pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/publikasi.pdf ·...

23
PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANJUT USIA DI PSTW YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : KRISNA YUDHI HERTANTO 201010201147 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2014

Upload: phamnhan

Post on 06-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF

TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANJUT

USIA DI PSTW YOGYAKARTA UNIT

BUDI LUHUR

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

KRISNA YUDHI HERTANTO

201010201147

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2014

Page 2: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

i

PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF

TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANJUT

USIA DI PSTW YOGYAKARTA UNIT

BUDI LUHUR

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan

Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah

Yogyakarta

Disusun Oleh :

KRISNA YUDHI HERTANTO

201010201147

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

2014

Page 3: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di
Page 4: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

iii

PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF

TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANJUT

USIA DI PSTW YOGYAKARTA UNIT

BUDI LUHUR1

Krisna Yudhi Hertanto2, Suratini

3

INTISARI

Latar belakang: Perubahan usia pada dewasa hingga menjadi usia lanjut membawa

perubahan pada fungsi kesehatan. Tubuh mulai rawan dengan penyakit yang datang

menghampiri khususnya masalah kesehatan psikologis salah satunya ialah stres.

Stres dapat menyebabkan kerusakan fisik dan psikologis yang sebanding dengan

intensitas dan lamanya terhadap dampak yang ditimbulkan pada seseorang. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat stres pada lansia adalah

dengan teknik relaksasi progresif. Teknik ini merupakan salah satu terapi non

farmakolgis yang digunaknan untuk mengurangi ketegangan otot serta kecemasan.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi

progrresif terhadap tingkat stres pada lanjut usia di PSTW Yogyakarta Unit Budi

Luhur.

Metode penelitian: Metode penelitian yang digunakan adalah pre eksperimen

dengan rancangan One Group Pre test Post test Design. Teknik pengambilan sampel

menggunakan Purposive Sampling sebanyak 16 responden. Uji statistik yang

digunakan adalah Wilcoxon Match Pairs Test.

Hasil penelitian: Berdasarkan uji statistic dengan Wilcoxon Match Pairs Test

diperoleh nilai Z= -2,646 dengan signifikasi 0,008. Karena nilai signifikan kurang

dari 0,05 maka Ha diterima hal ini berarti ada pengaruh terapi relaksasi progresif

terhadap tingkat stres pada lanjut usia.

Simpulan: Ada pengaruh yang signifikan terapi relaksasi progresif terhadap tingkat

stres pada lanjut usia.

Saran: Bagi pengelola PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur untuk menggunakan

terapi relaksasi progresif sebagai salah satu terapi komplementer untuk mengurangi

tingkat stres pada lanjut usia.

Kata Kunci : Relaksasi Progresif, Stres, Lanjut Usia

Daftar Pustaka : 14 Buku (2003-2014), 18 Skripsi, 2 J urnal, 1 Internet

Jumlah Halaman : iv, 18 halaman, 12 tabel

1 Judul Skripsi

2 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

3 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

Page 5: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

iv

THE EFFECT OF PROGRESSIVE RELAXATION THERAPY ON

THE STRESS LEVELS OF THE ELDERLY AT PSTW

YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR1

Krisna Yudhi Hertanto2, Suratini

3

ABSTRACT

Background: Age-related changes from adulthood to old age affect health function. The

body begins to be prone to diseases, especially psychological health problems, one of

which is stress. Stress may cause physical and psychological damage that is proportional

to the intensity and duration of the impact on a person. One of the efforts that can be

done to reduce stress levels in the elderly is a progressive relaxation technique. This

technique is one of the non- pharmacological therapies used to reduce muscle tension

and anxiety.

Objective: This research is aimed at identifying the effects of progressive relaxation

therapy on the stress levels of the elderly at PSTW Budhi Luhur Kasongan Bangunjiwo

Kasihan Bantul Yogyakarta.

Methods: It belonged to pre-experimental research with One Group Pre test Post test

design. The sampling employed purposive sampling, numbering 16 respondents. The

statistical test used the Wilcoxon Match Pairs Test.

Results: The statistical test using Wilcoxon Match Pairs Test generated the value of Z

= -2.646 and significance of 0.008. Because the significant value was less than 0.05, Ha

was accepted, meaning that there were effects of progressive relaxation therapy on the

stress levels in the elderly.

Conclusion: There are significant effects of the progressive relaxation therapy on the of

stress levels in the elderly.

Suggestion: It is suggested that the management of PSTW Yogyakarta Budi Luhur Unit

use the progressive relaxation therapy as a complementary therapy to reduce stress

levels of in the elderly.

Keywords : Progressive Relaxation, Stress, The Elderly

Bibliography : 14 Books (2003-2014), 18 Theses, 2 Journal, 1 Internet websites

Number of Pages : iv, 18 pages, 12 tables

1Title of the thesis

2Student Of School Of Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakara

3Lecturer Of School Of Nursing ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta

Page 6: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

1

PENDAHULUAN Saat ini, keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah mampu

meningkatkan Usia Harapan Hidup (UHH) manusia Indonesia (Komari, 2008).

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan angka usia harapan hidup

penduduk global saat ini mencapai 60 tahun atau lebih (Utami, 2009). Pada sensus

penduduk tahun 2011 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 241 juta jiwa lebih

mengalami peningkatan laju pertumbuhan 1,49 % dari tahun 2010 yang berjumlah

237,6 juta jiwa. Peningkatan harapan usia hidup memberikan kontribusi yang besar

dalam peningkatan lanjut usia di Indonesia. Tahun 2010 Badan Pusat Statistika

(BPS) mencatat 12,38 juta (9,58%) berada di perkotaan dan 15,61%) berada di

pedesaan. WHO juga memperkirakan peningkatan lanjut usia akan terus berlanjut

hingga tahun 2020 dengan jumlah mencapai 11,34% atau sebesar 28,8 juta jiwa.

Jumlah lanjut usia yang sangat banyak menjadikan Indonesia menjadi urutan

keempat dengan penduduk lanjut usia terbanyak setelah Cina, India, dan Jepang

(Republika 2011 dalam Puspitasari, 2012).

Peningkatan jumlah lanjut usia hidup tentunya mempunyai dampak lebih

banyak terjadinya gangguan penyakit pada lanjut usia. Lanjut usia akan mengalami

berbagai masalah fisik, mental, sosial ekonomi dan psikologis (Hidayati, 2009).

Umumnya gangguan kesehatan psikologis tidak hanya terjadi pada lanjut usia.

Gangguan kesehatan psikologis juga dapat terjadi pada dewasa, remaja bahkan anak-

anak. Masalah kesehatan psikologis pada masing-masing rentang usia berbeda-beda.

Namun masalah psikologis pada lanjut usia memerlukan perhatian lebih karena

kondisi itu yang mengalami penurunan fungsi dibandingkan pada usia yang relatif

muda. Pada lanjut usia adaptasi yang dilakukan terhadap berbagai masalah akan

bergantung pada mekanisme pertahanan yang telah digunakan sebelumnya (Erikson

dalam Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Stres adalah salah satu gangguan psikologis yang sering dirasakan oleh lanjut

usia. Stres yang dirasakan lanjut usia dapat menimbulkan dampak negatif baik ringan

atau berat tergantung jenis stressor yang diterima. Tanda-tanda stres yang sering

timbul yaitu mulai dari gelisah, cemas, mudah tersinggung, sulit tidur, pusing, mudah

lelah, bahkan dapat menimbulkan risiko bunuh diri. Berdasarkan laporan riset

kesehatan dasar (Riskesdas) prevalensi gangguan mental emosional orang Indonesia

berumur 15 tahun ke atas mencapai 11,6%. Dan data statistik tahun 2004 mengitung

ada sebanyak 1030 orang mencoba bunuh diri dan 705 dintaranya mati (Tinas

Psikologi, 2012 dalam Kamila, 2013).

