pengaruh strategi bisnis, ukuran perusahaan
TRANSCRIPT
PENGARUH STRATEGI BISNIS, UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UMUR PERUSAHAAN
TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN KUALITAS AUDIT
SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2017)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
Rizky Trisna Kalihanuraga
NIM. 11140820000045
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Rizky Trisna Kalihanuraga
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 November 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp. Pondok Petung RT 002/05 No. 84, Pondok
Aren, Jurang Mangu Timur, Tangerang Selatan,
Banten
Telepon : 0878 8585 1566
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
Tahun 2002 – 2008 : SD Islam Nurul Azhar
Tahun 2008 – 2011 : MTSN 32 Jakarta Selatan
Tahun 2011 – 2014 : MAN 19 Jakarta Selatan
Tahun 2014 – 2018 : S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Staff Divisi Keuangan Usaha Kopma UIN Jakarta (2014-2015)
2. Divisi Keuangan Kantin Kopma UIN Jakarta (2015-2016)
3. Kepala Bidang Keuangan Kopma UIN Jakarta (2016-2017)
4. Pengawas Keuangan Kopma UIN Jakarta (2017-2018)
IV. PENGALAMAN KERJA
1. KAP Rama Wendra sebagai Junior Auditor periode Januari – Maret 2018
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Ishom Susanto
Ibu : Sri Sudarti
Anak ke : 1 dari 3 Bersaudara
vii
THE EFFECT OF BUSINESS STRATEGY, FIRM SIZE, PROFITABILITY,
LEVERAGE AND FIRM AGE TO EARNINGS MANAGEMENT WITH
AUDIT QUALITY AS MODERATING VARIABLE
ABSTRACT
This research to examine the effect of business strategy, firm size,
profitability, leverage and firm age to earnings management with audit quality as
moderating variable. This research used the sample manufacturing companies
listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2012-2017. The number
of manufacturing companies that became the sample of this research were 40
companies for 6 years. Based to purposive sampling method, total of research
sample is 240 companies. The method of analysis used to test the hypothesis are
moderate regression analysis using SPSS 24 software.
The results of this study indicate that business strategy has effect on earnings
management, firm size has an effect on earnings management, profitability has an
effect on earnings management, leverage has no effect on earnings management,
and firm age has an effect on earnings management. While audit quality can not be
a moderating variables for business strategy on earnings management, audit
quality can not be a moderating variables for firm size on earnings management,
audit quality can not be a moderating variables for profitability on earnings
management, audit quality can not be a moderating variables for leverage on
earnings management and audit quality can not be a moderating variables for firm
age on earnings management.
Keywords: Business Strategy, Firm Size, Profitability, Leverage, Earnings
Management and Audit Quality
viii
PENGARUH STRATEGI BISNIS, UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UMUR PERUSAHAAN
TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN KUALITAS AUDIT
SEBAGAI VARIABEL MODERASI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh strategi bisnis, ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage dan umur perusahaan terhadap manajemen laba
dengan kualitas audit sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan
sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2012-2017. Jumlah perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian
ini yaitu 40 perusahaan selama 6 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling,
total sampel penelitian adalah 240 perusahaan. Metode analisis yang digunakan
untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi moderasi dengan menggunakan
software SPSS versi 24.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi bisnis berpengaruh terhadap
manajemen laba, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba,
profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba, leverage tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba dan umur perusahaan berpengaruh terhadap manajemen
laba. Sedangkan kualitas audit tidak dapat menjadi variabel moderasi bagi strategi
bisnis terhadap manajemen laba, kualitas audit tidak dapat menjadi variabel
moderasi bagi ukuran perusahaan terhadap manajemen laba, kualitas audit tidak
dapat menjadi variabel moderasi bagi profitabilitas terhadap manajemen laba,
kualitas audit tidak dapat menjadi variabel moderasi bagi leverage terhadap
manajemen laba dan kualitas audit tidak dapat menjadi variabel moderasi bagi umur
perusahaan terhadap manajemen laba.
Kata kunci: Strategi Bisnis, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage,
Manajemen Laba, dan Kualitas Audit
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Strategi
Bisnis dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas
Audit sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2017)”.
Shalawat berserta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, Sang Teladan
yang membawa kita ke jalan kebenaran.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai salah satu
syarat guna meraih gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, syukur atas kehendak Allah SWT
skripsi ini dapat terselesaikan. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda penulis yang selalu memberikan doa dan
dukungan penuh untuk penulis selama ini, terutama saat penulis
menjalankan perkuliahan sampai proses penyelesaian skripsi ini.
2. Kepada saudara penulis serta keluarga besar penulis yang selalu
mendukung setiap kegiatan penulis termasuk penulisan skripsi ini.
3. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Seluruh bapak/ibu guru maupun dosen yang telah mendidik penulis
mulai dari taman kanak-kanak hingga jenjang perkuliahan, segala yang
tertulis dalam skripsi ini hanyalah sedikit dari ilmu yang bapak/ibu
pernah ajarkan.
8. Seluruh peneliti dan penulis yang karyanya baik jurnal dan bukunya
telah penulis jadikan sumber, terimakasih atas karyanya yang semakin
memperkaya pengetahuan penulis.
9. Keluarga besar Akuntansi UIN Jakarta angkatan 2014 yang senantiasa
mendukung dan mendoakan.
10. Keluarga besar Kopma UIN Jakarta yang senantiasa mendukung dan
mendoakan.
11. Keluarga besar pengurus dan pengawas Kopma UIN Jakarta tahun
2016, 2017 dan 2018, terimakasih atas kerjasamanya selama ini.
12. Keluarga besar bidang keuangan Kopma UIN Jakarta tahun 2016, 2017
dan 2018, terimakasih sudah menjadi tempat penulis belajar dan
menerapkan ilmu yang didapat.
13. Seluruh teman-teman yang sudah mendukung dan mendoakan penulis
selama ini, mohon maaf jika tidak tertulis satupun nama kalian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, masukan, dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Desember 2018
(Rizky Trisna Kalihanuraga)
xi
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM ...................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 12
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 15
A. Tinjauan Literatur ................................................................................. 15
1. Teori Agensi ...................................................................................... 15
2. Manajemen Laba ............................................................................... 18
3. Strategi Bisnis ................................................................................... 28
4. Ukuran Perusahaan ............................................................................ 40
5. Profitabilitas ...................................................................................... 41
6. Leverage ........................................................................................... 43
7. Umur Perusahaan ............................................................................... 44
8. Kualitas Audit ................................................................................... 45
B. Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................................... 47
C. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 54
xii
D. Hipotesis ............................................................................................... 55
1. Pengaruh Strategi Bisnis terhadap Manajemen Laba ........................... 55
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba .................... 56
3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba .............................. 57
4. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba ................................... 58
5. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Manajemen Laba ....................... 59
6. Pengaruh Strategi Bisnis terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas
Audit Sebagai Variabel Moderasi .............................................................. 61
7. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba dengan
Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi ................................................. 62
8. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas
Audit sebagai Variabel Moderasi............................................................... 64
9. Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas Audit
sebagai Variabel Moderasi ........................................................................ 65
10. Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Manajemen Laba dengan
Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi ................................................. 67
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 69
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 69
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................... 69
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 70
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ...................................................... 70
E. Metode Analisis Data ............................................................................ 78
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................... 86
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 86
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ............................................................... 87
1. Uji Analisis Statistik Deskriptif .......................................................... 87
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 90
3. Analisis Hasil Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis)...... 96
4. Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ...................................... 103
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 117
A. Kesimpulan ......................................................................................... 117
B. Saran .................................................................................................. 118
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 119
LAMPIRAN.................................................................................................. 125
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik Strategi Defender ......................................................... 33
Tabel 2.2 Karakteristik Strategi Prospector ...................................................... 35
Tabel 2.3 Karakteristik Strategi Analyzer.......................................................... 38
Tabel 2.4 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................... 47
Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Skor Strategi Bisnis ............................................ 75
Tabel 3.2 Penggukuran Operasional Variabel Penelitian ................................... 78
Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ........................................... 86
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif............................................................................ 87
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorof-Smirnov (K-S) ................. 92
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................ 93
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ...................................................................... 94
Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji White ............................... 95
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................ 97
Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikansi Simultan ......................................................... 98
Tabel 4.9 Hasil Uji Parsial (T-Test) .................................................................. 99
Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ............................................ 115
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 The Adaptive Cycle ....................................................................... 29
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................... 54
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram ......................................... 90
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-Plot ........................ 91
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot ............... 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini perkembangan perusahaan dalam berbagai bidang di Indonesia
semakin pesat, hal ini menyebabkan semakin tingginya persaingan antar
perusahaan sehingga perusahaan dituntut untuk bertahan dan memiliki
keunggulan dalam bidang usahanya. Dalam menghadapi persaingan pasar yang
ketat, manajer masing-masing perusahaan dituntut untuk lebih cerdas dalam
mengelola perusahaan. Manajer merupakan pihak yang bertanggung jawab
mengarahkan berbagai upaya untuk membantu perusahaan mencapai
tujuannya, oleh karena itu setiap kebijakan dan keputusan dari manajer akan
berpengaruh terhadap tercapai atau tidaknya tujuan perusahaan.
Gambaran mengenai kinerja perusahaan selama satu periode
terepresentasikan pada laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan
selalu menitik beratkan pada tingkat laba perusahaan karena dapat
menunjukkan prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta sebagai
indikator dalam pengukuran kinerja manajemen (Sari dan Ahmar, 2014).
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan
kepada pihak luar, diluar korporasi organisasi yang merupakan hasil dari
kegiatan operasional dan kinerja yang dilakukan oleh perusahaan untuk
dilaporkan kepada pihak internal dan eksternal perusahaan dengan parameter
berupa laba (Hasty dan Herawaty, 2017).
2
Informasi laba yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan
memiliki beberapa fungsi penting, antara lain untuk menilai kinerja
manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif
dalam jangka panjang, dan untuk menaksir resiko investasi atau meminjamkan
dana (Joseph dan Wardhani, 2010). Namun informasi laba tidak selamanya
akurat, seringkali pihak manajemen melakukan tindakan oportunistis dengan
memodifikasi informasi laba untuk menghasilkan informasi sesuai yang
diinginkan untuk memenuhi kepuasan pribadi dan dapat merugikan pemegang
saham atau investor. Tindakan tersebut dikenal dengan manajemen laba
(earning management).
Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai intervensi manajemen dengan
sengaja dalam proses penentuan laba (Subramanyam dan Wild, 2010).
Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal
pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck,
World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serika. Dewasa ini
banyak kasus serupa terjadi dan terjadi pada beberapa perusahaan besar di
Indonesia atau mancanegara.
Pada tahun 2015, salah satu perusahaan manufaktur terbesar di Jepang
mengejutkan dunia saat menyatakan bahwa perusahaannya tengah melakukan
investigasi atas skandal akuntansi internal dan harus merevisi perhitungan laba
dalam 3 tahun terakhir. Setelah diinvestigasi secara menyeluruh, diketahuilah
bahwa Toshiba telah kesulitan mencapai target keuntungan bisnis sejak tahun
2008 di mana pada saat tengah terjadi krisis global. Krisis tersebut juga
3
melanda usaha Toshiba hingga akhirnya Toshiba melakukan suatu rekayasa
melalui accounting fraud senilai 1,22 milyar dolar Amerika (Sari K., 2017).
Tindakan ini dilakukan dengan berbagai upaya sehingga menghasilkan
laba yang tidak sesuai dengan realita. Terbongkarnya kasus ini diawali saat
audit pihak ketiga melakukan investigasi internal terhadap keuangan
perusahaan. Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa manajemen
perusahaan menetapkan target laba yang tidak realistis sehingga saat target
tersebut tidak tercapai, pemimpin divisi terpaksa harus berbohong dengan
memanipulasi data laporan keuangan (Sari K., 2017).
Kasus terbaru berasal dari industri jasa keuangan dalam negeri yaitu kasus
bank bukopin dan SNP finance yang keduanya diaudit oleh KAP big 4. Kedua
kasus tersebut telah terbukti lolos dari pengamatan KAP yang menanganinya.
Laporan keuangan bank bukopin diaudit oleh afiliasi Ernst dan Young (EY) di
Indonesia, yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Sungkoro dan
Surja sementara laporan keuangan SNP finance diaudit oleh afiliasi Deloitte di
Indonesia, yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) Satrio Bing, Eny dan Rekan.
PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) merevisi laporan keuangan tiga tahun
terakhir, yaitu 2015, 2016, dan 2017. Menurut informasi yang dihimpun oleh
CNBC Indonesia dari para pihak yang mengetahui masalah ini, modifikasi data
kartu kredit di Bukopin telah dilakukan lebih dari 5 tahun yang lalu. Jumlah
kartu kredit yang dimodifikasi juga cukup besar, lebih dari 100.000 kartu.
Modifikasi tersebut menyebabkan posisi kredit dan pendapatan berbasis komisi
Bukopin bertambah tidak semestinya.
4
Bank Bukopin merevisi laba bersih 2016 menjadi Rp 183,56 miliar dari
sebelumnya Rp 1,08 triliun. Penurunan terbesar adalah di bagian pendapatan
provisi dan komisi yang merupakan pendapatan dari kartu kredit. Pendapatan
ini turun dari Rp 1,06 triliun menjadi Rp 317,88 miliar (Rachman, 2018).
PT. Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance) pada tahun 2018
berada diambang kepailitan setelah operasinya dibekukan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Hal ini terjadi karena SNP Finance mengalami gagal bayar
untuk memenuhi kewajiban membayar bunga surat utang jangka menengah
atau medium term notes (MTN). Ada dua seri MTN yang bunganya belum
dibayar Rp5,25 miliar pada 9 Mei 2018 dan Rp1,5 miliar pada 14 Mei 2018
sehingga total Rp6,75 miliar (Badriyah, 2018). Diduga pihak SNP Finance
tidak menyampaikan laporan keuangan dengan benar alias fiktif, sehingga
perusahaan pemeringkat dan auditor tidak mengeluarkan peringatan
atau warning sebelum gagal bayar terjadi (Gumiwang, 2018). Dari sisi auditor
kurangnya skeptisisme yang dianggap perlu dimiliki auditor, kurangnya
pemahaman terhadap sistem pencatatan yang digunakan perusahaan, dan
pengujian yang dilakukan KAP terhadap SNP Finance tidak sampai pada
dokumen dasar (Purnomo, 2018).
Berdasarkan beberapa kasus diatas manajemen laba diduga muncul dan
dilakukan oleh manajer atau penyusun laporan keuangan karena memiliki
beberapa motivasi diantaranya motivasi bonus, hipotesis perjanjian hutang,
meet investors earnings expectations and maintain reputation (Agustia, 2013).
5
Auditor dengan reputasi yang baik sekalipun berpotensi untuk melakukan
kelalaian atas audit yang dilakukannya. Perusahaan yang melakukan
manajemen laba diatas merupakan perusahaan ternama di Indonesia atau
mancanegara, berdasarkan ukuran perusahaannya manajemen ingin menjaga
reputasi dari perusahaan dengan melakukan tindak manajemen laba, meskipun
pada akhirnya dapat terdeteksi. Selain dari berbagai motivasi tersebut, strategi
bisnis memiliki peran besar dalam menstimulasi manajer untuk melakukan
manajemen laba (Houqe et al., 2015; Bentley et al., 2013; Widyasari et al.,
2017; Wardani dan Isabela, 2017).
Dalam tipologi Miles dan Snow (1978) terdapat dua dari empat strategi
bisnis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu defenders dan
prospectors. Dalam Houqe et al., (2015), Higgins et al., (2013) dan Widyasari
et al., (2017) perusahaan dengan strategi defenders diduga mempunyai potensi
melakukan manajemen laba lebih tinggi dibanding strategi prospectors
dikarenakan strategi defenders merupakan strategi yang mendambakan
kestabilan dan menjaga reputasi, sebaliknya prospectors lebih mengutamakan
inovasi dan mengambil risiko besar dalam bisnisnya.
Berbicara tentang peranan manajer tidak terlepas dari peranan mereka
dalam menentukan strategi bisnis perusahaan, Dalam kapasitasnya sebagai
penyedia laporan keuangan di satu sisi dan sebagai penentu strategi bisnis
perusahaan, maka kualitas laba secara potensial juga merupakan fungsi strategi
bisnis (Widyasari et al., 2017). Strategi bisnis perusahaan menentukan
bagaimana perusahaan bersaing dalam pasar yang ditentukannya.
6
Strategi bisnis perusahaan mempengaruhi seluruh aktivitas perusahaan,
karena semua aktivitas proses bisnis, kegiatan operasional dan transaksi yang
dilakukan serta segala keputusan bisnis dibuat oleh manajer harus sejalan
dengan strategi bisnis (Arieftiara et al., 2013). Penelitian ini menggunakan
tipologi Miles dan Snow (1978) untuk menjelaskan strategi bisnis perusahaan.
Selain strategi bisnis, ukuran perusahaan dapat mempengaruhi terjadinya
manajemen laba. Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi kecil atau
besarnya perusahaan. Menurut Putri (2016) ukuran perusahaan dapat
ditentukan dengan total aset, log size, penjualan dan nilai pasar saham.
Semakin besarnya perusahaan dan luasan usahanya, maka pemilik tidak bisa
mengelola sendiri perusahaannya secara langsung sehingga inilah yang
memicu munculnya masalah keagenan (Reviani dan Sudantoko, 2012).
Perusahaan yang lebih besar akan cenderung menghindari manajemen laba
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil dikarenakan perusahaan
yang lebih besar mendapatkan perhatian yang besar pula dari pihak investor
maupun pihak eksternal. Perusahaan yang lebih besar dituntut untuk
menyajikan pelaporan keuangan yang lebih berkualitas, oleh karena itu
pengawasan terhadapnya semakin tinggi (Reviani dan Sudantoko, 2012).
Sedangkan perusahaan yang lebih kecil untuk menunjukkan kinerja perusahaan
yang lebih baik cenderung melakukan manajemen laba untuk mendongkrak
laba mereka.
Manajemen laba tentunya dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan
seperti kasus diatas, karena profitabilitas perusahaan yang menyebabkan
7
adanya manajemen laba. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba melalui pengoperasian aktiva yang dimiliki (Hasty dan
Herawaty, 2017). Ketika laba yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode
sangat tinggi, maka terdapat kemungkinan terjadi penurunan laba pada periode
berikutnya. Dengan demikian manajer akan mengatur labanya agar tidak
terlalu tinggi sehingga kelebihan laba yang tidak dilaporkan oleh perusahaan
dapat disajikan untuk laporan laba pada periode berikutnya (Wardani dan
Isabela, 2017).
Salah satu rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on Assets
(ROA). Semakin tinggi Return on Assets (ROA) maka semakin efisien
penggunaan aktiva dan semakin memperbesar laba. Dari beberapa rasio yang
mengukur rasio profitabilitas, kebanyakan para pengguna laporan keuangan
lebih fokus melihat rasio ROA untuk mengetahui prospek perusahaan dengan
melihat laba yang dihasilkan. Sehingga potensi akan tindakan manipulasi laba
yang dilakukan manajemen dapat tercipta, dikarenakan tingginya perhatian
pengguna laporan keuangan akan rasio tersebut (Hasty dan Herawaty 2017).
Berdasarkan teori akuntansi positif yang dikemukakan oleh Watt dan
Zimmerman (1986) motivasi manajemen laba salah satunya dipicu oleh
motivasi perjanjian hutang, leverage menggambarkan seberapa besar
perusahaan dibiayai oleh hutang, semakin tinggi tingkat rasio leverage
perusahaan menggambarkan semakin besar perusahaan dibiayai oleh hutang
sehingga menjadi pemicu perusahaan melakukan manajemen laba.
8
Selain itu, Umur perusahaan merupakan waktu yang dimiliki oleh
perusahaan dimulai sejak berdiri hingga waktu yang tidak terbatas. Umur
perusahaan mencerminkan perusahaan tetap survive dan menjadi bukti bahwa
perusahaan mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada
dalam perekonomian (Agustia dan Suryani, 2018). Secara teoritis perusahaan
yang telah lama berdiri diasumsikan akan dapat menghasilkan laba yang lebih
tinggi daripada perusahaan yang baru berdiri (Zen, 2009).
Peluang terjadinya manajemen laba yang dilakukan oleh manajer dapat
diminimalisir dengan adanya audit laporan keuangan. De Angelo (1981)
mendefinisikan kualitas audit sebagai kemampuan auditor untuk mendeteksi
kesalahan dalam laporan keuangan dan melaporkannya kepada pengguna
laporan keuangan.
Kualitas dari sebuah audit merupakan hal yang sangat penting untuk
menjamin bahwa laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan dan dapat dipercaya oleh masyarakat maupun pihak
ketiga lainnya (Sinaga, 2012). Seperti beberapa kasus diatas, ketika terdapat
permasalahan yang menimpa perusahaan, maka auditor yang pernah mengaudit
akan menjadi salah satu sorotan utama.
Kualitas audit berbeda untuk masing-masing audit firms. auditor yang
berkualitas tinggi lebih memilih untuk melaporkan kesalahan dan
ketidaksesuaian laporan keuangan yang diauditnya dan tidak menerima adanya
praktik akuntansi yang dipertanyakan. Oleh sebab itu, auditor yang berkualitas
9
tinggi diharapkan lebih mampu mendeteksi adanya praktik manajemen laba
(Widyasari et al., 2017).
Kualitas audit yang tinggi dapat dilihat dari keandalan laporan keuangan
yang dimiliki oleh perusahaan melalui opini audit yang dikeluarkan oleh KAP.
Auditor spesialisasi industri dapat mendeteksi tindak manajemen laba yang
dilakukan daripada auditor non spesialisasi industri, hal ini dimungkinkan
karena permasalahan atau resiko yang ada di industri tersebut sudah dapat
diantisipasi oleh auditor, hal ini berkenaan dengan tingkat pemahaman yang
tinggi dari auditor terhadap industri tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian
ini karena penelitian mengenai strategi bisnis di bidang akuntansi terbilang
masih jarang dilakukan di Indonesia. Dalam dunia bisnis, strategi bisnis
merupakan hal yang cukup fundamental untuk bisa mencapai tujuan
perusahaan. Akan tetapi, secara tidak langsung strategi bisnis juga
dimungkinkan mempengaruhi keputusan manajemen untuk melakukan
manajemen laba.
Ukuran perusahaan menjadi salah satu alasan manajer melakukan tindak
manajemen laba, perusahaan yang lebih kecil menginginkan kinerja
perusahaannya dinilai baik oleh investor maupun pihak eksternal sehingga
memungkinkan untuk terjadinya tindak manajemen laba. Profitabilitas
perusahaan yang menjadi target manajer menjadi indikator utama untuk
penentuan bonus manajer, sehingga memungkinkan terjadinya manajemen
laba.
10
Leverage juga dapat menjadi alasan manajer melakukan manajemen laba,
untuk mengurangi risiko hutang yang mungkin timbul manajer dapat
melakukan manajemen laba. Sedangkan umur perusahaan juga bisa memicu
manajer melakukan manajemen laba, dimana semakin lamanya perusahaan
beroperasi maka semakin tinggi pula tingkat profesionalitas perusahaan,
sehingga perusahaan yang masih baru harus menarik investor dengan laba yang
besar. Pemilik perusahaan tentunya menginginkan perusahaan terbebas dari
tindakan manajemen laba, untuk meminimalisir hal tersebut maka auditor yang
akan mengaudit laporan keuangan perusahaan haruslah auditor yang
berkualitas sehingga memberikan kualitas audit yang dapat mendeteksi
tindakan manajemen laba.
Penelitian ini mencoba menggabungkan beberapa variabel dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan yaitu variabel strategi bisnis, ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage, umur perusahaan, kualitas audit dan
manajemen laba. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah dikombinasikannya beberapa variabel yang ada serta periode
pengambilan sampel yang berbeda serta cara perhitungan yang berbeda.
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat menambah kontribusi
teoritis dalam bidang manajemen laba, serta memperkaya kajian terhadap
strategi bisnis yang sebelumnya lebih banyak dikaji dari sudut pandang bisnis
dan manajemen tetapi jarang dikaji dari sudut pandang akuntansi. Dengan
demikian peneliti memberi judul skripsi ini sebagai “Pengaruh Strategi
Bisnis, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Umur Perusahaan
11
Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas Audit sebagai Variabel
Moderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2017)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini bermaksud untuk
menguji bukti empiris mengenai Pengaruh Strategi Bisnis dan Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas Audit Sebagai
Variabel Moderasi. Permasalahannya adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh strategi bisnis terhadap manajemen laba?
2. Apakah terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba?
3. Apakah terdapat pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba?
4. Apakah terdapat pengaruh leverage terhadap manajemen laba?
5. Apakah terdapat pengaruh umur perusahaan terhadap manajemen laba?
6. Apakah kualitas audit mampu memoderasi pengaruh strategi bisnis
terhadap manajemen laba?
7. Apakah kualitas audit mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan
terhadap manajemen laba?
8. Apakah kualitas audit mampu memoderasi pengaruh profitabilitas
terhadap manajemen laba?
9. Apakah kualitas audit mampu memoderasi pengaruh leverage terhadap
manajemen laba?
10. Apakah kualitas audit mampu memoderasi pengaruh umur perusahaan
terhadap manajemen laba?
12
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan diadakannya penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Menganalisis pengaruh strategi bisnis terhadap manajemen laba.
b. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.
c. Menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba.
d. Menganalisis pengaruh leverage terhadap manajemen laba.
e. Menganalisis pengaruh umur perusahaan terhadap manajemen laba.
f. Menganalisis pengaruh strategi bisnis terhadap manajemen laba yang
dimoderasi oleh kualitas audit.
g. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba yang
dimoderasi oleh kualitas audit.
h. Menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba yang
dimoderasi oleh kualitas audit.
i. Menganalisis pengaruh leverage terhadap manajemen laba yang
dimoderasi oleh kualitas audit.
j. Menganalisis pengaruh umur perusahaan terhadap manajemen laba yang
dimoderasi oleh kualitas audit.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoritis dan praktis,
sebagai berikut:
13
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu akuntansi serta
sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan untuk mengadakan
penelitian-penelitian selanjutnya.
a. Bagi Mahasiswa Akuntansi
Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
ilmu pengetahuan
b. Bagi Penulis
Sebagai sarana memperluas wawasan serta menambah referensi
mengenai pembahasan terkait penelitian ini sehingga diharapkan
dapat bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan datang.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Berkontribusi untuk menambah bukti empiris dalam pengembangan
ilmu akuntansi terkait bidang akuntansi mengenai faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi manajemen laba berkaitan strategi bisnis,
ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, umur perusahaan dan
kualitas audit.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi
para pemakai laporan keuangan seperti auditor karena dalam penelitian ini
membahas peluang terjadinya manajemen laba dari sudut pandang strategi
bisnis dan ukuran perusahaan. Bagi manajemen diharapkan untuk
14
meningkatkan kualitas laporan keuangan serta menghindari praktik
manajemen laba.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi
Teori kegaenan (agency theory) merupakan dasar yang digunakan
untuk memahami bagaimana manajemen laba bisa terjadi. Pada model
keagenan dirancang sebuah sistem yang melibatkan kedua belah pihak
yaitu manajemen dan pemilik. Selanjutnya, manajemen dan pemilik
melakukan kesepakatan (kontrak) kerja untuk mencapai manfaat (utilitas)
yang diharapkan. Dalam kesepakatan tersebut diharapkan dapat
memaksimumkan utilitas pemilik (principal), dan dapat memuaskan serta
menjamin manajemen (agent) untuk menerima reward (Sunarto, 2009).
Di dalam teori keagenan pada dasarnya membahas suatu bentuk
kesepakatan antara pemilik modal dengan manajer untuk mengolah suatu
perusahaan, di sini manajer mengemban tanggung jawab yang besar atas
keberhasilan operasional perusahaan yang dikelolanya, jika dalam
menjalankan amanah tersebut manajer gagal maka jabatan dan segala
fasilitas yang diperolehnya menjadi taruhannya, alasan itulah yang sering
kali mendasari mengapa manajer melakukan manajemen laba (yang
bersifat negatif) yang semata-mata hanya ingin melindungi dirinya dan
merugikan banyak pihak (Luayyi, 2012).
Dalam perkembangan teori keagenan Panda dan Leepsa (2017)
menjelaskan bahwa Adam Smith dalam karyanya The Wealth of Nations
16
mengungkapkan bahwa jika sebuah organisasi dikelola oleh seseorang
atau sekelompok orang yang bukan pemilik sebenarnya, maka ada
kemungkinan bahwa mereka mungkin tidak bekerja untuk kepentingan
pemiliknya.
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan
merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal)
memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama
principal serta memberi wewenang kepada agent untuk membuat
keputusan yang terbaik bagi principal. Jika kedua belah pihak tersebut
mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan,
maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan
kepentingan prinsipal.
Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan perusahaan sebagai
kotak hitam, yang beroperasi untuk memaksimalkan nilai dan
profitabilitasnya. Maksimalisasi kekayaan dapat dicapai melalui
koordinasi dan kerja tim yang baik di antara pihak-pihak yang terlibat
dalam perusahaan. Namun, kepentingan setiap pihak berbeda, konflik
kepentingan muncul, dan hanya dapat diturunkan melalui kepemilikan dan
kontrol manajerial.
Teori keagenan (Jensen dan Meckling, 1976) menunjukkan bahwa
terdapat konflik kepentingan antara pihak manajemen (sebagai agent)
dengan pihak pemilik (sebagai principal). Principal mendelegasikan
pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula
17
dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk
melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah
disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur
dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama (Lisa, 2012).
