pengaruh stres, tekanan teman sebaya,...
TRANSCRIPT
PENGARUH STRES, TEKANAN TEMAN SEBAYA, DAN SELF
CONTROL TERHADAP PERILAKU PENYALAHGUNAAN
OBAT TANPA RESEP PADA ANAK JALANAN
DI JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
Ningrum Supriyatin
NIM :1111070000123
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ii
PENGARUH STRES, TEKANAN TEMAN SEBAYA, DAN SELF
CONTROL TERHADAP PERILAKU PENYALAHGUNAAN
OBAT TANPA RESEP PADA ANAK JALANAN
DI JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
Ningrum Supriyatin
NIM : 1111070000123
Pembimbing
Mohamad Avicenna, M.Hsc, Psy
NIP: 19770906 200112 1 004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH STRES, TEKANAN TEMAN SEBAYA,
DAN SELF CONTROL TERHADAP PERILAKU PENYALAHGUNAAN
OBAT TANPA RESEP PADA ANAK JALANAN DI JAKARTA SELATAN”
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 15 Desember 2015. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) pada
Fakultas Psikologi.
Jakarta, 15 Desember 2015
Sidang Munaqasyah
Dekan/ Wakil Dekan/
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abd Rahman Shaleh, M.Si
NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota
Suta Haryanthi, M.Psi.T., Psikolog Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psikolog
NIP. 19771209 200912 2 002 NIP. 19730328 200003 2 003
Moh. Avicenna, M.HSc, Psy
NIP. 19770906 200112 1 004
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ningrum Supriyatin
NIM : 1111070000123
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH STRES,
TEKANAN TEMAN SEBAYA, SELF CONTROL TERHADAP PERILAKU
PENYALAHGUNAAN OBAT TANPA RESEP PADA ANAK JALANAN DI
JAKARTA BARAT adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak
melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada
dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam
skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan
merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 15 Desember 2015
Ningrum Supriyatin
NIM : 1111070000123
v
PERSEMBAHAN
Untuk keluarga, dosen-dosen, sahabat, serta anak jalanan tanpa kalian
tak mungkin skripsi ini terselesaikan.
....And Allah found you lost and guided you
-Adh-Dhuha 93:7-
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Desember 2015
C) Ningrum Supriyatin
D) Pengaruh stres, tekanan teman sebaya dan self control terhadap perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan Di Jakarta Barat.
E) xiv + 96 halaman + 10 lampiran
F) Pertumbuhan anak jalanan di Jakarta mengalami peningkatan, dan sebagian
besar anak jalanan telah menyalahgunakan obat OTC untuk mendapatkan
sensasi tinggi (high), dan fly, serta untuk mengatasi masalah dan kecemasan
yang dialaminya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
stres, tekanan teman sebaya, self control dan pendapatan terhadap perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan. Sampel berjumlah 155
anak jalanan di Jakarta Barat yang diambil dengan teknik accidental sampling.
Uji validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis
(CFA). Analisis data menggunakan teknik regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan stres,
tekanan teman sebaya, self control, dan pendapatan terhadap perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan sebesar 37.2%. Hasil uji
hipotesis minor menunjukan tiga variabel yang memiliki pengaruh signifikan
yaitu, keterlibatan pada area keluarga, self control, dan pendapatan. Sementara
variabel stres, tekanan teman sebaya (keterlibatan pada area pertemanan,
keterlibatan pada area konformitas norma sebaya, keterlibatan pada area
perilaku misconduct), memiliki pengaruh namun tidak secara signifikan
terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep. Saran penelitian
selanjutnya, dapat meningkatkan jumlah sampel, menggunakan variabel lain
dan membatasi atau mengurangi jumlah item yang terkait perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep, serta perlunya edukasi dan pembinaan
mengenai bahaya penyalahgunaan obat tanpa resep, khususnya untuk keluarga
seperti orang tua anak jalanan, serta diadakan program self control training
pada anak jalanan, seperti mengidentifikasi pengendalian risiko, karena dengan
meningkatkan self control dapat mengurangi terjadinya impulsif dan
pengambilan keputusan yang buruk.
Keyword : stres, tekanan teman sebaya, pengendalian diri, usia,
penyalahgunaan obat tanpa resep, anak jalanan
G) Bahan bacaan: 9 buku, 33 jurnal, 5 artikel online, 1 disertasi.
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) December 2015
C) Ningrum Supriyatin
D) The effects of stress, peer pressure, and self control on nonprescription drugs
abuse among street children
E) xiv + 96 pages + 10 attachment
F) The growth of street children in Jakarta have increased, and most of the street
children had abused OTC drugs to get high sensations, and fly. As well as to
cope problems and anxiety they experienced. This study examined the effect
of variable stress, peer pressure (peer involvement, family involvement,
conformity norm peer, and misconduct), self control (impulsiveness, physical
activity, risk seeking, self centered, simple tasks, volatile temper) and age on
behavior nonprescription drugs abuse towards street children. A total of 155
street children in West Jakarta were recruited by using technique of accidental
non-probability sampling. Confirmatory factor analysis (CFA) was carried out
to analyze the validity of the instruments, while binary logistic regression was
used to analyze the data.
The result showed that there was significant effected stress, peer pressure, self
control, and income on nonprescription drugs abuse among street children
with 37.2%. Minor hypothesis test results showed the area family to
involvement on the peer pressure, self control, and income variable that have
significant effect on nonprescription drugs abuse. While stress, peer pressure (
peer to involvement, conformity norm peer, misconduct) do not have a
significant effected nonprescription drugs abuse. Recomenden for the next
same research is increasing number of samples, use other independent
variables and minimize the number of items, and needed for education and
training about the dangers of nonprescription drugs abuse, especially to
parents or families of street children , although self control training program
on street children, such as identifying risk control, because by increasing self-
control can reduce the occurrence of impulsivity and poor decision making.
Keywords: stress, peer pressure, self control, incomes, nonprescription drugs
abuse, and street children
G) Reading materials: 9 books, 33 journal, 5 online articles, 1 dissertation.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat-Nya peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini. Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, Wakil Dekan
Fakultas Psikologi..
2. Moh. Avicenna, M.H, Sc, Psy. Dosen pembimbing yang bersedia memberikan
bimbingan, masukan, kritikan, inspirasi dan motivasi selama penulis
menyelesaikan skripsi ini.
3. Liany Luzvinda, M.Si. Dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan, dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan.
4. Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psikolog dan Luh Putu S. Haryanthi, M.Psi,T.
Psikolog. Dosen penguji yang bersedia memberikan masukan, kritikan dan
nasihat kepada penulis.
5. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan pembelajaran berharga bagi penulis.
6. Ketua koordinasi anak jalanan dan seluruh anak jalanan yang telah bersedia
membantu menjadi responden penelitian. Allah selalu bersama kalian.
ix
7. Orang tua tercinta dan terhebat, Kakek, dan nenek, serta kakak, dan adik.
Terimakasih telah memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan disepanjang
kehidupan.
8. Intan SHA, Mia Puspitasari, Tiara Haeni, Fahri Sunaryo, Fradana Sapta, Mega
Prana, Ganissufi, Dini Rizky, Mulhimi, Rijkaard, dan Nuraini yang selalu
membantu, memberi hiburan, pencerahan dan semangat pada penulis dalam
penyelesain skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman kelas C 2011, yang telah mewarnai hidup penulis.
Terimakasih atas kebersamaan, persahabatan, hiburan, dukungan, serta kesetiaan
dan kesabaran menemani penulis. Kalian adalah sebaik-baiknya teman.
10. Taylor Swift, Cara Delevingne, Dani Pedrosa, yang telah memberikan inspirasi
dan hiburan bagi peneliti. You’ll never walk alone.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut
berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.
Peneliti berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua orang. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dapat menyempurnakan
skripsi ini.
Jakarta, 15 Desember 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN ORISINALITAS ..................................................................... iv
ABSTRAK..................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1-14
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ................................. 11
1.2.1 Pembatasan masalah .............................................................. 11
1.2.2 Perumusan masalah ............................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................................ 13
1.3.1 Tujuan penelitian .................................................................... 13
1.3.2 Manfaat penelitian ................................................................. 14
BAB 2 LANDASAN TEORI ........................................................................... 15-
39
2.1 Penyalahgunaan Obat Tanpa Resep .................................................. 16
2.1.1 Definisi penyalahgunaan obat tanpa resep ............................... 16
2.1.2 Jenis-jenis obat tanpa resep yang disalahgunakan .................... 17
2.1.3 Dampak penyalahgunaan obat tanpa resep .............................. 18
2.1.4 Faktor penyebab perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep .... 20
2.1.5 Pengukuran penyalahgunaan obat tanpa resep ......................... 21
2.2 Stres ................................................................................................ 22
2.2.1 Definisi stres .......................................................................... 22
2.2.2 Pendekatan teoritis pada stres ................................................ 23
2.2.3 Pengukuran stres .................................................................... 26
2.3 Tekanan Teman Sebaya (Peer Pressure) .......................................... 27
2.3.1 Definisi tekanan teman sebaya ................................................ 27
2.3.2 Area tekanan teman sebaya ..................................................... 28
2.3.3 Pengukuran tekanan teman sebaya ......................................... 29
2.4 Self Control ...................................................................................... 30
2.4.1 Definisi self control ................................................................. 30
xi
2.4.2 Dimensi-dimensi self control .................................................. 31
2.4.3 Pengukuran self control .......................................................... 32
2.5 Anak Jalanan ................................................................................... 33
2.5.1 Definisi anak jalanan .............................................................. 33
2.5.2 Kategori anak jalanan ............................................................. 34
2.5.3 Karakteristik kepribadian anak jalanan ................................... 35
2.6 Kerangka Berpikir ........................................................................... 37
2.7 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 42
BAB 3 METODE PENELITIAN …………………………………………..40-61
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 43
3.1.1 Populasi penelitian .................................................................. 43
3.1.2 Sampel penelitian ................................................................... 43
3.1.3 Teknik pengambilan sampel ................................................... 43
3.2 Variabel Penelitian .......................................................................... 44
3.2.1 Definisi Operasional Variabel ................................................ 45
3.2.2 Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 47
3.2.3 Skala perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep ..................... 47
3.2.4 Skala stres .............................................................................. 48
3.2.5 Skala tekanan teman sebaya .................................................... 49
3.2.6 Skala self control ................................................................... 50
3.3 Uji Validitas .................................................................................... 51
3.3.1 Uji validitas konstruk stres ..................................................... 53
3.3.2 Uji validitas konstruk tekanan teman sebaya ........................... 54
3.3.3 Uji validitas konstruk tekanan teman sebaya yang terlibat pada
area pertemanan ..................................................................... 54
3.3.4 Uji validitas konstruk tekanan teman sebaya yang terlibat pada
area keluarga .......................................................................... 55
3.3.5 Uji validitas konstruk tekanan teman sebaya yang terlibat pada
area norma teman .................................................................. 56
3.3.6 Uji validitas konstruk tekanan teman sebaya yang terlibat
dalam misconduct................................................................... 57
3.3.7 Uji validitas konstruk self control ............................................ 58
3.4 Metode Analisis Data ....................................................................... 60
3.5 Prosedur Penelitian .......................................................................... 63
BAB 4 HASIL PENELITIAN……………………………………………... 62-78
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .............................................. 65
4.2 Hasil Analisis Deskripsi ................................................................ 67
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ............................................ 68
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ......................................................... 69
4.4.1 Analisis Proporsi Varians pada Masing-masing IV .............. 80
xii
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ……………………….79-87
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 83
5.2 Diskusi .......................................................................................... 83
5.3 Saran ............................................................................................. 89
5.3.1 Saran teoritis ........................................................................ 90
5.3.2 Saran praktis ........................................................................ 90
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………88-92
LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 93-112
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue print skala perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep ................ 48
Tabel 3.2 Blue print skala stres ......................................................................... 49
Tabel 3.3 Blue print skala tekanan teman sebaya ............................................... 49
Tabel 3.4 Blue print skala self control ............................................................... 49
Tabel 3.5 Muatan faktor stres ............................................................................ 54
Tabel 3.6 Muatan faktor keterlibatan pada area pertemanan .............................. 55
Tabel 3.7 Muatan faktor keterlibatan pada area keluarga ................................... 56
Tabel 3.8 Muatan faktor keterlibatan pada area konformitas norma sebaya ....... 57
Tabel 3.9 Muatan faktor area misconduct .......................................................... 58
Tabel 3.10 Muatan faktor self control ................................................................ 59
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian .............................................................. 65
Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Penggunaan Zat ................ 66
Tabel 4.3 Hasil Statistika Deskriptif .................................................................. 67
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Penelitian .............................................................. 68
Tabel 4.5 Hosmer dan Lameshow Test .............................................................. 70
Tabel 4.6 R Square ............................................................................................ 70
Tabel 4.7 Koefisien Regresi Logistik ................................................................ 71
Tabel 4.8 Proporsi Varian Sumbangan Masing-Masing Independen Variabel ..... 79
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Pengaruh Stres, Tekanan Sebaya, dan Self Control Terhadap Perilaku
Penyalahgunaan Obat Tanpa Resep Pada Anak Jalanan ................................ 42
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Skala .......................................................................................... 97
2. Lampiran Hasil Lisrell ............................................................................... 103
3. Lampiran Regresi Logistik ......................................................................... 112
4. Lampiran Surat Izin Penelitian ................................................................... 116
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah penelitian, pembatasan
masalah, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan anak jalanan di Indonesia semakin meningkat, khususnya di kota-
kota besar dan mayoritas anak-anak yang bekerja di jalanan adalah anak berusia 7-
18 tahun (Beazley, 2003). Begitupun data dari dinas sosial khususnya di DKI
Jakarta, anak jalanan pada tahun 2010 berjumlah 5.650 orang, dan tahun 2011
meningkat menjadi 7.315 orang (Prabowo, 2011).
Penelitian Reppond (1983) di negara maju khususnya di Amerika Serikat
alasan anak pergi kejalan untuk melarikan diri karena perselisihan keluarga
dibandingkan faktor kemiskinan, hampir 80% di Amerika anak-anak melarikan diri
karena mengalami pelecehan fisik dan seksual, Patel (1983) menyatakan sebagian
besar anak-anak putus hubungan dengan keluarga, sehingga anak-anak memilih
menetap berdomisili di jalanan sepanjang hari (Aptekar, 1994).
Ennew (1986) dan Myers (1989) menyatakan bahwa sebagian besar di
negara berkembang, sebanyak 90% anak-anak bekerja di jalanan untuk menambah
penghasilan keluarganya (Aptekar,1994). Khususnya di Indonesia, kemiskinan
sebagai penyebab utama anak bekerja di jalanan dengan tujuan mencari
penghasilan dengan cara mengamen di jalan, menyemir sepatu, berjualan koran
2
dan majalah, serta meminta-minta. Biasanya anak jalanan sering berkumpul di
statiun kereta api, terminal, pasar tradisional, dan di sekitar lampu lalu lintas.
Selain masalah finansial alasan anak-anak pergi kejalan karena masalah keluarga,
seperti kekerasan fisik, dan ditelantarkan, hal ini berkaitan dengan orang tua yang
depresi, dan alkoholik, jika anak tidak membawa cukup uang sehabis bekerja,
mereka akan dihukum berat (Beazley, 2003).
Studi dari WHO (2000) melaporkan antara 25% dan 90% dari anak-anak
jalanan menggunakan zat psikoaktif yang bervariasi, termasuk obat-obatan,
alkohol, nikotin, opioid, halusinogen, ganja, hipnosedatif, stimulan dan inhalant.
Diantara jenis zat psikoatif yaitu obat-obatan, alkohol, rokok dan lain-lain
merupakan zat psikoaktif yang bersifat ilegal.
Terlebih lagi fenomena penyalahgunaan obat di kalangan anak jalanan
dipengaruhi karena ketersediaan obat yang banyak dijual di tempat umum,
tentunya mereka semakin mudah untuk mendapatkan zat tersebut seperti
mendapatkan rokok, alkohol, kafein, dan lem yang sudah menjadi umum di banyak
negara. Namun biasanya mereka cenderung menyalahgunakan obat secara
sembunyi-sembunyi dari orang tua dan masyarakat sekitar (Unodc,1999).
Hasil penelitian Braitstein tahun 2013 sekitar 60% anak jalanan telah
terlibat dalam penyalahgunaan beberapa jenis zat seperti ganja, tembakau,
inhalansia, alkohol dan lain-lain. Alasan yang paling umum penggunaan obat
begitu luas dikalangan anak jalanan karena tekanan teman sebaya, kebutuhan untuk
3
bertahan hidup, mengatasi kelaparan, mengatasi rasa takut, hingga untuk
kesenangan dan memunculkan rasa keberanian (Voa, 2013).
Terlebih lagi adanya faktor risiko yang berhubungan dengan
penyalahgunaan zat dikalangan anak jalanan, diantaranya faktor risiko perilaku dan
risiko fisik. Faktor risiko perilaku anak jalanan seperti kekerasan, mencuri,
mengemis, berkelahi, berbohong atau mengalami pelecehan seksual untuk
mendapatkan obat, sedangkan faktor risiko fisik seperti kekurangan gizi dan
berbagai bentuk kerusakan organ tubuh yang dialaminya (Odccp, 1997).
Selain berdasarkan fenomena penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan, peneliti juga melakukan wawancara dengan anak jalanan pada tanggal 16
januari 2015 yang bertempat di sekitar lampu merah lebak bulus, dan pinggiran
stasiun pondok ranji. Ternyata empat dari tujuh anak jalanan pada umumnya
melakukan penyalahgunaan obat. Adapun hasil wawancara tersebut adalah sebagai
berikut:
Menurut MD yang berusia 18 tahun, ia pertamakali menggunakan zat yaitu
rokok, dan berlanjut menggunakan lem aibon, kemudian dipaksa dan diajak teman-
temannya untuk mencoba obat-obatan apotek dan warung agar lebih merasakan
sensasi high, fly, dan senang. Jenis obat yang disalahgunakan MD yaitu jenis obat
batuk dan obat penenang, dengan alasan jenis obat tersebut mudah didapat.
Sementara menurut JK, dia menyalahgunakan jenis obat batuk, dan
sedatif, serta masih aktif ngelem. Alasan dia menyalahgunakan obat agar muncul
rasa kepercayaan diri, berani, tenang dan menghilangkan stres. Lain halnya dengan
4
PA, ia menyalahgunakan jenis obat batuk, painkiller dan sedatif, alasan PA
menyalahgunakan obat karena teman-temannya menyuruhnya untuk mencoba
terlebih dahulu dan ternyata sensasi yang ia rasakan ditubuhnya begitu berbeda
dari lem. TI menyalahgunakan obat tanpa resep jenis obat batuk dan flu yang
terkadang dicampur dengan minuman energi dan kafein, alasan TI
menyalahgunakan obat karena untuk melupakan masalah dan tekanan yang ada
dalam dirinya serta agar mendapatkan kegembiraan, fly, dan sensasi high.
Peneliti juga mewawancarai penjual obat di apotek pada tanggal 20 Januari
2015, ternyata fenomena penyalahgunaan obat tanpa resep sudah lama terjadi dan
menjadi hal umum dikalangan apoteker, biasanya jenis obat-obatan apotek yang
sering disalahgunakan yaitu obat jenis painkiller, analgesic dan antitusif.
Penyalahgunaan obat tanpa resep (nonprescription drugs abuse) disebut
sebagai penyalahgunaan obat OTC (over the counter) yang akhir-akhir ini
mengalami peningkatan di berbagai negara. Antara tahun 2000 sampai 2003,
American Association of Poison Control Centers menyebutkan terjadinya
peningkatan dua kali lipat pada obat OTC yang terjadi di Amerika Utara, demikian
pula pusat informasi toksikologi Swiss melihat peningkatan penyalahgunaan obat
OTC terjadi di Swiss karena produk tersebut mudah dibeli di toko-toko (Etingoff,
2012).
Sama halnya di Indonesia, BNNDKI (2011) melaporkan banyaknya bahan
obat untuk membuat fly secara bebas dijual di apotek diantaranya, ephedrine (yang
sering dijadikan bahan baku untuk pembuatan pil ekstasi) yang banyak ditemukan
5
pada obat pelangsing, obat asma, obat flu, obat amphetamin, dan obat
dekstrometorfan. Selain itu, berdasarkan laporan NSDUH (2008) pada tahun 2006,
sekitar 3,1 juta orang berusia 12 sampai 25 tahun (5,3 persen) pernah
menyalahgunakan obat OTC batuk dan flu untuk mendapatkan sensasi tinggi, dan
satu juta orang (1,7 persen) sudah menggunakan obat OTC batuk dan flu dalam
satu tahun terakhir, sekitar 30.5 % pada tahun sebelumnya telah menyalahgunakan
produk NyQuil, 18% telah menyalahgunakan Coricidin dan 17.8%
menyalahgunakan produk Robitussin.