Masyarakat menganggap stres sebagai reaksi terhadap perubahan pada

lingkungan yang diakibatkan oleh tekanan yang tidak dapat diatasi serta kurang

memperhatikan gejala-gejala yang timbul sehingga mengakibatkan gangguan

psikologis. Penerimaan yang kurang baik pada lanjut usia dianggap sebagai beban

sehingga mendorong keluarga untuk menempatkan lanjut usia di panti sosial. Hal ini

menyebabkan terjadinya stres pada lanjut usia karena tidak menerima perubahan

lingkungan.

Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia menjadi perhatian

tersendiri bagi pemerintah untuk mengupayakan pencegahan terhadap terjadinya

stres. Hal ini merujuk pada undang-undang No.36 tahun 2009 pasal 138 ayat (1)

yang menyebutkan upaya pemeliharaan kesehatan lanjut usia harus ditujukan untuk

menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai

dengan martabat kemanusiaan.

Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Daerah

Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan angka harapan hidup penduduk

Page 7: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

2

paling tinggi se-Indonesia. Dari data Bappenas, daerah Istimewa yogyakarta tercatat

menjadi provinsi yang paling dini mengalami penuaan, dengan persentase orang

yang berusia lebih dari 60 tahun paling banyak diantara semua provinsi. Hasil

proyeksi dasar sensus penduduk pada tahun 2010 tercatat sebanyak 12,9% penduduk

di Yogyakarta tergolong lanjut usia dan menjadi persentase tertinggi sebelum Jawa

Tengah dan Jawa Timur (Kompas.com, 2014, ¶ 1,

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/02, diakses tanggal 23 Maret 2014).

Tingginya angka lanjut usia di Yogyakarta memiliki risiko yang tinggi pada

perubahan kesehatan psikologis.

Menurut Yulianti (2004) dalam Isnaeni (2010), untuk menghindari dampak

dari stres, maka diperlukan adanya suatu pengelolaan stres yang baik. Dalam

mengelola stres dapat dilakukan dengan terapi farmakologi yang meliputi

penggunaan obat cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti depressant), serta terapi non

farmakologi yang meliputi pendekatan perilaku, pendekatan kognitif, serta relaksasi.

Latihan pernapasan sederhana dan teknik relaksasi otot memberikan manfaat terapi

untuk menjadikan detak jantung tenang, menurunkan tekanan darah dan menurunkan

tingkat hormone stres (Jain, 2011).

Di Indonesia, penelitian tentang relaksasi progresif sudah banyak dilakukan.

Davis (1995, dalam Ari, 2010) menyebutkan bahwa relaksasi progresif sebagai salah

satu teknik relaksasi otot yang telah terbukti dalam program terapi terhadap

ketegangan otot mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot,

nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, fobia ringan dan gagap.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

terdapat 25 lanjut usia yang memiliki penyakit kronis dan sebagian diantaranya

mengalami stres dan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

sudah banyak cara untuk mengatasi stres, tetapi sampai saat ini belum ada penelitian

yang meneliti tentang relaksasi progresif untuk mengatasi stres. Oleh karena itu

peneliti ingin mencoba melakukan penelitian tentang terapi relaksasi progresif untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh relaksasi progresif yang diberikan pada kelompok

lanjut usia yang mengalami stres.

Tujuan ini adalah diketahuinya pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap

tingkat stres pada lanjut usia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan menggunakan

rancangan pre eksperimen dengan desain one group pretest posttest yaitu rancangan

ini tidak ada kelompok pembanding (control), tetepi paling tidak sudah dilakukan

observasi pertama (pretest) yang memeungkinkan menguji perubahan-perubahan

yang terjadi setelah adanya eksperimen (program) (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini variabel bebas adalah terapi relaksasi progresif dan

variabel terikatnya adalah tingkat stres pada lanjut usia yang dipengaruhi oleh

variabel pengganggu yaitu pensiun, kehilangan pasangan, penyakit kronis, berpindah

dari lingkungan keluarga dan mitos atau anggapan. Penelitian ini hanya meneliti

terapi relaksasi progresif terhadap tingkat stres pada lanjut usia, sedangkan variabel

pengganggunya tidak diteliti.

Terapi relaksasi progresif adalah suatu cara untuk melemaskan ketegangan

otot yang dimulai dari kelompok otot kaki dan paha, kelompok otot pergelangan

tangan, kelompok otot lengan bawah, kelompok otot siku dan lengan atas, kelompok

otot perut, kelompok otot dada, kelompok otot punggung, kelompok otot bahu,

kelompok otot kepala dan leher dan kelompok otot wajah. Terapi ini dipandu oleh

Page 8: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

3

peneliti dan diberikan selama 6 hari berturut-turut pada sore hari mulai pukul 16.00

WIB dengan durasi 15-20 menit pada lanjut usia diatas 60 tahun yang mengalami

stres di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.

Stress adalah jawaban yang diberikan oleh lanjut usia melalui kuesioner

mengenai situasi yang timbul berupa perubahan keadaan fisik dan emosional sebagai

respon yang ditandai dengan adanya keletihan yang lebih, adanya masalah pada

sistem pencernaan, adanya debaran jantung yang berlebih, adanya ketegangan pada

bagian tulang belakang, adanya perubahan pola tidur, adanya ketidaknyamanan pada

anggota tubuh, terdapat perubahan tanggapan aktivitas, adanya rasa takut yang

berlebih, adanya gangguan pola napas dan terjadi penurunan tenaga untuk aktivitas.

Menggunakan skala data ordinal, dengan kategori ringan, sedang dan berat.

Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang tinggal di PSTW

Yogyakarta Unit Budi Luhur yang berjumlah 25 orang. Pengambilan sampel

menggunakan teknik purposive sampling dengan rumus Taro Yammane atau Slovin

sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 16 responden. Alat pengumpulan data

menggunakan kuesioner tertutup yang terdiri dari 26 pernyataan. Selain

menggunakan kuesioner dalam pelaksanaan terapi relaksasi juga dibutuhkan alat–alat

seperti Ruang yang tenang, Matras untuk alas, Baju olah raga, Booklet dan Musik.

Kuesioner ini diambil dari penelitian Puspitasari (2012) yang telah teruji

validitas dengan menggunakan Content Validity Index yaitu uji validitas yang

dilakukan dengan cara mengkonsultasikan kisi-kisi instumern kepada pakar yang

kemudian diuji dengan rumus Product Moment memakai komputerisasi. Uji validitas

pada kusioner penelitian ini dilakukan di Dusun Keloran Kasihan Bantul. Hasil dari

uji validitas ini terdapat 4 item kuesioner yang valid dari 28 item pernyataan

kuesioner kemudian dikonsultasikan kepada pakar yang selanjutnya diuji validitas

lagi di Serangan Ngampilan Yogyakarta. Hasil uji validitas menunjukkan terdapat 28

item kuesioner yang diujikan dengan 20 kuesioner valid dan 8 tidak valid. Peneliti

melakukan Content Validity pada 6 item kuesioner yang tidak valid sehingga total

kuesioner yang digunakan untuk penelitian yaitu 26 item kuesioner. Kemudian

dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat dipercaya.

