pengawasan dan penegakan hukum terhadap tenaga kerja …
TRANSCRIPT
Pengawasan Dan Penegakan Hukum Terhadap Tenaga
Kerja Asing Illegal Di Daerah Istimewa Yogyakarta
SKRIPSI
Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
Oleh
Rezal Ardianto Nugroho
8111415111
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Untuk mendapatkan sebuah kesuksesan, Keberanianmu harus lebih besar daripada
ketakutanmu” (Penulis)
“Man Jadda Wajada” (Nabi Muhammad SAW)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua orangtua saya tercinta Bapak Kahpi dan Ibu Tina Warsih serta adek
saya tersayang Reksy Isnan Nugroho.
2. Keluarga besar Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang Kabinet Kolaborasi dan Kabinet Karya.
3. Partner saya Annisa Rizky Melliawati yang memberikan doa, semangat dan
motivasi.
4. Almamater UNNES dan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul
“Pengawasan dan Penegakan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Asing Ilegal di
Daerah Istimewa Yogyakarta)”, dapat terselesaikan dengan lancar.
Penyelesaian skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Penyelesaian
penelitian hingga tersusunnya skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak, sehingga
dengan rendah hati penulis sampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Fatkhur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Dr. Rodiyah, S.Pd.,S.H.,M.Si. Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang.
3. Saru Arifin, S.H.,LLM. Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
motivasi, saran, kritik dan bantuan dengan sabar.
4. Tri Sulistiyono, S.H.,M.H Dosen Wali selama proses perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.
5. Dani Muhtada, M.Ag,M.P.A.,Ph.D Ketua Bagian Hukum Tata Negara dan
Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan bimbingan, saran,
dan arahan selama proses perkuliahan dan pengajuan judul skripsi.
6. Ratih damayanti, S.H.,M.H Dosen Pembina Duta Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bimbingan dan
motivasi.
vii
7. Diandra Preludio Ramada, S.H.,M.H Dosen Pembina Duta Fakultas
Hukum Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi.
8. Ayup Suran Ningsih, S.H., M.H., LL.M. Dosen Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bimbingan, saran,
motivasi dan arahan selama berproses di perkuliahan.
9. Bayangsari Wedhatami, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi dan
arahan selama berproses di perkuliahan.
10. Seluruh Dosen dan Staff Akademik Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang.
11. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Daerah Istimewa
Yogyakarta yang telah memberikan arahan, saran dan izin melakukan
penelitian.
12. Sonny Sudarsono, S.H.,M.H selaku Kepala Divisi Keimigrasian
Kementerian Hukum dan HAM Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah
memberikan arahan, saran dan izin penelitian.
13. Kantor Imigrasi Kelas I Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah
memberikan izin penelitian.
14. Radhitya Jati Rumpoko selaku Kasubsi Intelijen Keimigrasian yang sudah
memberikan arahan, saran dan izin penelitian.
15. Dinas Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Daerah Istimewa Yogyakarta yang
telah memberikan izin penelitian.
viii
16. Heny Widiastuti selaku Pengantar Kerja Muda Dinas Tenaga Kerja dan
Trasmigrasi Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah memberikan arahan,
saran dan izin penelitian.
17. Kedua orangtua, Bapak Kahpi dan Ibu Tina Warsih yang telah mendoakan,
memberikan motivasi dan mmberikan segalanya untuk kelangsungan
hidup selama kuliah.
18. Adek tersayang Reksy Isnan Nugroho yang selalu memberikan motivasi.
19. Keluarga Besar Eyang Manto Suwarno yang selalu memberikan semangat
dan motivasi.
20. Keluarga besar Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Negeri Semarang Kabinet Kolaborasi dan Kabinet Karya yang telah
memberikan banyak ilmu, insipirasi dan pengalaman selama menjadi
mahasiswa.
21. Keluarga besar Private Commercial Law Community yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman yang diberikan selama menjadi
mahasiswa.
22. Sahabat Sultan yang telah memberikan motivasi, semangat dan
memberikan kenyamanan yang menjadikan sebuah keluarga yang
harmonis selama menjadi mahasiswa.
23. Pahampalam yang telah memberikan kesempatan merasakan menjadi suatu
bagian keluarga yang penuh kekompakan dan keharmonisan.
24. Teman-teman kontrakan Pandawa (Dede, Fahmi, Ook, Abror dan
Wildan)yang sudah menjadi teman selama di bangku perkuliahan
ix
x
ABSTRAK
Rezal Ardianto Nugroho. 2019. “Pengawasan dan Penegakan Hukum Terhadap
Tenaga Kerja Asing Ilegal di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Skripsi Program Studi
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Saru
Arifin, S.H., LLM.
Kata Kunci: Pengawasan, Penegakan Hukum, Tenaga Kerja Asing
Pengawasan dan Penegakan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Asing Ilegal di Daerah
Istimewa Yogyakarta merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh
pemerintah daerah DIY sebagai bentuk perlindungan dan upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Perlindungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
pada sektor ketenagakerjaan salah satunya adalah dilakukannya pengawasan dan
penegakan hukum terhadap tenaga kerja asing, maka tujuan penelitian yang muncul
adalah (1) Untuk mengetahui pengawasan yang dilakukan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum & HAM Daerah Istimewa Yogyakarta dalam melaksanakan
pengawasan terhadap Tenaga kerja asing illegal. (2) Untuk mengetahui penegakan
hukum yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Daerah Istimewa
Yogyakarta dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap Tenaga kerja asing
illegal.
Penelitian ini menggunakan motode penelitian yuridis sosiologis. Sumber data
terdiri dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data melalui
wawancara, dan studi kepustakaan, dideskripsikan dan dianalisis menggunakan
model triangulasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pelanggaran yang dilakukan TKA
di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih banyak dengan berbagai jenis
pelanggaran. Sebagai langkah antisipasi untuk mengendalikan serbuan TKA maka
ada mekanisme pengendalian dan pengawasan penggunaan TKA yang dilakukan
oleh Pengawas Ketenagakerjaan. Pengawasan terhadap tenaga kerja asing di
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih mengedepankan pengawasan
secara kolektif yang dilakukan oleh Tim Pengawasan Orang Asing (Tim PORA)
baik pengawasan secara administratif maupun pengawasan operasional. Penegakan
hukum terhadap tenaga kerja asing memiliki kendala yang sama dengan
pengawasan yaitu berkaitan dengan kendala dalam menentukan ranah lembaga
mana yang berhak melakukan penegakan hukum. Penegak hukum sebenarnya
terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor tersebut mempunyai arti
netral sehingga dampak positif dan negatifnya terletak pada isi faktor tersebut.
