pengelolaan buah durian untuk reklamasi lahan bekastambang di kalimantan selatan

18
1 MAKALAH PENGELOLAAN BUAH DURIAN UNTUK REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG DI KALIMANTAN SELATAN Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Hayati Dosen Pembimbing : ANANG KADARSAH, S.Si, M.Si Oleh : REZKY RAHMAYANTI NIM. J1C111043 PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2012

Upload: kiky-rezky-rahmayanti

Post on 04-Aug-2015

69 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PSDH

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

1

MAKALAH

PENGELOLAAN BUAH DURIAN UNTUK REKLAMASI LAHAN BEKAS

TAMBANG DI KALIMANTAN SELATAN

Disusun guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Hayati

Dosen Pembimbing :

ANANG KADARSAH, S.Si, M.Si

Oleh :

REZKY RAHMAYANTI

NIM. J1C111043

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2012

Page 2: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

2

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala limpahan rahmat dan karunia –Nya kepada penulis sehingga saya dapat

menyelesaikan makalah tentang “Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan

Bekas Tambang Di Kalimantan Selatan”. Makalah ini telah saya susun berdasarkan

buku-buku Pengelolaan Sumber Daya Hayati yang ada di perpustakaan dan juga

melalui internet.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan

tuntutan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk

itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar-besarnya terutama kepada Dosen Pengajar Pengelolaan Sumber Daya Hayati

yang telah membimbing saya dalam memberikan materi dan penjelasan saat kuliah

berlangsung.

Penulis menyadari tiada gading yang tak retak, demikian pula makalah saya ini

yang masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun

demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang

dimiliki untuk dapat menyelesaikan makalah ini dalam jangka waktu yang telah

ditentukan. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka

menerima kritik dan saran guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Banjarbaru, Oktober 2012

Penyusun,

Rezky Rahmayanti

Page 3: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 5

1.4 Metode Penulisan ........................................................................ 5

BAB II ISI ........................................................................................................... 6

2.1 Reklamasi ..................................................................................... 6

2.2 Lahan Bekas Tambang Sebagai Ekosistem Rusak .................. 8

2.3 Reklamasi Lahan Bekas Tambang ............................................ 9

2.4 Pohon Durian Dijadikan Tanaman Untuk Reklamasi

Lahan Bekas Tambang di Kalimantan Selatan ..................... 21

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 17

3.2 Saran .......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

Page 4: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata

kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan

agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Pembangunan

berwawasan lingkungan menjadi suatu kebutuhan penting bagi setiap bangsa

dan negara yang menginginkan kelestarian sumberdaya alam. Oleh sebab itu,

sumberdaya alam perlu dijaga dan dipertahankan untuk kelangsungan hidup

manusia kini, maupun untuk generasi yang akan datang. Manusia merupakan

penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan (ekosistem). Dengan

semakin bertambahnya jumlah populasi manusia, kebutuhan hidupnya pun

meningkat, akibatnya terjadi peningkatan permintaan akan lahan seperti di

sektor pertanian dan pertambangan (Arif, 2007).

Sejalan dengan hal tersebut dan dengan semakin hebatnya kemampuan

teknologi untuk memodifikasi alam, maka manusialah yang merupakan faktor

yang paling penting dan dominan dalam merestorasi ekosistem rusak. Kegiatan

pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan, sehingga

menyebabkan penurunan mutu lingkungan, berupa kerusakan ekosistem yang

selanjutnya mengancam dan membahayakan kelangsungan hidup manusia itu

sendiri. Kegiatan seperti pembukaan hutan, penambangan, pembukaan lahan

pertanian dan pemukiman, bertanggung jawab terhadap kerusakan ekosistem

yang terjadi. Akibat yang ditimbulkan antara lain kondisi fisik, kimia dan

biologis tanah. Reklamasi lahan bekas tambang selain merupakan upaya untuk

memperbaiki kondisi lingkungan pasca tambang, agar menghasilkan

lingkungan ekosistem yang baik dan diupayakan menjadi lebih baik

dibandingkan rona awalnya, dilakukan dengan mempertimbangkan potensi

bahan galian yang masih tertinggal (Arif, 2007).