Dalam kuesioner ini dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha

Cronbach dengan hasil 0,854. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner yang

digunakan dapat reliabel.

Pada penelitian ini merupakan penelitian non parametris. Teknik analisa data

yang digunakan adalah Wilcoxon Match Pairs. Uji ini digunakan untuk menguji

hipotesis komparatif dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk ordinal

(Sugiyono, 2010).

Page 9: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di PSTW Yoyakarta Unit Budi Luhur yang terletak di

daerah Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

Responden dalam penelitian ini adalah lanjut usia di PSTW Yogyakarta Unit

Budi Luhur yang diberikan terapi relaksasi progresif. Jumlah responden dalam

penelitian ini sebanyak 16 orang. Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok

kontrol. Adapun karakteristik subjek penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Distribusi karakteristik responden di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Karakteristik Frekuensi %

Usia

60-70 tahun 6 37,5

71-80 tahun 7 43,8

81-90 tahun 3 18,8

Total 16 100

Jenis Kelamin

Laki-laki 6 37,5

Perempuan 10 62,5

Total 16 100

Pendidikan

Tidak Sekolah 4 25,0

SD 5 31,2

SMP 3 18,8

SMA 4 25,0

Total 16 100

Penyakit

Hipertensi 12 75,0

Asam Urat 3 18,8

Diaetes Milletus 1 6,2

Total 16 100

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan

usia terbanyak adalah kelompok usia 71-80 tahun yaitu sebanyak 7 orang (43,8%),

dan kelompok usia paling sedikit adalah pada kelompok 81-90 tahun (18,8%).

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan

yaitu sebanyak 10 orang (62,5%) dan jenis kelamin paling sedikit adalah laki-laki

yaitu sebanyak 6 orang (37,5%). Karakteristik responden berdasarkan tingkat

pendidikan terbanyak adalah tingkat SD yaitu sebanyak 5 orang (31,2%), dan tingkat

pendidikan paling sedikit adalah tingkat SMP yaitu sebanyak 3 orang (18,8%).

Karakteristik responden berdasarkan panyakit kronis terbanyak adalah hipertensi

yaitu sebanyak 12 orang (75,0%), dan penyakit paling sedikit adalah diabetes

mellitus yaitu sebanyak 1 orang (6,2%).

Page 10: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

5

HASIL PENELITIAN 1. Tingkat Stres Sebelum Diberikan Terapi Relaksasi Progresif

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pretest Tingkat Stres pada Lanjut Usia Berdasarkan

Usia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Usia F % Pretest

Ringan Sedang Berat

F % F % F %

60-70 tahun 6 37,5 4 25,0 2 12,5 0 0

71-80 tahun 7 43,8 2 12,5 4 25,0 1 6,2

81-90 tahun 3 18,8 1 6,2 2 12,5 0 0

Total 16 100 7 43,8 8 50,0 1 6,2

Bedasarkan Tabel 2 didapatkan hasil frekuensi tingkat stres saat pretest

berdasarkan karakteristik usia dalam rentang usia 60-70 tahun sebanyak 4 orang

(25,0%) dalam kategori ringan dan sebanyak 2 orang (12,5%) dalam kategori

sedang. Dalam rentang usia 71-80 tahun sebanyak 2 orang (12,5%) dalam

kategori ringan, sebanyak 4 orang (25,0%) dalam kategori sedang, dan seanyak 1

orang (6,2%) dalam kategori berat. Dalam rentang usia 81-90 sebanyak 1 orang

(6,2%) dalam kategori ringan dan sebanyak 2 orang (12,5%) dalam kategori

sedang.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pretest Tingkat Stres pada Lanjut Usia Berdasarkan

Jenis Kelamin di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Jenis

Kelamin

F % Pretest

Ringan Sedang Berat

F % F % F %

Laki-laki 6 37,5 4 25,0 2 12,5 0 0

Perempuan 10 62,5 3 18,8 6 37,5 1 6,2

Total 16 100 7 43,8 8 50,0 1 6,2

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan hasil frekuensi tingkat stres saat pretest

berdasarkan karakteristik jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 4 orang (25,0%)

dalam kategori ringan dan sebanyak 2 orang (12,5%) dalam kategori sedang. Jenis

kelamin perempuan sebanyak 3 orang (18,8%) dalam kategori ringan, sebanyak 6

orang (37,5%) dalam kategori sedang, dan sebanyak 1 orang (6,2%) dalam

kategori berat.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pretest Tingkat Stres pada Lanjut Usia Berdasarkan

Tingkat Pendidikan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Tingkat

Pendidikan

F % Pretest

Ringan Sedang Berat

F % F % F %

Tidak Sekolah 4 25,0 0 0 4 25,0 0 0

SD 5 31,2 3 18,8 2 12,5 0 0

SMP 3 18,8 2 12,5 0 0 1 6,2

SMA 4 25,0 2 12,5 2 12,5 0 0

Total 16 100 7 43,8 8 50,0 1 6,2

Page 11: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

6

Berdasarkan Tabel 4 didapatkan hasil frekuensi tingkat stres saat pretest

berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dalam kelompok tidak sekolah

terdapat sebanyak 4 orang (25,0%) dalam kategori sedang. Dalam kategori SD

terdapat sebanyak 3 orang (18,8%) dalam kategori ringan dan sebanyak 2 orang

(12,5%) dalam kategori sedang. Dalam kelompok SMP terdapat sebanyak 2 orang

(12,5%) dalam kategori ringan dan sebanyak 1 orang (6,2%) dalam kategori berat.

Dalam kelompok SMA terdapat sebanyak 2 orang (12,5%) dalam kategori ringan

dan sebanyak 2 orang (12,5%) dalam kategori sedang.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pretest Tingkat Stres pada Lanjut Usia Berdasarkan

Penyakit Kronis di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Penyakit

Kronis

F % Pretest

Ringan Sedang Berat

F % F % F %

Hipertensi 12 75,0 5 31,2 6 37,5 1 6,2

Asam Urat 3 18,8 1 6,2 2 12,5 0 0

DM 1 6,2 1 6,2 0 0 0 0

Total 16 100 7 43,8 8 50,0 1 6,2

Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil frekuensi tingkat stres pada saat

pretest berdasarkan penyakit kronis dengan penyakit hipertensi sebanyak 5 orang

(31,2%) dalam kategori ringan, sebanyak 6 orang (37,5%) dalam kategori sedang,

dan sebanyak 1 orang (6,2%) dalam kategori berat. Dengan penyakit asam urat

sebanyak 1 orang (6,2%) dalam kategori ringan dan sebanyak 2 orang (12,5%)

dalam kategori sedang. Dengan penyakit diabetes mellitus sebanyak 1 orang

(6,2%) dalam kategori ringan.

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres pada Lanjut Usia Pretest di PSTW

Yogyakarta Unit Budi Luhur

Tingkat Stres Pretest

Frekuensi %

Ringan 7 43,8

Sedang 8 50,0

Berat 1 6,2

Total 16 100

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa pada saat pretest tingkat stres

lanjut usia dalam kategori ringan sebanyak 7 orang (43,8%), dalam kategori

sedang sebanyak 8 orang (50,0%) dan dalam kategori berat sebanyak 1 orang

(6,2%).

