pengaruh training esq leadership center 165...
TRANSCRIPT
PENGARUH TRAINING ESQ LEADERSHIP CENTER 165 TERHADAP KEPEMIMPINAN SISWA SMA NEGERI 28 JAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
EDDY SUYANTO 105051001889
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2009 M / 1430 H
PENGARUH TRAINING ESQ LEADERSHIP CENTER 165 TERHADAP KEPEMIMPINAN SISWA SMA NEGERI 28 JAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
EDDY SUYANTO 105051001889
Pembimbing:
Drs. S. Hamdani, M A NIP.19550309 199403 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2009 M / 1430 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Pengaruh Training ESQ Leadership Center 165 Terhadap
Kepemimpinan Siswa SMAN 28 Jakarta”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 September 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 09 September 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap
Dr. H. Murodi, MA Umi Musyarrofah, MA NIP. 19660110 199303 1 004 NIP. 19710816 199703 2 002
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Drs. Wahidin Saputra, MA Lili Bariadi, MM. M. Si NIP. 197001903 199603 1 001 NIP. 19740519 199803 1 004
Pembimbing,
Drs. S. Hamdani, MA NIP. 19550309 199403 1 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 September 2009
Eddy Suyanto
ABSTRAK Eddy Suyanto Pengaruh Training ESQ Leadership Center 165 Terhadap Kepemimpinan Siswa SMAN 28 Jakarta
Training ESQ merupakan sebuah pelatihan yang diadakan sebuah lembaga SDM yang pusatnya ada di Jakarta sedangkan cabangnya sudah berada di seluruh kota dan propinsi yang ada di Indonesia. Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai oleh lembaga ini adalah ingin menjadikan Indonesia Emas pada tahun 2020 dan Dunia Emas pada tahun 2050, materi dasar dari Training ini adalah bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Mengajarkan 7 Nilai Dasar yang terdiri dari Jujur, Tanggung jawab, Visioner, Disiplin, Kerjasama, Adil, dan Peduli. Salah satu tujuan dari Training ini adalah menjadikan pesertanya cerdas emosi dan spiritual berdasarkan dari pancaran 1 Ihsan, 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam, dan untuk menyadarkan pesertanya supaya mereka mengamalkan 1 Ihsan, 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam serta 7 Nilai Dasar dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana pengaruh 7 Nilai Dasar terhadap kepemimpinan Siswa SMAN 28 Jakarta? Dari 7 Nilai Dasar yang ada dalam Training ESQ Leadership Center apa saja yang berpengaruh besar terhadap kepemimpinan?
Untuk mengetahui pengaruh 7 Nilai Dasar yang ada dalam Training ESQ Leadership Center 165 terhadap kepemimpinan maka penulis mengadakan penelitian kepada siswa SMA Negeri 28 Jakarta, yang para siswanya sudah pernah mengikuti Training ESQ Leadership Center 165.
Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, sedangkan pengolahan data digunakan pendekatan deskriptif analitis.
Setelah penelitian dilakukan yaitu dengan menyebarkan quesioner yang berisi tentang pengamalan 7 Nilai Dasar dan sebagai tambahan peneliti mengadakan wawancara dengan Ketua OSIS dan para guru. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah para siswa SMA Negeri 28 Jakarta mengikuti Training ESQ ada perubahan pengamalan yaitu dengan meningkatnya pengamalan 7 Nilai Dasar para siswa setelah mereka mengikuti Training ESQ, seperti selalu jujur, lebih bertanggung jawab, dan lain sebagainya.
Training ESQ yang diikuti oleh siswa SMA Negeri 28 Jakarta bisa efektif karena ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu setelah mengikuti Training ESQ mereka mengamalkan 7 Nilai Dasar tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka terutama dalam hal kepemimpinan, pihak sekolah selalu mengawasi anak didiknya dan pihak ESQ melakukan review kembali selama dua bulan sekali.
KATA PENGANTAR Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah, Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul "Pengaruh Training ESQ Leadership Center 165
Terhadap Kepemimpinan Siswa SMAN 28 Jakarta” sebagai persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam, pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Shalawat beriring salam untuk seorang manusia yang teramat mulia. Atas izin-Mu,
melalui dirinya dunia tercerahkan. Kekasih-Mu yang keindahan akhlaknya membuat jagat
raya berdecak kagum. Dialah Rasul-Mu, Nabi Muhammad saw yang hamba rindukan
syafaatnya di akhirat kelak.
Merupakan sebuah kebahagiaan dan anugerah terindah yang dirasakan oleh penulis
setelah pada akhirnya skripsi ini terselesaikan juga. Tak ada bangunan yang berdiri sendiri.
Begitu juga penulis, yang tak mungkin bisa menyelesaikan skripsi ini tanpa dukungan dari
berbagai macam pihak.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Dr. Arief Subhan, M.A, dan Drs. Wahidin
Saputra, M,A, Drs. H. Mahmud Djalal, M.A, serta Drs. Study Rizal L.K, selaku
Pembantu Dekan I, II dan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
2. Ketua Jurusan KPI, Drs. Wahidin Saputra, MA dan Sekretaris Jurusan KPI, Ibu Umi
Musyarrofah, MA.
3. Drs. S. Hamdani, MA selaku dosen Pembimbing skripsi, yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan pengetahuan
dan pengalaman berharganya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Para pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas, terimakasih atas
bahan-bahan referensi skripsi yang penulis buat ini.
6. Segenap guru-guru SMAN 28 Jakarta khususnya Bpk. Drs. Bahari Lubis, selaku
Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat dan Bpk M. Tauhid selaku
Pembina OSIS dan Staf Kesiswaan yang telah banyak membantu penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini.
7. Teman-teman OSIS SMAN 28 Jakarta khususnya Kharis selaku ketua OSIS yang
banyak membantu dalam penyebaran angket dan memberi informasi mengenai
keOSIS-an yang ada di SMAN 28.
8. Kedua orangtua tersayang, Ayahanda H. Ahmad Kamsun dan Ibunda Hj. Siti
Martinah, yang telah tulus merawat, mendidik dan mencintaiku dengan segenap jiwa
raganya.
9. Para guru di SD Islam Bahagia, MTs Minhajut Tholibin, MA Daarul Rahman, yang
telah memberikan percikan ilmunya kepada diri penulis sehingga penulis bisa
menikmati indahnya dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
10. Saudara-saudara kandungku yang tercinta, yang selalu memberikan nasihat, masukan
dan kritik untuk kebaikanku serta keponakan-keponakanku yang lucu-lucu yang
selalu membuat hati ini bahagia dan tenang ketika melihat mereka.
11. Adikku ”tersayang” yang aku cintai, yang selalu menemani baik senang maupun
duka, membantuku dalam keadaan sulit, yang mau memahami dan mengerti akan
keadaanku sampai saat ini dan semoga selamanya, karena aku yakin kita pasti bisa.
Dariku untuk Mu selalu ”Upi Zahra”.
12. Teman-temanku seperjuangan, KPI B angkatan 2005 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa sayang beriring cinta serta
bahagia dan terimakasih penulis pada kalian.
13. Keluarga besar KPI angkatan 2005, HMI Komfakda, Teman-Teman KMF
KALACITRA, KOMKA, OK Studio, dll yang telah memberi warna-warna indah dan
baru dalam menjalani hidup ini.
14. Kepada adik-adik tersayang Sanggar Baca ”Jendela Dunia”, yang selalu membuat
penulis tersenyum dan banyak belajar. Kita yakin: Kita Baca, Kita Pintar, Kita Pintar,
Kita Kaya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah, penulis kembalikan semoga semua yang
telah diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah yang tak terhapus selamanya.
Tak ada yang lebih berarti selain harapan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya dan dapat menjadi sumbangan untuk
menambah kepustakaan yang ada. Amin.
Wassalam.
Jakarta,03 September 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………… 1
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 7
D. Metodologi Penelitian .................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ............................................................ 12
F. Sistematika Penulisan .................................................... 14
BAB II : KERANGKA TEORITIS .................................................. 16 A. Pengaruh dan Training ................................................... 16
1. Pengertian Pengaruh ................................................ 16
2. Pengertian dan Sistematika Training ....................... 16
3. Metode dan Materi Training .................................... 17
4. Trainer (Pelatih) dan Syarat-syarat Trainer ............. 19
B. Kepemimpinan dan Organisasi ...................................... 20
1. Definisi Kepemimpinan ........................................... 20
2. Jenis-jenis kepemimpinan ........................................ 21
3. Gaya kepemimpinan ................................................ 22
4. Fungsi kepemimpinan .............................................. 23
5. Definisi Organisasi ................................................... 24
6. Komunikasi Organisasi ............................................ 25
BAB III : TINJAUAN UMUM OBJEK PENELITIAN ................... 26 A. Profil SMA Negeri 28 Jakarta ........................................ 26
B. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ....................................... 26
C. Keadaan siswa, Sarana dan Prasarana ........................... 28
D. Pendidik dan Tenaga Pendidik ....................................... 30
E. Kegiatan Organisasi dan Kepemimpinan Siswa SMAN 28 Jakarta ............................................................................ 30
F. Training ESQ Leadership Center di SMA Negeri 28 Jakarta 31
1. Penyelenggara Training ........................................... 31
2. Training ESQ ........................................................... 32
3. Metode dan Materi Training ESQ ............................ 33
4. Pendidikan dan Pelatihan Trainer ESQ serta Syarat-syaratnya .................................................................. 45
BAB IV : ANALISIS PENGARUH TRAINING ESQ TERHADAP KEPEMIMPINAN SISWA SMA Negeri 28 JAKARTA 48 A. Pengaruh Tujuh Nilai Dasar Terhadap Kepemimpinan Siswa SMA
Negeri 28 Jakarta ........................................................... 48
B. Tujuh Nilai Dasar yang Berpengaruh Besar Terhadap Kepemimpinan Siswa SMA Negeri 28 Jakarta ....................................... 67
BAB V : PENUTUP ………………………………………………… 71 A. Kesimpulan .................................................................... 71
B. Saran-saran ..................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Siswa ................................................................................ 28
Tabel 2 Prestasi Akademik ........................................................................ 28
Tabel 3 Prestasi Non Akademik ................................................................. 28
Tabel 4 Sarana dan Prasarana .................................................................... 29
Tabel 5 Pendidik dan Tenaga Pendidikan .................................................. 30
Tabel 6 Kegiatan Organisasi dan Kepemimpinan Siswa SMAN 28 Jakarta
30
Tabel 7 Usia ............................................................................................... 48
Tabel 8 Jenis Kelamin ................................................................................ 48
Tabel 9 Frekuensi Mengikuti Training ...................................................... 49
Tabel 10 Pengetahuan Siswa Mengenai 7 Nilai Dasar ................................ 49
Tabel 11 Pendapat Siswa Mengenai Training ESQ ..................................... 50
Tabel 12 Setiap Orang adalah Pemimpin ..................................................... 50
Tabel 13 Pemahaman tentang Kepemimpinan ............................................. 51
Tabel 14 Fungsi Kepemimpinan .................................................................. 51
Tabel 15 Pengalaman Berorganisasi ............................................................ 52
Tabel 16 Manfaat Organisasi ....................................................................... 52
Tabel 17 Kejujuran siswa sebelum mengikuti Training ESQ Leadersihp Center 53
Tabel 18 Tanggungjawab siswa sebelum mengikuti Training ESQ Leadersihp Center 53
Tabel 19 Sikap Visioner siswa sebelum mengikuti Training ESQ Leadersihp Center 54
Tabel 20 Kedisiplinan siswa sebelum mengikuti Training ESQ Leadersihp Center 54
Tabel 21 Kerjasama siswa sebelum mengikuti Training ESQ Leadersihp Center
55
Tabel 22 Keadilan siswa sebelum mengikuti Training ESQ Leadersihp Center
55
Tabel 23 Kepedulian siswa sebelum mengikuti Training ESQ Leadersihp Center 56
Table 24 Rekapitulasi hasil tabel 11 – tabel 17 mengenai Kepemimpinan Siswa sebelum
Mengikuti Training ESQ ............................................................... 56
Tabel 25 Pengaruh Kejujuran yang terdapat dalam Traininbg ESQ Leadership Center
terhadap kepemimpinan siswa ....................................................... 58
Tabel 26 Pengaruh Tanggungjawab yang terdapat dalam Traininbg ESQ Leadership Center
terhadap kepemimpinan siswa ....................................................... 59
Tabel 27 Pengaruh Visioner yang terdapat dalam Traininbg ESQ Leadership Center
terhadap kepemimpinan siswa ...................................................... 60
Tabel 28 Pengaruh Kedisiplinan yang terdapat dalam Traininbg ESQ Leadership Center
terhadap kepemimpinan siswa ...................................................... 61
Tabel 29 Pengaruh Kerjasama yang terdapat dalam Traininbg ESQ Leadership Center
terhadap kepemimpinan siswa ...................................................... 62
Tabel 30 Pengaruh Keadilan yang terdapat dalam Traininbg ESQ Leadership Center
terhadap kepemimpinan siswa ...................................................... 63
Tabel 31 Pengaruh Kepedulian yang terdapat dalam Traininbg ESQ Leadership Center
terhadap kepemimpinan siswa ...................................................... 64
Table 32 Rekapitulasi hasil tabel 19 – tabel 25 mengenai kepemimpinan siswa sesudah
mengikuti training ESQ ................................................................ 65
Tabel 33 Urutan pertama dari 7 Nilai Dasar yang berpengaruh besar terhadap
kepemimpinan siswa ..................................................................... 67
Tabel 34 Urutan kedua dari 7 Nilai Dasar yang berpengaruh besar terhadap kepemimpinan
siswa .............................................................................................. 68
Tabel 35 Urutan ketiga dari 7 Nilai Dasar yang berpengaruh besar terhadap kepemimpinan
siswa ............................................................................................... 69
Tabel 36 Urutan keempat dari 7 Nilai Dasar yang berpengaruh besar terhadap kepemimpinan
siswa .............................................................................................. 69
Table 37 Rekapitulasi hasil tabel 27 – tabel 30 mengenai tujuh nilai dasar yang berpengaruh
besar terhadap kepemimpinan siswa SMAN 28 jakarta ............... 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan modern saat ini, makin terasa betapa penting peranan organisasi
terhadap manusia, tidak ada seorang pun di antara manusia ini rasanya yang dilahirkan
sampai pada saat kematiannya tidak terikat pada organisasi.
Hal ini, disamping akibat ketidakmampuan manusia secara fisik dan psikis dalam
mencapai berbagai tujuan, juga akibat sifat keberadaan sebagai makhluk sosial yang selalu
terdorong untuk bekerjasama dengan individu yang lain. Manusia disamping dikuasai oleh
egonya, mereka akan merasa berbahagia apabila keberadaanya dapat diterima oleh
lingkungannya, hidup bekerjasama dengan manusia lainnya.
Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangat
penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan amat berat seolah-olah kepemimpinan
dipaksa menghadapi berbagai macam faktor seperti: struktur atau tatanan, koalisi, kekuasaan,
dan kondisi lingkungan organisasi. Sebaliknya kepemimpinan rasanya dapat dengan mudah
menjadi satu alat penyelesaian yang luar biasa terhadap persoalan apa saja yang sedang
menimpa suatu organisasi.
Dalam hal ini, kepemimpinan dapat berperan dalam melindungi beberapa isu
pengaturan organisasi yang tidak tepat, seperti: distribusi kekuasaan yang menjadi
penghalang tindakan yang efektif, kekurangan berbagai macam sumber, prosedur yang
dianggap buruk (archaic prosedure) dan sebagainya, yaitu problem-problem organisasi yang
lebih bersifat mendasar.
Selama ini, terjadi kekeliruan pemahaman tentang arti kepemimpinan. Banyak orang
mengartikannya sebagai kedudukan atau posisi yang tinggi saja. Sehingga, posisi pemimpin
diincar demi mendapatkan kedudukan tinggi dalam sebuah kelompok.
Dengan paradigma itu, sebagian orang akan menghalalkan segala cara untuk menjadi
pemimpin. Mulai dengan membeli, menjilat atasan, menyikut lawan, dan cara lainnya.
Apabila seseorang menjadi pemimpin lewat cara yang tidak benar, maka ia akan
meggunakan kekuasaannya untuk mengarahkan, memperalat, bahkan menguasai orang lain
agar selalu mengikutinya. Umumnya, akan lahir pemimpin yang tidak dicintai, tidak disegani,
tidak ditaati, bahkan dibenci oleh yang dipimpinnya.
Tingkat keberhasilan seseorang sangat ditentukan pada seberapa tinggi tingkat
kepemimpinannya. Tingkat kepemimpinannya juga menentukan seberapa besar dan seberapa
jauh tingkat pengaruhnya. Begitu banyak pemimpin populer kaliber dunia yang dilahirkan di
muka bumi ini, tetapi pengaruhnya hanya beberapa waktu saja. Ia hilang ditelan zaman.
Banyak orang berharap diri mereka menjadi pemimpin. Namun, mereka seringkali
tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka adalah pemimpin bagi diri mereka sendiri. Saat
seorang anak menjadi ketua kelas, maka ia adalah pemimpin. Hampir setiap orang menjadi
pemimpin di lingkungan masing-masing, terlepas dari besar kecilnya jumlah orang dalam
kelompok tersebut. Meski hanya satu orang saja pengikutnya, maka ia masih bisa dikatakan
sebagai pemimpin. Bahkan, setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri.