Dalam melakukan penegakan hukum terhadap TKA di Daerah Istimewa
Yogyakarta, faktor hukum dan faktor penegakan hukum masih menjadi faktor
utama dan faktor masyarakat merupakan faktor pendukung berikutnya dalam
penegakan hukum. Saran dari penelitin ini adalah melakukan penguatan koordinasi
antar lembaga pemerintah dalam melakukan pengawasan dan penegakan hukum
yang efektif dan sinergis, dengan melalui peraturan yang lebih jelas pembagian
kewenangannya, memperbesar ruang bagi keterlibatan masyarakat dalam
pengawasan melalui perundang-undangan, memastikan bahwa tenaga kerja asing
benar-benar menguntungkan bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 9
1.3 Pembatasan Masalah ........................................................................... 9
1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 10
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 10
1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................. 11
1.6.1 Manfaat Teoritis ..................................................................... 11
1.6.2 Manfaat Praktis ....................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 12
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 12
2.2 Landasan Teori ................................................................................... 16
2.2.1 Teori Pengawasan .................................................................... 20
2.2.2 Teori Penegakan Hukum ......................................................... 23
2.3 Landasan Konseptual ........................................................................... 25
2.3.1 Tenaga Kerja asing ................................................................... 25
2.3.2 Pengawasan.............................................................................. 29
2.3.3 Penegakan Hukum ................................................................... 30
2.4 Kerangka Berfikir ............................................................................... 32
xii
BAB III Metode Penelitian .......................................................................... 33
3.1 Pendekatan Penelitian ......................................................................... 33
3.2 Jenis Penelitian ................................................................................... 33
3.3 Fokus Penelitian ................................................................................. 33
3.4 Lokasi Penelitian ................................................................................. 34
3.5 Sumber Data Penelitian ...................................................................... 34
3.5.1 Data Primer ............................................................................. 34
3.5.2 Data Sekunder ........................................................................ 34
3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 35
3.7 Validasi .............................................................................................. 35
3.8 Analisis Data ....................................................................................... 36
3.9 Sistematika .......................................................................................... 36
BAB IV Hasil dan Pembahasan ................................................................... 39
4.1 Gambaran Umum Tenaga Kerja Asing Daerah Istimewa Yogyakarta .. 39
4.2 Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Asing di Daerah Istimewa
Yogyakarta .......................................................................................... 47
4.2.1 Pengawasan Administratif Terhadap Tenaga Kerja Asing di
Daerah Istimewa Yogyakarta ................................................... 49
4.2.2 Pengawasan Operasional Terhadap Tenaga Kerja Asing di Daerah
Istimewa Yogyakarta ............................................................... 57
4.3 Penegakan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Asing Ilegal di Daerah
Istimewa Yogyakarta ........................................................................... 66
4.3.1 Rekapitulasi Data Pelanggaran TKA ........................................ 73
BAB V Penutup ............................................................................................. 75
5.1 Simpulan ........................................................................................... 75
5.2 Saran .................................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 78
LAMPIRAN……………………………………………………………………82
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data WNA Memasuki Wilayah DIY Per Juni Tahun 2019 ............ 45
Tabel 4.2 Data Sebaran Wilayah Tenaga Kerja Asing DIY ........................... 56
xiv
DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir ........................................................................ 44
Grafik 4.1 Peringkat WNA dikenakan TAK .................................................. 41
Grafik 4.2 Peringkat WNA dikenakan Projustisia .......................................... 42
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel 1. Data Objek Pengawasan
Lampiran 2 Tabel 2. Rekapitulasi Pengawasan TKA Tahun 2017-2019
Lampiran 3 Gambar 1. Surat Keterangan izin melakukan penelitian di
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Lampiran 4 Gambar 2. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Lampiran 5 Gambar 3. Surat Keterangan izin melakukan penelitian di Kantor
Wilayah Hukum dan HAM Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Lampiran 6 Gambar 4. Surat Keterangan persetujuan penelitian di Kantor
Imigrasi Kelas I Daerah Istimewa Yogyakarta
Lampiran 7 Gambar 5. Surat Keterangan rekomendasi penelitian dari
pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
Lampiran 8 Gambar 6. Surat Keterangan telah melakukan penelitian di Kantor
Imigrasi Kelas 1 Daerah Istimewa Yogyakarta
Lampiran 9 Gambar 7. Foto Bersama Narasumber Dari Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Daerah Istimewa Yogyakarta
Lampiran 10 Gambar 8. Foto Bersama Narasumber Dari Kantor Imigrasi
Kelas I Daerah Istimewa Yogyakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara yang memiliki posisi strategis dalam
pergaulan internasional, baik dari aspek geografis maupun potensi sumber daya
alam dan sumber daya manusia, mengakibatkan arus lalu lintas orang masuk dan
keluar wilayah Indonesia semakin meningkat. Kehadiran orang asing di Indonesia,
disisi lain telah memberikan pengaruh positif, juga telah memberikan pengaruh
negatif berupa timbulnya ancaman terhadap pembangunan itu sendiri. Banyaknya
arus imigran gelap, penyelundupan orang, perdagangan anak dan wanita yang
berdimensi internasional dan meningkatnya sindikat-sindikat internasional di
bidang terorisme, narkotika, pencucian uang, penyelundupan dan lain-lain. Hukum
Internasional memberikan hak dan wewenang kepada semua negara untuk
menjalankan yurisdiksi atas orang dan benda serta perbuatan yang terjadi di dalam
wilayah negara tersebut. Hal ini juga berarti bahwa setiap negara berhak untuk
merumuskan hal ikhwal lalu lintas antar negara baik orang, benda maupun
perbuatan yang terjadi di wilayahnya. Pengaturan terhadap lalu lintas antar negara
yang menyangkut orang di suatu wilayah negara, adalah berkaitan dengan aspek
keimigrasian yang berlaku di setiap negara memiliki sifat universal maupun
kekhususan masing-masing negara sesuai dengan nilai dan kebutuhan
kenegaraannya (Wahyudin, 2004:31).
Orang asing dapat mudah masuk ke negeri ini salah satunya adalah adanya
pemberlakuan kebijakan bebas visa kunjungan yang diberlakukan sejak
pertengahan tahun 2015 silam. Dikeluarkannya Peraturan Presiden (Perpers)
1
2
Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan, yang memberikan bebas
visa kunjungan bagi 169 negara. Adanya kebijakan bebas visa oleh pemerintah ini
sebenarnya dengan tujuan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing
Indonesia. Berdasarkan kebijakan Selektif (Selective Policy) yang dijabarkan pada
paragaf ke VIII penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian yang menyebutkan bahwa, “hanya Orang Asing yang memberikan
manfaat serta tidak membahayakan keamanan dan ketertiban umum diperbolehkan
masuk dan berada di wilayah Indonesia (Wirasto, 2016: 172).
Semua aspek mengenai keimigrasian didasarkan pada apa yang telah
digariskan dalam UUD 1945 sebagai hukum dasar untuk operasionalisa. Di dalam
dasar-dasar pertimbangan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian disebutkan antara lain, bahwa pengaturan dan pelayanan di bidang
keimigrasian merupakan hak dan kedaulatan Negara Republik Indonesia sebagai
Negara hukum berdasarkan UUD 1945. Sebagai unit pelaksana yang menjalankan
fungsi keimigrasian untuk mengatur berbagai macam warga negara asing yang
keluar masuk di wilayah Indonesia yaitu Kantor Imigrasi dalam menjalankan tugas
keimigrasian sebagai pengawasan orang asing, Kantor Imigrasi berpedoman pada
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Semua hal yang
berkaitan dengan lalu lintas masuk dan keluarnya orang asing di wilayah Indonesia
telah diatur dalam undang-undang tersebut. Namun realitanya masih banyak
terdapat pelanggaran orang asing.
Fungsi keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan administrasi
Negara atau penyelenggaraan administrasi pemerintahan, oleh karena itu sebagai
bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yaitu fungsi administrasi negara
3
dan pemerintahan, maka hukum keimigrasian dapat dikatakan bagian dari bidang
hukum administrasi Negara (Bagir Manan, 2000:7).
Pengawasan pada hakekatnya adalah suatu tindakan menilai (menguji)
apakah sesuatu telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Dengan
pengawasan, akan dapat ditemukan kesalahan-kesalahan yang kemudian kesalahan
tersebut dapat diperbaiki dan tidak terulang kembali. Hal ini berarti bahwa titik
berat pengawasan terletak pada usaha untuk menjamin agar pelaksanaan suatu tugas
dapat sesuai dengan rencana sehingga pengawasan dilakukan selama proses suatu
kegiatan sedang berjalan, bukan setelah akhir dari proses tersebut (Muchsan,
2000:37).
Proses penegakan hukum keimigrasian, pandangan tersebut sangat penting
karena penentuan suatu kasus pelanggaran diselesaikan dengan proses hukum
pidana atau administratif diletakkan pada kewenangan (diskresi) pejabat imigrasi.
Untuk itu perlu ada batasan dan kategorisasi yang tegas dalam proses penegakan
hukum yang dapat ditempuh yaitu antara tindakan hukum pidana dengan tindakan
hukum administratif, sehingga tidak lagi digantungkan pada penilaian pejabat
imigrasi tetapi didasarkan sistem atau peraturan perundang-undangan dengan
memperhatikan proses penyelesaian perkara keimigrasian secara cepat, efektif dan
efisien.
Menurut jurnal internasional yang berjudul “Federalism and immigration:
Models and Trends" Menyatakan bahwa: “Although the immigration policy
continues to be upgraded from the aspect of the rule if it is not supported by the
correct personnel in carrying out its duties and functions then the rules or policy
system will not proceed according to the expected goals and rules. The design of
4
service rules, law enforcement, traffic security and oversight are not supported by
a person's honesty so the rules will not go well. Therefore, a good system device
should be supported with personnel, when policy rules are expected to work
properly” (Spiro, 2001.67-63).