Page 12: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

7

2. Tingkat Stres Setelah Diberikan Terapi Relaksasi Progresif

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Posttest Tingkat Stres pada Lanjut Usia

Berdasarkan Usia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Usia F % Posttest

Ringan Sedang Berat

F % F % F %

60-70 tahun 6 37,5 6 37,5 0 0 0 0

71-80 tahun 7 43,8 4 25,0 3 18,8 0 0

81-90 tahun 3 18,8 3 18,8 0 0 0 0

Total 16 100 13 81,2 3 18,8 0 0

Berdasarkan Tabel 7 didapatkan hasil frekuensi tingkat stres saat posttest

berdasarkan karakteristik usia dalam rentang usia 60-70 tahun sebanyak 6 orang

(37,5%) dalam kategori ringan. Dalam rentang usia 71-80 tahun sebanyak 4 orang

(25,0%) dalam kategori ringan dan sebanyak 3 orang (18,8%) dalam kategori

sedang. Dalam rentang usia 81-90 sebanyak 3 orang (18,8%) dalam kategori

ringan.

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Posttest Tingkat Stres pada Lanjut Usia Berdasarkan

Jenis Kelamin di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Jenis

Kelamin

F % Posttest

Ringan Sedang Berat

F % F % F %

Laki-laki 6 37,5 4 25,0 2 12,5 0 0

Perempuan 10 62,5 9 56,2 1 6,2 0 0

Total 16 100 13 81,2 3 18,8 0 0

Berdasarkan Tabel 8 didapatkan hasil frekuensi tingkat stres saat posttest

berdasarkan karakteristik jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 4 orang (25,0%)

dalam kategori ringan dan sebanyak 2 orang (12,5%) dalam kategori sedang. Jenis

kelamin perempuan sebanyak 9 orang (56,2%) dalam kategori ringan dan

sebanyak 1 orang (6,2%) dalam kategori sedang.

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Posttest Tingkat Stres pada Lanjut Usia

Berdasarkan Tingkat Pendidikan di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Tingkat

Pendidikan

F % Posttest

Ringan Sedang Berat

F % F % F %

Tidak

Sekolah

4 25,0 4 25,0 0 0 0 0

SD 5 31,2 5 31,2 0 0 0 0

SMP 3 18,8 2 12,5 1 6,2 0 0

SMA 4 25,0 2 12,5 2 12,5 0 0

Total 16 100 13 81,2 3 18,8 0 0

Berdasarkan Tabel 9 didapatkan hasil frekuensi tingkat stres saat posttest

berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dalam kelompok tidak sekolah

Page 13: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

8

terdapat sebanyak 4 orang (25,0%) dalam kategori ringan. Dalam kategori SD

terdapat sebanyak 5 orang (18,8%) dalam kategori ringan. Dalam kelompok SMP

terdapat sebanyak 2 orang (12,5%) dalam kategori ringan dan sebanyak 1 orang

(6,2%) dalam kategori sedang. Dalam kelompok SMA terdapat sebanyak 2 orang

(12,5%) dalam kategori ringan dan sebanyak 2 orang (12,5%) dalam kategori

sedang.

Tabel 10 Distribusi Frekuensi Posttest Tingkat Stres pada Lanjut Usia

Berdasarkan Penyakit Kronis di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Penyakit F % Posttest

Ringan Sedang Berat

F % F % F %

Hipertensi 12 75,0 10 62,5 2 12,5 0 0

Asam Urat 3 18,8 2 12,5 1 6,2 0 0

DM 1 6,2 1 6,2 0 0 0 0

Total 16 100 13 81,2 3 18,8 0 0

Berdasarkan tabel 10 didapatkan hasil frekuensi tingkat stres setelah

dilakukan intervensi berdasarkan penyakit kronis dengan penyakit hipertensi

sebanyak 10 orang (62,5%) dalam kategori ringan dan sebanyak 2 orang (12,5%)

dalam kategori sedang. Dengan penyakit asam urat sebanyak 2 orang (12,5%)

dalam kategori ringan dan sebanyak 1 orang (6,2%) dalam kategori sedang.

Dengan penyakit diabetes mellitus sebanyak 1 orang (6,2%) dalam kategori

ringan.

Tabel 11 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres pada Lanjut Usia Posttest di PSTW

Yogyakarta Unit Budhi Luhur

Tingkat Stres Posttest

Frekuensi %

Ringan 13 81,2

Sedang 3 18,8

Berat 0 0

Total 16 100

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa pada saat posttest tingkat stres

lanjut usia mangalami penurunan yaitu dalam kategori ringan sebanyak 13 orang

(81,2%), dalam kategori sedang sebanyak 3 orang (18,8%) dan dalam kategori

berat tidak ada.

ANALISIS DATA Tabel 12 Hasil Uji Hipotesis Wilcoxon Match Pairs Test Tingkat Stres pada Lanjut

Usia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Tingkat Stres Mean Asymp. Sig Z Keterangan

Pretest 1,6250 0,008 -2,646 Signifikan

Posttest 1,1875

Sumber :Data Primer 2014

Page 14: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

9

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Match Pairs Test diperoleh nilai rata-rata

tingkat stres sebelum dilakukan terapi relaksasi progresif sebesar 1,6250 dan sesudah

dilakukan terapi relaksasi progresif sebesar 1,1875. Nilai rata-rata tingkat stres

setelah diberikan intervensi ternyata lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum

dilakukan intervensi. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah

dilakukan intervensi, dengan nilai Z hitung Wilcoxon Match Pairs Test sebesar -

2,646 dan nilai signifikasi 0,008 dikarenakan nilai signifikasinya lebih kecil dari 0,05

(0,008<0,05) maka dari hasil uji statistik yang telah dilakukan dapat ditarik

kesimpulan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima, artinya ada pengaruh

terapi relaksasi progresif terhadap tingkat stres pada lanjut usia di PSTW Yogyakarta

Unit Budi Luhur.

PEMBAHASAN

1. Tingkat Stres Sebelum Dilakukan Terapi Relaksasi Progresif pada Lanjut

Usia di PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur

Hasil sebelum dilakukan terapi relaksasi progresif menunjukkan bahwa

mayoritas lanjut usia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur yang memiliki

tingkat stres dalam kategori sedang sebanyak 8 orang (50,0%). Sejalan dengan

penelitian Puspitasari (2012) dengan judul Studi Komparasi Tingkat Stres Lanjut

usia yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia (SBL) Di Dusun

Mrisi Desa Tirtonirmolo Kasihan Bantul. Didapatkan hasil bahwa rata-rata dalam

keadaan stres sedang pada lanjut usia yang tidak mengikuti senam bugar lansia.

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat stres pada lanjut usia

berdasarkan usia didapatkan bahwa semakin bertambah usia seseorang maka

semakin tinggi pula sesorang berisiko mengalami stres. Sesuai dengan penelitian

Pratiwi (2013) dengan judul Pengruh Senam Lansia Terhadap Tingkat Stres pada

Lansia, yang memaparkan bahwa semakin tua usia seseorang menjadikan

seseorang semakin berisiko mengalami stres, dengan didapatkan hasil tingkat

stress paling tinggi pada responden dengan usia 70-74 tahun dari rentang usia 60-

64 tahun. Hal ini didukung oleh pendapat Nasution (2011) yang menyatakan

bahwa umur adalah salah satu faktor penting yang menjadi penyebab stres,

semakin bertambah umur seseorang semakin mudah mengalami stres. Hal ini

dikarenakan faktor fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai

kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan mendengar.

