pengaturan perlindungan hukum dan keamanan …

32
LAPORAN PENELITIAN PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN TERHADAP WISATAWAN Peneliti : ANAK AGUNG GEDE AGUNG DHARMAKUSUMA, SH.,MH PENELITIAN MANDIRI BAGIAN HUKUM KEPERDATAAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

i

LAPORAN PENELITIAN

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN

KEAMANAN TERHADAP WISATAWAN

Peneliti :

ANAK AGUNG GEDE AGUNG DHARMAKUSUMA, SH.,MH

PENELITIAN MANDIRI

BAGIAN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

Page 2: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

LAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian

2. Peneliti

a. Nama Lengkap

b. Pangkat/Gol./NIP

c. Jabatan Fungsional/ Struktural

d. Pengelaman Penelitian

e. Alamat rumah

Telp./Hp.

f. E-mail

3. Jumlah Tim Penelitian

4. Lokasi Penelitian

5. Jangka waktu penelitian

6. Pembiayaan penelitian

Mengetahui, Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Pengaturan Perlindungan Hukum dan Keamanan Terhadap Wisatawan

A.A. Gede Agung Dharmakusuma, SH.,MH

Pembina Tk.I1IV.a119561115 1986021001

Lektor Kepala

(Terlampir dalam CV)

Perumahan Dalung Pennai Blok MM2 No.53 Dalung, Kuta Utara, Badung.

082237794507

1 orang

3 (tiga) bulan

Biaya Sendiri

Denpasar, 20 Oktober 2016 Peneliti,

(Dr. I Wayan Wiryawan, SH.MH) (A.A.G.A. Dharmakusuma,SH,MH) NIP. 19550306 1984031003 NIP. 195611151986021001

Mengetahui Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana

(prof. Dr. I Made A a Utama, SH., M.Hum) NIP. 19650221 199003 1 005

Page 3: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

iii

ABSTRAK

Penelitian yang diselenggarakan ini mengambil judul “Pengaturan

Perlindungan Hukum dan Keamanan Terhadap Wisatawan”. Penelitian ini

difokuskan pada aspek pengaturan terkait dengan perlindungan hukum dan

keamanan wisatawan yang berkunjung ke tempat tujuan wisata.

Penelitian ini termasuk penelitian Hukum Normatif, dengan pendekatan

perundang-undangan (statue approach) dan pendekatan analisa konsep (analytical

conceptual approach). Bahan hukum yang dipergunakan adalah bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan perlindungan hukum dan

keamanan wisatawan serta hak-hak wisatawan sebagai pengguna atau pemakai

jasa dibidang pariwisata sudah diatur, baik dalam hukum nasional maupun dalam

hukum internasional. Prinsip-prinsip perlindungan hukum ini sudah diatur secara

jelas dan tegas pada kedua peraturan tersebut.

Page 4: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

iv

KATA PENGANTAR

Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

maka Laporan Hasil Penelitian ini dapat diselesaikan sesuai dengan alokasi waktu

yang ditentukan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui dan memahami tentang

aspek hukum yang menyangkut perlindungan hukum dan keamanan terhadap

wisatawan yang berkunjung pada suatu negara di suatu destinasi pariwisata.

Menyadari belum sempurnanya hasil penelitian ini bila dilihat dari segi

substansi dan luas lingkup materi yang diteliti, maka kontribusi berupa masukan

yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaannya.

Demikian laporan penelitian ini dibuat semoga ada manfaatnya ditengah

kekurangan dan ketidaksempurnaan yang ada.

Denpasar, 20 Oktober 2016

Peneliti,

Page 5: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

ABSTRAK .................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................. 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 6

BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................... 11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 13

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 25

DAFTAR PUSTAKA

CURRICULUM VITAE

Page 6: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dalam pembangunan

pariwisata, maka kehadiran atau kunjungan wisatawan ke daerah tujuan

wisata di suatu negara tertentu menjadi hal yang sangat penting artinya.

Maju mundurnya pariwisata akan sangat tergantung pada tingkat kunjungan

wisatawan. Oleh karena itu, perlu untuk diupayakan berbagai cara untuk

mendatangkan wisatawan ke suatu negara sebanyak-banyaknya.

Terkait dengan hal tersebut, banyak cara yang dapat ditempuh,

diantaranya melakukan promosi pariwisata, memberikan paket wisata

murah, menyediakan berbagai fasilitas kemudahan, serta menyediakan

servis dan jasa layanan yang baik, serta menjamin perlindungan hukum dan

keamanan wisatawan.

Perlindungan hukum dan keamanan serta kenyamanan wisatawan

yang berkunjung ke suatu negara sangat besar pengaruhnya bagi

pertumbuhan dan perkembangan pariwisata. Perlindungan hukum dan

keamanan terhadap wisatawan menjadi sangat penting, mengingat banyak

wisatawan yang mengalami peristiwa pencurian, penipuan dan tindakan-

tindakan kriminal lainnya yang merugikan dirinya.

