i
i
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL,KEPATUHAN TERHADAP PERUNDANGAN-UNDANGAN,
DAN KARAKTERISTIK DAERAH TERHADAPKREDIBILITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH DI INDONESIA
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-SyaratGuna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:NUHONI NALURITA
NIM : S431308006
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015
i
i
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL,KEPATUHAN TERHADAP PERUNDANGAN-UNDANGAN,
DAN KARAKTERISTIK DAERAH TERHADAPKREDIBILITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH DI INDONESIA
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-SyaratGuna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:NUHONI NALURITA
NIM : S431308006
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015
i
i
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL,KEPATUHAN TERHADAP PERUNDANGAN-UNDANGAN,
DAN KARAKTERISTIK DAERAH TERHADAPKREDIBILITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH DI INDONESIA
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-SyaratGuna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:NUHONI NALURITA
NIM : S431308006
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebagai rasa syukur, rasa terima kasih dan rasa sayang dengan
kerendahan hati, karyaini penulis persembahkan kepada:
ALLAH sebagai wujud terima kasihku untuk segala kuasa-Mu,
Orangtuaku, suamiku dan anakku sebagai penyemangatku,
Masyarakat Indonesia tulisan ini sebagai wujud amanahku atas
kesempatan yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
vi
HALAMAN MOTTO
“Bacalah dengan nama Robb-mu yang Maha menciptakan, Yang mencipta manusia dari
segumpal darah, Bacalah, dan sesungguhnya Robb-mu Maha Pemurah, Yang Mengajari
manusia dengan kalam, Mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(QS Al ‘Alaq 1-5)
“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu diantara kamu beberapa
derajat” .
(QS: Al Mujadalah Ayat 11)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya,
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hatinya semuanya itu akan dimintai
pertanggung jawaban”.
(QS. Al – Isra: 36)
“Terus berdoa terus berusaha terus berbagi”.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulisan tesis ini
dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program
Pascasarjana Magister Akuntansi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang secara
langsungmaupun tidak langsung memberikan bimbingan dan arahan serta
berbagai masukanyang positif, sehingga membantu memperlancar
terselesaikannya skripsi ini. Olehkarena itu dengan segala kerendahan
hati,penulismengucapkan terima kasih dan berdo’a semoga Allah SWT
memberikan balasanyang berlipat kepada mereka. Berkenaan itu, penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepala Badan Pengawasan, Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republik
Indonesia yang telah berkenan memberikan bantuan kepada peneliti berupa
Beasiswa STAR BPKP dalam menyelesaikan studi di program studi Magister
Akuntansi Fakultas Ekonimi Universitas Sebelas Maret
2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Program Pasca
Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Hunik Sri Sawitri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebalas Maret Surakarta.
vii
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulisan tesis ini
dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program
Pascasarjana Magister Akuntansi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang secara
langsungmaupun tidak langsung memberikan bimbingan dan arahan serta
berbagai masukanyang positif, sehingga membantu memperlancar
terselesaikannya skripsi ini. Olehkarena itu dengan segala kerendahan
hati,penulismengucapkan terima kasih dan berdo’a semoga Allah SWT
memberikan balasanyang berlipat kepada mereka. Berkenaan itu, penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepala Badan Pengawasan, Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republik
Indonesia yang telah berkenan memberikan bantuan kepada peneliti berupa
Beasiswa STAR BPKP dalam menyelesaikan studi di program studi Magister
Akuntansi Fakultas Ekonimi Universitas Sebelas Maret
2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Program Pasca
Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Hunik Sri Sawitri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebalas Maret Surakarta.
vii
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulisan tesis ini
dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program
Pascasarjana Magister Akuntansi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang secara
langsungmaupun tidak langsung memberikan bimbingan dan arahan serta
berbagai masukanyang positif, sehingga membantu memperlancar
terselesaikannya skripsi ini. Olehkarena itu dengan segala kerendahan
hati,penulismengucapkan terima kasih dan berdo’a semoga Allah SWT
memberikan balasanyang berlipat kepada mereka. Berkenaan itu, penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepala Badan Pengawasan, Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Republik
Indonesia yang telah berkenan memberikan bantuan kepada peneliti berupa
Beasiswa STAR BPKP dalam menyelesaikan studi di program studi Magister
Akuntansi Fakultas Ekonimi Universitas Sebelas Maret
2. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Program Pasca
Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dr. Hunik Sri Sawitri, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebalas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
viii
5. Dr. Payamta, M.Si., CPA, Ak., selaku Ketua Program Studi Magister
Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dengan sabar, membagikan ilmunya untuk
keberhasilan penulisan tesis ini.
6. Tim penguji yang telah berkenan memberikan saran, masukan sehingga karya
ilmiah ini dapat berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan, dan berguna
bagi para pembaca.
7. Bapak ibu staf pengajar Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi UNS atas ilmu
yang dibagikan selama saya menjalani proses belajar.
8. Staf admisi pengelola Program Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah membantu kelancaran administrasi penulis dari awal
proses kuliah sampai penyelesaian tesis ini.
9. Adi Yuana, Kafeel Anggito dan Archie Abbad, teman dalam perjuangan dan
kebahagian, memberikan motivasi, inspirasi dan dukungan.
10. Bapakku dan ibu serta mertua selaku orang tua yang dengan kasih sayang,
cintanya serta do’anya yang selalu mengiringi setiap langkah kepada penulis
11. Teman-teman Beasiswa STAR BPKP,terima kasih atas persahabatan dan rasa
kekeluargaan yang terjalin selama ini semoga selalu menjadi saudara untuk
selama-lamanya.
12. Masyarakat Indonesia yang telah memberikan penulis kesempatan untuk dapat
mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu semoga Allah SWT melimpahkan ridho dan hidayahnya atas segala amal
baiknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ix
Wa Billa hi’ taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, Juli 2015
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHANPENGUJI ......................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
ABSTRAK ....................................................................................................... xviii
ABSTRACT ...................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ....................................... 15
A. Landasan Teori............................................................................... 15
2.1.1 Teori Keagenan ..................................................................... 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
xi
2.1.2 Keuangan Daerah/Negara ..................................................... 17
2.1.3 Laporan Keuangan ................................................................ 19
2.1.4 Pemeriksaan Keuangan ......................................................... 22
2.1.5 Kredibilitas Laporan Keuangan dan Opini Badan Pemeriksa
Keuangan ............................................................................. 24
2.1.6 Sistem Pengendalian Internal (SPI) ...................................... 29
2.1.7 Kepatuhan Terhadap Perundang-Undangan ......................... 33
2.1.8 Karakteristik Daerah ............................................................. 35
2.2.8.1 Ukuran Daerah (size)............................................. 35
2.2.8.2 Ketergantungan Pemerintah Daerah...................... 37
2.2.8.2 Opini Tahun Sebelumnya ..................................... 39
B. Penelitian Terdahulu........................................................................ 39
C. Pengembangan Hipotesis................................................................. 42
2.2.1 Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kredibilitas
Laporan Keuangan............................................................... 42
2.2.2 Pengaruh Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan Perundang-
Undangan Terhadap Opini BPK.......................................... 43
2.2.3 Pengaruh Karakteristik Daerah Terhadap Opini BPK .......... 45
2.2.3.1 Ukuran Daerah ...................................................... 45
2.2.3.2 Ketergantungan Pemerintah Daerah..................... 46
2.2.3.2 Opini Tahun Sebelumnya ..................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 51
A. Jenis Penelitian............................................................................... 51
B. Cara Pengumpulan Data................................................................. 51
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................. 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
xii
3.3.1 Kredibilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y) ...... 53
3.3.2KelemahanSistem Pengendalian Intern (X1) ......................... 56
3.3.3 Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan (X3)59
3.3.4 Ukuran Pemerintah Daerah (X3) .......................................... 61
3.3.5 Ketergantungan Pemerintah Daerah (x4).............................. 63
3.3.6 Opini Tahun Sebelumnya (X5) ............................................. 63
D. Pengujian Instrumen Penelitian...................................................... 64
3.4.1 Uji Fit Model........................................................................ 65
3.4.2 Uji Koefisien Determinasi.................................................... 65
3.4.3 Uji Koefisien Regresi ........................................................... 66
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN....................................... 68
A. Data Penelitian ............................................................................... 68
4.1.1 Gambaran Umum Data ........................................................ 68
4.1.2 Statistik Deskriptif ............................................................... 70
B. Analisis Data .................................................................................. 73
4.2.1 Uji Kelayakan Model ......................................................... 73
4.2.2 Uji Koefisien Determinasi ................................................... 75
4.2.3 Uji Koefisien Regresi .......................................................... 76
C. Pembahasan.................................................................................... 78
4.3.1 Pengaruh SPIP Terhadap Kredibilitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah............................................................... 78
4.3.2 Pengaruh Kepatuhan Terhadap Perundang-Undangan Terhadap
Kredibilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ........... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
xiii
4.3.3 Pengaruh Ukuran (size) Terhadap Kredibilitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah ............................................. 80
4.3.4 Pengaruh Ketergantungan Terhadap Kredibilitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah ............................................. 82
4.3.5 Pengaruh Opini Tahun Sebelumnya Terhadap Kredibilitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ............................... 83
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN, IMPLIKASI... 85
A. Kesimpulan ................................................................................... 85
B. Saran dan Keterbatasan ................................................................. 87
C. Implikasi......................................................................................... 88
5.3.1 Implikasi Praktis .................................................................. 88
5.3.2 Implikasi Teoritis ................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Opini Pemeriksaan Laporan Keuangan................... 5
Tabel 4.1. Proses Seleksi Sampel..................................................................... 68
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Menurut Jenis Pemerintahan .............................. 69
Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif .................................................................. 70
Tabel 4.4 Processing Case Summary............................................................... 72
Tabel 4.5 Model Fitting Information ............................................................... 73
Tabel 4.6 Goodness of Fit ................................................................................ 74
Tabel 4.7 Test of Parallel Lines ....................................................................... 74
Tabel 4.8 Pseudo R Square .............................................................................. 75
Tabel 4.9 Parameter Estimates ........................................................................ 76
Tabel 4.10 Ringkasan Hipotesis....................................................................... 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ........................................................................ 50
Gambar 3.1 Rumus Total Aset......................................................................... 62
Gambar 3.2 Rumus Ukuran Pemerintah Daerah.............................................. 62
Gambar 3.3 Rumus Rasio Ketergantungan Pemerintah Daerah ...................... 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
xvi
DAFTAR SINGKATAN
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BPKP : Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
SAP : Standar Akuntansi Pemerintah
PSA : Pernyataan Standar Auditing
SPI : Sistem Pengendalian Internal
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
DAU : Dana Alokasi Umum
LK : Laporan Keuangan
LKPD : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
LKPP : Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
TMP : Tidak Memberikan Pendapat
TW : Tidak Wajar
WTP : Wajar Dengan Pengecualian
WTP DPP :Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas
WDP : Wajar Tanpa Pengecualian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Ringkasan Data Pengujian ................................................. 98
Lampiran 2 Uji Goodness of Fit....................................................................... 99
Lampiran 3 Uji Pseudo R Square..................................................................... 100
Lampiran 4 Hasil Uji Parameter Estimates ..................................................... 101
Lampiran 5 Hasil Test of Parallel Lines .......................................................... 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
xviii
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN, KEPATUHANTERHADAP PERUNDANGAN-UNDANGAN, KARAKTERISTIKDAERAH TERHADAP KREDIBILITAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA
Nuhoni NaluritaNIM : S431308006
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sistem PengendaIianInternal Pemerintah, Kepatuhan terhadap perundang-undangan dan karakteristikdaerah terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah di Indonesia.Sistem Pengendalian Intern diproksikan dengan temuan kelemahan SPI,Kepatuhan dengan temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, karakteristik daerah dengan ukuran, rasio ketergantungan, opinitahun sebelumnya, sedangkan kredibilitas diproksikan dengan opini audit. Obyekdalam penelitian ini adalah laporan keuangan PEMDA di seluruh Indonesiatahun 2013 yang memperoleh opini dari BPK. Dari 542 kabupaten/kota yang ada,454 laporan keuangan yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Analisis datadalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik ordinal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelemahan sistem pengendalian,Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, ketergantungan, danopini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit tahunpenelitian. Akan tetapi penelitian ini tidak berhasil menjelaskan hubungan ukuranpemerintah daerah kaitannya dengan opini.
Kata kunci: sistem pengendalian intern, kepatuhan terhadap peraturanperundang-undangan, ukuran pemerintah daerah, ketergantungan pemerintahdaerah, opini audit tahun sebelumnya, kredibilitas laporan keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
xix
THE INFLUENCE OF INTERNAL CONTROL SYSTEM, COMPLIANCEWITH LAWS AND REGULATIONS, AND THE LOCAL GOVERMENTCHARACTERISTICS, ON THE CREDIBILITY OF THE FINANCIAL
STATEMENT OF LOCAL GOVERNMENTS IN INDONESIA
Nuhoni NaluritaNIM : S431308006
ABSTRACT
This study aims to understand the influence of the goverment internal controlsystem, compliance with laws and regulations and the local govermentcharacteristic on the credibility of the financial statement of local governments inIndonesia. The government’internal control system is proxied by findings ofinternal control weakness, compliance is proxied by findings of regulationdisobedience, government characteristic is proxied by size, dependency ratio,previous year opinion, and credibility is proxied by audit opinion. The objects ofthis research are Indonesian Local government financial report (LKPD) on 2013which have been audited by the supreme audit board of Republic of indonesia.From 542 local governments, this study found 454 usable financial report. Dataare analyzed using ordinal logistic regression.
The result of this study prove that the weakeness of internal control system,disobedience of regulation, dependency, and previous year opinion significantlyaffected the audit opinion of the research year. However this study can notmanage to prove the relation between the size of local government on auditopinion.
Keywords : internal control system, compliance with law, the size of localgovernment, dependency of local government, previous year audit opinion,credibility of financial report.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Laporan keuangan pemerintah merupakan alat pertanggungjawaban
keuangan pemerintah sekaligus indikator kredibilitas pemerintah yang tercermin
dari transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Transparansi
artinya memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah
dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya
pada peraturan perundang-undangan (PP 71 tahun 2010). Dengan digulirkannya
otonomi daerah, harapan masyarakat terhadap transparansi pengelolaan keuangan
sangat tinggi. Pemerintah sebagai agen dari masyarakat harus mampu memenuhi
tuntutan tersebut dengan wajib membuat laporan keuangan dan menyampaikan
secara terbuka.
Akuntabilitas berarti pemangku kekuasaan mempertanggungjawabkan
pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang diberikan kepadanya
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik (PP 71 tahun 2010).
Bagi organisasi publik, laporan keuangan diperlukan sebagai sarana untuk
mewujudkan akuntabilitas. Apabila hasil reviu laporan keuangan tidak baik maka
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
menunjukkan lemahnya akuntabilitas dari pemerintahan tersebut. Menurut
Nasution (2007), transparansi dan akuntabilitas diperlukan untuk menjamin
adanya simetri informasi pasar sekaligus merupakan kunci pokok agar dapat
memanfaatkan globalisasi perekonomian. Perbaikan transparansi dan akuntabilitas
fiskal atau keuangan negara adalah merupakan bagian terpenting dari penegakan
tata kelola atau tata pemerintahan yang baik (good governance).
Sesuai dengan amanat Pasal 23 ayat (1) E UUD 1945 yang menyatakan
untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan satu badan pemeriksa yang bebas dan mandiri yang disebut dengan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Supaya dapat melaksanakan tugas
pemeriksaan pengelolaan Keuangan Negara secara efektif, sesuai peraturan
perundang-undangan maka BPK mempunyai standar aturan yang mengatur hal-
hal pokok yang memberi landasan operasional sebagai pengganti Standar Audit
Pemerintahan (SAP). Aturan tersebut adalah Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN). Hasil pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh BPK akan
menghasilkan opini.Indikator kredibilitas laporan keuangan, salah satunya dilihat
dari hasil opini BPK terhadap penyajian laporan keuangan.
Penjelasan DPPKAD (2010), kredibilitas manajemen dapat digambarkan
melalui laporan keuangan karena hanya manajemen yang memiliki informasi
yang berkaitan dengan substansi laporan keuangan tersebut. Untuk itu diperlukan
pihak yang independen untuk memberikan pendapatnya dalam rangka
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Dalam penelitian Fen (2010) dijelaskan bahwa opini audit merupakan
simbol kepercayaan publik terhadap kredibilitas dan kehandalan informasi yang
terkandung dalam suatu laporan keuangan. Firth (1980) dan Lavin (1976) dalam
Kasidi (2007) menyatakan bahwa kredibilitas laporan keuangan tergantung pada
persepsi audit independen dari seorang auditor eksternal oleh pengguna laporan
keuangan. Jika auditor terlihat tidak independen, maka pengguna laporan
keuangan tidak percaya atas laporan keuangan sehingga laporan keuangan
menjadi tidak bernilai.