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat stres pada lanjut usia

berdasarkan jenis kelamin didapatkan hasil bahwa perempuan memiliki tingkat

stres yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Santoso (2008) yang berjudul Pengaruh Yoga Terhadap Stres pada

Wanita Karier, yang memaparkan bahwa stres lebih banyak menyerang wanita

daripada laki-laki, karena wanita memiliki peran ganda. Hal ini didukung oleh

pendapat Isnarti (2006) yang menyatakan bahwa wanita memiliki peran yang

banyak sehingga menuntut mereka baik energi maupun waktu sehingga banyak

wanita yang mengalami tekanan yang lama kelamanaan dapat berubah menjadi

stres.

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat stres pada lanjut usia

berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan hasil bahwa seseorang yang tingkat

pendidikannya rendah kurang mampu dalam mengatasi stres sebaliknya, orang

yang memiliki pendidikan tinggi akan memiliki kemampuan yang lebih baik

dalam mengatasi stres. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyoadi

Page 15: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

10

dkk (2012) dengan judul Perbedaan Tingkat Kualitas Hidup pada Wanita Lansia

di Komunitas dan Panti, yang memaparkan bahwa didapatkan sebagian besar

responden memiliki pendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 39% dari total rentang

pendidikan tidak sekolah, SD, SMP dan SMA.

Hal ini sesuai dengan teori Sunaryo (2004) yang menyatakan bahwa

pendidikan mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi yang

didapatnya. Hapsari (2009) juga mengatakan bahwa persentasi penduduk dengan

tingkat pendidikan SMA ke atas memiliki status kesehatan baik yang paling

banyak jika dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan SD-SMA ataupun

yang tidak lulus SD. Dapat dikatakan bahwa pendidikan yang tingkat

pendidikannya rendah berpeluang 1,7 kali berstatus kesehatan buruk dibanding

mereka yang berpendidikan tinggi.

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat stres pada lanjut usia

berdasarkan penyakit kronis yang diderita responden paling banyak adalah

hipertensi yaitu sebanyak 12 responden. Pada lanjut usia akan rentan terhadap

penyakit degeneratif, penyakit yang sering muncul pada lanjut usia salah satunya

adalah hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang sering muncul pada

dewasa dan cenderung meningkat menurut peningkatan usia. Sejalan dengan

penelitian Dwinawati (2009) Hubungan Antara Tingkat Stres Lansia dengan

Kejadian Hipertensi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Waluyo Husodo

Tulungagung, yang memaparkan bahwa ada hubungan antara tingkat stres dan

hipertensi dengan nilai signifikan 0,007 atau p<0,05. Berbagai perubahan dapat

terjadi pada lanjut usia yaitu sistem pernafasan, sistem pendengaran, sistem

penglihatan, sistem kardiovaskuler dan sistem muskuloskletal (Kushariyadi 2010).

Perubahan pada sistem tubuh pada lanjut usia dapat memicu timbulnya stres.

Goliszek (2005) juga menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi agresif,

dapat menjadi depresi, dapat menderita neurosis cemas, dapat menderita

gangguan psikomatik, dapat tidak sehat badan, yaitu menderita penyakit fisik

seperti tekanan darah tinggi, sesak nafas (Asthma Bronkial) radang usus, tukak

lambung atau usus. Sakit kepala (Tension Headache) sakit eksim kulit

(Neurodermatitis) dan konstipasi arthritis kanker. Dengan demikian bahwa lanjut

usia yang memiliki penyakit tertentu dapat menimbulkan stres.

Hasil yang didapatkan pada saat penelitian adalah semua responden

memiliki nilai tingkat stres yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena stres

pada lanjut usia dapat disebabkan oleh berbagai situasi dan kondisi sebagai akibat

dari stresor yang berupa perubahan-perubahan baik fisik, mental, maupun sosial

dalam keadaan yang dialami lansia dan karena stres bersifat subjektif dan

dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Stres adalah segala situasi dimana tuntunan non-spesifik mengharuskan

individu berespon atau melakukan suatu tindakan (Selye dalam Potter & Perry,

2005). Sunaryo (2004) juga mengatakan bahwa stres adalah reaksi tubuh terhadap

situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi dan lain-lain.

Hawari (2006) juga menyatakan bahwa seseorang yang mengalami stres,

selain mengalami keluhan fisik juga dapat mengalami keluhan psikis (ketakutan,

kekhawatiran, kemurungan dan kesedihan). Pernyataan ini juga didukung oleh

Achdiat (2003) yang menyatakan bahwa pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan

penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula

disertai keluhan-keluhan psikis.

Menurut Lazarus & Folkman (1984) dalam Potter & Perry (2005), setiap

orang memiliki respon yang berbeda dalam menghadapi stres. Respon terhadap

Page 16: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

11

segala bentuk stres bergantung pada fungsi fisiologis, kepribadian, serta sifat dari

stresor.

Seseorang yang mengalami stres akan menimbulkan keluhan-keluhan

seperti mudah marah, tersinggung, murung, cemas, sedih, pesimis, mengangis,

suasana hati sering berubah-ubah, mudah menyerah, mempunyai sikap yang

bermusuhan, mimpi buruk. Apabila tidak diatasi dapat menimbulkan

permasalahan yang harus dihadapi oleh lanjut usia yang dapat mengakibatkan

aktifitas sehari-hari terganggu.

Melihat adanya efek negatif dari stres yang dapat membawa kerugian bagi

setiap yang mengalaminya, maka perlu adanya manjemenn stres. Manajemen stres

merupkan upaya untuk mengendalikan stres namun tidak untuk

menghilangkannya. Salah satu manajemen stres yang dapat dilakukan adalah

dengan teknik relaksasi progresif.

2. Tingkat Stres Setelah Dilakukan Terapi Relaksasi Progresif pada Lanjut

Usia di PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur

Berdasarkan tabel 7 didapatkan hasil bahwa tingkat stres pada lanjut usia

menurut usia setelah dilakukan terapi relaksasi progresif paling banyak terdapat

pada rentang usia 71-80. Semakin tua usia seseorang berisiko mengalami stres.

Stres dapat terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia

lanjut, dengan begitu dapat disimpulkan bahwa usia dapat mempengaruhi tingkat

stres. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shinta (2012) yang

berjudul Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Stres pada Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar yang memaparkan bahwa semakin

bertambah umur seseorang cenderung mengalami stres, dimana stres yang

dihadapi seseorang dapat berasal dari berbagai situasi. Dapat dilihat dari hasil

penelitian terhadap 30 responden. didapatkan hasil nilai p sebesar 0,000 dimana

p<0,05. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara perubahan

skor stres pada kelompok eksperimental dengan perubahan skor stres kelompok

stres. dengan demikin dapat disimpulkan bahwa terapi warna hijau dapat

menurunkan tingkat stres pada lanjut usia.

