merupakan masalah mendasar. Bahasa Inggris sebagai bahasa universal ternyata

tidak sepenuhnya dikuasai oleh para petugas loket. Berdasarkan pengamatan di

lapangan, hanya satu dari lima petugas loket yang memiliki kompetensi

penguasaan bahasa yang baik. Hal ini terlihat signifikan jika terjadi rolling jadwal

jaga, staf-staf lainnya tidak memiliki kompetensi tersebut. Inilah yang

mengakibatkan kurangnya terjadi penyampaian informasi secara lisan terhadap

wisatawan.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, pihak pengelola telah berusaha

mengantisipasi permasalahan ini dengan menambah papan-papan informasi dalam

dua bahasa (bahasa inggris dan bahasa Indonesia) termasuk pada loket tiket. Hal

ini selain untuk mengantisipasi kelemahan faktor bahasa, namun juga untuk

tujuan membangun komunikasi yang efektif dan lugas, terutama pada saat

ramainya kunjungan.

Page 150: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

129

Gambar 7.5

Tampak spanduk di loket karcis sebagai media penyampaian

informasi secara tertulis yang efektif (Foto: peneliti, 2015)

Page 151: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

130

BAB VIII

SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab awal dan

berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam Bab pembahasan, maka

dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut.

Pertama, pasca ditetapkan sebagai bagian dari warisan budaya dunia, Puri

Mengwi tetap mempertahankan prinsip pengelolaan yang mengutamakan

kesakralan Pura Taman Ayun yang berfungsi utama sebagai tempat suci. Untuk

memenuhi pelaksanaan dari prinsip ini, maka pengelola melarang wisatawan

untuk memasuki areal jeroan sebagai tempat berlangsungnya upacara keagamaan.

Pemerintah juga melakukan revitalisasi fisik terhadap Pura Taman Ayun pasca

penetapan oleh UNESCO. Revitalisasi tersebut adalah penataan lingkungan

kawasan luar Pura Taman Ayun. Jalan di depan lokasi ditata dan difungsikan

sebagai pedestrian. Para pedagang yang pada awalnya melakukan aktivitasnya

tepat di depan Pura juga mengalami penataan dan direlokasi ke Pasar Tenten.

Lingkungan dalam Pura Taman Ayun juga mengalami perbaikan fasilitas,

diantaranya adalah wantilan dan toilet.

Kedua, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daya Tarik wisata Pura

Taman Ayun jika dikaitkan dengan teori partisipasi menurut Julles Pretty adalah

partispasi insentif dan partisipasi fungsional. Disebut partisipasi fungsional karena

Puri Mengwi menempatkan 22 orang tenaga kerja dalam pengelolaan yang digaji

130

Page 152: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

131

sesuai dengan masa kerja serta kompetensinya. Partisipasi fungsional karena

peran masyarakat dalam pengelolaan diawasi oleh kelompok luar, yang dalam hal

ini adalah UNESCO. Partisipasi masyarakat terlihat dalam kegiatan seremonial,

dalam penjagaan peninggalan purbakala, dalam melestarikan seni budaya.

Partisipasi pemerintah dalam pengelolaan adalah dalam penetapan kebijakan,

dalam pelestarian lingkungan alam, dan dalam melakukan monitoring dan

evaluasi.

Ketiga, persepsi wisatawan terhadap pengelolaan daya tarik wisata Pura

Taman Ayun secara umum menghasilkan penilaian baik. Beberapa indikator

bahkan menghasilkan persepsi sangat baik, yakni : indikator keunikan

infrastruktur bangunan, fotografi, kondisi jalan di depan lokasi, dan wantilan.

Sebaliknya, dua variabel aksesibilitas memperoleh nilai terendah dengan persepsi

cukup yakni indikator rute menuju tempat wisata lainnya dan indikator

transportasi menuju lokasi.

8.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.

Pertama, disarankan terhadap pengelola agar tidak hanya meningkatkan

kualitas pengelolaan secara fisik, namun juga memperhatikan kualitas

manajemen. Manajemen yang telah berjalan cenderung masih bersifat tradisional

dengan prinsip kegotong-royongan. Perlu dikembangkan suatu manajemen

modern dengan sumber daya manusia yang lebih berkualitas/berkompeten dalam

masing-masing penempatannya, misalnya tenaga kerja yang minimal memiliki

Page 153: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

132

kompetensi berbahasa asing yang baik yang ditempatkan di bagian yang

bersentuhan langsung dengan wisatawan, seperti di bagian locket counter.