Selain itu, tidak jarang ada pelaku usaha dibidang pariwisata yang

menjalankan kegiatannya tidak memperhatikan keselamatan dan keamanan

wisatawan. Banyak kejadian atau peristiwa yang menimpa wisatawan,

Page 7: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

2

misalnya kecelakaan yang terjadi di obyek wisata yang merugikan

wisatawan. Atas kejadian tersebut, sudah barang tentu perlu diperhatikan hal

yang menyangkut perlindungan hukum terhadap wisatawan.

Pariwisata berjalan tanpa henti dengan berbagai perubahan yang juga

tanpa henti. Peluang dan tantangan silih berganti. Para investor atau pelaku

usaha dengan aktivitasnya dibidang usaha pariwisata masih menaruh

perhatian tinggi dalam kontek pembangunan pariwisata.1

Pentingnya peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi

diberbagai negara sudah tidak dirugikan lagi. Banyak Negara sejak beberapa

tahun terakhir menggarap pariwisata dengan serius dan menjadikan

pariwisata sebagai sector perolehan kerja maupun pengentasan kemiskinan.2

Pariwisata merupakan salah satu Devisa Negara yang sangat besar

pemasukannya dan mempunyai andil besar dalam membangun

perekonomian yang saat ini pertumbuhannya masih sangat lambat. Sektor

pariwisata di Indonesia masih bisa di kembangkan dengan lebih maksimal.

Pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan dengan baik akan mampu

menarik wisatawan domestik maupun wisatawan asing untuk datang dan

membelanjakan uangnya dalam kegiatan berwisatanya. Dari transaksi itulah

masyarakat daerah wisata akan terangkat taraf hidupnya serta negara akan

mendapat devisa dari wisatawan asing yang menukar mata uang negaranya

dengan rupiah.

1N.K. Mardani, 2003, Dalam Pariwisata Budaya Berkelanjutan, Refleksi dan Harapan Di

Tengah Perkembangan Global, Program Magister (S2) Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana

Universitas Udayana, Denpasar, h. 73.

2I Gede Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009, Pengantar Ilmu Pariwisata, Andi,

Yogyakarta, h. 2.

Page 8: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

3

Dalam konteks perlindungan hukum wisatawan, yang perlu

dilindungi adalah hak-hak wisatawan. Setiap wisatawan memiliki hak atas

kenyamanan, keamanan serta mendapatkan perlakuan yang adil dan

pelayanan yang sebaik-baiknya dari negara dimana yang bersangkutan

mengunjungi tempat wisata. Negara dimana wisatawan berkunjung wajib

menyediakan keamanan dan keselamatan wisatawan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang ada.

Pengaturan perlindungan hukum terhadap wisatawan didalam

peraturan perundang-undangan semestinya diatur secara jelas dan tegas

dalam rangka menjamin adanya kepastian hukum. Penelusuran terhadap

Undang-undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dan Undang-

undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen perlu dilakukan

guna mengetahui ada dan tidaknya aspek perlindungan hukum dan

keamanan terhadap wisatawan.

Setiap wisatawan berhak untuk meminta dan mendapatkan

perlindungan dari suatu negara yang mereka kunjungi melalui peraturan

perundang-undangna yang dibuat oleh negara ybs. Perlindungan dimaksud

mempunyai arti penting bagi keselamatan, keamanan, baik jiwa, martabat

maupun harta benda wisatawan. Selain itu, aspek perlindungan hukum bagi

wisatawan adalah merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan

dalam kontek Indonesia sebagai negara hukum.

Page 9: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

4

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian sebagaimana

dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut :

1. Bagaimana mengenai tempat dan jenis gangguan terhadap keamanan

dan keselamatan wisatawan ?

2. Bagaimana mengenai pengaturan perlindungan hukum dan keamanan

terhadap wisatawan ?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Mengingat demikian luasnya cakuptan tentang aspek hukum dari

Hukum Kepariwisataan, maka dalam penelitian ini dibatasi hanya

menyangkut tentang perlindungan hukum dan keamanan terhadap

wisatawan. Masalah yang diteliti adalah, pertama, tentang tempat dan jenis

gangguan terhadap keamanan dan keselamatan wisatawan. Kemudian yang

kedua, tentang pengaturan perlindungan hukum dan keamanan terhadap

wisatawan.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam konteks penelitian ini terbagi atas tujuan

umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui dan memahami tentang aspek hukum yang

menyangkut perlindungan hukum dan keamanan terhadap wisatawan

yang berkunjung pada suatu negara disuatu destinasi pariwisata.

Page 10: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

5

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui dan memahami tentang tempat dan jenis

gangguan terhadap keamanan dan keselataman wisatawan.

b. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengaturan perlindungan

hukum dan keamanan terhadap wisatawan.

1.5. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat dalam penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis.

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini sangat bermanfaat secara teoritis dalam rangka

pengembangan keilmuan, khususnya ilmu hukum yang terkait dengan

kepariwisataan.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini tidak dapat dipungkiri bermanfaat secara praktis dalam

upaya memberikan kontribusi positif bagi pemerintah sebagai pengambil

kebijakan dalam pembentukan dan penyiapan perangkat hukum di

bidang kepariwisataan.