Tidak adanya kesadaran bahwa setiap orang adalah pemimpin, acapkali
mengakibatkan orang tidak mau mengembangkan ilmu kepemimpinannya. Betapa tidak,
seorang tukang becak pun adalah pemimpin bagi keluarganya di rumah. Apalagi, bila ia
mampu menghidupkan kebesaran jiwa di kalbu anak-anaknya. Ini ditegaskan oleh firman
Allah SWT:
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (Q.S Al-Baqarah, 2: 30)
Pada abad 21 ini, sebuah masa dimana globalisasi menimbulkan kompetisi di berbagai
bidang yang kian hari terasa sulit dan keras, dengan standar yang semakin ketat dan
kompleks. Tidak hanya di bidang ekonomi dan bisnis saja akan tetapi juga sudah merambah
ke dunia pendidikan dimana generasi yang akan datang mulai dibentuk.
Begitu juga dengan semakin meluasnya jaringan komunikasi yang mendunia melalui
internet dan televisi menyebabkan derasnya arus informasi dari berbagai penjuru yang sulit
dibendung masuknya ke dalam rumah tanpa sempat mengalami penyaringan lagi.
Dampak yang terjadi kemudian seringkali jauh dari nalar. Anak-anak atau bahkan kita
banyak mengalami tekanan psikologis baik di sekolah, kampus, tempat kerja, maupun di
rumah dengan berbagai macam akibatnya seperti stress, bunuh diri, serta tindak kekerasan
seperti yang telah banyak kita lihat dan dengar di media-media massa.
Dengan kondisi demikian, maka salah satu cara untuk menyelamatkan generasi yang
akan datang dan kita adalah dengan memberikan pembekalan yang memadai guna
menghadapi persaingan yang keras serta belantara informasi yang dapat menyesatkan.
Training ESQ Leadership Center 165 adalah salah satu jawabannya.
“Dengan mengenalkan kecerdasan emosional dan spiritual sejak dini akan membuat
generasi yang akan datang semakin cerdas, kreatif, berjiwa pemimpin, serta selalu dekat
dengan Sang Pencipta.”1
“Trainging ESQ adalah sebuah fenomena yang mampu menggugah dan mengubah kehidupan seseorang. Hal itu bisa terjadi karena ESQ memang berbeda dari pelatihan lainnya dan bukan sekedar pelatihan kepemimpinan atau manajemen biasa. Training ESQ merupakan pelopor pelatihan yang mengasah sisi spiritual dengan mendalam, bersamaan dengan sisi emosional dan intelektual seseorang. ESQ adalah suatu inovasi mutakhir yang bertujuan untuk membangkitkan dimensi spiritual manusia.
Melalui ESQ Model peserta akan diajak untuk menciptakan sebuah titik keseimbangan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, membebaskan diri dari berbagai macam gangguan yang menghalangi seluruh potensinya, serta mengerahkan seluruh kekuatan tersebut untuk menciptakan pembaharuan dalam kehidupan dan pekerjaannya, menjadi pribadi yang tangguh dan siap menghadapi tantangan.
Peserta akan dituntun untuk membangkitkan 7 nilai dasar yang bersumber berdasarkan Asmaul Husna yaitu: jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil, dan peduli. Nilai-nilai ini sesungguhnya sudah tertanam dalam diri manusia sejak lahir. Melalui training ESQ ini peserta diarahkan untuk dapat mencapai nilai-nilai dasar tersebut dan membantu membangkitkan kekuatan tersembunyi serta mengerahkan seluruh potensi dirinya untuk kehidupan dan pekerjaan yang lebih produktif.” 2
Pada hakikatnya, seorang pemimpin masuk pada 7 nilai dasar tersebut, yaitu seorang
pemimpin harus memiliki sikap jujur, kerjasama, dan tanggung jawab, dengan begitu seorang
pemimpin dapat dipercaya. Dan ciri-ciri pemimpin itu adalah seseorang yang memiliki
1 New Life Options: Brosus ESQ Leadership Center Ana-anak, Remaja, Mahasiswa, h. 2 2 New Life Options: Brosus ESQ Leadership Center Menuju Indonesia Emas 2020, h. 2
integritas tinggi adalah orang yang penuh dengan keberanian serta berusaha tanpa kenal putus
asa untuk dapat mencapai apa yang ia cita-citakan.
Seorang pemimpin selain memiliki rasa jujur, tanggung jawab, dan kerjasama, dia
juga memiliki sifat visioner, yaitu orang yang bermimpi untuk tetap konsisten dengan
langkahnya untuk mencapai cita-citanya, selalu disiplin pada komitmennya, sehingga orang
kemudian akan menilai dan memutuskan untuk mengikuti atau tidak mengikuti, dengan
begitu seorang pemimpin akan bersikap adil dan peduli, sehingga integritas akan membuat
seorang pemimpin dipercaya, dan kepercayaan itu akan menciptakan pengikut. Dan
kemudian tercipta sebuah kelompok yang memiliki kesamaan tujuan.
Masa kanak-kanak merupakan masa awal pembentukan dan keperibadiannya, kedua
hal tersebut adalah sangatlah dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan tempat tinggal tanpa
terkecuali di sekolah (tempat ia belajar). Oleh sebab itulah peranan pendidikan sejak dini
sangatlah penting, karena akan membentuk pada anak, juga merupakan faktor penting dalam
pembentukan akhlak pada diri anak, kelak tertanam jiwa kepemimpinan pada diri anak ke
depannya.
Mengutip pernyataan Bambang Soedibyo yang saat itu menjabat sebagai Menteri
Pendidikan, bahwa “…Indonesia adalah pendidikan manusia seutuhnya, yaitu pendidikan
yang mencakup tiga aspek, pendidikan otak, hati, dan jasmani. Pendidikan untuk otak
dipenuhi dengan pendidikan umum di sekolah, pendidikan untuk hati dipenuhi dengan
pendidikan agama dan moral yang lalu diaplikasikan oleh peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari dan pendidikan untuk jasmani dipenuhi oleh pendidikan olah raga yang kemudian
dipelajari secara praktek….”3
Sesuai dengan visi SMA Negeri 28 Jakarta yaitu “Menguasai IPTEK berdasarkan
IMTAQ dan Mampu Bersaing Secara Global” dan misinya “Menumbuhkan Penghayatan
3 Bambang Soedibyo, Menteri Pendidikan, Wawancara Metro TV, Jakarta, Mei 2004
Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Ajaran Agama yang Dianut dan Nilai-nilai Budaya
Bangsa Sehingga Menjadi Sumber Kearifan Dalam Bertindak.”4 Berdasarkan pada pola pikir
di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian yang selanjutnya disusun dalam sebuah
skripsi dengan judul “Pengaruh Training ESQ Leadership Center 165 Terhadap
Kepemimpinan Siswa SMAN 28 Jakarta”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini dibatasi pada siswa kelas XI yang telah mengikuti Training ESQ
angkatan ke-3 Di SMA Negeri 28 Jakarta tahun 2008 dan pada kepemimpinan yang
didasari oleh 7 Nilai Dasar yang diterapkan oleh siswa SMA Negeri 28 Jakarta dalam
menjalankan organisasi. 7 Nilai Dasar yang dimaksud adalah 7 Nilai Dasar yang
bersumber berdasarkan Asma’ul Husna, yaitu: Jujur (Yaa Mu`min), Tanggung jawab
(Yaa Wakiil), Visioner (Yaa Aakhir), Disiplin (Yaa Matiin), Kerjasama (Yaa Jaami`),
Adil (Yaa Adl), dan Peduli (Yaa Rahman).
b. Perumusan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang dibahas maka penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh 7 Nilai Dasar terhadap kepemimpinan siswa SMA
Negeri 28 Jakarta?
2. Dari 7 Nilai Dasar yang ada dalam Training ESQ Leadership Center apa saja
yang berpengaruh besar terhadap kepemimpinan siswa SMA Negeri 28
Jakarta?
4 New Life Options: Buku Panduan SAM Negeri 28 Jakarta Tahun Pelajaran 2008-2009 (T.tp.: T.pn., t.t), h. 3
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Mengacu pada pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka penelitian
skripsi ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh 7 Nilai Dasar terhadap kepemimpinan
siswa SMA Negeri 28 Jakarta.
2. Untuk mengetahui dari 7 Nilai Dasar yang ada dalam Training ESQ
Leadership Center apa saja yang berpengaruh besar terhadap kepemimpinan
siswa SMA Negeri 28 Jakarta.
b. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah khazanah dalam ilmu kepemimpinan berorganisasi.
2. Hasil temuan dapat dijadikan sebagai referensi bagi pengurus sekolah SMA
Negeri 28 Jakarta, untuk mengambil kebijakan dan menyusun program dalam
upaya pengembangan pelaksanaan keorganisasian.
3. Data yang ditemukan dari penelitian ini dapat digunakan oleh masyarakat
maupun akademisi untuk melakukan penelitian lanjutan tentang
kepemimpinan dalam berorganisasi.
Adapun pedoman yang dijadikan sandaran penulis dalam penulisan ini adalah Buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terbitan
UIN Jakarta Press, tahun 2007.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Yaitu, penelitian yang berupa
menarik faktor-faktor dan informasi dari data lapangan yang ditemui secara angka
dengan melihat inti objek penelitian berdasarkan tingkat beragam dalam data
lapangan yang bisa didapat secara akurat, tepat dan terpercaya. Sedangkan jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian survey, yaitu
“penelitian yang mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengukur data yang pokok.”5
Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain
penelitian deskriptif analisis, yaitu “metode yang berusaha mencari gambaran
menyeluruh tentang data, fakta, peristiwa yang sebenarnya mengenai objek
penelitian.”6
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari responden melalui penelitian lapangan dengan cara penyebaran angket
dan wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui
penelitian kepustakaan untuk mencari konsep dari teori-teori yang berhubungan
dengan skripsi ini.
a. Angket
Angket, yaitu “cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disiapkan dan tersusun sedemikian rupa yang harus diisi
dan dijawab responden.”7 Karena ciri khas angket terletak pada pengumpulan data
melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk
5 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES, 1995) Cet. Ke-2, h. 5
6 J. Vrendenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1980), h. 34 7 Faisal. S,. Dasar dan Teknik Penyusunan Angket, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 2
mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data berupa orang. Bentuk
angket yang penulis gunakan menggunakan angket tertutup, yaitu pertanyaan yang
jawabannya sudah tersedia dan responden tinggal memilih salah satu dari pilihan
jawaban yang ada yang dianggap tepat.
b. Interview (wawancara)
Interview/wawancara adalah “salah satu cara untuk memperoleh data melalui
informasi yang didengarnya oleh panca indra pendengaran, yang sebelumnya
ditanyakan terlebih dahulu kepada informan.”8 Teknik yang digunakan adalah
wawancara terpimpin, dalam hal ini mula-mula penulis menanyakan serentetan
pertanyaan yang sudah dipersiapkan atau terstruktur, kemudian satu persatu
diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut.
Sumber wawancara dalam hal ini, peneliti mewawancarai 3 orang narasumber yang
terdiri dari Ketua Osis, Pembimbing Osis dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas.
Teknik wawancara ini digunakan untuk melengkapi data penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca
buku-buku, surat kabar, brosur, dan internet yang berkaitan dengan pokok
permasalahan penulisan skripsi ini.
3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 28 yang telah
mengikuti Training ESQ yang diadakan oleh pihak sekolah yang berjumlah 280 siswa
terdiri dari tujuh kelas yang tiap kelasnya terdapat 40 siswa.
8 Nurul Hidayati, S.Ag, Metodologi Penelitian Dakwah Dengan Pendekatan Kualitatif, (UIN Jakarta Press, 2006), cet. Ke-1, h.39
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu
yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili
populasi. ”Apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar
dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari segi waktu,
tenaga dan dana.”9
Berdasarkan pendapat tersebut penulis mengambil sampel sebesar 10 % dari
seluruh populasi siswa kelas XI SMAN 28 yang telah mengikuti Training ESQ yang
berjumlah 280 siswa, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 28 orang.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Sampling Purposif (purposif sampling), yaitu memilih orang-orang tertentu karena
dianggap berdasarkan penilaian tertentu mewakili populasi, yakni sampel yang
menjadi responden adalah 28 orang pengurus OSIS kelas XI yang telah mengikuti
Training ESQ.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian skripsi ini dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai Juni 2009.
b. Tempat Penelitian
Tempat penelitian skripsi ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta
yang beralamat di Jl. Raya Ragunan Kel. Jati padang Kec. Pasar Minggu Jakarta
Selatan 12540
5. Analisa Data
Setelah data-data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data
melalui beberapa tahapan, yaitu :
9 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan dan Praktek (Jakarta, Rineka Cipta, 2002) h.112.
a. Editing, memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, ditelaah dan
dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data-data yang akurat.
b. Tabulasi, mentabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban responden ke
dalam tabel yang berdasarkan tema-tema kemudian dicari prosentasenya untuk
dianalisa. Adapun untuk memperoleh data angket yang telah ditabulasikan dan
diprosentasikan digunakan rumus:
F
P = ------- X 100 %
N
Keterangan :
-P : Prosentase
-F : Frekuensi (jumlah jawaban responden)
-N : Number Cuse (jumlah responden).10
c. Kesimpulan, memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan penafsiran data
semua tahapan tersebut akhirnya dijelaskan pendeskripsiannya dalam bentuk
verbal (kata-kata) maupun angka sehingga menjadi bermakna.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini melakukan tinjauan pustaka dengan tujuan agar penulisan skripsi ini
bukan merupakan pengulangan dari skripsi sebelumnya dan adanya keabsahan teori yang ada
pada skripsi sebelumnya dijadikan sebagai rujukan dalam data berikutnya. Misalnya: Sylvina
Savitri, dengan judul Tingkatkan Spiritual Kerja Lebih Happy (Jurnal karier:2007), yang
menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki SQ bagus, akan merasa bahwa dia adalah
10 Anas Sardjono, Pengantar Statistik Pendidikan , Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1997, Cet. VIII hal. 40
bagian dari sebuah komunitas dan mengemban tugas membantu kemajuan komunitas
tersebut. SQ masih merupakan satu rangkaian dengan EQ dan IQ, meskipun orang banyak
mengandalkan EQ. salah satu ciri orang mempunyai SQ bagus adalah tidak menuntut hasil
atau kerja yang sempurna. Tinggi atau rendahnya tingkat SQ seseorang akan terlihat jelas
ketika suasana perusahaan tidak normal, misalnya sedang dalam merugi.
Berbeda dengan Ratih Damayanti, “Pola Komunikasi Dalam Training Emotional
Spirituan Quation (ESQ) 165” (skripsi: UIN Jakarta 2008). Dia berbicara / membahas tentang
pola komunikasi Training ESQ dalam proses komunikasi menggunakan pola bintang yang
melibatkan seluruh peserta training. Pola bintang ini terlihat pada hari pertama training.
Peserta training dan trainer saling berkomunikasi yang bertujuan untuk meleburkan diri dan
menghancurkan kesombongan, sehingga komunikasi lebih efektif.
Lain halnya dengan Makmur dalam Jurnal Manajemen Pembangunan “Visi
Kepemimpinan dalam Pemerintah”, menjelaskan bahwa terdapat 3 konsep teori dalam
kepemimpinan yaitu, grounded theory, middle range theory, dan konsep budaya. Sedangkan
visi kepemimpinan menurutnya selalu berhubungan dengan masa depan dengan hakekat a)
pedoman untuk pengemban tanggung jawab, b) membangkitkan semangat berusaha
melaksanakan tugas, dan c) memiliki impian untuk dijadikan kenyataan. Aktivitas
kepemimpinan dalam kaitannya mengendalikan manusia dalam organisasi terdiri atas 3 tipe,
homosafiens, homopabers, dan homoekonomikus.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini mencoba
untuk mengetahui efektifitas Training ESQ dalam membentuk sikap kepemimpinan siswa
SMA Negeri 28 Jakarta dalam berorganisasi.
F. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini penulis menyampaikan latar belakang masalah
penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan.
BAB II: KERANGKA TEORITIS
Pada bab kedua ini penulis memaparkan mengenai pengaruh,
pengertian training dan sistimatika training, metode dan materi
training, serta trainer dan syarat-syarat trainer, lalu definisi
kepemimpinan, jenis-jenis kepemimpinan, gaya kepemimpinan, fungsi
kepemimpinan, serta definisi organisasi, dan komunikasi organisasi.
BAB III: TINJAUAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Pada bab ketiga ini penulis menjelaskan profil SMAN 28 Jakarta, visi
misi dan tujuan sekolah, keadaan siswa, sarana dan prasarana, pendidik
dan tenaga pendidik SMAN 28 Jakarta serta kegiatan organisasi dan
kepemimpinan siswa SMAN 28 Jakarta, juga mengenai Training ESQ
di SMAN 28 yang terdiri dari penyelenggara Training, sejarah
Training ESQ, metode dan materi Training ESQ, pendidikan dan
pelatihan trainer ESQ serta syarat-syaratnya.
