pengaruh sistem pengendalian internal, … · tabel 4.10 ringkasan hipotesis ... spkn : standar...

121
PENGARUH KEPATUHAN DAN KA KREDIBILIT Diajukan untuk M Guna Mencapai De Fakultas F H SISTEM PENGENDALIAN INTE TERHADAP PERUNDANGAN-UN ARAKTERISTIK DAERAH TERHA TAS LAPORAN KEUANGAN PEME DAERAH DI INDONESIA TESIS Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi S erajat Magister Sains Program Studi Magis Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surak Oleh: NUHONI NALURITA NIM : S431308006 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015 ERNAL, NDANGAN, ADAP ERINTAH Syarat-Syarat ster Akuntansi karta perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: dangnhan

Post on 15-Jul-2018

242 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

i

i

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL,KEPATUHAN TERHADAP PERUNDANGAN-UNDANGAN,

DAN KARAKTERISTIK DAERAH TERHADAPKREDIBILITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

DAERAH DI INDONESIA

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-SyaratGuna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:NUHONI NALURITA

NIM : S431308006

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2015

i

i

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL,KEPATUHAN TERHADAP PERUNDANGAN-UNDANGAN,

DAN KARAKTERISTIK DAERAH TERHADAPKREDIBILITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

DAERAH DI INDONESIA

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-SyaratGuna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:NUHONI NALURITA

NIM : S431308006

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2015

i

i

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL,KEPATUHAN TERHADAP PERUNDANGAN-UNDANGAN,

DAN KARAKTERISTIK DAERAH TERHADAPKREDIBILITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

DAERAH DI INDONESIA

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-SyaratGuna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:NUHONI NALURITA

NIM : S431308006

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2015

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

iii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebagai rasa syukur, rasa terima kasih dan rasa sayang dengan

kerendahan hati, karyaini penulis persembahkan kepada:

ALLAH sebagai wujud terima kasihku untuk segala kuasa-Mu,

Orangtuaku, suamiku dan anakku sebagai penyemangatku,

Masyarakat Indonesia tulisan ini sebagai wujud amanahku atas

kesempatan yang diberikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

vi

HALAMAN MOTTO

“Bacalah dengan nama Robb-mu yang Maha menciptakan, Yang mencipta manusia dari

segumpal darah, Bacalah, dan sesungguhnya Robb-mu Maha Pemurah, Yang Mengajari

manusia dengan kalam, Mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya.”

(QS Al ‘Alaq 1-5)

“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu diantara kamu beberapa

derajat” .

(QS: Al Mujadalah Ayat 11)

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya,

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hatinya semuanya itu akan dimintai

pertanggung jawaban”.

(QS. Al – Isra: 36)

“Terus berdoa terus berusaha terus berbagi”.

(Penulis)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulisan tesis ini

dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program

Pascasarjana Magister Akuntansi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang secara

langsungmaupun tidak langsung memberikan bimbingan dan arahan serta

berbagai masukanyang positif, sehingga membantu memperlancar

terselesaikannya skripsi ini. Olehkarena itu dengan segala kerendahan

hati,penulismengucapkan terima kasih dan berdo’a semoga Allah SWT

memberikan balasanyang berlipat kepada mereka. Berkenaan itu, penulis juga

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala Badan Pengawasan, Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republik

Indonesia yang telah berkenan memberikan bantuan kepada peneliti berupa

Beasiswa STAR BPKP dalam menyelesaikan studi di program studi Magister

Akuntansi Fakultas Ekonimi Universitas Sebelas Maret

2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Program Pasca

Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Hunik Sri Sawitri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebalas Maret Surakarta.

vii

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulisan tesis ini

dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program

Pascasarjana Magister Akuntansi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang secara

langsungmaupun tidak langsung memberikan bimbingan dan arahan serta

berbagai masukanyang positif, sehingga membantu memperlancar

terselesaikannya skripsi ini. Olehkarena itu dengan segala kerendahan

hati,penulismengucapkan terima kasih dan berdo’a semoga Allah SWT

memberikan balasanyang berlipat kepada mereka. Berkenaan itu, penulis juga

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala Badan Pengawasan, Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republik

Indonesia yang telah berkenan memberikan bantuan kepada peneliti berupa

Beasiswa STAR BPKP dalam menyelesaikan studi di program studi Magister

Akuntansi Fakultas Ekonimi Universitas Sebelas Maret

2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Program Pasca

Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Hunik Sri Sawitri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebalas Maret Surakarta.

vii

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulisan tesis ini

dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program

Pascasarjana Magister Akuntansi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang secara

langsungmaupun tidak langsung memberikan bimbingan dan arahan serta

berbagai masukanyang positif, sehingga membantu memperlancar

terselesaikannya skripsi ini. Olehkarena itu dengan segala kerendahan

hati,penulismengucapkan terima kasih dan berdo’a semoga Allah SWT

memberikan balasanyang berlipat kepada mereka. Berkenaan itu, penulis juga

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala Badan Pengawasan, Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republik

Indonesia yang telah berkenan memberikan bantuan kepada peneliti berupa

Beasiswa STAR BPKP dalam menyelesaikan studi di program studi Magister

Akuntansi Fakultas Ekonimi Universitas Sebelas Maret

2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Program Pasca

Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Hunik Sri Sawitri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebalas Maret Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

viii

5. Dr. Payamta, M.Si., CPA, Ak., selaku Ketua Program Studi Magister

Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan bimbingan dengan sabar, membagikan ilmunya untuk

keberhasilan penulisan tesis ini.

6. Tim penguji yang telah berkenan memberikan saran, masukan sehingga karya

ilmiah ini dapat berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan, dan berguna

bagi para pembaca.

7. Bapak ibu staf pengajar Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi UNS atas ilmu

yang dibagikan selama saya menjalani proses belajar.

8. Staf admisi pengelola Program Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah membantu kelancaran administrasi penulis dari awal

proses kuliah sampai penyelesaian tesis ini.

9. Adi Yuana, Kafeel Anggito dan Archie Abbad, teman dalam perjuangan dan

kebahagian, memberikan motivasi, inspirasi dan dukungan.

10. Bapakku dan ibu serta mertua selaku orang tua yang dengan kasih sayang,

cintanya serta do’anya yang selalu mengiringi setiap langkah kepada penulis

11. Teman-teman Beasiswa STAR BPKP,terima kasih atas persahabatan dan rasa

kekeluargaan yang terjalin selama ini semoga selalu menjadi saudara untuk

selama-lamanya.

12. Masyarakat Indonesia yang telah memberikan penulis kesempatan untuk dapat

mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu semoga Allah SWT melimpahkan ridho dan hidayahnya atas segala amal

baiknya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ix

Wa Billa hi’ taufiq wal hidayah,

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, Juli 2015

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHANPENGUJI ......................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

ABSTRAK ....................................................................................................... xviii

ABSTRACT ...................................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ....................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ....................................... 15

A. Landasan Teori............................................................................... 15

2.1.1 Teori Keagenan ..................................................................... 15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

xi

2.1.2 Keuangan Daerah/Negara ..................................................... 17

2.1.3 Laporan Keuangan ................................................................ 19

2.1.4 Pemeriksaan Keuangan ......................................................... 22

2.1.5 Kredibilitas Laporan Keuangan dan Opini Badan Pemeriksa

Keuangan ............................................................................. 24

2.1.6 Sistem Pengendalian Internal (SPI) ...................................... 29

2.1.7 Kepatuhan Terhadap Perundang-Undangan ......................... 33

2.1.8 Karakteristik Daerah ............................................................. 35

2.2.8.1 Ukuran Daerah (size)............................................. 35

2.2.8.2 Ketergantungan Pemerintah Daerah...................... 37

2.2.8.2 Opini Tahun Sebelumnya ..................................... 39

B. Penelitian Terdahulu........................................................................ 39

C. Pengembangan Hipotesis................................................................. 42

2.2.1 Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kredibilitas

Laporan Keuangan............................................................... 42

2.2.2 Pengaruh Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan Perundang-

Undangan Terhadap Opini BPK.......................................... 43

2.2.3 Pengaruh Karakteristik Daerah Terhadap Opini BPK .......... 45

2.2.3.1 Ukuran Daerah ...................................................... 45

2.2.3.2 Ketergantungan Pemerintah Daerah..................... 46

2.2.3.2 Opini Tahun Sebelumnya ..................................... 48

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 51

A. Jenis Penelitian............................................................................... 51

B. Cara Pengumpulan Data................................................................. 51

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................. 53

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

xii

3.3.1 Kredibilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y) ...... 53

3.3.2KelemahanSistem Pengendalian Intern (X1) ......................... 56

3.3.3 Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan (X3)59

3.3.4 Ukuran Pemerintah Daerah (X3) .......................................... 61

3.3.5 Ketergantungan Pemerintah Daerah (x4).............................. 63

3.3.6 Opini Tahun Sebelumnya (X5) ............................................. 63

D. Pengujian Instrumen Penelitian...................................................... 64

3.4.1 Uji Fit Model........................................................................ 65

3.4.2 Uji Koefisien Determinasi.................................................... 65

3.4.3 Uji Koefisien Regresi ........................................................... 66

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN....................................... 68

A. Data Penelitian ............................................................................... 68

4.1.1 Gambaran Umum Data ........................................................ 68

4.1.2 Statistik Deskriptif ............................................................... 70

B. Analisis Data .................................................................................. 73

4.2.1 Uji Kelayakan Model ......................................................... 73

4.2.2 Uji Koefisien Determinasi ................................................... 75

4.2.3 Uji Koefisien Regresi .......................................................... 76

C. Pembahasan.................................................................................... 78

4.3.1 Pengaruh SPIP Terhadap Kredibilitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah............................................................... 78

4.3.2 Pengaruh Kepatuhan Terhadap Perundang-Undangan Terhadap

Kredibilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ........... 79

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

xiii

4.3.3 Pengaruh Ukuran (size) Terhadap Kredibilitas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah ............................................. 80

4.3.4 Pengaruh Ketergantungan Terhadap Kredibilitas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah ............................................. 82

4.3.5 Pengaruh Opini Tahun Sebelumnya Terhadap Kredibilitas

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ............................... 83

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN, IMPLIKASI... 85

A. Kesimpulan ................................................................................... 85

B. Saran dan Keterbatasan ................................................................. 87

C. Implikasi......................................................................................... 88

5.3.1 Implikasi Praktis .................................................................. 88

5.3.2 Implikasi Teoritis ................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Opini Pemeriksaan Laporan Keuangan................... 5

Tabel 4.1. Proses Seleksi Sampel..................................................................... 68

Tabel 4.2 Distribusi Sampel Menurut Jenis Pemerintahan .............................. 69

Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif .................................................................. 70

Tabel 4.4 Processing Case Summary............................................................... 72

Tabel 4.5 Model Fitting Information ............................................................... 73

Tabel 4.6 Goodness of Fit ................................................................................ 74

Tabel 4.7 Test of Parallel Lines ....................................................................... 74

Tabel 4.8 Pseudo R Square .............................................................................. 75

Tabel 4.9 Parameter Estimates ........................................................................ 76

Tabel 4.10 Ringkasan Hipotesis....................................................................... 78

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ........................................................................ 50

Gambar 3.1 Rumus Total Aset......................................................................... 62

Gambar 3.2 Rumus Ukuran Pemerintah Daerah.............................................. 62

Gambar 3.3 Rumus Rasio Ketergantungan Pemerintah Daerah ...................... 63

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

xvi

DAFTAR SINGKATAN

BPK : Badan Pemeriksa Keuangan

BPKP : Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

SAP : Standar Akuntansi Pemerintah

PSA : Pernyataan Standar Auditing

SPI : Sistem Pengendalian Internal

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

DAU : Dana Alokasi Umum

LK : Laporan Keuangan

LKPD : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

LKPP : Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

TMP : Tidak Memberikan Pendapat

TW : Tidak Wajar

WTP : Wajar Dengan Pengecualian

WTP DPP :Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas

WDP : Wajar Tanpa Pengecualian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Ringkasan Data Pengujian ................................................. 98

Lampiran 2 Uji Goodness of Fit....................................................................... 99

Lampiran 3 Uji Pseudo R Square..................................................................... 100

Lampiran 4 Hasil Uji Parameter Estimates ..................................................... 101

Lampiran 5 Hasil Test of Parallel Lines .......................................................... 102

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

xviii

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN, KEPATUHANTERHADAP PERUNDANGAN-UNDANGAN, KARAKTERISTIKDAERAH TERHADAP KREDIBILITAS LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

Nuhoni NaluritaNIM : S431308006

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sistem PengendaIianInternal Pemerintah, Kepatuhan terhadap perundang-undangan dan karakteristikdaerah terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia.Sistem Pengendalian Intern diproksikan dengan temuan kelemahan SPI,Kepatuhan dengan temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, karakteristik daerah dengan ukuran, rasio ketergantungan, opinitahun sebelumnya, sedangkan kredibilitas diproksikan dengan opini audit. Obyekdalam penelitian ini adalah laporan keuangan PEMDA di seluruh Indonesiatahun 2013 yang memperoleh opini dari BPK. Dari 542 kabupaten/kota yang ada,454 laporan keuangan yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Analisis datadalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik ordinal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelemahan sistem pengendalian,Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, ketergantungan, danopini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit tahunpenelitian. Akan tetapi penelitian ini tidak berhasil menjelaskan hubungan ukuranpemerintah daerah kaitannya dengan opini.

Kata kunci: sistem pengendalian intern, kepatuhan terhadap peraturanperundang-undangan, ukuran pemerintah daerah, ketergantungan pemerintahdaerah, opini audit tahun sebelumnya, kredibilitas laporan keuangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

xix

THE INFLUENCE OF INTERNAL CONTROL SYSTEM, COMPLIANCEWITH LAWS AND REGULATIONS, AND THE LOCAL GOVERMENTCHARACTERISTICS, ON THE CREDIBILITY OF THE FINANCIAL

STATEMENT OF LOCAL GOVERNMENTS IN INDONESIA

Nuhoni NaluritaNIM : S431308006

ABSTRACT

This study aims to understand the influence of the goverment internal controlsystem, compliance with laws and regulations and the local govermentcharacteristic on the credibility of the financial statement of local governments inIndonesia. The government’internal control system is proxied by findings ofinternal control weakness, compliance is proxied by findings of regulationdisobedience, government characteristic is proxied by size, dependency ratio,previous year opinion, and credibility is proxied by audit opinion. The objects ofthis research are Indonesian Local government financial report (LKPD) on 2013which have been audited by the supreme audit board of Republic of indonesia.From 542 local governments, this study found 454 usable financial report. Dataare analyzed using ordinal logistic regression.

The result of this study prove that the weakeness of internal control system,disobedience of regulation, dependency, and previous year opinion significantlyaffected the audit opinion of the research year. However this study can notmanage to prove the relation between the size of local government on auditopinion.

Keywords : internal control system, compliance with law, the size of localgovernment, dependency of local government, previous year audit opinion,credibility of financial report.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Laporan keuangan pemerintah merupakan alat pertanggungjawaban

keuangan pemerintah sekaligus indikator kredibilitas pemerintah yang tercermin

dari transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Transparansi

artinya memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada

masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk

mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah

dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya

pada peraturan perundang-undangan (PP 71 tahun 2010). Dengan digulirkannya

otonomi daerah, harapan masyarakat terhadap transparansi pengelolaan keuangan

sangat tinggi. Pemerintah sebagai agen dari masyarakat harus mampu memenuhi

tuntutan tersebut dengan wajib membuat laporan keuangan dan menyampaikan

secara terbuka.

Akuntabilitas berarti pemangku kekuasaan mempertanggungjawabkan

pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang diberikan kepadanya

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik (PP 71 tahun 2010).

Bagi organisasi publik, laporan keuangan diperlukan sebagai sarana untuk

mewujudkan akuntabilitas. Apabila hasil reviu laporan keuangan tidak baik maka

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

menunjukkan lemahnya akuntabilitas dari pemerintahan tersebut. Menurut

Nasution (2007), transparansi dan akuntabilitas diperlukan untuk menjamin

adanya simetri informasi pasar sekaligus merupakan kunci pokok agar dapat

memanfaatkan globalisasi perekonomian. Perbaikan transparansi dan akuntabilitas

fiskal atau keuangan negara adalah merupakan bagian terpenting dari penegakan

tata kelola atau tata pemerintahan yang baik (good governance).

Sesuai dengan amanat Pasal 23 ayat (1) E UUD 1945 yang menyatakan

untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara

diadakan satu badan pemeriksa yang bebas dan mandiri yang disebut dengan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Supaya dapat melaksanakan tugas

pemeriksaan pengelolaan Keuangan Negara secara efektif, sesuai peraturan

perundang-undangan maka BPK mempunyai standar aturan yang mengatur hal-

hal pokok yang memberi landasan operasional sebagai pengganti Standar Audit

Pemerintahan (SAP). Aturan tersebut adalah Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara (SPKN). Hasil pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh BPK akan

menghasilkan opini.Indikator kredibilitas laporan keuangan, salah satunya dilihat

dari hasil opini BPK terhadap penyajian laporan keuangan.