Page 11: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Berbagai batasan atau pengertian wisatawan, baik yang dikemukakan para

ahli maupun Undang-undang akan dapat memberikan pemahaman yang lebih

dalam komprehensif dari wisatawan beserta permasalahannya. Perkembangan

dunia pariwisata sangat tergantung kepada kehadiran atau kunjungan wisatawan.

Kata wisatawan (tourist) merujuk pada orang. Secara umum wisatawan

menjadi subset atau bagian dari traveler atau visitor. Untuk dapat dikatakan

sebagai wisatawan, seseorang haruslah seorang traveler atau seorang visitor.

Menurut Norval, wisatawan ialah setiap orang yang datang dari suatu negara sing,

yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja disitu secara teratur, dan yang

dinegara dimana ia tinggal untuk sementara itu membelanjakan uang yang

didapatkannya dilain tempat.3 Sementara berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2

Undang-undang No. 10 Tahun 2009, Wisatawan adalah orang yang melakukan

wisata.4

Cohen dalam Swarbrooke Horner mengidentifikasi 4 (empat) jenis

wisatawan sebagai berikut :5

3R.G. Soekadijo S., 2000, Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai Systemic

Linkage), PT. Gramedia Pustaka, Jakarta, h. 29.

4Lihat Ketentuan Pasal 1 Angka 2 Undang-undang No. 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan.

5Ismiyanti, 2010, Pengantar Pariwisata, PT. Grasindo Widiasarana Indonesia, Jakarta, h.

33-35.

Page 12: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

7

1. Wisatawan Massal Kelompok atau Organised Mass Tourist

Karakteristiknya adalah :

1. Hanya mau membeli paket wisata ke daerah tujuan wisata terkenal atau

popular. Ia memilih destinasi yang sudah berkembang dan dipromosikan

melalui media massa.

2. Memilih berpergian dengan rombongan dan dikelola oleh pemimpin

perjalanan serta didampingi oleh pramuwisata,

3. Selalu melakukan perjalanan pulang-pergi melalui jalur yang sama dan

4. Memilih jadwal perjalanan yang tetap dan sebisa-bisanya tidak terjadi

perubahan acara selama berwisata.

2. Wisatawan Massal Individu atau Individual Mass Tourist

Karaketristiknya adalah :

1. Membeli paket wisata yang memberikan kebebasan berwisata, misalnya

paket terbang, yaitu paket wisata sesuai dengan selera dan membuat

keputusan perjalanan sendiri ;

2. Kreatif merancang paket wisata sesuai dengan selera dan membuat

keputusan perjalanan sendiri;

3. Mirip dengan wisatawan missal kelompok, ia cendrung memiliki daerah

tujuan wisata yang sudah dikenal. Namun, ia juga masih mau mencoba

mendatangi daerah-daerah tujuan baru selama daerah itu bukan merupakan

daerah asing;

4. Bergantung pada ketersediaan fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan

oleh usaha wisata; dan

Page 13: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

8

5. Masih berada dalam lingkungan gelembung. Hal ini membuat wisatawan

dalam kelompok ini memiliki pengalaman wisata yang terbatas.

Wisatawan massal individu mau melakukan lintas budaya berinteraksi

dengan masyarakat setempat. Namun, ia akan semangat memilih

masyarakat mana yang akan diajak berinteraksi karena ia tidak ingin salah

dan mendapatkan pengalaman buruk. Ia hanya mau melakukan kontak

sosial dengan budaya yang sudah dikenal atau budaya yang dianggap

mirip dengan budayanya.

3. Penjajah atau Expoler

Bagi wisatawan dalam kelompok ini, ia selalu membuat rencana

perjalanan sendiri. Jika ia kesulitan, ia tidak ragu bertanya kepada biro

perjalanan dan sumber informasi lain. Ia senang bertemu dan bersosialisasi

dengan orang-orang baru serta masyarakat setempat. Selama berwisata, ia

tetap mengutamakan keamanan dan kenyamanan, meskipun level pelayanan

yang diinginkan tidak harus mewah dan ekslusif seperti wisatawan missal

kelopak dan wisatawan missal individu. Tingkat ketergantungan terhadap

fasilitas dan pelayanan dari usaha wisata cenderung lebih rendah dibandingkan

dengan kedua jenis wisatawan diatas.

4. Petualang atau Drifter

Wisatawan ini selalu mencoba dapat diterima di lingkungan asing dan

baru. Malahan ia senang dianggap menjadi bagian dari masyarakat setempat.

Wisatawan kelompok ini tidak merencanakan perjalanan, dalam pengertian, ia

tidak memesan kamar dihotel ataupun memesan tiket pesawat terbang tetapi ia

tetap menggunakan usaha wisata tersebut dengan sistem langsung datang ke

Page 14: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

9

hotel atau Bandar udara untuk memberi kebutuhannya. Ia senang pergi

ketempat yang jauh dari daerah asalnya. Baginya, mendatangi daerah-daerah

yang asing memberikan kepuasana tersendiri. Sebisa-bisanya ia menghindari

kontak dengan industry pariwisata formal, ia lebih senang menginap di rumah

penduduk dan makan di warung dari pada menginap di hotel dan makan

direstoran.