Menurut Ettingoff (2012) salah satu kategori obat OTC yang paling sering
disalahgunakan adalah obat batuk & flu. Selain kategori tersebut, obat OTC yang
disalahgunakan untuk mendapatkan sensasi tinggi yaitu obat penghilang rasa nyeri,
obat sakit kepala, obat meredakan keram saat menstruasi, obat tidur dan obat anti
mabuk perjalanan, dan obat diet. Jika obat ini digunakan dalam dosis besar
membuat euphoria dan halusinasi dan berdampak pusing, kehilangan koordinasi
dan kematian.
Ford (2009) menyatakan penyalahgunaan obat legal mengalami
peningkatan seperti obat tanpa resep (OTC) karena obat tersebut lebih mudah
diakses, relatif terjangkau, dapat diterima secara sosial sehingga kecil
kemungkinan terkena hukum pidana dan sanksi lainnya serta adanya persepsi
bahwa obat tersebut lebih aman.
Di Indonesia, pemerintah berupaya menanggulangi penyalahgunaan obat
OTC dengan menghentikan peredaran obat teresebut di masyarakat dari hasil
6
pengawasan dan pengkajian badan POM serta sesuai dengan keputusan badan
pengawas obat dan makanan RI No. HK.04.1.35.06.13.3534 tahun 2013 tentang
Pembatalan Izin Edar Obat Mengandung Dekstrometrofan Sediaan Tunggal (Pom,
2014).
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (riskesdas, 2013) sejumlah 103.860
atau 35.2% dari 294.959 rumah tangga di Indonesia menyimpan obat untuk tujuan
pengobatan sendiri (swamedikasi) dengan proporsi tertinggi di wilayah DKI
Jakarta (56.4%), terdapat 81.9% rumah tangga menyimpan obat keras dan 86.1%
rumah tangga menyimpan antibiotika yang diperoleh tanpa resep.
Lucchini (1993) 80% dari anak jalanan telah mengkonsumsi obat OTC,
sebagian dari anak jalanan memiliki tingkat kecanduan yang rendah karena anak
jalanan dapat menghentikan konsumsi obat-obatan OTC. Namun, menurut
Connolly (1990) anak jalanan yang sudah menjadi kecanduan obat OTC dan zat
adiktif lainnya sangat mudah dikenal dengan ciri pakaian compang-camping,
wajah yang kotor, mata berkaca-kaca, disebabkan adanya pengaruh dari kerusakan
otak pada penggunaan obat-obatan OTC dan zat adiktif lainnya dalam jangka
waktu yang lama (Lalor,1999).
Obat OTC pada anak jalanan merupakan sebagai bantuan untuk mengatasi
ketegangan dan kecemasan yang dialaminya, seperti penggunaan obat penenang
dapat membantu anak jalanan merasa kurang cemas, sehingga penggunaan obat
OTC jangka panjang dapat memunculkan halusinasi yang menyebabkan masalah
kesehatan mental seperti, depresi, risiko bunuh diri, dan memperburuk gangguan
7
mental (skizofernia) di kalangan anak jalanan. Meskipun penyalahgunaan obat
OTC dapat menyebabkan masalah serius, masih banyak anak jalanan
menggunakannya karena menurut pandangan anak jalanan efek penggunaan obat
OTC dapat memecahkan masalah, mengurangi rasa lapar, menambah kegembiraan,
memberikan keberanian, membantu melupakan perasaan sedih, mengantuk,
meningkatkan energi untuk bekerja, meningkatkan kewaspadaan, meningkatkan
keakraban sesama teman pengguna, menghilangkan rasa sakit secara fisik (WHO,
2000).
Berdasarkan fenomena dan fakta yang terjadi dilapangan menjadi masalah
yang menarik untuk diteliti, karena anak jalanan memiliki tingkat penyalahgunaan
zat, khususnya penyalahgunaan obat tanpa resep sebagai alternatif untuk membuat
fly dan mendapatkan sensasi tinggi (high) seperti euphoria dan halusinasi. Pada
kenyataannya, penyalahgunaan obat tanpa resep hanya memperburuk masalah dan
dapat mengurangi kemampuan fisik mereka untuk bekerja di jalanan. Banyak
faktor yang menyebabkan anak jalanan menyalahgunakan obat tanpa resep
diantaranya: stres, tekanan lingkungan yang dialaminya, perilaku antisosial,
pengaruh teman sebaya (King et al, 2010), harga yang murah, faktor ketersediaan
serta faktor kemudahan untuk mendapatkan obat OTC (Gonzales et al, 2011).
Salah satu faktor yang berperan dalam penyalahgunaan obat tanpa resep
pada anak jalanan adalah stres. Silver (2013) menyebutkan terdapat pengaruh
positif antara stres dan penyalahgunaan obat tanpa resep seperti penyalahgunaan
obat flu dan nyeri serta gejala psikologis yang terjadi pada pria dan wanita.
8
Begitupun semua model zat menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara stres
pada semua penyalahgunaan zat pada laki-laki tetapi tidak untuk wanita. Hal ini
menunjukkan ketika laki-laki mengalami lebih banyak stres mereka lebih
meningkatkan penggunaan zat. Menurut Didenko dan Pankratz (2007) stres
merupakan penyebab anak jalanan menyalahgunakan obat tanpa resep untuk
mengatasi tekanan keadaan yang dialaminya.
Sama halnya dengan penelitian Abbot dan Fraser (1998) mengemukakan
bahwa sebagian besar individu menggunakan obat OTC analgesik untuk
menangani keadaan mood, kecemasan, masalah tidur dan stres, namun sebenarnya
hal tersebut tidak disarankan, begitupun tujuan beberapa individu menggunakan
obat OTC analgesik secara teratur untuk mengobati masalah psikologis dan stres.
Selain itu, Koushede et al (2010), melaporkan diantara orang yang sering merasa
stres menunjukkan adanya peningkatan penyalahgunaan obat analgesik
dibandingkan dengan individu yang tidak merasa stres.
Selain faktor psikologis, faktor lingkungan mempengaruhi
penyalahgunaan zat khususnya faktor tekanan teman sebaya, faktor tersebut terjadi
karena adanya tekanan dari teman sebaya dimana seseorang dipaksa atau di desak
untuk melakukan sesuatu tindakan tertentu (Brown, Clasen, dan Eicher, 1986).
Tekanan teman sebaya mempengaruhi keterlibatan dalam perilaku menyimpang
pada penggunaan zat, dibuktikan dengan peneltian Crockett, Raffawlli, dan Shen
(2006) bahwa tekanan teman sebaya memiliki hasil yang signifikan pada
penggunaan zat.
9
Hasil lain menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kecenderungan nilai
yang tinggi pada tekanan teman sebaya lebih banyak mengkonsumsi bir, alkohol,
mencuri, lebih sering mabuk dalam enam bulan sebelumnya, lebih sering bolos
dikelas, lebih banyak menggunakan kokain, jamur, crack, dari pada tekanan teman
sebaya yang rendah (Santor, Messervey, Kusumar, 2000). Sehingga kerentanan
tekanan teman sebaya memiliki hubungan positif terhadap semua indeks
penggunaan zat dan penyalahgunaan zat (Dielman et al, 1987).
Clasen dan Brown (1985) menyatakan bahwa tekanan teman sebaya
memiliki lima area diantaranya keterlibatan pada area pertemanan, keterlibatan
pada area sekolah, keluarga, konformitas, dan misconduct. Sedangkan diantara tiga
dari kelima area tekanan teman sebaya secara signifikan positif mempengaruhi
perilaku penyalahgunaan zat dan pelanggaran yaitu keterlibatan pada area teman,
keterlibatan pada area sekolah, dan konformitas dibandingkan dengan keterlibatan
pada area keluarga dan misconduct.
Brown, Clasen, Eicher (1986) melakukan penelitian lagi bahwa tekanan
teman sebaya secara signifikan mempengaruhi perilaku misconduct dan secara
positif berhubungan dengan penyalahgunaan obat-obatan dan perilaku bermasalah.
Selain itu, faktor pengendalian diri atau disebut dengan self-control,
memberi peluang untuk memahami efek penahanan diri dalam penggunaan zat.
Dari hasil penelitian Ford dan Blumenstein (2013) menunjukkan bahwa self
control secara signifikan berhubungan dengan semua bentuk penggunaan zat,
responden dengan self control yang rendah lebih melaporkan melakukan pesta
10
minuman keras dalam dua minggu terakhir, penggunaan ganja dan penyalahgunaan
obat tanpa resep dalam satu tahun terakhir.
Begitu juga dengan penelitian Wills dan Ainette (2008) melaporkan
individu yang memiliki self control tinggi menunjukkan dampak lebih kecil pada
faktor risiko tingkat penggunaan zat dibandingkan individu yang menunjukkan self
control yang rendah. Di dukung dengan penelitian Allahverdipour et al (2008)
menunjukkan bahwa penyalahgunaan obat dan rokok secara signifikan lebih tinggi
pada remaja yang memiliki tingkat self control rendah, hal tersebut karena remaja
yang mengalami tekanan teman sebaya dapat terlibat dalam perilaku
penyalahgunaan obat, kerena remaja yang memiliki self control rendah tidak
memiliki tindakan sosial yang efektif, yang bertujuan untuk melindungi diri
terhadap penyalahgunaan obat.
Faktor pendapatan memiliki peranan penting dalam penyalahgunaan obat
tanpa resep dikalangan anak jalanan. Unicef (2012) menyatakan anak jalanan
memiliki pendapatan berfluktuasi, sebagian besar pendapatan anak jalanan sepuluh
ribu sampai dua ratus ribu rupiah perhari. Hasil pendapatan anak jalanan biasanya
diberikan kepada keluarga, dan sebagiannya lagi digunakan untuk membeli rokok,
alkohol, dan obat-obatan sebagai bagian dari hiburan anak jalanan.
Untuk itu, melihat masih banyaknya masalah mengenai penyalahgunaan
zat khususnya penyalahgunaan obat tanpa resep, maka peneliti tertarik memilih
topik permasalahan penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan. Hal ini
karena pentingnya mengetahui faktor-faktor yang paling mempengaruhi dalam
11
melakukan perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan, sehingga
dapat menurunkan perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep, dan pihak-pihak
yang terkait dapat mengantisipasi perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada
masa yang akan datang.
1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Untuk menghindari kesimpangsiuran dan kesalahan persepsi dan lebih
terarahnya pembahasan, maka penulis membatasi masalah perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep, stres, tekanan teman sebaya, dan self control.
Adapun pengertian konsep yang digunakan sebagai berikut :
1. Perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep dalam penelitian ini adalah
perilaku menyalahgunakan obat tanpa resep dengan cara mengambil dalam
jumlah banyak atau melebihi dosis yang diberikan untuk mendapatkan
sensasi tinggi (high). Jenis obat tanpa resep yang disalahgunakan meliputi
obat batuk dan flu, analgesik, sedatif, stimulan dan obat pencahar
(Ettingoff, 2012).
2. Stres dalam penelitian ini adalah tekanan lingkungan yang melebihi
kemampuan individu untuk mengatasinya, sehingga terjadinya perubahan
psikologis dan biologis individu rentan terhadap risiko terkena penyakit
(Cohen, Kesler, Gordon, 1997).
12
3. Tekanan teman sebaya dalam penelitian ini adalah individu yang berpikir,
dan berperilaku untuk melakukan suatu tindakan dengan cara tertentu
karena telah ditekan, atau dipaksa oleh temannya. Meliputi tekanan teman
sebaya yang terlibat pada area pertemanan, tekanan teman sebaya yang
terlibat pada area keluarga, tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
konformitas norma sebaya, tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
misconduct (Brown et al, 1986).
4. Self control dalam penelitian ini adalah ketidakmampuan individu dalam
mengendalikan diri yang mengarah pada tindakan kriminal. Individu yang
memiliki kontrol diri rendah cenderung memiliki perilaku impulsiveness,
physical activity, risk seeking, self centered, simple task, volatile temper
(Gottfredson dan Hirschi, 1990) (dalam Grasmick et al, 1993).
5. Subjek pada penelitian ini anak jalanan yang berusia remaja 14-18 tahun.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
1. Apakah ada pengaruh stres, tekanan teman sebaya, self control dan
pendapatan serta dimensi-dimensinya terhadap perilaku penyalahgunaan obat
tanpa resep pada anak jalanan ?
13
2. Seberapa besar sumbangan perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep yang
dapat diprediksi oleh variabel stres, tekanan teman sebaya, self control dan
pendapatan serta dimensi-dimensinya secara bersama-sama ?
3. Apakah terdapat pengaruh stres terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa
resep ?
4. Apakah terdapat pengaruh tekanan teman sebaya (keterlibatan pada area
pertemanan) terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep ?
5. Apakah terdapat pengaruh tekanan teman sebaya (keterlibatan pada area
keluarga) terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep ?
6. Apakah terdapat pengaruh tekanan teman sebaya (keterlibatan pada area
konformitas norma sebaya) terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa
resep ?
7. Apakah terdapat pengaruh tekanan teman sebaya (keterlibatan pada area
misconduct) terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep ?
8. Apakah terdapat pengaruh self control terhadap perilaku penyalahgunaan obat
tanpa resep ?
9. Apakah terdapat pengaruh pendapatan terhadap perilaku penyalahgunaan obat
tanpa resep ?
14
10. Prediktor manakah yang paling berpengaruh terhadap perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel stres, tekanan
teman sebaya (tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan, tekanan
teman sebaya yang terlibat pada area sekolah, tekanan teman sebaya yang terlibat
pada area keluarga, tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas
norma sebaya, tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct, self
control dan pendapatan terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada
anak jalanan, serta mengetahui seberapa besar konstribusi yang diberikan oleh
masing-masing variabel terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada
anak jalanan.
1.3.2 Manfaat penelitian
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan gambaran dan berkontribusi keilmuan bagi psikologi sosial,
psikologi klinis dan psikologi perkembangan.
2. Sebagai bahan kajian ilmiah tentang suatu gejala psikologis dan sosial
mengenai perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan.
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
15
1. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat diperoleh gambaran
tentang pengaruh stres, tekanan teman sebaya, self control dan pendapatan
yang mempengaruhi perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan, sehingga dari hasil pengujian hipotesis ini dapat menjadi bahan
informasi dan introspeksi bagi anak jalanan dan pihak terkait lainnya tentang
bagaimana stres, tekanan teman sebaya, self control dan pendapatan
berpengaruh terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan.
2. Penelitian ini diharapkan juga mampu memberi gambaran aspek sosial,
budaya, dan dampaknya bagi pelaku maupun bagi masyarakat agar lebih
proposional dalam menilai perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada
anak jalanan.
16
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, peneliti membahas teori yang menjelaskan masing-masing variabel
penelitian. Adapun teori yang dibahas terlebih dahulu adalah teori-teori mengenai
penyalahgunaan obat tanpa resep (non prescription drugs abuse ), stres, tekanan
teman sebaya, self control, dan anak jalanan.
2.1 Penyalahgunaan Obat Tanpa Resep (Nonprescription Drugs Abuse)
2.1.1 Pengertian, Jenis, dan Dampak Penyalahgunaan Obat Tanpa Resep
Obat tanpa resep atau obat over the counter (OTC) adalah obat yang dapat dibeli di
apotek, supermarket dan toko, serta obat yang tidak memerlukan resep dokter
karena dianggap aman saat digunakan dengan aturan yang benar. Namun,
kenyataannya banyak obat OTC berpotensi menjadi ketergantungan dan kecanduan
serta menyebabkan reaksi toksin yang merugikan (Donatelle, Davis, dan Hoover,
1988).
Sedangkan menurut Hughes, et al (1999) sebagian besar obat tanpa resep
dijual bebas di apotek dan digunakan secara tepat dan benar oleh pasien, namun
sebagian kecil pasien dapat menyalahgunakan obat. Istilah penyalahgunaan
digunakan untuk menjelaskan penggunaan obat dengan tujuan tanpa medis,
misalnya digunakan untuk merasakan efek yang dapat mengubah pikiran, serta
penyalahgunaan terjadi jika menggunakan obat tujuan medis namun dengan cara
17
yang salah, misalnya menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama atau
meningkatkan dosis.
Obat tanpa resep merupakan zat yang mengubah tubuh untuk tujuan medis,
namun tidak memerlukan resep dokter untuk membelinya, kategori obat ini
diantaranya obat sakit kepala, obat flu & batuk, obat alergi, dan obat-obatan umum
lainnya. Namun semakin banyak orang dengan sengaja menyalahgunakan obat
tersebut dengan cara mengambil dalam jumlah banyak atau melebihi dosis yang
diberikan untuk mendapatkan sensasi high (Ettingoff, 2012).
Terdapat lima jenis obat (Ettingoff, 2012) yang sering disalahgunakan
yaitu: Obat batuk dan flu, obat-obatan penghilang rasa nyeri, obat penenang, obat
stimulan dan obat pencahar/diet.
1. Obat batuk dan flu
Obat untuk meredakan gejala batuk dan flu seperti demam, sakit kepala, bersin-
bersin dan hidung tersumbat. Jika obat tersebut diambil dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan efek samping fisik ringan sampai ke hal yang paling ekstrem
yaitu dapat menyebabkan kematian. Efek ringannya yaitu pusing, mual, gatal-
gatal, kehilangan koordinasi, berkeringat, penglihatan kabur, pupil melebar,
bicara melantur, sakit kepala, kulit sensitif, wajah memerah, kulit kering, mulut
kering dan mati rasa di kaki.
18
Dampak psikologis yaitu, disphoria, kesedihan ekstrem, paranoia,
kebingungan, disorientasi, distorsi persepsi, mania, cemas, gelisah, serta
depresi.
2. Obat penghilang rasa sakit atau analgesic
Obat untuk meredakan atau menghilangkan rasa sakit seperti, sakit kepala, kram
saat menstruasi, dan luka memar. Jika obat ini disalahgunakan dalam dosis
besar dapat memunculkan perasaan euforia, dan halusinasi. Menurut Magil
(2011) dampak penyalahgunaan obat pereda nyeri yaitu munculnya gejala
withdrawal, gelisah, nyeri otot dan tulang, insomnia, diare, mual. Jika
digunakan jangka panjang akan menyebabkan susah bernafas, depresi bahkan
kematian.
3. Obat penenang atau sedative
Obat yang memperlambat aktivitas otak sehingga memunculkan reaksi
ketenangan, mengurangi sakit, reaksi mengantuk dan menghilangkan
kecemasan. Jika obat penenang disalahgunakan dalam dosis tinggi maka akan
menyebabkan beberapa efek samping, seperti mengalami perubahan
kepribadian, euforia ringan, depresi, dan halusinasi. Selain itu, kejang otot,
denyut jantung melemah, pingsan, pusing, sulit berbicara, dan kematian.
4. Stimulan
Stimulan yang dikenal di kalangan atlet untuk meningkatkan kinerja,
meningkatkan denyut jantung, dan meningkatkan metabolisme, sehingga
19
memberikan lebih banyak energi dan kalori terbakar dengan cepat. Jika
stimulant disalahgunakan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala
withdrawal, kelelahan, depresi, gangguan pola tidur, mudah marah, paranoia,
meningkatkan tekanan darah, meningkatkan detak jantung, mengurangi nafsu
makan, komplikasi jantung, dan stroke.
5. Obat penurun berat badan
Obat pencahar merupakan substansi yang digunakan untuk mengatasi sembelit,
obat ini dapat merangsang percepatan gerakan usus, tetapi seseorang yang
menyalahgunakan obat pencahar percaya bahwa obat pencahar membantu untuk
menurunkan berat badan sehingga mereka mengambil dalam dosis yang besar.
Jika disalahgunakan dapat menyebabkan kebingungan, diare, nyeri dada,
tekanan darah tinggi, serta berisiko pada masalah jantung, seperti detak jantung
tidak teratur dan cepat, serangan jantung, nyeri dada, dan pendarahan.
Berdasarkan berbagai pengertian obat tanpa resep atau obat OTC yang
telah dijabarkan beberapa tokoh, pada penelitian ini peneliti menggunakan teori
obat tanpa resep dari Ettingoff (2012) yaitu menyalahgunakan obat tanpa resep
dengan cara mengambil dalam jumlah banyak atau melebihi dosis yang diberikan
untuk mendapatkan sensasi high.