BAB VI: ANALISIS PENGARUH TRAINING ESQ TERHADAP
KEPEMIMPINAN SISWA SMAN 28 JAKARTA
Pada bab empat ini penulis mencoba memaparkan dan menganalisa
pengaruh Training ESQ terhadap kepemimpinan siswa SMAN 28
Jakarta dan Tujuh Nilai Dasar yang berpengaruh besar terhadap
kepemimpinan siswa.
BAB V: PENUTUP
Hingga akhirnya sampai pada bab lima yang di dalamnya terdapat
kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Pengaruh dan Training
1. Pengertian Pengaruh
Pengaruh menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah “daya yang ada atau timbul dari
sesuatu atau benda yang membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”.11
Pengaruh dapat dirasakan oleh setiap orang ketika mengalami suatu peristiwa yang
dialaminya secara berulang-ulang, jika orang tersebut sangat menyukai terhadap apa yang
dialami bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh positif pada dirinya baik
perbuatan maupun perkataan. Pengaruh yang dimaksud di sini adalah kekuatan yang ada dan
timbul dari seseorang yang dapat membentuk suatu sifat, sebuah keyakinan atau perilaku
seseorang.
2. Pengertian dan Sistimatika Training
a. Pengertian Training
Training adalah “mengisi kesenjangan antara apa yang dapat dikerjakan seseorang dan
siapa yang seharusnya mampu mengerjakan. Training akan membentuk dasar dengan
menambah keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memperbaiki prestasi
dalam jabatan yang sekarang atau potensinya untuk masa yang akan datang.”12
b. Sistimatika Training
Keberhasilan pelatihan dapat dikombinasikan melalui beberapa sistem
pendekatan, yaitu:
• Menetapkan dan menganalisis kebutuhan-kebutuhan pelatihan.
11 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 849.
12 Michael Armstrong, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Gramedia, 1999), h. 208.
• Menetapkan tujuan latihan-latihan harus dimaksudkan untuk mencapai tujuan latihan yang dapat diukur dalam bentuk peningkatan dan perubahan prilaku yang membawa ke arah prestasi yang lebih baik.
• Mempersiapkan rencana-rencana pelatihan yang sesuai dengan tujuan, yang akan menggambarkan biaya-biaya dan keuntungan dari program latihan yang diusulkan.
• Melaksanakan rencana-rencana pelatihan. • Memantau dan menganalisis hasil. • Memberikan umpan balik dari hasil evaluasi latihan, sehingga latihan dapat
ditingkatkan.13
3. Metode dan Materi Training
a. Metode Training
Metode training harus berdasarkan kepada kebutuhan pekerjaan tergantung pada
berbagai faktor, yaitu waktu, biaya, jumlah peserta, tingkat pendidikan dasar peserta, latar
belakang peserta, dan lain sebagainya.
Metode-metode training menurut Andrew F. Sikula terdapat enam bentuk, yaitu:
1) On the Job Para peserta latihan langsung bekerja di tempat untuk belajar dan meniru suatu
pekerjaan di bawah bimbingan seorang pengawas. Kebaikan cara ini adalah para peserta belajar langsung pada kenyataan pekerjaan dan peralatan. Adapun kekurangannya adalah pelaksanaannya sering tidak teratur dan kurang efektif jika pengawas kurang berpengalaman.
2) Vestibule Adalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau bengkel yang biasanya
diselenggarakan dalam satu perusahaan industri untuk memperkenalkan pekerjaan kepada karyawan baru dan melatih mereka mengerjakan pekerjaan tersebut.
3) Demostration and example Adalah metode latihan yang dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan
bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau percobaan yang didemonstrasikan.
4) Simulation Simulasi merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan
situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan saja.
13 Ibid., h. 210.
5) Apprenticeship Metode ini adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian pertukangan sehingga
para karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari segala aspek dan pekerjaannya.
6) Classroom methods Metode ini adalah metode pertemuan dalam kelas, yang meliputi lecture (pengajaran),
conference (rapat), programmed instruction, metode stadi kasus, role playing (sandiwara), metode diskusi, dan metode seminar.14
b. Materi Training
Materi training disusun dari estimasi dan tujuan pelatihan. Kebutuhan disini mungkin
dalam bentuk pengajaran keahlian khusus, menyajikan keperluan yang dibutuhkan, atau
berusaha untuk mengetahui sikap. Apapun materinya, training harus dapat memenuhi
kebutuhan organisasi dan peserta pelatihan. Peserta pelatihan harus dapat melihat bahwa
materi harus dapat menganalisis dan materi training relevan dengan kebutuhan mereka.15
4. Trainer (Pelatih) dan Syarat-syarat Trainer
a. Trainer (Pelatih)
Trainer (pelatih) adalah “seseorang atau tim yang memberikan pelatihan/pendidikan
kepada karyawan baru. Trainer (pelatih) memberikan peranan penting terhadap kemajuan
kemampuan pada karyawan yang akan dikembangkan.”16 Ada tiga jenis trainer, yaitu:
• Pelatih Internal, adalah seseorang atau suatu tim pelatih yang ditugaskan dari perusahaan memberikan latihan atau pendidikan kepada karyawan.
• Pelatih Eksternal, adalah seseorang atau suatu tim pelatih dari luar perusahaan diminta untuk memberikan pengembangan kepada para karyawan.
• Pelatih Gabungan Internal dan Eksternal, adalah suatu tim gabungan pelatih internal dan eksternal yang memberikan pengembangan kepada para karyawan.17
14 Melayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 77-80 15 Ibid., h. 75 16 Ibid., h. 73 17 Ibid., h. 72-73
b. Syarat-syarat Trainer
Trainer (Pelatih) yang baik hendaknya memiliki syarat sebagai berikut:
• Teaching Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan untuk mendidik atau mengajarkan, membimbing, memberikan petunjuk, dan mentransfer pengetahuannya kepada peserta latihan. Ia harus dapat memberikan semangat, membina dan mengembangkan agar peserta mampu bekerja mandiri serta dapat menumbuhkan kepercayaan dirinya.
• Communication Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif. Jadi suaranya jelas, tulisannya baik, dan kata-katanya mudah dipahami peserta.
• Personality Authority : Seorang pelatih harus memiliki kewibawaan terhadap peserta. Ia harus berprilaku baik, sifat dan kepribadiannya disenangi, kemampuan dan kecakapannya diakui.
• Social Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kemahiran dalam bidang sosial agar terjamin kepercayaan dan kesetiaan dari para peserta pengembangan. Ia harus suka menolong, objektif, dan senang jika anak didiknya maju serta dapat menghargai pendapat orang lain.
• Technical Compotent : Seorang pelatih harus berkemampuan teknis, kecakapan teoritis, dan tangkas dalam mengambil suatu keputusan.
• Stabilitas Emosi : Seorang pelatih tidak boleh berprasangka jelek terhadap anak didiknya, tidak boleh cepat marah, mempunyai sifat kebapakan, keterbukaan, tidak pendendam, serta memberikan nilai yang objektif.18
B. Kepemimpinan dan Organisasi
1. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan aspek penting yang sangat menentukan berhasil
tidaknya organisasi, yakni menyangkut perilaku seorang pemimpin dalam rangka
mempengaruhi para pegawainya, sehingga para pegawai mau bekerja sama dalam
rangka mewujudkan tujuan organisasi.
Robert E. Coffey dkk, menjelaskan “kepemimpinan merupakan proses pengarahan,
memberi semangat dan tenaga kepada bawahan, menyepakati komitmen, sebagaimana
yang diharapkan pemimpin.”19
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai “kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang
yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.”20 Dalam suatu kelompok
18 Ibid., h. 75 19 Bedjo Sujanto,, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (Model Pengelolaan Sekolah Di Era
Otonomi Daerah), cet. I, CV. Sagung Seto, Jakarta 2007, hal. 67-69
manusia biasanya menempatkan seseorang yang patut untuk ditokohkan, dan
menempatkannya pula pada suatu kedudukan yang terhormat, merekalah yang dikenal
sebagai pemimpin. Kepemimpinan juga dapat berarti “kemampuan memimpin yakni
kemampuan mengendali satu kelompok manusia ke tujuan bersama dengan alat-alat
yang serasi.” 21 Selain itu, kepemimpinan dapat pula diartikan sebagai seseorang atau
sekelompok orang yang memimpin.
Berbagai definisi di atas, pada umumnya mengatakan bahwa kepemimpinan adalah
perilaku seorang pemimpin untuk mengarahkan, mempengaruhi, dan menjelaskan
kepada bawahan, berinisiasi dan memelihara kekompakkan kelompok, sikap konsisten
agar setiap anggota dapat memberikan sumbangan secara efektif kepada organisasi
demi tercapainya tujuan. Dengan demikian kepemimpinan dapat digunakan setiap orang
dan tidak hanya terbatas dalam suatu organisasi atau kelompok tertentu serta tidak harus
dibatasi oleh aturan-aturan melainkan kepemimpinan bisa terjadi di mana saja asalkan
seseorang menunjukkan kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain ke arah
tercapainya suatu tujuan tertentu. Juga inti dari kepemimpinan adalah suatu kegiatan
seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain baik individual maupun kelompok,
agar mereka secara sadar dan rela untuk dapat mencapai tujuan bersama. Kemampuan
mempengaruhi orang lain inilah yang membedakan seorang pemimpin dengan yang
bukan pemimpin.
2. Jenis-Jenis Kepemimpinan
Sosiolog Jerman Max Webwer, memasarkan tiga jenis kepemimpinan, yaitu:
a. Pemimpin Karismatik, ialah seorang yang seolah-olah diberi tugas khusus dan karena itu dikaruniai bakat-bakat khusus oleh Tuhan untuk memimpin sekelompok manusia mengarungi tantangan sejarah hidupnya. Contohnya, Bung Karno dan Mahatma Gandi dapat dianggap sebagai pemimpin karismatik.
20 Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah, (konsep, strategi, dan implementasi), Cet. I, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002, hal. 107
21 Riberu, J, Dasar-dasar Kepemimpinan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1992, hal.13
b. Pemimpin Tradisional, yaitu pemimpin yang mendapatkan kekuasaan berdasarkan warisan dari leluhurnya. Pelimpahan wewenang berjalan lewat saluran keturunan.
c. Pemimpin Legal, adalah pemimpin-pemimpin yang mendapatkan pelimpahan wewenang berdasarkan prosedur pemilihan, pengangkatan / pelantikan / pengukuhan yang diatur dengan hukum positif yang berlaku dalam masyarakat.22
Selain ketiga jenis kepemimpinan di atas masih terdapat jenis-jenis kepemimpinan
lain seperti kepemimpinan partisipatif yang mana kepemimpinan ini mengutamakan
peran serta semua pihak. Pemimpin tidak mengandalkan perintah dan sangsi-sangsi,
sebaliknya pemimpin mengadakan pendekatan, menyelenggarakan dialog dan
musyawarah untuk mendengarkan paham serta saran bawahannya. Anggota diajak
untuk turut merencanakan, menggagaskan bahkan memutuskan langkah-langkah
ataupun kebijakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan bersama.23
3. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas
pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk
dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok
membentuk gaya kepemimpinannya.
Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan, seorang pemimpin haruslah mengambil
langkah yang mesti ditempuh dengan mempelajari gaya-gaya kepemimpinan,
diantaranya:
a. Gaya Kepemimpinan Otokratis Pemimpin yang bergaya ini memegang kekuasaan mutlak, semua kebijksanaan
dan keputusan ditetapkan oleh pemimpin. Langkah-langkah aktivitas ditentukan oleh pemimpin satu persatu yang dilakukan tanpa musyawarah dengan orang yang dipimpin. Tiap-tiap kebijakan, tugas dan intruksi harus dipenuhi dengan seksama tanpa diberikan kebebasan untuk mempertimbangkan kebaikan dan kekurangannya.
b. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Pada kepemimpinan ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap orang yang dipimpin. Mereka mengambil keputusan, menetapkan
22 Ibid., hal.4-6 23 Ibid., hal.7
prosedur dan aktivitas kerja, semua kebijaksanaan, metode dan sebagainya menjadi hak sepenuhnya dari orang yang dipimpin tanpa adanya dorongan, bimbingan, dan pengarahan dari pemimpin. c. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan ini memanfaatkan peranan aktivitas dari orang yang dipimpin, dalam kebebasan menentukan kebijaksanaan. Kepemimpinan demokratis menetapkan kebijaksanaan berupa keputusan penting yang disesuaikan dengan tuntutan kelompok, maka dalam menetapkan kebijaksanaan diputuskan bersama-sama oleh pimpinan dan anggota-anggotanya. Wewenang dan tanggung jawab dilimpahkan seluas-luasnya sesuai dengan kecakapan atau kemampuan personal untuk mengembannya. d. Gaya Kepemimpinan Paternalistic
Gaya kepemimpinan ini menganggap bawahannya sebagai “anak yang belum dewasa”, anak yang tidak mampu menjadi dewasa. Karena itu ia selalu bersikap sebagai seorang bapak, yang selalu membuat segala sesuatu untuk anak. Ia yang mengatur, ia yang mengambil prakarsa, ia yang merencanakan, dan ia pula yang melaksanakan menurut pahamnya sendiri. Ia tidak bersifat diktator tetapi ia juga sangat membatasi kemungkinan anak buahnya turut serta dalam merumuskan kebijaksanaan dan mengambil keputusan.24
4. Fungsi Kepemimpinan
Dalam Kamus Ilmiah Populer “fungsi merupakan jabatan, kedudukan, peranan, kegunaan,
dan manfaat.”25 Sedangkan menurut Made Wahyu Sutedjo bahwa “fungsi adalah kata benda
menyatakan posisi yang mencerminkan sesuatu yang statis.”26 Jadi pengertian fungsi dan
kepemimpinan dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud fungsi kepemimpinan adalah suatu
posisi di mana seseorang pimpinan memfungsikan dirinya sebagai orang yang memimpin.
Sedangkan Kartini Kartono menjelaskan “fungsi kepemimpinan ialah memandu, menuntun,
membimbing, membangun, memberi motivasi kerja, mengemudi organisasi, menjalin jaringan
komunikasi yang baik, memberikan pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya
kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu perencanaan.”27
5. Definisi Organisasi
Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan organisasi.
24 Asmara, Husna, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, hal.35-38 25 Pius A Partanto ct.al, Kamus Ilmuih Populer, (Yogyakarta: Arkola, 1994), h. 190 26 Made Wahyu Sutedjo ct.al, Manajemen Pembangunan Desa, (Surabaya, Usaha Nasional, 1981), h. 22 27 Pius A Partanto ct.al, Kamus Ilmuah Populer, (Yogyakarta: Arkola, 1994), h. 81
”Schein mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Ia juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain menandakan bahwa organisasi yang dimaksud Schien ini adalah merupakan suatu system.” 28
Selanjutnya Kochler mengatakan bahwa ”organisasi adalah system hubungan yang
terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu.”29 Lain lagi dengan pendapat Wright, dia mengatakan bahwa ”organisasi adalah suatu
bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh dua orang atau lebih untuk
mencapai suatu tujuan bersama.”30
Walaupun ketiga pendapat mengenai organisasi tersebut kelihatannya berbeda-beda
perumusannya tapi ada tiga hal yang sama-sama dikemukakan, yaitu: organisasi merupakan
suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum.
6. Komunikasi Organisasi
Goldhaber memberikan definisi “komunikasi organisasi: proses menciptakan dan saling
menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk
mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.”31 Definisi ini
mengandung “tujuh konsep kunci yaitu: proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan,
lingkungan, dan ketidakpastian.”32
28 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 23 29 Ibid., h. 23-24 30 Ibid., h. 24 31 Ibid., h. 67 32 Ibid., h. 68-74
BAB III
TINJAUAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Profil SMA Negeri 28 Jakarta33
Nama sekolah : SMA Negeri 28
Alamat sekolah : Jl. Raya Ragunan Kel. Jati padang Kec. Pasar
Minggu Jakarta 12540
Telepon : (021) 7806293 - 78841081
Fax : 7806293
Website : www.sman28jkt.com
Alamat e-mail : [email protected]
Nama kepala sekolah : Drs. H. Edi Sumarto
B. Visi Misi dan Tujuan Sekolah
1. Visi
“Menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ dan mampu bersaing secara global”34
Indikator Visi:
1. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Berbudi pekerti luhur dan berkepribadian tinggi 3. Mandiri dan tangguh menghadapi tantangan 4. Setia kawan, tebal rasa kebangsaan dan cinta tanah air 5. Cerdas dan terampil sesuai kompetensi 6. Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik 7. Berdisiplin untuk mencapai prestasi 8. Mampu bersaing secara global di dunia Internasional.35
2. Misi
a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien, agar setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki.