Prosedur pengawasan yang ketat dan selektif perlu dilakukan, mulai dari
pemberian Visa (VITAS/Visa Tinggal Terbatas) pada perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri, kegiatan yang dilakukan hingga orang asing meninggalkan
wilayah Indonesia maka diharapkan akan memberikan saringan dan pengawasan
yang efektif terhadap orang asing, sesuai dengan sistem hukum yang berlaku di
Indonesia dahulu (Karianga, 2011:91)
Ketentuan dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi, “tiap-tiap warga
Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”
Sehingga, negara berkewajiban untuk kesejahteraan warga negaranya, dalam hal
berarti pekerjaan yang layak untuk warga Negara Indonesia harus terpenuhi. Di era
globalisasi ini, pentingnya akan kebutuhan tenaga ahli di Indonesia yang
profesional membuat perusahaan-perusahaan, baik itu swasta asing maupun swasta
nasional menggunakan tenaga kerja asing. Dalam bidang ketenagakerjaan yang
sesuai ketentuan UUD 1945 disebutkan dalam Pasal 28D ayat (2) UUD 1945 yang
mana berimplikasi pada kewajiban Negara untuk memfasilitasi warga Negara agar
dapat memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28 ayat (2) UUD 1945 menegaskan bahwa, “setiap orang berhak untuk
bekerja serta mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja”, sehingga pengaturan tersebut sebagai landasan terhadap
penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) di Indonesia terhadap kondisi pasar kerja
5
dalam negeri, kebutuhan investasi, kesepakatan Internasional dan liberalisasi pasar
bebas dengan berkaitan kepentingan nasional untuk memberikan perlindungan
terhadap kesempatan tenaga kerja Indonesia (TKI).
Penggunaan Tenaga Kerja Asing secara filosofis yaitu asas manfaat, aspek
keamanan, aspek legalitas, yaitu masuknya Tenaga Kerja Asing harus mendapatkan
ijin kerja dari Menteri Tenaga Kerja, sejalan dengan penggunaan Tenaga Kerja
Asing adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional di bidang
tertentu yang belum dapat terisi oleh Tenaga Kerja Indonesia dengan percepatan
ahli teknologi dan keahlian serta peningkatan investasi. Sehingga Tenaga Kerja
Asing di Indonesia tidak dapat dihindari penggunaannya, dan pada prinsipnya
penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia adalah mereka yang dibutuhkan
dalam dua hal yakni mereka Tenaga Kerja Asing yang membawa modal (sebagai
investor) dan membawa skill dalam hal transfer of knowledge. Selain kedua hal
tersebut maka pada hakekatnya tidak di perkenankan dan harus dengan
mengutamakan penggunaan tenaga kerja dari Indonesia (C. Sumarprihatiningrum,
2006:56).
Pengaturan mengenai Tenaga Kerja Asing diatur dalam Undang - Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan diatur pada Bab VIII tentang
penggunaan Tenaga Kerja Asing. Kemudian dalam rangka tertib administrasi dan
kelancaran pelayanan kepada orang asing yang berkepastian hukum terhadap
pemberian Izin Tinggal Keimigrasian sebagai Tenaga Kerja Asing dipandang
sangat penting bagi peran pihak Imigrasi. Didalam melaksanakan penempatan
tenaga-tenaga asing itu Pemerintah berpendapat bahwa khusus untuk
menghilangkan unsur-unsur kolonial dalam struktur ekonomi negara kita dalam
6
lapangan usaha yang vital bagi perekonomian nasional. Pada saat ini, tata cara
penggunaan tenaga kerja asing diatur melalui Pasal 26 Ayat 1 Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 12 tahun 2013 tentang Tata Cara
Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu wilayah dari Indonesia
yang berkembang, dan menjadi salah satu tujuan utama warga negara asing untuk
berbagai macam tujuan, baik wisata, pendidikan, budaya bahkan untuk bekerja, saat
ini masih banyak ditemukan permasalahan pada tenaga kerja asing. Dalam
pelaksanaannya dilapangan, terdapat pelanggaran keimigrasian terkait dengan izin
tinggal.
Orang asing yang dikenai tindakan keimigrasian adalah orang asing yang
melakukan kegiatan berbahaya dan patut diduga membahayakan keamanan dan
ketertiban umum untuk tidak menghormati dan tidak menaati peraturan perundang
– undangan sebagaimana diatur dalam pasal 75 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 tentang Keimigrasian atau secara spesifik telah melakukan pelanggaran
keimigrasian seperti overstay, penyalahgunaan izin tinggal dan pemalsuan
dokumen. Tenaga kerja asing yang terpaksa melakukan pelanggaran keimigrasian
terkait izin tinggal dikarenakan tidak lengkapnya dokumen, tidak berlakunya visa
izin tinggal mereka, menggunakan visa kunjungan untuk bekerja. Masalah tersebut
sangat lah merugikan masyarakat Indonesia yang ingin bekerja, tetapi diduduki oleh
tenaga kerja asing yang tidak memiliki izin tinggal terbatas untuk bekerja.
Menurut data di sistem keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta,
di Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat kurang lebih 779 perusahaan dan
perwakilan perseorangan Warga Negara Indonesia yang mempekerjakan tenaga
7
kerja asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. Diluar dari 779 perusahaan dan
perwakilan perseorangan yang sudah terdaftar tersebut, ternyata masih banyak
tenaga kerja asing yang belum terdaftar atau dilaporkan oleh pihak sponsor atau
perusahaannya. Hal ini biasanya diketahui ketika Tim Pengawasan Orang Asing
(TIMPORA) dari Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta melakukan pengawasan di
lapangan.
Permasalahan yang timbul berkaitan dengan penggunaan tenaga kerja asing
di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah pelanggaran izin tinggal dan ijin kerja.
Dalam paspor para tenaga kerja asing tersebut tertulis bahwa izin yang diberikan
pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta oleh pihak imigrasi adalah untuk bekerja
sebagai tenaga kerja asing dengan jabatan dan waktu tertentu, bahkan hanya sebagai
wisatawan atau turis. Terdapat perusahaan pengguna tenaga kerja asing
menyembunyikan para pekerjanya yang disebut tenaga kerja asing illegal. Namun
ada beberapa fakta yang ditemukan dilapangan ternyata masih banyak kasus yang
baru ditemukan setelah melakukan pengawasan di lapangan. Misalnya saja
penyalahgunaan izin tinggal keimigrasian bagi warga negara asing pemegang visa
wisata, diketahui ternyata bekerja setelah Tim Pengawasan Orang Asing melakukan
pengecekan lapangan. Ada pula tenaga pendidik yang ada di salah satu lembaga
bahasa ternyata diketahui pemegang visa wisata, yang seharusnya tidak boleh
melakukan pekerjaan apapun di wilayah , termasuk menjadi tenaga pengajar, ada
perusahaan yang ternyata mempekerjakan Tenaga Kerja Asing tapi tidak
melaporkan dan mendapatkan ijin yang sah (IMTA) dan ada juga pekerja asing
yang mendapatkan izin di perusahaan X diketahui ternyata bekerja di perusahaan
Y. Menurut penelitian dari Astiti Herniasih di Daerah Istimewa Yogyakarta ada
8
permasalahan tentang Tenaga Kerja Asing yang mengenai perkawinan campuran
dengan WNI.
Hal-hal tersebut ternyata menunjukkan bahwa pengawasan terhadap Tenaga
Kerja Asing di Daerah Istimewa Yogyakarta diketahui belum berjalan sebagaimana
mestinya karena fungsi dari Tim Pengawasan Orang Asing di Daerah Istimewa
Yogyakarta masih belum berjalan sesuai dengan pasal 15 dalam Peraturan Menteri
Hukum & HAM Nomor 50 tahun 2016 tentang Tim Pengawasan Orang Asing.
Dengan sistem yang berlangsung saat ini, maka masih banyak peluang atau celah
bagi para tenaga kerja asing, baik yang legal maupun ilegal untuk melakukan
pelanggaran keimigrasian.
Dari data yang ada di Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta, dari 779
perusahaan dan perwakilan perseorangan Warga Negara Indonesia yang
mempekerjakan tenaga kerja asing di Daerah Istimewa Yogyakarta, diketahui
sekitar 40 % perusahaan dan perwakilan perseorangan berada di wilayah Kota
Yogyakarta.
Dengan berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis merasa perlu
adanya penelitian dan mengajukan penelitian dengan judul PENGAWASAN DAN
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA ASING ILLEGAL
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Adanya mobilitas orang asing yang semakin meningkat dikarenakan
Daerah Istimewa Yogyakarta salah satu kota untuk berbagai macam
tujuan, baik wisata, pendidikan, budaya bahkan untuk bekerja.