Wisatawan yang berkunjung ke tempat tujuan wisata perlu mendapat

perlindungan hukum dan keamanan serta keselamatan dirinya maupun harta benda

yang dimilikinya.

Seperti yang dikemukakan oleh I Putu Gelgel, seorang wisatawan yang

berada disuatu negara besar kemungkinan akan mengalami kejadian yang dapat

membahayakan keselamatan dan keamanan jiwa dan harta. Kejadian tersebut

misalnya mengalami perampokan, pencurian, penipuan, diperlakukan tidak adil,

dan sebagainya.6

Apabila seorang wisatawan mengalami kejadian-kejadian seperti itu, maka

wisatawan akan merasakan hak-haknya tidak terlindungi. Hal ini tentunya

menganggu kenyamanan perjalanan wisata. Atas kejadian tersebut, setiap

wisatawan berhak untuk meminta dan mendapatkan perlindungan dari suatu

negara yang mereka kunjungi.7

Kepariwisataan itu sendiri merupakan faktor potensial dalam

pembangunan nasional menyeluruh dan merata. Keberhasilan sektor wisata itu

akan memberikan manfaat yang luas pengaruhnya bagi pertumbuhan politik,

6I Putu Gelgel, 2009, Industri Pariwisata Indonesia Dalam Global Perdagangan Jasa

(GATS-WTO) Implikasi Hukum dan Antisipasinya, PT. Refika, Aditama, Bandung, h. 51.

7Ibid.

Page 15: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

10

ekonomi, sosial, budaya serta pertahanan dan keamanan sosial8 dan oleh sebab itu

kehadiran wisatawan disuatu tujuan wisata suatu negara penting untuk dilindungi

keamanan dan kenyamananna.

Perlindungan hukum wisatawan dalam Undang-undang Kepariwisataan

sebelumnya tidak diatur secara jelas dan tegas, berbeda dengan Undang-undang

No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang berlaku sekarang, mengatur

tentang hal tersebut dalam Pasal 20 huruf C, yang menyatakan bahwa setiap

wisatawan berhak memperoleh perlindungan hukum dan keamanan.

Selain itu, untuk mengetahui perlindungan hukum dan keamanan

wisatawan, dapat pula dicari atau dicermati ketentuan Undang-undang No. 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Guna mengetahui perlindungan

hukum dan keamanan wisatawan sebagai konsumen pengguna/pemakai jasa

pariwisata, maka kedua peraturan diatas penting untuk dicermati keberadannya.

8Made Metu Dahana, 2012, Perlindungan Hukum dan Keamanan Terhadap Wisatawan,

Paramita, Surabaya, h.3.

Page 16: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian adalah merupakan suatu karya ilmiah yang berkaitan

dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis,

sistematis dan konsisten.9

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif. Bambang

Sunggono menyebut bahwa penelitian hukum normatif adalah penelitian

hukum yang didasarkan atau hanya menelaah data sekunder (data

kepustakaan).10

3.2. Jenis Pendekatan

Dalam membahas permasalah penelitian, dilakukan pendekatan

perundang-undangan (statue approach). Selain itu juga dipergunakan

pendekatan analisa konsep hukum (analytical and conceptual approach).

3.3. Sumber Bahan Hukum

Penelitian ini mempergunakan bahan hukum, baik bahan hukum

primer maupun bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer, yaitu bahan

hukum yang berupa peraturan perundang-undangan. Sedangkan bahan

9 Johny Ibrahim, 2006, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayu Publishing,

Malang, h. 57.

10

Bambang Sunggono, 1977, Metodologi Penelitian Hukum, Radja Grafindo Persada,

Jakarta, h. 83.

Page 17: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

12

hukum sekunder, adalah bahan hukum yang berupa tulisan para ahli, seperti

artikel, makalah dan buku literatur, serta karya tulis lainnya yang

berhubungan dengan permasalahan penelitian.

3.4. Tehnik Pengumpulan Bahan Hukum

Tehnik pengumpulan bahan hukum diakukan dengan tehnik

dokumentasi. Bahan hukum yang ada kemudian diindentifikasi serta

diklasifikasikan kedalam katagori-katagori sesuai dengan permasalahan

penelitian. Bahan hukum yang dipergunakan adalah bahan hukum yang

betul-betul relevan sesuai kebutuhan penelitian.

3.5. Tehnik Analisa Bahan Hukum

Dari bahan hukum yang ada kemudian dilakukan analisa secara

kualitatif. Setelah dianalisa, kemudian bahan hukum tersebut disajikan

secara deskriptif analisis, yang berupa uraian apa adanya terhadap suatu

kondisi atau proposisi-proposisi hukum dan non hukum yang

menggambarkan jawaban atas permasalahan penelitian.