Jika kepentingan manajemen bertolak belakang dengan kepentingan
pemilik, maka manajemen akan cenderung berperilaku oportunistik demi
melindungi kepentingannya sendiri. Tindakan oportunis tersebut
dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga
laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan, atau diturunkan sesuai dengan
keinginannya (Widyasari et al., 2017).
Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga
asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri
sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai
persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu
menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia
tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu
mengutamakan kepentingan pribadinya (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai
pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi
18
informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan
kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi
yang tidak simetris atau asimetri informasi. Asimetri informasi terjadi
karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding
pemilik atau pemegang saham (Lisa, 2012).
2. Manajemen Laba
Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu
intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan
eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Liu dan Yu (2013) mendefinisikan manajemen laba sebagai
kewenangan manajemen yang mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku
umum, yang dapat mengontrol atau mengatur laporan informasi laba
akuntansi dengan cara merubah penggunaan metode akuntansi,
menentukan pemilihan kebijakan akuntansi.
Kieso (2013) mendefinisikan manajemen laba sebagai sebuah
perencanaan waktu terkait pendapatan, beban, laba dan rugi untuk perataan
dalam laba perusahaan.
Ghazali (2015) mendefinisikan manajemen laba sebagai perubahan
dalam kinerja ekonomi yang dilaporkan oleh perusahaan oleh orang dalam
untuk menyesatkan beberapa pemangku kepentingan atau untuk
mempengaruhi hasil kontrak, meskipun tindakan bisa dipicu niat
oportunistik maupun non oportunistik.
19
Scott (2015) mendefinisikan manajemen laba merupakan pilihan
manajer terkait dengan kebijakan akuntansi maupun tindakan nyata yang
memengaruhi laba untuk mencapai jumlah laba yang diinginkan.
Hasty dan Herawaty (2017) mendefinisikan manajemen laba dengan
perilaku manajer untuk mengelola laba dengan metode tertentu.
Manajemen laba bertujuan untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang
dilaporkan, dan manajer bertanggung jawab dalam peningkatan
(penurunan) profitabilitas dari ekonomi jangka panjang.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh manajer
dengan memanfaatkan kewenangannya dan melakukan intervensi secara
oportunistik terhadap data atau informasi akuntansi agar laba yang tercatat
dalam laporan keuangan sesuai dengan keinginan manajer.
Terdapat berbagai motivasi yang mendorong manajer untuk
melakukan manajemen laba. Hal tersebut dijelaskan dalam teori akuntansi
positif yang dikembangkan oleh Watt dan Zimmerman (1986),
diantaranya:
a) Hipotesis Program Bonus (The Bonus Plan Hypotesis)
Manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih cenderung
menggunakan metode akuntansi untuk meningkatkan laba pada
periode kini.
Hipotesis ini cukup beralasan, seorang manajer tentu ingin
mendapatkan imbalan yang tinggi. Apabila besaran bonus tersebut
20
tergantung pada besar kecilnya laba perusahaan, maka seorang
manajer atau siapapun itu tentu akan berusaha memberikan laporan
laba bersih setinggi mungkin agar mendapatkan bonus yang tinggi.
Salah satu caranya adalah dengan memilih dan menentukan kebijakan
akuntansi yang bisa meningkatkan laba pada laporan keuangan
diperiode tersebut, sesuai dengan metode akuntansi akrual.
b) Hipotesis Perjanjian Hutang (The Debt Covenant Hypotesis)
Semakin tinggi tingkat kredit maka semakin besar kemungkinan
penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran biaya. Manajer akan
memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga dapat
menurunkan tingkat kredit dan mengurangi biaya kesalahan teknis.
c) Hipotesis Biaya Politik (The Political Cost Hypotesis)
Semakin besar biaya politik yang ditanggung oleh perusahaan,
maka manajer akan cenderung untuk menggunakan prosedur
akuntansi yang meminimalisir laba yang dilaporkan pada periode saat
ini. Dalam pemilihan kebijakan akuntansi dipengaruhi juga oleh
dimensi politik perusahaan.
Scott (2009) dalam Aji dan Mita (2010) mengidentifikasikan adanya
empat pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan manajemen laba,
sebagai berikut:
a) Taking a bath
Ketika perusahaan melaporkan adanya kerugian, maka
manajemen melakukan kebijakan untuk melaporkan kerugian dengan
21
jumlah yang besar sekaligus. Strategi taking a bath dilakukan melalui
penghapusan (write-off) sebanyak mungkin pada satu periode. Periode
yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk (sering kali
pada masa resesi dimana perusahaan lain juga melaporkan laba yang
buruk) atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti
perubahan manajemen, meger atau restrukturiasi. Strategi ini sering
dilakukan setelah strategi income maximization pada periode
sebelumnya (Subramanyam dan Wild, 2010).
b) Income minimization
Kebijakan ini dilakukan ketika laba yang diperoleh perusahaan
tinggi atau meningkat. Hal yang umum dilakukan manajemen dalam
praktek ini adalah dengan meminimalkan laba, contohnya adalah
dengan membebankan beban penelitian dan pengembangan lebih
besar di periode berjalan.
c) Income maximization
Kebijakan ini dilakukan ketika laba yang diperoleh perusahaan
rendah atau menurun. Hal yang umum dilakukan manajemen dalam
praktek ini adalah dengan memaksimalkan laba, contohnya adalah
dengan mengalokasikan pendapatan tahun mendatang di periode
berjalan.
d) Income smoothing
Kebijakan ini dilakukan karena adanya motivasi manajemen
untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan. Income smoothing
22
juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik
dengan menciptakan cadangan atau “bank” laba dan kemudian
melaporkan laba saat ini pada saat periode buruk perusahaan. Banyak
perusahaan menggunakan bentuk manajemen laba ini (Subramanyam
dan Wild, 2010).
Manajemen laba yang dilakukan oleh manajer pada umumnya dibagi
menjadi dua teknik, yaitu manajemen laba akrual dan manajemen laba riil.
a) Manajemen Laba Akrual
Manajemen laba akrual terjadi karena keleluasaan dari pihak
manajer dalam menentukan praktik akuntansi yang digunakan oleh
perusahaan. Dechow (1994) menjelaskan bahwa manajemen laba
akrual atau accrual accounting akan lebih baik dalam
menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan di masa yang akan
datang karena proses akrual tersebut akan menghasilkan laba yang
lebih smooth namun sifatnya kurang persisten dan relatif lebih
subjektif jika dibandingkan dengan manajemen laba riil (Ontorael dan
Geraldina, 2017).
Menurut Sulistyanto (2008) praktik akrual dilakukan dengan
mempermainkan komponen-komponen akrual dalam laporan
keuangan, sebab akrual merupakan komponen yang mudah untuk
dipermainkan sesuai keinginan orang yang melakukan pencatatan dan
penyusunan laporan keuangan. Akrual merupakan selisih antara kas
masuk bersih dari hasil operasi perusahaan dengan laba yang
23
dilaporkan dalam laporan laba-rugi. Manajemen laba akrual dapat
dibuktikan melalui berbagai cara salah satunya yang diukur dengan
discretionary accruals dan revenue discretionary. (Sa'diyah dan
Hermanto, 2017).
Menurut Healy dan De Angelo dalam Imelda dan Palauw (2012),
konsep akrual berdasarkan pengukuran selisih antara kas masuk
bersih dari hasil operasi perusahaan dengan laba yang dilaporkan
dalam laporan laba-rugi dibedakan menjadi dua yaitu discretionary
accruals dan non-discretionary accruals.
1) Discretionary Accruals
Discretionary Accruals merupakan pengakuan akrual laba
atau beban yang bebas serta tidak diatur dan merupakan pilihan
kebijakan manajemen. Discretionary accruals juga merupakan
kebijakan akrual yang dilakukan manajer karena ada niat, bukan
disebabkan kondisi perusahaan yang menginginkan perubahan
pertimbangan dan metode akuntansi yang menggeser biaya dan
pendapatan. Salah satu contoh discretionary accruals adalah
ketika manajer mengetahui pada akhir tahun buku terdapat
piutang yang tidak dapat ditagih, maka manajer dapat melakukan
pencatatan pembebanan piutang tak tertagih pada periode
sekarang atau tahun buku berikutnya dengan jumlah berdasarkan
pertimbangan manajer.
24
Scott (2015) menyatakan ada empat komponen akrual yang
bersifat discretionary accruals yang dapat digunakan untuk
meningkatkan laba jangka pendek yang dilaporkan antara lain :
(1) Biaya depresiasi dan amortisasi. Manajer dapat
mengendalikan penentuan akrual yang diskresioner terhadap
masa manfaat aktiva tetap, (2) Kenaikan pada piutang bersih (net
account receivable) dengan adanya penurunan penyisihan atau
cadangan piutang tak tertagih. Manajer dapat menentukan
besarnya cadangan kerugian piutang yang tak dapat ditagih, (3)
Kenaikan persediaan dengan memasukkan biaya overhead tetap
ke dalam persediaan daripada mengakui biaya tersebut sebagai
beban, (4) Penurunan pada account payable dan accrual
liabilities. Manajer membebankan biaya klaim atas garansi pada
periode berikutnya, sehingga beban garansi pada periode saat ini
menjadi kecil dan mendapatkan laba lebih besar.
2) Non-Discretionary Accruals
Merupakan akrual yang wajar dan tunduk pada prinsip
akuntansi yang berterima umum, bila dilanggar dapat
mempengaruhi kualitas laporan keuangan menjadi tidak wajar.
Contoh non-discretionary accruals adalah pada saat manajer
mendapatkan satu fakta yang sama, namun dilaporkan dengan
cara yang berbeda seperti mesin yang sama dapat didepresiasi
dengan dua metode yang berbeda atau umur ekonomis yang
25
berbeda. Perbedaan metode dan estimasi tersebut mengakibatkan
laba yang berbeda pada akhir periode.
b) Manajemen Laba Riil
Manajemen laba riil merupakan teknik manipulasi laba yang
dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari
selama periode akuntansi. Campur tangan manajer dalam proses
pelaporan keuangan tidak hanya melalui metode-metode atau
estimasi-estimasi akuntansi saja tetapi juga dilakukan melalui
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional.
Menurut Schipper (1989), manajemen laba riil adalah suatu
tindakan yang diambil oleh manajemen secara sengaja dalam proses
pelaporan keuangan untuk mendapatkan keuntungan bagi perusahaan
dengan cara mengatur waktu penjualan aset tetap dan marketable
securities saat pendapatan operasional menurun hingga melebihi
ekspektasi manajemen (Ontorael dan Geraldina, 2017).
Roychowdury (2006) memperkenalkan teknik pengelolaan laba
yang disebut dengan manipulasi aktivitas riil atau manajemen laba riil,
yang didefinisikan sebagai perbedaan praktek operasi yang dilakukan
dengan praktek-praktek operasi normal, dimotivasi oleh keinginan
manajemen untuk memberikan pemahaman yang salah kepada
stakeholders agar stakeholders percaya bahwa tujuan pelaporan
keuangan tertentu telah dicapai sesuai praktek operasi normal
perusahaan (Rahman dan Hutagaol, 2008).
26
Graham et al. (2005) dan Cohen et al. (2008) menemukan bahwa
setelah era Sarbanes–Oxley Act (SOX) manajer cenderung
menghindari manajemen laba berbasis akrual dan beralih pada
manajemen laba riil. Alasannya adalah manajemen laba riil lebih sulit
dideteksi oleh auditor dan regulator (Widyasari et al., 2017).
Pengeseran dari manajemen akrual ke manajemen laba riil ini
menurut Roychowdhury (2006) disebabkan karena: (a) manipulasi
akrual kemungkinan besar akan menarik perhatian auditor atau
regulatory secrutiny dibandingkan dengan keputusan-keputusan riil,
seperti yang dihubungkan dengan penetapan harga dan produksi. (b)
mengandalkan pada manipulasi akrual saja membawa resiko. Realisai
akhir tahun yang defisit antara laba yang tidak dimanipulasi dengan
target laba yang diinginkan dapat melebihi jumlah yang
dimungkinkan untuk memanipulasi akrual setelah akhir periode
fiskal. Jika laba dilaporkan turun dari target hal ini menjadi lemah.
Dengan demikian melakukan praktek manipulasi melalui aktivitas riil
merupakan jalan aman dalam mencapai target laba (Sa'diyah dan
Hermanto, 2017).
Ratmono (2010) menyebutkan bahwa manajemen laba riil
merupakan penyimpangan dari praktek operasional perusahaan yang
normal. Ketiga cara manipulasi aktivitas riil di bawah ini mungkin
merupakan keputusan yang optimal dalam kondisi ekonomi tertentu.
Namun, jika manajer melakukan aktivitas- aktivitas tersebut secara
27
lebih intensif daripada yang optimal dengan tujuan mencapai target
laba, maka tindakan tersebut dapat didefinisikan sebagai teknik
manajemen laba. Tiga cara yang kerap dilakukan oleh manajer dalam
melakukan manajemen laba riil yaitu:
1) Manipulasi penjualan
Manipulasi penjualan merupakan usaha untuk meningkatkan
penjualan secara temporer dalam periode tertentu dengan
menawarkan diskon harga produk secara berlebihan atau
memberikan persyaratan kredit yang lebih lunak. Strategi ini
dapat meningkatkan volume penjualan dan laba periode saat ini,
dengan mengasumsikan marginnya positif. Namun pemberian
diskon harga dan syarat kredit yang lebih lunak akan menurunkan
aliran kas periode saat ini.
2) Penurunan beban-beban diskresionari (dicretionary
expenditures)
Perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditures
seperti beban penelitian dan pengembangan, iklan, dan penjualan,
adminstrasi, dan umum terutama dalam periode di mana
pengeluaran tersebut tidak langsung menyebabkan pendapatan dan
laba. Strategi ini dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat
ini namun dengan resiko menurunkan arus kas periode mendatang.
3) Produksi yang berlebihan (overproduction)
Untuk meningkatkan laba, manajer perusahaan dapat
memproduksi lebih banyak daripada yang diperlukan dengan
28
asumsi bahwa tingkat produksi yang lebih tinggi akan
menyebabkan biaya tetap per unit produk lebih rendah. Strategi
ini dapat menurunkan kos barang terjual (cost of goods sold) dan
meningkatkan laba operasi.
3. Strategi Bisnis
Chandler (1962) mendefinisikan strategi sebagai penentuan tujuan
dasar jangka panjang dan visi perusahaan serta menyesuaikan sumber daya
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Sementara Mintzberg
(1987) berpendapat bahwa strategi organisasi mengacu pada rencana, pola,
posisi dan perspektif perusahaan.
Houqe (2015) berpendapat bahwa strategi bisnis sebagai serangkaian
keputusan yang konsisten dalam mendefinisikan bagaimana perusahaan
bersaing dalam pasar produk tertentu.
Sementara Coulter (2012) dalam Karsam (2017) berpendapat bahwa
strategi bisnis merupakan strategi yang menitik beratkan pada pertanyaan
jangka panjang dan luas mengenai sasaran bisnis suatu organisasi dan apa
yang diinginkan dalam bisnis tersebut. Montgomery dan Collis (1998)
dalam Karsam (2017) berpendapat bahwa suatu cara bagaimana
perusahaan menciptakan nilai melalui konfigurasi dan koordinasi dari
aktifitas multi pasarnya.
Jauch dan Glueck dalam Ernawati (2005) memberikan pengertian
strategi bisnis sebagai suatu rencana terpadu tentang uraian produk,
29
kegiatan, fungsi, dan pasar yang saat ini dijalankan perusahaan untuk
mencapai tujuan utama perusahaan.
Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
strategi bisnis merupakan suatu rencana yang dirancang oleh perusahaan
untuk menilai dan memutuskan bagaimana bisnis mereka akan dijalankan,
perusahaan akan merumuskan segala aspek dalam bisnisnya supaya tujuan
utama perusahaan dapat terpenuhi.
Strategi bisnis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
tipologi Miles dan Snow (1978) seperti beberapa penelitian sebelumnya
yang membahas tentang strategi bisnis perusahaan (Widyasari et al., 2017;
Houqe et al., 2015; Bentley et al., 2013; Higgins et al., 2011). Miles dan
Snow (1978) menjelaskan bahwa setiap perusahaan dalam setiap
keputusan strateginya harus bisa mengatasi tiga masalah mendasar yang
datang secara bersamaan disebut the adaptive cycle, yaitu:
Gambar 2.1
The Adaptive Cycle1
Sumber: Miles dan Snow (1978)
Entrepreneurial Problem
Produk apa yang akan disediakan dan kepada siapa
produk itu dijual ?
Engineering Problem
Bagaimana operasi perusahaan akan di jalankan
?
Administrative Problem
Bagaimana perusahaan dalam mendukung dua
permasalahan sebelumnya ?
30
a) The Entrepreneurial Problem (Masalah Kewirausahaan)
Entrepreneur harus memberikan definisi konkret tentang domain
organisasi, yaitu barang atau jasa tertentu dan sasaran pasar atau
segmen pasar, dan entrepreneurial problem adalah dimensi tambahan.
Baik organisasi baru atau yang sedang berjalan, solusi untuk
entrepreneurial problem ditandai dengan penerimaan manajemen
terhadap domain pasar produk tertentu, dan penerimaan ini menjadi
lebih jelas ketika manajemen memutuskan untuk berkomitmen atau
mengalokasikan sumber daya.
Selanjutnya, untuk mencapai tujuan terkait dengan domain
wirausaha, pada banyak perusahaan solusi kewirausahaan dicari
melalui pengembangan dan proyeksi citra organisasi, baik secara
internal maupun eksternal. Oleh karena itu dalam fase ini dua
fenomena penting adalah identifikasi peluang baru dan dorongan awal
untuk bergerak ke arah itu. Engineering problem mulai muncul pada
tahap ini.
b) The Engineering Problem (Masalah Teknis)
Engineering Problem melibatkan penciptaan sistem yang
mengoperasionalkan solusi manajemen untuk entrepreneurial
problem. Sistem seperti itu membutuhkan manajemen untuk memilih
teknologi yang tepat (input-transformasi-output) untuk memproduksi
dan mendistribusikan produk yang dipilih, dan selanjutnya
memerlukan informasi baru, komunikasi dan pengendalian sistem
31
(Job-order, batch atau aliran produksi). Sebagai solusi untuk masalah,
dapat dicapai melalui implementasi awal dari sistem administrasi dan
konfigurasi akhir dari organisasi akan tercapai melalui manajemen
yang mengkonsolidasikan hubungan dengan lingkungan (bentuk akhir
dari organisasi akan diselesaikan selama fase administratif).
c) The Administrative Problem (Masalah Administratif)
Sistem administrasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian
dalam sistem organisasi. Oleh karena itu, dalam tahap ini manajemen
menetapkan proses untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan
operasi internal dan merasionalisasi sistem yang sudah
dikembangkan. Ini juga melibatkan merumuskan dan menerapkan
prinsip-prinsip yang akan memungkinkan organisasi untuk terus
berevolusi (inovasi).
Miles dan Snow (1978) menunjukkan bahwa dalam memecahkan
masalah diatas terdapat tiga jenis strategi organisasi yang memiliki cara
berbeda untuk terlibat atau berinteraksi dengan lingkungannya yaitu
defenders, prospectors dan analyzers. Selain tiga jenis strategi itu terdapat
bentuk dari “kegagalan strategis” karena inkonsistensi di antara strategi,
struktur, teknologi dan prosesnya yang biasa disebut reactor.
a) Defenders
Berdasarkan tipologi Miles dan Snow (1978), Higgins (2011)
mencoba memberikan beberapa penjelasan tentang defenders.
Defenders didefinisikian sebagai sebuah perusahaan yang memiliki
32
domain pasar produk yang sangat sempit, fokus pada efisiensi biaya
dan struktur organisasi yang stabil. Keunggulan kompetitif yang
dimiliki oleh defenders adalah efisiensi dan stabilitas biaya. Mencari
kepastian dalam hasil dimasa depan dan sering melakukan
perencanaan terperinci sebelum mengeksekusi peluang baru
merupakan bentuk perancanaan strategi defenders.
Akan tetapi pertumbuhan perusahaan dengan strategi defenders
cenderung lebih lambat serta lebih mengutamakan pertumbuhan
produktifitasnya. Dari sektor penelitian dan pengembangan defenders
cenderung minim untuk melakukannya, serta biasanya hanya
dilakukan untuk produk yang sudah ada.
Defenders cenderung kurang melakukan pemasaran dan lebih
memaksimalkan fungsi keuangan dan produksi. Oleh karena itu dari
intensitas modalnya defenders lebih fokus pada aset produksi.
Karakteristik manajemen defenders diantaranya memiliki anggota
yang ahli bidang keuangan dan produksi, serta jabatan eksekutif yang
cukup lama dan manajer dipromosikan dari dalam.
Dibawah ini merupakan karakteristik dari strategi defenders yang
dijabarkan oleh Miles and Snow (1978) berdasarkan the adaptive
cycle:
33
Tabel 2.1
Karakteristik Strategi Defender1
Adaptive Cycle Masalah Solusi, Biaya dan Manfaat
Entrepreneurial
Problem
Masalah:
Bagaimana cara menutup sebagian dari total
pasar untuk menciptakan produk dan pelanggan
yang stabil.
Solusi:
1. Domain yang sempit dan stabil.
2. Pemeliharaan domain yang agresif (misalnya,
harga kompetitif dan layanan pelanggan yang
sangat baik).
3. Kecenderungan untuk mengabaikan
perkembangan di luar domain.
4. Pertumbuhan yang berhati-hati dan inkremental
terutama melalui penetrasi pasar.
5. Beberapa pengembangan produk tetapi terkait
erat dengan barang atau jasa saat ini.
Biaya dan manfaat:
Sulit bagi pesaing untuk bersaing dengan
perusahaan dari ceruk kecilnya di industri, tetapi
perubahan besar di pasar dapat mengancam
kelangsungan hidup perusahaan.
Engineering
Problem
Masalah:
Cara memproduksi dan mendistribusikan barang
atau jasa seefisien mungkin.
Solusi:
1. Teknologi hemat biaya.
2. Teknologi inti tunggal.
3. Kecenderungan menuju integrasi vertikal.
4. Perbaikan terus-menerus dalam teknologi untuk
menjaga efisiensi
Biaya dan manfaat:
Efisiensi teknologi sangat penting bagi kinerja
organisasi, tetapi investasi besar di bidang ini
menimbulkan masalah teknologi agar tetap
mutakhir dan tahan untuk jangka waktu yang
panjang.
Administrative
Problem
Masalah:
Bagaimana menjaga kontrol ketat dari
organisasi untuk memastikan efisiensi.
Solusi:
1. Para ahli keuangan dan produksi merupakan
anggota paling kuat; pemindaian lingkungan
terbatas.
34
Adaptive Cycle Masalah Solusi, Biaya dan Manfaat
2. Jabatan eksekutif relatif panjang; promosi dari
dalam.
3. Perencanaan bersifat intensif, berorientasi biaya,
dan efisiensi.
4. Kecenderungan ke arah struktur fungsional
dengan pembagian kerja yang luas dan
formalisasi tingkat tinggi.
5. Kontrol terpusat dan sistem informasi vertikal
panjang melingkar.
6. Mekanisme koordinasi sederhana dan konflik
diselesaikan melalui saluran hierarki.
7. Kinerja organisasional yang diukur terhadap
tahun-tahun sebelumnya; sistem reward
mendukung produksi dan keuangan.
Biaya dan manfaat:
Sistem administrasi sangat cocok untuk menjaga
stabilitas dan efisiensi tetapi tidak cocok untuk
mencari dan menanggapi peluang produk atau pasar
baru
Sumber: Tipologi Miles dan Snow (1978)
b) Prospectors
Berdasarkan tipologi Miles dan Snow (1978), Higgins (2011)
mencoba memberikan beberapa penjelasan tentang prospectors.
Prospectors didefinisikan sebagai sebuah perusahaan yang memiliki
domain produk dan pasar yang sangat luas, fokus pada inovasi serta
struktur organisasi yang fleksibel. Prospectors memiliki keunggulan
pada inovasi dan fleksibilitasnya. Bertolak belakang dengan defenders
dalam perencanaan, prospectors cenderung beradaptasi dengan
ketidakpastian, dan sering terlibat dalam peluang baru sebelum
perencanaan rinci selesai. Pertumbuhan prospectors terjadi melalui
peningkatan produk dan pengembangan pasar.
35
Dalam bidang penelitian dan pengembangan prospectors
cenderung lebih luas untuk mengidentifikasi peluang pasar dan
produk baru. Prospectors juga sangat fokus pada pemasarannya.
Intensitas modal yang dimiliki juga cenderung pada teknologi dan
sumber daya manusianya. Oleh karena itu, prospectors cenderung
memiliki karakteristik manajemen yang dipenuhi oleh ahli pemasaran
dan penelitian dan pengembangan dengan jabatan eksekutif tidak
lama dan manajer dapat dipekerjakan dari luar atau dipromosikan dari
dalam.
Dibawah ini merupakan karakteristik dari strategi prospectors
yang dijabarkan oleh Miles and Snow (1978) berdasarkan the adaptive
cycle:
Tabel 2.2
Karakteristik Strategi Prospector2
Adaptive Cycle Masalah Solusi, Biaya dan Manfaat
Entrepreneurial
Problem
Masalah:
Bagaimana menemukan dan memanfaatkan
peluang pasar dan produk baru.
Solusi:
1. Domain yang berkelanjutan dan luas
2. Memantau berbagai kondisi dan kejadian
lingkungan.
3. Menciptakan perubahan di industri.
4. Pertumbuhan melalui pengembangan produk
dan pasar.
5. Pertumbuhan bisa terjadi secara spontan.
Biaya dan manfaat:
Inovasi produk dan pasar melindungi organisasi
dari lingkungan yang berubah, tetapi organisasi
menjalankan risiko profitabilitas rendah dan
kelebihan sumber daya
Engineering
Problem
Masalah:
Bagaimana cara menghindari komitmen jangka
panjang untuk satu proses teknologi.
36
Adaptive Cycle Masalah Solusi, Biaya dan Manfaat
Solusi:
1. Fleksibel, teknologi prototype.
2. Berbagai teknologi.
3. Rutinitas dan mekanisasi tingkat rendah;
teknologi yang tertanam pada manusia
Biaya dan manfaat:
Fleksibilitas teknologi dapat merespons cepat
terhadap domain yang berubah, tetapi organisasi
tidak dapat mengembangkan efisiensi maksimum
dalam sistem produksi dan distribusinya karena
berbagai teknologi.
Administrative
Problem
Masalah:
Bagaimana memfasilitasi dan
mengkoordinasikan berbagai operasi.
Solusi:
1. Ahli pemasaran dan R&D anggota yang
dominan.
2. Kelompok dominan besar, beragam, dan
sementara.
3. Jabatan eksekutif tidak selalu panjang; manajer
dapat disewa dari luar dan juga dipromosikan
dari dalam.
4. Perencanaan bersifat komprehensif, berorientasi
pada masalah, dan tidak dapat diselesaikan
sebelum tindakan diambil.
5. Kecenderungan terhadap struktur produk dengan
pembagian kerja yang rendah dan formalisasi
tingkat rendah.
6. Kontrol terdesentralisasi dan sistem informasi
horizontal yang pendek.
7. Mekanisme koordinasi yang rumit dan konflik
diselesaikan melalui integrator.
8. Kinerja organisasi diukur dengan kompetitor
utama; sistem reward mendukung pemasaran
dan R&D.
Biaya dan manfaat:
Sistem administrasi sangat cocok untuk menjaga
fleksibilitas dan efektivitas tetapi mungkin kurang
dimanfaatkan dan melewatkan penggunaan sumber
daya.
Sumber: Tipologi Miles dan Snow (1978)
37
c) Analyzers
Berdasarkan tipologi Miles dan Snow (1978), Higgins (2011)
mencoba memberikan beberapa penjelasan tentang analyzers.
Analyzers didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki atribut dari
defenders dan prospectors, perusahaan beroperasi dalam dua jenis
domain pasar produk, satu relatif stabil dan yang satu berubah.
Analyzers memiliki keuntungan kompetitif keseimbangan antara
fleksibilitas dan stabilitas. Dalam perencanaan analyzers akan
komprehensif dengan perubahan bertahap. Pertumbuhan analyzers
cenderung stabil melalui penetrasi pasar dan pengembangan produk
dan pasar.
Penelitian dan pengembangan analyzers cenderung minim karena
analyzers hanya melakukan inovasi yang paling menjanjikan. Dalam
pemasaran analyzers lebih menekankan pada sektor inovatif.
Intensitas modal analyers cenderung fokus pada aset produksi.
Anggota yang terpenting dimiliki oleh analyzers meliputi ahli
pemasaran, produksi dan staf perencanaan.
Dibawah ini merupakan karakteristik dari strategi analyzers yang
dijabarkan oleh Miles and Snow (1978) berdasarkan the adaptive
cycle:
38
Tabel 2.3
Karakteristik Strategi Analyzer3
Adaptive Cycle Masalah Solusi, Biaya dan Manfaat
Entrepreneurial
Problem
Masalah:
Bagaimana menemukan dan memanfaatkan
peluang pasar dan produk baru sekaligus
mempertahankan basis produk dan pelanggan lama.
Solusi:
1. Domain campuran yang stabil dan berubah.
2. Mekanisme pengawasan sebagian besar terbatas
pada pemasaran; beberapa R&D.
3. Pertumbuhan yang stabil melalui penetrasi pasar
dan pengembangan produk pasar.