9
2. Adanya penyalahgunaan izin tinggal keimigrasian bagi negara asing
pemegang visa wisata yang diketahui digunakan untuk bekerja.
3. Adanya perusahaan yang mempekerjakan Tenaga kerja asing tanpa
mendapatkan IMTA yang sah.
4. Adanya Tenaga kerja asing yang mendapatkan izin di perusahaan X
diketahui ternyata bekerja di perusahaan Y.
5. Adanya kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum & HAM serta
Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Daerah Istimewa Yogyakarta
yaitu Keterbatasan Sumber Daya Manusia dalam melakukan
pengawasan dan penegakan hukum terhadap Tenaga kerja asing
illegal.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan sejumlah masalah yang berhasil diidentifikasi, maka
peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Pengawasan terhadap tenaga kerja asing illegal di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
2. Penegakan hukum terhadap tenaga kerja asing illegal di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengawasan terhadap Tenaga kerja asing illegal di Daerah
Istimewa Yogyakarta?
2. Bagaimana penegakan hukum terhadap Tenaga kerja asing illegal di
Daerah Istimewa Yogyakarta?
10
1.5 Tujuan Penelitian
Pada dasarnya setiap penelitian mempunyai tujuam tertentu, penulisan
skripsi ini selain untuk tugas akhir guna memenuhi syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang,
adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengawasan yang dilakukan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum & HAM Daerah Istimewa Yogyakarta dalam
melaksanakan pengawasan terhadap Tenaga kerja asing illegal.
2. Untuk mengetahui penegakan hukum yang dilakukan Dinas Tenaga
Kerja & Transmigrasi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam
melaksanakan penegakan hukum terhadap Tenaga kerja asing illegal.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini di harapkan memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Manfaat penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1.6.1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan pengawasan dan penegakan hukum terhadapTenaga
kerja asing di Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Dapat Dapat dijadikan sebagai sumber dan kontribusi pemikiran
bagi penelitian hukum berikutnya.
11
1.6.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran
dalam memberikan pandangan terhadap masyarakat dan dapat dijadikan
masukan untuk meningkatkan kualitas pemerintah Indonesia dalam
melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pekerja asing.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian, “Pengertian keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang
masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasanya dalam rangka menjaga
tegaknya kedaulatan Negara”. Ada dua hal yang sangat mendasar dalam hal
pengertian keimigrasian Indonesia yaitu pertama adalah aspek lalu lintas orang
antar negara, sedang yang kedua adalah menyangkut pengawasan orang asing yang
meliputi pengawasan terhadap masuk dan keluar, pengawasan keberadaan serta
pengawasan terhadap kegiatan orang asing di Indonesia.
Fungsi keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan administrasi
Negara atau penyelenggaraan administrasi pemerintahan, oleh karena itu sebagai
bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, yaitu fungsi administrasi negara
dan pemerintahan. Pengawasan keimigrasian mencakup penindakan keimigrasian
atau penegakan hukum keimigrasian baik yang bersifat administratif maupun tindak
pidana keimigrasian. Sesuai dengan UU No. 6 tahun 2011 tentang imigrasi layanan
dan pengawasan di bidang imigrasi dilakukan berdasarkan prinsip kolektif.
Penggunaan Tenaga Kerja Asing secara filosofis yaitu asas manfaat, aspek
keamanan, aspek legalitas, yaitu masuknya Tenaga Kerja Asing harus mendapatkan
ijin kerja dari Menteri Tenaga Kerja, sejalan dengan penggunaan Tenaga Kerja
Asing adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional di bidang
tertentu yang belum dapat terisi oleh Tenaga Kerja Indonesia. Pengaturan mengenai
Tenaga Kerja Asing diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
12
13
Ketenagakerjaan diatur pada Bab VIII tentang penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Kemudian dalam rangka tertib administrasi dan kelancaran pelayanan kepada orang
asing yang berkepastian hukum terhadap pemberian Izin Tinggal Keimigrasian
sebagai Tenaga Kerja Asing dipandang sangat penting bagi peran pihak Imigrasi.
Didalam melaksanakan penempatan tenaga-tenaga asing itu Pemerintah
berpendapat bahwa khusus untuk menghilangkan unsur-unsur kolonial dalam
struktur ekonomi negara kita dalam lapangan usaha yang vital bagi perekonomian
nasional. Pengawasan tenaga kerja asing memiliki aspek yang sangat luas sehingga
diperlukan system pengawasan yang komprehensif, yakni semenjak awal tenaga
kerja asing masuk ke Indonesia wajib memiliki dokumen Perjalanan yang sah dan
masih berlaku, hingga kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja asing selesai.
Untuk menguragi kemungkinan resiko yang terjadi maka dilakukan pelaksanaan
pengawasan izin tinggal terbatas bagi tenaga kerja asing. Pengawasan tenaga kerja
asing dilakukan oleh kantor Imigrasi di setiap wilayah. Pengawasan ini dilakukan
tidak hanya pada saat masuk, tetapi juga selama mereka berada di wilayah
Indonesia termasuk kegiatan tenaga kerja asing tersebut. Untuk melindungi hak
warga negara Indonesia dalam mendapatkan pekerjaan yang layak, maka untuk
pekerjaan-pekerjaan yang mampu diisi tenaga kerja Indonesia tidak diijinkan
diduduki Tenaga Kerja Asing, sehingga penggunaan Tenaga Kerja Asing bersifat
sementara selama tenaga kerja Indonesia belum mampu melaksanakan pekerjaan
tersebut. Oleh karena itu Tenaga Kerja Asing yang akan dipekerjakan di Indonesia
hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu Pasal 42
Ayat (4) UU No 13 Tahun 2003.
14
Penegakan hukum yang dilakukan jika ada perusahaan atau pemberi kerja
yang menggunakan pekerja asing ilegal maka dapat dikenakan sanksi pidana
penjara paling singkat satu tahun dan paling lama empat tahun dan atau denda
paling sedikit Rp. 100 juta dan paling banyak Rp. 400 juta.
Jika jabatan Tenaga Kerja Asing tidak sesuai kompetensi dan/atau pemberi
kerja tidak menunjuk Tenaga Kerja Indonesia pendamping, dapat dikenakan
hukuman penjara 1 – 12 bulan dan denda Rp 10 juta – Rp 40 juta. Jika pemberi
kerja tidak melakukan pembayaran Dana Kompensasi Penggunaan Tenaga Kerja
Asing (DKPTKA) dan/atau memulangkan TKA setelah masa perjanjian kerja
selesai, maka bisa dikenakan sanksi administrasi. Salah satunya pencabutan IMTA.
Permasalahan yang timbul berkaitan dengan penggunaan tenaga kerja asing
di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah pelanggaran izin tinggal dan ijin kerja.
Dalam paspor para tenaga kerja asing tersebut tertulis bahwa izin yang diberikan
pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta oleh pihak imigrasi adalah untuk bekerja
sebagai tenaga kerja asing dengan jabatan dan waktu tertentu, bahkan hanya sebagai
wisatawan atau turis. Terdapat perusahaan pengguna tenaga kerja asing
menyembunyikan para pekerjanya yang disebut tenaga kerja asing ilegal. Namun
ada beberapa fakta yang ditemukan dilapangan ternyata masih banyak kasus yang
baru ditemukan setelah melakukan pengawasan di lapangan. Misalnya saja
penyalahgunaan izin tinggal keimigrasian bagi warga negara asing pemegang visa
wisata, diketahui ternyata bekerja setelah Tim Pengawasan Orang Asing melakukan
pengecekan lapangan. Ada pula tenaga pendidik yang ada di salah satu lembaga
bahasa ternyata diketahui pemegang visa wisata, yang seharusnya tidak boleh
melakukan pekerjaan apapun di wilayah, termasuk menjadi tenaga pengajar, ada
15
perusahaan yang ternyata mempekerjakan Tenaga Kerja Asing tapi tidak
melaporkan dan mendapatkan ijin yang sah (IMTA) dan ada juga pekerja asing
yang mendapatkan izin di perusahaan X diketahui ternyata bekerja di perusahaan
Y.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Astiti Herniasih, dalam
penelitian ini membahas mengenai permasalahan adalah bagaimanakah implikasi
peraturan tentang keimigrasian dalam hal pemberian izin tinggal bagi tenaga kerja
asing pelaku perkawinan campuran dengan WNI terhadap peraturan tentang
ketenagakerjaan bagi tenaga kerja asing? Kesimpulan dalam tesis ini adalah
peraturan tentang keimigrasian dalam hal pemberian izin tinggal bagi tenaga kerja
asing pelaku perkawinan campuran dengan WNI tidak memberikan implikasi yang
cukup berarti terhadap peraturan tentang ketenagakerjaan. Oleh karena ketentuan
dalam undang-undang nomor 13 tahun 2003 menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan
maksud bekerja di wilayah Indonesia, maka kebijakan keimigrasian tersebut di atas
tidak serta merta dapat diterapkan. Dengan ini kebijakan mengenai penggunaan
tenaga kerja asing tetap mengutamakan peraturan ketenagakerjaan tanpa
mempertimbangkan status perkawinan tenaga kerja asing tersebut.
