pengawasan penyelenggaraan waralaba ...repository.fisip-untirta.ac.id/597/1/skripsi yogi...
TRANSCRIPT
PENGAWASAN PENYELENGGARAAN WARALABA
OLEH BADAN PENANAMAN MODAL DAN
PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU
(BPMPPTSP) KABUPATEN PANDEGLANG
(Studi Pada Jenis Waralaba Minimarket Indomart dan Alfamart)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Konsentrasi Kebijakan Publik
Oleh:
Yogi Muhamad Akbar
NIM. 6661093241
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
maka apabila kamu sudah selesai dari suatu urusan,
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,
dan hanya kepada Tuhan-mulah kamu berharap”
(Terjemahan Q.S. Al-Insyirah)
Kebahagiaan besar adalah kumpulan perjuangan yang panjang
"The big happiness is a collection of the long time
struggle." …….. ^_^
“Skripsi ini aku persembahkan
kepada kedua orang tua ku
motivator terbaik yang senantiasa
mendo’akan ku selama ini ….
“Serta kepada Sahabat-Sahabat
seperjuangan yang senantiasa
memberikan semangat dalam
menyelesaikan penelitian ini ….
i
ABSTRAK
Yogi Muhamad Akbar. NIM. 6661093241. Pengawasan Penyelenggaraan
Waralaba Oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang. Program Studi Ilmu
Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Gandung Ismanto, S.Sos.,MM. II
Juliannes Chadith, S.Sos.,M.Si.
Proses penyelenggaraan waralaba minimarket Indomart/Alfamart di Kabupaten
Pandeglang ditangani oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP). Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan
gambaran bagaimana pengawasan penyelenggaraan waralaba yang dilaksanakan
oleh BPMPPTSP di Kabupaten Pandeglang. Dengan metode penelitian yang
digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan teori pengawasan
George R.Terry. Hasil penelitian bahwa pengawasan dalam penyelenggaraan
waralaba minimarket Indomart/Alfamart di Kabupaten Pandeglang belum berjalan
optimal. Karena masih terdapat waralaba minimarket di Kabupaten Pandeglang
yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun
2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba ini disebabkan karena
kurangya komunikasi dan koordinasi yang baik antara BPMPPTSP dan Tim
pelaksana teknis dan kurangnya pengawasan dalam pelaksanaan penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang khususnya pada saat proses perizinan
ditempuh. Oleh karena itu berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian ini maka peneliti memberikan saran atau rekomendasi yang dapat
dijadikan masukan agar pengawasan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang dapat berjalan optimal.
Kata kunci : Pengawasan Penyelenggaraan Waralaba.
\
ii
ABSTRACT
Yogi Muhamad Akbar. NIM.093241. NIM.2015. Script. Control of Franchising
By the Board of Investment and Licensing Services One Door Implementation
of Program Social Rehabilitation of Houses Uninhabitable (BPMPPTSP) in
PandeglangDistrict. Program Study of Public Administration. Faculty of Social
and Political Sciences. University of Sultan Ageng Tirtayasa. 1st Advisor:
Ismanto, MM., and 2nd Advisor: Juliannnes Chadith, M.Si.
The process of implementation the franchise minimarket Indomart / Alfamart in
Pandeglang handled by Control of Franchising By the Board of Investment and
Licensing Services One Door Implementation of Program Social Rehabilitation of
Houses Uninhabitable (BPMPPTSP). The purpose of this study is to get an idea of
how the supervision of the implementation of the franchise by BPMPPTSP in
Pandeglang District. The research is this with method used is a qualitative
method with using of the theory Controlling from George R.Terry. The research
concludes that oversight in the operation of the franchise minimarket Indomart /
Alfamart in Pandeglang District not run optimally. Because there are franchises
minimarket in Pandeglang District which is not in accordance with Regional
Regulation No. 12 Year 2010 on Guidelines for the Implementation of the
Franchise is caused lack of communication and coordination between
BPMPPTSP and team technical implementation and lack of oversight in the
management of the franchise in Pandeglang in particular during the licensing
process adopted. Therefore, based on the conclusions derived from the results of
this study, the researchers provide advice or recommendations that can be used
as input for monitoring the implementation of the franchise in Pandeglang
District can run optimally.
Keywords : Controlling, Franchise, Services, Licensing.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Rabb yang telah
melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam semoga terus tercurah pada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa penerang hingga akhirnya mampu mengubah zaman
yang jahiliyah menjadi zaman yang terang benderang dewasa ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini merupakan tantangan
tersendiri bagi peneliti. Karenanya peneliti mengalami beberapa kekeliruan dan
perlu banyak tenaga, pikiran, waktu dan tentunya kerja keras untuk menuntaskan
penelitian skripsi ini. Akan tetapi dengan tekad dan kesungguhan hati peneliti
mampu menyelesaikan skripsi ini meski di dalamnya masih diperlukan beberapa
perbaikan yang mendalam.
Skripsi yang berjudul “Pengawasan Penyelenggraan Waralaba Oleh Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) di
Kabupaten Pandeglang.” ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
S1 yang nantinya akan di ujikan pada sidan skripsi. Tentu peneliti menyadari
bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan do’a dari berbagai pihak.
Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada Abi & Umi yang
senantiasa mendoakan dan memberikan supportnya yang tiada akhir. Tak lupa
peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada Seluruh Civitas Akademika
Untirta yang terhormat :
ii
1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa beserta jajarannya, semoga saya menjadi Mahasiswa yang akan
mempraktekan tridharma perguruan tinggi.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos.,M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik nasihat bapak akan saya ingat selalu.
3. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos.,M.Si., selaku Wakil Dekan 1 Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Terimakasih atas segala ilmu yang telah
diberikan selama ini. FISIP Broother Hood.
4. Ibu Mia Dwianna, S.Sos.,M.Si., selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
5. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos.,MM., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, sekaligus Dosen Pembimbing 1 skripsi dan juga
sebagai teman diskusi yang tidak henti hentinya memberikan pencerahan,
nasehat, dan sopportnya. Terimakasih Bapak atas semuanya Bapak telah
menjadi inspirasi bagi saya.
6. Ibu Rahma, S.Sos.,M.Si., Sebagai Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara,
beserta jajaran, staf dan dosen Administrasi Negara trimakasih semuanya atas
ilmu dan nasehatnya selama ini.
7. Ibu Ipah Ema, S.Sos.,M.Si., selaku Sekretari Prodi Ilmu Administrasi Negara,
terimakasih atas bimbingannya.
8. Bapak Juliasnnes Chadith, S.Sos.,M.Si., selaku Dosen Pembimbing II skripsi,
terimakasih Bapak atas bimbingannya selama ini semoga skripsi ini
iii
bermanfaat dan tentunya akan menjadi kenang-kenangan yang berharga dari
Bapak untuk saya.
9. Kepada Sahabatku Mirojul Husain, Deni Setiadi, Aditia Andriana, Rizki MC,
Dalikal Rizal, Fahrudin Penggerak Perubahan, Ismatullah, Adi Fajar Nugraha,
Anwar Musyadad Trimakasih atas supportnya selama ini.
10. Kepada Kawan-kawan Seperjuangan Akademisi Bundo Syandi Negara, Aat
Syafaat, Noel Ricky R, Iwan Setiawan, Agus, Syaipul Bahri, Karyadi, Indri
Sutopo, Ikhwan Effendi, Asep Hidayat, Arif, Wahyu Firmansayah, Ajil dan
Ade Adhar, yang telah memberikan semngat.
11. Kepada Teman-teman Kelas G angkatan 2009 yang tidak bisa saya sebutkan
satu-persatu terimaksih semuanya semoga kita tetap menjadi keluarga.
Peneliti menyadari bahwa baik subtansi dan tulisan dalam penelitian ini
masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan ilmu Peneliti. Oleh
karenanya peneliti memohon maaf atas kekurangan didalam skripsi ini dan
peneliti berharap ada kritik dan saran agar kedepan penulis bisa memperbaikinya.
Semoga skripsi ini bermanfaat Amin.
Pandeglang, Juni 2015
Yogi Muhamad Akbar
iv
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORSINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK………………………………………………………………………...i
ABSTRACT………………………………………………………………………ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………......iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah……………………………………………………1
1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah…………………………………………..14
1.3. Rumusan Masalah……………………...…………………………………...14
1.4. Tujuan Penelitian……………………………………………………………14
1.5. Manfaat Penelitian…………………………………………………………..15
1.6. Sistematika Penulisan………………………………………………………..16
v
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1. Deskripsi Teori…………………………………………………………21
2.1.1. Pengertian Pengawasan………………………………………………...21
2.1.2. Sistem Pengawasan…………………………………………………….23
2.1.3. Tujuan Pengawasan…………………………………………………….25
2.1.4. Jenis Pengawasan………………………………………………………28
2.1.5. Proses Pengawasan……………………………………………………..29
2.1.6. Sifat dan Waktu Pengawasan…………………………………………..33
2.1.7. Fungsi Pengawasan……………………………………………………..34
2.1.8. Teknik Pengawasan……………………………………………………..35
2.1.9. Faktor yang Mempengaruhi Pengawasan……………………………….35
2.1.10. Pengertian Waralaba…………………………………………………….36
2.1.11. Penelitian Terdahulu…………………………………………………….37
2.1.12. Kerangka Berfikir……………………………………………………….39
2.1.13. Asumsi Dasar……………………………………………………………41
BAB III HASIL METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian………………………………………………………42
3.2. Instrumen Penelitian. …………………………………………………..43
3.3. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………...44
3.4. Informan Penelitian……………………………………………………..48
3.5. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data………………………………….49
3.6. Informan Penelitian……………………………………………………...54
vi
3.7. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………...54
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian……………………………………………….55
4.2. Profil Kabupaten Pandeglang……………………………………………55
4.3 Gambaran Umum Daerah Kabupaten Pandeglang………………….…..56
4.4. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pandeglang…………..….59
4.5 Rekapitulasi Waralaba Di Kabupaten Pandeglang 2015……….……….62
4.6. Gambaran Umum BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang…………..…….64
4.7. Visi dan Misi ……………………………………………………………65
4.8. Tujuan dan Sasaran………………………………………………………66
4.9. Izin-Izin Yang Di Kelola Oleh BPMPPTSP ……………………………66
4.9.1. Struktur Organisasi……………………………………………………...68
4.9.2. Struktur Organisasi ………………………………………..…………...69
4.9.3. Gambaran Umum Tentang Waralaba …….……………..………….…..72
4.9.4. Deskripsi Data………………………………………………..……..….74
4.9.5 Informan Penelitian ……………………………………………………76
4.9.6 Pembahasan ……………………………………………………………77
4.9.7 Mengukur Hasil Pekerjaan …………………………………………….81
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Kesimpulan……………………………………………………………..124
5.2. Saran…………………………………………………………………….125
vii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Waralaba………………………………………………………7
Tabel 1.2. Pertumbuhan Waralaba……………………………………………….8
Tabel 1.3 Data Informan…………………………………………………………43
Tabel 4.1 Pedoman Wawancara …………………………………………………48
Tabel 4.2 Transkip Triangulasi Data……………………………………………..77
viii
DAFTAR GAMBAR
2.1. Kerangka Berfikir………………………………………………………...38
3.3. Teknik Pengumpulsn Data…………………………………………….…54
3.4. Informan Penelitian………………………………………………………58
4.5. Peta Kabupaten Pandeglang……………………………………………...60
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan dan Rekomendasi Penyusunan Skripsi
Lampiram 2 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 : Catatan Lapangan
Lampiran 4 : Catatan Bimbingan
Lampiran 5 : Pedoman Wawancara
Lampiran 6 : Data Matriks Wawancara
Lampiran 7 : Data Hasil Wawancara
Lampiran 8 : Fhoto Lapangan
Lampiran 9 : Arsip
Lampiran 10:Profil BPMPPTSP
Lampiran 11: Perpres No 12 Tahun 2009
Lampiran 12: Permen Perdagangan No.31 Tahun 2008
Lampiran 13: Perda No 12 Tahun 2010
Lampiran 14: Perbub No 32 Tahun 2014
Lampiran 15: Data Waralaba
Lampiran 16: Data Profil
Lampiran 17: Biodata Peneliti
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil
dan makmur sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Pancasila dan UUD
1945. Maka untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah telah menetapkan
tujuan nasional yang dituangkan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamayan yang abadi dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia, itu semua tentu bisa diwujudkan melalui penyelenggara
negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dan diperkuat dengan
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Republik Indonesia.
Atas dasar tersebut oleh karenanya pemerintah sebagai pelaksana dalam
mewujudkan cita-cita bangsa ini harus memperhatikan kepentingan-kepentingan
umum agar terciptanya masyarakat yang sejahtera, dibentuknya sebuah sistem
hukum yang menjadi dasar dan sarana utama dalam merealisasikan tujuan bangsa
dan negara karena keberadaan negara diharapkan dapat menjadi wadah
terciptanya suatu iklim perekonomian yang adil dan merata. Hal ini dapat tercipta
jika didukung dengan sistem perekonomian nasional yang efektif dan efisien,
kerenanya dengan demikian pelaksanaan pembangunan nasional harus senantiasa
2
memperhatikan keserasian dan keseimbangan dalam berbagai bidang termasuk
pada bidang ekonomi.
Di era globalisasi dewasa ini pertumbuhan perekonomian di Indonesia
semakin meningkat pesat, itu ditandai dengan diberlakukannya pasar bebas
masuknya usaha-usaha asing di Indonesia dengan berbagai sistem bisnis yang
beragam seperti sistem bisnis waralaba yang saat ini berkembang di Indonesia.
Istilah waralaba mulai disebut dalam perundang-undangan di Indonesia sejak di
undangkannya UU Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha kecil, kemudian
pemerintah mengeluarkan PP Nomor 16 Tahun 1997 tentang waralaba, yang
diikuti dengan dikeluarkannya Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan
No.259/MPP/KEP/7/1997, tentang ketentuan dan pelaksanaan pendaftaran usaha
waralaba. Menurut PP Nomor 16 Tahun 2010 waralaba merupakan hak khusus
yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis
dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang atau jasa dan digunakan
oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba dalam peraturan perundang-
undangan tersebut ditegaskan bahwa waralaba merupakan perikatan dimana salah
satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau memanfaatkan hak
kekayaan intelektual dan atau penemuan ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain
tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa.
Dalam rangka untuk membangun usaha waralaba di Indonesia maka
dikeluarkanlah Peraturan Mentri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12/M-
DAG/PER/3/2006 yang mengatur mekanisme waralaba di Indonesia kemudian
perkembangan waralaba di Indonesia yang teraktual adalah diberlakukannya
3
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 Tentang waralaba dan kemudian
Pemerindag Nomor 31/MEN-DAG/PER/8/2008 Tentang Penyelenggaraan
waralaba sebagai peraturan yang di dalamnya mengatur terkait pelaksanaan dan
penyelenggaraannya dengan munculnya peraturan tersebut mulai terlihat adanya
indikasi penggunaan usaha waralaba sebagai sistem bisnis yang digunakan
sebagai alternatif usaha yang sangat menjanjikan untuk dijadikan kemudian
dijadikan diantaranya seperti bisnis waralaba makanan siap saji seperti KFC,
Hokabento, dan McDonals. Kemudian selain itu di Indonesia juga berkembang
bisnis waralaba seperti supermarket dan minimarket seperti supermarket Matahari,
Carefour dan Lottemart kemudian minimarket seperti Alfamart/Indomart.
Di Provinsi Banten khususnya di Kabupaten Pandeglang usaha bisnis
waralaba yang saat ini berkembang cukup pesat yakni waralaba berbentuk
minimarket seperti Indomart dan Alfamart, terlihat hampir disetiap Kecamatan di
wilayah Kabupaten Pandeglang dapat dijumpai waralaba berbentuk minimarket
seperti Indomart dan Alfamart bahkan disetiap perempatan jalan di Kabupaten
Pandeglang dapat dijumpai waralaba minimarket seperti Indomart dan Alfamart.
Berikut data jumlah waralaba berbentuk minimarket di Kabupaten Pandeglang :
Tabel 1.1 Jumlah Waralaba Berbentuk Minimarket
Di Kabupaten Pandeglang Tahun 2010-2015
JUMLAH
4
No KECAMATAN PT.INDOM
ARCO
(Indomart)
PT.MIDI
UTAMA
(Alfamart)
PT.MIDI
UTAMA
(Alfamidi)
PT.GLOBA
L NIAGA
(Ceriamart)
Total
1 Cadasari 2 1 0 0 3
2 Karang Tanjung 2 2 1 0 5
3 Pandeglang 7 7 0 0 14
4 Majasari 4 4 1 0 9
5 Kadu Hejo 3 3 1 1 8
6 Cipeucang 1 0 0 0 1
7 Saketi 3 2 0 0 5
8 Mandalawangi 3 2 0 0 5
9 Jiput 1 0 0 0 1
10 Menes 3 3 0 0 3
11 Labuan 4 5 1 0 10
12 Carita 1 0 0 1 2
13 Sukaresmi 1 0 0 0 1
14 Panimbang 4 3 1 0 8
15 Pagelaran 5 1 0 0 6
16 Sobang 2 1 0 0 3
17 Munjul 2 0 0 0 2
18 Cibaliung 2 3 0 0 5
19 Sumur 1 1 0 0 2
20 Cimanggu 0 1 0 0 1
21 Cikeusik 1 1 0 0 2
22 Cikeusal 2 0 0 0 2
23 Bojong 1 1 0 0 2
55 41 5 2 103
Sumber : BPMPPTSP Kab.Pandeglang 2015.
Tabel 1.2
Pertumbuhan Waralaba Berbentuk Minimarket di Kabupaten Pandeglang
Dari Tahun 2010-2015
No.
Nama Perusahaan
Tahun
Jumlah
5
2010 2011 2012 2013 2014 215
1. Indomart 12 27 4 3 2 2 50
2. Alfamart 16 30 4 1 2 3 46
3. Alfamidi 1 1 1 0 1 1 5
4. Sejenisnya 1 1 0 0 0 0 2
Total 103
Sumber: BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang Tahun 2010-2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan usaha bisnis
waralaba berbentuk minimarket seperti Indomart dan Alfamart dari tahun 2010-
2015 mengalami pertumbuhan yang signifikan terlihat adanya peningkatan jumlah
di tahun 2010 jumlah waralaba berbentuk minimarket tercatat berjumlah 30 gerai
dan di tahun 2015 meningkat menjadi 103 gerai waralaba berbentuk minimarket
seperti Indomart dan Alfamart di Kabupaten Pandeglang, ini membuktikan bahwa
usaha waralaba di Kabupaten Pandeglang saat ini berkembang cukup pesat yang
persebarannya hampir merata diseluruh daerah di Kabupaten Pandeglang.
Berkembangnya usaha waralaba minimarket seperti Indomart dan
Alfamart di Kabupaten Pandeglang tentu di satu sisi akan membawakan dampak
positif bagi perkembangan ekonomi di daerah menciptakan investiasi dan
membuka lapangan pekerjaan, namun di sisi lain keberadaan waralaba berbentuk
minimarket seperti Indomart dan Alfamart juga dapat membawakan dampak
negative bagi iklim perekonomian di daerah timbulnya persaingan yang tidak
sehat antar pelaku usaha di Kabupaten Pandeglang yang pada kenyataannya saat
ini sudah terlihat adanya persaingan yang kurang sehat antara waralaba dengan
6
pedangan kecil khususnya kios-kios kecil, pedagang kecil dipaksa bersaing
dengan waralaba yang memiliki modal besar dan didukung dengan tempat,
fasilitas dan layanan yang prima tentu ini akan berpengaruh kepada minat
konsumen yang akan memilih berbelanja ke waralaba Indomart/Alfamart karena
dirasa lebih nyaman dan harga yang lebih murah, tentu ini akan merugikan
pedagang kios kecil yang dari segi tempat maupun fasilitas dibawah waralaba
seperti Indomart maupun Alfamart ditambah lagi saat ini waralaba seperti
Indomart dan Alfamart sudah sangat menjamur dan persebarannya saat ini sangat
luas dan hampir disetiap perempatan didaerah Kabupaten Pandeglang dapat
mudah dijumpai waralaba seperti Indomart dan Alfamart, jika kondisi seperti ini
terus berlangsung maka tidak menutup kemungkinan pedagang kios kecil akan
semakin melesu dan boleh jadi mereka terpaksa gulung tikar karena tidak sanggup
bersaing dengan waralaba minimarket seperti Indomart dan Alfamart jika
keberadaan waralaba tidak diatur dan di awasi dengan baik oleh pemerintah,
mengingat bahwa di Kabupaten Pandeglang juga banyak terdapat usaha-usaha
kecil seperti pedagang warung kecil dan pasar tradisional yang keberadaanya juga
harus di perhatikan oleh pemerintah daerah.
Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang membuat suatu kebijakan yang
mengatur tentang penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang yakni
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Waralaba Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Dalam Perda tersebut diatur
mengenai penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang dimulai dari
prosedur perizinan hingga pengaturan tata lokasi atau zonasi bangunan waralaba
7
diatur secara rinci dalam perda tersebut. Seperti pada pasal 1 ayat 4 dijelaskan
jarak antara bangunan waralaba dengan pasar tradisional diatur minimal 200
meter dan pada pasal 1 ayat 5 disebutkan bahwa waralaba wajib memasarkan
produk lokal. Tentu harapan dibuatnya perda tersebut dapat mengatur dan
mengendalikan usaha bisnis waralaba yang saat ini berkembang pesat agar
terciptanya iklim perekonomian yang adil dan sehat di Kabupaten Pandeglang.
Berdasarkan observasi awal di lapangan peneliti melihat bahwa dalam
penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang belum berjalan dengan baik
meski penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang sudah diatur dalam
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Waralaba Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern tidak serta merta dapat
mengendalikan dan mengatur keberadaan waralaba di Kabupaten Pandeglang itu
semua terlihat pada saat peneliti melakukan observasi awal di lapangan dan
melakukan pengamatan peneliti menemukan beberapa permasalahan terkait
penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang dimulai dari waralaba yang
tidak sesuai dengan ketentuan dalam perda seperti jarak antara bangunan waralaba
dengan pasar tradisional yang kurang dari 200 meter dan tidak ditemukannya
produk lokal yang dipasarkan oleh waralaba Indomart dan Alfamart, sampai pada
waralaba yang diisinyalir tidak mengantongi izin namun tetap dibiarkan beroprasi,
padahal dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 12 Tahun 2010
sebagaimana yang di maksud pada pasal 1 ayat 4 bahwa waralaba berbentuk
minimarket seperti Indomart/Alfamart harus berjarak minimal 200 meter dari
pasar tradisional dan waralaba berbentuk minimarket seperti Indomart/Alfamart
8
wajib menjual atau memasarkan produk lokal yang ada di Kabupaten Pandeglang.
Namun pada saat peneliti melakukan observasi dilapangan peneliti menemukan
beberapa waralaba di Kabupaten Pandeglang yang jaraknya kurang dari 200
meter dari pasar tradisional kemudian secara acak peneliti mengunjungi beberapa
waralaba yang ada di Kabupaten Pandeglang tidak ditemukan produk lokal yang
di pasarkan oleh waralaba Indomart/Alfamart di Kabupaten Pandeglang, sesuai
dengan yang di lansir oleh salah satu media online memberitakan bahwa ada tiga
waralaba di Kabupaten Pandeglang yang melanggar ketentuan dalam Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dalam Perda tersebut diatur jarak bangunan
waralaba dengan pasar tradisional minimal berjarak 200 meter namun bangunan
waralaba yang ada di Kecamatan Majasari, Kecamatan Menes dan Kecamatan
Cadasari jarak dari pasar tradisional kurang dari 200 meter dari pasar tradisional.
(Sumber: Wartaharian 10/7/2014).