Page 18: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Tempat dan Jenis Gangguan Terhadap Keaanan dan Keselamatan

Wisatawan

Keamanan dan keselamatan wisatawan merupakan hal yang sangat

penting untuk diperhatikan, karena itu akan sangat berpengaruh terhadap

kunjungan wisatawan. Disini sangat diperlukan adanya upaya dari

pemerintah maupun pemerintah daerah untuk menciptakan keamanan dan

keselamatan yang berkunjung ke daerah tujuan wisata dengan melibatkan

berbagai pihak terkait, termasuk para pelaku usaha dibidang pariwisata.

Ada beberapa tempat yang dianggap rawan gangguan terhadap

wisatawan baik Wisatawan Mancanegara (wisman) maupun Wisatawan

Nusantara (wisnu), yaitu :

a. Pelabuhan dan Bandara.

Pelabuhan dan Bandara merupakan pintu gerbang kedatangan dan

pemberangkatan para Wisatawan. Tempat ini sangat rawan terjadi

gangguan keamanannya misalnya pencopetan, penjambretan,

perampasan, pemerasan, penipuan maupun hal-hal lain yang sangat

merugikan para wisatawan.

b. Dalam Perjalanan

Kerawanan gangguan dalam perjalanan pun masih bisa terjadi,

misalnya ongkos yang sudah disepakati saat sebelum berangkat akan

dapat berubah (bertambah mahal) setelah pertengahan perjalanan,

Page 19: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

14

ongkos/sewa minta ditambah kalau tidak mau menambah diancam

diturunkan dalam perjalanan. Demikian pula rote perjalanan yang

seharusnya singkat dicarikan rote yang lebih panjang agar lebih lama

dalam perjalanan dan bila menggunakan angkutan Taxi, angka di argo

dapat lebih besar. Jika di dalam perjalanan menuju obyek wisata bisa

terjadi pencopetan, penjambretan terhadap barang atau uang dan dapat

juga terjadi kecelakaan lalulintas.

c. Penginapan

Kerawanan keamanan ditempat wisatawan menginap seperti

hotel, home stay atau tempat lainnya. ditempat penginap ini bisa terjadi

berbagai peristiwa yang mengganggu wisatawan, dan bahkan dapat

mengancam keselamatan harta dan jiwa wisatawan, seperti pencurian

barang-barang maupun uang wisatawan.

d. Di Obyek-obyek Wisata

Ketika wisatawan berkunjung ke obyek-obyek wisatawan

tampaknya perlu diwaspadai dari kemungkinan terjadinya kerawanan-

kerawanan yang perlu mendapat perlindungan, misalnya dari tangan-

tangan jahil para penjahat dari pencopetan dan penjambretan. Disamping

kerawanan dari kejahatan manusia, bisa terjadi juga kerawanan

keamanan dan kecelakaan, misalnya saat mandi dipantai, sourving,

selancar, diving (menyelam), mendaki gunung dan sebagainya.11

11

Ibid, h. 14-15

Page 20: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

15

Selain tempat ada beberapa jenis gangguan terhadap wisatawan yang

tidak terteutup kemungkinannya bisa terjadi. Adapun gangguan dimaksud,

yaitu :

a. Gangguan langsung terhadap wisatawan

Gangguan langsung ini merupakan gangguan yang langsung

ditujukan terhadap para wisatawan terdiri dari, pencurian, pencopetan,

penjambretan, penipuan, pemerasan, penganiayaan, pembunuhan.

Gangguan langsung ini bisa terjadi atau dilakukan saat ditempat

kedatangan, perjalanan, penginapan, tempat menikmati makanan

(restoran, kafé) atau tempat-tempat hiburan.

b. Gangguan tidak langsung

Gangguan tidak langsung artinya gangguan yang tida langsung

ditujukan kepada para wisatawan, tetapi mendatangkan rasa tidak aman

dan tidak nyaman terhadap para wisatawan itu sendiri, misalnya, terjadi

perkelahian masal, tawuran, terjadi kerusuhan, demonstrasi yang

anarkis, SARA.

c. Gangguan kecelakaan

Gangguan kecelakaan dapat terjadi karena kelalaian dari

wisatawan itu sendiri atau dari para petugas pelayanan wisatawan.

Kecelakaan naik gunung atau panjat tebing bisa terjadi

dikarenakan para wisatawan tidak mematuhi aturan atau ketentuan yang

diberikan oleh petugas atau pengelola obyek wisata. Para petugas bisa

juga melakukan kelalaian, seperti misalnya tidak menyediakan sistem

keamanan dan keselatan yang memadai.

Page 21: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

16

d. Gangguan teroris

Gangguan yang dilakukan oleh teroris, bisa terjadi dimana-mana,

bukan hanya disuatu negara tertentu saja. Kegiatan teroris yang pernah

terjadi di Jakarta, di Bali, terbukti telah memberi atau membawa

pengaruh negatif bagi perkembangan pariwisata. Gangguan teroris dapat

mengancam keamanan dan keselatan wisata dan berpengaruh buruk bagi

perkembangan dan kemajuan bisnis pariwisata.12

4.2. Pengaturan Perlindungan Hukum dan Keamanan Terhadap

Wisatawan

Berbicara mengenai pengaturan perlindungan hukum dan keamanan

wisatawan disini adalah mencakup pengaturan baik dalam hukum

internasional maupun hukum nasional.