Kedua, pemerintah hendaknya menambah kuantitas maupun kualitas

transportasi pariwisata menuju lokasi. Hal ini sangat diperlukan bagi wisatawan

yang merencanakan perjalanannya bukan melalui travel atau secara individual.

Hal ini sesuai dengan persepsi wisatawan terhadap indikator transportasi yang

menghasilkan persepsi cukup dengan skor lebih rendah dibandingkan dengan

indikator lainnya.

Ketiga, agar pihak pengelola lebih sering mengadakan pagelaran di Pura

Taman Ayun, seperti tari-tarian dan lain-lain. Hal ini sebenarnya telah terlaksana

melalui konsep event Gala Dinner yang diselenggarakan di areal jaba tengah Pura

Taman Ayun. Namun event tersebut kini jarang diselenggarakan. Pada

kesempatan ini disarankan terhadap pengelola agar event ini lebih sering

diselenggarakan karena selain mendorong pelestarian kesenian tradisonal desa

setempat, juga dapat memberdayakan perekonomian masyarakat setempat dengan

ikut terlibat dalam pengelolaan. Upaya yang dapat dilakukan pihak pengelola

diantaranya adalah dengan lebih meningkatkan promosi baik melalui media

internet maupun melalui brosur dengan bekerjasama dengan travel agent.

Keempat, disarankan kepada seluruh stakeholder yang terkait terhadap

pengelolaan Pura Taman Ayun baik Puri Mengwi, masyarakat, maupun

pemerintah (kabupaten, provinsi maupun pusat) untuk turut serta menjaga

kelestarian situs ini. Terlebih pasca penetapan tersebut akan menimbulkan

tantangan-tantangan baru terutama dalam menjaga pelestariannya, baik dalam

Page 154: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

133

fungsinya secara religius maupun sebagai daya tarik wisata. Sebab penobatan oleh

UNESCO tidak bersifat kekal, suatu saat dapat dicabut kembali jika tidak sesuai

dengan prinsip pengelolaan pariwisata berkelanjutan, yang merupakan konsep

pariwisata yang tidak hanya mementingkan generasi sekarang, namun juga untuk

keberlanjutan generasi yang akan datang.

Page 155: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

134

DAFTAR PUSTAKA

Ardika, I Wayan. 2007. Pusaka Budaya & Pariwisata. Denpasar: Pustaka

Larasan.

Baiquni. 2009. Belajar dari Pasang Surut Peradaban Borobudur dan Konsep

Pengembangan Pariwisata Borobudur. Jurnal Forum Geografi. Vol. 23

No. 1: 25-40.

Chheang, Vannarith. 2011. Angkor Heritage Tourism and Tourist Perceptions.

International Multidicilinary Journal of Tourism. Volume 6, No. 2: 213-

240.

Dalem, Anak Agung Gede Raka. (et al). 2001. Taman Ayun Temple &

Surrounding Destination in Bali. Bali Government Cultural Office.

Dinas Pariwisata Kabupaten Badung. 2013. Profil Dinas Pariwisata Kabupaten

Badung.

Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. 2013. Cultural Landscape of Bali World

Heritage Site.

Floretta, Irina. 2012. “Makna Pengajuan Jatiluwih (Bali Cultural Landscape) di

Kabupaten Tabanan Bali sebagai World Heritage UNESCO” (tesis).

Denpasar: Universitas Udayana.

Geriya, I Wayan. 2012. Konservasi Pusaka Budaya Kabupaten Badung.

Denpasar: DEVA Communications.

Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:

Bumi Aksara.

Harini, Sri. Dan Kusumawati, Ririen. 2007. Metode Statistika. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Holloway, J.Christopher. 1998. The Business of Tourism. London: Pearson

Education.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2010. Cultural

Landscape of Bali Province.

Page 156: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

135

Madiasworo Taufan, Tjahjono Gunawan, Tjahjati Budhy, Budhisantoso Subur.

2014. Sustainable Heritage Area Management Model Study on

Enviromental Wisdom in Taman Ayun area, Badung Regency, Bali

Province. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. ISSN: 1991-

8178 pp. 219-225.