2.2. Landasan Teori
Perkembangan dari segi substansi hukum keimigrasian, ada beberapa
perkembangan prinsip politik hukum keimigrasian dari Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1992 ke Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011. Kedua undang-undang
menganut prinsip selective policy dalam hal masuk dan keluarnya orang dari dan ke
16
wilayah Indonesia didasarkan pada aspek manfaat terhadap kepentingan nasional.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 lebih dilekatkan pada prinsip keamanan
nasional, sementara dalam Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2011 prinsip tersebut
dilekatkan dengan prinsip hak asasi manusia. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pembentuk Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2011 menginginkan adanya
keseimbangan antara prinsip kebijakan selektif dengan prinsip HAM. Selain
penghapusan penangkalan terhadap WNI, Termasuk dalam beberapa hal
mengkoreksi atau mengatur kembali berbagai ketentuan yang sebelumnya belum
sejalan atau belum mengakomodasi dengan nilai-nilai HAM pada umumnya,
misalnya dalam hal hak atas pekerjaan bagi orang asing tertentu yang berada di
Indonesia. Prinsip kebijakan selektif berdasarkan Undang-Undang Nomor 06
Tahun 2011. dalam hal tertentu lebih ketat dibandingkan dalam Undang-Undang
Nomor 9 tahun 1992, terutama dalam hal prosedur masuk dan keluarnya orang dari
wilayah Indonesia maupun keberadaan orang asing di Indonesia (Tony Mirwanto,
2016: 54).
Dalam menjalankan tugas keimigrasian sebagai pengawasan orang asing,
Kantor Imigrasi berpedoman pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 Tahun 2013 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011. Semua hal yang
berkaitan dengan lalu lintas masuk dan keluarnya orang asing di wilayah Indonesia
telah diatur dalam undang-undang tersebut. Namun realitanya masih banyak
terdapat pelanggaran orang asing.
Hal ini terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu wilayah
dari Indonesia yang berkembang, dan menjadi tujuan utama warga negara asing
17
untuk berbagai macam tujuan, baik wisata, pendidikan, budaya bahkan untuk
bekerja, saat ini masih banyak ditemukan permasalahan pada tenaga kerja asing.
Dalam pelaksanaannya dilapangan, terdapat pelanggaran keimigrasian terkait
dengan izin tinggal. Orang asing yang dikenai tindakan keimigrasian adalah orang
asing yang melakukan kegiatan berbahaya dan patut diduga membahayakan
keamanan dan ketertiban umum untuk tidak menghormati dan tidak menaati
peraturan perundang–undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 75 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian atau secara spesifik telah
melakukan pelanggaran keimigrasian seperti overstay, penyalahgunaan izin tinggal
dan pemalsuan dokumen. Tenaga kerja asing yang terpaksa melakukan pelanggaran
keimigrasian terkait izin tinggal dikarenakan tidak lengkapnya dokumen, tidak
berlakunya visa izin tinggal mereka, menggunakan visa kunjungan untuk bekerja.
Masalah tersebut sangat lah merugikan masyarakat Indonesia yang ingin bekerja,
tetapi diduduki oleh tenaga kerja asing yang tidak memiliki izin tinggal terbatas
untuk bekerja.
Menurut data di sistem keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta,
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat kurang lebih 779 perusahaan dan
perwakilan perseorangan Warga Negara Indonesia yang mempekerjakan tenaga
kerja asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. Diluar dari 779 perusahaan dan
perwakilan perseorangan yang sudah terdaftar tersebut, ternyata masih banyak
tenaga kerja asing yang belum terdaftar atau dilaporkan oleh pihak sponsor atau
perusahaannya. Hal ini biasanya diketahui ketika Tim Pengawasan Orang Asing
(TIM PORA) dari Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta melakukan pengawasan di
lapangan.
18
Melihat tingginya jumlah perusahaan dan perwakilan perseorangan Warga
Negara Indonesia yang mempekerjakan tenaga kerja asing di Daerah Istimewa
Yogyakarta, maka sudah jelas banyak orang asing yang melakukan aktivitas di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Aktivitas tersebut dapat berupa tindakan positif
maupun tindakan negatif yang dapat melanggar undang-undang keimigrasian.
Dengan hal tersebut mengakibatkan fungsi pengawasan, penindakan dan
penegakan hukum sedikit terabaikan.
Pelaksanaan pengawasan keimigrasian yang dilakukan Kantor Kementerian
Hukum & HAM Daerah Istimewa Yogyakarta seharusnya mencakup penegakan
hukum keimigrasian, baik yang bersifat administratif maupun tindak pidana
keimigrasian (Hamidi, 2015:113). Proses pengawasan terhadap orang asing tidak
hanya dilakukan pada saat masuk, tetapi juga pada kegiatan mereka selama berada
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan permasalahan-permasalahan faktual
(factual problems) yang terjadi terkait terjadinya disparitas kuantitas Tenaga Kerja
Asing antara kemenkumham dan Kemenaker, serta maraknya orang asing yang
melakukan pelanggaran keimigrasian terkait izin tinggal, tujuan kedatangan, dan
yang lainnya, maka peneliti merumuskan permasalahan tersebut pada bagaimana
pengaturan regulasi perundang-undangan terkait Tenaga Kerja Asing dan
bagaimana optimalisasi pengawasan dan pengendalian Tenaga Kerja Asing yang
dilakukan instansi terkait.
Kebijakan ketenagakerjaan termasuk kebijakan penggunaan Tenaga Kerja
Asing dalam menyikapi perubahan-perubahan multidimensional mengarah pada
prinsip selektivitas (selective policy) dan satu pintu (one gate policy), sehingga
kepentingan perlindungan tenaga kerja dapat terlaksana tanpa mengabaikan prinsip
19
globalisasi dan pelaksanaan otonomi daerah. Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang; Ketenagakerjaan Bab VIII; Penggunaan Tenaga Kerja Asing, Pasal
42 Ayat (1) dan Pasal 43 Ayat (1) bahwa Kewenangan Ijin Mempekerjakan Tenaga
Kerja Asing (IMTA) dan pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
(RPTKA) merupakan kewenangan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Saat
ini telah diterbitkan beberapa peraturan pelaksanaan penggunaan Tenaga Kerja
Asing sebagai perintah dari Undang-Undang dengan tetap memperhatikan
kepentingan globalisasi, otonomi daerah, dan demokratisasi yang mengarah pada
peningkatan pelayanan penempatan (employment services) dengan menempatkan
sebanyak mungkin angkatan Kerja pada kesempatan kerja yang terus diperluas
dengan memanfaatkan penggunaan Tenaga Kerja Asing yang lebih terarah dan
terkendali dengan rambu-rambu yang rasional dan kondusif. Bahwa dalam
pembangunan nasional masih memerlukan modal atau investasi, teknologi, dan
tenaga kerja ahli asing dari luar negeri. Terkait dengan penggunaan Tenaga Kerja
Asing, bahwa pasar kerja dalam negeri belum mampu sepenuhnya menyediakan
tenaga kerja ahli/skill baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga kebijakan
penggunaan Tenaga Kerja Asingharus searah dengan perlindungan tenaga kerja
Indonesia melalui penyediaan kesempatan kerja sesuai amanat Undang-Undang
Dasar 1945 dan yang diamandemen yaitu Pasal 27 Ayat bahwa; tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan
Pasal 28 D Ayat 2 bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Artinya,
penggunaan Tenaga Kerja Asing harus memberikan manfaat sebanyak mungkin
untuk kepentingan tenaga kerja Indonesia melalui upaya perluasan usaha yang akan
20
berdampak positif pada penciptaan dan perluasan kesempatan kerja serta terjadinya
alih teknologi dari Tenaga Kerja Asing ke tenaga kerja Indonesia.