Berdasarkan tabel 8 didapatkan hasil bahwa tingkat stres pada lanjut usia

sebagian besar dimiliki oleh responden yang berjenis kelamin peremepuan.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat perubahan frekuensi

tingkat stres berdasarkan jenis kelamin setelah diberikan terapi relaksasi progresif

dan mayoritas berada dalam kategori tingkat stres ringan. Sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Prio (2009) dengan judul Pengaruh Teknik

Relaksasi Progresif Terhadap Respon Nyeri pada Lanjut Usia dengan Gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok, didapatkan nilai p=0,000

(p<0,05), hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi relaksasi

progresif terhadap rasa nyeri gastritis dan terapi relaksasi progresif

direkomendasikan sebagai strategi koping dalam kehidupan sehari-hari. Pada

penelitian Prio juga dinyatakan bahwa responden dengan berjenis kelamin

perempuan lebih banyak mengalami rasa nyeri gastrisits dibandingkan dengan

laki-laki. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terapi relaksasi progresif

dapat juga menurunkan tingkat stres pada lanjut usia apabila rasa nyeri gastritis

dapat ditangani, karena stres dapat ditimbulkan dari penyakit yang dialami oleh

lanjut usia.

Hal ini juga sependapat dengan penelitian Herniwati (2008) yang

menyatakan bahwa secara umum angka morbiditas pada perempuan lebih tinggi

Page 17: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

12

dan perempuan lebih cenderung merasakan sakit sehingga perempuan harus lebih

banyak mendapatkan pelayanan dari pihak kesehatan.

Berdasarkan tabel 9 didapatkan hasil bahwa tingkat stres pada lanjut usia

berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak pada pendidikan SD. Pendidikan adalah

upaya untuk memberikan pengetahuan kepada seseorang sehingga terjadi

perubahan perilaku yang positif. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

sebagian responden yang mempunyai pendidikan rendah mempunyai pengetahuan

yang rendah, sehingga mempunyai pengetahuan yang kurang baik. Sehingga

dapat menyebabkan responden kesulitan untuk mendapatkan informasi, dengan

begitu pendidikan dapat mempengaruhi tingkat stres pada lanjut usia. Sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Erliana (2008) dengan judul Perbedaan

Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan Sesudah Latihan Relaksasi Otot Progresif

di PSTW Ciparay Bandung. Dengan hasil bahwa setelah dilakukan terapi

relaksasi progresif terjadi penurunan insomnia, dengan nilai z hitung sebesar -

4,706, nilai yang didapatkan lebih besar dibandingkan dengan nilai z tabel,

sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi relaksasi progresif dapat menurunkan

insomnia pada lanjut usia, dimana insomnia adalah salah satu dampak dari stres.

Berdasarkan tabel 10 didapatkan hasil frekuensi tingkat stres pada lanjut

usia berdasarkan penyakit kronis paling banyak adalah pada lanjut usia yang

memiliki penyakit hipertensi yang secara keseluruhan mengalami penurunan

tingkat stres dalam kategori ringan. Hal ini sejalan dengan penelitian Yuswikarini

(2011) dengan judul Pengaruh Terapi SEFT untuk Menurunkan Tingkat Stres

pada Lansia Penderita Hipertensi. Hasil yang didapatkan bahwa terjadi penurunan

tingkat stres pada lansia yang menderita. hipertensi dengan nilai rata-rata setelah

terapi SEFT sebesar 23,286 dengan nilai signifikasi 0,000, sehingga nilai p<0,05.

Dengan begitu bahwa tearpi SEFT efektif untuk menurunkan tingkat stres pada

lansia penderita hipertensi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 16-20 Juni 2014 di PSTW

Yogyakarta Unit Budi Luhur menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi

relaksasi progresif sebanyak 7 responden (43,8%) masuk dalam kategori tingkat

stres ringan, 8 responden (50,0%) masuk dalam kategori tingkat stres sedang dan

1 responden (6,2%) masuk dalam kategori berat. Setelah dilakukan terapi

relaksasi progresif sebanyak 13 responden (81,2%) masuk dalam kategori tingkat

stres ringan, 3 responden (18,8%) masuk dalam kategori tingkat stres sedang. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap

tingkat stres pada lanjut usia. Tingkat stres pada lanjut usia setelah dilakukan

terapi relaksasi progresif mengalami penurunan, hal ini terbukti bahwa terapi

relaksasi progresif memiliki manfaat yang berarti untuk menurunkan tingkat stres

pada lanjut usia.

Teknik relaksasi progresif ini sendiri mempunyai manfaat untuk mengatasi

berbagai permasalahan dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam mengatasi

stres, kecemasan, insomnia dan juga dapat membangun emosi positif dari emosi

negatif. Keempat permasalahan tersebut dapat menjadi suatu rangkaian bentuk

gangguan psikologis bila tidak diatasi. Stres terhadap tugas maupun permasalahan

lainnya, apabila tidak segera ditangani dapat memunculkan suatu bentuk

kecemasan dalam diri seseorang, sehingga menimbulkan emosi yang negatif yang

timbul akibat stres dan relaksasi dapat digunakan supaya seseorang kembali pada

keadaan normal (Correy Gerral, 2005),

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa manfaat teknik relaksasi

progresif dapat menurunkan ketegangan otot, kecemasan, insomnia, depresi,

Page 18: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

13

kelelahan, iritabilitas, spasme otot, nyeri leher, dan punggung, tekanan darah

tinggi, fobia ringan ( Nasihah 2012).

Terapi relaksasi progresif merupakan salah satu teknik relaksasi yang

diberikan kepada lanjut usia yang dapat menenangkan pikiran dan melemaskan

otot-otot yang kaku. Relaksasi progresif juga merupakan teknik latihan nafas yang

teratur dan apabila dilakukan dengan benar tubuh akan menjadi rileks. Relaksasi

progresif ini dilakukan mulai dari otot-otot dikaki, tangan, perut, dada dan wajah

dengan cara menegangkan otot-otot tertentu kemudian melepaskan ketegangan

tersebut. Setelah itu lanjut usia dapat merasakan keduanya pada saat otot dalam

keadaan tegang dan rileks.

3. Pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap tingkat stres pada lanjut usia di

PSTW

Berdasarkan tabel 12 menunjukan bahwa hasil uji Wilcoxon Match Pairs

Test memiliki nilai signifikasi 0,008 (0,008<0,05) yang diartikan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara terapi relaksasi progresif terhadap tingkat stres

pada lanjut usia di PSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur. Penelitian ini juga sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sheu dkk (2003) dengan judul Efek

Latihan Relaksasi Progresif Terhadap Tekanan Darah dan Kecemasan pada Pasien

Hipertensi, dengan hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah dan kecemasan

pada pasien setelah dilakukan terapi relaksasi progresif selama satu kali sehari.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Yildirim & Fadijoglu (2006), yang menyatakan bahwa relaksasi progresif dapat

menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup pasien yang menjalani

dialysis.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Widastra (2009) dengan

judul Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif Terhadap Perubahan Pemenuhan

Kebutuhan Tidur pada Lansia. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa setelah

dilakukan terapi relaksasi progresif keluhan insomnia pada lanjut usia berkurang.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar

lanjut usia mengeluh badan terasa kaku, otot kaku dan pegal-pegal. Setelah

diberikan terapi relaksasi progresif responden mengungkapkan bahwa pikiran

menjadi lebih tenang dan fresh, terdapat penurunan keluhan-keluhan fisik.