33 Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta. Tahun Pelajaran 2008-2009, h. 2 34 Ibid., h. 3 35 Ibid., h. 3
b. Meningkatkan pelayanan pembelajaran terhadap siswa sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar siswa, melalui pelaksanaan Sistem Satuan Kredit Semester (SKS)
c. Pada tahun 2009/2010 sebagai sekolah bertaraf Internasional d. Menumbuhkan semangat juang menjadi yang terbaik secara intensif kepada
seluruh warga sekolah e. Menumbuhkan penghayatan keimanan dan ketaqwaan terhadap ajaran agama
yang dianut dan nilai-nilai budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.36
Indikator Misi: 1. Kegiatan keagamaan yang komprehensif 2. Prilaku sosial yang kondusif 3. Persaingan belajar yang kompetitif 4. Perikehidupan, berbangsa dan bernegara yang normatif 5. Perekayasaan yang tertib dan positif 6. Lulusan SMA Negeri 28 mampu bersaing secara Internasional.37
3. Tujuan Sekolah
a. Akademis
1. Meningkatkan perolehan nilai semester 2. Meningkatkan perolehan nilai rata-rata Ujian Nasional dan Ujian Sekolah 3. Menaikkan peringkat sekolah 4. Menaikkan prosentase siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri 5. Menjadikan sekolah yang mempunyai reputasi baik dalam Olimpiade Sains
Nasional (OSN).38
b. Non Akademis 1. Mewujudkan iklim belajar yang kondusif 2. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 3. Membina dan meningkatkan disiplin sekolah dan budi pekerti 4. Meningkatkan prestasi kegiatan ekstra kurikuler.39
C. Keadaan Siswa, Sarana dan Prasarana
1. Keadaan Siswa
a. Jumlah Siswa
Kelas JUMLAH SISWA PADA TAHUN 2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009
X 276 280 279 276 XI.IPA 158 200 200 200 XI.IPS 114 80 80 80
36 Ibid., h. 3 37 Ibid., h. 3 38 Ibid., h. 4 39 Ibid., h. 4
XII.IPA 118 157 198 197 XII.IPS 151 113 80 79 JUMLH 817 830 837 832
Sumber: Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta Tahun Pelajaran 2008-2009, halaman 5.
b. Prestasi Akademik dan non Akademik
a) Prestasi Akademik
No JENIS KEJUARAAN/ LOMBA
TAHUN PENYELENGGARA PRESTASI
1 Lomba Accounting Quiz VI se-DKI Jakarta 2007
Fakultas ekonomi Universitas Pancasila Jakarta
Juara II dan III
2 Speech Contesh se-DKI Jakarta 2007 SMA Lab. School
Kebayoran Jakarta Juara II
3 Kompetisi Sains se-DKI Jakarta 2007 BMG PP IPTEK Juara II
4 Lomba Cepat Tepat Bahasa Inggris se-DKI Jakarta
2007 Semanggi Expo Jakarta Juara I
5 Lomba Fisika Award se-DKI Jakarta 2007
Fakultas Teknis Universitas Pancasila Jakarta
Juara III
6 Lomba Pidato Bahasa Indonesia, Inggris se-Jakarta Selatan
2007 Sudin Jakarta Selatan Juara II
Sumber: Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta Tahun Pelajaran 2008-2009, halaman 7.
b) Prestasi Non Akademik
No JENIS KEJUARAAN/ LOMBA TAHUN PENYELENGGARA PRESTASI
1 Lomba Fotografi DKI Jakarta 2007 Galeri Cipta III TIM Juara
Harapan I 2 Lomba Pembaca Berita
TV se-Jabotabek 2007 FISIP UHAMKA Juara III
dan Harapan I
3 Pencak Silat Pelajar Tingkat SMA se-DKI/ Banten/ Jawa Barat
2007 Pemda Tapak Suci Depok
Juara II dan III
4 Lomba Pidato Komputer 2007 Perpustakaan Nasional Juara II
5 Mini Soccer Putra 2007 Gonzaga School Meeting
Juara I
6 Lomba Karya Tulis 2007 Pekan Astronomi Jakarta
Juara II
7 Uji Kompetensi Matpel Bahasa Inggris 2008 SMA 70 Jakarta Juara I
8 COSMIC 2008 SMA Don Bosco Juara I
9 Kreasi Lomba PBB 2008 SMAN 12 Jakarta Piala+Uang 10 Loketa 2008 SMAN 8 Jakarta Juara II 11 Net Kuis Tingkat Jakut 2008 Gor Jakarta Utara Juara I 12 Net Tingkat Jabotabek 2008 Gor Jakarta Utara Juara
Harapan II 13 Lomba Robotik Tingkat
Nasional Robotic Indonesia Juara I
Sumber: Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta Tahun Pelajaran 2008-2009, halaman 9.
2. Sarana dan Prasarana
No Jenis Ruangan Jumlah keterangan 1 Ruang Belajar 21 ruang 14 ruang AC + LCD
7 ruang AC 2 Ruang Laboraturium IPA 3 ruang AC + LCD 3 Ruang Lab Bahasa 1 ruang AC 4 Ruang Lab Komputer 2 ruang AC + LCD 5 Ruang Guru 1 ruang AC 6 Ruang Perpustakaan 1 ruang AC 7 Ruang BK 1 ruang AC 8 Ruang Kepala Sekolah 1 ruang AC 9 Ruang Tata Usaha 1 ruang AC 10 Ruang Audio Visual 1 ruang AC + LCD 11 Ruang Studio Musik 1 ruang AC + LCD 12 Ruang OSIS 1 ruang AC 13 Ruang UKS 1 ruang AC 14 Ruang sekretariat Sanggar 011 1 ruang AC 15 Tempat Ibadah (Masjid) 1 unit AC 16 Lapangan Basket 2 lapangan 17 Lapangan Bulutangkis 1 lapangan 18 Ruang Serbaguna 1 ruang AC 19 Ruang Ganti Pakaian 1 ruang 20 Toilet Siswa 18 kamar 21 Ruang Satpam 1 ruang 22 Kantin 18 lapak Sumber: Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta Tahun Pelajaran 2008-2009, halaman 10. D. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No Jabatan / status Pria Wanita jumlah 1 Kepala sekolah 1 - 1 2 Wakasek 3 1 4 3 Guru Tetap 18 26 44 4 Guru Tidak Tetap 6 6 12 5 Pegawai TU Tetap 6 2 8 6 Pegawai TU Honorer 3 1 4 7 Perpustakaan 1 2 3 8 Pesuruh Tetap 2 - 2 9 Caraka 11 - 11 10 Satpam 6 - 6
11 Supir 1 - 1 TOTAL 55 39 95
Sumber: Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta Tahun Pelajaran 2008-2009, halaman 11.
E. Kegiatan Organisasi dan Kepemimpinan Siswa SMAN 28 Jakarta
No. Seksi Nama Program Tujuan Sasaran Format Umum
1
Seksi I Rohis
Tafakur Alam Mensyukuri (karunia)alam yang diberikan oleh Allah
Siswa/i SMAN 28 muslim kelas X
Mentadaburi alam untuk mengenal Allah
2 Lomba Keterampilan Agama
Mengasah kemampuan terutama dalam bidang Agama Islam
SMA/K dan MAN se-Jakarta Selatan
Lomba Keterampilan Agama Islam
3 Seminar Keputrian
Menyadarkan pentingnya memakai jilbab
Siswi kelas X muslimah
Seminar mengenai pentingnya mamakai jilbab
Latihan Dasar Kepemimpinan Rohis
Memilih dan menyeleksi calon pengurus rokris
Siswa/i SMAN 28 muslim kelas X dan XI
Persiapan kepengurusan Rohis
4
Plasma Meneruskan kaderisasi pengurus Rohis SMAN 28
Calon kader berdasarkan rangkaian LDKR dan Dauroh
Seleksi calon pengurus rohis
5
Seksi I Rokris
Lomba Keterampilan Agama Kristen
Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan agama
SMA/K se-Jakarta Selatan
Lomba Keterampilan Agama Kristen
6
Retreat Merefleksikan diri melalui peningkatan iman dan mendekatkan diri kepada Tuhan, sesama dan alam
Siswa/i SMAN 28 kristen
Ibadah bersama untuk merefleksikan diri
7 Latihan Dasar Kepemimpinan Rokris
Memilih dan menyeleksi calon pengurus rokris
Siswa/i SMAN 28 kristen kelas X dan XI
persiapan kepengurusan rokris
8 Seksi
II
PBB Competition
Mengetahui kemampuan paskibra sekolah lain
SMA/K dan MAN se-Jakarta
Lomba baris berbaris
9 Tata Laksana Upacara Bendera
Melatih PBB kelas X siswa/i SMAN 28kelas X
Simulasi Upacara
10 Seksi III
Shaking Wheels Meningkatkan kekompakan dan membiasakan diri untuk hidup sehat juga mencintai lingkungan dari sekarang
siswa/i SMAN 28 2 angkatan
Bersepeda bersama-sama dari SMAN 28
13 Seksi IV
Bakti Sosial Membantu orang yang kurang mampu dan membiasakan diri untuk mengulurkan tangan kepada yang membutuhkannya
siswa/i SMAN 28 memberikan sesuatu yang berharga dan berguna kepada yang membutuhkannya
14 Seksi
V
Latihan Dasar Kepemimpinan Lanjutan
Menyeleksi calon pengurus MPK/OSIS
Calon pengurus MPK/OSIS periode 2009-2010
Seleksi kepengurusan MPK/OSIS periode 2009-2010
15 Carnaval of Creativity and Classmeeting
Ajang menyalurkan kreativitas
siswa/i SMAN 28 Classmeeting
16
Seksi VI
Science Competition
Mengasah kemampuan dalam bidang science antar sekolah
SMA/K dan MAN se-Jakarta Selatan
Lomba Science Competition
17 Atribut MPK/OSIS periode 2008-2009
Melengkapi identitas MPK/OSIS
MPK/OSIS periode 2008-2009
pembuatan almamater, kaos, pin dan handuk MPK/OSIS
18 Seksi VII
28 Cup (Sports Competition)
Mengasah kemampuan dalam olahraga antar sekolah
SMA/K dan MAN se-Jakarta
Lomba-lomba sports
19 Seksi VIII
28 Cup (Art Competition)
Mengasah kemampuan seni antar sekolah
SMA/K dan MAN se-Jakarta
Lomba-lomba art
20 28 MOB Wadah kreativitas dan
apresiasi seni siswa/i SMAN 28
siswa/i SMAN 28 Lomba stand dan cipta kreativitas
Sumber: Program Kerja OSIS SMA Negeri 28 Jakarta Tahun Pelajaran 2008-2009.
F. Training ESQ Leadership Center di SMA Negeri 28 Jakarta
1. Penyelenggaraan Training
a. Panitia Pelaksana
Panitia pelaksana Training ESQ Leadership Center 165 adalah Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kesiswaan beserta stafnya.
b. Hari dan tanggal pelaksanaan Training ESQ
Training ESQ ini dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu pada tanggal 26 - 27
Januari 2008.
c. Waktu dan tempat pelaksanaan Training ESQ :
Training ESQ ini dilaksanakan mulai jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Adapun
tempatnya di gedung pertemuan SMA Negeri 28 Jakarta.
2. Training ESQ
a. Sejarah Berdirinya ESQ 165
Berawal dari sebuah buku “ESQ” yang kemudian ditransformasikan dalam bentuk
Training ESQ yang diluncurkan pada 6 Juni 2006. buku ESQ karya Ary Ginanjar
Agustian, sebuah buku laris (Best Seller) yang berisikan membangun kesuksesan
berdasarkan 5 Rukun Islam dan 6 Rukun Iman. Meningkatnya minat baca masyarakat
terhadap buku ESQ menjadikan buku ini “National Best Seller”. Melihat semangat
pembaca yang tinggi, diterbitkanlah buku kedua, ESQ Power yang lebih menajamkan
pemahaman ke dalam diri dengan landasan Ihsan. Buku itu pun semakin menarik
perhatian masyarakat luas. Untuk lebih menyempurnakan lagi, terbitlah buku ketiga
yang merupakan pembaharuan dari buku pertama, ESQ: Rahasia Sukses Membangun
Kecerdasan Emosi dan Spiritual yang telah dicetak sebanayak lebih dari 400.000
eksemplar. Tak salah bila buku itu juga termasuk kategori best seller. Seluruh isinya
merupakan proses pembelajaran dan pengalaman Ary Ginanjar selama kurun waktu
lebih dari sepuluh tahun.
Sejak buku pertama terbit, telah diadakan ribuan kali Training di Indonesia
maupun di Negara lain. Saat ini, jumlah alumni ESQ yang secara keseluruhan
mencapai 694.175 orang dengan total angkatan 4.295 (per Juni 2009) dari berbagai
kalangan.40 Mulai dari anak-anak, pemerintah, artis, pengusaha, remaja, akademisi,
pejabat pemerintah, ibu rumah tangga dan masih banyak lagi.
Keberhasilan ESQ bukan seperti membalikkan telapak tangan, semua melalui
proses perjalanan panjang seorang Ary Ginanjar, tak lain adalah pendiri ESQ sendiri
atau penemu ESQ Model.
b. Visi
• Menjadi Leadership Center kelas dunia yang terkemuka dan independent.41
c. Misi
40 http://gerakjalanesq.wordpress.com/training-esq-cuma-cuma-untuk-para-ustadz-se-dki. Rabu, 22 Juli 2009. 14:16:10
41 The ESQ Way 165, Menuju Indonesia Emas (Jakarta: PT. Arga Bangun Bangsa), h. 7.
• Memberikan kontribusi dalam pembangunan karakter individu dan korporasi yang tangguh dengan penyampaian “The ESQ Way 165” kepada masyarakat luas melalui pelatihan dan media lainnya secara professional.
• Membangun jejaringan (network) dan bersinergi di segala bidang yang mendatangkan manfaat dan kesejahteraan masyarakat.
• Berupaya secara terus-menerus menjadi lembaga professional yang dibentuk melalui penerapan ESQ Way 165.42
3. Metode dan Materi Training ESQ a. Metode Training ESQ
Peserta akan dituntut untuk membangkitkan tujuh nilai dasar: Jujur, Tanggung jawab,
Visioner, Disiplin, Kerja Sama, Adil, dan Peduli. Nilai-nilai ini sesungguhnya sudah tertanam dalam
diri manusia sejak lahir. Melalui training ESQ ini peserta diarahkan untuk memiliki nilai-nilai dasar
tersebut dan membantu membangkitkan kekuatan tersembunyi serta mengarahkan seluruh potensi
dirinya untuk kehidupan dan pekerjaan yang lebih produktif.
“Yang unik dan membedakan training ESQ dari pelatihan lainnya adalah training dibuat sedemikian rupa sehingga peserta akan merasa seperti menikmati sebuah pertunjukan yang bermakna. Sebagai materi pendukung, peserta juga akan diajak terlibat beberapa aktifitas dalam training seperti permainan, simulasi serta saling berbagi pengalaman di antara peserta. Materi training akan disampaikan dengan menggunakan multimedia yang menggabungkan antara animasi, klip film, efek suara dan musik. Ditampilkan dengan medium beberapa layar besar, berukuran 4x6 meter dan tata suara hingga 15.000 watt. Training dilaksanakan di berbagai tempat terpilih dengan setandar tertentu untuk memastikan bahwa training dapat berlangsung nyaman dan menyenangkan bagi peserta.”43
b. Materi Training ESQ
Training ESQ adalah sebuah training yang menyatukan tiga kecerdasan sekaligus,
yaitu IQ, EQ, dan SQ. walau dinamakan training SDM (Sumber Daya Manusia), namun di
dalam training ini diperkuat dengan penjelasan ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadits. Trining ini
bukanlah training agama, seperti halnya penuturan Ary Ginanjar dalam bukunya yang
berjudul Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual “…kalau di dalam
42 Ibid., h. 7 43 New Life Option: ESQ Leadership Training (Jakarta: PT. Agra, t.t.), h.1
buku ini ada Al-Qur`an, ini bukan untuk golongan, tapi untuk seluruh umat Islam. Bukan Al-
Qur`an untuk Islam, bukan dunia untuk Islam, tapi Al-Qur`an dan Islam untuk dunia…”44
“Terdapat tiga tahapan pemberian materi di Training ESQ, yaitu : Unleash Spiritual
Intellegent, Developing Emotional Intellegent, dan Let`s Action.”45
1) Unleash Spiritual Intellegent
a) ESQ Backround
Dalam ESQ Background, peserta diperkenalkan seputar ESQ dengan mempertanyakan
“mengapa perlu ESQ?”. materi ini mulai memasuki pada tataran dimensi IQ (Intellegent
Quetient), pada ESQ Backround ini diperkenalkan seputar teori yang merupakan pijakan awal
dalam pemberian materi.
Pada materi ini, peserta diberikan pengetahuan tentang fakta-fakta kemampuan
kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual dengan menunjukkan hasil-hasil penelitian
tentang seberapa besar pengaruh antara ketiga kecerdasan ini menjadikan seseorang
pemimpin atau pengembangan SDM.
b) ESQ Outer Journey
Outer Journey merupakan materi yang mengajak peserta training masuk dalam dimensi
rasa dan dimensi spiritual.
Tujuan utama dari penyampaian Outer Journey ini adalah:
• Peserta memiliki kesadaran Illahiyah (God Conciousnsess), yaitu kesadaran tentang
eksistensi Allah, kebesaran Allah, dan keesaan Allah.
• Tumbuhnya keyakinan kepada Tuhan dalam hati para peserta. 46
44 Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual (Jakarta, Arga, 2005), h. 20 45 Ratih Damayanti, Skripsi Pola Komunikasi dalam Training ESQ 165, Thn. 2008, h. 63 46 Ibid., h. 63
c) ESQ Inner Journey
Setelah melihat ke luar, kemudian training mulai memberikan materi yang mengajak
peserta untuk memperhatikan dalam diri sendiri.