Mikkelsen, Britha. 2001. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya

Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosda

Karya.

Mowforth and Munt. 2000. Managing Sustainable Tourism Development: ESCAP

Tourism Review No. 22. New York: UN.

Neumann, W.L.2003. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative

Approaches. Boston: Allyn and Bacon.

Paturusi, Syamsul Alam.2008. Perencanaan Kawasan Pariwisata. Denpasar:

Press Universitas Udayana.

Pemerintah Daerah Kabupaten Badung. 2005. Peraturan Bupati Badung Nomor 7

tahun 2005 tentang Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Badung.

Pemerintah Provinsi Bali. 2010. CULTURAL LANDSCAPE OF BALI PROVINCE: The

Subak System as a Manifestation of Tri Hita Karana Filosofi.

Pemerintah Provinsi Bali. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 tahun

2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali.

Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa.

Pitana, I Gde. 2002. Apresiasi Kritis terhadap Kepariwisataan Bali. Denpasar:PT

The Works.

Pitana, I Gde. 2002. Pariwisata, Wahana Pelestarian Kebudayaan dan Dinamika

Masyarakat Bali. Orasi Ilmiah Dalam Pengukuhan Guru Besar Unud.

Denpasar: Universitas Udayana.

Pratnyawati, Tjok Sri Bulan. 2013. “Pengelolaan Daya Tarik Wisata Goa Gajah

dalam Perspektif Tri Hita Karana” (tesis). Denpasar: Universitas

Udayana.

Page 157: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

136

Putra, Agus Muriawan. 2009. “Pengembangan Daya Tarik Wisata Jatiluwih

berbasis Tri Hita Karana di Kabupaten Tabanan” (tesis). Denpasar:

Universitas Udayana.

Rangkuti, Freddy. 2003. Measuring Customer Satisfaction: Gaining Customer

Relationship Strategy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Riduan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Robbins, Stephen P. dan Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi 12.

Jakarta: Salemba Empat.

Scheyvens, Regina. 2002. Tourism for Development (Empowering Communities).

England: Pearson Education Asia Pte Ltd.

Setyadin, Bambang. 2005. Reduksi Data melalui Analisis Faktor Eksploratori.

Malang: Pusat Penelitian Universitas Negeri Malang.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta.

Sujana, I Made. 2009. “Persepsi Wisatawan dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Daya Tarik Wisata Tanah Lot

Tabanan Bali” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.

Sunaryo, Bambang.2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata: Konsep

dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.

Suradnya, I Made. 2002. Analisis Persepsi Wisatawan Eropa, Australia/ New

Zealand dan Jepang serta Implikasinya terhadap Strategi Pemasarannya.

Jurnal Kepariwisataan. Vol. I/ No. I. Bali: STP Nusa Dua Bali.

Suwena, I Ketut. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar: Udayana

Press.

Timothy, Dallen. 2011. Cultural Heritage Tourism: An Introduction. UK:

Channel View Publications.

Walgito, 1991. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: ANDI Offset.

Widjaja, Bernard T. 2009. Lifestyle Marketing, SERVLIST: Paradigma Baru

Pemasaran Bisnis Jasa dan Lifestyle. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Page 158: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

137

Windia, I Wayan, Wiguna, dan Alit Artha I Wayan. 2013. Subak Warisan Budaya

Dunia. Denpasar: Universitas Udayana.

Wyasa Putra, Ida Bagus. 2001. Hukum Bisnis Pariwisata. Bandung: PT. Reflika

Aditama.

World Heritage Unit. 1985. Australia’s World Heritage. Canberra: Department of

Environment, Sports and Territories.

Yoeti, Oka. A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Website :

http://www.disparda.baliprov.go.id/id/Statistik2 diakses tanggal 22 Nopember

2014.

https://mirabiela.wordpress.com/2008/10/23/kawasan-lingkungan diakses tanggal

25 Januari 2015.

http://www.slideshare.net/dkarhita/konsep-perlindungan-kawasan-budaya diakses

tanggal 25 Januari 2015.

Page 159: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

138

LAMPIRAN 1 : PEDOMAN WAWANCARA

Kelompok A : Pihak Pengelola

(Daftar Pertanyaan yang digunakan untuk menjawab permasalahan pengelolaan

daya tarik wisata Pura Taman Ayun sebagai bagian dari warisan budaya dunia)

1. Bagaimanakah sejarah berdirinya Pura Taman Ayun?

2. Bagaimanakah struktur badan pengelola daya tarik wisata Pura Taman

Ayun sebagai bagian dari warisan budaya dunia ?

