pengaruh total quality management, sistem pengukuran ...eprints.ums.ac.id/64750/15/naspub.pdf1...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT, SISTEM
PENGUKURAN KINERJA, REWARD DAN SISTEM
PENGENDALIAN MANAJEMEN TERHADAP KINERJA
MANAJERIAL
(Studi empirisPada RSUD Ir Soekarno Kabupaten Sukoharjo)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi strata 1 pada
jurusan Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi
Oleh:
TITA PRATIWI DAMAYANTI
B 200 150 257
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
1
PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT, SISTEM PENGUKURAN
KINERJA, REWARD DAN SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
TERHADAP KINERJA MANAJERIAL
(Studi Empiris Pada RSUD Ir Soekarno Kabupaten Sukoharjo)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen kualitas total, sistem
pengukuran kinerja, penghargaan dan sistem kontrol manajemen terhadap kinerja
manajerial. Populasi penelitian ini adalah manajer di RSUD Ir Soekarno, Kabupaten
Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh di mana semua anggota
populasi dijadikan sampel. Dengan demikian jumlah sampel yang diteliti oleh 41
manajer dari 45 petugas yang didistribusikan di RSUD Ir Soekarno, Kabupaten
Sukoharjo. Dalam penelitian ini, hipotesis dianalisis menggunakan regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen kualitas total dan
penghargaan mempengaruhi kinerja manajerial, sedangkan sistem pengukuran kinerja
dan sistem kontrol manajemen tidak berpengaruh pada kinerja manajerial.
Kata kunci: Kinerja manajerial, Manajemen Kualitas Total, sistem pengukuran kinerja,
Penghargaan, sistem kontrol manajemen
Abstract
This study aims to determine the effect of total quality management, performance
measurement systems, reward and management control systems on managerial
performance. The population of this study was the manager at the RSUD Ir Soekarno,
Sukoharjo Regency. This study uses a saturated sampling technique where all members
of the population are sampled. Thus the number of samples studied by 45 managers of
RSUD Ir Soekarno, Sukoharjo Regency. In this study, hypotheses were analyzed using
multiple linear regression. The results show that total quality management and rewards
affect managerial performance, while the performance measurement system and
management control system have no effect on managerial performance.
Keywords: Managerial performance, Total Quality Management, Performance
measurement system, Reward, Management control system
1. PENDAHULUAN
Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan biaya
terjangkau dilakukan pemerintah daerah dengan perbaikan secara terus-menerus
(continous improvement) baik dalam bidang administrasi, pelayanan, teknologi
kesehatan dan sebagainya.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indanesia Nomor
228/Menkes/SKIll/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimum
Rumah sakit yang wajib dilaksanakan oleh pemerintahan daerah dan Undang-Undang
2
Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang menyebutkan bahwa
pembangunan kesehatan merupakan salah satu bidang yang wajib dilaksanakan oleh
pemerintah daerah (propinsi) dan bertanggungjawab sepenuhnya dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan dalam meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat.
Keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjang tidak hanya
karena mereka dapat mengembangkan strategi yang baik, tetapi yang lebih penting
adalah karena mereka dapat merancang sistem dan proses yang dapat memberikan
energi kepada karyawan untuk melaksanakan strategi itu secara efektif. Permasalahan
yang kemudian dihadapi adalah bahwa kinerja manajerial yang rendah disebabkan oleh
ketergantungan manajerial terhadap sistem akuntansi manajemen perusahaan yang gagal
dalam penentuan sasaran yang tepat (Agustina et al, 2014).
Organisasi yang didalamnya terdiri dari manajer dan karyawan, tentunya perlu
untuk dimotivasi, diarahkan agar mereka dapat melaksanakan apa yang diharapkan oleh
pemimpinnya. Pemimpin harus mampu memainkan peranan yang sangat penting serta
menentukan usaha pencapaian tujuan organisasi (Mawardani, 2017).
Menurut penelitian Mintje (2013) salah satu pendekatan dalam menghadapi era
globalisasi karena persaingan regional dan global yang semakin ketat ini ialah dengan
menerapkan konsep Total Quality Management (TQM) dalam industri manufaktur dan
jasa serta strategi mempersiapkan diri dengan mengembangkan kualitas karyawan dan
manajer dengan tujuan meningkatkan kualitas proses produksi dan produktivitas secara
optimal dan berkelanjutan.