Dari keseluruhan kategori obat yang sering disalahgunakan adalah obat
batuk dan flu, penghilang rasa sakit, obat penenang, stimulan, dan obat penurun
berat badan. Alasan obat-obatan tersebut banyak disalahgunakan karena obat-
20
obatan tersebut sangat mudah didapat dan tersedia tanpa membutuhkan resep
dokter untuk membelinya, dan obat-obatan ini dapat membuat efek ketagihan atau
kecanduan, serta banyak pecandu yang menyalahgunakan obat ini hanya untuk
mendapatkan sensasi high dan fly seperti menggunakan narkoba.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan obat tanpa resep
Perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya sebagai berikut:
1. Riwayat keluarga memiliki peranan besar dalam memprediksi individu menjadi
pecandu atau tidak, serta faktor lingkungan dapat mempengaruhi individu
menyalahgunakan obat tanpa resep, ketika individu yang merasa tidak sesuai
dengan lingkungannya misalnya memiliki rasa percaya diri yang rendah dan
mengalami depresi memungkinkan terjadinya penyalahgunaan obat (Ettingoff,
2012).
2. Stres merupakan alasan utama untuk menyalahgunakan obat, obat menawarkan
kesempatan pengguna untuk menghindari stresor yang disebabkan di sekolah,
teman atau keluarga (Ettingoff, 2012). Menurut Silver (2013) stres memiliki
pengaruh positif pada penyalahgunaan obat flu serta gejala psikologis pada
penyalahgunaan obat pereda nyeri yang terjadi pada pria dan wanita. Begitupun
adanya pengaruh signifikan antara stres pada semua penggunaan zat pada laki-
laki tetapi tidak untuk wanita. Hal ini menunjukkan ketika laki-laki mengalami
lebih banyak stres mereka lebih meningkatkan penggunaan zat.
21
3. Tekanan teman sebaya sering disebut sebagai faktor penting dalam
penyalahgunaan zat pada remaja (Dielman, et al, 1987). Tekanan teman sebaya
mempengaruhi secara positif pada penggunaan zat dan perilaku pelanggaran
(Brown, Clasen, & Eicher, 1986).
4. Self control yang tinggi pada seseorang menunjukkan dampak lebih kecil pada
faktor resiko tingkat penggunaan zat dibandingkan individu yang menunjukkan
self control yang rendah (Wills & Ainette, 2008).
5. Faktor pendapatan memainkan peran penting dalam penyalahgunaan obat tanpa
resep, hasil pendapatan anak jalanan biasanya diberikan kepada keluarga, dan
sebagiannya digunakan untuk membeli rokok, alkohol, dan obat-obatan (Unicef,
2012).
6. Ketersediaan mengacu pada kemudahan atau kesulitan untuk mendapatkan obat
terutama berkenaan dengan biaya dan jumlah obat yang tersedia (NIDA, 1980).
2.1.3 Indikator dan Pengukuran penyalahgunaan obat tanpa resep
Indikator dalam penelitian ini yaitu pernah menyalahgunakan obat tanpa perlu
resep dokter dengan tujuan fly dalam enam bulan terakhir. Peneliti menggunakan
dan memodifikasi alat ukur dari McCabe, et al (2005) tentang nonmedical use of
prescription opioid analgesic, pengukuran ini mengukur penggunaan tanpa medis
pada obat resep analgesik opiod pada remaja hingga dewasa awal. Skala ini hanya
memiliki dua pilihan jawaban (binary choice), yaitu “ya” yang berarti
22
menyalahgunakan obat tanpa resep dan “tidak” yang berarti tidak
menyalahgunakan obat tanpa resep.
2.2 Stres
2.2.1 Definisi stres
Menurut Selye (1976) stres merupakan bagian dari pengalaman manusia sehari-
hari yang berhubungan dengan berbagai masalah yang dasarnya berbeda, seperti
trauma, luka bakar, dorongan emosional, usaha fisik dan mental, lelah, sakit, rasa
takut, kebutuhan untuk berkonsentrasi, frustasi, kehilangan darah, keracunan
dengan obat-obatan atau polusi lingkungan.
Lazarus dan Folkman (1984) mendefiniskan stres adalah sebuah hubungan
antara individu dengan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai hal
membebani atau melebihi kemampuan seseorang dan membahayakan
kesejahteraannya.
Menurut Cohen, Kesler, dan Gordon (1997) stres adalah tekanan lingkungan
yang melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya, sehingga terjadinya
perubahan psikologis dan biologis individu rentan terhadap risiko terkena penyakit.
Peneliti menggunakan teori stres dari Cohen, Kessler, dan Gordon (1997) yang
memfokuskan pada tekanan lingkungan yang melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya, sehingga terjadinya perubahan psikologis dan biologis individu
rentan terhadap risiko terkena penyakit.
23
2.2.2 Pendekatan teoritis pada stres
Cohen, Kessler, dan Gordon (1997) ada dua pendekatan terhadap stres, yaitu
pendekatan biologis dan pendekatan psikologis untuk memberikan gambaran
tentang pendekatan teoritis terhadap stres lingkungan, yaitu :
1. Pendekatan biologis
Pendekatan biologis berfokus pada aktivasi sistem fisiologis yang responsif
terhadap tekanan fisik dan psikologis. Aktivasi sistem bertujuan menempatkan
individu pada risiko berbagai gangguan fisik dan psikis. Terdapat dua sistem
yang terkait terhadap reaksi stres, yaitu sympathetic-adrenal medulla system
(SAM) dapat memunculkan reaksi tubuh terhadap berbagai keadaan darurat,
meningkatkan adrenalin (epinephrine) sehingga memunculkan respon fight or
flight. Sistem hiphothalamic- pituitary adrenal axis (HPA) terjadi karena
adanya pengaruh dari reaksi fisiologis non spesifik yang disebabkan oleh respon
terhadap stimulus yang berlebihan. Terdapat tiga tahapan yang disebut General
adaption syndrome (GAS), yaitu : Tahap alarm, tahap reaksi awal yang
diperlukan untuk menghadapi berbagai stresor. Tahap resistance, yaitu
melibatkan penyesuaian penuh pada stresor dengan meningkatkan konsekuensi
atau menghilangkan suatu simptom. Tahap exhaustion, terjadi jika stresor cukup
berat dan berkepanjangan akan melemahkan pertahanan somatik sehingga
individu tidak dapat lagi beradaptasi dengan stresor.
24
2. Pendekatan psikologis
Stres psikologis menekankan pada persepsi individu dan menilai potensi yang
berbahaya yang disebabkan oleh stimulus. Persepsi akan munculnya ancaman
terjadi ketika tekanan pada seseorang melebihi kemampuannya. Lazarus (1966)
ada dua macam penilaian dari stimulus, yang dinilai suatu ancaman berbahaya
atau tidak berbahaya, yaitu : Primary appraisal merupakan penilaian pada
kondisi stimulus dan struktur psikologis yang dirasakan, seperti menghadapi
bahaya, intensitas, dan durasi dari stimulus.
Situasi yang menghasilkan stres akan dinilai menjadi tiga yaitu: Harm-loss,
memungkinkan seseorang mengalami beberapa kerugian seperti mengalami
cidera yang mengakibatkan lumpuh atau sakit, kehilangan orang yang di cintai.
Threat (ancaman) berkaitan dengan bahaya atau kehilangan yang belum terjadi
tetapi akan diantisipasikan, bahkan ketika bahaya atau kehilangan telah terjadi
pun akan selalu menyatu dengan ancaman karena setiap kehilangan akan
berimplikasi negatif untuk masa depan. Challenge (tantangan) berfokus pada
potensi keuntungan atau perkembangan yang melekat dalam munculnya emosi
yang menyenangkan seperti keinginan, kegembiraan dan semangat, sedangkan
ancaman berfokus pada potensi bahaya dan ditandai oleh emosi negatif seperti
takut, cemas dan marah.
25
Secondary appraisal yaitu adanya respon coping dan mengevaluasi sumber
daya untuk menentukan apakah individu dapat mengatasi stres dengan
menghilangkan atau mengurangi efek dari stimulus stres tersebut.
2.2.2 Aspek psikologis terhadap stres
1. Kognisi dan Stres, Stres dapat mengganggu fungsi kognitif dengan cara
melemahkan perhatian, seperti kesulitan konsentrasi, mengingat, memecahkan
masalah.
2. Emosi dan Stres, Emosi dan stres saling berkaitan. Individu yang cenderung
meggunakan keadaan emosinya dapat menilai stres yang dialaminya. Seperti
mengalami stres dan ketakutan jika bertemu ular, cemas, phobia, marah, dan
sedih
3. Perilaku sosial dan stres, Stres dapat mengubah individu terhadap satu sama
lain. Individu yang mengalami stres cenderung mengarahkan individu untuk
mencari dukungan dan bantuan, atau kurang bersosialisasi dan kurang peduli
terhadap orang lain
2.2.3 Pengukuran stres
Ada beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur stres yaitu social
readjustment rating scale (SRRS) yang dikembangkan oleh Thomas Holmes dan
Richard Rahe (1967), skala ini berisi sebuah daftar peristiwa yang berasal dari
pengalaman klinis dan menilai banyaknya penyesuaian dari setiap
26
peristiwa.Kemudian alat ukur Kessler psychological distress scale (K10) yang
dikembangkan oleh Kessler, alat ukur ini berisi 10 item pertanyaan mengenai
kecemasan dan gejala depresi yang telah dialami seseorang dalam periode empat
minggu. Selanjutnya ada, perceived strees scale (PSS) yang dikembangkan oleh
Cohen dan rekannya (1983) berdasarkan konsep Lazarus, skala ini untuk mengukur
sejauh mana situasi kehidupan seseorang dinilai sebagai stres dalam satu bulan
terakhir, serta peran psikososial dan stresor lingkungan sebagai faktor resiko rentan
sakit fisik dan psikologis, dan dirancang untuk memanfaatkan sejauh mana
responden berpendapat bahwa kehidupan mereka tidak dapat diprediksi, tidak
terkendali dan overloading.
Peneliti menggunakan dan memodifikasi alat ukur dari Cohen yaitu PSS-14
(perceived stress scale), yang berisi 14 item dengan bentuk skala unidimensional,
dalam respon empat skala.
2.3 Tekanan Teman Sebaya (Peer Pressure)
2.3.1 Definisi tekanan teman sebaya
Newman dan Newman (1984) mengemukakan bahwa tekanan teman sebaya adalah
suatu perilaku dimana seseorang dipaksa atau didorong untuk melakukan sesuatu
dengan teman-teman lainnya.
Sedangkan menurut Brown, Clasen dan Eicher (1986) mendefinisikan
tekanan teman sebaya adalah seseorang berpikir, dan berperilaku untuk melakukan
27
suatu tindakan dengan cara tertentu karena telah ditekan, atau dipaksa oleh
temannya.
Konsisten dengan Brown, et al (1986), Santor dan Kusumakar (2000)
mendefinisikan tekanan teman sebaya adalah seseorang dalam kelompok usia yang
sama secara aktif mendorong atau memaksa temannya untuk melakukan sesuatu,
atau adanya tekanan atau paksaan dari teman sebaya untuk mengubah sikap,
perilaku, dan nilai-nilai tanpa peduli apakah individu yang ditekan tersebut
menginginkannya atau tidak.
Dari berbagai pengertian tekanan teman sebaya, maka dalam penelitian ini
peneliti menggunakan teori tekanan teman sebaya dari Brown, Clasen dan Eicher
(1986) yaitu seseorang berpikir, dan berperilaku untuk melakukan suatu tindakan
dengan cara tertentu karena telah ditekan, atau dipaksa oleh temannya.
2.3.2 Area tekanan teman sebaya
Clasen & Brown (1986) tekanan teman sebaya memiliki lima area yaitu:
1. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan
Situasi dimana individu mendapatkan tekanan dari teman sebaya dalam berpikir
dan berperilaku pada pergaulan sehari-hari, seperti dipaksa untuk pergi melihat
hiburan.
28
2. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area sekolah
Situasi dimana individu mendapatkan tekanan dari teman sebaya dalam berpikir
dan berperilaku pada area dilingkungan sekolah, seperti dipaksa untuk bolos
sekolah dan tidak mengerjakan tugas sekolah.
3. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga
Situasi dimana individu mendapatkan tekanan dari teman sebaya dalam berpikir
dan berperilaku pada area keluarga, seperti dipaksa berbohong kepada orang tua
untuk pergi bersama teman.
4. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas norma sebaya
Situasi dimana individu mendapatkan tekanan dari teman sebaya dalam berpikir
dan berperilaku pada area konformitas norma sebaya, seperti mengikuti cara
berpakaian kelompok sebaya agar tidak dijauhi.
5. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct
Situasi dimana individu mendapatkan tekanan dari teman sebaya dalam berpikir
dan berperilaku untuk melakukan perilaku pelanggaran, seperti dipaksa untuk
menggunakan obat-obatan terlarang.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti memilih empat dari lima area tekanan
teman sebaya yaitu tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan,
tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga, tekanan teman sebaya
29
yang terlibat pada area konformitas norma sebaya, dan tekanan teman sebaya
yang terlibat pada area misconduct. Sedangkan peneliti tidak menggunakan
tekanan teman sebaya yang terlibat pada area sekolah, karena sebagian besar
anak jalanan banyak yang tidak sekolah atau putus sekolah yang disebabkan
faktor kemiskinan keluarga, sehingga banyak orang tua dari anak jalanan tidak
sanggup untuk menyekolahkan anaknya, bahkan menyuruh anaknya untuk
bekerja dijalanan dengan tujuan untuk menambah penghasilan keluarga.
2.3.3 Pengukuran tekanan teman sebaya
Ada beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur tekanan teman sebaya
(peer pressure) diantaranya PPI (Peer pressure inventory) yang dikembangkan
oleh Brown dan Clasen (Brown, Clasen, dan Eicher, 1986; Clasen dan Brown,
1985) dirancang untuk menilai persepsi tekanan teman sebaya dalam beberapa
aspek diantaranya keterlibatan pada teman, sekolah, keluarga, konformitas pada
norma teman, dan misconduct. Serta RPP (Resistance to peer pressure) yang
dikembangkan oleh Berndt (1979), digunakan untuk menilai ketahanan terhadap
tekanan teman sebaya yang dihubungkan dengan tiga jenis perilaku (prososial,
antisosial, dan netral).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengukuran skala PPI (Peer
pressure inventory) dari Brown dan rekannya (Brown, Clasen, dan Eicher, 1986;
Clasen dan Brown, 1985). Serta peneliti memodifikasi alat ukur dengan respon
empat skala.
30
2.4 Self Control
2.4.1 Definisi self control
Gottfredson dan Hirschi (1990) mendefinisikan self control yaitu ketidakmampuan
individu dalam mengendalikan diri yang mengarah pada tindakan kriminal,
sehingga individu yang memiliki kontrol diri rendah memiliki perilaku yang
cenderung mengarah pada tindakan kriminal. Gottfredson dan Hirschi
menunjukkan bahwa individu yang memiliki self control yang rendah dapat
disebut impulsif, memiliki pandangan pendek, tidak peduli dengan rasa sakit dan
penderitaan yang mereka buat untuk orang lain, kurang rajin dan kurang memiliki
ketahanan (dalam Grasmick et al, 1993).
Tokoh lain yang memberikan definisi self control yaitu Tangney et al
(2004) self control adalah kemampuan untuk mengesampingkan atau mengubah
respon diri seseorang, serta menghentikan kecenderungan perilaku yang tidak
diinginkan dan menahan diri atas tindakannya. Sedangkan menurut Baumeister et
al (2007) self control mengacu pada kemampuan untuk mengubah respon terhadap
dirinya sendiri, terutama untuk memberikan standar yang sesuai dirinya, seperti
cita-cita, nilai, moral, harapan sosial serta untuk mengejar tujuan jangka panjang.
Dari berbagai pengertian self-control, maka dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teori self control dari Gottfredson dan Hirschi yaitu
ketidakmampuan individu dalam mengendalikan diri yang mengarah pada tindakan
kriminal.
31
2.4.2 Dimensi-dimensi self control
Gottfredson dan Hirschi 1990 (dalam Grasmick, et al, 1993) terdapat enam dimensi
yang menjelaskan ciri seseorang yang memiliki self control yang rendah (low self
control), yaitu :
1. Impulsiveness
Mengacu pada seseorang yang cenderung memiliki orientasi “here and now”,
lebih menyukai reward secara langsung dengan ketidakmampuan untuk
menunda kepuasan.
2. Physical activity
Individu yang lebih memilih kegiatan yang melibatkan aktifitas fisik daripada
melibatkan aktifitas kognitif.
3. Risk seeking
Individu yang memiliki sifat berpetualang dan lebih suka terlibat dalam kegiatan
yang beresiko.
4. Self centeredness
Individu yang memiliki sifat kurang sensitif terhadap kebutuhan orang lain.
5. Simple tasks
Individu yang cenderung menyukai hal yang sederhana dan menghindari tugas-
tugas yang sulit.
32
6. Volatile temper
Individu yang cenderung rentan mengalami frustasi, dan memiliki kemampuan
yang kurang untuk merespon konflik secara lisan dibandingkan secara fisik.
2.4.2 Pengukuran self control
Ada beberapa jenis alat ukur dalam self control diantaranya, the self control
schedule (SCS) dikembangkan oleh Rosenbaum (1980) yang digunakan untuk
sample klinis seperti self-distraction, kecemasan dan refarming kognitif untuk
memecahkan masalah perilaku tertentu. Kemudian terdapat self control
questionnaire yang dikembangkan oleh Brandon dan rekannya (1990) dalam
Tangney, et al (2004) sebagai skala sifat pengendalian diri yang mengacu pada
pengendalian diri dari perilaku kesehatan, serta self control scale yang
dikembangkan oleh Grasmick dan rekannya (1993) yang mengacu pada teori
Gottfredson dan Hirschi.
Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur self control scale
yang dikembangkan oleh Grasmick dan rekannya yang mengacu pada teori
Gottfredson dan Hirschi (1990) yang terdapat 24 item dengan tipe skala likert, dan
memodifikasi respon skala menjadi empat dan bersifat unidimensional.
33
2.5 Anak Jalanan
2.5.1 Definisi anak jalanan
Anak jalanan menurut Unodc (2009) adalah bagian dari sektor tenaga kerja yang
tidak terorganisir dan membantu diri atau keluarga dengan bekerja sebagai penjual
majalah, koran di kereta, bus atau di lampu lalu lintas, membersihkan mobil dan
kendaraan lain dan sebagian dari anak jalanan juga bertahan hidup dengan
mengemis dan mengamen. Anak jalanan umumnya berkumpul di stasiun api atau
metromini, terminal bus, pasar, lampu lintas untuk keberlangsungan hidup.
Menurut Beazley (2003) anak jalanan di Indonesia merupakan anak yang ada
di pinggiran masyarakat, mayoritas anak-anak yang bekerja di jalanan adalah anak
yang berusia 7-18 tahun. Dalam pandangan pemerintah dan masyarakat, anak-anak
tersebut terlihat melakukan pelanggaran sosial, bertentangan dengan nilai keluarga
dan ketertiban umum.
Menurut kementerian sosial (2010) anak jalanan adalah anak yang rentan
bekerja di jalanan, anak yang bekerja di jalanan, dan/atau anak yang bekerja dan
hidup di jalanan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan
kegiatan hidup sehari-hari dengan usia mencakup 5 sampai 18 tahun.
Dari berbagai pengertian anak jalanan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teori dari Beazley (2003) yaitu anak jalanan yang bekerja di jalanan.
Dalam pandangan pemerintah dan masyarakat anak-anak tersebut terlihat
34
melakukan pelanggaran sosial, bertentangan dengan nilai keluarga dan ketertiban
umum.
2.5.2 Kategori anak jalanan
Unicef (1984) dalam Lalor, K (1994) menjelaskan kategori besar pada anak-anak
jalanan dibedakan dalam tiga kategori yaitu : Pertama, children at risk, yakni anak-
anak yang berasal dari masyarakat miskin perkotaan dan mereka membentuk
penampungan untuk anak-anak jalanan yang bermunculan.
Kedua, children on the street, yakni anak yang datang ke jalanan untuk bekerja
menambah penghasilan keluarganya dan mereka akan kembali pulang pada
keluarga di malam hari. Cukup banyak diantara mereka yang bersekolah secara
paruh waktu, rata-rata anak-anak ini melakukan pekerjaan seperti menyemir
sepatu, mencuci mobil, berjualan koran, menjual rokok atau permen dan
pengamen.
Ketiga, children of the street, yaitu anak yang lebih memilih jalanan sebagai
tempat tinggal utama mereka, hubungan keluarga mungkin ada tetapi frekuensi
bertemu tidak menentu. Kategori ini disebut “ anak-anak terlantar”, seperti anak
yatim piatu, anak yang melarikan diri, pengungsi dan sebagainya yang tidak
mempunyai hubungan dengan orang tua secara signifikan. Dalam aktivitas sehari-
hari, anak-anak terlantar sangat mirip dengan anak-anak jalanan.Mereka dibedakan
dalam hubungan dengan keluarga yang telah putus, baik secara kematian atau
ditinggalkan.