3. Apakah tugas pokok dan fungsi dari masing-masing seksi tersebut ?

4. Berapakah jumlah tenaga operasional yang terlibat ?

5. Apakah ada tenaga kerja dari masyarakat lokal yang bekerja disini ?

6. Selain sebagai tenaga kerja, sejauh mana peran serta masyarakat dalam

pengelolaan ?

7. Apa sajakah program pengelolaan yang telah berjalan selama ini ?

8. Bagaimanakah peningkatan pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman

Ayun setelah ditetapkan sebagai bagian dari warisan budaya dunia ?

9. Apakah kendala yang dihadapi dalam usaha pengelolaan saat ini ?

10. Apa sajakah fasilitas yang disediakan bagi wisatawan ?

11. Apakah ada larangan atau aturan tertentu bagi wisatawan yang

berkunjung?

Kelompok B : Tokoh Masyarakat

(Daftar pertanyaan yang digunakan untuk menjawab partisipasi masyarakat

terhadap pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun).

1. Bagaimanakah wujud partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daya tarik

wisata Pura Taman Ayun ?

2. Aapakah jenis kegiatan seremonial yang dilaksanakan ?

3. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam kegiatan seremonial tersebut?

4. Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam pengelolaan daya tarik wisata

Pura Taman Ayun ?

Page 160: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

139

Kelompok C : Pemerintah

(Daftar pertanyaan yang digunakan untuk menjawab partisipasi pemerintah

terhadap pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun)

1. Bagaimanakah peran pemerintah kabupaten dalam pengelolaan daya

tarik wisata Pura Taman sebagai bagian dari warisan budaya dunia ?

2. Program-program apa yang diluncurkan oleh pemerintah setelah Pura

Taman Ayun ditetapkan sebagai bagian dari warisan budaya dunia ?

3. Upaya apa yang dilakukan pemerintah dalam hal pelestarian pura

sebagai daya tarik wisata warisan budaya dunia ?

4. Apakah rencana program pengelolaan untuk masa yang akan datang ?

Page 161: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

140

LAMPIRAN 2 : KUESIONER

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

==========================================================

Pengunjung Yang Terhormat,

Selamat datang di Pura Taman Ayun, dan terima kasih atas kunjungan anda.

Kuisioner penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pandangan para pengunjung

terhadap daya tarik wisata Pura Taman Ayun. Kami mohon kesediaan anda untuk

meluangkan waktu dalam mengisi kuisioner ini. Jawaban anda sangat dihargai

serta bermanfaat sebagai tolok ukur dan masukan terhadap pengelolaan ke

depannya. Semoga kunjungan anda yang berikutnya lebih menyenangkan.

Hormat saya,

I Nyoman Widiarta

KUESIONER

Silahkan isi tanda (V) pada salah satu kotak

Identitas Responden

1. Nama : …………………………………………..

2. Daerah asal : …………………………………….

3. Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

4. Umur

15 – 29 tahun 30 – 44 tahun

45 – 59 tahun > 60 tahun

5. Pekerjaan

Pengusaha Dokter

Guru/ Dosen Sopir

Pengacara Pelajar / Mahasiswa

Seniman Lainnya……………....(jelaskan)

Page 162: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

141

6. Darimanakah sumber informasi tentang keberadaan Pura Taman Ayun?

Mulut ke mulut Internet

Surat kabar Agen perjalanan (travel)

Televisi Lainnya………...............(sebutkan)

7. Berapa kali anda pernah mengunjungi Pura Taman Ayun sebelumnya?

Pertama kali Tiga kali

Dua kali Lebih dari tiga kali

8. Apakah anda akan berkunjung kembali ke Pura Taman Ayun ?

Ya Tidak

9. Selain mengunjungi Pura Taman Ayun, apakah anda akan mengunjungi daerah

tujuan wisata lainnya dalam satu rute perjalanan sekarang ?

Ya Tidak

Jika, kemanakah tujuan anda selanjutnya ?