Penjelasan DPPKAD (2010), kredibilitas manajemen dapat digambarkan

melalui laporan keuangan karena hanya manajemen yang memiliki informasi

yang berkaitan dengan substansi laporan keuangan tersebut. Untuk itu diperlukan

pihak yang independen untuk memberikan pendapatnya dalam rangka

meningkatkan kredibilitas laporan keuangan tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Dalam penelitian Fen (2010) dijelaskan bahwa opini audit merupakan

simbol kepercayaan publik terhadap kredibilitas dan kehandalan informasi yang

terkandung dalam suatu laporan keuangan. Firth (1980) dan Lavin (1976) dalam

Kasidi (2007) menyatakan bahwa kredibilitas laporan keuangan tergantung pada

persepsi audit independen dari seorang auditor eksternal oleh pengguna laporan

keuangan. Jika auditor terlihat tidak independen, maka pengguna laporan

keuangan tidak percaya atas laporan keuangan sehingga laporan keuangan

menjadi tidak bernilai.

Setdaprovinsi Kaltim (2013) menjelaskan bahwa opini BPK merupakan

salah satu indikator kualitas pengelolaan keuangan daerah. Keutamaan dari opini

tersebut bila dibandingkan dengan indikator lainnya adalah karena dihasilkan dari

pihak eksternal pemerintah daerah yang dianggap berkompeten dan objektif,

sehingga digunakan sebagai bahan evaluasi pengelolaan keuangan daerah.

Salah satu pemaparan BPKP (2014) dalam websitenya adalah menjelaskan

dampak diperolehnya opini selain WTP atas laporan keuangan pemerintah.

Antara lain berkurangnya dukungan dan partisipasi masyarakat dalam menunjang

keberhasilan program kerja pemerintah. Dampak lainnya adalah timbulnya

persepsi publik akan adanya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan

negara/daerah.Contoh pengaruh opini lainnya adalah seperti pernyataan Suroso

(2010), bahwa rakyatpun bisa mengambil keputusan politiknya dengan dasar opini

audit yang diterbitkan oleh BPK seperti para investor di pasar modal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Dalam pandangan Gutomo (2012) predikat WTP seolah-olah menjadi citra

positif bagi instansi, bahwa pemerintahan telah dikelola secara akuntabel dan

terbebas dari korupsi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya fenomena di media

massa, yaitu munculnya iklan ucapan selamat kepada instansi atas opini Wajar

Tanpa Pengecualian yang diperoleh dari BPK RI. Dengan memperoleh predikat

tersebut merupakan kebanggan bagi instansi yang menerima sehingga masyarakat

harus mengetahuinya.

Beberapa faktor yang menyebabkan laporan keuangan K/L dan pemda belum

memperoleh opini WTP menurut penjelasan BPKP dalam websitenya adalah

karena penyajian yang belum sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP), lemahnya sistem pengendalian intern, penataan barang milik

negara/daerah yang belum tertib, pengadaan barang dan jasa yang menyimpang

dari ketentuan yang berlaku, dan kurang memadainya kapasitas SDM pengelola

keuangan

Masih menurut Gutomo (2012), menyusun laporan keuangan di jajaran

pemerintah daerah, memang bukan perkara mudah dan memerlukan perjuangan

ekstra. Kelemahan sistem pengendalian intern dan keterbatasan sumber daya

manusia yang paham akuntansi pemerintahan sebagai penyebabnya. Hal tersebut

diperparah dengan adanya tunggangan kepentingan politik legislatif dan eksekutif

dalam penggunaan anggaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Laporan keuangan pemerintah merupakan gabungan antara LKKL, LKPD,

dan LK Badan Lainnya sehingga apabila salah satu dari komponen kurang

diyakini kredibilitasnya maka akan mempengaruhi kredibilitas LKPP.BPK

memberikan opini WDP atas LKPP Tahun 2013. Dilihat dari prosentase,LKLL

memiliki prosentase 74% dalam perolehan opini WTP, yaitu 64 LKKL dari 86

LKKL telah memperoleh opini WTP.LKPD masih memiliki persentase yang

cukup rendah dalam pencapaian opini WTP yaitu sebesar 34 %, yaitu 153 LKPD

dari 456 LKPD.Pada tahun 2013 BPK melakukan pemerikasaan terhadap 456

LKPD, BPK memberikan opini WTP atas 153 LKPD, opini WDP atas 276

LKPD, opini TW atas 9 LKPD, dan opini TMP atas 18 LKPD (IHPS 2013).

Tabel 1.1Perkembangan Opini Pemeriksaan Laporan Keuangan

Sumber : Diolah dari data IHPS I (2014)

Dari data tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun laporan

keuangan menunjukkan peningkatan opini, akan tetapi jumlah LKPD yang

memperoleh opini WTP masih sedikit. Laporan keuangan pemerintah daerah yang

belum memperoleh opini WTP menunjukkan bahwa laporan tersebut belum dapat

diyakini kewajarannya oleh BPK.

Untuk menghasilkan laporan keuangan yang handal, salah satunya adalah

dengan laporan tersebut disusun berdasarkan sistem pengendalian intern (SPI)

yang baik. Peran SPI adalah untuk meningkatkan kinerja, transparansi, dan

Tahun LK WTP WDP TW TMP JumlahLKPD

2011 67 349 8 100 5242012 120 319 6 78 5232013 153 276 9 18 456Jumlah 340 944 23 196 1493

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara (Kawedar 2010). Sesuai dengan pasal

56 ayat (4) UU nomor 01 tahun 2004, pengelolaan APBD wajib diselenggarakan

berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai. Hal tersebut dibuktikan

dengan melalui pernyataan tertulis dari Kepala satuan kerja perangkat daerah

selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

Nasution (2007) menyatakan bahwa kelemahan sistem keuangan saat ini

merupakan warisan yang bersifat mendasar dari pemerintahan sebelumnya.

Kelemahan tersebut meliputi desain dan pelaksanaan sistem pengendalian

internal, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, sistem

penyimpanan keuangan negara yang kurang memadai, masih minimnya informasi

tentang aset maupun hutang negara, dan pengungkapan SAL (Sisa Anggaran

Lebih) yang tidak konsisten dan tidak memadai.

Dalam kegiatan organisasi pihak manajemen bertanggung jawab agar setiap

kegiatan yang dilaksanakan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku. Di

sektor publik, audit kepatuhan merupakan unsur audit yang sangat penting, karena

organisasi pemerintah beroperasi dalam kerangka hukum dan peraturan yang

berlaku (Hadisurya dan Nurrekawati 2012).

Hasil pemeriksaan BPK pada semester satu tahun 2014 menghasilkan

temuan 5.948 kasus kelemahan SPI. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan

anggaran pendapatan dan belanja merupakan yang terbanyak dengan 2.498 kasus

atau 42% dari jumlah kelemahan SPI. Rekomendasi yang diberikan adalah

perbaikan SPI atau sanksi administratif. Pada kasus ketidakpatuhan terhadap

perundang-undangan terdapat 7.173 kasus senilai Rp10.928.527,26 juta,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

diantaranya terdapat indikasi kerugian negara/daerah sebanyak 418 kasus senilai

Rp400.659,93 juta. Rekomendasi BPK terhadap ketidakpatuhan terhadap

perundang-undangan yang menyebabkan kerugian, potensi kerugian dan

kekurangan penerimaan kas tersebut adalah penyetoran sejumlah uang ke kas

negara/daerah atau penyerahan aset. Kasus ketidakpatuhan terhadap perundang-

undangan yang disebabkan kelemahan administrasi, ketidakhematan dan

ketidakefektifan rekomendasi yang diberikan adalah perbaikan SPI atau sanksi

administratif.

Telah terdapat beberapa penelitian tentang pengaruh sistem pengendalian

intern (SPI) serta ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan

kaitannya dengan opini BPK. Beberapa penelitian yang berkaitan antara SPIP

dengan opini BPK adalah penelitian Taufikurrahman (2014) yang menunjukkan

bahwa kelemahan SPI secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan

terhadap pemberian opini audit oleh BPK RI atas LKPD Provinsi, Kabupaten dan

Kota di Sumatera Utara.

Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian Sipahutar dan Khairani (2012)

menunjukkan bahwa terdapat penurunan opini yang diberikan oleh BPK atas

laporan keuangan pada pemerintah daerah kabupaten Empat Lawang yang

disebabkan karena terdapat kelemahan/kesalahan material efektivitas sistem

pengendalian intern, kepatuhan Pemerintah Kabupaten Empat Lawang terhadap

peraturan Perundang-Undangan dan kesesuaian penyajian laporan keuangan

dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Kesimpulan lain adalah hasil penelitian

menurut Sunarsih (2013) dan Defera (2013). Menurut Sunarsih (2013) dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Defera (2013)materialitas, pelanggaran SAP, kelemahan SPI dan ketidakpatuhan

terhadap Peraturan Perundang-undangan tidak mempengaruhi opini disclaimer.

Alasan peneliti ingin meneliti kembali adalah selain karena masih adanya

inkonsistensi hasil penelitian yang sudah ada, juga karena pentingnya arti sebuah

opini laporan keuangan sebagai salah satu tolok ukur kinerja sebuah instansi.

Kinerja sebuah instansi dipandang secara positif apabila laporan keuangannya

terjamin kredibilitasnya. Kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi

audit independen dari seorang auditor eksternal dalam hal ini adalah merujuk pada

opini BPK. Hasil opini tersebut akan berpengaruh terhadap kepercayaan

masyarakat sebagai prinsipal atas kinerja pemerintah daerah sebagai agen yang

dipercaya masyarakat dalam mengelola sumberdaya. Dasar pengambilan

keputusan opini oleh BPK adalah sistem pengendalian intern dan kepatuhan

terhadap perundang-undangan. Sedangkan pada kenyataanya opini WTP masih

merupakan impian bagi sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia karena

masih banyaknya jumlah temuan pada sistem pengendalian intern dan

ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan.

Perbedaan dengan penelitian dengan sebelumnya adalah penelitian ini tidak

hanya melihat SPI dan ketidakpatuhan terhadap Perundang-undangan sebagai

kriteria penentu opini BPK.Akan tetapi, penulis menambahkan variabel lainnya

yang menjadi acuan atau pertimbangan lain yang juga berperan dalam penentu

opini yang akan diberikan terhadap suatu instansi. Penulis mengajukan variabel

karakteristik pemerintah daerah sebagai variabel yang membedakan dengan

penelitian sebelumnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Peneliti mengambil karakteristik daerah berupa size yang diukur dengan

total aset karena, menurut Maslani (2008), pengelolaan barang milik

negara/daerah secara umum memiliki fungsi yang sangat strategis dan vital.

Beberapa tahun terakhir ini permasalahan aset masih menjadi persoalan dan

sorotan auditor eksternal pemerintah (BPK) dalam memberikan opini. Sejalan

dengan dengan Maslani (2008), Gutomo (2013) menyatakan bahwa permasalahan

yang menghambat belum diperolehnya opini WTP khususnya LKPD secara

mayoritas disebabkan karena pengelolaan aset tetap yang belum akuntabel.

Besarnya aset yang dimiliki pemda menggambarkan ukuran pemda tersebut.

Menurut Habib (2013), salah satu karakteristik perusahaan yang paling diteliti

secara luas yang digunakan auditor dalam menjelaskan modified opinion adalah

ukuran perusahaan. Pada kenyataannya masih sangat terbatas referensi penelitian

yang menghubungkan pengaruh size dengan opini auditor pada sektor publik.

Karakteristik lain yang juga banyak mendapat perhatian peneliti adalah

berupa ketergantungan pemda. Indikator tingkat ketergantungan pada pemerintah

pusat salah satunya dari penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU). DAU memiliki

proporsi hampir 50% dari dana perimbangan. Kajian tentang ketergantungan

terhadap pemerintah pusat penting dilakukan untuk mengetahui efektifitas dan

efisiensi dana transfer tersebut terhadap pelayanan publik dan kemakmuran

masyarakat di daerah. Adanya ketergantungan terhadap pemerintah pusat

memberikan konsekuensi monitoring terhadap daerah yang menerima transfer

dana. Liestiani dan Martani (2008) menyatakan bahwa pemda yang memiliki

tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumber dana pemerintah pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

memiliki tekanan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak. Verdiana dan

Utama (2013), menyatakan bahwa disclosure merupakan salah satu faktor yang

menjadi pertimbangan bagi auditor dalam memberikan opini going concern.

Karakteristik daerah lainnya yang mempengaruhi opini auditor adalah opini

tahun sebelumnya. Kegiatan suatu perusahaan untuk tahun tertentu sangat

dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Pemberian opini

oleh auditor tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya.

Dalam penelitian Mutchler (1985), Carcello dan Neal (2000), Ramadhany

(2004), dan Januarti (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

dan positifantara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun

berjalan. Apabila tahun sebelumnya telah memperoleh opini audit going concern

maka pada tahun berjalan kemungkinan besar auditor akan memberikan kembali

opini tersebut.

Meskipun penelitian tentang sistem pengendalian internal, kepatuhan

terhadap peraturan perundangan dan karakteristik daerah telah banyak dilakukan

namun penelitian yang menghubungkan dengan variabel-variabel tersebut dengan

opini audit masih sangat terbatas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

B. PERUMUSAN MASALAH

Pemberlakuan otonomi daerah dimulai dengan diterbitkannya UU No. 22

dan 25 tahun 1999 kemudian direvisi melalui UU No. 32 tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah. Daerah diberikan wewenang untuk mengatur dan mengurus

daerahnya sesuai dengan perundang-undangan. Untuk mempertanggungjawabkan

pelaksanaan APBD selama satu tahun maka pemerintah daerah wajib membuat

laporan keuangan pemerintah paerah (LKPD) yang akan direviu serta diberi opini

oleh BPK. Hasil opini sangat berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan

itu sendiri dan tentu saja hal tersebut akan berpengaruh terhadap kepercayaan

masyarakat sebagai prinsipal atas kinerja pemerintah daerah sebagai agen yang

dipercaya masyarakat dalam mengelola sumberdaya. Akan tetapi pada

kenyataannya, masih banyak sekali LKPD yang mendapat opini selain wajar tanpa

pengecualian karena masih memiliki kelemahan dalam SPIP dan kepatuhan

terhadap perundang-undangan yang tersurat dalam laporan keuangan.

Penelitian ini berusaha melengkapi penelitian sebelumnya, karena pada

penelitian sebelumnya penelitian dilakukan secara parsial yaitu hanya pada daerah

atau lembaga tertentu serta merujuk pada satu opini tertentu saja. Pada penelitian

ini obyeknya adalah seluruh LKPD di Indonesia dengan semua tingkatan opini.

Adanyaperbedaan hasil penelitian terhadap pengaruh SPI, kepatuhan terhadap

perundangan-undanganterhadap opini BPK serta dengan adanya penambahan

variabel karakteristik daerah berupa size, tingkat ketergantungan pemerintah

daerah serta opini tahun sebelumnya maka pertanyaan penelitian yang diajukan

adalah sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

1. Apakah kelemahan SPI berpengaruh terhadap kredibilitas laporan

keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK?

2. Apakah ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan berpengaruh

terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili

oleh opini BPK?

3. Apakah ukuran (size) berpengaruh terhadap penentuan kredibilitas laporan

keuanganpemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK?

4. Apakah ketergantungan terhadap pemerintah pusat berpengaruh terhadap

kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini

BPK?

5. Apakah opini tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kredibilitas laporan

keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk

menjawab pertanyaan penelitian yang telah diberikan di atas.

1. Mengetahui apakah kelemahan sistem pengendalian berpengaruh terhadap

kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini

BPK.

2. Mengetahui apakah ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan

berpengaruh terhadap penentuan kredibilitas laporan keuangan pemerintah

daerah yang diwakili oleh opini BPK.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

6. Mengetahui apakah total aset sebagai proksi dari ukuran (size) berpengaruh

terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh

opini BPK.

7. Mengetahui apakah rasio ketergantungan pemerintah daerah sebagai proksi

dariketergantungan berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan

pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK.

8. Mengetahui apakah opini tahun sebelumnya berpengaruh terhadap

kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini

BPK.

D. MANFAAT PENELITIAN

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberi manfaatbagi:

1. Pemerintah kota/kabupaten, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam

penerapan sistem pengendalian intern yang baik dan kepatuhan terhadap

perundang-undangan serta memperhatikan faktor karakteristik daerah

sehingga bisa memperoleh atau mempertahankan opini Wajar tanpa

pengecualian.

2. Badan Pemeriksa Keuangan, hasil penelitian ini memberikan gambaran

kondisi auditee yang telah diperiksa sehingga dapat dijadikan referensi dalam

pengembangan pemeriksaan keuangan khususnya pemeriksaan pemerintah

kabupaten/kota.

3. Badan Pengawas keuangan dan Pembangunan, dengan melihat hasil

penelitian ini diharapkan lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

terhadap pemerintah kabupaten/kota dan kementrian/lembaga sehingga

terwujud pemerintahan yang governance.

4. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapakan memberikan kontribusi

terhadap pengembangan literatur akuntansi sektor publik. Harapan

selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi

penelitian berikutnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori keagenan

Jensen and Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai

kontrak antara satu orang atau lebih (principal) dengan melibatkan orang lain

(agen) untuk melakukan layanan atas nama mereka dengan mendelegasikan

wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Agen melakukan jasa yang

menjadi kepentingan prinsipal dalam pemisahan kepemilikan dan kontrol

perusahaan. Akan tetapi terdapat perbedaan kepentingan antara prinsipal dan

agen, sehingga agen tidak selamanya mengikuti keinginan prinsipal.

Konsep Agency Theory menurut Scott (2009:313) adalah hubungan atau

kontrak antara prinsipal dan agen, prinsipal adalah pihak yang memerintahkan

agen agar melakukan tugas untuk kepentingan prinsipal, sedangkan agen adalah

pihak yang menjalankan kepentingan prinsipal.