2.2.1. Teori Pengawasan
Pengawasan pada hakikatnya merupakan bagian integral dari pengendalian
dan pemeriksaan adalah subsistem atau tindakan hukum dalam melakukan fungsi
pengawasan atau pengendalian pemerintahan. Pengawasan merupakan hal yang
paling substansial dalam mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik
(good governance). Pengawasan digunakan sebagai salah satu alat ukur dimana
roda pemerintahan dapat berjalan dengan baik atau tidak dalam pencapaian tujuan
suatu pemerintahan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Robert Kreitner,
sebagaimana dikutip oleh Suseno yaitu “control is the process of taking the
necessary preventive or corrective actions to ensure that organization’s mission
andobjectives are accomplished as effectively and efficiently as possible” (Suseno,
2010: 16).
Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “Pengawasan berasal dari kata awas
yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat
dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan
kenyataan yang sebenarnya dari apa yang diawasi”.
Menurut Sondang P. Siagian, “pengawasan adalah proses pengamatan dari
pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua
pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan” (Siaigan,2004).
Menurut Lucky Agung Binarto, menjelaskan bahwa Pengawasan orang
asing terdapat 2 (dua) macam, yaitu pengawasan administratif dan pengawasan
21
operasional. Pengawasan administratif, yaitu pengawasan yang dilakukan melalui
penelitian surat-surat atau dokumen, berupa pencatatan, pengumpulan data dan
penyajian maupun penyebaran informasi secara manual dan elektronik tentang lalu
lintas keberadaan dan kegiatan orang asing. Sedangkan pengawasan operasional,
yaitu pengawasan lapangan yang dilakukan berupa pemantauan, patroli, razia
dengan mengumpulkan bahan keterangan, pencarian orang dan alat bukti yang
berhubungan dengan tindak pidana keimigrasian (Binarto, 2006).
Pengertian pengawasan juga dikemukakan oleh Prayudi, yakni:
“Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang
dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki,
direncanakan dan diperhatikan” (Prayudi, 1981: 80).
Menurut Harold Koonz yang dikutip dalam buku John Salindeho
mengatakan bahwa pengawasan adalah “Pengukuran dan pembetulan terhadap
kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu cocok
dengan rencana. Jadi pengawasan itu mengukur pelaksanaan dibandingkan dengan
cita-cita dan rencana, memperlihatakan dimana ada penyimpanangan yang negatif
dengan menggerakkan tindakan-tindakan untuk memperbaiki penyimpangan-
penyimpangan, membantu menjamin tercapainya rencana- rencana” (Salindeho,
1998 :39).
Beragam definisi dari pengawasan tersebut memberikan pengertian bahwa
pelaksanaan pengawasan bagi pemerintahan dan organisasi memiliki tujuan urgentif. Hal
ini telah dikemukakan oleh Alfred sebagaimana dikutip oleh Agung Suseno, yang
mengemukakan bahwa : “Tujuan pengawasan adalah menjamin pekerjaan mengikuti
rencana, mencegah kekeliruan, memperbaiki efisiensi, mewujudkan ketertiban pada
pekerjaan, menjajaki dan memperbaiki kekliruan secara lebih mudan dan meyakinkan,
22
mengenali dan menggambarkan prestasi yang maksimal dan memperbaiki kualitas
manajemen secara keseluruhan” ( Suseno, 2010 : 15).
Fungsi pengawasan adalah mencegah dan menindak segala bentuk
penyimpangan tugas-tugas pemerintah dari yang telah digariskan dan menghindari
atau mengoreksi kekeliruan baik yang disengaja atau tidak dalam rangka administrasi
negara. Sedangkan tujuan pengawasan adalah untuk mengetahui apakah tujuan negara
itu tercapai atau tidak (Hidayat, 2009;73).
Sedangkan menurut Pasal 66 Ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, Pengawasan keimigrasian meliputi:
1. Pengawasan terhadap Warga Negara Indonesia yang memohon
dokumen perjalanan, keluar atau masuk Wilayah Indonesia, dan yang
berada di luar Wilayah Indonesia; dan
2. Pengawasan terhadap lalu lintas orang asing yang masuk atau keluar
Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan
kegiatan orang asing di wilayah Indonesia.
Pengertian, tujuan dan fungsi pengawasan secara umum tersebut menjadi
hal fundamental dalam menganalisis ruang lingkup pengawasan dalam bidang
pemerintahan daerah.
2.2.2. Teori Penegakan Hukum
Hukum adalah sarana yang di dalamnya terkandung nilai-nilai atau konsep
tentang keadilan, kebenaran dan kemanfaatan sosial dan sebagainya. Kandungan
hukum itu bersifat abstrak. Menurut Satjipto Rahardjo sebagaimana di kutip oleh
Ridwan H.R, penegakan hukum pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide
atau konsep yang abstrak itu. Penegakan hukum adalah usaha untuk mewujudkan
ide-ide tersebut menjadi kenyataan (Ridwan, 2013:229).
23
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam
lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Masalah penegakan hukum merupakan masalah universal. Tiap Negara
mengalaminya masing-masing, dengan falsafah dan caranya sendiri-sendiri,
berusaha mewujudkan tegaknya hukum di dalam masyarakat. Tindakan tegas
dengan kekerasan, ketatnya penjagaan, hukuman berat, tidak selalu menjamin
tegaknya hukum. Apabila masyarakat yang bersangkutan tidak memahami hakekat
hukum yang menjadi pedoman, maka hal itu akan menghambat hukum dan disiplin
hukum (Soedjono, 1978:1).
Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-
kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian
penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan
kedamaian pergaulan hidup. Konsepsi yang mempunyai dasar filosofis tersebut,
memerlukan penjelasan lebih lanjut, sehingga akan tampak lebih konkret
(Soekanto, 2007:2).
Penegakan hukum sebagai suatu proses yang pada hakikatnya merupakan
penerapan direksi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat
diatur oleh kaidah hukum akan tetapi mempunyai unsur-unsur penilaian pribadi
(Wayne La-Favre). Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum
terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam
kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
tahap akhir, untuk menciptakan, melahirkan dan mempertahankan kedamaian
24
pergaulan hidup. Sehingga dapat dikatakan bahwa gangguan terhadap penegakan
hukum mungkin terjadi apabila ada ketidakserasian antara ”tritunggal” nilai, kaidah
dan pola perilaku gangguan tersebut terjadi apabila ada ketidakserasian antara nilai-
nilai yang berpasangan, yang menjelma di dalam kaidah-kaidah yang bersimpang
siur, dan pola perilaku tidak terarah yang mengganggu kedamaian pergaulan hidup.
(Soekanto, 2012:5)
Secara umum penegakan hukum dapat diartikan sebagai tindakan
menerapkan perangkat sarana hukum tertentu untuk memaksakan sanksi hukum
guna menjamin terhadap ketentuan yang ditetapkan. Penegakan hukum juga dapat
diartikan sebagai proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya
norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam hubungan
secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam hubungan-hubungan hukum terhadap
kehidupan bermasyarakat dan bernegaran. Ditinjau dari sudut subyeknya,
penegakan hukum dapat dilakukan oleh subyek yang luas dan dapat pula diartikan
sebagai upaya yang penegakan hukum yang melibatkan semua subyek hukum
dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif yang
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan dari pada
norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia yang menjalankan atau menegakan
hukum. Dalam arti sempit dari segi subyek penegakan hukum dapat diartikan
sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan
tegaknya hukum.
2.3. Landasan Konseptual
Suatu kerangka konseptual, merupakan kerangka yang menggambarkan
hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti. Dalam
25
kerangka konseptual ini dituangkan beberapa konsepsi atau pengertian yang
digunakan sebagai dasar dari penelitian hukum, berikut kerangka konsepsi yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini.