Biaya dan manfaat:
Investasi rendah dalam R&D, dikombinasikan
dengan imitasi produk yang terbukti sukses,
meminimalkan risiko, tetapi domain harus seimbang
secara optimal antara stabilitas dan fleksibilitas
Engineering
Problem
Masalah:
Bagaimana menjadi efisien dalam porsi yang
stabil dari domain dan porsi yang fleksibel dari
domain.
Solusi:
1. Teknologi inti ganda (komponen stabil dan
fleksibel).
2. Kelompok teknik terapan besar dan
berpengaruh.
3. Rasionalitas teknis tingkat sedang.
Biaya dan manfaat:
Teknologi inti ganda mampu melayani domain
stabil dan berubah, tetapi teknologi tidak pernah
dapat sepenuhnya efektif atau efisien.
Administrative
Problem
Masalah:
Bagaimana membedakan struktur dan proses
organisasi untuk mengakomodasi area operasi yang
stabil dan dinamis.
Solusi:
1. Pemasaran dan teknik merupakan anggota yang
paling berpengaruh, diikuti oleh produksi.
2. Perencanaan intensif antara pemasaran dan
produksi tentang porsi domain yang stabil;
perencanaan komprehensif di antara pemasaran,
teknik, dan manajer produk tentang produk dan
pasar baru.
3. Struktur matriks menggabungkan divisi
fungsional dan kelompok produk.
39
Adaptive Cycle Masalah Solusi, Biaya dan Manfaat
4. Sistem kontrol yang terpusat dengan feedback
vertikal dan horizontal.
5. Mekanisme koordinasi yang sangat kompleks
dan mahal; beberapa resolusi konflik melalui
manajer produk, beberapa melalui tingkatan
hierarki normal.
6. Penilaian kinerja berdasarkan pada ukuran
efektivitas dan efisiensi, sebagian besar reward
untuk pemasaran dan teknik.
Biaya dan manfaat:
Sistem administrasi sangat cocok untuk
menyeimbangkan stabilitas dan fleksibilitas, tetapi
jika keseimbangan ini hilang, mungkin sulit untuk
mengembalikan keseimbangan..
Sumber: Tipologi Miles dan Snow (1978)
d) Reactors
Tipe strategi ini menunjukkan pola penyesuaian terhadap
lingkungannya yang tidak konsisten dan tidak stabil. Tipe ini tidak
memiliki satu set mekanisme respon yang secara konsisten dapat
diterapkan pada lingkungan yang berubah. Siklus adaptif reaktor
biasanya terdiri dari merespon secara tidak tepat terhadap perubahan
lingkungan dan ketidakpastian, berkinerja buruk sebagai hasilnya, dan
kemudian tidak bertindak agresif di masa depan. Berikut tiga alasan
mengapa perusahaan menjadi reactors:
1) Manajemen puncak mungkin tidak secara jelas menegaskan
strategi perusahaan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang
didirikan oleh satu orang (dengan keterampilan pribadi yang luar
biasa) berhasil mendirikan bisnisnya tetapi pada saat kematiannya
perusahaan berada dalam kehampaan strategis.
40
2) Manajemen tidak sepenuhnya membentuk struktur dan proses
organisasi agar sesuai untuk mencapai strategi. Strategi lebih
banyak berupa pernyataan bukan panduan untuk perilaku.
3) Penyebab utama ketidakstabilan dan kegagalan merupakan
kecenderungan pihak manajemen untuk mempertahankan
hubungan struktur strategi organisasi saat ini meskipun ada
perubahan besar dalam kondisi lingkungan.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar dan kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain: total
aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Perusahaan yang
berukuran besar lebih diminati oleh para analis dan broker, dimana laporan
keuangan yang dipublikasikan lebih bersifat transparan sehingga
memperkecil timbulnya asimetri informasi yang dapat mendukung
timbulnya manajemen laba (Putri dan Titik, 2014).
Ukuran perusahaan akan mempengaruhi struktur pendanaan
perusahaan. Perusahaan besar cenderung akan memerlukan dana yang
lebih besar dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Tambahan dana
tersebut bisa diperoleh dari penerbitan saham baru atau penambahan
hutang. Motivasi untuk mendapatkan dana tersebut akan mendorong pihak
manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba, sehingga dengan
pelaporan laba yang tinggi maka calon investor maupun kreditur akan
tertarik untuk menanamkan dananya (Agustia, 2013).
41
5. Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu tolak ukur yang
digunakan untuk menilai kinerja manajemen, semakin tinggi tingkat
profitabilitas perusahaan maka semakin baik pula kinerja manajemen
dalam mengelola perusahaan. Profitabilitas perusahaan bisa menjadi dasar
untuk pengambilan keputusan investasi para investor dan menjadi dasar
pemberian kredit para kreditor.
Menurut Saidi (2004) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba. Sedangkan menurut Mas’ud (2008) profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan
mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan
harta yang dimilikinya.
Menurut Hanum (2012) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
dalam mencapai keuntungan dengan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kinerja yang dilakukan. Sedangkan menurut Wardani (2017)
profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh
perusahan dalam menjalankan operasionalnya.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keutungan dari operasional perusahaan sehingga kinerja perusahaan dapat
diukur dalam mengelola asetnya.
Profitabilitas mempunyai informasi yang penting bagi pihak eksternal
karena apabila profitabilitas tinggi maka kinerja perusahaan dapat
42
dikatakan baik dan apabila profitabilitas rendah maka kinerja perusahaan
dapat dikatakan buruk profitabilitas dapat mempengaruhi manajer untuk
melakukan tindakan manajemen laba. Selain itu, terdapat hubungan antara
profitabilitas dengan motivasi metode bonus plan hypothesis yang
merupakan salah satu faktor dari manajemen laba (Purnama, 2017).
Menurut Kasmir (2008) dalam Hanum (2012) tujuan penggunaan
rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan,
yaitu :
a) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh
perusahaan dalam satu periode tertentu.
b) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang.
c) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
e) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
f) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal sendiri.
Terdapat dua rasio profitabilitas utama yang sering digunakan untuk
mengukur tingkat profitabilitas yaitu Return on Asset dan Return on
Equity. Return on Asset menggambarkan sejauh mana kemampuan aset
yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Semakin tinggi ROA
43
semakin efisien dan efektif pengelolaan aset perusahaan dan menunjukan
semakin tinggi profitabilitas perusahaan. Return on Equity (ROE)
menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba
yang bisa diperoleh pemegang saham, Semakin tinggi ROE maka semakin
efisien dan efektif pengelolaan modal pemegang saham dan menunjukan
tingkat profitabilitas yang tinggi (Ruspandi dan Asma, 2014).
6. Leverage
Leverage adalah nilai untuk mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai dengan hutang (Astuti et al., 2017). Leverage muncul dikarenakan
perusahaan yang ingin memenuhi kebutuhan sehari-harinya untuk
beroperasi yang menggunakan aktiva dan sumber dana yang menimbulkan
beban tetap yang berupa biaya penyusutan dari aktiva tetap, dan biaya
bunga dari hutang dan juga dapat meningkatkan return atau penghasilan
bagi perusahaan atau pemegang saham (Hasibuan et al., 2016).
Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total
aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya besar aktiva yang
dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai
leverage maka risiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan
para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar (Savitri,
2014).
Penggunaan leverage dalam perusahaan bisa saja meningkatkan laba
perusahaan, tetapi bila terjadi sesuatu yang tidak sesuai harapan, maka
44
perusahaan dapat mengalami kerugian yang sama dengan persentase laba
yang diharapkan, bahkan mungkin saja lebih besar.
Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan
perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori extreme
leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang
yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena itu
sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak
diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk
membayar utang (Astuti et al., 2017).
Leverage dalam konteks bisnis terdiri atas dua macam yaitu leverage
operasional dan leverage keuangan, Van Horne (2007) dalam Savitri
(2014) juga menyatakan bahwa leverage ini menjadi tahapan dalam proses
pembesaran laba perusahaan. Sebagai tahap pertama yaitu leverage
operasional, yang akan memperbesar pengaruh perubahan dalam
penjualan atas perubahan laba operasional. Dalam tahap kedua, manajer
keuangan memiliki pilihan untuk menggunakan leverage keuangan agar
dapat makin memperbesar pengaruh perubahan apa pun yang dihasilkan
dalam laba operasional atas perubahan EPS (Earning Per Share).
7. Umur Perusahaan
Umur perusahaan adlaah umur sejak berdirinya hingga perusahaan
telah mampu menjalankan operasinya. Secara teoritis perusahaan yang
telah lama berdiri akan dipercaya oleh penanam modal (investor) daripada
perusahaan yang baru berdiri, karena perusahaan yang telah lama berdiri
45
diasumsikan akan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada
perusahaan baru berdiri. Akibatnya perusahaan yang baru berdiri akan
kesulitan dalam memperoleh dana di pasar modal sehingga lebih
mengandalkan modal sendiri (Zen dan Herman, 2007).
Umur perusahaan merupakan hal yang dipertimbangkan investor
dalam menanamkan modalnya, umur perusahaan mencerminkan
perusahaan tetap survive dan menjadi bukti bahwa perusahaan mampu
bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam
perekonomian. Perusahaan yang telah lama berdiri umumnya memiliki
profitabilitas yang lebih stabil dibandingkan perusahaan yang baru berdiri
atau yang masih memiliki umur yang singkat. Perusahaan yang telah lama
berdiri akan meningkatkan labanya karena adanya pengalaman dari
manajemen sebelumnya dalam mengelola bisnisnya (Firsta dan Murniati,
2017).
8. Kualitas Audit
Sampai saat ini belum ada definisi yang pasti mengenai bagaimana
dan apa kualitas audit yang baik itu. Tidak mudah untuk menggambarkan
dan mengukur kualitas jasa secara objektif dengan beberapa indikator. Hal
ini dikarenakan, kualitas jasa adalah sebuah konsep yang sulit dipahami
dan kabur, sehingga kerap kali terdapat kesalahan dalam menentukan sifat
dan kualitasnya (Nurchasanah dan Rahmanti, 2003).
Kualitas audit didefinisikan sebagai kemungkinan (join probability)
bahwa auditor akan menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem
46
akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan
(DeAngelo, 1981). Menurut Government Accountability Office, kualitas
audit adalah kondisi dimana audit dilakukan sesuai dengan standar
auditing agar memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
yang diaudit dan pengungkapan yang terkait; (1) disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum dan (2) tidak salah saji material, baik
karena kesalahan atau fraud.
Secara teoritis, kualitas tinggi dari audit harus mampu mengendalikan
kemungkinan munculnya fraud, dan sebaliknya, pengendalian yang baik
terhadap fraud dapat membantu meningkatkan kualitas audit. Dalam hal
ini tergambar betapa pentingnya peran audit yang berkualitas dalam
mereduksi fraud. Coram dan Moroney (2008) menyatakan bahwa
rendahnya kualitas informasi akuntansi biasanya mengakibatkan
konsekuensi ekonomi yang serius dan yang lebih buruk lagi akan memicu
fraud manajemen yang lebih besar dikemudian hari.
Dari pengertian tentang kualitas audit tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana
auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan
pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya
dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya
tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan
publik yang relevan.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.4
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu4
No. Peneliti
(Tahun) Judul Variabel
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Permata Ayu
Widyasari,
Senny
Harindahyani,
dan Felizia Arni
Rudiawarni
(2017)
Strategi Bisnis
dalam Praktik
Manajemen
Laba pada
Perusahaan
Manufaktur di
Indonesia
X1 = Strategi
Bisnis
Z (Moderasi) =
Kualitas Audit
Y = Manajemen
Laba
- Menggunakan
variabel x1 strategi
bisnis, z kualitas audit
dan y manajemen laba
- Menggunakan
tipologi Miles dan
Snow (1978) untuk
menentukan strategi
bisnis
- Menggunakan
moderated regression
analysis untuk
analisis data
- Periode penelitian
dan menggunakan
variabel ukuran
perusahaan (x2)
- Proxy kualitas
audit
menggunakan
spesialisasi industri
- Proxy manajemen
laba menggunakan
Kothari
Defender memiliki
besaran manajemen laba
riil
yang lebih besar
dibanding dengan
prospector. Dengan
kualitas audit yang baik,
besaran manajemen laba
riil dapat ditekan.
Strategi bisnis tidak
berpengaruh pada
manajemen laba akrual.
2. Dewi Kusuma
Wardani dan
Pipit Dayu
Isbela (2017)
Pengaruh
Strategi Bisnis
dan
Karakteristik
Perusahaan
Terhadap
Manajemen
Laba
X1 = Strategi
Bisnis
X2 = Ukuran
Perusahaan
X3 = Leverage
X4 = Umur
Perusahaan
X5 =
Profitabilitas
- Menggunakan
variabel x1 strategi
bisnis, x2 ukuran
perusahaan dan y
manajemen laba
- Menggunakan
tipologi Miles dan
Snow (1978) untuk
- Periode penelitian
dan menggunakan
variabel kualitas
audit sebagai
moderasi
- Manajemen laba
menggunakan
proxy akrual
Variabel strategi bisnis
tidak berpengaruh
terhadap manajemen
laba, ukuran
perusahaan,
profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen
laba, leverage
47
Tabel 2.4
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu4
No. Peneliti
(Tahun) Judul Variabel
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Y = Manajemen
Laba
menentukan strategi
bisnis
deskrisioner model
Jones dimodifikasi
- Menggunakan
moderated
regression analysis
untuk analisis data
berpengaruh signifikan
positif dan umur
perusahaan berpengaruh
signifikan negatif.
3. Aprih Santoso,
Diana
Puspitasari dan
Rahmatya
Widyaswati
(2017)
Pengaruh
Manajemen
Laba dan
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Kinerja
Perusahaan
dengan Kualitas
Audit Sebagai
Variabel
Pemoderasi
X1 =
Manajemen
Laba
X2 = Ukuran
Perusahaan
Z = Kualitas
Audit
Y = Kinerja
Perusahaan
- Menggunakan
variabel x1 ukuran
perusahaan dan z
kualitas audit
- Proxy ukuran
perusahaan
menggunakan total
aset
- Menggunakan
variabel
manajemen laba
sebagai y dan
Periode penelitian
- Proxy kualitas
audit
menggunakan
spesialisasi industri
- Menggunakan
moderated
regression analysis
untuk analisis data
Variabel Ukuran
Perusahaan berpengaruh
negatif tetapi tidak
signifikan terhadap
Kinerja Perusahaan dan
Variabel Kualitas Audit
berpengaruh positif
signifikan memperkuat
hubungan antara Ukuran
Perusahaan dengan
Kinerja Perusahaan
4. Dendi Purnama
(2017)
Pengaruh
Profitabilitas,
Leverage,
Ukuran
Perusahaan,
X1 =
Profitabilitas
X2 = Leverage
X3 = Ukuran
Perusahaan
- Menggunakan
variabel x ukuran
perusahaan dan y
manajemen laba
- Periode penelitian
- Menggunakan
strategi bisnis
sebagai x dan
Ukuran perusahaan
berpengaruh negatif
terhadap manajemen
laba, Profitabilitas
berpengaruh positif
48
Tabel 2.4
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu4
No. Peneliti
(Tahun) Judul Variabel
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Kepemilikan
Institusional dan
Kepemilikan
Manajerial
Terhadap
Manajemen
Laba
X4 =
Kepemilikan
Institusional
X5
Kepemilikan
Manajerial
Y = Manajemen
Laba
- Proxy ukuran
perusahaan
menggunakan total
aset
kualitas audit
sebagai z
- Menggunakan
moderated
regression analysis
untuk analisis data
terhadap manajemen
laba.
5. Ahsan Habib
and Mostafa
Monzur Hasan
(2017)
Business
strategy,
overvalued
equities, and
stock price crash
risk
X = Business
strategy
Y = Stock Price
Crash Risk
Z = Overvalued
Equities
- Menggunakan
variabel x strategi
bisnis
- Menggunakan
tipologi Miles dan
Snow (1978) untuk
menentukan strategi
bisnis
- Periode penelitian
- Menggunakan
ukuran perusahaan
sebagai x,
manajemen laba
sebagai y dan
kualitas audit
sebagai z
- Menggunakan
cross-sectional
regression dan
OLS regression
untuk analisis data
Perusahaan dengan
strategi bisnis
prospectors lebih rentan
terhadap stock price
crash risk dibandingkan
defenders. Overvalued
equities mampu
meningkatkan pengaruh
strategi bisnis terhadap
stock price crash risk.
6. Mohammad
Alhadab and
The Impact of
Audit Quality
X = Audit
Quality
- Menggunakan
variabel kualitas audit
dan variabel
- Periode penelitian
- Objek penelitian
perusahaan
Auditor yang
berkualitas mampu
membatasi manipulasi
49
Tabel 2.4
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu4
No. Peneliti
(Tahun) Judul Variabel
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Iain Clacher
(2017)
on Real and
Accrual
Earnings
Management
around IPOs
Y = Earnings
Management
manajemen laba
sebagai y
- Proxy kualitas audit
menggunakan
spesialisasi auditor
- Proxy manajemen
laba menggunakan
akrual diskresioner
manufaktur yang
terdaftar di idx
- Variabel ukuran
perusahaan sebagai
x dan kualitas audit
sebagai z
- Menggunakan
cross-sectional
regression dan
OLS regression
untuk analisis data
laba riil melalui
discretionary expenses.
Auditor berkualitas juga
mampu membatasi
manipulasi laba akrual.
7. Ebraheem
Saleem Salem
Alzoubi (2017)
Audit Quality,
Debt Financing,
and Earnings
Management:
Evidence from
Jordan
X1 = Audit
Quality
X2 = Debt
Financing
Y = Earnings
Management
- Menggunakan
variabel kualitas audit
dan manajemen laba
sebagai y
- Proxy kualitas audit
menggunakan
spesialisasi auditor
- Periode penelitian
- Objek penelitian
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di idx
- Menggunakan
ukuran perusahaan
sebagai x, strategi
bisnis sebagai x
dan kualitas audit
sebagai z
- Menggunakan
generalised least
Kualitas audit (audit
tenure, ukuran KAP,
spesialisasi industri
auditor, dan
independensi) serta debt
financing (low debt)
mampu mengurangi
tindak manajemen laba.
50
Tabel 2.4
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu4
No. Peneliti
(Tahun) Judul Variabel
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
squares regression
untuk analisis data
8. Yasmi (2016) Pengaruh
Kualitas Auditor
terhadap
Manajemen
Laba dengan
Struktur
Kepemilikan
Manajerial
sebagai Variabel
Pemoderasi
X1 = Kualitas
Auditor
Z = Struktur
Kepemilikan
Manajerial
Y = Manajemen
Laba
- Menggunakan
variabel kualitas audit
sebagai x dan
manajemen laba
sebagai y
- Salah satu proxy
manajemen laba
menggunakan akrual
diskresioner
- Periode penelitian
- Menggunakan
variabel ukuran
perusahaan sebagai
x dan kualitas audit
sebagai z
- Proxy kualitas
audit
menggunakan
spesialisasi auditor
- Menggunakan
moderated
regression analysis
untuk analisis data
Kualitas audit
berpengaruh terhadap
manajemen laba,
struktur kepemilikan
tidak berpengaruh
terhadap manajemen
laba, dan struktur
kepemilikan tidak dapat
memoderasi kualitas
audit terhadap
manajemen laba
9. Usman Ali,
Muhammad
Afzal Noor,
Muhammad
Kashif Khursid
dan Akhtar
Mahmood
(2015)
Impact of Firm
Size on
Earnings
Management; A
Study of Textile
Sector of
Pakistan
X = Firm Size
Y = Earnings
Management
- Menggunakan
variabel ukuran
perusahaan sebagai x
dan manajemen laba
sebagai y
- Salah satu proxy
manajemen laba
- Menggunakan
strategi bisnis
sebagai x dan
kualitas audit
sebagai z
- Menggunakan
panel data analisis
untuk analisis data
Ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
manajemen laba.
51
Tabel 2.4
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu4
No. Peneliti
(Tahun) Judul Variabel
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
menggunakan akrual
diskresioner
- Proxy ukuran
perusahaan
menggunakan total
aset
10. Muhammad
Nurul Houqe,
Ryan Kerr dan
Reza Monem
(2015)
Business
Strategy,
Economic
Growth and
Earnings
Quality
X1 = Business
Strategy
Y1 =
Conservatism
Accounting
Y2 = Earnings
Management
- Menggunakan
variabel strategi
bisnis sebagai x dan
manajemen laba
sebagai y
- Menggunakan
tipologi Miles dan
Snow (1978) untuk
menentukan strategi
bisnis
- Periode Penelitian
- Objek penelitian
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di idx
- Menggunakan
variabel ukuran
perusahaan sebagai
x dan kualitas audit
sebagai z
- Menggunakan
OLS regression
untuk analisis data
Strategi bisnis memiliki
pengaruh terhadap
kualitas laba.
11. Haniatun
Nihlati dan
Wahyu
Meiranto
(2014)
Analisis
Pengaruh
Kualitas Audit
Terhadap
X1 = Ukuran
KAP
X2 = Auditor
Spesialisasi
Industri
- Menggunakan
variabel kualitas audit
sebagai x dan
manajemen laba
sebagai y
- Periode penelitian
- Menggunakan
variabel ukuran
perusahaan sebagai
Ukuran KAP dan auditor
spesialisasi industri
memiliki hubungan
positif tetapi tidak
signifikan terhadap
52
Tabel 2.4
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu4
No. Peneliti
(Tahun) Judul Variabel
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Earnings
Management
X3 = Audit
Tenure
Y = Manajemen
Laba
- Salah satu proxy
kualitas audit
menggunakan auditor
spesialisasi industri
- Salah satu proxy
manajemen laba
menggunakan
diskresionari akrual
x dan kualitas audit
sebagai z
- Menggunakan
moderated
regression analysis
untuk analisis data
manajemen laba akrual
sementara itu memiliki
hubungan negatif dan
signifikan terhadap
manajemen laba riil.
12. Kathleen A.
Bentley,
Thomas c.
Omer, dan
Nathan y. Sharp
(2013)
Business
Strategy,
Financial
Reporting
Irregularities,
and Audit Effort
X1 = Business
Strategy
Y1 = Financial
Reporting
Irregularities
Y2 = Audit Fee
- Menggunakan
variabel strategi
bisnis sebagai x
- Menggunakan
tipologi Miles dan
Snow (1978) untuk
menentukan strategi
bisnis
- Periode Penelitian,
- Objek penelitian
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di idx
- Menggunakan
ukuran perusahaan
sebagai x, kualitas
audit sebagai z
- Menggunakan
logistic regression
untuk analisis data
Perbedaan pilihan
strategi bisnis
perusahaan merupakan
penentu yang mendasari
kemungkinan
penyimpangan
pelaporan keuangan.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
53
54
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Penelitian2
Tindakan oportunistis manajemen
dapat dipicu apapun, bahkan oleh
sesuatu yang mendasar di perusahaan
GAP
Strategi bisnis merupakan sesuatu
yang fundamental dalam setiap
perusahaan
Pengaruh Strategi Bisnis, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage
Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderasi
Basis Teori:
Teori Agensi
Tipologi Miles dan Snow
Strategi Bisnis
Tipologi Miles dan Snow
Ukuran Perusahaan
Tipologi Miles dan
Snow Manajemen Laba
Tipologi Miles dan
Snow
Kualitas Audit
Tipologi Miles dan
Snow
Model Analisis:
Moderated Regression Linier
Hasil dan Pembahasan
Tipologi Miles dan
Snow Kesimpulan dan Saran
Profitabilitas
Tipologi Miles dan
Snow Leverage
Tipologi Miles dan
Snow Umur Perusahaan
Tipologi Miles dan
Snow
55
D. Hipotesis
1. Pengaruh Strategi Bisnis terhadap Manajemen Laba
Strategi bisnis dalam penelitian ini menggunakan tipologi Miles dan
Snow (1978) yang membagi strategi bisnis perusahaan berdasarkan
orientasi pasarnya ke dalam empat kategori, yaitu prospector, defender,
analyzer dan reactor. Dalam penelitian ini hanya digunakan dua strategi
yaitu prospector dan defender, dikarenakan kedua tipe strategi tersebut
merupakan tipe strategi yang paling dominan serta hal ini konsisten
dengan riset sebelumnya baik dibidang akuntansi maupun manajemen
(Widyasari et al., 2017).
Berdasarkan riset terdahulu (Houqe et al., 2015; Bentley et al., 2013)
kedua jenis strategi bisnis ini berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan. Dalam tipologi Miles dan Snow (1978) dijelaskan bahwa
prospector merupakan perusahaan yang memiliki komitmen terhadap
inovasi dan mencari peluang pasar yang baru, prospector lebih berfokus
terhadap inovasi daripada efisiensi. Sedangkan defender lebih berfokus
terhadap efisiensi produksi dan distribusi, defender lebih memprioritaskan
untuk mempertahankan pasar saat ini daripada mencari peluang pasar
baru.
Defender diduga melakukan manajemen laba lebih tinggi daripada
prospector mengingat ketidakmampuannya dalam menghadapi risiko dan
menghadapi ketidakpastian yang terjadi dalam bisnis. Prioritas yang
diutamakan adalah menjaga reputasinya sebagai perusahaan yang stabil,
56
terutama dihadapan pelanggan dan pemegang sahamnya (Widyasari et al.,
2017; Houqe et al., 2015; Higgins et al., 2013).
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya sebagaimana telah
dipaparkan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut.
H1: Strategi bisnis berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba
Secara sederhana ukuran perusahaan dapat didefinisikan upaya
penilaian besar atau kecilnya perusahaan dengan berbagai cara.
Perusahaan yang lebih besar akan mendapatkan perhatian lebih besar dari
pihak eksternal dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu,
perusahaan besar dituntut untuk lebih baik dalam mengelola keuangannya
dibanding perusahaan kecil. Perusahaan kecil memiliki peluang untuk
melakukan manajemen laba dikarenakan pengawasan yang lebih minim
serta untuk menunjukkan kinerja keuangan yang baik. Sementara
perusahaan yang lebih besar akan memilih melakukan manajemen laba
untuk menghindari fluktuasi laba yang drastis.
Beberapa proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran
perusahaan adalah jumlah karyawan, total aset, jumlah penjualan, dan
kapitalisasi pasar. Semakin banyak jumlah karyawan berarti semakin
banyak hasil yang diproduksi, semakin besar aset berarti semakin banyak
modal yang ditanam, semakin tinggi jumlah penjualan berarti semakin
57
banyak perputaran uang, dan semakin tinggi kapitalisasi pasar berarti
semakin dikenal dalam mansyarakat (Reviani dan Sudantoko, 2012).
Putri et al., (2016) dan Purnama (2017) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Artinya, kecil
atau besarnya perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya sebagaimana telah
dipaparkan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut.
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.
3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama satu periode waktu tertentu. Pada umumnya
nilai profitabilitas suatu perusahaan dapat digunakan sebagai indikator
untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas
suatu perusahaan maka kinerja dan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan juga meningkat. Profitabilitas yang tinggi
menggambarkan bahwa kinerja perusahaan baik, sebaliknya tingkat
profitabilitas yang rendah menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
mengalami penurunan.
Kenaikan dan penurunan inilah yang dihindari manajer terkait
penilaian kinerja karena investor lebih menyukai kestabilan maupun
peningkatan pendapatan dari pada pendapatan yang fluktuatif. Manajemen
58
(reward) yang diterima dapat memuaskan dan adanya jaminan kompensasi
dalam jangka panjang (Widianingrum dan Sunarto, 2018).
Hasty dan Herawaty (2017) menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap manajemen laba. Artinya, semakin besar
profitabilitas perusahaan, maka semakin besar pula kecenderungan
perusahaan dalam melakukan tindak manajemen laba. Hasil yang sama
juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2017) dimana
profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba.
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya sebagaimana telah
dipaparkan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut.
H3: Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba.
4. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba
Leverage merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan
total aset perusahaan. Semakin tinggi rasio leverage maka semakin tinggi
risiko perusahaan dalam membayar kewajibannya sehingga hal ini akan
berdampak pada kepercayaan kreditur (Purnama, 2017).
Semakin tinggi tingkat leverage kemungkinan besar perusahaan akan
mengalami pelanggaran terhadap kontrak hutang sehingga manajer akan
berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba
di masa depan. Laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi
kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian hutang. Manajer akan
memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Oleh
59
karena itu semakin tinggi tingkat leverage semakin besar kemungkinan
perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan
berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dan supaya laba
yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya
(Anggraini, 2006).
Putri et al., (2016) menyatakan bahwa leverage berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Jika suatu perusahaan memiliki
leverage yang tinggi, maka kemungkinan untuk melakukan manajemen
laba sangat besar. Ketika manajemen termotivasi untuk meningkatkan
kinerjanya, maka diperlukan tambahan modal kerja dari pihak luar
(pinjaman) yang lebih besar pula. Semakin tinggi rasio leverage
memotivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba. Hasil yang
sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Hasty dan
Herawaty (2017) dimana leverage memiliki pengaruh terhadap
manajemen laba.
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya sebagaimana telah
dipaparkan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut.
H4: Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba.
5. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Manajemen Laba
Umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya hingga perusahaan
telah mampu menjalankan operasinya. Perusahaan yang telah lama berdiri
akan mendapat perhatian yang lebih dari para stakeholder dibandingkan
60
dengan perusahaan yang baru berdiri, kredibilitas perusahaan yang sudah
lama berdiri tentunya membuat investor lebih percaya dalam
menempatkan modalnya disana, karena perusahaan yang telah lama berdiri
dinilai lebih berpengalaman dan lebih baik dalam pengelolaan perusahaan
dibandingkan perusahaan baru.