Menurut Eisenhardt (1989), teori keagenan berkaitan dengan penyelesaian

dua masalah yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan. Yang pertama adalah

masalah yang timbul ketika konflik agen dan prinsipal. Kedua adalah sulit atau

mahal bagi prinsipal untuk memverifikasi apa yang agen sebenarnya lakukan.

Ahmad dan Septriani (2008) menjelaskan bahwa tujuan utama teori keagenan

15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

adalah menerangkan kepada semua pihak bagaimana mendesain kontrak sehingga

meminimalkan cost yang timbul karena adanya asimetri informasi dan

menghadapi kondisi ketidakpastian.

Asimetri informasi merupakan suatu keadaan ketika manajer sebagai

pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi dan prospek perusahaaa

di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Terdapat dua

jenis asimetri informasi(Scott 2009), yaitu

1. Adverse Selection

Adverse selection terjadi karena manajer atau beberapa orang yang ada di dalam

perusahaan mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan

dibandingkan investor dari pihak luar. Manajemen dapat memilih atau menahan

informasi penting perusahaan dan atau mempercepat informasi disampaikan pada

investor tertentu yang mempunyai hubungan istimewa.

2. Moral Hazard

Moral Hazard terjadi karena kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak

seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman, sehingga

manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang

melanggar kontrak dan secara etika atau norma mungkin tidak layak untuk

dilakukan.

Hubungan keagenan pada organisasi pemerintahan menjadi suatu konsep

yang penting karena aktivitas organisasi berhubungan dengan pendelegasian

wewenang, seperti penyediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan beragam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

pelayanan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat, semua didelegasi

kepada level bawah (Damayanti 2011).

Bergman & Lane (1990) (dalam Halim dan Abdullah 2006) menyatakan

bahwa hubungan prinsipal agen merupakan pendekatan untuk menganalisis

komitmen kebijakan publik. Lupia & McCubbins (1994) (dalam Halim dan

Abdullah 2006) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi legislatur dapat

diartikan sebagai agency problems. Dalam konteks pembuatan kebijakan oleh

legislatif, legislatur adalah prinsipal yang mendelegasikan kewenangan kepada

agen seperti pemerintah untuk membuat kebijakan baru. Kebijakan yang dibuat

bisa saja hanya untuk kepentingan pemerintah dengan mengorbankan kepentingan

rakyat. Untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan monitoring oleh prinsipal

atas apa yang dilakukan oleh agen. Laporan keuangan dan pengungkapan

informasi kepada publik adalah salah satu bentuk alat monitoring (Puspita dan

Martani 2012). Menurut Setyaningrum (2012), untuk mengurangi asimetri

informasi antara politisi dan rakyat, laporan keuangan pemerintah daerah perlu

diaudit oleh pihak yang independen. Lembaga yang bertanggung jawab untuk

melakukan pemeriksaan tersebut adalah BPK.

2.1.2 Keuangan daerah/negara

Sesuai dengan pasal satu Undang-undang nomor 17 tahun 2003 keuangan

negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,

serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan

milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Sedangkan keuangan daerah menurut PP nomor 58 tahun 2005 adalah semua hak

dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik

berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung

dengan pelaksanaan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Pengelolaan keuangan negara merupakan sebuah sistem yang terus

mengalami perkembangan. Reformasi manajemen keuangan pemerintah

merupakan tuntutan mutlak untuk mewujudkan good governance. Untuk

mewujudkan itu semua maka diperlukan landasan hukum yang kuat, yaitu dengan

disahkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara. APBN merupakan wujud dari pengelolaan

keuangan, APBN telah menjadi instrumen kebijakan multi fungsi yang digunakan

sebagai alat untuk mencapai tujuan bernegara dilihat dari komposisi dan

besarnya anggaran yang merefleksikan arah dan tujuan pelayanan kepada

masyarakat.

APBN/APBD mempunyai beberapa fungsi:

1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar

untukmelaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang

bersangkutan.

2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi

pedomanbagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang

bersangkutan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi

pedomanuntuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan

negara sesuaidengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan

untukmengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta

meningkatkanefisiensi dan efektivitas perekonomian.

5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi

alatuntuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

perekonomian.

2.1.3 Laporan keuangan

Merujuk pada peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 peranan laporan

keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan

dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas selama satu periode pelaporan.

Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi

pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi

keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi, dan membantu menentukan

ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Pemerintah daerah serta kementerian/lembaga mempunyai kewajiban untuk

melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode

pelaporan untuk kepentingan.

1. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan

yang dipercayakan kepada pemerintah daerahserta kementerian/lembaga dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

2. Manajemen

Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi pelaksanaan

kegiatan pemerintah daerah serta kementerian/lembaga dalam periode pelaporan

sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas

seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan

masyarakat.

3. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat

berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui

secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah daerah serta

kementerian/lembaga dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan

kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

4. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational equity)

Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan

pemerintah daerah serta kementerian/lembaga pada periode laporan cukup untuk

membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan

datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 juga disebutkan bahwa

pelaporan keuangan menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna

laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan

ekonomi, sosial maupun politik.

a) Menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan

cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran

b) Menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya

ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan

peraturan perundang-undangan.

c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang

digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta kementerian/lembaga

serta hasil-hasil yang telah dicapai.

d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah serta

kementerian/lembaga mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi

kebutuhan kasnya.

e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Pemerintah

Daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka

pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan

pajak dan pinjaman.

f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah

Daerah, apakah mengalami kenaikan atu penurunan, sebagai akibat

kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan

informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas

dana dan arus kas.

Dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 dijelaskan bahwalaporan

pertanggung-jawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan

keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca,

laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan

standar akuntansi pemerintah. Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan

Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6

(enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam

rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara menteri/pimpinan

lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku pengguna anggaran/pengguna barang

bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam Undang-

undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi manfaat/hasil

(outcome).

2.1.4 Pemeriksaan keuangan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 pasal 1, pemeriksaan

merupakan proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan

secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan

sehingga diperoleh nilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan

informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Pemeriksaan keuangan bertujuan untuk memberikan keyakinan yang

memadai laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang

material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau

basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia.

Dalam pasal 2 disebutkan pemeriksaan keuangan meliputi pemeriksaan atas

pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan.

Yang menjadi obyek pemeriksaan keuangan BPK adalah pemeriksaan atas

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah (LKPD), Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan

Laporan Keuangan Badan Lainnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kedudukan BPK sebagai lembaga

pemeriksa keuangan negara perlu dimantapkan dengan memperkuat peran dan

kinerjanya.Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah patokan untuk

melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

SPKN mengatur hal-hal pokok yang memberi landasan operasional sebagai

pengganti Standar Audit Pemerintahan atau SAP yang selama ini berlaku.SPKN

berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap pemerintah daerah,

program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan

dan tanggung jawab keuangan negara sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Sesuai dengan peraturan BPKRI Nomor 1 Tahun 2007 pasal 6, SPKN ini

berlaku bagi BPK dan Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan

pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, untuk dan

atas nama BPK.SPKN memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu

pelaksanaan pemeriksaan dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional

bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan

atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam

laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai.

Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD

kemudian sesuai dengan kewenangannya untuk menindaklanjuti, diantaranya

adalah dengan membahasnya bersama pihak terkait. Selain disampaikan kepada

lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga disampaikan oleh BPK

kepada pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan keuangan, hasil

pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi dan

penyesuaian yang diperlukan. Sehingga laporan keuangan yang disampaikan

kepada DPR/DPRD merupakan laporan yang telah diperiksa (audited financial

statements) dan telah memuat koreksi yang dimaksud.

2.1.5 Kredibilitas laporan keuangan dan opini Badan Pemeriksa Keuangan

Menurut Wikipedia Kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan

untuk menimbulkan kepercayaan. Istilah kredibilitas berkaitan dengan kesaksian

dari seseorang atau suatu lembaga. Kesaksian haruslah kompeten dan kredibel

apabila ingin diterima sebagai bukti dari sebuah isu yang diperdebatkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Johnson dan Shores (1999) menggambarkan bahwa kredibilitas mengacu

pada kualitas, kemampuan atau kekuasaan untuk memperoleh keyakinan dan

kepercayaan. Dengan kata lain, laporan keuangan yang kredibel adalah dapat

menyampaikan informasi yang dapat dipercaya dan terpercaya.Dalam paper

tersebut dijelaskan bahwa kelemahan akuntansi, apakah nyata atau hanya isu,

membuat laporan keuangan yang dipublikasikan kurang kredibel sebagai sumber

informasitentang kinerja perusahaan di masa lalu, kondisi saat ini, dan prospek

untukmasa depan.

Inti dari audit keuangan adalah mencari dan evaluasi bukti tentang akurasi

asersi manajemen. Auditor mengevaluasi kecukupan dan kesesuaian bukti audit,

memberikan perhatian khusus pada kredibilitas sumber informasi. Perhatian

terhadap sumber informasi seperti kesesuaian dengan pedoman peraturan dan

temuan dari penelitian sebelumnya.Ketika auditor menghadapi manajemen

kredibilitas yang rendah,auditor akan meningkatkan upaya pemeriksaan dengan

mengumpulkan bukti-bukti yang lebih persuasif dan mencari tambahan sumber

bukti di luar kendali manajemen (Beaulieu 2001; Kizirian et al 2005) dalam

Blaskovich dan Mintchik (2009).

Kredibilitas manajemen dapat digambarkan melalui laporan keuangan

karena hanya manajemen yang memiliki informasi yang berkaitan dengan

substansi laporan keuangan tersebut. Untuk itu diperlukan pihak yang independen

untuk memberikan pendapatnya dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan

keuangan tersebut.Dalam laporan keuangan pemerintah daerah yang ditunjuk

untuk memeriksa laporan keuangan secara independen adalah BPK atau Akuntan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan untuk dan atas nama

BPK.

Dalam SPKN telah memuat konsep akuntabilitas bagi seorang pemeriksa

yang merupakan landasan dalam pelayanan kepentingan publik. Disebutkan

bahwa dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, pemeriksa harus

memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik dengan menjunjung

tinggi integritas, obyektivitas, dan independensi. Pemeriksa diwajibkan untuk

memiliki sikap melayani kepentinganpublik, menghargai dan memelihara

kepercayaan publik, dan mempertahankan profesionalisme.

Penelitian Kasidi (2007) menyebutkan kebanyakan literatur menyebutkan

bahwa kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi audit independen

dari seorang auditor eksternal oleh pengguna laporan keuangan.Akan tetapi

pemeriksa diwajibkan untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan

kepentingan publik. Dengan adanya standar tersebut diharapkan kesimpulan

pemeriksaan yang berupa opini dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur oleh

pengguna laporan keuangan dalam menilai kredibilitas suatu laporan keuangan

Jika auditor terlihat tidak independen, maka pengguna laporan keuangan

tidak percayaatas laporan keuangan yang dihasilkan auditor dan opini auditor

tentang laporan keuangan perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada nilainya.

Independensi merupakan standar auditing yang pokok karena opini akuntan

independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang

disajikan oleh manajemen. Sehingga apabila akuntan tersebut tidak independen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

maka opininya menjadi tidak bernilai. Kemanfaatan kredibilitas opini salah

satunya dapat dilihat dari penelitian Fitryani,Subroto dan Baridwan (2013),

menyatakan bahwa manfaat opini audit bagi pengguna laporan keuangan dapat

digunakan sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi oleh

investor dan pemberian kredit oleh kreditur serta keputusan lain dari pengguna

laporan keuangan lain.Mack dan Ryan (2006) menyatakan bahwa tujuan umum

dari laporan keuangan sektor publik adalah lebih untuk memenuhi akuntabilitas

keuangan dan akuntabilitas publik dibandingkan untuk tujuan pengambilan

keputusan.

Dalam penelitian Fen (2010) dijelaskan bahwa opini audit merupakan

simbol kepercayaan publik terhadap kredibilitas dan kehandalan informasi yang

terkandung dalam suatu laporan keuangan. Citra perusahaan sangat berhubungan

erat dengan opini audit di mata para pengguna laporan keuangan, diantaranya para

pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum.

Memastikan pelaporan yang kredibel dalam informasi laporan keuangan adalah

termasuk dalam peran struktur tata kelola perusahaan yaitu dalam bentuk mitigasi

biaya (Cohen et al. 2004).

Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran

informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada

kriteria (i) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan

pengungkapan (adequate disclosures), (iii) kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Dalam penelitianHabib (2013) menyatakan bahwa formulasi opini audit

adalah prosedur rinci dan kompleks yang melibatkan penerimaan klien,

memahami bisnis klien, melakukan pemeriksaan pengendalian internal,

memperoleh bukti substantif tentang pernyataan akun dan menggabungkan hasil

untuk membentuk opini.

Terdapat empat opini yang diberikan oleh BPK dalam setiap keadaan.

1. Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) memuat suatu pernyataan bahwa

laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang

material sesuai denganStandar Akuntansi Pemerintahan (SAP). BPK dapat

memberikan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas

(WTP-DPP) karena keadaan tertentu sehingga mengharuskan pemeriksa

menambahkan suatuparagraf penjelasan dalam LHP sebagai modifikasi

dari opini WTP.

2. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion).

Opini ini memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan

secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP, kecuali

untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

3. Opini tidak wajar (adversed opinion).

Opini ini memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak

menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan

SAP.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

4. Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer).

Disclamer mengartikan bahwa pemeriksa tidak menyatakan opini atas

laporan

keuangan.

Marfiana dan Kurniasih (2013) menyatakan dalam penelitiannya bahwa

opini BPK dapat menjadi tolak ukur untuk menilai akuntabilitas sebuah entitas

pemerintah, hal tersebut disebabkan karena opini dapat menaikkan ataupun

menurunkan tingkat kepercayaan pemangku kepentingan ataspelaporan yang

entitas pemerintah daerah. Opini audit pemerintah daerah merupakan salah satu

parameter penilaian akuntabilitas pemerintahan di daerah (Adzani dan Martani

2014). Akuntabilitas berarti pemerintah mampu menjawab semua pertanyaan yang

berkaitan dengan amanah yang diembannya.

2.1.6 Sistem pengendalian internal (SPI)

Sesuai dengan pasal 1 Peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2008 SPI

adalah merupakan suatu proses yang integral pada tindakan dan kegiatan secara

berkelanjutan yang dilakukan oleh pimpinan dan seluruh pegawai yang bertujuan

untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui

kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan

aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dalam

penerapannya, sistem pengendalian intern di lingkungan instansi pemerintah

disebut dengan Sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP). Tujuan utama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

internal kontrol adalah untuk memberikan keyakinan memadai tentang keandalan

pelaporan keuangan (D’Aquila 1998).

Peraturan pemerintah tentang SPI sebenarnya merupakan sebuah adopsi dari

sistem pengendalian yang telah dibuat oleh organisasi The Committee of

Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission. Menurut COSO

(1992) sistem pengendalian internal adalah:

Internal control is process, effected by an entity’s board of directors,management and other personnel, designed to provide reasonableassurance regarding the achievement of objectives in following categories :effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reportingand compliance with applicable laws and regulations.

Standar Audit Seksi 319 (PSA No. 69)mengharuskan auditor untuk

memperoleh pemahaman atas pengendalian intern untuk merencanakan audit dan

untuk menentukan risiko pengendalian. Dijelaskan dalam audit atas laporan

keuangan entitas pemerintah, pemahaman yang dimaksud adalah mencakup

pengetahuan tentang desain pengendalian intern yang relevan dengan asersi

laporan keuangan yang dipengaruhi oleh kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berdampak langsung dan material serta tentang

pelaksanaan pengoperasian pengendalian intern.Pengetahuan tersebut digunakan

untuk mengidentifikasikan tipe salah saji potensial, untuk mempertimbangkan

faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material, dan untuk

mendesain pengujian substantif.

Sesuai dengan COSO (1992), kerangka kerja SPIP terdiri dari lima unsur

komponen yang saling terintegrasi (Integrated Framework) yaitu lingkungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

pengendalian (control environment), penilaian resiko (risk assesment), aktivitas

pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi (information and

communication), pemantauan (monitoring).

a. Lingkungan pengendalian.

Lingkungan pengendalian adalah kondisi yang memengaruhi efektivitas

pengendalian intern.Consideration of Internal Control in a Financial Statement

Audit menyatakan bahwa lingkungan pengendalian merupakan salah satu dari

lima komponen pengendalian internal yang menyediakan jaminan wajar

tentang pelaporan keuangan yang dapat diandalkan(D’Aquila 1998).Hasil

penelitian O’Leary; Iselin dan Sharma(2006) menunjukkan bahwa auditor

mempertimbangkan lingkungan pengendalian sebagai elemen yang paling

penting dari pengendalian internal.

b. Penilaian risiko.

Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang

mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah.

c. Kegiatan pengendalian.

Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko

serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan

bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif.

d. Informasi dan komunikasi.

Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi

Instansi Pemerintah. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.

e. Pemantauan pengendalian intern.

Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian mutu kinerja SPI dan

proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya

segera ditindaklanjuti (PP nomor 60 tahun 2008). Pemantauan dari waktu ke

waktu mungkin berguna serta memberikan kesempatan untuk

mempertimbangkan efektivitas lanjutan dari prosedur yang sedang berlangsung

(Agbejule dan Jokipii 2008).