Setdaprovinsi Kaltim (2013) menjelaskan bahwa opini BPK merupakan
salah satu indikator kualitas pengelolaan keuangan daerah. Keutamaan dari opini
tersebut bila dibandingkan dengan indikator lainnya adalah karena dihasilkan dari
pihak eksternal pemerintah daerah yang dianggap berkompeten dan objektif,
sehingga digunakan sebagai bahan evaluasi pengelolaan keuangan daerah.
Salah satu pemaparan BPKP (2014) dalam websitenya adalah menjelaskan
dampak diperolehnya opini selain WTP atas laporan keuangan pemerintah.
Antara lain berkurangnya dukungan dan partisipasi masyarakat dalam menunjang
keberhasilan program kerja pemerintah. Dampak lainnya adalah timbulnya
persepsi publik akan adanya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan
negara/daerah.Contoh pengaruh opini lainnya adalah seperti pernyataan Suroso
(2010), bahwa rakyatpun bisa mengambil keputusan politiknya dengan dasar opini
audit yang diterbitkan oleh BPK seperti para investor di pasar modal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dalam pandangan Gutomo (2012) predikat WTP seolah-olah menjadi citra
positif bagi instansi, bahwa pemerintahan telah dikelola secara akuntabel dan
terbebas dari korupsi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya fenomena di media
massa, yaitu munculnya iklan ucapan selamat kepada instansi atas opini Wajar
Tanpa Pengecualian yang diperoleh dari BPK RI. Dengan memperoleh predikat
tersebut merupakan kebanggan bagi instansi yang menerima sehingga masyarakat
harus mengetahuinya.
Beberapa faktor yang menyebabkan laporan keuangan K/L dan pemda belum
memperoleh opini WTP menurut penjelasan BPKP dalam websitenya adalah
karena penyajian yang belum sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP), lemahnya sistem pengendalian intern, penataan barang milik
negara/daerah yang belum tertib, pengadaan barang dan jasa yang menyimpang
dari ketentuan yang berlaku, dan kurang memadainya kapasitas SDM pengelola
keuangan
Masih menurut Gutomo (2012), menyusun laporan keuangan di jajaran
pemerintah daerah, memang bukan perkara mudah dan memerlukan perjuangan
ekstra. Kelemahan sistem pengendalian intern dan keterbatasan sumber daya
manusia yang paham akuntansi pemerintahan sebagai penyebabnya. Hal tersebut
diperparah dengan adanya tunggangan kepentingan politik legislatif dan eksekutif
dalam penggunaan anggaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Laporan keuangan pemerintah merupakan gabungan antara LKKL, LKPD,
dan LK Badan Lainnya sehingga apabila salah satu dari komponen kurang
diyakini kredibilitasnya maka akan mempengaruhi kredibilitas LKPP.BPK
memberikan opini WDP atas LKPP Tahun 2013. Dilihat dari prosentase,LKLL
memiliki prosentase 74% dalam perolehan opini WTP, yaitu 64 LKKL dari 86
LKKL telah memperoleh opini WTP.LKPD masih memiliki persentase yang
cukup rendah dalam pencapaian opini WTP yaitu sebesar 34 %, yaitu 153 LKPD
dari 456 LKPD.Pada tahun 2013 BPK melakukan pemerikasaan terhadap 456
LKPD, BPK memberikan opini WTP atas 153 LKPD, opini WDP atas 276
LKPD, opini TW atas 9 LKPD, dan opini TMP atas 18 LKPD (IHPS 2013).
Tabel 1.1Perkembangan Opini Pemeriksaan Laporan Keuangan
Sumber : Diolah dari data IHPS I (2014)
Dari data tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun laporan
keuangan menunjukkan peningkatan opini, akan tetapi jumlah LKPD yang
memperoleh opini WTP masih sedikit. Laporan keuangan pemerintah daerah yang
belum memperoleh opini WTP menunjukkan bahwa laporan tersebut belum dapat
diyakini kewajarannya oleh BPK.
Untuk menghasilkan laporan keuangan yang handal, salah satunya adalah
dengan laporan tersebut disusun berdasarkan sistem pengendalian intern (SPI)
yang baik. Peran SPI adalah untuk meningkatkan kinerja, transparansi, dan
Tahun LK WTP WDP TW TMP JumlahLKPD
2011 67 349 8 100 5242012 120 319 6 78 5232013 153 276 9 18 456Jumlah 340 944 23 196 1493
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara (Kawedar 2010). Sesuai dengan pasal
56 ayat (4) UU nomor 01 tahun 2004, pengelolaan APBD wajib diselenggarakan
berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai. Hal tersebut dibuktikan
dengan melalui pernyataan tertulis dari Kepala satuan kerja perangkat daerah
selaku pengguna anggaran/pengguna barang.
Nasution (2007) menyatakan bahwa kelemahan sistem keuangan saat ini
merupakan warisan yang bersifat mendasar dari pemerintahan sebelumnya.
Kelemahan tersebut meliputi desain dan pelaksanaan sistem pengendalian
internal, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, sistem
penyimpanan keuangan negara yang kurang memadai, masih minimnya informasi
tentang aset maupun hutang negara, dan pengungkapan SAL (Sisa Anggaran
Lebih) yang tidak konsisten dan tidak memadai.
Dalam kegiatan organisasi pihak manajemen bertanggung jawab agar setiap
kegiatan yang dilaksanakan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku. Di
sektor publik, audit kepatuhan merupakan unsur audit yang sangat penting, karena
organisasi pemerintah beroperasi dalam kerangka hukum dan peraturan yang
berlaku (Hadisurya dan Nurrekawati 2012).
Hasil pemeriksaan BPK pada semester satu tahun 2014 menghasilkan
temuan 5.948 kasus kelemahan SPI. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja merupakan yang terbanyak dengan 2.498 kasus
atau 42% dari jumlah kelemahan SPI. Rekomendasi yang diberikan adalah
perbaikan SPI atau sanksi administratif. Pada kasus ketidakpatuhan terhadap
perundang-undangan terdapat 7.173 kasus senilai Rp10.928.527,26 juta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
diantaranya terdapat indikasi kerugian negara/daerah sebanyak 418 kasus senilai
Rp400.659,93 juta. Rekomendasi BPK terhadap ketidakpatuhan terhadap
perundang-undangan yang menyebabkan kerugian, potensi kerugian dan
kekurangan penerimaan kas tersebut adalah penyetoran sejumlah uang ke kas
negara/daerah atau penyerahan aset. Kasus ketidakpatuhan terhadap perundang-
undangan yang disebabkan kelemahan administrasi, ketidakhematan dan
ketidakefektifan rekomendasi yang diberikan adalah perbaikan SPI atau sanksi
administratif.
Telah terdapat beberapa penelitian tentang pengaruh sistem pengendalian
intern (SPI) serta ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan
kaitannya dengan opini BPK. Beberapa penelitian yang berkaitan antara SPIP
dengan opini BPK adalah penelitian Taufikurrahman (2014) yang menunjukkan
bahwa kelemahan SPI secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan
terhadap pemberian opini audit oleh BPK RI atas LKPD Provinsi, Kabupaten dan
Kota di Sumatera Utara.
Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian Sipahutar dan Khairani (2012)
menunjukkan bahwa terdapat penurunan opini yang diberikan oleh BPK atas
laporan keuangan pada pemerintah daerah kabupaten Empat Lawang yang
disebabkan karena terdapat kelemahan/kesalahan material efektivitas sistem
pengendalian intern, kepatuhan Pemerintah Kabupaten Empat Lawang terhadap
peraturan Perundang-Undangan dan kesesuaian penyajian laporan keuangan
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Kesimpulan lain adalah hasil penelitian
menurut Sunarsih (2013) dan Defera (2013). Menurut Sunarsih (2013) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Defera (2013)materialitas, pelanggaran SAP, kelemahan SPI dan ketidakpatuhan
terhadap Peraturan Perundang-undangan tidak mempengaruhi opini disclaimer.
Alasan peneliti ingin meneliti kembali adalah selain karena masih adanya
inkonsistensi hasil penelitian yang sudah ada, juga karena pentingnya arti sebuah
opini laporan keuangan sebagai salah satu tolok ukur kinerja sebuah instansi.
Kinerja sebuah instansi dipandang secara positif apabila laporan keuangannya
terjamin kredibilitasnya. Kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi
audit independen dari seorang auditor eksternal dalam hal ini adalah merujuk pada
opini BPK. Hasil opini tersebut akan berpengaruh terhadap kepercayaan
masyarakat sebagai prinsipal atas kinerja pemerintah daerah sebagai agen yang
dipercaya masyarakat dalam mengelola sumberdaya. Dasar pengambilan
keputusan opini oleh BPK adalah sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap perundang-undangan. Sedangkan pada kenyataanya opini WTP masih
merupakan impian bagi sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia karena
masih banyaknya jumlah temuan pada sistem pengendalian intern dan
ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan.
Perbedaan dengan penelitian dengan sebelumnya adalah penelitian ini tidak
hanya melihat SPI dan ketidakpatuhan terhadap Perundang-undangan sebagai
kriteria penentu opini BPK.Akan tetapi, penulis menambahkan variabel lainnya
yang menjadi acuan atau pertimbangan lain yang juga berperan dalam penentu
opini yang akan diberikan terhadap suatu instansi. Penulis mengajukan variabel
karakteristik pemerintah daerah sebagai variabel yang membedakan dengan
penelitian sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Peneliti mengambil karakteristik daerah berupa size yang diukur dengan
total aset karena, menurut Maslani (2008), pengelolaan barang milik
negara/daerah secara umum memiliki fungsi yang sangat strategis dan vital.
Beberapa tahun terakhir ini permasalahan aset masih menjadi persoalan dan
sorotan auditor eksternal pemerintah (BPK) dalam memberikan opini. Sejalan
dengan dengan Maslani (2008), Gutomo (2013) menyatakan bahwa permasalahan
yang menghambat belum diperolehnya opini WTP khususnya LKPD secara
mayoritas disebabkan karena pengelolaan aset tetap yang belum akuntabel.
Besarnya aset yang dimiliki pemda menggambarkan ukuran pemda tersebut.
Menurut Habib (2013), salah satu karakteristik perusahaan yang paling diteliti
secara luas yang digunakan auditor dalam menjelaskan modified opinion adalah
ukuran perusahaan. Pada kenyataannya masih sangat terbatas referensi penelitian
yang menghubungkan pengaruh size dengan opini auditor pada sektor publik.
Karakteristik lain yang juga banyak mendapat perhatian peneliti adalah
berupa ketergantungan pemda. Indikator tingkat ketergantungan pada pemerintah
pusat salah satunya dari penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU). DAU memiliki
proporsi hampir 50% dari dana perimbangan. Kajian tentang ketergantungan
terhadap pemerintah pusat penting dilakukan untuk mengetahui efektifitas dan
efisiensi dana transfer tersebut terhadap pelayanan publik dan kemakmuran
masyarakat di daerah. Adanya ketergantungan terhadap pemerintah pusat
memberikan konsekuensi monitoring terhadap daerah yang menerima transfer
dana. Liestiani dan Martani (2008) menyatakan bahwa pemda yang memiliki
tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumber dana pemerintah pusat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
memiliki tekanan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak. Verdiana dan
Utama (2013), menyatakan bahwa disclosure merupakan salah satu faktor yang
menjadi pertimbangan bagi auditor dalam memberikan opini going concern.
Karakteristik daerah lainnya yang mempengaruhi opini auditor adalah opini
tahun sebelumnya. Kegiatan suatu perusahaan untuk tahun tertentu sangat
dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Pemberian opini
oleh auditor tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya.
Dalam penelitian Mutchler (1985), Carcello dan Neal (2000), Ramadhany
(2004), dan Januarti (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
dan positifantara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun
berjalan. Apabila tahun sebelumnya telah memperoleh opini audit going concern
maka pada tahun berjalan kemungkinan besar auditor akan memberikan kembali
opini tersebut.
Meskipun penelitian tentang sistem pengendalian internal, kepatuhan
terhadap peraturan perundangan dan karakteristik daerah telah banyak dilakukan
namun penelitian yang menghubungkan dengan variabel-variabel tersebut dengan
opini audit masih sangat terbatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
B. PERUMUSAN MASALAH
Pemberlakuan otonomi daerah dimulai dengan diterbitkannya UU No. 22
dan 25 tahun 1999 kemudian direvisi melalui UU No. 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah. Daerah diberikan wewenang untuk mengatur dan mengurus
daerahnya sesuai dengan perundang-undangan. Untuk mempertanggungjawabkan
pelaksanaan APBD selama satu tahun maka pemerintah daerah wajib membuat
laporan keuangan pemerintah paerah (LKPD) yang akan direviu serta diberi opini
oleh BPK. Hasil opini sangat berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan
itu sendiri dan tentu saja hal tersebut akan berpengaruh terhadap kepercayaan
masyarakat sebagai prinsipal atas kinerja pemerintah daerah sebagai agen yang
dipercaya masyarakat dalam mengelola sumberdaya. Akan tetapi pada
kenyataannya, masih banyak sekali LKPD yang mendapat opini selain wajar tanpa
pengecualian karena masih memiliki kelemahan dalam SPIP dan kepatuhan
terhadap perundang-undangan yang tersurat dalam laporan keuangan.
Penelitian ini berusaha melengkapi penelitian sebelumnya, karena pada
penelitian sebelumnya penelitian dilakukan secara parsial yaitu hanya pada daerah
atau lembaga tertentu serta merujuk pada satu opini tertentu saja. Pada penelitian
ini obyeknya adalah seluruh LKPD di Indonesia dengan semua tingkatan opini.
Adanyaperbedaan hasil penelitian terhadap pengaruh SPI, kepatuhan terhadap
perundangan-undanganterhadap opini BPK serta dengan adanya penambahan
variabel karakteristik daerah berupa size, tingkat ketergantungan pemerintah
daerah serta opini tahun sebelumnya maka pertanyaan penelitian yang diajukan
adalah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1. Apakah kelemahan SPI berpengaruh terhadap kredibilitas laporan
keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK?
2. Apakah ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan berpengaruh
terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili
oleh opini BPK?
3. Apakah ukuran (size) berpengaruh terhadap penentuan kredibilitas laporan
keuanganpemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK?
4. Apakah ketergantungan terhadap pemerintah pusat berpengaruh terhadap
kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini
BPK?
5. Apakah opini tahun sebelumnya berpengaruh terhadap kredibilitas laporan
keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang telah diberikan di atas.
1. Mengetahui apakah kelemahan sistem pengendalian berpengaruh terhadap
kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini
BPK.
2. Mengetahui apakah ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan
berpengaruh terhadap penentuan kredibilitas laporan keuangan pemerintah
daerah yang diwakili oleh opini BPK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
6. Mengetahui apakah total aset sebagai proksi dari ukuran (size) berpengaruh
terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh
opini BPK.
7. Mengetahui apakah rasio ketergantungan pemerintah daerah sebagai proksi
dariketergantungan berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan
pemerintah daerah yang diwakili oleh opini BPK.
8. Mengetahui apakah opini tahun sebelumnya berpengaruh terhadap
kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini
BPK.
D. MANFAAT PENELITIAN
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberi manfaatbagi:
1. Pemerintah kota/kabupaten, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam
penerapan sistem pengendalian intern yang baik dan kepatuhan terhadap
perundang-undangan serta memperhatikan faktor karakteristik daerah
sehingga bisa memperoleh atau mempertahankan opini Wajar tanpa
pengecualian.
2. Badan Pemeriksa Keuangan, hasil penelitian ini memberikan gambaran
kondisi auditee yang telah diperiksa sehingga dapat dijadikan referensi dalam
pengembangan pemeriksaan keuangan khususnya pemeriksaan pemerintah
kabupaten/kota.
3. Badan Pengawas keuangan dan Pembangunan, dengan melihat hasil
penelitian ini diharapkan lebih meningkatkan pembinaan dan pengawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
terhadap pemerintah kabupaten/kota dan kementrian/lembaga sehingga
terwujud pemerintahan yang governance.
4. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapakan memberikan kontribusi
terhadap pengembangan literatur akuntansi sektor publik. Harapan
selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi
penelitian berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori keagenan
Jensen and Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai
kontrak antara satu orang atau lebih (principal) dengan melibatkan orang lain
(agen) untuk melakukan layanan atas nama mereka dengan mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Agen melakukan jasa yang
menjadi kepentingan prinsipal dalam pemisahan kepemilikan dan kontrol
perusahaan. Akan tetapi terdapat perbedaan kepentingan antara prinsipal dan
agen, sehingga agen tidak selamanya mengikuti keinginan prinsipal.
Konsep Agency Theory menurut Scott (2009:313) adalah hubungan atau
kontrak antara prinsipal dan agen, prinsipal adalah pihak yang memerintahkan
agen agar melakukan tugas untuk kepentingan prinsipal, sedangkan agen adalah
pihak yang menjalankan kepentingan prinsipal.
Menurut Eisenhardt (1989), teori keagenan berkaitan dengan penyelesaian
dua masalah yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan. Yang pertama adalah
masalah yang timbul ketika konflik agen dan prinsipal. Kedua adalah sulit atau
mahal bagi prinsipal untuk memverifikasi apa yang agen sebenarnya lakukan.