Untuk dapat mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan suatu perusahaan
dalam menjalankan bisnisnya diperlukan suatu pengukuran kinerja. Sistem pengukuran
kinerja dan sistem penghargaan merupakan alat pengendalian penting yang digunakan
oleh perusahaan untuk memotivasi karyawan agar mencapai tujuan perusahaan dengan
perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.
Menurut penelitian Rusbianti (2013) pengendalian manajemen merupakan
proses dengan mana para manajer mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk
mengimplementasikan strategi organisasi. Pengendalian manajemen merupakan
keharusan dalam suatu organisasi yang mana sistem pengendalian harus sesuai dengan
strategi organisasi.
3
2. METODE
Populasi dalam penelitian ini adalah manajer RSUD Ir Soekarno Kabupaten Sukoharjo.
Karena teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel. Maka sampel dalam penelitian ini adalah manajer
RSUD Ir Soekarno Kabupaten Sukoharjo. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer yaitu kuesioner yang diisi langsung oleh manajer yang ada di RSUD
Ir Soekarno Kabupaten Sukoharjo. Jawaban kuesioner selanjutnya diolah dan diuji
untuk mendapatkan hasil penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linear berganda.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Variabel N Min. Maks. Mean Std. Deviasi
Total Quality Management 41 42 63 52,15 5,452
Sistem Pengukuran Kinerja 41 16 30 24,61 2,635
Reward 41 28 49 38,17 4,914 Sistem Pengendalian Manajemen 41 26 50 41,00 4,567
Kinerja Manajerial 41 24 39 31,56 2,967 Sumber: Data primer yang diolah, 2019
3.1.2 Uji Validitas
Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa semua butir pernyataan tentang 5
variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Total Quality Management (TQM),
sistem pengukuran kinerja (SPK), reward (RWD), sistem pengendalian manajemen
(SPM) dan kinerja manajerial (KM) adalah valid, karena nilai rhitung lebih besar dari
rtabel (0,308).
3.1.3 Uji Reliabilitas
Hasil pengujian reliabilitas terhadap semua variabel dengan Cronbach’s Alpha
menunjukkan bahwa nilai Alpha lebih besar dari 0,6. Oleh karena itu dapat ditentukan
bahwa semua instrumen penelitian yang meliputi Total Quality Management (TQM),
sistem pengukuran kinerja (SPK), reward (RWD), sistem pengendalian manajemen
(SPM) dan kinerja manajerial (KM) adalah reliabel.
4
3.1.4 Uji Normalitas
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov Smirnov Z
p-value Keterangan
Unstandardized residual 0,814 0,521 Data berdistribusi normal
Sumber: Data primer yang diolah, 2019
Berdasarkan hasil pengujian normalitas tersebut diperoleh nilai hitung probabilitas
(Kolmogorov Smirnov Z) sebesar 0,814 dan asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,521
sehingga dapat dikatakan bahwa data pada model regresi adalah normal.
3.1.5 Uji Multikolinearitas
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
TQM 0,442 2,264 Bebas multikolinearitas
SPK 0,340 2,944 Bebas multikolinearitas RWD 0,739 1,353 Bebas multikolinearitas
SPM 0,307 3,253 Bebas multikolinearitas Sumber: Data primer yang diolah, 2019
Hasil dari tabel diatas menunjukkan bahwa masing-masing variabel mempunyai
tolerance value lebih besar dari 0,10 dan VIF kurang dari 10 yang artinya bebas
multikolinearitas.
3.1.6 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dengan uji glejser dpat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Heterokedastisitas
Variabel thitung Sign Keterangan
TQM -0,712 0,481 Bebas heterokedastisitas SPK -0,864 0,393 Bebas heterokedastisitas
RWD -1,368 0,180 Bebas heterokedastisitas
SPM 1,694 0,099 Bebas heterokedastisitas Sumber: Data primer yang diolah, 2019
Hasil daritabel diatas dapat diketahui bahwa masing-masing variable
mempunyai nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semua
variable independen bebas dari masalah heterokedastisitas.