Penerapan unsur SPIP dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral

dari kegiatan instansi pemerintah.SPI dilandasi pada pemikiran bahwa SPI

melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya

memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak. Oleh karena itu

dikembangkan unsur SPI yang berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan dan

tolok ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan SPI. Untuk memperkuat dan

menunjang efektivitas penyelenggaraan SPI dilakukan pengawasan intern dan

pembinaan penyelenggaraan SPIP.

Pengawasan internal merupakan salah satu bagian dari kegiatan

pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas

pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Lingkup pengaturan

pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber

daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat. Menurut

Ge dan McVay (2005) kelemahan material dalam pengendalian internal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

cenderung berkaitan dengan kebijakan pengakuan kekurangan pendapatan,

kurangnya pemisahan tugas, keterlambatan proses periode pelaporan dan

kebijakan akuntansi, dan ketidaksesuaian rekonsiliasiakun.

2.1.7 Kepatuhan terhadap perundang-undangan

Selain melihat sistem pengendalian intern, pemberian opini juga didasarkan

pada penilaian kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Seperti yang

tertuang dalam pernyataan standar pelaporan tambahan kedua pada SPKNbahwa

laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan telah

melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan

keuangan.

Selain menggunakan SPKN, terdapat beberapa ketentuan peraturan

perundang-undangan dan pedoman yang digunakan BPK untuk dijadikan dasar

dalam memberikan sebuah opini terhadap pengelolaan keuangan negara.

Diantaranya adalah UU Nomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun 2004, dan

UU Nomor 15 Tahun 2004), UU Nomor 32 Tahun 2004, berbagai Peraturan

Pemerintah, dan Permendagri terkait pedoman pengelolaan keuangan daerah pada

tahun saat dilakukan pemeriksaan (Safitri 2014). Sedangkan untuk menyajikan

laporan keuangan, SAP merupakan acuan wajib dalam menyajikan laporan

keuangan entitas pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. SAP yang

berlaku di Indonesia ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni

2005 dengan pembaruannya PP Nomor 71 Tahun 2010 (Safitri 2014).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Kapp (1978) menyatakan bahwa audit kepatuhan hukum merupakan sebuah

usaha oleh manajemen perusahaan, atau orang yang bertindak atas permintaan

atau di bawah pengawasan manajemen perusahaan, dari kajian internal formal dan

rinci untuk menentukan apakah dan sejauh mana berbagai departemen dan divisi

bisnis perusahaan, beroperasi sesuai dengan hukum, peraturan, dan regulasi yang

berlaku untuk perusahaan.

Jika informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, diantaranya informasi

tersebut memberikan bukti yang berkaitan dengan penyimpangan dari ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berpengaruh material tetapi tidak langsung

berpengaruh terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus

menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa

penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan telah atau akan

terjadi.

Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang

ditemukan dalam pemeriksaan keuangan, dimuat dalam laporan atas kepatuhan.

Apabila pemeriksa menerbitkan laporan atas kepatuhan terhadap ketentuan

peraturan perundang-undangan, laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan

harus memuat suatu paragraf yang merujuk kepada laporan tersebut.Laporan atas

kepatuhan mengungkapkan hal berikut ini.

(1) Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk

pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan

perdata, maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

(2) Ketidakpatutan yang signifikan.

2.1.8 Karakteristik daerah

Penilitian ini mengkhususkan dalam sektor publik sehingga variabel

“spesifik perusahaan”yang biasanya digunakan untuk penelitian disektor swasta,

dalam penelitian ini disesuaikan dengan keadaan sektor publik menjadi

“karakteristik pemerintah daerah”.Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011)

mendefinisikan karakteristik pemerintah daerah sebagai ciri-ciri khusus yang

melekat pada pemerintah daerah, menandai sebuah daerah, dan membedakannya

dengan daerah lain.

2.1.8.1 Ukuran pemerintah daerah (size).

Penelitian Suhardjanto; Rusmin; Mandasari dan Brown (2010) menyatakan

bahwa karakteristik pemerintah daerah dapat berupa ukuran daerah, kesejahteraan,

functional differentiation, umur daerah, latar belakang pendidikan kepala daerah,

leverage daerah, dan intergovernmental revenue.

Dalam desertasinya Patrick (2007)menyatakan bahwa ukuran organisasi

mengacu pada seberapa besar organisasi tersebut. Ukuran dapat diukur dalam

berbagai cara, termasuk jumlah karyawan (ukuran modal manusia), jumlah Aset

(ukuran sumber daya fiskal), number of beds (ukuran kapasitas), dan tingkat

produksi.Menurut Damanpour (1991), size dapat di ukur dengan jumlah

karyawan, total aset, total pendapatan, dan tingkat produktifitas. Semakin besar

aset pemerintah daerah, tingkat kekayaan pemerintah, tingkat ketergantungan

pada pemerintah pusat, belanja daerah, dan banyaknya jumlah anggota legislatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

seharusnya diharapkan akan semakin besar sumber daya yang dimiliki untuk

memberikan kinerja yang baik dari pemerintah daerah tersebut kepada masyarakat

(Mustikarini dan Fitriasari 2012).

Penelitian Suhardjanto et al. (2010) menjelaskan bahwa kabupaten/kota

dengan total aset yang lebih besar akan lebih kompleks dalam menjaga dan

mengelola asetnya sehingga pemerintah daerah mengungkapkan lebih dalam

daftar aset yang dimiliki, pemeliharaan, dan pengelolaannya. Otomatis daerah

tersebut akan menaruh perhatian yang lebih tinggi dalam pengungkapan sesuai

dengan standar akuntansi. BPK juga melakukan penilaian terhadap kecukupan

pengungkapan informasi dalam LK dan kesesuaian LK dengan standar yang

berlaku sebagai dasar pemberian opini atas LK.

Telah terdapat beberapa penelitian yang mengkaitkan hubungan antara

ukuran perusahaan dengan opini, akan tetapi penelitian tersebut di sektor swasta.

Menurut Mutchler (1985), auditor akan mengeluarkan opini audit going concern

pada perusahaan yang lebih kecil. Dalam penelitian Carcello dan Neal (2000)

disebutkan bahwa hasil beberapa penelitian terdahulu menyatakan terdapat

hubungan yang negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini going

concern. Hasil penelitian Banimahd, Noorifard and Davoidabadi

(2013)menunjukkan tidak ada hubungan antara ukuran perusahaan dengan opini

audit wajar tanpa pengecualian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2.1.8.2Ketergantungan pemerintah daerah

Karakteristik lain yang juga mendapat perhatian peneliti adalah berupa

ketergantungan pemda. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan

terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti

dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Dalam

pasal 5 UU No. 33 tahun 2004, sumber pendapatan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah.

Tujuan kebijakan perimbangan keuangan adalah untuk memberikan

keleluasaan bagi Pemerintah daerah dalam menindaklanjuti aspirasi masyarakat

dan prioritas daerah guna mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan dan

pelayanan umum kepada masyarakat, serta secara lebih luas diharapkan

berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi daerah.

Merujuk pada UU nomor 55 tahun 2005, Dana perimbangan merupakan

dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi. Dana perimbangan

terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana

Alokasi Khusus (DAK).

Dalam penelitian ini penulis mengambil DAU sebagai wakil dari

ketergantungan Pemerintah daerah karena alokasi dana perimbangan merupakan

sumber pendapatan daerah yang dominan dan merupakan komponen kapasitas

fiskal daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. DAU sendiri hampir

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

mencapai porsi 50% dari total dana perimbangan. Kajian terhadap efektifitas dan

optimalisasi penggunaan dana perimbangan sangat penting karena untuk

mengetahui sejauh mana kebijakan desentralisasi yang dikelola oleh pemerintah

daerah mampu mendorong tercapainya tujuan nasional untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pelayanan umum di daerah.

Dana Alokasi Umum sendiri adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

Desentralisasi (UU nomor 55 tahun 2005). DAU untuk suatu daerah dialokasikan

berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Besaran DAU

ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri netto yang

ditetapkan dalam APBN. Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah

kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan imbangan kewenangan antara provinsi

dan kabupaten/Kota.

Dengan adanya transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah maka

menimbulkan konsekuensi berupa monitoring dari pusat ke daerah terkait

keleluasaan pemerintah daerah dalam menggunakan dana tersebut, memberikan

kepastian bahwa dana digunakan untuk pelayanan yang lebih baik kepada

masyarakat atau untuk keperluan lainnya (Kawedar 2010).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

2.1.8.3Opini tahun sebelumnya

Kegiatan suatu perusahaan untuk tahun tertentu sangat dipengaruhi oleh

keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Sehingga pemberian opini oleh

auditor tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya. Dalam

penelitian Mutchler (1985), Carcello dan Neal (2000), Ramadhany (2004),

Januarti (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif

antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan.

Sehingga apabila tahun sebelumnya telah memperoleh opini audit going concern

maka pada tahun berjalan kemungkinan besar auditor akan memberikan kembali

opini tersebut. Penelitian Banimahd, Noorifard and Davoidabadi (2013),

menunjukkan bahwa opini auditor pada tahun sebelumnya memiliki

hubunganpositif dengan dikeluarkannya opini wajar tanpa pengecualianpada

tahun berjalan.

B. Penelitian Terdahulu

Kualitas pengendalian internal akan berdampak pada kecenderungan auditor

untuk mengeluarkan pendapat going concern. Penelitian Jiang et.al (2009)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pengungkapan kelemahan

SPI yang material dan kecenderungan auditor untuk mengeluarkan opini going

concern.

Penelitian Sipahutar dan Khairani(2012) menunjukkan bahwa terdapat

penurunan opini yang diberikan oleh BPK atas laporan keuangan pada pemerintah

daerah kabupaten Empat Lawang yang disebabkan karena terdapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

kelemahan/kesalahan material efektivitas SPI, kepatuhan pemerintah kabupaten

Empat Lawang terhadap peraturan perundang-undangan dan kesesuaian penyajian

laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Hasil yang sama

ditunjukkan oleh penelitian Taufikurrahman (2014), menunjukkan bahwa

kelemahan SPI secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap

pemberian opini audit oleh BPK RI atas LKPD provinsi, kabupaten dan kota di

Sumatera Utara.

Terbatas hanya untuk opini WTP, hasil penelitian Fatimah et al. (2014)

menunjukkan bahwa kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan,

ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yangmengakibatkan

kasus kerugian daerah/perusahaan dan penyimpangan administrasi memiliki

pengaruh negatif terhadap opini WTP. Sedangkan opini audit tahun sebelumnya

berpengaruh positif terhadap penerimaan opini WTP.

Adzani dan Martani (2014) melakukan penelitian berupa pengaruh

kesejahteraan masyarakat, faktor politik dan ketidakpatuhan regulasi terhadap

opini audit laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini mencoba untuk

mengungkapkan pengaruh pembangunan manusia dan faktor politik terhadap

opini audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa politik dinasti dan dan jangka

waktu pemilihan kepala daerah memiliki dampak negatif terhadap opini audit.

Sedangkan variabel pembangunan manusia memiliki dampak negatif terhadap

opini audit pemerintah daerah. Dari sisi kepatuhan terhadap regulasi dan

peraturan, jumlah kasus temuan, jumlah nominal temuan, dan jumlah kasus

rekomendasi berpengaruh terhadap hasil opini audit atas LKPD.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Penelitian terdahulu tentang kaitan opini dengan kharakteristik daerah masih

sangat terbatas. Sebagian besar penelitian masih berkutat pada penelitian sektor

swasta dengan karakteristik perusahaan sebagai variabelnya. Penelitian Gaganis

dan Pasiouras (2007) menggunakan total aset yang berfungsi sebagai ukuran (size)

bank yangmungkin berdampak pada opini audit karena berbagai alasan.Pandangan

umum menyatakan bahwa probabilitas menerima modifikasi opini audit lebih

besar pada perusahaan kecil dibandingkan perusahaan yang lebih besar (Habib

2013). Hasil penelitian Mutchler (1985) menyatakan bahwa, auditor sering

mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil.

Sementara perusahaan yang lebih besar memiliki lebih banyak sumber daya yang

dipekerjakan untuk menghindari kebangkrutan (Mutchler et al. 1997).

Penelitian terdahulu untuk variabel hubungan ketergantungan pemerintah

daerah dengan opini masih belum ditemukan oleh penulis, oleh karena itu penulis

merujuk pada kaitan antara hubungan rasio ketergantungan pemerintah daerah

dengan pengungkapan karena pengungkapan merupakan salah satu kriteria BPK

dalam memberikan opini. Penulis melakukan justifikasi sesuai dengan penelitian

sebelumnya bahwa semakin tinggi rasio ketergantungan seharusnya opininya

semakin baik karena diperlukan pengungkapan yang lebih sebagai alat monitor

pihak eksternal. Telah terdapat beberapa penelitian tentang ketergantungan pemda

dengan Pengungkapan diantaranya Robin dan Austin (1986), Suhardjanto et al

(2010) dan Setyaningrum dan Syafitri (2012).

Penelitian pada variabel opini tahun sebelumnya telah banyak dilakukan

penelitian akan tetapi disektor swasta. Misalnya penelitian Mutchler (1985);

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Carcello dan Neal (2000); Ramadhany (2004); Januarti (2009); dan Setyarno et

al. (2009) sedangkan pada sektor publik masih sangat terbatas, misalnya pada

penelitian Fatimah et al. (2014) akan tetapi masih terbatas pada opini WTP.

C. Pengembangan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh kelemahan SPI terhadap kredibilitas laporan keuangan.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPI merupakan

acuan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk merancang sistem

pengendalian intern yang disesuaikan dengan masing-masing entitas. SPI meliputi

lima unsur pengendalian, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko,

kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian

intern. Efektifitas SPI dinilai dari kemampuannya dalam memberikan keyakinan

yang memadai terhadap efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan entitas,

keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara, dan kepatuhan

terhadapperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Salah satu kriteria pemberian opini adalah evaluasi atas efektivitas SPI.

Menurut BPK, lingkungan pengendalian yang diciptakan seharusnya

menimbulkan perilaku positifdan kondusif untuk menerapkan SPI yang didesain

untuk dapat mengenali apakahSPI telah memadai dan mampu mendeteksi adanya

kelemahan.

Adanya kelemahan pengendalian internal mencerminkan risiko kontrol yang

lebih besar dan dapat meningkatkan risiko audit secara keseluruhan untuk auditor

ketika melakukan audit laporan keuangan. Lingkungan pengendalian internal yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

lemah memfasilitasi manajemen laba dan perilaku oportunistik serta mengurangi

keandalan pelaporan keuangan (Ge dan McVay 2005).

Beberapa penelitian sebelumnya tentang SPI masih memberikan perdebatan.

Hasil penelitian Kawedar (2010); Sipahutar dan Khairani (2012); Taufikurrahman

(2014) menunjukkan bahwa kelemahan SPIberpengaruh negatif pada pengeluaran

opini oleh auditor.Sedangkan hasil penelitian Sunarsih (2013), justru menyatakan

bahwa kelemahan SPI tidak berpengaruh pada opini, walaupun terbatas pada opini

disclaimer.

Berdasarkan ketidaksamaanhasil penelitian dan teori yang ada, maka penulis

mengusulkan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Kelemahan Sistem Pengendalian Intern berpengaruh negatif terhadap

kredibilitas LKPD.

2.2.2 Pengaruh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

terhadap opini BPK

Selain melihat sistem pengendalian intern, pemberian opini juga didasarkan

pada penilaian kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.Seperti yang

tertuang dalam pernyataan standar pelaporan tambahan kedua pada SPKN bahwa

laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan telah

melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan

keuangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Selain menggunakan SPKN, terdapat beberapa ketentuan peraturan

perundang-undangan dan pedoman yang digunakan BPK untuk dijadikan dasar

dalam memberikan sebuah opini terhadap pengelolaan keuangan negara (Safitri

2014). Kapp (1978) menyatakan bahwa audit kepatuhan hukum merupakan

sebuah usaha oleh manajemen perusahaan, atau orang yang bertindak atas

permintaan atau di bawah pengawasan manajemen perusahaan, dari kajian

internal formal dan rinci untuk menentukan apakah dan sejauh mana berbagai

departemen dan divisi bisnis perusahaan, beroperasi sesuai dengan hukum,

peraturan, dan regulasi yang berlaku untuk perusahaan.

Hasil penelitian Sipahutar dan Kahirani (2012),Taufikurrahman (2014),

Adzani dan Martani (2014) menunjukkan bahwa temuan ketidakpatuhan terhadap

Peraturan Perundang-undangan berpengaruh terhadap pemberian opini dengan

hubungan pengaruh negatif.Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian Sunarsih

(2013), menurutnya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan tidak

mempengaruhi opini disclaimer.

Berdasarkan ketidaksamaan hasil penelitian dan teori yang ada, maka

penulis mengusulkan hipotesis sebagai berikut :

H2 : Temuan Ketidakpatuhan terhadap peraturan berpengaruh negatif

terhadap kredibilitas LKPD.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2.2.3 Pengaruh karakteristik daerah terhadap opini BPK

Banyak studi empiris yang membahas tentang faktor-faktor penentu

pelaporan auditor yang telah yang diterbitkan dengan menggunakan lebih dari 70

variabel penjelas. Beberapa variabel yang sering digunakan oleh para peneliti,

misalnya karakteristik auditor, ukuran perusahaan, financial distress, status

pendapat auditor sebelumnya, dan kinerja perusahaan (Habib, 2013). Dalam

penelitian ini penulis menggunakan variabel ukuran pemerintah daerah,

ketergantungan pemerintah daerah dan opini tahun sebelumnya sebagai variabel

independen yang akan menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen

berupa opini BPK.