Tujuan Inner Journey ini adalah:
1. Peserta memiliki God Conciousness: eksistensi Allah, kebesaran Allah, dan keesaan Allah
2. Peserta mampu mengenal dan merasakan sifat Allah di dalam dirinya dan getarannya 3. Merasakan kebesaran Allah melalui suara hati manusia dan Asmaul Husna 4. Muhasabah dengan membandingkan betapa sifat-sifat itu telah diabaikan dan
didzolimi.47
d) Zero Mind Proces (Penjernihan Emosi)
“Dalam diri seseorang sebenarnya telah dikaruniai oleh Tuhan sebuah jiwa, di mana
dengan jiwa tersebut tiap orang bebas memilih sikap, bereaksi positif / negatif, berhenti /
melanjutkan, marah / sabar, reaktif / produktif, atau bahkan baik / buruk.”48
Zero mind process merupakan sebuah rumus bagaimana manusia mampu khususnya
peserta menyadari kebenaran suara hati yang sama setiap orang. Adapun rumus ZMP itu
adalah:
1
---- = ~
0
Angka berapapun jika dibagi dengan nol maka akan mendekati tak terhingga (~). Jika kita
ikhlas dan jernih (= 0) maka kita akan mendekati Yang Maha Tertinggi yaitu Allah.
Terdapat tujuh faktor yang tanpa disadari membuat manusia buta hatinya, yaitu:
Prasangka negatif, Pengaruh prinsip hidup, Pengaruh pengalaman, Kepentingan, Sudut
47 Ibid., h. 64-65 48 Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (Jakarta, Arga, 2005), h. 67
pandang, Pembanding, dan Literatur. 49 Ketujuh belenggu ini merupakan hal yang sangat
mempengaruhi cara berfikir seseorang, oleh karena itu kemampuan melihat sesuatu secara
jernih dan objektif harus didahului oleh kemampuan mengenali faktor-faktor yang
mempengaruhi. Caranya adalah dengan mengembalikan manusia pada fitrah hatinya,
sehingga mampu melihat dengan mata hati, memilih dengan cara yang adil dan bijaksana
sesuai dengan suara hati sehingga keputusan yang diambil menjadi benar.
2) Developing Emotional Intellegent
Setelah ditemukan suara hati pada dimensi spiritual, maka nilai-nilai itu dibentuk dan
dibentengi oleh enam perinsip untuk membangun mentalitas / kecerdasan emosional. Pada
tahap ini materi yang diberikan sudah memasuki pada tahap mental building yang bertujuan
untuk membangun kecerdasan emosi.
a) Star Principle (Prinsip Bintang)
Komitmen spiritual adalah hidup hanya berpegang teguh kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Tidak ada prinsip selain Dia. “Prinsip ini akan membuat manusia merasa
aman, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, integritas, kebijaksanaan, dan semua
dilandasi oleh iman, dan dibangun dengan prinsip hanya kepada Tuhan, serta
memuliakan dan menjaga sifat-Nya pada diri manusia.”50
“Pada star principle (prinsip bintang) yang berarti iman kepada Tuhan, ada tujuh
hasil dari prinsip bintang ini, yaitu: bijaksana, integritas, rasa aman, situasi terus
berubah, kepercayaan diri, intuisi, dan sumber motivasi.”51
b) Angel Principle (Prinsip Malaikat)
49 Ibid., h. 74 50 Ary Ginanjar, Membangun Sumber Daya Manusia dengan Kesinergian Antara Kecerdasaan Spiritual,
Emosional, dan Intelektual, ed., Pidato ilmiah Penganugerahan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa, 17 Desember 2007 (Yogyakarta, UNY Press, 2007), h.26
51 Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (Jakarta, Arga, 2005), h. 137
Penyampaian materi prinsip malaikat ini biasanya diawali dengan sebuah cerita “Rudi dan
Sikat Gigi”. Dalam kisah ini digambarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan tidak
mengharapkan pujian dari orang lain, cukup malaikat mencatat di pundak di sebelah kanan
dan tidak membutuhkan tepuk tangan serta penghargaan dari orang lain. Hasil dari prinsip ini
akan menciptakan loyalitas, komitmen, kebiasaan memberi dan mengawali, kebiasaan
menolong dan saling percaya,
• Keteladanan Malaikat
Malaikat adalah makhluk mulia, mereka sangat dipercaya oleh Tuhan untuk
menjalankan segala perintah-Nya. Semua pekerjaan dilakukan dengan sebaik-
baiknya. Seberat apapun pekerjaan yang diberikan kepada mereka, akan
dilaksanakan dengan sepenuh hati. Prinsipnya tunggal, hanya mengabdi kepada
Allah swt.52
• Integritas dan Loyalitas
Loyalitas dan kesetiaan pada prinsip yang dianut. Integritas adalah sikap jujur,
konsisten, komitmen, berani, dan dapat dipercaya. Integritas muncul dari kesadaran diri
terdalam, yang bersumber dari suara hati. Integritas tidak menipu dan tidak berbohong
karena integritas tidak memerlukan tepuk tangan orang lain.53
• Kebiasaan memberi dan Mengawali
Dengan mengucap bismillah, setiap kali akan melakukan suatu pekerjaan, berarti kita
telah melakukan sesuatu yang tidak akan merugikan orang lain, karena efektivitas
bismillah sendiri adalah suatu investasi kepercayaan, karena merupakan prinsip yang
mendahulukan “memberi”, bukan menunggu ataupun meminta.54
• Komitmen
52 Ibid., h. 139 53 Ibid., h. 142 54 Ibid., h. 143
“Menyatukan sebuah janji adalah pekerjaan yang sangat mudah, namun menepati
janji adalah sebuah langkah emas yang mampu meraih kepercayaan yang sangat tinggi
nilainya bagi orang lain. Meski hanya sebuah janji kecil, namun sesungguhnya hal
tersebut sangat berpengaruh kepada kredibilitas seseorang.”55
• Salam Komitmen dan Saling Percaya
“Saat mengucap “assalaamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh” kepada orang
lain, sesungguhnya memiliki arti: semoga Allah memberikan keselamatan dan rahmat
kepada anda. Ketika mengucap kata ‘semoga’ sebuah makna “saya berharap” memancar
daripadanya.”56 Berharap secara sungguh-sungguh agar ia mendapat keselamatan serta
berkah. Assalaamu’alaikum adalah seuntai kata bermakna janji persaudaraan, saling
percaya dan saling membantu.
c) Leadership Principle (Prinsip Kepemimpinan)
Menjadi pimpinan dengan empat sifat yaitu fathonah (cerdas), amanah (jujur),
shidiq (benar), dan tabligh (komunikatif) melalui lima tangga kepemimpinan:
Pimpinan tingakat 1 : pemimpin yang dicintai 2 : pemimpinan yang dipercaya
3 : pembimbing 4 : pemimpin yang berkepribadian 5 : pemimpin abadi. 57
d) Learning Principle (Prinsip Pembelajaran )
55 Ibid., h. 147 56 Ibid., h. 148 57 Ibid., h. 158
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah”. (Q.S Al-Alaq, 96: 1-3)
Prinsip ini merupakan kebiasaan untuk memperbaiki dan meningkatkan serta
membuang hal-hal buruk. Untuk melatihnya menggunakan doktrin harian yang dibaca
berulang-ulang, seperti kita membaca surat Al-Fatihah setiap shalat secara berulang-
ulang sebagai proses penyempurnaan secara terus- menerus.
e) Vision principle ( Prinsip Masa Depan )
Pada vision principle inilah langkah pembangunan visi dimulai. Vision principle
selalu berorientasi pada tujuan akhir di setiap langkah. Visi terbagi menjadi 3, yaitu :
visi jangka panjang, bahwa hari akhirat sebagai tujuan akhir (surga atau neraka). Hal
ini akan menimbulkan pengendalian diri dan rasa aman abadi, karena kita selalu
memilih target yang lebih besar. Visi jangka menengah, membangun bangsa
Indonesia Emas. Visi jangka pendek adalah membangun pribadi emas yang mampu
menjalankan nilai-nilai 165 dalam kehidupannya.58
f) Well organized principle ( Prinsip Keteraturan )
Memiliki kesadaran, ketenangan dan keyakinan dalam berusaha, karena
pengetahuan akan kepastian hukum alam dan hukum sosial. Sangat memahami akan
arti penting sebuah proses yang harus dilalui. Selalu berorientasi pada pembentukan
sistem (sinergi), dan selalu berupaya menjaga sistem yang telah dibentuk. Menyadari
bahwa diri kita sebagai bagian dari sebuah sistem, demikian selalu ikhlas dimanapun
posisinya berada dengan situasi atau kejadian apapun dengan menghormati sebagai
bagian dari keteraturan.
3) Let`s Action
58 Ibid., h. 203-214
Setelah mengenal suara hati, membangun enam prinsip mentalitas, maka langkah
ketiga adalah bagaimana cara mengaplikasikan suara hati ke dalam langkah aksi. Karena
nilai-nilai itu harus dikeluarkan menjadi realitas dan aplikasi nyata. Untuk itu supaya tidak
keluar dari garis orbit maka dituntun dengan lima langkah sehingga menjadi lima kebiasaan.
Lima langkah ini berada pada dimensi fisik agar tetap pada garis orbit. Adapun aksi-
aksi tersebut adalah:
a) Mission Statement (Penetapan Misi)
Mission statement yang dimaksud di sini adalah tentang kebenaran isi “Syahadat”
yang sebenarnya merupakan ketetapan dari Tuhan. Hal ini dapat lebih menguatkan
keyakinan setiap orang tentang kebenaran Rukun Islam yang pertama yaitu syahadat.
“Kalimat syahadat adalah cermin komitmen dari enam prinsip rukun iman. Ia
merupakan sebuah kekuatan visi, yaitu memulai dengan tujuan akhir dan
membulatkan tekad diri.”59 Apabila keyakinan bersyahadat ini telah ditanamkan
kuat-kuat dalam hati, maka keyakinan itu akan berubah bentuk menjadi sebuah
kekuatan syahadat yang mendorong setiap jiwa manusia bergerak mencari visi dan
cita-citanya.
Menetapkan misi bahwa hidup adalah pengabdian pada Allah. Apapun
pekerjaannya, di bidang apapun semuanya hanya karena Allah. Pernyataan misi
hidup ini akan membangun sebuah keyakinan dalam berusaha, memberikan daya
dorong yang kuat dalam mencapai tujuan.
b) Character Building (Pembangunan Karakter)
Melatih dan membentuk karakter dengan pengulangan sehingga terjadi
internalisasi karakter. Salah satu untuk melahirkan karakter unggul adalah dengan
melakukan shalat yang dilakukan secara konsisten.
59 Ibid., h. 262
”Shalat adalah pelatihan menyuruh untuk menjaga serta meningkatkan kualitas
kejernihan emosi dan spiritual seseorang.”60 Dalam shalat, makna tujuan hidup ini
ditanamkan didalamnya, sehingga terbangunlah kejelasan visi dan misi yang
membuat manusia mantap dalam menjalani setiap aktivitas hidupnya.
c) Self Controlling (Pengendalian Diri)
”Tujuan akhir dari pengendalian diri yang dilatih dan dilambangkan dengan
puasa sebenarnya adalah sebuah keberhasilan bukan sebuah pelarian diri dari
kenyataan hidup di dunia yang seharusnya dihadapi.”61
Puasa tanpa didahului dengan niat, hanyalah menghasilkan kesia-siaan. Hanya
sebatas menahan nafsu (makan/minum) tanpa tujuan yang jelas, untuk apa puasa
dilakukan dan untuk apa manfaat puasa itu diaplikasikan. Puasa adalah suatu metode
pelatihan pengendalian diri yang bertujuan untuk memelihara asset kita yang paling
berharga, yaitu fitrah.
d) Social Strategi (Ketangguhan Sosial)
Pada bagian ini, yaitu ketangguhan sosial yang berupa zakat. “Zakat pada
hakikatnya adalah upaya mengeluarkan potensi God Spot / fitrah diri ke arah kondisi
nyata dalam bentuk aplikasi kongkrit suara hati. Prinsip zakat sendiri adalah
mengeluarkan, memberi kepada lingkungan sosial dalam rangka membentuk
rangkaian sinergi yang kuat.”62
Jadi zakat adalah upaya memanggil serta merangsang spiritualitas seseorang
untuk muncul ke arah permukaan. Disamping berfungsi mengeluarkan potensi
60 Ibid., h. 285 61 Ibid., h. 302 62 Ibid., h. 328
spiritual manusia, zakat pada prinsipnya mampu melakukan konsep pemeliharaan
lingkungan sosial dengan prinsip “memberi”, sehingga tercipta suatu sinergi. Sinergi
adalah ”kerjasama antara seseorang atau sekelompok orang dengan orang lain, atau
dengan kelompok lainnya yang sangat menjunjung tinggi perbedaan pendapat serta
kemajemukan kelompok.”63
e) Total Action (Aplikasi Total)
Artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (Q.S Al-Hajj, 22: 27)
“Haji merupakan suatu lambang dari puncak “ketangguhan pribadi” dan puncak
“ketangguhan sosial”.”64 Pada akhirnya semua nilai spiritual dan mentalitas yang
sebelumnya berupa energi potensial harus berubah menjadi energi gerak. Nilai itu
diaplikasikan melalui gerak kongkrit yang disimbolkan dengan haji.
“Secara prinsip, haji merupakan langkah yang berpusat kepada Allah Yang Maha
Esa, dimana segala tujuan tidak lagi berprinsip kepada yang lain. Prinsip ini akan
menghasilkan jiwa yang luar biasa.”65 Haji adalah suatu transformasi prinsip dan
langkah secara total (Tawaf), konsistensi perjuangan sa`i, evaluasi dan visualisasi
serta mengenal jati diri spiritual ketika wukuf. Haji juga merupakan suatu pelatihan
sinergi dalam skala tertinggi, dan haji adalah persiapan fisik serta mental
menghadapi berbagai tantangan masa depan (lontar jumrah).
4. Pendidikan dan Pelatihan Trainer ESQ serta Syarat-syaratnya
63 Ibid., h. 329 64 Ibid., h. 357 65 Ibid., h. 357
a. Pendidikan dan Pelatihan Trainer ESQ
Terdapat tiga muatan jenjang pendidikan dan pelatihan trainer ESQ 165, yaitu:
1) Wawasan dan sikap mental, yang dimaksud di sini adalah wawasan kelembagaan ESQ. Hal ini menyangkut dalam hal visi dan misi ESQ sendiri. Sebuah Visi ESQ menjadi lembaga Leadership Center kelas dunia yang terkemuka dan independent serta mewujudkan misi yang memberikan kontribusi dalam pembangunan karakter individu dengan menyampaikan “The ESQ Way 165”. Sedangkan sikap mental adalah mendidik trainer yang menjunjung tinggi Tujuh Nilai Dasar ESQ dan mencerminkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2) Kualitas Training, dalam hal ini menyangkut trining skill seperti pemahaman tentang two ways communication, body language dan mind. Lalu meaning full training (pemaknaan) yang artinya trainer harus mampu merasakan sedalam mungkin apa yang akan disampaikan.