Danau Beratan Pura Tanah Lot

Bedugul Lainnya……....................(sebutkan)

10. Berapa lama anda tinggal di Bali ?

Kurang dari 1 minggu

Lebih dari 1 minggu

Lainnya………………….. (sebutkan)

11. Di mana anda tinggal selama berada di Bali ?

Kuta Sanur

Legian Nusa Dua

Seminyak Ubud

Canggu Lainnya, ………………(sebutkan)

12. Silahkan centang (V) pada salah satu kotak dibawah ini terkait tentang

persepsi anda tentang Daya Tarik Wisata Pura Taman Ayun.

Page 163: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

142

a. Atraksi-atraksi

Sangat

Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang

Keunikan arsitektur

Lansekap taman

Kolam

Fotografi

Pameran lukisan

Kebun botanical

Aktivitas Seremonial

b. Aksesibilitas

Sangat

Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang

Lokasi yang strategis

Rute ke tempat wisata

lain

Jarak tempuh dari

bandara

Kondisi jalan menuju

lokasi

Kondisi jalan di depan

lokasi

Transportasi menuju

lokasi

Page 164: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

143

c. Fasilitas

Sangat

Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang

Wantilan

Toilet

Parkir

Kantin

Gazebo

Payung

d. Organisasi Kepariwisataan

Sangat

Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang

Promosi

Keamanan

Kebersihan

Kesejukan

Pelayanan Staf

Informasi untuk

wisatawan

Harga tiket

12. Saran anda terhadap pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun (baik dari

segi pelayanan, fasilitas, dan lain-lain )

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA

Page 165: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

144

POST GRADUATE OF TOURISM STUDIES

UDAYANA UNIVERSITY

DENPASAR – BALI

==========================================================

Dear guests,

Welcome to Taman Ayun Temple, and thank you very much for visiting us.

This is a research questionnaire to analyze Taman Ayun Temple Tourist

Attraction through the guest’s perspective. Comments from our guests help us to

identify and develop our products. Please kindly take a few minutes to fill this

questionnaire and give us your advice. Your answer will be highly appreciated

and very useful as a scale to improve our future management. Hopefully your next

visit will be more enjoyable.

Yours faithfully,

I Nyoman Widiarta.

QUESIONAIRE

Please put a (V) in one of the box.

Responden Identity

1. Name : …………………………………………….

2. Nationality : ……………………………………….

3. Sex

Male Female

4. Age

15 – 29 years old 30 – 44 years old

45 – 59 years old More than 60 years old

5. Occupation

Businessman/woman Doctor

Teacher Driver

Lawyer Student

Artist Others……………..............(specify

6. Where is the information source about the existence of Taman Ayun Temple ?

Words of mouth Internet

Newspaper Travel Agent

Television Others……………………....(Specify)

Page 166: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

145

7. How many times that you have ever been to visit Taman Ayun Temple ?

First time Third times

Second times More than three times

8. Will you come to visit Taman Ayun Temple again in the future ?

Yes, I will No, I won’t

9. Beside visiting Taman Ayun Temple, are you gonna visit another tourism object on

your routes now ?

Yes No

If yes, where it will be?

Beratan Lake Tanah Lot Temple

Bedugul Others………………………(Specify)

10. How long do you stay in Bali ?

Less then 1 week

More than 1 week

Others…………………………………(Specify)

11. Where did you stay during your visit in Bali ?

Kuta Sanur

Legian Nusa Dua

Seminyak Ubud

Canggu Others ……………………(specify)

Page 167: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

146

12. Please put (V) inside one of the box regards your perception about Taman

Ayun Temple tourist attraction below :

a. Attractions

Very

Good

Good Fair Poor Very

Poor

The uniqueness of

architecture

Garden Landscape

Pond

Photography

Paintings exhibition

Botanical Garden

Seremonial activities

b. Accessibilities

Very

Good

Good Fair Poor Very

Poor

Strategic location

Route to other tourist

attractions

Distance from the

airport

The condition of the

road to the location

The condition of the

road infront of location

Transportation to the

location

Page 168: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

147

c. Facilities

Very

Good

Good Fair Poor Very

Poor

Wantilan

Toilet

Parking area

Canteen

Gazebo

Umbrella

d. Tourist Organization / Management

Very

Good

Good Fair Poor Very

Poor

Promotion

Security

Cleanliness

Coolness

Staff Service

Tourist Information

Ticket’s price

12. Please we need your advise related to the management of tourist attraction of

Taman Ayun Temple (regarding services, facilities or others)