2.2.3.1 Ukuran pemerintah daerah

Menurut Damanpour (1991), size dapat di ukur dengan jumlah karyawan,

total aset, total pendapatan, dan tingkat produktifitas.Patrick (2007) menyatakan

bahwa ukuran organisasi mengacu pada seberapa besar organisasi tersebut.

Menurutnya ukuran daerah yang diproksikan dengan total aset berpengaruh positif

dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan sesuai GASB 34.

Penelitian Doyle, Ge dan McVay (2007) menunjukkan bahwa perusahaan

yang banyak memiliki temuan kelemahan pengendalian intern adalah perusahaan

yang memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Hal tersebut senada dengan

penelitian Aushbaugh-Skaife, Collins, dan Kinney Jr (2006) perusahaan dengan

kecenderungan pengungkapan kelemahan pengendalian internal yang semakin

banyak adalah perusahaan yang memiliki kompleksitas operasi yang tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Beberapa penelitian tentang ukuran yang diproksikan dengan total aset

adalah diantaranya penelitian Mutchler (1985), auditor akan mengeluarkan opini

audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Dengan alasan bahwa

menurut auditor, perusahaan yang lebih besar cenderung mampu menyelesaikan

masalah keuangan dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Dalam penelitian

Carcello dan Neal (2000) disebutkan bahwa hasil beberapa penelitian terdahulu

menyatakan terdapat hubungan yang negatif antara ukuran perusahaan dengan

penerimaan opini going concern.Berdasarkan hasil perbedaan penelitian yang ada,

maka penulis mengusulkan hipotesis sebagai berikut :

H3: Ukuran Pemda berpengaruh negatif terhadap kredibilitas LKPD.

2.2.3.2Ketergantungan pemerintah daerah

Patrick (2007) menggunakan intergovernmental revenue sebagai salah satu

variabel dalam menjelaskan karakteristik pemerintah daerah Pennsylvania.

Menurut Patrick intergovernmental revenuemerupakan pendapatan pemerintah

daerah yang berasal dari transfer dari pemerintah pusat untuk membiayai kegiatan

operasional pemerintah daerah. Dengan adanya transfer dana tersebut pemerintah

daerah membelanjakan sesuai dengan alokasi dan petunjuk anggaran dan menurut

Undang-undang. Tujuan adanya transfer dana dari pemerintah pusat adalah

supaya Pemerintah daerah dapat meningkatkan kinerjanya.Robbins dan Austin

(1986) menyatakan bahwa tingkat ketergantungan pemda merupakan representasi

dari intergovernmental revenue. Hasil penelitian tersebut adalah tingkat

ketergantungan pemerintah kota berhubungan positif dan signifikan terhadap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

tingkat pengungkapan laporan keuangan. Dengan ketergantungan yang besar

memungkinkan pemerintah pusat untuk melakukan pembatasan operasi dan

meminta pengungkapan lebih untuk memonitor kinerja pemerintah daerah dengan

pembatasan operasi tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Suhardjanto et al. (2010) menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh positif antara intergovernmental revenue dengan

kesesuaian pengungkapan wajib pemerintah daerah.Liestiani (2008) menyatakan

pemda yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumber dana

pemerintah pusat memiliki tekanan untuk mengungkapkan informasi lebih

banyak. Semakin tinggi DAU yang diterima pemda, maka tingkat ketergantungan

yang besar terhadap sumber dana pemerintah pusat. Penelitian Puspita dan

Martani (2012), tingkat ketergantungan yang tinggi cenderung meningkatkan

tingkat pengungkapan LKPD.

Berbeda hasil dengan penelitian Setyaningrum dan Syafitri (2012) bahwa

tingkat ketergantungan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat

pengungkapan disebabkan tidak terdapat tekanan dari pemerintah pusat untuk

melakukan peningkatan pengungkapan.Dalam Verdiana dan Utama (2013),

menjelaskan bahwa beberapa penelitian yang menyatakan disclosure merupakan

salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi auditor dalam memberikan

opini going concern. Pengungkapan merupakan salah satu kriteria BPK dalam

memberikan sebuah opini kepada sebuah instansi. Sehingga secara tidak langsung

rasio ketergantungan Pemerintah daerah berhubungan dengan opini laporan

keuangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Berdasarkanpenelitian tentang rasio ketergantungan pemerintah daerah

terhadap pengungkapan sertateori yang ada, maka penulis mengusulkan hipotesis

kaitan antara rasio ketergantungan terhadap kredibilitas laporan keuangan sebagai

berikut :

H4:Ketergantungan terhadap pemerintah pusat berpengaruh positif

terhadap kredibilitas LKPD.

2.2.3.2Opini tahun sebelumnya

Kegiatan suatu perusahaan untuk tahun tertentu sangat dipengaruhi oleh

keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Sehingga pemberian opini oleh

auditor tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya. Dalam

penelitian Mutchler (1985); Carcello dan Neal (2000); Ramadhany (2004);

Januarti (2009); Setyarno et al. (2009)menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan dan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan

opini tahun berjalan. Sehingga apabila tahun sebelumnya telah memperoleh opini

audit going concern maka pada tahun berjalan kemungkinan besar auditor akan

memberikan kembali opini tersebut.

Penelitian Atyanta (2011) menyebutkan bahwa penyelesaian rekomendasi

yang membutuhkan waktu bertahun-tahun merupakan salah satu kendala

pemerintah daerah dalam memperoleh opini WTP. Sehingga dimungkinkan untuk

menerima opini audit yang sama dengan opini audit tahun sebelumnya. Penelitian

Banimahd et al. (2013) dan penelitian Fatimah et.al (2014) juga menunjukkan

bahwa opini auditor pada tahun sebelumnya memiliki hubungan langsung dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

positif dengan penerbitan laporan audit WTP pada tahun berjalan.Akan tetapi

penelitian tersebut baru terbatas pada opini WTP.

Berdasarkan penelitian dan teori yang ada, maka penulis mengusulkan

hipotesis sebagai berikut :

H5:Opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap kredibilitas

LKPD.

Berdasarkan hipotesa yang telah diberikan, maka model kerangka berpikir

dalam penelitian ini diusulkan sebagai berikut .

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Gambar 2.1Kerangka berfikir penelitian

Karakteristik PEMDA

Ukuran PEMDA

(X3)

Ketergantungan PEMDA(X4)

Opini tahun sebelumnya(X5)

Kelemahan SPI

(X1)

Kredibilitas LKPD (Y)

(opini)

H1-

H5+

H2-

H3-

Ketidakpatuhan terhadapperundang-undangan

(X2)

H4+

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan hubungan kausal antara variabel-

variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Fokus

penelitian ini adalah menguji secara empiris variabel-variabel yang mungkin dapat

mempengaruhi opini BPK. Rancangan penelitian ini digunakan untuk

menganalisis “Pengaruh SPIP, kepatuhan terhadap perundang-undangan,

ketergantungan pemerintah daerah, ukuran pemerintah daerah, dan opini tahun

sebelumnya terhadap kredibilitas pemerintah daerah yang diwakili opini BPK.

B. Cara Pengumpulan Data

Seluruh penelitian ini menggunakan data sekunder. Pengumpulan data

sekunder dilakukan dengan cara men-download dari internet. Data yang

digunakan adalah Laporan Ihtisar Hasil Pemeriksaan BPK berupa temuan sistem

pengendalian intern dan temuan ketidak patuhan terhadap perundang-undangan.

Data lainnya adalah Laporan Keuangan berupa neraca dengan mengambil akun

total aset, dan Laporan Realisasi Anggaran dengan akun Dana Alokasi Umum dan

Pendapatan yang diambil dari website Direktorat Jenderal Perimbangan. Penulis

melakukan studi pustaka dengan cara membaca buku, jurnal penelitian dan

publikasi yang berhubungan dengan penelitian.

51

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Populasi dari penelitian adalah pemerintah daerah di Indonesia yang laporan

keuangannya menjadi objek pemeriksaan BPK RI pada tahun 2013. Jumlah

kabupaten/kota di Indonesia menurut Komite Pemantau Pelaksana Otonomi

Daerah per Mei 2013 adalah sebanyak 542 kabupaten/kota,sehingga populasi dari

penelitian iniberjumlah 542.Laporan keuangan yang bisa diambil dalam penelitian

ini adalah laporan keuangan yang telah diaudit BPK RI dengan tahun anggaran

2013 yang memiliki data lengkap yang terkait dengan variabel-variabel yang

dipilih dalam penelitian. Penulis menggunakan teknik pengambilan sampel secara

purposivesamplingyaitu mengambil sampel sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan.

1. Laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit oleh BPK.

2. Pada sampel tersebut, tersedia dataterkait dengan variabel-variabel yang

dipilih dalam penelitian.

Alasan pemilihan kriteria tersebut karena melihat pengalaman-pengalaman

sebelumnya masih banyak sekali pemerintah provinsi, kabupaten dan kota yang

masih terlambat dalam menyerahkan laporan keuangan. Akibatnya, BPK baru bisa

melakukan pemeriksaan pada semester berikutnya. Selain itu terdapat pula LKPD

yang tidak memiliki lampiran secara lengkap. Data LKPD diambil dari Laporan

Hasil Pemeriksaan Semester I tahun 2009 BPK. Data-data yang lain diambil dari

laporan keuangan tiap pemerintah daerah dan situs-situs lain yang menyediakan

informasi tersebut.

Tahun penelitian mengambil tahun 2013 disebabkan karena merupakan

tahun anggaran terbaru yang laporan keuangannya telah diaudit BPK dan hasil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

pemeriksaannya telah diterbitkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Semester I

tahun 2014.

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini, variabel dependen (Y) yang digunakan adalah

kredibilitas pemerintah daerah yang diwakili dengan opini BPK, sedangkan

variabel independennya terdiri dari kelemahan SPIP (X1), ketidakpatuhan

terhadap perundang-undangan (X2), ukuran pemerintah daerah (X3),

ketergantungan pemerintah daerah (X4) dan opini tahun sebelumnya (X5).

Berikut definisi operasional masing-masing variabel untuk memberikan

pemahaman yang lebih spesifik terhadap variabel-variabel penelitian ini.

3.3.1 Kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah (Y)

Sepertiyang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa kredibilitas

laporan keuangan dapat digambarkan melalui opini. Kredibilitas itu sendiri

memiliki kaitan dengan kesaksian dari seseorang atau suatu lembaga,sedangkan

menurut PP No.15 tahun 2004, opini adalah pernyataan profesional sebagai

kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan

dalam laporan keuangan.Penulis memilih variabel dependenberupa kredibilitas

laporan keuangan pemerintah daerah dengan diproksikan dengan opini yang

dikeluarkan oleh BPK atas pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah.

Terdapat lima buah opini yang dikeluarkan BPK ketika harus memberikan

kesimpulan pendapat terhadap suatu laporan keuangan. Masing-masing opini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

tersebut memiliki tingkatan nilai. Opini yang paling ideal adalah Wajar Tanpa

Pengecualian. Tingkatan di bawahnya adalah opini Wajar Tanpa Pengecualian

Dengan Paragraf Penjelas. Berturut berikutnya adalah Wajar Dengan

Pengecualian, Tidak Wajar dan opini yang paling buruk adalah Tidak

Memberikan Pendapat. Masing-masing memiliki kriteria sendiri hingga bisa

ditarik menjadi sebuah kesimpulan dalam bentuk opini.

Kriteria pemberian opini WTP adalah ketika suatu SPI berjalan memadai

dan tidak terdapat salah saji yang material atas pos-pos laporan keuangan. Sampai

didapatkan kesimpulan bahwa secara keseluruhan laporan keuangan tersebut telah

disajikan secara wajar sesuai dengan SAP. Terdapat modifikasi opini

berupa“Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP)”

diberikan kepada sebuah instansi karena keadaan tertentu sehingga mengharuskan

pemeriksa menambahkan suatu paragraf penjelas. Beberapa contoh yang menjadi

pertimbangan auditor ketika memutuskan untuk memberikan pendapat WTP DPP

adalah sebagai berikut.

1. Terjadi perubahan prinsip akuntansi pada entitas yang diperiksa.

2. Auditor memiliki kesimpulan terdapat masalah substansial dengan going

concern klien.

3. Terdapat penegasan informasi yang berisi catatan atas laporan keuangan

seperti transaksi dengan pihak hubungan istimewa.

4. Terdapat aspek signifikan dalam audit sehingga harus memodifikasi bahasa

misalnya menggunakan hasil audit dan opini auditor lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Opini “Wajar Dengan Pengecualian” diberikan apabila sistem pengendalian

internal memadai, namun terdapat salah saji yang material pada beberapa pos

laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan harus memperhatikan

permasalahan yang diungkapkan auditor atas pos yang dikecualikan sehingga

tidak mengalami kekeliruan dalam pengambilan keputusan.

Opini berikutnya adalahTidak Wajar, BPK akan memberikan opini tersebut

jika hasil penilaian sistem pengendalian internal tidak memadai dan terdapat salah

saji pada banyak pos laporan keuangan yang material sehingga secara keseluruhan

laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan SAP. Tidak

Memberikan Pendapatakan diberikan oleh BPK ketika terdapat suatu nilai yang

secara material tidak dapat diyakini auditor karena ada pembatasan lingkup

pemeriksaan oleh manajemen sehingga auditor tidak cukup bukti dan atau sistem

pengendalian intern yang sangat lemah.

Dalam penelitian ini, penulis mengkategorikan masing-masing opini

kedalam bentuk skala ordinal. Dengan skala ordinal tidak hanya mengkategorikan

data ke dalam kelompok, tetapi juga melakukan rangking terhadap kategori

(Ghozali 2011: 4).

Berikut hasil skala ordinal untuk tiap kategori opini.

1 = Tidak Memberikan Pendapat.

2 = Tidak Wajar.

3 = Wajar Dengan Pengecualian.

4 = Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas.

5 = Wajar Tanpa Pengecualian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Dari skala tersebut dapat dijelaskan bahwa skor terendah adalah satu dan itu

diberikan kepada kategori opini Tidak Memberikan Pendapat. Skor berikutnya

adalah dua, diberikan pada kategori opini Tidak wajar. Opini Wajar Dengan

Pengecualian diberikan skor dengan nilai tiga. Nilai empat merupakan skor untuk

kategori opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas. Skor

tertinggi yaitu lima diberikan kepada kategori Wajar Tanpa Pengecualian.

3.3.2 Sistem pengendalian internal (X1)

Fungsi dari SPIP adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai

tentang keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset, dan ketaatan terhadap

ketentuan perundang-undangan.Landasan dalam SPI adalah pemikiran bahwa

sistem pengendalian intern melekatsepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber

daya manusia, serta harusdapat memberikan keyakinan yang memadai. Agar hal

tersebut dapat terlaksana harus dibentuk adanya suatu pengendalian pada semua

tingkatan.

Berdasarkan PP nomor 60 tahun 2008 SPI memiliki lima unsur

pengendalian yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan

pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Unsur-unsur tersebut

digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi terhadap SPI.Penyelenggaraan

kegiatan pada instansi pemerintah mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, sampai pertanggungjawaban harus dilaksanakan secara tertib,

terkendali, efektif dan efisien.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Semakin buruk suatu penyelenggaran SPI maka akan semakin banyak

ditemukan adanya kelemahan. Kelemahan SPI akan menjadi salah satu dasar bagi

auditor BPK untuk menjadikannya sebuah temuan. Jumlah temuan SPI

merupakan salah satu kriteria BPK dalam memberikan opini.Dalam penelitian ini

kelemahan sistem pengendalian internal merupakan proksi terhadap penilaian

lemahnya sistem pengendalian pemda. Temuan SPI dirangkum dari tiga kategori

kelemahan SPI.

1. Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, yaitu kelemahan

sistem pengendalian yang terkait kegiatan pencatatan akuntansi dan pelaporan

keuangan.

a. Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat.

b. Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan.

c. Entitas terlambat menyampaikan laporan.

d. Sistem informasi Akuntansi dan pelaporan tidak memadai.

e. Sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM yang

memadai.

2. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan

belanja, yaitu kelemahan pengendalian yang terkait dengan pemungutan dan

penyetoran penerimaan negara/daerah/perusahaan milik negara/daerah serta

pelaksanaan program/kegiatan pada entitas yang diperiksa.

a. Perencanaan kegiatan tidak memadai.

b. Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan serta penggunaan

penerimaan daerah dan hibah tidak sesuai ketentuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

c. Penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang teknis

tertentu atau ketentuan intern organisasi yang diperiksa tentang

pendapatan dan belanja.

d. Pelaksanaan belanja di luar mekanisme APBD.

e. Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan

berakibat hilangnya potensi penerimaan/pendapatan.

f. Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan

berakibat peningkatan biaya/belanja.

3. Kelemahan struktur pengendalian intern, yaitu kelemahan yang terkait dengan

ada/tidaknya struktur pengendalian intern atau efektivitas struktur

pengendalian intern.

a. Entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk suatu prosedur atau

keseluruhan prosedur.

b. SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati

c. Satuan Pengawas Intern yang ada tidak memadai atau tidak berjalan

optimal.

d. Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai.