Ahmad dan Septriani (2008) menjelaskan bahwa tujuan utama teori keagenan
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
adalah menerangkan kepada semua pihak bagaimana mendesain kontrak sehingga
meminimalkan cost yang timbul karena adanya asimetri informasi dan
menghadapi kondisi ketidakpastian.
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan ketika manajer sebagai
pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi dan prospek perusahaaa
di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Terdapat dua
jenis asimetri informasi(Scott 2009), yaitu
1. Adverse Selection
Adverse selection terjadi karena manajer atau beberapa orang yang ada di dalam
perusahaan mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan
dibandingkan investor dari pihak luar. Manajemen dapat memilih atau menahan
informasi penting perusahaan dan atau mempercepat informasi disampaikan pada
investor tertentu yang mempunyai hubungan istimewa.
2. Moral Hazard
Moral Hazard terjadi karena kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak
seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman, sehingga
manajer dapat melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang
melanggar kontrak dan secara etika atau norma mungkin tidak layak untuk
dilakukan.
Hubungan keagenan pada organisasi pemerintahan menjadi suatu konsep
yang penting karena aktivitas organisasi berhubungan dengan pendelegasian
wewenang, seperti penyediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan beragam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pelayanan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat, semua didelegasi
kepada level bawah (Damayanti 2011).
Bergman & Lane (1990) (dalam Halim dan Abdullah 2006) menyatakan
bahwa hubungan prinsipal agen merupakan pendekatan untuk menganalisis
komitmen kebijakan publik. Lupia & McCubbins (1994) (dalam Halim dan
Abdullah 2006) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi legislatur dapat
diartikan sebagai agency problems. Dalam konteks pembuatan kebijakan oleh
legislatif, legislatur adalah prinsipal yang mendelegasikan kewenangan kepada
agen seperti pemerintah untuk membuat kebijakan baru. Kebijakan yang dibuat
bisa saja hanya untuk kepentingan pemerintah dengan mengorbankan kepentingan
rakyat. Untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan monitoring oleh prinsipal
atas apa yang dilakukan oleh agen. Laporan keuangan dan pengungkapan
informasi kepada publik adalah salah satu bentuk alat monitoring (Puspita dan
Martani 2012). Menurut Setyaningrum (2012), untuk mengurangi asimetri
informasi antara politisi dan rakyat, laporan keuangan pemerintah daerah perlu
diaudit oleh pihak yang independen. Lembaga yang bertanggung jawab untuk
melakukan pemeriksaan tersebut adalah BPK.
2.1.2 Keuangan daerah/negara
Sesuai dengan pasal satu Undang-undang nomor 17 tahun 2003 keuangan
negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Sedangkan keuangan daerah menurut PP nomor 58 tahun 2005 adalah semua hak
dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Pengelolaan keuangan negara merupakan sebuah sistem yang terus
mengalami perkembangan. Reformasi manajemen keuangan pemerintah
merupakan tuntutan mutlak untuk mewujudkan good governance. Untuk
mewujudkan itu semua maka diperlukan landasan hukum yang kuat, yaitu dengan
disahkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. APBN merupakan wujud dari pengelolaan
keuangan, APBN telah menjadi instrumen kebijakan multi fungsi yang digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan bernegara dilihat dari komposisi dan
besarnya anggaran yang merefleksikan arah dan tujuan pelayanan kepada
masyarakat.
APBN/APBD mempunyai beberapa fungsi:
1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar
untukmelaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
pedomanbagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
pedomanuntuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
negara sesuaidengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan
untukmengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
meningkatkanefisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi
alatuntuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.
2.1.3 Laporan keuangan
Merujuk pada peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 peranan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan
dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas selama satu periode pelaporan.
Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi
pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi
keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Pemerintah daerah serta kementerian/lembaga mempunyai kewajiban untuk
melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode
pelaporan untuk kepentingan.
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada pemerintah daerahserta kementerian/lembaga dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
2. Manajemen
Membantu para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan pemerintah daerah serta kementerian/lembaga dalam periode pelaporan
sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas
seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan
masyarakat.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah daerah serta
kementerian/lembaga dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
4. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational equity)
Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan
pemerintah daerah serta kementerian/lembaga pada periode laporan cukup untuk
membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan
datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 juga disebutkan bahwa
pelaporan keuangan menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna
laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan
ekonomi, sosial maupun politik.
a) Menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan
cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran
b) Menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan.
c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah serta kementerian/lembaga
serta hasil-hasil yang telah dicapai.
d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana pemerintah daerah serta
kementerian/lembaga mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi
kebutuhan kasnya.
e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Pemerintah
Daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan
pajak dan pinjaman.
f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah
Daerah, apakah mengalami kenaikan atu penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas
dana dan arus kas.
Dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 dijelaskan bahwalaporan
pertanggung-jawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan
keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
standar akuntansi pemerintah. Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6
(enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam
rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku pengguna anggaran/pengguna barang
bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam Undang-
undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi manfaat/hasil
(outcome).
2.1.4 Pemeriksaan keuangan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 pasal 1, pemeriksaan
merupakan proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan
secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan
sehingga diperoleh nilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pemeriksaan keuangan bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Dalam pasal 2 disebutkan pemeriksaan keuangan meliputi pemeriksaan atas
pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan.
Yang menjadi obyek pemeriksaan keuangan BPK adalah pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD), Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan
Laporan Keuangan Badan Lainnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kedudukan BPK sebagai lembaga
pemeriksa keuangan negara perlu dimantapkan dengan memperkuat peran dan
kinerjanya.Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah patokan untuk
melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
SPKN mengatur hal-hal pokok yang memberi landasan operasional sebagai
pengganti Standar Audit Pemerintahan atau SAP yang selama ini berlaku.SPKN
berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap pemerintah daerah,
program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Sesuai dengan peraturan BPKRI Nomor 1 Tahun 2007 pasal 6, SPKN ini
berlaku bagi BPK dan Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, untuk dan
atas nama BPK.SPKN memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu
pelaksanaan pemeriksaan dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional
bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam
laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai.
Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD
kemudian sesuai dengan kewenangannya untuk menindaklanjuti, diantaranya
adalah dengan membahasnya bersama pihak terkait. Selain disampaikan kepada
lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga disampaikan oleh BPK
kepada pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan keuangan, hasil
pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi dan
penyesuaian yang diperlukan. Sehingga laporan keuangan yang disampaikan
kepada DPR/DPRD merupakan laporan yang telah diperiksa (audited financial
statements) dan telah memuat koreksi yang dimaksud.
2.1.5 Kredibilitas laporan keuangan dan opini Badan Pemeriksa Keuangan
Menurut Wikipedia Kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan
untuk menimbulkan kepercayaan. Istilah kredibilitas berkaitan dengan kesaksian
dari seseorang atau suatu lembaga. Kesaksian haruslah kompeten dan kredibel
apabila ingin diterima sebagai bukti dari sebuah isu yang diperdebatkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Johnson dan Shores (1999) menggambarkan bahwa kredibilitas mengacu
pada kualitas, kemampuan atau kekuasaan untuk memperoleh keyakinan dan
kepercayaan. Dengan kata lain, laporan keuangan yang kredibel adalah dapat
menyampaikan informasi yang dapat dipercaya dan terpercaya.Dalam paper
tersebut dijelaskan bahwa kelemahan akuntansi, apakah nyata atau hanya isu,
membuat laporan keuangan yang dipublikasikan kurang kredibel sebagai sumber
informasitentang kinerja perusahaan di masa lalu, kondisi saat ini, dan prospek
untukmasa depan.
Inti dari audit keuangan adalah mencari dan evaluasi bukti tentang akurasi
asersi manajemen. Auditor mengevaluasi kecukupan dan kesesuaian bukti audit,
memberikan perhatian khusus pada kredibilitas sumber informasi. Perhatian
terhadap sumber informasi seperti kesesuaian dengan pedoman peraturan dan
temuan dari penelitian sebelumnya.Ketika auditor menghadapi manajemen
kredibilitas yang rendah,auditor akan meningkatkan upaya pemeriksaan dengan
mengumpulkan bukti-bukti yang lebih persuasif dan mencari tambahan sumber
bukti di luar kendali manajemen (Beaulieu 2001; Kizirian et al 2005) dalam
Blaskovich dan Mintchik (2009).
Kredibilitas manajemen dapat digambarkan melalui laporan keuangan
karena hanya manajemen yang memiliki informasi yang berkaitan dengan
substansi laporan keuangan tersebut. Untuk itu diperlukan pihak yang independen
untuk memberikan pendapatnya dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan tersebut.Dalam laporan keuangan pemerintah daerah yang ditunjuk
untuk memeriksa laporan keuangan secara independen adalah BPK atau Akuntan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan untuk dan atas nama
BPK.
Dalam SPKN telah memuat konsep akuntabilitas bagi seorang pemeriksa
yang merupakan landasan dalam pelayanan kepentingan publik. Disebutkan
bahwa dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, pemeriksa harus
memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik dengan menjunjung
tinggi integritas, obyektivitas, dan independensi. Pemeriksa diwajibkan untuk
memiliki sikap melayani kepentinganpublik, menghargai dan memelihara
kepercayaan publik, dan mempertahankan profesionalisme.
Penelitian Kasidi (2007) menyebutkan kebanyakan literatur menyebutkan
bahwa kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi audit independen
dari seorang auditor eksternal oleh pengguna laporan keuangan.Akan tetapi
pemeriksa diwajibkan untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan
kepentingan publik. Dengan adanya standar tersebut diharapkan kesimpulan
pemeriksaan yang berupa opini dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur oleh
pengguna laporan keuangan dalam menilai kredibilitas suatu laporan keuangan
Jika auditor terlihat tidak independen, maka pengguna laporan keuangan
tidak percayaatas laporan keuangan yang dihasilkan auditor dan opini auditor
tentang laporan keuangan perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada nilainya.
Independensi merupakan standar auditing yang pokok karena opini akuntan
independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen. Sehingga apabila akuntan tersebut tidak independen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
maka opininya menjadi tidak bernilai. Kemanfaatan kredibilitas opini salah
satunya dapat dilihat dari penelitian Fitryani,Subroto dan Baridwan (2013),
menyatakan bahwa manfaat opini audit bagi pengguna laporan keuangan dapat
digunakan sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi oleh
investor dan pemberian kredit oleh kreditur serta keputusan lain dari pengguna
laporan keuangan lain.Mack dan Ryan (2006) menyatakan bahwa tujuan umum
dari laporan keuangan sektor publik adalah lebih untuk memenuhi akuntabilitas
keuangan dan akuntabilitas publik dibandingkan untuk tujuan pengambilan
keputusan.
Dalam penelitian Fen (2010) dijelaskan bahwa opini audit merupakan
simbol kepercayaan publik terhadap kredibilitas dan kehandalan informasi yang
terkandung dalam suatu laporan keuangan. Citra perusahaan sangat berhubungan
erat dengan opini audit di mata para pengguna laporan keuangan, diantaranya para
pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum.
Memastikan pelaporan yang kredibel dalam informasi laporan keuangan adalah
termasuk dalam peran struktur tata kelola perusahaan yaitu dalam bentuk mitigasi
biaya (Cohen et al. 2004).
Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran
informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada
kriteria (i) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan
pengungkapan (adequate disclosures), (iii) kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Dalam penelitianHabib (2013) menyatakan bahwa formulasi opini audit
adalah prosedur rinci dan kompleks yang melibatkan penerimaan klien,
memahami bisnis klien, melakukan pemeriksaan pengendalian internal,
memperoleh bukti substantif tentang pernyataan akun dan menggabungkan hasil
untuk membentuk opini.
Terdapat empat opini yang diberikan oleh BPK dalam setiap keadaan.
1. Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) memuat suatu pernyataan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material sesuai denganStandar Akuntansi Pemerintahan (SAP). BPK dapat
memberikan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas
(WTP-DPP) karena keadaan tertentu sehingga mengharuskan pemeriksa
menambahkan suatuparagraf penjelasan dalam LHP sebagai modifikasi
dari opini WTP.
2. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
Opini ini memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP, kecuali
untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
3. Opini tidak wajar (adversed opinion).
Opini ini memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan
SAP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
4. Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer).
Disclamer mengartikan bahwa pemeriksa tidak menyatakan opini atas
laporan
keuangan.
Marfiana dan Kurniasih (2013) menyatakan dalam penelitiannya bahwa
opini BPK dapat menjadi tolak ukur untuk menilai akuntabilitas sebuah entitas
pemerintah, hal tersebut disebabkan karena opini dapat menaikkan ataupun
menurunkan tingkat kepercayaan pemangku kepentingan ataspelaporan yang
entitas pemerintah daerah. Opini audit pemerintah daerah merupakan salah satu
parameter penilaian akuntabilitas pemerintahan di daerah (Adzani dan Martani
2014). Akuntabilitas berarti pemerintah mampu menjawab semua pertanyaan yang
berkaitan dengan amanah yang diembannya.
2.1.6 Sistem pengendalian internal (SPI)
Sesuai dengan pasal 1 Peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2008 SPI
adalah merupakan suatu proses yang integral pada tindakan dan kegiatan secara
berkelanjutan yang dilakukan oleh pimpinan dan seluruh pegawai yang bertujuan
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dalam
penerapannya, sistem pengendalian intern di lingkungan instansi pemerintah
disebut dengan Sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP). Tujuan utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
internal kontrol adalah untuk memberikan keyakinan memadai tentang keandalan
pelaporan keuangan (D’Aquila 1998).
Peraturan pemerintah tentang SPI sebenarnya merupakan sebuah adopsi dari
sistem pengendalian yang telah dibuat oleh organisasi The Committee of
Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission. Menurut COSO
(1992) sistem pengendalian internal adalah:
Internal control is process, effected by an entity’s board of directors,management and other personnel, designed to provide reasonableassurance regarding the achievement of objectives in following categories :effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reportingand compliance with applicable laws and regulations.
Standar Audit Seksi 319 (PSA No. 69)mengharuskan auditor untuk
memperoleh pemahaman atas pengendalian intern untuk merencanakan audit dan
untuk menentukan risiko pengendalian. Dijelaskan dalam audit atas laporan
keuangan entitas pemerintah, pemahaman yang dimaksud adalah mencakup
pengetahuan tentang desain pengendalian intern yang relevan dengan asersi
laporan keuangan yang dipengaruhi oleh kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berdampak langsung dan material serta tentang
pelaksanaan pengoperasian pengendalian intern.Pengetahuan tersebut digunakan
untuk mengidentifikasikan tipe salah saji potensial, untuk mempertimbangkan
faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material, dan untuk
mendesain pengujian substantif.
Sesuai dengan COSO (1992), kerangka kerja SPIP terdiri dari lima unsur
komponen yang saling terintegrasi (Integrated Framework) yaitu lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pengendalian (control environment), penilaian resiko (risk assesment), aktivitas
pengendalian (control activities), informasi dan komunikasi (information and
communication), pemantauan (monitoring).
a. Lingkungan pengendalian.
Lingkungan pengendalian adalah kondisi yang memengaruhi efektivitas
pengendalian intern.Consideration of Internal Control in a Financial Statement
Audit menyatakan bahwa lingkungan pengendalian merupakan salah satu dari
lima komponen pengendalian internal yang menyediakan jaminan wajar
tentang pelaporan keuangan yang dapat diandalkan(D’Aquila 1998).Hasil
penelitian O’Leary; Iselin dan Sharma(2006) menunjukkan bahwa auditor
mempertimbangkan lingkungan pengendalian sebagai elemen yang paling
penting dari pengendalian internal.
b. Penilaian risiko.
Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah.
c. Kegiatan pengendalian.
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko
serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan
bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif.
d. Informasi dan komunikasi.
Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.
e. Pemantauan pengendalian intern.
Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian mutu kinerja SPI dan
proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya
segera ditindaklanjuti (PP nomor 60 tahun 2008). Pemantauan dari waktu ke
waktu mungkin berguna serta memberikan kesempatan untuk
mempertimbangkan efektivitas lanjutan dari prosedur yang sedang berlangsung
(Agbejule dan Jokipii 2008).
Penerapan unsur SPIP dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian integral
dari kegiatan instansi pemerintah.SPI dilandasi pada pemikiran bahwa SPI
melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya
memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak. Oleh karena itu
dikembangkan unsur SPI yang berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan dan
tolok ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan SPI. Untuk memperkuat dan
menunjang efektivitas penyelenggaraan SPI dilakukan pengawasan intern dan
pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Pengawasan internal merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Lingkup pengaturan
pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber
daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat. Menurut
Ge dan McVay (2005) kelemahan material dalam pengendalian internal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
cenderung berkaitan dengan kebijakan pengakuan kekurangan pendapatan,
kurangnya pemisahan tugas, keterlambatan proses periode pelaporan dan
kebijakan akuntansi, dan ketidaksesuaian rekonsiliasiakun.
2.1.7 Kepatuhan terhadap perundang-undangan
Selain melihat sistem pengendalian intern, pemberian opini juga didasarkan
pada penilaian kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Seperti yang
tertuang dalam pernyataan standar pelaporan tambahan kedua pada SPKNbahwa
laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan telah
melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan
keuangan.