Secara teoritis perusahaan yang telah lama berdiri akan dipercaya oleh
penanam modal (investor) daripada perusahaan yang baru berdiri, karena
perusahaan yang telah lama berdiri diasumsikan akan dapat menghasilkan
laba yang lebih tinggi daripada perusahaan baru berdiri. Akibatnya
perusahaan yang baru berdiri akan kesulitan dalam memperoleh dana di
pasar modal sehingga lebih mengandalkan modal sendiri (Zen dan
Herman, 2007).
Agar mampu menarik minat investor untuk menempatkan
investasinya pada perusahaan yang beru berdiri, perusahaan harus dapat
meyakinkan investor salah satu caranya dengan menunjukkan performa
perusahaan yang baik lewat laba perusahaan. Selain itu pengawasan dari
pihak eksternal terhadap perusahaan yang baru berdiri juga lebih minim
dibandingkan perusahaan yang telah lama berdiri. Maka, kemungkinan
manajemen untuk melakukan manajemen laba lebih tinggi agar menarik
minat investor.
Firsta dan Murniati (2017) menyatakan bahwa umur perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Sama halnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Kristanti (2015) bahwa
61
umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen
laba.
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya sebagaimana telah
dipaparkan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut.
H5: Umur perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.
6. Pengaruh Strategi Bisnis terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas
Audit Sebagai Variabel Moderasi
Strategi bisnis terkait dengan rangkaian keputusan manajemen untuk
dapat bersaing dalam suatu industri dan memasarkan produknya. Strategi
bisnis yang dipilih oleh manajemen dapat memberikan dampak terhadap
besarnya laba yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu, strategi
bisnis dapat berperan dalam menstimulasi keputusan manajer untuk
malakukan manajemen laba (Widyasari et al., 2017).
Timbulnya praktik manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori
agensi. Di dalam teori agensi mengasumsikan bahwa agen memiliki lebih
banyak informasi daripada prinsipal, karena prinsipal tidak dapat
mengamati kegiatan yang dilakukan agen secara terusmenerus. Dalam
kondisi asimetri seperti ini perlu ada orang ketiga yaitu auditor sebagai
pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal
(shareholder) dan pihak manajer (agent) dalam mengelola keuangan
perusahaan (Christiani dan Nugrahanti, 2014).
62
Auditor yang memiliki spesialisasi industri tertentu dimungkinkan
akan dapat lebih mendeteksi kesalahan – kesalahan dan manipulasi yang
dilakukan oleh manajemen auditee daripada auditor tanpa keahlian khusus
(Nihlati dan Meiranto, 2014). Auditor yang memiliki banyak klien dalam
industri yang sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang
risiko audit khusus yang mewakili industri tersebut (Rachmawati dan
Fuad, 2013).
Rachmawati (2013) menyatakan dalam risetnya bahwa auditor
spesialis industri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
manajemen laba akrual. Hal ini berarti bahwa discretionary accruals
perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri lebih rendah
dibandingkan dengan discretionary accruals perusahaan yang diaudit oleh
auditor non spesialis industri.
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya sebagaimana telah
dipaparkan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut.
H6: Kualitas audit mampu memoderasi pengaruh strategi bisnis
terhadap manajemen laba.
7. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba dengan
Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi
Perusahaan besar dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang
lebih kredibel untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan aset
perusahaan tersebut. Untuk menjamin kualitas laporan keuangan
63
perusahan harus mengaudit laporan keuangan, auditor spesialis industri
diharapkan mampu menjamin kualitas laporan keuangan lebih tinggi.
Jasa audit yang berkualitas akan berdampak pada peningkatan
kepercayaan pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan yang
dihasilkan merupakan laporan keuangan yang berkualitas, sehingga dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi (Santoso et al.,
2017).
Auditor dengan spesialisasi industri memiliki pemahaman yang lebih
baik tentang karakteristik industri, lebih patuh terhadap standar auditing,
memahami resiko dan masalah dalam industri yang diaudit, memiliki
kemampuan mendeteksi error lebih baik daripada non spesialisasi industri
auditor sehingga spesialisasi industri auditor dapat lebih baik mengurangi
manajemen laba daripada non spesialisasi industri auditor (Nihlati dan
Meiranto, 2014).
Meskipun menggunakan proxy yang berbeda dalam mengukur
kualitas audit, dalam penelitiannya Santoso (2017) menyatakan bahwa
kualitas audit mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap
kinerja perusahaan, hal ini membuktikan bahwa perusahaan besar
cenderung bertindak hati-hati dalam melakukan pengelolaan perusahaan
untuk menghindari pengawasan ketat dari analis keuangan (Auditor-
KAP).
64
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya sebagaimana telah
dipaparkan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai
berikut.
H7: Kualitas audit mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan
terhadap manajemen laba.
8. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas
Audit sebagai Variabel Moderasi
Salah satu tujuan perusahaan beroperasi adalah untuk memperoleh
laba. Apabila kinerja perusahaan berada dalam kinerja buruk maupun
kinerja yang baik, manajer akan bertindak oportunis dengan menaikkan
laba atau menurunkan laba sesuai kondisi kinerja perusahaan tersebut.
Apabila kinerja perusahaan buruk pihak manajemen akan melakukan
tindakan manajemen laba dengan cara menaikkan laba akuntansinya,
begitu juga sebaliknya jika perusahaan berkinerja baik pihak manajemen
akan melakukan tindakan manajemen laba dengan cara menurunkan
labanya (Hasty dan Herawaty, 2017).
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hasty dan
Herawaty (2017) dan Purnama (2017) profitabilitas mampu
mempengaruhi tindak manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang terjadi antara
principal dan agent.
Principal membutuhkan pihak ketiga untuk menekan atau
meminimalisir tindakan manajemen laba yang kemungkinan dilakukan
65
oleh agent. Auditor dapat menjadi salah satu jalan keluar untuk menekan
tindakan manajemen laba tersebut.
Nihlati (2014) dalam risetnya menyatakan bahwa kualitas audit yang
diproksikan menggunakan spesialisasi auditor berpengaruh terhadap
manajemen laba. Auditor berkualitas tinggi akan melakukan pengujian
audit yang efektif untuk mendeteksi terjadinya manajemen laba, tidak
menerima praktik akuntansi yang dipertanyakan, dan cenderung
melaporkan kecurangan serta ketidakpatuhan standar.
Auditor spesialis industri merupakan auditor yang memiliki
pemahaman dan pengalaman yang lebih mengenai suatu jenis industri
tertentu dibandingkan dengan auditor yang tidak spesialis pada industri
tertentu. Auditor spesialis industri diharapkan memiliki kinerja yang lebih
baik dibandingkan auditor lainnya dalam meminimalisir praktek
manajemen laba (Rachmawati dan Fuad, 2013).
H8: Kualitas audit mampu memoderasi pengaruh profitabilitas
terhadap manajemen laba.
9. Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas
Audit sebagai Variabel Moderasi
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa jauh suatu
perusahaan bergantung pada kreditor dalam membiayai aset perusahaan.
Jika leverage tinggi maka perusahaan akan menjadi ketergantungan pada
pihak luar dalam membiayai asetnya (Hasty dan Herawaty, 2017). Nilai
rasio leverage yang tinggi menggambarkan perusahaan memiliki banyak
66
hutang kepada pihak eksternal. Akibatnya kondisi tersebut mendorong
manajemen perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba
(Purnama, 2017).
Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif lain untuk
mendapatkan dana selain penjualan saham. Dalam perjanjian hutang, ada
kepentingan perusahaan untuk dinilai positif oleh kreditur dalam hal
kemampuan membayar hutangnya. Oleh karena itu, perusahaan akan
melakukan kecurangan berupa manajemen laba yaitu meningkatkan laba
yang dilaporkan untuk meningkatkan daya tawar perusahaan dalam
negosiasi hutang, mengurangi kekhawatiran kreditur dan untuk mendapat
kelonggaran batas kredit (Wardani dan Isabela, 2017).
Oleh karena itu, auditor sebagai pihak independen seharusnya mampu
untuk melakukan deteksi atas manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan sehingga dapat menekan pihak yang nantinya akan dirugikan.
Seperti kasus SNP Finance yang mengalami gagal bayar atas bunga
medium term notes yang diterbitkannya.
Maletta dan Wright (1996) dalam Christiani dan Nugrahanti (2014)
menjelaskan bahwa auditor yang memiliki pemahaman yang lebih
komprehensif tentang suatu tren dan karakteristik industri tertentu akan
lebih efektif dalam melakukan audit daripada auditor yang tidak memiliki
pengetahuan tentang industri tertentu tersebut. Yasmi (2016) menyatakan
bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba, hal ini
menunjukkan bahwa auditor yang berkualitas mampu mendeteksi dan
67
meminimalisir terjadinya tindak manajemen laba yang dilakukan oleh
manajemen.
H9: Kualitas audit mampu memoderasi pengaruh leverage terhadap
manajemen laba.
10. Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Manajemen Laba dengan
Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi
Umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya perusahaan hingga
perusahaan telah mampu menjalankan operasinya. Perusahaan yang telah
lama berdiri umumnya memiliki profitabilitas yang lebih stabil
dibandingkan perusahaan yang baru berdiri atau yang memiliki waktu
yang singkat. Dengan laba yang relatif stabil, maka tindakan perusahaan
dalam melakukan manajemen laba juga semakin berkurang. Dengan
demikian semakin lama suatu perusahaan berdiri maka semakin kecil pula
presentase perusahaan melakukan manajemen laba (Wardani dan Isabela,
2017).
Auditor sebagai pihak independen diharapkan mampu memberikan
opini terkait laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen dan mampu
mendeteksi apabila terjadi fraud didalamnya. Kualitas audit dapat diukur
menggunakan spesialisasi auditor atau ukuran kantor akuntan publik,
dalam penelitian ini pengukuran yang akan digunakan adalah spesialisasi
auditor.
Rachmawati (2013) menyatakan dalam risetnya bahwa auditor
spesialis industri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
68
manajemen laba akrual. Hal ini berarti bahwa discretionary accruals
perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri lebih rendah
dibandingkan dengan discretionary accruals perusahaan yang diaudit oleh
auditor non spesialis industri.
H10: Kualitas audit mampu memoderasi pengaruh umur perusahaan
terhadap manajemen laba.
69
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, artinya penelitian yang
menguji hipotesis yang diajukan untuk menilai hubungan antara beberapa
variabel. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada variabel atau permasalahan
yang akan diteliti, yaitu strategi bisnis, ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage, umur perusahaan, kualitas audit dan manajemen laba. Berdasarkan
jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan data yang
digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dengan mengakses
laporan keuangan di website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perusahaan
sektor manufaktur yang terdaftar dan mempublikasikan laporan keuangannya
di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017. Teknik sampling yang digunakan
untuk menentukan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel tidak acak dimana harus memenuhi kriteria-kriteria yang
telah disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Kriteria yang
digunakan untuk memilih sampel adalah:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2012-2017.
2. Perusahaan manufaktur yang selama periode pengambilan sampel
penelitian tidak mengalami delisting.
70
3. Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan mata uang asing pada
laporan keuangannya.
4. Perusahaan manufaktur yang tersedia data-data laporan keuangannya
secara lengkap.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan teknik dokumenter, yaitu
teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-
dokumen baik tertulis maupun elektronik. Peneliti memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, tesis,
artikel, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan masalah penelitian
ini. Peneliti memperoleh data sampel berupa data sekunder dalam bentuk
laporan keuangan perusahaan yang didapat dari website Bursa Efek Indonesia,
www.idx.co.id.
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan 7 variabel yaitu 5 variabel independen, 1
variabel dependen dan 1 variabel moderasi
1. Variabel Dependen
a) Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan tindakan oportunistik manajemen
dalam memanipulasi nilai laba perusahaan dengan tujuan pribadi
manajemen. Manajemen laba pada penelitian ini diestimasi dengan
discretionary accruals.
71
Manajemen laba akrual merupakan tindakan oportunistik
manajemen dalam memanfaatkan teknik akuntansi untuk keuntungan
manajemen, hal ini dapat terjadi karena keleluasaan manajer dalam
menentukan praktik akuntansi yang digunakan oleh perusahaan.
Dalam penelitian ini manajemen laba akrual diproksikan
menggunakan model Kasznik (1999), model ini dipilih karena model
ini memiliki nilai R-Square terbesar diantara model lainnya (Siregar
dan Utama, 2008). Model Kasznik di proksikan dengan discretionary
acccrual dan non-discretionary accrual, model regresi sebagai
berikut:
𝐷𝐴𝑖𝑡 = 𝑇𝐴𝑖𝑡 − 𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡
Secara bertahap dijelaskan secara detail sebagai berikut:
1) Menghitung nilai total akrual dengan formulasi:
𝑇𝐴𝑖𝑡 = 𝑁𝐼𝑖𝑡 − 𝐶𝐹𝑂𝑖𝑡
2) Menentukan nilai parameter αt,β1t,β2t,β3t dengan formulasi:
𝑇𝐴𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1= 𝛼𝑡 (
1
𝐴𝑖𝑡−1) + 𝛽1𝑡 (
∆𝑅𝐸𝑉𝑖𝑡 − ∆𝑅𝐸𝐶𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1) + 𝛽2𝑡 (
𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1) + 𝛽3𝑡 (
∆𝐶𝐹𝑂𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1)
3) Menghitung non-discretionary accruals
𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡 = 𝛼𝑡 (1
𝐴𝑖𝑡−1) + 𝛽1𝑡 (
∆𝑅𝐸𝑉𝑖𝑡 − ∆𝑅𝐸𝐶𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1) + 𝛽2𝑡 (
𝑃𝑃𝐸
𝐴𝑖𝑡−1) + 𝛽3𝑡 (
∆𝐶𝐹𝑂𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡−1)
4) Menentukan nilai akrual diskresioner
𝐷𝐴𝑖𝑡 = 𝑇𝐴𝑖𝑡 − 𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡
Keterangan:
TAit : Total akrual perusahaan i pada periode t
72
NIit : Laba bersih perusahaan i pada periode t
CFOit : Arus kas operasi perusahaan i pada periode t
NDAit : Akrual non diskresioner perusahaan i pada
periode t
DAit : Akrual diskresioner perusahaan i pada periode
t
Ait-1 : Total aset perusahaan i pada periode t
PPE : Property, plant and equipment perusahaan i
pada periode
∆REVit : Perubahan pendapatan perusahaan i pada
periode t
∆RECit : Perubahan piutang usaha i pada periode t
∆CFOit : Perubahan arus kas operasional perusahaan i
pada periode t
αt,β1t,β2t,β3t : Parameter yang diperoleh dari persamaan
regresi
εit : Error term perusahaan i pada periode t.
2. Variabel Independen
a) Strategi bisnis
Strategi bisnis merupakan sesuatu yang sangat fundamental bagi
setiap perusahaan, untuk mencapai tujuannya setiap perusahaan
haruslah memiliki rencana agar setiap indikator dari tujuan
73
perusahaan dapat terpenuhi. Miles dan Snow (1978) telah
mengkategorikan strategi perusahaan dalam empat tipe, yaitu
prospector, defender, analyzer dan reactor.
Dalam penelitian ini hanya dua tipe strategi bisnis dari tipologi
Miles dan Snow (1978) yang dipakai yaitu prospector dan defender
(Widyasari et al., 2017; Wardani et al., 2017; Houqe et al., 2015;
Bentley et al., 2013; Higgins et al., 2011).
Penelitian ini menggunakan 4 proxy yang digunakan oleh Bentley
et al., 2013 dalam Wardani et al., 2017 untuk mengukur strategi
bisnis, yaitu:
1) Employee to sale
Proxy ini digunakan untuk menghitung tingkat kemampuan
efisiensi dari produksi dan distribusi produk dari setiap
perusahaan. Perusahaan yang menggunakan strategi defenders
lebih fokus terhadap efisiensi organisasi, maka defenders
memiliki jumlah pegawai yang lebih sedikit dibandingkan
prospectors atau rasio employee to sale yang lebih kecil.
𝐸𝑚𝑝𝑡𝑜𝑆 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑔𝑎𝑤𝑎𝑖
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
2) Market to book ratio
Proxy ini digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan
perusahaan. Perusahaan yang menggukanan strategi prospectors
memiliki peluang untuk bertumbuh lebih cepat dibandingkan
perusahaan defenders
74
𝑀𝑡𝑜𝐵 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚⁄
3) Market to sale
Proxy ini digunakan untuk menghitung tingkat efisiensi
marketing perusahaan. Perusahaan yang menggukanan strategi
prospectors mempunyai beban iklan yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan defenders.
𝑀𝑡𝑜𝑆 =𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐼𝑘𝑙𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
4) Fixed assets intensity
Proxy ini digunakan untuk menghitung tingkat fokus
perusahaan pada produksi asetnya. Perusahaan yang
menggunakan strategi defenders memiliki rasio fixed assets
intensity yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan prospectors.
𝑃𝑃𝐸𝐼𝑁𝑇 =𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛, 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑙𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Setiap komponen di ranking per tahun dan diberi skor
berdasarkan kuantilnya, untuk observasi yang berada di kuantil
tertinggi akan diberi skor 5 dan yang berada di kuantil terendah akan
diberi skor 1. Cara penilaian ini diberikan untuk semua komponen,
kecuali fixed assets intensity yang diberi penilaian secara terbalik.
Selanjutnya skor ranking tersebut dijumlah sehinga setiap observasi
memiliki nilai minimal 4 dan maksimal 20.
75
Tabel 3.1
Kriteria Penentuan Skor Strategi Bisnis 5
Skor Strategi Tipe Strategi
4 – 10 Defender
11 – 20 Prospector
Sumber: Wardani dan Isabela (2017)
b) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar atau kecilnya
perusahaan, perusahaan yang lebih besar digambarkan memiliki
performa dan kinerja yang lebih baik daripada perusahaan yang lebih
kecil. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan berbagai macam cara,
diantaranya menggunakan total aset perusahaan, kapitalisasi pasar dan
lainnya.
Dalam penelitian ini proxy yang digunakan untuk mengukur
ukuran perusahaan menggunakan total aset perusahaan.
𝑆𝐼𝑍𝐸 = 𝐿𝑛(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡)
c) Profitabilitas
Return on assets merupakan salah satu dari rasio profitabilitas
yang digunakan untuk menilai seberapa besar laba yang diperoleh
perusahaan setelah pajak dari besarnya aktiva perusahaan, di samping
itu rasio profitabilitas dapat digunakan sebagai ukuran penting untuk
menilai sehat tidaknya suatu perusahaan. Oleh karena itu tingkat
profitabilitas yang stabil akan memberikan keyakinan pada investor
atas investasi yang dilakukan karena memberikan gambaran bahwa
perusahaan secara berkala akan menghasilkan laba. Semakin
76
tingginya nilai dari return on assets menunjukkan semakin efisiennya
perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aset
perusahaan (Salim dan Rice, 2013).
Dalam penelitian ini proxy yang digunakan untuk mengukur
ukuran perusahaan menggunakan rasio return on assets.
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
d) Leverage
Rasio leverage menggambarkan besarnya aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh hutang. Semakin tinggi leverage menggambarkan
semakin besar aset perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Dalam
penelitian ini pengukuran leverage menggunakan proxy debt to assets
ratio (Hasty dan Herawaty, 2017).
𝐷𝐴𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
e) Umur Perusahaan
Umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya hingga telah
mampunya perusahaan menjalankan operasinya, perusahaan yang
telah lama menjalankan operasinya dapat dikatakan memiliki
kredibilitas yang telah teruji dari sisi pengelolaan dan keuntungan
karena dinilai lebih memiliki pengalaman dalam industri. Dalam
penelitian ini umur perusahaan dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut (Agustia dan Suryani, 2018):
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 = 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 − 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑎𝑛
77
3. Variabel Moderasi
a) Kualitas Audit
Kualitas audit merepresentasikan seberapa baik pemeriksaan
yang dilakukan oleh auditor. Kualitas audit dapat diukur
menggunakan proxy spesialisasi auditor atau ukuran KAP. Dalam
penelitian ini proxy yang digunakan merupakan spesialisasi auditor.
Spesialisasi industri auditor diukur dengan menggunakan metode
pendekatan market share. Menurut Gul et al., (2009) dalam Karman
et al., (2017), metode ini mengasumsikan bahwa spesialisasi pada
auditor merupakan hasil dari pengalaman melakukan audit atas
volume bisnis yang besar dalam suatu industri. Perhitungan
spesialisasi industri auditor adalah sebagai berikut:
𝑆𝑃𝐸𝐶 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑙𝑖𝑒𝑛 𝐾𝐴𝑃 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑚𝑖𝑡𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖×
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑘𝑙𝑖𝑒𝑛 𝐾𝐴𝑃 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑒𝑚𝑖𝑡𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖
Spesialisasi industri auditor diukur menggunakan variabel
dummy, jika KAP menguasai 15% market share atau lebih (spesialis),
diberi kode 1. Jika KAP menguasai kurang dari 15% market share
(non-spesialis), diberi kode 0.
78
Tabel 3.2
Penggukuran Operasional Variabel Penelitian6
Variabel Indikator Skala Referensi
Strategi
Bisnis (X1)
EmptoS = Jumlah
Pegawai/Penjualan
MtoB = Harga Pasar
Saham/(Jumlah Modal/Jumlah
Saham)
MtoS = Beban Iklan/Total
Penjualan
PPEINT = Bangunan, Tanah dan
Peralatan/Total Aset
STRAT = EmptoS + MtoB + MtoS
+ PPEINT
Rasio Wardani dan
Isabela
(2017)
Ukuran
Perusahaan
(X2)
Ln (Total Aset) Rasio Putri,
Rahayu, dan
Yudowati
(2016)
Profitabilitas
(X3)
ROA = Laba Setelah Pajak/Total
Aset
Rasio Purnama
(2017)
Leverage
(X4)
DAR = Total Kewajiban/Total Aset Rasio Hasty dan
Herawaty
(2017)
Umur
Perusahaan
(X5)
Umur Perusahaan = Tahun Berjalan
– Tahun Pendirian
Rasio Agustia dan
Suryani
(2018)
Kualitas
Audit (X6)
Auditor spesialisasi industri (SPEC
≥ 15%) = 1
Auditor non-spesialisasi industri
(SPEC < 15%) = 0
Nominal Karman,
Abdi, dan
Ardina
(2017)
Manajemen
Laba (Y)
DAit = TAit - NDAit Rasio Ahmar,
Rokhmania,
dan Samekto
(2016)
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
E. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan lebih dari dua variabel, dengan metode
analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda (multiple linear
regression). Regresi linier berganda adalah analisis yang mengukur pengaruh
79
variabel bebas terhadap variabel terikat dengan variabel bebas lebih dari satu
variabel. Seperti halnya uji parametris lainnya, regresi linear berganda juga
mempunyai syarat atau asumsi klasik yang harus terpenuhi. Berikut merupakan
penjelasan tahapan-tahapan dalam pengujian ini:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Sebelum melakukan regresi atas sampel penelitian, penulis
melakukan analisis statistik deskriptif terhadap data yang didapatkan.
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemelencengan distribusi) (Ghozali, 2016).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model penelitian
telah memenuhi syarat, yakni lolos dari uji asumsi klasik. Hal tersebut
dilakukan untuk memastikan bahwa data yang akan diuji telah terdistribusi
secara normal dan tidak mengandung multikolinearitas, heteroskedastitas
dan autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya
memiliki distribusi normal. Uji statistik yang digunakan dalam uji
normalitas ini adalah Kolmogrov-Smirnov test, dengan ketentuan hasil
sebagai berikut (Ghozali, 2016):
80
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, dan pada tabel Kolmogrov-Smirnov
signifikansinya lebih dari 5% (>0,05) maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
distribusi normal, dan pada tabel Kolmogrov-Smirnov
signifikansinya kurang dari 5% (<0,05) maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Berikut merupakan cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas didalam model regresi diantaranya
(Ghozali, 2016):
1) Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Jika
antara variabel ada korelasi yang cukup tinggi (>0,90) maka hal
ini mengidentifikasi adanya multikolinearitas.
2) Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance
inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi (VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum
81
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Regresi bebas
dari masalah multikolinearitas jika nilai Tolerance > 0,10 atau
sama dengan nilai VIF < 10.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Pengujian dilakukan
dengan uji statistik non-parametrik Runs Test, yang bertujuan untuk
menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar
residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa
residual adalah acak atau random. Ketentuan dari pengujian ini adalah
jika p value ≤ 0,05 (signfikan pada 0,05) berarti residual tidak random
atau terdapat hubungan korelasi antar residual. Jika p value ≥ 0,05
berarti residual random atau tidak terdapat korelasi antar residual
(Ghozali, 2016).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terdapat ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu
ke pengamatan ke pengamatan lain teteap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika sebaliknya disebut heteroskedastisitas.
82
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).
Untuk menguji heteroskedastisitas dapat menggunakan uji white
dan melihat grafik scatterplot. Uji white mengusulkan untuk meregres
nilai residual kuadrat (U2t) terhadap variabel independen, variabel
indpenden kuadrat dan interaksi variabel independen. Dalam uji white
pengujian dapat dikatakan terbebas dari heteroskedastisitas jika nilai
c2 hitung < c2 tabel. Dalam grafik scatterplot, jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang membentuk gelombang, melebar, lalu
menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Namun, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis)
Analisis Regresi Moderasi atau Moderated Regression Analysis
(MRA) merupakan aplikasi khusus regresi linear untuk menentukan
hubungan antara dua variabel yang dipengaruhi oleh variabel ketiga.
Variabel moderasi adalah variabel independen yang akan memperkuat
atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016). Pengujian variabel
moderasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu; uji interaksi, uji nilai
selisih mutlak dan uji residual.
83
Dalam penelitian ini menggunakan uji interaksi, dengan
persamaan sebagai berikut
𝑌 = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝛽4𝑋3 + 𝛽5𝑋3 + 𝛽6(𝑋1𝑋6) +
𝛽7(𝑋2𝑋6) + 𝛽8(𝑋3𝑋6) + 𝛽9(𝑋4𝑋6) + 𝛽10(𝑋5𝑋6) + 𝑒
Keterangan:
Y = Manajemen Laba
A = Konstanta
Β = Koefisen regresi
X1 = Strategi Bisnis
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Profitabilitas
X4 = Leverage
X5 = Umur Perusahaan
X6 = Kualitas Audit
X1X6 = Variabel perkalian antara variabel independen
strategi bisnis dan variabel moderasi kualitas audit
X2X6 = Variabel perkalian antara variabel independen ukuran
perusahaan dan variabel moderasi kualitas audit
X3X6 = Variabel perkalian antara variabel independen
profitabilitas dan variabel moderasi kualitas audit
X4X6 = Variabel perkalian antara variabel independen
leverage dan variabel moderasi kualitas audit
84
X5X6 = Variabel perkalian antara variabel independen umur
perusahaan dan variabel moderasi kualitas audit
E = Error
1) Uji Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dan menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2016).
2) Uji Signifikansi Parameter Simultan (Statistik F)
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam
model memiliki pengaruh bersama-sama terhadap variabel
dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F
dengan kriteria pengambilan keputusan bahwa apabila nilai
signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak, sedangkan apabila nilai
signifikansi < 0,05 maka Ha diterima (Ghozali, 2016).
85
3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Statistik t)
Pengujian parsial statistik t digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel indpenden
secara individual dalam menjelaskan variasi variabel
dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
tingkat signifikan 0,05 (α=5%).
Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung
dengan t hitung > t tabel maka H0 ditolak atau Ha diterima.
Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari
alpha, artinya suatu variabel independen mempunyai
pangaruh secara parsial terhadap varibel dependen.
Sebaliknya, jika t hitung < t tabel maka H0 diterima atau Ha
ditolak. Hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi akan
lebih besar dari nilai alpha, artinya suatu variabel independen
tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2016).
86
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Gambaran umum objek penelitian menyajikan prosedur pemilihan
sampel dan kelompok perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2017. Penelitian ini dalam
pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu penentuan
sampel berdasarkan kriteria tertentu. Data yang digunakan merupakan data
sekunder yang berasal dari laporan keuangan tahun 2012-2017, data diperoleh
melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat website www.idx.co.id.
Pada tabel 4.1 dibawah ini menyajikan tahapan seleksi sampel
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria7
Keterangan Jumlah
Perusahaan manufaktur terdaftar di BEI tahun 2012-2017 149
Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap dan memenuhi
kriteria
(105)
Perusahaan dengan data outlier (4)
Perusahaan yang dapat menjadi sampel 40
Total sampel data perusahaan manufaktur tahun 2012-2017
(40 x 6)
240
Sumber: Data Sekunder yang diolah
Berdasarkan data dalam tabel 4.1 terlihat bahwa perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2017 sebanyak 149
perusahaan. Dari 149 perusahaan terdapat 105 perusahaan yang tidak
menyediakan laporan keuangan secara lengkap. Sementara itu terdapat 4
87
perusahaan yang menjadi outlier atau data memiliki nilai yang ekstrim.