Menurut Kepala Seksi Pembinaan Penyuluhan dan Pengawasan Satpol PP
Kabupaten Pandeglang. “Agus Mulyana, ketika diwawancarai menerangkan
bahwa memang ada laporan dari masyarakat terkait adanya waralaba minimarket
yang melanggar ketentuan dalam perda seperti jarak antara bangunan dengan
pasar tradisional yang kurang dari 200 meter, pihak Satpol PP Sudah
berkoordinasi dengan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang sebagai instansi yang
mempunyai kewenangan terkait pengeluaran izin dan pencabutan izin usaha
waralaba tersebut.” ujar Agus Mulyana, pihak Satpol PP akan bergerak untuk
9
memberikan tindakan setelah ada rekomendasi dari BPMPPTSP untuk
menertibkan waralaba yang melanggar ketentuan dalam perda. (wawancara kamis
19/07/2014/pkl 10.00/Kantor Satpol PP Kabupaten Pandeglang). Sementara
ketika peneliti mengkonfirmasi kepada BPMPPTSP Selaku instansi yang
mempunyai kewenangan dalam pemberian izin usaha maupun pencabutan izin
usaha, Kepala Bidang Pengendalian.”Suryana ketika diwawancarai memberikan
keterangan bahwa dalam proses penyelenggaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang itu bukan hanya ditangani oleh Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Peizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) namun ada tim teknis yang
juga menangani proses perizinan di lapangan dintaranya Dinas PU, Dinas Tata
Ruang, Dinas Koperasi dan Perdangan dan Satpol PP Kabupaten Pandeglang, tim
teknis tersebut bertugas di bawah koordinasi Bidang Pengendalian BPMPPTSP
Kabupaten Pandeglang oleh karenanya pada saat proses perizinan ditempuh kami
membutuhkan informasi yang akurat dari tim plaksana teknis apakah izin yang di
tempuh sudah sesuai dengan prosedur atau belum, tim teknis tersebut di bawah
koordinasi bidang pengendalian BPMPPTSP dan bertugas sesuai dengan tugasnya
masing-masing. Menurut.”Suryana saat diwawancarai pada (jumat 20/07/2014/pkl
10.00/Kantor BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang).
Kemudian peneliti melanjutkan observasi dan wawancara kembali untuk
menggali informasi terkait pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang dan menanyakan tentang permasalahan yang telah di ungkapkan pada
wawancara sebelumnya kali ini peneliti mewawancarai langsung peneliti
melanjutkan obeservasi kembali kelapangan guna menggali informasi lebih dalam
10
kali ini wawancara dilakukan peneliti kepada “Revan, salah satu LSM di
pandeglang memberikan tanggapannya terkait pelaksanaan penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang, menurutnya adanya pelanggaran dalam
penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang semua tidak terlepas dari
kurangnya pengawasan yang di lakukan oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang
dalam hal ini Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang selaku instansi atau lembaga yang
mengurusi setiap proses perizinan usaha di Kabupaten Pandeglang. Termasuk di
dalamnya perizinan usaha waralaba minimarket seperti Indomart dan Alfamart
sesuai dengan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang
Tugas Fungsi dan Tata kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang sebagaimana dimaksud
dalam pasal 17 ayat 3 bahwa Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang mempunyai tugas
pokok dan fungsi melaksanakan Pengendalian Pengawasan serta Evaluasi Terkait
Kegiatan Penanaman Modal dan Perizinan Usaha di Kabupaten Pandeglang yang
sudah seharusnya bisa menjalankan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan
amanat dalam perbub tersebut. BPMPPTSP lah yang mempunyai tugas
mengawasi proses perizinan usaha waralaba di Kabupaten Pandeglang.
Menurutnya Revan’ juga pemerintah dalam hal ini eksekutif kurang tegas
terhadap waralaba yang terbukti melanggar ketentuan dalam Perda Nomor 12
Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern. Menurutnya Pemerintah kurang tegas dalam menerapkan peraturan
11
yang ada dan tidak adanya sangksi tegas yang diberikan pemerintah kepada para
pengusaha waralaba yang melanggar perda ini yang menyebabkan para pengusaha
waralaba tidak mengindahkan peraturan yang ada.“(Wawancara Pada Kamis
21/07/2014/pukul 14.00 WIB di Rumah Revan LSM).
Dari uraian diatas maka hasil pengamatan (observation) peneliti di
lapangan yang dapat dilihat dan di simpulkan oleh peneliti atas permasalahan
yang terjadi terkait Pengawasan Penyelenggaraan Waralaba (Indomart/Alfamart)
oleh BPMPPTSP di Kabupaten Pandeglang, yaitu :
Pertama, Terdapat waralaba yang melanggar ketentuan dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Waralaba Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yaitu
terdapat bangunan waralaba minimarket yang jaraknya kurang dari 200
meter antara bangunan waralaba dengan pasar tradisional padahal diatur
dalam Perda Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Waralaba dalam pasal 4 ayat 1 yang menerangkan bahwa jarak antara
waralaba dengan pasar tradisional minimal harus berjarak 200 meter akan
tetapi bangunan waralaba yang ada di majasari, pasar cadasari dan pasar
menes jaraknya dengan pasar tradisional kurang dari 200 meter ini tentu
tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Perda, dan pada saat
observasi peneliti tidak menemukan produk lokal yang dipasarkan oleh
para waralaba seperti Indomart/Alfamart padahal ketentuan untuk menjual
produk lokal juga ada dalam perda nomor 12 tahun 2010.
12
Kedua, Kurangnya koordinasi dan kerjasama yang baik antara
BPMPPTSP dan Tim Teknis juga bisa menjadi faktor tidak optimalnya
pengawasan yang dilakukan BPMPPTSP dalam mengawasi proses
pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang seperti
disampaikan oleh Kepala Bidang Pengendalian dan Pengawasan
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang. menyampaikan bahwa dalam peroses
pemberian izin usaha waralaba BPMPPTSP sangat membutuhkan
informasi yang akurat dari tim teknis dalam memberikan informasi dari
hasil survey lapangan apakah waralaba tersebut sudah sesuai dengan
prosedur yang ada dalam pendirian waralaba.
Ketiga, Kurang adanya pengawasan dari pihak Badan Penanaman Modal
dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPTSP) dalam pelaksanaan
penyelenggaraan waralaba minimarket Indomart/Alfamart di Kabupaten
Pandeglang, pengawasan/monitoring dilakukan hanya pada saat proses
perizinannya saja dan tidak Continue sehingga pada saat observasi peneliti
menemukan menemukan beberapa bangunan waralaba yang tidak sesuai
dengan ketentuan dalam perda. seperti jarak antara waralaba dengan pasar
tradisional diatur dalam perda nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman
penyelenggaraan waralaba dalam pasal 4 ayat 1 yang menerangkan bahwa
jarak antara waralaba dengan pasar tradisional minimal berjarak 200 meter
akan tetapi bangunan waralaba yang ada di majasari, pasar cadasari dan
pasar menes jaraknya dengan pasar tradisional kurang dari 200 meter, dan
pada saat observasi peneliti tidak menemukan produk lokal yang
13
dipasarkan oleh waralaba Indomart/Alfamart di Kabupaten Pandeglang
padahal itu ada dalam perda. seharusnya BPMPPTSP beserta seluruh
unsur pelaksana dalam penyelenggaraan waralaba dapat melakukan
pengawasan secara optimal.
Keempat, belum adanya sanksi tegas yang diberikan terhadap pengusaha
waralaba yang terbukti telah melakukan pelanggaran, ini yang kemudian
pada akhirnya banyak pengusaha waralaba yang tidak mempedulikan
peraturan yang ada atau tidak mengindahkan peraturan yang ada.
Seharusnya Pemerintah Daerah dalam hal ini Badan Penenaman Modal
dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten
Pandeglang sebagai instansi yang menjadi pelaksana dalam
penyelenggaraan waralaba bisa bersikap tegas terhadap waralaba yang
terbukti melakukan pelanggaran agar penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglang dapat terkelola dengan baik, tanpa merugikan
pihak manapun.
Dari permasalahan yang yang telah diuraikan di atas maka muncul
pertanyaan bagaimana Pengawasan Penyelenggaraan waralaba oleh Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu ( BPMPPTSP )
Kabupaten Pandeglang, selaku instansi yang membidangi proses perizinan usaha
di Kabupaten Pandeglang termasuk yang menangani peroses penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang, kemudian sesuai dengan Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Tugas Fungsi dan Tatakerja Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP)
14
pasal 17 ayat 3 (BPMPPTSP) mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan
Pengendalian Pengawasan dan Evaluasi terkait kegiatan penanaman modal dan
perizinan usaha di Kabupaten Pandeglang. Maka dalam penelitian ini peneliti
mengambil judul. “Pengawasan Penyelenggaraan Waralaba Oleh Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas yang telah dijabarkan
sebelumnya, maka dapat diambil beberapa permasalahan yaitu diantaranya
sebagai berikut:
1) Terdapat waralaba Indomart dan Alfamart yang melanggar perda
nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglang.
2) Kurangnya koordinasi dan komunikasi yang baik antara BPMPPTSP
dan pelaksana teknis dalam penyelenggaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang.
3) Belum optimalnya pengawasan yang dilakukan oleh BPMPPTSP
dalam penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang.
4) Belum adanya sanksi tegas yang diberikan kepada pihak waralaba
Indomart dan Alfamart yang terbukti melakukan pelanggaran.
15
1.3 Batasan dan Rumusan Masalah
1.3.1 Batasan Masalah
Dalam penelitian tentunya diperlukan suatu pembatasan-pembatasan
dalam masalah yang akan diteliti. Hal ini agar penelitian yang dilakukan tidak
meluas dari fokus penelitian. Oleh karena itu Maka peneliti membatasi ruang
lingkup permasalahan ini hanya pada Pengawasan Penyelenggaraan Waralaba
Minimarket Indomart dan Alfamart oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu BPMPPTSP di Kabupaten Pandeglang.
1.3.2 Rumusan Masalah
Setelah masalah penelitian dibatasi ruang lingkupnya, maka rumusan
dalam penelitian ini yaitu: Pengawasan Penyelenggaraan Waralaba oleh Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP)
Kabupaten Pandeglang.
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui Bagaimana Pengawasan Penyelenggaraan
Waralaba Minimarket seperti Indomart dan Alfamart oleh Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) di Kabupaten
Pandeglang.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan maksud dan tujuannya maka hasil penelitian ini diharapkan
memiliki manfaat baik secara teori maupun praktis sebagai berikut:
16
1. Bagi peneliti, yaitu diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah
wawasan tentang Bagaimana pengawasan penyelenggaraan waralaba oleh
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang.
2. Manfaat atau kegunaan teori, yaitu diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan informasi bagi instansi terkait.
3. Bagi kegunaan praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan
kontribusi pemikiran dalam penyelenggaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, peneliti membagi ke dalam 5 (lima) bagian yang
masing-masing terdiri dari sub bagian yaitu sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Terdiri dari:
1.1 Latar Belakang Masalah, yaitu menggambarkan ruang lingkup dan
kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara
deduktif, dari lingkup yang umum hingga kepada masalah yang
spesifik yang relevan dengan judul skripsi.
1.2 Identifikasi Masalah, yaitu mengidentifikasi dikaitkan dengan tema/
topik/judul dan fenomena yang akan diteliti.
1.3 Batasan dan Rumusan Masalah,
17
1.3.1 Batasan Masalah, yaitu pemfokusan masalah-masalah yang
akan diajukan dalam rumusan masalah.
1.3.2 Rumusan Masalah, yaitu mendefinisikan permasalahan
yang telah ditetapkan dalam bentuk definisi konsep dan
operasional.
1.4 Tujuan Penelitian, yaitu mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian sejalan dengan isi dan rumusan
permasalahan.
1.5 Manfaat Penelitian, yaitu menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari
temuan penelitian.
Bab II : Deskripsi Teori dan Asumsi Dasar
Terdiri dari:
2.1 Deskripsi Teori, yaitu mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep
yang relevan dengan permasalahan penelitian, kemudian
menyusunnya secara teratur dan rapi. Dengan mengkaji berbagai teori
dan konsep-konsep maka peneliti akan memiliki konsep penelitian
yang jelas, dapat menyusun pertanyaan dengan rinci untuk
penyelidikan sehingga memperoleh temuan lapangan yang menjadi
jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Hasil penting lainnya
18
dari kajian teori adalah didapatkan kerangka konseptual menurut
peneliti, yang di dalamnya tergambar pedoman wawancara.
2.2 Kerangka Berfikir, yaitu menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai
kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca.
2.3 Asumsi Dasar, yaitu anggapan atau jawaban sementara terhadap
permasalahan yang diteliti.
Bab III : Metodologi Penelitian
Terdiri dari:
3.1 Metode Penelitian, yaitu menjelaskan metode yang dipergunakan
dalam penelitian.
3.2 Sasaran Penelitian, yaitu menjelaskan akan sasaran-sasaran yang akan
diteliti dalam penelitian.
3.3 Instrument Penelitian, yaitu menjelaskan tentang proses penyusunan
dan jenis alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data, yaitu menjelaskan bagaimana peneliti bisa
mendapatkan data saat melakukan penelitian.
3.5 Informan Penelitian, yaitu menjelaskan tentang pihak-pihak mana saja
yang dipilih secara langsung untuk pengumpulan data-data penelitian.
19
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis data, yaitu menjelaskan tentang
teknik analisa beserta rasionalisasinya.
3.7 Pengujian Keabsahan Data, yaitu menjelaskan keabsahan suatu data
penelitian.
3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian, yaitu menjelaskan jadwal penelitian
secara rinci beserta tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan.
Bab IV : Hasil Penelitian
Terdiri dari:
4.1 Deskripsi Objek Penelitian, yaitu menjelaskna tentang objek
penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur
organisasi dari populasi/sampel.
4.2 Informan Penelitian, yaitu menjelaskan siapa saja yang menjadi
sumber informasi penelitian.
4.3 Deskripsi Data, yaitu menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah
dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang
relevan.
4.4 Pembahasan, yaitu melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil
analisis data.
Bab V : Penutup
Terdiri dari:
20
5.1 Kesimpulan, yaitu menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan
secara ringkas dan padat.
5.2 Saran, yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap
bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun praktis.
21
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Pengawasan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia secara etimologi pengawasan
berasal dari kata awas yang artinya dapat melihat baik-baik, memperhatikan baik-
baik, waspada, dan hati-hati. Kemudian Menurut Harahap (2001:14) Pengawasan
adalah keseluruhan sistem, teknik cara yang mungkin dapat digunakan oleh
seorang atasan untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan
dalam organisasibenar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah kepada
upaya mencapai keseluruhan tujuan dalam suatu organisasi.
Sedangkan menurut Maringan (2004 : 61) mengemukakan pengawasan
adalah peroses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan
yang telah ditentukan. Selain itu menurut Dessler (2009:2) Menerangkan bahwa
pengawasan (Controlling) adalah merupakan penyusunan standar seperti kuota
penjualan, standar kualitas, atau level produksi pemeriksaan untuk mengkaji
prestasi kerja aktual dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan penjelasan oleh para ahli diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwasannya pengawasan adalah merupakan suatu tindakan
pemantauan atau pemeriksaan kegiatan perusahaan untuk menjamin pencapaian
22
tujuan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya dan melakukan
tindakan korektif yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang
ada sebelumnya. Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam mengatur
pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik. Dengan kata lain fungsi pengawasan
menilai apakah rencana yang telah ditetapkan tercapai dengan baik.
Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2001:242) mengemukakan hal
sebagai berikut :
“Controlling can be defined as the procces of determining what is to be
accomplished, that is the standard, what is being accomplished, that is the
performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective
measure so that performance takes place according to plans, that is, in
conformity with the standard.”
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus
dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilaksanakan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai
dengan rencana yaitu selaras dengan standar. Kemudian menurut Henry Fayol
dalam Harahap (2001:10) :
“Controlling consist in verifying whether everything occurs in conformity with the
plan adopted, the instruction issued and principles established. Ithas objective to
point out weaknesses and errors in order to rectify then prevent recurrence.”
Pengawasan mencangkup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai
dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinship yang
23
dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat
dihindari kejadiannya dikemudian hari.
2.1.2 Sistem Pengawasan
Sistem pengawasan yang efektif haruslah memenuhi beberapa prinsip
pengawasan yaitu adaya rencana tertentu dan adanya pemberian intruksi serta
wewenang-wewekepada bawahan. Rencana merupakan standar alat pengukur
pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan rencana tersebut menjadi petunjuk
pakah suatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak. Pemberian intruksi dan
wewenangnya dilakukan agar sistem pengawasan tersebut memang benar - benar
dilaksanakan secara efektif. Wewenang dan intruksi yang jelas harus dapat
diberikan kepada bawahan, karena berdasarkan itulah kemudian dapat diketahui
apakah bawahannya sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik sesuai
dengan apa yang telah diintruksikan oleh atasannya.
Menurut Duncan dalam Harahap (2001:246) mengemukakan bahwa
beberapa sifat pengawasan yang efektif sebagai berikut :
a. Pengawasan harus dipahami sifat dan kegunaannya. Oleh karena itu harus
dikomunikasikan. Kemudian masing - masing kegiatan membutuhkan
sistem pengawasan tertentu yang berlainan dengan sistem kegiatan lain.
oleh karena itu sistem pengawasan harus dapat merefleksi sifat-sifat dan
kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi.
b. Pengawasan harus mengikuti pola yang dianut organisasi, karena titik
berat pengawasan sesungguhnya berkisar pada manusia, sebab manusia
24
itulah yang melakukan kegiatan dalam badan usahan atau organisasi yang
bersangkutan. Karyawan merupakan aspek-aspek intern yang kegiatannya
tergambar dalam pola organisasi maka suatu sistem pengawasan harus
dapat memenuhi prinsip berdasarkan pola organisasi. Ini berarti bahwa
dengan suatu sistem pengawasan maka penyimpangan yang terjadi
ditunjukan pada organisasi yang bersangkutan.
c. Pengawasan harus dapat mengidentifikasi masalah organisasi, karena
tujuan utama dari pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang telah
direncanakan bisa tercapai. Oleh karenanya agar sistem pengawasan
berjalan dengan efektif, maka suatu sistem pengawasan setidaknya harus
dapat segera mengidentifikasi kesalahan yang terjadi didalam organisasi.
Dengan adanya identifikasi maka kesalahan yang terjadi dalam organisai
bisa teratasi.
d. Pengawasan harus fleksibel karena suatu sistem pengawasan bisa berjalan
efektif bilamana sistem pengawasan yang dibangun memenuhi prinsip
fleksibilitas. Ini berarti bahwa pengawasan itu tetap dapat dipergunakan
meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana yang diluar
dugaan.
e. Pengawasan harus ekonomis, karena sifat ekonomis dari suatu sistem
pengawasan sunguh-sungguh diperlukan karena tidak ada gunanya suatu
sistem yang mahal bila tujuan pengawasan itu dapat direfleksikan dengan
25
suatu sistem pengawasan yang lebih murah. Tidak ada suatu sistem
pengawasan yang berlaku untuk semua situasi dan semua organisasi.
2.1.3 Tujuan Pengawasan
Pelaksanaankegiatan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati dan
direncanakan memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah disusun dan
disepakati bersama dapat dilaksanakan dengan baik. Pengawasan dikatakan sangat
penting karena pada dasarnya manusia sebagai objek pengawasan mempunyai
sifat salah dan khilaf. Oleh karenanya manusia dalam organisasi perlu diawasi,
bukan mencari kesalahannya dan menghukumnya, tetapi dididik dan dibimbing
agar kemudian tidak melakukan kesalahan yang sama. Seperti yang dikemukakan
oleh Husnaini (2001:400) tujuan pengawasan diantaranya sebagai berikut :
1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan
pemborosan dan hambatan.
2. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan,
dan hambatan.
3. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan. Melakukan tindakan
koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan dalam pencapaian kerja yang
baik.
Menurut Griffin (2004:163) mendeskripsikan tujuan pengendalian seperti
Gamabar 2.1 berikut :
26
Gambar 2.1 : Tujuan Pengendalian
(Sumber Griffin 2004:163)
Keterangan Gambar 2.1 Tujuan Pengendalian adalah sebagai berikut :
a. Beradaptasi dengan perubahan lingkungan
Organisasi akan menghadapi perubahan dalam lingkungan bisnis yang
tidak stabil dalam rentang waktu antara penepatan tujuan dan pencapaian
tujuan, banyak kejadian didalam organisasi dan lingkungannya yang dapat
menuntun pergerakan kearah tujuan atau menyimpangkan tujuan itu
sendiri. Sistem pengawasan yang baik dapat membantu para manajer
mengantisipasi memantau dan merespon perubahan. Beradaptasi dengan
perubahan lingkungan membatasi akumulasi kesalahan pengendalian
membantu organisasi mengatasi kompleksitas.
b. Membatasi Akumulasi Kesalahan
Kesalahan-kesalahan kecil umumnya tidak menimbulkan kerusakan serius
pada kinerja organisasi. Namun dari waktu ke waktu kesalahan-kesalahan
kecil dapat terakumulasi dan berdampak serius bagi berjalannya organisasi
Beradaptasi dengan
perubahan lingkungan
Meminimasi biaya Mengatasi
kompleksitas
Pengendalian
membantu organisaasi
Membatasi akumulasi
kesalahan
27
Oleh karena itu pengawasan diperlukan untuk menghindari terjadinya
kembali kesalahan yang sama kemudian dengan adanya pengawasan,
manajer dapat melihat penyebab terjadinya kesalahan dan dapat akhirnya
dapat mengambil sebuah keputusan untuk memperbaikinya.
c. Mengatasi Kompleksitas Organisasi
Perusahaan jika hanya menggunakan satu jenis bahan baku atau sumber
daya, untuk membuat suatu jenis produk atau jasa, memiliki desain
organissasi yang sederhana, dan mengalami permintaan produk yang
konstan, maka para manajernya dapat membangun sistem pengawasan
yang minim dan sederhana.
d. Meminimisasi Biaya
Pengawasan juga dapat membantu mengurangi biaya dan meningkatkan
output apabila dipraktekan secara efekif. Secara filosofis dikatakan bahwa
pengawasan sangat penting karena manusia pada dasarnya mempunyai
sifat salah atau khilaf, sehingga manusia dalam organisasi perlu diawasi.
Menurut Maringan (2004:61) menyatakan tujuan pengawasan adalah sebagai
berikut:
a. Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian
dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan.
b. Agar pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan dan disepakati sebelumnya.
28
Tujuan organisasi dapat tercapai, jika fungsi pengawasannya dilakukan
sebelum terjadinya penyimpangan dan kesalahan. Sehingga lebih bersifat
mencegah (Prefentive Control), dibandingkan dengan tindakan-tindakan yang
dilakukan ketika sudah terjadi penyimpangan dan kesalahan. Maka kesimpulan
yang dapat diambil adalah pengawasan merupakan langkah yang diambil untuk
menjaga pelaksanaan dari tujuan organisasi agar bisa mencapai tujuan sesuai
dengan rencana yang sudah disepakati bersama.
2.1.4 Jenis-jenis Pengawasan
Menurut maringan (2004:62) pengawasan dibagi menjadi empat :
a. Pengawasan dari dalam organisasi
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk mengumpulkan data atau
informasi yang diperlukan oleh organisasi untuk menilai kemajuan dan
kemunduran organisasi.
b. Pengawasan dari luar organisasi
Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar organisasi ini dibentuk untuk
kepentingan tertentu.
c. Pengawasan prefevtif
Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan, dengan tujua
untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan kerja.
d. Pengawasan represif
Pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan agar
hasilnya sesuai dengan apa yang telah direncanaka.
Menurut Ernie dan Saefullah (2005:327) jenis pengawasan dibagi menjadi tiga :
a. Pengawasan awal
29
Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan kegiatan.
Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan kesalahan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Pengawasan proses
Pengawasan dilakukan pada saat proses pekerjaan tengah berlangsung
untuk memastikan apakah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
c. Pengawasan akhir
Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir dilaksanakannya proses
pekerjaan.