Selain menggunakan SPKN, terdapat beberapa ketentuan peraturan
perundang-undangan dan pedoman yang digunakan BPK untuk dijadikan dasar
dalam memberikan sebuah opini terhadap pengelolaan keuangan negara.
Diantaranya adalah UU Nomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun 2004, dan
UU Nomor 15 Tahun 2004), UU Nomor 32 Tahun 2004, berbagai Peraturan
Pemerintah, dan Permendagri terkait pedoman pengelolaan keuangan daerah pada
tahun saat dilakukan pemeriksaan (Safitri 2014). Sedangkan untuk menyajikan
laporan keuangan, SAP merupakan acuan wajib dalam menyajikan laporan
keuangan entitas pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. SAP yang
berlaku di Indonesia ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni
2005 dengan pembaruannya PP Nomor 71 Tahun 2010 (Safitri 2014).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Kapp (1978) menyatakan bahwa audit kepatuhan hukum merupakan sebuah
usaha oleh manajemen perusahaan, atau orang yang bertindak atas permintaan
atau di bawah pengawasan manajemen perusahaan, dari kajian internal formal dan
rinci untuk menentukan apakah dan sejauh mana berbagai departemen dan divisi
bisnis perusahaan, beroperasi sesuai dengan hukum, peraturan, dan regulasi yang
berlaku untuk perusahaan.
Jika informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, diantaranya informasi
tersebut memberikan bukti yang berkaitan dengan penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berpengaruh material tetapi tidak langsung
berpengaruh terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus
menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan telah atau akan
terjadi.
Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
ditemukan dalam pemeriksaan keuangan, dimuat dalam laporan atas kepatuhan.
Apabila pemeriksa menerbitkan laporan atas kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan
harus memuat suatu paragraf yang merujuk kepada laporan tersebut.Laporan atas
kepatuhan mengungkapkan hal berikut ini.
(1) Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk
pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan
perdata, maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(2) Ketidakpatutan yang signifikan.
2.1.8 Karakteristik daerah
Penilitian ini mengkhususkan dalam sektor publik sehingga variabel
“spesifik perusahaan”yang biasanya digunakan untuk penelitian disektor swasta,
dalam penelitian ini disesuaikan dengan keadaan sektor publik menjadi
“karakteristik pemerintah daerah”.Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011)
mendefinisikan karakteristik pemerintah daerah sebagai ciri-ciri khusus yang
melekat pada pemerintah daerah, menandai sebuah daerah, dan membedakannya
dengan daerah lain.
2.1.8.1 Ukuran pemerintah daerah (size).
Penelitian Suhardjanto; Rusmin; Mandasari dan Brown (2010) menyatakan
bahwa karakteristik pemerintah daerah dapat berupa ukuran daerah, kesejahteraan,
functional differentiation, umur daerah, latar belakang pendidikan kepala daerah,
leverage daerah, dan intergovernmental revenue.
Dalam desertasinya Patrick (2007)menyatakan bahwa ukuran organisasi
mengacu pada seberapa besar organisasi tersebut. Ukuran dapat diukur dalam
berbagai cara, termasuk jumlah karyawan (ukuran modal manusia), jumlah Aset
(ukuran sumber daya fiskal), number of beds (ukuran kapasitas), dan tingkat
produksi.Menurut Damanpour (1991), size dapat di ukur dengan jumlah
karyawan, total aset, total pendapatan, dan tingkat produktifitas. Semakin besar
aset pemerintah daerah, tingkat kekayaan pemerintah, tingkat ketergantungan
pada pemerintah pusat, belanja daerah, dan banyaknya jumlah anggota legislatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
seharusnya diharapkan akan semakin besar sumber daya yang dimiliki untuk
memberikan kinerja yang baik dari pemerintah daerah tersebut kepada masyarakat
(Mustikarini dan Fitriasari 2012).
Penelitian Suhardjanto et al. (2010) menjelaskan bahwa kabupaten/kota
dengan total aset yang lebih besar akan lebih kompleks dalam menjaga dan
mengelola asetnya sehingga pemerintah daerah mengungkapkan lebih dalam
daftar aset yang dimiliki, pemeliharaan, dan pengelolaannya. Otomatis daerah
tersebut akan menaruh perhatian yang lebih tinggi dalam pengungkapan sesuai
dengan standar akuntansi. BPK juga melakukan penilaian terhadap kecukupan
pengungkapan informasi dalam LK dan kesesuaian LK dengan standar yang
berlaku sebagai dasar pemberian opini atas LK.
Telah terdapat beberapa penelitian yang mengkaitkan hubungan antara
ukuran perusahaan dengan opini, akan tetapi penelitian tersebut di sektor swasta.
Menurut Mutchler (1985), auditor akan mengeluarkan opini audit going concern
pada perusahaan yang lebih kecil. Dalam penelitian Carcello dan Neal (2000)
disebutkan bahwa hasil beberapa penelitian terdahulu menyatakan terdapat
hubungan yang negatif antara ukuran perusahaan dengan penerimaan opini going
concern. Hasil penelitian Banimahd, Noorifard and Davoidabadi
(2013)menunjukkan tidak ada hubungan antara ukuran perusahaan dengan opini
audit wajar tanpa pengecualian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2.1.8.2Ketergantungan pemerintah daerah
Karakteristik lain yang juga mendapat perhatian peneliti adalah berupa
ketergantungan pemda. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan
terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti
dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Dalam
pasal 5 UU No. 33 tahun 2004, sumber pendapatan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah.
Tujuan kebijakan perimbangan keuangan adalah untuk memberikan
keleluasaan bagi Pemerintah daerah dalam menindaklanjuti aspirasi masyarakat
dan prioritas daerah guna mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan dan
pelayanan umum kepada masyarakat, serta secara lebih luas diharapkan
berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi daerah.
Merujuk pada UU nomor 55 tahun 2005, Dana perimbangan merupakan
dana yang berasal dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi. Dana perimbangan
terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana
Alokasi Khusus (DAK).
Dalam penelitian ini penulis mengambil DAU sebagai wakil dari
ketergantungan Pemerintah daerah karena alokasi dana perimbangan merupakan
sumber pendapatan daerah yang dominan dan merupakan komponen kapasitas
fiskal daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. DAU sendiri hampir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
mencapai porsi 50% dari total dana perimbangan. Kajian terhadap efektifitas dan
optimalisasi penggunaan dana perimbangan sangat penting karena untuk
mengetahui sejauh mana kebijakan desentralisasi yang dikelola oleh pemerintah
daerah mampu mendorong tercapainya tujuan nasional untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pelayanan umum di daerah.
Dana Alokasi Umum sendiri adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi (UU nomor 55 tahun 2005). DAU untuk suatu daerah dialokasikan
berdasarkan formula yang terdiri atas celah fiskal dan alokasi dasar. Besaran DAU
ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari pendapatan dalam negeri netto yang
ditetapkan dalam APBN. Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah
kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan imbangan kewenangan antara provinsi
dan kabupaten/Kota.
Dengan adanya transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah maka
menimbulkan konsekuensi berupa monitoring dari pusat ke daerah terkait
keleluasaan pemerintah daerah dalam menggunakan dana tersebut, memberikan
kepastian bahwa dana digunakan untuk pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat atau untuk keperluan lainnya (Kawedar 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2.1.8.3Opini tahun sebelumnya
Kegiatan suatu perusahaan untuk tahun tertentu sangat dipengaruhi oleh
keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Sehingga pemberian opini oleh
auditor tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya. Dalam
penelitian Mutchler (1985), Carcello dan Neal (2000), Ramadhany (2004),
Januarti (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif
antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan opini tahun berjalan.
Sehingga apabila tahun sebelumnya telah memperoleh opini audit going concern
maka pada tahun berjalan kemungkinan besar auditor akan memberikan kembali
opini tersebut. Penelitian Banimahd, Noorifard and Davoidabadi (2013),
menunjukkan bahwa opini auditor pada tahun sebelumnya memiliki
hubunganpositif dengan dikeluarkannya opini wajar tanpa pengecualianpada
tahun berjalan.
B. Penelitian Terdahulu
Kualitas pengendalian internal akan berdampak pada kecenderungan auditor
untuk mengeluarkan pendapat going concern. Penelitian Jiang et.al (2009)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pengungkapan kelemahan
SPI yang material dan kecenderungan auditor untuk mengeluarkan opini going
concern.
Penelitian Sipahutar dan Khairani(2012) menunjukkan bahwa terdapat
penurunan opini yang diberikan oleh BPK atas laporan keuangan pada pemerintah
daerah kabupaten Empat Lawang yang disebabkan karena terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kelemahan/kesalahan material efektivitas SPI, kepatuhan pemerintah kabupaten
Empat Lawang terhadap peraturan perundang-undangan dan kesesuaian penyajian
laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Hasil yang sama
ditunjukkan oleh penelitian Taufikurrahman (2014), menunjukkan bahwa
kelemahan SPI secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap
pemberian opini audit oleh BPK RI atas LKPD provinsi, kabupaten dan kota di
Sumatera Utara.
Terbatas hanya untuk opini WTP, hasil penelitian Fatimah et al. (2014)
menunjukkan bahwa kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan,
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yangmengakibatkan
kasus kerugian daerah/perusahaan dan penyimpangan administrasi memiliki
pengaruh negatif terhadap opini WTP. Sedangkan opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh positif terhadap penerimaan opini WTP.
Adzani dan Martani (2014) melakukan penelitian berupa pengaruh
kesejahteraan masyarakat, faktor politik dan ketidakpatuhan regulasi terhadap
opini audit laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini mencoba untuk
mengungkapkan pengaruh pembangunan manusia dan faktor politik terhadap
opini audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa politik dinasti dan dan jangka
waktu pemilihan kepala daerah memiliki dampak negatif terhadap opini audit.
Sedangkan variabel pembangunan manusia memiliki dampak negatif terhadap
opini audit pemerintah daerah. Dari sisi kepatuhan terhadap regulasi dan
peraturan, jumlah kasus temuan, jumlah nominal temuan, dan jumlah kasus
rekomendasi berpengaruh terhadap hasil opini audit atas LKPD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Penelitian terdahulu tentang kaitan opini dengan kharakteristik daerah masih
sangat terbatas. Sebagian besar penelitian masih berkutat pada penelitian sektor
swasta dengan karakteristik perusahaan sebagai variabelnya. Penelitian Gaganis
dan Pasiouras (2007) menggunakan total aset yang berfungsi sebagai ukuran (size)
bank yangmungkin berdampak pada opini audit karena berbagai alasan.Pandangan
umum menyatakan bahwa probabilitas menerima modifikasi opini audit lebih
besar pada perusahaan kecil dibandingkan perusahaan yang lebih besar (Habib
2013). Hasil penelitian Mutchler (1985) menyatakan bahwa, auditor sering
mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil.
Sementara perusahaan yang lebih besar memiliki lebih banyak sumber daya yang
dipekerjakan untuk menghindari kebangkrutan (Mutchler et al. 1997).
Penelitian terdahulu untuk variabel hubungan ketergantungan pemerintah
daerah dengan opini masih belum ditemukan oleh penulis, oleh karena itu penulis
merujuk pada kaitan antara hubungan rasio ketergantungan pemerintah daerah
dengan pengungkapan karena pengungkapan merupakan salah satu kriteria BPK
dalam memberikan opini. Penulis melakukan justifikasi sesuai dengan penelitian
sebelumnya bahwa semakin tinggi rasio ketergantungan seharusnya opininya
semakin baik karena diperlukan pengungkapan yang lebih sebagai alat monitor
pihak eksternal. Telah terdapat beberapa penelitian tentang ketergantungan pemda
dengan Pengungkapan diantaranya Robin dan Austin (1986), Suhardjanto et al
(2010) dan Setyaningrum dan Syafitri (2012).
Penelitian pada variabel opini tahun sebelumnya telah banyak dilakukan
penelitian akan tetapi disektor swasta. Misalnya penelitian Mutchler (1985);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Carcello dan Neal (2000); Ramadhany (2004); Januarti (2009); dan Setyarno et
al. (2009) sedangkan pada sektor publik masih sangat terbatas, misalnya pada
penelitian Fatimah et al. (2014) akan tetapi masih terbatas pada opini WTP.
C. Pengembangan Hipotesis
2.2.1 Pengaruh kelemahan SPI terhadap kredibilitas laporan keuangan.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPI merupakan
acuan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk merancang sistem
pengendalian intern yang disesuaikan dengan masing-masing entitas. SPI meliputi
lima unsur pengendalian, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian
intern. Efektifitas SPI dinilai dari kemampuannya dalam memberikan keyakinan
yang memadai terhadap efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan entitas,
keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara, dan kepatuhan
terhadapperaturan perundang-undangan yang berlaku.
Salah satu kriteria pemberian opini adalah evaluasi atas efektivitas SPI.
Menurut BPK, lingkungan pengendalian yang diciptakan seharusnya
menimbulkan perilaku positifdan kondusif untuk menerapkan SPI yang didesain
untuk dapat mengenali apakahSPI telah memadai dan mampu mendeteksi adanya
kelemahan.
Adanya kelemahan pengendalian internal mencerminkan risiko kontrol yang
lebih besar dan dapat meningkatkan risiko audit secara keseluruhan untuk auditor
ketika melakukan audit laporan keuangan. Lingkungan pengendalian internal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
lemah memfasilitasi manajemen laba dan perilaku oportunistik serta mengurangi
keandalan pelaporan keuangan (Ge dan McVay 2005).
Beberapa penelitian sebelumnya tentang SPI masih memberikan perdebatan.
Hasil penelitian Kawedar (2010); Sipahutar dan Khairani (2012); Taufikurrahman
(2014) menunjukkan bahwa kelemahan SPIberpengaruh negatif pada pengeluaran
opini oleh auditor.Sedangkan hasil penelitian Sunarsih (2013), justru menyatakan
bahwa kelemahan SPI tidak berpengaruh pada opini, walaupun terbatas pada opini
disclaimer.
Berdasarkan ketidaksamaanhasil penelitian dan teori yang ada, maka penulis
mengusulkan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Kelemahan Sistem Pengendalian Intern berpengaruh negatif terhadap
kredibilitas LKPD.
2.2.2 Pengaruh ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
terhadap opini BPK
Selain melihat sistem pengendalian intern, pemberian opini juga didasarkan
pada penilaian kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.Seperti yang
tertuang dalam pernyataan standar pelaporan tambahan kedua pada SPKN bahwa
laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan telah
melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan
keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Selain menggunakan SPKN, terdapat beberapa ketentuan peraturan
perundang-undangan dan pedoman yang digunakan BPK untuk dijadikan dasar
dalam memberikan sebuah opini terhadap pengelolaan keuangan negara (Safitri
2014). Kapp (1978) menyatakan bahwa audit kepatuhan hukum merupakan
sebuah usaha oleh manajemen perusahaan, atau orang yang bertindak atas
permintaan atau di bawah pengawasan manajemen perusahaan, dari kajian
internal formal dan rinci untuk menentukan apakah dan sejauh mana berbagai
departemen dan divisi bisnis perusahaan, beroperasi sesuai dengan hukum,
peraturan, dan regulasi yang berlaku untuk perusahaan.
Hasil penelitian Sipahutar dan Kahirani (2012),Taufikurrahman (2014),
Adzani dan Martani (2014) menunjukkan bahwa temuan ketidakpatuhan terhadap
Peraturan Perundang-undangan berpengaruh terhadap pemberian opini dengan
hubungan pengaruh negatif.Hasil berbeda ditunjukkan oleh penelitian Sunarsih
(2013), menurutnya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan tidak
mempengaruhi opini disclaimer.
Berdasarkan ketidaksamaan hasil penelitian dan teori yang ada, maka
penulis mengusulkan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Temuan Ketidakpatuhan terhadap peraturan berpengaruh negatif
terhadap kredibilitas LKPD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2.2.3 Pengaruh karakteristik daerah terhadap opini BPK
Banyak studi empiris yang membahas tentang faktor-faktor penentu
pelaporan auditor yang telah yang diterbitkan dengan menggunakan lebih dari 70
variabel penjelas. Beberapa variabel yang sering digunakan oleh para peneliti,
misalnya karakteristik auditor, ukuran perusahaan, financial distress, status
pendapat auditor sebelumnya, dan kinerja perusahaan (Habib, 2013). Dalam
penelitian ini penulis menggunakan variabel ukuran pemerintah daerah,
ketergantungan pemerintah daerah dan opini tahun sebelumnya sebagai variabel
independen yang akan menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen
berupa opini BPK.
2.2.3.1 Ukuran pemerintah daerah
Menurut Damanpour (1991), size dapat di ukur dengan jumlah karyawan,
total aset, total pendapatan, dan tingkat produktifitas.Patrick (2007) menyatakan
bahwa ukuran organisasi mengacu pada seberapa besar organisasi tersebut.
Menurutnya ukuran daerah yang diproksikan dengan total aset berpengaruh positif
dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan sesuai GASB 34.