Terdapat 40 perusahaan yang datanya dapat diolah dalam penelitian ini,
sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini selama empat tahun adalah 240
sampel.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewness. Penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif yang meliputi nilai rata-rata, maksimum, minimum dan standar
deviasi dari masing-masing variabel penelitian.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu strategi
bisnis, ukuran perusahaan, kualitas audit dan manajemen laba. Dalam tabel
4.2 menunjukkan analisis deskriptif untuk variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif8
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 240 -0,155 0,216 0,028 0,060
STRAT 240 5 18 12,04 2,979
LN ASET 240 25,608 33,320 28,755 1,788
ROA 240 0,001 0,421 0,107 0,085
LEV 240 0,051 0,886 0,396 0,168
AGE 240 3 85 38,25 15,176
Valid N (listwise) 240
Sumber: Output SPSS yang diolah
88
a. Ukuran Perusahaan
Hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan dengan jumlah sampel (N) sebanyak 240 memiliki
nilai log natural asset minimum sebesar 25,608 yang diperoleh dari
Intanwijaya Internasional Tbk pada tahun 2012, sedangkan nilai log
natural asset maksimum 33,320 yang diperoleh dari Astra
Internasional Tbk pada tahun 2017. Nilai Nilai rata-rata (mean)
sebesar 28,755 dan standar deviasi sebesar 1,788.
b. Strategi Bisnis
Hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
strategi perusahaan dengan jumlah sampel (N) sebanyak 240 memiliki
nilai skor strategi bisnis minimum sebesar 5 yang diperoleh salah
satunya dari Tirta Sentosa Tbk pada tahun 2012, sedangkan nilai skor
strategi bisnis maksimum 18 yang diperoleh salah satunya dari Merck
Tbk pada tahun 2014. Nilai Nilai rata-rata (mean) sebesar 12,04 yang
berarti rata-rata perusahaan bertipe prospectors dan standar deviasi
sebesar 2,979.
c. Profitabilitas
Hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan dengan jumlah sampel (N) sebanyak 240 memiliki
nilai profitabilitas minimum sebesar 0,001 yang diperoleh dari
Indospring tbk pada tahun 2015, sedangkan nilai profitabilitas
maksimum 0,421 yang diperoleh dari Unilever Indonesia tbk pada
89
tahun 2013. Nilai Nilai rata-rata (mean) sebesar 0,107 dan standar
deviasi sebesar 0,085.
d. Leverage
Hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan dengan jumlah sampel (N) sebanyak 240 memiliki
nilai leverage minimum sebesar 0,507 yang diperoleh dari Astra
Internasional tbk pada tahun 2012, sedangkan nilai leverage
maksimum 0,886 yang diperoleh dari Unilever Indonesia tbk pada
tahun 2017. Nilai Nilai rata-rata (mean) sebesar 0,396 dan standar
deviasi sebesar 0,168.
e. Umur Perusahaan
Hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan dengan jumlah sampel (N) sebanyak 240 memiliki
nilai umur perusahaan minimum sebesar 3 yang diperoleh dari
Indofood CBP Sukses Makmur tbk pada tahun 2012, sedangkan nilai
umur perusahaan maksimum 85 yang diperoleh dari Delta Djakarta
tbk pada tahun 2017. Nilai Nilai rata-rata (mean) sebesar 38,250 dan
standar deviasi sebesar 15,176.
f. Manajemen Laba
Hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa
manajemen laba dengan jumlah sampel (N) sebanyak 144 memiliki
nilai discretionary accrual minimum sebesar -0,109 yang diperoleh
dari Merck Tbk tahun 2014 sedangkan nilai discretionary accrual
90
maksimum sebesar 0,149 yang diperoleh dari Merck Tbk pada tahun
2016. Nilai Nilai rata-rata (mean) sebesar 0,009 dan standar deviasi
sebesar 0,047.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki data
yang terdistribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan analisis grafik (grafik histogram dan normal probability
plot) dan uji statistik (non parametrik Kolmogorof-Smirnov/K-S).
Berikut hasil dari masing-masing pengujian dan penjelasannya.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram3
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tampilan histogram pada gambar 4.1 menunjukkan pola
lonceng yang berarti bahwa grafik tersebut memberikan pola lonceng
yang terdistribusi normal dan berbentuk simetris. Sehingga dapat
91
disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
terdistribusi normal. akan tetapi untuk mendukung hasil analisis grafik
histogram, maka dilakukan analisis terhadap grafik normal
probability plot seperti pada gambar 4.2 berikut:
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-Plot4
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tampilan grafik normal probability plot pada gambar 4.2
menunjukkan bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan
memiliki arah garis diagonal. Pola penyebaran tersebut menunjukkan
bahwa data terdistribusi normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa
model regresi memenuhi asumsi normalitas dan layak digunakan
untuk pengujian selanjutnya. Hal ini juga diperkuat oleh hasil uji
statistik non parametrik Kolmogorof-Smirnov pada tabel 4.3 berikut:
92
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorof-Smirnov (K-S) 9
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.3 menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-Tailed) sebesar
0,200. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi 5% atau 0,05.
Dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal dan sesuai dengan
hasil analisis grafik.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah terjadi
korelasi antara variabel bebas satu sama lainnya. Uji multikolinearitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis nilai tolerance
dan variance inflation factor (VIF). Model regresi dinyatakan bebas
dari multikolinearitas apabila variabel independen memiliki nilai
tolerance ≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10. Hasil analisis nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF) disajikan dalam tabel 4.4
berikut ini:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 240
Normal
Parametersa,b
Mean 0,000
Std. Deviation 0,054
Most Extreme
Differences
Absolute 0,051
Positive 0,051
Negative -0,032
Test Statistic 0,051
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
93
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas10
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
STRAT 0,894 1,119
LN ASET 0,655 1,526
ROA 0,595 1,680
LEV 0,926 1,080
AGE 0,620 1,614
SPEC 0,623 1,605
a. Dependent Variable: DA
Sumber: Output SPSS yang diolah
Hasil perhitungan nilai tolerance pada tabel 4.4 menunjukkan
tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang
dari 0,10. Hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF) juga
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF
lebih dari 10. Sehingga tidak ada korelasi antara variabel independen,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar
variabel independen dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Pada
penelitian ini uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Run
Test. Hasil uji autokorelasi dengan Run Test disajikan dalam tabel 4.5
berikut:
94
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi11
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -0,00304
Cases < Test Value 120
Cases >= Test Value 120
Total Cases 240
Number of Runs 112
Z -1,164
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,244
a. Median Sumber: Output SPSS yang diolah
Hasil Run Test pada tabel 4.5 menunjukkan nilai test sebesar -
0,00304 dan Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,244. Nilai Asymp.Sig (2-
tailed) sebesar 0,244 diatas nilai signifikansi yaitu 0,05 berarti bahwa
residual random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai
residual.
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah
terdapat ketidaksamaan varians dari satu residual pengamatan dengan
pengamatan lain. Dalam mendeteksi heteroskedastisitas digunakan
grafik scatterplot dan uji white. Berikut ini pada gambar 4.3 adalah
hasil uji heteroskedastisitas menggunakan grafik scatterplot:
95
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot5
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak (random) dibawah atau diatas angka 0 pada sumbu Y,
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak
terdapat heteroskedastisitas dan layak untuk digunakan. Hal ini juga
didukung oleh hasil uji white yang disajikan dalam tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji White12
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,298a ,089 ,041 ,00423
a. Predictors: (Constant), X1X2X3X4X5X6, LEV2, STRAT,
LNASET2, AGE, SPEC2, ROA, AGE2, LEV, ROA2, STRAT2,
LN ASET
b. Dependent Variable: Res2
Sumber: Output SPSS yang diolah
96
Hasil uji white diatas menggunakan asumsi regresi sebagai
berikut:
𝑈2𝑡 = 𝑏0 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3 + 𝑏4𝑋4 + 𝑏5𝑋5 + 𝑏6𝑋6 +
𝑏7𝑋12 + 𝑏8𝑋2
2 + 𝑏9𝑋32 + 𝑏10𝑋4
2 + 𝑏11𝑋52 + 𝑏12𝑋6
2 +
𝑏13𝑋1𝑋2𝑋3𝑋4𝑋5𝑋6
Uji Heteroskedastisitas dengan uji white menyatakan bahwa
heteroskedastisitas tidak terjadi jika C2 hitung < C2 tabel. Dimana C2
= N (Total Sampel) x R2. Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa C2
hitung = 240 x 0,089 = 21,36. Sedangkan nilai C2 tabel dengan
tingkat signifikansi 0,05 adalah 277,138. Maka, nilai C2 hitung lebih
kecil dibanding C2 tabel. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model
regresi ini terbebas dari heteroskedastisitas.
3. Analisis Hasil Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis)
Setelah model penelitian memenuhi uji asumsi klasik, langkah
selanjutnya yaitu melakukan pengujian hipotesis dengan melakukan uji
koefisien determinasi dan uji t. Pengujian menggunakan regresi moderate
sebagai berikut.
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Koefisien determinasi (Adjusted R Square) dapat dilihat
pada tabel 4.7 berikut:
97
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi13
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,451a ,203 ,168 ,054
a. Predictors: (Constant), AGESP, STRAT, LEV, AGE, LN ASET,
ROA, LEVSP, ROASP, STSP, LNSP
Sumber: Output SPSS yang diolah
Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,168
atau 16,8%. Jadi dapat dikatakan bahwa besarnya pengungkapan
manajemen laba perusahaan manufaktur pada Bursa Efek Indonesia
periode 2012-2017 dipengaruhi oleh strategi bisnis, ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage dan umur perusahaan. Sedangkan
83,2% besarnya pengungkapan manajemen laba disebabkan oleh
variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti
konvergensi IFRS (Widyawati dan Anggarita, 2013) & corporate
governance (Reviani dan Sudantoko, 2012).
b. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)
Uji F bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh bersama-
sama antar variabel independen (strategi bisnis, ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage dan umur perusahaan) terhadap variabel
dependen (manajemen laba). Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka
Ha diterima. Nilai F dapat dilihat dari tabel 4.8 berikut:
98
Tabel 4.8
Hasil Uji Signifikansi Simultan14
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression ,173 10 ,017 5,839 ,000b
Residual ,677 229 ,003
Total ,849 239
a. Dependent Variable: DA
b. Predictors: (Constant), AGESP, STRAT, LEV, AGE, LN ASET,
ROA, LEVSP, ROASP, STSP, LNSP
Sumber: Output SPSS yang diolah
Pada tabel 4.8 menunjukkan hasil uji signifikansi (Uji F)
terhadap variabel independen dan dependen. Tabel tersebut
menunjukkan bahwa strategi bisnis, ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage, dan umur perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap
manajemen laba. Hal ini dibuktikan dengan tingkat signifikansi 0,000
yang lebih kecil dari 0,05.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menjelaskan variasi variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05. Hasil uji t ditunjukkan dalam tabel 4.9 berikut:
99
Tabel 4.9
Hasil Uji Parsial (T-Test)15
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,265 ,069 -3,862 ,000
STRAT -,006 ,002 -,301 -3,836 ,000
LN ASET ,014 ,003 ,418 5,341 ,000
ROA ,249 ,083 ,353 2,987 ,003
LEV ,015 ,025 ,043 ,597 ,551
AGE -,002 ,000 -,396 -3,558 ,000
STSP ,002 ,003 ,236 ,858 ,392
LNSP -,002 ,002 -,479 -1,297 ,196
ROASP -,075 ,110 -,107 -,681 ,496
LEVSP -,059 ,051 -,192 -1,176 ,241
AGESP ,001 ,001 ,384 1,910 ,057
a. Dependent Variable: DA
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan hasil analisis regresi diatas maka diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut:
Y = -0,265 - 0,006X1 + 0,014X2 + 0,249X3 + 0,015X4 –
0,002X5 + 0,002 (X1X6) – 0,002 (X2X6) – 0,075 (X3X6) –
0,059 (X4X6) + 0,001 (X5X6) + 0,069
Keterangan:
Y = Manajemen Laba
X1 = Strategi Bisnis
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Profitabilitas
X4 = Leverage
X5 = Umur Perusahaan
100
X1X6 = Variabel perkalian antara Strategi Bisnis dengan
Kualitas Audit
X2X6 = Variabel perkalian antara Ukuran Perusahaan
dengan Kualitas Audit
X3X6 = Variabel perkalian antara Profitabilitas dengan
Kualitas Audit
X4X6 = Variabel perkalian antara Leverage dengan
Kualitas Audit
X5X6 = Variabel perkalian antara Umur Perusahaan dengan
Kualitas Audit
Hipotesis 1: Pengaruh Strategi Bisnis Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui nilai signifikansi t pada
variabel strategi bisnis sebesar 0,000. Hasil pengujian ini mendukung
hipotesis pertama (H1) karena variabel strategi bisnis memiliki nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti variabel strategi bisnis
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hipotesis 2: Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen
Laba
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui nilai signifikansi t pada
variabel ukuran perusahaan sebesar 0,000. Hasil pengujian ini
mendukung hipotesis kedua (H2) karena variabel ukuran perusahaan
memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti variabel
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.
101
Hipotesis 3: Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui nilai signifikansi t pada
variabel ukuran perusahaan sebesar 0,003. Hasil pengujian ini
mendukung hipotesis ketiga (H3) karena variabel profitabilitas memiliki
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti variabel profitabilitas
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hipotesis 4: Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui nilai signifikansi t pada
variabel ukuran perusahaan sebesar 0,551. Hasil pengujian ini tidak
mendukung hipotesis keempat (H4) karena variabel leverage memiliki
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti variabel leverage
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hipotesis 5: Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui nilai signifikansi t pada
variabel ukuran perusahaan sebesar 0,000. Hasil pengujian ini
mendukung hipotesis kelima (H5) karena variabel umur perusahaan
memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti variabel
umur perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hipotesis 6: Pengaruh Strategi Bisnis Terhadap Manajemen Laba
dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui nilai signifikansi t pada
variabel interaksi strategi bisnis dan kualitas audit sebesar 0,392. Hasil
pengujian ini tidak mendukung hipotesis keenam (H6) karena variabel
102
interaksi strategi bisnis dan kualitas audit memiliki nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05. Hal ini berarti kualitas audit tidak mampu memoderasi
pengaruh strategi bisnis terhadap manajemen laba.
Hipotesis 7: Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen
Laba dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui nilai signifikansi t pada
variabel interaksi ukuran perusahaan dan kualitas audit sebesar 0,196.
Hasil pengujian ini tidak mendukung hipotesis ketujuh (H7) karena
variabel interaksi ukuran perusahaan dan kualitas audit memiliki nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti kualitas audit tidak
mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen
laba.
Hipotesis 8: Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba
dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui nilai signifikansi t pada
variabel interaksi ukuran perusahaan dan kualitas audit sebesar 0,496.
Hasil pengujian ini tidak mendukung hipotesis kedelapan (H8) karena
variabel interaksi profitabilitas dan kualitas audit memiliki nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti kualitas audit tidak
mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba.
Hipotesis 9: Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba dengan
Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi
103
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui nilai signifikansi t pada
variabel interaksi leverage dan kualitas audit sebesar 0,241. Hasil
pengujian ini tidak mendukung hipotesis kesembilan (H9) karena
variabel interaksi leverage dan kualitas audit memiliki nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti kualitas audit tidak mampu
memoderasi pengaruh leverage terhadap manajemen laba.
Hipotesis 10: Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Manajemen
Laba dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi
Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui nilai signifikansi t pada
variabel interaksi umur perusahaan dan kualitas audit sebesar 0,057. Hasil
pengujian ini tidak mendukung hipotesis kesepuluh (H10) karena
variabel interaksi umur perusahaan dan kualitas audit memiliki nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti kualitas audit tidak
mampu memoderasi pengaruh umur perusahaan terhadap manajemen laba.
4. Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
a. Pengaruh Strategi Bisnis terhadap Manajemen Laba
Pengaruh strategi bisnis dalam tabel 4.9 dilambangkan dengan
STRAT memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan
demikian hipotesis pertama (H1) diterima, artinya strategi bisnis
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hipotesis pertama menunjukkan bahwa strategi perusahaan
dapat memicu terjadinya manajemen laba, dalam Houqe et al., (2015)
dijelaskan bahwa perusahaan bertipe prospectors cenderung lebih
104
fokus terhadap pengembangan produk dan inovasi. Perusahaan
prospectors berkembang dalam industri yang inovatif serta pasar yang
berkembang, hal ini tentunya memerlukan komitmen dan biaya yang
besar. Di sisi lain, perusahaan defenders berkembang dalam industri
dan pasar yang stabil. Stabilitas dan sifat prediktif industri dan pasar
menciptakan tekanan bagi perusahaan defenders untuk menghasilkan
aliran pendapatan yang relatif stabil dan dapat diprediksi.
Dengan demikian, pemilik perusahaan yang mengadopsi
strategi defenders akan menuntut laba yang lebih stabil karena
perusahaan defenders cenderung dilihat oleh investor sebagai
investasi yang secara inheren lebih stabil dan minim risiko. Ekspetasi
investor ini akan membuat manajemen perusahaan defenders berusaha
memenuhi ekspektasi investor terhadap kinerja perusahaan. Dengan
demikian, dalam perusahaan defenders, ada pemicu yang kuat untuk
manajemen melakukan tindak manajemen laba untuk menghasilkan
jumlah laba yang stabil.
Hasil penelitian ini, konsisten dengan penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa strategi bisnis berpengaruh terhadap
manajemen laba, seperti penelitian yang dilakukan oleh Bentley et al.,
(2013) dan Houqe et al., (2015). Sedangkan penelitian ini tidak
konsisten terhadap penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
strategi bisnis tidak berpengaruh terhadap manajemen laba yaitu
Widyasari et al., (2017) dan Wardani et al., (2017).
105
b. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba
Pengaruh strategi bisnis dalam tabel 4.9 dilambangkan dengan
LN ASET memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan
demikian hipotesis kedua (H2) diterima, artinya ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hipotesis kedua menunjukkan bahwa perusahaan besar dituntut
untuk lebih baik dalam mengelola keuangannya dibanding perusahaan
kecil. Perusahaan kecil memiliki peluang untuk melakukan
manajemen laba dikarenakan pengawasan yang lebih minim serta
untuk menunjukkan kinerja keuangan yang baik untuk kepentingan
menarik investor. Sementara perusahaan yang lebih besar akan
memilih melakukan manajemen laba untuk menghindari fluktuasi
laba yang drastis.
Dengan diterimanya hipotesis tersebut maka menunjukkan
bahwa besar atau kecilnya perusahaan mempengaruhi tingkat
manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten terhadap beberapa
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap manajemen laba, seperti penelitian yang
dilakukan oleh Purnama (2017) dan Putri et al., (2016). Sementara itu,
penelitian ini tidak mendukung penelitian Putri dan Titik (2014),
Reviani dan Sudantoko (2012) yang menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.
106
c. Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba
Pengaruh strategi bisnis dalam tabel 4.9 dilambangkan dengan
ROA memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,003. Dengan demikian
hipotesis ketiga (H3) diterima, artinya profitabilitas berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Hipotesis ketiga menunjukkan bahwa Semakin tinggi
profitabilitas suatu perusahaan maka kinerja dan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan juga meningkat.
Profitabilitas yang tinggi menggambarkan bahwa kinerja perusahaan
baik, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan mengalami penurunan.
Terjadinya perbedaan kepentingan antara principal dan agent
dimana principal lebih menyukai laba yang stabil daripada fluktuatif,
oleh karena itu akan mendorong manajer dalam melakukan tindak
manajemen laba.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Hasty dan
Herawaty (2017) dan Purnama (2017) yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. Sementara itu,
penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Aji dan Mita (2010) dan Agustia dan Suryani (2018)
yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
107
d. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba
Pengaruh strategi bisnis dalam tabel 4.9 dilambangkan dengan
LEV memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,551. Dengan demikian
hipotesis keempat (H4) ditolak, artinya leverage tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Hipotesis keempat menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
leverage kemungkinan besar perusahaan akan mengalami
pelanggaran terhadap kontrak hutang sehingga manajer akan berusaha
untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di
masa depan. Laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi
kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian hutang. Manajer akan
memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang.
Oleh karena itu semakin tinggi tingkat leverage semakin besar
kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga
perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih
tinggi dan supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus
mengurangi biaya-biaya (Anggraini, 2006).
Akan tetapi dengan ditolaknya hipotesis ini menunjukkan
bahwa tinggi atau rendahnya leverage tidak mempengaruhi
manajemen laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan manufaktur
yang dijadikan sampel tidak tergantung pada utang dalam membiayai
aset perusahaan, sehingga tidak mempengaruhi terhadap keputusan
manajemen perusahaan dalam pengaturan jumlah laba yang akan
108
dilaporkan apabila terjadi perubahan pada tingkat utang. Selain itu,
hasil tersebut menunjukkan bahwa informasi mengenai leverage
perusahan yang termuat dalam laporan tahunan memberikan
informasi yang kurang bermakna bagi investor maupun kreditur,
padahal leverage dapat memicu praktik manajemen laba dikarenakan
kepentingan perusahaan untuk memperoleh modal dari kreditur dan
perhatian investor (Purnama, 2017).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Purnama (2017)
dan Maruli et al., (2018) yang menyatakan bahwa leverage tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Sementara itu penelitian ini
tidak konsisten dengan beberapa penelitian sebelumya seperti Putri et
al., (2016) dan Agustia (2013) yang menyatakan bahwa leverage
berpengaruh terhadap manajemen laba.
e. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Manajemen Laba
Pengaruh strategi bisnis dalam tabel 4.9 dilambangkan dengan
AGE memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian
hipotesis keempat (H5) diterima, artinya umur perusahaan
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Hipotesis kelima menunjukkan bahwa umur perusahaan dapat
mempengaruhi manajemen laba, perusahaan yang telah lama berdiri
akan mendapat perhatian yang lebih dari para stakeholder
dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri, kredibilitas
perusahaan yang sudah lama berdiri tentunya membuat investor lebih
109
percaya dalam menempatkan modalnya disana, karena perusahaan
yang telah lama berdiri dinilai lebih berpengalaman dan lebih baik
dalam pengelolaan perusahaan dibandingkan perusahaan baru.
Agar mampu menarik minat investor untuk menempatkan
investasinya pada perusahaan yang beru berdiri, perusahaan harus
dapat meyakinkan investor salah satu caranya dengan menunjukkan
performa perusahaan yang baik lewat laba perusahaan. Selain itu
pengawasan dari pihak eksternal terhadap perusahaan yang baru
berdiri juga lebih minim dibandingkan perusahaan yang telah lama
berdiri. Maka, kemungkinan manajemen untuk melakukan
manajemen laba lebih tinggi agar menarik minat investor.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Firsta dan
Murniati (2017) dan Sari dan Kristanti (2015) yang menyatakan
bahwa umur perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.
f. Pengaruh Strategi Bisnis terhadap Manajemen Laba dengan
Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderasi
Pengaruh strategi bisnis dalam tabel 4.9 dilambangkan dengan
STSP memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,392. Dengan demikian
hipotesis keenam (H6) ditolak, artinya kualitas audit tidak mampu
memoderasi pengaruh strategi bisnis terhadap manajemen laba.
Kualitas audit yang menggunakan proxy spesialisasi industri
tidak dapat memoderasi pengaruh antara strategi bisnis dan
manajemen laba, hal ini dimungkinkan karena auditor spesialis
110
industri tidak mampu mendeteksi manajemen laba yang disebabkan
oleh strategi bisnis perusahaan, hal ini bisa disebabkan minimnya
pengetahuan auditor tentang strategi bisnis perusahaan atau
kemungkinan terjadinya manajemen laba yang di latar belakangi oleh
strategi bisnis perusahaan sangat minim.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widyasari et al.,
(2017) menunjukkan bahwa kualitas audit mampu memoderasi
pengaruh strategi bisnis dan manajemen laba. Hasil penelitian tersebut
merupakan analisis tambahan yang dilakukan Widyasari et al., (2017)
dalam penelitiannya, pada penelitian yang dilakukannya kualitas audit
menggunakan proxy ukuran KAP. Pada perusahaan loss, kualitas
audit yang tinggi (diproksikan dengan BIG4) mampu menekan
besaran manajemen laba riil yang dilakukan oleh perusahaan
defender. Pada saat perusahaan memilih strategi defender, hal ini
membuat auditor BIG4 lebih waspada sehingga BIG4 mampu
mendeteksi dan mengurangi besaran manajemen laba riil yang
dilakukan oleh perusahaan defender.
Sedangkan dalam penelitian yang sama oleh Widyasari et al.,
(2017) temuan yang lain dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
secara umum (baik pada pengujian fullsample maupun pada sampel
profit dan loss), tanpa memperhitungkan strategi bisnis perusahaan,
manajemen laba riil lebih sulit dideteksi karena hasil pengujian
111
menunjukkan bahwa BIG4 tidak mampu menekan besaran
manajemen laba riil yang dilakukan oleh klien.
g. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba
dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderasi
Pengaruh ukuran perusahaan dalam tabel 4.9 dilambangkan
dengan LNSP memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,196. Dengan
demikian hipotesis ketujuh (H7) ditolak, artinya kualitas audit tidak
mampu memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap
manajemen laba.
Kualitas audit yang menggunakan proxy spesialisasi auditor
tidak dapat memoderasi pengaruh antara ukuran perusahaan dan
manajemen laba. hal ini dimungkinkan karena tidak semua
perusahaan besar atau kecil diaudit oleh auditor spesialis industri.
Penelitian sebelumnya oleh Santoso et al., (2017) menemukan
bahwa kualitas audit mampu memoderasi pengaruh ukuran
perusahaan terhadap kinerja perusahaan. Dalam penelitiannya kualitas
audit menggunakan proxy ukuran KAP. Serta terdapat perbedaan pada
variabel dependen yang menggunakan kinerja perusahaan.
Berdasarkan penelitiannya perusahaan besar cenderung bertindak
hati-hati dalam melakukan pengelolaan perusahaan untuk
menghindari pengawasan ketat dari auditor, oleh karena itu akan
meningkatkan kinerja perusahaan.
112
h. Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba dengan
Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderasi
Pengaruh profitabilitas dalam tabel 4.9 dilambangkan dengan
ROASP memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,496. Dengan
demikian hipotesis kedelapan (H8) ditolak, artinya kualitas audit
tidak mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap
manajemen laba.
Apabila kinerja perusahaan buruk pihak manajemen akan
melakukan tindakan manajemen laba dengan cara menaikkan laba
akuntansinya, begitu juga sebaliknya jika perusahaan berkinerja baik
pihak manajemen akan melakukan tindakan manajemen laba dengan
cara menurunkan labanya.
Kualitas audit yang menggunakan proxy spesialisasi auditor
tidak dapat memoderasi pengaruh antara profitabilitas dan manajemen
laba. hal ini dimungkinkan karena auditor spesialis industri kurang
mampu untuk mendeteksi manajemen laba yang disebabkan oleh
profitabilitas perusahaan, atau kualitas audit tidak mampu menekan
terjadinya manajemen laba yang disebabkan oleh profitabilitas.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya
oleh Hasty dan Herawati (2017) menunjukkan bahwa kualitas audit
tidak mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap
manajemen laba.
113
i. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba dengan Kualitas
Audit Sebagai Variabel Moderasi
Pengaruh leverage dalam tabel 4.9 dilambangkan dengan
LEVSP memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,496. Dengan demikian
hipotesis kesembilan (H9) ditolak, artinya kualitas audit tidak mampu
memoderasi pengaruh leverage terhadap manajemen laba.
Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif lain untuk
mendapatkan dana selain penjualan saham. Dalam perjanjian hutang,
ada kepentingan perusahaan untuk dinilai positif oleh kreditur dalam
hal kemampuan membayar hutangnya. Oleh karena itu, perusahaan
akan melakukan kecurangan berupa manajemen laba yaitu
meningkatkan laba yang dilaporkan untuk meningkatkan daya tawar
perusahaan dalam negosiasi hutang, mengurangi kekhawatiran
kreditur dan untuk mendapat kelonggaran batas kredit (Wardani dan
Isabela, 2017).
Dalam penelitian ini leverage secara parsial tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba, hal ini dimungkinkan karena perusahaan
yang dijadikan sampel tidak terlalu bergantung pada hutang. Audit
yang berkualitas dinilai mampu menekan tindak manajemen laba yang
dilakukan manajemen seperti penelitian Yasmi (2016). Sementara itu,
kualitas audit yang menggunakan proxy spesialisasi auditor tidak
mampu memoderasi pengaruh leverage terhadap manajemen laba.
114
Hal ini dimungkinkan karena auditor spesialisasi industri tidak
mampu mendeteksi manajemen laba yang disebabkan oleh leverage
perusahaan, atau kualitas audit tidak mampu menekan terjadinya
manajemen laba yang disebabkan oleh leverage. Penelitian ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh Hasty dan Herawati
(2017) menunjukkan bahwa kualitas audit tidak mampu memoderasi
pengaruh leverage terhadap manajemen laba.
j. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Manajemen Laba dengan
Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderasi
Pengaruh umur perusahaan dalam tabel 4.9 dilambangkan
dengan AGESP memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,057. Dengan
demikian hipotesis kesepuluh (H10) ditolak, artinya kualitas audit
tidak mampu memoderasi pengaruh umur perusahaan terhadap
manajemen laba.
Perusahaan yang telah lama berdiri umumnya memiliki
profitabilitas yang lebih stabil dibandingkan perusahaan yang baru
berdiri atau yang memiliki waktu yang singkat. Dengan laba yang
relatif stabil, maka tindakan perusahaan dalam melakukan manajemen
laba juga semakin berkurang. Dengan demikian semakin lama suatu
perusahaan berdiri maka semakin kecil pula presentase perusahaan
melakukan manajemen laba (Wardani dan Isabela, 2017).