Menurut Permen ESDM No 18 Tahun 2008, reklamasi adalah kegiatan

yang bertujuan rnemperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu

sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya

Page 5: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

5

guna sesuai peruntukannya. Salah satu tahap reklamasi adalah kegiatan

revegetasi yang dilakukan oleh PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin.

Usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak dilihat melalui

kegiatan penanaman kembali dan pemeliharaan pada lahan bekas

penambangan batubara (Arif, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan reklamasi dan pelaksanaannya ?

1.2.2 Mengapa lahan bekas tambang sebagai ekosistem rusak ?

1.2.3 Bagaimana reklamasi lahan bekas tambang ?

1.2.4 Mengapa pohon durian dijadikan tanaman untuk reklamasi lahan bekas

tambang di Kalimantan Selatan?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan pembuatan makalah tentang pengelolaan buah durian untuk

reklamasi lahan bekas tambang di Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut :

1.1.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan reklamasi dan pelaksanaannya

1.1.2 Mengetahui lahan bekas tambang sebagai ekosistem rusak

1.1.3 Mengetahui reklamasi lahan bekas tambang

1.1.4 Mengetahui pohon durian dapat dijadikan tanaman untuk reklamasi lahan

bekas tambang di Kalimantan Selatan

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini adalah di tulis dengan metode literature

serta studi kepustakaan.

Page 6: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

6

BAB II

ISI

2.1 Reklamasi

Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam

perut bumi. Berdasarkan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967

tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan ditentukan jenis-jenis usaha

pertambangan, yang meliputi:

(1) penyelidikan umum;

(2) eksplorasi;

(3) eksploitasi;

(4) pengolahan dan pemurnian (Inamdar, 2002).

Rehabilitasi lokasi penambangan dilakukan sebagai bagian dari program

pengakhiran tambang yang mengacu pada penataan lingkungan hidup yang

berkelanjutan. Kegiatan pengakhiran tambang emas Kelian di Kalimantan

Timur merupakan yang pertama di Indonesia untuk pengakhiran tambang

sekala besar, sehingga diupayakan dapat menjadi model percontohan di masa

datang. Pola pengakhiran tambang yang dilakukan oleh KEM (Kelian

Equatorial Mining) di Kalimantan Timur merupakan salah satu benchmark di

Indonesia maupun pada tingkat internasional. Pengakhiran tambang yang

dilakukan KEM dijadikan salah satu proyek percontohan program kemitraan

pembangunan atau BPD (Business Partnership for Development) oleh pihak

Bank Dunia (Inamdar, 2002).

Salah satu kegiatan

pengakhiran tambang, yaitu

reklamasi, yang merupakan

upaya penataan kembali daerah

bekas tambang agar bisa

menjadi daerah bermanfaat dan

berdayaguna. Reklamasi tidak

berarti akan mengembalikan Gambar 2.1.1 Tambang Tembaga Batu Hijau

Page 7: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

7

seratus persen sama dengan kondisi rona awal. Sebuah lahan atau gunung yang

dikupas untuk diambil isinya hingga kedalaman ratusan meter bahkan sampai

seribu meter seperti gambar disamping, walaupun sistem gali timbun (back

filling) diterapkan tetap akan meninggalkan lubang besar seperti danau

(Herlina, 2004).

Pada prinsipnya kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh

kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan

produktif melalui rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat diarahkan untuk

mencapai kondisi seperti sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah

disepakati. Kegiatan rehabilitasi dilakukan merupakan kegiatan yang terus

menerus dan berlanjut sepanjang umur pertambangan sampai pasca tambang.

Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam

(landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan

untuk mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk

digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai

menyesuaiakan dengan tataguna lahan pasca tambang. Penentuan tataguna

lahan pasca tambang sangat tergantung pada berbagai faktor antara lain potensi

ekologis lokasi tambang dan keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas

lokasi tambang yang telah direhabilitasi harus dipertahankan agar tetap

terintegrasi dengan ekosistem bentang alam sekitarnya (Herlina, 2004).