Keluhan-keluhan ini dapat disebabkan oleh stres emosional dimana stres ini

disebabkan oleh kerinduan terhadap keluarga. Dari pernyataan di atas dapat

disimpulkan bahwa terapi relaksasi berpengaruh terhadap tingkat stres pada lanjut

usia. Gerakan relaksasi progresif ini menggerakkan semua anggota tubuh, mulai

dari kaki sampai ke wajah. Tujuan dilakukannya latihan relaksasi adalah untuk

menghasilkan respon yang dapat memerangi respon stres. Pada kondisi relaksasi

seseorang harus berada dalam keadaan rileks, tenang dan sadar, mata tertutup dan

pernafasan dalam keadaan yang teratur.

Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa relaksasi otot

progresif adalah suatu metode untuk membantu menurunkan ketegangan sehingga

otot tubuh menjadi rileks. Relaksasi otot progresif bertujuan untuk menurunkan

kecemasan, stres, otot tegang dan kesulitan tidur. Pada saat tubuh dan pikiran

rileks, secara otomatis ketegangan yang seringkali membuat otot- otot

mengencang akan diabaikan (Ramdhani, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan terapi relaksasi progresif

tingkat stres pada lanjut usia sebagian besar berada dalam kategori tingkat stres

sedang sebanyak 8 responden (50%), dan setelah dilakukan terapi relaksasi

progresif tingkat stres pada lanjut usia sebagian besar berada pada dalam kategori

Page 19: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

14

tingkat stres ringan sebanyak 13 responden (81,2%). Dengan demikian diketahui

bahwa relaksasi progresif dapat mengurangi stres pada lanjut usia. Hal ini sejalan

dengan teori yang disampaikan oleh Soewondo (2009), yang menyatakan bahwa

relaksasi progresif ini digunkan untuk melawan rasa cemas, stres dan tegang.

Jain (2011) juga mengatakan bahwa teknik relaksasi otot adalah salah satu

teknik untuk memelihara kesehatan fisik, maupun psikologis pada lanjut usia

dimana teknik ini dapat menurunkan tekanan darah, menjadikan detak jantung

tenang dan menurunkan tingkat hormon stres. Johnson (2005) juga menyatakan

bahwa terapi relaksasi yang diberikan kepada lanjut usia dapat terbukti

menurunkan tingkat stres karena terapi relakssasi mudah dilakukan dan sebagai

upaya untuk menegangkan serta mengendurkan otot-otot di tubuh untuk mencapai

rileks, tindakan ini hanya membutuhkan waktu 15 sampai 30 menit dan dapat

disertai dengan instruksi yang direkam yang dapat mengarahkan individu untuk

memperhatikan urutan otot yang dirilekskan.

Hal ini juga sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Mulyono (2005)

yang menjelaskan beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan relaksasi

diantaranya membuat seseorang menjadi lebih mampu menghindari reaksi yang

berlebihan karena adanya stres. Keterampilan relaksasi sangat berguna untuk

mengembangkan kemampuan tetap tenang atau menghindari stres saat

menghadapi kesulitan, selalu rileks akan membuat seseorang memegang kendali

hidup. Latihan relaksasi akan banyak membantu penderita untuk dapat

mengontrol kerja organ-organ tubuh, meminimalkan serangan dan menyimpan

energi penderita. Dalam hal ini bahwa relaksasi progresif dapat dilakukan oleh

lanjut usia untuk menegangkan dan mengendurkan otot-otot ditubuh serta dapat

menenangkan pikiran.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Pratiwi (2006), yang

menyatakan bahwa usaha untuk mencegah penyakit adalah dengan mengelola

stresor yang datang, pengelolaan tersebut berhubungan dengan bagaimana

individu memelihara kesehatannya. Teknik relaksasi akan mengembalikan proses

mental, fisik dan emosi.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan terapi

relaksasi progresif dapat memberikan ketenangan serta menurunkan tingkat stres

pada lanjut usia, sehingga dapat mengurangi ketegangan otot yang dirasakan oleh

lanjut usia.

KETERBATASAN PENELITIAN Keterbatasan penelitian ini adalah saat melakukan pretest dengan

menggunakan kuesioner lanjut usia kurang memahami apa yang disampaikan oleh

peneliti karena pendengaran responden sudah mulai berkurang, sehingga

memerlukan waktu yang banyak untuk satu responden. Selain itu keterbatasan

penelitian ini adalah kemarin pada waktu dilakukan terapi relaksasi progresif

seharusnya dilakukan sendiri-sendiri sehingga hasil yang didapatkan lebih efektif

namun pada waktu penelitian kemarin dilakukan secara bersama-sama sehingga

kurang efektif. Variabel pengganggu yang mempengaruhi tingkat stres dalam

penelitian ini juga belum semuanya dikendalikan. Kemudian dalam penelitian ini

sampelnya hanya kecil dan tidak menggunakan kelompok kontrol.

SIMPULAN 1. Hasil penelitian didapatkan data tingkat stres pada 16 responden sebelum

dilakukan terapi relaksasi progresif terbagi menjadi tiga katagori yaitu ringan

Page 20: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

15

sebanyak 7 responden (43,8%), sedang sebanyak 8 responden (50,0%) dan berat

sebanyak 1 responden (6,2%).

2. Hasil penelitian didapatkan data tingkat stres pada 16 responden sesudah

dilakukan terapi relaksasi progresif terbagi menjadi dua katagori yaitu ringan

sebanyak 13 responden (81,2%) dan sedang sebanyak 3 responden (18,8%).

3. Hasil penelitian didapatkan data tingkat stres pada 16 responden sebelum

dilakukan terapi relaksasi progresif rata-rata dalam katagori sedang sebanyak 8

responden (50,0%) dan sesudah dilakukan terapi relaksasi progresif rata-rata

dalam katagori ringan sebanyak 13 responden (81,2%).

4. Berdasarkan hasil perhitungan Wilcoxon Match Pairs Test dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap tingkat stres pada lanjut

usia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.

SARAN 1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini mampu menjadi panduan dasar atau usaha mandiri yang

digunakan sebagai salah satu alternatif pilihan terapi komplementer untuk

mengurangi tingkat stres pada lanjut usia yang praktis dan tanpa mengeluarkan

biaya karena dapat dilakukan sendiri.

2. Bagi PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur

Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan sebagai salah satu terapi untuk

mengurangi tingkat stres pada lanjut usia dan diharapkan bagi pengelola PSTW

Yogyakarta Unit Budi Luhur dapat melakukan motivasi yang dapat mendukung

meningkatnya minat lanjut usia dalam melakukan terapi relaksasi progresif.

Sehingga diharapkan dengan berkurangnya tingkat stres akan meningkatkan status

kesehatan lanjut usia.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan referensi dan perbaikan dalam metode penelitian

dengan mengendalikan variabel yang belum dikendalikan dalam penelitian ini.

Selain itu dalam melakukan terapi relaksasi progresif sebaiknya dilakukan sendiri-

sendiri supaya hasil yang didapatkan lebih efektif. Diharapkan untuk

meningkatkan jumlah sampel dan menggunakan kelompok kontrol.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk melakukan penelitian

lebih lanjut tentang pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap tingkat stres pada

lanjut usia dengan memakai kelompok kontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Achdiat, A. (2003). Teori dan Manajemn Stres. Malang: Taroda

Ari, D. (2010). Pengaruh Relaksasi Progresif terhadap Tingkat Kecemasan Pada

Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Skripsi Tidak

Dipublikasikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Correy, G. (2005). Terapi Dan Praktek Dari Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta:

Eresco.