35
Berdasarkan pengelompokan anak jalanan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pengelompokan childen on the street, yaitu anak yang datang ke
jalanan untuk bekerja menambah penghasilan keluarganya dan mereka akan
kembali pulang pada keluarga di malam hari.
2.5.3 Karakteristik kepribadian anak jalanan
Stoecklin (2000) menjelaskan terdapat enam karakteristik kepribadian anak
jalanan:
1. Hero
Anak jalanan melihat dirinya sebagai pahlawan karena anak jalanan memiliki
kemampuan untuk mempertahankan diri, bekerja diusia dini, mengetahui cara
menghemat uang, membantu teman-temannya dan mengembangkan solidaritas
meskipun kondisi dijalanan kurang menguntungkan dan memiliki latarbelakang
kekerasan pada keluarga.
2. Pekerja keras
Memiliki kemauan yang kuat, berada dalam kondisi dibawah tekanan dari para
pesaing dewasa yang sama-sama bekerja dengannya, jujur dan setia untuk
bekerja demi keluarga, anak jalanan memiliki beragam citra diri yaitu sebagai
anak yang baik dan jujur, tapi tak berdaya, dan terdiskriminasi, cenderung
mengandalkan kemampuannya untuk diakui teman-teman dan keluarganya
melalui usahanya sendiri.
36
3. Ambivalent
Tidak positif atau memiliki citra diri negatif, mengubah penampilan dirinya,
tidak dapat memahami pengalaman dari kehidupan jalanan, memiliki motivasi
yang bertentangan. Anak jalanan bisa menjadi pahlawan, kuat, dan bangga,
atau terisolasi, dilecehkan, dan tertekan. Anak jalanan memiliki kontrol diri
yang rendah, mencari identitas diri, melakukan penipuan dan pelanggaran
kepada orang-orang yang tidak dikenalnya.
4. Survivor
Hanya memiliki satu orang tua, atau memiliki ayah atau ibu tiri, tidak senang
menjadi anak jalanan, memiliki penghasilan sendiri, setiap hari memikirkan
kebutuhan untuk bertahan hidup, memiliki persaingan sosial yang lebih rumit.
5. Terisolasi
Ditinggalkan oleh orang tua atau disiksa, dan dieksploitasi oleh hukum, takut
dan bersembunyi dari polisi, mengalami penderitaan. Anak jalanan yang
terisolasi biasanya menjadi korban kekerasan, dan dilecehkan oleh organisasi
kriminal (preman), polisi, dan masyarakat umum. Anak jalanan merasa terpisah
dari masyarakat, ditolak, diabaikan, anak jalanan juga ingin menjadi warga
negara yang layak, dan dihargai, namun sebagian besar anak jalanan melihat
dirinya sebagai korban masyarakat.
37
6. Dependent abused
Dianiaya oleh keluarga, termasuk seksual, trauma dan tidak berdaya, sangat
bergantung. Kematian ayah atau ibu, dan kemiskinan mendorongnya menjadi
anak jalanan untuk bertahan hidup dan menciptakan ketergantungan yang lebih
besar pada ayah atau ibunya yang masih hidup . Kehidupan jalanan dipandang
negatif, penuh kekerasan, merusak, namun karena tujuan untuk menambah
penghasilan keluarga dan kebutuhan untuk bertahan hidup memaksakannya
untuk bekerja dijalanan, sedangkan keterampilan pertahanan diri terbatas.
2.6 Kerangka Berpikir
Pertumbuhan anak jalanan di Indonesia khususnya dikota-kota besar masih
mengalami peningkatan. Anak jalanan beserta keluarganya pindah ke kota untuk
tujuan mendapatkan penghasilan yang lebih baik, sehingga banyak orangtua atau
keluarga menyuruh anaknya bekerja di jalanan untuk menambah penghasilan
keluarganya. Kemiskinan memaksakan anak jalanan untuk melakukan suatu
pekerjaan tersebut, sehingga mengakibatkan anak jalanan menjadi dewasa sebelum
waktunya, memiliki sifat agresif, mandiri dan kurang kasih sayang, sehingga dapat
memunculkan banyak konflik yang terjadi didalam dirinya mulai dari konflik
keluarga karena lebih berorientasi kepada teman, dibandingkan orangtua, keluarga
yang tidak harmonis, sehingga mengakibatkan terjadinya kasus anak jalanan yang
ditandai dengan kenakalan dan tindakan kriminalitas seperti masalah kecanduan
alkohol, narkoba atau obat-obatan.
38
Braitstein berpendapat tahun 2013 terdapat 60% anak jalanan
menyalahgunakan berbagai jeniz zat diantaranya menyalahgunakan obat tanpa
resep, alkohol, inhalansia dan tembakau. Faktor penyalahgunaan zat dikalangan
anak jalanan terjadi karena adanya tekanan dari teman sebaya yang memaksa
individu melakukan suatu tindakan tersebut, untuk mengatasi stres yang terjadi
dikalangan anak jalanan yang diakibatkan banyaknya tekanan dalam
lingkungannya, mengatasi kelaparan dan memunculkan rasa percaya diri, memiliki
pengendalian diri yang rendah dan usia remaja yang rentan terhadap tindakan
kriminal.
Stres diprediksi menjadi faktor yang menyebabkan perilaku penyalahgunaan
obat tanpa resep. Stres berkorelasi positif pada penyalahgunaan obat flu dan obat
penghilang nyeri yang cenderung lebih tinggi terjadi pada laki-laki, hal ini
menunjukkan semakin tinggi tingkat stres pada laki-laki, semakin tinggi pula
mereka dalam meningkatkan penyalahgunaan zat (Silver, 2013).
Stres dapat dikatakan faktor alasan internal pada perilaku penyalahgunaan obat
tanpa resep. Stres terjadi karena adanya tekanan lingkungan yang dinilai
membebani atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya (Cohen et al,
1997) sehingga individu lebih memilih mengatasi stres dengan cara
menyalahgunakan obat tanpa resep atau menyalahgunaan zat lainnya.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi perilaku penyalahgunaan obat tanpa
resep adalah tekanan teman sebaya. Pada beberapa kasus penyalahgunaan obat
tanpa resep diakibatkan adanya tekanan teman sebaya. Keberanian dalam
39
menyalahgunakan obat tanpa resep karena adanya tekanan teman sebaya negatif
yang mendorong atau memaksa individu melakukan hal yang sesuai dengan teman
sebaya tanpa peduli individu tersebut menyukainya atau tidak. Brown et al (1986)
membagi empat area pada tekanan teman diantaranya tekanan teman sebaya yang
terlibat pada area pertemanan, tekanan teman sebaya yang terlibat pada keluarga,
tekanan teman sebaya yang terlibat pada area norma teman sebaya, dan tekanan
teman sebaya yang terlibat pada area misconduct.
Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan yaitu adanya situasi
dimana individu mendapatkan tekanan dari temannya untuk berpikir dan
berperilaku sesuai dengan arahan pada area pertemanan. Hal ini terkait dengan
lingkungan anak jalanan yang banyak menghabiskan waktu bersama temannya
ketika bekerja, sehingga ketika individu didorong atau dipaksa temannya untuk
menyalahgunakan obat tanpa resep, individu tersebut mungkin tidak dapat
menolak karena mayoritas anak jalanan lebih dekat dengan teman-temannya. Oleh
karena itu, semakin tinggi keterlibatan pada area teman sebaya pada anak jalanan
maka munculnya perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep juga semakin tinggi.
Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga yaitu adanya situasi
dimana individu mendapatkan tekanan dari temannya untuk berpikir dan
berperilaku sesuai dengan arahan pada area keluarga. Hecht (1998) menyatakan
bahwa sebagian besar kehidupan keluarga anak jalanan tidak memuaskan sehingga
memunculkan individu tidak merasakan sense of belonging serta tidak
terpenuhinya kebutuhan emosional, sehingga rentannya tekanan teman sebaya
40
yang terjadi di lingkungan keluarga memungkin individu melakukan
penyalahgunaan obat tanpa resep dikarenakan peran keluarga atau pengawasan
orang tua yang rendah terhadap anaknya akan memunculkan anak lebih mengikuti
tekanan dari temannya untuk melakukan suatu perilaku tertentu misalnya perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep. Oleh karena itu, semakin tinggi tekanan teman
sebaya pada keterlibatan area keluarga maka semakin tinggi pula perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep.
Tekanan teman sebaya yang terlibat dalam konformitas norma sebaya yaitu
adanya situasi dimana individu mendapatkan tekanan dari temannya untuk berpikir
dan berperilaku sesuai dengan arahan pada area konformitas norma sebaya agar
diterima dan tidak dijauhi oleh anggota kelompok. Sebagian besar anak jalanan
lebih banyak menghabiskan waktu dengan kelompok teman sebayanya, pada
beberapa kasus perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep diakibatkan karena
adanya keterlibatan pada konformitas norma sebaya yang memaksa individu untuk
melakukan perilaku tersebut agar individu tersebut diterima oleh kelompoknya.
Sehingga, semakin tinggi konformitas norma sebaya maka semakin tinggi pula
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep.
Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct yaitu adanya
dorongan dan tekanan dari teman pada individu untuk mengikuti perilaku negatif,
sehingga tekanan teman sebaya mempengaruhi keterlibatan dalam perilaku
menyimpang pada penggunaan zat, dibuktikan dengan peneltian (Crockett, et al,
2006) bahwa tekanan teman sebaya memiliki hasil yang signifikan pada
41
penggunaan zat. Oleh karena itu, semakin besar tekanan teman negatif maka
semakin tinggi pula individu melakukan perilaku menyimpang pada
penyalahgunaan zat.
Adanya peran dari self-control dapat membuat individu untuk menghindari
terjadinya perilaku kriminal seperti penyalahgunaan obat tanpa resep. Namun,
individu yang memiliki self control yang rendah dapat menyebabkan individu
memiliki kepribadian yang cenderung mengarah pada tindakan kriminal seperti
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep.
Faktor demografis berupa pendapatan diduga mempengaruhi perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep. Anak jalanan memiliki pendapatan tidak
menentu, pendapatan perhari anak jalanan sekitar sepuluh ribu rupiah sampai lima
puluh ribu rupiah, dan hasil pendapatan anak jalanan biasanya diberikan kepada
keluarga, dan sebagiannya lagi digunakan untuk membeli rokok, alkohol, dan obat-
obatan, anak jalanan tidak memperdulikan pertumbuhan dan perkembangan
fisiknya, ia hanya memperdulikan cara untuk bertahan hidup, sehingga
penyalahgunaan zat khususnya penyalahgunaan obat tanpa resep begitu tinggi
karena alasan umum anak jalanan menyalahgunakan obat tanpa resep untuk
bertahan hidup (Unicef, 2012).
Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1.
Pengaruh stres, tekanan teman sebaya, self control dan pendapatan terhadap
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan.
42
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Penelitian
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini, yaitu :
H1: Ada pengaruh yang signifikan stres terhadap perilaku penyalahgunaan obat
tanpa resep pada anak jalanan.
H2: Ada pengaruh yang signifikan tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
pertemanan terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan.
43
H3: Ada pengaruh yang signifikan tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
keluarga terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan.
H4: Ada pengaruh yang signifikan tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
konformitas norma sebaya terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep
pada anak jalanan.
H5: Ada pengaruh yang signifikan tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
misconduct terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan.
H6: Ada pengaruh yang signifikan self control terhadap perilaku penyalahgunaan
obat tanpa resep pada anak jalanan.
H7: Ada pengaruh yang signifikan pendapatan terhadap perilaku penyalahgunaan
obat tanpa resep pada anak jalanan.
44
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini peneliti memaparkan populasi dan sampel, variabel penelitian,
instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk, metode analisis data dan
prosedur penelitian.
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1 Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah anak jalanan yang berada di wilayah Jakarta
Barat. Berdasarkan data dari BPS dan Pusdatin jumlah anak jalanan di wilayah
Jakarta Barat mengalami peningkatan dari 736 anak jalanan ditahun 2008 menjadi
918 anak jalanan ditahun 2012 (Kemensos, 2012).
3.1.2 Sampel penelitian
Pada penelitian ini yang dijadikan sampel adalah anak jalanan sebanyak 155
responden, yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Anak jalanan yang secara umum bekerja di jalanan pada siang hari dan pulang
kerumah keluarga pada malam hari.
2. Anak jalanan dalam tahap perkembangan remaja berusia 14-18 tahun.
3.1.3 Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini bersifat non probability sampling, yaitu
accidental sampling, dimana peneliti memberikan angket yang berisi beberapa
45
item pertanyaan kepada responden yang memenuhi syarat dan kebetulan bertemu
dengan peneliti. Sampel yang diambil adalah sampel yang telah memenuhi kriteria
atau tujuan yang telah ditentukan peneliti. Penetapan jumlah sampel tersebut
disesuaikan dengan kemampuan peneliti berdasarkan pertimbangan waktu dan
dana sampel dalam penelitian ini. Peneliti memilih sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu, dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang memiliki
karakteristik yang dikehendaki.
3.2 Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah perilaku penyalahgunaan obat tanpa
resep.
2. Variabel bebas (Independent variable)
1. Stres
2. Tekanan teman sebaya, yang terdiri dari :
a. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan
b. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga
c. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas norma teman
d. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct
46
3. Self control, yang terdiri dari :
a. Impulsiveness
b. Physical activity
c. Risk seeking
d. Self centeredness
e. Simple tasks
f. Volatile temper
4. Variabel Demografis
a. Pendapatan
3.3 Definisi Operasional Variabel
Setelah menentukan dependent variable dan independent variable, selanjutnya
peneliti menentukan definisi operasional dari semua variabel penelitian. Adapun
definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep adalah perilaku menyalahgunakan
obat tanpa resep dengan cara mengambil dalam jumlah banyak atau melebihi
dosis yang diberikan untuk mendapatkan sensasi tinggi (high) dalam enam
bulan terakhir. Yang diukur dengan nonmedical use of prescription opioid
analgesic. Memiliki dua pilihan jawaban yaitu “ya” yang berarti
menyalahgunakan obat tanpa resep dalam jangka waktu enam bulan terakhir.dan
47
“tidak” yang berarti tidak menyalahgunakan obat tanpa resep dalam jangka
waktu enam bulan terakhir.
2. Stres adalah tekanan lingkungan yang melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya. Individu yang mengalami stres memunculkan perubahan
psikologis seperti rasa cemas, tegang, perasaan tertekan, jantung berdebar,
keringat berlebihan, gemetar dan pusing. Yang diukur dengan menggunakan
skala perceived stress scale (PSS) yang bersifat unidimensional.
3. Tekanan teman sebaya adalah individu yang mengubah perilakunya karena ada
paksaan atau tekanan dari temannya. Yang diukur menggunakan skala peer
pressure inventory (PPI). Meliputi empat area:
a. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan, individu yang
mengubah perilaku pada pergaulan sehari-hari karena dipaksa atau ditekan
temannya untuk melakukan sesuatu seperti pergi untuk melihat hiburan.
b. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga, individu yang
mengubah perilakunya pada area keluarga karena dipaksa atau ditekan
temannya, seperti berbohong pada orang tua.
c. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas norma sebaya,
individu yang mengubah perilakunya pada area konformitas norma sebaya
karena dipaksa atau ditekan temannya, seperti mengikuti gaya pakaian karena
dipaksa atau ditekan temannya.
48
d. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct adalah individu
yang mengubah perilakunya karena dipaksa atau ditekan temannya, seperti
melakukan tindak pelanggaran yaitu menyalahgunakan narkoba.
4. Self control adalah ketidakmampuan individu dalam mengendalikan diri yang
mengarah pada tindakan kriminal. Diukur dengan menggunakan self control
scale (SCS) yang meliputi: Impulsiveness, physical activity, risk seeking, self
centeredness, simple tasks, dan volatile temper.
3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan kuesioner
yang berbentuk skala likert. Skala pengukuran terdiri atas pernyataan positif
(favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Partisipan diminta untuk
memilih salah satu dari beberapa kategori skala yang disediakan. Bagian pertama
terdiri dari atas informed consent dan identitas partisipan. Bagian kedua dari
instrumen berisi skala mengenai perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep. Bagian
ketiga instrumen merupakan serangkaian pernyataan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep, terdiri atas skala stres,
skala tekanan teman sebaya, dan skala self control.
3.3.1 Skala perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep
pada anak jalanan dengan memodifikasi alat ukur McCabe dan rekannya (2005)
yang menggunakan nonmedical use of prescription opioid analgesic. Pada skala ini
49
hanya terdapat dua pilihan jawaban yaitu menyalahgunakan obat tanpa resep dan
tidak menyalahgunakan obat tanpa resep.
Pilihan 1: Menyalahgunakan obat tanpa resep (nilai 1). Dilihat dari subjek
melakukan perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep, dengan respon menjawab: a)
Ya, pernah menggunakan dalam enam bulan terakhir.
Pilihan 2: Tidak menyalahgunakan obat tanpa resep (nilai 0). Dilihat dari subjek
tidak menyalahgunakan obat tanpa resep, dengan respon menjawab: b) Tidak
pernah menggunakan.
Tabel 3.1
Blueprint skala perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep
No Item Respon
Ya Tidak
1. Apakah Anda pernah mabuk atau merasakan fly
karena menyalahgunakan obat yang dijual bebas dari
apotek/warung (obat tanpa perlu resep dokter) dalam
enam bulan terakhir ?
Jika Ya, Sebutkan merk/jenis obatnya …
3.3.2 Skala stres
Peneliti mengukur stres dengan menggunakan PSS (Perceived Stress scale) yang
dikembangkan oleh Cohen, Kamarck dan Mermelstein (1983), skala ini terdiri dari
14 item yang mengukur sejauh mana situasi kehidupan seseorang dinilai sebagai
stres. Peneliti memodifikasi respon item menjadi 4 respon yang terdiri dari Sangat
sering (SS), Sering (S), Jarang, Tidak pernah (TP). Tabel blueprint skala stres
dapat dilihat pada tabel 3.2.
50
Tabel 3.2
Blueprint skala stres
Dimensi Indikator
Item
Jumlah
Fav Unfav
Stres Individu sering
merasa khawatir,
gelisah, tertekan
dalam kehidupan
sehari-hari
1,3, 10 3
Individu tidak mampu
mengatasi masalah
dalam hidupnya.
2,8,11 4,5,6,7,9,
12,13,
14
11
Jumlah 14
3.3.3 Skala tekanan teman sebaya
Peneliti memodifikasi skala PPI (Peer pressure inventory) yang dikembangkan
oleh (Brown, Clasen, dan Eicher,1986) dalam bentuk skala likert yang berjumlah
20 item. Skor tanggapan atas pernyataan terdiri dari Sangat setuju (SS), Setuju (S),
Tidak setuju (TS), Sangat tidak setuju (STS). Tabel blueprint skala tekanan sebaya
dapat dilihat pada tabel 3.3
Tabel 3.3
Blueprint skala tekanan teman sebaya
No Area Indikator Fav Unfav Jumlah
1. Tekanan teman
sebaya yang terlibat
pada area
pertemanan
Mengikuti
keinginan, ajakan
dan dorongan
temannya seperti
ajakan merokok,
melihat hiburan
musik.
1,2,3,4 - 4
2. Tekanan teman
sebaya yang terlibat
Mengikuti keinginan,
ajakan dan dorongan
5,7,8 6 4
51
pada area keluarga temannya seperti dipaksa
berbohong kepada orang
tua untuk pergi bersama
teman.
3. Tekanan teman
sebaya yang terlibat
pada area
konformitas norma
sebaya
Mengikuti keinginan,
ajakan dan dorongan
temannya seperti dipaksa
mengikuti cara
berpakaian kelompoknya.
9,10 12,13 4
4. Tekanan teman
sebaya yang terlibat
pada area
misconduct.
Jumlah
Mengikuti keinginan,
ajakan dan dorongan
temannya seperti dipaksa
minum alcohol, dan
menggunakan obat-
obatan terlarang.
13,14,15 16 4
16
3.3.4 Skala self control
Peneliti mengukur self control menggunakan SCS (Self control scale) yang
dikembangkan oleh Grasmick dan rekannya (1993), skala ini terdiri dari 24 item
dalam bentuk skala likert dengan 4 respon skala yang berkisar antara sangat setuju
(SS), sampai sangat tidak setuju (STS). Tabel blueprint skala self control dapat
dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4
Blueprint skala self control
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah
1. Impulsivenes
Seseorang yang cenderung memiliki
orientasi “here and now”, lebih menyukai
1, 2, 3, 4 - 4
52
reward secara langsung dengan
ketidakmampuan untuk menunda
kepuasan.
2. Physical
activity
Individu yang lebih memilih kegiatan
yang melibatkan aktifitas fisik daripada
melibatkan aktifitas kognitif.