Penelitian Doyle, Ge dan McVay (2007) menunjukkan bahwa perusahaan
yang banyak memiliki temuan kelemahan pengendalian intern adalah perusahaan
yang memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Hal tersebut senada dengan
penelitian Aushbaugh-Skaife, Collins, dan Kinney Jr (2006) perusahaan dengan
kecenderungan pengungkapan kelemahan pengendalian internal yang semakin
banyak adalah perusahaan yang memiliki kompleksitas operasi yang tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Beberapa penelitian tentang ukuran yang diproksikan dengan total aset
adalah diantaranya penelitian Mutchler (1985), auditor akan mengeluarkan opini
audit going concern pada perusahaan yang lebih kecil. Dengan alasan bahwa
menurut auditor, perusahaan yang lebih besar cenderung mampu menyelesaikan
masalah keuangan dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Dalam penelitian
Carcello dan Neal (2000) disebutkan bahwa hasil beberapa penelitian terdahulu
menyatakan terdapat hubungan yang negatif antara ukuran perusahaan dengan
penerimaan opini going concern.Berdasarkan hasil perbedaan penelitian yang ada,
maka penulis mengusulkan hipotesis sebagai berikut :
H3: Ukuran Pemda berpengaruh negatif terhadap kredibilitas LKPD.
2.2.3.2Ketergantungan pemerintah daerah
Patrick (2007) menggunakan intergovernmental revenue sebagai salah satu
variabel dalam menjelaskan karakteristik pemerintah daerah Pennsylvania.
Menurut Patrick intergovernmental revenuemerupakan pendapatan pemerintah
daerah yang berasal dari transfer dari pemerintah pusat untuk membiayai kegiatan
operasional pemerintah daerah. Dengan adanya transfer dana tersebut pemerintah
daerah membelanjakan sesuai dengan alokasi dan petunjuk anggaran dan menurut
Undang-undang. Tujuan adanya transfer dana dari pemerintah pusat adalah
supaya Pemerintah daerah dapat meningkatkan kinerjanya.Robbins dan Austin
(1986) menyatakan bahwa tingkat ketergantungan pemda merupakan representasi
dari intergovernmental revenue. Hasil penelitian tersebut adalah tingkat
ketergantungan pemerintah kota berhubungan positif dan signifikan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
tingkat pengungkapan laporan keuangan. Dengan ketergantungan yang besar
memungkinkan pemerintah pusat untuk melakukan pembatasan operasi dan
meminta pengungkapan lebih untuk memonitor kinerja pemerintah daerah dengan
pembatasan operasi tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Suhardjanto et al. (2010) menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh positif antara intergovernmental revenue dengan
kesesuaian pengungkapan wajib pemerintah daerah.Liestiani (2008) menyatakan
pemda yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumber dana
pemerintah pusat memiliki tekanan untuk mengungkapkan informasi lebih
banyak. Semakin tinggi DAU yang diterima pemda, maka tingkat ketergantungan
yang besar terhadap sumber dana pemerintah pusat. Penelitian Puspita dan
Martani (2012), tingkat ketergantungan yang tinggi cenderung meningkatkan
tingkat pengungkapan LKPD.
Berbeda hasil dengan penelitian Setyaningrum dan Syafitri (2012) bahwa
tingkat ketergantungan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap tingkat
pengungkapan disebabkan tidak terdapat tekanan dari pemerintah pusat untuk
melakukan peningkatan pengungkapan.Dalam Verdiana dan Utama (2013),
menjelaskan bahwa beberapa penelitian yang menyatakan disclosure merupakan
salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi auditor dalam memberikan
opini going concern. Pengungkapan merupakan salah satu kriteria BPK dalam
memberikan sebuah opini kepada sebuah instansi. Sehingga secara tidak langsung
rasio ketergantungan Pemerintah daerah berhubungan dengan opini laporan
keuangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Berdasarkanpenelitian tentang rasio ketergantungan pemerintah daerah
terhadap pengungkapan sertateori yang ada, maka penulis mengusulkan hipotesis
kaitan antara rasio ketergantungan terhadap kredibilitas laporan keuangan sebagai
berikut :
H4:Ketergantungan terhadap pemerintah pusat berpengaruh positif
terhadap kredibilitas LKPD.
2.2.3.2Opini tahun sebelumnya
Kegiatan suatu perusahaan untuk tahun tertentu sangat dipengaruhi oleh
keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Sehingga pemberian opini oleh
auditor tidak terlepas dari opini audit yang diberikan tahun sebelumnya. Dalam
penelitian Mutchler (1985); Carcello dan Neal (2000); Ramadhany (2004);
Januarti (2009); Setyarno et al. (2009)menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan dan positif antara opini audit going concern tahun sebelumnya dengan
opini tahun berjalan. Sehingga apabila tahun sebelumnya telah memperoleh opini
audit going concern maka pada tahun berjalan kemungkinan besar auditor akan
memberikan kembali opini tersebut.
Penelitian Atyanta (2011) menyebutkan bahwa penyelesaian rekomendasi
yang membutuhkan waktu bertahun-tahun merupakan salah satu kendala
pemerintah daerah dalam memperoleh opini WTP. Sehingga dimungkinkan untuk
menerima opini audit yang sama dengan opini audit tahun sebelumnya. Penelitian
Banimahd et al. (2013) dan penelitian Fatimah et.al (2014) juga menunjukkan
bahwa opini auditor pada tahun sebelumnya memiliki hubungan langsung dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
positif dengan penerbitan laporan audit WTP pada tahun berjalan.Akan tetapi
penelitian tersebut baru terbatas pada opini WTP.
Berdasarkan penelitian dan teori yang ada, maka penulis mengusulkan
hipotesis sebagai berikut :
H5:Opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap kredibilitas
LKPD.
Berdasarkan hipotesa yang telah diberikan, maka model kerangka berpikir
dalam penelitian ini diusulkan sebagai berikut .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 2.1Kerangka berfikir penelitian
Karakteristik PEMDA
Ukuran PEMDA
(X3)
Ketergantungan PEMDA(X4)
Opini tahun sebelumnya(X5)
Kelemahan SPI
(X1)
Kredibilitas LKPD (Y)
(opini)
H1-
H5+
H2-
H3-
Ketidakpatuhan terhadapperundang-undangan
(X2)
H4+
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan hubungan kausal antara variabel-
variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Fokus
penelitian ini adalah menguji secara empiris variabel-variabel yang mungkin dapat
mempengaruhi opini BPK. Rancangan penelitian ini digunakan untuk
menganalisis “Pengaruh SPIP, kepatuhan terhadap perundang-undangan,
ketergantungan pemerintah daerah, ukuran pemerintah daerah, dan opini tahun
sebelumnya terhadap kredibilitas pemerintah daerah yang diwakili opini BPK.
B. Cara Pengumpulan Data
Seluruh penelitian ini menggunakan data sekunder. Pengumpulan data
sekunder dilakukan dengan cara men-download dari internet. Data yang
digunakan adalah Laporan Ihtisar Hasil Pemeriksaan BPK berupa temuan sistem
pengendalian intern dan temuan ketidak patuhan terhadap perundang-undangan.
Data lainnya adalah Laporan Keuangan berupa neraca dengan mengambil akun
total aset, dan Laporan Realisasi Anggaran dengan akun Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan yang diambil dari website Direktorat Jenderal Perimbangan. Penulis
melakukan studi pustaka dengan cara membaca buku, jurnal penelitian dan
publikasi yang berhubungan dengan penelitian.
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Populasi dari penelitian adalah pemerintah daerah di Indonesia yang laporan
keuangannya menjadi objek pemeriksaan BPK RI pada tahun 2013. Jumlah
kabupaten/kota di Indonesia menurut Komite Pemantau Pelaksana Otonomi
Daerah per Mei 2013 adalah sebanyak 542 kabupaten/kota,sehingga populasi dari
penelitian iniberjumlah 542.Laporan keuangan yang bisa diambil dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan yang telah diaudit BPK RI dengan tahun anggaran
2013 yang memiliki data lengkap yang terkait dengan variabel-variabel yang
dipilih dalam penelitian. Penulis menggunakan teknik pengambilan sampel secara
purposivesamplingyaitu mengambil sampel sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
1. Laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diaudit oleh BPK.
2. Pada sampel tersebut, tersedia dataterkait dengan variabel-variabel yang
dipilih dalam penelitian.
Alasan pemilihan kriteria tersebut karena melihat pengalaman-pengalaman
sebelumnya masih banyak sekali pemerintah provinsi, kabupaten dan kota yang
masih terlambat dalam menyerahkan laporan keuangan. Akibatnya, BPK baru bisa
melakukan pemeriksaan pada semester berikutnya. Selain itu terdapat pula LKPD
yang tidak memiliki lampiran secara lengkap. Data LKPD diambil dari Laporan
Hasil Pemeriksaan Semester I tahun 2009 BPK. Data-data yang lain diambil dari
laporan keuangan tiap pemerintah daerah dan situs-situs lain yang menyediakan
informasi tersebut.
Tahun penelitian mengambil tahun 2013 disebabkan karena merupakan
tahun anggaran terbaru yang laporan keuangannya telah diaudit BPK dan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
pemeriksaannya telah diterbitkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Semester I
tahun 2014.
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, variabel dependen (Y) yang digunakan adalah
kredibilitas pemerintah daerah yang diwakili dengan opini BPK, sedangkan
variabel independennya terdiri dari kelemahan SPIP (X1), ketidakpatuhan
terhadap perundang-undangan (X2), ukuran pemerintah daerah (X3),
ketergantungan pemerintah daerah (X4) dan opini tahun sebelumnya (X5).
Berikut definisi operasional masing-masing variabel untuk memberikan
pemahaman yang lebih spesifik terhadap variabel-variabel penelitian ini.
3.3.1 Kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah (Y)
Sepertiyang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa kredibilitas
laporan keuangan dapat digambarkan melalui opini. Kredibilitas itu sendiri
memiliki kaitan dengan kesaksian dari seseorang atau suatu lembaga,sedangkan
menurut PP No.15 tahun 2004, opini adalah pernyataan profesional sebagai
kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan.Penulis memilih variabel dependenberupa kredibilitas
laporan keuangan pemerintah daerah dengan diproksikan dengan opini yang
dikeluarkan oleh BPK atas pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah.
Terdapat lima buah opini yang dikeluarkan BPK ketika harus memberikan
kesimpulan pendapat terhadap suatu laporan keuangan. Masing-masing opini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
tersebut memiliki tingkatan nilai. Opini yang paling ideal adalah Wajar Tanpa
Pengecualian. Tingkatan di bawahnya adalah opini Wajar Tanpa Pengecualian
Dengan Paragraf Penjelas. Berturut berikutnya adalah Wajar Dengan
Pengecualian, Tidak Wajar dan opini yang paling buruk adalah Tidak
Memberikan Pendapat. Masing-masing memiliki kriteria sendiri hingga bisa
ditarik menjadi sebuah kesimpulan dalam bentuk opini.
Kriteria pemberian opini WTP adalah ketika suatu SPI berjalan memadai
dan tidak terdapat salah saji yang material atas pos-pos laporan keuangan. Sampai
didapatkan kesimpulan bahwa secara keseluruhan laporan keuangan tersebut telah
disajikan secara wajar sesuai dengan SAP. Terdapat modifikasi opini
berupa“Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas (WTP-DPP)”
diberikan kepada sebuah instansi karena keadaan tertentu sehingga mengharuskan
pemeriksa menambahkan suatu paragraf penjelas. Beberapa contoh yang menjadi
pertimbangan auditor ketika memutuskan untuk memberikan pendapat WTP DPP
adalah sebagai berikut.
1. Terjadi perubahan prinsip akuntansi pada entitas yang diperiksa.
2. Auditor memiliki kesimpulan terdapat masalah substansial dengan going
concern klien.
3. Terdapat penegasan informasi yang berisi catatan atas laporan keuangan
seperti transaksi dengan pihak hubungan istimewa.
4. Terdapat aspek signifikan dalam audit sehingga harus memodifikasi bahasa
misalnya menggunakan hasil audit dan opini auditor lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Opini “Wajar Dengan Pengecualian” diberikan apabila sistem pengendalian
internal memadai, namun terdapat salah saji yang material pada beberapa pos
laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan harus memperhatikan
permasalahan yang diungkapkan auditor atas pos yang dikecualikan sehingga
tidak mengalami kekeliruan dalam pengambilan keputusan.
Opini berikutnya adalahTidak Wajar, BPK akan memberikan opini tersebut
jika hasil penilaian sistem pengendalian internal tidak memadai dan terdapat salah
saji pada banyak pos laporan keuangan yang material sehingga secara keseluruhan
laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan SAP. Tidak
Memberikan Pendapatakan diberikan oleh BPK ketika terdapat suatu nilai yang
secara material tidak dapat diyakini auditor karena ada pembatasan lingkup
pemeriksaan oleh manajemen sehingga auditor tidak cukup bukti dan atau sistem
pengendalian intern yang sangat lemah.
Dalam penelitian ini, penulis mengkategorikan masing-masing opini
kedalam bentuk skala ordinal. Dengan skala ordinal tidak hanya mengkategorikan
data ke dalam kelompok, tetapi juga melakukan rangking terhadap kategori
(Ghozali 2011: 4).
Berikut hasil skala ordinal untuk tiap kategori opini.
1 = Tidak Memberikan Pendapat.
2 = Tidak Wajar.
3 = Wajar Dengan Pengecualian.
4 = Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas.
5 = Wajar Tanpa Pengecualian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dari skala tersebut dapat dijelaskan bahwa skor terendah adalah satu dan itu
diberikan kepada kategori opini Tidak Memberikan Pendapat. Skor berikutnya
adalah dua, diberikan pada kategori opini Tidak wajar. Opini Wajar Dengan
Pengecualian diberikan skor dengan nilai tiga. Nilai empat merupakan skor untuk
kategori opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas. Skor
tertinggi yaitu lima diberikan kepada kategori Wajar Tanpa Pengecualian.
3.3.2 Sistem pengendalian internal (X1)
Fungsi dari SPIP adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai
tentang keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset, dan ketaatan terhadap
ketentuan perundang-undangan.Landasan dalam SPI adalah pemikiran bahwa
sistem pengendalian intern melekatsepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber
daya manusia, serta harusdapat memberikan keyakinan yang memadai. Agar hal
tersebut dapat terlaksana harus dibentuk adanya suatu pengendalian pada semua
tingkatan.
Berdasarkan PP nomor 60 tahun 2008 SPI memiliki lima unsur
pengendalian yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Unsur-unsur tersebut
digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi terhadap SPI.Penyelenggaraan
kegiatan pada instansi pemerintah mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, sampai pertanggungjawaban harus dilaksanakan secara tertib,
terkendali, efektif dan efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Semakin buruk suatu penyelenggaran SPI maka akan semakin banyak
ditemukan adanya kelemahan. Kelemahan SPI akan menjadi salah satu dasar bagi
auditor BPK untuk menjadikannya sebuah temuan. Jumlah temuan SPI
merupakan salah satu kriteria BPK dalam memberikan opini.Dalam penelitian ini
kelemahan sistem pengendalian internal merupakan proksi terhadap penilaian
lemahnya sistem pengendalian pemda. Temuan SPI dirangkum dari tiga kategori
kelemahan SPI.
1. Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, yaitu kelemahan
sistem pengendalian yang terkait kegiatan pencatatan akuntansi dan pelaporan
keuangan.
a. Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat.
b. Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan.
c. Entitas terlambat menyampaikan laporan.
d. Sistem informasi Akuntansi dan pelaporan tidak memadai.
e. Sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM yang
memadai.
2. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja, yaitu kelemahan pengendalian yang terkait dengan pemungutan dan
penyetoran penerimaan negara/daerah/perusahaan milik negara/daerah serta
pelaksanaan program/kegiatan pada entitas yang diperiksa.
a. Perencanaan kegiatan tidak memadai.
b. Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan serta penggunaan
penerimaan daerah dan hibah tidak sesuai ketentuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
c. Penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang teknis
tertentu atau ketentuan intern organisasi yang diperiksa tentang
pendapatan dan belanja.
d. Pelaksanaan belanja di luar mekanisme APBD.
e. Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan
berakibat hilangnya potensi penerimaan/pendapatan.
f. Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan
berakibat peningkatan biaya/belanja.
3. Kelemahan struktur pengendalian intern, yaitu kelemahan yang terkait dengan
ada/tidaknya struktur pengendalian intern atau efektivitas struktur
pengendalian intern.
a. Entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk suatu prosedur atau
keseluruhan prosedur.
b. SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati
c. Satuan Pengawas Intern yang ada tidak memadai atau tidak berjalan
optimal.
d. Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai.
Di dalam SPKN dinyatakan bahwa untuk melaporkan kelemahan pengendalian
intern pemeriksa harus mengidentifikasi “kondisi yang dapat dilaporkan” secara
sendiri-sendiri atau secara kumulatif merupakan kelemahan yang material.Dalam
penelitian Fatimahet al. (2014) terdapat pernyataan jika salah satu dari SPI
tersebut ditemukan maka memiliki keterkaitan terhadap pemberian opini oleh
BPK RI. Dalam penelitian ini, penulis mengambil hasiltemuan secara komulatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kelemahan SPI dari “Daftar kelompok dan jenis temuan menurut entitas “ yang
telah disajikan dalam IHPS I 2014.
