pengaruh utang terhadap return dan risiko
DESCRIPTION
dalam pasar modalTRANSCRIPT
PENGARUH UTANG TERHADAP RETURN DAN RISIKO
Utang yang lebih besar menimbulkan resiko yang lebih besar bagi pemberi hutang,
sehingga biaya hutang menjadi lebih besar juga. Biaya utang yang besar tersebut
merupakan monitoring cost bagi manajemen. Karena biaya bunga sifatnya tetap, biaya yang
tinggi tersebut memuat para manager akan berusaha untuk menggunakan dana tersebut untuk
investasi yang benar.
Teori Asymmetric Information menerangkan bahwa di dalam pasar selalu ditemukan
informasi yang tidak sama bagi pihak-pihak yang berbeda, sehingga dikatakan informasi
yang didapat tidak sempurna. Penambahan utang baru misalnya, memberikan informasi
bahwa perusahaan dapat dipercaya oleh pihak peminjam, sedangkan penerbitan saham baru
dapat dianggap bahwa perusahaan sedang dalam kesulitan dalam pandanaannya.
STATIC TRADE OFF
Teori struktur modal modern dikenal semenjak Modigliani dan Miller
memperkenalkan teori yang dikenal dengan teori MM. Asumsi yang digunakan dalam model
ini adalah:
1. Bunga pinjaman dan simpanan sama bagi perorangan maupun perusahaan.
2. Tidak ada biaya kebangkrutan.
3. Tidak ada biaya transaksi, karena diasumsikan pasar modal sempurna dan investor
bertindak rasional.
Pada awalnya model ini didasarkan pada tidak adanya pajak perusahaan, kemudian
dikembangkan pula pada kondisi adanya pajak perusahaan. Banyak sanggahan atau kritik
yang ditujukan pada teori MM ini, sehingga muncullah pendekatan-pendekatan baru dengan
pelonggaran asumsi terhadap model MM ini.
Beberapa teori berikutnya dikenal dengan teori Trade off Model, Brealey and Myer
(1991). Struktur modal optimal dapat diperoleh dengan adanya keseimbangan antara
keuntungan tax shield dengan financial distress dan agency cost, karena penggunaan
leverage, atau terjadi trade-off antara benefit dengan biaya. Financial distress terjadi jika
perusahaan mengalami kesulitan dalam melunasi kewajiban hutangnya sehingga perusahaan
terancam kebangkrutan. Oleh karena itu financial distress perlu diperhitungkan karena
mengurangi nilai perusahaan.
Model ini juga menarik, karena adanya pendapat bahwa perusahaan yang tidak
menggunakan leverage dengan perusahaan yang menggunakan leverage 100% (extrim)
adalah buruk, sedangkan keputusan yang terbaik adalah diantaranya.
Menurut Bayless dan Diltz menjelaskan bahwa dalam static trade off theory, struktur
modal optimal terjadi karena proses trade off antara manfaat penghematan pajak (tax shield
of leverage) dengan biaya penggunaan hutang (cost of financial distress and agency cost of
leverage). Dalam static trade off theory terdapat dua implikasi penting yaitu perusahaan
dengan risiko bisnis tinggi lebih baik menggunakan sedikit hutang. Hal ini akan memperbesar
biaya bunga serta menurunkan laba, sehingga perusahaan mengalami financial distress.
Static trade off theory mengemukakan bahwa hutang mempunyai dua sisi, yaitu sisi
negatif dan sisi positif. Sisi positif dari hutang adalah bahwa pembayaran bunga akan
mengurangi pendapatan kena pajak. Penghematan pajak ini akan meningkatkan nilai pasar
perusahaan. Hutang menguntungkan perusahaan karena adanya perbedaan perlakuan pajak
terhadap bunga dan dividen. Hutang menguntungkan perusahaan karena pembayaran bunga
diperhitungkan sebagai biaya dan mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga jumlah pajak
yang dibayar perusahaan berkurang. Sebaliknya, pembagian dividen kepada pemegang saham
tidak mengurangi pembayaran pajak perusahaan. Jadi, dari sisi pajak akan lebih
menguntungkan jika perusahaan membiayai investasi dengan hutang karena adanya
penghematan pajak. Menurut teori ini, semakin besar laba (EBIT) yang dihasilkan oleh
perusahaan, semakin besar pula tingkat hutangnya agar pajak yang dibayar berkurang.
Namun demikian, besarnya hutang ini dibatasi oleh besarnya biaya-biaya kepailitan
(bankruptcy cost) dan biaya-biaya tekanan keuangan yang timbul menjelang perusahaan
bangkrut (cost of financial distress).
Seiring dengan perkembangan waktu, para ahli membuktikan bahwa trade off
model bukanlah semata-mata teori struktur modal yang paling sempurna, karena dalam
keputusan struktur modal perlu juga dipertimbangkan perilaku pembelanjaan perusahaan.
AGENCY COST THEORY
Agency theory menyatakan bahwa dalam menentukan struktur modal perlu pula
dipertimbangkan biaya yang ditimbulkan dengan adanya perbedaan kepentingan antara
pemilik dengan pihak manajemen perusahaan. Berdasarkan teori ini struktur modal
berpengaruh positif terhadap kemungkinan kebangkrutan, nilai lebih arus kas, nilai likuidasi,
target take over, dan reputasi manager. Struktur modal berpengaruh yang lebih besar bagi
pemberi hutang, sehingga biaya hutang menjadi lebih besar juga. Biaya hutang yang besar
tersebut merupakan monitoring cost bagi manajemen. Karena biaya bunga sifatnya tetap,
biaya yang tinggi tersebut memuat para manager akan berusaha untuk menggunakan dana
tersebut untuk investasi yang benar.
Teori tersebut menegaskan bahwa struktur keuangan dipengaruhi oleh insentif dan
perilaku dari pembuat keputusan (pihak manajemen). Jensen dan Meckling mengemukakan
adanya dua potensi konflik, yaitu konflik antara pemegang saham dengan kreditur, dan
konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen.
1. Konflik antara Pemegang Saham dengan Kreditur Kreditur menerima uang dalam
jumlah tetap dari perusahaan (bunga hutang), sedangkan pendapatan pemegang saham
bergantung pada besaran laba perusahaan. Dalam situasi ini, kreditur lebih
memperhatikan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutangnya, dan
pemegang saham lebih memperhatikan kemampuan perusahaan dalam meraih laba
yang banyak. Cara perusahaan untuk memperoleh kembalian yang besar adalah
melakukan investasi pada proyek-proyek yang berisiko. Apabila pelaksanaan proyek
yang berisiko itu berhasil, kreditur tidak dapat menikmati keberhasilan tersebut, tetapi
bila proyek mengalami kegagalan, kreditur mungkin akan menderita kerugian akibat
dari ketidak-mampuan pemegang saham memenuhi kewajibannya. Untuk
mengantisipasi kemungkinan rugi, kreditur mengenakan biaya keagenan hutang (debt
agency cost), dalam bentuk pembatasan penggunaan hutang oleh manajer. Salah satu
pembatasan adalah membatasi jumlah penggunaan hutang untuk investasi dalam
proyek baru (seperticapital rationing).
2. Konflik antara Pemegang Saham dengan Pihak Manajemen Pihak manajemen tidak
selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemegang saham, tetapi agak
mengarah kepada kepentingan dirinya sendiri. Akibatnya, pemegang saham
menanggung biaya keagenan ekuitas (equity agency cost) untuk memantau kegiatan
pihak manajemen. Salah satu biaya keagenan adalah kompensasi bagi akuntan publik
untuk mengaudit perusahaan.