5, 6, 7, 8 - 4
3. Risk seeking Individu yang memiliki sifat berpetualang
dan lebih suka terlibat dalam kegiatan
yang beresiko.
9, 10,
11, 12
- 4
4. Self
centeredness
Individu yang memiliki sifat kurang
sensitif terhadap kebutuhan orang lain.
13, 14,
15, 16
- 4
5. Simple tasks Individu yang cenderung menyukai hal
yang sederhana dan menghindari tugas-
tugas yang sulit.
17, 18,
19, 20
- 4
6. Volatile
temper
Individu yang cenderung rentan
mengalami frustasi, dan memiliki
kemampuan yang kurang untuk merespon
konflik secara lisan dibandingkan secara
fisik.
21, 22,
23, 24
- 4
Jumlah 24
3.4 Uji Validitas
Dalam penelitian ini validitas konstruk dari setiap instrumen diuji dengan
analisis faktor konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis/CFA). Adapun
yang dimaksud dengan CFA adalah bagian dari analisis faktor yang
digunakan untuk menguji sejauh mana masing-masing item valid di dalam
mengukur apa yang ingin diukur. Dalam penelitian ini yang diuji adalah
sebuah model unidimensional (satu faktor) dan jika ternyata model fit
dengan data maka dapat dilakukan uji hipotesis apakah masing-masing item
signifikan di dalam mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menguji hal
53
ini peneliti menggunakan software lisrel 8.7 (Umar, 2012). Adapun
langkah-langkah untuk mendapatkan kriteria item yang baik pada CFA,
yaitu sebagai berikut:
1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square yang
dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan (P>0.05) berarti semua item
hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai Chi-Square signifikan
(P<0.05) maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang
diuji sesuai dengan langkah kedua berikut ini.
2. Jika nilai Chi-Square signifikan (P<0.05), maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item mengukur selain konstruk yang ingin
diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu
konstruk/multidimensional). Setelah beberapa kesalahan pengukuran
dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh model yang fit. Maka
model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan melihat
apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai koefisien positif.
4. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk
mendapatkan faktor skornya. Selanjutnya, melakukan pengolahan data
menggunakan SPSS 18.0 dengan ketentuan tidak mengikutsertakan skor mental
dari item yang dieliminasi.
54
Terdapat kriteria item yang baik pada CFA yaitu:
1. Menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak diukur
dengan menggunakan T-test. Melihat signifikan tidaknya item tersebut,
mengukur faktornya dengan melihat nilai t bagi koefisien muatan faktor item.
Perbandingannya adalah jika t > 1,96 maka item tersebut tidak akan di-drop dan
sebaliknya.
2. Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut sudah diskoring
dengan favorabel, maka nilai koefisien muatan faktor harus bermuatan positif
atau sebaliknya. Apabila item favorabel terdapat muatan faktor item bernilai
negatif maka item tersebut akan di-drop dan sebaliknya.
3. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi maka
item tersebut akan di-drop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa
yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain (multidimensional).
Setelah diuji validitasnya, kemudian diuji pula reliabilitasnya dari item-
item yang dimiliki peneliti. Reliabilitas adalah seberapa besar proporsi
varian dari true skor. Nilai reliabilitas nantinya didapatkan sekaligus ketika
melakukan uji validitas dengan bantuan LISREL.
55
3.5.1 Uji validitas konstruk stres
Peneliti menguji unidimensionalitas skala stress yang terdiri dari 14 item. Untuk
melihat signifikan tidaknya item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur
diujikan hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari tiap item. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, hasilnya tidak fit, dengan
Chi-square = 258.52, df = 77, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.124.
Oleh sebab itu, dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi dengan yang lain.
Sehingga diperoleh model fit dengan Chi-square = 75.95, df = 63, P-value =
0.12687 dan RMSEA = 0.037. Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima,
artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu stress. Gambar model fit
dapat dilihat pada lampiran.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan item-item yang perlu
dikeluarkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika t-value < 1.96 maka item tersebut perlu
dikeluarkan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.5 pada halaman
selanjutnya.
Berdasarkan tabel 3.5 dapat dilihat bahwa terdapat item yang signifikan dan
tidak signifikan. Item yang signifikan tidak akan di drop dan diikut sertakan dalam
analisis uji hipotesis. Sementara item nomor 4 terbukti tidak signifikan dan harus
56
di drop. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dari alat ukur stres terdapat 13 item yang
signifikan dan 1 item yang tidak signifikan.
Tabel 3.5
Muatan faktor item stres No.Item Koefisien Error T-Value Signifikan
1 0.59 0.09 6.97 √
2 0.50 0.09 5.53 √
3 0.32 0.09 3.34 √
4 0.16 0.09 1.73 X
5 0.18 0.09 1.97 √
6 0.24 0.09 2.61 √
7 0.31 0.09 3.33 √
8 0.34 0.09 3.68 √
9 0.41 0.09 4.40 √
10 0.54 0.09 6.26 √
11 0.55 0.09 6.36 √
12 0.24 0.09 2.60 √
13 0.32 0.09 3.41 √
14 0.36 0.09 4.02 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
3.5.2 Uji validitas konstruk tekanan teman sebaya
3.5.2.1 Uji validitas konstruk tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
pertemanan
Peneliti menguji apakah ke empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur tekanan teman sebaya yang terlibat dalam pertemanan. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata diperoleh
model fit dengan Chi-square = 1.24, df = 2, P-value = 0.53714, dan nilai RMSEA
= 0.000. Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima, artinya seluruh item
hanya mengukur satu faktor yaitu keterlibatan pada teman. Gambar model fit dapat
dilihat pada lampiran.
57
Selanjutnya, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan item-item yang perlu
dikeluarkan atau tidak.Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika t-value < 1.96 maka item tersebut perlu
dikeluarkan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6
Muatan faktor tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan No. Item Koefisien Error T-Value Signifikan
1 0.46 0.10 4.59 √
2 -0.16 0.09 -1.75 X
3 0.89 0.14 6.44 √
4 0.49 0.10 4.81 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Dari hasil tabel 3.6 dapat dilihat bahwa terdapat tiga item yang signifikan dan
memiliki koefisien bermuatan positif.Kemudian terdapat satu item yang t-value
<1.96, yaitu item 2 maka item tersebut tidak signifikan, sehingga item tersebut
perlu dikeluarkan.
3.5.2.2 Uji validitas konstruk tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
keluarga
Peneliti menguji apakah ke empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur tekanan teman sebaya yang terlibat dalam keluarga. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata diperoleh
model fit dengan Chi-square = 1.24, df = 2, P-value = 0.53714, dan nilai RMSEA
= 0.000. Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima, artinya seluruh item
58
hanya mengukur satu faktor yaitu keterlibatan pada teman. Gambar model fit dapat
dilihat pada lampiran.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan item-item yang perlu
dikeluarkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika t-value < 1.96 maka item tersebut perlu dikeluarkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7
Muatan faktor tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga No. Item Koefisien Error T-Value Signifikan
9 0.46 0.10 4.59 √
10 -0.16 0.09 -1.75 X
11 0.89 0.14 6.44 √
12 0.49 0.10 4.81 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Dari hasil tabel 3.7 dapat dilihat bahwa terdapat tiga item yang signifikan
dan memiliki koefisien bermuatan positif. Kemudian terdapat satu item yang t-
value <1.96, yaitu item 2 maka item tersebut tidak signifikan, sehingga item
tersebut perlu dikeluarkan.
3.5.2.3 Uji validitas konstruk tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
konformitas norma teman sebaya
Peneliti menguji apakah ke empat item yang ada bersifat unidimensional, art inya
benar hanya mengukur tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas
norma teman. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
59
ternyata diperoleh model fit dengan Chi-square = 2.41, df = 2, P-value = 0.30028,
dan nilai RMSEA = 0.036. Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima,
artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu keterlibatan pada
konformitas norma teman. Gambar model fit dapat dilihat pada lampiran.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan item-item yang perlu
dikeluarkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika t-value < 1.96 maka item tersebut perlu
dikeluarkan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut ini.
Tabel 3.8
Muatan faktor tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas norma
sebaya No. Item Koefisien Error T-Value Signifikan
13 0.47 0.12 4.01 √
14 1.24 0.24 5.17 √
15 0.32 0.10 3.27 √
16 -0.11 0.07 -1.60 X
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Dari hasil tabel 3.8 dapat dilihat bahwa terdapat tiga item yang signifikan
dan memiliki koefisien bermuatan positif.Kemudian terdapat satu item yang t-
value <1.96, yaitu item 4 maka item tersebut tidak signifikan, sehingga item
tersebut perlu dikeluarkan.
60
3.5.2.4 Uji validitas konstruk tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
misconduct
Peneliti menguji apakah ke empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct.
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
diperoleh model fit dengan Chi-square = 2.95, df = 2, P-value = 0.22898, dan nilai
RMSEA = 0.055. Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima, artinya
seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu keterlibatan pada misconduct.
Gambar model fit dapat dilihat pada lampiran.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan item-item yang perlu
dikeluarkan atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika t-value < 1.96 maka item tersebut perlu dikeluarkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9
Muatan faktor tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct No. Item Koefisien Error T-Value Signifikan
17 0.74 0.15 4.80 √
18 0.62 0.14 4.54 √
19 0.33 0.10 3.32 √
20 0.02 0.10 0.22 X
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Dari hasil tabel 3.9 dapat dilihat bahwa terdapat tiga item yang signifikan
dan memiliki koefisien bermuatan positif. Kemudian terdapat satu item yang t-
61
value <1.96, yaitu item 4 maka item tersebut tidak signifikan, sehingga item
tersebut perlu dikeluarkan.
3.5.3 Uji validitas konstruk self control
Peneliti menguji unidimensional skala self control yang terdiri dari 24 item. Untuk
melihat signifikan tidaknya item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur
diujikan hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari tiap item. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, hasilnya tidak fit, dengan
Chi-square = 258.52, df = 77, P-value = 0.00000 dan RMSEA = 0.124. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata diperoleh model
fit dengan Chi-square = 230.87 df = 2, P-value = 0.06638, dan nilai RMSEA =
0.032. Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima, artinya seluruh item
hanya mengukur satu faktor yaitu self control. Gambar model fit dapat dilihat pada
lampiran.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan item-item yang perlu
dikeluarkan atau tidak.Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika t-value < 1.96 maka item tersebut perlu
dikeluarkan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut ini.
62
Tabel 3.10
Muatan faktor self control No.Item Koefisien Error T-value Signifikan
1. 0.58 0.08 7.24 √
2. -0.08 0.09 -0.96 X
3. 0.18 0.09 2.15 √
4. 0.62 0.08 8.12 √
5. 0.63 0.08 8.20 √
6. 0.64 0.08 8.01 √
7. 0.11 0.09 1.25 X
8. 0.47 0.08 5.66 √
9. -0.10 0.09 -1.21 X
10. 0.39 0.08 4.60 √
11. 0.46 0.08 5.76 √
12. 0.07 0.09 0.77 X
13. 0.32 0.09 3.78 √
14. 0.23 0.09 3.78 √
15. 0.54 0.08 6.72 √
16. 0.56 0.08 6.66 √
17. 0.47 0.08 5.80 √
18. 0.24 0.09 2.70 √
19. -0.13 0.09 -1.44 X
20. 0.59 0.08 7.34 √
21. 0.40 0.08 4.89 √
22. 0.29 0.08 3.50 √
23. 0.18 0.09 3.50 √
24. 0.16 0.09 1.87 X
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Dari hasil tabel 3.10 dapat dilihat bahwa terdapat delapan belas item yang
signifikan dan memiliki koefisien bermuatan positif. Kemudian terdapat enam item
yang tidak signifikan, sehingga item tersebut perlu dikeluarkan.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis regresi logistik
berganda untuk menguji hipotesis nihil penelitian ini. Dalam penelitian ini tidak
bias dilakukan analisis regresi biasa dikarenakan variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data kategorik dikotomi, sedangkan
63
dalam analisis regresi biasa diasumsikan variabel tersebut adalah kontinum. Jika
tetap dilakukan analisis regresi biasa maka hasil menjadi palsu atau tidak valid.
Itulah sebabnya dalam kondisi seperti ini, peneliti menggunakan regresi logistik
berganda. Penyelesaian ini menggunakan pendekatan persamaan nonlinear yaitu
model logistik dengan persamaan regresi logistik sebagai berikut: P(i)=
Keterangan :
P(i) = probabilitas penyalahgunaan obat tanpa resep
E = basis logaritma natural, yaitu mathematical constant (2.718)
β = koefisien regresi
X1 = stres
X2 = tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan
X3 = tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga
X4 = tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas norma sebaya
X5 = tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct
X6 = self control
X7 = pendapatan
Koefisien regresi logistik secara sederhana menunjukkan perubahan pada log odds
dari suatu peristiwa yang dialami atau yang memiliki karakteristik dari satu unit
perubahan variabel independen. Koefisien ini memiliki peneltian yang sama persis
dengan koefisien dalam regresi biasa kecuali bahwa unit variabel dependen dalam
regresi logistik diwakili dengan log odds (Li) yang memiliki satuan logit (Pampel,
2000).
Keterangan :
Li = logit dari perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep.
64
Kesederhanaan interpretasi dari koefisien logistik seperti dijelaskan di atas tidak
memiliki matrik yang bermakna.Log odds (logit) merupakan persamaan yang
linear, namun ada beberapa informasi yang tidak bisa didapatkan dari logit. Oleh
karena itu, interpretasi akan dilanjutkan pada tingkat odds (Oi). Berikut model
persamaan odds dengan mengambil eksponen atau antilogaritma dari koefisien
regresi logistik :
Oi = Li =
Odds adalah rasio dari dua probabilitas. Dalam hal ini odds diartikan
sebagai rasio dari probabilitas perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep dibanding
dengan probabilitas kejadian tidak menyalahgunakan obat tanpa resep, sehingga
dapat dituliskan rumus sebagai berikut :
Oi =
Oi = odds melakukan perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep.
Dalam regresi logistik nilai odds bisa disajikan dalam bentuk odds ratio
(OR), yaitu rasio dari dua odds. OR digunakan untuk melihat nilai dari naik atau
turunnya odds perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep tiap kenaikan satu unit
variabel independen. Dapat juga dikatakan bahwa OR menunjukkan sejauh mana
peningkatan ukuran variabel dependen dengan setiap perubahan yang dipengaruhi
oleh variabel independen. Selain itu, terdapat sebuah rumus sederhana di dalam
analisis regresi logistik yang menunjukkan odds ratio dapat ditafsirkan sebagai
persentase perubahan (percent change) dengan rumus :
65
% change = 100 (OR-1)
Selanjutnya, penafsiran koefisien regresi logistik dilanjutkan ke tahap
probabilitas. Karena hubungan antara variabel dependen dan variabel independen
adalah nonlinear dan bukan penambahan, maka probabilitas tidak bisa
diinterpretasi secara penuh dengan koefisien tunggal. Probabilitas harus
diidentifikasi dengan nilai tertentu, yaitu dengan nilai tertentu, yaitu dengan
persamaan sederhana yang menunjukkan predicted probability dalam odds sebagai
berikut :
Selain dapat mengetahui nilai predicted probability, dapat pula diketahui
nilai rentangan probabilitas yang mungkin terjadi atau disebut confidence interval.
Dalam beberapa setting mungkin diperlukan untuk menyajikan perkiraan interval
dari predicted probability (Hosmer & Lemeshow, 2000). Berikut rumus yang
digunakan dalam menentukan nilai Confidence interval predicted probability =
Z1-α/2 merupakan nilai dari100 (1 - α/2)% pada standar distribusi normal.
Dikarenakan penelitian ini menggunakan α = 0.05 maka nilai Z1-α/2 = 1.96. SE
[(Li(x)] merupakan standard error dari logit. Nilai SE[(Li(x)] merupakan akar dari
66
perkiraan varians. Nilai varians sendiri bisa didapatkan dari persamaan berikut
(Hosmer & Lemeshow, 2000):
Var Li x =
Penafsiran dalam perhitungan analisis regresi logistik melalui empat
tahapan, yaitu logit, odds, odds ratio, dan probabilitas. Dalam melakukan
perhitungan analisis regresi logistik, peneliti menggunakan bantuan software SPSS
18.
3.7 Prosedur Penelitian
Secara garis besar penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu :
1. Tahap persiapan
- Perumusan masalah yang diteliti.
- Menentukan variabel yang diteliti.
- Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat
mengenai variabel penelitian.
- Menentukan subjek penelitian.
- Persiapan alat pengumpulan data dengan menggunakan alat berupa skala
model likert yang terdiri dari skala stres, skala tekanan teman sebaya, dan self
control.
67
2. Tahap pelaksanaan
- Menentukan jumlah sampel penelitian.
- Memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden
untuk mengisi skala dalam penelitian.
- Melaksanakan pengambilan data.
3. Tahap pengolahan data
- Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden.
- Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat tabel
data.
- Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji
hipotesis.
4. Tahap analisis dan laporan
Pada tahap ini penulis membuat laporan hasil dan melihat item-item yang baik
serta membuat diskusi dan kesimpulan pada penelitian ini.
68
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab hasil penelitian ini akan dipaparkan hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi tiga bagian yaitu, gambaran subjek
penelitian, hasil analisis deskriptif dan terakhir hasil uji hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Pada sub bab yang pertama dideskripsikan tentang subjek penelitian yang
berjumlah 155 anak jalanan. Penjelasan mengenai sampel penelitian berdasarkan
data demografis dan data penyalahgunaan zat dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 4.1
Gambaran Subjek Penelitian
Sampel penelitian Frekuensi Persentase
Perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep 127 81.9%
Tidak menyalahgunaan obat tanpa resep 28 18.1%
Pekerjaan
Pengamen 127 82%
Juru parkir 25 16.1%
Serabutan 3 1.9%
Pendapatan perhari
15000-29000 71 45.8%
30000-49000 72 46.5%
50000-80000 12 7.7%
Pendidikan
Tidak sekolah 32 20.7%
SD 78 50.3%
SMP 45 29%
Pekerjaan orang tua
Pengangguran 22 14.2%
Buruh 28 18.1%
Kuli 32 20.6%
Pedagang 38 24.6%
Pemulung 31 20%
PNS 4 2.5%
69
Dari 155 responden penelitian ini diketahui bahwa sebesar 81.9% responden
dinyatakan menyalahgunakan obat tanpa resep dan sebesar 18.1% responden
dinyatakan tidak menyalahgunakan obat tanpa resep. Sampel dengan pekerjaan
sebagai pengamen lebih banyak dengan presentase 82% dan diikuti dengan
pekerjaan juru parkir dengan persentase sebesar 16.1%. Pendapatan perhari pada
sampel penelitian ini paling banyak adalah Rp.30.000-49.000 dengan presentase
sebesar 46.5% diikuti dengan penghasilan sebesaar Rp 15.000-29.000 dengan
presentase 45.8%.
Pendidikan terakhir sampel penelitian ini paling banyak adalah SD, dengan
persentase 50.3%. Kemudian SMP dengan persentase 29% dan terakhir tidak
sekolah dengan persentase 20.7%.Sampel dengan pekerjaan orangtua sebagai
pedagang/wirausaha lebih banyak dengan persentase sebesar 24.6%. Kemudian
pekerjaan orang tua sebagai kuli dengan persentase sebesar 20.6%, diikuti dengan
pekerjaan orang tua sebagai pemulung 20%, buruh sebesar 18.1%, pengangguran
14.2% dan PNS 2.5%.
Tabel 4.2
Gambaran subjek penelitian berdasarkan data penggunaan zat adiktif Jenis zat Frekuensi Presentase
Rokok 146 94.1%
Pil/obat warung 127 81.9%
Alkohol 105 67.7%
Lem 76 49%
Ganja 14 9%
Total sampel 155
70
Berdasarkan data penggunaan zat adiktif, jenis penggunaan zat adiktif terbanyak
dalam sampel penelitian ini yaitu rokok dengan presentase 94.1%, pil atau obat
warung 81.9%, alkohol 67.7%, lem 49% dan ganja 9%.
4.2 Hasil Analisis Deskripsi
Pada tabel 4.3 dijelaskan hasil analisis deskriptif variable-variabel penelitian yang
terdiri dari nilai mean, standar deviasi, nilai minimum, nilai maksimum, dan
varians.