2.1.5 Proses Pengawasan
Sistem pengawasan organisasi memiliki 4 (empat) langkah fundamental
dalam setiap prosesnya (Griffin, 2004:167) kemudian langkah-langkah tersebut
telah diilustrasikan dalam Gambar 2.2 sebagai berikut :
Gambar 2.2 Langkah-Langkah Dalam Proses Pengawasan
(Sumber : Griffin 2004:167)
Masing-masing langkah tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
Menetapkan
standar
Mengukur
kinerja
Mempertahankan
setatus quo
Mengoreksi
penyimpangan
Mengubah
standar
Membandingkan
kinerja dengan
standar
Menentukan
kebutuhan akan
tindakan koreksi
30
1. Menetapkan Standar
(Control standard) adalah target yang menjadi acuan perbandingan untuk
kinerja dikemudian hari. Kemudian tandar yang ditetapkan untuk tujuan
pengawasan harus diekspresikan dalam acuan yang dapat diukur. Setrategi
pengawasan harus konsisten dengan tujuan organisasi. Dalam penentuan
standar, diperlukan pengidentifikasian indikator-indikator kinerja, adalah
ukuran kinerja yang menyediakan informasi yang berhubungan langsung
dengan objek yang diawasi. Standar bagi hasil kerja karyawan pada
umumnya terdapat rencana keseluruhan maupun rencana-rencana bagian,
agar standar tersebut harus dikemukakan dan dijelaskan kepada karyawan
sehingga karyawan akan memahami tujuan yang sebenarnya ingin dicapai.
2. Mengukur kinerja
Pengukuran kinerja adalah aktivitas konstan dan kontinu bagi sebagian
besar organisasi, agar pengawasan dapat berjalan dengan efektif. Ukuran-
ukuran kinerja harus valid. Kinerja karyawan biasanya diukur berbasis
kuantitas dan kualitas output, tetapi bagi banyak pekerjaan, pengukuran
kinerja harus lebih mendetail.
3. Membandingkan kinerja dengan standar
Tahap ini dimaksudkan dengan membandingkan hasil pekerjaan dengan
standar yang telah ditentukan. Hasil pekerjaan dapat diketahui melalui
laporan tulisan yang disusun karyawan baik laporan rutin maupun laporan
khusus. Selain itu atasan dapat juga langsung mengunjungi karyawan
untuk menanyakan langsung hasil dari pekerjaan tersebut atau dengan
31
cara memanggilnya langsung dan mendengarkannya secara lisan. kinerja
dapat berada pada posisi lebih tinggi dari, lebih rendah dari, atau sama
dengan standar. Pada beberapa perusahaan perbandingan dapat dilakukan
dengan mudah, misalnya dengan menetapkan standar namun dalam
beberapa kasus perbandingan ini standar ini jelas dan relative mudah
dihitung untuk menentukan apakah apakah standar telah tercapai atau
belum. Namun dalam beberapa kasus perbandingan ini dapat dilakukan
dengan lebih detail jika kinerja lebih rendah dibandingkan standar, maka
seberapa besar penyimpangan ini dapat ditoleransi sebelum tindakan
korektif dilakukan.
4. Menentukan kebutuhan tindakan korektif
Berbagai keputusan menyangkut tindakan korektif sangat bergantung pada
keahlian-keahlian analitis dan diagnosis seorang manajer. Setelah
membandingkan kinerja dengan standar manajer dapat memilih salah satu
tindakan: yang mempertahankan status quo (tidak melakukan apa-apa)
mengoreksi penyimpangan, atau merubah standar. Tindakan perbaikan
diartikan sebagai tindakan yang diambil untuk menyesuaikan hasil
pekerjaan nyata yang menyimpang agar kemudian sesuai dengan standar
atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk melaksanakan
tindakan perbaikan maka harus diketahui apa yang menyebabkan terjadi
penyimpangan. Ada beberapa sebab yang memungkinkan dapat terjadinya
penyimpangan diantaranya yaitu :
1. Kekurangan factor produksi
32
2. Tidak cakapnya pimpinan dalam mengorganisasi human resources
3. Sikap sikap pegawai yang apatis
Oleh karenanya, dalam proses pengawasan diperlakukannya laporan yang
dapat menyesuaikan bentuk-bentuk penyimpangan kearah pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut George R Terry (1986:397) pengawasan terdiri dari suatu proses
yang dibentuk oleh tiga macam langkah-langkah yang bersifat universal yakni :
1. Mengukur hasil pekerjaan
2. Membandingkan hasil dari pekerjaan dengan standar dan memastikan
perbedaan (apabila ada perbedaan)
3. Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan
perbaikan.
Dari beberapa teori yang telah di jabarkan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus
dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilaksanakan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai
dengan rencana yaitu selaras dengan standar kaitannya dengan proses pengawasan
langkah-langkah secara universal yang harus dilakukan adalah meliputi mengukur
hasil pekerjaan kemudian membandingkan hasil pekerjaan dengan standar artinya
dalam pengawasan harus ada standar yang telah di tetapkan agar dapat
membandingkan apakah hasil dari pekerjaan pengawasan tersebut sudah sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan atau belum, kemudian mengoreksi
33
penyimpangan artinya ketika pengawasan berlangsung dan menemukan
penyimpangan maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan agar tidak
kembalik melakukan kesalahan yang sama.
2.1.6 Sifat dan Waktu Pengawasan
Menurut Hasibuan (2001:247) sifat dan waktu pengawasan terdiri dari :
1. Prefentive contrlol adalah pengendalian yang dilakukan sebelum
kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dalam proses pelaksanaanya. Prefentive control ini
dilakukan dengan cara :
a. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan.
b. Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan itu.
c. Mendemonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan itu.
d. Mengorganisasi segala macam kegiatan.
e. Menentukan jabatan bagi setiap karyawan.
f. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.
g. Menetapkan sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan
2. Repressive control, adalah pengendalian yang dilakukan setelah
terjadi kesalahan dalam pelaksanaanya, dengan maksud agar tidak
terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan
yang diinginkan repressive kontroll ini dilakukan dengan cara :
a. Membandingkan dengan hasil dengan rencana
b. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan
mencari tindakan perbaikan
c. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaanya, jika perlu
dikenakan sanksi hukuman kepadanya.
34
d. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada
e. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas
pelaksana
2.1.7 Fungsi Pengawasan
Menurut Ernie dan Saefulah (2005:12) fungsi pengawasan yaitu :
a. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target
sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan
yang mungkin ditemukan.
c. Melakukan berbagai alternative solusi atas berbagai masalah
yang terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan
Menurut maringan (2004:62) fungsi pengawasan adalah :
a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang deberikan
amanah atau tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan.
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelenggaraan,
kelalaian dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian.
35
Dalam penjelasan tersebut maka dapat diambil seuah kesimpulan bahwa
pengawasan merupakan tindakan untuk mengevaluasi hasil dari aktivitas
pekerjaan yang telah dilakukan dalam suatu perusahaan atau organisasi dan
melakukan tindakan koreksi bila diperlukan.
2.1.8 Teknik-Teknik Pengawasan
Menurut Siagian (2003:112) proses pengawasan pada dasarnya dilakukan
dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu :
a. Pengawasan langsung
Yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pimpinan, dalam hal ini
pimpinan langsung datang dan memeriksa kegiatan yang sedang
dijalankan oleh bawahan. Pengawasan langsung dapat berbentuk :
1. Inspeksi langsung
2. On thespot observation
3. On thespot report
b. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan dilakukan melalui laporan
yang disampaikan oleh para bawahan. Baik itu tertulis maupun lisan.
2.1.9 Faktor yang Mempengaruhi Pengawasan
Faktor yang mempengaruhi pengawasan, berikut akan dikemukakan oleh
para ahli sebagai berikut :
36
Menurut mulyadi (2007:770) mengemukakan beberapa factor yang dapat
mempengaruhi pengawasan adalah :
a. Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam
organisasi.
b. Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena
adanya desentralisasi kekuasaan.
c. Kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi
memerlukan pengawasan.
2.1.10 Pengertian Waralaba
Waralaba menurut Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan
Republik Indonesia No.259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan tata Cara
Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba, yaitu adalah perikatan dimana salah
satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan atau cirri khas usaha yang dimiliki oleh pihak
lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam rangka
menyediakan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam
rangka menyediakan dan atau penjualan barang dan jasa.
Kemudian pengertian waralaba menurut PP RI No. 42 tentang waralaba,
revisi atas PP No.16 Tahun 1997 dan Keputusan Mentri Perindustrian dan
Perdagangan No.259/MPR/KEP/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara
37
Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba menjelaskan bahwa Waralaba
merupakan hak khusus yang dimiliki oleh orang perorangan atau badan usaha/jasa
yang telah terbukti hasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak
lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Adapun Waralaba Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang
No.12 Tahun 2010 tentang pedoman penyelenggaraan waralaba, pusat
perbelanjaan dan toko modern waralaba adalah merupakan hak khusus yang
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan
ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang atau digunakan oleh pihak lain
berdasarkan perjanjian waralaba.
2.1.11 Penelitian Terdahulu
Temuan-temuan hasil dari penelitian sebelumnya merupakan sebagai
alat/bahan pertimbangan dan data pendukung dalam penelitian yang sedang
dilakukan. Penelitian terdahulu, harus ada keterkaitan dengan penelitian yang
sedang diteliti, sehingga dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan pendukung
data. Oleh karena pentingnya melihat hasil penelitian yang terdahulu, maka
peneliti akan memaparkan setidaknya dua hasil penelitian yang sudah ada.
Pemaparan hasil penelitian akan dijelaskan di bawah ini.
A.Peneliti Pertama
Penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Jurusan Administrasi Negara
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Imas Masruroh Tahun 2014 dengan judul
Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No 12 Tahun 2010
38
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
implementasi Perda Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Waralaba, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kabupaten Pandeglang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam Impelementasinya masih belum optimal
itu semua terlihat dari hasil penelitian dilapangan ternyata dalam
penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang banyak yang menyalahi
ketentuan dalam Perda.
B.Peneliti Kedua
Penelitian yang dilakukan oleh Agus Prasetyo di Universitas Mataul Anwar
(UNMA) Penelitian dengan judul Pengaruh Keberadaan Waralaba Terhadap
Pedagang Kecil di Kabupaten Pandeglang. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui dampak keberadaan waralaba terhadap pedagang kecil di Kabupaten
Pandeglang. Hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan waralaba di
Kabupaten Pandeglang seperti indomart dan alfamart disatu sisi membawakan
dampak positif terhadap perkembangan prekonomian didaerah dan menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat pandeglang namun disisi keberadaan
waralaba juga membawakan dampak negative bagi iklim perekonomian didaerah
karena terjadi persaingan tidak sehat antara waralaba dan pedagang kecil didaerah.
Saran dari peneliti adalah kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan waralaba
di pandeglang harus lebih memperhatikan pedagang kecil dengan membuat aturan
yang lebih memperhatikan keberadaan pedagang kecil atau pasar tradisional.
39
2.1.12 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah merupakan alur pemikiran peneliti dalam suatu
penelitian sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk kemudian memberikan
penjelasan dari penelitian mengenai Pengawasan Badan Penanaman Modal, dan
Pelayanan, Perizinan Terpadu Satu Pintu, (BPMPPTSP) dalam penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang. Maka dalam penelitian ini dibuatkanlah suatu
kerangka berfikir agar baik peneliti dan pembaca dapat mudah memahami dan
mengetahui tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
Menurut Sugiyono (2010:65) mengemukakan bahwa kerangka berfikir
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai factor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah.
Oleh karenanya peneliti berangkat dari identifikasi masalah peneliti
kemudian membuat kerangka berfikir adapun permasalahan-permasalahan terkait
pengawasan Penyelenggaraan Waralaba oleh BPMPPTSP Kab.Pandeglang
diantaranya :
1) Terdapat waralaba yang melanggar perda nomor 12 tahun 2010 tentang
pedoman penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang.
2) Kurangnya koordinasi dan komunikasi yang baik antara pelaksana
teknis dan BPMPPTSP.
3) Belum adanya sanksi tegas dari pemerintah terhadap waralaba yang
melakukan pelanggaran.
4) Kurangnya pengawasan oleh BPMPPTSP dalam penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang.
40
Berdasarkan dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka
kiranya dibutuhkan suatu alat untuk mengukur pengawasan penyelenggaraan
waralaba oleh BPMPPTSP. Di bawah ini akan dikemukakan mengenai indikator
Pengawasan yang menjadi titik acuan untuk mengetahui pengawasan BPMPPSTP
dalam penyelenggaraan waralaba minimarket Indomart danAlfamart di Kabupaten
Pandeglang dengan menggunakan Langkah-langkah Pengawasan Menurut G.R
Terry ( 1986:397 ) yaitu:
1. Mengukur hasil pekerjaan
2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan
perbedaan ( apabila ada perbedaan )
3. Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan
perbaikan.
Langkah-langkah pengawasan yang telah disebutkan di atas, dinilai dan
dianggap lebih rasional dan tepat untuk menjawab permasalahan-permasalahan
yang ada pada pengawasan penyelenggaraan waralaba oleh BPMPPTSP di
Kabupaten Pandeglang. Dengan diadakannya pengukuran pengawasan sesuai
indikator pengawasan yang telah disebutkan di atas, maka diharapkan Badan
Penanaman Modal dan Pelayangan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP)
Kabupaten Pandeglang dapat lebih optimal lagi dalam melakukan pengawasannya
terhadap penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang. Untuk lebih
jelasnya kerangka berfikir dapat di lihat pada gambar 2.3 di bawah ini :
41
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
2.1.13 Asumsi Dasar
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat suatu asumsi
dasar dalam penelitian, yang merupakan anggapan peneliti terhadap permasalahan
yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti sendiri mengasumsikan bahwa
Pengawasan penyelenggaraan Waralaba oleh Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu ( BPMPPTSP ) di Kabupaten Pandeglang
belum berjalan optimal.
Identifikasi Masalah :
1. Terdapat waralaba Indomart dan Alfamart yang melanggar Perda Nomor 12
Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba di Kabupaten
Pandeglang.
2. Kurangnya koordinasi dan komunikasi yang baik antara BPMPPTSP dan
pelaksana teknis dalam penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang.
3. Belum optimalnya pengawasan yang dilakukan oleh BPMPPTSP dalam
penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang.
4. Belum adanya sanksi tegas yang diberikan kepada pihak waralaba Indomart dan
Alfamart yang terbukti melakukan pelanggaran.
Pengawasan Penyelenggaraan Waralaba Oleh BPMPPTSP
Di Kabupaten Pandeglang
Langkah-langkah pengawasan menurut
Teori G.R Terry :
1. Mengukur hasil pekerjaan
2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan
setandar dan memastikan perbedaan
(apabila ada)
3. Mengoreksi penyimpangan yang tidak
dikehendaki melalui tindakan perbaikan
Optimalnya Pengawasan
BPMPPTSP dalam
Penyelenggaraan Waralaba di
KabupatenPandeglang
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian agar dapat mengumpulkan data-data untuk
mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan adanya suatu metode yang sesuai
dan tepat untuk menunjang tercapainya tujuan suatu penelitia.
Menurut Sugiyono (2010:1) secara umum metode penelitian diartikan
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007:6) metode Penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2007:3)
mengemukakan bahwa, metodologi penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.
43
3.2 Sasaran Penelitian
Adapun sasaran dalam penelitian “Pengawasan Penyelenggaraan Waralaba
oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang diharapkan dapat berjalan dengan optimal.
3.3 Instrument Penelitian
Dalam penelitian ini mengenai Pengawasan penyelenggaraan waralaba
Oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(BPMPPTSP) di Kabupaten Pandeglang yang menjadi instrument penelitiannya
adalah peneliti sendiri. Menurut Sugiyono (2008:31) meneliti adalah mencari data
yang teliti atau akurat. Sehubungan dengan kaitannya peneliti sebagai instrument
atau alat penelitian, maka peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti
sebagai instrument meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian
kualitatif, penguasaan wawasan terhadap suatu bidang yang diteliti, kesiapan
peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun
logistiknya.
Sejalan dengan pendapat Irawan (2006:17) yang menyatakan bahwa dalam
sebuah penelitian kualitatif yang menjadi instrument terpenting adalah peneliti
sendiri. Sedangkan menurut Moleong (2007:19) pencari tahu alamiah (peneliti)
dalam mengumpulkan data lebih banyak bergantung pada dirinya sendiri sebagai
alat pengumpul data. Oleh sebabnya, instrument dalam penelitian ini adalah
peneliti sendiri. Dengan membuat pedoman wawancara dan pedoman observasi
dalam rangka mempermudah proses pengumpulan dan analisis data. Sehingga
44
peneliti dapat mengumpulkan data secara lebih utuh dan alamiah dalam rangka
memperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data untuk dianalisis. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu meliputi: observasi, wawancara dan
dokumentasi.
1) Observasi
Menurut Moleong (2007:176) mengemukakan observasi (pengamatan)
adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan untuk peneliti dari segi motif,
kepercayaan,perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Kemudian
pengamatan diklasifikasikan atas pengamatan melaui cara berperan serta
(partisipan) dan yang tidak berperan serta (non partisipan). Pada pengamatan
tanpa peran serta, peneliti hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan
pengamatan saja. Sedangkan pengamatan berperan serta melakukan dua peranan
sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari
kelompok yang diamati. Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai non
partisispan atau tidak beperan serta, karena dalam penelitian ini peneliti tidak
terlibat secara langsung dalam proses penyelenggaraan waralaba yang dilakukan
oleh (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang. Peneliti hanya melakukan pengamatan
saja untuk mengetahui kondisi dari objek penelitian.
45
2) Wawancara
Moleong (2007:186) menerangkan bahwa wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu sendiri dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan tanya jawab dengan narasumber dari aparatur dan masyarakat
yang mengetahui dan memahami lebih jauh khususnya Pengawasan Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) dalam
penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang.
Berikut ini peneliti membuat pedoman wawancara penelitian dengan
menggunakan indikator Teori Langkah-langkah Pengawasan menurut G.R Terry
(1986:397 ) dapat di lihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara
No Dimensi Informan
1.
Mengukur hasil pekerjaan
BPMPPTSP, Dinas PU, Dinas
Tata Ruang, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan,
LSM, Masyarakat,
Kab.Pandeglang,SATPOL PP
2.
Membandingkan hasil pekerjaan dengan
standar dan memastikan perbedaan
(apabila ada perbedaan)
BPMPPTSP, Dinas PU Dinas.
Perindustrian dan Perdagangan
Tata Ruang ,Waralaba,
SATPOL PP,
3.
Mengoreksi penyimpangan yang tidak
dikehendaki melalui tindakan
perbaikan.
BPMPPTSP, Dinas PU,Dinas,
Perindustrian dan Perdagangan
Tata Ruang, Waralaba, SATPOL
PP, Masyarakat, LSM.
Sumber: Peneliti 2015.
46
3) Dokumentasi
Studi yang digunakan untuk mencari dan memperoleh data sekunder
berupa peraturan perundang-undangan, laporan-laporan berupa foto atau dokumen
elektronik (rekaman), catatan serta dokumen-dokumen yang relevan dengan
masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini dokumentasi yang diambil berupa foto-foto dan
dokumentasi elektronik yang berupa rekaman. Dokumentasi digunakan untuk
memperkuat data yang diperoleh dalam observasi dan wawancara. Adapun alat
pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Buku Catatan
Buku catatan ini digunakan peneliti untuk mencatat setiap informasi
dari sumber data pada saat wawancara dengan sumber data dan
mencatat perkembangan penelitian di lapangan. Menurut Satori dan
Komariah (2010:177), buku catatan adalah catatan lengkap yang bukan
saja berisi hasil pengamatan atau wawancara di lapangan tetapi juga
sudah ada refleksi dari peneliti atas hasil atau deskripsi yang
dikerjakan setelah selesai melakukan suatu pengamatan atau
wawancara.
2) Alat Perekam
Alat perekam ini digunakan peneliti untuk merekam setiap
pembicaraan pada saat wawancara dengan sumber informasi. Menurut
47
Satori dan Komariah (2010:177-178), tape recorder dapat merekam
semua percakapan dengan baik, tetapi sayang tidak dapat menangkap
ekspresi wajah dan gerak-gerik informan. Seandainya informan
keberatan dengan dengan pemakaian tape recorder, maka peneliti
tidak boleh memaksa dan atau tidak boleh mensiasatinya dengan cara
tersembunyi karena kalau ketahuan hal ini dapat merusak hubungan
baik.
3) Kamera Digital dan Handphone
Kamera digital dan Handphone ini digunakan peneliti untuk memotret
kegiatan yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan keabsahan penelitian, yang berupa foto-foto lokasi
penelitian ataupun sumber data.
4) Studi Kepustakaan
Menurut Sugiyono (2009:144), studi kepustakaan berkaitan dengan kajian
teoritis dan referensi lain yang terkait dengan nilai, budaya, dan norma yang
berkaitan dengan situasi sosial yang diteliti. Sedangkan Soekidjo (2005:93),
mengemukakan bahwa studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data
yang dilakukan dengan melakukan pencarian data-data yang berhubungan dari
berbagai sumber pustaka untuk kelengkapan data yang dibutuhkan.
48
3.5 Informan Penelitian
Setelah mempelajari peran dan hubungan antar partisipan, peneliti akan
mampu menentukan informan yang cocok untuk penelitiannya. Menurut Morse
dalam Denzin (2009:289), seorang informan yang baik adalah seorang adalah
seorang yang mampu menangkap, memahami dan memenuhi permintaan peneliti,
memiliki kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk
wawancara, dan bersemangat dalam berperan serta dalam penelitian. Penentuan
informan dalam penelitian mengenai Pengawasan BPMPPTSP dalam
penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang menggunakan teknik
Snowball yaitu jumlah informan akan bertambah sesuai dengan kebutuhan dalam
penelitian. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya
adalah:
Tabel 3.2 : Informan Penelitian
Informan Spesifikasi Informan Keterangan
I1-2
Kepala BPMPPTSP Kab.Pandeglang
Kepala Bidang Pengendalian
Key Informan
I3-6
Tim Pelaksana Teknis :
Dinas Tata Ruang, Dinas PU, Dinas
Koprasi dan Perdagangan, Satpol PP
Kab.Pandeglang
Key Informan
I7-8
Waralaba Indomart dan Alfamart
Key Informan
I9-I15
LSM, Masyarakat, Kios Kecil
Secondary Informan
(Snowball)
Sumber: Peneliti 2015.
49
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data diperoleh sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam
hal ini analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh
Irawan (2006:73), mengemukakan bahwa analisis data kualitatif adalah:
“Analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis
transkip interview, catatan di lapangan,dan bahan-bahan lain yang
anda dapatkan,yang kesemua itu anda kumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman anda (terhadap suatu fenomena) yang membantu anda
untuk mempresentasikan penemuan anda kepada orang lain”.
Data yang diperoleh selama penelitian yang didapat dari berbagai sumber
kemudian dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus hingga datanya jenuh.
Pada akhirnya data yang terkumpul tersebut menjadi sebuah kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh peneliti maupun orang lain ketika mempelajari hasil
penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini, proses analisis data yang digunakan adalah analisis
data kualitatif model interaktif dari Miles dan Huberman (2010:340). Kegiatan
analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sebagai sesuatu yang terjalin
merupakan proses siklus dan interaktif pada saat sebelum, selama, dan sesudah
pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan umum yang
disebut analisis. Aktivitas dalam analisis dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :
50
Gambar 3.1
Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif
(Sumber: Miles dan Huberrman)
Berdasarkan gambar di atas dijelaskan bahwa dalam pandangan ini, tiga
jenis dalam kegiatan analisis data dan kegiatan pengumpulan data itu sendiri
merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti bergerak diantara empat sumbu
kumpuran tersebut selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak balik
diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan/verifikasi selama
sisa waktu penelitian. Untuk lebih jelasnya, maka kegiatan analisis data dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Koleksi Data
Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting,
karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan
berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang
sudah ditetapkan. Data yang kita cari harus sesuai dengan tujuan penelitian.
Data
Reduction
Data
Collection Data
Display
Conclutions
Drawing/
Verification
51
Dengan teknik sampling yang benar, kita sudah mendapatkan strategi dan
prosedur yang akan kita gunakan dalam mencari data di lapangan.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasis
data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diferivikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah
penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Data yang diperoleh
dari lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu
dicatat secara rinci dan teliti. Kemudian segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data.
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan selanjutnya, dan mencarinya kembali bila
diperlukan. Reduksi data ini membantu untuk memberikan kode-kode pada aspek
tertentu.
3. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka alur yang kedua yang penting dalam kegiatan
analisis dalam penelitian kualitatif adalah penyajian data, yaitu sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan mengambil tindakan. Dalam penelitian kualitatif ini, penyajian
52
data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau teks naratif selain itu dapat
berupa grafik, matriks, network (jaringan kerja) dan bagan. Dengan mendisplay
data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
4. Penarikan Kesimpulan/verifikasi
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu menyimpulkan dari
temuan-temuan penelitian untuk dijadikan suatu kesimpulan penelitian.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel. Oleh karena itu kesimpulan harus diverifikasi selama penelitian
berlangsung.
3.7 Uji Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthines) maka diperlukan pengujian
dalam keakuratan data. Terdapat banyak sekali metode yang dapat digunakan
untuk menguji keabsahan data, penelitian ini menggunakan dua cara yaitu:
53
3.7.1. Triangulasi (Triangulation)
Untuk menguji keabsahan data penelitian menggunakan triangulasi.
Triangulasi menurut Paton dalam Moleong (2005:330-331) Triangulasi adalah
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini
dapat dicapai dengan cara:
1. Membandingkan data pengamatan dan hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan
Peneliti hanya menggunakan triangulasi sumber. Menurut Satori dan
Komariah (2010:170-171) menyatakan bahwa triangulasi sumber adalah cara
meningkatkan kepercayaan penelitian dengan mencari data dari sumber yang
beragam yang masih terkait satu sama lain. Sedangkan triangulasi teknik yaitu
penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber
data.
3.7.2. Mengadakan Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya
tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya.
54
3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian
3.8.1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, lokasi yang menjadi tempat penelitian yaitu
Kabupaten Pandeglang.
3.8.2. Jadwal Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada table 3.3
berikut ini :
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No.
Kegiatan
Tahun
2014-2015 Fe
b
M
ar
M
ei
Ju
n
Jul Au
g
Se
p
Ok
t
No
v
De
s
M
art
Ap
ril
M
ei
Ju
ni
Ju
li
Agu
st
1. Observasi Awal
Ke Lapangan
2. Pengurusan
Perizinan
3. Tahap Penyusunan
Proposal Penelitian
4. Seminar Proposal 5. Revisi Proposal 6. Reduksi Data 7. Penyajian Data 8. Verifikasi Data 9. Penarikan
Kesimpulan
10. Penyusunan
Laporan Akhir
11. Sidang AkSkripsi
Sumber Peneliti :2015.
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Objek Penelitian
Penelitian ini bertempat di Dinas Badan Penanaman Modal dan
Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang.
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 20014 tentang Pembentukan Perangkat Daerah Kabupaten
Pandeglang dan Berdasarkan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 32 Tahun
2014 Tentang Rician Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal
dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten
Pandeglang. (Profil BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang tahun 2014)
Berdasarkan Keputusan Bupati tersebut di atas, Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu merupakan unsur
pelaksana otonomi daerah, yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang mempunyai tugas melaksanakan urusan
pemerintah daerah di bidang Penanaman Modal dan Perizinan melaksanakan
56
koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan administrasi di biang penanaman
modal pelayanan perizinan dan non perizinan
4.1.2 Gambaran Umum Daerah dan Perekonomian Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang adalah salah satu Kabupaten yang terletak di
bagian Selatan Provinsi Banten secara geografis, Secara administratif
Kabupaten Pandeglang dibentuk pada tanggal 1 April 1874 ( Sumber Humas
Pandeglang. jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang berdasarkan sensus
Penduduk pada bulan Mei 2010 adalah 1.149.610 orang dengan komposisi
penduduk laki-laki sebanyak 589.056 orang dan perempuan sebanyak
560.554 orang. Berdasarkan data diatas, rasio jenis kelamin pada tahun 2010
sebesar 105,08. Sebaran penduduk perkecamatan relative tidak merata.
Kecamatan dengan penduduk terjarang yaitu kecamatan sumur dengan rata-
rata sebanyak 88 jiwa/Km2, sementara wilayah yang terpadat adalah
Kecamatan Labuan, yaitu sebanyak 3.439 jiwa/Km2. Sedangkan rata-rata
kepadatan penduduk (LPP) Kabupaten Pandeglang Sensus Penduduk periode
1961-1971 sebesar 2,71 persen, periode 1971-1980 sebesar 2,15 persen,
periode 1980-1990 sebesar 2,14 persen, periode 1990- 2000 sebesar 1,64
persen dan 2000-2010 sebesar 1,30 persen. Menurut angka laju pertumbuhan
penduduk ialah merupakan salah satu wujud keberhasilan pembangunan
bidang kependudukan yang salah satunya antara lain adalah program
Keluarga Berncanan (KB).
57
Berdasarkan BPS Kabupaten Pandeglang, jumlah penduduk 15 tahun
keatas yang bekerja yang bekerja berjumlah 384.657 jiwa. Lapangan
pekerjaan utama penduduk berupa pertanian, perkebunan, kehutanan,
perburuan dan perikanan. Kemudian industri perdagangan, rumah makan
dan jasa akomodasi dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan.
Secara umum, pekerja di Kabupaten Pandeglang bekerja di sektor informal
(83,67%) dan sisanya bekerja di bidang formal (16,33%) dari jumlah
pekerja di atas 15 tahun berjumlah 434.746 jiwa, pekerja dengan setatus
pekerjaan berusaha sendiri memiliki proporsi ya ng terbesar yaitu 23,67%
sedangkan pekerja dengan setatus pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak
tetap /tidak dibayar memiliki proporsi terkecil (2,32%) Struktur penduduk
ini selalu berubah-ubah Karena disebabkan oleh proses demografi yakni
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan juga migrasi atau
perpindahan penduduk Sebaran penduduk perkecamatan relative tidak
merata. Kecamatan dengan penduduk terjarang yaitu kecamatan sumur
dengan rata-rata sebanyak 88 jiwa/Km2, sementara wilayah yang terpadat
adalah Kecamatan Labuan, yaitu sebanyak 3.439 jiwa/Km2. Kondisi
Ekonomi di Kabupaten Pandeglang Pada tahun 2014 pertumbuhan
ekonomi positif terjadi pada semua sektor ekonomi di Kabupaten
Pandeglang Akselerasi pertumbuhan pada beberapa sektor andalan seperti
pertanian dan perdangangan serta jasa-jasa menyebabkan laju
pertumbuhan ekonomi Pandeglang Meningkat dari 5,25 persen pada tahun
2012 menjadi 5,62 persen pada tahun 2014. Sektor pertanian mengalami
58
pertumbuhan yang sangat signifikan dari -0,41 persen pada tahun 2012
menjadi 3,12 persen di tahun 2014
Tabel 4.1
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pandeglang
No. Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku (Milyar Rupiah)
PDRB Atas Dasar Harga
Konstan (Milyar Rupiah)
2011 2012 2011 2012
1. Pertanian 496,2 541,3 273 284,5
2. Pertambangan dan
Penggalian
1 1,1 0,5 0,5
3. Industri Pengolahan 264,2 292,8 146,6 157,6
4. Listrik, Gas, dan
Air Bersih
90 101,4 43,5 47,2
5. Bangunan 1.415,9 1.545 701,7 742,5
6. Perdagangan,
Hotel, dan Restoran
1.446,1 1.592,1 787,2 850,9
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
405,3 451,5 206,8 227,3
8. Keuangan,
Persewaan, dan
Jasa Perusahaan
648,1 718,1 293,4 312,8
9. Jasa-Jasa 1.574,6 1.841,8 657,3 706,4
Jumlah 6.341,7 7.085,6 3.110,5 3.330,1
(Sumber: BAPEDA Kabupaten Pandeglang)
Dari data diatas terlihat bahwa sektor perdangan juga memiliki
andil terhadap PAD Kabupaten Pandeglang. Saat ini di Kabupaten
Pandeglang usaha bisnis waralaba yang saat ini berkembang pesat yakni
bisnis waralaba minimarket seperti Indomart dan Alfamart ini terlihat
hampir disetiap Kecamatan di wilayah Kabupaten Pandeglang dapat
59
ditemui waralaba berbentuk minimarket seperti Indomart dan alfamart.
Waralaba Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No.12 Tahun
2010 tentang pedoman penyelenggaraan waralaba, pusat perbelanjaan dan
toko modern waralaba adalah merupakan hak khusus yang dimiliki oleh
orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri
khas usaha dalam rangka memasarkan barang atau digunakan oleh pihak
lain berdasarkan perjanjian waralaba. Berikut Rekapitulasi data Waralaba
Berbentuk Mimimarket oleh BPMPPTS :
Tabel 1.1 Rekapitulasi Waralaba Berbentuk Minimarket
Di Kabupaten Pandeglang 2015
No
KECAMATAN
JUMLAH
PT.INDOM
ARCO
(Indomart)
PT.MIDI
UTAMA
(Alfamart)
PT.MIDI
UTAMA
(Alfamidi)
PT.GLOBA
L NIAGA
(Ceriamart)
Total
1 Cadasari 2 1 0 0 3
2 Karang Tanjung 2 2 1 0 5
3 Pandeglang 7 7 0 0 14
4 Majasari 4 4 1 0 9
5 Kadu Hejo 3 3 1 1 8
6 Cipeucang 1 0 0 0 1
7 Saketi 3 2 0 0 5
8 Mandalawangi 3 2 0 0 5
9 Jiput 1 0 0 0 1
10 Menes 3 3 0 0 3
11 Labuan 4 5 1 0 10
12 Carita 1 0 0 1 2
13 Sukaresmi 1 0 0 0 1
60
14 Panimbang 4 3 1 0 8
15 Pagelaran 5 1 0 0 6
16 Sobang 2 1 0 0 3
17 Munjul 2 0 0 0 2
18 Cibaliung 2 3 0 0 5
19 Sumur 1 1 0 0 2
20 Cimanggu 0 1 0 0 1
21 Cikeusik 1 1 0 0 2
22 Cikeusal 2 0 0 0 2
23 Bojong 1 1 0 0 2
55 41 5 2 103
Sumber : BPMPPTSP Kab.Pandeglang 2015.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa di Kabupaten Pandeglang
usaha jenis waralaba minimarket sudah sangat banyak ini mengindikasikan
bahwa usaha jenis ini sekarang sangat diminati oleh para pelaku usaha.
Terlihat dari data diatas bahwa data jumlah waralaba sampai dengan tahun
2015 terdaftar berjumlah 103 waralaba yang tersebar hampir di seluruh
Kecamatan di Kabupaten Pandeglang terdapat bangunan waralaba
minimarket seperti Indomart dan Alfamart. Keberadaan usaha waralaba di
Kabupaten Pandeglang tentu disatu sisi akan berpengaruh positif terhadap
perkembangan perekonomian di daerah dan bisa menciptakan investasi
dan mennyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di daerah di
Kabupaten Pandeglang. Namun keberadaan waralaba juga bisa
membawakan dampak negative bagi persaingan usaha jika keberadaannya
tidak di atur oleh pemerintah setempat. Ini semua karena mengingat
bahwa di Kabupaten Pandeglang juga banyak terdapat usaha-usaha mikro
seperti warung kecil dan pasar tradisional yang harus diperhatikan
61
keberadaanya oleh pemerintah Karena jika hal tersebut tidak diperhatikan
maka tidak menutup kemungkinan dengan keberadaan waralaba justru
akan membawakan dampak yang negative dan menimbulkan persaingan
yang tidak sehat antar pelaku usaha di Kabupaten Pandeglang. data dari
BPMPPTSP cupkup membuktikan bahwa pertumbuhan waralaba di
Kabupaten Pandeglang tumbuh dengan pesat. Di Provinsi Banten
khususnya di kabupaten pandeglang usaha bisnis waralaba yang saat ini
berkembang pesat yakni bisnis waralaba minimarket seperti indomart dan
alfamart yang pertumbuhannya saat ini sangat pesat di Provinsi Banten
Khususnya di Kabupaten Pandeglang itu semua terlihat hampir disetiap
perempatan dapat ditemui bangunan waralaba berbentuk minimarket
seperti indomart dan alfamart. Keberadaan usaha waralaba di Kabupaten
Pandeglang tentu disatu sisi dapat berpengaruh positif terhadap
perkembangan perekonomian karena dapat menciptakan investasi dan
menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat pandeglang. namum
keberadaan waralaba berbentuk minimarket seperti indomart dan alfamart
juga harus dibatasi dan diawasi keberadaannya karena mengingat
bahwasannya dikabupaten pandeglang juga banyak terdapat usaha warung
kecil dan pasar tradisional yang harus diperhatikan juga oleh pemerintah
Kabupaten Pandeglang Karena jika hal tersebut tidak diperhatikan maka
akan terjadi iklim perekonomian yang tidak sehat yang dapat merugikan
warung kecil.
62
Berikut ini adalah data pertumbuhan usaha waralaba di Kab. Pandeglang dari
tahun 2010 -2015 dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2
Pertumbuhan Waralaba Berbentuk Minimarket di Kabupaten Pandeglang
Dari Tahun 2010-2015
No.
Nama Perusahaan
Tahun
Jumlah
2010 2011 2012 2013 2014 215
1. Indomart 12 27 4 3 2 2 50
2. Alfamart 16 30 4 1 2 3 46
3. Alfamidi 1 1 1 0 1 1 5
4. Sejenisnya 1 1 0 0 0 0 2
Total 103
Sumber: Diadaptasi dari BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang Tahun 2010-215
Dapat dilihat dari data tabel di atas bahwa jumlah waralaba dari
tahun 2010-2015 tercatat berjumlah 103 gerai waralaba dan terlihat setiap
tahunnya ada gerai waralaba yang dibangun oleh pemerintah daerah
Kabupaten Pandeglang. Berkembangnya usaha waralaba tentu akan
berpengaruh terhadap iklim perekonomian yang ada di daerah, pengaruh
positifnya keberadaan waralaba akan menciptakan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat setempat dan menciptakan investasi jika keberadaannya
dikelola dan diatur dengan baik oleh pemerintah setempat namun
sebaliknya jika keberadaan waralaba di Kabupaten Pandeglang tidak
dikelola dan di atur dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan dapat
63
menciptakan iklim perekonomian yang buruk, seperti akan timbulnya
persaingan yang tidak sehat antara pedagang kecil dengan waralaba yang
sudah tentu yang akan dirugikan adalah pedagan kecil yang tidak mampu
bersaing dengan waralaba yang dari segi fasilitas dan pelayanannya jauh
lebih baik dan modern.
Di Kabupaten Pandeglang terdapat kebijakan yang mengatur
proses pelaksanaan dalam penyelenggaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang yakni Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 12
Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten
Pandeglang Nomor.12 Tahun 2010 Waralaba adalah merupakan hak
khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap
sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang
atau jasa dan digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Kemudian didalam peraturan daerah tersebut dijelaskan tentang aturan
pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang.
Dibentuknya Perda tersebut dinilai sebagai salah satu upaya konkret
pemerintah dan jajaran aparat hukum dan wakil rakyat (DPRD), untuk
mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang. Dalam perda tersebut proses penyelenggaraan waralaba diatur
secara terperinci dimulai dari proses perizinan hingga tatalokasi pendirian
waralaba diatur dalam perda tersebut sehingga harapan dibentuknya perda
tersebut dapat mengendalikan dan mengatur penyelenggaraan waralaba di
64
Kabupaten Pandeglang agar terciptanya iklim perekonomian yang adil dan
sehat. Badan Penanaman Modal, dan Pelayanan Perizinan, Terpadu Satu
Pintu (BPMPPTSP), selaku instansi atau lembaga yang mempunyai tugas
menangani peroses penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang,
sekaligus menjadi pelaksana Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba, Pusat Perbelanjaan, dan
Toko modern di Kabupaten Pandeglang. Kemudian sesuai Peraturan
Bupati Pandeglang Nomor 32 Tahun 2014, Tentang Tugas, Fungsi dan
Tatakerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (BPMPPTSP) dalam pasal 17 ayat 3, bahwa (BPMPPTSP)
mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan Pengendalian,
Pengawasan dan Evaluasi terkait kegiatan penanaman modal dan perizinan
usaha termasuk didalamnya izin usaha waralaba minimarket seperti
Indomart dan Alfamart di Kabupaten Pandeglang dalam pelaksanaan
penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang di tangani oleh
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang.
4.1.3 Gambaran Umum BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (BPMPPTSP) dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Pandeglang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Pandeglang Berdasarkan Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan
65
Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (BPMPPTSP).
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Satu Pintu
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan
administrasi dibidang penanaman modal pelayanan perizinan dan non
perizinan dengan prinsip koordinasi, integrasi, singkronisasi, simplifikasi,
keamanan dan kepastian.
4.1.3.1 Visi dan Misi
Peranan visi adalah sebagai cara pandang lembaga jauh ke depan
berupa arah organisasi agar tetap berkelanjutan. Dalam merumuskan visi
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(BPMPPTSP)
Visi yaitu: “Sebagai Badan Publik Penyelenggaraa Pelayanan
Perizinan Yang Prima”.
Sedangkan Misi sebagai berikut:
1. Memperkuat Kapasistas Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
2. Meningkatkan Kapasitas Sumber Daya Manusia
3. Meningkatkan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan
4. Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Berbasis
Teknologi Informasi
5. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Pelayanan
66
4.1.3.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan : Mewujudkan Pelayanan Perizinan yang Prima kemudian
Meningkatkan Citra Aparatur Pemerintah dengan memberikan pelayanan
yang mudah,cepat, aman, transparan, nyaman, ramah dan pasti,
meningkatkan partisimasi masyarakat dalam pembangunan melalui
pelayanan perizinan serta meningkatkan kopetensi dan profesionalitas
Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pelayanan perizinan dan
mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif di Kabupaten
Pandeglang.
Sasaran : Meningkatnya investasi dan kegiatan penanaman modal
kemudian meningkatnya kualitas layanan perizinan dan penanaman modal
serta meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pengurusan izin usaha di
Kabupaten Pandeglang.
4.1.3.3 Izin-Izin Yang Di Kelola Oleh BPMPPTSP
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu dalam tugasnya mempunyai kewenangan dalam memproses
perizinan yang ada di Kabupaten Pandeglang diantaranya yaitu :
1. Izin Prinsip Penanaman Modal
2. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal
3. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal
4. Izin Usaha Penanaman Modal
5. Izin Usaha Perluasan Penanaman Modal
67
6. Izin Usaha Perubahan Penanaman Modal
7. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal
8. Izin Lokasi
9. Izin Perubahan Penggunaan Tanah
10. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah
11. Izin Mendirikan Bangunan
12. Izin Merobohkan Bangunan
13. Izin Tempat Usaha
14. Izin Usaha Perdagangan
15. Izin Gangguan
16. Izin Reklame
17. Izin Usaha Pertanian
18. Izin Usaha Peternakan
19. Izin Usaha Kontruksi
20. Tanda Daftar Perusahaan
21. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STWP)
22. Izin Usaha Toko Modern
23. Izin Usaha Industri
24. Izin Usaha Pusat Perbelanjaan
25. Izin Usaha Kepariwisataan
68
4.1.3.4 Struktur Organisasi
Secara organisasi/struktural BPMPPTSP terdiri dari:
1. Kepala Badan
2. Sekretariat
3. Kepala Bidang Penanaman Modal
4. Kepala Bidang Sistem Informasi dan Pengendalian
5. Kepala Bidang Pelayanan
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, BPMPPTSP
Kabupaten Pandeglang didukung personil sebagai berikut:
1. Sekretariat terdiri atas:
a. Sub bagian Umum dan Kepegawaian
b. Sub bagian Keuangan
c. Sub bagian Program, Evaluasi, dan Pelaporan
2. Bidang Penanaman Modal
a. Sub Bagian Pengembangan Penanaman Modal
b. Sub Bagian Promosi dan Kerjasama
3. Bidang Sistem Informasi dan Pengendalian
a. Sub Bagian Data dan Informasi
b. Sub Bagian Pengendalian
4. Bidang Pelayanan
a. Tim Teknis
69
Struktur Organisasi
SI
Gambar 4.2
Struktur Organisasi BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang
(Sumber: Profil Gambaran Umum BPMPPTSP Kab,Pandeglang Tahun 2014)
KEPALA BPMPPTSP
H.Syukran, SH.,MH
SEKRETARIS
SUBAG
PERENCANAAN,
EVALUASI
&
PELAPORAN
SUBAG
KEUANGAN
SUBAG UMUM
&
KEPEGAWAIAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONARIS
BIDANG
PELAYANAN
BIDANG
PENANAMAN
MODAL
BIDANG SISTEM
INFORMASI &
PENGENDALIAN
TIM TEKNIS
SUB BIDANG
DATA &
INFORMASI
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
SUB BIDANG
PENGENDALIAN
SUB BIDANG
PROMOSI &
KERJASAMA
70
Pegawai pada BPMPPTSP berjumlah 32 orang yang terdiri dari Eselon II
berjumlah 1 orang, Eselon III berjumlah 6 orang, Eselon IV berjumlah 18 orang,
dan pelaksana berjumlah 7 orang.
Tabel 4.5
Pegawai Menurut Golongan
No.
Golongan Banyaknya Orang Presentase
1. II/a - -
2. II/b 1 3,12%
3. II/c - -
4. II/d - -
5. III/a 6 18,75%
6. III/b - -
7. III/c 7 21,87%
8. III/d 10 31,27%
9. IV/a 7 21,87%
10. IV/b 1 3,12%
Jumlah 32 100%
(Sumber: Profil Gambaran Umum BPMPPTSP Kab.Pandeglang Tahun 2014)
Adapun pegawai menurut tingkat pendidikan terdiri dari lulusan
SLTA berjumlah 1 orang, lulusan D.II berjumlah 2 orang, lulusan S.1
berjumlah 19 orang, dan lulusan S.2 berjumlah 10 orang.
Tabel 4.6
Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
No.
Pendidikan Banyaknya Orang Presentase
1. SLTA 1 3,12%
2. D.I - -
3. D.II 2 6,25%
4. D.III - -
5. S.1 19 59,37%
6. S.2 10 31,27%
Jumlah 32 100% (Sumber: Gambaran Umum BPMPPTSP Kab.Pandeglang Tahun 2012)
71
4.1.3.5 Tugas Pokok dan Fungsi
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (BPMPPTSP) dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Pandeglang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Pandeglang Berdasarkan Peraturan Bupati
Pandeglang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan
Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (BPMPPTSP).
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Satu Pintu
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyelenggaraan
pelayanan administrasi dibidang penanaman modal pelayanan perizinan
dan non perizinan dengan prinsip koordinasi, integrasi, singkronisasi,
simplifikasi, keamanan dan kepastian
Tugas Pokok dan Fungsi BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang
diantaranya yaitu :
1. Melaksanakan Koordinasi dan Menyelenggarakan Pelayanan Administrasi
di Bidang Penanaman Modal Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan
secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, singkronisasi,
simplifikasi, keamanan dan kepastian.
2. Membantu Bupati dalam Perumusan Pelaksanaan dan Penyelenggaraan
kebijakan di Bidang Penanaman Modal, Perizinan dan Non Perizinan
secara terpadu.
3. Pelaksanaan Penyusunan Program BPMPPTSP.
72
4. Penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan dan non perizinan dan
penanaman modal.
5. Pelaksanaan Koordinasi proses pelayanan perizinan, non perizinan dan
penanaman modal,
6. Pelaksanaan administrasi penanaman modal, pelayanan perizinan dan non
perizinan.
4.1.4 Gambaran Umum Tentang Waralaba
Di Indonesia istilah waralaba mulai disebut dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia sejak diundangkannya UU No. 9 Tahun
1995 tentang Usaha kecil, yang di Pasal 27 mengatur bahwakemitraan
usaha dilaksanakan dengan pola :inti plasma, sub kontrak, waralaba dan
jenis lain. Untuk menindak lanjuti ketentuan tersebut, maka Pemerintah
mengeluarkan PP No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba, yang diikuti
dengan dikeluarkannya Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan
No.259/MPP/KEP/7/1997,tentang Ketentuan dan Pelaksanaan pendaftaran
UsahaWaralaba.Dalam peraturan perundang-undangan tersebut ditegaskan
bahwa waralaba merupakan perikatan dimana salah satu pihak diberikan
hak untuk memanfaatkan dan atau memanfaatkan hak kekayaan intelektual
dan atau penemuan cirri khas usaha yang dimiliki pihak lain tersebut
dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa.