2.3.1. Tenaga Kerja Asing
Pengertian Tenaga Kerja Asing tercantum pada UU Ketenagakerjaan
Nomor 13 Tahun 2003 pada Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasikan barang dan jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Kemudian Penggunaan
Tenaga Kerja Asing diatur pada Bab VIII Pasal 42 yang disebutkan bahwa:
a. Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib
memiliki izin tertulis dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
b. Pemberi kerja orang perseorangan dilarang mempekerjakan tenaga
kerja asing
c. Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
berlaku bagi perwakilan negara asing yang mempergunakan tenaga
kerja asing sebagai pegawai diplomatik dari konsuler
d. Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam
hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu
e. Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu tertentu sebagaimana
dimakasud dalam ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Menteri
f. Tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) yang masa
kerjanya habis dan tidak dapat di perpanjang dapat digantikan oleh
tenaga kerja asing lainnya
26
Secara umum Tenaga Kerja Asing yang berada di Indonesia dikategorikan
pada 2 (dua) kategori, yaitu:
1. Tenaga Kerja Asing legal (memiliki dokumen resmi); hal ini mengacu pada
ketentuan umum UU No. 6/2011 tentang keimigrasian, Pasal 1 Ayat 13 & 14
yang berbunyi:
a. Dokumen Perjalanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang dari suatu negara, Perserikatan Bangsa-
Bangsa, atau organisasi internasional lainnya untuk melakukan
perjalanan antarnegara yang memuat identitas pemegangnya.
b. Dokumen Keimigrasian adalah Dokumen Perjalanan Republik
Indonesia, dan Izin Tinggal yang dikeluarkan oleh Pejabat Imigrasi
atau pejabat dinas luar negeri.
Jadi agar dapat keluar masuk wilayah Indonesia maka setiap orang asing
termasuk di dalamnya Tenaga Kerja Asing diwajibkan memiliki Dokumen
Perjalanan (Paspor dan Surat Perjalanan Laksana Paspor) yang sah dan masih
berlaku serta memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain
berdasarkan Undang-Undang ini dan perjanjian internasional (lihat ketentuan Pasal
8 Ayat (1) dan (2) UU Kemigrasian).
2. Tenaga Kerja Asing Illegal (tanpa dokumen resmi)
Pemberi kerja dapat memperkerjakan Tenaga kerja asing untuk bekerja di
Indonesia. Namun, jika penggunaan Tenaga kerja asing tidak mengikuti aturan
yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan berarti telah memperkerjakan Tenaga kerja asing illegal.
Penggunaan Tenaga kerja asing ilegal merupakan hal yang melanggar hukum dan
27
dapat menimbulkan akibat hukum berupa sanksi pidana. Sanksi pidana dapat
dikenakan kepada Tenaga kerja asing maupun kepada pemberi kerja yang telah
mempekerjakan orang asing yang melanggar ketentuan Pasal 185 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, menyatakan:
a. Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 Ayat dan Ayat (2), Pasal 68, Pasal 69 Ayat (2), Pasal 80,
Pasal 82, Pasal 90 ayat (1), Pasal 143, dan Pasal 160 Ayat (4) dan Ayat
(7), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
b. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) merupakan
tindak pidana II.
Jadi, pemberi kerja yang akan menggunakan Tenaga Kerja Asing wajib
memiliki izin tertulis dari menteri atau pejabat yang ditunjuk dan pemberi kerja
orang perseorang dilarang memperkerjakan Tenaga Kerja Asing sebagaimana
diatur dalam Pasal 42 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan dan bila melanggar ketentuan penggunaan Tenaga Kerja
Asing yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan maka akan dikenakan sanksi pidana.
Penggunaan Tenaga Kerja Asing secara filosofis yaitu asas manfaat, aspek
keamanan, aspek legalitas, yaitu masuknya Tenaga Kerja Asing harus mendapatkan
ijin kerja dari Menteri Tenaga Kerja, sejalan dengan penggunaan Tenaga Kerja
Asing adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional di bidang
28
tertentu yang belum dapat terisi oleh Tenaga Kerja Indonesia dengan percepatan
ahli teknologi dan keahlian serta peningkatan investasi. Sehingga Tenaga Kerja
Asing di Indonesia tidak dapat dihindari penggunaannya, dan pada prinsipnya
penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia adalah mereka yang dibutuhkan
dalam dua hal yakni mereka Tenaga Kerja Asing yang membawa modal (sebagai
investor) dan membawa skill dalam hal transfer of knowledge. Selain kedua hal
tersebut maka pada hakekatnya tidak di perkenankan dan harus mengutamakan
penggunaan tenaga kerja dari Indonesia (Muhammad Fadli, 2015:285).
2.3.2. Pengawasan
Dalam ketentuan Pasal 71 UU Keimigrasian disebutkan bahwa setiap Orang
Asing yang berada di Wilayah Indonesia wajib:
a. Memberikan segala keterangan yang diperlukan mengenai identitas
diri dan/atau keluarganya serta melaporkan setiap perubahan status
sipil, kewarganegaraan, pekerjaan, Penjamin, atau perubahan
alamatnya kepada Kantor Imigrasi setempat
b. Memperlihatkan dan menyerahkan Dokumen Perjalanan atau Izin
Tinggal yang dimilikinya apabila diminta oleh Pejabat Imigrasi yang
bertugas dalam rangka pengawasan Keimigrasian
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan atau penyim- pangan atas tujuan yang akan
dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan
yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif
dan efisien.Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang
29
bercirikan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pengawasan
merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan
sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya
dengan penerapan good governance itu sendiri. Disebutkan pada Pasal 66 ayat (2)
Undang-Undang Keimigrasian, bahwa pengawasan keimigrasian meliputi:
a. Pengawasan terhadap Warga Negara Indonesia yang memohon
dokumen perjalanan, keluar atau masuk wilayah Indonesia, dan yang
berada di luar wilayah Indonesia
b. Pengawasan terhadap lalu lintas orang asing yang masuk atau keluar
wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan
kegiatan orang asing selama berada di wilayah Indonesia.
Sebagai langkah antisipasi untuk mengendalikan serbuan Tenaga kerja
asing maka ada mekanisme pengendalian dan pengawasan penggunaan Tenaga
kerja asing yang dilakukan oleh pengawsan Ketenagakerjaan yang tercantum pada
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 ayat (32)
yang berbunyi “Pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan
menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan”.
Sedangkan pengawasan yang diatur di dalam keimigrasian tercantum pada
Pasal 68 ayat (1) yang berbunyi “Pengawasan keimigrasian terhadap orang asing
dilaksanakan pada saat permohonan Visa, masuk atau keluar dan pemberian izin
tinggal”.
30
2.3.3. Penegakan Hukum
Penegakan hukum terhadap Tenaga kerja asing di lihat dari aspek hukumnya
yang terdiri dari:
a. Proses tindakan administratif
b. Proses tindak pidana
c. Karantina imigrasi
d. Alur Deportasi
e. Pengawasan orang asing
Menurut Lawrence Meir Friedman (Friedman, 1975:12), seorang ahli
sosiologi hukum dari Stanford University, Ia berpendapat bahwa berhasil atau
tidaknya Penegakan Hukum bergantung pada tiga unsur sistem hukum yang
diantaranya adalah:
a. Substansi Hukum (legal substance) bisa dikatakan sebagai norma,
aturan, dan perilaku nyata manusia yang berada pada sistem
b. Struktur Hukum (legal structure) dan Struktur Hukum/Pranata
Hukum.
c. Budaya Hukum (legal culture)
31
2.4. Kerangka Berfikir
Input:
1. UUD 1945 Pasal 27 Ayat (2) & 28 Ayat (2)
2. UU No.6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
3. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2018
Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing
5. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang
Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013
Implementasi pengawasan Tenaga
Kerja Asing Illegal di Daerah
Istimewa Yogyakarta
Implementasi penegakan hukum
terhadap Tenaga Kerja Asing
Illegal di Daerah Itimewa
Yogyakarta
Teori Pengawasan
Teori Penegakan hukum
Metode Penelitian: Yuridis Sosiologis
Pendekatan Penelitian: Kualitatif Hukum
Mengetahui implementasi dari pengawasan
dan penegakan hukum terhadap Tenaga
Kerja Asing Illegal di Daerah Istimewa
Yogyakarta
75
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait pengawasan dan
penegakan hukum terhadap tenaga kerja asing illegal di Daerah Istimewa
Yogyakarta, maka peneliti menarik simpulan sebagai berikut:
1. Pengawasan terhadap TKA yang dilakukan oleh Tim Pengawasan Orang
Asing di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta belum berjalan secara
maksimal sebab sinergitas antar lembaga masih menjadi kendala, selain itu
masalah jumlah SDM yang dimiliki juga menjadi kendala dalam melakukan
pengawasan terhadap TKA. Pengawasan dilakukan melalui pengawasan
administratif dan pengawasan operasional. Pengawasan administratif, yaitu
pengawasan yang dilakukan melalui penelitian surat-surat atau dokumen,
berupa pencatatan, pengumpulan data dan penyajian maupun penyebaran
informasi secara manual dan elektronik tentang lalu lintas keberadaan dan
kegiatan yang dilakukan orang asing. Sedangkan pengawasan operasional,
yaitu pengawasan lapangan yang dilakukan berupa pemantauan, patroli,
razia dengan mengumpulkan bahan keterangan, pencarian orang dan alat
bukti yang berhubungan dengan tindak pidana keimigrasian. Pengawasan
administratif dan operasional terhadap TKA dilakukan oleh Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi yang bekerja sama dengan Kantor Imigrasi yaitu
mulai dari proses masuk hingga selesai bekerja..