Auditor sebagai pihak independen diharapkan mampu menekan
tindak manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Akan tetapi
115
dalam penelitian ini kualitas audit yang menggunakan proxy
spesialisasi auditor tidak mampu memoderasi pengaruh umur
perusahaan terhadap manajemen laba. Hal ini dimungkinkan karena
auditor spesialisasi industri tidak mampu mendeteksi manajemen laba
yang disebabkan oleh umur perusahaan, atau kualitas audit tidak
mampu menekan terjadinya manajemen laba yang disebabkan oleh
umur perusahaan.
Penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya Alhadab
dan Clacher (2017), Alzoubi (2017) dan Yasmi (2016) yang
menyatakan bahwa secara parsial kualitas audit berpengaruh terhadap
manajemen laba. Sedangkan dalam penelitian Firsta dan Murniati
(2017), Sari dan Kristanti (2015) menyatakan bahwa secara parsial
umur perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan diatas maka
ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.10
berikut:
Tabel 4.10
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis16
Hipotesis Hasil
H1 Strategi bisnis berpengaruh terhadap
manajemen laba
Diterima
H2 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
manajemen laba
Diterima
H3 Profitabilitas berpengaruh terhadap
manajemen laba
Diterima
H4 Leverage berpengaruh terhadap manajemen
laba
Ditolak
H5 Umur perusahaan berpengaruh terhadap
manajemen laba
Diterima
116
Hipotesis Hasil
H6 Kualitas audit mampu memoderasi pengaruh
strategi bisnis terhadap manajemen laba
Ditolak
H7 Kualitas audit mampu memoderasi pengaruh
ukuran perusahaan terhadap manajemen laba
Ditolak
H8 Kualitas audit mampu memoderasi pengaruh
profitabilitas terhadap manajemen laba
Ditolak
H9 Kualitas audit mampu memoderasi pengaruh
leverage terhadap manajemen laba
Ditolak
H10 Kualitas audit mampu memoderasi pengaruh
umur perusahaan terhadap manajemen laba
Ditolak
Sumber: Data sekunder yang diolah
117
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi bisnis,
ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan umur perusahaan terhadap
manajemen laba dengan kualitas audit sebagai variabel moderasi. Populasi
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun
2012-2017. Sampel penelitian berjumlah 40 perusahaan selama 6 tahun dengan
total 240 perusahaan. Berdasarkan pengujian yang dilakukan menggunakan uji
regresi berganda dan uji regresi moderasi maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Strategi bisnis berpengaruh terhadap manajemen laba
2. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba
3. Profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba
4. Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba
5. Umur perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba
6. Kualitas audit tidak dapat memoderasi pengaruh strategi bisnis terhadap
manajemen laba
7. Kualitas audit tidak dapat memoderasi pengaruh ukuran perusahaan
terhadap manajemen laba
8. Kualitas audit tidak dapat memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap
manajemen laba
118
9. Kualitas audit tidak dapat memoderasi pengaruh leverage terhadap
manajemen laba
10. Kualitas audit tidak dapat memoderasi pengaruh umur perusahaan
terhadap manajemen laba
B. Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Bagi penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah variabel yang
digunakan dalam penelitian ini seperti mekanisme corporate
governance, struktur kepemilikan, dan variabel lain yang relevan.
2. Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel moderasi yang
lain agar lebih akurat dalam menjelaskan fenomena yang ada.
3. Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan proxy lain dalam
menghitung manajemen laba seperti manajemen laba riil (biaya produksi,
beban diskresioner dan manipulasi penjualan) atau menggunakan
revenue discretionary model.
4. Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel industri lain
karena beberapa penelitian sebelumnya tentang strategi bisnis hanya
terbatas pada perusahaan manufaktur.
119
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Dian. “Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow,
dan Leverage Terhadap Manajemen Laba.” Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, 2013: 27-42.
Agustia, Yofi Prima, dan Elly Suryani. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba (Studi
Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2016).” Jurnal Aset, 2018.
Ahmar, Nurmala, Nuraini Rokhmania, dan Agus Samekto. “Model Manajemen
Laba Akrual dan Riil Berbasis Implementasi International Financial
Reporting Standards.” Jurnal Akuntansi & Investasi, 2016: 79-92.
Aji, Dhamar Yudho, dan Aria Farah Mita. “Pengaruh Profitabilitas, Risiko
Keuangan,Nilai Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan terhadap Praktek
perataan Laba: Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI.” SNA XIII, 2010.
Anggraini, Reni Retno. “Pengungkapan informasi sosial dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan
tahunan (studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar bursa
efek jakarta).” Simposium Nasional Akuntansi IX, 2006: 1-21.
Astuti, Ayu Yuni, Elva Nuraina, dan Anggita Langgeng Wijaya. “Pengaruh Ukuran
Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba.” FIPA, 2017.
Badriyah, Lulu. Infobanknews.com. 06 Juli 2018. http://infobanknews.com/belajar-
dari-kasus-snp-finance/.
Bentley, Kathleen A., Thomas C. Omer, dan Nathan Y. Sharp. “Business Strategy,
Financial Reporting Irregularities, and Audit Effort.” Contemporary
Accounting Research, 2013: 780-817.
Christiani, Inggrid, dan Yeterina Widi Nugrahanti. “Pengaruh Kualitas Audit
Terhadap Manajemen Laba.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2014: 52-
62.
Coram, Ferguson P., dan R Moroney. “Internal Audit, Alternative Internal Audit
Structures and The Level of Misappropriation Assets Fraud.” Accounting &
Finance, 2008: 543-559.
DeAngelo, L. “Auditor Independence, “low balling” and Disclosure Regulation.”
Journal of accounting and Economics, 1981: 113-127.
Ernawati. “Pengaruh Strategi Bisnis dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap
Hubungan antara Informasi Broad Scope Sistem Akuntansi Manajemen dan
Kinerja Manajerial.” Jurnal Akuntansi dan Investasi, 2005: 21-39.
120
Firsta, dan Murniati. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Dan
Struktur Kepemilikan Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2014.” Jurnal Ekonomi & Bisnis
Dharma Andalas, 2017.
Fischer, Marilyn, dan Kenneth Rosenzweigh. “Attitudes of Students and accounting
Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings
Management.” Journal of Business Ethics, 1995: 443-444.
Ghazali, Aziatul Waznah, Nur Aima Shafie, dan Zuraidah Mohd Sanusi. “Earnings
Management: An Analysis of Opportunistic Behaviour, Monitoring
Mechanism and Financial Distress.” Procedia Economics and Finance 28,
2015: 190-201.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Universitas Diponegoro, 2016.
Gumanti, Tatang Ari. “Earnings Management Penawaran Saham Perdana di Bursa
Efek Jakarta.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2000: 165-183.
Gumiwang, Ringkang. Tirto.id. 21 Juni 2018. https://tirto.id/kasus-snp-finance-
amp-upaya-menutup-celah-curang-keuangan-cMdD.
Hasibuan, Veronica, Moch Dzulkirom, dan Ni Endang. “Pengaruh Leverage dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan.” Jurnal Administrasi Bisnis,
2016.
Hasty, Ayu Dwi, dan Vinola Herawaty. “Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Leverage, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen Terhadap Manajemen Laba
dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderasi.” Jurnal Media Riset
Akuntansi, Auditing & Informasi, 2017: 1-16.
Healy, Paul M., dan J.M. Wahlen. “A Review Of The Earnings Management
Literature And Its Implications For Standard Setting.” Accounting Horizons
13, 1999: 365-383.
Higgins, Danielle M., Thomas C. Omer, dan John D. Phillips. “Does a Firm’s
Business Strategy Influence its Level of Tax Avoidance?” University of
Connecticut, 2011.
Houqe, Muhammad Nurul, Ryan Kerr, dan Reza Monem. “Business Strategy,
Economic Growth and Earnings Quality.” 2015.
Imelda, Elsa, dan Agnes Palauw. “Analisis Manajemen Laba Melalui Akrual
Diskresioner dan Manipulasi Aktivitas Riil pada Penawaran Publik Perdana
dan Efeknya Terhadap Kinerja Pasar Jangka Panjang.” SNA XVII, 2012.
Joseph, Herunata, dan Ratna Wardhani. “Karakteristik Pribadi Komite Audit dan
Praktik Manajemen Laba.” SNA XIII Purwokerto, 2010.
Karman, I Wayan, I Nyoman Abdi, dan Cening Ardina. “Pengaruh Jenis,
Spesialisasi Industri Auditor, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan terhadap
121
Going Concern Reporting.” Journal of Applied Accounting and Taxation,
2017: 134-142.
Karsam. “Pengaruh Strategi Bisnis Terhadap Sistem Pengendalian Manajemen –
Studi pada BUMN Kategori Industri Strategis di Indonesia.” Jurnal
Dinamika Akuntansi dan Bisnis, 2017: 113-124.
Kieso, D.E., J.J. Weigandt, dan T.D. Warfield. Intermediate Accounting IFRS
Edition. Hoboken Willey, 2013.
Lisa, Oyong. “Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan dalam
Hubungan Keagenan.” WIGA, 2012.
Liu, Xiaoyan, dan Yanqing Yu. “Impact in Earnings Management of Fair Value
Measurement Based on Electric Power Industry.” International Business
Research, 2013.
Luayyi, Sri. “Teori Keagenan dan Manajemen Laba dari Sudut Pandang Manajer.”
El Muhasaba Jurnal Akuntansi, 2012.
Maruli, Sahat, H. Afrizal, dan Netty Herawaty. “Perbandingan Pengaruh Free Cash
Flow, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Properti, Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia.” Jurnal Wawasan dan Riset Akuntansi, 2018: 1-17.
Nihlati, Haniatun, dan Wahyu Meiranto. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit
Terhadap Earnings Management.” Diponegoro Journal of Accounting,
2014.
Nurchasanah, Rizmah, dan Wiwin Rahmanti. “Analisis Faktor-Faktor Penentu
Kualitas Audit.” Jurnal Akuntansi dan Manajemen, 2003: 47-66.
Ontorael, Rianty, dan Ira Geraldina. “Trade-Off Antara Manajemen Laba Akrual
dan Riil Pada Bank Konvensional Publik di Indonesia.” Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Indonesia, 2017: 46-61.
Panda, Brahmadev, dan N.M. Leepsa. “Agency theory: Review of Theory and
Evidence on Problems and Prespectives.” Indian Journal of Corporate
Governance, 2017: 74-95.
Purnama, Dendi. “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial terhadap
Manajemen Laba.” JRKA, 2017.
Purnomo, Herdaru. CNBC Indonesia. 02 Agustus 2018.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20180802101243-17-26563/ada-
apa-dengan-deloitte-dan-snp-finance-ini-penjelasannya.
Putri, Alifia Yuliandri, Sri Rahayu, dan Siska Yudowati. “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Praktik Perataan Laba.”
Telkom University, 2016: 1589.
122
Putri, Mauliridiyah Sevilia, dan Farida Titik. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada
Perusahaan Food And Beverage.” Universitas Telkom, 2014: 238.
Rachman, Fadhly Fauzi. Detik Finance. 27 April 2018.
https://finance.detik.com/moneter/d-3994551/bank-bukopin-permak-
laporan-keuangan-ini-kata-bi-dan-ojk.
Rachmawati, Yulia, dan Fuad. “Pengaruh Kualitas Auditor Terhadap Manajemen
Laba.” Diponegoro Journal of Accounting, 2013: 1-9.
Rahman, Annisa, dan Yanthi Hutagaol. “Manajemen Laba Melalui Akrual dan
Aktivitas Real pada Penawaran Perdana dan Hubungannya dengan Kinerja
Jangka Panjang (Studi Empiris pada BEJ).” Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, 2008.
Ratmono, Dwi. “Manajemen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor
yang Berkualitas Mendeteksinya?” SNA XIII, 2010.
Reviani, Dinni, dan Djoko Sudantoko. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan, dan Corporate Governance terhadap Manajemen Laba.”
Prestasi, 2012: 96-112.
Ruspandi, Hasan, dan Rusdayanti Asma. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas Perusahaan Pembiayaan di Indonesia.” Jurnal Wawasan
Manajemen, 2014.
Sa'diyah, Siti, dan Suwardi Bambang Hermanto. “Pengaruh Manajemen Laba
Akrual dan Manajemen Laba Riil Terhadap Nilai Perusahaan.” Jurnal Ilmu
dan Riset Akuntansi, 2017: vol. 6, no. 9.
Salim, Sartika, dan Rice. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan
Perataan Laba Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia.”
Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 2013.
Santoso, Aprih, Diana Puspitasari, dan Rahmatya Widyaswati. “Pengaruh
Manajemen Laba dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan
dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Pemoderasi.” Jurnal Administrasi
dan Bisnis, 2017: 71-84.
Sari, Kartika. Integrity Indonesia. 14 September 2017. https://integrity-
indonesia.com/id/blog/2017/09/14/skandal-keuangan-perusahaan-toshiba/.
Sari, Lusy Rahma. “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan
terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Artikel Universitas Negeri Padang,
2014.
Sari, Nieken Herma, dan Nurmala Ahmar. “Revenue Discretionary Model
Pengukuran Manajemen Laba: Berdasarkan Sektor Industri Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 2014: 43-51.
123
Sari, Rut Puspita, dan Putriana Kristanti. “Pengaruh Umur, Ukuran, dan
Profitabilitas Perusahaan Terhadap Perataan Laba.” JRAK, 2015.
Savitri, Enni. “Analisis Pengaruh Leverage Dan Siklus Hidup Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” Analisis Pengaruh Leverage dan Siklus
Hidup terhadap Manajemen Laba, 2014.
Schipper, K. “Commentary on Earnings Management.” Accounting Horizons 3,
1989: 91-102.
Scott, W.R. Financial Accounting Theory. Toronto: Pearson, 2015.
Sinaga, D. “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP dan Ukuran Perusahaan
Klien terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI.”
2012.
Siregar, Sylvia Veronica, dan Sidharta Utama. “Type of earnings management and
the effect of ownership structure, firm size, and corporate-governance
practices: Evidence from Indonesia.” The International Journal of
Accounting, 2008: 1-27.
Subramanyam, K.R., dan John J. Wild. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat, 2010.
Sunarto. “Teori Keagenan dan Manajemen Laba.” Kajian Akuntansi, 2009: 13-28.
Ujiyantho, Muh Arief, dan Bambang Agus Pramuka. “Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan.” Simposium
Nasional Akuntansi X, 2007.
Wardani, Dewi Kusuma, dan Pipit Dayu Isabela. “Pengaruh Strategi Bisnis dan
Karakteristik Perusahaan Terhadap Manajemen Laba.” JRAK, 2017.
Wardhani, Ratna, dan Herunata Joseph. “Karakteristik Pribadi Komite Audit dan
Praktik Manajemen Laba.” Simposium Nasional Akuntansi XIII
Purwokerto, 2010.
Widianingrum, Reina, dan Sunarto. “Deteksi Manajemen Laba: Leverage, Free
Cash Flow, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan (Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2013-2016).”
Prosiding SENDI, 2018.
Widyasari, Permata Ayu, Senny Harindahyani, dan Felizia Arni Rudiawarni.
“Strategi Bisnis dalam Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan
Manufaktur di Indonesia.” Jurnal Keuangan dan Perbankan, 2017: 397-
411.
Widyawati, Asri Adika, dan Viska Anggarita. “Pengaruh Konvergensi,
Kompleksitas Akuntansi, Dan Probabilitas Kebangkrutan Terhadap
Timeliness Dan Manajemen Laba.” JAAI, 2013: 135-155.
124
Zen, Sri Daryanti. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Profitabilitas,
dan Leverage Operasi Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan
oleh Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bei.” Jurnal Kajian Akuntansi
dan Auditing, 2009.
Zen, Sri Daryanti, dan Merry Herman. “Pengaruh Harga Saham, Umur Perusahaan,
dan Rasio Profitabilitas Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba
Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Jakarta.” Jumal Akuntansi & Manajemen, 2007: 57-71.
125
LAMPIRAN
LAMPIRAN
126
Lampiran 1
DATA SAMPEL PERUSAHAAN
No. Kode Nama Perusahaan
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
2 SMGR Semen Indonesia Tbk d.h Semen Gresik Tbk
3 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
4 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
5 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
6 LION Lion Metal Workd Tbk
7 INCI Intanwijaya Internasional Tbk
8 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk
9 TRST Trias Sentosa Tbk
10 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
11 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
12 ALDO Alkindo Naratama Tbk
13 ASII Astra International Tbk
14 AUTO Astra Auto Part Tbk
15 INDS Indospring Tbk
16 SMSM Selamat Sempurna Tbk
17 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
18 TRIS Trisula International Tbk
19 KBLI KMI Wire and Cable
20 KBLM Kabelindo Murni Tbk
21 DLTA Delta Djakarta Tbk
22 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
23 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
24 MYOR Mayora Indah Tbk
25 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
26 SKLT Sekar Laut Tbk
27 STTP Siantar Top Tbk
28 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
29 GGRM Gudang Garam Tbk
30 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
31 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
32 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
33 KAEF Kimia Farma Tbk
34 KLBF Kalbe Farma Tbk
35 MERK Merck Tbk
127
No. Kode Nama Perusahaan
36 PYFA Pyridam Farma Tbk
37 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
38 ADES Akasha Wira International Tbk
39 UNVR Unilever Indonesia Tbk
40 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
Lampiran 2
PENGUKURAN MANAJEMEN LABA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2012-2017
No. Kode Tahun TACC α(1/Ait-
1)
β1(∆REV-
∆REC)/Ait-1 β2(PPE/Ait-1) β3(∆CFO/Ait-1) NDACC DA
1 INTP
2012 -0,0502 0,0010 0,0150 -0,0645 -0,0674 -0,1158 0,0656
2013 -0,0179 0,0008 0,0056 -0,0603 0,0077 -0,0462 0,0283
2014 -0,0020 0,0007 0,0042 -0,0673 0,0019 -0,0605 0,0585
2015 -0,0240 0,0007 -0,0068 -0,0705 0,0070 -0,0697 0,0457
2016 0,0117 0,0007 -0,0085 -0,0781 0,0371 -0,0488 0,0605
2017 -0,0306 0,0006 -0,0027 -0,0733 0,0173 -0,0581 0,0275
2 SMGR
2012 -0,0338 0,0010 0,0130 -0,0001 -0,0409 -0,0271 -0,0068
2013 -0,0261 0,0007 0,0167 -0,0001 -0,0117 0,0056 -0,0317
2014 -0,0220 0,0006 0,0067 -0,0001 -0,0044 0,0028 -0,0248
2015 -0,0805 0,0006 -0,0006 -0,0001 -0,0207 -0,0209 -0,0596
2016 -0,0169 0,0005 -0,0032 -0,0001 0,0377 0,0349 -0,0518
2017 -0,0159 0,0004 0,0018 -0,0001 0,0376 0,0397 -0,0556
3 ARNA
2012 -0,0950 0,0229 0,0216 -0,1062 -0,0771 -0,1388 0,0438
2013 -0,0439 0,0203 0,0304 -0,1110 -0,0300 -0,0904 0,0464
2014 0,0202 0,0167 0,0160 -0,0955 0,0240 -0,0387 0,0589
2015 -0,0323 0,0151 -0,0238 -0,1036 0,0689 -0,0434 0,0111
2016 -0,0030 0,0133 0,0141 -0,0885 0,0078 -0,0534 0,0504
2017 -0,0800 0,0123 0,0139 -0,0797 -0,0664 -0,1198 0,0399
128
No. Kode Tahun TACC α(1/Ait-
1)
β1(∆REV-
∆REC)/Ait-1 β2(PPE/Ait-1) β3(∆CFO/Ait-1) NDACC DA
4 TOTO
2012 0,0357 0,0142 0,0163 -0,0508 0,0244 0,0041 0,0316
2013 -0,0541 0,0123 0,0081 -0,0531 -0,0583 -0,0910 0,0369
2014 -0,0067 0,0108 0,0191 -0,0675 0,0050 -0,0326 0,0259
2015 0,0216 0,0092 0,0103 -0,0626 0,0222 -0,0208 0,0424
2016 -0,0563 0,0078 -0,0084 -0,0533 -0,0182 -0,0722 0,0159
2017 -0,0552 0,0074 0,0029 -0,0461 -0,0306 -0,0664 0,0112
5 INAI
2012 -0,1401 0,0350 0,0036 -0,0225 -0,0998 -0,0837 -0,0564
2013 -0,1188 0,0311 0,0016 -0,0203 0,0242 0,0366 -0,1554
2014 -0,0259 0,0250 0,0289 -0,0200 0,0319 0,0658 -0,0917
2015 -0,0206 0,0213 0,0244 -0,0383 -0,0037 0,0037 -0,0243
2016 0,1393 0,0143 -0,0137 -0,0266 0,1010 0,0750 0,0643
2017 -0,0095 0,0142 -0,0134 -0,0250 -0,1026 -0,1267 0,1172
6 LION
2012 0,0513 0,0520 0,0145 -0,0123 -0,0493 0,0049 0,0464
2013 0,0282 0,0439 -0,0013 -0,0206 0,0221 0,0442 -0,0160
2014 -0,0242 0,0378 0,0038 -0,0298 -0,0113 0,0005 -0,0247
2015 -0,0220 0,0314 0,0012 -0,0275 0,0018 0,0069 -0,0289
2016 0,0511 0,0298 -0,0032 -0,0278 0,0530 0,0519 -0,0007
2017 -0,0642 0,0277 -0,0047 -0,0210 -0,0435 -0,0414 -0,0227
7 INCI
2012 0,0088 0,1520 0,0144 -0,0275 -0,0537 0,0852 -0,0764
2013 0,0004 0,1439 0,0200 -0,0453 -0,0358 0,0827 -0,0823
2014 0,1373 0,1402 0,0195 -0,0547 0,0898 0,1948 -0,0575
2015 -0,0597 0,1288 0,0109 -0,0484 -0,1542 -0,0629 0,0032
12
9
No. Kode Tahun TACC α(1/Ait-
1)
β1(∆REV-
∆REC)/Ait-1 β2(PPE/Ait-1) β3(∆CFO/Ait-1) NDACC DA
2016 0,1078 0,1122 0,0114 -0,1118 0,1373 0,1491 -0,0413
2017 0,0150 0,0707 0,0256 -0,0744 -0,0527 -0,0310 0,0460
8 IGAR
2012 0,0346 0,0535 0,0072 -0,0179 -0,0103 0,0326 0,0020
2013 0,0111 0,0609 0,0225 -0,0231 0,0014 0,0617 -0,0507
2014 0,0933 0,0604 0,0227 -0,0216 0,0126 0,0741 0,0192
2015 -0,0817 0,0543 -0,0105 -0,0280 -0,1058 -0,0900 0,0083
2016 0,0146 0,0496 0,0257 -0,0271 0,0291 0,0773 -0,0627
2017 -0,0358 0,0433 -0,0071 -0,0290 -0,0379 -0,0307 -0,0051
9 TRST
2012 -0,0072 0,0092 -0,0033 -0,0899 0,0181 -0,0659 0,0586
2013 -0,0361 0,0087 -0,0019 -0,1343 -0,0111 -0,1386 0,1025
2014 -0,0634 0,0058 0,0135 -0,0896 -0,0262 -0,0964 0,0331
2015 -0,0336 0,0058 0,0003 -0,0950 0,0213 -0,0676 0,0340
2016 -0,0612 0,0057 -0,0054 -0,0890 -0,0212 -0,1099 0,0487
2017 -0,0581 0,0058 0,0024 -0,0893 0,0020 -0,0791 0,0210
10 CPIN
2012 0,1121 0,0022 0,0314 -0,0757 -0,0459 -0,0880 0,2001
2013 0,0160 0,0015 0,0284 -0,0763 -0,0206 -0,0669 0,0829
2014 0,0817 0,0012 0,0176 -0,0851 0,0695 0,0032 0,0784
2015 0,0060 0,0009 0,0058 -0,0787 -0,0408 -0,1128 0,1188
2016 -0,0783 0,0008 0,0335 -0,0671 -0,0678 -0,1007 0,0224
2017 0,0360 0,0008 0,0435 -0,0671 0,0715 0,0487 -0,0126
11 JPFA 2012 0,0938 0,0023 0,0227 -0,0725 -0,0309 -0,0784 0,1722
2013 0,0426 0,0017 0,0291 -0,0709 0,0078 -0,0323 0,0749
130
No. Kode Tahun TACC α(1/Ait-
1)
β1(∆REV-
∆REC)/Ait-1 β2(PPE/Ait-1) β3(∆CFO/Ait-1) NDACC DA
2014 -0,0789 0,0013 0,0188 -0,0628 -0,0639 -0,1067 0,0277
2015 -0,0589 0,0012 0,0037 -0,0637 0,0051 -0,0538 -0,0052
2016 -0,0339 0,0011 0,0114 -0,0646 -0,0518 -0,1039 0,0700
2017 0,0175 0,0010 0,0111 -0,0639 0,0704 0,0185 -0,0010
12 ALDO
2012 -0,0279 0,1156 0,0121 -0,0676 -0,0694 -0,0092 -0,0187
2013 -0,0923 0,1029 0,0390 -0,0795 -0,0843 -0,0218 -0,0705
2014 0,0741 0,0655 0,0209 -0,0534 0,0943 0,1272 -0,0531
2015 0,0631 0,0549 0,0091 -0,0500 -0,0053 0,0087 0,0544
2016 -0,0356 0,0520 0,0267 -0,0448 -0,0673 -0,0334 -0,0022
2017 0,0398 0,0464 0,0081 -0,0531 0,0425 0,0439 -0,0041
13 ASII
2012 0,0895 0,0001 0,0147 -0,0328 0,0048 -0,0132 0,1027
2013 0,0056 0,0001 0,0014 -0,0306 -0,0462 -0,0753 0,0810
2014 0,0335 0,0001 0,0028 -0,0284 0,0201 -0,0054 0,0389
2015 -0,0452 0,0001 -0,0056 -0,0261 -0,0328 -0,0644 0,0191
2016 -0,0045 0,0001 -0,0014 -0,0260 0,0192 -0,0082 0,0037
2017 -0,0005 0,0001 0,0068 -0,0273 -0,0101 -0,0306 0,0301
14 AUTO
2012 0,0859 0,0027 0,0116 -0,0441 -0,0274 -0,0572 0,1431
2013 0,0504 0,0021 0,0232 -0,0529 -0,0011 -0,0286 0,0790
2014 0,0552 0,0015 0,0108 -0,0391 0,0157 -0,0111 0,0663
2015 -0,0378 0,0013 -0,0031 -0,0360 -0,0286 -0,0664 0,0285
2016 -0,0402 0,0013 0,0069 -0,0370 -0,0092 -0,0379 -0,0022
2017 0,0105 0,0013 0,0036 -0,0356 0,0311 0,0004 0,0101
131
No. Kode Tahun TACC α(1/Ait-
1)
β1(∆REV-
∆REC)/Ait-1 β2(PPE/Ait-1) β3(∆CFO/Ait-1) NDACC DA
15 INDS