73
Dalam rangka untuk membangun usaha waralaba di Indonesia agar
lebih maju lagi maka dikeluarkanlah Peraturan Mentri Perdagangan
Republik Indonesia No.12/M-DAG/PER/3/2006 tentang ketentuan dan
tatacara penertiban surat tanda pendaftaran usaha waralaba. Perubahan
yang mendasar pada peraturan ini adalah pengaturan yang mengatur
jangka waktu kontrak waralaba utama dan waralaba lanjutan. Kemudian
perkembangan waralaba di Indonesia yang teraktual adalah
diberlakukannya PP No.42 Tahun 2007 Tentang Waralaba dan kemudian
Pemerindag No. 31/MEN-DAG/PER/8/2008 Tentang Penyelenggaraan
Waralaba sebagai peraturan yang mengatur terkait pelaksanaanya. Dalam
dua peraturan perundang-undangan tersebut mulai nampak adanya indikasi
penggunaan usaha waralaba sebagai alternatif usaha yang sangat
menjanjikan untuk dijadikan bisnis usaha. Waralaba menurut peraturan
daerah Kabupaten Pandeglang no 12 tahun 2010 tentang pedoman
penyelenggaraan waralaba, pusat perbelanjaan dan toko moderen.
Waralaba merupakan hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan
atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan cirri khas usaha dalam
rangka memasarkan barang atau atau digunakan oleh pihak lain
berdasarkan perjanjian waralaba.
74
4.2 Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang telah di dapat
dari hasil penelitian lapangan. Dalam penelitian ini mengenai Pengawasan
Penyelenggaraan Waralaba Oleh Badan Penanaman Modal, dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Pandeglang menggunakan jenis dan
analisis data melalui pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif maka data
yang diperoleh berbentuk kata-kata dan kalimat berdasarkan hasil wawancara
dengan informan penelitian, observasi lapangan, studi dokumentasi, dan studi
literatur yang relevan dengan fokus penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi tidak berperan
serta (non partisipan), di mana peneliti tidak terlibat dalam pelaksanaan
Penyelenggaraan Waralaba di Kabupaten Pandeglang. Selain observasi, peneliti
juga melakukan pengumpulan data dengan melakukan wawancara. Wawancara
yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik wawancara tidak struktur.
Artinya peneliti tidak melakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara
yang tersusun secara sistematis dan lengkap. Peneliti hanya melakukan
wawancara dengan menanyakan secara garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan. Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara berlangsung secara
alami dan mendalam sehingga mendapatkan data-data yang dibutuhkan oleh
peneliti.
Kemudian pengumpulan data selanjutnya dilakukan dengan menggunakan
studi dokumentasi dan studi literatur. Hal ini dilakukan agar memperkuat data-
data yang telah ada dan teruji keabsahan datanya. Hasil pengumpulan data-data
75
tersebut kemudian di analisis menggunakan teknik analisis data kualitatif sehingga
data-data tersebut dapat menghasilkan suatu pemahaman baru.
Adapun dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan oleh
peneliti seperti yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, menggunakan
model yang dikembangkan oleh Miles dan Humberman, yakni reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mereduksi
data (data reduction), yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal yang penting, dicari tema, dan polanya. Untuk mempermudah peneliti
dalam mereduksi data, penelitian memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu:
1. Kode Q1,2,3 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan.
2. Kode I1,2,3 dan seterusnya menandakan daftar urutan informan
Langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian data (data display).
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat atau teks naratif, bagan, matriks, hubungan antar kategori, network,
flowchart dan sejenisnya. Namun dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data
dalam bentuk teks narasi. Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan
(verification) setelah data bersifat jenuh, artinya telah ada pengulangan informasi,
maka kesimpulan tersebut dapat dijadikan jawaban atas masalah penelitian.
Dalam mempertajam analisis peneliti dalam penelitian ini, maka dalam
proses penilaian Pengawasan Penyelenggaraan Waralaba Oleh Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) di Kabupaten
76
Pandeglang, penelitian menggunakan teori Langkah-langkah Pengawasan
Menurut G.R Terry ( 1986:397 ) yaitu:
1. Mengukur hasil pekerjaan
2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan
perbedaan ( apabila ada perbedaan )
3. Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan
perbaikan.
4.2.1 Informan Penelitian
Seperti yang telah peneliti paparkan pada bab 3, bahwa dalam
penelitian ini informa penelitiannya ditentukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yakni suatu teknik pengambilan informan dengan
penetapan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu disesuaikan dengan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Sedangkan dalam menentukan
jumlah informan, peneliti menggunakan teknik snowball sampling, yaitu
jumlah informan akan bertambah sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian.
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar.
Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang,
tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang
diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan
dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang yang dipandang lebih
tahu dan melengkapi data yang diberikan oleh orang sebelumnya.
77
Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 16 orang, di
antaranya yaitu dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Daftar Informan Penelitian
Informan Spesifikasi Informan Keterangan
I1-2
Kepala BPMPPTSP Kab.Pandeglang
Kepala Bidang Pengendalian
Key Informan
I3-6
Tim Pelaksana Teknis :
Dinas Tata Ruang, Dinas PU, Dinas
Koprasi dan Perdagangan, Satpol PP
Kab.Pandeglang
Key Informan
I7-8
Waralaba Indomart dan Alfamart
Key Informan
I9-I15
LSM, Masyarakat, Kios Kecil
Secondary Informan
(Snowball)
Sumber: Peneliti 2015.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengawasan Penyelenggaraan Waralaba (Indomart/Alfamart)
Oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (BPMPPTSP) Di Kabupaten Pandeglang
Di era globalisasi dewasa ini pertumbuhan perekonomian di Indonesia
semakin meningkat pesat, itu ditandai dengan diberlakukannya pasar bebas
masuknya usaha-usaha asing di Indonesia dengan berbagai sistem bisnis yang
beragam seperti sistem bisnis waralaba yang saat ini berkembang pesat di
Indonesia. Istilah waralaba mulai disebut dalam peraturan perundang-
78
undangan di Indonesia sejak diundangkannya UU Nomor 9 Tahun 1995
tentang Usaha kecil, yang di Pasal 27 mengatur bahwakemitraan usaha
dilaksanakan dengan pola :inti plasma, sub kontrak, waralaba dan jenis lain.
Untuk menindak lanjuti ketentuan tersebut, maka Pemerintah mengeluarkan
PP No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba, yang diikuti dengan dikeluarkannya
Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan No.259/MPP/KEP/7/1997,
tentang Ketentuan dan Pelaksanaan pendaftaran Usaha Waralaba. Dalam
peraturan perundang-undangan tersebut ditegaskan bahwa waralaba
merupakan perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau memanfaatkan hak kekayaan intelektual dan atau
penemuan cirri khas usaha yang dimiliki pihak lain tersebut dalam rangka
penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa.
Dalam rangka untuk membangun usaha waralaba di Indonesia agar
lebih maju lagi maka dikeluarkanlah Peraturan Mentri Perdagangan Republik
Indonesia No.12/M-DAG/PER/3/2006 tentang ketentuan dan tatacara
penertiban surat tanda pendaftaran usaha waralaba. Perubahan yang mendasar
pada peraturan ini adalah pengaturan yang mengatur jangka waktu kontrak
waralaba utama dan waralaba lanjutan. Kemudian perkembangan waralaba di
Indonesia yang teraktual adalah diberlakukannya PP No.42 Tahun 2007
Tentang Waralaba dan kemudian Pemerindag No. 31/MEN-DAG/PER/8/2008
Tentang Penyelenggaraan Waralaba sebagai peraturan yang mengatur terkait
pelaksanaanya. Dalam dua peraturan perundang-undangan tersebut mulai
79
nampak adanya indikasi penggunaan usaha waralaba sebagai alternatif usaha
yang sangat menjanjikan untuk dijadikan bisnis usaha.
Di Provinsi Banten khususnya di kabupaten pandeglang usaha bisnis
waralaba yang saat ini berkembang pesat yaitu bisnis Waralaba Minimarket
seperti Indomart dan Alfamart yang pertumbuhannya saat ini sangat pesat itu
semua terlihat hampir disetiap perempatan dapat ditemui waralaba berbentuk
minimarket seperti indomart dan alfamart. Waralaba Menurut Peraturan
Daerah Kabupaten Pandeglang No.12 Tahun 2010 tentang pedoman
penyelenggaraan waralaba, pusat perbelanjaan dan toko modern waralaba
adalah merupakan hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau
badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian
waralaba. Keberadaan waralaba tentu akan membawakan dampak positif dan
negative.
Dampak positivnya tentu dengan keberadaan waralaba berbentuk
minimarket seperti Indomart dan Alfamart di daerah akan menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat di daerah dan menciptakan investasi bagi
Pemerintah Daerah, tentu itu semua jika dalam pelaksanaannya diatur dan
dikelola dengan baik oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang.
Badan Penanaman Modal, dan Pelayanan Perizinan, Terpadu Satu
Pintu (BPMPPTSP), selaku instansi atau lembaga yang mempunyai tugas
menangani peroses penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang,
80
sekaligus menjadi pelaksana Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Waralaba, Pusat Perbelanjaan, dan Toko modern
di Kabupaten Pandeglang. Kemudian sesuai peraturan Bupati Pandeglang
nomor 32 tahun 2014, tentang tugas, fungsi dan tatakerja badan penanaman
modal dan pelayanan perizinan terpadu satu pintu (BPMPPTSP) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 17 ayat 3, bahwa (BPMPPTSP) mempunyai tugas
pokok dan fungsi melaksanakan pengendalian,pengawasan dan evaluasi
terkait kegiatan penanaman modal dan perizinan usaha di Kabupaten
Pandeglang.
Setiap program pemerintah tentu memiliki kendala dalam
pelaksanaannya, begitu juga dengan penyelenggaraan waralaba
(Indomart/Alfamart) Di Kabupaten Pandeglang dalam pelaksananya tentu
terdapat kendala dan permasalhan sesuai dengan hasil observasi awal
dilapangan dalam penelitian ini bahwa dalam penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglang ternyata terdapat beberapa kendala dan masalah
dimulai dari adanya waralaba yang melanggar ketentuan alam Perda sampai
kepada waralaba yang tidak mengantongi izin namun tetap beroprasi.
Untuk mengetahui bagaimana Pengawasan Penyelenggaraan
Waralaba (Indomart/Alfamart) Oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu, Satu Pintu (BPMPPTSP) Di Kabupaten Pandeglang maka
peneliti melakukan 3 (tiga) penilaian dari Teori Langkah-langkah Pengawasan
Menurut G.R Terry ( 1986:397 ) yaitu:
81
1. Mengukur hasil pekerjaan
2. Membandingkan hasil pekerjaan dengan standar dan memastikan
perbedaan ( apabila ada perbedaan )
3. Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan
perbaikan.
4.3.2 Mengukur Hasil Pekerjaan
Pengukuran pelaksanaan program dalam suatu organisasi swasta
ataupun pemerintahan, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan setiap program kerja yang dilaksanakan dalam suatu organisasi
baik swasta maupun pemerintahan, maka untuk mengetahuinya diperlukan
Pengawasan terhadap pelaksanaan dari setiap program yang di jalankan
kemudian Pengawasan adalah suatu kegiatan yang biasanya dilakukan oleh
seorang atasan atau manejer uantuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan program untuk mengetahui apakah setiap pekerjaan-pekerjaan
terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang di
kehendaki. Pengawasan juga merupakan kegiatan untuk menilai dan
mengoreksi pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan agar hasilnya sesuai
dengan yang dikehendaki.
Begitu-pun dalam Penyelenggaraan Waralaba (Minimarket Indomart,
Alfamaart) di Kabupaten Pandeglang Untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaannya apakah sesuai dengan yang dikendaki, untuk mengetahuinya
maka diperlukan Pengawasan pada saat proses penyelenggaraannya kaitannya
82
dengan Pengawasan berdasarkan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 32
Tahun 2014 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Satu Pintu Mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan administrasi
dibidang penanaman modal pelayanan perizinan dan non perizinan dengan
prinsip koordinasi, integrasi, singkronisasi, simplifikasi, keamanan dan
kepastian. Mengacu pada peraturan tersebut maka proses Penyelenggaraan
Waralaba di Kabupaten Pandeglang dalam pelaksanaannya di tangani
langsung oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (BPMPPTSP).
Seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kab.Pandeglang (I1),
Mengatakan,
“Ia betul BPMPPTSP mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan
penyelenggaraan pelayanan perizinan di Kabupaten Pandeglang
diantaranya perizinan mendirikan bangunan, perizinan usaha dll.
Termasuk juga didalamnya perizinan usaha Waralaba. akan tetapi
BPMPPTSP tidak sendiri dalam memproses setiap perizinan nanh
disini ada tim teknis yang membantu memproses perizinan dilapangan
tentu berkoordinasi dengan kami. Tim teknis tersebut diantaranya
Dinas PU,Dinas Tata Ruang,Dinas Koprasi dan Perdagangan dan
Satpol PP. jadi begitu De.”(Wawancara/Kamis, 5 Mei 2015/pukul
10.00 WIB/wawancara tersebut dilakukan di Kantor BPMPPTSP
Kabupaten Pandeglang).
Hal senada di sampaikan oleh Kepala Bidang Pengendalian
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang (I2), menyampaikan bahwa:
83
“Pelaksanaan Penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang
ditangani oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu BPMPPTSP sebagai pelaksana tugas pemerintah
yang mengurusi pada bidang Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan. Untuk pelaksanaan penyelenggaraan waralaba disini
dalam hal teknis BPMPPTSP di bantu Tim Teknis dalam hal perizinan
dilapangan, diantaranya Dinas Tataruang, Dinas Indakpas, Dinas
Perhubungan dan Satpol PP. sesuai dengan surat Keputusan Bupati
Pandeglang tentang Pembentukan Tim Teknis Pada Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang. tim teknis tersebut di bawah
koordinasi BPMPPTSP oleh Bidang Pengendalian. Tim teknis bekerja
sesuai dengan tupoksinya masing masing dan melakukan koordinasi
dengan BPMPTSP terkait perizinan waralaba di Kabupaten
Pandeglang. .”(Wawancara/Kamis Mei 2015 /pukl 10.00 WIB/
wawancara tersebut dilakukan di Kantor Satpol PP Kabupaten.
Pandeglang).
Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa dalam
Pelaksanaan Penyelenggaraan Waralaba (Indomart,Alfamart) di Kabupaten
Pandeglang dalam pelaksanannya ditangani oleh Badan Penanaman Modal
dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten
Pandeglang sesuai Peraturan Bupati Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Rincian
Tugas dan Fungsi, Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang. dalam
Peraturan Bupati tersebut dijelaskan bahwa Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi, dan penyelenggaraan pelayanan administrasi di
bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan termasuk didalamnya
menangani proses pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang.
84
Dalam Pelaksanaannya Penyelenggaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang dari hasil wawancara diatas Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang
di bantu oleh Tim teknis yang terdiri dari Dinas Koprasi, Perdagangan dan
Perindustrian, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Ruang Cipta Karya, dan
Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) sesuai dengan surat Keputusan
Bupati Pandeglang Nomor 504/Kep. 167-Huk/2015, tentang Pembentukan
tim teknis pada bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu
satu pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang.
Dari hasil wawancara diatas juga dapat diketahui dalam proses
pelaksanaan perizinan usaha Waralaba (Indomart dan Alfamart) BPMPPTSP
Berkoordinasi dengan tim pelaksana teknis dalam memproses perizinan di
lapangan tim teknis tersebut diantaranya Dinas PU, Dinas Tata Ruang, Dinas
Koprasi, Perdagangan dan Perindustrian dan Satpol PP dibawah Koordinasi
Bidang Pengendalian dan Pengawasan Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten
Pandeglang.
Seperti yang disampaikan oleh Kepala Bidang Perdagangan Informasi
dan Pengendalian Dinas Koprasi, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten
Pandeglang (I3), menjelaskan :
“Ya memang benar kami bagian dari tim pelaksana teknis dalam
perizinan usaha dan perdagngan termasuk juga izin usaha Waralaba
kami di bawah koordinasi Bidang Pengendalian dan Pengawasan
BPMPPSTP Kabupaten Pandeglang kaitannya dalam pelaksanaan
85
penyelenggaraan Waralaba di Kabupaten Pandeglang Kami yang
memproses perizinan usahannya kemudian berkoordinasi dengan
BPMPPSTSP jika izin usahnya sudah ditempuh .”(Wawancara/Kamis,
5 Mei 2015/pukul 10.00 WIB/wawancara tersebut dilakukan di Kantor
Dinas Koprasi,Perdagangan dan Perindustrian Kab. Pandeglang).
Dari hasil wawancara dengan Kepala Bidang Perdagangan Informasi
dan Pengendalian Dinas Koprasi, Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten
Pandeglang dapat diketahui dalam pelaksanaan penyelenggaraan waralaba
(Indomart,Alfamart) juga mempunyai andil dalam setiap mekanisme perizinan
yang harus ditempuh oleh pihak waralaba, Dinas Koprasi dan Perdagangan di
bawah Koordinasi Bidang Pengendalian dan Pengawasan BPMPPTSP
mempunyai tugas untuk memproses perizinan usahanya dan kemudian
berkoordinasi dengan Pihak BPMPPTSP beserta tim teknis lainnya.
Seperti keterangan yang diberikan oleh Tim Pelaksana Teknis lainnya
yakni oleh Kepala Dinas PU (I4),
“Betul Dinas Pekerjaan Umum (PU) juga bagian dari tim plaksana
teknis dalam pelaksanaan penyelenggaraan Waralaba di Kabupaten
Pandeglang Dinas PU lah yang menangani terkait
izin.”(Wawancara/Kamis,6 Mei 2015 /pukl 10.00 WIB / wawancara
tersebut dilakukan di Kantor Dinas Kabupaten. Pandeglang).
Hal senadan juga di jelaskan juga oleh tim plaksana teknis yakni
Kepala Bidang Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (I5),
“Dalam pelaksanaan Penyelenggaraan Waralaba di Kabupaten
Pandeglang Dinas Tatarunangmerupakan bagian dari tim pelaksana
teknis yang memproses perizinan dilapngan dalam hal lokasi
bangunan waralaba yang akan didirikan apakah sudah sesuai dengan
ketentuan dalam perda. contohnya jarak antara waralaba dengan
pasar tradisional diatur harus berjarak minimal 200 meter dan jarak
86
bangunan dengan as jalan harus berjarak 15 meter nah kamilah yang
memprosesnya.”(Wawancara/Kamis,6 Mei 2015 /pukl 10.00 WIB/
wawancara tersebut dilakukan di Kantor Dinas Tataruang Kabupaten.
Pandeglang).
Hal sedana di sampaikan oleh Satpol PP Kabupaten Pandeglang
memberikan keterangan serupa ketika di wawancarai oleh peneliti kali ini
yang diwawancarai adalah Kepala Bidang Pembinaan, Pengawasan dan
Penyuluhan Satpol PP Kabupaten Pandeglang (I4), mengatakan bahwa :
“Ia betul sekali kami Satpol PP juga merupakan bagian dari Tim
Pelaksana teknis dalam pelaksanaan Penyelenggaraan Waralaba
(Indomart,Alfamart)di Kabupaten Pandeglang ,nah tugas kami disini
adalah mengawal dan mengawasi ketika proses perizinan dilapangan
sedang ditempuh, karena kami adalah merupakan unsure penegak
Hukum dan perundang-undangan maka tugas kami adalah mengawasi
apakah proses perizinan yang sedang ditempuh sudah sesuai dengan
ketentuan yang ada mengacu pada Perda Nomor 12 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Waralaba kemudiann jika ada pelangaran maka
kami yang akan menegur pihak waralaba.. ”(Wawancara/Kamis,6 Mei
2015 /pukl 14.00 WIB/ wawancara tersebut dilakukan di Kantor Satpol
PP Kabupaten. Pandeglang).
Dari hasil hasil wawancara diatas yang dapat deketahui terkait proses
penyelenggaraan Waralaba di Kabupaten Pandeglang menurut keterangan dari
BPMPPSTS beserta tim pelaksana teknis maka yang dapat peneliti simpulkan
bahwa dalam proses penyelengaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang itu
ditangani oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (BPMPPTSP) dan Tim Teknis diantaranya Dinas Sosial, Dinas PU,
Dinas Tata Ruang, Dinas Koprasi, dan Satpol PP.
Sesuai dengan Peraturan Bupati Kabupaten Pandeglang Nomor 32
Tahun 2014 Tentang Rincian Tugas Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanaman
87
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten
Pandeglang.
Di dalam Peraturan tersebut disebutkan bahwa Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten
Pandeglang mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan Koordinasi
dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang penanaman modal
pelayanan perizinan dan non perizinan secara terpadu dengan prinsip
Koordinasi, Integrasi, Singkronisasi, Simplifikasi, Keamanan dan Kepastian.
Dalam pelaksanaannya melibatkan berbagai pihak ditingkat Pemerintah
Daerah/SKPD, Di Kabupaten Pandeglang. diantaranya Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Tata Ruang, Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Satuan
Polisi Pamong Praja menjadi bagian dari tim plaksana teknis dalam pelaksana
penyelenggaraan Waralaba Di Kabupaten Pandeglang. Dalam pelaksanaanya
tersebut merupakan kerjasama yang didasarkan pada fungsi dan tugas pokok
masing-masing. Oleh karena itu masing-masing pihak harus bertanggung
jawab terhadap kelancaran tugas dalam upaya mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pihak yang terkait dalam pelaksanaan penyelenggaraan Waralaba
(Indomart/Alfamart) perlu melakukan komunikasi dan koordinasi yang baik
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Pihak yang terkait dalam pelaksanaan penyelenggaraan waralaba
(Indomart/Alfamart) Di Kabupaten Pandeglang berdasarkan pengamatan
peneliti selama melakukan penelitian adalah BPMPPTSP dan tim pelaksana
teknis Dinas PU, Dinas Tata Ruang, Dinas Perdagangan dan Perindustrian,
88
dan Satuan Polisi Pamong Praja, tim plaksana teknis tersebut di bawah
koordinasi Kepala Bidang Pengendalian dan Pengawasan BPMPPTSP
Kabupaten Pandeglang. Seperti yang disampaikan oleh Kepala BPMPPTSP
Kabupaten Pandeglang (I1),
“ Dalam pelkasnaan penyelenggaraan waralaba (Indomart/Alfamart)
BMPPPSTS di bantu oleh tim plaksana teknis di bawah koordinasi
bidang pengendalian dan pengawasan untuk membantu proses
perizinan dilapangan sesui dengan tugas pokok dan fungsinya masing-
(Wawancara/Kamis, 15 2015/pukul 13.00 WIB/wawancara tersebut
dilakukan di Kantor BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang).
Dari pemaparan yang disampaikan oleh Kepala BPMPPTS Kabupaten
Pandeglang bahwa dalam penyelenggaraan waralaba (Indomart/Alfamart) di
lapangan itu melibatkan tim teknis yakni Dinas PU, Dinas Tata Ruang, Dinas
Perdagangan dan Satuan Polisi Pamong Praja yang menjadi bagian dari tim
pelaksana tekni. Banyaknya pelaksana yang terlibat dalam penyelenggaraan
waralaba (Indomart/Alfamart) tidak menjamin memiliki pengaruh besar
terhadap suksesnya pelaksanaan tersebut.
Agar dalam pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di kabupaten
pandeglang dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan perundang
undangan, yang paling penting adalah pengawasan pada saat ditempuhnya
proses perizinan dalam penyelenggaraan waralaba karena pada saat peneliti
melakukan observasi dilapangan ditemukan beberapa permasalahan terkait
penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang diantaranya terdapat
waralaba (Indomaret/Alfamart) yang tidak mempunyai izin namun tetap
beroprasi kemudian adanya waralaba yang melanggar Perda Nomor 12 Tahun
89
2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba. Untuk mengetahui
penilaian dan pendapat mengenai kemampuan dari pelaksanaan
penyelenggaraan waralaba (Indomart/Alfamart) di Kabupaten Pandeglang dan
bagaimana pengawasannya , peneliti menanyakan kepada informan terkait
kemampuan pelaksana penyelenggaraan waralaba dan pengawasannya.