1. Pengaturan Perlindungan Hukum dan Keamanan Wisatawan Dalam

Hukum Internasional

Ketika membahas mengenai perlindungan hukum dan keamanan

wisatawan, hal itu akan berhubungan dengan hak-hak yang dimiliki oleh

wisatawan, yaitu hak atas keamanan dan keselamatan ketika berkunjung

pada suatu daerah tujuan wisata. Dalam konteks ini yang dilindungi

adalah hak wisatawan atas keamanan dan keselamatannya.

Wisatawan adalah subjek yang berperan sangat penting dalam

dunia pariwisata. Wisatawanlah yang menentukan maju mundurnya atau

sukses tidaknya dunia pariwisata. Untuk menyukseskan bidang

12

Ibid, h. 16

Page 22: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

17

kepariwisataan, selain diperlukan penyediaan dan peningkatan fasilitas

penunjang, juga diperlukan usaha-usaha untuk menarik minat wisatawan

sebanyak mungkin untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata. Karena

itu, perlindungan atas hak dan kewajiban para wisatawan perlu

mendapat perhatian yang serius.

Dewasa ini, negara-negara saling berlomba dalam menyediakan

sarana dan prasarana pariwisata. Akan tetapi, usaha-usaha tersebut

tidaklah berarti suatu negara dapat memberikan rasa nyaman dan aman

bagi wisatawan yang berkunjung ke negaranya. Ketidaknyamanan dan

ketidakamanan bagi wisatawan, akan dirasakan oleh para wisatawan,

bahwa hak mereka sebagai seorang wisatawan, tidak atau belum

mendapat jaminan perlindungan hukum di tempat atau negara yang

mereka dikunjungi.

Seorang wisatawan mempunyai hak untuk melakukan melakukan

perjalanan, baik di dalam batas-batas negaranya maupun di luar batas-

batas wilayah negaranya. Di samping itu pula seorang wisatawan berhak

berdiam di daerah yang ia kunjungi untuk tujuan kesenangan.13

Dari hak

tersebut dapat dikembangkan hak-hak lainnya yang berhubungan dengan

wisatawan, yaitu hak untuk mendapatkan rasa aman, hak atas

keselamatan, perlindungan, dan pengakuan terhadap martabatnya

sebagai seorang manusia.

Keamanan, keselataman, perlindungan wisatawan, dan

penghargaan terhadap martabat mereka merupakan hak-hak dari

13I Putu Gelgel, Op. Cit, h. 48

Page 23: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

18

wisatawan. Hak-hak tersebut ditegaskan dalam prinsip VII The Hague

Declaration on Tourism yang menyatakan :

1. That the measures to facilities tourist travel, visits and stays be

accompanied by measures to ensure the safety, securitu and

protection of tourists and tourist facilities and the dignity of tourists.

2. That an affective policy concerning the safety, security and

protection of tourists and tourists facilties and respect for the dignity

of tourists be established for this purpuse.

Dari ketentuan diatas, terlihat jelas bahwa faktor keamanan dan

keselamatan bagi wisatawan sangat ditekankan. Masalah keamanan dan

keselamatan bagi wisatawan ini sangat penting diperhatikan. Ancaman

terhadap keamanan dan keselataman wisatawan dewasa ini sangat

mungkin terjadi, baik ancaman oleh terorisme maupun oleh situasi

politik di negara tujuan wisata. Seperti gangguan keamanan para

wisatawan yang berkunjung ke Indonesia baru-baru ini, sebagai akibat

kekacauan yang terjadi di daerah-daerah kunjungan wisata (seperti Bali

dan Lombok).

Hak-hak yang dimiliki oleh wisatawan secara implisit dapat

dilihat dari isi Pasal IV Tourism Bill of Right and Tourist Code yang

menyatakan bahwa wisatawan itu mempunyai hak untuk mendapat

jaminan keselamatan atas diri dan harta miliknya, serta mendapat

jaminan kesehatan lingkungan yang bersih sehingga terbebas dari

ancaman penyakit-penyakit menular.14

14I Putu Gelgel, Loc. Cit

Page 24: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

19

Berdasarkan apa yang dikemukakan diatas, maka perlindungan

hukum wisatawan menjadi demikian penting untuk diperhatikan.

Seorang wisatawan yang berkunjung dan berada disuatu negara tujuan

wisata sangat mungkin mengalami kejadian-kejadian atau peristiwa-

peristiwa yang membahayakan keselamatan dan keamanan harta benda

maupun jiwanya. Tindakan pencurian, perampokan, penipuan, dan

perlakuan tidak adil lainnya bisa saja dialami oleh wisatawan yang

sedang menikmati perjalanan wisatanya.