3.3.3 Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan (X3)
Penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan disebut
ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan.Jumlah temuan ketidakpatuhan
terhadap perundang-undangan merupakan kriteria selain SPI yang menjadi
pertimbangan BPK dalam memberikan opini.Ketidakpatuhan terhadap regulasi
merupakan salah satu bentuk pelanggaran yang dapat mempengaruhi opini BPK
(Adzani dan Martani 2014).Semakin banyak temuan ketidakpatuhan terhadap
perundang-undangan maka kemungkinan untuk memperoleh opini yang baik
semakin rendah.Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangan-undangan
merupakan proksi terhadap penilaian banyaknya penyimpangan terhadap
peraturan perundang-undangan. BPK menyatakan bahwa salah satu hasil
pemeriksaan atas LK berupa laporan kepatuhan mengungkapkan ketidakpatuhan
terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian
negara/daerah, potensi kerugian negara/daerah, kekurangan penerimaan,
administrasi, ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan. Dengan
penjelasan sebagai berikut;
a. Kerugian negara/daerah adalah berkurangnya kekayaan negara/daerah
berupa uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya
sebagai akibat perbuatan melawan hukum, baik sengaja maupun lalai.
Kerugian dimaksud harus ditindaklanjuti dengan pengenaan/pembebanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
kerugian kepada penanggung jawab kerugian sesuai ketentuan perundang-
undangan.
b. Potensi kerugian negara/daerah adalah suatu perbuatan melawan hukum
baik sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya
kerugian dimasa yang akan datang berupa berkurangnya uang, surat
berharga, dan barang,yang nyata dan pasti jumlahnya.
c. Kekurangan penerimaan adalah adanya penerimaan yang sudah menjadi hak
negara/daerah tetapi tidak atau belum masuk ke kas negara/daerah karena
adanya unsur ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.
d. Temuan administrasi mengungkap adanya penyimpangan terhadap
ketentuanyang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau pengelolaan
aset maupun operasional, tetapi penyimpangan tersebut tidak
mengakibatkan kerugianatau potensi kerugian negara/daerah, tidak
mengurangi hak negara/daerah (kekurangan penerimaan), tidak
menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur indikasi tindak
pidana.
e. Temuan mengenai ketidakhematan mengungkap adanya penggunaan input
dengan harga atau kuantitas/kualitas yang lebih tinggi dari standar,
kuantitas/kualitas yang melebihi kebutuhan, dan harga yang lebih mahal
dibandingkandengan pengadaan serupa pada waktu yang sama.
f. Temuan mengenai ketidakefisienan mengungkap permasalahan rasio
penggunaan kuantitas/kualitas input untuk satu satuan output yang lebih
besar dari seharusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
g. Temuan mengenai ketidakefektifan berorientasi pada pencapaian hasil
(outcome) yaitu temuan yang mengungkapkan adanya kegiatan yang tidak
memberikan manfaat atau hasil yang direncanakan serta fungsi instansi yang
tidak optimal sehingga tujuan organisasi tidak tercapai.
Dalam penelitian Fatimah et al. (2014) terdapat pernyataan jika salah satu dari
ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan ditemukan maka memiliki
keterkaitan terhadap pemberian opini oleh BPK RI. Penelitian ini mengambil
hasil temuan secara komulatif dari “Daftar kelompok dan jenis temuan menurut
entitas “ yang telah disajikan dalam IHPS I 2014.
3.3.4 Ukuran pemerintah daerah (X3)
Ukuran organisasi dapat menunjukkan seberapa besar organisasi tersebut.
Hal tersebut dapat diukur dalam berbagai cara, misalnya jumlah karyawan (ukuran
modal manusia), jumlah Aset (ukuran sumber daya fiskal), number of beds
(ukuran kapasitas), dan tingkat produksi.Total aset sebagai proksi untuk variabel
ukuran pemerintah daerah karena nilai aset dianggap lebih stabil. Begitu pula
dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan variabel total aset untuk
menggambarkan ukuran pemerintah daerah.
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki olehpemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaatekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baikoleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasabagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karenaalasan sejarah dan budaya (PP 71 tahun 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Menurut PP 71 tahun 2010, aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan
nonlancar.Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek,
piutang, dan persediaan.Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka
panjang, aset tetap, dana cadangan,dan aset lainnya.Investasi jangka panjang
meliputi investasi nonpermanen dan permanen. Investasi nonpermanen antara lain
investasi dalam Surat Utang Negara, penyertaan modal dalam proyek
pembangunan, dan investasi nonpermanen lainnya. Investasi permanen antara lain
penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya. Aset tetap meliputi
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset
tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan. Aset nonlancar lainnya
diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak
berwujud dan aset kerja sama (kemitraan). Total aset adalah jumlah dari aset
lancar dan nonlancar.
Gambar 3.1Rumus Total Aset
Karena nilai total aset yang cukup besar yaitu mencapai triliunan, maka untuk
menyederhanakan data untuk kepentingan pengolahan statistik maka dalam
penelitian ini menggunakan fungsi ln.
Gambar 3.2Rumus Ukuran Pemerintah Daerah
Ukuran Pemda = ln total aset
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
3.3.5 Ketergantungan pemerintah daerah (x4)
Selain ukuran dan tingkat kekayaan pemda, tingkat ketergantungan pemda
kabupaten/kota terhadap pemerintah pusat juga berbeda-beda yang diwujudkan
dalam bentuk penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) (Mustikarini dan Fitriasari
2012). Menurut PP No.55 tahun 2005, DAU adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Penelitian Syafitri (2012) dan Khasanah (2014) menggunakan dana alokasi
umum dibandingkan dengan total pendapatan untuk menjelaskan variabel tingkat
ketergantungan, begitu pula dalam penelitian ini.
Gambar 3.3Rumus rasio ketergantungan pemerintah daerah
3.3.6 Opini tahun sebelumnya (X5)
Dalam International Standard On Auditing (ISA) 710 disebutkan, terdapat
keterkaitan antara opini tahun berikutnya dengan opini audit tahun sebelumnya.
Terutama jika terdapat masalah yang memunculkan modifikasi opini, dan masalah
Rasio ketergantungan PEMDA = DAU
TotalPendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
tersebut belum terpecahkan dan angka yang tersaji belum sesuai atau belum
diungkapkan secara benar.
Data opini tahun sebelumnya diperoleh dari daftar opini laporan keuangan
pemerintah daerah dalam IHPS I tahun 2014. Sama dengan penilaian opini tahun
penelitian, untuk opini tahun sebelumnyaini, penulis mengkategorikan masing-
masing opini ke dalam bentuk skala ordinal. Berikut hasil skala ordinal untuk tiap
kategori opini;
1 = Tidak Memberikan Pendapat.
2 = Tidak Wajar.
3 = Wajar Dengan Pengecualian.
4 = Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas.
5 = Wajar Tanpa Pengecualian.
Dengan pengertian yang sama dengan nilai skor pada opini tahun penelitian yang
telah dijelaskan di atas maka skor terendah adalah satu dan itu diberikan kepada
kategori opini Tidak Memberikan Pendapat. Skor berikutnya adalah dua,
diberikan pada kategori opini Tidak Wajar. Opini Wajar Dengan Pengecualian
diberikan skor nilai tiga. Nilai empat merupakan skor untuk kategori opini Wajar
Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas. Skor tertinggi yaitu lima diberikan
kepada kategori Wajar Tanpa Pengecualian.
D. Pengujian Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode berupa ordinal logistic
regressionuntuk melakukan uji statistik terhadap model penelitian.Regresi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Logistik merupakan metode regresi yang digunakan untuk mencari hubungan
antar variabel dependenyang memiliki skala nominal dengan variabel independen
yang memiliki campuran skala rasio dengan skala ordinal.Dalam regresi ini tidak
diperlukan asumsi mutivariate normal distribution karena variabel bebas
merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non
metrik) (Ghozali 2011:333). Ordinal logistic regression digunakan jika variabel
dependen mempunyai skala ordinal (Ghozali 2011:348).
3.4.1 Uji fit model
Dalam Ghozali disebutkan langkah awal metode ini adalah menilai overall
fit model terhadap data. Untuk menilai model fit atau tidak dihipotesiskan sebagai
berikut:
H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data.
HA: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.
Jika probabilitas > 0,05 Ho diterima akan tetapi jika probabilitas < 0,05 Ho ditolak.
Untuk dapat menilai model yang digunakan fit atau tidak digunakan fungsi
likelihood. Menurut Ghozalilikelihood L dari model merupakan probabilitas
bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Dan untuk menguji
hipotesis tersebut L ditransformasikan menjadi -2LogL.
3.4.2 Uji koefisien determinasi
Total Aset = Total aset lancar + total aset nonlancar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Dalam regresi berganda koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Apabila nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Jika nilai R2 mendekati satu maka
variabel-variabel independen dapat menjelaskan informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel dependen.Regresi logistik menggunakannilai Mc
Fadden. Semakin besar nilaiMc Fadden maka semakin bagus sebuah model dalam
memberikan kontribusi prediksi terhadap variabel dependennya.
3.4.3 Uji koefisien regresi
Untuk dapat menguji koefisien regresi maka perlu memperhatikan sebagai
berikut.
a. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5 %.
b. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi p-
value (probabilitas value). Jika p-value > α, maka hipotesis alternatif ditolak.
Sebaliknya jika p-value < α, maka hipotesis alternatif diterima.
Rumus Regresi:
Y= α+ β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4+ β5 X5
Keterangan :
Y : Opini BPK.
X1 = : Kelemahan SPI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
X2 = : Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
X3 : Ketergantungan PEMDA terhadap pemerintah pusat.
X4 : Ukuran pemerintah daerah.
X5 : Opini tahun sebelumnya.
α : Konstanta
β1, ....., β5 : Koefisien variabel independen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
4.1.1 Gambaran umum data
Obyek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah
daerah kabupaten/kota di Indonesia tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 542 buah. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
yang telah diaudit BPK RI dengan tahun anggaran 2013 yang memiliki data
lengkap yang terkait dengan variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian ini.
Jumlah total sampel dalam penelitian ini adalah 454 buah atau 83,76% dari total
populasi. Apabila dilihat dari tingkat pemerintahan maka sampel ini terdiri dari 29
laporan keuangan pemerintah provinsi, 337 laporan keuangan pemerintah
kabupaten, dan 88 laporan keuangan pemerintah kota.
Tabel 4.1Proses seleksi sampel
Keterangan Jumlah
LKPD seluruh Indonesia
LKPD yang belum mendapatkan opini BPK
542
86
LKPD yang telah mendapatkan opini BPK 456
LKPD yang tidak lengkap 2
Total sampel 454
Data sekunder diolah, 2015
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Terhadap 456 LKPD tahun 2013, BPK memberikan opini Wajar Tanpa
Pengecualiankepada 153 LKPD, opini Wajar Dengan Pengecualian kepada 276
LKPD, opini Tidak Wajarkepada 9 LKPD, dan opini Tidak Memberikan Pendapat
atas 18 LKPD.
Tabel 4.2Distribusi Sampel Menurut Jenis Pemerintahan
Keterangan Jumlah
Provinsi 29
Kabupaten 337
Kota 88
Total 454
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Dari data Tabel 4.2 di atas dapat lebih dirinci lagi bahwa opini yang
dominan ditingkat provinsi adalah WTP yaitu sebanyak 15 LKPD atau sebesar
52%. Penerimaan opini paling banyak untuk tingkat kabupaten adalah WDP yaitu
sebesar 214 LKPD atau sebesar 63% dan begitupula untuk kota penerimaan opini
tertinggi adalah WDP yaitu 50 LKPD atau 57%.
Analisis data dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis deskriptif dan
analisis inferensia (uji model). Jumlah variabel yang dianalisis ada enam, terdiri
dari satu variabel dependen dan lima variabel independen. Variabel tidak bebas
atau dependennya adalah opini BPK. Variabel bebas atau independennya adalah
kelemahan SPI, temuan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan, ukuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
pemerintah daerah, ketergantungan pemerintah daerah, dan opini tahun
sebelumnya. Program yang digunakan untuk melakukan uji statistik adalah SPSS
versi 20.
4.1.2 Statistik deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
diantaranya dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range (Ghozali, 2011). Nilai rata-rata atau mean adalah nilai rata-
rata dari suatu kelompok. Nilai rata-rata didapat dengan menjumlahkan data
seluruh individu dalam suatu kelompok kemudian dibagi dengan jumlah individu
yang terdapat pada kelompok tersebut. Standar deviasi adalah rata-rata jarak
penyimpangan data diukur dari nilai rata-rata data tersebut.
Tabel 4.3Hasil Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maksimum Mean
Opini.t (Y) 454 1,00 5,00 3
Kelemahan SPI (X1) 454 1,00 51,00 12
Ketidakpatuhan thd UU(X2) 454 1,00 74,00 13
Ukuran pemda (X3) 454Rp53.997.009.989.621.
Rp405,375,944,683,758 0,57
KetergantunganPEMDA(X4) 454 13,20 19, 82 14,68
Opini PeriodeSebelumnya (X5) 454 1.00 5,00 3
Sumber: Data Sekunder diolah, 2015
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Dari hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat statistik deskriptif masing-
masing variabel. Variabel opini memiliki nilai minimum satu, berartiopini
terendah yang diterima sampel adalah Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Nilai
satu ini menandakan bahwa instansi tersebut mendapatkan predikat yang tidak
baik terhadap penilaian LKPDnya dari BPK. Opini tertinggi adalah sebesar lima
yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), berarti LKPDnya dari segala aspek telah
memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh BPK. Rata-rata opini adalah 3
artinya kebanyakan kabupaten/kota menerima opini Wajar Dengan Pengecualian
(TW).
Untuk SPIP, jumlah temuan paling sedikit adalah satu, temuan terbanyak
adalah limapuluh satu kasus, dengan rata-rata temuan adalah dua belas kasus.
Semakin sedikit jumlah temuan menandakan bahwa SPInya semakin baik.
Temuan ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan paling sedikit adalah satu
temuan dan paling banyak tujuhpuluh empat kasus. Semakin sedikit jumlah
temuan menandakan bahwa semakin sedikit terjadinya penyimpangan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Jumlah total aset tertinggi dimiliki oleh Prov. DKI Jakarta sebesar
Rp405.375.944.683.758 sedangkan terendah adalah kabupaten Pulau Morotai
yaitu sebesar Rp53.997.009.989.621. Pemerintah daerah yang memiliki
ketergantungan terhadap pusat paling tinggi adalah kabupaten Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan yaitu 0,788 dan ketergantungan paling rendah adalah
kabupaten Merauke yaitu sebesar 0,005. Rata-rata penerimaan opini sebelumnya
adalah Wajar Dengan Pengecualian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Distribusi sampel dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel 4.3case
processing summary, dimana kondisi sampel ini menunjukkan gambaran
penerimaan opini untuk masing-masing pemerintah daerah di Indonesia.
Tabel 4.4Case Processing Summary
N Marginal Percentage
Opini t 1,00 18 4,0%
2,00 9 2,0%
3,00 275 60,6%
4,00 55 12,1%
5,00 97 21,4%
Valid 454 100,0%
Sumber: Data Sekunder diolah, 2015
Dari hasil olah data tersebut dapat diartikan bahwa opini Tidak Memberikan
Pendapatdiberikan kepada 18 pemerintah daerah atau jika dipersentasekan sebesar
4% dari keseluruhan sampel. Kemudian untuk opini Tidak Wajar diberikan
kepada 9 pemerintah daerahatau jika dipersentasekan sebesar 2%. Opini Wajar
Dengan Pengecualian memiliki persentase yang paling tinggi yaitu 60,6% yaitu
275 pemerintah daerah. Opini Wajar Dengan Paragraf Penjelas diberikan kepada
55 Pemerintah Daerah atau sebesar 12,1%. Terakhir adalah opini Wajar Tanpa
Pengecualian sebesar 21,4% atau berhasil diraih oleh 97pemerintah daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
B. Analisa Data
4.2.1 Uji Kelayakan Model
Menurut Ghozali (2011) uji kelayakan dari model merupakan probabilitas
bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk dapat
menilai model yang digunakan fit atau tidak digunakan fungsi likelihood yang
ditransformasikan menjadi -2LogL.
Tabel 4.5Model Fitting Information
-2 Log Likelihood
Likelihood Ratio Tests
Chi-Square
df Sig.
InterceptOnly
994,104
222,050 5 ,000**Final 772,054Temuansignifikan pada tingkat 95% **Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Dengan melihat tabel di atas menunjukkan bahwa ketika hanya
memasukkan model intersep ternyata hasil 2 Log Likelihoodsebesar 994,104.