Adapun menurut LSM di Kabupaten Pandeglang (I7) mengenai pandangannya
terhadap kemampuan pelaksana dan mengenai bagaimana pengawasandalam
pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang,
mengatakan,
“Menurut saya BPMPPTSP sejauh ini dalam pelaksanaan
penyelenggaraan waralaba (Indomart/Alfamart) di Kabupaten
Pandeglang belum berjalan dengan baik. kenapa demikian karena
terdapat waralaba(Indomart/Alfamart) di pandeglang yang belum
mempunyai izin namun di biarkan beroprasi dan sampai saat ini pihak
BPMPPTSP belum juga memberikan sanksi tegas terhadap waralaba
yang belum mempunyai izin tersebut”. (Wawancara/Rabu, Juli
2015/Pukul 11.00 WIB/wawancara tersebut dilakukan di Alun-alun
Pandeglang).
Hal senada juga disampaikan Oleh salah satu pemilik warung kecil di
Kabupaten Pandeglang memberikan tanggapannya mengenai pelaksanaan
penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang (I10), mengatakan bahwa
“Belum baik dek .. karena kami pedagang kecil masih merasa
dirugikan dengan adanya waralaba di Pandeglang. pemerintah tidak
memperhatikan nasib kami pedagan kecil yang dipaksa bersaing
dengan waralaba yang bermodal besar. Seharusnya pemerintah kalo
bisa itu waralaba kayak indomart di batasi jangan banyak-banyak.”
(Wawancara/Rabu, Juli 2015/Pukul 13.00 WIB/wawancara tersebut
dilakukan Pasar sodong menes Pandeglang).
90
Dari hasil wawancara di atas, diketahui bahwa dalam pelaksanaan
penyelenggaraan waralaba (Indomart/Alfamart) di Kabupaten Pandeglang
belum berjalan dengan baik. Itu semua ditandai dengan adanya waralaba yang
belum mempunyai izin namun tetap dibiarkan beroprasi ini Hal ini
mengindikasikan pengawasan yang dilakukan oleh pihak BPMPPTSP masih
belum optimal.
Sama halnya dengan pernyataan yang disampaikan oleh Kepala
Bidang Pengawasan dan Penyuluhan Satpol PP Kabupaten Pandeglang (I4)
juga menyampaikan pendapatnya mengenai pelaksanaan penyelenggaraan
waralaba (Indomart/Alfamart) Di Kabupaten Pandeglang, mengatakan,
“Menurut saya, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang sebagai
pelaksana dalam penyelenggaraan waralaba dan sebagai pelaksana
perda nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman penyelenggaraan
waralaba sudah melakukannya dengan baik. Kami satpol pp yang juga
merupakan bagian dari tim plaksana teknis dalam penyelenggaraan
waralaba (Indomart/Alfamart) di Kabupaten Pandeglang tidak
memungkiri bahwa adanya laporan dari masyarakat bahwa ada
waralaba yang belum mempunyai izin namun tetap beroprasi, kami
disini hanya sebagai tim teknis saja kewenangan terkait itu ada di
BPMPPTSP dalam hal ini bidang pengendalian dan pengawasan
perizinan yang akan menyelidikinya. Nah kalo memang terbukti
bahwa waralaba yang dilaporkan itu benar tidak mempunyai izin
maka kami Satpol PP yang akan menindaknya Tapi itu juga harus ada
rekomendasi dari pihak BPMPPTSP. Kami disini bergerak jika sudah
ada rekomendasi untuk menertibkan waralaba yang tidak berizin itu.
Teguran pertama hingga tiga kali jika teguran dari kami tidak
diindahkan maka sesuai dengan peraturan yang ada maka kami akan
menyegel waralaba tersebut. Seperti yang sudah sudah. Begitu Dek”
”(Wawancara/Selasa,Mei 2015/Pukul 08.00 WIB/wawancara tersebut
dilakukan di Kantor Satpol PP Kabupaten Pandeglang).
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa dalam pengawasan
penyelenggaraan waralaba (Indomart/Alfamart) diKabupaten Pandeglang
91
dalam perizinannya di Awasi oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
perizinan terpadu satu pintu (BPMPPTSP) di bawah bidang pengendalian dan
pengawasan. Sesuai peraturan Bupati Pandeglang nomor 32 tahun 2014,
tentang tugas, fungsi dan tatakerja badan penanaman modal dan pelayanan
perizinan terpadu satu pintu (BPMPPTSP) sebagaimana dimaksud dalam pasal
17 ayat 3, bahwa (BPMPPTSP) mempunyai tugas pokok dan fungsi
melaksanakan pengendalian,pengawasan dan evaluasi terkait kegiatan
penanaman modal dan perizinan usaha di Kabupaten Pandeglang,
Kaitannya dengan pengawasan penyelengaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang untuk mengetahui proses yang terjadi sebenarnya dilapangan
makan peneliti melakukan wawancara terhadap informan (I13) Masyarakat
Pandeglang (Pemilik Warung Kecil) mengatakan,
“Menurut saya pemerintah kurang tegas terhadap waralaba
(Indomart/Alfamart) yang tidak mengantongi izin. Terusterang
Dek”…waralaba (Indomart/Alfamart) yang ada disebrang jalan itu
belum mempunyai izin dari pemerintah tapi tetap saja dibiarkan
beroprasi” warga masyarakat yang lain juga banyak yang tau
(Wawancara/Kamis, 5 mei 2015/Pukul 10.00 WIB/wawancara tersebut
dilakukan di kios pasar).
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat
menilai bahwa dalam penyelenggaraan waralaba (Indomart/Alfamart)di
Kabupaten Pandeglang Pemerintah dalam hal ini Badan Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu satu Pintu (BPMPPTSP)kurang tegas dalam menindak
waralaba yang melanggar, ini mengindikasikan bahwa pengawasan yang
dilakukan oleh BPMPPTSP dalam pelaksanaan waralaba di Kabupaten
92
Pandeglang masih kurang optimal. Untuk mengetahui bagaimana proses
pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di lapangan maka peneliti melanjutkan
wawancara dengan LSM lainnya yang ada di Pandegalang, mengatakan
bahwa.
“Saya melihat bahwa dalam pelaksanaan penyelenggaraan waralaba
(Indomart/Alfamart) di Kabupaten Pandeglang Pemerintah dalam hal
ini Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (BPMPPSTS) ketika dalam proses perizinan dilapangan di
tempuh tidal langsung ikut melihat proses yang ada, dan terkesan
lebih mempercayakan kepada tim plaksana teknis untuk memproses
prizinan dilapangan, BPMPPTSP hanya mengandalkan informasi dari
tim plaksana teknis saja. Ini yang kemudian pada proses perizinan
dilapangan di tempuh dan tanpa ada pengawasan langsung dari
BPMPPTSP, maka bisa jadi situasi tersebut di manfaatkan oleh oknum
yang tidak bertanggung jawas utuk memuluskan proses perizinan
dilapangan, oleh karnanaya banyak terjadi pelanggaran yang
BPMPPTSP tidak ketahui.”(Wawancara/Kamis, 6 Mei 2015/Pukul
14.00 WIB/wawancara tersebut dilakukan di Rumahnya ).
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa dalam
pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang bahwa
BPMPPPTS tidak langsung turun kelapangan untuk mengawasi langsung
proses perizinan di lapangan. Seharusnya ada pengawasan secara langsung
dari BPMPPTSP ketika proses perizinan di lapangan ditempuh untuk
memastikan apakah perizinan yang sdang ditempuh sudah sesuai dengan
aturan yang berlaku.
Dalam pembagian tugasnya sebagaimana tertera dalam Peraturan
Bupati Pandeglang nomor 32 tahun 2014, tentang tugas, fungsi dan tatakerja
badan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu satu pintu
(BPMPPTSP) sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat 3, bahwa
93
(BPMPPTSP) mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan
pengendalian,pengawasan dan evaluasi terkait kegiatan penanaman modal dan
perizinan usaha di Kabupaten Pandeglang.
Sedangkan menurut Satpol PP Kabupaten Pandeglang (I4), bahwa
untuk pelaksana penyelenggaraan waralaba di lapangan Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu ikut turun langsung
kelapangan dengan tim plaksana teknis untuk memantau langsung proses
perizinan yang sedang ditempuh di lapangan hal tersebut dilakukan agar
ketika ada yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada langsung bisa di
evaluasi tanpa menunggu informasi dari tim pelaksana teknis dilapanagn hal
ini akan lebih efektif dalam melakukan pengawasan dalam pelaksanaan
penyelengaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang. Hal tersebut perlu
dilakukan agar pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang dapat berjalan dengan baik dan bisa menyelesaikan bagian lain
dalam tahapan-tahapan perizinan dalam penyelenggaraan waralaba. Berikut
ini adalah penjelasan dari Satpol PP Kabupaten Pandeglang, menjelaskan,
“Agar dalam pelaksaanaannya bisa berjalan dengan baik maka
diperlukaan sinergisitas dan komunikasi yang baik antara BPMPPTSP
dan tim pelaksana teknis dilapangan agar dalam penyelenggaraan
waralaba di Pandeglang bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Kemudian seharusnya ketika perizinan waralaba
dilapangan ditempuh BPMPPSTP seyogyanya agar bisa turun
langsung melihat ketika proses perizinan dilapang ditempuhagar pada
saat proses perizinan ditempuh itu dalam pengawasan langsung
BPMPPTSP dan ketika ada kesalahan dalam prosedur perizina, bisa
langsung di Evaluasi.”(Wawancara/Kamis, 5 Mei 2015/Pukul 10.00
WIB/wawancara tersebut dilakukan di Kantor Satpol PP Kabupaten
Pandeglang).
94
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui dari penjelasan salah
satu tim dari pelaksana teknis dalam penyelenggaraan walaba di Kabupaten
Pandeglang(I3-3),menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang agar dalam pelaksanaannya bisa berjalan
dengan baik maka diperlukan sinergisitas dan komunikasi yang baik antara
tim pelaksana teknis dan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintum, dan ketika proses perizinan dilapangan ditempuh
menurutnya BPMPPTSP bisa secara langsung melakukan pengawasan
dilapangan ini semua dilakukan agar proses perizinan dilapangan bisa berjalan
dengan sesui peraturan yang ada.
Tim plaksana teknis dalam pelaksanaan penyelenggaraan waralaba
(Indomart/Alfamar) dalam penyelenggaraan waralaba tersebut ketika berada
di lapangan adalah dibawah kordinasi BPMPPSTP . Sejauh mana BPMPPTSP
dan Tim Pelaksana Teknis melakukan kerjasama dan koordinasi, maka akan
terlihat kemampuan kerjanya. Sesuai dengan tupoksinya masing-masing
Sama halnya apa yang dirasakan pula oleh masyarakat pandeglang, agar dalam
pelaksanaannya penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang bisa
ditangani secara professional.Seperti pemaparannya berikut ini,
“Siapa yang berwenang untuk melakukan pengawasan dalam
penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang adalah
pemerintah kami disini tidak begitu mengerti tentang pelaksanaan
perizinan waralaba itu dan kami berharap pemerintah bisa tegas
dalam menerapkan aturan dalam peyelenggaraan waralaba agar
keberadaannya tidak menyalhi aturan dan akhirnya akan merugikan
pemerintah dan kami pedagang kecil akan semakin merugi karena
karena keberadaan waralaba yang begitu banyak di pandeglang kami
95
dipaksa untuk bersaing dengan waralaba. (Wawancara / Rabu,11
Mei2015/Pukul 10.55 WIB/wawancara tersebut dilakukan di dekat
Pasar Tradisional di Cadasari).
Berdasarkan pemaparan di atas, dijelaskan bahwa masyarakat
Kabupaten Pandeglang mengharapkan dalam pelaksanaan penyelenggaraan
waralaba di Kbaupaten Pandeglang bisa ditangani dengan seprofesional
mungkin oleh pemerintah dan sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku, dalam prosedur perizinan dalam penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglang mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun
2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba Pusat Perbelanjaan dan
Tomo Modern. Seperti adanya keterlibatan dari aparat Kelurahan, Ketua
RT/RW setempat dan pemilik kios kecil.
Keberadaan usaha waralaba di Kabupaten Pandeglang tentu disatu sisi
dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan perekonomian karena dapat
menciptakan investasi dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
pandeglang. namum keberadaan waralaba berbentuk minimarket seperti
indomart dan alfamart juga harus dibatasi dan diawasi keberadaannya karena
mengingat di kabupaten pandeglang juga banyak terdapat usaha warung kecil
dan pasar tradisional yang harus diperhatikan juga oleh pemerintah
Dikabupaten pandeglang terdapat kebijakan yang mengatur tentang
Penyelenggaraan Waralaba yakni Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No
12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern. Waralaba mnurut Peraturan Daerah
Kabupaten Pandeglang Nomor.12 Tahun 2010 Waralaba adalah merupakan
96
hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap
sistem bisnis yitu dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang
atau jasa dan digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
dalam perda tersebut mengatur pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglang dimulai dari prosedur perizinan.
4.3.3 Membandingkan Hasil Pekerjaan Dengan Standar dan Memastikan
Perbedaan
Tahap ini dimaksudkan dengan membandingkan hasil pekerjaan
dengan standar yang telah ditentukan. Hasil pekerjaan dapat diketahui
melalui laporan tulisan yang disusun karyawan baik laporan rutin maupun
laporan khusus. Selain itu atasan dapat juga langsung mengunjungi
karyawan untuk menanyakan langsung hasil dari pekerjaan tersebut atau
dengan cara memanggilnya langsung dan mendengarkannya secara lisan.
kinerja dapat berada pada posisi lebih tinggi dari, lebih rendah dari, atau
sama dengan standar. Pada beberapa perusahaan perbandingan dapat
dilakukan dengan mudah, misalnya dengan menetapkan standar namun
dalam beberapa kasus perbandingan ini standar ini jelas dan relative
mudah dihitung untuk menentukan apakah apakah standar telah tercapai
atau belum. Namun dalam beberapa kasus perbandingan ini dapat
dilakukan dengan lebih detail jika kinerja lebih rendah dibandingkan
standar, maka seberapa besar penyimpangan ini dapat ditoleransi sebelum
tindakan korektif dilakukan.
97
Begitupun dalam penyelenggaraan Waralaba (Indomart/Alfamart)
di Kabupaten Pandeglang ada panduan khusus dalam penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang yakni Peraturan Daerah No.12 Tahun
2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern. Maka dalam pelaksanaanya harus mengacu kepada
Perda tersebut, maka untuk mengetahui apakah dalam pelaksanannya
sudah sesuai dengan prosedur atau standar yang sudah di tetapkan maka
peneliti menanyakannya kepada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang sebagi
lembaga atau instansi yang menjadi pelaksana dalam penyelenggaraan
waralaba (Indomart/Alfamart) di Kabupaten Pandeglang dan sebagai
pelaksana dari Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 12 Tahun
2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern.
Dalam penyelenggaraan Waralaba (Indomart/Alfamart) di
Kabupaten Pandeglang ini, mereka yang bertanggung jawab harus dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang
berlaku, serta harus dilihat apakah pelaksanaannya telah sesuai dengan
petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Pemerintah,
Dikabupaten pandeglang terdapat kebijakan yang mengatur tentang
Penyelenggaraan Waralaba yaitu Peraturan Daerah No12 Tahun 2010
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern. Waralaba mnurut Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang
98
Nomor.12 Tahun 2010 Waralaba adalah merupakan hak khusus yang
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis
yitu dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang atau jasa
dan digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. dalam
perda tersebut mengatur pelaksanaan penyelenggaraan waralaba.
Mengacu Pada peraturan Bupati Pandeglang nomor 32 tahun 2014,
tentang tugas, fungsi dan tatakerja badan penanaman modal dan pelayanan
perizinan terpadu satu pintu (BPMPPTSP) sebagaimana dimaksud dalam
pasal 17 ayat 3, bahwa (BPMPPTSP) mempunyai tugas pokok dan fungsi
melaksanakan pengendalian, pengawasan dan evaluasi terkait kegiatan
penanaman modal dan perizinan usaha di Kabupaten Pandeglang.
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Satu Pintu
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyelenggaraan
pelayanan administrasi dibidang penanaman modal pelayanan perizinan
dan non perizinan dengan prinsip koordinasi, integrasi, singkronisasi,
simplifikasi, keamanan dan kepastian kemudian Tugas Pokok dan Fungsi
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang diantaranya yaitu: Melaksanakan
Koordinasi dalam Menyelenggarakan Pelayanan Administrasi di Bidang
Penanaman Modal Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan secara terpadu
dengan prinsip koordinasi, integrasi, singkronisasi, simplifikasi, keamanan
dan kepastian. Membantu Bupati dalam Perumusan pelaksanaan dan
Penyelenggaraan kebijakan di Bidang Penanaman Modal, Perizinan dan
99
Non Perizinan secara terpadu dalam perizinan.Pelaksanaan Penyusunan
Program BPMPPTSP. Penyelenggaraan pelayanan administrasi perizinan
dan non perizinan dan penanaman modal. Pelaksanaan Koordinasi proses
pelayanan perizinan, non perizinan dan penanaman modal, Pelaksanaan
administrasi penanaman modal, pelayanan perizinan dan non perizinan.
Pelaksanaan penyelenggaraan waralaba dalam pelaksanaannya
tentu harus mengacu pada Perundang-Undangan dan kepada prosedur
yang berlaku. Seperti yang terteda dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Pandeglang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Waralaba Pusat Perbeelanjaan dan Toko Modern.
Namun, ketika peneliti melakukan observasi dan wawancara ke
lapangan, ternyata terdapat waralaba (Indomart/Alfamart) yang tidak
sesuai dengan ketentuan seperti yang tertera dalam Peraturan Daerah
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraa Waralaba Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern. Seperti jarak antara pasar tradisional yang
dalam perda diatur harus berjarak 200 meter namun terdapat waralaba
yang jaraknya kurang dari 200 meter dari pasar tradisional, belum lagi
menurut keterangan dari masyarakat terdapat waralaba yang tidak
mengantongi izin namun masih tetap beroprasi. Oleh karnanya untuk
mengetahui kebenaran dari keterangan tersebut maka peneliti melakukan
wawancara kepada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) adalah instansi pemerintah yang
mempunyai tugas sebagai pelaksana dalam penyelenggaraan waralaba di
100
Kabupaten Pandeglang seperti yang tertera dalam peraturan Bupati
Pandeglang nomor 32 tahun 2014, sebagaimana dimaksud dalam pasal 17
ayat 3, mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan pengendalian,
pengawasan dan evaluasi terkait kegiatan penanaman modal dan perizinan
usaha di Kabupaten Pandeglang.
Untuk mengetahui apakah dalam penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglang sudah ses uai dengan Perundang-Undangan
yang ada maka peneliti menanyakan kepada BPMPPTSP Kabupaten
Pandeglang yakni Kepada Kepala Bidang Informasi dan Pengendalian
(I2). mengatakan,
“Tentu dalam penyelenggaraan waralaba harus mengacu pada
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Waralaba Pusat Perbelanjaan dan toko Modern.
”. kami sudah mengacu pada Perda tersebut, namun jika memang
ada waralaba yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada kami
biasanya mengkaji dan jika terbukti melakukan pelanggaran kami
akan memanggil pemilik waralaba tersebut (Wawancara/Senin,
Mei 2015/Pukul 10.00 WIB/wawancara tersebut dilakukan di
Kantor BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan keterangan di atas, dijelaskan bahwa dalam
pelaksanaan penyelenggaraan waralaba (Indomart/Alfamart) mengacu
pada Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 12 Tahun 2010
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba Pusat Perbelanjaan dan
Modern namun pada saat peneliti melakukan observasi dan melakukan
wawancara ternyata menurut salah satu LSM di Pandeglang
mengungkapkan bahwa ada beberapa waralaba yang tidak mempunyai izin
dan tidak sesuai dengan Perda Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman
101
Penyelenggaraan Waralaba. seperti Waralaba di Cadasari dan pasar menes
yang jaraknya dari pasar tradisional kurang dari 200 ini tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana yang tertera dalam Perda Nomor 12 Tahun
2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba yang salah satu
pointnya menjelaskan bahwa jarak antara waralaba berrbentuk
Indomart/Alfamart minimal harus berjarak 200 meter dari pasar tradisional
Seperti penjelasan dari Salah satu LSM di Kabupaten Pandeglabg (I7).
memberikan pemaparan mengenai adanya waralaba (Indomart/Alfamart)
yang melanggar ketentuan dalam Perda, beliau mengatakan,
“Di Kabupaten Pandeglang ada beberapa Waralaba yang tidak sesuai
dengan ketentuan dalam perda, seperti waralaba Alfamart yang ada di
Pasar menes dan pasar Cadasari, jarak nya kurang dari 200 meter dari
pasar tradisional. Jelas itu merupakan pelanggaaran terhadap perda
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba
Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Dalam perda tersebut jelas bahwa
salah satu ketentuannya jarak antara waralaba berbentuk minimarket
seperti Indomart/Alfamart harus berjarak 200 meter dari pasar
tradisional. Tapi dari pihak BPMPPTSP belum menindaknya sampai
sekarang dan terlihat kurangnya Pengawasan dari BPMPPTSP. Adanya
bidang pengendalian dan pengawasan di BPMPPTS dirasa belum optimal
dalam pengawasannya terhadap penyelenggaraan waralaba di
Pandeglang“(Wawancara/Jum’at, Mei 2015/Pukul 11.00 WIB/wawancara
tersebut dilakukan di Warung Kopi dekat alun-alun Kabupaten
Pandeglang).
Berdasarkan keterangan di atas, dijelaskan bahwa terdapat
waralaba yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Pandeglang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Waralaba. ini mengindikasikan Kurangnya pengawasan yang dilakukan
oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu BPMPPTSP . dalam pelaksanaan penyelenggaraan waralaba
102
(Indomart/Alfamart) di Kabupaten Pandeglang, Mengacu Pada Peraturan
Bupati Pandeglang Nomor 32 Tahun 2014, Tentang Tugas, Fungsi dan
Tatakerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (BPMPPTSP) sebagaimana dimaksud pasal 17 ayat 3, menerangkan
bahwa (BPMPPTSP) mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan
pengendalian, pengawasan dan evaluasi terkait kegiatan penanaman modal
dan perizinan usaha di Kabupaten Pandeglang. menurut perda tersebut
BPMPPTSP mempunyai tugas pengendalian dan pengawasan terhadap
proses perizinan usaha di Kabupaten Pandeglang yang seharusnya
bertanggung jawab atas pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglang khususnya dalam mengawasi proses
penyelenggaraan waralaba. menurut keterangan dari salah satu LSM di
Kabupaten Pandeglang bahwa dalam Pelaksanaanya pada proses perizinan
dilapangan ditempuh BPMPPTSP hanya mengandalkan informasi dari tim
pelaksana teknis dan tidak secara langsung ikut mengawasi di lapangan ini
yang menurutnya sering kali di manfaatkan oleh para oknum yang tidak
bertanggung jawab yang mencoba memuluskan proses perizinan di
Lapangan. Sedangkan keterlibatan bidang pengawasan dan pengendalian
BPMPPTSP pada saat proses perizinan dilapangan ditempuh tidak turun
langsung kelapangan melainkan hanya menunggu informasi dari tim
plaksana teknis. Sedangkan penanggung jawab dalam perizinan
penyelenggaraan waralaba adalah BPMPPTSP sama halnya dengan apa
yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pengawasan dan penyuluhan Satpol
103
PP Kabupaten Pandeglang (I4). Berikut keterangan yang disampaikan oleh
beliau,
“Meskipun dalam penyelenggaraan Waralaba ada tim pelaksana
teknis di dalammnya namun tetap BPMPPPTSP yang menjadi
penanggung jawab atas dikeluarkannya perizinan waralaba
tersebut, dan kami hanya sebagai tim teknis yang membantu proses
perizinan dilapangan. Dibawah Koordinasi Bidang Pengendalian
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang. perihal dikeluarkannya atau
tidak izina tersebut itu yang berwenang adalah BPMPPTSP. Dan
terkait adanya waralba yang tidak sesuai dengan Perda No.12
Tahun 2010 kami sudah mencoba memberikan teguran kepada
pemilik waralaba, nah jika sampai tiga kali teguran dari kami
tidak diindahkan maka kami akan tegas menyegel atau menutup
paksa waralaba tersebut. Namun sekali lagi itu pun harus ada
rekomendasi dari BPMPPTSP biasanya rekomendasi penutupan
itu dilakukan setelah BPMPPTAS melakukan rapat bersama tim
teknis untuk meninjau apakah waralaba yang dilaporkan tersebut
menyalahi atauran atau tidak. Nah jika memang terbukti maka
BPMPPTSP akan mengintruksikan kepada Satpol PP untuk
melakukan penindakan. Terhadap waralaba tersebut. begitu”.