Di dalam SPKN dinyatakan bahwa untuk melaporkan kelemahan pengendalian

intern pemeriksa harus mengidentifikasi “kondisi yang dapat dilaporkan” secara

sendiri-sendiri atau secara kumulatif merupakan kelemahan yang material.Dalam

penelitian Fatimahet al. (2014) terdapat pernyataan jika salah satu dari SPI

tersebut ditemukan maka memiliki keterkaitan terhadap pemberian opini oleh

BPK RI. Dalam penelitian ini, penulis mengambil hasiltemuan secara komulatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

kelemahan SPI dari “Daftar kelompok dan jenis temuan menurut entitas “ yang

telah disajikan dalam IHPS I 2014.

3.3.3 Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan (X3)

Penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan disebut

ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan.Jumlah temuan ketidakpatuhan

terhadap perundang-undangan merupakan kriteria selain SPI yang menjadi

pertimbangan BPK dalam memberikan opini.Ketidakpatuhan terhadap regulasi

merupakan salah satu bentuk pelanggaran yang dapat mempengaruhi opini BPK

(Adzani dan Martani 2014).Semakin banyak temuan ketidakpatuhan terhadap

perundang-undangan maka kemungkinan untuk memperoleh opini yang baik

semakin rendah.Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangan-undangan

merupakan proksi terhadap penilaian banyaknya penyimpangan terhadap

peraturan perundang-undangan. BPK menyatakan bahwa salah satu hasil

pemeriksaan atas LK berupa laporan kepatuhan mengungkapkan ketidakpatuhan

terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian

negara/daerah, potensi kerugian negara/daerah, kekurangan penerimaan,

administrasi, ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan. Dengan

penjelasan sebagai berikut;

a. Kerugian negara/daerah adalah berkurangnya kekayaan negara/daerah

berupa uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya

sebagai akibat perbuatan melawan hukum, baik sengaja maupun lalai.

Kerugian dimaksud harus ditindaklanjuti dengan pengenaan/pembebanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

kerugian kepada penanggung jawab kerugian sesuai ketentuan perundang-

undangan.

b. Potensi kerugian negara/daerah adalah suatu perbuatan melawan hukum

baik sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya

kerugian dimasa yang akan datang berupa berkurangnya uang, surat

berharga, dan barang,yang nyata dan pasti jumlahnya.

c. Kekurangan penerimaan adalah adanya penerimaan yang sudah menjadi hak

negara/daerah tetapi tidak atau belum masuk ke kas negara/daerah karena

adanya unsur ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.

d. Temuan administrasi mengungkap adanya penyimpangan terhadap

ketentuanyang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau pengelolaan

aset maupun operasional, tetapi penyimpangan tersebut tidak

mengakibatkan kerugianatau potensi kerugian negara/daerah, tidak

mengurangi hak negara/daerah (kekurangan penerimaan), tidak

menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi tindak

pidana.

e. Temuan mengenai ketidakhematan mengungkap adanya penggunaan input

dengan harga atau kuantitas/kualitas yang lebih tinggi dari standar,

kuantitas/kualitas yang melebihi kebutuhan, dan harga yang lebih mahal

dibandingkandengan pengadaan serupa pada waktu yang sama.

f. Temuan mengenai ketidakefisienan mengungkap permasalahan rasio

penggunaan kuantitas/kualitas input untuk satu satuan output yang lebih

besar dari seharusnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

g. Temuan mengenai ketidakefektifan berorientasi pada pencapaian hasil

(outcome) yaitu temuan yang mengungkapkan adanya kegiatan yang tidak

memberikan manfaat atau hasil yang direncanakan serta fungsi instansi yang

tidak optimal sehingga tujuan organisasi tidak tercapai.

Dalam penelitian Fatimah et al. (2014) terdapat pernyataan jika salah satu dari

ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan ditemukan maka memiliki

keterkaitan terhadap pemberian opini oleh BPK RI. Penelitian ini mengambil

hasil temuan secara komulatif dari “Daftar kelompok dan jenis temuan menurut

entitas “ yang telah disajikan dalam IHPS I 2014.

3.3.4 Ukuran pemerintah daerah (X3)

Ukuran organisasi dapat menunjukkan seberapa besar organisasi tersebut.

Hal tersebut dapat diukur dalam berbagai cara, misalnya jumlah karyawan (ukuran

modal manusia), jumlah Aset (ukuran sumber daya fiskal), number of beds

(ukuran kapasitas), dan tingkat produksi.Total aset sebagai proksi untuk variabel

ukuran pemerintah daerah karena nilai aset dianggap lebih stabil. Begitu pula

dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan variabel total aset untuk

menggambarkan ukuran pemerintah daerah.

Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki olehpemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaatekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baikoleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasabagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karenaalasan sejarah dan budaya (PP 71 tahun 2010).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Menurut PP 71 tahun 2010, aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan

nonlancar.Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,

piutang, dan persediaan.Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka

panjang, aset tetap, dana cadangan,dan aset lainnya.Investasi jangka panjang

meliputi investasi nonpermanen dan permanen. Investasi nonpermanen antara lain

investasi dalam Surat Utang Negara, penyertaan modal dalam proyek

pembangunan, dan investasi nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara lain

penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya. Aset tetap meliputi

tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset

tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan. Aset nonlancar lainnya

diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak

berwujud dan aset kerja sama (kemitraan). Total aset adalah jumlah dari aset

lancar dan nonlancar.

Gambar 3.1Rumus Total Aset

Karena nilai total aset yang cukup besar yaitu mencapai triliunan, maka untuk

menyederhanakan data untuk kepentingan pengolahan statistik maka dalam

penelitian ini menggunakan fungsi ln.

Gambar 3.2Rumus Ukuran Pemerintah Daerah

Ukuran Pemda = ln total aset

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

3.3.5 Ketergantungan pemerintah daerah (x4)

Selain ukuran dan tingkat kekayaan pemda, tingkat ketergantungan pemda

kabupaten/kota terhadap pemerintah pusat juga berbeda-beda yang diwujudkan

dalam bentuk penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) (Mustikarini dan Fitriasari

2012). Menurut PP No.55 tahun 2005, DAU adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi.

Penelitian Syafitri (2012) dan Khasanah (2014) menggunakan dana alokasi

umum dibandingkan dengan total pendapatan untuk menjelaskan variabel tingkat

ketergantungan, begitu pula dalam penelitian ini.

Gambar 3.3Rumus rasio ketergantungan pemerintah daerah

3.3.6 Opini tahun sebelumnya (X5)

Dalam International Standard On Auditing (ISA) 710 disebutkan, terdapat

keterkaitan antara opini tahun berikutnya dengan opini audit tahun sebelumnya.

Terutama jika terdapat masalah yang memunculkan modifikasi opini, dan masalah

Rasio ketergantungan PEMDA = DAU

TotalPendapatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

tersebut belum terpecahkan dan angka yang tersaji belum sesuai atau belum

diungkapkan secara benar.

Data opini tahun sebelumnya diperoleh dari daftar opini laporan keuangan

pemerintah daerah dalam IHPS I tahun 2014. Sama dengan penilaian opini tahun

penelitian, untuk opini tahun sebelumnyaini, penulis mengkategorikan masing-

masing opini ke dalam bentuk skala ordinal. Berikut hasil skala ordinal untuk tiap

kategori opini;

1 = Tidak Memberikan Pendapat.

2 = Tidak Wajar.

3 = Wajar Dengan Pengecualian.

4 = Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas.

5 = Wajar Tanpa Pengecualian.

Dengan pengertian yang sama dengan nilai skor pada opini tahun penelitian yang

telah dijelaskan di atas maka skor terendah adalah satu dan itu diberikan kepada

kategori opini Tidak Memberikan Pendapat. Skor berikutnya adalah dua,

diberikan pada kategori opini Tidak Wajar. Opini Wajar Dengan Pengecualian

diberikan skor nilai tiga. Nilai empat merupakan skor untuk kategori opini Wajar

Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas. Skor tertinggi yaitu lima diberikan

kepada kategori Wajar Tanpa Pengecualian.

D. Pengujian Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode berupa ordinal logistic

regressionuntuk melakukan uji statistik terhadap model penelitian.Regresi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Logistik merupakan metode regresi yang digunakan untuk mencari hubungan

antar variabel dependenyang memiliki skala nominal dengan variabel independen

yang memiliki campuran skala rasio dengan skala ordinal.Dalam regresi ini tidak

diperlukan asumsi mutivariate normal distribution karena variabel bebas

merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non

metrik) (Ghozali 2011:333). Ordinal logistic regression digunakan jika variabel

dependen mempunyai skala ordinal (Ghozali 2011:348).

3.4.1 Uji fit model

Dalam Ghozali disebutkan langkah awal metode ini adalah menilai overall

fit model terhadap data. Untuk menilai model fit atau tidak dihipotesiskan sebagai

berikut:

H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data.

HA: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.

Jika probabilitas > 0,05 Ho diterima akan tetapi jika probabilitas < 0,05 Ho ditolak.

Untuk dapat menilai model yang digunakan fit atau tidak digunakan fungsi

likelihood. Menurut Ghozalilikelihood L dari model merupakan probabilitas

bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Dan untuk menguji

hipotesis tersebut L ditransformasikan menjadi -2LogL.

3.4.2 Uji koefisien determinasi

Total Aset = Total aset lancar + total aset nonlancar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Dalam regresi berganda koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Apabila nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Jika nilai R2 mendekati satu maka

variabel-variabel independen dapat menjelaskan informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variabel dependen.Regresi logistik menggunakannilai Mc

Fadden. Semakin besar nilaiMc Fadden maka semakin bagus sebuah model dalam

memberikan kontribusi prediksi terhadap variabel dependennya.

3.4.3 Uji koefisien regresi

Untuk dapat menguji koefisien regresi maka perlu memperhatikan sebagai

berikut.

a. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5 %.

b. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi p-

value (probabilitas value). Jika p-value > α, maka hipotesis alternatif ditolak.

Sebaliknya jika p-value < α, maka hipotesis alternatif diterima.

Rumus Regresi:

Y= α+ β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4+ β5 X5

Keterangan :

Y : Opini BPK.

X1 = : Kelemahan SPI.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

X2 = : Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

X3 : Ketergantungan PEMDA terhadap pemerintah pusat.

X4 : Ukuran pemerintah daerah.

X5 : Opini tahun sebelumnya.

α : Konstanta

β1, ....., β5 : Koefisien variabel independen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian

4.1.1 Gambaran umum data

Obyek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah

daerah kabupaten/kota di Indonesia tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 542 buah. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

yang telah diaudit BPK RI dengan tahun anggaran 2013 yang memiliki data

lengkap yang terkait dengan variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian ini.

Jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah 454 buah atau 83,76% dari total

populasi. Apabila dilihat dari tingkat pemerintahan maka sampel ini terdiri dari 29

laporan keuangan pemerintah provinsi, 337 laporan keuangan pemerintah

kabupaten, dan 88 laporan keuangan pemerintah kota.

Tabel 4.1Proses seleksi sampel

Keterangan Jumlah

LKPD seluruh Indonesia

LKPD yang belum mendapatkan opini BPK

542

86

LKPD yang telah mendapatkan opini BPK 456

LKPD yang tidak lengkap 2

Total sampel 454

Data sekunder diolah, 2015

68

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Terhadap 456 LKPD tahun 2013, BPK memberikan opini Wajar Tanpa

Pengecualiankepada 153 LKPD, opini Wajar Dengan Pengecualian kepada 276

LKPD, opini Tidak Wajarkepada 9 LKPD, dan opini Tidak Memberikan Pendapat

atas 18 LKPD.

Tabel 4.2Distribusi Sampel Menurut Jenis Pemerintahan

Keterangan Jumlah

Provinsi 29

Kabupaten 337

Kota 88

Total 454

Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Dari data Tabel 4.2 di atas dapat lebih dirinci lagi bahwa opini yang

dominan ditingkat provinsi adalah WTP yaitu sebanyak 15 LKPD atau sebesar

52%. Penerimaan opini paling banyak untuk tingkat kabupaten adalah WDP yaitu

sebesar 214 LKPD atau sebesar 63% dan begitupula untuk kota penerimaan opini

tertinggi adalah WDP yaitu 50 LKPD atau 57%.

Analisis data dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis deskriptif dan

analisis inferensia (uji model). Jumlah variabel yang dianalisis ada enam, terdiri

dari satu variabel dependen dan lima variabel independen. Variabel tidak bebas

atau dependennya adalah opini BPK. Variabel bebas atau independennya adalah

kelemahan SPI, temuan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan, ukuran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

pemerintah daerah, ketergantungan pemerintah daerah, dan opini tahun

sebelumnya. Program yang digunakan untuk melakukan uji statistik adalah SPSS

versi 20.

4.1.2 Statistik deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat

diantaranya dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range (Ghozali, 2011). Nilai rata-rata atau mean adalah nilai rata-

rata dari suatu kelompok. Nilai rata-rata didapat dengan menjumlahkan data

seluruh individu dalam suatu kelompok kemudian dibagi dengan jumlah individu

yang terdapat pada kelompok tersebut. Standar deviasi adalah rata-rata jarak

penyimpangan data diukur dari nilai rata-rata data tersebut.

Tabel 4.3Hasil Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maksimum Mean

Opini.t (Y) 454 1,00 5,00 3

Kelemahan SPI (X1) 454 1,00 51,00 12

Ketidakpatuhan thd UU(X2) 454 1,00 74,00 13

Ukuran pemda (X3) 454Rp53.997.009.989.621.

Rp405,375,944,683,758 0,57

KetergantunganPEMDA(X4) 454 13,20 19, 82 14,68

Opini PeriodeSebelumnya (X5) 454 1.00 5,00 3

Sumber: Data Sekunder diolah, 2015

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Dari hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat statistik deskriptif masing-

masing variabel. Variabel opini memiliki nilai minimum satu, berartiopini

terendah yang diterima sampel adalah Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Nilai

satu ini menandakan bahwa instansi tersebut mendapatkan predikat yang tidak

baik terhadap penilaian LKPDnya dari BPK. Opini tertinggi adalah sebesar lima

yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), berarti LKPDnya dari segala aspek telah

memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh BPK. Rata-rata opini adalah 3

artinya kebanyakan kabupaten/kota menerima opini Wajar Dengan Pengecualian

(TW).

Untuk SPIP, jumlah temuan paling sedikit adalah satu, temuan terbanyak

adalah limapuluh satu kasus, dengan rata-rata temuan adalah dua belas kasus.

Semakin sedikit jumlah temuan menandakan bahwa SPInya semakin baik.

Temuan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan paling sedikit adalah satu

temuan dan paling banyak tujuhpuluh empat kasus. Semakin sedikit jumlah

temuan menandakan bahwa semakin sedikit terjadinya penyimpangan terhadap

peraturan perundang-undangan.

Jumlah total aset tertinggi dimiliki oleh Prov. DKI Jakarta sebesar

Rp405.375.944.683.758 sedangkan terendah adalah kabupaten Pulau Morotai

yaitu sebesar Rp53.997.009.989.621. Pemerintah daerah yang memiliki

ketergantungan terhadap pusat paling tinggi adalah kabupaten Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan yaitu 0,788 dan ketergantungan paling rendah adalah

kabupaten Merauke yaitu sebesar 0,005. Rata-rata penerimaan opini sebelumnya

adalah Wajar Dengan Pengecualian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Distribusi sampel dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel 4.3case

processing summary, dimana kondisi sampel ini menunjukkan gambaran

penerimaan opini untuk masing-masing pemerintah daerah di Indonesia.

Tabel 4.4Case Processing Summary

N Marginal Percentage

Opini t 1,00 18 4,0%

2,00 9 2,0%

3,00 275 60,6%

4,00 55 12,1%

5,00 97 21,4%

Valid 454 100,0%

Sumber: Data Sekunder diolah, 2015

Dari hasil olah data tersebut dapat diartikan bahwa opini Tidak Memberikan

Pendapatdiberikan kepada 18 pemerintah daerah atau jika dipersentasekan sebesar

4% dari keseluruhan sampel. Kemudian untuk opini Tidak Wajar diberikan

kepada 9 pemerintah daerahatau jika dipersentasekan sebesar 2%. Opini Wajar

Dengan Pengecualian memiliki persentase yang paling tinggi yaitu 60,6% yaitu

275 pemerintah daerah. Opini Wajar Dengan Paragraf Penjelas diberikan kepada

55 Pemerintah Daerah atau sebesar 12,1%. Terakhir adalah opini Wajar Tanpa

Pengecualian sebesar 21,4% atau berhasil diraih oleh 97pemerintah daerah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

B. Analisa Data

4.2.1 Uji Kelayakan Model

Menurut Ghozali (2011) uji kelayakan dari model merupakan probabilitas

bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk dapat

menilai model yang digunakan fit atau tidak digunakan fungsi likelihood yang

ditransformasikan menjadi -2LogL.

Tabel 4.5Model Fitting Information

-2 Log Likelihood

Likelihood Ratio Tests

Chi-Square

df Sig.

InterceptOnly

994,104

222,050 5 ,000**Final 772,054Temuansignifikan pada tingkat 95% **Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Dengan melihat tabel di atas menunjukkan bahwa ketika hanya

memasukkan model intersep ternyata hasil 2 Log Likelihoodsebesar 994,104.