Apabila seorang wisatawan mengalami kejadian-kejadian

tersebut, maka seoerang wisatawan akan merasa hak-haknya tidak

terlindungi. Hal ini tentunya mengganggu kenyamanan perjalanan

wisata. Atas kejadian yang dialami tersebut, setiap wisatawan berhak

untuk meminta dan mendapat perlindungan dari suatu negara yang

mereka kunjungi. Perlindungan tersebut mempunyai arti perlindungan

atas kenyamanan dan keselamatan baik jiwa, harta, maupun

martabatnya.

Global Code menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban untuk

memberikan perlindungan kepada wisatawan dan harta bendanya

mengingat rentannya kekerasan, kejahatan, atau tindakan berbahaa lain

terhadap wisatawan. Karena itu pemerintah perlu menyediakan sarana

informasi, keamanan, asuransi, dan bantuan sesuai dengan kebutuhan

wisatawan. Pemerintah perlu mengutuk dan menghukum pelaku

kejahatan sesuai dengan hukum nasionalnya pada setiap serangan,

penganiayaan, penculikan, atau ancaman terhadap wisatawan, pada

Page 25: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

20

pekerja di industri pariwisaata, termasuk perusakan terhadap fasilitas

wisata atau warisan budaya, dan alam.15

Terhadap apa yang sudah diatur dalam ketentuan Hukum

Internasional tersebut sudah semestinya dapat diimplementasikan

disetiap negara untuk dapat diatur lebih lanjut dalam berbagai peraturan

dan kebijakan pemerintah negara setempat. Dalam konteks ini,

pemerintah Indonesia, baik pusat maupun daerah perlu menyiapkan

perangkat hukum dengan pelaksanaannya yang efektif dalam upaya

memberikan perlindungan hukum terhadap wisatawan.

2. Pengaturan Perlindungan Hukum dan Keamanan Wisatawan Dalam

Hukum Nasional

Seperti sudah dipaparkan diatas, bahwa perlindungan hukum yang

dimaksud adalah perlindungan terhadap hak-hak wisatawan yang sedang

menikmati perjalanan wisatanya. Selama ini menunjukkan bahwa

perlindungan huikum dan keamanan wisatawan diserahkan kepada

negara tujuan wisata, melalui peraturan perundang-undangan yang

dibuatnya serta melalui kebijakan-kebijakannya dibidang pariwisata.

Meskipun suatu negara mempunyai kedaulatan mutlak membuat

dan memberlakukan peraturan perundang-undangan diwilayahnya, tetapi

hendaknya tetap memperhatiakn dan mengharmoniskan dengan

ketentuan-ketentuan hukum Internasional, mengingat kegiatan

15I Putu Gelgel, Op. Cit, h. 52.

Page 26: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

21

pariwisata dan perjalanan wisata dari wisatawan bersifat lintas batas

negara.

Mengenai hak serta perlindungan hukum dan keamanan

wisatawan dalam Pasal 20 Undang-undang No. 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan diatur sebagai berikut;

Setiap wisatawan berhak memperoleh :

a. Informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata

b. Pelayanan kepariwisataan sesuai dengan standar

c. Perlindungan hukum dan keamanan

d. Pelayanan kesehatan

e. Perlindungan hak pribadi dan

f. Perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang beresiko

tinggi

Dalam ketentuan pasal 20 Undang-Undang Kepariwisataan

tersebut di atas, bahwa wisatawan mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan hukum dan keamanan, perlindungan hak pribadi dan

perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang berisiko tinggi.

Apa yang diatur dalam Undang-Undang Kepariwisataan tersebut sebagai

hak wisatawan, pada sisi yang lain hal itu merupakan kewajiban dari

pengusaha pariwisataa, seperti diatur dalam Pasal 26 huruf d, dan e

Undang-Undang Kepariwisataan sebagai berikut :

Setiap pengusaha pariwisata berkewajiban :

d. Memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan,

dan keselamatan wisatawan (huruf d.).

Page 27: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

22

e. Memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisata

dengan berisiko tinggi.

Selain pengusaha pariwisata yang mempunyai kewajiban untuk

memberikan perlindungan hukum dan keamanan wisatawan, pihak

pemerintah sebasgai pemegang otoritas juga mempunyai kewajiban

yang sama, yang dimuat dalam Keputusan Pasal 23 huruf a, Undang-

Undang Kepariwisataan. Pemerintah dan Pemerintah Daerah

berkewajiban menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan

hukum, serta keamanan dan keselamatan kepada wisatawan.

Upaya untuk memberikan perlindungan hukum dan keamanan

wisatawan melibatkan tidak saja pemerintah, tetapi juga pengusaha

pariwisata. Keterlibatan pengusaha pariwisata untuk ikut

bertanggungjawab melindungi wisatawan adalah logis mengingat yang

bersangkutan ikut menikmati keuntungan atas hadirnya wisatawan.

Maju mundurnya kegiatan usaha/bisnis pariwisata yang dijalankan

sangat tergantung kepada tingkat kunjungan wisatawan.