(Wawancara/Kamis, Mei/Pukul13.00 WIB / wawancara tersebut di
laklakukan di Kantor Satpol PP Kabupaten Pandeglang).
Berdasarkan keterangan yang disampaikan di atas, dijelaskan
bahwa yang bertanggung jawab dalam pengawasan pelaksanaan
peyelenggaraan waralaba (Indomart/Alfamart) di Kabupaten Pandeglang
Pejabat Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu sebagai instansi yang menjadi plaksana dalam penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang Dalam hal ini adalah Kepala Bidang
Pengendalian BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang Sedangkan Tim
Pelaksana Teknis hanya membantu pada saat proses perizinan dilapangan
tetap yang mempuyai kewenangan untuk dikeluarkan atau tidaknnya izin
usaha waralaba tersebut adalah BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang .
104
seperti halnya yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pengawasan dan
Promosi dinas Perdagandan,dan Perizndustrian. Salah satu dinas yang
menjadi tim pelaksana teknis dalam penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglabg (I3) mengatakan,
“Ya semua tergantung dari BPMPPTSP nya dalam pengeluaran
izin usaha waralaba tersebut, biasanya jika semua sudah sesuai
dengan prosedur yang ada maka BPMPPTSP akan mengeluarkan
izin tersebut begitupun sebaliknya juka dirasa belum sesuai
dengan prosedur yang ada maka biasanya kami tim teknis di
undang untuk melakukan peninjauan dan mengevaluasi apakah
waralaba tersebut benar sesuai dengan prosedur atau belum. kami
disini hanya tim pelaksana teknis saja”.(Wawancara/Kamis,Meii
/Pukul 13.30 WIB/wawancara tersebut dilakukan di Kantor Dinas
Koprasi, Perdagangan dan Perindustria).
Berdasarkan keterangan di atas, dijelaskan bahwa yang
bertanggung jawab penuh dikeluarkan atau tidaknya izin usaha waralaba
adalah Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu. sesuai peraturan Bupati Pandeglang nomor 32 tahun 2014, tentang
tugas, fungsi dan tatakerja badan penanaman modal dan pelayanan
perizinan terpadu satu pintu (BPMPPTSP) sebagaimana dimaksud dalam
pasal 17 ayat 3, bahwa (BPMPPTSP) mempunyai tugas pokok dan fungsi
melaksanakan pengendalian,pengawasan dan evaluasi terkait kegiatan
penanaman modal dan perizinan usaha di Kabupaten Pandeglang. sesuai
peraturan Bupati Pandeglang nomor 32 tahun 2014, tentang tugas, fungsi
dan tatakerja badan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu
satu pintu (BPMPPTSP) sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat 3,
bahwa (BPMPPTSP) mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan
105
pengendalian,pengawasan dan evaluasi terkait kegiatan penanaman modal
dan perizinan usaha di Kabupaten Pandeglang. Sedangkan penanggung
jawab pengawasan dalam penyelenggaraan waralaba (Indomart/Alfamart)
pelaksana itu ada di Kepala Pengendalian dan Pengawasan BPMPPTSP
Kabupaten.
Penyelenggaraan usaha waralaba di Kabupaten Pandeglang
meskipun sudah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern, namun masih saja terdapat waralaba yang melanggar perda,
seperti yang dilansir oleh salah satu media online wartaharian.com terbit
tanggal 10 Februari 2014, memberitakan bahwa ada tiga waralaba di
Kabupaten Pandeglang yang melanggar ketentuan dalam Perda No. 12
Tahun 2010, dalam Perda tersebut diatur jarak bangunan waralaba dengan
pasar tradisional minimal berjarak 200 meter namun bangunan waralaba
yang ada di majasari, pasar menes dan pasar sodong jarak dari pasar
tradisional jaraknya kurang dari 200 meter ini tentu tidak sesuai dengan
ketentuan yang telah diatur dalam perda pasal 4 ayat 1 yang menerangkan
bahwa jarak antara waralaba dengan pasar tradisional minimal berjarak
200 meter dengan pelanggaran tersebut tentu yang akan dirugikan adalah
pedagan kecil karena pembeli akan lebih memilih untuk berbelanja di
minimarket, ini semua bersinggungan dengan Peraturan Daerah No.12
Tahun 2010 dalam pasal 2 ayat 1 menerangkan bahwasannya pendirian
waralaba wajib memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
106
memperhatikan keberadaan pasar tradisional, usaha kecil, usaha menengah
yang ada di wilayah Kabupaten Pandeglang. dengan adanya pelanggaran
tersebut namun pemerintah seperti membiarkan pelanggaran tersebut dan
tidak memberikan sanksi tegas terhadap waralaba yang melanggar perda,
seperti yang di ungkapkan oleh salah satu LSM di Kabupaten Pandeglang.
(I10)
Untuk mengetahui apakah dalam pelaksanaan penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang sudah sesuai dengan Peraturan Darah
Kabupaten Pandeglang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Waralaba Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern,
kemudian salah satu pointnya adalah tentang dijelaska bahwa pendirian
waralaba wajib memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat,
keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha menengah, yang ada di
Wilayah Kabupaten Pandeglang kemudian pendiriaan Waralaba yang
berbentuk toko modern wajib memperhatikan batasan jarak antara pasar
tradisional dengan waralaba dengan ketentuan jarak antara waralaba
berbentuk minimarket dengan pasar tradisional minimal 200 meter. Seperti
yang di jelaskan oleh Satpol PP Kabupaten Pandeglang. mengatakan.
“Penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang sudah
diatur dalam Perda No.12 tahun 2010 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Waralaba, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern, maka pelaksanaan penyelengaraan waralaba di
kabupaten pandeglang harus mengacu kepada peraturan tersebut,
kami selaku penegak perundang-undangan dan merupakan bagian
dartim plaksana teknis dalam penyelengaraan waralaba sudah
107
menerapkan aturan yang ada. Sesuai dengan perda tersebut jika
ada pewaralaba yang melanggar maka kami akan menindaknya
dan memberikan sanksi sesui dengan apa yang tertuang di dalam
peraturan daer No.12 Tahun 2010. (Wawancara/Jum’at,Mei
2015/Pukul 11.00 WIB/wawancara tersebut dilakukan di kantor
Satpol PP Kabupaten Pandeglang).
Dari hasil wawancara dengan Satopl PP tersebut dapat diketahui
bahwa penyelenggaraan waralaba (Indomart/Alfamart) di Kabupaten
Pandeglang ditaur dalam Peraturan Daerah No.12 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Waralaba,Pusat Perbelanjaan dan Toko
Moderen. Penyelenggaraan usaha waralaba di Kabupaten Pandeglang
meskipun sudah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba, Pusat Perbelanjaan dan
Toko Modern, namun masih saja terdapat waralaba yang melanggar perda,
seperti yang dilansir oleh salah satu media online wartaharian.com terbit
tanggal 10 Februari 2014, memberitakan bahwa ada tiga waralaba di
Kabupaten Pandeglang yang melanggar ketentuan dalam Perda No. 12
Tahun 2010, dalam Perda tersebut diatur jarak bangunan waralaba dengan
pasar tradisional minimal berjarak 200 meter namun bangunan waralaba
yang ada di majasari, pasar menes dan pasar sodong jarak dari pasar
tradisional jaraknya kurang dari 200 meter ini tentu tidak sesuai dengan
ketentuan yang telah diatur dalam perda pasal 4 ayat 1 yang menerangkan
bahwa jarak antara waralaba dengan pasar tradisional minimal berjarak
200 meter dengan pelanggaran tersebut tentu yang akan dirugikan adalah
pedagan kecil karena pembeli akan lebih memilih untuk berbelanja di
minimarket, ini semua bersinggungan dengan Peraturan Daerah No.12
108
Tahun 2010 dalam pasal 2 ayat 1 menerangkan bahwasannya pendirian
waralaba wajib memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
memperhatikan keberadaan pasar tradisional, usaha kecil, usaha menengah
yang ada di wilayah Kabupaten Pandeglang. Seperti yang disampaikan
oleh LSM di Kabupaten Pandeglang (19)
“Adanya pelanggaran dalam penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglng tidak terlepas dari Kurangnya Pengawasan
yang di lakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan, Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten
Pandeglang. ini yang menyebabkan terjadinya pelanggaran dalam
penyelenggaraan waralaba diPandeglang. (Wawancara/Kamis, 15
Mei 2015/Pukul 13.00 WIB/wawancara tersebut dilakukan di
Rumahnya).
Hal senada di Ungkapkan Oleh salah satu Masyarakat pemilik
Warung Kacil di Pandeglang mengatakan bahwa (I12).
“Pemerintah haruh lebih meningkatkan pengawasannya dalam
penyelenggaraan waralaba, saya yakin dibelakang pendirian
waralaba ada yang berbain dek, buktinya itu pemerintah seperti
diam saja padahal sudah jelas itu waralaba melanggar aturan.
Kami disini pedagang kecil yang dirugikan.(Wawancara/Kamis,
15Mei 2015/Pukul 13.00 WIB/wawancara tersebut dilakukan di
warung kecil di majasari).
Hal yang sama juga di ungkapkan oleh salah satu pemilik kios
kecil di Majasari yang bersebelahan dengan waralaba yang di duga tidak
berizin, mengatakan bahwa.
“Saya gak tau kalo pendirian waralaba itu harus ada izin dari kita
pedangan kecil, tau tau udah dibangun aja de, gada informasi
sama sekali baik dari apartur desa mupun pemerintah. Gatau
siapa itu yang ngurusin yang jelas saya ga pernah menyataan
memberikan izin. Saya merasa keberatan dan yidak setuju kalo
indomart itu didirikan tanpa izin harusnya pemerintah bersikap
109
tegas terhadap indomart yang melanggar aturan
(Wawancara/Kamis,15Mei2014/Pukul 13.00 WIB/wawancara
tersebut dilakukan di Warung di Majasari).
Dari Hasil wawancara tersebut dapat di ketahui dalam
pelaksanaanya pemerintah masih kurang dalam melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraah waralaba (Indomart/Alfanart) di Kabupaten
Pandeglang ini terlihat karena masih terdapatnya waralaba yang tidak
mempunyai izin namun di biarkan beroprasi Berkembangnya usaha jenis
ini tentu akan berpengaruh terhadap iklim perekonomian yang ada di
daerah, pengaruh positifnya keberadaan waralaba akan menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat dan menciptakan investasi
jika keberadaannya dikelola dan diawasi dengan baik oleh pemerintah
setempat jika keberadaan waralaba di Kabupaten Pandeglang tidak
dikelola dan di awasi dengan baik maka tidak menutup kemungkinan bisa
menciptakan iklim perekonomian yang buruk timbulnya persaingan yang
tidak sehat antara pedagang kecil dan pemilik waralaba karena di
Kabupaten Pandeglang banyak terdapat usaha-usaha kecil seperti warung
kecil dan pasar tradisional yang keberadaanya juga harus mendapat
perhatian dari pemerintah setempat.
110
4.3.4 Mengoreksi Penyimpangan-Penyimpangan yang Tidak Dikehendaki
Melalui Tindakan Perbaikan
Berbagai keputusan yang menyangkut tindakan korektif sangat
bergantung pada keahliaan analitis dan diagnosis seorang pemimpin dalam
suatu organisasi swasta maupun pemerintah. Setelah membandingkan
kinerja dengan standar dapat memilih salah satu tindakan: yang
mempertahankan status quo (tidak melakukan apa-apa) mengoreksi
penyimpangan, atau merubah standar. Tindakan perbaikan diartikan
sebagai tindakan yang diambil untuk menyesuaikan hasil pekerjaan nyata
yang menyimpang agar kemudian sesuai dengan standar atau rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya. Untuk melaksanakan tindakan perbaikan
maka harus diketahui apa yang menyebabkan terjadi penyimpangan.
Dalam suatu pengawasan mengoreksi penyimpangan yang tidak
dikehendaki melalui tindakan perbaikan adalah hal yang wajib dalam suatu
pengawasan dimanapun itu berada. Supaya mengetahui program yang
dijalankan dapat diketahui kelemahan nya dan dilakukan perbaikan.
Supaya program tersebut berjalan dengan baik dengan tujuan yang sudah
direncanakan sebelumnya
Badan Penanaman Modal, dan Pelayanan Perizinan, Terpadu Satu
Pintu (BPMPPTSP), selaku instansi atau lembaga yang mempunyai tugas
menangani peroses penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang,
sekaligus menjadi pelaksana Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba, Pusat Perbelanjaan, dan
111
Toko modern di Kabupaten Pandeglang. Kemudian sesuai peraturan
Bupati Pandeglang nomor 32 tahun 2014, tentang tugas, fungsi dan
tatakerja badan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu satu
pintu (BPMPPTSP) sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat 3, bahwa
(BPMPPTSP) mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan
pengendalian,pengawasan dan evaluasi terkait kegiatan penanaman modal
dan perizinan usaha di Kabupaten Pandeglang
Dalam penyelenggaraan Waralaba di Kabupaten Pandeglang tentu
dalam pelaksanaanya menghadapi baik kendala-kendala yang disebabkan
oleh faktor internal maupun eksternal, kaitannya dengan penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang pada saat peneliti melakukan observasi
dan wawancara di lapangan banyak ditemukan penyimpangan dan
permasalahan pada penyelenggaraan waralaba berbentuk Minimarket
(Indomart/Alfamart) di Kabupaten Pandeglang di mulai dari waralaba
(Indomart/Alfamart) yang tidak mengantongi izin, waralaba yang tidak
memper panjang izinnya, terdapatnya waralaba yang melanggar ketentuan
dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Waralaba yang mestinya menjadi acuan pada saat proses
perizinan di tempuh. Melihat penyimapangan dan pelanggaran tersebut
maka banyak pertanyaan muncul baik dari dalam diri peneliti maupun
masyarakat bagaimana Pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah
dalam penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang, mengacu
pada Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 32 Tahun 2014 bahwa yang
112
menpunyai tugas untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
usaha waralaba adalah Badan Penaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu, (BPMPPTSP) yang didalamnya terdapat bidang
Informasi pengendalian dan Pengawasan yang memiliki tugas pokok dan
fungusi mengawasi proses perizinan usaha di Kabupaten Pandeglang.
Oleh karena itu untuk mengetahui apa kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang
dan apa saja penyimpangan yang terjadi dan tidakan apa yang dilakukan
oleh pemerintah untuk melakukan tindakan korektif terkait hal tersebut
maka peneliti menanyakan langsung kepada Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten
Pandeglang yakni dengan mewawancarai Kepala Bidang Pengendalian dan
Pengawasan,(I2) Mengatakan bahwa,
“….yaa Tentu kami tidak mengharapkan terjadinya penyimpangan
dalam penyelenggaraan waralaba, kami BPMPPTSP beserta tim
Teknis sudah menjalankan tugas kami sesuai dengan prosedur
yang ada, dan mengacu pada Perda Nomor 12 Tahun 2010
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba. adapun laporan
dari masyarakat tentang waralaba yang diisinyalir belum
mengantongi izin, kami sejauh ini sudah merespon dengan baik
dan sedang kami proses. (Wawancara dilakukan di Kantor
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang Kamis, Mei 2015).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa BPMPPTSP dan Tim
Teknis sejauh ini dalam pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglang sudah menjalankannya sesuai dengan prosedur
yang ada dan mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba.
113
Untuk mengetahui bagaimana pngawasan yang dilakukan oleh Pemerintah
dalam hal ini BPMPPTSP dalam pelaksanaan penyelenggaraan waralaba
(Indomart/Alfamart) Untuk mengetahui bagaimana pengawasan yang
dilakukan oleh BPMPPTSP dalam pelaksanaan penyelenggaraan waralaba
di Kabupaten Pandeglang maka peneliti menanyakan kepada salah satu
dari tim pelaksana teknis Satpol PP Kabupaten Pandeglang wawancara
dilakukan yakni kepada Kepala Bidang Pengawasan dan Penyuluhan (I6)
“…… Sejauh ini saya melihat BPMPPTSP Sudah baik dalam
menjalankan tugasnya sebagai pelaksana dalam penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang dan sudah mengacu pada
Perda Nomor 12 Tahun 2010… yaa mungkin hanya belum optimal
saja itu wajar saya piker yaa yang namanya manusia ada salah
salah seidkit ya itu wajar. nah kaitannya dengan pengawasan yang
dilakukan BPMPPTSP itu ada pada bidang Pengendalian dan
Pengawasan, nah yang dilakukan adalah yang saya ketahui adalah
mengkaji laporan dari tim pelaksana teknis ketika proses perizinan
dilapangan sudah ditempuh. Nah jadi dikeluarkan atau tidaknya
izin usaha waralaba tersebut itu kewenangan dari BPMPPTSP.
(Wawancara dilakukan di Kantor Satpol PP Pandeglang
Kab.Pandeglang Rabu Mei 2015).
Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwa Pengawasan dalam
pelaksanaan penyelenggaraan waralaba oleh BPMPPTSP ada pada bidang
pengendalian dan pengawasan, yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
mengawasi penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang, pada
bidang tersebut didalamnya ada tim pelaksana teknis yakni Dinas PU,
Dinas Tata Ruang, Dinas Koprasi dan Perdagangan dan kemudian Satpol
PP Kabupaten Pandeglang yang mana tugas dari tim pelaksana teknis
adalah membantu pada proses perizinan di lapangan di tempuh sesuai
dengan bidangnya masih-masing. Untuk mengetahui sejauh mana
114
pengawasan yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) kaitannya dengan
penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang, apakah pada saat
pelaksanaan dilapangan didapati penyimpangan dan apa tidakan yang
dilakukan jika memang terjadi penyimpangan dalam penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang. maka peneliti melakukan wawancara
kepada Kepala Bidang Pengendalian dan Pengawasan BMPPTSP
Kabupaten Pandeglang (I2) mengatakan,
“Kami sudah melakukan kegiatan pengawasan sesuai dengan
tupoksi kami di bidang pengendalian dan pengawasan perizinan,
namun kami disini tidak bekerja sendiri, ada tim teknis juga yang
terlibat dan yang menangani pada saat proses perizinan di
lapangan ditempuh, dan kami sudah melaksanakanya sesuai
dengan topoksi kami masing masing. Tim teknis ketika dilapangan
berkoordinasi dengan kami. Terkait adanya waralaba yang
diisinyalir tidak mengantongi izin dan yang melanggar perda,
kami sudah melakukan peninjauan kembali kepada waralba-
waralaba yang melakukan pelanggaran, kami biasanya
merapatkannya dengan tim teknis dan melakukan evaluasi
bersama terkait waralaba-waralaba yang diisinyalir melakukan
pelanggaran dan jika memang terbukti maka kami akan
mengintruksikan kepada Satpol PP Untuk menindak waralaba
yang melakukan pelanggaran tersebut. ( Wawancara dilakukan di
Kantor BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang Mei 2015)
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu sudah
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan waralaba
di Kabupaten Pandeglang dan di bantu oleh tim pelaksana teknis, dan
menanggapi adanya laporan dari masyarakat tentang adanya waralaba
(Indomart/Alfamart) BPMPPTSP sudah melakukan peninjauan ulang
115
kepada waralaba yang diisinyalir melakukan pelanggaran, dari keterangan
tersebut jika pada saat peninjauan kembali didapati pelanggaran maka
BPMPPTSP menginstruksikan kepada Satpol PP untuk memberikan
teguran kepada waralaba yang terbukti melakukan pelanggaran.
Kemudian untuk mengetahui pelanggaran apa saja yang terjadi
dilapangan untuk mengetahuinya peneliti melakukan wawancara kepada
salah satu LSM di Kabupaten Pandeglang (I9) mengemukakan,
“ada beberapa waralaba di Kabupaten Pandeglang yang
melanggar ketentuan dalam Perda Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Waralaba, yakni jarak antara
waralaba dengan pasar tradisional didalam perda diatur harus
berjarak minimal 200 meter namun waralaba yang ada di pasar
cadasari dan pasar sodong, jaraknya kurang dari 200 meter meter
dari pasar tradisional, belum lagi pelanggaran yang terjadi di
daerah kadulisung, terdapat waralaba yang belum mengantongi
izin namun tetap dibiarkan beroprasi walaupun tanpa lebel
sekalipun, tapi jelas terlihat dari bangunannya itu adalah
waralaba minimarket. Seharusnya pemerintah bersikap tegas
kepada wralaba yang terbukti melakukan pelanggaran,
(Wawancara dilakukan di warung kopi alun-alun Pandeglang Mei
2015).
Hal yang sama di ungkapkan oleh masyarakat di Kabupaten
Pandeglang (I.I- ) (Pemilik Warung Kecil) di Kecamatan Cadasari
mengatakan bahwa,
“Saya sih menharapkan pemerintah bersikap tegas aja kalo emang ga
mengantongi izin ya metinya ditutup aja waralabanya, lagian kami
juga engga perna tau tentang prosedur pendirian waralaba yang salah
satu nya haru mempunyai izin dari masyarakat sekitar, dan saya gak
pernah tuh dimintain izinnya sama waralaba. (Wawancara dilakukan
di Warung di Pasar Cadasari Mei 2015)
Dari keterangan yang dipaparkan di atas, dijelaskan bahwa yang
bertanggung dalam mengawasi pelaksanaan penyelenggaran waralaba adalah
116
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(BPMPPTSP), selaku instansi atau lembaga yang mempunyai tugas
menangani peroses penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang,
sekaligus menjadi pelaksana Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Waralaba, Pusat Perbelanjaan, dan Toko modern
di Kabupaten Pandeglang. Kemudian sesuai peraturan Bupati Pandeglang
nomor 32 tahun 2014, tentang tugas, fungsi dan tatakerja badan penanaman
modal dan pelayanan perizinan terpadu satu pintu (BPMPPTSP) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 17 ayat 3, bahwa (BPMPPTSP) mempunyai tugas
pokok dan fungsi melaksanakan pengendalian,pengawasan dan evaluasi
terkait kegiatan penanaman modal dan perizinan usaha di Kabupaten
Pandeglang dan menurut keterangan dari hasil wawancara Baik dengan LSM
maupun masyarakat bahwa Pengawasan penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglang masih belum optimal itu dikarnakan masih terdapat
waralaba di Kabupaten Pandeglang yang tidak mengantongi izin dan adanya
waralaba yang melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Daerah Nomor 12
Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Waralaba Pusat Perbelanjaan
dan Toko modern.
Dari hasil wawancara dengan LSM ternyata dalam pelaksanaannya
masih terdapat waralaba yang melanggar ketntuan dalam Peraturan Daerah
Nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman penyelenggaraan waralaba. kemudian
peneliti melakukan wawancara kepada BPMPPTSP pada bidang pengendalian
dan pengawasan untuk mengetahui kebenaran dari pernyataan LSM tersebut
117
terkait adanya waralaba yang melanggar ketentuan dalam perda. Peneliti
mewawancarai Kepala Bidang Pengendalian dan Pengawasan BPMPPTSP (I-
2) Memberikan keterangan sebagai berikut :
“Memang ada beberpa laporan dari masyarakat tentang adanya
waralaba yang tidak sesui dengan ketentuan yang tertuang dalam
perda no 12 tahun 2010 tentang pedoman penyelenggaraan waralaba.