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………

THANK YOU FOR YOUR PARTICIPATION

Page 169: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

148

LAMPIRAN 3 : DAFTAR INFORMAN

1. Nama : I Made Suandi

Umur : 60 tahun

Pekerjaan : Koodinator pengelolaan daya tarik wisata

Pura Taman Ayun

2. Nama : I Ketut Sudarma

Umur : 62 tahun

Pekerjaan : Staf administrasi daya tarik wisata Pura Taman Ayun

3. Nama : Ida Bagus Gede Dwi Punia

Umur : 61 tahun

Pekerjaan : Pemangku Pura Taman Ayun

4. Nama : Ida Bagus Anom

Umur : 62 tahun

Pekerjaan : Bendesa Adat Desa Mengwi

5. Nama : I Gusti Ngurah Prana

Umur : 67 tahun

Pekerjaan : Tourism Entrepeneur di Desa Mengwi

6. Nama : I Ketut Umbara

Umur : 45 tahun

Pekerjaan : Prebekel Desa Mengwi

7. Nama : Helinawati, SH

Umur : 51 tahun

Pekerjaan : Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Badung

8. Nama : Men Gara

Umur : 70 tahun

Pekerjaan : Pedagang di Kantin Pura Taman Ayun

Page 170: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

149

LAMPIRAN 4: DAFTAR NAMA RESPONDEN

NO.

NAMA

JENIS KELAMIN

NEGARA/

DAERAH ASAL LAKI-

LAKI

PEREM

PUAN

1. Lukhman Hakim L Malaysia

2. Putri Handayani P Jakarta Barat

3. Hendra Suwito L Jakarta

4. Wiwin P Denpasar

5. Adnyana Adhi L Denpasar

6. Ratna Dewi P Malaysia

7. Melis Boliku P Turki

8. Vicman Batirzal L Filipina

9. Norsaidatina Mohamad Said P Malaysia

10. Paul Ale Raymond Kemat L Malaysia

11. I Ketut Sukadana L Denpasar

12. Zefik Alter L Turki

13. Monica Jeva P Australia

14. Darvan L Inggris

15. Lario L Italia

16. Dexter S. Gascon L Filipina

17. Julmar B. Mendiola L Filipina

18. Elza P Italia

19. Ashwani Kumar L India

20. Devi Sutei P India

21. Hendra Putra L Bandung

22. Kasturi P Malaysia

23. Nilufer Gunhan P Turki

24. Peeranam Namtang P Thailand

25. Alex A. L Filipina

Page 171: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

150

NO.

NAMA

JENIS KELAMIN

NEGARA/

DAERAH ASAL

LAKI-

LAKI

PEREM

PUAN

26. Shandyka L Tabanan

27. Angela George P Malaysia

28. Ryan L Australia

29. Justine Pasang L Malaysia

30, Arix Yusika P Solo

31. Farhan Sateli L Turki

32. Norsaid Mohamad Said L Malaysia

33. Ranul Rebucas L Filipina

34. Davids L Italia

35. Fadna D. L Filipina

36. Gorhan Olmez L Turki

37. Marshal E. Downing L Inggris

38. Mohamad Nor Said L Malaysia

39. Ananda Rajah P Malaysia

40. Gregory Robert L Australia

41. Narciso R. Santiago L Filipina

42. I Gusti Ayu Puspawati P Denpasar

43. Virrisya Dewi A. P Ketapang, Kalbar

44. Ardhianti P Denpasar

45. Shinta Anggraeni P Jakarta

46. Dian P Denpasar

47. Ni Putu Nita Awidyasari P Nusa Dua

48. Nawapat Sanpha P Thailand

49. Dwitia K. Noviani P Jakarta

50. Namrata P India

Page 172: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

151

LAMPIRAN 5: FOTO-FOTO WAWANCARA

Wawancara dengan I Made Suandi, koordinator pengelola

daya tarik wisata Pura Taman Ayun

Wawancara dengan I Ketut Umbara,

Prebekel Desa Mengwi

Page 173: pengelolaan daya tarik wisata pura taman ayun sebagai bagian dari

152

Wawancara dengan Helinawati,

Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Badung

Wawancara dengan Men Gara,

salah satu pedagang di Kantin Pura Taman Ayun