Kemudian dengan memasukkan variabel independen, 2 Log Likelihood turun

menjadi 772,054 atau terjadi penurunan Chi-Square sebesar 222,050 dan

signifikan pada p= 0.00. Dapat disimpulkan bahwa model dengan variabel

independen memberikan ketepatan akurasi yang lebih baik untuk memprediksi

opini BPK.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Tabel 4.6Goodness-of-Fit

Chi-Square df Sig.

Pearson 2211,686 1807 ,000

Deviance 772,054 1807 1,000

Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Nilai Pearson yang dihasilkan adalah sebesar 2211,686dengan taraf signifikansi

sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa model tidak begitu sesuai karena

banyak cell yang memiliki frekuensi nol, akan tetapi hal tersebut dapat diabaikan

seperti yang tertuang dalam Ghozali (2011: 361).

Tabel 4.7Test of Parallel Lines

Model -2 LogLikelihood

Chi-Square df Sig.

NullHypothesis

772,054

General 761,770 10,284c 15 ,802

Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Tujuanuji parallel lines adalah menilai apakah asumsi semua kategori memiliki

parameter yang sama atau tidak (Ghozali 2011:363). Apabila hasil uji ini

menunjukkan p<0,000 maka diartikan model tidak sesuai. Model sesuai jika

memiliki nilai yang tidak signifikan yaitu p>0,05. Dari hasil out put di atas karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

nilai p sebesar 0,802 dan lebih besar dari 0,05 maka model dikatakan sudah

sesuai.

4.2.2 Uji Koefisien Determinasi

Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat seberapa besar persamaan regresi

dapat menjelaskan variabel dependen.

Tabel4.8Pseudo R-Square

Nilai

Cox and Snell 0,387

Nagelkerke 0,436

McFadden 0,223

Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa besarnya variasi nilai opini yang

dapat dijelaskan oleh model regresi adalah sebesar 0,223 atau 22,3%. Dengan kata

lain 22,3%variasi nilai opini merupakan kontribusi pengaruh kelemahan SPI,

ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan, ukuran total asset, ketergantungan

Pemerintah Daerah, dan opini periode sebelumnya. Sedangkan sisanya 77,7%

dijelaskan oleh variabel diluar model.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

4.2.3 Menguji Koefisien Regresi

Tabel 4.9Parameter Estimates

Variabel Estimate Wald Sig.

[y = 1,00] -5,492 3,528 ,060

[y = 2,00] -4,954 2,883 ,090

[y = 3,00] -,045 ,000 ,988

[y = 4,00] ,879 ,092 ,762

X1 -,077 10,975 ,001**

X2 -,049 7,689 ,006**

X3 -,192 1,172 ,279

X4 -2,162 6,050 ,014**

X5 1,387 132,663 ,000**

Temuansignifikan pada tingkat 95% **Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Dari ringkasan hasil analisis pada Tabel. 4.9diatas dapat disusun persamaan

regresi sebagai berikut:

Logit (p1) = -5,492 - 0,077X1 - 0,049X2 - 0,192X3 - 2,162X4 + 1,387X5

Logit (p1+p2) = -4,954- 0,077X1 - 0,049X2 - 0,192X3 - 2,162X4 +

1,387X5

Logit (p1+p2+p3) = -0,045- 0,077X1 - 0,049X2 - 0,192X3 - 2,162X4 +

1,387X5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Logit (p1+p2+p3+p4) = 0,879- 0,077X1 - 0,049X2 - 0,192X3 - 2,162X4 +

1,387X5

Keterangan:

p1 = Probabilitas Tidak Memberikan Pendapat.

p2 = Probabilitas Tidak Wajar.

p3 = Probabilitas Wajar Dengan pengecualian.

p4 = Probabilitas Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas.

Pada persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa koefisien regresi semua

variabel independen bernilai negatif kecuali variabel X5. Hal ini menunjukkan

bahwa pengaruh keempat variabel tersebut terhadap opini bersifat negatif. Hal

tersebut mengandung makna bahwa kenaikan nilai kelemahan SPI (X1),

ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan(X2), ukuran (X3), dan

ketergantungan (X4), akan menyebabkan penurunan nilai opini (Y).

Adapun koefisien regresi opini periode sebelumnya (X5) bernilai positif

maka kenaikan nilai opini periode sebelumnya akan menyebabkan kenaikan opini

(Y). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh opini periode sebelumnya terhadap

opini bersifat positif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

C. Pembahasan

Penelitian ini menguji pengaruh SPIP, Kepatuhan, Ukuran,Ketergantungan,

dan Opini tahun sebelumnya terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah

daerah yang diwakili opini BPK. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan

regresi berganda dapat dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4.10

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

KodeHipotesis

Hipotesis Hasil

H1 Kelemahan Sistem Pengendalian Intern berpengaruh negatifterhadap kredibilitas LKPD.

Didukung

H2 TemuanKetidakpatuhan terhadap peraturan berpengaruhnegatif terhadap kredibilitas LKPD.

Didukung

H3 Ukuran PEMDA berpengaruh negatif terhadap kredibilitasLKPD.

Tdkdidukung

H4 Ketergantungan terhadap pemerintah pusat berpengaruhnegatif terhadap kredibilitas LKPD.

Didukung

H5 Opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadapkredibilitas LKPD.

Didukung

Sumber: Data primer diolah, 2015

4.3.1 Pengaruh SPIP terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah.

Pengujian hipotesis pertama (H1) memiliki nilai β1= -,077dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,000 (sig<0,05). Hasil tersebut mendukung hipotesis

pertama. Kesimpulannya bahwa variabel kelemahan SPIP berpengaruh negatif

terhadap pemberian opini BPK. Hasil penelitian ini mendukung penelitian

Fatimah et.al. (2014) menunjukkan bahwa kelemahan sistem pengendalian

akuntansi dan pelaporan, memiliki pengaruh negatif terhadap opini BPK. Akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitianSunarsih (2013) yang

menyatakan bahwa kelemahan SPI tidak mempengaruhi opini.

Dari hasil penelitian tersebut dapat diartikan bahwa kelemahan sistem

pengendalian internal memiliki pengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan

Pemerintah daerah. Dengan penjelasan sebagai berikut, bahwa semakin banyak

jumlah temuan SPI menandakan bahwa masih banyak terdapat kelemahan sistem

pengendalian sehingga kemungkinan untuk memperoleh opini yang baik akan

lebih rendah. Tentu saja hal tersebut akan sangat mempengaruhi kredibilitas

laporan keuangan pemerintah daerah karena laporan keuangan dianggap tidak

akuntabel. Menurut Zhang; Zhou dan Zhou (2012) terdapat hubungan antara

auditor independen dengan pengungkapan permasalahan pengendalian internal.

Auditor wajib untuk menerbitkan clean opinion atau unqualified opinion ketika

tidak menemukan permasalahan yang material dalam pengendalian internal

perusahaan. Apabila temuan kelemahan SPInya rendah maka kemungkinan untuk

mendapatkan opini WTP tinggi. Sejalan dengan penelitian Milal (2013) yang

memaknai opini WTP sebagai keseriusan dalam mewujudkan akuntabilitas dan

transparansi pertanggungjawaban pelaksanaan sebagai wujud kredibilitas instansi.

4.3.2 Pengaruh ketidakpatuhan peraturan Perundang-undangan terhadap

kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah.

Pengujian hipotesis kedua (H2) memiliki nilai β2= -,049dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,006 (sig<0,05). Hasil tersebut mendukung hipotesis kedua.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel Ketidakpatuhan terhadap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

perundang-undangan berpengaruh terhadap pemberian opini BPK dengan hasil

negatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatimah et.al. (2014), bahwa

temuan kepatuhan berpengaruh terhadap pemberian opini dengan hubungan

pengaruh negatif.

Dari hasil penelitian di atas dijelaskan bahwa semakin banyak jumlah

temuan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan maka kemungkinan

diperoleh opini yang baik akan semakin rendah, sehingga mempengaruhi

kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah karena isi dari laporan keuangan

tidak dapat dipercaya jika banyak menyimpang dari peraturan perundang-

undangan.

4.3.3 Pengaruh ukuran (size) terhadap kredibilitas laporan keuangan

pemerintah daerah.

Pengujian hipotesis pertama (H3) memiliki nilai β3 = -,192dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,279 (sig >0,05). Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis

ketiga. Kesimpulannya adalah variabel ukuran pemerintah daerah dalam

penelitian ini diproksikan sebagai total aset tidak memiliki pengaruh terhadap

pemberian opini oleh BPK.

Ketika sebuah pemerintah daerah memiliki ukuran yang besar maka

PEMDA tersebut memiliki kompleksitas yang lebih besar dibandingkan

pemerintah daerah yang lebih kecil begitu pula sebaliknya. Hal tersebut bisa

dijelaskan, salah satunya dalam penelitian Safitri (2014), jumlah aset yang besar

tidak diikuti dengan pencatatan aset yang memadai sehingga tingkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

pengungkapan menjadi rendah. Alasan lain ditunjukkan oleh Doyle et al. (2007)

bahwa perusahaan yang banyak memiliki temuan kelemahan pengendalian intern

adalah perusahaan yang memiliki tingkat kompleksitas bisnis yang tinggi. Senada

dengan penelitian Doyle et al. (2007), Ashbaugh-Skaife et al. (2007)

menyatakanbahwa perusahaan dengan kecenderungan semakin banyak

pengungkapan kelemahan pengendalian internal adalah perusahaan yang memiliki

kompleksitas operasi yang tinggi. Berbeda dengan hasil penelitian Patrick (2007)

yang menunjukkan bahwa ukuran daerah yang diproksikan dengan total aset

berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan

sesuai GASB 34.

Dalam penelitian ini, ketika penulis mencoba untuk menguji dengan dibawa

ke ranah sektor publik dengan kaitannya dengan opini BPK tenyata hasilnya

menunjukkan bahwa ukuran tidak berpengaruh terhadap kredibilitas laporan

keuangan pemerintah daerah. Hal ini mungkin disebabkan karena selama ini yang

menjadi kendala untuk memperoleh opini WTP bukan pada permasalahan ukuran

yang dinilai dari besarnya total aset, akan tetapi manajemen aset yang buruk.

Apabila suatu entitas besar dengan kompleksitas yang tinggi akan tetapi dia

memiliki sistem yang baik, yang mampu mengelola aset dengan baik maka hal

tersebut tidak akan menjadi sebuah kendala.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

4.3.4 Pengaruh ketergantungan terhadap kredibilitas laporan keuangan

pemerintah daerah.

Pengujian hipotesis kedua (H4) memiliki nilai β4= -2,162dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,014 (sig<0,05).Hasil tersebut mendukunghipotesis keempat.

Kesimpulannya bahwa variabel ketergantungan pemerintah daerah memiliki

pengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili

opini BPK.

Dari hasil penelitian tersebut, tidak mendukung beberapa penelitian yang

sudah ada terkait antara rasio ketergantungan dengan pengungkapan. Contohnya

dalam penelitian Verdiana dan Utama (2013)menyebutkan bahwa disclosure

merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi auditor dalam

memberikan opini going concern. Penelitian Robbins dan Austin (1986) serta

Liestiani (2008), menyatakan bahwa Pemda yang memiliki tingkat ketergantungan

yang tinggi terhadap sumber dana pemerintah pusat dalam hal ini adalah DAU,

maka semakin memiliki tekanan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Setyaningrum dan Syafitri (2012)

bahwa tingkat ketergantungan berpengaruh secara negatif terhadap tingkat

pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Menurutnya hal ini

disebabkan Pemda tidak termotivasi untuk meningkatkan pengungkapan laporan

keuangannya karena rendahnya tuntutan transparansi dan akuntabilitas LKPD dari

pihak eksternal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

4.3.5 Pengaruh opini tahun sebelumnya terhadap kredibilitas laporan keuangan

pemerintah daerah.

Pengujian hipotesis pertama (H5) memiliki nilai β5 sebesar 1,387dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,000 (sig<0,05). Hasil tersebut mendukungn

hipotesis kelima. Kesimpulannya adalah variabel opini tahun sebelumnya

memiliki pengaruh positif terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah

daerah yang diwakili dengan opini BPK.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Mutchler (1985), Carcello dan

Neal (2000), Ramadhany (2004), dan Januarti (2009) bahwa terdapat hubungan

yang signifikan dan positif antara opini audit going concerntahun sebelumnya

dengan opini tahun berjalan. Sehingga apabila tahun sebelumnya telah

memperoleh opini audit maka pada tahun berjalan kemungkinan besar auditor

akan memberikan kembali opini tersebut. Sejalan dengan kesimpulan Fatimah et

al. (2014) bahwa dalam proses audit, auditor diwajibkan memiliki pemahaman

mengenai entitas yang diperiksa, mempertimbangkan hasil pemeriksaan

sebelumnya dan tindak lanjut atas rekomendasi. Sehingga bagi laporan keuangan

pemerintah daerah yang sebelumnya mendapatkan opini WTP memungkinkan

untuk mempertahankan opini WTP karena beban perbaikan atas laporan keuangan

pemerintah daerah tersebut cenderung tidak sebanyak laporan keuangan

pemerintah daerah dengan opini non WTP.

Tentu saja penerimaan opini tahun sebelumnya dapat menjadi tolok ukur

bagaimana kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah tersebut. Hal tersebut

dimungkinkan karena kegiatan suatu perusahaan untuk tahun tertentu sangat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Apabila suatu

laporan keuangan pemerintah daerah dapat mempertahankan konsistennya untuk

bertahan pada opini yang baik maka keyakinan akan kredibilitaslaporan keuangan

akan semakin tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN, IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini menguji pengaruh SPIP, kepatuhan terhadap perundang-

undangan, ketergantungan pemerintah daerah, ukuran pemerintah daerah, dan

opini tahun sebelumnyaterhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah

yang diwakili opini BPK. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Kelemahan sistem pengendalian internal berpengaruh negatif

terhadapkredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh

opini BPK. Apabila opini yang diterima pemerintah daerah baik maka

menunjukkan bahwa jumlah kelemahan sistem pengendalian rendah.

2. Ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan berpengaruh terhadap

kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini

BPK. Semakin rendah ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan

kemungkinan memperoleh opini yang baik semakin tinggi.

3. Total aset sebagai nilai dari ukuran (size) tidak berpengaruh terhadap

penentuan kredibilitas laporan keuangan Pemerintah daerah yang diwakili

oleh opini BPK. Hal tersebut kemungkinan disebabkan selama ini yang

menjadi kendala BPK dalam memberikan opini yang kaitannya dengan

aset,sumber masalah utamanya bukan besarnya jumlah aset yang dimiliki

85

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

pemerintah daerah, akan tetapi manajemen dari aset itu sendiri yang masih

sangat lemah.

4. Ketergantungan pemerintah daerah berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili opini

BPK. Sehingga apabila nilai ketergantungan pemerintah daerah tinggi maka

kemungkinan untuk memperoleh opini yang baik akan lebih rendah. Hal ini

mungkin disebabkan karenapemda tidak termotivasi untuk meningkatkan

pengungkapan laporan keuangannya karena rendahnya tuntutan transparansi

dan akuntabilitas LKPD dari pihak eksternal.

5. Opini tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili opini BPK.

Apabila tahun sebelumnya memperoleh opini baik kemungkinan untuk

memperoleh opini yang sama akan lebih besar. Hal tersebut dimungkinkan

karena kegiatan suatu entitas untuk tahun tertentu sangat dipengaruhi oleh

keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Apabila temuan audit tahun

sebelumnya sedikit maka kemungkinan beban perbaikan laporan keuangan

tidak banyak dan selesai lebih cepat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

B. Saran dan Keterbatasan

Evaluasi atas hasil penelitian ini harus mempertimbangkan keterbatasan

yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian, di antaranya adalah berikut ini.

1. Koefisien determinasimodel penelitian ini adalah sebesar 0,223 berarti

variabilitas variabel dependen yangdapat dijelaskan oleh variabel independen

adalah sebesar 22,3%,sedangkan sisanya sebesar 77,7% dijelaskan oleh

variabel-variabel laindi luar model penelitian.

2. Periode pengamatan penelitian ini hanya satu tahun sehingga belum bisa

melihat secara mendalam kecenderungan trend kaitan kredibilitas laporan

keuangan pemerintah daerah yang dilihat dari opini dari BPK.

3. Merujuk dari pernyataan BPK bahwa salah satu permasalahan belum

diperolehnya opini WTP LKPD secara mayoritas disebabkan karena

pengelolaan aset tetap yang belum akuntabel maka dapat disimpulkan bahwa

data aset yang digunakan dalam penelitian ini secara mayoritas belum

akuntabel.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan saran, antara

lain:

1. Pada penelitian ini, variabel independen yang diteliti berpengaruh terhadap

variabel kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh

opini BPK sebesar 22,3%, hal ini berarti bahwa ada pengaruh sebesar 77,7%

dari variabel-variabel lain di luar variabel independen yang diteliti

berpengaruh terhadap variabel opini BPK yang mewakili kredibilitas laporan

keuangan pemerintah daerah. Penelitian selanjutnya disarankan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

meneliti pengaruh variabel-variabel lain yang belum termasuk dalam model

regresi pada penelitian ini, misalnya faktor kompetensi pengelola keuangan,

faktor remunerasi atau faktor sistem pengelolaan keuangan.

2. Pada penelitian berikutnya dapat menggunakan periode tahun pengamatan

yang lebih panjang. Tahun pengamatan yang lebih panjang akan menambah

jumlah sampel sehingga hasil pengamatan dapat lebih dapat digeneralisir.