Tabel 4.3
Hasil Statistika Deskriptif
Nama Variabel Minimum Maximum Mean Std.Deviation Variances
Stres 33.51 74.73 50 8.45857 71.547
K. Pertemanan 36.42 72.09 50 9.99500 99.900
K. Keluarga 36.83 71.07 50 8.17838 66.886
K. Konformitas 34.13 79.10 50 9.99500 99.900
Misconduct 36.22 69.37 50 7.76135 60.239
Self control 38.66 72.07 50 9.01759 81.317
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui deskripsi statistik pada variabel penelitian, variabel
dependen dan variabel independen. Kolom minimum dan maximum menjelaskan
nilai minimum dan maksimum pada setiap variabel penelitian. Nilai minimum
penyalahgunaan obat ialah 0 dan nilai maksimum ialah 1. Hal ini disebabkan
penyalahgunaan obat hanya memiliki dua pilihan jawaban (binary choice) dengan
bobot nilai 0 untuk yang tidak menyalahgunaan obat dan nilai 1 untuk
penyalahgunaan obat.
Dilihat dari kolom minimum diketahui variabel independen (selain variabel
demografi) yang memiliki nilai terendah adalah stres sebesar 33.51. Sedangkan
71
berdasarkan kolom maksimum (selain variabel demografi) diketahui variabel
independen yang memiliki nilai tertinggi adalah konformitas norma sebaya sebesar
79.10. Berdasarkan kolom variance, variabel independen penelitian yang paling
heterogen ialah variabel konformitas teman sebaya, stres, dan keterlibatan pada
pertemanan.
4.3 Kategorisasi skor variabel penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur. Kontinum berjenjang ini contohnya adalah dari rendah ke
tinggi yang akan peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Sebelum
mengkategorisasi skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah dan
tinggi, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor dengan menggunakan
nilai mean. Skor yang berada di bawah nilai mean termasuk pada kategori rendah
sedangkan skor yang berada di atas nilai mean termasuk pada kategori tinggi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Penelitian No. Variabel Rendah Tinggi Total
1. Stres 81(52.2%) 74(47.8%) 155(100%)
2. Tekanan teman sebaya yang terlibat
pada area pertemanan
37(23.9%) 118(76.1%) 155(100%)
3. Tekanan teman sebaya yang terlibat
pada area keluarga
70(45.1%) 85(54.9%) 155(100%)
72
4. Tekanan teman sebaya yang terlibat
pada area konformitas norma sebaya
73(47%) 82(53%) 155(100%)
5. Tekanan teman sebaya yang terlibat
pada area misconduct
76(49%) 79(50.1%) 155(100%)
6. Self control 72(46.4%) 83(53.6%) 155(100%)
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 155 jumlah subjek
penelitian, terlihat bahwa subjek penelitian dengan skor stres rendah sebanyak 81
subjek penelitian (52.2%), sedangkan subjek penelitian dengan skor stres tinggi
sebanyak 74 subjek penelitian (47.8%). Variabel tekanan teman sebaya pada
kategori rendah yang terbanyak yaitu tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
misconduct sebanyak 76 subjek penelitian (49%), sedangkan subjek penelitian
dengan skor tinggi yaitu tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan
118 subjek penelitian (76.1%). Variabel self control pada kategori rendah
berjumlah 72 subjek penelitian (46.4%), sedangkan subjek penelitian dengan skor
tinggi berjumlah 83 subjek penelitian (53.6%).
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Pada tahapan ini penelitian menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
logistik berganda dengan bantuan software SPSS 18.0. Dalam analisis regresi
logistik ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, besaran R square untuk
mengetahui berapa persen varians variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel
independen.Kedua, koefisien tiap variabel independen terhadap variabel dependen
beserta signifikansinya. Ketiga, proporsi varians masing-masing variabel
73
independen terhadap variabel dependen. Sebagaimana sudah dijelaskan di bab tiga
bahwa masing-masing koefisien variabel independen dapat ditafsirkan melalui
empat tingkat analisis, yaitu logit, odds, odds ratio, dan probabilitas.
Sebelum analisis regresi data penelitian, peneliti melakukan uji model fit
data, yakni apakah model yang ada sudah sesuai dengan data. Pengujian model ini
dengan model uji goodness-of fit Hosmer-Lameshow. Model dikatakan fit apabila p
> 0.05. Adapun hasil uji model data penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5
berikut :
Tabel 4.5
Tabel Hosmer and Lameshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 14.611 8 .067
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai chi-square sebesar 14.611 dengan p
= 0.067 (>0.05), artinya model teori yang digunakan dalam penelitian fit dengan
data. Dengan demikian, ada pengaruh stres, tekanan teman sebaya, self control,
dan pendapatan terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep.
Setelah pengujian model fit, peneliti melihat besaran R square untuk
mengetahui berapa persen varians DV dijelaskan oleh seluruh IV. Berikut
dipaparkan besar R square dalam tabel 4.6 :
Tabel 4.6
Tabel R Square
Step Cox & Snell R Square Nagelkerke R
Square
1 .227 .372
74
Cox & Snell R Square menyerupai bagian R square berdasarkan pada
likelihood, tetapi nilai maksimum yang (biasanya) diperoleh kurang dari 1,
sehingga sulit diinterpretasikan. Dari tabel 4.9 dapat dilihat perolehan nilai Cox &
Snell R square sebesar 22.7%. Ini menunjukkan bahwa proporsi varians dari logit
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep yang dipengaruhi oleh variabel
independen dalam penelitian ini adalah 22.7%, sedangkan sisanya 77.3%
dipengaruhi oleh variabel independen di luar penelitian ini.
Di sisi lain, Nagelkerke yang memiliki rentang nilai dari 0 sampai 1,
merupakan pengukuran yang lebih reliabel dalam menjelaskan hubungan.
Umumnya, nilai Nagelkerke R square lebih tinggi dari pada Cox & Snell R square.
Nagelkerke R square lebih sering dijadikan acuan dalam pelaporan hasil analisis
regresi logistik karena nilainya yang mendekati 1. Meskipun demikian, hal ini
bersifat kontroversi, karena R square ini tidak dapat disamakan dengan R square
dalam regresi linear biasa.
Dengan demikian, peneliti menggunakan Nagelkerke R square untuk
melihat nilai R square. Dari tabel 4.6 dapat dilihat nilai Nagelkerke R square
penelitian ini sebesar 0.372 atau 37.2%. Artinya, proporsi varians logit perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep yang dijelaskan oleh stres, keterlibatan pada area
pertemanan, keterlibatan pada area keluarga, area konformitas teman, area
misconduct, self control dan pendapatan adalah sebesar 0.372 atau 37.2%,
sedangkan 62.8% dipengaruhi oleh variabel independen lain di luar penelitian ini.
75
Tahap selanjutnya adalah melihat besaran koefisien masing-masing IV.
Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7
Koefisien Regresi Logistik
B S.E. Wald df Sig. Exp
(B)
95% C.I. For EXP
(B)
Lower Upper
Stres -.031 .038 .665 1 .415 .970 .900 1.044
Teman .044 .031 2.046 1 .135 1.045 .984 1.109
Keluarga .094 .039 5.866 1 .015 1.099 1.018 1.186
Konformitas -.010 .024 .170 1 .680 .990 .945 1.037
Misconduct -.008 .032 .055 1 .814 .992 .932 1.057
Self control .080 .035 5.333 1 .021 1.083 1.012 1.160
Pendapatan .000 .000 9.578 1 .002 1.000 1.000 1.000
Constant -8.946 3.615 6.124 1 .013 .000
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa terdapat empat variabel yang tidak
signifikan mempengaruhi perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep, yaitu stres,
tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan, tekanan teman sebaya
yang terlibat pada area konformitas norma teman, tekanan teman sebaya yang
terlibat pada area misconduct. Variabel lainnya yaitu tekanan teman sebaya yang
terlibat pada area keluarga, self control, dan pendapatan signifikan mempengaruhi
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep. Untuk mengetahui signifikan atau
tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan, peneliti melihat nilai signifikansi pada
kolom keenam dari kiri. Jika sig < 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan
signifikan pengaruhnya terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep dan
sebaliknya.
76
Seperti yang telah dijelaskan di bab 3, dalam melakukan analisis regresi
logistik, penafsiran dilakukan melalui empat tahap, yaitu logit, odds, odds ratio,
dan probabilitas. Logit atau log odds merupakan log dari rasio dua probabilitas.
Odds adalah rasio dari dua probabilitas, sedangkan odds ratio adalah rasio dari dua
odds. Odds ratio dapat dijelaskan dalam bentuk persen perubahan odds ratio
(percent change), yaitu nilai perubahan pada odds ratio dalam persen. Kemudian,
probabilitas adalah besarnya peluang terjadi perilaku.
Nilai B (kolom ke-2) adalah koefisien dalam skala logistik yang dapat
digunakan untuk membuat persamaan prediktif (sama dengan nilai b pada regresi
linear) dalam satuan logit. Sehingga didapatkan persamaan dari model regresi ini,
yaitu:
Logit perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep = -8.946 - 0.031 stres + 0.044
tekanan teman sebaya yang terlibat dalam pertemanan + 0.094 tekanan
teman sebaya yang terlibat dalam keluarga* - 0.010 tekanan teman sebaya
yang terlibat dalam konformitas norma teman - 0.008 tekanan teman sebaya
yang terlibat dalam perilaku misconduct + 0.080 self control + 0.000
pendapatan
(*signifikan)
Dari tujuh hipotesis minor terdapat dua yang signifikan. Penjelasan dari
nilai logit yang diperoleh pada masing-masing variabel independen adalah sebagai
berikut:
77
1. Variabel stres memiliki nilai signifikansi sebesar -0.031 (0.415; sig>0.05), yang
berarti bahwa variabel stres secara negatif mempengaruhi logit perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep dan tidak signifikan.
2. Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan memiliki
nilai signifikansi sebesar 0.044 (0.135; sig>0.05), yang berarti bahwa bahwa
keterlibatan pada teman secara positif mempengaruhi logit perilaku
penyalahgunaan tanpa resep tetapi tidak signifikan.
3. Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.094 (0.015; sig<0.05), yang berarti bahwa variabel
tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga secara positif
mempengaruhi logit perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep dan signifikan.
Jadi, semakin tinggi tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga
maka semakin tinggi pula logit perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep, dan
secara statistik signifikan.
4. Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas norma teman
memiliki nilai signifikansi sebesar -0.010 (0.680; sig .>0.05), yang berarti
bahwa variabel tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas norma
teman secara negatif mempengaruhi logit perilaku penyalahgunaan obat tanpa
resep dan tidak signifikan.
78
5. Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct memiliki
nilai signifikansi sebesar -0.008 (0.814; sig>0.05), yang berarti bahwa bahwa
tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct secara negatif
mempengaruhi logit perilaku penyalahgunaan tanpa resep dan tidak signifikan.
6. Variabel self control memiliki nilai signifikansi sebesar 0.080 (0.021; sig<0.05),
yang berarti bahwa self control secara positif mempengaruhi logit perilaku
penyalahgunaan tanpa resep dan signifikan. Jadi semakin tinggi self control
seseorang maka semakin tinggi pula logit perilaku penyalahgunaan obat tanpa
resep, dan secara statistik signifikan.
7. Variabel pendapatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 (0.002; sig<0.05),
yang berarti bahwa variabel pendapatan secara positif mempengaruhi logit
perilaku penyalahgunaan tanpa resep dan signifikan. Jadi semakin tinggi
pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula logit perilaku penyalahgunaan
obat tanpa resep, dan secara statistik signifikan.
Kesederhanaan interpretasi koefisien regresi logistik dengan logit seperti
dijelaskan di atas tidak memiliki metrik yang bermakna. Log odds (logit)
merupakan persamaan yang linear, namun ada beberapa informasi yang tidak bisa
didapatkan dari logit. Oleh karena itu, interpretasi akan dilanjutkan pada tingkat
odds (Oi).
79
Oi = eLi
=
Keterangan = Oi= odds dari perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep.
Dari persamaan di atas peneliti dapat menghitung nilai odds dari keseluruhan
variabel independen.Untuk lebih jelasnya, peneliti memberikan sebuah contoh dari
logit perilaku penyalahgunaan obat seorang anak jalanan.
Contoh 1: Jika diketahui seorang anak jalanan laki-laki memiliki nilai stres 67,
nilai tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan 48, nilai tekanan
teman sebaya yang terlibat pada area keluarga 61, nilai tekanan teman sebaya yang
terlibat pada area konformitas norma teman 64, nilai tekanan teman sebaya yang
terlibat pada area misconduct 61, dan nilai self control 67, maka nilai odds yang
dihasilkan adalah :
Oi = -8.946 - 0.031 (67) + 0.044 (48) + 0.094 (61) - 0.010 (64) - 0.008 (61) +
0.080 (67)
Oi = e-17.801
= 1.858
Odds sebesar 1.858, artinya anak jalanan dengan kriteria yang disebutkan diatas
memiliki peluang 1.858 kali untuk menyalahgunakan obat tanpa resep dibanding
tidak menyalahgunakan obat tanpa resep. Interpretasi dengan angka yang besar
pada odds dapat terjadi, karena rentang nilai odds ialah dari 0 sampai + ∞.
Interpretasi lebih mudah dimengerti jika dalam bentuk probabilitas yang rentang
nilainya dari 0 sampai 1. Selanjutnya, interpretasi koefisien regresi dilanjutkan
80
dalam bentuk odds ratio atau persentase perubahan. Odds ratio (OR) adalah
perbandingan satu odds dengan odds yang lain. Adapun rumus OR seperti
persamaan di bawah ini :
OR digunakan untuk melihat nilai dari naik atau turunnya odds perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep tiap kenaikan satu unit variabel independen.
Dapat juga dikatakan bahwa OR menunjukkan sejauh mana peningkatan ukuran
variabel dependen dengan setiap perubahan yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Nilai OR disajikan pada kolom Exp (B) pada tabel 4.10. Selain itu,
terdapat sebuah rumus sederhana di dalam analisis regresi logistik yang
menunjukkan odds ratio dapat ditafsirkan sebagai persentase perubahan (percent
change) dengan rumus:
% change = 100 (OR-1)
Untuk lebih jelasnya peneliti memberikan penjabaran mengenai beberapa contoh
OR dari setiap variabel dan persentase perubahannya sehingga mendapatkan hasil
yang sesuai dengan tabel 4.8 sebagai berikut:
1. Variabel stres: Nilai persentase
perubahannya adalah 100 (0.970 - 1) = -3. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa odds terjadinya perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan yang memiliki stres 67 adalah 3 kali atau 3% lebih besar dibandingkan
81
terjadinya perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan yang
memiliki nilai stres 66. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit
stres dan variabel lain dianggap konstan, peluang anak jalanan untuk
penyalahgunaan obat akan naik sebanyak 3 kali atau sebesar 3%.
2. Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan
Nilai persentase perubahannya adalah
100(1.045 - 1) = 10.4. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa odds terjadinya
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan yang memiliki
keterlibatan pada area pertemanan 48 adalah 10.4 kali atau 10.4% lebih besar
dibandingkan terjadinya perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan yang memiliki nilai keterlibatan pada area pertemanan 47. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit keterlibatan pada area
pertemanan dan variabel lain dianggap konstan, peluang anak jalanan untuk
penyalahgunaan obat tanpa resep akan naik sebanyak 10.4 kali atau sebesar
10.4%.
3. Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga :
Nilai persentase perubahannya adalah
100(1.099-1) = 10.9. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa odds terjadinya
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan yang memiliki
keterlibatan pada area keluarga 61 adalah 10.9 kali atau 10.9% lebih besar
82
dibandingkan terjadinya perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan yang memiliki nilai keterlibatan pada area keluarga 60. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit keterlibatan pada keluarga dan
variabel lain dianggap konstan, peluang anak jalanan untuk penyalahgunaan
obat akan naik sebanyak 10.9 kali atau sebesar 10.9%.
4. Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas norma
teman : Nilai persentase
perubahannya adalah 100(0.990 - 1) = -1 Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa odds terjadinya perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan yang memiliki konformitas norma teman 64 adalah 1 kali atau 1% lebih
besar dibandingkan terjadinya perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada
anak jalanan yang memiliki nilai konformitas norma teman 63. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit konformitas pada teman dan
variabel lain dianggap konstan, peluang anak jalanan untuk penyalahgunaan
obat akan naik sebanyak 1 kali atau sebesar 1%.
5. Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct :
. Nilai persentase perubahnnya adalah
100 (0.992 - 1) = -0.8. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa odds terjadinya
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan yang memiliki
keterlibatan pada area misconduct 61 adalah 0.8 kali atau 0.8% lebih besar
83
dibandingkan terjadinya perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan yang memiliki keterlibatan pada area misconduct 60. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit perilaku misconduct dan variabel
lain dianggap konstan, peluang anak jalanan untuk penyalahgunaan obat akan
naik sebanyak 0.8 kali atau sebesar 0.8%.
6. Variabel self control : Nilai persentase
perubahannya adalah 100 (1.083-1) = 10.8 Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa odds terjadinya perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan yang memiliki self control 67 adalah 10.8 kali atau 10.8% lebih besar
dibandingkan terjadinya perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak
jalanan yang memiliki self control 66. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
kenaikan satu unit self control dan variabel lain dianggap konstan, peluang anak
jalanan untuk penyalahgunaan obat akan naik sebanyak 10.8 kali atau sebesar
10.8%.
Dalam hal ini odds adalah rasio dari probabilitas, sehingga penafsiran dapat
dilakukan dalam level probabilitas. Penafsiran dalam taraf probabilitas juga
memiliki keuntungan di mana hasilnya akan lebih mudah untuk dipahami.
Probabilitas dapat menunjukkan peluang terjadinya perilaku penyalahgunaan
obat tanpa resep dibandingkan terjadinya perilaku tidak menyalahgunakan obat
tanpa resep dengan persamaan :
84
Dari persamaan di atas, peneliti dapat menghitung peluang terjadinya
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep anak jalanan dilihat dari nilai
keseluruhan variabel independen seperti pada contoh 1 dan persamaan 3, sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut :
Probabilitas perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep =
Artinya, peluang anak jalanan yang memiliki nilai stres 66.95, tekanan teman
sebaya yang terlibat pada area pertemanan 48.31, nilai tekanan teman sebaya yang
terlibat pada area keluarga 61.20, nilai tekanan teman sebaya yang terlibat pada
area konformitas teman 64.12, nilai tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
misconduct 61.09, nilai self control 65.66, nilai untuk melakukan perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep adalah 0.65 atau 65% ini disebut juga nilai
predicted probability.
4.4. Analisis Proporsi Varians Masing-Masing Variabel Independen
Pengujian pada tahapan ini bertujaun untuk melihat berapa besar proporsi varian
dari logit perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep yang bisa dijelaskan oleh
masing-masing variabel independen yaitu stres, tekanan teman sebaya yang terlibat
pada area pertemanan, tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga,
tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas norma sebaya, tekanan
85
teman sebaya yang terlibat pada area misconduct, self control, dan pendapatan
seperti yang dapat dililhat di tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8
Proporsi Varian Sumbangan Masing-Masing Independen Variabel No. Independent Variable Nagelkerke R Square Sumbangan
1. Stres 0.013 1.3 %
2. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada
area pertemanan
0.088 7.5 %
3. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada
area keluarga
0.206 11.8 %
4. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada
area konformitas norma sebaya
0.209 0.3 %
5. Tekanan teman sebaya yang terlibat pada
area misconduct
0.209 0 %
6. Self control 0.259 5 %
7. Pendapatan 0.372 11.3%
Sumbangan masing-masing variabel independen sebagaimana berikut :
1. Variabel stres memberikan sumbangan sebesar 1.3% dalam varians logit
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep.
2. Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat dalam pertemanan memberikan
sumbangan sebesar 7.5% dalam varians logit perilaku penyalahgunaan obat
tanpa resep.
3. Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat dalam keluarga memberikan
sumbangan sebesar 11.8% dalam varians logit perilaku penyalahgunaan obat
tanpa resep.
86
4. Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat dalam konformitas norma sebaya
memberikan sumbangan sebesar 0.3% dalam varians logit perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep.
5. Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat dalam misconduct memberikan
sumbangan sebesar 0% dalam varians logit perilaku penyalahgunaan obat tanpa
resep.
6. Variabel self control memberikan sumbangan sebesar 5% dalam varians logit
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep.
7. Variabel pendapatan memberikan sumbangan sebesar 11.3% dalam varians logit
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep.
Dari ketujuh variabel independen yang diprediksi mempengaruhi perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep, terdapat enam variabel yang menyumbang
dalam memprediksi perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep, dari mulai yang
memiliki nilai sumbangan terbesar hingga terkecil, yaitu tekanan teman sebaya
yang pada area keluarga sebesar 11.8%, pendapatan 11.3%, tekanan teman sebaya
yang terlibat pada area pertemanan sebesar 7.5%, self control sebesar 5%, stres
sebesar 1.3%. Sedangkan variabel tekanan teman sebaya yang terlibat dalam
misconduct tidak memberikan sumbangan sama sekali terhadap varians logit
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep.