5
3.1.7 Hasil Analisis Regresi Berganda
Persamaan model regresi digunakan untuk mengetahui variable X terhadap Y, dalam hal
ini untuk menguji Total Quality Management, sistem pengukuran kinerja, reward dan
sistem pengendalian manajemen terhadap kinerja manajerial. Hasil pengujian regresi
linear berganda dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Model B Std. Eror Beta t Sig. (constant) 15,375 3,782 4,065 0,000
TQM 0,269 0,096 0,495 2,806 0,008
SPK 0,448 0,226 0,398 1,981 0,055
RWD -0,236 0,082 -0,391 -2,872 0,007
SPM 0,003 0,137 0,005 0,025 0,980
Ttabel R2
= 2,028 = 0,506
Fhitung Sig
= 9,224 = 0,000
Adjusted R2 = 0,451 Sumber: Data primer yang diolah, 2019
Berdasarkan analisis table tersebut dapat dilihat rumus persamaan regresi linear
berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
KM= 15,375+0,269(TQM)+0,448(SPK)-0,236(RWD)+0,003(SPM)
Hasil persamaan regresi linear tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Koefisien konstanta bernilai 15,375 dengan nilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa
Total Quality Management (TQM), sistem pengukuran kinerja (SPK), reward (RWD),
sistem pengendalian manajemen (SPM) dianggap konstan, maka kinerja manajerial
adalah sebesar 15,375. Koefisien regresi Total Quality Management bernilai 0,269
dengan nilai positif. Jika variable Total Quality Management mengalami kenaikan satu
poin, maka kinerja manajerial mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila semakin tinggi Total Quality Management, maka kinerja manajerial akan
semakin meningkat. Sebaliknya, jika semakin rendah Total Quality Management, maka
kinerja manajerial akan semakin menurun. Koefisien regresi sistem pengukuran kinerja
bernilai 0,448 dengan nilai postif. Jika variable sistem pengukuran kinerja mengalami
kenaikan satu poin, maka kinerja manajerial mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa apabila semakin tinggi sisttem pengukuran kinerja, maka kinerja
manajerial akan semakin meningkat. Sebaliknya, jika semakin rendah sistem
pengukuran kinerja, maka kinerja manajerial akan semakin menurun. Koefisien regresi
reward bernilai -0,236 dengan nilai postif. Jika variable reward mengalami kenaikan
6
satu poin, maka kinerja manajerial mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila semakin tinggi reward, maka kinerja manajerial akan semakin menurun.
Sebaliknya, jika semakin rendah reward, maka kinerja manajerial akan semakin
meningkat. Koefisien regresi sistem pengendalian manajemen bernilai 0,003 dengan
nilai postif. Jika variable sistem pengendalian manajemen mengalami kenaikan satu
poin, maka kinerja manajerial mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila semakin tinggi sistem pengendalian manajemen, maka kinerja manajerial akan
semakin meningkat. Sebaliknya, jika semakin rendah sistem pengukuran kinerja, maka
kinerja manajerial akan semakin menurun.
3.1.8 Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji statistic F digunakan untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel independen
terhadap variabel dependen. Uji F bias dijelaskan dengan menggunakan analisis varian
(analysis of variance = ANOVA). Apabila nilai probabilitas signifikan < 0,05 , maka
variabEl independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, selain itu
pengujian juga dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel apabila nilai
Fhitung > Ftabel dengan nilai probabilitas signifikan < 0,05. Hasil uji F adalah sebagai
berikut:
Tabel 6. Hasil Uji F ANOVAa
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1 Regression Residual Total
178,212 173,886 352,098
4 36 40
44,553 4,830
9,224 0,000b
Sumber: Data primer yang diolah, 2019
Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 9,224 < 2,60 dan nilai
signifikansi = 0,000 < α = 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak, sehingga variabel Total
Quality Management, sistem pengukuran kinerja, reward dan sistem pengendalian
manajemen berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja manajerial.
3.1.9 Uji R2
Adapun secara ringkas dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summary
Model
R
R square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 0,711a 0,506 0,451 2,1978
7
Sumber: Data primer yang diolah, 2019
Berdasarkan table 7 diatas, dapat dilihat bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,451.
Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa variable Total Quality Management, sistem
pengukuran kinerja, reward dan sistem pengendalian manajemen berpengaruh terhadap
kinerja manajerial sebesar 45,1% sedangkan sisanya 54,9% kinerja manajerial
dipengaruhi oleh faktor lain diluar variable yang diteliti.