2012 0,0260 0,0167 0,0189 -0,0978 -0,0783 -0,1406 0,1665
2013 -0,0650 0,0114 0,0100 -0,0941 -0,0621 -0,1347 0,0697
2014 0,0282 0,0087 0,0057 -0,0838 0,0590 -0,0104 0,0386
2015 -0,0476 0,0083 -0,0075 -0,0935 -0,0134 -0,1061 0,0585
2016 -0,0563 0,0075 0,0000 -0,0786 -0,0221 -0,0933 0,0370
2017 -0,0834 0,0077 0,0105 -0,0738 -0,0350 -0,0906 0,0072
16 SMSM
2012 -0,0903 0,0143 0,0050 -0,0543 -0,0564 -0,0914 0,0011
2013 -0,0762 0,0132 0,0029 -0,0504 -0,0450 -0,0793 0,0031
2014 -0,0167 0,0111 0,0131 -0,0423 -0,0007 -0,0189 0,0021
2015 -0,0426 0,0108 0,0076 -0,0600 -0,0335 -0,0751 0,0326
2016 -0,0363 0,0086 -0,0002 -0,0437 -0,0144 -0,0497 0,0134
2017 0,0485 0,0084 0,0180 -0,0447 0,0414 0,0231 0,0254
17 RICY
2012 -0,0410 0,0296 0,0205 -0,0538 -0,0293 -0,0330 -0,0081
2013 0,1111 0,0226 0,0166 -0,0466 0,1039 0,0965 0,0146
2014 -0,0288 0,0171 0,0209 -0,0423 -0,0812 -0,0856 0,0567
2015 -0,1030 0,0162 -0,0062 -0,0425 -0,0507 -0,0832 -0,0197
2016 -0,0571 0,0159 0,0072 -0,0409 0,0294 0,0116 -0,0688
2017 -0,1523 0,0148 0,0282 -0,0370 -0,0691 -0,0631 -0,0892
18 TRIS
2012 0,1711 0,0800 0,0187 -0,0442 0,0307 0,0852 0,0859
2013 0,0815 0,0520 0,0333 -0,0379 -0,0344 0,0130 0,0686
2014 0,0767 0,0400 0,0034 -0,0358 0,0317 0,0393 0,0374
2015 -0,0455 0,0365 0,0217 -0,0343 -0,0800 -0,0562 0,0107
132
No. Kode Tahun TACC α(1/Ait-
1)
β1(∆REV-
∆REC)/Ait-1 β2(PPE/Ait-1) β3(∆CFO/Ait-1) NDACC DA
2016 0,0192 0,0331 0,0057 -0,0341 0,0571 0,0618 -0,0426
2017 -0,0472 0,0297 -0,0139 -0,0292 -0,0333 -0,0467 -0,0005
19 KBLI
2012 0,1068 0,0176 0,0321 -0,0532 0,0422 0,0387 0,0681
2013 0,0866 0,0164 0,0123 -0,0499 0,0215 0,0003 0,0864
2014 -0,0729 0,0141 -0,0125 -0,0451 -0,1001 -0,1436 0,0707
2015 0,0516 0,0142 0,0148 -0,0607 0,0631 0,0314 0,0203
2016 -0,0315 0,0123 0,0096 -0,0533 -0,1483 -0,1798 0,1483
2017 0,2270 0,0102 0,0102 -0,0823 0,1639 0,1020 0,1251
20 KBLM
2012 0,1607 0,0296 0,0142 -0,0665 0,1346 0,1120 0,0488
2013 0,1580 0,0263 0,0054 -0,0611 0,0255 -0,0039 0,1619
2014 0,0220 0,0291 -0,0170 -0,0653 -0,1176 -0,1708 0,1928
2015 -0,0184 0,0294 0,0243 -0,0664 -0,0196 -0,0322 0,0139
2016 -0,0183 0,0291 0,0063 -0,0550 -0,0090 -0,0286 0,0103
2017 0,0777 0,0298 0,0225 -0,1575 0,0416 -0,0638 0,1414
21 DLTA
2012 -0,0503 0,0273 0,0481 -0,0202 -0,0698 -0,0145 -0,0358
2013 -0,1049 0,0255 0,0402 -0,0184 -0,0919 -0,0445 -0,0604
2014 0,1424 0,0218 0,0013 -0,0192 0,1444 0,1483 -0,0059
2015 -0,0547 0,0191 -0,0451 -0,0156 -0,0564 -0,0980 0,0433
2016 -0,0051 0,0183 -0,0732 -0,0137 -0,0087 -0,0773 0,0721
2017 -0,0521 0,0159 0,0004 -0,0111 -0,0470 -0,0418 -0,0103
22 ICBP 2012 -0,0496 0,0013 0,0138 -0,0372 -0,0389 -0,0611 0,0115
2013 0,0136 0,0011 0,0184 -0,0402 0,0403 0,0195 -0,0059
13
3
No. Kode Tahun TACC α(1/Ait-
1)
β1(∆REV-
∆REC)/Ait-1 β2(PPE/Ait-1) β3(∆CFO/Ait-1) NDACC DA
2014 -0,0601 0,0009 0,0208 -0,0400 -0,0596 -0,0779 0,0178
2015 -0,0225 0,0008 0,0065 -0,0386 0,0102 -0,0212 -0,0013
2016 -0,0359 0,0007 0,0095 -0,0395 -0,0283 -0,0575 0,0216
2017 -0,0564 0,0007 0,0037 -0,0414 -0,0139 -0,0510 -0,0054
23 INDF
2012 -0,0490 0,0004 0,0082 -0,0434 -0,0311 -0,0659 0,0169
2013 -0,0592 0,0003 0,0063 -0,0553 0,0055 -0,0432 -0,0160
2014 -0,0519 0,0002 0,0114 -0,0417 -0,0206 -0,0506 -0,0014
2015 -0,0059 0,0002 -0,0001 -0,0430 0,0401 -0,0028 -0,0031
2016 -0,0208 0,0002 0,0025 -0,0413 -0,0220 -0,0606 0,0398
2017 -0,0166 0,0002 0,0038 -0,0535 0,0056 -0,0438 0,0273
24 MYOR
2012 -0,0130 0,0029 0,0137 -0,0639 -0,1488 -0,1962 0,1831
2013 0,0032 0,0023 0,0143 -0,0553 -0,0129 -0,0516 0,0548
2014 0,1310 0,0020 0,0177 -0,0544 0,1300 0,0952 0,0357
2015 -0,1055 0,0018 0,0046 -0,0540 -0,2122 -0,2597 0,1542
2016 0,0643 0,0017 0,0272 -0,0502 0,1010 0,0797 -0,0154
2017 0,0275 0,0015 0,0223 -0,0455 -0,0326 -0,0543 0,0818
25 ROTI
2012 -0,0526 0,0251 0,0433 -0,1737 -0,0366 -0,1418 0,0892
2013 -0,1299 0,0158 0,0213 -0,1439 -0,0711 -0,1779 0,0479
2014 -0,0967 0,0104 0,0231 -0,1359 -0,0189 -0,1213 0,0246
2015 -0,1330 0,0089 0,0123 -0,1254 -0,0607 -0,1649 0,0319
2016 -0,0499 0,0070 0,0119 -0,1004 0,0355 -0,0460 -0,0039
2017 -0,0806 0,0065 -0,0018 -0,1007 0,0103 -0,0857 0,0051
134
No. Kode Tahun TACC α(1/Ait-
1)
β1(∆REV-
∆REC)/Ait-1 β2(PPE/Ait-1) β3(∆CFO/Ait-1) NDACC DA
26 SKLT
2012 -0,0341 0,0888 0,0230 -0,0700 -0,0160 0,0258 -0,0598
2013 -0,0619 0,0762 0,0553 -0,0744 -0,0318 0,0253 -0,0871
2014 -0,0215 0,0626 0,0333 -0,0656 0,0079 0,0382 -0,0597
2015 -0,0285 0,0565 0,0157 -0,0650 -0,0127 -0,0056 -0,0229
2016 0,0504 0,0505 0,0170 -0,1172 0,0508 0,0011 0,0493
2017 0,0366 0,0335 0,0122 -0,0809 -0,0006 -0,0359 0,0725
27 STTP
2012 0,0537 0,0204 0,0218 -0,1028 0,0477 -0,0130 0,0666
2013 0,0448 0,0152 0,0304 -0,0894 -0,0187 -0,0624 0,1073
2014 -0,0509 0,0129 0,0311 -0,0865 -0,0650 -0,1075 0,0565
2015 -0,0054 0,0112 0,0198 -0,0873 0,0015 -0,0548 0,0495
2016 0,0035 0,0099 0,0049 -0,0851 0,0097 -0,0605 0,0641
2017 -0,0365 0,0081 0,0077 -0,0710 -0,0391 -0,0943 0,0578
28 ULTJ
2012 -0,0634 0,0087 0,0291 -0,0663 -0,0528 -0,0813 0,0179
2013 0,0533 0,0079 0,0228 -0,0589 0,0834 0,0552 -0,0019
2014 0,0551 0,0068 0,0146 -0,0526 0,0165 -0,0148 0,0699
2015 -0,0502 0,0065 0,0138 -0,0587 -0,1267 -0,1650 0,1149
2016 -0,0196 0,0054 0,0075 -0,0434 -0,0212 -0,0517 0,0322
2017 -0,0851 0,0045 0,0034 -0,0465 -0,0473 -0,0859 0,0008
29 GGRM
2012 0,0029 0,0005 0,0163 -0,0392 -0,0707 -0,0931 0,0960
2013 0,0460 0,0005 0,0128 -0,0525 0,0244 -0,0149 0,0609
2014 0,0744 0,0004 0,0195 -0,0551 0,0110 -0,0242 0,0986
2015 0,0558 0,0003 0,0084 -0,0509 -0,0181 -0,0603 0,1161
13
5
No. Kode Tahun TACC α(1/Ait-
1)
β1(∆REV-
∆REC)/Ait-1 β2(PPE/Ait-1) β3(∆CFO/Ait-1) NDACC DA
2016 -0,0042 0,0003 0,0081 -0,0476 -0,0402 -0,0794 0,0752
2017 -0,0071 0,0003 0,0104 -0,0502 -0,0137 -0,0532 0,0460
30 HMSP
2012 0,3030 0,0010 0,0671 -0,0314 0,2474 0,2840 0,0190
2013 0,0006 0,0007 0,0298 -0,0265 -0,1747 -0,1707 0,1713
2014 -0,0336 0,0007 0,0208 -0,0319 -0,0075 -0,0179 -0,0158
2015 0,3366 0,0007 0,0233 -0,0326 0,2477 0,2390 0,0976
2016 -0,0346 0,0005 0,0139 -0,0271 -0,2384 -0,2510 0,2165
2017 -0,0637 0,0004 0,0076 -0,0239 -0,0209 -0,0368 -0,0269
31 WIIM
2012 0,0864 0,0257 0,0245 -0,0308 -0,0729 -0,0535 0,1399
2013 0,1376 0,0158 0,0355 -0,0267 0,0266 0,0512 0,0864
2014 0,0552 0,0154 0,0045 -0,0371 -0,0434 -0,0605 0,1157
2015 0,0511 0,0143 0,0134 -0,0367 -0,0093 -0,0184 0,0695
2016 -0,0227 0,0142 -0,0109 -0,0363 -0,0376 -0,0706 0,0480
2017 -0,1138 0,0141 -0,0143 -0,0341 -0,0292 -0,0636 -0,0502
32 DVLA
2012 0,0322 0,0206 0,0104 -0,0349 -0,0342 -0,0381 0,0702
2013 0,0176 0,0177 0,0056 -0,0334 0,0078 -0,0023 0,0198
2014 -0,0191 0,0159 0,0014 -0,0330 0,0014 -0,0142 -0,0049
2015 -0,0856 0,0153 0,0108 -0,0307 -0,0604 -0,0649 -0,0207
2016 -0,0257 0,0138 0,0049 -0,0434 0,0132 -0,0114 -0,0143
2017 -0,0447 0,0124 0,0073 -0,0381 -0,0193 -0,0377 -0,0070
33 KAEF 2012 -0,0138 0,0106 0,0134 -0,0369 -0,0563 -0,0692 0,0554
2013 -0,0184 0,0092 0,0107 -0,0354 -0,0076 -0,0232 0,0048
136
No. Kode Tahun TACC α(1/Ait-
1)
β1(∆REV-
∆REC)/Ait-1 β2(PPE/Ait-1) β3(∆CFO/Ait-1) NDACC DA
2014 -0,0113 0,0076 0,0071 -0,0334 -0,0088 -0,0276 0,0162
2015 0,0256 0,0063 0,0095 -0,0334 0,0250 0,0074 0,0181
2016 0,0227 0,0059 0,0239 -0,0459 -0,0047 -0,0208 0,0435
2017 0,0708 0,0041 0,0024 -0,0540 0,0285 -0,0188 0,0896
34 KLBF
2012 0,0482 0,0023 0,0282 -0,0402 0,0080 -0,0017 0,0499
2013 0,1108 0,0020 0,0207 -0,0458 0,0326 0,0095 0,1013
2014 -0,0171 0,0017 0,0098 -0,0444 -0,0838 -0,1167 0,0996
2015 -0,0321 0,0015 0,0039 -0,0467 -0,0077 -0,0490 0,0169
2016 0,0139 0,0014 0,0085 -0,0491 0,0148 -0,0244 0,0383
2017 0,0292 0,0012 0,0035 -0,0518 0,0068 -0,0402 0,0694
35 MERK
2012 0,0332 0,0326 0,0083 -0,0160 0,0793 0,1041 -0,0709
2013 0,0247 0,0334 -0,0323 -0,0160 -0,0536 -0,0685 0,0931
2014 -0,1169 0,0272 0,0070 -0,0172 -0,0974 -0,0803 -0,0366
2015 -0,0255 0,0268 0,0136 -0,0230 0,0693 0,0866 -0,1122
2016 0,1715 0,0297 0,0094 -0,0299 0,1244 0,1337 0,0378
2017 0,0198 0,0256 0,0079 -0,0352 -0,0791 -0,0808 0,1007
36 PYFA
2012 0,0488 0,1612 0,0154 -0,0827 0,0124 0,1064 -0,0576
2013 0,0887 0,1401 0,0113 -0,1059 0,0272 0,0727 0,0161
2014 0,0068 0,1087 0,0111 -0,0773 -0,0286 0,0140 -0,0072
2015 -0,0731 0,1103 0,0027 -0,0719 -0,0563 -0,0153 -0,0578
2016 -0,0119 0,1190 -0,0056 -0,0737 0,0369 0,0766 -0,0885
2017 -0,0826 0,1139 0,0042 -0,0670 -0,0567 -0,0056 -0,0770
13
7
No. Kode Tahun TACC α(1/Ait-
1)
β1(∆REV-
∆REC)/Ait-1 β2(PPE/Ait-1) β3(∆CFO/Ait-1) NDACC DA
37 TSPC
2012 0,0000 0,0045 0,0158 -0,0347 -0,0076 -0,0221 0,0221
2013 0,0410 0,0041 0,0033 -0,0383 0,0275 -0,0034 0,0444
2014 0,0134 0,0035 0,0110 -0,0423 -0,0081 -0,0359 0,0494
2015 -0,0444 0,0034 0,0099 -0,0425 -0,0323 -0,0615 0,0171
2016 0,0086 0,0030 0,0141 -0,0424 0,0312 0,0058 0,0027
2017 0,0020 0,0029 0,0038 -0,0444 -0,0054 -0,0432 0,0452
38 ADES
2012 -0,0123 0,0602 0,0523 -0,0511 -0,0649 -0,0036 -0,0088
2013 0,0400 0,0489 0,0045 -0,0537 0,0828 0,0826 -0,0426
2014 -0,1594 0,0431 0,0111 -0,0573 -0,0949 -0,0979 -0,0615
2015 0,0135 0,0378 0,0132 -0,0834 0,1023 0,0699 -0,0564
2016 -0,0968 0,0291 0,0278 -0,0845 -0,0974 -0,1249 0,0281
2017 -0,0638 0,0248 -0,0076 -0,0919 0,0284 -0,0463 -0,0175
39 UNVR
2012 -0,0336 0,0018 0,0314 -0,0884 0,0174 -0,0378 0,0042
2013 -0,0737 0,0016 0,0267 -0,0846 -0,0595 -0,1158 0,0421
2014 -0,0422 0,0015 0,0272 -0,0853 -0,0122 -0,0687 0,0266
2015 -0,0313 0,0013 0,0108 -0,0859 0,0078 -0,0660 0,0347
2016 -0,0187 0,0012 0,0188 -0,0894 -0,0167 -0,0861 0,0674
2017 -0,0033 0,0011 0,0005 -0,0918 -0,0153 -0,1054 0,1021
40 KDSI
2012 -0,0232 0,0324 0,0159 -0,0431 -0,0056 -0,0004 -0,0228
2013 -0,0865 0,0334 0,0097 -0,0886 -0,0418 -0,0874 0,0009
2014 0,0817 0,0223 0,0201 -0,0652 0,0875 0,0647 0,0170
2015 0,0555 0,0198 0,0052 -0,0619 0,0126 -0,0243 0,0798
13
8
No. Kode Tahun TACC α(1/Ait-
1)
β1(∆REV-
∆REC)/Ait-1 β2(PPE/Ait-1) β3(∆CFO/Ait-1) NDACC DA
2016 -0,0326 0,0162 0,0199 -0,0486 -0,0739 -0,0864 0,0538
2017 0,1140 0,0167 0,0168 -0,0569 0,0878 0,0644 0,0496
139
Lampiran 3
PENGUKURAN UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UMUR PERUSAHAAN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2012-2017
No. Kode Tahun Tahun
Pendirian
Total Aset
(Jutaan)
Kewajiban
(Jutaan)
Laba Bersih
(Jutaan)
LN
ASET ROA LEV AGE
1 INTP
2012 1985 22.755.160 3.336.422 4.763.388 30,75581 0,20933 0,14662 27
2013 1985 26.610.663 3.852.446 5.012.294 30,91233 0,18836 0,14477 28
2014 1985 28.884.635 4.307.622 5.293.416 30,99433 0,18326 0,14913 29
2015 1985 27.638.360 3.772.410 4.356.661 30,95023 0,15763 0,13649 30
2016 1985 30.150.580 4.011.877 3.870.319 31,03723 0,12837 0,13306 31
2017 1985 28.863.676 4.307.169 1.859.818 30,99361 0,06443 0,14922 32
2 SMGR
2012 1953 26.579.084 8.414.229 4.926.640 30,91115 0,18536 0,31657 59
2013 1953 30.833.103 9.081.621 5.354.299 31,05961 0,17365 0,29454 60
2014 1953 34.331.675 9.326.745 5.567.660 31,16709 0,16217 0,27167 61
2015 1953 38.153.119 10.712.321 4.525.441 31,27263 0,11861 0,28077 62
2016 1953 44.226.896 13.652.505 4.535.037 31,42035 0,10254 0,30869 63
2017 1953 48.963.503 18.524.451 2.043.026 31,52210 0,04173 0,37833 64
3 ARNA
2012 1993 937.359 332.551 158.684 27,56633 0,16929 0,35477 19
2013 1993 1.137.496 375.762 237.698 27,75985 0,20897 0,33034 20
2014 1993 1.259.938 349.996 261.880 27,86208 0,20785 0,27779 21
2015 1993 1.430.779 536.051 71.210 27,98924 0,04977 0,37466 22
2016 1993 1.543.216 595.128 91.376 28,06489 0,05921 0,38564 23
140
No. Kode Tahun Tahun
Pendirian
Total Aset
(Jutaan)
Kewajiban
(Jutaan)
Laba Bersih
(Jutaan)
LN
ASET ROA LEV AGE
2017 1993 1.601.347 571.947 122.184 28,10187 0,07630 0,35717 24
4 TOTO
2012 1978 1.552.664 624.499 235.946 28,07099 0,15196 0,40221 34
2013 1978 1.763.702 780.625 236.558 28,19844 0,13413 0,44261 35
2014 1978 2.062.387 936.489 295.861 28,35489 0,14346 0,45408 36
2015 1978 2.439.541 947.998 285.237 28,52283 0,11692 0,38860 37
2016 1978 2.581.441 1.057.566 168.565 28,57937 0,06530 0,40968 38
2017 1978 2.826.491 1.132.699 278.936 28,67006 0,09869 0,40074 39
5 INAI
2012 1971 612.224 483.005 23.155 27,14036 0,03782 0,78894 41
2013 1971 761.191 652.015 5.020 27,35815 0,00659 0,85657 42
2014 1971 893.664 771.922 22.415 27,51860 0,02508 0,86377 43
2015 1971 1.330.259 1.090.438 28.616 27,91639 0,02151 0,81972 44
2016 1971 1.339.032 1.081.016 35.553 27,92297 0,02655 0,80731 45
2017 1971 1.213.917 936.512 38.652 27,82487 0,03184 0,77148 46
6 LION
2012 1972 433.497 61.667 85.374 26,79515 0,19694 0,14225 40
2013 1972 503.408 101.380 64.761 26,94467 0,12865 0,20139 41
2014 1972 605.166 179.232 48.713 27,12877 0,08050 0,29617 42
2015 1972 639.330 184.731 46.019 27,18369 0,07198 0,28894 43
2016 1972 685.813 215.209 42.345 27,25387 0,06174 0,31380 44
2017 1972 681.938 229.631 9.283 27,24820 0,01361 0,33673 45
7 INCI
2012 1981 132.279 16.519 4.444 25,60818 0,03359 0,12488 31
2013 1981 135.755 9.635 10.332 25,63411 0,07611 0,07097 32
2014 1981 147.756 11.328 11.057 25,71883 0,07483 0,07667 33
14
1
No. Kode Tahun Tahun
Pendirian
Total Aset
(Jutaan)
Kewajiban
(Jutaan)
Laba Bersih
(Jutaan)
LN
ASET ROA LEV AGE
2015 1981 169.546 15.495 16.961 25,85639 0,10004 0,09139 34
2016 1981 269.351 26.525 9.989 26,31928 0,03708 0,09848 35
2017 1981 303.788 35.409 16.554 26,43960 0,05449 0,11656 36
8 IGAR
2012 1975 312.343 70.314 44.508 26,46737 0,14250 0,22512 37
2013 1975 314.988 94.044 35.030 26,47580 0,11121 0,29856 38
2014 1975 350.620 92.946 55.155 26,58297 0,15731 0,26509 39
2015 1975 383.936 73.472 51.416 26,67374 0,13392 0,19136 40
2016 1975 439.466 65.717 69.306 26,80883 0,15770 0,14954 41
2017 1975 513.023 71.076 72.377 26,96359 0,14108 0,13854 42
9 TRST
2012 1979 2.188.129 835.137 61.453 28,41407 0,02808 0,38167 33
2013 1979 3.260.920 1.553.844 32.966 28,81303 0,01011 0,47651 34
2014 1979 3.261.285 1.504.845 30.256 28,81314 0,00928 0,46143 35
2015 1979 3.357.359 1.400.439 25.314 28,84218 0,00754 0,41713 36
2016 1979 3.290.596 1.358.241 33.795 28,82209 0,01027 0,41276 37
2017 1979 3.332.906 1.357.336 38.200 28,83487 0,01146 0,40725 38
10 CPIN
2012 1973 12.348.627 4.172.163 2.680.872 30,14457 0,21710 0,33786 39
2013 1973 15.704.502 5.700.518 2.258.690 30,38497 0,14382 0,36299 40
2014 1973 20.841.795 9.836.577 1.745.724 30,66798 0,08376 0,47196 41
2015 1973 24.684.915 12.123.488 1.832.598 30,83721 0,07424 0,49113 42
2016 1973 24.204.944 10.047.751 2.225.402 30,81758 0,09194 0,41511 43
2017 1973 24.522.593 8.819.768 2.496.787 30,83062 0,10182 0,35966 44
11 JPFA 2012 1971 10.961.464 6.198.137 1.074.577 30,02541 0,09803 0,56545 41
14
2
No. Kode Tahun Tahun
Pendirian
Total Aset
(Jutaan)
Kewajiban
(Jutaan)
Laba Bersih
(Jutaan)
LN
ASET ROA LEV AGE
2013 1971 14.935.696 9.760.149 640.637 30,33478 0,04289 0,65348 42
2014 1971 15.758.959 10.579.414 391.866 30,38843 0,02487 0,67133 43
2015 1971 17.159.466 11.049.774 524.484 30,47357 0,03057 0,64395 44
2016 1971 19.251.026 9.878.062 2.171.608 30,58859 0,11280 0,51312 45
2017 1971 21.088.870 11.293.242 1.107.810 30,67977 0,05253 0,53551 46
12 ALDO
2012 1989 184.897 90.591 12.245 25,94306 0,06623 0,48995 23
2013 1989 290.642 162.010 22.589 26,39536 0,07772 0,55742 24
2014 1989 346.675 197.871 21.071 26,57165 0,06078 0,57077 25
2015 1989 366.011 195.082 24.079 26,62593 0,06579 0,53299 26
2016 1989 410.331 209.443 25.230 26,74023 0,06149 0,51042 27
2017 1989 498.702 269.279 29.035 26,93527 0,05822 0,53996 28
13 ASII
2012 1957 182.274.000 9.246.000 22.742.000 32,83653 0,12477 0,05073 55
2013 1957 213.994.000 107.806.000 22.279.000 32,99697 0,10411 0,50378 56
2014 1957 236.027.000 115.840.000 22.131.000 33,09497 0,09376 0,49079 57
2015 1957 245.435.000 118.902.000 15.613.000 33,13405 0,06361 0,48445 58
2016 1957 261.564.000 121.949.000 18.302.000 33,19770 0,06997 0,46623 59
2017 1957 295.646.000 139.317.000 23.165.000 33,32018 0,07835 0,47123 60
14 AUTO
2012 1991 8.881.642 3.396.543 1.135.914 29,81501 0,12789 0,38242 21
2013 1991 12.484.843 3.058.924 999.766 30,15554 0,08008 0,24501 22
2014 1991 14.387.568 4.244.862 954.086 30,29739 0,06631 0,29504 23
2015 1991 14.339.110 4.195.684 322.701 30,29401 0,02250 0,29260 24
2016 1991 14.612.274 4.075.716 483.421 30,31288 0,03308 0,27892 25
143
No. Kode Tahun Tahun
Pendirian
Total Aset
(Jutaan)
Kewajiban
(Jutaan)
Laba Bersih
(Jutaan)
LN
ASET ROA LEV AGE
2017 1991 14.762.309 4.003.233 547.781 30,32310 0,03711 0,27118 26
15 INDS
2012 1978 1.664.779 528.206 134.068 28,14071 0,08053 0,31728 34
2013 1978 2.196.518 446.736 147.608 28,41789 0,06720 0,20338 35
2014 1978 2.282.666 459.999 127.820 28,45637 0,05600 0,20152 36
2015 1978 2.553.928 634.889 1.934 28,56865 0,00076 0,24859 37
2016 1978 2.477.273 409.209 49.556 28,53818 0,02000 0,16519 38
2017 1978 2.434.617 289.798 113.640 28,52081 0,04668 0,11903 39
16 SMSM
2012 1976 1.441.204 620.876 233.210 27,99650 0,16182 0,43080 36
2013 1976 1.717.857 716.547 338.223 28,17210 0,19689 0,41712 37
2014 1976 1.757.634 635.514 421.095 28,19499 0,23958 0,36157 38
2015 1976 2.220.108 779.860 461.307 28,42858 0,20779 0,35127 39
2016 1976 2.254.740 674.685 502.192 28,44406 0,22273 0,29923 40
2017 1976 2.443.341 615.157 555.388 28,52439 0,22731 0,25177 41
17 RICY
2012 1987 842.499 475.541 16.978 27,45964 0,02015 0,56444 25
2013 1987 1.109.903 730.080 8.721 27,73529 0,00786 0,65779 26
2014 1987 1.172.012 781.749 15.125 27,78974 0,01290 0,66701 27
2015 1987 1.198.194 798.115 13.466 27,81184 0,01124 0,66610 28
2016 1987 1.288.684 876.185 14.033 27,88464 0,01089 0,67991 29
2017 1987 1.374.445 944.179 16.559 27,94907 0,01205 0,68695 30
18 TRIS
2012 2004 366.248 123.692 44.393 26,62658 0,12121 0,33773 8
2013 2004 475.382 173.336 51.985 26,88738 0,10935 0,36463 9
2014 2004 521.920 213.369 36.523 26,98078 0,06998 0,40882 10
14
4
No. Kode Tahun Tahun
Pendirian
Total Aset
(Jutaan)
Kewajiban
(Jutaan)
Laba Bersih
(Jutaan)
LN
ASET ROA LEV AGE
2015 2004 574.346 245.138 37.448 27,07650 0,06520 0,42681 11
2016 2004 639.701 293.074 24.191 27,18427 0,03782 0,45814 12
2017 2004 544.968 188.737 14.199 27,02399 0,02605 0,34633 13
19 KBLI
2012 1972 1.161.698 316.557 125.182 27,78090 0,10776 0,27250 40
2013 1972 1.345.309 483.520 73.530 27,92764 0,05466 0,35941 41
2014 1972 1.340.881 414.244 72.027 27,92435 0,05372 0,30893 42
2015 1972 1.551.800 524.438 115.371 28,07044 0,07435 0,33795 43
2016 1972 1.871.422 550.077 334.339 28,25772 0,17865 0,29394 44
2017 1972 3.013.761 1.227.014 358.974 28,73421 0,11911 0,40714 45
20 KBLM
2012 1979 722.941 458.195 23.833 27,30659 0,03297 0,63379 33
2013 1979 654.296 384.632 7.678 27,20683 0,01173 0,58786 34
2014 1979 647.250 356.962 20.499 27,19600 0,03167 0,55151 35
2015 1979 654.386 357.910 12.760 27,20696 0,01950 0,54694 36
2016 1979 639.091 318.436 21.245 27,18331 0,03324 0,49826 37
2017 1979 1.235.199 443.770 43.995 27,84225 0,03562 0,35927 38
21 DLTA
2012 1932 745.307 147.095 213.421 27,33706 0,28635 0,19736 80
2013 1932 872.682 199.585 270.498 27,49484 0,30996 0,22870 81
2014 1932 997.443 237.047 288.499 27,62846 0,28924 0,23765 82
2015 1932 1.038.322 188.700 192.045 27,66863 0,18496 0,18174 83
2016 1932 1.197.797 185.423 254.509 27,81150 0,21248 0,15480 84
2017 1932 1.340.843 196.197 279.773 27,92432 0,20865 0,14632 85
22 ICBP 2012 2009 17.753.480 5.766.682 2.287.242 30,50760 0,12883 0,32482 3
14
5
No. Kode Tahun Tahun
Pendirian
Total Aset
(Jutaan)
Kewajiban
(Jutaan)
Laba Bersih
(Jutaan)
LN
ASET ROA LEV AGE
2013 2009 21.410.331 8.621.314 2.235.040 30,69489 0,10439 0,40267 4
2014 2009 25.029.488 10.445.187 2.574.172 30,85108 0,10285 0,41732 5
2015 2009 26.560.624 10.173.713 2.923.148 30,91045 0,11006 0,38304 6
2016 2009 28.901.948 10.401.125 3.631.301 30,99493 0,12564 0,35988 7
2017 2009 31.619.514 11.295.184 3.543.173 31,08480 0,11206 0,35722 8
23 INDF
2012 1990 59.324.207 25.181.533 4.779.446 31,71404 0,08056 0,42447 22
2013 1990 77.777.940 40.893.841 3.416.635 31,98488 0,04393 0,52578 23
2014 1990 86.077.251 45.803.053 5.229.489 32,08627 0,06075 0,53212 24
2015 1990 91.831.526 48.709.933 3.709.501 32,15098 0,04039 0,53043 25
2016 1990 82.174.515 38.233.092 5.266.906 32,03987 0,06409 0,46527 26
2017 1990 87.939.488 41.182.764 5.145.063 32,10767 0,05851 0,46831 27
24 MYOR
2012 1977 8.302.506 5.234.656 744.428 29,74758 0,08966 0,63049 35
2013 1977 9.712.969 5.820.960 1.013.558 29,90448 0,10435 0,59930 36
2014 1977 10.297.997 6.220.961 409.619 29,96297 0,03978 0,60409 37
2015 1977 11.342.716 6.148.256 1.250.233 30,05960 0,11022 0,54204 38
2016 1977 12.922.422 6.657.166 1.388.676 30,18999 0,10746 0,51516 39
2017 1977 14.915.850 7.561.503 1.630.954 30,33345 0,10934 0,50694 40
25 ROTI
2012 1995 1.204.945 538.337 149.150 27,81745 0,12378 0,44677 17
2013 1995 1.822.689 1.045.725 158.015 28,23133 0,08669 0,57373 18
2014 1995 2.142.894 1.189.311 188.648 28,39318 0,08803 0,55500 19
2015 1995 2.706.324 1.517.789 270.539 28,62661 0,09997 0,56083 20
2016 1995 2.919.641 1.476.889 279.777 28,70248 0,09583 0,50585 21
146
No. Kode Tahun Tahun
Pendirian
Total Aset
(Jutaan)
Kewajiban
(Jutaan)
Laba Bersih
(Jutaan)
LN
ASET ROA LEV AGE
2017 1995 4.559.574 1.739.468 135.364 29,14825 0,02969 0,38150 22
26 SKLT
2012 1976 249.746 120.264 7.963 26,24371 0,03188 0,48154 36
2013 1976 304.009 170.419 11.440 26,44032 0,03763 0,56057 37
2014 1976 336.932 199.637 16.856 26,54315 0,05003 0,59251 38
2015 1976 377.111 225.066 20.067 26,65580 0,05321 0,59682 39
2016 1976 568.240 272.089 20.646 27,06581 0,03633 0,47883 40
2017 1976 636.284 328.714 22.971 27,17891 0,03610 0,51662 41
27 STTP
2012 1987 1.249.841 670.149 74.626 27,85404 0,05971 0,53619 25
2013 1987 1.470.059 780.489 114.674 28,01632 0,07801 0,53092 26
2014 1987 1.700.204 884.693 123.636 28,16177 0,07272 0,52035 27
2015 1987 1.919.568 910.759 185.705 28,28312 0,09674 0,47446 28
2016 1987 2.337.207 1.168.695 174.177 28,47998 0,07452 0,50004 29
2017 1987 2.342.432 957.660 216.024 28,48221 0,09222 0,40883 30
28 ULTJ
2012 1971 2.420.793 744.273 353.432 28,51512 0,14600 0,30745 41
2013 1971 2.812.056 789.866 325.127 28,66494 0,11562 0,28089 42
2014 1971 2.918.133 644.827 283.061 28,70197 0,09700 0,22097 43
2015 1971 3.539.996 742.490 523.100 28,89515 0,14777 0,20974 44
2016 1971 4.239.200 749.967 709.826 29,07540 0,16744 0,17691 45
2017 1971 5.186.940 978.185 711.681 29,27717 0,13721 0,18859 46
29
GGRM
2012 1971 41.509.325 14.903.612 4.068.711 31,35694 0,09802 0,35904 41
2013 1971 50.771.650 21.379.720 4.383.932 31,55836 0,08635 0,42110 42
2014 1971 58.234.278 25.099.875 5.432.667 31,69550 0,09329 0,43102 43
147
No. Kode Tahun Tahun
Pendirian
Total Aset
(Jutaan)
Kewajiban
(Jutaan)
Laba Bersih
(Jutaan)
LN
ASET ROA LEV AGE
2015 1971 63.505.413 25.497.504 6.452.834 31,78215 0,10161 0,40150 44
2016 1971 62.951.634 23.387.406 6.672.682 31,77339 0,10600 0,37151 45
2017 1971 66.759.930 24.572.266 7.755.347 31,83212 0,11617 0,36807 46
30 HMSP
2012 1964 26.247.527 12.939.107 9.945.296 30,89859 0,37890 0,49296 48
2013 1964 27.404.594 13.249.559 10.818.486 30,94173 0,39477 0,48348 49
2014 1964 28.380.630 14.882.516 10.181.083 30,97673 0,35873 0,52439 50
2015 1964 38.010.724 5.994.664 10.363.308 31,26889 0,27264 0,15771 51
2016 1964 42.508.277 8.333.263 12.762.229 31,38072 0,30023 0,19604 52
2017 1964 43.141.063 9.028.078 12.670.534 31,39550 0,29370 0,20927 53
31 WIIM
2012 1994 1.207.251 550.947 77.302 27,81937 0,06403 0,45636 18