Kemudian dengan memasukkan variabel independen, 2 Log Likelihood turun
menjadi 772,054 atau terjadi penurunan Chi-Square sebesar 222,050 dan
signifikan pada p= 0.00. Dapat disimpulkan bahwa model dengan variabel
independen memberikan ketepatan akurasi yang lebih baik untuk memprediksi
opini BPK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 4.6Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 2211,686 1807 ,000
Deviance 772,054 1807 1,000
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Nilai Pearson yang dihasilkan adalah sebesar 2211,686dengan taraf signifikansi
sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa model tidak begitu sesuai karena
banyak cell yang memiliki frekuensi nol, akan tetapi hal tersebut dapat diabaikan
seperti yang tertuang dalam Ghozali (2011: 361).
Tabel 4.7Test of Parallel Lines
Model -2 LogLikelihood
Chi-Square df Sig.
NullHypothesis
772,054
General 761,770 10,284c 15 ,802
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Tujuanuji parallel lines adalah menilai apakah asumsi semua kategori memiliki
parameter yang sama atau tidak (Ghozali 2011:363). Apabila hasil uji ini
menunjukkan p<0,000 maka diartikan model tidak sesuai. Model sesuai jika
memiliki nilai yang tidak signifikan yaitu p>0,05. Dari hasil out put di atas karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
nilai p sebesar 0,802 dan lebih besar dari 0,05 maka model dikatakan sudah
sesuai.
4.2.2 Uji Koefisien Determinasi
Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat seberapa besar persamaan regresi
dapat menjelaskan variabel dependen.
Tabel4.8Pseudo R-Square
Nilai
Cox and Snell 0,387
Nagelkerke 0,436
McFadden 0,223
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa besarnya variasi nilai opini yang
dapat dijelaskan oleh model regresi adalah sebesar 0,223 atau 22,3%. Dengan kata
lain 22,3%variasi nilai opini merupakan kontribusi pengaruh kelemahan SPI,
ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan, ukuran total asset, ketergantungan
Pemerintah Daerah, dan opini periode sebelumnya. Sedangkan sisanya 77,7%
dijelaskan oleh variabel diluar model.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
4.2.3 Menguji Koefisien Regresi
Tabel 4.9Parameter Estimates
Variabel Estimate Wald Sig.
[y = 1,00] -5,492 3,528 ,060
[y = 2,00] -4,954 2,883 ,090
[y = 3,00] -,045 ,000 ,988
[y = 4,00] ,879 ,092 ,762
X1 -,077 10,975 ,001**
X2 -,049 7,689 ,006**
X3 -,192 1,172 ,279
X4 -2,162 6,050 ,014**
X5 1,387 132,663 ,000**
Temuansignifikan pada tingkat 95% **Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Dari ringkasan hasil analisis pada Tabel. 4.9diatas dapat disusun persamaan
regresi sebagai berikut:
Logit (p1) = -5,492 - 0,077X1 - 0,049X2 - 0,192X3 - 2,162X4 + 1,387X5
Logit (p1+p2) = -4,954- 0,077X1 - 0,049X2 - 0,192X3 - 2,162X4 +
1,387X5
Logit (p1+p2+p3) = -0,045- 0,077X1 - 0,049X2 - 0,192X3 - 2,162X4 +
1,387X5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Logit (p1+p2+p3+p4) = 0,879- 0,077X1 - 0,049X2 - 0,192X3 - 2,162X4 +
1,387X5
Keterangan:
p1 = Probabilitas Tidak Memberikan Pendapat.
p2 = Probabilitas Tidak Wajar.
p3 = Probabilitas Wajar Dengan pengecualian.
p4 = Probabilitas Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas.
Pada persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa koefisien regresi semua
variabel independen bernilai negatif kecuali variabel X5. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh keempat variabel tersebut terhadap opini bersifat negatif. Hal
tersebut mengandung makna bahwa kenaikan nilai kelemahan SPI (X1),
ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan(X2), ukuran (X3), dan
ketergantungan (X4), akan menyebabkan penurunan nilai opini (Y).
Adapun koefisien regresi opini periode sebelumnya (X5) bernilai positif
maka kenaikan nilai opini periode sebelumnya akan menyebabkan kenaikan opini
(Y). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh opini periode sebelumnya terhadap
opini bersifat positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
C. Pembahasan
Penelitian ini menguji pengaruh SPIP, Kepatuhan, Ukuran,Ketergantungan,
dan Opini tahun sebelumnya terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah
daerah yang diwakili opini BPK. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan
regresi berganda dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
KodeHipotesis
Hipotesis Hasil
H1 Kelemahan Sistem Pengendalian Intern berpengaruh negatifterhadap kredibilitas LKPD.
Didukung
H2 TemuanKetidakpatuhan terhadap peraturan berpengaruhnegatif terhadap kredibilitas LKPD.
Didukung
H3 Ukuran PEMDA berpengaruh negatif terhadap kredibilitasLKPD.
Tdkdidukung
H4 Ketergantungan terhadap pemerintah pusat berpengaruhnegatif terhadap kredibilitas LKPD.
Didukung
H5 Opini tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadapkredibilitas LKPD.
Didukung
Sumber: Data primer diolah, 2015
4.3.1 Pengaruh SPIP terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Pengujian hipotesis pertama (H1) memiliki nilai β1= -,077dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000 (sig<0,05). Hasil tersebut mendukung hipotesis
pertama. Kesimpulannya bahwa variabel kelemahan SPIP berpengaruh negatif
terhadap pemberian opini BPK. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Fatimah et.al. (2014) menunjukkan bahwa kelemahan sistem pengendalian
akuntansi dan pelaporan, memiliki pengaruh negatif terhadap opini BPK. Akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitianSunarsih (2013) yang
menyatakan bahwa kelemahan SPI tidak mempengaruhi opini.
Dari hasil penelitian tersebut dapat diartikan bahwa kelemahan sistem
pengendalian internal memiliki pengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan
Pemerintah daerah. Dengan penjelasan sebagai berikut, bahwa semakin banyak
jumlah temuan SPI menandakan bahwa masih banyak terdapat kelemahan sistem
pengendalian sehingga kemungkinan untuk memperoleh opini yang baik akan
lebih rendah. Tentu saja hal tersebut akan sangat mempengaruhi kredibilitas
laporan keuangan pemerintah daerah karena laporan keuangan dianggap tidak
akuntabel. Menurut Zhang; Zhou dan Zhou (2012) terdapat hubungan antara
auditor independen dengan pengungkapan permasalahan pengendalian internal.
Auditor wajib untuk menerbitkan clean opinion atau unqualified opinion ketika
tidak menemukan permasalahan yang material dalam pengendalian internal
perusahaan. Apabila temuan kelemahan SPInya rendah maka kemungkinan untuk
mendapatkan opini WTP tinggi. Sejalan dengan penelitian Milal (2013) yang
memaknai opini WTP sebagai keseriusan dalam mewujudkan akuntabilitas dan
transparansi pertanggungjawaban pelaksanaan sebagai wujud kredibilitas instansi.
4.3.2 Pengaruh ketidakpatuhan peraturan Perundang-undangan terhadap
kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Pengujian hipotesis kedua (H2) memiliki nilai β2= -,049dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,006 (sig<0,05). Hasil tersebut mendukung hipotesis kedua.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel Ketidakpatuhan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
perundang-undangan berpengaruh terhadap pemberian opini BPK dengan hasil
negatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatimah et.al. (2014), bahwa
temuan kepatuhan berpengaruh terhadap pemberian opini dengan hubungan
pengaruh negatif.
Dari hasil penelitian di atas dijelaskan bahwa semakin banyak jumlah
temuan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan maka kemungkinan
diperoleh opini yang baik akan semakin rendah, sehingga mempengaruhi
kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah karena isi dari laporan keuangan
tidak dapat dipercaya jika banyak menyimpang dari peraturan perundang-
undangan.
4.3.3 Pengaruh ukuran (size) terhadap kredibilitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
Pengujian hipotesis pertama (H3) memiliki nilai β3 = -,192dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,279 (sig >0,05). Hasil tersebut tidak mendukung hipotesis
ketiga. Kesimpulannya adalah variabel ukuran pemerintah daerah dalam
penelitian ini diproksikan sebagai total aset tidak memiliki pengaruh terhadap
pemberian opini oleh BPK.
Ketika sebuah pemerintah daerah memiliki ukuran yang besar maka
PEMDA tersebut memiliki kompleksitas yang lebih besar dibandingkan
pemerintah daerah yang lebih kecil begitu pula sebaliknya. Hal tersebut bisa
dijelaskan, salah satunya dalam penelitian Safitri (2014), jumlah aset yang besar
tidak diikuti dengan pencatatan aset yang memadai sehingga tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pengungkapan menjadi rendah. Alasan lain ditunjukkan oleh Doyle et al. (2007)
bahwa perusahaan yang banyak memiliki temuan kelemahan pengendalian intern
adalah perusahaan yang memiliki tingkat kompleksitas bisnis yang tinggi. Senada
dengan penelitian Doyle et al. (2007), Ashbaugh-Skaife et al. (2007)
menyatakanbahwa perusahaan dengan kecenderungan semakin banyak
pengungkapan kelemahan pengendalian internal adalah perusahaan yang memiliki
kompleksitas operasi yang tinggi. Berbeda dengan hasil penelitian Patrick (2007)
yang menunjukkan bahwa ukuran daerah yang diproksikan dengan total aset
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan
sesuai GASB 34.
Dalam penelitian ini, ketika penulis mencoba untuk menguji dengan dibawa
ke ranah sektor publik dengan kaitannya dengan opini BPK tenyata hasilnya
menunjukkan bahwa ukuran tidak berpengaruh terhadap kredibilitas laporan
keuangan pemerintah daerah. Hal ini mungkin disebabkan karena selama ini yang
menjadi kendala untuk memperoleh opini WTP bukan pada permasalahan ukuran
yang dinilai dari besarnya total aset, akan tetapi manajemen aset yang buruk.
Apabila suatu entitas besar dengan kompleksitas yang tinggi akan tetapi dia
memiliki sistem yang baik, yang mampu mengelola aset dengan baik maka hal
tersebut tidak akan menjadi sebuah kendala.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
4.3.4 Pengaruh ketergantungan terhadap kredibilitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
Pengujian hipotesis kedua (H4) memiliki nilai β4= -2,162dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,014 (sig<0,05).Hasil tersebut mendukunghipotesis keempat.
Kesimpulannya bahwa variabel ketergantungan pemerintah daerah memiliki
pengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili
opini BPK.
Dari hasil penelitian tersebut, tidak mendukung beberapa penelitian yang
sudah ada terkait antara rasio ketergantungan dengan pengungkapan. Contohnya
dalam penelitian Verdiana dan Utama (2013)menyebutkan bahwa disclosure
merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi auditor dalam
memberikan opini going concern. Penelitian Robbins dan Austin (1986) serta
Liestiani (2008), menyatakan bahwa Pemda yang memiliki tingkat ketergantungan
yang tinggi terhadap sumber dana pemerintah pusat dalam hal ini adalah DAU,
maka semakin memiliki tekanan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Setyaningrum dan Syafitri (2012)
bahwa tingkat ketergantungan berpengaruh secara negatif terhadap tingkat
pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Menurutnya hal ini
disebabkan Pemda tidak termotivasi untuk meningkatkan pengungkapan laporan
keuangannya karena rendahnya tuntutan transparansi dan akuntabilitas LKPD dari
pihak eksternal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
4.3.5 Pengaruh opini tahun sebelumnya terhadap kredibilitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
Pengujian hipotesis pertama (H5) memiliki nilai β5 sebesar 1,387dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 (sig<0,05). Hasil tersebut mendukungn
hipotesis kelima. Kesimpulannya adalah variabel opini tahun sebelumnya
memiliki pengaruh positif terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah
daerah yang diwakili dengan opini BPK.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Mutchler (1985), Carcello dan
Neal (2000), Ramadhany (2004), dan Januarti (2009) bahwa terdapat hubungan
yang signifikan dan positif antara opini audit going concerntahun sebelumnya
dengan opini tahun berjalan. Sehingga apabila tahun sebelumnya telah
memperoleh opini audit maka pada tahun berjalan kemungkinan besar auditor
akan memberikan kembali opini tersebut. Sejalan dengan kesimpulan Fatimah et
al. (2014) bahwa dalam proses audit, auditor diwajibkan memiliki pemahaman
mengenai entitas yang diperiksa, mempertimbangkan hasil pemeriksaan
sebelumnya dan tindak lanjut atas rekomendasi. Sehingga bagi laporan keuangan
pemerintah daerah yang sebelumnya mendapatkan opini WTP memungkinkan
untuk mempertahankan opini WTP karena beban perbaikan atas laporan keuangan
pemerintah daerah tersebut cenderung tidak sebanyak laporan keuangan
pemerintah daerah dengan opini non WTP.
Tentu saja penerimaan opini tahun sebelumnya dapat menjadi tolok ukur
bagaimana kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah tersebut. Hal tersebut
dimungkinkan karena kegiatan suatu perusahaan untuk tahun tertentu sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Apabila suatu
laporan keuangan pemerintah daerah dapat mempertahankan konsistennya untuk
bertahan pada opini yang baik maka keyakinan akan kredibilitaslaporan keuangan
akan semakin tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN, IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini menguji pengaruh SPIP, kepatuhan terhadap perundang-
undangan, ketergantungan pemerintah daerah, ukuran pemerintah daerah, dan
opini tahun sebelumnyaterhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah
yang diwakili opini BPK. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kelemahan sistem pengendalian internal berpengaruh negatif
terhadapkredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh
opini BPK. Apabila opini yang diterima pemerintah daerah baik maka
menunjukkan bahwa jumlah kelemahan sistem pengendalian rendah.
2. Ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan berpengaruh terhadap
kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh opini
BPK. Semakin rendah ketidakpatuhan terhadap perundangan-undangan
kemungkinan memperoleh opini yang baik semakin tinggi.
3. Total aset sebagai nilai dari ukuran (size) tidak berpengaruh terhadap
penentuan kredibilitas laporan keuangan Pemerintah daerah yang diwakili
oleh opini BPK. Hal tersebut kemungkinan disebabkan selama ini yang
menjadi kendala BPK dalam memberikan opini yang kaitannya dengan
aset,sumber masalah utamanya bukan besarnya jumlah aset yang dimiliki
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
pemerintah daerah, akan tetapi manajemen dari aset itu sendiri yang masih
sangat lemah.
4. Ketergantungan pemerintah daerah berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili opini
BPK. Sehingga apabila nilai ketergantungan pemerintah daerah tinggi maka
kemungkinan untuk memperoleh opini yang baik akan lebih rendah. Hal ini
mungkin disebabkan karenapemda tidak termotivasi untuk meningkatkan
pengungkapan laporan keuangannya karena rendahnya tuntutan transparansi
dan akuntabilitas LKPD dari pihak eksternal.
5. Opini tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili opini BPK.
Apabila tahun sebelumnya memperoleh opini baik kemungkinan untuk
memperoleh opini yang sama akan lebih besar. Hal tersebut dimungkinkan
karena kegiatan suatu entitas untuk tahun tertentu sangat dipengaruhi oleh
keadaan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Apabila temuan audit tahun
sebelumnya sedikit maka kemungkinan beban perbaikan laporan keuangan
tidak banyak dan selesai lebih cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
B. Saran dan Keterbatasan
Evaluasi atas hasil penelitian ini harus mempertimbangkan keterbatasan
yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian, di antaranya adalah berikut ini.
1. Koefisien determinasimodel penelitian ini adalah sebesar 0,223 berarti
variabilitas variabel dependen yangdapat dijelaskan oleh variabel independen
adalah sebesar 22,3%,sedangkan sisanya sebesar 77,7% dijelaskan oleh
variabel-variabel laindi luar model penelitian.
2. Periode pengamatan penelitian ini hanya satu tahun sehingga belum bisa
melihat secara mendalam kecenderungan trend kaitan kredibilitas laporan
keuangan pemerintah daerah yang dilihat dari opini dari BPK.
3. Merujuk dari pernyataan BPK bahwa salah satu permasalahan belum
diperolehnya opini WTP LKPD secara mayoritas disebabkan karena
pengelolaan aset tetap yang belum akuntabel maka dapat disimpulkan bahwa
data aset yang digunakan dalam penelitian ini secara mayoritas belum
akuntabel.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan saran, antara
lain:
1. Pada penelitian ini, variabel independen yang diteliti berpengaruh terhadap
variabel kredibilitas laporan keuangan pemerintah daerah yang diwakili oleh
opini BPK sebesar 22,3%, hal ini berarti bahwa ada pengaruh sebesar 77,7%
dari variabel-variabel lain di luar variabel independen yang diteliti
berpengaruh terhadap variabel opini BPK yang mewakili kredibilitas laporan
keuangan pemerintah daerah. Penelitian selanjutnya disarankan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
meneliti pengaruh variabel-variabel lain yang belum termasuk dalam model
regresi pada penelitian ini, misalnya faktor kompetensi pengelola keuangan,
faktor remunerasi atau faktor sistem pengelolaan keuangan.
2. Pada penelitian berikutnya dapat menggunakan periode tahun pengamatan
yang lebih panjang. Tahun pengamatan yang lebih panjang akan menambah
jumlah sampel sehingga hasil pengamatan dapat lebih dapat digeneralisir.