Dwinawati, E.O. (2009). Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha “Waluyo Husodo”

Tulung Agung dalam http://skripsistikes.wordpress.com. Diakses Pada

Tanggal 1 Juli 2014.

Page 21: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

16

Erliana, E. (2007). Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum Dan Sesudah

Latihan Relaksasi Otot Progresif (Progresif Muscle Relaxation) Di Badan

Pelayanan Sosial Tresna Wreda (PSTW) Ciparay Bandung dalam

http://www.kesehatan.lansia.com. Diakses Pada Tanggal 28 Juni 2014

Goliszek (2005). Manajemen Stres. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Popular.

Hapsari,D. (2009). Pengaruh Lingkungan Sehat Dan Pengaruh Perilaku hidup Sehat

Terhadap Status Kesehatan. Journal. Litbang dalam

http://depkes.go.idindes.phpbpkarticleviewfile21921090. Diakses Tanggal 29

Juni 2014.

Hawari, D. (2006). Manajemen Stres, Cemas, Dan Depresi. Jakarta: Fakultas

Keperawatan Universitas Indonesia.

Hidayati, L.N. 2009. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Tingkat Depresi Pada

Lansia Di Kelurahan Daleman Tulung Klaten, (Online), Skripsi. Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, dalam

http://Etd.Eprints.Ums.Ac.Id/6425/1j210050063.Pdf. Diakses Pada Tanggal

13 November 2014.

Isnaeni, D.N. (2010). Hubungan Antara Stres Dengan Pola Menstruasi pada

Mahasiswa D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret

Surakarta, (online), Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Dalam

http://eprints.uns.ac.id/192/1/165240109201010581.pdf. Diakses Pada

Tanggal 13 November 2013.

Isnarti dan Ritandiyah. (2006). Perbedaan Tingkat Stres Kerja Ditinjau Dari Jenis

Kelamin, dalam http://library/gunadarma.ac.id. Diakses Pada Tanggal 28 Juni

2014.

Jain, R. (2011). Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.

Jakarta: Gramedia Pustaka.

Johnson, J.Y. (2005). Prosedur Perawatan Di Rumah, Pedoman Untuk Perawat.

Jakarta: EGC.

Kamila, N.I. (2012). Hubungan Peran Kader Kesehatan Jiwa dengan Tingkat

Kemandirian Pasien Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Galur II

Kulon Progo Yogyakarta. Skripsi tidak dipublikasikan. STIKES ‘Aisyiyah

Yogyakarta.

Komari. (2008). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Stress Pada

Lansia Di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta, (online), Skripsi. Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam

http://etd.eprints.ums.ac.id/901/1/J220060036.pdf. Diakses Pada Tanggal 12

November 2013.

Kompas.com. (2014). Di Indonesia, Warga Yogyakarta Paling Panjang Umur.

http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/02/di-indonesia-warga-

yogyakarta-paling-panjang-umur. Diakses Pada Tanggal 23 Maret 2014.

Mulyono, R. (2005). Terapi Marah. Jakarta: Studia Press.

Nasihah. (2012). Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Perubahan Tekanan

Darah Pada Lania Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Desa Sindutan

Temon Kulonprogo. Skripsi Tidak Dipublikasikan. STIKES ‘Aisyiyah

Yogyakarta

Nasution, H. (2011). Gambaran Coping Stress Pada Wanita Madya Dalam

Menghadapi Pramenopause dalam http://repository.usu.ac.id/bitstream.

Diakses Pada Tanggal 20 Juni 2014.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 22: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

17

Potter, P.A. dan Perry A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,

Proses, dan Praktek. Jakarta: EGC.

Pratiwi, A. 2006. Model Pengembangan Strategi Tindakan Keperawatan Pada Klien

Halusinasi Dengan Klasifikasi Akut, Maintenance, Health Promotion Di

RSJD Wilayah Karasidenan Surakarta. Penelitian Regular. Skripsi Tidak

Dipublikasikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Prio, A.Z (2009). Pengaruh Teknik Relaksasi Progresif Terhadap Respon Nyeri Dan

Frekuensi Kekambuhan Nyeri Pada Lanjut Usia Dengan Gastritis Di

Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok, dalam

http://lontar.ui.ac.id. Diakses Pada Tanggal 8 Juli 2014.

Puspitasari, I. (2012). Studi Komparasi Tingkat Stres Lanjut Usia Yang Mengikuti

Dan Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia (SBL) Di Dusun Mrisi Desa

Tirtonirmolo Kasihan Bantul. Skripsi Tidak Dipublikasikan. STIKES

‘Aisyiyah Yogyakarta.

Ramdhani, N. dan Putra, A.A. (2008). Pengembangan Multimedia Relaksasi

Yogyakarta: Bagian Psikologis Klinis Fakultas Psikologi UGM dalam

http://Neila.staf.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/uploads. Diakses Pada

Tanggal 27 Juni 2014.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Tamher, S. dan Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lnjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Utami, R.D. 2009. Hubungan Antara Karakteristik Personal dengan Sikap Lansia

Terhadap Pelayanan di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, (online),

Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(http://etd.eprints.ums.ac.id/4493/1/J210050038.pdf. Diakses Pada Tanggal

12 November 2013).

Santoso, L.Y. (2008). Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Stres Pada Wanita Karir,

dalam http://eprints.unika.ac.id. Diakses Tanggal 5 Juli 2014.

Setyoadi. (2012). Perbedaan Tingkat Kualitas Hidup Pada Wanita Lansia Di

Komunitas Dan Panti. Tesis Tidak Dipublikasikan. Universitas Brawijaya

Malang.

Sheu,S., Irvin,B.L., Lin,Hs., Dan Mar,Cl. (2003). Effects Of Progressive Muscle

Relaxation On Blood Pressure And Psychososial Status For Clients With

Essential Hypertension In Taiwan. Holistic Nursing Practice, dalam

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed. Diakses Pada Tanggal 29 Juni 2014

Shinta, D.P. (2013). Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Stres Pada Lansia Di

Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar, dalam

http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping. Diakses Pada Tanggal 8 juli 2014.

Soewondo, S. (2009). Panduan Dan Instruksi Latihan Relaksasi Progresif. Depok :

Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Dan Pendidikan Psikologi.

Sunaryo (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Widastra, I.M. (2009). Terapi Relaksasi Progresif Sangat Efektif Mengatasi

KeluhanInsomnia Lanjut Usia. Jurnal Ilmiah Keperawatan Volume 2. No. 1

Juni 2009. dalam http://isjd.pdii.lipi.go.id. Diakses Pada Tanggal 9 juli 2014.

Yildrim, Y.K., Dan Fadiloglu,T. (2006). The Effect Of Progressive Muscle

Relaxation Training On Anxity Levels And Quality Of Life In Dialysis

Patiens. Journal Edna/Erca, dalam http://web.ebsohost.com/. Diakses Pada

Tanggal 10 Juli 2014.

Page 23: PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP …digilib.unisayogya.ac.id/363/1/PUBLIKASI.pdf · pengaruh terapi relaksasi progresif . terhadap. tingkat stres pada lanjut. usia di

18

Yuswikarini, S.E. (2011). Terapi Seft Untuk Menurunkan Tingkat Stres Pada Lansia

Penderita Hipertensi, dalam http://eprints.umm.ac.id. Diakses Pada Tanggal

8 Juli 2014.