Guna mengoptimalkan peran Pemerintah, terutama Pemerintah

Daerah, sangat diperlukan Peraturan Daerah untuk menguatkan pijakan

bagi institusi terkait, pengusaha pariwisata dan masyarakat dalam

kebijakannya dalam upaya memberikan perlindungan hukum dan

keamanan terhadap wisatawan. Peraturan Daerah yang dibentuk sudah

barang tentu akan mengacu kepada Undang-Undang Kepariwisataan

(Undang-Undang No. 10 Tahun 2009) dan Peraturan-peraturan lain

dibidang Kepariwisataan yang sudah dikeluarkan pemerintah. Hal

Page 28: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

23

tersebut perlu diperhatikan dan menjadi dasar rujukan Pemerintah

Daerah, aar tercipta adanya sinkronisasi dan harmonisasi antara

Peraturan perundang-undangan dibidang pariwisata yang dibuat oleh

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Perlindungan Hukum dan keamanan wisatawan selain diatur

dalam Undang-Undang Kepariwisataan, juga diatur dalam Pasal 4

Undang-Undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Wisatawan adalah konsumen pemakai jasa dibidang kepariwisataan.

Pasal 4 Undang-Undang No.8 tahun 1999 mengatur hak-hak konsumen

sebagai berikut :

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai konodisi

dan jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau

jasa yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

Page 29: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

24

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, gantu rugi, dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai

dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya.

Salah satu hak konsumen, termasuk konsumen pemakai jasa

dibidang kepariwisataan, yang dalam hal ini disebut sebagai wisatawan,

yaitu berhak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Bahkan menurut ketentuan Pasal 4

huruf a, bagi wisatawan sebagai konsumen yang dirugikan akibat

perbuatan pelaku usaha pariwisata, maka yang bersangkutan berhak

untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian,

apabila jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya.

Page 30: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

25

BAB V

P E N U T U P

5.1. Kesimpulan

Mengacu pada uraian dan pembahasan sebagaimana telah dipaparkan

di atas, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Keamanan dan keselamatan wisatawan merupakan hal urgen harus

diperhatikan, guna meningkatkan tingkat kunjungan wisata. Tempat yang

dianggap rawan dapat mengancam keamanan dan keselamatan wisatawan

adalah : pelabuhan udara, selama dalam perjalanan, penginapan, dan di

obyek-obyek wisata. Selain tempat, ada jenis-jenis gangguan terhadap

wisatawan, yaitu : gangguan langsung dan tidak langsung, gangguan

kecelakaan, gangguan terorisme, dan sebagainya.

2. Perlindungan hukum dan keamanan terhadap wisatawan sudah diatur, baik

dalam Hukum Nasional maupun Hukum Internasional. Dalam Hukum

Nasional, perlindungan hukum terhadap wisatawan diatur dalam Pasal 20

Undang-Undang No. 10 tahun 2009 dan Pasal 4 huruf a dan huruf e Undang-

Undang No. 8 tahun 1999. Dalam Hukum Internasional, perlindungan hukum

terhadap keamanan dan keselamatan wisatawan diatur serta ditegaskan dalam

prinsip VII The Hague Declaration on Turism.

5.2. Saran-Saran

1. Mengingat prinsip-prinsip perlindungan hukum dan keamanan serta

kenyamanan wisatawan sudah diatur, baik dalam Hukum Nasional

Page 31: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

26

maupun Hukum Internasional, maka disarankan kepada Pemerintah dan

para pemangku kepentingan dalam pariwisata untuk

mengimplementasikan ketentuan tersebut dalam praktek.

2. Pemerintah Daerah dan seluruh komponen pariwisata di daerah

hendaknya dapat menjabarkan ketentuan tersebut dalam Peraturan Daerah

serta melaksanakan ketentuan tersebut secara konsekuen dalam rangka

penegakan hukum (Law enforcement) dibidang pariwisata.

Page 32: PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEAMANAN …

27

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sunggono, 1977, Metodologi Penelitian Hukum, Radja Grafindo

Persada, Jakarta.

I Gede Pitana dan I Ketut Surya Diarta, 2009, Pengantar Ilmu Pariwisata, Andi,

Yogyakarta.

I Putu Gelgel, 2009, Industri Pariwisata Indonesia Dalam Global Perdagangan

Jasa (GATS-WTO) Implikasi Hukum dan Antisipasinya, PT. Refika,

Aditama, Bandung.

Ismiyanti, 2010, Pengantar Pariwisata, PT. Grasindo Widiasarana Indonesia,

Jakarta.

Johny Ibrahim, 2006, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayu

Publishing, Malang.

Lihat Ketentuan Pasal 1 Angka 2 Undang-undang No. 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan.

Made Metu Dahana, 2012, Perlindungan Hukum dan Keamanan Terhadap

Wisatawan, Paramita, Surabaya.

N.K. Mardani, 2003, Dalam Pariwisata Budaya Berkelanjutan, Refleksi dan

Harapan Di Tengah Perkembangan Global, Program Magister (S2)

Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.

R.G. Soekadijo S., 2000, Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai

Systemic Linkage), PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.