3. Merujuk pada keterbatasan pengukuran sizeyang menggunakan total aset,
maka pada peneletian berikutnya dapat menggunakan pengukuran yang lain
misalnya jumlah anggota DPRD, seperti merujuk pada penelitian Suhardjanto
et al (2011).
C. Implikasi
5.3.1 Implikasi Praktis
Impilikasi praktis diharapkan dapat diterapkan dari hasil penelitian ini. Hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal, ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undanganserta karakateristik daerah berupa
ketergantungan Pemda dan opini audit tahun sebelumnya yang dinilai
berpengaruh terhadap penerimaan opini BPK semoga dapat memberikan
gambaran bagi pemerintah daerah dalam melakukan perbaikan dalam pengelolaan
keuangan daerah. Dari hasil tersebut pemerintahdaerah dapat membuat strategi
yang tepat, efisien dan efektif sehingga kredibilitas laporan keuangan Pemerintah
daerah dapat lebih ditingkatkan melalui perolehan predikat opini WTP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Untuk instansi yang memiliki fungsi pengawasan yang berkaitan dengan
pemerintah daerah seperti DPR/DPRD dan inspektorat diharapkan lebih tepat
sasaran dalam membuat kebijakan, serta lebih meningkatkan pembinaan sehingga
pemerintah daerah dapat meraih atau mempertahankan opini WTP.
1.3.2 Implikasi Teoritis
Hubungan keagenan pada organisasi pemerintahan menjadi suatu konsep
yang penting karena aktivitas organisasi berhubungan dengan pendelegasian
wewenang, seperti penyediaan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan beragam
pelayanan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat. Laporan keuangan dan
pengungkapan informasi kepada publik adalah salah satu bentuk alat monitoring
untuk mengurangi asimetri informasi antara pemerintah sebagai agen dan rakyat
sebagai prinsipal. Akuntabilitas berarti pemerintah mampu menjawab semua
pertanyaan yang berkaitan dengan amanah yang diembannya. Opini audit
merupakan simbol kepercayaan publik terhadap kredibilitas dan kehandalan
informasi yang terkandung dalam suatu laporan keuangan. Untuk itu diperlukan
pihak yang independen untuk memberikan pendapatnya dalam rangka
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan tersebut yaitu BPK.Dengan hasil
penelitian ini, sistem pengendalian internal, ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan serta karakateristik daerah berupa ukuran (size) dan opini
audit tahun sebelumnya dinilai berpengaruh terhadap hasil opini yang dikeluarkan
oleh BPK. Sehingga dengan adanya impilikasi teori ini pemerintah sebagai agen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
harus mampu meningkatkan kualitasnya dengan meningkatkan kredibilitas
laporan keuangan dengan memperoleh predikat opini yang baik.
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A.W. dan Y. Septriani. 2008. Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis danCara Menguranginya.Jurnal Akuntansi & Manajemen 3 (2): 47-55 53.
Adzani, A. H. dan D. Martani. 2014. Pengaruh Kesejahteraan Masyarakat,Faktor Politik dan Ketidakpatuhan Regulasi Terhadap Opini AuditLaporan Keuangan Pemerintah Daerah. SNA 17 Mataram. LombokUniversitas Mataram 24-27 Sept 2014
Agbejule, A. dan A. Jokipii. 2008. Strategy, Control Activities, Monitoring andEffectiveness. Managerial Auditing Journal 24 (6): 500-522.
Atyanta, R. 2011. Analisis Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Studi Kasus pada Kabupaten X di Jawa Timur).Jurnal Ilmiah 1 (1): 16.
Aushbaugh-Skaife, H., Collins, D. W., dan Kinney Jr, W. R. 2007. The Discoveryand Reporting of Internal Control Deficiencies Prior to SOX-MandatedAudits. Journal of Accounting and Economics 44:166-192.
Badan Pemeriksa Keuangan. 2011. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I tahun2010.
Badan Pemeriksa Keuangan. 2014. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I tahun2013.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2012. Akuntabilitas PelaporanKeuangan. Diakses 1 Januari 2015. www.bpkp.go.id.
Banimahd, B., Y. Noorifard dan A. Davoudabadi. 2013. Auditor ManagementAlignment and Audit Opinion: Evidence from Iran. Management ScienceLetters 3 (4): 1217-1222.
Blaskovich, J. dan N. Mintchik.2009. Party Of Three? A Source CredibilityPerspective On The Use Of Consultants For Internal ControlAssessments.The Journal of Applied Business Research 25( 5): 59-68.
Carcello, J. V. dan T. L.Neal. 2000. Audit Commitee Composition and AuditorReporting. Diakses 6 April 2015.www.ssrn.com..
Cohen, J., G. Krishnamoorthy dan A. Wright. 2004. Corporate GovernanceMosaic and Financial Reporting Quality. Journal of Accounting Literature23: 87-152.
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Damayanti, R. A. 2011. Hubungan Keagenan Pemerintahan Daerah dalamKonteks Anggaran: Sebuah Agenda Rekonstruksi. Ekuitas 15 (2): 149 –171
D’Aquila dan Jill M. 1998. Is the Control Environment Related to FinancialReporting Decisions?. Managerial Auditing Journal 13(8): 472–478.
Damanpour, F. 1991. Organizational Innovation: A Meta-Analysis of Effects ofDeterminants and Moderators. Academy of Management Journal 34: 555-590.
Defera, Cris. 2013. Pengaruh kelemahan sistem pengendalian intern danketidakpatuhan pada ketentuan perundang-undangan terhadap penentuanopini laporan keuangan Pemerintah daerah di indonesia tahun 2008-2011. Skripsi-Tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Atmajaya.
Doyle, J., Ge, W. Dan S. McVay. 2007. Determinants of weaknesses in internalcontrol over financial reporting. Journal of Accounting and Economics 44(1): 193-223.
Eisenhardt, K. M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review.Academy ofManagement Review 14 (1) : 57-74.
Fatimah, D., Ria N. S. dan M. Rasuli. 2014. Pengaruh Sistem PengendalianIntern, Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan, Opini AuditTahun Sebelumnya dan Umur Pemerintah Daerah Terhadap PenerimaanOpini Wajar Tanpa Pengecualian Pada Laporan Keuangan PemerintahDaerah Di Seluruh Indonesia. Jurnal Akuntansi 3 (1): 1 – 15
Fen, S. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit GoingConcern dan Konsekuensinya terhadap Auditor Switching.Tesis-Tidakdipublikasi. Jakarta: Universitas Atmajaya.
Fitryani, V., B. Subroto dan Z. Baridwan. 2013. Persepsi Pengguna LaporanKeuangan atas Opini Audit. Jurnal Akuntansi Aktual. 2 (2): 93–103
Ge, W. Dan S. McVay. 2005. The Disclosure of Material Weaknesses in InternalControl after The Sarbanes–Oxley Act. Accounting Horizons 19 (3): 137–158.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gutomo, Kotot. 2013. Berburu Opini WTP. Badan Pengawasan Keuangan DanPembangunan.Diakses 30 Desember 2014. http://itjen.kemdiknas.go.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Habib, A. 2013. A meta-analysis of the Determinants of Modified Audit OpinionDecisions.Managerial Auditing Journal 28 (3): 184-216.
Hadisurya, G. dan Nurrekawati. 2012. Audit Kepatuhan Terhadap Undang-Undang/Hukum/Peraturan (Sebuah Perspektif Sektor Publik). Diakses 30Desember 2014. http://itjen.kemdiknas.go.id.
Halim, A. dan S. Abdullah. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenan diPemerintah Daerah: (Sebuah Peluang Penelitian Anggaran danAkuntansi).Jurnal Akuntansi Pemerintah 2 (1): 53-64.
Jensen, M dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Magerial Behavior,Agency Cost and Ownership Structure.Journal of Financial Economics 3:305-360.
Jiang, W., K. H. Rupley dan J. Wu. 2009. Internal Control Deficiencies and theIssuance of Going Concern Opinions. Research in Accounting Regulation22: 40-46.
Johnson, W. B. dan D. Shores. 1999. Accounting Defects, Financial StatementCredibility, and Equity Valuation. Diakses 30 Desember 2014.tippie.uiowa.edu/accounting
Kapp, R. W. 1978. Some Problems of a Legal Compliance Audit. The BusinessLawyer 33 (4): 2467-2472.
Kasidi. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor. Tesis-Tidak dipublikasi. Semarang: ProgramPascasarjana Magister SainsAkuntansi, Universitas Diponegoro.
Kawedar, W. 2010. Opini Audit dan Sistem Pengendalian Intern (Studi Kasus diKabupaten PWJ yang Mengalami Penurunan Opini Audit).JurnalAkuntansi dan Auditing6:8.
Kusuma, I. G. E. A. 2013. Pengaruh kejelasan sasaran anggaran, komitmenorganisasi dan ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran (studiempiris di SKPD Pemerintah Provinsi Bali).Tesis-Tidak dipublikasi.Bali:Program Pascasarjana Magister Akuntansi, Universitas Udayana.
Liestiani, A dan D. Martani. 2008. Disclosure in Local Government FinancialStatements: the Case of Indonesia.Global Review of Accounting andFinance3 (1): 67-84.
Mack, J. dan C. Ryan. 2006. Reflections on the Theoretical Underpinnings of theGeneral Purpose Financial Reports of Australian Government
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Departments.Accounting, Auditing & Accountability Journal 19 (4): 592-612.
Maslani. 2008. Meningkatkan Akuntabilitas Publik Melalui OptimalisasiManajemen Aset Negara/Daerah. Di akses tanggal 7 Desember2014.http://Pusdiklatwas.bpkp.go.id
Marfiana, N. dan L. Kurniasih. 2013. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerahdan Hasil Pemeriksaan Audit BPK terhadap Kinerja Keuangan PemerintahDaerah Kabupaten/Kota. Diakses tanggal 22 Desember 2014.http://jp.feb.unsoed.ac.id.
Milal, A. Z,.Makna Opini Audit WTP Bagi Kementerian/Lembaga (Studi kasuspada Kementerian Sosial). Diakses tanggal 22 Desember 2014.www.jimfeb.ub.ac.id
Mustikarini, W. Astuti dan D. Fitriasari. 2012. Pengaruh Karakteristik PemerintahDaerah dan Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja Pemerintah DaerahKabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2007. Forum: SimposiumNasional Akuntansi 15. Diakses tanggal 3 Januari 2015.http//www.sna.akuntansi.unikal.ac.id
Mutchler, J. F. 1985. A Multivariate Analysis of the Auditor's Going-ConcernOpinion Decision.Journal of Accounting Research 23 (2): 668-682.
Nasution, A. 2007. Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara dan KeuanganDaerah. Makalah disampaikan dalam Seminar IAIKSAP. Jakarta 12 April2008.
O’Leary, C., E. Iselin dan D. Sharma. 2006. The Relative Effects of Elements ofInternal Control on Auditors’ Evaluations of Internal Control. PacificAccounting Review 18 (2): 69-96.
Patrick, P. A. 2007. The Determinant of Organizational Inovativeness: TheAdoption of GASB 34 in Pennsylvania Local Government. Disertasi Ph.D.Tidak dipublikasikan. Pennsylvania: The Pennsylvania State University.
Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang Peraturan Pemerintahnomor 60 tahun 2008, tentang Sistem PengendalianIntern Pemerintah(SPIP).
Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan KeuanganDaerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang Standar AkuntansiPemerintahan (SAP).
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan nomor 1 tahun 2007 tentang StandarPemeriksaan Keuangan Negara.
Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan. 2014. Perkembangan OpiniLaporan Keuangan Pemda. Diakses 7 Desember 2014.www.bpkp.go.id
Puspita, R dan D. Martani. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja dan KarakteristikPemda Terhadap Tingkat Pengungkapan dan Kualitas Informasi dalamWebsite Pemda. Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin, 20-23September 2012.
Ramadhany, A. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PenerimaanOpini Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang MengalamiFinacial Distress di Bursa Efek Jakarta.Tesis-Tidak dipublikasi.Semarang: Program Pascasarjana Magister Akuntansi, UniversitasDiponegoro.
Robbins, W. A. dan K. R. Austin. 1986. Disclosure Quality in GovermentalFinancial Reports: An Assessment of the Appropriateness of a CompoundMeasure. Journal of Accounting Research 24 (2): 412-421.
Safitri, N. L. K. S. A. 2014. Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan TemuanKepatuhan Terhadap Opini Audit Pada Pemerintah Daerah.Skripsi-Tidakdipublikasi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Scott, W.R,. 2009. Finacial Accounting Theory. Fifth Edition. USA: Prentice Hall
Sekaran, U. dan R. Bougie, 2013. Research Method for Business, A Skill BuildingApproach. Sixth Edition, New York: John Willey & Sons Inc.
Setyaningrum, D. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi KualitasAudit BPK RI. Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin. 20-23September 2013.
Setyaningrum, D dan F. Syafitri. 2012.Analisis Pengaruh KarakteristikPemerintah Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 9 (2): 154-170.
Setyarno, Eko Budi, I. Januarti dan Faisal. 2009. Analisis Pengaruh FaktorPerusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan TerhadapPenerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur YangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi 12(SNA 12), 4 - 6 November 2009, Palembang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Sipahutar, H. dan S. Khairani. 2012. Analisis Perubahan Opini LHP BPK RI ataslaporan keuangan pemerintah daerah kabupaten Empat Lawang.Tidakdipublikasikan.Diakses 6 Mei 2015www.eprints.mdp.ac.id
Suhardjanto, D., Rusmin, P. Mandasari dan A. Brown. 2010. MandatoryDisclosure Compliance and Local Government Charactheristics: EvidenceFrom Indonesian Municipalities.Penelitian Hibah Publikasi Internasional,LP2M UNS.
Suhardjanto, D., Yulianingtyas dan R. Rukmita. 2011. Pengaruh KarakteristikPemerintah Daerah terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib dalamLaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris padaKabupaten/Kota di Indonesia).Jurnal Akuntansi & Auditing 8 (1): 1-194.
Sunarsih. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Disclaimer BPKTerhadap Laporan Keuangan Di Lingkungan Departemen di Jakarta.Tesis-Tidak dipublikasi. Program Pasca Sarjana. Jakarta: UniversitasGunadarma.
Suroso, G.T. 2010. Opini BPK Sebagai Sebuah Parameter Pengelolaan AnggaranDaerah.Jurnalkeuangandanpembangunan.blogspot.com. Diakses 7Januari 2015.
Taufikurrahman. 2014. Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi pemberianopini audit olehBPK RI atas LKPD Provinsi, kabupaten dan kota diSumatera Utara. Tesis-Tidak dipublikasikan. Medan: UniversitasSumatera Utara.
The Committee of Sponsoring Organization of the treadway Commission. 1992.COSO – Internal Control Integrated Framework. The Committee ofSponsoring Organization of the treadway Commission.
Undang-Undang Dasar tahun 1945 Pasal 23 ayat (1) tentang KeuanganNegara.
Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang nomor 01 tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara.
Undang-undang nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan danTanggung Jawab Keuangan Negara.
Verdiana, K. Anggita dan I. M. K. Utama. 2013. Pengaruh Reputasi Auditor,Disclosure, Audit Client Tenure pada Kemungkinan Pengungkapan Opini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Audit Going Concern. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5 (3):530-543.
Zhang, Y.,J. Zhou, dan N. Zhou. 2007. Audit Committee Quality, AuditorIndependence, and Internal Control Weaknesses.Journal of Accountingand Public Policy 26: 300-327.
www.dppkad.banjarnegarakab.go.id diakses 30 Desember 2014.
www.setdaprovkaltim.info/keuangan/ diakses 6 April 2015.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Ringkasan Data Pengujian
Case Processing Summary
N Marginal Percentage
Opini t
1,00 18 4,0%
2,00 9 2,0%
3,00 275 60,6%
4,00 55 12,1%
5,00 97 21,4%
Valid 454 100,0%
Missing 0
Total 454
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Lampiran 2. Uji Goodness of Fit
Model Fitting Information
Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 994,104
Final 772,054 222,050 5 ,000
Link function: Logit.
Goodness-of-Fit
Chi-Square Df Sig.
Pearson 2211,686 1807 ,000
Deviance 772,054 1807 1,000
Link function: Logit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Lampiran 3. Uji Pseudo R Square
Pseudo R-Square
Cox and Snell ,387
Nagelkerke ,436
McFadden ,223
Link function: Logit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Lampiran 4. Hasil Uji Parameter Estimates
Parameter Estimates
Estimat
e
Std.
Error
Wald df Sig. 95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Threshol
d
[y =
1,00]-5,492 2,924 3,528 1 ,060 -11,224 ,239
[y =
2,00]-4,954 2,918 2,883 1 ,090 -10,672 ,765
[y =
3,00]-,045 2,899 ,000 1 ,988 -5,728 5,637
[y =
4,00],879 2,901 ,092 1 ,762 -4,808 6,565
Location
X1 -,077 ,023 10,975 1 ,001 -,122 -,031
X2 -,049 ,018 7,689 1 ,006 -,083 -,014
X4 -2,162 ,879 6,050 1 ,014 -3,885 -,439
X5 1,387 ,120 132,663 1 ,000 1,151 1,623
Ln_X3 -,192 ,178 1,172 1 ,279 -,540 ,156
Link function: Logit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user