2. Penegakan hukum terhadap tenaga kerja asing illegal di Daerah Istimewa
Yogyakarta memiliki kendala yang sama dengan pengawasan. Seperti
75
76
kendala dalam menentukan ranah lembaga mana yang berhak melakukan
penegakan hukum. Penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-
faktor yaang mempengaruhinya, faktor tersebut mempunyai arti netral
sehingga dampak positif dan negatifnya terletak pada isi faktor tersebut
Dalam melakukan penegakan hukum terhadap TKA di Daerah Istimewa
Yogyakarta, faktor hukum dan faktor penegakan hukum masih menjadi
faktor utama dan faktor masyarakat merupakan faktor pendukung
berikutnya dalam penegakan hukum, faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakan hukum sudah cukup baik, namun untuk faktor
kebudayaan sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada rasa
kemanusiaan dalam pergaulan hidup belum berjalan dengan baik.
5.2. Saran
Pentingnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap tenaga kerja asing
di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam mewujudkan kesejahteraan umum
sebagai negara yang berdaulat, sehingga aktifitas orang asing yang berada di
wilayah DIY harus dapat dipastikan bermanfaat bagi kepentingan wilayah maupun
nasional, maka dari itu peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Melakukan penguatan koordinasi antar lembaga pemerintah dalam
melakukan pengawasan dan penegakan hukum yang efektif dan sinergis,
dengan melalui peraturan yang lebih jelas pembagian kewenangannya,
selain itu salah satu pengawasan yang di lakukan Tim PORA perlu ada
koordinator yang berperan aktif dalam melakukan koordinasi secara rutin
berkaitan dengan perkembangan kasus-kasus yang terjadi di lapangan.
77
2. Dalam melakukan pengawasan, keterlibatan masyarakat perlu untuk
mendapatkan ruang yang lebih besar dalam perUndang-Undangan.
3. Pengawasan terhadap orang asing khususnya adalah tenaga kerja asing yang
berada dan melakukan kegiatan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) harus dapat dipastikan kalau orang asing tersebut benar-benar
menguntungkan bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
78
DAFTAR PUSTAKA
a. Buku
Ahmadi, A. 1982. Psikologi Sosial. Surabaya: Penerbit PT. Bina Ilmu
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Hukum. Yogyakarta: Rienka
Cipta
Bagir, M. 2000. Hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional,
Jakarta.
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, 2008. Strategi
Pencegahan Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi,
Refika Editama, Bandung.
Fajar, Mukti dkk. 2013. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Friedman, L., M.1975. “The legal System A Social Scince Prespective”.
Russel sage foundation. New york.
Hamaidi, Jazim. 2015. Hukum Keimigrasian bagi Orang Asing di
Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Hidayat, A. 2009. Buku Ajar Hukum Administrasi Negara Lanjut.
Semarang: Fakultas Hukum UNNES.
Iman. 1968, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan Agustus
1974.
Indra, Muhammad. 2008. Perspektif Penegakan Hukum dalam Sistem
Keimigrasian Indonesia. Disertasi. Bandung: Universitas
Padjadjaran.
Jazuli, Ahmad 2016, Implementasi Kebijakan Bebas Visa Dalam
Persepektif Keimigrasian, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum
Volume 10 Nomor 3 Tahun 2016
Jazuli, Ahmad 2018, Eksistensi Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Dalam
Perspektif Hukum Keimigrasian, Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum
Volume 12 Nomor 1 Tahun 2018.
John, S. 1998. Tata Laksana Dalam Manajemen. Jakarta :Sinar Grafika.
Karianga, Hendra. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan
Keuangan Daerah Perspektif Hukum dan Demokrasi. Bandung:
PT Alumni.
Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Lexy J. Moleong. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Muchsan. 2000. Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat
pemerintah dan Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia.
Yogyakarta: Liberty.
78
79
Prayudi. 1981. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT.Ghalia
Indonesia.
Ridwan, H.R. 2013. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Pers.
Santoso, M. Imam, Prospek UndangUndang Keimigrasian Indonesia
dalam Kaitannya dengan Konvensi PBB Menentang Kejahatan
Transnasional Terorganisasi dan Protokolnya, Disertasi, Progam
Doktor, Program Pascasarjana, Bandung: Universitas
Padjadjaran, 2006.
Siaigan,Sondang P. 2004. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sitorus, Thoga M. 2007. Membatasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing,
Jakarta: Sinar Grafika.
Sumarprihatiningrum, C. 2006. Penggunaan Tenaga Kerja Asing di
Indonesia, Jakarta: HIPSMI.
Soedjono. 1978. Penegakan Hukum dalam Sistem Pertahanan Sipil.
Bandung: Karya Nusantara.
Soekanto, Soerjono. 2007. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Penegakkan Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 2012, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Ukun, Wahyudin. 2004. Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan
Hukum dan Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian. Jakarta:
PT. Adi Kencana Aji.
Wenger, Etienne. 2004. Knowledge Management as A Doughnut:
Shaping Your Knowledge Strategy Through 95 Communities of
Practice.
Wirasto, Warhan, dkk. 2011. “Pelaksanaan Pengawasan Warga Negara
Asing di Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas II Belawan
Berdasarkan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011” USU Law
Journal Volume 4 No.1 Januari 2016, hlm. 168-185
b. Jurnal
Ariani, Nevey A. Penegakan Hukum Terhadap Tenaga Kejra Asing
Ilegal Di Indonesia. Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Akreditasi
LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016.
Fadli M. Optimalisasi Kebijakan Ketenagakerjaan Dalam Menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jurnal Rechtsvind Media
Pembinaan Hukum Nasional, Vol 3 No.2.
Suseno, Agung. 2010. Eksistensi BPKP Dalam Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan. Bisnis & Bisnis & Birokrasi, Jurnal Imu
Administrasi dan Organisasi. Vol 17 Nomor 1.
Suhaidi, Warhan W. Pelaksanaan Pengawasan Warga Negara Asing di
Wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas II Belawan Berdasarkan
80
UU NO.6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.” USU Law Journal.
Vol.4 No.1. 2016.Hal.172.
Suhadi, Pengawasan Berbasis Komunitas: Sebuah Tawaran Menuju
Efektivitas dan Sinergitas Pengawasan Lapangan Terhadap
Orang Asing. Jurnal Fakultas Hukum Universitas Negeri
Semarang Vol. Nomor 1 Tahun 2017.
Spiro, Peter J. 2001. Federalism and immigration: Models and Trends.
International Social Science Journal.
Tony Mirwanto. 2016. Sistem Hukum Pengawasan Tenaga Kerja Asing
Terhadap Penyalahgunaan Izin Tinggal Kunjungan Untuk
Bekerja Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing Di
Indonesia. Lex et Societatis, Vol. IV/No. 3.
Dikutip juga oleh Wafa Silvi Deshinta dalam Jurnal Seminar Nasional
Hukum Universitas Negeri Semarang Vol 3 Nomor 1 Tahun
2017, 5-28 dengan judul Fungsi Pengawasan Keimigrasian
dalam Pengendalian Radikalisme Pasca Penerapan Kebijakan
Bebaas Visa Kunjungan.
c. Peraturan Perundang-Undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013
Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 Tentang Keimigrasian.
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penggunaan Tenaga
Kerja Asing.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 10 Tahun 2018 Tentang Tata
Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian.
d. Skripsi dan Tesis
Binarto, Lucky Agung. 2006. Pelaksanaan Penyidikan Oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Imigrasi Dalam Rangka
Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Undang-Undang
Keimigrasian. Tesis Universitas Diponegoro, Semarang.
Herniasih, Astiti. 2015. Tenaga Kerja Asing Yang Melakukan
Perkawinan Campuran Dengan WNI. Tesis Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.
81
Risalah Kebijakan (Policy Brief) Kajian Eksistensi Tenaga Kerja Asing
di Indonesia dalam Perspektif Keimigrasian, (Jakarta: Balitbang
Hukum dan HAM, 2017).