3) Relationship, yaitu kemampuan marketing trainer ESQ, relationship diajarkan kepada trainer berfungsi agar peserta mengetahui bahwa training ini merupakan sesuatu yang berbeda dari training lainnya. Dengan menampilkan dan menghadirkan sesuatu hal yang unik dalam training ini.66
b. Syarat-syarat Trainer ESQ
Pelatih atau trainer yang baik, harus memenuhi beberapa syarat Training ESQ
yang sebelumnya telah dipaparkan bahwa training ini merupakan training SDM
namun melatih peserta melalui nilai spiritualnya. Agar training ini berjalan dengan
baik, kekuatan atau kunci keberhasilannya adalah terletak pada para trainer ESQ
sendiri. Adapun syarat untuk menjadi pelatih atau training ESQ adalah sebagai
berikut:
1) Teaching Skills Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan untuk mendidik atau
mengajarkan, membimbing, memberikan petunjuk, dan mentransfer pengetahuannya kepada peserta. Sebelum menjadi trainer ESQ, biasanya tim training ESQ Leadership Center memberikan banyak pelatihan kepada calon-calon trainer. Teaching skills atau kecakapan mendidik atau mengajar merupakan salah satu muatan materi pelatihan calon trainer yang diberikan. 2) Communication Skills
Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif. Training ESQ ini, training yang tidak diperkenankan bagi pesertanya untuk mencatat materi yang disampaikan. Sehingga kecakapan berkomunikasi trainer memang sangat menuntut agar materi yang disampaikan benar-benar sempurna. Ada sesuatu hal yang unik jika dilihat melalui communication skills. Training ESQ memiliki dua dimensi komunikasi dalam
66 Ratih Damayanti, Skripsi Pola Komunikasi dalam Training ESQ 165, Thn. 2008, h. 56-57
penyampaian pesan. Komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal yang terlihat dalam training ESQ adanya Tanya-jawab antara peserta dan trainer, sedangkan komunikasi non verbal terlihat dalam teknik penyampaian materi dengan menggunakan dimensi rasa, yang artinya melibatkan keterkaitan suatu emosi antara trainer dan peserta. Sehingga trainer seakan-akan merasakan apa yang dirasakan peserta. Hal inilah yang menyebabkan peserta tidak merasa bosan di dalam ruangan training. 3) Personality Authority
Seorang pelatih harus memiliki kewibawaan terhadap peserta, ia harus berperilaku baik, sifat dan kepribadiannya disenangi, kemampuan dan kecakapannya diakui. Kewibawaan dan penampilan merupakna salah satu syarat untuk menjadi trainer ESQ. Suatu tradisi yang selalu diterapkan dalam training ini adalah kekeluargaan, sebelum training dimulai peserta dibiasakan untuk “Salam Semut” sesama peserta dan antara trainer dan peserta. Menurut pengamatan, trainer menciptakan nilai plus melalui penampilan yang rapih serta menampakkan ekspresi wajah yang menyenangkan dengan kontak mata dan selalu tersenyum di sela-sela pemberian materi ataupun ketika simulasi. Tentu saja hal ini akan menambah kedekatan dan memberikan penilaian tersendiri dari peserta. 4) Technical Competent
Secara teknik, trainer ESQ juga diberikan pelatihan secara khusus selama tiga bulan sebelum dinobatkan atau diangkat sebagai trainer. Ada beberapa tahapan untuk menjadi trainer ESQ, yaitu: EO (Event Organizer), asisten trainer, lalu trainer. 5) Stabilitas Emosi
Ada keunikan tersendiri yang dimiliki training ESQ, dimana trainer dilatih bukan saja harus memiliki kecakapan menguasai materi. Namun dalam training ini trainer harus mampu bermain pada dimensi rasa. Fungsinya agar peserta mampu menyerap materi bukan saja dalam tataran IQ saja. Stabilitas emosi ini tentu sangat dijaga oleh para trainer, karena mereka sangat memegang Tujuh Nilai Dasar ESQ yaitu: Jujur, Tanggung jawab, Visioner, Kerja Sama, Adil dan Peduli. Melalui dasar ini, trainer mampu menjaga emosinya ketika berada dalam ruangan training, tidak adanya menjatuhkan apalagi bersikap mencela para peserta.67
67 Ibid., h. 51-56
BAB IV ANALISIS PENGARUH TRAINING ESQ TERHADAP KEPEMIMPINAN SISWA
SMA NEGERI 28 JAKARTA A. Pengaruh Tujuh Nilai Dasar Terhadap Kepemimpinan Siswa SMA Negeri 28
Jakarta
1. Responden
Responden merupakan siswa kelas XI yang menjadi pengurus OSIS dan telah
mengikuti Training ESQ angkatan ke-3 di SMAN 28 Jakarta tahun 2008. Adapun siswa kelas
XI yang menjadi pengurus OSIS dan telah mengikuti Training ESQ sebanyak 28 orang.
Tabel 1 Usia
No Usia Frekuensi Prosentase (%) 1 17 13 46.63 % 2 16 15 53.57 % Total 28 responden 100 % Berdasarkan tabel 1, didapatkan bahwa jumlah responden yang berusia 17 tahun
sebanyak 13 orang atau setara dengan 46.63 % sedangkan responden yang berusia 16 tahun
sebanyak 15 orang atau setara dengan 53.57 %. Sehingga dari sini dapat dilihat bahwa usia
responden tergolong remaja.
Tabel 2 Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%) 1 Pria 12 42.86 % 2 Perempuan 16 57.14 % Total 28 responden 100 % Berdasarkan tabel 2, didapatkan bahwa jumlah responden pria sebanyak 12 orang atau
setara dengan 42.86 % sedangkan responden perempuan sebanyak 16 orang atau setara
dengan 57.14 %.
Tabel 3 Frekuensi Mengikuti Training
No Frekuensi Mengikuti Training Frekuensi Prosentase (%) 1 1 x 16 57.14 % 2 2 x 6 21.43 % 3 3 x 5 17.86 % 4 4 x 1 3.57 %
Total 28 responden 100 % Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa 16 responden atau 57.14 % menyatakan telah
mengikuti Training ESQ sebanyak 1 kali, 6 responden atau 21.43 % menyatakan telah
mengikuti Training ESQ sebanyak 2 kali, 5 responden atau 17.86 % menyatakan telah
mengikuti Training ESQ sebanyak 3 kali, dan 1 responden atau 3.57 % menyatakan telah
mengikuti Training ESQ sebanyak 4 kali.
Tabel 4 Pengetahuan siswa mengenai 7 Nilai Dasar
No Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%) 1 Tahu 28 100 % 2 Tidak tahu 0 0 % Total 28 responden 100 % Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa 28 responden atau setara dengan 100 %
menyatakan mereka mengetahui 7 Nilai Dasar yang terdapat dalam Training ESQ. Sehingga
dari sini juga dapat diketahui bahwa seluruh responden mengetahui 7 Nilai Dasar yang
terdapat dalam Training ESQ yang akan peneliti teliti guna mengetahui pengaruh 7 Nilai
Dasar ini terhadap kepemimpinan mereka.
Tabel 5 Pendapat siswa mengenai Training ESQ
No Pendapat siswa Frekuensi Prosentase (%) 1 Sangat Bagus 15 53.57 % 2 Biasa Saja 3 10.71 % 3 Bagus 10 35.71 % 4 Tidak Bagus 0 0 % Total 28 responden 100 %
Dengan melihat tabel 5, dapat diketahui respon siswa kelas XI yang menjadi pengurus
OSIS di SMAN 28 Jakarta terhadap pendapat mereka mengenai Training ESQ yaitu, 15
responden atau 53.57 % mengatakan sangat bagus, 3 responden atau 10.71 % mengatakan
biasa saja, dan 10 responden atau 35.71 % mengatakan bagus serta tidak ada responden yang
mengatakan tidak bagus.
Dari keterangan di atas, maka sebagian besar siswa-siswi mengatakan bahwa Training
ESQ sangat bagus.
2. Kepemimpinan dan Organisasi
Tabel 6 Setiap orang adalah pemimpin
No Setiap orang pemimpin Frekuensi Prosentase (%) 1 Setuju 28 100 % 2 Tidak setuju 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 6, terdapat 28 responden atau setara dengan 100 % yang
menyatakan setuju dari tingkat pemahaman responden mengenai setiap orang adalah
pemimpin.
Tabel 7 Pemahaman tentang Kepemimpinan
No Pemahaman kepemimpinan Frekuensi Prosentase (%) 1 Kekuasaan 4 14.29 % 2 Kerjasama 1 3.57 % 3 Proses memberi pengaruh dan
semangat kepada bawahan 22 78.57 %
4 Memerintah 1 3.57 % Total 28 responden 100 %
Dari tabel 7, dapat dilihat bahwa banyak responden yang memiliki pemahaman
sendiri tentang pengertian kepemimpinan. Responden yang menyatakan kepemimpinan
adalah sebagai kekuasaan sebanyak 4 orang atau setara dengan 14.29 %, sedangkan
responden yang menyatakan kepemimpinan adalah suatu kerjasama sebanyak 1 orang atau
setara dengan 3.57 %, dan 22 orang atau setara dengan 78.57 % menyatakan kepemimpinan
adalah proses memberi pengaruh dan semangat pada bawahan , serta 1 orang atau setara
dengan 3.57 % menyatakan kepemimpinan adalah memerintah.
Dengan persentase ini dapat dijelaskan bahwa pemahaman siswa-siswi SMAN 28
lebih banyak memahami kepemimpinan adalah sebagai proses memberi pengaruh dan
semangat kepada bawahannya sehingga kepemimpinannya berjalan dengan teratur, penuh
dengan tanggung jawab, dan bersemangat.
Tabel 8 Fungsi kepemimpinan
No Fungsi kepemimpinan Frekuensi Prosentase (%) 1 Kerjasama 6 21.43 % 2 Memanfaatkan kekuasaan 2 7.14 % 3 Memandu, membimbing, dan
memberi motivasi 20 71.43 %
4 mengatur 0 0 % Total 28 responden 100 %
Dari tabel 8, mengenai fungsi kepemimpinan dapat dilihat bahwa 6 responden atau
21.43 % menyatakan sebagai kerjasama, 2 responden atau 7.14 % menyatakan sebagai
memanfaatkan kekuasaan, dan 20 responden atau 71.43 % menyatakan sebagai memandu,
membimbing dan memberi motivasi, serta tidak ada yang mengatakan sebagai mengatur.
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa menurut mereka fungsi
kepemimpinan adalah sebagai pemandu, pembimbing dan pemberi motivasi.
Tabel 9 Pengalaman Berorganisasi
No Pengalaman Berorganisasi Frekuensi Prosentase (%) 1 Pernah 27 96.43 % 2 Tidak pernah 1 3.57 % Total 28 responden 100 %
Dari tabel 9, dapat dilihat bahwa 27 responden atau 96.43 % menyatakan pernah
berorganisasi dan 1 responden atau 3.57 % menyatakan belum pernah berorganisasi sebelum
menjadi pengurus OSIS di SMAN 28 Jakarta.
Dari keterangan di atas, maka sebagian besar pelajar meyatakan bahwa sebelumnya
mereka sudah pernah berorganisasi.
Tabel 10 Manfaat Organisasi
No Manfaat organisasi Frekuensi Prosentase (%) 1 Kerjasama 6 21.43 % 2 Memperbanyak jaringan 4 14.29 % 3 Pengalaman 9 32.14 % 4 Aktualsasi diri 9 32.14 %
Total 28 responden 100 % Dari tabel 10, dapat dilihat bahwa 6 responden atau 21.43 % menyatakan bahwa
manfaat organisasi adalah kerjasama, 4 responden atau 14.29 % menyatakan manfaat
organisasi sebagai ajang memperbanyak jaringan, dan 9 responden atau 32.14 % menyatakan
manfaat organisasi adalah sebagai pengalaman, serta 9 responden atau 32.14 % menyatakan
manfaat organisasi adalah sebagai aktualisasi diri.
3. Kepemimpinan siswa sebelum mengikuti Training ESQ
Tabel 11 Kejujuran
No Kejujuran Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 10 35.71 % 2 Kadang-kadang 7 25 % 3 Sering 11 39.29 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 11, mengenai sikap kejujuran di dalam kepemimpinan mereka
sebelum mengikuti Training ESQ, dapat dilihat bahwa 10 responden atau 35.71 %
menyatakan selalu jujur, 7 responden atau 25 % menyatakan kadang-kadang berlaku jujur ,
dan 11 responden atau 39.29 % meyatakan sering bersikap jujur, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah jujur sebelum mengikuti Training ESQ.
Tabel 12 Tanggung jawab
No Tanggungjawab Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 12 42.86 % 2 Kadang-kadang 7 25 % 3 Sering 9 32.14 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 12, mengenai diksp tanggungjawab dalam kepemimpinan mereka
sebelum mengikuti Training ESQ, dapat dilihat bahwa 12 responden atau 42.86 %
menyatakan selalu bertanggungjawab, 7 responden atau 25 % menyatakan kadang-kadang
bertanggungjawab, dan 9 responden atau 32.14 % menyatakan sering bersikap tanggung
jawab, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah bertanggungjawab sebelu mengikuti
Training ESQ.
Tabel 13 Visioner
No Visioner Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 10 35.71 % 2 Kadang-kadang 6 21.43 % 3 Sering 12 42.86 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 13, mengenai sikap visioner terhadap kepemimpinan mereka
sebelum mengikuti Training ESQ, dapat dilihat bahwa 10 responden atau 35.71 %
menyatakan selalu bersikap visioner, 6 responden atau 21.43 % menyatakan kadang-kadang
bersikap visioner, dan 12 responden atau 42.86 % menyatakan sering bersikap visioner, dan
tidak ada yang menjawab tidak pernah bersikap visioner sebelu mengikuti Training ESQ.
Tabel 14 Kedisiplinan
No Kedisiplinan Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 9 32.14 % 2 Kadang-kadang 4 14.29 % 3 Sering 15 53.57 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 14, mengenai sikap kedisiplinan terhadap kepemimpinan mereka
sebelum mengikuti Training ESQ, dapat dilihat bahwa 9 responden atau 32.14 % menyatakan
selalu bersikap disiplin, 4 responden atau 14.29 % menyatakan kadang-kadang bersikap
disiplin, dan 15 responden atau 53.57 % menyatakan sering bersikap disiplin, dan tidak ada
yang menjawab tidak pernah bersikap disiplin sebelu mengikuti Training ESQ.
Tabel 15 Kerjasama
No Kerjasama Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 9 32.14 % 2 Kadang-kadang 3 10.71 % 3 Sering 16 57.14 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 15, mengenai sikap kerjasama dalam kepemimpinan mereka
sebelum mengikuti Training ESQ, dapat dilihat bahwa 9 responden atau 32.14 % menyatakan
selalu bekerjasama, 3 responden atau 10.71 % menyatakan kadang-kadang bekerjasama, dan
16 responden atau 57.14 % menyatakan sering bekerjasama, dan tidak ada yang menjawab
tidak pernah bekerjasama sebelu mengikuti Training ESQ.
Tabel 16 Keadilan
No Keadilan Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 8 28.57 % 2 Kadang-kadang 6 21.43 % 3 Sering 14 50 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 15, mengenai sikap keadilan dalam kepemimpinan mereka sebelum
mengikuti Training ESQ, dapat dilihat bahwa 8 responden atau 28.57 % menyatakan selalu
bersikap adil, 6 responden atau 21.43 % menyatakan kadang-kadang bersikap adil, dan 14
responden atau 50 % menyatakan sering bersikap adil, dan tidak ada yang menjawab tidak
pernah bersikap adil sebelum mengikuti Training ESQ.
Tabel 17 Kepedulian
No Kepedulian Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 8 28.57 % 2 Kadang-kadang 8 28.57 % 3 Sering 12 42.86 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 17, mengenai sikap kepedulian dalam kepemimpinan mereka
sebelum mengikuti Training ESQ, dapat dilihat bahwa 8 responden atau 28.57 % menyatakan
selalu peduli, 8 responden atau 28.57 % menyatakan kadang-kadang peduli, dan 12
responden atau 42.86 % menyatakan sering besikap peduli, dan tidak ada yang menjawab
tidak pernah peduli sebelum mengikuti Training ESQ.
Table 18 Rekapitulasi hasil tabel 11 – tabel 17 mengenai Kepemimpinan Siswa sebelum
Mengikuti Training ESQ
No 7 Nilai Dasar Variabel Frekuensi Prosentase (%)
1 Jujur
Selalu 10 35.71 % Kadang-kadang 7 25 %
Sering 11 39.29 %
Tidak pernah 0 0 %
2 Tanggungjawab
Selalu 12 42.86 % Kadang-kadang 7 25 %
Sering 9 32.14 %
Tidak pernah 0 0 %
3 Visioner
Selalu 10 35.71 % Kadang-kadang 6 21.43 %
Sering 12 42.86 %
Tidak pernah 0 0 %
4 Disiplin
Selalu 9 32.14 % Kadang-kadang 4 14.29 %
Sering 15 53.57 %
Tidak pernah 0 0 %
5 Kerjasama
Selalu 9 32.14 % Kadang-kadang 3 10.71 %
Sering 16 57.14 %
Tidak pernah 0 0 %
6 Adil
Selalu 8 28.57 % Kadang-kadang 6 21.43 %
Sering 14 50 %
Tidak pernah 0 0 %
7 Peduli
Selalu 8 28.57 % Kadang-kadang 8 28.57 %
Sering 12 42.86 %
Tidak pernah 0 0 %
Dari tabel 11 sampai 17 dapat dilihat bahwa kepemimpinan siswa sebelum mengikuti
Training ESQ dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dikarenakan dari 28 siswa yang menjawab
jujur dalam menjalankan kepemimpinannya sebelum mengikuti Training terdapat 10 siswa
yang menjawab selalu, 11 siswa sering, dan 7 siswa kadang-kadang. Untuk yang
bertanggungjawab terdapat 12 siswa yang menjawab selalu, 9 siswa sering, dan 7 siswa
kadang-kadang. Untuk yang menjawab bersikap visioner terdapat 10 siswa yang menjawab
selalu, 12 siswa sering, dan 6 siswa kadang-kadang. Untuk kedisiplinan terdapat 9 siswa yang
menjawab selalu, 15 siswa sering, 4 siswa kadang-kadang. Yang mendahulukan kerjasama
terdapat 9 siswa yang menjawab selalu, 16 siswa sering, dan 3 siswa kadang-kadang. Untuk
yang berlaku adil terdapat 8 siswa yang menjawab selalu, 14 siswa sering, dan 6 siswa
kadang-kadang. Serta yang menjawab peduli terdapat 8 siswa yang menjawab selalu, 12
siswa sering, dan 8 siswa kadang-kadang.
Untuk mengetahui peningkatan perilaku-perilaku ini maka dibutuhkan penelitian agar
mengetahui sejauh mana keefektifan Training ESQ ini terhadap kepemimpinan siswa SMAN
28 Jakarta. Dan hasilnya sebagai beikut.
4. Kepemimpinan siswa sesudah mengikuti Training ESQ
Tabel 19 Kejujuran
No Kejujuran Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 13 46.63 % 2 Kadang-kadang 4 14.29 % 3 Sering 11 39.29 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 19, mengenai pengaruh kejujuran yang terdapat dalam Training
ESQ terhadap kepemimpinan mereka, dapat dilihat bahwa 13 responden atau 46.63 %
menyatakan selalu jujur setelah mengikui Training ESQ, 4 responden atau 14.29 %
menyatakan kadang-kadang berlaku jujur setelah mengikuti Training ESQ, dan 11 responden
atau 39.29 % menyatakan sering bersikap jujur setelah mengikuti traning ESQ, dan tidak ada
yang menjawab tidak pernah jujur setelah mengikuti training ESQ.