Teknik rehabilitasi meliputi regarding, reconturing, dan penaman

kembali permukaan tanah yang tergradasi, penampungan dan pengelolaan

racun dan air asam tambang (AAT) dengan menggunakan penghalang fisik

maupun tumbuhan untuk mencegah erosi atau terbentuknya AAT.

Permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan rencana reklamasi

meliputi :

Pengisian kembali bekas tambang, penebaran tanah pucuk dan penataan

kembali lahan bekas tambang serta penataan lahan bagi pertambangan yang

kegiatannya tidak dilakukan pengisian kembali.

Stabilitas jangka panjang, penampungan tailing, kestabilan lereng dan

permukaan timbunan, pengendalian erosi dan pengelolaan air.

Keamanan tambang terbuka, longsoran, pengelolaan B3 dan bahaya radiasi

Page 8: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

8

Karakteristik fisik kandungan bahan nutrient dan sifat beracun tailing atau

limbah batuan yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan revegetasi.

Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang, potensi terjadinya AAT

dari bukaan tambang yang terlantar, pengelolaan tailing dan timbunan

limbah batuan (sebagai akibat oksidasi sulfida yang terdapat dalam bijih

atau limbah batuan) .

Penanganan potensi timbulnya gas metan dan emisinya dari tambang batu

bara.

Sulfida logam yang masih terkandung pada tailing atau waste merupakan

pengotor yang potensial akan menjadi bahan toksik dan ,penghasil air asam

tambang yang akan mencemari lingkungan, pemanfaatan sulfida logam

tersebut merupakan salah satu alternatif penanganan. Demikian juga

kandungan mineral ekonomi yang lain, diperlukan upaya pemanfaatan.

Penanganan/penyimpanan bahan galian yang masih potensial untuk menjadi

bernilai ekonomi baik dalam kondisi in-situ, berupa tailing atau waste

(Karliansyah, 2001).

2.2 Lahan Bekas Tambang Sebagai Ekosistem Rusak

Kegiatan pertambangan dapat berdampak pada perubahan/rusaknya

ekosistem. Ekosistem yang rusak diartikan sebagai suatu ekosistem yang tidak

dapat lagi menjalankan fungsinya secara optimal, seperti perlindungan tanah,

tata air, pengatur cuaca, dan fungsi-fungsi lainnya dalam mengatur

perlindungan alam. Menurut Jordan intensitas gangguan ekosistem

dikategorikan menjadi tiga, yaitu :

Ringan, apabila struktur dasar suatu ekosistem tidak terganggu, sebagai

contoh jika sebatang pohon besar mati atau kemudian roboh yang

menyebabkan pohon lain rusak, atau penebangan kayu yang dilakukan

secara selektif dan hati-hati.

Menengah, apabila struktur hutannya rusak berat/hancur, namun

produktifitasnya tanahnya tidak menurun, misalnya penebangan hutan

primer untuk ditanami jenis tanaman lain seperti kopi, coklat, palawija dan

lain-lainnya.

Page 9: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

9

Berat, apabila struktur hutan rusak berat/hancur dan produkfitas tanahnya

menurun, contohnya terjadi aliran lava dari gunung berapi, penggunaan

peralatan berat untuk membersihkan hutan, termasuk dalam hal ini akibat

kegiatan pertambangan (Karliansyah, 2001).

2.3 Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Secara umum yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam

merehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang yaitu dampak perubahan dari

kegiatan pertambangan, rekonstruksi tanah, revegetasi, pencegahan air asam

tambang, pengaturan drainase, dan tataguna lahan pasca tambang. Kegiatan

pertambangan dapat mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan. Hal ini

dapat dilihat dengan hilangnya fungsi proteksi terhadap tanah, yang juga

berakibat pada terganggunya fungsi-fungsi lainnya. Di samping itu, juga dapat

mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati terjadinya degradasi pada

daerah aliran sungai, perubahan bentuk lahan, dan terlepasnya logam-logam

berat yang dapat masuk ke lingkungan perairan (Karliansyah, 2001).