3.1.10 Uji Regresi Partial (Uji t)
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui hasil uji t seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 8. Hasil Uji t
Variabel thitung ttabel Sig. Keterangan
TQM SPK RWD SPM
2,806 1,981 -2,872 0,025
2,019 2,019 2,019 2,019
0,008 0,055 0,007 0,980
H1 diterima H2 ditolak H3 diterima H4 ditolak
Sumber: Data primer yang diolah, 2019
Menurut Ghozali (2011), besaran yang sering digunakan untuk menentukan
taraf nyata dinyatakan dalam %, yaitu: 1% (0,01), 5% (0,05), 10% (0,1). Bearnya nilai α
bergantung pada keberanian pembuat keputusan yang dalam hal ini berapa besarnya
kesalahan (yang menyebabkan resiko) yang akan ditolerir. Besarnya kesalahan tersebut
disebut sebagai daerah kritis pengujian (critical region of test) atau daerah penolakan
(region of rejection). Berdasarkan hasil pengujian uji t diatas ttabel pada daerah
signifikan 5% dengan df = n-k = 41-5=36 sebesar 2,028 dapat dijelaskan bahwa:
Variabel Total Quality Management (TQM) diketahui nilai thitung 2,806 lebih
besar daripada ttabel (2,028) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,008 < 0,05. Oleh
karena itu H1 diterima, artinya Total Quality Management (TQM) berpengaruh
terhadap kinerja manajerial. Variabel system pengukuran kinerja (SPK) diketahui nilai
thitung 1, 981 lebih kecil daripada ttabel (2,028) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi
0,055 > 0,05. Oleh karena itu H2 ditolak, artinya sistem pengukuran kinerja (SPK) tidak
berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Variabel reward (RWD) diketahui nilai thitung -
2,872 lebih kecil daripada ttabel (-2,028) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,007 <
0,05. Oleh karena itu H3 diterima, artinya reward berpengaruh terhadap kinerja
manajerial. Variabel sistem pengendalian manajemen (SPM) diketahui nilai thitung 0,025
lebih kecil daripada ttabel (2,028) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,980 < 0,05.
8
Oleh karena itu H4 ditolak, artinya system pengendalian manajemen (SPM) tidak
berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan macam uji statistik yang dilakukan, maka dapat disajikan dalam beberapa
anilisis dan pembahasan.
3.2.1 Pengaruh Total Quality Management (TQM) Terhadap Kinerja Manajerial
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Total Quality Management (TQM)
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,008 < α (=0,05). Sehingga H1 diterima yang
berarti variabel Total Quality Management berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpilkan bahwa H1 diterima. Hal ini berarti
karakteristik TQM yang diterapkan oleh RSUD Ir Soekarno Kabupaten Sukoharjo
sangat mempengaruhi kinerja manajerial.
Hal ini sesuai dengan pendapat Banker et al (1993) dalam Azmi (2015) TQM
meningkatkan keterlibatan organisasi dalam meningkatkan kualitas secara terus
menerus. Bertanggung jawab untuk mendeteksi hal-hal yang tidak sesuai dengan
pengendalian mutu. Hal tersebut membuat pekerja lebih bertanggung jawab untuk
pengendalian mutu, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kinerja.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Swari dan Wirasedana
(2017) bahwa dengan penerapan teknik ini manajer memiliki kendali terhadap kualitas
barang dan jasa yang diproduksi, dengan demikian kualitas produk dan jasa yang tinggi
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan dan peningkatan penjualan sehingga kinerja
perusahaan dapat dikatakan meningkat. Begitu juga konsisten dengan hasil penelitian
Jusuf (2013) yang menyatakan bahwa organisasi yang mempraktikkan TQM tentu akan
menghasilkan kinerja manajerial yang baik, yang tentu saja TQM berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja manajerial.
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Mintje (2013). Penelitian ini
juga tidak konsisten dengan penelitian Susanto (2016) yang menyatakan bahwa agar
kinerja manajerial dapat meningkat perlu penerapan total quality management yang baik
di dalam perusahaan,yang diharapkan dapat meningkatkan dan memotivasi karyawan,
sehingga karyawan mampu memberikan mutu pelayanan yang luar biasa, dapat
memberikan keunggulan bersaing yang kuat dan bisa memaksimumkan daya saing
organisasi.
9
3.2.2 Pengaruh Sistem Pengukuran Kinerja (SPK) Terhadap Kinerja Manajerial
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel system pengukuran kinerja (SPK)
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,055 > α (=0,05). Sehingga H2 ditolak yang
berarti variabel sistem pengukuran kinerja tidak berpengaruh terhadap kinerja
manajerial. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpilkan bahwa H2 ditolak dan Ho
diterima. Hal ini berarti sistem pengukuran kinerja yang diterapkan di RSUD Ir
Soekarno Kabupaten Sukoharjo tidak mempengaruhi kinerja manajerial.