Berdasarkan tabel 11 dan tabel 19 maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh
kejujuran yang terdapat dalam training ESQ terhadap kepemimpinan mereka, berpengaruh
positif. Karena sebelum mengikuti training 10 responden atau 35.71 % menyatakan selalu
bersikap jujur dan setelah mengikuti trining bertambah 3 responden menjadi 13 responden
atau 46.63 %. Sedangkan terjadi penurunan untuk yang menyatakan kadang-kadang jujur,
dari 7 responden atau 25 % menjadi 4 responden atau 14.29 %. Sedangkan yang menjawab
sering tidak terjadi perubahan yaitu 11 responden atau 39.29 %
Tabel 20 Tanggungjawab
No Tanggungjawab Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 14 50 % 2 Kadang-kadang 2 7.14 % 3 Sering 12 42.86 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 20, mengenai pengaruh tanggungjawab yang terdapat dalam
training ESQ terhadap kepemimpinan mereka, dapat dilihat bahwa 14 responden atau 50%
menyatakan selalu bertanggungjawab setelah mengikui Training ESQ, 2 responden atau 7.14
% menyatakan kadang-kadang bertanggungjawab setelah mengikuti Training ESQ, dan 12
responden atau 42.86 % menyatakan sering bersikap bertanggungjawab setelah mengikuti
traning ESQ, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah bertanggungjawab setelah mengikuti
training ESQ.
Berdasarkan tabel 12 dan tabel 20, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh
tanggungjawab yang terdapat pada 7 Nilai Dasar dalam Training ESQ terhadap
kepemimpinan mereka, berpengaruh sangat positif. Karena sebelum mengikuti training 12
responden atau 42.86 % menyatakan selalu bersikap bertanggungjawab dan setelah mengikuti
trining bertambah 2 responden menjadi 14 responden atau 50 %. Sedangkan yang menjawab
sering bertanggungjawab terjadi peningkatan juga yaitu dari yang sebelumnya 9 responden
atau 32.14 % bertambah 3 responden menjadi 12 responden atau 42.86 %. Sedangkan terjadi
penurunan untuk yang menyatakan kadang-kadang bertanggungjawab, dari 7 responden atau
25 % menjadi 2 responden atau 7.14 %.
Tabel 21 Visioner
No Visioner Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 12 42.86 % 2 Kadang-kadang 1 3.57 % 3 Sering 15 53.57 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 21, mengenai pengaruh sikap visioner yang terdapat dalam training
ESQ terhadap kepemimpinan mereka, dapat dilihat bahwa 12 responden atau 42.86 %
menyatakan selalu bersikap visioner setelah mengikuti Training ESQ, 1 responden atau 3.57
% menyatakan kadang-kadang bersikap visioner setelah mengikuti Training ESQ, dan 15
responden atau 53.57 % menyatakan sering bersikap visioner setelah mengikuti Traning
ESQ, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah bersikap visioner setelah mengikuti
Training ESQ.
Dari data tabel 13 dan tabel 21, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh
sikap visioner yang terdapat pada 7 Nilai Dasar dalam Training ESQ terhadap kepemimpinan
mereka, berpengaruh sangat positif. Karena sebelum mengikuti Training 10 responden atau
35.71 % menyatakan selalu memiliki sikap visioner dan setelah mengikuti Trining bertambah
2 responden menjadi 12 responden atau 42.86 %. Sedangkan yang menjawab sering bersikap
visioner terjadi peningkatan juga yaitu dari yang sebelumnya 12 responden atau 42.86 %.
bertambah 3 responden menjadi 15 responden atau 53.57 %. Sedangkan terjadi penurunan
untuk yang menyatakan kadang-kadang memiliki sikap visioner, dari 6 responden atau 21.43
% menjadi 1 responden atau 3.57 %.
Tabel 22
Kedisiplinan No Kedisiplinan Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 15 53.57 % 2 Kadang-kadang 1 3.57 % 3 Sering 12 42.86 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 22 di atas, mengenai pengaruh sikap kedisiplinan yang terdapat
dalam Training ESQ terhadap kepemimpinan mereka, dapat dilihat bahwa 15 responden atau
53.57 % menyatakan selalu bersikap disiplin setelah mengikuti Training ESQ, 1 responden
atau 3.57 % menyatakan kadang-kadang bersikap disiplin setelah mengikuti Training ESQ,
dan 12 responden atau 42.86 % menyatakan sering bersikap disiplin setelah mengikuti
Traning ESQ, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah disiplin setelah mengikuti Training
ESQ.
Dari hasil tabel 14 dan tabel 22, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh
sikap kedisiplinan yang terdapat pada 7 Nilai Dasar dalam Training ESQ terhadap
kepemimpinan mereka, berpengaruh sangat positif. Karena data di atas menerangkan bahwa
sebelum mengikuti Training 9 responden atau 32.14 % menyatakan selalu disiplin dan setelah
mengikuti Trining bertambah 6 responden menjadi 15 responden atau 53.57 %. Sedangkan
yang menjawab sering bersikap disiplin terjadi penurunan yaitu dari yang sebelumnya 15
responden atau 53.57 %. berkurang 3 responden menjadi 12 responden atau 42.86 %.
Sedangkan yang menyatakan kadang-kadang disiplin juga mengalami penurunan dari 4
responden atau 14.29 % menjadi 1 responden atau 3.57 %.
Tabel 23 Kerjasama
No Kerjasama Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 12 42.86 % 2 Kadang-kadang 1 3.57 % 3 Sering 15 53.57 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 23 di atas, mengenai pengaruh sikap kerjasama yang terdapat
dalam Training ESQ terhadap kepemimpinan mereka, dapat dilihat bahwa 12 responden atau
42.86 % menyatakan selalu bekerjasama setelah mengikuti Training ESQ, 1 responden atau
3.57 % menyatakan kadang-kadang suka bekerjasama setelah mengikuti Training ESQ, dan
15 responden atau 53.57 % menyatakan sering bekerjasama setelah mengikuti Traning ESQ,
dan tidak ada yang menjawab tidak pernah bekerjasama setelah mengikuti Training ESQ.
Dari hasil tabel 15 dan tabel 23, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh
sikap kerjasama yang terdapat pada 7 Nilai Dasar dalam Training ESQ terhadap
kepemimpinan mereka, berpengaruh sangat positif. Hal ini dibuktikan dengan bertambahnya
3 responden yang menjawab selalu bekerjasama yang semula 9 responden atau 32.14 %
menjadi 12 responden atau 42.86 %. Sedangkan yang menjawab sering bekerjasama tidak
terjadi perubahan, namun yang menjawab kadang-kadang bekerjasama berkurang 3
responden yang sebelumnya 4 responden atau 14.29 % menjadi 1 responden atau 3.57 %.
Tabel 24 Keadilan
No Keadilan Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 10 35.71 % 2 Kadang-kadang 3 10.71 % 3 Sering 15 53.57 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 24 di atas, mengenai pengaruh sikap keadilan yang terdapat dalam
Training ESQ terhadap kepemimpinan mereka, dapat dilihat bahwa 10 responden atau 35.71
% menyatakan bahwa dalam kepemimpinannya selalu bersikap adil setelah mengikuti
Training ESQ, 3 responden atau 10.71 % menyatakan dalam kepemimpinannya kadang-
kadang bersikap adil setelah mengikuti Training ESQ, dan 15 responden atau 53.57 %
menyatakan sering bersikap adil setelah mengikuti Traning ESQ, dan tidak ada yang
menjawab tidak pernah adil dalam memimpin setelah mengikuti Training ESQ.
Dari hasil tabel 16 dan tabel 24, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh
sikap adil yang terdapat pada 7 Nilai Dasar dalam Training ESQ terhadap kepemimpinan
mereka, berpengaruh sangat positif. Hal ini dibuktikan dengan bertambahnya 2 responden
yang menjawab dalam kepemimpinannya selalu adil, yang semula 8 responden atau 28.57 %
menjadi 10 responden atau 35.71 %. Sedangkan yang menjawab sering bersikap adil
bertambah 1 responden, dari 14 responden atau 50 % menjadi 15 responden atau 53.57 %,
namun yang menjawab dalam memimpin kadang-kadang bersikap adil berkurang 3
responden yang sebelumnya 6 responden atau 21.43 % menjadi 3 responden atau 10.71 %.
Tabel 25 Kepedulian
No Kepedulian Frekuensi Prosentase (%) 1 Selalu 13 46.63 % 2 Kadang-kadang 3 10.71 % 3 Sering 12 42.86 % 4 Tidak pernah 0 0 % Total 28 responden 100 %
Berdasarkan tabel 25 di atas, mengenai pengaruh sikap kepedulian yang terdapat
dalam Training ESQ terhadap kepemimpinan mereka, dapat dilihat bahwa 13 responden atau
46.63 % menyatakan dalam memimpin selalu peduli setelah mengikuti Training ESQ, 3
responden atau 10.714 % menyatakan kadang-kadang peduli setelah mengikuti Training
ESQ, dan 12 responden atau 42.86 % menyatakan sering bersikap peduli setelah mengikuti
Traning ESQ, dan tidak ada yang menjawab tidak pernah peduli setelah mengikuti Training
ESQ.
Dari hasil tabel 17 dan tabel 25, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh
sikap kepedulian yang terdapat pada 7 Nilai Dasar dalam Training ESQ terhadap
kepemimpinan mereka, berpengaruh sangat positif. Hal ini dibuktikan dengan bertambahnya
5 responden yang menjawab selalu peduli yang semula 8 responden atau 28.57 % menjadi 13
responden atau 46.63. Sedangkan yang menjawab sering bersikap peduli tidak terjadi
perubahan yaitu 12 responden atau 42.86 %, namun yang menjawab kadang-kadang peduli
berkurang 5 responden yang sebelumnya 8 responden atau 28.57 % menjadi 3 responden atau
10.71 %.
Table 26 Rekapitulasi hasil tabel 19 - tabel 25 mengenai Kepemimpinan Siswa sesudah
Mengikuti Training ESQ No 7 Nilai Dasar Variabel Frekuensi Prosentase (%)
1 Jujur
Selalu 13 46.63 % Kadang-kadang 4 14.29 %
Sering 11 39.29 %
Tidak pernah 0 0 %
2 Tanggungjawab
Selalu 14 50 % Kadang-kadang 2 7.14 %
Sering 12 42.86 %
Tidak pernah 0 0 %
3 Visioner
Selalu 12 42.86 % Kadang-kadang 1 3.57 %
Sering 15 53.57 %
Tidak pernah 0 0 %
4 Disiplin
Selalu 15 53.57 % Kadang-kadang 1 3.57 %
Sering 12 42.86 %
Tidak pernah 0 0 %
5 Kerjasama
Selalu 12 42.86 % Kadang-kadang 1 3.57 %
Sering 15 53.57 %
Tidak pernah 0 0 %
6 Adil
Selalu 10 35.71 % Kadang-kadang 3 10.71 %
Sering 15 53.57 %
Tidak pernah 0 0 %
7 Peduli
Selalu 13 46.63 % Kadang-kadang 3 10.71 %
Sering 12 42.86 %
Tidak pernah 0 0 %
Sehingga dari tabel 19 sampai 25 dapat diambil kesimpulan bahwa Training ESQ
berpengaruh sangat baik terhadap kepemimpinan siswa. Hal ini dapat dilihat dari
bertambahnya siswa yang menjawab selalu jujur dari yang sebelumnya 10 siswa menjadi 13
siswa, selalu bertanggungjawab dari yang sebelumnya 12 siswa menjadi 14 siswa, selalu
bersikap visioner dari yang sebelumnya 10 siswa menjadi 12 siswa, selalu disiplin dari yang
sebelumnya 9 siswa menjadi 15 siswa, selalu mendahulukan kerjasama dari yang sebelumnya
9 siswa menjadi 12 siswa, selalu adil dari yang sebelumnya 8 siswa menjadi 10 siswa dan
selalu peduli dari yang sebelumnya 8 siswa menjadi 13 siswa.
Hal ini juga dapat dilihat dari kurangnya siswa yang menjawab kadang-kadang jujur
dari yang sebelumnya 7 siswa berkurang menjadai 4 siswa, kadang-kadang
bertanggungjawab dari yang sebelumnya 7 siswa berkurang menjadi 2 siswa, kadang-kadang
bersikap visioner dari yang sebelumnya 6 siswa berkurang menjadi 1 siswa, kadang-kadang
disiplin dari yang sebelumnya 4 siswa berkurang menjadi 1 siswa, kadang-kadang
mendahulukan kerjasama dari yang sebelumnya 4 siswa berkurang menjadi 1 siswa, kadang-
kadang bersikap adil dari yang sebelumnya 6 siswa berkurang menjadi 3 siswa, dan kadang-
kadang peduli dari yang sebelumnya 8 siswa berkurang menjadi 3 siswa.
B. Tujuh Nilai Dasar yang Berpengaruh Besar Terhadap Kepemimpinan Siswa SMA
Negeri 28 Jakarta
Setelah menghitung dan mengetahui pengaruh 7 Nilai Dasar yang ada dalam Training
ESQ terhadap Kepemimpinan Siswa SMA Negeri 28 Jakarta dan hasilnya ternyata sangat
baik / positif maka menurut saya perlu kiranya untuk mengetahui Nilai-nilai Dasar yang
berpengaruh besar terhadap kepemimpinan mereka.
Pada kesempatan ini para responden menyebutkan secara berurut empat dari Tujuh
Nilai Dasar yang berpengaruh besar terhadap kepemimpinan mereka. Adapun hasilnya
sebagai berikut.
Tabel 27 Urutan Pertama
No 7 Nilai Dasar Frekuensi Prosentase (%) 1 2 3 4 5 6 7
Jujur Tanggung jawab Visioner Disiplin Kerjasama Adil Peduli
19 3 1 1 0 3 1
67.86 % 10.71 % 3.57 % 3.57 %
0 % 10.71 % 3.57 %
Dari hasil tabel 27 untuk urutan pertama, dapat dilihat bahwa responden yang
menyatakan Jujur sebanyak 19 responden atau 67.86 %, yang menyatakan Tanggung jawab
sebanyak 3 responden atau 10.71 %, yang menyatakan Visioner sebanyak 1 responden atau
3.57 %, yang menyatakan Disiplin sebanyak 1 responden atau 3.57 %, yang menjawab
Kerjasama tidak ada, dan yang menjawab Adil sebanyak 3 responden atau 10.71 %, serta
yang menjawab Peduli sebanyak 1 responden atau 3.57 %.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan
Kejujuran adalah urutan pertama yang sangat berpengaruh terhadap kepemimpinan mereka.
Tabel 28 Urutan Kedua
No 7 Nilai Dasar Frekuensi Prosentase (%) 1 Jujur 2 7.14 %
2 3 4 5 6 7
Tanggung jawab Visioner Disiplin Kerjasama Adil Peduli
4 5 3 2 11 1
14.29 % 17.86 % 10.71 % 7.14 %
39.29 % 3.57 %
Dari hasil tabel 28 untuk urutan kedua, dapat dilihat bahwa responden yang
menyatakan Jujur sebanyak 2 responden atau 7.14 %, yang menyatakan Tanggungjawab
sebanyak 4 responden atau 14.29 %, yang menyatakan Visioner sebanyak 5 responden atau
17.86 %, yang menyatakan Disiplin sebanyak 3 responden atau 10.71 %, yang menjawab
Kerjasama sebanyak 2 responden atau 7.14 %, dan yang menjawab Adil sebanyak 11
responden atau 39.29 %, serta yang menjawab Peduli sebanyak 1 responden atau 3.57 %.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan
Adil adalah urutan kedua setelah Kejujuran yang sangat berpengaruh terhadap kepemimpinan
mereka.
Tabel 29 Urutan Ketiga
No 7 Nilai Dasar Frekuensi Prosentase (%) 1 2 3 4 5 6 7
Jujur Tanggung jawab Visioner Disiplin Kerjasama Adil Peduli
1 9 6 7 3 2 0
3.57 % 32.14 % 21.43 %
25 % 10.71 % 7.14 %
0 % Dari hasil tabel 29 untuk urutan ketiga, dapat dilihat bahwa responden yang
menyatakan Jujur sebanyak 1 responden atau 3.57 %, yang menyatakan Tanggung jawab
sebanyak 9 responden atau 32.14 %, yang menyatakan Visioner sebanyak 6 responden atau
21.43 %, yang menyatakan Disiplin sebanyak 7 responden atau 25 %, yang menjawab
Kerjasama sebanyak 3 responden atau 10.71 %, dan yang menjawab Adil sebanyak 2
responden atau 7.14 %, serta yang menjawab Peduli tidak ada.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan
Tanggung jawab adalah urutan ketiga setelah Kejujuran dan Adil yang sangat berpengaruh
terhadap kepemimpinan mereka.