87
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini, peneliti memaparkan kesimpulan penelitian, diskusi penelitian, serta
saran teoritis maupun praktis untuk penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, kesimpulan yang dapat diambil dari
ialah ada pengaruh yang signifikan dari stres, tekanan teman sebaya (keterlibatan
pada area pertemanan), tekanan teman sebaya (keterlibatan pada area keluarga),
tekanan teman sebaya (keterlibatan pada area konformitas norma sebaya), tekanan
teman sebaya (keterlibatan pada area misconduct), self control, dan pendapatan
terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep.
Berdasarkan hasil dari uji hipotesis minor yang telah dilakukan, terdapat
tiga variabel independen yang signifikan pengaruhnya terhadap perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep yaitu tekanan teman sebaya (keterlibatan pada
area keluarga), self control, dan pendapatan terhadap perilaku penyalahgunaan obat
tanpa resep. Hasil proporsi varians masing-masing variabel, terdapat tiga variabel
yang signifikan yaitu tekanan teman sebaya (keterlibatan pada area keluarga), self
control, dan pendapatan.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara stres, tekanan teman sebaya
yang terlibat pada area pertemanan, tekanan teman sebaya yang terlibat pada area
88
keluarga, tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas norma sebaya,
tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct, self control, dan
pendapatan terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep, ada tiga variabel
yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku penyalahgunaan obat
tanpa resep, yaitu tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga, self
control, dan pendapatan.
Variabel tekanan teman sebaya yang terlibat pada area keluarga pada
penelitian ini memiliki pengaruh signifikan dengan arah positif terhadap perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan. Artinya, tingginya tekanan
teman sebaya yang terlibat pada area keluarga mempengaruhi perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep. Penelitian ini sejalan dengan Wells (2004)
sebagian besar anak jalanan menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman-
temannya dan kurang memiliki waktu bersama dengan orang tua dan keluarga.
Anak jalanan rentan terhadap tekanan teman sebaya karena ia ingin disukai, atau
ingin diterima oleh temannya. Sehingga biasanya anak jalanan memperluas
hubungan sebaya untuk menempati peran penting dalam kehidupannya. Seringkali
anak jalanan lebih memilih nasihat, bersosialisasi dan menghabiskan waktu
bersama teman dibandingkan keluarga dan orangtua. Hal ini disebabkan
kerenggangan hubungan secara fisik dan psikologis pada anak dan orangtua,
kerenggangan ini terjadi karena kurangnya kedekatan emosional dan kehangatan
sehingga menyebabkan peningkatan konflik dan perselisihan pada anak dan
89
orangtua, kemudian memunculkan peningkatan anak menghabiskan waktu dengan
teman sebaya.
Hasil penelitian Pineda, et al (1978) anak jalanan bekerja dijalan untuk
melarikan diri dari ketidakharmonisan keluarga, adanya disintegrasi keluarga, serta
mengalami kekerasan fisik. Didukung dengan Aptekar (1998) menyatakan bahwa
32% anak jalanan mengalami kekerasan di rumah, serta memiliki hubungan
kerenggangan keluarga yang tinggi seperti tekanan ekonomi, dan perceraian dapat
memicu anak jalanan lebih bergantung pada rekan-rekan untuk memiliki dukungan
emosional sehingga tekanan teman sebaya yang terlibat dalam keluarga begitu
tinggi pada penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan (dalam
Lalor,1999).
Self control yang rendah secara konsisten mempengaruhi perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep. Temuan ini sejalan dengan Ford dan
Blumenstein (2013) bahwa individu yang memiliki self control rendah secara
signifikan berpengaruh dengan semua bentuk penyalahgunaan zat seperti minuman
keras, ganja dan obat tanpa resep terkecuali pada penyalahgunaan narkoba.
Allahverdipour, et al (2006) penyalahgunaan obat dan rokok secara signifikan
lebih tinggi dikalangan individu yang memiliki self control rendah. Sehingga
individu yang memiliki self control rendah tidak memiliki pencegahan sosial yang
efektif untuk melindungi diri terhadap penyalahgunaan obat. Selain itu, beberapa
individu yang memiliki self control rendah mempunyai pengalaman kekerasan
pada orangtua, yang mengarah pada hubungan emosional tidak stabil dalam
90
keluarga sehingga mempengaruhi individu untuk terlibat dalam perilaku
menyimpang seperti penyalahgunaan obat.
Pendapatan secara konsisten mempengaruhi perilaku penyalahgunaan obat
tanpa resep. Menurut Unicef (2012) pendapatan anak jalanan sangat berfluktuasi.
Biaya terbesar pengeluaran anak jalanan adalah makanan, sekitar sepuluh ribu
rupiah sampai dua puluh ribu rupiah, namun dalam meminimalisir pengeluarannya
maka sebagian besar anak jalanan memilih untuk meminum alkohol dan
menyalahgunakan berbagai jenis zat khususnya penyalahgunaan obat tanpa resep
karena harga yang murah dan dapat mengurangi rasa kelaparan. Banyak anak
jalanan menghabiskan enam puluh lima ribu rupiah per bulan untuk bersenang-
senang, seperti membeli rokok, alkohol dan obat-obatan.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang tidak terbukti memiliki
pengaruh terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep. Hal ini terkadang
menjadi bertentangan dengan penelitian sebelumnya. Adapun variabel yang tidak
terbukti memiliki pengaruh terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep
antara lain stres, tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan, tekanan
teman sebaya yang terlibat pada area konformitas norma teman, tekanan teman
sebaya yang terlibat pada area misconduct.
Stres tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
penyalahgunaan obat tanpa resep pada anak jalanan. Artinya, anak jalanan
menyalahgunakan obat tanpa resep tidak ditentukan oleh faktor stres. Hal ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silver (2013) yang
91
menyebutkan bahwa stres berhubungan dengan penyalahgunaan zat termasuk
penyalahgunaan obat over the counter (OTC). Hasil survey pendahuluan pun
menyatakan bahwa faktor stres akan menjadi alasan kuat yang menyebabkan anak
jalanan menyalahgunakan obat OTC.
Berdasarkan yang peneliti temukan dilapangan bahwa sebagian besar subjek
dalam penelitian ini mengisi kuesioner dalam keadaan pengaruh zat adiktif yang ia
gunakan seperti menggunakan lem, minum alkohol dan meracik obat yang akan di
minum, dan penelitian Andersen, et al (2006) menyatakan bahwa remaja
menyalahgunakan obat OTC secara bersamaan dengan rokok dan alkohol
cenderung mengarahkan pada pola perilaku penggunaan zat untuk menghilangkan
stres. Sehingga peneliti berasumsi bahwa perbedaan hasil penelitian ini disebabkan
sebagian besar subjek penelitian memiliki tingkat stres yang tinggi, namun karena
subjek penelitian dalam pengaruh zat, sehingga stres dalam diri individu menurun
atau dalam kondisi fly, oleh sebab itu faktor stres tidak mempengaruhi dalam
penelitian ini.
Pada variabel tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan tidak
terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku penyalahgunaan obat
tanpa resep pada anak jalanan. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Clasen dan Brown (1985). Berdasarkan penelitian Clasen, Brown
(1985) faktor tekanan teman sebaya yang terlibat pada area pertemanan secara
konsisten lebih tinggi mempengaruhi perilaku penyalahgunaan zat. Namun
perbedaan yang terjadi, bisa saja karena sebagian besar anak jalanan yang menjadi
92
responden merasa bahwa menyalahgunakan suatu zat merupakan keinginan pribadi
tanpa harus ada tekanan dan paksaan dari teman-temannya. Selain itu adanya
faktor pendapatan, seperti anak jalanan memiliki penghasilan pribadi lebih
cenderung untuk membeli dan menyalahgunakan obat tersebut dengan sendiri
tanpa harus bersama dengan teman-temannya.
Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area konformitas norma sebaya tidak
terbukti memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap perilaku penyalahgunaan
obat tanpa resep pada anak jalanan. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Brown dan Clasen (1985) bahwa tekanan teman sebaya yang
terlibat pada area konformitas norma sebaya secara signifikan positif
mempengaruhi perilaku penyalahgunaan zat. Selain itu UNODC (2009)
melaporkan bahwa kelompok teman yang menggunakan obat seringkali sebagai
pengaruh pada penggunaan obat dan perilaku kriminal pada anak jalanan. Namun
dalam hasil penelitian ini, tidak signifikannya tekanan teman sebaya yang terlibat
pada area konformitas norma sebaya, peneliti berasumsi terdapat perbedaan
individu dengan norma kelompoknya, seperti perbedaan pendirian dan perasaan
yang dapat menjadi faktor penyebab munculnya konflik antara individu dan
kelompok yang dapat menyebabkan individu tidak sejalan dan kurang setia dengan
kelompoknya. Misalnya, anak jalanan yang menyalahgunakan obat tanpa resep
terkadang memiliki rasa ego dan emosi tinggi, disebabkan adanya pengaruh reaksi
zat dalam diri atau subjek sudah kecanduan menyalahgunakan obat tanpa resep
sehingga ketika subjek menyalahgunakan obat tanpa resep bisa dilakukan dengan
93
sendiri tanpa harus bersama teman-temannya atau keinginan subjek sendiri
memilih untuk menyalahgunakan obat tanpa resep.
Tekanan teman sebaya yang terlibat pada area misconduct tidak memiliki
pengaruh yang siginifikan terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep pada
anak jalanan. Temuan ini tidak sejalan dengan Brown dan Clasen (1985) yang
menyatakan bahwa penyalahgunaan zat termasuk penyalahgunaan obat tanpa resep
merupakan bagian perilaku misconduct, karena perilaku misconduct merupakan
suatu perilaku yang berhubungan dengan perilaku bermasalah dan penyalahgunaan
zat.
Berdasarkan Santrock (2007) perubahan kognitif dan sosioemosional yang
terjadi dalam diri remaja anak jalanan tidak terpenuhi. Perubahan kognitif seperti
mulai berpikir secara egosentris serta membuat keputusan, dan perubahan
sosioemosional seperti tuntutan mencapai kemandirian, konflik dengan orang tua,
dan lebih meluangkan waktu bersama teman-teman.
Peneliti berasumsi sebagian besar remaja anak jalanan hidup di lingkungan
yang tidak memperhatikan proses perkembangan sehingga anak jalanan memiliki
tahap perkembangan yang tidak terpenuhi. Perubahan kognitif dan sosioemosional
sehingga tidak dapat mengatasi pengambilan keputusan yang berisiko, dan
mengelola emosi sehingga rentan mengalami stres, frustasi, dan depresi akibat
tekanan yang terjadi pada diri dan lingkungannya sehingga memberikan dampak
yang buruk yang menyebabkan mereka mengambil jalan pintas untuk mengatasi
masalah pribadi dengan menyalahgunakan zat dan obat-obatan tanpa resep.
94
Keterbatasan pada penelitian ini yaitu selama pengisian kuesioner banyak
responden dalam keadaan fly sehingga jawaban kuesioner yang diberikan oleh
responden tidak menunjukkan keadaan sesungguhnya.
5.3 Saran
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam ini. Oleh karena itu,
peneliti memaparkan saran teoritis dan saran praktis. Saran-saran ini dapat
digunakan dalam penelitian selanjutnya yang memiliki variabel dependen yang
sama, yaitu perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep.
5.3.1 Saran teoritis
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel agar variasi
dari karakteristik masing-masing variabel independen meningkat. Serta
mengurangi jumlah item, item harus singkat dan jelas, agar dapat melihat
pengaruh dari gambaran sampel terhadap perilaku penyalahgunaan obat tanpa
resep.
2. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti lain yang tertarik meneliti variabel
dependen yang sama disarankan menggunakan faktor-faktor menarik lainnya
yang dapat dijadikan variabel independen untuk melihat pengaruhnya terhadap
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep. Sedangkan masih terdapat variabel-
variabel lainnya dengan persentase yang cukup besar diduga mempengaruhi
perilaku penyalahgunaan obat tanpa resep, seperti Faktor self efficacy, sense of
coherence, health locus of control yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
95
3. Disarankan bagi penelitian selanjutnya mengatur suasana kondusif selama
berlangsungnya pengisian kuesioner.
5.3.2 Saran praktis
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian ini membuktikan bahwa tekanan teman sebaya yang terlibat dalam
keluarga memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku penyalahgunaan obat
tanpa resep. Peneliti, memiliki saran perlunya edukasi dan pembinaan mengenai
bahaya penyalahgunaan obat tanpa resep, khususnya untuk keluarga seperti
orang tua anak jalanan, karena sebagian besar anak jalanan hidup bersama orang
tua. Sehingga penting bagi anggota keluarga untuk memberi bimbingan dan
arahan terhadap anaknya yang bekerja di jalanan karena tekanan hidup di jalanan
yang keras dan banyaknya tekanan teman yang cenderung berpengaruh negatif
sehingga dapat mempengaruhi perkembangan dan kepribadian.
2. Anak jalanan dalam hasil penelitian ini memiliki self control yang rendah.
Diharapkan adanya program self control training pada anak jalanan, seperti
pelatihan membuat keputusan dengan mengidentifikasi risiko, karena dengan
meningkatkan self control dapat mengurangi terjadinya impulsif dan
pengambilan keputusan yang buruk, sehingga dapat mengurangi dampak dari
faktor-faktor yang menyebabkan penyalahgunaan zat dikalangan anak jalanan.
96
3. Pemerintah lebih mengoptimalkan fungsi panti sosial, LSM dan rehabilitasi bagi
anak jalanan yang memiliki kecanduan pada penyalahgunaan berbagai jenis zat
adiktif, agar mereka dapat pulih secara fisik dan mental, sehingga dapat
mengenalkan kembali norma dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan.
97
Daftar Pustaka
Abbott, F.V., & Fraser, M.I. (1997). Use and abuse of over the counter analgesic
agents. Journal psychiatry neurosci. 23 (1),13-34
Allahverdipour, H., Hidarni, A., Kazamnegad., Fallah P.A., & Emami, A. (2006).
The status of self control and its relation to drug abuse-related behaviors
among iranian male high school students. Social Behavior and personality.
34(4), 413-424
Aptekar, L. (1988). Street children of Cali. Durham, NC and London, UK: Duke
University Press.
Aptekar, L. (1994). Street children in the developing world: A review of their
condition. Cross-Cultural Research. 28 (3), 167-170
Badan Narkotika Nasional. (2011). Bahan obat ngefly dijual bebas di apotek.
Diunduh tanggal 15 januari 2015 dari
http://www.bnndki.com/index.php/berita/warta-berita/liputan/509-bahan-obat-
nge-fly-dijual-bebas-di-apotek
Baumeister RF., Vohs KD., Tice DM (2007).The strength model of self control.
Journal of psychological science.16 (8), 98-101
Beazley, H. (2003). The construction and protection of individual and collective
identities by street children and youth in Indonesia. Children, Youth and
Environments. 13 (21), 132-133
Beazley, H. (2003). Voices from the margins: street children’s subcultures in
indonesia. Children’s Geographies.1 (9), 81-200
Berndt, T. J. (1979). Developmental changes in conformity to peers and parents.
Dev. Psychol. 15 (4), 606-616.
BPOM RI. (2014). Penjelasan terkait produk obat batuk yang beredar dan
mengandung bahan dekstrometorfan tunggal. Diunduh tanggal 27 Januari
2015 dari http://www.pom.go.id/new/index.php/view/pers/231/Penjelasan-
98
Terkait-Produk-Obat-Batuk-yang-Beredar--dan--Mengandung-Bahan-
Dekstrometorfan-Tunggal-.html
Brown, B.B., Clasen,D,R., & Eicher, S, A. (1986). Perceptions of peer pressure,
peer conformity disposition, and self-reported behavior among adolescents.
Journal of developmental psychology, american psychological association, 22
(4), 89-91
Chapple, C.L., Hope, T.L., & Whiteford, S.W. (2008). The direct and indirect
effects of parental bonds, parental drug use, and self control on adolescent
substance use. Journal of child & adolescent substance abuse.14 (3), 110-112
Clasen DR., Brown BB (1985). The multidimensionality of peer pressure in
adolescence. Journal of youth and adolescence. 14 (6), 86-90
Cohen, S., Kamarck, T., & Mermelstein, R. (1983). A global measure of perceived
stress. Journal of health and social behavior. 24 (3), 385-396
Cohen, S., Kessler, R.C., & Gordon, L.U. (1997). Measuring stress: A guide for
Health and social. New York. Oxford university press.
Crockett, L.J., Raffaelli, M., & Shen,Y. (2006). Linking self-regulation and risk
proneness to risky sexual behavior: pathways through peer pressure and early
substance use. Journal of Research on Adolescence. 12 (4), 503-525
Davis, L,G., Donatelle, R,J., & Hoover, F,C. (1988). Access to health. New Jersey:
Englewood cliffs.
Dielman TE., Campanelli PC., Shope JT., &Butchart A, T. (1987). Susceptibility
to peer pressure, self esteem, and health locus of control as correlates of
adolescent substance abuse. Journal of Adolescent substance abuse.14 (2),
207-221
Ettingoff, K. (2012). Abusing over the counter drugs: Illicit uses for everyday
drugs. USA: John Hopkins University.
Ford, J.A. (2009). Misuse of over the counter cough or cold medications among
adolescents: prevalence and correlates in a national sample. Journal of
adolescent health. 65, 505-507.
99
Ford J.A., & Blumenstein, L. (2013). Self control and substance use among college
students. Journal of drug issues. 43 (1), 56-68.
Gonzales, R., Brecht,M.L., Mooney,L., & Rawson, R.A(2011). Prescription and
over the counter drugs treatment admissions to the california public treatment
system. J Subs Abuse Treat. 29 (8), 241-244
Grasmick, H.G., Tittle, C.R., Bursik, R.J., & Arneklev, B.R (1993). Testing the
core empirical implications of Gottfredson and Hirschi’s general theory of
crime. Journal of research in crime and delinquency. 30 (5), 412-415
Hughes, G. F., McElnay, J.C., Hughes, C.M., & McKenna, P. (1999).
Abuse/misuse of non-prescription drugs. Journal of pharm world science.
21(6), 251-255
Holmes, T. H., & Rahe, R. H. (1967). The social readjustment rating scale. Journal
of Psychosomatic Research. 11(2), 213-218.
Hosmer, D.W., & Lemeshow, S. (2000). Applied Logistic Regression 2nd ed. USA:
John Wiley & Sons, Inc.
Kementerian Sosial. (2010). Peningkatan kesejahteraan sosial anak jalanan.
Jakarta: Kementerian Sosial.
Kessler, R. (n.d). Professor of health care policy. Boston: Harvard Medical
School.
King, K. A., Vidourek, R. A., & Merianos, A.L (n.d). Pyschosocial factors
associated with otc drug abuse among youth.
Koushede, V., Holstein, B. E., Andersen, A., Ekholm, O., & Hansen, E. H. (2010).
Use of over-the-counter analgesics and perceived stress among 25-44 year
olds. Pharmacoepidemiology and Drug Safety. 19, 330-343
Lalor, K. (1994). Street children: a comparative perspective. Journal of Child
abuse and neglect. 23 (8), 46-48
100
Lazarus, R.S., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal and coping. New York :
Springer publishing company.
Magil, E. (2011). Teen health series 3rd
ed: Drug information for teens. US:
Omnigraphic.
McCabe, S.E., Boyd, C.J., & Teter, C.J. (2005). Nonmedical use of prescription
opioids among U.S. College students: Prevalence and correlates from a
national survey. Journal of addict behav. 87, 789-805
Newman, I.M. (1984). Capturing the energy of peer pressure:Insights from a
longitudinal study of adolescent cigarette smoking. Journal of school health.
54 (4), 256-299
NSDUH. (2008). The NSDUH report: Misuse of over the counter cough and cold
medications among persons aged 12 to 25. Drugs abuse. 32, 87-90
NSDUH. (2014). Result form the 2013 national survey on drugs use and health:
summary of national findings.
ODCCP. (1997). Rapid situation assesment of street children in Cairo &
Alexandria. Studies on drugs and crimes. 81, 2-7
Pampel, F.C. (2000). Logistic regression: A primer. SAGE University Papers
Series on Quantitative Applications in the Social Sciences. Thousand Oaks,
CA: Sage.
Prabowo, D.S. (2011). Jumlah anak jalanan meningkat signifikan. Diunduh tanggal
15 Januari 2015 dari
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2011/08/24/anak-jalanan-di-jakarta-
meningkat-signifikan
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Rosenbaum, M. (1980). A schedule for assessing self-control behaviors:
Preliminary findings. Behavior Therapy. 11, 109–121
101
Santrock, J.W. (2007). Remaja edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Tangney, J.P., Baumeister, R.F., & Boone, A.L. (2004). High self-control predicts
good adjustment, less pathology, better grades, and interpersonal success.