Kami sudah memprosesnya dan sudah berkoordinasi dengan tim teknis
dan mengadakan rapat evaluasi bersama tim tknis dan adapun
waralaba yang terbukti melakukan pelanggaran kami sudah
berkoordinasi dengan Satpol PP karena Satpol PP lah yang
mempunyai kewenangan untuk menindak waralaba yang melakukan
pelanggaran terhadap perda. Satpol PP disini sebagai salah satu
lembaga penegak perundang-undangan. Jadi kami serahkan ke Satpol
PP. (Wawancara dilakukan di ruangan kantor BPMPPTSP Kabupaten
Pandeglang Mei 2015)
Hal senada di ungkapkan oleh Satpol PP Kabupaten Pandeglang
peneliti menanyakan terkait adanya laporan dari masyarakat bahwa adanya
waralaba yang melanggar ketentuan dalam perda disampaikan oleh Kepala
Bidang Pengawasan dan Penyuluhan Satpol PP Kabupaten Pandeglang (16)
“Memang ada beberapa laporan dari masyarakat tentang adanya
waralaba yang melanggar ketentuan dalam perda no 12 tahun 2010
tentang pedoman penyelenggaraan waralaba. seperti yang ada di
pasar cadasari dan pasar sodong menes, yang jaraknya dari pasar
tradisional kurang dari 200 meter dan adanya waralaba yang
diisinyalir tidak mengantongi izin dan tetap beroprasi. Mananggapi
laporan tersebut kami Satpol PP beserta tim teknis dalam
penyelenggaraan waralaba sudah berkoordinasi dengan BPMPPTSP
untuk dilakukan peninjauan atas laporan tersebut. Dan sedang
diproses.( (Wawancara dilakukan di ruangan kantor Satpol PP
Kabupaten Pandeglang Mei 2015)
118
Dari hasil wawancara diatas yang bisa peneliti simpulkan bahwa dalam
pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang masih
terdapat waralaba yang melanggar ketentuan dalam perda no 12 tahun 2010
tentang pedoman penyelenggaraan waralaba, pusat perbelanjaan dan toko
modern ini di karnakan masih kurang optimalnya pengawasan yang dilakukan
oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang sebagai pelaksana tugas pemerintah
dalam bidang pelayanan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu
satu pintu yang juga menangani proses perizinan penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglang.
4.3.5 Pembahasan Analisa Hasil Penelitian dan Temuan Lapangan
Penyelenggaraan waralaba minimarket (Indomart&Alfamart) menurut
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 2 Tahun 2014 dilaksanakan oleh Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Pandeglang yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan
penyelenggaraan pelayanan administrasi di bidang penanaman modal
pelayanan dan perizinan usaha termasuk didalamnya penyelenggaraan
waralaba minimarket (Indomart&Aalfamart) dalam pelaksanaannya di urusi
oleh BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang. adapun pengawasannya dilakukan
pada bidang pengendalian dan pengawasan. BPMPPTSP memiliki tim teknis
yang membantu dalam pelaksanaan penyelenggaraan waralaba menurut
keputusan Bupati Pandeglang Nomor 504/Kep.161 Tahun 2015 dalam
119
susunan tim teknis pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang terdiri dari Dinas
PU, yang mengurusi pada bidang pembangunan gedung dan penataan
bangunan, Dinas Koperasi, perindustrian dan perdagangan yang mengurusi
pada bidang perizinan usaha dan perdagangan, dan Satpol PP Kabupaten
Pandeglang.
Di Provinsi Banten khususnya di kabupaten pandeglang usaha bisnis
waralaba yang saat ini berkembang pesat waralaba minimarket seperti
Indomart dan Alfamart terlihat hampir disetiap perempatan dapat ditemui
waralaba berbentuk minimarket seperti indomart dan alfamart. Waralaba
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No.12 Tahun 2010 tentang
pedoman penyelenggaraan waralaba, pusat perbelanjaan dan toko modern
waralaba adalah merupakan hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan
atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian
waralaba. Keberadaan waralaba tentu akan membawakan dampak positif dan
negative. dampak positivnya tentu dengan keberadaan waralaba berbentuk
minimarket seperti Indomart dan Alfamart di daerah akan menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat di daerah dan menciptakan investasi bagi
Pemerintah Daerah, tentu itu semua jika dalam pelaksanaannya diatur dan
dikelola dengan baik oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang.
120
Badan Penanaman Modal, dan Pelayanan Perizinan, Terpadu Satu
Pintu (BPMPPTSP), selaku instansi atau lembaga yang mempunyai tugas
menangani peroses penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang,
sekaligus menjadi pelaksana Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Waralaba, Pusat Perbelanjaan, dan Toko modern
di Kabupaten Pandeglang. Kemudian sesuai peraturan Bupati Pandeglang
nomor 32 tahun 2014, tentang tugas, fungsi dan tatakerja badan penanaman
modal dan pelayanan perizinan terpadu satu pintu (BPMPPTSP) sebagaimana
dimaksud dalam pasal 17 ayat 3, bahwa (BPMPPTSP) mempunyai tugas
pokok dan fungsi melaksanakan pengendalian,pengawasan dan evaluasi
terkait kegiatan penanaman modal dan perizinan usaha di Kabupaten
Pandeglang.
Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis Pengawasan
pelaksanaan penyelenggaraan waralaba berbentuk minimarket Indomart dan
Alfamart di Kabupaten Pandeglang oleh Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP). Yang didasarkan pada
teori Pengawasan GR.Terry yang terdiri dari tiga variabel yaitu : mengukur
hasil pekerjaan, membandingkan hasil pekerjaan dengan setandar dan
memastikan perbedaam jika (apabila ada perbedaan), mengoreksi
penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan. Dari
semua hasil wawancara diketahui bahwa dalam pelaksanaan penyelenggaraan
waralaba dilaksanakan oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP) Kabupaten Pandeglang terlihat
121
belum berjalan dengan optimal itu semua peneliti dapat simpulkan
berdasarkan temuan peneliti di lapangan bahwa adanya waralaba yang
melanggar ketentuan dalam perda seperti jarak antara waralaba dengan pasar
tradisional minimal berjarak 200 meter namun waralaba yang berada di pasar
cadasari dan pasar menes tidak sesuai dengan ketentuan dalam perda nomor
12 tahun 2010 tentang pedoman penyelenggaraan waralaba. dan tidak
ditemukannya produk lokal yang dipasarkan sebagaimana yang telah diatur
dalam perda bahwa waralaba wajib memasarkan produk lokal. Kaitannya
dengan pengawasan pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang oleh BPMPPTSP dari variabel mengukur hasil pekerjaan dalam
pelaksanaannya BPMPPTSP hanya mengandalkan tim teknis dalam
melakukan pengawasan dilapangan dan hanya melakukan pengawasan pada
saat proses perizinan ditempuh setelah itu hanya melakukan rapat koordinasi
dengan tim teknis saja. Adapun permasalahan dalam penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang yaitu adanya waralaba yang melanggar
ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Waralaba seperti jarak yang kurang dari 200 meter dari pasar
tradisional. hasil pengamatan (observation) peneliti di lapangan yang dapat
dilihat dan disimpulkan oleh peneliti atas permasalahan yang terjadi terkait
Pengawasan Penyelenggaraan Waralaba (Indomart/Alfamart) oleh
BPMPPTSP di Kabupaten Pandeglang, yaitu :
122
Terdapat waralaba yang melanggar ketentuan dalam perda nomor 12 tahun
2010 yaitu terdapat bangunan waralaba minimarket yang jaraknya kurang dari 200
meter antara bangunan waralaba dengan pasar tradisional yang mana dalam Perda
No.12 Tahun 2010 diatur jarak antara bangunan waralaba dengan pasar tradisional
minimal harus berjarak 200 meter akan tetapi bangunan waralaba yang ada di
majasari, pasar cadasari dan pasar menes jarak nya dengan tradisional kurang dari
200 meter ini tentu tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam perda
pasal 4 ayat 1 yang menerangkan bahwa jarak antara waralaba dengan pasar
tradisional minimal berjarak 200 meter. Kemudian Kurangnya Pengawasan oleh
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(BPMPPTSP) terhadap pelaksanaan penyelenggaraan waralaba pada saat proses
perizinan ditempuh hanya mengandalkan informasi dari tim teknis (Dinas PU dan
Tata Ruang ) yang kemudian menyebabkan pada saat proses perizinan ditempuh
dilapangan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang
mencoba memuluskan perizinan dilapangan dan terjadi pelanggaran yang tidak
diketahui oleh BPMPPTSP. Kurangnya koordinasi dan komunikasi yang efektif
antara tim pelaksana teknis dan BPMPPTSP dalam memberikan informasi pada
saat proses perizinan penyelenggaraan Waralaba di lapangan sehingga terkadang
terjadi kesalahan informasi dan miskomunikasi antara tim pelaksana teknis dan
BPMPPSTSP Kabupaten Pandeglang. Hal ini diungkapkan oleh bapak “H.Sukron
Selaku Kepala BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang, beliau memberikat
keterangan bahwa dalam peroses pemberian izin usaha waralaba sangat
membutuhkan informasi dari tim pelaksana teknis dalam menginformasikan
123
apakah izin tersebut sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau belum.
Kemudian belum adanya sanksi tegas yang diberikan kepada pengusaha waralaba
yang melakukan pelanggaran yang kemudian pada akhirnya banyak pengusaha
waralaba yang tidak mempedulikan peraturan yang ada dan kembali melakukan
pelanggaran. Seharusnya Pemerintah Daerah dalam hal ini badan penenaman
modal dan pelayanan perizinan terpadu satu pintu (BPMPPTSP) seharusnya
bersikap tegas kepada para pengusaha waralaba yang terbukti melakukan
pelanggaran agar pengusaha waralaba tidak melakukan pelanggaran kembali ini
semua agar penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang dapat terkelola
dengan baik, tanpa merugikan pihak manapun.
Dari hasil analisa diatas yang bisa peneliti simpulkan bahwa dalam
pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang masih terdapat
waralaba yang melanggar ketentuan dalam perda no 12 tahun 2010 tentang
pedoman penyelenggaraan waralaba, pusat perbelanjaan dan toko modern ini di
karnakan masih kurang optimalnya pengawasan yang dilakukan oleh Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPMPPTSP)
Kabupaten Pandeglang sebagai pelaksana tugas pemerintah dalam bidang
pelayanan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu satu pintu yang
juga menangani proses perizinan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten
Pandeglang.
124
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan maka
penyimpulan akhir dari penelitian mengenai Pengawasan Penyelenggaraan
Waralaba oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (BPMPPTSP) di Kabupaten Pandeglang belum berjalan dengan optimal.
Dikarenakan masih terdapat beberapa masalah. Pertama terdapat waralaba
Indomart/Alfamart di Kabupaten Pandeglang yang tidak sesuai dengan ketentuan
dalam perda nomor 12 tahun 2010 tentang pedoman penyelenggaraan waralaba,
namun tetap dibiarkan beroprasi. Kedua kurangnya komunikasi dan koordinasi
yang baik antara tim teknis dan BPMPPTSP dalam pelaksanaan penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang sehingga pengawasan yang dilakukan tidak
berjalan optimal. Ketiga tidakadanya proses pengawasan/monitoring yang
kontinoe dalam pelaksanaan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang
pengawasan/monitoring hanya dilakukan pada saat proses perizinan dilapangan
ditempuh. Keempat, belum adanya sanksi tegas yang diberikan pemerintah daerah
Kabupaten Pandeglang terhadap waralaba Indomart/Alfamart yang terbukti
melakukan pelanggaran sehingga tidak adanya efek jera bagi pengusaha waralaba
yang melakukan pelanggaraan.
125
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian diatas maka
peneliti memberikan beberapa rekomendasi atau saran yang dapat dijadikan
masukan dan pertimbangan agar pengawasan dalam pelaksanaan penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang dapat berjalan dengan optimal. Yaitu :
• Meningkatkan Koordinasi dan kerja sama yang baik antara BPMPPTSP
dan tim teknis dalam penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang.
• Perlu adanya peningkatan wawasan bagi seluruh unsure pelaksana
penyelenggaraan waralaba untuk lebih memahami perda nomor 12 tahun
2010 tentang pedoman penyelenggaraan waralaba sehingga mengerti
terkait prosedur dalam penyelenggaraan waralaba. agar terjadinya
pelanggaran dapat diminimalisir.
• Meningkatkan Pengawasan terhadap proses penyelenggaraan waralaba di
Kabupaten Pandeglang dan secara professional mengacu pada perda no.12
tahun 2010 tentang pedoman pnyelenggaraan waralaba.
• Hendaknya BPMPPTSP memberikan sanksi tegas terhadap waralaba
melanggar ketentuan dalam perda agar dapat menimbulkan efek jera.
• Agar Pengawasan penyelenggaraan waralaba di Kabupaten Pandeglang
dapat berjalan optimal maka diperlukan sinergisitas antara seluruh unsure
pelaksana dalam penyelenggaraan waralaba dan bekerja sama dengan
seluruh elemen masyarakat untuk turut serta mengawasi penyelenggaraan
waralaba di Kabupaten Pandeglang.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Denzin, Norman K. & Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook Of Qualitative
Research. Terjemahan Dariyanto dkk. Yogyakarta ; Pustaka Pelajar.
Djam’an Satori, Dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung ; Alfabet.
Dessler, Gary. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta ; Indeks.
George R.Terry. 2001. Prinsip - prinsip Manajemen. PT Bumi Aksara.
.1986. Asas - asas Manajemen. Penerjemah Winardi. Bandung ;
Alumni.
Harahap, Sofyan. 2001. Sistem Pengawasan Manajemen. Jakarta ; Quantum.
Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia : Pengertian Dasar,
Pengertian, dan Masalah. Jakarta ; PT Toko Gunung Agung.
Husnaini, Usman. 2001. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta ;
Bumi Aksara.
Manullang, M. Dan Manullang Marihot. 2001. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Edisi Pertama. Cetak Pertama. Yogyakarta ; BPEE.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung ; PT Remaja
Rosdakarya Offset.
.2005. Metode Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung ; PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyadi. 2007. Sistem Akutansi. Jakarta ; Salemba Empat.
Ricky W. Griffin. 2004. Manajemen. Edisi Tujuh. Jilid Pertama. Jakarta ;
Erlangga.
Siagian, Sondang. 2003. Filsafat Administrasi. Edisi Revisi. Jakarta ; Bumi
Aksara.
Simbolon, Maringan Masri. 2004. Dasar – dasar Administrasi dan Manajemen.
Jakarta ; Ghalia Indonesia.
Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta ; Refika Aditama.
Soehartono, Irawan. 2010. Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian
Bidang Ilmu Kesejahteraan. Bandung ; PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif & RND. Bandung ;
Alfabet.
. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif & RND.
Bandung; Alfabet.
Sule, E. Saefullah, K. 2005. Perkenalan Dengan Konsep Manajemen. Jakarta ;
Kencana.
Prasetya Irawan, 2006. Penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk ilmu-ilmu social.
DIA FISIP UI.
T. Hani Handoko. 1984. Edisi Ke-1. Dasar – dasar Manajemen Produksi dan
Operasi. Yogyakarta ; BPEE.
Sumber Peraturan :
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 Tentang Waralaba
Peraturan Mentri Perdagangan Republik Indonesia No.12/M-DAG/PER/3/2006
tentang ketentuan dan tatacara penertiban surat tanda Pendaftaran usaha
waralaba
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Rincian Tugas,
Fungsi dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu.
Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Waralaba Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern.
Sumber Internet:
http://www.Pandeglang.co.id. Diakses tanggal 09 September 2014 Pukul 20.00
WIB.
Sumber Dokumen:
Profil BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang.
Buku Kamus Bahasa Indonesia.
Buku Perjanjian Waralaba Tahun 2010.
Skripsi Chandra Yudiana Efendi. Pengawasan Berpengaruh Positif Dan
Signifikan Terhadap Efisiensi Kerja Pada Perum Pegadaian Kanwil 1
Medan
FHOTO DOKUMENTASI PADA SAAT PENELITIAN DI LAPANGAN
Fhoto ketika mewawancarai BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang
Fhoto diambil pada saat mewawancarai Kepala BPMPPSTP dan Kepala Bidang Pengendalian dan
Pengawasan
Fhoto ketika mewawancarai Tim Teknis (Dinas PU)
Fhoto ketika mewawancarai Tim Teknis (Dinas Tata Ruang Kab.Pandeglang)
Fhoto ketika mewawancarai Satpol PP Kabupaten Pandeglang sebagai Penegak Perda dan
bagian dari tim teknis (Bapak Agus Mulyana)
Kordinator Indomart & Alfamart Kab.Pandeglang
LSM Pandeglang Ketika di wawancarai
Masyarakat Pandeglang dan Pedagang Kios Kecil Ketika di Wawancarai
Indomart & Alfamart yang bermasalah
CATATAN LAPANGAN
1. Maret 2014
Pada bulan Maret 2014 peneliti melakukan proses pengajuan judul untuk
skripsi. Peneliti mengajukan judul kepada jurusan dengan mengajukan 3 judul
alternatif judul dan untuk mengetahui Dosen Pembimbing skripsi. Pihak
jurusan menyetujui pengajuan judul peneliti yang berjudul “Implementasi
Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Waralaba Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Di Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Serang”. Pada bulan ini peneliti mengajukan izin penelitian kepada
BPPT Kabupaten Pandeglang.
2. April-Agustus 2014
Skripsi terhenti karena selama 5 bulan dikarenakan ketika itu peneliti
mengikuti Seleksi Pertukaran Pemuda Antar Provinsi yang di selenggarakan
oleh Kementrian Pemuda dan Olah Raga, dan alhamdulilla berhasil lolos
untuk mewakili Provinsi Banten di Tingkat Nasional. Dan dinobatkan menjadi
Duta Pemuda dan Asean Provinsi Banten 2014.
3. September 2014
Peneliti melakukan observasi awal kepada beberapa SKPD terkait untuk
menggali informasi dan mencari data mengenai Implementasi Perda No 12
Tahun 2010. Dan mewawancarai beberapa informan.
4. Oktober 2014
Peneliti melakukan wawancara kepada Kepala BPPT Kabupaten Pandeglang .
Selain itu meminta data mengenai Kemudian melakukan wawancara kepada
Beberapa Kepala Bidang dan Masyarakat.
5. November 2014
Peneliti mulai mengerjakan penyusunan skripsi. Atas masukan dari Dosen
Pembimbing Skripsi baik pembimbing 1 maupun pembimbing 2, maka
peneliti mengerjakan penyusunan skripsi mulai dari bab1 hingga bab 3.
6. Desember 2014
Pada bulan ini peneliti melakukan perbaikan bab 2 dan bab 3. Karena ada
beberapa teori yang harus dilengkapi di bab 2 dan penambahan jumlah
informan di bab 3. Selanjutnya peneliti mendapatkan acc untuk seminar.
7. Januari 2014
Peneliti mendaftarkan diri kepada jurusan untuk melaksanakan seminar
proposal penelitian.
8. Februari 2014
Pada tanggal 10 Februari 2014 peneliti melakukan seminar proposal. Setelah
seminar ada beberapa yang di revisi yaitu proposal penelitian peneliti harus
dilengkapi dengan teori yang sesuai.
Peneliti melakukan konsultasi kepada Dosen Penguji mengenai penelitian
yang diambil. Atas masukan dan arahan dari Doses Penguji, peneliti
diharuskan mengganti judul baru untuk skripsi. Karena judul yang diangkat
oleh peneliti sudah ada yang meneliti sebelumnya.
9. April 2014
Pada bulan ini judul baru yang diajukan peneliti untuk skripsi baik kepada
Dosen Penguji Seminar, Dosen Pembimbing 1 dan 2 di acc. Judul tersebut
adalah “Pengawasan Penyelenggaraan Waralaba Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern Oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
Pintu (BPMPPTSP) di Kabupaten Pandeglang. Atas masukan Dosen Penguji
dan konsultasi dengan Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara.
Peneliti dipersilahkan untuk melakukan penyusunan skripsi dari bab 1 hingga
bab 5 tanpa melakukan seminar proposal terlebih dahulu. Selain itu peneliti
juga mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kesbangpol Kabupaten
Pandeglang untuk melakukan penelitian di BPMPPTSP Kabupaten
Pandeglang.
10. Mei 2014-Juli 2014
Pada bulan ini peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada
Kesbangpol Kabupaten Pandeglang untuk izin penelitian kepada BPMPPTSP
Kabupaten Pandeglang. Selain itu peneliti melakukan observasi awal
melakukan observasi lapangan, melakukan wawancara dengan beberapa
informan, dan meminta data kepada instansi terkait. Berikut ini adalah tabel
jadwal penelitian.
No. Hari dan Tanggal Keterangan
1. Senin, 5 Mei 2015 Wawancara dengan Kepala BPMPPTSP
Kabupaten Pandeglang
2. Jum’at, 9 Mei 2015 Wawancara dengan Pelaksana Teknis,
Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengendalian dan Pengawasan
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang. dan
mewawancarai Bidan Pelayanan dan
Informasi.
3. Senin, 12 Mei 2015 Menemui Kepala Bidang Pengendalian
dan Pengawasan BPMPPTSP Kabupaten
Pandeglang.
4. Selasa, 13 Mei 2015 Menemui Satpol PP Kabupaten
Pandeglang dan LSM, Masyarakat dan
peneliti melakukan wawancara terhadap
beberapa Informan di Lapangan
5. Rabu, 14 Mei 2015 Wawancara dengan Kepala Dinas PU
Dan melakukan wawancara terkait
penyelenggaraan Waralaba di Kabupaten
Pandeglang dan akhirnya mendapatkan
data yang dibutuhkan dalam penelitian
6. Kamis, 15 Mei 2015 Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengendalian dan Pengawasan
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang. dan
mewawancarai Bidan Pelayanan dan
Informasi.
7. Jum’at, 16 Mei 2015 Menemui Masyarakat dan Pedagang Kecil
di Kabupaten Pandeglang untuk
menanyakan terkait Waralaba .
8. Selasa, 20 Mei 2015 Wawancara dengan Pemilik Waralaba,
Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengendalian dan Pengawasan
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang. dan
mewawancarai Bidan Pelayanan dan
Informasi.
9. Rabu, 21 Mei 2015 Mendatangi Kantor LSM dan melakukan
Wawancara untuk mengetahui informasi
terkait Pengawasan yang dilakukan oleh
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang
10. Kamis, 22 Mei 2015 Wawancara dengan Masyarakat dan LSM.
Dan Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengendalian dan Pengawasan
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang. dan
mewawancarai Bidan Pelayanan dan
Informasi.
11. Jum’at, 23 Mei 2015 Melakukan observasi kebeberapa titik
didaerah Kabupaten yang diisinyalir
terdapat Waralaba berbentuk Minimarket
yang tidak mempunyai izin dan melanggar
Perda.
12. Sabtu, 24 Mei 2015 Observasi dilakukan kembali oleh peneliti,
kali ini untuk meminta data kepada
BPMPPTSP . Wawancara dengan Kepala
Bidang Pengendalian dan Pengawasan
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang. dan
mewawancarai Bidan Pelayanan dan
Informasi.
13. Senin, 27 Mei 2014 Mendatangi pemilik Waralaba yang ada di
Kabupaten Pandeglang untuk sedikit
menanyakan terkai pengawasan yang
dilakukan oleh BPMPPTSP Kabupaten
Pandeglang.
14. Rabu, 29 Mei 2015 Pengambilan data mengenai jumlah
Waralaba yang ada di Kabupaten
Pandeglang dan Profil BPMPPTSP
Kabupaten Pandeglang. dan Wawancara
dengan Kepala Bidang Pengendalian dan
Pengawasan BPMPPTSP Kabupaten
Pandeglang. dan mewawancarai Bidan
Pelayanan dan Informasi.
15. Rabu, 4 Juni 2015 Observasi penelitian ke Cadasari untuk
menemui masyarakat disana untuk
mengetahui proses dalam penyelenggaraan
Waralaba di Kabupaten Pandeglang. dan
Wawancara dengan Kepala Bidang
Pengendalian dan Pengawasan
BPMPPTSP Kabupaten Pandeglang. dan
mewawancarai Bidan Pelayanan dan
Informasi.
Selain itu pada bulan ini pula peneliti melakukan penyusunan akhir yaitu bab 1, 2,
3, 4, dan 5 serta melakukan bimbingan untuk memperoleh hasil maksimal pada
laporan akhir setelah melakukan wawancara dan observasi lapangan.
BIODATA PENELITI
Nama : Yogi Muhamad Akbar
TTL : Pandeglang, 16 Juni 1990
Agama : Islam
Hoby : Baca, Diskusi, Kajian, Aksi & Trafelling
Tempat Tinggal : Desa. Batubantar Kec.Cimanuk Kab.Pandeglang
Riwayat Pendidikan : -SDN I BATUBANTAR
-SMPN II PANDEGLANG
-SMAN II PANDEGLANG
-Untirta Serang
Motto Hidup : Semangat Berkarya