Pengujian hipotesis ini mendukung penelitian Ittner dan Larcker (1995) dalam
Jusuf (2013) yang menyatakan bahwa organisasi yang mempraktikan TQM dan sistem
pengukuran kinerja belum tentu menghasilkan kinerja manajerial yang tinggi. Penelitian
ini juga konsisten dengan penelitian Maulidiyah dkk (2017) yang menyatakan bahwa
dengan adanya sistem pengukuran kinerja yang kurang baik maka pihak perusahaan
tidak dapat mengetahui hasil kinerja karyawan dengan baik pula.
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian mintje (2013) yang menyatakan
bahwa sistem pengukuran kinerja akan bermanfaat apabila hasilnya dapat menyediakan
umpan balik untuk melakukan perbaikan kinerja lebih lanjut. Penelitian ini juga tidak
konsisten dengan penelitian Swari dan Wirasedana (2017) yang menyatakan bahwa
sistem pengukuran kinerja merupakan salah satu sarana untuk mengetahui kinerja
manajerial sehingga para manajer diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya.
3.2.3 Pengaruh Reward Terhadap Kinerja Manajerial
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel reward (RWD) memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,007 < α (=0,05). Sehingga H3 diterima yang berarti variabel
reward berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan analisis tersebut dapat
disimpilkan bahwa H3 diterima.
Dalam penelitian di RSUD Ir Soekarno Kabupaten Sukoharjo reward bernilai
negatif, hal ini dikarenakan reward tidak sebanding karena kinerja yang terlalu berat,
sehingga kenaikan reward yang diterima manajer berdampak pada tambahan pekerjaan
yang cukup besar. Sistem penghargaan merupakan salah satu strategi manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menciptakan keselarasan kerja antara staff dengan
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan perusahaan (Walker, 1992) dalam
Dewi 2013.
10
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Maulidiyah et al yang
menyatakan bahwa semua bentuk reward yang diberikan kepada manajer dan karyawan
belum merasakan adanya sistem penghargaan yang baik. Penelitian ini juga tidak
konsisten dengan penelitian Setyani (2015) yang menyatakan bahwa bonus yang
diberikan belum mampu meningkatkan kinerja manajerialnya, hal ini karena bonus yang
didapat para manajer tidak dapat memberikan motivasi yang dapat meningkatkan
kinerjanya pada perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak mampu menjadikan
sistem penghargaan sebagai motivasi para karyawan. Salah satu penyebabnya adalah
sistem penghargaan yang disediakan jumlahnya tidak signifikan sehingga dampaknya
dapat berlawanan dengan usaha meningkatkan produktivitas.
3.2.4 Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel system pengendalian manajemen
(SPM) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,980 > α (=0,05). Sehingga H4 ditolak
yang berarti variabel system pengendalian manajemen tidak berpengaruh terhadap
kinerja manajerial. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpilkan bahwa H4 ditolak
dan Ho diterima. Hal ini berarti sistem pengendalian manajemen yang diterapkan di
RSUD Ir Soekarno Kabupaten Sukoharjo tidak mempengaruhi kinerja manajerial.
Peningkatan sistem pengendalian manajemen mampu menyediakan informasi
dalam struktur komunikasi yang memadai sehingga dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang ditunjang oleh informasi-
informasi yang akurat menjadikan kinerja manajer mampu mengambil langkah
antisipasi dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasionalnya sehingga kinerja
manajer akan lebih unggul Putri (2017).
Penelitian ini konsisten dengan penelitian Setiawan et al (2016) yang
menyatakan bahwa jika tujuan perusahaan akan tercapai harus di dukung kinerja
manajerial yang baik karena dengan penerapan sistem pengendalian tersebut, untuk
meningkatkan sistem pengendalian manajemen yang telah digunakan supaya memiliki
kinerja yang prima, juga patut dipertimbangkan menggunakan mekanisme akuntansi
secara manajemen dengan mengembangkan mekanisme formal sistem pengendalian
berbasis akuntansi, selain dari sistem pengendalian berbasis manajemen.