2013 1994 1.232.930 463.327 132.322 27,84041 0,10732 0,37579 19
2014 1994 1.334.545 488.154 112.674 27,91961 0,08443 0,36578 20
2015 1994 1.342.700 398.991 131.081 27,92570 0,09763 0,29716 21
2016 1994 1.353.634 362.541 106.290 27,93381 0,07852 0,26783 22
2017 1994 1.225.712 247.621 40.590 27,83454 0,03312 0,20202 23
32 DVLA
2012 1976 1.074.691 233.145 148.909 27,70305 0,13856 0,21694 36
2013 1976 1.195.107 295.561 125.796 27,80926 0,10526 0,24731 37
2014 1976 1.241.240 293.785 81.598 27,84713 0,06574 0,23669 38
2015 1976 1.376.278 402.761 107.894 27,95040 0,07840 0,29264 39
2016 1976 1.531.366 451.786 152.083 28,05718 0,09931 0,29502 40
2017 1976 1.640.886 524.586 162.249 28,12626 0,09888 0,31970 41
33 KAEF 2012 1971 2.076.348 634.814 205.764 28,36163 0,09910 0,30574 41
148
No. Kode Tahun Tahun
Pendirian
Total Aset
(Jutaan)
Kewajiban
(Jutaan)
Laba Bersih
(Jutaan)
LN
ASET ROA LEV AGE
2013 1971 2.514.724 1.018.724 215.642 28,55318 0,08575 0,40510 42
2014 1971 3.012.779 1.291.700 257.836 28,73388 0,08558 0,42874 43
2015 1971 3.236.224 1.374.127 252.973 28,80543 0,07817 0,42461 44
2016 1971 4.612.563 2.341.155 271.598 29,15980 0,05888 0,50756 45
2017 1971 6.096.149 3.523.628 331.708 29,43868 0,05441 0,57801 46
34 KLBF
2012 1966 9.417.957 2.046.314 1.775.099 29,87364 0,18848 0,21728 46
2013 1966 11.319.399 2.840.008 1.970.452 30,05754 0,17408 0,25090 47
2014 1966 12.439.267 2.675.166 2.122.678 30,15188 0,17064 0,21506 48
2015 1966 13.696.417 2.758.131 2.057.694 30,24816 0,15024 0,20138 49
2016 1966 15.226.009 2.762.162 2.350.885 30,35403 0,15440 0,18141 50
2017 1966 16.616.239 2.722.208 2.453.251 30,44140 0,14764 0,16383 51
35 MERK
2012 1970 569.431 152.689 107.808 27,06790 0,18933 0,26814 42
2013 1970 699.478 194.854 147.136 27,27360 0,21035 0,27857 43
2014 1970 711.056 166.812 151.050 27,29002 0,21243 0,23460 44
2015 1970 641.647 168.104 142.545 27,18730 0,22216 0,26199 45
2016 1970 743.935 161.262 153.843 27,33522 0,20680 0,21677 46
2017 1970 847.007 231.569 144.677 27,46497 0,17081 0,27340 47
36 PYFA
2012 1976 135.850 48.144 5.308 25,63481 0,03907 0,35439 36
2013 1976 175.049 80.936 6.196 25,88833 0,03539 0,46237 37
2014 1976 172.557 75.461 2.661 25,87400 0,01542 0,43731 38
2015 1976 159.952 58.729 3.087 25,79814 0,01930 0,36717 39
2016 1976 167.063 61.554 5.146 25,84164 0,03080 0,36845 40
149
No. Kode Tahun Tahun
Pendirian
Total Aset
(Jutaan)
Kewajiban
(Jutaan)
Laba Bersih
(Jutaan)
LN
ASET ROA LEV AGE
2017 1976 159.564 50.708 7.127 25,79571 0,04467 0,31779 41
37 TSPC
2012 1970 4.632.985 1.279.829 635.176 29,16422 0,13710 0,27624 42
2013 1970 5.417.060 1.581.513 638.535 29,32057 0,11787 0,29195 43
2014 1970 5.609.557 1.527.429 585.791 29,35549 0,10443 0,27229 44
2015 1970 6.284.729 1.947.588 529.219 29,46914 0,08421 0,30989 45
2016 1970 6.585.807 1.950.534 545.494 29,51594 0,08283 0,29617 46
2017 1970 7.434.900 2.352.892 557.340 29,63721 0,07496 0,31647 47
38 ADES
2012 1985 389.094 179.972 83.376 26,68709 0,21428 0,46254 27
2013 1985 441.064 179.543 55.656 26,81246 0,12619 0,40707 28
2014 1985 502.990 210.845 31.072 26,94384 0,06177 0,41918 29
2015 1985 653.224 324.855 32.839 27,20519 0,05027 0,49731 30
2016 1985 767.479 383.091 55.951 27,36638 0,07290 0,49916 31
2017 1985 840.236 417.225 38.242 27,45695 0,04551 0,49656 32
39 UNVR
2012 1933 11.984.979 8.016.614 4.839.145 30,11468 0,40377 0,66889 79
2013 1933 12.703.468 8.635.611 5.352.625 30,17290 0,42135 0,67978 80
2014 1933 14.280.670 9.534.156 5.926.720 30,28993 0,41502 0,66763 81
2015 1933 15.729.945 10.902.585 5.851.805 30,38659 0,37202 0,69311 82
2016 1933 16.745.695 12.041.437 6.390.672 30,44916 0,38163 0,71908 83
2017 1933 18.906.413 16.745.695 7.004.562 30,57052 0,37049 0,88572 84
40 KDSI
2012 1973 570.564 254.558 36.837 27,06989 0,06456 0,44615 39
2013 1973 855.090 517.650 36.003 27,47447 0,04210 0,60537 40
2014 1973 960.333 588.300 45.687 27,59055 0,04757 0,61260 41
15
0
No. Kode Tahun Tahun
Pendirian
Total Aset
(Jutaan)
Kewajiban
(Jutaan)
Laba Bersih
(Jutaan)
LN
ASET ROA LEV AGE
2015 1973 1.177.094 798.172 11.471 27,79407 0,00974 0,67809 42
2016 1973 1.142.273 722.489 47.127 27,76404 0,04126 0,63250 43
2017 1973 1.328.292 842.752 68.965 27,91491 0,05192 0,63446 44
15
1
Lampiran 3
PENGUKURAN STRATEGI BISNIS
PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2012-2017
No. Kode Tahun Skor Strategi
1 INTP
2012 9 Defenders
2013 8 Defenders
2014 10 Defenders
2015 8 Defenders
2016 8 Defenders
2017 14 Prospectors
2 SMGR
2012 10 Defenders
2013 10 Defenders
2014 10 Defenders
2015 10 Defenders
2016 10 Defenders
2017 12 Prospectors
3 ARNA
2012 11 Prospectors
2013 11 Prospectors
2014 11 Prospectors
2015 12 Prospectors
2016 12 Prospectors
2017 15 Prospectors
4 TOTO 2012 13 Prospectors
No. Kode Tahun Skor Strategi
2013 14 Prospectors
2014 12 Prospectors
2015 14 Prospectors
2016 14 Prospectors
2017 16 Prospectors
5 INAI
2012 12 Prospectors
2013 13 Prospectors
2014 13 Prospectors
2015 11 Prospectors
2016 12 Prospectors
2017 12 Prospectors
6 LION
2012 13 Prospectors
2013 13 Prospectors
2014 13 Prospectors
2015 14 Prospectors
2016 13 Prospectors
2017 13 Prospectors
7 INCI 2012 10 Defenders
2013 8 Defenders
15
2
No. Kode Tahun Skor Strategi
2014 8 Defenders
2015 7 Defenders
2016 6 Defenders
2017 9 Defenders
8 IGAR
2012 12 Prospectors
2013 12 Prospectors
2014 10 Defenders
2015 9 Defenders
2016 11 Prospectors
2017 10 Defenders
9 TRST
2012 5 Defenders
2013 5 Defenders
2014 5 Defenders
2015 5 Defenders
2016 5 Defenders
2017 8 Defenders
10 CPIN
2012 9 Defenders
2013 9 Defenders
2014 9 Defenders
2015 9 Defenders
2016 9 Defenders
2017 11 Prospectors
11 JPFA 2012 9 Defenders
No. Kode Tahun Skor Strategi
2013 8 Defenders
2014 8 Defenders
2015 8 Defenders
2016 9 Defenders
2017 11 Prospectors
12 ALDO
2012 9 Defenders
2013 11 Prospectors
2014 12 Prospectors
2015 11 Prospectors
2016 9 Defenders
2017 10 Defenders
13 ASII
2012 13 Prospectors
2013 14 Prospectors
2014 14 Prospectors
2015 14 Prospectors
2016 15 Prospectors
2017 14 Prospectors
14 AUTO
2012 13 Prospectors
2013 12 Prospectors
2014 13 Prospectors
2015 13 Prospectors
2016 12 Prospectors
2017 11 Prospectors
15
3
No. Kode Tahun Skor Strategi
15 INDS
2012 9 Defenders
2013 8 Defenders
2014 8 Defenders
2015 8 Defenders
2016 8 Defenders
2017 10 Defenders
16 SMSM
2012 13 Prospectors
2013 13 Prospectors
2014 14 Prospectors
2015 14 Prospectors
2016 13 Prospectors
2017 15 Prospectors
17 RICY
2012 12 Prospectors
2013 13 Prospectors
2014 14 Prospectors
2015 13 Prospectors
2016 12 Prospectors
2017 11 Prospectors
18 TRIS
2012 13 Prospectors
2013 13 Prospectors
2014 13 Prospectors
2015 13 Prospectors
2016 14 Prospectors
No. Kode Tahun Skor Strategi
2017 12 Prospectors
19 KBLI
2012 7 Defenders
2013 6 Defenders
2014 6 Defenders
2015 5 Defenders
2016 7 Defenders
2017 7 Defenders
20 KBLM
2012 6 Defenders
2013 5 Defenders
2014 5 Defenders
2015 5 Defenders
2016 6 Defenders
2017 7 Defenders
21 DLTA
2012 15 Prospectors
2013 15 Prospectors
2014 15 Prospectors
2015 13 Prospectors
2016 15 Prospectors
2017 13 Prospectors
22 ICBP
2012 16 Prospectors
2013 16 Prospectors
2014 15 Prospectors
2015 16 Prospectors
154
No. Kode Tahun Skor Strategi
2016 16 Prospectors
2017 16 Prospectors
23 INDF
2012 13 Prospectors
2013 13 Prospectors
2014 14 Prospectors
2015 14 Prospectors
2016 13 Prospectors
2017 13 Prospectors
24 MYOR
2012 13 Prospectors
2013 14 Prospectors
2014 13 Prospectors
2015 15 Prospectors
2016 15 Prospectors
2017 14 Prospectors
25 ROTI
2012 14 Prospectors
2013 13 Prospectors
2014 13 Prospectors
2015 13 Prospectors
2016 14 Prospectors
2017 14 Prospectors
26 SKLT
2012 13 Prospectors
2013 13 Prospectors
2014 13 Prospectors
No. Kode Tahun Skor Strategi
2015 14 Prospectors
2016 11 Prospectors
2017 14 Prospectors
27 STTP
2012 10 Defenders
2013 9 Defenders
2014 10 Defenders
2015 11 Prospectors
2016 13 Prospectors
2017 13 Prospectors
28 ULTJ
2012 10 Defenders
2013 12 Prospectors
2014 13 Prospectors
2015 13 Prospectors
2016 14 Prospectors
2017 10 Defenders
29 GGRM
2012 13 Prospectors
2013 13 Prospectors
2014 12 Prospectors
2015 13 Prospectors
2016 12 Prospectors
2017 12 Prospectors
30 HMSP 2012 15 Prospectors
2013 15 Prospectors
155
No. Kode Tahun Skor Strategi
2014 14 Prospectors
2015 16 Prospectors
2016 15 Prospectors
2017 11 Prospectors
31 WIIM
2012 16 Prospectors
2013 15 Prospectors
2014 15 Prospectors
2015 15 Prospectors
2016 15 Prospectors
2017 12 Prospectors
32 DVLA
2012 14 Prospectors
2013 15 Prospectors
2014 15 Prospectors
2015 14 Prospectors
2016 15 Prospectors
2017 13 Prospectors
33 KAEF
2012 15 Prospectors
2013 15 Prospectors
2014 16 Prospectors
2015 14 Prospectors
2016 17 Prospectors
2017 14 Prospectors
34 KLBF 2012 16 Prospectors
No. Kode Tahun Skor Strategi
2013 16 Prospectors
2014 16 Prospectors
2015 16 Prospectors
2016 16 Prospectors
2017 14 Prospectors
35 MERK
2012 18 Prospectors
2013 18 Prospectors
2014 18 Prospectors
2015 17 Prospectors
2016 17 Prospectors
2017 13 Prospectors
36 PYFA
2012 13 Prospectors
2013 13 Prospectors
2014 13 Prospectors
2015 13 Prospectors
2016 14 Prospectors
2017 13 Prospectors
37 TSPC
2012 16 Prospectors
2013 16 Prospectors
2014 14 Prospectors
2015 15 Prospectors
2016 13 Prospectors
2017 11 Prospectors
156
No. Kode Tahun Skor Strategi
38 ADES
2012 17 Prospectors
2013 17 Prospectors
2014 15 Prospectors
2015 14 Prospectors
2016 12 Prospectors
2017 12 Prospectors
39 UNVR
2012 11 Prospectors
2013 11 Prospectors
2014 11 Prospectors
No. Kode Tahun Skor Strategi
2015 11 Prospectors
2016 11 Prospectors
2017 11 Prospectors
40 KDSI
2012 10 Defenders
2013 9 Defenders
2014 9 Defenders
2015 10 Defenders
2016 8 Defenders
2017 6 Defenders
157
158
Lampiran 4
PENGUKURAN KUALITAS AUDIT
PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2012-2017
No. Kode Tahun Auditor SPEC Kode
1 INTP
2012 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 29% 1
2013 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2014 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
2015 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 28% 1
2016 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
2 SMGR
2012 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 29% 1
2013 Satrio Bing Eny (Delloite) 14% 0
2014 Satrio Bing Eny (Delloite) 13% 0
2015 Satrio Bing Eny (Delloite) 13% 0
2016 Satrio Bing Eny (Delloite) 14% 0
2017 Satrio Bing Eny (Delloite) 16% 1
3 ARNA
2012 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 29% 1
2013 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2014 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
2015 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 28% 1
2016 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
4 TOTO
2012 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 29% 1
2013 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2014 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
2015 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 28% 1
2016 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
5 INAI
2012 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
2013 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
2014 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
2015 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
2016 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
2017 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
6 LION
2012 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 0% 0
2013 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 0% 0
2014 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
2015 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
159
No. Kode Tahun Auditor SPEC Kode
2016 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
2017 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
7 INCI
2012 Hanata Budianto 0% 0
2013 Hanata Budianto 0% 0
2014 Hanata Budianto 0% 0
2015 Hendrawinata Eddy Siddharta & 1% 0
2016 Hendrawinata Eddy Siddharta & 1% 0
2017 Kanaka Puraadiredja Suhartono 1% 0
8 IGAR
2012 Aryanto Amir Jusuf Mawar 1% 0
2013 Hertanto Sidiq & Indra 0% 0
2014 Hertanto Grace Karunawan 0% 0
2015 Hertanto Grace Karunawan 0% 0
2016 Hertanto Grace Karunawan 0% 0
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
9 TRST
2012 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 29% 1
2013 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2014 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
2015 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 28% 1
2016 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
10 CPIN
2012 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 29% 1
2013 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2014 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
2015 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 28% 1
2016 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
11 JPFA
2012 Mulyamin (Moore Stephens) 3% 0
2013 Mulyamin (Moore Stephens) 3% 0
2014 Mulyamin (Moore Stephens) 3% 0
2015 Mulyamin (Moore Stephens) 3% 0
2016 Mulyamin (Moore Stephens) 3% 0
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
12 ALDO
2012 Anwar 0% 0
2013 Arsyad 0% 0
2014 Arsyad 0% 0
2015 Arsyad 0% 0
2016 Richard Risambessy 0% 0
2017 Hendrik 0% 0
160
No. Kode Tahun Auditor SPEC Kode
13 ASII
2012 PWC 31% 1
2013 PWC 29% 1
2014 PWC 28% 1
2015 PWC 27% 1
2016 PWC 26% 1
2017 PWC 27% 1
14 AUTO
2012 PWC 31% 1
2013 PWC 29% 1
2014 PWC 28% 1
2015 PWC 27% 1
2016 PWC 26% 1
2017 PWC 27% 1
15 INDS
2012 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 1% 0
2013 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 2% 0
2014 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
2015 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 2% 0
2016 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
2017 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
16 SMSM
2012 Teramihardja Pradhono & Chandra 0% 0
2013 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2014 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
2015 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 28% 1
2016 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
17 RICY
2012 Joachim Poltak Lian 0% 0
2013 Joachim Poltak Lian 0% 0
2014 Joachim Poltak Lian 0% 0
2015 Joachim Poltak Lian 0% 0
2016 Johannes Juara 0% 0
2017 Joachim Poltak Lian 0% 0
18 TRIS
2012 Anwar 0% 0
2013 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
2014 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
2015 Gideon Adi 0% 0
2016 Gideon Adi 0% 0
2017 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
19 KBLI 2012 Satrio Bing Eny (Delloite) 11% 0
2013 Satrio Bing Eny (Delloite) 14% 0
161
No. Kode Tahun Auditor SPEC Kode
2014 Satrio Bing Eny (Delloite) 13% 0
2015 Satrio Bing Eny (Delloite) 13% 0
2016 Satrio Bing Eny (Delloite) 14% 0
2017 Satrio Bing Eny (Delloite) 16% 1
20 KBLM
2012 Mulyamin (Moore Stephens) 3% 0
2013 Doli Bambang Sulistyanto Dadang 1% 0
2014 Doli Bambang Sulistyanto Dadang 1% 0
2015 Doli Bambang Sulistyanto Dadang 1% 0
2016 Anwar 1% 0
2017 Kanaka Puraadiredja Suhartono 1% 0
21 DLTA
2012 Satrio Bing Eny (Delloite) 11% 0
2013 Satrio Bing Eny (Delloite) 14% 0
2014 Satrio Bing Eny (Delloite) 13% 0
2015 Satrio Bing Eny (Delloite) 13% 0
2016 Satrio Bing Eny (Delloite) 14% 0
2017 Satrio Bing Eny (Delloite) 16% 1
22 ICBP
2012 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 29% 1
2013 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2014 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
2015 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 28% 1
2016 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
23 INDF
2012 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 29% 1
2013 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2014 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
2015 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 28% 1
2016 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
24 MYOR
2012 Mulyamin (Moore Stephens) 3% 0
2013 Mulyamin (Moore Stephens) 3% 0
2014 Mulyamin (Moore Stephens) 3% 0
2015 Mulyamin (Moore Stephens) 3% 0
2016 Mulyamin (Moore Stephens) 3% 0
2017 Mulyamin (Moore Stephens) 2% 0
25 ROTI
2012 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 29% 1
2013 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2014 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
2015 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 28% 1
162
No. Kode Tahun Auditor SPEC Kode
2016 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
26 SKLT
2012 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
2013 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
2014 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
2015 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
2016 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
2017 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
27 STTP
2012 Hadori Sugiarto Adi 1% 0
2013 Hadori Sugiarto Adi 1% 0
2014 Hadori Sugiarto Adi 1% 0
2015 Hadori Sugiarto Adi 1% 0
2016 Hadori Sugiarto Adi 2% 0
2017 Paul Hadiwinata Hidajat Arsono 1% 0
28 ULTJ
2012 Bambang Budi Tresno 0% 0
2013 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 2% 0
2014 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
2015 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 2% 0
2016 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
2017 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
29 GGRM
2012 Siddharta Widjaja (KPMG) 6% 0
2013 Siddharta Widjaja (KPMG) 6% 0
2014 Siddharta Widjaja (KPMG) 8% 0
2015 Siddharta Widjaja (KPMG) 7% 0
2016 Siddharta Widjaja (KPMG) 7% 0
2017 Siddharta Widjaja (KPMG) 8% 0
30 HMSP
2012 PWC 31% 1
2013 PWC 29% 1
2014 PWC 28% 1
2015 PWC 27% 1
2016 PWC 26% 1
2017 PWC 27% 1
31 WIIM
2012 Gani Mulyadi & Handayani 0% 0
2013 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 0% 0
2014 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
2015 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
2016 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
2017 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
163
No. Kode Tahun Auditor SPEC Kode
32 DVLA
2012 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 29% 1
2013 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2014 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
2015 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 28% 1
2016 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
33 KAEF
2012 Hendrawinata Eddy Siddharta & 1% 0
2013 Hendrawinata Eddy Siddharta & 1% 0
2014 Hendrawinata Eddy Siddharta & 1% 0
2015 Hendrawinata Eddy Siddharta & 1% 0
2016 Hadori Sugiarto Adi 2% 0
2017 Hadori Sugiarto Adi 1% 0
34 KLBF
2012 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 29% 1
2013 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2014 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
2015 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 28% 1
2016 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 26% 1
2017 Purwanto Sungkoro & Surja (EY) 27% 1
35 MERK
2012 Siddharta Widjaja (KPMG) 6% 0
2013 Siddharta Widjaja (KPMG) 6% 0
2014 Siddharta Widjaja (KPMG) 8% 0
2015 Siddharta Widjaja (KPMG) 7% 0
2016 Siddharta Widjaja (KPMG) 7% 0
2017 Siddharta Widjaja (KPMG) 8% 0
36 PYFA
2012 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 1% 0
2013 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 2% 0
2014 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
2015 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 2% 0
2016 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
2017 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
37 TSPC
2012 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 1% 0
2013 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 2% 0
2014 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
2015 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 2% 0
2016 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
2017 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
38 ADES 2012 Johan Malonda Mustika 0% 0
2013 Johan Malonda Mustika 0% 0
164
No. Kode Tahun Auditor SPEC Kode
2014 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
2015 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 2% 0
2016 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
2017 Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang 3% 0
39 UNVR
2012 PWC 31% 1
2013 PWC 29% 1
2014 Siddharta Widjaja (KPMG) 8% 0
2015 Siddharta Widjaja (KPMG) 7% 0
2016 Siddharta Widjaja (KPMG) 7% 0
2017 Siddharta Widjaja (KPMG) 8% 0
40 KDSI
2012 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 0% 0
2013 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 0% 0
2014 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
2015 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
2016 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
2017 Kosasih Nurdiyaman Mulyadi 1% 0
165
Lampiran 5
HASIL UJI SPSS
Analisa Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 240 -,15542 ,21646 ,02812 ,05962
STRAT 240 5 18 12,04 2,979
LN ASET 240 25,60818 33,32018 28,75460 1,78789
ROA 240 ,00076 ,42135 ,10740 ,08455
LEV 240 ,05073 ,88572 ,39560 ,16835
AGE 240 3 85 38,25 15,176
SPEC 240 0 1 ,38 ,486
Valid N
(listwise)
240
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -,252 ,066 -3,799 ,000
STRAT -,005 ,001 -,257 -4,097 ,000 ,894 1,119
LN ASET ,013 ,002 ,378 5,168 ,000 ,655 1,526
ROA ,192 ,054 ,272 3,536 ,000 ,595 1,680
LEV ,001 ,022 ,002 ,032 ,975 ,926 1,080
AGE -,001 ,000 -,242 -3,213 ,002 ,620 1,614
SPEC -,015 ,009 -,121 -1,604 ,110 ,623 1,605
a. Dependent Variable: DA
166
Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -,00304
Cases < Test Value 120
Cases >= Test Value 120
Total Cases 240
Number of Runs 112
Z -1,164
Asymp. Sig. (2-tailed) ,244
a. Median
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 240
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,05395270
Most Extreme Differences Absolute ,051
Positive ,051
Negative -,032
Test Statistic ,051
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
167
168
Uji Heteroskedastisitas
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,298a ,089 ,041 ,00423
a. Predictors: (Constant), X1X2X3X4X5X6, LEV2, STRAT, LNASET2, AGE,
SPEC2, ROA, AGE2, LEV, ROA2, STRAT2, LN ASET
b. Dependent Variable: Res2
Analisis Regresi Moderasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,451a ,203 ,168 ,054367029200000
a. Predictors: (Constant), AGESP, STRAT, LEV, AGE, LN ASET, ROA,
LEVSP, ROASP, STSP, LNSP
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression ,173 10 ,017 5,839 ,000b
Residual ,677 229 ,003
Total ,849 239
a. Dependent Variable: DA
b. Predictors: (Constant), AGESP, STRAT, LEV, AGE, LN ASET, ROA,
LEVSP, ROASP, STSP, LNSP
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,265 ,069 -3,862 ,000
STRAT -,006 ,002 -,301 -3,836 ,000
LN ASET ,014 ,003 ,418 5,341 ,000
ROA ,249 ,083 ,353 2,987 ,003
169
LEV ,015 ,025 ,043 ,597 ,551
AGE -,002 ,000 -,396 -3,558 ,000
STSP ,002 ,003 ,236 ,858 ,392
LNSP -,002 ,002 -,479 -1,297 ,196
ROASP -,075 ,110 -,107 -,681 ,496
LEVSP -,059 ,051 -,192 -1,176 ,241
AGESP ,001 ,001 ,384 1,910 ,057
a. Dependent Variable: DA