2.3.1 Rekonstruksi Tanah

Untuk mencapai tujuan restorasi perlu dilakukan upaya seperti

rekonstruksi lahan dan pengelolaan tanah pucuk. Pada kegiatan ini, lahan yang

masih belum rata harus terlebih dahulu ditata dengan penimbunan kembali

(back filling) dengan memperhatikan jenis dan asal bahan urugan, ketebalan,

dan ada tidaknya sistem aliran air (drainase) yang kemungkinan terganggu.

Pengembalian bahan galian ke asalnya diupayakan mendekati keadaan aslinya.

Gambar 2.2.1 Akibat Lahan Reklamasi Bekas Tambang Timah tidak di

Reklamasikan Kembali

Page 10: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

10

Ketebalan penutupan tanah (sub-soil) berkisar 70-120 cm yang dilanjutkan

dengan redistribusi tanah pucuk. Lereng dari bekas tambang dibuat bentuk

teras, selain untuk menjaga kestabilan lereng, diperuntukan juga bagi

penempatan tanaman revegetasi (Karliansyah, 2001).

2.3.2 Revegetasi

Perbaikan kondisi tanah meliputi perbaikan ruang tubuh, pemberian

tanah pucuk dan bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberian kapur.

Kendala yang dijumpai dalam merestorasi lahan bekas tambang yaitu masalah

fisik, kimia (nutrients dan toxicity), dan biologi. Masalah fisik tanah mencakup

tekstur dan struktur tanah. Masalah kimia tanah berhubungan dengan reaksi

tanah (pH), kekurangan unsur hara, dan mineral toxicity. Untuk mengatasi pH

yang rendah dapat dilakukan dengan cara penambahan kapur. Sedangkan

kendala biologi seperti tidak adanya penutupan vegetasi dan tidak adanya

mikroorganisme potensial dapat diatasi dengan perbaikan kondisi tanah,

pemilihan jenis pohon, dan pemanfaatan mikroriza. Secara ekologi, spesies

tanaman lokal dapat beradaptasi dengan iklim setempat tetapi tidak untuk

kondisi tanah. Untuk itu diperlukan pemilihan spesies yang cocok dengan

kondisi setempat, terutama untuk jenis-jenis yang cepat tumbuh, misalnya

sengon, yang telah terbukti adaptif untuk tambang. Dengan dilakukannya

penanaman sengon minimal dapat mengubah iklim mikro pada lahan bekas

tambang tersebut. Untuk menunjang keberhasilan dalam merestorasi lahan

bekas tambang, maka dilakukan langkah-langkah seperti perbaikan lahan pra-

tanam, pemilihan spesies yang cocok, dan penggunaan pupuk. Untuk

Gambar 2.3.1 Skema Bentuk Teras Kebun dan Guludan

Page 11: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

11

mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lahan bekas

tambang, dapat ditentukan dari persentasi daya tumbuhnya, persentasi

penutupan tajuknya, pertumbuhannya, perkembangan akarnya, penambahan

spesies pada lahan tersebut, peningkatan humus, pengurangan erosi, dan fungsi

sebagai filter alam. Dengan cara tersebut, maka dapat diketahui sejauh mana

tingkatkeberhasilan yang dicapai dalam merestorasi lahan bekas tambang

(Rahmawaty, 2002).

2.3.3 Penanganan Potensi Air Asam Tambang

Pembentukan air asam cenderung intensif terjadi pada daerah

penambangan, hal ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan

mengandung sulfida pada udara bebas. Secara kimia kecepatan pembentukan

asam tergantung pada pH, suhu, kadar oksigen udara dan air, kejenuhan air,

aktifitas kimia Fe3+, dan luas permukaan dari mineral sulfida yang terpapar

pada udara. Sementara kondisi fisika yang mempengaruhi kecepatan

pembentukan asam, yaitu cuaca, permeabilitas dari batuan, pori-pori batuan,

tekanan air pori, dan kondisi hidrologi. Penanganan air asam tambang dapat

dilakukan dengan mencegah pembentukannya dan menetralisir air asam yang

tidak terhindarkan terbentuk (Suprapto, 2006).

Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir sebaran

mineral sulfida sebagai bahan potensial pembentuk air asam dan

menghindarkan agar tidak terpapar pada udara bebas. Sebaran sulfida ditutup

dengan bahan impermeable antara lain lempung, serta dihindari terjadinya

proses pelarutan, baik oleh air permukaan maupun air tanah. Produksi air asam

Gambar 2.3.2 Bekas Tambang Emas di Urug dan di Revegetasi atau

di Hutankan Kembali

Page 12: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

12

sulit untuk dihentikan sama sekali, akan tetapi dapat ditangani untuk mencegah

dampak negatif terhadap lingkungan. Air asam diolah pada instalasi pengolah

untuk menghasilkan keluaran air yang aman untuk dibuang ke dalam badan air.

Penanganan dapat dilakukan juga dengan bahan penetral, umumnya

menggunakan batugamping, yaitu air asam dialirkan melewati bahan penetral

untuk menurunkan tingkat keasaman (Suprapto, 2006).

2.3.4 Pengaturan Drainase

Drainase pada lingkungan pasca tambang dikelola secara seksama untuk

menghindari efek pelarutan sulfida logam dan bencana banjir yang sangat

berbahaya, dapat menyebabkan rusak atau jebolnya bendungan penampung

tailing serta infrastruktur lainnya. Kapasitas drainase harus memperhitungkan

iklim dalam jangka panjang, curah hujan maksimum, serta banjir besar yang

biasa terjadi dalam kurun waktu tertentu baik periode waktu jangka panjang

maupun pendek. Arah aliran yang tidak terhindarkan harus meleweti zona

mengandung sulfida logam, perlu pelapisan pada badan alur drainase

menggunakan bahan impermeabel. Hal ini untuk menghindarkan pelarutan

sulfida logam yang potensial menghasilkan air asam tambang (Suprapto,

2006).

2.3.5 Tataguna Lahan Pasca Tambang

Lahan bekas tambang tidak selalu dekembalikan ke peruntukan semula.

Hal ini tertgantung pada penetapan tata guna lahan wilayah tersebut.

Pekembangan suatu wilayah menghendaki ketersediaan lahan baru yang dapat

dipergunakan untuk pengembangan pemukiman atau kota. Lahan bekas

Gambar 2.3.4 Penanganan Drainase Lahan Bekas Tambang Emas

Page 13: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

13

tambang bauksit sebagai salah satu contoh, telah diperuntukkan bagi

pengembangan kota Tanjungpinang (Suprapto, 2006).

2.4 Pohon Durian Dijadikan Tanaman Untuk Reklamasi Lahan Bekas

Tambang Di Kalimantan Selatan

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta

(Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida

(berkeping dua/dikotil)

Ordo : Malvales

Famili : Bombacaceae

Genus : Durio

Spesies : Durio zibethinus Murr

Tumbuhan berbentuk pohon, berumur panjang (perenial), tinggi 27 - 40

meter. Akar tunggang, batang berkayu, silindris, tegak, kulit pecah-pecah,

permukaan kasar, percabangan simpodial, bercabang banyak, arah mendatar.

Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berseling (alternate), permukaan

atas berwarna hijau tua - bawah cokelat kekuningan, bentuk jorong hingga

lanset, panjang 6,5 - 25 cm, lebar 3 - 5 cm, ujung runcing, pangkal membulat

(rotundatus), tepi rata, pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas

mengkilat (nitidus), permukaan bawah buram (opacus), tidak pernah meluruh,

bagian bawah berlapis bulu halus berwarna cokelat kemerahan. Bunga muncul

Gambar 2.3.5 Reklamasi lahan bekas tambang bauksit untuk

pemukiman dan pengembangan kota,

Gambar 2.4.1 Durio zibethinus Murr

Page 14: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

14

di batang atau cabang yang sudah besar, bertangkai, kelopak berbentuk lonceng

(campanulatus) - berwarna putih hingga cokelat keemasan, berbunga sekitar

bulan Januari. Buah bulat atau lonjong, panjang 15 - 30 cm, kulit dipenuhi

duri-duri tajam, warna coklat keemasan atau kuning, bentuk biji lonjong, 2 - 6

cm - berwarna cokelat, berbuah setelah berumur 5 - 12 tahun. Perbanyaan

Generatif (biji) (Ahira, 2011).

Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga

berasal dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga

menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang

kulitnya berduri tajam. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra,

dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat

adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di

Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo),

duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur) (Ahira, 2011).

Gambar 2.42 Biji, Buah, Batang, Daun, dan Bunga Durio zibethinus Murr

Page 15: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

15

Tanaman durian termasuk famili Bombaceae sebangsa pohon kapuk-

kapukan. Yang lazim disebut durian adalah tumbuhan dari marga (genus)

Durio, Nesia, Lahia, Boschia dan Coelostegia. Ada puluhan durian yang diakui

keunggulannya oleh Menteri Pertanian dan disebarluaskan kepada masyarakat

untuk dikembangkan. Macam varietas durian tersebut adalah: durian sukun

(Jawa Tengah), petruk (Jawa Tengah), sitokong (Betawi), simas (Bogor), sunan

(Jepara), otong (Thailand), kani (Thailand), sidodol (Kalimantan Selatan),

sijapang (Betawi) dan sihijau (Kalimantan Selatan) (Ahira, 2011).

Manfaat durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya,

terdapat manfaat dari bagian lainnya, yaitu:

Tanamannya sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring.

Batangnya untuk bahan bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian

setaraf dengan kayu sengon sebab kayunya cenderung lurus.

Bijinya yang memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai

alternatif pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging

buahnya).

Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus, dengan. cara dijemur

sampai kering dan dibakar sampai hancur (Ahira, 2011).

Di Indonesia, tanaman durian terdapat di seluruh pelosok Jawa dan

Sumatra. Sedangkan di Kalimantan dan Irian Jaya umumnya hanya terdapat di

hutan, di sepanjang aliran sungai. Di dunia, tanaman durian tersebar ke seluruh

Asia Tenggara, dari Sri Langka, India Selatan hingga New Guenea. Khusus di

Asia Tenggara, durian diusahakan dalam bentuk perkebunan yang dipelihara

intensif oleh negara Thailand. Jumlah produksi durian di Filipina adalah 16.700

ton (2.030 ha), di Malaysia 262.000 ton (42.000 ha) dan di Thailand 444.500

ton (84.700 ha) pada tahun 1987-1988. Di Indonesia pada tahun yang sama

menghasilkan 199.361 ton (41.284 ha) dan pada tahun 1990 menghasilkan

275.717 ton (45.372 ha) (Ahira, 2011).

Syarat tumbuh pohon durian yaitu dengan iklim curah hujan untuk

tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/tahun dan minimal 1500-3000

mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau 1-2 bulan

sebelum berbunga lebih baik daripada hujan terus menerus. Intensitas cahaya

Page 16: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

16

matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-80%. Sewaktu masih kecil (baru

ditanam di kebun), tanaman durian tidak tahan terik sinar matahari di musim

kemarau, sehingga bibit harus dilindungi/dinaungi. Tanaman durian cocok

pada suhu rata-rata 20°C-30°C. Pada suhu 15°C durian dapat tumbuh tetapi

pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu mencapai 35°C daun akan terbakar

(Ahira, 2011).

Bibit durian sebaiknya tidak ditanam langsung di lapangan, tetapi

disemaikan terlebih dahulu ditempat persemaian. Biji durian yang sudah

dibersihkan dari daging buah dikering-anginkan sampai kering tidak ada air

yang menempel. Biji dikecambahkan dahulu sebelum ditanam di persemaian

atau langsung ditanam di polibag. Caranya biji dideder di plastik/anyaman

bambu/kotak, dengan media tanah dan pasir perbandingan 1:1 yang diaduk

merata. Ketebalan lapisan tanah sekitar 2 kali besar biji (6-8 cm), kemudian

media tanam tadi disiram tetapi (tidak boleh terlalu basah), suhu media

diupayakan cukup lembab (20°C-23°C). Biji ditanam dengan posisi miring

tertelungkup (bagian calon akar tunggang menempel ke tanah), dan sebagian

masih kelihatan di atas permukaan tanah (3/4 bagian masih harus kelihatan).