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Majed (2013) yang menyatakan
bahwa semakin baik sistem pengendalian manajemen, maka kinerja perusahaan tentu
11
akan meningkat pula. Untuk itu diperlukan suatu sistem yang terencana dan terarah
guna mengelola semua sumber daya yang ada. Karena untuk mendukung sukses atau
tidaknya pengerjaan proyek harus ada rancangan dan anggaran agar semuanya berjalan
sesuai rencana.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Total Quality Management, system
pengukuran kinerja, reward dan system pengendalian manajemen terhadap kinerja
manajerial. Responden dalam penelitian ini berjumlah 41 manajer yang bekerja di
RSUD Ir Soekarno Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan hasil analisis data dengan model
regresi linear berganda dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: Total Quality
Management berpengaruh terhadap kinerja manajerial, sehingga H1 diterima. Hasil ini
dibuktikan dengan nilai thitung (2,806) lebih besar dari ttabel (2,028) atau dapat dilihat dari
nilai signifikansi 0,008 < α =0,05. Sistem pengukuran kinerja tidak berpengaruh
terhadap kinerja manajerial, sehingga H2 ditolak. Hasil ini dibuktikan dengan nilai thitung
(1,981) lebih kecil dari ttabel (2,028) atau dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,055 > α
=0,05. Reward berpengaruh terhadap kinerja manajerial, sehingga H3 diterima. Hasil ini
dibuktikan dengan nilai thitung (-2,872) lebih kecil dari ttabel (-2,028) atau dapat dilihat
dari nilai signifikansi 0,007 < α =0,05. Sistem pengendalian manajemen tidak
berpengaruh terhadap kinerja manajerial, sehingga H4 ditolak. Hasil ini dibuktikan
dengan nilai thitung (0,025) lebih kecil dari ttabel (2,028) atau dapat dilihat dari nilai
signifikansi 0,980 < α =0,05.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat
dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya, yaitu sebagai berikut: Pada penelitin berikutnya perlu dilakukan
pengamatan dengan obyek yang lebih luas, sehingga dapat dijadikan acuan bagi
kepentingan generalisasi permasalahan untuk ruang lingkup yang lebih luas sehingga
dapat memperkuat validitas eksternal yang dibutuhkan untuk penelitian lebih lanjut.
Perlu ditambah metode wawancara pada saat pengumpulan data untuk menghindari
kemungkinan bias atau tidak obyektif dari responden dalam mengisi kuesioner.
Penelitian berikutnya dapat menambah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
12
manajerial seperti komitmen organisasi, sistem akuntansi manajemen, ukuran organisasi
dan faktor lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hernawan, Mahmud, Agustina. “Pengaruh Total Quality Management (TQM), Sistem
Pengukuran Kinerja dan Sistem Penghargaan Terhadap Kinerja Manajerial”.
Accounting Analysis Journal 3 (1), Tahun 2014.
Hafidhah. “Pengaruh Budaya Organisasi, Komitemen Organisasi, dan Akuntabilitas
terhadap Kinerja Rumah Sakit di Kabupaten Sumenep”. Jurnal PERFORMANCE
Bisnis & Akuntansi Volume IV, No. 2, Tahun 2014.
Mawardani, D.A. “Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen, Sistem Pengukuran
Kinerja Karyawan dan Motivasi Karyawan terhadap Kinerja Manajerial (Studi
Empiris pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Kediri)”.
Simki-Economic Vol. 01 No. 08. Tahun 2017.
Mintje, Nastiti. “Pengaruh TQM, Sistem Penghargaan, Sistem Pengukuran Kinerja
terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Air Manado”. Jurnal EMBA Vol. 1 No. 3.
Tahun 2013.
Sripeni, Rusbiyanti, “Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja
Manajer pada BPR Dharma Binaraharja Magetan”, Vol.2 No.1. Tahun 2013.
Tjiptono, F dan Diana, A. 2003. “Total Quality Management”, EdisiRevisi. Yogyakarta:
Andi Offset.
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Susanto, Barkah 2016. “Total Quality Manajemen, Sistem Pengukuran Kinerja, Sistem
Penghargaan dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan”. JURNAL
BISNIS & EKONOMI , Volume 14, Nomor 1. Tahun 2016.
Marihot, Manullang. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Ningrum, Indah Sawitri et al. ”Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap
Kinerja Perusahaan: Pembelajaran Organisasi dan Inovasi Sebagai Variabel
Intervening (Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat Kota Pekanbaru)”. Jurnal
Akuntansi, Vol. 6, No. 1. Tahun 2017.
13
Setiawan, Iwan et al. “Pengaruh sistem Akuntansi Manajemen dan Sistem Pengendalian
Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial di Lorin Group”. Jurnal Bisnis dan
Manajemen Vol. 5 No.1. Tahun 2016.