Journal of personality. 72, 367-369
Umar, J. (2012). Statistika mentor akademik. Bahan Ajar Fakultas Psikologi UIN
Jakarta. Tidak Dipublikasikan.
UNICEF. (2012). The state of the world’s children : Children in an urban world.
Diunduh tanggal 18 desember 2015 dari
http://www.unicef.org/sowc2012/fullreport.php
UNODC. (2009). A Trainer’s manual on drug use prevention, treatment and care
for street children. New Delhi: UNODC.
Santor, D.A., Messervey, D., & Kusumakar, V. (2000). Measuring peer pressure,
popularity, and conformity in adolescent boys and girls: predicting school
performance, sexual attitude and substance abuse. Journal of Youth and
Adolescence. 29(2), 132-136
Selye, H. (1976). Stress in health and disease. USA: Butterworth.
Silver, A.R. (2013). Coping with college stress: does sense of coherence influence
the use of alcohol and OTC medication. Dissertation. Syracuse University.
Stoecklin, D. (2000). A baseline survey of the street children of Chittagong city in
Bangladesh . Dhaka: Aparajeyo-Bangladesh/Terre des hommes.
Voa. (2003). Drug abuse is major threat to street kids. Diunduh tanggal 15 januari
2015 dari http://www.voanews.com/content/street-kids-drugs-
12jul13/1700321.html
Wells, K.R. (2004). Children health: Peer pressure. Diunduh tanggal 15 januari
2015 dari http://www.healthofchildren.com/P/Peer-Pressure.html
102
Wills, T.A.,& Ainette, M.G. (2008). Good Self control as a Buffering agent for
adolescent substance use : An investigation in early adolescence with time-
varying covariates. Psychol Addict Behav. 22 (4), 239-242
World Health Organization. (2000). Understanding substance use among street
children. A training package on substance use, sexual and reproductive health
including HIV/AIDS and STDs. Geneva, Switzerland: WHO Press.
103
1. Lampiran Skala
Informed Consent ( Persetujuan menjadi responden)
Selamat Pagi/Siang/Sore.
Saya Ningrum Supriyatin, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN
Jakarta), saat ini sedang melakukan penelitian untuk memenuhi tugas akhir skripsi. Saya
mengharapkan partisipasi Anda untuk mengisi kuesioner ini. Jawaban Anda akan menjadi masukan
yang sangat berharga bagi kepentingan penelitian ini. Silahkan Anda mengisi kuesioner ini dengan
mengikuti petunjuk pengisian yang diberikan dan TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam
kuesioner ini. Diharapkan Anda mengisi jawaban sesuai dengan keadaan Anda saat ini. Data diri
dan semua jawaban Anda akan diolah secara general bukan perorangan. Data dari penelitian ini
akan dijaga KERAHASIAAN nya dan hanya untuk kepentingan penelitian. Atas partisipasi Anda,
saya ucapkan terima kasih.
Ciputat, 2015
Tanda tangan
104
Data Responden
Nama inisial :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Pendapatan perhari :
Pekerjaan orangtua :
Zat adiktif yang sedang : Rokok Alkohol
digunakan Obat warung/pil Lem/Thinner
Ganja lainnya, sebutkan….
Petunjuk Pengisian Bagian 1
Anda dimohon untuk memilih jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda yaitu Ya (Pernah
menyalahgunakan obat tanpa resep) dan Tidak ( Tidak pernah menyalahgunakan obat tanpa
resep ), dengan memberikan tanda silang ( X ).
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda pernah mabuk atau merasakan fly karena
menyalahgunakan obat yang dijual bebas di apotek/warung
(obat tanpa perlu resep dokter) dalam enam bulan terakhir ?
Jika ya, sebutkan jenis/merk obatnya ….
Contoh petunjuk pengisian Bagian 2
Bagian ini terdiri dari pernyataan-pernyataan. Pada bagian ini Anda diminta menjawab pernyataan
yang telah tersedia sesuai dengan diri Saudara pada kolom jawaban dengan memberi tanda silang (
X ).
105
Contoh :
No Pernyataan Sangat
Sering
Sering Jarang Tidak
pernah
1. Dalam sebulan terakhir, saya
merasa bahagia.
X
Bagian 2
Pernyataan pada bagian ini, Anda di mohon untuk memilih jawaban sesuai dengan diri anda dengan
memberikan tanda silang ( X )
No Pertanyaan Sangat
Sering
Sering Jarang Tidak
pernah
1. Dalam sebulan terakhir, saya merasa
khawatir karena suatu hal yang tidak
diharapkan terjadi.
2. Dalam sebulan terakhir, saya merasa tidak
dapat mengendalikan hal penting dalam
hidup.
3. Dalam sebulan terakhir, saya merasa gelisah
dan stres.
4. Dalam sebulan terakhir, saya berhasil
melewati kejadian yang menyebalkan.
5. Dalam sebulan terakhir, saya merasa
mampu menghadapi perubahan penting yang
terjadi dalam hidup.
6. Dalam sebulan terakhir, saya merasa mampu
mengatasi masalah pribadi.
7. Dalam sebulan terakhir, saya merasakan
bahwa sesuatu akan berjalan sesuai dengan
cara saya.
8. Dalam sebulan terakhir, saya merasa bahwa
saya tidak bisa mengatasi hal yang
seharusnya saya lakukan.
9. Dalam sebulan terakhir, saya mampu
mengatur semua gangguan dalam hidup.
106
10. Dalam sebulan terakhir, saya merasa bahwa
saya paling hebat.
11. Dalam sebulan terakhir, saya merasakan
marah karena suatu hal terjadi di luar kendali
saya.
12. Dalam sebulan terakhir, saya berpikir tentang
hal-hal yang harus saya selesaikan.
13. Dalam sebulan terakhir, saya mampu
menghabiskan waktu sesuai cara saya.
14. Dalam sebulan terakhir, saya merasa
kesulitan sehingga saya tidak dapat
mengatasinya.
Bagian 3
Pernyataan pada bagian ini, Anda di mohon untuk memilih jawaban sesuai dengan diri anda dengan
memberikan tanda silang ( X ).
No Pernyataan Sangat
Sesuai
Sesuai Tidak
Sesuai
Sangat Tidak
Sesuai
1. Ketika saya ingin sendiri, teman-
teman sering memaksa saya untuk
menemaninya.
2. Teman-teman sering memaksa saya
untuk melihat hiburan musik.
3. Teman-teman sering memaksa saya
untuk berhenti merokok.
4. Teman-teman sering memaksa saya
untuk pergi ke pesta minuman
keras.
5. Saya terpaksa melawan perintah
orangtua karena pengaruh teman.
6. Bagi saya, menghormati orangtua
adalah kewajiban setiap anak.
7. Saya terpaksa berbohong kepada
orangtua untuk pergi bersama
teman.
107
8. Saya terpaksa tidak mengikuti acara
keluarga karena takut dimusuhi oleh
teman-teman.
9. Cara berpakaian saya sama seperti
teman-teman agar saya tidak
dijauhi.
10. Agar diterima oleh teman-teman,
saya terpaksa mengikuti gaya bicara
dan perilaku mereka.
11. Saya terpaksa mendengarkan musik
yang disukai kelompok meskipun
saya tidak menyukainya.
12. Saya tidak mengikuti tindakan
teman-teman yang negatif meskipun
mereka memaksa saya.
13. Teman-teman terkadang menyuruh
saya untuk berkelahi dengan orang
lain.
14. Teman-teman terkadang mengajak
mencuri supaya kami dapat
bersenang-senang.
15. Saya menggunakan obat-obatan
terlarang karena paksaan teman.
16. Saya menolak paksaan teman untuk
merokok.
Bagian 4
Pernyataan pada bagian ini, Anda di mohon untuk memilih jawaban sesuai dengan diri anda dengan
memberikan tanda silang ( X ).
No Pernyataan Sangat
Sesuai
Sesuai Tidak
Sesuai
Sangat Tidak
Sesuai
1. Saya sering melakukan hal secara
spontan.
2. Saya tidak banyak berpikir dan
berusaha untuk mempersiapkan masa
depan.
108
3. Saya rela mengeluarkan uang untuk
mencapai kebahagiaan.
4. Saya lebih memikirkan apa yang
terjadi pada saya dalam jangka
pendek.
5. Saya beberapa kali menghindari tugas
yang saya tahu bahwa tugas tersebut
sulit.
6. Ketika sesuatu menjadi rumit, saya
lebih memilih untuk berhenti atau
menyerah.
7. Sesuatu yang dilakukan dengan
mudah membuat saya sangat senang.
8. Saya tidak menyukai tugas sulit yang
berada di luar batas kemampuan saya.
9. Saya suka menguji diri saya dengan
melakukan hal yang sedikit beresiko.
10. Terkadang saya akan mengambil
resiko hanya untuk bersenang-senang.
11. Hal menarik yang saya lakukan,
memungkinkan saya berada dalam
masalah.
12. Kesenangan dan pengalaman lebih
penting bagi saya daripada keamanan.
13. Jika saya punya pilihan, saya akan
memilih melakukan suatu hal yang
berhubungan dengan fisik daripada
mental.
14. Ketika saya bergerak saya selalu
lebih baik ketimbang duduk dan
berpikir.
15. Saya lebih suka pergi dari pada
membaca buku atau memikirkan
sesuatu.
16. Saya terlihat seperti memiliki tenaga
lebih dan perlu melakukan banyak
109
aktivitas dibandingkan orang-orang
seusia saya.
17. Saya mencoba untuk melihat diri saya
terlebih dahulu, meskipun membuat
orang lain susah.
18. Saya sangat tidak simpati pada orang
lain ketika mereka memiliki masalah.
19. Jika suatu hal yang saya lakukan
membuat orang lain kecewa, itu
urusan mereka bukan urusan saya.
20. Saya akan mencoba mendapatkan
sesuatu yang saya inginkan,
walaupun saya tahu hal tersebut
menyebabkan masalah untuk orang
lain.
21. Saya sangat mudah kehilangan
kesabaran.
22. Ketika saya marah pada seseorang,
saya merasa menyakitinya,
dibandingkan berbicara kepada
mereka alasan kemarahan saya.
23.
Ketika saya marah, lebih baik orang
lain menjauh dari saya.
24. Ketika saya berbeda pendapat dengan
orang lain, saya mudah marah dan
sulit untuk berbicara dengan tenang.
110
2. Lampiran Hasil Lisrell
2.1 Output CFA stres
UJI VALIDITAS STRESS
DA NI=14 NO=155 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14
PM SY FI=STRESS.COR
MO NX=14 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
STRESS
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1 LX 5 1 LX 6 1 LX 7 1 LX 8 1 LX 9 1 LX 10 1 LX 11 1 LX 12 1
LX 13 1 LX 14 1
FR TD 4 3 TD 9 3 TD 13 9 TD 5 4 TD 8 4 TD 12 7 TD 13 6 TD 3 2 TD 13 7 TD 9 8 TD 14 13 TD
14 12 TD 7 3 TD 9 7
PD
OU SS TV MI
111
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 63
Minimum Fit Function Chi-Square = 79.22 (P = 0.081)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 75.95 (P = 0.13)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 12.95
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 39.05)
Minimum Fit Function Value = 0.51
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.084
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.25)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.037
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.063)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.77
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 1.04
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.95 ; 1.21)
ECVI for Saturated Model = 1.36
ECVI for Independence Model = 3.79
Chi-Square for Independence Model with 91 Degrees of Freedom = 555.77
Independence AIC = 583.77
Model AIC = 159.95
Saturated AIC = 210.00
Independence CAIC = 640.38
Model CAIC = 329.77
Saturated CAIC = 634.56
Normed Fit Index (NFI) = 0.86
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.95
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.59
Comparative Fit Index (CFI) = 0.97
Incremental Fit Index (IFI) = 0.97
Relative Fit Index (RFI) = 0.79
Critical N (CN) = 179.86
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.065
Standardized RMR = 0.066
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.93
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.89
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.56
112
2.2 Output CFA Tekanan teman sebaya-keterlibatan pada pertemanan
UJI VALIDITAS KETERLIBATAN PADA PERTEMANAN
DA NI=4 NO=155 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=TEMAN.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR
LK
TEMAN
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1
PD
OU SS TV MI
113
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 2
Minimum Fit Function Chi-Square = 1.25 (P = 0.54)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 1.24 (P = 0.54)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 5.94)
Minimum Fit Function Value = 0.0081
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.039)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.14)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.65
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.12
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.12 ; 0.16)
ECVI for Saturated Model = 0.13
ECVI for Independence Model = 0.50
Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = 68.51
Independence AIC = 76.51
Model AIC = 17.24
Saturated AIC = 20.00
Independence CAIC = 92.69
Model CAIC = 49.59
Saturated CAIC = 60.43
Normed Fit Index (NFI) = 0.98
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.04
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.33
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00
Incremental Fit Index (IFI) = 1.01
Relative Fit Index (RFI) = 0.95
Critical N (CN) = 1135.40
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.024
Standardized RMR = 0.024
Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.98
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.20
114
2.3 OUTPUT CFA Keterlilbatan pada keluarga
UJI VALIDITAS KELUARGA
DA NI=4 NO=155 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=fam.cor
MO NX=4 NK=1 LX=FR
LK
fam
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1
PD
OU SS TV MI
115
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 2
Minimum Fit Function Chi-Square = 1.25 (P = 0.54)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 1.24 (P = 0.54)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 5.94)
Minimum Fit Function Value = 0.0081
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.039)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.14)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.65
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.12
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.12 ; 0.16)
ECVI for Saturated Model = 0.13
ECVI for Independence Model = 0.50
Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = 68.51
Independence AIC = 76.51
Model AIC = 17.24
Saturated AIC = 20.00
Independence CAIC = 92.69
Model CAIC = 49.59
Saturated CAIC = 60.43
Normed Fit Index (NFI) = 0.98
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.04
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.33
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00
Incremental Fit Index (IFI) = 1.01
Relative Fit Index (RFI) = 0.95
Critical N (CN) = 1135.40
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.024
Standardized RMR = 0.024
Goodness of Fit Index (GFI) = 1.00
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.98
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.20
116
2.5 Output CFA konformitas norma teman
UJI VALIDITAS KONSTRAK KONFORMITAS
DA NI=4 NO=155 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=norm.cor
MO NX=4 NK=1 LX=FR
LK
KONF
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1
PD
OU SS TV MI
117
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 2
Minimum Fit Function Chi-Square = 2.52 (P = 0.28)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 2.41 (P = 0.30)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.41
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 8.74)
Minimum Fit Function Value = 0.016
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0026
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.057)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.036
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.17)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.43
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.12
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.12 ; 0.17)
ECVI for Saturated Model = 0.13
ECVI for Independence Model = 0.61
Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = 86.70
Independence AIC = 94.70
Model AIC = 18.41
Saturated AIC = 20.00
Independence CAIC = 110.88
Model CAIC = 50.75
Saturated CAIC = 60.43
Normed Fit Index (NFI) = 0.97
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.32
Comparative Fit Index (CFI) = 0.99
Incremental Fit Index (IFI) = 0.99
Relative Fit Index (RFI) = 0.91
Critical N (CN) = 564.72
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.040
Standardized RMR = 0.040
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.96
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.20
118
2.6 Output CFA Misconduct
UJI VALIDITAS KONSTRUK MISCONDUCT
DA NI=4 NO=155 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4
PM SY FI=conduct.cor
MO NX=4 NK=1 LX=FR
LK
CONDUCT
FR LX 1 1 LX 2 1 LX 3 1 LX 4 1
PD
OU SS TV MI
119
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 2
Minimum Fit Function Chi-Square = 2.97 (P = 0.23)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 2.95 (P = 0.23)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.95
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 9.87)
Minimum Fit Function Value = 0.019
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0062
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.064)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.055
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.18)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.35
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.12
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.12 ; 0.18)
ECVI for Saturated Model = 0.13
ECVI for Independence Model = 0.38
Chi-Square for Independence Model with 6 Degrees of Freedom = 50.00
Independence AIC = 58.00
Model AIC = 18.95
Saturated AIC = 20.00
Independence CAIC = 74.17
Model CAIC = 51.30
Saturated CAIC = 60.43
Normed Fit Index (NFI) = 0.94
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.93
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.31
Comparative Fit Index (CFI) = 0.98
Incremental Fit Index (IFI) = 0.98
Relative Fit Index (RFI) = 0.82
Critical N (CN) = 478.02
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.041
Standardized RMR = 0.041
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.95
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.20
120
2.7 Output CFA Self control
UJI VALIDITAS KONSTRUK Self control
DA NI=24 NO=155 MA=PM
LA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22
X23 X24
PM SY FI=control.cor
MO NX=24 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SCONTROL
FR TD 19 8 TD 19 18 TD 24 23 TD 11 9 TD 20 19 TD 16 11 TD 11 2 TD 12 2 TD 23 11 TD 22 21
TD 17 3 TD 18 16 TD 9 3 TD 17 5 TD 24 20 TD 14 9 TD 20 14 TD 20 7 TD 12 7
FR TD 12 11 TD 21 18 TD 10 9 TD 11 10 TD 9 2 TD 18 5 TD 23 22 TD 23 8 TD 23 19 TD 23 2
TD 8 6
TD 23 16 TD 19 6 TD 24 6 TD 22 15 TD 16 6 TD 16 10 TD 15 6 TD 17 14 TD 14 13 TD 14 3 TD
10 3 TD 7 6 TD 20 2 TD 19 4 TD 20 16 TD 20 3 TD 19 3 TD 16 1 TD 8 1 TD 13 8
TD 19 13 TD 16 13
PD
OU TV SS MI
121
122
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 200
Minimum Fit Function Chi-Square = 262.16 (P = 0.0021)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 230.87 (P = 0.066)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 30.87
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 72.68)
Minimum Fit Function Value = 1.70
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.20
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.47)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.032
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.049)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.96
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 2.80
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (2.60 ; 3.07)
ECVI for Saturated Model = 3.90
ECVI for Independence Model = 11.29
Chi-Square for Independence Model with 276 Degrees of Freedom = 1691.17
Independence AIC = 1739.17
Model AIC = 430.87
Saturated AIC = 600.00
Independence CAIC = 1836.22
Model CAIC = 835.21
Saturated CAIC = 1813.03
Normed Fit Index (NFI) = 0.84
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.94
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.61
Comparative Fit Index (CFI) = 0.96
Incremental Fit Index (IFI) = 0.96
Relative Fit Index (RFI) = 0.79
Critical N (CN) = 147.53
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.075
Standardized RMR = 0.076
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.89
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.83
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.59
123
3. LAMPIRAN REGRESI LOGISTIK
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
DV Percentage
Correct 0 YA
Step 0 DV 0 0 28 .0
YA 0 127 100.0
Overall Percentage 81.9
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Dependen Variabel Encoding
Original
Value Internal Value
0 0
YA 1
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant 1.512 .209 52.447 1 .000 4.536
124
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables STRES 1.219 1 .270
TEMAN 7.474 1 .006
FAMILY 11.209 1 .001
KONF .014 1 .906
MISC 2.168 1 .141
SCONTROL 16.046 1 .000
PENDAPATAN 9.606 1 .002
Overall Statistics 34.968 7 .000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 40.001 7 .000
Block 40.001 7 .000
Model 40.001 7 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 106.434a .227 .372
a. Estimation terminated at iteration number 6 because
parameter estimates changed by less than .001.
125
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 14.611 8 .067
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
DV = 0 DV = YA
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 14 10.044 2 5.956 16
2 3 6.333 13 9.667 16
3 4 4.404 12 11.596 16
4 1 3.158 15 12.842 16
5 2 1.922 14 14.078 16
6 3 1.030 13 14.970 16
7 0 .513 16 15.487 16
8 0 .320 16 15.680 16
9 1 .208 15 15.792 16
10 0 .068 11 10.932 11
Classification Tablea
Observed
Predicted
DV Percentage
Correct 0 YA
Step 1 DV 0 13 15 46.4
YA 1 126 99.2
Overall Percentage 89.7
a. The cut value is .500
126
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step 1a STRES -.031 .038 .665 1 .415 .970 .900 1.044
TEMAN .044 .031 2.046 1 .153 1.045 .984 1.109
FAMILY .094 .039 5.866 1 .015 1.099 1.018 1.186
KONF -.010 .024 .170 1 .680 .990 .945 1.037
MISC -.008 .032 .055 1 .814 .992 .932 1.057
SCONTROL .080 .035 5.333 1 .021 1.083 1.012 1.160
PENDAPATA
N
.000 .000 9.578 1 .002 1.000 1.000 1.000
Constant -8.946 3.615 6.124 1 .013 .000
a. Variable(s) entered on step 1: STRES, TEMAN, FAMILY, KONF, MISC, SCONTROL,
PENDAPATAN.