Jarak antara biji satu dengan lainnya adalah 2 cm membujur dan 4-5 cm

melintang. Setelah biji dibenamkan, kemudian disemprot dengan larutan

fungisida, kemudian kotak sebelah atas ditutup plastik supaya kelembabannya

stabil. Setelah 2-3 minggu biji akan mengeluarkan akar dengan tudung akar

langsung masuk ke dalam media yang panjangnya ± 3-5 cm. Saat itu tutup

plastik sudah bisa dibuka. Selanjutnya, biji-biji yang sudah besar siap

dibesarkan di persemaian pembesar atau polybag (Novi, 2011).

Pada lahan yang menjadi suatu bekas dari kegiatan pertambangan dengan

cara merevegetasi daerah tersebut dengan suatu tumbuhan seperti

durian merupakan suatu keuntungan dengan memanfaatkan lahan tersebut

prosesperkecambahan dengan perawatan tertentu akan menunjang lebih cepat

pertumbuhan durian. Dengan adanya habitat ini maka dapat menghindari

kelangkaanpada jenis tersebut dan mengembalikan unsure hara dengan cepat

(Novi, 2011).

Page 17: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

17

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Pada pasca tambang, kegiatan yang utama dalam merehabalitisai lahan yaitu

mengupayakan agar menjadi ekosistem yang berfungsi optimal atau menjadi

ekosistem yang lebih baik. Reklamasi lahan dilakukan dengan mengurug

kembali lubang tambang serta melapisinya dengan tanah pucuk, dan

revegetasi lahan serta diikuti dengan pengaturan drainase dan

penanganan/pencegahan air asam tambang.

2. Lahan bekas tambang menjadi ekosistem rusak karena kegiatan

pertambangan dapat berdampak pada perubahan/rusaknya ekosistem.

3. Secara umum yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam

merehabilitasi/reklamasi lahan bekas tambang yaitu dampak perubahan dari

kegiatan pertambangan, rekonstruksi tanah, revegetasi, pencegahan air asam

tambang, pengaturan drainase, dan tataguna lahan pasca tambang.

4. Durio zibethinus memiliki suatu kekuatan yang penting dalam

prosespengembalian unsur hara yang sudah diambil oleh karena

kegiatanpertambangan dan hal ini menjadi signifikan dikarenakan Durio

zibethinus mampu hidup dan menduduki satuan structural dari fungsi

ekologi.

3.2 Saran

Dalam suatu pengelolaan sumber daya hayati yang ada didalam

ekosistem bekas tambang di Kalimantan Selatan hendaknya dengan

memperhatikan fauna dan flora khas daerah itu sendiri agar fungsi dan

potensinya dalam ekosistem dan lingkungan social mampu tercapai

sepenuhnya.

Page 18: Pengelolaan Buah Durian Untuk Reklamasi Lahan Bekastambang Di Kalimantan Selatan

18

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Annie. 2011. Durio zibethinus.

http://www.anneahira.com/manfaat-buah-durian-5612.html

Diakses tanggal 25 Oktober 2012

Arif, I. 2007. Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian Persoalan

Lingkungan Dunia Pertambangan. Universitas Sam Ratulangi: Manado.

Herlina, 2004. Melongok Aktivitas Pertambangan Batu Bara Di Tabalong,

Reklamasi 100 Persen Mustahil. Banjarmasin Post: Banjarmasin.

Inamdar, A. & Makinuddin. 2002. Kelian Mine Closure Steering Committee.

Independent Facilitator’s Report: Jakarta.

Karliansyah, M. R. 2001. Aspek Lingkungan Dalam AMDAL Bidang Pertambangan.

Pusat Pengembangan dan Penerapan AMDAL: Jakarta.

Novi. 2011. Pohon Durian.

http://novi-biologi.blogspot.com/.../batang.html

Diakses tanggal 25 Oktober 2012

Rahmawaty. 2002. Restorasi Lahan Bekas Tambang berdasarkan Kaidah Ekologi.

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara: Medan.

Suprapto, S.J. 2006. Pemanfaatan dan Permasalahan Endapan Mineral Sulfida

pada Kegiatan Pertambangan. Buletin Sumber Daya Geologi. Vol. 1 No. 2.