Tabel 30 Urutan Keempat
No 7 Nilai Dasar Frekuensi Prosentase (%) 1 2 3 4 5 6 7
Jujur Tanggung jawab Visioner Disiplin Kerjasama Adil Peduli
3 4 2 8 6 1 4
10.71 % 14.29 % 7.14 %
28.57 % 21.43 % 3.57 %
14.29 % Dari hasil tabel 30 untuk urutan keempat, dapat dilihat bahwa responden yang
menyatakan Jujur sebanyak 3 responden atau 10.71 %, yang menyatakan Tanggung jawab
sebanyak 4 responden atau 14.29 %, yang menyatakan Visioner sebanyak 2 responden atau
7.14 %, yang menyatakan Disiplin sebanyak 8 responden atau 28.57 %, yang menjawab
Kerjasama sebanyak 6 responden atau 21.43 %, dan yang menjawab Adil sebanyak 1
responden atau 3.57 %, serta yang menjawab Peduli sebanyak 4 responden atau 14.29 %.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan
Disiplin adalah urutan keempat setelah Kejujuran, Adil dan Tanggung jawab yang sangat
berpengaruh terhadap kepemimpinan mereka.
Tabel 31 Rekapitulasi hasil tabel 27 - tabel 30 mengenai Tujuh Nilai Dasar yang Berpengaruh
Besar Terhadap Kepemimpinan Siswa SMA Negeri 28 Jakarta
No 7 Nilai Dasar Frekuensi Prosentase (%) 1 2 3 4
Jujur Adil Tanggungjawab Disiplin
19 11 9 8
67.86 % 39.29 % 32.14 % 28.57 %
Berdasarkan hasil tabel 27 sampai 30, mengenai Nilai-nilai Dasar yang berpengaruh
besar terhadap kepemimpinan siswa SMAN 28 Jakarta, maka urutan pertama yang
berpengaruh besar terhadap kepemimpinan mereka adalah jujur, yang kedua adil, yang ketiga
tanggung jawab, dan yang keempat disiplin.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisa mengenai “Pengaruh Training ESQ Leadership Center 165
terhadap Kepemimpinan Siswa SMAN 28 Jakarta” dan untuk menjawab rumusan masalah
dalam skripsi ini, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Training ESQ yang diadakan di SMAN 28 Jakarta dan diikuti oleh semua siswa
memiliki pengaruh yang sangat baik / positif terhadap kepemimpinan siswa. Hal ini
dapat dilihat dari meningkatnya 7 Nilai Dasar dari yang sebelumnya cukup baik
menjadi sangat baik dalam mengemban kepemimpinan di kepengurusan Osis, seperti
siswa yang menjawab selalu jujur dari yang sebelumnya 10 siswa atau 35.71 %
menjadi 13 siswa atau 46.63 %, selalu bertanggungjawab dari yang sebelumnya 12
siswa atau 42.86 % menjadi 14 siswa atau 50 %, selalu disiplin dari yang sebelumnya
9 siswa atau 32.14 % menjadi 15 siswa atau 53.57 %, dan lain sebagainya.
2. Dari 7 Nilai Dasar ini, ada empat nilai dasar yang berpengaruh besar terhadap
kepemimpinan siswa, yaitu: pada urutan pertama sebanyak 19 dari 28 responden atau
67.86 % menjawab jujur, pada urutan kedua sebanyak 11 dari 28 responden atau
39.29 % menjawab adil, pada urutan ketiga sebanyak 9 dari 28 responden atau 32.14
% menjawab tanggungjawab, dan pada urutan keempat sebanyak 8 dari 28 responden
atau 28.57 % menjawab disiplin. Hal ini dikarenakan menurut mereka kejujuran
sangat berperan penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari khususnya dalam
kepemimpinan, kemudian disusul dengan adil, tanggung jawab dan disiplin. 7 Nilai
Dasar yang ada dalam Training ESQ ini disadari atau tidak selalu kita alami dalam
kehidupan sehari-hari. Permasalahannya adalah seberapa jauh / sering kita
menerapkan nilai-nilai ini di kehidupan sehari-hari. ESQ mempunyai visi terciptanya
Peradaban Emas melalui The ESQ Way 165, agar masyarakat di manapun menjadikan
7 Nilai Dasar ini sebagai karakter bangsa sehingga melalui anak-anak bangsa yang
membanggakan, Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik, bangsa yang dihormati
dan bangsa yang patut diperhitungkan di kancah Internasional. Amin.
B. Saran-saran
1. Untuk teman-teman siswa SMAN 28 Jakarta, agar kiranya tetap konsisten dalam
menerapkan 7 Nilai Dasar ini di kehidupan sehari-hari. Yakinlah setiap kebaikan yang
kita lakukan dan tanamkan di kehidupan ini akan mendapatkan imbalan lebih banyak
dari yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
2. Untuk pihak sekolah SMAN 28 Jakarta, selama Training ESQ ini membawa dampak
yang positif bagi sekolah dan siswa maka teruskanlah sehingga anak didik menjadi
berkualitas tidak hanya sehat jasmani dan pandai ilmu pengetahuan (intelektual) saja
namun sehat dan cerdas emosi dan spiritualnya juga.
3. Untuk pihak ESQ, teruskan perjuangan dan tetap konsisten serta perbanyak lagi
training cuma-cuma untuk para da`i, guru, ibu rumah tangga, dan lain sebagainya
sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan bermartabat.
4. Untuk para pembaca, ingatlah kecerdasan emosional dan Intelektual belum cukup
tanpa dilengkapi dengan kecerdasan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual. Jakarta: Arga, 2005.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
_________ ., Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
_________ ., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi VIII. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008. Armstrong, Michael. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia, 1999. Damayanti, Ratih. Skripsi Pola Komunikasi dalam Training ESQ 165. Skripsi. Ciputat: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-
3. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. E, Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah, (konsep, strategi, dan implementasi). Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2002. cet. I Ginanjar, Ary. Membangun Sumber Daya Manusia dengan Kesinergian Antara Kecerdasaan
Spiritual, Emosional, dan Intelektual, ed., Pidato ilmiah Penganugerahan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa, 17 Desember 2007. Yogyakarta: UNY Press, 2007.
Hasibuan, Melayu, S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah Dengan Pendekatan Kualitatif. UIN Jakarta
Press, 2006. cet. ke-1. Husna, Asmara. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985. http://gerakjalanesq.wordpress.com/training-esq-cuma-cuma-untuk-para-ustadz-se-dki. Rabu,
22 Juli 2009. 14:16:10 Irianto, Agus. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana, 2004. cet. ke-1. J, Riberu. Dasar-dasar Kepemimpinan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1992. Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi).
Jakarta: CeQDA, 2007. cet. ke-2.
New Life Options: Buku Panduan SAM Negeri 28 Jakarta Tahun Pelajaran 2008-2009 (T.tp.:
T.pn., t.t). New Life Options: Brosus ESQ Leadership Center Anak-anak, Remaja, Mahasiswa. New Life Options: Brosus ESQ Leadership Center Menuju Indonesia Emas 2020. New Life Option: ESQ Leadership Training. Jakarta: PT. Agra, t.t. Partanto, Pius, A. Kamus Ilmuih Populer. Yogyakarta: Arkola, 1994. Sardjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1997.
cet. VIII. Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1995. cet.
ke-2. Soedibyo, Bambang. Menteri Pendidikan, Wawancara Metro TV. Jakarta, Mei 2004 Sujanto, Bedjo. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (Model Pengelolaan Sekolah Di
Era Otonomi Daerah). Jakarta: CV. Sagung Seto, 2007. cet. I Sutedjo, Made, Wahyu. Manajemen Pembangunan Desa. Surabaya: Usaha Nasional, 1981. S, Faisal. Dasar dan Teknik Penyusunan Angket. Surabaya: Usaha Nasional, 1981. The ESQ Way 165, Menuju Indonesia Emas. Jakarta: PT. Arga Bangun Bangsa. Tim Penyusun. Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta. Tahun Pelajaran 2008-2009. Usman, Husni, dan purnomo Setiadi Akbar. Metodologi penelitian sosial. Jakarta: Bumi
Aksara, 1998. Vrendenbregt, J. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia, 1980.
Nama : Drs. Bahari Lubis Kedudukan : Wakil Kepala Sekolah Bidang
Hubungan Masyarakat Tempat wawancara : Ruang Perpustakaan Hari dan tanggal wawancara : Jum`at, 05 Juni 2009 Jam : 09:45
1. Sudah berapa lama SMAN 28 mengadakan Training ESQ Leadership Center 165? Dari
tahun berapa?
Jawaban : 4 Tahun
2. Apa yang melatarbelakangi diadakannya Training ESQ Leadership Center 165 di SMAN
28?
Jawaban :Kita lihat, bangsa kita inikan butuh lebih loyal kepada bangsanya, loyal
terhadap pimpinannya, jadi amanah dari ESQ itukan ada 7 Nilai Dasar dan materi-materi
yang lainnya. Dengan dasar seluruh gurunya sudah pernah ikut ESQ dan kita lihat sisi
positifnya sehingga kita butuh lalu kita pikir kenapa anak-anak didik kita tidak? Sehingga
kita meng-ESQkan anak-anak didik kita.
3. Siapa saja yang menjadi peserta Training ESQ Leadership Center 165?
Jawaban : Peserta seluruh siswa kelas X. Biasanya dilakukan pada semester I / II. Bagi
mereka-mereka yang sudah menjadi alumni diperbolehkan ikut kembali.
4. Bagaimana pendapat peserta Training ketika diadakan Training ESQ Leadership Center
165?
Jawaban : Sangat bermacam-macam. Yang jelas mereka sangat puas.
5. Menurut Anda adakah perubahan pada peserta Training dari sebelum dan sesudah
mengikuti Training ESQ Leadership Center 165? Seperti apa?
Jawaban : Kita tidak ada penelitian untuk melihat perubahan, perubahan sikap itu
cenderung susah dibanding dengan nilai-nilai yang sudah ada nominalnya. Kadang-
kadang Kita menilai itu bisa subjektif dan yang jelas dengan adanya Training ESQ Kita
lihat ada perubahan sikap anak terhadap orangtuanya. Setelah itu tingkah laku harus
diingatkan terus agar bagaimana ia lebih hormat kepada gurunya. Intinya mereka tahu
kenapa mereka harus hormat.
6. Adakah review dari pihak sekolah mengenai materi Training ESQ?
Jawaban : Selalu ada, jadi pihak ESQ juga menyarankan itu dan biasanya Kita lakukan 2
kali dalam setahun dan tempatnya di masjid.
7. Apa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang pihak sekolah SMAN 28 dalam
mengadakan Training ESQ Leadership Center 165?
Jawaban : Tujuan jangka pendeknya adalah Kita menginginkan adanya perubahan sikap
menuju arah yang lebih positif. Kalau tujuan jangka menengahnya yaitu bagaimana
mereka (siswa) dapat menjalankan misi sekolah kita yaitu maju dalam hal akademik dan
non akademik serta budi pekertinya. Sedangkan tujuan jangka menengahnya sesuai
dengan visi Kita yaitu Menguasai IPTEK Berdasarkan IMTAQ dan Mampu Bersaing
Secara Global.
8. Pesan !!!
Training ESQ jangan Kita lihat lembaganya tetapi lebih-lebih kepada manfaatnya. Kalau
Kita rasakan itu bemanfaat kenapa tidak? Kenapa juga tidak sekolah-sekolah lain
melakukannya dan menurut Saya layaknya ESQ lebih ke sekolah-sekolah lagi.
Pewawancara Yang Diwawancara Eddy Suyanto Drs. Bahari Lubis
Nama : Kharis Kihadian Nafi Kelas : XI IPA A4 Kedudukan : Ketua OSIS Tempat wawancara : Ruang Perpustakaan Hari dan tanggal wawancara : Kamis, 04 Juni 2009 Jam : 10:15 1. Pernahkah Anda mengikuti Training ESQ Leadership Center 165?
Jawaban : Pernah
2. Berapa kali Anda mengikuti Training ESQ Leadership Center 165?
Jawaban : 1 (Satu) kali
3. Kapan kali pertama Anda mengikuti Training ESQ Leadership Center 165? Dimana?
Jawaban : Kelas XI, di SMAN 28 Jakarta
4. Ketika itu siapa saja panitia pelaksana Training ESQ Leadership Center 165?
Jawaban : Pihak sekolah bidang kesiswaan
5. Apa yang Anda rasakan setelah mengikuti Training ESQ Leadership Center 165?
Jawaban : Mendapat wawasan baru dan dengan adanya 7 Nilai Dasar dalam Training
ESQ ini Saya merasa lebih tercerahkan
6. Apa yang Anda dapatkan (manfaat) setelah mengikuti Training ESQ Leadership Center
165?
Jawaban : Dengan adanya 7 Nilai Dasar yang terdapat di dalam Training ESQ
Leadership Center 165 hidup lebih terpandu dan termotifasi untuk lebih baik serta
bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan orang banyak umumnya.
7. Tahukah Anda mengenai Tujuh Nilai Dasar yang ada dalam Training ESQ Leadership
Center 165?
Jawaban : Tahu
8. Apakah Anda paham?
Jawaban : Faham
9. Adakah perubahan yang terjadi dalam diri Anda setelah mengikuti Training ESQ
Leadership Center 165 dan itu berpengaruh pada kepemimpinan Anda?
Jawaban : Pengaruhnya ada. Namun untuk mendapatkan hasil yang maksimal menurut
Saya, Kita harus rutin dalam mengikuti Training ESQ sehingga 7 Nilai Dasar ini benar-
benar tertanam dalam diri Kita dan Kita dapat menerapkan pada diri sendiri lalu
ditularkan kepada bawahan Kita.
10. Bagaimana pengaruh Training ESQ Leadership Center 165 terhadap kepemimpinan
teman-teman organisasi Anda, yang Anda lihat?
Jawaban : sejauh ini yang Saya lihat cukup baik, mereka selalu berusaha menerapkan 7
Nilai Dasar dalam menjalankan kepemimpinan mereka selaku pengurus OSIS.
11. Kapan Anda merasa nilai-nilai ESQ bisa Anda amalkan dalam kepemimpinan Anda
dengan maksimal?
Jawaban : Setiap saat. Misalkan “Adil”, di dalam kepengurusan OSIS ini terdapat 7 seksi
maka Kita harus bersikap adil dengan cara tidak membeda-bedakan antara yang satu
dengan yang lainnya karena 7 Nilai Dasar ini mencangkup semua aspek.
Pewawancara Yang Diwawancara Eddy Suyanto Kharis Kihadian Nafi
Nama : Muhammad Tauhid Kedudukan : Pembina OSIS dan Staf bagian Kesiswaan Tempat wawancara : Ruang Perpustakaan Hari dan tanggal wawancara : Kamis, 04 Juni 2009 Jam : 10:35
1. Sudah berapa tahun Anda menjadi pembimbing OSIS?
Jawaban : Kurang lebih 2 tahun
2. Bagaimana kualitas kepemimpinan OSIS dari tahun ke tahun dan khususnya angkatan
sekarang, yang Bapak perhatikan?
Jawaban : Fluktuatif 2 tahun sebelumnya cukup bagus tapi untuk tahun ini agak kurang
karena pembinaan yang kurang maksimal. Ada beberapa faktor, diantaranya:
a. Pada saat LDKL yang menangani sikap dan mental adalah siswa sendiri dan
bukan dari guru-guru pembimbing.
b. Proses pengrekrutan yang kurang maksimal namun kedepan Kita sudah
persiapkan dan Kita sudah antisipasi.
3. Adakah upaya yang dilakukan Bapak (sebagai pembimbing OSIS) untuk meningkatkan
kepemimpinan OSIS? Seperti apa?
Jawaban : Jelas ada karena kendalanya sudah Kita ketahui. Contohnya: tahun lalu LDKL
ditangani oleh siswa yang notabennya apabila sikap mereka / jiwa kepemimpinan / cara
penyampaian mereka kurang bagus ini akan memberikan hasil kurang maksimal sehingga
kedepan Kita sudah antisipasi yaitu dengan memperhatikan lagi segi akademis,
kepribadian / wibawa, dan format pembinaan.
4. Apa yang Bapak harapkan dari pengurus OSIS berkaitan dengan kepemimpinan?
Jawaban : Yang jelas OSIS menjadi ujung tombak dari sekolah, mereka wakil dari
sekolah. OSIS yang baik yang pandai mengamankan kebijakan sekolah (intinya disitu).
5. Siapa yang paling berperan atas bejalannya kepemimpinan?
Jawaban : Pengurus OSIS sendiri dan Guru serta Pembina.
6. Bagaimana mengukur baik-buruknya kualitas kepemimpinan OSIS?
Jawaban : ada beberapa format :
a. Performance. Maksudnya pemimpin yang baik tidak ingin melecehkan dirinya
sendiri OSIS yang baik tegas tapi tidak kaku dan apabila dia humoris tapi tidak
terlalu mengumbar humor.
b. Pandai membagi / mengatur waktu sehingga tidak ada masalah dengan nilainya.
c. Apabila mendapat tugas ke luar sekolah maka harus dilaksanakan dengan baik
tapi juga ia harusnya sedikit bersedih karena tidak dapat mengikuti kegian belajar
mengajar bukannya bergembira.
7. Kepemimpinan seperti apa yang diterapkan dalam kepengurusan OSIS?
Jawaban : Demokratis. Pandai mengambil keputusan. Pandai mengamankan kebijakan
sekolah. Berwibawa, pandai mempengaruhi orang lain dan professional.
8. Pesan !!!
OSIS kedepan lebih BAIK.
Pewawancara Yang Diwawancara Eddy Suyanto Muhammad Tauhid