3. Merujuk pada keterbatasan pengukuran sizeyang menggunakan total aset,

maka pada peneletian berikutnya dapat menggunakan pengukuran yang lain

misalnya jumlah anggota DPRD, seperti merujuk pada penelitian Suhardjanto

et al (2011).

C. Implikasi

5.3.1 Implikasi Praktis

Impilikasi praktis diharapkan dapat diterapkan dari hasil penelitian ini. Hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal, ketidakpatuhan

terhadap peraturan perundang-undanganserta karakateristik daerah berupa

ketergantungan Pemda dan opini audit tahun sebelumnya yang dinilai

berpengaruh terhadap penerimaan opini BPK semoga dapat memberikan

gambaran bagi pemerintah daerah dalam melakukan perbaikan dalam pengelolaan

keuangan daerah. Dari hasil tersebut pemerintahdaerah dapat membuat strategi

yang tepat, efisien dan efektif sehingga kredibilitas laporan keuangan Pemerintah

daerah dapat lebih ditingkatkan melalui perolehan predikat opini WTP.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Untuk instansi yang memiliki fungsi pengawasan yang berkaitan dengan

pemerintah daerah seperti DPR/DPRD dan inspektorat diharapkan lebih tepat

sasaran dalam membuat kebijakan, serta lebih meningkatkan pembinaan sehingga

pemerintah daerah dapat meraih atau mempertahankan opini WTP.

1.3.2 Implikasi Teoritis

Hubungan keagenan pada organisasi pemerintahan menjadi suatu konsep

yang penting karena aktivitas organisasi berhubungan dengan pendelegasian

wewenang, seperti penyediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan beragam

pelayanan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat. Laporan keuangan dan

pengungkapan informasi kepada publik adalah salah satu bentuk alat monitoring

untuk mengurangi asimetri informasi antara pemerintah sebagai agen dan rakyat

sebagai prinsipal. Akuntabilitas berarti pemerintah mampu menjawab semua

pertanyaan yang berkaitan dengan amanah yang diembannya. Opini audit

merupakan simbol kepercayaan publik terhadap kredibilitas dan kehandalan

informasi yang terkandung dalam suatu laporan keuangan. Untuk itu diperlukan

pihak yang independen untuk memberikan pendapatnya dalam rangka

meningkatkan kredibilitas laporan keuangan tersebut yaitu BPK.Dengan hasil

penelitian ini, sistem pengendalian internal, ketidakpatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan serta karakateristik daerah berupa ukuran (size) dan opini

audit tahun sebelumnya dinilai berpengaruh terhadap hasil opini yang dikeluarkan

oleh BPK. Sehingga dengan adanya impilikasi teori ini pemerintah sebagai agen

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

harus mampu meningkatkan kualitasnya dengan meningkatkan kredibilitas

laporan keuangan dengan memperoleh predikat opini yang baik.

.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A.W. dan Y. Septriani. 2008. Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis danCara Menguranginya.Jurnal Akuntansi & Manajemen 3 (2): 47-55 53.

Adzani, A. H. dan D. Martani. 2014. Pengaruh Kesejahteraan Masyarakat,Faktor Politik dan Ketidakpatuhan Regulasi Terhadap Opini AuditLaporan Keuangan Pemerintah Daerah. SNA 17 Mataram. LombokUniversitas Mataram 24-27 Sept 2014

Agbejule, A. dan A. Jokipii. 2008. Strategy, Control Activities, Monitoring andEffectiveness. Managerial Auditing Journal 24 (6): 500-522.

Atyanta, R. 2011. Analisis Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Studi Kasus pada Kabupaten X di Jawa Timur).Jurnal Ilmiah 1 (1): 16.

Aushbaugh-Skaife, H., Collins, D. W., dan Kinney Jr, W. R. 2007. The Discoveryand Reporting of Internal Control Deficiencies Prior to SOX-MandatedAudits. Journal of Accounting and Economics 44:166-192.

Badan Pemeriksa Keuangan. 2011. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I tahun2010.

Badan Pemeriksa Keuangan. 2014. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I tahun2013.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2012. Akuntabilitas PelaporanKeuangan. Diakses 1 Januari 2015. www.bpkp.go.id.

Banimahd, B., Y. Noorifard dan A. Davoudabadi. 2013. Auditor ManagementAlignment and Audit Opinion: Evidence from Iran. Management ScienceLetters 3 (4): 1217-1222.

Blaskovich, J. dan N. Mintchik.2009. Party Of Three? A Source CredibilityPerspective On The Use Of Consultants For Internal ControlAssessments.The Journal of Applied Business Research 25( 5): 59-68.

Carcello, J. V. dan T. L.Neal. 2000. Audit Commitee Composition and AuditorReporting. Diakses 6 April 2015.www.ssrn.com..

Cohen, J., G. Krishnamoorthy dan A. Wright. 2004. Corporate GovernanceMosaic and Financial Reporting Quality. Journal of Accounting Literature23: 87-152.

91

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Damayanti, R. A. 2011. Hubungan Keagenan Pemerintahan Daerah dalamKonteks Anggaran: Sebuah Agenda Rekonstruksi. Ekuitas 15 (2): 149 –171

D’Aquila dan Jill M. 1998. Is the Control Environment Related to FinancialReporting Decisions?. Managerial Auditing Journal 13(8): 472–478.

Damanpour, F. 1991. Organizational Innovation: A Meta-Analysis of Effects ofDeterminants and Moderators. Academy of Management Journal 34: 555-590.

Defera, Cris. 2013. Pengaruh kelemahan sistem pengendalian intern danketidakpatuhan pada ketentuan perundang-undangan terhadap penentuanopini laporan keuangan Pemerintah daerah di indonesia tahun 2008-2011. Skripsi-Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Atmajaya.

Doyle, J., Ge, W. Dan S. McVay. 2007. Determinants of weaknesses in internalcontrol over financial reporting. Journal of Accounting and Economics 44(1): 193-223.

Eisenhardt, K. M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review.Academy ofManagement Review 14 (1) : 57-74.

Fatimah, D., Ria N. S. dan M. Rasuli. 2014. Pengaruh Sistem PengendalianIntern, Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan, Opini AuditTahun Sebelumnya dan Umur Pemerintah Daerah Terhadap PenerimaanOpini Wajar Tanpa Pengecualian Pada Laporan Keuangan PemerintahDaerah Di Seluruh Indonesia. Jurnal Akuntansi 3 (1): 1 – 15

Fen, S. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit GoingConcern dan Konsekuensinya terhadap Auditor Switching.Tesis-Tidakdipublikasi. Jakarta: Universitas Atmajaya.

Fitryani, V., B. Subroto dan Z. Baridwan. 2013. Persepsi Pengguna LaporanKeuangan atas Opini Audit. Jurnal Akuntansi Aktual. 2 (2): 93–103

Ge, W. Dan S. McVay. 2005. The Disclosure of Material Weaknesses in InternalControl after The Sarbanes–Oxley Act. Accounting Horizons 19 (3): 137–158.

Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gutomo, Kotot. 2013. Berburu Opini WTP. Badan Pengawasan Keuangan DanPembangunan.Diakses 30 Desember 2014. http://itjen.kemdiknas.go.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Habib, A. 2013. A meta-analysis of the Determinants of Modified Audit OpinionDecisions.Managerial Auditing Journal 28 (3): 184-216.

Hadisurya, G. dan Nurrekawati. 2012. Audit Kepatuhan Terhadap Undang-Undang/Hukum/Peraturan (Sebuah Perspektif Sektor Publik). Diakses 30Desember 2014. http://itjen.kemdiknas.go.id.

Halim, A. dan S. Abdullah. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenan diPemerintah Daerah: (Sebuah Peluang Penelitian Anggaran danAkuntansi).Jurnal Akuntansi Pemerintah 2 (1): 53-64.

Jensen, M dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Magerial Behavior,Agency Cost and Ownership Structure.Journal of Financial Economics 3:305-360.

Jiang, W., K. H. Rupley dan J. Wu. 2009. Internal Control Deficiencies and theIssuance of Going Concern Opinions. Research in Accounting Regulation22: 40-46.

Johnson, W. B. dan D. Shores. 1999. Accounting Defects, Financial StatementCredibility, and Equity Valuation. Diakses 30 Desember 2014.tippie.uiowa.edu/accounting

Kapp, R. W. 1978. Some Problems of a Legal Compliance Audit. The BusinessLawyer 33 (4): 2467-2472.

Kasidi. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor. Tesis-Tidak dipublikasi. Semarang: ProgramPascasarjana Magister SainsAkuntansi, Universitas Diponegoro.

Kawedar, W. 2010. Opini Audit dan Sistem Pengendalian Intern (Studi Kasus diKabupaten PWJ yang Mengalami Penurunan Opini Audit).JurnalAkuntansi dan Auditing6:8.

Kusuma, I. G. E. A. 2013. Pengaruh kejelasan sasaran anggaran, komitmenorganisasi dan ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran (studiempiris di SKPD Pemerintah Provinsi Bali).Tesis-Tidak dipublikasi.Bali:Program Pascasarjana Magister Akuntansi, Universitas Udayana.

Liestiani, A dan D. Martani. 2008. Disclosure in Local Government FinancialStatements: the Case of Indonesia.Global Review of Accounting andFinance3 (1): 67-84.

Mack, J. dan C. Ryan. 2006. Reflections on the Theoretical Underpinnings of theGeneral Purpose Financial Reports of Australian Government

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Departments.Accounting, Auditing & Accountability Journal 19 (4): 592-612.

Maslani. 2008. Meningkatkan Akuntabilitas Publik Melalui OptimalisasiManajemen Aset Negara/Daerah. Di akses tanggal 7 Desember2014.http://Pusdiklatwas.bpkp.go.id

Marfiana, N. dan L. Kurniasih. 2013. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerahdan Hasil Pemeriksaan Audit BPK terhadap Kinerja Keuangan PemerintahDaerah Kabupaten/Kota. Diakses tanggal 22 Desember 2014.http://jp.feb.unsoed.ac.id.

Milal, A. Z,.Makna Opini Audit WTP Bagi Kementerian/Lembaga (Studi kasuspada Kementerian Sosial). Diakses tanggal 22 Desember 2014.www.jimfeb.ub.ac.id

Mustikarini, W. Astuti dan D. Fitriasari. 2012. Pengaruh Karakteristik PemerintahDaerah dan Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja Pemerintah DaerahKabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2007. Forum: SimposiumNasional Akuntansi 15. Diakses tanggal 3 Januari 2015.http//www.sna.akuntansi.unikal.ac.id

Mutchler, J. F. 1985. A Multivariate Analysis of the Auditor's Going-ConcernOpinion Decision.Journal of Accounting Research 23 (2): 668-682.

Nasution, A. 2007. Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara dan KeuanganDaerah. Makalah disampaikan dalam Seminar IAIKSAP. Jakarta 12 April2008.

O’Leary, C., E. Iselin dan D. Sharma. 2006. The Relative Effects of Elements ofInternal Control on Auditors’ Evaluations of Internal Control. PacificAccounting Review 18 (2): 69-96.

Patrick, P. A. 2007. The Determinant of Organizational Inovativeness: TheAdoption of GASB 34 in Pennsylvania Local Government. Disertasi Ph.D.Tidak dipublikasikan. Pennsylvania: The Pennsylvania State University.

Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang Peraturan Pemerintahnomor 60 tahun 2008, tentang Sistem PengendalianIntern Pemerintah(SPIP).

Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan KeuanganDaerah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang Standar AkuntansiPemerintahan (SAP).

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan nomor 1 tahun 2007 tentang StandarPemeriksaan Keuangan Negara.

Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan. 2014. Perkembangan OpiniLaporan Keuangan Pemda. Diakses 7 Desember 2014.www.bpkp.go.id

Puspita, R dan D. Martani. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja dan KarakteristikPemda Terhadap Tingkat Pengungkapan dan Kualitas Informasi dalamWebsite Pemda. Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin, 20-23September 2012.

Ramadhany, A. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PenerimaanOpini Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang MengalamiFinacial Distress di Bursa Efek Jakarta.Tesis-Tidak dipublikasi.Semarang: Program Pascasarjana Magister Akuntansi, UniversitasDiponegoro.

Robbins, W. A. dan K. R. Austin. 1986. Disclosure Quality in GovermentalFinancial Reports: An Assessment of the Appropriateness of a CompoundMeasure. Journal of Accounting Research 24 (2): 412-421.

Safitri, N. L. K. S. A. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan TemuanKepatuhan Terhadap Opini Audit Pada Pemerintah Daerah.Skripsi-Tidakdipublikasi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Scott, W.R,. 2009. Finacial Accounting Theory. Fifth Edition. USA: Prentice Hall

Sekaran, U. dan R. Bougie, 2013. Research Method for Business, A Skill BuildingApproach. Sixth Edition, New York: John Willey & Sons Inc.

Setyaningrum, D. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KualitasAudit BPK RI. Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin. 20-23September 2013.

Setyaningrum, D dan F. Syafitri. 2012.Analisis Pengaruh KarakteristikPemerintah Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 9 (2): 154-170.

Setyarno, Eko Budi, I. Januarti dan Faisal. 2009. Analisis Pengaruh FaktorPerusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan TerhadapPenerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur YangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi 12(SNA 12), 4 - 6 November 2009, Palembang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Sipahutar, H. dan S. Khairani. 2012. Analisis Perubahan Opini LHP BPK RI ataslaporan keuangan pemerintah daerah kabupaten Empat Lawang.Tidakdipublikasikan.Diakses 6 Mei 2015www.eprints.mdp.ac.id

Suhardjanto, D., Rusmin, P. Mandasari dan A. Brown. 2010. MandatoryDisclosure Compliance and Local Government Charactheristics: EvidenceFrom Indonesian Municipalities.Penelitian Hibah Publikasi Internasional,LP2M UNS.

Suhardjanto, D., Yulianingtyas dan R. Rukmita. 2011. Pengaruh KarakteristikPemerintah Daerah terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib dalamLaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris padaKabupaten/Kota di Indonesia).Jurnal Akuntansi & Auditing 8 (1): 1-194.

Sunarsih. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Disclaimer BPKTerhadap Laporan Keuangan Di Lingkungan Departemen di Jakarta.Tesis-Tidak dipublikasi. Program Pasca Sarjana. Jakarta: UniversitasGunadarma.

Suroso, G.T. 2010. Opini BPK Sebagai Sebuah Parameter Pengelolaan AnggaranDaerah.Jurnalkeuangandanpembangunan.blogspot.com. Diakses 7Januari 2015.

Taufikurrahman. 2014. Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi pemberianopini audit olehBPK RI atas LKPD Provinsi, kabupaten dan kota diSumatera Utara. Tesis-Tidak dipublikasikan. Medan: UniversitasSumatera Utara.

The Committee of Sponsoring Organization of the treadway Commission. 1992.COSO – Internal Control Integrated Framework. The Committee ofSponsoring Organization of the treadway Commission.

Undang-Undang Dasar tahun 1945 Pasal 23 ayat (1) tentang KeuanganNegara.

Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang nomor 01 tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara.

Undang-undang nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan danTanggung Jawab Keuangan Negara.

Verdiana, K. Anggita dan I. M. K. Utama. 2013. Pengaruh Reputasi Auditor,Disclosure, Audit Client Tenure pada Kemungkinan Pengungkapan Opini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Audit Going Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5 (3):530-543.

Zhang, Y.,J. Zhou, dan N. Zhou. 2007. Audit Committee Quality, AuditorIndependence, and Internal Control Weaknesses.Journal of Accountingand Public Policy 26: 300-327.

www.dppkad.banjarnegarakab.go.id diakses 30 Desember 2014.

www.setdaprovkaltim.info/keuangan/ diakses 6 April 2015.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Ringkasan Data Pengujian

Case Processing Summary

N Marginal Percentage

Opini t

1,00 18 4,0%

2,00 9 2,0%

3,00 275 60,6%

4,00 55 12,1%

5,00 97 21,4%

Valid 454 100,0%

Missing 0

Total 454

98

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Lampiran 2. Uji Goodness of Fit

Model Fitting Information

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 994,104

Final 772,054 222,050 5 ,000

Link function: Logit.

Goodness-of-Fit

Chi-Square Df Sig.

Pearson 2211,686 1807 ,000

Deviance 772,054 1807 1,000

Link function: Logit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Lampiran 3. Uji Pseudo R Square

Pseudo R-Square

Cox and Snell ,387

Nagelkerke ,436

McFadden ,223

Link function: Logit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Lampiran 4. Hasil Uji Parameter Estimates

Parameter Estimates

Estimat

e

Std.

Error

Wald df Sig. 95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

Threshol

d

[y =

1,00]-5,492 2,924 3,528 1 ,060 -11,224 ,239

[y =

2,00]-4,954 2,918 2,883 1 ,090 -10,672 ,765

[y =

3,00]-,045 2,899 ,000 1 ,988 -5,728 5,637

[y =

4,00],879 2,901 ,092 1 ,762 -4,808 6,565

Location

X1 -,077 ,023 10,975 1 ,001 -,122 -,031

X2 -,049 ,018 7,689 1 ,006 -,083 -,014

X4 -2,162 ,879 6,050 1 ,014 -3,885 -,439

X5 1,387 ,120 132,663 1 ,000 1,151 1,623

Ln_X3 -,192 ,178 1,172 1 ,279 -,540 ,156

Link function: Logit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Lampiran 5. Hasil Test of Parallel Lines

Test of Parallel Linesa

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Null Hypothesis 772,054

General 761,770b 10,284c 15 ,802

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user